Proposal Sarjana Membangun Desa (SMD) Agribisnis Sapi Potong Kelompok Tani Ternak "Ngudi Rahayu"...

download Proposal Sarjana Membangun Desa (SMD) Agribisnis Sapi Potong Kelompok Tani Ternak "Ngudi Rahayu" (Lolos)

If you can't read please download the document

description

Seperti kita ketahui bahwa produksi daging sapi di Indonesia masih jauh di bawah kebutuhan manusianya. Kebutuhan akan produk pangan asal hewan yang mengandung protein hewani ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan arti penting protein hewani baik bagi pertumbuhan maupun kecerdasan. Meningkatnya permintaan akan produk asal ternak membawa konsekuensi logis yaitu tuntutan akan ketersediaan produk asal ternak, yang selama ini kekurangan tersebut dipenuhi dari kran impor baik sapi hidup maupun daging beku. Jumlah populasi sapi di Indonesia diperkirakan berjumlah 11 juta ekor dan sekitar 1,5 juta ekor dipotong tiap tahun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.Kelangkaan daging sapi di pasaran salah satu penyebabnya adalah masih sulitnya bagi peternak untuk mendapatkan bibit sapi (bakalan) yang baik dan sehat untuk dipelihara sebagai ternak penghasil daging yang berkualitas, disamping faktor lainnya seperti keterbatasan modal, manajemen pemeliharaan yang belum baik, pakan yang belum optimal yang menyebabkan produktifitas ternak tidak optimal. Salah satu solusi bagi permasalahan ketersediaan bibit bakalan adalah dengan mengembangkan sentra peternakan yang menghasilkan bibit bakalan sapi dengan konsep kelompok tani berbasis sumber daya lokal dan kemandirian. Konsep ini diharapkan akan menciptakan sumber bakalan bagi kebutuhan dalam negeri dan yang paling penting adalah menumbuhkan jiwa kemandirian kepada para petani atau peternak yang tergabung dalam kelompok tani ternak.Berdasarkan hal tersebut maka Kelompok Ngudi rahayu Desa Mentasan Kecamatan Kawunganten sangat potensial untuk dijadikan pengembangan baik pembibitan maupun penggemukan sapi potong, mengingat daya dukung sumber daya alam yang baik, serta dukungan dinas terkait dan dekatnya perguruan tinggi untuk mengakses berbagai informasi berupa hasil – hasil penelitian yang dapat diadopsi dan diterapkan sehingga bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas sapi potong.

Transcript of Proposal Sarjana Membangun Desa (SMD) Agribisnis Sapi Potong Kelompok Tani Ternak "Ngudi Rahayu"...

PROPOSAL SARJANA MEMBANGUN DESA (SMD) PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG KELOMPOK TANI TERNAK NGUDI RAHAYUDisusun Oleh : YULI YANTO, S.PtDESA KABUPATEN PROPINSI: MENTASAN : CILACAP : JAWA TENGAHKECAMATAN: KAWUNGANTENNomor : 01 / KTT-PJ/III/2008 Lamp : 1 Bendel Perihal : Permohonan Pengembangan Agribisnis Sapi PotongCilacap, 2 Agustus 2010Kepada Yth Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Dengan hormat, Dengan ini kami sampaikan melalui Program Sarjana Membangun Desa (SMD) tahun 2010, kami Kelompok Tani Ternak Ngudi Rahayu Desa Mentasan, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap, Provisnsi Jawa Tengah mengajukan permohonan bantuan pengembangan agribisnis sapi potong guna mengatasi permasalahan pengembangan usaha peternakan sapi potong di desa kami. Usaha agribisnis sapi potong di desa kami khususnya warga kelompok tani ternak yang tergabung dalam Kelompok Tani Ternak Ngudi Rahayu menghadapi keterbatasan modal dalam pengembangan usaha, sehingga produksi peternakan belum optimal jika dibandingkan dengan potensi lokal (SDM, HMT) yang kami miliki. Usaha itu kami sangat mengharapkan bantuan guna pengembangan agribisnis sapi potong sebagaimana tersebut dalam proposal agar produksi peternakan di desa kami lebih optimal yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa pada umumnya. Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini kami lampirkan . 1. Proposal Permohonan 2. Profil Kelompok Tani Ternak Ngudi rahayu 3. Susunan Pengurus Kelompok Tani Ternak Ngudi rahayu 4. Rencana Anggaran Biaya (RAB) 5. Foto/Data Pendukung Lain.Demikian permohonan kami, atas kebijaksanaan dan perkenannya disampaikan terima kasih.Calon SMDKetuaSekretarisYULI YANTO, S.PtMUKIDI mengetahuiKUSNOCamat KawungantenPj. Kepala Desa MentasanSURANTO, BSc, SIP, MM Pembina NIP. 19620607 198501 1 003YANI YHUSTIANTA, SSTP, MMKepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten CilacapIr. GUNAWAN, MM Pembina Utama Muda NIP. 19580809 198503 1 017PROPOSAL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI POTONG KELOMPOK TANI TERNAK NGUDI RAHAYU I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seperti kita ketahui bahwa produksi daging sapi di Indonesia masih jauh di bawah kebutuhan manusianya. Kebutuhan akan produk pangan asal hewan yang mengandung protein hewani ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan arti penting protein hewani baik bagi pertumbuhan maupun kecerdasan. Meningkatnya permintaan akan produk asal ternak membawa konsekuensi logis yaitu tuntutan akan ketersediaan produk asal ternak, yang selama ini kekurangan tersebut dipenuhi dari kran impor baik sapi hidup maupun daging beku. Jumlah populasi sapi di Indonesia diperkirakan berjumlah 11 juta ekor dan sekitar 1,5 juta ekor dipotong tiap tahun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Upaya untuk memenuhi kebutuhan daging tersebut saat ini masih dilakukan dengan cara mengimpor dari luar negeri, baik berupa sapi maupun bentuk daging. Dan dinas melaporkan pada tahun 2007 indonesia mengimpor sapi Brahman Cros (BX) empat ratus ribu ekor. Kelangkaan daging sapi di pasaran salah satu penyebabnya adalah masih sulitnya bagi peternak untuk mendapatkan bibit sapi (bakalan) yang baik dan sehat untuk dipelihara sebagai ternak penghasil daging yang berkualitas, disamping faktor lainnya seperti keterbatasan modal, manajemen pemeliharaan yang belum baik, pakan yang belum optimal yang menyebabkan produktifitas ternak tidak optimal. Faktor ketersediaan bibit sapi bakalan yang berkualitas dan jumlah yang memadai akan memberikan solusi bagi permasalahan keterbatasan bibit bakalan yang sering dihadapi peternak sapi. Salah satu solusi bagi permasalahan ketersediaan bibit bakalan adalah dengan mengembangkan sentra peternakan yang menghasilkan bibit bakalan sapi dengan konsep kelompok tani berbasissumber daya lokal dan kemandirian. Konsep ini diharapkan akan menciptakan sumber bakalan bagi kebutuhan dalam negeri dan yang paling penting adalah menumbuhkan jiwa kemandirian kepada para petani atau peternak yang tergabung dalam kelompok tani ternak. Akan lebih bijak jika pemenuhan daging tersebut diproduksi di dalam negeri sendiri, mengingat angka pengangguran yang tinggi, serta Indonesia merupakan Negara tropis yang kaya akan sumebr daya alam dalam hal ini sumber hijauan dan bahan pakan potensial