PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012...
Transcript of PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012...
PROPOSAL USULAN KEGIATAN
TAHUN ANGGARAN 2012
JUDUL RPTP :
FORMULASI PAKAN ANTI EKTOPARASIT UNTUK
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERNAK
I. KETERANGAN UMUM
1. PROGRAM IPTEK (Sektor 16):
1.01
X
1.02
Gen
1.02
Kom
2.01 2.02 3.01 3.02
2. NOMOR PUNAS RISTEK:
3. NAMA LEMBAGA : Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian
4. NAMA UNIT ORGANISASI : Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan
5. NAMA : DIPA LOKA Kambing Potong Sungei
Putih
6. NOMOR KODE DIPA :
7. POSISI KEGIATAN DALAM DIPA :
Proyek Bagian Proyek Tolok Ukur
Lainnya ........................................................
8. ALAMAT DAN KODE POS : Jl. Raya Pajajaran Kav E 59 Bogor 16151
9. NOMOR TELEPON : (0251) 322185, 328383, 322138
10. NOMOR FAX : (0251) 328382, 380588
II. DATA USULAN KEGIATAN
1. SIFAT USULAN KEGIATAN : Lanjutan Baru X
X
0 1 0 3 0 1 0 3
RPTPPULAI 2012
2
2. TAHUN AWAL KEGIATAN DALAM PELITA VII : 2011
3. JENIS KEGIATAN/PENELITIAN : Laboratorium Lapangan x
4. PENELITI/PENANGGUNG JAWAB : Andi Tarigan,SPt M.Si.
5. PERSONALIA
Peneliti/Pelaksana : 0 3 21 Orang Bulan
Teknisi/pembantu pelaksana : 0 3 9 Orang Bulan
6. BIAYA KEGIATAN
SUMBER DANA 2012 JUMLAH
Rp. Murni 153.900.000 153.900.000
BLN
Jumlah 153.900.000 153.900.000
MENYETUJUI Sei Putih, Januari 2012
LOKA PENELITIAN PENELITI UTAMA/
KEPALA KAMBING POTONG PENANGGUNG JAWAB
Dr. Ir. Aron Batubara, M.Sc. Andi Tarigan,SPt. M.Si.
NIP. 19680522 199503 1 002 NIP. 197712022001121003
MENGETAHUI:
KEPALA PUSAT PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN
Dr. Bess Tiesnamurti
NIP. 19570524 198303 2 001
x
RPTPPULAI 2012
3
III. ISI PROPOSAL
1. ABSTRAK
Fluktuasi ketersediaan pakan baik kuantitatif maupun kualitatif merupakan
tantangan dalam peningkatan produktifitas ternak ruminansia didaerah tropis.
Salah satu kendala yang dihadapi oleh usaha ternak ruminansia termasuk kambing
adalah belum tercukupinya kebutuhan nutrisi terutama protein pakan, hal ini
mengakibatkan tumbuh kembang ternak belum sesuai dengan yang diharapkan.
Salah jenis tanaman yang mempunyai banyak manfaat adalah tanaman pulai
Alstonia scholaris. Bagian daun tanaman Pulai (Alstonia scholaris) mengandung
senyawa Alkaloids, tanin yang merupakan faktor utama yang terkandung pada
tanaman Alstonia scholaris yang diharapkan dapat membunuh kutu pada tungai
pada penyakit skabies, terutama pada ternak kambing.
Penelitian perakitan ternak anti ektoparasit berbasis tanaman pulai (Alstonia
scholaris) untuk meningkatkan produktifitas ternak dengan PBHH 60-80
gr/ekor/hari terdiri atas 3 kegiatan, yakni: Kegiatan 1 : produktivitas dan evaluasi
kandungan nutrisi tanaman pulai pada interval pemanenan dan intensitas
pemotongan yang berbeda, Kegiatan 2 uji efektifitas ekstrak daun pulai terhadap
daya bunuh kutu skabies, Kegiatan 3 pemanfaatan tanaman pulai sebagai sumber
pakan ternak.
Kata kunci: Alstonia scholaris,skabies
VI. LATAR BELAKANG
Fluktuasi ketersediaan pakan baik kuantitatif maupun kualitatif merupakan
tantangan dalam peningkatan produktifitas ternak ruminansia didaerah tropis.
Salah satu kendala yang dihadapi oleh usaha ternak ruminansia termasuk kambing
adalah belum tercukupinya kebutuhan nutrisi terutama protein pakan, hal ini
mengakibatkan tumbuh kembang ternak belum sesuai dengan yang diharapkan.
Secara umum ternak ruminansia termasuk kambing di Indonesia sumber
pakannya berasal dari hijauan apa saja yang tersedia terutama hijauan pada lahan-
lahan marjinal yang dicirikan tinggi serat kasar, rendah protein, energi dan
mineral. Pakan menempati posisi strategis dalam capaian produktivitas kambing,
maupun tingkat pendapatan serta pengembangan usaha produksi.
Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya dapat menurunkan
produktifitas ternak kambing adalah penyakit menular pada ternak kambing, salah
RPTPPULAI 2012
4
satu penyakit menular pada ternak kambing adalah Skabies atau kudis dimana
penularannya disebabkan oleh infestasi tungau Sarcoptes scabiei. Penyakit ini
telah dikenal sejak lama, yaitu ketika Bonomo dan Cestoni mampu
mengilustrasikan sebuah tungau sebagai penyebab skabies pada tahun 1689
(Montesu dan Cottoni,1991). Tungau menyerang dengan cara menginfestasi kulit
induk semangnya dan bergerak membuat terowongan di bawah lapisan kulit
(stratum korneum dan lusidum) sehingga menyebabkan gatal-gatal, kerontokan
rambut, dan kerusakan kulit (Urquhart et al.,1989).
Pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal merupakan langkah
strategis dalam upaya mencapai efisiensi usaha produksi ternak ruminansia
termasuk kambing. Salah satu sumber daya lokal yang memiliki potensi untuk
dikembangkan adalah Alstonia scholaris merupakan family Apocynaceae,
berasal dari India. Tanaman Pulai ( Alstonia scholaris) merupakan salah satu jenis
tanaman yang mempunyai banyak manfaat. Bagian kulit tanaman Pulai ( Alstonia
scholaris) sering digunakan sebagai obat tradisonal untuk manusia dan pada
ternak dimanfaatkan untuk mengobati penyakit kulit (Mollik et al, 2010). Bagian
daun tanaman Pulai (Alstonia scholaris) mengandung senyawa Alkaloids yang
merupakan faktor utama yang terkandung pada tanaman Alstonia scholaris (Kam
et al,1997). Alstonia scholaris Memiliki potensi untuk digunakan sebagai sumber
pakan ternak ruminansia termasuk kambing.
VI. 1. Dasar Pertimbangan
Tanaman Pulai ( Alstonia scholaris) merupakan salah satu jenis tanaman
yang mempunyai banyak manfaat. Jenis ini termasuk indegenous species dan
cepat tumbuh ( fast growing spesies), serta banyak tersebar hampir di seluruh
wilayah Indonesia ( Seoerianegara dan Lemmens, 1994). Pulai dapat tumbuh baik
pada lahan kritis sehingga sangat cocok untuk perbaikan kualitas lingkungan.
Pulai juga termasuk spesies cepat tumbuh. Tanaman Pulai ( Alstonia scholaris)
merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai banyak manfaat. Bagian
kulit tanaman Pulai ( Alstonia scholaris) sering digunakan sebagai obat tradisonal
untuk manusia dan pada ternak dimanfaatkan untuk mengobati penyakit kulit
(Mollik et al, 2010).
RPTPPULAI 2012
5
Peningkatan terhadapat produktivitas suatu tanaman pakan ternak, dapat
dilihat dari kemampuan tanaman pakan ternak tersebut untuk tetap tumbuh
setelah mengalamai pemotongan pada saat panen. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Kabi et al (2008) yang menyatakan bahwa frekwensi intensitas
pemotongan yang meningkat akan menurunkan produksi tanaman, komposisi
morfologis, komposisi nutrisi serta kecernaan pakan. Komposisi kualitas nutrsi
suatu pakan merupakan salah satu faktor yang penting untuk menunjang
produktivitas ternak.
Uji daya bunuh ekstrak Tanaman Pulai ( Alstonia scholaris) terhadap
infestasi tungau Sarcoptes scabiei pada ternak kambing, melihat sejauh mana
kemampuan senyawa yang terkandung pada tanaman pulai, membunuh
perkembangan tungau pada kulit ternak ruminansia terutama pada kambing.
Perlakuan melalui pengeringan selanjutnya dibuat dalam bentuk tepung
dan dijadikan sebagai campuran pakan pellet merupakan salah satu teknologi
alternatif agar daun tanaman pulai ( Alstonia scholaris) dapat dimanfaatkan lebih
optimal sebagai sumber bahan pakan. Pembuatan dalam bentuk tepung juga
diharapkan dapat meningkatkan palatabilitas tanaman pulai ( Alstonia scholaris)
tersebut. Mengingat tanaman pulai mempunyai potensi yang tinggi sebagai bahan
pakan untuk ternak kambing, maka perlu dicoba pemanfaatan tepung daun
tanaman pulai ( Alstonia scholaris) sebagai komponen pakan dan komponen
pakan pelet komplit pada ternak kambing.
V. TUJUAN, LUARAN, PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK
V. 1. Tujuan:
Mempelajari data Produksi Tanaman Pulai pada interval pemotongan dan
intensitas pemanenan yang berbeda.
Mempelajari data Morfologis tanaman pulai pada pemotongan dan
pemanenan yang berbeda.
Mengevaluasi kandungan nutrisi,tanin, alkaloids tanaman Pulai pada
pemotongan dan pemanenan yang berbeda.
Mengevaluasi data konsumsi, kecernaan, PBHH
RPTPPULAI 2012
6
Mengevaluasi data perkembangan tungau yang diinfeksikan pasca
pemberian pakan berbasis tanaman pulai
Mendapatkan formula pakan pelet komplit ekonomis melalui pemanfaatan
tanaman pulai sebagai alternatif pakan kambing.
