Proposal Penelitian Nuklir
-
Upload
sri-oktamuliani -
Category
Documents
-
view
130 -
download
1
description
Transcript of Proposal Penelitian Nuklir
ANALISIS PENGARUH UKURAN TERAS TERHADAP TINGKAT
SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi
PADA REAKTOR CEPAT
Usulan Penelitian untuk Skripsi
Program Studi Fisika
Jurusan Fisika
diajukan oleh
SRI OKTAMULIANI
07 135 006
kepada
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
April, 2011
Usulan Penelitian
ANALISIS PENGARUH UKURAN TERAS TERHADAP TINGKAT
SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN PADA REAKTOR CEPAT
yang diajukan oleh
SRI OKTAMULIANI
07 135 006
Disetujui oleh:
Pembimbing I
DR. Dian Fitriyani
197012151999032001
Usulan Penelitian
ANALISIS PENGARUH UKURAN TERAS TERHADAP TINGKAT
SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi
PADA REAKTOR CEPAT
yang diajukan oleh
SRI OKTAMULIANI
07 135 006
Proposal ini diseminarkan pada tanggal 5 April 2011
Telah disetujui oleh
Pembimbing I
Dr. Dian Fitriyani
197012151999032001
Penguji I
Dr. Imam Taufik
NIP.196904231997021001
Penguji II
Afdal, M.Si.
NIP. 197601062000031001
Penguji III
Meqorry Yusfi, M.Si.
NIP. 198305312006042001
Padang, April 2011
Ketua Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Andalas
Arif Budiman, M.Si.
NIP. 197311141999031004
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.3. Batasan Masalah ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
2.1. Studi Literatur ................................................................................. 5
2.2. Landasan Teori................................................................................ 6
2.2.1. Reaktor Pembiak Cepat Berpendingin Logam Cair ............. 6
2.2.2. Pendingin Timbal-Bismuth (Pb-Bi) ...................................... 11
2.2.3. Sistem Perpindahan Panas .................................................... 12
2.2.4. Model Termal-Hidrolik ......................................................... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 26
3.1. Spesifikasi Desain Reaktor ............................................................. 26
3.2. Prosedur Perhitungan Termal-Hidrolik .......................................... 30
3.3. Diagram Alir Simulasi ................................................................... 32
3.4. Jadwal Penelitian ........................................................................... 36
DAFTAR KEPUSTAKAAN .............................................................................. 37
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Mekanisme pembiakan pada reaktor cepat .................................... 7
Gambar 2.2. Reaktor pembiak cepat berpendingin logam cair .......................... 11
Gambar 2.3. Model batang bahan bakar dan kanal pendingin ........................... 16
Gambar 2.4. Geometri radial pin bahan bakar ................................................... 17
Gambar 3.1. Geometri teras 3 dimensi ............................................................... 27
Gambar 3.2. Model untuk perhitungan pipa panas dan pipa dingin................... 30
Gambar 3.3. Diagram alir kondisi normal .......................................................... 32
Gambar 3.4. Diagram alir kondisi setelah kecelakaan ....................................... 33
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perbandingan bahan pendingin logam cair untuk
reaktor cepat ....................................................................................... 12
Tabel 2.2. Data perpindahan panas untuk beberapa kandidat
bahan pendingin ................................................................................. 14
Tabel 3.1. Spesifikasi desain LMFBR ................................................................ 26
Tabel 3.2. Ukuran teras untuk M1 ....................................................................... 28
Tabel 3.3. Ukuran teras untuk M2 ....................................................................... 28
Tabel 3.4. Ukuran teras untuk M3 ....................................................................... 28
Tabel 3.5. Ukuran teras untuk M4 ....................................................................... 29
Tabel 3.6. Ukuran teras untuk M5 ....................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Untuk memenuhi kebutuhan energi di dunia, teknologi nuklir pada saat ini
telah banyak dikembangkan dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dengan pertimbangan PLTN adalah
pembangkit energi yang ramah lingkungan, aman dan relatif murah. Perkembangan
teknologi reaktor nuklir menjadi lebih baik dan kompetitif dipicu oleh tragedi
kecelakaan reaktor nuklir 25 tahun yang lalu (26 April 1986) di Chernobyl,
Ukraina, yang pada waktu itu berada dalam federasi Uni Soviet, sehingga telah
mendorong pergeseran paradigma keselamatan reaktor nuklir ke arah yang lebih
baik.
Reaktor nuklir adalah tempat terjadinya reaksi inti berantai terkendali, baik
pembelahan inti (fisi) atau penggabungan inti (fusi). Reaktor nuklir berdasarkan
perbedaan spektrum energi neutron dapat dibedakan menjadi reaktor cepat dan
reaktor termal. Reaktor cepat merupakan salah satu kandidat reaktor generasi IV
yang tengah dikembangkan saat ini. Salah satu keunggulannya adalah dapat
mengkonversi bahan fertil yang berlimpah di alam (seperti 238U) menjadi bahan fisil
(seperti 239Pu) dengan memanfaatkan neutron berenergi tinggi (Waltar dan
Reynolds, 1981).
Salah satu aspek penting pada perancangan reaktor nuklir adalah aspek
keselamatan, dimana diharapkan reaktor dapat dioperasikan dengan sistem
keselamatan inheren (inherent safety) yaitu reaktor mampu bertahan secara mandiri
tanpa mengalami pemadaman otomatis atau bantuan dari operator pada saat terjadi
kecelakaan (kondisi abnormalitas). Adapun salah satu kecelakaan yang mungkin
terjadi diantaranya adalah ULOF (Unprotected loss of flow) yang merupakan
kecelakaan akibat hilangnya daya pompa tanpa proteksi. Pada kecelakaan ULOF
terjadi ketidakseimbangan daya dan aliran pendingin yang menyebabkan kenaikan
temperatur pendingin dan bahan bakar, kondisi ini akan berbahaya jika batasan-
batasan termal pada bahan struktur terlampaui. Tetapi kenaikan temperatur ini
menyebabkan terjadinya balikan reaktivitas negatif yang kemudian menekan daya
untuk turun dan akhirnya menyesuaikan dengan kemampuan sirkulasi alamiah.
Sirkulasi alamiah merupakan proses perpindahan panas akibat adanya
perbedaan temperatur panas dan dingin pada pipa sehingga aliran fluida pendingin
timbul karena daya apung fluida pendingin tersebut. Bahasan termal-hidrolik
reaktor yaitu proses konduksi dan konveksi panas serta proses aliran pendingin
keluar dari teras maupun pada pembangkit uap (steam generator) sangat penting
untuk dianalisis sehingga reaktor dapat berada pada kondisi tingkat sirkulasi
alamiah yang mendukung tercapainya keselamatan inheren pada reaktor ketika
terjadi kecelakaan karena hilangnya daya pompa utama pada reaktor nuklir.
