PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD...

11
Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Mataram, 11 Desember 2012 56 PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD MENDUKUNG AGRIBISNIS PETERNAKAN DI NUSA TENGGARA BARAT Yohanes Geli Bulu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Barat [email protected] Fokus: Ketahanan Pangan; Lokus: Nusa Tenggara Barat (Koridor 5) ABSTRAK Wilayah Nusa Tenggara Barat termasuk kawasan pengembangan ekonomi koridor 5 berpotensi untuk pengembangan ternak sapi dengan daya dukung sekitar 2 juta ekor. Produktivitas ternak sapi bali masih rendah karena penerapan teknologi yang belum optimal. Dalam upaya meningkatkan populasi ternak sapi di Indonesia, Direktorat Jenderal Peternakan meluncurkan program Sarjana Membangun Desa (SMD) sebagai upaya pengembangan usaha peternakan sapi untuk percepatan pembangunan ekonomi wilayah. Penelitian bertujuan untuk: 1) Menganalisis model pendampingan terhadap peningkatan populasi ternak sapi di Nusa Tenggara Barat, 2) Mengetahui model pendampingan yang efektif dalam usaha agribisnis ternak sapi berbasis inovasi. Penelitian dilaksanakan di propinsi Nusa Tenggara Barat dari bulan Pebruari hingga September 2012. Pendekatan penelitian adalah memadukan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian menggunakan metode survei. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi dan diskusi kelompok terfokus (FGD). Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknologi pemeliharaan sapi oleh petani belum optimal menyebabkan tingkat produktivitas sapi di NTB masih rendah. Proses dan pelaksanaan pendampingan oleh SMD pada kelompok ternak sapi belum maksimal. Kondisi ini menyebabkan tingkat pengetahuan dan pemahaman petani terhadap teknologi pemeliharaan sapi relatif rendah. Kurangnya penbinaan teknis dan bisnis bagi pendamping merupakan bagian permasalahan yang dihadapi dalam pemberdayaan kelompok. Kata kunci: Ternak sapi, pendampingan, agribisnis, inovasi ABSTRACT The research objectives are to: 1) analyze the model guidance to increase the cattle population in West Nusa Tenggara. 2) knowing that effective mentoring models in cattle agribusiness innovation based. The research was conducted in West Nusa Tenggara province from February to September 2012. The research methods to combine quantitative and qualitative approaches. Data were collected through in-depth interviews, observation and focus group discussions. The collected data were analyzed descriptively. The results showed that the application of technology by farmers raising cattle has not been optimal productivity levels are still lower cattle in NTB. Process and implementation of mentoring

Transcript of PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD...

Page 1: PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/YG_Peningkatan Populasi... · 2019. 1. 21. · 150 SMD mengelola ternak sapi sebanyak

Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Mataram, 11 Desember 2012

56

PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD

MENDUKUNG AGRIBISNIS PETERNAKAN DI NUSA TENGGARA BARAT

Yohanes Geli Bulu

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Barat

[email protected]

Fokus: Ketahanan Pangan; Lokus: Nusa Tenggara Barat (Koridor 5)

ABSTRAK

Wilayah Nusa Tenggara Barat termasuk kawasan pengembangan ekonomi koridor 5

berpotensi untuk pengembangan ternak sapi dengan daya dukung sekitar 2 juta ekor.

Produktivitas ternak sapi bali masih rendah karena penerapan teknologi yang belum

optimal. Dalam upaya meningkatkan populasi ternak sapi di Indonesia, Direktorat Jenderal

Peternakan meluncurkan program Sarjana Membangun Desa (SMD) sebagai upaya

pengembangan usaha peternakan sapi untuk percepatan pembangunan ekonomi wilayah.

Penelitian bertujuan untuk: 1) Menganalisis model pendampingan terhadap peningkatan

populasi ternak sapi di Nusa Tenggara Barat, 2) Mengetahui model pendampingan yang

efektif dalam usaha agribisnis ternak sapi berbasis inovasi. Penelitian dilaksanakan di

propinsi Nusa Tenggara Barat dari bulan Pebruari hingga September 2012. Pendekatan

penelitian adalah memadukan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian

menggunakan metode survei. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi

dan diskusi kelompok terfokus (FGD). Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknologi pemeliharaan sapi oleh petani

belum optimal menyebabkan tingkat produktivitas sapi di NTB masih rendah. Proses dan

pelaksanaan pendampingan oleh SMD pada kelompok ternak sapi belum maksimal.