V. 2. Luaran:
Data Produksi Tanaman Pulai (Alstonia scholaris) pada pemotongan dan
pemanenan yang berbeda
Data Morfologis Tanaman Pulai (Alstonia scholaris) pada pemotongan
dan pemanenan yang berbeda
Data Kandungan Nutrisi, tanin, flavoinida Tanaman Pulai (Alstonia
scholaris) pada pemotongan dan pemanena yang berbeda.
Tersedianya Budidaya 405 batang Pulai (Alstonia scholaris)
Tersedianya teknologi perakitan pakan berbasis tanaman pulai
V. 3. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Meningkatnya palatabilitas tanaman pulai melalui teknologi peleting.
Peningkatan produktivitas ternak kambing..
Tercipta peluang kerjasama dengan stakeholder dalam penggunaan hasil
penelitian
VI. TINJAUAN PUSTAKA
VI. 1. Potensi Ternak Kambing
Di Indonesia populasi kambing lebih besar dibandingkan ternak
ruminansian lain (domba dan kerbau). Peternak memiliki kambing pada umumnya
digunakan untuk kegiatan sosial dan keagamaan. Dalam beberapa hal masyarakat
lebih menyukai daging kambing dibanding ternak lainnya, sehingga nilai kambing
sangat berharga dan mempunyai sumbangan yang nyata untuk kebutuhan protein
hewani. Kambing mudah dipelihara, harganya terjangkau dan dapat hidup dengan
tatalaksana serta kondisi yang berubah-ubah. Kambing dapat beradaptasi dengan
iklim setempat dan keadaan makanan yang bervariasi bila dibandingkan dengan
RPTPPULAI 2012
7
domba, sapi dan kerbau (Devendra dan Burns, 1994). Selain itu, dengan
manajemen pemeliharaan yang baik kambing dapat beranak tiga kali dalam
jangka waktu dua tahun, dan anak dengan kelahiran kembar persentasenya cukup
tinggi.
VI. 2. Potensi Tanaman Pulai
Tanaman Pulai ( Alstonia scholaris) merupakan salah satu jenis tanaman
yang mempunyai banyak manfaat. Jenis ini termasuk indegenous species dan
cepat tumbuh ( fast growing spesies), serta banyak tersebar hampir di seluruh
wilayah Indonesia ( Seoerianegara dan Lemmens, 1994). Pulai dapat tumbuh baik
pada lahan kritis sehingga sangat cocok untuk perbaikan kualitas lingkungan.
Pulai juga termasuk spesies cepat tumbuh. Tanaman Pulai ( Alstonia scholaris)
merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai banyak manfaat. Bagian
kulit tanaman Pulai ( Alstonia scholaris) sering digunakan sebagai obat tradisonal
untuk manusia dan pada ternak dimanfaatkan untuk mengobati penyakit kulit
(Mollik et al, 2010).
V.3 Siklus hidup Tungau
Siklus hidup dari telur hingga menjadi tungau dewasa memerlukan waktu
10-14 hari sedangkan tungau betina mampu hidup pada induk semang hingga 30
hari (URQUHART et al., 1989). Literatur lain menyebutkan bahwa durasi siklus
hidup S. scabiei berkisar 30-60 hari (WENDEL dan ROMPALO, 2002). Tungau
betina mengeluarkan telur sebanyak 40-50 butir dalam bentuk kelompok-
kelompok, yaitu dua-dua atau empat-empat. Telur akan menetas dalam waktu tiga
sampai empat hari dan hidup sebagai larva di lorong-lorong lapisan tanduk kulit.
Larva akan meninggalkan lorong, bergerak ke lapisan permukaan kulit, membuat
saluran-saluran lateral dan bersembunyi di dalam folikel rambut. Larva berganti
kulit dalam waktu dua sampai tiga hari menjadi protonimpa dan tritonimpa yang
selanjutnya menjadi dewasa dalam waktu tiga sampai enam hari (URQUHART et
al., 1989; LEVINE, 1990).
RPTPPULAI 2012
8
VI. 4. Teknologi Peleting
Proses pelleting membuat ukuran partikel pakan semakin kecil sehingga
bentuk pakan menjadi halus dan ringkas. Apabila menggunakan campuran bahan
makanan yang sama maka sebagian besar ternak lebih menyukai pakan dalam
bentuk pelet dibandingkan dengan pakan berbentuk tepung. Disamping itu ternak
tidak dapat memilih bahan makanan yang disukai atau tidak disukai karena
keseluruhan bahan pakan telah menyatu dalam bentuk pelet (Cheeke, 1999).
Pengolahan secara fisik atau mekanis seperti pemotongan, penggilingan atau
pembuatan pelet dapat meningkatkan konsumsi pakan, karena pengolahan tersebut
akan mengakibatkan peningkatan laju aliran makanan ke dalam usus (Orskov,
1988). Greenhalg dan Reid (1983) melaporkan bahwa bentuk pakan sangat
mempengaruhi jumlah konsumsi. Lebih lanjut dikatakan bahwa konsumsi pakan
pada sapi dan domba masing-masing meningkat sebesar 11 dan 45% dengan
pemberian pakan dalam bentuk pelet. Cheeke (1999) menyatakan bahwa
pembuatan pakan dalam bentuk pelet dapat meningkatkan konsumsi pakan,
karena dengan volume yang sama pakan berbentuk pelet bobotnya lebih besar
dibandingkan dengan bentuk tepung. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembuatan
pakan dalam bentuk pelet akan mengurangi sifat berabu dari pakan, sehingga
dapat meningkatkan nilai akseptabilitas pakan tersebut.
