Proposal Peneliitian Dbd

44
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DENGAN UPAYA PERILAKU PENCEGAHAN DBD DIWILAYAH KERJA PUSKESDES OLO BOJU KEC.BIROMARU DISUSUN OLEH : 1. ILHAM NAWAWI 2. LISDAWATI TINGKAT : III A AKADEMI KEPERAWATAN KAB.DONGGALA T.A 2015/2016

description

contoh proposal

Transcript of Proposal Peneliitian Dbd

Page 1: Proposal Peneliitian Dbd

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT

TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DENGAN UPAYA

PERILAKU PENCEGAHAN DBD DIWILAYAH KERJA

PUSKESDES OLO BOJU KEC.BIROMARU

DISUSUN OLEH :

1. ILHAM NAWAWI

2. LISDAWATI

TINGKAT : III A

AKADEMI KEPERAWATAN KAB.DONGGALA

T.A 2015/2016

KATA PENGANTAR

Page 2: Proposal Peneliitian Dbd

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Segala puji bagi Allah swt, Rabb semesta alam atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya kami selaku Mahasiswa sekaligus penyusun dapat menyelesaikan

PROPOSAL dengan judul ” HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN

MASYARAKAT TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DENGAN

UPAYA PENCEGAHAN DBD” Salawat serta salam mudah-mudahan selalu

tercurah kepada rasul kita tercinta Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

kami khususnya kepada dosen matakuliah RISET KEPERAWATAN, dimana

beliau telah membimbing kami hingga karya yang kecil ini dapat di selesaikan.

Dalam penyusunan karya kecil ini tidak sedikit hambatan yang kami

hadapi.Kami sangat menyadari bahwa proposal ini sangat jauh dari

kesempurnaan, meskipun demikian mudah-mudahan karya yang kecil ini bisa

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya terutama teman-teman dan

pembaca sekalian .Amin. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan

saran demi perbaikan di masa mendatang.

Penyusun

BAB I

Page 3: Proposal Peneliitian Dbd

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti atau Aedes albopictus.

Data statistic dari badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa

dari 2,5 milyar manusia di dunia, dua dari lima orang di antarnya beresiko

terjangkit demam berdarah. Dimana setiap tahunnya terdapat 50 juta manusia

terinfeksi demam berdarah dan lebih dari 500 ribu manusia terjangkit demam

berdarah serius serta di perkirahkan 21 ribu manusia meninggal dunia.

Seriusnya ancaman penyakit ini ditunjukan dengan semakin meluasnya

wilayah-wilayah didunia yg terjangkit demam berdarah yg sebelumnya

terbebas dari penyakit ini, termasuk diwilayah yg beriklim sub tropic.

Menghadapi situasi tersebut, WHO melakukan penelitian demam berdarah di

lima Negara di asia yaitu india, Indonesia, Myanmar, philipina, sri langka dan

Thailand. Dan pusat studi kebijakan kesehatan dan sosial menjadi lembaga

penelitian dari Indonesia yg terlibat dari penelitian tsb. (WHO. 2007).

Penyakit DBD di Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah

satu penyakit endemic dan masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa

(KLB) di musim-musim tertentu yaitu musim penghujan, semenjak januari

sampai dengan 5 maret tahun 2004 total kasus DBD diseluruh provinsi

Indonesia. Sejak ditemukan pertama kali tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta,

jumlah kasus DBD maupun luas daerah penyebarannya semakin bertambah

seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Pada

tanggal 7 Februari 2005 Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah

mengumumkan 21 propinsi di Indonesia yang mengalami peningkatan jumlah

kasus DBD dan salah satunya adalah Sulawesi Tengah. Hasil Riset Kesehatan

Page 4: Proposal Peneliitian Dbd

Dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa Sulawesi Tengah merupakan propinsi

dengan kasus DBD terbanyak nomor lima dengan prevalensi 1,09%. Di Kota

Palu, yang merupakan salah satu kota/kabupaten yang terdapat di Sulawesi

Tengah, hampir semua wilayah puskesmas mempunyai masalah dengan DBD

setiap tahunnya, bahkan selalu diiringi dengan kasus kematian. Angka

prevalensi di wilayah tersebut selama tiga tahun berturut-turut adalah

11/100.000 penduduk (2006), 31/100.000 penduduk (2007) dan 11/100.000

penduduk (sampai Agustus 2008). Sedangkan angka Case Fatality Rate (CFR)

