Proposal Nata
-
Upload
hanif-farhan -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of Proposal Nata
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nata adalah produk pangan berupa lapisan selulosa sebagai hasil fermentasi
bakteri pembentuk nata, yaitu Acetobacter xylinum. Nata merupakan makanan
berkalori rendah yang mengandung banyak air dan selulosa sehingga umumnya
dijadikan sebagai menu pencuci mulut, bahan pencampur fruit cocktail, pencampur
es buah dan es krim. Dalam perkembangannya, nata tidak hanya dibuat dari air
kelapa, namun dapat juga dibuat dari bahan yang memiliki sumber karbon dan
nitrogen serta persyaratan tumbuh lain seperti pH dan suhu (Mutiara, 2012).
Di Indonesia, ada banyak jenis nata yang telah dikenal. Umumnya nama
produk nata disesuaikan dengan nama bahan bakunya, seperti nata de coco (air
kelapa), nata de pina (sari nanas), nata de cacao (pulp kakao), nata de banana (sari
pisang), nata de cassava (limbah singkong), nata de aren (gula merah), dan nata de
soya (limbah cair tahu). Nata memiliki kandungan serat yang tinggi, yang penting
bagi metabolisme. Nata berpotensi meminimalkan dan mencegah penyakit yang
berkaitan dengan kandungan serat tinggi, antara lain menurunkan kolesterol,
mencegah kanker kolekteral dan menurunkan profil glukosa bagi penderita diabetes
mellitus, serta mencegah konstipasi dan obesitas (Mutiara, 2012).
1.2. Tujuan Percobaan
1. Mengkaji proses pembuatan nata dari sari buah nanas dengan cara fermentasi
2. Mengkaji hasil yang diperoleh dengan berbagai nutrisi, dan konsentrasi
bakteri.
1.3. Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa mampu mengkaji proses pembuatan nata dari sari buah nanas
dengan cara fermentasi.
2. Mahasiswa mampu mengkaji hasil yang diperoleh dengan berbagai nutrisi
dan konsentrasi bakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Nata
Nata adalah bahan makanan yang menyerupai gel atau agar-agar yang terapung
pada medium yang mengandung gula dan asam hasil bentukan mikroorganisme
Acetobacter xylinum. Pada dasarnya, nata merupakan selulosa. Apa bila dilihat di
bawah mikroskop akan tampak sebagai suatu massa fibril tidak beraturan yang
menyerupai benang atau kapas (Sutarminingsih dalam Mutiara, 2012). Proses
pembuatan nata memerlukan bantuan bakteri Acetobacter xylinum untuk mensintesis
kandungan gula dalam media menjadi selulosa. Untuk memperoleh hasil yang baiik,
media harus disesuaikan dengan syarat tumbuh bakteri tersebut, untuk menghasilkan
nata dengan produksi dan kualitas tinggi, sifat fisikokimia media harus sesuai dengan
syarat tumbuh bakteri A.xylinum.
Selulosa yang terbentuk berupa benang-benang yang bersama-sama dengan
polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan secara terus menerus menjadi lapisan
nata. Terbentuknya pelikel (lapisan tipis nata) mulai dapat terlihat di permukaan
media cair setelah 24 jam inkubasi, bersamaan dengan terjadinya proses penjernihan
cairan di bawahnya. Jaringan halus yang transparan yang berbentuk di permukaan
membawa sebagian bakteri terperangkap di dalamnya. Gas CO2 yang dihasilkan
secara lambat oleh bakteri menyebabkan pengapungan ke permukaan (Muchtadi
dalam Mutiara, 2012).
Peningkatan jumlah selulosa yang relatif cepat diduga terjadi akibat konsentrasi
sel yang terus berkembang di daerah permukaan yang langsung kontak dengan udara
di dalam wadah fermentasi. Pada kultur yang tumbuh, suplai O2 di permukaan akan
merangsang peningkatan massa sel dan enzim pembentuk selulosa yang
mengakibatkan meningkatnya produksi selulosa. Gel selulosa tidak terbentuk jika
tidak tersedia glukosa atau oksigen (Muchtadi dalam Mutiara, 2012).
