Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

16
SAYEMBARA NASIONAL PRAKARSA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG UNTUK KOTA LESTARI Proposal PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA Oleh: Pangesti Nugrahani, Ir., MSi. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jatim SURABAYA, 2009

Transcript of Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

Page 1: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

SAYEMBARA NASIONAL PRAKARSA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG UNTUK KOTA LESTARI

Proposal

PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

Oleh: Pangesti Nugrahani, Ir., MSi.

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jatim

SURABAYA, 2009

Page 2: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

2

UNTUK KOTA LESTARI

Proposal

PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Seperti halnya kota-kota besar lainnya, Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, menghadapi berbagai permasalahan perkotaan. Masalah yang biasa timbul di perkotaan adalah derasnya arus urbanisasi, pencemaran udara, kemacetan lalu-lintas, keterbatasan ruang terbuka hijau, iklim mikro yang cenderung semakin panas dari hari ke hari, dan lain sebagainya. Berbagai upaya telah dilakukan, baik oleh pemerintah kota, pihak swasta, ataupun organisasi kemasyarakatan yang ada. Upaya untuk menyediakan suatu kehidupan kota yang nyaman dan bersahabat dengan masyarakat, merupakan tuntutan kebutuhan yang dapat terwujudkan dengan kemauan dan kerja sama.

Konsep Kota Lestari yang dirintis oleh Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, merintis upaya menjadikan suatu kota yang harus mampu mengakomodasi tiga pilar, yaitu fisik lingkungan, sosial dan ekonomi. Secara fisik lingkungan, kota harus mampu memberikan jaminan kehidupan fisik lingkungan yang baik kepada masyarakatnya, dari sisi sosial adalah kota mampu menghasilkan ruang sebagai wadah interaksi dalam waktu yang lama, dan dari segi ekonomi, kota bisa survive dan memberikan keuntungan secara berkelanjutan. Kota Lestari adalah kota yang dibangun dengan tidak mengikis atau mengorbankan asset wilayah, melainkan mempertahankan kelompok asset seperti lingkungan terbangun dan alami, keunikan budidaya, intelektual, karunia SDA, dan kekhasan serta kehidupan budayanya (http://www.penataanruang.net).

Dengan kondisi geografisnya, Kota Surabaya sepertinya telah akrab dengan atribut sebagai salah satu Kota Terpanas di Indonesia. Suhu udara luar ruang pada siang hari rata-rata pada bulan-bulan musim kemarau selalu lebih dari 350 C. Panasnya kota semakin terasa manakala sedang dalam perjalanan diantara padatnya lalu-lintas kota.

Sudah menjadi pemandangan sehari-hari pada jam sibuk, jalan-jalan utama kota penuh padat dengan aneka ragam kendaraan bermotor. Diantara jenis kendaraan

Page 3: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

3

bermotor, jumlah sepeda motor nampaknya mendominasi jalanan. Pilihan masyarakat terhadap jenis kendaraan ini, menjadikan adanya peningkatan jumlah yang sangat nyata dari tahun ke tahun. Sebagai kendaraan yang dianggap praktis dan terjangkau harganya, sepeda motor menjadi simbol keberadaan masyarakat kota pada umumnya.

Keberadaan masyarakat di jalan-jalan kota untuk melakukan aktivitas dan berkarya, perlu mendapatkan fasilitas dan kenyamanan dalam melakukan perjalanan, baik sebagai pejalan kaki maupun pengendara sepeda motor dan mobil. Fasilitas untuk kenyamanan di jalan merupakan suatu bentuk streetscape. Streetscape merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu urban landscape, yang menunjang kenyamanan, keindahan dan karakter sebuah kota.

Gambar 1. Suatu streescape Kota Surabaya

1.2. Streescape Kota Surabaya

Bahwa sebenarnya masyarakat kota yang sedang dalam perjalanan menuju atau keluar dari rumah tempat tinggal, membutuhkan kenyamanan yang seakan-akan berada di halaman rumah sendiri. Kenyamanan di jalan merupakan kompensasi yang seharusnya diperoleh dari keletihan dan hingar bingar suasana kota.

