PROPAGANDA MASYUMI MELALUI MADJALLAH ISLAM SOEARA...
Transcript of PROPAGANDA MASYUMI MELALUI MADJALLAH ISLAM SOEARA...
PROPAGANDA MASYUMI MELALUI MADJALLAH
ISLAM SOEARA MOESLIMIN INDONESIA 1943-1945
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh :
RIKA KAMILA
NIM. 11140220000080
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rika Kamila
NIM : 11140220000080
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
PROPAGANDA MASYUMI MELALUI MADJALLAH ISLAM
SOEARA MOESLIMIN INDONESIA 1943-1945 adalah benar
hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat
dalam penyusunannya. Adapun karya ini telah saya cantumkan
sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan
proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku jika teryata skripsi ini sebagian atau keseluruhan
merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 27 Maret 2019
Rika Kamila
11140220000080
PROPAGANDA MASYUMI MELALUI MADJALLAH
ISLAM SOEARA MOESLIMIN INDONESIA 1943-1945
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh :
Rika Kamila
NIM. 11140220000080
Pembimbing
Dr. Hj. Tati Hartimah, MA
NIP. 19550731 198903 2 001
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul PROPAGANDA MASYUMI MELALUI
MADJALLAH ISLAM SOEARA MOESLIMIN INDONESIA
1943-1945 telah diujikan pada sidang skripsi Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta pada 8
April 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Humaniora (S.Hum) pada Program
Studi Sejarah dan Peradaban Islam.
Jakarta, 8 April 2019
Sidang Skripsi
Ketua Merangkap Anggota
H. Nurhasan, MA
NIP. 19690724 199703 1 001
Sekretaris Merangkap Anggota
Sholikatus Sa’diyah, M.Pd
NIP. 19750417 200501 2 007
Anggota
Penguji I
Prof. Dr. H.Amirul Hadi, MA
NIP. 19620123 198802 1 001
Penguji II
Dr. Imas Emalia, M.Hum
NIP. 19730208 199803 2 001
Pembimbing
Dr. Hj. Tati Hartimah, MA
NIP. 19550731 198903 2 001
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang propaganda yang
dilakukan Masyumi melalui Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia 1943-1945. Permasalahan yang akan dijawab dalam
penelitian ini adalah bagaimana isi propaganda Asia Timur Raya
yang dilakukan Masyumi melalui majalah tahun 1943-1945 dan
mengapa Masyumi sebagai organisasi Islam mau melakukan
propaganda Asia Timur Raya dalam majalahnya. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif, sedangkan
teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui
studi pustaka. Pendekatan pada penelitian ini ialah politik dan
ilmu komunikasi serta menggunakan teori propaganda.
Adapun temuan dalam penelitian ini adalah pertama,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia merupakan
majalah Masyumi yang diterbitkan sebagai bentuk usaha
Masyumi untuk mencapai tujuan, singkatnya yakni “memperkuat
kesatuan semua organisasi Islam” dan “membantu Pemerintah
militer Jepang dalam kepentingan Asia Timur Raya”. Kedua,
pada Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia ditemukan
berbagai macam propaganda, di antaranya : propaganda
peningkatan produksi hasil bumi, propaganda keprajuritan,
propaganda bahasa Nippon, Propaganda pencegahan mata-mata
“Awas mata-mata musuh”.
Kata Kunci : Propaganda, Masyumi, Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia, 1943-1945
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda Nabi Besar Muhammad saw, keluarga, sahabat, tabi’in
serta kepada seluruh umatnya.
Hasil karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini namun
Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT beserta semangat, doa,
dan dukungan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dengan sebaik-baiknya.
Sehubungan dengan itu, penulis juga ingin berterima kasih
serta memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, baik bersifat moril maupun materiil. Terima kasih
telah banyak memberikan doa, inspirasi, motivasi, dan semangat
yang luar biasa kepada penulis. Rasa terima kasih dan
penghargaan penulis akan disampaikan kepada :
1. Prof. DR. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA,
selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Saiful Umam, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora.
ii
3. Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam periode
sebelumnya, Bapak H. Nurhasan, MA beserta Ibu
Sholikhatus Sa’diyah, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan
Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih juga untuk
Ibu Dr. Awalia Rahma, MA selaku Ketua Jurusan Sejarah
Peradaban Islam terbaru.
4. Bapak Imam Subchi, MA selaku Dosen Penasihat
Akademik.
5. Bunda Dr. Tati Hartimah, MA selaku Dosen Pembimbing.
Terima kasih yang telah memberikan ilmu, meluangkan
waktunya, dan membimbing penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Bapak Prof. Dr. Amirul Hadi, MA dan Ibu Dr.Imas Emalia,
M.Hum selaku Dosen Penguji Skripsi. Terima kasih atas
saran, masukan dan kritik yang luar biasa sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Para Ibu dan Bapak Dosen Sejarah Peradaban Islam yang
telah memberikan banyak bimbingan kepada Penulis dari
awal perkuliahan hingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini.
8. Kedua Orang Tua tercinta yaitu Ayahanda Kamaluddin dan
Ibunda Juriah yang senantiasa selalu memberikan kasih
sayang, mendoakan, dan memotivasi penulis setiap waktu
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakak-kakak dan adik-adik tercinta, Eka Kasyifah Duri,
Ahmad Paizan, Ihsan Nurfaizi, dan Abdul Aziz Azmi. Tak
iii
lupa juga, ponakan-ponakan tercinta Adinda Aqila
Chaerunnisa dan Adzkia Samha Saufa. Terima kasih telah
menjadi penyemangat terbesar penulis setiap waktu.
10. Sahabat-sahabat kecil penulis, Adelina Damayanti dan
Moetia Nurusshobah yang tiada bosan-bosannya
mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi
ini.
11. Sahabat-sahabat baik penulis masa kuliah atau ‘youngerss’
Ika Wahyuni, Vida Melati Al-Haq, Safurotun Ziah, Novia
Bayuningrum, Khairina Annisa, Ubaidillah, Ary
Badruzzaman, Rusyli Adam, Dimas Agil, Ahmad Fachri
Huseini, dan Raden Dimas, yang selalu menjadi
penyemangat, pengkritik dan tempat bercerita penulis
selama masa-masa kuliah di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Terima Kasih juga terutama untuk Andhika
Ripwan Saputra selaku sahabat sekaligus teman
seperjuangan yang selalu menemani penulis dalam suka dan
duka semasa kuliah.
12. Keluarga besar Jurusan Sejarah Peradaban Islam angkatan
2014.
13. Keluarga besar HMI Komisariat Fakultas Adab dan
Humaniora, KOHATI KOFAH, dan kanda-yunda angkatan
SOLID 2014 yang telah memberikan banyak pelajaran dan
pengalaman berharga semasa penulis menjadi mahasiswa.
14. Keluarga besar Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi.
Terima kasih telah menjadi keluarga serta memberikan
iv
banyak pelajaran dan pengalaman berharga semasa penulis
menjadi mahasiswa.
15. Keluarga besar Dewan Pengurus Pusat Perkumpulan
Gerakan Kebangsaan.
16. Keluarga besar Ikatan Alumni MA.Al-Khairiyah.
17. Alumni Ekspedisi Nusantara Jaya UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2017.
18. Teman-teman Relawan Demokrasi (RELASI) Pemilu 2019
dan komisioner KPU beserta para staf KPU kota Jakarta
Selatan.
19. Terima kasih juga untuk semua teman-teman lintas jurusan,
fakultas, universitas, organisasi, relawan, dan lain-lain yang
telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis
selama masa-masa kuliah penulis di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sekian dari penulis, besar harapan penulis semoga skripsi
ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
Jakarta, 28 Maret 2019
Penulis,
Rika Kamila
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PEGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ....................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................... ix
DAFTAR ISTILAH .......................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................... 9
C. Batasan Masalah ................................................... 10
D. Rumusan Masalah ................................................. 11
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................. 11
F. Metode Penelitian ................................................. 12
G. Sistematika Penelitian ........................................... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................ 17
A. Landasan Teori ...................................................... 17
B. Kajian Pustaka ...................................................... 21
C. Kerangka Teori ..................................................... 25
BAB III PROFIL SINGKAT MADJALLAH ISLAM SOEARA
MOESLIMIN INDONESIA ................................ 26
A. Profil Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia
................................................................................ 26
B. Masyumi sebagai Badan Penerbit ......................... 30
C. Profil Redaktur Majalah ......................................... 35
BAB IV HUBUNGAN KEBIJAKAN PROPAGANDA, PERS
DAN POLITIK ISLAM ...................................... 39
vi
A. Pembentukan Departemen Propaganda ................ 39
B. Kebijakan Pers di Jawa tahun 1942 ....................... 46
C. Politik Islam Pemerintah Militer Jepang ............... 55
D. Politik Islam Masyumi ........................................... 63
BAB V PROPAGANDA MASYUMI DALAM MADJALLAH
ISLAM SOEARA MOESLIMIN INDONESIA 1943-
1945........................................................................ 67
A. Propaganda Peningkatan Produksi Hasil Bumi ..... 67
B. Propaganda Keprajuritan ....................................... 81
C. Propaganda Bahasa Jepang .................................... 88
D. Propaganda Pencegahan Mata-mata ...................... 92
BAB VI PENUTUP ............................................................ 95
A. Kesimpulan ............................................................ 95
B. Saran ..................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 97
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................ 103
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Organisasi Propaganda ....................................... 41
Tabel 4.2 Tema-tema Propaganda ....................................... 44
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Stempel Pada Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia ......................................................... 104
Gambar 2 Aktivitas Pertanian di Jawa ............................... 105
Gambar 3 Gedung MIAI..................................................... 107
Gambar 4 Uang militer Jepang di Jawa ............................. 108
Gambar 5 Contoh Cover Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia ........................................................... 109
Gambar 6 Cotoh Iklan Pencegahan Mata-mata Musuh dalam
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia . 110
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Anggaran Dasar dan Pengurus Masyumi ...... 111
Lampiran 2 OSAMU SEIREI NO.6 tentang Mengawasi
Penerbitan dsb ................................................. 113
Lampiran 3 UNDANG-UNDANG NO.16 tentang Pengawasan
Badan-badan Pengumuman dan Penerangan dan
Penilikan Pengumuman dan Penerangan ........ 114
Lampiran 4 Kumpulan Artikel-artikel Propaganda di Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia ................ 115
x
DAFTAR ISTILAH
Alim Ulama Seseorang yang memiliki
pengetahuan Islam di Pesantren dan
beberapa di antaranya telah pergi
berhaji ke Mekkah.
Baitul Mal Suatu kantor bendahara Islam
pusat untuk menerima zakat agama
dan pembayarannya untuk
menolong kaum miskin dan yang
membutuhkannya.
Djakarta Tokubetsu Shi Istilah yang dipakai untuk
menyebut kota Jakarta pada masa
pendudukan Jepang.
Djawa Shinbun Kai Badan hukum yang bertugas
melakukan pengawasan terhadap
pers atau bisa disebut Goen-
Kenetsu-Han.
Domei Kantor berita resmi pemerintah
militer Jepang.
Eiga Haikyusha atau Eihai Perusahaan pendistribusian Film.
Ganzume Sejenis penggaruk yang digunakan
untuk penyiangan.
Goeroe Ordonantie Peraturan pemerintah kolonial
tentang guru atau Undang undang
yang mewajibkan para pendidik di
sekolah-sekolah di luar kontrol
pemerintah, memperoleh izin dari
instansi yang ditentukan.
xi
Gunritsu Kaigi Peradilan Militer Jepang
(Krijgsraad).
Gunsei Hooin Pengadilan Pemerintah Balatentara
Jepang.
Gunseikanbu Sebutan staf pemerintahan militer
pusat pada masa pendudukan
Jepang sedangkan kepala
pemerintahnya disebut Gunseikan.
Hiragana Suatu cara penulisan bahasa Jepang
dan mewakili sebutan sukukata.
Hizbullah Tentara Allah atau organisasi
semimiliter yang dibentuk Jepang
dengan beranggotakan para
sukarelawan khusus pemuda Islam,
yang dalam istilah Jepangnya yaitu
Kaikyo Senen Teishinti.
Hodohan Kantor Penerangan Pemerintahan
militer Jepang.
Jawa Engeki Kyokai Perserikatan Usaha Sandiwara
Jawa.
Jawa Hokokai Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa
atau perkumpulan yang dibentuk
oleh Jepang pada 8 Januari 1944
sebagai pengganti PUTERA.
Jawa Hoso Kanrikyoku Biro Pengawas Siaran Jawa.
Kanji Karakter tulisan yang dipinjam dari
China.
xii
Katakana Huruf yang digunakan untuk
menuliskan kaa-kata serapan atau
kata asing bagi bahasa Jepang.
Kiai Sebutan bagi alim ulama.
Koki Kalender Jepang yang
perhitungannya dimulai dari tahun
kaisar pertama Jepang bertakhta.
Kinkyu Shokuryo Taisaku Program mengenai tindakan-
tindakan mendesak terkait bahan
makanan.
Kooperatif Istilah lain yang bersifat kerja sama
atau bersedia membantu.
Larikan Inovasi teknik berupa
memindahkan bibit tanaman padi
pada garis-garis lurus dengan jarak
tanam tertentu di antara bibit
tersebut.
Masyumi Majelis Syura Muslimin Indonesia
atau suatu organisasi perkumpulan
ormas Islam yang berdiri pada
November 1943 pada masa
pendudukan Jepang.
MIAI Majelis Islam A’la Indonesia atau
badan federasi ormas Islam yang
berdiri pada September 1937.
Nihon Eigasha Perusahaan Film Jepang atau
Nichi’ei.
Oplaag Jumlah barang cetakan (surat kabar
atau majalah) yang diedarkan.
xiii
Osamu Seirei Undang-undang yang dikeluarkan
oleh Panglima tentara ke-16.
Padi Bulu Padi berambut.
Padi Cere Padi tak berambut.
Padi Horai Padi bibit baru yang didatangkan
dari Taiwan dan diperkenalkan oleh
Pemerintah militer Jepang kepada
rakyat Jawa.
Palawidja Tanaman kedua setelah padi atau
tanaman sejenis umbi-umbian.
Propagandis Orang yang pekerjaannya
melakukan propaganda.
PUTERA Pusat Tenaga Rakyat atau
organisasi yang dibentuk
pemerintah militer Jepang di
Indonesia yang dipimpin oleh
empat serangkai pada 16 April
1943 yaitu Ir. Sekarno, M. Hatta,
Ki Hajar Dewantara, dan K.H Mas
Mansur.
Saikeirei Sikap menghormat dan
membungkukkan badan ke arah
matahari terbit setiap pagi, setiap
pertemuan umum dan setiap nama
Tenno Haika, Kaisar Jepang
disebut.
Saiko Sikikkan Palingma tertinggi pemerintahan
militer Jepang
xiv
Sendenbu Badan propaganda yang ditugaskan
oleh pemerintah militer Jepang
khusus di pulau Jawa selama Perang
Dunia II, badan ini berdiri pada
Agustus 1942.
Shidobucho Sebutan penasehat dalam suatu
badan pada masa pen.dudukan
Jepang
Shumubu Kantor Urusan Agama Islam atau
Departemen Agama.
Shumuka Kantor Departemen Agama tingkat
Karesidenan.
Tonan Asia Gakoein Sebuah perguruan untuk pelajar-
pelajar dari daerah selatan.
Volksraad Semacam parlemen Indonesia yang
dibentuk oleh pemerintah .
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awal pendudukan pemerintah militer Jepang di Pulau Jawa
secara resmi terhitung pada 8 Maret 1942. Pada saat itu Pulau
Jawa yang masih berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda
yaitu Letnan Jenderal Hein Ter Poorten, menyerah tanpa syarat
kepada pemerintah militer Jepang. Menurut Jepang, wilayah
Indonesia terbilang sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan
militer Jepang dalam perang1, khususnya sumber daya minyak.2
Tujuan ekspansi pemerintah militer Jepang ke Pulau Jawa demi
memperoleh sumber daya ekonomi dan manusia.3 Begitu pun
dengan wilayah-wilayah lainnya Sumatera, Kalimantan, dan
wilayah Indonesia Timur yang kaya akan hasil bumi juga
1 Perang ini kemudian dikenal sebagai Perang Pasifik. Orang Jepang
menyebutnya dengan Dai Toa No Senso yang berarti ialah Perang Asia Timur
Raya. Jadi, pada saat itu Jepang secara mendadak menyerang dan membom
Pearl Harbour pada tanggal 8 Desember 1941 di Kepulauan Hawaii yang
kebetulan menjadi pusat kekuatan Angkatan Laut Amerika Serikat yang
terbesar di kawasan Samudera Pasifik. Pada waktu yang bersamaan juga,
Angkatan Perang Jepang menyerang pangkalan-pangkalan Angkatan Laut
Amerika Serikat lain seperti di Kepulauan Midway, pulau-pulau Wake, Rota
dan Saipan, serta menduduki Pulau Tarawa dan Pulau Makin di Kepulauan
Gilbert. Lihat Sagimun PD, Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Fasisme
Jepang, (Jakarta: Inti Idayu Press, 1985). 22
2 Ken’ichi Goto, Jepang dan Pergerakan Kebangsaan Indonesia,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998) . 106 3 Aiko Kurasawa, Mobilisasi dan Kontrol, Studi tentang Perubahan
Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945, (Jakarta: Grasindo, 1993). xvi-xvii
2
dimasukkan ke dalam wilayah penguasaan pemerintah militer
Jepang.4
Kehadiran pemerintah militer Jepang di Pulau Jawa
ditandai dengan berhasilnya pemerintah militer Jepang mendarat
di tiga tempat sekaligus, yakni di Teluk Banten, Eretan Wetan
(Jawa Barat), dan Kragan (Jawa Tengah).5 Dari daerah-daerah
tersebut, pemerintah militer Jepang terus berekspansi ke wilayah
Pulau Jawa lainnya. Di Pulau Jawa, pemerintah militer Jepang
disambut suka cita oleh masyarakat Pulau Jawa karena dianggap
sebagai pembebas mereka dari belenggu penjajahan Belanda.6
Apalagi dengan kepandaian pemerintah militer Jepang dalam
mengumbar janji dan memberi harapan kepada rakyat Pulau Jawa
saat itu.
Dalam rangka memperlancar pelaksanaan kebijakan di
wilayah Pulau Jawa, pemerintah militer Jepang melakukan
berbagai macam propaganda. George Kanahale, seorang pionir
4 Joyce C.lebra, Tentara Gemblengan Jepang, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1988) . 99
5 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah
Nasional Indonesia VI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). 2 6 Sebenarnya terdapat beberapa faktor yang mendorong rakyat
menyambut dengan suka-cita atas kedatangan Jepang di Indonesia. Faktor
pertama berasal dari dalam, yakni sebelum kedatangan Jepang, pengusaha
Jepang atau pemilik toko-toko Jepang banyak memberikan harga yang murah
apabila dibanding dengan toko-toko Eropa. Faktor kedua, keramah tamahan
Jepang pun menjadi faktornya. Hal ini yang menjadikan rakyat Indonesia
berpandangan lebih positif terhadap Jepang. Adapun faktor dari luar ialah
kemenangan Jepang atas kekaisaran Czar Rusia tahun 1905 di Manchuria dan
negoisasi perdamaian di Portsmouth tahun 1905 yang mengakui Jepang
sebagai kerajaan penting di dunia. Pengakuan ini secara tidak langsung
memiliki makna kemenangan Asia atas Eropa. Lihat Nugroho Notosusanto,
The PETA Army During The Japanase Occupation of Indonesia, (Tokyo:
Waseda University Press, 1979). 19-20. Lihat juga Abdul Azis Thaba, Islam
dan Negara dalam Politik Orde Baru, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996). 147
3
kajian pendudukan Jepang di Indonesia asal Hawaii, mengatakan
bahwa tujuan propaganda Jepang ini untuk menyita hati rakyat
dan mengindoktrinasi serta menjinakkan mereka. Pemerintah
militer Jepang menganggap perlu adanya mobilisasi seluruh
masyarakat dan membawa sepenuhnya mentalitas rakyat Jawa
agar sesuai dengan ideologi Jepang tentang kemakmuran bersama
Asia Timur Raya.7 Jadi, rakyat harus dibawa sepenuhnya kepada
pola tingkah laku dan berpikir Jepang sehingga dapat menjadi
mitra yang dapat dipercaya dalam kemakmuran bersama Asia
Timur Raya.8
Demi melancarkan sejumlah aksi propaganda Jepang ini,
pemerintah militer Jepang membentuk departemen independen,
yaitu Sendenbu (departemen propaganda).9 Departemen ini
berada dalam pemerintahan militer Gunseikanbu10, yang
bertanggung jawab atas propaganda serta informasi yang
menyangkut pemerintah sipil. Upaya propaganda dilakukan
melalui berbagai macam media, antara lain pamflet, buku,
poster, foto-foto, siaran radio, pameran, pers, seni pertunjukan,
musik, dan film. Hal ini bertujuan agar mudah bersentuhan
7 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945, (Depok: Komunitas Bambu, 2015). 247 8 Aiko Kurasawa, “Propaganda Media on Java Under Japanase 1942-
1945”, Indonesia, No.44 (1987). 59
9 Sendenbu memiliki tiga bagian yakni bagaian administrasi, bagian
berita dan pers dan seksi propaganda. Dalam perkembangannya karena
semakin banyaknya tugas yang diberikan Sendenbu, maka Jepang membentuk
badan-badan propaganda lain. Lembaga-lembaga tersebut ialah Jawa Hoso
Kanrikyoku (biro pengawasan Siaran Jawa), Jawa ShinbunKai (Goen-Kenetsoe
Han atau perserikatan Surat Kabar Jawa) dan Kantor Domei.
10 Gunseikanbu ialah sebutan untuk staf Pemerintah militer pusat pada
masa pendudukan Jepang.
4
langsung ke seluruh masyarakat Pulau Jawa. Dengan begitu,
pemerintah militer Jepang akan lebih mudah dalam memenuhi
kepentingan-kepentingan Perang Asia Timur Raya.
Dalam hal ini, pers mendapatkan perhatian yang cukup
penting sebagai alat propaganda Jepang. Pers sangat berpengaruh
dalam rangka penyampaian pesan politik bagi pemerintah militer
Jepang. Pada masa tersebut, pers yang semula berusaha berdiri
sendiri dipaksa bergabung menjadi satu serta segala usahanya
disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan Jepang
untuk memenangkan Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian
konten-konten dalam pers tersebut hanyalah pro-Jepang semata.
Adapun dalam rangka pengawasannya, pemerintah militer Jepang
menggunakan suatu badan yang bernama Djawa Shinbun Kai11
beserta Hodohan.
Adapun yang termasuk dalam pers di antaranya, surat
kabar, majalah, televisi, radio, dan lain-lain. Pada masa
pendudukan Jepang, majalah menjadi salah satu sasaran dalam
propaganda pemerintah militer Jepang. Sebagaimana majalah
Djawa Baroe12, majalah yang diterbitkan pada masa
pemerintahan militer Jepang pada saat itu hampir seluruh isinya
11 Djawa Shinbun Kai merupakan salah satu badan hukum yang
bertugas melakukan pengawasan terhadap pers. Hal tersebut dapat dilihat
biasanya pada halaman kedua majalah Soera Moeslimin Indonesia biasanya
tertera tulisan “Dengan Idzin Kantor Goen-Kenetsu-Han”. 12 Majalah Djawa Baroe merupakan majalah yang diterbitkan pada
masa pendudukan Jepang di Pulau Jawa khususnya. Majalah ini pertama kali
terbit bulan Januari 1943 dan berakhir Agustus 1945. Hampir sama dengan
majalah lainnya, majalah ini terbit hanya setiap tanggal 1 dan 15. Berbeda
dengan Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, majalah ini kontennya
lebih banyak memuat gambar atau foto-foto daripada tulisan. Lihat : Majalah
Djawa Baroe tahun 1943-1945
5
mengandung unsur propaganda dalam segala aspek, yang
mengarah pada kepentingan-kepentingan pemerintah militer
Jepang. Begitu juga dengan majalah lainnya, seperti Pandji
Poestaka, Kan Po, Soeara MIAI, dan lain-lain.
Adapun Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia,
merupakan salah satu majalah Islam yang diterbitkan oleh
Masyumi pada masa pendudukan Jepang.13 Majalah ini
diterbitkan pertama kali pada Desember 1943, tidak jauh dari
awal pembentukan Masyumi. Majalah ini memuat kurang lebih
43 edisi, yakni dari Desember 1943 sampai Oktober 1945.
Majalah ini digunakan Masyumi sebagai sumber informasi
Masyumi kepada umat Islam sekaligus propaganda kepentingan
Perang Asia Timur Raya.
