SK Juklak Manlitbang - Badan Tenaga Nuklir Nasional - Home · Nasional Akreditasi Pranata...

103
BATAN - 1 - KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 093/KA/IV/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN MANAJEMEN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, PEREKAYASAAN, DISEMINASI, DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI NUKLIR KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka memberi petunjuk dalam melaksanakan Peraturan Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman Manajemen Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, dan Diseminasi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Nuklir dipandang perlu ditetapkan Keputusan Kepala BATAN tentang Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, Diseminasi dan Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Nuklir. Mengingat : 1. 2. 3. 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4700); Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4406); Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Penelitian Dan Pengembangan Oleh Perguruan Tinggi Dan Lembaga Penelitian Dan Pengembangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4497); Peraturan Pemerintah Nomor 6Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Transcript of SK Juklak Manlitbang - Badan Tenaga Nuklir Nasional - Home · Nasional Akreditasi Pranata...

BATAN

- 1 -

KEPUTUSAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

NOMOR : 093/KA/IV/2009

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN MANAJEMEN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, PEREKAYASAAN,

DISEMINASI, DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI NUKLIR

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

Menimbang : bahwa dalam rangka memberi petunjuk dalam melaksanakan Peraturan

Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman Manajemen

Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, dan Diseminasi Ilmu

Pengetahuan Dan Teknologi Nuklir dipandang perlu ditetapkan

Keputusan Kepala BATAN tentang Petunjuk Pelaksanaan Manajemen

Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, Diseminasi dan Penguatan

Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Nuklir.

Mengingat : 1.

2.

3.

4.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia 4700);

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4406);

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih teknologi

Kekayaan Intelektual Serta Hasil Penelitian Dan Pengembangan Oleh

Perguruan Tinggi Dan Lembaga Penelitian Dan Pengembangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4497);

Peraturan Pemerintah Nomor 6Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

BATAN

- 2 -

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

4609);

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4664);

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor

Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 106,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4668);

Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga

Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;

Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Peraturan

Presiden Nomor 95 Tahun 2007;

Keputusan Presiden Nomor 16/M Tahun 2007;

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah;

Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 111/M/2005

tentang Kebijakan Strategis Nasional (Jakstranas) Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi;

Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 04/M/PER/III/2007

tentang Tata Cara Pelaporan Kekayaan Intelektual, Hasil Kegiatan

Penelitian dan Pengembangan, dan Hasil Pengelolaannya;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara

Pelaksanaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan

Barang Milik Negara;

BATAN

- 3 -

15.

16.

Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003

tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah;

Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 161/KA/XII/2006

tentang Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara Badan Tenaga Nuklir Nasional;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERTAMA : Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Penelitian, Pengembangan,

Perekayasaan, Diseminasi, dan Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi Nuklir selanjutnya disebut Juklak Manlitbang, sebagaimana

tersebut dalam Lampiran I, II, dan III Keputusan ini.

KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 27 April 2009

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

HUDI HASTOWO

Salinan sesuai dengan aslinya,

Plh. Kepala Biro Kerjasama, Hukum,

dan Hubungan Masyarakat

Haris Sutarta

BATAN

LAMPIRAN I KEPUTUSAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

NOMOR : 093/KA/IV/2009

TANGGAL : 27 April 2009

PETUNJUK PELAKSANAAN

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN MANAJEMEN LITBANGYASA IPTEK NUKLIR

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kemampuan iptek nasional perlu terus dikembangkan dalam rangka peningkatan daya

saing dan kemandirian bangsa serta mempercepat pencapaian tujuan nasional. Pembangunan

kemampuan iptek nasional diarahkan untuk meningkatkan kapasitas nasional dalam

penguasaan pengembangan dan pemanfaatan iptek bagi peningkatan daya saing industri serta

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Searah dengan tujuan pembangunan dan

kemampuan iptek nasional maka potensi iptek nuklir dan sumberdaya litbang yang tersedia di

BATAN juga harus dikelola dan didayagunakan, serta pemanfaatannya diarahkan untuk

menghasilkan produk barang dan jasa teknologi serta informasi yang sangat diperlukan untuk

mengatasi berbagai masalah pembangunan.

Pelaksanaan program pengembangan dan pemanfaatan iptek nuklir perlu diatur dengan

sistem tata laksana yang baku, sehingga penyelenggaraan kegiatan litbangyasa iptek nuklir

dapat berlangsung secara efisien, efektif dan terukur dengan berkeselamatan dan keamanan

yang handal serta mampu menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat untuk

mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk itu ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan

(Juklak) sebagai acuan pengelolaan program dan penyelenggaraan kegiatan penelitian,

pengembangan, dan perekayasaan. Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Penelitian

Pengembangan dan Perekayasaan Iptek Nuklir yang selanjutnya disingkat Petunjuk

Pelaksanaan Manajemen Litbangyasa adalah pelaksanaan dari Peraturan Kepala BATAN Nomor

BATAN

- 2 -

101/KA/VI/2007 tanggal 28 Juni 2007 tentang Pedoman Manajemen Penelitian,

Pengembangan, Perekayasaan dan Diseminasi Iptek Nuklir.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Litbangyasa ini adalah sebagai

acuan kerja bagi setiap unit kerja BATAN dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan,

monitoring evaluasi dan pengawasan serta pelaporan kegiatan litbangyasa iptek nuklir.

Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Litbangyasa ini disusun dengan tujuan untuk:

� Mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya litbang yang ada untuk mempercepat

tercapainya hasil dan tujuan iptek nuklir dalam menunjang pembangunan nasional;

� Menghasilkan produk litbangyasa iptek nuklir yang bermutu, berkeselamatan dan

keamanan yang handal serta berwawasan lingkungan, dengan cara efisien, efektif dan

terukur;

� Menstimulasi kegiatan litbangyasa iptek nuklir untuk menghasilkan produk yang bernilai

dan bermanfaat bagi masyarakat luas serta menunjang pembangunan nasional;

� Meningkatkan kompetensi pelaku litbangyasa pada tingkat nasional dan internasional.

I.3. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Petunjuk Pelaksanaaan Manajemen Penelitian, Pengembangan dan

Perekayasaan difokuskan pada:

� Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyusunan program dan kegiatan litbangyasa.

� Tata cara penyiapan dan perencanaan usulan kegiatan litbangyasa oleh unit kerja

penanggung jawab kegiatan.

� Proses evaluasi kelayakan usulan kegiatan oleh Peer Group yang ditetapkan dengan Surat

Keputusan Kepala BATAN.

� Pelaksanaan Litbangyasa, memuat bentuk kegiatan, luaran dan pemanfaatan, arah

kegiatan dan unit kerja pelaksana.

� Monitoring evaluasi pengawasan dan pengendalian kegiatan secara internal oleh unit kerja.

� Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Litbangyasa.

BATAN

- 3 -

I.4. Sistematika

Dokumen Juklak Manajemen Litbangyasa disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan

sistematika.

BAB II Persyaratan Pelaksanaan Litbangyasa, memuat persyaratan yang harus diperhatikan

dalam penyiapan dan penyusunan usulan kegiatan.

BAB III Penyiapan Usulan Kegiatan, memuat tata cara yang harus dilaksanakan oleh unit

kerja penanggung jawab kegiatan dalam menyiapkan, merumuskan dan

mengusulkan kegiatan litbangyasa.

BAB IV Pelaksanaan Litbangyasa, memuat bentuk kegiatan, bentuk luaran dan

pemanfaatan, arah kegiatan, ruang lingkup dan unit kerja pelaksana serta

pengorganisasian dari kegiatan litbangyasa.

BAB V Hasil Litbangyasa dan Pelaporan, memuat ketentuan mengenai produk litbangyasa

serta jenis laporan yang harus disiapkan oleh penanggung jawab dan koordinator

kegiatan, sistem verifikasi dan pengesahannya.

BAB VI Penutup, memuat esensi dan harapan ditetapkannya Juklak Manajemen

Litbangyasa.

BATAN

- 4 -

BAB II

PERSYARATAN PELAKSANAAN LITBANGYASA

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Manajemen Litbangyasa memuat ketentuan atau

persyaratan dalam pelaksanaan kegiatan litbangyasa. Persyaratan ini diperlukan agar setiap

kegiatan litbangyasa di BATAN dijiwai oleh semangat yang memancar dari cita-cita atau visi

organisasi, serta pelaksanaannya dilandasi oleh prinsip dan nilai-nilai yang telah diformulasikan

dalam Renstra BATAN 2004-2009 Revisi 1. Selain itu Juklak Manajemen Litbangyasa juga harus

menjadi dasar pelaksanaan kegiatan litbangyasa sebagaimana telah dirumuskan dalam maksud

dan tujuan Pedoman Manlitbang yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala BATAN No.

101/KA/VI/2007.

II.1. Persyaratan Pelaksanaan Litbangyasa

Persyaratan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan litbangyasa di BATAN

adalah sebagai berikut:

1. Keselamatan bagi pelaksana, masyarakat dan lingkungan.

Semua kegiatan iptek nuklir dilaksanakan secara profesional dengan mengutamakan prinsip

keselamatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan. Tujuan dari Juklak Manajemen

Litbangyasa Iptek Nuklir adalah agar pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan

pemanfaatan iptek nuklir direncanakan sesuai dengan prosedur, sehingga menghasilkan

produk litbangyasa yang bermutu dan berkeselamatan serta keamanan yang handal.

2. Sistem Manajemen Mutu Nuklir.

Penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian program dan

kegiatan litbangyasa dilaksanakan dengan menerapkan sistem manajemen mutu agar

berkeselamatan dan keamanan yang handal, efisien, efektif dan bermutu sehingga

memberikan kepuasan kepada pelanggan dan masyarakat.

Juklak tentang penerapan sistem manajemen mutu diperlukan untuk menjamin agar

program dan kegiatan iptek nuklir dilaksanakan dengan selamat dan aman bagi pelaksana,

masyarakat, dan lingkungan serta menghasilkan produk yang bermutu. Juklak sistem

manajemen mutu nuklir mengacu pada Sistem Manajemen Mutu Nuklir BATAN cq. PSJMN

(Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir), sebagai bukti bahwa sistem manajemen

mutu telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Untuk memenuhi ketentuan

BATAN

- 5 -

tersebut masing-masing unit kerja diharuskan terakreditasi sistem manajemen mutu sesuai

dengan lingkup kegiatan, akreditasi eksternal BATAN oleh pihak luar yaitu KNAPPP (Komisi

Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan) dan KAN (Komisi Akreditasi

Nasional) dan internal BATAN oleh PSJMN.

3. Pemanfaatan Iptek Nuklir.

Program dan kegiatan litbangyasa disusun berdasarkan RPJPN, RPJMN, ARN, Renstra

BATAN, dan Renstra Unit Kerja. Kegiatan litbangyasa yang dilaksanakan di BATAN harus

berkaitan dengan pemanfaatan iptek nuklir, dengan tujuan agar iptek nuklir dapat

memberikan dukungan nyata terhadap pelaksanaan pembangunan nasional, antara lain di

bidang pangan, energi, pelayanan kesehatan, pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan.

4. Kesesuaian dengan Tugas dan Fungsi Unit Kerja.

Setiap kegiatan litbangyasa harus diusulkan dalam bentuk Usulan Kegiatan dan mendapat

persetujuan dari Pejabat Eselon II. Usulan kegiatan adalah penjabaran dari Renstra BATAN

atau Renstra Unit Kerja. Dengan demikian setiap kegiatan litbangyasa di BATAN harus

berkontribusi kepada pencapaian target/sasaran program Batan atau kegiatan unit kerja.

Setiap kegiatan litbangyasa yang diusulkan untuk memperoleh pendanaan dari pihak

eksternal (nasional maupun internasional) harus sesuai dengan tugas dan fungsi (tusi) unit

kerja dan harus mendapat persetujuan Kepala Unit Kerja.

5. Verifikasi dan Evaluasi Kelayakan Kegiatan Litbangyasa.

Setiap kegiatan litbangyasa iptek nuklir harus telah dinyatakan layak dari aspek teknis

ilmiah, administrasi, dan keselamatan oleh unit kerja pengusul dan Tim yang ditunjuk oleh

Kepala BATAN.

6. Kontrak Riset (Research Contract) dengan Pihak Eksternal.

Kegiatan litbangyasa yang didanai oleh pihak eksternal dalam lingkup Nasional (misalnya

Program Insentif Riset KNRT) dan Badan-badan Internasional (misalnya IAEA, JICA, IFS

dan sebagainya) dalam bentuk proposal riset kompetitif/kontrak riset harus sesuai dengan

tusi unit kerja dan disetujui oleh Kepala Unit Kerja serta dilaporkan ke Biro Perencanaan

(BP). Dengan demikian program kerja sama dalam riset kontrak dengan pihak eksternal

harus merupakan bagian dari program BATAN secara menyeluruh.

BATAN

- 6 -

Kegiatan riset kontrak atau kerja sama penelitian yang tidak berkaitan dengan tusi

unit kerja (spin off) diperlakukan sebagai layanan jasa teknik dan penelitian. Tata cara

layanan jasa teknik dan penelitian diatur di dalam Juklak Manajemen Diseminasi Hasil

Litbangyasa

7. Juklak Manajemen Litbangyasa ini merupakan satu kesatuan dengan Juklak Manajemen

Diseminasi dan Juklak Kelembagaan yang saling melengkapi.

II.2. Pentahapan Pelaksanaan Litbangyasa

II.2.1. Mekanisme Perencanaan Program/Kegiatan Litbangyasa

1. Kepala BATAN menetapkan dan menyampaikan kebijakan umum dan program

utama BATAN untuk 2 (dua) tahun mendatang sesuai dengan Rencana Kerja

Pemerintah (RKP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), serta rencana tindak

pelaksanaan program dan anggaran untuk 1 (satu) tahun berikutnya dalam rapat

koordinasi Eselon I dan II.

2. Eselon I (Deputi dan Sestama) merumuskan kebijakan tentang program

prioritas dan penunjang yang memuat pokok-pokok program dan kegiatan

tahunan sebagai acuan penyusunan rencana kegiatan tahunan unit kerja.

3. Kepala Unit Kerja Eselon II mengajukan usulan kegiatan dan rencana kerja

disertai dengan rencana anggaran untuk 2 (dua) tahun mendatang

berpedoman pada kebijakan umum, program utama, Renstra BATAN, program

prioritas dan penunjang sebagaimana tercantum dalam Renstra Unit Kerja

Eselon II. Usulan kegiatan dari unit kerja Eselon II dirumuskan dan disusun

dalam format baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan.

4. Usulan kegiatan terdiri dari beberapa sub kegiatan dan setiap sub kegiatan

dapat terdiri dari beberapa unit penelitian maupun non penelitian

5. Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada butir 3 dibahas

dalam forum rapat koordinasi masing-masing Unit Kerja Eselon I.

6. Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada butir 4 serta

Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) merupakan bahan masukan

dalam Rapat Kerja Tahunan, untuk ditetapkan sebagai Rancangan Rencana

Kerja BATAN.

BATAN

- 7 -

7. Rancangan Rencana Kerja sebagaimana dimaksud pada butir 5 memuat

Kebijakan, Program, Kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja, dan biaya yang

dibutuhkan, disusun dalam format baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan.

8. Rancangan Rencana Kerja BATAN akan menjadi pedoman untuk penetapan

pagu indikatif oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Departemen Keuangan

dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang kemudian

akan disahkan menjadi pagu sementara oleh DPR.

9. Kepala BATAN melalui Kelompok Pakar (Peer Group) menilai semua usulan

kegiatan unit kerja Eselon II berdasarkan pagu indikatif dengan berpedoman

pada dokumen perencanaan BATAN (Grand Strategy), Renstra BATAN, Renstra

Unit Kerja Eselon II, dan rekomendasi hasil rapat kerja tahunan sebagaimana

dimaksud dalam butir 5.

II.2.2. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Litbangyasa

1. Usulan kegiatan yang telah mendapat rekomendasi Kelompok Pakar (Peer

Group) dijadikan acuan dalam menyusun RKA Satuan Kerja (Satker).

2. Satker menyusun RKA berdasarkan pagu sementara, Standar Biaya Umum

(SBU), Standar Biaya Khusus (SBK), Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) yang

dilengkapi dengan Rincian Anggaran Biaya (RAB), Kerangka Acuan (Term of

Reference/TOR), dan data dukung lainnya disampaikan kepada Biro

Perencanaan. RAB memuat besar anggaran diantaranya terdiri dari bahan,

biaya orang/bulan, dan peralatan (mesin/jam).

3. Biro Perencanaan menghimpun dan menganalisis RKA Satker untuk disusun

menjadi konsep Rencana Kerja dan Anggaran Kementrerian Lembaga (RKA-KL)

BATAN, selanjutnya bersama Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Departemen

Keuangan dan Bappenas melakukan penelaahan konsistensi kesesuaian

anggaran dan kesesuaian program dengan RKP sebagai konsep DIPA.

4. Biro Perencanaan bersama Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB)

Departemen Keuangan melakukan penelaahan kesesuaian satuan anggaran

pada konsep DIPA dan selanjutnya disahkan menjadi DIPA.

BATAN

- 8 -

II.2.3. Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Litbangyasa

1. Setelah RKA-KL dibagikan oleh kepala BATAN kepada kepala satuan kerja,

maka setiap kepala satuan kerja wajib menyusun POK untuk memperlancar

pelaksanaan kegiatan dan dilaksanakan mengikuti peraturan perundangan yang

berlaku.

2. POK yang telah disusun disampaikan kepada Deputi terkait/Sekretaris Utama

melalui Biro Perencanaan untuk memperoleh persetujuan, menggunakan format

baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan

3. Kepala Satker wajib menunjuk dan menetapkan pejabat pengelola anggaran

sebagaimana diatur dalam Perka BATAN tentang Pedoman Penyusunan dan

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BATAN.

4. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran diperlukan adanya

perubahan kegiatan dan sasaran, maka kepala Satker wajib merevisi dokumen

anggaran (POK maupun DIPA), sebagaimana diatur dalam Prosedur Pengajuan

Usulan Revisi DIPA dan POK BATAN (Buku Seri D Nomor 19/D1/KU 00/Tahun

2007).

II.2.4. Laporan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran

1. Laporan/Kegiatan Litbangyasa

Laporan kegiatan penelitian/non penelitian yang disusun untuk kepentingan

pemantauan, pengendalian, dan evaluasi harus dilengkapi dengan:

a. Laporan triwulan kegiatan penelitian/non penelitian dari masing-masing

pelaksana kegiatan disusun dalam format baku yang disiapkan oleh Biro

Perencanaan.

b. Kepala Unit Kerja Eselon II diwajibkan menyusun laporan penelitian/non

penelitian triwulan dan tahunan, menggunakan format baku yang disiapkan

ke Biro Perencanaan.

c. Laporan penelitian/non penelitian sebagaimana dimaksud pada huruf b

disampaikan kepada Biro Perencanaan dengan tembusan kepada Deputi

terkait/Sekretaris Utama;

BATAN

- 9 -

d. Setiap akhir tahun penanggung jawab kegiatan penelitian/non penelitian

wajib membuat laporan teknis kegiatan disampaikan kepada Biro

Perencanaan melalui Kepala Unit Kerja Eselon II;

e. Pada awal tahun anggaran Kepala Unit Kerja Eselon II menyusun

penetapan kinerja sebagai dasar penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LAKIP);

f. Kepala Satker wajib menyampaikan Laporan Kinerja secara hirarkis setiap

triwulan untuk memenuhi PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan

laporan tahunan untuk memenuhi PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah kepada Pejabat Eselon I yang

terkait dan Biro Perencanaan dengan menggunakan format yang

ditentukan;

g. Kepala BATAN menyampaikan Laporan ringkas mengenai Kinerja Tahunan

kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN),

berupa ringkasan LAKIP (dengan tembusan kepada Menteri Negara Riset

dan Teknologi).

h. Kepala BATAN menyampaikan LAKIP kepada Presiden dan Wakil Presiden

dengan tembusan ke Menpan dan Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP).

2. Laporan Keuangan

Dalam rangka pertanggungjawaban keuangan yang dikoordinasikan oleh Biro

Umum, setiap lembaga (BATAN) wajib menyelenggarakan sistem akuntansi

dan menyusun laporan keuangan bulanan, triwulan, semester, dan tahunan

berupa Laporan Realisasi Anggaran dan neraca keuangan. Laporan keuangan

semester dilengkapi dengan Catatan Atas Laporan Keuangan dan Pernyataan

Tanggung Jawab, serta telah dilakukan review oleh Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK). Catatan: Khusus untuk Laporan Keuangan Bulanan, Biro

Perencanaan melakukan penyusunan laporan Realisasi Penggunaan Anggaran.

BATAN

- 10 -

II.2.5. Evaluasi Internal Pelaksanaan Kegiatan

Evaluasi internal pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh unit kerja. Kepala

unit kerja menunjuk Kepala Bidang/Bagian Tata Usaha untuk melakukan evaluasi

terhadap pelaksanaan kegiatan berdasarkan laporan kegiatan penelitian/non

penelitian yang dibuat oleh pelaksana kegiatan dan merekomendasikan tindak

lanjut terhadap hasil yang dilaporkan.

II.2.6. Pengawasan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Litbangyasa

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan Program/Kegiatan anggaran dilakukan oleh:

BPK, BPKP, Kepala BATAN, Deputi terkait/Sekretaris Utama, Kepala Satker dan

Inspektorat;

2. Kepala Satker melakukan pemeriksaan kas bendahara sekurang-kurangnya 3

(tiga) bulan sekali. Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam Berita Acara

Pemeriksaan Kas;

3. Pengawasan terhadap Satker dilaksanakan oleh Inspektorat berdasarkan surat

tugas dari Kepala BATAN. Setiap Satker wajib menyiapkan semua dokumen

yang diperlukan;

4. Inspektorat berkewajiban melakukan Evaluasi LAKIP Satker di lingkungan

BATAN.

5. Ruang lingkup pengawasan meliputi pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre-

audit), pengawasan saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan setelah

pelaksanaan (Post Audit). Pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre-audit)

mencakup:

a. perencanaan yang berkaitan dengan Tugas dan Fungsi yang dituangkan

dalam Rencana Strategis, Program, Kegiatan, Penetapan Kinerja, RKA,

Sasaran, dan Keluaran;

b. perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM);

c. perencanaan penyusunan anggaran, meliputi perencanaan usulan

kegiatan;

d. perencanaan pengadaan barang/jasa;

BATAN

- 11 -

6. Pengawasan saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan setelah

pelaksanaan (Post Audit) mencakup: pelaksanaan tugas dan fungsi, aspek

sumber daya manusia, aspek keuangan meliputi pengelolaan dan

penatausahaan keuangan negara penerimaan dan pengeluaran, aspek sarana

dan prasarana meliputi pengelolaan dan penatausahaan Barang Milik Negara

(BMN), proses pengadaan barang/jasa; dan metode kerja.

7. Inspektorat melakukan review atas laporan keuangan dan laporan kinerja

tahunan sebelum laporan tersebut disampaikan oleh Kepala BATAN kepada

instansi lain yang terkait;

8. Satker wajib melakukan tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksaan sesuai

dengan saran dan rekomendasi dalam Laporan Hasil Audit (LHA), Laporan

tindak lanjut hasil pemeriksaan dituangkan dalam laporan ini dan disampaikan

kepada Kepala BATAN dengan tembusan kepada Inspektorat dilengkapi dengan

data dukung.

II.3. Pendanaan

Sumber dana yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan litbangyasa berasal dari

APBN dan sumber-sumber lain yang diperoleh dengan cara outsourcing melalui program kerja

sama dengan luar negeri (IAEA, RCA, dll) atau dalam negeri (program insentif, kemitraan, dll)

sejauh tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip yang

digunakan dalam kerja sama kegiatan litbangyasa adalah kesetaraan dan saling

menguntungkan. Mekanisme pendanaan mengacu kepada Juklak Manajemen Penguatan

Kelembagaan Iptek Nuklir.

BATAN

- 12 -

BAB III

PENYIAPAN USULAN KEGIATAN

III.1. Persiapan dan Pengusulan

Persiapan dan pengusulan kegiatan litbangyasa di laksanakan sebagai berikut:

1. Data atau informasi dari RPJPN, RPJMN, KPJM, ARN, dan RKP dipakai peneliti sebagai

sumber acuan pembuatan program litbangyasa BATAN.

2. Kelompok peneliti di unit kerja menentukan beberapa judul kegiatan litbangyasa yang

terkait dengan Renstra BATAN/Kedeputian/Unit Kerja.

3. Pemilihan judul kegiatan litbangyasa dilakukan sesuai dengan sasaran utama/program

prioritas/arahan dan kebijakan pimpinan dan hasil rapat kerja BATAN.

4. Kelompok peneliti dari unit kerja menyusun proposal dokumen kegiatan litbangyasa dengan

memperhatikan tusi unit kerja masukan dari unit-unit kerja yang terkait, hasil kegiatan

tahun sebelumnya dan informasi pasar serta kegiatan litbangyasa lain yang terkait.

