Proposal Pelayanan Kesehatan

download Proposal Pelayanan Kesehatan

of 11

Transcript of Proposal Pelayanan Kesehatan

Proposal Pelayanan Kesehatan

PROPOSAL PELAYANAN KESEHATAN

TINEA MANUS

Disusun oleh:Rezky Oktarianti Syahputri04114708031

Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya2013HALAMAN PENGESAHAN

Proposal yang berjudul :

PERENCANAAN PELAYANAN KESEHATANTINEA MANUS

Oleh:Rezky Oktarianti Syahputri (04114708031)

Pembimbing:DR. dr. H. Fachmi Idris, M. Kes

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Palembang, Maret 2013Pembimbing,

DR. Dr. H. Fachmi Idris, M. KesPERENCANAAN PELAYANAN KESEHATANTINEA MANUS

Oleh : Rezky Oktarianti Syahputri (04114708031)

I. PENDAHULUAN

1.1 Fakta DeskriptifTinea manus merupakan infeksi jamur dermatofita pada kulit yang termasuk kelompok penyakit dermatofitosis. Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur dermatofit yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum korneum epidermis, rambut, dan kuku. Penyebab dermatofitosis adalah spesies dari Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.1 Dermatofitosis dinamakan berdasarkan lokasinya, yaitu tinea capitis bila dijumpai pada kepala dan rambut, tinea manus pada tangan, tinea pedis pada kaki,tinea corporis pada badan, tinea kruris pada lipat paha, tinea ungium pada kuku dan tinea barbae pada daerah jenggot. 1,2,3Dermatofitosis cukup banyak diderita penduduk negara tropis. Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi, merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat ditemukan hampir di semua tempat.4 Angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari prosentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga prosentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus dermatomikosis.5 Menurut data di RSU Palembang banyak pasien sakit kulit terutama dermatofitosis yang berasal dari penjara.4 Data dari sendiri menyatakan bahwa penyakit kulit atau dermatofitosis menjadi urutan ke tiga penyakit yang sering terjadi pada penghuni penjara. Penderita dermatofitosis dan tinea manus di salah satu lembaga pemasayarakatan di Palembang yaitu di LP Klas I Pakjo yaitu sebanyak 58 orang dari 508 penghuni penjara atau sekitar 11,13%.4 Untuk mengurangi angka kejadian penyakit tinea manus maka perlu dilakukan kegiatan yang melibatkan banyak pihak baik petugas kesehatan, tokoh masyarakat, instansi pemerintah dan swasta yang terkait serta masyarakat di wilayah itu. Proposal ini memberikan gambaran mengenai kegiatan tersebut.

1.2 Analisis Teoritis dan EmpirisMasih banyaknya faktor yang menyebabkan kemungkinan terjadinya dermatofitosis terutama tinea manus. Faktor yang mempengaruhi terjadinya tinea manus menurut teori Blumm dibagi menjadi empat macam, yaitu:1. Faktor genetik6Belum ada penelitian lanjut yang menyatakan bahwa ada pengaruh genetik terhadap kejadian tinea manus. Tapi terdapat beberapa faktor biologi yang meningkatkan risiko terjadinya tinea manus, diantaranya yaitu kondisi hyperhydrosis atau kondisi keringat yang berlebihan.2. Faktor perilaku1,2,3,6Tinea disebabkan oleh perilaku yang tidak bersih. Perilaku yang dapat meningkatkan risiko tinea manus diantaranya adalah kontak langsung dengan hewan peliharaan, tanah dan alat-alat kebun. Selain itu kontak langsung dengan penderita tinea juga sangat berisiko menjadi penularan tinea manus diantaranya perilaku menggunakan handuk dan pakaian bersama.

3. Faktor lingkungan1,4,6Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap timbulnya penyakit dermatofitosis ataupun tinea manus. Lingkungan Indonesia yang tropis dengan tingkat kelembaban tinggi meningkatkan penyebaran bakteri penyebab tinea manus. Oleh karena itu angka kejadian tinea manus di berbagai negara tropis salah satunya Indonesia masih cukup tinggi. Selain itu faktor sarana air bersih yang digunakan sehari-hari juga menjadi salah satu faktor penting penularan penyakit tinea manus.4. Faktor mutu pelayanan kesehatan Adanya kecenderungan pelayanan kesehatan yang hanya mengutamakan pengobatan dan bukan pencegahan, sehingga pencegahan terjadinya tinea manus kurang ditingkatkan Kurangnya pengetahuan petugas kesehatan di LP Klas I Pakjo tentang pencegahan penularan tinea manus antar penghuni LP menyebabkan kurangnya penanganan terhadap kasus ini.

