Makalah Vkt Fix Bgt

download Makalah Vkt Fix Bgt

of 35

Transcript of Makalah Vkt Fix Bgt

TUGAS MATA KULIAH VALUASI DAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI TEKNOLOGI PROSES FRAKSINASI ASAP CAIR DAN KONDISI PERENDAMAN TELUR ITIK UNTUK PRODUKSI TELUR ITIK ASAP Oleh : Citra Wanurmarahayu Irma Nopitasari Ari Adrianto Smunindar Lely Rachma Septiana Pangeran Alex Sebastian Yolanda Martha Hari F. Kusuma Ratih Hamka Surya Nugraha Pratiwi Eka Puspita Harun Al Rasyid F34060601 F34060607 F34060620 F34060652 F34060799 F34060803 F34060804 F34062004 F34062370 F34063211 F34063508

2010 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pengasapan telah lama dikenal sebagai salah satu tahapan dalam pengolahan produk pangan salah satunya dalam pembuatan telur asin. Pengasapan pada telur asin berfungsi untuk mempertahankan kandungan omega-3 dan sebagai pengawet alami. Tujuan semula dari pengasapan adalah menghambat laju kerusakan produk. Namun dalam perkembangannya tujuan pengasapan tidak hanya itu, tetapi lebih ditujukan untuk memperoleh kenampakan tertentu pada produk asapan dan citarasa asap pada bahan makanan. Astuti (2000) mengemukakan bahwa penggunaan asap cair lebih menguntungkan daripada menggunakan metode pengasapan lainnya. Komponen dalam asap cair dapat dibagi menjadi senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan, senyawa karbonil yang berperanan pada pewarnaan dan cita rasa produk asapan, senyawa-senyawa asam berfungsi sebagai antibakteri dan cita rasa produk asapan, dan senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA) yang memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogen (Girard, 1992). Komponen dari asap cair diatas memiliki titik didih yang berbeda-beda. Teknologi fraksinasi asap cair dapat memisahkan komponen yang diinginkan dan mengatur konsentrasi salah satu komponen yang baik terhadap produk yang akan diawetkan sesuai dengan yang diharapkan. Nilai (value) adalah harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Penilaian (valuasi) adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa. Komersialisasi invensi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan pemasaran sebuah produk atau pengembangan sebuah proses dan penerapan proses ini dalam kegiatan produksi. Teknolgi fraksinasi asap cair berupa serangkaian mesin yang diaplikasikan pada pembuatan telur asin memiliki nilai ekonomis. Untuk

mengetahui berapa nilai yang tepat bagi teknologi tersebut maka digunakan salah satu metode valuasi. Metode Rule of Thumb dan DCF (Discounted Cash Flow) merupakan dua metode yang akan digunakan pada valuasi sedangkan pada komersialisai teknologi fraksinasi asap cair digunakan Product, Promotion, dan Place) Threat). 1.2 Perumusan Masalah Metode Valuasi menggunakan Metode Rules of Thumbs dan DCF (Discounted Cash Flow) Metode komersialisasi menggunakan 4 P (Price, Product, Promotion, dan Place) STP (Segmenting, Targetting, dan Positioning) serta Analisis SWOT (Strengthness, Weakness, Opportunity, dan Threat). 1.3 Tujuan

4 P (Price,

STP

(Segmenting,

Targetting, dan

Positioning) serta Analisis SWOT (Strengthness, Weakness, Opportunity, dan

Melakukan Valuasi dari inovasi teknologi yaitu Teknologi Fraksinasi Senyawa Asap Cair.

Melakukan Komersialisasi Teknologi Fraksinasi Senyawa Asap Cair . 1.4 Ruang Lingkup Teknologi yang akan divaluasi dan dikomersialisasikan meliputi : 1. Rangkaian mesin pembuat telur asin asap yang terdiri dari mesin fraksinasi dan wadah bertekanan2. Kondisi proses fraksinasi asap cair grade 3 dan kondisi proses tekanan

untuk mendifusikan asap cair ke dalam telur.

1.5

Manfaat Valuasi dan komersialisasi 1. Memberikan nilai terhadap inovasi teknologi proses produksi telur asin asap sehingga dapat dengan mudah diterima oleh kalangan industri yang akan menggunakan teknologi proses ini2. Mengembangkan dan memasarkan inovasi teknologi proses telur asin

asap. Teknologi1. Mempercepat proses pembuatan telur asin asap

2. Memperkecil resiko kerusakan telur asin asap3. Meningkatkan nutrisi dan memperbaiki penampakan visual.

II. 1.1 Telur Asin Asap

TINJAUAN PUSTAKA

Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur. Pengawetan telur hendaknya tidak merusak lemak maupun komponen lainnya. Lemak merupakan salah satu unsur gizi yang terdapat dalam makanan. Lemak dalam telur berfungsi meningkatkan cita rasa, memperbaiki tekstur, sebagai pembawa flavor, dan sebagai sumber energi bagi tubuh. Salah satu cara pengawetan telur yang lazim dilakukan adalah dengan penggaraman atau pengasinan (Titiek , 2007). Telur asin adalah telur utuh yang diawetkan dengan adonan yang dibubuhi garam. Ada 3 cara pembuatan telur asin yaitu : 1) Telur asin dengan adonan garam berbentuk padat atau kering; 2) Telur asin dengan adonan garam ditambah ekstrak daun teh; 3) Telur asin dengan adonan garam, dan kemudian direndam dalam ekstrak atau cairan teh. Telur asin umumnya diolah dari telur itik karena cangkangnya lebih tebal dan rasa telur asinnya lebih enak dibanding telur ayam. Berikut ini adalah daftar nutrisi pada telur bebek mentah per 100 gram porsi makanan (Sutrisno, 1991). Telur asin asap adalah jenis terbaru dari berbagai varian telur asin. Yang menjadi ciri khas telur asin asap ini adalah adalah hilangnya bau amis, corak khas yang melekat di kulit telurnya, dan tentu saja aroma khas asap yang sangat menggugah selera bagi para penikmatnya

