Distribusi Unsur Hara dan Perakaran pada Pola Pemupukan...
Transcript of Distribusi Unsur Hara dan Perakaran pada Pola Pemupukan...
213
Distribusi Unsur Hara dan Perakaran pada Pola Pemupukan Kelapa Sawit di Dalam Piringan di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi
1Setiari Marwanto, 2Supiandi Sabiham, 2Untung Sudadi, dan 1Fahmuddin Agus
1Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor
16114. e-mail: [email protected] 2Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Meranti, Kampus IPB Dramaga, Bogor
Abstrak. Pemupukan yang tepat (cara, bentuk, dosis, waktu) merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan efisiensi serapan hara pupuk oleh tanaman. Penelit ian ini bertujuan
untuk mempelajari distribusi unsur hara dan akar pada pola pemupukan di dalam p iringan.
Penelit ian dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit rakyat umur 15 tahun dengan
ketebalan gambut 575,3±65,7 cm dan jarak tanam 8x9 m di Desa Sumber Agung,
Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi pada bulan Januari-Maret 2012.
Penelit ian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengindentifikasi sifat tanah yang
telah diberi pupuk dan kapur oleh petani d i dalam piringan yang berjarak 2 m dari pusat
batang sawit. Sembilan pohon kelapa sawit yang tersebar di tiga transek telah dipilih
sebagai pewakil. Pengambilan contoh akar dan gambut dilakukan 3 bulan setelah
pengapuran dan 2 bulan setelah pemupukan, masing-masing pada jarak 1m, 1,5 m, 2 m,
2,5 m, 3 m, 3,5 m, 4 m dan 4,5 m dari pusat batang kelapa sawit pada kedalaman 0-15 cm
dan 15-30 cm. Parameter sifat tanah yang diamati meliputi total unsur hara N, P, K, Ca,
Mg, K, Na, Fe, A l, B, Mn, Cu dan Zn. Sedangkan parameter akar yang diamati adalah
kerapatan akar dengan empat kelas diameter, yaitu: <0,5 mm, 0,5-2,5 mm, 2,5-5 mm dan
>5 mm. Dari hasil penelit ian dapat diketahui bahwa jarak pengambilan contoh dari pusat
batang memiliki hubungan nyata dengan konsentrasi unsur hara (p<0,05) kecuali pada
unsur N, Fe dan Mn pada kedalaman 0-15 cm dan unsur N, Mg, Fe dan Mn pada
kedalaman 15-30 cm. Semakin kecil ukuran akar, maka kerapatannya semakin tinggi.
Kerapatan akar yang tertinggi adalah akar kuarter (Ø<0,5 mm) disusul oleh akar tersier (Ø
0,5-2,5 mm), sekunder (Ø2,5-5 mm) dan primer (Ø>5 mm). Jarak pengambilan contoh
menghasilkan koefisien regresi linear yang tinggi dengan kerapatan akar kuarter dan
tersier (R2 =>0,8). Hasil ini membuktikan bahwa distribusi akar berhubungan erat dengan
tingkat konsentrasi hara. Pola pemupukan di dalam piringan kelapa sawit menghasilkan
pola distribusi unsur hara yang sama dengan pola distribusi kerapatan akar, dimana
konsentrasi hara dan kerapatan akar tert inggi terdapat pada jarak terdekat dengan batang
dan menurun secara berangsur pada jarak yang semakin jauh.
Kata kunci: Distribusi, unsur hara, akar, gambut, pemupukan, kelapa sawit
Abstract. Broadcasting fertilizer into the circle of oil palm was effected on nutrient and
roots distribution. This research was aimed at studying distribution of both nutrient and
roots in the site where fertilizer applied into the circle of oil palm. Research was
19
Setiari Marwanto et al.