Streetscape didefinisikan sebagai a facelift, a beautification or softening of a city

street, yaitu suatu keindahan dan kelembutan dari jalanan kota. Streetscape menyediakan

Page 4: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

4

suatu fasilitas fisik yang didesain berakarakter yang menggambarkan suatu kehidupan masyarakat kota yang sejahtera. Desain dalam streetscape dihadirkan untuk lebih menghargai keberadaan masyarakat kota di kotanya sendiri. Elemen dalam streetscape merupakan unsur yang mendukung karakter kota. Elemen streetscape biasanya dibedakan atas elemen tanaman dan street furniture dan bentukan.

Elemen tanaman di sepanjang jalan merupakan soft material dalam lanskap yang harus dapat memberi kompensasi keindahan dan kenyamanan terhadap lingkungan sekitar jalan. Kegiatan ini perlu ditunjang dengan kejelian dalam pemilihan tanaman. Tanaman jalur hijau jalan yang dapat memiliki multi peran, yaitu untuk ameliorasi iklim mikro, penyerap polutan udara, juga memiliki nilai estetika visual tinggi.

Gambar 2. Streetscape dengan elemen tanaman dan street furniture Monroe Avenue Gateway (www.villageofpittsford.org)

Elemen street furniture dan bentukan (features) pada streetscape mencakup berbagai sarana dan prasarana penunjang yang diperuntukkan bagi pengguna jalan, termasuk di dalamnya adalah tempat sampah, pot tanaman, monumen, patung, rambu-rambu lalu-lintas, dan sebagainya. Salah satu rambu lalu-lintas yang penting di jalan-jalan perkotaan adalah lampu pengatur jalan (traffic light). Tidak dapat dibayangkan suatu kota metropolis seperti Surabaya tanpa lampu pengatur lalulintas. Pada saat terjadi

Page 5: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

5

pemadaman aliran listrik beberapa saat saja, dapat menyebabkan kemacetan lalu-lintas yang luar biasa.

Gambar 3. Semak hias dan street furniture Kota Surabaya 1.2. Lampu Merah sebagai wajah streetscape

Lampu pengatur lalu-lintas lebih dikenal sebagai lampu merah, meskipun nyala lampu sebenarnya adalah hijau-kuning-merah. Kawasan lampu merah dalam suatu penggalan jalan telah menjadi suatu kawasan tersendiri dengan berbagai ragam aktivitasnya, baik yang formal dan seharusnya terjadi, maupun informal yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Rentang waktu nyala lampu merah yang hanya dalam hitungan detik dan menit, toh mampu mengundang berbagai kegiatan, antara lain penjaja koran, makanan, minuman, mainan anak-anak, pengemis, pengamen, pembersih mobil, tempat demo, tempat membagi brosur, tempat meminta sumbangan, bahkan tindak kejahatan.

Seiring dengan perkembangan kemajuan kota, ketertiban semakin meningkat. Kegiatan informal telah semakin berkurang, dan kenyamanan semakin meningkat. Lampu merah kini telah dilengkapi dengan timer, sebagai penunjuk waktu jalan ataupun waktu berhenti. Namun disisi lain, karena pengguna jalan semakin banyak, dan peningkatannya tidak diiringi dengan peningkatan panjang jalan, maka jeda waktu jalan dan berhentipun menjadi semakin lama. Masih beruntung di Kota Surabaya, timer pada traffic light paling lama menunjukkan angka 99 untuk lampu merah. Di Jogya, angka lampu merah banyak

Page 6: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

6

yang mencapai 120, berarti 2 menit menunggu. Bagaimanapun masih merasa mendapat durian runtuh, ketika akan melintas di lampu merah, bertepatan dengan lampu hijau.

Di seluruh wilayah Kota Surabaya, pada tahun 2009 terdapat 122 titik unit traffic

light (http://www.lantas.jatim.polri.go.id). Beberapa traffic lights secara kebetulan terletak pada kawasan lampu merah yang asri, teduh dan nyaman. Namun beberapa lainnya terletak pada perempatan jalan yang sangat terik di siang hari, misalnya saja traffic light di perempatan jalan Darmahusada, Perempatan Bratang dan masih banyak lagi lainnya.

Gambar 4. Menunggu lampu merah di terik matahari Kota Surabaya

1.3. Keteduhan di Lampu Merah

Pada siang hari, ketika terik matahari menyengat kota, bagi pengendara kendaraan roda empat, apalagi yang ber-AC, menunggu di lampu merah dalam hitungan menitpun barangkali tidak menjadi masalah. Namun bagi pengendara sepeda motor, lampu merah dalam hitungan detikpun serasa lama. Fenomena yang dapat diamati sehari-hari di beberapa ruas jalan utama Kota Surabaya, adalah pengendara sepeda motor yang berebut berhenti di bawah pohon untuk menunggu lampu merah. Sayangnya, hanya ada beberapa batang pohon berada dekat lampu merah, itupun pohon kecil.

