PROPOSAL SKRIPSI · Web viewPROPOSAL SKRIPSI ANALISIS BUDAYA DALAM TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK...
Transcript of PROPOSAL SKRIPSI · Web viewPROPOSAL SKRIPSI ANALISIS BUDAYA DALAM TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK...
PROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS BUDAYA DALAM TRADISI GREBEG BESAR DI DEMAK
SEBAGAI PENANAMAN NILAI RELIGIUS BAGI SISWA SEKOLAH
DASAR
OLEH
JEFRY SETYA ARDIANTO
201733142
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Globalisasi merupakan proses mendunia yang menyebabkan kemajuan
akses dalam berbagai bidang. Di era sekarang ini, masyarakat pengguna
smartphone khususnya siswa lebih mudah mengakses berita tanpa melihat batasan
suatu negara. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana pengetahuan siswa tentang
budaya barat daripada budaya lokal.
Kemudahan akses dimana akal dan budi manusia terlepas dari wilayah
geografis disebut globalisasi budaya. Kemudahan akses budaya menyebabkan
siswa Sekolah Dasar menyelami budaya luar sehingga kurang begitu tertarik dan
mempelajari budaya lokal. Sebagai seorang pendidik, guru harus mampu
mengenalkan budaya lokal kepada siswa agar mereka dapat mengetahui,
menghormati dan menerapkan nilai yang terkandung dalam budaya yang terdapat
di daerahnya. Salah satu sikap yang harus ditanamkan sejak dini adalah sikap
religius.
Strategi penanaman nilai karakter religius sangat diperlukan karena
banyaknya sikap dan prilaku yang kurang baik dikalangan siswa. Arimbawa
(2011: 175), mengemukakan bahwa globalisasi budaya merupakan kondisi
dimana terdapat penekanan konsumsi terhadap budaya barat khususnya budaya
Amerika dimana masyarakat dunia sebagai penikmatnya. Globalisasi budaya ini
dapat mengancan keberadaan budaya lokal. Budaya lokal yang terdapat di
kehidupan masyarakat biasanya lahir dari tradisi atau kebiasaan turun temurun
yang terdapat di suatau daerah. Budaya lokal memiliki kaitan yang erat dengan
kehidupan masyarakat. Beberapa bentuk budaya lokal diantaranya adalah upacara
adat.
Penduduk pulau jawa adalah salah satu suku yang sampai saat ini masih
memegang dan menjalankan budaya lokal. Menurut Yana (2010) orang Jawa
adalah semua orang yang terlahir dan hidup di pulau Jawa. Kehidupan masyarakat
suku Jawa dilatarbelakangi oleh kebiasaan hidup masa lampau mulai dari zaman
kerajaan Hindhu-Budha hingga berdirinya kerajaan Islam.
Sebelum masuknya Islam ke pulau jawa situasi masyarakat di pengaruhi
oleh sistem kasta seperti yang terdapat dalam agama hindhu yang terdapat
perbedaan golongan kelas sehingga kehidupan masyarakatnya memiliki tingkatan
kelas. yang menyebabkan suatu daerah memiliki sistem nilai budaya yang khas
dan berbeda jika dibandingkan dengan budaya suku lain. Menurut Koentowijoyo
(2003), budaya merupakan hasil pemikiran berupa cipta, rasa, dan karsa. Orang
jawa terkenal dengan kearifan lokalnya yang sampai saat ini masih berusaha
dilestarikan.
Demak merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki
sebutan sebagai kota Wali. Menurut (Wardah, 2013:67) Demak ,memiliki sejarah
yang sangat panjang sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar ajaran
islam di pulau Jawa. Sejarah dan budaya yang terdapat di Demak masih
dilestarikan warganya sebagai bentuk menghormati jasa sunan kalijaga yang telah
menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa khususnya Demak. Menurut
Koentjaraningrat (1984: 83) Pelestarian budaya merupakan sebuah komponen
yang berhubungan dengan kehidupan di masyarakat. Lewis (1983: 4)
mengemukakan bahwa pelestarian budaya merupakan gerakan untuk
mengukuhkan kebudayaan dan sejarah. Budaya lokal merupakan sumberdaya
yang didalamnya terkandung nilai-nilai unggulan yang berasal dari masyarakat
setempat (indigineous people). Budaya lokal perlu dilestarikan dalam rangka
menghadapi globalisasi budaya asing.
Budaya lokal yang ada di Demak yang sampai saat ini masih dilaksanakan
adalah tradisi grebek besar. Grebek besar merupakan sebuah kesenian sebagai
hasil akulturasi budaya jawa islam dengan budaya Arab. Shadily (1976: 7)
berpendapat bahwa akulturasi merupakan proses penyesuaian terhadap kebiasaan
atau kebudayaan baru sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
akulturasi merupakan percampuran dua kebudayaan yang saling mempengaruhi.
Akulturasi merupakan proses social dimana unsur kebudayaan asing lambat laun
dapat diterima kedalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kebudayaan
lama.
