Proposal Skripsi Dian Susiany

28
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu tempat dimana berlangsungnya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar ini akan berlangsung dengan baik apabila berada pada lingkungan fisik yang baik yaitu kondisi yang memungkinkan para siswa belajar dengan optimal,sehat, aman, dan selamat. Salah satu faktor untuk mencapai kondisi tersebut yaitu terhindar dari masalah kebisingan. Kebisingan dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat merintangi terdengarnya bunyi-bunyi lain atau menyebabkan rasa sakit. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat atau waktu tertentu yang dapat mengganggu kenyamanan lingkungan dan dapat berimplikasi terhadap kesehatan manusia

description

proposal

Transcript of Proposal Skripsi Dian Susiany

19

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu tempat dimana berlangsungnya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar ini akan berlangsung dengan baik apabila berada pada lingkungan fisik yang baik yaitu kondisi yang memungkinkan para siswa belajar dengan optimal,sehat, aman, dan selamat. Salah satu faktor untuk mencapai kondisi tersebut yaitu terhindar dari masalah kebisingan.Kebisingan dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat merintangi terdengarnya bunyi-bunyi lain atau menyebabkan rasa sakit. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat atau waktu tertentu yang dapat mengganggu kenyamanan lingkungan dan dapat berimplikasi terhadap kesehatan manusia (Kep. Men. LH No. 48 Tahun 1996) ) atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999). Terjadinya kebisingan pada suatu tempat tertentu merupakan salah satu bentuk telah terjadinya penurunan kualitas lingkungan atau telah terjadinya pencemaran atau polusi bunyiKawasan sekolah memerlukan lingkungan yang tenang dan jauh dari kebisingan. Tetapi kenyataannya untuk daerah perkotaan sulit untuk mendapatkan lokasi sekolah yang tenang. Akibat dari tingginya pertumbuhan ekonomi dan transportasi, pencemaran atau kebisingan tidak terhindarkan lagi terjadi pada sekolah yang berada dalam lingkungan kesibukan lalu lintas yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses belajar mengajar, seperti komunikasi yang kurang jelas dan kurang konsentrasi pada saat menerima pelajaran. Begitu besarnya pengaruh kebisingan terhadap aktifitas manusia, maka Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan Baku Mutu Tingkat Kebisingan yang dikeluarkan Menteri Negara Lingkungan Hidup melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996. Untuk lingkungan sekolah tingkat kebisingan yang diijinkan adalah 55 dBA.Meningkatnya mobilitas manusia di daerah perkotaan dalam melakukan kegiatannya membutuhkan sarana dan prasarana penunjang seperti transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat untuk memudahkan melakukan kegiatannya, dan meningkatnya perekonomian daerah juga menyebabkan meningkatnya jumlah kendaraan. Hal ini menimbulkan masalah di bidang transportasi dan lingkungan, akibat semakin banyak kendaraan yang menggunakan ruas-ruas jalan, selain banyak segi positifnya, seperti berperan sebagai penunjang, pendorong dan penggerak pertumbuhan daerah yang berpotensi dalam upaya peningkatan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya, kendaraan bermotor juga mempunyai segi negatifnya, khususnya menyangkut pencemaran terhadap lingkungan, yakni pencemaran udara baik berupa emisi gas buang maupun kebisingan yang salah satunya dapat mencemari kawasan pendidikan.Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di lingkungan SDN Buah Batu Baru, tingkat kebisingan di tempat tersebut diperkirakan melebihi nilai 55 dBA. Dengan alasan tersebut di atas penulis ingin mengetahui sejauh mana tingkat kebisingan di lingkungan SDN Buah Batu Baru.Alasan memilih SDN Buah Batu Baru Kota Bandung adalah paparan Kebisingan sangat tinggi untuk ukuran lingkungan pendidikan berdasarkan PerMenKes No. 718/MENKES/Per/XI/1987 tentang Kebisingan Yang Berhubungan Dengan Kesehatan.Berdasarkan kegiatan transportasi tersebut dapat mempengaruhi kualitas lingkungan berupa kebisingan maka dilakukan pemantauan kebisingan di SDN Buah Batu baru Kota Bandung, sehingga dari pemantauan tingkat kebisingan tersebut dapat direncanakan serta dilakukan upaya pengendalian apabila dianggap dapat mengganggu dan menbahayakan kesehatan manusia serta mencemari lingkungan sekitarnya.

