Prom Kes

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/ II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yang menjelaskan bahwa Puskesmas mempunyai tiga fungsi yaitu: 1) sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Setiap masalah kesehatan, pada umumnya disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit atau pengganggu lainnya, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit, dan (3) adanya perilaku hidup manusia yang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan lingkungannya. Oleh sebab itu, sehat dan sakitnya seseorang sangat ditentukan oleh perilaku hidup manusia sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi kesehatan maka peran promosi kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan perilaku masyarakat agar terbebas dari masalah-masalah kesehatan. Puskesmas Ambacang Kuranji telah menjalankan fungsinya dalam hal promosi kesehatan demi meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat. Berbagai program telah dilakukan, baik itu penyuluhan, pembinaan, maupun pelatihan. Namun, tidaklah mudah merubah perilaku masyarakat dalam waktu yang singkat. Perlu adanya penyuluhan dan pembinaan secara kontinyu serta 1

description

prom kes

Transcript of Prom Kes

Page 1: Prom Kes

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/ II/2004 tentang

Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yang menjelaskan bahwa Puskesmas

mempunyai tiga fungsi yaitu: 1) sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan; 2) pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan

strata pertama.

Setiap masalah kesehatan, pada umumnya disebabkan tiga faktor yang timbul secara

bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit atau pengganggu lainnya, (2) adanya lingkungan

yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit, dan (3) adanya perilaku hidup manusia

yang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan lingkungannya. Oleh sebab itu, sehat dan

sakitnya seseorang sangat ditentukan oleh perilaku hidup manusia sendiri. Karena masalah

perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi kesehatan maka peran promosi kesehatan

sangat diperlukan dalam meningkatkan perilaku masyarakat agar terbebas dari masalah-

masalah kesehatan.

Puskesmas Ambacang Kuranji telah menjalankan fungsinya dalam hal promosi

kesehatan demi meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat. Berbagai program telah

dilakukan, baik itu penyuluhan, pembinaan, maupun pelatihan. Namun, tidaklah mudah

merubah perilaku masyarakat dalam waktu yang singkat. Perlu adanya penyuluhan dan

pembinaan secara kontinyu serta dukungan dari pihak-pihak terkait demi peningkatan

perilaku kesehatan masyarakat di wilayahnya.

Dalam rangka mengatasi masalah tersebut sesuai dengan salah satu azas

penyelenggaraan puskesmas yaitu pemberdayaan masyarakat, artinya puskesmas wajib

menggerakkan dan memberdayakan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan

setiap upaya kesehatan, terutama dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Untuk melaksanakan upaya kesehatan wajib tersebut di Puskesmas diperlukan tenaga

fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) utnuk mengelola promosi kesehatan di

Puskesmas secara profesional dan mampu untuk mengelola serta menyelenggarakan

pelayanan yang bersifat promotif dan preventif.

1

Page 2: Prom Kes

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai promosi kesehatan dan kegiatan-kegiatan promosi

kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Ambacang Kuranji.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengidentifikasi masalah promosi kesehatan di Puskesmas Ambacang Kuranji.

2. Menetapkan prioritas masalah promosi kesehatan di Puskesmas Ambacang Kuranji.

3. Menganalisis penyebab dari masalah promosi kesehatan di Puskesmas Ambacang

Kuranji.

4. Menentukan alternatif pemecahan masalah promosi kesehatan di Puskesmas

Ambacang Kuranji.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupan tinjauan pustaka yang merujuk kepada berbagai

literatur, analisis data Puskesmas Ambacang Kuranji dan diskusi.

2

Page 3: Prom Kes

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Promosi Kesehatan Puskesmas

Setiap masalah kesehatan, pada umumnya disebabkan tiga faktor yang timbul secara

bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit atau pengganggu lainnya, (2) adanya

lingkungan yang memungkinkan berkembangnya bibit penyakit, dan (3) adanya perilaku

hidup manusia yang tidak peduli terhadap bibit penyakit dan lingkungannya. Menurut

Teori Bloom faktor perilaku ini merupakan faktor kedua terbesar yang pengaruhi status

kesehatan. Oleh sebab itu, sehat dan sakitnya seseorang sangat ditentukan oleh perilaku

hidup manusia sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan

promosi kesehatan maka peran promosi kesehatan sangat diperlukan dalam

meningkatkan perilaku masyarakat agar terbebas dari masalah-masalah kesehatan.

Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah,

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui

pembelajaran dan, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong

diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai

dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan.

Berdasarkan definisi tersebut serta sejalan dengan visi, misi departemen kesehatan

dan fungsi puskesmas khususnya dalam penggerakkan dan pemberdayaan keluarga dan

masyarakat dapat dirumuskan bahwa promosi kesehatan puskesmas adalah upaya

puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit

dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya secara

mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan agar

masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk

pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya, baik masalah-masalah

kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi mengancam, secara mandiri. Di

samping itu, petugas kesehatan puskesmas diharapkan mampu menjadi teladan bagi

pasien, keluarga dan masyarakat untuk melakukan PHBS.

3

Page 4: Prom Kes

2.2. Tujuan Promosi Kesehatan

Tujuan promosi kesehatan adalah:

a. Mencegah timbulnya penyakit dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan

secara promotif dan preventif.

b. Meningkatkan pengetahuan dan pendidikan kesehatan masyarakat tentang

masalah kesehatan.

c. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat individu, keluarga, dan

lingkungannya secara mandiri.

d. Mengembangkan upaya kesehatan bersumber pada masyarakat.

