Promosi Kesehatan Edit Fix BGT

66
PROMOSI KESEHATAN Oleh: Anisa Karamina W, S. Ked Dessy Anugrah Sari, S.Ked 04054811416021 Miranty Vetty Irana, S.Ked 04054811416025 Baity Indriani, S.Ked 04054811416029 Anastasia Oktarina, S.Ked 04054811416028 Adrian Pratama, S.Ked 04054811416055 Dwi Putri Mustika, S.Ked 04054811416031 Pembimbing: Dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 1

description

i

Transcript of Promosi Kesehatan Edit Fix BGT

PROMOSI KESEHATAN

Oleh:Anisa Karamina W, S. Ked

Dessy Anugrah Sari, S.Ked 04054811416021Miranty Vetty Irana, S.Ked 04054811416025Baity Indriani, S.Ked 04054811416029Anastasia Oktarina, S.Ked 04054811416028Adrian Pratama, S.Ked 04054811416055Dwi Putri Mustika, S.Ked 04054811416031

Pembimbing:Dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYAPALEMBANG 2014

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun banyak orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan didalam kehidupannya. Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh pelayanan kesehatan hal ini berdasarkan undang-undang dasar 1945 yang tercantum didalam pasal 28 ayat I. Untuk itu diperlukan suatu tindakan yang harus diambil dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tindakan yang perlu bagi masyarakat adalah salah satunya dengan promosi kesehatan.Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki prinsip, metode, media juga strategi dan akan diintervensikan ketika dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarkat.Sehingga promosi kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dapat dimengerti masyarakat dan ditampilkan dalam bentuk perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik dalam prilaku kesehatan.Mengingat tugas kita sebgaai tim medis adalah salah satunya memperkanalkan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami akanmembahas tentang Promosi Kesehatan.

B.Tujuan1.Tujun UmumAgar mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami tentang prinsip, strategi, metode dan media promosi kesehatan.2.Tujuan KhususAgar mahasiswa dan mahasiswi mampu menjelaskan tentang:a.Prinsip prinsip promosi kesehatanb. Strategi promosi kesehatanc.Metode promosi kesehatand. Media promosi kesehatan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Prinsip Promosi Kesehatan1. Pengertian Promosi KesehatanWHO berdasarkan piagam Ottawa (1986) mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk meningkatkan kontrol dan peningkatan kesehatannya. WHO menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri (Maulana, 2009).2.Tujuan Promosi KesehatanGreen,1991 dalam Maulana,2009, tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:a. Tujuan ProgramRefleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.b. Tujuan PendidikanPembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya: cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.c. Tujuan PerilakuGambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan.

3. Sasaran Promosi KesehatanDalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.a. Sasaran primer, yaitu pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. b. Sasaran sekunder, yaitu mereka yang mempengaruhi sasaran primer (seperti para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa). c. Sasaran tersier, yaitu para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain).

4. Jenis-Jenis Kegiatan Promosi KesehatanEwlest & Simnet (1994), mengidentifikasi tujuan area kegiatan promosi kesehatan yaitu:a. Progam Pendidikan KesehatanProgram pendidikan kesehatan adalah kesempatan yang direncanakan untuk belajar tentang kesehatan, dan melakukan perubahan-perubahan secara sukarela dalam tingkah laku.b. Pelayanan Kesehatan PreventifWinslow (1920) dalam Level & Clark (1958) mengungkapkan 3 tahap pencegahan yang dikenal dengan teori five levels of prevention, yaitu:1) Pencegahan PrimerDilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi:a)Promosi Kesehatan (health promotion)Kegiatan pada tahap ini ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.b) Perlindungan Khusus (specific protection)Berupa upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, dan peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik, dan penanggulangan stress.2) Pencegahan Skundera)Diagnosis dini dan pengobatan segera.b) Pembatasan kecacatan3) Pencegahan TersierPada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mencegah agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental, dan sosial.c. Kegiatan Berbasis MasyarakatPromosi kesehatan menggunakan pendekatan dari bawah, bekerja dengan dan untuk penduduk, dengan melibatkan masyarakat dalam kesadaran kesehatan.d. Pengembangan OrganisasiPengembangan organisasi berhubungan dengan pengembangan dan pelalaksanaan kebijakan dalam oranisasi-organisasi yang berupaya meningkatkan kesehatan para staf dan pelanggan.e. Kebijakan Publik Yang SehatUpaya ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok profesional, dan masyarakat umum yang bekerja sama mengembangkan perubahan-perubahan dalam situasi dan kondisi kehidupan.f.Tindakan Kesehatan Berwawasan Lingkungan.Upaya yang dilakukan adalah menjadikan lingkungan fisik penunjang kesehatan, baik di rumah, tempat kerja, atau tempat-tempat umum.g.Kegiatan ekonomi yang bersifat peraturanKegiatan politik dan edukasional ini ditunjukan pada politisi untuk kebijaksanaan dan perencanaan yang melibatkan upaya lobi dan implementasi perubahan perubahan legislatif.seperti peraturan pemberian label makanan halal mendorong praktik etik yang sukarela.Jenis promosi kesehatan meliputi:a.Pemberdayaan masyarakatb.Pemgembangan kemitraanc.Upaya advokasid.Pembinaan suasanae.Pemgembangan SDMf.Pemgembangan IPTEKg.Pengembangan media dan saranah.Pengembangan infrastruktur

4. Prinsip-prinsip Promosi KesehatanPrinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for health promotion (1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan, antara lain :a. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi kesehatan mereka.b. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam pengambilan keputusan.c. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi tersebut.d. Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang di dapat oleh klien.e. Intersectoral (antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instasi terkait lainnya atau organisasi.f. Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.g. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program kebijakkan.

Prinsip-prinsip promosi kesehatan antara lain sebagai berikut:a. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias program intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.b. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam perencanaan dan implementasi intervensi.c. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat didefinisikan serta dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.d. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pekerja.e. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan mengimplementasikan intervensi.f. Evaluasi harus dilakukan juga.g. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi maupun intervensi promosi kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada perorangan dan kelompok.h. Intervensi harus bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsip-prinsippemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu metode.