Keharusan akan propaganda kepentingan Perang Asia
Timur Raya dalam majalah ini dapat terlihat pada harapan
pemerintah militer Jepang bahwa pemerintah berharap majalah
tersebut dapat digunakan sebagai informasi dari pemerintah dan
memberikan motivasi pada umat Islam dalam usaha mencapai
kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Sebagaimana perkataan
Gunseikan dalam majalah tersebut,
...Toedjoean madjallah baroe ini ialah memberi pimpinan
kepada seloeroeh oemmat Islam di tanah Djawa dengan
mendjelaskan tjara dan maksoed pemerintahan Balatentara
Dai Nippon di poelau ini, serta membangkitkan semangat di
antara oemat Islam, yang berarti memberi sumbangan
13 Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia
6
tenaga kepada pemerintah Balatentara Dai Nippon di Djawa
choesoesnya....14
Walaupun Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia
berada di bawah naungan Masyumi, majalah itu memperoleh
kontrol penuh dari Pemerintah militer Jepang. Oleh karena itu,
segala konten yang ada dalam Majalah tersebut juga atas
persetujuan Jepang, bahkan harus sesuai dengan kepentingan
Pemerintah militer Jepang. Adapun konten dalam majalah
tersebut terdiri atas sejumlah tulisan yang berisi berita Masyumi,
kebijakan pemerintahan, artikel seputar hukum-hukum Islam,
mimbar jumat, iklan, berita dalam negeri dan luar negeri, dan
pengajaran bahasa Nippon. Pemimpin umum dalam majalah ini
ialah Kiai Haji Mas Mansur.
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia juga
merupakan kelanjutan atau pengganti dari majalah sebelumnya,
yakni Soeara MIAI.15 Soeara MIAI ialah majalah yang
diterbitkan oleh Dewan MIAI pada masa pendudukan Jepang
tahun 1942. Soeara MIAI dan Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia merupakan majalah yang terbilang beruntung karena
memperoleh izin terbit dari pemerintah militer Jepang. Padahal,
organisasi-organisasi lain tidak mudah untuk menerbitkan suatu
14 Guseikan, “Menjamboet terbitnya madjallah dari Majoemi”
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun I 1 Desember
1943. 1
15 Majalah Soeara MIAI diterbitkan oleh Dewan MIAI pada tahun 1942.
Pimpinan umum majalah ini yakni W. Wondoamiseno dengan memiliki 21
edisi. Cover dan strustur isi majalah ini tidak jauh berbeda dengan Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia. Sehingga bisa diidentifikasi bahwa
majalah Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia ialah kelanjutan dari
majalah MIAI dengan pimpinan dan nomor edisi yang berbeda.
7
majalah ataupun pers lainnya.16 Dalam hal ini, dapat
diidentifikasi bahwa majalah tersebut diizinkan sebagai taktik
pemerintah militer Jepang dalam upaya mendekati umat Islam.
Pemerintah militer Jepang menaruh perhatian lebih kepada
umat Islam. Islam penting bagi Jepang sebagai perangkat
propaganda politik dan mobilisasi massa. Pemerintah militer
Jepang menganggap Islam sebagai sebuah ideologi yang
bertentangan dengan kebudayaan Barat dengan perang suci Islam
melawan Kristen. Meskipun Jepang sendiri tergolong bukan
penganut agama Islam, seperti orang Belanda, mereka sedapat
mungkin berusaha mengabaikan fakta tersebut dengan
menekankan kesamaan nenek moyang dan ras yang sama.17
Upaya-upaya tersebut dilakukan agar umat Islam mendukung
pemerintah militer Jepang untuk meningkatkan perlawanan
terhadap sekutu dengan dalih membela agama Islam melawan
16 Sikap pemerintah Jepang terhadap organisasi nasionalis dengan
organisasi Islam agak berbeda. Perihal kebijakan publikasi contohnya, sejak
awal pendudukan Jepang, elit nasionalis “Gerakan 3A” maupun “Putera” tidak
sama sekali memperoleh atau diizinkan untuk mencetak majalahnya sendiri.
Meskipun permintaan ini sebenarnya sudah berulang-ulang. Dan izin baru
diiberikan setelah kira-kira tiga bulan sebelum runtuhnya kekuasaan Jepang.
Lihat : Harry J Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Idonesia pada
Masa Pendudukan Jepang (terj), (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1980). 149
17 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 304.... Komandan Pasukan ke-16, Jenderal Immamura
Hitoshi, pernah menyatakan bahwa “Orang Indonesia dan Jepang adalah satu
ras dan satu bangsa. Kalau tidak, bagaimana mungkin mereka menunjukkan
begitu banyak iktikad baik dan kerja sama dengan pasukan Jepang?” Lihat
Robert E Elson, Idea Of Indonesia: A History, (New York: Cambridge
University Press, 2008). 149..... Pendapat tentang adanyak kesamaan nenek
moyang dan ras yang sama belum terbukti secara jelas, belum ada fakta-fakta
yang mengarah pada pernyataan tersebut. Jadi, ada kemungkinan bahwa itu
hanya isu yang sengaja dilontarkan oleh Jepang. Tidak lain tujuannya untuk
membuat rasa anti Barat sedalam-dalamnya.
8
orang kafir,18 sehingga dengan mempertahankan Masyumi dan
majalahnya merupakan sebuah strategi politik pemerintah militer
Jepang terhadap umat Islam.
Adapun Masyumi, Mayumi hadir sebagai federasi
organisasi Islam satu-satunya yang mewakili umat Islam di Jawa,
karena MIAI sudah dibubarkan. Masyumi pun memilih untuk
mengambil jalan kooperatif terhadap pemerintah militer Jepang
karena tidak ada pilihan lain agar federasi tersebut tetap berdiri.
Hal ini bisa dilihat sebagaimana tujuan Masyumi dalam anggaran
dasar pasal 3, maksud dan tujuan Masyumi adalah :
Mengembalikan dan merapatkan perhoeboengan antara
perkoempoelan-perkoempoelan agama Islam di Djawa dan
Madoera, serta memimpin dan memelihara pekerdjaan
perkoempoelan itoe oentoek mempertinggi peradaban, agar
soepaja segenap oemat Islam membantoe dan
menyoembangkan tenaganja oentoek membentoek
lingkoengan bersama di Asia Timoer Raya di bawah
pimpinan Dai Nippon, jang memang sesoeai dengan
perintah Allah.19
Misi tersebut tertuang dalam majalah, Masyumi berusaha
untuk mengambil jalan kooperatif dengan ikut
mempropagandakan kebutuhan pemerintah militer Jepang selama
itu tidak bertentangan dengan Islam. Hal ini terbukti memang
banyak tulisan-tulisan dalam Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia yang mengarah pada propaganda kepentingan-
kepentingan pemerintah militer Jepang. Tema-tema yang
18 George McTurnan, Nasionalisme dan Revolusi Indonesia, (Depok:
Komunitas Bambu, 2013). 157
19 Anonim, “Anggaran dasar dan pengoeroes” Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia No.1 Tahun 1 1 Desember 1943. 17
9
menunjukkan propaganda Masyumi mulai dari pertanian,
keprajuritan, bahasa, iklan.
Dengan demikian, dari berbagai tulisan yang ada dalam
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, penulis
mengidentifikasi adanya beberapa tulisan yang mengarah pada
propaganda. Propaganda-propaganda baik yang ditulis oleh pihak
pemerintah militer Jepang sendiri ataupun Masyumi, yang pada
intinya mengarah pada kepentingan-kepentingan pemerintah
militer Jepang. Sehingga penelitian ini menarik untuk dikaji
karena berusaha menganalisis isi propaganda Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia yang mengarah pada kepentingan-
kepentingan pemerintah militer Jepang yang ditujukan pada umat
Islam pada tahun 1943-1945 terutama yang dilakukan langsung
oleh tokoh-tokoh Masyumi.
Untuk itu, penulis menetapkan judul : “Propaganda
Masyumi melalui Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia
1943-1945”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang akan diteliti oleh
penulis ialah sejarah pers dengan beberapa masalah pokok pada
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia. Adapun masalah
yang akan dibahas adalah bagaimana isi propaganda Masyumi
dalam Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia. Pada skripsi
ini penulis tertarik untuk meneliti majalah tersebut karena penulis
menemukan berbagai temuan, di antaranya :
10
1. Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia merupakan
majalah Masyumi yang diterbitkan sebagai bentuk usaha
Masyumi untuk mencapai tujuan, yakni “memperkuat
kesatuan semua organisasi Islam” dan “membantu Dai Nippon
dalam kepentingan Asia Timur Raya”. Istilah Dai Nippon
yang dimaksud dalam penelitian ini ialah pemerintah militer
Jepang. Jadi pada masa pendudukan, sebutan seperti Japan,
Jepun, atau Jepang itu dilarang untuk digunakan. Kepentingan
Pemerintah militer Jepang dalam perang Asia Timur Raya
tidak lain ialah untuk kemenangan melawan sekutu.
2. Adanya kebijakan propaganda, kebijakan pers masa Jepang
dan politik antara Masyumi dan pemerintah militer Jepang.
3. Dalam majalah tersebut terdapat tema-tema yang
menggencarkan propaganda secara berulang-ulang dengan
kata-kata “memperbanjak hasil boemi”, “melipatgandakan
hasil”, “angkatlah tjangkoelmoe”, “awas mata-mata musuh”,
“Islam dan keprajuritan”, “bahasa Nippon”, dan lain-lain.
C. Batasan masalah
Pada penelitian ini penulis memfokuskan pada Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia sebagai majalah Masyumi.
Hal ini ditelisik lebih dalam karena pada masa tersebut banyak
media yang digunakan sebagai alat propaganda, salah satunya
majalah tersebut. Penulis menemukan adanya misi “membantu
Dai Nippon dalam kepentingan Asia Timur Raya” yang
diaplikasikan melalui artikel-artikel, artikel tersebut memuat
pesan propaganda untuk kepentingan perang Asia Timur Raya.
11
Sehingga penulis tertarik untuk membahas secara detail isi
propaganda Masyumi dalam Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indoneisa. Adapun batasan temporal penelitian ini ialah terhitung
sejak tahun 1943 sampai 1945 yakni dimulai pada awal terbitan
majalah sampai akhir.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana profil singkat Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia ?
2. Mengapa Masyumi sebagai organisasi Islam melakukan
propaganda Asia Timur Raya melalui majalahnya ?
3. Bagaimana isi propaganda Masyumi melalui Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia tahun 1943-1945 ?
E. Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui profil singkat Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia.
2. Untuk memahami maksud Masyumi melakukan
propaganda Asia Timur Raya melalui majalahnya
3. Untuk mengetahui isi propaganda Masyumi melalui
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia tahun
1943-1945.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
12
1. Secara teoritis, ini dapat digunakan sebagai sumbangan
tertulis berupa informasi ilmiah untuk pelengkap
khazanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang kondisi
pers pada masa Jepang.
2. Secara Praktis, ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada peminat dan pemerhati sejarah
sekaligus sumbangsih bagi Fakultas Adab dan
Humaniora dan lembaga-lembaga pers Indonesia tentang
kajian pers pada masa Jepang.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini ialah
metode sejarah dengan pendekatan politik dan ilmu komunikasi.
Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara
kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. 20 Adapun
penelitian ini bersifat analitical history21, dengan menggunakan
penelitian sejarah yang mencakup heuristik (pengumpulan
sumber), kritik sumber (internal dan eksternal), interpretasi atau
penafsiran, dan yang terakhir ialah historiografi atau penulisan
sejarah.22
Pada tahap heuristik, mengumpulkan data atau sumber
(dokumen).23 Tahapan pertama adalah pemilihan topik, dalam hal
20 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Jakarta: UI Press, 1983). 39
21 Analitical History diartikan jenis penelitian sejarah yang
memanfaatkan teori dan metodologi. Lihat : M. Dien Madjid dan Johan
Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar, (Jakarta: Kencana , 2014). 218
22 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2013). 69
23 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1999). 54
13
ini kajiannya adalah sejarah pers. Tahapan selanjutnya adalah
pengumpulan data atau sumber (heuristik) yang terkait dengan
objek. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan jenis penelitian
kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang mengacu
pada sumber tertulis (dokumenter), dengan mencari data dari
tulisan-tulisan yang mendukung penelitian.
Pada proses heuristik, penulis menggunakan metode
kepustakaan atau library research. Penulis menghimpun sumber-
sumber yang bersifat primer dan sekunder. Untuk sumber primer
penulis menggunakan Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia dan surat kabar lain yang mendukung. Sedangkan
sumber sekunder, penulis berusaha melakukan studi kepustakaan
ini menggunakan data-data yang diperoleh dari buku. Dalam
studi kepustakaan ini penulis mengunjungi berbagai tempat di
antaranya Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Universitas Indonesia,
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan
daerah Kuningan dan Taman Ismail Marzuki serta toko-toko
buku lainnya. Selain itu penulis juga memanfaatkan karya tulis
lain seperti disertasi, tesis, jurnal, artikel, dan lain-lain.
Pada proses pencarian sumber, sumber primer penulis
dapatkan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia yang sudah dalam
bentuk microfilm dan microfiche. Hal ini dikarenakan sudah tidak
ada bentuk hardcopy nya. Keadaan sumber yang sudah
14
digitalisasi tersebut membuat penulis lebih berhati-hati dalam
membaca sumber tersebut.
Tahap selanjutnya adalah verifikasi atau kritik sumber,
verifikasi merupakan teknik pengujian keaslian suatu sumber
yang dilakukan dengan dua cara yaitu kritik ekstern dan kritik
intern.24 Kritik ekstern adalah pengujian terhadap sumber yang
dilihat dari segi fisiknya. Dalam kritik ekstern, penulis
mengkritisi secara fisik mengenai sumber primer yang telah
didapat baik dari segi kertas, ataupun tinta yang digunakan.
Sedangkan kritik intern adalah pengujian terhadap sumber yang
dilihat dari isinya. Dalam kritik intern penulis membandingkan
sumber-sumber yang penulis temukan.
Pada sumber primer Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia, sudah tidak lagi dalam bentuk hard, melainkan sudah
dalam bentuk microfilm dan microfiche sehingga beberapa tulisan
yang ada pada majalah tersebut sedikit terlihat kurang jelas dan
kadang-kadang tidak terbaca sama sekali. Oleh sebab itu, penulis
harus teliti dan hati-hati membacanya.
Selan itu, dalam penentuan artikel-artikel propaganda
Masyumi yang diambil penulis, penulis lebih banyak mengambil
pada tahun 1943 sampai pertengahan tahun 1944. Sedang tahun
1944 akhir penulis tidak lagi menemukan sumber tersebut dalam
microfilm dan tahun 1945 propaganda yang dilakukan lebih
terfokus pada kepentingan-kepentingan Masyumi dalam
persiapan kemerdekaan.
24 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. 77
15
Selanjutnya interpretasi, merupakan penafsiran sejarah
yakni dengan menguraikan sebab akibat dari sebuah peristiwa.
Interpretasi ini dilakukan setelah penulis mengumpulkan dan
mengolah datanya untuk kemudian dilakukan interpretasi atau
penafsiran. Hasil dari proses tersebut maka dapat ditemukan
sekumpulan fakta-fakta sejarah.25 Pada tahap ini penulis berusaha
untuk mengolah sumber dan data yang telah dikumpulkan dengan
menguraikan sebab akibat dari permasalahan propaganda yang
terdapat dalam Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia.
Pada tahap ini penulis menggunakan teori propaganda dengan
pendekatan politik dan ilmu komunikasi dalam melihat
permasalahan tersebut.
Terakhir, historiografi yaitu proses penyusunan fakta-fakta
sejarah dan berbagai sumber lain yang telah diseleksi dalam
bentuk penulisan, tahap ini penulis harus mempertimbangkan
struktur dan gaya bahasa penulisannya.26 Ini adalah teknik akhir
dari penelitian, dimana penulisan dari hasil yang sudah saya
deskripsikan di atas
G. Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan penelitian ini terbagi menjadi enam
bab, adapun susunan penulisannya antara lain :
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
25 Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah: Teori, Metode, dan
Contoh Aplikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2014). 107 26 Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah: Teori, Metode, dan
Contoh Aplikasi. 147
16
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II berisi kajian pustaka yang terdiri dari landasan teori,
kajian pustaka dan kerangka berfikir
Bab III berisi pembahasan profil singkat Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia yang terdiri dari profil
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, Masyumi
sebagai Penerbit Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia dan profil redaktur majalah.
Bab IV berisi pembahasan hubungan kebijakan propaganda
Jepang, pers dan politik Islam yang terdiri dari
pembentukan departemen propaganda, kebijakan pers di
Jawa tahun 1942, politik Islam pemerintah militer
Jepang dan politik Islam Masyumi.
Bab V berisi pembahasan isi propaganda Masyumi melalui
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia yang terdiri
dari propaganda peningkatan produksi hasil bumi,
propaganda keprajuritan, propaganda pengajaran bahasa
Nippon, dan propaganda pencegahan Mata-mata.
Bab VI berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
penulisan.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Majalah merupakan sebuah media publikasi atau terbitan
secara berkala yang memuat artikel-artikel dari berbagai
penulis.27 Majalah ialah salah satu bentuk dari media massa
cetak. Media massa yang dimaksud salah satu unsur dalam
komunikasi massa. Oleh karena itu penelitian dengan tema
sejarah ini menggunakan pendekatan sejarah, politik dan ilmu
komunikasi. Adapun teori yang dipakai yakni teori propaganda.
Propaganda merupakan salah satu bentuk komunikasi
massa yang sering kali digunakan oleh individu atau kelompok
sebagai media untuk menyebarkan suatu keyakinan atau doktrin.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori propaganda
Edward L Bernays28. Dalam bukunya yang berjudul Propaganda
(1928), Bernays mendefinisikan propaganda sebagai “a
consistent, enduring effort to create or shape events to influence
the relations of the public to an enterprise, idea, or group”29,
27 “Pengertian Majalah”, Lihat https://www.e-
jurnal.com/2013/12/pengertian-majalah.html?m=1 (diakses tanggal 3
Desember 2018 pukul 15.00 WIB)
28 Edward L Bernays (1891-1995) mengawali karirnya sebagai seorang
penerbit media kehumasan (publicist). Pada Perang Dunia I (1914-1918),
Bernays membantu pemerintah Amerika mendapatkan dukungan rakyat
Amerika terhadap keputusan pemerintah berperang. Berdasarkan
pengalamannya tersebut selama Perang Dunia I, Bernays menyusun teori
propaganda.
29 Edward L Bernays, Propaganda, (New York: Horace Liveright,
1928). http://www.archive.org/details/EdwardLBernays-Propaganda (diakses
tanggal 6 Mei 2018 pukul 20.00). 25
18
artinya suatu usaha yang konsisten dan terus-menerus untuk
menciptakan atau membentuk peristiwa-peristiwa untuk
mempengaruhi hubungan publik terhadap suatu penguasa atau
kelompok.
Teori propaganda Bernays menjelaskan bahwa propagandis
(pihak yang melakukan propaganda) perlu memahami mekanisme
dan karakteristik berfikir suatu kelompok supaya dapat
mempengaruhi kelompok tersebut secara efektif. Menurut
Bernays, langkah awal yang harus dilakukan adalah
“memastikan yang ditawarkan ke publik adalah sesuatu yang
diterima publik atau memungkinkan untuk diterima”. Langkah
selanjutnya adalah menentukan kelompok mana yang harus
didekati dan melalui pemimpin-pemimpin mana di kelompok
tersebut yang akan didekati, setelah itu berusaha mempelajari
kebiasaan umum atau tata cara masyarakat tersebut, dan membuat
pendekatan berdasarkan kebiasaan atau tata cara tersebut. 30
Strategi lain untuk mengubah pandangan yang sudah
terbentuk dalam suatu kelompok, propagandis harus mendekati
pemimpin-pemimpin kelompok tersebut karena dalam mengubah
pikirannya, suatu kelompok cenderung mengikuti contoh dari
pemimpin yang dipercayai,31 sehingga jika berhasil
mempengaruhi pemimpin-pemimpin kelompok tersebut, baik
kerja sama secara sadar ataupun tidak, maka secara otomatis
mempengaruhi kelompok yang dipengaruhi oleh pemimpin-
pemimpin tersebut.
30 Edward L Bernays, Propaganda..40-41 31 Edward L Bernays, Propaganda.. 50
19
Dari pengertian yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dikatakan bahwa propaganda adalah suatu usaha yang sistematis
dan terencana yang dilakukan secara berulang-ulang dan
menyebarkan pesan guna mempengaruhi seseorang, khalayak
atau bangsa untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan
tingkah laku agar melaksanakan kegiatan tertentu dengan
kesadaran sendiri tanpa paksa atau dipaksa. Dalam propaganda,
tujuan merupakan sesuatu hal yang sangat penting karena tujuan
akan menentukan teknik dan isi propaganda. Sangat sulit untuk
menganalisis tujuan atau mengidentifikasikan suatu hal sebagai
propaganda, kecuali melihat ciri-cirinya sebagai penyebarluasan
ide dan mengaitkannya dengan hal-hal lain yang berada di
sekelilingnya. Dalam melakukan propaganda diperlukan teknik-
teknik agar tujuan propaganda yang dilakukan dapat diterima
oleh pihak yang dimaksud. Adapun teknik yang dapat dilakukan
dalam kegiatan propaganda, sebagai berikut32 :
I. Name-Calling, adalah propaganda dengan memberikan
sebuah ide atau label yang dibebani emosi pada seseorang
atau sebuah negara yang menjadi sasarannya (penjulukan).
II. Glittering Generalities, adalah suatu teknik propaganda
dengan menonjolkan propagandis dengan mengidentifikasi
dirinya dengan segala apa yang serba luhur dan agung..
III. Testimonials, adalah cara menggunakan nama-nama orang
terkemuka, bergelar, ilmuwan dan terpandang yang
32 Nurudin, Komunikasi Propaganda, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2008). 29-35
20
mempunyai otoritas dan prestise sosial tinggi dalam upaya
meyakinkan sesuatu (kesaksian).
IV. Transfer, adalah teknik propaganda yang mencakup
kekuasaan, sanksi dan pengaruh sesuatu yang lebih
dihormati serta dipuja dari hal lain agar membuat sesuatu
lebih dapat diterima (pengalihan isu).
V. Card Stacking, adalah propaganda dengan cara
menonjolkan fakta yang menguntungkan, sehingga publik
hanya dapat melihat dari satu sisi saja. Pilihan fakta ini
biasanya digunakan untuk generalisasi (tebang pilih).
VI. Plain folkz, adalah propaganda dengan menggunakan cara
memberi identifikasi terhadap suatu ide. Teknik ini
mengidentikkan yang dipropagandakan milik atau
mengabdi pada komunikan.
VII. Bandwagon Technique, adalah propaganda yang dilakukan
dengan cara mengembar-gemborkan sukses yang dicapai
oleh seseorang atau suatu lembaga, atau suatu organisasi.
VIII. Reputable Mounthpiece, adalah teknik yang dilakukan
dengan mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Teknik ini biasanya digunakan oleh seorang
yang menyanjung pemimpin, akan tetapi tidak tulus.
IX. Using All forms of Persuations, adalah teknik yang
digunakan untuk membujuk orang lain dengan rayuan,
himbauan dan “iming-iming”.
Dari beberapa penjelasan terkait dengan cara atau teknik
propaganda di atas, maka akan dapat digunakan sebagai alat
untuk menganalisis masalah yang diteliti, yaitu bagaimana
21
propaganda masyumi yang terdapat dalam Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia yang mengarah pada kepentingan
pemerintah militer Jepang dalam lingkungan kemakmuran
bersama Asia Timur Raya.
B. Kajian Pustaka
Kepustakaan merupakan sumber gagasan bagi suatu
penelitian, apalagi untuk penelitian yang bersifat kualitatif.
Pembahasan mengenai pers pada masa Jepang sudah banyak
dikaji oleh para peneliti, namun pembahasan spesifik mengenai
pers yakni majalah Islam sangat jarang, serta tentang sejarah
lengkap Masyumi itu sendiri selama masa pendudukan Jepang
bisa dikatakan belum ada. Akan tetapi, ada beberapa sumber yang
membahas secara umum yang berkaitan dengan penilitian saya.
Berikut sumber-sumber yang dijadikan objek penelitian.
Sebuah Artikel jurnal yang berjudul Propaganda Jepang
dalam Majalah Soeara Moeslimin Indonesia 1944-1945 oleh
Yayuk Indrayani (2016).33 Pada penelitian ini menjelaskan
berbagai macam propaganda yang ada dalam Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia dari politik, ekonomi, militer,
agama, dan budaya. Penelitian ini menggambarkan bahwa Jepang
telah melakukan kerjasama dengan umat Islam Indonesia. Jepang
mengunakan umat Islam untuk melakukan propaganda,
propaganda tersebut dapat diketahui melalui artikel-artikel yang
merupakan bentuk propaganda Jepang tahun 1944-1945. Adapun
rentang waktu yang digunakan dari 1944 sampai dengan 1945
33 Yayuk Indrayani, “Propaganda Jepang dalam Majalah Soeara
Moeslimin Indonesia tahun 1944-1945”, AVATARA, Vol.4, No.2 (2016).
22
karena pada penelitian tersebut menyatakan bahwa majalah
Soeara Moeslimin Indonesia diterbitkan pada tahun 1944. Penulis
melihat bahwa penelitian tersebut lebih fokus pada alasan
mengapa Jepang menjadikan Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia sebagai media propaganda Jepang dan temuan-temuan
ynag dihadirkan masih sangat umum. Adapun yang membedakan
dengan penelitian penulis, penulis lebih terfokus pada posisi
Masyumi sebagai penerbit majalah, mengapa Masyumi sebagai
organisasi Islam mau melakukan propaganda Asia Timur Raya
dalam majalahnya dan isi propaganda yang dihadirkan hanya
yang betul-betul dipropagandakan secara langsung oleh Masyumi
melalui artikel-artikel yang ditulis langsung oleh tokoh-tokoh
Masyumi dengan kurun waktu dari 1943-1945. Perlu diketahui,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia sudah diterbitkan
sebelum tahun 1944 yakni 1943.
