Proposal Proyek Kultur Jaringan

24
PROPOSAL PENELITIAN KULTUR JARINGAN PENANAMAN EKSPLAN DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) PADA KULTUR JARINGAN Oleh : AGISTA MAHRINI (E1A209027) AKHMAD KAMAL (E1A209052) DARMA SETIA JAYA (E1A209217)

Transcript of Proposal Proyek Kultur Jaringan

Page 1: Proposal Proyek Kultur Jaringan

PROPOSAL PENELITIAN KULTUR JARINGAN

PENANAMAN EKSPLAN DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) PADA KULTUR JARINGAN

Oleh :

AGISTA MAHRINI (E1A209027)AKHMAD KAMAL (E1A209052)

DARMA SETIA JAYA (E1A209217)

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU2013

Page 2: Proposal Proyek Kultur Jaringan

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang

Kultur jaringan merupakan salah satu tekhnik memperbanyak suatu

tanaman dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang

sudah dalam keadaan steril. Teknik kultur jaringan bukan hanya digunakan

untuk beberapa tujuan seperti mendapatkan produksi metabolit sekunder,

mendapatkan keragaman seleksi dan pemuliaan tanaman.

Pada dasarnya langkah-langkah dalam melakukan proses kultur jaringan

ada 3 tahap, yaitu :

1.      Tahap I atau disebut juga tahap persiapan eksplan

2.      Tahap II atau disebut juga tahap penggandaan.

3.     Tahap III atau disebut juga tahap penndewasaan.

(D.F.Wetherell,1976).

Langkah pertama yang harus dilakukan apabila akan melakukan kultur

jaringan adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai, karena akan

menyangkut materi yang akan digunakan. Misalnya tujuannya ingin

memperbanyak tanaman dengan hasil yang sesuai dengan induknya, maka

dilakukan kultur meristem atau kultur kalur. Apabila tujuannya ingin

mendapatkan tanaman yang homozigot, dilakukan kultur anther. Langkah

berikutnya adalah menentukan medium yang akan digunakan dengan

menambahkan ZPT vitamin dan suplemen lainnya. Selanjutnya adalah tahap

kerja di laboratorium.

Proses pelaksanaan kultur jaringan yang dapat dikatakan proses

terakhir yaitu penanaman eksplan. Syarat pertama kultur jaringan juga masih

digunakan pada pelaksanaan ini yaitu kondisi yang aseptic. Pada pross

penanaman eksplan, lingkungan yang digunakan haruslah benar-benar dalam

kondisi yang aseptic. Oleh karenanya penanaman biasanya dilakukan di

Enkas, sebuah kotak dengan tepi yang transparan dan terdapat lubang untuk

tangan, atau dengan menggunakan LAF (Laminar Air Flow).

Penanaman eksplan harus dilakukan pada ruangan yang harus steril,

dan eksplan juga dalam keadaan yang steril pula.  Penanaman dapat dilakukan

Page 3: Proposal Proyek Kultur Jaringan

pada ruangan tertutup atau ruangan penabur  dalam Laminair Air Flow (LAF).

Ruangan digunakan, setelah dilakukan sterilisasi dengan menggunakan larutan

alkohol 96 % pada lantai dan dinding ruangan, dan membiarkan ruangan

selama 30 menit dengan sinar UV yang menyala.

Kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan merupakan momok

yang cukup mengganggu proses kultur jaringan. Namun kontaminasi juga

dapat dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptic. Stelah dua acara

praktikum diatas dilakukan sterilisasi terhadap peralatan kultur dan media

kultur, tanaman atau eksplan yang akan ditanam juga harus dalam keadaan

steril dan sehat artinya eksplan tidak terserang penyakit ataupun terkena

serangan mikroba.

Keberadaan kontaminan yang berasal dari spora maupun mikroba

lainnya sangat sulit dihindari termasuk juga di dalam ruang kultur. Untuk itu

sterilisasi ruangan juga perlu dilakukan tentunya dengan tujuan untuk

menciptakan lingkungan yang aseptic dan menghilangkan mikroba maupun

spora penyebab kontaminan.

