Proposal Kimia SMAN GONDANG
-
Upload
adidwn-adalah-chipvenom -
Category
Documents
-
view
553 -
download
3
Transcript of Proposal Kimia SMAN GONDANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam menyongsong era tinggal landas maka pembangunan di sektor
pendidikan perlu mendapat perhatian lebih besar karena pendidikan merupakan
upaya untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan martabat manusia.
Sejalan dengan hal di atas, pemerintah melalui departemen pendidikan dan
kebudayaan telah menerbitkan kurikulum penyelenggaraan pendidikan yang lebih
mengacu pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan penyempurnaan
dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum tersebut adalah kurikulum 1994.
Mata pelajaran kimia, kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) yang merupakan bagian dari kurikulum 1994 harus memberikan bekal
pengetahuan mengenai lingkungan alam, mengembangkan keterampilan
wawasan, dan kesadaran teknologi sehingga bermanfaat bagi kehidupan sehari-
hari.
Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Kimia 1994
disebutkan juga bahwa pemberian mata pelajaran kimia di Sekolah Menengah
Atas (SMA) bertujuan agar siswa menguasai konsep-konsep kimia dan saling
keterkaitan serta penerapannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
teknologi serta dapat menerapkan berbagai konsep kimia untuk meningkatkan
kesadaran akan kemajuan IPTEK, kelestarian lingkungan serta kebanggaan
nasional, bersikap ilmiah dan menyadari kebesaran dan kekuasan Tuhan Yang
Maha Esa (Depdikbud, 1995). Berdasarkan GBPP tersebut tampak bahwa
penguasaan konsep-konsep dan saling keterkaitan antar konsep merupakan salah
satu tujuan yang sangat penting dalam pengajaran kimia di SMA.
Berdasarkan kurikulum 1994, pembelajaran kimia dituntut berorientasi
pada pendekatan keterampilan proses. Sehingga siswa harus aktif terlibat dalam
proses untuk menghasilkan produk. Agar siswa benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuannya, siswa harus bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu bagi dirinya dan berusaha dengan ide-idenya. Intinya
siswa harus membangun pengetahuannya sendiri (Nur, Mohamad, 1998). Hal ini
berarti siswa harus berperan secara aktif apapun metode yang digunakan.
Untuk meningkatkan kualitas peserta didik, guru harus melaksanakan
proses mengajar yang efektif, dengan memilih metode yang tepat untuk setiap
bahan pelajaran. Dengan pemilihan berbagai variasi metode mengajar yang
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, akan sangat membantu dalam
rangka meningkatkan hasil belajar yang optimal.
Dalam suasana belajar mengajar di lapangan dalam lingkungan sekolah-
sekolah sering kita jumpai masalah. Para siswa meskipun mendapatkan nilai yang
tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak kurang mampu
menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap
ke situasi yang lain. Para siswa memang memiliki sejumlah pengetahuan, namun
banyak pengetahuan itu diterima dari guru sebagai informasi, sedangkan mereka
sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau
informasi itu, akibatnya pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-
hari sehingga cepat terlupakan.
Metode ceramah merupakan salah satu dalam menyampaikan informasi
kepada siswa yang sangat sering digunakan oleh guru. metode ceramah ini cukup
mudah dilakukan dan kurang menuntut usaha yang terlalu banyak baik dari guru
maupun dari siswa, akibatnya materi pelajaran dijejalkan kepada para siswa dan
kurang memperhatikan taraf perkembangan mental siswa. Para siswa hanya
dibiarkan duduk, dengar, catat, hafal dan tidak dibiasakan untuk belajar secara
aktif sehingga suasana kelas terasa membosankan. Metode pembelajaran ini
dianggap mampu memberikan informasi yang lebih banyak sesuai dengan
tuntutan kurikulum dan kurang memahami konsep-konsep kimia yang telah
disampaikan oleh guru kurangnya pemahaman konsep-konsep kimia ini akan
berakibat pada prestasi belajar kimia yang rendah.
Hal ini terjadi di sekolah tempat peneliti akan mengadakan penelitian.
Pada bahan kajian Hidrolisis garam, siswa menganggap materi tersebut
membosankan dan terlalu banyak hafalannya, sehingga siswa tidak termotivasi
untuk aktif mencari informasi sendiri. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan
pembelajaran, tidak cukup hanya menggunakan metode ceramah, tetapi harus
juga dikembangkan model pembelajaran yang membantu siswa untuk lebih
mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling
mendiskusikan dengan temannya.
Mengingat demikian besarnya pengaruh metode pembelajaran terhadap
perolehan konsep dan keterampilan siswa dalam memahami ilmu kimia, maka
perlu diupayakan suatu model pengajaran yang memungkinkan siswa lebih dapat
memahami konsep-konsep kimia dengan baik. Salah satu model pembelajaran
yang dirasakan cocok untuk mempelajari kimia yang merupakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
Pembelajaran kooperatif ini dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan
kooperatif. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa bekerja sama dalam
semangat pembelajaran kooperatif dan membutuhkan kerjasama untuk mencapai
tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran
yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berfikir krtis
dan ada kemauan membantu teman, maka sebaiknya pokok-pokok bahasan yang
akan diajarkan, menurut siswa untuk menemukan konsep secara kerjasama
dengan temannya. Salah satu contohnya adalah pokok bahasan Hidrolis Garam.
Model pembelajaran kooperatif yang digunakan pada pokok bahasa tersebut
adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Dalam hal ini, siswa selain harus memahami pengertian Hidrolis garam
juga dituntut bisa mendiskusikan konsep hidrolisis garam serta dapat menerapkan
konsep-konsep hidrolisis garam dalam menyelesaikan soal dengan benar, seperti
yang tercantum dalam tujuan pembelajaran khusus. Tentunya akan lebih mudah
dan cepat apabila dibantu oleh guru maupun teman sekelasnya, sehingga
diharapkan dan berfikir kritis dalam mengatasi persoalan di atas.
Berdasarkan tinjauan di atas, maka akan dilakukan suatu penelitian dengan
judul “Meningkatkan Minat Siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Kimia Pokok Bahasan Hidrolisis
Garam di Kelas III Semester I SMAN Gondang Nganjuk”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka
permasalahan umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Minat Siswa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student team
Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran kimia pokok bahasan
Hidrolisis Garam di kelas III Semester I SMAN 1 Gondang Nganjuk.
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat diidentifikasi beberapa
pertanyaan penelitian berikut ini :
1. Bagaimanakah aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran kooperatif tipe
Student team Achievement Division (STAD) ?
2. Bagaimana pengelolaan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Student team
Achievement Division (STAD) ?
3. Apakah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
dicapai ketuntasan belajar siswa pada pokok bahasan Hidrolisis Garam di
SMAN 1 Gondang Nganjuk ?
4. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Student
team Achievement Division ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum
penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Minat Siswa pada Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student team Achievement Division pada mata pelajaran Kimia
Pokok Bahasan Hidrolisis Garam di SMAN 1 Gondang Nganjuk”.
Sedangkan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dan
rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, secara rinci tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan minat siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe
Student team Achievement Division pada mata pelajaran kimia pokok bahasan
Hidrolisis Garam dan ditinjau dari :
1. Aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran kooperatif tipe
Student team Achievement Division.
2. Pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe Student team Achievement Division.
3. Ketuntasan belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil belajar siswa setelah
pembelajaran kooperatif tipe Student team Achievement Division
4. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Student team
Achievement Division.
D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas maka manfaat yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Bagi guru kimia, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang berorientasi pada
pendekatan kooperatif.
2. Bagi Siswa, penelitian ini memberikan kesempatan untuk lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran
3. Jika ditemukan bahwa strategi pembelajaran kooperatif dan prestasi belajar
siswa, maka strategi pembelajaran kooperatif ini dimungkinkan sebagai
bahan kajian mata pelajaran selain kimia, khususnya berkaitan dengan IPA.
4. Sebagai masukan atau acuan bagi penelitian yang lebih lanjut.
E. Definisi Operasional, Asumsi dan Keterbatasan
1. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya salah tafsir terhadap maksud judul di
atas, maka penulis perlu memberi penjelasan tentang beberapa istilah yang
digunakan yaitu :
a. Minat adalah keinginan siswa untuk mengetahui sesuatu hal yang belum
pernah mereka kenal.
b. Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran, tempat
siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang
berbeda.
c. Model pembelajaran kooperatif tipe Student team Achievement Division
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,
siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan
anggota 4-5 orang. Setiap kelompok bersifat heterogen, terdiri dari laki-
laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan
yang berbeda (Ibrahim Muslimin dkk, 2000 : 20).
