Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

21
PROPOSAL USAHA PENGGEMUKAN DOMBA PEKON KAGUNGAN KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR TANGGAMUS, LAMPUNG DIAJUKAN UNTUK SELEKSI SARJANA MEMBANGUN DESA Disusun Oleh: Ardhana Surya Saputra

Transcript of Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

Page 1: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

PROPOSAL

USAHA PENGGEMUKAN DOMBA

PEKON KAGUNGAN KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR

TANGGAMUS, LAMPUNG

DIAJUKAN UNTUK

SELEKSI SARJANA MEMBANGUN DESA

Disusun Oleh:

Ardhana Surya Saputra

Page 2: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan populasi manusia di dunia mengakibatkan peningkatan kebutuhan

pangan. Pertanian dan teknologi memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan

penduduk dunia. Badan pangan dunia FAO telah menetapkan kebutuhan pangan standar yang

sebaiknya dipenuhi oleh masing-masing individu di dunia. Tingkat konsumsi bahan pangan

seperti protein hewani dan produk hortikultura masih perlu ditingkatkan saat ini di Indonesia.

Hal ini terkait dengan masih rendahnya tingkat konsumsi kedua bahan pangan tersebut

dibandingkan dengan konsumsi karbohidrat. Data perbandingan tingkat konsumsi pangan

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Tingkat Konsumsi Bahan Pangan Standar FAO dan Indonesia

Nama Bahan Pangan Tingkat Konsumsi

Indonesia

Standar Konsumsi FAO

Sayuran dan Buah-buahan 35kg/kapita/tahun 75kg/kapita/tahun

Daging 5,25kg/kapita/tahun 10,1 kg/kapita/tahun

Karbohidrat 3211 kkal/kapita/hari 2200 kkal/kapita/hari

Sumber: FAO (diolah)

Berdasarkan tabel di atas konsumsi daging per kapita per tahun di Indonesia masih

jauh dari standar FAO. Hal ini terkait juga dengan tingkat pendapatan perkapita per tahun

penduduk Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian

Pertanian RI (Ditjennak) memiliki misi untuk meningkatkan populasi dan produktivitas

ternak ruminansia, meningkatkan koordinasi, pembinaan dan pengembangan wilayah secara

terpadu dalam bingkai integrasi usaha serta meningkatkan pembinaan kelembagaan usaha

peternakan yang berdaya saing. Misi ini bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan daging

dan susu nasional dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/peternak sehingga

secara multiplier effect akan meningkatkan tingkat pendapatan per kapita nasional dan

menjadikan konsumsi bahan pangan terutama produk hewani meningkat.

Berdasarkan misi tersebut, Ditjennak menetapkan kebijakan untuk memberdayakan

kelembagaan usaha budidaya ternak ruminansia melalui: pengembangan kawasan usaha

peternakan, fasilitasi permodalan dan kemitraan usaha, pembinaan kelompok, pengembangan

model-model usaha peternakan spesifik lokasi. Program yang dilaksanakan untuk

Page 3: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

menjalankan kebijakan ini adalah swasembada daging sapi, revitalisasi persusuan, dan

perkembangan ternak kerbau, kambing dan domba.

Salah satu program ternak yang menarik untuk dijalani adalah peternakan domba. Hal

ini didasarkan pada pertimbangan bahwa domba dengan berat yang sama dengan kambing

memiliki karkas (daging) yang lebih banyak dibandingkan dengan kambing. Peternakan

domba yang terintegrasi dengan baik akan mendatangkan pendapatan sampingan dari

penjualan wool, kulit, dan kotoran domba.

Menurut data dari Ditjennak yang tersaji pada tabel 2, Propinsi Lampung termasuk 15

besar penghasil domba di Indonesia. Meskipun masih dalam jumlah yang kecil, potensi

peternakan domba di Lampung jika dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan domba dalam

propinsi. Peternakan domba Kabupaten Tanggamus Lampung masih dijalankan sebagai usaha

sampingan oleh para petani, hal ini dikarenaka: belum kuatnya kelembagaan yang dapat

memberikan energi positif bagi para petani dan peternak domba untuk merubah mindset

menjadi entrepreneur (wirausahawan).

Kendala mengenai keterbatasan petani dapat diatasi dengan pembentukan kelompok

tani. Kelompok tani yang sudah dibentuk perlu mendapatkan pembinaan dan pelatihan serta

penanaman pola pikir mengenai pentingnya sebuah usaha dilandasi dengan kerjasama dan

kemandirian. Sebagian besar kelompok tani yang tidak berhasil menjalankan usahanya

adalah kelompok tani yang dibentuk hanya untuk menerima bantuan. Oleh karena itu,

pendampingan dan penguatan kelembagaan sebagai proses menuju kemandirian kelompok

tani perlu dilaksanakan.