VI. 5. Konsumsi Pakan
Tanaman pakan ternak dan limbah pertanian merupakan sumber utama
pakan ternak ruminansia termasuk kambing di Indonesia. Jumlah pakan yang
dikonsumsi akan menentukan jumlah nilai nutrien yang tersedia bagi ternak.
Ternak ruminansia mempunyai beberapa keistimewaan, salah satunya adalah
dapat makan dengan cepat dan menampung makanan dalam jumlah banyak.
Kemampuan mengkonsumsi pakan ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu;
kapasitas tampung alat pencernaan ternak, bobot hidup, bentuk dan kandungan
nutrien pakan, kebutuhan ternak akan kandungan nutrien pakan, kemampuan
memetabolisir kandungan nutrien yang diserap, status fisiologi ternak, kesehatan
ternak dan genotip ternak. Banyaknya jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
RPTPPULAI 2012
9
seekor ternak merupakan salah satu faktor penting yang secara langsung
mempengaruhi produktivitas ternak. Konsumsi makanan terutama dipengaruhi
oleh faktor kualitas makanan dan kebutuhan energi ternak yang bersangkutan.
Makin baik kualitas makanannya, makin tinggi konsumsi pakan dari seekor
ternak.Akan tetapi konsumsi makanan ternak berkualitas baik ditentukan oleh
status fisiologis seekor ternak.
Jumlah bahan kering yang dapat dikonsumsi oleh seekor ternak selama
satu hari perlu diketahui. Dengan mengetahui jumlah bahan kering yang
dikonsumsi dapat dipenuhi kebutuhan seekor ternak akan kandungan nutrien yang
perlu untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan maupun produksinya. Bahan
kering merupakan tolak ukur dalam menilai palatabilitas makanan yang
diperlukan untuk menentukan mutu suatu jenis bahan pakan. Konsumsi bahan
kering pakan ditentukan oleh ukuran tubuh, bahan penyusun pakan, umur dan
kondisi ternak. Konsumsi bahan kering pakan pada kambing dengan bobot badan
10-20 kg sebesar 3-3,8% (NRC, 1981). Konsumsi bahan kering pakan biasanya
makin menurun dengan meningkatnya kandungan nutrien pakan yang dapat
dicerna.
VI. 6. Kecernaan Pakan
Kecernaan adalah bagian kandungan nutrien pakan yang tidak
diekskresikan dlam feses. Anggorodi (1990) mengatakan bahwa pada dasarnya
tingkat kecernaan adalah upaya untuk mengetahui banyaknya kandungan nutrien
yang diserap oleh saluran pencernaan. Selanjutnya dijelaskan bahwa bagian yang
dapat dicerna adalah selisih antara kandungan nutrein yang dikonsumsi dengan
yang dibuang melalui feses. McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa selisih
antara kandungan nutrien yang dikandung dalam bahan pakan dengan kandungan
nutrien yang ada dalam feses merupakan bagian yang dicerna. Bagian yang dapat
dicerna dapat diartikan sebagai bagian dari bahan pakan yang tidak ditemukan
dalam fese dan bila bagian tersebut dinyatakan sebagai persentase terhadap
konsumsi pakan disebut koefisien cerna. Kecernaan bahan pakan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain adalah;jenis hewan, jumlah pakan yang diberikan, cara
RPTPPULAI 2012
10
pemberian pakan, kandungan nutrien pakan, umur ternak, level pemberian pakan,
pengolahan pakan dan komposisi pakan yang diberikan (Lubis, 1992).
VI. 7. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan
Pakan yang mengandung nilai nutrien seimbang akan memberikan dampak
positif terhadap pertumbuhan ternak. Pertumbuhan yang cepat akan mengurangi
biaya produksi yang harus disediakan oleh peternak. Oleh karena itu efisiensi
penggunaan suatu jenis pakan dapat dilihat dari pertumbuhan. Pertambahan bobot
hidup merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
kualitas bahan pakan ternak, karena pertumbuhan yang diperoleh dari suatu
percobaan merupakan salah satu indikasi pemanfaatan kandungan nutrien pakan
yang diberikan. Pertumbuhan merupakan peningkatan dalam struktur jaringan
otot, tulang dan organ serta deposit lemak pada jaringan adipose. Dari data
pertambahan bobot hidup akan diketahui nilai suatu bahan pakan bagi ternak
(Church dan Pond, 1995). Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan
pengukuran kenaikan bobot hidup melalui penimbangan yang berulang-ulang,
yaitu setiap hari, setiap minggu atau setiap waktu lainnya (Tillman et al., 1998).
Khususnya pada ternak ruminansia, efisiensi penggunaan pakan
dipengaruhi oleh kualitas dan nilai biologis pakan juga besarnya pertambahan
bobot hidup dan nilai kecernaan pakan tersebut. Efisiensi penggunaan pakan erat
kaitannya dengan konsumsi pakan dan pertambahan bobot hidup yang dihasilkan
ternak, karena efisiensi penggunaan pakan adalah rasio antara pertambahan bobot
hidup dengan jumlah pakan yang dikonsumsi.
