PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL...
Transcript of PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL...
STRATEGI INTERNATIONAL COMMITTE OF THE RED CROSS DALAM
PEMBEBASAN 7 RELAWAN KEMANUSIAAN PADA KONFLIK SURIAH
TAHUN 2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Seiken Romadhan
1113113000073
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
STRATEGI ICRC (INTERNATIONAL COMMITTE OF THE REDCROSS) DALAM PEMBEBASAN 7 RELAWAII KEMANUSIAAN
KORBAN SANDERA KELOMPOK BERSENJATA SURIAH TAHUN 2013
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syari f Hi dayatull ah J akarta.
Semua sumber yartg saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
3.
Januari 2018
Romadhan
{'" ..t:85:-,:,':,'',.:L':
PERSETUJUAI\I PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Slaipsi menyatakan bahwa mahasiswa :
Nama : SeikenRomadhan
NIM :1113113000073
Program Studi: Ilmu H-ubungan Internasional
Telah me,nyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :
Strategi ICRC (Intcmational Comruifre Of fhe Red Crossl Dalam Pembebasan 7 Relawan
Kemanusiaan Korban Sandera Kelompok Bersenjata Suriah Tahun 2013
Dan telah persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 11 Januari 2017
Meyetujui,lvlengetahui,
Adian Firnas, , S.IP, M.Si Irfan R. Hutagalung, LL.M.
F" :::@
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SI(RIPSI
TIONAL COMMITTEE OF THE RED CROSS DALAM PEMBEBASAN 7UPAYA INTERNATIONAL COMMITTRELAWAN KEMANUSIAAN KORBAN KONFLIK SURIAH TAHTIN 2013
Oleh:
Seiken Romadhan
1113113000073
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Islam Negeri Of$ Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Februari 2018.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.
Sekretaris Sidang,
Penguji II
Robi Sueara. MSc.
Diterirna dan dinyatakan memenuhi syarat
Inegrid Galuh Mustikawati. M.HSPS
keliusan pada tanggal I 5 Februari 20 1 8.
Penguji I
*#=,---,:+t'
dI
d
H
': ltr t:+l
I
lI
I
I
l
i
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisa bagaimana strategi ICRC (International Committee
of The Red Cross) dalam pembebasan 7 relawan kemanusiaan korban sandera
kelompok bersenjata Suriah tahun 2013. Penelitian ini juga mencoba memaparkan
langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh ICRC dalam upayanya membebaskan
keenam staffnya dan satu relawan Bulan Sabit Merah. Skripsi ini menggunakan
metode kualitatif dimana penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data
primer diambil melalui wawancara elektronik sementara data sekunder diambil
melalui studi kepustakaan berupa artikel, jurnal dan lain-lain. Skripsi ini dikaji
dengan menggunakan konsep diplomasi, the role of public opinion, humanitarian
action concept dan protected person concept.
Penelitian ini menemukan fakta bahwa terdapat tiga langkah yang dilakukan
ICRC dalam upayanya membebaskan keenam staffnya dan satu relawan Bulan Sabit
Merah; Pertama, dengan melakukan diplomasi dengan Pemerintah Suriah. Kedua,
diplomasi tokoh berpengaruh. Ketiga, publikasi media.
Kata Kunci: Strategi ICRC, Konflik Suriah, Penculikan Relawan, Upaya
Pembebasan.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang melancarkan segala
urusan saya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi saya yang berjudul
“Strategi ICRC (International Committe of The Red Cross) Dalam Pembebasan
7 Relawan Kemanusiaan Korban Sandera Kelompok Bersenjata Suriah Tahun
2013.”
Sholawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW yang telah menuntun kita semua menjadi pribadi muslim yang
berpengetahuan dan berperadaban.
Dalam penulisan skripsi ini, saya mengalami berbagai proses yang harus
dihadapi demi kelancaran penulisan. Namun, kelancaran proses ini tidak lepas dari
dukungan, doa, dan bantuan keluarga, para dosen dan sahabat yang senantiasa
memberikan motivasi dan masukan hingga saya mampu melewati kendala dan
hambatan tersebut. Untuk itu, pada kesempatan kali ini saya hendak mengucapkan
rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda saya, Rafiuddin dan Umi Kalsum. Semoga selalu
diberikan kesehatan serta diiringi dengan kebajikan. Keduanya sebagai
anugerah terbesar yang telah Allah SWT berikan kepada saya. Kasih dan
saying serta cinta yang sangat besar yang telah Ibu dan Bapak berikan sejak
saya lahir hingga sekarang adalah alasan mengapa saya harus terus berjuang
menjadi anak yang berbakti dan berguna bagi agama dan bangsa ini.
Allahummaghfirli wa li walidayya warhamhuma kamaa robbayani soghiro.
2. Kakak dan Adik saya, Dini Fauziah Rahmah dan Ummu Hani yang telah
memberi segala usahanya untuk membantu menyemangati segala hal dalam
kehidupan saya.
3. Dosen Pembimbing saya yang luar biasa, Bapak Irfan R. Hutagalung,
LL.M. Yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini,
meluangkan waktu untuk membaca dan memberikan masukan yang sangat
berarti, serta dengan penuh pengertian mau mendengarkan pandangan saya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
iii
4. Communication officer of ICRC untuk Indonesia dan Timur Leste,
Bapak Kushartoyo Budi Santoso yang telah memberikan informasi terkait
strategi ICRC dalam upayanya membebaskan keenam stafnya dan satu
relawan Bulan Sabit Merah kepada saya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Regional Communications Manager Near and Middle East, Madam Marie
Claire Feghali yang juga telah memberikan informasi terkait strategi ICRC
dalam upayanya membebaskan keenam stafnya dan satu relawan Bulan
Sabit Merah kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
6. Dosen dan Staff di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional yang
selalu mendukung saya dalam proses pembelajaran dan pendewasaan yang
membuka cakrawala sejak dimulainya KBM. Diantaranya, Yang
teristimewa, Bapak Alm. Budi Siswantoro Satari. Yang terhebat, Bapap
Irfan R. Hutagalung, LL.M. Yang terbaik, Pak Adian Firnas. Yang paling
menginspirasi, Ibu Eva Mushoffa. Yang teramah, Bapak Ahmad Alfajri.
Bapak Teguh Santosa, Ibu Mutiara Pertiwi, Bapak Taufiq Rahman, Ibu
Rachmi Diani, Bapak Febri Hasibuan, Bapak Andar Nubowo, Bapak Fuad
Fanani, Bapak Ismail, Bapak Faisal Nurdin. Dan yang tersiaga di bagian
administrasi, Bapak Jajang Saprijal.
7. Sahabat-sahabat peneliti HI, Fadel Muhammad, Rickmandaru, Muhammad
Fikril Kamil, Faris, Sayugo Harun, serta seluruh rekan Program Studi Ilmu
Hubungan Internasional angkatan 2013 yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu.
8. Afina Rizki Zakiyah, yang selalu memberi support, waktu serta kasih
sayangnya.
9. Sahabat Kahfi BBC Motivator School, terkhusus untuk ketua angkatan,
Bapak Jamet, Akh Rangga, Fadhlur, sahabat-sahabat saya angkatan 16
Azmi Alawi, Giat Ash, Irfan, Aip, Hanna, Shara dan Salmah serta sahabat
16 yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
10. Sahabat Taman Baca Masyarakat Kolong Flyover Ciputat, Eri Sugiarto,
Bintu Nafiah, Gunawan Wibisono, Devina Febrianty, Retno Aprilia, Tiffani
beserta adik-adik binaan Taman Baca.
11. Sahabat FISIP Mengajar, terkhusus teman-teman di angkatan saya, Isti, Titi,
Shofi, Novi dan Jita dan seluruh pengajar lainnya yang selalu menginspirasi
dalam segala hal.
12. Sahabat-sahabat alumni Gontor angkatan 2011 terkhusus Konsulat Banten.
iv
13. Bang Wasna yang telah mendoakan.
14. Hasmar Husein Nasution dan Rizki Hasibuan yang memberikan hiburan
serta motivasi di kamar kosan
Serta seluruh yang berperan penting di hidup saya yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Demikian, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan saya
sebagai penulis.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ciputat, 15 januari 2018
Seiken Romadhan
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… v
BAB I . PENDAHULUAN…………………………………………...….…... 1
1.1 Pernyataan Masalah…………………………………………….….….…. 1
1.2 Pertanyaan Masalah….…………………………………………….…….. 6
1.3 Tujuan Penelitian……………...………………………………….……… 6
1.4 Manfaat Penelitian………………………..……..………….…….……… 7
1.5 Tinjauan Pustaka………………………………..………………..………. 7
1.6 Kerangka Pemikiran…………………………………………….…….... 10
1.7 Metode Penelitian………………………………………………………. 17
1.8 Sistematika Penelitian…………………………………………………... 19
BAB II. INTERNATIONAL COMMITTEE OF THE RED CROSS DAN
PERANNYA DALAM KONFLIK SURIAH…………………………………..... 21
2.1 Pengertian dan Sejarah ICRC………………………………….…… 21
2.2 Status Hukum ICRC…………………………………………...…… 23
2.3 Prinsip Dasar ICRC……………………………………………….... 23
2.4 Fungsi dan kegiatan ICRC……………………….…………….…… 25
vi
2.5 Kilas Balik Konflik Suriah…………………………………………. 27
2.6 Perkembangan Konflik Suriah……………………………………... 29
2.7 Dampak Konflik Suriah………………………………….……….… 30
2.8 Peran ICRC di Konflik Suriah……………………………………… 31
BAB III KASUS PENCULIKAN 7 RELAWAN OLEH KELOMPOK
BERSENJATA SURIAH…………………………………………. 34
3.1 Penculikan 6 Staff ICRC dan 1 Relawan Bulan Sabit Merah Oleh
Kelompok Bersenjata Suriah………………………………….……. 34
3.2 Islamic State of Iraq and The Levant (ISIL)…………………………... 39
3.3 Pergerakan ISIL di Suriah………………………………………….. 40
3.4 Kasus-Kasus Penculikan ISIL di Suriah……………………………. 42
BAB IV ANALISIS UPAYA ICRC DALAM PEMBEBASAN 6 STAFF ICRC
DAN 1 RELAWAN BULAN SABIT MERAH KORBAN
PENCULIKAN………………………………………………………… 44
4.1 Upaya ICRC Dalam Membebaskan 7 Relawan Korban Penculikan.. 44
vii
BAB V PENUTUP……………………………………………………….… 55
Kesimpulan…………………………………………….....………… 55
Referensi………….…………………………………….………...… 58
Transkip Wawancara………………….………………….……….... 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PERNYATAAN MASALAH
Memasuki tahun 2010, negara-negara di wilayah Timur Tengah menjadi
bagian yang tidak lepas dari perhatian dunia internasional. Konflik bersenjata
yang terjadi di negara Arab terus bermunculan baik dari pihak pemerintah
maupun pemberontak. Hal ini merupakan imbas dari pecahnya Arab Spring.
Peristiwa ini diawali oleh Tunisia pada sekitar pertengahan tahun 2010,
kemudian merambah ke negara-negara lain, seperti Mesir, dan Syiria yang hingga
saat ini (2012) masih bergejolak. Salah satu konflik yang yang memiliki level
konfrontasi bersenjata dan dampak kemanusiaan yang paling mengkhawatirkan
adalah konflik yang terjadi di Republik Arab Suriah.
Berawal pada tahun 2011 hingga saat ini, konflik Suriah sudah memakan
korban jiwa sebanyak ratusan ribu jiwa. Syrian Network for Human Right merilis
data korban perang Suriah selama enam tahun telah merenggut 206.923 jiwa.
Angka ini meningkat hampir dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya.1
Penyebab pecahnya konflik di Suriah tidak lain adalah penolakan oleh
kelompok warga Suriah terhadap rezim Bashar Assad. Kelompok ini
menginginkan pemerintahan Assad diberhentikan karena dinilai terlalu banyak
korban yang jatuh, terutama dari pihak sipil. Mereka merasa perlu untuk
1Syrian Network for Human Right (SNHR), The 6th Anniversary of the Breakout of the Popular
Uprising towards Freedom, and the Killing of the First Civilians, Syria, 2017 Hal.4-5
2
menggulingkan pemerintahan Assad dan menggantinya dengan pemeritahan
baru.2
Di sisi lain, Rezim kepemimpinan Assad mengklaim dirinya adalah presiden
yang terpilih secara sah dan mendapatkan legitimasi dari rakyat Suriah sehingga
segala cara untuk menggulingkan pemerintahannya adalah bentuk kudeta ilegal
yang bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Konflik keduanya menarik negara-negara dunia untuk ikut terlibat
didalamnya. Hal tersebut dilakukan tidak lain untuk mendapatkan kepentingan
nasional negara-negara tersebut pada kawasan yang sedang berkonflik. Hal itu
dibuktikan dengan masuknya negara-negara ke dalam konflik Suriah yang
kemudian memperkeruh keadaan disana.
Jika dipetakan secara umum, kekuatan di atas terbagi atas dua kekuatan utama.
Rezim yang berkuasa di Suriah, pimpinan Presiden Bashar Al-Assad, didukung
oleh Iran dan Rusia. Sementara kekuatan oposisi yang ingin menjatuhkan Assad,
didukung Amerika Serikat, Israel, sejumlah negara Eropa Barat, serta beberapa
negara Islam di Timur Tengah (Arab Saudi dan Qatar) serta negara Islam dari
Persia (Turki).3
Kalangan pemerintah maupun masyarakat umum yang diwakili para pegiat
perdamaian,menganggap seakan perang saudara Suriah hanya masalah perebutan
2BBC News, Syria: The Story of Conflict,http://www.bbc.com/news/world-middle-east-26116868
Diakses pada 23 April 2016 3BBC News, Syria Crisis: Where Key Countries Stand?,http://www.bbc.com/news/world-middle-
east-23849587 Diakses pada 23 April
3
kekuasaan yang diakibatkan oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap elit yang
korup.
Dampaknya, rumah-rumah penduduk hancur, fasilitas-fasilitas umum
mengalami kerusakan, keadaan lingkungan yang mengerikan, dan ketakutan
serangan senjata dan bom yang selalu mengintai. Setiap hari korban baru terus
berjatuhan, sementara pelayanan medis telah lumpuh karena berkurangnya tenaga-
tenaga medis serta kerusakan pada fasilitas-fasilitas kesehatan yang sengaja
diserang.
International Committee of the Red Cross (ICRC), secara resmi menyatakan
bahwa konflik berdarah yang terjadi di Suriah merupakan perang saudara yang
telah mengarah ke dalam konflik bersenjata non-internasional, yang diumumkan
pada 15 juli 2012.4 Dengan pernyataan yang diberikan ICRC di atas, maka konflik
yang terjadi di Suriah mengarah pada pelanggaran Hukum Humaniter
Internasional.
International Committee of the Red Cross (ICRC) yang didirikan pada tahun
1863 merupakan sebuah organisasi internasional non pemerintah yang bergerak di
bidang kemanusiaan. Organisasi ini memiliki prinsip tidak memihak, netral, dan
mandiri yang memfokuskan misinya hanya pada aspek kemanusiaan yang
4Politik Indonesia.com, ICRC Nyatakan Konflik Suriah adalah PerangSaudara, Suriah bergejolak
lagi,Http://www.politikindonesia.com-politik>ICRC, Diakses pada 23 Aprill 2016
4
dimaksudkan untuk melindungi kehidupan dan martabat korban konflik bersenjata
dan korban kekerasan serta memberikan bantuan pada korban-korban tersebut.5
ICRC merupakan organisasi netral independen yang menjamin perlindungan
kemanusiaan serta bantuan bagi korban konflik bersenjata pada situasi kekerasan.
Dibutuhkan tindakan dalam menanggapi keadaan darurat dan pada saat yang sama
mempromosikan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional dan
implementasinya dalam hukum nasional.6
Melihat perannya yang aktif turun langsung menolong korban perang di lokasi
terjadinya konflik, maka sudah selayaknya relawan yang membawa misi
kemanusiaan memiliki hak imunitas untuk tidak terkena dampak perang. Relawan
merupakan seseorang dengan berasaskan nilai kemanusiaan dan kepeduliannya
rela membantu sesama manusia tanpa mengharapkan balasan. Relawan
merupakan non-kombatan dan perlindungannya diatur dalam Konvensi
Jenewa1949 bagian IV.7
Terdapat banyak pengaturan di dalam hukum internasional yang mengatur
tentang kegiatan Relawan Kemanusiaan. Kegiatan mereka tidak dilarang dan
mereka tidak boleh dijadikan objek penyerangan dikarenakan termasuk dalam
golongan yang dilindungi. Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak asasi
yang melekat pada diri mereka sebagai manusia, yang tidak memungkinkan
adanya pelanggaran terhadap norma tersebut (jus cogens).