lainnya. Sehingga sumber daya ini bisa mendukung untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi potong. Usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan (sesuai dengan norma gizi) manusia Indonesia akan daging tersebut, ada berbagai macam dan cara. Salah satu diantaranya bila dipandang dari segi system produksi yang erat kaitannya dengan tipologi usaha maka hendaknya tidak lagi dalam bentuk tradisional atau komoditi ternak sapi potong hanya sekedar pendukung pertanian dengan kata lain hanya sebagai usaha sambilan, akan tetapi harus sudah mengarah pada bentuk usaha pokok atau industry yang dikelola secara professional, dengan memanfaatkan bio dan teknologi tepat guna yang memungkinkan usaha penignkatan efisiensi. Berdasarkan hal tersebut maka Kelompok Ngudi rahayu Desa Mentasan Kecamatan Kawunganten sangat potensial untuk dijadikan pengembangan baik pembibitan maupun penggemukan sapi potong, mengingat daya dukung sumber daya alam yang baik, serta dukungan dinas terkait dan dekatnya perguruan tinggi untuk mengakses berbagai informasi berupa hasil hasil penelitian yang dapat diadopsi dan diterapkan sehingga bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas sapi potong. I.2. Identifikasi Masalah Terbatasnya jumlah sapi bakalan merupakan masalah pokok yang harus segera dipecahkan. Sampai saat ini peternakan yang mengkhususkan usahanya pada penyediaan sapi bakalan masih sangat terbatas. Keterbatasan tersebut tentu saja bukan masalah yang berdiri sendiri tetapi merupakan masalah yang terkaitdengan permasalahan lainnya diantaranya keterbatasan modal, pay back periode yang cukup lama, akses teknologi yang terbatas. Permasalahan tersebut dapat dipecahkan salah satunya dengan mengaktifkan kembali kelompok tani ternak sapi yang mengkhususkan komoditasnya pada penyediaan sapi bakalan. Pemberdayaan sumber daya lokal melalui refungsionalisasi kelompok tani ternak tentu saja membutuhkan dukungan berbagai pihak. Dukungan modal, alih teknologi, akses informasi, penambahan nilai tambah pada produk sampingan dan yang tidak kalah penting adalah pendampingan. Faktor-faktor tersebut apabila dapat dilaksanakan dengan kerjasama seluruh stakeholder peternakan, maka ketersediaan sapi bakalan di masa depan bukan merupakan hal yang mustahil. I.3. Tujuan Tujuan usaha peternakan sapi potong dengan memberdayakan kelompok tani ternak diantaranya adalah : 1. Memproduksi sapi bakalan yang berkualitas dan berkelanjutan. 2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya kelompok tani ternak secara berkelanjutan. 3. Memberdayakan dan melestarikan sumber daya lokal. 4. Meningkatkan penerapan teknologi tepat guna dalam usaha budidaya ternak sapi potong. 5. Meningkatkan kemapuan kelompok dalam memfasilitasi kebutuhan modal usaha para anggota. 6. Mencapai swasembada daging. 7. Terciptanya kemandirian kelompok. I.4. Sasaran 1. Meningkatkan produksi dan produktivitas sapi potong 2. Berkembangnya usaha kelompok, meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan.3. Meningkatnya kemandirian kelompok dalam transformasi terknologi produksi, modal dan pasar. 4. Terbukanya peluang usaha dan ekonomi di pedesaan. I.5. Hasil yang diharapkan 1. 2. 