RPTPPULAI 2012
11
VII. METODE PENELITIAN
Kegiatan-1: Produktivitas dan evaluasi kandungan nutrisi tanaman pulai
pada interval pemanenan dan intensitas pemotongan yang
berbeda
Materi Penelitian
Tanaman pakan ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman
pulai (Alstonia scholaris) ditanaman secara vegetatif berasal dari stek batang
tanaman yang sudah dewasa.
Rancangan Penelitian
Rancangan Percobaan pada penelitian ini mengunakan rancangan acak
kelompok berpola faktorial 3 x 3 x 3 dimana intensitas pemanenan dan interval
pemanenan sebagai faktor pengamatan penelitian .
Parameter yang diamati
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah produksi segar tanaman,
produksi bahan kering, tinggi tanaman, jumlah cabang, rasio daun/batang, lingkar
batang bawah, lingkar batang bawah, lebar daun dan parameter bahan organik,
bahan kering, NDF, ADF, protein kasar, kandungan alkaloids dan tanin.
Prosedur Pengambilan data
Bibit tanaman pulai Alstonia scholaris berupa stek batang dari tanaman
yang sudah dewasa ditanam ke dalam wadah yang sudah disiapkan yakni kantong
plastik berukuran 1 kg berisi sejumlah tanah (satu tanaman/kantong), setelah itu
dilakukan penyiraman 2 x sehari selama 2 minggu, kemudian tanaman diberikan
perwatan pengendalian terutama gulma. Setelah tanaman tumbuh 2 bulan kantong
plastik dibuka dan tanaman dipindahkan ke lahan percobaan, lahan percobaan
diolah dengan memberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang sebanyak 10
ton/ha dan kapur sebanyak 1 ton/ ha. Kemudiaan lahan dibagi menjadi 27 petak
RPTPPULAI 2012
12
percobaan (8 x 4 m2) berdasarkan perlakuan yang sudah diset terlebih dahulu
untuk mengakomodasi perlakuan tinggi pemanenan yaitu 40 cm, 80 cm , 120 cm
serta interval pemanenan 30 hari, 60 hari, 90 hari dengan jarak tanaman antar
baris 2 m serta 2 m dalam baris.
Pada saat tanaman berumur 6 bulan dilakukan pengambilan data tinggi
tanaman, jumlah cabang, lebar daun, lingkar batang atas serta batang bawah
tanaman.
Setelah tanaman berumur 8 bulan dilakukan perlakuan tinggi pemotongan
pada tanaman yaitu T1 = 40 cm, T2 = 80 cm, T3 = 120 cm. Selanjutnya
dilakukan perlakuan interval pemanenan yakni pemanenan 30 hari, 60 hari dan 90
hari. Pengamatan tinggi tanaman, lebar daun, jumlah cabang tanaman serta lingkar
batang dilakukan sebelum panen. Pengamatan jumlah cabang tanaman dilakukan
setiap minggu selama 3 kali pengamatan, yang dijadikan sampel percobaan adalah
tanaman yang berada ditengah plot percobaan untuk mempermudah pengamatan
tanaman tersebut diberikan tanda pita merah.
Panen dilakukan dengan memotong bagian tajuk tanaman selanjutnya
tanaman yang dipanen ditimbang untuk mengetahui jumlah produksi, kemudian
daun dan batang dipisahkan untuk memperolah data rasio daun/batang. Sampel
sebanyak 500 g dikeringkan didalam oven pada temperatur 1050C selama 24 jam
untuk mendapatkan bahan kering. Sebagian sampel dikeringkan pada temperatur
650C selama 72 jam untuk analisis komposisi nutrisi. Sampel digiling
menggunakan alat penggiling (hummer mill) dengan saringan berdiameter 1,0
mm. Kandungan N (Kjeldahl) menurut AOAC (2005). Kandungan serat deterjen
netral (NDF) dan serat deterjen asam (ADF) dianalisis menurut metoda VAN
SOEST et al. (1991).
Analisa Data
Penelitian Budidaya dan Indentifikasi tanaman Pulai menggunakan
Rancangan Acak Kelompok berpola faktorial terdiri atas 2 faktor yaitu intensitas
pemanenan dan interval pemanenan 3 x 3 x 3 sehingga didapat 27 satuan
percobaan.
