Proposal Seminar Diare
-
Upload
ary-fatmawan -
Category
Documents
-
view
837 -
download
5
Transcript of Proposal Seminar Diare
A. JUDUL
Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
Terhadap Zona Hambat Bakteri Shigella dysenteriae Secara In-Vitro
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala buang air
besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya
berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan
kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini
membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan
jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. (anonim. 2011)
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea;
Inggris = diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami
rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang
masih memiliki kandungan air berlebihan (anonim.2010)
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab
nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah
pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak)
memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia
karena Diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena
diare (anonim. 2011)
Diare dapat disebabkan oleh bakteri, salah satu bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi diantaranya Shigella dysentriae. Bakteri lain yang
1
menjadi penyebab diare meliputi, Escherichia coli, Salmonella, dan
Campylobacter. Dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab
kematian. (Tjay dan Rahardja, 2007)
Penyakit yang disebabkan oleh S. dysentriae adalah disentri basiler,
yaitu suatu infeksi peradangan akut saluran pencernaan, dengan kondisi
kronis meliputi diare, buang air besar berair yang disertai darah, lendir, dan
nanah (Pelczar dan Chan, 1988).
Melihat kondisi diatas maka perlu adanya suatu pengobatan yang
aman untuk menghambat atau membunuh bakteri penyebab penyakit tersebut,
antibiotik merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut namun
pada kondisi tertentu antibiotik tersebut bisa berubah fungsi dan meimbulkan
dampak yang negatif diantaranya menimbulkan kekebalan (resisten)
Penggunaan antibiotik berlebihan atau tidak tepat dapat menyebabkan bakteri
resisten (kebal). Resistensi bakteri terhadap antibiotik dilakukan melalui
perubahan (mutasi) DNA bakteri. Bakteri yang telah bermutasi DNA-nya
menjadi kebal antibiotik dan mereproduksi jutaan bakteri resisten turunannya
hanya dalam waktu sehari. Resistensi antibiotik dapat membuat obat / anti
biotik menjadi tidak berguna. Jika kita sakit karena bakteri yang resisten
terhadap antibiotik tertentu, kemungkinan sakitnya akan berlangsung lebih
lama dari yang seharusnya. (anonim. 2010)
Dalam tubuh manusia terdapat Bakteri "normal" yang memang
dibutuhkan tubuh dan tidak memunculkan penyakit. Flora normal tersebut
misalnya dari sebagian golongan Streptococus aurelus dan Eschereria coli
2
hidup di kolon (usus besar) manusia, dengan konsumsi antibiotik berulang,
bakteri "normal" ini akan menjadi kebal. Lalu kekebalannya bisa ditularkan
pada bakteri lain, termasuk bakteri yang menyebabkan penyakit. Jadi
antibiotik yang dikonsumsi berulang-ulang dapat menimbulkan kekebalan,
apalagi bila penggunaan itu sebenarnya tidak perlu. Dikhawatirkan, bila
terjadi infeksi yang betul-betul membutuhkan antibiotik, obat tersebut sudah
tidak lagi efektif karena bakteri sudah resisten.(anonim. 2010)
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya, sumber daya alam dan
pengetahuan tradisional, pengetahuan tradisional di era globalisasi saat ini
juga mempunyai peran cukup tinggi apabila dikelola dengan tepat, khususnya
yang terkait dengan bidang pertanian dan kesehatan. Dengan adanya
perkembangan dibidang bioteknologi, dapat dilakukan riset baru berbasis
plasma nutfah dan sumber daya genetic yang telah dimanfaatkan masyarakat
tradisional serta bidang kesehatan akan ditemukan obat baru yang berbasis
pengetahuan pengobatan tradisional dengan pemanfaatan tanaman obat
tradisional. Kesepakatan masyarakat dunia untuk gerakan back to nature
seyogyanya memacu pelaku IPTEK atau ilmuwan dalam negeri untuk
berlomba-lomba mengembangkan dan menghasilkan inovasi baru berbasis
pengetahuan tradisional, sumber daya genetik dan plasma nutfah asli
Indonesia yang banyak dimiliki bangsa ini (Wendy A. 2004)
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat adalah
tanaman manggis (Garcinia mangostana L.). Sudah sejak lama tanaman ini
dipercaya dapat menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh beberapa
3
spesies bakteri. Misalnya untuk mengobati sariawan, obat luar, wasir,
gangguan pencernaan (misalnya mencret), dan borok. Salah satu bagian
tanaman manggis yang digunakan untuk pengobatan adalah bagian kulitnya.