Perhitungan analisis keselamatan reaktor nuklir dengan pendekatan
probalilistik ataupun deterministrik sangat sulit dilakukan secara analitik, untuk itu
diperlukan perhitungan secara numerik melalui simulasi komputasi sehingga
adanya kemudahan untuk suatu tahapan perhitungan yang tidak sederhana.
Kemajuan teknik perancangan modern untuk aspek termal-hidrolik ini,
selain harus mampu memberikan landasan yang kuat dalam pemilihan konfigurasi
bahan bakar dan dimensi ukuran teras reaktor, juga harus mampu memberikan
prediksi karakteristik hasil rancangan pada berbagai kondisi operasinya (simulasi)
termasuk pada saat berlangsung kecelakaan operasi.
Geometri dan ukuran teras reaktor mempengaruhi kinerja reaktor secara
keseluruhan. Telah dilakukan penelitian dengan model reaktor pembiak cepat
pada volume teras reaktor terkecil dengan simetri pipih menunjukkan kinerja yang
sangat bagus dibandingkan dengan model simetri tinggi dan seimbang dalam hal
pembiakan (breeding) bahan bakar, dimana reaktor mampu membiakkan 239U
sebesar 32% dalam satu siklus (4 tahun) (Arisa, 2008). Model teras reaktor simetri
tinggi memberikan harga faktor multiplikasi neutron (keff) yang paling lama yaitu
selama 13 tahun dengan harga Keff 1,05 dan memberikan nilai Burnup paling lama
yaitu selama 13 tahun sedangkan model teras pipih memberikan nilai breeding
ratio paling besar yaitu 1,3 dan transmutasi bahan bakar paling cepat (Basri,
2010). sedangkan tinjauan secara umum memberikan gambaran bahwa teras
dengan geometri kubus menunjukkan kinerja termal hidrolik yang optimal dari
semua geometri teras yang diamati baik dari tinjauan netronik, termal-hidrolik
maupun dari tinjauan keamanan (Fitriyani, 2006).
Telah dilakukan studi fenomena sirkulasi alamiah pada pendingin Pb-Bi
dimana aliran sirkulasi alamiah berhasil dicapai pada heater pin bundle dan hasil
perhitungan analitik kecepatan aliran pendingin Pb-Bi pada kondisi sirkulasi
alamiah diperoleh sedikit lebih rendah daripada eksperimen (Novitrian, 2004). Hal
ini yang melatarbelakangi untuk mengadakan penelitian analisis pengaruh ukuran
teras terhadap tingkat sirkulasi alamiah bahan pendingin pada reaktor cepat.
1.2. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian dalam bentuk simulasi komputasi ini bertujuan menganalisis
pengaruh ukuran teras terhadap tingkat sirkulasi alamiah bahan pendingin Pb-Bi
pada reaktor cepat saat terjadinya kecelakaan akibat hilangnya daya pompa.
1.3. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini diajukan
batasan masalah yaitu analisis pengaruh ukuran teras berbentuk kubus (square
core) terhadap kondisi tingkat sirkulasi alamiah bahan pendingin Pb-Bi pada
reaktor LMFBR (Liquid Metal-Cooled Fast Breeder Reactor) untuk sistem
perpindahan panas lup (loop system) tanpa penukar panas menengah (Intermediate
Heat Exchanger, IHX) dengan bahan bakar Uranium-Nitrida dan Plutonium-Nitrida
(UN-PuN) menggunakan kode komputasi DTRIDI FBR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Studi Literatur
Simulasi tentang sirkulasi alamiah pada reaktor cepat yang telah dilakukan
sebelumnya adalah analisis sirkulasi alamiah perpindahan panas dari teras pada
Liquid Metal Reactor (LMR) dengan Pb-Bi sebagai pendingin utama dan bahan
bakar tipe U-Pu-Th yang bekerja dengan siklus generator uap (steam generator)
tanpa intermediate loop dengan perhitungan dibagi menjadi 3 bagian yaitu analisa
model, teras 1 dimensi dan parameter aliran loop (Jong-Eun Chang, 2000).
Penelitian Jong-Eun Chang memberikan hasil bahwa untuk kode satu dimensi,
penurunan tekanan terhadap laju aliran massa total dapat menentukan tingkat
sirkulasi alamiah yang dicapai pada penurunan tekanan sebesar 1,0 kPa dibawah
20% fraksi laju aliran massa, kondisi ini telah dapat mencegah kecelakaan aliran
dari teras.
Hasil penelitian fenomena sirkulasi alamiah pendingin Pb-Bi pada reaktor
cepat PBWFR (Novitrian, 2004) menjelaskan bahwa parameter kontrol daya dan
temperatur dalam operasi sirkulasi alamiah diperoleh sedikit lebih rendah dari
eksperimen dicapai oleh pemanasan Pb-Bi dalam bundel pin pemanas.
Telah dilakukan simulasi analisis termal-hidrolik untuk reaktor pembiak
cepat pada disain reaktor daya nuklir berbasis kapal dengan beberapa model 3
dimensi teras reaktor yang berbeda (Fitriyani, 2006), namun belum membahas lebih
terperinci mengenai fenomena sirkulasi alamiah.
Analisis neutronik dalam teras reaktor memegang peranan penting untuk
mengetahui distribusi fluks neutron dalam reaktor. Penelitian berkaitan analisis
neutronik pada reaktor cepat diantaranya telah dilakukan analisis Burnup 3D
(Handayani, 2010) dan analisis transmutasi bahan bakar (Basri, 2010). Dengan
mengetahui distribusi fluks neutron, maka dapat diketahui pula distribusi daya
dalam elemen bahan bakar, selanjutnya melalui analisis termal-hidrolik distribusi
temperatur dalam elemen bahan bakar dapat diketahui dengan pasti. Temperatur
pada pusat elemen bahan bakar merupakan titik awal untuk melakukan analisis
termal-hidrolik untuk mengetahui suhu pada permukaan bahan bakar, permukaan
bagian dalam maupun bagian luar cladding, dan untuk selanjutnya mengetahui
distribusi temperatur dan tekanan pada pendingin. Dengan demikian dapat
menganalisis fenomena tingkat sirkulasi alamiah pada reaktor.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Reaktor Pembiak Cepat Berpendingin Logam Cair
Reaktor cepat dapat diklasifikasikan menjadi reaktor konverter dan reaktor
pembiak cepat (fast breeder reactor). Reaktor konverter difungsikan untuk
mengkonversi (mengubah) bahan fertil menjadi bahan fisil saja sedangkan reaktor
pembiak cepat selain berfungsi mengubah bahan fertil menjadi bahan fisil, juga
merupakan reaktor daya yang memiliki kemampuan untuk melakukan pembiakan
yaitu suatu proses dimana selama reaktor beroperasi (terjadi reaksi fisi) akan
dihasilkan bahan fisil baru yang lebih banyak dari bahan fisil yang dikonsumsi.