2. Asumsi
Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah :
a. Siswa yang menjadi subyek penelitian mempunyai belajar yang sama.
b. Nilai yang diperoleh siswa pada penelitian proses pembelajaran
mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya.
c. Proses belajar yang diukur benar-benar hasil belajar melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
d. Siswa mengisi angket yang diberikan sesuai dengan keadaan dirinya
tanpa pengaruh orang lain.
3. Keterbatasan
Agar memperoleh gambaran yang jelas dan terhindar dari berbagai
interprestasi maka sesuai dengan judul dan latar belakang masalah di atas
diberikan batasan masalah sebagai berikut :
a. Pembelajaran kooperatif yang diteliti adalah tipe Student team
Achievement Division.
b. Materi yang digunakan adalah hidrolisis Garam yang merupakan bahan
ajar bidang studi kimia SMA Kelas III Semester I Kurikulum 1994
c. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas III semester I SMA
negeri I Gondang Nganjuk.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Natural Science dalam perkembangan
dewasa ini lebih dikenal dengan sebutan sains. Ilmu Pengetahuan (Sains) adalah
ilmu tentang zat baik makhluk hidup maupun benda mati yang dapat diamati
(observasi). Menurut kamus bahasa Indonesia sains didefinisikan sebagai ilmu
yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gejala-gejala
keberadaan dan berdasarkan terutama atas pengamatan dan induksi.
Menurut Carin (dalam Royse Rita Martiningsih tanjung : 17), Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan kegiatan aktif yang melibatkan pengamatan apa
yang terjadi di alam dan mencoba menjelaskannya melalui model dan teori
tentang fenomena-fenomena tersebut.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan dapat dikatakan bahwa IPA
selain sebagai produk / isi juga sebagai proses atau metode yang keduanya tidak
dapat dipisahkan. Pembelajaran IPA mencakup aktivitas yang mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses ilmiah siswa. Dengan demikian, pembelajaran
IPA di sekolah tidak hanya mencakup produk IPA, tetapi juga memahami hakikat
proses pembelajaran IPA itu sendiri yang terdiri atas tiga komponen yaitu
produk, proses dan sikap ilmiah. Jadi tidak saja terdiri dari kumpulan
pengetahuan atau fakta yang dihafalkan melainkan juga merupakan kegiatan atau
proses aktif yang menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.
B. Hakikat Kimia
Tujuan pembelajaran kimia yang merupakan bagian dari IPA secara
khusus dijabarkan sebagai berikut (Depdikbud, 1994 : 1)
“Mata pelajaran kimia di SMU bertujuan agar siswa menguasai konsep-konsep kimia dan saling keterkaitan serta penerapannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam teknologi serta dapat menerapkan berbagai konsep kimia untuk meningkatkan kesadaran akan kemajuan IPTEK, kelestarian lingkungan serta kebanggaan nasional, bersikap ilmiah dan menyadari kebesaran dan kekuasan Tuhan Yang Maha Esa”.
Mengkaji tujuan pembelajaran kimia tersebut, dalam mengembangkan
pembelajaran kimia di kelas dikehendaki adanya keterlibatan aktif siswa dalam
kegiatan pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui
interaksinya dengan lingkungan. Kondisi ini ditegaskan di dalam petunjuk
pelaksanaan proses belajar mengajar kurikulum SMU 1994 yang menjabarkan
bahwa “Pembelajaran IPA lebih diarahkan kepada kegiatan yang mendorong
siswa belajar aktif baik secara fisik, sosial maupun mental dalam memahami
konsep yaitu dengan menggunakan berbagai keterampilan proses (Depdikbud,
1994 : 93). Dalam proses pembelajaran IPA khususnya kimia, pendekatan yang
disarankan adalah pendekatan keterampilan proses dan pendekatan konsep di
samping pendekatan lain yang sesuai.
Pendekatan keterampilan proses seperti yang dijabarkan dalam petunjuk
pelaksanaan proses belajar mengajar kurikulum SMU 1994 diartikan sebagai
pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan pembentukan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan
pemerolehannya (Depdikbud, 1994 : 9). Dengan demikian, pendekatan
keterampilan proses merupakan suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada penggunaan kemampuan daya pikir dan keterampilan siswa
dalam memperoleh pengetahuan. Kemampuan-kemampuan tersebut antara lain
meliputi kemampuan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mengamati, mencari
hubungan, menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan, mengkomunikasikan dan
mengekspresikannya dalam suatu karya (Depdikbud, 1994 : 9).
C. Teori Yang Mendasari Pembelajaran IPA
Terdapat tiga ranah yang harus dikembangkan dalam pembelajaran kimia
yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif menekankan
pembelajaran yang berkaitan dengan fakta, konsep dan generalisasi yang dapat
diperoleh melalui sumber-sumber sekunder dan melibatkan prosedur empiris.
Ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan motorik yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas-tugas laboratorium. Ranah afektif meliputi sikap, nilai
interest dan pandangan terhadap IPA umumnya dan kimia khususnya. Ranah
afektif ini ditujukan untuk menumbuhkan sikap mau menerima dan
mengembangkan melalui penelitian ilmiah yang meliputi kegiatan observasi,
mengukur, merumuskan hipotesis, membuat generalisasi, merencanakan dan
melakukan percobaan.
Berangkat dari uraian di atas, dalam kegiatan belajar perlu dikembangkan
pengalaman-pengalaman belajar melalui pendekatan dan metode-metode
pembelajaran yang sesuai dan berorientasi pada tujuan pengajaran kimia.
1. Teori Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa haus secara
individu menemukan dan menstransfer informasi-informasi kompleks apabila
mereka harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Teori ini
memandang siswa secara terus-menerus memeriksa informasi-informasi baru
yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan
tersebut jika tidak sesuai lagi. (Nur, Mohamad, 1998 : a: 2).
Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky, dimana
keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-
konsepsi yang telah dipahami sebelumnya di olah melalui suatu proses
ketidak seimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. Piaget
dan Vygotsky juga menekankan adanya Hakikat sosial dari belajar, dan
keduanya menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar
dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk
mengupayakan perubahan konseptual (Nur, Mohamad & Wikandari, Prima
Retno, 1998 : 3).
a. Teori Konstruktivis Vygotsky
Sumbangan paling penting dari teori Vygotsky adalah penekanan
pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Ia yakin bahwa belajar
terjadi pada saat anak-anak sedang bekerja di dalam zona perkembangan
terdekat mereka (Zone of Proximal Development). Tugas-tugas di dalam
zona perkembangan terdekat adalah tugas-tugas yang seorang tidak dapat
melakukannya dengan bantuan teman sebaya atau orang dewasa yang
lebih kompeten. Dengan kata lain, zona perkembangan terdekat
mendeskripsikan tugas-tugas yang seorang anak belum mempelajarinya
namun mampu mempelajarinya dalam waktu tertentu (Nur, Mohamad,
1998 : b : 32).
Adapun implikasi dari teori Vygotsky antara lain (Nur, Mohamad,
1998 : b : 32) :
a) Hasrat mewujudkan tatanan pembelajaran kooperatif di antara
kelompok-kelompok siswa dengan tingkat-tingkat kemampuan yang
berbeda.
b) Menekankan perancahan (Scaffolding) dalam pembelajaran, dengan
siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap
pembelajaran sendiri.
Ide penting lain yang disumbangkan dari teori Vygotsky adalah
scaffolding. Scaffolding berarti memberikan kepada seseorang anak
sejumlah besar bantuan tersebut dan memberikan tanggung jawab yang
semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1995).
b. Teori Konstruktivis Piaget
Piaget menyatakan bahwa dalam pikiran seseorang dapat struktur
pengetahuan awal (skemata). Skemata inilah yang mengatur dan
mengkoordinasikan prinsip-prinsip dasar. Skema berkembang seiring
dengan perkembangan kognitif yaitu (1) Tahap Sensorimotor (2). Tahap
Pra Operasional (3). Tahap Operasional Kongkrit dan (4). Tahap
Operasional Formal. Perkembangan kognitif berjalan melalui tahap-tahap
ini menurut urutan tersebut dan tidak seorang anak pun dapat melompati
suatu tahap, meskipun anak-anak yang berbeda lewat melalui tahap-tahap
tersebut dengan kecepatan yang berbeda-beda (Nur, Mohamad, 1998 : b :
10).