5International Committee of The Red Cross, Mandate and Mission,https://www.icrc.org/en/who-
we-are/mandate, Diakses pada 21 Maret 2017 6International Committee of The Red Cross, Mandate and Mission,https://www.icrc.org/en/who-
we-are/mandate, Diakses pada 21 Maret 2017 7Konvensi Jenewa I 1949 bab IV pasal 24
5
Namun pada faktanya, banyak ditemukan pelanggaran terhadap hukum
humaniter internasional di banyak konflik yang terjadi di dunia ini. Juni 2012,
salah satu staf ICRC bernama Hussein Saleh terbunuh ketika sedang menjalankan
tugas di distrik Abyan Utara di Yaman.8 Lain kasus, Penyerangan terhadap kapal
Mavi Marmara yang mengemban misi damai, misi kemanusiaan, membawa
bantuan untuk masyarakat Gaza dengan tujuan atau pemberhentian terakhir adalah
pelabuhan Gaza Palestina.9
Lalu kemudian yang menjadi perhatian besar pada penelitian kali ini adalah
adanya penyanderaan 7 relawan kemanusiaan yang terdiri dari 6 staff ICRC dan 1
relawan Bulan Sabit Merah. Ketujuhnya menjadi korban penyanderaan saat
sedang melaksanakan tugas kemanusiaan diprovinsi Idlib, salah satu lokasi perang
paling brutal di Suriah.10
ICRC sendiri menolak untuk mengabarkan terkait identitas, jenis kelamin atau
kebangsaan dari para relawan yang diculik. Hal tersebut dilakukan demi
keselamatan ketujuh relawan yang diculik. Meskipun demikian, ICRC
mengatakan bahwa ketujuh relawan yang diculik mencakup staf lokal dan
internasional, terutama dokter spesialis.11
8ICRC, Yamen: ICRC Staff Member Killed in Abyan,
https://www.icrc.org/eng/resources/documents/news-release/2012/yemen-news-2012-06-20.htm Diakses pada 5 November 2016 9BBC, Mavi Marmara: Why did Israel stop the Gaza flotilla,
http://www.bbc.com/news/10203726, Diakses pada 5 November 2016 10
ICRC, Syria:ICRC and Syrian Arab Red Crescent Team Abducted in Idlib, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/news-release/2013/10-13-syria-team-abducted-idlib.htm Diakses pada 5 November 2016 11
BBC, Red Cross workers kidnapped in Syria, http://www.bbc.com/news/world-middle-east-24513793 Diakses pada 5 November 2016
6
Kabar penculikan tersebut datang saat dua serangan bom bunuh diri
mengguncang ibukota Damaskus, saat itu, ICRC dan organisasi Bulan Sabit
Suriah berusaha mengevakuasi ribuan korban dari wilayah pinggiran ibukota yang
telah berbulan-bulan dikepung oleh angkatan bersanjata Suriah.
Ewan Watson, juru bicara ICRC di Jenewa, Swis, mengatakan penculikan
dilakukan orang-orang bersenjata tak dikenal Minggu pagi. Ia menyerukan
pembebasan secepatnya dan tanpa syarat. Kantor berita Suriah-Arab News
Agency melaporkan, satu kelompok teroris bersenjata menembaki kendaraan para
pekerja yang tengah melintas. Para teroris itu lalu menculik para relawan.12
1.2 PERTANYAAN MASALAH
Dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah upaya ICRC dalam pembebasan ketujuh relawan yang
disandera di Suriah tahun 2013?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya
yang dilakukan ICRC serta upayanya dalam membebaskan ketujuh relawan dari
pihaknya yang di sandera oleh kelompok oposisi di Suriah. Hal ini menarik untuk
diketahui, mengingat ICRC merupakan organisasi kemanusiaan yang tidak
berpihak dan juga tidak memiliki kemampuan untuk memaksa atau bahkan
menyerang suatu kelompok.
12
Berita Satu.com, http://www.beritasatu.com/dunia/144253-kelompok-bersenjata-culik-tujuh-relawan-medis-di-suriah.html, Diakses pada 24 April 2016
7
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Harapan besar dengan adanya penulisan penelitian kali ini adalah agar para
pembaca dapat memahami Hukum Humaniter Internasional dan juga mengetahui
seberapa besarnya Hukum Humaniter Internasional dapat diberlakukan pada
setiap kondisi perang. Dengan itu, penerapan Hukum Humaniter Internasional
yang tepat akan meminimalisir terjadinya pelanggaran-pelanggaran perang seperti
salah satunya perlakuan dengan kekerasan terhadap relawan-relawan kemanusiaan
di wilayah konflik.
Selain itu, diharapkan dengan adanya penelitian ini, kedepannya ICRC dan
masih banyak organisasi-organisasi kemanusiaan serupa lainnya dapat mengambil
sikap serta tindakan yang tepat ketika terjadi satu hal yang melanggar hak-hak
imunitas seorang relawan kemanusiaan di wilayah konflik.
1.5 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini, saya akan mencoba menggunakan beberapa referensi
berupa jurnal, buku dan tulisan lain dalam membantu saya dalam penelitian kali
ini. Beberapa referensi akan dijabarkan sebagai berikut :
Penelitian pertama yang saya temukan adalah Jurnal milik Aeschlimann,
Alain. Maret 2005, “Protection of detainees: ICRC action behind
bars”.International Review of the Red Cross. Volume 87 Number 857.
Jurnal dengan judul “Protection of detainees: ICRC action behind bars”
(Perlindungan Tahanan:Kegiatan ICRC Di Tempatpenahanan) dianggap relevan
dengan judul penelitian ini. Meskipun secara esensi memiliki beberapa perbedaan,
8
namun ada beberapa hal yang secara substansi masih memiliki hubungan satu
dengan yang lainnya.
Dalam jurnalnya, Aeschlimann menguraikan sejarah dan premis serta
karakteristik dari kegiatan yang dilakukan olehICRC bagi orang yang dicabut
kebebasannya. Ia juga percaya bahwa efisiensi pendekatanICRC, terutama
menyangkut kegiatan kunjungan tahanan yang dilakukannya, terkait erat
denganpenghormatan atas metode kerja yang ketat dan konstan.
Metode kerja yang ketat dan konstanini mencakup antara lain tata cara
kunjungan dan juga kerahasiaan (konfidensialitas) intervensiICRC tersebut, yang
diperuntukkan bagi pihak berwenang. Akhirnya, implikasi dari kegiatanICRC
tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah proses besar dan menjadi
pelengkapbagi upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak berwenang dan organisasi-
organisasi sertamekanisme-mekanisme lain maupun oleh masyarakat internasional
pada umumnya.
Pendekatan ICRC ke lokasi penahanan secara tidak langsung menjadi mata-
mata yang hasil dari pengamatannya dilaporkan kepada pihak berwenang.
Pendekatan ICRC ke lokasi penahanan juga menjadi salah satu strategi yang
digunakan organisasi social ini untuk melindungi tahanan dan melaporkannya jika
ada pelanggaran didalamnya.
Tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan oleh Terjomurti, Kukuh, dalam
skripsinya yang berjudul “Peranan International Committee of the Red
Cross(ICRC) Dalam Konflik Bersenjata (Studi Kasus Konflik Bersenjata di
Aceh)”. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 2009.
9
Penulis mengambil judul skripsi diatas sebagai salah satu referensinya karena
memiliki substansi yang sama tentang peran ICRC dalam konflik bersenjata.
Bedanya adalah jika penulis lebih memfokuskan tentang strategi ICRC dalam
pembebasan tawanan perang, maka dalam skripsi ini, Kukuh lebih menegaskan
tentang bagaimana ICRC bertindak jika terjadi konflik bersenjata.
Kukuh mengatakan bahwa keberadaan ICRC dalam konflik bersenjata
berupaya meningkatkan perlindungan bagi para korban perang dengan cara
mendorong negara-negara untuk menyusun dan mengadopsi standar hokum yang
baru. Bilamana menemukan pelanggaran dalam perang, ICRC akan mengadakan
pendekatan terhadap pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.
Jika pelanggaran itu berat, terus berulang dan dapat dipastikan dapat terulang
kembali, sementara pendekatan itu gagal, ICRC berhak mengadakan pendirian
didepan umum dengan mengecam peristiwa tersebut guna menghormati hokum
humaniter internasional.
Beberapa pertanyaan yang diajukan Kukuh dalam penelitiannya antara lain :
1. Bagaimana kedudukan ICRC sebagai subjek hukum internasional?
2. Bagaimana relevansi pemberlakuan hukum humaniter internasional
terhadap pembagian jenis konflik bersenjata?
3. Bagaimana keberadaan ICRC dalam situasi konflik bersenjata?
4. Apakah yang menjadi peranan ICRC dalam kemanusiaan yang
menyangkut mengenai pelanggaran HAM dalam konflik bersenjata
antara TNI dan GAM?
Beberapa pertanyaan di atas dirasa relevan dengan judul penelitian penulis.
10
Sama seperti sebelumnya. Penulis mengambil judul buku Zwitter, Andrej.
Humanitarian Action. Global, Regional and Domestic, Legal Responses.
Cambridge Institute, dikarenakan memiliki substansi yang sama dengan judul
penelitian penulis. Zwitter menjelaskan bahwa meskipun pada kenyataannya
keluarga korban sandera meminta bahkan mendesak ICRC untuk mengambil
perannya sebagai fasilitator dalam perang, ICRC tetap harus melandaskan
pergerakannya sebagai sebuah organisasi internasional yang terbebas dari segala
kepentingan selain kepentingan kemanusiaan.
Zwitter menganggap jika ICRC melakukan usaha pembebasan sandera pada
suatu peperangan, maka ICRC bukan lagi menjadi organisasi yang mengusung
misi kemanusiaan, tetapi misi politik.
Hal ini dianggap menarik untuk dikaji sehingga penulis menjadikan buku
karya Zwitter ini sebagai salah satu referensinya.
1.6 KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam menjelaskan peran serta strategi ICRC dalam pembebasan relawan
yang menjadi sandera di Suriah, penulis mencoba menggunakan beberapa konsep
dalam ilmu Hubungan Internasional yang relevan dengan kasus yang diangkat.
Sehingga dengan menggunakan konsep tersebut, diharapkan dapat membantu
penulis dalam penelitian kali ini. Beberapa konsep akan dijabarkan sebagai
berikut :
1.6.1 Konsep Diplomasi
Konsep diplomasi merupakan sebuah konsep dalam hubungan internasional
yang tidak dapat terlepas dari proses terjadinya hubungan antara satu negara
11
dengan negara lainnya. Sebab, pada dasarnya sebuah negara akan menjalin
hubungan dengan negara lainnya, baik berupa kerjasama maupun perjanjian-
perjanjian. Kerjasama dan perjanjian antara dua aktor ini tentulah memerlukan
sebuah cara untuk mencapainya. Cara tersebutlah yang kemudian kita sebut
dengan diplomasi.
Dalam pandangannya, Barston mendefinisikan diplomasi sebagai berikut.
Diplomasi merupakan manajemen hubungan antar-negara dengan aktor-aktor
hubungan internasional lainnya. Negara melalui perwakilan resmi dan aktor-aktor
lain berusaha untuk menyampaikan, mengkordinasikan dan mengamankan
kepentingan nasional khusus atau yang lebih luas, yang dilakukan
melaluikorespondensi, pembicaraan tidak resmi, saling menyampaikan cara
pandang, lobby, kunjungan, dan aktivitas-aktivitas lainnya yang terkait.13
Sedangkan menurut Shoelhi, diplomasi merupakan soft power sebagai lawan
dari Hard Power yang mendasar pada kekuatan militer. Soft power inilah yang
kemudian didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan apa yang
dikehendaki dengan mengajak dan menarik simpati orang lain, sehingga orang
lain bisa sama-sama mewujudkan keinginan kita.14
1.6.1.1 Bentuk-bentuk Diplomasi
Dalam prakteknya, komunikasi diplomatik sering kali terjadi dan
berlangsung dalam berbagai cakupan yaitu komunikasi kelompok kecil (small
group communication) atau kelompok sedang (middle group communication) 13
R.P. Barston, Modem Diplomacy, Longman, N.Y, 1997. hal. 1 14
Mohammad Shoelhi, DIPLOMASI: Praktik Diplomasi Internas!onal,SembiosaRekatama Media, Bandung, 2011, hal. 84
12
dengan jumlah peserta yang terbatas serta waktu dan tempat yang telah
ditentukan.15
Adapun bentuk-bentuk diplomasi antara lain sebagai berikut :
1. Dialog
2. Persidangan
3. Konferensi Internasional
4. Kunjungan Kenegaraan
5. Seminar Internasional
6. Simposium
7. Negosiasi
8. Lobby16
1.6.1.2 Multytrack Diplomacy(Diplomasi Multijalur)
Macam-macam diplomasi tentu terbentuk sebagai pilihan bagi sebuah negara
dalam menjalankan diplomasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh negara
tersebut.17
Terdapat Sembilan macam jalur diplomasi yang dihadirkan untuk
mencapai kepentingan negara.Kesembilan jalur tersebut antara lain sebagai
berikut.
A. Track pemerintahan (government)
B. Track non-pemerintah
C. Track bisnis
15
Mohammad Shoelhi, DIPLOMASI: Praktik Diplomasi Internas!onal,SembiosaRekatama Media, Bandung, 2011, hal. 84 16
Mohammad Shoelhi, DIPLOMASI: Praktik Diplomasi Internas!onal,SembiosaRekatama Media, Bandung, 2011, hal. 84 17
Diamond, Louise dan John Mc.Donald. Muti-track diplomacy: A system Approach to Peace. New York: Kumarian Press. 1996 Hal. 28
13
D. Track warga negara privat (Private Citizen)
E. Track penelitian edukasi
F. Track aktivisme
G. Track agama
H. Track pendanaan
I. Track komunikasi dan media
Namun pada kasus pembebasan keenam staff ICRC dan satu relawan
Bulan Sabit Merah dalam penculikan yang dilakukan kelompok bersenjata Suriah,
konsep diplomasi yang relevan untuk menjelaskan kasus ini adalah jalur
diplomasi pada track kedua dan track kesembilan.
Diplomasi pada track kedua adalah jalur diplomasi non-pemerintah atau
professional. Pada jalur ini, seorang professional non-pemerintah mampu
mewujudkan perdamaian melalui resolusi konflik untuk menganalisa, mencegah,
menyelesaikan, serta mengakomodasi konflik internasional dengan cara
komunikasi, pemahaman, dan membangun hubungan baik dalam menghadapi
masalah secara bersama-sama.
Kelebihan pada jalur ini ialah dapat menunjukkan isu yang dihadapi dengan
jelas serta mampu mencari jalan alternatif dan improvisasi dalam pemecahan
masalah yang mungkin saja tidak terjangkau oleh pemerintah. Namun
kekurangannya ialah pencapaian konsensus membutuhkan waktu yang lama dan
14
tidak terikat oleh hukum karena terbatasnya legitimasi yang dimiliki oleh seorang
aktor non-pemerintah.18
Adapun multytrack pada track kesembilan adalah komunikasi dan media. Jalur
kesembilan ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk mewujudkan suatu
perdamaian melalui informasi19
serta menunjukkan bagaimana opini publik akan
dibentuk dan diungkapkan melalui sosial media, baik media cetak maupun
elektronik20
1.6.2 The Role of Public Opinion
Alex Mintz dalam bukunya yang berjudul Understanding Foreign Policy
Decision Making mengatakan bahwa ada empat faktor domestik yang
mempengaruhi suatu negara dalam pembuatan kebijakan luar negerinya. Faktor-
faktor tersebut yaituDiversionary tactics (Taktik pengalihan isu), Economic
Interest (Kepentingan ekonomi), The role of public opinion (Membangun opini
public), Electoral Cycles (Siklus pemilu).21
Alex Mintz menjadikan public opinion sebagai salah satu alat analisis dalam
melihat hal-hal yang memengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara. Opini
public merupakan faktor yang memengaruhi kebijakan melalui opini public
18
Diamond, Louise dan John Mc.Donald. Muti-track diplomacy: A system Approach to Peace. New York: Kumarian Press. 1996 Hal. 28 19
Diamond, Louise dan John Mc.Donald. Muti-track diplomacy: A system Approach to Peace. New York: Kumarian Press. 1996 Hal. 28 20
Institute for Multi-Track Diplomacy. http://imtd.org/about/ Diakses pada 13 September 2016 21
Alex Mintz and Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy Decision Making, Cambridge: Cambridge University Press, 2010 hal. 4
15
seperti media massa dan sebagainya. Hal tersebut sering dijadikan salah satu opsi
suatu lembaga untuk mencapai kepentingannya.
Dalam melihat kasus inipun, konsep pembentukan opini publik sangat
berperan dalam upaya ICRC membebaskan keenam staffnya dan satu relawan
Bulan Sabit Merah. ICRC membangun opini publik bahwa segala bentuk
kekerasan terhadap relawan kemanusiaan, termasuk penculikan, adalah
pelanggaran terhadap hokum humaniter internasional lewat media-media local
maupun internasional. Opini publik inilah yang kemudian mengarahkan
masyarakat untuk mengecam segala tindakan kekerasan terhadap relawan
kemanusiaan, khususnya kasus penculikan terhadap enam staff ICRC dan satu
relawan Bulan Sabit Merah.
1.6.3 Humanitarian Action Concept
Humanitarian Action atau Aksi Kemanusiaan adalah suatu aktivitas yang
dilakukandalam kondisi darurat yang mengancam sisi kemanusiaan. Kondisi
tersebut bisa berupa bencana alam dan bencana yangdiakibatkan oleh manusia
sendiri (perang atau konflik). Tujuan aksi kemanusiaan ini adalah
untukmenyelamatkan hidup, mengurangi penderitaan dan menjaga harkat
kehidupan manusia.22
Dalam prinsip kemanusiaan, setiap manusia lebih baik melakukan kebaikan
untuk hidup dari pada harus menghancurkan hidup orang lain. Hal ini sejalan
22
GSDRC, Humanitarian Principles and Humanitarian Assistance,http://www.gsdrc.org/topic-guides/international-legal-frameworks-for-humanitarian-action/concepts/humanitarian-principles-and-humanitarian-assistance/ diakses pada 3 Desember 2016
16
dengan statement Barnett yang mengatakan bahwa “... Aksi Kemanusiaan secara
umum dapat dimaknai sebagai pemberian bantuan yang terjadi, dalam hal ini
adalah konteks akibat dari bencana yang memudahkan untuk diterapkan pasca
konflik terjadi...”23
Humanitarianisme didasarkan oleh 4 prinsip fundamen, yakni:
Humanity(bahwa aksiini dilakukan murni untuk menolong dan melindungi orang
dari penderitaan), Impartiality(bahwa aksiini dilakukan murni untuk menolongdan
tidak memihak), Neutrality(bahwa aksi ini terpisah dari otonomi dan kepentingan
militer, ekonomi dan politik), dan Independen(Kemandirian). Keempat prinsip
inilah yang menjadi standar ketika relawan kemanusiaan ingin melakukan aksi-
aksi kemanusiaan.24
Salah satu organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan adalah ICRC
(International Committee of Red Cross). Hadirnya ICRC di tengah konflikpun
patut dihargai oleh masing-masing pihak yang sedang berkonflik. Hal seperti itu
dilaksanakan guna menjamin keselamatan para staff juga agar tugas relawan
kemanusiaan dapat berjalan dengan baik. Sehingga jaminan perlindungan
terhadap relawan kemanusiaan harus dikedepankan oleh masing-masing aktor
yang sedang terlibat konflik. Baik dalam kondisi armed conflict maupun non-
armed conflict, perlindungan merekasama-sama dijamin dengan konsep
perlindungan terhadap Protected Person dalam Hukum HumaniterInternasional
23
Michael Barnett. Humanitarianism Transformed. American Political Science Association. Perspectives on Politics, Vol. 3, No. 4, 2005, Hal 723-74. 24
Slim, Hugo. (1997). "Relief agencies and moral standing in war: Principles of humanity, neutrality, impartiality and solidarity1" dalam Journal Development in Practice. Volume 7, 1997 - Issue 4. Taylor & Francis, Ltd. on behalf of Oxfam GB.