Gambar 2.1. Mekanisme pembiakan pada reaktor cepat
(sumber: eksiklopedi teknologi nuklir-BATAN)
Dari hasil penelitian dan seperti digambarkan diatas diketahui bahwa
melalui tangkapan neutron (neutron capture) pada energi kurang dari 1MeV, bahan
fertil (238U) dapat diubah menjadi bahan fisil (239Pu) (Waltar, 1981).
PuNpPunUharimenit
239
35,2
239
5,23
2391238
Perbandingan jumlah neutron dalam suatu generasi dibandingkan dengan
jumlah neutron pada generasi sebelumnya disebut nilai faktor multiplikasi. Kondisi
kekritisan reaktor ditentukan berdasarkan faktor multiplikasi neutron (Keff). Bila
Keff < 1 maka reaktor dalam kondisi subkritis, bila Keff =1 maka reaktor dalam
kondisi kritis, sedangkan bilai Keff > 1 reaktor dalam kondisi superkritis. Harga keff
ini bergantung pada geometri reaktor dan komposisi di dalam teras reaktor.
Terdapat dua jenis dasar penyusunan bahan bakar pada reaktor cepat, yaitu
desain teras homogen dan heterogen. Teras homogen, seluruh bahan bakar fertil
ditempatkan di daerah blanket radial dan aksial sedangkan teras heterogen, bahan
bakar fertil ditempatkan secara menyebar di setiap teras. Teras heterogen
memberikan rasio pembiakan yang lebih besar daripada teras homogen, sehingga
desain teras heterogen memberikan kemampuan pembiakan yang optimal pada
reaktor pembiak cepat.
Salah satu karakteristik utama dari reaktor pembaik cepat adalah nilai
breeding ratio (rasio pembiakan). Nilai breeding ratio menunjukkan kemampuan
reaktor untuk menghasilkan bahan fisil dari bahan fertil selama proses fisi. Nilai
breeding ratio yang diharapkan pada reaktor pembiak cepat adalah lebih dari satu,
yang berarti menunjukkan bahan fisil yang terbentuk selama operasi banyak dari
bahan fisil yang musnah.
Reaktor generasi ke-IV yang dihadirkan dengan meningkatkan keamanan
nuklir, memperbaiki resistansi prolirefasi, menimalisasi limbah dan pemanfaatan
sumber alam secara efisien serta menekan biaya proses pembangunannya, salah
satunya yaitu LMFBR.
LMFBR secara substansial berbeda dari reaktor termal yang berkaitan
dengan desain teras dan sistem transportasi panas. LMFBR menghasilkan spektrum
energi neutron yang tinggi (~ 200 keV) tidak memerlukan moderator, sehingga
pemilihan reaktor cepat dimungkinkan untuk memperoleh dimensi teras reaktor
jauh lebih kecil dibandingkan berbagai jenis reaktor termal. LMFBR mempunyai
daya moderasi yang rendah dan mampu menyerap panas lebih besar daripada
reaktor termal.
Terdapat dua model reaktor pembiak cepat berpendingin logam cair, yakni
model pipa (loop) dan model tangki/kolam (pool). Pada model pipa, teras reaktor
dikungkung oleh bejana reaktor, sedangkan pompa sirkulasi pendingin primer, dan
penukar panas intermediet (intermediate heat exchange, IHX) berada di luar bejana
reaktor. Pada model tangki/kolam, baik teras reaktor, pompa sirkulasi pendingin
primer, maupun penukar panas intermediet dikungkung oleh sebuah bejana reaktor
yang besar.
Secara umum, komponen-komponen utama reaktor pembiak cepat
berpendingin logam cair adalah:
1. Core reactor (teras reaktor), yaitu tempat terjadinya reaksi fisi. Teras
merupakan rangkaian komponen utama dari reaktor yang terdiri dari:
a. Fuel (bahan bakar), yaitu material fisil (235U, 233U, 239Pu) atau material
fertil (240Pu, 232Th). Untuk generasi reaktor cepat adalah campuran
uranium-plutonium oksida (UO2 – PuO2) dan bahan bakar keramik,
campuran karbida (UO- PuO).
b. Coolant (bahan pendingin). Energi yang dihasilkan oleh reaksi fisi
meningkatkan suhu reaktor. Suhu ini dipindahkan dari reaktor dengan
menggunakan bahan pendingin, misalnya berupa air ringan, air berat,
natrium cair, logam cair atau gas. Bahan pendingin disirkulasikan
melalui sistem pompa, sehingga logam cair yang keluar dari bagian atas
teras reaktor digantikan logam cair dingin yang masuk melalui bagian
bawah teras reaktor.
c. Structure material (bahan struktur), yaitu bahan pelindung teras seperti
tabung metal sebagai cladding (pin bahan bakar) dan kawat pemisah,
biasanya berupa stainless steel. Material struktur memiliki struktur
logam yang kuat terhadap panas dan proses korosif dari bahan bakar
ataupun pendingin.
d. Rod control (batang kendali), berfungsi untuk pengendalian reaktivitas.
Material yang digunakan biasanya berupa boron, cadmium, gadolinium
dan lain-lain.
2. Reflector (bahan reflektor), yaitu bahan dengan karakteristik penampang lintang
absorpsi yang rendah, ditempatkan di sekeliling teras untuk merefleksikan atau
menghamburkan bocoran neutron sehingga kembali masuk ke teras. Bahan-
bahan yang sering digunakan antara lain: berilium, grafit, parafin, air dan D2O.
3. Shielding (perisai), berfungsi untuk menyerap radiasi yang lolos dari teras
reaktor agar tidak menerobos keluar sistem reaktor. Bahan shielding biasa
berupa lapisan beton berat.
4. Steam Generator (generator uap), merupakan komponen penunjang yang
berfungsi sebagai sarana pengalihan panas dari sistem pendingin primer yang
menerima panas dari elemen bakar untuk diberikan pada sistem fluida
pendingin yang lain (sekunder).
Gambar 2.2. Reaktor pembiak cepat berpendingin logam cair
(sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Breeder_reactor)
2.2.2. Pendingin Timbal-Bismuth (Pb-Bi)
Logam cair digunakan sebagai bahan pendingin pada reaktor pembiak
cepat dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Nomor massa yang cukup besar sehingga dapat meminimalkan daya
moderasi neutron dan menghasilkan spektrum energi neutron berupa
spektrum cepat.