Kondisi ini menyebabkan tingkat pengetahuan dan pemahaman petani terhadap teknologi

pemeliharaan sapi relatif rendah. Kurangnya penbinaan teknis dan bisnis bagi pendamping

merupakan bagian permasalahan yang dihadapi dalam pemberdayaan kelompok.

Kata kunci: Ternak sapi, pendampingan, agribisnis, inovasi

ABSTRACT

The research objectives are to: 1) analyze the model guidance to increase the cattle

population in West Nusa Tenggara. 2) knowing that effective mentoring models in cattle

agribusiness innovation based. The research was conducted in West Nusa Tenggara

province from February to September 2012. The research methods to combine quantitative

and qualitative approaches. Data were collected through in-depth interviews, observation

and focus group discussions. The collected data were analyzed descriptively. The results

showed that the application of technology by farmers raising cattle has not been optimal

productivity levels are still lower cattle in NTB. Process and implementation of mentoring

Page 2: PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/YG_Peningkatan Populasi... · 2019. 1. 21. · 150 SMD mengelola ternak sapi sebanyak

Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Mataram, 11 Desember 2012

57

by SMD on the cattle group is not maximized. This condition causes the level of farmers'

knowledge and comprehension of the technology is relatively low maintenance cattle.

Keywords: Cattle, mentoring, agribusiness, innovation

PENDAHULUAN

Penyediaan daging untuk

memenuhi permintaan dalam negeri

selama ini dipenuhi melalui produksi

lokal dan impor. Impor daging dan sapi

bakalan secara nasional menguras devisa

yang tidak kecil, mencapai 5,1 triliun per

tahun. Di samping itu dapat mengancam

ekonomi rumah tangga peternak sapi

potong yang berjumlah 2,6 juta rumah

tangga dan pada gilirannya akan

melemahkan ketahanan pangan

(Dirjennak, 2009).

Dalam upaya meningkatkan

populasi ternak sapi di Indonesia,

Direktorat Jenderal Peternakan melalui

program Sarjana Membangun Desa

(SMD) merupakan program

pengembangan usaha peternakan untuk

percepatan pembangunan ekonomi

wilayah. Permintaan daging nasional

terus meningkat dan belum mampu

dipenuhi dari dalam negeri. Untuk

mengatasi persoalan tersebut pemerintah

merencanakan langkah-langkah untuk

dapat mencapai swasembada daging.

Program swasembada daging menjadi

salah satu program strategis Kementerian

Pertanian yang didukung dengan

Peraturan Menteri Pertanian nomor:

59/permentan/ HK.060/8/2007 untuk

melakukan percepatan swasembada

daging sapi pada tahun 2010 (Deptan,

2007). Swasembada daging dimaksud

adalah kemampuan penyediaan daging

dari produksi lokal sebesar 90-95% dari

total kebutuhan daging dalam negeri.

Swasembada daging belum dapat dicapai

pada tahun 2010.

Dalam upaya meningkatkan

populasi ternak sapi di Indonesia,

Direktorat Jenderal Peternakan melalui

program Sarjana Membangun Desa

(SMD) sebagai bagian dari komponen

pengembangan usaha peternakan sapi

untuk percepatan pembangunan ekonomi

wilayah. Pelaksanaan program SMD di

NTB dimulai sejak tahun 2008 hingga

2011 berjumlah 150 SMD yang

mengelola ternak sapi bibit dan sapi

potong dengan total investasi Rp

46.370.400.000 (Dinas Peternakan, 2011).

