PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA...

137
PROBLEMATIKA PUTUSAN PERCERAIAN KARENA SALAH SATU PIHAK MURTAD (STUDI KOMPARATIF PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SALATIGA NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA. SAL) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Oleh IRMA SURYANI 21210001 JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

Transcript of PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA...

Page 1: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

PROBLEMATIKA PUTUSAN PERCERAIAN

KARENA SALAH SATU PIHAK MURTAD

(STUDI KOMPARATIF PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SALATIGA

NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA. SAL)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam

Oleh

IRMA SURYANI

21210001

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2015

Page 2: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 3: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 4: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 5: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Setia pada proses. Sesulit apapun sebuah proses selama berusaha dan jalani ikhlas

semua pasti tercapai.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

Untuk orang tuaku yang selalu mendoakan dengan tulus ikhlas dan senantiasa

memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil

Terima kasih untuk para dosen atas ilmu dan bimbingan yang diberikan kepada saya

semoga ilmu berguna dan bermanfaat. Amiin.

Sahabat-sahabat perjuanganku AS angkatan 2010, semoga sukses selalu.

Dan anakku Abhinaya yang selalu menjadi semangat hidupku.

Page 6: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah, senatiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hambaNYA, sehingga

sampai saat ini kita masih mendapatkan ketetapan iman dan Islam. Sholawat dan

salam semoga tetap tercurahkan kepada beliau Nabi Agung Muhammad SAW yang

senantiasa kita ikuti sunnah-sunnahnya dan semoga kita selalu mendapatkan

syafaatnya di dunia dan di akhirat.

Dalam penjelasan skripsi ini tentulah tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak, baik dalam ide, kritik, saran maupun dalam bentuk lainnya. Oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri (STAIN) Salatiga

2. Sukron Ma‟mun, S.HI., M.Si selaku Ketua Program Studi Ahwal Al-

Syakhshiyyah.

3. Moh. Khusen, M.Ag., M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu tenaga dan fikiran guna memberikan bimbingan serta arahan dengan

penuh kesabaran dan akademis.

4. Drs. H. Umar Muchlis selaku Ketua Pengadilan Agama Salatiga.

5. Drs. Muhdi Kholil, S.H., M.M selaku Wakil Ketua Pengadilan Agama

Salatiga sekaligus Hakim Pembimbing.

6. Segenap Dosen Jurusan Syari‟ah

7. Segenap staf Pengadilan Agama Salatiga

8. Kedua orang tua yang saya sayangi dan hormati, yang selalu mendoakan.

9. Teman Angkatan 2008, 2010 terima kasih atas kritik, saran dan masukan yang

diberikan.

Page 7: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

vi

10. Pihak-pihak yang belum dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan moral dan material sehingga selesainya proses belajar di STAIN

Salatiga

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari segi bahasa, isi, maupun analisisnya, sehingga kritik dan

saran sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Salatiga, 14 Februari 2015

Irma Suryani

NIM. 21210001

Page 8: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

vii

ABSTRAK

Suryani, Irma. 2015. Problematika Putusan Perceraian Karena Salah Satu Pihak

Murtad (Studi Komparatif Putusan Pengadilan Agama Salatiga Putusan

No. 138/Pdt. G/2006/PA. SAL dan Putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA. SAL).

Skripsi. Jurusan Syari‟ah. Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyyah. Sekolah

Tinggi Agma Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Moh. Khusen, M.Ag.,

M.A

Kata Kunci: perceraian dan murtad

Penelitian Problematika Putusan Perceraian Karena Murtad adalah studi

komparatif putusan antara dua putusan dengan tema yang sama tetapi memiliki

perbedaan pada putusan yang dijatuhkan oleh hakim. Penelitian ini merupakan upaya

untuk mengetahui alasan perceraian di Pengadilan Agama Salatiga. Pertanyaan utama

yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah Hakim Pengadilan

Agama Salatiga menangani perkara perceraian karena salah satu pihak murtad? (2)

Mengapa terjadi perbedaan putusan Pengadilan Agama Salatiga tentang perkara

perceraian karena salah satu pihak murtad antara putusan No. 138/Pdt.

G/2006/PA.SAL dan putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA.SAL? (3) Bagaimanakah

implikasi dari putusan perceraian yang berbeda antara putusan No. 138/Pdt.

G/2006/PA.SAL dan putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA.SAL?

Penulis untuk menjawab pertanyaan tersebut dalam penelitian didasarkan

pada penelitian hukum yang dilakukan dengan memakai pendekatan normatif-yuridis.

Pendekatan normatif adalah suatu penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan

hukum Islam yaitu Al-Qur‟an dan Hadits serta fenomena yang terjadi di lapangan.

Pendekatan yuridis adalah pendekatan dengan didasarkan pada tata aturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian yurisprudensi. Penelitian yurisprudensi termasuk dalam jenis penelitian

kajian pustaka. Penelitian dilakukan di Pengadilan Agama Salatiga. Sumber data

yang didapat dari data primer maupun sekunder. Data primer didapat dari dokumen

dan informan. Data sekunder didapat dari sumber yang bukan asli memuat informasi

atau data dalam penelitian.

Hasil dari penelitian yang didapat yaitu tentang cara Hakim Pengadilan

Agama Salatiga dalam menangani perkara adalah Hakim memeriksa dan mempelajari

petitum atau alasan-alasan perceraian yang diajukan dalam gugatan tersebut,

identifikasi alasan dalam perceraian dalam gugatan, menerapkan asas personalitas

keislaman kemudian mencari fakta pembuktian yang menjadi alasan utama. Hasil

penelitian yang selanjutnya adalah sebab terjadi perbedaan putusan dapat ditinjau dari

alasan utama perceraian masing-masing putusan. Putusan fasakh pada No. 138/Pdt.

G/2006/PA.SAL alasan utama perceraian adalah murtad sebagai satu-satunya alasan

sehingga menyebabkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Putusan Thalaq

Ba‟in pada No. 0356/Pdt. G/2011/PA. SAL alasan utama perceraian adalah murtad

Page 9: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

viii

bukan satu-satunya alasan dalam perceraian dan ketidakharmonisan dalam rumah

tangga ang menjadi alasan utama. Pertengkaran sudah terjadi sebelum adanya salah

satu pihak murtad. Hasil penelitian berikutnya adalah implikasi dari perbedaan kedua

putusan tersebut terletak pada akibat hukum dari masing-masing putusan. Perbedaan

akibat hukum dari putusan tersebut ditinjau dari lima aspek, yaitu aspek jumlah

bilangan talak, rujuk, harta bersama, ikrar talak dan nafkah istri.

Page 10: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

ix

DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................ ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5

D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 6

E. Penegasan Istilah ............................................................................ 6

F. Telaah Pustaka ................................................................................ 6

G. Metode Penelitian ......................................................................... 10

H. Sistematika Penulisan .................................................................... 16

BAB II PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF FIQH DAN

PERUNDANG-UNDANGAN ............................................................ 17

A. Perceraian Menurut Fiqh ............................................................... 17

1. Pengertian Perceraian ......................................................... 18

2. Dasar Hukum Perceraian .................................................... 15

3. Bentuk-Bentuk Perceraian .................................................. 22

4. Sebab-Sebab Terjadinya Perceraian .................................... 30

5. Akibat Perceraian ................................................................ 33

B. Perceraian Menurut Perundang-Undangan..................................... 35

1. Pengertian Perceraian .......................................................... 35

Page 11: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

x

2. Sebab dan Alassan Perceraian ............................................. 36

3. Tata Cara Perceraian .......................................................... 38

4. Akibat Perceraian ....................................................................

C. Fasakh ............................................................................................. 42

1. Fasakh Menurut Fiqh .......................................................... 42

2. Fasakh dalam Perundang-Undangan ................................... 47

3. Fasakh Sebagai Alasan Perceraian ...................................... 52

D. Murtad Sebagai Alasan Perceraian ............................................... 53

1. Pengertian Murtad ............................................................... 53

2. Hukum Murtad .................................................................... 56

3. Murtad Sebagai Alasan Perceraian ..................................... 58

BAB III GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA SALATIGA

DAN DUA PUTUSAN PERCERAIAN KARENA MURTAD ......... 60

A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Salatiga .............................. 60

1. Profil Lembaga Pengadilan Agama Salatiga....................... 60

2. Sejarah Pengadilan Agama Salatiga.................................... 66

B. Administrasi Berperkara di Pengadilan Agama Salatiga ............... 75

C. Putusan Kasus Gugatan Perceraian Karena Murtad ....................... 79

1. Putusan No. 138/Pdt. G/2006/PA. SAL .............................. 79

2. Putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA. SAL ............................ 86

3. Pertimbangan Hakim ........................................................... 93

BAB IV ANALISA KASUS CERAI GUGAT KARENA MURTAD ............. 97

A. Penanganan Kasus Gugat Cerai Karena Murtad ........................... 97

1. Teknis Administrasi Secara Umum .................................... 97

2. Dasar Hukum Materiil....................................................... 100

B. Perbedaan Putusan No. 138/Pdt. G/2006 dan Putusan No. 0356/Pdt.

G/2011 ........................................................................................... 103

C. Implikasi Putusan Perceraian Karena Murtad ............................. 105

Page 12: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

xi

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 109

A. Kesimpulan .................................................................... 109

B. Saran ............................................................................................ 110

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 112

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................... 113

Page 13: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perceraian pada prinsipnya tidak dikehendaki dalam Islam. Perkawinan

merupakan ikatan yang kuat, diharapkan dalam perkawinan dapat terwujud keluarga

yang bahagia dan kekal sesuai ajaran Islam. Meskipun demikian Islam juga tidak

menutup diri terhadap perceraian yang terjadi antara suami istri dengan berbagai

alasan serta dengan melalui bentuk perceraian yang ada. Mengacu tetap pada satu

prinsip yaitu kaidah fiqh menghindari timbulnyakeburukan harus didahulukan

daripada menarik kebaikan, sehingga perceraian adalah merupakan pintu darurat dari

ikatan perkawinan, yaitu yang berbunyi:

ا د ل داأاال د د ااد دا ا م د د ا ر ق د د ر أال د د اضد د

Islam memahami dan menyadari tentang hal perceraian. Islam membuka

kemungkinan perceraian dengan jalan talak maupun jalan fasakh demi menjunjung

tinggi kebebasan dan kemerdekaan manusia (Latif, 1985:29)

Suatu perkawinan dapat putus karena tiga hal sesuai dengan pasal 113 KHI,

“karena kematian, perceraian dan atas putusan Pengadilan”. Dalam pasal 114 KHI

disebutkanbahwa, “putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat

terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian”.

Page 14: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

2

Dalam UU nomor 3 Tahun 2006 Tentang perubahan atas UU Nomor 7 tahun

1989 Pasal 2 disebutkan, “Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan

kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara

tertentu sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini”.

UU No. 50 tahun 2009 ayat 1 sampai ayat 6 dijelaskan bahwa amar putusan

dalam cerai talak hanya menetapkan memberi ijin pemohon untuk menjatuhkan talak

terhadap termohon, mengakibatkan bahwa putusnya perkawinan karena cerai talak

dihitung sejak diucapkannya ikrar talak, baik saat dihadiri oleh termohon atau tidak.

Pemohon yang riddah dalam hal ikrar talak berkaitan dengan syari‟at Islam,

sudah tidak memiliki hak dalam mengucapkan ikrar talak. Hukum putusnya

perkawinan antara suami dan istri mengacu pada putusan majelis Hakim, tanpa

adanya ikrar talak disebabkan karena peralihan agama tersebut.

Dalam hasil rakernas (rapat kerja nasional) MARI (Mahkamah Agung

Republik Indonesia) tahun 2005 bagian c Bidang Uldilag (urusan lingkungan

Peradilan Agama) angka 3 huruf (a) yang dinyatakan bahwa, “Pengadilan Agama

berwenang mengadili seseorang (pihak) yangsudah murtad, karena yang menjadi

ukuran untuk menentukan berwenang atau tidaknya Pengadilan Agama adalah hukum

yang berlaku pada waktu pernikahan dilangsungkan, dan bukan berdasarkan agama

yang dianut pada saat sengketa terjadi” (IKAHI, hal 134).

Kajian yang menarik dalam perkara yang diteliti adalah suami sebagai

pemohon pengajuan cerai talak berada dalam keadaan riddah (keluar dari agama

Page 15: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

3

Islam) di mana pada awal pernikahan adalah seorang mu‟allaf namun ketika

pernikahan berlangsung suami kembali pada agama semula yaitu katolik.

Ditinjau dari hukum Islam jelas di sini hukum perkawinan tersebut menjadi

fasakh. Fasakh berarti merusakkan atau membatalkan hubungan perkawinan yang

telah berlangsung yang disebabkan ada hal-hal yang membatalkan akad nikah atau

karena suatu hal yang baru dialami sesudah akad nikah dan perkawinan berlangsung

(Basyir, 1999:85). Fasakh karena terjadinya hal yang baru dialami sesudah akad

nikah dan perkawinan berlangsung, yaitu salah satunya suami istri beragama Islam

kemudian suami murtad. Apabila telah diusahakan agar kembali Islam, tetapi suami

tetap mempertahankan murtad, hubungan perkawinan diputuskan sebab terdapat

penghalang perkawinan yaitu larangan menikah antara perempuan muslimah dengan

laki-laki nonmuslim (Basyir, 1999:86)

Observasi pendahuluan yang dilakukan di Pengadilan Agama Salatiga

ditemukan dua putusan tentang kasus perceraian karena salah satu pihak murtad.

Putusan pertama adalah No. 0356/Pdt. G/2011/PA.SAL denganamar putusan yaitu

menjatuhkan talak satu ba‟in sughro tergugat kepada penggugat.Pertimbangan dan

dasar hukum Hakimdalam menentukan putusan adalah pertama dalil gugatan

perceraian diajukan karena faktor tidak harmonis dan sering terjadi perselisihan

karena salah satu pihak murtad seperti yang diatur dalam pasal 174 HIR dan pasal

116 huruf H KHI. Kedua, mediasi telah dilakukan tetapi hasilnya gagal sesuai dengan

Page 16: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

4

ketentuan Pasal 130 HIR dan PERMA No. 1 tahun 2008. Ketiga, mengetengahkan

pendapat ahli yangtermuat dalam kitab Fiqh As-Sunnah bab Ath-Thalaq:

اا ا دحلبدتدتل هد اادهدذأأاضرد دافد دنل ول د ازد لند بد لندهد اود ابد لقد اأات لرد طد بدتل ةاود ول د اأاسق تل أأا قعد اأدذد

هد اطد ل دةةابد ادندةةا ول د ازد نل ا د هرىل داطد ق دهد اأال د اد اأال د ل أاد د ةاعد د رق ةاود ادىل د اود اأاضرد د

Artinya : jika seorang istri menggugat suami agar diceraikan dari suami,

karena ada alasan (madharat) maka jika alasan (madharat) itu

terbukti walau hanya satu kali, menurut pendapat yang masyhur,

Hakim dapat menceraikan istri dari suaminya dengan jatuh talak

bain sughro(Sabiq, 1980: 237).

Putusan kedua adalah putusan No. 138/Pdt. G/2006/PA.SAL dengan bunyi

amar putusan yaitu memfasakhkan perkawinan Penggugat dan Tergugat. Dasar

hukum dan pertimbangan Hakim adalah pertama, permohonan Pemohon terbukti dan

beralasan secara hukum sesuai dengan ketentuan pasal 39 UU No. 1 tahun 1974 jo

pasal 19 huruf (f) PP No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No. 1 tahun 1974

tentang perkawinan jo pasal 116 huruf (f dan h) KHI, pasal 2 KHI dan oleh karenanya

hubungan perkawinan Penggugat dan Tergugat harus difasakhkan karena murtad.

