Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

23
1 I. PENDAHULUAN I.1Latar Belakang Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran penting yang dibudidayakan secara komersil di daerah tropis. Hal ini disebabkan penggunaan cabai yang cukup luas diantaranya sebagai penyedap makanan, bahan baku industri (makanan, obat-obatan dan kosmetik).Cabai juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi sehingga tidak mengherankan jika cabai menjadi sumber pendapatan sebagian besar petani sayuran(Sastrosiswojo dan Lukmana, 2000). Produksi cabai Indonesia tahun 2011, yaitu sebesar 888.852 ton dengan luas panen sebesar 121.063 hektar dengan rata-rata produktivitas sebesar 7,34 ton per hektar. Pada tahun 2010 telah terjadi kenaikan produksi sebesar 81.692 ton (10,12%) dibandingkan tahun 2009. Kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan produktivitas sebesar 0,76 ton per hektar (11,55%) dengan keadaan luas panen terjadi penurunan sebesar 1.692 hektar (1,38%) (Anonim, 2012a). Adanya kecenderungan pertumbuhan ekonomi baik dunia maupun Indonesia yang mengalami peningkatan, menyebabkan makin meningkatnya permintaan akan produk daricabaiitusendiri. Kebutuhan ini diperkirakan akan

description

Keanekaragaman Lalat Buah Pada Pertanaman Cabai di Kota Padang

Transcript of Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

Page 1: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran penting

yang dibudidayakan secara komersil di daerah tropis. Hal ini disebabkan penggunaan

cabai yang cukup luas diantaranya sebagai penyedap makanan, bahan baku industri

(makanan, obat-obatan dan kosmetik).Cabai juga mengandung vitamin C yang cukup

tinggi sehingga tidak mengherankan jika cabai menjadi sumber pendapatan sebagian

besar petani sayuran(Sastrosiswojo dan Lukmana, 2000).

Produksi cabai Indonesia tahun 2011, yaitu sebesar 888.852 ton dengan luas

panen sebesar 121.063 hektar dengan rata-rata produktivitas sebesar 7,34 ton per

hektar. Pada tahun 2010 telah terjadi kenaikan produksi sebesar 81.692 ton (10,12%)

dibandingkan tahun 2009. Kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan produktivitas

sebesar 0,76 ton per hektar (11,55%) dengan keadaan luas panen terjadi penurunan

sebesar 1.692 hektar (1,38%) (Anonim, 2012a). Adanya kecenderungan pertumbuhan

ekonomi baik dunia maupun Indonesia yang mengalami peningkatan, menyebabkan

makin meningkatnya permintaan akan produk daricabaiitusendiri. Kebutuhan ini

diperkirakan akan terus meningkat sehingga dikhawatirkan akan terjadi kekurangan

pasokan buahcabai(Anonim, 2011a).

Sumatera Barat merupakansalahsatupenghasilcabai di

Indonesia.Produktivitascabai di Sumatera Barattahun2011 sebesar 18.772 ton dengan

luas lahan 6.853 hektar. Perkembangan luas lahancabai dari tahun ke tahun di

Sumatera Barat sangat pesat, pada tahun 2006 luas pertanaman cabai hanya 3.382 ha

dan akhir tahun 2010 sudah mencapai >5.873 ha. Sentra pertanamancabai di Provinsi

Sumatera Barat adalah di Kabupaten Agam. Selain itu cabai juga terdapat di

Kabupaten Limapuluh Kota, Pesisir Selatan, Kepulauan Mentawai, Sijunjung, Solok,

Tanah Datar dan kabupaten lainnya (Anonim, 2011b).

Dari sekian banyak sentra produksi cabai di Sumatera Barat, Padang

merupakan salah satu kota yang dijadikan sebagai pusat pengembangan produksi

tanaman cabai (Anonim, 2011f).Secara umum, Padang bukanlah kawasan pertanian,

Page 2: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

2

akan tetapi 5,27% lahan yang dimiliki dimanfaatkan masyarakat untuk usaha tani

termasuk sayuran. Jenis sayuran utama yang ditanam masyarakat Padang salah

satunya tanaman cabai. Kecamatan penghasil cabai adalah Koto Tangah, Pauh,

Nanggalo dan Kuranji yang memproduksi lebihdari 70% hasil produksi cabai di

Padang (Anonim, 2011c).Pada tahun 2011, produksi cabai di Padang sebesar 222 ton

dengan luas lahan 141 ha (Anonim, 2011f).