Rata-rata jumlah anggota kelompok

peternak sapi untuk setiap SMD sebanyak

20 orang. Setiap anggota akan

memperoleh bantuan 3 ekor ternak sapi,

yaitu masing-masing 1 ekor jantan dan 2

Page 3: PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/YG_Peningkatan Populasi... · 2019. 1. 21. · 150 SMD mengelola ternak sapi sebanyak

Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Mataram, 11 Desember 2012

58

ekor betina. Ini berarti bahwa 1 kelompok

ternak mengelola ternak sebanyak 20 ekor

jantan dan 40 ekor betina. Dari 150

kelompok peternak yang didampingi oleh

150 SMD mengelola ternak sapi sebanyak

6.640 ekor dalam bentuk usaha agribisnis

penggemukan dan pembibitan.

Propinsi Nusa Tenggara Barat

sebagai koridor 5 pembangunan ekonomi

terutama dalam pengembangan

peternakan melalui usaha agribisnis

dalam program SMD akan mampu

meningkatkan produktivitas atau populasi

ternak sapi di NTB. Dengan demikian

akan meningkatkan pertumbuhan

populasi sapi potong sebesar 15 %

sehingga dapat memenuhi permintaan

sapi potong di NTB sebesar 6,41 % serta

mendukung kebutuhan daging nasional.

Berkembangnya daerah pariwisata dari

Bali ke wilayah Nusa Tenggara lainnya

(NTB dan NTT) perlu didukung oleh

ketersediaan daging sapi dalam industri

pariwisata. Model pendampingan usaha

agribisnis dalam program SMD menjadi

fokus penelitian.

Populasi ternak sapi yang relatif

banyak di propinsi Nusa Tenggara Barat,

sekitar 780.000 ekor pada tahun 2012

merupakan hasil peternakan rakyat yang

didukung berbagai program percepatan

yang dilakukan oleh pemerintah daerah,

antara lain melalui kegiatan yang

spiritnya adalah Percepatan lnovasi dan

Nilai tambah (PlN) yang dikenal dengan

program "Bumi Sejuta Sapi" (BSS).

Kenyataan ini memberikan gambaran

bahwa peternak adalah partisipan utama

dan berperan sangat penting dalam

menentukan perkembangan populasi

ternak sapi di daerah ini. Walaupun

pengetahuan dan pengalaman petani

dalam beternak dapat dikatakan sudah

cukup banyak, namun karena berbagai

kendala, masih belum mampu

mewujudkan potensi (produksi) optimal

ternak sapi yang dipeliharanya.

Tulisan ini bertujuan untuk

mengetahui dan menganalisis model

pendampingan kelembagaan ternak sapi

terhadap peningkatan populasi ternak sapi

dalam mendukung usaha agribisnis ternak

sapi berbasis inovasi di Nusa Tenggara

Barat.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan dari bulan

Pebruari hingga September 2012 di

kabupaten Lombok Tengah, Lombok

Barat, dan Dompu Nusa Tenggara Barat.

Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah mengkombinasikan

pendekatan kualitatif dan kuantitatif,

dimana pendekatan kualitatif didukung

Page 4: PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/YG_Peningkatan Populasi... · 2019. 1. 21. · 150 SMD mengelola ternak sapi sebanyak

Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Mataram, 11 Desember 2012

59

kuantitatif (Tashakori dan Teddlie, 1998).

Penelitian dilaksanakan dengan

menggunakan metode survey

(Singarimbun dan Sofyan, 1995). Teknik

pengumpulan data melalui observasi,

wawancara mendalam dengan pada

responden dan informan kunci dengan

menggunakan kuesioner, dan diskusi

kelompok terfokus (FGD). Data yang

telah dikumpulkan kemudian dianalisis

secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Penerapan Teknologi

Teknologi mempunyai peranan

penting terhadap peningkatan

produktivitas ternak sapi. Produktivitas

sapi sangat ditentukan oleh tingkat

penerapan teknologi, terutama teknologi

perkawinan dan teknologi pakan. Secara

umum tingkat penerapan teknologi

pemeliharaan ternak sapi oleh sebagian

besar peternak di Nusa Tenggara Barat

relatif rendah (Tabel 1).