Faktor pertama adalah intensitas pemanenan yaitu :
RPTPPULAI 2012
13
T1 : 40 cm
T2 : 80 cm
T3 : 120 cm
Faktor kedua adalah interval pemanenan tanaman pulai yaitu :
P1 : 30 hari
P2 : 60 hari
P3 : 90 hari
Data yang diperoleh dianalisa statistik dengan sidik ragam menggunakan
analisa SAS 6.12 dan bila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Duncan
(Steel dan Torrie 1995). Model linier analisa keragaman pada penelitian ini adalah
:
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + σk + εijk
Yijk = Nilai Pengamatan pada intensitas pemanenan ke-i, interval pemanenan
ke– j dan kelompok ke–k
μ = Rataan umum
αi = Pengaruh intensitas pemanenan ke–i
βj = Pengaruh interval pemenenan ke–j
(αβ)ij = Pengaruh interaksi intensitas pemanenan ke-i dengan interval pemanenan
ke–j
σk = Pengaruh kelompok ke–k
εijk = Pengaruh galat
Tata Letak Penelitian
K1
2 m
K2
2 m
P1 T3 P3 T2 P2 T1
P2 T2 P2 T3 P1 T1
P3 T1 P3 T3 P1 T2
P2 T2 P1 T3 P2 T3
P1 T2 P3 T1 P3 P3
P2 T1 P1 T1 P3 T2
RPTPPULAI 2012
14
K3
2 m
P = Interval pemotongan (P1: 30 hari. P2 : 60 hari . P3: 90 hari)
T = Intensitas Pemotongan ( T1 : 40cm, T2 : 80 cm, T3 : 120 cm)
Kegiatan ke-3 Pemanfaatan Tanaman Pulai Sebagai Sumber Pakan Ternak
Kambing
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Loka Penelitian Kambing
Potong Sei Putih. Waktu pelaksanaan selama 12 bulan (persiapan bahan 2 bulan,
budidaya 6 dan pengumpulan data 2 bulan) mulai bulan Januari s/d Desember
2012.
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah: tepung daun pulai,
dedak halus, jagung giling, bungkil kelapa, molases, urea, tepung ikan, tepung
tulang, tepung tapioka, ultra mineral, garam. kambing jantan Boerka. Sebelum
pelaksanaan percobaan pakan kepada semua ternak percobaan diberikan racun
cacing (Kalbazen liquid) untuk mencegah pengaruh parasit usus dan pengobatan
lainnya dilakukan bila terjadi gejala penyakit seperti gejala skabies, penyakit mata
dan lain sebagainya.
Alat yang digunakan adalah: drum plastik (kapasitas 100 kg), timbangan
pakan (kapasitas 5 kg), timbangan ternak (kapasitas 50 kg), kandang individu,
kandang metabolisme, tempat pakan (palaka) dan tempat air minum (ember
plastik kapasitas 5 liter).
P3 T1 P3 T2 P2 T1
P2 T3 P1 T2 P1 T1
P2 T2 P1 T3 P3 T3
RPTPPULAI 2012
15
Metode Penelitian
Perlakuan pakan pada percobaan adalah sebagai berikut:
R0: Konsentrat 60% + Rumput 40%
R1: Konsentrat 70% + tepung daun pulai 30%
R2: Konsentrat 45% + tepung daun pulai 55%
R3: Konsentrat 30% + tepung daun pulai 70%
Cara Pelaksanaan
Digunakan 20 ekor kambing jantan Boerka fase pertumbuhan (umur 9-10
bulan) dengan bobot badan berkisar antara 12-14 kg, ditempatkan dalam kandang
individu, dilengkapi dengan palaka yang terbuat dari papan. Air minum
disediakan secara bebas dalam ember plastik hitam berkapasitas 5 liter. Ternak
secara acak dialokasikan ke dalam 4 perlakuan pakan (5 ekor per perlakuan).
Rumput lapangan (Ottochloa nodusa) sebagai sumber hijauan diperoleh dari
areal perkebunan PTPN III sei Putih. Selanjutnya dilakukan penjemuran terhadap
daun tanaman pulai selama ± 2-3 hari tergantung intensitas sinar matahari, setelah
daun pulai kering, dicampur dengan konsentrat pakan disesuaikan dengan
perlakuan penelitian .
Bahan penyusun konsentrat adalah; dedak halus, jagung giling, bungkil
kelapa, urea, tepung ikan, tepung tulang, ultra mineral dan garam. Konsentrat
keempat perlakuan pakan memiliki kandungan energi dan protein yang berbeda,
sehingga setelah diketahui kandungan nutrisi tepung pulai maka setiap perlakuan
pakan diupayakan memiliki kandungan energi (DE 2,8 Kkal/kg) dan protein
(16%) seperti yang disajikan pada Tabel 1. Pemberian pakan disesuaikan dengan
kebutuhan bahan kering pakan untuk setiap ekor kambing dan diasumsikan bahwa
kebutuhan adalah sebesar 3,8% dari bobot badan berdasarkan bahan kering (NRC,
1981). Komponen konsentrat dan tepung daun pulai pada penelitian ini adalah
berbeda. Campuran pakan tersebut ditekan melalui dinding saringan cetak
berbentuk ring metal pada mesin pelet, sehingga dihasilkan pakan komplit dalam
RPTPPULAI 2012
16
bentuk pelet. Konsentrat dan tepung pulai dicampur secara merata sebelum
diberikan kepada ternak percobaan (pagi jam 9.00 WIB). Ternak dibiarkan
beradaptasi dengan perlakuan pakan selama 2-3 minggu sebelum pengumpulan
data dilakukan. Konsumsi pakan dicatat setiap hari dengan menimbang jumlah
yang diberikan dan sisanya. Pertambahan bobot badan harian diperoleh dari
penimbangan ternak penelitian setiap minggu selama 8 kali penimbangan.
