Proposal Andy

54
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Penyakit tubercolusis atau yang sering disebut TBC adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tubercolusis (Danusantoso,2002). Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mengobatinya, disamping rasa bosan karena harus minum obat dalam waktu yang lama seseorang penderita kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum massa pengobatan belum selesai hal ini dikarenakan penderita belum memahami bahwa obat harus ditelan seluruhnya dalam waktu yang telah ditentukan, serta pengetahuan yang kurang tentang penyakit sehingga akan mempengaruhi kepatuhan untuk berobat secara tuntas. Tuberculosis merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200juta orang, di indonesia menempati urutan ketiga di dunia 1

description

jbkbda

Transcript of Proposal Andy

Page 1: Proposal Andy

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang

Penyakit tubercolusis atau yang sering disebut TBC adalah infeksi menular yang

disebabkan oleh bakteri mycobacterium tubercolusis (Danusantoso,2002). Bakteri ini merupakan

bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mengobatinya,

disamping rasa bosan karena harus minum obat dalam waktu yang lama seseorang penderita

kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum massa pengobatan belum selesai hal ini

dikarenakan penderita belum memahami bahwa obat harus ditelan seluruhnya dalam waktu yang

telah ditentukan, serta pengetahuan yang kurang tentang penyakit sehingga akan mempengaruhi

kepatuhan untuk berobat secara tuntas.

Tuberculosis merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas),

angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih

dari 200juta orang, di indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah india dan china dalam

hal jumlah penderita TB paru sekitar 583 ribu orang dan diperkirakan sekitar 140 ribu orang

meninggal dunia tiap tahun akibat TBC. Sedangkan di jawa timur sendiri menempati urutan ke 2

setelah jawa barat dengan kasus sekitar 37 ribu penderita (depkes RI, 2007). Di seluruh

kab.madiun sendiri terdapat lebih dari 230 kasus, dengan angka kematian rata-rata 10 orang tiap

bulannya sedangkan di puskesmas mejayan sendiri terdapat 13 pasien tubercolusis dengan BTA

positif dan 4 dengan BTA negatif 1 orang putus obat (tidak patuh berobat).

1

Page 2: Proposal Andy

Berhasil atau tidaknya pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien,

keadaan sosial ekonomi serta dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau

motivasi dari keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan

mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsunsi obat(Dr.Indan Enjang, 2002).Apabila ini

dibiarkan dampak yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya

kuman tubercolusis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus

menyebar pengendalian obat tubercolusis akan semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya

angka kematian terus bertambah akibat penyakit tubercolusis.

Tujuan pengobatan pada penderita tubercolusis bukanlah sekedar memberikan obat saja,

akan tetapi pengawasan serta memberikan pengetauan tentang penyakit ini untuk itu hendaknya

petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya agar pengetauan

mereka mengetahui resiko-resiko dan meningkatkan kepatuhan untuk berobat secara tuntas.

Dalam program DOTS ini diupayakan agar penderita yang telah menerima obat atau resep untuk

selanjutnya tetap membeli atau mengambil obat, minum obat secara teratur, kembali control

untuk menilai hasil pengobatan.

2

Page 3: Proposal Andy

1.1.2 Rumusan Masalah

1.2.1  Pertanyaan Masalah

Adakah hubungan pengetahuan tuberculosis paru dengan tingkat kepatuhan berobat

pasien tuberculosis paru di puskesmas mejayan, caruban kab.madiun?

1.1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1  Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan penyakit tuberculosis dengan tingkat kepatuhan

berobat pasien tuberculosis di puskesmas mejayan, caruban kab.madiun

1.3.2  Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien tuberculosis di puskesmas mejayan, caruban

kab.madiun

2. Mengidentifikasi kepatuhan berobat pasien tubercolusis di puskesmas mejayan, caruban

kab.madiun

3. Menganalisis hubungan pengetahuan penyakit tuberculosis dengan kepatuhan berobat

pasien tubercolusis di puskesmas mejayan, caruban kab.madiun.

3

Page 4: Proposal Andy

1.1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1  Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat khususnya penderita tubercolusis,

sehingga akan meningkatkan kualitas asuahan keperawatan dan kualitas hidup penderita serta

memberi masukan kepada petugas kesehatan tentang pentingnya penyuluhan penyakit

tubercolusis kepada masyarakat khususnya penderita tubercolusis.

1.4.2   Bagi Pasien

Memberikan pengetahuan tentang penyakit tuberculosis dalam meningkatkan kepatuhan

berobat pasien tuberculosis di puskesmas mejayan, caruban kab.madiun

1.4.3   Bagi Ilmu Keperawatan

Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan tentang tubercolusis

paru.

1.4.4  Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai masukan data dan sumbangan pemikiran perkembangan pengetahuan untuk

peneliti selanjutnya.