Grebeg Besar merupakan warisan budaya leluhur yang dilaksanakan turun
temurun oleh masyarakat Demak. Grebeg Besar tidak hanya suatu kesenian yang
digunakan sebagai media hiburan, tetapi memiliki nilai-nilai yang dapat
ditanamkan kepada siswa sekolah dasar. Koentjaraningrat (2000: 203)
menyebutkan terdapat 7 unsur kebudayaan yaitu bahasa, pengetahuan, teknologi,
sistem kemasyarakatan, religi, kesenian dan ekonomi. Terkait dengan 7 unsur
tersebut, dalam tradisi Grebek Besar terdapat 3 nilai budaya yang dapat
ditanamkan kepada siswa Sekolah Dasar yaitu sistem kemasyarakatan, religi dan
kesenian.
Kehadiran seni dalam kehidupan manusia merupakan suatu komplesitas
kebutuhan yang harus dipenuhi, salah satu kebutuhan itu adalah keindahan,
keindahan itu dipenuhi melalui seni. Menurut Sedyawati (1998: 8) seni dapat
memberi peluang para seniman mamanfaatkan latar belakang budaya suatu daerah
sebagai kreatifitas yang dipadukan dengan fenomena kekinian. Seni merupakan
ritual yang berhubungan dengan kekuatan supranatural. Kesenian merupakan
perwujudan kebudayaan dalam kehidupan yang tidak dapat berdiri sendiri (Utami
2011: 157)
Kebudayaan merupakan sesuatu yang sangat bernilai selain menjadikan ciri
khas suatu daerah juga menjadi lambang dari suatu bangsa. Kebudayaan
merupakan suatu kekayaan dari bangsa atau pun daerah, maka setiap individu
diwajibkan untuk menjaga, melestarikan dan memelihara kebudayaan masing-
masing. Dengan kata lain kebudayaan adalah asset yang penting untuk kita jaga
dan kita lestarikan. Demak merupakan salah satu kabupaten yang tidak terlepas
dari perjuangan para wali dalam kegiatan penyebaran agama islam. Oleh karena
itu masyarakat Demak sangat membanggakan dirinya menjadi warga kota Wali.
Sunan Kalijaga dan Sultan Fatah sebagai figure utama dan diakui sebagai
tokoh besar dan sangat berpengaruh dalam pergolakan sejarah Kabupaten Demak.
Sehingga tidak mengerankan apabila ada beragam acara ritual yang diperkenalkan
oleh kedua tokoh tersebut yang masih berlangsung sampai saat ini dan menjadi
sebuah acara rutin dan selalu dinanti masyarakat yaitu tradisi ritual Grebeg Besar.
Tradisi ritual memiliki fungsi sebagai media interaksi sosial. Hal ini
menunjukkan bahwa suatu kegiatan atau tradisi ritual keagamaan atau
kepercayaan, disadari atau tidak, akan terjadi hubungan, relasi atau ikatan antar
pelaku ritual. Oleh karena itu, secara kultural dan sosial kegiatan tradisi ritual
tetap lestari dalam kehidupan masyarakat (Cahyono 2006: 67-77). Setiap ritual
yang dilaksanakan mengandung nilai-nilai budaya didalamnya.
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya.
Tujuan pendidikan adalah melestarikan budaya dan menanamkan nilai yang ada
kepada generasi penerus bangsa. Hasan Langgulung (1998) mengemukakan
bahwa pendidikan dapat digunakan sebagai usaha mewariskan nilai-nilai budaya
kepada generasi muda agar budaya tersebut tetap terpelihara. Pendidikan dan
budaya memiliki kaitan yang tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan
satu sama lain.
Dalam tradisi Grebeg Besar terdapat beberapa rangkaian acara yang terkait
dengan unsur budaya yaitu sistem kemasyarakatan, religi dan kesenian. Ketiga
unsur tersebut dapat ditanamkan kepada siswa Sekolah Dasar sebagai bentuk
penanaman nilai karakter tetapi melalui media yang dapat dilihat secara konkret.
Penanaman nilai karakter khususnya religious harus selalu digencar diajarkan
kepada siswa sedini mungkin mengingat dampak globalisasi yang menyebabkan
kemerosotan dan melemahnya karakter bangsa (Wati, 2017: 60).
Berdasarkan latar belakang cerita diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Analisis Budaya Dalam Tradisi Grebeg Besar Di
Demak Sebagai Penanaman Nilai Religius Bagi Siswa Sekolah Dasar”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja unsur budaya yang mendukung penanaman nilai religius dalam
tradisi Grebeg Besar di Demak ?
2. Bagaimana penanaman nilai religius yang terdapat dalam tradisi Grebeg
Besar bagi siswa Sekolah Dasar ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui unsur budaya yang terdapat dalam tradisi Grebeg Besar di
Demak.