Kemudian Majelis Hakim mengetengahkan lebih dahulupendapat pakar Hukum

IslamImam al-Haramayn al-Juwayni dalam kitab Hidayah al-Matlab fi Dirayah al-

Mazhab sebagai berikut:

اأال د ل را أداد ر ر د افرطد د اأدول ول د ند أأ ل د قاأاسد ا اأدذد

“Jika kedua suami istri atau salah satunya murtad (keluar dari agama Islam)

maka nikahnya difasakhkan” (al-Juwayni, 2007:119)

Page 17: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

5

Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas maka penulis akan

melakukan kajian secara komparatif tentang problematika putusan perceraian yang

disebabkan oleh salah satu pihak murtad.

B. Rumusan Masalah

Dari tema dan latar belakang masalah di atas, dapat diperinci rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Hakim Pengadilan Agama Salatiga menangani perkara

perceraian karena salah satu pihak murtad?

2. Mengapa terjadi perbedaan putusan Pengadilan Agama Salatiga tentang

perkara perceraian karena salah satu pihak murtad antara putusan No. 138/Pdt.

G/2006/PA.SAL dan putusanNo. 0356/Pdt. G/2011/PA.SAL?

3. Bagaimanakah implikasi dari putusan perceraian yang berbeda antara

putusanNo. 138/Pdt. G/2006/PA.SAL dan putusanNo. 0356/Pdt.

G/2011/PA.SAL?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan pokok dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui prosedur Hakim Pengadilan Agama Salatiga dalam

menangani perkara perceraian karena salah satu pihak murtad.

Page 18: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

6

2. Untuk mengetahui perbedaan putusan Pengadilan Agama Salatiga tentang

perkara perceraian karena salah satu pihak murtad antara putusanNo. 138/Pdt.

G/2006/PA.SAL dan putusan No.0356/Pdt. G/2011/PA SAL.

3. Untuk mengetahui implikasi dari putusan perceraian yang berbeda antara

putusan No.138/Pdt. G/2006/PA.SAL dan putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA

SAL.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam penanganan perkara cerai karena salah satu pihak murtad

yaitu dapat dijadikan model prototipe dalam penyelesaian perkara perceraian.

2. Sebagai wacana dan pengetahuan yang dapat dijadikan bahan analisis

komparatif antara putusan-putusan di Pengadilan khususnya dalam

penanganan perkara cerai karena salah satu pihak murtad.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan

maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul, maka perlu penjelasan

beberapa kata pokok yang menjadi inti penelitian, antara lain sebagai berikut:

Page 19: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

7

1. Cerai, secara bahasa bermakna melepas, mengurai atau meninggalkan;

melepas atau mengurangi tali pengikat, baik tali pengikat itu riil atau maknawi

seperti tali pengikat perkawinan (Supriatna, 2009:19). Tentang istilah

perceraian yang dimaksud dalam penelitian ini adalahcerai talak yaitu

pengajuan cerai dari pihak suami (beragama Islam) terhadap istri dengan

mengucap ikrar di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu

sebab putusnya perkawinan, dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal

129, 130, dan 131KHI. Cerai gugat adalah gugatan perceraian yang diajukan

oleh istri dalam petitumnya berisi permohonan agar diputus perkawinan antara

penggugat dan tergugat.

2. Murtadadalah keluar dari agama Islam; peralihan agama selain Islam; sama

halnya dengan murtad keluar dari Islam (Yasyin, 1995:159).Murtad berarti

juga kembali ke jalan asal. Di sini yang dikehendaki adalah kembalinya orang

Islam yang berakal sehat dan dewasa kekafiran dengan kehendaknya sendiri

tanpa paksaan orang lain, baik laki-laki maupun perempuan (Sabiq,

1986:168). Istilah murtad dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukkan

salah satu alasan penyebab perceraian yang terjadi di Pengadilan Agama.

4. Telaah Pustaka

Penelitian tentang perceraian karena perpindahan agama oleh salah satu

pasangan sesungguhnya bukan yang pertama. Sejauh penelusuran penulis, telah ada

Page 20: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

8

beberapa penelitian dengan tema yang sama yang dilakukan oleh peneliti lain.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nastangin, yang berjudul Perceraian Karena

Salah Satu Pihak Murtad (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga No. 0356/pdt.

G/2011/PA. SAL) tahun 2012 di Pengadilan Agama Salatiga. Penelitian ini berisi

tentang tujuan penelitian, metode penelitian dan hasil penelitian. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan perceraian di Pengadilan Agama

Salatiga, melalui dua fokus penelitian yaitu pertama tentang bagaimana pertimbangan

dan dasar hukum Hakim dalam memutus perkara perceraian karena salah satu pihak

murtad. Kedua, apa akibat hukum dari perceraian karena salah satu pihak murtad.

Metode penelitian yang digunakan adalah yurisprudensi dengan pendekatan normatif.

Hasil penelitian ini adalah bahwa pertimbangan hakim yaitu keluarga Penggugat dan

tergugat tidak harmonis karena tergugat telah keluar dari agama Islam dan

sebelumnya mediasi telah dilakukan tetapi hasilnya gagal. Kemudian yang menjadi

dasar hukum yaitu pasal 116 KHI hruf (h) dan ijtihad dengan berpedoman pada

kitabFiqh As-Sunnah bab Ath-Thalak. Akibat hukum sama dengan akibat hukum

perceraian secara umum, yaitu menjadikannya putus tali perkawinan, masih berlaku

iddah, suami masi berkewajiban menanggung hadhanah dan memberi nafkah sampai

dewasa (usia 21 tahun).

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Mir‟atul Hidayah, berjudul Fasakh

Suatu Perkawinan karena Murtad(Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga No.

438/Pdt. G/2003/PA. Sal dan No. 138/Pdt. G/2006/PA. Sal) tahun 2007. Penelitian ini

Page 21: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

9

menjelaskan tentang tujuan dari penelitian, metode yang digunakan dan hasil dari

penelitian tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui

konsep fasakhnya perkawinan karena murtad menurut fiqh dan perUndang-undangan

di Indonesia. Kedua, untuk mengetahui alasan atau dasar dan pertimbangan hakim

Pengadilan Agama Salatiga pada kasus gugat cerai oleh masyarakat non muslim

dengan putusan fasakh. Ketiga, unutk mengetahui akibat hukum karena putusan

fasakh. Metode yang digunakan adalah penelitian kasus (case study) yaitu suatu

penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam tetapi memiliki sifat

penelitian kasus yang lebih mendalam. Hasil dari penelitian ini adalah pertama,

konsep fasakh perkawinan menurut fiqh didasarkan pada Kitab Al-Muhadzdzab Juz II

halaman 54. Fasakhnya suatu perkawinan karena murtad tidak memerlukan keputusan

Hakim, yaitu fasakh atau batal seketika itu juga, sedangkan dalam KHI pasal 116 (h)

bahwa, “putusnya perkawinan dapat terjadi karena peralihan agama atau murtad yang

menyebabkan ketidakrukunan di dalam rumah tangga. Kedua, alasan Hakim

Pengadilan Agama Salatiga menerima suatu perkara perceraian non muslim bukanlah

orangnya melainkan status perkawinannya. Dasar hukum dan pertimbangan Hakim

adalah didasarkan pada pasal 116 (h), pasal 3 KHI, pasal 1 UU No. 1 tahun 1974,

pasal 19 (f),dan PP No. 9 tahun 1975. Ketiga, akibat hukum karena putusan fasakh

maka kembali ke akibat hukum thalaq yang tercantum dalam pasal 149 KHI.

Page 22: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

10

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan

dengan memakai pendekatan normatif-yuridis. Pendekatan normatif adalah

suatu penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan hukum Islam yaitu Al-

Qur‟an dan Hadits serta fenomena yang terjadi di lapangan. Pendekatan

yuridis adalah pendekatan dengan didasarkan pada tata aturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yurisprudensi.

Penelitian yurisprudensi termasuk dalam jenis penelitian kajian pustaka.

Penelitian yurisprudensi adalah penelitianyang mengkaji tentang putusan-

putusan Hakim atau Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan

dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai Pengadilan kasasi, atau putusan

Mahkamah Agung sendiri yang sudah berkekuatan hukum tetap. Tidak semua

putusan hakim tingkat pertama atau tingkat banding dapat dikategorikan

sebagai yurisprudensi, kecuali putusan tersebut sudah melalui proses

eksaminasi dan notasi Mahkamah Agung dengan rekomendasi sebagai

putusan yang telah memenuhi standar hukum yurisprudensi.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Page 23: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

11

Data primer adalah data utama yang diperoleh dari sumber-sumber

primer, yaitu sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut berupa

kata-kata, tindakan, selebihnya sumber data tertulis seperti dokumen

(Moleong. 2008:157). Macam-macam data primer sebagai berikut:

1) Dokumen

Dokumen artinya barang-barang tertulis seperti buku-buku,

majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya (Arikunto, 2010:201). Dokumen biasanya dibagi atas

dokumen pribadi dan dokumen resmi (Moleong, 2008:217). Dokumen

dalam penelitian yang dipakai adalah dua putusan tersebut Dalam

penelitian ini setiap tahun tertulis data-data di Pengadilan Agama

Salatiga yang berkaitan dengan penelitian seperti : buku register

perkara perceraian, berita acara perceraian dan putusan perceraian.

Dokumen utama yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

putusan perceraian yang di mana putusan tersebut merupakan putusan

Pengadilan Agama sebagai Tingkat I dan suadh incrah karena setelah

putusan, tidak ada lagi upaya banding.

2) Informanatau Responden

Informan atau respondenadalah orangyang bisa memberikan

informasi dan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat dalam

bentuk tulisan (Arikunto, 2010:188), yaitu berupa jawaban lisan

Page 24: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

12

melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket (Arikunto,

2010:172).

Informan dalam penelitian ini adalah Ketua majelis hakim yang

mengadili perkara di Pengadilan Agama Salatiga dan Wakil Penitera

Pengadilan Agama Salatiga.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli

memuat informasi atau data dalam penelitian. Sumber data sekunder dapat

berupa buku atau majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi

(Moleong, 2008:159).

3. Prosedur Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasiadalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan

pengamatan secara langsung mengenai obyek penelitian.Observasi dapat

dilakukan dengan tes, kuesinoer, rekaman gambar, rekaman suara

(Arikunto, 2010:199). Obyek yang diteliti adalah lokasi penelitian yaitu

Pengadilan Agama Salatiga dan khususnya pada ketua Pengadilan Agama

Salatiga. Observasi dilakukan dengan ikut serta dalam sidang perceraian.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa buku-buku, majalah,peraturan-peraturan, notulen

Page 25: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

13

rapat, catatan harian (Arikunto, 2010:201), benda-benda peninggalan

seperti prasasti dan simbol-simbol (Arikunto, 2010: 202).

Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengambilan

data tentang perceraian oleh majelis hakim di Pengadilan Agama Salatiga

dengan perkara cerai salah satu murtad yaitusalinan putusan No. 138/Pdt.

G/2006/PA. SAL dan No. 0356/Pdt. G/2011/PA.SAL.Bukti otentik yang

dipakai penggugat dan tergugat adalah akta nikah.

c. Wawancara (Interview)

Wawancara (interview) adalah percakapan dengan maksud tertentu

yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2008:186)untuk memperoleh

informasi dari terwawancara atau interviewee (Arikunto, 2002:132).

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan Ketua Pengadilan

Agama, Ketua majelis hakim, Wakil Panitera Pengadilan Agama Salatiga.

4. Analisis Data

Analisis data adalah suatu cara yang dipakai untul menganalisa (data

analysis) dan mengolah data yang sudah terkumpul, sehingga dapat diambil

suatu kesimpulan yang kongkrit tentang permasalahan yang diteliti dan

dibahas (Arikunto. 2010:278).

Metode analisis data yang digunakan adalah metode komparatif.

Page 26: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

14

Metode komparatif disebut juga penelitian komparasi yaitu menemukan

persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dan membandingkan

persamaan atau perbedaan tersebut terhadap pandangan orang, group atau

negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa ataupun ide-ide (Arikunto,

2010:310).

Dalam penelitian ini yang dikomparatifkan adalahputusan-putusan

Hakim atau Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan dibenarkan

oleh Mahkamah Agung sebagai Pengadilan kasasi, atau putusan Mahkamah

Agung yang sudah berkekuatan hukum tetap.

Sebagai bahan analisis data adalah UU No. 1 tahun 1974 tentang

perkawinan; KHI; PP No. 9 tahun 1975; UU No. 7 tahun 1989 sebagaimana

telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU

No. 50 tahun 2009 jo Pasal 14 s.d 36 PP No. 9 tahun 1975.

5. Tahap-Tahap Penelitian

Setelah peneliti menentukan tema dan judul yang akan diteliti,

kemudian peneliti melakukan tahapan observasi pendahuluan ke Pengadilan

Agama Salatiga yaitu memperoleh salinan putusan perkara. Selanjutnya

bertanya pada panitera tentang perkara perceraian khususnya perkara cerai

talak bagi suami yang riddahdi Pengadilan Agama Salatiga secara praktek.

Tahapan berikutnya adalah melakukan wawancara dengan Ketua majelis

hakim perkara tersebut.

Page 27: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

15

H. Sistematika Penulisan

Secara sistematis penulisan penelitian ini adalah akan disusun sebagai berikut:

BABPertamaberisi pendahuluan meliputi: latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka,

metode penelitian dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB Keduaberisiteori perceraian meliputi: Perceraian menurut fiqh yang

diantaranya membahas tentang pengertian, dasar hukum, bentuk-bentuk perceraian,

sebab-sebab terjadinya perceraian, serta akibat perceraian. Kemudian perceraian

menurut perundang-undangan baik menurut UU No. 1 tahun 1974 tentang

perkawinan, PP No. 9 tahun 1975, dan KHI yang diantaranya membahas tentang

pengertian, sebab dan alasan perceraian, tata cara perceraian serta akibat perceraian.

Selanjutnya fasakh ditinjau dari fiqh dan perundang-undangan yang diantaranya

membahas pengertian fasakh, sebab-sebab terjadinya fasakh, bentuk-bentuk fasakh,

perbedaan fasak dengan talak, akibat fasakh dan fasakh sebagai alasan perceraian.

Dan yang terakhir murtad sebagai alasan fasakh yang diantaranya membahas

pengertian murtad, hukum murtad, murtad sebagai alasan perceraian.

BAB Ketigaberisi hasil penelitian dan pembahasan meliputi: gambaran umum

Pengadilan Agama Salatiga, administrasi berperkara di PA Salatiga, putusan

kasusgugatan perceraian karena salah satu pihak murtad di PA Salatiga.

Page 28: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

16

BAB Keempatanalisis databerisi analisis data yaitu penanganan kasus gugat

cerai karena murtad, perbedaan putusan No. 138/Pdt.G/2006/PA. SAL dan putusan

No. 0356/Pdt. G/2011/PA. SAL, implikasi putusan perceraian karena murtad.

BAB Kelimapenutup berisi tentang kesimpulan dan saran.

Page 29: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

17

BAB II

TEORI PERCERAIAN

A Perceraian menurut Fiqh

1. Pengertian Perceraian

Secara bahasa talak (perceraian) bermakna melepas, mengurai, atau

meninggalkan, melepas atau mengurangi tali pengikat, baik tali pengikat itu

riil atau maknawi seperti tali pengikat perkawinan (Supriatna,

2009:19).Menurut Abdurrahman al-Jaziri dalam Kitab Al-Fiqh „ala al-

Madzahib Al-Arba‟ah أا هاع اأا ذأ األا ب ة) )talaq menurut istilah adalah:

ا ظا ىل اااد ةهدابد د ل ظ د ل ر ا ر ل د نر ا ول أادةراأانن د اد اأدزد

“Menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya

dengan menggunakan lafaz khusus” (Al-Jaziri, 1972:861)

Menghilangkan akad perkawinan maksudnya mengangkat akad

perkawinan sehingga istri sudah tidak halal lagi bagi suami, seperti talak yang

sudah tiga kali. Mengurangi pelepasan ikatan perkawinan maksudnya

berkurangnya hak talak yang berakibat berkurangnya pelepasan istri, yaitu

dalam talak raj‟i dapat mengurangi pelepasan istri (Supriatna, 2009:20).