Tingkat penerapan teknologi

kawin, pemberian pakan, penyapihan dan

kesehatan hewan belum optimal. Kawin

alam merupakan merupakan salah satu

komponen teknologi yang dominan

diterapkan petani dibandingkan dengan

sistem IB. Penerpan teknologi kawin alam

belum dilakukan secara terencana untuk

disesuaikan dengan ketersediaan pakan

pada saat anak sapi lahir. Jika penentuan

waktu kawin yang tepat yaitu bulan April

dan September maka anak sapi akan lahir

pada bulan Januari dan bulan Juni. Anak

sapi yang lahir pada bulan tersebut akan

memperoleh ketersediaan pakan yang

memadai.

Tabel 1. Tingkat penerapan teknologi pemeliharaan ternak sapi oleh peternak di Nusa

Tenggara Barat

No. Komponen teknologi

Tingkat penerapan teknologi (%)

Lombok

Tengah

Lombok

Barat

Dompu

1. Manajemen kawin 75,54 2,72 21,74

2. Waktu induk sapi dikawinkan

(40 – 60) setelah melahirkan

45,11 12,72 15,76

3. Menggunakan pejantan

terseleksi

65,76 2,82 13,04

4. Manajemen pemberian pakan 75,26 2,7 22,04

5. Penyapihan (5 - 6 bulan) 39,67 2,17 49,45

Sumber: Analisis data primer, 2012

Page 5: PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/YG_Peningkatan Populasi... · 2019. 1. 21. · 150 SMD mengelola ternak sapi sebanyak

Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Mataram, 11 Desember 2012

60

Pemberian pakan pada ternak sapi

belum didasarkan atas perkembangan

fisiologis ternak. Jenis dan tempat

pemberian pakan untuk sapi betina, sapi

muda, anak sapid an pedet relatif sama.

Jenis pakan hijauan yang diberikan masih

lebih dominan rumput alam dan relatif

sedikit petani yang memberikan pakan

hijauan dari legume pohon.

Program sarjana membangun desa

(SMD) sebagai upaya dalam peningkatan

produktivitas ternak sapi seyogyanya

dioptimalkan pendampingan teknologi.

Hasil studi di lapangan menunjukkan

bahwa tingkat produktivitas ternak sapi

melalui pendampingan program SMD

belum optimal.

Pemahaman peternak mengenai

manajemen alam terkontrol masih rendah,

sementara SMD yang diharapkan

mempercepat transfer ilmu pengetahuan

dan teknologi kepada kelembagaan ternak

sapi belum dilakukan secara optimal.

Sejumlah sarjana membangun desa yang

direkrut memiliki besik pengetahuan

bukan peternakan, sehingga pengalaman

mereka mengenai teknologi juga relatif

rendah.

Produktivitas Ternak sapi

Pola pemeliharaan ternak sapi di

kabupaten Lombok Tengah dan

kabupaten Lombok Barat lebih dominan

secara semi intensif dimana pada siang

hari kadang-kadang di keluarkan dari

kandang. Sebagian besar peternak sapi di

pulau Lombok memelihara sapi dalam

kandang kolektif.

Berbeda di kabupaten Dompu

bahwa sebagian besar bahwa ternak sapi

dipelihara secara ikat pindah atau bahkan

di lepas. Hal tersebut menyebabkan

tingkat produktivitas sapi kurang optimal

karena penerapan manajemen kawin alam

terkontrol belum dilakukan secara tepat

oleh peternak.

Tabel 2. Rata-rata jumlah sapi di kelompok sebelum pelaksanaan program SMD di Nusa

Tenggara Barat.

No. Ternak sapi Jumlah sapi sebelum program/ kabupaten (ekor)

Total Lombok Tengah Dompu Lombok Barat

1. Induk 14 3 7 24

2. Jantan 5 2 2 9

3. Dara 3 2 2 7

4. Jantan Muda 4 2 2 8

5. Anak sapi 7 2 3 12

Jumlah 29 11 16 56

Page 6: PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/YG_Peningkatan Populasi... · 2019. 1. 21. · 150 SMD mengelola ternak sapi sebanyak

Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Mataram, 11 Desember 2012

61

Sumber: Analisis data primer, 2012

Rata-rata jumlah ternak sapi di kandang

kelompok sebelum pelaksanaan program

pendampingan SMD relatif sedikit.

Jumlah sapi yang dimiliki anggota yang

relatif sedikit sebelum pelaksanaan

program karena sebagian besar anggota

kelompok tidak memiliki modal untuk

membeli sapi yang akan dipelihara.