5. Proposal dokumen kegiatan litbangyasa diajukan ke Kepala Unit Kerja dengan

memperhatikan rekomendasi KPTP atau KPTF untuk disetujui dan disahkan selanjutnya

dikirim ke BP untuk dilakukan proses seleksi.

6. KPTP dan KPTF beranggotakan para pejabat fungsional peneliti dan non peneliti. Anggota

KPTP minimal telah menduduki jabatan fungsional yang setara dengan golongan IVa dan

berlatar belakang pendidikan minimal S1 eksakta. KPTF beranggotakan pejabat fungsional

dengan jabatan yang setara dengan golongan IIIc. KPTP dan KPTF diangkat dan

ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Unit Kerja.

7. Kepala kelompok adalah pejabat fungsional senior yang dipilih oleh Kepala Unit Kerja

dengan mempertimbangkan kompetensi/keahliannya. Kepala Kelompok diangkat dan

ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala BATAN.

III.2. Pemeriksaan/Seleksi

Pemeriksaan dan seleksi usulan kegiatan litbangyasa diperlukan untuk mengetahui

kelayakan dan tingkat keberhasilan dari usulan kegiatan yang diajukan. Pemeriksaan dan

penyeleksian kegiatan litbangyasa dilaksanakan sebagai berikut:

1. Proses seleksi usulan dokumen litbangyasa dari masing-masing unit kerja dilakukan oleh

peer group dan dikoordinasikan oleh BP;

BATAN

- 13 -

2. Peer group untuk penelitian yang dibiayai oleh DIPA BATAN ditunjuk oleh Kepala BATAN.

Sedangkan peer group untuk kegiatan riset kompetitif yang dibiayai oleh DIPA eksternal

BATAN ditunjuk oleh Kepala BATAN dengan mempertimbangkan kualifikasi anggotanya

yaitu minimal berpendidikan S2 eksakta dan minimal memiliki jenjang peneliti madya atau

setara.

3. Dokumen usulan kegiatan yang diperiksa minimal harus memuat hal utama sebagai

berikut: penggunaan SDM, alokasi waktu yang disediakan, sarana dan prasarana yang

tersedia dengan kondisi laik operasi, dana yang diperlukan, tujuan, sasaran, luaran, dan

dampak dari pemanfataan luaran dan metode penelitian yang dipakai;

4. Pemeriksa harus menilai tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengendalian kegiatan/penelitian yang diajukan, berdasarkan informasi atau data yang

dikemukakan pada Butir 3;

5. Pemeriksa juga harus menilai kelengkapan isi dokumen seperti tujuan, sasaran, hasil,

manfaat, indikator keberhasilan secara kualitatif dan kuantitatif;

6. Hasil pemeriksaan oleh peer group merupakan rekomendasi bagi Kepala BATAN untuk

menentukan kelayakan dari usulan kegiatan. Kepala BATAN menyampaikan hasil penilaian

kepada Kepala Unit Kerja Pengusul melalui BP;

7. Kepala Unit Kerja meneruskan hasil penilaian Kepala BATAN kepada para peneliti/pengusul

untuk diketahui atau ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi.

III.3. Persetujuan dan Pengesahan

Proses persetujuan serta pengesahan usulan kegiatan dilakukan berdasarkan hasil

seleksi yang dilakukan. Usulan kegiatan yang dinilai tidak layak diproses lanjut dikembalikan

kepada pengusul kegiatan melalui unit kerja. Tindak lanjut dari usulan kegiatan litbangyasa

yang layak adalah:

1. Perbaikan dan penyempurnaan proposal litbangyasa oleh peneliti, setelah mendapatkan

persetujuan dari Kepala Unit Kerja dikirim kembali ke BP.

2. Usulan kegiatan yang telah diperbaiki selanjutnya oleh BP disusun dan dirumuskan menjadi

Program Litbangyasa BATAN setelah ditandatangani Kepala BATAN.

BATAN

- 14 -

BAB IV

PELAKSANAAN LITBANGYASA

IV.1. Bentuk Kegiatan Litbangyasa

Kegiatan Litbangyasa dapat dilaksanakan di laboratorium, di lapangan, atau keduanya

melalui berbagai cara pendekatan, yaitu dengan pendekatan eksperimental, survei, pemodelan,

rancang desain dan rancang bangun. Berbagai cara pendekatan selalu diawali dengan

penyusunan dugaan teoritis atau hipotesis, dan asumsi. Setiap kegiatan litbangyasa bertujuan

untuk menghimpun data atau informasi yang diperlukan untuk membuktikan atau menguji

kebenaran atau ketidak-benaran dari hipotesis, dugaan, dan asumsi yang telah disusun pada

tahapan paling awal dari perancangan dan perencanaan kegiatan litbangyasa.

Pelaksanaan kegiatan litbangyasa dilakukan oleh pejabat fungsional teknis (peneliti,

perekayasa, pranata nuklir, dsb) dan pejabat fungsional penunjang (non teknis) yang

dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior atau pejabat fungsional yang ditunjuk. Yang

dimaksud pejabat fungsional dalam litbangyasa di antaranya meliputi pejabat fungsional teknis

yaitu peneliti, pranata nuklir, perekayasa, pengawas radiasi dan pejabat fungsional non teknis

sebagai penunjang seperti arsiparis, pustakawan dsb. Kegiatan litbangyasa di setiap unit kerja

harus mengacu pada dokumen perencanaan yang dituangkan dalam Program Litbangyasa

BATAN dan disahkan oleh Pejabat Eselon II BATAN. Pelaksanaan kegiatan litbangyasa yang

melibatkan unit kerja dari instansi lain harus dipayungi oleh aturan yang disepakati oleh para

pihak yang terkait, yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing, sebagaimana diatur di

dalam Juklak Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir.

IV.2. Bentuk Luaran dan Pemanfaatannya

Bentuk luaran kegiatan litbangyasa dan pemanfaatannya harus sudah dirumuskan sejak

awal dari perancangan dan perencanaan kegiatan litbangyasa. Bentuk luaran bergantung pada

kegiatan litbangyasa (penelitian dasar, terapan, pengembangan, atau perekayasaan) dan cara

pendekatan yang digunakan (eksperimental, survei, pemodelan, rancang desain dan rancang

bangun).

Bentuk luaran dan pemanfaatan hasil kegiatan litbangyasa dapat dilaksanakan dengan

berbagai cara, antara lain:

BATAN

- 15 -

• Informasi ilmiah yang diterbitkan sebagai publikasi ilmiah merupakan partisipasi nyata dari

para peneliti dan fungsional BATAN dalam pengembangan dan pemanfaatan iptek nuklir di

berbagai bidang kehidupan manusia.

• Informasi yang didokumentasikan dalam bentuk peta untuk dimanfaatkan dalam kebijakan

pengelolaan sumber daya alam di bidang nuklir.

• Penemuan (invensi) berupa proses atau cara baru dan produk yang dipatenkan untuk

dimanfaatkan dalam kegiatan industri agar lebih efisien, murah, dan memiliki daya saing

yang lebih tinggi.

• Informasi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas nasional dalam

mengembangkan dan memanfaatkan iptek nuklir di bidang energi, pertanian, industri,

pelayanan kesehatan, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.

• Metode atau cara baru yang dapat dimanfaatkan dan didayagunakan dalam pengoperasian

dan pemeliharaan perangkat nuklir.

• Prototipe atau produk baru yang masih perlu dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

• Paket teknologi yang siap didiseminasikan agar dapat dimanfaatkan oleh kalangan dunia

usaha dan masyarakat luas untuk meningkatkan produktivitas usaha dan daya saing.

• Produk baru misalnya varietas tanaman yang sudah teruji siap disebarluaskan agar bisa

dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan dan masyarakat luas untuk meningkatkan

produktivitas usaha. Penyebarluasan produk baru tersebut dilakukan melalui PDIN.

• Kemampuan BATAN untuk dimanfaatkan dalam melaksanakan layanan jasa penelitian

misalnya analisis kimia di bidang industri dan pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan serta pertanian dan layanan kesehatan, serta inovasi teknologi. Pelaksanaan

pemanfaatan kemampuan tersebut dikoordinasikan oleh PKTN.

IV.3. Arah Kegiatan Litbangyasa

Program dan kegiatan litbangyasa dilaksanakan dengan mengacu kepada Renstra

(BATAN, Kedeputian, Unit Kerja) dan kebijakan kepala BATAN dengan tujuan untuk

memperkuat enam pilar kompetensi BATAN yaitu:

� Aplikasi Teknologi Isotop dan radiasi (ATIR);

� Pembuatan Isotop dan Senyawa Bertanda (PISB);

BATAN

- 16 -

� Pengelolaan Limbah Radioaktif (PLR);

� Rekayasa dan Pembuatan Perangkat Instrumentasi Nuklir (RPPIN);

� Daur Bahan Bakar Nuklir (DBBN); dan

� Teknologi Reaktor Daya (TRD).

Penguatan pilar kompetensi BATAN diartikan untuk mengembangkan dan memperluas

pemanfaatan iptek nuklir dalam rangka meningkatkan peran dan kontribusi nyata BATAN dalam

mengatasi masalah pangan, energi, industri, pelayanan kesehatan, pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan.

IV.4. Ruang Lingkup dan Unit Kerja Pelaksana

Kegiatan litbangyasa di BATAN mencakup kegiatan sebagai berikut:

• Pemanfataan dan pengembangan teknologi isotop dan radiasi yang meliputi

pengembangan aplikasi teknologi isotop dan radiasi di bidang kebumian dan lingkungan;

pengembangan dan aplikasi teknologi isotop dan radiasi di bidang proses radiasi; dan

pengembangan dan aplikasi teknologi isotop dan radiasi di bidang pertanian. Kegiatan ini

terutama dilaksanakan oleh Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi.

• Penelitian dan pengembangan di bidang bahan industri nuklir, karakterisasi dan analisis

pengembangan teknologi pembuatan bahan polimer dan biomaterial untuk industri

kesehatan dan pertanian; dan penelitian dan pengembangan untuk mengatasi masalah

lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir.

• Penelitian dan pengembangan di bidang dosimetri, biomedika nuklir, kedokteran nuklir, dan

metrologi radiasi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Keselamatan dan

Metrologi Radiasi.

• Penelitian dan pengembangan di bidang teknologi akselerator, fisika nuklir, dan teknologi

proses bahan nuklir, dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan.

• Pengembangan teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka, meliputi pendayagunaan

dan pengembangan teknologi produksi radioisotop; pendayagunaan dan pengembangan

teknologi radiofarmaka; dan pendayagunaan serta pengembangan pemanfaatan dan

operasi siklotron. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka.

• Penelitian dan pengembangan di bidang fisika bahan, fisika dan termohidrolik reaktor, fisika

radiasi, dan lingkungan, serta instrumentasi nuklir, senyawa bertanda dan radiometri.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri.

BATAN

- 17 -

• Pengembangan teknologi pengelolaan limbah radioaktif, yang meliputi antara lain

pengembangan teknologi penyimpanan lestari dan mobilisasi limbah radioaktif;

pengembangan teknologi pengelolaan limbah, dekontaminasi dan dekomisioning fasilitas

nuklir, dan litbang radioekologi kelautan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi

Limbah Radioaktif.

• Perekayasaan di bidang perangkat nuklir, yang meliputi perekayaasaan elektromekanik

nuklir dan struktur serta rancang bangun sipil; perekayasaan instrumentasi kesehatan,

keselamatan nuklir, dan lingkungan; dan perekayasaan instrumentasi reaktor dan industri.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir.

• Pengembangan teknologi bahan bakar nuklir mencakup kegiatan: pengembangan teknologi

produksi bahan bakar nuklir dan daur ulang; pengembangan radiometalurgi dan analisis

fisiko kimia serta teknik uji pasca iradiasi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi

Bahan Bakar Nuklir.

• Pengembangan geologi dan teknologi pertambangan bahan galian nuklir; pelaksanaan

eksplorasi bahan galian nuklir dan penyelidikan geologi nuklir; pelaksanaan evaluasi

cadangan dan pengkajian penerapan teknik pertambangan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh

Pusat Pengembangan Geologi Nuklir.

• Pengembangan perencanaan sistem energi nasional opsi nuklir, pengembangan sistem dan

teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), pengkajian kelayakan tapak PLTN, dan

pengembangan alih teknologi PLTN. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan

Energi Nuklir.

• Pelaksanaan operasi reaktor riset dan pengolahan limbah; akuntansi bahan nuklir dan

pengelolaan elemen bahan bakar nuklir; pelaksanaan analisis dan pengkajian keselamatan

operasi reaktor riset dan keselamatan kerja. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Reaktor

Serba Guna.

• Penelitian dan pengembangan (litbang) fisika reaktor; termohidrolika reaktor;

pengembangan perisai radiasi; analisis keselamatan reaktor; analisis dan simulasi

kecelakaan reaktor serta pengembangan budaya keselamatan; pengkajian dan

pengembangan desain dari sistem dan teras reaktor generasi lanjut. Rangkaian kegiatan ini

dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir.

BATAN

- 18 -

IV.5. Pengorganisasian

Pengorganisasian dalam lingkup Unit Kerja Eselon II (Pusat) dalam juklak ini

didefinisikan secara sederhana sebagai upaya pembagian tugas dan tanggung jawab.

Pembagian tugas ini terdiri dari (i) pembagian tugas antara Kepala Unit Kerja (sebagai

penanggung jawab suatu kegiatan) dengan Kepala Bidang (penanggung jawab sub kegiatan).

Kepala Bidang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sub kegiatan dan diperlukan

pembagian tugas (ii) antara Kepala Bidang dengan Kepala Kelompok (Kepala Sub Bidang); dan

(iii) pembagian tugas antara Kepala Kelompok sebagai pemimpin pelaksana beberapa unit sub

kegiatan dengan penanggungjawab unit sub kegiatan penelitian.

Tanggung jawab dan tugas pokok dari Kepala Unit Kerja sebagai penanggung jawab

kegiatan adalah:

1. Kepala Unit Kerja bertanggung jawab terhadap kelancaran, keberhasilan dan keselamatan

dari pelaksanaan kegiatan litbangyasa BATAN dengan menerapkan sistem manajemen

mutu terpadu dan mengembangkan budaya keselamatan kerja dan keselamatan

lingkungan.

2. Kepala Unit Kerja selaku penanggung jawab kegiatan melaksanakan verifikasi dan telaahan

terhadap kelayakan usulan kegiatan baik dari aspek teknis ilmiah maupun anggaran.

Usulan kegiatan dari unit kerja dilaksanakan dengan menerapkan sistem manajemen mutu,

standar teknis (baik nuklir maupun non nuklir) dan standar non teknis. Untuk itu Kepala

Unit Kerja menetapkan petunjuk teknis (juknis) tentang sistem pengusulan dan penilaian

kelayakan kegiatan litbangyasa.

3. Kepala Unit Kerja mengesahkan dan menyampaikan usulan kegiatan litbangyasa kepada

Kepala BATAN melalui Kepala Biro Perencanaan sebagai bahan untuk penyusunan dan

perumusan Program Litbangyasa BATAN.

4. Mengkoordinasikan para penanggung jawab sub kegiatan (Kepala Bidang) dalam

penjabaran Program Litbangyasa BATAN ke dalam kegiatan dan sejumlah sub kegiatan unit

kerja.

5. Menjabarkan Progam dan Anggaran Litbangyasa BATAN yang telah ditandatangani Kepala

BATAN kedalam kegiatan unit kerja dengan mempertimbangkan usulan dan masukan dari

Kepala Bidang sebagai Penanggung Jawab sub kegiatan di unit kerja.

BATAN

- 19 -

6. Menjabarkan kegiatan dan anggaran unit kerja ke dalam sejumlah topik sub kegiatan

litbangyasa. Dalam pelaksanaannya Kepala Unit Kerja dapat membentuk Tim Ahli yang

terdiri dari para pejabat fungsional senior dalam wadah KPTP (Komisi Pembina Tenaga

Peneliti) atau KPTF (Komisi Pembina Tenaga Fungsional).

7. Kepala Unit Kerja menetapkan kegiatan litbangyasa yang diprioritaskan dan perlu dipacu

serta memantau secara ketat pelaksanaannya.

8. Mengkoordinasikan pengadaan bahan barang peralatan yang diperlukan untuk kegiatan

litbangyasa agar pelaksanaannya tepat waktu dan sesuai dengan spesifikasi sebagaimana

permintaan para pelaksana kegiatan.

9. Memfasilitasi terwujudnya kerja sama antar pelaksana kegiatan litbangyasa baik yang

berasal dari lingkungan unit kerjanya maupun yang berasal dari unit kerja lain di BATAN.

10. Kepala Unit Kerja bersama-sama dengan Kepala Bidang melaksanakan telaahan terhadap

potensi sumberdaya litbangyasa di dalam lingkup kewenangannya serta merancang strategi

dan cara pemanfaatannya dalam rangka meningkatkan kontribusi dan peran BATAN dalam

memecahkan berbagai masalah pembangunan.

11. Bersama-sama Kepala Bidang, Kepala Unit Kerja melakukan perencanaan pengadaan dan

pembinaan SDM untuk meningkatkan kapasitas unit kerja dan kinerja pelaksanaan kegiatan

litbangyasa.

12. Memastikan seluruh kegiatan litbangyasa nuklir dalam lingkup kewenangannya

diselenggarakan dengan menerapkan manajemen sistem mutu dan standar keselamatan

nuklir. Untuk itu Kepala Unit Kerja mempunyai tugas menyusun petunjuk teknis tentang

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan litbangyasa yang berada dalam lingkup

kewenangannya.

13. Melaksanakan monev serta wasdal secara konsisten (berkelanjutan) dan diselenggarakan

secara teratur (berkala) dengan tujuan agar dapat melakukan deteksi dan koreksi dini

terhadap penyimpangan kegiatan dari rencana yang telah ditetapkan dan disetujui.

14. Secara berkala menyampaikan laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan anggaran

litbangyasa kepada Kepala BATAN melalui Biro Perencanaan dan Inspektorat.

BATAN

- 20 -

Tanggung jawab dan tugas pokok Kepala Bidang adalah:

1. Kepala Bidang bertanggung jawab terhadap kelancaran dan keberhasilan serta

keselamatan pelaksanaan sub kegiatan di bidang yang dipimpin. Untuk itu Kepala Bidang

harus melakukan koordinasi dan sinkronisasi dalam pemakaian peralatan dan sarana

litbang lainnya oleh para peneliti baik yang berasal dari dalam unit kerja yang dia pimpin

maupun yang dari luar unit kerja.

2. Menyiapkan dan menyampaikan bahan masukan kepada Kepala Unit Kerja baik yang

bersifat ilmiah teknis maupun adminstratif untuk perencanaan dan penyusunan usulan

kegiatan dalam rangka penyusunan dan perumusan Program Litbangyasa BATAN.

3. Secara berkala memantau, mengendalikan, dan melaporkan pelaksanaan sub kegiatan baik

dari aspek teknis ilmiah, maupun administratif kepada Kepala Unit Kerja.

4. Mengelola dan memelihara peralatan, sarana, dan fasilitas kerja yang menjadi tanggung

jawabnya.

5. Membina dan mengembangkan kemampuan teknis ilmiah bawahannya.

Tanggung jawab dan tugas pokok Kepala Kelompok adalah:

1. Kepala Kelompok sebagai pemimpin dari pelaksana unit sub kegiatan litbangyasa

bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan beberapa unit kegiatan litbangyasa,

baik dari aspek mutu teknis ilmiah dari luaran maupun tertib administrasi pelaksanaan

anggaran.

2. Dengan dukungan dari para penanggungjawab unit sub kegiatan, Kepala Kelompok

menyiapkan, menyusun, dan menyampaikan usulan kegiatan litbangyasa kepada Kepala

Bidang sebagai bahan masukan untuk penyusunan usulan kegiatan unit kerja.

3. Bersama-sama penanggung jawab sub kegiatan, Kepala Kelompok menjabarkan kegiatan

litbangyasa di unit kerja menjadi sub kegiatan dan beberapa unit sub kegiatan.

4. Bersama-sama para penanggung jawab penelitian, Kepala Kelompok menyusun rencana

kerja, yang antara lain mencakup: menyusun jadwal dan pelaku setiap jenis unit sub

kegiatan; melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab dengan menganut asas

pemerataan; melakukan persiapan awal dengan melaksanakan pendataan terhadap sarana,

peralatan dan bahan penelitian yang sudah tersedia dan yang masih perlu disediakan.

BATAN

- 21 -

5. Kepala Kelompok melakukan pemantauan beberapa unit sub kegiatan litbangyasa dan

secara berkala menyampaikan laporan kemajuan kepada Kepala Bidang dan Kepala Unit

Kerja.

BATAN

- 22 -

BAB V

HASIL LITBANGYASA DAN PELAPORAN

V.1. Hasil Kegiatan Litbangyasa

Hasil atau produk kegiatan litbangyasa iptek nuklir antara lain berupa karya tulis ilmiah,

dokumen paten, prototip, serta proses teknik produksi dan layanan jasa teknologi. Hasil

litbangyasa tersebut diperoleh sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan maupun hasil

lain yang tidak tersebut dalam perencanaan kegiatan. Hasil litbangyasa perlu disebarluaskan

baik kepada masyarakat ilmiah maupun masyarakat pengguna hasil litbangyasa. Hasil kegiatan

Litbangyasa yang dianggap proven sebelum dimanfaatkan lebih lanjut harus dievaluasi oleh Tim

yang didukung oleh Eselon I Batan. Pemanfaatannya diusahakan agar optimal, aman, dan

berkelanjutan. Metode penyebarluasan, pemanfaatan, serta komersialisasi hasil litbangyasa

dilakukan mengikuti ketentuan dan mekanisme yang berlaku, dan diatur dalam Juklak

Manajemen Diseminasi Hasil Litbangyasa Iptek Nuklir.

Hasil kegiatan litbangyasa iptek nuklir yang berpotensi menjadi kekayaan intelektual,

pemanfaatannya diatur lebih lanjut dengan mengacu ketentuan yang berlaku. Pengaturan

pengusulan Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) dan paten dari kegiatan litbangyasa diatur

dalam Juklak Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir. Hasil kegiatan litbangyasa yang

masuk dalam salah satu kategori sebagai HKI (hak cipta/copy right, desain industri) menjadi

salah satu indikator penting keberhasilan lembaga litbang. Dalam pelaksanaan kegiatan

litbangyasa, selain produk litbangyasa yang telah direncanakan tidak tertutup kemungkinan

diperoleh hasil lain berupa peralatan dan sarana litbang lain yang harus diperlakukan sebagai

aset negara. Pengaturan dan pelaporan kepemilikan aset hasil kegiatan litbangyasa tersebut

dilakukan dengan mengacu pada aturan dan ketentuan yang berlaku.

V.2. Pelaporan

Pelaporan merupakan salah satu bentuk pengendalian kegiatan litbangyasa yang

bertujuan agar pelaksanaan kegiatan litbangyasa tetap berjalan pada jalur yang direncanakan.

Para pelaksana kegiatan litbangyasa wajib memberikan laporan sesuai dengan ketentuan dan

jadwal yang sudah ditetapkan. Sebagai bahan evaluasi, laporan kegiatan litbangyasa harus

memuat perkembangan atau kemajuan kegiatan dan hasil yang diperoleh, kesesuaian dengan

target dan jadwal yang direncanakan, realisasi penggunaan anggaran, permasalahan yang

BATAN

- 23 -

dihadapi dan upaya penyelesaiannya serta rencana kegiatan selanjutnya. Penyusunan laporan

kegiatan litbangyasa mengacu pada ketentuan berikut:

• Laporan kegitan litbangyasa terdiri dari laporan pelaksanaan kegiatan Triwulan I sampai

dengan IV dan Laporan Teknis Akhir Tahun, yang disusun berdasarkan format baku yang

telah ditentukan. Laporan Triwulan I sampai dengan IV menjelaskan kemajuan kegiatan

litbangyasa, kuantitas pencapaian dan hambatan dalam pelaksanaan.

• Laporan Triwulan I sampai dengan IV ditandatangani oleh penanggungjawab

penelitian/kegiatan.

• Kepala Kelompok atau Pejabat Eselon IV dan Kepala Bidang menandatangani laporan

triwulan tersebut sebagai persetujuaan bahwa penelitian/kegiatan telah dilakukan sesuai

dengan usulan yang diajukan.

• Ketua KPTF menandatangani laporan triwulan sebagai fungsi kendali bahwa

penelitian/kegiatan tersebut telah sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.

• Pejabat Eselon II menandatangani laporan triwulan tersebut sebagai tanda persetujuan

bahwa penelitian benar-benar telah dilaksanakan sesuai usulan dan mencapai target

sesuai dengan yang direncanakan.

• Laporan Teknis berisi hasil kegiatan litbangyasa yang terdiri dari judul, abstrak,

pendahuluan, metodologi, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran serta daftar

pustaka.

