Grebeg Pancasila

44
DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................. ...................................................... Kata Pengantar.............................................. ....................................................... Abstraksi ............................................. ....................................................... .... Daftar isi ................................................... ................................................... Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang............................................... ........................................ 1.2. Rumusan masalah ............................................... ..................................... 1.3. Tujuan penelitian............................................. ................................ 1.4. Kegunaan penelitian ............................................

Transcript of Grebeg Pancasila

Page 1: Grebeg Pancasila

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................

Kata Pengantar.....................................................................................................

Abstraksi ........................................................................................................

Daftar isi ......................................................................................................

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang.......................................................................................

1.2. Rumusan masalah ....................................................................................

1.3. Tujuan penelitian.............................................................................

1.4. Kegunaan penelitian ........................................................................

1.5. Metodologi penelitian ....................................................................

1.5.1. Metode penelitian..............................................................

1.5.2. Pelaksanaan penelitian......................................................

1.6. Sitematika penyajian................................................................................

Bab II Latar Belakang Lahirnya Grebeg Pancasila

2.1. Krisis yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru ...................

2.1.1. Krisis politik............................................................................

2.1.2. Krisis hukum................................................................

2.1.3. Krisis ekonomi...............................................

2.1.3.1. Utang luar negeri Indonesia.......................................

2.1.3.2. Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945........................

2.1.3.3. Pola pemerintahan Sentralistis....................................

2.2. Keprihatinan Masyarakat Blitar ...........................................

2.2.1. Sosok pemerintah yang tidak dapat diandalkan..................

2.2.2. Hari Kelahiran Pancasila tidak dijadikan hari peringatan

Nasional ...............................

Bab III Awal Mula Grebeg Pancasila

3.1. Upaya masyarakat Blitar memperingati hari kelahiran Pancasila............

3.2. Seminar pembakuan Grebeg Pancasila di Blitar ...............................

Bab IV Tujuan Diadakannya Grebeg Pancasila Dan Nilai-Nilai Yang

Terkandung Di Dalamnya

Page 2: Grebeg Pancasila

5.1. Tujuan diadakannya Grebeg Pancasila.......................................

5.1.1. Tujuan umum..................................................................

5.1.2. Tujuan khusus ........................................................

5.2. Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan Grebeg

Pancasila ..................

Bab V Peran Grebeg Pancasila Bagi Masyarakat Blitar

Bab VI Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan ......................................................................

6.2 Saran dan Harapannya ......................................................................

Daftar Pustaka ...................................................................

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa, atas limpahan berkat

dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis

yang berjudul Grebeg Pancasila: Ritual Lokal Berorientasi Nasional ini. Setelah

melalui serangkaian proses penelitian yang mengesankan sekaligus menantang,

Page 3: Grebeg Pancasila

kami sebagai pelajar dan generasi muda bangsa, semakin manyadari bahwa

ternyata sebuah proses dalam belajar itu lebih penting daripada meraih nilai

semata. Non scholae sed vitae discimus, artinya: belajar bukan hanya untuk

mendapatkan nilai, melainkan untuk hidup.

Dalam penyusunan karya tulis ini, ada banyak pihak yang turut membantu

penulis, sehingga karya tulis ini dapat selesai dan dinikmatui oleh pembaca yang

budiman. Untuk itu kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, atas rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga

dapat terus bersemangat dalam menyelesaikan karya tulis ini.

2. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis, agar penulis tetap bersemangat unuk menyusun karya tulis ini.

3. Rm. Gregorius Tri Wardoyo, CM selaku Kepala SMAK Seminari Garum, yang

selalu mendukung penulis baik secara moral dan maupun material.

4. Bapak dan Ibu guru SMAK Seminari Garum yang bersedia membantu penulis

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan

karya tulis ini.

5. Para narasumber, yaitu Bpk. KRT Djoko Harijanto Nagoro, Lik Hir, Bpk. Edy

Sanyoto, yang bersedia memberikan informasi yang penulis butuhkan

mengenai Grebeg Pancasila.

6. Dinas Inkomparda Kota Blitar yang telah memberikan dokumen-dokumen baik

tertulis maupun dalam bentuk foto-foto ataupun film yang penulis butuhkan

guna melengkapi data-data tentang Grebeg Pancasila.

7. Teman-teman angkatan St. Louis yang selalu kompak dalam suka dan duka

bersama-sama melakukan penelitian sampai penyusunan karya tulis ini.

8. Segenap anggota komunitas seminari, yang selalu memberikan dukungan yang

berarti kepada penulis.

Besar harapan penulis agar karya tulis ini dapat memberikan manfaat

kepada para pembaca, terutama memberikan informasi yang berarti tentang

Grebeg Pancasila. Penulis berharap pembaca tergugah untuk mempelajari lebih

dalam lagi tradisi Grebeg Pancasila ini. Penulis menyadari masih ada banyak

kekurangan dalam karya tulis ini. Untuk itu, penulis memohon maaf yang sebesar-

Page 4: Grebeg Pancasila

besarnya kepada para pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan, terutama dalam hal

tradisi. Kabupaten Blitar, daerah yang tak lepas dari lembaran kisah sejarah

perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pun memiliki

begitu banyak tradisi lokal yang harus kita lestarikan, salah satunya adalah

Grebeg Pancasila.

Grebeg adalah tradisi masyarakat Jawa yang biasanya diselenggarakan sebagai

upacara peringatan hari-hari besar tertentu. Misalnya, Grebeg Suro dan Grebeg

Maulud.

Page 5: Grebeg Pancasila

Masyarakat Blitar pun menggunakan tradisi Grebeg untuk memperingati

secara khusus Hari Kelahiran Pancasila setiap tanggal 1 Juni, yaitu Grebeg

Pancasila, yang menjadi satu kesatuan dalam rangkaian acara peringatan Bulan

Bung Karno-bulan Juni.