B. Strategi dalam Promosi KesehatanStrategi promosi kesehatan berdasarkan (Piagam Ottawa 1986) ialah sebagai berikut :1. Kebijakan berwawasan kesehatan Strategi promosi kesehatan yang mana ditujukan kepada para penentu kebijakan agar mengeluarkan kebijakan dan ketentuan yang menguntungkan bahkan dapat merugikan kesehatan, sehingga dalam menentukan keputusan diperhatikan dampaknya bagi kesehatan masyarakat.2. Lingkungan yang mendukungStrategi ini dikelola oleh para pengelola tempat umum, termasuk pemerintah kota. Dimana mereka dapat menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat dalam meningkatkan kesehatnnya, sehingga nantinya akan tercipta lingkungan yang sehat untuk mendukung prilaku sehat masyarakat3. Reorientasi Pelayanan KesehatanRealisasi dari reorintasi pelayanan kesehatan ini adalah para penyelenggara kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus dilibatkan dalam memberdayakan masyarakat agar dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayan kesehatan namun dapat menjadi menjadi penyelenggara pelayanan kesehatan.4. Keterampilan IndividuStrategi ini mewujudkan adanya keterampilan individu-individu dalam meningkatkan dan memelihara kesehatanya. Langkah awal untuk strategi ini adalah pemberian pemahaman tentang penyakit dalam bentuk metode atau teknik kepada individual bukan dalam bentuk massa5. Gerakan MasyarakatAdanya gerakan dari masyarakat itu sendiri dalam meningkatkan dan memelihara kesehatannya. Hal ini akan tampak dari prilaku masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya tanpa harus ada kegiatan namun akan tampak dari prilaku menuju sehat.

Berdasarkan rumusan yang dibuat oleh WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global dibagi menjadi tiga yang akan dibentuk dalam intervensi, yaitu :1. Advokasi (Advocacy)Advokasi adalah kegiatan dimana untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Pendekatan advokasi ialah sasaran kepada para pembuat keputusan atau penentu keputusan sesuai sektornya. Intinya adalah strategi advokasi kesehatan merupakan pendekatam yang dilakukan dengan pimpinan atau pejabat dengan tujuan mengembangkan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan Kegiatan advokasi ini ada dalam bentuk formal dan informal. Advokasi dalam bentuk formal misalnya : penyajian presentasi, seminar, atau suatu usulan yang dilakukan oleh para pejabat terkait. Advokasi informal misalnya: suatu kegiatan untuk meminta dana, atau dukungan dalam bentuk kebijakan kepada para pejabat yang relevan dengan kebijakan yang diusulkan. Intervensi yang dapat dilakukan secara perseorangan kepada pejabat ialah dengan : lobi, dialog, negosiasi dan debat. Sehingga diharapkan mendapatkan hasil adanya tindakan yang nyata, kepedulian, serta pemahaman atau kesadaran dari pejabat sehingga terjadi kelanjutan kegiatan.2. Dukungan sosial ( Social Support )Dukungan sosial adalah suatu strategi yang digunakan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat. Dimana tujuannya dengan menggunakan tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan atau pengembang kesehatan dengan masyarakat. Intervensi keperawatan yang diberikan dalam stretegi dukungan sosial ialah : pelatihan bagi para tokoh masyarakat, lokakarya, bimbingan bagi para tokoh masyarakat, sehingga hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan jumlah para tokoh masyarakat yang berperan aktif dalam pelayanan kesehatan, jumlah individu dan keluarga dimana meningkat pengetahuannya tentang kesehatan, adanya pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada misalnya posyandu.3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang langsung kepada masyarakat. Pemberdayaan ini bertujuan untuk mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat itu sendiri. Intervensi keperawatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dapat berupa : penyuluhan kesehatan, posyandu, pos obat desa, dan lain sebagainya. Hasil yang diharapkan adalah sumber daya manusia yang berperan dalam peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.C. Model Perencanaan Promosi KesehatanModel yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada tahun 1980, merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation). PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencanaan mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. Pada tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi model PRECEDE-PROCEEDE. PROCEEDE merupakan singkatan dari Policy, Regulatory, and Organizational Contructs in Educational and Environmental Development. Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-sama dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Schmidt dkk. (1990), model ini paling banyak diterima dan telah berhasil diterapkan dalam perencanaan program-program komprehensif dalam banyak susunan yang berlainan, serta model ini dianggap lebih berorientasi praktis. Gambar 6.1 meringkas gambaran model PRECEDE-PROCEED.PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta implementasi dan evaluasi.

Gambar 6.1 Kerangka PRECEDE-PROCEED. Sumber: Green, Lawrence and Marshall W. Kreuter, 1991:24 Gambar 6.2 Indikator, dimensi, dan hubungan di antara faktor-faktor yang diidentifikasi pada fase 1,2, dan 3 pada kerangka PRECEDE-PROCEEDE.a) Fase 1 (Diagnosis sosial)Diagnosis sosial adalah proses menetukan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya,melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya.Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistic yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat. Bila data langsung dikumpulkan dari masyarakat, maka pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara: wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat, focus group discussion (FGD), nominal group process, dan survei.Pada fase ini, praktisi dapat menggunakan kumpulan data multipel dari aktivitas-aktivitas (hasil wawancara dengan informan, diskusi kelompok, observasi terhadap partisipan, dan survei), untuk memahami kebutuhan masyarakat. Fase ini secara subjektif berupaya mendefinisikan kualitas hidup dalam masyarakat. Fokus pada fase ini adalah untuk mengenali dan mengevaluasi permasalahan sosial yang mempengaruhi kualitas hidup target populasi. Tahap ini membutuhkan perencana program untuk mendapatkan pengertian dari permasalahan sosial yang mempengaruhi kehidupan pasien, konsumen, siswa, atau komunitas, sebagaimana mereka memandang permasalahan tersebut. Hal ini diikuti oleh pembentukan penghubung antara permasalah tersebut dan permasalahan kesehatan spesifik yang dapat menjadi fokus dari edukasi kesehatan. Penghubung ini sangat penting dalam hidup dan, sebagai timbal balik, bagaimana kualitas hidup mempengaruhi permasalahan sosial. Metode yang digunakan untuk diagnosis sosial dapat menggunakan satu atau beberapa cara pada Community Assessment.