Setelah pelaksanaan program

pendampingan SMD baik yang dibiayai

dari APBN maupun APBD propinsi

terjadi pertambahan jumlah anggota

kelompok yang memelihara sapi dan

jumlah sapi pada setiap kelompok

kandang kolektif. Akan tetapi tingkat

produktivitas ternak sapi selama

pendampingan SMD dari tahun 2008 -

2010 relatif rendah.

Tingkat produktivitas ternak sapi

atau peningkatan jumlah anak sapi lahir

selama pendampingan SMD pada

kelompok ternak sapi belum optimal

(Tabel 3). Kondisi tersebut disebabkan

tingkat penerapan teknologi pemeliharaan

ternak sapi yang masih tergolong rendah.

Tabel 3. Rata jumlah ternak sapi di kelompok selama pelaksanaan program pendampingan

SMD (tahun 2008 – 2010) kondisi bulan Juni 2011 – Agustus 2012).

No. Ternak sapi

Jumlah sapi selama program/ kabupaten

(ekor) Total

NTB Lombok

Tengah Dompu Lombok Barat

1. Induk 24 32 22 68

2. Jantan 13 11 15 39

3. Dara 6 4 7 17

4. Jantan Muda 5 1 4 10

5. Anak sapi 11 25 7 43

Jumlah 59 72 58 189

Sumber: Analisis data primer, 2012

Ternak sapi yang mati di NTB lebih

dominan adalah anak sapi yang baru lahir.

Rata-rata sapi pedet yang mati di NTB

mencapai 10 - 17 %. Kematian anak sapi

setelah lahir disebabkan oleh beberapa

faktor. Pertama, kualitas genetik induk

dan kualitas pejantan relatif rendah.

Kedua, keterbatasan pakan pada saat

induk bunting sehingga menyebabkan

anak sapi lahir dengan berat badan di

bawah 10 kg. Kondisi ini menyebabkan

pedet mengalami kekurangan nutrisi

untuk perumbuhan selanjutnya. Ketiga,

anak sapi lahir pada musim kemarau

Page 7: PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/YG_Peningkatan Populasi... · 2019. 1. 21. · 150 SMD mengelola ternak sapi sebanyak

Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Mataram, 11 Desember 2012

62

(antara bulan Agustus – Oktober) dimana

terjadi keterbatasan pakan hijauan.

Keempat, kematian ternak sapi juga

disebabkan oleh penyakit cacing yang

disebabkan oleh kandang yang kurang

bersih.

Strategi untuk menekan kematian

pedet setelah lahir adalah meningkatkan

kualitas genetik induk saat bunting

dengan pemberian pakan yang

berkualitas. Perbaikan kualitas genetik

sapi dapat pula dilakukan dengan

mengatur waktu perkawinan sapi induk

secara terkontrol dengan menggunakan

pejantan terseleksi. Manajemen kawin

alam terkotrol pada prinsipnya mengatur

waktu perkawinan sapi induk agar saat

melahirkan anak sapi tepat pada saat

tersedianya pakan hijauan.

Tabel 4. Rata-rata jumlah sapi yang mati di kelompok ternak sapi di Nusa Tenggara Barat.

No. Ternak sapi

Jumlah sapi yang mati/ kabupaten (ekor)

Total NTB Lombok

Tengah Dompu

Lombok

Barat

1. Induk 2 2 1 5

2. Jantan 1 1 1 3

3. Dara 1 - 1 2

4. Jantan

Muda 1 - 1 2

5. Anak sapi 5 8 5 18

Jumlah 10 13 9 32

Sumber: Analisis data primer, 2012

Prospek Agribisnis Ternak Sapi

Kriteria ternak sapi yang dominan

dijual peternak selama pemeliharaan

antara 1 – 2 tahun. Sapi yang dijual lebih

dominan sapi jantan dan dipelihara

melalui usaha penggemukan. Usaha

penggemukan oleh setiap kelompok

ternak sapi hanya dilakukan oleh sebagian

anggota kelompok dengan rata-rata siklus

produksi penggemukan enam bulan.