Kegiatan usaha tani untuk meningkatkan produktivitas tanaman cabai yang

dilakukan oleh para petani di Padang dihadapkan pada banyak kendala.Penyebab

menurunnya produksi cabai dapat diakibatkan oleh serangan organisme pengganggu

tanaman (OPT), faktor cuaca, angin serta bencana alam (Anonim, 2011e).

Berdasarkan data dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi

Sumatera Barat bulan November Tahun 2012, lalat buah menyerang tanaman cabai

dengan luas lahan pertanaman 7,60 ha di kecamatan Koto Tangah Padangdengan

kategori serangan ringan (Anonim, 2012b), Selain itu hama lainyang diketahui

menyerang dan menyebabkan penurunan produksi cabai di Padang, antara lainthrips

(Thrips parvisipinus), tungau kuning (Polyphagotarsonemus sp.), kutu daun

(Myzuspersicae), ulat grayak (Spodoptera litura),ganjur (Asphondylia sp.) dan lalat

buah (Bactrocera spp.) (Anonim, 2011c).

Lalat buah (Bactroceraspp.)merupakan salah satu hama penyebab gagalnya

panen buah danmerupakan spesies lalat buah dari daerah tropika. Secara ekonomis

lalat buah merupakan hama penting yang berasosiasi dengan buah-buahan dan

sayuran tropika (White dan Harris, 1992).Serangan lalat buah di Indonesia tahun

2011 diperkirakan mencapai 4.790 ha dengan kerugian Rp 21,99 miliar (Anonim,

2011e).Beberapahasil penelitian menunjukkan bahwa di Sumatera Barat, Sumatera

Selatan dan Riau ditemukan 43 spesies Bactrocera yang telah teridentifikasi

diantaranya ditemukan 5 spesies Bactrocera sebagai hama penting yaitu Bactrocera

dorsalis, B. cucurbitae,B. albistrigatus, B. umbrosus dan B. caudatus (Muryati et al.

2004). Ada dua spesies Bactrocerayangmerupakan hama sangat merusak tanaman

buah dan sayuran yaitu B. cucurbitae dan B. dorsalis. Di India sekitar 50 % tanaman

Cabai diserang oleh B. dorsalis(Singh dan Singh, 1998).Untuk mencegah serangan

Page 3: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

3

hama tersebut telah dilakukan penelitiandenganmenggunakan perangkap metil

eugenol pada tanaman cabai sehingga dapat menurunkan populasi lalat buah sampai

58% dan mengurangi kerusakan sampai 29% (Samad, 2001).

Populasi hama lalat buahyang melimpah menjadi suatu kendala dalam usaha

peningkatan produksi cabai. Populasi dan tingkat serangan hamatersebut juga

dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang tentu saja berbeda pada masing-masing

daerah. Perbedaan ini memungkinkan adanya perbedaan jenis dan populasi hama

serta tingkat serangan pada setiap daerah sentra pertanaman cabai.Sampai saat ini

populasi hama lalat buah sudah ditemukan hampir pada semua pertanaman cabai di

Padang. Namun demikianbelum diketahui pasti informasi yang akurat tentang jenis

hama lalat buah yang menyerang tanaman cabai di Padang (Anonim, 2011f). untuk

itu diperlukan identifikasi morfologi setiap genus dari hama lalat buah tersebut pada

masing-masing pertanaman cabai sampel di setiap kecamatan di Padang.Berdasarkan

uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Keanekaragaman

danTingkat Serangan Lalat Buah (Bactrocera spp.)(Diptera; Tephritidae)Pada

Tanaman Cabai(Capsicum annumL.)Di Kota Padang”

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaituuntuk mengetahuijenis lalat buah yang

menyerang buah cabai dan mengetahui tingkat serangannyadi Padang.