• Laporan Teknis dipresentasikan oleh penanggungjawab penelitian/kegiatan dalam forum

kolokium yang diselenggarakan di masing-masing unit kerja tingkat Eselon II. Dalam

forum tersebut laporan teknis dievaluasi oleh KPTF dan direkomendasikan kepada Pejabat

Eselon II apakah penelitian/kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan hasil yang

diinginkan serta layak untuk dipublikasikan. Setelah dilakukan penyempurnaan, KPTF

dapat merekomendasikan laporan teknis yang layak untuk dipresentasikan dalam seminar

nasional atau dimuat dalam jurnal ilmiah yang telah terakreditasi, atau untuk publikasi

lain yang sesuai.

BATAN

- 24 -

BAB VI

PENUTUP

Naskah tentang Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Manajemen Litbangyasa Iptek Nuklir ini

merupakan tata cara pelaksanaan Kebijakan Umum yang berlaku di BATAN, dijabarkan dari

Peraturan Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman Manajemen Penelitian,

Pengembangan, Perekayasaan, dan Diseminasi Iptek Nuklir.

Dokumen ini disusun sebagai petunjuk atau acuan bagi setiap unit kerja di BATAN dalam

penyiapan data dan informasi, penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, serta

pemantauan, evaluasi, pengawasan dan pengendalian kegiatan litbangyasa iptek nuklir.

Juklak ini disusun sebagai upaya BATAN dalam membangun dan mengembangkan

Sistem Manajemen Mutu Terpadu di dalam pelaksanaan program penelitian, pengembangan,

perekayasaan, dan diseminasi iptek nuklir agar setiap program litbangyasa dan diseminasi iptek

nuklir disusun berdasarkan suatu rencana yang realistik, dilaksanakan dengan mengutamakan

keselamatan, serta menghasilkan luaran dan produk bermanfaat bagi ilmu pengetahuan,

peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, daya saing nasional, serta

terbangunnya suatu citra positif di kalangan masyarakat awam tentang iptek nuklir dan BATAN.

Dengan demikian kebijakan operasional di setiap unit kerja dalam bentuk prosedur teknis atau

petunjuk teknis harus mengacu dan disusun berdasarkan petunjuk yang telah ditetapkan dalam

juklak ini.

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

HUDI HASTOWO

Salinan sesuai dengan aslinya,

Plh. Kepala Biro Kerjasama, Hukum,

dan Hubungan Masyarakat

Haris Sutarta

BATAN

LAMPIRAN II KEPUTUSAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

NOMOR : 093/KA/IV/2009

TANGGAL : 27 April 2009

PETUNJUK PELAKSANAAN

TENTANG

MANAJEMEN DISEMINASI HASIL LITBANGYASA IPTEK NUKLIR

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kebijakan dan program diseminasi iptek nuklir senantiasa perlu dikaji ulang dan

disesuaikan dengan dinamika dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial politik dan

budaya masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar kemajuan serta keberhasilan yang telah

dicapai dalam pembangunan dan pemanfaatan serta pendayagunaan iptek nuklir dapat

berkontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.

Kemajuan teknologi yang begitu pesat terutama teknologi informasi harus dimanfaatkan

semaksimal mungkin oleh BATAN dalam menumbuhkan serta meningkatkan pemahaman dan

penerimaan masyarakat terhadap iptek nuklir. Masih adanya pandangan yang tidak positif serta

kurangnya pemahaman sebagian masyarakat terhadap teknologi nuklir merupakan tantangan

utama BATAN untuk meningkatkan peran nyata iptek nuklir bagi peningkatan kesejahteraan

dan perbaikan kualitas hidup masyarakat melalui program pemanfaatan hasil litbangyasa

BATAN.

Untuk itu Peraturan Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman Manlitbang

perlu dijabarkan lebih lanjut dalam petunjuk pelaksanaan agar program diseminasi dapat

diselenggarakan secara optimal, efisien dan efektif serta terarah dan terukur sehingga secara

bertahap mampu meningkatkan pemahaman serta menumbuhkan persepsi yang benar dan

sikap positif masyarakat tentang program pemanfaatan dan pendayagunaan iptek nuklir bagi

peningkatan kesejahteraan dan perbaikan kualitas hidupnya.

BATAN

- 2 -

Petunjuk pelaksanaan (juklak) manajemen diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir ini

disusun dengan tetap mempertimbangkan dan memperhatikan keterkaitan dengan juklak

lainnya, yaitu juklak manajemen litbangyasa iptek nuklir yang merupakan petunjuk pelaksanaan

untuk menghasilkan dan mengembangkan produk litbangyasa iptek nuklir, serta juklak

manajemen penguatan kelembagaan iptek nuklir yang merupakan juklak pendukung

keberhasilan kegiatan litbangyasa dan diseminasi.

Program Manajemen Diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir terdiri dari program

penelaahan dan evaluasi hasil kegiatan litbangyasa, penyampaian informasi hasil kegiatan

litbangyasa, pendayagunaan hasil kegiatan litbangyasa, kemitraaan, inovasi, layanan jasa dan

pengelolaan informasi iptek nuklir.

I.2. Maksud dan Tujuan

Juklak Manajemen Diseminasi Hasil Litbangyasa Iptek Nuklir ini ditetapkan sebagai

pedoman kerja bagi semua unit kerja di lingkungan BATAN dalam perencanaan, persiapan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, pengawasan dan pengendalian serta pelaporan

pelaksanaan program diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir dalam rangka mendukung

keberhasilan pelaksanaan program Litbangyasa Iptek Nuklir, dengan tujuan untuk:

1. Meningkatkan kinerja program penelaahan dan evaluasi untuk menetapkan hasil

litbangyasa iptek nuklir yang layak dan siap untuk disebarluaskan, dimanfaatkan dan

didayagunakan oleh masyarakat.

2. Meningkatkan mutu penatalaksanaan layanan informasi dan diseminasi hasil litbangyasa

iptek nuklir.

3. Meningkatkan kerja sama antar lembaga dan layanan kepada masyarakat pengguna dalam

rangka memperluas pemanfaatan hasil litbangyasa BATAN.

4. Mengoptimalkan proses inovasi produk litbangyasa iptek nuklir disesuaikan dengan

kebutuhan dan keinginan masyarakat pengguna.

5. Meningkatkan pengelolaan dan sistem layanan informasi untuk mendukung penyebarluasan

hasil litbangyasa di bidang iptek nuklir.

I.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Diseminasi Hasil Litbangyasa Iptek

Nuklir meliputi penelaahan dan evaluasi teknis, penyampaian, pemanfaatan, kemitraan, inovasi,

layanan, dan pengelolaan informasi hasil litbangyasa iptek nuklir dan diuraikan sebagai berikut:

BATAN

- 3 -

• Penelaahan dan Evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan litbangyasa BATAN yang dianggap

layak dan telah siap disebarluaskan dan dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna.

• Penyampaian hasil litbangyasa BATAN melalui penyebarluasan informasi dan pendidikan

masyarakat (public information dan public education) secara profesional dan proporsional.

• Pemanfaatan hasil litbangyasa iptek nuklir yang terbukti (proven technology) sesuai

kebutuhan masyarakat.

• Pendayagunaan hasil litbangyasa BATAN yang terbukti (proven technology) untuk

mendukung pelaksanaan pembangunan dan peningkatan daya saing kegiatan ekonomi

masyarakat.

• Pembinaan jejaring kemitraan dengan lembaga, organisasi masyarakat dan para

pemangku kepentingan dengan tujuan memperluas pemanfaatan iptek nuklir .

• Inovasi hasil litbangyasa BATAN disesuaikan dengan tuntutan pasar dan masyarakat

pengguna.

• Layanan jasa iptek nuklir kepada masyarakat pengguna sekaligus untuk meningkatkan

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

• Pengelolaan sistem dan layanan informasi sebagai unsur pendukung penyebarluasan dan

pendayagunaan hasil litbangyasa iptek nuklir oleh masyarakat.

I.4. Sistematika

Penulisan Dokumen Juklak Manajemen Diseminasi Iptek Nuklir disusun dengan

sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan; memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, dan

sistematika.

BAB II Persyaratan Pelaksanaan Diseminasi; memuat ketentuan umum, kegiatan diseminasi,

organisasi pelaksana, tahapan pelaksanaan program diseminasi iptek nuklir,

pendanaan, sarana dan prasarana serta mitra kerja.

BAB III Tata Cara Pelaksanaan Diseminasi; memuat kegiatan penyampaian hasil litbangyasa,

kegiatan pendayagunaan hasil litbangyasa, kegiatan kemitraan, serta kegiatan

penyiapan bahan hubungan antar lembaga.

BAB IV Proses Evaluasi Kelayakan Diseminasi; memuat tahapan pengusulan, tahapan

pelaksanaan, dan kriteria evaluasi kegiatan diseminasi.

BAB V Pelaporan

BAB VI Penutup

BATAN

- 4 -

BAB II

PERSYARATAN PELAKSANAAN DISEMINASI

II.1. Ketentuan Umum

Kegiatan diseminasi litbangyasa iptek nuklir yang dilaksanakan harus mengacu kepada

Renstra Unit Kerja yang terkait sehingga terwujud kesinambungan antara kegiatan yang

direncanakan dengan kegiatan yang telah dilaksanakan. Untuk menjamin agar pelaksanaan

kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir bisa lebih terukur, efektif dan efisien maka

unit kerja pelaksana program diseminasi harus menyusun prosedur teknis yang mengatur

kegiatan penyampaian, pemanfaatan dan kemitraan hasil litbangyasa. Prosedur tersebut harus

disusun dan didiskusikan bersama dengan pejabat struktural/fungsional yang berasal dari unit

kerja penghasil produk litbangyasa dan di-review oleh suatu Tim yang ditunjuk dengan

melibatkan Biro Perencanaan.

II.2. Kegiatan Diseminasi

Dalam rangka meningkatkan peran nyata BATAN dalam kegiatan pembangunan, produk

litbangyasa iptek nuklir yang selama ini telah dihasilkan BATAN dan telah dikaji kelayakannya

perlu disampaikan kepada masyarakat dan dimanfaatkan oleh para pelaku ekonomi untuk

meningkatkan produktivitas, kualitas, dan daya saing produk usahanya sehingga mampu

meningkatkan penghasilan dan kesejahteraannya. Kegiatan diseminasi iptek nuklir memegang

peranan penting dalam proses alih teknologi dan pemanfaatan hasil litbangyasa BATAN oleh

para pengguna dan pelaku kegiatan ekonomi. Selain itu publikasi ilmiah hasil litbangyasa

BATAN secara reguler dikirim ke IAEA melalui International Nuclear Information System (INIS)

agar dapat di-shared dengan komunitas ilmiah dari negara lain (anggota INIS). Melalui Pejabat

Penghubung (liaison officer) INIS berkewajiban mendiseminasikan INIS ke masyarakat ilmiah

Indonesia agar dapat dimanfaatkan sebagai acuan litbangyasa.

Secara garis besar kegiatan diseminasi iptek nuklir dapat dibagi dalam 4 (empat)

kelompok kegiatan yaitu: 1). kelompok kegiatan penyampaian informasi tentang iptek nuklir

dan hasil litbangyasa, 2). kelompok kegiatan pendayagunaan hasil litbangyasa, 3). kelompok

kegiatan kemitraan iptek nuklir yang bersifat komersial, dan 4). Kelompok khusus kegiatan

diseminasi publikasi ilmiah hasil litbang iptek nuklir, khususnya diseminasi INIS-IAEA.

BATAN

- 5 -

Sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan diseminasi adalah:

1. Terselenggaranya kegiatan diseminasi iptek nuklir serta promosi hasil litbangyasa BATAN,

melalui kegiatan ceramah, seminar, diskusi panel dan dialog publik, gelar teknologi,

lokakarya, pameran, publikasi, dan program kunjungan masyarakat ke berbagai fasilitas

nuklir yang ada di BATAN dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan menumbuhkan

persepsi positif masyarakat tentang iptek nuklir.

2. Terselenggaranya kegiatan pendayagunaan dan alih teknologi hasil litbangyasa BATAN

kepada para pelaku usaha dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

perbaikan kualitas hidup masyarakat.

3. Terwujudnya jejaring kemitraan untuk komersialisasi hasil litbangyasa BATAN yang telah

teruji dan layak secara teknoekonomi.

4. Meningkatnya jumlah layanan teknologi nuklir dan meluasnya pemanfaatan hasil

litbangyasa iptek nuklir oleh mitra pengguna sebagai upaya untuk meningkatkan target

PNBP.

5. Terselenggaranya sistem dan layanan informasi iptek nuklir yang handal, memuat data

atau informasi terkini untuk menjaga mutu informasi demi kepuasan pelanggan, mudah

diakses dan dimanfaatkan baik oleh BATAN maupun masyarakat.

Untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, diperlukan strategi dengan cara pendekatan

berikut:

1. Pendekatan terpadu.

Kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir dilaksanakan bekerja sama dengan

instansi pemerintah, kalangan dunia usaha (swasta dan BUMN) serta organisasi

kemasyarakatan.

2. Pendekatan prioritas.

Kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir dilaksanakan melalui pemilihan sasaran

diseminasi secara cermat baik perorangan maupun kelompok/organisasi kemasyarakatan

yang mempunyai posisi strategis dan pengaruh yang luas sehingga mempercepat dan

memudahkan penyebaran informasi dan pendayagunaan hasil litbangyasa iptek nuklir oleh

masyarakat dan kalangan dunia usaha.

BATAN

- 6 -

3. Pendekatan personal.

Kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir dilaksanakan melalui pendekatan personal

dan non formal (non kedinasan) sebagai upaya membentuk jejaring kemitraan berorientasi

bisnis dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Media yang digunakan dalam kegiatan penyampaian, pendayagunaan hasil litbangyasa

BATAN dan kemitraan di bidang nuklir, antara lain melalui:

1. Media tatap muka, dilakukan melalui ceramah, seminar, forum inovasi, lokakarya, diskusi

panel, dialog publik, sarasehan, penyuluhan, pameran dan pelayanan kunjungan ke fasilitas

BATAN.

2. Media massa dan publikasi, meliputi media cetak (surat kabar, majalah, leaflet, booklet,

jurnal, buletin, dll) dan media elektronik (televisi, radio, film dan internet).

3. Demo/percontohan, dilakukan melalui demplot skala pilot project, demfarm dan

penggunaan alat-alat peraga.

4. Uji lokasi, uji klinis, uji fungsi di lokasi promosi tempat hasil litbangyasa akan dimanfaatkan

oleh masyarakat.

II.3. Organisasi Pelaksana

1. Kepala Pusat Diseminasi Iptek Nuklir (PDIN) bertindak sebagai koordinator

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penyampaian informasi iptek nuklir dan hasil

litbangyasa BATAN. Pelaksana kegiatan adalah pejabat Eselon III didukung oleh

peneliti penghasil teknologi berdasarkan arahan dari Kepala PDIN. Pejabat fungsional

Pranata Humas berperan dalam penyiapan bahan serta pembuatan tulisan ilmiah

semi populer mengenai kegiatan pengembangan pemanfaatan iptek nuklir yang telah

dilaksanakan. Unit kerja dari peneliti penghasil teknologi dengan memberikan

masukan dan pertimbangan kepada Kepala PDIN tentang hasil litbangyasa BATAN

yang bermanfaat dan dapat memicu pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan

masyarakat setempat.

2. Kepala Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN) bertindak sebagai koordinator

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pendayagunaan hasil kegiatan litbangyasa

dengan tujuan untuk mengembangkan dan memperluas pemanfaatan hasil kegiatan

litbangyasa dan kemampuan sumber daya litbang yang dimiliki BATAN. Dengan

demikian PKTN juga mengemban tugas untuk mengembangkan program kemitraan

dan inovasi dari hasil litbangyasa yang siap disebarluaskan serta melakukan

BATAN

- 7 -

pembinaan jejaring kerja dengan masyarakat pengguna. Pelaksana kegiatan adalah

pejabat Eselon III didukung oleh peneliti penghasil teknologi berdasarkan arahan dari

Kepala PKTN. Pejabat fungsional berperan dalam penyiapan bahan teknis dan/atau

usulan lengkap dan materi kerja sama. Peneliti penghasil teknologi dari unit kerja

memberikan masukan dan pertimbangan kepada Kepala PKTN tentang hasil

litbangyasa BATAN yang telah layak secara teknoekonomi dan siap digunakan oleh

masyarakat.

3. Kepala Biro Umum (BU) bertindak sebagai koordinator untuk membina pengelolaan

program serta kegiatan layanan jasa teknik dan penelitian serta konsultasi nuklir yang

dilakukan oleh unit kerja BATAN dalam bentuk kegiatan PNBP.

4. Kepala Pusat Pengembangan Informatika Nuklir (PPIN) bertindak sebagai

penanggung jawab dalam pengelolaan sistem dan layanan serta pemutakhiran

informasi hasil litbangyasa iptek nuklir berbasis teknologi informasi dalam rangka

mendukung penyebarluasan informasi demi keberhasilan kegiatan diseminasi. Kepala

PPIN sebagai Pejabat Penghubung (liaison officer) INIS-IAEA berkewajiban

mendiseminasikan INIS ke masyarakat ilmiah Indonesia, seperti perguruan tinggi,

lembaga penelitian, dan lain-lain.

5. Kepala Biro Perencanaan (BP) bertindak sebagai koordinator perencanaan program,

kegiatan dan anggaran dengan mengacu pada hasil evaluasi oleh Peer Group. Kepala

BP menerima laporan kemajuan kegiatan diseminasi secara berkala dari PDIN, PKTN,

PPIN, dan Biro Umum untuk dipergunakan sebagai bahan evaluasi dan perencanaan

program dan kegiatan BATAN selanjutnya.

6. Kepala Biro Kerja Sama, Hukum dan Hubungan Masyarakat (BKHH) bertindak sebagai

koordinator dalam menyiapkan perjanjian kerja sama dengan Lembaga Pemerintah,

Swasta dan LSM serta mengembangkan kerja sama internasional di bidang

penyebaran dan pemanfaatan hasil penelitian.

II.4. Tahapan Pelaksanaan Program Diseminasi Iptek Nuklir

Tahapan pelaksanaan program diseminasi iptek nuklir meliputi:

II.4.1. Perencanaan Program/Kegiatan Diseminasi

1. Kepala BATAN menetapkan dan menyampaikan kebijakan umum dan program

utama BATAN untuk 2 (dua) tahun mendatang sesuai dengan Rencana Kerja

Pemerintah (RKP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan

BATAN

- 8 -

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), serta rencana tindak

pelaksanaan program dan anggaran untuk 1 (satu) tahun berikutnya dalam

rapat koordinasi Eselon I dan II.

2. Eselon I (Deputi dan Sestama) merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan

program prioritas dan penunjang, memuat pokok-pokok program dan

kegiatan tahunan sebagai acuan penyusunan rencana kegiatan tahunan unit

kerja.

3. Kepala Unit Kerja Eselon II mengajukan usulan kegiatan dan rencana kerja

disertai dengan rencana anggaran untuk 2 (dua) tahun mendatang

berpedoman pada kebijakan umum, program utama, Renstra BATAN, program

prioritas dan penunjang sebagaimana yang tercantum dalam Renstra Unit

Kerja Eselon II. Usulan kegiatan dari unit kerja Eselon II dirumuskan dan

disusun dalam format baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan.

4. Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada butir 3

dibahas dalam forum rapat koordinasi di masing-masing Unit Kerja Eselon I.

5. Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada butir 3 serta

Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) merupakan bahan masukan

Rapat Kerja Tahunan, untuk ditetapkan sebagai Rancangan Rencana Kerja

BATAN.

6. Rancangan Rencana Kerja sebagaimana dimaksud pada butir 5 memuat

Kebijakan tentang Program dan Kegiatan, dilengkapi sasaran kinerja dan biaya

yang dibutuhkan dan disusun dalam format baku yang disiapkan oleh Biro

Perencanaan.

7. Rancangan Rencana Kerja BATAN akan menjadi pedoman dalam penetapan

pagu indikatif oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Departemen Keuangan

dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang kemudian

akan disahkan menjadi pagu sementara oleh DPR.

8. Kepala BATAN melalui Kelompok Pakar (Peer Group) menilai semua usulan

kegiatan unit kerja Eselon II berdasarkan pagu indikatif dengan berpedoman

pada dokumen perencanaan BATAN (Grand Strategy), Renstra BATAN,

Renstra Unit Kerja Eselon II, dan rekomendasi hasil rapat kerja tahunan

sebagaimana dimaksud dalam butir 5.

BATAN

- 9 -

II.4.2. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Diseminasi

1. Usulan kegiatan yang telah mendapat rekomendasi Kelompok Pakar (Peer

Group) dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA) Satuan Kerja (Satker).

2. Satker menyusun RKA berdasarkan pagu sementara, Standar Biaya Umum

(SBU), Standar Biaya Khusus (SBK), Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK)

yang dilengkapi dengan Rincian Anggaran Biaya (RAB), Kerangka Acuan

(Term of Reference/TOR), dan data dukung lainnya. RKA disampaikan

kepada Biro Perencanaan.

3. Biro Perencanaan menghimpun dan menganalisis RKA Satker untuk disusun

menjadi konsep Rencana Kerja dan Anggaran Kementrerian Lembaga (RKA-

KL) BATAN, selanjutnya bersama Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)

Departemen Keuangan dan Bappenas melakukan penelaahan konsistensi

kesesuaian anggaran dan kesesuaian program dengan RKP sebagai konsep

DIPA.

4. Biro Perencanaan menghimpun dan menganalisis RKA Satker untuk disusun

menjadi konsep RKA-KL BATAN, kemudian Biro Perencanaan bersama

Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) Departemen Keuangan

melakukan penelaahan kesesuaian satuan anggaran dan selanjutnya

disahkan menjadi DIPA.

5. Kepala Satker harus membuat Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) untuk

memperlancar pelaksanaan kegiatan dan disampaikan kepada Deputi

terkait/Sekretaris Utama melalui Biro Perencanaan untuk memperoleh

persetujuan dan pengesahan. POK disusun dalam format yang telah

ditentukan.

II.4.3. Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Diseminasi

1. Setelah RKA-KL dibagikan oleh Kepala BATAN kepada kepala satuan kerja,

maka setiap kepala satuan kerja wajib menyusun POK untuk memperlancar

pelaksanaan kegiatan dan dilaksanakan mengikuti peraturan perundangan

yang berlaku.

2. POK yang telah disusun disampaikan kepada Deputi terkait/Sekretaris Utama

melalui Biro Perencanaan untuk memperoleh persetujuan, menggunakan

format baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan.

BATAN

- 10 -

3. Kepala Satker wajib menunjuk dan menetapkan pejabat pengelola anggaran

sebagaimana diatur dalam Perka BATAN tentang Pedoman Penyusunan dan

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BATAN.

4. Apabila dalam pelaksanaan program dan anggaran diperlukan adanya

perubahan kegiatan dan sasaran, maka kepala Satker wajib merevisi

dokumen anggaran (POK maupun DIPA) dengan mengacu pada Prosedur

Pengajuan Usulan Revisi DIPA dan POK BATAN (Buku Seri D Nomor

19/D1/KU 00/Tahun 2007).

II.4.4. Laporan Pelaksanaan Program/Kegiatan Diseminasi

1. Dalam rangka pertanggungjawaban keuangan, dengan dikoordinasikan oleh

Biro Umum setiap lembaga (BATAN) wajib menyelenggarakan sistem

akuntansi dan menyusun laporan keuangan bulanan, triwulan, semester, dan

tahunan berupa Laporan Realisasi Anggaran dan neraca keuangan. Laporan

keuangan semester dilengkapi dengan Catatan Atas Laporan Keuangan dan

Pernyataan Tanggung Jawab.

2. Laporan keuangan menurut ketentuan Anggaran Berbasis Kinerja dan

Akuntabilitas, disusun untuk kepentingan pemantauan pengendalian dan

evaluasi harus dilengkapi dengan:

a. Laporan Triwulan kegiatan penelitian/non penelitian dari masing-masing

pelaksana kegiatan, disusun dalam format baku yang disiapkan oleh Biro

Perencanaan;

b. Kepala Unit Kerja Eselon II menyusun laporan penelitian/non penelitian

triwulan dan tahunan, menggunakan format baku yang disiapkan oleh

Biro Perencanaan;

c. Laporan Penelitian/Non penelitian sebagaimana dimaksud pada huruf b)

disampaikan kepada Biro Perencanaan dengan tembusan kepada Deputi

terkait/Sekretaris Utama;

d. Setiap akhir tahun penanggung jawab kegiatan penelitian/non penelitian

wajib membuat laporan teknis kegiatan disampaikan kepada Biro

Perencanaan melalui Kepala Unit Kerja Eselon II;

e. Pada awal tahun anggaran Kepala Unit Kerja Eselon II menyusun rencana

kinerja sebagai dasar penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP);

BATAN

- 11 -

f. Kepala Satker wajib menyampaikan Laporan Kinerja secara hirarkis

sekurang-kurangnya setiap triwulan kepada Pejabat Eselon I yang terkait

melalui Biro Perencanaan dengan menggunakan format yang ditentukan;

g. Kepala BATAN menyampaikan Laporan Eksekutif Ringkas mengenai

kinerja tahunan kepada Menteri Negara Riset dan Teknologi, Menteri

Keuangan, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan), dalam

bentuk ringkasan LAKIP setelah di-review oleh Inspektorat.