Perceraian adalah kata-kata Indonesia yang umum dipakai dalam pengertian

yang sama dengan talak dalam istilah fiqh yang berarti bubarnya hubungan

nikah (Harjono, 1987:234).

Page 30: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

18

Oleh karena itu, jiwa peraturan tentang perceraian dalam hukum Islam

senantiasa mengandung pendidikan, yakni pendidikan untuk tidak

mempermudah perceraian. Moral Islam menghendaki untuk menjadikan

perkawinan sesuatu yang berusia kekal dan abadi untuk selama hidup. Hanya

kematian sajalah hendaknya satu-satunya sebab yang menjadi alasan bagi

berpisahnya laki-laki dan wanita yang sudah menjadi satu kesatuan sebagai

suami istri. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

perceraian atau talak merupakan berakhirnya hubungan suami istri dengan

kata-kata tertentu yang bermakna memutuskan tali perkawinan serta

mempunyai akibat bagi suami istri tersebut.

2. Dasar Hukum Perceraian

Tentang hukum perceraian ini para ahli fiqh berbeda pendapat dalam

menetapkan hukum perceraian. Pendapat yang paling benar di antara semua

itu adalah yang menyatakan bahwa perceraian itu “terlarang”, kecuali karena

alasan yang benar. Mereka yang berpendapat seperti ini adalah golongan

Hanafi dan Hambali. Alasannya yaitu:

ا ضد دمد لهداود االلهاعد د االلهداصد د لر اضرىل ا د ااظا:قد لد أاظا د ل د وق اذد ند ارا ر ق ااد د

Rasulullah saw. bersabda: “Allah melaknat tiap-tiap orang yang suka

merasai dan bercerai.” (Maksudnya: suka kawin dan cerai).

Ini disebabkan bercerai itu kufur terhadap nikmat Allah. Sedangkan

kawin adalah salah satu nikmat dan kufur terhadap nikmat adalah haram. Jadi

Page 31: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

19

tidak halal bercerai, kecuali karena darurat. Darurat yang membolehkan cerai

yaitu bila suami meragukan kebersihan tingkah laku istri, atau sudah tidak

memiliki cinta dengan suami. Tetapi jika tidak ada alasan apapun berarti kufur

terhadap nikmat Allah dan jahat kepada istri, maka karena itu dibenci dan

terlarang.

Golongan Hambali menjelaskan secara terperinci tentang hukum talak

dalam Islam adalah wajib, haram, mubah dan sunnah (Thalib, 1993:99):

a. Talak wajib

Hukumnya talak wajib ada dua macam yaitu pertama talak yang

dijatuhkan oleh hakam (penengah) karena perpecahan antara suami istri sudah

sedemikian rupa dan menurut hakam talaklah jalan keluar yang paling baik

sebagai upaya penyelesaian perselisihan antara suami istri (Sabiq, 1980:9).

Kedua, talak wajib dijatuhkan oleh hakimketika suami bersumpah illa‟

dan telah berlalu empat bulan tetapi suami tidak mau kembali kepada istrinya

dengan membayar kafarah sumpah lebih dahulu dan istri akan mendapatkan

madharat (Supriatna, 2009:24). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S

Al-Baqarah: 226-227

ا

Page 32: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

20

226. kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat

bulan (lamanya). kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), Maka

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

227. dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka

Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

b. Talak sunnat

Talak sunnat yaitu dikarenakan istri mengabaikan kewajiban kepada

Allah, seperti shalat dan sebagainya padahal suami tidak mampu memaksanya

agar istri menjalankan kewajibannya atau istri kurang rasa malunya. Dalam

hal keadaan seperti ini suami tidak salah untuk bertindak keras kepada

istrinya, agar ia mau menebus dirinya dengan mengembalikan maharnya

untuk bercerai. Sesuai dengan firman Allah SWT yang terdapat dalam Q.S

An-Nisa:19

ا

19. Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai

wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena

hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan

kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata dan

bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai

mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu.

Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

Page 33: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

21

Hukumnya sunnat yaitu jika suami tidak sanggup lagi membayar dan

mencukupi kewajibannya (nafkah), atau perempuan tidak menjaga

kehoramatan diri (Rasjid, 1986:402).

c. Haram

Yaitu jika dilakukan tanpa alasan yang dibenarkan,sedangkan istri

dalam keadaan suci atau keadaan haid tetapi pada masa suci tersebut istri

sudah digauli (Saleh, 2008:320). Diharamkan karena merugikan bagi suami

dan istri, dan tidak adanya kemashlatan yang mau dicapai dengan perbuatan

talak itu. Jadi talaknya haram, seperti haramnya merusakkan harta benda

(Sabiq, 1990:10). Sesuai dengan sabda Rasulullah saw sebagai berikut:

اأا دا رد ااد الاد اود ا د رد ا الادااد اضد قمد لهداود اأااراعد د اأااداصد د الر اضرىل ا د اقد الد

Rasulullah saw bersabda: “Tidak (boleh) berbuat membahayakan dan tidak

(boleh) membalas dengan bahaya.”

d. Makruh

Yaitu hukum asal dari talak (Rasjid, 1986:403). Jika suami

menjatuhkan talak kepada istri yang salehah dan berakhlak yang baik, karena

hal yang demikian dapat mengakibatkan istri dan anak terlantar serta akan

menimbulkan kemadharatan. Atas dasar alasan ini yang menjadikan hukum

talak menjadi makruh.

Dalam riwayat lain dikatakan talak serupa ini dibenci

اأااداأال د داارا اأااق الد اأدابل دضر اال د د اضد دمد لهداود اأاارااعد د اأاااصد د ضرىلر ا د ااقد لد

Page 34: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

22

Nabi saw bersabda: “perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah

talak.”(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

3. Bentuk-Bentuk Perceraian

Putusnya perkawinan dalam hal ini berarti berakhirnya hubungan

suami istri atau yang disebut dengan perceraian. Putusnya perkawinan itu ada

dalam beberapa bentuk tergantung dari segi siapa sebenarnya yang

berkehendak untuk putusnya perkawinan itu. Dalam hal ini ada 4

kemungkinan sebagai berikut:

a. Putusnya perkawinan atas kehendak Allah sendiri melalui matinya salah

seorang suami istri. Dengan kematian ini dengan sendirinya berakhir pula

hubungan perkawinan. Walaupun dengan kematian, hubungan suami istri

tidak dimungkinkan disambung lagi, namun bagi istri yamg suaminya

telah meninggal tidak boleh segera melaksanakan perkawinan baru

dengan laki-laki lain sebelum masa iddahnya telah habis.

b. Putusnya perkawinan atas kehendak si suami oleh alasan tertentu dan

dinyatakan kehendaknya itu dengan ucapan tertentu. Perceraian dalam

bentuk ini disebut talaq ا(أا ا ). Talaq adalah perbuatan yang halal tapi

paling dibenci oleh Allah swt, hukum talaq lebih terperinci sudah

dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.

Sebagaimana yang tercantum dalam ayat Al-Qur‟an Q.S Al-Baqarah:231

Page 35: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

23

ا

231. apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir

iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau

ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). janganlah

kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan

demikian kamu Menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian,

Maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.

janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan

ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah

kepadamu Yaitu Al kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi

pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan

bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha

mengetahui segala sesuatu.

Diantara bentuk-bentuk perceraian (talak) adalah sebagai berikut:

1) Perceraian ditinjau dari segi boleh tidaknya suami kembali kepada istri

setelah ditalak.

(a) Talak Raj‟I yaitu talak dimana suami masih memiliki hak untuk

kembali kepada istrinya (rujuk) sepanjang istri dalam masa iddah,

baik istri bersedia dirujuk maupun tidak tanpa akad nikah baru

(Wasman, 2011:92).

(b) Talak Ba‟in adalah talak yang tidak diberikan hak kepada suami

untuk rujuk terhadap istrinya. Apabila suami ingin kembali

Page 36: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

24

kepada mantan istrinya, harus dilakukan dengan akad nikah yang

baru yang memenuhi unsur dan syarat pernikahan. Talak ba‟in

menghilangkan tali ikatan suami istri.

2) Bentuk perceraian yang ditinjau dari waktu ikrar talak sebagai berikut:

(a) Talak Sunni adalah talak yang sesuai dengan perintah Allah SWT

dan Rasulullah SAW, yaitu talak yang dilakukan ketika istri

dalam keadaan suci dan belum disetubuhi kemudian dibiarkan

sampai selesai menjalankan masa iddahnya (Wasman, 2011:95).

(b) Talak Bid‟I adalah talak yang dilarang dan menyalahi ketentuan

agama, yaitu seperti mentalak tiga kali secara terpisah-pisah

dalam satu tempat atau satu waktu, atau juga talak yang

dijatuhkan pada waktu istri dalam keadaan haid atau istri dalam

keadaan suci namun sudah dicampuri pada waktu suci tersebut

(Wasman1, 2011:96).

3) Bentuk perceraian ditinjau dari segi cara suami menyampaikan talak

terhadap istrinya.

(a) Talak dengan ucapan, yaitu talak yang disampaikan oleh suami

dengan ucapan lisan di hadapan istrinya dan istri mendengarkan

secara langsung ucapan suaminya itu.

(b) Talak dengan tulisan, yaitu talak yang disampaikan suami secara

tertulis lalu disampaikan kepada istrinya dan istri memahami isi

Page 37: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

25

dan maksud dari tulisan tersebut. Menurut Sayyid Sabiq syarat

sah talak secara tertulis bahwa tulisan harus jelas, tegas dan nyata

ditunjukkan oleh suami terhadap istri secara khusus.

(c) Talak dengan isyarat, yaitu talak yang dilakukan oleh suami yang

tuna wicara dalam bentuk isyarat, sebab isyarat baginya sama

dengan bicara yang dapat menjatuhkan talak, sepanjang isyarat itu

jelas dan meyakinkan. Para fuqaha mensyaratkan bahwa isyarat

sah bagi tuna wicara.

(d) Talak dengan utusan, yaitu talak yang disampaikan oleh suami

kepada istri melalui perantara orang lain sebagai utusan. Dalam

hal ini utusan berkedudukan sebagai wakil suami yang

menjatuhkan talak suami dan melaksanakan talak tersebut (Sabiq,

1980:27).

c. Putusnya perkawinan atas kehendak istri karena si istri melihat sesuatu

yang menghendaki putusnya perkawinan sedangkan suami tidak

berkehendak. Kehendak untuk putusnya perkawinan yang disampaikan si

istri dengan cara tertentu ini diterima oleh suami dan dilanjutkan dengan

ucapannya untuk memutuskan perkawinan itu. Putus perkawinan dengan

cara ini disebut khulu‟( أا ع) . Hukumnya khulu‟ menurut jumhur ulama

adalah boleh atau mubah.

Sebagaimana yang tercantum dalam ayat Al-Qur‟an Q.S Al-Baqarah:229

Page 38: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

26

ا

229. Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi

dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.

tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah

kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir

tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu

khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan

hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang

bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah

hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya.

Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah

orang-orang yang zalim.

d. Putusnya perkawinan atas kehendak hakim sebagai pihak ketiga setelah

melihat adanya sesuatu pada suami dan atau pada istri yang menandakan

tidak dapatnya hubungan perkawinan itu dilanjutkan. Putusnya

perkawinan dalam bentuk ini disebut fasakh (أا ط )(Syarifuddin,

2006:197).

Sebagaimana yang tercantum dalam Hadist Nabi saw yang diriwiyatkan

oleh Imam Bukhari, yang isinya sebagai berikut:

Page 39: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

27

نلهد قد ادتلا راعد االلهد د اد ةدا د اعد اد د نل عد تد دتلا):اود اعد لند هد اد ول د ازد ابدرد د رعد د قرد ل لهداا( ر اعد د تق دقم ر

نلهد اعد طل دمد اد ر اود ل د اجداطدىد ااد د أ):افد بل ة اعد هد ا د ند ول د ازد نلهد ااا( دنق أدةدعد ا دود فد أ):اود رة ا( د د ر

أ بل ة اعد ا د قهرا د ند ن أالبر د د نل د بق شداعد اعد اأبلند ند اعد صد ق ا دحلبدترجاود لر دوق ألل ود

“Aisyah Radiyallahu „anhu berkata: Barirah disuruh memilih untuk

melanjutkan kekeluargaan dengan suaminya atau tidak ketika ia

merdeka. Muttafaq Alaihi dalam hadits panjang. Menurut riwayat

Muslim tentang hadits Barirah bahwa suaminya adalah seorang

budak. Menurut riwayat lain, suaminya orang merdeka. Namun yang

pertama lebih kuat Ibnu Abbas Radiyallahu „anhu riwayat Bukhari

membenarkan bahwa ia adalah seorang budak”. (Tim Pustaka

Hidayah, 2008:1035).

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan hubungan suami istri yang

dihalalkan oleh agama tidak dapat dilakukan, namun tidak memutuskan

hubungan perkawinan itu secara hukum syara‟. Terhentinya hubungan

perkawinan dalam hal ini ada dalam tiga bentuk antara lain sebagai berikut:

a. Suami tidak boleh menggauli istrinya karena ia telah menyamakan istrinya

dengan ibunya. Ia dapat meneruskan hubungan suami istri bila si suami

telah membayar kaffarah. Terhentinya hubungan perkawinan dalam

bentuk ini disebut zhihar ( أا ه ا). Hukumnya zhihar adalah haram sesuai

dengan firman Allah swt Q.S Al-Mujadilah:2

ا

Page 40: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

28

2. orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap

isterinya sebagai ibunya, padahal) Tiadalah isteri mereka itu ibu

mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan

mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan

suatu Perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha

Pemaaf lagi Maha Pengampun.

b. Suami tidak boleh menggauli istrinya karena ia telah bersumpah untuk

tidak menggauli istrinya dalam masa-masa tertentu, sebelum ia membayar

kaffarah atas sumpahnya itu; namun perkawinan tetap utuh. Terhentinya

hubungan perkawinan dalam bentuk kini disebut ila‟. Hukumnya ila‟

adalah boleh atau mubah.Secara terperinci ada dua macam hukum ila‟

yaitu hukum ukhrawi yaitu berdosa jika tidak kembali kepada istrinya, dan

hukum duniawi yaitu perceraian setelah empat bulan menunggu sejak

mengucapila‟ (Supriatna, 2009:36).

Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur‟an Q.S Al-Baqarah:226-227

ا

226. kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat

bulan (lamanya). kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya),

Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

227.dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka

Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

c. Suami tidak boleh menggauli istrinya karena ia telah menyatakan sumpah

atas kebenaran tuduhan terhadap istrinya yang berbuat zina, sampai proses

Page 41: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

29

li‟an dan perceraian di muka hakim. Terhentinya perkawinan dalam

bentuk ini disebut li‟an (Syarifuddin, 2006:198).

Dasar hukumnya adalah Al-Qur‟an Q.S An-Nur:6-10

ا

6. dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), Padahal mereka

tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka

persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah,

Sesungguhnya Dia adalah Termasuk orang-orang yang benar.

7. dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika Dia

Termasuk orang-orang yang berdusta[1030].

8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas

nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar Termasuk orang-

orang yang dusta.

9. dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya

itu Termasuk orang-orang yang benar.

10. dan andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan

(andaikata) Allah bukan Penerima taubat lagi Maha Bijaksana,

(niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan).