Perumusan Masalah

1. Apakah cara penanaman eksplan dan subkultur daun sambung nyawa

berpengaruh pada keberhasilan kultur?

2. Apakah kegiatan kultur jaringan memperlihatkan kemajuan pertumbuhan

eksplan daun smabung nyawa?

3. Adakah faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan?

Tujuan

1.      Mengetahui dan mempraktikan cara menanam eksplan dan sub kultur .

2.      Mengamati pertumbuhan eksplan daun sambung nyawa

3.      Mencari factor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur  jaringan.

Page 4: Proposal Proyek Kultur Jaringan

Hipotesis

1. Ada pengaruh antara cara penanaman eksplan dan subkultur daun

sambung nyawa terhadap keberhasilan kultur jaringan.

2. Pengamatan terhadap pertumbuhan eksplan daun sambung nyawa

memperlihatkan kemajuan

3. Terdapat beberapa faktor penghambat penyebab kontaminasi dalm kultur

jaringan.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan menjadi media bagi para pembaca untuk

mendapat beberapa manfaat, yaitu:

1. Sebagai sumber informasi bagi kalangan peneliti, akademisi, instansi,

maupun wirausaha daun sambung nyawa

2. Sebagai langkah alternatif untuk pembaca untuk memulai proyek kultur

jaringan daun smabung nyawa

Page 5: Proposal Proyek Kultur Jaringan

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Teknik Kultur Jaringan

Dengan semakin berkembangnya usaha di bidang pertanian maka

kebutuhan bibit semakin meningkat. Melalui perbanyakan konvensional sangat

sulit untuk memenuhi kebutuhan bibit yang sangat banyak dengan waktu relatif

cepat. Dengan demikian, teknologi kultur jaringan telah terbukti dapat

digunakan sebagai teknologi pilihan ( Mariska, 2008 ).

Menurut Sriyanti (1994), kultur jaringan adalah suatu metode untuk

mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel,

jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga

bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi

tanaman lengkap kembali. Tujuan dari  Kultur jaringan diantaranya

menciptakan tanaman baru bebas penyakit, memperbanyak tanaman yang

sukar diperbanyak secara seksual, dan menghasilkan tanaman baru sepanjang

tahun (Hendaryono,1994).

Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan

jaringan atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang dimaksud

secara buatan adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan. Karena itu

teknik ini sering kali disebut kultur in vitro, sebagai lawan dari in vivo.

Dikatakan in vitro (bahasa Latin, berarti "di dalam kaca") karena jaringan

dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material

tembus pandang lainnya. Kultur jaringan secara teoretis dapat dilakukan untuk

semua jaringan, baik dari tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia) namun

masing-masing jaringan memerlukan komposisi media tertentu (Hendra, 2007).

Pertumbuhan dan perkembangan dalam kultur in vitro dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya: faktor genetik, media tumbuh, faktor lingkungan,

dan zat pengatur tumbuh. Menurut Wetherell (1982), zat pengatur tumbuh

(ZPT) di dalam dalam media berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan

perkembangan tanaman pada setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan.

Page 6: Proposal Proyek Kultur Jaringan

Di dalam tanaman terdapat fitohormon yang mendorong pertumbuhan

dan perkembangan, serta fitohormon yang menghambat. ZPT akan bekerja

secara aditif (sinergis) dengan fitohormon (pendorong) atau antagonis dengan

fitohormon yang menghambat. Resultan dari interaksi ini akan tampil dalam

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Gardner (1991) tanaman

pada kultur jaringan tidak dapat menghasilkan karbohidrat sendiri dalam

jumlah cukup sehingga perlu diberikan sumber energi karbon dalam media

berupa sukrosa.