3. Meningkatnya produksi peternakan Meningkatnya usaha peternakan pedesaan Meningkatnya kesejahteraan petaniII. PROGRAM KERJA DAN RENCANA PENGEMBANGAN USAHA II.1. Program kerja Guna mengatasi permasalahan yang ada, perlu ada usaha usaha untuk mengatasi antara lain : 1. Pengembangan kelembagaan kelompok, dilakukan dengan perbaikan administrasi kelompok, pertemuan rutin kelompok dan pembinaan kelembagaan. 2. Perbaikan aspek budidaya pembibitan ternak, dilakukan dengan penerapan teknologi dalam hal ini teknologi reproduksi, teknologi pengolahan pakan dari limbah pertanian, perbaikan serta tata laksana kandang dan peralatan, perbaikan manajemen kesehatan hewan dan pengolahan limbah. 3. Pengelolaan limbah kotoran ternak menjadi komoditi yang menguntungkan, dilakukan dengan cara mengolah kotoran ternak menjadi pupuk organic dengan decomposer. 4. Pengembangan kebun HMT, dlakukan dengan cara menanam rumput berkualitas seperti rumput gajah dan king grass. 5. Pemasaran hasil usaha yang meliputi ternak bibit berkualitas dan pupuk organic.II.2.Rencana anggaran biaya (RAB) TerlampirII.3.Data Administrasi Dan Kelembagaan 1. Nama kelompok tani 2. Alamat : Ngudi Rahayu : Desa Mentasan RT, 03 RW 02 Kecamatan Kabupaten Cilacap3. Kepengurusan kelompokKawunganten: Terlampir KESIMPULANIII.1. Dengan bantuan sarjana membangun desa, peternakan yang diterima dapat menigkatkan pendapatan anggota. 2. Dapat memanfaatkan sumber data yang ada. 3. Menyediakan lapangan dan kesempatan kerja. 4. Mengadakan kerja sama dengan anggota kelompok tani agribisnis dalam pemenuhan kebutuhan pupuk kandang.IV.PENUTUPDengan proposal ini kami buat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya kelompok peternak untuk menggali dan memanfaatkan potensi wilayah yang ada. Semoga untuk menjadikan periksa serta besar harapan kami untuk dapat dipertimbangkan sebagaimana mestinya. Mengetahui, Ketua SekretarisMUKIDIKUSNOPROFIL KELOMPOK TANI TERNAK NGUDI RAHAYU DESA KECAMATAN : MENTASAN : KAWUNGANTENKABUPATEN : CILACAPI. PENDAHULUAN I.1. Latar BelakangMasayarakat desa Mentasan, kecamatan kawunganten sebagian besar bergerak di bidang pertanian menghadapi berbagai keterbatasan bagi pengembangannya. Lahan pertanian tanaman sebagian besar merupakan sawah tadah hujan, untuk itu guna menopang pendapatan petani, sebagian besar petani di wilayah desa memelihara sapi, di mana ketersediaan pakan dari limbah pertanian cukup tersedia. Ketersediaan air yang hanya mengandalkan musiman, maka budidaya yang dikembangkan berupa tanaman palawija dan hortikultura yang menyumbangkan kebutuhan cukup potensial bagi pengembangan budidaya peternakan, khususnya sapi potong. Namun demikian, guna pengembangan agribisnis sapi potong yang sudah menjadi budidaya masyarakat tani termasuk kecamatan kawunganten menghadapi keterbatasan menyangkut pemodalan, sedangkan dukungan dunia usaha maupun perbankan masih rendah. Kelompok Tani Ternak Ngudi rahayu yang merupakan salah satu bagian dari komponen masyarakat desa yang mengelola langsung aktivitas usaha peternakan sapi, yang didukung oleh lahan Hijauan Makanan Ternak (HMT), SDM dan organisasi kelompok yang cukup solid. Tetapi kami memiliki keterbatasan dalam penyediaan permodalan bagi pengembangan agribisnis sapi potong. Untuk itu kami selaku bagian dari masyarakat desa membutuhkan dukungan dan bantuan berupa permodalan bagi pengembang agribisnis sapi potong dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta demi kemajuan masyarakat desa khususnya petani kecil.I.2. Profil Kelompok Ternak Ngudi RahayuKelompok ternak