PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN FORMULASI PUPUK DAN...
Transcript of PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN FORMULASI PUPUK DAN...
i
MAK : 1800.130.007.047
PROPOSAL PENELITIAN
PENELITIAN FORMULASI PUPUK
DAN PEMBENAH TANAH
Dr. HUSNAIN, MSc
Satker 648680
BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2012
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTP : Penelitian Formulasi Pupuk dan Pembenah Tanah
2. Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah
3. Alamat Unit Kerja : Jl. Ir.H.Juanda No. 98,Bogor
4. Sumber dana : DIPA Satker 648680: Balai Penelitian Tanah ,
Tahun Anggaran 2012
5. Status Penelitian : L
6. Penanggungjawab RPTP
a. Nama : Dr. Husnain, MSc
b. Pangkat/Golongan : Penata/III c
c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda
7. Lokasi Penelitian : Jawa, Sumatra dan Kalimantan
8. Agroekosistem : Lahan sawah dan kering
9. Tahun mulai : 2011
10. Tahun selesai : 2014
11. Output tahunan : Formula pupuk dan pembenah tanah
12. Output akhir : Formula pupuk dan pembenah tanah yang efektif
meningkatkan produktivitas tanaman
13. Biaya : Rp. 313.000.000,- (Tiga ratus tiga belas juta rupiah)
Koordinator Program Penanggungjawab Kegiatan
Dr. Husnain, MSc Dr. Husnain, MSc NIP. 19730910 200112 2 001 NIP. 19730910 200112 2 001
Mengetahui Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Kepala Balai Penelitian Tanah
Dr. Ir. Muhrizal Sarwani, MSc Dr. Ir. Sri Rochayati, MSc NIP. 19600329 198403 1 001 NIP. 19570616 198603 2 001
iii
RINGKASAN USULAN PENELITIAN
1. Judul RPTP : Penelitian Formulasi Pupuk dan Pembenah Tanah
2. Nama dan alamat unit kerja : Balai Penelitian Tanah
Jl. Ir. H. Juanda No. 98, Bogor 16123
3. Sifat usulan penelitian : Ѵ Lanjutan Baru
4. Penanggung jawab : Dr. Husnain, MSc
5. Justifikasi :
1. Pupuk merupakan komponen produksi paling utama
yang sangat mempengaruhi tingkat produksi dan
kesuburan tanah serta lingkungan. Kehilangan unsur
hara pupuk di tanah baik melalui leaching,
penguapan, hilang terbawa air hujan maupun fiksasi
oleh mineral tanah merupakan penyebab utama
rendahnya efisiensi pupuk. Untuk itu pemanfaatan
pupuk slow release yang dapat menyediakan unsur
hara secara lambat dan bertahap sesuai kebutuhan
tanaman serta tidak mudah hilang setelah
diaplikasikan ke tanaman sangat diperlukan.
2. Tanaman membutuhkan unsur hara yang lengkap
dan dalam jumlah yang berimbang termasuk unsur
hara makro, mikro dan unsur hara beneficial.
Sehingga formula pupuk yang mengandung unsur
hara baik makro, mikro maupun unsur hara
beneficial(bermanfaat untuk tanaman) seperti Si dan
unsur lainnya akan sangat bermanfaat dalam
meningkatkan produktivitas tanaman serta menjaga
keseimbangan neraca hara di dalam tanah.
3. Pemanfaatan pupuk hayati untuk meningkatkan
kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara
bagi tanaman juga merupakan upaya meningkatkan
efisiensi pemupukan dan produktivitas.
iv
4. Perbaikan sifat kesuburan tanah sebaiknya diawali
dengan perbaikan sifat fisik tanah dimana
peningkatan kemampuan tanah dalam memegang
air, kandungan bahan organik, daya infiltrasi,
permeabilitas, ukuran partikel serta porositas tanah
sangat menentukan perbaikan sifat kimia dan biologi
tanah. Dalam rangka perbaikan sifat fisik tanah perlu
aplikasi pembenah tanah yang bersumber dari
berbagai bahan baik alami maupun sintetis. Sumber
bahan-bahan alami untuk pembenah tanah antara
lainbiochar (arang hasil pembakaran biomas)dan
hydrogel(polimer penyangga air), bahan organik,
penetralisir, dll.
5. Formula pupuk organik, anorganik serta pembenah
tanah yang telah dihasilkan pada penelitian di tahun
pertama perlu disempurnakan dan di uji cobakan di
lapangan pada beberapa lokasi.
6. Tujuan
a. Jangka pendek
:1. Pengembangan dan penyempurnaan formula pupuk slow
release baik secara konvensional maupun dengan
teknologi nano
2. Pengembangan formula pupuk hayati untuk perbaikan
kesuburan tanah
3. Pengembangan formula pembenah tanah
hydrogelintegrasi hara untuk lahan kering
4. Uji efektifitas formula pupuk dan pembenah tanah yang
dihasilkan tahun sebelumnya di lapang
b. Jangka panjang
1. Merancang formula pupuk anorganik, organik, pupuk
hayati dan dekomposer untuk tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan baik secara
konvensional maupun berbasis teknologi nano untuk
v
meningkatkan efektivitas pemupukan dan produksi
tanaman
2. Merancang formula pembenah tanah untuk reklamasi
lahan terdegradasi secara konvensional maupun
berbasis teknologi nano
3. Melakukan uji efektifitas formula pupuk, pembenah
tanah dan dekomposer yang dihasilkan baik di rumah
kaca maupun di lapang
7. Luaran yang diharapkan :
a. Jangka pendek
1. Formula pupuk anorganik bersifat slow release
berteknologi nano
2. Formula pupuk hayati untuk perbaikan kesuburan tanah
3. Formula hidrogel untuk meningkatkan kemampuan
tanah memegang air pada lahan kering
4. Informasi efektivitas formula pupuk dan pembenah
tanah di lapang
b. Jangka panjang
1. Formula pupuk anorganik, organik, pupuk hayati dan
dekomposer untuk tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan baik secara konvensional maupun berbasis
teknologi nano untuk meningkatkan efektivitas
pemupukan dan produksi tanaman
2. Formula pembenah tanah untuk reklamasi lahan
terdegradasi baik secara konvensional maupun berbasis
teknologi nano
3. Informasi efektivitas formula pupuk, pembenah
tanah dan dekomposer yang dihasilkan baik di
rumah kaca maupun di lapangan
8. Outcome : Formulasi pupuk baik pupuk slow release, pupuk
hayati dan pembenah tanah yang bermanfaat
dalam meningkatkan produktivitas tanaman,
vi
efisiensi pemupukan dan perbaikan kesuburan
tanah sangat dibutuhkan oleh pengguna
9. Sasaran akhir : Meningkatkan produktivitas tanaman pangan dalam
mendukung program ketahanan pangan melalui
perbaikan formula pupuk dan pembenah tanah.