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh
tiga proses dasar yaitu asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi
diartikan sebagai pemaduan data baru dengan struktur kognitif yang telah
ada. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi
baru dan ekuiligrasi adalah proses penyesuaian kembali yang terus
dilakukan antara asimilasi seseorang mencocokkan rangsangan yang
diterima dengan skemata yang telah ada. Selanjutnya dengan akomodasi
seseorang akan mengubah skemata yang ada agar sesuai dengan
rangsangan yang dihadapinya sehingga terbentuk ekuilibrium (Nur
Mohamad, 1998 : b).
Menurut Slavin (1994 : 45-46) menyatakan bahwa implikasi teori
kognitif Piaget dalam pendidik adalah :
a. Memfokuskan pada proses berfikir anak, tidak sekedar pada
produknya. Di samping itu dalam pengecekan kebenaran jawaban
siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak untuk
sampai pada jawaban tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang
sesuai di bangun dengan memperhatikan terhadap metode-metode
yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu,
barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan
pengalaman yang dimaksud.
b. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting
sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran
pengetahuan jadi (ready made knowledge) tidak mendapat tekanan
melainkan anak di dorong menemukan sendiri pengetahuan itu
melalui interaksi spontan dengan lingkungan. Oleh karena itu, di
samping mengajar secara langsung, guru mempersiapkan beraneka
ragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.
c. Tidak menekankan praktek-praktek yang diarahkan untuk
menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
Program-program pendidikan yang didasarkan pada teori Piaget
menerima keyakinannya yang kukuh bahwa pengajaran premature
dapat lebih buruk daripada tidak diajarkan sama sekali karena
pengajaran premature itu lebih mengantarkan kepada penerimaan
formula-formula orang dewasa yang dangkal daripada pemahaman
kognitif yang sebenarnya.
d. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa siswa tumbuh
dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan
itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda-beda. Oleh karena itu
guru harus melakukan upaya untuk mengatur kegiatan kelas dalam
bentuk individu-individu dalam kelompok kecil siswa daripada
dalam bentuk klasikal.
2. Teori Motivasi
Menurut pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatif
menciptakan situasi yang merupakan satu-satunya cara agar anggota
kelompok dapat mencapai tujuan pribadi hanya apabila kelompok itu berhasil.
Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pribadi mereka, anggota kelompok
harus saling membantu dan mendorong teman sekelompoknya untuk
mencapai tujuan maksimal (Ibrahim, Muslimin dkk : 2000).
Crow dan Crow menjelaskan pentingnya motivasi dalam belajar seperti
berikut :
“Belajar harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu dapat dibangun dari minat yang telah ada pada diri anak”.
(A. Tabrani R, 1989 : 121)
Menurut Arends (1997 : 110) menyatakan bahwa :
“Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa secara bersama-sama mencapai tujuan tersebut dan tiap-tiap individu ikut andil menyumbang pencapaian tersebut. Mereka yakin bahwa tujuannya akan tercapai jika siswa-siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
pentingnya penghargaan kelompok dalam pembelajaran kooperatif adalah
dapat memotivasi dalam kegiatan belajar. Dengan kata lain, struktur
penghargaan kooperatif akan mendorong anggota kelompok untuk saling
belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik, dan menerapkan norma
yang menjunjung pencapaian hasil belajar yang tinggi.
Kenneth H. Nover mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai
berikut :
a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman
b. Semua peserta didik mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang
bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.
c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi
yang dipaksakan dari luar.
d. Motivasi itu lebih mudah menjalar atau tersebar kepada orang lain.
e. Pemahaman yang jelas akan merangsang motivasi.
f. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (eksternal rewards) kadang-kadang
diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.
g. Tekanan kelompok peserta didik (peer group) kebanyakan lebih efektif
dalam memotivasi dari pada tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
h. Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan kreativitas peserta didik.
(A. Tabrani, R, 1989 : 124 - 126).
Berkenaan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, Pemberian
penghargaan kelompok menurut pandangan teori pembelajaran perilaku
berperan sebagai penguatan bagi pembelajaran, penghargaan kelompok dalam
pembelajaran kooperatif merupakan bentuk motivasi ekstrinsik yang
menyebabkan individu melakukan usaha belajar.
D. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Kauchak dan Eggen (dalam Utiya Azizah, 1998 : 17)
pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan. Sedangkan
Slavin (1994 : 287) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa
bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu untuk mempelajari
suatu materi. Lebih lanjut Arends (1997 : 111) mengemukakan karakteristik
pembelajaran kooperatif yakni (a). Siswa bekerja dalam kelompok untuk
menguasai materi akademis (b) Anggota-anggota kelompok di atur terdiri
dari siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah (c) jika mungkin,
masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya dan jenis
kelamin dan (d) sistem penghargaan lebih berorientasi pada kelompok
daripada individu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas pembelajaran kooperatif
merupakan suatu strategi pembelajaran tempat siswa belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama
secara kolaboratif dan membantu untuk memahami suatu bahan
pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman serta kegiatan
lainnya dengan tujuan mencapai hasil belajar tertinggi.
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi
keberhasilan individu yang ditentukan untuk mempengaruhi keberhasilan
individu yang ditentukan untuk mempengaruhi keberhasilan kelompoknya
(Slavin, 1995),
Agar pembelajaran lebih efektif, perlu ditanamkan unsur-unsur dasar
dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut (Ibrahim, Muslimin.dkk.
2000 : 6).
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka
“sehidup sepenanggungan bersama”.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya,
seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi dan diberikan hadiah/ penghargaan yang
akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f. Siswa terbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dicarikan oleh struktur tugas, tujuan dan
penghargaan kooperatif. Siswa bekerja dalam situasi semangat pembelajaran
kooperatif meliputi atau membutuhkan kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk
menyelesaikan tugas.
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Ibrahim, Muslimin dkk, 2000
6-7 )
a. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk
menyelesaikan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
c. Bilamana mungkin anggota kelompok yang berasal dari ras budaya, suku
dan jenis kelamin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu
3. Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Beberapa keuntungan dalam pembelajaran kooperatif antara lain
adalah sebagai berikut (Slavin, 1995 : 17)
a. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma kelompok.
b. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama
berhasil
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok
d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat.
Selain mempunyai keuntungan, pembelajaran kooperatif juga
mempunyai kelemahan yang harus dihindari yaitu adanya anggota kelompok
yang tidak aktif. Ini akan terjadi jika hanya ada satu permasalahan saja.
Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara sebagai berikut (Slavin, 1995:
19)
a. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian-
bagian tertentu dari permasalahan kelompok.
b. Masing-masing anggota kelompok harus mempelajari materi secara
keseluruhan. Hal ini karena hasil kelompok ditentukan oleh skor
perkembangan masing-masing individu dalam kelompok.
4. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan instruksional penting yang hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan
sosial (Ibrahim, Muslimin, 2000 : 7-9)
a. Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja
siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif ini
dapat memberi keuntungan pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi kelompok
bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat
kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang
berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bekerja sama, saling
bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui
penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai
satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengajarkan kepada
siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Selain unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini sangat
berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama.
5. Tahapan Dalam Pembelajaran Kooperatif
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif sebagai
berikut (Ibrahim, Muslimin, 2000 : 10)
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
- Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2 Menyajikan informasi
- Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemontrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
- Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4 Membimbing kelompok bekerja d an belajar
- Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Evaluasi
- Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6Memberikan penghargaan
- Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya-upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (Student Team Achievement Division) merupakan salah satu
metode pembelajaran kelompok yang paling awal ditemukan. Metode ini sangat
populer di kalangan para ahli pendidikan di Jhons Hopkins University, dan telah
banyak diterapkan sebagai suatu alternatif yang sangat mudah untuk diterapkan.