214
conducted at 15 year of oil palm plantation with 575.3±65.7 depth of peat and 8x9 m of
planting distance, during January-March 2012. Administratively laid on Sumber Agung
Village, Sungai Gelam Sub District, Muaro Jambi District, Jambi Province. This research
was considered as descriptively research to identified soil properties which obtained
fertilizer and lime within 2 m of circle of oil palm radius from the center of the trunk. Nine
oil palm trees within three transect was choose as representative point. Peat sampling,
conducted 3 months after fertilizing and 2 months after liming, was carried on the
distance of 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, 4 and 4.5 m from the centre of the trunk there are 0 -15
and 15-30 cm. was sampled at each sampling point for chemical properties and root
analysis. Chemical soil analysis consist of N, P, K, Ca, Mg, K, Na, Fe, Al, B, Mn, Cu, and
Zn. Roots were washed and separated from peat material then dried oven at 700C as long
as 48 hours. Finally, four size class of root diameter was determined then weighted .
Research results significant correlation (at p<0.05) between soil sampling distance and
all nutrient concentration except N, Fe, and Mn at 0-15 cm depth, and N, Mg, Fe, and Mn
at 15-30 cm depth. The smaller root size the higher its activity. The highest root density
was quaternary roots (Ø <0.5 mm), following with tertiary roots (Ø 0.5-2.5 mm),
secondary roots (Ø 2.5-5 mm) and primary roots (Ø >5 mm) respectively. Soil sampling
distance was resulted high linear coefficient with quaternary and tertiary roots density (R2
= >0.8). In this research we also knew that roots distribution has strong correlation with
nutrient concentration. Placing fertilizer onto the surface of circle of oil palm was effected
on the equality pattern between nutrient distribution and roots distribution. At the nearest
point from the trunk has the highest nutrients concentration and roots density, where
decrease gradually with the increasing distance.
Keywords: Distribution, nutrient, root, peat, fertilizing, oil palm
PENDAHULUAN
Pemupukan di dalam p iringan kelapa sawit merupakan praktek yang sangat umum
dijumpai, baik di perkebunan rakyat maupun perusahaan. Pupuk dan amelioran disebar di
sekitar batang (piringan) sejak b ibit mulai ditanam h ingga usia produksi. Pemupukan
dilakukan untuk memberikan unsur tersedia bagi perakaran tanaman. Beberapa unsur hara
juga dibutuhkan oleh mikroba dalam mendekomposisi tanah gambut seperti N, P, Mg, Fe,
Co, Ni dan Mn (Yavitt et al. 2004. Keberadaan unsur hara yang diberikan ke tanah sangat
dipangaruhi oleh reaksi biologi, fisik dan kimiawi, sehingga menyebabkan konsentrasi
unsur hara yang diberikan akan mengalami perubahan. Proses fisik yang mempengaruhi
perubahan konsentrasi hara disebabkan oleh serapan akar, suhu, aliran air dan pengolahan
lahan (Bassirirad, 2000; Bertol et al. 2003). Pemanasan tanah menyebabkan unsur hara
mobil akan tervolat ilisasi. Pencucian (leaching) menyebabkan unsur hara terdistribusi ke
arah vertikal atau ke bawah lapisan gambut (van Beek et al. 2007). Erosi akibat aliran
permukaan menyebabkan unsur hara terdistribusi ke arah horisontal dan lateral
(Subagyono and Tanaka, 2007; Faucette et al. 2004).
Akar sangat vital sebagai organ penyerap unsur hara secara selektif pada tanaman
(Xing dan Xiu, 2006). Pada kebun kelapa sawit di tanah mineral, akar tumbuh ke arah
Distribusi Unsur Hara dan Perakaran pada Pola Pemupukan Kelapa Sawit
215
horisontal hingga >4,5 m dan terkonsentrasi pada kedalaman 30 cm (Harahap, 1999).
Pertumbuhan kontinyu akar kelapa sawit menyebabkan diversifikasi ukuran dan
fungsinya. Dari pangkal batang akan tumbuh akar yang terus membesar dan memanjang
membentuk akar p rimer. Bagian yang lebih kecil akan membentuk akar sekunder, tersier
hingga kwarter. Penyerapan hara dan air oleh kelapa sawit dilakukan oleh akar tersier dan
kwarter. A kar p rimer memiliki ukuran 6-10 mm, akar sekunder tumbuh pada ukuran 2-4
mm, sementara akar tersier d itemukan pada ukuran 0,7-2 mm dan akar kuarter pada
ukuran 0,1-0,3 mm (Tinker, 1976; Hartley, 1977; Fatmawaty dan Ginting, 1987).