B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu : Tingkat Kebisingan di SDN Buah Batu Baru Kota Bandung.

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat kebisingan di SDN Buah Batu Baru Kota Bandung Tahun 20112. Tujuan Khusus a. Mengevaluasi tingkat kebisingan jalan di SDN Buah Batu Baru Kota Bandung Tahun 2011 b. Mengetahui upaya pengendalian yang dapat dilakukan agar tidak mempengaruhi atau membahayakan kesehatan dan mencemari lingkungan sekitarnya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi AkademisPenelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu bahan bacaan serta referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan pemantauan dan pengendalian kebisingan. 2. Manfaat bagi Peneliti.Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman serta wawasan peneliti mengenai hasil pemantauan kebisingan serta upaya pengendalian yang dapat dilakukan agar tidak mempengaruhi atau membahayakan kesehatan dan mencemari lingkungan sekitarnya.

3. Manfaat bagi Tempat Penelitian.Penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu bahan acuan yang dapat memberikan gambaran mengenai hasil pemantauan kebisingan serta upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kebisingan di lingkungan SDN Buah Batu Baru Kota Bandung agar tidak mempengaruhi atau membahayakan kesehatan dan mencemari lingkungan sekitarnya.

E. Ruang Lingkup1. Ruang Lingkup WaktuPenelitian dilaksanakan pada Tanggal 13 Juni 22 Juli 20112. Ruang Lingkup TempatPenelitian dilaksanakan di SDN Buah Batu Baru Kota Bandung3. Ruang Lingkup MateriKebisingan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan serta lingkungan. Di antara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran (polusi) kebisingan dianggap istimewa dalam hal : (1) penilaian pribadi dan subjektif sangat menentukan untuk mengenali suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak, (2) kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran udara dan pencemaran air dan bising pesawat merupakan pengecualian.

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Pengertian KebisinganPengertian kebisingan diantaranya, yaitu :1. Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z 8106, IEC 60050-801 kosakata elektro-teknik Internasional Bab 801: Akustikal dan elektroakustikal). 2. Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996).3. Kebisingan yaitu semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999). 4. Berdasarkan KepMenKes No. 1405 Tahun 2002, kebisingan diartikan sebagai terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan (KepMenKes No. 1405 Tahun 2002). Dari pengertian dan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kebisingan merupakan faktor fisika di tempat kerja di mana pemajanan faktor fisika ini dapat mempengaruhi dan atau membahayakan kesehatan. Ukuran energi bunyi dinyatakan dalam satuan decibel (dB). Sedangkan baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

B. Sumber dan Tipe KebisinganMenurut Leslie L. Dolle, sumber bising dibagi kedalam 2 (dua) bagian, yaitu:1. Sumber bising interior, yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesin-mesin gudang.2. Sumber bising eksterior, yang berasal dari lalu lintas, transportasi, alat mekanik yang terlihat dalam gedung, perbaikan jalan dan lain-lain.

Kategori kebisingan lingkungan dapat dilihat seperti dalam tabel berikut :Tabel 1. Tipe-tipe Kebisingan LingkunganJumlah kebisinganSemua kebisingan di suatu tempat tertentu dan suatu waktu tertentu

Kebisingan spesifikKebisingan di antara jumlah kebisingan yang dapat dengan jelas dibedakan untuk alasan-alasan akustik. Seringkali sumber kebisingan dapat diidentifikasikan.

Kebisingan residualKebisingan yang tertinggal sesudah penghapusan seluruh kebisingan spesifik dari jumlah kebisingan di suatu tempat tertentu dan suatu waktu tertentu.

Kebisingan latar belakangSemua kebisingan lainnya ketika memusatkan perhatian pada suatu kebisingan tertentu. Penting untuk membedakan antara kebisingan residual dengan kebisingan latar belakang.