Page 7: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

7

Gambar 5. Mencari keteduhan, menunggu lampu berubah hijau di Kota Surabaya Usaha pemerintah Kota Surabaya yang telah dilakukan untuk mengurangi

sengatan panas matahari di kawasan lampu merah adalah dengan membangun air mancur. Secara logika, panas yang disebabkan cahaya matahari dan ditambah panas yang dibuang oleh kendaraan bermotor akan diserap oleh air yang disemburkan. Air itu akan mengabsorbsi panas tersebut sehingga suhu udara di sekeliling menurun. Namun hal ini dirasa masih belum cukup, karena selain kelembaban udara, kenyamanan di ruang luar dapat dicapai dengan penurunan suhu udara, suplai Oksigen, pengurangan intensitas cahaya matahari dan silau sinar matahari. Untuk itu diperlukan suatu keteduhan tanaman.

Gambar 6. Keteduhan di Kawasan Lampu Merah Kota Surabaya

Page 8: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

8

Menyediakan sebuah fasilitas baru berupa tempat berteduh sesaat menunggu lampu merah, merupakan suatu hal tidak sulit untuk diwujudkan, namun memerlukan suatu tekad demi memberikan kenyamanan bagi masyarakat kota walau sesaat.

Payung adalah benda yang dipergunakan untuk berteduh, baik dari derai hujan maupun dari terik matahari. Demikian juga dalam streetscape, apabila tersedia payung untuk berteduh, maka manusia akan berlindung di bawahnya. Pertanyaannya adalah bagaimana bisa menyediakan payung untuk berteduh saat menunggu lampu merah berubah hijau

Sumber: http://www.novakenvironmental.com/

Gambar 7. Ilustrasi Kondisi Ideal Kawasan Lampu Merah dengan Pohon Peneduh

Payung Hijau merupakan sebuah usulan dalam rangka memecahkan masalah

masyarakat kota yang mengais keteduhan di jalanan kota. Idealnya payung hijau adalah tanaman besar semacam Ki Hujan (Samanea saman) yang ditanaman berjajar disisi kanan dan kiri jalan sekitar lampu merah. Namun untuk itu, lahan yang sempit dan laju pertumbuhan tanaman yang lambat akan menjadi kendala. Alternatif lain adalah bentukan atau feature yang menyerupai payung, yang dibuat sebagai fungsi pergola. Bentukan ini hingga saat ini belum pernah ada di suatu kota di Indonesia. Surabaya mungkin dapat menjadi pilot project untuk dapat dibangun di kota lain dengan penyesuaian terhadap kondisi dan situasi khas masing-masing kota.

Page 9: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

9

Gambar 8. Kawasan Lampu Merah yang Asri di Kota Surabaya

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun suatu kerangka konseptual yang mendasari gagasan yang diajukan dalam usulan ini, sebagai berikut :

Gambar 9. Kerangka Konseptual

Payung Hijau

Street furniture

Streetscape

Tanaman

Keindahan Kenyamanan

Urban Landscape

Ruang Terbuka Hijau

Page 10: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

10

2. TUJUAN Tujuan usulan program ini adalah menyediakan suatu fasilitas umum yang

berupa tempat berteduh sesaat menunggu lampu merah. Secara khusus kegiatan ini bertujuan untuk :

(1) meningkatkan kenyamanan masyarakat terutama yang berkendara roda dua (2) ameliorasi iklim perkotaan yang panas (3) memberikan kontribusi terhadap bahaya global warming

3. MANFAAT

Manfaat yang dapat diambil jika usulan ini diwujudkan, adalah sebuah atau beberapa buah bentukan (features) sebagai street furniture yang didesain secara berkarakter sebagai elemen streetscape spesifik kota Surabaya, yaitu:

• point of interest yang estetis

• sumber kehijauan dan oksigen

• pelembut kerasnya beton dan aspal kota

• rekreasi visual dan menghilangkan stress 4. RENCANA KERJA DAN STRATEGI

Usulan kegiatan dibuat dalam beberapa tahapan kerja, meliputi tahapan kerja sebagai berikut: (1) Pemetaan dan penentuan lokasi Pemetaan dilakukan untuk mengetahui titik-titik yang paling tepat dari segi kemanfaatan dan lokasi ditempatkannya Payung Hijau. Kegiatan ini berupa survey yang akan dilakukan di seluruh wilayah Kota Surabaya pada beberapa ruas jalan utama yang terpilih. (2) Perancangan / Desain Perancangan dilakukan di dalam studio gambar untuk menghasilkan beberapa bentukan pilihan yang sesuai dengan lokasi hasil pemetaan. (3) Presentasi Desain Presentasi dilakukan terhadap hasil rancangan untuk memperoleh kesan, usulan perbaikan dan umpan balik, baik dari masyarakat, pengguna, Pemerintah Kota, dan elemen masyarakat lain yang terkait. (4) Pembangunan

Page 11: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

11

Hasil perancangan yang terpilih yang telah mendapat masukan serta evaluasi dari berbagai segi, dipilih untuk diwujudkan dalam bentukan terbangun. (5) Pemeliharaan Pemeliharaan yang perlu dilakukan terhadap Payung Hijau ini meliputi pemeliharaan fisik dan pemeliharaan ideal. Pemeliharaan fisik dilakukan terhadap konstruksi dan tanaman hias yang ditanam, sedangkan pemeliharaan ideal dimaksudkan untuk tetap menjaga fungsi bentukan jangan sampai disalahgunakan pemanfaatannya.

Uraian Rencana Kerja tersebut dapat digambarkan dalam suatu bagan kerangkaOperasional sebagai berikut :

Gambar 10. Kerangka Operasional

Keseluruhan Tahapan Kerja, direncanakan dapat diselesaikan dalam jangka waktu 10 bulan. Rencana kerja ini dapat disusun dalam suatu jadwal kerja sebagai berikut:

Pemetaan Perancangan

Rancangan Terpilih

Rancangan Titik lokasi

Pembangunan Pemeliharaan

Page 12: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

12

Tabel 1. Rencana Jadwal Kerja No.

Kegiatan

Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1.

Persiapan

2.

Pemetaan dan Penentuan Lokasi

3.

Perancangan / desain

4.

Presentasi dan Penyempurnaan desain

5.

Pembangunan

6.

Pemeliharaan

5. RENCANA ANGGARAN 5.1. Alokasi Anggaran

Rencana anggaran usulan program program disusun berdasarkan kegiatan yang direncanakan, dengan alokasi berdasarkan prosentase bobot pekerjaan, sebagai berikut:

No.

Kegiatan

Prosentase terhadap anggaran

Jumlah Rupiah

1.

Persiapan

1 %

2.000.000

2.

Survey, dan Pemetaan

4%

8.000.000

3.

Perancangan / desain

10%

20.000.000

4.

Presentasi dan Penyempurnaan desain

5%

10.000.000

5.

Konstruksi

60%

120.000.000

6.

Pemeliharaan

10%

20.000.000

7.

Lain-lain

10%

20.000.000

Jumlah

100%

200.000.000

Page 13: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

13

5.2. Justifikasi Anggaran 5.2.1. Persiapan No.

Jenis Pengeluaran

Jumlah

Harga

Total

1. Pertemuan dan Rapat 4 kali 200.000 800.000 2. Surat Menyurat - 100.000 100.000 3. Perijinan - 500.000 500.000 4. Administrasi 500.000 500.000 5. Stationery 100.000 100.000 Jumlah 2.000.000 5.2.2. Survey dan Pemetaan No.

Jenis Pengeluaran

Jumlah

Harga

Total

1. Transport asi lokal 20 kali 100.000 2.000.000 2. Konsumsi 20 hari 100.000 2.000.000 3. Honorarium petugas lapang 4 orang 750.000 3.000.000 4. Alat tulis - 500.000 500.000 5. Perlengkapan lapang - 500.000 500.000 Jumlah 8.000.000 5.2.3. Perancangan / desain No.

Jenis Pengeluaran

Jumlah

Harga

Total

1. Peralatan gambar - 3.000.000 3.000.000 2. Percetakan - 2.000.000 3.000.000 3. Honorarium drafter 2 orang x 2 bl 2.000.000 8.000.000 4. Honorarium tenaga ahli 1 orang x 2 bl 3.000.000 6.000.000 Jumlah 20.000.000 5.2.4. Presentasi Desain dan Penyempurnaan Desain No.