2.3. Strategi

Sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman

Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi Kesehatan

adalah (1) Pemberdayaan (2) Bina Suasana dan (3) Advokasi, serta dijiwai semangat

(4) Kemitraan. Untuk perkembangannya, strategi promosi kesehatan di puskesmas

dikenal sebagai ABGK: Advokasi, Bina Suasana, Gerakan Masyarakat, dan

Kemitraan.

1. Advokasi

Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan

komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-tokoh masyarakat

informal dan formal) agar masyarakat di lingkungan puskesmas berdaya untuk

mencegah serta meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat.

Dalam upaya memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat, Puskesmas

membutuhkan dan dukungan dari pihak-pihak lain, sehingga advokasi perlu

dilakukan. Misalnya, dalam rangka mengupayakan lingkungan puskesmas yang bebas

asap rokok, puskesmas perlu melakukan advokasi kepada pimpinan daerah setempat

untuk diterbitkannya peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan

kerja puskesmas seperti sekolah, kantor kecamatan, tempat ibadah.

Selama proses perbincangan dalam advokasi, perlu diperhatikan bahwa

sasaran advokasi hendaknya diarahkan/dipandu untuk menempuh tahapan-tahapan:

4

Page 5: Prom Kes

(1) memahami/menyadari persoalan yang ditujukan, (2) tertarik untuk ikut berperan

dalam persoalan yang diajukan, (3) mempertimbangkan sejumlah pilihan

kemungkinan dalam berperan, (4) menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam

berperan, dan (5) menyampaikan langkah tindak lanjut. Jika kelima tahapan tersebut

dapat dicapai selama waktu yang disediakan untuk advokasi, maka dapat dikatakan

advokasi tersebut berhasil.

Langkah tindak lanjut di akhir perbincangan (misalnya dengan membuat

disposisi pada usulan yang diajukan menunjukkan adanya komitmen untuk

memberikan dukungan). Selama perbincangan, seorang advokator (misalnya kepala

puskesmas) terus memantau respon sasaran advokasi.

Sejumlah ahli menyarankan agar advokasi tidak dilakukan oleh hanya seorang

individu, melainkan melalui jejaring. Artinya, sebelum melakukan advokasi, sang

advokator terlebih dahulu mengembangkan kemitraan dengan sejumlah pihak yang

potensial. Advokasi harus dilakukan secara terus-menerus sampai pihak-pihak yang

terkait (stake holders) yang diadvokasi memberikan dukungan.

Sebagai contoh, dalam advokasi tentang bantuan jamban sehat untuk suatu

pondok pesantren. Kepala puskesmas sebaiknya menggalang kemitraan dulu dengan

lembaga swadaya masyarakat/LSM (misalnya Koalisi untuk Indonesia sehat), media

massa (misalnya wartawan koran), tokoh agama (misalnya seorang ulama), tokoh

pendidikan (misalnya Ketua PGRI), dan lain-lain.

Mereka ini diundang pada pertemuan untuk memantapkan kerjasama dan

menyiapkan bahan advokasi. Maka ketika bahan advokasi sudah siap dan pembagian

tugas sudah dilakukan (siapa yang berbicara tentang apa, dan siapa yang bertugas

memantau perbincangan), tim advokasi tersebut bersama-sama, untuk misalnya,

menghadap camat atau seorang pengusaha. Dengan demikian, camat atau pengusaha

dihadapkan kepada suatu jejaring yang kompak dan kuat. Kata-kata kunci dalam

penyiapan bahan advokasi adalah Tepat, Lengkap, Akurat, dan Menarik. Artinya

bahan advokasi harus mencakup hal-hal sebagai berikut:

Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikan, jabatan, budaya, kesukaan, dan

lain-lain).

Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi.

Mencakup unsur-unsur pokok, yaitu apa, mengapa, di mana, bilamana, siapa, dan

bagaimana (5W + 1H).

5

Page 6: Prom Kes

Memuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan untuk memecahkan masalah.

Memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi.

Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lain-lain.

Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, tetapi jelas.

2. Bina Suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang

mendorong individu, keluarga, dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan

meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif

dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan.

Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan

apabila lingkungan sosialnya (keluarga, tokoh panutan, kelompok pengajian dll)

mendukung. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,

khususnya dalam upaya mengajak individu, keluarga dan masyarakat mengalami

peningkatan dari fase “tahu” ke fase “mau” perlu diciptakan lingkungan yang

mendukung. Keluarga atau orang yang mengantarkan pasien ke puskesmas,

penjenguk (penjenguk pasien) dan petugas kesehatan mempunyai pengaruh untuk

menciptakan lingkungan yang kondusif atau mendukung opini yang positif terhadap

perilaku yang sedang diperkenalkan.

Pengantar pasien tentu tidak mungkin dipisahkan dari pasien, misalnya pasien

dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk mendapat penjelasan atau informasi. Oleh

karena itu, metode yang tepat di sini adalah penggunaan media, seperti misalnya

pembagian selebaran (leaflet), pemasangan poster atau penayangan video berkaitan

dengan penyakit dari pasien. Dengan demikian, mereka dapat membantu

menyampaikan informasi yang diperoleh kepada pasien.

Petugas kesehatan puskesmas dapat menjadi panutan atau teladan dalam sikap

dan tingkah laku. Oleh karena itu, pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas kesehatan

puskesmas yang melayani harus benar-benar konsisten dengan pelayanan yang

diberikan. Misalnya: ramah (tidak terkesan stress), tidak merokok, memelihara

hygiene atau kebersihan dan kesehatan perorangan, dan lain sebagainya.

