Proposal Kopi Daun KawA

download Proposal Kopi Daun KawA

of 24

Transcript of Proposal Kopi Daun KawA

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Kofein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai nama lain yaitu

kafein, tein, atau 1,3,7-trimetilxantin. Kristal kafein dalam air berupa jarum-jarum bercahaya. Bila tidak mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234o C 239 oC dan menyublim pada suhu yang lebih rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform, tetapi sedikit larut dalam air dingin dan alkohol (Abraham, 2010) Budaya orang Minang yang tinggal di daerah dataran tinggi seperti Batusangkar, Bukittinggi , Payakumbuh dan Sawahlunto mempunyai kebiasaan unik dalam menikmati kopi . Selain minum kopi dari biji kopi olahan, orang Minang atau orang Padang mengolah daun kopi untuk disajikan sebagai minuman saat bersantai atau berkumpul dengan sanak saudara . Minuman tersebut dinamakan Kawa daun atau Kopi Kawa.Konon , kebiasaan minum Kopi Kawa daun dimulai pada zaman penjajahan kolonial. Rakyat pribumi saat itu diwajibkan pemerintah kolonial untuk menanam kopi di tanah dan halaman rumah mereka. Namun semua hasil panen kopi diambil penjajah dan diekspor ke luar negeri. Minum kopi pada masa itu merupakan suatu kemewahan tersendiri. Warga pribumi yang ingin sekali minum kopi, akhirnya memanfaatkan daun kopi yang tersisa untuk diolah menjadi minuman seperti kopi. (Novizal putra,2009) Aia Kawa adalah salah satu jenis minuman khas dari Ranah Minang yang terbuat dari daun kopi jenis lokal pilihan yang diolah terlebih dahulu . Kopi Kawa daun dibuat dengan cara mengeringkan daun kopi (dijemur, disangrai atau

1

dipanggang). Daun kopi kering kemudian direbus sampai menghasilkan minuman berwarna kecoklatan seperti hasil seduhan daun teh. Untuk menambah cita rasa, biasanya minuman kawa daun ditambahkan gula merah atau gula aren. (Novizal putra,2009) Khasiat kopi yang sudah umum dikenal orang sejak dulu adalah mengurangi rasa kantuk dan lelah. Kafein yang terkandung dalam kopi mampu merangsang sistem saraf pusat, sehingga kita bisa berpikir cemerlang, tidak mengantuk, dan konsentrasi kita terjaga. Ini karena saraf kita terstimulasi, terang Saptawati Bardosono, pakar gizi dari Universitas Indonesia. Selain itu, senyawa kafein yang tergolong alkaloid itu sebetulnya juga mampu meningkatkan kewaspadaan saraf motorik. Kafein pun menimbulkan perangsangan pada sistem pernafasan dan sistem pembuluh darah dan jantung. Hasilnya, orang yang meminum kopi akan mampu lebih berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu, orang akan merasa lebih segar setelah meminum kopi. Hal inilah yang membuat banyak orang mengkonsumsi kopi di pagi hari. Namun, teori itu ditentang oleh Profesor Peter Rogers dari Universitas Bristol, Inggris. Menurut penelitian yang dilakukannya, kafein yang terkandung dalam kopi tersebut tidak akan akan memunculkan khasiatkhasiat itu bila orang yang meminumnya sudah terbiasa dengan pengaruh kafein (Anonim, 2008). Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini akan mencoba menentukan kadar kofein pada daun kopi yang digunakan sebagai minuman yaitu kopi kawa . Daun Kopi yang digunakan adalah daun yang telah di keringkan yang diambil dari tanaman kopi ( Coffea Robusta .Linn ) . Diharapkan dari penelitian ini daun kopi bisa menjadi sumber bahan baku kofein dalam dunia obat-obatan.

2

1.2

Perumusan Masalah Penelitian Apakah daun kopi yang digunakan untuk minuman kopi daun kawa

mengandung kafein dan berapa kadarnya .

1.2

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui adanya kandungan kafein dan berapa kadar dalam daun

kopi yang digunakan dalam pembuatan kopi daun kawa.

1.4

Manfaat Penelitian Untuk mengembangkan atau menambah ilmu pengetahuan tentang kafein yang terkandung dalam daun Kopi (Coffea Robusta).