II.4.5. Pengawasan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Diseminasi

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dilakukan oleh: BPK, BPKP,

Kepala BATAN, Deputi terkait/Sekretaris Utama, Kepala Satker, dan

Inspektorat;

2. Kepala Satker melakukan pemeriksaan kas bendahara sekurang-kurangnya 3

(tiga) bulan sekali. Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam Berita Acara

Pemeriksaan Kas;

3. Pengawasan terhadap Satker dilaksanakan oleh Inspektorat berdasarkan

surat tugas dari Kepala BATAN. Setiap Satker wajib menyiapkan semua

dokumen yang diperlukan;

4. Ruang lingkup pengawasan meliputi pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre

Audit), pengawasan saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan

setelah pelaksanaan (Post Audit). Pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre

Audit) mencakup:

a. perencanaan yang berkaitan dengan Tugas dan Fungsi yang dituangkan

dalam Rencana Strategis, Program, Kegiatan, Penetapan Kinerja, RKA,

Sasaran, dan Keluaran;

b. perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM);

c. perencanaan penyusunan anggaran, meliputi perencanaan usulan

kegiatan dan sub kegiatan;

d. perencanaan pengadaan barang/jasa.

5. Pengawasan saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan setelah

pelaksanaan (Post Audit) mencakup: pelaksanaan tugas dan fungsi, aspek

sumber daya manusia, aspek keuangan meliputi pengelolaan dan

penatausahaan keuangan negara penerimaan dan pengeluaran, aspek sarana

BATAN

- 12 -

dan prasarana meliputi pengelolaan dan penatausahaan Barang Milik Negara

(BMN), proses pengadaan barang/jasa, dan metode kerja;

6. Inspektorat melakukan review atas laporan keuangan dan laporan kinerja

tahunan sebelum laporan tersebut disampaikan oleh Kepala BATAN kepada

instansi lain yang terkait;

7. Satker wajib melakukan tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksaan sesuai

dengan saran dan rekomendasi dalam Laporan Hasil Audit (LHA), Laporan

tindak lanjut hasil pemeriksaan dituangkan dalam laporan ini disampaikan

kepada Kepala BATAN dengan tembusan kepada Inspektorat dilengkapi

dengan data dukung.

II.5. Pendanaan

Sumber dana yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan diseminasi hasil litbangyasa

iptek nuklir berasal dari APBN dan sumber-sumber lain yang diperoleh dengan cara outsourcing

melalui program kerja sama dengan luar negeri (IAEA, RCA, dll) atau dalam negeri (program

insentif, kemitraan, dll) sejauh tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang

berlaku. Prinsip yang digunakan dalam kerja sama kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek

nuklir adalah kesetaraan dan saling menguntungkan. Mekanisme pendanaan mengacu kepada

Juklak Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir.

II.6. Sarana dan Prasarana

PDIN, PKTN dan BU menyiapkan dan memelihara sarana dan prasarana yang dibutuhkan

dalam kegiatan diseminasi hasil litbangyasa BATAN. PPIN memberikan dukungan layanan

informasi melalui media cetak dan elektronik. Ketersediaan sarana dan prasarana diperlukan

dalam rangka menjamin kecepatan dan ketepatan program diseminasi yang telah direncanakan.

II.7. Mitra Kerja

Pelaksanaan kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir melibatkan banyak pihak

eksternal yang berperan sebagai mitra kerja baik dalam proses pelaksanaan kegiatan maupun

percepatan penyebarluasan informasi. Oleh sebab itu mitra kerja mempunyai peran penting

sebagai agen informasi sekaligus juga sebagai katalisator dalam alih teknologi litbangyasa

BATAN. Mitra kerja dituntut mempunyai strategi yang jelas dalam kegiatan diseminasi hasil

litbangyasa iptek nuklir.

BATAN

- 13 -

Secara garis besar, mitra kerja dapat dibedakan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu

instansi pemerintah, swasta dan organisasi kemasyarakatan. Syarat dan ketentuan untuk

pelaksanaan kegiatan kerja sama secara operasional di lapangan, yaitu lingkup kegiatan, hak

dan kewajiban, pelaporan dan sanksi diatur lebih lanjut dalam Surat Perjanjian Pengaturan

Kerja sama (SPPK) yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

BATAN

- 14 -

BAB III

TATA CARA PELAKSANAAN DISEMINASI

Semua kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir harus dilaksanakan dengan

mengacu pada tata cara penerapan Sistem Manajemen Mutu dan Standar BATAN.

III.1. Kegiatan Penyampaian Hasil Litbangyasa

Penyampaian Hasil Litbangyasa adalah suatu kegiatan yang memiliki cakupan dan

perpaduan dari 2 (dua) kegiatan utama yaitu public information dan public education. Dengan

demikian penyampaian hasil litbangyasa mempunyai tujuan ganda, yaitu (i) menyebarluaskan

informasi tentang upaya manusia memanfaatkan iptek nuklir melalui kegiatan litbangyasa

dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup umat manusia

(masyarakat) dan (ii) mendidik masyarakat untuk mengenali dan memahami iptek nuklir (baik

dari aspek manfaat maupun resiko) bagi kehidupan umat manusia (masyarakat) serta berbagai

upaya yang telah dilakukan manusia melalui kegiatan litbangyasa untuk memaksimalkan

manfaat dan mengatasi atau meminimalkan resiko.

Kegiatan ini dilaksanakan melalui berbagai forum komunikasi, yaitu ceramah, seminar

diskusi panel dan dialog publik, sarasehan, lokakarya, gelar teknologi, iklan layanan

masyarakat, pameran, ”open house”, tulisan ilmiah populer atau semi-populer, penerbitan

publikasi di media cetak, dan penyampaian informasi melalui media cetak dan elektronik serta

program kunjungan masyarakat ke BATAN.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah:

1. Peningkatan jumlah anggota masyarakat yang mengenal dan memahami teknologi nuklir

meningkat.

2. Perubahan persepsi dan sikap masyarakat terhadap pemanfaatan teknologi nuklir

meningkat; dari persepsi yang negatif ke persepsi yang positif, dari penentang menjadi

pendukung program nuklir Indonesia.

3. Masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh kelompok anti untuk ikut-ikutan menentang

program nuklir.

4. Masyarakat siap menerima kehadiran PLTN pertama tanpa gejolak yang berarti.

BATAN

- 15 -

III.1.1. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahapan awal dari pelaksanaan kegiatan penyampaian

hasil litbangyasa iptek nuklir BATAN. PDIN menyusun dokumen perencanaan yang

disebut Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) meliputi latar belakang, tujuan dan sasaran,

metode dan ruang lingkup, pembiayaan dan jadwal kegiatan. KAK disusun dengan

mempertimbangkan strata pemahaman masyarakat serta ciri spesifik dari produk hasil

litbangyasa. PDIN melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait di lingkungan BATAN

dan mitra kerja sebagai penyelenggara kegiatan. Perencanaan pelaksanaan kegiatan

dilakukan berdasarkan prosedur teknis yang disusun sebagai acuan pelaksanaan

kegiatan.

III.1.2. Persiapan

KAK yang telah disusun, diverifikasi terlebih dahulu, apakah kegiatan penyampaian

hasil litbangyasa telah memenuhi beberapa aspek yang dipersyaratkan. Kajian dan

telaahan terhadap aspek politik, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi harus dilakukan

sebelum suatu hasil kegiatan litbangyasa diperkenalkan dan disampaikan kepada

masyarakat. Produk litbangyasa juga perlu diverifikasi untuk menetapkan tingkat

kesesuaiannya dengan kebutuhan masyarakat. Proses verifikasi mengacu kepada

prosedur teknis verifikasi yang berlaku di PDIN. Hasil verifikasi harus direkam sebagai

bagian dari penerapan Sistem Manajemen Mutu.

III.1.3. Pelaksanaan

Kegiatan Penyampaian Hasil Litbangyasa dilaksanakan dengan cara antara lain:

penyelenggaraan seminar promosi dan gelar teknologi; pameran; penerbitan booklet,

brosur, leaflet yang memuat informasi tentang kemampuan BATAN, dan demonstrasi

atau peragaan kinerja produk litbangyasa BATAN dihadapan para pengguna dan

pemangku kepentingan.

III.2. Kegiatan Pendayagunaan Hasil Litbangyasa

Kegiatan Pendayagunaan Hasil Litbangyasa dengan tujuan untuk mengembangkan dan

memperluas pendayagunaan hasil litbangyasa dan pemanfaatan sumber daya litbang yang

dimiliki BATAN. Kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan pihak eksternal yang terkait

dengan menganut prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan baik dalam pengertian

resource sharing maupun revenue sharing.

BATAN

- 16 -

Perencanaan, perumusan dan penyusunan program, serta pelaksanaan kegiatan

pendayagunaan hasil litbangyasa dikoordinasikan oleh Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir

(PKTN). Kegiatan yang dilaksanakan adalah pemanfaatan teknologi hasil kegiatan litbangyasa

yang sudah terbukti (proven technology). Sesuai dengan tujuan yang akan diwujudkan, PKTN

juga merumuskan cara pendekatan dan metode yang tepat dengan mempertimbangkan

kemampuan sumber daya litbang yang tersedia di BATAN, ketersediaan teknologi siap pakai

dan sudah teruji, kebijakan dan prioritas pembangunan di bidang iptek nuklir.

Kegiatan Pendayagunaan Hasil Litbangyasa dilaksanakan dengan cara antara lain:

penyelenggaraan seminar promosi dan gelar teknologi; pameran; penerbitan booklet, brosur,

leaflet yang memuat informasi tentang kemampuan BATAN, dan demonstrasi atau peragaan

kinerja produk litbangyasa BATAN dihadapan para pengguna dan pemangku kepentingan, serta

membangun dan mengembangkan kemitraan yang saling menguntungkan.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah:

1. Teknologi Hasil Litbangyasa BATAN digunakan untuk peningkatan produksi pertanian dan

peternakan.

2. Teknologi Hasil Litbangyasa BATAN digunakan untuk peningkatan daya saing produk

industri (produktivitas dan efisiensi proses produksi lebih murah).

3. Teknologi Hasil Litbangyasa BATAN digunakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat.

4. Teknologi Hasil Litbangyasa BATAN digunakan dalam mengatasi masalah ketersediaan air

bersih dan lingkungan.

5. Teknologi Hasil Litbangyasa BATAN digunakan dalam mengatasi masalah krisis pasokan

energi (geothermal dan PLTN).

6. Apresiasi dan sikap masyarakat terhadap teknologi nuklir dan BATAN semakin baik dan

positif.

III.2.1. Perencanaan

Perencanaan kegiatan pemanfaatan hasil litbangyasa iptek nuklir yang berorientasi

komersial disusun berdasarkan usulan dari Kepala Unit Kerja dengan memperhatikan hasil

evaluasi kelayakan yang dilakukan oleh kelompok pakar. Evaluasi kelayakan dilaksanakan

dengan mekanisme baku yang berlaku di BATAN. PKTN melakukan inventarisasi produk

litbangyasa yang dihasilkan oleh unit kerja penghasil teknologi di lingkungan BATAN.

PKTN juga bertugas melakukan survei dan analisis pasar untuk mempelajari peluang

pasar dan kebutuhan masyarakat. Dari hasil kedua langkah perencanaan tersebut PKTN

BATAN

- 17 -

menetapkan prioritas produk litbangyasa yang layak disebarluaskan secara komersial

kepada masyarakat pengguna. Selanjutnya PKTN bertugas melakukan koordinasi dengan

unit kerja penghasil teknologi untuk merancang persiapan pemanfaatan produk

litbangyasa yang terpilih berdasarkan skala prioritas.

III.2.2. Persiapan

Persiapan Kegiatan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa dilaksanakan oleh PKTN

berdasarkan skala prioritas yang telah ditetapkan dalam tahapan perencanaan.

Penetapan prioritas didasarkan pada hasil evaluasi terhadap sejumlah usulan kegiatan

yang diajukan oleh unit kerja penghasil teknologi dengan melibatkan para pakar dengan

latar belakang disiplin ilmu yang sesuai. Proses evaluasi dilakukan berdasarkan acuan

yang telah ditetapkan oleh BP dan PKTN dengan memperhatikan penerapan Sistem

Manajemen Mutu. PKTN mencari mitra kerja baik dari kalangan pemerintah maupun

swasta dan organisasi kemasyarakatan para peminat dan pengguna teknologi dan produk

litbangyasa BATAN. Berdasarkan skala prioritas, PKTN menyusun Kerangka Acuan

Kegiatan (KAK) dengan melibatkan unit kerja terkait agar kegiatan pemanfaatan produk

litbangyasa BATAN oleh mitra terpilih dilaksanakan sesuai rencana yang telah ditetapkan

dan persiapan yang matang.

III.2.3. Pelaksanaan

Dengan dukungan penuh unit kerja dan peneliti penghasil teknologi, PKTN bermitra

dengan pengguna atau pemanfaat tekologi BATAN merealisasikan rencana kegiatan

pendayagunaan produk litbangyasa dalam bentuk Kerja Sama Operasional (KSO) untuk

jangka waktu tertentu. Kerja sama yang dituangkan dalam bentuk KSO menganut prinsip

kesetaraan dan saling menguntungkan, memiliki tujuan ganda yaitu (i) pengembangan

produk dan daya saing usaha dari mitra dan (ii) penyebarluasan produk litbangyasa

BATAN sehingga mampu meningkatkan kontribusi nyata BATAN dalam pembangunan

nasional dan daerah. KSO diatur lebih rinci dalam Juklak Manajemen Penguatan

Kelembagaan Iptek Nuklir.

BATAN

- 18 -

III.3. Kegiatan Kemitraan

Program dan kegiatan kemitraan merupakan program yang diarahkan untuk memasarkan

produk inovasi teknologi hasil litbangyasa BATAN kepada mitra pengguna dari kalangan dunia

usaha besar, menengah, dan pelaku ekonomi kerakyatan, atau kelompok masyarakat lain yang

memerlukan, serta pengelola dan pelaku pembangunan nasional dan daerah. Produk teknologi

yang layak dipasarkan merupakan barang atau jasa yang layak secara teknis dan ekonomi,

serta diminati atau dapat diterima secara sosial budaya.

Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, PKTN melaksanakan (i) koordinasi perencanaan

dan perumusan program kegiatan dan anggaran kegiatan kemitraan; (ii) PKTN juga merancang

metodologi dan menetapkan cara pendekatan yang tepat untuk mengembangkan jejaring kerja,

membangun kemitraan dan kerja sama yang kokoh dengan pemangku kepentingan dan

pengguna serta peminat teknologi BATAN; dan (iii) PKTN menyelenggarakan seminar promosi,

pameran dan gelar teknologi, demonstrasi atau peragaan alat, merancang program kunjungan

kerja ke BATAN (visit) bagi mitra kerja, menerbitkan dan menyebarluaskan booklet, brosur,

leaflet, yang menggambarkan kemampuan BATAN di bidang inovasi teknologi dan layanan jasa

nuklir.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:

1. Peningkatan dan perluasan kerja sama di bidang pengembangan dan inovasi teknologi

nuklir.

2. Peningkatan layanan jasa dan uji.

3. Peningkatan PNBP.

4. Peningkatan daya guna sumber daya litbang yang tersedia di BATAN.

5. Peningkatan peran nyata dan kontribusi BATAN dalam mengatasi berbagai masalah

pembangunan.

6. Apresiasi masyarakat terhadap keberadaan BATAN dan pemanfaatan teknologi nuklir

semakin baik dan positif.

III.3.1. Kemitraan Membangun Pasar

III.3.1.1. Perencanaan

Perencanaan kegiatan kemitraan membangun pasar dilaksanakan oleh PKTN.

Perencanaan kegiatan didasarkan kepada ketersediaan produk litbangyasa yang

BATAN

- 19 -

sudah teruji (proven) secara teknologi serta hasil kajian terhadap kelayakan ekonomi

dan kebutuhan pasar.

III.3.1.2. Perumusan

Perumusan kegiatan kemitraan dilaksanakan oleh PKTN bekerja sama

dengan unit kerja penghasil produk litbangyasa dan didukung oleh unit kerja lain

yang terkait. PKTN melakukan pembinaan terhadap mitra kerja pengguna dan

pemanfaat teknologi BATAN melalui pembentukan jejaring kerja. Produk yang layak

dipasarkan dirumuskan dan disusun ke dalam Kerangka Acuan Kegiatan (KAK). PKTN

senantiasa melakukan koordinasi dengan unit kerja penghasil produk litbangyasa

dalam rangka memperluas pasar, dan mengantisipasi kenaikan permintaan

masyarakat, dan pengembangan teknologi untuk menyesuaikan permintaaan pasar.

III.3.1.3. Pelaksanaan

Kegiatan kemitraan dilaksanakan dengan dukungan penuh dari unit kerja

penghasil produk litbangyasa dan bekerja sama dengan unit kerja lain yang terkait.

PKTN bertugas membangun jejaring kerja dengan mitra di luar BATAN untuk

menciptakan pasar serta memperluas pendayagunaan produk litbangyasa dan potensi

sumber daya litbang BATAN dengan tujuan utama untuk meningkatkan peran dan

kontribusi nyata BATAN dalam peningkatan kesejahteraan dan perbaikan kualitas

hidup masyarakat. Untuk itu PKTN menerbitkan brosur dan leaflet serta melakukan

presentasi dan demo (peragaan) bersamaan dengan penyelenggaraan seminar,

lokakarya, dan gelar teknologi baik pada skala nasional ataupun regional dan global.

Kegiatan kemitraan dilaksanakan dengan tujuan untuk memasarkan produk

inovasi teknologi, layanan jasa teknik, penelitian dan konsultansi nuklir kepada

masyarakat, kalangan dunia usaha, dan pemerintah pusat dan daerah untuk

mengatasi berbagai masalah pembangunan.

III.3.2. Kemitraan Inovasi Teknologi

III.3.2.1. Perencanaan

Perencanaan inovasi teknologi disusun dan dirumuskan olek PKTN bekerja

sama dengan unit kerja dan peneliti penghasil produk litbangyasa dan didukung oleh

unit kerja lain yang terkait sesuai bidang kompetensi. Perencanaan dilaksanakan

melalui penyelenggaraan forum inovasi seperti pembentukan kelompok kerja (pokja)

BATAN

- 20 -

inovasi teknologi, kunjungan kerja bagi mitra pengguna atau kalangan industri ke

berbagai fasilitas BATAN, menjalin kemitraan dengan pemerintah, swasta, perguruan

tinggi.

III.3.2.2. Perumusan

Perumusan program/kegiatan inovasi teknologi dilaksanakan oleh PKTN

dengan bantuan forum inovasi untuk menetapkan prioritas program inovasi terhadap

suatu produk litbangyasa. PKTN menyusun dokumen inovasi dalam bentuk desain

dasar sedangkan untuk desain detil oleh unit kerja penghasil produk litbangyasa.

Inovasi teknologi untuk menghasilkan produk baru yang sesuai dengan tuntutan

pasar atau pengguna. PKTN bekerja sama dengan Tim Teknoekonomi melaksanakan

kajian kelayakan teknoekonomi terhadap produk baru hasil inovasi. PKTN menyusun

prioritas program inovasi teknologi dan kajian teknoekonomi kedalam Kerangka Acuan

Kegiatan (KAK), serta melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait untuk

mempersiapkan kegiatan inovasi terhadap produk litbangyasa yang telah layak secara

teknis dan memenuhi persyaratan teknoekonomi.

III.3.2.3. Pelaksanaan

Inovasi suatu produk litbangyasa dilaksanakan oleh PKTN bekerja sama

dengan unit kerja dan pebeliti penghasil teknologi serta unit lain yang memiliki

kompetensi yang diperlukan. Produk yang diinovasi sudah diidentifikasi memiliki mitra

pengguna. Unit kerja penghasil produk litbangyasa membuat ’blueprint’ (cetak biru)

untuk rancang bangun produk baru dalam bentuk prototipe. Produk dibuat sesuai

dengan jadwal yang ditetapkan bersama dengan mitra pengguna. PKTN

melaksanakan kajian teknoekonomi secara terus menerus selama kegiatan inovasi

agar dihasilkan produk baru dengan biaya minimal tetapi memiliki kualitas baik dan

dapat diandalkan.

III.3.3. Kemitraan Layanan Jasa Teknik dan Penelitian

III.3.3.1. Perencanaan

Perencanaan kegiatan layanan jasa disusun oleh setiap unit kerja BATAN

penghasil Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Perencanaan PNBP disusun

berdasarkan perkiraan situasi pasar dan perkembangan permintaan dari masyarakat

pengguna, serta hasil evaluasi program dan kegiatan PNBP yang dilakukan oleh Biro

BATAN

- 21 -

Perencanaan dan Biro Umum. Perhitungan target ditetapkan secara realistik

berdasarkan perkembangan permintaan dan potensi pasar dengan tetap

memperhatikan capaian target tahun sebelumnya.

III.3.3.2. Perumusan

Perumusan program dan kegiatan layanan teknologi nuklir disusun sesuai

Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2005 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Pencapaian target pada tahun berikutnya ditetapkan berdasarkan capaian target

tahun berjalan. Penetapan pencapaian target harus diusahakan selalu meningkat

dengan tetap mempertimbangkan kecenderungan perkembangan dan pertumbuhan

ekonomi nasional dan global.

III.3.3.3. Pelaksanaan

Layanan jasa teknologi nuklir dilaksanakan oleh unit kerja penghasil PNBP

bekerja sama dengan mitra pengguna. Luaran layanan jasa teknologi dapat berupa

barang atau jasa yang harus sudah teruji dari aspek teknologi dan layak secara

ekonomi. Layanan jasa dan teknologi nuklir merupakan kegiatan komersial.

Keuntungan yang diperoleh dikembalikan ke negara sebagai PNBP setelah dikurangi

biaya operasional.

Pembinaan dan pengendalian kegiatan PNBP dilakukan oleh Biro Umum. Unit

kerja yang terkait dengan PNBP melaporkan pelaksanaan kegiatan PNBP kepada

Kepala BATAN melalui Biro Umum dengan tembusan disampaikan ke Biro

Perencanaan.

III.4. Kegiatan Penyiapan Bahan Hubungan antar Lembaga

Kegiatan penyiapan naskah kerja sama kemitraan dan hubungan antar-lembaga

dilakukan oleh BKHH sebagai koordinator. Bahan masukan untuk naskah kerja sama dan

kemitraan hasil litbangyasa yang bersifat komersial disiapkan oleh PKTN dan yang non

komersial oleh PDIN. Petunjuk pelaksanaan kerja sama diatur lebih lanjut dalam Juklak

Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir, Sub-Subbab IV.2.2 Kerja Sama.

BATAN

- 22 -

BAB IV

PROSES EVALUASI KELAYAKAN DISEMINASI

Kegiatan diseminasi hasil litbangyasa BATAN merupakan kegiatan yang berada di bagian

hilir dari suatu rangkaian proses litbangyasa. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektivitas

dan manfaat dari suatu kegiatan diseminasi. Proses evaluasi kelayakan dan keberhasilan

kegiatan diseminasi dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu tahap pengusulan kegiatan, tahap

pelaksanaan dan tahap evaluasi kegiatan diseminasi.

IV.1. Tahapan Pengusulan Kegiatan Diseminasi

Evaluasi terhadap usulan kegiatan diseminasi, dilakukan secara berjenjang oleh pejabat

struktural dengan dibantu oleh KPTF. Usulan Kegiatan dipersiapkan PDIN dan PKTN

berdasarkan usulan yang diajukan oleh satuan kerja teknis atau berdasarkan hasil riset pasar.

Evaluasi untuk kegiatan diseminasi didasarkan pada kriteria atau parameter utama, yang

mencakup antara lain:

• Setiap usulan dari unit kerja teknis harus didasarkan pada keberhasilannya dalam membuat

prototipe dan didukung dengan data keandalan hasil uji fungsi sesuai dengan prosedur

yang berlaku.

• Kesanggupan dan kemampuan SDM serta ketersediaan peralatan produksi untuk

menghasilkan sejumlah produk dalam jangka waktu tertentu.

• Produk yang diusulkan dalam kegiatan diseminasi memiliki keunggulan teknologi dan

mampu bersaing dengan produk lain yang setara.

• Berdasarkan analisis ekonomi produk tersebut bisa bersaing dengan produk lain yang telah

ada.