Bagi para penjenguk pasien, dapat dilakukan pembagian selebaran dan

pemasangan poster yang sesuai dengan penyakit pasien yang akan mereka jenguk.

Selain itu, beberapa puskesmas (dengan tempat perawatan) melaksanakan penyuluhan

6

Page 7: Prom Kes

kelompok. Sementara itu, di dinding dan sudut-sudut ruangan, bahkan di halaman

gedung puskesmas juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan bina suasana kepada

para pengantar pasien, para penjenguk pasien, teman/pengantar klien, dan pengunjung

puskesmas lainnya.

3. Gerakan atau Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan

meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan

masyarakat untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan

lingkungan sehat serta berperan aktif dalam penyelenggaraan setipa upaya kesehatan.

Pemberdayaan terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang

diselenggarakan puskesmas harus memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya

sosial budaya masyarakat setempat.

Pemberian informasi tentang perilaku yang diperkenalkan seperti tersebut

diatas perlu dilakukan secara sistematis agar anggota – anggota keluarga yang

dikunjungi oleh petugas Puskesmas dapat menerima dari tahap “tahu” ke “mau” dan

jika sarana untuk melaksanakan perilaku yang diperkenalkan tersedia diharapkan

sampai ke tahap “mampu” melaksanakan.

Metode dan media komunikasi yang digunakan untuk pemberdayaan keluarga

dapat berupa pilihan atau kombinasi. Metodenya antara lain dialog, demonstrasi,

konseling dan media komunikasi seperti lembar balik, leaflet, gambar/foto (poster),

atau media lain yang mudah dibawa saat kunjungan rumah.

4. Kemitraan

Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip kemitraan

harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan puskesmas

dengan sasarannya (para pasien atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan,

bina suasana, dan advokasi. Di samping itu, kemitraan juga dikembangkan karena

kesadaran bahwa untuk meningkatkan efektivitas promosi kesehatan, petugas

kesehatan puskesmas harus bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, seperti

misalnya kelompok profesi, pemuka agama, LSM, media massa, dan lain-lain.

7

Page 8: Prom Kes

Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan dan dipraktikkan adalah

(1) kesetaraan, (2) keterbukaan, dan (3) saling menguntungkan.

Kesetaraan. Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang bersifat

hirarkies (atas-bawah). Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa

masing-masing berada dalam kedudukan yang sederajat. Keadaan ini dapat

dicapai bila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu

yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama.

Keterbukaan. Dalam setiap langkah menjalin kerjasama, diperlukan adanya

kejujuran dari masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai

dengan itikad yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-nutupi sesuatu.

Saling menguntungkan. Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung

keuntungan disemua pihak (win-win solution). Misalnya dalam hubungan antara

tenaga kesehatan Puskesmas dengan kliennya/pasien, maka setiap solusi yang

ditawarkan hendaknya juga berisi penjelasan tentang keuntungannya bagi si

pasien/klien. Demikian juga dalam hubungan antara puskesmas dengan pihak

donatur.

Terdapat tujuh landasan (dikenal dengan sebutan: tujuh saling) yang harus

diperhatikan dan dipraktikkan dalam meengembangkan kemitraan, yaitu :

a. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing,

b. Saling mengakui kapasitas dan kemamouan masing-masing,

c. Saling berupaya untuk membangun hubungan,

d. Saling berupaya untuk mendekati,

e. Saling terbuka terhadap kritik/saran, serta mau membantu dan dibantu,

f. Saling mendukung upaya masing-masing,

g. Saling menghargai upaya masing-masing.

8

Page 9: Prom Kes

2.4. Pendukung Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan

Dalam pelaksanaannnya, strategi promosi kesehatan harus diperkuat dengan

(1) Metode dan media yang tepat, serta tersedianya (2) Sumber daya yang memadai.

1. Metode dan Media

Metode yang dimaksud di sini adalah metode komunikasi. Pada prinsipnya,

baik pemberdayaan, bina suasana, maupun advokasi adalah proses komunikasi. Oleh

sebab itu, perlu ditentukan metode yang tepat dalam proses tersebut. Pemilihan

metode harus dilakukan dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan

penerima informasi (termasuk sosial budayanya) dan hal-hal lain seperti ruang dan

waktu.

Media atau sarana informasi juga perlu dipilih mengikuti metode yang telah

ditetapkan, memperhatikan sasaran atau penerima informasi. Bila penerima informasi

tidak bisa membaca maka komunikasi tidak akan efektif jika digunakan media yang

penuh tulisan, atau bila penerima informasi hanya memiliki waktu sangat singkat,

tidak bisa membaca maka komunikasi tidak akan efektif jika dipasang poster yang

berisi kalimat terlalu panjang.

2. Sumber Daya

Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan promosi

kesehatan puskesmas adalah tenaga (sumber daya manusia/SDM), sarana/peralatan

termasuk media komunikasi, dan dana atau anggaran.

Pengelolaan promosi kesehatan hendaknya dilakukan oleh koordinator yang

mempunyai kapasitas di bidang promosi kesehatan. Koordinator tersebut dipilih dari

tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan

Masyarakat atau PKM). Jika tidak tersedia, tenaga khusus promosi kesehatan tersebut

dapat dipilih dari semua tenaga kesehatan puskesmas yang melayani pasien/klien

(dokter, perawat, bidan, sanitarian, dan lain-lain).