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kopi daun kawa Aia Kawa adalah salah satu jenis minuman khas dari Ranah Minang yang terbuat dari daun kopi jenis lokal pilihan yang diolah terlebih dahulu . Kopi Kawa daun dibuat dengan cara mengeringkan daun kopi (dijemur, disangrai atau dipanggang). Daun kopi kering kemudian direbus sampai menghasilkan minuman berwarna kecoklatan seperti hasil seduhan daun teh. Untuk menambah cita rasa, biasanya minuman kawa daun ditambahkan gula merah atau gula aren. (Novizal putra,2009) Kafein yang ditemukan dalam teh dan kopi menanamkan kepahitan dan juga bertindak sebagai konstituen rasa (Leo, 1992).

2.1.1

Klasifikasi Klasifikasi dari tanaman Kopi (Coffea Robusta Linn.) adalah : Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Sperdivisi Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Asteridae : Rubiales : Rubiaceae

4

Genus Spesies

: Coffea : Coffea robusta Lindl.Ex ( Ir.Sri Hajiyati : 1999 )

2.1.2

Nama daerah

2.1.3

Morfologi tumbuhan Kopi merupakan spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk family

Rubiaceae dan genus coffea , tumbuh tegak ,bercang dan bila dibiarkan dapat tumbuh mencapai tinggi 12 m. Tanaman kopi memiliki akar tunggang ,akar yang lurus masuk kedalam tanah berguna untuk tegaknya tanaman dan menolong bila terjadi kekeringan .Pada akar tunggang sering tumbuh akar yang ke samping yang disebut akar lebar.Pada akar lebar tumbuh akar rambut dan bulu bulu akar yang berfungsi menyerap makanan , Batang kopi tegak lurus dan beruas ruas hampir pada tiap ruas tumbuh kuncup-kuncup . Pada batang kopi sering tumbuh cabang yang tegak lurus yang disebut orthotroop dan nama-nama cabang atau tunas yang tumbuh pada batang disebut wiwilan ,tunas ( air) atau cabang air. Daun pada tanaman kopi berbentuk bulat telur ujungnya agak meruncing sampai bulat . Cabang dan ranting tersusun berdampingan pada ketiak . Pada

tanaman kopi terdapat buah yang muda berwarna hijau sedangkan buah yang masak berwarna merah hati. Pada umumnya buah kopi berbentuk bulat telur dan mengandung 2 butir biji yang keras berwarna putih kotor berbelah dua .

5

Bunga kopi tumbuh pada ketiak cabang primer,tersusun berkelompok dan pada tiap kelompok terdiri atas 4-6 kuntum bunga yang bertangkai pendek.Kelopak bunga berwarna hijau meliki ukuran yang kecil dan pendek,daun mahkota bunga terdiri dari 3-8 helai daun bunga .benang sari 5-7 helai . (Ir .sri hajiyati :1999)

2.1.4

Habitat dan penyebarannya Kopi ( Coffea Robusta ) berasal dari kongo, Benua Afrika dan masuk ke

Indonesia pada tahun 1900. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi . Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini. ( R.r Ernawati dan Slameto : 2008 ) Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan curah hujan. Penanaman kopi ( coffea robusta ) harus di tanam pada ketinggian antara 300- 600 m diatas

permukaan laut. Persyaratan kondisi iklim dan tanah yang optimum untuk kopi robusta yaitu tinggi tempat 300- 600 m dpl ,suhu udara harian 24-300C , curah hujan rata-rata 1500-3000 mm/ th dan jumlah bulan kiering 1-3 bulan / tahun. ( Ir sri hajiyati : 1999 )

6

2.1.5

Khasiat dan kegunaan Biji kopi berkhasiat sebagai pencegah keracunan tempe bongkrek, obat batuk,

obat kuat dan peluruh air seni. Untuk mencegah keracunan tempe bongkrek dipakai 5 gram biji kopi, disaring dan dilumbuk sampai halus, diseduh denga 1/2 gelas air matang panas kemudian disaring, Hasil saringan diminum sekaligus. ( Ir.Sri hajiyati : 1999)Kofein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertinggi, prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kofein juga memperkuat kontraksi jantung, vasodilatasi perifer dan diuretis. Kofein digunakan sebagai penyegar. Zat ini sering dikombinasikan dengan Parasetamol atau asetosal untuk memperkuat efek analgetisnya.( Farmakologi dan Terapi Kedokteran : 1995 )