4. Sebab-Sebab Terjadinya Talaq (Putusnya Perkawinan)

Ada tiga hal yang menjadi penyebab putusnya suatu perkawinan di

mana apabila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan, maka kemudharatan

Page 42: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

30

akan terjadi. Akan tetapi, Allah menjelaskan beberapa usaha yang harus

dilakukan menghadapi kemelut dari tiap penyebab tersebut agar tidak sampai

terjadi perceraian.Sebab-sebab terjadinya talak atau perceraian adalah sebagai

berikut:

a. Nusyuz Istri

Nusyuz adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang secara

etimologi berarti meninggi atau terangkat. Secara definitif nusyuzdiartikan

dengan kedurhakaan istri terhadap suami dalam hal menjalankan apa-apa

yang diwajibkan Allah atasnya (Syarifuddin, 2006:191).

Nusyuzmenjadi awal penyebab perceraian karena istri yang demikian

telah lalai akan kewajiban dalam rumah tangga atas kehidupan suami dan

istri. Atas perbuatan itulah pelaku mendapat ancaman diantaranya gugur

haknya sebagai istri dalam masa nusyuz tersebut. Nusyuz itu haram

hukumnya karena menyalahi sesuatu yang telah ditetapkan agama melalui

Al-Qur‟an dan Hadits. Allah menetapkan beberapa cara menghadapi

kemungkinan nusyuznya seorang istri dalam Q.S An-Nisa:34

Page 43: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

31

ا

34. kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang

lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan

sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah

yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,

oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang

kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan

pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.

kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari

jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi

Maha besar.

b. Nusyuz suami

Nusyuz suami yaitu pendurhakaan suami kepada Allah karena

meninggalkan kewajibannya terhadap istri. Nusyuz suami terjadi bila ia

tidak melaksanakan kewajibannya, baik yang bersifat materi atau nafaqah

dan atau yang bersifat non materi di antaranya mu‟asyarah bi al-ma‟ruf

yaitu menggauli istrinya dengan baik.

Tidak menggauli istri dengan baik maksudnya adalah segala sesuatu

yang dapat disebut menggauli istrinya dengan cara buruk, seperti berlaku

kasar, menyakiti fisik dan mental istri, tidak melakukan hubungan

badaniyah dalam waktu tertentu dan tindakan lain yang yang bertentangan

dengan asas pergaulan baik (Syarifuddin, 2006:193).

Page 44: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

32

Nusyuz suami merupakan salah satu penyebab perceraian karena pihak

istri dirugikan dan jelas di sini keharmonisan rumah tangga tidak akan

terwujud dan mengarah pada perceraian. Adapun tindakan istri apabila

menemukan pada suaminya sifat nusyuz, dijelaskan oleh Allah dalam Q.S

An-Nisa:128

ا

128. dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh

dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan

perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik

(bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika

kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu

(dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

c. Syiqaq

Syiqaq mengandung arti pertengkaran, kata ini biasanya dihubungkan

kepada suami istri sehingga berarti pertengkaran yang terjadi antara suami

dan istri yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keduanya. Syiqaq ini

timbul apabila suami atau istri atau keduanya tidak melaksanakan kewajiban

yang mesti dipikulnya.

Syiqaq merupakan tahap perselisihan antara suami dan istri yang

menjadi salah satu penyebab terjadinya perceraian. Bila terjadi konflik

Page 45: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

33

keluarga seperti ini Allah swt memberikan petunjuk untuk menyelesaikanny.

Hal ini terdapat dalam firman Allah swt Q.S AN-Nisa:35

ا

35. dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka

kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari

keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud

Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-

isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Yang dimaksud dengan hakam dalam ayat tersebut adalah seorang bijak

yang dapat menjadi penengah dalam menghadapi konflik keluarga tersebut

5. Akibat Perceraian

Bila hubungan perkawinan putus antara suami dan istri dalam segala

bentuknya, maka hukum yang berlaku sesudahnya sebagai akibat dari

perceraian tersebut antara lain:

a. Hubungan antara keduanya adalah asing dalam arti harus berpisah, tidak

boleh memandang apalagi bergaul sebagai suami istri, sebagaiman yang

berlaku antara dua orang yang saling asing. Dengan kata lain

mengembalikan status semula yang berarti haram ketika masih bergaul.

b. Keharusan memberi mut‟ah, yaitu pemberian suami kepada istri yang

diceraikannya sebagai suatu kompensasi. Hal ini berbeda dengan mut‟ah

sebagai pengganti mahar bila istri dicerai sebelum digauli dan sebelumnya

Page 46: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

34

jumlah mahar tidak ditentukan, tidak wajib suami memberi mahar, namun

diimbangi dengan suatu pemberian yang disebut mut‟ah. Mengenai hukum

mut‟ah sendiri berbeda pendapat antara golongan Zahiriyah dan golongan

ulama Malikiyah.Ulama Malikiyah berpendapat bahwa mut‟ah itu

hukumnya sunnah. Golongan Zahiriyah berpendapat bahwa mut‟ah itu

wajib, dasar wajibnya adalah Q.S Al-Baqarah:241

ا

241. kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh

suaminya) mut'ahmenurut yang ma'ruf, sebagai suatu kewajiban bagi

orang-orang yang bertakwa.

c. Melunasi hutang yang wajib dibayarnya dan belum dibayarnya selama

masa perkawinan, baik dalam bentuk mahar atau nafaqah, yang menurut

sebagian ulama wajib dilakukannya bila pada waktunya didak dapat

membayarnya. Begitu pula mahar yang belum dibayar atau dilunasinya,

harus dilunasi setelah bercerai.

d. Berlaku ketentuaniddah atas istri yang dicerai. Iddah berasal dari kata adda-

wa‟uddu – „idatan dan jamaknya adalah „iddad. Secara (etimologi) berarti

menghitung atau hitungan. Secara istilah berarti nama bagi suatu masa bagi

seorang wanita menunggu untuk perkawinan selanjutnya setelah wafat

suaminya atau karena perpisahan (perceraian hidup) dengan suaminya.

Page 47: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

35

Dasar hukum „iddah sendiri telah diatur dalam Q.S Al-Baqarah:228 dan

234, Ath-Thalaq:4(Supriatna, 2009:68).

e. Hadhanah yaitu pemeliharaan terhadap anak. Secara bahasa hadhanah

berarti erat, secara istilah berarti memelihara, mengasuh, mendidik anak-

anak yang masih kecil untuk menjaga kepentingannya dan melindunginya

dari bahaya yang mengancamnya karena dia belum bisa berdiri sendiri.

Dasar ajaran tentang hadhanah adalah Q.S An-Nisa:9

ا

9. dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah

mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

Perkataan yang benar.

B. Perceraian Menurut Perundang-undangan

1. Pengertian Perceraian

Dalam UUP No. 1 tahun 1974 pasal 38 disebutkan bahwa perkawinan

dapat putus karena a. kematian, b. perceraian dan c. atas putusan

pengadilan.Kematian sebagai salah satu sebab putusnya perkawinan adalah

jika salah satu pihak baik suami atau istri meninggal dunia. Sedangkan untuk

sebab perceraian, UUP memberikan aturan-aturan yang telah baku, terperinci,

Page 48: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

36

dan sangat jelas. Adapun putusnya perkawinan dengan keputusan pengadilan

adalah jika kepergian salah satu pihak tanpa kabar berita untuk waktu yang

lama.

Dalam KHI juga disebutkan tentang putusnya perkawinan pada pasal

113 yaitu perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian dan atas

putusan Pengadilan. Kemudian pada pasal 114 yaitu bahwa putusnya

perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau

berdasarkan gugatan perceraian. Dilanjutkan pada pasal 115 yaitu disebutkan

bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama

setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan

kedua belah pihak.

Menurut PP No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UUP No. 1 tahun

1974 dalam pasal 18 disebutkan bahwa perceraian itu terjadi terhitung pada

saat perceraian itu dinyatakan di depan sidang pengadilan.

2. Sebab dan Alasan Perceraian

UUP No. 1 tahun 1974 dan KHI memiliki persamaan dari hal sebab

putusnya perkawinan, hanya saja di dalam KHI alasan-alasan perceraian lebih

dijelaskan secara terperinci. UUP No. 1 tahun 1974 pasal 38 dan dalam KHI

Pasal 113 sebab putusnya perkawinan ada tiga yaitu kematian, perceraian dan

atas putusan Pengadilan.

Page 49: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

37

Sedangkan untuk alasan perceraian dalam KHI terdapat pasal 116,

perceraian dapat terjadi karena alasan sebagai berikut:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,

penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-

turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal

lain di luar kemampuannya.

c. Salah satu mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak yang lain.

e. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan

akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri.

f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam

rumah tangga.

g. Suami melanggar taklik talak.

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan ketidakrukunan

dalam rumah tangga.

Alasan perceraian yang terdapat pada PP No. 9 tahun 1975 diatur

dalam pasal 19 yang berbunyi bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan-

alasan sebagai berikut:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, penjudi,

pemadat, dan sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain selama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau

karena hal lain di luar kemampuannya.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak yang lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat

tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri.

Page 50: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

38

f. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam

rumah tangga.

3. Tata Cara Perceraian

Tata cara perceraian diatur di dalam UUP No. 1 tahun 1974 pasal 39

dan pasal 40. Dalam pasal 39 disebutkan bahwa:

a) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah

Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak

b) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antar

suami dan istri tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri.

c) Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam

peraturan perundangan tersendiri.

Selanjutnya dalam pasal 40 disebutkan sebagai berikut:

a) Gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan

b) Tata cara menjalankan gugatan tersebut pada ayat (1) pasal ini diatur

dalam peraturan perundangan tersendiri

Dalam KHI diatur tentang tata cara perceraian di bagian kedua dari

pasal 129 sampai dengan pasal 148. Pasal 129 menyebutkan bahwa seorang

suami yang akan menjatuhkan talak kepada istrinya mengajukan permohonan

baik lisan atau tertulis kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat

tinggal istri atau disertai dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang

untuk keperluan itu. Pasal 130 menyebutkan bahwa Pengadilan Agama dapat

mengabulkan atau menolak permohonan tersebut, dan terhadap keputusan

tersebut dapat diminta upaya hukum banding dan kasasi.

Page 51: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

39

Pasal 131 menjelaskan secara terperinci tentang tata cara perceraian

yaitu sebagai berikut:

a) Pengadilan Agama yang bersangkutan mempelajari permohonan

dimaksud pasal 129 dan dalam waktu selambat-lambatnya tiga puluh

hari memanggil pemohon dan istrinya untuk meminta penjelasan

tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan maksud menjatuhkan

talak.

b) Setelah Pengadilan Agama tidak berhasil menasehati kedua belah

pihak dan ternyata cukup alasan, untuk menjatuhkan talak serta yang

bersangkutan tidak mungkin lagi hidup dalam rumah tangga.

Pengadilan Agama menjatuhkan keputusannya tentang izin bagi suami

untuk mengikrarkan talak.

c) Setelah keputusannya mempunyai kekuatan hukum tetap suami

mengikrarkan talaknya di depan sidang Pengadilan Agama, dihadiri

oleh istri atau kuasanya.

d) Bila suami tidak mengikrarkan talak dalam tempo enam bulan

terhitung sejak putusan Pengadilan Agama tentang izin ikar talak

baginya mempunyai kekuatan hukm yang tetap maka hak suami untuk

mengikrarkan talak gugur dan ikatan perkawinan yang telah utuh,

e) Setelah sidang penyaksian ikrar talak Pengadilan Agama

membuatpenetapan tentang terjadinya talak rangkap empat yang

merupakan bukti perceraian baik bekas suami dan istri.

Pasal 132 berisi tentang tata cara gugatan yang dilakukan oleh pihak

istri. Pasal 133 berisi tentang gugatan perceraian berdasarkan alasan pasal 116

huruf b. Pasal 134 tentang tata cara gugatan perceraian berdasarkan pasal 116

huruf f. Pasal 135 dijelaskan tentang gugatan perceraian yang dimaksud dalam

pasal 116 huruf c.

Pasal 136 berisikan tentang hal-hal sebagai berikut:

a) Selama berlangsungnya gugatan perceraian atas permohonan

penggugat atau tergugat berdasarkan pertimbangan bahaya yang

mungkin ditimbulkan Pengadilan Agama dapat mengizinkan suami

istri tersebut untuk tidak tinggal dalam satu rumah.

Page 52: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

40

b) Selama berlangsungnya gugatan perceraian atas permohonan

penggugat atau tergugat, Pengadilan Agama dapat:

1. menentukan nafkah yang harus ditanggungkan oleh suami.

2. Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin

terpeliharanya barang-barang yang menjadi hak bersama

suami istri atas barang-barang yang menjadi hak milik suami

atas barang-barang yang menjadi hak istri.

Sedangkan pasal 137 yaitu gugatan perceraian gugur apabila suami

atau istri meninggal sebelum adanya putusan Pengadilan Agama mengenai

gugatan perceraian itu. Pasal 138 berisi tentang aturan tempat tinggal baik

penggugat ataupun tergugat. Untuk tata cara pemeriksaan gugatan dan sidang

perceraian diatur dalam pasal 141, 142, 143, 144 dan 145. Pembacaan putusan

dan penjelasan tentang salinan putusan diatur dalam pasal 146, 147, dan pasal

148.

Menurut pasal 14 PP No. 9 tahun 1975 menjelaskan tentang perihal

tata cara perceraian sebagai berikut seorang suami yang telah melangsungkan

perkawinan menurut agama Islam, yang akan menceraikan istrinya,

mengajukan surat kepada Pengadilan di tempat tinggalnya, yang berisi

pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan istrinya dengan alasan-

alasannya serta meminta kepada Pengadilan agar diadakan sidang untuk

keperluan itu. Dilanjutkan pada pasal 15 bahwa Pengadilan yang bersangkutan

mempelajari isi surat yang dimaksud dalam pasal 14, dan dalam waktu

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari memanggil pengirim surat dan juga

istrinya untuk meminta penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan

Page 53: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

41

dengan maksud perceraian itu. Pasal 16 dan pasal 17 menjelaskan tentang

ketentuan sidang di Pengadilan. Untuk gugatan perceraian dan jalannya sidang

di Pengadilan diatur lebih terperinci pada pasal 20 sampai dengan pasal 36.

4. Akibat Perceraian

Ditinjau dari UUP No. 1 tahun 1974 pasal 41, akibat putusnya

perkawinan karena perceraian ialah:

a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik

anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana

ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan

memberi keputusannya.

b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan

pendidikan yang diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan

tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat

menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan

biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas

istri.

Ditinjau dari KHI BAB XVII bagian kesatu pasal 149 yaitu bilamana

perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib:

a. Memberikan mut‟ah yang layak kepada bekas istrinya, baik berupa

uang atau benda, kecuali bekas istri tersebut qobla al dukhul.

b. Memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas istri selama

dalam iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba‟in atau nusyuz

dan dalam keadaan tidak hamil.

c. Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya dan separoh

apabila qobla al dukhul.

d. Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum

mencapai umur 21 tahun.

Page 54: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

42

Selanjutnya menurut PP No. 9 tahun 1975 pasal 24 ayat 2, selama

berlangsungnya gugatan perceraian atas permohonan penggugat atau tergugat,

Pengadilan dapat:

a. Menentukan nafkah yang harus ditanggung oleh suami

b. Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan dan

pendidikan anak

c. Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya

barang-barang yang menjadi hak bersama suami istri atau barang-

barang yang menjadi hak suami atau barang-barang yang menjadi hak

istri.