Buku Aiko Kurasawa Kuasa Jepang di Jawa : Perubahan
Sosial di Pedesaan 1942-1945 terbitan Komunitas Bambu tahun
2015.34 Buku ini berasal dari disertasi Aiko berjudul Mobilization
and Control : A Study of Social Change in Rural Java 1942-1945
di Universitas Cornell pada tahun 1988 ini menguraikan berbagai
kebijakan-kebijakan Jepang terhadap masyarakat di Jawa yang
bertujuan untuk memperoleh sumber daya ekonomi dan manusia
guna mendukung operasi militer Jepang. Di satu pihak, Jepang
berniat untuk memobilisasikan seluruh masyarakat Jawa demi
tujuan perangnya. Di pihak lain, upaya mobilisasi Jepang tersebut
34 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. Depok: Komunitas Bambu, 2015.
23
selalu disertai kontrol ketat melalui badan-badan yang dibentuk
Pemerintah militer Jepang. Sebagaimana media, segala
sesuatunya harus disensor dan diperiksa. Buku ini membantu
penulis untuk memahami posisi hadirnya Masyumi sebagai
bentuk strategi politik Islam oleh pemerintah militer Jepang di
Jawa. Kemudian diikuti oleh kebijakan-kebijakan propaganda apa
saja yang dibentuk oleh Pemerintah militer Jepang. Sehingga
penulis memahami bahwa diizinkanya organisasi Masyumi dan
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia sebagai cara
pemerintah militer Jepang untuk memobilisasi umat Islam di
Jawa namun di sisi lain pemerintah Jepang juga melakukan
kontrol terhadap Masyumi dan majalahnya dengan harus melalui
izin Goen Kenetsoe Han dan Hodohan.
Buku karya Harry J Benda yang berjudul Bulan Sabit dan
Matahari Terbit : Islam Indonesia pada Masa Pendudukan
Jepang (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980).35 Pembahasan buku ini
dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian pertama menjelaskan
tentang warisan kolonial Belanda dan bagian kedua menerangkan
awal mula Jepang di Indonesia yang meliputi konsolidasi politik
Jepang terhadap umat Islam. Buku ini sangat membantu penulis
dalam melihat sisi bagaimana umat Islam Indonesia merespon
berbagai kebijakan politik yang diterapkan oleh Pemerintah
militer Jepang. Setelah melihat berbagai kebijakan yang politik
yang ada, respon Masyumi sebagai federasi organisasi Islam di
Pulau Jawa saat itu memilih jalan kooperatif dan ikut
35 Harry J Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Idonesia
pada Masa Pendudukan Jepang (terj), Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1980.
24
berdiplomasi. Hal ini bisa dibuktikan melalui anggaran dasar
yang dibuat Masyumi itu sendiri dan keterlibatan Masyumi dalam
sosial dan politik pada masa pendudukan Jepang.
Buku karya K.H Saifudin Zuhri, Guruku orang-orang dari
Pesantren, (Yoyakarta: LKIS. 2001).36 Buku ini ialah buku
otobiografi yang menjelaskan tentang kehidupan K.H. Saifudin
Zuhri dari sejak kecil hingga dewasa. Kehidupan K.H. Saifudin
Zuhri dari mulai awal pendidikannya hingga beliau menjadi salah
satu tokoh di Nahdatul Ulama. Pada masa pemerintahan militer
Jepang, K. H Saifudin Zuhri ialah salah satu anggota Masyumi
perwakilan dari Nahdatul Ulama. K.H. Saifudin Zuhri sangat
dekat dengan K.H. Wachid Hasyim, selaku penggagas Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia. Buku ini sangat membantu
penulis karena berhasil menggambarkan bagaimaa interaksi
tokoh-tokoh Masyumi khususnya K.H. Wachid Hasyim kepada
para ulama pada masa Jepang. Walaupun tidak banyak
menjelaskan peristiwa masa Jepang, tapi penulis menemukan
alasan-alasan Masyumi bersikap kooperatif dan melakukan
diplomasi terhadap pemerintah militer Jepang.
36 KH Saifudin Zuhri, Guruku orang-orang dari Pesantren, (Yoyakarta:
LKIS. 2001).
25
C. Kerangka Berfikir
Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia
Masalah
Metodologi
Temuan
Bagaimana Isi propaganda Masyumi
dalam Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia
Pendekatan
Teori
Politik
Komunikasi
Propaganda
Politik
Masyumi
Teori Propaganda
(Edward L Bernays)
Propaganda peningkatan produksi hasil bumi,
Propaganda keprajuritan, Propaganda Bahasa Nippon,
dan Propaganda pencegahan mata-mata.
Sejarah Pers
26
BAB III
PROFIL SINGKAT MADJALLAH ISLAM SOEARA
MOESLIMIN INDONESIA
A. Profil Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia merupakan
majalah Islam yang diterbitkan oleh organisasi Majelis Syura
Muslimin Indonesia (Masyumi)37 pada masa pendudukan Jepang.
Majalah ini satu-satunya majalah Islam yang diterbitkan di Jawa
di tengah-tengah masyarakat Islam dalam lingkungan Asia Timur
Raya. Penerbitan majalah tersebut diprakarsai oleh K.H. Wahid
Hasyim (ketua harian Masyumi).38 Majalah ini diterbitkan
pertama kali pada Desember 1943,39 tidak jauh dari awal
pembentukan Masyumi. Majalah ini juga hanya memuat kurang
lebih 43 edisi yakni dari Desember 1943 sampai Oktober 1945.
37 Majelis Syura Muslimin Indonesia atau Masyumi berdiri setelah
resmi dibubarkannya MIAI pada tanggal 24 Oktober 1943. Masyumi diketuai
oleh Hasyim Asy’ari dengan wakilnya Kiai Haji Mas Mansur dan Wachid
Hasyim sedangkan penasihatnya yaitu Ki Bagus Hadikusuma dan Abdul
Wahab. Serta anggota pengurus lainnya ialah K.H. Muchtar, Zainal Arifin,
K.H. Moh.Sadie, Farid Ma’ruf, Abdul Mukhti, T.Kartosudharmo, K.M.
Hasjim, dan Nachrawi Thair. Lihat : Taufik Abdullah, ed., Indonesia dalam
Arus Sejarah : Perang dan Revolusi Jilid VI, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
2011). 69 38 Amurwani Dwi Lestariningsih dkk, Seri Pengenalan tokoh: Sekitar
Proklamasi Kemerdekaan, (Jakarta: Direktorat Nilai Sejarah, Direktorat
Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata,
2010). 106 39 Penelitian lain mengatakan bahwa Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia diterbitkan pertama kali pada tahun 1944. Lihat : Yayuk
Indrayani, “Propaganda Jepang dalam Majalah Soeara Moeslimin Indonesia
tahun 1944-1945”, AVATARA, Vol.4, No.2 (2016). 258
27
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia ialah majalah
lanjutan dari majalah sebelumnya yakni majalah Soeara MIAI,
majalah yang diterbitkan oleh organisasi Majelis Islam A’la
Indonesia (MIAI) pada akhir tahun 1942 dengan edisi lanjutan
No. 22-23.40 Jika Soeara MIAI berada di bawah pimpinan umum
W. Wondoamiseno,41 berbeda dengan Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia di bawah pimpinan umum K.H Mas Mansur
dan struktur redaksi lainnya, seperti R.P.A Barry Albahry sebagai
badan pengarang dan R. Soenadi sebagai bagian administrasi.
Adapun ciri khas pada Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia hampir sama dengan majalah Soeara MIAI. Pada isi
majalah ini diawali dengan cover, daftar isi, kemudian diikuti
dengan berita Masyumi atau maklumat, berita pemerintahan,
artikel-artikel, mimbar jumat, berita dalam negeri, berita luar
negeri, pengajaran bahasa Nippon dan juga iklan. Majalah ini
awalnya memakai satu bahasa yakni bahasa Indonesia kemudian
dikembangkan ada juga bahasa arab, hal ini dikarenakan sasaran
utama pembacanya ialah umat Islam di Jawa. Walaupun memang
pada setiap edisinya selalu terdapat pengajaran bahasa Nippon,
hal ini karena agar umat Islam di Jawa secara tidak langsung
dapat mulai mempelajari bahasa Nippon. Pada setiap edisi
40 M. Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia: Pendekatan
Fikih dalam Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994). 119 41 Pada majalah Soeara MIAI struktur redaksinya ialah Warkadum
Wondoamiseno (Pemimpin Umum), Harsono Tjokroaminoto Bahry (Badan
pengarang), dan R Soenadi (Admnistrasi).
28
majalah ini memiliki 15-20 halaman. Harga majalahnya sebesar
0.20 rupiah per edisi majalah dan f 1,- langganan per tiga bulan.42
Pada masa pendudukan Jepang seluruh majalah rata-rata
terbit 2 kali dalam sebulan yakni setiap tanggal 1 dan 15. Begitu
juga dengan Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia yang
diterbitkan secara berkala yaitu dua kali dalam sebulan, setiap
tanggal 1 dan 15 atau dwi mingguan. Setiap edisi pada majalah
ini juga tidak memakai kalender masehi melainkan kalender
Jepang yang disebut sebagai koki, yang perhitungannya dimulai
dari tahun kaisar pertama Jepang bertahta.43 Majalah ini tidak
memuat banyak gambar melainkan banyak tulisan dari berbagai
artikel.
Kontributor penulis dalam Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia banyak sekali baik dari Pemerintahan, NU,
Muhammadiyah, wartawan Islam dan tokoh-tokoh Muslim
lainnya, di antaranya : Saiko Sikikkan, Shumubu, Hodohan, K.H
Mas Mansur (Muhammadiyah), K.H Hasyim Asyari (NU), K.H
A Moethi (Muhammadiyah), Saefudin Zuhri (NU), H. M. Dahlan
(NU), Asa Bafaqih (NU), R. Kasman Singodimedjo
(Muhammadiyah), Hamka (NU), M Isa Anshary (PSII), H. M
Moechtar, A. Barry, Z. Arifin, A. Halim dan lain-lain. Masih
42 Berdasarkan pengamatan dalam Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia seluruh edisi. f1,- dibaca satu rupiah, lihat pada lampiran Gambar. 4
terkait uang-uang yang berlaku pada masa pendudukan Jepang di Pulau Jawa. 43 Ini bisa dilihat dalam penggunaan tahun, seperti 2602, 2603, 2604
dan 2605. Hal ini berarti menunjukkan tahun 1942, 1943, 1944 dan 1945.
Lihat buku : Aiko Kurasawa, Masyarakat & Perang Asia Timur Raya: Sejarah
dengan foto yang tak terceritakan, (Depok: Komunitas Bambu, 2016) . 59
29
banyak lagi dan ada beberapa yang menggunakan nama singkatan
atau nama lain seperti RAPY, A.TJ, H.TJ, dan Abdal.
Gunseikan sangat menyamboet sekali atas penerbitan
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia. Terbitnya majalah
tersebut dianggap sebagai bentuk sumbangan tenaga penduduk di
Pulau Jawa dalam usaha menyusun masyarakat baru, adapun
pernyataan Gunseikan yang tercatat pada 23 boelan 11 Syoowa
1844 di Jakarta sebagai berikut :
Toedjoean madjallah baroe ini ialah memberi pimpinan
kepada seloeroeh oemmat Islam di tanah Djawa dengan
mendjelaskan tjara dan maksoed pemerintahan Balatentara
Dai Nippon di poelau ini, serta membangkitkan semangat
diantara oemmat Islam, jang berarti memberi soembangan
tenaga kepada Pemerintah Balatentara Dai Nippon di
Djawa choesoesnya, dan kepada oesaha pembangoenan
Djawa Baroe oemoemnja.45
Begitulah harapan Gunseikan atas terbitnya Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia. Hal ini kemudian ditindak
lanjuti oleh Masyumi, Masyumi menggunakan majalah ini selain
sebagai sumber informasi Masyumi kepada umat Islam, juga
sebagai media propaganda kepentingan kemakmuran bersama
Asia Timur Raya. Majalah ini dalam setiap penerbitannya selalu
diawasi oleh Jepang. Penerbitan majalah ini harus diperiksa dulu
oleh Goen Kenetsoe Han kemudian jika sudah diterima maka
44 Artinya pada tanggal 23 November 1943. Shoowa merupakan nama
zaman yang ditentukan dengan intruksi kabinet (seirei) berdasarkan awal
pemeritahan kekaisaran, terhitung dari 25 Desember 1926 s/d 7 Januari 1989.
Ada banyak nama zaman di antaranya : Meiji, Taisho, Shoowa, dan Heisei.
(sumber : wikipedia) 45 Gunseikan, “Menjamboet terbitnja madjallah dari Masjoemi”,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun I 1 Desember
2603. 1
30
majalah ini bisa segera diterbitkan. Adanya pemeriksaan tersebut
karena untuk mengetahui bahwa isinya berupa propaganda
Jepang dan kegiatan-kegiatan Islam. Selain isi tersebut maka
tidak boleh diterbitkan.46
Sasaran utama dari Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia ialah umat Islam di Pulau Jawa. Namun pada realitanya
tidak banyak yang menggunakan majalah tersebut karena majalah
ini hanya berhasil dikonsumsi oleh para alim ulama saja. Hal ini
disebabkan karena masyarakat daerah perkotaan lebih mengenal
baca tulis dan berpendidikan dibanding masyarakat pedesaan
yang buta huruf dan tidak bersekolah.47 Jadi, sasaran utama
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia ialah masyarakat
perkotaan di Pulau Jawa yang kemudian isinya disampaikan
kepada masyarakat desa melalui ceramah-ceramah.
B. Masyumi sebagai Badan Penerbit
Masyumi merupakan suatu federasi organisasi-organisasi
Islam yang didirikan pada masa pendudukan Jepang secara resmi
pada 22 November 1943.48 Pada waktu itu Islam di Indonesia
tengah dilanda perpecahan parah antara golongan konservatif dan
modern, antara kaum ulama di perdesaan dan kaum santri di kota,
46 Yayuk Indrayani, “Propaganda Jepang dalam Majalah Soeara
Moeslimin Indonesia tahun 1944-1945”, AVATARA, Vol.4, No.2 (2016). 259 47 Isna Fitriya, “Gerakan Menabung dan Media Propaganda pada
Masa Pendudukan Jepang di Jawa 1942-1945”, Depok: FIB UI, 2014. 41 48 Anonim, “Keterangan Pemerintah tentang Pendirian Masjoemi”,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun I 1 Desember
1943. 14. Sebelumnya Masyumi sudah berdiri pada tanggal 24 Oktober 1943
namun baru diberi status hukum pada 22 November 1943. Lihat : Yayuk
Indrayani, “Propaganda Jepang dalam Majalah Soeara Moeslimin Indonesia
tahun 1944-1945”, AVATARA, Vol.4, No.2 (2016). 258
31
antara organisasi-organisasi Islam yang aktif berpolitik dan yang
hanya bergerak di lapangan sosial. Mengetahui kondisi demikian,
pemerintah militer Jepang melakukan politik Islam Jepang
dengan didirikan suatu federasi Islam yang baru, yakni Masyumi.
Tujuan politik Islam Jepang ini untuk menjembatani perpecahan
yang ada pada saat itu dengan menciptakan suatu organisasi
tunggal yang dapat berbicara atas nama Islam Indonesia di bawah
pengaruh pemerintahan militer Jepang.49
Masyumi bisa dikatakan sebagai organisasi pengganti dari
organisasi MIAI50 dan Persatoean pada masa Jepang. Tidak
seperti MIAI, Masyumi mencakup juga Muhammadiyah dan
Nahdatul Ulama. Di Masyumi terdiri dari 4 gabungan organisasi
Islam di antaranya NU, Muhammadiyah, Perserikatan Umat
Islam Indonesia, dan Perhimpunan Umat Islam sekaligus
menaungi organisasi ribuan guru agama yang tersebar sampai ke
pelosok Pulau Jawa.51 Dalam struktur Masyumi, tiap ulama dan
kiai diberi kebebasan untuk mendaftar sebagai anggota secara
pribadi tanpa membawa nama organisasi di belakangnya, berbeda
dengan MIAI. Selain itu, Masyumi juga satu-satunya organisasi
Islam yang diberi status hukum oleh Pemeritah militer Jepang
dan diberi kesempatan untuk membentuk tentara sendiri yakni
49 John D Legge, Sukarno: Biografi Politik, (Jakarta: Sinar Harapan,
2001). 194-195 50 Organisasi MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) berada di bawah
pimpinan Harsono Tjokroaminoto dan Wondoamiseno, yang merupakan
tokoh yang paling kooperatif dengan PSII. Lihat Jstor, Chiara Formichi, “Islam
and The making of Nation: Kartosuwiryo and Political Islam in 20th Century
Indonesia”, Brill (2012) . 72 51 K.H. Saifudin Zuhri. Guruku orang-orang dari Pesantren.
(Yoyakarta: LKIS, 2001). 151
32
Hizbullah52, begitupun dengan diizinkannya Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia. Dengan demikian itu menjadi
wujud kontrol penuh Jepang atas Masyumi dan majalahnya.
Adapun struktur Masyumi pertama kali berdasarkan hasil
rapat pengurus pendiri Masyumi yang dihadiri lengkap oleh
wakil-wakil dari NU dan Muhammadiyah pada tanggal 17
November 1943 di Jakarta, menghasilkan sebagai berikut :53
Ketua Besar : K.H. Hasyim Asy’ari (tempat di Tebuireng,
Jombang)
Ketua Muda I : K.H. Mas Mansur (di Jakarta)
Ketua Muda II : K. H. Wachid Hasyim (di Surabaya-Jakarta)
Anggota-anggota : K.H Nachrowi (Pembantu di Malang)
H. Hasyim (Pembantu di Yogyakarta)
K.H Mukhtar (di Jakarta)
Zainul Arifin (di Jakarta)
K.H. Sodri (di Jakarta)
H. Farid Ma’ruf (di Jakarta)
H. Abdul Mukti (di Jakarta)
T. Kartosudharmo (di Jakarta)
52 Benda, Harry J. Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Idonesia
pada Masa Pendudukan Jepang (terj). (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,
1980)... 69-70. Menjelang 1945, Pemerintah militer Jepang semakin
kehilangan kekuatan di kancah Internasional. Dalam upaya untuk
mempertahankannya, Pemerintah militer Jepang berusaha mengizinkan
Masyumi memiliki sayap bersenjata sendiri yang bernama Hizbullah, yang
berada di bawah arahan Wahid Hasyim dan terbuka untuk muslim Indonesia
dengan kisaran umur 17- 25 tahun. Peserta pelatihan datang dari seluruh
penjuru nusantara. Lihat Jstor, Chiara Forichi, “Islam and The Making of the
Nation”, Briil (2012). 76 53 Anonim, “Anggaran Dasar dan Pengurus Madjlis Sjoero Moeslimin
Indonesia”, Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.1 Tahun I 1
Desember 1943. 18
33
Penasehat tinggi : Ki Bagus Hadikusumo
K.H Abdul Wahab
Kemudian dua bulan setelahnya, tanggal 25 Januari 1944 di
Jakarta, diadakan rapat besar Masyumi yang membahas tentang
pergantian struktur Masyumi terbaru dengan mempertimbangkan
perwakilan dari Muhammadiyah yakni K.H. Mas Mansur, berikut
struktur kepengurusannya :54
Ketua Besar : K.H. Hasyim Asy’ari (tetap tinggal di Jombang)
Ketua Muda I (penanggung jawab) : K.H. Wachid Hasyim
Ketua Muda II : H. A. Mukti ( sebelumnya K.H. Mas Mansur)
Pembantu : H. M. Mukhtar (NU)
Kartosudharmo (Muhammadiyah)
Zainul Arifin (NU)
K.H. Mas Mansur (Muhammadiyah)
K.H.M. Sadrie (NU)
H.M. Hasyim (Muhammadiyah), di Mataram
K.H. M. Nachrawi Thahir (NU) , di Malang
H.M Farid Ma’ruf (Muhammadiyah) di Mataram
Penasehat : Ki Bagus Hadikusumo (Muhammadiyah)
K.H. Abdul Wahab (NU)
Sebagaimana yang tertera dalam anggaran dasar Masyumi,
Masyumi memiliki tujuan sebagai berikut :55
Maksoed dan toedjoean perkoempoelan ini, ialah :
Mengendalikan dan merapatkan perhoeboengan antara
54 Anonim, “Soesoenan baroe dari pada Masjoemi”, Madjallah Soeara
Moeslimin Indonesia No.3 Tahun II 1 Februari 1944. 11 55 Anonim, “Anggaran Dasar dan Pengurus Madjlis Sjoero Moeslimin
Indonesia”, Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.1 Tahun I 1
Desember 1943. 17
34
perkoempoelan-perkoempoelan agama Islam di Djawa dan
Madoera, serta memimpin dan memelihara pekerdjaan
perkoempoelan-perkoempoelan itoe oentoek mempertinggi
peradaban, agar soepaja segenap Oemat Islam membantoe
dan menjoembangkan tenaganja oentoek membentoek
lingkoengan kemakmuran bersama di Asia Timoer Raya di
bawah pimpinan Dai Nippon, jang memang sesoeai dengan
perintah Allah.
Hal ini juga dipertegas oleh K.H. Mas Mansur pada 23
November 1943 pukul 20.30 WIB malam hari di Radio Jakarta:56
Teranglah soedah maksoed, toedjoean dan bentoek
perkoempoelan baroe Masjoemi ini. Soedah selajaknja
oetoek maksoed dan toedjoean jang baik dan tinggi itoe
haroes dikerdjakan beberapa daja-oepaja dan ichtiar-ichtiar
agar soepaja maksoed perkoempoelan tadi dapat tertjapai.
Oleh karena itoe perkoempoelan berichtiar :
a. Oentoek memperdamai perselisihan2 faham tentang
pengertian hoekoem2 Agama atau azas-azas
pengadjarannja.
b. Merapatkan perhoeboengan dan membangoenkan
semangat tolong-menolong antara perkoempoelan2
agama Islam dan Oemmat Islam oemoemnja.
c. Ichtiar2 lainnja jang dipandang perloe oentoek
membangkitkan dan mempertinggi semangat
menjoembangkan tenaga dan semangat bekerdja
bersama dari perkoempoelan2 agama Islam terhadap
Pemerintah Balatentara Dai Nippon.
Pada anggaran dasar Masyumi menyebutkan, Masyumi
mengajak umat Islam agar membantu dan menyumbangkan
tenaganya untuk membentuk lingkungan kemakmuran bersama
Asia Timur Raya di bawah pemerintah militer Jepang. Hal ini
56 K.H. Mas Mansoer, Mendjelaskan kedoedoekan Masjoemi,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun I 1 Desember
1943. 15-16
35
menunjukkan wujud kooperatif Masyumi terhadap pemerintah
militer Jepang selama tidak bertentangan dengan Islam.57
Sehingga pada masa tersebut, Masyumi termasuk dalam kategori
propagandis yang ikut turut andil membantu Pemerintah militer
Jepang. Berkaitan dengan hal tersebut, peran propagandis pada
masa pemerintahan militer Jepang sangat dibutuhkan demi
menjalankan aktivitas propaganda dan mobilisasi massa di Pulau
Jawa.
Dengan adanya Masyumi, pemerintah militer Jepang dapat
menarik berbagai unsur dari masyarakat Islam dan juga
memberikan kepada umat Islam kedudukan politik yang tidak
pernah dimilikinya selama 20 tahun terakhir.58 Adapun salah satu
unsur yang dipengaruhi ialah melalui majalahnya Masyumi,
yakni Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia.
C. Profil Redaktur Majalah
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia dicetuskan
pertama kali oleh K.H. Wachid Hasyim. Pada saat awal
pembentukan tim redaksi, beliau segera meminta kepada K.H.
Saifudin Zuhri untuk menjadi Pemimpin umum redaksi dan
meminta juga kepada Harsono Cokroaminoto, K.H. Mukhtar,
57 Hal ini serupa dengan yang terjadi dengan K.H Ahmad Sanusi selaku
pimpinan AII, Ia meminta AII dihidupkan kembali. Pemerintah militer Jepang
tidak keberatan dengan permintaan tersebut selama K.H Ahmad Sanusi mau
mengubah anggaran dasarnya. Untuk kepentingan yang lebih luas , Ia pun
mengubahnya dan AII dihidupkan kembali pada tanggal 1 Februari 1944.