Sumber : Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1996.C. Jenis-jenis KebisinganMenurut Abdul Rahman, jenis bising dapat dibagi kedalam :1. Kebisingan kontinyu yaitu kebisingan yang tidak terputus-putus (tetap). Ini dibedakan lagi berdasarkan frekuensi spektrumnya. Contoh kebisingan kontinyu untuk berspektrum luas yaitu mesin kipas angin, dapur pijar. Sedangkan contoh kebisingan berspektrum sempit yaitu gergaji sirkular, katup gas.2. Kebisingan terputus-putus yaitu kebisingan yang berlangsung tidak terus menerus seperti kebisingan di jalan raya atau di lapangan udara.3. Kebisingan impulsif yaitu kebisingan dengan intensitas yang agak cepat berubah, seperti mesin tempa perusahaan.4. Kebisingan impaktif yaitu kebisingan dengan intensitas rendah tetapi sangat cepat seperti tembakan meriam, tembakan bedil.Sedangkan menurut Pusat Kajian dan Terapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, jenis-jenis kebisingan dibagi kedalam :1. Constant (steady) noise yaitu kebisingan yang mempunyai sound pressure level relatif konstan, fluktuasi relatif sangat kecil.2. Fluctuating (non steady) noise yaitu kebisingan yang mempunyai sound pressure level berfluktuasi bermakna.3. Continous noise yaitu kebisingan yang terjadi kontinyu dalam satuan waktu tertentu.4. Intermittent noise yaitu kebisingan yang terjadi tidak kontinyu (terputus-putus) dalam satuan waktu tertentu.5. Impulsive noise yaitu kebisingan yang terjadi ditandai dengan kenaikan dan penurunan sound pressure level dalam waktu kurang dari 1 (satu) detik.6. Random noise yaitu kebisingan terdiri dari multi level baik amplitudo maupun frekuensi yang terjadi tidak beraturan (acak) dalam satuan waktu tertentu.7. White noise yaitu kebisingan yang terdiri dari random spectrum yang mempunyai unit energi/frekuensi bandwith (kelompok frekuensi) yang sama pada masing-masing frekuensi band.8. Background noise yaitu kebisingan yang berasal dari luar lingkungan kerja.9. Annoyance yaitu suara yang dirasakan mengganggu tergantung pada sensitifitas individu dimana sound pressure level 63dB(A).10. Speech interference yaitu suatu keadaan di mana kemampuan untuk berkomunikasi terganggu karena kebisingan terjadi pada frekuensi yang sama sehingga sulit membedakan antara suara dan kebisingan.

D. Pengukuran KebisinganHal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran kebisingan yaitu tingkat tekanan suara berbobot A yang kemudian dibandingkan dengan nilai referensi dan kebisingan itu sendiri karena frekuensi harus dianalisa untuk merumuskan langkah-langkah pencegahan terhadap kebisingan.Pengukuran biasanya dilaksanakan dari ketinggian 1.2 sampai 1.5 meter dari atas permukaan tanah (JIS Z8731/ISO 1996-1.2) dan dilakukan studi pendahuluan terhadap sifat dari masalah kebisingan, periode waktu dan berapa sering kebisingan dihasilkan, situasi propagasi, situasi kerusakan dan situasi kebisingan latar belakang apakah ada sumber-sumber lain ataupun tidak.Dalam merencanakan pengukuran, perlulah menginvestigasi yaitu titik-titik pengukuran, tenaga pelaksana, peralatan pengukuran, proses-proses pengukuran serta metode komunikasi dan lainnya. Pada saat memilih alat-alat pegukuran perlu diingat tujuan dari hasil-hasil pengukuran terutama apabila pengukuran merupakan bagian dari investigasi untuk menentukan langkah-langkah penanggulangan sehingga perlu dilakukan pengukuran-pengukuran pada titik-titik dimana suara-suara mudah bocor seperti jendela, pintu, dan sebagainya.Pada saat pengukuran pilihlah waktu dimana kebisingan latar belakangnya stabil dan tidak ada sumber-sumber lainnya yang dapat mempengaruhi terhadap hasil pengukuran. Apabila sumber masalah stabil maka pengukuran hanya perlu berlangsung 120 sampai 180 detik, tetapi apabila tingkat tekanan suara berbobot A sangat berfluktuasi maka perlu diukur selama 250 detik atau lebih. Apabila terdapat kebisingan latar belakang dari lalu lintas atau sumber lain maka ukurlah dengan waktu 120 sampai 180 detik dalam peride dimana efek-efek tersebut tidak kelihatan dengan jelas terutama apabila sedang merekam, Makin lama perekamannya maka makin baik hasil yang didapatkan.