2. Stabil dalam lingkungan radiasi.
3. Pendingin memiliki koefisien transfer panas yang besar sehingga mampu
menyerap kalor lebih besar.
4. Titik leleh yang rendah dan titik didih yang tinggi sehingga dapat
mengeliminasi terjadinya kecelakaan akibat hilang / berkurangnya
pendingin karena pendidihan.
5. Tidak terjadi reaksi kimia yang berbahaya bila terjadi kontak antara
pendingin dengan udara dan air.
6. Menggunakan daya pompa yang rendah serta aman dalam penanganan.
Timbal-bismuth cair merupakan kandidat yang sangat kuat untuk menjadi
pendingin reaktor pembiak cepat. Sifat yang menguntungkan Pb-Bi cair dalam
aplikasi pendingin reaktor nuklir adalah titik lelehnya 125 oC dan titik didihnya
1670 oC dengan perubahan volume ketika berubah menjadi padat sebesar 1,5%.
Kelemahannya sangat agresif terhadap besi dan stainless steel terutama pada
temperatur tinggi. Oleh karena itu dalam reaktor nuklir berpendingin Pb-Bi,
stainless steel akan mengalami korosi. Tabel 2.1 memperlihatkan perbandingan
berbagai bahan pendingin logam cair untuk reaktor cepat.
Tabel 2.1. Perbandingan bahan pendingin logam cair untuk reaktor cepat
(Sumber : Takahashi, 2004)
Bahan
Pendingin
Cross Section absorpsi
neutron (mb)
Titik Leleh
(°C)
Titik Didih
(°C)
Aktivasi
dengan air
atau udara
Na 2,35 98 883 Kuat
Pb 2,75 327 1737 Lemah
Pb-Bi 3,82 125 1670 Lemah
2.2.3. Sistem Perpindahan Panas
Secara umum, teras reaktor nuklir terdiri atas berbagai komponen masif,
baik dalam bentuk struktur teras reaktornya maupun bentuk komponen
pendukungnya. Komponen-komponen masif ini sudah tentu akan mempengaruhi
karakteristik aliran disekitar teras reaktor. Sementara itu, pola aliran di sekitar teras
reaktor di yakini pula sangat berpengaruh terhadap karakteristik aliran dalam teras
reaktornya mengingat banyaknya komponen masif di sekitar teras reaktor, sudah
tentu karakteristik dan pola aliran yang terbentuk di sekitar teras tersebut menjadi
sangat kompleks dan rumit.
Sumber energi pada reaktor berasal dari bahan bakar, energi yang
dilepaskan pada reaktor fisi nuklir muncul sebagai energi kinetik dari beberapa jenis
hasil reaksi fisi, kemudian energi tersebut diubah menjadi panas dan dipindahkan
melalui konduksi termal melintasi elemen bahan bakar, melintasi gap yang
memisahkan bahan bakar di cladding dan kemudian melintasi cladding menuju
permukaan cladding, dan akhirnya dipindahkan dari permukaan cladding ke
pendingin melalui proses konveksi.
Perpindahan panas yang berasal dari teras reaktor diangkut oleh aliran
pendingin logam cair disekitar teras reaktor (sistem pendingin primer)
disirkulasikan dengan pompa primer yang diistilahkan dengan konveksi yang
dipaksakan (forced convection). Gerak massa logam cair yang keluar dari pompa
resirkulasi disalurkan ke bagian bawah teras reaktor yang membawa energi termal
naik ke atas dan keluar dari teras reaktor. Tekanan dari pompa resirkulasi ini akan
menaikkan kecepatan aliran logam cair pendingin dalam teras reaktor.
Jika aliran pendingin logam cair timbul karena daya apung pendingin yang
disebabkan oleh pemanasan, disebut juga dengan istilah konveksi alamiah (natural
convection) maka keadaan sirkulasi alamiah akan mudah dicapai dengan membuat
sedemikian rupa struktur pada bagian teras reaktor sehingga pengaruh aliran paksa
yang berasal dari pipa pendingin primer dan pompa primer dapat direduksi.
Sistem perpindahan panas reaktor dirancang menggunakan jenis lup (Loop
design) dengan pipa pendingin yang relatif besar diatas teras reaktor. Sistem
generator uap dipadukan dengan sistem saluran primer tanpa memerlukan penukar
panas menengah (IHX) sehingga panas dari sistem pendingin primer secara
langsung dipindahkan ke saluran uap-air melalui generator uap.
Mode normal perpindahan panas pada reaktor LMFBR adalah aliran yang
dipaksakan dengan pompa yang mempunyai keadaan darurat dan terkait dengan
keselamatan. Untuk itu pengembangan LMFBR berlanjut pada kemampuan untuk
memindahkan panas oleh sirkulasi alamiah dengan hilangnya jumlah daya total
pompa.
Beberapa jenis data perpindahan panas untuk kandidat bahan pendingin
ditampilkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Data perpindahan panas untuk beberapa kandidat bahan pendingin
(sumber: Waltar dan Reynolds, 1981)
Parameter Bahan Pendingin
Na He Steam
h(W/m2.oC) 85000 2300 (permukaan halus) 11000
10000 (pemukaan kasar)
V (m/s) 6 115 25
p (Mpa) (Psi) 0,7 (100) 7,0 (1000) 15 (2200)
cc (kJ/kg.oC) 1,3 5,2 2,6
ρ (kg/m3) 815 4,2 41
2.2.4. Model Termal-Hidrolik
Peraturan keselamatan reaktor memerlukan pemahaman termal-hidrolik
dengan uji coba dan simulasi komponen dan sistem. Bahasan termal-hidrolik
meliputi proses konduksi, konveksi dan proses aliran pendingin keluar dari teras
dan proses termal-hidrolik di pembangkit uap.
Distribusi suhu steady-state di batang silinder dengan sumber panas internal
yang diperoleh dari persamaan konduksi panas yang merupakan fungsi temperatur
dan jari-jari, dimana diasumsikan bahwa sumber panas dalam bahan bakar adalah
seragam, sehingga persamaan konduksi panas untuk keadaan tunak (Waltar dan
Reynolds, 1981) adalah,
0)()(. ''' rqrTk (2.1)
dimana:
T : temperatur (oC)
k : konduktivitas termal (W/m.oC)
q’’’ : sumber panas volumetrik (W/m3)
2.2.4.1 Analisis Termal-Hidrolik Pada Teras
Pada teras reaktor terdapat elemen bahan bakar berupa pin terdiri dari
tumpukan aksial pelet bahan bakar silinder terbungkus dalam tabung logam yang
disebut dengan cladding. Cladding berfungsi memisahkan bahan bakar dari kontak
langsung dengan pendingin sehingga mencegah terjadinya korosi serta mencegah
produksi fisi memasuki pendingin. Diameter pelet bahan bakar dibuat sedikit lebih
kecil dari diameter dalam cladding sehingga ada gap antara bahan bakar dan
cladding.