4

Page 5: Proposal Andy

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Konsep Pengetahuan

2.1.1  Definisi

Berasal dari kata “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengideraan terhadap

sesuatu obyek tertentu, pengideraan terjadi melalui panca indra manusia. Tetapi sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh dari atau melalui mata dan telinga, (Noto atmodjo,2003).

Roger (1974) yang dikutip oleh noto atmodjo (2003) mengemukakan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru dalam diri seseorang akan terjadi proses yang berturut-turut

yaitu :

1. awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus

(objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yaitu orang tertarik pada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal

ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adaption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan

sikapnya terhadap stimulus.

5

Page 6: Proposal Andy

2.1.2   Sunber Pengetahuan

1. Tradisi

Tradisi adalah suatu dasar pengetahuan dimana setiap orang tidak dianjurkan untuk

memulai mencoba memecahkan masalah. Tradisi merupakan kendala dalam kebutuhan manusia

karena beberapa tradisi begitu melekat sehingga validitas, manfaat dan kebenarannya tidak

pernah dicoba dan diteliti.

2. Autoritas

Ketergantungan terhadap suatu autoritas tidak dapat dihindarkan karena kita tidak dapat

secara automatis menjadi seseorang ahli dalam mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi.

1. Pengalaman

Dalam memecahkan suatu permasalahan dapat berdasarkan pengalaman

sebelumnya, dan ini merupakan pendekatan yang penting dan bermanfaat.

2. Trial and Error

Kadang kita dalam menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita dalam

menggunakan alternative pemecahan melalui “coba dan salah”

3. Alasan yang logis

Dalam menyelesaikan suatu masalah berdasarkan proses penelitian yang logis. Pemikiran

ini merupakan komponen yang penting dalam pendekatan ilmiah akan tetapi alasan rasional

sangat terbatas.

6

Page 7: Proposal Andy

4. Metode ilmiah

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk mencari suatu kebenaran,

karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan sistematis, serta dalam mengumpulkan

dan menganalisa datanya didasarkan pada prinsip validitas dan reliabilitas.

(Nursalam, 2000).

2.1.3    Komponen pengetahuan (Noto atmodjo,2003)

1. Tahu

Pengetahuan berkenan dengan bahan yang dipelajari sebelumnya disebut juga istilah

recal (mengingat lagi) namun apa yang yang telah diketahui hanya sekedar informasi yang

diingat saja. Oleh sebab itu ini merupakan tongkat pengetahuan yang rendah.

2 . Pemahaman

Adalah kemampuan mengetahui arti sesuatu bahan yang tekah dipakai dipelajari seperti

menafsirkan. Menjelaskan dan meringkas tentang sesuatu kemampuan. Ini lebih tinggi dari

pengetahuan.

3. Penerapan

Adalah kemampuan menggunakan suatu bahan yang telah dipelajari dalam sesuatu yang

baru atau konkrit.

7

Page 8: Proposal Andy

4. Analisa

Adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu bahan obyek kedalam

komponen-komponen tetapi masih didalam stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

sama lain.

5. Sintesa

Kemampuan untuk menghimpun bagian dalam keseluruhan seperti merugikan tema

rencana atau melihat hubungan abstrak dan sebagian fakta

6. Evaluasi

Adalah berkenan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membantu

penelitian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

2.1.4    faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1.  Faktor Eksternal

1)  Kebudayaan

Apa bila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga

kebersihan lingkungan maka sangatlah mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi

seseorang (syaifudin A, 2003).

8

Page 9: Proposal Andy

2)  Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna dapat diartikan sebagai pemberitahuan sesering

adanya informasi baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestis

dibawa oleh informasi tersebut pendidikan ini biasanya digunakan.

2.  Faktor internal

1)  Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha pengaruh pelindung dan bantuan yang diberikan kepada

anak yang tertuju pada kedewasaan GBHN Indonesia tentang menngidentifikasi lain bahwa

pendidikan diri dalam dan dari luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. (Notoadmodjo,

2003).

2)  Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu pengalaman sama sekali terbentuk apabila pengalaman

pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi penghayatan. Pengalaman akan

lebih mendalam dan lama membekas (Syaifudin A, 2005).

3)  Usia

Usia individu terhitung mulai dilakukan sampai berulang tahun (Elizabeth B

Houspitalisasi, 1995) semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang telah

dewasa akan lebih percaya dari pada seseorang yang belum cukup tinggi kedewasaanya.

9

Page 10: Proposal Andy

Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan dijiwainya (Hurlock, 1998) makin tua

seseorang makin kondusif dalam mengunakan koping masalah yang dihadapi.

4)  Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah atau pencarian.

Masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan mempunyai waktu yang

lebih sedikit untuk memperoleh informasi.

5)  Pendapatan

Pendapatan sesuatu yang didapatkan dan sebelumnya belum ada. pendapatan erat sekali

dengan status kesehatan.

6)  Informasi

informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang. Bila seseorang memperoleh banyak informasi maka ia cenderung mempunyai

pengetahuan lebih luas.