Penguatan kelembagaan kelompok tani yang berwawasan agribisnis, merupakan

tanggungjawab bersama baik pemerintah sebagai regulator, lembaga ekonomi, perguruan

tinggi dan kelompok ternak itu sendiri sebagai objek sekaligus subjek pengembangan. Tugas

perguruan tinggi khususnya yang membidangi peternakan dan juga terkait dengan tri dharma

perguruan tinggi, yaitu memberikan inovasi teknologi dan pendampingan kelompok ternak.

Para sarjana peternakan diharapkan dapat mengaplikasikan dan mendistribusikan teknologi

tepat guna ke berbagai wilayah pedesaan untuk mendukung pengembangan kelompok

peternak domba potong melalui konsep “SARJANA MEMBANGUN DESA” yang telah

dicanangkan oleh pemerintah khususnya Departemen Pertanian RI sejak tahun 2007.

Page 4: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

Tabel 2. Propinsi Penghasil Daging Domba Tahun : 2005 s/d 2008 (dalam ton)

No Propinsi TAHUN

2005 2006 2007 2008

1 Jawa Barat 27.425 47.375 34.605 24.212

2 Jawa Timur 8.913 9.047 9.229 9.36

3 Jawa Tengah 5.593 6.163 4.187 6.067

4 DI Yogyakarta 1.791 5.281 1.453 1.482

5 Banten 1.585 2.847 2.998 2.567

6 Sumatera Utara 740 1.077 1.501 1.318

7 Nanggro Aceh Darussalam 195 782 1184 101

8 DKI Jakarta 381 555 521 434

9 Sumatera Selatan 88 914 258 391

10 Nusa Tenggara Timur 215 326 298 369

11 Lampung 132 265 183 231

Sumber: Ditjennak 2008 (diolah)

1.2. Sarjana Membangun Desa (SMD)

Banyaknya sarjana pertanian atau peternakan yang tidak bekerja di bidangnya ataupun

yang memilih menetap di kota besar tidak menyurutkan Kementerian Pertanian untuk sosok

idealis yang mau membangun desanya sendiri dengan kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki. Program Sarjana Membangun Desa yang mulai digulirkan tahu 2007 adalah salah

satu cara yang ditempuh agar sarjana peternakan dan kedokteran hewan dapat berkarya

membantu peternak di daerahnya.

Karakteristik peternak di daerah antara lain masih terkendala modal, usaha yang

dijalankan adalah usaha sampingan, menggunakan tekonologi sederhana, peternak pada

umumnya berusia lanjut dan tidak menguasai pasar. Hal ini menjadikan para sarjana yang

menjadi SMD diharapkan dapat memberikan pendampingan dan penguatan kelembagaan

bagi kelompok tani yang sudah ada sehingga pada saatnya nanti kelompok tani yang dibina

dapat mandiri dan menularkan pengalaman serta cara-cara yang dilakukan agar dapat

menjalankan usaha. Peternak domba di Kabupaten Tanggamus yang mengajukan diri untuk

menjadi SMD berasal dari Kelompok Tani Suka Makmur II.

Dengan adanya SMD diharapkan beberapa hal teknis yang belum diketahui oleh

peternak dapat diajarkan oleh SMD, selain itu SMD juga memiliki tugas untuk memfasilitasi

Page 5: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

kelompok tani dalam melakukan audiensi atau negosiasi dengan pemerintah ataupun pasar,

sehingga nantinya saat program SMD berakhir, peternak yang tergabung dalam kelompok

tani dapat melakukan tugas-tugas tersebut sendiri.

Tugas dari SMD terpilih adalah mengembangkan usaha kelompok tani secara

ekonomis dan efisien. Selain itu tugas utama adalah meningkatkan kapabilitas (skill) untuk

anggota kelompok tani, keluarga, dan masyarakat sekitar. SMD akan menjalankan beberapa

program pelatihan terkait dengan usaha penggemukan domba antara lain: manajemen

pemeliharaan ternak, manajemen panen ternak, manajemen keuangan usaha ternak domba

(pencatatan sederhana), manajemen pemanfaatan limbah, manajemen pemasaran dan

penyelesaian masalah, serta evaluasi dan monitoring. Program-program ini akan dilakukan

secara bertahap. Gambaran pelaksanaan program dapat dilihat pada tabel 3.

Dari kemitraan dengan kelompok ternak, SMD akan mendapat bagi hasil setiap

transaksi penjualan domba dan hasil pengolahan limbah sesuai dengan kesepakatan bersama.