Di masyarakat, kulit buah manggis digunakan untuk mengobati sariawan,
disentri, nyeri urat, dan sembelit. Lebih dalamnya, kulit buah yang
mengandung resin sangat manjur untuk mengobati diare kronik pada anak
dan disentri. Kulit buah manggis mengandung senyawa xanton yang hanya
dihasilkan oleh genus Garcinia yang meliputi mangostin, mangostenol,
mangostinon A, mangostinon B, trapezifolixanton, tovofilin B, alfa
mangostin, beta mangostin, garsinon B, mangostanol, flavonoid epikatesin,
polevenol, Tanin dan gartanin, yang sangat bermanfaat untuk kesehatan
(Burkill,1994). Dari beberapa kandungan zat kimia tersebut ada beberapa zat
kimia yang dapat berperan terhadap penyembuhan diare diantaranya
flavonoid epikatesin , polevenol, Tanin (Wendi A. 2004)
Flavonoid berperan melindungi sel pada suatu organ (anonim. 2011) ,
kelompok polifenol memiliki peran sebagai antioksidan yang baik untuk
kesehatan (anonimouse. 2009), Tanin berperan sebagai penghambat kerja
enzim yang terdapat dalam mikroba, selain itu tanin juga menghambat keluar
masuknya zat pada membran mikroorganisme. (Cowan. 1999) melihat
kandungan zat yang terkandung dalam buah manggis maka dapat dikatakan
bahwa kandungan zat tersebut dapat berperan sebagai zat antimikroba.
Menurut Risma Marisi T., Soediro Soetarno, dan Elin Yulinah S,
menyatakan bahwa Ekstrak kental dari kulit buah manggis (Garcinia
4
mangostana L., Guttiferae) dapat berperan sebagai antimikroba terhadap 3
jenis bakteri penyebab diare yaitu: Shigella flexneri, Salmonella typhi dan
Escherichia coli. hasil yang diperoleh dari uji aktivitas antimikroba dengan
metode difusi agar dengan konsentrasi 10 mg/ml.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) Terhadap Zona Hambat Bakteri Shigella
dysenteriae Secara In-Vitro “
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu :
1. Adakah pengaruh perbedaan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap zona hambat bakteri Shigella dysenteriae.
2. Berapa konsentrasi minimun Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Shigella
dyseenteriae.
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh perbedaan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap zona hambat bakteri Shigella dysenteriae.
2. Mengetahui konsentrasi minimum yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Shigella dysenteriae.
5
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
diantaranya yaitu :
1. Dapat menambah wawasan mengenai Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) terhadap Zona hambat bakteri Shigella
dysenteriae secara in-vitro.
2. Sebagai bahan informasi mengenai kegunaan Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) terhadap bakteri Shigella dysenteriae.
3. Menambah pengetahuan bagi siswa SMA khusunya pada mata pelajaran
biologi kelas XII mengenai “Upaya manusia dalam pengembangan sumber
daya alam hayati” dan monera pada kelas I SMA.
4. Dapat mengetahui Zona Hambat (Garcinia mangostana L.) terhadap
bakteri Shigella dysenteriae, yang dapat digunakan sebagai obat dysentri
F. KERANGKA PEMIKIRAN
Shigella dysenteriae merupakan salah satu bakteri penyebab disentri
basiler yaitu suatu infeksi peradangan akut saluran pencernaan, dengan
kondisi kronis meliputi diare, buang air besar berair disertai darah, lendir, dan
nanah, S. dysenteriae merupakan bakteri gram negatif yang tipis, berbentuk
cocobacili bagian tubuh S. dysenteriae adalah polisakarida
Antibiotik dipercaya dapat mengobati disentri namun pada pemakaian
yang terus menerus dapat menimbulkan resistensi dari suatu bakteri, sehingga
memerlukan cara yang aman salah satunya penggunaan kulit buah manggu
(Garcinia mangostana. L ) yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit
6
yeng disebabkan oleh beberapa spesies bakteri misal digunakan sebagai obat
disentri. Menurut para ahli kulit buah manggis mengandung kandungan zat
aktif antimikroba seperti Flavonoid berperan melindungi sel pada suatu
organ (anonim. 2011), kelompok polifenol memiliki peran sebagai
antioksidan yang baik untuk kesehatan (anonimouse. 2009), Tanin berperan
sebagai penghambat kerja enzim yang terdapat dalam mikroba, selain itu
tanin juga menghambat keluar masuknya zat pada membran mikroorganisme.
