SK Juklak Manlitbang - Badan Tenaga Nuklir Nasional - Home · Nasional Akreditasi Pranata...
Transcript of SK Juklak Manlitbang - Badan Tenaga Nuklir Nasional - Home · Nasional Akreditasi Pranata...
BATAN
- 1 -
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 093/KA/IV/2009
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN MANAJEMEN PENELITIAN, PENGEMBANGAN, PEREKAYASAAN,
DISEMINASI, DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI NUKLIR
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
Menimbang : bahwa dalam rangka memberi petunjuk dalam melaksanakan Peraturan
Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman Manajemen
Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, dan Diseminasi Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi Nuklir dipandang perlu ditetapkan
Keputusan Kepala BATAN tentang Petunjuk Pelaksanaan Manajemen
Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, Diseminasi dan Penguatan
Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Nuklir.
Mengingat : 1.
2.
3.
4.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 4700);
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4406);
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih teknologi
Kekayaan Intelektual Serta Hasil Penelitian Dan Pengembangan Oleh
Perguruan Tinggi Dan Lembaga Penelitian Dan Pengembangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4497);
Peraturan Pemerintah Nomor 6Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
BATAN
- 2 -
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
4609);
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4664);
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor
Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 106,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4668);
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Peraturan
Presiden Nomor 95 Tahun 2007;
Keputusan Presiden Nomor 16/M Tahun 2007;
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah;
Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 111/M/2005
tentang Kebijakan Strategis Nasional (Jakstranas) Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi;
Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 04/M/PER/III/2007
tentang Tata Cara Pelaporan Kekayaan Intelektual, Hasil Kegiatan
Penelitian dan Pengembangan, dan Hasil Pengelolaannya;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan
Barang Milik Negara;
BATAN
- 3 -
15.
16.
Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003
tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 161/KA/XII/2006
tentang Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Badan Tenaga Nuklir Nasional;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERTAMA : Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Penelitian, Pengembangan,
Perekayasaan, Diseminasi, dan Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Nuklir selanjutnya disebut Juklak Manlitbang, sebagaimana
tersebut dalam Lampiran I, II, dan III Keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 April 2009
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
Salinan sesuai dengan aslinya,
Plh. Kepala Biro Kerjasama, Hukum,
dan Hubungan Masyarakat
Haris Sutarta
BATAN
LAMPIRAN I KEPUTUSAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 093/KA/IV/2009
TANGGAL : 27 April 2009
PETUNJUK PELAKSANAAN
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN MANAJEMEN LITBANGYASA IPTEK NUKLIR
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kemampuan iptek nasional perlu terus dikembangkan dalam rangka peningkatan daya
saing dan kemandirian bangsa serta mempercepat pencapaian tujuan nasional. Pembangunan
kemampuan iptek nasional diarahkan untuk meningkatkan kapasitas nasional dalam
penguasaan pengembangan dan pemanfaatan iptek bagi peningkatan daya saing industri serta
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Searah dengan tujuan pembangunan dan
kemampuan iptek nasional maka potensi iptek nuklir dan sumberdaya litbang yang tersedia di
BATAN juga harus dikelola dan didayagunakan, serta pemanfaatannya diarahkan untuk
menghasilkan produk barang dan jasa teknologi serta informasi yang sangat diperlukan untuk
mengatasi berbagai masalah pembangunan.
Pelaksanaan program pengembangan dan pemanfaatan iptek nuklir perlu diatur dengan
sistem tata laksana yang baku, sehingga penyelenggaraan kegiatan litbangyasa iptek nuklir
dapat berlangsung secara efisien, efektif dan terukur dengan berkeselamatan dan keamanan
yang handal serta mampu menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk itu ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) sebagai acuan pengelolaan program dan penyelenggaraan kegiatan penelitian,
pengembangan, dan perekayasaan. Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Penelitian
Pengembangan dan Perekayasaan Iptek Nuklir yang selanjutnya disingkat Petunjuk
Pelaksanaan Manajemen Litbangyasa adalah pelaksanaan dari Peraturan Kepala BATAN Nomor
BATAN
- 2 -
101/KA/VI/2007 tanggal 28 Juni 2007 tentang Pedoman Manajemen Penelitian,
Pengembangan, Perekayasaan dan Diseminasi Iptek Nuklir.
I.2. Maksud dan Tujuan
Maksud ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Litbangyasa ini adalah sebagai
acuan kerja bagi setiap unit kerja BATAN dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan,
monitoring evaluasi dan pengawasan serta pelaporan kegiatan litbangyasa iptek nuklir.
Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Litbangyasa ini disusun dengan tujuan untuk:
� Mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya litbang yang ada untuk mempercepat
tercapainya hasil dan tujuan iptek nuklir dalam menunjang pembangunan nasional;
� Menghasilkan produk litbangyasa iptek nuklir yang bermutu, berkeselamatan dan
keamanan yang handal serta berwawasan lingkungan, dengan cara efisien, efektif dan
terukur;
� Menstimulasi kegiatan litbangyasa iptek nuklir untuk menghasilkan produk yang bernilai
dan bermanfaat bagi masyarakat luas serta menunjang pembangunan nasional;
� Meningkatkan kompetensi pelaku litbangyasa pada tingkat nasional dan internasional.
I.3. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Petunjuk Pelaksanaaan Manajemen Penelitian, Pengembangan dan
Perekayasaan difokuskan pada:
� Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyusunan program dan kegiatan litbangyasa.
� Tata cara penyiapan dan perencanaan usulan kegiatan litbangyasa oleh unit kerja
penanggung jawab kegiatan.
� Proses evaluasi kelayakan usulan kegiatan oleh Peer Group yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan Kepala BATAN.
� Pelaksanaan Litbangyasa, memuat bentuk kegiatan, luaran dan pemanfaatan, arah
kegiatan dan unit kerja pelaksana.
� Monitoring evaluasi pengawasan dan pengendalian kegiatan secara internal oleh unit kerja.
� Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Litbangyasa.
BATAN
- 3 -
I.4. Sistematika
Dokumen Juklak Manajemen Litbangyasa disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan
sistematika.
BAB II Persyaratan Pelaksanaan Litbangyasa, memuat persyaratan yang harus diperhatikan
dalam penyiapan dan penyusunan usulan kegiatan.
BAB III Penyiapan Usulan Kegiatan, memuat tata cara yang harus dilaksanakan oleh unit
kerja penanggung jawab kegiatan dalam menyiapkan, merumuskan dan
mengusulkan kegiatan litbangyasa.
BAB IV Pelaksanaan Litbangyasa, memuat bentuk kegiatan, bentuk luaran dan
pemanfaatan, arah kegiatan, ruang lingkup dan unit kerja pelaksana serta
pengorganisasian dari kegiatan litbangyasa.
BAB V Hasil Litbangyasa dan Pelaporan, memuat ketentuan mengenai produk litbangyasa
serta jenis laporan yang harus disiapkan oleh penanggung jawab dan koordinator
kegiatan, sistem verifikasi dan pengesahannya.
BAB VI Penutup, memuat esensi dan harapan ditetapkannya Juklak Manajemen
Litbangyasa.
BATAN
- 4 -
BAB II
PERSYARATAN PELAKSANAAN LITBANGYASA
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Manajemen Litbangyasa memuat ketentuan atau
persyaratan dalam pelaksanaan kegiatan litbangyasa. Persyaratan ini diperlukan agar setiap
kegiatan litbangyasa di BATAN dijiwai oleh semangat yang memancar dari cita-cita atau visi
organisasi, serta pelaksanaannya dilandasi oleh prinsip dan nilai-nilai yang telah diformulasikan
dalam Renstra BATAN 2004-2009 Revisi 1. Selain itu Juklak Manajemen Litbangyasa juga harus
menjadi dasar pelaksanaan kegiatan litbangyasa sebagaimana telah dirumuskan dalam maksud
dan tujuan Pedoman Manlitbang yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala BATAN No.
101/KA/VI/2007.
II.1. Persyaratan Pelaksanaan Litbangyasa
Persyaratan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan litbangyasa di BATAN
adalah sebagai berikut:
1. Keselamatan bagi pelaksana, masyarakat dan lingkungan.
Semua kegiatan iptek nuklir dilaksanakan secara profesional dengan mengutamakan prinsip
keselamatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan. Tujuan dari Juklak Manajemen
Litbangyasa Iptek Nuklir adalah agar pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan
pemanfaatan iptek nuklir direncanakan sesuai dengan prosedur, sehingga menghasilkan
produk litbangyasa yang bermutu dan berkeselamatan serta keamanan yang handal.
2. Sistem Manajemen Mutu Nuklir.
Penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian program dan
kegiatan litbangyasa dilaksanakan dengan menerapkan sistem manajemen mutu agar
berkeselamatan dan keamanan yang handal, efisien, efektif dan bermutu sehingga
memberikan kepuasan kepada pelanggan dan masyarakat.
Juklak tentang penerapan sistem manajemen mutu diperlukan untuk menjamin agar
program dan kegiatan iptek nuklir dilaksanakan dengan selamat dan aman bagi pelaksana,
masyarakat, dan lingkungan serta menghasilkan produk yang bermutu. Juklak sistem
manajemen mutu nuklir mengacu pada Sistem Manajemen Mutu Nuklir BATAN cq. PSJMN
(Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir), sebagai bukti bahwa sistem manajemen
mutu telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Untuk memenuhi ketentuan
BATAN
- 5 -
tersebut masing-masing unit kerja diharuskan terakreditasi sistem manajemen mutu sesuai
dengan lingkup kegiatan, akreditasi eksternal BATAN oleh pihak luar yaitu KNAPPP (Komisi
Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan) dan KAN (Komisi Akreditasi
Nasional) dan internal BATAN oleh PSJMN.
3. Pemanfaatan Iptek Nuklir.
Program dan kegiatan litbangyasa disusun berdasarkan RPJPN, RPJMN, ARN, Renstra
BATAN, dan Renstra Unit Kerja. Kegiatan litbangyasa yang dilaksanakan di BATAN harus
berkaitan dengan pemanfaatan iptek nuklir, dengan tujuan agar iptek nuklir dapat
memberikan dukungan nyata terhadap pelaksanaan pembangunan nasional, antara lain di
bidang pangan, energi, pelayanan kesehatan, pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan.
4. Kesesuaian dengan Tugas dan Fungsi Unit Kerja.
Setiap kegiatan litbangyasa harus diusulkan dalam bentuk Usulan Kegiatan dan mendapat
persetujuan dari Pejabat Eselon II. Usulan kegiatan adalah penjabaran dari Renstra BATAN
atau Renstra Unit Kerja. Dengan demikian setiap kegiatan litbangyasa di BATAN harus
berkontribusi kepada pencapaian target/sasaran program Batan atau kegiatan unit kerja.
Setiap kegiatan litbangyasa yang diusulkan untuk memperoleh pendanaan dari pihak
eksternal (nasional maupun internasional) harus sesuai dengan tugas dan fungsi (tusi) unit
kerja dan harus mendapat persetujuan Kepala Unit Kerja.
5. Verifikasi dan Evaluasi Kelayakan Kegiatan Litbangyasa.
Setiap kegiatan litbangyasa iptek nuklir harus telah dinyatakan layak dari aspek teknis
ilmiah, administrasi, dan keselamatan oleh unit kerja pengusul dan Tim yang ditunjuk oleh
Kepala BATAN.
6. Kontrak Riset (Research Contract) dengan Pihak Eksternal.
Kegiatan litbangyasa yang didanai oleh pihak eksternal dalam lingkup Nasional (misalnya
Program Insentif Riset KNRT) dan Badan-badan Internasional (misalnya IAEA, JICA, IFS
dan sebagainya) dalam bentuk proposal riset kompetitif/kontrak riset harus sesuai dengan
tusi unit kerja dan disetujui oleh Kepala Unit Kerja serta dilaporkan ke Biro Perencanaan
(BP). Dengan demikian program kerja sama dalam riset kontrak dengan pihak eksternal
harus merupakan bagian dari program BATAN secara menyeluruh.
BATAN
- 6 -
Kegiatan riset kontrak atau kerja sama penelitian yang tidak berkaitan dengan tusi
unit kerja (spin off) diperlakukan sebagai layanan jasa teknik dan penelitian. Tata cara
layanan jasa teknik dan penelitian diatur di dalam Juklak Manajemen Diseminasi Hasil
Litbangyasa
7. Juklak Manajemen Litbangyasa ini merupakan satu kesatuan dengan Juklak Manajemen
Diseminasi dan Juklak Kelembagaan yang saling melengkapi.
II.2. Pentahapan Pelaksanaan Litbangyasa
II.2.1. Mekanisme Perencanaan Program/Kegiatan Litbangyasa
1. Kepala BATAN menetapkan dan menyampaikan kebijakan umum dan program
utama BATAN untuk 2 (dua) tahun mendatang sesuai dengan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), serta rencana tindak
pelaksanaan program dan anggaran untuk 1 (satu) tahun berikutnya dalam rapat
koordinasi Eselon I dan II.
2. Eselon I (Deputi dan Sestama) merumuskan kebijakan tentang program
prioritas dan penunjang yang memuat pokok-pokok program dan kegiatan
tahunan sebagai acuan penyusunan rencana kegiatan tahunan unit kerja.
3. Kepala Unit Kerja Eselon II mengajukan usulan kegiatan dan rencana kerja
disertai dengan rencana anggaran untuk 2 (dua) tahun mendatang
berpedoman pada kebijakan umum, program utama, Renstra BATAN, program
prioritas dan penunjang sebagaimana tercantum dalam Renstra Unit Kerja
Eselon II. Usulan kegiatan dari unit kerja Eselon II dirumuskan dan disusun
dalam format baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan.
4. Usulan kegiatan terdiri dari beberapa sub kegiatan dan setiap sub kegiatan
dapat terdiri dari beberapa unit penelitian maupun non penelitian
5. Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada butir 3 dibahas
dalam forum rapat koordinasi masing-masing Unit Kerja Eselon I.
6. Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada butir 4 serta
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) merupakan bahan masukan
dalam Rapat Kerja Tahunan, untuk ditetapkan sebagai Rancangan Rencana
Kerja BATAN.
BATAN
- 7 -
7. Rancangan Rencana Kerja sebagaimana dimaksud pada butir 5 memuat
Kebijakan, Program, Kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja, dan biaya yang
dibutuhkan, disusun dalam format baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan.
8. Rancangan Rencana Kerja BATAN akan menjadi pedoman untuk penetapan
pagu indikatif oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Departemen Keuangan
dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang kemudian
akan disahkan menjadi pagu sementara oleh DPR.
9. Kepala BATAN melalui Kelompok Pakar (Peer Group) menilai semua usulan
kegiatan unit kerja Eselon II berdasarkan pagu indikatif dengan berpedoman
pada dokumen perencanaan BATAN (Grand Strategy), Renstra BATAN, Renstra
Unit Kerja Eselon II, dan rekomendasi hasil rapat kerja tahunan sebagaimana
dimaksud dalam butir 5.
II.2.2. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Litbangyasa
1. Usulan kegiatan yang telah mendapat rekomendasi Kelompok Pakar (Peer
Group) dijadikan acuan dalam menyusun RKA Satuan Kerja (Satker).
2. Satker menyusun RKA berdasarkan pagu sementara, Standar Biaya Umum
(SBU), Standar Biaya Khusus (SBK), Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) yang
dilengkapi dengan Rincian Anggaran Biaya (RAB), Kerangka Acuan (Term of
Reference/TOR), dan data dukung lainnya disampaikan kepada Biro
Perencanaan. RAB memuat besar anggaran diantaranya terdiri dari bahan,
biaya orang/bulan, dan peralatan (mesin/jam).
3. Biro Perencanaan menghimpun dan menganalisis RKA Satker untuk disusun
menjadi konsep Rencana Kerja dan Anggaran Kementrerian Lembaga (RKA-KL)
BATAN, selanjutnya bersama Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Departemen
Keuangan dan Bappenas melakukan penelaahan konsistensi kesesuaian
anggaran dan kesesuaian program dengan RKP sebagai konsep DIPA.
4. Biro Perencanaan bersama Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB)
Departemen Keuangan melakukan penelaahan kesesuaian satuan anggaran
pada konsep DIPA dan selanjutnya disahkan menjadi DIPA.
BATAN
- 8 -
II.2.3. Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Litbangyasa
1. Setelah RKA-KL dibagikan oleh kepala BATAN kepada kepala satuan kerja,
maka setiap kepala satuan kerja wajib menyusun POK untuk memperlancar
pelaksanaan kegiatan dan dilaksanakan mengikuti peraturan perundangan yang
berlaku.
2. POK yang telah disusun disampaikan kepada Deputi terkait/Sekretaris Utama
melalui Biro Perencanaan untuk memperoleh persetujuan, menggunakan format
baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan
3. Kepala Satker wajib menunjuk dan menetapkan pejabat pengelola anggaran
sebagaimana diatur dalam Perka BATAN tentang Pedoman Penyusunan dan
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BATAN.
4. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran diperlukan adanya
perubahan kegiatan dan sasaran, maka kepala Satker wajib merevisi dokumen
anggaran (POK maupun DIPA), sebagaimana diatur dalam Prosedur Pengajuan
Usulan Revisi DIPA dan POK BATAN (Buku Seri D Nomor 19/D1/KU 00/Tahun
2007).
II.2.4. Laporan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran
1. Laporan/Kegiatan Litbangyasa
Laporan kegiatan penelitian/non penelitian yang disusun untuk kepentingan
pemantauan, pengendalian, dan evaluasi harus dilengkapi dengan:
a. Laporan triwulan kegiatan penelitian/non penelitian dari masing-masing
pelaksana kegiatan disusun dalam format baku yang disiapkan oleh Biro
Perencanaan.
b. Kepala Unit Kerja Eselon II diwajibkan menyusun laporan penelitian/non
penelitian triwulan dan tahunan, menggunakan format baku yang disiapkan
ke Biro Perencanaan.
c. Laporan penelitian/non penelitian sebagaimana dimaksud pada huruf b
disampaikan kepada Biro Perencanaan dengan tembusan kepada Deputi
terkait/Sekretaris Utama;
BATAN
- 9 -
d. Setiap akhir tahun penanggung jawab kegiatan penelitian/non penelitian
wajib membuat laporan teknis kegiatan disampaikan kepada Biro
Perencanaan melalui Kepala Unit Kerja Eselon II;
e. Pada awal tahun anggaran Kepala Unit Kerja Eselon II menyusun
penetapan kinerja sebagai dasar penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP);
f. Kepala Satker wajib menyampaikan Laporan Kinerja secara hirarkis setiap
triwulan untuk memenuhi PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan
laporan tahunan untuk memenuhi PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah kepada Pejabat Eselon I yang
terkait dan Biro Perencanaan dengan menggunakan format yang
ditentukan;
g. Kepala BATAN menyampaikan Laporan ringkas mengenai Kinerja Tahunan
kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN),
berupa ringkasan LAKIP (dengan tembusan kepada Menteri Negara Riset
dan Teknologi).
h. Kepala BATAN menyampaikan LAKIP kepada Presiden dan Wakil Presiden
dengan tembusan ke Menpan dan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP).
2. Laporan Keuangan
Dalam rangka pertanggungjawaban keuangan yang dikoordinasikan oleh Biro
Umum, setiap lembaga (BATAN) wajib menyelenggarakan sistem akuntansi
dan menyusun laporan keuangan bulanan, triwulan, semester, dan tahunan
berupa Laporan Realisasi Anggaran dan neraca keuangan. Laporan keuangan
semester dilengkapi dengan Catatan Atas Laporan Keuangan dan Pernyataan
Tanggung Jawab, serta telah dilakukan review oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Catatan: Khusus untuk Laporan Keuangan Bulanan, Biro
Perencanaan melakukan penyusunan laporan Realisasi Penggunaan Anggaran.
BATAN
- 10 -
II.2.5. Evaluasi Internal Pelaksanaan Kegiatan
Evaluasi internal pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh unit kerja. Kepala
unit kerja menunjuk Kepala Bidang/Bagian Tata Usaha untuk melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan kegiatan berdasarkan laporan kegiatan penelitian/non
penelitian yang dibuat oleh pelaksana kegiatan dan merekomendasikan tindak
lanjut terhadap hasil yang dilaporkan.
II.2.6. Pengawasan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Litbangyasa
1. Pengawasan terhadap pelaksanaan Program/Kegiatan anggaran dilakukan oleh:
BPK, BPKP, Kepala BATAN, Deputi terkait/Sekretaris Utama, Kepala Satker dan
Inspektorat;
2. Kepala Satker melakukan pemeriksaan kas bendahara sekurang-kurangnya 3
(tiga) bulan sekali. Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Kas;
3. Pengawasan terhadap Satker dilaksanakan oleh Inspektorat berdasarkan surat
tugas dari Kepala BATAN. Setiap Satker wajib menyiapkan semua dokumen
yang diperlukan;
4. Inspektorat berkewajiban melakukan Evaluasi LAKIP Satker di lingkungan
BATAN.
5. Ruang lingkup pengawasan meliputi pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre-
audit), pengawasan saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan setelah
pelaksanaan (Post Audit). Pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre-audit)
mencakup:
a. perencanaan yang berkaitan dengan Tugas dan Fungsi yang dituangkan
dalam Rencana Strategis, Program, Kegiatan, Penetapan Kinerja, RKA,
Sasaran, dan Keluaran;
b. perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM);
c. perencanaan penyusunan anggaran, meliputi perencanaan usulan
kegiatan;
d. perencanaan pengadaan barang/jasa;
BATAN
- 11 -
6. Pengawasan saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan setelah
pelaksanaan (Post Audit) mencakup: pelaksanaan tugas dan fungsi, aspek
sumber daya manusia, aspek keuangan meliputi pengelolaan dan
penatausahaan keuangan negara penerimaan dan pengeluaran, aspek sarana
dan prasarana meliputi pengelolaan dan penatausahaan Barang Milik Negara
(BMN), proses pengadaan barang/jasa; dan metode kerja.
7. Inspektorat melakukan review atas laporan keuangan dan laporan kinerja
tahunan sebelum laporan tersebut disampaikan oleh Kepala BATAN kepada
instansi lain yang terkait;
8. Satker wajib melakukan tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksaan sesuai
dengan saran dan rekomendasi dalam Laporan Hasil Audit (LHA), Laporan
tindak lanjut hasil pemeriksaan dituangkan dalam laporan ini dan disampaikan
kepada Kepala BATAN dengan tembusan kepada Inspektorat dilengkapi dengan
data dukung.
II.3. Pendanaan
Sumber dana yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan litbangyasa berasal dari
APBN dan sumber-sumber lain yang diperoleh dengan cara outsourcing melalui program kerja
sama dengan luar negeri (IAEA, RCA, dll) atau dalam negeri (program insentif, kemitraan, dll)
sejauh tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip yang
digunakan dalam kerja sama kegiatan litbangyasa adalah kesetaraan dan saling
menguntungkan. Mekanisme pendanaan mengacu kepada Juklak Manajemen Penguatan
Kelembagaan Iptek Nuklir.
BATAN
- 12 -
BAB III
PENYIAPAN USULAN KEGIATAN
III.1. Persiapan dan Pengusulan
Persiapan dan pengusulan kegiatan litbangyasa di laksanakan sebagai berikut:
1. Data atau informasi dari RPJPN, RPJMN, KPJM, ARN, dan RKP dipakai peneliti sebagai
sumber acuan pembuatan program litbangyasa BATAN.
2. Kelompok peneliti di unit kerja menentukan beberapa judul kegiatan litbangyasa yang
terkait dengan Renstra BATAN/Kedeputian/Unit Kerja.
3. Pemilihan judul kegiatan litbangyasa dilakukan sesuai dengan sasaran utama/program
prioritas/arahan dan kebijakan pimpinan dan hasil rapat kerja BATAN.
4. Kelompok peneliti dari unit kerja menyusun proposal dokumen kegiatan litbangyasa dengan
memperhatikan tusi unit kerja masukan dari unit-unit kerja yang terkait, hasil kegiatan
tahun sebelumnya dan informasi pasar serta kegiatan litbangyasa lain yang terkait.
5. Proposal dokumen kegiatan litbangyasa diajukan ke Kepala Unit Kerja dengan
memperhatikan rekomendasi KPTP atau KPTF untuk disetujui dan disahkan selanjutnya
dikirim ke BP untuk dilakukan proses seleksi.
6. KPTP dan KPTF beranggotakan para pejabat fungsional peneliti dan non peneliti. Anggota
KPTP minimal telah menduduki jabatan fungsional yang setara dengan golongan IVa dan
berlatar belakang pendidikan minimal S1 eksakta. KPTF beranggotakan pejabat fungsional
dengan jabatan yang setara dengan golongan IIIc. KPTP dan KPTF diangkat dan
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Unit Kerja.