Tabel 1. Daftar Nutrisi pada Telur Bebek Mentah per 100 gram Porsi Makanan (Sutrisno, 1991) Nutrisi Air Energi Protein Lemak Karbohidrat Mineral Kalsium Besi Magnesium Phospor Potassium Sodium Seng Tembaga Mangan Selenium Thiamin Riboflavin Niacin Asam Pantothenic Vitamin B-6 Folate Vitamin B-12 Vitamin A Vitamin E Jumlah 70,83 g 185,393 kcal / 776 kJ 12,81 g 13,77 g 1.45 g 63,7 mg 3,85 mg 16,5 mg 220,1 mg 222,3 mg 146 mg 1,41 mg 0,062 mg 0,038 mg 36,4 mg 0,156 mg 0,404 mg 0,2 mg 1,862 mg 0,25 mcg 80 mg 5,395 mcg 1328 IU 0,74 mg ATE Nutrisi Lemak Asam lemak jenuh, monounsaturated Asam lemak tak jenuh Asam lemak tak jenuh, polyunsaturated Asam Amino Tryptophan Threonine Isoleucine Leucine Lysine Methionine Cystine Phenylalanine Tyrosine Valine Arginine Histidine Alanine Asam aspartic Asam glutamic Glycine Proline Serine Jumlah 3,681 g 6,525 g 1,223 g 0,26 g 0,736 g 0,598 g 1,097 g 0,951 g 0,576 g 0,285 g 0,84 g 0,613 g 0,885 g 0,765 g 0,32 g 0,631 g 0,777 g 1,789 g 0,422 g 0,48 g 0,963 g

1.2

Teknologi Fraksinasi Senyawa Asap Cair Asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang mengandung sejumlah besar senyawa yang terbentuk akibat proses pirolisis konstituen kayu seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Proses pirolisa melibatkan berbagai proses reaksi yaitu dekomposisi, oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi (http://www.iptek.net.id). Asap cair juga dapat didefinisikan sebagai kondensat dari asap kayu yang mengandung berbagai senyawa dengan

titik didih yang berbeda-beda. Asap cair memiliki sifat antioksidatif dan dapat digolongkan sebagai antioksidan alami. Senyawa yang berperan sebagai antioksidan adalah fenol terutama fenol dengan titik didih yang tinggi, yaitu 2,6-dimetoksifenol (siringol); 2,6-dimetoksi- 4-metilfenol dan 2,6- dimetoksi-4etilfenol yang juga dapat memberikan cita rasa spesifik (Titiek, 2007). 1.3 Valuasi Nilai (value) merupakan persepsi seseorang, yaitu harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasaan, dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran nilai atau harga ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya. Sementara itu, valuasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa (Johansson, 1987). Valuasi merupakan suatu aktivitas yang berusaha untuk mencapai tujuan dengan cara melakukan prediksi atas hasil yang akan didapat (Turner, 2000). Valuasi berguna dalam analisis pendahuluan (portfolio), pendanaan, pengembangan bisnis, dan gabungan serta kegiatan akuisisi. Menurut Turner (2000) terdapat enam metode valuasi teknologi, yaitu:1. Standarisasi industri (Industry Standards), yaitu mendesain sebuah

database dari kesepakatan-kesepakatan kerjasama komersialisasi teknologi baru yang sudah pernah dilakukan oleh investor dan inventor. Metode standarisasi industri merupakan sebuah panduan untuk membandingkan nilai teknologi satu dengan lainnya. Metode ini dapat digunakan dengan baik ketika teknologi yang sudah dijual atau dilisensikan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua faktor, yaitu berdasarkan jenis dan kualitasnya.2. Perankingan

(Rating/Ranking), identifikasi

yaitu

membandingkan teknologi

kesepakatan yang sudah

perjanjian komersialisasi teknologi yang sudah pernah dilakukan. Metode ini memerlukan kesepakatan

terdokumentasikan.

Ketika

kesepakatan

teknologi-teknologi

sudah

terdokumentasikan, maka kesepakatan teknologi yang mempunyai ke miripan dapat dibandingkan dengan kesepakatan yang sudah pernah dilakukan, sehingga dalam penggunaannya metode ini sangat berhubungan dengan metode standarisasi industri.3. Ibu jari (Rules of Thumb), yaitu mengidentifikasikan dan menggunakan

data pemasaran yang sesuai sebagai acuan dalam penilaian. Rules of thumb merupakan panduan yang sangat berguna bagi pengambil keputusan berdasarkan pada berbagai macam pengalaman seseorang dalam menilai teknologi. Metode ini mengembangkan prinsip valuasi yang dapat secara tepat dan cepat diaplikasikan ke berbagai macam situasi yang berbeda. Ide dasar dari metode ini adalah negosiasi antara sejumlah pembeli dan penjual memiliki pemikiran yang sama sehingga dapat ditimbulkan dan diaplikasikan.4. Discounted Cash Flow (DCF), yaitu penentuan nilai sekarang dari semua

aliran kas masa depan berdasarkan pada pendapatan atau Net Present Value (NPV). Nilai DCF sangat bergantung pada besarnya nilai RiskAdjusted Hurdle Rate (RAHR) atau nilai k. Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu : pemilihan waktu, besarnya nilai dan resiko untuk pembayaran masa depan.5. Monte Carlo dan Real Option, yaitu metode valuasi teknologi berdasarkan

pada aliran kas dengan berbagai macam asumsi dari penerimaan dan biaya. Pada meode ini, satu perhitungan tidak dibatasi untuk menghasilkan satu nilai perkiraan dari variabel-variabel utama seperti penerimaan, biaya atau resiko. Perkiraan dibuat berdasarkan pada rentang pengeluaran dengan berbagai macam kemungkinannya, sedangkan pada metode real option digunakan ketika berhadapan dengan perhitungan proyek berjangka waktu panjang. Pada proyek ini, pengeluaran dihitung pada awal proyek dengan umur proyek yang lama dantingkat pengembalian proyek berada di akhir proyek, maka penggunaan satu nilai Risk-Adjusted Hurdle Rates (RAHR)

atau nilai k akan membuat semua proyek bernilai ekonomi menguntungkan karena adanya faktor B/(1+k) n, yaitu nilai n yang besar. Metode ini akan mengevaluasi semua investasi dan penerimaan dalam berbagai macam kemungkinan.6. Pelelangan (Auctions), yaitu menilai teknologi berdasarkan kesepakatan

yang sedang dilakukan sekarang untuk menawarkan perjanjian kerjasama komersialisasi teknologi. Hal ini yang membedakan dengan metode industry standards yang menggunakan informasi pasar dari kesepakatankesepakatan yang sudah pernah dilakukan dan mempunyai kemiripan dengan teknologi yang sedang dinilai. Valuasi dapat menjadi tidak akurat apabila nilai hasil valuasi tidak mewakili dari waktu yang diperlukan dan jumlah uang yang telah diinvestasikan untuk menghasilkan suatu teknologi. Nilai itu juga bergantung pada tingkat aksesibilitas teknologi tersebut. Semakin sulit untuk ditiru maka akan semakin baik posisinya dalam mendapatkan keuntungan. Masa hidup dan nilai dari teknologi dapat dipengaruhi pada munculnya suatu teknologi baru yang dapat menggantikan teknologi tersebut sehingga penetapan harga menjadi sangat sulit dilakukan bila melihat daur hidup dari teknologi baru tersebut. Metode valuasi rules of thumb adalah penggunaan dari formula sederhana yang mengestimasi nilai dari bisnis tertentu dengan membuat sebuah petunjuk harga dari bisnis yang pasti. Metode valuasi rules of thumb mengacu kepada beragam karakteristik unik dari setiap target bisnis yang akan divaluasi. Contohnya yaitu: Auto Repair Shop: 35% of annual revenues, Full Service Gas Station: 2 to 3 times Sellers Adjusted net, Fast Food Business: 40% of annual revenues, Janitorial Service: 2 times Sellers Adjusted net (Haiber, 2008). 1.4 Komersialisasi Teknologi Invensi diartikan sebagai upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bermanfaat untuk memecahkan secara teknis persoalan yang dihadapi oleh