Semua tenaga kesehatan yang ada di puskesmas hendaknya memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan informasi atau konseling. Jika

keterampilan ini ternyata belum dimiliki, maka harus diselenggarakan program

pelatihan/kursus.

9

Page 10: Prom Kes

Untuk dana atau anggaran promosi kesehatan puskesmas memang sulit ditentukan

standar, namun demikian diharapkan puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat

menyediakan dana/anggaran yang cukup untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan promosi

kesehatan puskesmas.

10

Page 11: Prom Kes

2.5. Kegiatan

1. Posyandu

Pengertian Posyandu

Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu

dan bayi (Depkes RI, 2006:11).

Tujuan Posyandu

Tujuan Umum:

Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

Tujuan Khusus:

a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,

terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama

berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang

berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB (Depkes RI, 2006:12-13)

Sasaran Posyandu

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:

a. Bayi

b. Anak balita

c. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui

d. Pasangan Usia Subur (Depkes RI, 2006:13).

11

Page 12: Prom Kes

Prinsip Dasar Posyandu

a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan antara

pelayanan professional dan non professional (oleh masyarakat).

b. Adanya kerjasama lintas program yang baik (KIA, KB, gizi. Imunisasi, penangulangan

diare) maupun lintas sektoral (Dep. Kes. RI. Depdagri / Bangdes, dan BKKBN).

c. Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok tumbang/pos tumbang, pos imunisasi, pos

kesehatan, dan lain-lain).

d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0-1 tahun, anak balita 1-5 tahun, ibu

hamil, PUS).

e. Pendekatan yang dibutuhkan adalah pengembangan dan PKMD/PHC (Nasrul Effendy,

1998:271).

Klasifikasi Posyandu

Posyandu diklasifikasikan menjadi empat tingkatan, yaitu:

a. Posyandu Pratama (Warna Merah)

Pelaksanaan masih belum mantap, kegiatan belum bias rutin tiap bulan dan kader aktifnya

terbatas. Frekuensi penimbangan masih kurang dari delapan kali dalam satu tahun.

Posyandu pratama dinilai gawat. Intervensi nya antara lain:pelatihan kader, penyegaran

kader, dan penambahan jumlah kader.

b. Posyandu Madya (Warna Kuning)

Dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali setiap tahun, jumlah kader kurang

lebih 5 orang, cakupan program utama yaitu KB, KIA, Gizi, Imunisasi masih rendah yaitu

kurang dari 50%. Ini berarti kelestarian kegiatan posyandu sudah lebih baik tetapi masih

rendah cakupan nya, untuk itu perlu di lakukan penggerakan masyarakat secara intensif,

serta penambahan program yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

Intervensinya yaitu:

12

Page 13: Prom Kes

Pelatihan toma dengan model eksklasi posyandu yang sekarang sudah di lengkaapi

dengan metode simulasi.

Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SDM dan MMD) untuk menentukan

masalah dan mencari penyelesaiannya termasuk menentukan program tambahan

yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Untuk melaksanankan hal ini

dengan baik dapat di gunakan acuan buku pedoman “pendekatan kemasyarakatan”

yang di terbitkan oleh Dit Bina Peran Serta Masyarakat Depkes.

c. Posyandu Purnama (Warna Hijau)

Dapat melaksankan kegiatan lebih dari delapan kali setiap tahun, jumlah kader lima orang

atau lebih, cakupan lima program utamanya lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan,

bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana.

Intervensinya :

Penggarapan dengan metode PKMD, untuk mengarahkan masyarakat menetukan

sendiri pengembangan program posyandu.

Pelatihan dana sehat agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat

dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.

d. Posyandu Mandiri (Warna Biru)

Kegiatan teratur, cakupan lima program utama sudah baik, ada program tambahan, dan

dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Dana sehat menggunakan prinsip

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) serta mampu berswasembada

(Depkes RI, 1997:53-54)

Indikator tingkat perkembangan posyandu

Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, ditetapkan seperangkat indikator

yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat perkembangan Posyandu. Secara

sederhana indikator untuk tiap peringkat Posyandu dapat diuraikan sebagai berikut:

Tingkat Perkembangan Posyandu13

Page 14: Prom Kes

No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

1 Frekuensi penimbangan <8 >8 >8 >8

2 Rerata Kader Tugas <5 ≥5 ≥5 ≥5

3 Rerata Cakupan D/S <50% <50% ≥50% ≥50%

4 Cakupan Kumulatif KIA <50% <50% ≥50% ≥50%

5 Cakupan Kumulatif KB <50% <50% ≥50% ≥50%

6 Cakupan Kum. Imunisasi <50% <50% ≥50% ≥50%

7 Program Tambahan - - + +

8 Cakupan dana Sehat <50% <50% <50% ≥50%

2. PHBS

Definisi PHBS

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga

anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan

berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat (Depkes, 2007:2).

Tujuan

Tujuan Umum

Meningkatnya pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku serta kemandirian

perorangan, keluarga dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan agar dapat

hidup bersih dan sehat

Tujuan Khusus

Meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat khususnya

terhadap program kesehatan lingkungan gaya hidup

14

Page 15: Prom Kes

Manfaat PHBS

Bagi Masyarakat

Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.

Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat

(UKBM) (Depkes, 2007 : 23).

3. Penyuluhan Kesehatan

Defenisi :

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan

mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan

kesehatan.