Gambar 2.3 memperlihatkan model perhitungan termal-hidrolik pada teras
reaktor yang meliputi perhitungan temperatur dan penurunan tekanan (Pressure
drop) di tiap kanal baik di cladding, gap maupun pelet (bahan bakar) di seluruh
bagian teras. Tiap kanal gradien temperatur radial lebih besar dari gradien
temperatur aksial sehingga konduksi panas aksial dapat diabaikan. Di antara pin-
pin bahan bakar tersebut terdapat bahan pendingin. Diasumsikan bahwa aliran
silang antar dua kanal yang berdekatan di anggap nol.
Gambar 2.3. Model batang bahan bakar dan kanal pendingin
(sumber: Waltar dan Reynolds, 1981)
a. Bahan bakar
Gambar 2.4. Geometri radial pin bahan bakar
(sumber: Waltar dan Reynolds, 1981)
Secara sederhana model geometri radial pin bahan bakar untuk perhitungan
termal-hidrolik ditunjukkan pada Gambar 2.4. Untuk keadaan steady-state,
persamaan konduksi panas pada pin bahan bakar silinder dengan sumber panas
volumetrik, q’’’, seragam dan dengan mengabaikan panas aksial dimana temperatur
bahan bakar sangat tergantung pada konduktivitas termal, k (Duderstadt, 1978),
adalah
FF
FoFfuel k
q
k
rqTTT
44
'2'''
(2.2)
To = temperatur pada pusat pin bahan bakar (oC)
TF = temperatur pada permukaan pin bahan bakar (oC)
q’ = densitas daya linear (W/m)
b. Gap
Gap bahan bakar cladding memberikan hambatan terbesar terhadap aliran
panas, karena menghasilkan nilai penurunan temperatur terbesar. Untuk
menentukan penurunan temperatur saat melintasi gap digunakan persamaan
konduksi termal dalam kedaaan tunak yang tidak ada produksi panas pada ruang
gap dan kontinuitas kemunculan fluks panas dari permukaan elemen bahan bakar.
Konduktivitas termal gas berkurang pesat dengan burnup karena
konduktivitas termal dari produksi fisi gas Xe dan Kr jauh lebih kecil dari gas
asalnya. Di sisi lain, tekanan gas meningkat dengan burnup yang berakibat kerugian
dengan meningkatnya kepadatan molekul. Fenomena ini sangat sulit diselesaikan
secara analitik sehingga biasanya ditentukan koefisien efektif pada transfer panas
gas, hG, sehingga beda temperatur di kedua sisi (Waltar dan Reynolds,1981) adalah
GF
cliFgap hr
qTTT
2)(
''
(2.3)
Tcli = temperatur cladding pada permukaan dalam (oC)
q’’ = vektor fluks panas (W/m2)
c. Cladding
Untuk cladding biasanya dipilih bahan yang mempunyai konduktivitas
termal yang besar. Sama halnya dengan perpindahan panas pada gap, konduktivitas
panas cladding, kC dianggap konstan dan tidak terdapat produksi panas di cladding,
maka persamaan perbedaan temperatur yang melintasi cladding (Waltar dan
Reynolds, 1981) adalah
F
c
c
clicloclad r
t
k
qTTT
2)(
'
(2.4)
Tclo = temperatur cladding pada permukaan luar (oC)
tC = tebal cladding.
d. Bahan pendingin
Seperti halnya pada bahan bakar, cladding maupun gap, temperatur di bahan
pendingin didasarkan pada persamaan energi. Energi transfer dari pin bahan bakar
secara konveksi ke bahan pendingin. Kanal bahan pendingin adalah ruang antara
pin-pin bahan bakar seperti terlihat pada Gambar 2.3. Penurunan temperatur dari
permukaan cladding temperatur fluida maksimal (waltar dan Reynolds, 1981)
adalah:
)(2)(
'''
GCFss
coclocool ttrh
q
h
qTTT
(2.5)
Tco = temperatur pendingin (oC)
hs = koefisien transfer panas konveksi (W/m2.oC).
e. Perbedaan temperatur pada seluruh bagian teras
Perbedaan temperatur keseluruhan dapat dihitung melalui persamaan berikut
(Waltar dan Reynolds, 1981):
GCFsCFC
cG
FGFcool ttrhtrk
tt
rhk
qT
(
1
)(
1
2
1
2
'
(2.6)
Reaktor pembiak cepat membutuhkan koefisien transfer panas yang tinggi
untuk mengeksploitasi keuntungan dari kecilnya diameter pin bahan bakar.
Koefisien transfer panas untuk logam cair lebih tinggi dari pada fluida lainnya pada
kecepatan alir dan tekanan relatif rendah, sehingga logam cair adalah kandidat
utama sebagai pendingin reaktor pembiak cepat. Koefisien transfer panas yang
tinggi untuk logam cair menghasilkan konduktivitas termal tinggi.
Untuk memperoleh nilai koefisien transfer panas untuk desain teras
LMFBR, terlebih dahulu harus dihitung besaran-besaran yang berhubungan dengan
aliran hidrolik. Pada pendingin logam cair beberapa korelasi transfer panas
konveksi yang digunakan antara lain:
Bilangan Prandtl, Pr, menunjukkan kemampuan relatif fluida untuk
mendifusikan momentum dan energi dalam oleh mekanisme molekul yang
mempengaruhi transfer panas konveksi:
k
cPPr (2.7)
dengan υ adalah viskositas kinematik (µ/ρ), α adalah difusivitas termal (k/ρcp)
(Waltar dan Reynolds, 1981). Viskositas kinematika berkaitan dengan laju
perpindahan momentum dalam fluida dan difusivitas termal berhubungan dengan
laju transfer panas konduksi. Logam cair mempunyai bilangan Prandtl berkisar
0,001 sampai 0,01 yang menunjukkan difusi energi dalam yang lebih cepat
(Reynold dan Henry, 1996).
Bilangan Reynold, Re, menunjukkan efek viskositas di dalam gerakan
aliran fluida yang dinyatakan dengan
/Re Du z
(2.8)
dengan ρ adalah massa jenis fluida, �̅�𝑧 laju alir fluida rata-rata, µ adalah viskositas
geser fluida dan D adalah diameter (Waltar dan Reynolds, 1981).