2.2. Spesifikasi Nanas (Ananas Sativus)
Nanas termasuk famili Bromeliceae dari kelas monokotil. Tanaman ini
merupakan horikultura yang mulai berproduksi pada umur 12 bulan. Tanaman nanas
tumbuh secara liar di dataran tinggi yang kering di Brazil dan Paraguay dan besar
kemungkinan bahwa dari sanalah tanaman ini berasal. Nanas dapat tumbuh pada
ketinggian 90-800 mdpl. Temperatur optimum untuk pertumbuhan adalah berkisar
21-270C (Logman Group dalam Siahaan, 2010).
Nanas merupakan buah yang kaya akan karbohidrat, terdiri atas beberapa gula
sederhana misalnya sukrosa, fruktosa, dan glukosa, serta enzim gromelin yang dapat
merombak protein menjadi asam amino agar mudah diserap tubuh (Rismunandar
dalam Siahaan, 2010). Daging buah nanas juga mengandung mineral gula, vitamin A,
vitamin C, dan mengandung mineral yang sangat diperlukan tubuh (Collins dalam
Siahaan, 2010). Kandungan nanas secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Kandungan zat gizi dalam 100 g buah nanas masak dan Tabel 2.2. Komposisi sari
nanas dalam 100 g bahan.
Tabel 2.1. Kandungan zat gizi dalam 100 g buah nanas masak
Komponen Zat Gizi Jumlah
Kalori 50 kal
Protein 0,40 g
Lemak 0,20 g
Karbohidrat 13,0 g
Kalsium (Ca) 19,0 mg
Pospor (P) 9,0 mg
Serat 0,4 g
Besi (Fe) 0,20 g
Vitamin A 20,00 RE
Vitamin B1 0,08 mg
Vitamin B2 0,04 mg
Vitamain C 20,00 mg
Niacin 0,20 g
Sumber : Buah dan Sayuran untuk Terapi, 2000
Tabel 2.2 Komposisi sari nanas dalam 100 g bahan
Komponen Jumlah
Air 85,00 %
Protein 0,40 %
Lemak 0,20 %
Abu 0,40 %
Gula 12,00 %
Asam 1,00 %
Vitamin A 130,00 IU
Vitamin B 0,08 mg
Vitamin C 24,00 mg
Sumber : Departemen Perindustrian, 1977
Dengan berbagai kandungan gizi yang dimiliki nanas, maka mengonsumsi
buah nanas akan memberi banyak manfaat bagi tubuh manusia. Beberapa manfaat
nanas bagi tubuh :
Sebagai antioksidan alami
Riset terkini menunjukkan nanas sarat dengan antioksidan dan fitokimia yang
berkhasiat mengatasi penuaan dini, wasir, kanker, serangan jantung, dan
penghalau stress. Vitamin A dan C yang terkandung dalam buah nanas juga
sudah lama dikenal memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang mampu
menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal bebas dalam tubuh yang
diyakini sebagai dalang atau provokator berbagai penyakit (Fajar, 2008).
Mencegah katarak
Asam askorbat dan betakarotenoid menstabilkan membran sel lensa mata dan
mempertahankan konsentrasi glutation tereduksi. Dengan demikian, dapat
mencegah reaksi oksidasi lipid pada membran sel lensa sehingga dapat terhindar
dari katarak (Fajar, 2008).
Mempercepat penyembuhan luka
Bromelin yang secara alami ada dalam buah nanas diyakini dapat mempercepat
penyembuhan luka operasi serta pembengkakan dan nyeri sendi. Bagi penderita
wasir atau ambeien dianjurkan mengonsumsi buah nanas 4-5 kali setiap hari
karena bromelin dapat menghentikan pendarahan dan serat yang dikandung
dapat memperlancar buang air besar (Fajar, 2008).
Menurut Wen dan Wrolstad dari Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Oregon
State University (2002) melaporkan sari buah nanas memiliki kandungan
Serotonin sekitar 1,7-3,15mg/100 gram. Serotoin ini dapat mencegah kanker dan
menghalau stres. Stres yang terlalu lama dapat membahayakan sistem saraf.
Agar tubuh mampu menghadapi stres maka serotoin sangatlah dibutuhkan
(Fajar, 2008).
2.3. Landasan Teori
1. Teori Acetobacter xylinum
Starter nata adalah Acetobacter xylinum. Penggunaan starter merupakan
syarat yang sangat penting yang bertujuan untuk memperbanyak jumlah
bakteri Acetobacter xylinum yang menghasilkan enzim pembentuk nata.