Nama AII diubah menjadi Persatoean Oemat Islam Indonesia (POII),
kemudian masuk ke dalam Masyumi. Lihat Miftahul Falah, Riwayat
Perjuangan K.H Ahmad Sanusi, (Sukabumi: Masyarakat Sejarawan
Indonesia). 130 58 John D Legge, Sukarno: Biografi Politik.. 195
36
dan R.P.A Barry Al-Bahry untuk membantu dalam tim redaksi
majalah tersebut. Namun K.H. Saifudin Zuhri tidak diketahui
responnya.59
Sebagaimana yang tertera dalam Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia, majalah tersebut memiliki struktur redaksi
yang terdiri dari pemimpin umum, badan pengarang dan
administrasi. K.H Mas Mansur sebagai pemimpin umum,60 R.P.A
Barry Al Bahry sebagai badan pengarang dan R. Soenadi sebagai
bagian administrasi. Namun, Dari ketiga nama yang telah
disebutkan, hanya K.H Mas Mansur yang namanya tertera pada
struktur pengurus Masyumi, sedang R.P.A Barry Albahry dan R
Soenadi tidak ditemukan identitas dan profil lengkapnya.
Adapun K.H Mas Mansur lahir pada Tanggal 25 Juni l896
di Surabaya. Ayahnya bernama K.H. Mas Ahmad Marzuqi,
seorang pemikir Islam, ahli agama yang terkenal di Jawa Timur
pada masanya. Ibunya bernama Raudhah dari keluarga Pesantren
Wonokromo.61 K.H Mas Mansur merupakan salah satu tokoh
yang sangat berpengaruh di Masyumi, bahkan turut andil dalam
merancang anggaran dasar Masyumi sebagaimana yang
disampaikan oleh Shumubucho dalam majalah Masyumi.
Saja rasa, ada pada tempatnja, djika oemmat Islam di
Djawa mengoetjapkan banjak-banjak terima kasihnja
kepada toean-toean K.H. Abdoel Wahab dan K.H. M
Mansoer , serta para wakil-wakil dari pengoeroes besar dari
59 KH Saifudin Zuhri, Guruku orang-orang dari Pesantren, (Yoyakarta:
LKIS, 2001), 254 60 K.H. Mas Mansoer, “Menjamboet Beban”, Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun I 1 Desember 1943. 3 61 Lihat http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-159-det-kh-mas-
mansyur.html (Diakses pada tanggal 11 Desember 2018 pukul 15.00 WIB)
37
Nahdatoel Oelama dan pengoeroes besar Moehammadiyah
jang telah bekerdja dengan sekeras-kerasnja dalam
pembentoekan perkoempoelan jang terseboet dalam
merantjang anggaran dasar jang tidak moedah itoe, semoea
itoe oleh mereka diselesaikan dengan sangat rapih.
Sehingga perkoempoelan Masjoemi dapat disjahkan oleh
Pemerintah Balatentara.62
Sebelum masa pendudukan Jepang, K.H Mas Mansur
pernah memprakarsai berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia
(MIAI) bersama K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Wahab
Hasbullah. Kemudian setelah pendudukan Jepang di Indonesia,
Mas Mansur ialah salah seorang dari empat orang tokoh nasional
yang diperhitungkan yang terkenal dengan sebutan Empat
Serangkai, yaitu Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar
Dewantara, dan Mas Mansur, yang pada akhirnya ditunjuk
Jepang memimpin organisasi Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA).63
K.H. Mas Mansur seringkali menuangkan ide dan gagasan-
gagasannya dalam bentuk tulisan di media massa. Beliau banyak
menghasilkan tulisan yang berbobot dan pikiran-pikiran
pembaharu dalam membuat gebrakan hukum Islam dan politik
umat Islam saat itu. K.H Mas Mansur juga aktif di
Muhammadiyah, bahkan pernah menduduki sebagai Ketua
62 Syuumubutyo, “Samboetan atas berdirinja Madjlis soero moeslimin
ndonesia Masjoemi”, Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.1
Tahun I 1 Desember 1943. 2 63 PUTERA kependekan dari “Pusat Tenaga Rakyat” yang dipimpin
oleh empat serangkai. PUTERA dipercaya sebagai organisasi tunggal satu-
satunya sebagai wadah penampung semua kegiata masyarakat. Lihat : Sutrisno
Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan NilaiTradisional, 1982/1983).144 dan
Lihat juga https://www.pahlawanindonesia.com/biografi-k-h-mas-mansur/
(Diakses pada tanggal 11 Januari 2019 pukul 15.00 WIB)
38
Pengurus Besar Muhammadiyah tahun 1937-1943, yang pada
masa pendudukan Jepang Muhammadiyah salah satu organisasi
yang masuk pada federasi Islam Masyumi. Atas dasar itulah,
K.H. Mas Mansur dipercayai untuk memimpin Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia.
39
BAB IV
HUBUNGAN KEBIJAKAN PROPAGANDA JEPANG,
PERS DAN POLITIK ISLAM
A. Pembentukan Departemen Propaganda
Pada awal masa pendudukan Jepang, propaganda
merupakan kewajiban pokok dari pemerintahan militer Jepang.
Propaganda kemudian dirumuskan sebagai upaya dalam
mengindoktrinasi rakyat Indonesia sehingga mampu menjadi
mitra yang dapat dipercaya dalam lingkungan kemakmuran
bersama Asia Timur Raya. Pemerintah militer Jepang
memberikan perhatian tentang bagaimana menyita hati rakyat dan
bagaimana mengindoktrinasi dan menjinakkan rakyat.64 Dengan
begitu propaganda dapat memperlancar berbagai pelaksanaan
kebijakan pemerintahan militer Jepang di wilayah Jawa.
Pada masa pendudukan Jepang, upaya melaksanakan
propaganda dilakukan melalui berbagai macam media, antara lain
: pamflet, buku, poster, foto-foto, siaran radio, pameran, pers,
seni pertunjukkan, musik dan film. Dan banyak propagandis yang
direkrut dengan berbagai macam profesi seperti, wartawan surat
kabar dan editor , penulis, novelis, penyair, esais, musisi, pelukis,
penyiar radio, produser, guru dan lain-lain.65 Hal ini bertujuan
agar cepat bersentuhan langsung ke seluruh masyarakat Pulau
Jawa. Dengan begitu pemerintah militer Jepang akan lebih mudah
64 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. (Depok: Komunitas Bambu. 2015). 247 65 Mitsuo Nakamura, “General Immamura and the Early Periode of
Japanase Occupation”, Indonesia, No.10, (1970), pp. 1-26. 8
40
dalam memenuhi kepentingan-kepentingan pemerintah militer
Jepang.
Adapun departemen yang paling independen yakni
Sendenbu (Departemen propaganda), merupakan salah satu
departemen yang dibentuk dalam badan Pemerintahan militer
Gunseikanbu. Departemen ini dibentuk pada Agustus 1942 dan
bertanggung jawab atas propaganda serta informasi yang
menyangkut pemerintah sipil. Departemen ini merupakan organ
yang terpisah dari seksi penerangan angkatan darat ke-16,66 dan
kegiatan Sendenbu lebih ditujukan kepada penduduk sipil di
Jawa, termasuk orang Indonesia, Indo-Eropa, minoritas Asia, dan
Jepang.67
Kegiatan-kegiatan Sendenbu memang terbatas pada urusan
sipil, namun pemerintah militer Jepang tidak pernah
mempercayakan kendali departemen yang penting ini ke tangan
sipil, dan selalu dikepalai oleh seorang perwira Angkatan Darat.
Adapun perwira-perwira tersebut ialah Kolonel Machida
(Agustus 1942-Oktober 1943), Mayor Adachi ( Oktober 1943-
Maret 1945), Kolonel Takhashi (April-Agustus 1945).68
66 Angkatan Darat ke-16 yang dimaksud disini ialah wilayah kekuasan
yang mencakup Jawa dan Madura. Jadi, Indonesia pada masa pendudukan
Jepang itu dibagi menjadi tiga wilayah. Sumatera ditempatkan di bawah
Angkatan Darat ke-25, sedangkan Jawa dan Madura berada di bawah
Angkatan Darat ke-16; Kedua wilayah tersebut berada di bawah Angkatan
Darat wilayah ke-7 dengan markasnya di Singapura, Kalimantan dan Indonesia
Timur dikuasi oleh angkatan laut. Lihat : MC Ricklefs, Sejarah Indonesia
Modern 1200-2004, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007). 405-406 67 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 247 68 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 248
41
Pada Departemen Sendenbu memiliki tiga seksi departemen
di antaranya : seksi administrasi, seksi berita dan pers, serta seksi
propaganda. Tetapi hanya seksi propaganda yang dipimpin oleh
seorang sipil, H. Shimizu.69
Sebelum Sendenbu bertindak sebagai kantor administrastif,
Sendenbu menjalankan operasi propaganda nya secara langsung.
Karena birokrasi Pemerintahan militer semakin rumit,
dibentuklah beberapa biro khusus yang bertanggung jawab atas
bidang propaganda yang berbeda-beda sebagai badan-badan luar
departemen dari Sendenbu. Jadi, pelaksanaan operasi propaganda
langsung dipercayakan kepada organisasi-organisasi tersebut.70
Berikut Tabel 4.1 memuat daftar nama dan bidang operasi
organisasi propaganda.
Tabel 4.1 Organisasi Propaganda71
Nama Organisasi Didirikan Fungsi
Jawa Hoso
Kanrikyoku
Oktober
1942
Siaran Domestik
(Pengelolaan
dipercayakan kepada
NHK, Siaran Radio
69 Aiko Kurasawa, Mobilisasi dan Kontrol: Studi tentang Perubahan
Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945, (Jakarta: Grasindo, 1993). 230 70 Banyak hal yang digunakan pemerintah militer Jepang dalam “men-
Jepang-kan” rakyat di Pulau Jawa pada saat itu, Terdapat di dalam Undang-
undang No.4 yakni hanya bendera Jepang yang boleh dipasang pada hari-hari
besar, dan lagu kebangsaan yang boleh diperdengarkan hanya lagu Kimigayo.
Lihat Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, Sejarah
Nasional Indonesia VI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). 9. Hal lain seperti
penentuan jam, tanggal, tahun penggajian pegawai dan penggunaan mata uang
dan sistem pendidikan. Lihat Abdul Irsan, Budaya dan Perilaku Politik Jepang
di Asia (Jakarta: Grafindo, 2007). 214 71 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 248
42
Jepang)
Jawa Shinbunkai
(Perusahaan Koran
Jawa)
Desember
1942
Penerbitan surat kabar
(pengelolaan
dipercayakan kepada
Asahi Shinbun)
(Kantor Berita)
Domei
Oktober
1942 Korespondensi
Jawa Engeki Kyokai
(Perserikatan Oesaha
Sandiwara Jepang)
Tidak
diketahui Produksi seni teater
Nihon Eigasha atau
Nichi’ei (perusahaan
Film Jepang)
April 1943 Produksi film
Eiga Haikyusha atau
Eihai (Perusahaan
pendistribusian
Film)
April 1943 Distribusi film
Setelah adanya pembentukan-pembentukan organisasi atau
biro khusus di atas, Sendenbu tidak lagi secara langsung
menjalankan propaganda Jepang. Sendenbu tugasnya hanya
menyusun rancangan dan bahan propaganda kemudian dibagikan
kepada unit-unit kerja yang bersangkutan.72 Walaupun demikian,
72 Terlepas dari organisasi propaganda Jepang dari berbagai fungsinya
di atas, awal pertama kali pendudukan Jepang di Indonesia, organisasi pertama
yang didirikan pemerintah militer Jepang yaitu “Gerakan 3A”. Gerakan 3A
yang didirikan dalam waktu beberapa minggu sejak kedatangan Jepang pada
awal April 1942. Gerakan 3 A ini memiliki makna Jepang adalah pemimpin
Asia, Jepang pelindung Asia, dan Jepang cahaya Asia. Lihat Jstor, Chiara
43
Sendenbu tetap memiliki pengaruh besar atas organisasi-
organisasi tersebut, melalui perannya sebagai markas besar
pengawasan dan koordinasi berbagai bidang operasi propaganda.
Dalam mengembangkan jaringan propaganda ke setiap
sudut dan pelosok desa Jawa, banyak staf-staf propaganda Jepang
dikirim ke kota-kota besar (Jakarta, Bandung, Yogyakarta,
Semarang, dan Surabaya) untuk menjalankan kegiatan
propaganda Jepang. Kemudian dibuat badan-badan setempat
yang lebih berkembang dan teratur, disebut Unit Operasi Distrik
(Chiho Kosakutai). Unit tersebut dibentuk dalam enam kota besar
yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan
Malang. Setiap Operasi Distrik, meliputi 3-4 keresidenan sebagai
berikut :73
a. Unit Operasi Distrik Jakarta :
Banten, Jakarta, Bogor, Kotamadya khusus Jakarta
b. Unit Operasi Distrik Bandung :
Priangan, Cirebon, Banyumas.
c. Unit Operasi Distrik Yogyakarta :
Yogyakarta (kesultanan), Surakarta (kesunanan), Madiun,
Kedu.
d. Unit Operasi Distrik Semarang :
Semarang, Pekalongan, Pati.
e. Unit Operasi Distrik Surabaya :
Surabaya, Bojonegoro, Madura.
f. Unit Operasi Distrik Malang :
Malang, Kediri, Besuki.
Formichi, “Islam and The making of Nation: Kartosuwiryo and Political Islam
in 20th Century Indonesia”, Brill (2012). 71 73 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 249
44
Pemerintah militer Jepang dalam melakukan berbagai
macam propaganda juga memiliki tema-tema yang diarahkan,
khususnya lebih menekankan pada tema-tema praktis dengan
sasaran konkret. Propaganda Jepang di Pulau Jawa bisa dikatakan
lebih bertujuan material dan indoktrinasi politik, sedangkan
intruksi moral hanya nomor dua. Menurut Adachi, mantan
Direktur Sendenbu, tema-tema utama propaganda yang dianut
pada setiap tahun ialah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Tema-Tema Propaganda74
Tahun Tema Propaganda
1943
- Gagasan tentang Kemakmuran Bersama Asia
Timur Raya
- Promosi peningkatan produksi padi
- Penyerahan padi
- Perekrutan romusha
- Pengumpulan seluruh kekuatan penduduk dan
persahabatan di antara mereka
- Penguatan kekuatan perang
- Pertahanan Jawa
1944
- Peresapan pemerintah militer (sic: ini dapat
ditafsirkan sebagai merujuk kepada keinginan
supaya penduduk memahami kebijakan
pemerintahan)
- Kepercayaan penduduk terhadap Jepang
- Konferensi Asia Timur Raya
- Promosi peningkatan produksi pangan
- Penghematan dan penabungan
- Perekrutan romusha
- Hiburan untuk orang Jepang dan penduduk
1945 - Pertahanan tanah air
- Pencegahan mata-mata (“Awas, Mata-mata
74 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 293
45
Moesoeh”)
- Promosi semangat perang orang Jepang
Tema-tema di atas kurang lebih mencerminkan perubahan
prinsip dan kebutuhan mendesak dari pemerintah militer Jepang.
Tetapi tidak semua tema-tema propaganda tersebut dipakai
namun disesuaikan lagi.
Pada tahun pertama pendudukan, tema-tema propaganda
lebih berorientasi ideologis.75 Pemerintah militer Jepang
dipusatkan pada usaha untuk memberi tahu rakyat mengenai
keinginan Jepang dalam keterlibatan perang dan dalam
menduduki wilayah Indonesia, bersamaan dengan penekanan
kejahatan Barat. Sasaran propaganda pada tahap ini yaitu untuk
mempengaruhi rakyat setempat agar menyingkirkan perasaan
anti-Jepang, serta membujuk mereka supaya menggabungkan
diri dalam pembangunan tatanan baru.76
Sedang tahap kedua, tema-tema yang lebih praktis dan
materialistis ditambahkan. Kebutuhan akan eksploitasi ekonomi
menjadi perhatian terpenting pemerintah militer, ketika situasi
perang berbalik tidak menguntungkan Jepang, dan ketika
kemungkinan akan serangan Sekutu ke Pulau Jawa semakin
75 Propaganda yang lebih berorientasi ideologis yang dimaksud adalah
propaganda yang ditujukan guna memperoleh kepercayaan masyarakat
Indonesia terhadap bangsa Jepang agar mereka mau bekerja sama dengan
Jepang dalam membangun tatanan baru. Propaganda dilakukan dengan
berbagai gagasan atau semboyan, seperti gagasan The Greater East Asia
dengan semboyan Coprosperity Sphere (Lingkungan Kemakmuran Bersama),
dan lainnya. Lihat : Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa : Perubahan
Sosial di Pedesaan 1942-1945. 262 76 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 294
46
meningkat. Kemudian pada tahun 1944, “penghematan dan
penabungan” ditambahkan, dan pada tahun 1945, “pencegahan
mata-mata” ditambahkan. Keduanya menunjukkan bahwa situasi
semakin serius dan berat.77
Kebanyakan topik masing-masing dapat dijabarkan menjadi
dua kategori. Kategori tersebut ialah mengenai “pertahanan” dan
“perekonomian”. Dengan kata lain, propaganda pemerintah
militer Jepang diarahkan untuk meningkatkan semangat
peperangan dan semangat kerja rakyat Indonesia demi
kelangsungan perang. Tetapi dalam penggunaan propaganda ini,
pemerintah militer Jepang sangatlah berhati-hati untuk tidak
mengaitkannya semata-mata demi keuntungan Jepang saja,
melainkan lebih menekankan bahwa usaha-usaha semacam itu
ditunjukkan demi keselamatan dan kesejahteraan Indonesia.
Kecenderungan ini diperkuat setelah adanya janji kemerdekaan
Indonesia pada September tahun 1944.78
B. Kebijakan Pers di Jawa tahun 1942
Istilah pers dalam bahasa Inggris berarti penyiaran secara
tercetak atau publikasi tercetak (printed publication).79 Pers
merupakan lembaga kemasyarakatan sehingga pers tidak hidup
secara mandiri melainkan mempengaruhi dan dipengaruhi
lembaga kemasyarakatan lainnya. Sebagaimana menurut Fred S
Siebert, pers tidak hidup dalam situasi yang kosong. Pers hidup
77 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 294 78 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 294-295 79 Prof. Drs. Onong Unchjana Effendy, M.A, Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktek, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001). 145
47
dalam sebuah masyarakat atau negara dengan sistem politik
tertentu. Sehingga sistem pers harus berelasi dengan negara atau
pemerintah tersebut.
Pada awalnya sejarah pers di Indonesia masa penjajahan
dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu pers nasional, pers
kolonial, dan pers Cina. Pers nasional dimaksudkan, surat-surat
kabar dan majalah-majalah yang diterbitkan dalam bahasa
Indonesia atau daerah atau bahkan bahasa Belanda, yang
digunakan oleh orang Indonesia untuk memperjuangkan hak-hak
bangsa Indonesia di masa penjajahan. Pers ini biasanya
digerakkan oleh kaum pergerakan nasional atau perintis
kemerdekaan. Sedang pers kolonial, surat-surat kabar dan
majalah-majalah yang dalam bahasa Belanda, daerah atau
Indonesia, yang digunakan untuk membela kepentingan kaum
kolonialis Belanda. Pers ini biasanya digerakkan oleh orang
Belanda. Selain itu ada pers Cina, surat-surat kabar dan majalah-
majalah dalam bahasa Cina, Indonesia, juga dalam bahasa
Belanda, yang diterbitkan oleh golongan penduduk Cina.80
Kondisi pers sebelum pendudukan Jepang, bisa dibilang
sangat sesuai dengan keadaan masyarakat, di mana ketiga
golongan penduduk tersebut, yakni kolonialis, kaum pergerakan
nasional, dan penduduk Cina dapat mencerminkan situasi
keadaan mereka yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang
80 Drs. I. Taufik, Sejarah dan Perkembangan Pers di Indonesia,
(Jakarta:PT. Triyinco, 1977). 17
48
saling bertentangan. Bahasa yang digunakan pun beragam,
tergantung pada pemilik pers tersebut. 81
Setelah berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda, yakni
tibanya masa pendudukan Jepang, surat-surat kabar dan majalah-
majalah yang awalnya masih terbit kemudian dilarang untuk
meneruskan penerbitannya. Semua surat kabar dan majalah yang
tadinya berusaha berdiri sendiri-sendiri dipaksa berhenti atau
bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan
dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan pemerintah militer
Jepang untuk memenangkan perang Asia Timur Raya.82
Jadi pada masa pemerintahan militer Jepang, pers
digunakan sebagai alat Jepang. Kabar-kabar berita serta
karangan-karangan yang dimuat harus ada kepentingan Jepang.
Selain itu, bisa dikatakan bahwa pers tersebut tidak independen
karena mendapat kontrol ketat dan subsidi langsung dari
pemerintah.83 Hal ini sesuai dengan Undang-undang No.1684
tentang pengawasan badan-badan pengumuman dan penerangan
dan penelikan umum dan penerangan, pasal 3 berbunyi :
81 Drs. I. Taufik, Sejarah dan Perkembangan Pers di Indonesia. 17-18 82 Banyak karyawan pers yang pada akhirnya harus memilih, ada yang
bersedia ikut bekerja sama dengan Pemerintah militer Jepang, sebagian
karyawan lain memilih untuk menganggur dan setia pada cita-cita mereka,
yaitu memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dan tidak sudi
bekerja sama dengan Pemerintah militer Jepang. Lihat Drs. I. Taufik, Sejarah
dan Perkembangan Pers di Indonesia. 31-32 83 Prof. Dr. Floyd G. Arpan, Wartawan Pembina Masyarakat,
(Bandung: Binatjipta, 1970). 17 84 Lihat Kan Po, Undang-undang No.16 tentang pengawasan badan-
badan pengumuman dan penerangan dan penilikan pengumuman dan
penerangan, Nomor istimewa, bulan 3 tahun 1943. 16 dan Kan Po, Osamu
Seirei No.6 tentang mengawasi penerbitan dsb, No.36, 1944. 6-8.
49
Terlarang menerbitkan barang cetakan yang berhubungan
dengan pengumuman atau penerangan baik yang berupa
penerbitan setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, maupun
penerbitan dengan tidak tertentu waktunya, kecuali oleh
badan-badan yang sudah mendapat janji.85
Dua segi yang menonjol dari UU itu ialah berlakunya
sistem izin terbit dan sensor preventif. Jadi, semua jenis barang
cetakan harus memiliki izin publikasi atau izin terbit terlebih
dahulu. Begitupun mengenai sensor preventif ditegaskan bahwa
semua barang cetakan, sebelum diedarkan harus melewati bagian
sensor Balatentara Jepang.86
Pada pasal lain tertera bahwa semua cetakan tidak boleh
dikirimkan ke luar dan tidak diperbolehkan barang cetakan dari
luar masuk ke wilayah pendudukan Jepang. Sementara saling
tukar-menukar publikasi antar daerah pun hanya boleh atas seizin
pemerintah militer Jepang. Bahkan bukan hanya penerbit yang
harus tunduk kepada sensor, pencetak pun setelah mendapat order
dari pihak swasta harus mendapat izin dari bagian sensor. Selain
itu, nama dan alamat pencetak dan penerbit yang menjadi
penanggung jawab harus tercetak jelas pada setiap penerbitan,
termasuk buku, poster, dan pamflet.87
Pers pada masa pemerintahan militer Jepang disediakan
berbagai macam fasilitas yang lebih banyak daripada masa
Hindia Belanda, juga pada bidang komersilnya mendapat
85 Soebagijo I. N, Sejarah Pers Indonesia, (Jakarta: Dewan Pers, 1977).
44-45 86 Abdurrachman Surjomihardjo, Beberapa Segi Perkembangan
Sejarah Pers di Indonesia, (Jakarta: Buku Kompas, 2002). 175 87 Abdurrachman Surjomihardjo, Beberapa Segi Perkembangan
Sejarah Pers di Indonesia. 175-176
50
kemajuan. Sebagaimana oplaag (Jumlah yang dicetak) masa
Hindia Belanda tidak berarti, maka masa pemerintah militer
Jepang oplaag harian-harian yang terbit rata-rata berkisar antara
20 ribu-30 ribu eksemplar tiap hari.88 Sedang peredaran di Pulau
Jawa diperkirakan 80.000 eksemplar untuk semua surat kabar,
5000 atau kurang untuk majalah distrik. Hal yang sama berlaku di
pulau-pulau lain.89
Jika aturan-aturan di atas tidak dipenuhi maka yang
melanggar akan mendapatkan hukuman. Hukuman yang
dikenakan kepada para pelanggar UU No. 16 cukup berat. Pada
pelanggar pasal 4,7,8, dan 9 diancam hukuman sampai satu
tahun penjara atau denda maksimum seribu rupiah. Para tertuduh
lebih dulu diajukan ke Gunsei Hooin atau Pengadilan Pemerintah
Militer. Sementara orang-orang yang dituduh melanggar pasal
2,3,5,6 diadili oleh Gunritsu Kaigi atau Pengadilan Militer.90
Walaupun demikian, masih banyak para wartawan pers
masa pemerintahan militer Jepang berusaha untuk menggunakan
kesempatan yang tersedia, misalnya di samping memuji-muji
kehebatan militer Jepang dalam medan peperangan, juga
melakukan pengorbanan semangat perlawanan terhadap
imperialisme dan mempertebal rasa nasionalisme di sela-sela
88 Drs. I. Taufik, Sejarah dan Perkembangan Pers di Indonesia. 32 89 Edward C. Smith, Sejarah Pembredelan Pers di Indonesia, (Jakarta :
Pustaka Grafiti Press.1983). 85 90 Abdurrachman Surjomihardjo, Beberapa Segi Perkembangan
Sejarah Pers di Indonesia. 176
51
berita dan artikel yang dibuatnya. Jika hal demikian terlihat maka
langsung diberi sanksi.91
Berdasarkan uraian di atas, terlihat jelas bahwa pada masa
pendudukan pemerintah militer Jepang semua media pers ada di
bawah pengawasan pemerintahan militer dan dipergunakan juga
sebagai alat propaganda perang Jepang melawan sekutu.92
Begitupun juga Bahasa yang digunakan ialah hanya bahasa
Indonesia dan bahasa Nippon93, selain daripada itu seperti bahasa
Belanda dan Cina sangat dilarang penerbitannya.94 Semua media
pers yang awalnya berdiri sendiri terpaksa bergabung menjadi
satu dan segala kontennya harus disesuaikan dengan rencana serta
tujuan-tujuan pemerintah militer Jepang. Segala hal yang
berkaitan dengan pemberitaan kepada masyarakat harus melewati
pemeriksaan dan se-izin pemerintah militer Jepang sehingga
seluruh media pers hanya memuat konten pro-Jepang semata.