17
1.6.4 Protected Person Concept
Protected person adalah orang-orang yang harus dilindungi ketika konflik
terjadi.Protected Person meliputi prajurit yang sudah tidak dapat melanjutkan
pertempuran, anggota dinas kesatuankesehatan dan rohaniwan, tawanan perang,
dan penduduk sipil.25
Dalam konsep ini, sangat ditekankan perlindungan terhadap
orang-orang yang dilindungi seperti disebutkan di atas. Mereka harus dilindungi
dan senantiasadihargai harga dirinya sebagai manusia, sehingga tidak boleh
menjadi target kekerasan lainnya.
Prinsip inilah yang sebenarnya menjadi dasar dari Hukum Humaniter
Internasional, bahwa perlindungan terhadap aktor-aktor tertentu sangatlah penting
demi menghindari penderitaan yang luar biasa. ICRC merupakan salah satu
protected person bila dilihat dari dua aspek. Pertama dengan melihat ICRC dan
pekerja kemanusiaannya sebagai warga sipil, sementara aspek lainnya dengan
melihat keberadaan ICRC yang dijamin secara khusus sebagai badan humaniter
internasional.
1.7 METODE PENELITIAN
Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif. Masri Singarimbun
(1989) menyatakan, bahwa penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan, yaitu :
a. Untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi
terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu
25
International Committee of Red Cross, “Persons Protected in International Humanitarian Law”, https://www.icrc.org/eng/war-and-law/protected-persons/overview-protected-persons.htm Diakses pada 3 Desember 2016
18
b. Untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu,
umpamanya interaksi sosial, sistem kekerabatan, dan lain-lain.
Model penelitian seperti ini biasanya dilakukan dengan tanpa melibatkan
sebuah rumusan hipotesa yang ketat. Berdasarkan pemikiran tersebut maka
penulis tidak merumuskan hipotesa terlebih dahulu dalam penelitian ini. Hal
tersebut dilakukan karena upaya ICRC dalam kasus ini tidak dapat di reka-reka
untuk mendapatkan jawaban sementara terlebih dahulu. Selain itu, metode
penulisan di atas juga bertujuan untuk memudahkan penulis dalam menganalisis
upaya ICRC dalam pembebasan 7 relawan kemanusiaan yang di sandera di Suriah
tahun 2013.
Sifat tulisan ini adalah deskriptif analisis, penulis akan memaparkan dan
mendeskripsikan sejumlah fakta-fakta yang berkaitan dengan pembahasan skripsi
dan dijelaskan mengunakan teori dalam Hubungan Internasional. Selain itu,
penelitian kali ini juga menggunakan studi kasus situasional di mana peneliti akan
memilih suatu kasus yang kemudian diangkat menjadi pembahasan yang akan
terfokus. Pemilihan kasus ini didasari pada perlunya pengamatan terhadap strategi
apa yang akan diambil ICRC dalam upayanya menyelamatkan ketujuh
relawannya yang di sandera militan Suriah.
Dalam penelitian ini penulis mengunakan sumber data yang terbagi menjadi
dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang penulis gunakan
adalah dokumen-dokumen dan wawancara. Sedangkan data sekunder berasal dari
19
sumber kepustakaan, seperti; buku, jurnal, dan data dari situs-situs internet yang
dianggap relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini.
Orang yang akan menjadi narasumber wawancara penulis antara lain;
Kushartoyo Budi, Communication Officer of ICRCdan untuk mendapatkan data
yang lebih lengkap, penulis juga mewawancarai Bapak Irfan R Hutagalung,
seorang ahli Hukum Humaniter Internasional yang juga merupakan dosen
pengampu mata kuliah Hukum Humaniter Internasional di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.8 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas dalam penyusunan skripsi ini,
maka penulis membuat sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab. Yang
sistematikanya sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Sebagai pendahuluan dalam bab ini, akan dipaparkan bagaimana teknis
penulisan penelitian ini. Teknis penulisan tersebut mencakup pernyataan masalah,
pertanyaan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka pemikiran, metode penelitian, dan yang terakhir adalah sistematika
penelitian.
BAB II. INTERNATIONAL COMMITTEE OF THE RED CROSS DAN
PERANNYA DALAM KONFLIK SURIAH
20
Bab ini akan menjelaskan tentang pengertian dari ICRC serta bagaimana
status hukum, prinsip dasar dan kegiatan ICRC. Selain itu, dalam bab ini juga
akan dipaparkan bagaimana rekam jejak serta dampak dari konflik bersenjata
yang terjadi di Suriah. Bagian terakhir dalam bab ini akan menjelaskan bagaimana
peran ICRC dalam konflik Suriah.
Keseluruhan penjelasan dalam bab ini akan saling berkaitan dan menjadi
pengantar dalam memahami kasus yang diteliti pada penelitian ini. Sehingga,
untuk mencapai pemahaman tersebut, dibutuhkan pemahaman pada point-point
yang akan dijelaskan dalam bab ini.
BAB III. KASUS PENCULIKAN 7 RELAWAN OLEH KELOMPOK
BERSENJATA SURIAH
Bab ini akan menjelaskan lebih spesifik tentang kasus yang akan diteliti pada
penelitian kali ini. Penjelasan tersebut mencakup penculikan keenam staff ICRC
dan satu relawan Bulan Sabit Merah dalam konflik Suriah serta pengetahuan
tentang kelompok bersenjata yang menculik ketujuhnya. Dengan memahami
penjelasan pada bab ini, maka diharapkan pembaca juga akan memahami kasus
yang akan diteliti pada bab selanjutnya.
BAB IV. ANALISIS UPAYA ICRC DALAM PEMBEBASAN 6 STAFF ICRC
DAN 1 RELAWAN BULAN SABIT MERAH KORBAN PENCULIKAN
Bab ini secara rinci akan menganalisa bagaimana upaya yang dilakukan ICRC
dalam pembebasan tujuh relawan yang diculik oleh kelompok bersenjata di
Suriah. Penjelasan dalam bab ini juga sekaligus akan menjawab pertanyaan
penelitian yang sudah terlebih dahulu dituliskan pada bab pertama. Sebagai
penguat analisis, sebagian besar data dalam bab ini didapatkan melalu hasil
wawancara langsung dengan pihak terkait, dalam hal ini adalah pihak ICRC.
BAB V. PENUTUP
21
BAB 2
INTERNATIONAL COMMITTEE OF THE RED CROSS
DAN PERANNYA DALAM KONFLIK SURIAH
Bab ini akan menjelaskan tentang pengertian dari ICRC serta bagaimana
status hukum, prinsip dasar dan kegiatan ICRC. Selain itu, dalam bab ini juga
akan dipaparkan bagaimana rekam jejak serta dampak dari konflik bersenjata
yang terjadi di Suriah. Bagian terakhir dalam bab ini akan menjelaskan bagaimana
peran ICRC dalam konflik Suriah. Keseluruhan penjelasan dalam bab ini akan
saling berkaitan dan menjadi pengantar dalam memahami kasus yang diteliti pada
penelitian ini. Sehingga, untuk mencapai pemahaman tersebut, dibutuhkan
pemahaman pada point-point yang akan dijelaskan dalam bab ini.
2.1 Pengertian dan Sejarah International Committee of the Red Cross
ICRC merupakan sebuah organisasi yang bekerja berdasarkan mandat Geneva
Conventionyang tujuannya adalahmemberikan pertolongan pada korban perang.
Digagas oleh seorang tokoh bernama Henry Dunant (1828-1910), warga
keturunan Swiss yang mendapatkan nobel perdamaian pada tahun 1901.26
Gagasan ini berawal dari kisah pilu perang antara Austria dan Prancis pada 24
Juni 1859 di Solferino yang menewaskan 6000 orang, serta melukai hamper
35.000 lainnya.27
Perjalanan yang dilakukan Dunant untuk urusan bisnis pada satu hari justru
semakin memperlihatkan secara nyata bagaimana dampak perang yang tidak
timbang pilih. Ia menyaksikan sendiri ribuan korban berjatuhan tanpa ada satupun
orang yang berusaha untuk menyelamatkannya. Peristiwa inilah yang kemudian
26
ICRC, Henry Dunant (1928-1910), https://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/57jnvq.htm, diakses pada 6 Juni 2017 27
ICRC, Solferino and the International Committee of the Red Cross, 2010https://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2010/solferino-feature-240609.htm Diakses pada 6 Mei 2017
22
menginspirasi sebuah karya yang ditulisnya dengan judul “Kenangan dari
Solferino (A Memory of Solferino) pada tahun 1862.28
Dalam karyanya ini, Henry Dunant menawarkan dua gagasan penting, yaitu
pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional, yang dapat
dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang
cedera di medan perang. Gagasan ini terealisasi dengan terbentuknya suatu
organisasi kemanusiaan internasional, yaitu Komite Internasional Palang Merah
atau dikenal dengan sebutan ICRC (International Committee of the Red Cross)
melalui Konferensi Internasional di Jenewa (Swiss) pada 1863.29
Gagasan yang kedua adalah mengadakan perjanjian internasional guna
melindungi prajurit yang cedera di medan perang, serta sukarelawan dari
organisasi tersebut pada waktu memberikan perawatan.30
Kedua gagasan yang dituangkan dalam karyanya ini membuka mata setiap
orang dan raja-raja yang ada di Eropa tentang dampak negative perang. Namun
demikian, untuk merealisasikan gagasan-gagasan Dunant tersebut dibutuhkan
kesepakatan negara-negara dunia terkhusus negara-negara yang sedang terlibat
perang. Dan tentu hal itu membutuhkan proses yang sangat panjang.
Pada awalnya, komite ini bernama The International Committee to Aid
Military Wounded yang kemudian beralih nama menjadi International Committee
of the Red Cross (ICRC)31
Saat ini, ICRC berlokasi di Swiss yang kemudian diperkuat posisi ICRC di
negara tersebut melalui perjanjian keduanya pada 19 maret 1993. Perjanjian itu
kemudian menentukan status serta markas ICRC di Swiss.32
28
ICRC, Hukum Humaniter Internasional Menjawab Pertanyaan Anda, 2008 hal. 8 29
Henry Dunant, A Memory of Solferino, USA, Hal: 129-130 30
Henry Dunant, A Memory of Solferino, USA, Hal: 129-130 31
Henry Dunant, A Memory of Solferino, USA, Hal: 131 32ICRC, Agreement between the International Committee of the Red Cross and the Swisss
Federal Council to determine the legal status of the Committee in Switzerland, 19 March 1993, Article 1, https://casebook.icrc.org/case-study/agreement-between-icrc-and-switzerlanddiakses 6Mei 2017.
23
2.2 Status Hukum ICRC
Ditinjau dari Hukum Humaniter Internasional, status hukum ICRC dapat
dilihat dari pernyataannya yang menyatakan bahwa, “As an association governed
by Article 60 and following of the Swisss Civil Code, the ICRC has legal
personality” (Sebagai asosiasi yang diatur oleh Pasal 60 dan mengikuti Hukum
Perdata Swiss, ICRC memiliki kepribadian hukum).33
Seperti diketahui, pasal 60
dari Hukum Perdata Swiss ini berlaku bagi hampir seluruh organisasi nirlaba
seperti Organisasi Masyarakat, Politik hingga kemanusiaan seperti ICRC.
ICRC merupakan subjek hukum internasional yang memiliki status Sui
Generisatau bentuk khusus dalam organisasi internasional. Hal ini disebabkan
adanya mandat yang diberikan kepada ICRC oleh negara-negara dalam Konvensi
Jenewa yang menjelaskan kedudukan ICRC tersebut.34
Dalam tinjauan ini, ICRC telah mengklaim statusnya sebagai subjek hukum
internasional. Klaim ini telah ditunjukan baik di hadapan ICTY (International
Criminal Tribunal for Former Yugoslavia)serta dalam dokumen-dokumen internal
yang dipublikasikannya.35
Mandat dan status hukum ICRC berbeda dengan PBB dan juga LSM pada
umumnya. ICRC memperoleh hak istimewa dan kekebalan. Seperti kekebalan
hukum, yang melindunginya dari proses admnistratif dan pengadilan, dan tidak
dapat di ganggu gugat gedung, arsip serta dokumen-dokumen ICRC lainnya.
2.3 Prinsip-prinsip dasar ICRC
Dalam menjalankan misinya, ICRC tidak terlepas dari tujuh prinsip dasar
yang dimilikinya. Ketujuh prinsip dasar inilah yang harus diutamakan bagi setiap
33
ICRC, Statutes of The International Committee of the Red Cross, 2013 https://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/icrc-statutes-080503.htm Diakses pada 8 Juni 2017 34
Yves Beigbeder, The Roles and Status of International Humanitarian Volunteers and Organization (The Right and Duty to Humanitarian Assistance), Martinus Nijhoff Publishers, London, 1991 Hal. 321 35
Tarcisio Gazzini, A Unique Non-State Actor: The International Committee of the Red Cross, Provisional Draft Comnmittee on Non-State Actors,Leuven: University of Leuven, 2009, hal. 3
24
relawan kemanusiaan ICRC dalam melaksanakan tugasnya dimana tempatnya
bertugas.
Kemanusiaan (Humanitiy) menjadi prinsip pertama dari ketujuh prinsip yang
ada. Seorang relawan ICRC wajib memberikan bantuan tanpa tebang pilih kepada
korban di medan perang dengan mencegah dan meringankan penderitaan mereka.
Prinsip kemanusiaan ini kemudian dilengkapi dengan prinsip berikutnya yaitu
ketidakberpihakan (Impartiality). Relawan ICRC dalam membantu korban, harus
memiliki tujuan kemanusiaan dan tentunya tanpa diskriminasi atas perbedaan
bangsa, ras, agama, status sosial atau pandangan politik korbannya. Dengan
demikian, tidak ada satu alasanpun bagi seorang relawan untuk tidak memberikan
pertolongan terhadap korban di tempatnya bertugas.
Prinsip berikutnya adalah netralitas(Neutrality). Sikap relawan kemanusiaan
yang netral sangat diperlukan agar tetap dapat di percaya oleh semua pihak,
sehingga dalam gerakannya, ICRC tidak berpihak terhadap konflik yang terjadi
serta tidak terlibat dalam pertentangan politik, ras, agama dan ideologi.
Berikutnya adalah Mandiri (Independence), dimana sebagai sebuah organisasi
yang bergerak dibidang kemanusiaan, ICRC harus mempertahankan otonominya
supaya dapat bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip gerakan.
Gerakan ICRC juga tidak didorong oleh keinginan untuk memperoleh
keuntungan tertentu. Oleh karenanya, ICRC juga dituntut untuk tidak memiliki
motivasi lain selain misi kemanusiaan. Inilah yang kemudian masuk kedalam
prinsip dasar ICRC berikutnya yaitu Sukarela (Voluntary Service).
Selain itu, perhimpunan palang merah dan bulan sabit merah di suatu negara
hanya boleh ada satu dan harus terbuka bagi semua orang serta melakukan tugas
kemanusiaan di negaranya, prinsip ini masuk ke dalam kesatuan (Unity). Dan
terakhir dari ketujuh prinsip dasar ICRC adalah kesemestaan (Universality).
25
Gerakan ICRC mempunyai status yang setara dan tanggung jawab serta kewajiban
yang sama dalam membantu satu samalain di seluruh dunia.36
2.4 Fungsi dan Kegiatan ICRC
Selain prinsip, perlu juga kita ketahui fungsi ICRC sebagai salah satu subjek
hukum internasional. Terdapat enam fungsi ICRC dalam situasi sengketa
bersenjata Internasional dan non-Internasional. Keenam fungsi tersebut antara
lain;
ICRC berfungsi untuk memantau (monitor) seberapa jauh Hukum Humaniter
ditaati oleh negara-negara yang berkonflik. Promosi, yaitu melakukan upaya
promosi terhadap masyarakat luas, militer dan institusi pendidikan mengenai apa
itu Hukum Humaniter Internasional secara detail. Katalisator, yaitu upaya ICRC
untuk menciptakan diskusi terhadap kelompok tertentu tentang perlindungan
terhadap korban perang.
ICRC juga berfungsi sebagai pelindung dengan melakukan upaya pemberian
perlindungan terhadap Hukum Humaniter Internasional dari segala pelanggaran
dan penentangan lainnya. Pelaksana, yaitu melaksanakan pemberian bantuan
terhadap korban dalam situasi konflik . Dan yang terakhir adalah melakukan
pengawasan serta memberi peringatan terhadap negara-negara yang melanggar
Hukum Humaniter Internasional.
Adapun kegiatan ICRC di lokasi konflik mencakup:
Memberikan perlindungan terhadap manusia pada situasi konflik bersenjata.
Tujuannya adalah untuk memperkecil bahaya yang mengancam orang-orang
dalam situasi tersebut, mencegah perlakuan diluar batas kemanusiaan terhadap
korban perang serta mengupayakan agar korban perang tetap mendapatkan
haknya.