10. Lokasi penelitian : Sumatra, Jawa, dan Kalimantan
11. Jangka waktu : 3 tahun (2011-2013)
12. Sumber dana : DIPA Satker: 64868, Balai Penelitian Tanah,
Tahun Anggaran 2012
vii
SUMMARY
1. Title : Development of new formula of fertilizer and soil
ameliorant
2. Implementation Unit : Indonesian Soil Research Institute
Jl. Ir. H. Juanda No. 98, Bogor 16123
3. Location : Sumatra, Java and Kalimantan
4. Objective
a. Short term :
1. To improved the previous formula of slow release
fertilizer.
2. To develop the formula of bio fertilizer for improving
soil fertility
3. To develop the formula of hydro gel for improvement
soil quality in dry land
4. To evaluate the effectiveness of new formula of
fertilizers and soil ameliorants produced from previous
year
b. Long term :
1. To develop the new formula of inorganic, organic,
biofertilizer and decomposer for food crop, horticulture
and plantation by the conventional method or using
nanotechnology technique in order to improve plant
productivity and fertilizer efficiency.
2. To develop a new formula of soil ameliorant for soil
reclamation by conventional method or using
nanotechnology technique
3. To test the effectiveness of new formula of fertilizer
and soil ameliorant in the green house and the field
5. Expected output :
a. Short term An improved formula ofslow release fertilizer
1. A new bio fertilizer formula that useful for improve soil
fertility
viii
2. A new formula of hydrogel for improving quality in
dryland
3. Information of the effectiveness of formulated fertilizer
and soil ameliorant
b. Long term :
1. The formula of inorganic, organic fertilizer,
biofertilizer and decomposer that useful in increasing
yield of foodcrop, horticulture and plantation and
fertilizer efficiency by the conventional method or
using nanotechnology technique
2. The formula of soil ameliorant that useful for soil
reclamation by a conventional or using
nanotechnology technique
3. The information of the effectiveness of new formula
of fertilizer, soil ameliorant and decomposer in the
green house and in the field
6. Description of methodology :This research consists of two main activities include: 1)
th formulation of fertilizer and 2) the formulation of soil
ameliorant. The activity 1 consist of several activities
such as improvement of slow release fertilizer resulted
from previous year; developing bio fertilizer and field trial
to evaluate formulated fertilizers. While, second activity
will be focus on the developing of the hydro gel
integrated nutrient for dryland and field trial to evaluate
soil ameliorant resulted from previous year in the field.
7. Duration :3 years, F.Y. 2011-F.Y.2013
8. Budget/fiscal year : Rp. 340.000.000 (FY 2012)
9. Source of budget : DIPA/RKAKL 648680, Indonesian Soil Research
Institute
(ISRI), Fiscal Year 2012
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kebutuhan pangan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk
menjadi masalah utama ketahanan pangan di Indonesia.Berbagai program peningkatan
produktivitas pertanian menjadi prioritas utama pemerintah.Dengan demikian perbaikan
manajemen pengelolaan lahan termasuk upaya meningkakan efisiensi pemupukan dan
penggunaan bahan amelioran seperti pembenah tanah menjadi topik utama riset dan kajian
di Litbang Kementerian Pertanian.
Produktivitas tanaman pangan terutama padi sawah tidak mengalami peningkatan
yang berarti dalam dua dekade terakhir.Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sudah
tercapainya produktivitas padi yang optimum atau telah terjadi degradasi kesuburan tanah
sehingga produktivitas padi tidak meningkat. Meskipun teknologi pemupukan dan jenis pupuk
yang diberikan sudah sangat berkembang apalagi didukung dengan rekomendasi pupuk
berdasarkan status hara tanah namun peningkatan produktivitas tidak sebanding dengan
peningkatan teknologi dan input yang diberikan. Rendahnya tingkat efisiensi pemupukan
adalah salah satu penyebab hal ini.Hal lainnya diduga disebabkan oleh tidak terpenuhinya
kebutuhan tanaman terhadap unsur hara lain seperti unsur Silika (Si)dan unsur mikro yang
dibutuhkan tanaman padi. Tanaman padi membutuhkan Si hingga 2 kali lipat kebutuhan N
serta kebutuhan unsur-unsur mikro esensial meskipun hanya dibutuhkan dalam jumlah
sangat kecil.Pemberian pupuk Si dan unsur mikro selama ini belum menjadi perhatian karena
dianggap kebutuhannya dapat terpenuhi dari tanah itu sendiri.Hal ini mungkin dapat
dibenarkan apabila tanah tidak ditanami padi terus menerus dan intensif hingga 2-3 kali
setahun dan bahan organik seperti jerami dikembalikan ke tanah.Kenyatannya tanah sawah
ditanami padi terus menerus hingga 2-3 kali setahun dan jerami umumnya dibakar oleh
petani.Dengan demikian unsur hara yang terkuras tidak dikembalikan lagi kedalam
tanah.Unsur hara N, P dan K dapat dipenuhi dari pupuk urea, SP 18/36 dan KCl namun
unsur lainnya akan mengalami defisiensi. Untuk itu formulasi pupuk berimbang dan lengkap
merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan hara optimal bagi tanaman.
Proyeksi kebutuhan pupuk untuk tanaman pangan di Indonesia tahun 2010
diperkirakan untuk urea sebanyak 4,2 juta ton, superphos 1,1 juta ton, pupuk organik 8,5 juta
ton dan pupuk majemuk NPK sebanyak 2,8 juta ton; untuk tahun 2015 meningkat mencapai
2
5.3 juta ton Urea, 1,4 juta ton superphos, 10,4 juta ton pupuk organik dan 3,5 juta ton NPK;
namun pada tahun 2025 diperkirakan mencapai dua kali lipat yaitu urea 8,6 juta ton,
superphos 2,2 juta ton, pupuk organik 16 juta ton dan NPK 5,6 juta ton (Dirjenbun, 2009).
Dengan tingginya kebutuhan pupuk tersebut pemerintah akan mengalami kesulitan untuk
mensubsidi kebutuhan pupuk petani tanaman pangan. Dengan demikian upaya
penghematan kebutuhan pupuk dengan cara meningkatkan efisiensi pupuk sangat
dibutuhkan.