Adapun alur yang harus dilalui oleh penerbit pada masa
pendudukan Jepang ialah penerbit yang hendak mengeluarkan
penerbitannya harus lebih dahulu menyerahkan isi penerbitan
kepada kantor pusat sensor atau cabangnya untuk diperiksa.
Setelah itu juga harus menyampaikan surat permohonan kepada
Gunseikan. Pada surat permohonan tersebut memuat deskripsi
91 Drs. I. Taufik, Sejarah dan Perkembangan Pers di Indonesia.. 33 92 Abdurrachman Surjomihardjo, Beberapa Segi Perkembangan
Sejarah Pers di Indonesia . 98 93 Nippon ialah nama lain dari Jepang, jadi bahasa Nippon yang
dimaksud ialah bahasa Jepang, yang pada masa pendudukan Jepang pelajaran
bahasa Jepang ini banyak terdapat dalam pers manapun sehingga mudah untuk
masyarakat Indonesia pelajari. 94 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah
Nasional Indonesia VI. 5
52
dari penerbit secara jelas dan dikemukakan juga ada atau tidak
dalam isi penerbitan itu soal-soal yang menjadi perhatian pada
masa sekarang atau dengan kata lain terkait dengan Asia Timur
Raya.95
Keadaan ini sangat sesuai dengan sistem pers Autoritarian
yang dianut Jepang. Dalam sistem ini pers berfungsi menunjang
negara dan pemerintahan, dengan kekuasaan untuk memajukan
rakyat sebagai tujuan utamanya. Pemerintah secara langsung
mengawasi dan menguasai kegiatan pers, sehingga sistem pers
sepenuhnya berada di bawah pengawasan Pemerintah militer
Jepang.
Adapun media pers pada masa pendudukan Jepang ini, ada
beberapa surat kabar yang berbahasa Jepang seperti Jawa
Shinbun di Jawa, Borneo Shinbun di Kalimantan, Celebes
Shinbun di Sulawesi, Sumatra Shinbun di Sumatera dan Ceram
Shinbun di Seram. Selain itu, juga ada surat kabar lainnya seperti
Asia Raja, Tjahja (Bandung), Sinar Matahari (Yogyakarta),
Soeara Asia (Surabaya), Sinar Baroe (Semarang) dan Djawa
Shinbun (Jakarta).96 Begitu juga, Pemandangan dan Kung Yung
Pao (Harian Umum) diteruskan dengan nama Pembangoenan.
Selain itu juga beberapa majalah yang terbit seperti Djawa Baroe,
Pandji Poestaka, Soeara MIAI, Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia, dan lain-lain. Seluruh media pers di atas
sudah tentu dalam penerbitannya harus mendapat izin dan
95 Lihat Osamu Seirei No.6 tentang mengawasi penerbitan dsb. 96 Abdurrachman Surjomihardjo, Beberapa Segi Perkembangan
Sejarah Pers di Indonesia. 101
53
melewati sensor yang ketat. Semua penerbitan tersebut tergabung
dalam satu perusahaan yang bernama Djawa Shinbun Kai
(Perusahaan Surat Kabar Jawa) yang membawahi pula kantor
Berita Domei. Istilah Djawa Shinbun Kai dalam Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia ialah Goen-Kenetsu-Han.
Djawa Shinbun Kai atau disebut juga Goen-Kenetsu-Han
merupakan perserikatan (gabungan) surat kabar-surat kabar di
Pulau Jawa. Goen-Kenetsu-Han diresmikan pada tanggal 3
Februari 1943 yang disahkan oleh Gunseikan di gedung bekas
Volksraad. Goen-Kenetsu-Han dipimpin oleh Boensjiro
Soezoeki, pemimpin Djawa Shinbun.97 Adapun pengurusnya
merupakan pimpinan redaksi semua surat kabar dan majalah yang
terbit di Pulau Jawa, termasuk Djawa Shinbun dan berita Domei
cabang Jakarta. Goen-Kenetsu-Han pada masa ini dijadikan
sebagai badan hukum sehingga semua surat kabar dan majalah
berada dalam pengaturan dan pengawasan Goen-Kenetsu-Han.
Dan perlu diketahui juga, Pemerintah militer Jepang juga
mengangkat dan menempatkan beberapa orang wartawan yang
berkebangsaan Jepang untuk mendapat kedudukan sebagai
penasehat (Shidobucho) pada Goen-Kenetsu-Han.98 Walaupun
dalam perjalanannya, para Shidobucho ini banyak menimbulkan
masalah daripada membantu kelancaran penerbitan.
Goen-Kenetsu-Han dalam Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia merupakan badan yang mengatur sekaligus
97 Djawa Baroe, 15 Februari 1943. 23 98 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah
Nasional Indonesia VI. 57
54
mengawasi keberadaan majalah yang terbit pada masa
pendudukan Jepang. Dalam Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia pada halaman pertama biasanya tertera tulisan
“Dengan Idzin Kantor Goen-Kenetsu-Han”.99 Hal ini berarti
bukan hanya Djawa Shinbun, Asia Raya, Tjahja, dan lain-lain
yang berada pada kontrol Jepang, melainkan Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia yang diterbitkan oleh Masyumi juga
berada dalam pengawasan Pemerintah militer Jepang.
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia dalam
penerbitannya selalu diawasi oleh Pemerintah militer Jepang.
Penerbitan majalah ini harus diperiksa terlebih dahulu oleh Goen-
Kenetsu-Han atau Djawa Shinbun Kai kemudian jika sudah
diterima maka majalah bisa diterbitkan segera. Pemeriksaan ini
dilaksanakan karena untuk memastikan isinya itu memuat soal-
soal yang menjadi perhatian pada masa sekarang atau dengan
kata lain terkait dengan Asia Timur Raya. Selain daripada isi
tersebut, maka tidak boleh diterbitkan. Hal lain termasuk juga
pengawasan dalam bentuk, jumlah dan peredarannya.
Selain diperiksa oleh Goen-Kenetsu-Han, majalah ini juga
harus memenuhi izin dari Hodohan. Hodohan100 atau disebut juga
kantor penerangan yang berfungsi sebagai kantor sensor yang
99 Lihat keterangan pada daftar Isi dalam Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun I 1 Desember 1943. 100 Jadi, setelah tentara Jepang berhasil menduduki dan menguasai
Pulau Jawa, maka Barisan Propaganda Tentara ke-16 diganti menjadi Kantor
penerangan (Hodohan). Hodohan merupakan bagian dari Kantor pemerintah
militer Jepang (Gunseikanbu). Lembaga ini dipimpin oleh Shimizu Hitosi
seorang propagandis yang berasal dari Asahi Shimbun. Kantor Penerangan
tersebut memiliki lima buah seksi yang terdiri dari : seksi umum, seksi
penyiaran, seksi Film, seksi Propaganda, dan seksi Radio.
55
bertugas mengamati dan mensensor segala isi penerbitan yang
ada pada waktu itu, serta mengatur dan mengarahkan kehidupan
media massa ke arah kepentingan pihak penguasa Jepang dalam
upaya menunjang kemenangan bersama Asia Timur Raya.
Adapun kantor-kantor sensor tersebut berada di Jakarta,
Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo dan Surabaya. Kantor
pusat sensor ditempatkan di Jakarta.101
Jadi, terbit atau tidaknya Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia tergantung pada keputusan Goen-Kenetsu-
Han. Apabila telah sesuai dengan kriteria, maka diterbitkan.
Biasanya bukti perizinan majalah tersebut juga ditandai oleh
sebuah stempel atau cap pada Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia.
C. Politik Islam Pemerintah militer Jepang
Pada awal tahun 1943, pendekatan Jepang terhadap
golongan Islam semakin gencar. Tujuannya jelas untuk
memobilisasi umat Islam untuk membantu Jepang dalam Perang
Asia Timur Raya. Pemerintah militer Jepang menaruh perhatian
cukup besar atas urgensi Islam di Pulau Jawa dengan
memberikan peran sosial dan politik yang penting kepada
pemimpin Islam. Bagi Jepang, Islam penting sebagai perangkat
propaganda politik dan mobilisasi massa pada saat itu sehingga
wajar jika pemerintah militer Jepang menaruh perhatian khusus
terhadap peran pemimpin Islam. Pemerintah militer Jepang juga
tampaknya tidak memerlukan waktu yang lama untuk
101 Drs Marbangun Hardjowirogo, Kebebasan Penerangan: Landasan
Operasi Media Massa, (Jakarta: Djambatan, 1984). 29
56
memenangkan dukungan kelompok Islam. Salah satu faktor yang
menguntungkan saat itu ialah sikap politik anti-kolonial
kelompok Islam.102
Pemerintah militer Jepang menganggap Islam sebagai
sebuah ideologi yang bertentangan dengan kebudayaan Barat.
Mereka memandang agama sebagai sebuah alat yang penting
untuk memanipulasi pikiran rakyat. Meskipun Jepang sendiri
kafir, sebagaimana orang Belanda, mereka sedapat mungkin
berusaha mengabaikan fakta ini dengan menekankan kesamaan
nenek moyang dan ras yang sama.103 Dengan demikian, politik
Islam Jepang selalu merupakan bagian kebijaksanaan yang tak
terpisahkan dari operasi propaganda pemerintah militer Jepang.
Kebijaksanaan yang diambil tersebut dinamakan Nippon’s
Islamic Grass Root Policy.104
Politik Islam Jepang yang dimaksud ialah keadaan dimana
pemerintah militer Jepang berusaha untuk memanfaatkan ulama
dan kiai serta memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan umat Islam
dalam memperlancarkan usaha propaganda kepentingan Jepang.
Dalam upaya menjalankan propaganda kepentingan Jepang,
harapan yang sangat besar dicurahkan, yaitu kepada guru-guru
Islam setempat yang sehari-seharinya berhubungan langsung
dengan rakyat. Guru-guru Islam dalam hal ini disebut juga alim
102 Taufik Abdullah, Ed., Indonesia dalam Arus Sejarah : Perang dan
Revolusi Jilid VI, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. 2011). 66 103 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 304 104 Ahmad Mansur Suryanegara, Wacana Pergerakan Islam Indonesia,
Bandung: Mizan, 1998. 259. Lihat Juga
https://serbasejarah.wordpress.com/2009/08/30/kebijakan-politik-islam-
jepang/ (akses 8 Agustus 2018 pukul 11.00 WIB)
57
ulama dan diberi gelar “kiai”. Istilah “ulama” berasal dari kata
“ilmu” yang berarti pengajaran dan pengetahuan dalam bahasa
Arab, dan di Pulau Jawa istilah ini berarti seseorang dengan
pengetahuan Islam di Pesantren, dan beberapa orang di antaranya
telah pergi naik haji ke Mekkah.105
Alim ulama atau kiai biasanya memainkan peranan penting
di masyarakat pedesaan sebagai pemimpin spiritual, dan rakyat
sangat menghormati keberadaannya. Ketika masa penjajahan
Belanda, sering terjadi alim ulama memimpin gerakan anti
penjajahan sehingga mereka ditakuti dan dihindari oleh
Pemerintah kolonial Belanda. Mereka tidak menerima tunjangan
keuangan atau kebendaan dari Pemerintah dan mereka juga
diawasi secara ketat melalui Goeroe Ordonantie 1925.106 Hal ini
tentu berbeda sekali dengan sikap yang ditunjukan Jepang, justru
pemerintah militer Jepang menunjukkan sikap yang sangat
bersahabat terhadap alim ulama dan berusaha menggalang
kerjasama dengan mereka.
Segenap ulama dan kiai-kiai di Pulau Jawa mendapatkan
amanat yang penting dari Gunseikanbu, adapun amanat tersebut
di antaranya :107
1. Guru-guru agama Islam yang hendak berpidato untuk
menjelaskan arti peperangan Asia Timur Raya atau untuk
105Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 304 106 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 305 107 S. Wirohardjono, “Keoentoengan dan kewadjiban penting: Hadiah
oentoek para oelama sekarang” , Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia, No.5 Tahun II 1 Maret 1944. 9
58
menggiatkan rakyat supaya membantu Pemerintah militer
Jepang dalam persidangan dan upacara-upacara agama
yang biasa dilakukan di masjid-masjid, langgar-langgar,
pengadilan dan sebagainya, tidak perlu minta izin.
2. Guru-guru Agama Islam yang hendak mengadakan
persidangan-persidangan yang tidak termasuk dalam pasal
kesatu, diharuskan meminta izin terlebih dahulu seperti
yang dimaksud oleh undang-undang tentang bersidang
dan berkumpul, akan tetapi izin ini akan diberikan
dengan mudah dan gampang.
3. Pangreh Praja ditiap-tiap daerah harus memberi kesempatan
kepada guru-guru Agama Islam untuk mengadakan pidato-
pidato dan tabligh-tabligh akbar yang bermaksud
menganjurkan supaya membantu pemerintah militer
Jepang.
Pada awal masa pendudukan, banyak tindakan-tindakan
Pemerintah militer Jepang yang bersahabat dengan ulama di
Pulau Jawa saat itu. Seperti halnya seorang tokoh NU, K.H
Ruhiat, pada akhir Februari 1942, kedua kalinya K.H Ruhiat
ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Setelah wilayah Hindia Belanda berhasil direbut oleh pemerintah
militer Jepang, semua tahanan politik terutama kalangan ulama
segera dibebaskan, termasuk K.H. Ruhiat, karena pemerintah
militer Jepang sangat membutuhkan pengaruh ulama dalam
rangka memperkuat kedudukannya di Pulau Jawa.108
108 Mifathul Falah, Peranan K.H.Ruhyat dalam Perjuangan Bangsa
(1911-1977), Bandung: MSI Jawa Barat, 2010). 58-59
59
Pada bulan Maret 1942 pemerintah militer Jepang
mendirikan Shumubu (Kantor Urusan Agama) di bawah Kolonel
Horie Choso. Badan tersebut kemudian mengirimkan sejumlah
stafnya yang terdiri atas orang-orang Jepang yang beragama
Islam untuk mendekati para ulama dan pemimpin Islam lainnya.
Setelah serangkaian penjajakan, pemerintah militer Jepang
memutuskan untuk bersikap toleran terhadap kelompok Islam.
Untuk mengembangkan pengaruh Jepang di kalangan kelompok
Islam, Kolonel Horie secara berturut-turut mengadakan
pertemuan-pertemuan dengan umat Islam demi melakukan
pendekatan terhadap kelompok Islam.109
Menurut pemerintah militer Jepang, upaya pendekatan
pemerintah terhadap kelompok Islam jauh lebih masuk akal dan
mendesak daripada memenuhi keinginan elit-elit nasionalis,110
apalagi kaum priyayi Jawa yang merupakan mantan pejabat
Belanda. Perkembangan awal yang paling menarik dalam kaitan
politik Jepang terhadap Islam ialah dengan diadakannya sebuah
konferensi Islam untuk seluruh Pulau Jawa, yang diselenggarakan
selama tiga hari di Jakarta antara tanggal 1-13 Agustus 1942.
Konferensi itu mengundang semua pemimpin Islam dari
kelompok-kelompok organisasi Islam di Jawa. Para pemimpin
delegasi Islam ke konferensi itu dijamu oleh pembesar Jepang di
109 Nino Oktorino, Di bawah Matahari terbit: Sejarah Pendudukan
Jepang di Indonesia 1941-1945, (Jakarta: Elex Media Komputido, 2016). 209 110 Terdapat dua sikap yang ditunjukkan oleh kelompok nasionalis
terhadap kehadiran Pemerintah militer Jepang. Yakni pertama, kelompok yang
melihat Jepang sebagai musuh yang fasis. Kelompok ini tidak bersedia bekerja
sama dengan Pemerintah militer Jepang seperti Syarir, Amir Syariffudin, dan
lain-lain. Sedangkan kedua ialah kelompok yang lebih memilih untuk bekerja
sama dengan Pemerintah militer Jepang seperti Soekarno dan lain-lain.
60
sebuah hotel termegah di Jakarta pada waktu itu, Des Indes.111
Bukan hanya itu pemerintah militer Jepang juga menyusun
berbagai program di antaranya mengunjungi masjid-masjid dan
pesantren-pesantren di Jawa serta pendirian Baitul Mal112 di
beberapa daerah. Suatu peristiwa yang belum pernah terjadi
sebelumnya dan tentunya menaikkan citra dan penghormatan
baru bagi kelompok Islam dalam hubungannya dengan Jepang.
Adanya pendekatan yang dilakukan pemerintah militer
Jepang terhadap para kiai atau ulama secara masif membuat
kelompok Islam turut andil dalam memberikan penerangan-
penerangan kepada umat Islam di Pulau Jawa. Sebagaimana yang
dilakukan para kiai atau ulama di Cirebon mendatangi pekerja
111 Tujuan konferensi itu ialah meresmikan berdirinya persiapan
Persatoean Oemat Islam (selanjutnya disingkat Persatoean) yang sudah ada
dalam ‘saku’ Jepang, yang sudah dirancang sejak Juni sebelumnya.
Persatoean dimaksudkan untuk menggantikan MIAI. Seperti halnya MIAI,
Persatoean didirikan sekitar Agustus 1942 yang merupakan federasi longgar
organisasi-organisasi Islam tempat kelompok modernis dan ortodoks
bergabung dengan ketuanya Abikusno Tjokrosuroso ..... Taufik Abdullah, ed.,
Indonesia dalam Arus Sejarah : Perang dan Revolusi Jilid VI, (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve. 2011). 67 Posisi MIAI tidak menguntungkan lagi bagi
Jepang setelah Jepang berhasil membangun kontak langsung dengan umat
Islam, MIAI tidak lagi diajak bicara dalam mengatasi persoalan-persoalan
Islam di Indonesia. Lihat Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah Jilid ,
Bandung: PT Salamadani Pustaka Semestra, 2010. 531 112 Baitul Mal merupakan suatu kantor bendahara Islam pusat untuk
menerima zakat agama dan pembayarannya untuk menolong kaum miskin dan
yang membutuhkannya. Ini merupakan salah satu program dari MIAI yang
mendapatkan perhatian besar dari Pemerintah militer Jepang dan dapat
direalisasikan dengan sukses di beberapa tempat di Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur.... Benda, Harry J. Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam
Idonesia pada Masa Pendudukan Jepang (terj), (Jakarta: PT Dunia Pustaka
Jaya, 1980). 178
61
buruh dan memberikan nasehat kepada ribuan buruh yang bekerja
di daerah Cirebon, berikut nasehatnya :113
Sesoenggohnja, memenoehi kehendak Pemerintah, Negeri,
dan Bangsa adalah kewadjiban oemmat Islam. Maka jang
berchianat terhadap kehendak itoe, orang itoe melanggar
hoekoem agama Islam.
Selain beberapa peristiwa yang telah disebutkan di atas,
pemerintah militer Jepang juga terus gencar menjalankan politik
Islam Jepang. Ada tiga tindakan yang dilakukan pemerintah
militer Jepang dalam strateginya memanfaatkan alim ulama
dalam kebijakan propaganda dan mobilisasi massa. Strategi
tersebut di antaranya114 :
1. Didirikannya Masyumi
2. Dibentuknya seksi urusan keagamaan (Shumuka)
3. Diselenggarakannya program “Latihan Alim Ulama”
Ketiga poin di atas merupakan strategi Pemerintah militer
Jepang terhadap umat Islam dalam rangka menjalankan
kerjasama propaganda Jepang. Mulai dari dibentuknya organisasi
Masyumi. Kemudian dibentuk juga Shumuka di setiap
pemerintahan karesidenan, yang memiliki kewajiban penting
dalam melakukan kontrol atas alim ulama setempat dan
memobilisasi rakyat demi tujuan-tujuan propaganda Jepang.115
Terakhir, program “Latihan Alim Ulama” sebagai bentuk usaha
113 Shuumubu, Mendjalankan Kewadjiban, Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun I 1 Desember 1943. 16 114Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 305 115 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 316-321
62
untuk membuat alim ulama yang berpengaruh sebagai
propagandis yang pro Jepang.116
Dalam hal ini pada masa pendudukan Jepang, Masyumi
sebagai satu-satunya organisasi Islam yang kemudian dijadikan
sebagai alat politik Islam Jepang dalam memperlancarkan operasi
propaganda Jepang di Pulau Jawa. Menurut Deliar Noer ada
beberapa faktor yang mendorong pemerintah militer jepang
meresmikan organisasi Islam yaitu Masyumi. Pertama, Jepang
mengalami kemunduran kedudukan dalam Perang Pasifik
sehingga membuat Jepang memerlukan bantuan yang lebih besar
dari rakyat, khususnya penduduk di daerah pedesaan. Oleh karena
itu diperlukan suatu organisasi yang dipatuhi oleh rakyat. Kedua,
kenyataan bahwa organisasi yang telah dilarang pun, walau tidak
resmi, masih melanjutkan kegiatan-kegiatan mereka dengan
pimpinan dan guru-guru setempat, bahkan masih sering menjaga
koordinasi sesama mereka. Dengan adanya hubungan tidak resmi
tersebut mempersulit pemerintah militer Jepang dalam melakukan
pengawasan. Maka lewat pengesahan Pemerintah militer Jepang,
pengawasan akan lebih mudah dilakukan. Ketiga, adanya
pengakuan Jepang terhadap fungsi Pusat Tenaga Rakyat
(PUTERA) dan kemudian Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa
(Jawa Hokokai) yang tidak mampu memperoleh dukungan penuh
116 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 322 . Latihan-latihan ulama dilaksanakan pada Juli
1943. Jepang sengaja memanfaatkan ulama untuk menyebarkan budaya Jepang
yaitu dengan cara mendoktrin ulama melalui latihan-latihan. Hal ini dijalankan
ketika Shumubu masih dikepalai oleh Kolonel Horie. Lihat Musyrifah
Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2012). 39
63
dari kalangan Islam. Keempat, pemerintah militer Jepang
tampaknya ingin memperbaiki beberapa kesalahan yang telah
diperbuat pemerintah terhadap umat Islam, seperti mewajibkan
pelaksanaan upacara Saikeirei (memberi hormat kepada Kaisar
Jepang dengan membungkukkan badan), menahan K.H. Hasyim
Asy’ari selama 4 bulan, dan menutup madrasah dan pesantren
selama beberapa bulan pada awal pedudukan.117
D. Politik Islam Masyumi
Pada masa pendudukan Jepang, Pemerintah militer Jepang
mulai memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk terlibat
aktif dalam urusan-urusan politik dan kenegaraan; sesuatu yang
sangat sulit diperoleh pada masa Hindia Belanda. Suasana inilah
yang mendorong umat Islam, khususnya Masyumi, untuk
merumuskan pemikiran di sekitar isu tentang Islam dan
Jepang.118
Perlu diketahui, hadirnya organisasi Islam Masyumi dengan
tujuan memperkuat organisasi Islam dan membantu Pemerintah
militer Jepang dalam kepentingan Asia Timur Raya menunjukkan
bahwa telah terjalinnya hubungan antara umat Islam dengan
pemerintah militer Jepang. Karena memang tidak semudah itu
pemerintah militer mengizinkannya, dan hal ini tentu menjadi
konsekuensi untuk Masyumi bersikap kooperatif terhadap
pemerintah militer Jepang. Segala aktivitas Masyumi harus
117 Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965, (Jakarta:
Grafiti Press, 1987). 23-24 118 Taufik Abdullah, ed., Hubungan Indonesia dan Jepang dalam
Lintasan Sejarah, (Jakarta:Kemendikbud, 2018). 135
64
bersinergi dengan pemerintah militer Jepang demi membantu
kepentingan Perang Asia Timur Raya.
Pada awal tahun 1943, kolonel Horie Choso, pimpinan
Shumubu, mengutus beberapa stafnya untuk menemui sejumlah
ulama terkemuka di Pulau Jawa, antara lain H.Abdul Muniam
Inada. Kolonel Horie juga menemui K.H. Ahmad Sanusi di
Pesantren Gunung Puyuh agar mau bekerja sama membangun
lingkungan kemakmuran Asia Timur Raya. Respon K.H Ahmad
Sanusi tidak menolak tawaran kerja sama tersebut, ia memilih
jalan kooperatif. Sikap kooperatif K.H. Ahmad Sanusi bukan
berarti berposisi sebagai boneka Jepang. Kerja sama yang
dilakukan hanya semata-mata sebagai bentuk strategi dalam
perjuangan membebaskan bangsa Indonesia.119 Begitu pun
dengan ulama-ulama lain di Pulau Jawa, sebagian dari mereka
lebih memilih untuk bersikap kooperatif terhadap pemerintah
militer Jepang.