E. Baku Tingkat Kebisingan Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996). Baku tingkat kebisingan (Nilai Ambang Batas, NAB) peruntukan kawasan/lingkungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini (KepMenLH No.48 Tahun 1996) :Tabel 2. Baku Tingkat KebisinganPeruntukan kawasan / lingkungan kegiatanTingkat kebisingan (A)

a. Peruntukan Kawasan1. Perumahan dan pemukiman2. Perdagangan dan jasa3. Perkantoran dan perdagangan4. Ruang terbuka hijau5. Industri6. Pemerintahan dan fasilitas umum7. Rekreasi8. Khusus :- Bandar udara- Stasiun Kereta Api - Pelabuhan Laut- Cagar Budayab. Lingkungan Kegiatan1. Rumah Sakit atau sejenisnya2. Sekolah dan sejenisnya3. Tempat ibadah dan sejenisnya55706550706070

6070

555555

Sumber : Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1996.Dan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 718/MENKES/PER/XI/1987 tingkat kebisingan dibagi berdasarkan zona yaitu :Tabel 3.Baku Tingkat Kebisingan Pada Zona A, B, C dan DNo.ZonaBaku Tingkat Kebisingan dB(A)

Maksimum DianjurkanMaksimum Diijinkan

1.Zona A3545

2.Zona B4555

3.Zona C5060

4.Zona D6070

Dimana zona A yaitu zona yang diperuntukkan untuk penelitian, bangunan yang diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan atau pelayanan sosial dan tempat-tempat sejenisnya. Zona B yaitu zona untuk pemukiman, sekolah, rekreasi dan peruntukkan sejenisnya. Zona C yaitu zona perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar dan sejenisnya. Zona D yaitu zona untuk industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis dan sejenisnya. Dan kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yaitu 85 dB(A) (KepMenNaker No.51 Tahun 1999, KepMenKes No.1405 Tahun 2002). Pada lampiran 2 KepMenNaker No.51 Tahun 1999, NAB dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. Nilai Ambang Batas KebisinganWaktu pemajanan per hariIntensitas kebisingan dB(A)

8Jam85

488

291

194

30Menit97

15100

7.5103

3.75106

1.88109

0.94112

28.12Detik115

14.06118

7.03121

3.52124

1.76127

0.88130

0.44133

0.22136

0.11139

Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB(A) walaupun sesaat.

Sumber : Menteri Tenaga Kerja, 1999.

F. Pengaruh dan Akibat Kebisingan Kebisingan dapat mempengaruhi terhadap kesehatan manusia dan mencemari lingkungan. Meskipun pengaruh ini banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan emosional. Namun ada kasus-kasus dimana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara berbobot A dan karena lamanya telinga terpajan terhadap kebisingan itu. Beberapa jenis dari akibat kebisingan yang ditimbulkan yang mempengaruhi terhadap kesehatan manusia diantaranya, yaitu :Tabel 5. Jenis-jenis Dari Akibat-akibat KebisinganTipeUraian

Akibat LahiriahKehilangan pendengaranPerubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan.

Akibat fisiologisRasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering.

Akibat psikologisGangguan emosionalKejengkelan, kebingungan.

Gangguan gaya hidupGangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dan sebagainya.

Gangguan pendengaranMerintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telpon dan sebagainya.

Sumber : Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1996.

G. Kebisingan di Lingkungan SekolahKegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah sangat dipegaruhi oleh faktor eksternal, seperti kebisingan yang terjadi di sekitar lingkungan sekolah sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi pelajar.Pengelompokkan suatu tempat berdasarkan kebisingan akibat lalulintas dibagi menjadi tiga daerah aman bising (DAB), daerah moderat bising (DMB), dan daerah resiko bising (DRB). Kriteria untuk ketiga daerah tersebut berdasarkan Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan Peredam Bising (PPTBPB) Departemen Pekerjaan Umum Tahun 1999 adalah sebagai berikut :1. Daerah Aman Bising (DAB)a. Daerah dengan lebar 21 s/d 30 m dari tepi perkerasan jalanb. Tingkat kebisingannya kurang dari 65 dBA (Leq)c. Lama waktu paparan (60 - 65 dBA) maksimum 12 jam per hari2. Daerah Moderat Bising (DMB)a. Daerah dengan lebar 11 s/d 20 m dari tepi perkerasan jalanb. Tingkat kebisingan antara 65 s/d 75 dBA (Leq)c. Lama waktu paparan (65 75 dBA) maksimum 10 jam per hari3. Daerah Resiko Bising (DRB)a. Daerah dengan lebar 0 s/d 10 m dari tepi perkerasan jalanb. Tingkat kebisingannya lebih dari 75 dBA (Leq).c. Lama waktu paparan (75 90 dBA) maksimum 10 jam per hari