(Cowan. 1999)
Menurut zewet, dkk (2001) Faktor yang mempengaruhi kerja
antimikroba diantaranya adalah pH lingkungan, Komponen media, Stabilitas
obat, ukuran inokulum, waktu inkubasi, aktivitas mikroorganisme, waktu
kontak, populsi jenis mikroba, temperatur, jenis material pada jasad renik,
dan konsentrasi zat antimikroba. Pada penelitian ini akan digunakan
konsentrasi zat antimikroba yang berbeda hal ini bertujuan untuk memperoleh
Kadar Hambat Minimum (KHM). Kandungan Kimia dan Aktivitas
Antimikroba Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L., Guttiferae)
menurut Risma Marisi T., Soediro Soetarno, dan Elin Yulinah S, Ekstrak
kental dari kulit buah manggis (Garcinia mangostana L., Guttiferae) dapat
berperan sebagai antimikroba terhadap 3 jenis bakteri penyebab diare yaitu:
Shigella flexneri, Salmonella typhi dan Escherichia coli. hasil yang diperoleh
dari uji aktivitas antimikroba dengan metode difusi agar dengan konsentrasi
10 mg/ml. Penulis menduga zona hambat yang terbentuk dipengaruhi
7
konsentrasi berbeda, konsentrasi yang paling tinggi mempunyai zat aktif lebih
tinggi dan menyababkan kematian yang lebih besar terhadap bakteri.
G. HIPOTESIS
Hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh dari perbedaan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap zona hambat bakteri Shigella dysenteriae.
2. Terdapat satu konsentrasi minimum Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Shigella dysenteriae.
H. KAJIAN TEORITIS
1. Tinjauan tentang Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
a. Sistematika Tanaman
(anonim. 2004)
Divisi
Sub divisi
Kelas
Bangsa
Suku .
Marga
Jenis
Nama umum dagang
Nama daerah :
Sumatera
Jawa
Spermatophyta
Angiospermae
Dicotyledoneae
Parietales
Guttiferae
Garcinia
Garcinia mangostana L.
Manggis
Manggoita (Aceh) Mangi (Gayo) Manggista
(Batak) Manggih (Minangkabau) Manggis
(Melayu)
Manggu (Sunda) Manggis (Jawa) Mangghis
8
Bali
Sulawesi
Maiuku
(Madura) Manggis (Bali)
Kirasa (Makasar)
Mangustang (Halmahera)
b. Spesifikasi dan Morfologi Tanaman
(anonim. 2004)
Deskripsi
Habitus
Batang
Daun
Bunga
Buah
Biji
Akar
Kandungan Kimia
Pohon, tinggi ± 15 m.
Berkayu, bulat, tegak, percabangan
simpodial, hijau kotor.
Tunggal, lonjong, ujung runcing, pangkal
tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip,
panjang 20-25 cm, lebar 6-9 cm, tebal,
tangkai silindris, hijau,
Tunggal, berkelamin dua, di ketiak daun,
tangkai silindris, panjang 1-2 cm, benang
sari kuning, putik satu putih, kuning.
Buni, bulat, diameter 6-8 cm, coklat
keunguan.
Bulat, diameter + 2 cm, dalam satu buah
terdapat 5-7 biji, kuning.
Tunggang, putih kecoklatan.
Akar, kulit batang dan kulit buah Garcinia
mangostana mengandung saponin, di
samping itu akar dan kulit batangnya juga
mengandung flavonoida dan polifenol serta
kulit buahnya juga mengandung tanin.
c. Khasiat Manggis
Dalam bidang kesehatan kulit buah digunakan untuk mengobati
sariawan, disentri, nyeri urat, sembelit. Buah yang mengandung resin
9
digunakan untuk mengobati disentri dan diare. Kulit batang digunakan
untuk mengatasi nyeri perut. Akar untuk mengatasi haid yang tidak
teratur. Menurut hasil penelitian kulit buah manggis memiliki aktivitas
antibakteri, antioksidan dan antimetastasis pada kanker usus
(Tambunan, 1998). Ekstrak kulit manggis mempunyai aktivitas
melawan sel kanker meliputi kanker payudara, hati, dan leukemia.
Selain itu, juga digunakan untuk antihistamin, antiinflamasi, menekan
sistem saraf pusat, dan tekanan darah, serta antiperadangan. Sedangkan
getah kuning dimanfaatkan sebagai bahan baku cat dan insektisida.
Efek biologi dan farmakologi, rebusan kulit buah manggis mempunyai
efek antidiare. Buah manggis muda memiliki efek speriniostatik dan
spermisida (Sudarsono dkk., 2002).