ngudi rahayu berdiri tahun 2002. Dorongan berdirinya kelompok tani ternak ini karena dukungan sumber daya alam (SDA) dan adanya komunitas para peternak ataupun sumber daya manusia yang bersemangat untuk berkiprah di komoditi sapi potong, namunketerbatasan modal menjadikan hambatan tersendiri untuk mengembangkan ternaknya. Wilayah desa Mentasan terletak di tengah tengah desa lainnya sehingga memudahkan untuk pengadaan hijauan. Hal ini sangat menguntungkan kelompok ternak kami. Adapun luas wilayah kecamatan kawunganten menurut jenis pengairan yaitu, irigasi teknis 3.850 ha, tadah hujan 812 ha. Sedangkan luas wilayah menurut penggunaan yaitu tegalan 873.15 ha, sawah 4.662 ha, pekarangan 2.085,19 ha. Kepemilikan sapi potong di kecamatan kawunganten masih sangat sedikitnya jumlahnya. Banyaknya rumah tangga peternak sapi potong 272, domba dan kambing 4092, kerbau 0, sapi perah 0. Komoditas utama menurut sub sector tanaman pangan yaitu, padi sawah luas lahan 4.492 ha produksi 5,7 ton/ha, padi gogo 602 ha produksi 3,2 ton/ha, kedelai 405 ha produksi 1,7 ton/ha, jagung 564 ha produksi 4,5 ton/ha, ketela 311 ha produksi 18 ton/ha, dan kacang tanah 22 ha produksi 1,9 ton/ha. Melihat data data tersebut sangat potensial untuk mendukung penyelenggaraan peternakan sapi potong. II. RENCANA PEMASARAN 2.1. Rancangan Produk dan Karakteristiknya Produk utama usaha peternakan ini adalah sapi bakalan khususnya jenis sapi potong yang nantinya dijual sebagai bakalan sapi penggemukan sebagai penghasil daging. Karakteristik produk yang dihasilkan terutama adalah sapi bakalan dengan kisaran umur 1 tahun, jenis kelamin jantan, kondisi sehat dan memenuhi syarat-syarat sebagai sapi bakalan potong untuk digemukan. Produk sampingan dari usaha ini diantaranya adalah kompos yang telah dikemas, sapi betina majir, dan sapi afkir. 2.2. Target Pemasaran Target pemasaran yang dituju adalah para pedagang dan peternak sapi potong lebih khusus lagi adalah para peternak feedlot atau penggemukan.Struktur pemasaran yang dipakai adalah pemasaran melalui kelompok. Sapi bakalan yang akan dijual, melalui kelompok hal ini untuk menghindari permainan harga dari para penjual ternak dan kemudahan administrasi. Penjualan bisa secara langsung dilakukan oleh kelompok langsung kepada pembeli. 2.3. Aspek Harga Harga merupakan hasil dari hukum penawaran dan permintaan, selama ini para peternak di kelompok tani ternak Ngudi Rahayu tidak merasa dirugikan naum untuk melindungi harga maka salah satu solusinya adalah melakukan pengaturan penjualan sapi bakalan, sapi dijual hanya melalui kelompok. Aspek jalur pemasaran merupakan hal penting untuk mendapatkan harga yang optimal, selain hal tersebut kualitas sapi bakalan juga terus ditingkatkan sehingga memenuhi syarat sapi bakalan untuk penggemukan, dan hal tersebut memberikan keuntungan harga yang optimal.III. BIDANG KEGIATAN3.1. Program Produksi AnakProgram ini adalah untuk menghasilkan anak. Anak anak tersebut akan dapat digunakan dalam beberapa program lainnya, oleh karena itu program usaha ini merupakan dasar dan program lainnya yang ada dalam usaha sapi potong, dan hal ini yang menjadikan alasan kami untuk diangkat dalam proposal ini dengan harapan kelompok tani ternak Ngudi Rahayu bisa berperan aktif berpartisipasi menjalankan program pemerintah dalam rangka swasembada pangan pangan berupa daging.3.2. Aspek UsahaKegiatan ini diharapkan mampu melibatkan masyarakat sektarnya dalam mengembangkan usaha sapi potong dan sekaligus membuka anak usaha usaha lainnya seperti, usaha pupuk organic, pembesaran pedet, penggemukan, jasa angkutan, jasa simpan pinjam dan masih banyak lagikemungkinan kemingkinan yang lain yang pada akhirnya bisa meningkatkan pendapatan masyarakat secara luas sehingga kesejahteraan petani ternak meningkat.3.3. Gambaran Dan Tenkis Pemeliharaan 1. 