7. Kepala kelompok adalah pejabat fungsional senior yang dipilih oleh Kepala Unit Kerja
dengan mempertimbangkan kompetensi/keahliannya. Kepala Kelompok diangkat dan
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala BATAN.
III.2. Pemeriksaan/Seleksi
Pemeriksaan dan seleksi usulan kegiatan litbangyasa diperlukan untuk mengetahui
kelayakan dan tingkat keberhasilan dari usulan kegiatan yang diajukan. Pemeriksaan dan
penyeleksian kegiatan litbangyasa dilaksanakan sebagai berikut:
1. Proses seleksi usulan dokumen litbangyasa dari masing-masing unit kerja dilakukan oleh
peer group dan dikoordinasikan oleh BP;
BATAN
- 13 -
2. Peer group untuk penelitian yang dibiayai oleh DIPA BATAN ditunjuk oleh Kepala BATAN.
Sedangkan peer group untuk kegiatan riset kompetitif yang dibiayai oleh DIPA eksternal
BATAN ditunjuk oleh Kepala BATAN dengan mempertimbangkan kualifikasi anggotanya
yaitu minimal berpendidikan S2 eksakta dan minimal memiliki jenjang peneliti madya atau
setara.
3. Dokumen usulan kegiatan yang diperiksa minimal harus memuat hal utama sebagai
berikut: penggunaan SDM, alokasi waktu yang disediakan, sarana dan prasarana yang
tersedia dengan kondisi laik operasi, dana yang diperlukan, tujuan, sasaran, luaran, dan
dampak dari pemanfataan luaran dan metode penelitian yang dipakai;
4. Pemeriksa harus menilai tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan/penelitian yang diajukan, berdasarkan informasi atau data yang
dikemukakan pada Butir 3;
5. Pemeriksa juga harus menilai kelengkapan isi dokumen seperti tujuan, sasaran, hasil,
manfaat, indikator keberhasilan secara kualitatif dan kuantitatif;
6. Hasil pemeriksaan oleh peer group merupakan rekomendasi bagi Kepala BATAN untuk
menentukan kelayakan dari usulan kegiatan. Kepala BATAN menyampaikan hasil penilaian
kepada Kepala Unit Kerja Pengusul melalui BP;
7. Kepala Unit Kerja meneruskan hasil penilaian Kepala BATAN kepada para peneliti/pengusul
untuk diketahui atau ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi.
III.3. Persetujuan dan Pengesahan
Proses persetujuan serta pengesahan usulan kegiatan dilakukan berdasarkan hasil
seleksi yang dilakukan. Usulan kegiatan yang dinilai tidak layak diproses lanjut dikembalikan
kepada pengusul kegiatan melalui unit kerja. Tindak lanjut dari usulan kegiatan litbangyasa
yang layak adalah:
1. Perbaikan dan penyempurnaan proposal litbangyasa oleh peneliti, setelah mendapatkan
persetujuan dari Kepala Unit Kerja dikirim kembali ke BP.
2. Usulan kegiatan yang telah diperbaiki selanjutnya oleh BP disusun dan dirumuskan menjadi
Program Litbangyasa BATAN setelah ditandatangani Kepala BATAN.
BATAN
- 14 -
BAB IV
PELAKSANAAN LITBANGYASA
IV.1. Bentuk Kegiatan Litbangyasa
Kegiatan Litbangyasa dapat dilaksanakan di laboratorium, di lapangan, atau keduanya
melalui berbagai cara pendekatan, yaitu dengan pendekatan eksperimental, survei, pemodelan,
rancang desain dan rancang bangun. Berbagai cara pendekatan selalu diawali dengan
penyusunan dugaan teoritis atau hipotesis, dan asumsi. Setiap kegiatan litbangyasa bertujuan
untuk menghimpun data atau informasi yang diperlukan untuk membuktikan atau menguji
kebenaran atau ketidak-benaran dari hipotesis, dugaan, dan asumsi yang telah disusun pada
tahapan paling awal dari perancangan dan perencanaan kegiatan litbangyasa.
Pelaksanaan kegiatan litbangyasa dilakukan oleh pejabat fungsional teknis (peneliti,
perekayasa, pranata nuklir, dsb) dan pejabat fungsional penunjang (non teknis) yang
dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior atau pejabat fungsional yang ditunjuk. Yang
dimaksud pejabat fungsional dalam litbangyasa di antaranya meliputi pejabat fungsional teknis
yaitu peneliti, pranata nuklir, perekayasa, pengawas radiasi dan pejabat fungsional non teknis
sebagai penunjang seperti arsiparis, pustakawan dsb. Kegiatan litbangyasa di setiap unit kerja
harus mengacu pada dokumen perencanaan yang dituangkan dalam Program Litbangyasa
BATAN dan disahkan oleh Pejabat Eselon II BATAN. Pelaksanaan kegiatan litbangyasa yang
melibatkan unit kerja dari instansi lain harus dipayungi oleh aturan yang disepakati oleh para
pihak yang terkait, yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing, sebagaimana diatur di
dalam Juklak Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir.
IV.2. Bentuk Luaran dan Pemanfaatannya
Bentuk luaran kegiatan litbangyasa dan pemanfaatannya harus sudah dirumuskan sejak
awal dari perancangan dan perencanaan kegiatan litbangyasa. Bentuk luaran bergantung pada
kegiatan litbangyasa (penelitian dasar, terapan, pengembangan, atau perekayasaan) dan cara
pendekatan yang digunakan (eksperimental, survei, pemodelan, rancang desain dan rancang
bangun).
Bentuk luaran dan pemanfaatan hasil kegiatan litbangyasa dapat dilaksanakan dengan
berbagai cara, antara lain:
BATAN
- 15 -
• Informasi ilmiah yang diterbitkan sebagai publikasi ilmiah merupakan partisipasi nyata dari
para peneliti dan fungsional BATAN dalam pengembangan dan pemanfaatan iptek nuklir di
berbagai bidang kehidupan manusia.
• Informasi yang didokumentasikan dalam bentuk peta untuk dimanfaatkan dalam kebijakan
pengelolaan sumber daya alam di bidang nuklir.
• Penemuan (invensi) berupa proses atau cara baru dan produk yang dipatenkan untuk
dimanfaatkan dalam kegiatan industri agar lebih efisien, murah, dan memiliki daya saing
yang lebih tinggi.
• Informasi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas nasional dalam
mengembangkan dan memanfaatkan iptek nuklir di bidang energi, pertanian, industri,
pelayanan kesehatan, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
• Metode atau cara baru yang dapat dimanfaatkan dan didayagunakan dalam pengoperasian
dan pemeliharaan perangkat nuklir.
• Prototipe atau produk baru yang masih perlu dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
• Paket teknologi yang siap didiseminasikan agar dapat dimanfaatkan oleh kalangan dunia
usaha dan masyarakat luas untuk meningkatkan produktivitas usaha dan daya saing.
• Produk baru misalnya varietas tanaman yang sudah teruji siap disebarluaskan agar bisa
dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan dan masyarakat luas untuk meningkatkan
produktivitas usaha. Penyebarluasan produk baru tersebut dilakukan melalui PDIN.
• Kemampuan BATAN untuk dimanfaatkan dalam melaksanakan layanan jasa penelitian
misalnya analisis kimia di bidang industri dan pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan serta pertanian dan layanan kesehatan, serta inovasi teknologi. Pelaksanaan
pemanfaatan kemampuan tersebut dikoordinasikan oleh PKTN.
IV.3. Arah Kegiatan Litbangyasa
Program dan kegiatan litbangyasa dilaksanakan dengan mengacu kepada Renstra
(BATAN, Kedeputian, Unit Kerja) dan kebijakan kepala BATAN dengan tujuan untuk
memperkuat enam pilar kompetensi BATAN yaitu:
� Aplikasi Teknologi Isotop dan radiasi (ATIR);
� Pembuatan Isotop dan Senyawa Bertanda (PISB);
BATAN
- 16 -
� Pengelolaan Limbah Radioaktif (PLR);
� Rekayasa dan Pembuatan Perangkat Instrumentasi Nuklir (RPPIN);
� Daur Bahan Bakar Nuklir (DBBN); dan
� Teknologi Reaktor Daya (TRD).
Penguatan pilar kompetensi BATAN diartikan untuk mengembangkan dan memperluas
pemanfaatan iptek nuklir dalam rangka meningkatkan peran dan kontribusi nyata BATAN dalam
mengatasi masalah pangan, energi, industri, pelayanan kesehatan, pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan.
IV.4. Ruang Lingkup dan Unit Kerja Pelaksana
Kegiatan litbangyasa di BATAN mencakup kegiatan sebagai berikut:
• Pemanfataan dan pengembangan teknologi isotop dan radiasi yang meliputi
pengembangan aplikasi teknologi isotop dan radiasi di bidang kebumian dan lingkungan;
pengembangan dan aplikasi teknologi isotop dan radiasi di bidang proses radiasi; dan
pengembangan dan aplikasi teknologi isotop dan radiasi di bidang pertanian. Kegiatan ini
terutama dilaksanakan oleh Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi.
• Penelitian dan pengembangan di bidang bahan industri nuklir, karakterisasi dan analisis
pengembangan teknologi pembuatan bahan polimer dan biomaterial untuk industri
kesehatan dan pertanian; dan penelitian dan pengembangan untuk mengatasi masalah
lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir.
• Penelitian dan pengembangan di bidang dosimetri, biomedika nuklir, kedokteran nuklir, dan
metrologi radiasi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Keselamatan dan
Metrologi Radiasi.
• Penelitian dan pengembangan di bidang teknologi akselerator, fisika nuklir, dan teknologi
proses bahan nuklir, dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan.
• Pengembangan teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka, meliputi pendayagunaan
dan pengembangan teknologi produksi radioisotop; pendayagunaan dan pengembangan
teknologi radiofarmaka; dan pendayagunaan serta pengembangan pemanfaatan dan
operasi siklotron. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka.
• Penelitian dan pengembangan di bidang fisika bahan, fisika dan termohidrolik reaktor, fisika
radiasi, dan lingkungan, serta instrumentasi nuklir, senyawa bertanda dan radiometri.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri.
BATAN
- 17 -
• Pengembangan teknologi pengelolaan limbah radioaktif, yang meliputi antara lain
pengembangan teknologi penyimpanan lestari dan mobilisasi limbah radioaktif;
pengembangan teknologi pengelolaan limbah, dekontaminasi dan dekomisioning fasilitas
nuklir, dan litbang radioekologi kelautan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi
Limbah Radioaktif.
• Perekayasaan di bidang perangkat nuklir, yang meliputi perekayaasaan elektromekanik
nuklir dan struktur serta rancang bangun sipil; perekayasaan instrumentasi kesehatan,
keselamatan nuklir, dan lingkungan; dan perekayasaan instrumentasi reaktor dan industri.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir.
• Pengembangan teknologi bahan bakar nuklir mencakup kegiatan: pengembangan teknologi
produksi bahan bakar nuklir dan daur ulang; pengembangan radiometalurgi dan analisis
fisiko kimia serta teknik uji pasca iradiasi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi
Bahan Bakar Nuklir.
• Pengembangan geologi dan teknologi pertambangan bahan galian nuklir; pelaksanaan
eksplorasi bahan galian nuklir dan penyelidikan geologi nuklir; pelaksanaan evaluasi
cadangan dan pengkajian penerapan teknik pertambangan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh
Pusat Pengembangan Geologi Nuklir.
• Pengembangan perencanaan sistem energi nasional opsi nuklir, pengembangan sistem dan
teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), pengkajian kelayakan tapak PLTN, dan
pengembangan alih teknologi PLTN. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan
Energi Nuklir.
• Pelaksanaan operasi reaktor riset dan pengolahan limbah; akuntansi bahan nuklir dan
pengelolaan elemen bahan bakar nuklir; pelaksanaan analisis dan pengkajian keselamatan
operasi reaktor riset dan keselamatan kerja. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Reaktor
Serba Guna.
• Penelitian dan pengembangan (litbang) fisika reaktor; termohidrolika reaktor;
pengembangan perisai radiasi; analisis keselamatan reaktor; analisis dan simulasi
kecelakaan reaktor serta pengembangan budaya keselamatan; pengkajian dan
pengembangan desain dari sistem dan teras reaktor generasi lanjut. Rangkaian kegiatan ini
dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir.
BATAN
- 18 -
IV.5. Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam lingkup Unit Kerja Eselon II (Pusat) dalam juklak ini
didefinisikan secara sederhana sebagai upaya pembagian tugas dan tanggung jawab.
Pembagian tugas ini terdiri dari (i) pembagian tugas antara Kepala Unit Kerja (sebagai
penanggung jawab suatu kegiatan) dengan Kepala Bidang (penanggung jawab sub kegiatan).
Kepala Bidang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sub kegiatan dan diperlukan
pembagian tugas (ii) antara Kepala Bidang dengan Kepala Kelompok (Kepala Sub Bidang); dan
(iii) pembagian tugas antara Kepala Kelompok sebagai pemimpin pelaksana beberapa unit sub
kegiatan dengan penanggungjawab unit sub kegiatan penelitian.
Tanggung jawab dan tugas pokok dari Kepala Unit Kerja sebagai penanggung jawab
kegiatan adalah:
1. Kepala Unit Kerja bertanggung jawab terhadap kelancaran, keberhasilan dan keselamatan
dari pelaksanaan kegiatan litbangyasa BATAN dengan menerapkan sistem manajemen
mutu terpadu dan mengembangkan budaya keselamatan kerja dan keselamatan
lingkungan.
2. Kepala Unit Kerja selaku penanggung jawab kegiatan melaksanakan verifikasi dan telaahan
terhadap kelayakan usulan kegiatan baik dari aspek teknis ilmiah maupun anggaran.
Usulan kegiatan dari unit kerja dilaksanakan dengan menerapkan sistem manajemen mutu,
standar teknis (baik nuklir maupun non nuklir) dan standar non teknis. Untuk itu Kepala
Unit Kerja menetapkan petunjuk teknis (juknis) tentang sistem pengusulan dan penilaian
kelayakan kegiatan litbangyasa.
3. Kepala Unit Kerja mengesahkan dan menyampaikan usulan kegiatan litbangyasa kepada
Kepala BATAN melalui Kepala Biro Perencanaan sebagai bahan untuk penyusunan dan
perumusan Program Litbangyasa BATAN.
4. Mengkoordinasikan para penanggung jawab sub kegiatan (Kepala Bidang) dalam
penjabaran Program Litbangyasa BATAN ke dalam kegiatan dan sejumlah sub kegiatan unit
kerja.
5. Menjabarkan Progam dan Anggaran Litbangyasa BATAN yang telah ditandatangani Kepala
BATAN kedalam kegiatan unit kerja dengan mempertimbangkan usulan dan masukan dari
Kepala Bidang sebagai Penanggung Jawab sub kegiatan di unit kerja.
BATAN
- 19 -
6. Menjabarkan kegiatan dan anggaran unit kerja ke dalam sejumlah topik sub kegiatan
litbangyasa. Dalam pelaksanaannya Kepala Unit Kerja dapat membentuk Tim Ahli yang
terdiri dari para pejabat fungsional senior dalam wadah KPTP (Komisi Pembina Tenaga
Peneliti) atau KPTF (Komisi Pembina Tenaga Fungsional).
7. Kepala Unit Kerja menetapkan kegiatan litbangyasa yang diprioritaskan dan perlu dipacu
serta memantau secara ketat pelaksanaannya.
8. Mengkoordinasikan pengadaan bahan barang peralatan yang diperlukan untuk kegiatan
litbangyasa agar pelaksanaannya tepat waktu dan sesuai dengan spesifikasi sebagaimana
permintaan para pelaksana kegiatan.
9. Memfasilitasi terwujudnya kerja sama antar pelaksana kegiatan litbangyasa baik yang
berasal dari lingkungan unit kerjanya maupun yang berasal dari unit kerja lain di BATAN.
10. Kepala Unit Kerja bersama-sama dengan Kepala Bidang melaksanakan telaahan terhadap
potensi sumberdaya litbangyasa di dalam lingkup kewenangannya serta merancang strategi
dan cara pemanfaatannya dalam rangka meningkatkan kontribusi dan peran BATAN dalam
memecahkan berbagai masalah pembangunan.
11. Bersama-sama Kepala Bidang, Kepala Unit Kerja melakukan perencanaan pengadaan dan
pembinaan SDM untuk meningkatkan kapasitas unit kerja dan kinerja pelaksanaan kegiatan
litbangyasa.
12. Memastikan seluruh kegiatan litbangyasa nuklir dalam lingkup kewenangannya
diselenggarakan dengan menerapkan manajemen sistem mutu dan standar keselamatan
nuklir. Untuk itu Kepala Unit Kerja mempunyai tugas menyusun petunjuk teknis tentang
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan litbangyasa yang berada dalam lingkup
kewenangannya.
13. Melaksanakan monev serta wasdal secara konsisten (berkelanjutan) dan diselenggarakan
secara teratur (berkala) dengan tujuan agar dapat melakukan deteksi dan koreksi dini
terhadap penyimpangan kegiatan dari rencana yang telah ditetapkan dan disetujui.
14. Secara berkala menyampaikan laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan anggaran
litbangyasa kepada Kepala BATAN melalui Biro Perencanaan dan Inspektorat.
BATAN
- 20 -
Tanggung jawab dan tugas pokok Kepala Bidang adalah:
1. Kepala Bidang bertanggung jawab terhadap kelancaran dan keberhasilan serta
keselamatan pelaksanaan sub kegiatan di bidang yang dipimpin. Untuk itu Kepala Bidang
harus melakukan koordinasi dan sinkronisasi dalam pemakaian peralatan dan sarana
litbang lainnya oleh para peneliti baik yang berasal dari dalam unit kerja yang dia pimpin
maupun yang dari luar unit kerja.
2. Menyiapkan dan menyampaikan bahan masukan kepada Kepala Unit Kerja baik yang
bersifat ilmiah teknis maupun adminstratif untuk perencanaan dan penyusunan usulan
kegiatan dalam rangka penyusunan dan perumusan Program Litbangyasa BATAN.
3. Secara berkala memantau, mengendalikan, dan melaporkan pelaksanaan sub kegiatan baik
dari aspek teknis ilmiah, maupun administratif kepada Kepala Unit Kerja.
4. Mengelola dan memelihara peralatan, sarana, dan fasilitas kerja yang menjadi tanggung
jawabnya.
5. Membina dan mengembangkan kemampuan teknis ilmiah bawahannya.
Tanggung jawab dan tugas pokok Kepala Kelompok adalah:
1. Kepala Kelompok sebagai pemimpin dari pelaksana unit sub kegiatan litbangyasa
bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan beberapa unit kegiatan litbangyasa,
baik dari aspek mutu teknis ilmiah dari luaran maupun tertib administrasi pelaksanaan
anggaran.
2. Dengan dukungan dari para penanggungjawab unit sub kegiatan, Kepala Kelompok
menyiapkan, menyusun, dan menyampaikan usulan kegiatan litbangyasa kepada Kepala
Bidang sebagai bahan masukan untuk penyusunan usulan kegiatan unit kerja.
3. Bersama-sama penanggung jawab sub kegiatan, Kepala Kelompok menjabarkan kegiatan
litbangyasa di unit kerja menjadi sub kegiatan dan beberapa unit sub kegiatan.
4. Bersama-sama para penanggung jawab penelitian, Kepala Kelompok menyusun rencana
kerja, yang antara lain mencakup: menyusun jadwal dan pelaku setiap jenis unit sub
kegiatan; melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab dengan menganut asas
pemerataan; melakukan persiapan awal dengan melaksanakan pendataan terhadap sarana,
peralatan dan bahan penelitian yang sudah tersedia dan yang masih perlu disediakan.
BATAN
- 21 -
5. Kepala Kelompok melakukan pemantauan beberapa unit sub kegiatan litbangyasa dan
secara berkala menyampaikan laporan kemajuan kepada Kepala Bidang dan Kepala Unit
Kerja.
BATAN
- 22 -
BAB V
HASIL LITBANGYASA DAN PELAPORAN
V.1. Hasil Kegiatan Litbangyasa
Hasil atau produk kegiatan litbangyasa iptek nuklir antara lain berupa karya tulis ilmiah,
dokumen paten, prototip, serta proses teknik produksi dan layanan jasa teknologi. Hasil
litbangyasa tersebut diperoleh sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan maupun hasil
lain yang tidak tersebut dalam perencanaan kegiatan. Hasil litbangyasa perlu disebarluaskan
baik kepada masyarakat ilmiah maupun masyarakat pengguna hasil litbangyasa. Hasil kegiatan
Litbangyasa yang dianggap proven sebelum dimanfaatkan lebih lanjut harus dievaluasi oleh Tim
yang didukung oleh Eselon I Batan. Pemanfaatannya diusahakan agar optimal, aman, dan
berkelanjutan. Metode penyebarluasan, pemanfaatan, serta komersialisasi hasil litbangyasa
dilakukan mengikuti ketentuan dan mekanisme yang berlaku, dan diatur dalam Juklak
Manajemen Diseminasi Hasil Litbangyasa Iptek Nuklir.
Hasil kegiatan litbangyasa iptek nuklir yang berpotensi menjadi kekayaan intelektual,
pemanfaatannya diatur lebih lanjut dengan mengacu ketentuan yang berlaku. Pengaturan
pengusulan Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) dan paten dari kegiatan litbangyasa diatur
dalam Juklak Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir. Hasil kegiatan litbangyasa yang
masuk dalam salah satu kategori sebagai HKI (hak cipta/copy right, desain industri) menjadi
salah satu indikator penting keberhasilan lembaga litbang. Dalam pelaksanaan kegiatan
litbangyasa, selain produk litbangyasa yang telah direncanakan tidak tertutup kemungkinan
diperoleh hasil lain berupa peralatan dan sarana litbang lain yang harus diperlakukan sebagai
aset negara. Pengaturan dan pelaporan kepemilikan aset hasil kegiatan litbangyasa tersebut
dilakukan dengan mengacu pada aturan dan ketentuan yang berlaku.
V.2. Pelaporan
Pelaporan merupakan salah satu bentuk pengendalian kegiatan litbangyasa yang
bertujuan agar pelaksanaan kegiatan litbangyasa tetap berjalan pada jalur yang direncanakan.
Para pelaksana kegiatan litbangyasa wajib memberikan laporan sesuai dengan ketentuan dan
jadwal yang sudah ditetapkan. Sebagai bahan evaluasi, laporan kegiatan litbangyasa harus
memuat perkembangan atau kemajuan kegiatan dan hasil yang diperoleh, kesesuaian dengan
target dan jadwal yang direncanakan, realisasi penggunaan anggaran, permasalahan yang
BATAN
- 23 -
dihadapi dan upaya penyelesaiannya serta rencana kegiatan selanjutnya. Penyusunan laporan
kegiatan litbangyasa mengacu pada ketentuan berikut:
• Laporan kegitan litbangyasa terdiri dari laporan pelaksanaan kegiatan Triwulan I sampai
dengan IV dan Laporan Teknis Akhir Tahun, yang disusun berdasarkan format baku yang
telah ditentukan. Laporan Triwulan I sampai dengan IV menjelaskan kemajuan kegiatan
litbangyasa, kuantitas pencapaian dan hambatan dalam pelaksanaan.
• Laporan Triwulan I sampai dengan IV ditandatangani oleh penanggungjawab
penelitian/kegiatan.
• Kepala Kelompok atau Pejabat Eselon IV dan Kepala Bidang menandatangani laporan
triwulan tersebut sebagai persetujuaan bahwa penelitian/kegiatan telah dilakukan sesuai
dengan usulan yang diajukan.
• Ketua KPTF menandatangani laporan triwulan sebagai fungsi kendali bahwa
penelitian/kegiatan tersebut telah sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.
• Pejabat Eselon II menandatangani laporan triwulan tersebut sebagai tanda persetujuan
bahwa penelitian benar-benar telah dilaksanakan sesuai usulan dan mencapai target
sesuai dengan yang direncanakan.
• Laporan Teknis berisi hasil kegiatan litbangyasa yang terdiri dari judul, abstrak,
pendahuluan, metodologi, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran serta daftar
pustaka.