2. Menanamkan nilai religius yang terdapat dalam tradisi Grebeg Besar bagi
siswa Sekolah Dasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoritis dan praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Setiap penelitian diharapkan dapat memiliki manfaat dan dapat
dikembangkan. Begitu pula dengan hasil penelitian ini diharapkan
mampu memberikan manfaat baik dari segi teoritik maupun praktis.
Manfaat tersebut secara terperinci sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan mengenai
nilai budaya dalam Grebeg Besar di Demak.
2. Hasil penelitian ini juga diarapkan mampu memberikan pemahaman
dan penanaman nilai karakter relegius memalui Grebeg Besar pada
siswa Sekolah Dasar.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Siswa
Dapat memberikan pemahaman makna budaya dan menumbuhkan
sikap religius dalam kehidpan bermasyarakat.
1.4.2.2 Bagi Pendidik
Guru mampu memberi pemahaman kepada siswa mengenai
budaya, kususnya budaya yang terdapat di kota Demak untuk
menanamkan nilai karakter religious.
1.4.2.3 Bagi Peneliti
Peneliti menambah wawasan tentang masalah yang diteliti dan
menambah ilmu pengetahuan dalam melakukan penelitian kualitatif yang
berfokus pada analisis budaya.
1.4.3 Definisi Operasional
1.4.3.1 Nilai Budaya
Nilai adalah anggapan seseorang terhadap sesuatu yang
berkarakteristik abstrak yang berkaitan dengan tindakan sosial dan
menjadi pedoman atau dengan kata lain nilai dapat diartikan sebagai
suatu hal yang dianggap baik atau buruk bagi kehidupan, Budaya adalah
suatu pola hidup yang dimiliki oleh sebuah kelompok masyarakat yang
terbentuk dari beberapa unsur seperti agama, adat istiadat, Bahasa dan
karya seni. Yang diwariskan secara turun menurun dari generasi ke
generasi.
Nilai budaya adalah nilai nilai yang sepakati dan tertanam dalam
suatu masyarakat yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercyaan,
simbol-simbol yang dapat dibedakan satu dan lainya sebagai acuan
perilaku atas apa yang sedang dan akan terjadi.
Terdapat tiga hal yang berkaitan dengan nilai-nilai Budaya yaitu:
1. Simbol-simbol, slogan atau sesuatu yang kasat mata (terlihat jelas).
2. Sikap, tingkah laku, dam gerak yang muncul sebagai akibat adanya
slogan atau moto tersebut.
3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang telah mengakar
dan menjadi acuan dalam bertindak.
Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa nilai budaya adalah acuan
hidup masyarakat dalam berperilaku dalam kehidupan yang berkaitan
dengan kebiasaan dan kepercayaan yang terdapat dalam suatu kelompok
masyarakat.
1.4.3.2 Tradisi
Tradisi adalah warisan kebudayaan atau kebiasaan masalalu yang
silestarikan secara turun temurun hingga sekarang, menurut Lamazi
(2005:13). Tradisi berasal dari kata traditium, yang berarti segala sesuatu
yang di transmisikan, diwariskan oleh masalalu ke masa sekarang. Hal
yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi agar tradisi tersebut tidak punah.
Tradisi merupakan sesuatu yang menjadi bagian dari kehidupan satu
kelompok masyarakat. Berdasarkan mkna tradisi diatas dapat dikatakan
bahwa Grebeg besar termasuk tradisi karena dilakukan dari jaman dahulu
sampe sekarang.
Grebeg besar merupakan salah satu bentuk tradisi atau upacara
ritual masyarakat kota Demak yang dilaksanakan setiap hari raya idhul
adha yang berpusat di Masjid Agung Demak, Pendopo Kabupaten, dan
Makam Sunan Kalijaga. Grebeg besar merupakan tradisi penghormatan
dan rasa syukur terhadap perjuangan tokoh penyebar agama islam ditanah
jawa yang dilaksanakan oleh wali songo, terutama sunan kalijaga. Grebeg
besar juga sebagai tradisi Relegius yang merupakan kepercayaan terhadap
leluhur karena diyakini dapat memberikan keselamatan hidup
1.4.3.3 Religius
Religius merupakan salah satu nilai pendidikan karakter yang harus
ditanamkan kepada siswa sekolah dasar sejak dini agar mampu
membentuk watak dan kepribadian bangsa sehingga dalam
perkembangannya, peserta didik diharapkan dapat menjadi manusia yang
bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia. Menurut
Fakhry Gaffar pendidikan karakter merupakan pendidikan dalam rangka
menanamkan budi pekerti. Menurut Eko Susilo terdapat nilai religius
yang perlu ditanamkan antara lain:
a. Nilai tauhid
b. Nilai ibadah
c. Nilai integritas antara dunia dan akhirat
d. Nilai perjuangan
e. Nilai tanggung jawab
f. Nilai keiklasan
g. Nilai kualitas
h. Nilai kedisiplinan
i. Nilai keteladanan
j. Nilai persaudaraan dan kekeluargaan
Penanaman nilai religius tidak hanya bersumber dari pendidikan
formal tetapi dapat juga melalui pengamatan terhadap tradisi yang
mengandung nilai religius seperti pada tradisi Grebeg Besar di Demak
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Dalam kajian teori ini, peneliti akan menguraikan mengenai (1) nilai
budaya, (2) tradisi, (3) pendidikan karakter, (4) religius
2.1.1 Nilai Budaya
Nilai adalah gagasan yang terkait dengan apa yang dianggap baik,
bermanfaat layak dan menjadi kehendak seluruh lapisan masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia nilai adalah sifat-sifat (hal-hal)
yang penting dan berguna bagi kemanusian, atau sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Setiadi (2006:31)
berpendapat bahwa nilai adalah sesuatu yang dicita-citakan dan dianggap
baik oleh masyarakat apabila didalamnya mangandung nilai kebenaran,
nilai estetika, nilai relegius, nilai agama. Menurut Lauis D. Kattsof dalam
Syamsul Maarif (2007:14) berpendapat bahwa nilai memiliki makna
sebagai berikut :
a. Nilai merupakan sesuatu yang tidak dapat didefinisikan, tidak
bersifat subjektif melainkan terdapat tolak ukur yang pasti.