Penulis tertarik untuk mempelajari sejarah tradisi Grebeg Pancasila di Blitar,

karena penulis yakin bahwa dalam tradisi tersebut terkandung banyak nilai-nilai

luhur yang merupakan hasil refleksi masyarakat yang diwariskan secara turun

temurun. Menjadi tugas kita, para generasi penerus bangsa untuk menggali nilai-

nilai tersebut sebagai modal kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Alasan penulis memberi judul Grebeg Pancasila, Ritual Lokal Berorientasi

Nasional pada Karya Tulis ini adalah:

Pertama, Grebeg Pancasila yang dilaksanakan di Blitar, secara ritual tak lepas

dari tata cara tradisi Grebeg yang umum digunakan oleh masyarakat Jawa. Oleh

sebab itu, tradisi ini dapat dikatakan sebagai kekayaan khas daerah Blitar yang

patut untuk dilestarikan generasi penerus bangsa.

Kedua, Grebeg Pancasila yang dilaksanakan di Blitar ini menunjukkan bahwa

masih adanya upaya masyarakat untuk menggali nilai-nilai luhur Pancasila

sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut.

a) Apa yang menjadi latar belakang lahirnya Grebeg Pancasila?

b) Bagaimanakah awal mula Grebeg Pancasila di Blitar dan pelaksanaannya

yang pertama?

c) Apakah tujuan dari diadakannya Grebeg Pancasila, serta nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya?

d) Apakah peran Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ditentukan, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

a) Mengetahui latar belakang lahirnya Grebeg Pancasila.

Page 6: Grebeg Pancasila

b) Memperoleh gambaran tentang awal mula Grebeg Pancasila di Blitar dan

pelaksanaannya yang pertama.

c) Mengetahui tujuan dari diadakannya Grebeg Pancasila, serta nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya.

d) Mengetahui peran Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah dapat membuka wawasan tentang budaya-

budaya lokal khususnya yang ada di daerah Blitar yang memiliki nilai-nilai luhur

yang layak dilestarikan oleh para generasi penerus. Selain itu, penelitian ini

menambah pengetahuan bagi penyusun khususnya, dan masyarakat pada

umumnya tentang Grebeg Pancasila.

1.5. Metodologi Penelitian

1.5.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang kami gunakan adalah wawancara dan studi

kepustakaan.

Wawancara

Penelitian kami lebih banyak menggunakan metode wawancara dengan

narasumber, karena grebeg Pancasila bukan merupakan obyek yang bisa setiap

saat diamati secara fisik, tapi merupakan suatu momentum khusus. Narasumber

yang kami wawancarai adalah sebagai berikut:

1. KRT. Djoko Harijanto Nagoro

KRT. Djoko Harijanto Nagoro bekerja di Dinas Inkomparda Kota Blitar, yang

khususnya melayani informasi dalam bidang kebudayaan. KRT. Djoko Harijanto

Nagoro merupakan salah satu tokoh yang berperan dalam pelaksanaan Grebeg

Pancasila yang pertama hingga tahun 2008 ini.

2. Hirdianto (akrab dipanggil Lik Hir)

Lik Hir adalah seorang seniman-budayawan yang masih aktif berkecimpung

dalam dunia seni di Blitar. Lik Hir merupakan salah satu dari anggota Dewan

Page 7: Grebeg Pancasila

Kesenian Kota Blitar yang turut mencetuskan pelaksanaan Grebeg Pancasila, serta

perumus falsafah Gunungan yang selalu ada dalam kegiatan Grebeg Pancasila.

3. Edi Sanyoto

Edi Sanyoto adalah seorang wartawan salah satu surat kabar di kota Blitar

yang juga menjadi ketua Komunitas Penghayat Kepercayaan. Dalam penelitian ini

Edi Sanyoto menjadi wakil masyarakat Blitar dalam menyampaikan refleksi atas

pelaksanaan Grebeg Pancasila yang diadakan di Blitar.

Studi Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis mempelajari dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan Grebeg Pancasila. Dokumen tersebut sebagian besar

diperoleh dari Dinas Inkomparda Kota Blitar, baik berupa dokumen tertulis

maupun dalam bentuk film. Sebagian lagi diperoleh dari literatur yang ada di

perpustakaan penulis.

1.5.2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dalam rangka mengumpulkan data-data mengenai sejarah Grebeg

Pancasila ini diakukan di kota Blitar selama kurang lebih satu bulan.

Penelitian pertama dilakukan pada tanggal 27 September 2008 di Dinas

Inkomparda Kota Blitar, yaitu melakukan wawancara dan mengumpulkan

dokumen-dokumen tentang Grebeg Pancasila.

Penelitian terakhir dilakukan pada tanggal 5 November 2008 di rumah

narasumber KRT Djoko Harijanto Nagoro, dalam rangka melakukan wawancara

dan melakukan koreksi atas sejarah Grebeg Pancasila yang disusun sebelumnya.

1.6 . Sistematika Penyajian

Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metodologi

penelitian, serta sistematika penyajian dalam karya tulis ini.

Bab II berisi uraian tentang latar belakang lahirnya Grebeg Pancasila di

Blitar.

Bab III berisi uraian tentang awal mula Grebeg Pancasila dan gambaran

Page 8: Grebeg Pancasila

pelaksanaannya yang pertama.

Bab IV berisi pemaparan tentang peranan Grebeg Pancasila bagi

masyarakat Blitar.

Penutup dari karya tulis ini berupa kesimpulan dari bahasan-bahasan dalam

karya tulis ini, serta berisi saran dan harapan penulis bagi para pelajar, masyarakat

umum, dan pemerintah.

BAB II

LATAR BELAKANG LAHIRNYA

GREBEG PANCASILA

2.1. Krisis yang Terjadi pada Masa Pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto selama 32

tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen terhadap tekad awal munculnya

Orde Baru pada tahun 1966, yaitu melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara

murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

Setelah Orde Baru memegang tampuk kekuasaan dan mengendalikan

pemerintahan, maka muncul suatu keinginan untuk terus-menerus

mempertahankan kekuasaanya, atau status quo. Akhirnya muncul berbagai

macam penyelewengan dilakukan, serta penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila

dan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945. Penyelewengan dan

penyimpangan yang dilakukannya itu direkayasa untuk melindungi kepentingan

penguasa, sehingga hal itu berdampak pada adanya ketidaksejahteraan rakyat.