b) Fase 2 (Diagnosis epidemiologi)Pada tahap ini, masalah-masalah kesehatan yang didapatkan dari tahap pertama tadi digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada, baik yang berasal dari data lokal, regional, maupun nasional. Dalam tahap ini dilihat bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah-masalah kesehatan tersebut dengan mengacu pada mortalitas, morbiditas, tanda dan gejala yang ditimbulkan. Dari tahap inilah perencana menetapkan suatu prioritas masalah yang nantinya akan dibuat suatu perencanaan yang sistematis.Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Di samping itu, dicari pula bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda dan gejala yang timbul) dan cara menanggulangi masalah tersebut (imunisasi, perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan atau perilaku). Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas masalah, yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, serta kemungkingan untuk diubah. Prioritas masalah harus tergambar pada tujuan program dengan ciri who eill benefit how much of what outcome by when.Diagnosis epidemiologi mencakup analisis data sekunder atau kumpulan data asli untuk memprioritaskan kebutuhan akan kesehatan masyarakat serta mempertahankan tujuan dan target dari program. Praktisi mengamankan dan menggunakan data statistik yang spesifik dari populasi target dalam rangka mengidentifikasi dan mengurutkan masalah dan tujuan kesehatan yang dapat memberikan kontribusi terhadap kebutuhan masyarakat yang teridentifikasi. Diagnosis epidemiologi membantu identifikasi faktor-faktor perilaku dan lingkungan yang berhubungan dengan kualitas kehidupan. Fokus pada fase ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang spesifik dan faktor non-medis yang berhubungan dengan kualitas kehidupan yang buruk. Menjelaskan permasalahan kesehatan tersebut dapat: 1. membentuk hubungan antara permasalahan kesehatan, kondisi kesehatan lain, dan kualitas kehidupan; 2. Mendorong penyusunan prioritas masalah yang akan memandu fokus dari program dan pemanfaatan sumber daya secara efektif; dan 3. Menyusun kewajiban yang jelas pada masing-masing pihak. Prioritas-prioritas ini dijelaskan sebagai sebagai sebuah program objektif yang menjelaskan target populasi (WHO), outcome yang diinginkan (WHAT), dan seberapa banyak (HOW MUCH) keuntungan yang harus didapatkan target populasi, dan kapan (WHEN) keuntungan tersebut terjadi.Contoh data-data epidemiologi: Statistik vital Usia rentan meninggal Kecacatan Angka kejadian Morbiditas MortalitasDari fase 1 dan 2 objektif program disusun, objektif program adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sebagai hasil dari implementasi intervensi-intervensi. Contoh diagnosis epidemiologi dalam promosi kesehatan diare adalah banyaknya penduduk terutama balita dan anak-anak yang menderita mencret-mencret/diare dan angka kematian anak akibat diare cukup tinggi.

c) Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)Diagnosis perilaku adalah analisis hubungan perilaku dengan tujuan atau masalah yang diidentifikasi dalam diagnosis epidemiologi atau sosial. Sedangkan diagnosis lingkungan adalah analisis paralel dari faktor lingkungan sosial dan fisik daripada tindakan khusus yang dapat dikaitkan dengan perilaku.Fase ini mengidentifikasi faktor-faktor, baik faktor internal maupun eksternal dari individu yang dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan. Fokus fase ini ditujukan pada identifikasi sistematis praktek kesehatan dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan yang telah dijelaskan pada fase 2. Faktor-faktor ini mencakup penyebab non-perilaku (faktor individu dan lingkungan) yang dapat berkontribusi pada permasalahan kesehatan, tetapi tidak dikontrol oleh perilaku. Hal ini dapat mencakup predisposisi genetik, umur, jenis kelamin, penyait yang diderita, iklim, tempat kerja, ketersediaan fasilitas kesehatan yang adekuat, dan lain-lain. Perilaku yang menyebabkan permasalahan kesehatan juga dinilai. Bagian penting lain pada fase ini adalah kecenderungan terjadinya perubahan pada tiap permasalahan kesehatan pada fase 2. Mengulang kembali untuk membaca literatur-literatur yang telah ada maupun menerapkan teori-teori yang ada, merupakan elemen penting pada fase ini.Matrix Perilaku, untuk membantu mengenali target-target dimana intervensi yang paling efektif dapat diterapkan. Matriks ini membantu dalam mengidentifikasi sasaran dimana tindakan intervensi yang paling efektif dapat diterapkan. Langkah yang harus dilakukan dalam diagnosis perilaku dan lingkungan antara lain:a. Memisahkan faktor perilaku dan non-perilaku penyebab timbulnya masalah kesehatan.b. Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan/pengobatan, sedangkan untuk faktor lingkungan dengan mengeliminasi faktor-faktor lingkungan yang tidak dapat diubah seperti faktor genetis dan demografis.c. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh terhadap masalah kesehatan.d. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk diubah.e. Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.Setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai program. Indikator masalah perilaku yang memengaruhi status kesehatan seseorang adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya pencegahan (prevention action), pola konsumsi akanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), dan upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah earliness, quality, persistence, frequency, dan range. Indikator lingkungan yang digunakan adalah keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, sedangkan dimensi yang digunakan terdiri atas keterjangkauan, kemampuan, dan pemerataan.d) Fase 4 (Diagnosis pendidikan dan organisasi)Sesuai dengan perspektif perilaku, tahap diagnosis pendidikan dan organisasional model Precede memberi penekanan pada faktor-faktor predisposisi, pendukung, dan penguat. Dua faktor pertama berkaitan dengan anteseden dari suatu perilaku tersebut, sedangkan faktor penguat merupakan sinonim dari istilah konsekuen yang dipakai dalam analisis perilaku. Faktor predisposisi (predisposing factors)Faktor yang mempermudah atau mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Merupakan anteseden dari perilaku yang menggambarkan rasional atau motivasi melakukan suatu tindakan, nilai dan kebutuhan yang dirasakan, berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk bertindak. Faktor pemungkin (enabling factors) Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu atau memungkinkan suatu motivasi direalisasikan. Yang termasuk dalam kelompok faktor pemungkin adalah ketersediaan pelayanan kesehatan, aksesibilitas dan kemudahan pencapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun segi biaya dan sosial serta adanya peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tersebut. Faktor penguat (reinforcing factors)Faktor yang memperkuat (atau kadang-kadang justru dapat memperlunak) untuk terjadinya perilaku tersebut. Merupakan factor yang memperkuat suatu perilaku dengan memberikan penghargaan secara terus menerus pada perilaku dan berperan pada terjadinya pengulangan. Merupakan faktor yang berperan setelah suatu perilaku telah dimulai. Faktor ini mendukung pengulangan atau tetapnya suatu perilaku dengan memberikan suatu penghargaan (reward) atau insentif secara berkelanjutan serta hukuman (punishmen) sebagai konsekuensi dari suatu perilaku. Hal tersebut digunakan untuk memotivasi dan menguatkan perilaku sehat dan outcome. Reinforcement bisa datang dari individu atau kelompok, seseorang atau institusi dalam lingkungan fisik atau sosial seperti keluarga, guru, akademis, dan lain-lain. Hal penting untuk memahami reinforcing factor adalah sejauh mana ketidakadannya akan berarti kehilangan dukungan untuk tindakan dari individu atau kelompok. Elemen penting pada fase ini adalah pemilihan faktor yang dapat dimodifikasi, yang paling dapat menghasilkan perubahan perilaku Proses pemilihan mencakup mengidentifikasi, memilah faktor-faktor ini ke dalam kategori-kategori (positif dan negatif), menempatkan prioritas pada tiap kategori, dan memprioritaskan salah satu kategori. Prioritas faktor bergantung kepada tingkat kepentingan (importance) dan kemampuan untuk diubah (changeability). Learning objectives dari faktor-faktor terpilih ini kemudian dikembangkan. Pemilihan faktor-faktor mana yang harus diubah untuk memulai dan menjaga (maintain) perubahan perilaku dilakukan pada fase ini karena intervensi spesifik juga disusun pada fase ini.Diagnosis edukasi dan organisasi ini lah yang digunakan untuk melihat hal-hal spesifik yang dapat meningkatkan atau menurunkan perilaku-perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Contoh diagnosis pendidikan dan organinasional:Predisposing factors Kurangnya pengetahuan tentang cara hidup bersih dan sehat Kebiasaan MCK di sungai Penggunaan air sungai sebagai sumber air minum dan masak Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB Kurangnya pengetahuan tentang diareEnabling factors Terbatasnya sumber/fasilitas air bersih Terbatasnya fasilitas jamban Terbatasnya daya jangkau ke pusat kesehatan Kegiatan PKK dan karang taruna yang tidak terlaksana dengan baik Reinforcing factors Perilaku tokoh masyarakat yang juga tidak memberikan contoh yang baik Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah diidentifikasi, dan menetapkan tujuan organisasional berdasarkan faktor penguat dan faktor pendorong yang telah diidentifikasi elalui upaya pengembangan organisasi dan sumber daya.e) Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan)Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan. Untuk diagnosis administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran. Sebaliknya, PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima dan dapat dipertanggungjawabkan kepada penentu kebijakan, administrator, konsumen atau klien, dan stakeholder terkait. Hal ini dilakukan untuk menilai kesesuaian program dengan standar yang telah ditetapkan.Diagnosis administratif dilakukan dengan tiga penilaian, yaitu: sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakn program, sumber daya yang ada di organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksana program. Sedangkan pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program dan pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan. Misalnya, adanya kebijakan pemerintah dalam pemberantasan penyakit diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB).

Sumber DataData masyarakat yang dibutuhkan oleh seorang perencana promosi kesehatan dapat berasal dari berbagai sumber seperti : Dokumen yang ada Langsung dari masyarakat, di mana kita bisa mendapatkan data mengenai status kesehatan masyarakat, perilaku kesehatan dan determinan dari perilaku tersebut, Petugas kesehatan di lapangan Tokoh masyarakat

Cara pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah:a. Key informant approachInformasi yang diperoleh dari informan kunci melalui wawancara mendalam atau Focus Group Discussion(FGD) sangat menolong untuk memahami masalah yang ada. Cara ini cukup sederhana dan relatif murah, karena informasi yang diperoleh dapat mewakili berbagai perspektif dan informan kunci sendiri selain memberikan data yang dapat digunakan dalam membuat perencanaan, juga akan membantu dalam mengimplementasikan promosi kesehatan.b. Community forum approachCara lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data adalah melalui forum diskusi. Di sini health promotor bersama-sama masyarakat mendiskusikan masyarakat yang ada.melalui cara ini dapat dicari jalan keluar dari masalah yang ada. Bila dilihat dari sudut program, cara ini sangat ekonomis, di samping itu promotor kesehatan juga dapat memahami masalah dari berbagai sudt pandang masyarakat. c. Sample survey appproachMerupakan cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat yang paling valid dan akurat, karena estimasi kesalahan bisa diseleksi. Namun demikian cara ini merupakan cara yang paling mahal. Metode yang dapat digunakan adalah wawancara dan observasi (terutama bila ingin melihat keterampilan atau skill).f) Fase 6 (Implementasi)Pada tahap ini, merencanakan suatu intervensi (secara besar pada fase-fase sebelumnya), berdasarkan analisis. Sekarang, yang harus kita lakukan adalah menjalankannya. Fase ini hanya berupa pengaturan dan pengimplementasian intervensi yang telah direncanakan sebelumnya. Pada fase ini, intervensi yang telah disusun pada fase kelima diterapkan secara langsung pada masyarakat.