C. Fasakh

1. Fasakh menurut Fiqh

Putusnya perkawinan selain disebabkan karena talak, juga dapat

disebabkan karena fasakh. Meskipun talak dan fasakh sama-sama dapat

menyebabkan putusnya suatu perkawinan namun latar belakang penyebabnya

dan dampak hukum yang ditimbulkan berbeda.

a. Pengertian Fasakh

Secara bahasa (etimologis), fasakh berasal dari kata al-faskh yang

berarti batal atau fasid atau rusak. Sedangkan secara definitif konseptual

(terminologis) adalah mencabut hukum dari asalnya hingga seakan-akan tidak

pernah terjadi(Supriatna, 2009:60). Sebagaimana yang diutarakan oleh

Wahbah az Zuhaili, fasakh berarti:

Page 55: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

43

ةداا أاسول د دداود اأاسول لند أددابد اأاسود بد طد ا د نل أدداعد األالفدرد بد ر او ددطد لقة ردتد ل أغر ا ا( )أدال ررد عم قدىل ود

لق ناطدرد عد هرا دول ند لطد أ ر ود اأاسق د ل د ر افد أد لد ل داثد رد د اا(ب)اد ل أاقتد اود قة الاداد ا دأ د ل أثداأداتد دال د ا دودأدلد د ءد شل أدلل

رقا تد د دطل ا د نر ر د د قةدلاد ول د اأارأبد دةداأاسق ا اد د د ل

“batal, putus, dan lepasnya ikatan perkawinan antara suami dan istri

yang disebabkan oleh (a) terjadinya kerusakan atau cacat yang terjadi

pada akad nikah itu sendiri maupun oleh (b) hal-hal atau peristiwa-

peristiwa yang datang kemudian yag menyebabkan ikatan perkawinan

itu tidak dapat dilanjutkan”. (Az Zuhaili, 1989:349).

Pendapat Imam Muhammad Abu Zahroh dalam kitabnyaAl-Ahwal Al-

Syakhshiyyahmenyebutkan:

قدا أ ر د ل د رد تر د اأدضل أادكد اذد نل اد ة رند دلد الاد ر د داثد فدةظا دول ول رر لرر د ل ةدا دد د ل د اأا قبد أدا دطل ر

ابد طد ةا اأال د ل د اأاقذدا د د د اأال د ل د ا ر د اد ر أاتد ءظ ل ردافدةداشد ةمااد د ل ل د أدد ول رىد دتد ود أداسق

Artinya:

“fasakh hakikatnya adalah sesuatu yang diketahui atau terjadi

belakangan, bahwa terdapat sebab yang menghalangi langgengnya

pernikahan, atau merupakan konsekuensi dari diketahuinya sesuatu

yang mengiringi akad yang menjadikan akad tersebut tidak sah” (Abu

Zahroh, 1957:347).

Dari definisi-definisi di atas, penulis memiliki kesimpulan tentang

pengertian fasakh. Fasakh dalam perkawinan yaitu membatalkansuatu

hubungan ikatan perkawinan antara suami dan istri karena tidak terpenuhinya

syarat-syarat dan rukun ketika berlangsung akad nikah. Fasakh juga bisa

Page 56: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

44

terjadi karena hal-hal yang lain yang datang kemudian dan membatalkan

kelangsungan perkawinan.

b. Sebab-Sebab Terjadinya Fasakh Dalam Suatu Perkawinan

Menurut fiqh suatu pernikahan yang sudah terjalin dengan sah dapat

mengalami fasakh atau rusak tanpa harus adanya keputusan Hakim dengan

dua sebab utama yaitu sebagai berikut:

1) Rusaknya atau adanya cacat ketika akad nikah dilangsungkan.

Rusaknya akad pernikahan antara suami istri misalnya disebabkan oleh

hal-hal sebagai berikut:

(a) Apabila setelah perkawinan berlangsung di kemudian hari

diketahui bahwa ternyata antara suami istri adalah masih muhrim.

Menurut para fuqaha, ketika keduanya mengetahui bahwa mereka

ternyata masih muhrim maka disaat itu juga akad nikah

(perkawinan) mereka batal dengan sendirinya tanpa perlu

mengcapkan ikarar talak dan juga tanpa adanya putusan hakim.

(b) Apabila wali (ayah atau kakek) menikahkan anak laki-laki atau

perempuan yang masih di bawah umur maka setelah pernikahan

terjadi dan keduanya sudah menjadi dewasa, maka keduanya

berhak secara bebas untuk mengakhiri pernikahan tersebut.

2) Munculnya suatu penghalang setelah berlangsungnya perkawinan.

Page 57: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

45

(a) Setelah pernikahan (rumah tangga) berlangsung, salah satu dari

suami istri itu murtad (keluar dari agama Islam) dan

pernikahannya batal dengan sendirinya.

(b) Jika pasangan suami istri dahulu menganut agama non Islam

kemudian istri masuk Islam maka pernikahan batal karena wanita

muslimah tidak boleh nikah dengan lelaki musyrik. Apabila suami

masuk Islam dan istri menganut non Islam maka pernikahan tidak

batal sebab lelaki muslim boleh nikah dengan wanita ahlulkitab

(Supriatna, 2009:60).

c. Bentuk-Bentuk Fasakh

Bentuk-bentuk fasakh yang terjadi dengan sendirinya:

1) Fasakh terjadi karena rusak atau cacatnya akad pernikahan yang

penyebabnya diketahui setelah pernikahan berlangsung.

2) Fasakh terjadi karena istri dimerdekakan dari status budak sedangkan

suaminya tetap berstatus budak dan istri berhak untuk fasakh.

3) Fasakh yang terjadi karena perkawinan yang dilakukannya adalah

nikah mut‟ah.

4) Fasakh yang terjadi karena menikahi wanita yang masih dalam iddah.

Bentuk-bentuk fasakh yang memerlukan campur tangan hakim atau

Pengadilan antara lain adalah:

Page 58: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

46

1) Fasakh yang disebabkan si istri merasa tidak sekufu (setara, sepadan)

dengan suaminya.

2) Fasakh yang disebabkan karena li‟an yang berarti saling melaknat.

Secara istilah adalah kesaksian-kesaksian yang diperkuat dengan

sumpah, yang secara timbal balik dilakukan oleh suami atau istri

menuduh istrinya berzina.

3) Fasakh yang terjadi karena istri masih musyrik dan tidak mau masuk

Islam sedangkan istri menuntut perceraian dari suami.

4) Fasakh akibat salah satu dari suami atau istri menderita penyakit gila

(Supriatna, 2009:62).

d. Perbedaan antara Fasakh dengan Talak

Sebagaimana telah sedikit disinggung, antara talak dan fasakh adalah

sama-sama dapat memutuskan atau mengakhiri sebuah pernikahan namun

antara keduanya memiliki beberapa perbedaan antara lain sebagai berikut:

Pertama, dari segi hakikatnya. Fasakh berarti pembatalan akad nikah

serta menghilangkan seluruh akibat pernikahan secara otomatis ataupun

sekaligus. Talak artinya upaya mengakhiri suatu pernikahan (rumah tangga)

dan seluruh akibat-akibatnya serta baru habis apabila talak yang dijatuhkan

itu adalah talak tiga.

Kedua, dari segi penyebabnya. Fasakh adakalanya disebabkan oleh

adanya cacat pada akad nikah ketika pernikahan dilangsungkan atau

Page 59: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

47

disebabkan oleh munculnya hal-hal tertentu yang menyebabkan pernikahan

tersebut tidak bisa dilanjutan. Talak merupakan hak suami yang

dipergunakan atas kehendak sendiri sementara akad nikah itu sendiri sama

sekali tidak ada akadnya.

Ketiga, dari segi ada atau tidaknya kehendak untuk melepaskan ikatan

pernikahan. Unsur kehendak dalam fasakh pada umumnya tidak ada kecuali

dalam kasus khiyar al-bulug. Dalam talak, unsur kehendak untuk

menjatuhkan talak dengan tujuan untuk mengakhiri pernikahan sangat

menentukan.

Keempat, dari segi akibat atau dampak hukum, Putusnya pernikahan

akibat fasakh tidak mengurangi bilangan talak. Sedangkan putusnya

pernikahan akibat talak yang membawa akibat berkurangnya bilangan talak

yang dimiliki suami (Supriatna, 2009:64).

2. Fasakh Menurut Perundang-undangan.

Undang-undang di Indonesia juga mengatur tentang batalnya

perkawinan baik UUP No. 1 tahun 1974, KHI maupun PP No. 9 tahun 1975.

a. Pengertian Fasakh

Dalam BAB VI Pasal 37 PP No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan

UU No. 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa batalnya suatu perkawinan hanya

dapat diputuskan oleh Pengadilan.

Page 60: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

48

Penulis tidak menemukan definisi pembatalan perkawinan dari PP ini,

namun dari pasal tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

pengertian pembatalan perkawinan adalah perkawinan yang batal karena

sebab-sebab tertentu yang pembatalannya harus diajukan ke Pengadilan dan

harus melalui keputusan sah Pengadilan.

Dalam UU perkawinan tidak disebutkan tentang istilah fasakh

melainkan pembatalan perkawinan. Pada BAB IV Pasal 22 UU No. 1 Tahun

1974 tentang perkawinan menyebutkan perkawinan dapat dibatalkan, apabila

para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan.

Pengertian kata dapat pada pasal ini bisa diartikan bisa batal atau bisa tidak

batal yaitu tergantung apakah dengan sebab-sebab yang nantinya terjadi itu,

menurut hukum agamanya masing-masing itu tidak menentukan lain.

Sebagaimana dalam PP No. 9 tahun 1975 dan UU No. 1 tahun 1974, di

dalam KHI juga tidak disebutkan sama sekali tentang istilah fasakh,

melainkan pembatalan perkawinan. Dalam KHI juga tidak diberikan

pengertian secara rinci mengenai definisi pembatalan perkawinan, tetapi dari

penjelasan-penjelasan pada BAB XI pasal 70 KHI, penulis dapat mengambil

kesimpulan bahwa pembatalan perkawinan adalah pembatalan hubungan

suami dan istri sesudah dilangsungkan akad nikah yang disebabkan karena

syarat-syarat yang tidak terpenuhi. Apabila setelah akad ditemukan rukun

Page 61: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

49

yang tidak terpenuhi maka pernikahan tersebut tidak hanya batal tetapi tidak

sah.

b. Sebab-Sebab Fasakh

Di dalam UU No. 1 tahun 1974 menjelaskan tentang sebab-sebab

pembatalan nikah dan berhubungan dengan pembatalan nikah. Pada pasal 22

dijelaskan perkawinan dapat batal apabila para pihak tidak memenuhi syarat-

syarat (pada pasal 6-12) untuk melangsungkan perkawinan. Maksud dari pasal

ini suatu perkawinan dapat batal demi hukum dan bisa dibatalkan oleh

Pengadilan apabila terbukti syarat dari para pihak tidak terpenuhi. Pasal 26

dan pasal 27 menjelaskan tentang sebab-sebab dibatalkannya suatu

perkawinan. Pasal 26 ayat 1 menjelaskan tentang perkawinan dapat batal

karena tiga hal. Pertama, perkawinan dilangsungkan dihadapan Pegawai

Pencatat Nikah yang tidak resmi dan berwenang. Kedua, Wali dalam nikah

tidak sah atau di luar nasab. Ketiga, perkawinan dilangsungkan tanpa dihadiri

oleh dua orang saksi. Pembatalan dapat dimintakan oleh keluarga garis

keturunan lurus ke atas dari suami atau istri, jaksa, suami atau istri.

Pasal 26 ayat 2 menjelaskan tentang gugurnya hak untuk membatalkan

oleh suami atau istri yang terdapat pada pasal 26 ayat 1. Ada dua hal yang

menyebabkan gugur hak pembatalan nikah yaitu apabila pasangan suami dan

istri telah hidup bersama sebagai suami istri. Kedua, memiliki akte

Page 62: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

50

perkawinan yang dibuat pegawai pencatat nikah yang tidak berwenang

sehingga perkawinan tersebut harus diperbaharui supaya sah.

Pasal 27 ayat 1 menyebutkan bahwa seorang suami atau istri dapat

mengajukan pembatalan perkawinan apabila perkawinan dilakukan di bawah

ancaman yang melanggar hukum. Hak pembatalan nikah akan gugur termuat

dalam pasal 27 ayat 2 yaitu apabila terdapat tiga hal, pertama ancaman

berhenti. Kedua yang bersalah sangka menyadari keadaannya. Ketiga, dalam

jangka waktu enam bulan pasangan suami istri telah hidup bersama dan tidak

mempergunakan haknya untuk mengajukan pembatalan pernikahan.

Di dalam KHI juga dijelaskan tentang pembatalan perkawinan. Pada

bab XI pasal 70 menyebutkan sebab-sebab pembatalan nikah. Pembatalan

perkawinan dapat terjadi apabila yang pertama suami melakukan perkawinan

sedang ia tidak berhak melakukan akad nikah karena sudah mempunyai empat

orang istri sekalipun salah satu dari keempat istrinya dalam iddah talak raj‟i.

Kedua seseorang menikahi bekas istrinya yang telah di li‟annya. Ketiga

seseorang menikahi bekas istrinya yang pernah dijatuhi tiga kali talak

olehnya, kecuali bila bekas istrinya tersebut pernah menikah lagi dengan pria

lain kemudian bercerai lagi dari pria tersebut dan telah habis masa iddahnya.

Kemudian keempatperkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai

hubungandarah, semenda dan sesusuan sampai derajat tertentu

yangmenghalangi perkawinan menurut pasal 8 UU No. 1 tahun 1974, yaitu:

Page 63: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

51

1) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau ke atas.

2) Berhubungan darah dalam garis keturunan menyimpang yaitu antara

saudara, antara seorang dengan saudara neneknya.

3) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu atau

ayah tiri.

4) Berhubungan sesusuan, yaitu orang tua sesusuan, anak sesusuan,

saudara sesusuan dan bibi atau paman sesusuan.

Kelima yaitu istri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemenakan

dari istri atau istri-istrinya.

c. Akibat difasakhnya Suatu Perkawinan

Akibat dari pembatalan perkawinan dapat kita temui dalam UU No. 1

tahun 1974 pasal 28 yaitu batalnya suatu perkawinan dimulai setelah

keputusan Pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku

sejak berlangsungnya perkawinan.Kedua putusan tidak berlaku surut terhadap

anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut, suami atau istri yang

bertindak dengan i‟tikad baik kecuali terhadap harta bersama, bila pembatalan

perkawinan didasarkan atas adanya perkawinan lain yang lebih dahulu, orang-

orang ketiga lainnya tidak termasuk anak-anak dan suami atau istri yaitu

sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan i‟tikad baik sebelum

keputusan tentang pembatalan mempunyai hukum tetap.

Dalam pasal 76 KHI menyebutkan bahwa batalnya suatu perkawinan

tidak akan memutuskan suatu hubungan hukum antara anak dengan orang

tuanya. Selain itu juga disebutkan dalam pasal 75 KHI bahwa keputusan

pembatalan perkawinan tidak berlaku surut kepada perkawinan yang batal

Page 64: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

52

karena salah satu suami atau istri murtad, anak-anak yang dilahirkan dari

perkawinan tersebut. Selanjutnya pihak ketiga sepanjang mereka memperoleh

hak-hak dengan beri‟tikad baik, sebelum keputusan pembatalan perkawinan

mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

3. Fasakh Sebagai Alasan Perceraian

Di dalam perundangan Islam maupun perundangan umum, fasakh bisa

terjadi karena tidak terpenuhi syarat-syarat ketika berlangsung akad nikah,

atau hal-hal lain yang datang kemudian dan membatalkan kelangsungan

perkawinan. Fasakh karena syarat-syarat yang tidak terpenuhi ketika akad

nikah atau karena hal-hal lain yang datang kemudian dan membatalkan

kelangsungan perkawinannya. Fasakh karena syarat-syarat yang tidak

terpenuhi ketika akad nikah yaitu setelah akad nikah ternyata diketahui bahwa

istri merupkan saudara sepupu atau saudara sesusuan pihak suami. Fasakh

yang datang setelah akad apabila salah seorang suami atau istri murtad dan

tidak mau kembali ke agama Islam, maka akadnya fasakh karena kemurtadan

yang terjadi belakangan.