manusia atau masyarakat. Kegiatan ini melibatkan aktivitas imajinasi ide, pengamatan, formulasi invensi, dan uji coba. Inovasi adalah kegiatan untuk membawa invensi ke pasar atau komersialisasi, yang memerlukan perencanaan dan tidak dapat terjadi begitu saja. Kekayaan Intelektual (KI) telah menjadi unsur sangat penting dalam strategi modern untuk promosi dari inovasi dan invensi, oleh sebab itu merupakan alat penting bagi pembangunan. Skema perlindungan HaKI dalam lima tahun terakhir terus memperoleh popularitas di hampir seluruh dunia, khususnya yang menyangkut upaya pelaksanaan perdagangan global. Komersialisasi invensi tidak selalu mudah karena melibatkan berbagai pelaku dan mekanisme yang cukup rumit. Tahapan utama yang sering sulit untuk dilakukan adalah melakukan valuasi (penetapan nilai) terhadap invensi yang akan dikomersialkan. Presentasi ini selanjutnya menyajikan secara singkat beberapa langkah invensi merupakan strategis dalam upaya proses dari komersialisasi invensi bernilai ekonomis (Turner, 2000). Komersialisasi serangkaian pengembangan dan pemasaran sebuah produk atau pengembangan sebuah proses dan penerapan proses ini dalam kegiatan produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar, dan sebagainya. Tahapan-tahapan komersialisasi sebuah produk umumnya seperti yang terlihat pada Gambar 1. (Goenadi, 2004). Sebuah invensi pada dasarnya merupakan ide atau solusi bagi sebuah masalah teknis, oleh karena itu sangat penting untuk memperoleh perlindungan hukum sebelum mengkomersialkannya. Pada beberapa kasus, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan sebelum sebuah invensi dapat diwujudkan dalam bentuk produk yang dapat dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan dalam produksi komersial, bahkan setelah produksi dari invensi baru dilaksanakan, upaya lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memasarkannya, yang juga memerlukan dukungan sumberdaya manusia, investasi, waktu, dan kerja kreatif.

Gambar 1. Tahapan umum komersialisasi produk (Goenadi, 2004) Menurut Goldstein (1995) dalam Dueker (1997), di Amerika Serikat beberapa universitas berhasil mengembangkan model yang berbasis pemilikan atas kekayaan intelektual, kerjasama bagi hasil berdasarkan modal kerja ataupun pengembangan kewirausahaan. Penambahan lebih dari 500 laboratorium milik pemerintah Amerika Serikat merupakan sumber riset dan pengembangan yang nantinya diharapkan memberikan kontribusi kepada kepentingan ekonomi, inovasi teknologi ataupun tingkat pertumbuhan negara. Inovasi adalah tindakan yang memberi sumberdaya kekuatan dan kemampuan baru untuk menciptakan kesejahteraan (Ducker, 1985). Empat hal yang berkaitan dengan inovasi yaitu sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 1. Inovasi mempunyai tujuan dan sistematis,dimulai dari menganalisis peluang Inovasi bersifat konseptual dan perseptual Agar efektif sebuah inovasi harus sederhana dan harus fokus Inovasi yang efektif dimulai dari yang kecil Inovasi harus mengarah pada kepemimpinan Tiga persyaratan sebuah inovasi adalah sebagai berikut: Inovasi adalah karya sehingga membutuhkan pengetahuan

2. 3.

Agar berhasil, inovator harus membina kekuatannya. Inovator yang berhasil harus melihat peluang dalam jajaran yang luas Inovasi adalah dampak dalam perekonomian dan masyarakat, suatu perubahan dalam perilaku pelanggan, guru, para petani, dan sebagainya. Inovasi dapat diartikan sebagai "proses dan/atau hasil pengembangan

dan/atau

pemanfaatan/mobilisasi

pengetahuan,

keterampilan

(termasuk

keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan sosial). Inovasi sebagai suatu obyek juga memiliki arti sebagai suatu produk atau praktik baru yang tersedia bagi aplikasi, umumnya dalam suatu konteks komersial. Biasanya, beragam tingkat kebaruannya dapat dibedakan, bergantung pada konteksnya: suatu inovasi dapat bersifat baru bagi suatu perusahaan, baru bagi pasar, atau negara atau daerah, atau baru secara global. Sementara itu, inovasi sebagai suatu aktivitas merupakan proses penciptaan inovasi, seringkali diidentifkasi dengan komersialisasi suatu invensi. (www.wikipedia.org/wiki/Inovasi). Invensi diartikan sebagai upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bermanfaat untuk memecahkan secara teknis persoalan yang dihadapi oleh manusia atau masyarakat. Kegiatan ini melibatkan aktivitas imajinasi ide, pengamatan, formulasi invensi, dan uji coba. Di pihak lain, inovasi adalah kegiatan untuk membawa invensi ke pasar atau komersialisasi, yang memerlukan perencanaan dan tidak dapat terjadi begitu saja (www.menristek.go.id). Kekayaan Intelektual (KI) telah menjadi unsur sangat penting dalam strategi modern untuk promosi dari inovasi dan invensi dan oleh sebab itu merupakan alat penting bagi pembangunan. Kemampuan dalam meluncurkan produk baru dalam menghadapi persaingan global, harus didukung oleh kemampuan dalam inovasi proses/process innovation. Kemampuan inovasi dalam proses produksi ini merupakan the important strategic role yang memungkinkan perusahaan

tersebut memproduksi sesuatu produk dimana perusahaan lain tidak dapat menirunya (www.direxionconsulting.com/ inovasi.pdf). Inovasi dapat berupa: 1. Inovasi kemasan, di mana sentuhan pembaharuan dilakukan kepada aspek kemasan, namun isi sama, dengan tujuan untuk meningkatkan daya tarik (attractiveness), sehingga secara visual akan cukup kompetitif, bila dipajang berjejer dengan para pesaing. Kemasan yang atraktif juga dapat menjadi elemen promosi yang efektif. 2. Inovasi produk, dengan melakukan pengembangan produk baru, baik yang berbasis dari produk yang sudah ada ataupun produk yang baru.3. Inovasi tempat, yakni tempat di mana kita menjual agar lebih atraktif dan

catchy (menarik pandangan). Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Dari segi sosial pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler , 2003). Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya. McCarthy mengelompokkan alat bauran pemasaran menjadi empat kelompok besar yang disebut empat P yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion) (Kotler, 2003). Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual produk atau jasa tersebut. Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap untuk membeli dan selanjutnya perusahaan menyediakan semua produk atau jasa yang diinginkan (Kotler, 2003).