1.3 Manfaat Penelitian

Tersedianya informasi tentang jenis lalat buah yang menyerang pertanaman

cabai serta tingkat serangannya yang dapat dijadikan dasar untuk tindakan

pengelolaan hama dan penyakit tanaman cabai di Padang.

Page 4: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tanaman Cabai

Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

holtikultura yang cukup penting. Tanaman cabai termasuk tanaman berbunga

(Angiospermae) digolongkan ke dalam kelas Magnoliopsida, ordo Solanales, Famili

Salanaceae dan genus Capsicum. Dalam genus Capsicum terdapat lima spesies cabai

yang didomestikasi yaitu Capsicum annum, C. frutescens, C. chineses, C. batum, C.

pubescens.Dari kelima spesies cabai tersebut yang memiliki potensi ekonomis adalah

C. annum dan C. frutescens. Kedua spesies ini dibudidayakan secara luas di seluruh

dunia (Pickersgill, Permadi dan Kusandriani, 2001). Cabai merupakan tumbuhan

perdu berkayu dengan tinggi dapat mencapai satu meter, buahnya berasa pedas, dan

tumbuh di daerah dengan iklim tropis (Lukmana, 2001).

Cabai dapat hidup pada daerah yang memiliki ketinggian antara 0 - 1200 m

dpl (Riana, 2003; Siswanto 2001). Tanaman cabai tumbuh optimal pada intensitas

cahaya matahari sekurang – kurangnya selama 10 – 12 jam untuk fotosintesis,

pembentukan bunga dan buah serta pemasakan buah. Jika sinar matahari yang

dibutuhkan kurang atau tanamannya ternaungi, umur panen cabai akan lebih lama,

tanaman meninggi dan gampang terkena hama dan penyakit. Untuk itu, lokasi

penanaman yang dipilih harus bebas dari tanaman – tanaman pelindung yang dapat

menghalangi cahaya matahari (Wiryanta,2002).Secara umum cabai bisa ditanam di

persawahan, lahan kering, di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah dan juga

bisa ditanam musim kemarau atau musim penghujan. Namun demikian tanaman ini

akan tumbuh baik di lahan dataran rendah yang tanahnya gembur dan kaya bahan

organik, tekstur ringan sampai sedang, pH tanah 5,5 – 6,8 , drainase baik dan cukup

tersedia unsur hara bagi pertumbuhan tanaman (Siswanto, 2001).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabaiharuslah di temperatur yang

stabil pada suhu 20° - 25° C terutama temperatur tanah tempat tumbuh tanaman cabai

tersebut. Pada umumnya dalam membudidayakan tanaman diareal terbuka faktor

Page 5: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

5

suhu tidak dapat dikendalikan efeknya terhadap pertumbuhan tanaman sehingga

pertanaman berubah – ubah sesuai musimnya. Dengan demikian jelaslah bahwa

temperatur merupakan syarat mutlak yang diperlukan untuk berlangsungnya proses

pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejak saat pembibitan sampai tanaman

menghasilkan buah (Agusalim, 2008).

II.2 Lalat Buah

Lalat buah (Bactrocera spp.) adalah hama yang banyak menyerang buah-

buahan dan sayuran, termasuk tanaman cabai.Spesies lalat buah dari famili

Tephritidae yang menjadi hama tanaman mencapai 4.500 spesies dan terdapat 20

spesies dari genus Bactrocera merupakan hama penting pada buah-buahan dan

sayuran di Asia (Vijaysegaran, 1998). Genus Dacus diidentifikasi terdapat di daerah

tropika termasuk Indonesia, diketahui merupakan kekeliruan identifikasi dari Genus

Bactrocera. Dacus merupakan asli spesies dari Afrikadan biasanya berasosiasi

dengan bunga dan buah dari Cucurbitaceae dan kulit buah kacang-kacangan

(Wiryanta, 2002) dengan demikian semua yang disebut sebagai Dacus di buku

Kalshoven diganti menjadi Bactrocera (Suharni dan Siwi, 2004).