• Laporan Teknis dipresentasikan oleh penanggungjawab penelitian/kegiatan dalam forum
kolokium yang diselenggarakan di masing-masing unit kerja tingkat Eselon II. Dalam
forum tersebut laporan teknis dievaluasi oleh KPTF dan direkomendasikan kepada Pejabat
Eselon II apakah penelitian/kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan hasil yang
diinginkan serta layak untuk dipublikasikan. Setelah dilakukan penyempurnaan, KPTF
dapat merekomendasikan laporan teknis yang layak untuk dipresentasikan dalam seminar
nasional atau dimuat dalam jurnal ilmiah yang telah terakreditasi, atau untuk publikasi
lain yang sesuai.
BATAN
- 24 -
BAB VI
PENUTUP
Naskah tentang Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Manajemen Litbangyasa Iptek Nuklir ini
merupakan tata cara pelaksanaan Kebijakan Umum yang berlaku di BATAN, dijabarkan dari
Peraturan Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman Manajemen Penelitian,
Pengembangan, Perekayasaan, dan Diseminasi Iptek Nuklir.
Dokumen ini disusun sebagai petunjuk atau acuan bagi setiap unit kerja di BATAN dalam
penyiapan data dan informasi, penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, serta
pemantauan, evaluasi, pengawasan dan pengendalian kegiatan litbangyasa iptek nuklir.
Juklak ini disusun sebagai upaya BATAN dalam membangun dan mengembangkan
Sistem Manajemen Mutu Terpadu di dalam pelaksanaan program penelitian, pengembangan,
perekayasaan, dan diseminasi iptek nuklir agar setiap program litbangyasa dan diseminasi iptek
nuklir disusun berdasarkan suatu rencana yang realistik, dilaksanakan dengan mengutamakan
keselamatan, serta menghasilkan luaran dan produk bermanfaat bagi ilmu pengetahuan,
peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, daya saing nasional, serta
terbangunnya suatu citra positif di kalangan masyarakat awam tentang iptek nuklir dan BATAN.
Dengan demikian kebijakan operasional di setiap unit kerja dalam bentuk prosedur teknis atau
petunjuk teknis harus mengacu dan disusun berdasarkan petunjuk yang telah ditetapkan dalam
juklak ini.
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
Salinan sesuai dengan aslinya,
Plh. Kepala Biro Kerjasama, Hukum,
dan Hubungan Masyarakat
Haris Sutarta
BATAN
LAMPIRAN II KEPUTUSAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 093/KA/IV/2009
TANGGAL : 27 April 2009
PETUNJUK PELAKSANAAN
TENTANG
MANAJEMEN DISEMINASI HASIL LITBANGYASA IPTEK NUKLIR
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kebijakan dan program diseminasi iptek nuklir senantiasa perlu dikaji ulang dan
disesuaikan dengan dinamika dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial politik dan
budaya masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar kemajuan serta keberhasilan yang telah
dicapai dalam pembangunan dan pemanfaatan serta pendayagunaan iptek nuklir dapat
berkontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.
Kemajuan teknologi yang begitu pesat terutama teknologi informasi harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin oleh BATAN dalam menumbuhkan serta meningkatkan pemahaman dan
penerimaan masyarakat terhadap iptek nuklir. Masih adanya pandangan yang tidak positif serta
kurangnya pemahaman sebagian masyarakat terhadap teknologi nuklir merupakan tantangan
utama BATAN untuk meningkatkan peran nyata iptek nuklir bagi peningkatan kesejahteraan
dan perbaikan kualitas hidup masyarakat melalui program pemanfaatan hasil litbangyasa
BATAN.
Untuk itu Peraturan Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman Manlitbang
perlu dijabarkan lebih lanjut dalam petunjuk pelaksanaan agar program diseminasi dapat
diselenggarakan secara optimal, efisien dan efektif serta terarah dan terukur sehingga secara
bertahap mampu meningkatkan pemahaman serta menumbuhkan persepsi yang benar dan
sikap positif masyarakat tentang program pemanfaatan dan pendayagunaan iptek nuklir bagi
peningkatan kesejahteraan dan perbaikan kualitas hidupnya.
BATAN
- 2 -
Petunjuk pelaksanaan (juklak) manajemen diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir ini
disusun dengan tetap mempertimbangkan dan memperhatikan keterkaitan dengan juklak
lainnya, yaitu juklak manajemen litbangyasa iptek nuklir yang merupakan petunjuk pelaksanaan
untuk menghasilkan dan mengembangkan produk litbangyasa iptek nuklir, serta juklak
manajemen penguatan kelembagaan iptek nuklir yang merupakan juklak pendukung
keberhasilan kegiatan litbangyasa dan diseminasi.
Program Manajemen Diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir terdiri dari program
penelaahan dan evaluasi hasil kegiatan litbangyasa, penyampaian informasi hasil kegiatan
litbangyasa, pendayagunaan hasil kegiatan litbangyasa, kemitraaan, inovasi, layanan jasa dan
pengelolaan informasi iptek nuklir.
I.2. Maksud dan Tujuan
Juklak Manajemen Diseminasi Hasil Litbangyasa Iptek Nuklir ini ditetapkan sebagai
pedoman kerja bagi semua unit kerja di lingkungan BATAN dalam perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, pengawasan dan pengendalian serta pelaporan
pelaksanaan program diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir dalam rangka mendukung
keberhasilan pelaksanaan program Litbangyasa Iptek Nuklir, dengan tujuan untuk:
1. Meningkatkan kinerja program penelaahan dan evaluasi untuk menetapkan hasil
litbangyasa iptek nuklir yang layak dan siap untuk disebarluaskan, dimanfaatkan dan
didayagunakan oleh masyarakat.
2. Meningkatkan mutu penatalaksanaan layanan informasi dan diseminasi hasil litbangyasa
iptek nuklir.
3. Meningkatkan kerja sama antar lembaga dan layanan kepada masyarakat pengguna dalam
rangka memperluas pemanfaatan hasil litbangyasa BATAN.
4. Mengoptimalkan proses inovasi produk litbangyasa iptek nuklir disesuaikan dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat pengguna.
5. Meningkatkan pengelolaan dan sistem layanan informasi untuk mendukung penyebarluasan
hasil litbangyasa di bidang iptek nuklir.
I.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Diseminasi Hasil Litbangyasa Iptek
Nuklir meliputi penelaahan dan evaluasi teknis, penyampaian, pemanfaatan, kemitraan, inovasi,
layanan, dan pengelolaan informasi hasil litbangyasa iptek nuklir dan diuraikan sebagai berikut:
BATAN
- 3 -
• Penelaahan dan Evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan litbangyasa BATAN yang dianggap
layak dan telah siap disebarluaskan dan dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna.
• Penyampaian hasil litbangyasa BATAN melalui penyebarluasan informasi dan pendidikan
masyarakat (public information dan public education) secara profesional dan proporsional.
• Pemanfaatan hasil litbangyasa iptek nuklir yang terbukti (proven technology) sesuai
kebutuhan masyarakat.
• Pendayagunaan hasil litbangyasa BATAN yang terbukti (proven technology) untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan dan peningkatan daya saing kegiatan ekonomi
masyarakat.
• Pembinaan jejaring kemitraan dengan lembaga, organisasi masyarakat dan para
pemangku kepentingan dengan tujuan memperluas pemanfaatan iptek nuklir .
• Inovasi hasil litbangyasa BATAN disesuaikan dengan tuntutan pasar dan masyarakat
pengguna.
• Layanan jasa iptek nuklir kepada masyarakat pengguna sekaligus untuk meningkatkan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
• Pengelolaan sistem dan layanan informasi sebagai unsur pendukung penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil litbangyasa iptek nuklir oleh masyarakat.
I.4. Sistematika
Penulisan Dokumen Juklak Manajemen Diseminasi Iptek Nuklir disusun dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan; memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, dan
sistematika.
BAB II Persyaratan Pelaksanaan Diseminasi; memuat ketentuan umum, kegiatan diseminasi,
organisasi pelaksana, tahapan pelaksanaan program diseminasi iptek nuklir,
pendanaan, sarana dan prasarana serta mitra kerja.
BAB III Tata Cara Pelaksanaan Diseminasi; memuat kegiatan penyampaian hasil litbangyasa,
kegiatan pendayagunaan hasil litbangyasa, kegiatan kemitraan, serta kegiatan
penyiapan bahan hubungan antar lembaga.
BAB IV Proses Evaluasi Kelayakan Diseminasi; memuat tahapan pengusulan, tahapan
pelaksanaan, dan kriteria evaluasi kegiatan diseminasi.
BAB V Pelaporan
BAB VI Penutup
BATAN
- 4 -
BAB II
PERSYARATAN PELAKSANAAN DISEMINASI
II.1. Ketentuan Umum
Kegiatan diseminasi litbangyasa iptek nuklir yang dilaksanakan harus mengacu kepada
Renstra Unit Kerja yang terkait sehingga terwujud kesinambungan antara kegiatan yang
direncanakan dengan kegiatan yang telah dilaksanakan. Untuk menjamin agar pelaksanaan
kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir bisa lebih terukur, efektif dan efisien maka
unit kerja pelaksana program diseminasi harus menyusun prosedur teknis yang mengatur
kegiatan penyampaian, pemanfaatan dan kemitraan hasil litbangyasa. Prosedur tersebut harus
disusun dan didiskusikan bersama dengan pejabat struktural/fungsional yang berasal dari unit
kerja penghasil produk litbangyasa dan di-review oleh suatu Tim yang ditunjuk dengan
melibatkan Biro Perencanaan.
II.2. Kegiatan Diseminasi
Dalam rangka meningkatkan peran nyata BATAN dalam kegiatan pembangunan, produk
litbangyasa iptek nuklir yang selama ini telah dihasilkan BATAN dan telah dikaji kelayakannya
perlu disampaikan kepada masyarakat dan dimanfaatkan oleh para pelaku ekonomi untuk
meningkatkan produktivitas, kualitas, dan daya saing produk usahanya sehingga mampu
meningkatkan penghasilan dan kesejahteraannya. Kegiatan diseminasi iptek nuklir memegang
peranan penting dalam proses alih teknologi dan pemanfaatan hasil litbangyasa BATAN oleh
para pengguna dan pelaku kegiatan ekonomi. Selain itu publikasi ilmiah hasil litbangyasa
BATAN secara reguler dikirim ke IAEA melalui International Nuclear Information System (INIS)
agar dapat di-shared dengan komunitas ilmiah dari negara lain (anggota INIS). Melalui Pejabat
Penghubung (liaison officer) INIS berkewajiban mendiseminasikan INIS ke masyarakat ilmiah
Indonesia agar dapat dimanfaatkan sebagai acuan litbangyasa.
Secara garis besar kegiatan diseminasi iptek nuklir dapat dibagi dalam 4 (empat)
kelompok kegiatan yaitu: 1). kelompok kegiatan penyampaian informasi tentang iptek nuklir
dan hasil litbangyasa, 2). kelompok kegiatan pendayagunaan hasil litbangyasa, 3). kelompok
kegiatan kemitraan iptek nuklir yang bersifat komersial, dan 4). Kelompok khusus kegiatan
diseminasi publikasi ilmiah hasil litbang iptek nuklir, khususnya diseminasi INIS-IAEA.
BATAN
- 5 -
Sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan diseminasi adalah:
1. Terselenggaranya kegiatan diseminasi iptek nuklir serta promosi hasil litbangyasa BATAN,
melalui kegiatan ceramah, seminar, diskusi panel dan dialog publik, gelar teknologi,
lokakarya, pameran, publikasi, dan program kunjungan masyarakat ke berbagai fasilitas
nuklir yang ada di BATAN dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan menumbuhkan
persepsi positif masyarakat tentang iptek nuklir.
2. Terselenggaranya kegiatan pendayagunaan dan alih teknologi hasil litbangyasa BATAN
kepada para pelaku usaha dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
perbaikan kualitas hidup masyarakat.
3. Terwujudnya jejaring kemitraan untuk komersialisasi hasil litbangyasa BATAN yang telah
teruji dan layak secara teknoekonomi.
4. Meningkatnya jumlah layanan teknologi nuklir dan meluasnya pemanfaatan hasil
litbangyasa iptek nuklir oleh mitra pengguna sebagai upaya untuk meningkatkan target
PNBP.
5. Terselenggaranya sistem dan layanan informasi iptek nuklir yang handal, memuat data
atau informasi terkini untuk menjaga mutu informasi demi kepuasan pelanggan, mudah
diakses dan dimanfaatkan baik oleh BATAN maupun masyarakat.
Untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, diperlukan strategi dengan cara pendekatan
berikut:
1. Pendekatan terpadu.
Kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir dilaksanakan bekerja sama dengan
instansi pemerintah, kalangan dunia usaha (swasta dan BUMN) serta organisasi
kemasyarakatan.
2. Pendekatan prioritas.
Kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir dilaksanakan melalui pemilihan sasaran
diseminasi secara cermat baik perorangan maupun kelompok/organisasi kemasyarakatan
yang mempunyai posisi strategis dan pengaruh yang luas sehingga mempercepat dan
memudahkan penyebaran informasi dan pendayagunaan hasil litbangyasa iptek nuklir oleh
masyarakat dan kalangan dunia usaha.
BATAN
- 6 -
3. Pendekatan personal.
Kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir dilaksanakan melalui pendekatan personal
dan non formal (non kedinasan) sebagai upaya membentuk jejaring kemitraan berorientasi
bisnis dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
Media yang digunakan dalam kegiatan penyampaian, pendayagunaan hasil litbangyasa
BATAN dan kemitraan di bidang nuklir, antara lain melalui:
1. Media tatap muka, dilakukan melalui ceramah, seminar, forum inovasi, lokakarya, diskusi
panel, dialog publik, sarasehan, penyuluhan, pameran dan pelayanan kunjungan ke fasilitas
BATAN.
2. Media massa dan publikasi, meliputi media cetak (surat kabar, majalah, leaflet, booklet,
jurnal, buletin, dll) dan media elektronik (televisi, radio, film dan internet).
3. Demo/percontohan, dilakukan melalui demplot skala pilot project, demfarm dan
penggunaan alat-alat peraga.
4. Uji lokasi, uji klinis, uji fungsi di lokasi promosi tempat hasil litbangyasa akan dimanfaatkan
oleh masyarakat.
II.3. Organisasi Pelaksana
1. Kepala Pusat Diseminasi Iptek Nuklir (PDIN) bertindak sebagai koordinator
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penyampaian informasi iptek nuklir dan hasil
litbangyasa BATAN. Pelaksana kegiatan adalah pejabat Eselon III didukung oleh
peneliti penghasil teknologi berdasarkan arahan dari Kepala PDIN. Pejabat fungsional
Pranata Humas berperan dalam penyiapan bahan serta pembuatan tulisan ilmiah
semi populer mengenai kegiatan pengembangan pemanfaatan iptek nuklir yang telah
dilaksanakan. Unit kerja dari peneliti penghasil teknologi dengan memberikan
masukan dan pertimbangan kepada Kepala PDIN tentang hasil litbangyasa BATAN
yang bermanfaat dan dapat memicu pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat.
2. Kepala Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN) bertindak sebagai koordinator
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pendayagunaan hasil kegiatan litbangyasa
dengan tujuan untuk mengembangkan dan memperluas pemanfaatan hasil kegiatan
litbangyasa dan kemampuan sumber daya litbang yang dimiliki BATAN. Dengan
demikian PKTN juga mengemban tugas untuk mengembangkan program kemitraan
dan inovasi dari hasil litbangyasa yang siap disebarluaskan serta melakukan
BATAN
- 7 -
pembinaan jejaring kerja dengan masyarakat pengguna. Pelaksana kegiatan adalah
pejabat Eselon III didukung oleh peneliti penghasil teknologi berdasarkan arahan dari
Kepala PKTN. Pejabat fungsional berperan dalam penyiapan bahan teknis dan/atau
usulan lengkap dan materi kerja sama. Peneliti penghasil teknologi dari unit kerja
memberikan masukan dan pertimbangan kepada Kepala PKTN tentang hasil
litbangyasa BATAN yang telah layak secara teknoekonomi dan siap digunakan oleh
masyarakat.
3. Kepala Biro Umum (BU) bertindak sebagai koordinator untuk membina pengelolaan
program serta kegiatan layanan jasa teknik dan penelitian serta konsultasi nuklir yang
dilakukan oleh unit kerja BATAN dalam bentuk kegiatan PNBP.
4. Kepala Pusat Pengembangan Informatika Nuklir (PPIN) bertindak sebagai
penanggung jawab dalam pengelolaan sistem dan layanan serta pemutakhiran
informasi hasil litbangyasa iptek nuklir berbasis teknologi informasi dalam rangka
mendukung penyebarluasan informasi demi keberhasilan kegiatan diseminasi. Kepala
PPIN sebagai Pejabat Penghubung (liaison officer) INIS-IAEA berkewajiban
mendiseminasikan INIS ke masyarakat ilmiah Indonesia, seperti perguruan tinggi,
lembaga penelitian, dan lain-lain.
5. Kepala Biro Perencanaan (BP) bertindak sebagai koordinator perencanaan program,
kegiatan dan anggaran dengan mengacu pada hasil evaluasi oleh Peer Group. Kepala
BP menerima laporan kemajuan kegiatan diseminasi secara berkala dari PDIN, PKTN,
PPIN, dan Biro Umum untuk dipergunakan sebagai bahan evaluasi dan perencanaan
program dan kegiatan BATAN selanjutnya.
6. Kepala Biro Kerja Sama, Hukum dan Hubungan Masyarakat (BKHH) bertindak sebagai
koordinator dalam menyiapkan perjanjian kerja sama dengan Lembaga Pemerintah,
Swasta dan LSM serta mengembangkan kerja sama internasional di bidang
penyebaran dan pemanfaatan hasil penelitian.
II.4. Tahapan Pelaksanaan Program Diseminasi Iptek Nuklir
Tahapan pelaksanaan program diseminasi iptek nuklir meliputi:
II.4.1. Perencanaan Program/Kegiatan Diseminasi
1. Kepala BATAN menetapkan dan menyampaikan kebijakan umum dan program
utama BATAN untuk 2 (dua) tahun mendatang sesuai dengan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan
BATAN
- 8 -
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), serta rencana tindak
pelaksanaan program dan anggaran untuk 1 (satu) tahun berikutnya dalam
rapat koordinasi Eselon I dan II.
2. Eselon I (Deputi dan Sestama) merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan
program prioritas dan penunjang, memuat pokok-pokok program dan
kegiatan tahunan sebagai acuan penyusunan rencana kegiatan tahunan unit
kerja.
3. Kepala Unit Kerja Eselon II mengajukan usulan kegiatan dan rencana kerja
disertai dengan rencana anggaran untuk 2 (dua) tahun mendatang
berpedoman pada kebijakan umum, program utama, Renstra BATAN, program
prioritas dan penunjang sebagaimana yang tercantum dalam Renstra Unit
Kerja Eselon II. Usulan kegiatan dari unit kerja Eselon II dirumuskan dan
disusun dalam format baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan.
4. Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada butir 3
dibahas dalam forum rapat koordinasi di masing-masing Unit Kerja Eselon I.
5. Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada butir 3 serta
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) merupakan bahan masukan
Rapat Kerja Tahunan, untuk ditetapkan sebagai Rancangan Rencana Kerja
BATAN.
6. Rancangan Rencana Kerja sebagaimana dimaksud pada butir 5 memuat
Kebijakan tentang Program dan Kegiatan, dilengkapi sasaran kinerja dan biaya
yang dibutuhkan dan disusun dalam format baku yang disiapkan oleh Biro
Perencanaan.
7. Rancangan Rencana Kerja BATAN akan menjadi pedoman dalam penetapan
pagu indikatif oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Departemen Keuangan
dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang kemudian
akan disahkan menjadi pagu sementara oleh DPR.
8. Kepala BATAN melalui Kelompok Pakar (Peer Group) menilai semua usulan
kegiatan unit kerja Eselon II berdasarkan pagu indikatif dengan berpedoman
pada dokumen perencanaan BATAN (Grand Strategy), Renstra BATAN,
Renstra Unit Kerja Eselon II, dan rekomendasi hasil rapat kerja tahunan
sebagaimana dimaksud dalam butir 5.
BATAN
- 9 -
II.4.2. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Diseminasi
1. Usulan kegiatan yang telah mendapat rekomendasi Kelompok Pakar (Peer
Group) dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA) Satuan Kerja (Satker).
2. Satker menyusun RKA berdasarkan pagu sementara, Standar Biaya Umum
(SBU), Standar Biaya Khusus (SBK), Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK)
yang dilengkapi dengan Rincian Anggaran Biaya (RAB), Kerangka Acuan
(Term of Reference/TOR), dan data dukung lainnya. RKA disampaikan
kepada Biro Perencanaan.
3. Biro Perencanaan menghimpun dan menganalisis RKA Satker untuk disusun
menjadi konsep Rencana Kerja dan Anggaran Kementrerian Lembaga (RKA-
KL) BATAN, selanjutnya bersama Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)
Departemen Keuangan dan Bappenas melakukan penelaahan konsistensi
kesesuaian anggaran dan kesesuaian program dengan RKP sebagai konsep
DIPA.
4. Biro Perencanaan menghimpun dan menganalisis RKA Satker untuk disusun
menjadi konsep RKA-KL BATAN, kemudian Biro Perencanaan bersama
Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) Departemen Keuangan
melakukan penelaahan kesesuaian satuan anggaran dan selanjutnya
disahkan menjadi DIPA.
5. Kepala Satker harus membuat Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) untuk
memperlancar pelaksanaan kegiatan dan disampaikan kepada Deputi
terkait/Sekretaris Utama melalui Biro Perencanaan untuk memperoleh
persetujuan dan pengesahan. POK disusun dalam format yang telah
ditentukan.
II.4.3. Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Diseminasi
1. Setelah RKA-KL dibagikan oleh Kepala BATAN kepada kepala satuan kerja,
maka setiap kepala satuan kerja wajib menyusun POK untuk memperlancar
pelaksanaan kegiatan dan dilaksanakan mengikuti peraturan perundangan
yang berlaku.
2. POK yang telah disusun disampaikan kepada Deputi terkait/Sekretaris Utama
melalui Biro Perencanaan untuk memperoleh persetujuan, menggunakan
format baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan.
BATAN
- 10 -
3. Kepala Satker wajib menunjuk dan menetapkan pejabat pengelola anggaran
sebagaimana diatur dalam Perka BATAN tentang Pedoman Penyusunan dan
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BATAN.
4. Apabila dalam pelaksanaan program dan anggaran diperlukan adanya
perubahan kegiatan dan sasaran, maka kepala Satker wajib merevisi
dokumen anggaran (POK maupun DIPA) dengan mengacu pada Prosedur
Pengajuan Usulan Revisi DIPA dan POK BATAN (Buku Seri D Nomor
19/D1/KU 00/Tahun 2007).
II.4.4. Laporan Pelaksanaan Program/Kegiatan Diseminasi
1. Dalam rangka pertanggungjawaban keuangan, dengan dikoordinasikan oleh
Biro Umum setiap lembaga (BATAN) wajib menyelenggarakan sistem
akuntansi dan menyusun laporan keuangan bulanan, triwulan, semester, dan
tahunan berupa Laporan Realisasi Anggaran dan neraca keuangan. Laporan
keuangan semester dilengkapi dengan Catatan Atas Laporan Keuangan dan
Pernyataan Tanggung Jawab.
2. Laporan keuangan menurut ketentuan Anggaran Berbasis Kinerja dan
Akuntabilitas, disusun untuk kepentingan pemantauan pengendalian dan
evaluasi harus dilengkapi dengan:
a. Laporan Triwulan kegiatan penelitian/non penelitian dari masing-masing
pelaksana kegiatan, disusun dalam format baku yang disiapkan oleh Biro
Perencanaan;
b. Kepala Unit Kerja Eselon II menyusun laporan penelitian/non penelitian
triwulan dan tahunan, menggunakan format baku yang disiapkan oleh
Biro Perencanaan;
c. Laporan Penelitian/Non penelitian sebagaimana dimaksud pada huruf b)
disampaikan kepada Biro Perencanaan dengan tembusan kepada Deputi
terkait/Sekretaris Utama;
d. Setiap akhir tahun penanggung jawab kegiatan penelitian/non penelitian
wajib membuat laporan teknis kegiatan disampaikan kepada Biro
Perencanaan melalui Kepala Unit Kerja Eselon II;
e. Pada awal tahun anggaran Kepala Unit Kerja Eselon II menyusun rencana
kinerja sebagai dasar penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP);
BATAN
- 11 -
f. Kepala Satker wajib menyampaikan Laporan Kinerja secara hirarkis
sekurang-kurangnya setiap triwulan kepada Pejabat Eselon I yang terkait
melalui Biro Perencanaan dengan menggunakan format yang ditentukan;
g. Kepala BATAN menyampaikan Laporan Eksekutif Ringkas mengenai
kinerja tahunan kepada Menteri Negara Riset dan Teknologi, Menteri
Keuangan, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan), dalam
bentuk ringkasan LAKIP setelah di-review oleh Inspektorat.