berturut-turut sebesar 1,49% (2006), 0,53% (2007) dan 1,55% (sampai Mei

2008). Kelurahan endemis bertambah dari 17 kelurahan tahun 2002, 20

kelurahan tahun 2004, dan 31 kelurahan pada tahun 2007. (Media Litbang

Kesehatan Volume 21 Nomor 4 Tahun 2011)

Menurut penjelasan dari pihak dinas kesehatan, berbagai macam

program atau usaha yg telah di lakukan oleh pemerintah seperti memberikan

penyuluhan kepada masyarakat tentang pencegahan DBD dan bahayanya baik

secara langsung maupun tidak langsung, melalui berbagai media, serta

menjalin kerja sama sektoral serta penyadaran peningkatan pengetahuan

tentang kebersihan lingkungan dengan pencegahan DBD dan bahayanya untuk

mengurangi wabah DBD yg menyebabkan banyak korban. Walaupun

demikian namun DBD belum teratasi dengan bai dan mencapai target.

(Depkes 2007).

Faktor penyebab tingginya angka kejadian DBD antara lain :

kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat yg kurang, pengetahuan

dan pendidikan masyarakat yg rendah, sarana pelayanan kesehatan masyarakat

yg tidak memadai dan jumlah petugas yg kurang. Berbagai cara juga telah

diupayakan oleh pelayanan tenaga kesehatan khususnya diwilayah kerja

puskesdes olo boju, baik dengan cara pemberian penyuluhan kepada

masyarakat, pemberian abate pada penampungan air dan penyemprotan pada

daerah-daerah yg diduga tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.

Page 5: Proposal Peneliitian Dbd

Jadi dalam upaya pencegahan terhadap timbulnya penyakit DBD di

wilayah kerja puskesdes olo boju kec.dolo, tingkat pengetahuan masyarakat

tentang kebersiahan lingkungan itulah yg mengambil peranan penting. Karena

dengan pengetahuan yg baik tentang kebersihan lingkungan itu, Akan

meminimalisir tempat bersarangnya nyamuk penyebab DBD yaitu Aedes

aegypti.

Dari data di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG

KEBERSIHAN LINGKUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DBD”

B. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan

lingkungan dengan upaya pencegahan DBD diwilayah kerja puskesdes olo

boju kec.biromaru.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

kebersihan lingkungan dengan upaya pencegahan DBD diwilayah kerja

puskesdes olo boju kec.biromaru.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang

kebersihan lingkungan dengan upaya pencegahan DBD diwilayah

kerja puskesdes olo boju kec.biromaru.

b. Mengidentfikasi hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang

upaya pencegahan DBD diwilayah kerja puskesdes olo boju

kec.biromaru.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat penelian

Sebagai bahan dan data tentang hubungan tingkat pengetahuan masyarakat

tentang kebersihan lingkungan dengan upaya pencegahan DBD.

Page 6: Proposal Peneliitian Dbd

2. Perkembangan Ilmu Keperawatan

Sebagai bahan informasi untuk mengembangkan ilmu keperawatan

khususnya masalah pencegahan DBD.

3. Peneliti Lain

Sebagai dasar atau kajian awal bagi peneliti lain yg ingin meneliti

permasalahan yg sama sehingga mereka memiliki landasan dan alur yg

jelas.

Page 7: Proposal Peneliitian Dbd

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang DBD

1. Pengertian

DBD/Dengue Haemorrhagir Fever (DHF) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong Arbovirus dan

masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti

(betina), terutama menyerang anak remaja dan dewasa yang seringkali

menyebabkan kematian (Effendy, 1995).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya

cenderung meningkat danm penyebaranya semakin luas dan penyakit ini

merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak

(Widiyono, 2008).

2. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala penyakit DBD adalah sebagai berikut dibawah ini :

a. Penderita mendadak panas tinggi selama 2 hingga 7 hari yang sering di

ikuti dengan rasa sakit pada uluhati dan biasanya tanpa sebab yang

jelas.

b. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit.

c. Kadang disertai perdarahan pada hidung.

d. Bisa jadi sipenderita muntah darah dan berak. Jika telah parah,

penderita merasa gelisah, tangan dan kakinya dingin serta berkeringat.

3. Etiologi

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B,

yaitu arthropod-borne atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus ini

termasuk genus flavivirus dari famili flaviviridae. Nyamuk Aedes betina

biasanya terinfeksi virus dengue pada saat menghisap darah dari seseorang

yang sedang berada pada tahap demam akut (viraemia). Setelah melalui

Page 8: Proposal Peneliitian Dbd

periode inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai 10 hari, kelenjar ludah Aedes

akan menjadi terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk

menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya kedalam luka gigitan ke

tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi instrinsik selama 3-14 hari (rata-

rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang

ditandai dengan demam, pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu

makan dan berbagai tanda atau gejala non spesifik seperti nausea (mual-

mual), muntah dan rash (ruam pada kulit). Viraemia biasanya muncul

pada saat atau persis sebelum gejala awal penyakit tampak dan

berlangsung selama kurang lebih 5 hari setelah dimulainya penyakit. Saat-

saat tersebut merupakan masa kritis dimana penderita dalam masa sangat

infektif untuk vektor nyamuk yang berperan dalam siklus penularan

(Widoyono, 2008; Sitio, 2008).

4. Klasifikasi DBD

a. Derajat I    : Demam, uji torniqet positif, trombositopeni dan

hemokonsentrasi

b. Derajat II    : Perdarahan spontan di kulit

c. Derajat III  : Kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lemah, hipotensi,

kulit dingin lembab, gelisah)

d. Derajat IV    : Renjatan berat (denyut nadi dan tekanan darah tidak

dapat diukur)

5. Pencegahan DBD

a. Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara ; Menguras , menutup,

mengubur barang  bekas yang dapat menjadi tempat perindukan

nyamuk.

b. Fogging atau pengasapan

c. Abatisasi

6. Penatalaksanaan

a. Tirah baring

b. Pemberian makanan lunak

c. Pemberian cairan melalui infuse

Page 9: Proposal Peneliitian Dbd

Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate

merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan ,

mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28

mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.

d. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik

e. Anti konvulsi jika terjadi kejang

f. Monitor tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).

g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan

h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

j. Banyak minum 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.

B. Tinjauan Tentang pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia yaitu : indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yg sangat penting dalam pembentukan

tindakan seseorang (Notoatmojo, 2003)

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003) tingkat pengetahuan terdiri dari 6

tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yg telah di pelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan, tingkat ini memngingat

kembali suatu yg spesifik dari seluruh bahan yg di pelajari.

b. Memenuhi

Memenuhi artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yg di ketahui.

Page 10: Proposal Peneliitian Dbd

c. Application

Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yg

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisa

Analisa di artikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi yg

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu dengan yg lain.

e. Sintesis

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yg

baru.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penelitian suatu materi.

3. Cara mengukur pengetahuan

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode untuk mengumpulkan data oleh

peneliti. Untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang.

b. Angket

Angket adalh suatu cara pengumpulan data atau penelitian mengenai

suatu masalah yg umumnya banyak menyangkut kepentingan umum.

Angket dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yg

berupa formulir-formulir, di ajukan secara tertulis kepada sejumlah

subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban dan lainnya.

4. Sumber informasi pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003), sumber informasi pengetahuan terdiri

dari :

Sumber informasi documenter

Page 11: Proposal Peneliitian Dbd

Adalah semua bentuk informasi yg berhubungan dengan dokumen

baik dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi. Sumber informasi

documenter dapat digolongkan menjadi 4 yaitu :

a. Sumber primer

Sumber primer adalah sumber informasi yg berasal dari dari yg

mempunyai wewenang dan tangguang jawab terhadap data tersebut.

b. Sumber sekunder

Sumber informasi yg bukan dari tangan pertama, dan bukan

mempunyai wewenang dan tangguang jawab terhadap informasi atau

data tsb.

c. Sumber kepustakaan

Sumber informasi yg sangat terpenting yg terdapat dalam perpustakaan

dan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dari berbagai

disiplin ilmu.

d. Sumber informasi lapangan

Sumber informasi yg dipilih langsung dari objek dilapangan dapat di

peroleh melalui tehnik observasi, wawancara, angket maupun

eksperimen pendahuluan.