Kandungan zat aktif dalam kulit buah manggis yang berperan
sebagai antimikroba seperti Flavonoid berperan melindungi sel pada
suatu organ (anonim. 2011) , kelompok polifenol memiliki peran
sebagai antioksidan yang baik untuk kesehatan (anonimouse. 2009),
Tanin berperan sebagai penghambat kerja enzim yang terdapat dalam
mikroba, selain itu tanin juga menghambat keluar masuknya zat pada
membran mikroorganisme. (Cowan. 1999)
Menurut Risma Marisi T., dkk, Ekstrak kental dari kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L., Guttiferae) dapat berperan sebagai
antimikroba terhadap 3 jenis bakteri penyebab diare yaitu: Shigella
flexneri, Salmonella typhi dan Escherichia coli. hasil yang diperoleh
10
dari uji aktivitas antimikroba dengan metode difusi agar dengan
konsentrasi 10 mg/ml
2. Tinjauan tentang Disentri
Disentri merupakan penyakit yang umum di derita masyarakat di
indonesia. Berasal dari bahasa Yunani yaitu dys yang berarti gangguan dan
enteron yang berarti usus. Jadi disentri berati gangguan berupa radang
pada usus yang menyebabkan tinja feces bercampur lendir dan darah.
Secara endemik, disentri sering terjadi di negara tropis, termasuk
indonesia. Disentri menyerang anak-anak yang kurang baik imunisasinya.
Disentri disebabkan oleh organisme golongan Shigella dysenteriae, yang
terdiri dari tiga golongan strain yaitu Shigella shigae, yang menyerang
daerah tropis, Shigella ambigua dan Shigella flexneri atau paradisentri
yang sering menyerang bagian lintang khatulistiwa (Widjaja,2002).
Gejala ini kadang-kadang disertai pembesaran kelenjar limfa,
gejala klinisnya sebagai berikut (anonim. 2010):
1. Masa inkubasi delapan hari
2. Tubuh penderita lemah, panas yang tinggi
3. Diare dengan adanya lendir dan darah
4. Pingsan
Organisme disebarkan dari satu orang ke orang lainya melalui
makanan dan air yang sudah dikotori atau melalui vektor berupa lalat.
Bakteri penyebab disentri ini hidup dalam usus besar manusia yang
menyebabkan luka pada dinding usus. Infeksi oleh bakteri dikenal dengan
11
disentri basiler. Sedangkan infeksi disebabkan oleh amuba dikenal sebagai
disentri amoeba (anonim. 2010).
3. Tinjauan Umum tentang Bakteri Shigella dysenteriae
1. Taksonomi Bakteri Shigella dysenteriae
Menurut Ryan (2004), klasfikasi Shigella dysenteriae adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Bakteria
Filum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Ordo : EnterobacterialesEnterobacteriaceae
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Spesies : Shigella dysenteriae
Shigella merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan
gejala penyakit Shigellosis atau sering disebut disentri basiler. Sifat
shigella sebagai suatu bakteri dari familia Enterobacteriaceae, bersifat
gram negatip bentuk batang. Bakteri ini menyerupai Escherichia hanya
mempunyai perbedaan utama karena Shigella bersifat non motil.
Berdasarkam sifat biokimiawi dan antigeniknya. Genus Shigella
dibedakan menjadi 4 subgrup atau species yaitu subgrup A Shigella
dysenteriae, subgrup B S. flexneri, subgrup C S. boydii) dan subgrup D
S. sonnei) (Supardi.1998).
12
Berdasarkan antigen spesifik yang dimilki, S. dysenteriae dapat
dibedakan menjadi 10 serotipe, diantranya S. Shigae (tipe 1), S.
Achmizii (tipe 2). Sindroma yang ditimbulkan berupa disentri berat,
disertai suhu badan yang tinggi. S. flexneri terdiri dari enam serotipe
yaitu S. new castle bersifat memfermentasi karbohidrat dengan
membentuk asam dan gas (berbeda dengan Shigella lain yang hanya
membentuk asam saja). Serotipe ini merupakan satu-satunya serotipe
berfimbrin. Sindrom yang ditimbulkan lebih ringan daripada golongan
A, tapi lebih berat dari golongan B. S. sonnei hanya memiliki satu
serotipe, dan sindrome yang ditimbulkan lebih ringan daripada
golongan lainnya. Disamping itu, lebih tahan terhadap pemanasan
55°C, 1 jam, sedangkan bakteri yang lainya mati (Supardi, 1998).