2.1.1. Krisis Politik

Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan

permasalahan politik. Ada kesan bahwa kedaulatan negara Indonesia pada waktu

berada di tangan sekelompok tertentu1. Secara de facto anggota MPR sudah diatur

1 Dalam UUD 1945 Pasal 2 telah disebutkan bahwa “Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”.

Page 9: Grebeg Pancasila

dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan

ikatan kekeluargaan (nepotisme). Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya

rasa tidak percaya kepada institusi pemerintah, DPR, dan MPR.

2.1.2. Krisis Hukum

Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru sering diwarnai

dengan ketidakadilan. Misalnya, kekuasaan kehakiman memiliki kekuasaan yang

merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif). Namun pada

kenyataannya kekuasaan kehakiman berada di bawah kekuasaan eksekutif.

Bahkan hukum sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan

kebijakan pemerintah. Sering pula terjadi rekayasa dalam proses peradilan,

apabila proses peradilan itu menyangkut diri penguasa, keluarga kerabat, atau para

pejabat negara.

2.1.3. Krisis Ekonomi

Krisis moneter yang melanda negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan

Juli 1996, juga mepengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Nilai tukar

rupiah melemah, Indonesia mengalami krisis ekonomi.

Kondisi perekonomian semakin memburuk karena pada akhir tahun 1997

persediaan sembako di pasaran mulai menipis. Hal ini menyebabkan harga-harga

barang naik tidak terkendali, sehingga biaya hidup semakin bertambah tinggi.

Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia,

yaitu masalah utang luar negeri, penyimpangan Pasal 33 UUD 1945, dan pola

pemerintahan yang sentralistik.

2.1.3.1. Utang Luar Negeri Indonesia

Utang luar negeri Indonesia menjadi salah satu faktor penyebab

munculnya krisis ekonomi. Namun utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya

merupakan utang negara, tetapi sebagian lagi merupakan utang swasta. Utang

yang menjadi tanggungan negara hingga 6 Februari 1998 mencapai $US 63, 462

miliar, sedangkan utang pihak swasta mencapai $US 73,962 miliar2.

2 Seperti disampaikan oleh Radius Prawiro pada sidang DPK Ekonomi di Bina Graha. (Badrika, I Wayan. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum untuk SMA kelas XII. Halaman 151.)

Page 10: Grebeg Pancasila

2.1.3.2. Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945

Pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru jauh

menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila. Dalam Pasal 33 UUD 1945

tercantum bahwa dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua

untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat.

Namun kenyataanya, sistem ekonomi yang berkembang pada masa Orde Baru

condong pada sistem ekonomi kapitalis yang dikuasai oleh para konglomerat

dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoli, serta diwarnai dengan korupsi dan

kolusi.

2.1.3.3. Pola Pemerintahan Sentralistis

Sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru

bersifat sentralistis. Di dalam pelaksanaan pola pemerintahan sentralistis ini

semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat

pemerintahan, yakni di Jakarta. Oleh karena itu, peranan pemerintah pusat sangat

menentukan dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat. Sebagian besar

kekayaan dari daerah-daerah diangkut ke pemerintah pusat. Hal ini menimbulkan

ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di daerah terhadap pemerintah pusat. Hal-

hal ini pulalah yang membuat rakyat semakin mendesak untuk diadakannya

reformasi.

2.2. Keprihatinan Masyarakat Blitar

2.2.1. Sosok Pemerintah yang Tidak Dapat Diandalkan

Suasana politik Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru terutama

krisis-krisis yang terjadi pada masa itu juga dirasakan mencekam bagi masyarakat

Blitar, terutama berhubungan dengan pemerintahan yang sentralistik.

Masyarakat Blitar, karena kekecewaanya tersebut, seringkali mereka

melakukan aksi-aksi yang secara tidak langsung mengkiritik pemerintahan Orde

Baru. Biasanya pihak yang “berulah” itu adalah para seniman di kota Blitar dan

Page 11: Grebeg Pancasila

sekitarnya. Mereka sering melakukan kegiatan-kegiatan berwujud seni yang

secara implisit mengkritik pemerintah. Misalnya saja, pada jangka waktu tahun

1995 sampai dengan 2000, beberapa kali mereka menggelar kegiatan pembacaan

puisi atau drama dengan tema-tema kritikan yang cukup pedas. Aksi mereka

mengundang perhatian aparat keamanan, yang kemudian berusaha untuk

menghentikan aksi mereka.

Hingga pada akhirnya masyarakat Blitar rindu akan sosok pemimpin yang

dapat diandalkan, seperti sosok Bung Karno. Kerinduan ini muncul begitu

besarnya, hingga kemudian dibentuklah Majelis Pelestari Ajaran Bung Karno

(MPABK) yang harapannya mampu membantu masyarakat dalam mengenang

kembali semangat dan nama besar Bung Karno beserta karya-karyanya.

Di Blitar setiap tanggal 21 Juni, pihak keluarga Bung Karno selalu

mengadakan acara keluarga dalam mengenang Bung Karno, yaitu Haul Bung

Karno. Dan pada beberapa kesempatan, ada pula seniman yang diundang untuk

mengisis acara Haul Bung Karno tersebut. Hal ini turut pula menumbuhkan

kerinduan yang besar di hati para seniman, dan meluas pada masyarakat umum

Blitar. Terbukti, ketika acara Haul Bung Karno berlangsung, banyak pedagang

yang menjual suvenir-suvenir yang bergampar potret diri Bung Karno.

2.2.2. Hari Kelahiran Pancasila Tidak Dijadikan Hari Peringatan Nasional

Pancasila sebagai mahakarya dari pemikiran agung dan hasil refleksi

Bung Karno selama masa-masa pengasingannya3 pun tak lepas dari perhatian

masyarakat Blitar, khususnya para seniman.Pada masa itu nilai-nilai luhur yang

terkandung dalam Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia sering

dilanggar, maka muncul kemudian hasrat untuk mempersatukan masyarakat Blitar

khususnya dalam penegakan kembali nilai-nilai luhur Pancasila.