Pada umur puncak produksi, radius piringan dari pangkal batang kelapa sawit di
lahan gambut rata-rata mencapai 2 m, sedangkan distribusi perakaran kelapa sawit
mencapai >4 m. Pemberian pupuk dan kapur di dalam p iringan menimbulkan pertanyaan
apakah hara yang diberikan dapat terserap oleh tanaman secara efisien atau tidak. Untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan, maka distribusi unsur hara pada pola pemupukan di
dalam piringan yang selama in i dilakukan di lokasi penelitian, menjad i sangat penting
untuk diteliti. Penelitian in i bertujuan untuk mempelajari distribusi hara dan distribusi
perakaran pada pola pemupukan di dalam piringan kelapa sawit d i lahan gambut.
METODE PENELITIAN
Penelit ian dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2012 di perkebunan kelapa sawit rakyat
(dikelola mulai tahun 1996) pada lahan gambut Desa Sumber Agung, Kecamatan Sungai
Gelam, Kabupaten Muaro Jambi dengan titik koordinat bumi 10
43’ 0,7” LS 1030 52’
56,7” BT. Lokasi berada di dalam satu blok kebun (planting block) yang dibatasi oleh
saluran drainase dimana satu blok kebun berukuran 200x1.000 m, sedangkan jarak tanam
9x8 m dengan umur sawit sekitar 16 tahun.
Pemupukan, pengapuran dan perawatan dilakukan secara intensif oleh pemilik
kebun. Kebun sawit tersebut diberi kapur dolomit dengan dosis 1,1 kg per pohon setiap 6
bulan sekali. Pupuk yang digunakan terdiri dari NPK dengan dosis 1,1 kg per pohon setiap
3 bulan sekali. Selain NPK, pupuk yang pernah diberikan adalah Phonska, TSP dan urea
tergantung dari modal dan ketersediaan pupuk tersebut. Pemberian pupuk dan amelioran
dilakukan di dalam p iringan kelapa sawit yang memiliki diameter 4 m dengan cara
ditebar. Sejak penanaman bib it kelapa sawit hingga umur kelapa sawit 10 tahun, tanah di
dalam piringan pernah diurug/ditimbun dengan tanah gambut dari sekitarnya sebanyak
dua kali. Hal ini dilakukan untuk memperkuat daerah perakaran di dekat batang sehingga
menghindari resiko rebahnya pohon kelapa sawit akibat rendahnya daya topang tanah
(bearing capacity) gambut. Pengamatan dan pengambilan contoh tanah dilaksanakan 3
bulan setelah pemberian amelioran berupa kapur dolomit dan 2 bulan setelah pemupukan
NPK.
Setiari Marwanto et al.
216
Penelit ian ini d ilaksanakan pada 3 transek pewakil (T1, T2 dan T3) yang masing-
masing memiliki 3 tit ik pengamatan berupa pohon (P1, P2 dan P3) dimana jarak rata-rata
dari saluran drainase ke P1 adalah 12 m, P2 54 m dan P3 99 m. Jumlah pohon pengamatan
adalah: (T) 3 x (P) 3 =9 pohon. Pada setiap pohon pengamatan ditentukan titik
pengamatan sebanyak 8 tit ik (S) dengan interval jarak dari pusat batang kelapa sawit
adalah 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; 4,0 dan 4,5 m (Gambar 1). Jumlah tit ik pengamatan
adalah: (T) 3 x (P) 3 x (S) 8 =72 tit ik.
Parameter yang diamati langsung pada setiap titik pengamatan (S) adalah
mikrotopografi piringan sawit, yang dilakukan dengan menggunakan prinsip waterpass
dimana jarak terjauh (4,5 m) menjad i benchmark pengukuran. Pada masing-masing titik
tersebut diambil contoh tanah pada 2 kedalaman (D) yaitu 0-15 cm dan 15-30 cm untuk
diketahui sifat kimia tanah dan kerapatan akarnya. Secara keseluruhan, jumlah conto h
tanah dan perakaran sebanyak:(T) 3 x (P) 3 x (S) 8 x (D) 2 =144 contoh.