Dari alokasi anggaran yang disediakan, kelompok ternak yang berjumlah 10 orang akan

memelihara 150 ekor domba bakalan untuk digemukkan.

Tabel 3. Rencana Pelaksanaan Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Suka Makmur II

No Nama Program Pelaksanaan Output

1 Manajemen pemeliharaan ternak Bulan ke 4 Kumpulan materi, peningkatan

kapabilitas peternak

2 Panen dan Pasca Panen Bulan ke 6 Kumpulan materi, peningkatan

kapabilitas peternak

3 Manajemen Keuangan Bulan ke 8 Kumpulan materi, peningkatan

kapabilitas peternak

4 Manajemen pemanfaatan limbah Bulan ke 9 Kumpulan materi, peningkatan

kapabilitas peternak

5 Pasar dan Prospek pasar domba Bulan ke 10 Kumpulan materi, peningkatan

kapabilitas peternak

6 Penyelesaian masalah/strategi

peternakan

Bulan ke 12 Kumpulan materi, peningkatan

kapabilitas peternak

7 Monitoring dan evaluasi Setiap bulan Laporan dan input untuk bulan

berikutnya

Page 6: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari program SMD adalah :

1. Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak lokal untuk membantu pemerintah

mewujudkan program swasembada daging secara nasional.

2. Meningkatkan kualitas kesehatan peternak dan lingkungan dengan cara melalui penanganan

limbah secara “zero waste” dan manajemen kandang kelompok yang jauh dari rumah

tempat tinggal.

3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, keterampilan dan manajemen beternak,

kemampuan kewirausahaan, pemgembangan usaha tani-ternak dan pemantapan kelompok

ternak.

4. Meningkatkan kesadaran, keinginan, rasa kebersamaan, dan percaya diri anggota untuk

mengembangkan kelompok yang berwawasan agribisnis.

5. Menciptakan dan mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat yang ideal berbasis

potensi dan kearifan lokal (indigenous knowledge) dan dapat diterapkan dalam

pembangunan nasional.

Page 7: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

BAB II

USAHA PENGGEMUKAN DOMBA

2.1. Potensi Peternakan Kabupaten Tanggamus

Kabupaten Tanggamus terletak berdekatan dengan Kabupaten Pringsewu, daerah ini

memiliki ketinggian 50-200 meter di atas permukaan laut. Kegiatan pertanian yang

dijalankan oleh sebagian penduduknya adalah berkebun, usaha perikanan, dan beternak.

Perkebunan yang banyak ditemui adalah kakao, kopi, dan kelapa. Perikanan yang

dikembangkan adalah perikanan air tawar dan karamba apung. Peternakan Tanggamus

sebagian besar adalah kambing, sapi, itik, ayam, dan domba.

Peternakan domba masih belum banyak dilaksanakan, akan tetapi Kelompok Tani

Suka Makmur II pernah mencoba untuk mengembangkan usaha penggemukan domba,

namun karena beberapa keterbatasan, usaha yang dijalankan belum memperoleh hasil yang

baik. Kecamatan Kota Agung Timur merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi

peternakan.

Pakan dan Lokasi. Target wilayah untuk SMD peternakan domba adalah Pekon

Kagungan. Wilayah ini memiliki jumlah pakan yang memadai untuk peternakan. Jumlah

lahan yang ditumbuhi rumput sangat memungkinkan untuk melakukan usaha penggemukan

domba. Beberapa anggota kelompok tani Suka Makmur II memiliki lahan yang cukup

ditumbuhi rumput pakan domba. Sarana air bersih juga tersedia dan rata-rata kandang yang

digunakan oleh penduduk jauh dari sumber air bersih. Selain itu, wilayah ini juga jauh dari

kebisingan yang dapat meningkatkan stress pada hewan ternak.

Potensi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat. Dari segi sosial ekonomi dan

budaya, masyarakat telah terbiasa melakukan pemeliharaan kambing/domba yang sifatnya

sebagai usaha sampingan. Budaya masyarakat untuk berkelompok masih sangat kuat

diantaranya, kelompok tani, kelompok arisan RT, kelompok yasinan dan beberapa kelompok

seni dan budaya. Kekuatan budaya ini menjadi modal yang sangat penting sebagai modal

dasar pengembangan kelompok agribisnis yang kuat.

Potensi Pasar. Pemasaran untuk produk domba di Kabupaten Tanggamus masih

diarahkan ke ibukot propinsi, Bandar Lampung melalui pasar hewan di Pringsewu dan juga

ke propinsi terdekat Lampung. Berdasarkan data Badan Perwakilan Daerah Propinsi

Lampung, peternakan Domba masih sangat prospektif untuk dikembangkan.