Lalat buah merupakan hama yang sangat berpotensi menimbulkan kerugian

pada usaha tani tanaman hortikultura di dunia. Lebih dari 100 jenis tanaman

hortikultura diduga menjadi sasaran serangan lalat buah (Anonim, 2000). Serangan

hama tersebut dapat menyebabkan buah menjadi rusak dan busuk, karena aktifitas

larva yang memakan daging buah, sehingga buah akan gugur sebelum waktunya dan

mengurangi kuantitas dan kualitas hasil produksinya. Populasi lalat buah yang tinggi

mengakibatkan intensitas serangannya juga tinggi (Nawangsih, 2005).

Lalat buah dewasa berukuran3–5 mm, berwarna kuning dan sayapnya datar

(Elvinardewi dan Karyatiningsih. 1999). Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak

coklat kekuningan. Abdomennya ada pita-pita hitam, sedangkan thoraxnya ada

bercak-bercak kekuningan. Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti

tanduk yang keras(Nawangsih, 2005). Lalat buah betina menusuk kulit buah dengan

ovipositornya. Jumlah telur sekitar 100-120 butir (Agussalim, 2008). Setelah 2-3 hari,

Page 6: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

6

telur akan menetas dan menjadi larva. Larva lalat buah bewarna putih kekuningan dan

dapat bergerak melenting(Suharni dan Siwi, 2004).Larva tersebut akan membuat

terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama ± 2 minggu.Larva yang

telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh diatas tanah, kemudian setelah 7-8 hari

menjadi pupa. Total daur hidupnya antara 23-34 hari. Dalam satu tahun lalat ini

menghasilkan 8-10 generasi. Imago (serangga dewasa) dapat bermigrasi sejauh 5-100

km, Lalat buah aktif terbang pada jam 06.00-09.00 pagi atau sore hari jam 15.00-

18.00 (Agusalim, 2008)

Lalat buah menyerang buah cabai mulai dari yang masih muda dan yang paling

banyak menyerang cabai hampir masak (Endah dan Kardinan, 2003).Buah yang

terserang lalat buah akan terlihat bercak-bercak kecil kecoklatan dan lunak.

Selanjutnya buah akan rusak, rontok dan menjadi busuk. Bagian dalam buah yang

busuk akan telihat adanya belatung. Buah busuk merupakan media potensial bagi

perkembangbiakan lalat buah. Guna meminimalisir media potensial untuk

perkembangan lalat tersebut sebaiknya buah-buah busuk dapat segera dimusnahkan

agar belatung dan larva lalat dapat diputus rantai kehidupannya(Baharudin dan

Syahardi, 2004).

Umumnya gejala serangan yang diakibatkan oleh masing-masing spesies lalat

buah cenderung sama, namun biologi dan morfologi tiap spesies lalat buah beberapa

ada yang berbeda. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi terhadap serangga tersebut

agar dapat mengetahui morfologinya, dengan diketahui morfologi tersebut akan

menjadi langkah awal untuk mendapatkan informasi mengenai biologi dan

ekologinya. Dengan informasi tersebut dapat dirancang pengendalian yang tepat

(Raros, 1980). Menurut para ahli entomologi, identifikasi yang tepat dari suatu jenis

hama diperlukan untuk mendapatkan rekomendasi pengendalian yang tepat, dan jika

ingin melakukan pengendalian dengan musuh alami(Duriat dan Sastrosiswojo, 1995).

Apabila hama ini sudah menyerang tanaman maka disarankan untuk melakukan

pengendalian dengan cara: (1) kultur teknis, dengan mempraktekkan penyiapan

bedengan bermulsa plastik hitam perak, mengatur pergiliran (rotasi) tanaman yang

bukan sefamili, dan mengatur waktu tanam yang baik dan tepat (Anonim, 2004).(2)

Page 7: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

7

biologi (hayati) dengan memanfaatkan musuh – musuh alami hama thrips, yaitu

kumbang Coccinellidae, tungau predator, kepik Anthocoridae, dan kumbang

Staphulinidae. (3) memasang perangkap perekat hama, misalnya dengan

menggunakan Insect Adhesif Trap Paper (IATP) berwarna kuning (Untung, 2003).