Berikut ini adalah karakteristik dari S. dysentriae :
a. Patogenesis
Infeksi per oral, bakteri masuk dalam makanan dan
minuman melewati lambung masuk ke usus halus dan kemudian ke
kolon. Dalam usus besar bakteri ditangkap sel epitel. Kemudian
bakteri akan berkembang biak dan akan menyebabkan sel-sel epitel
rusak dan hancur. Sehingga kuman dapat menyebar ke sel-sel yang
berbatasan dengan epitel tadi dan ke lamina propria,
bermultiplikasi terus. Akibat kerusakan sel tadi, timbul ulsera-
ulsera dan makroabses mukosa kolon bagian terminal ileum, terjadi
nekrosis, pendarahan dan pembentukan pseudomembran diatas
13
ucler. Akibat serangan kuman pada sel yang berdekatan dan lamina
propria menimbulkan reaksi inflamasi dan trombosis kapiler.
(Gibson, 1996).
b. Mikroskopi
Organisme tidak bergerak dan merupakan satu-satunya
coliform yang tidak bergerak (Gibson, 1996).
c. Biakan
Organisme tidak memfermentasi laktosa, kecuali S. sonnei
yang memfermentasi secara lambat (Gibson,1996).
d. Gejala Disentri Basiler
S. dysenteriae terdiri atas beberapa serotipe yang berbeda.
Tipe 1 pertama kali ditemukan oleh Shiga pada tahun 1898 sebagai
penyebab penyakit disentri epidemik di Jepang. Oleh karena itu,
tipe 1 S. dysenteriae dikenal juga Bacillus shiga. Berbeda dengan
organisme penyebab disentri lainya terutama yang menyerang
saluran pencernaan. Bacillus shiga memproduksi eksoktoksin
spesifik yang bersifat termolabil dan disebut toksin shiga. Toksin
ini terdiri dari protein dan dapat menyebabkan paralisis pada
berbagai hewan percobaan.
Menurut Syahrurrachman (1994), Shigellosis sangat
bervariasi dari yang ringan, parah sampai fatal. Waktu inkubasi
sampai timbulnya gejala bervariasi dari 1-7 hari, tetapi biasanya
14
kurang dari 4 hari. Pada dosis yang tinggi, gejala dapat timbul
lebih cepat yaitu berkisar 12-24 jam.
2. Morfologi Bakteri Shigella dysenteriae
(zewetz, dkk. 2001)
a. Kekhasan organisme
Shigella merupakan batang gram negatip yang tipis,
berbentuk cocobacili terjadi pada perbenihan muda.
b. Kultur
Shigella merpakan fakultatip aerob, tetapi tumbuh baik
secara aerob. Koloni Shigella cembung, bundar, transparan dengan
diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam.
c. Karakteristik kultur
Semua Shigella memfermentasi glukosa. Dengan
pengecualian Shigella sonnei yang tidak memfermentasi laktosa.
Ketidakmampuan untuk memfermentasi laktosa diperlihatkan
Shigallea dalam media diferensial. Shigella membentuk asam dari
karbohidrat tetapi jarang memproduksi gas.
d. Struktur Antigenik
Shigella mempunyai bentuk antigenik yang kompleks. Ada
tumpang tindih dari sifat serologik dari spesies yang berbeda, dan
kebanyakan dari mereka mempunyai antigen O yang sama dengan
basil enterik lainnya.
15
e. Toksin
Pada autolisis, semua Shigella menularkan liposakarida.
Endotoksin ini mungkin berpengaruh pada iritasi dinding usus.
Shigella sysenteria memproduksi eksotoksin yang tidak tahan
panas yang mempengaruhi usus dan susunan saraf pusat.
Eksotoksin merupakan salah satu protein antigenik dan mematikan.
Pada manusia eksotoksin juga menghambat penyerapan gula dan
asam amino pada usus.
f. Epidemologi, Pencegahan dan Kontrol
Shigella disebarkan oleh makanan, jari, tinja, dan lalat dari
orang ke orang. Banyak kasus infeksi Shigella terjadi pada anak
dibawah 10 tahun. Ketika manusia host pathogenik Shigella,
kontrol harus diarahkan pada pengurangn oraganisme pada tendon
air dengan cara : 1) Kontrol sanitasi air, makanan dan susu,
pembuatan sampah, kontrol terhadap lalat. 2) Pengisolasian pasien
dan disinfektan. 3). Pendekatan kasus subklinis dan penyebab. 4)
pengobatan antibiotik pada individu yang terinfeksi.