b. Nilai sebagai suatu objek yang berada dalam suatu kenyataan
maupun pikiran
c. Nilai sebagai hasil dari pemberian nilai, nilai itu diciptakan
oleh situasi kehidupan.
Chabib Thoha berpendapat nilai merupakan sifat yang melekat
sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah terhubung dengan subjek yang
memberi arti (manusia yang meyakini). Dapat diartikan bahwa nilai
adalah suatu acuan tingkah laku bagi manusia.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan
bahwa nilai merupakan segala sesuatu yang baik atau yang buruk, benar
atau salah, dan patut atau tidak patut dan dijadikan pedoman dalam
kehidupan bermasyarakat.
Budaya berasal dari kata sansekerta “budayyah” yang merupakan
bentuk jamak “budhi” yang berarti akal. Budaya dapat diartikan sebagai
hal-hal yang berhubungan dengan akal dan budi. Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dalam suatu kelompok masyarakat dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Menurut Widyosiswoyo (2009:25)
budaya adalah suatu pola hidup yang menyeluruh dan bersifat kompleks,
abstrak dan luas. Budaya merupakan totalitas nilai dan tatalaku manusia
yang diwujudkan dalam pandangan hidup untuk melandasi pola perilaku
masyarakat yang ada.
Menurut Triprasetyo (2013:29) budaya merupakan keseluruhan
yang komplek yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan
kepercayaan, maupun adat istiadat di masyarakat. Koentjaraningrat
mendefiinisikan budaya sebagai keseluruhan sistem gagasan tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
manusia sebagai cara belajar. Koentjaraningrat membagi kebudayaan
menjadi tiga wujud yaitu:
(1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas dari ide ide,
gagasan, nilai-nilai, norma dan peraturan.
(2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas aktivitas kelakuan
manusai dalam masyarakat.
(3) Wujud kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.
Dari penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa budaya adalah
warisan leluhur berupa kebiasaan atau tradisi yang dilestarikan secara
turun temurun dalam suatu kelompok masyarakat.
Nilai budaya adalah aturan yang tertanam dan yang disepakati
dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, atau lingkungan
masyarakat, yang telah mengakar pada kebiasaan, kepercayaan dan
symbol-simbol yang dapat dibedakan satu dengan lainya sebagai acuan
prilaku atas apa yang sedang dan akan terjadi. Menurut
koentjaraningrat dalam Warsito (2012), nilai budaya merupakan nilai
yang terdiri atas konsepsi yang hidup dalam fikiran sebagian
masyarakat. Nilai ini menjadi orientasi dan pedoman dalam bertindak.
Serupa dengan pendapat Koentjaraningrat, Clyde Kluckholn
(2012) mengemukakan bahwa nilai sebagai konsepsi yang
terorganisasi dan berpengaruh terhadap perilaku tentang hal-hal yang
diinginkan atau tidak diinginkan yang berkaitan dengan hubungan
manusia dengan lingkungan atau dengan sesama manusia.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan nilai
budaya merupakan nilai yang melekat dan mengatur keserasian dan
keselarasan dalam kehidupan masyarakat.
2.1.2 Tradisi
Tradisi berasal dari bahasa latin yaitu “traditio” yang artinya
kebiasaan. Dalam bahasa inggris tradisi berasal dari kata “traditium”
yang artinya segala sesuatu yang diwariskan dari masa kemasa. Tradisi
dibangun dari falsafah hidup masyarakat setempat berdasarkan nilai-nilai
kehidupan yang diakui kebenaran dan manfaatnya. Menurut Supardan
(2011) tradisi adalah suatu pola perilaku atau kepercayaan yang menjadi
bagian dari budaya yang telah lama dikenal sehingga menjadi adat
istiadat secara turun temurun. Serupa dengan pendapat Supardan, Azizi
(1999) pberpendapat bahwa tradisi adalah kebiasaan masyarakat yang
telah dilakukan berulang kali secara turun-temurun, menjadi warisan
masa lalu yang dilestarikan, dijalankan dan dipercaya hingga saat ini.