(4) memberikan insektisida seperti Curacron, Basudin, dan Matador. Dosis sesuai

anjuran. Pengambilan keputusan pengendalian hama lalat buah. dengan insektisida

yang efektif dan diizinkan ialah bila ditemukan intensitas serangannya sama atau

melebihi ambang kendali hama lalatbuah. yaitu 10% (Nawangsih, 2005).

2.3 Feromone Sex

Feromoneadalahsubstansikimia yang

dilepaskanolehsuatuorganismekelingkungannya yang

memampukanorganismetersebutmengadakankomunikasisecaraintraspesifikdenganind

ividu lain. Feromonbermanfaatdalam monitoring populasimaupunpengendalianhama

(Nation, 2002). Disampingituferomonbermanfaatjugadalam proses

reproduksidankelangsunganhidupsuatuserangga (Knowden, 2002).Feromone berasal

dari bahasa Yunani ‘phero’ yang artinya ‘pembawa’ dan ‘mone’ ‘sensasi’. Feromone

merupakan sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya

pikat seks pada hewan jantan maupun betina. Zat ini berasal dari kelenjar eksokrin

dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain,

kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi. Berbeda dengan hormon,

feromon menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat mempengaruhi dan dikenali oleh

individu lain yang sejenis (satu spesies)(Winoto,2009).

Pelaksanaanpenerapanteknikpencegahan yang

tidakkonsekuenolehpetanimerupakansuatupermasalahan yang

seringterjadi.Pencegahanseranganmelaluipengurangansumberinfestasihamadapatjuga

dilakukandenganpemasanganperangkapmenggunakanferomonseks.

FeromoninimampumenarikseranggaPenggerekBuahKakaojantandanlalatbuahsehingg

aperkembangbiakannyadapatditekanakibatterputusnyasiklusreproduksi(Nation, 2002).

Page 8: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

8

Beberapapercobaankomposisisenyawasintetikferomontelahdilakukan di

Malaysia danberhasilmenarikseranggajantandengan rata – rata 2,5 /trap.

Pengujianferomonseksdilakukanoleh National Resourse Institute di

Amerikadanujilapangdilakukan di Malaysia dan Indonesia (Zhang danPolavarapu,

2004), kemudiansenyawaferomonseks di produksioleh Pest Control India

(PCI).PerangkapFeromoniniterdiridari 3 komponen, yaitu trap

terbuatdarikertaskartonberbentuksegitiga, kertasperekat, dan tube

berisiferomonseks.Senyawavolatil yang dikeluarkanolehbetinalalatbuahdan PBK

dandiketahuikomposisisenyawaferomonterdiriatas EZZ dan EEZ isomer dari 4,6,10-

Hexadecatrienyl Acetat, kerabatalkoholdanHexadecylalkohol.

Lebihlanjutdilaporkanbahwajumlahferomon yang dikeluarkanolehseekorbetina PBK

adalah 0,1μg (Sulistyowatiet. al, 2009).

Metileugenoladalahzat yang

dikeluarkanolehsenyawakimiadandisebarkanmelaluiudarauntukmenariklawanjenisdar

ispesies yang sama.Aroma yang dikeluarkan akan memikat lalat buah jantan sehingga

masuk dan mati terperangkap di dalam botol dengan demikian perkawinan antara

lalat jantan dan betina dapat ditekan. Pemanfaatannya untuk mengendalikan lalat

buah karena sangat efektif, efisien dan aman terhadap lingkungan dan kehidupan

manusia. Penggunaan atraktan di Hawai dapat menekan penggunaan pestisida hingga

75-95%. Pemanfaatan Atraktan (metileugenol) diharapkan mampu mendongkrak

ekspor buah-buahan Indonesia khususnya buah cabai mengingat semakin tingginya

permintaan produk pertanian yang bebas dari residu pestisida serta dibudidayakan

secara berkelanjutan (Anonim, 2012c).

