Proposal Eksperimen Pletoc

99
PROPOSAL PENELITIAN A. JUDUL PENELITIAN Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Teknik Dasar Passing Bola Voli Pada Siswa Kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Sukasada Tahun Pelajaran 2014/2015 B. IDENTITAS PENELITI 1. NAMA : GEDE WAHYU ANGGARA YUDHA 2. NIM : 1216011004 3. JURUSAN : PENJASKESREK 4. FAKULTAS : OLAHRAGA DAN KESEHATAN C. LATAR BELAKANG “Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis” (Nurhadi, 2004:1). Oleh karena itu pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat manaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu pendidikan harus adaptif terhadap zaman. 1

description

proposal

Transcript of Proposal Eksperimen Pletoc

PROPOSAL PENELITIANA. JUDUL PENELITIAN

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Teknik Dasar Passing Bola Voli Pada Siswa Kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Sukasada Tahun Pelajaran 2014/2015B. IDENTITAS PENELITI

1.NAMA: GEDE WAHYU ANGGARA YUDHA2.NIM

: 12160110043.JURUSAN: PENJASKESREK

4.FAKULTAS: OLAHRAGA DAN KESEHATAN

C. LATAR BELAKANG

Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis (Nurhadi, 2004:1). Oleh karena itu pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat manaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu pendidikan harus adaptif terhadap zaman.

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat(Hamalik, 2008:3). Keberhasilan pendidikan tidak dilihat dari kuantitas semata seperti meningkatnya jumlah lulusan pendidikan setiap tahunnya, tetapi juga dari segi kualitas atau mutu lulusan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan secara nasional merupakan salah satu uapaya yang sedang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini diarahkan agar lembaga pendidikan selalu berupaya untuk dapat nantinya meningkatkan kualitas pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Peran pendidikan sangat bermanfaat untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah (Agus, 2009:2) Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengalaman dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002:3-4).

Samsudin (2008:125) menyatakan bahwa;

Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Penjasorkes merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan fsikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, sportivitas, spiritual, sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan fsikis yang seimbang. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi guru dengan siswa dalam rangka pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat siswa berinteraksi dengan informasi dan lingkungan untuk mencapai tujuan. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis. Komponen-komponen tersebut antara lain: siswa, guru, sumber, media, dan lingkungan belajar. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar maka semua komponen-komponen tersebut harus berkualitas.

Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar seperti jasmani (kesehatan, cacat tubuh), psikologis (inteligensi, perhatian, minat, motivasi, bakat, kematangan, dan kesiapan) dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Slameto (2003:54).

Sedangkan tujuan dari penjasorkes antara lain: (a) mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih, (b) meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, (c) meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar dan (d) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis serta memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil dan memiliki sikap yang positif (Depdiknas, 2006:163-164). Dalam penyelenggaraan penjasorkes di sekolah-sekolah, selain harus melaksanakan kegiatan pokok yaitu: atletik, senam, permainan dan pendidikan kesehatan, juga harus melaksanakan kegiatan pilihan yaitu: renang, pencak silat, bulutangkis, tenis meja, tenis lapangan, sepak takraw, olahraga tradisional, softball, dan cabang-cabang olahraga yang lainnya yang potensial dan berkembang di daerah (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:2). Untuk mewujudkan peningkatan mutu pendidikan, tidak hanya dilakukan dengan penyempurnaan kurikulum, tetapi juga harus diikuti dengan faktor-faktor pendukung lainnya seperti, sarana dan prasarana pendukung, lingkungan yang kondusif dan lain sebagainya. Selain peningkatan mutu pendidikan dan penyempurnaan kurikulum dalam suatu proses pembelajaran penjasorkes terdapat model pembelajaran kooperatif, adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah: (1) belajar bersama dengan teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman (3) saling mendengarkan pendapat diantara anggot kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri, (8) mahasiswa aktif (Santiasa dan Sukadi, 2007:31). Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada hari Kamis, tanggal 09 Oktober dan 16 Oktober 2014, pada siswa kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Sukasada dengan jumlah siswa keseluruhan 35 orang, peneliti mengamati bahwa dalam pembelajaran masih menggunakan metode pembelajaran yang kurang efektif karena pembelajaran masih bepusat pada guru dan siswa tidak berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Sehingga sebagian besar siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan hasilnya sebagian besar siswa tidak dapat melakukan gerakan dengan teknik yang benar atau dapat dikatakan aktivitas dan hasil belajar siswa secara keseluruhan masih tergolong rendah. Berdasarkan kriteria penggolangan aktivitas belajar kategori aktif berada pada rentang 7 0,05) berarti tidak ada peningkatan yang signifikan dari perlakuan yang diberikan (Singgih Santoso, 2011:256).

Dalam penelitian ini, perbedaan kedua pengajaran ini akan dibandingkan. Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan kedua pengajaran tersebut, diuji dengan menggunakan uji anava satu jalur (One Way Anava) dengan bantuan SPSS 16,0 pada taraf signifikansi () 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikan F < , maka terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok sedangkan jika nilai signifikan F > , maka tidak terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok (Singgih Santoso, 2011).Jika terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok maka perlu dilakukan uji lanjut atau uji pembanding berganda untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Pembelajaran konvensional, yang mana lebih baik pengaruhnya terhadap aktivitas dan hasil belajar passing bola voli. Dalam penelitian ini jenis uji pembanding yang dipergunakan adalah Uji Least Significant Difference (LSD) dengan bantuan SPSS 16.0. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi LSD > 0,05, maka hipotesis ditolak, sedangkan jika nilai signifikansi LSD < 0,05, maka hipotesis diterima.

T1X T2

R

T1O T2

51

_1476644622.unknown

_1476644623.unknown

_1476644621.unknown