2.1.6

Kandungan kimia Kandungan kimia daun kopi adalah sebagai berikut :

a. Alkaloida. Senyawa Alkoloida yang terdapat dalam Kopi berupa senyawa Xantine , antara lain 1.3 dimetil xantine ( Theophilin ), 3,7 dimetil Xantine ( Theobromine) 1,3, 7 trietil Xantine. b. Flavonoida Terdiri dari kaemferol ,quersetin dan sirisetin

7

c. Polifenol. Golongan polifenol berupa senyawa tannin terdiri dari katekhin dan eternya dengan asam galat seperti : katekhin, katekhin-galat, epikhatekhin, epikatekhin galat, epigalokatekhin,epigalokatekhin galat dan lain-lain. (Armita :1980 )

2.2

Kofein Kafein merupakan salah satu jenis alkaloid yang terdapat pada tumbuhan.

Kafein dapat disebut juga sebagai tein (Farmakologi Fakultas Kedokteran UI 2002 ). Kafein termasuk salah satu derivat xantin yang mengandung gugus metil .Rumus kimia kafein adalah C8H10N4O2 , secara sistematis nama adalah 1, 3, 5

trimethylxanthine (Aurnaud, 1987) . Berat molekul kafein 194.19 dan mempunyai struktural kimia sebagai berikut :

Gambar 1.Struktur kimia kafein (1,3,7-trimetilxantin )

Alkaloid ini ditemukan oleh Robiquest dari biji kopi pada tahun 1821 ketika dia menyelidiki alkaloida kinin yang diduga terdapat dalam biji kopi. Pada tahun 1927 . ( Armita;1980)

8

Kafein atau 1,3,7-trimetilxantin dengan rumus molekul C8H10N4O2 yang terdapat pada Kafein memiliki sifat fisis seperti berbentuk kristal dengan warna putih, memilikititik leleh 234o C, larut dengan air (15 mg/ml) dan kloroform, serta memiliki rasa agak pahit (British Pharmacopeia 1993). Penelitian membuktikan bahwa kafein memiliki efek sebagai stimulasi sel syaraf pusat,otot jantung, dan meningkatkan diuresis (Farmakologi Fakultas Kedokteran UI 2002), sehingga kafein dapat bermanfaat secara klinis. Pengaruh tersebut timbul pada pemberian kafein 85-250 mg. Jika dosis pemberian kafein ditingkatkan, maka akan menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hiperestesia, mual, dan kejang (Farmakologi Fakultas Kedokteran Intensitas efek kafein ini berbeda untuk setiap organ UI 2002). (Farmakologi

FakultasKedokteran UI 2002). Berdasarkan FDA(Food Drug Administrasion) diacu dalam Liska (2004), dosis kafein yang diizinkan antara 100-200 mg. Kombinasi tetap kafein dengan analgetik seperti aspirin digunakan untuk pengobatan sakit kepala (Farmakologi Fakultas Kedokteran UI 2002; Liska 2004).

2.2.2

Sumber kofein Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di didalam makanan

contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (cola nitide) guarana, dan mate. Teh adalah sumber kafein yang lain, dan mengandung setengah dari kafein yang dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu teh hitam mengandung lebih banyak kafein dibandingkan jenis teh yang lain. Teh mengandung sedikit jumlah teobromine dan sedikit lebih tinggi theophyline dari kopi.

9

Kafein juga merupakan bahan yang dipakai untuk ramuan minuman non alkohol seperti cola, yang semula dibuat dari kacang kola. Soft drinks khususnya terdiri dari 10-50 miligram kafein. ( Ir.Sri hajiyati : 1999) Kofein dapat di peroleh dari isolasi bahan bahan alam sebagai berikut : 1. Daun Teh Yaitu pucuk dan daun-daun muda dari tanaman teh Camellia sinensis family theaceae. Kandungan kofein berkisar antara 1 5 %

2. Biji Kopi Yaitu biji dari tanaman kopi , Coffea Arabica dan Coffea Robusta family Rubiceae. Kandungan kofein berkisar antara 1 - 1.5 %