Sebagai saudara ketahui, kini telah terbentuk suatu badan
gabungan dari semua partai dan organisasi Islam, namanya
Majelis Syuro Muslimin Indonesia, disingkat menjadi
Masyumi. Nama ini mirip-mirip seperti bahasa Jepang, biar
mereka senang. Tak apalah, apa artinya sebuah
nama!.....Ketuanya telah dipilih, Hadratus Syaikh Hasyim
Asyari dan sebagai pelaksana sehari-hari adalah saya
sendiri120
Inilah ungkapan seorang tokoh muslim terkemuka
pimpinan NU K.H. Wachid Hasyim kepada K.H. Saifudin Zuhri
119 Miftahul Falah, Riwayat Perjuangan K.H. Ahmad Sanusi,
(Sukabumi: Masyarakat Sejarawan Indonesia,2009). 128 120 KH Saifudin Zuhri, Guruku orang-orang dari Pesantren,
(Yoyakarta: LKIS. 2001). 251
65
saat bertemu di Jakarta tahun 1943. K.H. Wachid Hasyim ialah
ketua harian yang turut andil langsung dalam aktivitas Masyumi.
Bahkan terbitnya Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia
pun atas prakarsa beliau.
K.H. Wachid Hasyim mengetahui betul posisi Masyumi
pada masa pemerintahan militer Jepang. Menurutnya ini
merupakan kesempatan menyusun strategi kelompok Islam dalam
menghadapi pemerintah militer Jepang. Bahkan ketika ditanya
oleh K.H. Saifudin Zuhri apa tujuan Masyumi, K.H. Wachid
Hasyim dengan tegas menjawab:
Menyusun seluruh tenaga Umat Islam Indonesia membantu
Jepang ke arah tercapainya kemenangan akhir bagi kita !121
K.H. Wachid Hasyim sengaja memakai kalimat itu agar
pemerintah militer Jepang mengira bahwa kita itu artinya mereka.
Padahal yang sebenarnya adalah umat Islam. Selama masa
tersebut, K.H. Wachid Hasyim selalu mengadakan pertemuan-
pertemuan dan komunikasi antarulama sehingga menghasilkan
kesepakatan bahwasanya kesempatan-kesempatan ini bisa
dijadikan strategi umat Islam untuk mendesak pemerintah militer
Jepang agar memberikan kesempatan kepada rakyat untuk
mengatur urusan di dalam negeri, agar Jepang lebih fokus pada
pihak sekutu.
Apapun dilakukan oleh Masyumi demi menunjukkan sikap
kooperatif dengan Pemerintah militer Jepang. Adapun strategi
yang diusulkan oleh K.H. Wachid Hasyim sebagai berikut :122
121 K.H. Saifudin Zuhri, Guruku orang-orang dari Pesantren. 251 122 KH Saifudin Zuhri, Guruku orang-orang dari Pesantren.. 252
66
Kita selalu membuat slogan-slogan dan gerakan-gerakan
begitu rupa, untuk menimbulkan kesan seolah-olah kita
senasib sepenanggungan dengan mereka. Misalnya, pada
kampanye-kampanye Jepang melawan sekutu, kita gunakan
untuk kampanye anti Belanda. Anggota sekutu yag ingin
kembali hendak menjajah kita lagi. Kita perhebat kampanye
anti belanda ini. Dengan demikian Jepang percaya bahwa
kita anti Belanda. Menurut tafsiran Jepang, anti Belanda
sama dengan anti sekutu, dan anti sekutu sama dengan pro
Jepang. Itu menurut logika mereka.
K.H. Wachid Hasyim menegaskan hubungan strategi-
strategi yang telah disebutkan di atas dengan Masyumi akan
ditindak lanjuti melalui adanya Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia. Beliau akan menerbitkan Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia yang memuat konten propaganda
pro kepentingan pemerintah militer Jepang. Beliau juga meminta
K.H. Saifudin Zuhri, Harsono Cokroaminoto, K.H. Mukhtar, dan
A Barri Al-Bahri untuk membantu dalam tim redaksinya.123
123 KH Saifudin Zuhri, Guruku orang-orang dari Pesantren. 254
67
BAB V
PROPAGANDA MASYUMI DALAM MADJALLAH ISLAM
SOEARA MOESLIMIN INDONESIA 1943-1945
A. Propaganda Peningkatan Produksi Hasil Bumi
Maraknya peperangan pada pendudukan militer Jepang
mengakibatkan banyak perubahan dalam struktur perekonomian
di Jawa, khususnya pertanian. Di Pulau Jawa, dengan tanahnya
yang subur, sumber daya alam yang melimpah dan penduduknya
yang banyak, dianggap memiliki potensi yang cukup besar sekali.
Berbagai macam aktivitas perekonomian di Pulau Jawa diarahkan
sedemikian rupa demi bisa melayani upaya perang pemerintah
militer Jepang melawan sekutu.124 Prioritas tinggi yang
diutamakan ialah produksi bahan makanan dan kebutuhan
perang.125 Oleh sebab itu, pemerintah militer Jepang berusaha
mengeksploitasinya melalui adanya tuntutan peningkatan
produksi hasil bumi dengan cara propaganda.
Usaha peningkatan produksi hasil bumi disebarluaskan
dengan berbagai macam cara selama masa pendudukan Jepang
baik berupa kebijakan maupun media. Seperti halnya di Tasik
Malaya, bupati Raden Tumenggung Wiradiputra diberi tugas oleh
pemerintah militer Jepang untuk mengumpulkan beras sebanyak
tiga kuintal per bulan untuk memenuhi kebutuhan logistik militer
Jepang. Bupati tersebut pernah menolaknya hingga hanya mampu
124 Sekutu, di antaranya Belanda, Inggeris dan Amerika. 125 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 3-4
68
menyanggupi untuk mengadakan beras sebanyak satu kuintal saja
per bulan. Namun pemerintah terus memaksakan kehendaknya,
sehingga rakyat benar-benar diperas tenaganya untuk memenuhi
kebutuhan logistik militer Jepang tersebut.126
Propaganda peningkatan produksi hasil bumi ini juga
dilakukan oleh Masyumi dalam Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia. Propaganda dimuat melalui berita dan
artikel-artikel yang ditulis langsung oleh tokoh-tokoh Masyumi
seperti K.H Hasyim Asy’ari, K.H Mas Mansur, K.H. A Moe’thi,
Ki Dar, dan lain-lain. Pada 1 Januari 1944, tepat terbitnya
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia edisi ke-1 tahun
ke-2, terdapat berita Masyumi atas hasil dari rapat Masyumi yang
telah berlangsung pada tanggal 20 Desember 1943 yang
menginformasikan perihal anjuran kewajiban propaganda
pertanian yang harus dilaksanakan oleh kiai atau alim ulama di
Pulau Jawa. Adapun hasil dari rapat yang dimuat dalam
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, sebagai berikut127
:
a. Membangoenkan badan “Barisan Memperbanjak hasil
boemi”
b. Anggota barisan propaganda memperbanjak hasil boemi
terdiri dari para Oelama dan Kijai dari Persjarikatan
Nahdatoel Oelama dan Moehammadiyah serta para Alim
Oelama jang terkemoeka di seloeroeh Djawa.
c. Tjaranya melakoekan propaganda akan dilakoekan
bersama-sama dengan wakil-wakil dari masing-masing
daerah.
126 Miftahul Falah, Peranan K.H. Ruhyat dalam Perjuangan Bangsa
(1911-1977). 60 127 Anonim, “Berita Masyumi”, Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indoneia No. 1 Tahun II 1 Januari 1944. (tanpa halaman)
69
d. Waktoenja mendjalankan propaganda moelai tanggal 1
sampai 10 Djanoeari 2604.
e. Akan membikin Choetbah propaganda memperbanjak
hasil boemi, yang akan dikhoetbahkan sesoedah
sembahjang Djoemat.
Selain berita hasil rapat tersebut, K.H A. Moe’thi selaku
ketua harian Masyumi juga menyampaikan informasi melalui
artikel yang berjudul “Andjoeran dan nasehat bagi anggauta-
anggauta barisan memperbanjak hasil boemi, kepada oemoem jg
bersangkoetan” seruan tersebut berisi sebagai berikut :128
Pendek kata kita haroes menang, kita haroes menang!. Dari
itoe kita haroes bersama-sama serentak memperbanjak hasil
boemi :
a. Djanganlah ada sedjengkal tanah jang kosong tak
ditanami; halaman masdjid, halaman langgar, halaman
roemah, di tepi-tepi pendirian apa sadja, dan tanah-tanah
jang mati atau kosong lainnja, tanamilah dengan katjang
atau djagoeng atau lagi djarak dll mana jang perloe dan
mana jang sekira lebih banjak hasilnja.
b. Perbaiki dan pergiatkanlah! Penanaman padi ini tahoen,
demikian kedele, djagoeng, dll di semoea sawah-sawah
dan ladang.
c. Gerakkanlah dan nasehatkanlah kepada seloeroeh rajat
segala bangsa hendaknja serentak menghilangkan segala
matjam kemalasannja bahkan soepaja menambah giat
bekerdjanja oentoek a dan b di atas moelai hari ini
djoega.
d. Hendaklah kesemoeanja itoe dikerdjakan dan dipenoehi
dengan kemaoean sendiri dan dengan keinsjafan jang
sempoerna dan keikhlasan jang moerni.
128 K.H. A. Moe’thi, “Andjoeran dan nasehat bagi anggauta-anggauta
barisan memperbanjak hasil boemi, dan kepada oemoem jg bersangkoetan”,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.1 Tahun II 1 Januari 1944. 6
70
Propaganda memperbanyak hasil bumi secara intensif
disebarluaskan pada kaum tani muslim di Jawa khususnya dan
masyarakat biasa pada umumnya. Usaha memperbanyak hasil
bumi ini dipropagandakan sebagai sebuah kewajiban bagi kaum
tani muslimin pada masa peperangan, karena tiap-tiap daerah
harus sebanyak mungkin dapat menghasilkan sendiri semua
bahan-bahan dan barang-barang yang dibutuhkan oleh penduduk
untuk keperluan hidupnya dan Perang Asia Timur Raya.
Sebagaimana yang tertera pada artikel yang dikemukakan
Pimpinan Masyumi berdasarkan kemufakatan Shumubu (Jakarta)
pada Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia sebagai
berikut,
Karena Balatentara Dai Nippon soedah melepaskan kita,
kaoem moeslimin, dari penindasan Belanda, Inggeris dan
Amerika, dan Pemerintah Balatentara Dai Nippon soedah
memberikan banjak perlindoengan-perlindoengan terhadap
kaoem Moeslimin di Djawa, wajiblah kita semoea sebagai
kaoem Moeslimin toeroet menjoesoen barisan-barisan jg
kokoh dan koeat itoe oentoek membantoe Pemerintah
Balatentara Dai Nippon sebagai tanda terima kasih kita.
Boeat kaoem tani moeslimin salah satoe djalan oentoek
toeroet menjoesoen dan memperkokohkan barisan-belakang
ini dan membantoe Pemerintah Balatentara, ialah bekerdja
dengan sekoeat-koeatnya oentek memperbanjak hasil
boeminja. Memperbanjak hasil boemi adalah soeatoe
kewadjiban bagi kaoem tani Moeslimin, lebih-lebih dalam
waktoe peperangan ini129
Slogan “memperbanyak hasil bumi” merupakan
propaganda dalam bidang pertanian yang disebarkan secara terus-
129 Pimpinan Masyumi dan Syuumubu, “Memperbanjak Hasil Boemi”,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.1 Tahun II 1 Januari 1944. 4
71
menerus. Menurut pernyataan di atas, keberhasilan pemerintah
militer Jepang dalam melawan sekutu dianggap sebuah jasa
pemerintah militer Jepang untuk umat Islam di Pulau Jawa untuk
melindunginya dari sekutu, khususnya Belanda. Dan banyak pula
penghargaan dari pemerintah militer Jepang terhadap kehormatan
dan kedudukan para ulama yang patut diapresiasi. Untuk itu
dalam membalas jasa yang telah diberikan, umat Islam sudah
seharusnya membantu pemerintah militer Jepang melalui
memperbanyak hasil bumi di Pulau Jawa. Dan usaha
memperbanyak hasil bumi pun juga merupakan suatu anjuran
yang tidak bertentangan dengan Islam.
Sama halnya dengan artikel yang dikarang Ki Dar yang
mengatakan bahwa :
Kedatangan Balatentara Dai Nippon disini, tidak sadja
soedah melepaskan dari ikatan rantai penindas dan
pendjajah pihak sekoetoe, bahkan kita sebagai rakjat
Indonesia diakoei sebagai saudaranja, dan agama kita
djoega mendapat penghargaan dan penghormatan.
Boekankah toean-toean telah mendengar dan mengetahoei
sendiri, bahwa para oelama kita telah diberi kehormatan
dan kedoedoekan sepantasnja jang berkenaan dengan
deradjat ke’oelamaannja130
Artikel yang ditulis oleh Ki Dar menjelaskan bahwa alasan
membantu pemerintahan militer Jepang bukan hanya perihal rasa
terima kasih, melainkan sikap baik Pemerintah militer Jepang
terhadap umat Islam juga menjadi alasan. Pemerintah militer
Jepang mengakui bahwa umat Islam di Indonesia khususnya
130 Pimpinan Masyumi dan Syuumubu, “Memperbanjak Hasil Boemi”,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.1 Tahun II 1 Januari 1944. 4
72
Pulau Jawa ialah saudaranya. Begitu pun dengan agama Islam
sangat dihormati oleh pemerintah militer Jepang. Ada beberapa
hal yang dikemukakan terkait dengan bentuk kehormatan dan
kedudukan derajat ulama yang dimaksud dalam artikel tersebut,
seperti :131
1. Tiap tahun siapapun ulama yang menghadap dapat diterima
dengan baik oleh Pemerintah militer Jepang di Istana.
2. Dengan adanya Chuo Sangi In dan Shu Shangi Kai, banyak
ulama kita mendapat kedudukan menjadi anggotanya yang
berarti bahwa ulama kita itu diberi hak yang sama untuk
merundingkan urusan negara.
3. Dengan diijinkannya mengadakan prajurit Suka Rela
Pembela Tanah Air , banyak ulama kita diberi kedudukan
menjabat pangkat yang tinggi dalam keprajuritan itu.
4. Diadakannya pelatihan-pelatihan ulama.
5. Dan lain-lain
Dalam upaya meningkatkan produksi pertanian ini,
pimpinan Masyumi sebagai organisasi Islam yang diresmikan
oleh Jepang melakukan propaganda pertanian dalam Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia melalui berbagai berita
Masyumi dan artikel-artikel yang terdapat pada majalah tersebut.
Masyumi bersedia melakukan propaganda pertanian ini karena
demi menimbulkan kesan bahwa Masyumi mendukung
kebutuhan-kebutuhan pemerintah militer Jepang. Propaganda
anjuran memperbanyak hasil bumi juga ada dalam pandangan
131 Ki Dar, “Beroesaha Memperbanjak Hasil Boemi”, Madjallah Islam
Soera Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun II 1 Januari 1944. 74
73
Islam sehingga Masyumi tidak keberatan untuk melakukan
propaganda hasil bumi tersebut. Begitu pun dengan syarat
penerbitan Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, harus
memuat isi yang menjadi fokus kemakmuran Asia Timur Raya
agar dapat dengan mudah diterbitkan.
Pada masa peperangan, pemerintah militer Jepang memang
sangat membutuhkan persediaan makanan sebanyak-banyaknya.
Karena jika tidak, prajurit yang bertarung akan kekurangan
tenaga dalam menghadapi serangan-serangan sekutu dan akan
mengalami kekalahan. Sehingga untuk mempertahankan itu
semua, kebutuhan prajurit harus dicukupi.
Apakah jang bergoena untoek mempertahankan negeri kita?
Serdadoe jang penoeh semangat keperadjoeritan serta alat
peperangan haroes siap lengkap. Di samping itoe haroes
ada persediaan barang makanan sebanjak-banjaknya.
Ma’loemlah kita, bahwa soal makanan teramat penting
bagi peperangan. Karena meskipoen kiranja alat tjoekoep
adanja, tetapi bila peroet lapar tentoelah serdadoe kita ta’
koeasa berdjalan madjoe132
Dalam artikel tersebut dijelaskan, para prajurit dianalogikan
sebagaimana mobil. Bahwa mobil dapat berjalan bila telah diisi
dengan bensin. Begitu pun dengan manusia, manusia sanggup
bekerja bila perutnya telah terisi makanan. Makanan tersebut
gunanya untuk menambah tenaga untuk memusnahkan jiwa dan
raga musuh. Semakin banyak makanan maka semakin sungguh-
132 Anonim, “Pengetahoean oemoem tentang Betjotjok tanam”,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.2 Tahun II 15 Januari 1944.
12
74
sungguh prajurit untuk mengadu tenaga nya.133 Dengan
demikian, umat Islam dianjurkan untuk membantu prajurit dalam
upaya memenuhi kebutuhan makanan dan perang.
K.H. Mas Mansur mengatakan tanah ini ialah tanah agraria,
yaitu tanah pertanian yang sangat luas dan subur yang telah
dianugerahi oleh Tuhan untuk umat Islam. Beliau juga mengutip
seorang ahli fikir Islam tentang pengetahuan pertanian yakni
Prof. Muhammad Farid Wadjdi dalam kitab Dairatul Ma’arif juz
1 halaman 551, bahwa pengetahuan pertanian adalah pengetahuan
yang sangat berfaedah dan bermanfaat. Bahkan pengetahuan yang
sangat perlu dan pasti untuk menegakkan peri penghidupan
manusia.134 Dalam Alquran surat Yusuf ayat 47 juga
menyebutkan, yang artinya :
Hendaklah kamoe bertjotjok tanam dengan radjin-radjin
selama toedjoeh tahoen; maka apa jang dapat kamoe toeai
atau pengoeat hasilnja, tinggalkan sahadja di tangkainja,
ketjoeali sebahagian ketjil jang perloe oentoek dimakan.135
Dalam artikel di atas mengandung dua nasihat yang
disampaikan. Pertama, adanya anjuran bercocok tanam dan
kedua, adanya anjuran untuk menghematkan makanan yang
diperoleh dari hasil pertanian tersebut. Anjuran untuk menghemat
bahan makan dari hasil pertanian dimaksudkan tidak lain ialah
untuk keperluan perang Asia Timur Raya agar persediaan bahan
133 Anonim, “Pengetahoean oemoem tentang Betjotjok tanam”,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia. 12 134 K.H Mas Mansoer, “Angkatlah Tjangkoelmoe”, Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia No.1 Tahun II 1 Januari 1944. 1 135 Pimpinan Masyumi dan Syuumubu, “Memperbanjak Hasil Boemi”,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.1 Tahun II 1 Januari 1944. 4
75
makanan cukup dan terpenuhi. Jadi umat Islam di Pulau Jawa
pada masa itu dianjurkan untuk menghemat dan melipatgandakan
hasil bumi nya.
Pada masa pendudukan Jepang juga banyak transformasi
yang dilakukan dalam bidang pertanian. Hal tersebut disebabkan
karena pemerintah militer Jepang banyak memberikan edukasi
seputar pertanian baik dalam bentuk pelatihan-pelatihan atau
kebijakan. Oleh sebab itu, propaganda yang ada pada Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia bukan hanya berupa anjuran
saja, melainkan diberi tahu juga informasi atau pengetahuan
tentang cara memperbanyak hasil bumi dengan berbagai cara.
Pada salah satu artikel dijelaskan cara menambah dan
melipatgandakan hasil bumi, adapun caranya sebagai berikut :136
1. Memperloeas tanah-tanah oentoek ditanami, dengan
memakai tanah jang sampai sekarang tidak
dipergoenakan, sedang akan dioesahakan djoega oleh
Pemerintah oentoek meroebah keboen2 onderneming-
onderneming dan kleinlandbouw oentoek ditanami
tanaman-tanaman jang menghasilkan barang-barang jang
terseboet di atas, djoega memboeka tanah-tanah baroe.
2. Membikin pengairan-pengairan jang sederhana, agar
soepaja tanah-tanah itoe bisa mendapat tjoekoep air jang
diboetoehkan.
3. Memperbaiki tjara menanam mitsalnja :
a. Memadjoekan waktoe menjebar benih, karena
terboekti, bahwa dengan djalan jang demikian ini
hasilnja akan bertambah.
b. Memakai dan menambah poepoek.
c. Memperbaiki pemeliharaan padi dengan mengatoer
tjara menanam jang lebih sempoerna jaitoe
136 Pimpinan Masyumi dan Syuumubu, “Memperbanjak Hasil Boemi”,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.1 Tahun II 1 Januari 1944. 5
76
menanamjanya bibit di sawah berbaris, rapat dan
djangan dalam-dalam.
d. Lebih mendjaga tanaman-tanaman, sehingga djika
timboel penyakit dengan lekas dapat diberantas
(tidak terlambat).
e. Menjegah hama tikoes dengan pemakaian obat-obat
dan alat-alat penangkap.
f. Menanam djagung di antaranja katjang tanah dan
ketela pohon.
g. Memperloeas tanaman djenis-djenis jang soedah
ternjata banjak memberi hasil.
h. Dan lain-lainnja.
Sebagaimana produksi padi, ada beberapa strategi yang
diajarkan dalam Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia di
Pulau Jawa saat itu. Pertama, Peningkatan produksi padi bisa
dengan cara meningkatkan produktivitas per hektar serta
memperluas wilayah penanaman. Kedua, rekomendasi jenis-jenis
padi yang lebih cocok, seperti padi cere137 dan padi horai.138
Ketiga, inovasi teknik berupa memindahkan bibit tanaman padi
pada garis-garis lurus dengan jarak tanam tertentu di antara bibit
tersebut (larikan), tidak lebih dari 2 cm,139 waktu ideal tanaman
antara 20-25 hari setelah penebaran bibit.140
137 Padi cere ialah padi yang tak berambut. Beras yang ditanam di Jawa
sebelum perang dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu padi cere dan padi bulu
(padi berambut). Padi bulu lebih dihargai oleh orang Jawa karena lebih enak
dan mutunya lebih tinggi. Tetapi pemerintah militer Jepang
merekomendasikan untuk menggunakan padi cere untuk memaksimumkan
produksi secara keseluruhan. Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa:
perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945. 7 138 Padi horai , salah satu bibit baru juga yang direkomendasikan yang
berasal dari Taiwan. Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: perubahan
Sosial di Pedesaan 1942-1945. 8 139 Inovasi baru teknik penanaman yang diajarkan ialah dengan larikan,
dimana mereka tidak lagi menggunakan tali untuk menentukan jarak, tetapi
77
Pada masa pendudukan Jepang, padi sangat penting
sehingga ada penerapan politik beras atau kewajiban
menyerahkan beras kepada Jepang. Kebijakan tersebut telah
diberlakukan sejak Agustus 1942 sesuai dengan kebijakan
Gunseikanbu dalam mengatur bahan pangan secara sistematis.
Adapun aturan-aturan yang ditetapkan di antaranya, padi di
bawah pengawasan langsung oleh negara dan hanya pemerintah
yang diizinkan melakukan proses pemungutan dan penyaluran
padi. Untuk itu, didirikan sebuah badan pengelola pangan
dinamakan Shokuryo Kanri Zimusyo (kantor pengelolaan
pangan), di bawah Departemen Ekonomi Gunseikanbu.141 Selain
itu, para petani juga harus menjual padi/hasil produksi mereka
kepada pemerintah dan harga gabah serta beras ditetapkan oleh
Pemerintah.142
Selain soal padi, rakyat juga dibujuk untuk tidak menanam
lebih dari dua tanaman secara bersama-sama, suatu praktik
tersebut disebut tumpang sari. Begitu juga dengan pupuk, rakyat
dianjurkan untuk membuat pupuk sendiri, terutama membuat
menggunakan bambu dengan tanda pada setiap jarak. Aiko Kurasawa, Kuasa
Jepang di Jawa: perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945.... 9 140 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 7- 9 141 SKZ bertanggung jawab untuk menguasai seluruh proses pembelian
dan penyaluran padi di bawah monopoli negara serta menentukan jumlah padi
yang akan dibeli pemerintah. Badan ini juga bertanggung jawab menentukan
harga resmi padi. 142 Bahkan dengan adanya aturan-aturan yang ada, untuk mengatasi
akan kekurangan beras, pemerintah menganjurkan agar rakyat makan bubur
dan memperkenalkan resep baru, yaitu makanan yang diberi nama “Bubur
Perjuangan” dan “Bubur Asia Raya” dengan menggunakan jagung, singkong,
kedele, da palawija lainnya. Lihat Miftahul Falah, Peranan K.H. Ruhyat
dalam Perjuangan Bangsa (1911-1977). 61-62
78
pupuk kompos. Di samping itu, juga diperkenalkan perangkat
pertanian baru adalah Ganzume, sejenis penggaruk yang
digunakan untuk penyiangan.143
Adapun tanaman-tanaman yang dianjurkan pada artikel
dalam Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, tanaman
Palawidja di antaranya Jagung, kacang tanah, ubi kayu, singkong,
ubi jalar, kedelai, kacang hijau, kentang. Dan tanaman sayuran
seperti : Bawang merah, bayam, kacang panjang, lombok, terong,
tomat. Serta tanaman lain seperti kapas dan jarak.144
Sebagaimana H. M. Moechtar pada artikelnya yang
berjudul “Kepentingan Bersama” memberikan pesan kepada
pembaca bahwa :
...memperbanjak hasil bumi itoe adalah perintah agama
Islam, sebagaimana jang diberitakan oleh Nabi Muhammad
SAW dalam mengoesahakan hasil boemi, dan Nabi Adam
as adalah beliau sendiri bertjotjok tanam, bahkan agama
Islam ada satoe bagian tertentoe, menerangkan bagaimana
ichtiar memperbaiki hasil boemi dan bagaimana tjara
pembagiannja dll. Berkenaan dengan ini Alim Oelama
harus turut bersama memberikan garis-garis Islam yang
berhoeboengan dengan ini soepaja selain berlipat ganda
hasilnja mereka dapat mentjoerahkan tenaganja oentoek
Allah dan dalam djalan Allah, inilah berkat bekerja sama.145
Banyak cara untuk menyampaikan propaganda Masyumi
untuk memenuhi kepentingan pemerintah militer Jepang. Pada
143 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 10-11 144 Anonim, “Pengetahoean oemoem tentang bertjotjok tanam II”,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.2 Tahun II 15 Januari 1944.