Pasar dibedakan menjadi empat, yaitu: pasar konsumen dan pasar bisnis, pasar global dan pasar nirlaba atau pasar pemerintah. Pasar konsumen merupakan pasar yang menjual produk dan jasa secara missal kepada seluruh konsumen. Contohnya: minuman ringan, kosmetik, perjalanan udara, dan sepatu atletik. Ciri dari pasar konsumen adalah membutuhkan banyak waktu untuk membangun satu citra merk yang unggul, perlu ketersedian barang yang selalu tersedia, perlu komunikasi dan pelayanan yang handal dan kondisi permintaan pasar yang selalu berubah. Pasar bisnis merupakan pasar yang menjual produk dan jasa kepada konsumen bisnis profesional yang terlatih dan banyak tahu dan terampil dalam menilai tawaran yang bersaing. Pemasar bisnis membeli barang dengan maksud membuat atau menjual ulang sebuah produk kepada yang lain untuk mendapatkan laba. Pasar global merupakan pasar yang jangkauannya antarnegara. Perusahaan yang bergerak untuk menjual barang dan jasa di pasar global menghadapi keputusan dan tantangan yang lebih global dan sulit untuk dimasuki dikarenakan perlu adanya lisensi, mitra maupun keterampilan yang lebih baik (Kotler, 2003). Pasar Nirlaba atau pemerintah merupakan pasar yang membeli dengan harga yang relative murah, sehingga cenderung menghasilkan laba yang rendah atau bahkan tidak menghasilkan laba sama sekali. Pasar ini terdiri dari organisasi gereja, universitas, dan pemerintah. Pemasaran terpadu merupakan pemasar yang merencanakan kegiatan pemasaran dan merakit program pemasaran yang sepenuhnya terpadu untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai bagi konsumen. Ada empat jenis bauran pasar yang digunakan untuk menghasilkan pemasaran yang terpadu, yaitu: produk, harga, tempat, dan promosi (Kotler, 2003). Analisis terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disebut analisis SWOT. Analisis ini mencakup pemantauan lingkungan pemasaran secara internal maupun eksternal. Lingkungan eksternal mencakup analisis peluang dan ancaman sedangkan lingkungan internal mencakup analisis kekuatan dan kelemahan (Kotler, 2003).

Komersialisasi dari sebuah invensi adalah sebuah bentuk inovasi teknis yang merupakan sebuah kegiatan kreatif yang dapat diterapkan dengan mengubah suatu ide invensi menjadi produk yang dapat dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan dalam produksi. Faktor-faktor kebijakan keuangan, dan pajak. (Goenadi, 2003). Analisis pasar terdiri dari : segmenting, targetting dan positioning. Segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup (Kotler,2003). Segmentasi tersebut memiliki peran penting karena beberapa alasan; pertama, segmentasi memungkin perusahaan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya. Kedua, segmentasi merupakan dasar untuk menentukan komponen-komponen strategi. Ketiga, segmentasi merupakan faktor kunci untuk mengalahkan pesaing, dengan memandang pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing (Kotler, 2003). Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi perusahaan pada saat mengevaluasi dan menentukan segmen mana yang akan dijadikan target, yaitu: perusahaan harus memastikan bahwa segmen pasar yang dibidik itu cukup besar dan akan cukup menguntungkan bagi perusahaan, strategi targetting didasarkan pada keunggulan kompetitif perusahaan yang bersangkutan, segmen pasar yang dibidik harus didasarkan pada situasi persaingannya (Kotler, 2003). Positioning adalah suatu metode untuk membuat sebuah produk yang berbeda dengan produk pesaing dalam bentuk brand image, menyatakan positioning sebagai the strategy for leading your cutomers credibly yaitu suatu strategi untuk membangun kepercayaan, keyakinan dan kompetensi bagi konsumen. Positioning adalah mengenai cara perusahaan mendapatkan kepercayaan pelanggan untuk dengan sukarela mengikuti perusahaan (Kotler, 2003). yang mempengaruhi komersilisasi invensi, yaitu: infrastruktur untuk fasilitas alih teknologi,

III.

METODE VALUASI

Metode valuasi yang digunakan dalam memvaluasi teknologi proses fraksinasi asap cair dan kondisi perendaman telur itik untuk produksi telur itik asap ini adalah metode Rules Of Thumb dan Discounted Cash Flow (DCF). Ibu jari (Rules of thumb), yaitu mengidentifikasikan dan menggunakan data pemasaran yang sesuai sebagai acuan dalam penilaian. Rules of thumb merupakan panduan yang sangat berguna bagi pengambil keputusan berdasarkan pada berbagai macam pengalaman seseorang dalam menilai teknologi. Metode ini mengembangkan prinsip valuasi yang dapat secara tepat dan cepat diaplikasikan ke berbagai macam situasi yang berbeda. Ide dasar dari metode ini adalah negosiasi antara sejumlah pembeli dan penjual memiliki pemikiran yang sama sehingga dapat ditimbulkan dan diaplikasikan. Sedangkan Discounted Cash Flow (DCF), yaitu penentuan nilai sekarang dari semua aliran kas masa depan berdasarkan pada pendapatan atau Net Present Value (NPV). Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu : pemilihan waktu, besarnya nilai, dan resiko untuk pembayaran masa depan.

IV. A. Bauran Pemasaran Bauran 1. a.

METODE KOMERSIALISASI

Pemasaran

untuk

teknologi

produksi

telur

asin

asap

menggunakan empat macam pendekatan, yaitu: Produk (desainnya unik) Keunggulan dari teknologi proses produksi telur asin asap terdiri dari: Kecepatan proses produksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara pengolahan tradisional atau teknologi pengolahan lain. Standar kecepatan proses produksi yang umumnya selama 8-10 hari menjadi hanya selama 3 hari. Hal ini dikarenakan teknologi yang dirancang menggunakan sistem wadah bertekanan yang akan mempercepat proses. b. Resiko telur yang pecah saat proses produksi lebih rendah dibandingkan dengan resiko penggunaan pengolahan tradisional atau teknologi pengolahan lain. Hal ini dikarenakan desainnya menggunakan rebusan sehingga resiko kerusakannya hanya sebesar 1-2%, daripada resiko dengan teknologi menggunakan pemanggangan yaitu sebesar 10-15%. c. Berdasarkan nilai gizinya, telur yang dihasilkan dari teknologi ini lebih tinggi dikarenakan zat yang masuk kedalam telur dapat diatur jumlah komposisinya serta dapat menggunakan tambahan zat aditif lainnya. 2. Harga (Sistem Bagi Hasil ) Berdasarkan aspek harga teknologi produksi telur asin asap menawarkan sistem penawaran yang menguntungkan antarpihak. Sistem harga yang ditawarkan adalah sistem bagi hasil. Program ini menawarkan harga yang ditetapkan sebesar 25% dari kesepakatan. Kesepakatan didasarkan pada kesepakatan antara pemasar dengan produsen pemakai teknologi ini. Kesepakatan ditetapkan berdasarkan kapasitas produksi teknologi ini dan kemampuan pemakai teknologi dalam pencapaian kapasitas produksinya.