Tabel 1. Komponen dan kandungan nutrisi perlakuan pakan penelitian
Komponen pakan
dan kandungan
nutrisi
Perlakuan pakan
R0 R1 R2 R3
Konsentrat 60% 70% 45% 30%
Rumput alam 40% - - -
Tepung Daun Pulai - 30% 55% 70% (C)
PK 16% 16% 16% 16%
DE 2,8 M.cal/kg 2,8 M.cal/kg 2,8 M.cal/kg 2,8 M.cal/kg
Untuk mengetahui tingkat kemampuan ternak mencerna nutrien yang
dikonsumsi dilakukan pada minggu terakhir masa pengamatan, dengan cara
menimbang jumlah pemberian dan sisa pakan serta jumlah produksi feses dan urin
yang dihasilkan setiap hari. Contoh bahan (pakan, sisa pakan dan feses) ditimbang
dan selanjutnya untuk kepentingan analisis, ditetapkan sub-contoh sebanyak 10%
dari jumlah koleksi setiap harinya. Sub-contoh selama periode pengamatan
disatukan dalam satu kantong plastik dan secara komposit ditetapkan 10% untuk
kepentingan analisis. Contoh yang telah kering dihaluskan dengan alat penghalus
dan melewati saringan yang berukuran 0,8 mm.
Analisis kimia sampel pakan (konsentrat, rumput alam dan tepung daun
pulai) dilakukan sesuai dengan metode analisis proksimat. Analisis bahan kering
dilakukan dengan metode pemanasan di dalam oven 600C selama 48 jam dan
1400C selama 2 jam. Analisis protein kasar dilakukan dengan cara mengukur
kandungan total nitrogen contoh dengan menggunakan macro-Kjedahl (AOAC,
1995). Analisis kandungan serat (serat detergen netral dan serat detergen asam)
ditentukan menurut metode Goering dan Van Soest (1970), kandungan energi
ditentukan dengan menggunakan alat bomb kalorimeter, sedangkan kandungan
RPTPPULAI 2012
17
abu dilakukan dengan membakar contoh dalam tanur dengan suhu pembakaran
6000C selama 6 jam.
Peubah yang Diamati
Konsumsi bahan kering pakan
Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui konsumsi bahan kering
pakan setiap hari dan dihitung berdasarkan formula berikut:
Konsumsi bahan kering pakan = pakan yang diberi (BK) – pakan yang sisa (BK).
Pertambahan bobot badan
Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai pertumbuhan kambing
percobaan, dan diukur sebagai selisih antara bobot badan akhir dan bobot badan
awal dari kambing percobaan.
Efisiensi penggunaan pakan
Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai kualitas pakan, dan diukur
melalui persamaan: Efisiensi penggunaan pakan = pertambahan bobot badan per
unit bahan kering pakan yang dikonsumsi (Tillman et al, 1991).
Kecernaan
Kecernaan pakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecernaan
pakan semu. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai daya cerna pakan
percobaan, dan diukur dengan persamaan:
Zat makanan yang dikonsumsi- zat makanan di feses
Kecernaan = ----------------------------------------------------------------------- x 100%
Zat makanan yang dikonsumsi
Rancangan Penelitian
Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri
dari atas 4 perlakuan pakan dan 5 ulangan (Stell dan Torrie, 1993).. Sebagai
ulangan adalah ternak kambing, sehingga jumlah ternak yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 20 ekor. Data yang diperoleh diolah dengan analisis
keragaman (ANOVA) menurut petunjuk SAS (SAS, 1998), dan bila hasil analisis
keragaman menunjukkan terdapat pengaruh nyata (P<0,05) dari perlakuan
RPTPPULAI 2012
18
terhadap peubah yang diukur, maka akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan (Kaps dan Lamberson, 2004). Model umum dari rancangan ini adalah:
Model linier analisis keragaman pada penelitian ini adalah :
Yijk = μ + αi + βj + εij
Yijk = Nilai Pengamatan pada perlakuan pakan ke-i dan kelompok ke–j
μ = Rataan Umum
αi = Pengaruh perlakuan pakan ke–i
βj = Pengaruh kelompok ke–j
εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke–i dan kelompok ke–j
VIII. PERSONALIA
(1)
NO
(2)
NAMA
LENGKAP
(3)
PRIA/
WANITA
(4)
PENDIDIKAN
AKHIR
(5)
BIDANG
PENDIDIKAN
(6)
BIDANG
KEAHLIAN
(7)
KUALIFIKASI
(8)
ALOKASI
WAKTU
(OB)
(9)
UNIT KERJA
(10)
NAMA
LEMBAGA
1 Andi Tarigan Pria S2 Nutrisi
Nutrisi ternak Peneliti Muda 5 Lolit Kapo Badan Litbang
Pertanian
2 Juniar Sirait Wanita S2 Nutrisi
Nutrisi ternak Peneliti Muda 3 Lolit Kapo Badan Litbang