Akan tetapi, yang menjadi keprihatinan para seniman adalah bahwa Hari

Kelahiran Pancasila tanggal 1 Juni tidak dijadikan salah satu hari besar nasional

yang secara luas diperingati. Yang selama itu diperingati hanyalah Hari Kesaktian

3 Tim Nusa Indah. Bung Karno dan Pancasila, Ilham dari Flores untuk Nusantara. 2006. Hal. 30

Page 12: Grebeg Pancasila

Pancasila setiap tanggal 1 Oktober, yang disinyalir untuk mengenang Pahlawan

Revolusi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat

tertanggal 17 September 1966 (Kep. 977/9/1966) ditetapkan tanggal 1 Oktober

sebagai Hari Kesaktian Pancasila yang harus diperingati Angkatan Darat. Dan

menurut dasar hukum tersebut, tidak ada keharusan bagi rakyat Indonesia untuk

memperingatinya.

Para seniman berpendapat bahwa sebaikanya Hari Kesaktian Pancasila

dihapuskan saja. Alasan mereka adalah sebagai berikut.

Pertama, bila aspek yang ingin ditonjolkan adalah mengenang ketujuh

korban, maka peringatannya sebaiknya digabung dengan Hari Pahlawan pada

tanggal 10 November. Alasannya, ketujuh korban dimakamkan di Taman Makam

Pahlawan Kalibata pada 5 Oktober 1966 dan sudah diangkat sebagai pahlawan

nasional.

Kedua, jika yang ingin ditonjolkan adalah Pancasila-nya, maka hari

peringatan yang cocok adalah Hari Kelahiran Pancasila. Hal ini dikarenakan pada

tanggal itu, dimungkinkan adanya penggalian lebih dalam akan nilai-nilai

Pancasila dan koreksi atas hal-hal yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

Menurut para seniman, harus ada yang memulai untuk mengajukan kepada

pemerintah agar Hari Kelahiran Pancasila dijadikan hari nasional yang nantinya

akan diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia. Maka para senimanlah yang

mengusahakan sebuah perayaan yang secara khusus memperingati Hari Kelahiran

Pancasila, dan kini dikenal dengan Grebeg Pancasila.

BAB III

AWAL MULA GREBEG PANCASILA

3.1. Upaya Masyarakat Blitar Memperingati Hari Kelahiran Pancasila

Page 13: Grebeg Pancasila

Masyarakat Blitar, khususnya para seniman prihatin, karena pemerintah

tidak menjadikan Hari Kelahiran Pancasila sebagai salah satu hari nasional.

Bahkan menurut para seniman Blitar, pemerintah seolah-olah ingin agar hari

penting tersebut hilang dari ingatan rakyat Indonesia. Hal ini merupakan salah

satu upaya pemerintah Orde Baru yang hendak menghapus ingatan rakyat akan

jiwa dan semangat patriotisme Ir. Soekarno, atau yang akrab kita panggil dengan

nama Bung Karno, beserta karya-karyanya. Pemerintah justru memunculkan Hari

Kesaktian Pancasila tanggal 1 Oktober.

Masyarakat Blitar, khususnya para seniman yang mengakui diri sebagai

Putra-Putri Bung Karno, yang sangat menghargai semangat, ajaran, dan karya-

karyanya, merasa sangat perlu untuk membangkitkan kembali jiwa Bung Karno

melalui suatu momentum. Namun, secara umum masyarakat Blitar belum berani

untuk mewujudkannya, karena hal tersebut sangat berisiko, melihat kondisi politik

pada saat itu. Akan tetapi, ada pihak yang sudah tidak kuasa menahan kerinduan

tersebut, yaitu para seniman. Berangkat dari keprihatinan tersebut, para seniman

Blitar berencana untuk mengusahakan sendiri sebuah perayaan khusus untuk

memperingati Hari Kelahiran Pancasila yang merupakan mahakarya Bung Karno.

Pada tahun 2000, upaya tersebut menemui titik terang. Meskipun respon

dari pemerintah Kabupaten dan Kota sangat kecil, akan tetapi ada pihak-pihak

yang sangat mendukung terlaksananya kegiatan tersebut. Majelis Pelestari Ajaran

Bung Karno (MPABK) bersedia untuk membiayai pelaksanaannya, yaitu sebesar

Rp1.600.000,00.

Karena acara peringatan Hari Kelahiran Pancasila diusulkan dan

direncanakan oleh para seniman, maka tata caranya pun bernuansa seni-budaya.

Dari rangkaian acara yang telah disusun, para seniman dan masyarakat Blitar

menamai acara tersebut Grebeg Pancasila. Upacara Grebeg yang pertama itu

dilaksanakan di Istana Gebang. Dalam acara tersebut, ada dua orang pegawai

negeri di Blitar yang turut serta, yaitu KRT Djoko Harijanto Nagoro dan Drs.

Pratignyo Y.S, MPd. Satu lagi seorang pegawai negeri yang turut berperan

dalam mengusahakan perayaan tersebut. Dia adalah Drs. Andreas Edison,

Page 14: Grebeg Pancasila

seorang guru yang bekerja di Kediri tetapi tinggal di Blitar. Pada masa itu, tidak

sedikit pegawai negeri yang merasa takut untuk melakukan sesuatu yang dianggap

berseberangan dengan kebijakan pemerintah Orde Baru. Nama mereka benar-

benar diawasi oleh pemerintah. Maka, keputusan mereka untuk ikut serta dalam

kegiatan tersebut merupakan keberanian yang luar biasa.

Meski pelaksanaan Grebeg Pancasila yang pertama tersebut masih sangat

sederhana dan dengan dana yang seadanya, namun para peserta merasakan adanya

kerinduan dan kebanggaan yang besar dalam hati mereka, seperti seseorang yang

sedang berjuang. Dari perayaan sederhana tersebut, kemudian muncul dukungan

yang semakin luas dari masyarakat. Dukungan lebih dirasakan ketika Drs. H.

Djarot Saiful Hidayat, MS. terpilih sebagai walikota Blitar yang baru pada tahun

2001 yang sangat mendukung Grebeg Pancasila.

Pada tahun 2001 tanggapan penuh diberikan oleh Pemerintah Kota

(Pemkot) Blitar atas pelaksaan Grebeg Pancasila. Menjadi momen yang istimewa

karena pada tahun tersebut merupakan peringatan Seabad Bung Karno. Untuk

selanjutnya pelaksaanaanya dibiayai oleh Pemkot Blitar dengan susunan panitia

yang jelas dan perencanaan yang matang, melibatkan peran serta masyarakat

Blitar secara luas.