g) Fase 7 (Evaluasi proses)Fase ini bukanlah mengenai hasil, tetapi mengenai prosedur. Evaluasi disini berarti apakah kita sedang melakukan apa yang telah kita rencanakan sebelumnya. Jika, sebagai contoh, kita menawarkan melakukan pelayanan kesehatan diare tiga hari dalam sepekan pada daerah pedesaan, apakah dalam kenyataannya kita benar-benar melakukan pelayanan kesehatan tersebut. Kita juga menetapkan untuk memberikan penyuluhan setiap hari senin dan khamis untuk melakukan penyuluhan tentang diare dan penanganannya di puskesmas berdekatan, setiap selasa dan rabu melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah apakah kita benar- benar melaksanakan sesuai yang direncanakan.

h) Fase 8 (Evaluasi dampak)Pada fase ini, kita mulai melakukan evaluasi terhadap sukses awal dari upaya kita. Apakah intervensi tersebut menghasilkan efek yang kita inginkan pada faktor perilaku atau lingkungan yang kita harapkan untuk berubah. Mengukur efektifitas program dari sudut dampak menengah dan perubahan-perubahan pada faktor predisposing, enabling, dan reinforcing. Mengevaluasi dampak dari intervensi pada faktor-faktor pendukung perilaku dan pada perilaku itu sendiri.

Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat pemeriksaan hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik (pemeriksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif akan mempermudah terwujudnya perilaku baru maka sering disebut faktor yang memudahkan. Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, tersedianya makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek suasta (BPS), dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya: puskesmas, polindes, bidan praktik, ataupun rumah sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung untuk atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya dimulai mendiagnosis 3 faktor penyebab (determinan) tersebut kemudian intervensinya juga diarahkan terhadap tiga faktor tersebut.i) Fase 9 (Evaluasi hasil)Apakah intervensi kita sungguh bekerja dalam menghasilkan outcome yang teridentifikasi pada komunitas pada fase 1 sebelumnya?. Intervensi ini mungkin dapat secara sukses dilakukan, prosesnya sesuai dengan yang direncanakan, dan terjadi perubahan yang memang diharapkan. Namun, hasilnya secara keseluruhan tidak memiliki dampak pada masalah yang lebih luas. Dalam hal ini, kita harus memulai kembali prosesnya sekali lagi, untuk melihat mengapa faktor yang kita fokuskan bukanlah faktor yang tepat, dan untuk mengidentifikasi faktor lain yang mungkin berhasil. Mengukur perubahan dari keseluruhan objek dan perubahan dalam kesehatan dan keuntungan sosial atau kualitas kehidupan (outcome) yang menentukan efek terbesar pada intervensi terhadap kesehatan dan kualitas kehidupan suatu populasi. Dibutuhkan waktu yang panjang untuk mendapatkan hasil, dan mungkin beberapa tahun untuk benar-benar melihat perubahan kualitas hidup pada populasi atau masyarakat.Beberapa outcome mungkin tidak terlihat nyata dalam beberapa tahun atau dekade. Bila outcome tidak terlihat dalam jangka waktu yang lama, maka kita harus bersabar dan tetap mengawasi proses dan dampak dari intervensi kita, dengan keyakinan bahwa outcome tersebut akan terlihat dengan nyata nantinya.Langkah-langkah untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan meliputi hal-hal berikut.a) Menentukan status kesehatan masyarakat.b) Menentukan pola pelayanan kesehatan msyarakat yang ada.c) Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan kesehatan di masyarakatd) Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (meliputi tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan atau perilaku dan kepercayaan yang dianut).

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan prioritas masalah antara lain beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, pertimbangan politis, dan sumber daya yang ada di masyarakat. D. Metode Promosi Kesehatan Proses belajar mengajar yang efisien dan efektif yang dilakukan dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus dipertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan disampaikan, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budaya) atau sasaran, dan hal-hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan waktu. Masing masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk mamaksimalkan hasil.

1. Jenis Jenis Metode Promosi Kesehatana. Secara umum metode promosi kesehatan dibagi menjadi:1) Metode DidaktifMetode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif. Misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster dan siaran radio.2) Metode SokratifMetode ini dilakukan secara dua arah. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok, debat, panel, forum, seminar, bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya dan penugasan perorangan.

b. Metode Promosi Kesehatan Berdasarkan Teknik Penyampaian 1) Metode Penyuluhan LangsungDalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Termasuk disini antara lain: kunjungan rumah, pertemuan diskusi, pertemuan di balai desa pertemuan di posyandu, dll.2) Metode Penyuluhan Tidak LangsungDalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara media. Contohnya, publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukkan film dan sebagainya berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai.

c. Metode Promosi Kesehatan Berdasarkan Jumlah Sasaran1) Metode Pendidikan Individual (Perorangan)Metode yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Setiap orang memiliki masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatannya : Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and counceling)Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara klien dengan petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu penyelesainnya. Wawancara (interview)Untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang diberikan (prubahan perilaku ynag diharapkan).2) Metode Pendidikan KelompokDalam memilih metode pada kelompok,yang harus diperhatikan adalah besarnya kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formalnya. Besarnya kelompok sasaran mempengaruhi efektifitas metode yang digunakan.

1)Kelompok besara) CeramahSasaran dapat berpendidikan tinggi maupun rendah. Penceramah harus menyiapkan dan menguasai materi serta mempersiapkan media. Metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan. Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama.b) SeminarMetode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

2) Kelompok kecila)Diskusi kelompokMetode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas, menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :-Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.-Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.-Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.-Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formalb) Curah pendapat (Brain storming)Adalah suatu pemecahan masalah ketika setiap anggota mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan yang dipikirkan. Kritik evaluasi atas semua pendapat tadi dilakukan setelah semua anggota kelompok mencurahkan pendapatnya. Metode ini cocok digunakan untuk membangkitkan pikiran yang kreatif, merangsang, partisipasi, mencari kemungkinan pemecahan masalah, mendahului metode lainnya, mencari pendapat-pendapat baru dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.

c) Bola salju (snow balling)Metode ini dilakukan dengan membagi secara berpasangan (satu pasang- dua orang). Setelah pasangan terbentuk, dilontarkan suatu pernyataaan atau masalah, setelah kurang lebih 5 menit setiap 2 pasangan bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah yang sama dan mencari kesimpulannya. Selanjutnya, setiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

d) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)Kelompok dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah kemudian kesepakatan di kelompok kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan kemudian di diskusikan untuk diambil kesimpulan.

e) Memainkan peranan (role play).Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan.

f) Permainan simulasi (simulation game)Merupakan gabungan antara role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli, menggunakan dadu, petunjuk arah dan papan monopoli. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lainnya berperan sebagai narasumber.