II.4.5. Pengawasan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Diseminasi
1. Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dilakukan oleh: BPK, BPKP,
Kepala BATAN, Deputi terkait/Sekretaris Utama, Kepala Satker, dan
Inspektorat;
2. Kepala Satker melakukan pemeriksaan kas bendahara sekurang-kurangnya 3
(tiga) bulan sekali. Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Kas;
3. Pengawasan terhadap Satker dilaksanakan oleh Inspektorat berdasarkan
surat tugas dari Kepala BATAN. Setiap Satker wajib menyiapkan semua
dokumen yang diperlukan;
4. Ruang lingkup pengawasan meliputi pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre
Audit), pengawasan saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan
setelah pelaksanaan (Post Audit). Pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre
Audit) mencakup:
a. perencanaan yang berkaitan dengan Tugas dan Fungsi yang dituangkan
dalam Rencana Strategis, Program, Kegiatan, Penetapan Kinerja, RKA,
Sasaran, dan Keluaran;
b. perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM);
c. perencanaan penyusunan anggaran, meliputi perencanaan usulan
kegiatan dan sub kegiatan;
d. perencanaan pengadaan barang/jasa.
5. Pengawasan saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan setelah
pelaksanaan (Post Audit) mencakup: pelaksanaan tugas dan fungsi, aspek
sumber daya manusia, aspek keuangan meliputi pengelolaan dan
penatausahaan keuangan negara penerimaan dan pengeluaran, aspek sarana
BATAN
- 12 -
dan prasarana meliputi pengelolaan dan penatausahaan Barang Milik Negara
(BMN), proses pengadaan barang/jasa, dan metode kerja;
6. Inspektorat melakukan review atas laporan keuangan dan laporan kinerja
tahunan sebelum laporan tersebut disampaikan oleh Kepala BATAN kepada
instansi lain yang terkait;
7. Satker wajib melakukan tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksaan sesuai
dengan saran dan rekomendasi dalam Laporan Hasil Audit (LHA), Laporan
tindak lanjut hasil pemeriksaan dituangkan dalam laporan ini disampaikan
kepada Kepala BATAN dengan tembusan kepada Inspektorat dilengkapi
dengan data dukung.
II.5. Pendanaan
Sumber dana yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan diseminasi hasil litbangyasa
iptek nuklir berasal dari APBN dan sumber-sumber lain yang diperoleh dengan cara outsourcing
melalui program kerja sama dengan luar negeri (IAEA, RCA, dll) atau dalam negeri (program
insentif, kemitraan, dll) sejauh tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Prinsip yang digunakan dalam kerja sama kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek
nuklir adalah kesetaraan dan saling menguntungkan. Mekanisme pendanaan mengacu kepada
Juklak Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir.
II.6. Sarana dan Prasarana
PDIN, PKTN dan BU menyiapkan dan memelihara sarana dan prasarana yang dibutuhkan
dalam kegiatan diseminasi hasil litbangyasa BATAN. PPIN memberikan dukungan layanan
informasi melalui media cetak dan elektronik. Ketersediaan sarana dan prasarana diperlukan
dalam rangka menjamin kecepatan dan ketepatan program diseminasi yang telah direncanakan.
II.7. Mitra Kerja
Pelaksanaan kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir melibatkan banyak pihak
eksternal yang berperan sebagai mitra kerja baik dalam proses pelaksanaan kegiatan maupun
percepatan penyebarluasan informasi. Oleh sebab itu mitra kerja mempunyai peran penting
sebagai agen informasi sekaligus juga sebagai katalisator dalam alih teknologi litbangyasa
BATAN. Mitra kerja dituntut mempunyai strategi yang jelas dalam kegiatan diseminasi hasil
litbangyasa iptek nuklir.
BATAN
- 13 -
Secara garis besar, mitra kerja dapat dibedakan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu
instansi pemerintah, swasta dan organisasi kemasyarakatan. Syarat dan ketentuan untuk
pelaksanaan kegiatan kerja sama secara operasional di lapangan, yaitu lingkup kegiatan, hak
dan kewajiban, pelaporan dan sanksi diatur lebih lanjut dalam Surat Perjanjian Pengaturan
Kerja sama (SPPK) yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.
BATAN
- 14 -
BAB III
TATA CARA PELAKSANAAN DISEMINASI
Semua kegiatan diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir harus dilaksanakan dengan
mengacu pada tata cara penerapan Sistem Manajemen Mutu dan Standar BATAN.
III.1. Kegiatan Penyampaian Hasil Litbangyasa
Penyampaian Hasil Litbangyasa adalah suatu kegiatan yang memiliki cakupan dan
perpaduan dari 2 (dua) kegiatan utama yaitu public information dan public education. Dengan
demikian penyampaian hasil litbangyasa mempunyai tujuan ganda, yaitu (i) menyebarluaskan
informasi tentang upaya manusia memanfaatkan iptek nuklir melalui kegiatan litbangyasa
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup umat manusia
(masyarakat) dan (ii) mendidik masyarakat untuk mengenali dan memahami iptek nuklir (baik
dari aspek manfaat maupun resiko) bagi kehidupan umat manusia (masyarakat) serta berbagai
upaya yang telah dilakukan manusia melalui kegiatan litbangyasa untuk memaksimalkan
manfaat dan mengatasi atau meminimalkan resiko.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui berbagai forum komunikasi, yaitu ceramah, seminar
diskusi panel dan dialog publik, sarasehan, lokakarya, gelar teknologi, iklan layanan
masyarakat, pameran, ”open house”, tulisan ilmiah populer atau semi-populer, penerbitan
publikasi di media cetak, dan penyampaian informasi melalui media cetak dan elektronik serta
program kunjungan masyarakat ke BATAN.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah:
1. Peningkatan jumlah anggota masyarakat yang mengenal dan memahami teknologi nuklir
meningkat.
2. Perubahan persepsi dan sikap masyarakat terhadap pemanfaatan teknologi nuklir
meningkat; dari persepsi yang negatif ke persepsi yang positif, dari penentang menjadi
pendukung program nuklir Indonesia.
3. Masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh kelompok anti untuk ikut-ikutan menentang
program nuklir.
4. Masyarakat siap menerima kehadiran PLTN pertama tanpa gejolak yang berarti.
BATAN
- 15 -
III.1.1. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahapan awal dari pelaksanaan kegiatan penyampaian
hasil litbangyasa iptek nuklir BATAN. PDIN menyusun dokumen perencanaan yang
disebut Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) meliputi latar belakang, tujuan dan sasaran,
metode dan ruang lingkup, pembiayaan dan jadwal kegiatan. KAK disusun dengan
mempertimbangkan strata pemahaman masyarakat serta ciri spesifik dari produk hasil
litbangyasa. PDIN melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait di lingkungan BATAN
dan mitra kerja sebagai penyelenggara kegiatan. Perencanaan pelaksanaan kegiatan
dilakukan berdasarkan prosedur teknis yang disusun sebagai acuan pelaksanaan
kegiatan.
III.1.2. Persiapan
KAK yang telah disusun, diverifikasi terlebih dahulu, apakah kegiatan penyampaian
hasil litbangyasa telah memenuhi beberapa aspek yang dipersyaratkan. Kajian dan
telaahan terhadap aspek politik, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi harus dilakukan
sebelum suatu hasil kegiatan litbangyasa diperkenalkan dan disampaikan kepada
masyarakat. Produk litbangyasa juga perlu diverifikasi untuk menetapkan tingkat
kesesuaiannya dengan kebutuhan masyarakat. Proses verifikasi mengacu kepada
prosedur teknis verifikasi yang berlaku di PDIN. Hasil verifikasi harus direkam sebagai
bagian dari penerapan Sistem Manajemen Mutu.
III.1.3. Pelaksanaan
Kegiatan Penyampaian Hasil Litbangyasa dilaksanakan dengan cara antara lain:
penyelenggaraan seminar promosi dan gelar teknologi; pameran; penerbitan booklet,
brosur, leaflet yang memuat informasi tentang kemampuan BATAN, dan demonstrasi
atau peragaan kinerja produk litbangyasa BATAN dihadapan para pengguna dan
pemangku kepentingan.
III.2. Kegiatan Pendayagunaan Hasil Litbangyasa
Kegiatan Pendayagunaan Hasil Litbangyasa dengan tujuan untuk mengembangkan dan
memperluas pendayagunaan hasil litbangyasa dan pemanfaatan sumber daya litbang yang
dimiliki BATAN. Kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan pihak eksternal yang terkait
dengan menganut prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan baik dalam pengertian
resource sharing maupun revenue sharing.
BATAN
- 16 -
Perencanaan, perumusan dan penyusunan program, serta pelaksanaan kegiatan
pendayagunaan hasil litbangyasa dikoordinasikan oleh Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir
(PKTN). Kegiatan yang dilaksanakan adalah pemanfaatan teknologi hasil kegiatan litbangyasa
yang sudah terbukti (proven technology). Sesuai dengan tujuan yang akan diwujudkan, PKTN
juga merumuskan cara pendekatan dan metode yang tepat dengan mempertimbangkan
kemampuan sumber daya litbang yang tersedia di BATAN, ketersediaan teknologi siap pakai
dan sudah teruji, kebijakan dan prioritas pembangunan di bidang iptek nuklir.
Kegiatan Pendayagunaan Hasil Litbangyasa dilaksanakan dengan cara antara lain:
penyelenggaraan seminar promosi dan gelar teknologi; pameran; penerbitan booklet, brosur,
leaflet yang memuat informasi tentang kemampuan BATAN, dan demonstrasi atau peragaan
kinerja produk litbangyasa BATAN dihadapan para pengguna dan pemangku kepentingan, serta
membangun dan mengembangkan kemitraan yang saling menguntungkan.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah:
1. Teknologi Hasil Litbangyasa BATAN digunakan untuk peningkatan produksi pertanian dan
peternakan.
2. Teknologi Hasil Litbangyasa BATAN digunakan untuk peningkatan daya saing produk
industri (produktivitas dan efisiensi proses produksi lebih murah).
3. Teknologi Hasil Litbangyasa BATAN digunakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Teknologi Hasil Litbangyasa BATAN digunakan dalam mengatasi masalah ketersediaan air
bersih dan lingkungan.
5. Teknologi Hasil Litbangyasa BATAN digunakan dalam mengatasi masalah krisis pasokan
energi (geothermal dan PLTN).
6. Apresiasi dan sikap masyarakat terhadap teknologi nuklir dan BATAN semakin baik dan
positif.
III.2.1. Perencanaan
Perencanaan kegiatan pemanfaatan hasil litbangyasa iptek nuklir yang berorientasi
komersial disusun berdasarkan usulan dari Kepala Unit Kerja dengan memperhatikan hasil
evaluasi kelayakan yang dilakukan oleh kelompok pakar. Evaluasi kelayakan dilaksanakan
dengan mekanisme baku yang berlaku di BATAN. PKTN melakukan inventarisasi produk
litbangyasa yang dihasilkan oleh unit kerja penghasil teknologi di lingkungan BATAN.
PKTN juga bertugas melakukan survei dan analisis pasar untuk mempelajari peluang
pasar dan kebutuhan masyarakat. Dari hasil kedua langkah perencanaan tersebut PKTN
BATAN
- 17 -
menetapkan prioritas produk litbangyasa yang layak disebarluaskan secara komersial
kepada masyarakat pengguna. Selanjutnya PKTN bertugas melakukan koordinasi dengan
unit kerja penghasil teknologi untuk merancang persiapan pemanfaatan produk
litbangyasa yang terpilih berdasarkan skala prioritas.
III.2.2. Persiapan
Persiapan Kegiatan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa dilaksanakan oleh PKTN
berdasarkan skala prioritas yang telah ditetapkan dalam tahapan perencanaan.
Penetapan prioritas didasarkan pada hasil evaluasi terhadap sejumlah usulan kegiatan
yang diajukan oleh unit kerja penghasil teknologi dengan melibatkan para pakar dengan
latar belakang disiplin ilmu yang sesuai. Proses evaluasi dilakukan berdasarkan acuan
yang telah ditetapkan oleh BP dan PKTN dengan memperhatikan penerapan Sistem
Manajemen Mutu. PKTN mencari mitra kerja baik dari kalangan pemerintah maupun
swasta dan organisasi kemasyarakatan para peminat dan pengguna teknologi dan produk
litbangyasa BATAN. Berdasarkan skala prioritas, PKTN menyusun Kerangka Acuan
Kegiatan (KAK) dengan melibatkan unit kerja terkait agar kegiatan pemanfaatan produk
litbangyasa BATAN oleh mitra terpilih dilaksanakan sesuai rencana yang telah ditetapkan
dan persiapan yang matang.
III.2.3. Pelaksanaan
Dengan dukungan penuh unit kerja dan peneliti penghasil teknologi, PKTN bermitra
dengan pengguna atau pemanfaat tekologi BATAN merealisasikan rencana kegiatan
pendayagunaan produk litbangyasa dalam bentuk Kerja Sama Operasional (KSO) untuk
jangka waktu tertentu. Kerja sama yang dituangkan dalam bentuk KSO menganut prinsip
kesetaraan dan saling menguntungkan, memiliki tujuan ganda yaitu (i) pengembangan
produk dan daya saing usaha dari mitra dan (ii) penyebarluasan produk litbangyasa
BATAN sehingga mampu meningkatkan kontribusi nyata BATAN dalam pembangunan
nasional dan daerah. KSO diatur lebih rinci dalam Juklak Manajemen Penguatan
Kelembagaan Iptek Nuklir.
BATAN
- 18 -
III.3. Kegiatan Kemitraan
Program dan kegiatan kemitraan merupakan program yang diarahkan untuk memasarkan
produk inovasi teknologi hasil litbangyasa BATAN kepada mitra pengguna dari kalangan dunia
usaha besar, menengah, dan pelaku ekonomi kerakyatan, atau kelompok masyarakat lain yang
memerlukan, serta pengelola dan pelaku pembangunan nasional dan daerah. Produk teknologi
yang layak dipasarkan merupakan barang atau jasa yang layak secara teknis dan ekonomi,
serta diminati atau dapat diterima secara sosial budaya.
Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, PKTN melaksanakan (i) koordinasi perencanaan
dan perumusan program kegiatan dan anggaran kegiatan kemitraan; (ii) PKTN juga merancang
metodologi dan menetapkan cara pendekatan yang tepat untuk mengembangkan jejaring kerja,
membangun kemitraan dan kerja sama yang kokoh dengan pemangku kepentingan dan
pengguna serta peminat teknologi BATAN; dan (iii) PKTN menyelenggarakan seminar promosi,
pameran dan gelar teknologi, demonstrasi atau peragaan alat, merancang program kunjungan
kerja ke BATAN (visit) bagi mitra kerja, menerbitkan dan menyebarluaskan booklet, brosur,
leaflet, yang menggambarkan kemampuan BATAN di bidang inovasi teknologi dan layanan jasa
nuklir.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:
1. Peningkatan dan perluasan kerja sama di bidang pengembangan dan inovasi teknologi
nuklir.
2. Peningkatan layanan jasa dan uji.
3. Peningkatan PNBP.
4. Peningkatan daya guna sumber daya litbang yang tersedia di BATAN.
5. Peningkatan peran nyata dan kontribusi BATAN dalam mengatasi berbagai masalah
pembangunan.
6. Apresiasi masyarakat terhadap keberadaan BATAN dan pemanfaatan teknologi nuklir
semakin baik dan positif.
III.3.1. Kemitraan Membangun Pasar
III.3.1.1. Perencanaan
Perencanaan kegiatan kemitraan membangun pasar dilaksanakan oleh PKTN.
Perencanaan kegiatan didasarkan kepada ketersediaan produk litbangyasa yang
BATAN
- 19 -
sudah teruji (proven) secara teknologi serta hasil kajian terhadap kelayakan ekonomi
dan kebutuhan pasar.
III.3.1.2. Perumusan
Perumusan kegiatan kemitraan dilaksanakan oleh PKTN bekerja sama
dengan unit kerja penghasil produk litbangyasa dan didukung oleh unit kerja lain
yang terkait. PKTN melakukan pembinaan terhadap mitra kerja pengguna dan
pemanfaat teknologi BATAN melalui pembentukan jejaring kerja. Produk yang layak
dipasarkan dirumuskan dan disusun ke dalam Kerangka Acuan Kegiatan (KAK). PKTN
senantiasa melakukan koordinasi dengan unit kerja penghasil produk litbangyasa
dalam rangka memperluas pasar, dan mengantisipasi kenaikan permintaan
masyarakat, dan pengembangan teknologi untuk menyesuaikan permintaaan pasar.
III.3.1.3. Pelaksanaan
Kegiatan kemitraan dilaksanakan dengan dukungan penuh dari unit kerja
penghasil produk litbangyasa dan bekerja sama dengan unit kerja lain yang terkait.
PKTN bertugas membangun jejaring kerja dengan mitra di luar BATAN untuk
menciptakan pasar serta memperluas pendayagunaan produk litbangyasa dan potensi
sumber daya litbang BATAN dengan tujuan utama untuk meningkatkan peran dan
kontribusi nyata BATAN dalam peningkatan kesejahteraan dan perbaikan kualitas
hidup masyarakat. Untuk itu PKTN menerbitkan brosur dan leaflet serta melakukan
presentasi dan demo (peragaan) bersamaan dengan penyelenggaraan seminar,
lokakarya, dan gelar teknologi baik pada skala nasional ataupun regional dan global.
Kegiatan kemitraan dilaksanakan dengan tujuan untuk memasarkan produk
inovasi teknologi, layanan jasa teknik, penelitian dan konsultansi nuklir kepada
masyarakat, kalangan dunia usaha, dan pemerintah pusat dan daerah untuk
mengatasi berbagai masalah pembangunan.
III.3.2. Kemitraan Inovasi Teknologi
III.3.2.1. Perencanaan
Perencanaan inovasi teknologi disusun dan dirumuskan olek PKTN bekerja
sama dengan unit kerja dan peneliti penghasil produk litbangyasa dan didukung oleh
unit kerja lain yang terkait sesuai bidang kompetensi. Perencanaan dilaksanakan
melalui penyelenggaraan forum inovasi seperti pembentukan kelompok kerja (pokja)
BATAN
- 20 -
inovasi teknologi, kunjungan kerja bagi mitra pengguna atau kalangan industri ke
berbagai fasilitas BATAN, menjalin kemitraan dengan pemerintah, swasta, perguruan
tinggi.
III.3.2.2. Perumusan
Perumusan program/kegiatan inovasi teknologi dilaksanakan oleh PKTN
dengan bantuan forum inovasi untuk menetapkan prioritas program inovasi terhadap
suatu produk litbangyasa. PKTN menyusun dokumen inovasi dalam bentuk desain
dasar sedangkan untuk desain detil oleh unit kerja penghasil produk litbangyasa.
Inovasi teknologi untuk menghasilkan produk baru yang sesuai dengan tuntutan
pasar atau pengguna. PKTN bekerja sama dengan Tim Teknoekonomi melaksanakan
kajian kelayakan teknoekonomi terhadap produk baru hasil inovasi. PKTN menyusun
prioritas program inovasi teknologi dan kajian teknoekonomi kedalam Kerangka Acuan
Kegiatan (KAK), serta melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait untuk
mempersiapkan kegiatan inovasi terhadap produk litbangyasa yang telah layak secara
teknis dan memenuhi persyaratan teknoekonomi.
III.3.2.3. Pelaksanaan
Inovasi suatu produk litbangyasa dilaksanakan oleh PKTN bekerja sama
dengan unit kerja dan pebeliti penghasil teknologi serta unit lain yang memiliki
kompetensi yang diperlukan. Produk yang diinovasi sudah diidentifikasi memiliki mitra
pengguna. Unit kerja penghasil produk litbangyasa membuat ’blueprint’ (cetak biru)
untuk rancang bangun produk baru dalam bentuk prototipe. Produk dibuat sesuai
dengan jadwal yang ditetapkan bersama dengan mitra pengguna. PKTN
melaksanakan kajian teknoekonomi secara terus menerus selama kegiatan inovasi
agar dihasilkan produk baru dengan biaya minimal tetapi memiliki kualitas baik dan
dapat diandalkan.
III.3.3. Kemitraan Layanan Jasa Teknik dan Penelitian
III.3.3.1. Perencanaan
Perencanaan kegiatan layanan jasa disusun oleh setiap unit kerja BATAN
penghasil Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Perencanaan PNBP disusun
berdasarkan perkiraan situasi pasar dan perkembangan permintaan dari masyarakat
pengguna, serta hasil evaluasi program dan kegiatan PNBP yang dilakukan oleh Biro
BATAN
- 21 -
Perencanaan dan Biro Umum. Perhitungan target ditetapkan secara realistik
berdasarkan perkembangan permintaan dan potensi pasar dengan tetap
memperhatikan capaian target tahun sebelumnya.
III.3.3.2. Perumusan
Perumusan program dan kegiatan layanan teknologi nuklir disusun sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2005 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Pencapaian target pada tahun berikutnya ditetapkan berdasarkan capaian target
tahun berjalan. Penetapan pencapaian target harus diusahakan selalu meningkat
dengan tetap mempertimbangkan kecenderungan perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi nasional dan global.
III.3.3.3. Pelaksanaan
Layanan jasa teknologi nuklir dilaksanakan oleh unit kerja penghasil PNBP
bekerja sama dengan mitra pengguna. Luaran layanan jasa teknologi dapat berupa
barang atau jasa yang harus sudah teruji dari aspek teknologi dan layak secara
ekonomi. Layanan jasa dan teknologi nuklir merupakan kegiatan komersial.
Keuntungan yang diperoleh dikembalikan ke negara sebagai PNBP setelah dikurangi
biaya operasional.
Pembinaan dan pengendalian kegiatan PNBP dilakukan oleh Biro Umum. Unit
kerja yang terkait dengan PNBP melaporkan pelaksanaan kegiatan PNBP kepada
Kepala BATAN melalui Biro Umum dengan tembusan disampaikan ke Biro
Perencanaan.
III.4. Kegiatan Penyiapan Bahan Hubungan antar Lembaga
Kegiatan penyiapan naskah kerja sama kemitraan dan hubungan antar-lembaga
dilakukan oleh BKHH sebagai koordinator. Bahan masukan untuk naskah kerja sama dan
kemitraan hasil litbangyasa yang bersifat komersial disiapkan oleh PKTN dan yang non
komersial oleh PDIN. Petunjuk pelaksanaan kerja sama diatur lebih lanjut dalam Juklak
Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir, Sub-Subbab IV.2.2 Kerja Sama.
BATAN
- 22 -
BAB IV
PROSES EVALUASI KELAYAKAN DISEMINASI
Kegiatan diseminasi hasil litbangyasa BATAN merupakan kegiatan yang berada di bagian
hilir dari suatu rangkaian proses litbangyasa. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektivitas
dan manfaat dari suatu kegiatan diseminasi. Proses evaluasi kelayakan dan keberhasilan
kegiatan diseminasi dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu tahap pengusulan kegiatan, tahap
pelaksanaan dan tahap evaluasi kegiatan diseminasi.
IV.1. Tahapan Pengusulan Kegiatan Diseminasi
Evaluasi terhadap usulan kegiatan diseminasi, dilakukan secara berjenjang oleh pejabat
struktural dengan dibantu oleh KPTF. Usulan Kegiatan dipersiapkan PDIN dan PKTN
berdasarkan usulan yang diajukan oleh satuan kerja teknis atau berdasarkan hasil riset pasar.
Evaluasi untuk kegiatan diseminasi didasarkan pada kriteria atau parameter utama, yang
mencakup antara lain:
• Setiap usulan dari unit kerja teknis harus didasarkan pada keberhasilannya dalam membuat
prototipe dan didukung dengan data keandalan hasil uji fungsi sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
• Kesanggupan dan kemampuan SDM serta ketersediaan peralatan produksi untuk
menghasilkan sejumlah produk dalam jangka waktu tertentu.
• Produk yang diusulkan dalam kegiatan diseminasi memiliki keunggulan teknologi dan
mampu bersaing dengan produk lain yang setara.
• Berdasarkan analisis ekonomi produk tersebut bisa bersaing dengan produk lain yang telah
ada.
• Usulan kegiatan diseminasi harus didukung dengan analisis pasar yang menunjukkan
bahwa produk tersebut diminati masyarakat.