3. Biji kola Yaitu dari tanaman kola , Cola nitida, Cola acuginata, family Stereuliaceae. Kandungan kofein berkisar antara 2 - 2.5 % 4. Daun mete Yaitu daun dari tanaman liex paraguariensis family aquifolisceae . Kandungan kofein berkisar antara 1.25 2 % 5. Biji Guarana Yaitu biji dari tanaman paulinis cupana family Sapindaceae .Kandunagan kofein berkisar antara2.5 -5 %

6. Biji Coklat Yaitu biji dari tanaman coklat theobroma cacao. Family stereuliaceae . Kandungan Kafein sangat kecil sekali. ( Armita ;1980 )

10

Selain dari isolasi bahan-bahan alam , kafein dapat juga di peroleh secara semi sentetis pada tahun 1851. Stroker berhasil memperoleh kafein secara semi sentetis, yaitu dengan cara destilasi alkaloida theobromina seperti reaksi ebagai berikut:

+CH3CL

Teobromina (3.7 dimetil xantina)

Kofeina (1.3.7 - Trimetil xantina )

Gambar . 2 .Reaksi pembentukan kafeina secara semi sentetis dari theoromina ( Armita : 1980)

2.2.3

Sifat fisika dan kimia kafein 2.2.3.1 Sifat Fisika Kafein berupa hablur berbentuk jarum , halus, mengkilat ,tidak berwarna. Tidak berbau , rasa pahit dan jika dipanaskan akan menyublim. Kafein larut dalam ,48 bagian air, dalam 5.5 bagian air pada suhu 80 0C . dalam 1.5 bagian air mendidih , dalam , 56 bagian alcohol , dalam 50 bagian aseton , dalam 5.5 bagian kloroform , dalam 530 bagian eter . Dalam 100 bagian benzene dan dalam 22 bagian benzene mendidih. Kristalisasi menggunakan air mendidih menghasilkan0

kofein

monohidrat yang jika dipanaskan pada suhu 80

C akan melepaskan

11

kristalnya . kristalnya mengunakan pelarut organic untuk menghasilkan kafein anhidrat. Bentuk anhidrat ini melebur pada suhu 235-237,50

C dan

menyublim tanpa penguraian pada suhu 1760C dengan tekanan 1 atmosfir ( Armita : 1980 ) Kofein mengandung tidak kurang 98.0 % dan tidak lebih dari 101.0 % C8H10 N402 di hitung terhadap zat yang di keringkan . Pemerian serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal : putih : tidak berbau: rasa pahit. Kelarutan agak sukar larut dalam air dan dalam etanol ( 95 % ) P : mudah larut dalam kloroform Farmakope :1979 ) P :sukar larut dalam eter . (

2.2.3.1 Sifat Kimia Kofeina merupakan suatu basa yang sangat lemah , sehingga bentuk garamnya dengan asam mineral segera terhidrolisis di dalam air . Oleh sebab itu , isolasinya dapat dilakukan dengan pelarut organic suasana asam Kelarutan kofein bertambah dalam air , dengan penambahan asamasam organik atau garam alkalinya . Seperti benzoate . salisilat, sinamat atau sitrat. Karena itu bentuk campuran ini sering di temui dalam sedian farmasi .( Armita : 1980 )

12

Kafein termetabolisme di dalam hati menjadi tiga metabolit utama yaitu paraxanthine (84%), theobromine (12%), dan theophylline (4%)

2.2.4

Isolasi Kofein 2.2.4.1 Metoda Isolasi Di dalam tanaman alkaloida kofeina terdapat bentuk terikat membentul garam dengan asam-asam organik seperti : asam tanat, suksinat ,saleat, sitrat , oksalat.Untuk membebaskan kofeina dari ikatanya dengan asam- asam tersebut , diperlukan suatu basa, tetapi untuk isolasi kofeina tidak dapat menggunakan NaOH sebagai basanya , karena kofeina akan rusak strukturnya menjadi kofeidina . Metoda isolasi kofeina secara garis besar dapat digolongkan menjadi 2 cara, yaitu : 1.Metoda Bailey Andrew Sampel dimasak dengan air dengan penambahan MgO selama waktu tertentu, kemudian setelah dingain disaring filtrate di asamkan dan ditarik

13

dengan kloroform. Setelah kloroform diuapkan dilakukan rekristalisasi untuk memperoleh kofeina murni . 2. Metoda power chesnut. Sampel diseklotasi dengan alcohol, selanjutnya sama dengan cara diatas yakni menggunakan MgO untuk membebaskan kofeina dari asam-asam organik . Setelah di asamkan lalu ditarik dengan kloroform, larutan kloroform diuapkan dan akan diperoleh kofein murni .(Armita : 1980 ) Berdasarkan kelarutanya , pelarut yang baik untuk isolasi kofeina adalah : kloroform. air dan alcohol. Dibandingkan dengan alkohol

,pemakaian air sebagai cairan penyari memberikan keuntungan yang sangat besar. Hal ini disebabkan karena kalurutan kofeina di dalam air sangat besar di samping harganya yang relatif murah.