• Usulan kegiatan diseminasi harus didukung dengan analisis pasar yang menunjukkan

bahwa produk tersebut diminati masyarakat.

Usulan kegiatan diseminasi dari satuan kerja teknis harus memenuhi kriteria evaluasi di

atas dan disetujui Pejabat Eselon II (PDIN dan PKTN). Usulan yang dianggap layak disampaikan

ke Biro Perencanaan (BP) untuk dievaluasi kembali oleh Peer Group. Hasil evaluasi oleh Peer

Group ditindaklanjuti oleh PDIN atau PKTN setelah dilakukan perbaikan sesuai saran Peer Group

kemudian diusulkan oleh BP kepada Kepala BATAN untuk mendapatkan persetujuan dan alokasi

pembiayaan.

BATAN

- 23 -

IV.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Diseminasi

Evaluasi pelaksanaan kegiatan diseminasi dilaksanakan oleh 3 (tiga) pihak yaitu: pihak

pertama PDIN dan PKTN selaku pelaksana kegiatan, pihak kedua BP selaku penanggung jawab

program, dan pihak ketiga Inspektorat dari aspek tertib administrasi penggunaan anggaran.

1. PDIN dan PKTN

PDIN dan PKTN selaku pelaksana kegiatan melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan

diseminasi dengan mencermati hal-hal sebagai berikut:

a. Kesiapan pihak-pihak berkepentingan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan

diseminasi.

b. Melakukan optimasi biaya dan waktu dengan menelaah kembali setiap bagian yang

menjadi komponen obyek diseminasi.

c. Memperhatikan informasi yang berkembang di masyarakat berkaitan dengan produk,

antara lain keluhan dan tuntutan masyarakat. Evaluasi selama pelaksanaan

diseminasi bertujuan untuk menyempurnakan produk litbangyasa BATAN agar sesuai

dengan keinginan pasar.

d. Melakukan kaji ulang secara terus menerus untuk perbaikan kualitas produk secara

berkelanjutan.

e. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu dalam setiap tahapan produksi.

2. Biro Perencanaan

Biro Perencanaan selaku unit kerja yang ditugasi melaksanakan evaluasi terhadap

pelaksanaan Program BATAN melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala

terhadap kemajuan pelaksanaan kegiatan diseminasi. Pemantauan dan evaluasi

dilaksanakan melalui laporan kemajuan kegiatan yang disusun dan dilaksanakan secara

berkala oleh unit kerja pelaksana (PDIN atau PKTN). Jika dianggap perlu BP dapat

melaksanakan evaluasi langsung disaat atau di lokasi kegiatan diseminasi. Hasil evaluasi

Biro Perencanaan disampaikan ke unit kerja pelaksana (PDIN dan PKTN) untuk dilakukan

perbaikan.

3. Inspektorat

Inspektorat selaku pembina tertib administrasi pengguna anggaran melakukan

evaluasi terhadap pemanfaatan anggaran yang tersedia. Inspektorat melakukan evaluasi

dan pemantauan pengelolaan anggaran agar anggaran diseminasi digunakan dengan

BATAN

- 24 -

lebih optimal dan dikelola sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan digunakan

sesuai dengan peruntukannya.

IV.3. Kriteria Evaluasi Kegiatan Diseminasi

Evaluasi hasil kegiatan diseminasi dilaksanakan oleh pelaksana diseminasi yaitu PDIN,

PKTN, dan BP sebagai unit kerja yang ditugasi melaksanakan evaluasi pelaksanaan program

BATAN. Mekanisme evaluasi dilaksanakan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut:

• Keluhan pengguna dari aspek kualitas produk dan aspek pelayanan purna jual.

• Kesesuaian penerapan Sistem Manajemen Mutu dengan standar yang diberlakukan di

BATAN.

• Manajemen, terutama koordinasi dan efektivitas pelaksanaan setiap tahapan kegiatan.

• Kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan diseminasi.

• Efisiensi pembiayaan kegiatan.

• Waktu pelaksanaan pembuatan atau penyediaan produk sampai diterima oleh

masyarakat pengguna.

Secara ringkas dinyatakan bahwa esensi dari kegiatan evaluasi terhadap perencanaan,

pelaksanaan, dan hasil kegiatan diseminasi harus diarahkan agar penyampaian informasi dan

pendayagunaan hasil litbangyasa nuklir dapat memberikan dampak seluas-luasnya dalam

kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik masyarakat dengan harapan terjadi perubahan

positif mengenai pandangan dan apresiasi masyarakat terhadap iptek nuklir dan kelembagaan

di bidang nuklir. Dengan demikian eksistensi lembaga (BATAN) semakin kuat sehingga

kontribusi BATAN terhadap pelaksanaan pembangunan kesejahteraan rakyat semakin nyata

dirasakan oleh masyarakat luas.

Evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan diseminasi hasil

litbangyasa di BATAN harus didasarkan pada kriteria dan ukuran yang dapat mencerminkan

perubahan kehidupan sosial budaya ekonomi dan politik di masyarakat sebagai dampak dari

keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan penyampaian informasi dan pendayagunaan

hasil litbangyasa nuklir.

BATAN

- 25 -

BAB V

PELAPORAN

PDIN, PKTN, dan Biro Umum (BU) menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan

diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir secara berkala kepada Biro Perencanaan (BP) sebagai

bahan evaluasi dan perencanaan program dan anggaran BATAN di tahun yang akan datang.

Laporan disusun menggunakan format baku yang ditentukan oleh Biro Perencanaan. Laporan

kegiatan diseminasi meliputi laporan bulanan, triwulan, dan tahunan. Biro Perencanaan selaku

pelaksana Monitoring dan Evaluasi program, menyusun dan mengolah laporan unit kerja

menjadi laporan program dan kegiatan lembaga (BATAN) dan menyampaikan laporan tersebut

kepada pihak yang berkepentingan (Kepala BATAN, Menpan, Menristek, Bappenas dan Dirjen

Anggaran) sebagai pertanggungjawaban kinerja.

Laporan kegiatan Diseminasi disusun dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan

sebagai berikut:

• Secara umum memuat perkembangan kegiatan dan hasil yang diperoleh, kesesuaian

dengan target dan jadwal yang direncanakan, realisasi penggunaan anggaran,

permasalahan yang dihadapi dan penyelesaiannya serta rencana kegiatan tahap selanjutnya

• Laporan bulanan memuat informasi yang menekankan pada target, realisasi penyerapan

anggaran pelaksanaan program/kegiatan, kendala dan langkah tindak lanjut.

• Laporan triwulan memuat informasi perkembangan pelaksanaan program/kegiatan dan

kuantitas pencapaian kegiatan serta hambatannya. Laporan dapat disertai data pendukung

dalam bentuk lampiran dan dokumentasi dalam bentuk foto khusus untuk laporan triwulan

IV (tahunan).

• Laporan teknis kegiatan diseminasi memuat hasil kegiatan diseminasi unit kerja yang terdiri

dari judul, abstrak, pendahuluan, metodologi, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran,

dan daftar pustaka. Laporan teknis ini menjadi dasar dan data dukung laporan triwulan unit

kerja. Isi laporan teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kepala Unit Kerja

• Laporan teknis dan triwulan dibuat oleh penanggung jawab kegiatan dan disahkan serta

disetujui oleh Kepala Unit Kerja pada lembar pengesahan.

• Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dibuat oleh unit kerja sebagai

pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999. LAKIP tingkat lembaga disusun oleh

suatu Tim yang dibentuk melalui Surat Keputusan Kepala BATAN. LAKIP memberikan

gambaran kinerja, dari unit kerja yang ada di lingkungan BATAN.

BATAN

- 26 -

• PPIN mengolah, menampilkan dan memperbaharui website dengan informasi terkini yang

berkaitan dengan kegiatan diseminasi ke dalam, media massa online dan lain-lain agar

dapat diakses dengan cepat oleh semua pihak yang berkepentingan.

BATAN

- 27 -

BAB VI

PENUTUP

Naskah tentang Juklak Manajemen Diseminasi Hasil Litbangyasa Iptek Nuklir ini

merupakan tata cara pelaksanaan Kebijakan Umum yang berlaku di BATAN, dijabarkan dari

Peraturan Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman Manajemen Penelitian,

Pengembangan, Perekayasaan, dan Diseminasi Iptek Nuklir.

Dokumen ini disusun sebagai petunjuk atau acuan bagi setiap unit kerja di BATAN dalam

penyiapan data dan informasi, penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan , serta

pemantauan, evaluasi, pengawasan dan pengendalian program diseminasi hasil litbangyasa

iptek nuklir.

Juklak ini disusun sebagai upaya BATAN dalam membangun dan mengembangkan Sistem

Manajemen Mutu Terpadu di dalam pelaksanaan program kegiatan penelitian, pengembangan,

perekayasaan, dan diseminasi iptek nuklir agar setiap program kegiatan litbangyasa dan

diseminasi iptek nuklir disusun berdasarkan suatu rencana yang realistik, dilaksanakan dengan

mengutamakan keselamatan, serta menghasilkan luaran dan produk bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan, peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, daya saing nasional,

serta terbangunnya suatu citra positif di kalangan masyarakat awam tentang iptek nuklir dan

BATAN. Dengan demikian kebijakan operasional di setiap unit kerja dalam bentuk prosedur

teknis atau petunjuk teknis harus mengacu dan disusun berdasarkan petunjuk yang telah

ditetapkan dalam juklak ini.

BATAN

- 28 -

ACUAN

1. Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2005 tentang Jenis dan Tarip Atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Tenaga Nuklir Nasional

2. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman

Manlitbang BATAN

3. Rencana Strategik (Renstra) BATAN 2004 – 2009 revisi 1.

4. Rencana Strategik (Renstra) PDIN, PKTN, PPIN, BU, dan BP tahun 2005 – 2009

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

HUDI HASTOWO

Salinan sesuai dengan aslinya,

Plh. Kepala Biro Kerjasama, Hukum,

dan Hubungan Masyarakat

Haris Sutarta

BATAN

LAMPIRAN III KEPUTUSAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

NOMOR : 093/KA/IV/2009

TANGGAL : 27 April 2009

PETUNJUK PELAKSANAAN

TENTANG

MANAJEMEN PENGUATAN KELEMBAGAAN IPTEK NUKLIR

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Program penguatan kelembagaan iptek nuklir dimaksudkan untuk mendukung

keberhasilan pelaksanaan program litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir yang dilaksanakan

melalui berbagai upaya untuk membangun kemampuan dan memperkuat kapasitas

kelembagaan. Upaya tersebut mencakup perencanaan program dan anggaran yang realistis dan

efisien, pengembangan jejaring kerja yang kuat, penyediaan SDM ahli yang profesional,

penyediaan sarana dan prasarana/BMN yang handal dengan menerapkan sistem manajemen

yang efektif, produktif dan efisien dan mengutamakan keselamatan bagi pelaksana,

masyarakat, dan lingkungan serta memberikan kepuasan kepada pelanggan, pemanfaat iptek

nuklir dan pelaksana kegiatan.

Upaya peningkatan mutu program iptek nuklir antara lain ditentukan salah satunya oleh

kualitas program yang disusun, yang mempunyai dampak terhadap pendanaan yang akan

diperoleh. Mekanisme pengusulan program perlu disepakati bersama dan harus mengacu pada

dokumen perencanaan seperti RPJP, Renstra BATAN, dll. Ketersediaan anggaran yang memadai

sangat diperlukan dalam pelaksanaan program BATAN termasuk pengadaan dan pemeliharaan

fasilitas nuklir serta sarana penunjangnya agar bisa beroperasi dengan baik, handal dan

berhasil guna serta terstandardisasi.

Sumber dana yang diperlukan untuk melaksanakan program dan kegiatan BATAN

diperoleh dari pemerintah melalui APBN (BATAN, KNRT, dan sumber lain) dan dana non

pemerintah. Sumber dana non pemerintah antara lain melalui kegiatan kerja sama/bantuan

BATAN

- 2 -

teknik luar negeri seperti UNDP, IAEA, JICA, dan kerja sama bilateral dalam bentuk bantuan

teknik/hibah, kontrak riset, layanan jasa, alih teknologi, dan Badan Layanan Umum (BLU).

Pengembangan jejaring kerja yang kuat dilaksanakan dengan membentuk jaringan kerja

sama dengan berbagai pihak di dalam maupun di luar negeri dengan tujuan untuk

meningkatkan/ memperkuat kompetensi, promosi, pelayanan, dan diseminasi informasi iptek

nuklir serta pendayagunaan hasil litbangyasa bagi kesejahteraan masyarakat.

Sebagai lembaga yang mengemban tugas mengembangkan pemanfaatan iptek nuklir,

BATAN harus didukung oleh SDM profesional, memiliki disiplin, dan berbudaya kerja yang selalu

mengutamakan keselamatan lingkungan dan masyarakat. Oleh sebab itu, program

perencanaan, pengadaan pegawai (rekruitmen), dan pembinaan SDM di BATAN harus

dirancang agar searah dengan tujuan tersebut. Pembinaan SDM BATAN mencakup pembinaan

intelektual ilmiah teknis, manajerial, psiko-sosial dan moral spiritual.

Sarana dan prasarana/BMN litbangyasa antara lain berupa fasilitas dan peralatan yang

diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah sebagai Barang Milik

Negara (BMN). Agar luaran dari program dan kegiatan litbangyasa dan diseminasi dapat

memberikan daya guna dan hasil guna yang optimal, diperlukan sarana dan prasarana/BMN

litbangyasa yang memadai dan terstandardisasi serta sistem pengelolaan yang profesional

mencakup pengendalian dan pengawasan kegiatan pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan,

dan penghapusan. Pengadaan sarana dan prasarana/BMN litbangyasa direncanakan dan

dilaksanakan secara terpadu mengacu pada peraturan perundang-undangan. Pengadaan sarana

dan prasarana/BMN harus dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan agar tidak

terjadi penyimpangan, kesalahan administrasi, keterlambatan, menghindari tumpang tindih

(duplikasi) dalam pengadaan barang sejenis, sehingga pemanfaatan anggaran barang dan

peralatan bisa berlangsung lebih optimal. Sarana dan prasarana/BMN litbangyasa perlu dikelola

dan dipelihara sesuai dengan sistem manajemen mutu dan prosedur, agar unjuk kerjanya tetap

optimal dan selalu dalam kondisi siap dioperasikan. Sarana dan prasarana/BMN litbangyasa

yang tidak bisa dimanfaatkan lagi harus dihapuskan menggunakan cara untuk prosedur yang

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pelaksanaan kegiatan litbangyasa di bidang nuklir, keselamatan handal adalah prasyarat

untuk mewujudkan iptek nuklir sebagai pemicu dan pemacu kesejahteraan masyarakat seperti

yang dirumuskan dalam visi BATAN. Pengembangan pemanfaatan iptek nuklir harus didukung

dengan upaya pengembangan budaya keselamatan kerja yang meliputi 2 (dua) aspek yaitu

BATAN

- 3 -

keselamatan radiasi dan keselamatan non radiasi/konvensional. Oleh karena itu unit kerja di

lngkungan BATAN harus menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Upaya perlindungan karya intelektual merupakan hal yang sangat penting bagi

peningkatan daya saing dan melindungi suatu bangsa, lembaga litbang dan pelaksana kegiatan

litbang dan pembajakan hak cipta yang dilakukan oleh pihak lain juga untuk melindungi

investasi pemerintah. Hak atas kekayaan intelektual monopoli bisa dialihkan kepada pihak lain

dengan kesepakatan bersama. Pengembangan sistem Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

diharapkan mendorong para peneliti dan fungsional di lingkungan BATAN untuk

menumbuhkembangkan budaya inovatif dan inventif sehingga mampu menghasilkan karya

penelitian yang layak memperoleh paten serta diminati oleh kalangan dunia usaha.

Program penguatan kelembagaan iptek nuklir harus direncanakan, diselenggarakan dan

dikendalikan sesuai dengan prosedur yang berlaku agar bisa berkontribusi terhadap percepatan

program BATAN dalam pencapaian Visi dan Misi BATAN. Oleh karena itu diperlukan petunjuk

pelaksanaan tentang manajemen penguatan kelembagaan iptek nuklir.

I.2. Maksud dan Tujuan

Dokumen Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek

Nuklir ini dimaksudkan sebagai acuan bagi seluruh unit kerja di lingkungan BATAN yang akan

melakukan penyusunan rencana, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan yang berkaitan

dengan program penguatan kelembagaan iptek nuklir dalam rangka mendukung pelaksanaan

litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir.

Tujuan dari penyusunan Juklak Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir adalah

agar program dan anggaran BATAN dapat dilaksanakan secara realistik, efisien, dan

berkeselamatan handal serta berkesinambungan dengan menerapkan prinsip manajemen mutu

terpadu sehingga dapat meningkatkan peran dan sumbangan nyata BATAN dalam pelaksanaan

pembangunan nasional, dan secara bertahap terbangun citra positif terhadap iptek nuklir

dikalangan masyarakat serta dapat menempatkan BATAN pada posisi strategis di lingkungan

nasional dan internasional.

I.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Petunjuk Pelaksanaaan Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir

meliputi:

� Perencanaan program dan anggaran yang realistis dan efisien pada semua unit kerja di

lingkungan BATAN;

BATAN

- 4 -

� Kerja sama dengan berbagai pihak melalui pengembangan jejaring kerja yang kuat untuk

meningkatkan kompetensi, promosi, pelayanan, diseminasi dan pendayagunaan hasil

iptek nuklir;

� Sumber daya manusia pelaksana program BATAN yang ahli dan profesional;

� Sarana dan prasarana/BMN yang memadai dan terstandardisasi sebagai sumber daya dan

tulang punggung kegiatan litbangyasa, dan sistem pengelolaannya;

� Budaya keselamatan yang harus ditumbuhkembangkan di lingkungan BATAN sebagai

prasyarat untuk mewujudkan keselamatan yang handal dan keberhasilan pencapaian zero

accident dalam kegiatan pemanfaatan iptek nuklir;

� Standardisasi iptek nuklir yang harus diterapkan pada semua kegiatan oleh seluruh unit

kerja di lingkungan BATAN untuk mewujudkan jaminan mutu hasil program BATAN;

� Hak kekayaan intelektual sebagai upaya penghargaan dan perlindungan karya intelektual

pelaksana program BATAN dan investasi pemerintah.

I.4. Sistematika

Dokumen Juklak Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir disusun dengan

sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan

sistematika.

BAB II Persyaratan Program Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir, memuat ketentuan atau

persyaratan yang harus diperhatikan dalam penyiapan dan penyusunan rencana

kegiatan.

BAB III Penyiapan dan Seleksi Usulan Kegiatan Program Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir,

memuat tata cara yang harus dilaksanakan oleh unit kerja penanggung jawab kegiatan

dalam menyiapkan, merumuskan dan mengusulkan kegiatan penguatan kelembagaan.

BAB IV Pelaksanaan Program Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir, memuat tahapan

pelaksanaan kegiatan penguatan kelembagaan iptek nuklir

BAB V Monitoring dan Evaluasi, Pengawasan dan Pengendalian, memuat tata cara

pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan dan peran dari

pejabat struktural dan fungsional dalam penyelenggaraan Monev Wasdal.

BAB VI Penutup

BATAN

- 5 -

BAB II

PERSYARATAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN IPTEK NUKLIR

Petunjuk Pelaksanaan (juklak) Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir

memuat ketentuan atau persyaratan pelaksanaan kegiatan penguatan kelembagaan.

Persyaratan ini diperlukan agar setiap kegiatan penguatan kelembagaan di BATAN dilaksanakan

untuk pencapaian Visi dan Misi BATAN serta dilandasi oleh prinsip dan nilai-nilai yang telah

diformulasikan dalam Renstra BATAN 2004 – 2009 Revisi 1. Selain itu Juklak Manajemen

Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir juga harus menjadi dasar pelaksanaan kegiatan

penguatan kelembagaan sebagaimana telah dirumuskan dalam maksud dan tujuan Pedoman

Manlitbang yang telah ditetapkan dengan Peraturan Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka ketentuan yang dipersyaratkan dalam

pelaksanaan kegiatan penguatan kelembagaan di BATAN adalah sebagai berikut:

1. Budaya Keselamatan Kerja.

Keselamatan handal merupakan prasyarat dalam melaksanakan semua program

BATAN (penguatan kelembagaan, litbangyasa, dan diseminasi) untuk mewujudkan iptek

nuklir sebagai pemicu dan pemacu kesejahteraan masyarakat seperti yang dirumuskan

dalam Visi BATAN. Pengembangan pemanfaatan iptek nuklir harus diikuti dengan upaya

pengembangan budaya keselamatan kerja.

Semua unit kerja di lingkungan BATAN harus menerapkan sistem manajemen

keselamatan (SMK) sebagai wadah untuk menumbuhkembangkan budaya keselamatan,

terutama untuk kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan tugas dan fungsi BATAN yang

memiliki potensi bahaya karena karakteristik dari suatu proses atau bahan yang digunakan

dapat mengakibatkan kecelakaan kerja baik radiasi maupun non radiasi.

Dalam pengembangan dan penerapan sistem manajemen keselamatan setiap unit

kerja harus melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan membangun kesadaran dan komitmen terhadap

penerapan sistem manajemen keselamatan;

b. Merumuskan rencana pelaksanaan kebijakan kesematan keselamatan yang mencakup

identifikasi hal-hal yang berpotensi sebagai penyebab kecelakaan kerja (radiasi dan non

radiasi), langkah dan cara pencegahan yang bersifat preventif dan cara mengatasinya

jika sampai terjadi bahaya;

BATAN

- 6 -

c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dan

berkelanjutan dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang

diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan serta sasaran

keselamatan dan kesehatan kerja;

d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta

melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan;

e. Me-review dan memantau secara berkesinambungan pelaksanaan sistem manajemen

keselamatan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja program pengembangan

keselamatan dan kesehatan kerja, serta budaya keselamatan kerja.

2. Sistem Manajemen Mutu.

Semua program dan kegiatan BATAN (penguatan kelembagaan, litbangyasa,

diseminasi) harus menerapkan sistem manajemen mutu mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian program & kegiatan agar dapat dilaksanakan

dengan selamat dan aman, efisien, efektif dan menghasilkan produk yang bermutu dan

berdaya saing serta memberikan kepuasan kepada semua pemangku kepentingan.

Pengakuan bahwa unit kerja, laboratorium, proses, produk, dan pelaksana kegiatan

telah menerapkan sistem manajemen mutu dilaksanakan melalui akreditasi dan/atau

sertifikasi secara nasional (KAN, KNAPPP, Lembaga Penilai Kesesuaian/LPK) atau lingkup

BATAN (PSJMN). Ketentuan tentang penerapan sistem manajemen oleh unit kerja diatur

dalam peraturan Kepala BATAN tentang pelaksanaan standardisasi di lingkungan BATAN

beserta dokumen Sistem Standardisasi BATAN (SSB), dan kebijakan mutu BATAN yang

dinyatakan dalam dokumen Renstra BATAN.

3. Program dan Anggaran.

Penyusunan program dan kegiatan untuk menyelesaikan masalah di bidang nuklir

baik yang aktual jangka pendek maupun untuk mengantisipasi peluang dan tantangan

jangka menengah-panjang harus realistik, terukur dan kreatif-antisipatif dan dirumuskan

berdasarkan kebijakan strategik BATAN. Perubahan arah dan kebijakan strategik nasional

harus dapat diantisipasi melalui upaya penyesuaian prioritas sasaran program utama jangka

pendek dan menengah.

BATAN

- 7 -

Sistem penganggaran harus dapat menciptakan lingkungan yang mendukung

dengan mengaitkan perencanaan dan penganggaran melalui pengendalian keputusan dan

kebijakan untuk:

• memastikan perencanaan kebijakan, program dan kegiatan telah mempertimbangkan

kendala anggaran;

• memastikan bahwa biaya sesuai dengan hasil yang diharapkan;

• memberikan informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil dan review kebijakan.

Penyusunan dan pelaksanaan anggaran BATAN dilaksanakan secara tertib, taat

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan dapat

dipertanggungjawabkan.

4. Jejaring Kerja.

Jaringan kerja sama dan kemitraan dengan berbagai pihak di dalam maupun di luar

negeri dilaksanakan dalam rangka mencapai sasaran program BATAN seperti yang tertera di

Renstra BATAN 2004 -2009 Revisi 1. Program-program kerja sama dan kemitraan harus

merupakan bagian terpadu dari program BATAN secara menyeluruh.

5. Sumber Daya Manusia.

Kegiatan perencanaan, penyiapan dan pembinaan SDM di BATAN harus

dilaksanakan secara komprehensif dan berkesinambungan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, agar diperoleh SDM yang profesional, memiliki disiplin, dan memiliki

budaya kerja yang selalu mengutamakan keselamatan lingkungan dan masyarakat.

