PROPOSAL SKRIPSI SAVI SETS REDOKS

download PROPOSAL SKRIPSI SAVI SETS REDOKS

of 46

description

PROPOSAL SKRIPSI SAVI SETS REDOKS

Transcript of PROPOSAL SKRIPSI SAVI SETS REDOKS

1KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS NEGERI SEMARANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN KIMIAGedung D6 Lantai 2, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50299, Telp/Fax:(024)8508035 PROPOSAL SKRIPSINAMA : MUHAMAD AFRIAWANNIM : 4301408023PRODI : PENDIDIKAN KIMIAJURUSAN : KIMIAI. JUDUL PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SAVI BERVISI SETS PADA PENCAPAIAN KOMPETENSI TERKAIT REAKSI REDOKSII. ALASAN PEMILIHAN JUDULA.Latar BelakangPerkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kian hari kian bertambah pesat. Salahsatukuncidariperkembangan tersebutadalah bidangpendidikan. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peran sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup. Demikian juga di Indonesia, pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan kontinyu diharapkan akan dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan dan kemajuan di segala bidang.Oleh karena itu pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan dan prioritas secara intensif dari pemerintah, masyarakat, maupun pengelola pendidikan.2Pembelajaran merupakansuatuproses yangrumit karena tidakhanya proses transfer informasi gurukepadasiswa, tetapi jugamelibatkanberbagai tindakandankegiatanyangharusdilakukanterutamajikamenginginkanhasil belajarnya menjadi lebih baik. Salah satu proses pembelajaran yang menekankan berbagai tindakan dan kegiatan adalah dengan menggunakan pendekatan tertentu. Pendekatan dalampembelajaran pada hakekatnya merupakan sarana untuk mencapai tujuanpembelajaransertadapat mengembangkandanmeningkatkan aktivitas belajar yang dilakukan guru dan siswa, sehingga nantinya akan meningkatkan kompetensi siswa.Pembelajaransecara konvensional sekarang ini sudah tidak cocok lagi karena didalam metode ini, guru hanya mentransfer ilmu kepada anak didik dan sejakdulumetodeini telahdipergunakansebagai alat komunikasi lisanantara gurudansiswa dalaminteraksi edukatif. Metode ini lebihbanyakmenuntut keaktifan guru dari pada siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang monoton (konvensional), dimungkinkansiswaakanmengantukdanperhatiannyakurang karenamembosankan. Model pembelajaranharusbisamengubahgayabelajar siswa dari siswa yang belajar pasif menjadi aktif dalammengkonstruksikan konsep.Model pembelajaranyangtepat membuat kimialebihberarti, masuk akal, menantang, menyenangkan dan cocok untuk siswa. Gambaran permasalahan-permasalahan diatas perlu diperbaiki guna meningkatkan motivasi, perhatian, pemahaman dan prestasi belajar siswa, sehingga mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran kimia. Oleh karena itu guru mampu menawarkan metode dalam mengajar yang lebih efektif yang dapat membangkitkan perhatian siswa sehingga siswa menjadi aktif dantermotivasi untukbelajar, sertaharusdiimbangi dengankemampuan guru dalam menguasai metode tersebut. Salah satunya adalah melalui pendekatan SAVI (Somatic, Auditory,Visualization dan Intellectualy).Pembelajaran tidak otomatis meningkat denganmenyuruhanakberdiri danbergerak. Akantetapi 3menggabungkangerakfisikdenganaktivitasintelektual danpengunaansemua indradapat berpengaruhbesarterhadappembelajaran.Unsur-unsurpendekatan SAVI adalah :1. Somatic (S) :Belajar dengan bergerak dan berbuat.2. Auditory (A):Belajar dengan berbicara dan mendengar.3. Visualization (V) :Belajar dengan mengamati dan menggambarkan.4. Intellectualy (I):Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.Pembelajaran kimia dengan pendekatan SAVI bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran kimia.Misalnya, siswa akan belajar sedikit tentang kimia dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu (S), membicarakan atau mendiskusikan apa yang mereka pelajari (A), serta memikirkan danmengambil kesimpulan atau informasi yangmereka peroleh untuk diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal (I). Atau, siswa dapat meningkatkankemampuanmerekadalammengemukakanide(I), jikamereka secara simultan menggerakan sesuatu (S) untuk menghasilkan pictogram,diagram, grafikdanlainsebagainya(V) sambil mendiskusikanataumembicarakanapa yang sedang mereka kerjakan (A) (Meier, 2002:100).Dalamkehidupanmodernyangsemakinkomplekini keterlibatansains dan teknologi serta dampaknya pada lingkungan dan masyarakat menjadi semakin tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam dunia pendidikan sekarang ini, dikenal Pendekatan SETS (Science, Environtment, Technology and Society)atau dalamistilah Indonesianya SaLingTeMas singkatan dari Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat.Dari akronim SETS dapat diketahui bahwa pendidikanbervisi SETSakanmencakuptopikdankonsepyangberhubungan dengan sains, lingkungan, teknologi dan hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Inti tujuan pendidikan SETS adalah agar pendidikan ini dapat membuat siswa mengerti unsur-unsur utama SETS serta keterkaitan antar unsur 4tersebut padasaat mempelajari sains. Dengankatalain, diperlukanpemikiran yangkritisuntukbelajar setiapelemenSETSdenganmemperhatikanberbagai keterhubungankaitan antara unsur-unsur SETS tersebut (Binadja,1999). Perlunya menggunakan pembelajaran model SETS yaitu, melalui SETS diharapkan peserta didik memahami implikasi hubungan antar elemen SETS. Adapun elemen-elemen SETS adalah Science (ilmu alam), Environtment (lingkungan sekitar), Technology(teknologi), danSociety(masyarakat). SETSakanmembimbingsiswa berfikir aktif danbertindakmemecahkanmasalahlingkunganatausegalasesuatu yang berhubungan dengan masyarakat .SMANegeri 1BawangadalahsalahsatuSMAdi KabupatenBatang. Sarana dan prasarana yang telah tersedia di SMA Negeri 1 Bawang sudah cukup memadai.Kondisi lingkungan sekolah,ruang kelas,perlengkapan belajar mengajar,buku pegangan siswa dan guru sudah tersedia dengan baik.Fasilitas laboratorium, perpustakaan dan fasilitas lain juga cukup memadai. Kimiamerupakanmatapelajaranbagiandari sciencesatauIPAyang berhubungan dengan pemahaman konsep dan rumus beserta pemecahan masalahnya.Sekarangini, mata pelajaran kimia masih menjadi mata pelajaran yangsulit dipahami olehsiswa. Berdasarkanfaktalapangan, ternyatabanyak siswa SMA Negeri 1 Bawang yang banyak mengalami kesulitan dalam memahami