2.1.5    Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto ,2006 pengetahuan seseorang dapat diketahui dengan dipersentasikan

tetapi berupa prosentasi lalu ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. baik     : hasil persentasi 76-100%

2. cukup  : hasil persentasi 56-75%

3. kurang : hasil persentasi < 0

10

Page 11: Proposal Andy

2.2       Konsep Kepatuhan

2.2.1 Pengertian Kepatuhan

Pengertian kepatuhan menurut sockett yang dikutip oleh neil niven (2000) bahwa

kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan

oleh profesional kesehatan. Orang mematuhi perintah dari orang yangmempunyai kekuasaan

bukan hal yang mengherankan karena ketidakpatuhan sering kali diikuti dengan beberapa bentuk

hukuman. Meskipun demikian, yang menarik adalah pengaruh dari orang yang tidak mempunyai

kekuasaan dalam membuat orang mematuhi perintahnya dan sampai sejauh mana kesediaan

orang untuk mematuhinya.

2.2.2 Tingkat Kepatuhan

Derajat ketidakpatuhan bervariasi sesuai dengan apakah pengobatan tersebut kuratif atau

preventif, jangka panjang atau jangka pendek. Sackett and Snow yang dikutip oleh Niven (2000)

menemukan bahwa ketaatan terhadap 10 hari jadwal pengobatan sejumlah 70- adalah

pencegahan. Kegagalan untuk mengikuti program jangka panjang, yang bukan dalam kondisi

akut, dimana derajat ketidakpatuhannya rata-rata 50% dan derajat tersebut bertambah buruk

sesuai waktu.

11

Page 12: Proposal Andy

2.2.3    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan menurut Niven (2000) antara lain adalah:

1. Pemahaman tentang intruksi

Tidak seorangpun dapat mematuhi intruksi jika dia salah paham tentang intruksi yang

diberikan. Kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalammemberikan

informasi yang lengkap, penggunaan istilah medis dan memberikan instruksi yang harus diingat

oleh pasien.

2. Kualitas interaksi

Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang

penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan bersikap ramah

dan memberikan informasi dengan singkat dan jelas.

3. Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keyakinan dan

nilai kesehatan individu dan dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat

mereka terima.

4. Motivasi

Motivasi dapat diperoleh dari diri sendiri, keluarga, teman, petugas kesehatan dan

lingkungan sekitarnya.

12

Page 13: Proposal Andy

5. Pengetahuan

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin besar kemungkinan untuk patuh

pada suatu program pengobatan.

2.2.4    Cara Mengurangi Ketidakpatuahan

Dinicola dan Dimatteo yang dikutip oleh niven (2000) mengusulkan beberapa rencana

untuk mengatasi ketidakpatuhan pasien, antara lain:

1. Mengembangkan tujuan kepatuhan

Peryataan-peryataan juga dapat meningkatkan kepatuhan seseorang, kontrak tertulis juga

dapat meningkatkan keputuhan, tetapi kontrak kemungkinan dapat menjadi tidak efektif dalam

kurun waktu yang lama.

2. Mengembangkan perilaku sehat dan mempertahankanya

Perilaku sehat dapat dipengaruhi oleh kebiasaan. Oleh karena itu perlu dikembangkan

suatu strategi yang bukan hanya mengubah perilaku, tetapi juga untuk mempertahankan

perubahan tersebut.

3. Pengontrolan perilaku

Pengontrolan perilaku seringkali tidak cukup untuk mengubah perilaku itu sendiri. Suatu

program secara total dapat dihancurkan sendiri oleh pasien dengan mengunakan peryataan

pertahanan.

13

Page 14: Proposal Andy

4. Dukungan sosial

Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi kecemasan yang disebabkan oleh

penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidaktaatan, dan mereka

seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan.

5. Dukungan dari profesional kesehatan

Dukungan dari profesional kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi

perilaku kepatuhan. Dukungan mereka berguna terutama saat pasien menghadapi bahwa perilaku

sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi

perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari

pasien, dan secara terus-menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah

mampu beradaptasi dengan program pengobatannya.

6. Pendidikan pasien

Pendidikan pasien dapat meningkatkan pendidikan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut

merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku dan kaset secara mandiri.

7. Modifikasi faktor-faktor lingkungan sosial

Modifikasi faktor-faktor lingkungan sosial berarti membangun hubungan sosial dari

keluarga dan teman-teman. Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membentuk

kepatuhan terhadap program-program pengobatan seperti berhenti merokok dan menurunkan

konsumsi alkhohol.

14

Page 15: Proposal Andy

8. Meningkatkan interaksi profesi kesehatan dengan pesien

Meningkatkan interaksi profesi kesehatan dengan pesien adalah suatu hal penting untuk

memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien

membutuhkan penjelasan kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka

lakukan dengan kondisi seperti itu.

9. Perubahan model terapi

Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin, dan pasien terlibat aktif

dalam perbuatan program tersebut. Dengan cara ini komponen-komponen sederhana dalam

program pengobatan dapat diperkuat, untuk selanjutnya dapat mematuhi komponen-komponen

yang lebih kompleks.