Bakteri Acetobacter xylinum tergolong familia pseudomonas dan genus
acetobacter. Berbentuk bulat dan panjang 2 mikron. Biasanya terdapat
sebagai sel tunggal dan terkadang berikatan dengan sel lain membentuk
ikatan seperti rantai. Pembentukan nata memerlukan starter sebanyak 10-20%
dari volume media sebagai starter mikroba (Saragih, 2004)
a) Sifat fisiologi
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil dan propil
alkhohol, tidak membentuk senyawa busuk yang beracun dari hasil
peruraian protein (indol) dan mempunyai kemampuan mengoksidasi
asam asetat menjadi CO2 dan H2O. Sifat yang paling menonjol dari
bakteri ini adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa
sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya, selulosa tersebut membentuk
matrik yang dikenal sebagai nata.
b) Fase pertumbuhan
2. Teori Thiman
Menurut Thiman (1962) pembentukan nata terjadi karena proses
pengambilan glukosa dari larutan gula dalam bahan dasar nata oleh sel-sel
Acetobacter xylinum. Kemudian glukosa tersebut digabungkan dengan asam
lemak membentuk precursor (penciri nata) pada membran sel. Prekursor ini
selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk akskresi dan bersama enzim
mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa material di luar sel. Komponen
ini akan membentuk sel mikrofibril yang panjang dalam cairan fermentasi.
2.4. Hal-hal yang Berpengaruh pada Fermentasi Nata
Pemilihan Bahan
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan nata harus memenuhi
syarat kualitas baik. Hal ini bertujuan agar nata yang dihasilkan berkualitas
baik. apabila bahan-bahan yang digunakan kualitasnya kurang baik, maka
akan mempengaruhi kualitas nata secara keseluruhan, baik warna, rasa,
aroma, ataupun tekstur yang kurang disukai.
Bahan Pembantu
Kandungan nutrisi sari dari bahan dasar yang akan dibuat nata masih perlu
diperkaya agar bakteri nata produktif dalam menghasilkan nata. pH diatur
sesuai dengan persyaratan tumbuh optimal bakteri tersebut. Bahan pembantu
yang digunakan dalam pembuatan nata adalah :
a. Gula sebagai sumber karbon
Nata pada dasarnya dapat dihasilkan dari cairan fermentasi yang
mengandung dekstrosa, galaktosam sukrosa, laktosa maupun maltosa
sebagai sumber karbon. Pada cairan fermentasi maltosa, laktosa dan
galaktosa dihasilkan nata yang tipis dan lunak. Nata yang tebal dan
kukuh dihasilkan dari cairan fermentasi dekstrosa dan sukrosa dan
konsentrasi 10% adalah konsentrasi yang optimum. Sumber karbon
terbaik adalah glukosa dan sukrosa dan dengan konsentasi oprimumnya
adalah 5-10%.
b. Sumber Nitrogen
Dapat digunakan kalium nitrat, ammonium nitrat atau ammonium
fosfat atau ammonium sulfat (urea) yang berfungsi sebagai sumber
nitrogen untuk merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri
Acetobacter xylinum. Selain senyawa ini, bisa juga menggunakan yeast
ekstrak sebagai sumber nitrogen.
c. Asam asetat glasial
Asam asetat glasial atau cuka biang berfungsi untuk mengatur derajat
keasaman (pH) media fermentasi.
pH / keasaman
Metabolisme Acetobacter xylinum selama fermentasi dipengaruhi oleh
keasaman media. Hal ini disebabkan membran sel bakteri bersifat permiabel
terhadap ion hidrogen maupun ion hidroksil, sehingga perubahan keasaman
media fermentasi akan mempengaruhi sitoplasma sel bakteri. pH optimum
pembuatan nata berkisar antara 4-5.
Suhu
Suhu yang dibutuhkan dalam pembuatan nata adalah suhu kamar (280C-
310C). suhu yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah akan menghasilkan nata
yang kurang berkualitas atau aktivitas Acetobacter xylinum terhambat.