Aliran turbulen ditandai dengan bilangan Reynold yang tinggi (Re > 2300
untuk aliran pipa) dan D sering kali diganti dalam diameter hidrolik efektif, Dh
(Waltar dan Reynolds, 1981) yang dinyatakan,
Wh PAD /4 (2.9)
Dalam hal ini A adalah luas kanal yang dialiri pendingin sedangkan 𝑃𝑤 adalah
garis keliling yang terbasahkan, secara sederhana ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Untuk kisi trianguler seperti pada gambar tersebut maka A dan Pw untuk kanal pusat,
kanal tepi dan kanal sudut berturut-turut (Waltar dan Reynolds, 1981) adalah
𝐴1 = √3
4 𝑃2 −
𝜋𝐷2
8−
𝜋𝑠2
8 (2.10)
𝐴2 = 𝑝 (𝐷
2+ 𝑠) −
𝜋𝐷2
8−
𝜋𝑠2
8 (2.11)
𝐴3 = 1
√3 (
𝐷
2+ 𝑠)
2
− 𝜋𝐷2
24−
𝜋𝑠2
24 (2.12)
𝑃𝑤1 = 𝜋𝐷
2+
𝜋𝑠
2 (2.13)
𝑃𝑤2 = 𝑃 + 𝜋𝐷
2+
𝜋𝑠
2 (2.14)
𝑃𝑤3 = 𝐷 + 2𝑠 + 𝜋𝐷
6+
𝜋𝑠
6 (2.15)
Bilangan peclet, Pe, adalah bilangan Reynolds (Re) dan bilangan Prandtl (Pr)
dalam korelasi (Waltar dan Reynolds, 1981),
𝑃𝑒 = 𝑅𝑒𝑃𝑟 = (𝜌𝑢𝑧𝐷
𝜇) (
𝑐𝑝𝜇
𝑘) =
𝜌𝑢𝑧𝐷𝑐𝑝
𝑘 (2.16)
Bilangan Nusselt, Nu, berhubungan dengan karakter fisik dan dinamik
fluida (Waltar dan Reynolds, 1981),
𝑁𝑢 = ℎ𝐷𝑒
𝑘 (2.17)
dengan k, konduktivitas termal fluida dan De merupakan diameter hidrolik efektif.
Setelah bilangan Nusselt ditentukan, koefisien transfer panas, h, dapat diperoleh.
Borishanskii, Gotovskii, dan Firsova mengenalkan korelasi berikut untuk
menghitung bilangan Nusselt (Waltar dan Reynolds, 1981),
. 2000200 5,11,1
)200(0174,0
56,376,1212,8log15,24
200 5,11,1
]65,376,1212,8[log15,24
9,016
2
10
2
10
PedanD
Puntuk
Pee
D
P
D
PNu
PedanD
Puntuk
D
P
D
PNu
D
P
(2.18)
2.2.4.2 Penurunan Tekanan (Pressure Drop)
Suatu besaran yang menunjukkan perbedaan tekanan pada kanal pendingin
sebelum dan sesudah pendingin melewatinya disebut dengan penurunan tekanan.
Tekanan pada saluran dapat hilang atau berkurang disebabkan oleh:
1. Faktor friksi (friction factor) oleh dinding sepanjang kanal pendingin.
Tekanan yang hilang akibat faktor friksi (Waltar dan Reynolds, 1981):
∆𝑃|𝑓𝑟𝑖𝑐 = 𝑓 𝐿
𝐷ℎ 𝜌𝑉2
2 (2.19)
ΔP = tekanan yang hilang, Pa
f = faktor friksi, tak berdimensi
ρ = densitas fluida, kg/m3
V = laju alir, m/s
Dh = diameter hidrolik, m
L = panjang pipa, m
2. Faktor bentuk (form factor) oleh grip pengikat dua buah elemen bahan bakar
yang menyebabkan hilangnya tekanan masukan-keluaran karena perubahan
momentum pendingin pada saat mengenai grid tersebut dapat dihitung dari
persamaan,
Δ𝑃|𝑓𝑜𝑟𝑚 = Δ𝑃|𝑔𝑟𝑖𝑑 + Δ𝑃|𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡−𝑒𝑥𝑖𝑡 = 𝐾𝜌𝑉2
2 (2.20)
dengan K adalah faktor bentuk (Waltar dan Reynolds, 1981).
Sebagian daya keluaran total digunakan untuk mempompa bahan pendingin
melintasi teras sehingga bahan pendingin dapat berfungsi sebagai pemindah panas
dalam sistem reaktor. Untuk daya teras sebesar Q, panas yang harus dipindahkan
oleh bahan pendingin (Waltar dan Reynolds, 1981) adalah,
𝑄 = 𝑚 ̇ 𝑐𝑝 𝑑𝑇 (2.21)
dengan �̇� = 𝜌𝑉𝐴 merupakan laju alir massa total pendingin, sehingga kecepatan
pendingin yang melintasi teras (Waltar dan Reynolds, 1981) dapat dinyatakan,
𝑉 = 𝑄
𝜌𝑐𝑝𝐴∆𝑇𝑎𝑥𝑖𝑎𝑙 (2.22)
Daya pompa bergantung pada kecepatan alir bahan pendingin. Daya pompa
yang diperlukan untuk menggerakkan pendingin melintasi teras (Waltar dan
Reynolds, 1981) adalah,
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 = ∆𝑃. 𝐴. 𝑉 = 𝐿𝐴
2𝐷ℎ (𝑓𝜌 𝑉3) = (
𝐿𝑄
2 𝐷ℎ∆𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙) (
𝑓𝑉2
𝑐𝑝) (2.23).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian analisis pengaruh ukuran teras terhadap tingkat sirkulasi
alamiah bahan pendingin Pb-Bi pada reaktor cepat dilakukan dengan
pengembangan kode komputasi DTRIDI FBR yang dibuat menggunakan bahasa
pemograman Borland Delphi 7.0 dimana program numerik dibagi dalam beberapa
fungsi. Simulasi diterapkan untuk menganalisis tingkat sirkulasi alamiah bahan
pendingin pada jenis reaktor pembiak cepat berpendingin logam cair (liquid
metal-cooled fast breeder reactor) dengan variasi geometri teras berbentuk kubus
tiga dimensi berbahan bakar UN-PuN dengan pendekatan kuasistatik.