3.

Promosi ( Pemasaran Langsung) Promosi merupakan langkah yang harus dijalankan oleh suatu pemasar

komersialisasi invensi. Strategi yang dipilih adalah pemasaran secara langsung kepada produsen usaha kecil menengah (UKM) skala besar dan juga industri. Hal ini karena invensi yang dikomersialkan bukan berupa produk yang bisa dikonsumsi langsung oleh konsumen akhir, tetapi yang dikomersialkan adalah sebuah inovasi teknologi pada aspek proses. Selain itu digunakan juga pemasaran melalui jejaring internet (e-commerce), dengan pembuatan website yang menjelaskan secara detail mengenai teknolgi proses yang akan dijual. 4. Tempat ( Pengelompokkan Lokasi) Lokasi menjadi fokus penting bagi pemasar teknologi. Lokasi yang menjadi pertimbangan dalam pemasaran teknologi ini harus didasarkan pada aspek sinkronisasi antara fungsi dari teknologi yang dikomersialisasikan dengan kebutuhan teknolgi suatu produsen. Tempat atau pasar yang dipilih didasarkan pada sentra lokasi terbesar dari produsen telur asin (Brebes, Cirebon, dan Indramayu). .B.

Jenis Pasar ---- Bisnis Pasar secara tradisional merupakan tempat fisik dimana antara pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Pasar juga merupakan tempat pengelompokan para pelanggan atau konsumen. Jenis pasar yang dipilih untuk komersialisasi teknologi ini adalah jenis pasar bisnis. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa pasar bisnis merupakan tempat pembeli profesional yang terlatih dan terampil dalam menilai tawaran yang bersaing. Oleh karena itu agar komersialisasi yang dilakukan sukses, pemasar di pasar bisnis harus menunjukkan bagaimana produk mereka akan membantu para pengguna teknologi mencapai pendapatan lebih tinggi atau biaya lebih rendah.

C.

Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan suatu analisis berupa evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Aspek yang dianalisis adalah aspek lingkungan internal dan eksternal. Pada lingkungan internal aspek yang dianalisis berupa kekuatan dan kelemahan dari teknologi yang dikomersialkan. Pada aspek lingkungan eksternal yang dianalisis berupa peluang dan ancaman yang bisa mengganggu eksistensi teknologi ini. Lingkungan internal merupakan aspek penting yang mendasari berfungsinya teknologi ini. Keunggulan atau kekuatan dari produk ini memiliki nilai gizi yang baik, kecepatan produksi lebih baik daripada metode umum, efisinsi lebih tinggi, dan risiko tingkat kerusakan produk pada saat produksi bersifat minimum. Namun, selain memiliki keunggulan, teknologi yang dikomersialkan juga memiliki kelemahan. Kelemahan teknologi ini adalah proses produksi membutuhkan energi listrik yang cukup besar. Hal ini bisa diatasi dengan menerapkan atau melakukan inovasi perbaikan operasi penggunaan teknologi secara berkala. Lingkungan eksternal juga perlu diperhatikan adalah peluang dan ancaman. Peluang penggunaan teknologi asap cair dalam pembuatan telur asin masih sangat sedikit sekali. Maka peluang pemasaran serta pengembangan teknologi ini sangat besar. Selain itu, permintaan telur asin kini tidak hanya dari dalam negeri saja, namun beberapa negara luar mengimpor telur asin dalam jumlah yang cukup banyak di antaranya Jepang dan Korea. Untuk memenuhi permintaan dari pasar yang semakin meningkat, maka penggunaan teknologi ini sangat tepat untuk digunakan. Ancaman eksternal yang dapat menghambat pemasaran dari teknologi ini adalah menurunnya permintaan akan telur asin sehingga kemungkinan untuk menurunnya jumlah industri penghasil telur asin. Ancaman lainnya adalah sedikitnya ketersediaan bahan baku untuk pembuatan asap cair untuk pembuatan telur asin.

D.

Segmenting Segmentasi penjualan teknologi pembuatan telur asap cair ini berdasarkan geografis. Penjualan teknologi ini ditujukan ke industri atau UKM skala besar penghasil telur asin asap dengan cara sederhana/tradisional. Produsen telur asin dan asap cair tersebar di wilayah yang sama, yaitu wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan penghasil terbesar di daerah Brebes, Cirebon, dan Indramayu.

E.

Targetting Target pemasaran teknologi ini adalah produsen (industri dan UKM skala besar) telur asin yang masih menggunakan cara tradisional/sederhana.

F.

Positioning Positioning teknologi ini adalah membuat suatu teknologi proses yang akan menghasilkan telur asin dengan waktu cepat, tingkat kerusakan rendah, mutu meningkat, serta dapat diatur nilai gizi dari telur asin tersebut.

G.

Scannning Market Attravtiveness (SMA)1.

Market Growth Rate and Size Entry Barrier

2.

3. 4.

Product Substitute Main Competitor

V.

DATA DAN PEMBAHASAN

Teknologi proses fraksinasi asap cair dan kondisi perendaman telur itik untuk produksi telor itik asap (dalam hal ini berupa mesin fraksinasi dan wadah bertekanan untuk mesin pembuat telur asin asap akan divaluasi menggunakan Discounted Cash flow dan Rules of Thumb yang digunakan. Oleh karena itu, untuk menghitung persentase rules of thumb dilakukan dengan cara menghitung cashflow. Cashflow yang pertama adalah perhitungan kas jika industri belum menggunakan teknologi ini. Cash flow dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Produksi, Pendapatan dan Kerugiaan dari Penjualan Telur Asin Sebelum Mengaplikasikan Teknologi Fraksinasi Asap Cair. Terjua l Pendapatan/tahun (Rp) (Rp) 81.600 204.000.000