Gambar 1. Ilustrasi lokasi delapan titik pengamatan (S) pada berbagai interval jarak dari
pangkal batang pada satu pohon pengamatan
Contoh tanah untuk analisis kerapatan akar diambil dengan menggunakan alat
pengambil akar (root auger). Alat tersebut ditusukkan ke dalam tanah gambut hingga
kedalaman mata bor (15 cm), kemudian diangkat h ingga tanah gambut beserta akar yang
berada di dalamnya dapat terambil. Pengambilan contoh daerah perakaran tersebut
dilakukan pada dua kedalaman yaitu 0-15 dan 15-30 cm. Contoh tanah ditempatkan pada
kantong kertas untuk dibawa ke laboratorium. Setiap contoh tanah gambut utuh dicuci
menggunakan ember berisi air bersih dan dilakukan pemisahan antara akar dan tanah
gambut. Pemisahan akar dari tanah gambut dilakukan berdasarkan kenampakan visual
dengan bantuan alat penyaring dan pinset. Setelah akar terkumpul, dilakukan pengeringan
menggunakan oven pada suhu 700C selama 48 jam hingga mencapai berat konstan.
Jaringan akar yang telah kering oven tersebut dipisahkan lagi berdasarkan diameter akar
fungsional sebagai berikut: (i) akar primer (Ø>5 mm), (ii) akar sekunder (Ø 2,5-5 mm),
(iii) akar tersier (Ø 0,5–2,5 mm) dan (iv) akar kuarter (Ø <0,5 mm).
Distribusi Unsur Hara dan Perakaran pada Pola Pemupukan Kelapa Sawit
217
Contoh tanah terganggu yang diambil untuk mengetahui konsentras i hara, pada
kedalaman 0-15 dan 15-30 cm dilakukan secara komposit. Analisa yang dilakukan
meliputi analisis pH H2O, total unsur hara makro dan total mikro. Unsur hara makro total
meliputi N, P, K, Ca, Na, dan Mg. Unsur hara mikro total yang diamati meliputi Fe, Al, B,
Mn, Cu, dan Zn. Sebelum dianalisis, contoh tanah komposit terleb ih dahulu
dikeringanginkan dan disaring hingga lolos ayakan ukuran 2 mm. Analisis laboratorium
dilaksanakan di laboratorium kimia dan fisika tanah Balai Penelit ian Tanah, Bogor.
Data hubungan jarak dari pangkal batang kelapa sawit dan parameter yang diamat i,
dianalisis menggunakan matriks korelasi (Uji Pearson). Perbandingan parameter yang
berbeda nyata dilakukan dengan analisis perbandingan rata-rata. Pengolahan data
dilakukan dengan MS. Excel dan STATISTICA 7.0 (Statsoft. Inc).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Distribusi Unsur Hara
Pemupukan kelapa sawit telah dilakukan dua bulan sebelum pengamatan sehingga
pada saat pengambilan contoh tanah sebagian unsur hara sudah berkurang melalu i proses
penguapan (volatilization), diserap parakaran tanaman (adsorbtion), larut dalam air
(leaching) dan terbawa aliran permukaan (run off). Konsentrasi hara P, K, Ca, Mg, Na, S,
Al, Cu, Zn dan B pada kedalaman 0-15 cm ini berkorelasi nyata dengan jarak dari batang,
dimana semakin dekat dengan pangkal batang maka semakin t inggi konsentrasi hara,
kemudian menurun secara gradual seiring dengan jauhnya jarak dari batang kelapa sawit
(Gambar 2 dan 3). Piringan kelapa sawit dengan radius 2 m merupakan daerah dengan
rata-rata konsentrasi unsur hara yang lebih besar dibanding daerah lain di luar piringan.