Penjualan sapi dara, jantan muda

dan anak sapi oleh petani lebih dominan

untuk memenuhi kebutuhan rumah

tangga. Penjualan sapi induk oleh

peternak karena induk yang dipelihara

tidak produktif selama 2 tahun.

Page 8: PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/YG_Peningkatan Populasi... · 2019. 1. 21. · 150 SMD mengelola ternak sapi sebanyak

Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Mataram, 11 Desember 2012

63

Tabel 5. Rata-rata jumlah sapi yang dijual kelompok selama pelaksanaan program SMD di

Nusa Tenggara Barat.

No. Ternak sapi

Rata-rata jumlah sapi yang dijual/ kabupaten

(ekor) Total

NTB Lombok

Tengah Dompu Lombok Barat

1. Induk 6 - 5 11

2. Jantan 14 16 18 48

3. Dara 5 1 4 10

4. Jantan Muda 7 1 6 14

5. Anak sapi 11 1 1 13

Jumlah 43 19 34 96

Sumber: Analisis data primer, 2012

REKOMENDASI HASIL KAJIAN

Hasil pengkajian disusun model

pendampingan kelembagaan ternak sapi guna

mendukng program pengembangan

peternakan di Nusa Tenggara Barat. Model

pendampingan kelembagaan ternak sapi yang

akan direkomendasikan ini membutuhkan

dukungan semua pihak dalam meningkatkan

kualitas sosialisasi dan koordinasi serta

kerjasama sebagai langkah strategis dalam

pembangunan ekonomi wilayah perdesaan

melalui pengembangan peternakan.

Produk berupa model pendampingan

dapat direkomendasikan dan disosialisasikan

dalam mengintensifkan pendampingan

kelembagaan ternak sapi guna mendukung

pengembangan ternak sapi dan pembangunan

ekonomi pada wilayah Nusa Tenggara Barat

dan regional. Usaha agribisnis pembibitan

dan penggemukan ternak sapi relatif

menguntungkan bagi peternak.

Pengembangan agribisnis peternakan berbasis

inovasi melalui pendampingan yang intensif

akan meningkatkan produktivitas ternak sapi.

Page 9: PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/YG_Peningkatan Populasi... · 2019. 1. 21. · 150 SMD mengelola ternak sapi sebanyak

Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Mataram, 11 Desember 2012

64

Gambar: Model pendampingan kelembagaan ternak sapi

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pengalaman Sarjana Membangun

Desa (SMD) dalam pendampingan

kelembagaan ternak sapi relatif

rendah. Kurangnya penbinaan

(kegiatan teknis dan usaha agribisnis)

dari instansi terkait, sangat dirasakan

melengkapi kelemahan pendamping

dalam manghadapi dan mengatasi

masalah-masalah di kelompok ternak.

2. Pola pendampingan yang dilakukan

penyuluh bersifat umum, tidak

dikhususkan untuk membina

kelompok petemak sapi saja, tetapi

semua kelompok tani dan ternak yang

ada diwilayah kerjanya. Beberapa

keterbatasan yang dialami oleh

penyuluh adalah kompetensi keilmuan

yang tidak sesuai, prasarana kegiatan

yang kurang mendukung dan

pembinaan yang kurang maksimal

dari instansi terkait, salah satu

penyebab kurangnya intensitas

kunjungan untuk pembinaan ke

kelompok.

3. Komunikasi antara SMD dengan

Dinas Peternakan selaku Tim Teknis

dalam program SMD relatif rendah

sehingga mempengaruhi proses

pendampingan kelembagaan ternak

oleh SMD. Hampir sebagain besar

pendamping (SMD) memiliki

keterbatasan strategi, pendekatan dan

pengalaman dalam melakukan

pemberdayaan kelompok ternak serta

penguasaan teknologi dan materi

untuk melakukan pendampingan

relatif masih sangat kurang.

4. Proses dan pendampingan

kelembagaan ternak sapi oleh

pendamping SMD yang kurang efektif

menyebabkan tingkat penerapan

teknologi dan produktivitas ternak

sapi relatif rendah.

