MODAL SOSIAL SEBAGAI BASIS KEWIRAUSAHAAN PEMUDA...
Transcript of MODAL SOSIAL SEBAGAI BASIS KEWIRAUSAHAAN PEMUDA...
MODAL SOSIAL SEBAGAI BASIS
KEWIRAUSAHAAN PEMUDA (STUDI KASUS:
KARANG TARUNA KOTA TANGERANG SELATAN)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
oleh
Achmad Fatoni
1112111000059
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
MODAL SOSIAL SEBAGAI BASIS KEWIRAUSAHAAN
PEMUDA (STUDI KASUS: KARANG TARUNA KOTA
TANGERANG SELATAN)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Achmad Fatoni
NIM: 1112111000059
Pembimbing:
Saifudin Asrori, M.Si
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2018 M
iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
MODAL SOSIAL SEBAGAI BASIS KEWIRAUSAHAAN PEMUDA
(STUDI KASUS: KARANG TARUNA KOTA TANGERANG SELATAN)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Mei 2018
Achmad Fatoni
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Achmad Fatoni
NIM : 1112111000059
Program Studi : Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
MODAL SOSIAL SEBAGAI BASIS KEWIRAUSAHAAN PEMUDA
(STUDI KASUS: KARANG TARUNA KOTA TANGERANG SELATAN)
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 20 Mei 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. Saifudin Asrosi, M.Si.
NIP: 197609182003122003 NIP.197701192009121001
v
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
MODAL SOSIAL SEBAGAI BASIS KEWIRAUSAHAAN PEMUDA
(STUDI KASUS: KARANG TARUNA KOTA TANGERANG SELATAN)
oleh
Achmad Fatoni
1112111000059
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 31 Mei 2018.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketua, Sekertaris,
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. Dr. Joharotul Jamilah, M. Si.
NIP. 197609182003122003 NIP.196808161997032002
.
Penguji I, Penguji II,
Mohammad Hasan Ansori, Ph.D. Ahmad Abrori, M.Si.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 31 Mei 2018.
Ketua Program Studi Sosiologi,
FISIP UIN Jakarta
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si
NIP: 197609182003122003
vi
ABSTRAKSI
Skripsi ini ingin membahas dan menjabarkan tentang peran modal sosial yang
digunakan ssebagai basis kewirausahaan pemuda, dalam studi kasus: Karang
Taruna Kota Tangerang Selatan. Tujuan penelitian ini hanyalah untuk
mendeskripsikan bagaimana latar belakang terbentuknya modal sosial, dan juga
mendeskripsikan bagaimana peran modal sosial yang menjadi basis dalam
membangun potensi kewirausahaan pemuda Karang Taruna Kota Tangerang
Selatan.
Dari hasil analisas tersebut, peneliti menemukan bahwa mereka para anggota dan
pengurus Karang Taruna memiliki upaya real untuk mengembangkan potemsi
pemudanya dengan memfokuskan berbagai kegiatannya dalam bidang kekaryaan
dan kewirausahaan, hal ini sudah dimulai sejak Karang Taruna Tangerang Selatan
resmi berdiri, dengan memupuk rasa persaudaraan, kekeluargaan, tanggungjawab,
rasa kepemilikan dan kekaryaan pada organisasinya. Hal ini menjadi modal sosial
yang cukup diperhitungkan dan dimanfaatkan untuk menunjang segala bentuk
agenda yang dikerjakan. Hal utama yang dilakukan untuk menginternalisasikan
nilai-nilai diatas adalah mengupayakan bonding social capital, yaitu kapital sosial
bersifat eksklusif, keanggotannya biasanya didasarkan atas berbagai kesamaan,
seperti kesamaan suku, etnis dan agama, hubungan antar individu bersifat tertutup
inward looking, lebih mengutamakan solidaritas dan kepentingan kelompok.
Setelah terbentuk identitas besama (bonding social capital)dan rasa
kebersamaan yang kuat, barulah Karang Taruna membuka jaringan (bridging
social capital) yang bersifat inklusif dan produktif, dengan kemitraan (outward
looking) dan kerjasama dengan berbagai pihak, seperti; Lembaga Pemerintahan,
Tokoh-tokoh Masyarakat, Pengusaha-pengusaha lokal, untuk menambah akses
dan informasi yang digunakan untuk menangkap peluang wirausaha, mereka
menyadari bahwa modal sosial diatas barulah akan efektif manfaatnya jika
memperkuat tiga unsur dari social capital ini, yaitu: Nilai, Jaringan, Kepercayaan.
Akhirnya dari kesadaran tersebut berdampak pada program dan kegiatan yang
dilakukan, yang cenderung kepada penguatan basis kewirausahaan di Karang
Taruna Kota Tangerang Selatan, seperti pelatihan, seminar, kursus profesi, bazaar
produk-ekspo dan lain sebagainya. Hal inilah yang menciptakan sebuah iklim
kemandirian di tubuh organisasi Karang Taruna Tangerang Selatan.
Kata Kunci: Modal Sosial, Kewirausahaan, Karang Taruna.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur bagi Allah Tuhan seru
sekalian alam yang selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
karunia, rahmat dan hidayah-Nya. Berkat pertolongannya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul: MODAL SOSIAL SEBAGAI BASIS
KEWIRAUSAHAAN PEMUDA (STUDI KASUS: KARANG TARUNA KOTA
TANGERANG SELATAN). Shalawat serta salam penulis hantarkan keharibaan
Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, para sahabat, dan
pengikutnya. Tanpa beliau penulis tidak akan mampu mengecap indahnya ajaran
Islam yang begitu damai, rasional, modern dan toleran.
Kepada yang tercinta didunia, Abah dan Mamah begitu penulis
memanggilnya, H. Achmad Su’adi Shalehuddin dan Titin Trisni yang baru saja
berpulng ke Rahmatullah pada tanggal 25 Ramadhan 1439 H, saya persembahkan
semua kebanggan ini untuk mama di surga. Terima kasih, dan maaf karena agak
terlambat menyelesaikan pendidikan ini, terima kasih telah memberikan cinta-
kasih dalam bentuk dukungan bagi penulis. Semoga Abah dan Mamah senantiasa
dimurahkan rezeki dan dilimpahkan nikmat, amin. Untuk Kakak dan Adik
tersayang, Rosida Yustina S. Pd, Asep Ahmad M.Pd., Achmad Nasrullah, Nadia
Maharani yang sebentar lagi skripsi dan Haeckal Asror yang ingin kuliah, terima
kasih atas segala dukungannya selama ini. Semoga kalian mampu melebihi
pencapaian penulis, Amin.
viii
Skripsi ini sebenarnya cukup menyita waktu untuk diselesasaikan oleh
penulis, tapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini
telah diselesaikan. Untuk itulah dengan hati yang tulus, izinkan penulis
mengutarakan rasa terima kasih sebagai bentuk apresiasi kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Sosiologi FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Joharotul Jamilah, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Saifudin Asrori, M.Si., selaku dosen pembimbing yang tidak henti-
henti memberi arahan dan bimbingan kepada penulis agar dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas segala yang telah beliau berikan.
5. Seluruh Jajaran Dosen Program Studi Sosiologi FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas ilmu dan bimbingannya selama ini,
terkhusus Bapak Hasan Anshori, Bapak Ahmad Abrori, Ibu Ida Rosida dan
Bapak Guntur Alting, sebagai Dosen yang kurang lebih penulis favoritkan
dan penulis kagumi keilmuannya.
6. Segenap pengurus Karang Taruna Kota Tangerang Selatan. H. Abd. Rasyid S.
Ag., Fikri, Ata Rosadi, Dimas Wiwoko SH., dan lain-lain. Terima kasih atas
sambutan hangat dan keterbukaannya berbagi apa yang dibutuhkan penulis,
dalam rangka penelitian skripsi ini.
ix
7. Kawan-Kawan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, para junior yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu. Tanpa mengurangi rasa bangga
penulis mengucapkan terima kasih atas identitas pertemanan yang kita
ciptakan.
8. Kawan-Kawan Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2012, Reza Alfahrin, Yossi, Ayu Rizqita Putri, Gopay, Hartadi, Anis
Musyarifah dan lain-lain. Terima kasih karena telah menjadi kawan berjuang
yang menemani perjalan dalam studi.
9. Kawan-Kawan KKN Brajamusti 2016, Atik, Rifal, Ma’ruf, Martini, Ali
Subkhi, Andre Mohammad dan lain-lain semoga kalian sukses dalam setiap
bidang.
10. Kanda dan Adinda-adinda HMI KOMFISIP Cabang Ciputat, A. Rizki Furqon
S.Sos., Rihadatul Aisy Azil S.Sos., Apriliani S.Sos., Arini Mardhatika S.Sos.,
Mahesa, Syauqi Al Sunni, Hanif Kamal, Aziz, Sultan Rivandi, dan para kader
yang lainnya yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi
rasa bangga penulis mengucapkan terima kasih. Semoga kita berjaya, amin.
11. Kawan-kawan Pengurus HMI Cabang Ciputat Periode 2016-2017 terima
kasih semuanya.
12. Terima kasih kepada Senior-senior Abah Fahmi Ahmadi, Yunda Ghefarina
Johan, Bang Adi Prayitno, SH., M.Si., Asep Sholahudin S. Sy., Ridho Akmal
Nasution SH., MLLC., Irpan Pasaribu SH.,
13. Kawan-kawan Pensiunan Humaedullah SE. Sy., Zaki Al Pajri Nas SE.Sy.,
Fariz Abd. Rahman SE.Sy., Husnul Qari SE.Sy., Kevin Dea Putra SE.Sy.,
x
Ismail Fadilah SE.Sy., Muhammad Rois SH., Ade Septiawan Putera SH.
MH., Alfrad Rusyd S.Sos., Sopian Hadi Permana S.Sos. terimakasi telah
banyak membantu proses belajar penulis, terustama Imunk, yang cukup baik
memberikan pinjaman Laptop selama proses pembuatan skripsi penulis,
penulis doakan semoga sukses.
14. Kepada Penghuni Markom Lutfi Hasanal Bolqiah S.Sos., Riyan Hidayat
S.Sos., Hendri Satrio S.Sos., Gerry Novandika Age S.Sos., Dendi Budiman
S.Sos., Vanny El Rahman S.Sos., Andrean Saefudin SH., Najmawan, Aden,
kalian luar biasa.
15. Terima kasih kepada Adik-adik junior yang telah membantu saya
mentranskip hasil wawancara, Khoiron Abd. Mahmud (Kibo), Aulia Pramana
(Aul), Abd. Rasyid (Ocit), Syukrian, dan Ilham. Tanpa kalian skipsi ini akan
lebih lama selesai.
16. Kawan-kawan LKBHMI Cab. Ciputat. Terima kasih atas ilmu dan
persahabatannya, semoga terus tempat kajian yang produktif dan mengawal
hukum di Indonesia.
17. Terakhir, terima kasih kepada Alia Falih Barmawidjadja, semoga cepat lulus
dan sukses dalam karir, terima kasih telah menemani penulis selama ini.
Demikian untaian-untaian terima kasih penulis haturkan, semoga yang
terlewatkan mendapat balasannya langsung dari Allah SWT.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, 29 Juni 2018
Achmad Fatoni
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian............................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................ 7
D. Tinjauan Pustaka...................................................................... 8
E. Kerangka Teoritis..................................................................... 15
F. Metodologi Penelitian.............................................................. 20
G. Sistematika Penulisan.............................................................. 27
BAB II KARANG TARUNA DAN KOTA TANGERANG SELATAN 28
A. Letak Kota Tangerang Selatan................................................ 28
B. Sejarah Berdirinya Karang Taruna Kota Tangerang Selatan.. 35
C. Kegiatan Karang Taruna Kota Tangerang Selatan.................. 37
BAB III MODAL SOSIAL SEBAGAI BASIS KEWIRAUSAHAAN PEMUDA
A. Latar Belakang Terbentuknya Modal Sosial di Karang Taruna Tangerang
Selatan............................................................................................ 39
xii
B. Peran Modal Sosial dalam Menciptakan Kegiatan Berbasis
Kewirausahaan di Karang Taruna Tangerang Selatan.......... 41
1. Langkah Karang Taruna dalam Social Capital
Bonding............................................................................ 41
2. Langkah Karang Taruna dalam Bridging Social
Capital.................................................................................. 44
3. Peran Modal Sosial dalam Wirausaha Anggota Karang
Taruna................................................................................. 44
a. Nilai...................................................................... 52
b. Jaringan................................................................. 56
c. Kepercayaan......................................................... 62
BAB IV PENUTUP.................................................................................. 64
A. Kesimpulan............................................................................ 68
B. Saran-Saran............................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 73
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I.D.1 Tinjauan Pustaka............................................................... 12
Tabel I.F.2.1 Profil Informan
........................................................................................... 21
Tabel II.A.3.1 Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Per-Kecamatan
2013................................................................................. 30
Tabel II.C.1 Kegiatan Karang Taruna Kota Tangerang Selatan Berbasis
Ekonomi............................................................................. 3
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar.I.D.1 Pemetaan Penelitian Terdahulu................................. 11
Gambar.I.E.2.2 Unsur Modal Sosial................................................... 17
Gambar.III.B.3.1 Para Peserta Kursus Pembuatan Kerajinan
Furniture..................................................................................................... 51
Gambar III.B.2.b.3.1 Para Nasabah Bank Sampah..................................... 60
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara........................................................... lxxiv
Lampiran 2 Transkrip Wawancara.......................................................... lxxv
Lampiran 3 Dokumentasi......................................................................... ciii
Lampiran 3 Daftar Singkatan................................................................... cviii
1
MODAL SOSIAL SEBAGAI BASIS KEWIRAUSAHAAN PEMUDA
(STUDI KASUS: KARANG TARUNA KOTA TANGERANG SELATAN)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini secara umum membahas peran modal sosial dalam
Organisasi Kepemudaan (OKP) Karang Taruna (KT) dan kewirausahaan
pemuda di Kota Tangerang Selatan, Banten. Secara khusus, skripsi ini ingin
mendeskripsikan latar belakang terbentuknya modal sosial KT dan perannya
yang menjadi basis kewirausahaan pemuda di Tangerang Selatan Banten, di
tengah-tengah maraknya pengangguran dan tingkat pemuda putus sekolah.
Alasan peneliti mengambil studi ini ialah Pertama, dari segi bahasa,
modal sosial merujuk pada artian asset dan perkawanan dan hubungan
timbal balik dari keduanya. Jika di desa, dapat kita lihat bahwa, modal sosial
merupakan sebuah perekat solidaritas masyarakat (social glue), bagaimana
dengan di kota, yang memiliki hubungan dan nilai masyarakat yang longgar
dengan latar belakang yang sangat kompleks? Tentu bentuk dan
kegunaannya pasti berbeda, apalagi jika modal sosial tersebut dimanfaatkan
oleh sebuah organisasi kepemudaan seperti Karang Taruna. Yang jadi
masalah adalah, tidak semua modal sosial dapat dimanfatkan untuk
pemberdayaan, pengembangan maupun dimanfaatkan sebagai basis
kewirausahaan, hal ini tergantung pada kualitas dan kreasi dari orang-orang
2
yang memanfaatkannya. Keberadaan modal sosial di KT menjadi masalah
utama bagi penulis untuk mengambil inisiatif mengangkat fenomena modal
sosial yang dimiliki KT yang dijadikan sebagai instrumen dalam
mengembangkan potensi kewirausahaan pemuda di Kota Tangerang
Selatan.
Kedua, karena studi kasus yang berfokus pada Karang Taruna secara
khusus masih kurang, sebagai objek dan fokus untuk diteliti. Mengingat
citra pemuda yang terus menerus mengalami kemunduran, dan kemerosotan
produktifitas, dari aktifitas yang produktif menjadi kurang produktif.
Suzanne memaparkan “Kontruksi Sosial ilmiah kepemudaan memberikan
pendekatan kelompok pemuda, yang memandangnya sebagai periode
“transisi” –dari anak-anak menuju masa dewasa, dari pendidikan menuju
pekerjaan, dari keluarga asal ke keluarga tujuan” (Suzanne & Ben White,
2012:89).
Ketiga, peneliti sangat antusias untuk meneliti modal sosial yang
dimiliki oleh KT Kota Tangerang Selatan, dikarenakan mampu
dimanfaatkan untuk menjadi basis kewirausahaan pemuda, di tengah
kehidupan masyarakat dan pemuda perkotaan, yang kadang terjebak pada
perilaku negatif, Suzanne menyebutnya dengan “perilaku beresiko”
(kesehatan, seksualitas, narkoba, kriminalitas, kekerasan, problem
“defektologi” pemuda) (lihat Suzanne 2012:94).
3
Disini peneliti melihat KT dapat merepresentasikan perilaku pemuda
yang bahkan mampu mengukirkan banyak prestasi yang dapat dibanggakan,
hal ini menjadi kurang sesuai dengan pendapat diatas, bahwa tidak
selamanya pemuda kota harus melakukan “perilaku beresiko”, dan dalam
dalam penelitian ini peneliti tidak ingin terjebak pada kajian-kajian pemuda
dalam banyak hal yang mengikuti pola kecendrungan umum.
Berdasarkan konsep pembangunan (berbasis masyarakat) yang
dikemukakakn oleh Hasbullah (2006) dalam (Pontoh 2010:125) diketahui
bahwa keberhasilan pembangunan masyarakat perlu dilihat dari beberapa
modal komunitas (community capital) yang terdiri dari: (a) Modal Manusia
(human capital) berupa kemampuan personal seperti pendidikan,
pengetahuan, kesehatan, keahlian dan keadaan terkait lainnya; (b) Modal
Sumberdaya Alam (natural capital) seperti laut, tambang dan lainnya; (c)
ekonomi produktif (produced economic capital) berupa aset ekonomi dan
finansial serta aset lainnya; (d) Modal Sosial (social capital) berupa
norma/nilai, (trust, reciprocity,dan norma sosial lainnya), partisipasi dalam
jaringan, pro-activity.
Beberapa literatur mengemukakakn bahwa modal sumberdaya alam
dan modal ekonomi produktif sudah banyak digarap oleh pemerintah,
namun tidak demikian dengan modal sosial yang selama ini masih banyak
diabaikan (2010:125). Tangerang Selatan merupakan kota kecil yang
menarik bagi penulis untuk dapat dilihat fenomena modal sosial dan
4
kewirausahaan pemudanya, pada kelompok masyarakat pada lembaga KT.
Dalam tahun-tahun belakangan, kajian-kajian modal sosial nampaknya lebih
diminati sebagai faktor yang menunjang aktifitas ekonomi, maka dari itu
peneliti ingin menunjukkan minat besar pada aktifitas, kepentingan praktis
dan material orang muda misalnya, transisi sekolah-kerja dan pengangguran
atau setengah pengangguran.
Fokus dari kajian diatas yang mengangkat tentang isu-isu
kewirausahaan pemuda yang menjadi jembatan bagi objek penelitian dan
fenomena yang penulis amati selama ini, dimana modal sosial digunakan
untuk kegiatan-kegiatan positif yang bertujuan membangun karakter
wirausaha pemuda kota agar lebih produktif. Hal ini ternyata dapat
dilakukan dan dimulai dari lingkup terkecil seperti KT yang ada di level
RT/RW-Kelurahan-Kota, menggeser stigma masyarakat yang selama ini
berpendapat bahwa “Karang Taruna adalah organisasi yang hanya sibuk
mengurusi tujuh belasan atau acara-acara seremonial di Keluran/Desa”.
Ternyata masih banyak kegiatan-kegiatan dan prestasi yang dilaksanakan
dan didapat untuk mengembangkan potensi pemuda khususnya di Kota
Tangerang Selatan.
Kemajuan Kota Tangerang Selatan dari tahun ke tahun dapat dilihat
dari segi infrastruktur dan tata kota yang menuntut perubahan pada setiap
norma sosial yang ada (lihat RKPD Tangerang Selatan 2016). Hal itu bisa
dibuktikan dengan laju perubahan yang tercatat pada Indeks Pembangunan
5
Manusia (IPM) IPM merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia dan dapat
menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah. Berdasarkan
data BPS setiap tahunnya IPM Kota Tangerang Selatan mengalami
peningkatan sebagai berikut:
Table I.A.1.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia Kota Tangerang Selatan
2011 2012 2013 2014 2015
68,22 68,92 69,47 69,89 70,27
Sumber: https://tangselkota.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/15.
Data diatas menggambarkan bahwa pertumbuhan kualitas manusia di
Tangerang Selatan terus berkembang mengikuti pertumbuhan infrastruktur
dan kesejahteraan masyarakat kota. Dengan data perkembangan IPK diatas
apakah modal sosial memiliki peran pada pertumbuhan IPK Kota Tangerang
Selatan secara umum, atau modal sosial sama sekali tidak memiliki peran
dalam perkembangan yang ada di Kota Tangerang Selatan.
Berangkat dari realitas yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti
tertarik untuk mendeskripsikan lebih dalam peran modal sosial KT Kota
Tangerang Selatan dalam mengembangkan potensi pemuda di Kota
Tangerang Selatan. Peneliti memanfaatkan modal sosial terkait dengan
sistem pengelolaannya dalam membangun nilai dan norma, kepercayaan dan
juga jaringan dengan masyarakat Kota Tangerang Selatan. Peneliti sangat
menyadari bahwa dalam setiap kegiatan KT yang telah dilakukan,
6
memerlukan adanya tindakan kolektif yang tinggi untuk membantu
pemerintah menyelesaikan masalah pembangunan dan hal itu tidak hadir
begitu saja. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa penulis ingin melihat
seberapa besar peran modal sosial yang terdapat dalam Organisasi KT.
Dari latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, maka
penelitian mengenai modal sosial pada lembaga KT merupakan hal yang
menarik dan penting untuk dilakukan. Untuk itulah peneliti memberi judul
skripsi ini “Modal Sosial Sebagai Basis Kewirausahaan Pemuda (Studi
Kasus: Karang Taruna Kota Tangerang Selatan)”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah, pertanyaan penelitian yang
dirumuskan:
1. Bagaimana latar belakang terbentuknya modal sosial Karang Taruna
(KT) Kota Tangerang Selatan?
2. Bagaimana peran modal sosial menjadi basis dalam membangun
potensi kewirausahaan pemuda (KT) Karang Taruna Kota Tangerang
Selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, maka tujuan penelitian
ini:
7
a. Untuk mendeskripsikan latar belakang terbentuknya modal sosial
KT Kota Tangerang Selatan.
b. Untuk mendeskripsikan peran modal sosial yang menjadi basis
dalam membangun potensi kewirausahaan pemuda (KT) Karang
Taruna Kota Tangerang Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki nilai guna, baik secara teoritis
maupun praktis.
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur kajian
sosiologi terutama mengenai proses pembentukan dan peran modal
sosial dalam mengembangkan potensi pemuda terutama bagi orang-
orang yang berkecimpung dalam dunia organisasi kepemudaan yang
jumlahnya sangat banyak di Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi perkembangan
permasalahan sosial serupa di waktu mendatang. Serta menjadi
evaluasi bagi pelaku oraganisasi kepemudaan dalam mengatasi
permasalahan terkait membentuk dan memanfaatkan modal sosial
kelompok. Selain itu, informasi ini diharapkan menjadi bahan
pertimbangan bagi para pembuat kebijakan.
8
D. Tinjauan Pustaka
Sebenarnya telah banyak penelitian menggunakan modal sosial
sebagai kerangka teori. Pertama, penelitian yang paling relevan berhasil
peneliti temui. Penelitian tersebut dilakukan oleh Asrori (2014) dengan
judul “Peran Majelis Taklim dalam Pemberdayaan Perempuan; Analisis
Kapital Sosial, Majelis Taklim Darunnisa’, Ciputat”. Penelitian tersebut
meneliti tentang pemberdayaan di Majelis Taklim Darunnisa‟, Strategi
pendekatan yang digunakan Darunnisa‟ yaitu pendekatan hati telah mampu
meraih ratusan anggota tidak hanya di wilayah sekitar Pisangan, Cempaka
Putih, dan Ciputat namun telah menyebar sampai dengan wilayah Serang
Banten. Inisiatif para pengurus dan kapasitas setiap individu serta jaringan
yang dimiliki menjadi faktor utama dalam menentukan keberhasilan proses
penjalinan relasi yang dilakukan di wilayah Ciputat. Selain itu pula dalam
proses penjalinan relasi Darunnisa‟ menggunakan beberapa pendekatan
yang dilakukan berdsarkan kondisi dan kebutuhan dalam masyarakat yaitu
melalui kunjungan dari pintu ke pintu, mengundang méreka dalam suatu
pertemuan khusus ataupun dalam suatu kegiatan yang biasanya diadakan
oleh masyarakat.
Penelitian dari Asrori (2014) mungkin memiliki relevansi yang besar
terhadap penelitian ini. Namun, meskipun menggunakan teori modal sosial,
penelitian Asrori fokus kepada pemberdayaan, pendidikan dan pengelolaan
organisasi. Lagipula, hasil penelitiannya dikaitkan dengan Kemampuan
Darunnisa‟ untuk menghimpun anggota, mengelola serta mempertahankan
9
organisasi di tengah krisis internal yang terjadi menjadi kelebihan utama
crganisasi ini.. Dengan kata lain, fokus dari penelitian tersebut Asrori (2014)
berbeda dengan fokus penelitian ini yang lebih cenderung kepada modal
sosial dan kewirausahaan pemuda.