Page 8: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

2.2. Usaha Penggemukan Domba

Usaha peternakan domba merupakan salah satu usaha berbasis potensi lokal yang

menguntungkan. Faktor pendukungnya adalah permintaan pasar yang tinggi, ketersediaan

pasokan domba yang baik dan kondisi alam yang mendukung. Permintaan domba meningkat

saat waktu Idul Qurban tiba.Usaha peternakan domba biasanya dilakukan oleh orang desa

secara perorangan atau berkelompok. Permodalan peternak pada umumnya sangat terbatas,

dilakukan secara tradisional. Pendampingan tenaga ahli peternakan ditujukan untuk

memaksimalkan hasil peternakan. Akan tetapi pendampingan yang baik saat ini belum

terlihat hasilnya. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan daging domba belum bisa

terpenuhi dengan baik.

Pada bulan biasa, harga jual domba adalah Rp 25.000 per kg berat hidup. Pada bulan

kurban, selisih antara harga beli dan harga jual ini meningkat pesat dari Rp 25.000 per kg

berat hidup menjadi Rp 44.000 per kg berat hidup. Selisih antara harga jual dan harga beli ini

merupakan keuntungan bagi peternak. Keuntungan lainnya diperoleh dari penambahan berat

badan domba selama digemukkan selama 4 bulan. Sepuluh hari pertama sejak domba

didatangkan adalah masa-masa penyesuaian domba dari perjalanan dan perpindahan tempat

sehingga pada masa 10 hari pertama ini penambahan berat badan domba tidak efektif.

Dengan demikian, penggemukan 4 bulan mempunyai waktu efektif selama 110 hari.

2.2.1 Teknis Penggemukan Domba

1. Bakalan

Bakalan yang digunakan dalam usaha penggemukan domba ini adalah domba

jantan dengan berat awal 25 kg dengan harga Rp 25.000/kg hidup. Bakalan

didatangkan Pasar Pringsewu yang berjarak sekitar 90 km dari Kota Agung Timur

atau mendatangkan dari Jawa Barat.

2. Pakan

Kelompok tani yang mengusahakan penggemukan domba di Kecamatan Kota

Agung Timur memiliki lahan dengan rumput yang cukup untuk pakan ternak domba.

Ransum yang diberikan untuk domba sebesar 5% dari berat hidup dengan

perbandingan 75:25 untuk hijauan dan konsentrat.

Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia

dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan

Page 9: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai

berikut:

a. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja,

meksiko dan rumput alam.

b. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah,

daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan siratro.

c. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun

kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela

rambat dan daun beringin.

d. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam

dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap

dan biji kapas.

Konsentrat yang dipilih sebagai ransum adalah ampas tahu. Hal ini berdasarkan

penelitian Gunawan (2005) bahwa ampas tahu memberikan hasil pertambahan bobot

badan lebih banyak dibandingkan konsentrat yang lain rata-rata sebesar 80

gram/ekor/hari.

Gambar 1. Pakan Ternak Domba

3. Penyiapan Sarana dan Kandang

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah

domba, Fungsi kandang adalah a) Melindungi domba dari hujan dan panas matahari.

b) Mempermudah perawatan dan pemantauan c) Menjaga keamanan dan kesehatan

domba dalam usaha kelompok, d) Memudahkan pengambilan kotoran hewan sebagai

hasil sampingan. Peternak tidak menggunakan satu kandang dalam pengelolaannya,

akan tetapi kandang dibangun dalam lokasi yang berdekatan.

Ukuran kandang ideal bagi domba adalah luas 1x1 m2 untuk satu ekor domba.

Kandang juga sebaiknya tidak terlalu menyerap panas misalnya beratap rumbia, lebih

Page 10: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

tinggi dari tanah sebagai bentuk preventif banjir, memiliki ventilasi yang cukup untuk

sinar matahari. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung

makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat

kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.

4. Kesehatan Ternak

Pengalaman anggota kelompok dalam beternak merupakan modal penting yang

dapat dimanfaatkan untuk menunjang kesuksesan usaha peternakan ini, ditambah

dengan akses yang mudah dengan petugas / tenaga medis peternakan akan sangat

membantu dalam penanganan ternak sakit dengan cepat.

Menurut Deputi Menegristek (1993), penyakit yang banyak menyerang domba

adalah mencret, radang pusar, titani, Penyakit Mulut dan Kuku, kudis, dan dermatitis.