Kandungan zat aktif dalam kulit buah manggis yang
berperan sebagai antimikroba seperti Flavonoid berperan
melindungi sel pada suatu organ (anonim. 2011) , kelompok
polifenol memiliki peran sebagai antioksidan yang baik untuk
kesehatan (anonimouse. 2009), Tanin berperan sebagai
penghambat kerja enzim yang terdapat dalam mikroba, selain itu
16
tanin juga menghambat keluar masuknya zat pada membran
mikroorganisme. (Cowan. 1999)
I. METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi FKIP Universitas
Galuh. Penelitian ini akan dilaksanakn pada bulan April - Mei 2011.
2. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat yang digunakan
Tabel 3.1 Alat
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah
1 Blender - 1 buah
2 Gelas ukur 250 ml 10 buah
3 Tabung reaksi 100 ml 20 buah
4 Pipet - 2 buah
5 Jarum ose - 2 buah
6 Cawan petri D 9.5 mm 30 buah
7 Kompor - 1 buah
8 Inkubator - 1 buah
9 Pengaduk - 2 buah
10 Gunting - 1 buah
11 Kertas label - 5 lembar
12 Jangka sorong - 1 buah
13 Lampu spirtus - 2 buah
14 Korek api - 1 bungkus
15 Pinset - 3 buah
16 Kertas buram - 100 lembar
17 Pulpen - 1 buah
18 Timbangan - 1 buah
19 Alat pelubang D 7 mm 1 buah
17
2. Bahan yang digunakan
Tabel 3.2 Bahan
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah
1 Buah manggis Matang 500 gr
2 Air/aquadesh Cair 4 liter
3 Isolat Shigella dysenteria Agar 1 tabung
4 Etanol Cair Secukupnya
5 Larutan NaCl Cair Secukupnya
3. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan
pengolahan data analisi varian (anava).
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak
Lengkap) terdiri dari 7 perlakuan. Pada thesis yang berjudul “Telaah
Kandungan Kimia dan Aktivitas Antimikroba Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L., Guttiferae) dengan peneliti Risma Marisi T.,
Soediro Soetarno, dan Elin Yulinah S di Sekolah Farmasi ITB,
menyatakan bahwa Ekstrak kental dari kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L., Guttiferae) dengan konsentrasi 10 mg/ml pelarut
diketahui dampat berperan sebagai anti bakteri terhadap bakteri
Shigella flexneri, Salmonella typhi dan Escherichia coli. Sehingga
penulis merancang penggunaan konsentrasi dibawah konsentrasi 10
mg/ml untuk menentukan Kadar rancangan tersebut yaitu :
18
a. Konsentrasi ekstrak kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.) sebayak 6 mg/ml
b. Konsentrasi ekstrak kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.) sebayak 7 mg/ml
c. Konsentrasi ekstrak kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.) sebayak 8 gr/ml
d. Konsentrasi ekstrak kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.) sebayak 9 gr/ml
e. Konsentrasi kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
sebayak 10 gr/ml
f. Konsentrasi ekstrak kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.) sebayak 11 gr/ml
g. Konsentrasi ekstrak kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L.) sebayak 12 gr/ml
Menurut Gomez (1995), rumus untuk menentukan db galat
sesuai rancangan yang digunakan adalah t(r-1). Sehingga untuk
menentukan jumlah ulangan (replikasi) digunakan rumus sebagai
berikut :
Diketahui : t = 7Ditanyakan : r ?Jawab : = t (r – 1) ≥ 5
= 7 (r – 1) ≥ 5 = 7r – 7 ≥ 5 = 7r ≥ 11 = r ≥ 1.6 = 2
19
Konsentrasi ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana
L.) yang berbeda dituangkan pada lubang sumur pada media agar,
dengan empat pengulangan yang masing-masing cawan berisi empat
lubang sumur. Hasil pengukuran zona hambat dari empat lubang
sumur pada masing-masing cawan petri dirata-rata menjadi satu data
sehingga total data diperoleh 14 buah.
Menentukan tata letak percobaan denggan Rancangan Acak
Lengkap (RAL).
1) Membagi tempat percobaan di dalam inkubator kedalam
kelompok dengan banyaknya ulangan sedemikian rupa sehingga
tiap ulangan relatip seragam karakteristiknya.
2) Meletakan secara random setiap kelompok ulangan berupa cawan
petri yang berisi bahan uji kedalam plot-plot sebanyak perlakuan
yang akan di uji.