Usulan kegiatan diseminasi dari satuan kerja teknis harus memenuhi kriteria evaluasi di
atas dan disetujui Pejabat Eselon II (PDIN dan PKTN). Usulan yang dianggap layak disampaikan
ke Biro Perencanaan (BP) untuk dievaluasi kembali oleh Peer Group. Hasil evaluasi oleh Peer
Group ditindaklanjuti oleh PDIN atau PKTN setelah dilakukan perbaikan sesuai saran Peer Group
kemudian diusulkan oleh BP kepada Kepala BATAN untuk mendapatkan persetujuan dan alokasi
pembiayaan.
BATAN
- 23 -
IV.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Diseminasi
Evaluasi pelaksanaan kegiatan diseminasi dilaksanakan oleh 3 (tiga) pihak yaitu: pihak
pertama PDIN dan PKTN selaku pelaksana kegiatan, pihak kedua BP selaku penanggung jawab
program, dan pihak ketiga Inspektorat dari aspek tertib administrasi penggunaan anggaran.
1. PDIN dan PKTN
PDIN dan PKTN selaku pelaksana kegiatan melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan
diseminasi dengan mencermati hal-hal sebagai berikut:
a. Kesiapan pihak-pihak berkepentingan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
diseminasi.
b. Melakukan optimasi biaya dan waktu dengan menelaah kembali setiap bagian yang
menjadi komponen obyek diseminasi.
c. Memperhatikan informasi yang berkembang di masyarakat berkaitan dengan produk,
antara lain keluhan dan tuntutan masyarakat. Evaluasi selama pelaksanaan
diseminasi bertujuan untuk menyempurnakan produk litbangyasa BATAN agar sesuai
dengan keinginan pasar.
d. Melakukan kaji ulang secara terus menerus untuk perbaikan kualitas produk secara
berkelanjutan.
e. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu dalam setiap tahapan produksi.
2. Biro Perencanaan
Biro Perencanaan selaku unit kerja yang ditugasi melaksanakan evaluasi terhadap
pelaksanaan Program BATAN melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala
terhadap kemajuan pelaksanaan kegiatan diseminasi. Pemantauan dan evaluasi
dilaksanakan melalui laporan kemajuan kegiatan yang disusun dan dilaksanakan secara
berkala oleh unit kerja pelaksana (PDIN atau PKTN). Jika dianggap perlu BP dapat
melaksanakan evaluasi langsung disaat atau di lokasi kegiatan diseminasi. Hasil evaluasi
Biro Perencanaan disampaikan ke unit kerja pelaksana (PDIN dan PKTN) untuk dilakukan
perbaikan.
3. Inspektorat
Inspektorat selaku pembina tertib administrasi pengguna anggaran melakukan
evaluasi terhadap pemanfaatan anggaran yang tersedia. Inspektorat melakukan evaluasi
dan pemantauan pengelolaan anggaran agar anggaran diseminasi digunakan dengan
BATAN
- 24 -
lebih optimal dan dikelola sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan digunakan
sesuai dengan peruntukannya.
IV.3. Kriteria Evaluasi Kegiatan Diseminasi
Evaluasi hasil kegiatan diseminasi dilaksanakan oleh pelaksana diseminasi yaitu PDIN,
PKTN, dan BP sebagai unit kerja yang ditugasi melaksanakan evaluasi pelaksanaan program
BATAN. Mekanisme evaluasi dilaksanakan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut:
• Keluhan pengguna dari aspek kualitas produk dan aspek pelayanan purna jual.
• Kesesuaian penerapan Sistem Manajemen Mutu dengan standar yang diberlakukan di
BATAN.
• Manajemen, terutama koordinasi dan efektivitas pelaksanaan setiap tahapan kegiatan.
• Kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan diseminasi.
• Efisiensi pembiayaan kegiatan.
• Waktu pelaksanaan pembuatan atau penyediaan produk sampai diterima oleh
masyarakat pengguna.
Secara ringkas dinyatakan bahwa esensi dari kegiatan evaluasi terhadap perencanaan,
pelaksanaan, dan hasil kegiatan diseminasi harus diarahkan agar penyampaian informasi dan
pendayagunaan hasil litbangyasa nuklir dapat memberikan dampak seluas-luasnya dalam
kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik masyarakat dengan harapan terjadi perubahan
positif mengenai pandangan dan apresiasi masyarakat terhadap iptek nuklir dan kelembagaan
di bidang nuklir. Dengan demikian eksistensi lembaga (BATAN) semakin kuat sehingga
kontribusi BATAN terhadap pelaksanaan pembangunan kesejahteraan rakyat semakin nyata
dirasakan oleh masyarakat luas.
Evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan diseminasi hasil
litbangyasa di BATAN harus didasarkan pada kriteria dan ukuran yang dapat mencerminkan
perubahan kehidupan sosial budaya ekonomi dan politik di masyarakat sebagai dampak dari
keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan penyampaian informasi dan pendayagunaan
hasil litbangyasa nuklir.
BATAN
- 25 -
BAB V
PELAPORAN
PDIN, PKTN, dan Biro Umum (BU) menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
diseminasi hasil litbangyasa iptek nuklir secara berkala kepada Biro Perencanaan (BP) sebagai
bahan evaluasi dan perencanaan program dan anggaran BATAN di tahun yang akan datang.
Laporan disusun menggunakan format baku yang ditentukan oleh Biro Perencanaan. Laporan
kegiatan diseminasi meliputi laporan bulanan, triwulan, dan tahunan. Biro Perencanaan selaku
pelaksana Monitoring dan Evaluasi program, menyusun dan mengolah laporan unit kerja
menjadi laporan program dan kegiatan lembaga (BATAN) dan menyampaikan laporan tersebut
kepada pihak yang berkepentingan (Kepala BATAN, Menpan, Menristek, Bappenas dan Dirjen
Anggaran) sebagai pertanggungjawaban kinerja.
Laporan kegiatan Diseminasi disusun dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
• Secara umum memuat perkembangan kegiatan dan hasil yang diperoleh, kesesuaian
dengan target dan jadwal yang direncanakan, realisasi penggunaan anggaran,
permasalahan yang dihadapi dan penyelesaiannya serta rencana kegiatan tahap selanjutnya
• Laporan bulanan memuat informasi yang menekankan pada target, realisasi penyerapan
anggaran pelaksanaan program/kegiatan, kendala dan langkah tindak lanjut.
• Laporan triwulan memuat informasi perkembangan pelaksanaan program/kegiatan dan
kuantitas pencapaian kegiatan serta hambatannya. Laporan dapat disertai data pendukung
dalam bentuk lampiran dan dokumentasi dalam bentuk foto khusus untuk laporan triwulan
IV (tahunan).
• Laporan teknis kegiatan diseminasi memuat hasil kegiatan diseminasi unit kerja yang terdiri
dari judul, abstrak, pendahuluan, metodologi, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran,
dan daftar pustaka. Laporan teknis ini menjadi dasar dan data dukung laporan triwulan unit
kerja. Isi laporan teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kepala Unit Kerja
• Laporan teknis dan triwulan dibuat oleh penanggung jawab kegiatan dan disahkan serta
disetujui oleh Kepala Unit Kerja pada lembar pengesahan.
• Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dibuat oleh unit kerja sebagai
pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999. LAKIP tingkat lembaga disusun oleh
suatu Tim yang dibentuk melalui Surat Keputusan Kepala BATAN. LAKIP memberikan
gambaran kinerja, dari unit kerja yang ada di lingkungan BATAN.
BATAN
- 26 -
• PPIN mengolah, menampilkan dan memperbaharui website dengan informasi terkini yang
berkaitan dengan kegiatan diseminasi ke dalam, media massa online dan lain-lain agar
dapat diakses dengan cepat oleh semua pihak yang berkepentingan.
BATAN
- 27 -
BAB VI
PENUTUP
Naskah tentang Juklak Manajemen Diseminasi Hasil Litbangyasa Iptek Nuklir ini
merupakan tata cara pelaksanaan Kebijakan Umum yang berlaku di BATAN, dijabarkan dari
Peraturan Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman Manajemen Penelitian,
Pengembangan, Perekayasaan, dan Diseminasi Iptek Nuklir.
Dokumen ini disusun sebagai petunjuk atau acuan bagi setiap unit kerja di BATAN dalam
penyiapan data dan informasi, penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan , serta
pemantauan, evaluasi, pengawasan dan pengendalian program diseminasi hasil litbangyasa
iptek nuklir.
Juklak ini disusun sebagai upaya BATAN dalam membangun dan mengembangkan Sistem
Manajemen Mutu Terpadu di dalam pelaksanaan program kegiatan penelitian, pengembangan,
perekayasaan, dan diseminasi iptek nuklir agar setiap program kegiatan litbangyasa dan
diseminasi iptek nuklir disusun berdasarkan suatu rencana yang realistik, dilaksanakan dengan
mengutamakan keselamatan, serta menghasilkan luaran dan produk bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan, peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, daya saing nasional,
serta terbangunnya suatu citra positif di kalangan masyarakat awam tentang iptek nuklir dan
BATAN. Dengan demikian kebijakan operasional di setiap unit kerja dalam bentuk prosedur
teknis atau petunjuk teknis harus mengacu dan disusun berdasarkan petunjuk yang telah
ditetapkan dalam juklak ini.
BATAN
- 28 -
ACUAN
1. Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2005 tentang Jenis dan Tarip Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Tenaga Nuklir Nasional
2. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman
Manlitbang BATAN
3. Rencana Strategik (Renstra) BATAN 2004 – 2009 revisi 1.
4. Rencana Strategik (Renstra) PDIN, PKTN, PPIN, BU, dan BP tahun 2005 – 2009
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
Salinan sesuai dengan aslinya,
Plh. Kepala Biro Kerjasama, Hukum,
dan Hubungan Masyarakat
Haris Sutarta
BATAN
LAMPIRAN III KEPUTUSAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 093/KA/IV/2009
TANGGAL : 27 April 2009
PETUNJUK PELAKSANAAN
TENTANG
MANAJEMEN PENGUATAN KELEMBAGAAN IPTEK NUKLIR
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Program penguatan kelembagaan iptek nuklir dimaksudkan untuk mendukung
keberhasilan pelaksanaan program litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir yang dilaksanakan
melalui berbagai upaya untuk membangun kemampuan dan memperkuat kapasitas
kelembagaan. Upaya tersebut mencakup perencanaan program dan anggaran yang realistis dan
efisien, pengembangan jejaring kerja yang kuat, penyediaan SDM ahli yang profesional,
penyediaan sarana dan prasarana/BMN yang handal dengan menerapkan sistem manajemen
yang efektif, produktif dan efisien dan mengutamakan keselamatan bagi pelaksana,
masyarakat, dan lingkungan serta memberikan kepuasan kepada pelanggan, pemanfaat iptek
nuklir dan pelaksana kegiatan.
Upaya peningkatan mutu program iptek nuklir antara lain ditentukan salah satunya oleh
kualitas program yang disusun, yang mempunyai dampak terhadap pendanaan yang akan
diperoleh. Mekanisme pengusulan program perlu disepakati bersama dan harus mengacu pada
dokumen perencanaan seperti RPJP, Renstra BATAN, dll. Ketersediaan anggaran yang memadai
sangat diperlukan dalam pelaksanaan program BATAN termasuk pengadaan dan pemeliharaan
fasilitas nuklir serta sarana penunjangnya agar bisa beroperasi dengan baik, handal dan
berhasil guna serta terstandardisasi.
Sumber dana yang diperlukan untuk melaksanakan program dan kegiatan BATAN
diperoleh dari pemerintah melalui APBN (BATAN, KNRT, dan sumber lain) dan dana non
pemerintah. Sumber dana non pemerintah antara lain melalui kegiatan kerja sama/bantuan
BATAN
- 2 -
teknik luar negeri seperti UNDP, IAEA, JICA, dan kerja sama bilateral dalam bentuk bantuan
teknik/hibah, kontrak riset, layanan jasa, alih teknologi, dan Badan Layanan Umum (BLU).
Pengembangan jejaring kerja yang kuat dilaksanakan dengan membentuk jaringan kerja
sama dengan berbagai pihak di dalam maupun di luar negeri dengan tujuan untuk
meningkatkan/ memperkuat kompetensi, promosi, pelayanan, dan diseminasi informasi iptek
nuklir serta pendayagunaan hasil litbangyasa bagi kesejahteraan masyarakat.
Sebagai lembaga yang mengemban tugas mengembangkan pemanfaatan iptek nuklir,
BATAN harus didukung oleh SDM profesional, memiliki disiplin, dan berbudaya kerja yang selalu
mengutamakan keselamatan lingkungan dan masyarakat. Oleh sebab itu, program
perencanaan, pengadaan pegawai (rekruitmen), dan pembinaan SDM di BATAN harus
dirancang agar searah dengan tujuan tersebut. Pembinaan SDM BATAN mencakup pembinaan
intelektual ilmiah teknis, manajerial, psiko-sosial dan moral spiritual.
Sarana dan prasarana/BMN litbangyasa antara lain berupa fasilitas dan peralatan yang
diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah sebagai Barang Milik
Negara (BMN). Agar luaran dari program dan kegiatan litbangyasa dan diseminasi dapat
memberikan daya guna dan hasil guna yang optimal, diperlukan sarana dan prasarana/BMN
litbangyasa yang memadai dan terstandardisasi serta sistem pengelolaan yang profesional
mencakup pengendalian dan pengawasan kegiatan pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan,
dan penghapusan. Pengadaan sarana dan prasarana/BMN litbangyasa direncanakan dan
dilaksanakan secara terpadu mengacu pada peraturan perundang-undangan. Pengadaan sarana
dan prasarana/BMN harus dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan agar tidak
terjadi penyimpangan, kesalahan administrasi, keterlambatan, menghindari tumpang tindih
(duplikasi) dalam pengadaan barang sejenis, sehingga pemanfaatan anggaran barang dan
peralatan bisa berlangsung lebih optimal. Sarana dan prasarana/BMN litbangyasa perlu dikelola
dan dipelihara sesuai dengan sistem manajemen mutu dan prosedur, agar unjuk kerjanya tetap
optimal dan selalu dalam kondisi siap dioperasikan. Sarana dan prasarana/BMN litbangyasa
yang tidak bisa dimanfaatkan lagi harus dihapuskan menggunakan cara untuk prosedur yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pelaksanaan kegiatan litbangyasa di bidang nuklir, keselamatan handal adalah prasyarat
untuk mewujudkan iptek nuklir sebagai pemicu dan pemacu kesejahteraan masyarakat seperti
yang dirumuskan dalam visi BATAN. Pengembangan pemanfaatan iptek nuklir harus didukung
dengan upaya pengembangan budaya keselamatan kerja yang meliputi 2 (dua) aspek yaitu
BATAN
- 3 -
keselamatan radiasi dan keselamatan non radiasi/konvensional. Oleh karena itu unit kerja di
lngkungan BATAN harus menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Upaya perlindungan karya intelektual merupakan hal yang sangat penting bagi
peningkatan daya saing dan melindungi suatu bangsa, lembaga litbang dan pelaksana kegiatan
litbang dan pembajakan hak cipta yang dilakukan oleh pihak lain juga untuk melindungi
investasi pemerintah. Hak atas kekayaan intelektual monopoli bisa dialihkan kepada pihak lain
dengan kesepakatan bersama. Pengembangan sistem Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
diharapkan mendorong para peneliti dan fungsional di lingkungan BATAN untuk
menumbuhkembangkan budaya inovatif dan inventif sehingga mampu menghasilkan karya
penelitian yang layak memperoleh paten serta diminati oleh kalangan dunia usaha.
Program penguatan kelembagaan iptek nuklir harus direncanakan, diselenggarakan dan
dikendalikan sesuai dengan prosedur yang berlaku agar bisa berkontribusi terhadap percepatan
program BATAN dalam pencapaian Visi dan Misi BATAN. Oleh karena itu diperlukan petunjuk
pelaksanaan tentang manajemen penguatan kelembagaan iptek nuklir.
I.2. Maksud dan Tujuan
Dokumen Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek
Nuklir ini dimaksudkan sebagai acuan bagi seluruh unit kerja di lingkungan BATAN yang akan
melakukan penyusunan rencana, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan yang berkaitan
dengan program penguatan kelembagaan iptek nuklir dalam rangka mendukung pelaksanaan
litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir.
Tujuan dari penyusunan Juklak Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir adalah
agar program dan anggaran BATAN dapat dilaksanakan secara realistik, efisien, dan
berkeselamatan handal serta berkesinambungan dengan menerapkan prinsip manajemen mutu
terpadu sehingga dapat meningkatkan peran dan sumbangan nyata BATAN dalam pelaksanaan
pembangunan nasional, dan secara bertahap terbangun citra positif terhadap iptek nuklir
dikalangan masyarakat serta dapat menempatkan BATAN pada posisi strategis di lingkungan
nasional dan internasional.
I.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Pelaksanaaan Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir
meliputi:
� Perencanaan program dan anggaran yang realistis dan efisien pada semua unit kerja di
lingkungan BATAN;
BATAN
- 4 -
� Kerja sama dengan berbagai pihak melalui pengembangan jejaring kerja yang kuat untuk
meningkatkan kompetensi, promosi, pelayanan, diseminasi dan pendayagunaan hasil
iptek nuklir;
� Sumber daya manusia pelaksana program BATAN yang ahli dan profesional;
� Sarana dan prasarana/BMN yang memadai dan terstandardisasi sebagai sumber daya dan
tulang punggung kegiatan litbangyasa, dan sistem pengelolaannya;
� Budaya keselamatan yang harus ditumbuhkembangkan di lingkungan BATAN sebagai
prasyarat untuk mewujudkan keselamatan yang handal dan keberhasilan pencapaian zero
accident dalam kegiatan pemanfaatan iptek nuklir;
� Standardisasi iptek nuklir yang harus diterapkan pada semua kegiatan oleh seluruh unit
kerja di lingkungan BATAN untuk mewujudkan jaminan mutu hasil program BATAN;
� Hak kekayaan intelektual sebagai upaya penghargaan dan perlindungan karya intelektual
pelaksana program BATAN dan investasi pemerintah.
I.4. Sistematika
Dokumen Juklak Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir disusun dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan
sistematika.
BAB II Persyaratan Program Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir, memuat ketentuan atau
persyaratan yang harus diperhatikan dalam penyiapan dan penyusunan rencana
kegiatan.
BAB III Penyiapan dan Seleksi Usulan Kegiatan Program Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir,
memuat tata cara yang harus dilaksanakan oleh unit kerja penanggung jawab kegiatan
dalam menyiapkan, merumuskan dan mengusulkan kegiatan penguatan kelembagaan.
BAB IV Pelaksanaan Program Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir, memuat tahapan
pelaksanaan kegiatan penguatan kelembagaan iptek nuklir
BAB V Monitoring dan Evaluasi, Pengawasan dan Pengendalian, memuat tata cara
pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan dan peran dari
pejabat struktural dan fungsional dalam penyelenggaraan Monev Wasdal.
BAB VI Penutup
BATAN
- 5 -
BAB II
PERSYARATAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN IPTEK NUKLIR
Petunjuk Pelaksanaan (juklak) Manajemen Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir
memuat ketentuan atau persyaratan pelaksanaan kegiatan penguatan kelembagaan.
Persyaratan ini diperlukan agar setiap kegiatan penguatan kelembagaan di BATAN dilaksanakan
untuk pencapaian Visi dan Misi BATAN serta dilandasi oleh prinsip dan nilai-nilai yang telah
diformulasikan dalam Renstra BATAN 2004 – 2009 Revisi 1. Selain itu Juklak Manajemen
Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir juga harus menjadi dasar pelaksanaan kegiatan
penguatan kelembagaan sebagaimana telah dirumuskan dalam maksud dan tujuan Pedoman
Manlitbang yang telah ditetapkan dengan Peraturan Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka ketentuan yang dipersyaratkan dalam
pelaksanaan kegiatan penguatan kelembagaan di BATAN adalah sebagai berikut:
1. Budaya Keselamatan Kerja.
Keselamatan handal merupakan prasyarat dalam melaksanakan semua program
BATAN (penguatan kelembagaan, litbangyasa, dan diseminasi) untuk mewujudkan iptek
nuklir sebagai pemicu dan pemacu kesejahteraan masyarakat seperti yang dirumuskan
dalam Visi BATAN. Pengembangan pemanfaatan iptek nuklir harus diikuti dengan upaya
pengembangan budaya keselamatan kerja.
Semua unit kerja di lingkungan BATAN harus menerapkan sistem manajemen
keselamatan (SMK) sebagai wadah untuk menumbuhkembangkan budaya keselamatan,
terutama untuk kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan tugas dan fungsi BATAN yang
memiliki potensi bahaya karena karakteristik dari suatu proses atau bahan yang digunakan
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja baik radiasi maupun non radiasi.
Dalam pengembangan dan penerapan sistem manajemen keselamatan setiap unit
kerja harus melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan membangun kesadaran dan komitmen terhadap
penerapan sistem manajemen keselamatan;
b. Merumuskan rencana pelaksanaan kebijakan kesematan keselamatan yang mencakup
identifikasi hal-hal yang berpotensi sebagai penyebab kecelakaan kerja (radiasi dan non
radiasi), langkah dan cara pencegahan yang bersifat preventif dan cara mengatasinya
jika sampai terjadi bahaya;
BATAN
- 6 -
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dan
berkelanjutan dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang
diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan serta sasaran
keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan;
e. Me-review dan memantau secara berkesinambungan pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja program pengembangan
keselamatan dan kesehatan kerja, serta budaya keselamatan kerja.
2. Sistem Manajemen Mutu.
Semua program dan kegiatan BATAN (penguatan kelembagaan, litbangyasa,
diseminasi) harus menerapkan sistem manajemen mutu mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian program & kegiatan agar dapat dilaksanakan
dengan selamat dan aman, efisien, efektif dan menghasilkan produk yang bermutu dan
berdaya saing serta memberikan kepuasan kepada semua pemangku kepentingan.
Pengakuan bahwa unit kerja, laboratorium, proses, produk, dan pelaksana kegiatan
telah menerapkan sistem manajemen mutu dilaksanakan melalui akreditasi dan/atau
sertifikasi secara nasional (KAN, KNAPPP, Lembaga Penilai Kesesuaian/LPK) atau lingkup
BATAN (PSJMN). Ketentuan tentang penerapan sistem manajemen oleh unit kerja diatur
dalam peraturan Kepala BATAN tentang pelaksanaan standardisasi di lingkungan BATAN
beserta dokumen Sistem Standardisasi BATAN (SSB), dan kebijakan mutu BATAN yang
dinyatakan dalam dokumen Renstra BATAN.
3. Program dan Anggaran.
Penyusunan program dan kegiatan untuk menyelesaikan masalah di bidang nuklir
baik yang aktual jangka pendek maupun untuk mengantisipasi peluang dan tantangan
jangka menengah-panjang harus realistik, terukur dan kreatif-antisipatif dan dirumuskan
berdasarkan kebijakan strategik BATAN. Perubahan arah dan kebijakan strategik nasional
harus dapat diantisipasi melalui upaya penyesuaian prioritas sasaran program utama jangka
pendek dan menengah.
BATAN
- 7 -
Sistem penganggaran harus dapat menciptakan lingkungan yang mendukung
dengan mengaitkan perencanaan dan penganggaran melalui pengendalian keputusan dan
kebijakan untuk:
• memastikan perencanaan kebijakan, program dan kegiatan telah mempertimbangkan
kendala anggaran;
• memastikan bahwa biaya sesuai dengan hasil yang diharapkan;
• memberikan informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil dan review kebijakan.
Penyusunan dan pelaksanaan anggaran BATAN dilaksanakan secara tertib, taat
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Jejaring Kerja.
Jaringan kerja sama dan kemitraan dengan berbagai pihak di dalam maupun di luar
negeri dilaksanakan dalam rangka mencapai sasaran program BATAN seperti yang tertera di
Renstra BATAN 2004 -2009 Revisi 1. Program-program kerja sama dan kemitraan harus
merupakan bagian terpadu dari program BATAN secara menyeluruh.
5. Sumber Daya Manusia.
Kegiatan perencanaan, penyiapan dan pembinaan SDM di BATAN harus
dilaksanakan secara komprehensif dan berkesinambungan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, agar diperoleh SDM yang profesional, memiliki disiplin, dan memiliki
budaya kerja yang selalu mengutamakan keselamatan lingkungan dan masyarakat.
6. Sarana dan prasarana/BMN.
Kegiatan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana/BMN harus
direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku, sehingga seluruh fasilitas nuklir dan sarana-prasarana
pendukungnya dapat selalu siap pakai dan beroperasi secara handal, selamat dan
terstandardisasi untuk melaksanakan tugas dan fungsi organisasi.