3.2. Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila di Blitar

Masyarakat Blitar sangat bangga karena berhasil mengadakan peringatan

khusus akan Hari Kelahiran Pancasila, yang turut pula dijadikan satu rangkaian

dengan acara-acara lain di Bulan Bung Karno, bulan Juni, yaitu Hari Kelahiran

Bung Karno, dan Hari Wafatnya Bung Karno. Rangkaian acara tersebut mulai

diadakan pada peringatan Seabad Bung Karno di Blitar pada bulan Juni 2001.

Setelah masyarakat Blitar mendukung penuh adanya Grebeg Pancasila

sebagai momen khusus untuk menggali nilai-nilai luhur Pancasila, akhirnya

disepakati bahwa akan diadakan sebuah seminar pembakuan Grebeg Pancasila.

Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila tersebut berlangsung di Balai Kota

Kusuma Wicitra, Blitar, pada tanggal 22 April 2004.

Page 15: Grebeg Pancasila

Setelah diadakannya seminar tersebut, kemudian dilanjutkan dengan acara

Perumusan Hasil Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila pada tanggal 4 Mei 2004

dan tanggal 11 Mei 2004 di aula Dinas Inkomparda Kota Blitar. Acara tersebut

diikuti oleh pakar dan pelaku budaya sebanyak 12 orang, Kepala Kelurahan

sekota Blitar, guru kesenian SLTA kota Blitar, lima orang LSM, Pengurus Dewan

Kesenian Kota Blitar (DKKB), dan 3 tokoh masyarakat.

Bertindak sebagai pembicara adalah Pengageng Parentah Karaton

Surakarta Hadiningrat, Drs. GPH Dipa Kusuma, yang diwakili oleh Kanjeng

Raden Haryo Tumenggung (KHRT) Winarnodipuro, dan Kanjeng Raden

Tumenggung (KRT) Bowodipuro, serta Djati Kusuma, seorang budayawan dari

Malang.

Adapun hasil dari Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila di kota Blitar

tersebut adalah sebagai berikut.

Umum

1.1. Grebeg Pancasila di Kota Blitar berorientasi nasionlisme yang pluralistik.

1.2. Pelaksanaannya disemangati hari lahir Pancasila tanggal 1 Juni.

1.3. Sebagai tuntunan, Grebeg Pancasila berkarakter kesederhanaan, bukan

hura- hura, dan sarana “Manunggale Kawula lan Pangarsa”.

1.4. Grebeg adalah indentitas lokal, cermin kekayaan dan keunikan budaya di

Kota Blitar.

1.5. Lambang Grebeg adalah Burung garuda Pancasila.

Khusus

2.1 Bahasa

2.1.1 Pembawa acara mengguanakan bahasa pengantar bahasa Indonesia

2.1.2 Para peraga menggunakan bahasa Jawa, untuk mempertahankan ciri

khas, keunikan, dan kekayaan Bahasa Daerah.

Page 16: Grebeg Pancasila

2.2 Busana

Peserta Grebeg Pancasila, wajib berbusana daerah, sesuai asal masing-

masing. Para pelaksana mengadopsi busana dari 3 kerajaan Jawa di masa lalu,

yaitu Kerajaan Majapahit, Kerajaan Yogyakarta, dan Kerajaan Surakarta.

2.2.1 Sikep beskap lengkap, bagi para undangan, pejabat, maupun tokoh-tokoh

masyarat yang lain.

2.2.2 Pakaian Kesatriyan (blangkon, surjan, dan celana 2/3) bagi para

pelaksana upacara, seperti Manggala Upacara, Suba Manggala,

Pambiwara Pancasila, Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang

Puluh Lima, serta peraga yang lain.

2.2.3 Pakaian prajurit Majapahit, bagi Bregada Patang Puluh Lima.

2.2.4 Kreasi merah putih bagi Pagar Ayu yang menghantar Teks Pancasila.

2.3 Musik

2.3.1 Prosesi Bedhol Grebeg, berupa Macapatan.

2.3.2 Upacara Grebeg terdiri atas sejumlah karya, antara lain sebagai berikut:

1) Ladrang Grebeg Pancasila, untuk pembuka dan pengantar narasi.

2) Ketawang Ibu Pertiwi, untuk mengiringi Pidato Bung Karno.

3) Lancaran Bela Pancasila, untuk mengiringi masuknya gunungan.

4) Sampak Gara-Gara, dan Mars Semangat Juang 45, untuk Janturan

Grebeg.

5) Lancaran Bhayangkari, untuk persiapan upacara.

6) Ladrang Nata Agung, untuk penjemputan Pembina Upacara.

7) Ampyakan, untuk tanda kebesaran, penghormat dan laporan.

8) Dhandang Gual Palaran Pancasila, untuk iringan Pambiwara

Pancasila.

9) Komposisi Ilustrasi Pancasila, untuk iringan penghantaran Teks

Pancasila.

10) Ladrang Parampara, untuk penutup dan pembina upacara turun

mimbar.

11) Ladrang Arum Wibawa, untuk persiapan kirab.

Page 17: Grebeg Pancasila

2.3.3 Kenduri Pancasila

a) Ladrang Soran, untuk menunggu pasukan kirab.

b) Gendhing Renyeb, untuk iringan masuknya pasuka kirab.

c) Gendhing Bonangan, untuk iringan Ngalap Berkah.

2.4 Gerak

2.4.1 Bedholan

a) Tembus Pusaka, Cantrik dengan Ki Juru Kirab di Istana Gebang dan

Istana Agung.

b) Barisan obor iringan bende oleh Bregada Siji, Bregada Enem, dan

Bregada Patang Puluh Lima.

2.4.2 Upacara

a) Konsep upacara militer yang dimodifikasi gerak dan tarian tradisional

jawa.

b) Manggala Upacara, sikap prajurit Jawa.

c) Pambiwara dan Pagar Ayu, langkah kapang dengan gerak dasar

Rantoyo.