Dalam metode STAD siswa dipasangkan secara merata yang memiliki
kemampuan tinggi dan rendah dalam satu kelompok sebanyak 4-5 orang. Skor
kelompok diberikan berdasarkan atas prestasi anggota kelompoknya. Ciri-ciri
yang penting dalam STAD adalah bahwa siswa dihargai atas prestasi kelompok
dan juga terhadap semangat kelompok untuk bekerja sama.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari 5 komponen utama yaitu
penyajian kelas, pengaturan kelompok, tes/quis, skor peningkatan individu dan
pengakuan kelompok (Slavin, 1995 : 71-73)
a. Penyajian Kelas
Pengajaran yang diberikan guru di depan kelas adalah secara klasikal
dan tidak begitu berbeda dengan pengajaran yang secara tradisional, hanya
saja terfokus pada materi yang dibahas saja. Setelah materi disajikan guru,
kemudian siswa bekerja dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan.
b. Pengaturan Kelompok
Dalam metode STAD siswa dipasangkan / disusun dalam kelompok
secara heterogen yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah dalam satu
kelompok sebanyak 4-5 orang,. Hal ini dimaksudkan untuk saling
menyakinkan bahwa semua anggota kelompok dapat bekerja sama dalam
belajar untuk mencapai tujuan akademik yang diharapkan. Untuk
menentukan anggota suatu kelompok, terlebih dahulu siswa disusun
berdasarkan rangking nilai raport kelas sebelumnya atau berdasarkan hasil
pretest. Selanjutnya dari daftar itu pengelompokan dilakukan. Dalam
pengelompokan, guru perlu memperhatikan agar jangan sampai terjadi
pertentangan yang sangat tinggi antar anggota kelompok satu dengan
kelompok lain, walaupun itu tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri
teman kelompoknya.
c. Tes / Quis
Setelah siswa menerima pengajaran dari guru, satu atau dua kali
penyajian dan bekerja dalam kelompoknya, selanjutnya siswa diberikan tes
perorangan. Dalam hal ini masing-masing siswa berusaha dan bertanggung
jawab secara individu untuk melakukan yang terbaik sebagai hasil bagi
kesuksesan kelompoknya.
d. Skor peningkatan individu
Peningkatan skor individu dapat berupa skor awal dan skor tes
individu. Skor awal dapat berupa nilai raport siswa atau pretest yang
diberikan pada saat sebelum pelaksanaan pengajaran diberikan. Setelah
pemberian tes / quid, skor tersebut juga akan menjadi skor awal atau
selanjutnya bagi perhitungan peningkatan individu. Skor peningkatan
individu merupakan suatu kesepakatan antara guru dengan siswa
sebelumnya. Skor kelompok merupakan jumlah dari masing-masing skor
anggota kelompok, sehingga setiap siswa bertanggung jawab terhadap skor
anggota kelompoknya. Dari skor kelompok inilah dapat ditentukan
kelompok-kelompok yang memperoleh nilai terbaik dan berhak atas hadiah
atau penghargaan yang dijanjikan.
Tabel 2.2
Kriteria Pemberian Skor
Skor Siswa Nilai Perkembangan
- Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5
- 10 poin hingga 1 poin di bawah skor dasar 10
- Skor dasar sampai 10 poin diatasnya 20
- Lebih 10 poin di atas skor dasar 30
- Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
(Sumber : Slavin, 1995 : 80)
e. Penghargaan Kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi hadiah sebagai
penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar.
Hadiah diberikan kepada kelompok yang dapat mencapai kriteria yang telah
ditetapkan bersama.
Nilai kelompok dihitung berdasarkan jumlah total nilai perkembangan
semua anggota dibagi dengan jumlah anggota kelompok yang ada.
Berdasarkan nilai perkembangan yang diperoleh terdapat tiga tingkat
penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok yaitu :
1. Kelompok dengan skor rata-rata 15 sebagai kelompok baik.
2. Kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20 sebagai kelompok hebat
3. Kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25 sebagai kelompok super.
(Ibrahim, Muslimin, 2000 : 62)
F. Penelitian Yang Relevan
Sebuah aspek yang penting dari pembelajaran kooperatif adalah
membantu meningkatkan kebiasaan bekerjasama dan hubungan dengan baik
antar anggota kelompok, hal ini berarti secara simultan membantu siswa di dalam
kegiatan akademik mereka.
Tujuan kelompok dan pertanggung jawaban individu mendorong siswa
untuk saling membantu dan bekerja yang terbaik untuk dirinya dan
kelompoknya. Penelitian tentang pengaruh kelompok dan pertanggumng jawaban
individu terhadap prestasi siswa memberikan pengaruh besar. Jika kelompok
dihargai berdasarkan pembelajaran individual dari anggotanya (Slavin, 1995 : 4)
Selanjutnya penelitian ini menunjukkan jika siswa diberi penghargaan bila
bekerja lebih baik, maka hal ini memberi motivasi kepada mereka untuk
berprestasi dan lebih baik dari yang lain. Penelitian ini kemudian diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan Stevent (dalam Slavin, 1995 : 43) yang
menyimpulkan bahwa jika pembelajaran memberikan penghargaan kelompok
berdasarkan prestasi belajar individu dari anggotanya, maka diperoleh prestasi
belajar individu terus meningkat.
Studi lain juga menemukan metode yang menggunakan tujuan kelompok
dan pertanggungjawaban individu mempunyai prestasi besar dibandingkan
dengan yang tidak menggunakan metode tersebut. Hubart, Bogatzki dan Winner
(dalam Slavin, 1995 : 43) membandingkan tipe STAD dan kerja kelompok
tradisional yang tidak memiliki tujuan kelompok dan pertanggungjawaban
individu. Hasil penelitian menunjukkan kelompok STAD memperoleh skor yang
lebih tinggi pada tes matematika.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian tindakan (action reserach)
yang berbasis kelas. Tujuan umum dipilihnya jenis penelitian ini adalah suatu upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang merupakan aspek penting dalam
pembangunan nasional. Maka salah satu bentuk upaya tersebut adalah melalui
kegiatan penelitian tindakan.
Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari 2 siklus atau putaran dimana tiap
siklus merupakan serangkaian kegiatan dengan urutan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Rancangan
2. Kegiatan dan pengamatan
3. Refleksi
Setelah merefleksi hasil pengamatan yang meliputi perenungan, pemikiran
dan penilaian, biasanya muncul permasalahan baru / pemikiran baru sehingga langkah
di atas perlu diulangi pada putaran selanjutnya dengan materi lanjutannya sampai
diperoleh jawaban yang optimal atau tindakan yang paling tepat.
Pada siklus 1 diperoleh data yang diamati oleh dua siklus observer yang
hasilnya kemudian direfleksikan sebagai bahan untuk merevisi pelaksanaan siklus
berikutnya. Hal yang sama juga dilakukan pada siklus berikutnya. Adapun illustrasi
siklusnya digambarkan pada gambar 1 berikut :
Gambar 1 : Siklus Rancangan Penelitian
Keterangan :
- A, A’ : Rancangan dalam setiap putaran
- B, B’ : Kegiatan dan pengawasan dalam setiap putaran
- C, C’ : Refleksi dalam setiap putaran
- D, D’ : Revisi dari masing-masing putaran sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan
A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III-IPA 1, SMA Negeri 1
Gondang Nganjuk semester I Tahun pelajaran 2005 / 2006
.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research) yang
dicirikan dengan adanya tindakan dalam memecahkan permasalahan pada
pokok bahasan Hidrolisis Garam dengan menggunakan atau menerapkan
keterampilan dalam pembelajaran kooperatif.
C
A
B D’ B’
A’
C’
D
Siklus I Siklus II
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Pendekatan
kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan kegiatan siswa dan guru selama
proses pembelajaran. Sedangkan pendekatan kuantitaif dilakukan dengan
mengadakan uji awal dan uji akhir untuk memperoleh data skor tes siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran.
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah “One
Group Pretest Posttest Design”. Model dapat diskemakan pada bagan 3.1
berikut :
Bagan 3.1 Pelaksanaan Penelitian
Keterangan :
Pretest : Tes awal sebelum pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebagai tolak ukur untuk
mengetahui perkembangan pemahaman siswa
pada pokok bahasan Hidrolisis Garam.
Pembelajaran Kooperatif : Penyampaian materi pokok bahasan Hidrolisis
Garam
Tipe STAD : Hidrolisis Garam menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
PretestPembelajaran Kooperatif
Tipe STADPosttest
Prottest : Tes akhir setelah pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan
Hidrolisis Garam
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data (Suharsimi, 1993 : 177). Dalam penelitian ini instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data diri dari :
1. Lembar Kegiatan Siswa
LKS ini berisi lembar kegiatan yang harus dilakukan siswa.
Lembar kerja dibuat atau dirancang untuk pokok bahasan Hidrolisis Garam.