36
ICRC, The Fundamental Principles of the International Committee of Red Cross, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/fundamental-principles-commentary-010179.htmvDiakses pada 23 Mei 2017
26
Selain melindungi, kegiatan lain ICRC di lokasi konfllik adalah memberikan
bantuan kepada korban konflik, baik dari pihak sipil maupun militer. Hal ini
dilakukan demi meminimalisir dampak perang bagi warga sipil maupun non-sipil.
Bantuan yang diberikan dapat berupa makanan, obat-obatan, serta pemberian
pelayanan yang sifatnya esensial di lokasi konflik seperti pembangunan instalasi
air bersih serta pelayanan medis.
Selain memberikan perlindungan dan bantuan, ICRC juga melakukan kegiatan
pencegahan. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan Hukum Humaniter
Internasional serta menyebarluaskan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dasar,
cita-cita, dan kegiatan-kegiatan ICRC guna meminimalisir pelanggaran-
pelanggaran dalam konflik bersenjata antara dua negara atau lebih.
Perlu kita ketahui bahwa kegiatan-kegiatan ICRC diatas berasaskan
padaprinsip dasar yang telah disepakati bersama seperti telah disebutkan diatas.
Antara lain asas kemanusiaan, non-diskriminasi, tidak memihak, independen,
sukarela, kesatuan, dan universalitas.37
Prinsip, fungsi serta kegiatan ICRC yang baru saja dipaparkan dirasa sangat
perlu diketahui sebagai dasar pemahaman dalam memahami penelitian ini.
Dengan mengetahui prinsip fungsi serta kegiatan ICRC seperti dijelaskan di atas,
maka diharapkan pembaca dapat mengerti status ICRC sebagai salah satu subjek
hokum internasional di lokasi konflik.
Selain perlu mengetahui status, prinsip, fungsi serta kegiatan ICRC di atas,
untuk memahami penelitian kali ini juga perlu dipahami bagaimana sejarah
konflik Suriah hingga saat ini. Tujuannya agar pembaca mengetahui penyebab
serta aktor-aktor apa saja yang terlibat dalam konflik tersebut. Kilas balik konflik
Suriah akan menjadi pembahasan selanjutnya.
37
Syahmin AK, “hukum internasional humaniter 2 (bagian khusus)”,ARMICO, Bandung, 1985, hal. 26
27
2.5 Kilas Balik Konflik Suriah
Suriah merupakan sebuah negara yang terletak di Asia Barat dengan Ibu Kota
bernama Damaskus. Suriah berbatasan langsung dengan Lebanon dan Laut
Mediterania di bagian barat, dengan Turki di bagian utara. Irak di bagian Timur.
Dan dengan Yordania selatan serta Israel di bagian barat daya.38
Penduduk Suriah berjumlah 22.500.000 jiwa yang terbagi kedalam beberapa
etnis dan agama. Muslim menguasai hampir 85% dari total populasi penduduk
Suriah. 80% dari 85% tersebut adalah Sunni dan 5% lainnya adalah Syiah.
Adapun 15% sisanya dianut oleh pemeluk agama kristian.39
Konflik Suriah yang sampai saat ini masih berlangsung berawal dari
penangkapan 15 pemuda yang melakukan protes pada pemerintahan Asad di
sebuah kota kecil di Suriah bernama Daraa.40
mereka melakukan protes dengan
menuliskan kata-kata yang menolak pemerintahan Assad pada dinding sebuah
bangunan di Suriah.
Penangkapan 15 pemuda ini kemudian melahirkan gelombang protes oleh
sekelompok masyarakat yang menuntut pembebasan 15 pemuda tersebut pada
tahun 2011. Namun, protes yang dilaksanakan secara damai tersebut ditanggapi
secara berlebih oleh tentara Asad. Mereka melepaskan tembakan kearah
demonstran sehingga mengakibatkan empat demonstran meninggal.41
Alih-alih
meredakan protes, aksi brutal tentara Asad malah menyebabkan gelombang protes
yang lebih luas.
Protes dan demonstrasi inilah yang kemudian meluas menjadi perang sipil
antara rakyat dengan pemerintah Suriah. Pada April ditahun 2011, usai shalat
Jumat, demonstrasi kembali pecah dan dilakukan hampir di seluruh negeri.
Pasukan keamanan kembali berusaha untuk membubarkan aksi demontrasi
dengan kekerasan hingga jatuhnya korban tidak terelakan. Untuk meredam protes,
38
Medomed, Syria Physical Geography Data, http://medomed.org/2010/syria-physical-geography-data/ Diakses pada 18 Mei 2017 39
Reeva S. Simon, Mattar Philip, Encyclopedia of the Modern Middle East (Volume 4), New York. Hal 1712 40
Stephen Starr, Revolt in Syria, Eye Witness to the uprising. London 2012 Hal. 3 41
Britannica, Syrian Civil War, 2017 https://www.britannica.com/event/Syrian-Civil-War Diakses pada 18 Mei 2017
28
pemerintah berusaha untuk membuat peraturan yang mengatur aksi demonstrasi.
Dimana semua bentuk demonstrasi yang melibatkan masyarakat luas serta
dilaksanakan di area umum harus dengan izin dari pemerintah. Menteri dalam
negeri Suriah yang baru diangkat mendesak rakyat Suriah agar tidak melakukan
demonstrasi dengan menyatakan bahwa pemerintah akan terus menganggap
demosntrasi sebagai ancaman nasional.
Aksi tersebut membuat sejumlah kepala negara dan organisasi HAM
menyerukan pemberhentian aksi militer terhadap warga sipil Suriah. Negara serta
organisasi yang hadir justru makin memperumit konflik antara keduanya. Turki,
Arab Saudi dan Qatar bergabung mendukung kelompok yang menolak
pemerintahan Asad. Sedangkan Lebanon, Iran dan Hizbullah mendukung
pemerintahan Asad. Negara-negara sekutu yang memihak pemerintah Suriah dan
pemberontak sama-sama meningkatkan dukungan mereka yang menyebabkan
meningkatnya kemungkinan perang sipil.
Faktor penyebab alotnya konflik Suriah begitu kompleks. Sehingga untuk
menjelaskannya, dibutuhkan analisis yang sangat kuat dengan berbagai sumber
yang terperinci. Namun demikian, terdapat empat factor yang bermain pada suatu
konflik. Keempat factor tersebut antara laintriggers (pemicu), pivotal (akar),
mobilizing (peran pemimpin) dan aggravating (faktor yang memperburuk atau
memperuncing situasi konflik).42
Secara umum, penyebab konflik internal yang terjadi di Suriah dapat kita
petakan menjadi dua faktor. Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
mencakup kesenjangan antara pemerintah dan sipil, represi aparat keamanan,
tuntutan reformasi terhadap rezim Asad yang telah berkuasa selama hampir 40
tahun.
Adapun faktor eksternal dari konflik Suriah antara lain kepentingan politik,
ekonomi dan keamanan negara-negara internasional. Hal tersebut tak dapat
ditampikkan mengingat Suriah merupakan salah satu negara yang menolak serta
menunjukkan sikap perlawanannya terhadap Israel. Hal tersebut memicu negara-
42
Fen Osler Ampson and David M. Malone, From Reaction to Conflict Prevention: Opportunities for UN System. Lynne Rienner Publisher, London 2002 Hal. 22
29
negara yang bersekutu dengan Israel, diantaranya Amerika dan NATO, turut
ambil kepentingan di Suriah guna menumbangkan rezim Asad tersebut.
2.6 Perkembangan konflik Suriah.
Konflik Suriah yang awalnya merupakan bentuk protes terhadap rezim
diktator kini seakan menjadi konflik antar kekuatan. Konflik tersebut berhasil
membagi Suriah menjadi empat wilayah yang sama-sama kuat.
Utara Suriah menjadi basis kekuatan Milisi Kurdi. Mulai dari Provinsi
Hasakah hingga Aleppo Timur ditambah daerah Ifrin di Timur Laut Suriah.43
Sedangkan kelompok oposisi Suriah menempati sebagian besar wilayah Aleppo
Timur serta wilayah pedesaannya. Daulah Islamiyah mengontrol sebagian wilayah
Aleppo dan daerah pedesaannya, daerah gurun di sisi Timur Suriah serta Provinsi
Raqqah dan Dier Zour. Adapun wilayah Suriah Barat masih dikuasai oleh rezim
Suriah yang sedang berkuasa. Mulai dari Turki di Utara hingga perbatasan
Yordania di Selatan.44
Konflik yang telah berlangsung selama enam tahun masih dapat dirasakan
hingga saat ini. Terakhir, terjadi serangan yang diduga dilakukan oleh pemerintah
dengan menggunakan senjata kimia terhadap para pemberontak di wilayah Khan
Sheikhoun, Provinsi Idlib, yang dikuasai para pemberontak pada April 2017.45
Serangan ini menyebabkan 11 anak dan 47 orang dewasa tewas.46
Terhitung sejak
dimulainya konflik hingga Maret 2017, konflik Suriah sudah menewaskan
206.293 korban jiwa termasuk 24.799 anak-anak dan 23.502 wanita.47
43
Al-Jazeera, Syrian Civil War Map, http://www.aljazeera.com/indepth/interactive/2015/05/syria-country-divided-150529144229467.html Diakses pada 20 Mei 2017 44
Al-Jazeera, Syrian Civil War Map, http://www.aljazeera.com/indepth/interactive/2015/05/syria-country-divided-150529144229467.html Diakses pada 20 Mei 2017 45
BBC Indonesia, 'Serangan' senjata kimia di Suriah, siapa yang bertanggung jawab?, http://www.bbc.com/indonesia/dunia-39514573 Diakses pada 20 Mei 2017 46
Al-Jazeera, 'Toxic gas attack' in Syria kills at least 58 people,http://www.aljazeera.com/news/2017/04/attack-syria-kills-35-people-170404075153415.html Diakses pada 20 Mei 2017 47
Syrian Network for Human Right (SNHR), The 6th Anniversary of the Breakout of the Popular Uprising towards Freedom, and the Killing of the First Civilians, Syria, 2017 Hal.4-5
30
2.7 Dampak Konflik Suriah
Syrian Network for Human Right merilis data terbaru korban perang Suriah
selama enam tahun telah merenggut 206.923jiwa. Angka ini meningkat hampir
dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya.48
Data Korban Perang Suriah
Sumber: Syrian Network for Human Right (SNHR), The 6th Anniversary
of the Breakout of the Popular Uprising towards Freedom, and the Killing of the
First Civilians, Syria, 2017 Hal.5
Selain itu, konflik Suriah mengakibatkan kota-kota bersejarah menjadi hancur.
Aleppo yang merupakan salah satu kota bersejarah terbesar Suriah telah hancur,
kompleks Masjid Umayyah yang kuno dan sangat terkenal telah dihancurkan.
Hampir semua tempat Warisan Dunia Suriah versi Badan Pelestarian Budaya PBB
(UNESCO) telah rusak. Termasuk di kota sebelah utara Aleppo, kota kuno Bosra
48
Syrian Network for Human Right (SNHR), The 6th Anniversary of the Breakout of the Popular Uprising towards Freedom, and the Killing of the First Civilians, Syria, 2017 Hal.4-5
31
di selatan, salah satu istana abad pertengahan yang paling penting dilestarikan di
dunia Crac des Chevaliers serta situs arkeologi Palmyra.49
Bukan hanya itu, kota Suriah yang porak poranda juga menyebabkan
5.008.473 warganya harus mengungsi ke negara-negara tetangga, diantaranya
Turki.50
Korban yang terus berjatuhan membuat ICRC, selaku organisasi yang
bergerak dibidang kemanusiaan, turut andil dalam menyikapi konflik ini. Namun
demikian, terdapat pelanggaran Hukum Humaniter Internasional dimana terdapat
kasus penculikan 7 relawan yang terdiri dari enam staff ICRC dan satu relawan
Bulan Sabit Merah oleh sekelompok militan di Suriah. Bab selanjutnya akan
menjelaskan lebih rinci bagaimana kasus penculikan ke tujuh relawan
kemanusiaan ICRC tersebut.
2.8 Peran ICRC di Konflik Suriah
Konflik Suriah yang berlangsung sejak 2011 hingga saat ini sudah memakan
korban hampir 207 ribu jiwa di berbagai wilayah di Suriah.51
Belum lagi korban
luka dan korban selamat yang harus meninggalkan tempat tinggal mereka menuju
daerah sekitar perbatasan demi keselamatan. Juga akses terhadap kebutuhan
seperti makanan, air dan obat-obatan yang sangat sulit. Kenyataan ini membawa
Suriah ke dalam status krisis kemanusiaan karena pemerintah Suriah tidak dapat
melindungi keamanan warga negaranya sendiri.52
Sebagai organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan, International
Committee of the Red Cross (ICRC) turut terlibat aktif dalam konflik bersenjata di
Suriah dengan memastikan perlindungan dan bantuan bagi korban konflik di sana.
Keterlibatan ICRC tersebut ditanggapi positif bagi masyarakat internasional.
49
Rr Laeny Sulistyawati (2016). Lima Dampak Memilukan Enam Tahun Perang Suriah. http://m.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/16/03/16/o43r7j377-lima-dampak-memilukanenam-tahun-perang-suriah-part1diakses pada 19 Mei 2017. 50
Dunia News Viva, Sudah Lebih Dari 5 Juta Warga Suriah Tinggalkan Negaranya, http://dunia.news.viva.co.id/news/read/899723-sudah-lebih-dari-5-juta-warga-suriah-tinggalkan-negaranya Diakses pada 20 Mei 2017 51
Syrian Network for Human Right (SNHR), The 6th Anniversary of the Breakout of the Popular Uprising towards Freedom, and the Killing of the First Civilians, Syria, 2017 Hal.4-5 52
UNICEF, Syrian Crisis,https://www.unicef.org/emergencies/syria/ Diakses pada 24 Juli 2017
32
ICRC diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan yang ada, khususnya
dalam mengenai permasahalan kemanusiaan di Suriah.
Salah satu bentuk bantuan ICRC kepada korban konflik Suriah adalah
memberikan suplai makanan dan minuman. Selain itu, ICRC juga mengupayakan
terbangunnya kembali komunikasi warga sipil yang terpisah dengan
keluarganya.53
ICRC juga bekerjasama dengan Syrian Arab Red Crescent (SARC)
dalam mendistribusikan makanan untuk 770.000 korban konflik dalam sepuluh
daerah di Suriah seperti Damaskus, Rural Damaskus, Homs dan Deir Ez Zor.54
Di Aleppo, upaya ICRC berhasil menghasilkan penyediaan air bersih bagi
lebih dari 1.5 juta orang. Truk yang disewa ICRC juga berhasil memasok air
bersih untuk lebih dari 101.000 penduduk Homs, pedesaan Damaskus dan Deir Ez
Zour.55
Dalam penyediaan air bersih, ICRC bekerjasama dengan insinyur dan
perusahaan lokal dalam perbaikan dan penyediaan komponen penting yang
dibutuhkan oleh stasiun air dan pabrik pengelola air bersih.
Dari segi kesehatan, ICRC mengupayakan penyediaan alat-alat medis serta
alat bedah ke tempat-tempat rawan konflik baik yang dikuasai oleh oposisi
maupun pemerintah. Selain itu, tim kesehatan ICRC yang bermarkas di Damaskus
juga menyumbangkan peralatan kesehatan di dua rumah sakit di Barzeh yang
memungkinkan untuk merawat 100 pasien.56
Dalam penanggulangan krisis kemanusiaan di Suriah, khususnya anak-anak
korban perang, ICRC bekerjasama dengan United Nations International
Children's Emergency Fund (UNICEF) dan beberapa NGO yang berada di Suriah
seperti Save the Children dan Christian Children Fund berupaya untuk
53
ICRC. Syria: Facts and Figures, January and February 2014,https://www.icrc.org/eng/resources/documents/fact-figures/03-14-syria-facts-figures-january-february-2014.htm Diakses tanggal 8 Juni 2017 54
ICRC. Syria: Facts and Figures, January and February 2014,https://www.icrc.org/eng/resources/documents/fact-figures/03-14-syria-facts-figures-january-february-2014.htm Diakses tanggal 8 Juni 2017 55
ICRC. Syria: Facts and Figures, January and February 2014,https://www.icrc.org/eng/resources/documents/fact-figures/03-14-syria-facts-figures-january-february-2014.htm Diakses tanggal 8 Juni 2017 56
ICRC. Syria: Facts and Figures, January and February 2014,https://www.icrc.org/eng/resources/documents/fact-figures/03-14-syria-facts-figures-january-february-2014.htm Diakses tanggal 8 Juni 2017
33
memulihkan kondisi mental anak-anak korban perang melalui program psycho-
social.57
ICRC juga bekerjasama dengan dengan kementerian Suriah dan LSM-LSM
untuk memenuhi hak anak-anak korban konflik bersenjata di Suriah. Kerjasama
tersebut fokus pada tiga hal, antara lain:Upaya memberikan dukungan untuk
membentuk kebijakan nasional Suriah, kerangka hukum, advokasi tentang
perlindungan hak asasi manusia khususnya anak-anak; Membangun kapasitas
kelembagaan dan sistem untuk perlindungan terhadap semua warga sipil
khususnya anak-anak; Serta meningkatkan Pengetahuan dan pemahaman tentang
masalah perlindungan hak asasi manusia dan khususnya anak di Suriah.58
Tindakan ICRC yang responsif membantu korban konflik yang terjadi di
Suriah ternyata berbanding terbalik dengan perlakuan yang mereka terima dari
aktor-aktor yang sedang berkonflik. Kendati telah menggunakan lambang khusus
yang menandakan bahwa mereka adalah relawan kemanusiaan yang bukan
merupakan target perang, ICRC tetap menerima perlakuan negative yang bahkan
seringkali mengancam nyawa mereka. Salah satunya adalah penculikan tujuh
relawan ICRC oleh kelompok bersenjata Suriah. Penculikan tersebut akan dibahas
lebih lengkap dalam bagian berikutnya.