2.4.3 Kirab

a) Iring-iringan yang terdiri atas Pasukan Lambang Negara sebanyak 17

orang berpakaian putih-putih, yang membawa lambang Grebeg yaitu

gambar Garuda Pancasila, foto Ir. Soekarno, serta membawa bendera

Merah Putih satu tiang penuh.

b) Disusul dengan Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang

Puluh Lima yang membawa Gunungan Lima. Yang disambung

dengan barisan bendi yang ditumpangi para pangarsa. Paling

belakang, iring-iringan masyarakat dari seluruh kelurahan yang ikut

Grebeg.

2.4.4 Kenduri

Gabungan acara formal dan tradisi ngalap berkah.

2.5 Setting

Page 18: Grebeg Pancasila

a) Dekorasi Grebeg Pancasila, umbul dan penjor dominan warna gula

kelapa, merahdan putih.

b) Panggung Berukuran 10m x 12m berisi tiga trap, layar kain merah

putih.

c) Gunungan Lima adalah hasil bumi.

d) Tumpeng adalah bunceng untuk selamatan sebagaimana masyarakat

Jawa.

Demikianlah hasil Seminar Grebeg Pancasila di Blitar yang merumuskan

ketentuan-ketentuan dalam ritual Grebeg Pancasila dan pelaksanaannya.

BAB IV

TUJUAN DIADAKANNYA GREBEG PANCASILA

DAN NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DI

DALAMNYA

5.1. Tujuan Diadakannya Grebeg Pancasila

5.1.1. Tujuan Umum

Mengajak bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghayati nilai-nilai

luhur budaya bangsa, sekaligus menciptakan kedamaian, bukan kedamaian semu

melainkan kedamaian yang tidak terperangkap dalam pengkotak-kotakan manusia

berdasarkan suku, agama, profesi, status sosial, ekonomi, dan agar bangsa

Indonesia tidak mudah hanyut dalam berbagai gelombang kehidupan.

5.1.2. Tujuan Khusus

1) Mengusulkan kepada pemerintah, agar Hari Kelahiran Pancasila menjadi

hari peringatan nasional, dalam rangka menggali lebih dalam nilai-nilai

Pancasila dan mengkoreksi hal-hal yang terjadi daalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dewasa ini.

2) Menyatukan masyarakat Blitar melalui acara Grebeg Pancasila yang

Page 19: Grebeg Pancasila

melibatkan peran aktif masyarakat Blitar dari segala lapisan, mulai dari

pelajar, wiraswasta, seniman, budayawan, pedagang, tukang becak, sopir

angkutan umum, dan pegawai negeri.

3) Mengingatkan masyarakat Blitar akan indahnya keragaman. Masyarakat

Blitar memiliki latar belakang budaya, etnis, dan agama yang berbeda-

beda. Harapannya, masyarakat mampu hidup bersatu, rukun, dan gotong-

royong dalam seluruh aspek kehidupan.

4) Mewujudkan adanya suatu ikon budaya yang diraykan secara rutin setiap

tahunnya di Kota Blitar. Sebelumnya, di Blitar tidak ada ikon budaya yang

secara rutin diperingati. Harapannya, Grebeg Pancasila akan menjadi

kegiatan warga Kota Blitar rutin setiap tahun, yang juga diharapkan

mampu menarik minat pengunjung/wisatawan. Namun setelah delapan

tahun (delapan kali perayaan), Walikota Blitar belum menurunkan Surat

Keputusan Resmi. Selama ini dasar hukum pelaksanaan Grebeg Pancasila

adalah:

Perda No. 34 Tahun 2004 tentang Tata Kerja Dinas Informasi,

Komunikasi, dan PariwisataDaerah (Inkomparda) Kota Blitar

Hasil Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila tanggal 22 April 2004

5.2. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Pelaksanaan Grebeg Pancasila4

Di balik perayaan Grebeg Pancasila terkandung nilai-nilai yang ingin

diwujudkan, yaitu Nilai Politis, Nilai Ekonomi, dan Nilai Budaya.

1) Nilai Politis: memperjuangkan tegaknya Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2) Nilai Ekonomi: melihat bahwa biaya yang digunakan untuk perayaan

Grebeg Pancasila cukup besar, maka membutuhkan kerjasama dari

berbagai pihak dalam menyukseskan acara bersama tersebut.

3) Nilai Budaya: memperjuangkan kelestarian budaya bangsa Indonesia yang

4 Dikutip dari Buku Panduan Grebeg Pancasila 2008, halaman iii

Page 20: Grebeg Pancasila

telah menjadi ciri khas dan kebanggaan bangsa Indonesia karena adanya

keanekaragaman tersebut.

BAB IV

PERAN GREBEG PANCASILA

BAGI MASYARAKAT BLITAR

Peran Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar tampak jelas pada saat

prosesi Grebeg Pancasila. Berikut ini adalah uraian mengenai prosesi Grebeg

Pancasila.

4.1. Prosesi Grebeg Pancasila

4.1.1. Bedholan Grebeg

Bedholan Grebeg ialah persiapan upacara Grebeg Pancasila dengan

mengambil benda-benda pusaka dari Istana Gebang menuju kantor walikota Blitar

oleh pasukan Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima5

Benda-benda pusaka yang dimaksud yaitu:

a) patung lambang NKRI (Garuda Pancasila),

b) foto Bung Karno, sebagai penggagas Pancasila, ideologi bangsa Indonesia,

c) bendera Merah Putih, sebagai bendera pemersatu bangsa Indonesia, dan

d) teks pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 di depan Sidang BPUPKI, sebagai

cikal bakal Pancasila.

Prosesi pengambilan benda-benda pusaka ini dilaksanakan pada 31 mei

5 Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima merupakan simbol tanggal

kelahiran Pancasila (1 Juni 1945).

Page 21: Grebeg Pancasila

pukul 19.00 sampai selesai (tepat sehari sebelum dilaksanakannya upacara Grebeg

Pancasila).