C. Tinjauan Kebersihan lingkungan/sanitasi Lingkungan

1. Pengetian sanitasi lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yg

mencangkup perumahan, pembungan kotoran, penyediaan air bersih dan

sebagainya (Notoatmojo 2003)

2. Pembuangan

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yg dibuang yg berasal

dari rumah tangga, industry maupun tempat-tempat umum lainnya, dan

pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yg dapat

membahayakan bagi kesehatan tubuh manusia serta mengganggu

lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah

Page 12: Proposal Peneliitian Dbd

kombinasi dari cairan dan sampah cair yg berasal dari daerah pemukiman,

perdagangan, perkantoran, dan industry, bersama-sama dengan air tanah,

air permukaan dan air hujan yg mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto,

2003).

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar

dapat dikelompokan sebagai berikut :

a. Air buangan yg bersumber dari rumah tangga

Yaitu air yg berasal dari pemukiman penduduk, pada umumnya air

limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni ), air bekas cairan

dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan

organic.

b. Air buangan industry

Yg bersal dari berbagai jenis industry akibat proses produksi. Zat-zat

yg terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan

baku yg di pakai oleh masing-masing industry, nitrogen, logan berat,

zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah

ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi rumit.

c. Air buangan kotapraja

Yaitu air yg berasal dari daerah : perkantoran, perdagangan, hotel,

restoran,tempat-tempat ibadahdan sebagainya. Pada umumnya zat-zat

yg terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan limbah rumah

Secara garis besar karakteristik air limbah ini digolongkan

sebagai berikut :

1) Karakteristik fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-

bahan padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga,

biasa berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbauh.

Kadang-kadang mengandung sisa kertas.

2) Arakteristik kimiawi

Page 13: Proposal Peneliitian Dbd

Biasanya air buangan ini mengandung zat-zat kimia anorganik yg

berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organic berasal

dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainnya.

3) Karakteristik Bakteriologis

Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli

terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana

sumbernya.namun keduanya tidak berperan dalam proses

pengolahan air buangan.

Sesuai dengan zat-zat yg terkandung di dalam air limbah

ini. Maka air limbah yg tidak diolah terlebih dahulu akan

menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan

lingkungan hidup antara lain:

1) Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit,

terutama : cholera, typus, abdominalis, disentri baciler.

2) Menjadi media berkembangbianya microorganisme pathogen.

3) Menjadi tempat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau

tempat hidup larva nyamuk.

4) Menimbulkan bau yg tidak enak serta pandangna yg tidak

sedap

5) Merupakan sumber pencemaran air permukaan, air, tanah dan

lingkungan hidup lainnya.

6) Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja

dengan tidak nyaman dan sebagainnya.

D. Tinjauan Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkutan oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk

hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu

berprilaku, karena mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang

dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakekatnya adalah kegiatan atau

Page 14: Proposal Peneliitian Dbd

aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas

antara lain berjalan ,berbicara menangis dan sebagainya. Kadang-kadang

kegiatan manusia itu tidak teramati dari luar manusia itu sendiri, misalnya

berfikir persepsi , emosi dan lain sebagainya. Dari urian ini dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Notoatmodjo secara operasional , perilaku dapat diartikan suatu

respons organisme terhadap lingkungannya. Perilaku adalah tindakan suatu

organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Sunaryo, 2004)

Ahli psikologi (skiner, 1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Maka

teori skiner ini disebut teori S-O-R atau stimulus→ Organisme→Respon .

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yakni:

1. Perilaku tertutup

Adalah respons seseorang terhadap stimuli dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimuli ini

masih terbatas pada perhatian persepsi, pengetahuan/kesadaran dan belum

dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut ”covert

behavior” atau ”unobsevable behavior”.