12 145 H. M Moechtar, “Kepentingan Bersama”, Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia No.1 Tahun II 15 Januari 1944. 3
79
artikel ini agama Islam dijadikan dalih alasan mengapa harus
memperbanyak hasil bumi baik melalui sabda ataupun ayat-ayat
al-Quran yang mendukung. Karena dengan begitu Kaum
muslimin yang beragama Islam akan menjalankan perintah Islam
tersebut. Sebagaimana artikel yang ditulis oleh K.H Hasyim
Asy’ari yang berjudul “Keoetamaan bertjotjok tanam dan
bertani”, bahwa junjungan kita Nabi Muhammad saw telah
bersabda, yang artinya :
Ta’ada seorang Moeslim jang menanam tanaman,
melainkan bahwa sebagian dari tanaman itoe jang dimakan
orang mendjadi shadaqah baginja, dan jang ditjoeri orang
dari padanja djoega djadi shadaqah. Poen jang dimakan
boeroeng dari padanja djadi shadaqah poela; dan ta’ada
sebagian dari tanaman itoe jang dibentjanai orang,
melainkan djadi shadaqah baginja.146
Terlepas dari strategi dalam peningkatan produksi hasil
bumi, pemerintah militer Jepang juga menunjang peningkatan
infrastruktur serta perbaikan tanah, di antaranya pembangunan
irigasi, penebangan hutan, peningkatan kesuburan tanah,
reklamasi tanah liar dan berawa-rawa, serta perubahan-perubahan
di dalam pemanfaatan tanah.147 Sebagaimana berita Pemerintah
yang dilansir dalam Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia, Pemerintah akan memperloeas sawah, kebun dan
memperbaiki pengairan. Luas tanah yang akan dibuka sebagai
sawah kira-kira 10.000 hektar; sebagai kebun puluhan hektar dan
146 K.H Hasyim Asy’ari, “Keoetamaan bertjotjok tanam dan bertani”,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.2 Tahun II 15 Januari 1944.
4 147 Aiko Kurasawa, Kuasa Jepang di Jawa: perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. 12-17
80
berapa ratus hektarnya akan diperbaiki untuk dijadikan daerah
pengairan. Usaha tersebut akan berlangsung sampai bulan ke-8
atau ke-10 tahun 1944.148
Begitu pun target sasaran, usaha propaganda
“memperbanyak hasil bumi” bukan hanya diperuntukkan untuk
kaum tani saja, melainkan untuk seluruh rakyat di Pulau Jawa.
Bahkan bukan hanya yang sudah dewasa saja, tenaga-tenaga anak
kecil yang masih bersekolah pun juga dibutuhkan dan dianjurkan
untuk sama-sama membantu keperluan peperangan. Adapun
tempatnya, bukan hanya terfokus pada sawah, kebun, tanah
kosong dan lain-lain saja, melainkan pekarangan-pekarangan
rumah, dan sekolah ataupun tempat lain juga dianjurkan.
Sebagaimana artikel dalam Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia yang ditulis tanpa pengarang, memberikan gambaran
pengetahuan umum tentang bercocok tanam pada kebun tiap-tiap
sekolah dengan tujuan :
Bila anak-anak dilatih bertani di sekolah maka akan timboel
keinginan mereka itoe bertanam apa-apa di pekarangan
roemah masing-masing. Hal ini perloe diandjoer-
andjoerkan moerid-moerid hendaknja berlomba-lomba
menanami pekarangan roemahnja masing-masing sebaik-
baiknja.149
K.H. Saifudin Zuhri dalam buku otobiografinya
menjelaskan bahwa solusi untuk mengatasi situasi pangan pada
148 Hodoohan, “Berita Pemerintah : Memperloeas sawah, keboen, dan
memperbaiki pengairan”, Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia,
No.10 tahun II 15 Mei 1944. 1 149 Anonim, Pengetahoean Oemoem tentang Bertjotjok Tanam II,
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.2 Tahun II 15 Januari 1944.
12
81
masa pemerintahan militer Jepang, rakyat harus menanam apa
saja di halaman rumahnya, adapun tanaman-tanaman yang bisa
mendatangkan hasil bahan makanan, misalnya, singkong, ubi
rambat, jagung, dan sebagainya. Bahkan di beberapa kota alun-
alun juga ditanami jagung dan singkong. Begitu pun sepanjang
jalan raya harus banyak ditanami pohon jarak untuk kemenangan
perang Asia Timur Raya.150
B. Propaganda Keprajuritan
Wacana keprajuritan termasuk salah satu yang banyak
disuarakan dalam Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia.
Wacana tersebut dikemas menjadi propaganda yang mengaitkan
Islam dan Keprajuritan. R Kasman Singodimedjo, seorang tokoh
Muhammadiyah, pernah menulis artikel di Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia dengan judul “Semangat
Keperdjoeritan! Bahannya tjoekoep, kesempatan ada dan
waktoenja tiba!”. Pada artikel tersebut menyebutkan ada 3
sumber yang menjadi bahan-bahan keprajuritan pada masa
pemerintahan militer Jepang di antaranya :151
1. Soember keperdjoeritan kebangsaan Indonesia yang asli.
2. Soember keperdjoeritan Agama rakyat Indonesia (Islam).
3. Soember keperadjoeritan Nippon.
150 Pohon jarak pada masa pendudukan Jepang digunakan sebagai
pelumas senjata atau bisa juga digunakan sebagai bahan bakar mesin seperti
pesawat tempur tentara Jepang. KH Saifudin Zuhri. Guruku orang-orang dari
Pesantren, (Yoyakarta: LKIS, 2001). 244 151 R Kasman Singodimedjo, “Semangat Keperdjoeritan! Bahannja
tjoekoep, kesempatan ada, waktoenja tiba!” Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia No.4 Tahun II 15 Februari 1944 . 7
82
Menurutnya, ketiga poin di atas penting. Sumber
kebangsaan Indonesia asli yang dimaksud disini ialah semangat
nasionalisme. Sumber tersebut penting karena bagaimana pun
juga rasa dan watak kebangsaan itu selalu mempengaruhi
semangat rakyatnya. Dengan adanya nasionalisme yang tinggi
maka akan tercipta rasa untuk bersatu, gotong-royong dan tidak
mudah terpecah belah.152 Sedang sumber keprajuritan Islam
penting karena pengaruh agama Islam di Jawa benar-benar
dijunjung tinggi. Para ulama atau kiai memiliki pengaruh yang
besar di kalangan masyarakat khususnya umat Islam bahkan
pemerintah militer Jepang sendiri pun turut sangat menghormati
dan memperhatikan agama Islam. Sehingga sumber agama Islam
patut dijadikan landasan untuk semangat keprajuritan. Terakhir,
sumber keprajuritan Nippon penting karena sistem keprajuritan
Nippon itulah yang berlaku di seluruh Asia Timur Raya sebagai
jaminan akan kemenangan akhir. Dengan adanya semangat-
semangat Nippon yang tertanam dalam jiwa keprajuritan maka
akan terbangun pula semangat keprajuritan yang tinggi selama
masa peperangan.
R. Kasman Singodimedjo berusaha meyakinkan bahwa
rakyat di Pulau Jawa memiliki sifat-sifat keprajuritan yang sudah
ada sejak dahulu. Begitu juga di dalam Quran dan Hadis yang
mengharuskan hal tersebut, ringkasnya :153
152 H.M. Amir Hasan, “Darah Ksatrija”, Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun I 1 Desember 1943. 26 153 R Kasman Singodimedjo, “Semangat Keperdjoeritan! Bahannja
tjoekoep, kesempatan ada, waktoenja tiba!”, Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia No.4 Tahun II 15 Februari 1944. 7 dan 8
83
1. Perdjoerit haroes membela negerinja (hoebboel waton
minal iman)
2. Perdjoerit haroes disiplin kepada kewajibannja
3. Perdjoerit haroes bersatoe
4. Perdjoerit haroes mempoenjai pendirian jang tegoeh
5. Perdjoerit haroes sabar di dalam segala kesoekaran
6. Perdjoerit haroes berani ( Qoer’an S. Anfal 15, 16, 17),
meskipoen moesoeh lebih banjak
7. Perdjoerit haroes mentertibkan solat dan dermawan
berkoerban
8. Perdjoerit haroes adil
9. Perdjoerit haroes bersemangat di dalam peperangan dan
perdjoeangannja sehingga maksoed tertjapai
Peraturan keprajuritan Islam banyak diambil dari surat al-
Anfal karena surat tersebut memuat isi yang mengatur hal
peperangan Kaum Muslimin pertama kali. Ada kurang lebih 7
pasal yang disebutkan, di antaranya :154
1. Hal persediaan-persediaan oentoek mengadakan perang
2. Hal perang (yaitoe perang Badr)
3. Djalannja oentoek mentjapai kemenangan, jaitoe
dengan setia dan disiplin pada pemimpinnja
4. Kepentingan kemenangan achir
5. Kemenangan itoe benar-benar tidak bergantoeng dari
djoemlah jang besar atau sendjata jang banjak, akan
tetapi dari ketegoehan hati (semangat) dan persatoean
(bekerdja bersama-sama)
6. Hal kepentingan bersiap sedia jang lengkap oentoek
sewaktoe-waktoe berperang dan sewaktoe-waktoe
menegakkan perdamaian
7. Kepentingan pembelaan Noesa dan Bangsa, meskipoen
tenaga moesoeh sepoeloeh kali banjaknja dari padanja.
154 R Kasman Singodimedjo, “Semangat Keperdjoeritan! Bahannja
tjoekoep, kesempatan ada, waktoenja tiba!”, Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia No.4 Tahun II 15 Februari 1944. 8
84
Beliau mengatakan jika memang benar-benar penduduk di
Indonesia khususnya di Pulau Jawa itu beragama Islam yang
berpedoman pada Quran dan Hadis maka tidak ada pilihan lain
dari pada menjadi prajurit. Prajurit Allah untuk menjaga agama,
nusa, dan bangsa, agar tidak diinjak-injak oleh musuh, yaitu
Amerika, Inggris dan sekutu.155 Seruan-seruan untuk menjadi
prajurit terus-menerus dipropagandakan, demikian juga seruan
untuk bergabung pada badan-badan keprajuritan.
Marilah sekarang kita menoedjoe kepada kepedjoeritan
Nippon jang sekarang ini pada Tentara Pembela Tanah Air
dan Heiho benar-benar dijadikan dasar perdjoeangan
oentoek mentjapai kemenangan akhir sebagai sjarat tjita-
tjita Asia Timoer Raja156
Begitu juga dengan artikel R. Kasman Singodimedjo yang
berjudul “Islam dan Kepradjoeritan” sebagai berikut :157
Orang Islam haroes mendjadi pradjoerit, pradjoeritnya
Allah untuk membela agama, nusa, dan bangsa. Adakah
kita semoea soedah mendjadi pradjoerit?
Seruan untuk mengajak umat Islam menjadi prajurit sangat
terlihat jelas dengan dalih dianjurkan dalam agama Islam. Ajakan
untuk sama-sama bergabung sebagai prajurit PETA, Heiho dan
badan-badan militer lainnya yang dibentuk oleh Pemerintah
155 R Kasman Singodimedjo, “Semangat Keperdjoeritan! Bahannja
tjoekoep, kesempatan ada, waktoenja tiba!”, Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia No.4 Tahun II 15 Februari 1944 . 7 156 R Kasman Singodimedjo, “Semangat Keperdjoeritan! Bahannja
tjoekoep, kesempatan ada, waktoenja tiba!”, Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia No.4 Tahun II 15 Februari 1944. 8 157 R Kasman Singodimedjo, “Islam dan Kepradjoeritan”, Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.6 Tahun II 15 Maret 1944. 3
85
militer Jepang.158 R. Kasman Singodimedjo juga menganjurkan
bahwa umat Islam di Jawa segera membuat prajurit yang dapat
membela agama dan negara nya.
Apa boektinja bahwa Islam itoe agama kepradjoeritan?
Boektinja Thariq Ibnoe Ziad, Chalifah Oemar bin Chattab,
Chalifah Aboe Bakar, Djendral Oesamah bin Zaid, Chalid
bin Walid, Oemar bin Ash, Abdoellah bin Aoef,
Moeawiyah bin Aboe Sofjan, dan masih banjak lagi.
Thariq Ibnoe Ziad adalah panglima jang gagah berani.
Dialah jang mengibar-ngibarkan pandji-pandji Islam ke
negeri Spanjol159
Upaya untuk mengajak umat Islam menumbuhkan
semangat keprajuritan terus dilakukan. Tokoh-tokoh Islam
terdahulu pun ikut digambarkan sedemikian rupa perjuangan
yang telah ditempuh semasa hidupnya. Hal ini digunakan semata-
mata untuk memantik semangat umat Islam di Pulau Jawa pada
masa itu. Umat Islam harus menghilangkan rasa takutnya dan
berani maju dalam mencapai kemenangan Asia Timur Raya. Dan
tentunya maju bersama-sama dengan Pemerintah militer Jepang.
Orang Islam itoe haroes berani karena benar, dan takoet
karena salah! Jang mendjadi kepentingan pada zaman
sekarang ini adalah mentjapai kemenangan achir, dan
djalan satoe-satoenya ialah pendoedoek Asia serentak
berperang, serentak madjoe, bersama-sama dengan Nippon.
Dan di dalam hal ini tak boleh ada rasa penakoet!160
158 Abd. Moekti, “Berani Mati”, Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia, No.3 Tahun II 1 Februari 2604. 7 159 R Kasman Singodimedjo, “Islam dan Kepradjoeritan”, Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.6 Tahun II 15 Maret 1944. 3 160 R Kasman Singodimedjo, “Islam dan Kepradjoeritan”, Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.6 Tahun II 15 Maret 1944. 4
86
Bangsa Asia Timur Raya harus bangkit bersama-sama
untuk melawan musuh bersama yakni Amerika, Inggris, dan
Belanda. Karena dengan demikian itulah yang menjadi khas
bangsa Asia Timur Raya.
50 djoeta penduduk di tanah Djawa mempoenjai
ketegoehan hati oentoek membinasakan moesoeh kita,
Amerika, Inggris, dan Belanda di bawah pimpinan
Balentara Dai Nippon, dengan semangat bernjala-njala jang
timboel oleh karena telah dibebaskan dari penindasan
Belanda. Dengan hal jang demikian itoe bangsa di tanah
Djawa menoenjoekkan lagi sifatnja jang sedjati sebagai
bangsa Asia Timoer Raya.161
Pemerintah memberikan gambaran bagaimana perlakuan
sekutu di Pulau Jawa. Perlakuan demikian yang turut merugikan
wilayah Jawa dan benua Asia di sekitarnya.
Mereka moela-moela mendirikan maskapai-maskapai
kepoenjaan Inggeris dan Belanda jang bermaksoed
mendjajah negeri ini. Sesoedah diselesaikan toedjoean
maskapai itoe, dengan memakai politik hendak
memadjoekan peradaban, mereka memperboedak
pendoedoek asli, sehingga hasil dari oesaha ini
dipergoenakan oentoek hidoep mewah di negeri mereka
sendiri. Di samping itoe, tanah Djawa dipergoenakan poela
sebagai soeatoe pangkalan oentoek mendjajah benoea
Asia.162
Hodoohan selaku perwakilan dari Pemerintah menyerukan
kepada umat Islam melalui Madjallah Islam Soeara Moeslimin
161 Anonim, “Pendjelasan Pihak jang berwadjib: Tentang Pembentoekan
Tentera Pembela Tanah Air jang kedoea”, Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia, No.7 Tahun II 1 April 1944. 2 162 Hodoohan, “Pendjelasn pihak jang berwajib : Tentang
Pembentoekan tentera Pembela tanah air jang kedoea (II)”, Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia, No.8. Tahun II 15 April 1944. 2
87
Indonesia, seruan propaganda yang diperjelas tidak lain ialah kita
sesama bangsa Asia.
Sekarang kita, bangsa Asia, menghadapi peperangan jang
akan menentoekan nasib kita, merdeka atau didjadjah.
Tanah Djawa adalah mempoenjai kedoedoekan jang
penting dalam Asia Timoer Raja. Sebab itoe, kita
pendoedoek di tanah Djawa, dengan memikoel nasibnja
1000 djoeta bangsa Asia, haroes beroesaha dengan giat
dan mentjoerahkan segenap tenaga oentoek mentjapai
kemenangan achir.163
Pada pertengahan tahun 1944, posisi umat Islam semakin
dipercaya oleh pemerintah militer Jepang. Hal ini berkat
Masyumi dengan majalahnya yang menyebarluaskan banyak
wacana bertema dukungan terhadap Pemerintah militer Jepang.
Setelah sudah terbentuknya PETA pada Oktober 1943, maka
mulai muncul aspirasi-aspirasi untuk membentuk Korps
Sukarelawan Islam. Hal ini dilakukan melalui sebuah petisi yang
ditandatangani langsung sepuluh orang tokoh Muslim terkemuka.
Dengan demikian, berkembang suatu pemikiran yang kuat dari
pemerintah militer Jepang bahwasanya umat Islam mendukung
perang Asia Timur Raya.164
Petisi pembentukkan Korps Sukarelawan Islam ini
dikemukakan seorang pemimpin Muhammadiyah dan tokoh
Islam di Yogyakarta, Wali Al-Fatah. Selain itu terdapat beberapa
tokoh yang namanya tercantum sebagai penandatangan petisi
163 Hodoohan, “Pendjelasan pihak jang berwajib : Tentang
Pembentoekan tentera Pembela tanah air jang kedoea (II)”, Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia, No.8. Tahun II 1944. 3 164 Abdullah, Taufik, ed., Hubungan Indonesia dan Jepang dalam
Lintasan Sejarah. (Jakarta: Kemendikbud, 2018). 152
88
adalah : K.H. Mas Mansur, Mr. R. Muhammad Adnan, Dr.
Amrullah, K.H. Muchtar, dan empat orang Kiai.165 Pada awalnya
Masyumi membentuk Hizbullah (tentara Allah) pada 14 Oktober
1944. Namun Petisi tersebut tidak langsung direspon. Masyumi
harus menunggu dengan jangka waktu yang cukup lama.
Sehingga pada akhirnya, 8 Desember 1944, Saiko Sikikan baru
mengumumkan adanya tentara sukarelawan yang diberi nama
Hizbullah.166
Dengan adanya Hizbullah, pemerintah militer Jepang
berharap agar propaganda tentang perang suci untuk
mempertahankan Jawa akan mendapatkan dukungan dari pemuda
Islam untuk mendukung perang Asia Timur Raya167
C. Propaganda Bahasa Nippon
Peralihan kekuasaan dari Pemerintahan Hindia Belanda ke
pemerintahan militer Jepang di Pulau Jawa memiliki berbagai
macam kebijakan baru, khususnya dalam pengembangan bahasa.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Bahasa Belanda
dijadikan bahasa yang wajib dipelajari oleh seluruh rakyat jajahan
kolonial Belanda. Begitu juga masa pendudukan militer Jepang,
pemerintah juga menerapkan Bahasa Nippon sebagai bahasa
yang harus dipelajari oleh rakyat di Pulau Jawa.168 Pemerintah
165 Abdullah, Taufik, ed., Hubungan Indonesia dan Jepang dalam
Lintasan Sejarah. 153 166 Artikel “Hizbullah zaman Jepang”,
https://historia.id/politik/articles/hizbullah-zaman-jepang-6aqNN (Diakses
pada tanggal 5 Desember 2019 pukul 15.00 WIB) 167 Amrin Imron , Di bawah pendudukan Jepang 1942-1945, Jakarta:
PT.Ichtiar Baru, 2012. 54 168 Di sekolah-sekolah diadakan kurikulum khusus mata pelajaran khas
Jepang. Pada masa tersebut diajarkan bahasa dan huruf Jepang, Katakana dan
89
militer Jepang berharap penggunaan Bahasa Nippon ini dapat
menggantikan penggunaaan Bahasa Belanda dalam sehari-hari.
Oleh karenanya pada masa itu dibuat kebijakan pelarangan
penggunaan Bahasa Belanda di wilayah pendudukan.
Menurut pemerintah militer Jepang, bahasa sangat
memegang peranan penting dalam membentuk karakter
masyarakat. Oleh sebab itulah pemerintah militer Jepang
berusaha tetap menanamkan nilai-nilai ke-Jepang-an melalui
bahasanya. Pengajaran Bahasa Nippon ini menjadi suatu
kebutuhan yang sangat penting bagi pemerintah militer Jepang.
Karena dengan mengenal Bahasa Nippon, maka akan lebih
mudah terjadinya pertukaran kebudayaan di lingkungan Asia
Timur Raya serta menghapus hal-hal yang berkaitan dengan
Eropa khususnya Belanda.
Bahasa Nippon ini juga penting sebagai alat komunikasi
antara pemerintah militer Jepang dengan rakyat di Pulau Jawa
dalam lingkungan kemakmuran Asia Timur Raya. Pada awalnya,
bahasa tersebut juga bisa dikatakan sebagai “Lingua Franca”
Asia Timur Raya. Bahasa tersebut pun diajarkan bukan hanya di
sekolah, tetapi juga dalam berbagai kesempatan lain namun
dikarenakan masih banyak yang belum memahami Bahasa
Nippon dengan lancar sehingga pemakaian bahasa Melayu atau
Indonesia ikut dipercepat juga.169
Hiragana. Lihat Moehkardi, Mengulang Jejak Sepanjang Tiga Zaman:Sebuah
Otobiografi, (Yogyakarta: Yayasan Medita, 2001). 92 169 Aiko Kurasawa, Masyarakat & Perang Asia Timur Raya: Sejarah
dengan Foto yang Tak Terceritakan, (Depok: Komunitas Bambu, 2016). 64
90
Pengajaran Bahasa Nippon ini sudah disebarluaskan
melalui berbagai macam media di Pulau Jawa. Pemerintah militer
Jepang memberikan pengenalan dan pengajaran Bahasa Nippon
pada setiap sekolah, tempat kursus, film, media cetak dan lain-
lain. Tidak hanya itu, bahkan diajarkan juga lagu kebangsaan
Jepang dan lagu-lagu berbahasa Jepang lainnya dalam upaya
pengembangan Bahasa Nippon di Pulau Jawa.
Bahkan di Jakarta pada 26 November 1944, Gunseikanbu
melangsungkan perlombaan berpidato dalam Bahasa Nippon di
antara pegawai-pegawai kantor pemerintah dan partikelir-
partikelir di seluruh Djakarta Tokubetsu Shi.170 Bagi P.J.M.
Gunseikan dalam pidato nasihatnya,
Oentoek mentjapai tjita-tjita kita, ialah memegang tegoeh
semangat melakoekan kemakmoeran bersama Asia Timur
Raja dengan memakai semangat Nippon sebagai dasarnja.
Dan djalan memiliki semangat Nippon ialah Bahasa
Nippon171
Pada Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, dapat
dilihat terdapat pengajaran Bahasa Nippon dalam setiap edisinya.
Istilah yang dipakai bukan Bahasa Jepang dalam majalah tersebut
melainkan Bahasa Nippon. Jadi pada masa pendudukan, sebutan
seperti Japan, Jepun, atau Jepang yang berbeda di masing-masing
170 Djakarta Tokubetsu Shi ialah istilah untuk menyebut kota Jakarta
pada masa pendudukan Jepang 171 “Bahasa Nippon Sjarat Penting Oentoek memiliki Semangat
Nippon”, Asia Raya, 27 November 1944, Tahun ke III No.283
91
daerah di Pulau Jawa itu dilarang untuk dipakai. Oleh sebab itu
sebagai gantinya memakai istilah Nippon atau Dai Nippon.172
Propaganda pengajaran Bahasa Nippon pada Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia diterterakan pada setiap
halaman terakhir majalah, sebelum isi iklan. Pengajaran Bahasa
Nippon dalam setiap majalah tidak terlalu banyak, hanya 1-2
lembar saja. Pengajar Bahasa Nippon yang dipakai dalam
majalah ini ialah Prof. Masaichi Kurono yang disalin oleh B
Rangkoeti.173
Prof. Masaichi Kurono ialah seorang ahli bahasa, yang
mengetahui bagaimana cara yang baik untuk mengajarkan Bahasa
Nippon kepada bangsa asing, rakyat di Pulau Jawa. Beliau sudah
bertahun-tahun menjadi guru teristimewa di Tonan Asia Gakoein.