Saran-Saran

1. Rancangan model yang dihasilkan

dari penelitian akanini perlu

ditindaklanjuti melalui kegiatan

pemberdayaan kelembagaan ternak

sapi dalam usaha agribisnis

pembibitan dan penggemukan dengan

mengintensifkan pendampingan dan

membangun jaringan kerjasama

agribisnis dengan pihak lain.

2. Untuk pengembangan program ke

depan sangat perlu dilakukan

pemberdayaan kelembagaan ternak

sapi dalam pengembangan usaha

Page 10: PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/YG_Peningkatan Populasi... · 2019. 1. 21. · 150 SMD mengelola ternak sapi sebanyak

Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Mataram, 11 Desember 2012

65

agribisnis dengan melibatkan

pendamping SMD dan penyuluh

secara penuh dalam pendampingan

serta mengintegrasikan program

pengembangan ternak sapi dengan

program-program lain yang terkait

dengan pengembangan ekonomi

wilayah. Strategi pembangunan

wilayah ke depan adalah dengan

membangun kerjasama dengan

perusahaan atau kelembagaan lain

yang dapat mendukung

pengembangan ternak sapi di NTB.

3. Diperlukan koordinasi secara intensif

untuk mendukung pendamping SMD

dan penyuluh dalam upaya

peningkatan produksi, pengembangan

jaringan komunikasi dan kerjasama

dalam akses informasi teknologi dan

informasi pasar serta memperkuat

asosiasi SMD yang di NTB agar

mendukung pengembangan ternak

sapi melalui usaha agribisnis.

4. Dalam menghadapi kelompok

peternak dipedesaan, intensitas

kunjungan pembinaan yang lebih

intensif akan lebih efektif dalam

proses alih teknologi kepada

kelompok ternak dan akan

menghasilkan rasa tanggung jawab

yang lebih besar dari kelompok

peternak sapi yang dibina, sehingga

dicapai keberhasilan yang lebih

tinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan Terima kasih kami

sampaikan kepada Kementrian Riset dan

Teknologi yang mendanai kegiatan

penelitian ini dan seluruh staf Kerjasama

Penelitian PKPP (Peningkatan

Kemampuan Peneliti dan Perekayasa)

Badan Litbang Pertanian dan Balai Besar

Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Pertanian yang mendorong kelancaran

pelaksanaan penelitian. Ucapan terima

kasih juga kami disampaikan kepada

teman-teman Penyuluh yang telah

membantuh dalam pelaksanaan kegiatan

penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Blue Print PSDS, 2009. Kegiatan

Priorotas Pencapaian Swasembada

Daging Sapi (PSDS) Tahun 2014.

Kementerian Pertanian. Direktorat

Jenderal Peternakan.

Page 11: PENINGKATAN POPULASI TERNAK SAPI MELALUI PENDAMPINGAN SMD …ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/YG_Peningkatan Populasi... · 2019. 1. 21. · 150 SMD mengelola ternak sapi sebanyak

Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Mataram, 11 Desember 2012

66

BPS-NTB 2009. Nusa Tenggara Barat

dalam Angka. Kerjasama BPS

dengan BAPPEDA Provinsi NTB.

Dahlanuddin, Muzani, Yusuf, Cam Mc

Donald. 2009. Strategi

Peningkatan Produktivitas Sapi

Bali pada Sistem Kandang

Kompleks, Pengalaman di

Lombok Tengah, NTB. Prosiding

Seminar Pengembangan Sapi Bali

Berkelanjutan dalam Sistem

Peternakan Rakyat. SADI, IFC.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,

Departemen Pertanian. 2009.

Pedoman Pelaksanaan Sekolah

Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu Padi, Jagung, Kedelai.

Direktorat Jenderal Peternakan,

Kementrian Pertanian Pertanian.

2010. Blue Print Program

Swasembada Daging Sapi 2014.

Pemda NTB. 2009. Blue Print NTB Bumi

Sejuta Sapi. Pemerintah Provinsi

NTB.

Singarimbun M, Sofian E. 1995. Metode

Penelitian Survai. Edisi kedua,

LP3ES, Jakarta.

Tashakkori, A. dan Ch. Teddlie. 1998.

Mixed Methodology, Combining

Qulaitative and Quantitative

Approaches. SAGE Publications.

Thousand Oaks London-New

Delhi.