57
UNICEF, Syrian Refugees, https://www.unicef.org/appeals/syrianrefugees.html Diakses pada 8 Juni 2017 58
Cornelius Bernad, Peran ICRC dalam menagani krisis kemanusiaan di Suriah,Journal Ilmu Hubungan Internasional, Vol.2, No.1, 2014:54-55
34
BAB 3
KASUS PENCULIKAN 7 RELAWAN OLEH KELOMPOK BERSENJATA
SURIAH
Bab ini akan menjelaskan lebih spesifik tentang kasus yang akan diteliti pada
penelitian kali ini. Penjelasan tersebut mencakup penculikan keenam staff ICRC
dan satu relawan Bulan Sabit Merah dalam konflik Suriah serta pengetahuan
tentang kelompok bersenjata yang menculik ketujuhnya. Dengan memahami
penjelasan pada bab ini, maka diharapkan pembaca juga akan memahami kasus
yang akan diteliti pada bab selanjutnya.
3.1 Penculikan Staff ICRC Oleh Kelompok Bersenjata Suriah
Misi kemanusiaan ICRC, meski didukung oleh masyarakat internasional,
nyatanya tidak jarang menerima respon negatif dari pihak-pihak yang terlibat
dalam perang. Pun demikian dengan apa yang terjadi di Suriah. Peran ICRC
dalam konflik bersenjata di Suriah seringkali mengalami kendala-kendala
sehingga menghambat tugas ICRC. Lebih parahnya justru mengancam
keselamatan relawan ICRC itu sendiri.
Tindakan kekerasan, eksploitasi, penculikan dan tindakan amoral lainnya
seringkali dirasakan oleh banyak relawan kemanusiaan. Termasuk yang terjadi di
Idlib pada Oktober 2013 silam. Magne Barth, Kepala Delegasi ICRC di Suriah,
mengatakan bahwa terdapat kasus penculikan oleh kelompok bersenjata Suriah
terhadap 6 staff ICRC dan satu dari Bulan Sabit Merah saat dalam perjalanan
35
memberikan bantuan medis. Kasus penculikan ini terjadi pada Minggu pagi, 13
Oktober 2013 di dekat kota Saraqeb di provinsi Idlib.59
Kabar penculikan ini datang sesaat setelah terjadi dua serangan bom bunuh
diri yang mengguncang kota Damaskus. Disaat yang sama, tim gabungan ICRC
dan Bulan Sabit Merah berupaya mengevakuasi ribuan warga sipil dari daerah
pinggiran ibukota Damaskus ke daerah yang lebih aman.60
Saat itu, iring-iringan
kendaraan milik ICRC membelah kota demi misi kemanusiaan. Namun, sebuah
konvoi kendaraan yang berisi enam staff ICRC dan satu relawan Bulan Sabit
Merah dicegat oleh sekelompok pria bersenjata di dekat kota Saraqeb, provinsi
Idlib, ujar Rima Kamal, Juru bicara ICRC kepada BBC.61
Terkait identitas
korban, demi keamanan, ICRC enggan mempublikasikan identitas keenam staff
mereka yang menjadi korban penculikan.62
Kabar yang diterima dari kantor berita Suriah-Arab News Agency bahwa telah
terjadi penembakan oleh sekelompok teroris bersenjata terhadap kendaraan
pararelawan yang tengah melintas. Para teroris itu lalu menculik para relawan.63
59
ICRC, Syria:ICRC and Syrian Arab Red Crescent Team Abducted in Idlib, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/news-release/2013/10-13-syria-team-abducted-idlib.htm Diakses pada 8 Juni 2017 60
DW, 7 Pekerja Palang Merah Diculik Di Suriah,http://www.dw.com/id/7-pekerja-palang-merah-diculik-di-suriah/a-17155897 Diakes pada 8 Juni 2017 61
BBC Indonesia, Staf Palang Merah Diculik Di Suriah,http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/10/131013_palang_merah_suriah Diakses pada 8 Juni 2017 62
Satu Harapan, Staff Palang Merah Internasional Diculik Di Suriah, http://www.satuharapan.com/read-detail/read/staf-palang-merah-internasional-diculik-di-suriahDiakses pada 9 Juni 2017 63
Berita Satu, Kelompok bersenjata culik tujuh relawan medis di Suriah, http://www.beritasatu.com/dunia/144253-kelompok-bersenjata-culik-tujuh-relawan-medis-di-suriah.htmlDiakses pada 14 Juli 2017
36
Dikabarkan, pelaku kasus penculikan ketujuh relawan yang terdiri dari enam
staff ICRC dan satu relawan Bulan Sabit Merah merupakan bagian dari The
Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL). “An Al-Qaeda-linked rebel group --
the Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) -- kidnaped the six Red Cross staff
and a volunteer from the Syrian Red Crescent.”64
Sumber lain juga mengatakan hal yang sama. “The Islamic State of Iraq and
the Levant (ISIL) has freed... International Committee of the Red Cross workers
they abducted yesterday on the road linking Saraqeb and Sirmin in Idlib
province.”65
Ternyata, kejadian serupa juga seringkali ditemukan dalam berbagai kasus.
Pada April 2012 misalnya, Khalil, 60 tahun, manajer program kesehatan di
Quetta, ibu kota Provinsi Balochistan, Pakistan barat daya, dibunuh hampir empat
bulan setelah penculikannya.66
Baru-baru ini juga terjadi pembunuhan terhadap
enam relawan ICRC oleh kelompok militant pro ISIS di Afghanistan.67
Segala macam bentuk kekerasan, termasuk penculikan di dalamnya,
merupakan pelanggaran terhadap Hukum Humaniter Internasional. Hukum
Humaniter Internasional dengan tegas menyatakan dalam Konvensi Jenewa 1
64
NDTV, Bomb kills 27 in Syria as kidnapped aid workers freed, https://www.ndtv.com/world-news/bomb-kills-27-in-syria-as-kidnapped-aid-workers-freed-537769 Diakses pada 17 Februari 2018 65
Al Arabiya English, NGO: Jihadists in Syria behind kidnapping of ICRC workers, http://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2013/10/14/NGO-Jihadists-in-Syria-behind-kidnapping-of-ICRC-workers-.html Diakses pada 17 Februari 2018 66
Antara News, ICRC kecam pembunuhan anggota stafnya di Pakistan, http://www.antaranews.com/berita/308260/icrc-kecam-pembunuhan-anggota-stafnya-di-pakistan, Diakses pada 24 Juli 2017. 67
BBC News, Six Afghan ICRC workers 'killed by Islamic State', http://www.bbc.com/news/world-asia-38908312 Diakses pada 24 juli 2017
37
tahun 1949 di dalam Bab IV tentang anggota dinas kesehatan dalam Pasal 24,
bahwa anggota dinas kesehatan, staff administrasi kesatuan kesehatan serta
bangunan-bangunan kesehatan, demikian juga para rohaniawan yang bertugas
dalam angkatan perang harus dihormati dan dilindungi dalam segala keadaan.68
Hal yang sama juga terdapat pada Protokol Tambahan I tahun 1977 Pasal 12
ayat (1), menyatakan bahwa kesatuan-kesatuan dan angkutan-angkutan kesehatan
harus dihormati dan dilindungi setiap waktu dan tidak boleh menjadi obyek
serangan.69
Keduanya menjadi rujukan atas adanya hak imun yang dimiliki oleh
para relawan kemanusiaan yang bertugas di daerah konflik. Dan atas dasar
keduanya pula seorang pekerja kemanusiaan, termasuk anggota ICRC, dapat
dijamin perlindungannya pada semua peristiwa perang yang diumumkan atau
setiap sengketa bersenjata lainnya yang mungkin timbul antara dua atau lebih
Pihak-pihak Peserta Agung, sekalipun keadaan perang tidak diakui oleh salah satu
antara mereka.70
Upaya ICRC guna mencegah terjadinya kekerasan terhadap para pekerjanya
gencar dilakukan. Salah satu upaya pencegahan tersebut adalah dengan
melakukan kampanye di beberapa negara. Kampanye ini bermaksud
menyampaikan pesan kepada pemerintah, militer dan kelompok pemberontak
bahwa penghormatan terhadap netralitas para petugas medis wajib dilaksanakan.71
68
Konvensi Jenewa I 1949 bab IV pasal 24 69
Protokol tambahan I 1977 pasal 12 ayat 1 70
Konvensi Jenewa 1 1949 Bab 1 Ketentuan umum pasal 2 71
DW, Petugas Humaniter Makin Sering Menjadi Sasaran Serangan,http://www.dw.com/id/petugas-humaniter-makin-sering-jadi-sasaran-serangan/a-15571272 Diakses pada 25 Juli 2017
38
ICRC juga sangat memperhatikan keselamatan stafnya. ICRC terus memantau
situasi dan menyesuaikan peraturan keamanannya dengan memiliki jam malam,
membatasi penggunaan transportasi umum, dll. Jaminan keselamatan itu juga
ditunjang dengan reputasi ICRC sebagai organisasi yang netral dan tidak
memihak, yang memungkinkan ICRC mempekerjakan relawannya di area yang
mungkin tidak aman.72
Kembali kepada kasus penculikan ketujuh relawan ICRC di Suriah. Menurut
kabar yang diberitakan NBC News, empat dari tujuh relawan yang diculik oleh
kelompok bersenjata Suriah telah dibebaskan pada 14 Oktober 2017, satu hari usai
penculikan. Kabar tersebut berasal dari Kepala Operasi ICRC di Timur Tengah,
Robert Mardini. Robert mengatakan bahwa Ia telah menerima kabar resmi dari
staffnya di lapangan tentang pembebasan empat dari ketujuh relawan yang
diculik.73
Ewan Watson, selaku juru bicara ICRC juga menambahkan bahwa
keempatnya dibebaskan di wilayah Idlib, namun tidak memberikan rincian
identitas atau keadaan pembebasan mereka.74
Kabar tentang pembebasan empat dari tujuh relawan ini menjadi kabar baik
bagi organisasi kemanusiaan. Pasalnya, selain melanggar HAM, penculikan
terhadap tujuh relawan kemanusiaan ini jelas melanggar Hukum Humaniter
72
ICRC, Frequently Ask Question, https://www.icrc.org/en/faq/frequently-asked-questions-0 Diakses pada 25 Juli 2017 73
NBC News, Four of seven kidnapped aid workers freed in Syria, ICRC says,http://www.nbcnews.com/news/other/four-seven-kidnapped-aid-workers-freed-syria-icrc-says-f8C11387386 Diakses pada 16 Juli 2017 74
Huffington Post, Syria Red Cross Kidnappings: 4 Of 7 Workers Freedhttp://www.huffingtonpost.com/2013/10/14/syria-red-cross-kidnappings-4-of-7-workers-freed_n_4096622.html Diakses pada 16 Juli 2017
39
Internasional yang telah menjamin perlindungan terhadap para relawan dalam
situasi konflik.
3.2 Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL)
ISIL merupakan sebuah singkatan dari Islamic State of Iraq and the Levant,
Levant adalah lokasi sebelah timur laut Medeterania yang mencakup wilayah
Syria dan Palestina, orang Arab menyebutnya Syam, akan tetapi orang barat lebih
menjuluki wilayah tersebut dengan nama Levant.
Perkembangan ISIL yang merupakan sebuah kelompok ekstrimis yang
berbasis di Iraq dan Syria, Timur Tengah, dimulai pada tahun 1990. Pada saat itu
kelompok ini masih bernama Jama’at al-Tawhid wal-Jihad, sebuah pasukan
milisi yang dipimpin dan didirikan oleh seorang berkebangsaan Jordania, Abu
Musab al-Zarqawi. Pendahulunya adalah Tanzim Qaidat al-Jihad fi Bilad al-
Rafidayn yang biasa dikenal sebagai Al-Qaeda.75
Jama’at al-Tawhid wal-Jihad mulai dikenal pada awal invasi Iraq tahun 2003
di Iraq. Bukan hanya dengan menyerang tentara koalisi, tapi juga dengan serangan
bunuh diri yang berkali-kali dilakukan dan tidak jarang menjadikan warga sipil
sebagai target mereka. Kelompok ini juga seringkali mengklaim bertanggung
75
Stanford University, Mapping Militant Organizations-Islamic State, http://web.stanford.edu/group/mappingmilitants/cgi-bin/groups/view/1 Diakses pada 22 Februari 2018
40
jawab atas sejumlah serangan bom bunuh diri di Irak sejak rezim Saddam Hussein
digulingkan.76
Pada tahun 2004, kelompok ini secara resmi memutuskan untuk bergabung
dengan jaringan Al-Qaeda milik Osama bin Laden dan mengganti namanya
menjadi Tanzim Qaidat Al-Jihad fi Bilad Al-Rafidayn yang juga dikenal sebagai
Al-Qaeda in Iraq (AQI).77
Pada 15 Mei 2010 kelompok ini mengangkat pemimpin
baru yaitu Abu Bakar Al-Baghdadi yang menggantikan Abu Umar Al Baghdadi
yang telah meninggal.
Pada bulan April 2013, Baghdadi beserta kelompoknya membentuk kekuatan
baru yang terpisah dari al-Qaeda dan pindah ke Syria dengan mengganti nama
kelompok tersebut menjadi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Islamic
State of Iraq and the Levant (ISIL).78
3.3 Pergerakan ISIL di Suriah
ISIL atau ISIS merupakan sebuah kelompok radikal yang bertujuan untuk
mendirikan negara khilafah, sebuah negara yang dikuasai oleh satu pemimpin
keagamaan dan politik menurut hukum Islam. Sebuah dokumen internal ISIS
yang bocor ke media menunjukkan rencana gamblang kelompok bersenjata ini
membangun sebuah negara secara keseluruhan.
76
BBC News, Profile: Tawhid and Jihad Group, http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/3677658.stm, Diakses pada 22 Februari 2018 77
Stanford University, Mapping Militant Organizations-Islamic State, http://web.stanford.edu/group/mappingmilitants/cgi-bin/groups/view/1 Diakses pada 22 Februari 2018 78
Stanford University, Mapping Militant Organizations-Islamic State, http://web.stanford.edu/group/mappingmilitants/cgi-bin/groups/view/1 Diakses pada 22 Februari 2018
41
Dalam dokumen setebal 24 halaman yang diperoleh media Inggris, The
Guardian, tergambar keseriusan ISIS membangun sebuah negara, lengkap dengan
institusi pemerintahan yang terdiri dari berbagai departemen, termasuk
kementerian luar negeri dan keuangan.79
Dokumen tersebut membuktikan bahwa
ISIL tidak hanya melakukan terror dan pembunuhan, tapi memiliki tujuan utama
yaitu membentuk sebuah negara dengan bentuk pemerintahan Islam.
Dalam menjalankan kegiatannya, ISIL sudah memakan banyak korban dengan
cara membunuh setiap orang yang tidak sepaham dengannya. Beberapa media
lokal maupun Internasional memberitakan kegiatan ISIL di Suriah yang
menggambarkan kekejaman mereka.
Saat ini, ISIL menguasai beberapa wilayah di Suriah Timur serta Iraq Utara
dan Barat. "ISIS saat ini menguasai 14.800 kilometer persegi, yang berada di
bawah 8 persen wilayah Suriah," Seperti dikatakan Jenderal Sergey Rudskoy,
juru bicara Staf Umum Rusia.80
Kota Raqqa dijadikan ibu kota ISIS di Suriah, namun militan ini juga
menjadikan Mosul di Irak sebagai kota utama mereka. ISIS membagi wilayah
79
CNN Indonesia, Bocoran dokumen ISIS ungkap rencana pembangunan negara, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20151208070619-120-96662/bocoran-dokumen-isis-ungkap-rencana-pembangunan-negara/ Diakses pada 23 Februari 2018 80
ABCnews, The Latest: Civilians flee IS-held areas in Syria's Raqqa, http://abcnews.go.com/amp/International/wireStory/latest-suicide-attack-kills-18-eastern-syria-50455521 Diakses pada 23 Februari 2018
42
kekuasaannya menjadi beberapa provinsi di luar Irak dan Suriah atau yang disebut
"wilayah."81
3.4 Kasus-Kasus Penculikan ISIL di Suriah
Dalam menjalankan misinya, ISIL tidak segan melakukan tindakan penculikan
maupun pembunuhan. Beberapa data menyatakan bahwa ISIL bertanggung jawab
atas banyak kasus penculikan di Suriah. Di tahun 2015, Militan ISIS menculik
sedikitnya 90 orang dari desa Kristen Asiria di Suriah. Penculikan warga Kristen
Asiria dilakukan ISIS, menyusul banyak kekalahan yang diderita ISIS dari para
pejuang Kurdi.82
Kasus lainnya terjadi pada tahun 2016. Sekitar 2 ribu warga sipil di Suriah
diculik oleh para militan ISIS untuk dijadikan sebagai "tameng manusia".
Penculikan massal itu dilakukan saat para militan ISIS kabur dari basis mereka di
kota Manbij di Suriah utara.83
Beberapa hari setelahnya, seluruh korban
penculikan dilepaskan oleh ISIL tanpa syarat. ISIL telah menggunakan warga
sipil sebagai perisai manusia dan melakukan pemboman bunuh diri untuk
81
CNN Indonesia, Mengukur Luas Wilayah Kekuasaan ISIS di Tahun 2015, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20151228150715-120-100731/mengukur-luas-wilayah-kekuasaan-isis-di-tahun-2015 Diakses pada 23 Februari 2018 82
Viva.com, ISIS Culik Sedikitnya 90 Warga Kristen Suriah, https://www.viva.co.id/berita/dunia/594050-isis-culik-sedikitnya-90-warga-kristen-suriah Diakses pada 23 Februari 2018 83
Detik News, 2.000 Warga Sipil Suriah Diculik ISIS dan Dijadikan Tameng Manusia, https://news.detik.com/internasional/3274552/2000-warga-sipil-suriah-diculik-isis-dan-dijadikan-tameng-manusia Diakses pada 23 Februari 2018
43
memperlambat kemajuan lawan mereka serta menghindari penyerangan dari pihak
lawan.84
Masih terdapat kasus-kasus penculikan lainnya yang dilakukan oleh ISIL.