Lembar Kegiatan Siswa disusun dengan sistematika sebagai berikut :
a. Perumusan tujuan pembelajaran
b. Teori yang diberikan secara singkat dan berkaitan dengan materi yang
disajikan
c. Pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan dalam kelompok.
Lembar kerja ini digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
kooperatif dengan tipe STAD untuk mempermudah jalannya diskusi
serta agar perhatian siswa dapat terfokus pada materi yang sedang
dipelajari.
2. Lembar Angket
Angket ini mengungkapkan pendapat siswa selama penelitian
berlangsung. Angket ini berfungsi untuk menggali saran sehubungan dengan
pelaksanaan penelitian. Dengan cara ini dapat diperoleh masukan yang
sangat berharga untuk penyempurnaan pelaksanaan strategi pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada waktu yang akan datang. Jumlah item angket
sebanyak 17 item.
Angket yang digunakan merupakan pernyataan-pernyataan sikap
siswa yang berhubungan dengan proses belajar yaitu pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang telah
diterapkan oleh guru. variabel-variabel yang ingin diukur semuanya
berhubungan dengan proses pembelajaran yaitu :
- Apakah siswa senang, tertarik minat dan tidak membosankan
mempelajari kimia.
- Apakah siswa berkemauan tinggi dan mudah mempelajari kimia.
- Apakah siswa merasa dihargai dalam mengeluarkan pendapat dan dapat
menghargai pendapat orang lain.
- Apakah siswa termotivasi dalam menyelesaikan tugas dan soal-soal
kimia yang diberikan guru
- Apakah siswa dapat bekerja sama dan belajar dengan teman yang lain
dengan baik.
- Apakah siswa dapat siswa dapat menciptakan rasa persaudaraan yang
lebih baik dengan teman lain.
Adapun rincian variabel dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Rincian Variabel Angket Respon Siswa
Variabel Sub Variabel Deskripsi No. Angket
Belajar Belajar Kimia - Berkemauan tinggi untuk
mengikuti pelajaran kimia (minat)
1
- Pelajaran kimia menarik 2
- Mudah mengikuti pelajaran kimia
3,4
- Bosan mempelajari kimia 8
Semangat untuk belajar
- Termotivasi untuk berprestasi 6
- Semangat kerja keras 13
Mengerjakan soal
- Termotivasi tugas yang diberikan guru
7
- Mudah dalam menyelesaikan soal
5
Penghargaan Terhadap diri sendiri
- Merasa dihargai dalam mengeluarkan pendapat
9
- Berani mengeluarkan pendapat
14
Terhadap orang lain
- Menghargai pendapat orang lain
12
Kerjasama Bersama teman
- Dapat belajar bersama teman dengan baik
10
- Menciptakan persaudaraan yang lebih baik
16,17
- Membangun hubungan yang lebih baik antar teman
11
- Kerjasama dengan teman lebih baik
15
Lembar angket yang diberikan kepada siswa, disusun secara
sistematis sehingga siswa tinggal memberikan tanda cek () sesuai pilihan
siswa.
3. Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif
Pengamatan ini digunakan sebagai salah satu upaya pengontrolan
terhadap guru dalam mengelola pembelajaran sesuai dengan Rencana
Pelajaran (RP) Pembelajaran Kooperartif tipe STAD. Lembar ini juga
digunakan untuk mengamati tahap-tahap pembelajaran yang meliputi tahap
persiapan guru. kegiatan mengajar / presentasi kelas dan kegiatan kelompok.
Pada lembar ini, pengamat tinggal memberikan tanda cek () pada tiap
komponen keterampilan guru yang muncul pada setiap kegiatan belajar
mengajar.
4. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Lembar pengamatan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran
meliputi menjelaskan / memberi informasi tentang materi dengan ceramah
dengan media, mengamati kegiatan siswa, memberi petunjuk / membimbing
kegiatan, memotivasi siswa dan perilaku yang tidak relevan. Sedangkan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran meliputi menghargai pendapat
orang lain, mengambil giliran dan berbagi tugas, mengundang orang lain
untuk berbicara, mendengarkan dengan aktif, bertanya, tidak berada dalam
tugas dan memeriksa ketepatan. Untuk memudahkan pencatatan, maka
komponen keterampilan kooperatif dijabarkan ke dalam bermacam-macam
bentuk kegiatan sebagai indikator pemunculan pada lembar ini, pengamatan
tinggal menuliskan nomor-nomor kategori yang sesuai dengan keadaan
kelas.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Metode Observasi
Observasi penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru
dan siswa, pengelolaan pembelajaran kooperatif dan penguasaan
keterampilan kooperatif siswa yang dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi yang terdiri dari lembar observasi pengelolaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan lembar observasi aktivitas guru
dan siswa. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi yang sistematik
karena faktor-faktor yang diamati sudah di daftar secara sistematis dan
sudah diatur menurut kategorinya. Di dalam observasi ini, pengamatan
berada di luar kelompok yang sedang melakukan kegiatan.
2. Metode Angket
Angket ini langsung diberikan kepada siswa setelah pelaksanaan
pembelajaran kooperatif (pada akhir pelaksanaan penelitian) untuk
mendapatkan jawaban langsung. Dari jawaban-jawaban yang diberikan
siswa ini maka dapat diperoleh gambaran tanggapan siswa tentang
pelaksanaan model ini.
3. Metode Tes
Untuk mengetahui skor siswa atau nilai digunakan test. Test yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif. Peneliti menggunakan
tes obyektif dikarenakan :
a. Mudah dalam pengoreksian
b. Tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama dalam pengoreksian
c. Mengurangi subyektivitas guru terhadap siswa
d. Dapat mewakili seluruh tujuan pembelajaran
Pengumpulan data dengan menggunakan metode tes dilaksanakan
sebagai berikut :
a. Persiapan Tes
Meliputi : - Membuat kisi-kisi soal
- Menentukan jawaban soal
- Menentukan skor penilaian
- Mengkonsultasikan dengan guru pamong
- Penggandaan tes
b. Uji Coba Tes
Meliputi : - Mengujikan soal di kelas III SMAN I Gondang Nganjuk
- Mencari atau menghitung kevaliditas
- Menyusun soal yang sudah valid
c. Pelaksanaan Tes
Meliputi : - Mengujikan soal yang sudah valid di kelas III sebagai
Prestest
- Mengujikan kembali soal pretest sebagai posttest
d. Sesudah Pelaksanaan Tes
Meliputi : - Memberi skor dari hasil pretest
- Memberi skor dari hasil posttest
E. Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis data
statistik. Analisis ini digunakan untuk menganalisis data kuantitaif. Data yang
dianalisis ini adalah nilai tes prestasi belajar kimia pokok bahasan Hidrolisis
Garam, data pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar serta pengamatan keterampilan guru dalam mengelola KBM. Data
tersebut diolah guna menentukan minat siswa pada pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang sudah dilakukan. Untuk
itu digunakan analisis data sebagai berikut :
1. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa ditentukan berdasarkan Penilaian Acuan Patokan
(PAP) dengan menggunakan dua acuan ketuntasan pencapaian tujuan
pembelajaran berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum SMU 1994 (Depdikbud, 1994 : 39) yaitu seorang siswa telah
tuntas belajar bila ia telah mencapai skor 65% atau nilai 65 dan suatu kelas
disebut telah tuntas belajar bila di kelas tersebut telah terdapat 85% yang
telah mencapai daya serap 65%.
2. Analisis Observasi Pengelolaan Pembelajaran
Untuk menganalisis hasil penilaian yang diberikan oleh pengamat
terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran koopertif
digunakan ketentuan sebagai berikut :
0,00 – 1,00 Tidak Baik
1,10 – 2,00 Kurang Baik
2,10 – 3,00 Cukup Baik
3,10 – 4,00 Baik
3. Analisis Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Data pengamatan aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung, analisis dengan menggunakan presentase (%) yaitu
banyaknya frekuensi aktivitas guru siswa dengan frekuensi aktivitas guru
dan siswa keseluruhan di kali 100%.
4. Analisis Angket Respon Siswa
Angket disusun berdasarkan skala Likert yang dinyatakan dalam
bentuk pernyataan, baik pernyataan positif maupun pernyataan negatif
tentang persepsi siswa mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD). Angket tersebut dinilai
oleh siswa dengan skala sebagai berikut :
Untuk penilaian SS diberi skor = 5
S diberi skor = 4
R diberi skor = 3
TS diberi skor = 2
STS diberi skor = 1
Data yang dikumpulkan melalui instrumen angket diikuti dengan
pemberian skor. Data tersebut merupakan pengukuran variabel persepsi
siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Skor yang
diberikan sesuai dengan jawaban responden (siswa) dan angka tersebut
dijumlahkan untuk masing-masing butir pernyataan. Untuk semua item
pernyataan menjadi responden setiap variabel.