2.2.5     Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien menurut Niven (2000) adalah

sebagai berikut :

1. Keadaan penyakit

Pasien yang menderita penyakit kronis (tuberculosis paru) cenderung paling tidak patuh.

Ini terutama karena harus menggunakan obat dalam jangka waktu lama dimana gejala yang

terasa hanya dalam waktu singkat.

15

Page 16: Proposal Andy

2. Keadaan pasien

Kepatuhan pasien menurun pada usia tinggi yang hidup sendiri (tidak ada yang

mendorong). Tingkat ekonomi lemah, orang-orang dengan pengetahuan dan pendidikan rendah,

dimana faktor budaya atau bahasa menjadi penghalang komunikasi antara petugas kesehatan

dengan pesien.

3. Petugas kesehatan

Kepatuhan pasien akan dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan dalam melayani

pasiennya. Petugas yang bersifat merendah, pasien kurang yakin terhadap terapi yang

diputuskan, ada hambatan dalam komunikasi karena faktor budaya, bahasa dan waktu yang

disediakan.

4. Pengobatan

Kepatuhan pasien akan berkurang apabila obat yang diberikan dalam jangka waktu lama.

Bentuk dan keberhasilan kemasan yang terlalu sederhana dimana obat mudah pecah dan

terkontaminasi oleh kotoran juga dapat menurunkan kepatuhan pasien untuk minum obat.

5. Struktur pelayanan

Semakin sulit tempat pelayanan kesehatan dicapai, semakin berkurang kepatuhan pasien.

16

Page 17: Proposal Andy

2.3       Konsep Tuberculosis Paru

2.3.1    Definisi Tuberculosis Paru

Tuberculosis paru adalah penyakit akibat infeksi kuman mycobakterium tubercolosis

sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak diparu

yang biasanya merupakan infeksi primer. Tuberculosis merupakan bakteri kronik dan ditandai

oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan hipersensivitas yang diperantarai

sel (Cell Madiated Hipersensivity) (Mansjoer Arif, 2000).

2.3.2     Gejala Tuberculosis Paru

1. Demam

Dimulai dengan demam subfebris seperti influenza. Terkadang panas mencapai 40-41*C.

Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi

kuman tuberculosis yang masuk (Soeparman,1990)

2. Batuk darah

Batuk darah terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan membuang

produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian

setelah terjadi peradangan menjadi produktif hal ini berlangsung 3 minggu atau lebih. Keadaan

lanjut adalah terjadinya batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Yang

merupakan tanda adanya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kavitas.

Kematian dapat terjadi karena penyumbatan bekuan darah pada saluran nafas (Soeparman, 1990)

17

Page 18: Proposal Andy

3. Sesak nafas

Sesak nafas ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana ilfiltrasinya sudah

setengah bagian paru (Depkes RI, 2002)

4. Nyeri dada

Terjadi bila ilfiltrasinya radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis

(Depkes RI, 2002)

5. Malaise (Badan lemah)

Penyakit tuberculosis paru adalah penyakit radang yang bersifat menahan nyer otot dan

keringat dimalam hari. Gejala-gejala tersebut makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul

secara tidak teratur (Soeparman, 1990)

2.3.3     Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Tubercolusis

1. Harus ada sumber infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita tubercolusis dengan BTA positif yang

ditularkan melalui droplet. Baik itu melalui penggunaan alat makan secara bergantian tanpa

dicuci terlebih dahulu ataupun pada waktu penderita batuk atau bersin.

2. Jumlah basil sebagai penyebab infeksi harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup, maka semakin besar kemungkinan seseorang

untuk mengidap penyakit tubercolusis.

18

Page 19: Proposal Andy

3. Virulensi yang tinggi dari basil tubercolusis

Apabila tingkat keaktifan kuman tinggi maka akan semakin cepat berkembang biak

didalam tubuh. Selain itu akan semakin cepat pula massa inkubasinya.

4. Daya tahan tubuh yang menurun

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan keadaan ini

menyebabkan timbulnya penyakit tubercolusis baru.

2.3.4     Pemeriksaan Diagnostik

1. Kultur sputum

Pemekriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukanya kuman BTA, diagnosa

tubercolusis paru sudah dapat dipastikan. Kriteria sputum BTA positif adalah bila ditemukanya

sekurang-kurangya 3 batang kuman BTA pada satu sediaan dan sedikitnya dua dari tiga kali

pemekrisaan specimen BTA hasilnya nyatakan positif (Soeparman, 1990)

2. Foto thorak

Menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh

primer atau efusi cairan. Adanya perluasan kuman tubercolusis paru ditunjukan dengan adanya

rongga atau area fibrosa (Doenges, 2002).