Kedua, penelitian yang juga relevan berhasil peneliti temui. penelitian
tersebut dilakukan oleh Fathi (2016) dengan judul “Modal Sosial dan
Ketahanan Ekonomi Ojek Pangkalan (Studi Kasus: Ojek Pangkalan Salemba
di Salemba Raya, Jakarta Pusat)”. Penelitian tersebut meneliti tentang modal
sosial dan ketahanan ekonomi ojek pangkalan. Modal sosial –norma, jaringan
dan kepercayaan dalam OPS digunakan sebagai cara-cara dalam menciptakan
ketahanan ekonomi yang baik. Norma-norma yang ditemukan dalam OPS:
sistem antrian, penumpang milik bersama, tawar-menawar, keselamatan dan
kenyamanan penumpang, musyawarah dan ojek online boleh nongkrong tapi
jangan ngambil penumpang sembarangan. Norma-norma ini berperan dalam
menciptakan kebajikan-kebajikan sosial –yaitu loyalitas yang meliputi:
keterbukaan, kerukunan, keakraban dan kekompakkan. Selain itu, norma-
norma dalam OPS melandasi – menjadi pondasi kepercayaan dalam OPS.
Tentunya penelitian ini agak berbeda dengan penelitian ini. Fokus dari
penelitian Fathi (2016) adalah modal sosial dan ketahanan ekonomi ojek
pangkalan, dan hal ini jauh berbeda dengan fokus tulisan ini, yaitu modal
sosial dan basis kewirausahaan pemuda.
Ketiga, penelitian yang juga relevan berhasil peneliti temui. penelitian
tersebut dilakukan oleh Sila (2010) dengan judul “Lembaga Keuangan Mikro
10
dan Pengentasan Kemiskinan: Kasus Lumbung Pitih Nagari di Padang”
penelitian ini berisi tentang pembahasan lembaga keuangan mikro yang
cukup pesat perkembangannya, namun belum memiliki status hukum yang
jelas. Kendati demikian Sila berpendapat bahwa LPN sangat membantu pihak
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di Padang. LPN Limau Manis
sekaligus berhasil dalam menghimpun dana dan memperoleh keuntungan
dalam pengembalian kredit ditempuh dengan cara menekan angka presentase
tingkat kemacetan pembayaran kredit agar supaya LPN memperoleh
kepercayaan dari nasabah (trust), hal ini dikarenakan modal sosial yang
dikembangkan LPN Limau Manis adalah mengombinasikan unsur tradisional
(otoritas Kerapatan Adat Nagari dan Nagari/bonding atau eksklusif) dan
unsur modernitas (otoritas Bank Nagari dan BPD/bridging atau inklusif, dan
linking).
Penelitian-penelitian di atas dapat menyimpulkan bahwa modal
sosial juga memberikan manfaat bila digunakan. Modal sosial di antaranya
mampu mengembangkan ekonomi Lembaga Keuangan Mikro (LKM), (Sila,
2010) Modal sosial juga hadir sebagai solusi pengentasan kemiskinan
Rumah Tangga Miskin (RTM)
Penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian-penelitian di atas.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari subjek penelitiannya. Subjek penelitian
ini adalah sebuah organisasi/lembaga kepemudaan KT, yang mana
penelitian ini juga ingin menggambarkan bagaimana sebuah kelompok
pemuda mengelola organisasi dan membentuk modal sosial sehingga dapat
11
berperan dalam menjadi basis kewirausahaan pemuda. Sementara itu,
penelitian-penelitian di atas tidak ada yang menjadikan pemuda atau pun
organisasi/lembaga kepemudaan sebagai subjek penelitiannya.
Di sisi lain, selain memetakan tinjauan pustaka dari sisi teori (modal
sosial), tinjauan pustaka juga dilakukan dengan memetakan kasus atau
subjek penelitian –Lembaga KT. Penelitian tentang KT berhasil peneliti
temui yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nuris Salam (2016) dengan judul
“Peran Karang Taruna Cengkehan dalam pemberdayaan Masyarakat
Melalui Wisata Air Terjun Sewu Watu”. Penelitian tersebut ingin
mendeskripsikan peran KT Bantul dalam membantu masyarakat melalui
wisata air Sewu Watu, dan membantu membuka lapangan kerja dengan cara
memberdayakan masyarakat, untuk memberikan peningkatan kualitas/skil
dalam mengelola objek wisata air terjun Sewu Watu, agar dapat menunjang
perekonomian masyarakat Cengkehan Bantul agar lebih baik.
Penelitian Salam (2016) tersebut agak berbeda dengan penelitian ini,
subjek penelitian Salam ini adalah KT dan fokusnya adalah pemberdayaan
masyarakat objeknya adalah Wisata Air Terjun Sewu Watu. Salam (2016)
berpendapat bahwa, dengan memberdayakan masyarakat, Karang Taruna
Bantul benar-benar telah membantu sebagai fasilitator yang memberikan
informasi dan motivasi untuk tujuan agar masyarakat dapat mandiri dalam
mengelola objek wisata–dilihat dari teori, fokus, lokasi dan karakter
masyarakat dan metode penelitian yang digunakan sangat berbeda dengan
apa yang sedang peneliti teliti.
12
Selanjutnya, satu penelitian yang paling relevan berhasil peneliti
temui. Penelitian tersebut dilakukan oleh Rosanti (2011) dengan judul
“Peran Karang Taruna Dipot Ratna Muda dalam Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Desa Guwosari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul”.
Penelitian tersebut mendeskripsikan peran Karang Taruna sebagai fasilitator
bagi masyarakat dalam melakukan pemberdayaan, peran edukasi, yaitu
Karang Taruna bekerjasamadengan pihak tertentu yang bertugas
memberikan pelatihan-pelatihan pada masyarakat (peran broker) yaitu KT
bertugas menghubungkan antara masyarakat dan pihak-pihak yang juga
bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat.
Penelitian dari Rosanti (2011) mungkin memiliki relevansi yang
besar terhadap penelitian ini. Namun demikian, penelitian dari Rosanti
(2011) tidak menggunakan teori modal sosial, dan penelitian Rosanti lebih
fokus kepada studi etnografi yang mencoba melihat peran KT dengan
menjelaskan perilakunya, ditambah penelitian tersebut dilakukan dalam
konteks sosial yang berbeda (karena kurang membahas pemuda sebagai
pelakunya). Karena dalam penelitian ini peneliti sangat berantusias untuk
mendeskripsikan bagaimana peran modal sosial –mengembangkan potensi
kewirausahaan pemuda. Dengan kata lain, fokus dari penelitian tersebut
sangat berbeda dengan fokus penelitian ini, Perhatikan bagan berikut:
13
Gambar I.D.1.
Pemetaan Penelitian Terdahulu
Sementara itu, tinjauan pustaka yang telah dilakukan dapat dilihat
dengan jelas seperti di bawah ini:
KARANG TARUNA: 1. Peran Karang Taruna Cengkehan dalam pemberdayaan Masyarakat Melalui Wisata Air Terjun Sewu Watu”, (Salam, 2016) 2. Peran Karang Taruna Dipot Ratna Muda dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Guwosari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul (Rosanti, 2011)
MODAL SOSIAL: 1. LKM dan Pengentasan Kemiskinan (Sila, 2010) 2. Peran Majelis Taklim dalam Pemberdayaan Perempuan; Analisis Kapial Sosial, Majelis Taklim Darunnisa’, Ciputat, (Asrori, 2014) 3. Ketahanan Ekonomi Ojek Pangkalan (Fathi, 2017)
Modal Sosial Sebagai Basis Kewirausahaan Pemuda (Studi Kasus: Karang Taruna Kota Tangerang Selatan) (Fatoni, 2018)
14
Tabel I.D.1.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa
kesimpulan. Meskipun penelitian ini dengan penelitian Salam memiliki
kesamaan dari sisi subjek penelitiannya, akan tetapi berbeda dari sisi teori
•Sila: “Lembaga Keuangan Mikro dan Pengentasan Kemiskinan: Kasus Lumbung Pitih Nagari di Padang”
•Asrori: “Pemberdayaan Perempuan Majlis Taklim Daarunnisa: Analisis Kapital Sosial”
•Thobias, Tungka dan Rogahang: “Pengaruh Modal Sosial Terhadap Perilaku Kewirausahawan: Studi Pada Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah di Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud”Bahar, Taslim dan Tamin: “Hubungan Kualitas pelayanan, Kepuasan dan Loyalitas Pengguna Ojek Sepeda Motor”
•Puspitasari: "Modal Sosial Perempuan dalam Penguatan Ekonomi Rumah Tangga"
•Fathi: "Modal Sosial dan Ketahan Ekonomi Ojek Pangkalan"
•Salam: Peran Karang Taruna Cengkehan dalam pemberdayaan Masyarakat Melalui Wisata Air Terjun Sewu Watu”
•Rosanti: Peran Karang Taruna Dipot Ratna Muda dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Guwosari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul
Judul
•Sila : Modal Sosial (Lembaga Kredit Mikro)
•Asrori : Modal Sosial (Majelis Taklim)
•Utomo : Modal Sosial (PKL)
•Kamarani : Modal Sosial (Rumah Tangga Miskin)
•Thobias, Tungka dan Rogahang : Modal Sosial (UMKM)
•Puspitasari : Modal Sosial (Perempuan dalam Keluarga)
•Fathi : Modal Sosial (Pangkalan Ojek)
•Salam : Peran (Karang Taruna)
•Rosanti : Peran (Karang Taruna)
Teori (Subjek)
•Sila : Pengentasan Kemiskinan
•Asrori : Pemberdayaan Perempuan
•Kamarani : Pengentasan Kemiskinan
•Thobias, Tungka dan Rogahang : Perngembangan Ekonomi
•Puspitasari : Pemberdayaan Perempuan dan Pengembangan Ekonomi
•Fathi : Ketahanan Ekonomi
•Salam : Pemberdayaan Masyarakat
•Rosanti : Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Fokus
15
dan sisi fokus penelitiannya. Begitu pula dengan penelitian Fathi, meskipun
memiliki kesamaan dari sisi Teori penelitiannya, akan tetapi berbeda dari
sisi fokus dan subjek penelitiannya. Dengan demikian, penelitian ini
memiliki keunikannya sendiri dibandingkan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya.
E. Kerangka Teoritis
1. Modal Sosial (social capital)
Modal sosial Putnam menunjukkan relevansinya dengan penelitian
ini karena penelitian ini berada pada tingkat level mikro. Penelitian ini
ingin melihat hubungan horisontal antar sesama anggota KT. Meskipun
harus peneliti tambahkan sedikit analisa Coleman untuk
mengkonfirmasi bagaimana modal sosial KT dalam menjalin hubungan
dengan kelompok atau individu diluar KT. Coleman (1994) mencoba
melihat “modal sosial sebagai keseluruhan sesuatu yang diarahkan atau
diciptakan untuk memudahkan tindakan individu dalam struktur
sosialnya (h. 94-95).
Menurut Putnam (Field, 2000:25), “ada dua bentuk modal sosial:
bonding social capital (modal sosial mengikat) dan bridging social
capital (modal sosial menjembatani). Sementara gagasan modal sosial
dari Putnam fokus pada hubungan horisontal yang bersifat resiprokal
antara berbagai elemen masyarakat sipil. Dua bentuk modal social
inilah yang akan peneliti lihat didalam KT untuk memotret bagaimana
modal social ini dapat tumbuh dan berkembang. Putnam pada
16
gilirannya –berdasarkan definisi modal sosialnya –lebih menitik
beratkan kepada jaringan sebagai unsur modal sosial”. Selanjutnya
Putnam memperkenalkan perbedaan antara dua bentuk dasar modal
sosial: menjembatani (inclusive) dan mengikat (exclusive). Putnam
(2000) dalam Asrori (2014) dijelaskan:
Bridging ditandai oleh hubungan sosial yang bersifat terbuka (inklusif)
outward looking, para anggotanya mempunyai latar belakang yang
heterogen. Orientasi kelompok ini lebih ditekankan upaya-upaya bersama
dalam mencari jawaban atas permasalahan bersama, serta mempunyai cara
pandangan keluar outward looking. Sedangkan bonding yaitu kapital sosial
bersifat eksklusif, keanggotannya biasanya didasarkan atas berbagai
kesamaan, seperti kesamaan suku, etnis dan agama, hubungan antar
individu bersifat tertutup inward looking, lebih mengutamakan solidaritas
dan kepentingan kelompok. (h. 761).
Penelitian ini diarahkan kepada deskripsi tentang bagaimana KT
Tangerang Selatan menciptakan dan memanfaatkan modal sosialnya
sehingga dapat mengembangkan potensi wirausaha pemuda di
Tangerang Selatan. Untuk sampai pada level modal sosial outward
looking atau bridging social capital (modal sosial yang menjembatani),
maka peneliti memasukkan unsur-unsur dalam modal sosial yang
nantinya berguna untuk mengembangkan dan membangun modal sosial
ke level yang lebih tinggi yaitu level meso-makro.
2. Unsur-Unsur Modal Sosial (Norma, Jaringan dan Kepercayaan)
Modal sosial merujuk pada bagian dari organisasi sosial, seperti
kepercayaan, norma, dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi
17
masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan terkoordinasi.
(Putnam, 1993:167).
James S. Coleman (1994:302) melihat kapital sosial berdasarkan
fungsinya. la bukanlah konsep tunggal namun kumpulan berbagai
macam entitas, biasanya mempunyai dua karakteristik secara umum:
berbentuk berbagai macam aspek dari stuktur sosial dan mampu
memfasilitasi tindakan individu yang berada dalam struktur sosial
tersebut.
Beberapa unsur untuk membahas konsep modal sosial, unsur yang
pertama, yaitu, norma-norma sosial (social norms). Secara umum
norma merupakan nilai yang bersifat kongkret. Norma adalah
seperangkat nilai yang hidup dalam suatu masyarakat dan terpelihara
untuk mencapai tujuan bersama. Norma itu diciptakan untuk menjadi
panduan bagi setiap individu untuk berperilaku sesuai dengan aturan
yang berlaku di masyarakat. Coleman menganggap “norma sebagai alat
yang memungkinkan individu bekerja sama untuk memperoleh manfaat
timbal balik, antara individu dan kelompok atau individu dan individu
lainnya” (Field, 2000: 45).
Unsur yang kedua, yaitu unsur jaringan. Terkait hal ini, Field
(2010:18) menjelaskan bahwa “terdapat nilai-nilai yang terkandung di
dalam suatu jaringan sosial. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
posisi nilai-nilai menjadi penting sebagai pengikat atau perekat (social
glue)– kohesifitas –mempersatukan dalam menjalin hubungan
18
(membuat jaringan)”. Penjelasan lain mengenai unsur modal sosial,
yaitu jaringan sosial (social networking) yang didefinisikan sebagai
unsur modal sosial adalah “Sekelompok orang yang memiliki norma-
norma atau nilai-nilai informal di samping norma-norma atau nilai-nilai
yang diperlukan untuk transaksi biasa di pasar” (Fukuyama, 2005:245).
Menurut Fukuyama “Pertukaran informasi yang diwadahi oleh jaringan
untuk berinteraksi akhirnya berkontribusi memunculkan kepercayaan di
antara mereka” (Fukuyama, 2002:320).
Unsur yang ketiga, adalah kepercayaan. “Kepercayaan melibatkan
pertukaran informasi tetapi tidak bisa direduksi menjadi sekedar
informasi, kepercayaan (trust) dengan dmikian adalah, pengaharapan
yang mucul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur,
dan kooperatif, berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, demi
kepentingan anggota yang lain dari komunitas itu” (Fukuyama,
2002:36). Jelas sekali bahwa kepercayaan merupakan unsur penting
dari modal sosial, yang mana sumber tersebut didapatkan dari norma-
norma disekelilingnya. “Kepercayaan dan norma-norma etis bersama
yang mendasarinya –dan komunitas-komunitas bergantung pada sikap
saling percaya, dan tidak akan muncul secara spontan tanpanya”
(2002:32).
Beberapa ahli diatas sangat optimis menganggap kepercayaan adalah
sesuatu modal yang bisa jadi sangat menguntungkan dan dapat berubah
19
menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis, dengan mengambil ungkapan
ekonom dan penyair Nobel, Kenneth Arrow:
kini, kepercayaan memiliki nilai pragmatis yang sangat penting.
Kepercayaan adalah pelumas yang penting bagi mulusnya kerja sebuah
sistem sosial. Kepercayaan menciptakan efisiensi. Kepercayaan
menghemat banyak kesulitan untuk memiliki tingkat keandalan yang adil
pada kata-kata orang lain. Sayangnya kepercayaan bukan komoditas yang
bisa dibeli dengan sangat mudah” (Fukuyama: 220).
Meminjam istilah Fukuyama (2002) –tergantung pada apa yang
disebut sebagai radius kepercayaan. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa
ketiga unsur pembentuk modal sosial tersebut merupakan indikator
dalam mengukur modal sosial. Ketiganya merupakan proses
pembentukkan yang saling terkait. Intinya, ketiga unsur modal sosial
tidak berdiri sendiri-sendiri. Mereka merupakan satu kesatuan yang
saling mempengaruhi.
Gambar I.E.2.2.
Unsur Modal Sosial
Sumber: Fukuyama (2005)
Modal Sosial
Norma Jaringan Kepercayaan
20
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan dan tujuan penelitian maka
jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian kualitatif.
Seperti yang diungkapkan oleh Irwan (2006) metode penelitian
kualitatif cenderung bersifat deskriptif, naturalistik dan berhubungan
dengan sifat data yang murni. Dengan menggunakan penelitian
kualitatif diharapkan peneliti dapaat menghasilkan uraian mendalam
tentang ucapan, tulisan dan perilaku yang dapat diamatai oleh suatu
individu, kelompok maupun masyarakat dan dikaji dari sudut pandang
yang utuh dan holistic, dengan keadaan yang alamiah (natural setting)
(h. 52). Jenis penelitian kualitatif dipandang paling tepat untuk
menjelaskan, memetakan dan mendeskripsikan peran modal sosial
dalam memngembangakan potensi wirausaha pemuda studi kasus: KT
Kota Tangerang Selatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. “Pendekatan
penelitian ini berusaha menjelaskan fenomena sosial terutama terkait
dengan pertanyaan mengapa, bagaimana dan dengan cara apa”
(Hancock, 1998:2). Sejalan dengan pendekatan penelitiannya, maka
penelitian ini tergolong dilakukan dengan cara studi kasus. “Penelitian
studi kasus merupakan strategi riset yang bersandarkan pada investigasi
empiris secara mendalam terhadap satu atau sejumlah kecil fenomena
untuk menguraikan konfigurasi dari tiap kasus” (Ragin, 2000:68).
21
Secara khusus, penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus
deskriftif.
Penelitian ini pada dasarnya dimaksud untuk memahami secara
kontekstual dan memperoleh gambaran yang mendalam dalam
penelitian yang berjudul “Modal Sosial Sebagai Basis Kewirausahaan
Pemuda, Studi Kasus: Karang Taruna Kota Tangerang Selatan”.
2. Penentuan Informan
Dalam menentukan informan, peneliti tidak memperhitungkan
jumlah banyaknya populasi, melainkan melakukan mempertimbangkan
bahwa informan dapat dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran
atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek
penelitian dan untuk menentukan informan salah satunya dapat
dilakukan dengan melalui keterangan orang yang berwenang dan
dipandang paling banyak mengetahui terhadap maslah yang diteliti,
baik secara formal maupun informal. Boydan dan Biklen dalam
Meleong Lexy. J (2000:90). Sehingga dalam penentuan informan
peneliti menggunakan teknik Purposive, Purposive yaitu, penentuan
sumber data pada orang yang diwawancarai atau dipilih dengan
pertimbangan dan tujuan tertentu. Selain itu penulis memilih metode
purposive karena dirasa lebih mudah untuk menentukan kriteria dan
informan, dengan purposive, yang menjadi informan hanyalah sumber
22
yang dapat memberikan informasi yang relevan saja. (Nasution
1992:52).
Jumlah informan dalam penelitian kualitatif tidak menadi persoalan
utama, karena informan akan dituju oleh peneliti untuk diwawancarai
mengenai objek penelitian untuk mencapai kebutuhan penelitian.
Informan dipilih secara sengaja dengan kriteria-kriteria tertentu yang
dijadikan sebagai ukuran subjektif. Yakni informan yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan mendalam tentang objek yang diteliti.
Kriteria dalam menentukan informan bagi penelitian ini adalah
mereka yang ada dianggap mempunyai pengaruh penting dalam
Lembaga Karang Taruna Kota Tangerang Selatan. Alasan tersebut yang
hendak ditelurusuri modal sosialnya –KT Kota Tangsel. Dengan kata
lain, informan dalam penelitian ini merupakan anggota KT Kota
Tangerang Selatan. Berkenaan dengan hal tersebut, pertama-tama
peneliti mendatangi pengurus KT dan mencari informasi tentang siapa
yang dapat dijadikan informan kunci. Dari situ dapat diketahui bahwa
informan tersebut merupakan informan A.R. merupakan Ketua Umum
dari KT Kota Tangerang Selatan. Dari informan A.R, peneliti
mendapat saran tentang siapa yang dapat memberikan informasi –
berguna untuk mengklarifikasi atau menguatkan data.
Data yang terkumpul di setiap tahapannya mengalami fluktuasi
progresifitas dan kedalaman data –berguna untuk menjawab pertanyaan
penelitian secara mendalam. Teknik ini dihentikan ketika data telah
23
mengalami titik stagnasi. Dengan kata lain, data yang dikumpulkan
dirasa penulis tidak lagi mengalami variasi atau telah mampu menjawab
pertanyan-pertanyaan penelitian ini.
Tabel I.F.2.1
Profil Informan No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Formal
1. Abd. Rasyid 43 S1 Ketua KT Kota Tangsel dan
Anggota DPRD Kota Tangsel
2. Fikri 32 S1 Wiraswasta
3. Ata Rosadi 45 S1 Wiraswasta
4. Dimas 34 S1 Wiraswasta
5. Didi 38 D3 Wiraswasta
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa informan
seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Dari tabel tersebut juga diketahui
bahwa seluruh informan tidak banyak yang memiliki pekerjaan lain
(selain sektor formal) di dalam KT itu sendiri. Beberapa yang menjadi
perhatian dari anggota/pengurus KT, yang rata-rata memiliki kualitas
pendidikan yang cukup baik.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapaun penentuan lokasi penelitian ini dilakukan di berbagai
tempat di Kota Tangeranag Selatan, dimana tersebar domisili dari
informan-informan yang akan diteliti di sekita Kota Tangerang Selatan.
Lokasi Sekertariat KT di Komplek Perumahan Pamulang menjadi
lokasi sentral untuk mendapatkan informasi, karena disana berbagai
kegiatan-kegiatan KT Kota Tangerang Selatan dibahas dan disepakati.
24
Sedangkan waktu penelitian yang dibutuhkan dalam mengumpulkan
data melalui teknik dokumen, wawancara dan observasi serta
mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang berkaitan dengan
penelitian ini adalah terhitung mulai dari bulan Juni 2017 sampai bulan
20 Agustus 2017.
.
4. Jenis dan Sumber Data
Menurut Suyanto (2007) jenis data berdasarkan sumbernya dibagi
menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
langsung dari hasil observasi dan wawancara di lapangan penelitian.
Dalam penelitian ini, data primer didapat melalui observasi di
Kantor Sekertariat Karang Taruna Kota Tangerang Selatan (KT-KTS)
sebagai lokasi penelitian dan melalui wawancara dengan anggota KT-
KTS. Sementara data sekunder didapat melalui studi kepustakaan atau
teknik dokumen – bersumber dari jurnal cetak maupun elektronik,
karya-karya ilmiah seperti skripsi atau tesis dan buku-buku. Dalam
penelitian ini, data sekunder didapat melalui literatur yang relevan
dengan tema penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pertama, peneliti melakukan observasi langsung. Nasution (1992)
menjelaskan bahwa observasi merupakan proses memberikan deskripsi –
analitik dan memberikan label – sintetik dari apa yang diamati (h. 52).
25
Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan langsung di lokasi
penelitian – Kantor Sekretaria KT-KTS untuk melihat dan mendengar
informasi yang diperoleh dari informan berkaitan dengan KT-KTS. Untuk
memudahkan prosesnya, maka hasil observasi diabadikan melalui catatan
lapangan, rekaman wawancara atau secara visual (foto penelitian) dengan
alat bantu kamera. Analisa data berbentuk deskriptif dapat dartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan objek penelitian. Pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data yang diperoleh
akan diuraikan dengan sejelas-jelasnya dan digambarkan dalam bentuk
kalimat atau kata-kata (Sugiyono, 2009:47).
Kedua, peneliti melakukan wawancara tak terstruktur secara terbuka.