2. 3. 4.Manajemen kandang Manajemen pakan Manajemen reproduksi Manajemen kesehatanIV. RENCANA OPERASIONAL 4.1. Konsep (Pendekatan) Implementasi Konsep implementasi program yang direncanakan adalah dengan pemberdayaan sumber daya lokal setempat. Hal tersebut agar program yang ada dapat berjalan terus menerus dan tercipta sustainability program (keberlangsungan program). Peran anggota kelompok tani ternak dioptimalkan sehingga tercipta rasa kepemilikan yang kuat terhadap asset yang telah dibangun dalam kelompok. 4.2. Aplikasi Teknologi Kelompok tani ternak Ngudi Rahayu telah mengaplikasikan teknologi dalam manajemen peternakannya meskipun masih sederhana, diantaranya dalam hal manajemen pakan mereka telah menggunakan konsentrat, jerami padi amoniasi dan Inseminasi Buatan. 4.3. Rancangan Lokasi Usaha dan Pengorganisasian Lokasi usaha berada di kawasan peternakan kelompok tani ternak Ngudi Rahayu di Desa Mentasan, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap. Lokasi peternakan tersebut sudah cukup memenuhi persyaratan usaha peternakan khususnya sapi potong untuk pembibitan diantaranya dekat sumber air, ketersediaan sumber pakan hijuan dan konsentrat, kandang yangberkelompok dan memadai, dukungan dan izin dari masyarakat dan pemerintah daerah setempat, akses transportasi yang mudah. Pengorganisasian usaha dilakukan sepenuhnya oleh kelompok tani ternak Ngudi Rahayu tentu saja dengan fasilitasi dari fasilitator Sarjana Membangun Desa. Pemerintah desa dan dinas terkait juga dilibatkan dalam pengawasan supaya tercipta iklim usaha yang terbuka dan jauh dari kesan penyalahgunaan dana dan lain sebagainya. 4.6. Rancangan Evaluasi Evaluasi memegang peranan penting dalam melihat sejauh mana implementasi dan perkembangan program yang direncanakan. Evaluasi rencananya akan dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dalam periode waktu tertentu yaitu 1 bulan sekali. Beberapa hal yang dievaluasi diantaranya adalah : 1. 2. 3. Perkembangan implementasi program. Kendala dan pemecahan. Recording ternakV. RENCANA KEUANGAN Rencana Alokasi Anggaran Rencana alokasi anggaran usaha penggemukan dan pembibitan sapi potong yaitu sebagai berikut : 1) Pengadaan sapi bakalan 14 ekor @ Rp 8.500.000 Rp. 119.000.000 2) Sapi Induk Bunting 7 bulan 12 ekor @ 12.600.000 Rp. 151.200.000 3) Kandang semi permanen 4) Konsentrat 1 paket 5) Sarana IB 1 paket 6) Vaksinasi dan obat 1 paket 7) Instalasi Biogas 1 Unit 8) Instalasi pengolahan pupuk 1 Unit Rp. 15.000.000 Rp. RP. RP. RP. RP. 9.450.000 1.500.000 500.000 5.000.000 2.500.0009) Operasional Pendamping 12 bulan 10) Pelatihan dan Pelaporan 11) Penguatan Lembaga Total Analisis UsahaRP. 