materi reaksi redoks, serta masih kurangnya kompetensi siswa pada materi reaksi redoks.Berdasarkanhasil pra-survei terhadaphasil belajar siswakelasXpada materiRedoks SMA N 1 Bawang dilihat dari kategori ketuntasan belajar yang telah ditetapkan pihak sekolah adalah 65 dapat disajikan dalam tabel berikut: Kategori Nilai Jumlah Siswa Prosentase Ketuntasan secara Klasikal 6516 38,88% < 6524 61,12%Jumlah 40 100%Tabel 1. Hasil Ulangan Harian Kimia Materi Redoks Siswa Kelas X SMA N 1 Bawang5Fakta di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar kimia materi redoks siswa kelas Xsebagianbesar masihrendah, yaitusebesar 61,12%dantergolong kategori belum tuntasdengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 65.Hal ini mendorong untuk dilakukan penelitian pembelajaran dengan menggunakan metode yang dapat membantu mengatasi kesulitan belajar dan dapat meningkattkan kompetensi siswapada materi diatas yaitu dengan menggunakan pendekatan SAVI bervisi SETS. Diharapkan dari hasil penelitian dapat membuat hasilbelajarkimiasiswa pada pokok bahasan reaksi redoks lebih optimaldan model pembelajaran yang peneliti terapkan dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi.Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan SAVI bervisi SETS padapencapaian kompetensi terkait reaksi redoksserta untukmeningkatkan kompetensi terkait reaksi redoks peserta didik kelas XSMA Negeri 1 Bawang.B. Identifikasi Masalah Berdasarkanlatar belakangmasalahdiatas maka dapat diidentifikasi masalah penelitian antara lain :1.Pembelajaran secara konvensional sekarang ini sudahtidak cocok lagi karena didalam metode ini, guru hanya mentransfer ilmu kepada anak didik dan sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam interaksi edukatif.2.Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru berpengaruh pada pencapaian kompetensi pembelajaran siswa. Model pembelajaran harus bisa mengubahgayabelajar siswadari siswayangbelajar pasif menjadi aktif dalam mengkonstruksikan konsep.3. Dalam pembelajaran kimia selama ini, guru masih jarang mengaitkan hal-hal di dunia nyata dalam hal ini berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi 6danmasyarakat, sehinggasiswakurangbisamengaitkankonsepyangia dapat di kelas untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.4.Kompetensi kimia terkait reaksi redoks siswa SMA Negeri 1 Bawang masih kurang, ditunjukkan dengan hasil ketuntasan belajarsebesar 61,12% tergolong kategori belum tuntasdengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 65.C.Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:1. Adakah pengaruh pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual ) bervisi SETS (Science, Environment, Technology, Society )terhadap pencapaian kompetensi terkait reaksi redoks siswa kelas X SMA Negeri 1 Bawang?2.Bagaimanakah pencapaian kompetensi terkait reaksi redoks siswa kelas X SMA Negeri 1 Bawang setelah diberikan pembelajaran denganpendekatan SAVI bervisi SETS?D.Tujuan PenelitianAdapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah1. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan SAVI bervisi SETSterhadap pencapaian kompetensi terkait reaksi redoks siswa kelas X SMA Negeri 1 Bawang.2. Untukmengetahuipencapaiankompetensi terkait reaksi redoks setelah dilakukan pembelajaran melalui penerapan pendekatan SAVI bervisi SETS pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Bawang.7E.Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:1. Bagi peserta didikPenelitianini akanbermanfaat bagi pesertadidikyangmengalami kesulitan dalammemahami materi pelajaran kimiadan meningkatkan kompetensisiswapada materireaksi redoks.Selain itu peserta didikakan menjadilebihaktif dantermotivasi untukbelajarsertaakanmembimbing siswa berfikir aktif dan bertindak memecahkan masalah lingkungan atau segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat .2. Bagi guruPenelitian ini dapat menambah wawasanbagi gurutentang model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kinerja guru. Memberikan informasimetode pembelajaran dengan pendekatan SAVI bervisiSETS untuk meningkatkan kompetensi siswa.3. Bagi sekolah (lembaga pendidikan)Suatu keefektifan model pembelajaran pendekatan SAVI bervisi SETS dapat meningkatkanpemahamanpesertadidikpadamatapelajarankimia sehingga pada akhirnya lulusan SMA Negeri 1 Bawang dapat lebih baik lagi.Pendekatan pembelajaran SAVI bervisi SETSdapatmeningkatkan pencapaian kompetensi terkait reaksi redoks.4.Bagi PenelitiDengan penelitian ini, peneliti dapat memperoleh pengalaman langsungdalammemilihmodel pembelajaran. Peneliti jugamemperoleh bekal tambahan bagi calon guru kimia sehingga diharapkan dapat bermanfaat ketika terjun di lapangan.8F. Pembatasan MasalahAgar penelitianini mempunyai arahyangjelas danpasti,makaperlu adanya pembatasan masalah.penelitian ini hanya membatasi permasalahan sebagai berikut:1. Materi yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah reaksi redoks.2. Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan SAVI bervisi SETS.3. Objek penelitian hanya dibatasi pada siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Bawang.III.TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian KompetensiKompetensi (competency) adalah kata baru dalam bahasa Indonesia yangartinyasetaradengankemampuanataupangabisadalambahasa Sunda. Siswayangtelahmemiliki kompetensi mengandungarti bahwa siswatelahmemahami, memaknai danmemanfaatkanmateri pelajaran yang telah dipelajarinya. Dengan perkataan lain, ia telah bisa melakukan (psikomotorik) sesuatuberdasarkanilmuyang telahdimilikinya, yang pada tahap selanjutnya menjadi kecakapan hidup (life skill). Inilah hakikatpembelajaran,yaitu membekali siswa untukbisa hidupmandiri kelak setelah ia dewasa tanpa tergantung pada orang lain, karena ia telah memiliki kompetensi, kecakapanhidup. Dengandemikianbelajartidak cukup hanya sampai mengetahui dan memahami.Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti PerguruanTinggi mengemukakanKompetensi adalahseperangkat tindakancerdas, penuhtanggungjawabyangdimiliki seseorangsebagai syarat untukdianggapmampuolehmasyarakat dalammelaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.9Penelitianmasalahkompetensi pertamakali dilakukanolehDavidMc Clelland (ahli psikologi dari Universitas Harvard), yang menemukan dan menyatakan bahwa kompetensi itu sebagai karakteristik-karakteristik keahlian yang mendasari keberhasilan atau kinerja yang dicapai seseorang. Kompetensi dapat mempredeksikan secara efektif tentang kinerja unggul yang dicapai dalam pekerjaan atau di dalam situasi-situasi yang lain.Sedangkan menurut Citra, D.J. & Benjamin, E.R (1998: 26) kompetensi dapat diartikan sebagai spesifikasi perilaku-perilaku yang ditunjukkan mereka yang memiliki kinerja yang sempurna secara lebih konsisten dan lebih efektif dibandingkandenganmerekayangmemiliki kinerjadi bawahrata-rata. Bila mengevaluasi kompetensi-kompetensi yang dimiliki seorang, maka diharapkan bisa memprediksi kinerja orang tersebut.Ada beberapa konsep kompetensi yang lain dari berbagai sumber (IASPD,1998) antara lain sebagai berikut :1) Menurut Konsep InggrisKompetensi adalah uraian tentang sesuatu yang harus dapat dilakukan seseorang dalam lingkup tanggung jawab yang diembannya. Uraian tersebut menjelaskantentangtindakan, perilakuatauhasil akhir yangharusdapat ditunjukkan oleh orang tersebut (NCVQ, 1995: 30).Kompetensi merupakan kemampuan melaksanakan kegiatan kerja terhadap standar yang dibutuhkan dalam pekerjaan (MSC, 1988: 45).2) Menurut Konsep AmerikaKompetensi merupakan karakteristik pokok yang akibatnya berhubungan dengan kinerja atasan dalam pekerjaan (Boyatzis, McBer dan Schroder). Aspek-aspekberhargayangadapadacontohkonsepAmerika yang patut dipertimbangkan antara lain orientasi efisiensi, proaktifitas, objektivitas sertacaraberpersepsi positif yangberkenaandenganstandar yang ditentukan.103) Menurut Standar NasionalKompetensi adalah apa yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk kinerjayangefektifdalammelaksanakanpekerjaan, dimanasecaraumum merupakan:a) Sikap, keterampilan dan pengetahuan pribadi yang merupakan apayang dibawa orang untuk bekerja, meliputi kualitas pribadi, keterampilan dan pengetahuan, sikap, pengalaman, tanggung jawab,dan pertanggungan jawab.b) Keterampilan mengelola tugas, cara bersikap dan berorganiasi yang merupakanapayangdilakukanorangdi tempat kerja, meliputi tugas, proses dan perilaku yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, pengendalian.c)Pencapaiantingkat standarhasil akhiryangmerupakanapayangtelah dicapai oleh tiap individu, meliputi hasil akhir sesuai standar yang diharapkan untuk selayaknya dapat diraih oleh individu yang berkompeten.Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikapdannilai-nilai pribadi, dankemampuanuntukmembangun pengetahuandanketerampilanyangdidasarkanpadapengalamandan pembelajaran yang dilakukan.B. Standar KompetensiStandar Kompetensi merupakan acuan awal dari segala unitkompetensi yang mesti dipatuhi oleh seluruh staf dan siswa di sekolah. Standar Kompetensi agar dilaksanakan di sekolah:1) Memiliki organisasi kerja dan rancangan tugas.112) Meninjau kembali tingkat klasifikasi pegawai yang ada.3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.4) Mengklasifikasikan tugas dan pekerjaan baru.a) Unit Standar KompetensiSuatu Unit Standar Kompetensi terdiri dari spesifikasi ketrampilan dan pengetahuan serta penerapan efektif dari ketrampilan dan pengetahuan tersebut dalam suatu jabatan aplikasi di tingkat industri. Setiap Unit Standar Kompetensi harus menjelaskan pekerjaan dan standar untuk kerja yang dipersyaratkan yang meliputi :(1)Deskripsi Unit garis besar aspek pekerjaan yang dinilai.(2) Elemen dan Kriteria Unjuk Kerja dimana menjelaskan sifat dasar tugas yang dinilai dan standar unjuk kerja yang diharapkan siswa.(3)Rentang Variabel yang menjelaskan kondisi dimana tugas harus ditampilkan.(4)Pedomanbukti yangmemberikaninformasi perihal kunci yangharus dilakukan calon/peserta (aspek kritis kompetensi), pengetahuan dan keterampilan pendukung yang dipersyaratkan untuk menampilkan tugas dan unit kompetensi yang mungkin dikelompokkan untuk tujuan penilaian.b) Karakteristik Unit Standar Kompetensi IndonesiaKarakteristik unit standar kompetensi di Indonesia meliputi beberapa hal, antara lain yaitu:(1) Memfokuskan pada hasil akhir yang diharapkan dari pekerjaan praktek yang terbaik, dengan menggunakan patokan internal dan eksternal secara efektif.(2)Mengakui prestasi walaupun hal itu harus dipelajari/diraih.(3) Menguji kompentensi berdasarkan bukti kinerja, pengetahuan dan pemahaman.12C. Kompetensi SiswaKompetensi siswa adalah kemampuan siswa yang dihasilkan selama dia mengikuti pembelajaran, artinya seberapa jauh siswa menyerap materi yang disampaikan guru, seberapa persen tujuan yang telah ditetapkan gurudapat dikuasai siswa, danseberapa baiksiswamengikuti aturan-aturan yangtelah ditetapkan, berinteraksidengandenganlingkungansosialnya, dankinerja yang ditunjukkannya dalammemecahkan masalah-masalah belajar dari kehidupan. Kompetensi terbentuk dari lima karakteristik sebagaimana dikatakan Spencer dan Spencer (1993), yaitu watak, motif, konsep diri, pengetahuan, dan ketrampilan.Kompetensi pengetahuan dan ketrampilan adalah kompetensi yang mudah dinilai, diberikan, dilatihkan, diajarkan, dialami, dan dikembangkan karena merupakan kompetensi yang berada di permukaan yang cenderung dapat dilihat. Sedangkan kompetensi konsep diri, watak, dan motif bersifat lebih tersembunyi, lebihdalam, danberperansebagaisumberdari kepribadianyang tidak mudah untuk dinilai dan dikembangkan. Usiaindividutingkat SMUadalahusiayangcukupdewasadantidak sedikit dari mereka yang melanjutkan kehidupan ke kehidupan yang sebenarnya. Oleh karena itu, mereka harus dibekali dengan kemampuan life skills (kecakapan hidup). Kecakapan hidup lebih luas dari ketrampilan untuk bekerja, apalagisekedar ketrampilan manual. Artinya, kecakapan hidup ini mencakup kemampuan individu untuk menyelesaikan berbagai persoalan kehidupannya yangbersifatpraktiksosial maupun individual.Diknas (2001) mengategorikan kecakapan hidup dalam lima pilar, yaitu a.kecakapan mengenal diri (self awareness), yang juga sering disebut kemampuan personal (personal skills);b.kecakapan berpikir rasional (thinking skills);c.kecakapan sosial (social skills);13d.kecakapan akademik (academic skills);e.kecakapan vokasional/khusus (vocational skills);lima pilar tersebut dikategorikan lagi menjadi dua, yaitu general lifeskills, yaitu kecakapanmengenal diri, berpikir rasional, dankecakapansosial. Sedangkan kecakapan akademik dan vokasional dikategorikan sebagai spesifik lifeskills.Kompetensi harus dimiliki oleh siswa SMU/MAyaitu selain dapat digunakan untuk menembus seleksi masuk perguruan tinggi