Tabel 3.3 RAL
A1 E1 FI D2 E2 G1 B2
C1 D1 F2 C2 A2 B1 G2
Keterangan :
C3 : C = Menunjukan Perlakuan
3 = Menunjukan Ulangan
4. Variabel dan Parameter
1. Variabel-variabel penelitian ini adalah :
20
a. Variabel bebas : Ekstrak kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.)
b. Variabel terikat : Zona hambat bakteri Shigella Dysenteriae
2. Parameter
Parameter penelitian ini adalah diameter zona hambat yang
ditunjukan dengan daerah bening, yaitu daerah yang tidak ditumbuhi
bakteri.dalam satuan milimeter.
5. Langkah-langkah penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan menyiapkan dan sterilisasi
seluruh alat dan bahan.
2. Tahap pelaksanaan
a. Membuat Peremajaan Bakteri
1) Isolat bakteri di suspensi ke dalam larutan NaCl fisiologis pada
tabung reaksi.
2) Isolat bakteri dari NaCl digoreskan dengan jarum ose di atas
Muller Hinton agar yang telah padat.
3) Bakteri di inkubasi selama 18 jam dalam suhu 37°C.
(Gibson,1996).
b. Membuat ekstrak kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
Ekstraksi adalah metode umum yang digunakan untuk
mengambil produk dari bahan alami, seperti jaringan tumbuhan,
21
jaringan hewan dan mikroorganisme. Ekstraksi dianggap sebagai
langkah awal dalam rangkaian kegiatan pengujian aktivitas biologi
suatu tumbuhan pada organisme uji (Dadang dkk, 1999).
Adapun tahapan dalam proses ekstraksi adalah sebagai berikut :
1) Kulit buah manggis dicuci sampai bersih, kemudian ditiriskan
terlebih dahulu.
2) Kulit buah manggis di iris-iris pipih, kemudian di timbang
dengan konsentrasi perbandingan tertentu.
3) Irisan Kulit buah manggis di blender sampai halus bersama
etanol sebagai pelarut.
4) Hasil blender di endapkan selama 24 jam, lakukan penyaringan
setelah proses pengendapan.
5) Cairan Ekstrak kulit buah manggis di sterilisasi, bahan ekstraksi
siap digunakan untuk penelitian.
c. Membuat suspensi bakteri
Koloni bakteri hasil peremajaan disuspensikan kembali ke
dalam media cair yaitu NaCl fisiologis pada tabung reaksi dan
dibandingkan tingkat kekeruhanya dengan standar Mac farland
0,5%.
d. Membuat media agar
1) Muller hinton agar, dicampurkan dengan aquadesh pada
perbandingan 45 gram muller hinton agar, 1000 ml aquadesh
kemudian dipanaskan sampai mendidih.
22
2) Agar dituangkan ke dalam tabung reaksi untuk disterilisasi pada
autoklaf.
3) Hasil sterilisasi agar, dituangkan ke dalam cawan petri dengan
tebal 4 mm.
4) Suhu untuk agar kira-kira 45-50°C, 1 ml bakteri cair diteteskan
dan dihomogenkan ke dalam media agar. Kemudian dibiarkan
sampai dingin dan media menjadi padat (Zawetz dkk, 2001).
e. Memasukan bahan uji dengan teknik sumur
1) Dibuat 4 buah sumur pada media agar yang telah padat dalam
cawan petri dengan alat pelubang berdiameter 7 mm.
2) Ekstrak kulit buah manggis dimasukan 0,2 ml pada masing-
masing sumur.
f. Masukan bahan ke dalam inkubator
1) Bahan uji inkubasi pada suhu 37°C selama 18 jam di dalam
inkubator.
2) Zona hambat di amati dengan cara mengukur daerah bening
(diameter zona hambat) disekitar lubang seumur dengan
menggunakan kapiler atau janka sorong dalam satuan milimeter
dan data hasil pengukuran dimasukan kedalam tabel
pengamatan.
Tabel 3.4 Pengamatan
Perlakuan
UlanganKe-1
UlanganKe-2
UlanganKe-3
UlanganKe-4
A
23
B
C
D
E
F
G
6. Prosedur Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah Analisis Varian (ANAVA)
satu faktor untuk mengetahui Uji Efektivitas Berbagai Konsentrasi
Ekstrak Lengkuas (Alpina galanga L) Terhadap Zona Hambat
Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae.