Tujuan:

Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan

dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

Faktor - faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan

kesehatan adalah:

1) Tingkat Pendidikan.

2) Tingkat Sosial Ekonomi

3) Adat Istiadat

4) Kepercayaan Masyarakat

5) Ketersediaan Waktu di Masyarakat

15

Page 16: Prom Kes

Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus melakukan

penyuluhan sesuai dengan langkah – langkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat

sebagai berikut (Effendy, 1998):

1) Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.

2) Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.

3) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan kesehatan

masyarakat.

4) Menyusun perencanaan penyuluhan

Menetapkan tujuan

Penentuan sasaran

Menyusun materi / isi penyuluhan

Memilih metoda yang tepat

Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan

Penentuan kriteria evaluasi.

5) Pelaksanaan penyuluhan

6) Penilaian hasil penyuluhan

7) Tindak lanjut dari penyuluhan

4. UKK (Upaya Kesehatan Kerja)

Upaya Kesehatan Kerja adalah bentuk operasionil PHC di lingkungan pekerja,

merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana,

teratur dan berkesinambungan yang di selenggarakan oleh masyarakat pekerja atau kelompok

kerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dan bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas kerja.

Dalam imlementasinya selalu mencakup 3 pilar PHC yaitu :

16

Page 17: Prom Kes

1. Adanya kerja sama lintas sektor

2. Adanya pelayanan dasar kesehatan kerja

3. Adanya peran serta masyarakat

Bentuk aktifitas Pos UKK dan frekwensinya adalah :

KEGIATAN FREKWENSI PELAKSANA

Pemeriksaan awal kesehatan pekerja dan lingkungan kerja

1 X Petugas dan kader

Pemeriksaan berkala bagi bekerja

1 X Petugas dan kader

SIMASKER 1 X / 3 bulan Petugas dan kader

PelayananP3K/P3/rujukan dan penyehatan lingkungan

Tiap hari Petugas dan Kader

Pencatatan /pelaporan dana sehat

1 X /bulan Kader

5. Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

Tanaman obat keluarga adalah sebidang tanah di halaman atau ladang yang di

manfaatkan untuk menanam tanaman yang berkasiat sebagai obat.

Tingkat perkembangan TOGA:

INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA

Jumlah KK ada TOGA

< 30% 30% - 60% >60%

Jenis tanaman per desa

<10% 10% - 25% >25%

17

Page 18: Prom Kes

Jumlah KK memanfaatkan TOGA

<10% 10% - 50% >50%

Adapun jenis intervensi untuk tingkat perkembangan TOGA adalah sebagai berikut:

1. TOGA tingkat pratama, intervensinya adalah peningkatan KIE tentang perluasan dari

pemanfaatan TOGA untuk petugas kesehatan lintas sektoral terkait dan kader

kesehatan.

2. TOGA tingkat Madya, intervensinya adalah peningkatan KIE tentang perluasan

pengembangan dan pemanfaatan TOGA kepada masyarakat.

3. TOGA tingkat purnama, intervensinya adalah peningkatan KIE tentang budidaya

TOGA kepada masyarakat.

6. Satuan Karya Bakti Husada (SBH)

Satuan Karya Bakti Husada adalah wadah pramuka untuk mengembangkan

pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, dan kesempatan dalam membaktikan dirinya kepada

masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

7. Pos Kesehatan Pesantren (poskestren)

Pondok pesantren adalah lembaga islam yang memiliki warga belajar yang di sebut

santri. Peran serta pondok pesantren pada pembangunan kesehatan di wujudkan antara lain

dalam bentuk “posyandu Asta”( posyandu asuhan tokoh agama), poskestren.

Poskestren merupakan wujud partisipasi masyarakat pondok pesantren dalam bidang

kesehatan secara berkala.Kegiatan dari poskestren adalah;

Pos obat pondok pesantren

Santri husada (kader kesehatan di kalangan santri)

18

Page 19: Prom Kes

Pusat informasi kesehatan, berupa perpustakaan kerohanian dan ceramah kesehatan

secara berkala, bekerja sama dengan puskesmas setempat.

Upaya kesehatan lingkungan di sector pondok pesantren.

Karang taruna husada

Karang taruna adalah wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat rukun warga /RW

yang besar peranannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan

kreasinya.

8. Upaya Kesehatan gigi masyarakat desa (UKGMD)

UKGMD adalah upaya pembinaan kesadaran, kemauan, kemampuan dan peran serta

masyarakat dalam pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dengan pendekatan PKMD, di

laksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan lainnya, dengan kerja sama lintas program

dan lintas sektor. Sasarannya adalah keluarga masyarakat yang telah mempunyai ato aktifitas

dengan prioritas kelompok masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut.

Penyakit gigi dan mulut yang banyak di derita masyarakat adalah karies (gigi

berlobang) dan periodontis (peradangan jaringan ikat gigi).

9. Pos Kesehatan Kelurahan (poskeskel)

Poskeskel merupakan unit kesehatan dibawah Puskesmas yang dibangun berdasarkan

swadaya masyarakat. Dikepalai oleh bidan/dokter/perawat setempat (berdomisili di lokasi

Poskeskel). Poskeskel melayani kesehatan masyarakat secara umum sebagai perpanjangan

dari Puskesmas. Poskeskel akan membawahi beberapa Posyandu di lingkungannya.