Gambar 2. Rata-rata kandungan hara P, K, Mg, Na, S, Fe, A l, B, Zn, Cu dan Mn pada
setiap titik pengamatan terhadap jarak dari pangkal batang kelapa sawit pada
kedalaman tanah 0-15 cm (n=72)
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5
Jarak dari pangkal pohon (m)
Kan
du
nga
n h
ara
(%)
0
200
400
600
800
1000
1200
Kan
du
nga
n h
ara
(pp
m)
P (%) K (%)
Mg (%) Na (%)
S (%) Fe (%)
Al (%) B (ppm)
Zn (ppm) Cu (ppm)
Mn (ppm)
Setiari Marwanto et al.
218
Konsentrasi unsur hara yang tinggi terdapat pada tanah yang memiliki pH t inggi
juga. Pemberian amelioran berupa kapur di dalam p iringan kelapa sawit dapat
meningkatkan pH tanah. Dengan pH yang lebih tinggi akan membantu memperbaiki
reaksi kimia d i dalam tanah khususnya dalam penyediaan unsur hara. Penelitian pada
tanah gambut di Serawak, Malaysia menyimpulkan bahwa tanah yang diberi kapur akan
meningkatkan serapan Cu dan Zn (Abat et al. 2012).
Gambar 3. Rata-rata pH H2O, pH KCl, N dan Ca pada setiap titik pengamatan terhadap
jarak dari pangkal batang kelapa sawit pada kedalaman tanah 0-15 cm (n=72)
Tabel 1. Konsentrasi rata-rata, standar deviasi dan koefisien korelasi unsur hara terhadap
jarak dari batang kelapa sawit (kedalaman gambut 0-15 cm)
Analisis/Unsur Satuan Rata-rata Standar Deviasi Koefisien korelasi
(r)
pH H2O 3,81 0,70 -0,71* pH KCl 3,11 0,94 -0,78*
N % 2,23 0,56 0,19
P % 0,12 0,27 -0,48*
K % 0,03 0,04 -0,32*
Ca % 1,77 2,28 -0,67* Mg % 0,08 0,06 -0,42*
Na % 0,01 0,01 -0,40*
S % 0,13 0,06 -0,34*
Fe % 0,20 0,20 -0,21
Al % 0,15 0,11 -0,33* Mn ppm 52,90 73,93 0,02
Cu ppm 348,61 722,59 -0,47*
Zn ppm 166,95 243,38 -0,56*
B ppm 28,62 18,12 -0,52*
Keterangan: Angka rata-rata yang diberi tanda asterik adalah berbeda nyata pada p<0,05 (n =72)
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5
Jarak dari pangkal pohon (m)
pH
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
Kan
du
nga
n h
ara
(%)
pH H2O pH KCl
N (%) Ca (%)
Distribusi Unsur Hara dan Perakaran pada Pola Pemupukan Kelapa Sawit
219
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa unsur hara yang tidak berhubungan dengan
jarak dari pangkal batang adalah N, Fe, dan Mn. Unsur N merupakan unsur yang sangat
dibutuhkan tanaman dan sangat mudah menguap serta terbawa aliran air, sementara unsur
Fe dan Mn mungkin telah diserap kuat oleh akar atau mengalami retensi kuat pada
beberapa titik jarak sehingga jejak konsentrasinya tidak simultan seperti unsur yang lain.