Selain itu juga, beliau sudah pernah mendidik guru-guru Bahasa
Nippon yang telah diutus ke daerah-daerah lingkungan
kemakmuran Asia Timur Raya. Beliau juga salah seorang yang
mendirikan Komisi Pendidikan Ilmu Bahasa Nippon dalam
Majelis Pembangkit Pengajaran Bahasa Nippon, yang didirikan
oleh Kementerian Pengajaran di Tokyo. Jadi jelas, beliau bukan
hanya ahli dalam teori saja melainkan juga dalam dunia
praktek.174
Pada materi pengajaran Bahasa Nippon dalam Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia, ciri khas yang diajarkan ialah
172 Aiko Kurasawa, Masyarakat & Perang Asia Timur Raya: Sejarah
dengan Foto yang Tak Terceritakan. 60 173 Anonim, “Kata Pengantar”, Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia No.1 Tahun II 1 Februari 1944. 16 174 Anonim, “Kata Pengantar”, Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia No.1 Tahun II 1 Februari 1944. 16
92
dasar-dasar dalam Bahasa Nippon. Sistem pengajaran yang
dipakai sangat mendasar, pembaca diajarkan cara mengucapkan
huruf dalam bahasa Nippon, kemudian dilanjutkan dengan tata
bahasa yang jelas. 175
Bahasa Nippon memiliki tiga aksara, di antaranya aksara
Kanji,176 aksara Hiragana,177 dan aksara Katakana178. Tetapi yang
diajarkan melalui Madjallah Islam Soeara Meslimin Indonesia,
lebih banyak memakai aksara Katakana. Aksara Katakana bisa
dibilang aksara yang mudah untuk dasar bagi pemula dalam
belajar Bahasa Jepang. Menurut fungsinya, Katakana biasa
dipakai untuk kata-kata yang berasal dari bahasa asing, seperti
nama toko, perusahaan, nama kota, nama negeri, dan nama-nama
lain yang perlu ditonjolkan dalam sebuah kalimat.
D. Propaganda Pencegahan Mata-mata
Pada masa peperangan, musuh sangat patut untuk
diwaspadai. Musuh yang dimaksud ialah Amerika dan Inggris,
disusul juga Belanda dan Australia karena keterlibatannya dalam
membantu perang Asia Timur Raya. Pemerintah militer Jepang
175 Anonim, “Dasar Bahasa Nippon”, Madjallah Islam Soeara
Moeslimin Indonesia No. 1 Tahun 1 1 Desember 1943. 32 176 Aksara Kanji yaitu karakter tulisan yang dipinjam dari China. Di
antara yang lain kanji terbilang lebih sulit penulisannya.
https://googleweblight.com/i?u=https://japanesian.id/belajar-kanji/&hl=id-ID
(Diakses pada 12 Agustus 2018 pukul : 21.00 WIB). 177 Aksara Hiragana digunakan untuk kata-kata asli bahasa Jepang.
https://googleweblight.com/i?u=https://japanesian.id/belajar-kanji/&hl=id-ID
(Diakses pada 12 Agustus 2018 pukul : 21.00 WIB). 178 Aksara Katakana biasanya dipakai untuk menyebut kata-kata
serapan dan istilah asing.
https://googleweblight.com/i?u=https://japanesian.id/belajar-kanji/&hl=id-ID
(Diakses pada 12 Agustus 2018 pukul : 21.00 WIB).
93
berusaha mengajak umat Islam untuk mewaspai bahaya-bahaya
serangan musuh ke wilayah Pulau jawa.
Beratoes2 tahoen lamanja moesoeh kita, ialah Amerika
Inggeris mengindjak2 benoea Asia. 1000 djoeta ra’jat di
Benoea Asia dipaksa hidoep sebagai hamba di bawah
penganiajaan mereka itoe. Di antara negeri-negeri Asia,
hanjalah negeri Nippon sadja jang berkoeasa menolak
penganiajaan Amerika Inggeris dengan tenaga sendiri.
Keadaan demikian itoe berdjalan sampai kepada waktoe
sebeloem petjah peperangan Asia Timoer Raja dan oleh
karena Amerika Inggeris tidak hendak membatalkan
maksoednja jang jahat itoe, petjahlah peperangan Asia
Timoer Raja, sementara bangsa Belanda dan Australia ikoet
serta di fihak Amerika Inggeris. Negeri Nippon terpaksa
melakoekan peperangan ini oentoek mempertahankan
pendirian negeri sendiri pada choesoesnja dan oentoek
memerdekakan negeri2 bangsa Asia dalam lingkoengan
Asia Timur Raja oemoemnja. Maka ternjatalah bahwa
maksoed peperangan Nippon adalah soetji.179
Pada masa pemerintahan militer Jepang, pencegahan mata-
mata dipropagandakan dengan slogan dalam iklan “Awas mata-
mata musuh”. Slogan tersebut sering dilihat dan didengar
masyarakat di Pulau Jawa. Hal ini memang sengaja
disebarluaskan kepada masyarakat Jawa sebagai bentuk
kepentingan pemerintah militer Jepang dalam mengamankan
wilayah pendudukannya dari sekutu. 180
Pada Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, iklan-
iklan produk ditampilkan di bagian akhir dari majalah tersebut.
Salah satunya, produk kacamata dari Asia Katja Mata. Pada
179 Hoodohan, “Pembentoekan Kemakmoeran A.T.R” , Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun 1 1 Desember 1943. 12 180 P.K Ojong, Perang Pasifik, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001).
93
94
gambar iklan tersebut tertulis jelas “Awas mata-mata Moesoeh!”.
Di samping itu ada dua gambar yang menunjukkan dua orang dari
negara yang berbeda. Satu orang Indonesia dengan ciri khasnya
memakai jas dan peci. Satu yang lain memakai seperti jas dan
topi dengan ekspresi mengintip.181
Memaknai maksud iklan yang ada dalam majalah tersebut
selain daripada mempromosikan kaca mata, iklan tersebut
menyampaikan pesan propaganda untuk masyarakat muslim di
Pulau Jawa dalam upaya pencegahan mata-mata agar lebih
berhati-hati terhadap musuh, yakni Inggris dan Amerika.
Propaganda “Awas mata-mata musuh” sebenarnya juga sering
disebarluaskan melalui berbagai cara lain. Seperti halnya pada
syair-syair yang diajarkan di sekolah-sekolah. Murid-murid
didoktrinasi untuk membenci Inggris dan Amerika, berikut
syairnya :182
Awaslah Inggris dan Amerika
Musuh Seluruh Asia
Yang mau memperbudakkan kita
Dengan semau-maunya
Hancurkanlah, musuh kita
Itulah Inggris Amerika !
181 Lihat lampiran Iklan “Awas mata-mata Moesoeh!” pada Madjallah
Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.4 Tahun II 15 Febrari 1944 .18 182 Moehkardi, Mengulang Jejak Sepanjang Tiga Jaman: Sebuah
Otobiografi. 96
95
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia merupakan
majalah yang diterbitkan oleh Masyumi pada 1943-1945.
Masyumi dan majalahnya, satu-satunya organisasi dan pers Islam
yang diresmikan pada masa pendudukan Jepang di Pulau Jawa,
selain daripada itu tidak diizinkan.
Masyumi pada masanya bersedia untuk mengambil jalan
diplomasi dengan pemerintah militer Jepang. Hal ini bisa terlihat
dari tujuan Masyumi, singkatnya ialah “memperkuat kesatuan
semua organisasi Islam” dan “membantu pemerintah militer
Jepang dalam kepentingan Asia Timur Raya”. Dengan tujuan
tersebut, salah satu bentuk usaha Masyumi ialah dengan
menerbitkan Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia.
Madjallah ini dijadikan Masyumi sebagai wadah Masyumi untuk
menyuarakan wacana pro kepentingan pemerintah militer Jepang
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan Perang Asia Timur Raya.
Adapun Propaganda hasil bumi tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan logistik para prajurit perang Asia Timur Raya,
propaganda semangat keprajuritan untuk mengajak umat Islam
bersama-sama membantu tentara Jepang, dan Bahasa Nippon
dipropagandakan demi menanamkan nilai-nilai ke-Jepang-an dan
memperkuat kebudayaan Jepang. Terakhir, propaganda
pencegahan mata-mata dengan slogan ‘awas mata-mata musuh’
dipropagadakan demi menjaga keamanan agar masyarakat di
96
Pulau Jawa lebih berhati-hati terhadap musuh yakni Inggris dan
Amerika, begitupun dengan Belanda dan Australia.
Namun pada kenyataannya, propaganda yang dilakukan
Masyumi untuk kepentingan pemerintah militer Jepang bukan
berarti Masyumi sebagai boneka Jepang, melainkan sebagai
bentuk diplomasi Masyumi terhadap pemerintah militer Jepang.
B. Saran
Dari penelitian ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan mengingat keterbatasan sumber yang memumpuni
terkait dengan sejarah pers Islam dan peristiwa masa pendudukan
pemerintah militer Jepang tahun 1942-1945. Oleh sebab itu,
kritik, masukan dan saran sangat berharga bagi penulis. Semoga
akan banyak penelitian tentang pers Islam dan peristiwa-peristiwa
menarik masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945. Dalam hal
ini penulis berharap akan ada penelitian lebih lanjut terkait
hubungan politik Islam dan pemerintahan militer Jepang
khususnya Masyumi sebelum menjadi partai, yang akan dijadikan
topik penelitian selanjutnya untuk memperkaya sumber
kesejarahan di masa mendatang.
97
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Majalah atau Koran
Asia Raya 1942-1945
Djawa Baroe 1942-1945
Kan Po 1942-1945
Soeara MIAI 1942-1943
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia 1943-1945
Sumber buku
Abdullah, Taufik, ed. Hubungan Indonesia dan Jepang dalam
Lintasan Sejarah. Jakarta: Kemendikbud, 2018.
Abdullah, Taufik, ed. Indonesia dalam Arus Sejarah : Perang
dan Revolusi Jilid VI. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
2011.
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1999.
Arpan, Floyd G. Wartawan Pembina Masyarakat. Bandung:
Binatjipta, 1970.
Benda, Harry J. Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Idonesia
pada Masa Pendudukan Jepang (terj). Jakarta: PT Dunia
Pustaka Jaya, 1980.
Bernays, Edward L. Propaganda. New York: Horace Liveright,
1928.
Effendy, Onong Unchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001.
Elson, Robert E. Idea Of Indonesia: A History. New York: Cambridge
University Press, 2008.
98
Falah, Miftahul. Peranan K.H. Ruhyat dalam Perjuangan
Bangsa (1911-1977). Bandung: Yayasan Masyarakat
Sejarawan Indonesia, 2010.
---------------------- . Riwayat Perjuangan K.H. Ahmad Sanusi.
Sukabumi: MSI cabang Jawa Barat, 2009.
Goto, Ken’ichi. Jepang dan Pergerakan Kebangsaan Indonesia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998.
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press, 1983.
Haidar, M Ali. Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia:
Pendekatan Fikih dalam Politik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1994.
Hardjowirogo, Marbangun. Kebebasan Penerangan: Landasan
Operasi Media Massa. Jakarta: Djambatan, 1984.
Imron, Amrin. Di bawah pendudukan Jepang 1942-1945. Jakarta:
PT.Ichtiar Baru, 2012.
Irsan, Abdul. Budaya dan Perilaku Politik Jepang di Asia.
Jakarta: Grafindo, 2007.
Kahin, George McTurnan. Nasionalisme dan Revolusi Indonesia.
Depok: Komunitas Bambu, 2013.
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan
Bentang Budaya, 1995.
Kurasawa, Aiko. Kuasa Jepang di Jawa: perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. Depok: Komunitas Bambu, 2015.
---------------------- . Masyarakat & Perang Asia Timur Raya :
Sejarah dengan foto yang tak terceritakan. Depok:
Komunitas Bambu, 2016.
---------------------- . Mobilisasi dan Kontrol : Studi tentang
99
Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945. Jakarta:
Grasindo, 1993.
Kutoyo, Sutrisno. Kyai Haji Ahmad Dahlan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional, 1982/1983.
Lebra, Joyce C. Tentara Gemblengan Jepang. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1988.
Legge, John D. Sukarno:Biografi Politik. Jakarta: Sinar Harapan,
2001.
Lestariningsih, Amurwani Dwi, dkk. Seri Pengenalan tokoh:
Sekitar Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: Direktorat Nilai
Sejarah, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala,
Kementerian Pendidikan dan Pariwisata, 2010.
Madjid, M. Dien dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah
Pengantar. Jakarta: Kencana, 2014.
Madinier, Remy. Partai Masjumi: Antara Godaan Demokrasi
dan Islam Integral. Jakarta: MIZAN, 2013.
MD, Sagimun. Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Fasisme
Jepang. Jakarta: Inti Idayu Press, 1985.
Moehkardi. Mengulang Jejak Sepanjang Tiga Zaman: Sebuah
Otobiografi. Yogyakarta: Yayasan Medita, 2001.
N, Soebagijo I. Sejarah Pers Indonesia. Jakarta: Dewan Pers,
1977.
Noer, Deliar. Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965.
Jakarta: Grafiti Press, 1987.
Notosusanto, Nugroho. The PETA Army During The Japanase
Occupation of Indonesia. Tokyo: Waseda University Press,
1979.
100
Nurudin. Komunikasi Propaganda. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
Ojong, P.K. Perang Pasifik. Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
2001.
Oktorino, Nino. Di bawah Matahari terbit: Sejarah Pendudukan
Jepang di Indonesia 1941-1945. Jakarta: Elex Media
Komputido. 2016.
Pendit, Putu Laxman Sanjaya. Empat Teori Pers. Jakarta: PT
Intermassa, 1986.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto.
Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka,
1993.
Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2007.
Smith, Edward C. Sejarah Pembredelan Pers di Indonesia.
Jakarta: Pustaka Grafiti Press, 1983.
Sulasman. Metodologi Penelitian Sejarah: Teori, Metode, dan
Contoh Aplikasi. Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012.
Surjomihardjo, Abdurrachman. Beberapa Segi Perkembangan
Sejarah Pers di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
2002.
Suryanegara, Ahmad Mansur. Api Sejarah. Bandung: PT
Salamadani Pustaka Semestra, 2010.
------------------------------------------ . Wacana Pergerakan Islam
Indonesia. Bandung: Mizan, 1998.
101
Taufik, I. Sejarah dan Perkembangan Pers di Indonesia. Jakarta:
PT. Triyinco, 1977.
Thaba, Abdul Azis. Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru.
Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Zuhri, Saifudin. Guruku orang-orang dari Pesantren. Yoyakarta:
LKIS, 2001.
Sumber Jurnal/Tesis/Disertasi/Skripsi
Fitriya, Isna. “Gerakan Menabung dan Media Propaganda pada
Masa Pendudukan Jepang di Jawa 1942-1945”. Skripsi.
Depok: FIB. Universitas Indonesia, 2014.
Formichi, Chiara. “Islam and The making of Nation:
Kartosuwiryo and Political Islam in 20th Century
Indonesia”. Brill (2012).
Indrayani, Yayuk. “Propaganda Jepang dalam Majalah Soeara
Moeslimin Indonesia tahun 1944-1945”, AVATARA, Vol.4,
No.2 (2016). pp. 254-268
Kurasawa, Aiko. “Propaganda Media on Java Under Japanase
1942-1945”, Indonesia, No.44 (1987). pp. 59-116.
Nakamura, Mitsuo. “General Immamura and the Early Periode
of Japanase Occupation”. Indonesia. No.10. (1970). pp. 1-
26.
Sumber Website
http://www.archive.org/details/EdwardLBernays-Propaganda
(diakses tanggal 6 Mei 2018 pukul 20.00 WIB).
http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-159-det-kh-mas-
mansyur.html (diakses pada tanggal 11 Desember 2018 pukul
15.00 WIB)
102
https://googleweblight.com/i?u=https://japanesian.id/belajar-
kanji/&hl=id-ID (diakses pada 12 Agustus 2018 pukul : 21.00
WIB).
https://historia.id/politik/articles/hizullah-zaman-jepang-6aqNN
(diakses pada tanggal 5 Desember 2018 pukul 15.00 WIB)
https://serbasejarah.wordpress.com/2009/08/30/kebijakan-politik-
islam-jepang/ (diakses 8 Agustus 2018 pukul 11.00 WIB)
https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-majalah.html?m=1
(diakses tanggal 3 Desember 2018 pukul 15.00 WIB)
https://www.pahlawanindonesia.com/biografi-k-h-mas-mansur/
(diakses pada tanggal 11 Januari 2019 pukul 15.00 WIB)
103
LAMPIRAN-LAMPIRAN
104
GAMBAR 1
Stempel pada Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia
Sumber : Semua edisi Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia 1943-
1945
105
GAMBAR 2
Aktivitas Pertanian di Jawa
Sumber : Aiko Kurasawa. Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. Depok: Komunitas Bambu, 2015. Hal.7
Sumber : Aiko Kurasawa. Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. Depok: Komunitas Bambu, 2015. Hal.12l
106
Sumber : Aiko Kurasawa. Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di
Pedesaan 1942-1945. Depok: Komunitas Bambu, 2015. Hal. 27
Sumber : Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia No.1 Tahun II, 1
Januari 1944. Hal.3
107
GAMBAR 3
Gedung MIAI
Sumber : Soeara MIAI, No.1 Tahun I, 8 Desember 1942. Hal.13
108
GAMBAR 4
Uang militer Jepang di Jawa
F 10
Warna Dasar : Kuning Ket : Garis bersilang tidak ada
Warna gambar : Coklat
Ukuran : 160 mm x 77 mm
F 5
Warna Dasar : Hijau Muda Ket : Garis bersilang tidak ada
Warna Gambar : Hitam
Ukuran : 150 mm x 72 mm
F 1
Warna Dasar : Hijau Tua Ket : Garis bersilang tidak ada
Warna Gambar : Biru Tua
Ukuran :140 mm x 67 mm
Sumber : Kan Po, No.58 Tahun III, 1 Januari 1945. Hal 6-9
109
GAMBAR 5
Contoh Cover Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia
Sumber : Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun II, 1
Januari 1944.
110
GAMBAR 6
Contoh Iklan Pencegahan Mata-mata Musuh dalam
Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia
Sumber : “Awas mata-mata Moesoeh!”, Madjallah Islam Soeara Moeslimin
Indonesia, No.4 Tahun II, 15 Februari 1944. Hal.18
111
LAMPIRAN 1
Anggaran Dasar dan Struktur Pengurus Masyumi
112
Sumber : Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun I, 1
Desember 1943. Hal.17
113
LAMPIRAN 2
OSAMU SEIREI NO. 6
tentang mengawasi penerbitan dsb.
Sumber : Kan Po, No.36-2604 Tahun III, Februari 1944. Hal. 6
114
LAMPIRAN 3
UNDANG_UNDANG NO.16
tentang Pengawasan Badan-badan Pengumuman dan
Penerangan dan Penilikan Pengumuman dan Penerangan
Sumber : Kan Po, No. Istimewa Tahun II, Maret 1943. Hal. 16
115
LAMPIRAN 4
Kumpulan Artikel-artikel Propaganda di Madjallah Islam
Soeara Moeslimin Indonesia
No. Judul Artikel Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Menjamboet terbitnja
madjallah dari Masjoemi
oleh : Gunseikan
Samboetan atas berdirinja
Madjlis soero moeslimin
ndonesia (Masjoemi)
Oleh : Shuumubtyo
Menjamboet Beban
oleh : KH Mas Mansoer
Pembentoekan
Kemakmoeran A.T.R
Keterangan Pemerintah
tentang Pendirian Majoemi
Mendjelaskan kedoedoekan
Masjoemi
Oleh : KH Mas Mansoer
Mendjalankan kewadjiban
Anggaran dasar dan
pengoeroes Madjlis Sjoero
1 Desember 1943, No.1
Tahun I. Hal.1
1 Desember 1943, No.1
Tahun I. Hal.2
1 Desember 1943, No.1
Tahun I. Hal.3
1 Desember 1943, No.1
Tahun I. Hal.12
1 Desember 1943, No.1
Tahun I. Hal.14
1 Desember 1943, No.1
Tahun I. Hal.15
1 Desember 1943, No.1
Tahun I. Hal.16
1 Desember 1943, NO.1
Tahun I. Hal 17-18
116
9
10
11
12
13
14
15
Moeslimin Indonesia
Darah Ksatria
Oleh : H.M. Amir Hasan
Berita Masjoemi
Angkatlah Tjangkoelmoe
Oleh K.H Mas Mansoer
Kepentingan Bersama
oleh H.M Moechtar
Memperbanjak Hasil Boemi
Oleh : Pimpinan Masyumi
dan Syuumubu
Andjoeran dan Nasehat bagi
Anggauta2 barisan
memperbanjak hasil boemi
dan kepada oemoem jg
bersangkoetan oleh K.H A
Moe’thi
Beroesaha memperbanjak
hasil boemi
oleh : Ki Dar
1 Desember 1943, No.1
Tahun I. Hal.26-27
1 Januari 1944, No.1 Tahun
II.
1 Januari 1944, No.1 Tahun
II. Hal.1
1 Januari 1944, No.1 Tahun
II. Hal.3
1 Januari 1944, No.1 Tahun
II. Hal. 4-5
1 Januari 1944, No.1 Tahun
II. Hal.6
1 Januari 1944, No.1 Tahun
II. Hal.7
117
16
17
18
19
20
21
22
23
Pengetahoean Oemoem
tentang bertjotjok tanam (I)
Keoetamaan bertjotjok
tanam dan bertani
oleh : K.H Hasyim Asj’arie
Mengerahkan tenaga
Moeslimin
Oleh : S.Wirohardjono
Pengetahoean Oemoem
tentang bertjotjok tanam II
(Penoetoep)
Berani Mati
oleh : Abd Moekti
Soesoenan baroe dari pada
Masjoemi
Dasar Bahasa Nippon
Oemoem
oleh Prof. Masaichi Kurono
disalin oleh B. Rangkoeti
Habis Gelap terbitlah terang
oleh : H.M. Moechtar
1 Januari 1944, No.1 Tahun
II, Hal.12
15 Januari 1944, No.2
Tahun II. Hal. 4
15 Januari 1944, No.2
Tahun II. Hal. 9
15 Januari 1944, No.2
Tahun II, Hal. 12-13
1 Februari 1944, No.3
Tahun II. Hal. 7
1 Februari 1944, No.3
Tahun II. Hal.11
1 Februari 1944, No.3
Tahun II, Hal. 16
15 Februari 1944, No.4
Tahun II. Hal.5
118
24
25
26
27
28
29
30
Semangat Keperdjoeritan!
Oleh : R Kasman
Singodimedjo
Keoentoengan dan
kewadjiban penting
oleh : S.Wirohardjono
Islam dan Kepradjoeritan
Oleh : R Kasman
Singodimedjo
Pendjelasan pihak jang
berwadjib tentang
pembentoekan tentera
pembela tanah air jang
kedoea (I)
Pendjelasn pihak jang
berwajib : Tentang
Pembentoekan tentera
Pembela tanah air jang
kedoea (II)
Berita Pemerintah :
Memperloeas sawah,
keboen, dan memperbaiki
pengairan
Awas mata-mata musuh
15 Februari 1944, No.4
Tahun II. Hal.7-8
1 Maret 1944, No.5 Tahun
II. Hal. 9-10
15 Maret 1944, No.6 Tahun
II, Hal. 3-4
1 April 1944, No.7 Tahun
II, 1944. Hal.2
15 April 1944, No.8 Tahun
II. Hal.2-3
15 Mei 1944, No.10 Tahun
II. Hal.1
15 Februari 1944, No.4
Tahun II. Hal.18
119
Artikel ‘Memperbanyak Hasil Bumi’
Sumber : Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun I, 1
Januari 1944. Hal. 4
120
Artikel ‘Pengetahuan Umum bercocok tanam (I)’
Sumber : Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun II, 1
Januari 1944. Hal. 12
121
Artikel ‘Pengetahuan Umum bercocok tanam (II)’
Sumber : Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No. 2 Tahun
II, 15 Januari 1944. Hal. 12
122
Artikel ‘Keutamaan Bercocok Tanam dan Bertani’
Sumber : Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.2 Tahun II, 15
Januari 1944. Hal.4
123
Artikel ‘Berusaha Memperbanyak Hasil Bumi’
Sumber : Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.1 Tahun II, 1
Januari 1944. Hal.7
124
Artikel “Semangat Keprajuritan”
Sumber : Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.4 Tahun II, 5
Februari 1944. Hal.7
125
Artikel “Islam dan Keprajuritan”
Sumber : Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.6 Tahun II, 15
Maret 1944. Hal.3
126
Artikel ‘Dasar Bahasa Nippon’
127
Sumber : Madjallah Islam Soeara Moeslimin Indonesia, No.3 Tahun II, 1
Februari 1944 Hal. 16