II. RUMUSAN MASALAH PROGRAM

Sekitar sebelas persen dari penghuni penjara di LP Klas I Pakjo Palembang mengalami dermatofitosis dan tinea manus. Banyak faktor yang menjadi penyebab tinea manus, namun yang paling berperan adalah faktor lingkungan dan perilaku. Faktor lingkungan yaitu tempat lembaga pemasyarakatan yang lembab memungkinkan bakteri penyebab tinea manus untuk cepat berkembang. Tingkat kelembaban di dalam LP yang tinggi disebabkan karena kurangnya ruang tahanan dan ventilasi sedangkan jumlah penghuni LP yang semakin hari semakin bertambah sehingga mengakibatkan keringat yang banyak lalu meningkatkan tingkat kelembaban di dalam LP. Selain itu kurangnya sarana air bersih juga menjadi salah satu penyebab meningkatnya kejadian tinea manus. Faktor perilaku seperti penggunaan bersama handuk dan pakaian dari penderita tinea yang lainnya sangat memudahkan terjadinya penularan tinea manus dari satu orang ke orang lainnya. Untuk itu perlu dilakukan edukasi kepada para penghuni penjara LP Klas I Pakjo Palembang untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat agar kejadian tinea manus berkurang.

III. TUJUAN PROGRAM

3.1. Tujuan UmumMenurunnya jumlah kejadian dermatofitosis terutama tinea manus di Palembang terutama di LP Klas I Pakjo Palembang. Pada tahun 2012 tercatat 11,13% penghuni penjara menderita dermatofitosis dan tinea manus dari 508 orang penghuni penjara.

3.2. Tujuan KhususTujuan khusus dari program ini adalah menurunnya angka kejadian dermatofitosis terutama tinea manus di Palembang yaitu di LP Klas I Pakjo dari 11,13 % pada tahun 2012 menjadi 7,26 % pada tahun 2013Catatan Perhitungan Target:Besarnya target minimal ditentukan dengan menggunakan rumus:

1,96 =

p1 = besarnya masalah sebelum program dalam % p2 = besarnya masalah setelah program dalam % (target)q1 = 100% - p1q2 = 100% - p2N1 = jumlah populasi sebelum programN2 = jumlah populasi setelah programBesarnya p2 atau target yang ingin dicapai dapat dicari dengan menggunakan rumus persamaan kuadrat sebagai berikut:

p2(1,2) =

Pada kasus ini didapatkan:P1= 11,13 %n1= 508Q1= 88,87 % n2 = 508 Sehinggga didapat P2 sebesar 7,26 %

IV. PROGRAM DAN KEGIATAN

Alternatif program untuk meningkatkan pengetahuan petugas adalah:1. Memberikan edukasi kepada masyarakat atau penghuni LP Klas I Pakjo untuk menjaga perilaku hidup yang bersih dan sehat .2. Memberikan pengetahuan kepada penghuni LP Klas I Pakjo untuk mencegah penggunaan bersama pakaian dan handuk dengan penderita tinea manus lainnya agar tidak terjadi penularan tinea manus. 3. Memberikan saran kepada pemerintah untuk menambah ruang tahanan di LP Klas I Pakjo serta meningkatkan kualitas dan sarana air bersih di dalam LP.

V. STRATEGI INTERVENSIPendekatan Institusi: Mengadakan pendekatan kepada pimpinan LP Klas I Pakjo dan pemerintah sehingga dapat memberikan dukungan, kemudahan, perlindungan dalam upaya menerapkan prinsip hidup sehat di LP Klas I Pakjo. Antara lain kepada: kepala daerah (gubernur), walikota, pemimpin LP Klas I Pakjo Palembang, petugas penjaga LP Klas I Pakjo Palembang, serta petugas kesehatan di LP Klas I Pakjo, Palembang. Pendekatan ini juga dilakukan untuk memberikan saran kepada pemerintah agar diperlukan penambahan ruang tahanan di LP serta meningkatkan sarana air bersih bagi para penghuni LP Klas I Pakjo.