2. Perilaku terbuka.

Adalah respon seseorang terhadap stimuli dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respon seseorang terhadap stimuli tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktek (praktice), yang dengan mudah dapat

diamati atau dilihat orang lain. Oleh sebab itu disebut ”Overt behavior”,

tindakan nyata atau praktek (praktice) (Notoatmodjo, 1993).

Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh

faktor-faktor baik dari dalam maupun luar subyek. Dalam perilaku

Page 15: Proposal Peneliitian Dbd

kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip dari Lawrence

Green ada 3 teori sebagai penyebab masalah kesehatan yaitu :

1. Fakctor Predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, pendidikan, lingkungan dan umur masyarakat terhadap hal

– hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. Faktor –

faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku,

maka sering disebut faktor pemudah.

2. Faktor Pemungkin (Enabling factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat pembuangan

sampah, tempat pembuangan tinja. Termasuk fasilitas pelayanan

kesehatan seperti : Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu,

Polides, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan praktik swasta. Faktor ini

pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya

perilaku kesehatan, maka faktor – faktor ini disebut faktor pendukung

atau faktor pemungkin.

3. Faktor penguat (Reinforcing factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga

undang – undang, peraturan – peraturan baik pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat

masyarakat kadang – kadang bukan hanya memerlukan pengetahuan

dan sikap positif dan dengan dorongan fasilitas saja, melainkan tokoh

agama, para petugas, lebih – lebih para petugas kesehatan. Di samping

itu undang – undang juga memperkuat perilaku masyarakat

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2002), domain perilaku dibagi menjadi

dua yaitu:

Page 16: Proposal Peneliitian Dbd

1. Determinan faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat ”given” atau bawaan, misalnya tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan faktor eksternal, yakni lingkungan baik fisik, sosial,

budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

sering merupakan faktor dominan dalam mewarnai perilaku

seseorang.

Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang psikolog pendidikan

membagi perilaku manusia kedalam tiga dominan yakni:

1. Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia terhadap

obyek diluarnya melalui indera-indera yang dimilikinya

(pendengaran, penglihatan, penciuman dan sebagainya)

2. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon emosional (emosional

feelings) seseorang terhadap stimulus atau obyek diluarnya atau

penilaian dapat dilanjutkan dengan kecenderungan untuk melakukan

atau tidak melakukan terhadap obyek.

3. Tindakan atau praktek adalah respons atau reaksi konkrit seseorang

terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk

tindakan (action) yang melibatkan aspek psikomotor, atau seseorang

yang telah mempraktekan (praktice) apa yang telah diketahui atau

disikapi (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Solita (1993), perilaku adalah segala bentuk

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan, khususnya

yang menyangkut pengetahuan dan sikap (S.Sarwono,1993).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal

dari adanya pengalaman seseorang serta faktor – faktor dari luar

(lingkungan), baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan

lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehingga

menimbulkan suatu motivasi, niat untuk bertindak yang akhirnya

terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku.

Page 17: Proposal Peneliitian Dbd

E. Tinjauan Upaya Pencegahan DBD

1. Pencegahan DBD

Iqbal Wahit (2006) , pencegahan berarti menghindari suatu

kejadian sebelum terjadi. Upaya pencegahan DBD yang paling tepat

dengan 3M+, upaya pencegahan ini merupakan upaya pencegahan

prevensi primer yaitu usaha sungguh-sungguh untuk menghindari suatu

penyakit atau tindakan kondisi kesehatan yang merugikan melalui kegiatan

promosi kesehatan dan tindakan perlindungan penelitian tentang pengaruh

merupakan dasar dari upaya pencegahan primer. Upaya pencegahan 3M+

itu sendiri yaitu:

a. Menguras tempat penampungan air secara teratur sekurangkurangnya

seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya.

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, setelah mengambil

airnya, agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak.

c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampung air hujan; seperti kaleng bekas, plastik, bambu-bambu

yang terbuka, drum-drum bekas, dll.