19

Page 20: Prom Kes

10. Pos Obat Desa (POD)

Pos Obat Desa (POD) merupakan program pada wilayah perifer, di mana akses

masyarakat terhadap sarana prasarana kesehatan sangat terbatas. Salah satu bentuk

kegiatannya adalah pemberian obat-obatan kepada kader, sehingga bila ada masyarakat yang

sakit mendadak dan berat dapat ditangani secara sederhana dulu, sebelum ditatalaksana lebih

lanjut dengan tenaga kesehatan di wilayah terdekat.

Evaluasi

Evaluasi sebaiknya dilakukan disetiap tahapan manajerial mulai dari perencanaan,

pelaksanaaan dan hasil. Evaluasi dilakukan pada setiap pertengahan dan akhir tahun untuk

menilai proses dari hasil pelaksanaan promosi kesehatan di puskesmas. Hal tersebut

dimaksudkan untuk menilai sejauh mana kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai.

20

Page 21: Prom Kes

BAB III

PEMBAHASAN

KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN PUSKESMAS AMBACANG KURANJI

STRATEGI

3.1 Advokasi

Advokasi merupakan usaha melobi ke jenjang yang lebih atas, seperti kepala

puskesmas, lurah, camat, kapolsek atau pihak terkait lainnya agar petugas yang

bekerja mendapatkan dorongan dan semangat dalam menjalankan tugasnya.

Pembentukan Posyandu beserta kadernya, kerja sama dalam pengumpulan data

dengan lurah, dukungan PKK dan masyarakat merupakan gambaran nyata bahwa

advokasi yang dilakukan sudah terlaksana.

3.2 Bina Suasana

Yaitu upaya pendekatan kepada masyarakat sehingga program yang akan dilakukan

mudah diterima oleh masyarakat.

Bina suasana lebih diutamakan dengan kegiatan seperti penyuluhan, agar terasa lebih

dekat dengan masyarakat tersebut.

3.3 Gerakan Masyarakat

Gerakan masyarakat merupakan kegiatan untuk menggerakkan masyarakat secara

aktif dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di masyarakat tersebut.

Misalnya, adanya kasus DBD, maka puskesmas melalui advokasi dan penyuluhan

dapat menggerakkan masyarakat untuk bekerja sama membersihkan lingkungan

sekitar.

Pelaksanaan gerakan masyarakat di Puskesmas Ambacang Kuranji dapat dilihat dari

kondisi kegiatan dari, oleh, dan untuk masyarakat seperti posyandu.

3.4 Kemitraan

Kemitraan merupakan upaya mutualisme agar program kita terlaksana dan pihak lain

merasa untung dengan membantu kita. misalnya, pada bulan Februari – Maret lalu,

ketika kasus flu burung merebak, Puskesmas Ambacang Kuranji menjalin kerja sama

dengan RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) untuk memberikan informasi

21

Page 22: Prom Kes

kesehatan ke masyarakat. Puskesmas mendapat keuntungan berupa tersedianya media

untuk menginformasikan pada penduduk, RAPI mendapatkan bahan berita.

KEGIATAN

1. Posyandu

JUMLAH POSYANDU DAN KADER YANG AKTIF PUSKESMAS AMBACANG TAHUN 2011

010203040

jlh posy aktifjlh kader aktif

9 7 7 5

3628 28

20

jlh posy aktifjlh kader aktif

Semua posyandu di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji yaitu 28 buah, dengan

jumlah kader yang aktif adalah 113 orang. Berdasarkan strata, maka didapatkan data:

posyandu pratama (warna merah) tidak ada, posyandu madya (warna kuning) sebanyak 15

buah, posyandu purnama (warna hijau) sebanyak 10 buah, dan posyandu mandiri (warna

biru) sebanyak 3 buah (Kayu gadang, Simpang Koto Tigo, Pondok Mungil).

Pengelompokan strata posyandu ini dinilai setiap akhir tahun bekerja sama dengan pihak

kecamatan.

2. PHBS

Terdapat 840 KK di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji. Berdasarkan data

sebelumnya, didapatkan 175 KK yang sehat dan 665 KK yang tidak sehat. Setelah itu,

dilakukan intervensi terus-menerus setiap bulan terhadap 55 KK hingga terjadi perubahan

perilaku menuju PHBS. Data Desember 2011 melaporkan, 840 KK yang ada sudah

digolongkan sehat (PHBS).