Metileugenolmerupakanzatatraktan yang

bersifat volatile ataumenguapdanmelepaskan aroma

wangi.Susunankimiametileugenolterdiridariunsur C, H, dan O

(C12H24O2).Zatinimerupakan food lure yang bias

menariklalatbuahjantan.Dengandemikian, jikamencium aroma metileugenol,

lalatbuahjantanakanberusahanmencarisumber aroma tersebutdanmemakannya. Radius

Page 9: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

9

aroma antraktandarimetileugenolinimencapai 20-100 m, tetapijika di bantuangin,

jangkauannyabisamencapai 3 km(Winoto,2009).

Metileugenoldapat di buatsecarasintesisdaribahan-bahankimia,

tetapiantraktantersebutdapatmenyebabkaniritasipadakulit.Selaindaribahankimiasintesi

s, metileugenoljugadapatdibuatsecaratidaklangsungdarieugenol.Salah

satubahanpenghasileugenoladalahtanamancengkeh.Eugenoldaritanamancengkehiniha

rusdiproseslagi agar bisamenjadimetileugenol. Proses

perubahandarieugenolmenjadimetileugenolinidisebutdenganmetilasi.

Metilasimembutuhkan proses yang cukuppanjang, dengansendirinyabiaya yang

diperlukanuntukmenghasilkanmetileugenoldaribahansintesisjugalebihtingg

i(Kardinan, 2004).

Lalatbuahjantanmemperolehmetileugenoldariberbagaijenistanaman,

sepertitregguladanselasih.Lalatbuahjantanmemperolehmetileugenoldengancaramengis

apbungaataudauntanamanpenghasilmetileugenolsehinggatidakjarangdilihatkerumuna

nlalatbuah yang sedangmengerumuti  tanamanpenghasilmetileugenol (Kardinan,

2004). Metil eugenol dapat dihasilkan oleh tanaman daun wangi (Melaleuca brateata)

danselasih (Ocimum sanctum). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metil eugenol

pada tanaman daun wangi dan selasi efektif memerangkap lalat buah. Tanaman

tersebut tersedia cukup banyak di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

(Anonim, 2003). Minyak yang disuling dari daunnya mengandung metil eugenol

berkisar antara 64 – 80% dan sisanya berupa linalol, sineol serta komponen mikro

lainnya yang berkisar antar 20 – 25%. Bahan ini mempunyai bau (aroma) yang sama

seperti yang dikeluarkan oleh lalat buah betina untuk menarik perhatian lalat buah

jantan untuk melakukan hubungan (FeromoneSex).Metil eugenol terdapat dalam

berbagai jenis tumbuhan seperti  beberapa famili, seperti Anacardiaceae, Araceae,

Caricaceae, Labiatae, Liliaceae, dan Leguminosae (Anonim, 2011d).

Page 10: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

10

III. BAHAN DAN METODE

3.1 WaktudanTempat

Penelitian akan dilaksanakan di pertanaman cabai rakyat di Kota Padangdan

Laboratorium Bioekologi Serangga Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas

Pertanian Universitas Andalas Padang.Penelitianiniakan dilaksanakan mulaiMei–Juli

2013 (Lampiran 1).

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70 %, sampel

buah cabai, akuades, kertas label dan Petrogenol dengan bahan aktif Metil Eugenol

800 g/l).

Alat-alat yang akan digunakan adalah kamera digital, mikroskop binokuler,

kotak plastik, pinset, jaring ayun, kain kasa, kapas, botol air mineral ukuran 1,5 liter,

botol film,styrofoam, jarum peniti, serbuk gergajidan alat tulis.

3.3 Metodologi Penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan metode surveidan sampel di

ambil secara acak terpilih (Purposive Random Sampling). Kriteria yang digunakan

dalam penentuan lokasi pertanaman sampel

adalahkecamatandenganlahancabaiterluasdandisetiap kecamatan yang terpilih

ditetapkan masing-masing dua lokasipertanaman cabai sampel (polikultur dan

monokultur)dengan luas lahan ± 400 m2danpadalahantersebut tanaman

cabaidalamfasevegetatifataupadaawalfasegeneratif.