Wawacara merupakan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Menurut Benny dan Hughes (dalam Black dan Champion, 1991)
sebagaimana berikut:
“Wawancara bukan sekedar alat dan kajian (studi), wawancara merupakan
seni kemampuan sosial, peran yang kita mainkan, memberi kenikmatan
dan kepuasan. Hubungan yang berlangsung dan terus menerus memberi
keasyikan, maka dominan yang terkuasai akan membangkitkan semangat
untuk berlangsungnya wawancara” h. (305).
Ini artinya peneliti harus menguasai seni atau teknik untuk
melakukan wawancara, maka memperoleh data yang diinginkan dari objek
akan mudah didapat. Wawancara seperti ini dilakukan bertujuan untuk
memberikan kondisi informal dan santai serta kebebasan kepada informan
26
untuk mengutarakan apa yang ada dipikirannya tanpa terikat oleh peneliti
(Nasution, 1988:58).
Terkahir, teknik dokumen diperlukan oleh peneliti sebagai pondasi
dan atau melengkapi data primer (observasi dan wawancara) yang
diperoleh. Tehnik penumpulan data dengan dokumentasi ialah
pengambilan data yang diperoleh dari melalui dokumen-dokumen. Sifat
data ini tidak terbatas pada waktu hingga memerikan peluang pada peneliti
untuk mengetahui peristiwa silam. Bahkkan dokumenter terbagi beberapa
macam yaitu: otobiografi, surat pribadi, buku, atau catatan harian.
Memorial, kliping, dokumen pemerintah atau swasta. Data server atau data
yang disimpan di flashdisk. Data tersebut diharapkan memperkuat data
primer yang diperoleh penulis. Dalam hal ini, data diperoleh dari literatur
(buku, artikel, jurnal, tesis skripsi) yang relevan dengan tema penelitian
ini.
6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisa data berbentuk deskriptif bukanlah perkara yang mudah,
karena itu beberapa teknis yang akan dipakai oleh peneliti untuk mengolah
data mentah menjadi analisa yang baik untuk disajikan. Data yang bersifat
kualitatif, digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-
pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan
(Koentjoroningrat, 1993:195).
27
G. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan pembahasan, maka dalam penulisan skripsi ini
dibagi menjadi empat bab yang terdiri dari:
BAB I Pendahuluan: Membahas Pernyataan Masalah, Pertanyaan
Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Kerangka Teoritis, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Letak Geografis, Sejarah Berdirinya dan Kegiatannya.
BAB III Modal Sosial dan Pengembangan Potensi Pemuda di
Tangerang Selatan: Membahas Latar Belakang Terbentuknya Modal
Sosial KT-KTS dan Peran Modal Sosial dalam Membangun Potensi
Pemuda.
BAB IV Penutup: Berisi kesimpulan penelitian disertai dengan
saran-saran.
Daftar Pustaka: Merupakan daftar kepustakaan (literature) atau
rujukan dan dasar bacaan yang digunakan peneliti dalam penulisan ini.
Baik yang berasal dari media cetak maupun media elektronik. Selain itu,
bagian ini juga memuat daftar wawancara yang telah dilakukan penulis
demi menjawab pertanyaan penelitian.
Lampiran Penelitian: Merupakan daftar lampiran-lampiran
keterangan pada saat melakukan penelitian.
28
BAB II
A. Letak Geografis Kota Tangerang Selatan
1. Sejarah Pembentukan Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten yang memiliki luas wilayah ± 9.662,92 km² dengan
penduduk pada tahun 2007 berjumlah 9.245.075 jiwa, terdiri atas 4 (empat)
kabupaten dan 3 (tiga) kota, perlu memacu peningkatan penyelenggaraan
pemerintahan daerah dalam rangka memperkukuh Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Kabupaten Tangerang yang mempunyai luas wilayah ± 1.159,05 km²
dengan penduduk pada tahun 2007 berjumlah 3.315.584 jiwa, terdiri atas 36
(tiga puluh enam) Kecamatan. Kabupaten tersebut mempunyai potensi yang
dapat dikembangkan untuk mendukung peningkatan penyelenggaraan
pemerintahan daerah (diakses dari
https://tangerangselatankota.go.id/main/content/index/sejarah_tangsel/6
pada Minggu 24 Februari 2017 pukul 08.34 WIB).
Dengan luas wilayah dan besarnya jumlah penduduk seperti tersebut,
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat belum
sepenuhnya terjangkau. Kondisi demikian perlu diatasi dengan
memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah
otonom baru sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan guna
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Dengan memperhatikan aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang Nomor
29
28 Tahun 2006 tanggal 27 Desember 2006 tentang Persetujuan
Pembentukan Kota Tangerang Selatan, Keputusan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 tahun 2007 tanggal 4 Mei
2007 tentang Persetujuan Penetapan Batas Wilayah dan Belanja Operasional
dan Pemiliharaan kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Surat Bupati Tangerang Nomor 135/088 Binwil/2007 tanggal 30 Januari
2007 perihal Persetujuan Pembentukan Daerah, Keputusan Bupati
Tangerang Nomor 130/Kep.149-Huk/2007 tanggal 19 Februari 2007 tentang
Persetujuan Pembentukan Kota Tangerang Selatan, Surat Bupati Tangerang
Nomor 137/530 Binwil-2007 tanggal 15 Maret 2007 perihal Usul
Pembentukan Daerah Otonom, Keputusan Bupati Tangerang Nomor
130/Kep.239-Huk/2007 tanggal 7 Mei 2007 tentang Belanja Operasional
dan Pemiliharaan untuk Pemerintahan Kota Tangerang Selatan, Keputusan
Bupati Tangerang Nomor 130/Kep.380-Huk/2007 tanggal 6 Agustus 2007
tentang Penetapan Batas Wilayah Kota Tangerang Selatan (RKPD,
2016:14).
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten Nomor
161.1/Kep-DPRD/11/2008 tanggal 7 Juli 2008 tentang Persetujuan Nama
Calon Kota, Batas Wilayah Kota dan Cakupan Wilayah Kota Calon
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, Keputusan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi Banten Nomor 161.1/Kep-DPRD/12/2008 tanggal 7
Juli 2008 tentang Persetujuan Penggunaan Gedung Balai Latihan Kerja
Industri (BLKI) Serpong Kabupaten Tangerang Untuk Fasilitas Kantor
30
Calon Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, dan Keputusan Gubernur
Banten Nomor 011/Kep.301-No. 4935 (Penjelasan Atas Lembaran Negara
Tahun 2008 Nomor 188) Huk/2008 tanggal 17 Juli 2008 tentang
Persetujuan Penggunaan Gedung Balai Latihan Kerja Industri (BLKI)
Serpong Kabupaten Tangerang Untuk Fasilitas Kantor Calon Kota
Tangerang Selatan Provinsi Banten.
Berdasarkan hal tersebut Pemerintah telah melakukan pengkajian secara
mendalam dan menyeluruh mengenai kelayakan pembentukan daerah dan
berkesimpulan bahwa perlu dibentuk Kota Tangerang Selatan. Dengan
terbentuknya Kota Tangerang Selatan sebagai daerah otonom, Pemerintah
Provinsi Banten berkewajiban membantu dan memfasilitasi terbentuknya
kelembagaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan perangkat daerah yang
efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, serta
membantu dan memfasilitasi pelaksanaan pemindahan personel, pengalihan
aset dan dokumen untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan daerah
dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat di Kota Tangerang Selatan.
Tangerang Selatan menjadi daerah otonom/mandiri hasil dari pemekaran
Kabupaten Tangerang di Provinsi Banten. Kotamadya Tanggerang Selatan,
ditetapkan sebagai kota mandiri pada tanggal 29 Oktober 2008 berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2008. Wilayah ini
meliputi beberapa kecamatan yaitu; Serpong, Serpong Utara, Ciputat,
Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Cisauk dan Setu. Salah satu tujuan
31
pemberian otonomi adalah luasnya wilayah dan besarnya jumlah penduduk
Kabupaten Tangerang sehingga mengganggu proses pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat.
2. Luas Wilayah
Luasnya wilayah Kota Tangerang Selatan ±147,19 km² dengan jumlah
penduduk pada tahun 2013 sebanyak 1.241.441 jiwa. Memiliki tingkat
kepadatan 5,911 jiwa/km² kondisi itulah yang membuat kota ini
sebagaimana kota lazimnya di Indonesia menghadapi kompleksitas-
kompleksitas permasalahan yang tercermin dalam berbagai fenomena, mulai
dari sistem, organisasi dan struktur, serta tindakan-tindakan dan tingkah
laku sosial para warganya (diakses dari
https://tangerangselatankota.go.id/main/content/index/sejarah_tangsel/6
pada Minggu 24 Februari 2017 pukul 08.34 WIB).
Kota Tangerang Selatan merupakan penyangga ibukota Jakarta di sebelah
selatan. Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang,
Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKl Jakarta & Kota Depok.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok dan
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Dari segi
kebudayaan kota Tangerang Selatan juga seperti Jakarta yang memang sejak
awal ditandai dengan berbagai macam perbedaan warganya.
Keanekaragaman budaya juga terlihat dari komposisi penduduk menurut
agama yaitu Islam sebanyak 90.98%.
32
3. Demografi Penduduk
Jumlah penduduk merupakan aset bagi suatu daerah yang mempunyai
peran cukup besar dalam penentuan percepatan pembangunan daerah
apabila didukung dengan kualitas yang baik. Berdasarkan proyeksi Sensus
Penduduk tahun 2013 adalah 1.443.403 jiwa. Laki-laki 727.802 jiwa,
sedangkan perempuan 715.601 jiwa. Rasio jenis kelamin laki-laki sebesar
101,71, yang menunjukkan laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan
perempuan, maka dapat kita lihat tabel dibawah ini untuk selengkapnya:
Tabel II.A.3.1
Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Per-Kecamatan 2013
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin
1 Setu 38.352 36.650 75.002 104,64
2 Serpong 78.007 79.245 157.252 98,44
3 Pamulang 159.014 155.917 314.931 101,99
4 Ciputat 108.225 104.599 212.824 103,47
5 Ciputat Timur 97.453 96.031 193.484 101,48
6 Pondok Aren 172.787 168.629 341.416 102,47
7 Serpong Utara 73.964 74.530 148.494 99,24
Jumlah 727.802 715.601 1.443.403 101,71
Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan 2013
Penduduk menurut agama yaitu Islam sebanyak 90.98%, penduduk
selebihnya memeluk agama Protestan (4,07%). Kristen (3.14%), Budha
(1,21%), dan Hindu (0,60%). Sarana peribadatan yang tersedia untuk para
pemeluk agama adaiah Masiid sebanyak 436 buah, Langgar/Mushola 1.268
buah, Gereja 42 buah, Vihara/ Kuil 7 buah (RKPD, 2016:14).
33
Perkembangan jumlah penduduk juga menimbulkan meningkatnya
kebutuhan akan sarana dan fasilitas pendidikan yaitu lembaga atau institusi
(Sekolah. Akademi. Universitas beserta perangkatnya seperti gedung,
ruang/kelas. Guru, Dosen). Sebagai kota penunjang, Kotamadya Tangerang
Selatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sekolah dari tingkat dasar
sampai dengan perguruan tinggi dan tersedianya sekolah-sekolah kejuruan
serta kursus-kursus keterampilan. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan tahun 2008 menunjukkan bahwa penduduk dengan tingkat
pendidikan SLTA berjumlah paling besar yaitu 29,22%. Penduduk dengan
tingkat pendidikan Perguran Tinggi sebesar 29.05%. Jumlah total unit
sekolah adalah sebesar 667 unit dengan rincian 236 Sekolah Negeri. 5
Madrasah Negeri. 292 Sekolah Swasta dan 134 Madrasah Swasta. Bentuk
pendidikan yang lain adalah berupa pesantren yang berjumlah 24 buah
dengan 66 orang Kiyai dan 29S orang Ustadz serta 4.405 orang santri.
4. Kondisi Kesejahteraan Penduduk
Kondisi penduduk yang disebabkan oleh tingginya urbanisasi membuat
permasalahan tersendiri bagi sebuah wilayah, salah satu masalah yang
krusial adalah masalah kesehatan. Penduduk Tangerang Selatan bila dilihat
dari kondisi pelayanan kesehatan dapat digambarkan sebagai berikut, pada
tahun 2013 jumlah Balita yang ditimbang dari 100.960 orang adalah
sebanyak 94.894 balita atau 93,99% dalam keadaan gizi baik, 212 atau 0,21
dalam gizi buruk, 2.950 atau 2,92% gizi kurang dan 2,904 atau 2,88% gizi
34
lebih (diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA
_2015/3671_Banten_Kota_Tangerang_Selatan 2015.pdf pada 3 Juni 2018).
Dapat dilihat dari kondisi ekonomi, Tangerang Selatan memiliki Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun 2007
adalah sebesar Rp.5.256.882,05 Iuta, sedan gkan PDRB atas dasar harga
konstan adalah sebesar Rp.2.768.787,17 Iuta. Dengan jumlah penduduk
pertengahan talmn 2007 mencapai 1.042.682 orang PDRB per kapita adalah
sebesar Rp.5,042 juta. Kecamatan yang memberiken kontribusi PDRB Kota
Tangerang Selatan paling besar adalah Ciputat Timur yaitu sebesar
Rp.1.678.739,29 Trilyun atau 31,93% dari total PDRB sedangkan yang
terkecil adalah Setu dengan Rp.71.045,74 Trilyun atau 1,3 5% (lihat RKPD
Tangerang Selatan 2016:107).
Berdasarkan data PDRB tahun 2015, struktur ekonomi Kota Tangerang
Selatan didominasi oleh sektor Real Estate memberikan sumbangan
tertinggi sebesar (17,44%), perdagangan besar dan eceran, dan reparasi
mobil dan sepeda motor masing-masing sebesar (17,16%), lapangan usaha
konstruksi (14,66%). Sektor penyedia akomodasi dan makanan-minuman
hanya (3,22%), sementara usaha sektor lainnya yang juga memberikan
kontribusi cukup besar (36,71%). Struktur ekonomi tersebut menunjukkan
bahwa perekonomian Tangerang Selatan didominasi oleh sektor tersier,
yaitu perdagangan hotel dan restoran; jasa-jasa; dan bank, persewaan dan
jasa perusahaan, yang memberikan kontribusi hampir 90%. Sektor sekunder
35
(industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih: dan konstruksi) memberikan
kontribusi 8.76%, dan sektor primer (pertanian pertambangan dan
penggalian) hanya memberikan kontribusi kurang dari 2%. Jika dilihat
kecenderungan sejak tahun 2004 hingga tahun 2007, sektor primer dan
sekunder mengecil kontribusinya secara signifikan sedangkan sektor tersier
meningkat kontribusinya. (lihat Katalog BPS, 2016)
B. Sejarah Berdirinya Karang Taruna Kota Tangerang Selatan
Karang Taruna adalah Organisasi Sosial wadah pengembangan generasi
muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab
sosial dari, oleh dan untuk masyarakat. Menurut Sekertaris Jendral Karang
Taruna Kota Tangerang Selatan, Bung Fikri mengungkapkan bahwa:
“Awalnya itu Karang Taruna Kota Tangerang Selatan terbentuk ketika adanya
pemekaran tuh, pemekaran daerah Kota Tangerang Selatan. Pada Tahun 2009.
Dengan terbentuknya Kota Tangerang Selatan otomatis, kita juga harus
membentuk Karang Taruna sendiri di Kota Tangerang Selatan, tidak mungkin
kita menginduk pada lagi di Kabupaten (Tangerang). Karena kan kita daerah
pemekaran. Makanya, kita berkordinasi dengan Karang Taruna Provinsi dan
Kabupaten untuk membentuk Karang Taruna Tangerang Selatan. Nah
Alhamdulillah.. berkat kordinasi itu akhirnya terbentuk Karang Taruna Kota
Tangerang Selatan seperti sekarang ini” (Wawancara dengan Bung Fikri, Perum
Cendana, Pamulang 2, 7 Maret 2018).
Dengan diresmikannya pemekaran Kota Tangerang Selatan maka kader-
kader KT yang berdomisili di Tangerang Selatan membentuk Organisasi KT
untuk di Wilayah Kota Tangerang Selatan. Agar dapat berkembang melebarkan
sayapnya secara otonom dan mandiri di Kota Tangerang Selatan dan juga
sepaya setiap kegiatan-kegiatannya dapat menghimpun pemuda-pemudi sampai
di Tangerang Selatan. Sejatinya Karang Taruna memang di utamakan untuk
36
generasi muda di wilayah desa/kelurahan dan terutama bergerak di bidang
usaha kesejahteraan sosial, keanggotaan Karang Taruna Kota Tangerang
Selatan sangatlah struktural dan hierarkis A. Rasyid mengatakan :
Kenggotaan di tingkat kota itu, kepengurusannya yang ada di kota, serta
susunan kepengurusan itu kalo di Kota ada sekitar 50 orang pengurus, jika kita
mengacu sesuai SK. Untuk di masing-masing Kecamatan itu variatif. Minimal
35 orang kepengurusannya jika melihat rata-rata pengurus di SK, dan maksimal
40. Untuk di Kelurahan rata-rata itu pengurusnya 30 orang. Bahkan,
keanggotaan di Karang Taruna Kota Tangerang Selatan sampai menyentuh
tingkat RW (Wawancara dengan A. Rasyid, Pamulang, 10 Maret 2018).
Selanjutnya dijelaskan mengenai status keanggotaan oleh Informan
sebagai berikut:
Nah ini, kalo di Karang Taruna itu, semua warga Kota Tangerang Selatan itu
adalah warga Karang Taruna, dan kemudian di Karang Taruna itu ada anggota
aktif dan anggota pasif. Ada anggota yang aktif mendaftar terus dia ikut dalam
berbagai kegiatan, ada juga anggota yang hanya datang sebagai simpatisan
(Wawancara dengan Fikri, Pamulang 2, 7 Maret 2018).
Untuk menjelaskan seperti apa gambaran umum mengenai Karang
Taruna sebagai sebuah organisasi sosial maka, penulis memberikan sebuah
rumusan sebagai berikut, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Karang Taruna adalah suatu organisasi social
2. Sebagai wadah pengembangan generasi muda
3. Karang Taruna tumbuh dan berkembang atas dasar adanya
kesadaran terhadap keadaan dan permasalahan di lingkungannya
4. Karang Taruna tumbuh dan berkembang dari generasi muda
Bergerak di bidang Usaha Kesejahteraan Sosial (diakses dari
http://www.karangtarunabanten.com/2008/07/pengertian-
karang-taruna_24.html pada 23 Januari 2018).
37
C. Kegiatan Karang Taruna Kota Tangerang Selatan Berbasis Ekonomi
Beberapa kegiatan yang menurut penulis penting untuk diulas dan menarik
untuk dilihat diakarenakan merupakan suatu kegiatan yang tetap dan insidental
yang melibatkan partisipasi masyarakat yang besar Kota Tangerang Selatan,
sebagai berikut:
Tabel II. C.1
Kegiatan Karang Taruna Kota Tangerang Selatan Berbasis Ekonomi
No
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan Output Program
1 TAWIRA
(Taruna
Wirausah
a)
Program ini bertujuan
memberi wawasan,
pendidikan dan motivasi
kepada para pemuda untuk
beraktualisasi melalui
bidang wirausaha guna
menekan tingkat
pengangguran di usia
produktif. Program ini juga
mendorong keberanian dan
kemampuan berwirausaha,
juga akan lebih memperkuat
dukungan terhadap kegiatan
kewirausahaan yang telah
dirintis dan dikembangkan
oleh seluruh KT yang ada di
Kota Tangerang Selatan.
Galleri KT Tunas Bhakti (adalah
tempat produk kerajinan tangan
dari barang bekas)
(https://tangerangonline.id/2017/02/
15/karang-taruna-tunas-karya-
bakti-tampilkan-seni-barang-bekas-
di-tps-ciputat/)
Mengikuti dan memasarkan
produk-produk Karang Taruna dari
setiap Kelurahan dalam momentum
Harganas (Hari Keluarga Nasional)
antara lain produk-produknya
adalah, makanan kecil, kerajianan
alat musih Kahon, Lukisan, ikan
hias dan lain-lain
(http://karangtarunarempoa.blogspo
t.co.id/2015_08_01_archive.html?v
iew=classic).
2 UKS
(Usaha
Kesejahte
raan
Sosial)
Kegiatan ini adalah kegiatan
dalam upaya memajukan
kesejahteraan masyarakat
melalui penanganan
masalah sosial. Yang
ditangani adalah: Lansia,
Anak dan Keluarga, Fakir
Miskin, Tuna Wisma,
Penyandang Disabilitas,
Kenakalan Remaja, Korban
Meliputi pemberian bantuan
langsung, pelayanan, memberikan
bantuan tenaga, dan bantuan
informasi, pendampingan,
penyuluhan bimbingan sosial,
pemberian motivasi, kosultasi,
mediasi dan yang terakhir advokasi.
Yang Pernah dilakukan:
-Bedah Rumah saat kebakaran di
Kelurahan Benda
38
AIDS/HIV dan NAPZA dan
yang terakhir Korban
Bencana Alam.
-Swadaya pembersihan sisa
Longsor di Muncul
-Pembangunan Perpustakaan mini
di Pamulang
-Penyuluhan Bahya Narkoba KT
dan BNN Kelurahan Muncul,
Kecamatan Setu.
-Seminar dengan Tema: Peran
Karang Taruna untuk Masyarakat.
Pada Tanggal 13 Agustus 2017.
Kel. Pondok Benda, Pamulang
3 Profiling Jadi kegiatan ini diadakan
untuk pemetaan secara
strategis potensi-potensi
usaha ekonomi yang ada di
daerah masing-masing
Kecamatan-Kelurahan di
Tangerang Selatan, yang
nantinya akan di follow up
untuk masuk dalam
supporting kegiatan
TAWIRA (Taruna Wira
Usaha). Jadi tiap-tiap daerah
diambil sampelnya untuk
diteliti apa kebutuhan dan
potensi di daerah tersebut
(Wawancara dengan A.
Rasyid, Perum Cendana,
Pamulang 2, 7 Maret 2018)
Sponsorship, konsultasi usaha,
pendampingan usaha, pemasaran
usaha, dan mencetak pada
enterpreneur baru
Yang berjalan sampai Hari ini:
-Bank Sampah di Kelurahan
Ciputat
-Budidaya Ikan Lele, di Kelurahan
Ciputat Timur
-Steam Motor di Kelurahan
Pamulang
-Pembuatan Furniture di
Kecamatan Setu
-Sektor Kulier seperti Kacang
Sangrai, di Setu
-Kerajinan Tangan, seperti hiasan
lampu dari bambu, hiasan rumah
dsb. Di Ciputat
(Wawancara dengan Didi, Perum
Cendana, Pamulang 2, 7 Maret
2018)
39
BAB III
A. Latar Belakang Terbentuknya Modal Sosial di Karang Taruna Tangerang
Selatan
Peran KT Tangerang Selatan sebagai organisasi dan basis perjuangan
pemberdayaan pemuda di Tangerang Selatan, yang banyak berkembang di
lingkungan masyarakat pada setiap Kecamatan-Kelurahan belum banyak dilirik
sebagai sebuah kajian akademis, karena memang eksistensinya terlihat kecil,
karena kebanyakan masyarakat mengetahui di tiap-tiap kelurahan pastilah ada
sebuah organisasi bernama Karang Taruna, juga setiap perayaan momentum
hari-hari besar pastilah KT memiliki andil didalamnya, seperti yang
diungkapkan oleh H. A. Rasyid:
Sebenarnya di semua tempat dan di tingkatan (RT/RW-Kelurahan-
Kecamatan) struktur manapun di Karang Taruna pasti banyak yang
mengadakan acara kalo di hari-hari besar Islam, hari-hari besar Nasional.
event terbesar Karang Taruna Kota Tangerang Selatan adalah Hari Ulang
Tahun Karang Taruna sendiri yang berbarengan dengan Hari kesetiakawanan
sosial. Dan fungsi kita merayakan di hari itu acara yang besar, adalah
bagaimana Karang Taruna dapat membaur dan bermanfaat serta kehadirannya
dirasakan oleh masyarakat. Jadi kita juga selain jadi simbol perekat, kita juga
membantu masyarakat untuk saling bersetiakawan, mempererat hubungan
sosial (Wawancara dengan H. A. Rasyid, Pamulang, 10 Maret 2018).
Pandangan H. A. Rasyid tersebut sering kali diungkapkan dalam berbagai
acara di hadapan warga KT Tangerang Selatan, Karang Taruna paling tidak
memiliki beberapa peran sebagai pemuda sekaligus antara lain, Pertama,
pemuda KT sebagai aktor perubahan (agent of change), karena Anggota KT
memiliki peran besar dalam terjadinya perubahan sosial dari lingkup terkecil
sampai nasional, pemuda lebih kuat, mereka lebih idealis dan lebih kritis.
Meskipun demikian, pemuda haruslah memiliki kecakapan-kecakapan agar
40
siap menjadi generasi pencetak perubahan, bukan malah menjadi objek
eksploitasi keadaan jaman. Kedua, pemuda KT sebagai aktor pembangunan
(agent of development), optimisme dari pemuda sangat tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kesadaran masyarakat, berkontribusi dalam pembangunan fisik-
non fisik, dengan adanya bonus demografi, mereka saat ini jumlahnya lebih
banyak dari pada angkatan tua, mereka bisa saling berkolaborasi dan
menciptakan gerakan yang sangat besar pengaruhnya untuk pembangunan.