Biasanya, terjadi pada orang yang mengkritik kebijakan ISIS yang menjadi alasan
utama penangkapan atau penculikan yang mereka lakukan. Jika terjadi pada warga
sipil, maka kemungkinan besar tujuannya adalah untuk dijadikan perisai demi
keamanan mereka.
Mengenai bagaimana upaya ICRC menghadapi situasi penculikan keenam
staffnya dan satu relawan Bulan Sabit Merah hingga dibebaskan juga perlu
menjadi perhatian khusus. Mengingat ICRC merupakan organisasi kemanusiaan
yang tidak berpihak dan juga tidak memiliki kemampuan untuk memaksa atau
bahkan menyerang suatu kelompok. Lalu bagaimanakah upaya ICRC dalam
membebaskan ketujuh relawannya? Penjelasan lengkap akan dipaparkan pada bab
selanjutnya.
84
The Guardian, More than 2,000 Isis hostages freed from Syrian city of Manbij, https://www.theguardian.com/world/2016/aug/12/isis-kidnaps-human-shields-manbij-syria Diakses pada 23 Februari 2018
44
BAB 4
ANALISIS UPAYA ICRC DALAM PEMBEBASAN 6 STAFF ICRC DAN 1
RELAWAN BULAN SABIT MERAH KORBAN PENCULIKAN
Bab ini secara rinci akan menganalisa bagaimana upaya yang dilakukan ICRC
dalam pembebasan tujuh relawan yang diculik oleh kelompok bersenjata di
Suriah. Penjelasan dalam bab ini juga sekaligus akan menjawab pertanyaan
penelitian yang sudah terlebih dahulu dituliskan pada bab pertama. Sebagai
penguat analisis, sebagian besar data dalam bab ini didapatkan melalu hasil
wawancara langsung dengan pihak terkait, dalam hal ini adalah pihak ICRC.
4.1 Upaya ICRC Dalam Membebaskan 7 Staff Korban Penculikan Kelompok
Bersenjata Suriah.
Seperti diketahui bahwa telah terjadi penculikanterhadap tujuh relawan yang
terdiri dari 6 staff ICRC dan 1 relawan bulan sabit merah di Idlib pada Oktober
2013 silam. Magne Barth, Kepala Delegasi ICRC di Suriah, mengatakan bahwa
terdapat kasus penculikan oleh kelompok bersenjata Suriah terhadap 6 staff ICRC
dan satu dari Bulan Sabit Merah saat dalam perjalanan memberikan bantuan
medis. Kasus penculikan ini terjadi pada Minggu pagi, 13 Oktober 2013 di dekat
kota Saraqeb di provinsi Idlib.85
Penculikan ini ditenggarai merupakan aksi ancaman yang dilakukan kelompok
bersenjata kepada pemerintah Suriah. Kabar yang diterima dari kantor berita
Suriah-Arab News Agency, bahwa telah terjadi penembakan oleh sekelompok
85
ICRC, Syria:ICRC and Syrian Arab Red Crescent Team Abducted in Idlib, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/news-release/2013/10-13-syria-team-abducted-idlib.htm Diakses pada 8 Juni 2017
45
teroris bersenjata terhadap kendaraan para relawan yang tengah melintas. Para
teroris itu lalu menculik para relawan.86
Tindakan kekerasan ini dikecam keras oleh ICRC. Bahwa segala macam
bentuk kekerasan terhadap relawan kemanusiaan di lokasi konflik, termasuk
penculikan di dalamnya, merupakan pelanggaran terhadap Hukum Humaniter
Internasional. Hukum Humaniter Internasional dengan tegas menyatakan dalam
Konvensi Jenewa 1 tahun 1949 di dalam Bab IV tentang anggota dinas kesehatan
dalam pasal 24, bahwa anggota dinas kesehatan, staff administrasi kesatuan
kesehatan serta bangunan-bangunan kesehatan, demikian juga para rohaniawan
yang bertugas dalam angkatan perang harus dihormati dan dilindungi dalam
segala keadaan.87
Usai mendengar kabar penculikan tersebut, ICRC gencar melakukan berbagai
upaya guna menyelamatkan enam staffnya dan satu relawan Bulan Sabit Merah.
“Upaya intensif sampai saat ini sedang berlangsung di balik layar untuk menjamin
pembebasan, melalui jaringan luas ICRC di lapangan.” Ungkap Marie Claire
Feghali, Manajer Komunikasi Regional untuk kawasan Timur Tengah.88
Seruan pembebasan juga terus disuarakan oleh ICRC sebagai kecaman
terhadap aksi penculikan tersebut. "Kami menyerukan pembebasan segera dan
tanpa syarat dari tujuh rekan yang diculik pagi ini," Seperti dikatakan oleh Magne
86
Berita Satu, Kelompok bersenjata culik tujuh relawan medis di Suriah, http://www.beritasatu.com/dunia/144253-kelompok-bersenjata-culik-tujuh-relawan-medis-di-suriah.htmlDiakses pada 14 Juli 2017 87
Konvensi Jenewa I 1949 bab IV pasal 24 88
Wawancara melalui e-mail dengan Marie Claire Feghali,Regional Communications Manager Near and Middle East, tanggal 4 Oktober 2017.
46
Barth, kepala delegasi ICRC di Suriah, ketika merespon penculikan keenam
staffnya dan satu relawan bulan sabit merah.89
Kecaman itupun datang dari staff Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia
dan Timur Leste, Kushartoyo Budi Santoso. Pada wawancara yang dilakukan
Selasa, 22 Agustus 2017, Ia mengecam segala tindakan kekerasan kepada staff
ICRC dan seluruh relawan kemanusiaan di lokasi konflik. “Kita sangat prihatin
dengan adanya kasus penculikan terhadap staff ICRC dan relawan Bulan Sabit
Merah di Suriah. Sudah seharusnya para staff dan relawan kemanusiaan tidak
mendapatkan perlakuan negatif dari aktor-aktor yang sedang berkonflik.”90
Berdasarkan wawancara tersebut, penulis mendapatkan fakta bahwa ICRC
telah mengupayakan pembebasan para staffnya yang diculik kelompok bersenjata
Suriah melalui berbagai langkah sebagai berikut.
1. Diplomasi Pemerintah
2. Diplomasi tokoh berpengaruh (Key Actor of Influence)
3. Publikasi Media
89
Satu Harapan.com, ICRC Terus Berupaya Bebaskan Tiga Stafnya Yang Diculik di Suriah,http://www.satuharapan.com/read-detail/read/icrc-terus-berupaya-bebaskan-tiga-stafnya-yang-diculik-di-suriah Diakses pada 23 Agustus 2017 90
Wawancara dengan Kushartoyo Budi Santoso, Communication officer of ICRC in Indonesia and Timur Leste, tanggal 22 Agustus 2017 di Kantor Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timur Leste, Jakarta.
47
1. Diplomasi Pemerintah
Menurut Kushartoyo, seringkali terjadi kasus serupa di belahan dunia lainnya.
Dimana tidak sedikit staff ICRC yang mendapatkan tindakan kekerasan dari
aktor-aktor yang sedang berkonflik. Namun, dari sekian banyak kasus, seringkali
ICRC menolak untuk memenuhi segala bentuk tuntutan kelompok penculik.
Menurutnya, ICRC merupakan subjek hukum internasional yang dalam
penugasannya diturunkan langsung ke dalam lokasikonflik tanpa dibekali senjata
apapun. Sehingga, jika ICRC selalu memenuhi tuntutan kelompok yang menculik
staffnya, maka staffnya akan selalu menjadi target empuk penculikan oleh
kelompok-kelompok tertentu.91
Sebaliknya, langkah yang ditempuh ICRC untuk membebaskan staffnya yang
diculik adalah dengan cara diplomasi. Diplomasi dengan pemerintah setempat
dilakukan ICRC untuk mendapatkan Government Power dalam pembebasan
staffnya yang diculik. Government Power yang dimaksud adalah otoritas tertinggi
negara baik berupa perundingan dengan para kelompok penculik bersenjata,
memberikan tekanan maupun dengan cara paling ekstrim yakni dengan
mengerahkan militer negara untuk menyelamatkan staff ICRC yang diculik.
Selain itu, negosiasi dengan kelompok penculik bersenjata juga dilakukan ketika
pemerintah tidak menanggapi diplomasi yang dilakukan oleh ICRC.92
91
Wawancara dengan Kushartoyo Budi Santoso, Communication officer of ICRC in Indonesia and Timur Leste, tanggal 22 Agustus 2017 di Kantor Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timur Leste, Jakarta. 92
Wawancara dengan Kushartoyo Budi Santoso, Communication officer of ICRC in Indonesia and Timur Leste, tanggal 22 Agustus 2017 di Kantor Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timur Leste, Jakarta.
48
Dalam wawancara tersebut, Kushartoyo mengatakan bahwa terdapat
diplomasi yang dilakukan ICRC dengan Pemerintah Suriah. Hal tersebut
dikatakannya karena hal ini yang juga sering diterapkan ICRC ketika terjadi kasus
serupa pada staffnya. Begitupula yang dilakukan ICRC dalam kasus ini. Setelah
melihat fakta bahwa tiga sisa dari ketujuh relawan tak kunjung dibebaskan, ICRC
mengupayakan langkah dengan melakukan pendekatan terhadap Pemerintah
Suriah.
Pada September 2014, Presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC),
Peter Maurer, melakukan perjalanan ke Syria. Menurut Simon Schorno, Juru
Bicara ICRC di Damaskus, tujuan dari kedatangan Peter tersebut adalah untuk
berbicara dengan Suriah mengenai operasi ICRC, stafnya yang diculik, dan
bagaimana cara kerjanya dengan para pejuang di semua sisi.93
Maurer bertemu dengan sejumlah pejabat Suriah, termasuk menteri urusan
luar negeri, urusan rekonsiliasi, urusan sosial dan kesehatan rekanan dan kepala
keamanan nasional Suriah.
2. Tokoh Berpengaruh (Key Actor of Influence)
Kushartoyo Budi Santoso, Communication officerICRC untuk delegasi
Indonesia dan Timur Leste, dalam wawancaranya mengatakan bahwa langkah
yang paling dominan dilakukan ICRC dalam upayanya membebaskan staffnya
yang diculik adalah dengan melakukan diplomasi serta negosiasi. Diplomasi ini
93
News Deeply, The ICRC on Syria: We Are in a Constant Emergency, https://www.newsdeeply.com/syria/articles/2014/11/19/the-icrc-on-syria-we-are-in-a-constant-emergency
49
dapat dilakukan kepada banyak pilihan. Salah satunya adalah diplomasi dengan
pemerintah.
Selain diplomasi dengan pemerintah Suriah, ICRC juga mengupayakan
diplomasi serta negosiasi kepada beberapa aktor lainnya. Tentunya diplomasi
dilakukan dengan aktor-aktor yang memiliki pengaruh besar terhadap pembebasan
keenam staff ICRC dan satu relawan Bulan Sabit Merah yang diculik kelompok
bersenjata Suriah.
Cara ICRC menyelamatkan staffnya tersebut adalah dengan melakukan
diplomasi kepada aktor lain selain negara yang dapat kita analisa melalui konsep
Multytrack Diplomacy yang telah dijelaskan pada bab pertama.
Dalam konsep Multytrack Diplomacy pada track kedua, diplomasi dilakukan
antara aktor-aktor non-government. Pada jalur ini, aktor non-pemerintah memiliki
kesempatan untuk dapat mewujudkan perdamaian melalui resolusi konflik untuk
menganalisa, mencegah, menyelesaikan, serta mengakomodasi konflik
internasional dengan cara komunikasi, pemahaman dan membangun hubungan
baik dalam menghadapi masalah secara bersama-sama.
Terkait pembicaraan ICRC dengan tokoh berpengaruh, dalam hal ini adalah
ISIL, melalui wawancara yang dilakukan wartawan Al Jazeera dengan presiden
ICRC, Peter Maurer, mendapatkan jawaban sebagai berikut.
“ISIL bukanlah kelompok yang dapat diketahui dengan mudah siapa-siapa
saja yang menjadi bagian dari mereka, kemudian meminta nomor teleponnya
untuk kami hubungi. Tapi kami pasti akan menghubungi dan kami terus mencoba
50
menjangkau kepada semua orang yang membawa senjata untuk menemukan
kemungkinan akses kepada tokoh/orang yang kami butuhkan.”94
Maurer juga menambahkan, “"Inti dari peran ICRC sebagai penjaga Konvensi
Jenewa, adalah untuk berbicara kepada semua pihak mengenai konflik dan
melibatkan pihak-pihak dalam konflik sehingga mereka dapat menghormati
hukum humaniter internasional. Fakta bahwa undang-undang ini dilanggar oleh
pihak-pihak dalam konflik bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk tidak
berbicara dengan mereka, tetapi kami tetap akan melakukan yang terbaik untuk
meminimalisir pelanggaran kemanusiaan dalam konflik. Ini semua perlu
keterlibatan semua aktor bersenjata dan siapa saja yang terlibat dalam konflik
tersebut. Ini juga tidak berarti kelompok bersenjata yang terlibat dalam konflik,
termasuk ISIL, siap untuk berbicara dengan kita."95
Dua tahapan diatas telah terkonfirmasi oleh ICRC di Timur Tengah lewat
wawancara dengan Marie Claire Feghali, Manajer Komunikasi Regional untuk
kawasan Timur Tengah.96
94
Al-Jazeera, Peter Maurer: Why the Red Cross talks to 'terrorists', http://www.aljazeera.com/programmes/talktojazeera/2016/11/peter-maurer-red-cross-talks-terrorists-161103155915754.html Diakses pada 21 Februari 2018 95
Al-Jazeera, Peter Maurer: Why the Red Cross talks to 'terrorists', http://www.aljazeera.com/programmes/talktojazeera/2016/11/peter-maurer-red-cross-talks-terrorists-161103155915754.html Diakses pada 21 Februari 2018 96
Wawancara melalui e-mail dengan Marie Claire Feghali,Regional Communications Manager Near and Middle East, tanggal 4 Oktober 2017.
51
3. Publikasi Media
Tidak dapat kita pungkiri bahwa media saat ini menjadi satu bagian penting
dalam penyebaran informasi pada masyarakat. Informasi tersebut kemudian yang
dapat membangun opini masyarakat luas terhadap satu peristiwa. Media juga
memiliki kemampuan untuk menjadi investigator akan sebuah isu. Hasil
investigasi inilah yang kemudian menjadi sumber informasi bagi masyarakat luas.
Kekuatan media inilah yang kemudian menjadi salah satu cara ICRC dalam
upayanya membebaskan keenam staffnya dan satu relawan Bulan Sabit Merah.
Dalam berbagai kesempatan, ICRC mengadakan konferensi Pers dihadapan media
internasional dan mengumumkan bahwa telah terjadi penculikan terhadap enam
staff ICRC serta satu relawan Bulan Sabit Merah. Informasi ini diharapkan dapat
tersebar dengan cepat dan luas untuk membangun sebuah opini bahwa penculikan
terhadap staff kemanusiaan di lokasi konflik merupakan sebuah pelanggaran
terhadap Hukum Humaniter Internasional.
Pemberitaan ini dengan cepat dipublikasikan oleh media-media Internasional.
BBC dalam beritanya memberitakan dengan cepat informasi tersebut, Red Cross
workers kidnapped in Syria.97
Begitupula dengan media Al Jazeera yang
menuliskan judul Red Cross members kidnapped in Syria Gunmen abduct team of
seven workers in northwestern town of Idlib, says spokesman for the humanitarian
agency98
dalam laman beritanya.
97
BBC, Red Cross Workers Kidnapped in Syria,http://www.bbc.com/news/world-middle-east-24513793Diakses pada 25 Agustus 2017 98
Al Jazeera, Red Cross Members Kidnapped in Syria, http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2013/10/red-cross-members-kidnapped-syria-20131013165812823368.html Diakses pada 25 Agustus 2017
52
Bukan hanya itu, dalam website resminya, ICRC juga mengumumkan
peristiwa penculikan tersebut dan mengecam keras penculikan terhadap keenam
staff ICRC serta satu relawan Bulan Sabit Merah. Kecaman keras inilah yang
kemudian diolah oleh media dan dipublikasikan secara masif ke masyarakat luas.
Kecaman ini terus disuarakan oleh ICRC melalui media-media internasional.
Dengan harapan akan timbul desakan publik untuk pembebasan keenam staff
ICRC dan satu relawan Bulan Sabit Merah yang diculik oleh kelompok bersenjata
Suriah.
Hal ini dapat kita analisa dengan dua konsep dalam ilmu hubungan
internasional yang telah dipaparkan di dalam bab pertama. Konsep yang pertama
adalah konsep multytrack diplomacy pada track kesembilan. Multytrack
Diplomacy pada track kesembilan merupakan sebuah konsep yang menjelaskan
adanya sebuah pembentukan opini publik oleh aktor baik pemerintah maupun
non-pemerintah dengan menggunakan jalur komunikasi dan media. Jalur
kesembilan ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk mewujudkan suatu
perdamaian melalui informasi99
serta menunjukkan bagaimana opini publik akan
dibentuk dan diungkapkan melalui sosial media, baik media cetak maupun
elektronik
Pembentukan opini oleh ICRC lewat media dalam upayanya membebaskan
keenam staff dan satu relawan kemanusiaan Bulan Sabit Merah juga dapat
dijelaskan dengan konsep Public Opinion yang dijelaskan oleh Alex Mintz. Mintz
menjadikan public opinion sebagai salah satu alat analisis dalam melihat hal-hal
99
Diamond, Louise dan John Mc.Donald. 1996. Muti-track diplomacy: A system Approach to Peace. New York: Kumarian Press.