Penyakit ini dapat dihindari dengan menjaga kebersihan kandang dan tindakan

preventif.

5. Sanitasi dan Tindakan Preventif.

Pada pemeliharaan secara intensif domba dikandangkan sehingga peternak

mudah mengawasinya, sekali dalam seminggu ternak di lepaskan untuk beberapa jam.

Pembersihan kandang dilakukan seminggu sekali, tempat makan dan minum juga

dibersihkan dan dikeringkan setiap hari. Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan

kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat

penampungan limbah,membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran

kandanguntuk disinfektan.

Jika ada domba yang sakit segera diberi obat atau vaksinasi agar yang lain tidak

tertular. Domba dimandikan setidaknya seminggu sekali setelah itu dijemur di bawah

sinar matahari.

6. Pemasaran

Pasar merupakan hal yang sangat penting dekatnya lokasi pemeliharaan dengan

pasar ternak Kota Agung (7 km) dan Pasar Pringsewu (+ 90 Km). Kondisi ini akan

semakin mempermudah akses pemasaran ternak, dan dapat mendukung terhadap

usaha ternak yang akan dikembangkan oleh kelompok.

2.2.2 Aspek Keuangan

Page 11: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

Aspek keuangan adalah hal yang penting dalam perencanaan usaha. Hal ini terkait

dengan inventaris kebutuhan pada awal usaha ternak domba. Dengan jumlah kelompok tani

10 orang yang akan dibina dalam program sarjana membangun desa ini, jumlah domba yang

diusulkan untuk dialokasikan adalah 15 ekor/petani. Selain itu kebutuhan pakan, kandang,

dan biaya-biaya lainnya serta penguatan kelembagaan dipenuhi dari dana yang digulirkan

melalui program SMD.

Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka

panjang (biaya investasi), seperti: bakalan domba, bangunan, instalasi pengolahan

pupuk.

2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada

saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya

pembinaan.

3. Biaya lainnya, seperti: bunga dan pinjaman.

2.2.3 Aspek Manajemen

Bentuk manajemen yang akan diterapkan pada program usulan usaha ini adalah

manajemen teknologi, manajemen sumber daya manusia, manajemen operasional,

manajemen risiko dan manajemen strategi.

Manajemen Teknologi. Teknologi yang digunakan pada usaha ini adalah teknologi

proporsi ransum yang didasarkan atas hasil penelitian terdahulu. Selain itu, pengolahan

limbah ternak juga akan menggunakan teknologi berbasis zero waste (tanpa sampah) yang

akan mengolah limbah ternak menjadi pupuk yang dapat dijual kembali.

Manajemen Sumberdaya Manusia. Pelaku usaha pada program ini adalah petani

yang tergabung dalam kelompok tani Suka Makmur II yang dibina oleh calon SMD.

Peningkatan kapabilitas yang dilakukan sesuai dengan jadwal dan rencana yang sudah

disusun. Monitoring dan pengawasan juga dilakukan untuk menilai kinerja masing-masing

individu di dalam kelompok. Penilaian kinerja didasarkan pada: Perkembangan pengelolaan

sistem usaha, Penyerapan dana yaitu perbandingan antara jumlah pengeluaran dan alokasi

dana dalam pemnberdayaan permodalan, Perkembangan kelompok ternak, Hambatan dan

permasalahan yang timbul serta cara penangananya, sejak tahap persiapan perencanaan

sampai pelaksanaan program.

Untuk mempermudah jalannya usaha dibentuk hirarki pengawasan dan pembinaan

serta komunikasi pada kelompok tani Suka Makmur II.

Page 12: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

Gambar 2. Hirarki Pembinaan Kelompok Tani Suka Makmur II

Manajemen Operasional. Dalam menjalankan usahanya kelompok Tani Suka

Makmur II memiliki visi untuk dapat menjadi kelompok tani mandiri yang memanfaatkan

potensi dan sumberdaya lokal menuju kesejahteraan petani/peternak anggota. Misi yang

dijalankan adalah dengan mengikuti rencana kegiatan dan pelatihan yang disusun oleh calon

SMD.

Manajemen Risiko. Setiap usaha pasti memiliki risiko tertentu. Sikap pengusaha

dalam hal ini SMD dan kelompok tani binaan dalam menghadapi risiko usaha menjadi sangat

diperlukan. Risiko tidak harus dihindari tidak juga harus ditantang. Manajemen yang baik

untuk mempersiapkan kondisi untuk menghadapi risiko harus dimiliki dalam usaha ini.

Risiko yang mungkin terjadi pada usaha penggemukan domba adalah risiko penyakit,

kematian, dan pasar.