H. Penanggulangan KebisinganKebisingan akibat lalu lintas dapat dikurangi dengan melakukan beberapa strategi pengurangan kebisingan. Satwiko (2004) menawarkan strategi umum penanganan kebisingan sebagai berikut : Langkah awal selalu menangani kebisingan pada sumbernya dengan cara mengatur sedemikian rupa agar sumber bunyi mengeluarkan intensitas bunyi minimal. Bila memungkinkan, bungkam sumber kebisingan dengan cara memberikan penutup yang melingkupi sumber tadi dari bahan yang memiliki hambatan suara tinggi Bila tidak mungkin menangani sumber kebisingan langsung, maka tangani media rambatan bunyi. Getaran mesin dapat merambat melalui lantai yang akan menjadi kebisingan di ruang lain. Pemakaian pegas atau peredam getar langsung pada mesin akan memotong rambatan bunyi. Permukaan-permukaan yang tidak memantulkan bunyi akan sangat membantu mengurangi kebisingan.- Jika kedua hal di atas tidak memungkinkan, maka terpaksa penanganan kebisingan dilakukan pada penerima bunyi. Perlindungan telinga (ear protector) sangat diperlukan untuk melindungi telinga dari ketulian akibat kebisingan yang kuat.Strategi penanganan kebisingan bisa dilakukan pada ruang luar maupun ruang dalam. Strategi penanganan kebisingan ruang luar adalah sebagai berikut : Manfaatkan jarak karena tingkat bunyi akan semakin berkurang bila jarak semakin besar. Untuk bangunan yang kritis, bila mungkin carilah lokasi yang gangguan kebisingannya minimal. Mengelompokkkan kegiatan yang berpotensi bising dan yang memerlukan ketenangan Memberi tabir (penghalang bunyi) Memanfaatkan daerah yang tidak terlalu mensyaratkan ketenangan sebagai perintang kebisingan dengan cara pengaturan daerah (zoning) Menjauhkan bukaan (pintu dan jendela) dari sumber kebisingan (Satwiko, 2004)Strategi penanganan kebisingan ruang dalam adalah sebagai berikut : Mengusahakan peredaman pada sumber kebisingan Mengisolasi sumber kebisingan atau memakai penghalang bunyi Mengelompokkan ruang yang cenderung bising, menempatkan ruang-ruang yang tidak terlalu butuh ketenangan sebagai pelindung ruang-ruang yang memerlukan ketenangan Meletakkan sumber-sumber bising pada bagian bangunan yang masif ( misalnya basement) Mengurangi kebisingan akibat bunyi injak dengan bahab-bahan yang lentur Mengurangi kebisingan pada ruangan bising dengan bahan-bahan peredam Mengurangi kebisingan dengan memusatkan jalan perambatan bunyi melalui struktur bangunan (dengan memisahkan bangunan) (Satwiko, 2004)

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep PenelitianB. Variabel PenelitianC. Hipotesis PenelitianD. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala PengukuranAgar penelitian ini tidak menimbulkan perbedaan persepsi dan dapat membuat satu pemikiran yang sama maka peneliti membuat definisi operasional sebagai berikut ;1. Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.2. Tingkat kebisingan yaitu angka atau nilai yang menunjukkan kebisingan di lingkungan SDN Buah Batu Baru Kota Bandung dan dapat diukur dengan mempergunakan alat Sound Level Meter dalam satuan decibel (dB).3. Sumber bising yaitu sumber suara yang berasal dari alat-alat transportasi serta kegiatan domestik (rumah tangga) lainnya.4. Nilai ambang batas (NAB) yaitu baku tingkat kebisingan sebagai batas maksimal yang diperbolehkan untuk parameter kebisingan peruntukan kawasan/lingkungan sesuai dengan KepMenLH No.48 Tahun 1996 yaitu peruntukkan kawasan khusus tidak melebihi 70 dB(A).

E. Rancangan Penelitian1. Jenis Penelitian2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data3. Populasi dan Sampel Penelitian4. Instrumen penelitian5. Teknik Pengumpulan Data6. Teknik Pengolahan dan Analisa DataF. Jadwal Penelitian

PAK, MOHON BIMBINGANNYA KARENA SAYA MASIH RAGU AKAN MELAKUKAN PENELITIAN KUALITATIF ATAU KUANTITATIF, DAN VARIABEL PENELITIAN APA SAJA YANG NANTINYA AKAN SAYA KAJI. TERIMA KASIH