22

Page 23: Prom Kes

Pendataan PHBS per kelurahan wilayah Puskesmas Ambacang 2011

No. Indikator Kelurahan

Ps.Ambacang Anduring Lubuk

Lintah

Ampang

1 Linakes 91,4% 100% 96,6% 94,7%

2 ASI Eksklusif 67,6% 63,3% 82,3% 92,8%

3 Timbang bayi

& balita

76,2% 92,4% 89% 95,7%

4 Air bersih 95% 99% 98,5% 96,6%

5 CPTS 76,6% 97,1% 98,5% 96,6%

6 Jamban Sehat 80,5% 85,7% 92,3% 82,8%

7 Pemb Jentik 86,6% 91,4% 93,8% 97,1%

8 Makan buah

sayur

86,2% 94,2% 96,6% 98,5%

9 Aktifitas fisik 70,9% 95,2% 78,5% 99%

10 Tidak merokok

di rumah

54,7% 23,8% 56,2% 26,6%

3. Penyuluhan Kesehatan

Jumlah penyuluhan di Puskesmas Ambacang Tahun 2011

No. Topik Frekuensi Jumlah yang

Disuluh

Media yang Digunakan

1 Imunisasi 5 80 Laptop, LCD, leaflet

2 TB Paru 6 176 Laptop, LCD, leaflet

23

Page 24: Prom Kes

3 ISPA 9 295 Laptop, LCD, leaflet

4 DBD 6 235 Laptop, LCD, leaflet

5 Malaria 2 54 Laptop, LCD, leaflet

6 Gizi 5 296 Laptop, LCD, leaflet

7 Filariasis 3 79 Laptop, LCD, leaflet

8 Jiwa 2 55 Laptop, LCD, leaflet

9 Rabies 3 81 Laptop, LCD, leaflet

10 Mata 1 31 Laptop, LCD, leaflet

11 KB 1 28 Laptop, LCD, leaflet

12 Hipertensi 8 205 Laptop, LCD, leaflet

13 ASI Eksklusif 6 187 Laptop, LCD, leaflet

14 Diare 4 134 Laptop, LCD, leaflet

15 Gigi 4 69 Laptop, LCD, leaflet

16 Napza 4 107 Laptop, LCD, leaflet

17 Diabetes

Mellitus

1 28 Laptop, LCD, leaflet

18 Rhematik 1 31 Laptop, LCD, leaflet

19 PHBS 10 312 Laptop, LCD, leaflet

20 HIV/AIDS 4 104 Laptop, LCD, leaflet

21 Bahaya

Merokok

3 81 Laptop, LCD, leaflet

22 Asma 2 52 Laptop, LCD, leaflet

24

Page 25: Prom Kes

23 Hepatitis 1 27 Laptop, LCD, leaflet

24 Kespro 1 29 Laptop, LCD, leaflet

25 Flu Burung 11 277 Laptop, LCD, leaflet

26 Kusta 1 26 Laptop, LCD, leaflet

27 IMS 3 79 Laptop, LCD, leaflet

28 Kekurangan

Youdium

2 55 Laptop, LCD, leaflet

29 Penyakit Mata 1 26 Laptop, LCD, leaflet

30 TOGA 2 56 Laptop, LCD, leaflet

JUMLAH 112 3295

Dari data tersebut, didapatkan bahwa frekuensi penyuluhan dalam gedung selama satu tahun

untuk masyarakat yang terbanyak adalah flu burung, kemudian yang terendah adalah

penyuluhan tentang mata, kusta, KB, hepatitis, dan kespro. Target yang diajukan DKK untuk

pencapaian penyuluhan dalam gedung adalah 96 kali, sedangkan penyuluhan yang dilakukan

berjumlah 112. Ini berarti jumlah frekuensi penyuluhan melebihi target yang ditentukan.

Jumlah penyuluhan Luar Gedung Puskesmas Ambacang 2011

Tempat penyuluhan Frekuensi

Posyandu 448

Mesjid 46

Poskeskel 76

Sekolah 4

Pesantren 30

25

Page 26: Prom Kes

Untuk penyuluhan luar gedung, target yang harus dicapai adalah sebanyak-banyaknya (tidak

ada target khusus).

4. UKK (Upaya Kesehatan Kerja)

Di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji, didapatkan data 143 usaha. Sejauh ini,

Puskesmas Ambacang Kuranji baru bisa membentuk 3 pos UKK, Pabrik Roti ZB, Pabrik

Tahu, Toko Cahaya Mulya. Untuk pabrik roti ZB, Puskesmas Ambacang Kuranji sudah

berhasil memberikan penekanan pentingnya kebersihan kepada manager, sehingga akhirnya

manajer memberi kebijakan untuk menutup kepala, menggunakan celemek, dan sarung

tanganbagi pekerjanya. Kemudian juga dilakukan beberapa kali pelatihan karyawan yang

menjadi kader, seperti P3K, pengobatan ringan, APD (Alat Pelindung Diri). Begitu juga

dengan pabrik tahu dan toko Cahaya Mulya. Dilakukan penyuluhan tentang kesling, PHBS,

kesehatan kerja. Follow up dilakukan berkala setiap 1-3 bulan.

5. Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

Di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji, terdapat 80 toga yang tersebar di 40

kelurahan. Upaya menggalakkan TOGA ini dengan mengadakan penyuluhan dalam dan luar

gedung mengenai tanaman tersebut beserta manfaat kesehatannya.

Dari data yang didapatkan dari laporan promosi kesehatan puskesmas ambacang 2011, masih

banyak TOGA dengan strata pratama yaitu 64% dan sebagian besar belum sepenuhnya

berfungsi sebagai TOGA melainkan hanya sebagai hiasan saja. Untuk meningkatkan

pencapaian TOGA perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya pemanfaatan pekarangan

kepada masyarakat sehingga masyarakat mengerti dan memiliki kesadaran untuk menanam

TOGA.

26

Page 27: Prom Kes

6. Satuan Karya Bakti Husada (SBH)

Sejauh ini, PuskesmasAmbacang Kuranji hanya bekerja sebagai fasilitator. Misalnya, bila

diadakan kemah bakti di bawah naungan dinas kesehatan dan dinas pendidika, maka

puskesmas memfasilitasi dengan memberikan materi penyuluhan.

7. Pos Kesehatan Pesantren (poskestren)

Saat ini, sudah terbentuk satu buah poskestren, yakni di Lubuk Lintah, Cubadak Air.