Secara umum penggunaan urea jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk P dan
K. Petani lebih memilih memberikan urea berlebihan karena pemberian urea menunjukkan
perubahan yang cepat terhadap pertumbuhan tanaman namun tanaman menjadi lebih rentan
penyakit.Sehingga pemberian pupuk majemuk merupakan salah satu upaya agar petani juga
menambahkan unsur P dan K kedalam tanah.Dengan fenomena ini formulasi pupuk
berimbang dan lengkap mengandung tidak hanya unsur N, P dan K, tetapi juga mengandung
unsur hara lainnya seperti Si dan unsur mikro dapat menjadi alternatif pemecahan
permasalahan ketidakseimbangan unsur hara tanah dan efisiensi pemupukan. Untuk tahap
selanjutnya program pemupukan berimbang akan diterapkan tidak hanya untuk unsur makro
utama seperti N, P dan K tetapi juga untuk unsur lainnya seperti Si, Ca, Mg, S dan unsur
mikro.Formulasi pupuk dapat dikontrol menjadi pupuk slow release yang tidak mudah hilang
terbawa air hujan, leaching ataupun penguapan.Selain pupuk slow release, pemanfaatan
pupuk hayati juga menjadi andalan bagi pengembangan pertanian ramah
lingkungan.Melimpahnya limbah organik memerlukan penanganan serius agar limbah
tersebut dapat bermanfaat.Demikian juga untuk lahan-lahan tercemar serta rusak akibat
eksplorasi pertambangan.Salah satu cara yang dapat diandalkan untuk mempercepat proses
penguraian limbah serta reklamasi tersebut adalah dengan menggunakan mikroba seperti
pupuk hayati dan dekomposer. Dekomposer yang memiliki kemampuan mendegradasi bahan
organik secara cepat, mudah di aplikasikan dan tahan lama merupakan persyaratan utama
dekomposer yang baik.Selain penggunaan pupuk, tanah juga dapat diperbaiki dengan
pemberian pembenah tanah.
Pembenah tanah terutama dapat memperbaiki tingkat kesuburan tanah sehingga
mendukung pertumbuhan tanaman.Perbaikan kesuburan tanah mencakup perbaikan sifat
fisik, kimia dan biologi tanah dengan pemberian pembenah tanah. Bahan baku pembenah
tanah sangat bervariasi, seperti limbah pertanian meliputi sisa panen, kotoran ternak, dll.
3
(Abdurachman et al., 2000, Nurida, 2006; Hafif et al., 1993) dan non pertanian seperti zeolit,
sampah organik kota, limbah industri makanan, limbah industri agrokimia, dll (Prihatini et al,
1987; Sastiono dan Wiradinata, 1989; Sutono dan Agus, 1998). Bahan-bahan ini mempunyai
karakteristik dan kandungan hara yang sangat beragam sehingga kualitas pupuk organik dan
pembenah tanah yang dihasilkan juga bervariasi mutunya. Selain penggunaan bahan
pembenah tanah berasal dari berbagai limbah pertanian diatas, kemajuan teknologi telah
membukakan jalan untuk meramu bahan alami tersebut denganteknologi tinggi sehingga
dihasilkan pembenah tanah berteknologi tinggi seperti hydrogel yang dapat meningkatkan
kemampuan tanah memegang air dan dapat digunakan di lahan kering.
Hasil penelitian selama dua tahun terakhir telah menghasilkan beberapa produk
pembenah tanah seperti Beta, biocharSP50, Betahumat dan biocharSP50-humat yang telah
menunjukkan efektivitasnya dalam memperbaiki kualitas tanah mineral masam terdegradasi.
Dosis yang digunakan sekitar 1,5-2,5 t/ha dan mampu menekan penggunaaan pupuk
anorganik sebesar 25-50%. Dosis yang digunakan masih dianggap terlalu tinggi sehingga
perlu diformulasi agar dapat digunakan dengan dosis < 1 ton/ha tanpa mengurangi
efektivitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembenah tanah tersebut efektif untuk
tanah mineral masam terdegradasi, namun belum teruji pada lahan kering marjinal lainnya.
Tuntutan untuk terus mendapatkan formula pembenah tanah yang berkualitas dengan
dosis yang rendah semakin meningkat karena berkaitan dengan kebutuhan untuk perbaikan
kualitas tanah sub optimal secara cepat dan efektif. Pemanfaatan teknologi nano merupakan
inovasi teknologi yang relatif baru di Indonesia yang dapat digunakan untuk meningkatkan
aktivitas suatu bahan melalui rekayasa atau formulasi.
1.2. Dasar Pertimbangan
1. Pupuk merupakan komponen produksi paling utama yang sangat mempengaruhi
tingkat produksi dan kesuburan tanah serta lingkungan. Kehilangan unsur hara pupuk
di tanah baik melalui leaching, penguapan, hilang terbawa air hujan maupun fiksasi
oleh mineral tanah merupakan penyebab utama rendahnya efisiensi pupuk. Untuk itu
pemanfaatan pupuk anorganik bersifat slow release yang dapat menyediakan unsur
hara secara perlahan dan bertahap sesuai kebutuhan tanaman serta tidak mudah
hilang setelah diaplikasikan ke tanaman sangat diperlukan.
2. Tanaman membutuhkan unsur hara yang lengkap dan dalam jumlah yang berimbang
termasuk unsur hara makro, mikro dan unsur hara beneficial(Si). Sehingga formula
4
pupuk anorganik yang mengandung unsur hara baik makro, mikro maupun unsur hara
beneficial(unsur hara yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman) akan
sangat bermanfaat dalam meningkatkan produktivitas tanaman serta menjaga
keseimbangan neraca hara di dalam tanah. Selain itu pengembangan pupuk organik
lengkap yang diperkaya mineral juga sangat diperlukan karena selain mengandung
unsur hara, pupuk organik juga mengandung hormon, enzim dan unsur hara mikro
yang tidak terdapat dalam pupuk anorganik
3. Perbaikan sifat tanah baik fisik, kimia dan biologi sangat diperlukan untuk
meningkatkan kesuburan tanah sehingga perlu diupayakan menggunakan mikroba
(hayati). Selain itu juga dengan aplikasi pembenah tanah yang bersumber dari bahan-
bahan alamseperti bahan organik, mineral, biochar, hydrogel, dan lainnya.