BATAN
- 8 -
7. Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Pengembangan sistem HKI di BATAN harus dilaksanakan untuk meningkatkan
kegiatan inovatif, melindungi investasi pemerintah dan pembajakan hak cipta, serta sebagai
penghargaan kepada keberhasilan para peneliti dan perekayasa. Perencanaan dan
pengusulan hasil invensi yang berpotensi dan perlu memperoleh perlindungan hukum ke
Direktorat Jenderal HKI-Departemen Hukum dan HAM, dilaksanakan melalui sistem seleksi
dan evaluasi secara berjenjang sesuai dengan mekanisme dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BATAN
- 9 -
BAB III
PENYIAPAN DAN SELEKSI USULAN KEGIATAN
PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN IPTEK NUKLIR
III.1. Penyiapan dan Pengusulan
Kegiatan dari program penguatan kelembagaan iptek nuklir harus disiapkan dan
diusulkan sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Penyiapan dan pengusulan kegiatan
program penguatan kelembagaan iptek nuklir dilaksanakan sebagai berikut:
1. Pengumpulan dan kajian data/informasi kegiatan program penguatan kelembagaan
bersumber dari arahan dan kebijakan pemimpin BATAN, Renstra BATAN, RKP, KPJM,
RPJMN, RPJPN, dan Renstra Unit Kerja sebagai acuan pembuatan kegiatan program
penguatan kelembagaan.
2. Forum manajemen unit kerja (Eselon II, III, IV) menentukan prioritas kegiatan program
penguatan kelembagaan iptek nuklir yang terkait dengan Renstra
BATAN/Kedeputian/Settama/Unit Kerja.
3. Forum manajemen unit kerja melakukan pemilihan judul-judul kegiatan program
penguatan kelembagaan sesuai dengan arahan pemimpin BATAN, kegiatan prioritas,
sasaran utama dan hasil rapat kerja, serta menentukan penanggung jawab kegiatan.
4. Penanggung jawab kegiatan menyusun usulan kegiatan program penguatan kelembagaan
dengan memperhatikan masukan dari unit-unit kerja yang terkait, hasil kegiatan tahun
sebelumnya dan informasi pasar sesuai format baku dari Biro Perencanaan.
5. Usulan kegiatan program penguatan kelembagaan diajukan ke forum manajemen untuk
diperiksa, disetujui, disahkan dan selanjutnya dikirim ke Biro Perencanaan untuk dilakukan
proses seleksi sesuai dengan aturan dan mekanisme yang telah ditetapkan.
III.2. Seleksi Usulan Kegiatan
Usulan kegiatan program penguatan kelembagaan diseleksi dan dievaluasi kelayakannya
baik dari aspek ilmiah-teknis maupun pendanaannya. Proses seleksi dilaksanakan sebagai
berikut:
1. Proses seleksi usulan kegiatan penguatan kelembagaan dari masing-masing unit kerja
dikoordinasikan oleh Biro Perencanaan dan dilakukan oleh peer group kelembagaan yang
ditunjuk oleh Kepala BATAN.
BATAN
- 10 -
2. Biaya yang dikeluarkan untuk seleksi dan evaluasi usulan kegiatan penguatan
kelembagaan disediakan dalam DIPA BATAN atau non DIPA BATAN seperti dari KNRT,
kerja sama di dalam/luar negeri.
3. Peer group menilai usulan kegiatan berdasarkan pada kriteria penilaian yang telah
ditetapkan oleh Biro Perencanaan.
4. Usulan kegiatan yang dinilai tidak layak tidak diproses lebih lanjut, sedangkan usulan
kegiatan yang layak dikembalikan kepada unit kerja pengusul untuk perbaikan sesuai
dengan peer group. Hasil perbaikan kembali ke peer group melalui Biro Perencanaan.
5. Hasil seleksi dan rekomendasi peer group merupakan bahan pertimbangan bagi
Deputi/Sestama untuk menentukan apakah suatu usulan dapat dibiayai atau tidak. Hasil
Penetapan Deputi/Sestama disampaikan kepada Kepala BATAN untuk mendapatkan
pengesahan.
6. Seluruh usulan kegiatan yang telah mendapat pengesahan Kepala BATAN disampaikan ke
Biro Perencanaan untuk ditindaklanjuti dan dikirim kembali ke unit-unit kerja pengusul.
7. Kepala unit kerja meneruskan hasil penetapan Kepala BATAN ke penanggung jawab
kegiatan melalui forum manajemen dan pengelola anggaran untuk ditindaklanjuti dan
dijabarkan lebih detil ke dalam usulan topik kegiatan program penguatan kelembagaan.
BATAN
- 11 -
BAB IV
PELAKSANAAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN
IPTEK NUKLIR
IV.1. Ruang Lingkup dan Unit Pelaksana Program Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir
Ruang lingkup dan unit pelaksana program penguatan kelembagaan iptek nuklir terdiri
dari 7 (tujuh) sub program yaitu:
1. Perencanaan program dan anggaran
2. Kerja sama
3. Sumber Daya Manusia
4. Sarana dan prasarana/BMN
5. Budaya Keselamatan
6. Standardisasi Iptek Nuklir
7. Hak Kekayaan Intelektual
Sub program penguatan kelembagaan iptek nuklir dijabarkan ke dalam 8 (delapan)
kegiatan seperti terlihat di dalam Tabel 1. Setiap kegiatan harus dilaksanakan oleh seluruh unit
kerja BATAN dengan dikoordinasikan oleh unit kerja yang memiliki tusi terkait kegiatan
tersebut.
Kegiatan dari program penguatan kelembagaan dilaksanakan untuk mendukung
keberhasilan program litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir. Dukungan tersebut berupa
serangkaian upaya yang memadai dalam membangun kemampuan dan memperkuat kapasitas
kelembagaan, yang mencakup pengembangan jejaring kerja yang kuat, menyediakan SDM ahli
yang profesional, menyiapkan ketersediaan sarana dan prasarana/BMN yang handal dengan
menerapkan sistem manajemen mutu yang efektif, produktif dan efisien, mengutamakan
keselamatan bagi pelaksana, masyarakat, dan lingkungan serta memberikan kepuasan kepada
pelanggan, pemanfaat iptek nuklir dan pelaksana kegiatan.
BATAN
- 12 -
Tabel 1. Kegiatan Penguatan Kelembagaan
Program Sub Program Kegiatan Koordinator Unit Pelaksana
1. Perencanaan Program dan Angggaran
Penyusunan
Program dan
Anggaran, serta
Monitoring dan
Evaluasi
BP, Inspektorat Seluruh Unit
Kerja di BATAN
2. Kerja sama Peningkatan
jaringan kerja
sama kelembagaan
iptek
BKHH Seluruh Unit
Kerja di BATAN
Peningkatan
kompetensi SDM
aparatur
BSDM, PDL Seluruh Unit
Kerja di BATAN
3. Sumber Daya Manusia
Penyelenggaraan
pengembangan
pendidikan dan
pelatihan sumber
daya manusia
PDL, STTN Seluruh Unit
Kerja di BATAN
4. Sarana dan prasarana/BMN
Optimalisasi dan
revitalisasi instalasi
dan fasilitas nuklir
BU, PKTN PKTN, PPEN,
PPGN, PTBN,
PTLR, PRPN,
PRSG, PATIR,
PTBIN, PTKMR,
PTNBR, BU,
PTAPB, PRR,
PTRKN.
5. Budaya Keselamatan
Pengembangan
Budaya
Keselamatan
PTRKN, PTKMR Seluruh Unit
Kerja di BATAN
6. Standardisasi Iptek Nuklir
Penguatan
Pengawasan
Standardisasi
PSJMN Seluruh Unit
Kerja di BATAN
Manajemen Penguatan Kelembagaan
7. Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Pengembangan
Hak Kekayaan
Intelektual (HKI)
BKHH Seluruh Unit
Kerja di BATAN
BATAN
- 13 -
IV.2. Pelaksanaan Program Penguatan Kelembagaan Iptek Nuklir
IV.2.1. Perencanaan Program dan Anggaran
IV.2.1.1. Mekanisme Perencanaan Program
1. Kepala BATAN menetapkan dan menyampaikan kebijakan umum dan program
utama BATAN untuk 2 (dua) tahun mendatang sesuai dengan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), serta rencana tindak
pelaksanaan program dan anggaran untuk 1 (satu) tahun berikutnya dalam
rapat koordinasi Eselon I dan II.
2. Eselon I (Deputi dan Sestama) merumuskan kebijakan dalam rangka
penyusunan program prioritas dan penunjang yang memuat pokok-pokok
program dan kegiatan tahunan sebagai acuan penyusunan rencana kegiatan
tahunan unit kerja.
3. Kepala Unit Kerja Eselon II mengajukan usulan kegiatan dan rencana kerja
disertai dengan rencana anggaran untuk 2 (dua) tahun mendatang
berpedoman pada kebijakan umum, program utama, Renstra BATAN, program
prioritas dan penunjang sebagaimana yang tercantum dalam Renstra Unit Kerja
Eselon II. Usulan kegiatan dari unit kerja Eselon II dirumuskan dan disusun
dalam format baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan.
4. Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada butir 2 dibahas
dalam forum rapat koordinasi masing-masing Unit Kerja Eselon I.
5. Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada butir 3 serta
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) merupakan bahan masukan
dalam Rapat Kerja Tahunan, yang menetapkan Rancangan Rencana Kerja
BATAN.
6. Rancangan Rencana Kerja sebagaimana dimaksud pada butir 4 memuat
Kebijakan, Program, Kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja, dan biaya yang
dibutuhkan dan disusun dalam format baku yang disiapkan oleh Biro
Perencanaan.
BATAN
- 14 -
7. Rancangan Rencana Kerja BATAN menjadi pedoman untuk penetapan pagu
indikatif oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Departemen Keuangan dan
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang kemudian akan
disahkan menjadi pagu sementara oleh DPR.
8. Kepala BATAN melalui Kelompok Pakar (Peer Group) menilai semua usulan
kegiatan unit kerja Eselon II berdasarkan pagu indikatif dengan berpedoman
pada dokumen perencanaan BATAN (Grand Strategy), Renstra BATAN, Renstra
Unit Kerja Eselon II, dan rekomendasi hasil rapat kerja tahunan sebagaimana
dimaksud dalam butir 4.
IV.2.1.2. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
1. Usulan kegiatan yang telah mendapat rekomendasi Kelompok Pakar (Peer
Group) dijadikan acuan dalam penyusunan RKA Satuan Kerja (Satker).
2. Satker menyusun RKA berdasarkan pagu sementara, Standar Biaya Umum
(SBU), Standar Biaya Khusus (SBK), Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) yang
dilengkapi dengan Rincian Anggaran Biaya (RAB), Kerangka Acuan (Term of
Reference/TOR), dan data dukung lainnya. RKA dari masing-masing satker
disampaikan kepada Biro Perencanaan.
3. Biro Perencanaan menganalisis dan melakukan rekapitulasi RKA Satker untuk
disusun menjadi konsep Rencana Kerja dan Anggaran Kementrerian Lembaga
(RKA-KL) BATAN dan selanjutnya BP bersama Direktorat Jenderal Anggaran
(DJA) Departemen Keuangan dan Bappenas melakukan penelaahan terhadap
konsistensi dan kesesuaian anggaran dan program dengan RKP sebagai Konsep
DIPA.
4. Mengacu pada Konsep DIPA, Biro Perencanaan menganalisis kembali RKA
Satker untuk disusun menjadi konsep RKA-KL BATAN. Kemudian Biro
Perencanaan bersama Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) Departemen
Keuangan melakukan penelaahan kesesuaian satuan anggaran dan selanjutnya
disahkan menjadi DIPA.
5. Dengan mengacu kepada dokumen DIPA, Kepala Satker membuat Petunjuk
Operasional Kegiatan (POK) untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan dan
disampaikan kepada Deputi terkait/Sekretaris Utama melalui Biro Perencanaan
BATAN
- 15 -
untuk memperoleh persetujuan dan pengesahan dengan menggunakan format
yang telah disiapkan oleh Biro Perencanaan.
IV.2.1.3. Pelaksanaan Anggaran
1. Setelah RKA-KL dibagikan oleh kepala BATAN kepada kepala satuan kerja,
maka setiap kepala satuan kerja wajib menyusun POK untuk memperlancar
pelaksanaan kegiatan dan dilaksanakan dengan mematuhi peraturan
perundangan yang berlaku.
2. POK yang telah disusun disampaikan kepada Deputi terkait/Sekretaris Utama
melalui Biro Perencanaan untuk memperoleh persetujuan, menggunakan format
baku yang disiapkan oleh Biro Perencanaan.
3. Kepala Satker wajib menunjuk dan menetapkan Pejabat Pengelola Anggaran
sebagaimana diatur dalam Perka BATAN tentang Pedoman Penyusunan dan
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BATAN.
4. Apabila dalam pelaksanaan program dan anggaran diperlukan adanya
perubahan kegiatan dan sasaran, maka Kepala Satker wajib merevisi dokumen
anggaran (POK maupun DIPA), sebagaimana diatur dalam Prosedur Pengajuan
Usulan Revisi DIPA dan POK BATAN (Buku Seri D Nomor 19/D1/KU 00/Tahun
2007).
IV.2.1.4. Laporan Pelaksanaan Program dan Anggaran
1. Dalam rangka pertanggungjawaban keuangan, dengan dikoordinasikan oleh
Biro Umum, setiap unit kerja wajib menyelenggarakan sistem akuntansi dan
menyusun laporan keuangan bulanan, triwulan, semester, dan tahunan berupa
Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca Keuangan. Laporan keuangan semester
dilengkapi dengan Catatan Atas Laporan Keuangan serta Catatan Atas Laporan
Keuangan dan Pernyataan Tanggung Jawab.
2. Untuk kepentingan pemantauan, pengendalian, dan evaluasi, setiap unit kerja
harus menyusun laporan pelaksanaan program, yaitu:
a. Laporan Kegiatan Penelitian/Non penelitian dari masing-masing pelaksana
kegiatan yang disusun dalam format baku yang disiapkan dan disampaikan
ke Biro Perencanaan dengan tembusan disampaikan kepada deputi
terkait/sestama.
BATAN
- 16 -
b. Kepala Unit Kerja Eselon II menyusun laporan penelitian/non penelitian
triwulan dan tahunan, menggunakan format baku yang disiapkan oleh Biro
Perencanaan
c. Setiap akhir tahun penanggung jawab kegiatan penelitian/non penelitian
wajib membuat laporan teknis kegiatan disampaikan kepada Biro
Perencanaan melalui Kepala Unit Kerja Eselon II;
d. Pada awal tahun anggaran Kepala Unit Kerja Eselon II menyusun
penetapan kinerja (PK) sebagai dasar penyusunan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP);
e. Kepala Satker wajib menyampaikan Laporan Kinerja secara hirarkis setiap
triwulan sebagai pelaksanaan PP 39 dan laporan tahunan sebagai
pelaksanaan PP 8 kepada Pejabat Eselon I yang terkait melalui Biro
Perencanaan dengan menggunakan format baku yang disiapkan oleh BP;
f. Kepala BATAN menyampaikan Laporan Rringkas mengenai Kinerja Tahunan
Lembaga kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara (PAN), berupa ringkasan LAKIP dengan tembusan kepada Meteri
Negara Riset dan Teknologi.
IV.2.1.5. Pengawasan Pelaksanaan Anggaran
1. Pengawasan terhadap pelaksanaan program dan anggaran (audit kinerja)
dilakukan oleh: BPK, BPKP, Kepala BATAN, Deputi terkait/Sekretaris Utama,
Kepala Satker dan Inspektorat;
2. Kepala Satker melakukan pemeriksaan kas bendahara sekurang-kurangnya 3
(tiga) bulan sekali. Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Kas;
3. Pengawasan terhadap Satker dilaksanakan oleh Inspektorat berdasarkan surat
tugas dari Kepala BATAN. Setiap Satker wajib menyiapkan semua dokumen
yang diperlukan. Inspektorat berkewajiban melakukan evaluasi LAKIP di
lingkungan BATAN.
4. Ruang lingkup pengawasan meliputi pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre
Audit), pengawasan saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan setelah
BATAN
- 17 -
pelaksanaan (Post Audit). Pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre Audit) adalah
pengawasan terhadap perencanaan mencakup:
a. perencanaan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi yang telah
dituangkan dalam Rencana Strategis, Program, Kegiatan, Penetapan
Kinerja, RKA, Sasaran, dan Keluaran;
b. perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM);
c. perencanaan penyusunan anggaran, meliputi perencanaan usulan kegiatan
atau sub kegiatan ;
d. perencanaan pengadaan barang/jasa;
5. Pengawasan saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan setelah
pelaksanaan (Post Audit) mencakup: pelaksanaan tugas dan fungsi, aspek
sumber daya manusia, aspek keuangan meliputi pengelolaan dan
penatausahaan keuangan negara, penerimaan dan pengeluaran, aspek sarana
dan prasarana/BMN meliputi pengelolaan dan penatausahaan, proses
pengadaan barang/jasa, dan metode kerja.
6. Inspektorat melakukan review atas laporan keuangan dan laporan kinerja
tahunan sebelum laporan tersebut disampaikan oleh Kepala BATAN kepada
instansi lain yang terkait, Sistem Akuntansi Instansi (SAI) di-review oleh BPK
dan LAKIP di-review oleh Menpan/BPKP.
7. Satker wajib melakukan tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksaan sesuai
dengan saran dan rekomendasi dalam Laporan Hasil Audit (LHA). Laporan
tindak lanjut hasil pemeriksaan dituangkan dalam LHA ini disampaikan kepada
Kepala BATAN dengan tembusan kepada Inspektorat dengan dilengkapi data
dukung.
IV.2.2. Kerja Sama
IV.2.2.1. Kerja Sama Dalam Negeri
1. Program kerja sama dalam negeri dapat berasal dari usulan unit kerja atau
bersifat top down dari Kepala BATAN/Deputi/Sestama;
2. Unit kerja mengusulkan program kerja sama kepada Kepala BATAN melalui
BKHH;
BATAN
- 18 -
3. Konsep naskah perjanjian kerja sama disiapkan oleh BKHH. Naskah kerja sama
dirumuskan bersama-sama dengan unit kerja pengusul dan mitra kerja terkait
untuk mencapai kesepakatan bersama dari aspek teknis maupun dari aspek
hukum;
4. Penandatanganan naskah perjanjian kerja sama dilaksanakan setelah konsep
naskah disetujui oleh pejabat dan unit kerja serta mitra kerja yang terkait;
5. Program kerja sama dilaksanakan oleh unit kerja atau tim yang ditugasi.
Penanggung jawab kerja sama harus melaporkan pelaksanaan kerja sama
kepada Pejabat Eselon I yang ditunjuk Kepala BATAN sesuai format,
mekanisme dan jadwal yang ditetapkan;
6. Pengawasan dan pengendalian kerja sama dilaksanakan oleh Pejabat Eselon I
yang ditunjuk Kepala BATAN melalui kepala BKHH;
IV.2.2.2. Kerja Sama Luar Negeri
1. Program kerja sama luar negeri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keseluruhan program BATAN. Program kerja sama luar negeri diarahkan untuk
meningkatkan kapasitas lembaga dan pencapaian sasaran program;
2. Perumusan aspek teknis dan hukum dari program dan naskah kerja sama luar
negeri dirumuskan bersama oleh Pejabat Eselon I yang ditugasi, unit kerja
terkait, dan BKHH dan dituangkan dalam bentuk Agreement atau Arrangement;
3. Perubahan naskah kerja sama luar negeri yang telah disepakati dilaksanakan
melalui pertemuan antar departemen yang dikoordinasikan oleh BKHH;
4. Penandatangan naskah Agreement atau Arrangement dilaksanakan setelah
naskah kerja sama disetujui oleh para pihak yang telah bersepakat menjalin
kerja sama;
5. Pelaksanaan kerja sama dengan IAEA dikoordinasikan oleh Deputi PDT. Kerja
sama bilateral dikoordinasikan oleh Pejabat Eselon I yang ditunjuk oleh Kepala
BATAN. Kepala BKHH bertindak selaku Liaison Officer dari Program
Implementation. Kerja sama luar negeri dilaksanakan okeh unit kerja Eselon II
yang sesuai dengan bidang/lingkup kerja sama. Hasil dan kemajuan
pelaksanaan kerja sama dilaporkan oleh unit kerja atau tim yang ditugasi oleh
BATAN
- 19 -
Kepala BATAN dalam format, mekanisme dan jadwal yang ditetapkan. Dalam
aspek teknis ilmiah, unit kerja atau tim yang ditugasi dapat mengadakan
hubungan langsung dengan mitra kerja di luar negeri;
6. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program kerja sama luar negeri
dilaksanakan oleh pejabat atasan langsung dari pelaksana kegiatan yang
ditugasi oleh Kepala BATAN dibantu oleh Kepala BKHH selaku Liaison Officer.
IV.2.3. Sumber Daya Manusia (SDM)
IV.2.3.1. Rekruitmen SDM
Secara teknis rekruitmen SDM dilakukan oleh unit kerja yang ditugasi dalam
hal ini Biro Sumber Daya Manusia (BSDM). Kegiatan rekruitmen dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan kepada pemimpin BATAN sesuai dengan format baku dan
jadwal yang ditetapkan. Mekanisme rekruitmen SDM BATAN dilaksanakan sebagai
berikut:
1. BSDM membuat nota dinas yang ditandatangani Sekretaris Utama mengenai
Usulan Formasi Pegawai Baru ke unit kerja di lingkungan BATAN.
2. Unit kerja setingkat Eselon II mengajukan usulan formasi pegawai baru kepada
Sekretariat Utama dengan mempertimbangkan masukan dari para Pejabat
Eselon III di lingkungan unit kerjanya. Usulan formasi baru memuat informasi
yang meliputi: nama jabatan, pendidikan, golongan, formasi J-1 berdasarkan
analisis jabatan unit kerja.
3. BSDM memeriksa dan mengevaluasi usulan formasi pegawai baru unit kerja
berdasarkan analisis jabatan BATAN.
4. Kepala BATAN menerima penetapan Formasi Pegawai Negeri Sipil dari Badan
Kepegawaian Negara (BKN) dan menugaskan Kepala Biro Sumber Daya
Manusia (BSDM) untuk melaksanakan tindak lanjut.
5. Berdasarkan data pegawai yang berhenti, pensiun, dan meninggal dunia serta
hasil evaluasi usulan formasi pegawai baru dari masing-masing unit kerja,
BSDM menyampaikan usulan formasi pegawai baru kepada Kepala BATAN
untuk mendapatkan persetujuan.
6. Berdasarkan usulan formasi baru yang telah disetujui Kepala BATAN, BSDM
mengajukan permohonan formasi pegawai baru ke Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara (Menpan) dan ke Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN).
BATAN
- 20 -
7. Menpan menyampaikan persetujuan prinsip surat penetapan formasi pegawai
baru dan meminta agar BATAN segera mengajukan daftar nama jabatan,
kualifikasi pendidikan, golongan berdasarkan persetujuan prinsip dan
persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menpan.
8. Persetujuan prinsip dari Menpan dikaji ulang oleh BSDM untuk menentukan
jumlah nama jabatan yang perlu diisi menurut golongan dan kualifikasi
pendidikan. Hasil kajian BSDM dilaporkan kepada Kepala BATAN.
9. Hasil kajian formasi pegawai baru yang telah disetujui oleh Kepala BATAN oleh
BSDM disampaikan kembali ke Menpan dan BKN untuk dapat ditetapkan
dengan Keputusan Menpan.
10. Menpan memberikan SK formasi pegawai baru kepada BATAN.
11. Berdasarkan SK Formasi pegawai baru dari Menpan, dilakukan seleksi pegawai
baru.
12. Seleksi pegawai baru dilaksanakan secara terbuka oleh suatu Tim yang ditunjuk
oleh Kepala BATAN atau Sekretaris Utama.
13. Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan rekruitmen pegawai baru
dilaksanakan oleh manajemen puncak BATAN (Kepala BATAN dan para pejabat
Eselon I) dibantu oleh Kepala Unit Kerja (pejabat Eselon II) dan dikoordinasikan
oleh Kepala BSDM. Sedangkan dari luar BATAN diawasi oleh BKN.