Pendekatan Komunitas: Pendekatan dilakukan melalui: edukasi, diskusi kelompok, seminar, diskusi tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta diskusi tentang penularan tinea manus.

VI. RENCANA DAN JADWAL KEGIATAN

6.1. Rencana kegiatan persiapan Perencanaan anggaran terdiri dari biaya penyusunan proposal, biaya publikasi, biaya peralatan dan biaya lain-lain. Kegiatan publikasi terdiri dari: penyebaran pamflet, pembuatan spanduk. Mempersiapkan materi edukasi pencegahan penularan tinea manus. Mempersiapkan tim pemberi edukasi. Menetapkan tempat dan waktu yang tepat untuk memberikan edukasi.

6.2. Rencana kegiatan pelaksanaan Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Pencegahan Penularan Tinea ManusHari/Tanggal: Minggu, 20 April 2013Waktu: 09.00 12.00 WIBTempat: LP Klas I Pakjo PalembangSasaran: Penderita Dermatofitosis dan Tinea Manus di LP Klas I Pakjo PalembangTarget: Penghuni LP Klas I Pakjo Palembang

VII. RENCANA PEMBIAYAAN

KegiatanJumlah (Rp)Sumber

ProposalPembuatan proposalRp 150.000Bantuan Dinas Kesehatan Kota

Dana dari sponsor

Penggandaan proposalRp 100.000

PublikasiPembuatan spanduk, brosur, dan artikelRp 2.000.000

Pemasangan spandukRp 500.000

Pelatihan dan edukasiPenyewaan alat pelatihanRp 500.000

ATKRp 150.000

TransportasiRp 500.000

KonsumsiRp 1.250.000

TotalRp 5.150.000

VIII. EVALUASI PROGRAM Keberhasilan unsur masukan: jumlah partisipan memenuhi target, ketersediaan dana, sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan program. Keberhasilan unsur proses: terselenggaranya kegiatan pelatihan dan edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Pencegahan Penularan Tinea Manus di LP Klas I Pakjo Palembang. Keberhasilan unsur keluaran: tergeraknya masyarakat untuk mulai menghentikan kebiasaan yang dapat mempermudah penularan tinea manus serta tergeraknya pemerintah dan petugas LP untuk menjaga kelembaban di dalam sel tahanan serta menjaga kesediaan sarana air bersih di lingkungan LP Klas I Pakjo Palembang. Instrumen untuk melakukan evaluasi:Memberikan post test dan kuisioner untuk menilai keberhasilan edukasi yang telah diberikan.

IX. PEMANTAUANPemantauan program intervensi pada penderita tinea manus dilakukan setiap 3 bulan dan dilakukan penilaian kemajuan setiap penderita dengan memberi kuisioner. Pemantauan juga dilakukan langsung dengan meninjau setiap sel tahanan di LP Klas I Pakjo Palembang.

X. WAKTUJadwal Program Perencanaan (Gannt Chart)NoKegiatanWaktu (dalam minggu)

IIIIIIIVVVI

1.Menyusun proposal

2.Pencarian dana dan sponsor

3.Pengadaan sarana edukasi

4.Publikasi

5.Pelatihan dan edukasi

6.Evaluasi kegiatan

7.PemantauanSetiap 3 bulan

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Tinea Pedis et Manus, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. Hal : 148-1501. Fitzpatrick T.B. Dermatology in General Medicine Seventh Edition. United State of America. Mc Graw-Hill inc. 2005. Page : 158-1601. Pradana, Y. R. Tinea Manus. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 20121. Siregar, R.S. dan T. Djauhari. Dermatofitosis di LP Palembang, LP Lahat, dan LP Muaraenim, Sumatera Selatan. Dunia Cermin Kedokteran. 1992. Hal 17-20 1. Available from : http://www.ecureme.com/emyhealth/data/tinea_manuum.asp1. Marwali, H. Tinea Pedis et Manus, Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta. 2000. Hal : 19-20

1