3) Metode pendidikan massaMetode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sasaran pendidikan pada metode ini bersifat umum tanpa membedakan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, ekonomi dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangkap oleh massa tersebut. Metode ini bertujuan untuk mengguagah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi. Metode ini biasanya bersifat tidak langsung.a) Ceramah umum (public speaking)b) Pidato/diskusic) Simulasid) Menggunakan media televisee) Menggunakan media surat kabarf) Bill board

Metode berdasarkan Indera Penerima. Metode melihat/memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Filma. Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dllb. Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba).

3. Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Metodea. Kunjungan RumahKunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh dengan masyarakat sasaran dan keluarganya di rumah ataupun ditempat biasa mereka berkumpul. Biasanya kegiatan ini disebut anjang sono, anjang karya, dan sebagainya.Cara melakukannya dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut :1) Ada maksud dan tujuan tertentu2 Tepat waktunya dan tidak membuang-buang waktu3) Rencanakan beberapa kunjungan berurutan untuk menghemat waktu4) Kunjungi pula sasaran yang jauh dan terpencil5) Metode ini untuk memperkuat metode-metode lainnya atau bila metode-metode lainnya tidak mungkin.Selama berkunjung harus diingat hal-hal seperti :1) Membicarakan soal-soal yang menarik perhatian2) Biarkan keluarga sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan memotong pembicaraannya2) Bicara bila keluarga sasaran itu ingin mendengarkannya3) Bicara dalam gaya yang menarik sasaran4) Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelan-pelan dan suasanmenyenangkan5) Harus sungguh-sungguh dalam pernyataan6) Jangan memperpanjang mempersilat lidah7) Biarkan keluarga sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang baik8) Harus jujur dalam mengajar maupun belajar9) Meninggalkan keluarga sasaran sebagai kawan10) Catat tanggal kunjungan, tujuan, hasil dan janji11) Membawa surat selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada keluarga sasaran. Ini akan menjalin persahabatan.Keuntungan metode ini :a. Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatanb. Membina persahabatanc. Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya diterimad. Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baike. Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi kurangf. Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnyag. Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih tinggiKerugian:1. Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas2. Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh adalah terbatas sekali3. Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan menimbulkan prasangka pada keluarga lainnya

b. Pertemuan UmumPertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran dimana disampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk dilaksanakan oleh masyarakat sasaran.Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik, seperti:a. Rundingkan dahulu dengan orang-orang yang terkaitb. Konsultasi dengan tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda acara sementarac. Jaminan kedatangan para nara sumber lainnya (bila diperlukan)d. Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat itu.Hal-hal perlu diperhatikan :a. Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan penerangan dan udara yang segarb. Waktu yang dipilh adalah waktu luang masyarakatc. Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhand. Tepat memulai dan mengakhiri pertemuane. Perhatikan ditujukan kepada tujuan pertemuan dengan memberikan kesempatan untuk berdiskusi. Hindari pertengkaran pendapatf. Anjuran mempergunakan alat-alat peragag. Usaha-usaha menarik perhatian, menggugah hai dan mendorong kegiatanh. Memberikan penghargaan kepada semua golongan yang hadiri. Libatkan tokoh-tokoh masyarakat setempatj. Usahakan kegiatan lanjutan (bila ada)k. Berikan selembaran-selembaran yang sesuai dengan materi yang didiskusikan.Keuntungan metode ini:1) Banyak orang yang dicapai2) Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya3) Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan4) Segala macam topik/judul dapat diajukan5) Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biayaKerugian metode ini:1. Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup2. Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali3. Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir adalah campuran4. Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb dapat mengurangi jumlah kehadiranc. DiskusiDiskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih sedikit pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang hadir. Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu informasi yang lebih rinci dan mendetail serta pertukaran pendapat mengenai perubahan perilaku kesehatan. Keberhasilan pertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh untuk :a. Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para pesertab. Memelihara perhatian yang terus menerus dari para pesertac. Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang sajad. Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-saran yang diajukane. Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada kesimpulan yang tepat.d. DemonstrasiDemontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu kelompok bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan baru. Metode ini lebih menekankan pada bagaimana cara melakukannya suatu perilaku kesehatan. Kegiatan ini bukan lah suatu percobaan atau pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan peserta bahwa sesuatu perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah berguna dan praktis sekali bagi masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan suatu ketrampilan yang baru. Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan persiapan yang diperlukan, seperti :a. Datang jauh sebelum kegiatan di mulai untuk memeriksa peralatan dan bahan yang diperlukanb. Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat melihatnya dan ikut dalam diskusic. Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan keinginan peserta untuk bertanyad. Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba ketrampilan perilaku yang baru.e. Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan demostrasi ituAnjuran :1. Pilihlah topik yang berdasarkan keperluan masyarakat2. Demonstrasi dilakukan tepat masanya3. Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak perhatian dan peserta4. Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang5. Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut6. Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat

Kelebihan / keuntungan metode ini :1) Cara mengajar ketramilan yang efekif2) Merangsasang kegiatan3) Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri.

Kekurangan / keterbatasannya :1. Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan2. Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk

D. Media Promkes1. PengertianMedia adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran ( Herry D.J. Maulana).Media promosi kesehatan adalah alat yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan (Ferry Efendy & Makhfudli).Media pendidikan kesehatan disebut juga alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Pembuatan alat peraga atau media mempunyai prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima dan ditangkap melalui pancaindra.Semakin banyak pancaindra yang digunakan maka semakin jelas juga pengetahuan yang didapatkan. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan alat peraga dapat melibatkan indra sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga dapat memudahkan pemahaman bagi peserta didik.Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu pemahaman seseorang.Elgar menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu kerucut.