Proses perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan terdiri atas seleksi

pohon induk (sumber eksplan), sterilisasi eksplan, inisiasi tunas, multiplikasi,

perakaran, dan aklimatisasi. Eksplan berupa mata tunas, diambil dari pohon

induk yang fisiknya sehat. Tunas tersebut selanjutnya disterilkan dengan

alkohol 70%, HgCl2 0,2%, dan Clorox 30%. Inisiasi tunas. Eksplan yang telah

disterilkan di-kulturkan dalam media kultur (MS + BAP). Setelah terbentuk

tunas, tunas tersebut disubkultur dalam media multiplikasi (MS + BAP) dan

beberapa komponen organik lainnya. Multiplikasi dilakukan secara berulang

sampai diperoleh jumlah tanaman yang dikehendaki, sesuai dengan kapasitas

laborato-rium. Setiap siklus multiplikasi berlangsung selama 2–3 bulan.

Untuk biakan (tunas) yang telah responsif stater cultur, dalam periode tersebut

dari 1 tunas dapat dihasilkan 10-20 tunas baru. Setelah tunas mencapai jumlah

yang diinginkan, biakan dipindahkan (dikulturkan) pada media perakaran

(Biogen, 2008).

Untuk perakaran digunakan media MS + NAA. Proses perakaran pada

umumnya berlangsung selama 1 bulan. Planlet (tunas yang telah berakar)

diaklimatisasikan sampai bibit cukup kuat untuk ditanam di lapang.

Aklimatisasi. Dapat dilakukan di rumah kaca, rumah kasa atau pesemaian,

yang kondisinya (terutama kelembaban) dapat dikendalikan. Planlet dapat

ditanam dalam dua cara. Pertama, planlet ditanam dalam polibag diameter 10

cm yang berisi media (tanah + pupuk kandang) yang telah disterilkan. Planlet

(dalam polibag) dipelihara di rumah kaca atau rumah kasa. Kedua, bibit ditaruh

di atas bedengan yang dinaungi dengan plastik. Lebar pesemaian 1-1,2 m,

panjangnya tergantung keadaan tempat. Dua sampai tiga minggu sebelum

Page 7: Proposal Proyek Kultur Jaringan

tanam, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang (4 kg/m2) dan disterilkan

dengan formalin 4%. Planlet ditanam dengan jarak 20 cm x 20 cm.

Aklimatisasi berlangsung selama 2-3 bulan. Aklimatisasi cara pertama dapat

dilakukan bila lokasi pertanaman letaknya jauh dari pesemaian dan cara kedua

dilakukan bila pesemaian berada di sekitar areal pertanaman ( Biogen, 2008 ).

B. Deskripsi Daun Sambung Nyawa

Tanaman obat sambung nyawa di klasifikasikan sebagai berikut :

Divisi               :           Spermatophyta

Subdivisi         :           Angiospermae

Kelas               :           Dicotyledonae

Bangsa :           Asterales (Campanulatae)

Suku                :           Asteraceae (Compositae)

Marga              :           Gynura

Jenis                :           Gynura procumbens

Tanaman Gynura procumbens berbentuk perdu tegak bila masih muda dan

dapat merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis.

Batangnya segi empat beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ke

ujung semakin pendek, ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daun

tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik tersebar, tepi daun

bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang ½-3 ½ cm, helaian daun

panjang 3 ½-12 ½ cm, lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas berwarna

hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat. Kedua

permukaan daun berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada

permukaan daun bagian bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil

berwarna hijau kekuningan. Tumbuhan ini mempunyai bunga bongkol, di

Page 8: Proposal Proyek Kultur Jaringan

dalam bongkol terdapat bunga tabung berwarna kuning oranye coklat

kemerahan panjang 1-1 ½ cm, berbau tidak enak. Tiap tangkai daun dan helai

daunnya mempunyai banyak sel kelenjar minyak (Anonim 3, 2010).

Daun Sambung Nyawa oleh sebagian masyarakat Indonesia digunakan

sebagai obat kanker kandungan, payudara dan kanker darah dengan memakan

3 lembar daun segar sehari selama 7 hari. Pengobatan tersebut dapat

diperpanjang selama 1-3 bulan tergantung dari keadaan penyakit (Ardhi,

2010).