4. Hasil penelitian tahun sebelumnya (2011) dapat diuraikan sebagai berikut: 1) formula
pupuk NPK slow release yang di mixer dengan campuran zeolite-kitosan memberikan
hasil lebih baik dibandingan NPK yang di mixer dengan zeolite saja dalam hal
pelepasan unsur hara. Namun demikian perbaikan sistem coating, mixer dan blending
perlu disempurnakan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik; 2) formula pupuk
organik granul, pupuk organik curah, NPK slow release, pupuk silika serta pembenah
tanah yang telah dihasilkan perlu diuji efektifitasnya di lapang untuk dapat
menentukan rekomendasi yang tepat, 3) formula pembenah tanah beta humat
submicron-nano yang diformulasi perlu di uji efektifitasnya di lapang.
1.3. Tujuan
a. Tujuan jangka pendek (tahun 2012)
1. Menyempurnakan formula pupuk slow release baik secara konvensionalmaupun dengan
teknologi nano
2. Memformulasi pupuk hayati untuk perbaikan kesuburan tanah
3. Memformulasi pembenah tanah hidrogel integrasi hara dan untuk konservasi lahan
kering
4. Uji efektifitas formula pupuk dan pembenah tanah yang dihasilkan tahun sebelumnya di
lapang
b. Jangka panjang
4. Merancang formula pupuk anorganik, organik, pupuk hayati dan dekomposer untuk
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan baik secara konvensional maupun
5
berbasis teknologi nano untuk meningkatkan efektivitas pemupukan dan produksi
tanaman
5. Merancang formula pembenah tanah untuk reklamasi lahan terdegradasi secara
konvensional maupun berbasis teknologi nano
6. Melakukan uji efektifitas formula pupuk, pembenah tanah dan dekomposer yang
dihasilkan baik di rumah kaca maupun di lapang
1.4. Keluaran yang diharapkan
a. Jangka pendek
5. Formula pupuk anorganik bersifat slow release yang disempurnakan
6. Formula pupuk hayati untuk perbaikan kesuburan tanah
7. Formula hidrogeluntuk meningkatkan kemampuan tanah memegang air pada lahan kering
8. Informasi efektivitas formula pupuk dan pembenah tanah di lapang
b. Jangka panjang
4. Formula pupuk anorganik, organik, pupuk hayati dan dekomposer untuk tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan baik secara konvensional maupun berbasis teknologi nano
untuk meningkatkan efektivitas pemupukan dan produksi tanaman
5. Formula pembenah tanah untuk reklamasi lahan terdegradasi baik secara konvensional
maupun berbasis teknologi nano
6. Informasi efektivitas formula pupuk, pembenah tanah dan dekomposer yang dihasilkan
baik di rumah kaca maupun di lapangan
1. 5. Perkiraan manfaat dan dampak
Penelitian formulasi pupuk dan pembenah tanah menghasilkan output berupa formula-
formula pupuk serta pembenah tanah yang baru. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan dan produktivitas dan ini merupakan suatu terobosan yang
sangat diharapkan dibidang pertanian.Selain untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dengan
mengurangi kehilangan pupuk melalui leaching, run off dan evaporasi maka perbaikan
rekomendasi pemupukan secara berimbang dan lengkap dengan memberikan unsur hara Si,
dan unsur makro sekunder dan unsur mikro juga merupakan upaya untuk peningkatan
6
produksi pertanian.Hasil penelitian ini diharapkan dapat dirasakan oleh petani serta praktisi
pertanian, masyarakat umum serta untuk peningkatkan IPTEK di tanah air.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Kerangka Teoritis
a. Formulasi pupuk dan pembenah tanah
Sejak revolusi hijau mulai diadopsi tahun 1960-an, produktivitas padi meningkat pesat
dari hanya sekitar 1,5 ton/ha sehingga mencapai rata-rata nasional 4.5 ton/ha (FAOSTAT,
2007). Sejak itu banyak program peningkatan ketahanan pangan dicanangkan pemerintah
sehingga tercapai swasembada beras di tahun 1984.Namun demikian, meskipun program
peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan semakin berkembangtetapi tidak
diimbangi dengan peningkatan produktivitas tanah, malah cendrung mengalami stagnansi
dan fluktuasi.Hal ini terutama disebabkan oleh degradasi kesuburan tanah.Degradasi
kesuburan tanah terutama disebabkan oleh pupuk yang tidak berimbang dan managemen
pengelolaan lahan yang tidak optimal sehingga pupuk yang diberikan tidak dimanfaatkan
secara optimum dan efisien.
Untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanah, di samping unsur hara N, P dan K
maka unsur hara lainnya seperti unsur hara makro sekunder, unsur mikro dan Si juga harus
diberikan ke dalam tanah. Berdasarkan hasil analisis kandungan Si pada tanah-tanah sawah
di Jawa Barat dan Jawa Tengah, status hara Si umumnya rendah bahkan ada yang defisien
bagi tanaman padi (Husnain et al., 2009).Penggunaan pupuk mikro belum umum diberikan
petani karena harga yang hampir tidak terjangkau dan petani tidak melihat peningkatan hasil
yang nyata dengan penambahan pupuk mikro tersebut.
Balai Penelitian Tanah telah memulai penelitian tentang pemupukan berimbang
spesifik lokasi sejak tahun 1970 an. Penelitian-penelitian tentang penggunaan pupuk slow
release dan pupuk granul sudah dimulai sejak tahun 1985. Program pemupukan berimbang
kembali menjadi perhatian utama pemerintah sehingga pada periode 1995-2000, penelitian
yang lebih komprehensif dilakukan pada skala lebih luas.Sebagai hasilnya, telah di buat peta
status P dan K tanah yang digunakan untuk menetapkan rekomendasi pupuk yang tertuang
dalam Permentan No. 40/Permentan/OT.140/04/2007.Rekomendasi pupuk spesifik lokasi ini
diharapkan dapat diadopsi oleh pemerintah secara luas.Dengan rekomendasi pupuk
berimbang spesifik lokasi maka pupuk N, P dan K dapat digunakan secara lebih efisien dan
biaya produksi dapat dikurangi (Rochayati et al. 2002; Setyorini et al. 2004; Las et al. 2010).