Kebutuhan Oksigen
Bakteri nata Acetobacter xylinum merupakan mikroba aerobik. Bila
kekurangan oksigen, bakteri ini akan mengalami gangguan atau hambatan
dalam pertumbuhannya dan bahkan akan segera mengalami kematian. Wadah
yang digunakan untuk fermentasi nata tidak boleh ditutup rapat untuk
mencukupi kebutuhan oksigen. Tetapi udara yang secara langsung mengenai
produk nata dapat menyebabkan terjadinya kegagalan proses pembuatan nata.
Penutup untuk pembuatan nata
Penutupan dilakukan menggunakan media yang bersih untuk
menghindari kontaminasi dan juga media yang mendapatkan pertukaran
oksigen.
Sumber Cahaya
Pembuatan nata pada ruang gelap akan mempercepat pembentukan
struktur nata dan nata yang dihasilkan akan tebal. Ruang gelap yang
dimaksud adalah ruang gelap yang tidak mendapatkan cahaya matahari secara
langsung maupun cahaya lampu (Luwiyanti, 2001).
Lama Fermentasi
Pada kondisi yang sesuai, lapisan nata akan terbentuk di permukaan
media akan terlihat pada hari ketiga sampai keempat pemeraman. Secara
perlahan-lahan dalam jangka waktu 8-14 hari lapisan tersebut semakin
menebal. Pemanenan nata dilakukan setelah lebih dari 8 hari pemeraman. Jika
setelah 14 hari tidak dilakukan pemanenan, maka akan terdapat lapisan tipis
yang trpisah di bawah lapisan nata yan akan menajdi kurang asam sehingga
nata menjadi busuk, akhirnya nata menjadi turun. Selama fermentasi
berlangsung media nata tidak boleh digoyang-goyangkan ataupun digerakkan
karena akan mengakibatkan pecahnya struktur lapisan nata yang terbentuk
sehingga didapat lapisan nata yang tipis dan terpisah satu sama lainnya.
Sanitasi
Bekerja dengan mikroorganisme dituntut adanya tingkat sanitasi yang
tinggi. Sanitasi yang meliputi sanitasi perorangan, lingkungan, dan peralatan
harus dikontrol dan dijaga agar bakteri tidak terkontaminasi. Efek dari
fermentasi akan menghasilkan mikroorganisme pencemar seperti jamur
karena sanitasi yang kurang.
2.5. Kegunaan Produk
1. Sumber makanan rendah kalori
2. Sebagai pencuci mulur
3. Bahan campuran fruit cocktail
4. Bahan campuran es buah dan es krim
2.6. Jenis-jenis Nata
Berapa jenis nata yang telah dikembangkan di Indonesia adalah :
1. Nata de coco
Nata yang dibuat dari air kelapa. Air kelapa merupakan salah satu limbah
industri pertanian. Sangat disayangkan apabila limbah industri yang
berlimpah dibuang begitu saja. Air kelapa masih mengandung nutrisi yaitu
gula dan mineral. Air kelapa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan produk
nata de coco sehingga meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomi.
2. Nata de cacao
Nata de cacao dibuat dari cairan pulp kakao.
3. Nata de cassava
Nata de cassava adalah produk hasil fermentasi nata dengan bahan baku
singkong. Nata de cassava memiliki kualitas yang mampu menyamai nata de
coco sehingga dapat menjadi pengganti sekaligus pesaing nata de coco.
4. Nata de pina
Nata de pina adalah nata yang dibuat dari buah atau limbah nanas yang
berupa kulit, empulur, dan mata nanas serta buah nanas masak optimum.
Bahan diblender dengan tambahan air.
5. Nata de banana
Nata de banana dibuat daru kulit pisang. Limbah kulit pisang cukup baik
digunakan untuk substrat pembuatan nata de banana. Dalam kulit pisang
terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri Acetobacter xylinum.
6. Nata de aren
Nira sebagai bahan dasar dalam pembuatan gula merah merupakan bahan
yang mudah mengalami fermentasi dan peningkatan kadar keasaman yang
berdampak menurunkan mutu gula merah atau menyebabkan nira tidak dapat
lagi dibuat menjadi gula merah. Sebaliknya pada pembuatan nata dibutuhkan
nira yang tingkat keasamannya tinggi. Secara fisik, nira aren tidak jauh
berbeda dengan nira air kelapa sehingga ada peluang menghasilkan nira aren
menjadi produk fermentasi nata yang bernilai ekonomi.