Perkara-perkara lain yang mengaruskan untukfasakh bagi suami atau

istri kecacatan atau keaiban. Kemudian suami tidak sanggup memberi nafkah

kepada istri. Iatri memiliki hak untuk fasakh jika istri tidak mengetahui

keadaan kemiskinan suami saat akad. Perkara selanjutnya adalah suami

melakukan kekejaman. Perkara ini sudah jelas bahwa tujuan pertama

Page 65: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

53

pernikahan sudah tidak terwujud. Suami yang meninggalkan tempat kediaman

bersama tidak diketahui ke mana perginya dan tidak diketahui hdup dan

matinya. Kemudian perkara yang terakhir adalah suami yang dihukum penjara

dapat dijadikan alasan untuk meminta fasakh karena dengan sebab ini

menimbulkan penderitaan bagi istri (Gazhali, 2006:89)

D. Murtad Sebagai Alasan Fasakh

1. Pengertian Murtad

Murtad (riddah) dari segi bahasa berarti “kembali (kapada jahiliyah)”.

Riddah merupakan perbuatan kufur yang sangat keji dan menghapus semua

amal jika dilakukan terus-menerus sampai mati (Zainuddin, 1994:548). Kata

riddah merupakan isim masdar dari kata irridad yang secara harfiah berarti

“kembali”, “dikembalikan”, “berpaling”. “dipalingkan” (Soleh, 1994:9).

Sebagaimana yang termaktub dalam Q.S Al-An‟am:28

ا

28. tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka

dahulu selalu menyembunyikannya[466]. Sekiranya mereka dikembalikan ke

dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang

mengerjakannya. dan Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka.

Menurut istilah Ensiklopedia Islam riddahmakna asal dari kembali

(ke tempat atau jalan semula), namun kemudian istilah ini dalam

Page 66: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

54

penggunaannya lebih banyak dikhususkan untuk pengertian kembali atau

keluarnya seseorang dari agama Islam kepada kekufuran atau pindah agama

selain Islam. Dari pengertian riddah dapat dikemukakan pengertian murtad

adalahorang Islam yang keluar dari agama Islam kemudian pindah (memeluk)

agama lain atau sama sekali tidak beragama (Nasution, 1992:696)

Murtad (riddah) adalah kembali ke jalan asal. Di sini yang

dikehendaki dengan murtad adalah kembalinya orang Islam yabg berakal dan

dewasa kekafiran dengan kehendaknya sendiri tanpa ada paksaan dari orang

lain. Baik yang kembali itu orang lelaki maupun orang perempuan (Sabiq,

1984:168).

Allah berfirman dalam Q.S Ali-Imran:85 yang berbunyi:

ا

85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali

tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk

orang-orang yang rugi.

Dalam hal ini Imam Syafi‟i mempunyai dua pendapat yaitu pendapat

yang pertama, mengatakan bahwa bila ada orang kafir pindah ke agama

lainnya yang juga kafir, maka ia tidak dapat diterima kecuali masuk Islam

atau dibunuh. Kemudian pendaoat yang kedua mengatakan bahwa bila apabila

ada orang kafir pindah ke agama lainnya yang juga kafir tetapi sepadan

Page 67: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

55

kualitasnya lebih tinggi, maka menurut pendapat Imam Syafi‟I ini setuju

terhadap hal tersebut.

Jika orang Islam murtad atau berpindah agama maka terdapatlah

perubahan-perubahan dan akibat dalam segi muamalah yaitu ada tiga:

1) Hubungan Perkawinan

Jika suami dan istri murtad, maka putuslah hubungan

perkawinan mereka. Karena riddahnya salah satu pihak merupakan

suatu hal yang mengharuskan suami istri berpisah. Dan bila salah satu

yang murtad itu bertaubat dan kembali lagi ke Islam, maka untuk

mengadakan hubungan perkawinan seperti semula, mereka haruslah

memperbaharui lagi akad nikah dan mahar.

2) Hak Waris

Orang murtad tidak boleh mewarisi harat peninggalan kerabat-

kerabat muslimnya. Karena orang murtad itu adalah orang yang tidak

beragama. Jika ia tidak beragama, maka tentu saja tidak boleh

mewarisi harta peninggalan kerabat-kerabat muslimnya. Dan bila ia

mati atau dibunuh, maka harta peninggalannya diambil alih oleh para

pewarisnya yang beragama Islam.

3) Hak kewajibannya

Page 68: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

56

Orang yang murtad tidak mempunyai hak kewalian terhadap

orang lain, ia tidak boleh menjadi wali dalam akad nikah anak

perempuannya.

2. Hukum Murtad

Menurut Fiqh, hukum murtad adalah haram.Murtad (riddah) adalah

dosa besar yang dapat menghapus amal-amal shaleh sebelumnya. Dosa ini

pasti dibalas dengan hukuman yang setimpal di akherat. Allah SWT berfirman

dalam Q.S. Al-Baqarah:217

.....

ا

اا

217. ....”Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia

mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia

dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di

dalamnya”

Sebagaimana yang termaktub dalam Hadits HR. Bukhari:

اأاابدإدال ديا د ا لق االلهق لر ضرىل ا د راود د ن اأاللهق الاا اقهدا دلد ا دنل هد ر طل دمظ اد ل ا ر ردئظ اأ ل مر ا د د د ق لاد

ثظا ااد ل د اعةدا:احد د اأاتق د ر ند اأا ن ند ا د أا د دار أ د اود اأاسق ن ر أاخق ابد انق لصد اود أانق لصر

“Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi laa ilaaha illallah dan

bahwa aku utusan Allah, kecuali karena tiga hal: nyawa dibalas nyawa,

orang yang berzina setelah menikah, dan orang yang meninggalkan

agamanya, memisahkan diri dari jamaah kaum muslimin” (HR. Bukhari

6878, Muslim 1676, Nasai 4016).

Page 69: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

57

Hukuman murtad di dalam Fiqh adalah dibunuh. Hukuman ini berdasarkan

keputusan dari Nabi saw dan hal ini bukan pemikiran atau hasil ijtihad

manusia, apalagi dikaitkan dengan latar belakang politik kaum muslimin.

Sebagaimana yang ada pada hadits Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw bersabda:

دندهرافد قلتر رىورا ا د ابد قالد نل د

“Siapa yang mengganti agamanya bunuhlah dia” (HR.Bukhari 3017, Nasai

4059).

Adapun ketentuan diantara para ahli hukum bahwa tindak pidana ini

diancam dengan hukuman mati perlu dikaji ulang. Karena pernyataan Nabi

ketika orang yang mengganti Agama harus dihukum mati, hal itu terjadi pada

musim perang, yakni ada sebagian tentara Islam yang berjiwa munafik

bertindak disersi (pengkhianat negara), maka orang yang melakukan disersi

diperintahkan untuk dibunuh. Itupun diawali dengan upaya untuk

menyadarkan si pelaku agar ia kembali kepada Islam.

Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Anfal:38

ا

38. “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu[609]: "Jika mereka

berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang

dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi[610]

Sesungguhnya akan Berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap)

orang-orang dahulu ".

Page 70: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

58

Konseptualisasi perbuatan murtad yang ada di dalam Al-Qur‟an dan

As-sunnah dipertemukan dengan pendekatan komplementatif dan kontradiktif.

Artinya kalau perbuatan murtad hanya diajukan kepada keyakinan dirinya

sendiri, tanpa mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk murtad, kondisi

negara sedang damai, serta orang lain tidak terganggu dengan kemurtadan

orang tersebut. Maka baginya tidak ada sanksi di dunia, malainkan hanya ada

sanksi yang bersifat ukhrawi (Munajat, 2009:163).

3. Murtad sebagai Alasan Perceraian

a. Menurut Perundangan.

Di dalam KHI dijelaskan mengenai sebab-sebab putusnya perkawinan

karena murtad atau peralihan agama salah satu pihak murtad yang termaktub

dalam pasal 116 huruf (h) adalah perbuatan murtad yang dilakukan salah

seorang suami atau istri yang menyebabkan ketidakrukunan dalam

rumahtangga. Dengan kata lain, apabila perbuatan murtad itu tidak disertai

dengan ketidakrukunan dalam rumahtangga, maka perbuatan murtad suami

atau istri tidak dapat dijadika alasan perceraian. Pada pasal 75 secara eksplisit

menyebutkan bahwa keputusan pembatalan perkawinan tidak berlaku surut

terhadap perkawinan yang batal karena salah satu suami atau istri murtad.

Secara implisit pasal 75 memberikan pemahaman bahwa murtadnya salah

seorang suami atau istri membatalkan perkawinan, namun batalnya

perkawinan itu dihitung sejak dibatalkannya perkawinan itu saja bukan sejak

Page 71: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

59

akad perkawinan. Sehingga dampak dari perkawinan tersebut, seperti anak-

anak yang lahir dalam perkawinan tetap diakui keabsahannya.

b. Menurut Fiqh

Putusnya perkawinan karena murtadnya suami atau istri dalam

pandangan fiqh dibedakan menjadi dua perbuatan murtad yaitu perbuatan

murtad yang dilakukan sebelum dukhul dan perbuatan murtad yang dilakukan

setelah dukhul(Ismail, 1998:231). Perbuatan murtad sebelum dukhul, akibat

hukum terhadap status perkawinan adalah putus seketika (ba‟in) dengan jalan

fasakh. Waktu putusnya perkawinan adalah sejak terjadinya perbuatan murtad

tersebut. Sedangkan akibat hukum perbuatan murtad setelah dukhul adalah

putus dengan fasakh. Waktu putusnya perkawinan tersebut adalah diberikan

waktu tenggang sampai berakhirnya masa iddah. Tetapi, ketika telah putus,

waktu putusnya perkawinan dihitung sejak terjadinya perbuatan murtad

tersebut.

Page 72: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

60

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Salatiga

1. Profil Lembaga Pengadilan Agama Salatiga.

Pengadilan Agama Salatiga terletak di Jl. Raya Lingkar Salatiga,

Dusun Jagalan Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga,

Jawa Tengah. Nomor telepon layanan publik yang dapat dihubungi adalah

(0298)325243. Website resmi dan akun resmi Pengadilan Agama Salatiga

adalah www.pa-salatiga.go.id dan [email protected]

Pengadilan Agama Salatiga memiliki luas bangunan 1300m2 dan berdiri di

atas tanah seluas 5425m2. Batas-batas wilayah Pengadilan Agama Salatiga

sebelah utara adalah Kabupaten Semarang, sebelah timur Kabupaten

Grobogan dan Kabupaten Boyolali, kemudian sebelah selatan adalah

Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang, sebelah barat adalah

Kabupaten Semarang dan Kota Semarang (Tim Pengadilan Tinggi Agama

Semarang, 2014:63).

Sumber hukum formil dalam pembentukan Pengadilan Agama

Salatiga adalah Staatblad 1882 Nomor 152 tentang Pembentukan Pengadilan

Agama di Jawa dan Maduradengan nama Raad Agama/penghulu Landraad.

Page 73: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

61

Tentang perubahan wilayah hukum Pengadilan Agama di Salatiga juga

didasarkan pada KMA RI (Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia)

No. 76 tanggal 10 Nopember 1983 tentang Penetapan Perubahan Wilayah

Hukum Pengadilan Agama.Wilayah yurisdiksi atau daerah hukum

PengadilanAgama Salatiga meliputi wilayah Kabupaten Semarang dan Kota

Salatiga (Tim Pengadilan Tinggi Agama Semarang, 2014:63).

Kompetensi atau kewenangan Pengadilan Agama di Salatiga dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu kompetensi relatif dan kompetensi absolut.

Kompetensi relatif adalah kekuasaan atau dasar wilayah hukum dan tingkatan,

dalam perbedaannya dengan kekuasaan Pengadilan yang satu jenis dan satu

tingkatan. Kompetensi relatif dijelaskan dalam pasal 4 ayat 1UU No. 7 Tahun

1989 yang berbunyi, “Pengadilan Agama berkedudukan di kotamadya atau

Ibu Kota Kabupaten dan daerah hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau

Kabupaten”.Adapun kewenangan relatif Pengadilan Agama Salatiga meliputi

Pemerintahan Daerah Kabupaten Semarang yang terdiri dari 13 Kecamatan

dan 169 Desa. Wilayah Kota Salatiga terdiri dari 4 Kecamatan yaitu

Kecamatan Sidorejo, Kecamatan Sidomukti, Kecamatan Argomulyo, dan

Kecamatan Tingkir. Jumlah penduduk sebanyak 177.088 orang, dengan

rincian penduduk beragama Islam sebanyak 136.870 orang, penduduk

beragama Kristen Protestan sebanyak 30.193 orang,penduduk beragama

Katolik sebanyak 9.035 orang, penduduk beragama Hindu sebanyak 98 orang,

Page 74: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

62

penduduk beragama Budha sebanyak 882 orang dan yang menganut

berdasarkan kepercayaan sebanyak 10 orang.

Wilayah Kabupaten Semarang terdiri dari 9 kecamatan yaitu

Kecamatan Bringin, Kecamatan Bancak, Kecamatan Tuntang, Kecamatan

Getasan, Kecamatan Tengaran, Kecamatan Susukan, Kecamatan Suruh,

Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Kaliwungu. Jumlah penduduk sebanyak

578.845 orang, dengan rincian penduduk beragama Islam sebanyak 423.347

orang, penduduk beragama Kristen Protestan sebanyak 100.452 orang,

penduduk beragama Katolik sebanyak 43.252 orang, penduduk beragama

Hindu sebanyak 7.216 orang, penduduk beragama Budha sebanyak 5.578

orang dan yang menganut berdasarkan kepercayaan sebanyak 114

orang.Masing-masing jumlah desa dalam setiap kecamatan diperinci sebagai

berikut wilayah Kecamatan Argomulyo terdapat 6 kelurahan, Kecamatan

Bancak terdapat 9 desa, Kecamatan Bringin terdapat 16 desa, Kecamatan

Getasan terdapat 14 desa, Kecamatan Kaliwungu terdapat 11 desa, Kecamatan

Pabelan terdapat 17 desa, Kecamatan Sidomukti terdapat 4 desa, Kecamatan

Sidorejo terdapat 6 desa, Kecamatan Suruh terdapat 17 desa, Kecamatan

Susukan terdapat 13 desa, Kecamatan Tengaran terdapat 15 desa, Kecamatan

Tingkir terdapat 5 desa dan Kecamatan Tuntang terdapat 16 desa (Tim

Pengadilan Tinggi Agama Semarang, 2014:68).

.

Page 75: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

63

Untuk lebih dijelasnya disajikan dalam tabel 3.1

Tabel 3.1Wilayah Yurisdiksi atau Wilayah Hukum Pengadilan Agama Salatiga

No Wilayah Jumlah/Desa

1 Kec. Argomulyo 6 Desa

2. Kec. Bancak 9 Desa

3. Kec. Bringin 16 Desa

4. Kec. Getasan 14 Desa

5. Kec. Kaliwungu 11 Desa

6. Kec. Pabelan 17 Desa

7. Kec. Sidomukti 4 Desa

8. Kec. Sidorejo 6 Desa

9. Kec. Suruh 17 Desa

10. Kec. Susukan 13 Desa

11. Kec. Tengaran 15 Desa

12. Kec. Tingkir 5 Desa

13. Kec. Tuntang 16 Desa

Jumlah 149 Desa dan Kelurahan

Sumber : Buku Profil Peradilan Agama Se-Jawa Tengah

Selanjutnya kompetensi kedua di Pengadilan Agama Salatiga adalah

kompetensi absolut yaitu wewenang suatu Pengadilan yang bersifat mutlak

dan dapat diartikan kekuasaan Pengadilan yang berhubungan dengan jenis

perkara atau jenis Pengadilan atau tingkat Pengadilan, sebagai contoh

Pengadilan Agama berkuasa atas perkara perkawinan bagi mereka yang

beragama Islam, sedangkan selain Islam menjadi kekuasaan Peradilan Umum.