Apabila tempat tandon air/ penampung air tidak dikuras, maka bisa

ditaburi abate dengan dosisi 1 gram untuk 10 liter air dan diulangi 2-3

bulan sekali (1 sendok makan kira – kira sama dengan 10 gram). Selain

dengan cara tersebut diatas diharapkan masyarakat juga memberi

cahaya yang cukup pada rumah supaya rumah tidak gelap agar nyamuk

tidak tinggal, membuang/membakar langsung sampah yang sudah tidak

terpakai, tidak menggelantungkan pakaian di sembarang tempat yang

akan dihinggapi oleh nyamuk, kalau perlu anak-anak atau orang tua

memakai lotion anti nyamuk dan juga pemakaian kelambu.

2. Partisipasi masyarakat dalam pemberantasan DBD

Untuk mencegah nyamuk Aedes aegypti , peranan masyarakat

sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembersihan sarang nyamuk. Untuk

itu diperlukan usaha pendidikan kesehatan dan motivasi kepada masyrakat

secara terus menerus dalam jangka waktu yang semaksimal mungkin,

Page 18: Proposal Peneliitian Dbd

karena keberadaan jentik nyamuk tersebut berkaitan erat dengan prilaku

mayarakat. Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan melaksanakan

gerakan kebersihan dan kesehatan lingkungan secara serentak dan gotong

royong . semakin besar komitmen pemerintah dan partisipasi masyarakat,

maka semakin besar pula kebersihan program pencegahan DBD

(Departemen kesehatan, 1992).

Gerakan kebersihan dan kesehatan lingkungan tersebut meliputi

kebersihan rumah dan lingkungannya agar tidak terdapat sampah yang

akan menjadi sarang tikus, kecoa, cacaing, lalat dan nyamuk penular

penyakit, perbaikan dan pemeliharaan saluran air limbah, sehingga tidak

terjadi genangan dihalaman rumah dan sekitarnya, kemudian pembuatan,

perbaikan, penggunaan dan pemeliharaan jamban keluarga, penempatan

kandang diluar rumah dan pemeliharaan kebersihannya serta pembuatan

dan pemeliharaan sarana persediaan air bersih.

Page 19: Proposal Peneliitian Dbd

F. Kerangka Teori

Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007).

Faktor predisposisi1. Pengetahuan2. Kepercayaan3. Norma4. Sosial5. Karakteristik

Faktor pendukung1. Kebersihan lingkungan2. Status sosial3. Ketersediaan sarana

dan prasarana4. kesehatan Ketersediaan

SDM pelayanan

Faktor pendorong1. Perilaku masyarakat2. Perilaku tokoh

masyarakat3. Perilaku petugas

kesehatan

Perilakupencegahan DBD

Page 20: Proposal Peneliitian Dbd

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Sumber : Notoatmodjo,S(2003)

B. Hipotesa Penelitian

Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan DBD.

pengetahuan kesehatan di masyarakat sangat berperan penting dalam

pencegahan DBD. Karena dengan adanya pengetahuan tentang kebersihan

lingkungan di masyarakat, Akan meminimalisir terjadinya kejadian DBD di

wilayah tsb dan masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara mencegah

DBD.

PENGETAHUAN

LINGKUNGAN

UPAYA PENCEGAHAN DBD

Page 21: Proposal Peneliitian Dbd

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desine atau jenis penelitian

Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan

pendekatan cross-sectional. Yg bertujuan untuk menggambarkan hubungan

variable yaitu pengetahuan masyarakat tentang upaya perilaku pencegahan

DBD diwilayah kerja puskesdes olo boju kec.Biromaru

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilakukan diwilayah kerja puskesdes

olo boju kec.Biromaru. alasan memilih tempat ini adalah diwilayah kerja

puskedes olo boju ini terdapat banyak penderita DBD dan belum perna

dilakukan penelitian tentang Hubungan tingkat pengetahuan masyarakat

tentang kebersihan lingkungan dengan upaya perilaku pencegahan DBD.

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada tanggal 02 februari

2016.

C. Populasi

Populasi penelitian adalah kepala keluarga yg berada diwilayah kerja

puskesdes olo boju. Adapun jumlah populasi yg di ambil adalah 110 orang.

D. Sampel

1. Besaran sampel

Jumlah besaran sampel yaitu semua jumlah populasi 110 orang.