6. Sarana dan prasarana/BMN.

Kegiatan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana/BMN harus

direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu mengacu pada peraturan perundang-

undangan yang berlaku, sehingga seluruh fasilitas nuklir dan sarana-prasarana

pendukungnya dapat selalu siap pakai dan beroperasi secara handal, selamat dan

terstandardisasi untuk melaksanakan tugas dan fungsi organisasi.

BATAN

- 8 -

7. Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Pengembangan sistem HKI di BATAN harus dilaksanakan untuk meningkatkan

kegiatan inovatif, melindungi investasi pemerintah dan pembajakan hak cipta, serta sebagai

penghargaan kepada keberhasilan para peneliti dan perekayasa. Perencanaan dan

pengusulan hasil invensi yang berpotensi dan perlu memperoleh perlindungan hukum ke

Direktorat Jenderal HKI-Departemen Hukum dan HAM, dilaksanakan melalui sistem seleksi

dan evaluasi secara berjenjang sesuai dengan mekanisme dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

BATAN

- 9 -

BAB III

PENYIAPAN DAN SELEKSI USULAN KEGIATAN

PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN IPTEK NUKLIR

III.1. Penyiapan dan Pengusulan

Kegiatan dari program penguatan kelembagaan iptek nuklir harus disiapkan dan

diusulkan sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Penyiapan dan pengusulan kegiatan

program penguatan kelembagaan iptek nuklir dilaksanakan sebagai berikut:

1. Pengumpulan dan kajian data/informasi kegiatan program penguatan kelembagaan

bersumber dari arahan dan kebijakan pemimpin BATAN, Renstra BATAN, RKP, KPJM,

RPJMN, RPJPN, dan Renstra Unit Kerja sebagai acuan pembuatan kegiatan program

penguatan kelembagaan.

2. Forum manajemen unit kerja (Eselon II, III, IV) menentukan prioritas kegiatan program

penguatan kelembagaan iptek nuklir yang terkait dengan Renstra

BATAN/Kedeputian/Settama/Unit Kerja.

3. Forum manajemen unit kerja melakukan pemilihan judul-judul kegiatan program

penguatan kelembagaan sesuai dengan arahan pemimpin BATAN, kegiatan prioritas,

sasaran utama dan hasil rapat kerja, serta menentukan penanggung jawab kegiatan.

4. Penanggung jawab kegiatan menyusun usulan kegiatan program penguatan kelembagaan

dengan memperhatikan masukan dari unit-unit kerja yang terkait, hasil kegiatan tahun

sebelumnya dan informasi pasar sesuai format baku dari Biro Perencanaan.

5. Usulan kegiatan program penguatan kelembagaan diajukan ke forum manajemen untuk

diperiksa, disetujui, disahkan dan selanjutnya dikirim ke Biro Perencanaan untuk dilakukan

proses seleksi sesuai dengan aturan dan mekanisme yang telah ditetapkan.

III.2. Seleksi Usulan Kegiatan

Usulan kegiatan program penguatan kelembagaan diseleksi dan dievaluasi kelayakannya

baik dari aspek ilmiah-teknis maupun pendanaannya. Proses seleksi dilaksanakan sebagai

berikut:

1. Proses seleksi usulan kegiatan penguatan kelembagaan dari masing-masing unit kerja

dikoordinasikan oleh Biro Perencanaan dan dilakukan oleh peer group kelembagaan yang

ditunjuk oleh Kepala BATAN.

BATAN

- 10 -

2. Biaya yang dikeluarkan untuk seleksi dan evaluasi usulan kegiatan penguatan

kelembagaan disediakan dalam DIPA BATAN atau non DIPA BATAN seperti dari KNRT,

kerja sama di dalam/luar negeri.

3. Peer group menilai usulan kegiatan berdasarkan pada kriteria penilaian yang telah

ditetapkan oleh Biro Perencanaan.

4. Usulan kegiatan yang dinilai tidak layak tidak diproses lebih lanjut, sedangkan usulan

kegiatan yang layak dikembalikan kepada unit kerja pengusul untuk perbaikan sesuai

dengan peer group. Hasil perbaikan kembali ke peer group melalui Biro Perencanaan.

5. Hasil seleksi dan rekomendasi peer group merupakan bahan pertimbangan bagi

Deputi/Sestama untuk menentukan apakah suatu usulan dapat dibiayai atau tidak. Hasil

Penetapan Deputi/Sestama disampaikan kepada Kepala BATAN untuk mendapatkan

pengesahan.

6. Seluruh usulan kegiatan yang telah mendapat pengesahan Kepala BATAN disampaikan ke

Biro Perencanaan untuk ditindaklanjuti dan dikirim kembali ke unit-unit kerja pengusul.

7. Kepala unit kerja meneruskan hasil penetapan Kepala BATAN ke penanggung jawab

kegiatan melalui forum manajemen dan pengelola anggaran untuk ditindaklanjuti dan

dijabarkan lebih detil ke dalam usulan topik kegiatan program penguatan kelembagaan.

BATAN

- 11 -

BAB IV

PELAKSANAAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN

IPTEK NUKLIR

IV.1. Ruang Lingkup dan Unit Pelaksana Program Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir

Ruang lingkup dan unit pelaksana program penguatan kelembagaan iptek nuklir terdiri

dari 7 (tujuh) sub program yaitu:

1. Perencanaan program dan anggaran

2. Kerja sama

3. Sumber Daya Manusia

4. Sarana dan prasarana/BMN

5. Budaya Keselamatan

6. Standardisasi Iptek Nuklir

7. Hak Kekayaan Intelektual

Sub program penguatan kelembagaan iptek nuklir dijabarkan ke dalam 8 (delapan)

kegiatan seperti terlihat di dalam Tabel 1. Setiap kegiatan harus dilaksanakan oleh seluruh unit

kerja BATAN dengan dikoordinasikan oleh unit kerja yang memiliki tusi terkait kegiatan

tersebut.

Kegiatan dari program penguatan kelembagaan dilaksanakan untuk mendukung

keberhasilan program litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir. Dukungan tersebut berupa

serangkaian upaya yang memadai dalam membangun kemampuan dan memperkuat kapasitas

kelembagaan, yang mencakup pengembangan jejaring kerja yang kuat, menyediakan SDM ahli

yang profesional, menyiapkan ketersediaan sarana dan prasarana/BMN yang handal dengan

menerapkan sistem manajemen mutu yang efektif, produktif dan efisien, mengutamakan

keselamatan bagi pelaksana, masyarakat, dan lingkungan serta memberikan kepuasan kepada

pelanggan, pemanfaat iptek nuklir dan pelaksana kegiatan.

BATAN

- 12 -

Tabel 1. Kegiatan Penguatan Kelembagaan

Program Sub Program Kegiatan Koordinator Unit Pelaksana

1. Perencanaan Program dan Angggaran

Penyusunan

Program dan

Anggaran, serta

Monitoring dan

Evaluasi

BP, Inspektorat Seluruh Unit

Kerja di BATAN

2. Kerja sama Peningkatan

jaringan kerja

sama kelembagaan

iptek

BKHH Seluruh Unit

Kerja di BATAN

Peningkatan

kompetensi SDM

aparatur

BSDM, PDL Seluruh Unit

Kerja di BATAN

3. Sumber Daya Manusia

Penyelenggaraan

pengembangan

pendidikan dan

pelatihan sumber

daya manusia

PDL, STTN Seluruh Unit

Kerja di BATAN

4. Sarana dan prasarana/BMN

Optimalisasi dan

revitalisasi instalasi

dan fasilitas nuklir

BU, PKTN PKTN, PPEN,

PPGN, PTBN,

PTLR, PRPN,

PRSG, PATIR,

PTBIN, PTKMR,

PTNBR, BU,

PTAPB, PRR,

PTRKN.

5. Budaya Keselamatan

Pengembangan

Budaya

Keselamatan

PTRKN, PTKMR Seluruh Unit

Kerja di BATAN

6. Standardisasi Iptek Nuklir

Penguatan

Pengawasan

Standardisasi

PSJMN Seluruh Unit

Kerja di BATAN

Manajemen Penguatan Kelembagaan

7. Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Pengembangan

Hak Kekayaan

Intelektual (HKI)

BKHH Seluruh Unit

Kerja di BATAN

BATAN

- 13 -

IV.2. Pelaksanaan Program Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir

IV.2.1. Perencanaan Program dan Anggaran

IV.2.1.1. Mekanisme Perencanaan Program

1. Kepala BATAN menetapkan dan menyampaikan kebijakan umum dan program

utama BATAN untuk 2 (dua) tahun mendatang sesuai dengan Rencana Kerja

Pemerintah (RKP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), serta rencana tindak

pelaksanaan program dan anggaran untuk 1 (satu) tahun berikutnya dalam

rapat koordinasi Eselon I dan II.

2. Eselon I (Deputi dan Sestama) merumuskan kebijakan dalam rangka

penyusunan program prioritas dan penunjang yang memuat pokok-pokok

program dan kegiatan tahunan sebagai acuan penyusunan rencana kegiatan

tahunan unit kerja.

3. Kepala Unit Kerja Eselon II mengajukan usulan kegiatan dan rencana kerja

disertai dengan rencana anggaran untuk 2 (dua) tahun mendatang

berpedoman pada kebijakan umum, program utama, Renstra BATAN, program

prioritas dan penunjang sebagaimana yang tercantum dalam Renstra Unit Kerja

Eselon II. Usulan kegiatan dari unit kerja Eselon II dirumuskan dan disusun

dalam format baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan.

4. Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada butir 2 dibahas

dalam forum rapat koordinasi masing-masing Unit Kerja Eselon I.

5. Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada butir 3 serta

Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) merupakan bahan masukan

dalam Rapat Kerja Tahunan, yang menetapkan Rancangan Rencana Kerja

BATAN.

6. Rancangan Rencana Kerja sebagaimana dimaksud pada butir 4 memuat

Kebijakan, Program, Kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja, dan biaya yang

dibutuhkan dan disusun dalam format baku yang disiapkan oleh Biro

Perencanaan.

BATAN

- 14 -

7. Rancangan Rencana Kerja BATAN menjadi pedoman untuk penetapan pagu

indikatif oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Departemen Keuangan dan

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang kemudian akan

disahkan menjadi pagu sementara oleh DPR.

8. Kepala BATAN melalui Kelompok Pakar (Peer Group) menilai semua usulan

kegiatan unit kerja Eselon II berdasarkan pagu indikatif dengan berpedoman

pada dokumen perencanaan BATAN (Grand Strategy), Renstra BATAN, Renstra

Unit Kerja Eselon II, dan rekomendasi hasil rapat kerja tahunan sebagaimana

dimaksud dalam butir 4.

IV.2.1.2. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)

1. Usulan kegiatan yang telah mendapat rekomendasi Kelompok Pakar (Peer

Group) dijadikan acuan dalam penyusunan RKA Satuan Kerja (Satker).

2. Satker menyusun RKA berdasarkan pagu sementara, Standar Biaya Umum

(SBU), Standar Biaya Khusus (SBK), Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) yang

dilengkapi dengan Rincian Anggaran Biaya (RAB), Kerangka Acuan (Term of

Reference/TOR), dan data dukung lainnya. RKA dari masing-masing satker

disampaikan kepada Biro Perencanaan.

3. Biro Perencanaan menganalisis dan melakukan rekapitulasi RKA Satker untuk

disusun menjadi konsep Rencana Kerja dan Anggaran Kementrerian Lembaga

(RKA-KL) BATAN dan selanjutnya BP bersama Direktorat Jenderal Anggaran

(DJA) Departemen Keuangan dan Bappenas melakukan penelaahan terhadap

konsistensi dan kesesuaian anggaran dan program dengan RKP sebagai Konsep

DIPA.

4. Mengacu pada Konsep DIPA, Biro Perencanaan menganalisis kembali RKA

Satker untuk disusun menjadi konsep RKA-KL BATAN. Kemudian Biro

Perencanaan bersama Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) Departemen

Keuangan melakukan penelaahan kesesuaian satuan anggaran dan selanjutnya

disahkan menjadi DIPA.

5. Dengan mengacu kepada dokumen DIPA, Kepala Satker membuat Petunjuk

Operasional Kegiatan (POK) untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan dan

disampaikan kepada Deputi terkait/Sekretaris Utama melalui Biro Perencanaan

BATAN

- 15 -

untuk memperoleh persetujuan dan pengesahan dengan menggunakan format

yang telah disiapkan oleh Biro Perencanaan.

IV.2.1.3. Pelaksanaan Anggaran

1. Setelah RKA-KL dibagikan oleh kepala BATAN kepada kepala satuan kerja,

maka setiap kepala satuan kerja wajib menyusun POK untuk memperlancar

pelaksanaan kegiatan dan dilaksanakan dengan mematuhi peraturan

perundangan yang berlaku.

2. POK yang telah disusun disampaikan kepada Deputi terkait/Sekretaris Utama

melalui Biro Perencanaan untuk memperoleh persetujuan, menggunakan format

baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan.

3. Kepala Satker wajib menunjuk dan menetapkan Pejabat Pengelola Anggaran

sebagaimana diatur dalam Perka BATAN tentang Pedoman Penyusunan dan

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BATAN.

4. Apabila dalam pelaksanaan program dan anggaran diperlukan adanya

perubahan kegiatan dan sasaran, maka Kepala Satker wajib merevisi dokumen

anggaran (POK maupun DIPA), sebagaimana diatur dalam Prosedur Pengajuan

Usulan Revisi DIPA dan POK BATAN (Buku Seri D Nomor 19/D1/KU 00/Tahun

2007).

IV.2.1.4. Laporan Pelaksanaan Program dan Anggaran

1. Dalam rangka pertanggungjawaban keuangan, dengan dikoordinasikan oleh

Biro Umum, setiap unit kerja wajib menyelenggarakan sistem akuntansi dan

menyusun laporan keuangan bulanan, triwulan, semester, dan tahunan berupa

Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Keuangan. Laporan keuangan semester

dilengkapi dengan Catatan Atas Laporan Keuangan serta Catatan Atas Laporan

Keuangan dan Pernyataan Tanggung Jawab.

2. Untuk kepentingan pemantauan, pengendalian, dan evaluasi, setiap unit kerja

harus menyusun laporan pelaksanaan program, yaitu:

a. Laporan Kegiatan Penelitian/Non penelitian dari masing-masing pelaksana

kegiatan yang disusun dalam format baku yang disiapkan dan disampaikan

ke Biro Perencanaan dengan tembusan disampaikan kepada deputi

terkait/sestama.

BATAN

- 16 -

b. Kepala Unit Kerja Eselon II menyusun laporan penelitian/non penelitian

triwulan dan tahunan, menggunakan format baku yang disiapkan oleh Biro

Perencanaan

c. Setiap akhir tahun penanggung jawab kegiatan penelitian/non penelitian

wajib membuat laporan teknis kegiatan disampaikan kepada Biro

Perencanaan melalui Kepala Unit Kerja Eselon II;

d. Pada awal tahun anggaran Kepala Unit Kerja Eselon II menyusun

penetapan kinerja (PK) sebagai dasar penyusunan Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP);

e. Kepala Satker wajib menyampaikan Laporan Kinerja secara hirarkis setiap

triwulan sebagai pelaksanaan PP 39 dan laporan tahunan sebagai

pelaksanaan PP 8 kepada Pejabat Eselon I yang terkait melalui Biro

Perencanaan dengan menggunakan format baku yang disiapkan oleh BP;

f. Kepala BATAN menyampaikan Laporan Rringkas mengenai Kinerja Tahunan

Lembaga kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara (PAN), berupa ringkasan LAKIP dengan tembusan kepada Meteri

Negara Riset dan Teknologi.

IV.2.1.5. Pengawasan Pelaksanaan Anggaran

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan program dan anggaran (audit kinerja)

dilakukan oleh: BPK, BPKP, Kepala BATAN, Deputi terkait/Sekretaris Utama,

Kepala Satker dan Inspektorat;

2. Kepala Satker melakukan pemeriksaan kas bendahara sekurang-kurangnya 3

(tiga) bulan sekali. Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam Berita Acara

Pemeriksaan Kas;

3. Pengawasan terhadap Satker dilaksanakan oleh Inspektorat berdasarkan surat

tugas dari Kepala BATAN. Setiap Satker wajib menyiapkan semua dokumen

yang diperlukan. Inspektorat berkewajiban melakukan evaluasi LAKIP di

lingkungan BATAN.

4. Ruang lingkup pengawasan meliputi pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre

Audit), pengawasan saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan setelah

BATAN

- 17 -

pelaksanaan (Post Audit). Pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre Audit) adalah

pengawasan terhadap perencanaan mencakup:

a. perencanaan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi yang telah

dituangkan dalam Rencana Strategis, Program, Kegiatan, Penetapan

Kinerja, RKA, Sasaran, dan Keluaran;

b. perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM);

c. perencanaan penyusunan anggaran, meliputi perencanaan usulan kegiatan

atau sub kegiatan ;

d. perencanaan pengadaan barang/jasa;

5. Pengawasan saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan setelah

pelaksanaan (Post Audit) mencakup: pelaksanaan tugas dan fungsi, aspek

sumber daya manusia, aspek keuangan meliputi pengelolaan dan

penatausahaan keuangan negara, penerimaan dan pengeluaran, aspek sarana

dan prasarana/BMN meliputi pengelolaan dan penatausahaan, proses

pengadaan barang/jasa, dan metode kerja.

6. Inspektorat melakukan review atas laporan keuangan dan laporan kinerja

tahunan sebelum laporan tersebut disampaikan oleh Kepala BATAN kepada

instansi lain yang terkait, Sistem Akuntansi Instansi (SAI) di-review oleh BPK

dan LAKIP di-review oleh Menpan/BPKP.

7. Satker wajib melakukan tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksaan sesuai

dengan saran dan rekomendasi dalam Laporan Hasil Audit (LHA). Laporan

tindak lanjut hasil pemeriksaan dituangkan dalam LHA ini disampaikan kepada

Kepala BATAN dengan tembusan kepada Inspektorat dengan dilengkapi data

dukung.

IV.2.2. Kerja Sama

IV.2.2.1. Kerja Sama Dalam Negeri

1. Program kerja sama dalam negeri dapat berasal dari usulan unit kerja atau

bersifat top down dari Kepala BATAN/Deputi/Sestama;

2. Unit kerja mengusulkan program kerja sama kepada Kepala BATAN melalui

BKHH;

BATAN

- 18 -

3. Konsep naskah perjanjian kerja sama disiapkan oleh BKHH. Naskah kerja sama

dirumuskan bersama-sama dengan unit kerja pengusul dan mitra kerja terkait

untuk mencapai kesepakatan bersama dari aspek teknis maupun dari aspek

hukum;

4. Penandatanganan naskah perjanjian kerja sama dilaksanakan setelah konsep

naskah disetujui oleh pejabat dan unit kerja serta mitra kerja yang terkait;

5. Program kerja sama dilaksanakan oleh unit kerja atau tim yang ditugasi.

Penanggung jawab kerja sama harus melaporkan pelaksanaan kerja sama

kepada Pejabat Eselon I yang ditunjuk Kepala BATAN sesuai format,

mekanisme dan jadwal yang ditetapkan;

6. Pengawasan dan pengendalian kerja sama dilaksanakan oleh Pejabat Eselon I

yang ditunjuk Kepala BATAN melalui kepala BKHH;

IV.2.2.2. Kerja Sama Luar Negeri

1. Program kerja sama luar negeri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

keseluruhan program BATAN. Program kerja sama luar negeri diarahkan untuk

meningkatkan kapasitas lembaga dan pencapaian sasaran program;

2. Perumusan aspek teknis dan hukum dari program dan naskah kerja sama luar

negeri dirumuskan bersama oleh Pejabat Eselon I yang ditugasi, unit kerja

terkait, dan BKHH dan dituangkan dalam bentuk Agreement atau Arrangement;

3. Perubahan naskah kerja sama luar negeri yang telah disepakati dilaksanakan

melalui pertemuan antar departemen yang dikoordinasikan oleh BKHH;

4. Penandatangan naskah Agreement atau Arrangement dilaksanakan setelah

naskah kerja sama disetujui oleh para pihak yang telah bersepakat menjalin

kerja sama;

5. Pelaksanaan kerja sama dengan IAEA dikoordinasikan oleh Deputi PDT. Kerja

sama bilateral dikoordinasikan oleh Pejabat Eselon I yang ditunjuk oleh Kepala

BATAN. Kepala BKHH bertindak selaku Liaison Officer dari Program

Implementation. Kerja sama luar negeri dilaksanakan okeh unit kerja Eselon II

yang sesuai dengan bidang/lingkup kerja sama. Hasil dan kemajuan

pelaksanaan kerja sama dilaporkan oleh unit kerja atau tim yang ditugasi oleh

BATAN

- 19 -

Kepala BATAN dalam format, mekanisme dan jadwal yang ditetapkan. Dalam

aspek teknis ilmiah, unit kerja atau tim yang ditugasi dapat mengadakan

hubungan langsung dengan mitra kerja di luar negeri;

6. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program kerja sama luar negeri

dilaksanakan oleh pejabat atasan langsung dari pelaksana kegiatan yang

ditugasi oleh Kepala BATAN dibantu oleh Kepala BKHH selaku Liaison Officer.

IV.2.3. Sumber Daya Manusia (SDM)

IV.2.3.1. Rekruitmen SDM

Secara teknis rekruitmen SDM dilakukan oleh unit kerja yang ditugasi dalam

hal ini Biro Sumber Daya Manusia (BSDM). Kegiatan rekruitmen dilaporkan dan

dipertanggungjawabkan kepada pemimpin BATAN sesuai dengan format baku dan

jadwal yang ditetapkan. Mekanisme rekruitmen SDM BATAN dilaksanakan sebagai

berikut:

1. BSDM membuat nota dinas yang ditandatangani Sekretaris Utama mengenai

Usulan Formasi Pegawai Baru ke unit kerja di lingkungan BATAN.

2. Unit kerja setingkat Eselon II mengajukan usulan formasi pegawai baru kepada

Sekretariat Utama dengan mempertimbangkan masukan dari para Pejabat

Eselon III di lingkungan unit kerjanya. Usulan formasi baru memuat informasi

yang meliputi: nama jabatan, pendidikan, golongan, formasi J-1 berdasarkan

analisis jabatan unit kerja.

3. BSDM memeriksa dan mengevaluasi usulan formasi pegawai baru unit kerja

berdasarkan analisis jabatan BATAN.

4. Kepala BATAN menerima penetapan Formasi Pegawai Negeri Sipil dari Badan

Kepegawaian Negara (BKN) dan menugaskan Kepala Biro Sumber Daya

Manusia (BSDM) untuk melaksanakan tindak lanjut.

5. Berdasarkan data pegawai yang berhenti, pensiun, dan meninggal dunia serta

hasil evaluasi usulan formasi pegawai baru dari masing-masing unit kerja,

BSDM menyampaikan usulan formasi pegawai baru kepada Kepala BATAN

untuk mendapatkan persetujuan.

6. Berdasarkan usulan formasi baru yang telah disetujui Kepala BATAN, BSDM

mengajukan permohonan formasi pegawai baru ke Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara (Menpan) dan ke Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN).

BATAN

- 20 -

7. Menpan menyampaikan persetujuan prinsip surat penetapan formasi pegawai

baru dan meminta agar BATAN segera mengajukan daftar nama jabatan,

kualifikasi pendidikan, golongan berdasarkan persetujuan prinsip dan

persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menpan.

8. Persetujuan prinsip dari Menpan dikaji ulang oleh BSDM untuk menentukan

jumlah nama jabatan yang perlu diisi menurut golongan dan kualifikasi

pendidikan. Hasil kajian BSDM dilaporkan kepada Kepala BATAN.

9. Hasil kajian formasi pegawai baru yang telah disetujui oleh Kepala BATAN oleh

BSDM disampaikan kembali ke Menpan dan BKN untuk dapat ditetapkan

dengan Keputusan Menpan.

10. Menpan memberikan SK formasi pegawai baru kepada BATAN.

11. Berdasarkan SK Formasi pegawai baru dari Menpan, dilakukan seleksi pegawai

baru.

12. Seleksi pegawai baru dilaksanakan secara terbuka oleh suatu Tim yang ditunjuk

oleh Kepala BATAN atau Sekretaris Utama.

13. Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan rekruitmen pegawai baru

dilaksanakan oleh manajemen puncak BATAN (Kepala BATAN dan para pejabat

Eselon I) dibantu oleh Kepala Unit Kerja (pejabat Eselon II) dan dikoordinasikan

oleh Kepala BSDM. Sedangkan dari luar BATAN diawasi oleh BKN.

IV.2.3.2. Pembinaan SDM

Pembinaan karir pegawai BATAN merupakan tanggung jawab bersama dari

Kepala Unit Kerja tempat PNS dipekerjakan, Kepala Biro Sumber Daya Manusia dan

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat). Kepala Pusdiklat mempunyai

tugas menyusun rencana, menyelenggarakan, dan mengevaluasi pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan (diklat). Penyelenggaraan diklat dapat dilaksanakan

secara swakelola atau bekerja sama dengan lembaga atau instansi lain baik di

dalam negeri maupun di luar negeri. Pendidikan dan pelatihan tersebut berkaitan

dengan pembinaan profesionalisme, kepemimpinan, manajerial, pengembangan

wawasan dan analisis kebijakan, serta kemampuan teknis dan ilmiah dari pegawai

BATAN.