2.2.5

Kromotografi Lapis Tipis Kromotografi lapis tipis merupakan teknik pemisahan yang relative cepat, berdasarkan kepada perbedaan daya adsorpsi zat zat yang dipisahkan terhadap adsorben . Adsorben merupakan lapisan tipis yang terikat pada suatu pelat dari kaca, logam atau bahan yang cocok. Sebagai adorben pada umumnya digunakan silika gel, alumina dan sellulosa. Pelarut pengaembang pada kromotografi lapis tipis biasanya digunakan pelarut organik tunggal atau campuran dari dua atau tiga macam pelarut dengan perbandingan tertentu. Untuk pemisahan senyawa alkoloida golongan xantina yaitu kofeina

,theobromin dan teofilin.sebagai pelarut pengembang dapat digunakan campuran kloroform- etanol 95 % - ammonia 10 % ( 99 +1+ 10 ) ,

14

kloroform aseton butanol ammonia 25 % ( 30 + 30 +40 +10 ) atau kloroform + methanol ( 90 + 10 ) . Untuk memisahkan zat yang relative kecil dapat digunakan kromotografi lapis tipis preparatif.

2.2.6

Analisa kuantitatif Secara volumetric kofeina dapat di tentukan kadarnya dengan metode iodometri dan titrasi asam basa bebas air, sedangkan secara fisikokimia dapat dilakukan dengan metode spektrometri. Secara spektrometri pengukuran serapan dapat dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum 274 nm dalam pelarut kloroform. Untuk penentuan kadar kofein dalam jumlah yang kecil yang tercampur dengan senyawa lainya dapat juga dilakukan dengan metode spektrofotodensitometri, yaitu dengan mengukur intensitas dan bercak zat langsung dari pelat kromografi lapis tipis setelah dilakukan pengembangan.( Armita : 1980)

15

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Juli Agustus di

laboratorium kimia farmasi STIFARM padang.

3.2 3.2.1

Metoda Penelitian Alat Alat yang digunakan antara lain timbangan analitik , alat pemanas, lampu

spritus, labu elemenyer dengan berbagai ukuran, labu ukur dengan berbagai ukuran, gelas ukur dengan berbagai ukuran , Blender. Becker glass berbagai ukuran , corong,corong pisah 1000 ml , ayakan ukuran B 30 , pipet ukur, pipet mikro ul ,kertas saring .kapas ,lemari pengering ,eksikator, lempeng kaca ,20 X 20 cm , alat pembuat

16

pelat lapis tipis. Rak penyiapan plat . bejana kromotografi , lumpang dan stemper . batang pengaduk , lampu UV 254 nm , alat sokletasi dan spektrofotometer UV-vis.

3.2.2

Bahan Bahan yang digunakan antara lain air suling, serbuk daun kopi, serbuk MgO ,

Kofeina pembanding kimia ( PPOM ). Asam sulfat 10 %. Kalium hidroksida.1% . kloroform. Metanol . aseton .silika gel Gf 254 dan natrium sulfat anhidarat.

3.2.4

Rancangan penelitian 1. Pengambilan dan pengolahan sampel 2. Pembuatan reagensia 3. Pembuatan pelat lapis tipis 4. Ekstraksi kofeina dari sampel 5. Pemisahan kofeina dengan KLT preparatif 6. Penetapan kadar kofeina dengan menggunakan metoda spektrofotometri a) Mencari panjang gelombang dimana larutan zat mempunyai serapan maksimum . b) Pembuatan kurva kalibrasi c) Penetapan kadar kofeina

3.3 3.3.1

Prosedur Penelitian Pengambilan sampel

17

Sampel yang digunakan adalah daun kopi ( Coffea Robusta .Linn ) yang diambil dari perkebunan kopi bapak novizal .Batusangkar kabupaten lima puluh kota. Daun diambil , dikumpulkan lalu di sortir dan dicuci dengan air mengalir dikeringkan dengan cara di jamur , disangrai atau dipanggang, setelah kering dipotong halus atau di blender dijadikan serbuk yang lulus dari ayakan dengan ukuran B30.