Formula pupuk berimbang dan lengkap diartikan sebagai pupuk yang mengandung
unsur hara lengkap (N, P, K, Si, Ca, Mg, S, dan unsur mikro) yang diberikan secara
8
seimbang pada tanaman.Perbaikan formula pupuk anorganik yang mengandung unsur hara
lengkap ini maka dapat dilakukan dengan beberapa carayaitu dengan menambahkan bahan-
bahan 8lternativ seperti mineral yang mengandung Si dan unsur mikro serta unsur lainnya
yang bermanfaat bagi tanaman. Bahan tambahan tersebut dapat berupa zeolit, kaolinit,
kalsium silikat, kapur dan bahan lainnya. Adapun proses pembuatannya dapat dilakukan
secara konvensional maupun berbasis teknologi nano. Pembuatan pupuk anorganik dengan
teknologi nano dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan menghaluskan material
pupuk menjadi berukuran nano, capsulation, enkapsulasi, menambahkan bahan material
sebagai spon unsur hara berukuran nano. Enkapsulasi adalah teknologi untuk menyalut atau
melapisi suatu zat inti dengan suatu lapisan dinding polimer, sehingga menjadi partikel-
partikel kecil berukuran mikro seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Dengan adanya lapisan
dinding polimer ini, zat inti akan terlindungi dari pengaruh lingkungan luar dan dapat
dikeluarkan sesuai dengan waktu dan dosis yang diinginkan (slow release). Bahan inti dapat
berupa padatan, cairan atau gas.Mikrokapsul yang terbentuk dapat berupa partikel tunggal
atau bentuk agregat dan biasanya memiliki rentang ukuran partikel antara 5-5000
mikrometer.Ukuran tersebut bervariasi tergantung metode dan ukuran partikel bahan inti
yang digunakan (Nurul, 2009; Lachman et al., 1994; Shargelet al., 1998).
Gambar 1. Pori berukuran nano zeolit
9
Gambar 2. Partikel Nano Hydroxyapatite sebagai bahan bakucoating pupuk slow
release
Selain pemupukan berimbang dan lengkap, perlu dilakukan upaya meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk.Pupuk dapat hilang melalui leaching, terbawa air hujan dan lain-
lain. Salah satu cara mencegah leaching unsur hara didalam tanah adalah dengan
menambahkan bahan-bahan kimia yang mengandung logam dengan valensi tinggi seperti
Al(SO4)3 H2O dan atau Fe2(SO4)3 dan bahan yang memiliki kemampuan pertukaran ion tinggi
seperti pati (starch), kitosan dan lignin. Dengan cara ini ketika N dan P dilepaskan, N dan P
terikat untuk sementara waktu pada Al(SO4)3 H20 atau Fe2(SO4)3 pati-kitosan dan lignin yang
dapat secara signifikan menurunkan jumlah N dan P yang hilang melalui leaching (Sojka and
Entry, 2008).
Mukhopadhayay et al., (2009) menambahkan bahwa beberapa bahan alam seperti
zeolit dan clinoloptolit dapat dijadikan sebagai bahan dasar pupuk slow release. Zeolit yang
memiliki struktur unik ini dapat di isi dengan unsur hara seperti N, K, P, Ca dan unsur-unsur
mikro lainnya sehingga kehilangan unsur hara melalui penguapan (semisal N) ataupun
kehilangan melalui leaching dapat diminimalisir, selain itu unsur hara tersebut akan
dilepaskan secara perlahan sesuai kebutuhan tanaman melalui pori-pori yang berukuran
nano.
Disamping penggunaan bahan-bahan alami, penggunaan bahan sintetis yang
dikombinasikan dengan bahan alami untuk melapis (coating) pupuk juga merupakan suatu
9lternativepupuk slow releasedalam teknologi nano. Teknologi coating pupuk ini bukanlah hal
yang baru dalam sistim produksi pupuk.Liuet al.,(2006) menyimpulkan bahwa sejak tahun
10
1990 an, mulai digunakan polyalkene yang diisi dengan tepung talk dan logam oksida
sebagai bahan coating pupuk di Jepang, polyethylene defecting bichloride di Canada,
campuran polysulfone, polyacrylonitril, selulosa dan pati di Amerika.Namun demikian produk-
produk coating pupuk ini sangat mahal dan hanya memiliki fungsi tunggal.Sehingga
10lternative terbaik adalah bahan alam sepertizeolit dan kaolinit yang didesain sedemikian
rupa sehingga memiliki pori berukuran kecil dari 100 nm yang dapat digunakan sebagai
bahan coating atau cementing dan dapat mengatasi kelemahan coating pupuk dengan
bahan-bahan diatas. Lebih lanjut Liuet al (2006) menjelaskan bahwa penggunaan kaolinit
dicampur dengan polyethylene nanocomposite serta polyethylene-starch nanocomposite
dengan metoda interkalasi (penambahan/penggabungan) secara organik dapat
menghasilkan ukuran pori antara 10 hingga 20 nm sehingga dapat digunakan sebagai bahan
coating pupuk yang memiliki ukuran nano. Selain itu hasil analisis dengan SEM, X-Ray
diffraction (XRD) dan FTIR memperlihatkan bahwa dengan metoda diatas dihasilkan
komponen liat organik yang memiliki daya adsorpsi dan kekentalan yang tinggi untuk
mengikat unsur hara dan C organik sehingga berfungsi baik sebagai pengikat (semen) dan
coatingslow release pupuk ( Liu et al., 2006).
Upaya perbaikan kondisi lahan yang dilakukan dengan aplikasi pembenah tanah
merupakan upaya penting untuk meningkatkan produktivitas lahan marginal yang pada
umumnya memiliki kesuburan tanah yang relatif kurang/rendah. Bahan baku pembenah
tanah sangat bervariasi, seperti limbah pertanian meliputi sisa panen, kotoran ternak, dll.
(Abdurachman et al., 2000, Nurida, 2006; Hafif et al., 1993) dan non pertanian seperti zeolit,
sampah organik kota, limbah industri makanan, limbah industri agrokimia, dll (Prihatini et al,
1987; Sastiono dan Wiradinata, 1989; Sutono dan Agus, 1998) dan mempunyai karakteristik
dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga kualitas pupuk organik dan
pembenah tanah yang dihasilkan juga bervariasi mutunya.
Pembenah tanahjuga merupakan suatu bahanyang dapat digunakan untuk
mempercepatpemulihan/perbaikan kualitas tanah.Menurut Suriadikarta et al., (2005) dan
Rachman et al., (2006), bahanorganik selain dapat berfungsi sebagai sumberhara, juga
berfungsi sebagai pembenah tanah. Sutono dan Adimihardja (1997)menyimpulkan dari
berbagai sumber bahwa pembenah tanah dalambentuk polimer organik mempunyai
kemampuanyang lebih baik dalam memperbaiki sifat-sifattanah, baik sifat fisik, kimia maupun
biologi tanah.Sebagai pembenah tanah, bahan organik umumnyadibutuhkan dalam jumlah
yang relatif banyak.Selain bahan organik masih banyak sumber bahan pembenah lainnya
11
yaitu zeolit, biochar, hydrogel, dll.Meskipun bahan mineral dapat dijadikansebagai
11 lternative bahan pembenah tanah, namunpenggunaan bahan organik tetap harus
menjadiprioritas, karena banyak fungsi dari bahan organikyang tidak dapat digantikan oleh
bahan mineral.Hasil penelitian Ai Dariah et al., (2007) menunjukkan bahwa pemberian bahan
pembenah tanah berbahandasar organik dan mineral pada lahan yangterdegradasi dapat
meningkatkan pertumbuhandan produksi jagung secara nyata.Formula pembenahtanah
dengan proporsi bahan organik yang lebihtinggi, lebih efektif dalam memperbaiki sifat
fisiktanah.Pemberian zeolit dengan proporsi 20%dapat meningkatkan aktivitas
mikroorganismetanah (Ai Dariah et al., 2007).