3.1. Spesifikasi Desain Reaktor
Simulasi komputasi untuk mengetahui fenomena tingkat sirkulasi alamiah
reaktor pembiak cepat berpendingin logam cair, dilakukan pada model reaktor
dengan spesifikasi reaktor seperti terlihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Spesifikasi desain LMFBR
(sumber: Fitriyani, 2006)
Parameter Spesifikasi
Daya Reaktor 150 MWth
Pendingin Pb-Bi
Bahan Shielding B4C + Stainless steel
Bahan Bakar UN-PuN
Pengayaan Bahan Pendingin 44,5 % Pb – 55,5 % Bi
Teras
Diameter pin bahan bakar 1,0 cm
Tebal cladding 0,05 cm
Pin picth bahan bakar 1,2 cm
Generator Uap
Tinggi SG 4 m
Diameter pipa (inner/outer) 1,7 / 2,0 cm
Pitch pipa 3 cm
Laju alir primer 4000 kg/s
Laju alir skunder 100 kg/s
Temperatur air 225 oC
Model geometri teras untuk mengetahui pengaruh distribusi daya reaktor
dan temperatur di dalam reaktor digunakan model geometri teras tiga dimensi
dengan ukuran x, y, z seimbang (balance) berbentuk kubus (square core). Model
teras berbentuk kubus menunjukkan kinerja termal-hidrolik yang optimal
dibandingkan dengan model teras pipih (x = y < z) dan tinggi (x = y > z) pada
disain FBR (Fitriyani, 2006).
Pada teras reaktor dilakukan diskritisasi ruang untuk memperoleh
pendekatan dan penyesuaian terhadap model teoritik, yang dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Geometri Teras 3 Dimensi
Geometri teras berbentuk kubus dibagi dalam beberapa daerah dengan
variasi lebar dan setiap daerah dibagi lagi menjadi beberapa mesh. Seluruh
perhitungan dilakukan untuk setiap mesh. Pembagian teras diperlukan untuk
mempermudah pengaturan komposisi dan fraksi bahan bakar, pengayaan maupun
bahan pendingin di teras sehingga optimasi disain untuk memperoleh nilai
penurunan tekanan pada setiap laju aliran pendingin menjadi lebih cepat tercapai.
Untuk menyelidiki pengaruh ukuran teras reaktor terhadap tingkat sirkulasi
alamiah dengan geometri teras berbentuk kubus, maka ukuran daerah dan jumlah
mesh pada teras reaktor diubah-ubah besarnya sehingga diperoleh rancangan
reaktor yang tanggap terhadap faktor keselamatan. Contoh pembagian teras
tersebut dapat terlihat pada Tabel 3.2 hingga Tabel 3.6.
Tabel 3.2. Ukuran teras untuk M1
Arah 1/2 X 1/2 Y Z
Ukuran (cm) 35 35 70
Jumlah daerah 4 4 8
Jumlah Mesh 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2
Ukutan daerah
(cm) 10 7 10 8 10 7 10 8 10 10 8 7 7 8 10 10
Tabel 3.3. Ukuran teras untuk M2
Arah 1/2 X 1/2 Y Z
Ukuran (cm) 38 38 76
Jumlah daerah 4 4 8
Jumlah Mesh 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2
Ukutan daerah
(cm) 10 9 10 9 10 9 10 9 10 10 9 9 9 9 10 10
Tabel 3.4. Ukuran teras untuk M3
Arah 1/2 X 1/2 Y Z
Ukuran (cm) 40 40 80
Jumlah daerah 4 4 8
Jumlah Mesh 5 4 5 6 5 4 5 6 2 2 2 2 2 2 2 2
Ukuran daerah
(cm) 10 8 10 12 10 8 10 12 10 10 10 10 10 10 10 10
Tabel 3.5. Ukuran teras untuk M4
Arah 1/2 X 1/2 Y Z
Ukuran (cm) 42 42 84
Jumlah daerah 4 4 8
Jumlah Mesh 6 2 6 6 6 2 6 6 2 2 2 2 2 2 2 2
Ukuran daerah
(cm) 12 8 10 12 12 8 10 12 12 10 10 10 10 10 10 12
Tabel 3.6. Ukuran teras untuk M5
Arah 1/2 X 1/2 Y Z
Ukuran (cm) 45 45 90
Jumlah daerah 4 4 8
Jumlah Mesh 6 2 6 6 6 2 6 6 2 2 2 2 2 2 2 2
Ukuran daerah
(cm) 12 7 12 14 12 7 12 14 9 12 12 12 12 12 12 9
Keterangan : contoh untuk M5
Teras arah ½ X (½ geometri teras): lebar 50 cm terdiri dari 4 daerah
Daerah ke 1 : 12 cm dibagi dalam 6 mesh
Daerah ke 2 : 7 cm dibagi dalam 2 mesh
Daerah ke 3 : 12 cm dibagi dalam 6 mesh
Daerah ke 4 : 14 cm dibagi dalam 6 mesh
Sehingga teras arah X terdiri dari 20 mesh
Variasi model teras berbentuk geometri kubus tiga dimensi reaktor LMFBR
ini tetap dijaga berukuran kecil, yang dapat dipindah-pindahkan.
3.2. Prosedur Perhitungan Termal-Hidrolik
Gambar 3.2. Model untuk perhitungan pipa panas dan pipa dingin
(Sumber : Fitriyani, 2006)
Gambar 3.2 menunjukkan model sederhana untuk perhitungan di pipa
panas dan pipa dingin. Dalam arah h, kontribusi pipa panas dan pipa dingin pada
penurunan tekanan secara keseluruhan dapat dihitung melalui Persamaan 3.1 dan
3.2.
𝑃𝑑,ℎ𝑝 = 𝜌ℎ𝑔 ℎℎ𝑝 (3.1)
𝑃𝑑,𝑐𝑝 = 𝜌𝑐𝑔 ℎ𝑐𝑝 (3.2)
Pd,hp = penurunan tekanan dari pipa panas
Pd,cp = penurunan tekanan dari pipa dingin
ρc = densitas fluida pada pipa dingin
ρh = densitas fluida pada pipa panas
hhp = tinggi pipa panas
hcp = tinggi pipa dingin
Keseimbangan tekanan di dalam sistem secara keseluruhan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝑝𝑢𝑚𝑝 = 𝑃𝑑𝑟,𝑐𝑜𝑟𝑒 + 𝑃𝑑,ℎ𝑝 − [𝐷ℎ𝑒𝑎𝑑,𝑃𝑆𝐺 − 𝑃𝑑𝑟,𝑃𝑆𝐺 + 𝑃𝑑,𝑐𝑝 ] (3.3)
dengan Pdr = penurunan tekanan
Dhead-SG = driving head di SG
Ppump = tekanan pompa
3.3. Diagram Alir Simulasi
Gambar 3.3. Diagram alir simulasi termal-hidrolik kondisi normal
Input data
termohidroli
k
Perhitungan termal-hidrolik
kondisi steady state di Teras
Set flow
total + tebak
pola orifis
teras
Perhitungan termal-hidrolik kondisi
steady state di Generator Uap
Perhitungan penurunan
tekanan diseluruh sistem
Selesai
Tampilkan dalam
bentuk grafik
distribusi temperatur
Mulai
Variasi
ukuran teras
reaktor
Gambar 3.4. Diagram alir simulasi termal-hidrolik kondisi kecelakaan
Input data
termal-
hidrolik
Perhitungan termal-hidrolik
kondisi steady state di Teras
Variasi laju
alir total
pendingin
Perhitungan termal-hidrolik kondisi
steady state di Generator Uap
Perhitungan penurunan
tekanan diseluruh sistem
Selesai
Tampilkan dalam bentuk grafik
distribusi temperatur terhadap
penurunan flow total dan pressure
drop terhadap penurunan flow total
Mula
Variasi
ukuran teras
reaktor
Secara garis besar diagram alir Gambar 3.3 dan Gambar 3.4 dari seluruh
perhitungan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Setelah membaca input data dan beberapa persiapan lainnya, dengan
menggunakan data fluks neutron (dihitung menggunakan persamaan difusi)
dapat ditentukan distribusi rapat daya nuklir di teras.