53
yang memengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara. Opini publik merupakan
faktor yang memengaruhi kebijakan melalui opini public seperti media massa dan
sebagainya. Hal tersebut sering dijadikan salah satu pilihan suatu lembaga untuk
mencapai kepentingannya.
Dalam melihat kasus inipun, konsep pembentukan opini publik sangat
berperan dalam upaya ICRC membebaskan keenam staffnya dan satu relawan
Bulan Sabit Merah. ICRC membangun opini publik bahwa segala bentuk
kekerasan terhadap relawan kemanusiaan, termasuk penculikan, adalah
pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional lewat media-media lokal
maupun internasional. Opini public inilah yang kemudian mengarahkan
masyarakat untuk mengecam segala tindakan kekerasan terhadap relawan
kemanusiaan, khususnya kasus penculikan terhadap enam staff ICRC dan satu
relawan Bulan Sabit Merah.
Meskipun demikian, ICRC beserta staff lainnya terus mengupayakan
pembebasan staffnya melalui empat cara diatas. Keempat poin tersebut
merupakan langkah-langkah yang ditempuh ICRC dalam upayanya membebaskan
7 relawan yang terdiri dari enam staffnya dan satu relawan Bulan Sabit Merah
yang diculik kelompok bersenjata di Suriah. Kepala operasi ICRC untuk Timur
Tengah, Robert Mardini, mengatakan bahwa timnya di Suriah dan Jenewa akan
terus melakukan yang terbaik untuk menemukan tujuh orang yang diculik dan
membawa mereka kembali aman dan sehat.100
100
ITV, ICRC doing their utmost to find those kidnapped,http://www.itv.com/news/update/2013-10-13/icrc-doing-their-upmost-to-find-those-kidnapped/ Diakses pada 28 Agustus 2017
54
Ketiga langkah diatas merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh
ICRC dalam upayanya membebaskan keenam staffnya dan satu relawan Bulan
Sabit Merah. Pada bab selanjutnya, yang merupakan bab terakhir dari penelitian
ini, akan dirangkum secara ringkas dan jelas poin-poin penelitian mulai dari awal
hingga akhir.
55
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Konflik Suriah merupakan konflik vertikal yang terjadi antara rakyat dengan
pemerintah Suriah. Berlangsung sejak tahun 2011 hingga saat ini dan telah
memakan korban jiwa sebesar ratusan ribu jiwa.
Sebagai organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan, International
Committee of the Red Cross (ICRC) turut terlibat aktif dalam konflik bersenjata di
Suriah dengan memastikan perlindungan dan bantuan bagi korban konflik di sana.
Keterlibatan ICRC tersebut ditanggapi positif bagi masyarakat internasional.
ICRC diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan yang ada, khususnya
dalam mengenai permasahalan kemanusiaan di Suriah.
Tindakan ICRC yang responsive membantu korban konflik yang terjadi di
Suriah ternyata berbanding terbalik dengan perlakuan yang mereka terima dari
para aktor yang terlibat dalam konflik Suriah.ICRC tetap menerima perlakuan
negative yang bahkan seringkali mengancam nyawa mereka. Salah satunya adalah
penculikan tujuh staff ICRC oleh kelompok bersenjata Suriah.
Usai mendengar kabar penculikan tersebut, ICRC gencar melakukan berbagai
upaya guna menyelamatkan enam staffnya dan satu relawan Bulan Sabit Merah.
Seruan pembebasan juga terus digaungkan oleh ICRC sebagai kecaman terhadap
aksi penculikan tersebut.
56
Kecaman serupa datang dari staff Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia
dan Timur Leste, Kushartoyo Budi Santoso. Pada wawancara yang dilakukan
Selasa, 22 Agustus 2017, Ia mengecam segala tindakan kekerasan kepada staff
ICRC dan seluruh relawan kemanusiaan di lokasi konflik. “Kita sangat prihatin
dengan adanya kasus penculikan terhadap staff ICRC dan relawan Bulan Sabit
Merah di Suriah. Sudah seharusnya para staff dan relawan kemanusiaan tidak
mendapatkan perlakuan negatif dari aktor-aktor yang sedang berkonflik.”
Berdasarkan wawancara itu pula, penulis mendapatkan fakta bahwa ICRC
telah mengupayakan pembebasan para staffnya yang diculik kelompok bersenjata
Suriah melalui berbagai langkah, antara lain sebagai berikut.
1. Diplomasi Pemerintah
Diplomasi dengan pemerintah setempat dilakukan ICRC untuk mendapatkan
Government Power dalam pembebasan staffnya yang diculik. Government Power
yang dimaksud adalah otoritas tertinggi negara baik berupa perundingan dengan
para kelompok penculik bersenjata, memberikan tekanan maupun dengan cara
paling ekstrim yakni dengan mengerahkan militer negara untuk menyelamatkan
staff ICRC yang diculik.
2. Diplomasi Tokoh Berpengaruh (Key Actor of Influence)
Selain diplomasi dengan pemerintah Suriah, ICRC juga mengupayakan
diplomasi serta negosiasi kepada beberapa aktor lainnya. Tentunya diplomasi
dilakukan dengan aktor-aktor yang memiliki pengaruh besar terhadap pembebasan
keenam staff ICRC dan satu relawan Bulan Sabit Merah yang diculik kelompok
bersenjata Suriah.
57
3. Publikasi Media
Kekuatan media inilah yang kemudian menjadi salah satu cara ICRC dalam
upayanya membebaskan keenam staffnya dan satu relawan Bulan Sabit Merah.
Dalam berbagai kesempatan, ICRC mengadakan konferensi Pers dihadapan media
internasional dan mengumumkan bahwa telah terjadi penculikan terhadap enam
staff ICRC serta satu relawan Bulan Sabit Merah. Informasi ini diharapkan dapat
tersebar dengan cepat dan luas untuk membangun sebuah opini bahwa penculikan
terhadap staff kemanusiaan di lokasi konflik merupakan sebuah pelanggaran
terhadap Hukum Humaniter Internasional.
Ketiga cara diatas merupakan cara yang digunakan ICRC dalam upaya
menyelamatkan staff mereka yang diculik di lokasi konflik. Hal tersebut pula
yang dilakukan ICRC dalam upayanya menyelamatkan keenam staff ICRC dan
satu relawan Bulan Sabit Merah yang diculik kelompok bersenjata Suriah tahun
2013 lalu.
58
REFERENSI
[1]
Syrian Network for Human Right (SNHR), The 6th Anniversary of the Breakout
of the Popular Uprising towards Freedom, and the Killing of the First
Civilians, Syria, 2017 Hal.4-5
[2]
BBC News, Syria: The Story of Conflict,http://www.bbc.com/news/world-
middle-east-26116868 Diakses pada 23 April 2016
[3]
BBC News, Syria Crisis: Where Key Countries
Stand?,http://www.bbc.com/news/world-middle-east-23849587 Diakses pada 23
April
[4]
Politik Indonesia.com, ICRC Nyatakan Konflik Suriah adalah PerangSaudara,
Suriah bergejolak lagi,Http://www.politikindonesia.com-politik>ICRC, Diakses
pada 23 Aprill 2016
[5]
International Committee of The Red Cross, Mandate and
Mission,https://www.icrc.org/en/who-we-are/mandate, Diakses pada 21 Maret
2017
[6]
International Committee of The Red Cross, Mandate and
Mission,https://www.icrc.org/en/who-we-are/mandate, Diakses pada 21 Maret
2017
[7]
Konvensi Jenewa I 1949 bab IV pasal 24 [8]
ICRC, Yamen: ICRC Staff Member Killed in
Abyan, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/news-release/2012/yemen-
news-2012-06-20.htm Diakses pada 5 November 2016
[9]
BBC, Mavi Marmara: Why did Israel stop the Gaza
flotilla, http://www.bbc.com/news/10203726, Diakses pada 5 November 2016
[10]
ICRC, Syria:ICRC and Syrian Arab Red Crescent Team Abducted in
Idlib, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/news-release/2013/10-13-
syria-team-abducted-idlib.htm Diakses pada 5 November 2016
[11]
BBC, Red Cross workers kidnapped in Syria, http://www.bbc.com/news/world-
middle-east-24513793 Diakses pada 5 November 2016
[12]
Berita Satu.com, http://www.beritasatu.com/dunia/144253-kelompok-
bersenjata-culik-tujuh-relawan-medis-di-suriah.html, Diakses pada 24 April 2016
[13]
R.P. Barston, Modem Diplomacy, Longman, N.Y, 1997. hal. 1
59
[14]Mohammad Shoelhi, DIPLOMASI: Praktik Diplomasi
Internas!onal,SembiosaRekatama Media, Bandung, 2011, hal. 84
[15]
Mohammad Shoelhi, DIPLOMASI: Praktik Diplomasi
Internasional,SembiosaRekatama Media, Bandung, 2011, hal. 84
[16]
Mohammad Shoelhi, DIPLOMASI: Praktik Diplomasi
Internasional,SembiosaRekatama Media, Bandung, 2011, hal. 84
[17]
Diamond, Louise dan John Mc.Donald. Muti-track diplomacy: A system
Approach to Peace. New York: Kumarian Press. 1996 Hal. 28
[18]
Diamond, Louise dan John Mc.Donald. Muti-track diplomacy: A system
Approach to Peace. New York: Kumarian Press. 1996 Hal. 28
[19]
Diamond, Louise dan John Mc.Donald. Muti-track diplomacy: A system
Approach to Peace. New York: Kumarian Press. 1996 Hal. 28
[20]
Institute for Multi-Track Diplomacy. http://imtd.org/about/ Diakses pada 13
September 2016
[21]
Alex Mintz and Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy Decision
Making, Cambridge: Cambridge University Press, 2010 hal. 4
[22]
GSDRC, Humanitarian Principles and Humanitarian
Assistance,http://www.gsdrc.org/topic-guides/international-legal-frameworks-for-
humanitarian-action/concepts/humanitarian-principles-and-humanitarian-
assistance/ diakses pada 3 Desember 2016
[23]
Michael Barnett. Humanitarianism Transformed. American Political Science
Association. Perspectives on Politics, Vol. 3, No. 4, 2005, Hal 723-74.
[24]
Slim, Hugo. (1997). "Relief agencies and moral standing in war: Principles of
humanity, neutrality, impartiality and solidarity1" dalam Journal Development in
Practice. Volume 7, 1997 - Issue 4. Taylor & Francis, Ltd. on behalf of Oxfam
GB.
[25]
International Committee of Red Cross, “Persons Protected in International
Humanitarian Law”, https://www.icrc.org/eng/war-and-law/protected-
persons/overview-protected-persons.htm Diakses pada 3 Desember 2016
[26]
ICRC, Henry Dunant (1928-
1910), https://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/57jnvq.htm, diakses
pada 6 Juni 2017
60
[27] ICRC, Solferino and the International Committee of the Red Cross,
2010https://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2010/solferino-
feature-240609.htm Diakses pada 6 Mei 2017
[28]
ICRC, Hukum Humaniter Internasional Menjawab Pertanyaan Anda, 2008 hal.
8
[29]
Henry Dunant, A Memory of Solferino, USA, Hal: 129-130
[30]
Henry Dunant, A Memory of Solferino, USA, Hal: 129-130
[31]
Henry Dunant, A Memory of Solferino, USA, Hal: 131
[32]
ICRC, Agreement between the International Committee of the Red Cross and
the Swisss Federal Council to determine the legal status of the Committee in
Switzerland, 19 March 1993, Article 1, https://casebook.icrc.org/case-
study/agreement-between-icrc-and-switzerlanddiakses 6Mei 2017.
[33]ICRC, Statutes of The International Committee of the Red Cross,
2013 https://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/icrc-statutes-
080503.htm Diakses pada 8 Juni 2017
[34]
Yves Beigbeder, The Roles and Status of International Humanitarian
Volunteers and Organization (The Right and Duty to Humanitarian
Assistance), Martinus Nijhoff Publishers, London, 1991 Hal. 321
[35]
Tarcisio Gazzini, A Unique Non-State Actor: The International Committee of
the Red Cross, Provisional Draft Comnmittee on Non-State Actors,Leuven:
University of Leuven, 2009, hal. 3
[36]
ICRC, The Fundamental Principles of the International Committee of Red
Cross, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/fundamental-
principles-commentary-010179.htmvDiakses pada 23 Mei 2017
[37]
Syahmin AK, “hukum internasional humaniter 2 (bagian khusus)”,ARMICO,
Bandung, 1985, hal. 26
[38]
Medomed, Syria Physical Geography Data, http://medomed.org/2010/syria-
physical-geography-data/ Diakses pada 18 Mei 2017
[39]
Reeva S. Simon, Mattar Philip, Encyclopedia of the Modern Middle East
(Volume 4), New York. Hal 1712
[40]
Stephen Starr, Revolt in Syria, Eye Witness to the uprising. London 2012 Hal. 3
61
[41]Britannica, Syrian Civil War, 2017 https://www.britannica.com/event/Syrian-
Civil-War Diakses pada 18 Mei 2017
[42]
Fen Osler Ampson and David M. Malone, From Reaction to Conflict
Prevention: Opportunities for UN System. Lynne Rienner Publisher, London 2002
Hal. 22
[43]
Al-Jazeera, Syrian Civil War
Map, http://www.aljazeera.com/indepth/interactive/2015/05/syria-country-
divided-150529144229467.html Diakses pada 20 Mei 2017
[44]
Al-Jazeera, Syrian Civil War
Map, http://www.aljazeera.com/indepth/interactive/2015/05/syria-country-
divided-150529144229467.html Diakses pada 20 Mei 2017
[45]
BBC Indonesia, 'Serangan' senjata kimia di Suriah, siapa yang bertanggung
jawab?, http://www.bbc.com/indonesia/dunia-39514573 Diakses pada 20 Mei
2017
[46]
Al-Jazeera, 'Toxic gas attack' in Syria kills at least 58
people,http://www.aljazeera.com/news/2017/04/attack-syria-kills-35-people-
170404075153415.html Diakses pada 20 Mei 2017
[47]
Syrian Network for Human Right (SNHR), The 6th Anniversary of the
Breakout of the Popular Uprising towards Freedom, and the Killing of the First
Civilians, Syria, 2017 Hal.4-5
[48]
Syrian Network for Human Right (SNHR), The 6th Anniversary of the
Breakout of the Popular Uprising towards Freedom, and the Killing of the First
Civilians, Syria, 2017 Hal.4-5
[49]
Rr Laeny Sulistyawati (2016). Lima Dampak Memilukan Enam Tahun Perang
Suriah. http://m.republika.co.id/berita/internasional/timur-
tengah/16/03/16/o43r7j377-lima-dampak-memilukanenam-tahun-perang-suriah-
part1diakses pada 19 Mei 2017.
[50]
Dunia News Viva, Sudah Lebih Dari 5 Juta Warga Suriah Tinggalkan
Negaranya, http://dunia.news.viva.co.id/news/read/899723-sudah-lebih-dari-5-
juta-warga-suriah-tinggalkan-negaranya Diakses pada 20 Mei 2017
[51]
Syrian Network for Human Right (SNHR), The 6th Anniversary of the
Breakout of the Popular Uprising towards Freedom, and the Killing of the First
Civilians, Syria, 2017 Hal.4-5
[52]
UNICEF, Syrian Crisis,https://www.unicef.org/emergencies/syria/ Diakses
pada 24 Juli 2017
62
[53]ICRC. Syria: Facts and Figures, January and February
2014,https://www.icrc.org/eng/resources/documents/fact-figures/03-14-syria-
facts-figures-january-february-2014.htm Diakses tanggal 8 Juni 2017
[54]
ICRC. Syria: Facts and Figures, January and February
2014,https://www.icrc.org/eng/resources/documents/fact-figures/03-14-syria-
facts-figures-january-february-2014.htm Diakses tanggal 8 Juni 2017
[55]
ICRC. Syria: Facts and Figures, January and February
2014,https://www.icrc.org/eng/resources/documents/fact-figures/03-14-syria-
facts-figures-january-february-2014.htm Diakses tanggal 8 Juni 2017
[56]
ICRC. Syria: Facts and Figures, January and February
2014,https://www.icrc.org/eng/resources/documents/fact-figures/03-14-syria-
facts-figures-january-february-2014.htm Diakses tanggal 8 Juni 2017
[57]
UNICEF, Syrian
Refugees, https://www.unicef.org/appeals/syrianrefugees.html Diakses pada 8
Juni 2017
[58]
Cornelius Bernad, Peran ICRC dalam menagani krisis kemanusiaan di
Suriah,Journal Ilmu Hubungan Internasional, Vol.2, No.1, 2014:54-55
[59]
ICRC, Syria:ICRC and Syrian Arab Red Crescent Team Abducted in
Idlib, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/news-release/2013/10-13-
syria-team-abducted-idlib.htm Diakses pada 8 Juni 2017
[60]
DW, 7 Pekerja Palang Merah Diculik Di Suriah,http://www.dw.com/id/7-
pekerja-palang-merah-diculik-di-suriah/a-17155897 Diakes pada 8 Juni 2017
[61]
BBC Indonesia, Staf Palang Merah Diculik Di
Suriah,http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/10/131013_palang_merah_suri
ah Diakses pada 8 Juni 2017
[62]
Satu Harapan, Staff Palang Merah Internasional Diculik Di
Suriah, http://www.satuharapan.com/read-detail/read/staf-palang-merah-
internasional-diculik-di-suriahDiakses pada 9 Juni 2017
[63]
Berita Satu, Kelompok bersenjata culik tujuh relawan medis di
Suriah, http://www.beritasatu.com/dunia/144253-kelompok-bersenjata-culik-
tujuh-relawan-medis-di-suriah.htmlDiakses pada 14 Juli 2017
[64]
NDTV, Bomb kills 27 in Syria as kidnapped aid workers
freed, https://www.ndtv.com/world-news/bomb-kills-27-in-syria-as-kidnapped-
aid-workers-freed-537769 Diakses pada 17 Februari 2018
63
[65]Al Arabiya English, NGO: Jihadists in Syria behind kidnapping of ICRC
workers, http://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2013/10/14/NGO-
Jihadists-in-Syria-behind-kidnapping-of-ICRC-workers-.html Diakses pada 17
Februari 2018
[66]
Antara News, ICRC kecam pembunuhan anggota stafnya di
Pakistan, http://www.antaranews.com/berita/308260/icrc-kecam-pembunuhan-
anggota-stafnya-di-pakistan, Diakses pada 24 Juli 2017.