Untuk mengendalikan risiko tersebut beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah

penceghan penyakit, mempersiapkan analisis usaha yang menyertakan kematian sebagai

parameter penjualan hasil ternak. Risiko pasar adalah tidak adanya pasar yang menampung

hasil ternak, untuk itu strategi yang dipilih adalah melakukan exit strategy horisontal dengan

menjalin kemitraan dalam rangka penganekaragaman produk. Dalam hal ini dengan

distributor pupuk misalnya. Selain itu kemitraan vertikal juga dapat dijalin untuk pemenuhan

kebutuhan produksi.

Manajemen Strategi. Pengembangan usaha peternakan memerlukan strategi untuk

mencapai tujuan. Strategi yang digunakan dalam program ini disusun berdasarkan analisis

SWOT sehingga mencerminkan kondisi internal dan eksternal peternak domba.

2.2.4 Penguatan Kelembagaan

Ardhana Surya Saputra, SPt

Koordinator Program

Suyatno

Koordinator Lapang

PETERNAK PETERNAK PETERNAK

Page 13: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

Sebuah usaha akan dapat berjalan dengan lancar jika subsistem pendukungnya

tersedia dan mendukung dengan baik. Dalam konsep kelembagaan, salah satu bentuk

lembaga yang dapat menolong petani adalah dirinya sendiri melalui kelompok tani atau

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Peningkatan produksi ternak domba yang menjadi

indikator keberhasilan usaha memiliki beberapa strategi di mana penguatan kelembagaan

menjadi bagian penting dalam strategi.

Kelembagaan yang baik adalah kelembagaan yang terintegrasi baik petani, liaison

(penghubung), dan pemerintah. Peran penghubung adalah menjadi fasilitator antara petani

dan pemerintah sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik. Petani diharapkan dapat

melakukan audiensi ataupun diskusi dengan pemerintah. Dalam program pendampingan

Kelompok Tani Suka Makmur II, penguatan kelembagaan yang dilakukan adalah dengan

membuat mapping dan positioning antara pemerintah, peternak domba, dan SMD sehingga

program pelatihan yang direncanakan SMD dapat selaras dengan kebijakan Ditjennak RI.

Kelembagan pertanian yang dibina secara sinergis dan terintegrasi dapat

mendatangkan hasil yang lebih baik. Sebagai contoh, dalam penggemukan domba, hasil

sampingan adalah kotoran kambing.

Page 14: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

BAB III

ANALISIS FINANSIAL

Untuk melakukan analisis usaha penggemukan domba, perlu ditetapkan beberapa

asumsi dan faktor teknis yang akan menentukan untung ruginya usaha tersebut. Sedangkan

analisis kelayakan finansial usaha dilakukan dengan menggunakan beberapa alat, diantaranya

analisis cashflow, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return, dan B/C rasio

(Gittinger, 1986). Dalam melakukan analisis finansial ditetapkan asumsi-asumsi terkait

dengan usaha penggemukan domba.

Teknis usaha penggemukan menggunakan bakalan domba garut dengan umur kira-

kiran 1 tahun. Dengan perkiraan bobot rata-rata 25kg/ekor dan harga beli dipasaran

diasumsikan Rp.25.000/kg bobot hidup, maka harga satu ekor bakalan domba siap

digemukkan sekitar Rp. 625.000/ekor. Kebutuhan pakan diasumsikan 5% dari berat hidup

sekitar 1,5kg/ST/hari. Pakan hijauan berkualitas diperoleh dari kebun HMT milik anggota

kelompok dan diasumsikan dengan biaya Rp.150,-/kg. Sedangkan biaya konsentrat berupa

ampas tahu sekitar Rp.800,-/kg. Keuntungan lain yang didapat adalah saat Idul Adha dimana

harga daging meningkat menjadi sekitar Rp. 44.000- Rp. 45.000/kg dan mengalami kenaikan

15-20% per tahun. Untuk lebih lengkapnya, faktor teknis usaha penggemukan sapi dapat dilihat

pada Lampiran 1.

Selain asumsi dan faktor teknis, untuk melakukan analisis usaha penggemukan domba

juga diperlukan perkiraan struktur populasi ternak dalam jangka waktu tertentu. Struktur

populasi ini akan menentukan besarnya pendapatan yang diperoleh dari penjualan baik

produk utama berupa/bakalan atau bibit, maupun produk sampingan berupa pupuk kandang.

Perkiraan struktur populasi selama 3 tahun adalah tingkat kematian 5% setiap tahunnya.