18.000.000 RP. RP. 1.350.000 1.500.000Rp. 325.000.000Untuk melakukan analisis usaha penggemukan dan pembibitan sapi potong, perlu ditetapkan beberapa asumsi dan faktor teknis yang akan menentukan untung ruginya usaha tersebut. Sedangkan analisis kelayakan finansial usaha dilakukan dengan menggunakan beberapa alat, diantaranya analisis cashflow, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return, dan B/C rasio. Teknis usaha penggemukan menggunakan bakalan sapi simental atau limousin dengan umur kira-kiran 1,5 tahun. Dengan perkiraan bobot rata-rata 330-350kg/ekor dan harga beli dipasaran diasumsikan Rp.25.000/kg bobot hidup, maka harga satu ekor bakalan sapi siap digemukkan sekitar Rp. 8.500.000/ekor. Pakan hijauan diperoleh dari kebun HMT milik anggota kelompok dan diasumsikan dengan biaya Rp.100,-/kg. Sedangkan biaya konsentrat sekitar Rp.1500,-/kg. Biaya tenaga kerja dikenakan Rp. 2500,-/ekor/hari. Untuk lebih lengkapnya, faktor teknis usaha penggemukan sapi dapat dilihat pada Lampiran 1. Selain asumsi dan faktor teknis, untuk melakukan analisis usaha pembibitan sapi juga diperlukan perkiraan struktur populasi ternak dalam jangka waktu tertentu. Struktur populasi ini akan menentukan besarnya pendapatan yang diperoleh dari penjualan baik produk utama berupa/bakalan atau bibit, maupun produk sampingan berupa kompos. Perkiraan struktur populasi selama 5 tahun dapat dilihat secara jelas pada Lampiran 2. Beberapa aspek teknis produksi, seperti pakan dan tenaga kerja, sama dengan usaha penggemukan hanya saja konsentrat yang diberikan 2 kg/ST/hari. Aspekteknis dam asumsi penting dalam usaha pembibitan yaitu service preconception (S/C), mortalitas, dan persentase lahir jantan dan betina dalam analisis usaha ini secara berurutan yaitu 1, 2%, dan 50:50. Secara lebih jelasnya, asumsi dan faktor teknis usaha pembibitan sapi dapat dilihat pada Lampiran 3. Analisis kelayakan finansial meliputi analisis cashflow, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan B/C rasio, disajikan pada Lampiran 4. Total investasi awal disesuaikan dengan alokasi anggaran yang ada yaitu sebesar Rp. 325.000.000,-. Biaya operasional dan modal kerja untuk usaha pembibitan dan penggemukan, meliputi, biaya pakan hijauan, tenaga kerja dan sewa lahan kandang akan diperhitungkan dan dibayarkan setelah ada penjualan output. Sedangkan untuk biaya konsentrat pada usaha pembibitan akan dibiayai dari sebagian keuntungan usaha penggemukan yang persentasenya akan ditetapkan kemudian NPV bernilai positif (Rp. 540.443.106,-) menunjukkan bahwa apabila investasi dijalankan maka usaha akan memberikan kentungan. Semakin besar NPV maka pusaha akan semakin untung. Nilai IRR yaitu 32%, lebih besar dari tingkat bunga bank (18%). Hal ini menunjukkan bahwa investasi pada usaha ini akan jauh menguntungkan daripada sejumlah modal tersebut diinvestasikan pada bank. Sedangkan B/C rasio rata-rata pertahun sebesar 1,2 hal ini berarti setiap pengeluaran tambahan biaya produksi sebesar Rp. 100,akan menghasilkan Rp. 120,-. Dengan kata lain, keuntungan akan semakin meningkat seiring dengan penambahan input produksi (jumlah ternak) yang diinvestasikan. VI. PENUTUP Demikian proposal pengembangan peternakan pembibitan sapi potong di kelompok tani ternak Ngudi Rahayu, Desa Mentasan, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap ini kami buat. Pembuatan proposal ini dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan analisis kebutuhan kelompok sehingga diharapkanprogram yang diajukan merefleksikan kebutuhan kelompok yang sebenarnya. Kami berharap proposal ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan kelompok tani ternak Ngudi Rahayu.Mengetahui Pj Kepala Desa MentasanCilacap, 2 Agustus 2010 Ketua Kelompok Tani Ternak Ngudi rahayuYANI YHUSTIANTA, SSTP, MMMUKIDIMengetahui Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupatern CilacapIr. GUNAWAN, MM Pembina Muda Utama NIP. 19580809 198503 1 017KEPENGURUSAN KELOMPOK TANI TERNAK NGUDI RAHAYUDESA MENTASAN KEC. KAWUNGANTEN KAB. CILACAP No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Mukidi Kusno Wasirun Pardiyono Rohadi Kasijo Sumarno Kamsijo Ralim Paridi Makun Banu Walijo Supan Madislam Slamet Asim Ponijan Sukamto Sunardi Jabatan Ketua Sekertaris Bendahara Sie Kesehatan Sie Sapronak Sie Pakan Sie Pemasaran Sie Humas Sie Keamanan Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota KeteranganLampiran 2. Rancangan Jadwal Implementasi No. 1. 2. 3. 4. 5. Program Pembelian sapi pejantan 2 ekor Pembuatan gudang kompos dan pemasangan mesin kompos Pemasangan/instalasi listrik Pembangunan lahan hijauan Pengembangan SDM anggota kelompok Bulan ke- dst 2 3 xxx xxx xxx xxx dst1 xxx xxx xxx xxxLampiran 3. Analisis Usaha Pembibitan Sapi Potong Kelompok Tani Ternak Ngudi Rahayu. Tahun Pertama (dalam Rupiah) Variable cost Jumlah Pejantan Hijauan Konsentrat Obat IB 2 2.567.775 Betina 9.000 Jantan 730 160 Total Harga 8.000.000 100 1500 1500 25.000 Total 16.000.000 256.777.500 13.500.000 1.095.000 16.000.000 4.000.000 307.452.500Fixed cost Jumlah Tenaga Kerja 40 Peralatan Instalasi listrik Pembuatan gudang kompos 1 Pemasangan mesin kompos 3 Sewa lahan hijauan 3 tahun Pembukaan dan penanam lahan hijauan Total Total cost Harga 400.000 Total 16.000.000 1.000.000 2.000.000 6.000.000 3.000.000 1.200.000 5.000.000 34.200.000 341.652.500Penerimaan Kotoran Jumlah 3 bln pertama 6030 500 karung 9 bln berikutnya 500 542700kg Total Harga Total 3.015.000 271.350.000 274.365.000Pendapatan -67.287.500 Asumsi : Populasi 199 ekor betina dewasa, dan 100 ekor diantaranya bunting 2 ekor jantan dewasa, Total 201 ekorTahun Kedua (dalam Rupiah) Variable cost Hijauan Konsentrat Obat IB Jumlah 3.781.400 Betina 8.910 Jantan 730 158 Total Harga 100 1500 1500 25.000 Total 378.140.000 13.365.000 1.095.000 23.680.000 3.950.000 420.230.000Fixed cost Jumlah Tenaga Kerja Peralatan 40 Harga 400.000 Total 16.000.000 1.000.000Total Total cost17.000.000 437.230.000Penerimaan Jumlah Penjualan jantan Kotoran pedet 48 Dewasa 804.000 Pedet 95.000 Total Harga 4.000.000 500 500 Total 192.000.000 402.000.000 47.500.000 641.500.000Pendapatan 204.270.000 Asumsi : Populasi 199 ekor betina dewasa, 99 ekor diantaranya bunting 2 ekor jantan dewasa 48 ekor pedet jantan dan 47 ekor pedet betina, Total 296 ekor Tahun Ketiga (dalam Rupiah) Variable cost Hijauan Konsentrat Obat IB Jumlah 4.369.050 Betina 9000 Jantan 730 160 Total Harga 100 1500 1500 25.000 Total 436.905.000 13.500.000 1.095.000 27.440.000 4.000.000 482.940.000Fixed cost Jumlah Tenaga Kerja Peralatan 40 Total Total cost Harga 400.000 Total 16.000.000 1.000.000 17.000.000 499.940.000Penerimaan Jumlah Penjualan jantan Kotoran pedet 47 Dewasa 804.000 Dara 94.000 Pedet 94.000 Harga 4.000.000 500 500 500 Total 188.000.000 402.000.000 47.000.000 47.000.000Total684.000.000Pendapatan 184.060.000 Asumsi : Populasi 199 ekor betina dewasa, 100 ekor diantaranya bunting 2 ekor jantan dewasa 47 ekor betina dara 47 ekor pedet jantan dan 47 ekor pedet betina, Total 342 ekor