Ketiga, pemuda KT sebagai aktor modernisasi (agent of modernization). Sering
kali kita melihat pemuda datang dengan ide-ide cemerlang mengenai
pembaharuan, ide-ide dan perilakunya sering kali menjadi pelopor perubahan,
dengan datangnya Bonus Demografi, dimana jumlah penduduk didominasi
oleh jumlah usia produktif, yaitu pemuda. Mereka lebih banyak mengenal
teknologi dan informasi dengan kemampuan adaptasi yang menakjubkan.
Rasyid memiliki harapan besar terhadap pemuda di Tangerang Selatan, ia
berharap Karang Taruna yang dipimpinnya menjadi tempat bagi pemuda untuk
belajar, berkembang dan mandiri, meningkatkan semua potensi yang ada pada
dirinya dan kemudian berkontribusi pada kemajuan Kota “pemuda KT hari ini
adalah tulang punggung dan penopang sebuah bangsa” ujarnya. Oleh karena itu
disetiap kegiatan Karang Taruna selalu diisi oleh pemuda, mereka harus tampil
terdepan, sekali pun mereka harus disibukkan dengan kegiatan-kegiatannya di
luar KT seperti sekolah, bekerja dan berkarir, mereka harus bisa
mengimplementasikan apa-apa yang mereka pelajari dan mengembangkannya
kepada masyarakat. Merekalah perekat masyarakat yang sebenarnya, karena
41
kekuatan/tenaga, informasi dan pergerakan mereka cenderung lebih kuat dan
luas, dan sebagai organisasi sosial, KT memiliki peran dan tanggungjawab
untuk mengarahkan segala potensi itu kearah yang lebih produktif.
Meskipun KT adalah sebuah organisasi sosial, secara umum mengakui
kalau konflik dimanapun pastilah ada karena mereka berasal dari unsur yang
berbeda-beda seperti mahasiswa, pelajar, pekerja dan lain-lain, dan hal ini
dapat diatasi. Banyak dari anggota/pengurus KT yang latarbelakangnya juga
merupakan tokoh masyarakat seperti RT/RW, Lurah, Anggota DPRD,
Pengusaha dan lain sebagainya. Hal ini juga yang menjadi modal sosial untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap oragnisasi ini, terbukti saat
ada kegiatan-kegiatan yang diadakan, masyarakat selalu membantu dan
antusias untuk mengikutinya. Yang demikian itu tidak sekali jadi, dibangun di
atas pengalaman, akumulatif, teruji oleh harapan, penghargaan, keuntungan
yang terkandung dalam kepercayaan itu sendiri. Oleh karena itu, kepercayaan
merupakan sebuah konstruksi sosial historis-empirik (Lawang, 2004: 57).
B. Peran Modal Sosial dalam Menciptakan Kegiatan Berbasis
Kewirausahaan di Karang Taruna Tangerang Selatan
1. Langkah Karang Taruna dalam Bonding Social Capital
Membangun organisasi KT dari bawah bukanlah sesuatu yang mudah,
hal ini diungkapkan oleh H. A. Rasyid, namun berbekal pengalaman
organisasi yang mumpuni dan semangat untuk terus membangun mental
pemuda Tangerang Selatan, hal ini dimulai dari setelah diresmikannya
42
pemekaran dan pembentukan Karang Taruna Tangerang Selatan, secara
otonom KT Tangerang Selatan berpisah dari Karang Taruna Kota
Tangerang.
Proses penjalinan solidaritas merupakan tahap awal membentuk
kepercayaan antar anggota dan pengurus, dan menentukan struktur
pengurus di internal KT Tangerang Selatan. Dengan agenda seperti
kumpul-kumpul, diskusi kecil, jalan-jalan bersama, kerja bhakti, menjadi
panitia PHBI (Perayaan Hari Besar Islam), menjadi panitia PHBN
(Perayaan Hari Besar Nasional) dan outbond membuat para kader
semakin akrab, saling mengenal pribadi satu-sama lain dan dapat
bekerjasama dengan baik. Dalam pembahasan Putnam, dapat disimpulkan
bahwa jaringan dan kerja sama tidak dapat dipisahkan. Bonding social
capital berperan dalam menciptakan identitas bersama yang kuat. Hal ini
penting sebagai salah satu syarat menumbuhkan kerja sama internal
kelompok. Dalam proses pembentukan jaringan, menumbuhkan iklim
kerja sama adalah syarat lain selain nilai dan norma bersama (Fukuyama,
2005:53). Menurut Armitage dan Plummer, “Modal sosial ini kemudian
lebih dikenal dengan modal sosial bonding yaitu modal sosial antara
individu dalam sebuah kelompok dengan melihat orientasi ke dalam
(inward looking) (Ayu Kusumastuti, 2015:84). Meskipun demikian Fikri
mengungkapkan bahwa keanggotaan di KT cenderung terbuka:
Nah ini, kalo di Karang Taruna itu, semua warga Kota Tangerang Selatan
itu adalah warga Karang Taruna, dan kemudian di Karang Taruna itu ada
anggota aktif dan anggota pasif. Ada anggota yang aktif mendaftar terus
43
dia ikut dalam berbagai kegiatan, ada juga anggota yang hanya datang
sebagai simpatisan (Wawancara dengan Fikri, Pamulang 2, 7 Maret 2018).
Keterbukaan ini tidak lantas membuat para anggota dan pengurus KT
tidak kompak atau cenderung eksklusif dan semakin mempertahankan
homogenitas, justru dalam satu sisi, hal ini membantu mereka dalam
memperkaya identitas organisasinya. Para kader dan pengurus KT
memiliki latarbelakang dan kemampuan yang heterogen, hal ini agak
bertentangan dengan pendapat Putnam, Modal sosial mengikat cenderung
mendorong identitas eksklusif (2000:24).
Kemudian dilanjutkan membuat rancangan program kegiatan yang
dekat dengan pemuda dan kepemudaan, dikarenakan anggota KT memang
basisnya adalah pemuda. Selain itu juga KT tiada henti-hentinya
didemonstrasikan kepada warga Kota Tangerang Selatan gunanya untuk
menarik kader-kader baru dan juga atas bantuan tokoh-tokoh masyarakat
akhirnya lama-kelamaan anggota KT Tangerang Selatan pun bertambah
banyak. Setelah selesai di internal, maka A. Rasyid dan pengurusnya
memulai komunikasi dengan menjalin relasi-relasi kemitraan diluar
organisasi, seperti Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Forum Kelompok
CSR se-Tangerang Selatan dan tokoh-tokoh masyarakat Tangerang
Selatan.
44
2. Langkah Karang Taruna dalam Bridging Social Capital
Terlibat aktifnya kader-kader KT di kecamatan maupun kelurahan,
menyebabkan dibentuknya pengurus-pengurus KT kecamatan-kelurahan
di Tangerang Selatan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan sosialisasi
program kepada masyarakat, membantu penyadaran masyarakat atas
pentingnya memberdayakan kaum muda-mudi Tangerang Selatan,
seringkali dengan berbagai cara komunikasi yang baik dan juga tidak
segan untuk turun langsung dari pintu ke pintu untuk mengajak
masyarakat dan kaum muda-mudi untuk aktif berpartisipasi, mengikuti
pelatihan-pelatihan kewirausahaan dan diskusi publik mengenai
pentingnya peran pemuda bekerjasama dengan Pemerintah Kota dan relasi
lain seperti Kelompok CSR. Hal inilah yang disebut Bridging Social
Capital yang pada gilirannya berperan penting bagi KT untuk
menciptakan perluasan kerja sama terhadap kelompok lain
(Wardyaningrum, 2016:38).
3. Peran Modal Sosial dalam Wirausaha Anggota Karang Taruna
Tangerang Selatan sebagai Kota penyangga Jakarta, tentulah
menghadirkan banyak problem sosial dan ekonomi yang harus diatasi,
sebut saja kenakalan remaja kota (minuman keras, perjudian, narkoba dan
pergaulan bebas), kemiskinan, ketiadaan lapangan kerja dan lain-lain,
membuat H. A. Rasyid berpikir untuk mencari solusi atas beberapa
masalah diatas, akhirnya muncullah sebuah gagasan bahwa setelah
45
memiliki modal sosial yang cukup luas, KT harus memiliki perhatian
khusus pada bidang ekonomi dan mulai menjalin relasi keluar KT.
Akhirnya H A. Rasyid menggagas program yang diberi nama Profiling,
program ini direncakan dengan konsep yang matang, lalu melakukan
pemetaan tentang potensi apa saja di kecamatan-kelurahan yang mampu
menjadi komoditas ekonomi, memiliki daya jual untuk dikembangkan
menjadi usaha dan membuka lapangan kerja baru. Hal ini juga
diungkapkan oleh Fikri:
nah dengan seperti itu kita dorong kawan-kawan, khususnya di wilayah
Kecamatan untuk bergerak dan berwirausaha. Ada satu program kita
untuk memulai langkah itu, yaitu profiling. Jadi fungsi profiling ini kita
dapat memetakan potensi wilayah Kecamatan-Kelurahan dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat. Kira-kira potensi apa yang menonjol di daerah itu,
di sektor mana, wirausahanya dapat kita kembangkan? kemudian kita
dorong mereka berwirausaha. salah satu contohnya itu di Setu dan di
Ciputat maupun di Rempoa, Ciputat Timur. Di Setu itu ada pembuatan
Furniture yang pada saat itu pembentukannya dibantu dan disupport oleh
Karang Taruna, jadi Ata Rosadi (pemilik usaha), ini juga kader Karang
Taruna dan Ketua (KT) Kecamatan Setu, yang membuat furniture dari
limbah pabrik yang ada di Tangsel. Rempoa itu budidaya ikan lele, kader
kita juga yang kita support namanya M. Anshor, di wilayah Ciputat,
Dimas, dia Ketua Karang Taruna tingkat RW, dia itu produk ekonominya
yaitu “Bank Sampah”. Di sektor kuliner, jadi ada di wilayah Setu itu,
Kacang Sangrai, itu juga di support untuk pemasarannya, di Cilenggang
juga ada Dodol, sama kerajinan tangan, nah ini dikelola langsung sama
Bung Iman, itu Ketua Karang Taruna Cilenggang. Jadi KT yang jadi
sponsor dan bantu memasarkan juga kalo di Cilenggang. Di Ciputat juga
ada kerajinan tangan seperti sulam taplak meja dll. Yang juga dikelola
kader Karang Taruna. Ada juga usaha Steam Motor, Sablon dsb. Yang
dikelola oleh kader Karang Taruna (Wawancara dengan Fikri, Pamulang
2, 7 Maret 2018).
Setelah program ini digulirkan, tentu banyak kader-kader yang mulai
tertarik dan melihat peluang-peluang usaha dilingkungannya, banyak
masyarakat yang beranggapan bahwa organisasi sosial hanya bertahan
46
dengan fundrising (mencari donasi), menurut Ata itu kurang tepat,
harusnya organisasi sosial itu memberi sesuatu kepada masyarakat, bukan
malah meminta, bisa saja organisasi diberi, tapi itu harus sangat benar dan
baik pengelolaannya.
Gambar III.B.3.1
Modal sosial Karang Taruna yang dimanfaatkan sebagai Basis
Kewirausahaan
Modal Sosial KT Tang-Sel Program Berbasis Kewirausahaan
Bridging Pengurus Kota Profiling (Pemetaan Potensi Usaha di Tiap-tiap
Kecamatan)
Bonding Pengurus
Kecamatan
TAWIRA (Taruna Wirausaha)
1. Bazaar dan Expo saat perayaan Hari Besar
2. Pemberian Modal Usaha, untuk usaha yang
produktif
3. Penanaman Modal dengan Sistem Bagi Hasil (misal
Warung Kopi/Steam Motor)
4. Program Perencanaan dan Marketing
Pengurus
Kelurahan
Seminar Kewirausahaan
47
Pengurus RW Pelatihan-Pelatihan:
1. Kerajinan Membuat Furniture
2. Kursus Cara Mengelola Bank Sampah
3. Kursus Sablon
4. Belajar Membuat Hydroponic
5. Kursus Budidaya Ikan
Menjalin Kerjasama dengan Mitra Kerja
1. CSR
2. Pemerintah Kota Dll.
Dari Gambar diatas dapat penulis deskripsikan bahwa telah banyak
usaha-usaha yang lahir dari Program Karang Taruna yang memutuskan
untuk fokus pada pemuda dan wirausaha, beberapa usaha tersebut seperti
peneliti bahas dibawah ini sebagai bentuk kongkret dari modal sosial yang
menjadi basis kewirausahaan pemuda Karang Taruna Kota Tangerang
Selatan:
a) Ata Pemilik Usaha Young Art Furniture
Awal membentuk usaha ini Ata memulainya pada 2009
dengan modal sendiri. Ia mengumpulkan limbah-limbah pabrik dan
dibeli dengan harga murah, lalu dijadikan sebagai bahan furnitur.
Namun beberapa waktu berselang, Karang Taruna membantunya
48
untuk menadapatkan bantuan modal dari Pemerintah Kota
Tangerang Selatan. Awalnya Ata hanya berdua, setelah
mendapatkan bantuan modal usaha, Ata memiliki 7 Karyawan dan
dapat membuka Kursus bagi anggota-anggota Karang Taruna yang
ingin belajar (Hasil Wawancara dengan Ata, Pamulang, 4 Mei
2018)
b) Dimas Wiwoko Pemilik Usaha Bank Sampah Mutiara
Dimas menceritakan awal pendirian Bank Sampah Mutiara ini
dengan dibantu oleh kawan-kawan Karang Taruna juga, dan tujuan
awalnya mendirikan Bank Sampah ini ialah untuk menyadarkan
masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dari sampah, dan
sumber sampah yang paling utama yaitu keluarga, oleh karena itu
ia terus –menerus mengadakan sosialisasi disamping iming-iming
uang yang didapat dari siapapun nasabah Bank Sampah yang
berkenan mengumpulkan sampah dan menyetorkannya pada
Dimas.
Di Karang Taruna Sendiri Dimas menjabat sebagai Ketua KT
Sawah Baru membawahi 9 Rukun Warga. Setelah banyak yang
sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, akhirnya Dimas dapat
menginspirasi untuk seluruh warga khususnya di Sawah Baru
untuk mengumpulkan sampah padanya, selanjutnya ia juga
mendapat bantuan beberapa alat dari Dinas Kebersihan. Selain
dijual kembali (sampah yang seperti: Kayu, Kardus atau Besi)
49
dengan harga yang cukup tinggi Dimas juga memanfaatkan sampah
untuk didaur ulang dan dikreasikan menjadi produk-produk
kerajinan tangan yang memiliki nilai jual ekonomis (Hasil
Wawancara dengan Informan Dimas Wiwoko, Sawah Baru, 4 Mei
2018).
c) Away Pemilik Usaha Steam Motor Kartun Jaya dan Warung
Kopi Warway
Away menceritakan kalau pembuatan Warung atau pun usaha
Steam Motor dibantu oleh Karang Taruna Kota Tangerang Selatan,
seperti alat-alat steam dan alat-alat warung, serta membantu
promosi-promosi yang juga sangat terasa bermanfaat bagi jalannya
usaha, serta turut menyumbangkan pelanggan dan ikut meramaikan
lokasi usaha, sehingga usaha berjalan dengan baik dengan hasill
yang memuaskan.
Away menceritakan jika tanpa bantuan Karang Taruna,
usahanya tidak akan berjalan seperti sekarang, dia mengakui
bahwa dimata masyarakat KT masih memiliki kesan yang baik,
ditambah lagi jika anggotanya memiliki usaha, menurut Away, hal
itu adalah cerminan bahwa pemuda KT sangat giat untuk berusaha
dan berwirausaha, tidak peduli dengan apapun usahanya, yang
terpenting dukungan dari lingkungan sekitar (Wawancara dengan
Away 3 Juni 2018).
50
d) M. Anshor Pemilik Usaha Budidaya Ikan
M. Anshor mengatakan jika usaha telah berjalan cukup
lama, mulai dari tahun 2012. Akan tetapi beberapa tahun
setelah itu, usahanya terhambat oleh faktor modal, bertepatan
dengan itu KT Kota Tangerang Selatan mendapatkan
sumbangan dari Forum CSR Kota Tangerang Selatan, yang
mana dana hasil dari Forum CSR tersebut dialokasikan untuk
membantu beberapa usaha yang dimiliki oleh pengurus KT.
Dengan bantuan dana tersebut akhirnya usaha M. Anshor
berkembang sampai sekarang, beberapa dari karyawannya juga
ternyata anggota KT, ia membebaskan bagi siapapun anggota
KT atau pun masyarakat yang ingin belajar atau kursus tentang
cara budidaya ikan. Ia merasa telah terbantu oleh keberadaan
KT, ia beranggapan jika bukan karena jaringan yang ia miliki
di KT, usaha budidaya ikan itu sudah bangkrut sejak dulu
(Wawancara dengan . Anshor 3 Juni 2018).
Diakui oleh ketua Forum CSR bahwa , mengungkapkan sejatinya dana
CSR diadakan untuk menghindari pajak yang besar, akan tetapi dengan
melihat kinerja Karang Taruna, rasanya banyak yang merasa bahwa
organisasi seperti ini harus banyak mendapatkan dukungan. Pane Ketua
Forum CRS mengatakan, bahwa pemikiran dan agenda kerja terkait
dengan kewirausahaan di KT akan tetap mendapat perhatian darinya,
51
sebab menurutnya, selain produktif, hal itu juga membantu membuat
lapangan kerja baru bagi daerah dan lingkungannya (Wawancara dengan
Pane, 2 Juni 2018).
Di banyak kesempatan acara-acara KT saat ini seperti diskusi dan
dialog selalu bertemakan pemuda dan wirausaha, pelatihan-pelatihan skill
di masing-masing kecamatan/kelurahan banyak dibuka, seperti pelatihan
sablon, pelatihan membuat tanaman hidroponic, mengelola Bank Sampah,
pelatihan membuat furniture, pelatihan mengelola sampah, budidaya ikan
dan lain-lain. Menurut Ata:
Kita gak bisa terus-terusan mungut sumbangan masyarakat, itu buat saya
sungkan, harusnya kita memberi. Tapi memang sudah kebiasaan kalo liat
kali kotor, masjid kotor, banyak sampah ya kita kerja bhakti, dan selalu
banyak sumbangan yang kita gak minta. Ya mungkin nanti takut bergeser
jadi kita yang minta, makanya saya bangun usaha furniture ini, saya
adakan pelatihan-pelatihan kepada kader, supaya mandiri, kalo ada
tujuhbelasan, atau maulid ya gak minta-minta (wawancara dengan Ata,
Setu, 4 Mei 2018).
Gambar.III.B.3.1
Para Peserta Kursus Pembuatan Kerajinan Furniture
52
Mereka menganggap dengan kemandirian maka lebih banyak manfaat
yang dapat diberikan kepada masyarakat, dengan kemandirian organisasi
mereka akan terus-menerus produktif demi perkembangan organisasinya.
Gagasan inti dari teori modal sosial adalah bahwa jaringan sosial memiliki
nilai, kontak sosial mempengaruhi produktivitas individu dan kelompok
(Putnam, 2000: 18-19). Maka seperti yang dilakukan Ata, hal itu adalah
sebuah penanaman nilai yang dioptimalkan lewat kerja nyata membantu
masyarakat agar sadar pentingnya kemandirian, dan akhirnya nilai tersebut
bermetafora menjadi sebuah kepercayaan, kader yang semula
mengandalkan pendanaan dari sumbangan, kini lambat-laun berubah
menjadi mandiri dengan berwirausaha.
Modal sosial KT Tangerang Selatan telah menjadi penopang utama
dari berkembangnya organisasi ini di lingkungan masyarakat Kota
Tangerang Selatan, sehingga agenda-agenda yang dikerjakan tidak banyak
menemui hambatan yang berarti. Berikut penulis akan jelaskan beberapa
unsur yang berfungsi melengkapi modal sosial yang dibangun oleh KT
Kota Tangerang Selatan adalah:
a. Nilai
Tidak ada organisasi yang dibangun tanpa adanya nilai-
nilai yang dianut sebagai dasarnya, maka di KT pun demikian,
selain dari pada AD/ART Karang Taruna, para anggota dan
pengurus juga mengikuti dan menjalankan setiap norma-norma
53
dan nilai yang hidup di lingkungan Karang Taruna, nilai dan
norma bukanlah produk sekali jadi, hal ini adalah hasil dari
komunikasi dan kebersamaan secara terus-menerus. Dimas
menjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan nilai di KT
Tangerang Selatan:
Selain berorganisasi dan berkawan ya, disini juga pastinya
mengabdi, ada nilai pengabdiannya, itu jelas karena ini
bukan perusahaan yang nyari keuntungan, makanya usaha
(Bank Sampah) ini pun bukan cari untung, tapi cari manfaat (Wawancara dengan Dimas W., Sawah Baru, 3 Mei 2018).
Gambar .III.B.3.a.1
Belajar Mengelola Sampah
Sama seperti Dimas, A. Rasyid juga mengungkapkan jika
nilai persaudaraan di KT begitu kuat, ia mengungkapkan:
Tentu permasalahan diluar lebih banyak dibanding di KT,
jadi persaudaraan kita di KT harus lebih kuat untuk
membereskan permasalahan tersebut, tentu kekompakan
54
harus terus dipupuk. Di samping itu juga nilai-nilai
kreatifitas selalu menjadi ciri khas Karang Taruna dimana
pun itu (Wawancara dengan H. A. Rasyid, Pamulang, 10 Maret
2018).
Seperti dijelaskan oleh Putnam bahwa norma dan nilai
adalah merupakan inti dari teori modal sosial, bagi Fukuyama,
(2002) “nilai dan norma merupakan pra kondisi – pondasi yang
melandasi timbulnya kepercayaan”. Fukuyama (2005) meyakini
bahwa “norma-norma informal tidak akan hilang dari kehidupan
masyarakat modern dan sepertinya akan tetap demikian di
kemudian hari” (h. 230). Dari keterangan diatas dapat kita
ketahui bahwa yang utama adalah rasa persaudaraan merupakan
nilai terpenting dalam KT, setelah itu adalah nilai pengabdian,
karena bagaimanapun kita ketahui, kebanyakan KT
dilingkungan kita pun melakukan hal serupa seperti: kerja
bhakti, bersih-bersih sungai atau masjid dan menjadi panitia-
panitia pada perayaan hari-hari besar Islam/Nasional.
Selanjutnya adalah nilai tanggungjawab dan senses of
belonging (rasa kepemilikan) seperti yang diungkapkan oleh
Ata:
tiap ada acara pasti datang ke saya tuh proposal, dibawah saya
kan ada 6 kelurahan tuh, ya kadang enam-enamnya datang, ya
pastilah kita kasih, karena ya saya pernah kayak gitu, jadi kalo
bukan kita yang ngasih, terus siapa lagi? Ya makanya saya bikin
furniture, saya suruh mereka juga belajar, kite buka pelatihan
untuk bikin furniture, ya sesuai bidang saya sih (Ata, Setu, 3 Mei
2018).
55
Dimas menambahkan jika pengurus Karang Taruna adalah
orang-orang yang tulus berkarya seperti yang disampaikan:
Ya mas, disini siapa aja boleh dateng (ke tempat Bank Sampah),
boleh belajar apa aja, mereka bebas mau berkunjung kapan aja,
terserah mereka mau belajar apa aja kek, belajar sistem Bank, belajar
hydroponic, kemaren aja kita panen dari hydroponic trus ya kita
bagiin ke masyarakat sih, gak kita jual, itu cuma buat bikin orang-
orang pengen juga buat jadi urban farming. Karena semuanya kader
kita yang jalanin, jadi bukan untung yang kita kejar, kita ini
sosiopreneur jadi memang yang kita kejar adalah seberapa besar
manfaatnya (Wawancara dengan Dimas W., Sawah Baru, 3 Mei
2018).
Itu berarti rasa tanggungjawab pengurus harus nampak lebih
besar dari anggotanya, dan mereka juga tidak ragu untuk
mengeluarkan uang pribadi demi mensukseskan agenda dan
program-programnya. Nilai kreatifitas juga selalu ditanamkan,
agar para anggota bisa belajar dan mengembangkan skill yang
diminati sesuai keinginannya. Seperti dikutip dari Fukuyama:
Beberapa rangkaian kebajikan individu yang bersifat sosial di
antaranya adalah kejujuran, keterandalan, kesediaan untuk
bekerja sama dengan orang lain, kekompakkan dan sense of duty
terhadap orang lain... Modal sosial memerlukan pembiasaan
terhadap norma-norma yang berlaku, dan dalam konteksnya
termanifestasikan dalam kebajikan-kebajikan sosial umum –
kesetiaan, kejujuran, kekompakkan dan dependability
(ketergantungan)” (Fukuyama, 2002: 65).
Nilai-nilai kebersamaan dengan merekatkan hubungan antar
anggota selalu menjadi perhatian utama, dengan berbagai
agenda acara yang cukup kental dengan nilai-nilai kekeluargaan.