Untuk jenis angket berupa pernyataan negatif maka penilaian skor
merupakan kebalikan dari skor yang diberikan untuk pernyataan positif.
Teknik analisis data angket berupa analisis deskriptif kualitatif. Teknik ini
digunakan untuk menganalisa data sehingga diperoleh kesimpulan untuk
variabel persepsi siswa mengenai penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Untuk mengetahui persepsi siswa terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang
digunakan dalam penelitian ini digunakan rumus :
Mengingat tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran atau
deskriptif sebaran frekuensi untuk masing-masing variabel dari
keseluruhan variabel yang ada, maka dalam analisis persen akan
dipergunakan tabel tunggal. Dalam analisis, data dinyatakan dalam bentuk
skor dengan 3 kategori seperti pada tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3
Persentase Persepsi Siswa
Skor Rata-rata Kriteria Persepsi Siswa
20 % - 55 % Negatif56 % - 75 % Netral
76 % - 100 % Positif(Modifikasi skala Likert dalam Jufri : 2000)
5. Pencapaian Keefektivan Pembelajaran
Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat
efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang sedang
dikembangkan, dalam penelitian ini antara lain :
a. Kemampuan guru dalam mengelola KBM cukup baik
b. Terdapat peningkatan antara skor uji awal dan skor uji akhir yang
cukup berarti.
c. Respon siswa terhadap KBM cukup positif
d. Kadar aktivitas guru dan siswa selama KBM cukup tinggi
e. Kondisi belajar tuntas telah terwujud
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang rencana pelaksanaan dan analisis data
penelitian.
A. Rencana Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut :
Tabel 4.1
Jadwal Kegiatan
No Tanggal Kegiatan
1 3 Sept 2005 Pretest
2. 7 Sept 2005
Siklus I KBM model pembelajaran kooperatif tipe STAD materi Hidrolisis Garam, merancang dan melakukan pekerjaan untuk menentukan garam yang dapat terhidrolisis (LKS Hidrolisis Garam terlampir serta mempresentasikan hasil percobaab dari hasil refleksi dan evaluasi siklus I perlu dilakukan revisi untuk rencana tindakan pada siklus II)
3 9 Sept 2005
Siklus II Guru membimbing siswa menvalidasi hasil percobaan dan memberikan umpan balik dengan menggunakan kuis individu secara tertulis serta memberikan penghargaan kelompok.
Pelaksanaan :
Secara umum pelaksanaan setiap siklus adalah sebagai berikut :
1. Rancangan
Rancangan penelitian pada siklus ini terdiri dari :
1). Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SMA Negeri I
Gondang Nganjuk dan kelas yang diambil sebagai sampel yaitu kelas
III IPA 1 jumlah 40 siswa putra 11 dan putri 29 dari 3 kelas IPA yang
ada.
2). Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian terdiri atas :
a) Satuan Pelajaran
b) Rencana Pelajaran
c) Lembar Kegiatan Siswa
d) Tes Hasil Belajar
e) Lembar Observasi : 1. Untuk aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran kooperatif
2. Untuk keterampilan guru dalam
mengelola KBM dengan pembelajaran
kooperatif
2. Kegiatan dan Pengamatan
Pada setiap siklus dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division sebagai berikut :
a. Guru mengingatkan kembali kepada siswa tentang model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division
b. Membagi siswa dalam kelompok kooperatif yang terdiri dari 4 atau 5
orang anggota kelompok secara heterogen.
c. Memberikan LKS untuk pelajaran yang akan direncanakan untuk
diajarkan pada siswa
d. Menjelaskan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division kepada kelas dan membacakan tugas-tugas yang harus
dikerjakan oleh kelompok.
e. Mempresentasikan materi pelajaran. Penyajian materi pelajaran
dilakukan melalui pengajaran langsung.
f. Guru kelas bertindak sebagai observer. Adapun tugas yang dilakukan
adalah :
- Mengamati guru dan siswa dalam KBM
- Mengamati guru dalam mengelola KBM, dan mengisi lembar
observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif.
g. Kuis dilaksanakan setelah siklus ini selesai yaitu 15 menit sebelum jam
pelajaran berakhir
h. Selama kegiatan berlangsung, dilakukan pengamatan (observasi) oleh 2
orang pengamat. Adapun tugas yang dilakukan adalah mengisi lembar
observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran kooperatif
3. Refleksi
Refleksi ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan
yang digunakan sebagai bahan untuk merevisi pelaksanaan siklus
selanjutnya.
4. Revisi
Revisi ini bertujuan untuk memperbaiki permasalahan yang muncul setelah
merefleksi hasil pengamatan yang meliputi perenungan, pemikiran dan
penilaian sehingga perlu pengulangan pada siklus selanjutnya dengan
materi selanjutnya sampai diperoleh jawaban yang optimal atau tindakan
yang paling tepat.
B. Ketrampilan Guru dalam Mengelola Kegiatan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD
Data hasil observasi ketrampilan guru dalam mengelola pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Hasil Observasi penilaian dan nilai rata-rata keterampilan guru
Dalam mengelola pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
No Aspek yang diamatiPenilaian Rata-
rataSiklus I Siklus II
I Persiapan (secara keseluruhan)
II Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Memotivasi siswa 3. Mengaitkan pembelajaran dengan
pengetahuan awal siswa / prasarat
B. Kegiatan Inti1. Mempresentasikan materi pokok yang
mendukung tugas belajar kelompok dengan cara demonstrasi atau teks
2. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
3. Membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar
4. Mendorong dan membimbing melakukannya keterampilan kooperatif oleh siswa -Mengajukan pertanyaan
-Menjawab pertanyaan / menanggapi
-Menyampaikan ide / pendapat
-Mendengarkan secara aktif
-Berada dalam tugas 5. Mengawasi setiap kelompok secara
bergiliran 6. Memberi bantuan kepada kelompok
yang mengalami kesulitan
No Aspek yang diamatiPenilaian Rata-
rataSiklus I Siklus II7. Memberikan resitasi / umpan balik/
evaluasi C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat
rangkuman 2. Mengumumkan pengakuan /
penghargaan 3. Memberikan tugas rumah
III Pengelolaan Waktu
IV Suasana Kelas
- Berpusat pada siswa
- Siswa antusias
- Guru antusias
C. Ketuntasan Belajar Siswa
Data ketuntasan belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD yang dilakukan terhadap siswa kelas III IPA 1 SMA Negeri I
Gondang Nganjuk tahun ajaran 2005 / 2005 dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Data Ketuntasan Belajar Siswa
NoAbsen
NilaiKetuntasan
Pretest Kuis 1 Kuis 2 Posttest123456
7
NoAbsen
NilaiKetuntasan
Pretest Kuis 1 Kuis 2 Posttest8910111213141516171819202122232425262728293031323334353637383940
D. Data Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kimia dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Data hasil angket respon siswa yang diberikan sesuai dengan jawaban
responden (siswa) dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Terhadap Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
No Aspek ResponPresentase Jumlah (%)
SS S TS STS
1. Dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, saya memiliki kemauan yang tinggi untuk mengikuti pelajaran kimia.
2. Pengajaran Kimia dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, sangat menarik dan tidak membosankan
3 Prinsip, konsep dan aturan kimia lebih dapat saya pahami dengan metode belajar kooperatif tipe STAD
4 Dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, saya lebih mudah mengingat materi pelajaran kimia
5 Dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, saya merasa lebih mudah menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru.