Batas-batas kewenangan mengadili antar lingkungan Peradilan tersebutlah

yang dimaksud dengan kompetensi absolut. Artinya apa yang telah ditegaskan

Page 76: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

64

menjadi porsi setiap lingkungan peradilan, secara mutlak menjadi

kewenangan peradilan tersebut untuk memeriksa dan memutus perkara.

Lingkungan peradilan yang lain tidak berwenang untuk mengadili.

Kompetensi absolut diatur dalam pasal 2 UU No. 7 tahun 1989 yang

telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2006 di mana dibagun atas azaz

Personalitas Keislaman. Dalam pasal 2 disebutkan, “peradilan agama

merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari

keadilan yang beragama Islam mengenai perkara-perkara perdata tertentu

yang sudah diatur dalam pasal 49 ayat 1 UU No. 3 tahun 2006, yaitu bidang

perkawinan, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi

syari‟ah.

Visi Pengadilan Agama Salatigaadalah mewujudkan Pengadilan

Agama Salatiga sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang

mandiri, bersih, bermartabat dan berwibawa. Sedangkan misi Pengadilan

Agama Salatiga adalah

a. Mewujudkan rasa keadilan masyarakat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan jujur sesuai ddengan hati

nurani.

b. Mewujudkan peradilan yang mandiri dan independen bebas dari

campur tangan pihak lain.

Page 77: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

65

c. Meningkatkan pelayanan di bidang peradilan kepada masyarakat

sehingga tercapai peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.

d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparat peradilan

sehingga dapat melakukan tugas dan kewajiban secara profesional dan

proporsional.

e. Mewujudkan institusi peradilan yang efektif, efisien dan bermartabat

dalam melaksanakan tugas.

Dalam struktur organisasi di Pengadilan Agama Salatiga, yang

menjabat sebagai Ketua yakni Drs. H. Umar Muchlis, sebagai Wakil Ketua

adalah Drs. Muhdi Kholil, SH. MH kemudian yang menjadi fungsional hakim

adalah H. Suyanto, SH. MH; Muhsin, SH; Drs. Jaenudi, MH dan Drs. M.

Muslim. Panitera Sekretaris adalah Drs. H. Jamali, Wakil Panitera Drs.

Farkhan dan sebagai Wakil Sekretaris H. M. N. Agus A., SH. Selanjutnya

Panitera Muda permohonan yakni Handayani, SH, Panitera Muda Hukum

adalah Drs. Widad, sedangkan Panitera Muda gugatan adalah Mamnukin, SH.

Kemudian dilanjutkan Kasubag kepegawaian adalah Mi‟ratul Hidayah S.Hi,

Kasubag Keuangan Ruli Arista W., S. Kom dan Kasubag Umum yakni M.

Azim Rozi. Untuk kelompok Kepaniteraan Panitera Pengganti antara lain

dijabat oleh Miftan Jaunnara, SH; Imam Yasykub, SA; Hj. Wasilatun, SH;

Fitri Ambarwati, SH; dan terakhir H. Fadlan Nasyim, S.Ag. Untuk kelompok

Jurusita atau Jurusita Pengganti antara lain Khalim Mudrik, M. S.Sy; M.

Page 78: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

66

Nawal Annaji dan Danang P. N (Tim Pengadilan Tinggi Agama Semarang,

2014:72).

2. Sejarah Pengadilan Agama Salatiga

a. Masa Sebelum Penjajahan

Awal mula Pengadilan Agama Salatiga tidak telepas dari sejarah awal

peradilan di Indonesia. Sebelum datangnya agama Islam, Indonesia

mempunyai dua jenis peradilan yaitu Peradilan Pradata dan Peradilan Padu.

Peradilan Pradata menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi urusan raja,

sedangkan Peradilan Padu menyelesaikan perkara-perkara yang bukan

menjadi urusan raja. Dua jenis peradilan tersebut muncul karena adanya

pengaruh budaya Hindu yang masuk ke Indonesia.

Masuknya agama Islam ke Indonesia pada abad ketujuh Masehi yang

dibawa langsung oleh saudagar-saudagar dari Makkah danMadinah,

masyarakat mulai melaksanakan dan menerapkan ajaran dan aturan-aturan

agama Islam yang bersumber pada kitab-kitab fiqih. Kemudian hal ini

memberikan pengaruh kepada tata hukum di Indonesia. Sejarah mencatat

bahwa Sultan Agung (Raja Mataram) yang pertama kali mengadakan

perubahan dalam tata hukum dengan pengaruh agama Islam. Perubahan ini

awalnya diwujudkan khusus dalam nama pengadilan, yaitu pengadilan yang

semula bernama pengadilan Pradata diganti dengan pengadilan Surambi.

Page 79: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

67

Begitu juga dengan tempat pelaksana pengadilan, yang semula pengadilan

Pradata diselenggarakan di Sitinggil dan dilaksanakan oleh raja, kemudian

dialihkan ke serambi masjid agung dan dilaksanakan oleh para penghulu yang

dibantu oleh para alim ulama‟. Perkembangan berikutnya yaitu pada masa

akhir pemerintahan Mataram, terdapat 3 majelis pengadilan di daerah

periangan, yaitu Pengadilan Agama, Pengadilan Drigama dan Pengadilan

Cilaga.Pengadilan Agama Salatiga yang kita ketahui sekarang sudah ada sejak

Agama Islam masuk ke Indonesia. Pengadilan Agama Salatiga mulaiada

bersamaan dengan perkembangan kelompok masyarakat yang beragama Islam

di Salatiga dan Kabupaten Semarang. Pada masa itu masyarakat beragama

Islam di Salatiga dan Kabupaten Semarang yang terjadi sengketa, mereka

menyelesaikan perkara melalui Qadli (Hakim) yang diangkat oleh Sultan atau

Raja. Kekuasaannya merupakan tauliyah dari Waliyul Amri yaitu penguasa

tertinggi. Qadli (Hakim) yang diangkat oleh Sultan adalah alim ulama‟ yang

ahli di bidang Agama Islam (Tim Pengadilan Tinggi Agama Semarang,

2014:63)

b. Masa Penjajahan Belanda sampai dengan Jepang

Ketika penjajah Belanda masuk ke Pulau Jawa khususnya di Salatiga

dijumpai masyarakat Salatiga telah berkehidupan dan menjalankan syari‟at

Islam. Demikian pula dalam bidang Peradilan umat Islam Salatiga dalam

Page 80: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

68

menyelesaikan perkara dengan menyerahkan keputusan kepada para hakim

sehingga sulit bagi Belanda menghilangkan atau menghapuskan aturan yang

telah ada. Kemudian karena kesulitan tersebut, oleh pemerintah kolonial

Belanda diterbitkan pasal 134 ayat 2 IS (Indische Staatregaling) sebagai

landasan formil untuk mengawasi masyarakat Islam di bidang Peradilan yaitu

berdirinya Raad Agama. Pemerintah kolonial Belanda juga menginstruksikan

kepada para Bupati yang termuat dalam Staatsblaad No. 22 tahun 1980 yang

menyatakan bahwa perselisihan mengenai pembagian warisan di kalangan

rakyat hendaknya diserahkan kepada alim ulama‟.

Sejarah Pengadilan Agama Salatiga terus berjalan sampai tahun 1940.

Kantor yang digunakan masih berada di serambi MasjidAl-Atiq Kauman

Salatiga. Ketua dan Hakim Anggota adalah dari alumnus Pondok

Pesantren.Pada struktur organisasi berjumlah3orang yaitu K. Salim sebagai

ketua, K.Abdil Mukti sebagai Hakim Anggota, Sidiq sebagai Sekretaris

merangkap Bendahara serta seorang pesuruh.

Wilayah hukum Pengadilan Agama Salatiga meliputi Salatiga dan

Kabupaten Semarang. Adapun perkara yang ditangani dan diselesaikan yaitu

perkara waris, perkara gono-gini, gugat nafkah dan cerai gugat. Masa

penjajahan Jepangpada tahun 1942 sampai dengan 1945 keadaan Pengadilan

Agama Salatiga atau Raad Agama Salatiga masih belum ada perubahan yang

Page 81: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

69

karena pemerintahan Jepang hanya sebentar dan dihadapkan dengan berbagai

pertempuran. Dari struktur organisasi, Ketua beserta stafnya juga masih sama

(Tim Pengadilan Tinggi Agama Semarang, 2014:63-64).

c. Masa Kemerdekaan

`Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Pengadilan

Agama Salatiga berjalan dengan aturan seperti pada masa penjajahan Belanda

sampai dengan Jepang. Kemudian pada tahun 1949 ada perubahan dalam

struktur organisasi yaituK. Salim sebagai Ketua digantikan oleh K. Irsyam dan

dibantu oleh 7 pegawai. Kantor yang digunakan masih di serambi Masjid Al-

Atiq Kauman Salatiga yang tepat bersebelahan dengan KUA Kecamatan

Salatiga. Keduanya menggunakan serambi Masjid sebagai kantor.

Pada tahun 1953 terjadi perubahan struktur organisasi yaitu ketua

sebelumnya digantikan oleh K. Moh Muslih. Kemudian pada tahun 1963

Ketua dijabat oleh KH. Musyafa'. Selanjutnya pada tahun 1967 Ketua dijabat

oleh K. Sa'dullah. Semua ketua yang pernah menjabat serta pegawai adalah

alumnus Pondok Pesantren.

Kantor Pengadilan Agama Salatiga pindah dari serambi Masjid Al-Atiq

ke kantor baru di Jl. Diponegoro No.72 Salatiga hingga tanggal 30 April 2009.

Kemudian pada tanggal 1 Mei 2009 kantor berpindah lagi di Jl. Lingkar

Page 82: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

70

Selatan, Jagalan, Cebongan, Argomulyo, Salatiga. Kantor lama digunakan

sebagai arsip dan rumah dinas(Tim Dirjen Badan Peradilan Agama, 2014:64).

d. Masa Berlakunya UU No. 1 tahun 1974

Sejak berlakunya UU No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Kekuasaan Kehakiman pada tanggal 17 Desember 1970 kedudukan

dan posisi Peradilan Agama semakin jelas dan mandiri termasuk Pengadilan

Agama Salatiga. Akan tetapi umat Islam Indonesia masih harus berjuang

karena belum mempunyai UU yang mengatur tentang keluarga muslim.Pada

tanggal 2 Januari 1974 telah disahkan dan diundangkan UU No. 1 tahun 1974

tentang perkawinan. Dalam pasal 68 ayat (1) UU No. 1 tahun 1974 dijelaskan

bahwa yang dimaksud dengan pengadilan dalam UU ini adalah:

1) Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama Islam

2) Pengadilan Umum bagi lainnya

Adapun peraturan pelaksanaannya diterapkan dalam PP No.9 tahun

1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.1 Tahun 1974. Dengan

berlakunya PP No. 9 tahun 1975 secara efektif UU perkawinan telah

diterapkan. Pengadilan Agama Salatiga dilihat dari sektor fisik masih tetap

seperti peradilan agama sebelum masa berlakunya UU No. 1 tahun 1974.

Akan tetapi fungsi dan peranan semakin luas karena banyak perkara yang

masuk menjadi wewenang Pengadilan Agama Salatiga.

Page 83: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

71

Pada perkembangan berikutnya sehubungan dengan perananPengadilan

Agama dalam periode 1974 sampai dengan 1989 adalah dikeluarkan PP No.

28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. Peraturan pemerintah

iniberpengaruh terhadap wewenang Pengadilan Agama yang semakin luas dan

mantap (Pengadilan Tinggi Semarang, 2014:65).

e. Masa Berlakunya UU No. 7 tahun 1989

Sejak diundangkannya UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan

Agama, Pengadilan Agama Salatiga berwenang menjalankan keputusannya

sendiri tidak perlu lagi melalui Pengadilan Negeri. Hukum acara yang berlaku

di Pengadilan Agama sama dengan hukum acara yang berlaku di Pengadilan

Negeri. Dalam pasal 49UU No. 7 tahun 1989 yang diperjelas dalam

Penjelasan Umum angka 2 alinea ketiga tentang kewenangan Pengadilan

Agama Salatiga meliputi bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah yang

dilakukan berdasarkan hukum Islam serta wakafdan shadaqah.

UU No. 7 tahun 1989 memberikan kewenangan penuh kepada

Pengadilan Agama Salatiga untuk menangani perkara yang menjadi

kompetensi absolutnya. Pengadilan Agama tidak lagi menjadi quasidari

Pengadiilan Negeri. Undang-Undang ini masih menberikan ruang intervensi

bagi eksekutif dalam bentuk pembinaan kepegawaian di bawah

Page 84: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

72

KementrianAgama. Undang-undang inilah yang dianggap sebagai titik

bangkit Peradilan Agama menjadi peradilan sesungguhnya.

Sesuai dengan UU, Pengadilan Agama Salatiga mendapatkan

bimbingan dan pembinaan dari Mahkamah Agung Republik Indonesia.Sejak

Pengadilan Agama Salatiga mendapatkan pembinaan dari Mahkamah Agung

RI, mulai diadakan pemisahan jabatan antara kepaniteraan dan

kesekretariatan. Jabatan antara jurusita dan panitera pengganti dirangkap

menjadi satu tugas. Jabatan Ketua Pengadilan Agama Salatiga bertugas

mengawasi dibidang upaya pembenahan dan peningkatan kinerja di

Pengadilan Agama Salatiga.

f. Masa berlakunya UU No. 3 tahun 2006

Sebelum UU No. 3 tahun 2006 diberlakukan, Pengadilan Agama

secara administrasi dan finansial berada dibawah Departemen Agama. Akan

tetapi sejak Undang-undang tersebut diberlakukan pengaruh dalam pembinaan

teknis peradilan, organisasi, administrasi dan finansial adalah dilakukan oleh

Mahkamah Agung Republik Indonesia.UU No. 3 tahun 2006 yang berisi 42

perubahan atas UU N0 7 tahun 1989 kemudian dirubah lagi dengan UU No,

50 tahun 2009 merupakan landasan kuat akan kokohnya kedudukan Peradilan

Agama berikut dengan kewenangan yang dimilikinya.

Page 85: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

73

Pada tanggal 20 Maret 2006 telah disahkan UU No. 3 tahun 2006

tentang Perubahan Atas UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Dengan telah disahkannya UU tersebut terjadi perubahan-perubahan mendasar

yaitu memperkuat dan memperluas kewenangan Peradilan Agama. Sesuai

dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat muslim, Pengadilan

Agama selain menangani perkara dalam bidang perkawinan, waris, wasiat,

hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah juga berwenang menangani perkara

dalam bidang ekonomi Syari‟ah. Dijelaskan dalam pasal 49 UU No. 3 tahun

2006 bahwa penanganan dalam hal ekonomi syari‟ah menjadi kewenangan

Pengadilan Agama. Kewenangan baru lainnya dari UU No. 3 tahun 2006

adalah dalam hal penyelesaian sengketa hak milik dan pemberian itsbat

kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun Hijriah,

pemberian keterangan atau nasehat mengenai perbedaan penentuan arah kiblat

dan penentuan waktu sholat.

Secara bertahap sejak Peradilan Agama berada dalam satu atap

bersama dibawah Mahkamah Agung, secara administrasi Pengadilan Agama

Salatiga mulai mendapat perhatian. Salah satunya dengan pembangunan

gedung baru. Kantor Pengadilan Agama Salatiga yang semula di Jl.

Diponegoro No. 72 Salatiga berpindah di Jl. Lingkar Selatan, Argomulyo,

Kota Salatiga. Kemudian kantor lama digunakan sebagai penyimpanan arsip-

arsip dan rumah dinas Ketua, Wakil Ketua, para Hakim serta pegawai lainnya.