19

Page 20: Proposal Andy

3. Tes tuberkulin (Mantoux)

Reaksi positif area durasi 10mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi

intradermal antigen menunjukan massa lalu dan adanya antibodi, tetapi tidak secara berarti

menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa

infeksi disebabkan oleh mikrobakterium yang berbeda (Doenges,2002)

4. Pemekrisaan darah

Pada waktu kuman tubercolusis mulai aktif jumlah leukosit sedikit meninggi dan jumlah

limfotsit masih dibawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila sakit mulai sembuh

jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi. Laju endap darah mulai

turun kearah normal lagi (Soeparman, 1990)

5. Pemekrisaan fungsi paru

Terjadi penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu

dan kapasitas paru total. Saturasi oksigen terjadi penurunan sekunder terhadap infiltrasi parenkim

paru, kehilangan jaringan paru ketika tubercolusis paru kronis sudah meluas. (Doenges, 2002).

20

Page 21: Proposal Andy

2.3.5    Cara Penularan

1. Percikan ludah (droplet infection)

Pada saat penderita tubercolusis batuk akan mengeluarkan droplet dengan ukuran

mikroskopis yang bervariatif. Ketika pertikel tersebut berada di udara, air akan menguap dari

permukaannya sehingga menurunkan volume dan menaikan konsetrasi kumannya. Partikel inilah

yang disebut dengan droplet (Crofton, 2002)

2. Inhalasi debu yang mengandung basil tubercolusa (air bone infection)

Seseorang yang melakukan kontak erat dalam waktu yang lama dengan penderita

tubercolusis paru akan mudah tertular karena menginhalasi udara yang telah terkontaminasi

kuman tubercolusis (Depkes RI, 2002)

2.3.6    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keteraturan Minum Obat

1. Keadaan sosial ekonomi

Makin buruk keadaan sosial ekonomi masyarakat sehingga makin jelek pula gizi dan

hygiene lingkungannya yang akan menyebabkan rendahnya daya tahan tubuh mereka sehingga

memudahkan terjadinya penyakit. Seandainya mendapat penyakit selain mempersulit

penyembuhan juga memudahkan kambuhnya TBC yang sudah ada.

21

Page 22: Proposal Andy

2. Kesadaran

Pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama (minimal 2 tahun terbentuk) sebab anti

TBC barulah bersifat tuberculostotica bersifat tubercuicocido. Kadang-kadang walaupun

penyakitmya agak berat sipenderita tidak merasa sakit sehingga tidak mencari pengobatan

menurut hasil penyelikan WHO 50% penderita TBC menunjukan gejala apa-apa orang ini telah

berbahaya lagi sebagai sumber penular karena bebas bercampur dengan masyarakat.

3. Pengetahuan

Makin rendah pengetahuan penderita tentang bahaya penyakit TBC untuk dirinya

keluarga dan masyarakat disekitarnya maka besar pulalah bahaya sipenderita sebagai penularan

baik dirumah maupun ditempat kerjanya. Untuk keluarga dan orang-orang disekitarnya,

sebaiknya pengetahuan yang baik tentang penyakit ini akan menolong masyarakat dalam

menghindarinya (Dr.indan entjang, 2000)

2.3.7    Tingkat Kepatuhan Pengobatan tuberculosis

Niven (2000) berpendapat bahwa tingkat kepatuhan pengobatan tuberculosis paru adalah

sebagai berikut :

1. Minum obat sesuai petunjuk

Obat yang diminum sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh petugas kesehatan

meliputi dosis, jumlah, jenis dan waktu minum obat.

22

Page 23: Proposal Andy

2. Jadwal mengambil obat

Pengambilan obat tidak boleh terlambat. Apabila penderita telah minum obat

dikhawatirkan akan terjadi resistesi obat.

3. Lama pengobatan

Lama pengobatan akan mempengaruhi terhadap kepatuhan penderita untuk berobat.

Pengobatan pada tuberculosis sendiri minimal dilakukan selama 6 bulan.

4. Macam-macam obat

Banyaknya macam-macam obat tuberculosis membuat penderita menjadi jenuh untuk

berobat. Jika kurangnya pengetahuan atau motivasi maka semakin besar kemingkinan akan putus

obat.

2.4 Konsep Pengobatan Tubercolusis Paru

2.4.1   Aktivitas obat

1. Aktivitas bakteresid

Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya

masih aktif). Aktivitas bakteresid biasanya diukur dari kecepatan membunuh atau melenyapkan

kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan permulaan

pengobatan).

23

Page 24: Proposal Andy

2. Aktivitas sterilisasi

Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat

(metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi di undur dari angka kekambuhan setelah

pengobatan dihentikan (Soeparman dan Sarwono, 1999)

2.4.2   Jenis Obat

Pengobatan dengan strategi DOTS (Direct Obseved Treadment Short Course)

dipermudah dengan pengadaan obat yang telah dipadukan sesuai dengan kategori tersendiri :

1. Obat primer (obat anti tubercolusis tingkat satu)

1)  Isoniasid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakteresid, dapat membunuh 90% populasi dalam beberapa

hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolisme

aktif, yaitu pada saat kuman sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan adalah 5 mg\kg

BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3kali seminggu dengan dosis 10 mg\kg BB.