Kegiatan yang dilakukan pertama kali adalah advokasi dengan pimpinan pesantren. Setelah

sepakat, maka dibentuklah poskestren (seperti UKS), dengan santri husada sebagai

penggerak. Santri husada ini akan membentuk piket dan dibekali dengan baju seragam.

Mereka telah mendapatkan pelatihan mengenai P3K, pemberian napas buatan, kespro remaja,

HIV AIDS, narkoba, rokok, dan gizi. Diharapkan mereka dapat menyampaikan kepada santri

lainnya mengenai materi tadi. Selain itu, di pos tersebut juga dibekali obat-obatan ringan

yang bisa diberikan oleh santri husada kepada mereka yang membutuhkan. Di sana juga

dibekali buku-buku kesehatan. Follow up terhadap program ini dilakukan 3 bulan sekali,

biasanya melalui telepon.

8. Upaya Kesehatan gigi masyarakat desa (UKGMD)

Dilaksanakan di posyandu, oleh dokter gigi dan perawat gigi. Sasarannya terutama

wanita usia subur dan anak-anak. Bila ditemukan masalah gigi dan mulut, maka tenaga

kesehatan tersebut akan merujuk ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lain. Sejauhi ini,

program ini agak terhambat dikarenakan minimnya tenaga dokter gigi dan perawat gigi di

puskesmas.

27

Page 28: Prom Kes

9. Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)

Kegiatan ini diperuntukkan untuk penyakit degeneratif. Di wilayah kerja Puskesmas

Ambacang Kuranji sendiri, terdapat di kelurahan Anduring yang dikelola oleh tiga kader,

sebagai ketua, sekretaris, dan bendahara. Kegiatannya berupa pengukuran tekanan darah,

pengukuran lingkar pinggul, kemudian diperiksa oleh dokter, bila perlu terdapat pemeriksaan

lab seperti gula darah. Kendalanya, untuk kegiatan ini, dibutuhkan alat pemeriksaan seperti

stik gula darah, sehingga masyarakat dibebankan tiga ribu rupiah untuk pelayanan. Tidak

semua masyarakat bersedia/sanggup untuk membayar.

10. POD

Untuk wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji dengan akses pelayanan

kesehatan yang baik, POD tidak ada.

11. BATRA (Pengobatan Tradisional)

Pengobatan tradisional yang ada di wilayah kerja puskesmas Ambacang yaitu : tabib, Batra

tulang, tukang panggur gigi, jamu gendong, batra urut pijat, batra bekam, batra ramuan, batra

dengan pendekatan agama, batra paranormal.

Telah dilakukan pelatihan pada Batra tulang dan batra bekam. Namun masih banyak batra

yang belum mendapatkan pelatihan sehingga belum mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan

Kota Padang.

No Jenis Batra Kelurahan Frekwesi

PembinaanPsr abcg Anduring Lbk Lintah Ampang

1 Tabib 0 1 0 0

28

Page 29: Prom Kes

2 Batra tulang 1 2 2 1 2x di psr abcg

3 Tukang panggur gigi

0 1 0 0

4 Jamu gendong 1 1 1 0

5 Batra urut pijat 2 2 2 2

6 Batra becam 0 0 0 1 3x di ampang

7 Batra ramuan 1 1 0 0

8 Batradg pendekatan agama

2 2 2 2

9 Batra paranormal 0 1 0 0

Jumlah 7 11 7 6

Kendala: - tenaga kesehatan minim dan waktu terbatas.

- Belum ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran, hanya bisa diberikan

berupa pembinaan.

29

Page 30: Prom Kes

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

- kegiatan strategi untuk promosi kesehatan di Puskesmas Ambacang Kuranji sudah

berjalan optimal baik dari segi advokasi, bina suasana, gerakan masyarakat, dan

kemitraan.

- dari 10 kegiatan yang harusnya ada pada promosi kesehatan, 9 terlaksana dan 1 lagi

tidak dibutuhkan (pos obat desa). Sembilan program tersebut terlaksana dengan baik

meskipun terdapat beberapa kekurangan berupa hasil yang tidak terlalu optimal.

- untuk PuskesmasAmbacang Kuranji, terdapat tambahan program berupa pembinaan

terhadap pengobatan tradisional (BATRA).

- masalah terbesar dari pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di

PuskesmasAmbacang Kuranji adalah tenaga kerja yang kurang.

1.2. Saran

1. Diperlukan analisis mendalam tentang pelaksanaan program promosi kesehatan ini

baik dari segi program, pelaksanaan program, sasaran program, dan kerjasama lintas

sektor dan lintas program.

2. Diharapkan Puskesmas terus menjalankan program rutin dan tambahan promosi

kesehatan di wilayah kerja Ambacang sesuai dengan kebutuhan kelurahan supaya

dapat mengubah perilaku masarakat dengan optimal dan sekaligus mengurangkan

angka kesakitan dan kematian di wilayah kerjanya.

3. Dilakukan penambahan tenaga kesehatan untuk mencapai hasil yang optimal.

4. Dibutuhkan dana untuk menggerakkan para kader kesehatan.

30

Page 31: Prom Kes

DAFTAR PUSTAKA

Kepmenkes RI No. 1193/Menkes/SK/X/2004.2005. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.

Jakarta: Depkes RI.

Kepmenkes RI No. 585/MENKES/SK/V/2007. 2008. Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.

Kepmenkes RI No. 1114/Menkes/SK/VII/2005.2006. Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan di Daerah. Jakarta. Depkes RI.

Notoatmodjo,Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT.Rineka

Cipta.

Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji 2011.

31