BATAN

- 21 -

Pusdiklat mengelola program pendidikan bagi para pegawai BATAN yang akan

melanjutkan strata pendidikannya, meliputi program Diploma yang dilaksanakan di

STTN, dan program pascasarjana (S2 dan S3) yang dilaksanakan di perguruan

tinggi di dalam negeri maupun di luar negeri. Sedangkan program pelatihan terdiri

atas:

• Pelatihan Prajabatan bagi para pegawai baru BATAN dilaksanakan melalui

kerja sama dengan instansi yang menyelenggarakan pelatihan Prajabatan

misalnya Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).

• Diklat PIM bagi para pejabat struktural Eselon I, II, III, dan IV berdasarkan

data dari BSDM dilaksanakan melalui kerja sama dengan instansi yang

menyelenggarakan pelatihan struktural tersebut misalnya Lembaga

Administrasi Negara (LAN).

• Pelatihan fungsional bagi para calon pejabat fungsional dilaksanakan

melalui kerja sama dengan instansi pembina jabatan fungsional tersebut

misalnya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk jabatan

fungsional peneliti. Khusus pelatihan fungsional pranata nuklir berdasarkan

data dari BSDM dilaksanakan secara swakelola oleh Pusdiklat.

• Pelatihan teknis bagi para pegawai BATAN, sebagian besar dilaksanakan

secara swakelola oleh Pusdiklat dan sebagian lain dilaksanakan melalui

kerja sama dengan institusi penyelenggara pelatihan teknis baik di dalam

negeri maupun di luar negeri misalnya IAEA.

Tugas pembinaan karir pegawai, antara lain mencakup:

1. Jalur Pembinaan Jabatan Struktural

a. Menyiapkan pelaksanaan mutasi jabatan struktural yang mencakup

pengangkatan, alih tugas, dan pemberhentian.

b. Menyiapkan bahan dan menyelenggarakan rapat Badan Pertimbangan

Jabatan dan Kepangkatan.

c. Melakukan pengelolaan administrasi pejabat struktural.

d. Menyiapkan surat keputusan tentang mutasi pegawai, yaitu pengangkatan,

alih tugas, kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, pemberhentian, dan

pensiun.

BATAN

- 22 -

e. Menyiapkan formasi kepangkatan dan kenaikan gaji berkala.

f. Melakukan pengelolaan administrasi mutasi pegawai BATAN.

2. Jalur Pembinaan Jabatan Fungsional

a. Memeriksa dan mengevaluasi berkas usulan penilaian jabatan fungsional.

b. Menyiapkan bahan rapat penilaian jabatan fungsional.

c. Menyiapkan dan menyampaikan Usulan Penetapan Angka Kredit kepada

instansi pembina jabatan fungsional terkait.

d. Menyiapkan surat penetapan angka kredit.

e. Menyiapkan usulan pengangkatan jabatan fungsional utama kepada

Presiden.

f. Menyiapkan atau melakukan pembuatan surat keputusan mutasi jabatan

fungsional yang mencakup pengangkatan, kenaikan jabatan, pembebasan

sementara, dan pemberhentian.

g. Menyiapkan dan menyelenggarakan presentasi ilmiah dan orasi

pengukuhan Profesor Riset.

h. Melakukan pengelolaan administrasi Jabatan Fungsional.

IV.2.4. Sarana dan prasarana/Barang Milik Negara (BMN)

IV.2.4.1 Pengelolaan Sarana dan Prasarana/BMN

Pengelolaan BMN dilakukan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung

jawab atas pengelolaan BMN sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pengelolaan

BMN merupakan rangkaian proses kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan

dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan

pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan,

pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

1. Pejabat Pengelola BMN :

a. Menteri Keuangan selaku pengelola BMN, selain mempunyai fungsi

pengaturan juga melakukan fungsi pengelolaan atas BMN khususnya tanah

dan/atau bangunan, termasuk mengambil berbagai keputusan administratif.

Menteri Keuangan juga berwenang mengajukan usul untuk memperoleh

persetujuan DPR, baik dalam rangka pemindahtanganan BMN berupa tanah

dan/atau bengunan maupun pemindahtanganan BMN selain tanah dan/atau

BATAN

- 23 -

bangunan yang nilainya di atas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar

rupiah).

b. Kepala BATAN selaku pengguna BMN, yang berwenang dan bertanggung

jawab:

1) menetapkan Kuasa Pengguna Barang dan menunjuk pejabat yang

mengurus dan menyimpan BMN;

2) mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran BMN untuk lembaga

yang dipimpin;

3) melaksanakan pengadaan BMN sesuai dengan peraturan perundang-

undangan;

4) mengajukan permohonan penetapan status tanah dan bangunan untuk

penguasaan dan penggunaan BMN yang diperoleh dari beban APBN dan

perolehan lain yang sah;

5) menggunakan BMN yang berada dalam penguasaannya untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas dan funsi lembaga;

6) mengamankan dan memelihara BMN yang berada dalam

penguasaannya;

7) mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN selain

tanah dan bangunan;

8) mengajukan usul pemindahtanganan dengan tindak lanjut tukar-

menukar berupa tanah dan bangunan yang masih dipergunakan untuk

penyelenggaraan tugas dan fungsi tetapi tidak sesuai dengan tata ruang

wilayah atau penataan kota;

9) mengajukan usul pemindahtanganan dengan tindak lanjut penyertaan

modal pemerintah pusat atau hibah yang dari awal pengadaannya

sesuai peruntukkan yang tercantum dalam dokumen penganggaran;

10) menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi lembaga yang dipimpin

kepada Pengelola Barang;

11) melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan BMN yang

ada dalam penguasaannya;

12) melakukan pencatatan dan inventarisasi BMN yang berada dalam

penguasaannya; dan

BATAN

- 24 -

13) menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Penguna Semesteran

(LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada

dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang.

c. Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna BMN dalam lingkungan satuan

kerja yang dipimpin, berwenang dan bertanggung jawab:

1) mengajukan rencana kebutuhan BMN untuk lingkungan satuan kerja

yang dipimpin kepada Pengguna Barang;

2) mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan

penggunaan BMN yang diperoleh dari beban APBN dan perolehan lain

yang sah kepada Pengguna Barang;

3) melakukan pencatatan dan inventarisasi BMN yang berada dalam

penguasaannya;

4) menggunakan BMN yang berada dalam penguasaannya untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja yang

dipimpin;

5) mengamankan BMN yang berada dalam penguasaannya;

6) mengajukan usul pemindahtanganan BMN berupa tanah dan bangunan

yang tidak memerlukan persetujuan DPR dan BMN selain tanah dan

bangunan kepada Pengguna Barang;

7) menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja yang

dipimpin kepada Pengguna Barang;

8) melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan BMN yang

ada dalam penguasaannya; dan

9) menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna

Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan

(LBKPT) kepada Pengguna Barang.

2. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran, meliputi:

a. perencanaan kebutuhan BMN disusun dalam rencana kerja dan anggaran

lembaga/satuan kerja setelah memperhatikan ketersediaan BMN yang ada;

b. perencanaan kebutuhan BMN berpedoman pada standar barang, standar

kebutuhan, dan standar harga yang ditetapkan oleh Pengelola Barang;

BATAN

- 25 -

c. Pengguna Barang menghimpun usul rencana kebutuhan barang yang

diajukan oleh Kuasa Pengguna Barang yang berada di bawah lingkungannya;

d. Pengguna Barang menyampaikan usul rencana kebutuhan BMN kepada

Pengelola Barang; dan

e. pengelola Barang bersama Pengguna Barang membahas usul rencana

kebutuhan BMN dengan memperhatikan data barang pada Pengguna Barang

dan/atau Pengelola Barang untuk ditetapkan sebagai Rencana Kebutuhan

Barang Milik Negara (RKBMN).

3. Pengadaan BMN dilaksanakan berdasarkan:

a. prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak

diskriminatif dan akuntabel;

b. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006; dan

c. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 dan Peraturan

Kepala BATAN Nomor 161/KA/XII/2006 tentang Pedoman Penyusunan dan

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Tenaga Nuklir

Nasional.

4. Penggunaan BMN, meliputi:

a. BMN berupa tanah dan/atau bangunan harus ditetapkan status

penggunaannya oleh Pengelola Barang;

b. BMN selain tanah dan/atau bangunan yang harus ditetapkan status

penggunaannya oleh Pengelola Barang, yaitu :

1) barang-barang yang mempunyai bukti kepemilikan, seperti sepeda motor,

mobil, kapal;

2) barang-barang dengan nilai perolehan di atas Rp. 25.000.000,00 (dua

puluh lima juta rupiah) per unit/satuan

c. BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan sampai dengan

Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) per unit/satuan ditetapkan

status penggunaanya oleh Pengguna Barang;

BATAN

- 26 -

d. Pencatatan BMN diatur sebagai berikut :

1) pencatatan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dilakukan

dalam Daftar Barang Pengguna/Kuasa Pengguna Barang untuk seluruh

BMN yang berada dalam penguasaan Pengguna/Kuasa Pengguna

Barang.

2) pencatatan oleh Pengelola Barang dilakukan dalam Daftar Barang Milik

Negara untuk tanah dan/atau bangunan, dan barang lainnya

sebagaimana dimaksud psds huruf b

e. BMN yang dari awal pengadaan direncanakan untuk penyertaan modal

pemerintah pusat atau dihibahkan harus ditetapkan status penggunaannya

oleh Pengelola Barang dengan terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawas

fungsional;

f. BMN yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang,

dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka

waktu tertentu tanpa harus mengubah status penggunaan BMN tersebut

setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Pengelola Barang; dan

g. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang wajib menyerahkan BMN berupa

tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan

tugas pokok dan fungsi kepada Pengelola Barang.

5. Pemanfaatan BMN dilakukan:

a. terhadap BMN yang tidak digunakan untuk melaksanakan tugas pokok dan

fungsi kementerian/lembaga;

b. terhadap sebagian BMN yang tidak digunakan oleh Pengguna Barang

sepanjang menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi

kementerian/lembaga;

c. selama tidak mengubah status kepemilikan BMN;

d. dalam bentuk:

1) Sewa:

a) BMN yang dapat disewakan adalah BMN yang dalam kondisi belum

atau tidak digunakan oleh Pengguna Barang atau Pengelola Barang;

b) jangka waktu sewa BMN paling lama 5 (lima) tahun sejak

ditandatangani perjanjian dan dapat diperpanjang;

BATAN

- 27 -

c) untuk sewa yang dilakukan oleh Pengguna Barang, perpanjangan

dilakukan setelah dievaluasi oleh Pengguna Barang dan disetujui

Pengelola Barang;

d) penghitungan nilai BMN dalam rangka penentuan besaran sewa

minimum untuk sebagian tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh

tim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang dan dapat melibatkan

instansi teknis terkait dan/atau penilai;

e) penetapan besaran sewa:

• besaran sewa atas BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang

berada pada Pengelola Barang ditetapkan oleh Pengelola Barang

berdasarkan hasil perhitungan penilai; dan

• besaran sewa atas BMN sebagian tanah dan/atau bangunan yang

berada pada Pengguna Barang dan BMN selain tanah dan/atau

bangunan, ditetapkan oleh Pengguna Barang setelah mendapat

persetujuan Pengelola Barang.

f) pembayaran uang sewa dilakukan secara sekaligus paling lambat

pada saat penandatanganan kontrak;

g) selama masa sewa, pihak penyewa atas persetujuan Pengelola

Barang hanya dapat mengubah bentuk BMN tanpa mengubah

konstruksi dasar bangunan, dengan ketentuan bagian yang

ditambahkan pada bangunan tersebut menjadi BMN;

h) seluruh biaya yang timbul dalam rangka penilaian, dibebankan pada

APBN; dan

i) rumah negara golongan I dan golongan II yang disewakan kepada

pejabat negara/pegawai negeri, pelaksanaannya berpedoman pada

peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai rumah

negara.

2) Pinjam pakai:

a) pinjam pakai BMN adalah penyerahan pengunaan BMN antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam jangka waktu

tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu berakhir

BMN tersebut diserahkan kembali kepada pemerintah pusat;

BATAN

- 28 -

b) BMN yang dapat dipinjam pakaikan harus dalam kondisi belum/tidak

digunakan oleh Pengguna Barang atau Pengelola Barang untuk

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan;

c) tanah dan/atau bangunan yang dapat dipinjam pakaikan Pengelola

Barang meliputi tanah dan/atau bangunan yang berada pada

Pengelola Barang yang seluruhnya belum/tidak digunakan untuk

kepentingan penyelenggaraan pemerintahan;

d) tanah dan/atau bangunan yang dapat dipinjam pakaikan Pengguna

Barang meliputi sebagian tanah dan/atau bangunan yang merupakan

sisa tanah dan/atau bangunan yang saudah digunakan oleh

Pengguna Barang dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan

fungsi;

e) jangka waktu peminjaman BMN paling lama 2 (dua) tahun sejak

ditandatangani perjanjian pinjam pakai dan dapat diperpanjang;

f) dalam hal jangka waktu peminjaman BMN akan diperpanjang,

permintaan perpanjangan jangka waktu pinjam pakai dmaksud harus

sudah diterima Pengelola Barang paling lambat 3 (tiga) bulan

sebelum jangka waktu pinjam pakai berakhir;

g) tanah dan/atau bangunan yang dipinjam-pakaikan harus digunakan

sesuai peruntukan dalam perjanjian pinjam pakai dan tidak

diperkenankan mengubah, baik menambah dan/atau mengurangi

bentuk bangunan;

h) pemeliharaan dan segala biaya yang timbul selama masa

pelaksanaan pinjam pakai menjadi tanggung jawab peminjam; dan

i) setelah masa pinjam pakai berakhir, peminjam harus mengembalikan

BMN yang dipinjam dalam kondisi sebagaimana yanga dituangkan

dalam perjanjian.

3) Kerjasama pemanfaatan:

a) adalah pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu

tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak

dan sumber pembiayaan lainnya;

b) tidak mengubah status BMN yang menjadi objek kerjasama

pemanfaatan;

BATAN

- 29 -

c) BMN yang menjadi bagian pelaksanaan kerjasama pemanfaatan

adalah BMN sejak pengadaannya;

d) jangka waktu kerjasama pemanfaatan BMN paling lama 30 (tiga

puluh) tahun sejak ditandatangani perjanjian dan dapat

diperpanjang;

e) penerimaan negara yang wajib disetorkan mitra kerjasama

pemanfaatan selama jangka waktu kerjasama pemanfaatan terdiri

dari:

• kontribusi tetap; dan

• pembagian keuntungan hasil pendapatan kerjasama

pemanfaatan BMN.

f) perhitungan nilai BMN dalam rangka penentuan besaran kontribusi

tetap dilakukan oleh penilai yang ditugaskan oleh Pengelola Barang;

g) penetapan besaran kontribusi tetap:

• besaran kontribusi tetap atas BMN berupa tanah dan/atau

bangunan ditetapkan oleh Pengelola Barang berdasarkan hasil

perhitungan penilai; dan

• besaran kontribusi tetap atas BMN selain tanah dan/atau

bangunan ditetapkan oleh Pengguna Barang dengan persetujuan

Pengelola barang berdasarkan hasil perhitungan penilai.

h) pembayaran kontribusi tetap oleh mitra kerjasama pemanfaatan

untuk pembayaran pertama harus dilakukan pada saat

ditandatangani perjanjian kerjasama pemanfaatan, dan bayaran

kontribusi tahun berikutnya harus dilakukan paling lambat tanggal 31

Maret setiap tahun sampai berakhirnya perjanjian kerjasama

pemanfaatan, dengan penyetoran ke rekening kas umum negara;

i) pembagian keuntungan hasil pendapatan harus disetor ke rekening

kas umum negara paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya;

j) keterlambatan pembayaran kontribusi tetap dan pembagian

keuntungan dari tanggal tersebut pada butir h) dan i) dikenakan

denda paling sedikit sebesar 1 ‰ (satu per seribu) per hari;

k) mitra kerjasama pemanfaatan ditentukan melalui pemilihan calon

mitra kerjasama pemanfaatan (tender) yang dilakukan dengan

BATAN

- 30 -

mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan pengadaan

barang/jasa, kecuali BMN yang bersifat khusus dapat dilakukan

penunjukan langsung;

l) seluruh biaya yang timbul pada tahap persiapan dan pelaksanaan

kerjasama pemanfaatan antara lain meliputi biaya perizinan,

konsultan pengawas, biaya konsultan hukum dan biaya pemeliharaan

objek kerjasama pemanfaatan menjadi beban mitra kerjasama

pemanfaatan;

m) surat persetujuan kerjasama pemanfaatan Pengelola Barang

dinyatakan tidak berlaku apabila dalam jangka waktu satu tahun

sejak ditetapkan tidak ditindaklanjuti dengan penandatanganan surat

perjanjian kerjasama pemanfaatan; dan

n) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus atas nama Pemerintah

Republik Indonesia.

4) Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna

a) Bangun Guna Serah (BGS) adalah pemanfaatan tanah milik

pemerintah pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan

dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh

pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah

disepakati, untuk selanjutnya tanah beserta bangunan dan/atau

sarana, berikut fasilitasnya diserahkan kembali kepada Pengelola

Barang setelah berakhirnya jangka waktu;

b) Bangun Serah Guna (BSG) adalah pemanfaatan tanah milik

pemerintah pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan

dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai

pembangunannya diserahkan kepada Pengelola Barang untuk

kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut selama jangka

waktu tertentu yang disepakati;

c) selama masa pengoperasian BGS/BSG, Pengguna Barang harus dapat

menggunakan langsung objek BGS/BSG, beserta sarana dan

prasarana/BMN untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi

berdasarkan penetapan Pengelola Barang, paling sedikit 10 %

BATAN

- 31 -

(sepuluh persen) dari luas objek dan sarana prasarana BGS/BSG

dimaksud;

d) Jangka waktu pengoperasian BGS/BSG oleh mitra BGS/BSG paling

lama 30 (tiga puluh) tahun terhitung sejak perjanjian ditandatangani.

e) Kewajiban mitra BGS/BSG selama jangka waktu pengoperasian :

• membayar kontribusi ke rekening kas umum negara;

• tidak menjaminkan, menggadaikan dan/atau memindahtangankan

objek BGS/BSG;

• memelihara objek BGS/BSG agar tetap dalam kondisi baik;

• pemilihan mitra BGS/BSG dilaksanakan melalui tender dengan

mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peminat;

• penghitungan nilai tanah dalam rangka penentuan nilai batas

terendah besaran kontribusi dilakukan oleh penilai yang

ditetapkan oleh Pengelola Barang;

• nilai batas terendah besaran kontribusi atas pelaksanaan BGS/BSG

BMN ditetapkan oleh Pengelola Barang berdasarkan hasil

penghitungan nilai;

• pembayaran kontribusi dari mitra BGS/BSG, kecuali untuk

pembayaran pertama yang harus dilakukan pada saat

ditandatangani perjanjian BGS/BSG, harus dilakukan paling lambat

tanggal 31 Januari setiap tahun sampai dengan berakhirnya

perjanjian BGS/BSG dimaksud, dengan penyetoran ke rekening

kas umum negara;

• keterlambatan pembayaran kontribusi dari tanggal tersebut akan

dikenakan denda paling sedikit sebesar 1 ‰ (satu per seribu) per

hari;

• dalam hal mitra tidak melakukan pembayaran kontribusi sebanyak

tiga kali dalam jangka waktu pengoperasian BGS/BSG, Pengelola

Barang dapat secara sepihak mengakhiri perjanjian;

• seluruh biaya yang timbul pada tahap persiapan dan pelaksanaan

kerjasama pemanfaatan, antara lain meliputi biaya perizinan,

konsultan pengawas, biaya konsultan hukum dan biaya

pemeliharaan objek BGS/BSG dan biaya audit oleh aparat

BATAN

- 32 -

pengawas fungsional menjadi beban mitra kerjasama

pemanfaatan;

• setelah masa pengoperasian BGS/BSG berakhir, objek pelaksanaan

BGS/BSG harus diaudit oleh aparat pengawas fungsional sebelum

diserahkan kepada Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barang;

• setelah masa pemanfaatan berakhir, bangunan dan fasilitas hasil

BGS/BSG ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola

Barang; dan

• Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam rangka BGS/BSG harus

atas nama Pemerintah Republik Indonesia.

5) Pengamanan dan Pemeliharaan

a) Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Penguna Barang

wajib melakukan pengamanan BMN yang berada dalam

penguasaannya meliputi pengamanan adminstrasi, fisik dan hukum;

b) BMN berupa tanah harus disertifikasikan atas nama Pemerintah

Republik Indonesia;

c) BMN berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan

atas nama Pemerintah Republik Indonesia;

d) BMN selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti

kepemilikan atas nama Pengguna Barang;

e) bukti kepemilikan BMN wajib disimpan dengan tertib dan aman;

f) penyimpanan bukti kepemilikan BMN berupa tanah dan/atau

bangunan dilakukan oleh Pengelola Barang;

g) penyimpanan bukti kepemilikan BMN selain tanah dan/atau bangunan

dilakukan oleh Pengguna Barang/ Kuasa Pengguna Barang;

h) Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang bertanggung

jawab atas pemeliharaan BMN yang ada di bawah penguasaannya

berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DKPB)

dan biaya pemeliharaan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN);

i) Kuasa Pengguna Anggaran wajib membuat daftar hasil pemeliharaan

barang yang berada dalam kewenangannya dan

BATAN

- 33 -

melaporkan/menyampaikan daftar hasil pemeliharaan barang

tersebut kepada Penguna Barang secara berkala; dan

j) Pengguna Barang atau pejabat yang ditunjuk meneliti laporan hasil

pemeliharaan barang dan menyusun daftar hasil pemeliharaan

barang yang dilakukan dalam satu tahun anggaran sebagai bahan

untuk melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan BMN.