Proses itu merupakan tahap awal untuk memunculkan sebuah
56
ikatan yang kuat di dalam sebuah oraganisasi sosial, dan
menjadi modal sosial bagi organisasi Karang Taruna Kota
Tangerang Selatan. Konflik adalah sesuatu yang alamiah dalam
sebuah organisasi, namun di dalam KT sendiri, mereka memiliki
sistem penyelesaian konflik yang cukup efektif seperti
diungkapkan oleh Fikri:
Karena kita ini lagi-lagi sifatnya organisasi sosial, jadi ketika ada
konflik antara sesama pengurus atau pun sesama anggota/bidang
dengan anggota, kita biasanya selesaikan dengan cara
kekeluargaan. Karena tujuan masuk dan gabungnya di Karang
Taruna itu atas dasar rasa keinginan untuk bersosial. Jadi
sebenarnya juga gak ada konflik yang berkepanjangan disini,
karena rasa kekeluargaannya cukup kuat (Wawancara dengan
Fikri, Pamulang 2, 7 Maret 2018).
Maka dengan segala potensi diatas, para anggota KT telah
diklasifikasikan sesuai dengan kecakapan dan kualitasnya
masing-masing, maka dengan demikian mereka akan terlibat
aktif dan membantu kerja pengurus, ditambah lagi dengan atensi
masyarakat di tiap-tiap agenda yang diadakan, mereka selalu
mendukung dan mengikuti agenda tersebut dengan antusias, hal
inilah yang menjadi modal sosial KT untuk terus berkembang
di lingkungan masyarakat.
b. Jaringan
Karang Taruna sebagai sebuah organisasi sosial tentunya
sangat membutuhkan informasi dan jaringan, bisa dikatakan dua
hal ini juga menjadi kebutuhan masyarakat umum. Keberhasilan
57
KT membangun jaringan membawa dampak signifikan bagi
kelangsungan setiap agendanya, Hal ini masih sejalan seperti
apa yang dipaparkan oleh Fukuyama “penting digarisbawahi
bahwa, setiap jaringan memberikan saluran-saluran alternatif
bagi aliran infomasi melalui dan kedalam sebuah organisasi.
Sehingga jaringan yang didefinisikan sebagai kelompok-
kelompok (sosial, politik ekonomi dst.) dengan berbagai norma
atau nilai-nilai informal adalah hal yang penting karena hierarki
seringkali bisa dianggap kurang adaptif. Sistem control formal
dianggap kurang fleksibel dibandingkan sistem control informal
(Fukuyama, 2000:332).
Didi menceritakan bahwa, jaringan KT di Tangerang
Selatan cukup luas dari mulai jaringan sosial, politik dan
ekonomi:
1. Jaringan Sosial
Hampir seluruh program di KT Kota Tangerang
Selatan selalu melibatkan tokoh-tokoh masyarakat di
lingkungannya, mulai dari RT/RW, Ustad/Ustadzah,
Guru-guru, orang-orang yang cukup dihormati di
daerahnya. Hal ini tidak lepas dari kerja keras dari para
pengurus dan anggotanya dalam menjalin silaturrahmi
antara masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakatnya, yang
58
mana dilakukan dari tingkat terkecil (RT/RW) sampai
ketingkat Kota.
2. Jaringan Politik
Banyak diantara pengurus dan anggota KT Kota
Tangerang Selatan juga bekerja di pemerintahan Kota
Tangerang Selatan, seperti menjadi Lurah, Camat,
RT/RW, Ketua KT Tangerang Selatan juga memiliki
jabatan strategis di Tangerang Selatan yaitu sebagai
Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan dan bahkan
Walikota Tangerang Selatan juga memiliki jabatan di KT
Tangerang Selatan yaitu sebagai Dewan Pembina KT
Tangerang Selatan, selain dijadikan sebagai contoh nyata
untuk para anggotanya yang belajar berorganisasi, juga
berdampak pada kemudahan akses yang didapatkan ketika
mencanangkan sebuah program dan agenda di KT Kota
Tangerang Selatan. Seperti yang diungkapan Fikri, bahwa
kerjasamanya dengan pemerintah telah memudahkan
kegiatannya KT dengan membukakan akses kepada forum
CSR:
donatur-donatur ini memang pengusaha ataupun tokoh-
tokoh masayarakat yang peduli terhadap kemajuan
Karang Taruna yang peduli terhadap anak-anak muda
yang tergabung ke dalam Karang Taruna. Untuk
melaksanakan program kegiatannya membantu
masyarakat, nah untuk pemerintah sendiri sifatnya
membukakan akses melalui forum CSR ini (Wawancara
dengan Fikri, Pamulang 2, 7 Mei 2018).
59
3. Jaringan Ekonomi
Pengurus dan anggota KT Tangerang Selatan
memang memiliki latar belakang yang berbeda-beda,
namun beberapa pengurus dan anggota juga beberapa dari
mereka merupakan pengusaha, jadi selain hubungan
dengan pemerintah Kota Tangerang Selatan yang
menjembatani hubungan dan akses KT kepada Forum
CSR, KT juga memiliki kader-kader yang bergerak
dibidang ekonomi, seperti kadernya yang menjadi
kontraktor, pengusaha furniture, pengusaha Bank Sampah,
pengusaha limbah dan pemilik caffe dan steam motor juga
banyak lagi yang lainnya. Ini telah membuktikan gagasan
inti dari teori modal sosial adalah bahwa, jaringan sosial
memiliki nilai eknomis. Kontak sosial mempengaruhi
produktivitas individu dan kelompok (Putnam, 2000: 18-19).
Jaringan sendiri dapat ditinjau sebagai sebuah property
yang menguntungkan dan saling bergantung satu sama
lain, bersifat spesifik, mengalami perubahan pada
atributnya serta mengalami perubahan koneksi dengan
jaringan lain beserta anggotanya di dalam lingkungan
tempat jaringan tersebut berada (Wardyaningrum,
2016:38).
Setiap agenda KT tingkat Kota atau pun Kecamatan,
sudah pasti mengundang dan melibatkan pemerintah Kota,
60
tokoh-tokoh masyarakat dan pengusaha lokal didalamnya.
Menurut Didi bahwa setiap jaringan memiliki manfaat di
KT:
Jadi ya di KT kita kumpul bukan cuma bahas organisasi,
kita juga bahas bisnis kita masing-masing, ya kayak si
Ata, produknya (Furniture) yang beli kita-kita juga,
kayak Dimas beberapa yang punya hubungan ke Pabrik,
mereka juga setorin sampahnya ke dia, banyaklah. Dan
kenyataan bahwa masih banyak yang nganggur itu iya,
tapi yang seperti ini kadang kita support mereka untuk
usaha-usaha kecilnya seperti steam motor, warung kopi,
sablonan, yang kira-kira usahanya bisa kita bantuin sih
(Didi, Pamulang 2, 3 Maret 2018)
Gambar III.B.2.b.3.1
Para Nasabah Bank Sampah
Kepemilikan jaringan juga dapat memudahkan
seseorang melakukan sesuatu, mendapatkan sesuatu
dengan apa yang disebut akses dan informasi. Terkait
61
dengan hal di atas, maka jaringan yang dimiliki oleh KT
berfungsi informatif, dimana jaringan informasi yang
memungkinkan setiap stakeholders dalam jaringan itu
dapat mangetahui informasi yang berhubungan dengan
masalah atau peluang atau apapun yang berhubungan
dengan kegiatan yang dilakukan KT. Fungsi informasi ini
menurut Anderson et.al (2003, dalam Lawang, 2004:69)
disebut sebagai fungsi pelumas. Fungsi informasi ini juga
dapat berfungsi sebagai fungsi peluang (opportunity),
karena dengan jaringan itu, setiap peluang dapat diperoleh,
tanpa mengeluarkan biaya yang terlalu banyak. Dalam
kaitannya dengan KT, kerja sama yang terjalin dengan
lembaga lain merupakan peluang dan akses yang diberikan
oleh para tokoh organisasi ini, yang pada akhirya berperan
penting dalam menentukan keberlanjutan organisasi ini.
Mengembangkan jaringan-jaringan yang didasarkan
pada norma-norma bersama dan iklim kerja sama akan
membuat modal sosial yang dimiliki berkembang.
Jaringan sosial, bagaimanapun memfasilitasi sekumpulan
orang yang diikat oleh norma-norma atau nilai-nilai
bersama –saling berhubungan timbal balik. Oleh karena
itu, simpul ikatan tersebut tidak mudah dipisahkan ketika
setiap orang memiliki kebutuhan dan tujuan bersama.
62
c. Kepercayaan
Trust atau kepercayaan, seseorang terhadap dirinya sendiri,
orang lain, dan sebuah kelompok akan menciptakan hubungan
yang kondusif dengan dorongan-dorongan untuk berbuat sesuai
dengan kebaikannya, menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Seperti yang disampaikan oleh H. A. Rasyid bahwa di KT,
setiap anggota memiliki kepercayaan untuk berkembang,
kepercayaan yang dimiliki oleh anggota KT anggota lain juga
telah mempengaruhi setiap gerak kerjanya sehingga mampu
meningkatkan daya produktifitas untuk terus berkarya. Mereka
para anggota-anggota KT adalah orang-orang yang tulus, iklas
dan giat dalam menjagga lingkungannya, karena dapat kita lihat
bahwa anggota KT Tangerang Selatan selalu menjadi aktor
utama dalam kegiatan kerja bhakti, bersih-bersih lingkungan
atau pun menjadi panitia PHBI Perayaan Hari Besar Islam)dan
PHBN (Perayaan Hari Besar Nasional).
Kebanyakan dari anggota dan pengurus KT adalah pemuda-
pemudi, yang secara sukarela belajar dan mengimplementasikan
hasil pembelajarannya dengan laboratoriumnya yaitu adalah
masyarakat dan lingkungannya. Kepercayaan itu sendiri mampu
bermetafora menjadi alat untuk menundukkan segala
kepentingan-kepentingan melalui berbagai prosesnya. Dari sini
dapat dilihat sebagaimana penjelasan Coleman (2002)
63
“kemampuan tadi sangat bergantung pada suatu kondisi dimana
komunitas mau saling berbagi untuk mencari titik temu norma-
norma dan nilai-nilai bersama. Jika titik temu etis-normatif ini
ditemukan maka pada gilirannya, kepentingan-kepentingan
individual akan tunduk pada kepentingan-kepentigan kelompok.
Dari nilai-nilai bersama ini akan bangkit apa yang disebut
„kepercayaan‟” (Fukuyama, 2002:177).
Menurut Dimas “mereka para kader KT bisa belajar dimana
saja dan kepada siapa saja, kita tidak mungkin pelit terhadap
ilmu, sedikit yang kita ketahui akan kita sebarkan seluas-
luasnya”. Bila masing-masing pihak memiliki pengharapan yang
sama-sama dipenuhi oleh kedua belah pihak, maka tingkat
kepercayaan yang tinggi akan terwujud. Menurut Fukuyama
(2002), kepercayaan adalah efek samping yang sangat penting
dari norma-norma sosial yang kooperatif yang memunculkan
modal sosial. Sebagaimana penjelasan Field (2010:45),
Coleman, Putnam dan Fukuyama sama-sama mengakui bahwa
setiap orang atau kelompok memiliki persediaan atau potensi
modal sosial.
64
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan modal sosial sebagai
basis kewirausahaan pemuda pada organisasi Karang taruna Kota Tengerang
Selatan, juga selain menjawab pertanyaan secara deskriptif dari pertanyaan
penelitian tentang bagaimana latarbelakang terbentuknya modal sosial Karang
Taruna, serta bagaimana peran modal sosial menjadi basis dalam membangun
potensi kewirausahaan pemuda Kota Tangerang Selatan.
Sebenarnya Karang Taruna yang sebesar hari ini, telah melewati beberapa
proses yang sangat panjang hingga dapat survive dan berkembang seperti
sekarang, hal ini tidak terlepas dari keyakinan H. A. Rasyid bahwa peran
pemuda sangatlah besar, begitu juga dengan potensinya, maka jika diarahkan
dan dibentuk dengan baik maka hasilnya akan lebih baik. Paling tidak menurut
H. A. Rasyid pemuda KT memiliki tiga peran yaitu: Pertama, pemuda KT
sebagai aktor perubahan (agent of change). Kedua, pemuda KT sebagai aktor
pembangunan (agent of development). Ketiga, pemuda sebagai aktor
modernisasi (agent of modernization). Sering kali kita melihat pemuda datang
dengan ide-ide cemerlang mengenai pembaharuan, ide-ide dan perilakunya
sering kali menjadi pelopor perubahan, dengan datangnya Bonus Demografi,
dimana jumlah penduduk didominasi oleh jumlah usia produktif, yaitu pemuda.
Mereka lebih banyak mengenal teknologi dan informasi dengan kemampuan
adaptasi yang menakjubkan.
65
Maka dari itu Karang Taruna memaksimalkan segala bentuk perangkatnya
agar dapat membantu pemuda mengembangkan potensinya, dari berbagai
usaha itu terlihat hasil yang cukup baik dengan atensi masyarakat yang makin
besar kepada Karang Taruna sebagai organisasi kemasyarakatan yang memiliki
andil dalam pembangunan masyarakat dan lingkungannya. Latar belakang
modal sosial di KT memiliki dua bentuk:
1. Bonding social capital berperan dalam menciptakan identitas bersama
yang kuat di internal Karang Taruna. Hal ini penting sebagai salah satu
syarat menumbuhkan kerja sama internal kelompok. Dalam proses
pembentukan jaringan, menumbuhkan iklim kerja sama adalah syarat
lain selain nilai dan norma bersama (Fukuyama, 2005:53).
2. Bridging Social Capital berperan dalam menyambung perbedaan dari
berbagai latarbelakang, untuk mendapatkan informasi dan akses yang
lebih baik. Seperti berpartisipasi, mengikuti pelatihan-pelatihan
kewirausahaan dan diskusi publik mengenai pentingnya peran pemuda
bekerjasama dengan Pemerintah Kota dan relasi lain seperti Kelompok
CSR untuk meningkatkan modal capital. Hal inilah yang disebut
Bridging Social Capital yang pada gilirannya berperan penting bagi
KT untuk menciptakan perluasan kerja sama terhadap kelompok lain
(Wardyaningrum, 2016:38).
Peran modal sosial dalam wirausaha anggota KT, dimulai dengan H A.
Rasyid yang menggagas program yang diberi nama Profiling, program ini
direncakan dengan konsep yang matang, lalu melakukan pemetaan tentang
66
potensi apa saja di kecamatan-kelurahan yang mampu menjadi komoditas
ekonomi, memiliki daya jual untuk dikembangkan menjadi usaha dan
membuka lapangan kerja baru. Berikut program-program yang dimanfaatkan
sebagai basis kewirausahaan:
Gambar III.B.3.1
Modal sosial Karang Taruna yang dimanfaatkan sebagai Basis
Kewirausahaan
Modal Sosial KT Tang-Sel Program Berbasis Kewirausahaan
Bonding Pengurus Kota Profiling (Pemetaan Potensi Usaha di Tiap-tiap
Kecamatan)
Bonding dan
Bridging
Pengurus
Kecamatan
TAWIRA (Taruna Wirausaha)
5. Bazaar dan Expo saat perayaan Hari Besar
6. Pemberian Modal Usaha, untuk usaha yang
produktif
7. Penanaman Modal dengan Sistem Bagi Hasil (misal
Warung Kopi/Steam Motor)
8. Program Perencanaan dan Marketing
Bonding Pengurus
Kelurahan
Seminar Kewirausahaan
67
Pengurus RW Pelatihan-Pelatihan:
6. Kerajinan Membuat Furniture
7. Kursus Cara Mengelola Bank Sampah
8. Kursus Sablon
9. Belajar Membuat Hydroponic
10. Kursus Budidaya Ikan
Bridging Menjalin Kerjasama dengan Mitra Kerja
3. CSR
4. Pemerintah Kota Dll.
Dari Gambar diatas dapat penulis deskripsikan bahwa telah banyak
usaha-usaha yang lahir dari Program Karang Taruna yang memutuskan
untuk fokus pada pemuda dan wirausaha, beberapa usaha tersebut seperti
peneliti bahas dibawah ini sebagai bentuk kongkret dari modal sosial yang
menjadi basis kewirausahaan pemuda Karang Taruna Kota Tangerang
Selatan:
a. Ata Pemilik Usaha Young Art Furniture
b. Dimas Wiwoko Pemilik Usaha Bank Sampah Mutiara
c. Away Pemilik Usaha Steam Motor Kartun Jaya dan Warung Kopi
Warway
d. M. Anshor Pemilik Usaha Budidaya Ikan .
68
Mereka menganggap dengan kemandirian maka lebih banyak manfaat
yang dapat diberikan kepada masyarakat, dengan kemandirian organisasi
mereka akan terus-menerus produktif demi perkembangan organisasinya.
Gagasan inti dari teori modal sosial adalah bahwa jaringan sosial memiliki
nilai, kontak sosial mempengaruhi produktivitas individu dan kelompok
(Putnam, 2000: 18-19). Modal sosial KT Tangerang Selatan telah menjadi
penopang utama dari berkembangnya organisasi ini di lingkungan
masyarakat Kota Tangerang Selatan, sehingga agenda-agenda yang
dikerjakan tidak banyak menemui hambatan yang berarti. Berikut penulis
akan jelaskan beberapa unsur yang berfungsi melengkapi modal sosial
yang dibangun oleh KT Kota Tangerang Selatan adalah:
a. Nilai
Dimas menjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan nilai di KT
Tangerang Selatan, yaitu: kesetiakawanan, persaudaraan, kepedulian,
keikhlasan dan kreatifitas. Seperti dijelaskan oleh Putnam bahwa
norma dan nilai adalah merupakan inti dari teori modal sosial, bagi
Fukuyama, (2002) “nilai dan norma merupakan pra kondisi – pondasi
yang melandasi timbulnya kepercayaan”. Fukuyama (2005) meyakini
bahwa “norma-norma informal tidak akan hilang dari kehidupan
masyarakat modern dan sepertinya akan tetap demikian di kemudian
hari” (h. 230).
69
Dari keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa yang utama hidup
sebagai sebuah nilai yang dilembagakan adalah;
1. Rasa Persaudaraan
2. Nilai Pengabdian
3. Tanggungjawab & senses of belonging (rasa kepemilikan)
4. Nilai Kreatifitas
Hal ini juga selalu ditanamkan, agar para anggota bisa belajar dan
mengembangkan skill yang diminati sesuai keinginannya. Seperti
dikutip dari Fukuyama:
Beberapa rangkaian kebajikan individu yang bersifat sosial di antaranya
adalah kejujuran, keterandalan, kesediaan untuk bekerja sama dengan
orang lain, kekompakkan dan sense of duty terhadap orang lain... Modal
sosial memerlukan pembiasaan terhadap norma-norma yang berlaku,
dan dalam konteksnya termanifestasikan dalam kebajikan-kebajikan
sosial umum –kesetiaan, kejujuran, kekompakkan dan dependability
(ketergantungan)” (Fukuyama, 2002: 65).
b. Jaringan
Karang Taruna sebagai sebuah organisasi sosial tentunya sangat
membutuhkan informasi, akses dan jaringan, hal ini juga yang
kebutuhan masyarakat umum. KT telah berhasil membangun jaringan
yang produktif untuk mendapatkan akses dan informasi sehingga
terbukanya peluang untuk tumbuh dan berkembang. Menurut
Fukuyama, “penting digarisbawahi bahwa, setiap jaringan
memberikan saluran-saluran alternatif bagi aliran infomasi melalui
dan kedalam sebuah organisasi. Sehingga jaringan yang didefinisikan
70
sebagai kelompok-kelompok (sosial, politik ekonomi dst.) dengan
berbagai norma atau nilai-nilai informal adalah hal yang penting
karena hierarki seringkali bisa dianggap kurang adaptif. Sistem
control formal dianggap kurang fleksibel dibandingkan sistem control
informal (Fukuyama, 2000:332).
Didi menceritakan bahwa, jaringan KT di Tangerang Selatan
cukup luas dari mulai jaringan sosial, politik dan ekonomi
c. Kepercayaan
Trust atau kepercayaan, seseorang terhadap dirinya sendiri, orang
lain, dan sebuah kelompok akan menciptakan hubungan yang
kondusif dengan dorongan-dorongan untuk berbuat sesuai dengan
kebaikannya, menempatkan sesuatu pada tempatnya. Seperti yang
disampaikan oleh H. A. Rasyid bahwa di KT, setiap anggota memiliki
kepercayaan untuk berkembang, kepercayaan yang dimiliki oleh
anggota KT anggota lain juga telah mempengaruhi setiap gerak
kerjanya sehingga mampu meningkatkan daya produktifitas untuk
terus berkarya. Mereka para anggota-anggota KT adalah orang-orang
yang tulus, iklas dan giat dalam menjagga lingkungannya, karena
dapat kita lihat bahwa anggota KT Tangerang Selatan selalu menjadi
aktor utama dalam kegiatan kerja bhakti, bersih-bersih lingkungan
atau pun menjadi panitia PHBI Perayaan Hari Besar Islam)dan PHBN
(Perayaan Hari Besar Nasional).
71
Kebanyakan dari anggota dan pengurus KT adalah pemuda-
pemudi, yang secara sukarela belajar dan mengimplementasikan hasil
pembelajarannya dengan laboratoriumnya yaitu adalah masyarakat
dan lingkungannya. Kepercayaan itu sendiri mampu bermetafora
menjadi alat untuk menundukkan segala kepentingan-kepentingan
melalui berbagai prosesnya. Dari sini dapat dilihat sebagaimana
penjelasan Coleman (2002) “kemampuan tadi sangat bergantung pada
suatu kondisi dimana komunitas mau saling berbagi untuk mencari
titik temu norma-norma dan nilai-nilai bersama. Jika titik temu etis-
normatif ini ditemukan maka pada gilirannya, kepentingan-
kepentingan individual akan tunduk pada kepentingan-kepentigan
kelompok. Dari nilai-nilai bersama ini akan bangkit apa yang disebut
„kepercayaan‟” (Fukuyama, 2002:177).
B. Saran-saran
Temuan-temuan hasil dari observasi dan analisa yang telah disampaikan
diatas kecara keseluruhan membahas tentang modal sosial dan menunjukkan
bahwa memang benar modal sosial menjadi berharga hingga mampu
membantu segala macam kegiatan yang ada, hingga program-program
wirausaha, yang mana, di Karang Taruna, basisnya adalah modal sosial juga.
Saran bagi Karang Taruna, supaya tetap menjaga hubungan baiknya
dengan masyarakat, Tokoh-tokoh, Pemerintah dan Pengusaha, karena hal inilah
yang menjadi penunjang bagi akses dan informasi yang diperoleh oleh Karang
72
Taaruna, sehingga bila dapat dimaksimalkan akan menjadi peluag yang baik
bagi kemajuan Karang Taruna Kota Tangerang Selatan
Bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatann, agar semakin membuka
peluang bagi organisasi-orgnasasi yang produktif membangun potensi
warganya, hal ini akan menjadi keuntungan besar bagi pemerintahannya karena
masyarakat turut berperan aktif menjadi aktor perubahan bagi Kotanya.
Terakhir bagi peneliti lain, agar dapat menemukan sudut pandang lain
mengenai modal sosial, dan terus menambah penelitian mengenai pemuda,
dikarenakan cukup jarang penelitian akademis tentang pemuda akhir-akhir ini,
disamping potensinya yang sangat besar, pemuda dan kegiatannya sangat
menarik untuk dikaji secara akademis.
73
Dafar Pustaka
Sumber Buku
Coleman JS. A Rational Choice Perspective on Economic Sociology. In Handbook
of Economic Sociology, Princeton Univ. Press. 1994.
Field, John. Modal Sosial. Terj Nurhadi. Jogjakarta: Kreasi Wacana, 2010.
Fukuyama, Francis. Trust: Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Terj
Rusiani. Jogjakarta: Qalam, 2002.
Fukuyama, Francis. Guncangan Besar:Kodrat Manusia dan Tata Sosial Baru.
Terj Masri Maris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia,
1993.
Lawang, M.Z. Robert. Kapital Sosial dal Perspektif Sosiologik, FISIP UI, 2005.
Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya; Bandung,
2000.
Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1988.
Ragin, Charles. Fuzzy Set Social Science. Chicago: Universuty of Chicago Press,
2000.
Suyanto, Bagong. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007.
74
Sumber Artikel, Jurnal, Tesis dan Skripsi:
Asrori, Syaifudin. “Pemberdayaan Perempuan Majlis Taklim Daarunnisa:
Analisis Kapital Sosial”. Jurnal BIMAS Islam 7(4) (2014) ISSN 1978-
9009.
Bahar, Taslim dan Oyfar Z. Tamin. “Hubungan Kualitas pelayanan, Kepuasan dan
Loyalitas Pengguna Ojek Sepeda Motor”. Majalah Ilmiah MEKTEK, (Mei
2010), 77-86.
Kamarani, Neng. “Analisis Modal Sosial Sebagai Salah Satu Upaya dalam
Pengentasan Kemiskinan: Studi Kasus: Rumah Tangga Miskin di
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang”. Jurnal Manajemen dan
Kewirusahawan 3(3) (September 2012): 36-52, ISSN: 2086-5031.