Hydrophilic gels atau disingkat hidrogel merupakan jaringan makromolekul yang
mampu menyerap dan melepas air secara 11 lternativ berdasarkan 11 lternati eksternal
(Sannino et al, 2009) (dalam Adi dan Ramadhani, 2012). Hidrogel mempunyai jaringan
tersilang kait (cross linked) yang apabila terkena air akan membentuk suatu jaringan
makromolekul tiga dimensi dengan kemampuan menyerap air yang jauh melebihi berat atau
volumenya sendiri (atau biasa disebut super absorbent material) dan tidak larut air. Wang
dan Gregg (1990), dalam penelitiannya tentang perbandingan beberapa produk hidrogel
menyebutkan bahwa secara umum hidrogel mampu menyerap distilled water sampai dengan
500 kali dari berat volume keringnya. Pada kondisi tertentu (pH, suhu, tekanan dan 11lternati
eksternal lain) hidrogel mampu melepas air tersimpan untuk kemudian dikembalikan ke
media asalnya, yaitu tanah.
Penerapan hidrogel di lahan pertanian terbukti mampu meningkatkan kapasitas
11lterna air pada tanah karena air yang terbuang diluar zona perakaran mampu diserap oleh
material hidrogel dan untuk kemudian dapat digunakan kembali sampai dengan 95% dari air
yang tersimpan dalam material ini. Proses inilah yang kemudian secara teoritis mampu
meningkatkan efisiensi irigasi karena air yang terbuang menjadi run off dapat disimpan
sementara untuk kemudian digunakan kembali oleh tanaman pada saat dibutuhkan. Selain
itu, aplikasi hidrogel juga mampu meningkatkan kelembaban tanah, menurunkan cekaman air,
yang kemudian meningkatkan performa tumbuh tanaman. Efek positif lain dengan
diminimalisasikannya run off adalah peningkatan efisiensi penggunaan pupuk pada tanaman.
Untuk mendapatkan hasil serapan optimal, hidrogel dapat diaplikasikan di wilayah zona
perakaran di bawah permukaan tanah.
12
III. METODOLOGI
6.1. Pendekatan
Penelitian ini merupakan kegiatan tahun kedua terdiri dari kegiatan lanjutan dan
beberapa sub kegiatan baru. Hasil formulasi yang diperoleh pada tahun sebelumnya akan
disempurnakan dan diuji efektifitasnya terhadap tanaman di lapang. Formulasi pupuk hayati
dan pembenah tanah hydrogel merupakan formulasi baru yang akan dikembangkan mulai
tahun kedua ini. Tujuan akhir kegiatan ini adalah untuk meningkatkan produktivitas tanaman
dan efisiensi pemupukan.Pengembangan formulasi pupuk an organik, organik, hayati dan
pembenah tanah merupakan salah satu teknologi yang dapat dikembangkan untuk mencapai
hal tersebut.
3.2. Ruang lingkup kegiatan
Pada tahun anggaran 2012 ini RPTP berjudul “Penelitian Formulasi Pupuk dan Pembenah
Tanah”akan dilaksanakan dalam 2 kegiatan utama yaitu 1). Formulasi dan pengujian formula
pupukuntuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan produktivitas tanaman; 2) Formulasi dan
pengujian formula pembenah tanah untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Kegiatan 1 terdiri
dari beberapa sub kegiatan yaitu: a. penyempurnaan formula pupuk NPK slow release, b. formula
pupuk hayati untuk perbaikan kesuburan tanah, c. uji efektifitas pupuk organik granul, pupuk
organik curah, pupuk NPK slow release dan pupuk silika di lapang. Sedangkan kegiatan 2 terdiri
dari beberapa sub kegiatan sebagai berikut: a. pengembangan formula hidrogel integrasi hara
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tanah memegang air di lahan kering serta
menyediakan nutrisi bagi tanaman, b. uji efektifitas pembenah tanah biochar humat submicron-
nano di lapang.
3.3. Bahan dan metode pelaksanaan kegiatan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu: bahan kimia, bahan
penunjang percobaan laboratorium dan lapang seperti bahan formulasi pupuk NPK slow
release termasuk kitosan, zeolit, kalsium silikat, hydro-aphatyte nano; bahan formulasi
pembenah tanah seperti hidrogel, biochar humat, bahan formulasi pupuk hayati seperti
12lterna unggul, carrier padat dan cair, bahan uji pupuk dan pembenah tanah di lapang
seperti pupuk urea, SP-36, KCl, pupuk majemuk NPK, botol, karung, tali 12ltern, tambang,
kantong 12 lterna, ajir, seng, cat, dll. Pengujian lapang pupuk dan pembenah tanah
13
akandilakukan di kebun percobaan Taman Bogo atau lahan petani. Selain itu juga dibutuhkan
ATK untuk pelaksanaan pembuatan proposal, pelaporan serta kegiatan penelitian itu sendiri.
Pelaksanaan penelitian dapat dijelaskan dalam tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:
1. Penyempurnaan formula pupuk NPK slow release
Penyermpurnaan pupuk NPK slow releaseterutama untuk bahan coating, sebelumnya
dilakukan dengan cara mixer dengan bahan kitosan-zeolit maka akan disempurnakan
dengan kitosan nano-zeolit dan hydroxyaphatite nano. Kedua bahan tersebut dapat
diperoleh di distributor bahan kimia dan dilanjutkan dengan beberapa proses kimiawi di
laboratorium. Proses coating, blending dan mixer akan dilakukan di pabrik pupuk yang
memiliki peralatan tersebut.
2. Formulasi pupuk hayati untuk perbaikan kesuburan tanah
Formulasi pupuk hayati dilakukan terhadap isolat-isolat unggul yang daoat
mereklamasi lahan tambang dan lahan terdegradasi berat.Sebelum formulasi dilakukan
diperlukan eksplorasi ke beberapa lokasi lahan tambang dan terdegradasi berat sehingga
mendapatkan isolat unggul.