favorit, yang terkesan sebagai kompetensi akademik, juga untuk melanjutkan kehidupannya, di masyarakat, artinya selain kompetensi untuk dapat bergaul dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakat, siswa juga harus memiliki kemampuan menghasilkan materi dari sejumlah keahliannya. Kompetensi siswayangharus dimilki selamaproses dansesudah pembelajaran adalah kemampuan kognitif (pemahaman, penalaran, aplikasi, analisis, observasi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, koneksi, komunikasi, inkuiri, hipotesis, konjektur, generalisasi, kreativitas, pemecahan masalah), kemampuan afektif (pengendalian diri yang mencakup kesadaran diri, pengelolaan suasana hati, pengendalian impulsi, motivasi aktivitas positif, empati), dan kemampuan psikomotorik (sosialisasi dan kepribadian yang mencakup kemampuan argumentasi, presentasi, prilaku). Istilah psikologi kontemporer, kompetensi / kecakapan yang berkaitandengankemampuanprofesional (akademik, terutamakognitif) disebut denganhardskill, yangberkontribusi terhadapsukses individu sebesar 40%. Sedangkankompetensi lainnyayangberkenaandengan afektif dan psikomotorik yang berkaitan dengan kemampuan kepribadian, sosialisasi, dan pengendalian diri disebut dengansoft skill, yang 14berkontribusi suksesindividusebesar60%. Suatuinformasi yangsangat penting dan sekaligus peringatan bagi kita semua..D.Pendekatan SAVIDalampenelitian ini aka digunakan pendekatan SAVI.SAVI singkatan dariSomatic, Auditory, Visualization dan Intellectualy.Menurut Suherman (2009) Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslahmemanfaatkansemuaalat inderayangdimiliki olehsiswa. Teori yang mendukung pendekatan SAVI adalah Accelerated Learning. Padaproses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI, proses pembelajaran menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra. Dedy Ahimsa (dalam Dave Meier, 2002 : 91 92) menyatakan bahwa pendekatan SAVI terdiri dari empat bagian yaitu Somatic, Auditory, Visualization dan Intellectualy. Adapun pengertian dari keempat bagian itu adalah:1. Somatic (S)Somaticberasaldari bahasa Yunani yaitu tubuh soma. Jika dikaitkan denganbelajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak danberbuat. Dalampembelajaran reaksi redoks aspeksomaticyang mengembangkan ketrampilan fisik dilakukan dengan kegiatan demonstrasi atau praktikum.Tabel 2. Somatic yang dikembangkan pada pembelajaran reaksi redoks No. Materi yang diajarkan Somatic yang dikembangkan1.2.Konsep reaksi redoksPeristiwa reaksi oksidasiSiswa melakukan demonstrasireaksi pembakaran logam Mg.-. Siswa melakukan demonstrasi reaksi perkaratan besi.-.Siswa melakukan demonstrasi proses pencoklatan apel.152. Auditory (A)Auditoryadalah belajar dengan berbicara dan mendengar. Dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara.Aspek auditorydalampembelajaran reaksi redoks ditekankan pada kemampuan mendengarkaninformasi dari sumber belajar (guru) maupunmendengarkan presentasi.Tabel 3. Auditory yang dikembangkan pada pembelajaran reaksi redoks No. Materi yang diajarkan Auditory yang dikembangkan1.2.3.4.5.Perkembangan perkembangan reaksi redoksKonsep reaksi redoksPenentuan bilangan oksidasiTata nama senyawa reaksi redoks menurut aturan IUPACPenerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hariSiswamendengarkan informasi saat berdikusi mengenai perkembangan reaksi redoks.Siswa menjelaskan hasil diskusi melalui presentasiSiswa mendengarkan bimbingan dari guru mengenai penentuan bilangan oksidasi.Siswa mendengarkan bimbingan dari guru mengenai Tata nama senyawa reaksi redoks menurut aturan IUPACSiswa mendengarkan penjelasan penerapan redoks dalam kehidupan sehari-hari melalui presentasi.163. Visualization (V) Visual disini adalah belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Pembelajar visual belajar palingbaikjikamerekadapat melihat contohdari dunianyata, petagagasandangambarandari segalahal yangberhubungan dengan materi yang sedang dipelajari ketika kegiatan belajar berlangsung. Pada pokokbahasanreaksi redoks, gurudapat menampilkanmediapembelajaran yang menampilkan gambar dan animasi menyangkut materi pelajaran sehingga siswa tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikan, memperhatikan demonstrasi yang diperagakan di depan kelas juga termasuk cara mengembangkan aspek visual.Tabel4. Visualizationyang dikembangkan pada pembelajaran reaksi redoks No. Materi yang diajarkan Visualization yang dikembangkan1.2.3.Konsep reaksi redoksReaksi autoredoksPenerapan konsep redoks dalam pengolahan air kotorSiswamemperhatikan gambar animasi mengenai reaksi redoks.Siswa memperhatikangambar animasi mengenai reaksi autoredoks.Siswa memperhatikan beberapa gambar animasi mengenai penerapan konsep redoks dalam pengolahan air kotor.4. Intellectualy (I)Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, menyatukan pengalaman dan belajar.Belajar intelektual berarti menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkansuatupengalamandanmenciptakanhubunganmakna, rencana dannilai dari pengalaman. Dalamproses belajar intelektual, siswadiminta menyelesaikan permasalahan yang diajukan oleh guru.17Tabel5.Intellectuallyyang dikembangkan pada pembelajaran reaksi redoks No. Materi yang diajarkan Intellectually yang dikembangkan1.2.3.4.Perkembangan konsep reaksi redoksKonsep reaksi redoksPeristiwa reaksi redoksPenerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hariSiswaberdikusi dengan anggota kelompok.Siswa menjawab permasalahan yang diajukan pada masing-masing kelompok.Siswa menuliskan laporan hasil pengamatan praktikum.Siswa melakukan observasi dengan melakukan pencarian dari berbagai sumber mengenai penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari. E.Pendekatan SETSa. Hakekat dan Tujuan Pendekatan SETS SETS(Science, Environment, Technology, Society), biladiterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki kepanjangan Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat. SETS diturunkan dengan landasan filofofis yang mencerminkan kesatuanunsur SETSdenganmengingat urutanunsur-unsur SETS dalam susunan akronim tersebut. Dalamkonteks pendidikan SETS, urutan ringkasan SETSmembawa pesan bahwa untuk menggunakan sains ke bentuk teknologi dalam memenuhi kebutuhanmasyarakat dipikirkanberbagai implikasi padalingkungansecara fisik maupun mental. PendidikanSETSditujukanuntukmembantupesertadidikmengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat 18mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. Programini sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan peserta didik hakikat pendidikan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (SETS) secara utuh (Binadja, 1999: 3). b.Cakupan Pendidikan SETS Pendidikan SETS mencakup topik dan konsep yang berhubungan dengan sains, lingkungan, teknologi danhal-halyangberkenaandenganmasyarakat. SETSmembahas tentanghal-hal bersifat nyata, yangdapat dipahami, dapat dibahas dandapat dilihat. Membicarakanunsur-unsur SETSsecaraterpisah berarti perhatian khusus sedang diberikan pada unsur SETS tersebut. Dari unsur ini selanjutnya dicoba untuk menghubungkan keberadaan konsep sains dalam semuaunsurSETSagarbisadidapatkangambaranumumdari perankonsep tersebut dalam unsur-unsur SETS yang lainnya. c.Penerapan Pendekatan SETS pada Pembelajaran di Sekolah Penerapan SETS dalam pembelajaran untuk tingkat sekolah disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa. Sebuah program untuk memenuhi kepentingan peserta didik harus dibuat dengan menyesuaikan tingkat pendidikanpesertadidiktersebut.Topik-topik yangmenyangkut isi SETSdi luar materi pengajaran dipersiapkan oleh guru sesuai dengan jenjang pendidikan siswa. Dalam pendidikan SETS, pendekatan yang paling sesuai adalah pendekatan SETS itu sendiri. Sejumlah ciri atau karakteristik dari pendekatan SETS (Binadja, 2000: 6) adalah: 1) Tetap memberi pengajaran sains. 2)Muriddibawa ke situasi untukmemanfaatkan konsepsains kebentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat. 3) Muriddimintauntuk berpikirtentang berbagaikemungkinanakibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains ke bentuk teknologi. 194)Muriddimintauntukmenjelaskanketerhubungkaitanantaraunsur sains yang diperbincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi keterkaitan antara unsur tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi berkenaan. 5)Dalamkonteks kontruktivisme murid dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa bersangkutan. Di dalampengajaran menggunakan pendekatan SETSmurid diminta menghubungkan antar unsur SETS. Maksudnya adalah murid menghubungkaitkanantarakonsepsainsyangdipelajari denganbenda-benda yang berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain dalam SETS,sehingga memungkinkan murid memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS baik dalam bentuk kelebihan maupun kekurangannya. Hubungan tersebut dapat digambarkan: Gambar 1 : Keterkaitan Antar Unsur SETS (Binadja,1999c:4)F. Redoks dalam SETS20Jika kita melihatdi sekitar kita, kita akan melihat secara langsung atau tidak bahwa banyak sekali kegiatan yang melibatkan reaksi redoks di dalamnya. Diantara contoh manfaat dan kerugian yang dapat dikembangkan dan dijelaskan denganmempelajari sains kimia redoks denganvisi danpendekatanSETS antara lain.1. Redoks dalam hubungan sosial masyarakat Banyaksekali manfaat yangdapat diambil dari reaksi redoks. Bagi masyarakat di antaranya adalah masyarakat dapat memperoleh logam murni besi dan tembaga. Besi dapat digunakan untuk membuat baja. Baja merupakanistilahyang digunakan untukmembuataliase,kegunaanaliase mulai dari mainan anak-anak, perkakas dapur, industri kendaraan, konstruksi jembatandanrelkeretaapi. Sedangkantembagadapat digunakansebagai konduktor.2.. Redoks dalam hubungan dengan lingkungan dan manusiaPada proses pemanggangan biji logam sulfida akan menghasilkan gas CO2dangasSO2. GasbuanganyangberupaCO2ini akanmenyebabkan pencemaran udara dan menimbulkan efek rumah kaca sehingga suhu bumi dapat meningkat. Sedangkan gas SO2dapat menyebabkan korosif, dan terhadapmanusiadapat mengganggusaluranpernafasandanmata. Pada kadar rendah, dapat menyebabkan radang paru-paru dan tenggorokan. Kita berkewajiban untuksegera memulai usaha-usaha untukmengurangi laju dampak perubahan iklim yaitu mengurangi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan dampak-dampaknya.3.. Redoks dalam hubungan dengan teknologi21Salah satu contoh reaksi redoks yaitu penyepuhan. Pada penyepuhan, kita menggunakan elektrolisis. Pada elektrolisis di katoda terjadi reaksi reduksi sedangkan di anoda terjadi reaksi oksidasi. Contoh proses penyepuhan adalah menyepuh perhiasan dengan emas atau perak yan bertujuan untuk memperindah perhiasan tersebut.Aplikasi lain yang berkaitan dengan konsep redoks yaitu pembuatan kembang api dan petasan yang biasa digunakan untuk memeriahkan acara tahun baru. Semua itu timbul sebagai akibat terjadinya reaksi redoks, tergantung pada bahanoksidator danreduktor yangdigunakan. Proses penghasilanpetasan, kembangapi dansejenisnyamenggunakanteknikyangdisebut teknikpanas (pyrotechnics).Akibat lebihdahsyatdapat terjadi bilapemilihanbahanserta pencampuran dan reaksinya untuk tujuan merusak, seperti dalam bentuk bom. Hal ini perlu kita ketahui karena sangat berbahaya, tidak hanya bagi kita sendiri tetapi jugapadaoranglain. Bilapenggunanpengetahuanitudilakukantidak pada tempatnya dan tanpa memikirkan akibat buruk atau bahayanya bagi lingkungan dan masyarakat, maka bencanalah yang akan kita terima (Binadja,2005c:12-15).22Gambar 2. Redoks dalam SETS ( Muawanah,2008:34)G. Materi Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Reaksi Redoks 1.Definisi reaksi oksidasi dan reaksi reduksiPengertian reaksi oksidasi dan reaksi reduksi mengalami perkembangan seiring dengan dengan kemajuan ilmu kimia. Definisi mengenai reaksi oksidasi dan reaksi reduksi ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: a. Reaksi pengabungan dan pelepasan oksigenDitinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen, oksidasi adalah reaksi penggabungan oksigen dengan unsur/senyawa, sedangkan reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen dari senyawanya.TeknologiPenyepuhanPengolahan besiPengolahan tembagaPembuatan silikonPembuatan bom, petasan , kembang apiMasyarakat1.Memperoleh besi dantembaga murni2. Lap. Pekerjaan bagipembuat dan penjual3. Meriahkan acara4. Menggangu saluran pernafasan5. Kerusakan fasilitas hidupLingkungan1.Pengambilan bahan dari lingkungan2. Pencemaran dan kerusakan lingkungan3Matinya makhluk hidupSains Redoks23b. Reaksi pelepasan dan penerimaan elektronDitinjau dari pelepasan dan penerimaan elektron, oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron, sedangkan reduksi adalah reaksi penerimaan elektron.c.Reaksi peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.Ditinjau dari peningkatan danpenurunan bilangan oksidasi, oksidasi adalah peningkatan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi.2.Bilangan oksidasiBilanganoksidasi suatuunsur adalahmuatanyangdimiliki olehatom seumpama elektron valensinya tertarik ke atom lain yang berikatan dengannya , yang memiliki kelektronegatifan lebih besar. Contoh: senyawa ion MgO yang tersusun dari ion Mg2+ dan O2- , nilai bilangan oksidasi atom Mg adalah +2 dan bilangan oksidasi atom O adalah-2.2. Aturan bilangan oksidasiBerdasarkan keelektronegatifan unsur, dapat disimpulkan aturan penentuan bilangan oksidasi sebagai berikut :Aturan umum:(1) Unsur bebas mempunyai bilangan oksidasi = 0.Contoh bilangan oksidasi atom dalam unsur Na, Fe, C, H2, Cl2(2) Bilangan oksidasi ion monoatom sama dengan muatan ionnya.Contoh: Bilangan oksidasi Na+=+1(3) Jumlah bilangan oksidasi atom-atomdalamsenyawa netral sama dengan nol. Sedangkan jumlah bilangan oksidasi atom-atomdalamion poliatom sama dengan muatan ionnya.Contoh: Senyawa NaCl mempunyai muatan=0Jumlah bilangan oksidasi Na + Jumlah bilangan oksidasi Cl = 0 (1 atom Na) x (b.o Na) + (1 atom Cl) x (b.o Cl)= 0 24Aturan untuk unsur-unsur di golongan utama:(4) Fluorin, unsur yang paling elektronegatif mempunyai bilangan oksidasi -1 untuk semua senyawanya.(5) Bilanganoksidasi H jika berikatan dengan non logam = +1, kecuali bersenyawa dengan logam dan boron, maka bilangan oksidasi H = -1.Contoh :Bilangan oksidasi H dalam HCl, H2O, dan NH3 = +1Bilangan oksidasi H dalam NaH, BaH2 = -1 (6) Bilangan oksidasi O umumnya = -2, kecuali dalam F2O (biloks O = +2), dalamperoksida(bilanganoksidasi O=-1), dandalamsuperoksida (bilangan oksidasi O = -1/2).(7) Bilanganoksidasi logamgolonganIA(Li, Na, K, Rb, Cs) dalam senyawanya = +1(8) Bilanganoksidasi logamgolonganIIA(Be, Mg, Ca, Sr, Ba)dalam senyawanya = +2(9) Bilangan oksidasi non logamDalamsenyawabinerdari logam dannonlogam,non logam mempunyai bilangan oksidasi sama dengan muatan ionnya.Contoh:Cl berada sebagai ion Cl-dalamsenyawa NaCl. Jadi bilangan oksidasi Cl=-1 Aturan untuk logam transisi:(10) Bilangan oksidasi logam transisi dalam senyawa dapat lebih dari 1Contoh: Femempunyai bilanganoksidasi +2dalamFeO, dan+3dalam Fe2O3.(Johnson, Rachmawati, 2007:254)25Tabel 6. Unsur-unsur Yang Memiliki Bilangan Oksidasi Lebih dari Satu.Nama unsur Lambang Bilangan OksidasiAntimonArsenBromBesiBelerangEmasFosforIodKarbonKlorKobaltKromManganNitrogenPlatinaRaksaTembagaTimahTimbalSbAsBrFeSAuPICClCoCrMnNPtHgCuSnPb+3, +5+3, +5-1,+1,+3,+5,+7+2,+3-2,+4,+6+1,+3+3, +5-1,+1,+3,+5,+7+2,+4-1,+1,+3,+5,+7+2,+3+2,+3,+6+2,+4,+6,+7-3,-2,+1,+2,+3,+4,+5+2,+4+1,+2+1,+2+2,+4+2,+43. Reduktor dan OksidatorDalamreaksi redoks, zat yang menyebabkan terjadinya reduksi (berarti, zat itumengalami oksidasi) disebut reduktor. Sebaliknya, zat yang menyebabkan terjadinya oksidasi (berarti, zat itu mengalami reduksi) disebut oksidator. Perbedaanlainantara oksidator danreduktor dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perbedaan Oksidator dan Reduktor.26Oksidator Reduktor1. Mengalami penurunan bilangan oksidasi (reduksi).2. Mengikat elektron dalam bentuk molekul atau ion dengan mudah.3. Menghasilkan O2.1. Mengalami kenaikan bilangan oksidasi (oksidasi)2. Mudah melepas elektron dalam bentuk molekul atau ion.3. Mengikat O2.5. Reaksi Disproporsionasi Reaksi disproporsionasi/ autoredoks adalah reaksi redoks yang oksidator dan reduktornya merupakan zat yang sama.Jika sebagian zat tersebut mengalami reduksi, maka sebagian yang lain mengalami oksidasi.Contoh :Reaksi autoredoks antara klorin dengan larutan NaOHCl2(g)+ 2NaOH(aq) NaCl(aq) + NaClO(aq) + H2O(l)biloks Cl = 0 biloks Cl = -1 biloks Cl = +16. Aplikasi Konsep Redoks dalam Kehidupan Sehari-hari(1) Perkaratan logam, misalnya besi4Fe(s) + 3O2(g) 2Fe2O3(s)(2) Pembakaran gas alamCH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(g)(3) Sel aki (baterai Pb) pada mobilOksidasi: Pb + SO42- PbSO4 + 2e-Reduksi : PbO2 + 4H + + SO 42- +2e - PbSO 4+ 2H2OSel : Pb+ PbO2+ 4H+ + SO42- 2 PbSO4 + 2H2O7. Tata Nama SenyawaReduksi (b.o Cl berkurang)Oksidasi (b.o Cl bertambah)27(1). Tata Nama Senyawa BinerSenyawa biner adalah senyawa yang terdiri dari dua unsur. Unsur-unsur ini dapat berupalogam dan nonlogam atau nonlogam dan nonlogam. (1) Senyawaionikyangterdiri atas atomlogamdannonlogam diberi nama dengan cara menyebutkan ion positifnya diikuti ion negatifnya dan diberi akhiran ida.Contoh: KCl: kalium kloridaNaH : natrium hidrida(2) Senyawabiner yangterdiri atasatom-atomnonlogamdiberi nama dengan menentukan atom yang bersifat lebih elektronegatif. Atom yang lebih elektropositif diberi nama sesuai nama unsurnya diikuti nama atom yang lebih elektronegatif, kemudian ditambah akhiran ida. Pada atomdenganbilokslebihdari satu, makasenyawanyadiberi awalan yang menyatakan jumlah atom tersebut.Contoh:HF : hidrogen fluoridaHCl : hidrogen kloridaP4O7: tetrafosfor heptaoksida(2). Tata Nama Senyawa PoliatomikSenyawa poliatomik terdiri atas lebih dari dua unsur. Tata namanya serupa dengan tata nama senyawa biner. Pertama, identifikasi kation dan anionnya. Kedua, namakationdisebut dahulu, diikuti namaanion. Sebagian besar anionpoliatomikberakhiranitatauat, hanyasebagiankecil yang berakhiran ida.Contoh :28CaSO4: kalsium sulfatKClO2: kalium kloritFe(OH)3: besi (III) hidroksidaHCNS : asam rodanida(Sutresna, 2007:181)G.Kerangka BerpikirMateri kimia SMAmemang membutuhkan kejelian dan pemahaman yang cukup tinggi. Namun dalam kenyataan masih dijumpai beberapa kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam memahami dan mendalami materi kimia. Hal ini menyebabkannilai yangdiperolehmenjadi kurangbaik, bahkanbelum memenuhi kriteria ketuntasan yang ditentukan sehingga kompetensi kimia siswa masih rendah. Melalui permasalahan ini, maka perlu adanya suatu variasi pendekatanpembelajaran yangdapat membantusiswadalammemahami dan mendalami materi kimia, sehingganantinyadapat meningkatkanpencapaian kompetensi kimiasiswa. Penelitianini sama-samamenggunakanvisi SETS. Untuk pembelajaran yang diberikan pada kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan SAVI sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.Kedua kegiatan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diharapkan akan terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi reaksi redoks. Selanjutnya hasil belajar kedua kelas