3.3.2

Pembuatan reagensia a) Asam sulfat 10 % 102 ml asam sulfat P ( 98 % ) di encerkan dengan air suling sampai 1000 ml b) Kalium hidroksida 1 % 1 gram kalium hidroksida dilarutkan dengan air suling sampai 100 ml

3.3.3

Pembuatan pelat lapis tipis Sebanyak 10 lempeng kaca berukuran 20 x 20 cm yang telah bersih dan

bebas lemak diletakan berjajar pada alat pembuat pelat. Sebanyak 100 gram silika gel GF 254 dan 210 ml air suling diaduk hingga homogen dalam lumpang. Kemudian di tuang ke dalam alat pembuat lapis dengan tebal lapisan 0.5 nm dan alat digesar sacara merata diatas permukaan kaca,dibiarkan selama 2 jam pada suhu kamar,

18

kemudian diletakan pada rak penyimpanan dan disimpan dalam oven dengan temperature 105-110 0C selama 1 jam selanjutnya didinginkan hingga suhu kamar.

3.3.4. Ekstraksi kofeina dari sampel Ditimbang 20 gram sampel yang telah dijadikan serbuk , dimasukan dalam labu erlenmenyer volume 1 liter ditambahkan 500 ml air suling, dan aduk dan dipanaskan sampai mulai mendidih . Kemudian tambahkan 40 gram MgO, dipanaskan dengan nyala kecil selama 2 jam sambil seringkali di aduk.kemudian di dinginkan dan encerkan dengan air suling dalam labu ukur 500 ml . Selanjutnya di saring dengan kertas saring dan diambil filtratnya sebanyak 300 ml , kemudian ditambahkan 30 ml asam sulfat 10 % dan dipindahkan dalam corong pisah 1000 ml. ekstraksi dilakukan 6 kali dengan kloroform dengan volume berturut-turut 37.5 , 30, 22.5 ,15,15,15 ml. Ekstrak kloroform yang telah disatukan dicuci dengan 7.5 ml kalium hidroksida 1 %. Kemudian larutan alkali dicucikan kembali dengan kloroform sebanyak 2 kali dengan volume masing-masing 15 ml. Semua ekstrak kloroform disatukan dan pelarut diuapkan sampai volume lebih kurang 25 ml . Kemudian dimasukan kedalam labu ukur 50 ml dan dicukupkan dengan kloroform sampai 50 ml .

3.3.5. Pemisahan kofeina dengan cara KLT preprantif Dengan mikro pipet 20 ul diambil ekstrak kloroform yang telah dimasukan dalam labu ukur 50 ml , ditotolkan hati-hati pada pelat silika gel yang telah diaktifkan . Volume penotolan untuk daun kopi 0.2 ml , volume penotolan ini diperoleh dari pengambilan sampel beberapa kali menggunakan mikro pipet 20 ul

19

.Jarak penotolan 1.5 cm dari pinggir bawah lempeng lapis tipis .lempeng lapis tipis yang telah di totolkan zat yang akan di pisahkan dimasukan dalam bejana kromotografi yang telah dilapisi kertas saring dan di jenuhkan dengan larutan pengembang kloroform metanol ( 9 : 1 ) . Pengembangan dilakukan hingga diperoleh jarak rambat dari pelarut 15 cm dari tempat penotolan .Setelah

itu,lempeng lapis tipis segera dikeluarkan dan dikeringkan pada suhu kamar. Kromotografi diambil dibawah sianr ultra violet pada panjang gelombang 254 nm.

3.3.6. Penetapan kadar kofein dengan spektrofotometri a) Penentuan panjang gelombang serapan maksimum Digunakan larutan kofeina baku dengankonsentras 10 ug/ ml dalam pelarut kloroform. b) Pembuatan kurva kalibrasi Dibuat larutan induk pembanding kimia kofeina dengan menimbang zat tersebut sebanyak 100 mg di larutkan dalam labu ukur 50 ml dengan kloroform , kemudian di pipet 20 ml dan dimasukan dalam labu ukur 100 ml dan di cukupkan dengan kloroform . dipipet dengan berturut-turut sebanyak 4.5.6.7.8.9 dan dimasukan dalam labu ukur 50 ml.di cukupkan volumenya dengan kloroform dan diperoleh konsentrasi berturut 8.10.12.14.16.19 ug/ ml . Larutankofein ini

20

diukur serapannya pada panjang gelombang 274 nm ,sebagai blanko digunakan larutan kloroform.