Data hasil pengamatan di analisis dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Mencari rata-rata
2. Tes homogenitas
a. Menetukan standar deviasi
b. Menentukan variasi
c. Menghitung variasi gabungan
d. Menentukan nilai B (Barlett)
B = log vg (Ʃ(n1-1))
e. Menghitung nilai
24
f. Mencari nilai dari daftar
Rumus banyaknya perlakuan
g. Menentukan homogenitas variansi
Jika maka variansi tersebut homogen
Jika maka variansi tersebut tidak homogen
3. Menentukan derajat kebebasan (db) setiap sumber keragaman
a. Db umum = (r)(t) - 1
b. Db perlakuan = t-1
c. Db galat = t (r-1)
4. Menghitung faktor koreksi (FK)
FK =
5. Menghitung jumlah (JK)
a. Menghitung jumlah kuadrat perlakuan (JKp)
JKp =
b. Menghitung JK umum
c. Menghitung jumlah kuadrat galat (JKG)
JKG = JKu-JKp
6. Menghitung kuadrat tengah (KT)
a. Kuadrat tengah perlakuan
25
KT perlakuan =
b. KT Galat
KT galat =
7. Menghitung nilai F
F =
8. Menghitung F tabel pada taraf nyata ˰α = 5% dan α = 1%
Menurut Gomez (1995) ANAVA satu faktor untuk desain rancangan
acak lengkap adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5 Ringkasan ANAVA
Sumber Keraga
man (SK)
Derajat Kebebasan (Db)
JumlahKuadrat (JK)
KuadratTengah
(KT)F Hitung
F Tabel
Perlakuan
t-1
Galat percobaan
T (r - 1)JK umum - JKperlakuan
5%
1%
Umum (r) (t) – 1
Keterangan :
t : treatmen (perlakuan)
r : replikasi (pengulangan)
FK : Faktor koreksi
FK :
G : jumlah umum
26
N : Jumlah seuruh pengamatan
Keputusan yang diambil berdasarkan besar kecilnya F hitung yang
diperoleh dari perbandingan dengan F tabel, sehingga kesimpulan yang di
ambil adalah :
1. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf
nyata 1 %, maka perbedaan perlakuan dikatakan berbeda sangat nyata
dan ditunjukan dengan menempatkan tanda dua bintang pada nilai F
hitung dalam sidik ragam.
2. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel pada taraf 5%
tetapi lebih kecil daripada atau sama dengan nilai F tabel pada taraf
nyata 1%, maka perbedaan perlakuan dikatakan berbeda nyata dan
ditunjukan dengan menempatkan tanda dua bintang pada nilai F
hitung dalam sidik ragam.
3. Apabila nilai F hitung lebih kecil daripada atau sama dengan nilai F
tabel pada taraf nyata 5%, maka perbedaan perlakuan dikatakan tidak
berbeda nyata dan ditunjukan dengan menempatkan tanda tn pada
nilai F hitung dalam sidik ragam.
Jika F hitung ˃ F tabel maka selanjutnya di uji Duncan
1. Uji beda rata-rata dengan uji Duncan
Sₓ
2. Menghitung nilai LSR dengan SSR dari tabel 1% dan 5%
LSR = SSR. X. Sₓ
3. Membuat tabel beda nyata rata-rata dengan uji Duncan
27
4. Menentukan urutan efektifitas
J. JADWAL KEGIATAN
Objek penelitian dilakukan dilaboratorium biologi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh. Adapun waktu penelitian yang
dilakukan penulis adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6 Agenda Kegiatan
No KegiatanBulan
Jan Peb Mar Apr Mei Jun
1 Persiapan
2 Studi kepustakaan
3 Seminar proposal
4 Penelitian
5 Penyusunan skripsi
6 Sidang skripsi
K. DAFTAR PUSTAKA
28
Anonim.2011. Diare tersedia
http://www.esp.or.id/handwashing/media/diare.pdf akses/online 26
Pebruari 2011
anonimouse 2010. Bijaksana Memakai Antibiotik. Tersedia
http://majalahkesehatan.com/bijaksana-memakai-antibiotik/
akses/online 14 April 2011
Arisandi, Y dan Andriani, Y. 2008. Khasiat Tanaman Obat. Jakarta : Pustaka
Buku Murah.
Dadang dan Bambang. 1999. Ekstraksi, Sisolasi dan Identifikasi. Bogor :
Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu.
J Pelzart jr, Michael. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia Press.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta :
MediaAesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Matisi Risma T. Dkk. 2007. Telaah Kandungan Kimia dan Aktivitas
Antimikroba Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.,
Guttiferae). Tesis. Sekolah Farmasi ITB. Bandung
Pratiwi, D.A. Maryati, Sri dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas I. Jakarta :
Erlangga.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).
Jogjakarta: Gajah Mada University Press.
Zawetz, Melnick dan Adelberg’s. 2001. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta :
Salemba Medika.
29