2)  Rifampisin (R)

Bersifat bakteresid, dapat membubuh kuman yang persisten (dortmant) yang tidak dapat

dibunuh oleh Isonasid. Dosis 10 mg\kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun

intermiten 3 kali seminggu.

24

Page 25: Proposal Andy

3)  Pirazinamid (Z)

Bersifat bakteresid, dapat membunuh kuman yang berada didalam sel dengan suasana

asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg\kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali

seminggu diberikan dengan dosis 35 mg\kg BB.

4)  Streptomisin (S)

Bersifat bakteresid, dengan dosis harian yang dianjurkan 15 mg\kg BB, sedangkan

pengobatan untuk intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur

sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr\hari, sedangkan untuk umur sampai 60 tahun lebih dosisnya

0,50 gr\hari.

5)  Ethambutol (E)

Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg\kg Bbsedangkan

untuk pengobatan untuk intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg\kg BB.

2. Obat sekunder ( Anti tubercolusis acid)

1)  Kanamisin

2) PAS (Para Amina Salictylic Acid)

3)  Tiasetason

4)  Etionamid

5)  Protionamid

6)  Sikloserin

7)  Viomisin

25

Page 26: Proposal Andy

8) Kapreomisin

9)  Amikosin

10)  Oflokasin

11)  Siproflokasin

12)  Norfloksasin

13)  Klofazimn

(Soeparman dan Sarwono W, 1990).

2.4.3  Efek Samping Obat

1. Efek samping berat

Yaitu efek samping yang dapat menyebabkan sakit serius. Dalam kasus ini maka

pemberian OAT harus dihentikan dan penderita harus dirujuk ke Unit Pelayanan Kesehatan

(UPK) spesialistik.

2. Efek samping ringan

Yaitu hanya menyebabkan sedikit perasaan yang tidak enak. Gejala-gejala ini sering

dapat ditanggulangi dengan obat-obat simtomatik atau obat sederhana, tetapi kadang-kadang

menetap untuk beberapa waktu selama pengobatan. Dalam hal ini pemberian OAT dapat

diteruskan.

26

Page 27: Proposal Andy

2.4.4  Tahap Pengobatan

1. Tahap intensif  (Initial phase), selama 1-3 bulan dengan memberikan 4-5 macam obat

anti tubercolusis per hari dengan tujuan :

1)  Mencegah keluhan dan mencegah efek samping lebih lanjut.

2)  Mencegah timbulnya resistensi obat.

Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung

untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin salama 2 bulan.

Bila pengobatan tahap intensif ini diberikan secara tepat, biasanya penderita menular jadi tidak

menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita tubercolusis paru BTA positif

menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat pada tahap intensif

sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.

2. Tahap lanjutan (Continuation phase), selama 4-6 bulan dengan hanya memberikan 2

macam obat, 3 kali seminggu dengan tujuan :

1)  Menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi)

2)  Mencegah kekambuhan (relaps)

Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka

waktu yang lebih lama yaitu selama 4-6 bulan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman

persisten untuk mencegah terjadinya kekambuhan.

27

Page 28: Proposal Andy

2.4.5  Evaluasi Pengobatan

1. Klinis biasanya pasien dikontrol dalam 1 minggu pertama, selanjutnya setiap 2minggu

selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan. Secara

klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk-batuk berkurang, batuk

darah hilang, nafsu makan bertambah dan berat badan bertambah.

2. Bakteriologis

Biasanya setelah 2-3 minggu pengobatan sputum BTA mulai menjadi negative.

Pemekrisaan kontrol sputum dilakukan sekali sebulan. Bagi pasien BTA positif setelah tahap

intensif akan mendapatkan pengobatan ulang. Bila sudah negative, sputum diperiksa tiga kali

berturut-turut dan harus di kontrol agar tidak terjadi “silent bacterial shedding” yaitu terdapat

sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-keluhan tubercolusis yang relevan pada kasus-kasus 3

kali pemeriksaan (3 bulan), berarti pasien mulai kambuh.

3. Radiologis

Evaluasi radiologi juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi. Pemekrisaan radiologi

dapat dilihat keadaan tubercolusis parunya atau adanya penyakit lain yang menyertainya. Karena

perubahan gambar radiologi tidak secepat perubahan bakteriologis, evaluasi foto dada dilakukan

setiap 3 bulan sekali. Pemantauan kemajuan pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan dengan

pemekrisaan dahak sewaktu-pagi-sewaktu (SPS), pemekrisaan bisa dikatakan negatife jika hasil

kedua specimen negative, sedangkan bisa dikatakan positif bila salah satu atau kedua specimen

positif. Pemekrisaan ulang dahak dilakukan pada akhir tahap intensif, sebulan sebelum akhir

pengobatan dan 1 minggu sebelum akhir pengobatan (bulan ke 6).