3.3.7. Penetapan kadar kofeina Bercak kofeina berupa pita hitam pada lapisan fase tetap yang sebelumnya telah ditentukan daerahnya dibawah sinar ultra violet 254 nm dikerok dan

dikumpulkan dalam becker glass kemudian disari denagan 10 ml larutan kloroform dan disaring ke dalam labu ukur 25 ml .cukupkian volume sampel 25 ml dengan kloroform .kemudian diukur serapanya pada panjang gelombang 270 nm ,sebagai balnko digunakan pelarut kloroform.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, 2010, Isolasi kafeina dari daun teh. Laboratorium Pengembangan Unit Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Haluoleo. Kendari. Armita, (1980 ). Penentuan kadar kofeina pada pucuk,daun tua dan ranting tanaman the( camellia Sanensis Linn ).(Skripsi ).Padang : Universitas Andalas British Pharmacopeia. 1993. British Pharmamacopeia. Jilid 1. London: British Pharmacopeia Depertemen kesehatan Republik Indonesia.Farmakope Indonesia , Edisi III, Jakarta ,1978 Ernawati , Rr & Slameto , ( 2008 ). Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Penerbit : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, Bandar Lampung [FKUI] Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. 2002. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-4. Jakarta: Gaya Baru.

21

Gan .S .Farmakologi dan Terapi, Edisi 3, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , Jakarta ,1987 Ganiswarna .Sulista G . Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , Jakarta ,1995

Hermanto, Sindhu. 2007. Kafein Senyawa Bermanfaat atau Beracunkah. Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia _.html Hajiyaty, sri.1999.Kopi budidaya dan Prenanganan Lepas Panen. Penerbit : PT.Swadaya . Bogor Karniyus, 1974. Bercocok Tanam Kopi . Penerbit : PT.Swadaya ,Bogor Nersyanti , F.( 2006).Spektrofotometri Derivat Ultra violet Untuk Penetuan Kadar Kofein Dalam Minuman Suplemen dan Ekstrak Teh.(Skripsi). Bogor :Institut Pertanian Bogor Putra , Novizal . 2011. Dangau kawa daun payokumbuah. Situs ternyata-airkawa-bermanfaat-bagi_.html Lampiran 1. Metoda isolasi dan penetapan kadar kofein

20 g sampel serbuk + 500 ml air lalu didihkan + 40 g MgO Dipanaskan dengan nyala api kecil selama 2 jam Dinginkan , encerkan dalam labu 500 ml Saring dengan kertas saring Ambil filtra jernih 300 ml + H2SO4 10 %. 90 ml Diekstraksi 6x dengan CHCl3 Vol. 97.5 : 90 : 22.5: 15 :15:15 Bagia air Bagian CHCl3

22

+ KOH 1 % 7.5 ml Ekstrak CHCl3 I Bagian basa

Diekstraksi dengan CHCL3 2 X 15 ml

Ekstrak CHCl3 II

Bagian basa

Ekstrak kloroform I dan II di gabung dan dimasukan kedalam labu destilasi Gambar 4 . Skema ekstraksi kofeina dari daun kopi

Lampiran II. Penetapan kadar dengan spektrofotometri

Ekstrak CHCl3 daun kopi Destilasi vakum sampai volume 25 ml Dipindahkan dalam labu ukur 50 ml dan dicukupkan volume dengan kloroform KLT preparative Pelarut pengebang ( Kloroform ) CHCL3: MgOH ( 9: 1 ) Volume penotolan 0.2 ml daun kopi Hasil kerokan noda di ektraksi dengan CHCL 3 Disaring dengan kertas saring rangkap dan dicukupkan volumenya sampai 25ml dalam labu ukur

Ditentukan kadarnya dengan spektrofotometri UV-Vis Pada mak =274 nm

23

Gambar 5.Skema pesihan kofeina dari ekstrak kloroform daun kopidengan cara KLT preparantif dan penetapan kadarnya

24