6) Penilaian:

a) penilaian BMN dilakukan dalam rangka penyusunan neraca

pemerintah pusat, pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN;

b) penetapan nilai BMN dalam rangka penyusunan neraca pemerintah

pusat dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi

Pemerintah (SAP);

c) penilaian BMN berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka

pemanfaatan dan pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang

ditetapkan oleh Pengelola Barang, dilaksanakan untuk mendapatkan

nilai wajar, dengan estimasi terendah menggunakan NJOP, dan hasil

penilaian BMN ditetapkan oleh Pengelola Barang;

d) penilaian BMN selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka

pemanfaatan dan pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang

ditetapkan oleh Pengguna Barang, dan dapat melibatkan penilai

independen yang ditetapkan oleh Pengguna Barang, dilaksanakan

untuk mendapatkan nilai tertinggi dari salah satu nilai (nilai pasar,

nilai buku yaitu nilai perolehan dikurangi penyusutan, dan nilai yang

ditetapkan oleh instansi yang berwenang), dan hasil penilaian BMN

ditetapkan oleh Pengguna Barang;

e) penilaian BMN selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka sewa

dan kerjasama pemanfaatan, dilakukan oleh Penilai apabila harga

perolehan BMN mempunyai nilai paling sedikit Rp. 30.000.000.000,00

(tiga puluh miliar rupiah); dan

f) penilaian BMN selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka

penjualan, tukar-menukar atau penyertaan modal pemerintah pusat,

dilakukan oleh Penilai apabila harga perolehan BMN mempunyai nilai

paling sedikit Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

BATAN

- 34 -

7) Penghapusan:

a) penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari daftar barang

dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk

membebaskan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang

dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik

barang yang berada dalam penguasaannya;

b) penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar

Barang Kuasa Pengguna dilakukan dalam hal BMN dimaksud sudah

tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa

Pengguna Barang karena salah satu hal sebagai berikut:

• penyerahan BMN kepada Pengelola Barang;

• pengalihan status penggunaan BMN selain tanah dan/atau

bangunan kepada pihak lain;

• putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lain atau menjalankan

ketentuan undang-undang;

• pemusnahan; dan

• sebab-sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar

menjadi penyebab penghapusan antara lain hilang, kecurian,

terbakar, susut, menguap, mencair, karena bencana alam,

kadaluarsa dan mati/cacat berat/tidak produktif untuk

tanaman/hewan/ternak serta terkena dampak terjadinya force

majeure.

c) penghapusan dilakukan setelah Surat Keputusan penghapusan

ditetbitkan oleh pejabat yang berwenang yaitu:

• Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola

Barang untuk penghapusan dari Daftar Barang Pengguna

dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna; dan

• Pengguna Barang untuk penghapusan dari Daftar BMN.

d) Pengguna Barang wajib menyampaikan laporan pelaksanaan

penghapusan kepada Pengelola Barang dengan dilampiri keputusan

penghapusan, berita acara penghapusan dan/atau bukti setor, risalah

BATAN

- 35 -

lelang dan dokumen lainnya, paling lambat 1 (satu) bulan setelah

serah terima;

e) kendaraan bermotor dinas operasional hanya dapat dihapuskan

apabila telah berusia sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun:

• terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehan, untuk perolehan

dalam kondisi baru; dan

• terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehan, untuk perolehan

selain butir a).

sebagaimana tercatat sebagai BMN dan tidak akan mengganggu

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga yang

bersangkutan;

f) penghapusan kendaraan bermotor selain tersebut huruf e dapat

dilakukan apabila kendaraan bermotor tersebut hilang atau rusak

berat akibat kecelakaan atau force majeure dengan kondisi paling

tinggi 30 % (tiga puluh persen) berdasarkan keterangan instansi

yang kompeten;

g) pemusnahan dapat dilakukan dalam hal :

• tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan dan tidak dapat

dipindahtangankan; dan

• alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

h) pemusnahan dilakukan dengan cara:

• dibakar;

• dihancurkan;

• ditimbun;

• ditenggelamkan dalam laut atau;

• sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

8) Pemindahtanganan:

a) pemindahtanganan BMN merupakan pengalihan kepemilikan BMN

sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara:

• penjualan yaitu pengalihan kepemilikan BMN kepada pihak lain

dengan menerima penggantian dalam bentuk uang;

BATAN

- 36 -

• tukar-menukar yaitu pengalihan kepemilikan BMN yang dilakukan

antaran Pemerintah Pusat dengan Pemerinta Daerah, atau

Pemerintah Pusat dengan pihak lain, dengan menerima

penggantian dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan

nilai seimbang;

• hibah yaitu pengalihan kepemilikan BMN dari Pemerintah Pusat

kepada Pemerintah Daerah atau kepada pihak lain tanpa

memperoleh penggantian; dan

• penyertaan modal Pemerintah Pusat yaitu pengalihan kepemilikan

BMN yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak

dipisahkan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untjuk

diperhitungkan sebagai modal/saham negara pada BUMN, BUMD

atau Badan Hukum lain yang dimiliki Negara/Daerah.

b) penjualan BMN dilaksanakan dengan pertimbangan:

• untuk optimalisasi BMN yang berlebih atau idle;

• secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila

dijual; dan

• sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

Hasil penjualan BMN wajib disetor seluruhnya ke rekening kas umum

sebagai penerimaan negara.

c) tukar-menukar dilaksanakan dengan pertimbangan:

• untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan

pemerintahan;

• untuk optimalisasi BMN; dan

• tidak tersedia dana dalam APBN.

d) hibah BMN dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial,

keagamaan, kemanusiaan dan penyelenggaraan pemerintahan

negara serta harus memenuhi syarat:

• bukan merupakan barang rahasia negara;

• bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang

banyak; dan

BATAN

- 37 -

• tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi

dan penyelenggaraan pemerintahan negara.

e) penyertaan modal Pemerintah Pusat atas BMN dilakukan dalam

rangka pendirian, pengembangan dan peningkatan kinerja BUMN

atau badan hukum lain yang dimiliki negara, dengan pertimbangan

sebagai berikut:

• BMN yang dari awal pengadaan sesuai dokumen penganggaran

diperuntukkan bagi BUMN atau badan hukum lain yang dimiliki

negara dalam rangka penugasan Pemerintah; dan

• BMN lebih optimal apabila dikelola oleh BUMN atau badan hukum

lain yang dimiliki negara baik yang sudah ada maupun yang akan

dibentuk.

9) Penatausahaan BMN:

a) setiap satuan kerja wajib menyelenggarakan Penatausahaan Barang

Milik Negara (BMN) yang dikuasai. Penatausahaan BMN meliputi

pembukuan, Inventarisasi dan Pelaporan BMN;

b) Penatausahaan BMN pada Pengguna Barang dilaksanakan oleh:

• UPKPB : Unit Penatausahaan Kuasa Pengguna Barang (satuan

kerja).

• UPPB-W : Unit Penatausahaan Pengguna Barang Wilayah (PTAPB

dan PTNBR).

• UPPB-E1 : Unit Penatausahaan Pengguna Barang Eselon I (Biro

Umum).

• UPPB : Unit Penatausahaan Pengguna Barang (Biro Umum).

c) Pelaksana Penatausahaan dalam Pembukuan BMN:

• UPKPB/Satuan Kerja membuat Daftar Barang Kuasa Pengguna

(DBKP) menurut penggolongan dan kodefikasi barang yang

status penggunaannya berada pada Kuasa Pengguna

Barang/Satuan Kerja;UPPB-W/PTAPB dan PTNBR membuat

Daftar Barang Pengguna Wilayah (DBP-W) berupa gabungan

daftar barang masing-masing UPKPB/Satker yang berada di

wilayah kerjanya;

BATAN

- 38 -

• UPPB-E1 (Biro Umum) membuat Daftar Barang Pengguna Eselon

I (DBP-E1) berupa gabungan daftar barang masing-masing

UPKPB dan/atau UPPB-W yang berada di wilayah kerjanya;

• UPPB (Biro Umum) membuat Daftar Barang Pengguna (DBP)

berupa gabungan daftar barang masing-masing UPKPB; dan

• Pelaksana Penatausahaan BMN yaitu Pengguna Barang (Satuan

Kerja) harus menyimpan dokumen kepemilikan BMN selain tanah

dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya.

d) Pelaksana Inventarisasi BMN meliputi pendataan, pencatatan dan

pelaporan hasil pendataan BMN sebagai berikut:

• Pengguna/Kuasa Pengguna Barang (Satuan Kerja) sekurang-

kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun (kecuali Persediaan dan

Konstruksi Dalam Pengerjaan dilakukan setiap tahun); dan

• Pengguna/Kuasa Pengguna Barang (Satuan Kerja)

menyampaikan laporan hasil inventarisasi tersebut kepada

Pengelola Barang selambat-lambatnya 3 bulan setelah selesainya

inventarisasi.

e) Pelaporan BMN:

• UPKPB/Satuan Kerja menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna

Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna

Tahunan (LBKPT) serta menyampaikan laporan tersebut kepada

UPPB-W, UPPB-E1 atau UPPB;

• UPPB-W/PTAPB dan PTNBR menyusun Laporan Barang Pengguna

Wilayah Semesteran (LBPWS) dan Laporan Barang Pengguna

Wilayah Tahunan (LBPWT) serta menyampaikan laporan tersebut

kepada UPPB-E1 atau UPPB; dan

• UPPB-E1 atau UPPB (Biro Umum) menyusun Laporan Barang

Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna

Tahunan (LBPT) serta menyampaikan laporan tersebut kepada

Dirrektorat Jenderal Kekayaan Negara.

10) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian:

a) Menteri Keuangan menetapkan kebijakan umum pengelolaan BMN;

BATAN

- 39 -

b) Menteri Keuangan menetapkan kebijakan teknis dan melakukan

pembinaan pengelolaan BMN;

c) Pengguna Barang melakukan pemantauan dan penertiban

terhadap penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan,

penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan BMN yan berada

dibawah penguasaannya;

d) pelaksanaan pemantauan dan penertiban terhadap penggunaan,

pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan

dan pengamanan BMN untuk Satuan Kerja dilaksanakan oleh

Kuasa Pengguna Barang;

e) Kuasa Pengguna Barang dan Pengguna Barang dapat meminta

aparat pengawas fungsional untuk melakukan audit tindak lanjut

hasil pemantauan dan penertiban terhadap penggunaan,

pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan

dan pengamanan BMN;

f) Kuasa Pengguna Barang dan Pengguna Barang menindaklanjuti

hasil audit pemantauan dan penertiban terhadap penggunaan,

pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan

dan pengamanan BMN yang dilakukan oleh aparat pengawas

fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

g) Pengelola Barang berwenang untuk melakukan pemantauan dan

investigasi atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan dan

pemindahtanganan BMN dalam rangka penertiban penggunaan,

pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

h) Pengelola Barang dalam melakukan pemantauan dan investigasi

dapat meminta aparat pengawas fungsional untuk melakukan audit

atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan dan

pemindahtanganan BMN; dan

i) hasil audit atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan dan

pemindahtanganan BMN yang dilakukan oleh aparat pengawasan

fungsional disampaikan kepada Pengelola Barang untuk

ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BATAN

- 40 -

11) Ganti rugi dan sanksi:

a) setiap kerugian negara akibat kelalaian,

penyalahgunaan/pelanggaran hukum atas pengelolaan BMN

diselesaikan melalui tuntutan ganti rugi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan; dan

b) setiap pihak yang mengakibatkan kerugian negara akibat kelalaian,

penyalahgunaan/pelanggaran hukum atas pengelolaan BMN dapat

dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidana sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

IV.2.5. Budaya Keselamatan Kerja

IV.2.5.1. Organisasi Pelaku

1. Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) adalah koordinator

dan penanggung jawab pelaksanaan program pengembangan budaya

keselamatan kerja di lingkungan BATAN, dan bertanggung jawab melaporkan

pelaksanaannya kepada Kepala BATAN;

2. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) adalah

koordinator pelaksanaan program pengembangan keselamatan dan metrologi

radiasi;

3. Kepala Unit Kerja bertugas melakukan pembinaan budaya keselamatan kerja

di lingkungan unit kerjanya meliputi pengembangan, pengawasan dan

pengendalian;

4. Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) atau Tim K3 secara internal

bertugas membantu Kepala Unit Kerja melakukan pengawasan dan

pengendalian keselamatan kerja dan radiasi di lingkungan unit kerjanya;

5. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan IAEA adalah pengawas

pelaksanaan keselamatan radiasi secara eksternal;

IV.2.5.2. Persyaratan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

Sistem Manajemen Keselamatan merupakan pengaturan yang dilakukan

oleh setiap unit kerja untuk pengelolaan keselamatan dan

menumbuhkembangkan budaya keselamatan kerja yang kuat untuk mencapai

kinerja keselamatan yang baik. Semua unit kerja di lingkungan BATAN yang

BATAN

- 41 -

dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya memiliki potensi bahaya yang berasal

dari karakteristik proses atau sarana dan prasarana/BMN yang digunakan, baik

berupa potensi bahaya radiasi maupun non radiasi (peledakan, kebakaran,

pencemaran dan penyakit akibatnya) harus mengembangkan dan menerapkan

sistem manajemen keselamatan yang sesuai dengan lingkup kegiatannya.

Perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam penerapan sistem

manajemen keselamatan sebagai wadah untuk menumbuhkembangkan budaya

keselamatan kerja diatur dalam standar BATAN tentang persyaratan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

IV.2.6. Standardisasi Iptek Nuklir

Standardisasi iptek nuklir dimaksudkan untuk mewujudkan jaminan mutu terhadap

produk iptek nuklir baik berupa barang maupun jasa. Hal ini dapat dicapai melalui penerapan

standardisasi pada seluruh program dan kegiatan BATAN (penguatan kelembagaan,

litbangyasa, dan diseminasi) dimulai dari bahan, metode, peralatan, pelaksana kegiatan, dan

sistem manajemen.

Pengakuan bahwa unit kerja, laboratorium, pelaksana kegiatan, produk telah

menerapkan standardisasi dilaksanakan melalui akreditasi dan/atau sertifikasi secara nasional

(KAN, KNAPPP, LPK) dan lingkup BATAN (PSJMN).

Tata cara perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan standardisasi iptek nuklir di

lingkungan BATAN diatur oleh Peraturan Kepala BATAN tentang pelaksanaan standardisasi di

lingkungan BATAN dengan dokumen Sistem Standardisasi BATAN dan pedoman

pelaksanaannya.

IV.2.7. Hak Kekayaan Intelektural (HKI)

IV.2.7.1. Tahapan Permohonan Perlindungan HKI

1. Inventor/Pendesain/Pencipta mengajukan usulan permohonan perlindungan

HKI kepada Kepala Unit kerja;

2. Kepala unit kerja memeriksa kelayakan usulan permohonan perlindungan HKI

sesuai dengan persyaratan yang berlaku;

BATAN

- 42 -

3. Kepala Unit kerja menyampaikan usulan permohonan perlindungan HKI kepada

Sekretaris Utama dengan tembusan Deputi terkait dan Kepala BKHH dengan

melampirkan:

a. Dokumen usulan HKI;

b. Surat Pernyataan Penyerahan Hasil Invensi atau Desain atau Ciptaan

sesuai dengan format yang ditetapkan; dan

c. Dokumen penelusuran HKI.

4. Sentra HKI BATAN (BKHH) melakukan pemeriksaan terhadap usulan

permohonan perlindungan HKI dari Unit kerja untuk menentukan apakah

permohonan tersebut telah memenuhi ketentuan yang berlaku;

5. Permohonan perlindungan HKI yang belum memenuhi persyaratan

dikembalikan ke unit kerja untuk diperbaiki;

6. BKHH mengajukan permohonan perlindungan HKI kepada Ditjen HKI untuk

mendapatkan nomor pendaftaran dengan melampirkan:

a. Formulir pendaftaran rangkap 4 (empat);

b. Dokumen HKI rangkap 4 (empat);

c. Surat Pernyataan Penyerahan Hasil Invensi/Desain/Ciptaan dari

Inventor/Pendesain/ Pencipta dengan materai Rp. 6.000,00; dan

d. Dokumen hasil penelusuran HKI.

7. BKHH melaporkan hasil pemrosesan HKI kepada pimpinan BATAN sesuai

format dan jadwal yang telah ditetapkan.

IV.2.7.2. Pengelolaan dan Pemasaran HKI

1. HKI terdaftar:

a. Didaftarkan pemeriksaan substansi;

b. Dilakukan perbaikan atas koreksi dari pemeriksa;

c. Diupayakan segera memperoleh sertifikat;

d. Dipromosikan/dipasarkan ke industri.

2. HKI yang telah memperoleh sertifikat:

a. Dilakukan pemeliharaan tahunan;

b. Dipromosikan/dipasarkan ke industri;

c. Dilisensikan/dibuat perjanjian dengan industri untuk memperoleh royalty.

BATAN

- 43 -

IV.2.7.3. Evaluasi atas Permohonan Perlindungan dan Pengelolaan HKI

Ketentuan tentang evaluasi atas permohonan Perlindungan dan Pengelolaan

HKI disusun oleh BKHH sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku. Jika

terjadi perkara berkaitan dengan HKI di pengadilan maka BKHH bertindak selaku

kuasa hukum BATAN.

IV.3. Indikator Output

Indikator output adalah suatu nilai atau karakteristik yang digunakan untuk mengukur

luaran dari kegiatan manajemen penguatan kelembagaan iptek nuklir. Indikator output dari

kegiatan tersebut disajikan pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Indikator Output Program Penguatan Kelembagaan

Program Sub Program Kegiatan Indikator Output

1. Perencanaan Program dan Angggaran

Penyusunan Program dan

Anggaran, serta Monitoring

dan Evaluasi

- Program yang realistik,

terukur dan kreatif-

antisipatif

- Anggaran yang memadai

dalam mendukung

program BATAN

- Laporan hasil monitoring, 2. Kerja sama Peningkatan jejaring kerja

sama kelembagaan iptek

- Jejaring kerja yang kuat

dan handal baik di dalam

maupun di luar negeri

- Dokumen kerja sama.

Peningkatan kompetensi SDM

aparatur

3. Sumber Daya Manusia

Penyelenggaraan

pengembangan pendidikan

dan pelatihan sumber daya

manusia

- SDM ahli dan profesional

- Diklat keahlian, diklat

fungsional, diklat

manajemen

- Pejabat struktural dan

fungsional yang terampil,

ahli, dan professional.

4. Sarana dan Prasarana/ BMN

Optimalisasi dan revitalisasi

instalasi dan fasilitas nuklir

Fasilitas nuklir dan sarana

pendukung tersedia dan

siap beroperasi secara

optimal.

Manajemen Penguatan Kelembagaan

5. Budaya Keselamatan

Pengembangan Budaya

Keselamatan

Keselamatan dalam

kegiatan pemanfaatan iptek

nuklir (zero accident).

BATAN

- 44 -

6. Standardisasi Iptek Nuklir

Penguatan Pengawasan

Standardisasi

Produk BATAN bermutu dan

berdaya saing. Jumlah SNI,

SB, usulan akreditasi dan

sertifikasi.

7. Hak

Kekayaan Intelektual (HKI)

Pengembangan hak kekayaan

intelektual (HKI)

Jumlah HKI produk BATAN.

BATAN

- 45 -

BAB V

MONITORING DAN EVALUASI, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

V.1. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi, Pengawasan dan Pengendalian

Dalam situasi anggaran di sektor riset dan teknologi yang tidak longgar serta tuntutan

masyarakat yang makin menguat terhadap kontribusi dan peran nyata lembaga litbang

mengatasi berbagai masalah pembangunan seperti masalah pangan, energi, peningkatan daya

saing dan kemandirian, layanan kesehatan, air dan lingkungan, maka kegiatan monitoring dan

evaluasi serta pengawasan dan pengendalian program dan anggaran sudah sepatutnya perlu

ditingkatkan. Monitoring dan evaluasi (monev), pengawasan dan pengendalian (wasdal)

program dan kegiatan bertujuan agar pelaksanaan program dan kegiatan tetap berjalan pada

jalur yang direncanakan, selamat dan aman, efisien, efektif serta hasil yang diperoleh bermutu

dan berdaya saing. Data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan ini memberikan gambaran

yang objektif tentang kinerja dari pelaksanaan suatu program dan kegiatan di BATAN. Informasi

ini penting untuk dasar perancangan usulan program dan anggaran BATAN tahun berikutnya.

Kegiatan monev dan wasdal terhadap pelaksanaan program dan anggaran melekat

dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab para pejabat disetiap tingkatan manajemen, dari

manajemen yang paling bawah sampai pada tingkatan manajemen puncak. Dalam lingkungan

internal BATAN, Sekretaris Utama BATAN mempunyai peranan penting dalam pembinaan dan

peningkatan kinerja pengawasan dan pengendalian program dan anggaran BATAN. Biro

Perencanaan merupakan unit kerja yang ditugasi melakukan monitoring dan evaluasi serta

pengendalian dan pembinaan pelaksanaan program BATAN, sedangkan Inspektorat merupakan

unit kerja yang ditugasi melakukan pengawasan anggaran dan evaluasi terhadap kinerja satuan

kerja dalam pengelolaan keuangan. Selain itu Inspektorat juga ditugasi melakukan pembinaan

tertib administrasi pengelolaan keuangan dan anggaran BATAN. Pusat Standardisasi dan

Jamiman Mutu Nuklir (PSJMN) merupakan unit kerja yang ditugasi melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap pelaksanaan standardisasi di BATAN dalam rangka mewujudkan jaminan

mutu hasil program BATAN.

Pelaksanaan kegiatan monev dan wasdal program dan anggaran dijabarkan lebih lanjut

ke dalam berbagai petunjuk atau prosedur teknis yang akan disusun oleh Biro Perencanaan dan

Inspektorat dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Sekretaris Utama. Pembinaan dan

pengawasan terhadap pelaksanaan standardisasi di BATAN dilaksanakan sesuai dengan

BATAN

- 46 -

pedoman-pedoman dalam dokumen Sistem Standardisasi BATAN dan pedoman pelaksanaannya

yang ditetapkan melalui Peraturan Kepala BATAN.

V.2. Ketentuan Umum Pelaksanaan

Monev dan Wasdal dilaksanakan secara berkala dan berjenjang. Pelaku atau pelaksana

monev dan wasdal di setiap unit organisasi adalah pejabat struktural dan pejabat fungsional

yang menduduki jabatan Kepala Subbidang/Subbagian/Kelompok, Kepala Bidang/Bagian, dan

Kepala Unit Kerja dengan ketentuan sebagai berikut:

Pada unit organisasi setingkat sub bidang atau sub bagian atau kelompok, kegiatan

wasdal dilakukan maksimal setiap 2 (dua) minggu sekali untuk membahas rencana kerja dan

pembagian tugas serta untuk melakukan tindak koreksi dini melalui penyesuaian rencana kerja

jika ada penyimpangan target. Hal-hal penting yang tidak dapat diselesaikan dilaporkan kepada

Kepala Bidang/Bagian untuk ditindaklanjuti.

Pada unit organisasi setingkat Eselon III (Bidang atau Bagian) kegiatan wasdal

dilaksanakan melalui rapat bulanan atau mingguan yang terjadwal, dipimpin oleh Kepala

Bidang/Bagian dan dihadiri para Kepala Subbidang/Subbagian/Kelompok. Keputusan penting

dari setiap kali rapat direkam dalam bentuk Risalah Rapat, yang disampaikan kepada Kepala

Unit Kerja dan peserta rapat untuk ditindaklanjuti. Format baku risalah rapat dibakukan oleh

Pejabat Eselon II.

Pejabat Eselon II (Kepala Unit Kerja) melaksanakan rapat koordinasi lengkap yang

terjadwalkan maksimal setiap tiga bulan, dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon III (Kepala

Bidang/Bagian) dan pejabat lain yang dianggap perlu hadir untuk melakukan evaluasi terhadap

kinerja pelaksanaan program anggaran dan kegiatan. Di luar rapat koordinasi yang sudah

terjadwalkan Kepala Unit Kerja dapat melaksanakan rapat koordinasi untuk mengatasi berbagai

masalah yang perlu tindak lanjut segera mengacu pada risalah rapat bulanan yang

diselenggarakan oleh Kepala Bidang/Bagian.

Risalah rapat koordinasi tiga bulanan dituangkan dalam format baku yang ditetapkan

oleh Biro Perencanaan dan Inspektorat sebagai laporan 3 (tiga) bulanan pelaksanaan

program/kegiatan dan anggaran. Risalah rapat ini disampaikan kepada Deputi atau Sekretaris

Utama, Biro Perencanaan, dan Inspektorat yang selanjutnya dijadikan sebagai materi bahasan

Rapat Koordinasi Deputi yang dipimpin oleh Sekretaris Utama atau Kepala BATAN.

BATAN

- 47 -

Pengawasan terhadap pelaksanaan standardisasi di BATAN secara eksternal,

dilaksanakan melalui kegiatan pemantauan, audit dan inspeksi yang dikoordinasikan oleh

PSJMN secara terjadwal. Hasil pemantauan, audit dan inspeksi pelaksanaan standardisasi di

BATAN merupakan masukan untuk merumuskan kebijakan standardisasi di lingkungan BATAN

kepada Kepala BATAN melalui Komisi Standardisasi BATAN (KSB). Secara internal unit kerja,

pengawasa dilaksanakan oleh unit jaminan mutu atau tim jaminan mutu unit kerja. KSB yang

diketuai oleh Sestama dengan anggota para Eselon II yang ditunjuk mewakili kedeputian

BATAN dan Kepala PSJMN sebagai sekretaris, mengadakan rapat minimal dua kali dalam satu

tahun untuk mengevaluasi pelaksanaan standardisasi di unit kerjanya. Keputusan rapat

disampaikan kepada Kepala BATAN untuk ditetapkan sebagai Kebijakan Standardisasi BATAN

dan direkam dalam bentuk dokumen Prioritas Program Standardisasi BATAN.

BATAN

- 48 -

BAB VI

PENUTUP

Naskah tentang Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Manajemen Penguatan Kelembagaan

Iptek Nuklir ini merupakan tata cara pelaksanaan Kebijakan Umum yang berlaku di BATAN,

dijabarkan dari Peraturan Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman Manajemen

Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, dan Diseminasi Iptek Nuklir.

Dokumen ini disusun sebagai petunjuk atau acuan bagi setiap unit kerja di BATAN dalam

penyiapan data dan informasi, penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, serta

pemantauan, evaluasi, pengawasan dan pengendalian program penguatan kelembagaan di

bidang iptek nuklir.

Juklak ini disusun sebagai upaya BATAN untuk membangun dan mengembangkan

Sistem Manajemen Mutu Terpadu di dalam pelaksanaan program kegiatan penelitian,

pengembangan, perekayasaan, dan diseminasi iptek nuklir agar setiap program kegiatan

litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir disusun berdasarkan suatu rencana yang realistik,

dilaksanakan dengan mengutamakan keselamatan, serta menghasilkan luaran dan produk

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat,

daya saing nasional, serta terbangunnya suatu citra positif di kalangan masyarakat awam

tentang iptek nuklir dan BATAN. Dengan demikian kebijakan operasional di setiap unit kerja

dalam bentuk prosedur teknis atau petunjuk teknis harus mengacu dan disusun berdasarkan

petunjuk yang telah ditetapkan dalam juklak ini.

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

HUDI HASTOWO

Salinan sesuai dengan aslinya,

Plh. Kepala Biro Kerjasama, Hukum,

dan Hubungan Masyarakat

Haris Sutarta