Kusumastuti, Ayu, “Modal Sosial dan Mekanisme Adaptasi Masyarakat Pedesaan
dalam Pengelolaan dan Pembangunan Infrastruktur”. MASYARAKAT:
Jurnal Sosiologi, Vol. 20, No. 1, (Januari 2015), 81-97, ISSN: 0852-8489.
Naafs, Suzanne & White, Ben, “Generasi Antara: Refleksi tentang Studi Pemuda
Indonesia” Jurnal Studi Pemuda Vol I No. 2 (September 2012), ISSN
2252-9020.
Puspitasari, Dewi Cahya. “Modal Sosial Perempuan Dalam Peran Penguatan
Ekonomi keluarga”. Jurnal Pemikiran Sosiologi 1(2) (November 2012):
69-80, ISSN 2252-570X.
Salam, Nuris, “Peran Karang Taruna Cengkehan dalam Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Wisata Air Terjun Watu: Studi di Dusun Cengkehan,
Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul” Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2016.
Sila, Muhammad Adlin. “Lembaga Keuangan Mikro dan Pengentasan
Kemiskinan: Kasus Lumbung Pitih Nagari di Padang”. Jurnal Sosiologi
MASYARAKAT 15(1) (Januari 2010): 1-9, ISSN 0852-8489.
Syahra, Rusydi, “Modal Sosial: Aplikasi dan Konsep” Jurnal Masyarakat dan
Budaya, Vol. 5, No. 2, (Januari 2013), ISSN, 1410-4830.
Thobias, Tungka dan Rogahang. “Pengaruh Modal Sosial Terhadap Perilaku
Kewirausahawan: Studi Pada Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah di
Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud”. Jurnal Acta Diurna
(April 2013).
75
Utomo, Bimo Haryo. "Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan Pedagang
Kaki Lima Asal Daerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat”. Skripsi.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Wuysang, Randy, “Modal Sosial Kelompok Tani dalam Meningkatkan
Pendapatan Keluarga Suatu Studi dalam Pengembangan Usaha Kelompok
Tani di Desa Tincep Kecamatan Sonder”. Jurnal ACTA DIURNA, Vol. 3,
No. 3, (Agustus 2014), ISSN: 1412-6443.
Sumber Internet:
Akoy 2015,
http://karangtarunarempoa.blogspot.co.id/201508_01_archive.html?view=c
lassic. Diakses pada 14 Juli 2017.
Departemen Kesehatan, 2015
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA
_2015/3671_Banten_Kota_Tangerang_2015.pdf
Fauzi, 2014, https://tangselkota.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/15; Internet
diakses pada 2 juli 2017
Hancock, Baverly. 1998. “Research and Development in Primary Health Care: An
Introduction to Qualitative Research”. Tersedia di
https://classes.uleth.ca/200502/mgt2700a/Articles/Qualitative%20Research.
pdf; Internet; Diunduh pada 25 Desember 2017.
Harris, 2015 https://tangerangonline.id/2017/02/15/karang-taruna-tunas-karya-
bakti-tampilkan-seni-barang-bekas-di-tps-ciputat/. Diakses pada 14 Juli
2017.
Tanpa Nama, 2014, http://www.karangtarunabanten.com/2008/07/pengertian-
karang-taruna_24.html; Diakses pada 7 Juli 2017.
Tanpa nama, 2014, http://www.karangtarunabanten.com/2008/07/usaha-ekonomi-
produktif-uep.html. Diakses pada 14 Juli 2017
Sumber Wawancara:
Wawancara pribadi dengan Informan A. Rasyid, Pamulang, 10 Maret 2018.
Wawancara pribadi dengan Informan Fikri, Pamulang 2, 7 Maret 2018.
Wawancara pribadi dengan Informan Didi, Pamulang 2, 7 Maret 2018.
76
Wawancara pribadi dengan Informan Ata Rosadi, Pamulang, Setu, 4 Mei 2018
Wawancara dengan Informan Dimas Wiwoko, Sawah Baru, 4 Mei 2018.
lxxiv
Lampiran 1
Pedoman Wawancara
A. Gambaran Umum
No Pertanyaan Kunci / Tema Pokok
1. Sejarah berdirinya Karang Taruna Tangerang Selatan
2. Keanggotaan Karang Taruna Tangerang Selatan
3. Kegitan-kegiatan Karang Taruna Tangerang Selatan
B. Nilai dan Norma
No Pertanyaan Kunci / Tema Pokok
1. Nilai-nilai yang tertanam di setiap anggota Karang Taruna Tangerang
Selatan
2. Aturan yang berlaku di Karang Taruna Tangerang Selatan
3. Solidaritas antar anggota Karang Taruna Tangerang Selatan
4. Penyelesaian konflik dalam Karang Taruna Tangerang Selatan
C. Jaringan
No Pertanyaan Kunci / Tema Pokok
1. Hubungan antar anggota Karang Taruna Tangerang Selatan
2. Hubungan antara anggota Karang Taruna Tangerang Selatan dengan orang
lain
3. Alasan bergabung dan aktif menjadi anggota Karang Taruna Tangerang
Selatan
4. Alasan tetap bertahan di Karang Taruna Tangerang Selatan
5. Aktifitas anggota Karang Taruna Tangerang Selatan di Masyarakat
6. Aktifitas anggota Karang Taruna Tangerang Selatan yang terkait
kewirausahaan
7. Kemitraan yang di bangun sesama organisasi di Tangerang Selatan yang
terkait kewirausahaan
D. Kepercayaan
No Pertanyaan Kunci / Tema Pokok
1. Sikap dan perasaan anggota Karang Taruna Tangerang Selatan terhadap
Organisasi
2. Sikap dan perasaan antar anggota Karang Taruna Tangerang Selatan
3. Sistem kepercayaan yang diyakini tiap anggota Karang Taruna Tangerang
lxxv
Selatan
4. Keyakinan terhadap pihak lain
5. Harapan tiap anggota Karang Taruna Tangerang Selatan
6. Tujuan tiap anggota Karang Taruna Tangerang Selatan
Lampiran 2
Transkip Wawancara
Nama : Fikri (Sekertaris Karang Taruna Kota Tangerang Selatan)
Waktu : 06 Maret 2018
Tempat : Perumahan Cendana Tangerang Selatan
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana sejarah berdirinya Karang
Taruna Tangsel?
Awalnya itu terbentuk ketika adanya
pemekaran tuh, pemekaran daerah Kota
Tangerang Selatan. Tahun 2009. Dengan
terbentuknya Kota Tangerang Selatan
otomatis, kita juga harus membentuk
Karang Taruna Kota Tangerang Selatan,
tidak mungkin kita menginduk pada lagi di
Kabupaten (Tangerang). Karena kan kita
daerah pemekaran. Makanya, kita
berkordinasi dengan Karang Taruna
Provinsi dan Kabupaten untuk membentuk
Karang Taruna Tangerang Selatan. Nah
Alhamdulillah.. berkat kordinasi itu jadilah
terbentuk Karang Taruna Kota Tangerang
Selatan.
Terus gimana bang keanggotasan di
Karang Taruna? Ada berapa? Terus,
apakah aktif semua?
Kenggotaan di tingkat kota itu,
kepengurusan yang ada di kota, serta
susunan kepengurusan itu kalo di Kota ada
50, kalo sesuai SK. Buat di masing-masing
Kecamatan itu variatif. Minimal 35 orang
kepengurusannya, dan maksimal 40. Buat
di Kelurahan rata-rata itu pengurusnya 30
orang. Bahkan, keanggotaan di Karang
Taruna Kota Tangerang Selatan sampai
menyentuh tingkat RW.
lxxvi
Ada berapa kelurahan bang? 54 Kelurahan dari 7 Kecamatan di Kota
Tangerang Selatan.
Trus anggotanya yang mana bang? Nah ini, kalo di Karang Taruna itu, semua
warga Kota Tangerang Selatan itu adalah
warga Karang Taruna, dan kemudian di
Karang Tarauna itu ada anggota aktif dan
anggota pasif. Ada anggota yang aktif
mendaftar terus dia ikut dalam berbagai
kegiatan, ada juga anggota yang hanya
datang sebagai simpatisan.
Kalo yang sering mengadakan acara,
seperti 17-an dan perayaan hari-hari besar
itu anggota yang mana bang?
Sebenarnya di semua tempat dan di
tingkatan (RT/RW-Kelurahan-Kecamatan)
struktur manapun di Karang Taruna pasti
banyak yang mengadakan acara kalo di
hari-hari besar Islam, hari-hari besar
Nasional dan event terbesar Karang Taruna
Kota Tangerang Selatan adalah Hari Ulang
Tahun Karang Taruna sendiri yang
berbarengan dengan Hari kesetiakawanan
sosial. Dan fungsi kita merayakan di hari
itu acara yang besar, adalah bagaimana
Karang Taruna dapat membaur dan
bermanfaat serta kehadirannya dirasakan
oleh masyarakat. Jadi kita juga selain jadi
simbol perekat, kita juga membantu
masyarakat untuk saling bersetiakawan,
mempererat hubungan sosial.
Nah, bagaimana solidaritas di antara
anggota Karang Taruna sendiri bang? Kalo
abang bisa jelaskan, seperti apa sih,
bentuknya?
Jadi karena kita organisasi sosial,
solidaritas yang dibangun sifatnya
kekeluargaan.. dalam kita melaksanakan
kegiatan-kegiatan juga selalu kita sisipkan
nilai-nilai solidaritas, seperti saat outbond,
atau game-game permainan yang juga
menumbuhkan rasa kekeluargaan di Karang
Taruna. Jadi selain menanamkan jiwa-jiwa
kepemimpinan, kita juga ingin
menumbuhkan jiwa-jiwa kekeluargaan,
antara sesama pengurus dan anggota, jiwa
sosial itu artinya punya manfaat di
masyarakat, punya.. punya kemauan, jadi
gimana Karang Taruna ini keberadaannya
dirasakan oleh masyarakat. Jadi dia (KT)
juga membantu pemerintah untuk
mengentaskan permasalahan sosial.
lxxvii
Nah ini abang bisa ceritakan sedikit gak,
masalah konflik, apakah di Karang Taruna
itu punya konflik antara satu dengan yang
lain, antara anggota-pengurus, atau dengan
organisasi lain?
Karena kita ini lagi-lagi sifatnya organisasi
sosial, jadi ketika ada konflik antara sesama
pengurus atau pun sesama anggota/bidang
dengan anggota, kita biasanya selesaikan
dengan cara kekeluargaan. Karena tujuan
masuk dan gabungnya di Karang Taruna itu
atas dasar rasa keinginan untuk bersosial.
Jadi sebenarnya juga gak ada konflik yang
berkepanjangan disini, karena rasa
kekeluargaannya cukup kuat.
Ini bang, bagaimana Karang Taruna itu
mengajak, mendorong anggotanya untuk
berwirausaha? Bagaimana caranya
merangsang mereka untuk menjadi
enterpreneur?
Kita juga kan selain mengentaskan
permasalahan sosial, juga bagaimana kita
mampu untuk menciptakan lapangan
pekerjaan.. nah dengan seperti itu kita
dorong kawan-kawan, khususnya di
wilayah kecamatan untuk bergerak dan
berwirausaha. Ada satu program kita untuk
memulai langkah itu, yaitu profiling. Jadi
fungsi profiling ini kita dapat memetakan
potensi wilayah kecamatan-kelurahan dan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Jadi
yang kita lakukan ini adalah pemetaan
ekonomi lah istilahnya. Kira-kira potensi
apa yang memang menonjol di daerah itu,
di sektor mana, wirausahanya dapat kita
kembangkan? Nah nanti kita turun dan
kerahkan kader-kader kita yang disana,
yang juga memiliki perhatian di sektor itu,
kemudian kita dorong mereka
berwirausaha. Nah salah satu contohnya
yang bisa dilihat itu di Setu dan di Ciputat
maupun di Rempoa, Ciputat Timur. Di Setu
itu ada pembuatan Furniture yang pada saat
itu pembentukannya dibantu dan disupport
oleh Karang Taruna, jadi Ata Rosadi
(pemilik usaha), ini juga kader Karang
Taruna dan Ketua (KT) Kecamatan Setu,
yang membuat furniture dari limbah pabrik
yang ada di Tangsel. Buat yang di Rempoa
itu budidaya ikan lele. Itu disana kader kita
juga yang kita support namanya M. Anshor,
dia di pengurus (KT) Kota masuk, di
Rempoa juga dia pengurus (KT) Kelurahan
Rempoa. Yang satu lagi misalnya di
wilayah Ciputat. Itu ada kader kami yang
namanya Dimas, dia Ketua Karang Taruna
lxxviii
tingkat RW, Kelurahan Sawah Baru dia itu
produk ekonominya yaitu “Bank Sampah”.
Dia mengkordinir masyarakat-masyrakat
yang ada di daerahnya khsuusnya di
kelurahannya, untuk membuang sampah
sesuai dengan tempatnya, (jadi sampah itu
dipilah-pilah) mana sampah-sampah yang
bisa di daur ulang dan bisa diproduksi, dan
mana sampah yang tidak berguna. Jadi
sampah-sampah yang bisa diproduksi ini,
dihitung sama dia, itu nanti setiap
bulannya, jadi kayak tabungan yang
berbilai rupiah juga bagi masyarakat. Trus
ada lagi yaitu di sektor makanan (kuliner),
jadi ada di wilayah Setu itu, Kacang
Sangrai, itu juga di support untuk
pemasarannya, di Cilenggang juga ada
Dodol, sama kerajinan tangan, seperti
tempat lampu dari Bambu, hiasan Sepeda
dsb. nah ini dikelola langsung sama Bung
Iman, itu Ketua Karang Taruna Cilenggang.
Jadi KT yang jadi sponsor dan bantu
memasarkan juga kalo di Cilenggang. Di
Ciputat juga ada kerajinan tangan seperti
sulam taplak meja dll. Yang juga dikelola
kader Karang Taruna. Ada juga usaha
Steam Motor, Sablon dsb. Yang dikelola
oleh kader Karang Taruna.
Itu Karang Taruna Semua yang Sponsori,
atau hanya bantu memasarkan?
Jadi beda-beda ya.. kalo di Setu itu Karang
Taruna yang urunan modal juga ikut
memasarkan, termasuk pembeli
furniturenya itu ya kader Karang Taruna,
jadi diawal itu kebanyakan rumah-rumah
kader KT itu membeli furniture nya ke Setu
itu. Tapi sekarang udah berkembang sekali,
pesanan juga udah banyak, jadi kita bantu
support di pemasaran aja. Kalo di
Cilenggang temen-temen bantu
mensponsori dan juga memasarkan, yang
mengerjakan tetap anak muda disana,
bukan pengurus, tapi mereka simpatisan
Karang Taruna. Kalo di Ciputat dan Ciputat
Timur itu bener-bener yang mengerjakan
dan yang memasarkan kader dan penggurus
Karang Taruna semua, yang mengelola
Bank Sampahnya, yang juga budidaya ikan
lxxix
lele, itu juga semuanya kader KT.
Jadi kan Kota Tangerang Selatan ini
pemasukan terbesarnya bukan dari sektor
perdagangan, tapi di sektor real estate dan
jasa. Apakah ada kader KT yang punya
andil disana bang?
Kebetulan ketua kita semua itu H. Abdul
Rasyid, dia itu Ketua DPRD Kota
Tangerang Selatan, dia pasti punya andil
dalam pembangunan Kota Tangerang
Selatan, jadi macam-macam KT ini, di
Birokrat ada, di Masyarakat ada, di
Pengusaha juga ada. Oh iya ngomong-
ngmong ini Bendum (Bendahara Umum)
Bung Didi, ini juga Kontraktor lho.. jadi dia
juga sering melibatkan anak-anak KT untuk
bekerja dan membantu pembangunan di
Kota Tangerang Selatan. Tentunya juga
kader yang terlibat sesuai dengan
bidangnya, seperti perluasan jalan,
pembangunan jembatan atau perbaikan, ya
perusahaan beliau ini yang kadang
mengurus. Jadi kebetulan juga bisa sedikit
menitipkan kader-kader kita di Karang
Taruna. Khususnya di pengurus tingkat
Kota yaa.. atau Koord Tawiranya sendiri
(Taruna Wirausaha), itu Bung Junaidi.
Alhamdulillah dengan awalnya ikut bekerja
dengan senior-senior akhirnya mereka
dapat mendirikan Perusahaannya sendiri.
Terus bang, hubungan. Bagaimana
hubungan KT dengan masyarakat dan
Kemitraannya dengan organ yang lain?
fungsi karang taruna ini mngentaskan
permasalahan social ketika kita
melaksanakan program yang berbasis
kemasyarakatan itu masyarakat melihat
kinerja karang taruna atas jiwa social nya
membantu pemerintah mengentaskan
permasalahan social membantu masyarakat
itu otomatis terbangun hubgan yang baik
antara masyarakat dan pengurus karang
taruna di wilayah tersebut, dengan ormas
ataupun okp lainnya itu kita harus
bersinergi untuk di bidang usaha, dan itu
kita tidak bisa bergerak sendiri tentunya
butuh campur tangan dari lainnya utk
ormas dan okp nya dengan pemerintah
sendiri kita cukup baik karena kita SK nya
dikeluarkan oleh pemerintah, mau tidak
mau kita harus mereport ke pemerintah
kegiatan apa yang sudah kita lakukan dan
mereport apa kegiatan yang direncanakan
lxxx
ke depannya.
kegiatan berhubungan dengan ekonomi apa
disuport pemerintah?
Kegiatan ekonomi kita memang sempat di
support, tapi tidak untuk usahanya, tapi
dikasih „vitamin‟ lah buat kegiatan yang
bukan sifatnya pembinaan, tapi kegiatan
pembinaan utk kawan2 dii wilayah itu
bagaimana kawan yang bergerak di bidang
usaha mengerti alur jalannya seperti apa,
pengembangan sendiri dilakukan oleh
kawan-kawan sendiri, jadi sifatnya support
pemerintah itu di ekonomi hanya saja buat
pembinaan awalnya.
Jadi kira2 buat usaha, bantuan dananya dari
mana Bang, atau tiap program yang
berhubungan dengan ekonomi itu bantuan
dananya darimana Bang?
Kita bekerjasama dengan CSR dan donatur-
donatur di wilayah Tangsel
nah itu sebagai mitra? Sebagai mitra. Nah donatur-donatur ini
memang pengusaha ataupun tokoh-tokoh
masayarakat yang peduli terhadap
kemajuan Karang Taruna yang peduli
terhadap anak-anak muda yang tergabung
ke dalam Karang Taruna. Untuk
melaksanakan program kegiatannya
membantu masyarakat, nah untuk
pemerintah sendiri sifatnya membukakan
akses melalui forum CSR ini.
Berarti hasil dari hubungan Karang Taruna
dengan Pemerintah itu menghasilkan
kemitraan dengan CSR?
nah itulah fungsinya komunikasi yg baik
hubugan yang baik antara karang taruna
dan pemerintah, stake holder yang lain,
khususnya CSR. Melihat kerjasama yang
baik ini harus disupport dong.. sama
perusahaan-perusahaan ataupun CSR yg d
wilayah Tangsel. Untuk melaksanakan
program kegiatan kepemudaan khususnya
kami di Karang Taruna dengan hubungan
yang baik ini CSR percaya karena apa yang
kita lakukan ini berbasis untuk kepentingan
masayarakat bukan pribadi ataupun
organsasi.
Sekarang Ketua Umumnya siapa Bang? Bung Haji Abdul Rosyid
Itu di periode ini atau bagaimana? Dia itu Ketum periode kedua, pertama
2009-2014 Bung Haji Abdul Rosyid
terpilih oleh 7 kecamatan, pada periode
lxxxi
kedua kita melihat beliau ini masih
mumpuni untuk menjalankan ataupun
meneruskan program-program yang telah
beliau buat di periode sebelumnya, dan
saya rasa kawan-kawan yg lain juga
mendukung karena kinerja beliau, karena
eksistensi beliau, kepedulian beliau kepada
Karang Taruna cukup tinggi. Nah kami
sepakat dengan Ketua-ketua Kecamatan
yang lain sampai Propinsi dan Kelurahan
mendorong beliau untuk melanjutkan
kepemimpinan ini di periode kedua,
harapannya agar memang sistem yang
sudah terbangun di periode pertama ini
dilakukan pengembangan untuk periode
kedua kami melihat alhamdulilah temen2
masih percaya. Bung Haji Abdul Rosyid ini
memimpin Karang Taruna sampai dengan
2020.
Kira-kira dari tokoh-tokoh atau yang aktif
sebgai pengurus Karang Taruna Tangsel
itu kira-kira apa dri mereka punya aktifitas
ekonomi selain di Krang Taruna?
Bidang usaha, buka usaha ada kaya
furniture yang dibuka oleh salah satu
kawan yg d setu itu adalah salah satu
bentuk usaha yg memang d bangun dan d
kembangkan untuk memberdayakan temen-
temen pemuda di wilayah setu, jadi yang
masuk kesitu jadi karyawannya, anak-anak
karang taruna juga, karena tujuan awal dia
bentuk usaha ini untuk itu gimana caranya
temen-temen yg nganggur bisa kerja bisa
punya penghasilan salah satunya utk itu,
terus bicara jasa kawan-kawan yg bergerak
d jasa konstruksi ataupun yg lainnya tetap
memberdayakan kawan2 krang taruna yang
lainnya, seperti Bung Didi, beliau salah
satu pengusaha yg brgerak d bidang
konstruksi na dia menggunakan atau
memberdayakan atau pelaksana-
pelaksananya diambil dari temen-temen
profesional di bidang itu, jd d karang truna
ini ada yg arsitek ada sarjana ekonomi ada
yang bidang kerohanian, atupun yg lain-
lain nya, yang itu lah kita berdayakan untuk
kawan-kawan ini memang agar
berkembang dan maju
tadi abang sebutkan ada profiling kira-kira Profiling ini outputnya kita dari Tangsel
lxxxii
output dari profiling itu ada gak datanya? bisa tahu pemetaan yang di lakukan temen-
temen di Kecamatan. Profiling ini bergerak
di kecamatan masing-masing dan potensi
apa yang ada di Kecamatan tersebut, nah
dengan adanya profiling ini kita bisa tahu di
Kecamatan Pamulang konsen dan focus di
bidang ini, Kecamatan Setu konsen dan
focus di bidang itu, nah itulah fungsinya
pemetaan ini, salah satunya itu tadi, Setu di
bidang furniture, Pamulang bidang usaha
Steam motor dan lain-lain.
Kira-kira outputnya Bang? Kaya jenis usaha itu, usahanya bisa
berjalan, bisa memberdayakan temen-
temen di wilayah itu menjadi pegawai atau
pelaksana di wilayah mereka, nah kalo
bicara data atau kertas itu biasa reportnya,
kita dilakukan pada saat akhir tahun
ataupun ada bantuan yang kita berikan ke
mereka sumbangsih yang kita berikan ke
mereka itu reportnya mereka memberikan
laporan ke kita berapa hasil yang memang
diperoleh oleh usaha itu, dan target ke
depannya seperti apa, dan pelaksanaannya
seperti apa, itu bisa kita berikan tapi
mereka melaporkan berdasarkan ekonomi
atau jumlah uang yang kita berikan ke
mereka kalo bicara data itu ya.
ada gak kira-kira di Karang Tarunanya
sendiri bang data itu?
Datanya di Karang Taruna Tangsel tapi
fokusnya itu di semua Kecamatan, tapi
datanya karena yang menerima bantuan
itukan dari tingkat Kota nah Kota
menyalurkan ke masing-masing Kecamatan
dan Kelurahan yang memang konsen di
bidang usaha, datanya di kita ada.
kalo misalnya ada kira-kira 40 Bang ya
pengurus di Kota, eh 50, nah dri 50 itu
aktif semua Bang?
dari 50 orang ini ada beberapa atau
memang yg masih kuliah ada juga
Karyawan Swasta ada Pegawai Negeri ada
Pegawai Kontrak, di Pemerintah, jadi kita
tidak bisa memaksakan dari 50 orang ini
bisa aktif, yang penting bagi kita, mereka
ini bisa berbuat di masing-masing
wilayahnya, dan yang kedua, ketika ada
kegiatan-kehiatan khususnya di Karang
Taruna Tangsel. Mereka bisa memberikan
sumbangsihnya entah itu tenaga pikiran
lxxxiii
ataupin yg lainnya
Dari 50 anggota itu kira-kira berapa orang
Bang yang jadi Pengusaha?
yang jad pengusaha gak banyak ya, kita
juga gak mnginginkan semua jadi
pengusaha, jadi ada yang pengusaha ada
poitisi ada, yang di birokrat, nah yg di
pengusaha, kurang lebih 5-10 orang, ada
juga politisi. Kalo pekerjaan tetap mungkin
tergantung order ya, ataupun pesanan-
pesanan kaya yang tadi Bung Ata Setu,
tergantung pesanan, tapi kalo pegawai tetap
ada. nah untuk sistem pembayaran ataupun
gaji kita tidak telalu jauh masuk ke ranah
itu karena urusan internal mereka kita
hanya butuh report dari mereka.