Tradisi atau adat dapat berupa nilai, norma sosial, dan adat istiadat yang
merupakan wujud dari berbagai aspek kehidupan. Soekanto (1987: 13)
berpendapat bahwa tradisi merupakan kebiasan yang dilakukan secara
terus menerus oleh masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan
bahwa tradisi adalah sesuatu yang dilakukan sejak lama dan menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, dari suatu
kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Menurut Sztompka (2007)
fungsi tradisi dalam kehidupan bermasyarakat sebagai berikut:
a. Tradisi adalah kebijakan turun-temurun. Tempatnya di dalam
kesadaran, keyakinan norma dan nilai yang kita anut kini serta di
dalam benda yang diciptakan di masa lalu. Tradisi pun
menyediakan fragmen warisan historis yang kita pandang
bermanfaat. Tradisi merupakan gagasan dan materi yang dapat
digunakan orang dalam tindakan kini dan untuk membangun masa
depan.
b. Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan,
pranata dan aturan yang sudah ada. Semuanya ini memerlukan
pembenaran agar dapat mengikat anggotanya. Salah satu sumber
legitimasi terdapat dalam tradisi. Biasanya dikatan “selalu seperti
itu”, dimana orang selalu mempunyai keyakinan demikian meski
dengan resiko yang paradoksal yakni bahwa tindakan tertentu
hanya akan dilakukan karena orang lain melakukan hal yang sama
dimasa lalu atau keyakinan tertentu diterima semata-mata karena
mereka telah menerima sebelumnya.
c. Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan,
memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunistas dan
kelompok. Tradisi daerah, kota dan komunitas lokal sama
perannya yakni mengikat warga satu anggotanya dalam bidang
tertentu.
d. Membantu menyediakan tempat pelarian dari keluhan,
kekecewaan dan ketidakpuasan kehidupan modrn. Tradisi yang
mengesankan masa lalu yang lebih bahagia menyediakan sumber
pengganti kebanggan bila masyarakat berbeda dalam krisis
Menurut Koentjaraningrat (1985), macam macam tradisi yang masih ada
dan berkembang di tengah masyarakat sampai dengan saat ini anatara lain
adalah sebagai berikut.
a. Tradisi Ritual Agama
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu
akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual
keagamaan yang dilaksanakan dan dilestarikan oleh masing-masing
pendukungnya. Ritual keagamaan tersebut mempunyai bentuk atau acara
melestarikan serta maksud dan tujuan yang berbeda-beda antara
kelompok masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.
Perbedaan ini disebabkan oleh adanya lingkungan tempat tinggal, adat,
serta tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Agama-agama lokal
atau agama primitive mempunyai ajaran-ajaran yang berbeda yaitu ajaran
agama tersebut tidak dilakukan dalam bentuk tulisan tetapi dalam bentuk
lisan sebagaimana terwujud dalam tradisi-tradisi atau upacara-upacara.
Sistem ritual agama tersebut biasanya berlangsung secara berulang-ulang
baik setiap hari, setiap musim, atau kadang-kadang saja.
b. Tradisi Ritual Budaya
Orang jawa di dalam kehidupan nya penuh dengan upacara, baik upacara
yang berkaitan dengan lingkungan hidup manusia sejak dari
keberadaannya dalam perut ibu, lahir, kanak-kanak, remaja, sampai saat
kematiannya, atau juga upacara-upacara yang berkaitan dengan aktivitas
kehidupan sehari-hari dalam mencari nafkah, khususnya bagi para petani ,
pedagang, nelayan, dan upacara-upacara yang berhubungan dengan
tempat tinggal, seperti membangun gedung gedung untuk berbagi
keperluan, membangun, dan meresmikan rumah tinggal, pindah rumah,
dan sebagainya. Upacara-upacara itu semula dilakukan dalam rangka
untuk menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan gaib yang tidak
dikehendaki yang akan membahayakan bagi kelangsungan kehidupan
manusia. Upacara ritual tersebuat dilakukan dengan harapan pelaku
upacara agar hidup senantiasa dalam kaadaan selamat.
Grebek besar merupakan sebuah tradisi yang terdapat di kota
Demak. Tradisi ini dapat dikategorikan sebagai tradisi yang didalamnya
mengandung unsur keagamaan dan budaya. Tradisi ini merupakan sebuah
adat yang dilakukan sebagai penghormatan terhadap Sunan Kalijaga
dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa khususnya di kota Demak
dan sebagai budaya yang dilakukan masyarakat secara turun-temurun
untuk menghargai leluhur dan mewariskan budaya setempat.