Standar deviasi yang tinggi pada beberapa unsur hara makro dan mikro menunjukkan
sebaran data pada unsur tersebut terjadi pada rentang yang lebar terhadap nilai rata -
ratanya
Tabel 2. Konsentrasi rata-rata, standar deviasi dan koefisien korelasi unsur hara terhadap
jarak dari batang kelapa sawit (kedalaman gambut 15-30 cm)
Analisis/Unsur Unit Rata-rata Standar deviasi Koefisien korelasi
(r)
pH H2O 3,45 0,24 -0.41* pH KCl 2,60 0,43 -0.64*
N % 1,99 0,45 -0.09
P % 0,05 0,13 -0.38*
K % 0,02 0,03 -0.30*
Ca % 0,78 0,96 -0.59* Mg % 0,05 0,02 -0.07
Na % 0,01 0,01 -0.28*
S % 0,13 0,05 -0.36*
Fe % 0,13 0,15 -0.17
Al % 0,09 0,06 -0.38* Mn ppm 22,50 17,34 -0.04
Cu ppm 147,96 500,65 -0.27*
Zn ppm 91,54 139,22 -0.62*
B ppm 25,39 15,56 -0.34*
Keterangan: Angka yang diberi tanda asterik adalah berbeda nyata pada p<0,05 (n masing-masing unsur = 72)
Konsentrasi sebagian besar unsur hara pada lapisan atas lebih besar dibandingkan
pada lapisan bawah. Kondisi ini sama dengan hasil penelit ian Gao et al. (2010) pada lahan
basah di Delta Sungai Kuning, Cina. Pemberian pupuk dan amelioran di dalam piringan
dengan cara ditebar di permukaan tanah menyebabkan perbedaan tingkat konsentrasi di
kedua lapisan. Pola variasi konsentrasi unsur hara terhadap jarak dari pangkal batang pad a
kedalaman gambut 0-15 cm juga terjad i pada kedalaman 15-30 cm meskipun tidak sekuat
pada lapisan atas (Tabel 2). Hubungan konsentrasi unsur hara terhadap jarak dari pangkal
batang pada lapisan atas menghasilkan nilai r yang lebih tinggi dibandingkan deng an nilai
r pada lap isan 15-30 cm. Hubungan tersebut nyata pada p<0,05 kecuali pada unsur N, Mg,
Fe dan Mn. Faktor yang mempengaruhi konsentrasi unsur hara pada lapisan 15-30 cm ini
sama dengan faktor pada lapisan atas. Unsur Mg kemungkinan diserap kuat oleh akar atau
juga bisa mengalami retensi kuat sehingga tidak terdistribusi ke lapisan bawah dengan
baik.
Setiari Marwanto et al.
220
Pada kedalaman 15-30 cm ini konsentrasi unsur hara tertinggi juga terdapat pada
titik terdekat dengan batang dan semakin jauh dari pangkal batang menyeb abkan
konsentrasi semakin turun. Dengan pola pemupukan di dalam p iringan dengan cara
ditebar di permukaan tanah, unsur hara masih makro dan mikro dapat terdistribusi dengan
baik pada arah vertikal ke bawah, horisontal dan lateral. Piringan kelapa sawit pad a tanah
gambut tampak lebih jelas dibandingkan pada tanah mineral. Hal ini d ikarenakan pada
tanah gambut terdapat bentuk gundukan yang merupakan hasil t imbunan dari tanah
gambut di sekelilingnya ataupun karena tanah di sekeliling pohon kelapa sawit sudah
mengalami penurunan (subsidence). Gundukan dibuat oleh petani untuk meningkatkan
daya sangga (bearing capacity) gambut. Hasil pengukuran dari 72 tit ik pengamatan
menunjukkan bahwa mulai jarak 3 m dari pangkal batang, permukaan gambut meninggi
hingga tepi batang kelapa sawit (Gambar 5). Mikrotopografi piringan kelapa sawit yang
berbentuk cembung tersebut menghasilkan kelerengan yang mampu meningkatkan energi
aliran air dalam mengangkut unsur hara ke tempat yang lebih rendah. Mikrotopografi dan
faktor penyebab erosi oleh air kemungkinan menjadi sebab utama terjadinya distribusi
gradual unsur hara dari piringan kelapa sawit.
Gambar 5. Mikrotopografi permukaan tanah pada berbagai interval jarak dari pangkal
batang kelapa sawit. Batang (bars) pada titik rata-rata adalah nilai standar
deviasi (n=72)
Distribusi Perakaran
Pada kedalaman 0-15 cm akar kuarter (Ø <0,5 mm) berkembang paling dominan.
