Proposal Diklat Pengembangan Bahan Ajar

5
PROPOSAL DIKLAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR A. LATAR BELAKANG Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah membawa perubahan pada hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan. Kalau tidak, bangsa ini akan kalah bersaing dalam memasuki era globalisasi tersebut. Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya, upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas pendidikan. Salah satu indikator kurang berhasilnya diindikasikan oleh nilai UAN siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP dan SMA/MA yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun. Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi

description

bahan mengajar

Transcript of Proposal Diklat Pengembangan Bahan Ajar

Page 1: Proposal Diklat Pengembangan Bahan Ajar

PROPOSAL DIKLAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah membawa perubahan pada hampir

semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan

upaya penguasaan dan peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Selain manfaat bagi

kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era

persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka

sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya

manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan

yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses

pembangunan. Kalau tidak,  bangsa ini akan kalah bersaing dalam memasuki era globalisasi

tersebut.

Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat

penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan

merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya

manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka

pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat

tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui

pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan,

pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan

lainnya. Tetapi pada kenyataannya, upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam

meningkatkan kuailtas pendidikan. Salah satu indikator kurang berhasilnya diindikasikan oleh nilai

UAN siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP dan SMA/MA yang tidak memperlihatkan

kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun.

Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama

ini kurang atau tidak berhasil. Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih

bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana

semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar

lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka

secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang

bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh

teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga

pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.

Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran

birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak

terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat

dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat

terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.

Diskusi tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa pembangunan pendidikan

bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih

memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada

Page 2: Proposal Diklat Pengembangan Bahan Ajar

dalam batas - batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu

pendidikan (school resources are necessary but not sufficient condition to improve student

achievement). Di samping itu, mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal

terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan

yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis

dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu

pendidikan. hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai keragamannya itu,

diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi

lingkungan dan kebutuhan anak didiknya. Walaupun demikian, agar mutu tetap terjaga dan agar

proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati

secara secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut

(adanya benchmarking). Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni

pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai

institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan

manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (School Based Quality Management)

atau dalam nuansa yang lebih bersifat pembangunan (developmental) disebut School Based Quality

Improvement.

Konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah

dengan tanggung jawabnya masing - masing ini, berkembang didasarkan kepada suatu keinginan

pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka

proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada.

Sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta

memahami kindisi lingkunganya (kelebihan dan kekurangannya) untuk kemudian melaui proses

perencanaan, sekolah harus memformulasikannya ke dalam kebijakan mikro dalam bentuk program

- program prioritas yang harus dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai

dengan visi dan misinya masing - masing. Sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun

berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mendiri tetapi masih dalam kerangka acuan kebijakan

nasional dan ditunjang dengan penyediaan input yang memadai, memiliki tanggung jawab terhadap

pengembangan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan

masyarakat.

B. PREDIKSI DAMPAK DIKLAT

Seminar ini menjaring guru-guru SMP / SMA dari berbagai sekolah se-Malang Raya. Output

pelatihan ini akan memberikan wahana baru dalam proses belajar mengajar di sekolah atau

lembaga pendidikan masing-masing, sehingga hasilnya akan berdampak kepada para peserta didik.

C. LANDASAN DIKLAT

1.      Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2.      Undang-Undang No. 14. Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

3.      PP. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

D. TEMA DIKLAT

“Profesionalisme Guru”

Page 3: Proposal Diklat Pengembangan Bahan Ajar

E. NAMA DIKLAT

“Diklat Pengembangan bahan ajar”

F. TUJUAN DIKLAT

Tujuan UMUM diadakan Diklat ini adalah sebagai berikut:

1.   Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengembangan sumber daya manusia

2.   Menemukan format kurikulum pendidikan yang tepat bagi pembelajaran

3.   Peserta dapat mengimplementasikan hasil Diklat ke dalam proses belajar mengajar

Tujuan khusus Diklat ini adalah:

1. Peserta mampu mendesain kelas yang termanajemeni dengan baik, membuat kelas menjadi

aman tenteram dan segar bagi siswa, membuat rencana disiplin yang efektif, membuat

siswa mematuhi aturan tanpa keterpaksaan.

2. Peserta mampu memahami model-model pembelajaran, model pembelajaran langsung,

model pembelajaran kooperatif, dan model pembelajaran berbasis masalah.

3. Peserta memiliki karya/produk berupa bahan ajar yang dapat diterapkan di dalam proses

belajar mengajar.

G.    JADWAL ACARA DIKLAT

Ceremonial

1. Pembukaan

2. Sambutan-sambutan

Ketua Panitia

Dosen Pembimbing

Ketua Prodi

Penutupan

1. Pembukaan

2. Sambutan-sambutan

Ketua Prodi

Perwakilan Panitia

Perwakilan Peserta

Penutup

Page 4: Proposal Diklat Pengembangan Bahan Ajar

H.    PESERTA DIKLAT

Peserta Diklat pengembangan bahan ajar ini adalah utusan dari seluruh Peserta diklat

pengembangan bahan ajar ini adalah guru-guru tingkat SMP/ SMA sederajat yang sudah

diidentifikasi oleh panitia yang berjumlah 60 lembaga se-Jawa Timur. Adapun syarat dan kriteria

menjadi peserta sebagai berikut:

1. Peserta merupakan rekomendasi lembaga sekolah se-Jawa Timur atau umum

2. Peserta mempunyai motivasi tinggi untuk berkembang

3. Peserta disarankan membawa alat tulis secukupnya

4. Peserta membayar konstribusi sebesar Rp. 100.000,- dengan fasilitas yang disediakan

panitia sebagai berikut:

      CD Makalah

      Modul

      Stop Map

      Sertifikat

      Block Note

      Co-Card

      Makan

      Snack dan Soft Drink

I.       PENYELENGGARA DIKLAT

Mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Pascasarjana UIN MALIKIMalang.

J.      WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Tempat            : Aula Pascasarjana UIN MALIKI Malang

Waktu             : disesuaikan

K.    SUSUNAN PANITIA

--- disesuaikan

L.     ANGGARAN DANA

--- disesuaikan

Page 5: Proposal Diklat Pengembangan Bahan Ajar

N. PENUTUP

Demi kelancaran kegiatan, segala sesuatu yang belum tercantum dalam proposal ini akan

ditentukan kemudian oleh panitia pelaksana. Semoga dengan dukungan dan partisipasi dari semua

pihak acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan dan memenuhi tujuan yang ingin

dicapai. Amin.