3.3.1 Penentuan lokasi penelitian

Berdasarkan kriteria luasan pertanaman cabai ditentukan empat kecamatan di

Kota Padang yang memiliki lahan cabai terluas sebagai lokasi penelitian

yaituKecamatan Nanggalo, Koto Tangah, Kuranji dan Pauh.Pada empatkecamatan

Page 11: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

11

yang terpilih ditetapkan masing-masing dua lokasi pertanaman cabai sampel untuk

diamati, yaitu pertanaman cabai yang polikultur dan monokulturdengan luas ±400 m2

(± 100 batang tanaman cabai). Jadi pada tiap kecamatan terdapat± 800 m2

pertanamansampel.

3.3.2 Penentuan tanaman sampel

Sampel diambil sebanyak 10% dari jumlah tanaman cabai pada setiap lahan

per kecamatan.Penentuan tanaman sampel dilakukan secara sistematis dengan

membuat garis diagonal. Pada setiap sisi diagonal diambil 4 batang tanaman cabai.

Jarak antara satu tanaman sampel dengan tanaman sampel lainya ditentukan

kemudian, karena jumlah tanaman cabai dalam satu garis diagonal belum diketahui

dan tergantung dengan kondisi pertanaman (Lampiran 2 dan 3).

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Survei pendahuluan

Sebelum penelitian, terlebih dahulu dilakukan survei pendahuluan berupa

peninjauan lokasi penelitian sekaligus wawancara dengan petani pengelola lahan.

Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang kondisi

pertanamancabai. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner pada setiap

lokasi sampel(Lampiran 4).

3.4.2 Di lapangan

Pada tahap awal ditentukan lahan pertanaman cabai yang memenuhi kriteria

sebagai lokasi pengamatan dan tanaman sampel yang akan diamati. Sampel lahan

yang diamati bersifat polikultur dan monokultur. Buah cabai yang

diamatikemudiandihitung persentase serangannya. Pendataan mengenaipersentase

dan tingkat seranganlalat buah dilakukan dengan mengamati gejala serangan yang

terdapat pada tanaman cabai sampel.

Page 12: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

12

3.4.2.1 Pengambilan Sampel

a. Pembuatan dan pemasangan perangkap

Perangkap lalat buah dibuat dari botol bekas air mineral berukuran 1,5 liter.

Setiap sisi atas dan bawah botol dilubangisebagai pintu masuk bagi lalat buah.

Kemudian di dalam botoldigantungkantali yang pada ujungnya berada diberi kapas.

Terlebih dahulu kapas tersebut ditetesi metil eugenol dan sebaiknya tidak tersentuh

air yang berada didasar botol. Ujung tali yang berada di luar botol digunakan untuk

menggantungkan alat perangkap pada sebuah kayu yang ditancapkan di tengah-

tengah pertanaman cabai. Setelah botol digantungkan kemudian diisi air agar lalat

yang terperangkap akan mati.Perangkap digantung secara vertikal pada ketinggian 2 –

3 meter dari permukaan tanah. Satu buah perangkap dipasang pada setiap lahan yang

luasnya ± 400 m2(Lampiran 5).

b. Jaring ayun

Jaring ayun yang digunakan berbentuk kerucut, mulut jaring yang dari kawat

berbentuk melingkar dengan diameter 30 cm, jaring tersebut terbuat dari kain kasa

dan tangkai jaring dari kayu sepanjang 60 cm. Pengambilan sampel disetiap petak

pertanaman dilakukan dengan mengayunkan jaring ke kiri dan ke kanan secara bolak-

balik sebanyak 10 kali sambil berjalandiantarabedenganlahan.Penangkapan lalat

buahmenggunakan jaring ayunpada pagi hari diantara jam 07.00 – 09.00 dan pada

saat sore hari diantara jam 15.00 – 18.00. Lalat buah yang tertangkap kemudian

disimpan dalam botol film yang sudah diisi dengan alkohol 70 %. Botol film tersebut

diberi label sesuai dengan jam, lokasidan tanggal pengambilan sampel. Sampel

dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.

c. Pengambilan langsung

Sampel larva lalat buah diambil bersamaan dengan buah cabai yang

terseranglalu dimasukkan ke dalam kotak plastikdan diamati perkembangannya di

laboratorium.