Produksi/batch Produksi/tahun (butir telur) (butir telur) 2.000 96.000

Rusak (15 %) (butir telur) 14.400

Rugi/tahun (Rp) 36.000.000

Proses pembuatan telur asin secara tradisional membutuhkan waktu selama 7 hari sehingga dalam satu tahun memproduksi 48 batch. Berdasarkan data, kerusakan telur yang terjadi pada proses pembuatan telur asin asap tradisional sebesar 15 % (Suara Merdeka, 2008), dengan produksi rata rata 2000 butir / batch dan harga jual telur asin asap sebesar Rp 2.500 / butir, maka kerugian yang akan ditanggung akibat kerusakan tersebut adalah sebesar Rp

36.000.000 / tahun. Dengan biaya produksi seperti diperlihatkan pada tabel 3, maka keuntungan yang akan didapat adalah sebesar Rp 60.000.000/tahun dengan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 233.320.050,-

Tabel 3. Biaya Produksi Telur Asin Asap Sebelum Mengaplikasikan Teknologi Fraksinasi Asap Cair Biaya pokok/butir (Rp) 1.500 Biaya pokok/tahun (Rp) 144.000.000 Keuntungan/tahun (Rp) 60.000.000

Tabel 4. Net Present Value dari Industri yang Menggunakan Proses TradisionalKeterangan Net Benefit DF (14 %) PV/tahun NPV Tahun ke1 60.000.000 0.88 52.631.578,95 233.320.050 2 60.000.000 0.77 46.168.051,71 3 60.000.000 0.67 40.498.290,97 4 60.000.000 0.59 35.524.816,64 5 60.000.000 0.52 31.162.119,86 6 60.000.000 0.46 27.335.192,86

Sebuah teknologi baru haruslah dapat meningkatkan kualitas dari telur asin asap serta meningkatkan efisiensi proses pembuatan, sehingga hal ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan. Teknologi pembuatan telur asin asap dengan asap cair yang telah difraksinasi memberikan keuntungan dalam hal mempercepat proses produksi dari 7 hari menjadi 3 hari, mutu telur asin asap meningkat, dan kerusakan yang terjadi menurun (hanya 2 %). Sebelum teknologi ini dipasarkan, maka terlebih dahulu diperlukan analisis terhadap nilai keuntungan yang diberikan kepada pengguna teknologi

ini. Dalam menilai atau memvaluasi teknologi, hal yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah cost (biaya) yang telah dikeluarkan dalam merancang teknologi tersebut dan peningkatan keuntungan yang akan didapatkan setelah penggunaan teknologi ini. Biaya yang habis terpakai selama proses penemuan inovasi meliputi biaya penelitian dan biaya permohonan hak cipta (paten). Adapun gambaran mengenai biaya penelitian dan permohonan hak cipta (paten) dari teknologi produksi telur asin asap dengan asap cair yang telah difraksinasi adalah seperti diperlihatkan pada tabel 5. Tabel 5. Tabel Biaya Penelitian dan Permohonan Hak Cipta (Paten) dari Teknologi Produksi Telur Asin Asap dengan Asap Cair yang Telah DifraksinasiKETERANGAN (dalam juta rupiah) Biaya Penelitian Biaya Pengajuan Paten (P) 3 tahun Klaim : 1. alat, 2. Proses Permohonan (@ 575000) Pemeriksaan Substantif Paten Pemeliharaan (365000/klaim) Total/Tahun Present Value (Inflasi 6% tanpa premi) Biaya Pokok Pembuatan (alat/unit) Biaya Pemasaran (Promosi Teknologi) Total Pengeluaran 1 100 2 150 Tahun ke3 4 5 (sekarang)

1.15 2 100 106 151.15 160.22 2 2.12 7.3 7.3 7.738

276.077 80 5 361.077

Setelah diketahui besarnya biaya penelitian dan permohonan hak cipta, langkah selanjutnya adalah merancang cash flow. Adapun beberapa asumsi yang digunakan untuk merancang cash flow dari penerapan teknologi ini adalah sebagai berikut : - Waktu produksi/batch = 3 hari, 1 minggu = 2 batch, 1 bulan = 8 batch. - 1 batch = 6000 butir telur - 1 Tahun = 96 Batch x 6000 = 576.000 butir telur/tahun

- Kerusakan = 2 %, sehingga jumlah kerusakan dalam 1 batch = 6000 x 0,02 = 120 butir - Kerusakan dalam 1 tahun = 11.520 butir - Penggunaan asap cair = 1% total larutan perendam. Jumlah larutan untuk merendam 6000 butir = 10 000 liter Jumlah asap cair grade 1 yang harus disediakan = 0,01 x 10 000 liter =

100 liter/batch- Jumlah asap cair grade 1 yang harus disediakan dalam 1 tahun = 9.600 liter

Rendemen asap cair grade 1 = 70 %. - Kapasitas mesin = 100 liter / 0,7 = 142 liter 150 liter. - Jadi bahan baku asap (crude asap cair) yang dibutuhkan dalam 1 tahun = 14.400 liter- Energi yang diperlukan untuk merebus telur/batch

= m x c x T = 10000 x 4200 J/kgoC x 70 = 2940 MJ efisensi 80% = 3675 MJ- Gas elpiji = Rp. 150,-/MJ - Biaya yang diperlukan untuk merebus telur/batch

= Rp. 150/MJ x 3675 = Rp. 551 250,-/batch- Biaya yang diperlukan untuk merebus telur/tahun = Rp. 53.000.000,- Garam 10 % larutan = 100 kg/batch = Rp. 375,-/kg x 100 kg = Rp. 37

500,-/batch- Garam yang dibutuhkan/tahun = 9.600 kg = Rp. 3.600.000,-/tahun - Transportasi = Rp. 2.200.000,-/minggu - Komunikasi = Rp. 50.000,-/minggu = Rp. 105.600.000,-/tahun - Jumlah pegawai 8 orang, gaji Rp. 500.000,-/bulan = Rp. 48.000.000,-/tahun - Penggunaan listrik per bulan = Rp. 1.000.000,- (untuk fraksinasi dan mesin

pompa) ; = Rp. 12.000.000,-/tahun

Dengan asumsi-asumsi yang telah diuraikan di atas, maka gambaran mengenai arus kas dari penggunaan teknologi ini dapat dilihat pada tabel 6 (menghitung langsung keuntungan yang ingin diperoleh, misalkan : 140 %) dan tabel 7 (menggunakan metoda valuasi gabungan antara DCF dan Rules Of Thumbs).