Konsentrasi hara yang lebih tinggi di lapisan atas menjad i salah satu penyebab tingginya
pertumbuhan akar kuarter. Sebagai akar paling aktif dalam menyerap hara dan air, akar
kuarter sangat dibutuhkan tanaman untuk mencukupi kebutuhan terhadap dua unsur
tersebut di atas. Dengan interval waktu pemupukan 3 bulan sekali, maka konsentrasi hara
pada lapisan atas akan tetap terjaga dan tidak terangkut seluruhnya ke lapisan bawah
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5
Jarak dari pangkal batang (m)
Mik
ro
top
og
ra
fy (
cm
)
Distribusi Unsur Hara dan Perakaran pada Pola Pemupukan Kelapa Sawit
221
akibat pencucian. Kerapatan akar kuarter h ingga radius 4,5 m dari pangkal batang rata-
rata berkisar antara 0,19-1,87 g dm-3
. Pada Gambar 6 diperlihatkan bahwa penurunan
kerapatan akar kuarter terhadap jarak dari pangkal batang mengikuti pola linear dengan R2
=0,82. A kar tersier (Ø 0,5-2,5 mm) juga mengikuti pola seperti pada akar kuarter dengan
R2 = 0,90. Kerapatan akar tersier leb ih rendah dibandingkan akar kuarter yaitu rata -rata
berkisar antara 0,06–1,49 g dm-3
. Kerapatan akar paling tinggi berada pada jarak terdekat
dari pangkal batang sedangkan kerapatan akar terendah berada pada jarak terjauh atau di
tengah jarak tanam kelapa sawit (4,5 m). Semakin jauh dari pangkal batang kelapa sawit,
kerapatan akar tersier akan semakin menurun. Kerapatan akar sekunder (Ø 2,5-5 mm)
berkisar antara 0,06 – 0,65 g dm-3
. Hubungan kerapatan akar dengan jarak dari pangkal
batang sangat lemah dengan R2 = 0,15. Pada kedalaman 0-15 t idak dijumpai akar primer.
Akar ini kemungkinan tumbuh di lapisan lebih dalam karena lebih dibutuhkan sebagai
penopang pohon kelapa sawit.
Gambar 6. Rata-rata kerapatan akar Ø <0,5 mm, 0,5-2,5 mm, 2,5-5,0 mm pada setiap
titik pengamatan terhadap jarak dari pangkal batang kelapa sawit pada
kedalaman tanah 0-15 cm (n masing-masing ukuran akar = 72)
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5
Jarak dari pangkal batang (m)
Ke
rap
ata
n a
ka
r (g
dm
-3)
Setiari Marwanto et al.
222
Gambar 7. Rata-rata kerapatan akar Ø <0,5 mm, 0,5-2,5 mm, 2,5-5,0 mm dan Ø > 0,5
mm, pada setiap titik pengamatan terhadap jarak dari pangkal batang kelapa
sawit pada kedalaman tanah 15-30 cm (n masing-masing ukuran akar = 72)
Kerapatan akar pada kedalaman 15-30 cm juga lebih rendah dibandingkan pada
lapisan 0-15 cm baik pada akar kuarter, tersier maupun sekunder. Kondisi in i sangat
sesuai dengan konsentrasi hara yang juga lebih rendah pada lapisan ini dibandingkan
dengan lapisan atasnya. Pada akar kuarter, kerapatan akar berkisar antara 0,10–1,56 g dm-
3 sedangkan akar tersier berkisar antara 0,04-0,92 g dm
-3. Pertumbuhan akar pada
kedalaman 15-30 cm memiliki pola yang hampir sama dengan akar pada kedalaman 0 -15
cm dimana kerapatan tertinggi pada daerah perakaran terdekat dari pangkal pohon dan
menurun secara gradual dengan bertambahnya jarak (Gambar 7). Hal ini terlihat dari
koefisien regresi yang tinggi antara kerapatan akar kuarter (R2 = 0,84) dan akar tersier (R
2
=0,87) dengan jarak daerah perakaran. Pada akar sekunder, kerapatan akar hanya dijumpai
pada jarak 1,0 m (0,10 g dm-3
), 2,0 m (0,41 g dm-3
) dan 2,5 m (0,114 g dm-3
) dari pangkal
batang sawit. Akar kelapa sawit terbukti dapat beradaptasi dengan baik terhadap distribusi
lateral unsur hara. Kerapatan akar dan konsentrasi unsur hara di dekat batang kelapa sawit
memiliki nilai tertinggi dan kemudian menurun secara gradual dengan bertambahnya jarak
dari batang.