Daun tanaman Sambung Nyawa mengandung senyawa flavonoid, sterol

tak jenuh, triterpen, polifenol dan minyak atsiri. Hasil penelitian lain

melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid, tanin,

saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat,

asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat (Suganda et al., 1988),

asparaginase (Mulyadi, 1989) (Ardhi, 2010).

Page 9: Proposal Proyek Kultur Jaringan

BAB IIIBAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum Kultur Jaringan ini adalah :

- Eksplan yang digunakan pada praktikum kultur jaringan (daun tanaman

sambung nyawa).

- Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan media MS adalah larutan

stok hara makro, larutan hara mikro, stok Fe.EDTA, stok Myo-Inositol, stok

vitamin, ZPT, gula/sukrosa, aquades dan agar-agar.

- Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan larutan stok hara makro

adalah aquades, KNO3, NH4NO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, dan KH2PO4.

- Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan larutan stok hara mikro

campuran adalah Kl 83.0 mg, H3BO3 620.0 mg, MnSO4 H2O 1690.0,

ZnSO4.7H2O 860.0 mg, CuSO4.5H2O 2.5 mg, CoCl2.6H2O 2.5 mg, Stok

FeSO4.7H2O dan Na2 EDTA.

- Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan stok vitamin adalah Tiamin

HCl, Asam mikotinat, Piridoksin HCl, Gilisin, Mioinositol, Sukrosa, Agar.

- Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sterilisasi eksplan adalah

larutan deterjen, larutan stok agrep 0,2 %, larutan stok dithane 0,2 %, aquades

steril, alkohol 70 %, baycline 7 %, betadhine (10 tetes).

Page 10: Proposal Proyek Kultur Jaringan

Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum Kultur Jaringan ini adalah :

- Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), digunakan sebagai tahap perlakuan

penanaman.

- Shaker (penggojok), merupakan alat penggojok yang putarannya dapat

diatur menurut kemauan kita.

- Timbangan Analitik, berfungsi sebagai alat untuk menimbang bahan-

bahan kimia yang digunakan untuk kultur jaringan.

- Erlenmeyer, berfungsi sebagai sarana menuangkan air suling maupun

untuk tempat media dan penanaman eksplan.

- Gelas Ukur, digunakan untuk menakar air suling dan bahan kimia yang

akan digunakan.

- Gelas Piala, digunakan untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan

kimia dan air suling dalam pembuatan medium.

- Petridish, merupakan tempat pemotongan eksplan.

- Pinset dan Scalpel. Pinset digunakan untuk memegang atau mengambil

irisan eksplan atau untuk menanam eksplan, Scalpel digunakan untuk

memotong eksplan.

- Lampu Spiritus, digunakan untuk sterilisasi dissecting kit (skalpel dan

pinset) di dalam laminar air flow cabinet pada saat kita mengerjakan

penanaman.

- Lampu UV, berfungsi untuk sterilisasi fisik.

- Lampu Neon, berfungsi untuk pencahayaan bagi eksplan.

Page 11: Proposal Proyek Kultur Jaringan

- Hot plate/magnetic stirrer atau kompor berfungsi untuk menggojok

dengan pemanas/memasak media.

- Peralatan gelas (gelas ukur, erlenmeyer) atau stainless steel untuk

memanaskan dan melarutkan media.

- Autoclave, merupakan alat sterilisasi dengan tekanan uap (sterilisasi

basah).

- pH meter, berfungsi untuk mengukur pH.

- Timbangan (analitical dan bench top loading), berfungsi untuk

menimbang bahan kimia.

- Botol kultur dengan penutupnya, berfungsi sebagai tempat menanam

eksplan.

- Alat diseksi (spatula, scalpel (pinset), forcep, gunting)

- Refrigerator, berfungsi untuk menyimpan larutan kimia atau bahan kimia

- Distiling unit atau water deionizer, berfungsi untuk membuat aquades

- Oven, berfungsi untuk sterilisasi kering

- Pipet ukur, berfungsi untuk mengambil dan mengukur larutan kimia.