4.1.2. Upacara Budaya

Upacara Budaya dilakukan pada tanggal 1 Juni pukul 07.00 sampai

selesai dan berlokasi di Aloon-aloon kota Blitar. Upacara ini sekaligus

memperingati hari lahir Pancasila. Upacara ini dirancang dengan gaya etik dan

estetik namun tanpa meninggalkan kekhidmatan dan makna sebuah upacara. Ritus

upacara ini diawali dengan Ladrang Grebeg Pancasila, kemudian Ketawang Ibu

Pertiwi, disusul masuknya Gunungan Lima yang dibawa oleh Bregada Siji,

Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima yang diiringi dengan iringan

gendhing Lancaran Bala Pancasila.

Acara puncak dari upacara Budaya tersebut adalah Sabda Kawedhar,

berupa amanat Grebeg Pancasila oleh pembina upacara, yaitu walikota Blitar.

Pidato tahunan ini mengakhiri rangkaian upacara yang diikuti mesyarakat seluruh

kelurahan di Blitar dan aparat pemerintahan maupun keamanan.

4.1.3. Kirab Gunungan Lima

Kirab Gunungan Lima merupakan penggambaran lima dasar Pancasila.

Simbol itu dikawal oleh Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh

Lima. Menurut budayawan KRT Sukardi Purwoyudho Nagoro, Gunungan

Lima mempunyai filosofis tersendiri yang diharapkan dapat menjadi simbol akan

tuntunan tingkah laku masyarakat. Gunungan tersebut berisi ontong (jantung

pisang), kacang panjang, wortel, bawang merah bawang putih, jeruk dan cabe

merah. Berikut ini adalah filosofis/makna dari bentuk Gunungan dan

aksesorisnya.

1. Makna bentuk Gunungan

Bentuk Gunungan yang mengerucut melambangkan masyarakat Blitar

yang bersatu padu, gotong-royong menuju pada satu titik, yaitu Tuhan Yang

Mahakuasa.

Page 22: Grebeg Pancasila

2. Makna aksesoris yang ada pada Gunungan

Makna dari aksesoris yang terdiri dari ontong, kacang pancang, bawang

merah-bawang putih, cabe merah dan jeruk, serta wortel pada Gunungan adalah

sebagai berikut.

a) Ontong (jantung pisang) yang berada dipuncak gunungan,

mengingatkan akan perlunya hati yang bersih dan mengutamakan hati

nurani yang tidak hanya mengandalkan otak dan kecakapan berbicara

semata.

b) Kacang panjang yang tumbuh mengikuti lanjarannya (patokannya).

Maknanya, bahwa semua tingkah laku manusia harus selalu mengikuti

norma atau aturan yang berlaku. Dengan kata lain bahwa masyarakat

hendaknya patuh terhadap hukum-hukum yang berlaku secara umum.

c) Bawang merah-bawang putih, melambangkan eksistensi ayah dan

ibu. Dimana orang tua menjadi pusat hidup yang mengingatkan sangkan

paraning dumadi atau asal-usul dan tujuan hidup di kemudian hari.

Sehingga kita juga diharapkan tetap menghormati orang tua.

d) Cabe merah dan jeruk melambangkan sifat kecut/asam dan

pahitnya kehidupan. Sifat-sfat kehidupan tersebut pasti akan dialami

manusia, maka hendaknya kita selalu mengusahakan yang terbaik, setia

belajar pada pengalaman, dan yang peling penting adalah berpasarah

pada Sang Mahakuasa.

e) Wortel merupakan sayuran luar negeri dimaknai sebagai kebudayaan

luar negeri yang dapat diterima oleh budaya Indonesia. Mengenai hal ini,

tentunya masyarakat sendiri diharapkan memiliki sikap selektif dalam

menerima kebudayaan asing. Sehingga masyarakat Indonesia sendiri

tidak larut dalam budaya yang menyesatkan. Maka dari itu, maka sikap

selektif seperti ini perlulah jika bercermin dari Pancasila itu sendiri.

2. Kenduri Pancasila

Sesudah upacara Grebeg Pancasila yang dilaksanakan di Aloon-aloon kota

Blitar, Lima Gunungan inti tersebut kemudian diarak menuju makam Bung Karno.

Page 23: Grebeg Pancasila

Perarakan ini melibatkan hampir seluruh masyarakat Blitar dan para pelajar Blitar

sebagai bentuk partisipasi aktif bagi pelestarian budaya lokal. Prosesi terakhir dari

Grebeg Pancasila ialah Kenduri Pancasila. Kenduri Pancasila yang dimaksud di

sini ialah pemberian doa kepada arwah Bung Karno sebagai bentuk penghargaan

bagi penggagas pembentukan Pancasila sebagai inti Ideologi bangsa Indonesia.

Disini seluruh warga masyarakat boleh mengikuti Kenduri ini. Tak jarang para

wisatawan dari luar kota dan orang-orang yang peduli akan budaya ini juga hadir,

walaupun mereka datang dari kota-kota yang jauh seperti Semarang. Prosesi ini

dilaksanakan di pelataran makam Bung Karno yang berada di kelurahan Bendo

Gerit, kecamatan Sanan Wetan, kota Blitar.

Setelah pemberian doa kepada sang Proklamator usai, acara dilanjutkan

dengan Ngalap Berkah. Ngalap Berkah ialah ritus dimana Lima Gunungan yang

dipakai sebagai media pemanjatan doa, diperebutkan oleh masyarakat yang

meyakini bahwa gunungan-gunungan tadi memiliki kandungan supranatural dan

diyakini membawa bala keselamatan bagi yang mengambilnya. Dalam hal ini,

masyarakat yang mengambil bagian-bagian dari Gunungan tersebut tetap

mempercayai adanya Tuhan sebagai sumber keselamatan dan sumber yang

memberi kehidupan.

Kenduri Pancasila mengandung makna penting, yaitu:

1. Supaya Bung Karno memperoleh kediaman yang layak disisi-Nya karena

melalui dialah ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat tergali.

2. Melalui kenduri ini pula khususnya masyarakat Blitar dapat hidup

sejahtera, aman dan sentosa.

3. Kenduri ini juga sebagai tali pengikat silaturahmi dalam sebuah komunitas

masyarakat dan aparat kota Blitar “Manunggaling Kawula lan Pangarsa”.