7. Nata de soya
Limbah tahu dapat digunakan sebagai media pada pembuatan nata karena
masih mengandung sumber nitrogen yang didapat digunakan untuk
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. Bahan dan Alat Percobaan
a. Bahan yang digunakan
1. Sari nanas
2. MgSO4 6x@2gram , total 12 gram
3. KH2PO4 6x@2gram , total 12 gram
4. (NH4)2SO4
5. Yeast Ekstrak
6. Acetobacter xylinum
7. NaOH dan CH3COOH
8. Madu 8%V
9. Sirup 8%V
10. Daun pisang
b. Alat yang digunakan
1. Kompor Listrik
2. Beakerglass
3. Autoclave
4. Gelas Ukur
5. Pengaduk
6. Inkubator
3.2. Gambar Alat
Autoclave
BeakerglassKompor Listrik
Gelas Ukur
3.3. Variabel Percobaan
Variabel 1 : Sari nanas, KH2PO4, MgSO4, yeast ekstrak, Acetobacter xylinum
20%V, madu, dan penutup dari daun pisang
Variabel 2 : Sari nanas, KH2PO4, MgSO4, yeast ekstrak, Acetobacter xylinum
20%V, madu, dan penutup dari daun pisang
Variabel 3 : Sari nanas, KH2PO4, MgSO4, yeast ekstrak, Acetobacter xylinum
15%V, madu, dan penutup dari daun pisang
Variabel 4 : Sari nanas, KH2PO4, MgSO4, (NH4)2SO4, Acetobacter xylinum
20%V, madu, dan penutup dari daun pisang
Variabel 5 : Sari nanas, yeast ekstrak, , Acetobacter xylinum 20%V, madu, dan
penutup dari daun pisang
Variabel 6 : Sari nanas, KH2PO4, MgSO4, yeast ekstrak, Acetobacter xylinum
20%V, sirup, dan penutup dari daun pisang
3.4. Cara Kerja
A. Pembuatan Nata
1. Saring sari buah nanas.
2. Didihkan, setelah dingin tambahkan nutrien sesuai variabel.
3. Atur pH sampai 4,5 menggunakan CH3COOH atau NaOH.
4. Masukkan ke dalam beaker glass.
5. Tambahkan starter Acetobacter xylinum sesuai variabel.
6. Fermentasikan pada suhu ruang selama 6 hari.
7. Panen nata yang terbentuk.
8. Cuci nata dan keringkan.
9. Timbang nata.
B. Analisa Glukosa
a. Pembuatan glukosa standar
1) Ambil 2,5 gram glukosa anhidrit
2) Encerkan hingga 1000 ml
Pengaduk Inkubator
b. Standarisasi kadar glukosa
1) Ambil 5 ml glukosa standar, encerkan hingga 100 ml, ambil 5 ml, netralkan
pHnya.
2) Tambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml Fehling B.
3) Panaskan hingga 60-700C.
4) Titrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60-700C sampai warna
biru hampir hilang, lalu tambahkan 2 tetes MB.
5) Titrasi kembali dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60-700C sampai
warna biru menjaid merah bata.
6) Catat kebutuhan titran (F).
c. Menghitung kadar glukosa bahan
1) Ambil 5 ml bahan, encerkan hingga 100 ml, ambil 5 ml lalu netralkan
pHnya.
2) Tambahkan 5 ml Fehling A dan 5 ml Fehling B dan tambahkan 5 ml
glukosa standar yang telah diencerkan.
3) Panaskan hingga 60-700C.
4) Titrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60-700C sampai warna
biru hampir hilang, lalu tambahkan 2 tetes MB.
5) Titrasi kembali dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60-700C sampai
warna biru menjadi merah bata.
6) Catat kebutuhan titran (M)
%S=( F−M ) x Vtotal
Vtitrasix
VpengenceranVyangdiambil
x 0.0025
Vtotal x ρ medium fermentasix 100 %
DAFTAR PUSTAKA
Mutiara, Nugraheni. 2012. Nata dan Kesehatan.Yogyakarta : UNY
Siahaan, A,S. 2010. Pembuatan Anggur Sari Buah Nanas. Sumatera Utara : USU
Fajar Kurniawan. 2008. Sari Buah Nanas Kaya Manfaat : Alternatif meningkatkan
Nilai ekonomis Hasil Panen. Sumatera Selatan : Sinar Tani