KERUCUT ELGAR DALE

1

1. Kata-kata2. Tulisan3. Rekaman, Radio4. Film5. Televisi6. Pameran7. Field Trip8. Demonstasi9. Sandiwara10. Benda Buatan11. Benda Asli

Berdasarkan gambar alat peraga yang memiliki intensitas paling tinggi adalah benda asli sedangkan yang memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya menggunakan kata-kata saja kurang efektif jadi akan leih efektif dan efisien jika menggunakan beberapa alat peraga atau gabungan beberapa media.Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan, dan sumber daya pendukung.Contohnya didaerah terpencil yang hanya dapat dicapai dengan peswat terbang khususdan pendidikan kesehatan yang diinginkan adalah yang mencapai sebanyak mungkin sasaran, maka media yang dapat dipilih adalah flyer atau media elektronik jika sumber dayanya memungkinkan.

2. Manfaat MediaAda banyak manfaat dari media atau alat peraga yaitu sebagai berikut:1. Menimbulkan minat sasaran2. Mencapai sasaran yang lebih banyak3. Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman4. Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain5. Memudahkan penyampaian informasi6. Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran7. Menurut penelitian 75-87% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata, 13-25% lainnya disalurkan melalui pancaindra lainnya. Oleh karena itu, dalam aplikasi pembuatan media disarankan lebih banyak menggunakan alat-alat visual karena akan mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat.8. Mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami dan mendapat pengertian yang lebih baik.9. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh, yaitu menegakkan pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima lebih lama tersimpan dalam ingatan.

3. Jenis-jenis Alat Peragaa. Pembagian alat peraga secara umum1) Alat bantu lihat (Visual aids)Alat ini digunakan untuk membantu menstimulasi indra penglihatan pada saat proses pendidikan. Terdapat dua alat bantu visual yaitu: Alat bantu yang diproyeksikan seperti slide, OHP, dan film strip. Alat bantu yg tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi seperti gambar, peta, da bagan. Termasuk alat bantu cetak dan tulis misalnya leaflet, poster, lembar balik, dan buklet. Termasuk tiga dimens seperti bola dunia dan boneka.2)Alat bantu dengar (Audio aids)Alat ini digunakan untuk menstimulasi indra pendengaran misalnya piringan hitam, radio, tape, CD.3) Alat bantu dengar dan lihat (Audio visual aids)Alat bantu ini digunakan untuk menstimulasi indra penglihatan dan pendengaran seperti televisi, film dan video.

b.Pembagian alat peraga berdasarkan fungsinya1)Media cetak Buklet merupakan media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar. Sasaran buklet adalah masyarakat yang dapat membaca. Leaflet merupakan selembar kertas yang terdiri dari 200-400 kata dengan tulisan cetak yang berisi tentang informasi atau pesan-pesan kesehatan. Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar atau informasidapat berupa gambar atau kombinasi. Leaflet berukuran 20x30 cm dan biasannya disajikan dalam bentuk dilipat. Biasanya leaflet diberikan kepada sasaran setalah selesai kuliah atau ceramah agar dapat digunakan sebagai pengingat pesan atau dapat juga diberikan sewaktu ceramah untuk memperkuat pesan yang sedang disampaikan. Flyer (selebaran) bentuk seperti leaflet tetapi tidak dilipat. Flip chart (lembar balik) merupakan alat peraga yang menyerupai kalender balik bergambar. Lembar balik mempunyai dua ukuran, ukuran besar terdiri dari lembaran-lembaran yang berukuran 50x75 cm, sedangkan yang berukuran kecil 38x50 cm. lembar balik yang berukuran lebih kecil (21x28 cm) disebut flip book atau flip chart meja. Lembaran-lembaran ini disusun dalam urutan tertentudan dibundel pada salah satu sisinya. Dibawah gambar, dituliskan pesan-pesan yang dapat dibaca oleh komunikan. Lembar balik ini digunakan dengan cara membalik lembaran-lembaran bergambar tersebut satu per satu. Lembar balik ini biasanya digunakan untuk pertemuan kelompok dengan jumlah maksimal peserta 30 orang. Flip chart biasanya digunakan untuk pendidikan individu atau kelompok yang lebih kecil (kurang dari 5 orang). Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Poster merupakan bentuk media yang berisi pesan-pesan singkat atau informasi kesehatan yang biasanya menempel di dinding, tempat-tempat umum atau kendaraan umum dan dalam bentuk gambar. Ukuran poster biasanya sekitar 50-60 cm, karena ukurannya sangat terbatas maka tema dalam poster tidak terlalu banyak biasanya hanya ada satu tema dalam satu poster. Tata letak kata dan warna dalam poster hendaknya menarik. Kata-kata dalam poster tidak lebih dari tujuh kata dan hurufnya dapat dibaca oleh orang lewat dari jarak 6 meter. Biasanya isinya bersifat pemberitahuan atau propaganda. Poster sesuai untuk tindak lanjut dari pesan yang sudah disampaikan pada waktu lalu. Jadi tujuan poster adalah untuk megingatkan kembali dan mengarahkan pembaca kearah tindakan tertentu atau sebagai bahan diskusi kelompok. Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Flannelgraph merupakan guntingan-guntingan gambar atu tulisan yang dibelakangnya diberi kertas amril (ampelas). Guntingan gambar tersebut kemudian ditempelkanpada papan berlapis kain flannel atau kain berbulu yang lain. Keuntungan menggunakan flannelgraph adalah pesertadapat mendekat dan memilih sendiri gambar atau kata yang diinginkannya untuk ditempel ditempat yang ia inginkan. Dengan cara ini para peserta menunjukkan gagasannya sendiri tentang masalah yang sedang didiskusikan. Flannelgraph yang telah dipergunakan dalam suatu pendidikan juga dapat digunakan kembali untuk pendidikan kesehatan dengan topik yang berbeda. Flascard merupakan kartu bergambar berukuran 25x30cm. Gambar-gambarnya dapat dibuat dengan tangan atau dicetak dari foto dan diberi nomor urut. Keterangan tentang gambar tercantum dibelakang setiap kartu. Flascard ini dipergunakan untuk sasaran yang berjumlah kurang dari 30 orang. Apabila pendidik kesehatan ingin membuat sendiri media yang akan dipergunakannya, maka langkah-langkah berikut ini harus diterapkan.a. Membuat konsep (draft) pesan yang berisi materi pendidikan kesehatanb. Melakukan pre-test terhadap konsep pesanc. Memperbaiki konsep pesanKonsep pesan perlu dilakukan pre-test agar terdapat kesesuaian pesan sehingga pesan tersebut dapat diterima oleh sasaran.Selain itu, agar terdapat kelayakan kultural sehingga pesan tersebut dapat dipergunakan.2) Media elektronikAdapun jenis-jenis media elektronik dapat digunakan sebagai media pendidikan kesehatan, antara lain sebagai berikut:1. Televisi, penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi dapat berbentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato (ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas cermat.2. Radio, bentuk penyampaian informasi diradio berupa obrolan (tanya jawab), konsultasi kesehatan, sandiwara radio, dan radio spot.3. Video, penyampaian informasi kesehatan melalui video4. Slide, slide dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan5. Film strip