2. Cara pengambilan sampel

dengan menggunakan teknik Simple random sampling

3. Criteria sampel

a. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1) Kepala keluarga yang berdomisili di desa olo boju kec.Biromaru

2) Bersedia menjadi respon dalam penelitian

b. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

Page 22: Proposal Peneliitian Dbd

1) Tidak berada di tempat pada saat penelitian berlangsung

2) Respon ada yang buta huruf

E. Variable

1. Variabel Bebas (Independent Variabel) Sebagai variabel bebas dalam

penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah upaya perilaku

pencegahan DBD

F. Tehnik pengumpulan Data

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari responden dengan

menggunakan kuesioner melalui tahapan :

a. Informed concent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria insklusi. Bila subjek menolak, maka peneliti

tidak akan memaksakan dan tetap menghormati hakhak pasien.

b. Anomity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden tetapi lembaran tersebut diberikan inisial atau kode.

c. Confidentially

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

2. Data Sekunder, yaitu data penelitian yang diambil dari buku-buku

literatur, laporan bulanan dan tahunan serta jasa internet yang berkaitan

dengan penelitian.

G. Instrument penelitian

Dalam penelitan ini, alat ukur yang digunakan oleh peneliti untuk

mengukur variabel penelitian adalah dengan menggunakan kuesioner yang

menurut Mardalis, 2004 merupakan teknik pengumpulan data melalui formulir

yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada

Page 23: Proposal Peneliitian Dbd

seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan

dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.

Kuesioner penelitian dari masing masing variabel disusun berdasarkan

dimensi/kisi kuesioner, yang kemudian dituangkan dalam sebuah pertanyaan

atau pernyataan tertutup.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan:

1. Editing

Melihat apakah data telah terisi dengan lengkap.

2. Codding

Mengelompokkan jawaban responden menurut jenisnya dan memberi

kode pada masing-masing jawaban menurut item pada lembar instrumen.

3. Entri data

Memasukkan data kedalam computer dengan menggunakan aplikasi

computer dalam bentuk master data.

4. Tabulasi

Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan

analisa data.

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan pada masingmasing variabel yang diteliti yaitu

tingkat pengetahuan (variable independen) dan upaya perilaku pencegahan

DBD (variabel dependen) dengan tujuan untuk mengetahui persentasi dari

tiap variabel yang diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisa data ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variable

independen (tingkat pengetahuan) dan variabel dependen (upaya perilaku

pencegahan DBD) dengan menggunakan salah satu uji statistik non-

parametik yaitu Chi-square dengan skala kategori.Analisis data ini akan

Page 24: Proposal Peneliitian Dbd

dilakukan melalui proses komputerisasi dengan bantuan SPSS statistic

17.0

Interpretasi data:

a. Bila nilai p≤ 0,05, Ha diterima dan Ho ditolak, artinya ada hubungan

yang bermakna (signifikan) antara tingkat pengetahuan dengan upaya

perilaku pencegahan DBD

b. Bila nilai p> 0,05, Ha di tolak dan Ho diterima artinya tidak ada

hubungan yang bermakna (signifikan) antara tingkat pengetahuan

dengan upaya perilaku pencegahan DBD.

H. Devinisi Operasional

No

.

Variable Devinisi operasional Alat Ukur Hasil ukur Skalah

1. Pengetahuan Pengetahuan adalah

segala sesuatu yg

diketahui oleh

responden tentang

kebersihan

lingkungan.

kuesioner 1. Tinggi apabila

nilai media >

4 dari 6

pertanyaan

2. Rendah

apabila nilai

median <4

dari 6

pertanyaan

Nominal

2. DBD Penyakit infeksi yg

disebabkan oleh

virus

Kuesioner 1. Tidak terjadi

apabila nilai

media <1 dari

2 pertanyaan

2. Terjadi

apabila nilai

median >1

dari 2

Nominal

Page 25: Proposal Peneliitian Dbd

pertanyaan

3. Upaya pencegahan

DBD

Upaya pencegahan

DBD adalah segala

upaya yg dilakukan

responden untuk

mencegah dan

menghindari

terjangkitnya

penyakit DBD

kepada manusia

semaksimal dan

seefektif mungkin di

lingkungan

masyarakat

Kuesioner 1. Kurang baik

apabila nilai

media <1 dari

2 pertanyaan

2. Baik apabila

nilai median

>1 dari 2

pertanyaan

Nominal

Page 26: Proposal Peneliitian Dbd

LAMPIRAN

KUESIONER

Petunjuk Pengisian :Isilah dan beri tanda (X) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan identitas, pengetahuan dan pendapat Bapak/Ibu.