dibandingkan untuk mengetahui besarnya peningkatan pencapaian kompetensi terkait reaksi redoks. Secara ringkas gambaran penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:29Gambar 3. Kerangka berpikirMATERI REAKSI REDOKSKelas eksperimenPretestPencapaian kompetensi dengan menggunakan pendekatan SAVI bervisi SETSKegiatan dengan pendekatan SAVI bervisi SETSPosttestHasil belajar (kognitif, afektif,psikomotorik)DibandingkanPengujian hipotesisKelas kontrolPretestPencapaian kompetensi dengan menggunakan pendekatan konvensional (non-SAVI)bervisi SETSKegiatan dengan pendekatan konvensional ( non-SAVI) bervisi SETSPosttestHasil belajar (kognitif, afektif,psikomotorik)30C. HipotesisBerdasarkan tinjauan kepustakaan serta melihat kondisisiswa di sekolah target penelitian maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan SAVI Bervisi SETS dapat Meningkatkan Pencapaian Kompetensi Terkait Reaksi Redoks.IV.METODOLOGI PENELITIANA.Lokasi dan Subyek PenelitianSubyekpenelitianadalahpesertadidikkelasXsemester genapSMA Negeri 1 Bawang tahun pelajaran 2011/2012.AdapunletakSMANegeri 1 Bawangberlokasi di JalanJlamprang-Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.B. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Penetapan Populasi PenelitianPopulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Bawang tahun pelajaran 2011-2012 yang terdiri dari 5 kelas dan rata-rata jumlah siswa tiap kelas adalah 35 siswa. 2. Teknik Pengambilan SampelPenentuansampel dalampenelitianini menggunakanteknikpurposive sampling, yaitu pengambilan kelas sebagai sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbanganyangdimaksudadalahmemilihkelas yangsiswanya aktifdan komunikatif agar pelaksanaan penelitian nantinya dapat efektif sehinggadatayangdiperolehmaksimal. Dimanauntukkelaskontrol dipilih kelas yang lebih aktif daripada kelas experimen, agar pengaruh yang didapatkan dalam penerapan pendekatan SAVI bervisi SETS pada kelas experimen dapat diukur secara lebih maksimal. 31Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester 2 SMA N1 Bawangtahunajaran2011/2012yangterdiri dari duakelasyaitukelasX-B sebagai kelas eksperimen dan kelas X-A sebagai kelas kontrol. C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: a. Variabel terikat yaituhasilbelajar siswa pada pokok bahasan Reaksi Redoks yang terlihat dari selisih nilai posttest-pretest. b. Variabel bebasyaitumetodepembelajaranyangdigunakansaat penelitian ini berlangsung adalah metode SAVI bervisi SETS untuk kelas eksperimendan metode non-SAVI bervisi SETS untuk kelas kontrol. D. Metode Pengumpulan Data1. Metode DokumentasiMetode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah populasi dan nama siswa anggota sampel, serta nilai ulangan semesteran gasal siswa sebelumnya yang digunakan untuk analisis data tahap awal.2. Metode TesMetodetesini dipergunakanuntukmengukur hasil belajar kognitif siswa. Tes dilakukansetelahkelompokeksperimendankelompokkontrol dikenai perlakuan. Sebelumtes diberikan, soal tes diujicobakan terlebih dahulupadakelas uji coba, yaitukelas yangtelahmemperolehpelajaran kimiapokokbahasanredoks. Soal tesyangdigunakanpadapenelitianini yaitu bentuk objektif tipe pilihan ganda.3.Metode ObservasiMetodeobservasi digunakanuntukmendapatkannilai psikomotorik danafektifsiswaselama KBM berlangsung.Observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung pada saat kegiatan pembelajaran untuk 32mengungkapaktivitasdansikapsiswaselamapelaksanaanpembelajarandi kelas. Observasi dilakukan oleh observer yang terdiri dari guru mata pelajaran dan peneliti.E..Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui pendekatan SAVI bervisi SETS terhadap hasil belajar siswa. Rancangan yang digunakan adalah Randomized Control Group PretestPosttest Design. Rancanganini menggunakan2kelompokobyek, yaitu1 kelompok sebagai kelas eksperimen 1,dan 1 kelompok sebagai kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya, rancangan dapat dilihat dalam Tabel 1.Tabel 8. Desain Penelitian Randomized Control Group Pretest Posttest DesignKelas Pretest Perlakuan PosttestEksperimen 1 T1X1T2KontrolT1X2T2Langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan penelitian ini adalah: 2) Memberikan pretest T1 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur rata-rata keterampilan kognitif sebelumobyek diberi perlakuan. 3) Memberikan perlakuan X1 berupa penggunaan metode SAVI bervisi SETS pada kelompok eksperimendan perlakuan X2 berupa penggunaan metode non-SAVI bervisi SETS pada kelompok kontrol. 4) Memberikanposttestyangmeliputi aspekkognitif danaspekafektifT2 pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk mengukur rata-rata keterampilan kognitif setelah diberi perlakuan X1 dan X2. 5) Menentukanselisihnilai antaraT1danT2padakelompokeksperimen untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest (Z1).336) Menentukanselisih nilai antara T1dan T2pada kelompokkontroluntuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest (Z2).7) Membandingkan Z1 dan Z2 untuk menentukan perbedaan yang timbul jika sekiranya ada sebagai akibat perlakuan X1. 8) Menerapkan uji statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan tersebut signifikan, yaitu dengan uji-t pihak kanan. F...Data dan Teknik Pengumpulan Data1. Sumber DataSesuai dengan tujuan penelitian, maka data yang diambil adalah data hasil belajar siswa pokok bahasa Reaksi Redoks yang diperoleh langsung dari siswa dengan menggunakan tes bentuk obyektif. Tes ini diberikan sebelumdan sesudah siswa mengikuti pelajaran pokok bahasanReaksi redoks, dengan soal yang sama antara pretest dan posttest. Selain itu dilakukan juga penelitian untuk aspek afektif. 2. Instrumen PenelitianDataberasal darivariabel-variabel yangditeliti diperolehdaritesyang telahdilakukanolehpeneliti denganmenggunakaninstrumenaspekkognitif dan instrumen aspek afektif. a. Instrumen KognitifInstrumen kognitif berupa soal-soal bentuk obyektif. Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda, maka instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini perlu diujicobakan terlebih dahulu kepada sekelompok siswa yang sudah menerima materi Reaksi Redoks. 1)Taraf Kesukaran Suatu Item34Tarafkesukaran suatu itemdapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaransuatu itemdinyatakan dalam bilangan indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang seharusnya diperoleh dari suatu item.