3) Media papan(billboard)Media papan besar yang berukuran 2x2 meter yang bersisi tulisan atau gambar yang dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan atau informasi kesehatan sehingga dapat dibaca atau dilihat oleh pemakai jalan.Tulisan dalam billboardharus cukup besara agar dapat dibaca oleh pengenara yang berkecepatan tinggi tanpa mengganggu konsentrasi berkendaraan.Media ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng dan ditempel dikendaraan umum (bus atau taksi).Bulletin board berupa papan berukuran 90- 120 cm yang biasanya dipasang didinding fasilitas umum (puskesmas, rumah sakit, balai desa, dan kantor kecamatan. Pada papan ini dapat ditempelkan gambar-gambar, pamplet, atau media lain yang mengantdung informasi penting yang secara berkala diganti dengan topic-topik yang lain.4)Media hiburanPenyampaian informasi kesehatan dapat disampaikan melalui media hiburan baik digedung (panggung terbuka) maupun dalam gedung, biasanya dalam bentuk dongeng, sosiodrama, kesenian tradisional dan pameran.

c. Pembagian alat peraga berdasarkan pembuatan dan penggunaannya1) Alat peraga yang rumit (complicated) seperti film, film strip, dan slide. Dalam penggunaannya alat peraga ini memerlukan listrik dan proyektor.2) Alat peraga yang sederhana/ mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bamboo, karton, kaleng bekas, dan kertas Koran. Ciri-ciri alat peraga sederhana adalah mudah dibuat, bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal, mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat, ditulis (gambar) dengan sederhana, bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat dan memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.

4. Sasaran yang Dicapai Alat Bantu PendidikanPengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga, penting untuk dipahami dalam menggunakan alat peraga. Ini berarti penggunaan alat peraga harus dicapai. Hal yang perlu diketahui tentang sasaran adalah sebagai berikut:1) Individu atau kelompok2) Kategori sasaran, seperti aspek demografi dan sosial3) Bahasa yang mereka gunakan4) Adat istiadat serta kebiasaan5) Minat dan perhatian5. Penggunaan alat peragaCara penggunaan alat peraga sangat bergantung pada jenis alat peraga, termasuk perlu di pertimbangkan faktor sasaran pendidikan. Penggunaan alat peraga tidak dapat berlaku umum. Hal yang cukup penting dalam penggunaan alat peraga adalah bahwa alat yang digunakan harus menarik sehingga menimbulkan minat para pesertanya. 6. Pengaruh warna dalam desain mediaSuatu media atau alat peraga yang baik seharusnya mengandung keseimbangan antara berbagai faktor, terutama daya tarik sasaran, kejelasan petunjuk dan kesesuaian dengan kondisi setempat. Salah satu faktor penting dalam mendesain media alat peraga kesehatan adalah warna.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanPromosi kesehatan merupakan suatu proses yang memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri. Promosi kesehatan juga merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan padamasa lalu, di mana dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan saja, melainkan juga upaya bagaimana mampu menjembatani adanya perubahan perilaku seseorang.Promosi kesehatan ini memiliki beberapa tujuan berupa tujuan program, tujuan pendidikan, tujuan perilaku. Serta sasarannya adalah Sasaran primer (pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat), sasaran sekunder (mempengaruhi sasaran primer), sasaran tersier (para pembuat kebijakan public). Jenis promosi kesehatan meliputi pemberdayaan massyarakat, pemgembangan kemitraan, upaya advokasi, pembinaan suasana, pemgembangan SDM,pengembangan IPTEK, pengembangan media dan sarana, dan pengembangan infrastruktur. Dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan banyak faktor-faktor yang berperan penting atas keberhasilan tersebut. Faktor yang mempengaruhi suatuproses pendidikan adalah metode yang digunakan, materi atau pesannya,pendidik atau petugas yang melakukannya dan alat-alat bantu atau media yangdigunakan untuk menyampaikan pesan disamping faktormasukannya sendiri.Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis.

B. SaranTenaga kesehatan dan instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan diharapkan dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan, baik pada anak-anak ataupun masyarakat dewasa. Promosi kesehatan yang diselenggarakan merupakan suatu bentuk tindakan prevemtif dari suatu penyakit sehingga angka kejadian penyakit dapat menurun dan kesadaran masyarakat akan pentingnya suatu promosi kesehatan dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Dian, Ayubi. 2010. Konsep Promosi Kesehatan. Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI.Evans, dkk. 2011. Health Promotion and Public Health for Nursing Students. Exeter Great Britain. Learning Matters Ltd.http://www.scribd.com/doc/40462631/Makalah-Strategi-Promosi-Kesehatan. diakses pada 30 November 2014.Maulana, Herry. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGCNotoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.