2.1.3 Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental
secara intelektual dan emosional terhadap sesama manusia. Adanya
pendidikan ini bertujuan agar generasi penerus bangsa mampu
menghayati, memahami, dan mengamalkan nilai-nilai dengan cara
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. (Muslich, 2011: 67)
dengan kata lain pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah upaya untuk
meningkatkan kesadaran dalam kehidupan yang mempengaruhi
pembentukan berfikir dan bertingkahlaku. Menurut Harianto (2011: 99)
Begitu pentingnya pendidikan sampai menjadikan seseorang harus
mengalami pertumbuhan yang berorientasi pada keselamatan dan
kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya.
Karakter berasal dari kata bahasa yunani “charassein” yang berarti
melukis atau menggambar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
karakter adalah tabiat atau kebiasaan secara umun karakter diartikan
sebagai suatu perilaku yang dilandasi oleh norma-norma agama,
kebudayaan, adat istiadat dan estetika. Agboola (2012: 168) berpendapat
bahwa :
“character is many forms has been described as the way we
express our inner and outward being; that imbedded value that is whitin
us, and will make some of us to go out of our ways to express compassion,
caring, integrity and all otherv values that go with virtue”.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa karakter adalah cara kita
mengekspresikan kepribadian maupun sikap, dimana nilai-nilai telah
tertanam dalam diri kita, dan membuat kita dapat mengungkapkan
ekspresi kasih sayang, kepedulian, integritas, rasa hormat dan kebaikan
lainya.
Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar dalam
dunia pendidikan. Watak atau karakter siswa harus diarahkan agar
mencapai tujuan yang lebih layak bagi dirinya u ntuk diterapkan dalam
hidup sehingga menjadi kebiasaan karakter menjadi salah satu sarana
pengukur tercapainya tujuan pendidikan nasional. Hal ini dapat dilihat
dalam Bab II Pasal 3 UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
UU tahun 1945 Pasal 31 ayat 3 juga mengamanatkan bahwa
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pendidikan
nasional dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
ahklak mulia. Tujuan pendidikan nasional sampai sekarang belum
sepenuhnya tercapai mengingat generasi muda sekarang memiliki moral
yang tidak sesuai dengan norma. Hal ini dibenarkan oleh Kesuma (2011)
yang menyatakan bahwa kondisi moral generasi muda sudah rusak yang
ditandai dengan maraknya seks bebas dikalangan remaja dan peredaran
narkoba.
Solihatin (2013) menjelaskan bahwa kenakalan yang dilakukan
remaja diera sekarag ini sudah melebihi batas wajarnya. Merosotnya nilai
moral menjadi penyebab meningkantnya kriminalitas di Indonesia.
Fenomena tersebaut menjadi gambaran bahwa seorang pendidik memiliki
peran dalam pembentukan karakter siswa, kususnya karakter religious
yang menjadi landasan utama dalam pendidikan karakter. Penanaman
karakter religious harus ditanamkan kepada siswa sejak dini karena anak
masih sangat mudah untuk diarahkan dan dibentuk karakternya.
Gunawan (2012: 23) mengemukakan bahwa terdapat 18 nilai
pendidikan karakter yaitu:
a. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur
Perilaku yang disarankan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
c. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan
e. Kerja keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
f. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas tugas.
h. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
j. Semangat Kebangsaan
Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
l. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/Komuniikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
n. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
o. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebijakan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri endiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.
Dari kedelapanbelas karakter diatas, karakter religious merupakan
karakter yang paling mendasar, pokok dan efektif untuk mengontrol
perilaku siswa agar menjadi pribadi yang baik sesuai ajaran agamnya.
Nilai relligius jika ditanamkan secara maksimal maka akan terbentuk
karakter siswa yang positif dan berperilaku sesuai nilai-nilai ketuhanan
Pendidikan karakter erat kaitanya dengan penanaman moral.
Sukasih (2015) menyatakan bahwa penguatan pendidikan moral atau
pendidikan karakter mampu mengatasi krisis moral yang terjadi di negara
kita. Salah satu pendidikan karakter yang perlu ditanamkan dan menjadi
pondasi berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di
masyarakat adalah karakter religius. Penanaman karakter religious kepada
siswa dapat dilaksanakan melalui proses pembelajaran maupun
pengamatan langsung terhadap suatu peristiwa yang mengandung unsur
religious didalamnya.
Grebeg besar merupakan salah satu media penanaman nilai
religious yang dapat ditanamkan kepada siswa dengan cara yang
menyenangkan karena siswa dapat melihat secara konkret setiap kegiatan
yang dilakasanakan. Diharapkan siswa setelah melihat atau berpartisipasi
dapat menyerap nilai religious yang terdapat di dalamnya.
Melalui penanaman pendidikan karakter religius diharapkan dapat
membentuk karakter yang baik yang dapat memberikan kekuatan untuk
menghadapi persaingan dalam kehidupan, menanamkan karakter sesuai
dengan norma dan dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah krisis
moral.