28

Page 29: Proposal Andy

2.4.6  Hasil Pengobatan

1. Sembuh

Penderita dikatakan sembuh bila telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan

pemeriksaan dahak 2 kali selama pengobatan negative.

2. Pengobatan lengkap

Adalah penderita yang telah menyelesaikan pengobatan lengkap tapi tidak ada hasil

pemekrisaan dahak negative.

3. Meninggal

Adanya penderita yang dalam massa penggobatan diketahui meninggal karena sebab

apapun.

4. Pindah

Adanya penderita yang pindah berobat ke daerah atau kabupaten\kota lain.

5. Default

Penderita yang tidak control atau terlambat mengambil obat 2 minggu berturut-turut atau

lebih sebelum massa pengobatanya selesai.

6. Gagal

Penderita BTA positif yang hasil pemekriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan.

29

Page 30: Proposal Andy

BAB 3

KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :               : diteliti

————— Tidak diteliti

30

Kepatuhan berobat pasien TB paru

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1.Faktor Eksternal-Kebudayaan-informasi

2.Faktor internal-pendidikan-pengalaman-Usia

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

1. Pemahaman tentang instruksi

2. Kualitas interaksi

3. isolasi sosial dan keluarga

4. Motifasi

Tidak ada hubungan

faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan minum obat

1.keadaan ekonomi

2.kesadaran

3.Pengetahuan

Page 31: Proposal Andy

Tabel 3.1 kerangka konseptual pengaruh pengetahuan tubercolusis dengan kepatuhan berobat

pasien tubercolusis.

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian

(Nursalam, 2009)

ha1  : ada hubungan antara pengetahuan tentang tubercolusis paru dengan kepatuhan berobat

pasien tubercolusis paru di puskesmas mejayan,caruban kab.madiun.

31

Page 32: Proposal Andy

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Kosep Metode Penelitian

Metode penelitian keperawatan merupakan urutan langkah dalam melakukan penelitian

keperawatan (Hidayah, 2007). Metode penelitian ini meliputi rancangan penelitian, kerangka

kerja, populasi, sampel, sampling, identifikasi variabel, devinisi oporasional, instrumen

penelitian, waktu penelitian, pengumpulan data, analisis data dan etika penelitian.

4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian, yang

memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu

hasil. Dalam desain penelitian ini adalah analitik korelasional. Sedangkan metode yang

digunakan dalam desain penelitian ini adalah case control adalah pendekatan retrospective

(Arikunto, 2006)

Retrospective (melihat kebelakang) adalah diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko

diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu.

32

Page 33: Proposal Andy

4.3 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah proses penelitian dari penentuan populasi

sampai dengan penyajian penelitian. Dalam penelitian ini kerangka kerja digambarkan sebagai

berikut.

Tabel 2. Kerangka kerja dalam penelitian

33

Analisa data

Editing, coding, scoring, tabulating, dan uji memakai uji koefisien kontingensi

Simpulan saran

SAMPLING

Menggunakan non probability sampling tipe purposive sampling

POPULASI

Seluruh penderita tubercolusis BTA positif di puskesmas mejayan,caruban kab.madiun sebanyak 13 orangSAMPEL

Sebagian penderita tubercolusis BTA positif di puskesmas mejayan,caruban kab.madiun sebanyak 13 orang

Penggumpulan data

Menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi

Penyajian hasil

Menggunakan diagram pie

Page 34: Proposal Andy

4.4 Sampling Desain

4.4.1   Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi adalah setiap subyek

(misalnya : manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita tubercolusis paru BTA positif di

puskesmas mejayan,caruban kab.madiun sebanyak 13 orang.

4.4.2   Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa

memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam & Siti Pariani, 2001). Sampel dalam penelitian ini

adalah pasien tubercolusis paru BTA positif di puskesmas mejayan,caruban kab.madiun.

n      :           N

1 + N (d)2

:             13

1 + 13 (0,05)2

:           13

1 + 0,0325

:          13

1,0325

34

Page 35: Proposal Andy

:    12,59  = 13

Keterangan :

N : besar populasi

n  : besar sampel

d  : tingkat ketepatan atau kepercayaan yang diinginkan (0,05)

4.4.3        Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari

populasi yang ada dengan menggunakan teknik sampling (Hidayat, 2003)

Dalam penelitian ini menggunakan tehnik non probabillity sampling tipe purposive sampling

4.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok

yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Noto atmodjo, 2005) Variabel

merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari

sekelompok orang atau subyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainya dalam

kelompok itu (Sugiyono, 2004)

4.5.1    Variabel Independent

Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel yang lain

(Azwar S, 2007). Dalam ilmu keparawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau

35

Page 36: Proposal Andy

intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien tersebut (Nursalam, 2003). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang tubercolusis paru.