IDENTITAS RESPONDEN1. Tanggal Pengisian : 2. No Responden : 3. N a m a : 4. Umur : Tahun.5. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan6. Agama :

a. Islamb. Kristenc. Hindud. Budha

7. Pendidikan terakhir :a. Perguruan Tinggib. SMU/ Sederajatc. SMP/ Sederajatd. SD/ Sederajate. Tidak Sekolah

8. Status Perkawinan :a. Belum Kawinb. Kawinc. Duda/ Janda

9. Pekerjaan :a. PNS/ ABRI/ Pensiunanb. BUMN/ BUMDc. Swasta/ Pedagangd. Petanie. Lain-lain, sebutkan

Page 27: Proposal Peneliitian Dbd

A. PENGETAHUAN TENTANG DBD

1. Apakah penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD)?

a. Kuman

b. Virus

c. Bakteri

d. Plasmodium

e. Spora

2. Hewan apa yang dapat menularkan penyakit DBD?

a. Kecoa

b. Tikus

c. Lalat

d. Nyamuk

e. Bakteri

3. Melalui apakah penularan penyakit DBD dari satu orang ke orang lain?

a. Bersin

b. Sentuhan kulit

c. Gigitan nyamuk

d. Suntikan

e. Air liur

4. Penyakit DBD dapat menyerang pada siapa saja ?

a. Bayi

b. Anak-anak

c. Remaja

d. Dewasa

e. Semua golongan umur

5. Berikut ini manakah yang bukan merupakan gejala penyakit demam

berdarah?

a. Mendadak panas tinggi 2 -7 hari

Page 28: Proposal Peneliitian Dbd

b. Tampak bintik merah pada kulit

c. Sering nyeri ulu hati

d. Gelisah, ujung jari tangan dan kaki dingin

e. Sering buang air kecil

6. Apa yang tidak perlu dilakukan jika ada keluarga atau tetangga terdekat

kita terkena penyakit DBD?

a. Beri banyak air minum

b. Kompres dengan air dingin

c. Beri obat turun panas

d. Bawa ke Puskesmas

e. Menjauhkan dari orang sehat

7. Apakah akibat paling buruk/ fatal yang dapat terjadi pada penderita

penyakit DBD?

a. Kejang

b. Sakit perut

c. Pingsan

d. Kematian

e. Mudah terjadi perdarahan

8. Manakah di bawah ini yang benar menurut Saudara?

a. Menguras bak mandi tiap 1 minggu sekali

b. Menguras bak mandi tiap 2 minggu sekali

c. Menguras bak mandi sekali per bulan

d. Menguras bak tidak perlu jika airnya masih bersih

e. Menguras bak jika sempat

9. Selain menguras bak mandi, bagaimana cara tepat mencegah adanya

jentik/uget-uget?

a. Ditaburi serbuk abate

b. Ditutup

c. Dikosongkan airnya

d. Dibiarkan saja

e. Dibuang melalui bagian bawah saja

Page 29: Proposal Peneliitian Dbd

10. Kapankah penular penyakit DBD mulai menularkan pada manusia?

a. Pagi hari

b. Malam hari

c. Pagi – sore hari

d. Siang – sore hari

e. Sore – malam hari

Page 30: Proposal Peneliitian Dbd

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan teori dan aplikasinya.Jakarta:

Rineka cipta

Notoatmodjo, S.2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/6/e-librarystikesnanihasanuddin--steffiisab-

265-1-25136268-1.pdf

https://core.ac.uk/download/files/478/16508551.pdf

http://www.academia.edu/8591391/PROPOSAL_PENELITIAN_DBD

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33558/5/Chapter%20I.pdf