2.1.4 Nilai Religius
Nilai merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan yang menjadi
dasar seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya
apakah suatu tindakan tersebut baik atau buruk. Menurut Raths dalam
Priyanto (2018: 18) nilai memiliki sejumlah indikator yaitu :
1. Nilai memberi tujuan atau arah tentang kehidupan.
2. Nilai memberi aspirasi atau inspirasi kepada seseorang untuk hal
yang bermanfaat positif bagi kehidupan.
3. Nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan
moralitas masyarakat atau dapat menjadi acuan dalam bertingkah
laku.
4. Nilai menarik sehingga dapat memikat hati untuk dihayato oleh
masyarakat.
5. Nilai mengusik perasaan atau hati nurani seseorang ketika
mengalami berbagai perasaan seperti sedih ataupun senang.
6. Nilai terkait keyakinan atau kepercayaan seseorang.
7. Nilai tidak hanya suatu pemikiran, melainkan dapat mendorong
seseorang untuk melakukan suatu perbuatan sesuai dengan nilai
tersebut.
8. Nilai muncul atas kesadaran atau berdasarkan hati nurani
seseorang.
Menurut Marzuki (2015: 98-105) terdapat beberapa indikator yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
a. Patuh dan taat kepada Tuhan dengan menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi semua larangan-Nya.
b. Ikhlas yaitu melakukan perbuatan tanpa pamrih apapun, selain
hanya berharap ridha allah dengan melakukan perbuatan secara
tulus tanpa pamrih, menolong siapapun yang layak ditolong,
memberi sesuatu tanpa berharap imbalan apa-apa dan
melaksanakan perbuatan hanya mengharap ridho Allah SWT.
c. Percaya diri, yaitu merasa yakin kemampuan yang dimilikinya
dengan berani melakukansesuatu karena merasa mampu, tidak ragu
untuk berbuat sesuatu yang diyakini mampu dilakukan dan tidak
selalu menggantungkan pada bantuan orang lain.
d. Kreatif yaitu memmiliki kemampuan menciptakan sesuatu yang
baik. Dengan terampil mengerjakan sesuatu, menemukan cara
praktis dalam menyelesaikan sesuatu, tidak selalu tergantung pada
cara dan karya orang lain.
e. Bertanggung jawab yaitu melaksanakan tugas secara sungguh-
sungguh serta berani menanggung konsekuensi dari sikap,
perkataan dan perilaku.
f. Cara ilmu yaitu memilikikegemaran untuk menambah dan
memperdalam ilmu.
g. Jujur yaitu menyampaikan sesuatu secara terbuka, apa adanya dan
sesuai hati nurani.
h. Disiplin yaitu taat pada peraturan dan tata tertib yang terbuka.
i. Toleran yaitu menghargai dan membiarkan pendirian yang berbeda
atau bertentangan dengan dirinya sendiri.
j. Menghormati orang lain yaitu selalu menghormati orang
laindengan cara yang selayaknya.
Religius berasal dari kata “religiosus” yang artinya berkaitan atau
dikhususkan dengan keyakinan atau ketaatan agama. Kata religius tidak
identic dengan agama namun lebih kepada keberagaman. Religious
adalah karakter yang hubungannya dengan Tuhan yang menunjukkan
bahwa suatu tindakan seseorang berdasar pada nilai-nilai ketuhanan atau
agama yang dianutnya.
Karakter religius sebagai upaya terwujudnya nilai-nilai ajaran
agama sebagai tradisi dalam berperilaku yang diikuti seluruh warga
masyarakat. Nilai religious harus ditanamkan kepada siswa agar dapat
tertanam moral yang baik sebagai fondasi dalam berperilaku. Penanaman
nilai religious adalah suatu cara atau proses sebagai upaya memasukkan
nilai agama secara penuh sehingga dapat diimplementasikan di kehidupan
nyata.
2.2 Kajian Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :
a. Muhammad Agung Priyanto (2018), skripsi yang berjudul
”Penanaman Nilai-Nilai Religius Melalui Kegiatan Keagamaan Pada
Jamaah Dimasjid Fatimatuszzahra Grendeng Purwokerto”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penanaman nilai-nilai religious
melalui kegiatan keagamaan pada jamaah di masjid Fatimatuzzahra
Grendeng Purwokerto dilaksanakan melalui beberapa metode
diantaranya metode keteladanan, metode pembiasaan, metode kisah,
metode ceramah, metode nasihat dan metode peringatan. Contoh
kegiatan keagamaan yang ditanamkan adalah senyum, sapa dan salam
sholat wajib.
b. Marzuki (2018), penelitian yang berjudul “Penanaman Nilai Nilai
Karakter Religious Dan Karakter Kebangsaan Di Madrasah
Tsanawiyah Al Falah Jatinangor Sumedang”. penelitian ini
menghasilkan temuan penanaman nilai-nilai karakter di MTs Al-
Falah jatinangor belum berjalan secara oktimal, kendala yang muncul
berasal dari minimnya dukungan dari orangtua siswa, lokasi sekolah
yang dekat dengan perkotaan dan menurunya nilai religius siswa.