Asumsi untuk penjualan pupuk didasarkan atas jumlah kotoran/ST/hari rata 1,5kg (Balitnak,

2003). Pupuk yang dijual untuk tahun pertama sebanyak 500 kg. Biaya modal awal untuk

penggemukan domba dapat dilihat di Lampiran 2.

Total investasi awal disesuaikan dengan alokasi anggaran yang ada yaitu sebesar Rp.

158.450.000,-. Biaya operasional dan modal kerja untuk usaha penggemukan, meliputi, biaya

pakan hijauan, tenaga kerja dan sewa lahan kandang akan diperhitungkan dan dibayarkan

setelah ada penjualan output. Sedangkan untuk biaya konsentrat pada usaha pembibitan akan

dibiayai dari sebagian keuntungan usaha penggemukan yang persentasenya akan ditetapkan

kemudian.

Page 15: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

Berdasarkan analisis arus kas yang dilakukan dapat diketahui bahwa NPV bernilai

positif (Rp. 78.317.500,-) menunjukkan bahwa apabila investasi dijalankan maka usaha akan

memberikan kentungan. Semakin besar NPV maka usaha akan semakin untung. Nilai IRR

yaitu 19,99% lebih besar dari asumsi tingkat bunga bank (15%). Hal ini menunjukkan bahwa

investasi pada usaha ini akan jauh menguntungkan daripada sejumlah modal tersebut

diinvestasikan pada bank.

B/C rasio rata-rata pertahun sebesar 1,66 hal ini berarti setiap pengeluaran tambahan

biaya produksi sebesar Rp. 100,- akan menghasilkan Rp. 166,-. Dengan kata lain, keuntungan

akan semakin meningkat seiring dengan penambahan input produksi (jumlah ternak) yang

diinvestasikan. Keterangan lengkap tentang penghitungan keuangan dapat dilihat pada

Lampiran 3. Dengan adanya kelayakan pada aspek teknis, kelompok tani, dan layak secara

finansial, maka usaha penggemukan domba ini dapat dijalankan.

Page 16: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan tujuan dan ouput yang diharapkan dari program usaha penggemukan

domba ini, maka sudah semestinya program ini ditindaklanjuti dengan implementasi

program dilapangan. Aspek kelayakan lokasi kelompok ternak, dan kelayakan finansial serta

SDM yang berkualitas, menunjukkan bahwa program Sarjana Membangun Desa Tahun 2011

layak dilakukan di Pekon Kagungan Kecamatan Kota Agung Timur Lampung untuk dapat

memperkuat kelembagaan petani domba menuju kemandirian dan kesejahteraan anggota

pada khususnya serta masyarakat sekitar pada umumnya. Harapan kedepan, target pemerintah

untuk memperkuat posisi tawar dan mensukseskan program swasembada daging terpenuhi

serta pemberdayaan peternak dapat tercapai. Hal terpenting dalam program ini adalah transfer

ilmu, pengalaman, teknologi serta manajemen budidaya dan organisasi melalui SMD yang

berkualitas, sehingga dapat mencapai kemandirian kelompok tani ternak dan kesejahteraan

anggotanya.

Page 17: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

DAFTAR PUSTAKA

[Balitnak] 2003. Kotoran Kambing-Domba pun Bisa Bernilai Ekonomis.. Bogor : Balai

Penelitian Ternak

Gittinger, JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta:

Universitas Indonesia

Gunawan, Arfah Alam. 2005. Kecukupan Energi Metabolis Pakan Domba Garut Jantan

pada Fase Pertumbuhan di Peternakan Lesan Putra Kecamatan Ciomas

Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

[Menegristek] 1993. Budidaya Ternak Domba. Jakarta: Deputi Bidang Pendayagunaan dan

Pemasyarakatan Iptek Menegristek Republik Indonesia.

Page 18: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

Lampiran 1

Aspek Teknis Penggemukan Domba

No Keterangan Satuan Jumlah

1 Periode Penggemukan Bulan 4

Hari 120

Tahun 3

2 Pengadaan domba

bakalan

a. Pengadaan domba ekor/periode 150

b. Bobot awal rata-rata kg/ekor 25

c. Harga domba Rp/kg 25000

d. Harga domba bakalan Rp/ekor 625000

e. Transportasi Rp/ekor 20000

3 Pakan dan Tenaga Kerja

a. Konsumsi Hijauan kg/ekor/hari 5

b. Konsumsi konsentrat kg/ekor/hari 0.5

c. Harga konsentrat Rp/kg 800

d. Harga hijauan Rp/kg 150

e. Obat dan vitamin Rp/ekor/bulan 5000

f. Tenaga Kerja Rp/ekor/hari 1000

4 Aspek Penggemukan

a. Target PBB harian kg/ekor/hari 0.08

b. Target pertambahan

bobot kg/ekor/periode 9.6

c. Bobot akhir kg/ekor 34.6

d. Harga jual domba Rp/ekor 865000

5 Penjualan Hasil

Sampingan

a. Produksi Kotoran Kg/ekor/hari 1.5

b. Harga pupuk kandang

basah Rp/kg 500

Page 19: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

36

Lampiran 2

Modal Awal Usaha Penggemukan Domba

Modal Awal (Start Up Cost)