6 Metode belajar kooperatif tipe STAD, dapat memotivasi saya untuk berprestasi
7 Metode belajar kooperatif tipe STAD dapat memotivasi saya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru
8 Saya bosan mengikuti pelajaran kimia dengan metode belajar kooperatif tipe STAD
9 Dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, saya dapat merasa lebih dihargai dalam mengeluarkan pendapat
No Aspek ResponPresentase Jumlah (%)
SS S TS STS
10 Dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, saya dapat belajar bersama teman dengan lebih baik.
11 Saya merasa bahwa metode belajar kooperatif tipe STAD dapat membangun hubungan yang lebih baik antar sesama teman
12 Metode belajar kooperatif tipe STAD dapat menumbuhkan rasa saling menghargai pendapat orang lain.
13 Metode belajar kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan semangat kerja yang lebih keras
14 Dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, saya memiliki keberanian untuk mengeluarkan pendapat
15 Metode belajar kooperatif tipe STAD harus ditunjang kerjasama yang baik antar teman yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Arens, Richard. 1997. Classroom Instruction and Management. New York. MC, Graw Hill
Azizah, Utiya. 1998. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Kualitas pembelajaran Kimia di SMU. Tesis yang tidak dipublikasikan. IKIP Surabaya
A. Tabarani, Rusyan. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Kurikulum SMU. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Ibrahim, Muslimin dkk. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya
Jufri. 2000. Keefektifan Penggunaan Metode Belajar Kelompok (Model STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada SMU 2 Ingin Jaya (Ulee Kareeng) Aceh Besar. Tesis yang tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Malang
Kurikulum Sekolah Menengah Umum, Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP). 1995. Jakarta : Depdikbud
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes (Buku Ajar Mahasiswa). Surabaya : universitas Negeri Surabaya
Nur, Mohamad & Wikandari, Prima Retno. 1998. Pendekatan-pendakatan Konstruktivis Dalam Pembelajaran. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya
Nur, Mohamad. 1998 a. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya : IKIP Surabaya
Nur, Mohamad. 1998 b. Teori-teori Perkembangan. Surabaya : IKIP Surabaya
Slavin, Robert, E. 1994. Educational Psychology : Theory and Practice. Fourth Edition. Boston : Allyn and Bacon Publishers
Slavin, Robert, E. 1995. Cooperatif Leraning Theory : Research and Practice. Second Edition. Boston : Allyn and Bacon Publisher
Tanjung, Rosyse Rita Martiningsih. 1998. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kualitas Proses Belajar Mengajar Biologi SMU. Tesis yang tidak dipublikasikan. IKIP Surabaya
LEMBARAN KEGIATAN SISWA (LKS)
HIDROLISIS GARAM
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa memahami arti Hidrolisis Garam melalui pengamatan dan menerapkannya
untuk menerangkan atau meramalkan pH larutan.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Dengan melakukan percobaan, siswa dapat menunjukkan sifat asam atau
basa suatu garam yang mengalami hidrolisis dengan benar.
Kegiatan I (Tujuan 1) Dengan melakukan percobaan, siswa dapat menunjukkan sifat
asam atau basa suatu garam yang mengalami hidrolisis dengan
benar.
Rangkuman Materi
Larutan garam dalam air ada yang bersifat netral, asam, atau basa,
tergantung pada jenis garam yang berlarut garam yang berasal dari asam kuat dengan
basa kuat (misalnya NaC1) larutannya dalam air bersifat netral (Ph=7) garam yang
berasal dari asam kuat dengan basa lemah (misalnya NH4C1) larutannya dalam air
bersifat asam (Ph<7) Garam yang berasal dari asam lemah dengan basa kuat
(misalnya Na-asetat) larutannya dalam air bersifat basa (Ph>7).
Garam NH4Cl dan Na-asetat tersebut mengalami peristiwa hidrolisis parsial
karena sebagian saja dari ion garam yang bereaksi dengan air. Bila suatu garam yang
berasal dari asam lemah dengan basa lemah (misalnya NH4 asetat) dilarutkan ke
dalam air, maka akan mengalami hidrolisis sempurna karena semua ion-ion yang
berasal dari gara, bereaksi dengan air membentuk basa lemah dan asam lemah lainnya
sifat garam ini tergantung besarnya tetapan Ka atau Kb-nya.
Bahan dan Peralatan
1. Rak dan tabung reaksi 6. Larutan NH4Cl 1M
2. Pipet tetes 7. Larutan CH3COONa 1M
3. Silinder ukur 10 ml 8. Larutan Na2CO3 1M
4. Lakmus merah dan biru 9. Larutan NH4NO3 1M
5. Larutan NaCl 1M 10. Larutan (NH4)2 SO4 1M
Tugas a
Pada kegiatan ini anda diminta melengkapi tabel berikut setelah mengamati
langsung pH beberapa larutan yang tersedia dengan menggunakan kertas lakmus.
Prosedur
1. Siapkan 6 tabung reaksi bersih. Masukkan ke dalam masing-masing tabung
tersebut 5 ml. Larutan NH4Cl 1M, CH2COONa 1M, Na2CO4 1M, NH4NO3
1M, (NH4)2 SO4 1M dan NaCl 1M.
2. Uji keenam larutan tadi dengan kertas lakmus biru dan merah. Amati warna
yang ditampilkan oleh masing-masing indikator tadi dan tuliskan pada tabel
berikut. Simpulkan sifat keasaman yang dimiliki oleh keempat larutan tadi.
LarutanTampilan warna indikator Sifat Larutan
Asam/Basa/NetralLakmus Merah Lakmus Biru
NH4Cl 1M
CH3COONa 1M
Na2CO3 1M
NH4NO3
(NH4)2 SO4
NaCl 1M
Tugas b
Setelah mengamati hasil percobaan, sekarang jawablah tugas berikut ini :
1. Kelompokkan larutan garam tersebut ke dalam sifat asam, basa, atau netral
a. Garam yang bersifat asam
b. Garam yang bersifat basa
c. Garam yang bersifat netral
2. Garam dapat dibentuk dan hasil reaksi asam dengan basa. Tuliskan asam dan
basa pembentuk garam berikut beserta sifat kekuatan asam / basanya.
LarutanBasa Pembentuk Asam Pembentuk
Rumus Molekul Sifat *) Rumus Molekul Sifat *)
NH4Cl 1M Kuat/lemah Kuat/lemah
CH3COONa 1M Kuat/lemah Kuat/lemah
Na2CO3 1M Kuat/lemah Kuat/lemah
(NH4)2 SO4 1M Kuat/lemah Kuat/lemah
NaCl 1M Kuat/lemah Kuat/lemah
3. Dari percobaan yang telah anda lakukan, buatlah kesimpulan tentang sifat
keasaman / kebasaan dan larutan garam-garam tadi.
ANGKET RESPON SISWA
Petunjuk :
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat atau
pendirianmu
Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jujur, karena tidak berpengaruh
pada penilaian pelajaran ini, identitasmu tidak perlu dicantumkan
Berilah tanda cek () pada pilihan jawabanmu untuk masing-masing pertanyaan
Keempat pilihan jawaban tersebut adalah
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Usahakan setiap pertanyaan terjawab dan tidak ada yang kosong
Semua jawaban dianggap benar
Jawaban yang kamu berikan akan dijamin kerahasiaannya
Kejujuran yang kamu berikan merupakan salah satu keberhasilan penelitian ini
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan petunjuk di atas !
No PertanyaanJawaban
SS S TS STS
1.Dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, saya memiliki kemauan yang tinggi untuk mengikuti pelajaran kimia.
No PertanyaanJawaban
SS S TS STS
2.
Pengajaran kimia dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, sangat menarik dan tidak membosankan.
3.
Prinsip, konsep dan aturan kimia lebih dapat saya pahami dengan metode belajar kooperatif tipe STAD.
4.
Dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, saya merasa lebih mudah mengingat materi pelajaran kimia.
5.
Dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, saya merasa lebih mudah menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru.
6.Metode belajar kooperatif tipe STAD dapat memotivasi saya untuk berprestasi
7.
Metode belajar kooperatif tipe STAD dapat memotivasi saya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru.
8.Saya bosan mengikuti pelajaran kimia dengan metode belajar kooperatif tipe STAD
9.
Dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, saya merasa lebih dihargai dalam mengeluarkan pendapat.
10.
Dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, saya dapat belajar bersama teman dengan lebih baik.
11.
Saya merasa bahwa metode belajar kooperatif tipe STAD dapat membangun hubungan yang lebih baik antar sesama teman.
No PertanyaanJawaban
SS S TS STS
12.
Metode belajar kooperatif tipe STAD dapat menumbuhkan rasa saling menghargai pendapat orang lain
13.Metode belajar kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan semangat kerja yang lebih keras.
14.
Dengan metode belajar kooperatif tipe STAD, saya memiliki keberanian untuk mengeluarkan pendapat.
15.
Metode belajar kooperatif tipe STAD harus di tunjang kerjasama yang baik antar teman yang lain.
16.