Kegiatannya berjalan atau tidak, sejauh
mana pemasarannya itu aja, tapi buat
masalah pegawai tetap nya berapa-berapa
kita gak masuk ranah itu.
Tapi ada sumbangsih lain gak Bang? ketika
setiap pengurus itu jadi pengusaha dan
akses itu di peroleh dari Karang Taruna
juga?
sumbangsih itu pasti ada karena kita d awal
mnciptakan jiwa-jiwa sosial, jiwa
kekeluargaan yang ada di Karang Taruna
jadi ketika mereka sukses di bidang usaha
itu otomatis mreka juga akan merasa
terpanggil untuk membantu kegiatan-
kegiatan di Karang Taruna.
Tapi ada sumbangsih lain gak bang? ketika
setiap pengurus itu jadi pengusaha dan
akses itu di proleh dri Karang Taruna juga
atau ketika mereka berwirausaha itu mereka
terbantu karena mereka anggota Karang
Taruma tergantung kegiatannya, kita juga
tidak bsa mengintervensi pemasarannya
stakeholdernya ataupun warga masyarakat
ataupun pemerintah untuk membeli
produkproduk Karang taruna gak bisa
Tapi apakah sesuai aksesnya?
Pasti kita bantu seperti misalnya buat
perizinan, tetap kita bantu walupun smua
harus sesuai prosedur, tidak boleh
melanggar aturan dan kebijakan yg d
tetapkan pmerintah, tetap mereka sesuai
prosedur gk ada namanya d anak emskan
anak krang truna perijinannya gampang gak
ada, tetapi prosedurnya lengkap berkas2
lengkap administrasi lainnya sudah
terpenuhi itu pasti kita dorong karena
potensi anak muda di Karang Taruna ini
lxxxiv
mau bergerak di bidang usah hrus kita
support nah ini yg kita dorong ke
Pemerintah
Seperti apa Bang harapan Karang Taruna
ataupun pengurus Karang Taruna kepada
Pemuda untuk ke sektor usaha?
kalo harapan saya jgan lah semua org ini
menjadi pegawai harus mempunyai inovasi
ataupun pemikiran yg maju ke depan kalo
semua orang pegawai kasian masarakat lain
yg ijazahnya pendidikannya hanya szmpai
SMP-Sma atau pun paket C ya kan, nah itu
kasian kalau kita support untuk bergerak di
bidang usaha untuk menciptakan lapangan
pekerjaan otomatis kawan-kawan lain yg
memang pendidikannya masih rendah bisa
terbantu, makanya kita sering mengadakan
pelatiha-pelatihan kewierausahaan nah
pelatihan kewirausahaan ini tujuannya utk
menciptakan lapangan pekerjaan d wilayah
masing-masing agar kawan-kawan Karang
Taruna ataupun masyarakat yang memang
pendidikannya rendah, bisa di berdayakan
oleh teman-teman yang bergerak di bidang
usaha itu.
Karang Taruna ini kan paling beda ya, dia
hidup di kota, penyangga ibukota juga, nah
berarti yang ada disini kaum-kaum urban,
kaum2 urban seperti pemudanya itu lebih
banyak org itu pandangannya pemuda
kaum urban itu lari k hal2 negatif seperti
narkoba free sex dsb, bgaimana pandangan
kran taruna atau sikap antisipasinya
Terus, apakah sudah ada gerakan untuk
menuju dan merealisasikan tujuan itu?
Nah kita sering membuat pelatihan-
pelatihan, tujuan-tujuan pelatihan itu selain
platihan kwiraushaan kita juga ada seminar
ataupun sosialisasi yang fokus dan konsen
utk mencegah bahaya2 seperti itu , denga
seminar dan sosialisasi anak muda di
Tangsel bisa melek bahaya-bahaya seperti
itu tujuannya seperti itu, jadi tidak nya
platihan usaha, platihan sperti itu juga sngat
penting bagi kami, kerjasama dengan, sperti
bahaya radikalisme kita bekerjasama
dengan MUI, pernah kita mngadakan d
tahun 2017 utk bahaya narkoba kita
kerjasama dengan BNN bagaimana cara
mngurangi tingkat pengguna narkoba di
wilayah Tangsel, khususnya yang pertama
lxxxv
kita kasih gaambaran bahaya narkoba ini
temen-temen pengurus dulu, dengan
pengurus diberikan gambaran seperti itu,
otomatis dia memberikan pelajaran apa yg
dia dapat ke anak muda di wilayah
setempat
Terhadap pemuda dan sesuai dengan
keadaan Kota Tangsel ini, disini juga
banyak kampus, bagaimana perhatian
Karang Taruna terhadap kondisi itu Bang?
Kita sering bekerjasama dengan perguruan
tinggi untuk melakukan hal-hal positif,
misalkan mahasiswa-mahasiswa dan pelajar
kayak tadi kita seminarkan dan
mengadakan sosialisasi bahaya-bahaya
seperti itu, ataupun seminar
entrepreneurship karena mahasiswa dan
juga pelajar ketika lulus buta, kan itu
semua. Nah itu lah kerjasama yang di
lakukan Karang Taruna dengan perguruan
tinggi ataupun sekolah menengah atas,
ktika mreka lulus masuk k dunia
pendidikan stidaknya mereka berwawasan
sedikit punya gambaran sedikit utk terjun
ke dunia lapangan pekerjaan, itu yg kita
tanamkan dn kerjasamakan dengan
Perguruan Tinggi dan skolah menengah
atas (SMA)
Oke bang Terimakasih atas wawancaranya Iya sama-sama Ton.
Nama : H. Abdul Rasyid
Waktu : 03 Maret 2018
Tempat : Pamulang 2, Tangerang Selatan
Pertanyaan Jawaban
Sejarah berdirinya Karang Taruna Tangsel
itu bagaimana mendirikannya?
Ini hanya meuluruskan stigma saja, bukan
hanya saya yang mendirikan Karang Taruna
Tangerang Selatan, melainkan banyak
kawan-kawan yang juga turut membantu
dalam pelaksanaannya. Timbul inisiatif dari
kawn-kawan untuk mengembangkan
Karaang Taruna di Tangerang Selatan, yang
mana saat itu kita masih mengiduk pada
Karang Taruna Tangerang, jadi untuk lebih
memudahkan dalam setiap langkahnya,
maka perlu kita dirikan Karang Taruna
Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2009.
lxxxvi
Alhamdulillah berhasil terbentuk, masih
aktif dan produktif sampai saat ini.
Saya berpikir bahwa harus ada organisasi
yang mewadahi setiap kebutuhan pemuda-
pemudinya, organisasi yang dapat
mengelola dirinya secara mandiri dan
memberikan efek positif pada seluruh
warga Kota Tangerang Selatan.
Oleh karena itu dengan keinginan tersebut,
saya beserta para pengurus mulai
mengkonsolidasikan para pemuda Karang
Taruna untuk aktif bersosialisasi dengan
tujuan agar para pemuda dapat melihat
eksistensi Karang Taruna sampai pada
tingkatan RW, dan bahwa dengan
keberadaannya itu mereka menjadi tertarik
untuk belajar berorganisasi dan
mengembangkan bakat sesuai bidangnya.
Perlu disadari bahwa, potensi Kota
Tangerang Selatan sangatlah besar sebagai
penyangga Ibukota yaitu Jakarta, dalam
berbagai hal, potensi tersebut akan terasa
percuma, bila para pemudanya belum
mampu untuk memanfaatkan potensi
ekonomi, sosial, politik dan budayannya.
Perubahan di Kota itu sangatlah cepat
dengan berbagai infomasi yang mengiringi
pergerakannya, maka dari itu Karang
Taruna muncul sebagai organisasi modern
yang harus melek dengan berbagai macam
potensi yang ada.
Apa ada hambatan untuk pendirian Karang
Taruna Kota Tangerang Selatan?
Alhamdulillah hampir tidak ada hambatan,
karena kawan-kawan punya semangat
kebersamaan, jadi mudah
mengkonsolidasikan.
Memangnya keanggotaan di Karang
Taruna itu seperti apa Bang?
Kenggotaan di tingkat kota itu,
kepengurusannya yang ada di kota, serta
susunan kepengurusan itu kalo di Kota ada
sekitar 50 orang pengurus, jika kita
mengacu sesuai SK. Untuk di masing-
masing Kecamatan itu variatif. Minimal 35
orang kepengurusannya jika melihat rata-
rata pengurus di SK, dan maksimal 40.
Untuk di Kelurahan rata-rata itu
lxxxvii
pengurusnya 30 orang. Bahkan,
keanggotaan di Karang Taruna Kota
Tangerang Selatan sampai menyentuh
tingkat RW.
Apa saja kegiatannya Bang, dan apa yang
menjadi fokus utama dalam kegiatan itu?
Kegiatannya sangat banyak, dan rata-rata
semua agenda kami keseluruhan
bersentuhan dengan masyarakat,
kesuluruhan kegiatan kami banyak
melibatkan tokoh-tokoh masyarakat,
sehingga dapat tergambar betapa nyata
tercercemin kekeluargaan itu dalam sebuah
organisasi. Semua diatur secara
profesional, mengikuti AD/ART yang
berlaku, dengan prinsip kerja sama yang
baik.
Kegiatan yang dilakukan semua dengan
niatan belajar dan berlatih, menumbuhkan
semangat bermasyarakat, seperti kerja
bhakti di tiap lingkungan, kegiatan charity,
kegiatan kelilmuan seperti seminar,
pelatihan dan dialog tentang seputar
kepemudaan.
Yang menjadi fokus utama ialah
pengembangan potensi pemuda, seperti
yang kita ketahui bahwa pemuda menjadi
tulang punggung organisasi ini karena
Karang Taruna adalah organisasi
kepemudaan.
Beberapa kegiatan yang menjadi rutinitas
kami dalam menunjukkan potensi para
pemuda ialah, saat perayaan hari-hari besar,
disitu kami bisa menyediakan wadah bagi
masyarakat untuk berkumpul dalam
perayaan, sambil melakukan dialog
membahas masalah lokal, dalam
perjumpaannya dengan tokoh-tokoh
masyarakat sekitar.
Sebenarnya di semua tempat dan di
tingkatan (RT/RW-Kelurahan-Kecamatan)
struktur manapun di Karang Taruna pasti
banyak yang mengadakan acara di hari-hari
besar Islam, hari-hari besar Nasional. event
terbesar Karang Taruna Kota Tangerang
Selatan adalah Hari Ulang Tahun Karang
lxxxviii
Taruna sendiri yang berbarengan dengan
Hari kesetiakawanan sosial. Dan fungsi kita
merayakan di hari itu acara yang besar,
adalah bagaimana Karang Taruna dapat
membaur dan bermanfaat serta
kehadirannya dirasakan oleh masyarakat.
Jadi kita juga selain jadi simbol perekat,
kita juga membantu masyarakat untuk
saling bersetiakawan, mempererat
hubungan sosial
Bagaimana hubungan antara pengurus,
anggota dengan masyarakatnya?
Alhamdulillah, atas kerja keras kawan-
kawan, kita dapat kepercayaan yang baik
dari warga Kota Tangerang Selatan,
sehingga dalam setiap kegiatan apapun,
kami merasa sangat di support.
Mengapa disetiap egenda kegiatannya
harus selalu melbatjan pemuda?
Pertama yang harus disadari, pemuda
adalah penerus masa depan. Mereka harus
berjuang melengkapi kecakapan diri agar
dikemudian hari, dapat mennuntaskan
permasalahan yang ada di Tangerang
Selatan karena sejatinya pemuda adalah
agent of change. Kedua, mereka adalah
aktor pembangungan, dengan memilii usia
yang cukup, tenaga yang besar, serta
pemikiran yang kreatif, memungkinkannya
mereka untukmengadakan dan
mensukseskan tiap agenda. Ketiga pemuda
sebagai aktor modernisasi, harus
memberikan contoh bagaimana kita
menghadapi era yang penuh dengan
teknologi dan infomasi dengan menjadikan
pemuda sebagai konseptor dan pelaksana
konsep, memberikan ukuran real bagi para
pemuda untuk terus menerus belajar dan
memperbaiki setiap kekurangannya.
Mengapa tidak hanya memfokuskan
kegiatannya hanya dibidang sosial saja?
Benar bahwa hari ini Karang Taruna
cendeerung lebih menitikberatkan
pendekatannya pada setiap usaha ekonomi.
Karena kreatifitas pemuda itu memiliki
nilai ekonomis yang bisa berguna dan
dapat bernilai ekonomis. Mereka dituntut
untuk menciptakan pasar dengan
kreatifitasnya masing-masing. Tentunya
dengan pembekalan seperti acara-acara
seminar kewirausahaan, dialog seputar
lxxxix
ekonomi, pelatihan-pelatihan, kursus
keterampilan dan lain-lain yang memiliki
tujuan praktis dalam bidang ekonomi.
Bagaimana membentuk relasi/jaringan
diluar Karang Taruna?
Dengan aktif diberbagai kegiatan yang
selalu bersentuhan dengan masyarakat,
tentunya membuat kami banyak menerima
infomasi dan berkenalan dengan banyak
orang, salah satunya tokoh-tokoh lokal,
pengusaha lokal dan para pejabat lokal. Hal
ini dilakukan secara terus menerus, sangat
konsisten sehingga hasilnya seperti
sekarang, dapatt kita rasakan, kepercayaan
masyarakat begitu besar, terbukti dalam
setiap agenda-agenda kami. Hal itu tidaklah
sekali jadi, hubungan itu terpelihara sejak
waktu yang lama.
Program seperti apa sih yang menjadi awal
mula kegiatan Karang Taruna cenderung
kearah ekonomi?
Kegiatan itu namanya profiling kegiatan
inilah yang memberikan banyak informasi
kepada kami para pengurus untuk bergerak
melihat potensi-potensi ekonomi kelurahan-
kecamatan, dan mendorong kader-kader
Karang Taruna untuk berwirausaha. Misal
di daerah ini, sangat banyak industri, kita
kerahkan untuk belajar pengelolaan
limbahnya, atau seperti Ciputat yang
menjadi daerah padat, kami coba
mendorong para kader untuk berwira usaha
dengan konsep daerah yang padat penduduk
dan sebagainya, begitu.
Nama : Didi
Waktu : 03 Maret 2018
Tempat : Pamulang 2, Tangerang Selatan
Pertanyaan Jawaban
Jadi bagaimana sejarah berdirinya Karang
Taruna Tangsel?
Ya karena keinginan kader-kader Karang
Taruna Kabupaten yang berdomisili di
Tangsel, mereka mengharapkan supaya kita
bisa mandiri, dengan adanya pemekaran
Kota Tangsel. Jadi kita gak perlu jauh-jauh
menginduk ke Karang Taruna Kabupaten
Tangerang. Jadi memang sejak adanya
pemekaran itu, kita sudah mengumpulkan
xc
SDM yang ada untuk berencana melakukan
pemekaran juga.
Bagaimana keaktifan anggota-anggota
abang di Karang Taruna?
Ya Kalo Dilihat, Semakin-Hari Semakin
Banyak. Kesemuanya Punya Bidang Dan
Kemampuan Masing-Masing, Mereka Aktif
Belajar Berorganisasi. Memang Ini Adalah
Organisasi Kemasyarakatan, Jadi Yang
Kita Tampung Ya Masyarakat, Gak Peduli
Apa Latar Belakangnya, Mau Kaya,
Miskin, Anak Tokoh Kek, Anak Tukang
Pungut, Hampir Semua Bidang Mungkin,
Di Karang Taruna ada. Yang sukanya
bersosialisasi ya kita arahkan kesana, yang
suka bisnis, juga kita buka pelatihannya,
bahkan kalo itu serius kita bantu untuk
permodalannya, tentu bantuan itu gak
sembarangan ya, tapi bukan karena Karang
Taruna kaya, tapi karena Karang Taruna
ingin setiap anggotanya berkembang. Yang
suka olahraga, tentu kita buat team nya,
yang sukanya organisasi, kepemimpinan ya
memang disini tempatnya. Yang gak aktif
juga ada, bukan hal baru kalo diorganisasi
juga banyak anggotanya yang kurang aktif,
tapi semua tertutupi dengan banyaknya
angenda yang berjalan baik.
Jadi kalo di Karang Taruna apa aja bang
kegiatannya? Seperti apa mereka
mengkonsep agenda itu, dan kira-kira lebih
kearahkan untuk tujuan apa bang?
Nah kalo itu bingung, banyak sih. Pastinya
yang banyak dirasakan masyarakat itu
agenda yang rutin yaitu, bersih-bersih
lingkungan, mengadakan kerja bhakti,
seperti kalo sungai, jalan kotor tuh, bisa aja
atas saran tokoh masyarakat atau kesadaran
anggota atas lingkungannya mereka
langsung bergerak. Ada juga agenta untuk
meningkatkan kapasitas dan kualitas
anggota seperti pelatihan-pelatihan,
seminar-seminar, kursus keahlian khusus
kayak kemaren kita bikin seminar yang
kerja sama ama BNN, ada juga sosialisasi.
Itu semua tergantung kebutuhan para
anggotanya, karena mulai dari konsep dan
organizer mereka semua. Mereka para
pengurus dan anggota yang atur, kita yang
diatas yang ngasih saran, nyari uang, itu
pasti, karena tiap agenda-agenda Karang
xci
Taruna melibatkan masa yang banyak
untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat
tentang lingkungan dan sosial. Jadi tiap ada
agenda kita sebagai pengurus kota inisiatif
menyisihkanlah dari kantong sendiri atau
bisa cari donatur ya.
Nilai-nilai seperti apa yang ditanamkan
dalam organisasi ini bang?
Pastinya kesetiakawanan, kekeluargaan kita
terapkan. Bahwa berdirinya organisasi ini
gak macem-macem, semua instrumennya
adalah wadah pembelajaran untuk setiap
warga Karang Taruna. Kayak laboratorium
masyarakat lah. Disini semua ide, bisa jadi
program, bisa jadi kajian, bisa di uji coba
untuk di implementasikan pada masyarakat.
Makanya dampaknya kreatifitas anggota-
anggotanya. Dan satu yang paling menonjol
di Karang Taruna, ilmu itu gratis disini, gak
bayar, bisa jadi kalo diluar kita harus bayar,
disini mau ikut seminar, oke, mau ikut
kajian, kumpul juga oke, mau ikut
pelatihan, kursus keterampilan, oke,
kebanyakan semua agenda itu gratis dan
diniatkan tidak untuk mencari keuntungan
finansial, tapi memang untuk menambah
manfaat untuk masyarakat.
Jadi cukup solid ya bang organisasi ini? Solid terus, jarang ada konflik-konflik
kepentingan, kayak kerabatlah, gimana sih.
Semua panggil yang lebih tua abang, senior
ya akrab semua. Silaturrahminya juga jalan
terus diluar dan didalam organisasi antara
pengurus, ini yang saya rasakan di
tingkatan pengurus Kota ya. Mungkin
lebih-lebih lagi kalo sampe ke Kecamatan
atau Kelurahan, karena mereka saling
mengenal dan tempat tinggalnya
berdekatan kan.
Konflik nya gimana emang? Hampir gak ada Ton, emang apa yang bisa
diperebutkan? Ketua (A. Rasyid) aja kita
pilih dua kali berturut-turut hehe.. itu
karena memang semua kepentingan pribadi
terkikis dengan kepentingan yang lebih
besar, kita sadar itu. Bukan menonjolkan
organisasi saya ya.. gak bermaksud begitu,
tapi ya tanya aja sama yang lain deh.
Perbedaan sih ada, pendapat bisa beda,
xcii
konsep orang bisa beda, tapi ego itu yang
tipis, kayaknya lebih mengakui kalo ada
yang bagus didorong buat semakin
berkembang, bukan malah dimusuhi. Kita
sadar kalo gak kerja sama, Karang Taruna
justru gak ada apa-apanya.
Alsannya mereka gabung kesini apa Bang? Banyak lah motifnya, tapi menurut saya
karena kebanyakan orang punya latar
belakang yang sama, sama-sama orang
Tangsel, orang Betawi, ya seneng aja
kumpul, seneng gaul, dan kebetulan kalo
gabung disini kita bisa nambah pengalaman
dan keilmuan, itu aja sih selain nambah
temen dan jaringan.
Alasannya mereka betah disini apa Bang? Ya disini anak-anak tanpa paksaan,
melakukan yang disuka tanpa paksaan,
berkumpul tanpa paksaan, mereka bisa
merasakan manfaatnya. Mungkin ada
kenikmatan tersendiri bisa eksis, bisa bantu
orang, bisa belajar produktif dan hal-hal
lain yang gak bisa mereka dapatkan di
lingkungannya.
Pernah gak, Karang Taruna menjalin
kemitraan untuk mempermudah agenda
atau usaha-usahanya?
Ya, pernah, mungkin kalo di tataran Kota
juga terbilang sering kita buka jalan untuk
anggota-anggota atau pengurus yang punya
minat. Seperti di bidang ekonomi, kita
adakan profiling tuh, kita bisa tau siapa aja
tuh yang memang latar belakangnya punya
usaha, nah itu kita dorong untuk
berkembang, kita tambahin modalnya, kita
bantu marketingnya, kita buka jaringan-
jaringan itu untuk usahanya biar mulus.
Dengan banyaknya anggota dan pengurus-
pengurus yang aktif, saat ini mereka jadi
tersebar di banyak bidang, ada yang di
politik, ada yang jadi pengusaha, tokoh
masyarakat, ada yang jadi ustadzlah dan
macem-macem. Itu kan membuat kita
semakin dikenal, itu tuh, kader Karang
Taruna, yang jadi pengusaha, yang jadi
politisi dsb. Jadi informasi juga mudah
didapat. Karena itu mungkin banyak
anggota dan pengurus bisa memanfaat kan
itu, beberapa bisa belajar, beberapa berani
memulai. Beberapa usaha ada tuh, kayak
xciii
furniture milik Ata, itu kita bantu, modal
atau pun marketing, karena kita-kita juga
yang beli, saya beli tuh kemaren pesen. Dia
bikin furniture dari limbah perusahaan.
Keren kan, biar gak terbuang jadi sampah
dengan sedikit keahlian, dia ubah jadi
produk-produk furniture yang punya nilai
ekonomis, dia punya pegawai, dia buka
pelatihan juga, kayak di Ciputat juga ada
yang bikin kerajinan tangan, kita support,
banyak deh.
Gimana sih tujuan tiap anggota itu bisa
tercapai?
Ya tentunya kita capai dulu tujuan Karang
Taruna. Tujuan dan motif para anggota itu
saya yakin kesemuanya untuk belajar, ya
namanya belajar kan sampe mati kita harus
tuntut ilmu. Jadi belajar disini luas.
Gimana peniliaian masyarakat sama
Karang Taruna Bang?
Baik, Alhamdulillah kita syukuri itu. Gak
kita survey, tapi kita yakin, karena apa
yang kita berikan untuk masyarakat adalah
yang terbaik, kita iklas dan tulus. Karena
bukan untuk hal yang sifatnya individual
kita berkerja dan belajar, ini untuk
kepentingan yang lebih umum.
Nama : Ata Rosadi
Waktu : 04 Mei 2018
Tempat : Setu
Pertanyaan Jawaban
Oh iya, NAMA abang siapa bang? Ata, Ata Rosadi
Abang ini sebagai apa bang disini? Saya adalah ketua karang taruna di Kecamata
Setu
Nilai – nilai apa saja yang abang
tanamkan kepada setiap kader – kader
abang?
Kalo khusus untuk disini kegiatan – kegiatan
sosial yang memiliki nilai – nilai sosial
kemasyarakatan dan kepemudaan. Kalo kita
sudah memberikan pelatihan – pelatihan usaha
furniture, setiap kelurahan diminta
perwakilannya sebanyak 3 orang untuk
mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan,
produktif dari limbah menjadi hasil karya yang
xciv
memiliki nilai ekonomi.
Kalo untuk aturan, aturan apa sih yang
abang terapkan untuk kader - kader
abang sendiri?
Kalo aturan kita sesuai dengan AD-ART yaitu
melaksanakan intruksi, menanamkan
kesadaran.
Bagaimana cara abang menjalin
solidaritas antar sesama kader?
Setiap bulan kita adain yang namanya
pertemuan, rencana kegiatan apa yang akan
kita lakukan tiap bulan yang sifatnya sosial.
Misalnya bersih – bersih jalan, mushola,
makam, dll.
Menurut abang, kira – kira ada gak sih
konflik antar kader di karang taruja
abang?
Kalo untuk konflik sih karena ini organisasi
sifatnya sosial nggak ada, paling semangatnya
aja yang berkurang dari setiap kader.
Bagaimana bang hubugan antar kader? Kalo dikita selama ada jalur komunikasi, yaa
hubungan gak akan pernah putus
Trus hubugan kader dengan masyarakat
gimana bang?
Karena anggotanya juga kebanyakan dari
masyarakat sekitar, bahkan ada juga yag dari
anak tokoh masyarakat. Sehingga antara
karang taruna dan masyarakat memiliki
hubungan yang sangat baik.
Jadi menurut abang hubungan itu punya
arti khusus bagi abang untuk
mengembangkan kreatifitas kader –
kader?
Di tahun pertama kita beralih pada potensi
setiap kelurahan masing – masing.