Jenis Biaya Jumla

h Satuan

Perkiraan Biaya per Unit (Rp)

Total Biaya (Rp)

Umur (Tahun)

Penyusutan Per Tahun

Nilai Sisa

A. BIAYA INVESTASI

Kandang 10 unit 1,500,000 15,000,000 4 3,750,000 3,750,000

Instalasi pengolahan pupuk 1 unit 1,000,000

1,000,000 5 200,000 1,000,000

Peralatan Peternakan 1 Paket 1,000,000 1,000,000 3 333,333 0

Total Biaya Investasi 17,000,000 4,283,333 4,750,000

B. MODAL KERJA 1 periode

Biaya Operasional dalam 1 tahun

Domba Bakalan 150 ekor 625,000 93,750,000

Hijauan 1 paket 13,500,000 13,500,000

Konsentrat 1 Paket 7,200,000 7,200,000

Obat-obatan dan vitamin 1 paket 500,000 500,000

Total modal kerja 114,950,000

C. BIAYA USAHA

Pendampingan 12 bulan 1,500,000 18,000,000

Pelatihan 6 paket 750,000 4,500,000

Monitoring dan pelaporan 1 Paket 1,000,000 1,000,000

Penguatan lembaga 1 Paket 1,500,000 1,500,000

Transportasi 150 unit 10,000 1,500,000

Total Biaya Usaha 26,500,000

Total start up cost (A+B+C) 158,450,000

Page 20: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

37

Lampiran 3

Cash Flow Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Kelompok Tani Suka Makmur II

No Uraian 1 2 3 4

I Inflow

A. Penggemukan Domba

1. Penjualan domba 436,150,000 440,440,000 447,590,000

2. Penjualan pupuk kandang 750,000 787,500 900,000

Total Inflow 0 436,900,000 441,227,500 448,490,000

II Outflow

B. Investasi

Kandang 15,000,000

Instalasi pengolahan pupuk 1,000,000

Peralatan peternakan 1,000,000

C. Operasional Penggemukan Domba

Domba Bakalan 93,750,000 281,250,000 281,250,000 281,250,000

Hijauan (5xRp 150x150 ekor x 120 hari) 13,500,000 40,500,000 40,500,000 40,500,000

Konsentrat (0,5xRp. 800x150 ekor x

120hr)

7,200,000

21,600,000 21,600,000 21,600,000

Obat-obatan dan vitamin 500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000

Biaya Transportasi 3,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000

D. Pendampingan

Manajemen/pendampingan 18,000,000 18,000,000 18,000,000

Pelatihan 750,000 3,750,000 0 0

Monitoring dan Pelaporan 0 1,000,000 0 1,000,000

Peguatan kelembagaan 0 1,500,000 0 0

E. Biaya Operasional Lain

Page 21: Proposal Sarjana Membangun Desa-Domba

38

Perawatan Kandang 1,000,000 1,000,000 1,000,000

Beban administrasi 1,000,000 1,000,000 1,000,000

Beban listrik 500,000 500,000 500,000

Total Biaya Investasi 17,000,000 0 0 0

Total Biaya Operasional 118,700,000 380,600,000 374,350,000 375,350,000

Total Outflow 135,700,000 380,600,000 374,350,000 375,350,000

III Analisis Keuangan

Net Benefit (I-II)

-

135,700,000 56,300,000 66,877,500 73,140,000

Discount Factor 15% 0.870 0.756 0.658 0.572

PV/tahun

-

118,000,000 42,570,888 43,973,042 41,818,032

PV Positif 196,317,500

PV Negatif

-

118,000,000

NPV 78,317,500

Net B/C 1.66

IRR 19.99%

1. Asumsi bunga bank yang digunakan adalah 15% per tahun

2. NPV bernilai positif berarti kegiatan usaha layak secara ekonomis

3. Nilai IRR 19,99% lebih tinggi dari suku bunga bank yang berarti investasi layak dilakukan

4. Nilai B/C lebih besar dari 1 sehingga berarti usaha yang dijalankan akan mendatangkan keuntungan.