Tabel 6. Perhitungan Langsung Keuntungan yang Ingin Diperoleh, Misalkan : 140 %KETERANGAN (dalam juta rupiah) Biaya penelitian Biaya Pengajuan Paten (P) 3 tahun Klaim : 1. alat, 2. Proses Permohonan (@ 575000) Pemeriksaan Substantif Paten Pemeliharaan (365000/klaim) Total/tahun Present Value (inflasi 6% tanpa premi) Biaya Pokok Pembuatan Alat/unit Biaya Pemasaran (Promosi Teknologi) Total Pengeluaran Keuntungan ang Diinginkan (dalam persen) Harga Jual Teknologi APLIKASI TEKNOLOGI OLEH PENGGUNA 1 100 2 150 3 4

Tahun ke5 (sekarang) 6

7

8

9

10

1.15 2 100 106 151.15 160.22 2 2.12 7.3 7.3 7.738

140 %

276.077 80 5 361.077 505.5078 866.5848 Tahun ke3 4 1411.2 1411.2 1411.2 1411.2

KETERANGAN (dalam juta rupiah) Pemasukan Penjualan Telur (564.480 butir/tahun) Nilai Sisa Teknologi (10%) TOTAL INFLOW Biaya Investasi Mesin asap cair Peralatan Penujang Peralatan Pencuci/Pembersih Telur Wadah Penampung (Keranjang) Pompa Air TOTAL INVESTASI Biaya Variabel Telur (48rb butir/bln atau 576rb/thn) asap cair (1200 l/bln atau 14400 l/thn) pengemasan (@ 6 butir) garam (9600 kg/tahun) Listrik Gas Elpiji (Rp 150/MJ) TOTAL BIAYA VARIABEL Biaya Tetap Karyawan (8 pekerja @ 500rb/bln) Transportasi (2,2 jt/minggu)

1 1411.2 1411.2 866.5848 2 1 1.5 871.0848

2 1411.2 1411.2

5 1411.2 1411.2

6 1411.2 86.6585 1497.86

576 180 19 3.6 12 53 843.6 48 105.6

576 180 19 3.6 12 53 843.6 48 105.6

576 180 19 3.6 12 53 843.6 48 105.6

576 180 19 3.6 12 53 843.6 48 105.6

576 180 19 3.6 12 53 843.6 48 105.6

576 180 19 3.6 12 53 843.6 48 105.6

Tabel 7. Cash Flow Menggunakan metode valuasi DCF dan Rules Of ThumbTahun keKETERANGAN (dalam juta rupiah) Biaya Penelitian Biaya Pengajuan Paten (P) 3 tahun Klaim : 1. alat, 2. Proses Permohonan (@ 575000) Pemeriksaan Substantif Paten Pemeliharaan (365000/Klaim) Total/Tahun Present Value (inflasi 6% tanpa premi) Biaya Pokok Pembuatan Alat/unit Biaya Pemasaran (Promosi Teknologi) Total Pengeluaran Inflow Net benefit Disc Factor PV/tahun PV Comulative NPV APLIKASI TEKNOLOGI OLEH PENGGUNA KETERANGAN (dalam juta rupiah) Pemasukan 1 2 Tahun ke3 4 5 6 1 100 2 150 3 4 5 (sekarang) 6 7 8 9 10

1.15 2 100 106 151.15 160.22 2 2.1 2 7.3 7.3 7.73 8

276.077 80 5 361.077 211.68 -149.397 0.88 -131.05 -131.05 506.42

0 211.68 211.68 0.77 162.88 31.83

0 211.68 211.68 0.67 142.88 174.71

0 211.6 8 211.6 8 0.59 125.3 3 300.0 4

0 211.68 211.68 0.52 109.94 409.98

0 211.68 211.68 0.46 96.44 506.42

Penjualan Telur (564.480 butir/tahun) Biaya Investasi Mesin Asap Cair Peralatan Penujang Peralatan Pencuci/Pembersih Telur Wadah Penampung (Keranjang) Pompa Air Total Investasi Biaya variable Telur (48rb butir/bln atau 576rb/thn) Asap Cair (1200 l/bln atau 14400 l/thn) Biaya Bagi Hasil (dalam %) Pengemasan (@ 6 butir) Garam (9600 kg/tahun) Listrik Gas Elpiji (Rp 150/MJ) Total Biaya Variabel Biaya Tetap Karyawan (8 pekerja @ 500rb/bln) Transportasi (2,2 jt/minggu) Sewa bangunan Komunikasi Total Biaya Tetap Total out flow Net benefit Diskon faktor 14%

1411.2

1411.2

1411.2

1411.2

1411.2

1411.2

bagi hasil 2 1 1.5 4.5

15

%

576 180 211.68 19 3.6 12 53 1055.28

576 180 211.68 19 3.6 12 53 1055.2 8

576 180 211.68 19 3.6 12 53 1055.2 8

576 180 211.68 19 3.6 12 53 1055.28

576 180 211.68 19 3.6 12 53 1055.2 8

576 180 211.68 19 3.6 12 53 1055.28

48 105.6 6 2.4 162 1221.78 189.42 0.88

48 105.6 6 2.4 162 1217.2 8 193.92 0.77

48 105.6 6 2.4 162 1217.2 8 193.92 0.67

48 105.6 6 2.4 162 1217.28 193.92 0.59

48 105.6 6 2.4 162 1217.2 8 193.92 0.52

48 105.6 6 2.4 162 1217.28 193.92 0.46

PV/tahun PV Comulativ NPV

166.16 166.16 750.14

149.22 315.37

130.89 446.26

114.82 561.08

100.72 661.80

88.35 750.14

Dengan melakukan skenario valuasi seperti tabel 6, maka harga jual dari teknologi ini sebesar Rp 866.585.000. Jika pengguna ingin mengaplikasikan teknologi ini, maka dibutuhkan biaya investasi sebesar Rp 866.585.000. Nilai investasi tersebut akan kembali dalam jangka waktu 2,35 tahun dan menghasilkan NPV sebesar Rp 852.610.000 dalam 6 tahun. Akan tetapi produsen telur asin asap umumnya adalah industri kecil atau usaha kecil menengah sehingga investasi tersebut akan terasa memberatkan bagi pihak pengguna teknologi (konsumen). Oleh karena itu, diperlukan alternatif valuasi lain dalam menentukkan harga jual teknologi ini. Salah satunya adalah menggunakan gabungan metode DCF dan Rules Of Thumb yang mempertimbangkan NPV dari penerapan teknologi ini dan sistem bagi hasil antara inovator dan konsumen (pengguna teknologi). Gambaran dari cash flow dapat dilihat pada Tabel 7. Valuasi dengan menggunakan metode DCF dan Rules Of Thumb adalah mempertimbangkan sistem bagi hasil dari penjualan produk (telur asin asap). Sistem bagi hasil yang digunakan adalah dengan tetap memperhitungkan keuntungan yang didapatkan pengguna selama mengaplikasikan teknologi ini dalam memproduksi telur asin asap (selama 6 tahun). Sebelum menggunakan teknologi ini, penerapan teknologi sederhana memberikan NPV sebesar Rp. 233.320.050,- dengan kapasitas produksi 2000 butir telur/batch. Sedangkan penggunaan teknologi ini akan meningkatkan kapasitas 3 kali lipat yaitu menjadi 6.000 butir/batch. Dengan mengasumsikan pengguna juga mendapat keuntungan sebesar 3 kali lipat dari NPV sebelumnya, maka NPV nya menjadi sebesar Rp. 700.000.000,-. Agar pengguna mendapat NPV sebesar Rp. 700.000.000,- maka persentase bagi hasilnya adalah sebesar 15 %, seperti yang telah diperlihatkan pada Tabel 7. Dengan menerapkan persentase bagi hasil sebesar 15 %, maka setiap tahunnya inventor akan mendapatkan royalti dari pengguna sebesar Rp. 211.680.000,-/tahun dan NPV selama 6 tahun umur proyek adalah sebesar Rp. 506.420.000,-. Sedangkan pengguna teknologi mendapat NPV sebesar