Dari pemaparan tentang prosesi Grebeg Pancasila, dapat disimpulkan

peran Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar, yaitu:

1) Sebagai pemersatu masyarakat Blitar yang terdiri dari berbagai lapisan dan

latar belakang budaya, etnis, maupun agama, karena di dalamnya

masyarakat terlibat secara aktif.

2) Sebagai momentum masyarakat Blitar untuk mendoakan arwah Bung

Page 24: Grebeg Pancasila

Karno agar mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan.

3) Sebagai momentum untuk berkumpul bersama berdoa memohon rahmat

Tuhan atas kesejahteraan hidup masyarakat Blitar.

4) Sebagai salah satu daya tarik wisata budaya di Kota Blitar yang

pelaksanaannya dilakukan setiap tanggal 1 Juni.

PENUTUP

1. Kesimpulan

Latar belakang dari lahirnya Grebeg Pancasila adalah:

1. Adanya krisis yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru

2. Keprihatinan masyarakat Blitar akan sosok pemerintah yang tidak bisa

diandalkan, serta keprihatinan karena Hari Kelahiran Pancasila yang

tidak dijadikan hari peringatan nasional.

Page 25: Grebeg Pancasila

Upaya masyarakat memperingati Hari Kelahiran Pancasila di Blitar, yang

pada waktu itu merupakan perjuangan berat karena dianggap sebagai hal

yang beseberangan dengan kebijakan pemerintah. Namun akhirnya, para

seniman memberanikan diri untuk mengadakan peringatan tersebut dengan

panitia seadanya dan bermodalkan bantuan dana dari MPA BK sebesar Rp

1.600.000,00. Peringatan tersebut dikemas dengan cara seniman, sehingga

bernuansa seni-budaya. Perayaan itu kini dikenal dengan Grebeg

Pancasila.

Pada tanggal 22 April 2004 di Balai Kota Kusuma Wicitra Blitar diadakan

Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila, yang kemudian dilanjutkan dengan

acara Perumusan Hasil Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila pada

tanggal 4 dan 11 Mei 2004. Setelah itu, Grebeg Pancasila menjadi acara

kebudayaan rutin masyarakat Blitar yang dirayakan setiap tanggal 1 Juni,

dalam rangka memperingati Hari Kelahiran Pancasila.

Tujuan umum diadakannya Grebeg Pancasila adalah mengajak

bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghayati nilai-nilai luhur

budaya bangsa, sekaligus menciptakan kedamaian dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Tujuan khusus diadakannya Grebeg Pancasila adalah:

1. Mengusulkan kepada pemerintah, agar Hari Kelahiran Pancasila menjadi

hari peringatan nasional.

2. Menyatukan masyarakat Blitar melalui acara Grebeg Pancasila yang

melibatkan peran aktif masyarakat Blitar dari segala lapisan.

3. Mengingatkan masyarakat Blitar akan indahnya keragaman.

4. Mewujudkan adanya suatu ikon budaya yang diraykan secara rutin setiap

tahunnya di Kota Blitar.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Grebeg Pancasila:

1. Nilai Politis: memperjuangkan tegaknya Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2. Nilai Ekonomi: melihat bahwa biaya yang digunakan untuk perayaan

Page 26: Grebeg Pancasila

Grebeg Pancasila cukup besar, maka membutuhkan kerjasama dari

berbagai pihak dalam menyukseskan acara bersama tersebut.

3. Nilai Budaya: memperjuangkan kelestarian budaya bangsa Indonesia yang

telah menjadi ciri khas dan kebanggaan bangsa Indonesia karena adanya

keanekaragaman tersebut.

Peran Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar:

1. Sebagai pemersatu masyarakat Blitar yang terdiri dari berbagai lapisan dan

latar belakang budaya, etnis, maupun agama, karena di dalamnya

masyarakat terlibat secara aktif.

2. Sebagai momentum masyarakat Blitar untuk mendoakan arwah Bung

Karno agar mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan.

3. Sebagai momentum untuk berkumpul bersama berdoa memohon rahmat

Tuhan atas kesejahteraan hidup masyarakat Blitar.

4. Sebagai salah satu daya tarik wisata budaya di Kota Blitar yang

pelaksanaannya dilakukan setiap tanggal 1 Juni.

2. Saran dan Harapan

Sebagai pelajar remaja yang sedang dalam proses menuju kedewasaan

dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, penulis memiliki

beberapa saran, baik untuk para pelajar, masyarakat, dan pemerintah.

2.1. Untuk para pelajar

Dalan perayaan Grebeg Pancasila peran pelajar juga dilibatkan, bahkan

hampir di setiap bagian ritualnya. Semoga hal ini mampu mendorong

inisiatif kita, para pelajar, untuk turut serta terlibat dalam kegiatan-kegiatan

kebudayaan di daerah kita masing-masing. Semoga kita semakin sadar bahwa

peran kita amatlah penting untuk pembangunan di masadepan. Untuk itu, biarkan

pundak kita kekar oleh karena tanggung jawab yang diberikan oleh para

pendahulu kepada kita demi melestarikan kebudayaan dan nilai-nilai yang

Page 27: Grebeg Pancasila

terkandung di dalamnya.

2.2 Untuk masyarakat umum

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya, bangsa yang cinta

akan kebudayaan daerah dan juga bangga akan kebudayaan nasional. Jangan

biarkan bangsa kita dijajah oleh kebudayaan-kebudayaan modern yaag dapat

menggerogoti sendi-sendi kehidupan kita. Kita harus selektif dalam bersikap

terbuka terhadap kebudayaan baru yang masuk, agar Indonesia selalu tegak nilai-

nilai luhur Pancasila yang merangkum seluruh nilai-nilai kebudayaan di daerah

kita masing-masing.

2.3 Untuk pemerintah

Grebeg Pancasila adalah momentum yang dirasakan sangat cocok

untuk mendalami nilai-nilai luhur Pancasila. Harapan penulis, dan juga harapan

0kita semua, semoga Grebeg Pancasila menjadi motivasi bagi muncilnya acara-

acara serupa, khususnya untuk memperingati hari Kelahiran Pancasila. Penulis

juga memiliki harapan besar, mewakili masyarakat Blitar, semoga Hari Kelahiran

Pancasila kelak menjadi hari peringatan nasional.