4.5.2    Variabel Dependent

Variabel tergantung adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Dengan

kata lain, variabel tergantung adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menetapkan ada

tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2003). Variabel tergantung

dalam penelitian ini adalah kepatuhan berobat pasien tubercolusis paru di puskesmas

mejayan,caruban kab.madiun.

4.5.3    Devinisi Operasional

Adapun perumusan devfisnisi operasional dalam penelitian ini akan diuraikan dalam

tabel berikut ini :

Tabel 3. Rumus Devfisnisi Operasioanal

Variabel Definisi operasional

Indikator Alat ukur Skala data Skor

Indepanden: pengetahuan tentang tubercolusis paru

1.pengertian tentang tubercolusis

2.cara penularan

3.gejala-gejala tubercolusis

4.diagnosis

5.pengobatan tubercolusis

kuesioner ordinal Baik : 76-100% deberi kode 3

Cukup : 56-75% diberi kode 2

Kurang : <55% diberi kode 1

36

Page 37: Proposal Andy

Dependen: Kepatuhan berobat pasien tubercolusis paru

Kesesuaian antara kehadiran dengan program pengobatan yang telah dijadwalkan oleh petugas kesehatan

-Daftar kehadiran dan mendapatkan obat

-Daftar pemekrisaan dahak ulang

Observasi Nominal 1.Patuh (datang sesuai jadwal)

2.Tidak patuh (datang tidak sesuai jadwal)

4.6 Pengumpulan data dan analisis data

4.6.1   Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,2009)

4.6.2   Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data secara birokrasi dilakukan pertama mendapatkan surat

pengantar ijin penelitian dari institusi STIKES Dian Husada Mojokerto, kemudian surat

diserahkan kepada kepala puskesmas mejayan,caruban kab.madiun. setelah mendapat ijin dari

kepala puskesmas peniliti kontrak waktu kepada koordinator pengobatan tubercolusis untuk

melakukan pengambilan data pasien tubercolusis.

4.6.3   Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah alat ukur

dengan cara subjek diberikan angket atau kuesioner dengan berberapa pertanyaan (Aziz Alimul,

2003). Dalam hal ini instrumenntya adalah kuesioner tentang pengetahuan penyakit tubercolusis

paru sebanyak 10 pertanyaan dan lembar observasi.

37

Page 38: Proposal Andy

4.6.4   Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUZA Banda Aceh.

4.6.5   Analisa Data

Setekah data terkumpul selanjutnya adalah melakukan pengolahan data, menurut

budiarto, 2001 dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Yang dimaksud editing adalah mengkaji dan meneliti data yang terkumpul apakah sudah

baik dan dipersiapkan untuk proses berikutnya.

2. Coding

Yang dimaksud coding adalah memberi tanda pada data yang terkumpul.

3. Skoring

Skore 1 : untuk jawaban benar

Skore 0 : untuk jawaban salah

4. Tabulating

Tabulasi data ini dilakukan setelah semua masalah editing, coding, dan skoring selesai

dan tidak ada lagi permasalahan yang timbul.

Selanjutnya diinterpretasikan menggunakan checklist dengan kriteria sebagai berikut:

38

Page 39: Proposal Andy

1). Patuh jika penderita datang tepat waktu sesuai dengan tanggal yang ditentukan atau sebelum

tanggal yang ditetapkan.

2). Tidak patuh jika penderita tidak datang tepat waktu sesuai dengan tanggal yang ditentukan.

Setelah data terkumpul dan dikelompokan dalam diagram pie distribusi kemudian

hasilnya dikonfirmasi dalam bentuk persentase dan setelah itu hasil persentase diinterprestasikan

dengan menggunakan skala :

100%               = Seluruhnya

76-99%            =  Hampir seluruhnya

51-75%            =  Sebagian besar

50%                 = Setengahnya

26-49               = Hampir setengahnya

1-25%              = Sebagian kecil

0%                   = Tidak sama sekali

(Arikunto, 2002)

4.7 Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh bertentangan dengan

etika. Tujuan penelitian harus etis, dalam arti hak responden dan lain dilindungi (Nursalam dan

Parini, 2000)

4.7.1  Lembar persetujuan responden

Merupakan cara persetujuan antar peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan

lembar persetujuan

39

Page 40: Proposal Andy

4.7.2   Tanpa nama

Di dalam surat pengantar penelitian dijelaskan bahwa nama subyek tidak harus

dicantumkan. Untuk keikutsertaanya, maka peneliti memberi kode pada tiap lembar

pengumpulan data.

4.7.3    Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan responden akan dijamin

kerahasiaanya. Hanya pada kelompok tertentu saja yang akan peneliti sajikan atau laporkan

sebagai hasil penelitian.

4.8 Keterbatasan

Dalam penelitian ini pasti mempunyai kelemahan-kelemahan yang ada, kelemahan ini

ditulis dalam keterbatasan (A.Aziz, 2003)

Keterbatasannya adalah peneliti hanya meneliti tentang sebatas pengetahuan tentang penyakit

tubercolusisnya saja.

40

Page 41: Proposal Andy

41