3. Formulasi pembenah tanah integrasi hara-hidrogel
Pembenah tanah akan diformulasi dari bahan baku hidrogel yang diperkaya dengan
beberapa unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, Si dan sebagainya. Pembenah tanah
integrasi hara-hydrogel iniakan diformulasi menggunakan hidrogel kering dari berbagai
sumber yang sesuai untuk ditumpangkan oleh beberapa sumber unsur hara. Mekanisme
kerja hara-hidrogel ini adalah air dan unsur hara terkandung di dalamnya diangkut
bersamaan saat akar mengabsorbsi air.
c. Uji efektifitas pupuk dan pembenah tanah di lapang
Hasil formula pupuk organik granul, pupuk organik curah, pupuk NPK slow release,
pupuk silika dan pembenah tanah biochar-humat submicron-nano akan diuji efektifitasnya
di lapang. Pengujian akan dilakukan pada tanah Ultisol di Lampung pada tanaman padi
atau jagung. Percobaan uji efektifitas meliputi perbandingan pertumbuhan dan hasil
dengan kontrol, pupuk NPK dosis rekomendasi dan berbagai dosis formula pupuk dan
pembenah tanah.
d. Pengamatan
14
Pada kegiatan formulasi pupuk dan pembenah tanah akan dilakukan pengamatan
terhadap mutu produk dilaboratorium. Sedangkan untuk uji efektivitas produk di lapangan
akan dilakukan pengamatan untuk perubahan sifat kimia, fisik dan biologi tanah serta
pertumbuhan tanaman hingga panen. Untuk pengujian pupuk silika diamati tingkat
serangan hama dan penyakit pada tanaman padi.
15
IV. ANALISIS RISIKO
4.1. Daftar Risiko
No. RISIKO PENYEBAB DAMPAK
1. 2. 3.
Proses Formulasi Terkendala Proses formulasi pembenah tanah/hidrogel terlambat Kendala musim
Bahan baku yang belum tersedia Proses formulasi yang belum berhasil/terkendala Musim hujan yang tidak menentu
Terlambatnya proses formulasi pupuk dan tanam di lapang Terlambatnya proses formulasi pembenah tanah dan uji lab/lapang Terlambatnya jadwal tanam
4.2. Daftar Penanganan Risiko
No. RISIKO PENYEBAB PENANGANAN RISIKO
1. 2. 3.
Proses formulasi Terkendala Proses formulasi pembenah tanah/hidrogel terlambat Kendala musim
Bahan baku yang belum tersedia Proses formulasi yang belum berhasil Musim hujan yang tidak menentu
Mencari 15lternative bahan baku lainnya Modifikasi metoda/prosedur formulasi atau produk formulasi
Mengusahakan agar jadwal tanam tepat waktu
Memilih tanaman varietas genjah
Pengamatan hingga fase vegetative
16
V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN
5.1. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan
Nama lengkap Jabatan Kedudukan dalam kegiatan
Alokasi waktu (OB)
Fungsional Struktural
Dr. Husnain Peneliti Muda Penanggungjawab 6
Dr. Neneng L. Nurida Peneliti Madya Pj. Kegiatan 4
Dr. Etty Pratiwi Peneliti Pertama Anggota 2
Dra Selly Salma Peneliti Muda Anggota 2
Dra. Rosmimik, MSi Peneliti Pertama Anggota 4
Ir. Ladiyani RW, MSc Peneliti Muda Anggota 2
Ir. Joko Purnomo, MSi Peneliti Muda Anggota 2
Ibrahim Adamy S Peneliti Pertama Anggota 4
Linca Angria, MSc Peneliti Pertama Anggota 4
Jubaedah, MSc Peneliti Pertama Anggota 4
Dr. Sukristoyonubowo, MSc
Peneliti Muda Anggota 2
Mochtar, SP, MSi Peneliti Pertama Anggota 4
Septiyana, SP Peneliti Pertama Anggota 2
Setyono Hari Adi, S.Kom, MSc
Peneliti Pertama Anggota 2
Fadhlullah Ramadhani, S.Kom, MSc
Peneliti Pertama Anggota 2
M. Nur Imansyah, SKom Peneliti Pertama Anggota 2
Eti Suhaeti Litkayasa Administrasi 4
Eviati, S.Si Litkayasa Anggota 4
Tia Rostaman, S.Si Litkayasa Anggota 4
Jaenuddin Litkayasa Teknisi 4
Endang Hidayat Litkayasa Teknisi 4
Darsana Sudjarwadi Litkayasa Teknisi 2
Sulaeman Litkayasa Teknisi 2
Achmad Hasanuddin Litkayasa Teknisi Taman Bogo 4 Dr. Sri Rochayati Peneliti Madya Ka Balittanah Narasumber 1
Prof. Didi Ardi S Peneliti Utama Narasumber 1
17
5.2. Jangka waktu kegiatan
Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pembuatan proposal dan rencana kegiatan
2. Persiapan (komponen formulasi pupuk dan pembenah tanah
3. Formulasi pupuk dan pembenah tanah di laboratorium
4. Uji coba pupuk dan pembenah tanah di lapang
5. Analisis pupukdan pembenah tanah di laboratorium
6. Analisis data dan pelaporan
18
5.3. Pembiayaan xRp. 1.000,-
No. Sub Pengeluaran Triwulan Jumlah
I II III IV
1. Belanja Bahan - Bahan kimia - Bahan penunjang
percobaan laboratorium dan formulasi
- ATK dan dan bahan lainnya
- Foto copy, cuci cetak foto, dll
20.000 15.000
2.500
2.000
10.000 15.000
2.500
2.000
10.000 15.000
2.000
2.000
30.000 45.000
5.000
8.000
2. Honor output kegiatan - Upah pembantu
lapang/harian lepas - Upah analisis
kimia/fisika/biologi - Upah pembuatan
partikel nano - Honor koordinator
peneliti - Honor peneliti - Honor teknisi/pembantu
peneliti
8.000
8.000
1.000 3.600
2.400
10.000
10.000
5.000
1.000 3.600
2.400
10.000
10.000
5.000
1.000 3.600
2.400
1.400
1.400
2.900
1.000 3.600
2.400
29.400
29.400
12.900
4.000 14.400
9.600
3. Belanja perjalanan lainnya -Perjalanan dinas
40.000 40.000 40.000 26.000 146.000
Jumlah 102.500 101.600 88.000 40.700 340.000
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., I. Juarsah, dan U. Kurnia. 2000. Pengaruh penggunaan berbagai jenis dan takaran pupuk kandang terhadap Produktivitas tanah Ultisols terdegradasi di Desa Batin, Jambi. hlm 303-319 dalam Pros. Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim dan Pupuk. Buku II. Bogor, 6-8 Des. 1999. Puslittanak.