Page 13: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

13

3.4.3 Di laboratorium

Pengamatan di laboratorium dilakukan untuk memelihara larva lalat buah

yang berada pada buah yang terserang. dan larva lalat buah yang diambil langsung

dari buah cabai sampel. Larva dimasukkan ke dalam kotak plastik bersamaan dengan

cabai yang terserang, setelah larva menjadi pupa diletakkan padakotak plastik yang

berisi serbuk gergaji setebal ± 1 cm, lalu diamati perkembangannya sampai menjadi

imago. Lalat buah ysng dipelihara tersebut kemudian diidentifikasi sampai tingkat

spesies menggunakan jurnal”Widodo dalamPictorial key” (Anonim, 2006) dan buku

”Identifikasi, status dan pengelolaan lalat buah di Indonesia” (Ahsyol et al.

2005).Selain itu identifikasi dilakukan pada imago lalat buah yang ditangkap

menggunakan jaring ayun di lapangan. Identifikasi jugadapat dilakukan dengan cara

mencocokkan sampel yang diperoleh di lapangan dengan gambar spesies yang

terdapat pada buku referensi, sedangkan yang tidak bisa diidentifikasi sampai tingkat

spesies, dibedakan berdasarkan morfologi (morfospesies).

3.5 Pengamatan

3.5.1 Kondisi pertanaman cabai

Pengamatan dilakukan dengan mengamati kondisi areal pertanaman cabai

secara langsung dan mengadakan wawancara dengan petani pengelola kebun.

Pengamatan dilakukan terhadap semua aspek yang berkaitan dengan pengelolaan

pertanaman cabai (pemupukan, pergiliran tanaman dan pengendalian OPT), kontur

lahan dan berkaitan dengan budidaya cabai seperti umur tanaman, jenis dan asal bibit,

jarak tanam, tanaman pelindung (naungan) dan lain-lain.

3.5.2 Jenis lalat buahtanaman cabai

Jenis lalat buah diamati berdasarkan morfologi dan diidentifikasi sampai ke tingkat

spesies.Identifikasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu mikroskop binokuler

untuk mengamati karakteristik sayap, toraks, dan abdomen.Pengamatan terhadap

Page 14: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

14

jenis lalat buah yang menyerang buahcabai dilakukan dari fase awal generatif sampai

dua kali panen dan diamati setiap sampel pertanaman cabai.

3.5.3 Jumlah populasi lalat buah

Jumlah populasi lalat buah dihitung dari lalat buah yangterperangkap oleh

perangkap feromone sexyang dipasang pada setiap pertanaman cabai. Pengamatan

populasi lalat buah dilakukan satu kali seminggu dari pertengahan fase vegetatif

sampai dua kali panen dan diamati setiap sampel pertanaman cabai sampel.

3.5.4 Jumlah imago lalat buah yang muncul dari buah yang terserang

Jumlah imago lalat buah yang muncul dari buah yang terserang diamati dari

buah cabai yang terserang yang diambil dari setiap lokasi pertanaman cabai sampel.

Pengambilan buah cabai yang terserang larva lalat buah dilakukan pada saat cabai

sudah di panen (panen pertama dan kedua).

3.6 Analisis Data

3.6.1 Persentase tanaman terserang

Analisis data dilakukan dengancaramenghitung persentase serangan pada buah

dan tanaman sampel.Untuk menghitung persentase tanaman yang terseranglalat buah

digunakan rumus sebagai berikut :

P = ab

x 100%

Keterangan : P = persentase tanaman terserang

a = jumlah tanaman terserang

b = jumlah tanaman yang diamati

Page 15: Proposal Penelitian - Lalat Buah Tanaman Cabai

15

3.6.2Persentase buah terserang

Untuk menghitung persentase buah yang terseranglalat buah digunakan rumus

sebagai berikut :

P = ab

x 100%

Keterangan : P = persentase buahterserang

`a = jumlah buah terserang

b = jumlah buah yang diamati