2. Pada Gambar 3.3 yang merupakan diagram alir kondisi normal, laju aliran
pendingin mula-mula diatur sebesar 4000 kg/s.
3. Serangkaian perhitungan termal-hidrolik pada kondisi tunak. Dengan
menentukan terlebih dahulu diameter hidrolik dan nilai laju alir pendingin
total yang melintasi teras, melalui Persamaan (2.16), (2.18) dan (2.17)
secara berturut-turut dapat ditentukan bilangan Peclet, bilangan Nusselt dan
koefisien transfer panas. Selanjutnya yaitu menghitung distribusi
temperatur pada cladding bagian luar, cladding bagian dalam, pelet di
permukaan cladding dan temperatur pelet di bagian pusat pin. Menghitung
harga penurunan tekanan untuk masing-masing kanal dengan menggunakan
Persamaan (2.19) dan (2.20) yang merupakan penurunan tekanan akibat
faktor friksi dan faktor bentuk untuk kemudian di dapatkan penurunan
tekanan total. Melalui metode iterasi, penurunan tekanan pada masing-
masing kanal di perbandingkan, bila satu sama lain masih berbeda maka
kembali mengatur aliran di teras hingga penurunan tekanan pada setiap
kanal bernilai seragam.
4. Selanjutnya perhitungan termal-hidrolik pada generator uap. Menghitung
luas kanal yang dialiri pendingin dan garis keliling yang terbasahkan
sehingga diperoleh diameter hidrolik dari Persamaan (2.9) untuk kemudian
ditentukan bilangan Reynold, bilangan Prandtl dan bilangan Peclet serta
menghitung penurunan tekanan untuk seluruh sistem.
5. Pada Gambar 3.4 yang merupakan diagram alir untuk kondisi kecelakaan
dilakukan dengan memvariasikan laju alir total pendingin sepanjang teras
untuk menyelidiki tingkat sirkulasi alamiah sistem.
6. Serangkaian perhitungan diatas diulang untuk tiap variasi ukuran teras
reaktor.
7. Hasil perhitungan akan ditampilkan dalam bentuk grafik distribusi
temperatur dan grafik penurunan tekanan terhadap laju aliran total
pendingin. Tingkat sirkulasi alamiah dapat diketahui dari grafik
perpotongan antara penurunan tekanan dan driving head sebagai fungsi dari
laju alir total.
3.4 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan (2010) Bulan (2011)
VIII IX X XI XII I II III IV V VI
1. Survei
literatur
2. Perizinan ke
jurusan fisika
3. Pengenalan
pemograman
8. Penulisan
proposal
9. Seminar
proposal
10. Pengolahan
data program
11. Analisa data
12. Penulisan
laporan
13. Sidang TA
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Agostini, P dan Bertacci, G., 2002, Natural Circulation of Lead-Bismuth in One-
Dimensional Loop: Experiment and code predictions, Proceedings of 10th
International Conference on Nuclear Engineering, Arlington, 14-18
Arisa, D., 2007, Analisis Pembiakan(Breeding) Plutonium-239 pada Reaktor
Pembiak Cepat Berpendingin Logam Cair (LMFBR) dengan Variasi
Geometri Teras dan Ukuran Teras Reaktor, Skripsi, Jurusan Fisika,
UNAND, Padang
Basri, A., 2010, Pengaruh Geometri Teras Terhadap Transmutasi Bahan Bakar
Pada Reaktor Pembiak Cepat Dengan Siklus Bahan Bakar Tertutup,
Skripsi, Jurusan Fisika, UNAND, Padang
Chang, J-E dan kune Y.S., 2000, Natural Circulation Heat Transfer Analysis for A
Liquid Metal Reactor, Proceedings of 8th I International Conference on
Nuclear Engineering, Baltimore, MD, USA, 2-6
Duderstadt, J.J. dan Hamilton, L.J., 1978, Nuclear Reactor Analysis, John Wiley
& Sons, Inc., Kanada
Fitriyani, D., 2006, Studi Disain Reaktor daya Nuklir Berbasis Kapal, Disertasi,
Departemen Fisika, Institut Teknologi Bandung (ITB)
Handayani, T., 2010, Disain Kode Komputasi Analisis Burnup 3 Dimensi pada
Reaktor Pembiak Cepat, Skripsi, Jurusan Fisika, UNAND, Padang
Kadir, A., 2001, Dasar Pemograman Delphi 5.0 jilid 1, Andi Yogyakarta,
Yogyakarta
Krane, K.S., 1988, Introductory Nuclear Physics, John Wiley & Sons Inc., new
York
Novitrian dan H.Sofue., 2004, Study on Pb-Bi natural Circulation Phenomena,
INES-1, Tokyo-japan, 1-4
Reaktor Pembiak Cepat, Ensiklopedi Teknologi Nuklir, BATAN
Reynold, W.C. dan Henry, C.P., 1996, Termodinamika Teknik, Erlangga, Jakarta
Takahashi, M., 2004, Conceptual Design And R&D Of Steam Lift Pump Type
Lead-Bismuth Colled Boiling Water Small Fast Reactor, COE-INES
Newsletter, Vol 1 No.6
Waltar A.E. dan Reynolds, A.B., 1981, Fast Breeder Reactors, Pergamon Press,
New York
Welty, J.R (et all), 2004, Dasar-dasar Fenomena Transport, volume 2 transfer
panas edisi ke-4, Erlangga, Jakarta