Rp. 750.140.000,-. Nilai tersebut tidak berbeda jika menerapkan sistem penjualan teknologi langsung dengan keuntungan 140% (tabel 6). Oleh karena itu, valuasi dengan metode gabungan antara DCF dan Rules Of Thumb dinilai lebih baik untuk diterapkan pada produsen telur asin asap, untuk mengurangi biaya investasi yang terlalu besar. Pada metode komersialisasi, digunakan analisa pendekatan 4P (Product, Price, Place dan Promotion), STP (Segmenting, Targetting dan Positioning) serta SWOT (Strengthness, Weakness, Oppurtunitty, dan Threat). Dalam analisa produk, dikemukakan berbagai keunggulan dari produk teknologi pemuatan teknologi telur asin asap dengan metode fraksinasi asap cair, yaitu dengan penggunaan teknologi ini, waktu proses menjadi lebih singkat tingkat kerusakan telur akan menurun, kualitas serta nilai gizi telur meningkat, karena dalam proses ini, kandungan gizi yang dimasukkan ke dalam telur dapat diatur. Sementara itu, untuk harga penilaian produk, didasarkan pada perhitungan menggunakan gabungan 2 metode valuasi yaitu DCF dan Rules Of Thumb. Kedua metode ini menghasilkan sistem bagi hasil seniali 15 % yang akan menguntungkan kedua belah pihak, baik inventor yang menjual teknologi dan juga konsumen yang mengaplikasikan teknologi proses ini. Sementara itu dalam penentuan lokasi penentuan tempat pemasar adalah berdasarkan sentra penghasil telur asin terbesar yaitu di daerah (Brebes, Cirebon, dan Indramayu). Sedangkan untuk strategi promosi dilakukan sistem promosi secara langsung, mendatangi calon konsumen secara langsung. Selain itu digunakan juga pemasaran melalui jejaring internet (e-commerce), dengan pembuatan website yang menjelaskan secara detail mengenai teknolgi proses yang akan dijual. Untuk analisa STP, segmen pasar yang akan dibidik adalah industri atau UKM skala besar penghasil telur asin asap dengan cara sederhana/tradisional, Produsen telur asin dan asap cair tersebar di wilayah yang sama, yaitu wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan penghasil terbesar di daerah Brebes, Cirebon, dan Indramayu. Target pemasaran teknologi ini adalah produsen (industri dan UKM skala besar) telur asin yang masih menggunakan cara

tradisional/sederhana. Positioning teknologi ini adalah membuat suatu teknologi proses yang akan telur asin tersebut. Analisa SWOT, Strengthness/Keuntungan yang akan didapat adalah dengan pengunaan teknologi proses ini, maka produksi telur asin asap akan lebih singkat resiko kerusakan telur kecil, dan produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi lebih dan ebrmutu tinggi. Weakness/Kelemahan inovasi teknologi proses ini membutuhkan energi listrik yang cukup besar. Opportunity/Peluang Penggunaan teknologi proses fraksinasi asap cair dalam pembuatan telur asin asap masih sangat sedikit sekali. Sehingga peluang pengembanagn teknologi proses ini cukup tinggi. Threat/Ancaman yang kemungkinan dihadapi adalah saat permintaan telur asin asap menurun, tidak adanya crude asap cair. menghasilkan telur asin dengan waktu cepat, tingkat kerusakan rendah, mutu meningkat, serta dapat diatur nilai gizi dari

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan Metode Valuasi yang digunakan terhadap inovasi teknologi fraksinasi asap cair untuk pembuatan telur asin asap adalah metode DCF dan Rules of Thumbs, berdasarkan hasil perhitungan, maka nilai persentase bagi hasil antara produsen (inventor) dan konsumen (pengguna) adalah sebesar 15 %. Dengan persentase ini, maka selama 6 tahun umur proyek, produsen (inventor) akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 506.420.000 sedangkan konsumen (pengguna) sebesar Rp 750.140.000. Metode komersialisasi digunakan untuk memasarkan suatu inovasi produk, dalam hal ini teknologi proses fraksinasi asap cair untuk pembuatan telur asin asap. Tiga analisa yang dilakukan dalam melakukan metode komersialisasi ini adalah 4 P, STP dan SWOT.

B.

Saran

DAFTAR PUSTAKA Ducker, Peter F. 1985. Inovasi dan Kewiraswataan, Praktek dan Dasar-Dasar. Erlangga. Jakarta. Dueker, Kenneth Sutherlin. 1997. Biobusiness on Campus: Commercialization of University-Developed Biomedical Technologies. Food and Drug Law Journal.VOL. 52. Goenadi, D. H. 2000. Pengalaman Pemasaran Teknologi Pertanian Bernilai Komersial. Lokakarya Komersialisasi dan Alih Teknologi Hasil Penelitian Pertanian., Bogor, Januari 2000. 14 hal. _____________. 2004. Kiat Menjadi Inventor (Penemu) Sukses. UI Press, Jakarta. Haiber, Ray. 2008. Quick Small Business Valuations Method. www.buzzle.com. Johansson, P. 1987. The Economic Theory and Measurement of Environmental Benefits. Cambridge University Press. Kotler, Philip. 2003. Manajemen Pemasaran. Index. Jakarta. Sutrisno, Koswara. 1991. Perbaikan Proses Pengasinan Telur dalam Ayam dan Telur Vol 63, 1991, hal. 35-36. Titiek, F. Djafar. 2007. Telur Asin Omega-3 Tinggi dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29, No. 4, 2007. Yogyakarta. Turner, J. 2000. Valuation of intellectual property assets; valuation techniques: Parameters, methodologies, and limitations. WIPO Asian Reg. Forum on Intell. Prop. Stra. for the Promotion of Innov. and Invent. Acts. Taejon, South Korea. Nov. 2000. 14p. www.direxionconsulting.com/ INOVASI.pdf (http://www.iptek.net.id) diakses pada 3 Januari 2010 www.menristek.go.id www.wikipedia.org/wiki/Inovasi