Metode belajar kooperatif tipe STAD meningkatkan kerja sama yang lebih baik dengan teman yang lain.
17.Metode belajar kooperatif tipe STAD, tidak membantu menciptakan rasa persaudaraan yang lebih baik antar teman.
ANALISIS DAN REFLEKSI
Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif sehingga dapat terjadi
perubahan minat belajar kimia pada siswa.
LAMPIRAN
Lembaran Pengamatan
Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif
Nama Sekolah : Nama Guru :
NIP. : Hari / Tgl :
Sub Konsep : Pukul :
Petunjuk : Berikut ini pengelolaan kegiatan berdasarkan prinsip pembelajaran yang
dilakukan guru di dalam kelas / laboratorium.
Berikan penilaian dengan memberikan tanda cek pada kolom yang sesuai :
No Aspek Yang DicekPenilaian
Ada Tidak ada
I Pendahuluan
a. Menghubung dengan pelajaran (prasarat)
b. Menjelaskan kegiatan pembelajaran
c. Motivasi siswa
II. Kegiatan Inti
a. Mempresentasikan materi
b. Membagi kelompok
c. Melatih keterampilan pasangan
d. Mengevaluasi dan membimbing setiap kelompok secara bergiliran
e. Presentase hasil kegiatan / kesimpulan
No Aspek Yang DicekPenilaian
Ada Tidak ada
III Tournament
Memberikan pengakuan / penghargaan
IV. Pengelolaan Waktu
Pengamatan suasana kelas
a. Antara siswa
b. Guru – Siswa
c. Student Central
BIODATA PENELITI
Nama : ENI WIJARWATI
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Tempat / Tgl. lahir : Surabaya, 11 Juli 1966
Status : Kawin
Alamat Kantor : SMAN Gondang Nganjuk
Jl. Raya Jurusan Gondang Nganjuk Telp. (0358) 611341
Alamat Rumah : Jl. Ronggo Warsito 12 Banaran Kertosono
Pendidikan : S1 Universitas Terbuka Malang
Pekerjaan : Guru SMAN Gondang
Pengalaman / Pelatihan : Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) tahun 2005
BIODATA PENELITI
Nama : Dra. ERLIYAH SUHERNI
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Tempat / Tgl. lahir : Gresik 12 Agustus 1963
Status : Kawin
Alamat Kantor : SMAN Gondang Nganjuk
Jl. Raya Jurusan Gondang Nganjuk Telp. (0358) 611341
Alamat Rumah : Jl. Barito 67 Nganjuk
Pendidikan : S1 / Kependidikan Kimia IKIP Negeri Surabaya
Pekerjaan : Guru
Pengalaman / Pelatihan :
BIAYA ANGGARAN BIAYA
Rincian anggaran biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan PTKL (Penelitian
Tindakan Kelas).
A. Honorarium
1). Ketua Peneliti Rp. 400.000,-
2). Anggota tim peneliti (2 orang) Rp. 600.000,-
3). Tenaga administrasi Rp. 200.000,-
B. Bahan dan Peralatan Penelitian Tersedia di Lab
C. Pembuatan proposal dan laporan PTK Rp. 1.500.000,-
D. Biaya Pengiriman Proposal dan laporan PTK Rp. 100.000,-
E. Bahan Pembuatan Instrumen Rp. 200.000,-
Total Rencana Anggaran Rp. 3.000.000,-
LEMBAR PENGAMATANPENGELOLAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Nama Sekolah : Nama Guru :Sub Pokok Bahasan : Tanggal :Pertemuan Ke : Pukul :
Petunjuk
Daftar pengelolaan pembelajaran berikut ini berdasarkan prinsip pembelajaran kooperatif yang dilakukan guru di kelas. Berikan penilai dengan menuliskan tanda () pada kolom yang tersedia.
No Aspek yang diamati TurusPenilaian
1 2 3 4
I. PERSIAPAN (Secara keseluruhan) …….. …….. …….. ……..II PELAKSANAAN
A. Pendahuluan 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran …….. …….. …….. ……..2. Motivasi siswa …….. …….. …….. ……..3. Mengaitkan dengan pengetahuan awal siswa / prasarat …….. …….. …….. ……..B. Kegiatan Inti 1. Mempresentasikan materi pokok yang mendukung tugas
belajar kelompok dengan cara demonstrasi atau teks …….. …….. …….. ……..
2. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar …….. …….. …….. ……..3. Membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar …….. …….. …….. ……..4. Mendorong dan membimbing dilakukannya keterampilan
kooperatif oleh mahasiswa / siswa - Mengajukan pertanyaan - Menjawab pertanyaan / menanggapi - Menyampaikan ide/pendapat - Mendengarkan secara aktif - Tidak berada dalam tugas
…….. …….. …….. ……..
5. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran …….. …….. …….. ……..6. Memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan…….. …….. …….. ……..
7. Memberikan resitasi / umpan balik / evaluasi …….. …….. …….. ……..C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman …….. …….. …….. ……..2. Mengumumkan pengakuan / penghargaan …….. …….. …….. ……..3. Memberi tugas rumah …….. …….. …….. ……..
III PENGELOLAAN WAKTU IV SUASANA KELAS
- Berpusat pada siswa - Siswa antusias - Guru antusias
…….. …….. …….. ……..
Keterangan 1. Tidak baik 2. Kurang baik 3. Cukup baik 4. Baik
Pengamat,
(…………………….)
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURUPADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
Sekolah : Bahan Kajian : Kelas / Cawu : Sub Pokok Bahasan : Tanggal : Waktu :
Petunjuk Pengisian 1. Pengamatan dalam melakukan pengamatan, duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua
aktivitas siswa yang diamati. 2. Setiap 90 detik guru melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan kemudian 30 etik kemudian
pengamat menuliskan kode kategori pengamatan 3. Pengamatan ditujukan untuk dua kelompok yang dilakukan secara bergantian setiap periode waktu 2 menit 4. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia 5. Pengamatan dimulai sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara serempak
Kode Pengamatan Aktivitas guru selama kegiatan inti1. Menyampaikan informasi tentang materi 2. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar
kooperatif 3. Memberi petunjuk / membimbing siswa 4. Mendorong dan melatih keterampilan kooperatif 5. Memotivasi siswa 6. Perilaku yang tidak relevan dalam KBM 7. Memberikan umpan terbaik 8. Merangkum materi
Aktivitas Siswa 1. Mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru 2. Membaca buku siswa 3. Menulis yang relevan dengan KBM 4. Berlatih melakukan keterampilan (mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan/ menanggapi, menyampaikan ide / pendapat, mendengar secara aktif dan berada dalam tugas).
5. Berdiskusi antar siswa dan guru 6. Berdiskusi / bertanya antar siswa 7. Mempresentasikan hasil kerja kelompok 8. Perilaku yang tidak relevan dalam KBM
Nama Guru
Nama Siswa Nama siswa Nama Siswa
Nama Siswa Nama siswaNganjuk, April 2005
Pengamat
(……………………)
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
TAHUN 2005
MENINGKATKAN MINAT SISWA DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN KIMIA POKOK BAHASAN
HIDROLISIS GARAM DI KELAS III SEMESTER I SMA NEGERI I GONDANG NGANJUK
Oleh :
Drs. YATIJO
ENI WIJARWATI, S.Pd
Dra. ERLIYAH SUHERNI
WORK SHOPPENELITIAN TINDAKAN KELAS
TAHUN 2005
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMURDINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SATKER PEMBINAAN PENDIDIKAN MENENGAH UMUM
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Judul : Meningkatkan Minat Siswa dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD pada mata pelajaran Kimia Pokok Bahasan Hidrolisis Garam di Kelas
III Semester I SMA Negeri I Gondang Nganjuk.
Disusun Oleh :
Ketua : Drs. YATIJO
Anggota : 1. ENI WIJARWATI, S.Pd
2. Dra. ERLIYAH SUHERNI
Pembimbing
1. Drs. DJOKO SARJONO, M.Pd
2. Drs. DWI WAHYONO, M.Si
3. Drs. ANWAR SANTOSO
4. Drs. WAWANG HOETAWARMAN, M.Pd
Nganjuk, ……………………….2005
Ketua Tim PTK
Drs. YATIJO
MengetahuiPejabat Pembuat Komitmen Satuan KerjaPembinaan Pendidikan Menengah Umum
Propinsi Jawa Timur
Drs. H. SYAHRUL, MMNIP. 130 790 134