KESIMPULAN
1. Dengan pola pemupukan di dalam piringan, unsur hara makro dan mikro terd istribusi
nyata (p<0,05) sepanjang titik pengamatan dari 1 m h ingga 4,5 m dari pangkal batang
kelapa sawit kecuali unsur N, Fe dan Mn pada kedalaman 0-15 cm dan N, Mg, Fe dan
Mn pada kedalaman 15-30 cm. Konsentrasi tertinggi terdapat pada titik terdekat
dengan pangkal batang dan menurun dengan semakin jauh jarak dari pangkal batang.
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5
Jarak dari pangkal batang (m)
Ke
rap
ata
n a
ka
r (g
dm
-3)
Distribusi Unsur Hara dan Perakaran pada Pola Pemupukan Kelapa Sawit
223
2. Konsentrasi hara yang tinggi diikuti dengan kerapatan akar yang tinggi, begitu pula
sebaliknya dan semakin kecil diameter akar maka kerapatan akar pun semakin tinggi
dibandingkan dengan akar yang diameter lebih besar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada pihak yang telah membiayai penelitian ini melalui kegiatan
kerjasama REDD-A LERT (Reducing Emission from Deforestation and Degradation
through Alternative Landuses in Rainforest of the Tropics) di Balai Penelitian Tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Abat, M., McLaughlin MJ, Kirby JK, Stacey SP. 2012. Adsorption and desorption of
copper and zinc in tropical peat soils of Sarawak, Malaysia. Geoderma 175-176,
58-63.
Bassirirad, H. 2000. Kinetics of nutrient uptake by roots: responses to global change.
Review New Phytol. (2000), 147, 155±169.
Bertol, I., Mello EL, Guadagnin JC, Zaparolli A LV, Carrafa MR. 2003. Nutrient Losses
by Water Erosion. Scientia Agricola, v.60, n.3, p.581-586.
Fatmawaty dan Ginting G. 1987. Morfologi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Pusat
Penelit ian Marihat, Pematang Siantar, Indonesia. h: 37-51.
Faucette, L.B., Risse LM, Nearing MA, Gaskin JW, West LT. 2004. Runoff, erosion, and
nutrient losses from compost and mulch blankets under simulated rainfall. Journal
of Soil and Water Conservation Vol 59 No 4.
Gao, H., Bai J, Wang Q, Huanga L, Xiao R. 2010. Profile distribution of soil nutrients in
unrestored and restored wetlands of the Yellow River Delta, China. Procedia
Environmental Sciences 2: 1652-1661.
Harahap, E.M. 1999. Perkembangan akar tanaman kelapa sawit pada tanah terdegradasi di
Sosa, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Disertasi Doktor (Unpublised). Program
Pascasarjana (S3) IPB.
Hartley, C.W.S. 1977. The oil palm. Second edition. Tropical agricu lture series.
Longman. London and New York. p: 806.
Subagyono, K. and Tanaka T. 2007. The role of subsurface flow dynamic on spatial and
temporal variation of water chemistry in a headwater catchment. Indonesian
Journal of Agricultural Science 8(1): 17-30.
Setiari Marwanto et al.
224
Tinker, P.B. 1976. Soil requirements of the oil palm research. Cort ley, R.H.V., Hardon,
J.J. and Wood, B.J. (Ed). Elseiver Scientific Publishing Company. Amsterdam. p :
165-181.
van Beek, C.L., Droogers P, van Hardeveld HA, van den Eertwegh GAPH, Velthof GL,
Oenema O. 2007. Leaching of Solutes from an Intensively Managed Peat Soil to
Surface Water. Water Air Soil Po llut 182:291-301. DOI 10.1007/s11270-007-
9339-7.
Xing, S.H. and Xiu LS. 2006. Root function in nutrient uptake and soil water effect on
NO3--N and NH4
+-N migration. Agricu ltural Sciences in China. 5(5):377-383.
Yavitt, J., Williams C, Wieder R. 2004. Soil chemistry versus environmental controls on
production of CH4 and CO2 in northern peatlands. European Journal of So il
Science. 56. 2: 169-178.