- Rak, berfungsi untuk tempat media dan plantlet.

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan lautan stok hara makro adalah

timbangan/neraca analitik, corong, labu ukur 1000 ml, erlenmeyer, beaker glass,

gelas ukur, pipet, gelas pengaduk, corong, pipet ukur, kertal label, karet gelang,

dan botol tempat penyimpan larutan stok, serta aluminium foil sebagai penutup

botol.

Page 12: Proposal Proyek Kultur Jaringan

Cara Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan oleh praktikan yaitu :

1. Pembuatan sterilan

- Baycline 7 %

Caranya :

a. Membuat larutan stok baycline 7 % sebanyak 1 liter.

b. Ambil 70 ml larutan baycline, dan tambahkan 930 ml aquades agar

total volume larutan menjadi 1000 ml atau 1 liter.

- Alkohol 70 %

Caranya :

a. Membuat larutan alkohol 70 % sebanyak 1 liter.

b. Ambil 700 ml larutan alkohol, dan tambahkan 300 ml aquades agar

total volume larutan menjadi 1000 ml atau 1 liter.

- Dithane 0,2 %

Caranya :

a. Membuat larutan dithane 0,2 % sebanyak 1 liter.

b. Ambil 2 gr larutan larutan dithane, dan tambahkan air keran sampai

volume larutan menjadi 1 liter.

- Agrep 0,2 %

Caranya :

a. Membuat larutan agrep 0,2 % sebanyak 1 liter.

b. Ambil 2 gr larutan larutan agrep, dan tambahkan air keran sampai

volume larutan menjadi 1 liter.

Page 13: Proposal Proyek Kultur Jaringan

2. Pembuatan larutan stok

a. Bahan-bahan kimia makro nutrien ditimbang dengan neraca analitik

sebagai berikut :

-          KNO3 = 1900 mg/l x 20=38 gram

-          NH4NO3 =1650 mg/l x 20=33 gram

-          CaCl2.2H2O = 440 mg/l x 20=8,8 gram

-          MgSO4.7H2O = 370 mg/l x 20=7,4 gram

-          KH2PO4 =170 mg/l x 20=3,4 gram

Larutan makro = 1000 ml (1000/20=50 ml)

b. Bahan-bahan yang sudah ditimbang, dimasukkan ke dalam erlenmeyer

volume 1000 ml yang telah berisi 700 ml aquades.

c. Bahan-bahan tersebut dilarutkan dengan menggoyang-goyangkan

erlenmeyer.

d. Setelah semua hara makro larut, ditera dengan aquades hingga 1000 ml.

e. Masukkan ke dalam botol tempat penyimpanan larutan stok lalu ditutup

dengan aluminium foil dan diikat dengan karet, kemudian diberi label dan

tanggal pembuatan.

3. Pembuatan media

a. Timbang satu persatu NH4 NO3 (1650 mg/liter), KNO3 (1900 mg), MgSO4

7H2O (370 mg), NH4NO3 (170 mg), dan Na2FeEDTA. 2H2O (43 mg),

kemudian larutkan dalam gelas piala yang berisi 400 ml aquades.

b. Timbang dan larutkan kedalamnya 30 g sukrosa.

c. Tambahkan 29 ml Calsium chloride dari larutan stok 150 g/liter.

Page 14: Proposal Proyek Kultur Jaringan

d. Tambahkan unsur mikro sebesar 1 ml dari larutan stok 100 kali dalam 100

ml volume.

e. Tambahkan Potassium lodide 1 ml dari larutan stok 83 mg dalam 100 ml.

f. Tambahkan hormon yang digunakan.

g. Tambahkan vitamin 1 ml dari larutan stok 100 kali dalam 100 ml,

kemudian jadikan volume larutan menjadi 800 ml Tera dan atur pH larutan

pada pH 5.6 – 5.8, selanjutnya tepatkan larutan menjadi 1 liter.