Pertanian
3 Anwar Pria S1 PNK
Nutrisi ternak PNK 4 Lolit Kapo Badan Litbang
Pertanian
4 Elizabeth
Wina
Wanita S3 Nutrisi
Nutrisi
Hijauan
Peneliti Utama 3 Balitnak Badan Litbang
Pertanian
5 Mikael
Situmorang
Pria STM Alsintan
Teknisi Litkayasa 3 Lolit Kapo Badan Litbang
Pertanian
RPTPPULAI 2012
19
IX. JADWAL PALANG
KEGIATAN BULAN ke- tahun 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PERSIAPAN
PELAKSANAAN
Konsultasi/ Koordinasi
Pelaksanaan kegiatan
Pengamatan
Tabulasi data
Analisis data
Seminar
Laporan
X. PEMBIAYAAN
a. Biaya sesuai Umur Kegiatan
No. URAIAN 2011 2012 JUMLAH
1. Belanja UHL 45.000.000 45.000.000
2. Belanja Bahan 48.500.000 41.400.000
3. Belanja Perjalanan Lainnya 27.000.000 36.000.000
JUMLAH 113.000.000 153.500.000
b. Rincian biaya tahun anggaran 2012
HONOR YANG TERKAIT DENGAN OUTPUT KEGIATAN
No. Uraian Pekerjaan Stn. Vol. Harga Stn. Jlh. Biaya
1. Upah Harian Lepas
(UHL)
OH 1380 30.000 45.000.000
Total Belanja uang honor tidak tetap 45.000.000
RPTPPULAI 2012
20
BELANJA BAHAN
No. Uraian Stn. Vol. Harga Stn. Jlh Biaya
1. ATK, bahan komputer Pkt. 1 4.000.000 5.000.000
2. Bahan Kimia Pkt 1 15.000.000 26.500.000
3. Foto copy Lbr 10.0000 200 2.000.000
4 Perlengakpan penelitian 1 pkt 12.000.000 12.000.000
5. Perlengkapan kandang Pkt 1 5.000.000 5.000.000
6. Obat-obatan Pkt 1 4.500.000 4.500.000
7. Pakan ternak Bln 6 2.000.000 12.000.000
8 Pengadaan Pupuk 1 Pkt 6.000.000 6.000.000
9 Pengadaan Bibit 1 Pkt 3.500.000 3.500.000
Total Belanja Bahan 76.500.000
BELANJA PERJALANAN LAINNYA
No. Uraian Stn. Vol. Harga Stn. Jlh. Biaya
1. Perjalanan dinas dalam negeri OP 36 1.000.000 36.000.000
Total Belanja Perjalanan lainnya 36.000.000
XI. DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of
Analysis. 17 th
Ed . Washington: AOAC International.
Kabi F. Bareeba FB. 2008. Herbage biomass production and nutritive value of
mulberry (Morus alba) and Calliandra calothyrsus harvested at different
cutting frequencies. J Anim Feed Sci Technol 140:178–190.
Karim AB, Rhodes ER, Savill PS. 1991. Effect of Cutting Interval on Dry Matter
Yield of of Leucaena leucocephala (Lam) De Wit. J Agrofor Syst 16: 129–
137.
Mahfudz. H.A.Adinugraha dan Anisf.2003. Pengaruh Media dan Dosis Rootone-
F Terhadap Keberhasilan Steak Pucuk Pulai (Alstonia scholaris). Jurnal
Penelitian Pusat Bioteknologi dsan Pemuliaan Tanaman Hutan.
RPTPPULAI 2012
21
Mashudi,H.A.Adinugraha dan Surip.2005. Teknik Perbanyakan Tanaman Pulai
Secara Vegetatif. Informasi teknik Vol.3 No.2 . Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan Tanaman. Yogyakarta.
PT. XIP.2000. Rencana Pengelolaan Terpadu Pulai Pertumbuhan
Karet/Pekarangan dan Pulai Budidaya. PT. Xylo Indah Pratama Kabupaten
Rawas. Propinsi Sumatera Utara.
Rahman S. 2002. Introduksi Tanaman Makanan Ternak di Lahan Perkebunan:
respon bebebrapa jenis tanaman makanan ternak terhadap naungan dan
tata laksana pemotongan. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan 4 (1) : 46-
53.
Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Ed ke–2 Sumantri
B, penerjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: The
Principle and Prosedure of Statistics.
Sirait J. 2008. Luas Daun, Kandungan Klorofil dan Laju Pertumbuhan Rumput
pada Naungan dan Pemupukan yang Berbeda.Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner.13 (2) : 109-116.
Van DTT, Mui NT, Ledin I. 2005. Tropical Foliages: effect of presentation
method and spesies on intake by goats. J Anim Feed Sci Technol 118: 1-
17.
Van Soest PJ, Robertson JB, Lewis BA. 1991. Methods for dietary fibre, neutral
detergent fibre, and non-starch polysaccharides in relation to animal
nutrition. J Dairy Sci 74:3583–3597.
Water CJ, Givens DI. 1992. Nitrogen Degradability of Fresh Herbage: effect of
maturity and growth type and prediction from chemical composition and
by near infrared reflectance spectroscopy. J Anim Feed Sci Technol 75:
3278-3286.
Whitehed DC. 2000. Nutrient Element in Grassland: Soil,Plant, Animal
Relationship. Wallingford. CAB International Publising 367.