IV.2.3.2. Pembinaan SDM
Pembinaan karir pegawai BATAN merupakan tanggung jawab bersama dari
Kepala Unit Kerja tempat PNS dipekerjakan, Kepala Biro Sumber Daya Manusia dan
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat). Kepala Pusdiklat mempunyai
tugas menyusun rencana, menyelenggarakan, dan mengevaluasi pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan (diklat). Penyelenggaraan diklat dapat dilaksanakan
secara swakelola atau bekerja sama dengan lembaga atau instansi lain baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Pendidikan dan pelatihan tersebut berkaitan
dengan pembinaan profesionalisme, kepemimpinan, manajerial, pengembangan
wawasan dan analisis kebijakan, serta kemampuan teknis dan ilmiah dari pegawai
BATAN.
BATAN
- 21 -
Pusdiklat mengelola program pendidikan bagi para pegawai BATAN yang akan
melanjutkan strata pendidikannya, meliputi program Diploma yang dilaksanakan di
STTN, dan program pascasarjana (S2 dan S3) yang dilaksanakan di perguruan
tinggi di dalam negeri maupun di luar negeri. Sedangkan program pelatihan terdiri
atas:
• Pelatihan Prajabatan bagi para pegawai baru BATAN dilaksanakan melalui
kerja sama dengan instansi yang menyelenggarakan pelatihan Prajabatan
misalnya Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).
• Diklat PIM bagi para pejabat struktural Eselon I, II, III, dan IV berdasarkan
data dari BSDM dilaksanakan melalui kerja sama dengan instansi yang
menyelenggarakan pelatihan struktural tersebut misalnya Lembaga
Administrasi Negara (LAN).
• Pelatihan fungsional bagi para calon pejabat fungsional dilaksanakan
melalui kerja sama dengan instansi pembina jabatan fungsional tersebut
misalnya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk jabatan
fungsional peneliti. Khusus pelatihan fungsional pranata nuklir berdasarkan
data dari BSDM dilaksanakan secara swakelola oleh Pusdiklat.
• Pelatihan teknis bagi para pegawai BATAN, sebagian besar dilaksanakan
secara swakelola oleh Pusdiklat dan sebagian lain dilaksanakan melalui
kerja sama dengan institusi penyelenggara pelatihan teknis baik di dalam
negeri maupun di luar negeri misalnya IAEA.
Tugas pembinaan karir pegawai, antara lain mencakup:
1. Jalur Pembinaan Jabatan Struktural
a. Menyiapkan pelaksanaan mutasi jabatan struktural yang mencakup
pengangkatan, alih tugas, dan pemberhentian.
b. Menyiapkan bahan dan menyelenggarakan rapat Badan Pertimbangan
Jabatan dan Kepangkatan.
c. Melakukan pengelolaan administrasi pejabat struktural.
d. Menyiapkan surat keputusan tentang mutasi pegawai, yaitu pengangkatan,
alih tugas, kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, pemberhentian, dan
pensiun.
BATAN
- 22 -
e. Menyiapkan formasi kepangkatan dan kenaikan gaji berkala.
f. Melakukan pengelolaan administrasi mutasi pegawai BATAN.
2. Jalur Pembinaan Jabatan Fungsional
a. Memeriksa dan mengevaluasi berkas usulan penilaian jabatan fungsional.
b. Menyiapkan bahan rapat penilaian jabatan fungsional.
c. Menyiapkan dan menyampaikan Usulan Penetapan Angka Kredit kepada
instansi pembina jabatan fungsional terkait.
d. Menyiapkan surat penetapan angka kredit.
e. Menyiapkan usulan pengangkatan jabatan fungsional utama kepada
Presiden.
f. Menyiapkan atau melakukan pembuatan surat keputusan mutasi jabatan
fungsional yang mencakup pengangkatan, kenaikan jabatan, pembebasan
sementara, dan pemberhentian.
g. Menyiapkan dan menyelenggarakan presentasi ilmiah dan orasi
pengukuhan Profesor Riset.
h. Melakukan pengelolaan administrasi Jabatan Fungsional.
IV.2.4. Sarana dan prasarana/Barang Milik Negara (BMN)
IV.2.4.1 Pengelolaan Sarana dan Prasarana/BMN
Pengelolaan BMN dilakukan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung
jawab atas pengelolaan BMN sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pengelolaan
BMN merupakan rangkaian proses kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan
dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan
pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
1. Pejabat Pengelola BMN :
a. Menteri Keuangan selaku pengelola BMN, selain mempunyai fungsi
pengaturan juga melakukan fungsi pengelolaan atas BMN khususnya tanah
dan/atau bangunan, termasuk mengambil berbagai keputusan administratif.
Menteri Keuangan juga berwenang mengajukan usul untuk memperoleh
persetujuan DPR, baik dalam rangka pemindahtanganan BMN berupa tanah
dan/atau bengunan maupun pemindahtanganan BMN selain tanah dan/atau
BATAN
- 23 -
bangunan yang nilainya di atas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah).
b. Kepala BATAN selaku pengguna BMN, yang berwenang dan bertanggung
jawab:
1) menetapkan Kuasa Pengguna Barang dan menunjuk pejabat yang
mengurus dan menyimpan BMN;
2) mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran BMN untuk lembaga
yang dipimpin;
3) melaksanakan pengadaan BMN sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
4) mengajukan permohonan penetapan status tanah dan bangunan untuk
penguasaan dan penggunaan BMN yang diperoleh dari beban APBN dan
perolehan lain yang sah;
5) menggunakan BMN yang berada dalam penguasaannya untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan funsi lembaga;
6) mengamankan dan memelihara BMN yang berada dalam
penguasaannya;
7) mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN selain
tanah dan bangunan;
8) mengajukan usul pemindahtanganan dengan tindak lanjut tukar-
menukar berupa tanah dan bangunan yang masih dipergunakan untuk
penyelenggaraan tugas dan fungsi tetapi tidak sesuai dengan tata ruang
wilayah atau penataan kota;
9) mengajukan usul pemindahtanganan dengan tindak lanjut penyertaan
modal pemerintah pusat atau hibah yang dari awal pengadaannya
sesuai peruntukkan yang tercantum dalam dokumen penganggaran;
10) menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi lembaga yang dipimpin
kepada Pengelola Barang;
11) melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan BMN yang
ada dalam penguasaannya;
12) melakukan pencatatan dan inventarisasi BMN yang berada dalam
penguasaannya; dan
BATAN
- 24 -
13) menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Penguna Semesteran
(LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada
dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang.
c. Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna BMN dalam lingkungan satuan
kerja yang dipimpin, berwenang dan bertanggung jawab:
1) mengajukan rencana kebutuhan BMN untuk lingkungan satuan kerja
yang dipimpin kepada Pengguna Barang;
2) mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan
penggunaan BMN yang diperoleh dari beban APBN dan perolehan lain
yang sah kepada Pengguna Barang;
3) melakukan pencatatan dan inventarisasi BMN yang berada dalam
penguasaannya;
4) menggunakan BMN yang berada dalam penguasaannya untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja yang
dipimpin;
5) mengamankan BMN yang berada dalam penguasaannya;
6) mengajukan usul pemindahtanganan BMN berupa tanah dan bangunan
yang tidak memerlukan persetujuan DPR dan BMN selain tanah dan
bangunan kepada Pengguna Barang;
7) menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja yang
dipimpin kepada Pengguna Barang;
8) melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan BMN yang
ada dalam penguasaannya; dan
9) menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna
Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan
(LBKPT) kepada Pengguna Barang.
2. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran, meliputi:
a. perencanaan kebutuhan BMN disusun dalam rencana kerja dan anggaran
lembaga/satuan kerja setelah memperhatikan ketersediaan BMN yang ada;
b. perencanaan kebutuhan BMN berpedoman pada standar barang, standar
kebutuhan, dan standar harga yang ditetapkan oleh Pengelola Barang;
BATAN
- 25 -
c. Pengguna Barang menghimpun usul rencana kebutuhan barang yang
diajukan oleh Kuasa Pengguna Barang yang berada di bawah lingkungannya;
d. Pengguna Barang menyampaikan usul rencana kebutuhan BMN kepada
Pengelola Barang; dan
e. pengelola Barang bersama Pengguna Barang membahas usul rencana
kebutuhan BMN dengan memperhatikan data barang pada Pengguna Barang
dan/atau Pengelola Barang untuk ditetapkan sebagai Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara (RKBMN).
3. Pengadaan BMN dilaksanakan berdasarkan:
a. prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif dan akuntabel;
b. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006; dan
c. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 dan Peraturan
Kepala BATAN Nomor 161/KA/XII/2006 tentang Pedoman Penyusunan dan
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Tenaga Nuklir
Nasional.
4. Penggunaan BMN, meliputi:
a. BMN berupa tanah dan/atau bangunan harus ditetapkan status
penggunaannya oleh Pengelola Barang;
b. BMN selain tanah dan/atau bangunan yang harus ditetapkan status
penggunaannya oleh Pengelola Barang, yaitu :
1) barang-barang yang mempunyai bukti kepemilikan, seperti sepeda motor,
mobil, kapal;
2) barang-barang dengan nilai perolehan di atas Rp. 25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah) per unit/satuan
c. BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan sampai dengan
Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) per unit/satuan ditetapkan
status penggunaanya oleh Pengguna Barang;
BATAN
- 26 -
d. Pencatatan BMN diatur sebagai berikut :
1) pencatatan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dilakukan
dalam Daftar Barang Pengguna/Kuasa Pengguna Barang untuk seluruh
BMN yang berada dalam penguasaan Pengguna/Kuasa Pengguna
Barang.
2) pencatatan oleh Pengelola Barang dilakukan dalam Daftar Barang Milik
Negara untuk tanah dan/atau bangunan, dan barang lainnya
sebagaimana dimaksud psds huruf b
e. BMN yang dari awal pengadaan direncanakan untuk penyertaan modal
pemerintah pusat atau dihibahkan harus ditetapkan status penggunaannya
oleh Pengelola Barang dengan terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawas
fungsional;
f. BMN yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang,
dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka
waktu tertentu tanpa harus mengubah status penggunaan BMN tersebut
setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Pengelola Barang; dan
g. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang wajib menyerahkan BMN berupa
tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi kepada Pengelola Barang.
5. Pemanfaatan BMN dilakukan:
a. terhadap BMN yang tidak digunakan untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsi kementerian/lembaga;
b. terhadap sebagian BMN yang tidak digunakan oleh Pengguna Barang
sepanjang menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
kementerian/lembaga;
c. selama tidak mengubah status kepemilikan BMN;
d. dalam bentuk:
1) Sewa:
a) BMN yang dapat disewakan adalah BMN yang dalam kondisi belum
atau tidak digunakan oleh Pengguna Barang atau Pengelola Barang;
b) jangka waktu sewa BMN paling lama 5 (lima) tahun sejak
ditandatangani perjanjian dan dapat diperpanjang;
BATAN
- 27 -
c) untuk sewa yang dilakukan oleh Pengguna Barang, perpanjangan
dilakukan setelah dievaluasi oleh Pengguna Barang dan disetujui
Pengelola Barang;
d) penghitungan nilai BMN dalam rangka penentuan besaran sewa
minimum untuk sebagian tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh
tim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang dan dapat melibatkan
instansi teknis terkait dan/atau penilai;
e) penetapan besaran sewa:
• besaran sewa atas BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengelola Barang ditetapkan oleh Pengelola Barang
berdasarkan hasil perhitungan penilai; dan
• besaran sewa atas BMN sebagian tanah dan/atau bangunan yang
berada pada Pengguna Barang dan BMN selain tanah dan/atau
bangunan, ditetapkan oleh Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan Pengelola Barang.
f) pembayaran uang sewa dilakukan secara sekaligus paling lambat
pada saat penandatanganan kontrak;
g) selama masa sewa, pihak penyewa atas persetujuan Pengelola
Barang hanya dapat mengubah bentuk BMN tanpa mengubah
konstruksi dasar bangunan, dengan ketentuan bagian yang
ditambahkan pada bangunan tersebut menjadi BMN;
h) seluruh biaya yang timbul dalam rangka penilaian, dibebankan pada
APBN; dan
i) rumah negara golongan I dan golongan II yang disewakan kepada
pejabat negara/pegawai negeri, pelaksanaannya berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai rumah
negara.
2) Pinjam pakai:
a) pinjam pakai BMN adalah penyerahan pengunaan BMN antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam jangka waktu
tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu berakhir
BMN tersebut diserahkan kembali kepada pemerintah pusat;
BATAN
- 28 -
b) BMN yang dapat dipinjam pakaikan harus dalam kondisi belum/tidak
digunakan oleh Pengguna Barang atau Pengelola Barang untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan;
c) tanah dan/atau bangunan yang dapat dipinjam pakaikan Pengelola
Barang meliputi tanah dan/atau bangunan yang berada pada
Pengelola Barang yang seluruhnya belum/tidak digunakan untuk
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan;
d) tanah dan/atau bangunan yang dapat dipinjam pakaikan Pengguna
Barang meliputi sebagian tanah dan/atau bangunan yang merupakan
sisa tanah dan/atau bangunan yang saudah digunakan oleh
Pengguna Barang dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi;
e) jangka waktu peminjaman BMN paling lama 2 (dua) tahun sejak
ditandatangani perjanjian pinjam pakai dan dapat diperpanjang;
f) dalam hal jangka waktu peminjaman BMN akan diperpanjang,
permintaan perpanjangan jangka waktu pinjam pakai dmaksud harus
sudah diterima Pengelola Barang paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum jangka waktu pinjam pakai berakhir;
g) tanah dan/atau bangunan yang dipinjam-pakaikan harus digunakan
sesuai peruntukan dalam perjanjian pinjam pakai dan tidak
diperkenankan mengubah, baik menambah dan/atau mengurangi
bentuk bangunan;
h) pemeliharaan dan segala biaya yang timbul selama masa
pelaksanaan pinjam pakai menjadi tanggung jawab peminjam; dan
i) setelah masa pinjam pakai berakhir, peminjam harus mengembalikan
BMN yang dipinjam dalam kondisi sebagaimana yanga dituangkan
dalam perjanjian.
3) Kerjasama pemanfaatan:
a) adalah pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu
tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak
dan sumber pembiayaan lainnya;
b) tidak mengubah status BMN yang menjadi objek kerjasama
pemanfaatan;
BATAN
- 29 -
c) BMN yang menjadi bagian pelaksanaan kerjasama pemanfaatan
adalah BMN sejak pengadaannya;
d) jangka waktu kerjasama pemanfaatan BMN paling lama 30 (tiga
puluh) tahun sejak ditandatangani perjanjian dan dapat
diperpanjang;
e) penerimaan negara yang wajib disetorkan mitra kerjasama
pemanfaatan selama jangka waktu kerjasama pemanfaatan terdiri
dari:
• kontribusi tetap; dan
• pembagian keuntungan hasil pendapatan kerjasama
pemanfaatan BMN.
f) perhitungan nilai BMN dalam rangka penentuan besaran kontribusi
tetap dilakukan oleh penilai yang ditugaskan oleh Pengelola Barang;
g) penetapan besaran kontribusi tetap:
• besaran kontribusi tetap atas BMN berupa tanah dan/atau
bangunan ditetapkan oleh Pengelola Barang berdasarkan hasil
perhitungan penilai; dan
• besaran kontribusi tetap atas BMN selain tanah dan/atau
bangunan ditetapkan oleh Pengguna Barang dengan persetujuan
Pengelola barang berdasarkan hasil perhitungan penilai.
h) pembayaran kontribusi tetap oleh mitra kerjasama pemanfaatan
untuk pembayaran pertama harus dilakukan pada saat
ditandatangani perjanjian kerjasama pemanfaatan, dan bayaran
kontribusi tahun berikutnya harus dilakukan paling lambat tanggal 31
Maret setiap tahun sampai berakhirnya perjanjian kerjasama
pemanfaatan, dengan penyetoran ke rekening kas umum negara;
i) pembagian keuntungan hasil pendapatan harus disetor ke rekening
kas umum negara paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya;
j) keterlambatan pembayaran kontribusi tetap dan pembagian
keuntungan dari tanggal tersebut pada butir h) dan i) dikenakan
denda paling sedikit sebesar 1 ‰ (satu per seribu) per hari;
k) mitra kerjasama pemanfaatan ditentukan melalui pemilihan calon
mitra kerjasama pemanfaatan (tender) yang dilakukan dengan
BATAN
- 30 -
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan pengadaan
barang/jasa, kecuali BMN yang bersifat khusus dapat dilakukan
penunjukan langsung;
l) seluruh biaya yang timbul pada tahap persiapan dan pelaksanaan
kerjasama pemanfaatan antara lain meliputi biaya perizinan,
konsultan pengawas, biaya konsultan hukum dan biaya pemeliharaan
objek kerjasama pemanfaatan menjadi beban mitra kerjasama
pemanfaatan;
m) surat persetujuan kerjasama pemanfaatan Pengelola Barang
dinyatakan tidak berlaku apabila dalam jangka waktu satu tahun
sejak ditetapkan tidak ditindaklanjuti dengan penandatanganan surat
perjanjian kerjasama pemanfaatan; dan
n) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus atas nama Pemerintah
Republik Indonesia.
4) Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna
a) Bangun Guna Serah (BGS) adalah pemanfaatan tanah milik
pemerintah pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan
dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh
pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati, untuk selanjutnya tanah beserta bangunan dan/atau
sarana, berikut fasilitasnya diserahkan kembali kepada Pengelola
Barang setelah berakhirnya jangka waktu;
b) Bangun Serah Guna (BSG) adalah pemanfaatan tanah milik
pemerintah pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan
dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai
pembangunannya diserahkan kepada Pengelola Barang untuk
kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut selama jangka
waktu tertentu yang disepakati;
c) selama masa pengoperasian BGS/BSG, Pengguna Barang harus dapat
menggunakan langsung objek BGS/BSG, beserta sarana dan
prasarana/BMN untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
berdasarkan penetapan Pengelola Barang, paling sedikit 10 %
BATAN
- 31 -
(sepuluh persen) dari luas objek dan sarana prasarana BGS/BSG
dimaksud;
d) Jangka waktu pengoperasian BGS/BSG oleh mitra BGS/BSG paling
lama 30 (tiga puluh) tahun terhitung sejak perjanjian ditandatangani.
e) Kewajiban mitra BGS/BSG selama jangka waktu pengoperasian :
• membayar kontribusi ke rekening kas umum negara;
• tidak menjaminkan, menggadaikan dan/atau memindahtangankan
objek BGS/BSG;
• memelihara objek BGS/BSG agar tetap dalam kondisi baik;
• pemilihan mitra BGS/BSG dilaksanakan melalui tender dengan
mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peminat;
• penghitungan nilai tanah dalam rangka penentuan nilai batas
terendah besaran kontribusi dilakukan oleh penilai yang
ditetapkan oleh Pengelola Barang;
• nilai batas terendah besaran kontribusi atas pelaksanaan BGS/BSG
BMN ditetapkan oleh Pengelola Barang berdasarkan hasil
penghitungan nilai;
• pembayaran kontribusi dari mitra BGS/BSG, kecuali untuk
pembayaran pertama yang harus dilakukan pada saat
ditandatangani perjanjian BGS/BSG, harus dilakukan paling lambat
tanggal 31 Januari setiap tahun sampai dengan berakhirnya
perjanjian BGS/BSG dimaksud, dengan penyetoran ke rekening
kas umum negara;
• keterlambatan pembayaran kontribusi dari tanggal tersebut akan
dikenakan denda paling sedikit sebesar 1 ‰ (satu per seribu) per
hari;
• dalam hal mitra tidak melakukan pembayaran kontribusi sebanyak
tiga kali dalam jangka waktu pengoperasian BGS/BSG, Pengelola
Barang dapat secara sepihak mengakhiri perjanjian;
• seluruh biaya yang timbul pada tahap persiapan dan pelaksanaan
kerjasama pemanfaatan, antara lain meliputi biaya perizinan,
konsultan pengawas, biaya konsultan hukum dan biaya
pemeliharaan objek BGS/BSG dan biaya audit oleh aparat
BATAN
- 32 -
pengawas fungsional menjadi beban mitra kerjasama
pemanfaatan;
• setelah masa pengoperasian BGS/BSG berakhir, objek pelaksanaan
BGS/BSG harus diaudit oleh aparat pengawas fungsional sebelum
diserahkan kepada Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barang;
• setelah masa pemanfaatan berakhir, bangunan dan fasilitas hasil
BGS/BSG ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola
Barang; dan
• Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam rangka BGS/BSG harus
atas nama Pemerintah Republik Indonesia.
5) Pengamanan dan Pemeliharaan
a) Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Penguna Barang
wajib melakukan pengamanan BMN yang berada dalam
penguasaannya meliputi pengamanan adminstrasi, fisik dan hukum;
b) BMN berupa tanah harus disertifikasikan atas nama Pemerintah
Republik Indonesia;
c) BMN berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan
atas nama Pemerintah Republik Indonesia;
d) BMN selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti
kepemilikan atas nama Pengguna Barang;
e) bukti kepemilikan BMN wajib disimpan dengan tertib dan aman;
f) penyimpanan bukti kepemilikan BMN berupa tanah dan/atau
bangunan dilakukan oleh Pengelola Barang;
g) penyimpanan bukti kepemilikan BMN selain tanah dan/atau bangunan
dilakukan oleh Pengguna Barang/ Kuasa Pengguna Barang;
h) Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang bertanggung
jawab atas pemeliharaan BMN yang ada di bawah penguasaannya
berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DKPB)
dan biaya pemeliharaan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN);
i) Kuasa Pengguna Anggaran wajib membuat daftar hasil pemeliharaan
barang yang berada dalam kewenangannya dan
BATAN
- 33 -
melaporkan/menyampaikan daftar hasil pemeliharaan barang
tersebut kepada Penguna Barang secara berkala; dan
j) Pengguna Barang atau pejabat yang ditunjuk meneliti laporan hasil
pemeliharaan barang dan menyusun daftar hasil pemeliharaan
barang yang dilakukan dalam satu tahun anggaran sebagai bahan
untuk melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan BMN.