Jenis Pengeluaran

Jumlah

Harga

Total

1. Bahan presentasi - 1.000.000 1.000.000 3. Konsumsi 50 orang 100.000 5.000.000 4. Kepanitiaan dan penyelenggaraan - 2.000.000 2.000.000 5. Penyempurnaan desain - 500.000 2.000.000 Jumlah 10.000.000 5.2.5. Konstruksi No.

Jenis Pengeluaran

Jumlah

Harga

Total

1. Rangka baja 4 kali 200.000 50.000.000 2. Pondasi - 100.000 25.000.000 3. Tanaman - 500.000 20.000.000 4. Finishing 500.000 10.000.000 5. Pengawasan 15.000.000 Jumlah 120.000.000

Page 14: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

14

5.2.6. Pemeliharaan No.

Jenis Pengeluaran

Jumlah

Harga

Total

1. Pupuk organik 6 kali 500.000 3.000.000 2. Pestisida nabati 6 kali 250.000 1.500.000 3. Tanaman sulaman - - 5.500.000 4. Penyiraman 90 hari 50.000 4.500.000 5. Pemeliharaan bangunan - - 1.000.000 6. Pekerja lapang 3 org x 3 bulan 500.000 4.500.000 Jumlah 20.000.000 5.2.7. Biaya lain-lain No.

Jenis Pengeluaran

Jumlah

Harga

Total

1. Pertemuan dan Rapat 5 kali 200.000 1.000.000 2. Surat Menyurat - 500.000 3. Dokumentasi - 3.000.000 3.000.000 4. Komunikasi 10 bl 500.000 5.000.000 5. Transportasi 10 bl 1.000.000 10.000.000 Jumlah 20.000.000 6. PELAKSANA PROGRAM

Program pembangunan Payung Hijau yang diusulkan ini akan dapat terlaksana dengan baik jika didesain dan dikerjakan secara profesional, dibiayai dengan dana yang cukup dan tersedia, serta didukung oleh peran serta masyarakat dalam memelihara dan menjaga aset kotanya. Pelaksana program terdiri dari unsur: (1) perencana dan konsultan perencana:

• P4M Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur

• Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum (2) kontraktor: (ditentukan kemudian) (3) pemeliharaan:

• Pemerintah Kota (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya)

• Partisipasi masyarakat 7. PRODUK AKHIR

Produk akhir usulan ini adalah satu unit bentukan (feature) Payung Hijau untuk satu titik traffic light, sebagai elemen streetscape, beserta beberapa desain Payung Hijau untuk beberapa titik traffic light yang lain.

Page 15: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

15

Contoh Desain Payung Hijau: (1) Spesifikasi:

• Rangka : Besi

• Pondasi : pasangan batu

• Selasar : keramik

• Tanaman : golongan vines (tanaman merambat)

• Media tanam : tanah taman dan pupuk organik

(2) Spesies tanaman disarankan

• Alamanda

• Bougenvillea

• Melati

(3) Gambar Sketsa Kawasan Lampu Merah dengan Payung Hijau

Page 16: Proposal 04 PAYUNG HIJAU DI LAMPU MERAH KOTA SURABAYA

16

8. KEBERLANJUTAN DAN PEMELIHARAAN

Keberlanjutan program kegiatan ini dapat dicapai apabila telah dapat dilihat bentuk keindahannya dan dirasakan manfaatnya. Bentuk keberlanjutan program ini adalah dibangunnya beberapa Payung Hijau yang lain pada lokasi lain sesuai dengan hasil analisis tapak yang telah dilakukan pada tahap I Program ini.

Untuk menjamin keberlanjutan program ini, diperlukan adanya perhatiannya Pemerintah Kota dan partisipasi masyarakat. Masyarakat kota terdiri dari beberapa elemen, mulai dari warga kota, lembaga resmi dan lembaga swadaya, organisasi masa serta perusahaan swasta. Bentuk partisipasi masyarakat dalam hal ini dapat berupa bentuk-bentuk donasi untuk pemeliharaan bangunan dan tanaman. Pemeliharaan secara fisik dapat dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota, dengan dukungan dana / donasi dan partisipasi masyarakat.

Surabaya, 30 Oktober 2009 Pangesti Nugrahani