Strategi yang dilakuan peneliti adalah menjalin kerjasama dengan
orangtua, menghimbau orangtua untuk lebih memperhatikan puta
putrinya, dan memberikan pemahaman siswa tentang pentingnya
nilai-nilai karakter religius.
c. Hartono (2014), penelitian yang berjudul ”Pendidikan Karakter
Dalam Kurikulum 2013”. Penlitian ini menghasilkan nilai-nailai yang
terdapat pada pendidikan karakter yaitu (1) agama artinya masyarakat
Indonesia adalah masyarakat beragama, sehingga nilai-nilai karakter
bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai agama; (2) pancasila artinya
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi nilai-nilai yang
mengatur kehidupan kemasyarakatan; (3) budaya artinya nilai-nilai
komunikasi antar masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber
nilai dalam pendidikan karakter bangsa; dan (4) tujuan pendidikan
nasional adalah sumber paling oprasional dalam pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa. Kurikulum 2012
mengedepankan pendidikan budi pekerti diharapkan mampu
membentuk pribadi yang cerdas berkarakter.
d. Jamila (2017), skripsi yang berjudul “Implementasi Pendidikan
Karakter Melalui Kegiatan Mentoring Pada Siswa Kelas V SDIT
MTA Gemolong” penelitian ini meghasilakan penerapan kegiatan
mentoring di SDIT MTA Gemolong, dan mendeskripsikan proses
internalisasi karakter religious pada siswa dalam kegiatan mentoring
di SDIT MTA Gemolong.
Tabel 2.1 Persamaan, Perbedaan, dan Orisinalitas Kajian Relevan
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Orisinalitas
1. Priyanto Penanaman Nilai-
Nilai Religius
Melalui Kegiatan
Keagamaan Pada
Jamaah Dimasjid
Fatimatuzzahra
Grendeng
Purwokerto
Penelitian
yang
dilakukan
sama-sama
menanamkan
nilai religius.
Penelitian
yang
dilakukan
Muhammad
Agung
Priyanto
membahas
penanaman
nilai religious
melalui
kegiatan
keagamaan.
Penelitian
yang akan
dilakukan
peneliti lebih
memfokuskan
pada nilai
yang
terkandung
dalam grebeg
besar dan
sebagai media
penanaman
nilai religius.
2. Marzuki Penanaman nilai
nilai karakter
Penelitian
yang
Penelitian
yang
Penelitian
yang akan
religious dan
karakter
kebangsaan di
madrasah
tsanawiyah al
falah jatinangor
sumedang
dilakukan
sama-sama
menanamkan
nilai religious.
dilakukan
Marzuki dan
Pratiwi
Istifany Haq
membahas
tentang
penanaman
nilai religious
dengan
sasaran yaitu
siswa
madrasah
tsanawiyah.
dilakukan
peneliti
memfokuskan
penanaman
pendidikan
karakter
kepada siswa
Sekolah
Dasar.
3. Hartono Pendidikan
Karakter Dalam
Kurikulum 2013
Penelitian
yang
dilakukan
sama-sama
menumbuhka
n nilai
pendidikan
karakter.
Penelitian
yang
dilakukan
Hartono
membahas
tentang 18
nilai
pendidikan
karakter.
Penelitian
yang akan
dilakukan
peneliti
memfokuskan
pada
penanaman
salahsatu
pendidikan
karakter yaitu
religius.
4. Jamila Implementasi
Pendidikan
Karakter Melalui
Kegiatan
Mentoring Pada
Siswa Kelas V
Penelitian
yang
dilakukan
sama-sama
mendeskripsik
an penerapan
Penelitian
yang
dilakukan Ima
Nur Jamila
membahas
tentang
Penelitian
yang akan
dilakukan
peneliti
memfokuskan
penanaman
SDIT MTA
Gemolong
dan
implementasi
nilai religius.
penanaman
karakter
religious
melalui
kegiatan
mentoring.
karakter
religious
melalui tradisi
Grebeg besar.
2.3 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan konsep pemikiran untuk mempermudah
melakukan penelitian yang akan dilakukan. Kerangka berfikir dalam penelitian ini
akan menganalisis tradisi Grebeg Besar di Kota Demak. Analisis ini dilakukan
dengan tujuan untuk memaparkan budaya Grebeg Besar dan sebagai media
penanaman salah satu nilai pendidikan karakter yaitu nilai religious melalui setiap
kegiatan yang terdapat dalam Grebeg Besar. Kerangka berfikir penelitian ini
disajikan dalam bagan berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Siswa Sekolah Dasar
Media Penanaman
Pendidikan Karakter
Representasi
Nilai Religi
Nilai Kepemimpinan
Nilai Gotong Royong
Nilai Estetika
Nilai Yang Terkandung
Grebeg Besar
Nilai Ritual Budaya
BUDAYA
Nilai Ritual Agama