h. Bagi larutan menjadi 2 masing-masing 500 ml, tambahkan 3-4 g agar dan

panaskan serta diaduk.

i. Setelah itu dinginkan dan bagi ke dalam botol-botol kultur dan siap

disterilisasi

4. Penaburan

Sebelum melakukan penaburan, terlebih dahulu melakukan sterilisasi

eksplan yang akan ditanam. Adapun tahap-tahap sterilisasi eksplan sebelum

penaburan yaitu sbb. :

1. Sterilisasi eksplan di luar Laminar Air Flow dan persiapan peralatan

- Daun sambung nyawa sebagai eksplan direndam di dalam mangkuk

yang berisi air dan deterjen.

- Seluruh bagian daun dielus-elus dengan lembut selama 5 menit.

- Kemudian dibilas dengan air mengalir.

- Daun dimasukkan ke dalam botol selai kemudian diisi dithane 0,2 %

dan digojlok menggunakan shaker selama 30 menit.

- Kemudian dithane dibuang dan diganti dengan agrep 0,2 % dan

digojlok menggunakan shaker selama 30 menit.

Page 15: Proposal Proyek Kultur Jaringan

2. Sterilisasi eksplan di dalam Laminar Air Flow

- Daun sambung nyawa (eksplan) yang telah digojlok dengan agrep 0,2

% dibawa ke dalam Laminar Air Flow Cabinet.

- Daun sambung nyawa (eksplan) dipindah ke dalam botol yang lain

berisi aquades steril dan di gojlok selama ± 3 menit, kemudian

dibuang.

- Diganti dengan alkohol 70 % dan digojlok selama 3 menit, kemudian

dibuang.

- Diganti dengan aquades steril dan digojlok selama 3 menit, kemudian

dibuang.

- Diganti dengan baycline 7 % dan digojlok selama 7 menit, kemudian

dibuang.

- Diganti dengan aquades steril dan digojlok selama 5 menit, kemudian

dibuang.

- Diganti dengan aquades steril dan ditambahkan betadhine 10 tetes lalu

digojlok selama 5 menit, kemudian dibuang.

- Daun sambung nyawa (eksplan) dipotong berbentuk silinder kemudian

dilukai.

Page 16: Proposal Proyek Kultur Jaringan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006 http://nicedaysblue.web.id/index.php/my-project/39-science-and-tech/62-kultur-jaringan di akses tanggal 10 April 2013.

Anonim, 2006, http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=2008 1029045234AAwuqCD di akses tanggal 10 April 2013.

Anonim, 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Kultur_jaringan di akses tanggal 10 April 2013.

Gunawan, L.W. 1990.  Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan.  Laboratorium Kultur Jaringan.  Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi.  IPB.  Bogor.  P.  304.

Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.

Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultr In Vitro dalam Holtikultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hameed N, Shabbir A, Ali A, Bajwa R. 2006. In vitro micropropagation of disease free rose (Rosa indica L.). Mycopath 4:35-38.

Priyono, D. Suhandi, dan Matsaleh.  2000.  Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh IAA dan 2-IP pada Kultur Jaringan Bakal Buah Pisang.  Jurnal Hortikultura.  10 (3) :  183 – 190.

Raharja, P.D. 1993. Kultur Jaringan: Teknik perbanyakan tanaman secara modern. Penebar Swadaya, Jakarta. 53 hlm.

Rahardja, P.C. 1994. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modert. Penebar Swadaya. Jakarta.

Santoso, U. Dan F. Nursandi. 2001. Kultur Jaringan Tanaman. Malang.

Sriyanti, D.P. dan A.Wijayani.  1994.  Teknik Kultur Jaringan.  Yayasan Kansius.   Yogyakarta.  Hal.  18, 54, 57, 63, 67, 69, 82-83.

Wetherell, D.F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman Secara In vitro. Avery Publishing Group Inc., Wayne, New Jersey.

Yusnita, 2004. Kultur Jaringan : Cara memperbanyak tanaman secara efisien. Agromedia Pustaka, Jakarta. 105 hlm.