Ketika membuat gagasan ingin
membuat usaha, apakah kepikiran
karena karang taruna punya masa atau
bagaimana bang?
Kalo untuk gagasan seperti itu kita sudah
merencanakan dan kita usulkan kepemerintah
dalam muslembang. Seperti pelatihan –
pelatihan kewirausahaan.
Tapi memang rata-rata relasinya
kepemerinah saja atau tidak?
Tidak juga, kita juga mengandalkan
kekompakan dan solidaritas para kader.
Kadang kita juga pake uang pribadi dari para
kader untuk kegiatan kegiatan sosial yang
dananya gak besar.
Apakah usaha – usaha ini dibentuk oleh
kader ini diurus sendiri?
Yaa, semua usaha ini dijalankan oleh kader –
kader sendiri dan diregenerasikan ke pengurus
selanjutnya.
Kalo untuk usaha abang sendiri apa nih
bang?
Kalo saya usaha furnture
Abang udah berapa lama menjalankan
usaha ini?
Saya mulai dari 2008 sebelum ada karang
taruna Tangerang Selatan, waktu itu masih
karang taruna tingkat kelurahan. 2008 itu kita
xcv
buat kelompok untuk mengolah limbah, ada
limbah kayu, kardus, plastik, triplek, dll.
Ini maju setelah ada karang tarung
Tangsel atau sudah berjalan sebelum
ada karang taruna Tangsel?
Ini sudah ada sebelum adanya karang taruna
tingkat kota Tangsel, waktu itu karang taruna
terbentuk, kita sudah ada dan mereka melirik
usaha kita kemudian memberikan bantuan
dana sebesar 3 juta rupiah untuk membeli alat
alat yang lain.
Lalu setelah itu dibantu gak bang
perihal pemasaran, sponsorship, dll?
Tidak, kalo untuk pemasaran, sponsorship, kita
cari sendiri dari mulut ke mulut, dari temen ke
temen, dan dari grup ke grup di sosial media.
Apa abang sekarang udah punya
karyawan?
Udah, sudah punya karyawan kita.
Apa itu dari kader karang taruna atau
bukan bang?
Yaa, karyawan kita dari kader – kader yang
tidak aktif, kalo yg aktif rata – rata sudah bisa
produksi masing – masing.
Trus Omsetnya berapa bang ? Untuk omset itu 5 – 7 juta perbulan diluar
karyawan, itu sudah bersih.
Alasan abang tetep memiliki aktivitas di
karang taruna apa bang?
Karena karang taruna itu organisasi murni
yang sifatnya sosial, tidak ada target, intruksi,
tekanan dan lahir dari hati nurani.
Trus bang, apa ada kemitraan gak bang? Kalo untuk kemitraan sih tidak menetap yaa,
karena dia beda, tapi pernah. Kita pernah
menjalin kemitraan dengan PT. body shop.
Kita ambil limbahnya dan nanti mereka minta
untuk dibuatkan apa.
Tapi tetep ada masukan kan bang dari
mereka?
Mereka bayar tenaga saja, bahan dari mereka
Ada banyak gak bang yang pakai sistem
kaya mereka?
Banyak, tapi kalo limbah udah pasti beli,
barangnya itu kita kerjasamakan seperti halnya
di PT. Body Shop.
Yang seperti ini abang salurkan gak ke
yang lain?
Yaa, karena selain bekerja kita juga bisa
berwirausaha dan yang tidak bekerja bisa juga
mulai berwirausaha. Makanya kemarin itu kita
ada kegiatan pelatihan keterampilan furniture
sekitar 8 bulan yang lalu. Kita lakukan selama
3 hari dan setiap 3 bulan sekali mereka harus
magang di tempat kita. Yang petama yaitu
membuat a,b,c,d. Yang kedua, menanyakan
bahannya apasaja. Yang ketiga, untuk
xcvi
membantu pemasaran.
Berarti memang udah sering sekali
membangun kemitraan sama yang
diluar karang taruna terkait usaha
seperti ini?
Sudah, tetapi kalo dengan jasa kita belom.
Memang seberapa besar menurut abang
tingkat kepercayaan masyarakat kepada
pemuda karang taruna disini?
Karena mereka sering melakukan kegiatan
sosial tanpa pamrih. Maka masyarakat akan
beduyung – duyung membantu.
Apasih sistem kepercayaan pemuda
karang taruna abang sehingga mereka
mau melakukan kegiatan sosial tanpa
pamrih?
Kepuasan, karena setiap manusia punya jiwa
sosial, tinggal jiwa sosialnya tinggal dibimbing
dan diarahkan.
Kira-kira apa harapan dan tujuan abang
dan setiap anggota binaan abang
terhadap karang taruna ini.
Setiap kegiatan pasti ada waktunya, tinggal
gimana mereka bisa melaksanakan setiap
kegiatan sosial tanpa pamrih dengan niat dan
kemauan.
Biasanya kegiatan apa saja yang
dilakukan dalam sekup kelurahan setu?
Biasanya kegiatannya itu kita ada berih-bersih
kali. Dan dapat sumber dananya dari mana
saja, dari orang-orang yang pernah menjalani
kegiatan sosial juga biasaya.
Nah, selain itu apalagi bang? Untuk di kelurahan Bhakti Jaya itu, santunan
anak yatim, pengajian di makam, terus ternak
bebek.
Itu siapa yang ternak bebek? Ya pengurus, terutama ketua Karang Taruna
Bhakti Jaya.
Siapa ketuanya bang? Kalo gak salah Rugis namanya.
Kalo setiap ada kegiatan ada
kekurangan dana gak sih bang?
Yaa kalo untuk kekurangan dana sih udah
pasti, makanya pasti selalu ada proposal yang
masuk di tingkat kecamatan.
Tapi emang rata – rata yang beli produk
abang itu pengurus apa orang luar?
Kalo untuk pembeli udah pasti dari luar,
bahkan ada yang dari luar tangsel juga.
Berarti memang setiap acara itu minta
sama abang tuh?
Gak pasti minta, tapi ngasih proposal,
tujuannya mengundang, kedua mengetahui
kalo ada kegiatan sosial dan udah pasti kita
harus bantu.
Tapi memang semua kelurahan itu
abang yang hendel tuh, atau semua
kelurahan kebantu semua dengan
furniture, atau setiap kelurahan juga
Ngebantu, tapi kita gak menutup semuanya,
kita kasih biaya gak seberapa dan kita kasih
support.
xcvii
punya usahanya juga atau gimana?
Emang pengurus abang ada berapa
bang?
Pengurus itu ada 30, cuma ada yang aktif, ada
juga yang nggak.
Sekarang udah tahun keberapa? Tahun ke-4 jalan mau yang ke-5, ini tahun
terakhir.
Kedepan apa ada gebrakan lagi di
bidang usaha?
Kalo gebrakan udah pasti. pertama, mau
ngebina temen-temen karang taruna di
kelurahan khususnya agar dia bisa mencari
dana di bidang usaha.
Berarti memang udah diarahkan ya
bang?
Ya dari tahun lalu juga sudah diarahkan
sebetulnya.
Tapi bang karena sebelum ini ada
program berbentuk profilink nih bang
setiap daerah sudah diarahkan, nah apa
aja sih bang programnya?
Kalo untuk setu sendiri programnya di limbah,
kita mengumpulkan limbah dan mengolahnya
selanjutnya kita jual. Trus kalo kelurahan
muncul itu, budidaya ikan, karena dia banyak
persawahan. Untuk kranggan itu usahanya
kacang. Kalo bakti jaya itu ternak. Dll.
Karena disini ada furniture, kader –
kader abang diajaran gak bang?
Diajarin, semuanya kita ajarin. Agar dia
punya keterampilan. Ilmunya udah dikasih,
caranya juga diajarin, dan dipersilahkan
waktunya kapanpun dia bisa dateng, dan
bahannya juga dikasih, terus kalo dia udah bisa
tapi belom punya job, kita kasih. Kalo dia udah
punya job, baru beli bahannya ke kita.
Nama : Dimas Wiwoko
Waktu : 03 Mei 2018
Tempat : Perumahan Cendana Tangerang Selatan
Pertanyaan Jawaban
Nama abang siapa? Dimas Wiwoko SH.
Jabatan abang? Saya ketua karang taruna kelurahan sawah baru
itu membawahi sampai ke tingkat
RW bang?
iya, membawahi sampai ketingkat RW ada 9 RW
gambaran umum nilai apa saja yang
abang tanamkan kepada anggota?
yang pertama kesadaran akan pentingnya
berorganisasi bahwa organisasi salah satu wadah
menyampaikan ide ide dan gagasan, kedua nilai-
xcviii
nilai kepedulian yang menjadi tolak ukur untuk
pengembangan potensi, mulai dari kepedulian
terhadap lingkungan seperti sampah mulai dari
sampah di lingkungan dan pengembangannya nanti
teman-teman bisa melakukan edukasi mengubah
pola prilaku masyarakat dan mengolah sampah
menjadi satu kreatifitas yaitu socio
entrepreneurship dari kegiatan sosial kita bisa buka
usaha.
apakah ada aturan baku untuk
anggota yang abang gagas sendiri
diluar AD/ART?
tidak ada akan tetapi setiap anggota saya wajibkan
ikut berpartisasi dalam pengelolaan bank sampah
di masing-masing RW, setiap anggota saya
wajibkan melakukan report berupa data kegiatan
bank sampah, yang di report sampah yang
terkumpul berapa, uang yang diterima berapa,
jenis sampah yang paling banyak di daerah itu apa.
kalo untuk mengedukasi
masyarakat bagaimana bang?
untuk edukasi masyarakat awalnya saya sharing
dengan teman2 karang taruna dan ketua-ketua
karang taruna tingkat RW, kita edukasi apa itu
sampah sampai pengelolaannya bagaimana sampai
akhirnya mereka bisa menjelaskan dan
mempresentasikan kepada masyarakat.
Acara-acara berbentuk penyadaran
masyarakat?
ya, alhamdulilah sudah banyak kita lakukan dan
kita menjadi mitra untuk masyarakat dalam
pengolahan sampah ini
Kira-kira sudah ada belum mitra
kerja yang paten untuk usaha abang
sendiri atau mitra kerja yang
membantu usaha abang?
iya ada MCM (perusahaan percetakan) dan
Indomart/Alfamart sebagai penyuplai sampah, kita
olah sampah industry tersebut menjadi kerajinan-
kerajina tangan, untuk pemasaran kita lewat stand
pameran dengan dinas perindustrian dan
perdagangan serta dinas lingkungan hidup, dan
yang intesn melakukan pembinaan terhadap kita ya
dinas lingkungan hidup, untuk pemasaran kita
kedepannya berkomunikasi serius untuk bekerja
sama dengan pak lurah, pak camat, dan dinas
koperasi untuk bagaimana melakukan
pengembangan atau pemasaran hasil produk
kreatif ini.
sejauh ini sudah menghasilkan
bang?
ya sudah, Itu bisa di lihat pada tanggal 14 kita ada
silaturahmi dengan setiap rw nah itu kita ada
produk-produk yang di tampilkan, itu lah salah
satu cara kita memasarkan produk karang taruna
bagaimana cara mengikat saya langsung turun kepada mereka seperti
xcix
solidaritas kader untuk bisa
percaya?
silaturahmi, saya datangi tokoh-tokoh pemuda
tingkat RW dan saya mengetahui apa
permasalahan dan kebutuhan mereka dan saya
adakan kegiatan-kegiatan pengolahan bank
sampah dan kerja bakti di masing-masing RW saya
turun langsung dan mau kotor sehinga mereka lihat
ini bisa dicontoh, kita langsung turun jemput bola
dan datang kesana.
setiap agenda mustahil juga tidak
ada biayanya, itu dari abang sendiri,
sumbangsih masyarakat, sponsorsip
atau bagaimana?
di awal pembentukan bank sampah saya mulai dari
kepedulian temen-temen itu sendiri, kalau mindset
yang terbentuk itu kepedulian soal biaya itu tidak
ada masalah, swadaya iuran dri masing-masing
anggota yang ada disitu.
kalau pembentukan bank sampah
itu awalnya bagaimana bang?
awalnya kita melakukan transformasi informasi
dengan isu2 nasional dan kita tangkap itu sebagai
isu lokal , yaitu isu tentang sampah dan isu
bagaimana jika warga tidak peduli terhadap
sampah lingkungan ini akan menjadi seperti apa,
akhirnya mulai timbul kesepakatan apa solusi dri
teman-teman itu sendiri bagaimana pengelolaan
sampah dan apa itu bank sampah, kita lakukan
sosialisasi bank sampah ini kepada pemuda-
pemuda dan barulah kita berkordinasi dengan rt
dan rw , setelah sepakat dengan RT RW kita
kumpulkan warga masyarakat, atau masuk ke
forum yang sudah ada seperti pengajian, arisan
atau PKK, kita bersosialisasi dan menyepakati
untuk membentuk bank sampah, sepakati nama
bank sampahnya, kita edukasi masyarakatnya, dan
mulai kita koordinasi dengan dinas lingkungan
hidup, dan mulailah diresmikan bank sampah
tersebut, SK bank sampahnya ini dari lurah, nanti
juga ada bantuan dr dinas lingkungan hidup, ada
timbangan, buku tabungan dan spanduk, mulai
berjalan bank sampah kita tidak langsung lepas
akan tetapi kita dampingi sampai mereka benar2
paham.
jadi bank sampah ini hanya
pengumpulan saja?
iya nanti ada pengepul yang beli dan juga ada
beberapa pabrik yang membeli sampah tersebut
dan itu menjadi mitra kita.
ini tujuannya untuk mengoper
sampah atau mengkreasikan
smapah?
ada barang-barang yang punya nilai jual tinggi
ada yang nilainya rendah, dan kita lihat
dbandingkan dijual dengan nilai rendah lebih baik
kita kreasikan harganya lebih tinggi, dan itu
c
tergantung potensi dari bank sampah masing2.
Bagaimana system pada bank
sampah di daerah sawah baru?
Bank sampah sementara ini tidak ada pegawai,
yang ada anggota. Nanti ada selisih pada
hargaanya. Jadi, kalau di pabrik itu harga kardus
itu 3000 harga yang di taruh pada masyarakat itu
2600 atau harga beli kita sama masyarakat itu, nah
disitukan ada selisih. Akan tetapi harga barang-
barang inikan gak menetap dia turun naik oleh
Karena itu kita harus update soal harga. Agar
selaku ada selisihnya. Udah beberapa kali
persoalan itu tidaak ada masalah buat kita karena
pada awalnya kita bergerak untuk sosial. Jadi,
sebenarnya kita merintik pada sosial
entrepreneurship kan. Sampai pada akhirnya dari
bank sampah tingkat RT, kita mau ngebuat bank
sampah induk kelurahaan dari gabungan beberapa
RW. Sambil kita merintis koprasi bank sampah
pada kelurahan sawah baru ini. Jadi yang bias
bergabung pada koperasi ini adalah pengurus bank
sampah atau nasabahnya bank sampah. Salah satu
buktinya yaitu dengan membawa buku tabungan
setiap dia mau menabung nanti kita kroscek
kepengurus bank sampahnya atau ada rekomendasi
dari pemerintah langsung.
Buku tabungan yaitu dipakainya
kapan bang?
Buku tabungan itu dibawa di setiap mau
menimbaang, polanya sama dengan yang di
perbankan hanya saja berbeda yang disetorkan.
Dan buku tabungannya dari bank sampah yang
mengelurkan.
Cara pembyaranya itu seperti apa
bang?
Caranya itu tergantung kesepakatan, mau per 6
bulan sekali menjelang lebaran atau pada saat
anak-anak kepengen masuk sekolah. Tapi kita
fleksibel juga walaupun ada kesepakatan itu
sewaktu- waktu ada keperluan yang mendesak
untuk mengambil tabungannya kita kasih.
Sistem pengelolaan keungannya itu
bagaimana bang?
Jadi, di bank sampah itu kan ada ketua, sekertaris
sama bendahara. Nah di bendahara ini yang
mengelola keungan tersebut. Sekaligus kita sudah
menyiapkan standarisasi buku laporan agar
mengetahui berapape masukan dan pengeluran di
bank sampah sawah baru ini.serta prodak yang
sering pada bank sampah sawah baru. Ini
merupakan salah satu tujuan kita dalam penguatan
ci
data untuk menegoisasi pada CSR perusahaan.
Bukaanya karang taaruna di kraang
taruna tangerang selataan sendiri
mempunyai kemitraan sama CSR
Tangerang selatan ?
Iyaada, akan tetapi kita menginginkan adanya
output yang jelas pada kemitran ini oleh karena itu
kita kuatkan terlebih dahulu pada pergerakan
sosial, pergerakan di masyarakat, serta data. Baru
kita pasarkan ke CSR tersebut agar adaouput yang
jelas.
Apakah ada media yang meliput
pada bank sampah sawah baru ini?
Owh itu ada, bahkan sering untuk medianya yang
belum ada media televisi. Bahkan ada jugaa yang
dating untuk belajar bank sampah.
Apakah ada konflik pada bank
sampah dengan organisaasi di
sawah baruini bang?
Alhamdulillah sejauh ini blum ada karena kita
sudh siapkan sistemnya juga serta jalur
kordinasiny juga. Agar organisasi tidak ikut
campur dalam pengelolahan bank sampah hanya
saja organisasi melakukan controlling atau
monitoring pada bank saampah.
Yang terlebih dahulu dalam bank
sampah jaringan dengan
masyaraakat atau menciptkan
pemasarannya?
Yang terpenting membuat jaringan pada masyrakat
karena di pemasarnya itu bank sampah tidak begitu
sulit. Tapi yang begitu sulit dalam sampah yaitu
mengeduksinya dan mengubah pola prilaku
masyarakatnya.
Alat-alatnya itu dari mana saja
bang, untuk komposting dan urban
farming?
Kalo untuk alat – alat komposting kita dibantu
dari dinas seperti tabung komposter. Tapi kalo
untuk urban farmingnya kita manfaatkan dari
swadaya dan kreativitas masyarakat misalnya
keranjang, spanduk, dll.
Selain itu, apalagi yang menjadi
produk dari bank sampah selain
yang bisa di jual atau dibagi.
Dari bank sampah sendiri sih ada tas dan fas bunga
yang dibuat dari bungkus kopi karena tidak laku
dijual ataupun bukus makanan yang dalemnya
mengandung alumunium yang gabisa diolah oleh
mesin.
Untuk sistem penghasiannya
gimana bang, apakah dikasih ke
masing – masing orang, atau di
berikan untuk organisasi, bank
sampah, atau ada sistem managerial
pemabagian penghasilan?
Pembagian hasilnya itu 5% untuk organisasi
karang taruna, 5% buat bank sampah, 10% untuk
bagi rata, itu dari semua penghasilan dan sisanya
itu untuk masyarakat. Misalnya, bank sampah di
tingkat RW itu bisa menghasilkan uang 20 - 22
juta/bulan dan selanjutnya hasilnya dibagikan
sesuai kesepakatan awal.
Ini kira – kira kalo untuk sekret dan
pembangunan itu milik siapa pak?
Kalo untuk sekret kita ada di kelurahan dan itu kita
dikasih dari kelurahan langsung dan kebeneran
saya tiggal di sekret.
cii
Kalo untuk pendapatan abang
sendiri dengan anggota anggota
lain, sama gak sih bang?
Pendapatan itu semuanya di pukul rata, gak ada
yang beda.
Jadi berarti kalo untuk bank sampah
ini gak menjadi kegiatan utama
dalam organisasi ya bang?
Bukan, seberna program utamanya kita adalah
mengedukasi masyarakat tentang kesadaran untuk
memanfaatkan sampah, pilah - pilih sampah. Jadi
kalo bisa jadi uang, knapa harus dibuang. Kalo
dulu masalah, sekarang berkah.
Jadi rencananya kalo bikin
koperasi, mau ada koperasi apa aja
bang?
Mauya nanti ada koperasi simpan pinjam buat
kebutuhan sembako, permodalan. Tapi
persyaratannya harus anggota dari bank sampah.
Tapi memang itu udah digarap atau
baru akan dibuat?
Insya allah minggu depan udah mulai
pembentukan koperasi, karena kemaren kita udah
ketemu Pak Wawan dari Dinas Koperasi,
mengumpulkan 20 KTP dan minggu depan insya
allah udah terbit Akta Pendirian Koperasiya. Bank
sampah ini jadi awal dari kita untuk memberikan
pemahaman untuk masyarakat sebelum
penbentukan koperasi. Karena nanti kalo udah
masuk koperasi sistemnya lebih serius.
Untuk mobilitasnya itu bagaimana
bang, apakah orang – orang disini
keliling RW atau punya mobil
sendiri?
Jadi kalo saya dan temen – temen keliling itu,
karena kita niatnya untuk menimbulkan nilai –
nilai kepedulian, jadi warga yang nyamperin ke
tiap RW di wilayahnya masing – masing.
Nah bang, kira – kira sikap
kepercayaan masyarakat ke anggota
karang taruna sendiri gimana si
bang?
Jadi gini, alhamdulillah ya, karena memang kita itu
dari awal melakukan gerakan – gerakan sosial itu
terlaksana dengan baik dan ini nilai kepercayaan
pertama kali, dari mulai mengkoordinir uang dan
pembukuannya kita buat dan masyarakat sendiri
bisa liat sendiri.
Untuk yang terakhir nih bang, kira
– kira apasih harapan dan tujuannya
buat karag taruna, bank sampah,
dan juga buat kewirausahaan disini?
Yang pertama, kita bisa mengedukasi masyarakat
untuk sadar pilah – pilih sampah dan mengolahnya
dengan prinsip 3R. yaitu, reuce, rejuce, resicle.
Harapannya, kita ingin jadi mitra pemerintah yang
baik dengan membantu pemerintah khususnya
tentang penangan sampah. Selanjutnya, bisa
menjadi salah satu program untuk meningkatkan
ekonomi kreatif bagi masyakat. Selanjutnya bank
sampah ini dapat menjadi cikal bakal terciptanya
sosio enterpreneurship di kepemudaan.
Trus bang apakah isunya itu hanya
fokus ke sampah aja atau kedepan
Untuk satu tahun ini kita fokus ke sampah aja
ciii
akan ada hal lain?
Sekarang udah kepengurusan abang
yang keberapa dan bank sampah ini
udah berdiri sejak kapan?
Sebelum saya menjadi ketua karang taruna di
kelurahan, saya sudah jadi ketua karang taruna di
tingkat RW dan bank sampah ini sudah berjalan
selama 2 tahun.
Lampiran 3: Dokumentasi
1. Foto Acara
Acara Pembagian Sembako
Bersama Walikota Tangerang Selatan
Acara Pelantikan Pengurus Logo Karang Taruna
Bersama Walikota Tangerang Selatan & Wakil
Gubernur Banten di Acara 8 TahunKT Tangsel
Acara Maulid Nabi Muhammad SAW.
2. Usaha Bank Sampah Mutiara
Acara Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Acara 8 Tahun Karang
Taruna Tangsel
Acara Kerja Bhakti
Bersih-bersih
Masjid
Acara Bersih-bersih Sungai
Pengurus KT
Memimpin Pengajian
Masyarakat
Acara Kerja Bhakti Bersih-bersih
Sungai
Bank Sampah
Mutiara
Penimbangan Hasil
Sampah Masyarakat
Belajar Mengelola Sampah Belajar Mengelola Sampah
Belajar Mengelola Sampah
Hasil Karya dari Sampah
Bank Sampah Mutiara
Hasil Penimbangan
Sampah
3. Usaha Furniture
Hasil Karya dari Limbah Pabrik yang diolah
Menjadi Produk Furniture Pelatihan Membuat Furniture
Produk Plakad
Peserta Pelatihan
4. Usaha Warung Kopi dan Steam Motor
5. Dokumentasi Koran
Beberapa Koran Lokal Memuat Agenda
Karang Taruna Tang-sel
Beberapa Koran Lokal Memuat Agenda
Diantaranya Adalah: KT Gelar Pengobatan
Gratis, KT Siapkan Pemuda jadi
Entrepreneurship, KT TangSel Kampanyekan
Go-Green ke Murid SD
6. Pelatihan-pelatihan
Pelatihan Urban Farming
Hydroponic. Pelatihan Membuat
Kerajianan Tangan. Pelatihan
Pengelolaan dan Memproses
Pupuk
Pelatihan Pengelolaan dan
Memproses Pupuk. Pelatihan
Pembuatan Furniture
7. Produk-Produk Karang Taruna Tangerang Selatan
Gambar Pertama adalah Produk Kuliner saat dipamerkan di Bazaar. Kedua adalah
Lukisan, Kaligrafi dan Kerajinan Tangan yang dipamerkan saat TAWIRA (Taruna
Wirausaha). Terakhir adalah Gambar Budidaya Hydroponic.
Lampiran 4:
Daftar Singkatan
KT : Karang Taruna
KT-KTS : Karang Taruna Tangerang Selatan
Tangsel : Tangerang Selatan
PHBI : Perayaan Hari Besar Islam
PHBN : Perayaan Hari Besar Nasional
DPRD : Dewan Perwakilan Daerah
CSR : Corporate Social Responsibility
TAWIRA : Taruna Wirausaha
UKS : Usaha Kesejahteraan Sosial