[67]
BBC News, Six Afghan ICRC workers 'killed by Islamic
State', http://www.bbc.com/news/world-asia-38908312 Diakses pada 24 juli 2017 [68]
Konvensi Jenewa I 1949 bab IV pasal 24
[69]
Protokol tambahan I 1977 pasal 12 ayat 1
[70]
Konvensi Jenewa 1 1949 Bab 1 Ketentuan umum pasal 2
[71]
DW, Petugas Humaniter Makin Sering Menjadi Sasaran
Serangan,http://www.dw.com/id/petugas-humaniter-makin-sering-jadi-sasaran-
serangan/a-15571272 Diakses pada 25 Juli 2017
[72]
ICRC, Frequently Ask Question, https://www.icrc.org/en/faq/frequently-asked-
questions-0 Diakses pada 25 Juli 2017
[73]
NBC News, Four of seven kidnapped aid workers freed in Syria, ICRC
says,http://www.nbcnews.com/news/other/four-seven-kidnapped-aid-workers-
freed-syria-icrc-says-f8C11387386 Diakses pada 16 Juli 2017
[74]
Huffington Post, Syria Red Cross Kidnappings: 4 Of 7 Workers
Freedhttp://www.huffingtonpost.com/2013/10/14/syria-red-cross-kidnappings-4-
of-7-workers-freed_n_4096622.html Diakses pada 16 Juli 2017
[75]
Stanford University, Mapping Militant Organizations-Islamic
State, http://web.stanford.edu/group/mappingmilitants/cgi-
bin/groups/view/1 Diakses pada 22 Februari 2018
[76]
BBC News, Profile: Tawhid and Jihad
Group, http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/3677658.stm, Diakses pada 22
Februari 2018
[77]
Stanford University, Mapping Militant Organizations-Islamic
State, http://web.stanford.edu/group/mappingmilitants/cgi-
bin/groups/view/1 Diakses pada 22 Februari 2018
64
[78] Stanford University, Mapping Militant Organizations-Islamic
State, http://web.stanford.edu/group/mappingmilitants/cgi-
bin/groups/view/1 Diakses pada 22 Februari 2018
[79]
CNN Indonesia, Bocoran dokumen ISIS ungkap rencana pembangunan
negara, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20151208070619-120-
96662/bocoran-dokumen-isis-ungkap-rencana-pembangunan-negara/ Diakses
pada 23 Februari 2018
[80]
ABCnews, The Latest: Civilians flee IS-held areas in Syria's
Raqqa, http://abcnews.go.com/amp/International/wireStory/latest-suicide-attack-
kills-18-eastern-syria-50455521 Diakses pada 23 Februari 2018
[81]
CNN Indonesia, Mengukur Luas Wilayah Kekuasaan ISIS di Tahun
2015, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20151228150715-120-
100731/mengukur-luas-wilayah-kekuasaan-isis-di-tahun-2015 Diakses pada 23
Februari 2018
[82]
Viva.com, ISIS Culik Sedikitnya 90 Warga Kristen
Suriah, https://www.viva.co.id/berita/dunia/594050-isis-culik-sedikitnya-90-
warga-kristen-suriah Diakses pada 23 Februari 2018
[83]
Detik News, 2.000 Warga Sipil Suriah Diculik ISIS dan Dijadikan Tameng
Manusia, https://news.detik.com/internasional/3274552/2000-warga-sipil-suriah-
diculik-isis-dan-dijadikan-tameng-manusia Diakses pada 23 Februari 2018
[84]
The Guardian, More than 2,000 Isis hostages freed from Syrian city of
Manbij, https://www.theguardian.com/world/2016/aug/12/isis-kidnaps-human-
shields-manbij-syria Diakses pada 23 Februari 2018
[85]
ICRC, Syria:ICRC and Syrian Arab Red Crescent Team Abducted in
Idlib, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/news-release/2013/10-13-
syria-team-abducted-idlib.htm Diakses pada 8 Juni 2017
[86]
Berita Satu, Kelompok bersenjata culik tujuh relawan medis di
Suriah, http://www.beritasatu.com/dunia/144253-kelompok-bersenjata-culik-
tujuh-relawan-medis-di-suriah.htmlDiakses pada 14 Juli 2017
[87]
Konvensi Jenewa I 1949 bab IV pasal 24
[88]
Wawancara melalui e-mail dengan Marie Claire Feghali,Regional
Communications Manager Near and Middle East, tanggal 4 Oktober 2017.
[89]
Satu Harapan.com, ICRC Terus Berupaya Bebaskan Tiga Stafnya Yang
Diculik di Suriah,http://www.satuharapan.com/read-detail/read/icrc-terus-
65
berupaya-bebaskan-tiga-stafnya-yang-diculik-di-suriah Diakses pada 23 Agustus
2017
[90]
Wawancara dengan Kushartoyo Budi Santoso, Communication officer of ICRC
in Indonesia and Timur Leste, tanggal 22 Agustus 2017 di Kantor Delegasi
Regional ICRC untuk Indonesia dan Timur Leste, Jakarta.
[91]
Wawancara dengan Kushartoyo Budi Santoso, Communication officer of ICRC
in Indonesia and Timur Leste, tanggal 22 Agustus 2017 di Kantor Delegasi
Regional ICRC untuk Indonesia dan Timur Leste, Jakarta.
[92]
Wawancara dengan Kushartoyo Budi Santoso, Communication officer of ICRC
in Indonesia and Timur Leste, tanggal 22 Agustus 2017 di Kantor Delegasi
Regional ICRC untuk Indonesia dan Timur Leste, Jakarta.
[93]
News Deeply, The ICRC on Syria: We Are in a Constant
Emergency, https://www.newsdeeply.com/syria/articles/2014/11/19/the-icrc-on-
syria-we-are-in-a-constant-emergency
[94]
Al-Jazeera, Peter Maurer: Why the Red Cross talks to
'terrorists', http://www.aljazeera.com/programmes/talktojazeera/2016/11/peter-
maurer-red-cross-talks-terrorists-161103155915754.html Diakses pada 21
Februari 2018
[95]
Al-Jazeera, Peter Maurer: Why the Red Cross talks to
'terrorists', http://www.aljazeera.com/programmes/talktojazeera/2016/11/peter-
maurer-red-cross-talks-terrorists-161103155915754.html Diakses pada 21
Februari 2018
[96]
Wawancara melalui e-mail dengan Marie Claire Feghali,Regional
Communications Manager Near and Middle East, tanggal 4 Oktober 2017.
[97]
BBC, Red Cross Workers Kidnapped in
Syria,http://www.bbc.com/news/world-middle-east-24513793Diakses pada 25
Agustus 2017
[98]
Al Jazeera, Red Cross Members Kidnapped in
Syria, http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2013/10/red-cross-members-
kidnapped-syria-20131013165812823368.html Diakses pada 25 Agustus 2017
[99]
Diamond, Louise dan John Mc.Donald. 1996. Muti-track diplomacy: A system
Approach to Peace. New York: Kumarian Press.
[100]
ITV, ICRC doing their utmost to find those
kidnapped,http://www.itv.com/news/update/2013-10-13/icrc-doing-their-upmost-
to-find-those-kidnapped/ Diakses pada 28 Agustus 2017
66
Transkip Wawancara dengan Kushartoyo Budi Santoso
Communication officer of ICRC untuk Indonesia dan Timur Leste
Wawancara 1
Tempat : Kantor Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timur
Leste, Jakarta.
Waktu : Selasa, 22 Agustus 2017
P = Penanya N = Narasumber
P Apakah selama ini sering terjadi kasus pelanggaran yang dilakukan baik
oleh negara, militer maupun kelompok pemberontak terhadap Hukum
Humaniter Internasional, khususnya kasus kekerasan terhadap relawan
ICRC?
N Dalam beberapa kegiatan kami di lapangan, khususnya negara-negara yang
sedang berkonflik, ICRC sering mendapatkan perlakuan tidak baik dari
pihak-pihak yang berkonflik. Banyak kasus sudah ter blow-up oleh media,
mungkin kamu juga bisa cari beberapa kasus di Google. Di Mali Utara
misalnya, satu staff kami menjadi korban meninggal dunia saat sedang
melaksanakan tugas membawa logistic untuk masyarakat sipil. Juga
demikian yang terjadi di Libya. Kantor kami diserang oleh seseorang,
meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, kami sangat prihatin terhadap
kekerasan dan ancaman yang sering kami dapati di lapangan.
P Apakah bapak mengetahui tentang kasus penculikan 7 relawan ICRC oleh
sekelompok bersenjata di Suriah pada oktober 2013?
N Ya. Saya tahu. Dan sampai saat ini kasus tersebut masih belum selesai
karena masih ada tiga staff kami yang diculik oleh kelompok bersenjata
Suriah.
P Bagaimana tanggapan ICRC terhadap kasus penculikan tersebut.
N Kita sangat prihatin dengan adanya kasus penculikan terhadap staff ICRC
dan relawan Bulan Sabit Merah di Suriah. Sudah seharusnya para staff dan
relawan kemanusiaan tidak mendapatkan perlakuan negatif dari aktor-aktor
yang sedang berkonflik mengingat tugasnya di lokasi konflik adalah untuk
menolong korban konflik. ICRC juga tidak dibekali senjata, jadi memang
sudah seharusnya staff ICRC diberikan perlindungan dari aktor-aktor yang
terlibat dalam konflik bukan malah sebaliknya.
P Bagaimana upaya ICRC untuk melepaskan ketujuh relawannya yang di
culik oleh kelompok bersenjata Suriah, mengingat ICRC selalu
67
mengedepankan netralitasnya sebagai organisasi kemanusiaan, maka ICRC
tidak dapat menekan, memaksa terlebih menyerang untuk mencapai
kepentingannya?
N Pertanyaan ini seharusnya tidak ditanyakan kepada staff ICRC yang
bergerak di Indonesia. Ada baiknya pertanyaan ini juga ditanyakan kepada
ICRC pusat atau regional Timur Tengah. Namun demikian, secara general,
ada beberapa langkah yang dapat dilakukan ketika terjadi kasus serupa.
Bahwa ketika terjadi tindak kekerasan terhadap staffnya, ICRC akan
mengedepankan upaya diplomasi (soft power). Hal ini dilakukan mengingat
ICRC merupakan sebuah lembaga social kemanusiaan yang tidak bersenjata
sesuai dengan misinya. Untuk itu ICRC lebih mengutamakan upaya
diplomasi dan upaya soft power lainnya. Hal yang diprioritaskan pertama
kali adalah dengan memberitakan kejadian langsung kepada pemerintah
setempat dimana kejadian berlangsung. Upaya ini ditempuh karena
pemerintah memiliki otoritas tertinggi di wilayah tersebut. Dengan
diplomasi terhadap pemerintah, akan ada banyak jalan untuk
mengupayakan pembebasan keenam staff ICRC dan satu relawan lainnya.
Selain dengan pemerintah, diplomasi juga dapat dilakukan kepada aktor
selain pemerintah, bisa kepada orang yang berpengaruh terhadap konflik
tersebut, diplomasi dengan para pemimpin partai, pemimpin organisasi
masarakat juga biasa ditempuh untuk mengupayakan hal serupa.
Selain itu, upaya soft power lainnya bisa dengan men-viralkan kasus
kekerasan tersebut kepada masyarakat luas. Dengan melakukan hal
tersebut, desakan masyarakat luas juga dapat membantu upaya penyelesaian
kasus yang dihadapi oleh ICRC.
P Apa langkah yang dilakukan ICRC ketika terjadi kasus yang sama di
tempat berbeda?
N Langkah-langkah diatas akan dilakukan ICRC dalam menangani hal serupa
di tempat berbeda. Namun biasanya informasi mengenai tahapan-tahapan
tersebut dirahasiakan mengingat misi ICRC selalu bersinggungan dengan
beberapa aktor yang terlibat dalam satu konflik. Dan jika terjadi hal serupa
dan pelaku meminta permintaan, ICRC tidak akan menuruti permintaan
tersebut. Jika setiap permintaan para penculik dituruti, akan ada
kemungkinan hal serupa akan selalu terjadi. Mengingat ICRC yang
bergerak langsung di lokasi konflik dan tidak bersenjata, maka para staff
ICRC akan selalu menjadi sasaran empuk bagi para pelaku.
P Bagaimana langkah ICRC dalam mengurangi tindakan kekerasan terhadap
para stafnya?
N Para staff ICRC sudah mendapatkan pelatihan dan kami betul-betul
menyadari resiko dari pekerjaan kami di lapangan, khususnya di negara-
negara yang sedang berkonflik. Resiko itu akan selalu ada, namun para staff
ICRC juga dibekali apa-apa saja yang dibenarkan dan tidak oleh Hukum
Humaniter Internasional yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan
tugasnya sebagai staff ICRC dilapangan sesuai dengan prinsip, visi dan
misi ICRC itu sendiri, Maka selama itu pula para staff ICRC dijamin
68
perlindungan hukumnya oleh Hukum Humaniter Internasional.
69
Transkip Wawancara dengan Marie Claire Feghali
Regional Communications Manager Near and Middle East
Wawancara 2
Tempat : Melalui sambungan e-Mail.
Waktu : 25September-04 Oktober 2017
P = Penanya N = Narasumber
P 25 September 2017
Selamat malam.
Saya Seiken Romadhan, Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional yang
sedang menyelesaikan tugas akhir dengan judul “strategi ICRC dalam
membebaskan tujuh korban sandera yang diculik kelompok bersenjata
Suriah tahun 2013” Sebelumnya saya telah melakukan interview dengan
staff ICRC untuk Indonesia dan mendapatkan beberapa data. Untuk itu,
dalam email ini saya ingin menkonfirmasi kebenaran data tersebut dan
menanyakan beberapa pertanyaan tambahan untuk melengkapi data saya.
N 26 September 2017
Selamat Pagi Doni, Bolehkah saya tahu data apa yang kamu butuhkan?
P 26 September 2017
Salam.
Terimakasih banyak atas balasan dari email saya. Terkait penelitian saya,
saya membutuhkan data mengenai penculikan terhadap keenam staff ICRC
dan satu relawan Bulan Sabit Merah oleh kelompok bersenjata Suriah tahun
2013. Berikut saya sertakan beberapa pertanyaan dalam satu folder.
[pertanyaan]
(I got some data that the ICRC will make some efforts to release of the six
ICRC staff and one Red Crescent volunteer. Such as Government
Diplomacy and Influential Figures Diplomacy)
1. In Government Diplomacy
- In the effort to free the six ICRC staff and a Red Crescent
volunteer kidnapped by Syrian armed group in 2013, were there
any diplomatic efforts made by the ICRC with Syrian
government?
Your Answer :
- If so, who were the delegated person from ICRC to diplomacy to
70
Syrian government?
Your Answer :
- Who were the parties from Syiria government who received
ICRC delegation in diplomatic effort to release the captive?
Your Answer :
- When was diplomacy done?
Your Answer :
- Where was the meeting between ICRC and Syiria Government
held?
Your Answer :
- What were the points gained from the diplomacy between ICRC
and Syria Government?
Your Answer :
2. Influential Figures Diplomacy
- In the effort to free the captive, were there any diplomatic effort
with influential Syiria figures?
Your Answer :
- If so, who were the delegated person from ICRC to diplomacy to
influential Syiria figure?
Your Answer :
- Who were the influential figures who received ICRC delegation
in the diplomatic effort to release the captive?
Your Answer :
- When was diplomacy done?
Your Answer :
- Where was the meeting between ICRC and such influential
figures done?
Your Answer :
- What were the points gained from the diplomatic between ICRC
and the influential Syrian figures?
Your Answer :
N 29 September 2017
Salam Doni,
Terimakasih telah mengirimkan pertanyaannya. Sebelum saya jawab,
bolehkan saya mengetahui mengapa kamu membutuhkan data tersebut dan
bagaimakan kamu akan menggunakannya?
71
P 29 September 2017
Salam,
Terimakasih untuk tanggapannya. Saya akan menggunakan data yang anda
berikan untuk menyelesaikan penulisan tugas akhir saya. Dan semua
jawaban dari pertanyaan saya juga akan menjawab pertanyaan penelitian
dari tugas akhir saya.
N 4 Oktober 2017
Salam Doni.
Saya mengerti pentingnya jawaban dari pertanyaan anda. Namun saya
berharap anda juga dapat mengerti akan kesensitifan dari pertanyaan-
pertanyaan anda. Mengingat kasus ini masih belum selesai dan masih ada 3
kolega kami yang belum juga dibebaskan. Kami belum bisa menjawab
secara detail pertanyaan anda. Namun demikian, berikut dapat saya
sampaikan kepada anda secara umumnya.
-Saat itu, tim ICRC sedang melakukan perjalanan ke Idlib pada bulan
Oktober 2013 untuk melihat situasi medis dan untuk mengirimkan pasokan
medis ke kota Sarmin dan Idlib. Konvoi yang sedang dalam perjalanan
kembali ke Damaskus, dihentikan oleh orang-orang bersenjata tak dikenal
di dekat Sareqeb di Idlib. 6 rekan kami dan seorang sukarelawan dari Bulan
Sabit Merah Arab Suriah diculik.
- 3 dari 6 rekan ICRC telah dibebaskan dengan selamat dan sehat.
- Upaya intensif sedang berlangsung di balik layar untuk menjamin
pembebasan, serta melalui jaringan luas ICRC di lapangan. Kami tidak
dapat memberikan rincian tentang hal ini demi keamanan yang terus
berlanjut dari rekan kerja kami yang masih diculik. Semoga ini membantu.
Salam,