maksimal skor x NBIK Keterangan: IK :Indeks KesukaranB :Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu itemN :Kelompok SiswaSkor maksimal:Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari suatu item. N x skor maksimal : Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu item. Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut: 0,81 1,00 : Mudah sekali (MS)0,61 0,80 : Mudah (Md)0,41 0,60 : Sedang / cukup (Sd)0,21 0,40 : Sukar (Sk)0,00 0,20 : Sukar Sekali (SS)2)Taraf Pembeda Soal Suatu Item Taraf pembeda suatu itemadalah taraf sampai dimana jumlah jawaban benar dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah (tidak pandai). 35Perbedaan jawaban benar dari siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminiasi (ID). Maksimal Skor x nKB atau nKAKB KAIDKeterangan : ID : Indeks DiskriminasiKA : Jumlahjawabanbenaryangdiperolehdari siswa kelompok atasKB :Jumlahjawabanbenaryangdiperolehdari siswa kelompok bawahNKA atau NKB :Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau bawah. Kualitas daya pembeda adalah sebagai berikut: 0,80 1,00 : Sangat Membedakan (SM)0,60 0,79 : Lebih Membedakan (LM)0,40 0,59 : Cukup Membedakan (CM)0,20 0,39 : Kurang Membedakan (KM)negatif 0,19 : Sangat Kurang Membedakan (SKM)(Masidjo, 1995: 201). 3)Validitas Instrumen Penelitian Teknikyangdigunakanuntukmenentukanvaliditas itemadalah menggunakan rumus product momentdari Pearson dengan rumus angka kasar, sebagai berikut: ( ) ( )( ) { ( ) { 2222 Y Y N X X NY X CY NrXY Keterangan: XYr : Koefisian Validitas36X : Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnyaY : Kriteria yang dipakai Taraf signifikanyangdipakai dalampenelitianini adalah5%kriteria validitas suatu tes ( XYr)0,91 1,00 : Sangat Tinggi (ST)0,71 0,90 : Tinggi (T)0,41 0,70 : Cukup (C)0.21 0.40 : Rendah (R)negatif 0,20: Sangat Rendah (SR)(Masidjo, 1995: 243)4)Reliabilitas Instrumen PenelitianReliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien tes bentuk obyektif digunakan rumus KR 20 yaitu sebagai berikut: ]]]

,`

.|ttSPQ Snnr2 111Keterangan: 11r : Koefisien reliabilitasn : Jumlah itemS : Deviasi standarP : Indeks kesukaranQ : 1 P 37Kriteria Reliabilitas: 0,91 1,00 : Sangat Tinggi 0,71 0,90 : Tinggi 0,41 0,70 : Cukup 0.21 0.40 : Rendah negatif 0,20: Sangat Rendah (Masidjo, 1995: 246)b. Instrumen AfektifInstrumen penelitian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden/siswamemberikanjawabandenganmemilihsalah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Sebelum menyusun angket terlebihdahuludibuat konsepalat ukur yangmencerminkanisi kajian teori. Konsepalat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsepselanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket. Penyusunan item-itemangket berdasarkan indikator yang telah ditetapkansebelumnya. Dalammenjawabpertanyaan, responden/siswa hanya dibenarkandenganmemilihsalahsatualternatif jawabanyang telah disediakan, misalnya: Tabel 9. Kriteria Skor Aspek AfektifSkor untuk aspek yang dinilai NilaiSS. Sangat setujuS. SetujuN. NetralTS. Tidak setujuSTS. Sangat tidak setuju5432138Keterangan: Jumlah nilai > 72 sangat baik (A) Jumlah nilai U 54 71 baik (B) Jumlah nilai > 36 53 cukup (C) Jumlah nilai < 35 kurang (D)Setelah mendapatkan hasil, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas.c. Uji ValiditasValiditas dari instrumen berupa angket ini adalah validitas konstruksi atau konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharunya menjadi isi suatu tes atau alat pengukur tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes atau alat pengukur tersebut. Validitas konstruksi ini akan mudah ditentukan pada hasiltesbelajaryangsungguh-sungguhdirencanakandenganbaikoleh seoran guru, khususnya apabila ditaati langkah merumuskan tujuan instruksional dan visualisasi kisi-kisi sebagai langkah-langkah perencanaan tes buatan guru. Apabila isi item-item yang merupakan suatu kesatuan suatu tes benar-benar sesuai dengan suatu konsep atau konstruksi yang seharusnya menjadi isinya, maka dikatakan tes tersebut memiliki validitas konstruksi yang tinggi (Masidjo, 1995: 224). Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus sebagai berikut: ( ) ( )( ) { ( ) { 2222 Y Y N X X NY X CY NrXY39Keterangan: XYr: Koefisian ValiditasX : Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnyaY : Kriteria yang dipakai Taraf signifikanyangdipakai dalampenelitianini adalah5%kriteria validitas suatu tes ( XYr)0,91 1,00 : Sangat Tinggi (ST)0,71 0,90 : Tinggi (T)0,41 0,70 : Cukup (C)0.21 0.40 : Rendah (R)negatif 0,20: Sangat Rendah (SR)(Masidjo, 1995: 243)d. Uji ReliabilitasDigunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumusalpha(digunakan untukmencari reliabilitas yang skornya bukan 0 atau 1), yaitu sebagai berikut:

]]]]

]]]

21211111 nnrKeterangan: 11r : Reliabiltas Instrumenn : Banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal21 : Jumlah kuadrat masing-masing item21 : Kuadrat total keseluruhan item.40(Suharsimi Arikunto, 1996: 106)3. Teknik Analisis DataData yangdiperoleh dianalisis menggunakanuji-tpihakkanan. Oleh karena itu perlu diuji persyaratan analisisnya, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 4. Uji Prasyarata) Uji NormalitasUntukmengetahui apakahsampel terdistribusi normal atautidak, maka dilakukan uji normalitas dengan uji Lilliefors, yaitu: ( ) ( )| |zi ziS F Lo Dimana: F(zi): P(z ttabel Rumus yang digunakan adalah: 2 12 11 1n nSX Xt+( ) ( )( ) 21 12 122 221 1 + + n ns n s nSgabKeterangan: X : Mean nilaiSgab: Simpangan bakuN : Jumlah sampel (Sudjana, 1996: 239) 6.. Analisis deskriptif untuk data aspek afektif danpsikomotorik siswaAnalisis yangdigunakanadalahanalisis deskriptif yangbertujuanuntuk mengetahui nilai afektif dan psikomotorik siswa baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Rumus yang digunakan adalah : Persentase skor = % 1 0 0m a x __ _Xs k o rd i p e r o l e h y a n g S k o r (Sudjana, 2002:47)V. JADWAL PENELITIANKegiatan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai bulan Maret tahun 2012, dengan perincian dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 10. Jadwal PenelitianWaktuKegiatanDesember 2011Januari 2012Februari 2012Maret 20121 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4Persiapan44PelaksanaanAnalisis DataPenyusunan Laporan45VI.. DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.Binadja, Achmad. 1999a.Hakekat dan Tujuan Pendidikan SETS (Science,Environment, Technology and Sociey) Dalam Konteks dan Pendidikan yang ada.Makakalahdisajikan dalam seminar lokakarya Pendidikan SETSuntuk bidang Sains dan Non Sains. Kerjasama antara SEAMEORECSAMdan UNNES Semarang 14-15 Desember 1999.Binadja, Achmad. 1999b.Cakupan Pendidikan SETS untuk Bidang Sains dan Non Sains. Makalah disajikan dalam seminar lokakarya Pendidikan SETS untuk bidangSains danNonSains. Kerjasama antara SEMEORECSAMdan UNNES Semarang 14 -15 Desember 1999. Binadja, Achmad 1999c.Pendidikan SETS Penerapannya dalamPengajaran.Makalah disajikan dalamseminar lokakarya Pendidikan SETS untuk bidangSains danNonsains. Kerjasama antara SEAMORECSAMdan UNNES Semarang. 14 -15 Desember 1999.De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning. Bandung : Kaifa Direktorat Pendidikan Menengah Umun. 2001.Pedoman Pembuatan Alat Peraga Kimia Untuk SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan.Mangkuprawira, Sjafri. (2007). Lima Kunci Batasan Kompetensi Jakarta.Masidjo, Ignatius. 1995.PenilaianPencapaianHasil BelajarSiswadiSekolah.Yogyakarta : Kanisius.Meier, Dave. 2002 .The Accelarated Learning Hand Book. PanduanKreatif danEfektif Merancang ProgramPendidikan Dan Penelitian . Bandung : KaifaMulyasa, E. 2007.KurikulumTingkat satuanPendidikan. Bandung: PTRemaja Rosdakarya Offset Bandung.Purba, Michael. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. 46Purwadarminta. 2002.Kamus Besar BahasaIndonesiaedisi III.Jakarta: Balai Pustaka. Rachmawati, Johnson. 2007. Kimia untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta: Esis. Sudjana. 1996. Statistika. Bandung: Tarsito.Suherman,E. 2009. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Online at http://educare.e-fkipunla.net [diakses 30/05/11] Surapranata, Sumarna PhD. 2003. Profil Kemampuan Siswa Indonesia Berusia 14 Tahun dalam Bidang Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Benchmark Internasional TIMSS-R 1999. Jakarta: Balitbang Depdiknas.