6) Penilaian:
a) penilaian BMN dilakukan dalam rangka penyusunan neraca
pemerintah pusat, pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN;
b) penetapan nilai BMN dalam rangka penyusunan neraca pemerintah
pusat dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP);
c) penilaian BMN berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka
pemanfaatan dan pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang
ditetapkan oleh Pengelola Barang, dilaksanakan untuk mendapatkan
nilai wajar, dengan estimasi terendah menggunakan NJOP, dan hasil
penilaian BMN ditetapkan oleh Pengelola Barang;
d) penilaian BMN selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka
pemanfaatan dan pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang
ditetapkan oleh Pengguna Barang, dan dapat melibatkan penilai
independen yang ditetapkan oleh Pengguna Barang, dilaksanakan
untuk mendapatkan nilai tertinggi dari salah satu nilai (nilai pasar,
nilai buku yaitu nilai perolehan dikurangi penyusutan, dan nilai yang
ditetapkan oleh instansi yang berwenang), dan hasil penilaian BMN
ditetapkan oleh Pengguna Barang;
e) penilaian BMN selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka sewa
dan kerjasama pemanfaatan, dilakukan oleh Penilai apabila harga
perolehan BMN mempunyai nilai paling sedikit Rp. 30.000.000.000,00
(tiga puluh miliar rupiah); dan
f) penilaian BMN selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka
penjualan, tukar-menukar atau penyertaan modal pemerintah pusat,
dilakukan oleh Penilai apabila harga perolehan BMN mempunyai nilai
paling sedikit Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
BATAN
- 34 -
7) Penghapusan:
a) penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari daftar barang
dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang
dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik
barang yang berada dalam penguasaannya;
b) penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar
Barang Kuasa Pengguna dilakukan dalam hal BMN dimaksud sudah
tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa
Pengguna Barang karena salah satu hal sebagai berikut:
• penyerahan BMN kepada Pengelola Barang;
• pengalihan status penggunaan BMN selain tanah dan/atau
bangunan kepada pihak lain;
• putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lain atau menjalankan
ketentuan undang-undang;
• pemusnahan; dan
• sebab-sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar
menjadi penyebab penghapusan antara lain hilang, kecurian,
terbakar, susut, menguap, mencair, karena bencana alam,
kadaluarsa dan mati/cacat berat/tidak produktif untuk
tanaman/hewan/ternak serta terkena dampak terjadinya force
majeure.
c) penghapusan dilakukan setelah Surat Keputusan penghapusan
ditetbitkan oleh pejabat yang berwenang yaitu:
• Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola
Barang untuk penghapusan dari Daftar Barang Pengguna
dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna; dan
• Pengguna Barang untuk penghapusan dari Daftar BMN.
d) Pengguna Barang wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
penghapusan kepada Pengelola Barang dengan dilampiri keputusan
penghapusan, berita acara penghapusan dan/atau bukti setor, risalah
BATAN
- 35 -
lelang dan dokumen lainnya, paling lambat 1 (satu) bulan setelah
serah terima;
e) kendaraan bermotor dinas operasional hanya dapat dihapuskan
apabila telah berusia sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun:
• terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehan, untuk perolehan
dalam kondisi baru; dan
• terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehan, untuk perolehan
selain butir a).
sebagaimana tercatat sebagai BMN dan tidak akan mengganggu
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga yang
bersangkutan;
f) penghapusan kendaraan bermotor selain tersebut huruf e dapat
dilakukan apabila kendaraan bermotor tersebut hilang atau rusak
berat akibat kecelakaan atau force majeure dengan kondisi paling
tinggi 30 % (tiga puluh persen) berdasarkan keterangan instansi
yang kompeten;
g) pemusnahan dapat dilakukan dalam hal :
• tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan dan tidak dapat
dipindahtangankan; dan
• alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
h) pemusnahan dilakukan dengan cara:
• dibakar;
• dihancurkan;
• ditimbun;
• ditenggelamkan dalam laut atau;
• sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8) Pemindahtanganan:
a) pemindahtanganan BMN merupakan pengalihan kepemilikan BMN
sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara:
• penjualan yaitu pengalihan kepemilikan BMN kepada pihak lain
dengan menerima penggantian dalam bentuk uang;
BATAN
- 36 -
• tukar-menukar yaitu pengalihan kepemilikan BMN yang dilakukan
antaran Pemerintah Pusat dengan Pemerinta Daerah, atau
Pemerintah Pusat dengan pihak lain, dengan menerima
penggantian dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan
nilai seimbang;
• hibah yaitu pengalihan kepemilikan BMN dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah atau kepada pihak lain tanpa
memperoleh penggantian; dan
• penyertaan modal Pemerintah Pusat yaitu pengalihan kepemilikan
BMN yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak
dipisahkan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untjuk
diperhitungkan sebagai modal/saham negara pada BUMN, BUMD
atau Badan Hukum lain yang dimiliki Negara/Daerah.
b) penjualan BMN dilaksanakan dengan pertimbangan:
• untuk optimalisasi BMN yang berlebih atau idle;
• secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila
dijual; dan
• sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Hasil penjualan BMN wajib disetor seluruhnya ke rekening kas umum
sebagai penerimaan negara.
c) tukar-menukar dilaksanakan dengan pertimbangan:
• untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan
pemerintahan;
• untuk optimalisasi BMN; dan
• tidak tersedia dana dalam APBN.
d) hibah BMN dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial,
keagamaan, kemanusiaan dan penyelenggaraan pemerintahan
negara serta harus memenuhi syarat:
• bukan merupakan barang rahasia negara;
• bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang
banyak; dan
BATAN
- 37 -
• tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi
dan penyelenggaraan pemerintahan negara.
e) penyertaan modal Pemerintah Pusat atas BMN dilakukan dalam
rangka pendirian, pengembangan dan peningkatan kinerja BUMN
atau badan hukum lain yang dimiliki negara, dengan pertimbangan
sebagai berikut:
• BMN yang dari awal pengadaan sesuai dokumen penganggaran
diperuntukkan bagi BUMN atau badan hukum lain yang dimiliki
negara dalam rangka penugasan Pemerintah; dan
• BMN lebih optimal apabila dikelola oleh BUMN atau badan hukum
lain yang dimiliki negara baik yang sudah ada maupun yang akan
dibentuk.
9) Penatausahaan BMN:
a) setiap satuan kerja wajib menyelenggarakan Penatausahaan Barang
Milik Negara (BMN) yang dikuasai. Penatausahaan BMN meliputi
pembukuan, Inventarisasi dan Pelaporan BMN;
b) Penatausahaan BMN pada Pengguna Barang dilaksanakan oleh:
• UPKPB : Unit Penatausahaan Kuasa Pengguna Barang (satuan
kerja).
• UPPB-W : Unit Penatausahaan Pengguna Barang Wilayah (PTAPB
dan PTNBR).
• UPPB-E1 : Unit Penatausahaan Pengguna Barang Eselon I (Biro
Umum).
• UPPB : Unit Penatausahaan Pengguna Barang (Biro Umum).
c) Pelaksana Penatausahaan dalam Pembukuan BMN:
• UPKPB/Satuan Kerja membuat Daftar Barang Kuasa Pengguna
(DBKP) menurut penggolongan dan kodefikasi barang yang
status penggunaannya berada pada Kuasa Pengguna
Barang/Satuan Kerja;UPPB-W/PTAPB dan PTNBR membuat
Daftar Barang Pengguna Wilayah (DBP-W) berupa gabungan
daftar barang masing-masing UPKPB/Satker yang berada di
wilayah kerjanya;
BATAN
- 38 -
• UPPB-E1 (Biro Umum) membuat Daftar Barang Pengguna Eselon
I (DBP-E1) berupa gabungan daftar barang masing-masing
UPKPB dan/atau UPPB-W yang berada di wilayah kerjanya;
• UPPB (Biro Umum) membuat Daftar Barang Pengguna (DBP)
berupa gabungan daftar barang masing-masing UPKPB; dan
• Pelaksana Penatausahaan BMN yaitu Pengguna Barang (Satuan
Kerja) harus menyimpan dokumen kepemilikan BMN selain tanah
dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya.
d) Pelaksana Inventarisasi BMN meliputi pendataan, pencatatan dan
pelaporan hasil pendataan BMN sebagai berikut:
• Pengguna/Kuasa Pengguna Barang (Satuan Kerja) sekurang-
kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun (kecuali Persediaan dan
Konstruksi Dalam Pengerjaan dilakukan setiap tahun); dan
• Pengguna/Kuasa Pengguna Barang (Satuan Kerja)
menyampaikan laporan hasil inventarisasi tersebut kepada
Pengelola Barang selambat-lambatnya 3 bulan setelah selesainya
inventarisasi.
e) Pelaporan BMN:
• UPKPB/Satuan Kerja menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna
Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna
Tahunan (LBKPT) serta menyampaikan laporan tersebut kepada
UPPB-W, UPPB-E1 atau UPPB;
• UPPB-W/PTAPB dan PTNBR menyusun Laporan Barang Pengguna
Wilayah Semesteran (LBPWS) dan Laporan Barang Pengguna
Wilayah Tahunan (LBPWT) serta menyampaikan laporan tersebut
kepada UPPB-E1 atau UPPB; dan
• UPPB-E1 atau UPPB (Biro Umum) menyusun Laporan Barang
Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna
Tahunan (LBPT) serta menyampaikan laporan tersebut kepada
Dirrektorat Jenderal Kekayaan Negara.
10) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian:
a) Menteri Keuangan menetapkan kebijakan umum pengelolaan BMN;
BATAN
- 39 -
b) Menteri Keuangan menetapkan kebijakan teknis dan melakukan
pembinaan pengelolaan BMN;
c) Pengguna Barang melakukan pemantauan dan penertiban
terhadap penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan,
penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan BMN yan berada
dibawah penguasaannya;
d) pelaksanaan pemantauan dan penertiban terhadap penggunaan,
pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan
dan pengamanan BMN untuk Satuan Kerja dilaksanakan oleh
Kuasa Pengguna Barang;
e) Kuasa Pengguna Barang dan Pengguna Barang dapat meminta
aparat pengawas fungsional untuk melakukan audit tindak lanjut
hasil pemantauan dan penertiban terhadap penggunaan,
pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan
dan pengamanan BMN;
f) Kuasa Pengguna Barang dan Pengguna Barang menindaklanjuti
hasil audit pemantauan dan penertiban terhadap penggunaan,
pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan
dan pengamanan BMN yang dilakukan oleh aparat pengawas
fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
g) Pengelola Barang berwenang untuk melakukan pemantauan dan
investigasi atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan dan
pemindahtanganan BMN dalam rangka penertiban penggunaan,
pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
h) Pengelola Barang dalam melakukan pemantauan dan investigasi
dapat meminta aparat pengawas fungsional untuk melakukan audit
atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan dan
pemindahtanganan BMN; dan
i) hasil audit atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan dan
pemindahtanganan BMN yang dilakukan oleh aparat pengawasan
fungsional disampaikan kepada Pengelola Barang untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BATAN
- 40 -
11) Ganti rugi dan sanksi:
a) setiap kerugian negara akibat kelalaian,
penyalahgunaan/pelanggaran hukum atas pengelolaan BMN
diselesaikan melalui tuntutan ganti rugi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan
b) setiap pihak yang mengakibatkan kerugian negara akibat kelalaian,
penyalahgunaan/pelanggaran hukum atas pengelolaan BMN dapat
dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidana sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
IV.2.5. Budaya Keselamatan Kerja
IV.2.5.1. Organisasi Pelaku
1. Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) adalah koordinator
dan penanggung jawab pelaksanaan program pengembangan budaya
keselamatan kerja di lingkungan BATAN, dan bertanggung jawab melaporkan
pelaksanaannya kepada Kepala BATAN;
2. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) adalah
koordinator pelaksanaan program pengembangan keselamatan dan metrologi
radiasi;
3. Kepala Unit Kerja bertugas melakukan pembinaan budaya keselamatan kerja
di lingkungan unit kerjanya meliputi pengembangan, pengawasan dan
pengendalian;
4. Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) atau Tim K3 secara internal
bertugas membantu Kepala Unit Kerja melakukan pengawasan dan
pengendalian keselamatan kerja dan radiasi di lingkungan unit kerjanya;
5. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan IAEA adalah pengawas
pelaksanaan keselamatan radiasi secara eksternal;
IV.2.5.2. Persyaratan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Sistem Manajemen Keselamatan merupakan pengaturan yang dilakukan
oleh setiap unit kerja untuk pengelolaan keselamatan dan
menumbuhkembangkan budaya keselamatan kerja yang kuat untuk mencapai
kinerja keselamatan yang baik. Semua unit kerja di lingkungan BATAN yang
BATAN
- 41 -
dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya memiliki potensi bahaya yang berasal
dari karakteristik proses atau sarana dan prasarana/BMN yang digunakan, baik
berupa potensi bahaya radiasi maupun non radiasi (peledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibatnya) harus mengembangkan dan menerapkan
sistem manajemen keselamatan yang sesuai dengan lingkup kegiatannya.
Perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam penerapan sistem
manajemen keselamatan sebagai wadah untuk menumbuhkembangkan budaya
keselamatan kerja diatur dalam standar BATAN tentang persyaratan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
IV.2.6. Standardisasi Iptek Nuklir
Standardisasi iptek nuklir dimaksudkan untuk mewujudkan jaminan mutu terhadap
produk iptek nuklir baik berupa barang maupun jasa. Hal ini dapat dicapai melalui penerapan
standardisasi pada seluruh program dan kegiatan BATAN (penguatan kelembagaan,
litbangyasa, dan diseminasi) dimulai dari bahan, metode, peralatan, pelaksana kegiatan, dan
sistem manajemen.
Pengakuan bahwa unit kerja, laboratorium, pelaksana kegiatan, produk telah
menerapkan standardisasi dilaksanakan melalui akreditasi dan/atau sertifikasi secara nasional
(KAN, KNAPPP, LPK) dan lingkup BATAN (PSJMN).
Tata cara perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan standardisasi iptek nuklir di
lingkungan BATAN diatur oleh Peraturan Kepala BATAN tentang pelaksanaan standardisasi di
lingkungan BATAN dengan dokumen Sistem Standardisasi BATAN dan pedoman
pelaksanaannya.
IV.2.7. Hak Kekayaan Intelektural (HKI)
IV.2.7.1. Tahapan Permohonan Perlindungan HKI
1. Inventor/Pendesain/Pencipta mengajukan usulan permohonan perlindungan
HKI kepada Kepala Unit kerja;
2. Kepala unit kerja memeriksa kelayakan usulan permohonan perlindungan HKI
sesuai dengan persyaratan yang berlaku;
BATAN
- 42 -
3. Kepala Unit kerja menyampaikan usulan permohonan perlindungan HKI kepada
Sekretaris Utama dengan tembusan Deputi terkait dan Kepala BKHH dengan
melampirkan:
a. Dokumen usulan HKI;
b. Surat Pernyataan Penyerahan Hasil Invensi atau Desain atau Ciptaan
sesuai dengan format yang ditetapkan; dan
c. Dokumen penelusuran HKI.
4. Sentra HKI BATAN (BKHH) melakukan pemeriksaan terhadap usulan
permohonan perlindungan HKI dari Unit kerja untuk menentukan apakah
permohonan tersebut telah memenuhi ketentuan yang berlaku;
5. Permohonan perlindungan HKI yang belum memenuhi persyaratan
dikembalikan ke unit kerja untuk diperbaiki;
6. BKHH mengajukan permohonan perlindungan HKI kepada Ditjen HKI untuk
mendapatkan nomor pendaftaran dengan melampirkan:
a. Formulir pendaftaran rangkap 4 (empat);
b. Dokumen HKI rangkap 4 (empat);
c. Surat Pernyataan Penyerahan Hasil Invensi/Desain/Ciptaan dari
Inventor/Pendesain/ Pencipta dengan materai Rp. 6.000,00; dan
d. Dokumen hasil penelusuran HKI.
7. BKHH melaporkan hasil pemrosesan HKI kepada pimpinan BATAN sesuai
format dan jadwal yang telah ditetapkan.
IV.2.7.2. Pengelolaan dan Pemasaran HKI
1. HKI terdaftar:
a. Didaftarkan pemeriksaan substansi;
b. Dilakukan perbaikan atas koreksi dari pemeriksa;
c. Diupayakan segera memperoleh sertifikat;
d. Dipromosikan/dipasarkan ke industri.
2. HKI yang telah memperoleh sertifikat:
a. Dilakukan pemeliharaan tahunan;
b. Dipromosikan/dipasarkan ke industri;
c. Dilisensikan/dibuat perjanjian dengan industri untuk memperoleh royalty.
BATAN
- 43 -
IV.2.7.3. Evaluasi atas Permohonan Perlindungan dan Pengelolaan HKI
Ketentuan tentang evaluasi atas permohonan Perlindungan dan Pengelolaan
HKI disusun oleh BKHH sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku. Jika
terjadi perkara berkaitan dengan HKI di pengadilan maka BKHH bertindak selaku
kuasa hukum BATAN.
IV.3. Indikator Output
Indikator output adalah suatu nilai atau karakteristik yang digunakan untuk mengukur
luaran dari kegiatan manajemen penguatan kelembagaan iptek nuklir. Indikator output dari
kegiatan tersebut disajikan pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Indikator Output Program Penguatan Kelembagaan
Program Sub Program Kegiatan Indikator Output
1. Perencanaan Program dan Angggaran
Penyusunan Program dan
Anggaran, serta Monitoring
dan Evaluasi
- Program yang realistik,
terukur dan kreatif-
antisipatif
- Anggaran yang memadai
dalam mendukung
program BATAN
- Laporan hasil monitoring, 2. Kerja sama Peningkatan jejaring kerja
sama kelembagaan iptek
- Jejaring kerja yang kuat
dan handal baik di dalam
maupun di luar negeri
- Dokumen kerja sama.
Peningkatan kompetensi SDM
aparatur
3. Sumber Daya Manusia
Penyelenggaraan
pengembangan pendidikan
dan pelatihan sumber daya
manusia
- SDM ahli dan profesional
- Diklat keahlian, diklat
fungsional, diklat
manajemen
- Pejabat struktural dan
fungsional yang terampil,
ahli, dan professional.
4. Sarana dan Prasarana/ BMN
Optimalisasi dan revitalisasi
instalasi dan fasilitas nuklir
Fasilitas nuklir dan sarana
pendukung tersedia dan
siap beroperasi secara
optimal.
Manajemen Penguatan Kelembagaan
5. Budaya Keselamatan
Pengembangan Budaya
Keselamatan
Keselamatan dalam
kegiatan pemanfaatan iptek
nuklir (zero accident).
BATAN
- 44 -
6. Standardisasi Iptek Nuklir
Penguatan Pengawasan
Standardisasi
Produk BATAN bermutu dan
berdaya saing. Jumlah SNI,
SB, usulan akreditasi dan
sertifikasi.
7. Hak
Kekayaan Intelektual (HKI)
Pengembangan hak kekayaan
intelektual (HKI)
Jumlah HKI produk BATAN.
BATAN
- 45 -
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
V.1. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi, Pengawasan dan Pengendalian
Dalam situasi anggaran di sektor riset dan teknologi yang tidak longgar serta tuntutan
masyarakat yang makin menguat terhadap kontribusi dan peran nyata lembaga litbang
mengatasi berbagai masalah pembangunan seperti masalah pangan, energi, peningkatan daya
saing dan kemandirian, layanan kesehatan, air dan lingkungan, maka kegiatan monitoring dan
evaluasi serta pengawasan dan pengendalian program dan anggaran sudah sepatutnya perlu
ditingkatkan. Monitoring dan evaluasi (monev), pengawasan dan pengendalian (wasdal)
program dan kegiatan bertujuan agar pelaksanaan program dan kegiatan tetap berjalan pada
jalur yang direncanakan, selamat dan aman, efisien, efektif serta hasil yang diperoleh bermutu
dan berdaya saing. Data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan ini memberikan gambaran
yang objektif tentang kinerja dari pelaksanaan suatu program dan kegiatan di BATAN. Informasi
ini penting untuk dasar perancangan usulan program dan anggaran BATAN tahun berikutnya.
Kegiatan monev dan wasdal terhadap pelaksanaan program dan anggaran melekat
dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab para pejabat disetiap tingkatan manajemen, dari
manajemen yang paling bawah sampai pada tingkatan manajemen puncak. Dalam lingkungan
internal BATAN, Sekretaris Utama BATAN mempunyai peranan penting dalam pembinaan dan
peningkatan kinerja pengawasan dan pengendalian program dan anggaran BATAN. Biro
Perencanaan merupakan unit kerja yang ditugasi melakukan monitoring dan evaluasi serta
pengendalian dan pembinaan pelaksanaan program BATAN, sedangkan Inspektorat merupakan
unit kerja yang ditugasi melakukan pengawasan anggaran dan evaluasi terhadap kinerja satuan
kerja dalam pengelolaan keuangan. Selain itu Inspektorat juga ditugasi melakukan pembinaan
tertib administrasi pengelolaan keuangan dan anggaran BATAN. Pusat Standardisasi dan
Jamiman Mutu Nuklir (PSJMN) merupakan unit kerja yang ditugasi melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan standardisasi di BATAN dalam rangka mewujudkan jaminan
mutu hasil program BATAN.
Pelaksanaan kegiatan monev dan wasdal program dan anggaran dijabarkan lebih lanjut
ke dalam berbagai petunjuk atau prosedur teknis yang akan disusun oleh Biro Perencanaan dan
Inspektorat dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Sekretaris Utama. Pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan standardisasi di BATAN dilaksanakan sesuai dengan
BATAN
- 46 -
pedoman-pedoman dalam dokumen Sistem Standardisasi BATAN dan pedoman pelaksanaannya
yang ditetapkan melalui Peraturan Kepala BATAN.
V.2. Ketentuan Umum Pelaksanaan
Monev dan Wasdal dilaksanakan secara berkala dan berjenjang. Pelaku atau pelaksana
monev dan wasdal di setiap unit organisasi adalah pejabat struktural dan pejabat fungsional
yang menduduki jabatan Kepala Subbidang/Subbagian/Kelompok, Kepala Bidang/Bagian, dan
Kepala Unit Kerja dengan ketentuan sebagai berikut:
Pada unit organisasi setingkat sub bidang atau sub bagian atau kelompok, kegiatan
wasdal dilakukan maksimal setiap 2 (dua) minggu sekali untuk membahas rencana kerja dan
pembagian tugas serta untuk melakukan tindak koreksi dini melalui penyesuaian rencana kerja
jika ada penyimpangan target. Hal-hal penting yang tidak dapat diselesaikan dilaporkan kepada
Kepala Bidang/Bagian untuk ditindaklanjuti.
Pada unit organisasi setingkat Eselon III (Bidang atau Bagian) kegiatan wasdal
dilaksanakan melalui rapat bulanan atau mingguan yang terjadwal, dipimpin oleh Kepala
Bidang/Bagian dan dihadiri para Kepala Subbidang/Subbagian/Kelompok. Keputusan penting
dari setiap kali rapat direkam dalam bentuk Risalah Rapat, yang disampaikan kepada Kepala
Unit Kerja dan peserta rapat untuk ditindaklanjuti. Format baku risalah rapat dibakukan oleh
Pejabat Eselon II.
Pejabat Eselon II (Kepala Unit Kerja) melaksanakan rapat koordinasi lengkap yang
terjadwalkan maksimal setiap tiga bulan, dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon III (Kepala
Bidang/Bagian) dan pejabat lain yang dianggap perlu hadir untuk melakukan evaluasi terhadap
kinerja pelaksanaan program anggaran dan kegiatan. Di luar rapat koordinasi yang sudah
terjadwalkan Kepala Unit Kerja dapat melaksanakan rapat koordinasi untuk mengatasi berbagai
masalah yang perlu tindak lanjut segera mengacu pada risalah rapat bulanan yang
diselenggarakan oleh Kepala Bidang/Bagian.
Risalah rapat koordinasi tiga bulanan dituangkan dalam format baku yang ditetapkan
oleh Biro Perencanaan dan Inspektorat sebagai laporan 3 (tiga) bulanan pelaksanaan
program/kegiatan dan anggaran. Risalah rapat ini disampaikan kepada Deputi atau Sekretaris
Utama, Biro Perencanaan, dan Inspektorat yang selanjutnya dijadikan sebagai materi bahasan
Rapat Koordinasi Deputi yang dipimpin oleh Sekretaris Utama atau Kepala BATAN.
BATAN
- 47 -
Pengawasan terhadap pelaksanaan standardisasi di BATAN secara eksternal,
dilaksanakan melalui kegiatan pemantauan, audit dan inspeksi yang dikoordinasikan oleh
PSJMN secara terjadwal. Hasil pemantauan, audit dan inspeksi pelaksanaan standardisasi di
BATAN merupakan masukan untuk merumuskan kebijakan standardisasi di lingkungan BATAN
kepada Kepala BATAN melalui Komisi Standardisasi BATAN (KSB). Secara internal unit kerja,
pengawasa dilaksanakan oleh unit jaminan mutu atau tim jaminan mutu unit kerja. KSB yang
diketuai oleh Sestama dengan anggota para Eselon II yang ditunjuk mewakili kedeputian
BATAN dan Kepala PSJMN sebagai sekretaris, mengadakan rapat minimal dua kali dalam satu
tahun untuk mengevaluasi pelaksanaan standardisasi di unit kerjanya. Keputusan rapat
disampaikan kepada Kepala BATAN untuk ditetapkan sebagai Kebijakan Standardisasi BATAN
dan direkam dalam bentuk dokumen Prioritas Program Standardisasi BATAN.
BATAN
- 48 -
BAB VI
PENUTUP
Naskah tentang Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Manajemen Penguatan Kelembagaan
Iptek Nuklir ini merupakan tata cara pelaksanaan Kebijakan Umum yang berlaku di BATAN,
dijabarkan dari Peraturan Kepala BATAN Nomor 101/KA/VI/2007 tentang Pedoman Manajemen
Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, dan Diseminasi Iptek Nuklir.
Dokumen ini disusun sebagai petunjuk atau acuan bagi setiap unit kerja di BATAN dalam
penyiapan data dan informasi, penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, serta
pemantauan, evaluasi, pengawasan dan pengendalian program penguatan kelembagaan di
bidang iptek nuklir.
Juklak ini disusun sebagai upaya BATAN untuk membangun dan mengembangkan
Sistem Manajemen Mutu Terpadu di dalam pelaksanaan program kegiatan penelitian,
pengembangan, perekayasaan, dan diseminasi iptek nuklir agar setiap program kegiatan
litbangyasa dan diseminasi iptek nuklir disusun berdasarkan suatu rencana yang realistik,
dilaksanakan dengan mengutamakan keselamatan, serta menghasilkan luaran dan produk
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat,
daya saing nasional, serta terbangunnya suatu citra positif di kalangan masyarakat awam
tentang iptek nuklir dan BATAN. Dengan demikian kebijakan operasional di setiap unit kerja
dalam bentuk prosedur teknis atau petunjuk teknis harus mengacu dan disusun berdasarkan
petunjuk yang telah ditetapkan dalam juklak ini.
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
Salinan sesuai dengan aslinya,
Plh. Kepala Biro Kerjasama, Hukum,
dan Hubungan Masyarakat
Haris Sutarta