Adi SH, F Ramadhani. 2012. Proposal Penelitian dan Pengembangan Nanoteknologi untuk Optimalisasi Sumberdaya Iklim dan Air. Balitklimat.
Ai Dariah, Sutono dan Neneng L.Nurida. 2007. Penggunaan pembenah tanah organik dan mineral untuk perbaikan kualitas tanah Typic Kanhapludults Taman Bogor, Lampung. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Edisi Khusus, No. 3. 357 - 364 .
Al-Jabri, M., Suriadikarta, D.A. 2010.Perakitan dan Pengembangan Perangkat Uji Tanah Sawah Sulfat Masam (PUTS-SM) dan Uji Cepat Hara Tanaman Sawit (PUHS) untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan >20%.Laporan akhir kegiatan penelitian insentif RISTEK.Balai penelitian tanah, BalaiBesar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sannino A, Christian Demitri, and Marta Madaghiele, Biodegradable Cellulose-based Hydrogels: Design and Applications. Materials, 2009. 2: p. 353-373.
Dirjenbun. 2009. Koreksi kebutuhan pupuk sector pertanian 2010-2025. Di unduh dari http://ditjenbun.deptan.go.id/ tanggal 7 Agustus 2010.
FAOSTAT 2005.Food and Agricultural Organization, Rome. Available at URL: http://www.fas.usda.gov/offices.asp. Retrieved 7 March 2008
Hafif, B., D. Santoso, S. Adiningsih, dan H. Suwardjo. 1993. Evaluasi penggunaan beberapa
pengelolaan tanah untuk reklamasi dan konservasi lahan terdegradasi. Pembrt.Pen.
Tanah dan Pupuk 11: 7-12.
Hartatik W. 2009.Laporan akhir penelitian DIPA 2009. Balai Penelitian Tanah.
Husnain, Toshiyuki Wakatsuki, Diah Setyorini, Hermansah, Kuniaki Sato and Tsugiyuki Masunaga, 2008.Silica availability in soils and river water in two watersheds on Java Island, Indonesia.Soil Science and Plant Nutrition, 54, 916-927.
Isroi, 2009.Pupuk Organik Granul: Sebuah Petunjuk Praktis. http://Isroi.wordpress.com
Lachman, L., Herbert, L., Josheph, L. K. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, edisi 2.Terj. Dari The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press. 860-892.
Las I, S Rochayati, D Setyorini, et al. 2010.Peta Potensi Penghematan Pupuk Anorganik dan Pengembangan Pupuk Organik pada Lahan Sawah. Badan Litbang Deptan.
Liu X, Feng Z, Zhang F, Zhang S, He X. 2006.Preparation and Testing of Cementing and Coating Nano-Subnanocomposites of Slow/Controlled-Release Fertilizer. Agricultural Sciences in China, 5 (9), 700-706.
Mukhopadhyay SS, Parshad VR, Gill IS. 2009. Nanoscience and nano-technology: Cracking prodigal farming. Nature Precedings.
20
Nurida, N. L. 2006. Peningkatan Kualitas Ultisol Jasinga Terdegradasi dengan pengolahan
Tanah dan Pemberian bahan Organik. Disertasi Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Nurjaya, Diah Setyorini. 2008. Perangkat Uji Tanah Kering. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30 No. 5
Nurul T. R. 2009. Pengembangan Sistem Mekanik High Energy Ballmill Untuk Pembuatan Nano Partikel, Laporan Akhir Kumulatif Kegiatan Program Kompetitif Lipi.
Prihatini, T, Mursidi, dan A. Hamid. 1987. Pengaruh zeolit terhadap sifat tanah dan
tanaman. Pembrit. Penel. Tanah dan Pupuk 7: 5-8.
Rachman, A., A. Dariah, dan D. Santoso. 2006. Pupuk Hijau. p. 41-58 dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian.
Rochayati S, D. Setyorini and J Sri Adiningsih. 2001. Peranan uji tanah dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Paper presented in seminar “Teknologi untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Pupuk di Indonesia”. BPPT.Jakarta, 6 Mei 2002.
Sastiono, A. dan O. W. Wiradinata. 1989. Laporan Penelitian Peranan Zeolit dalam
Peningkatan Produksi Pertanian. Jurusan Tanah. Fak. Pertanian. IPB. Bogor.
(tidak dipublikasikan)
Setyorini D, LR Widowati, S. Rochayati, 2004. Teknologi Pengelolaan Hara Lahan Sawah Intensifikasi .In Tanah Sawah and Pengelolaannya, Agus et al. Ed. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Shargel, L., Andrew, B. C. Yu. 1998. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, edisi 2. Terj.Dari Applied Biofarmaceutics and pharmacocinetics, oleh Fasich, Siti Sjamsiah.Universitas Airlangga Press.1-545.
Sojka, R.E., Entry, J.A. 2007. Matrix-based fertilizer: A new fertilizer formulation concept to reduce nutrient leaching. In: Currie, L.D., Yates, L.J., editors. Proceedings of the Fertilizer & Lime Research Centre Workshop.Designing Sustainable Farms: Critical Aspects of Soil and Water Management, February 8-9, 2007, Palmerston North, New Zealand. p. 67-85.
Sulaeman Y, Nursyamsi D. 2005. PKDSS v 2.0: User Manual. Puslitbang Tanah dan Agroklimat.Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.Bogor
Suriadikarta, D.A., T. Prihatini, D. Setyorini, dan W. Hartatik. 2005. Teknologi pengelolaan bahan organik tanah. p. 169-222 dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering.Pusat Penelitian Tanah dan Agrklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.
Sutono dan Adimihardja, A. 1997.Pemanfaatan soil conditioner dalam upaya rehabilitasi lahan terdegradasi.p. 107-122 dalam Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Makalah Review. Cisarua, Bogor 4-6 Maret 1997. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Sutono dan F. Agus, 1998. Pengaruh pembenah tanah terhadap hasil kedlai di Cibugel,
Sumedang. hlm. 379-386.dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan.
Cisarua-Bogor, 9-11 Februari 1999.
21
Wang Y.T. and Gregg L.L., Hydrophilic polymers – their response to soil amendments and effect on properties of a soil less potting mix. Journal of American Society for Horticultural Science, 1990. 115: p. 943-948.