Page 86: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

74

Selain itu pada masa ini adalah momentum paling bersejarah bagi

perkembangan Pengadilan Agama dengan perluasan kewenangannya dalam

perkara ekonomi syari‟ah (wawancara Bpk. Kholil selaku Wakil Ketua

Pengadilan Agama Salatiga pada tanggal 13 Oktober 2014).

Setalah UU No. 3 tahun 2006 kemudian dilanjutkan masa UU No. 50

tahun 2009.Mengenai perkembangan Peradilan Agama pada masa ini ada empat

aspek perubahan yaitu pertama berkenaan dengan kedudukan Peradilan dalam

tatanan hukum dan Peradilan Nasioal. Kedua, berkaitan dengan susunan Badan

Peradilan yang mencangkup hierarki dan struktur organisasi Pengadilan termasuk

komponen sumber daya manusia didalamnya. Ketiga, berkenaan dengan

kewenangan Pengadilan baik kewenangan absolut maupun kekuasaan relatif.

Keempat, berkenaan dengan hukum acara yang dijadikan landasan dalam

menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara.

Dari masa UU No. 7 tahun 1989, UU No. 3 tahun 2006 dan UU No. 50

tahun 2009 adalah bentuk eksistensi dari hukum Islam. Persamaan ketiga UU ini

adalah sama-sama membahas tentang tugas dan wewenang Peradilan Agama

untuk memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan di tingkat pertama. Sedangkan

perbedaannya adalah pada bidang perkara yang ditangani. Di masa UU No 50

tahun 2009 memuat perubahan dan tambahan yang baru yaitu Pengadilan Agama

khusus di lingkungan Peradilan Agama, pengawasan internal oleh

MA(Mahkamah Agung) dan eksternal oleh KY (Komisi Yudisial), seleksi

Page 87: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

75

pengangkatan Hakim dilakukan oleh MA dan KY, pemberhentian Hakim,

tunjangan Hakim sebagai pejabat negara (Pengadilan Tinggi Semarang,

2014:67).

Selanjutnya dipaparkan pejabat Ketua PA Salatiga dari tahun 1949

sampai dengan tahun sekarang..

Tabel 3.2Daftar Nama Ketua Pengadilan Agama Salatiga sejak berdirinya sampai

dengan sekarang

No Nama Periode

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

K. Irsyam

KH. Muslih

KH. Musyafak

K. Sa‟dullahmron

Drs. H. Imron

Drs. H. Samsudi Anwar

Drs. H. Ali Muhson, MH

Drs. H. Nuh Muslim

Drs. H. Fadhil Sumadi, SH, M.Hum

Drs. H. Izzudin Mahbub, SH

Drs. H. Arifin Bustam, MH

Drs. H. M. Fauzi Humaidi, SH, MH

Drs. H. Ahmad Ahrory, SH

Drs. H. Masruhan Ms, SH, MH

Drs. H. Umar Muchlis

Tahun 1949-1952

Tahun 1953-1962

Tahun 1963-1966

Tahun 1967-1974

Tahun 1975-1980

Tahun 1981-1985

Tahun 1986-1988

Tahun 1989-1993

Tahun 1994-1998

Tahun 1999-2002

Tahun 2002-2004

Tahun 2004-2005

Tahun 2006-2008

Tahun 2009-2011

Tahun 2011-sekarang

Sumber : Buku Profil Peradilan Agama SeJawa Tengahditerbitkan oleh PTA Semarang.

B. Administrasi Berperkara di Pengadilan Agama Salatiga

Administrasi di Pengadilan Agama dikenal dua bentuk administrasi,

yaitu administrasi umum (bidang kesekretariatan) dan administrasi perkara

yang disebut administrasi perkara bidang kepaniteraan. Berdasarkan pasal

Page 88: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

76

43UU No. 7 tahun 1989 administrasi umum meliputi administrasi

kepegawaian, persuratan, keuangan yang berkaitan dengan penerimaan dan

penyelesaian perkara. Pelaksana dan penanggung jawab bidang ini adalah

Wakil Sekretaris dan Kepala Bagian Sub.

` Menurut pasal 26 UU No. 7 tahun 1989 administrasi bidang

kepaniteraan adalah bidang yang meliputi seluruh proses penyelenggaraan

yang teratur dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

bidang pengelolaan kepaniteraan perkara yang menjadi bagian tugas

Pengadilan.Prosedur administrasi di Pengadilan Agama Salatiga mengacu

pada aturan yang telah ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung tanggal 24

Januari 1991 No. KMA/001/SK/1991 Tentang Ketentuan Pola Pembinaan dan

Pengendalian Administrasi Perkara yang disebut Pola Bindalmin (Pembinaan

dan Pengendalian Administrasi) meliputi lima bidang:

a. Pola prosedur penyelenggaraan administrasi perkara tingkat pertama,

banding, kasasi dan peninjauan kembali (PK) adalah prosedur penerimaan

perkara.

b. Pola register perkara.

c. Pola keuangan perkara

d. Pola pelaporan perkara

e. Pola kearsipan perkara. (Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi

Pengadilan Buku II:40- 62).

Page 89: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

77

Penggugat yang belum bisa membuat surat gugatan atau permohonan

diterima oleh petugas di bagian prameja dan dibantu membuat surat

gugatan/permohonan. Bagi yang sudah memiliki surat gugatan sesuai dengan

ketentuan tidak perlu melewati prameja surat gugatan/permohonan yang sudah

ditandatangani oleh penggugat atau pemohon diserahkan ke meja pertama

untuk ditaksir biaya perkaranya dan dibuatkan Surat Kuasa Untuk Membayar

(SKUM) kemudian dikembalikan kepada penggugat atau pemohon.

Penggugat atau pemohon membayar panjar biaya perkara dikasir dan

menyerahkan berkas gugatan atau permohonan yang sudah dilengkapi SKUM

bagian kasir menerakan nomor perkara sesuai nomor SKUM, menandatangani

SKUM, memberi cap pembayaran, memasukkan perkara ke dalam jurnal dan

menyerahkan kepada meja kedua. Bagian meja kedua memasukkan berkas

perkara ke buku register, memberikan salinan berkas kepada

penggugat/pemohon dan Wakil Panitera mencatat berkas ke buku pantauan

dan menyerahkan kepada Panitera. Selanjutnya, Panitera menyampaikan

berkas perkara kepada Ketua Pengadilan. Ketua Pengadilan menunjuk Hakim

Ketua Majelis dan dua anggota Majelis Hakim beserta Panitera Pengganti.

Majelis hakim bertugas menentukan hari sidang. Hari sidang dapat

diketahui oleh para pihak setelah dilakukanpanggilan oleh pihak

Pengadilantiga hari sebelum sidang berlangsung. Majelis Hakim terlebih

Page 90: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

78

dahulu melakukan mediasi antara Penggugat dan Tergugat.Pada saat hari

sidang, tahap-tahap yang dilakukan dalam persidangan sebagai berikut:

1. Membuka sidang, memanggil para pihak dengan bertanya identitas

penggugat dan tergugat.

2. Mengumumkan hasil mediasi yang dilakukan oleh orang yang ditunjuk

sebagai mediator sesuai pilihan Kuasa Hukum pihak yang berperkara atau

dengan pilihan dari Pengadilan Agama Salatiga. Jika mediasi berhasil

maka penggugat wajib mencabut gugatan dan isi putusannya perkara

nomer yang telah tertera. Setelah dicabut perkara tersebut, apabila hasil

mediasi adalah sebuah perdamaian maka perdamaian diatas wajib ditaati

oleh para pihak. Bukti perdamaian wajib ditandatangani oleh para pihak

dan mediator, apabila mediasi gagal maka sidang dilanjutkan.

3. Pembacaan gugatan, jawaban tergugat, replik dan duplik.

4. Pembuktian oleh para pihak dan yang harus dibuktikan adalah dalil-dalil

penggugat yang tidak diketahui oleh tergugat. Selain itu juga harus

menghadirkan saksi yang melihat dan mendengarkan hal itu minimal 2

orang.

5. Kesimpulan yaitu menjatuhkan putusan bagi para pihak yang terlibat.

Selanjutnya setelah ada putusan dari Majelis Hakim yang sudah tetap dan

berkekuatan hukum, maka dilanjutkan dengan pembacaan putusan. Bentuk

amar putusan cerai gugat karena alasan adanya kekejaman atau kekerasan

Page 91: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

79

suami adalah menjatuhkan talak satu ba‟in sughra Tergugat terhadap

Penggugat. Amar putusan cerai gugat dengan alasan pelanggaran taklik

talakadalah menjatuhkan talak satu khul‟i tergugat terhadap penggugat

dengan jumlah iwadh yang telah ditentukan. Besar jumlah iwadh ditulis

dengan huruf.

Kemudian setalah adanya putusan dari Majelis Hakim, Penggugat

kembali ke kasir untuk mengecek biaya perkara.Salinan putusan akan

disampaikan ke meja 3 dan meja 3 akan memberikan kepada penggugat,

tergugat dan instansi terkait (Hasil wawancara dengan Ibu Widad selaku

Panitera Muda 2 Oktober 2014).

C. Putusan Kasus Gugatan Perceraian Karena Salah Satu Pihak Murtad di

Pengadilan Agama Salatiga.

1. Putusan No. 138/Pdt.G/2006/PA. SAL

a. Identitas para pihak

Penggugat bernama Sri Dadi Anggraeni binti Syukur Budi Raharjo,

berumur 26 tahun dan beragama Islam. Alamat Penggugat yakni Jl.Joko

Tingkir Rt 01/04 Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga. Adapun penggugat

memberikan kuasa pada Kuasa Hukumnya yang bernama Dwi Heru

Wismantasidi, SH berdasarkan surat kuasa tertanggal 20 Februari 2006,

kemudian karena perkara belum terselesaikan Kuasa Hukum dilimpahkan

kepada Bayu Adi Susetyo, SH dan Imam Supriono, SH.

Page 92: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

80

Tergugat bernama Tan Tjee Heap bin Tan Hong Tjan, berumur 47

tahun, beragama Kristen, pekerjaan swasta. Alamat lengkap Jl. Hasanuddin

No. 617 B Rt03/07 Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota

Salatiga. Kuasa Hukum Tergugat bernama Agus Pramono berdasarkan surat

kuasa khusus tertanggal 10 April 2006.

b. Tentang duduk perkaranya (posita dalam gugatan)

Berdasarkan kutipan akta nikah Nomor: 136/09/IX/1998 penggugat

dan tergugat telah menikah pada tanggal 9 September 1998 di KUA

Argomulyo. Setelah akad berlangsung dan suami telah mengucapkan sighat

taklik talak, Pengugat dan Tergugat menjalin hubungan yang baik layaknya

suami istri. Pada mulanya Penggugat dan Tergugat tinggal bersama di rumah

kontrakan di Kalicacing, kemudian pindah di Mrican Salatiga dan mulai pada

tahun 2002 tinggal bersama di rumah sendiri Banjaran Salatiga. Dari

perkawinan antara Penggugat dan Tergugat telah lahir dua orang anak

bernama Cevin Ananta dan Vincent Ananta

Semenjak anak kedua yang lahir hubungan antara Penggugat dan

tergugat tidak membaik justru memburuk karena mulai bulan Agustus 2004

dalam rumah tangga sering terjadi pertengkaran terus menerus yang sulit

didamaikan.Pertengkaran dan percekcokan tersebut disebabkan Tergugat

sering keluar tanpa pamit dan tidak diketahui di mana tujuan setiap pergi

keluar. Pemicu yang lain Tergugat telah berpindah agama dan keyakinan dari

Page 93: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

81

Islam menjadi Kristen. Demi keutuhan rumahtangga Penggugat sudah

menasehatti Tergugat agar dapat merubah kebiasaan buruk yang pergi tanpa

pamit dan kembali ke agama Islam. Namun hal ini tidak berhasil.

Puncak dari percekcokan dan perselisihan terjadi pada bulan Mei

2005. Tergugat mengusir Penggugat dari rumah kediaman bersama sehingga

Penggugat kembali ke rumah orangtua Penggugat di Tingkir bersama kedua

anaknya. Sejak itulah Penggugat dan Tergugat telah pisah ranjang dan rumah

selama kurang lebih satu tahun. Selama itu pula Tergugat tidak pernah

memberikan nafkah wajib kepada anak maka berdasarkan sighat taklik talaq

yang diucapkan saat menikahTergugat telah melanggar angka 2 dan 4.

Berdasarkan pasal 116 huruf f, g, dan h KHI telah menjadi dasar kuat bagi

Penggugat untuk pengajuan gugatan perceraian.

c. Isi petitum yang diajukan oleh Penggugat

Petitum yang terdapat dalam putusan terdiri dari petitum primer dan

petitum subsidier. Untuk petitum primer berisi Penggugat meminta kepada

Hakim untuk menerima dan mengabulkan seluruh gugatan, perkawinan

Pengugat dan Tergugat putus karena perceraian, menetapkan syarat taklik

talak atas pelanggaran yang dilakukan oleh Tergugat pada angka 2 dan 4,

menetapkan hasil putusan adalah jatuh talak satu khul‟i Tergugat kepada

Penggugat dengan uang iwadh Rp. 10.000, menetapkan biaya perkara menurut

hukum. Petitum yang subsidier adalah menjatuhkan putusan dengan seadilnya.

Page 94: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

82

d. Isi Diktum (jawaban dari petitum)

Majelis Hakim sudah melakukan mediasi atau perdamaian antara

Penggugat dan Tergugat namun hasilnya gagal. Jawaban tertulis Tergugat

berisi membenarkan semua hal yang dikemukakan oleh Penggugat. Berita

acara persidangan berisi telah terjadi jawab jinawab antara Penggugat dan

Tergugat. Penggugat dalam persidangan berusaha meneguhkan semua dalil

gugatan disertai dengan alat bukti yang ada. Alat bukti tersebut adalah akte

nikah No. 136/09/1998 dari KUA Kec. Tingkir (P-1), saksi dari pihak

Penggugat yang merupakan teman Pengugat dan kenal Tergugat. Saksi

pertama bernama Handoko Santoso bin Budi Santosa memberikan keterangan

Penggugat dan Tergugat menikah tahun 1998 dikarunia 2 orang anak yang

sekarang tinggal dengan Penggugat. Sebelum pernikahan berlangsung

Penggugat berstatus gadis dan Tergugat berstatus duda.

Keterangan saksi pertama selanjutnya adalah semula rumahtangga

Penggugat dan Tergugat rukun namun sejak bulan Maret 2004 Tergugat telah

kembali ke agama semula yaitu Kristen sehingga sering terjadi pertengkaran

dan perselisihan. Saksi melihat beberapa kali Tergugat berangkat ke Gereja.

Menurut keterangan saksi antara Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah

sejak tahun 2005. Penggugat telah kembali ke rumah orangtuanya serta tidak

ada komunikasi lagi di antara keduanya.

Page 95: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

83

Saksi kedua bernama Suk Ping Hong bin Sung Hang Tjong yang

merupakan kawan Penggugat dan kenal dengan Tergugat. Berdasarkan

keterangan saksi Penggugat dan Tergugat menikah tahun 1998 dan dikarunia

2 orang anak yang tinggal bersama Penggugat. Sebelum pernikahan

berlangsung Penggugat berstatus gadis dan Tergugat berstatus duda. Awal

rumahtangga antara Penggugat dan Tergugat rukun namun sejak bulan Maret

2004 Tergugat telah kembali keagama semula yaitu Kristen. sehingga sering

terjadi pertengkaran dan perselisihan. Saksi beberapa kali melihat Tergugat

berangkat ke Gereja. Menurut saksi antara Penggugat dan Tergugat telah

pisah rumah sejak tahun 2005. Penggugat telah kembali ke rumah

orangtuanya serta tidak ada komunikasi lagi di antara keduanya.

e. Pertimbangan hukum.

Pertimbangan hukum dalam memutus perkara menjadi hal yang sangat

penting bagi Hakim.Maksud d3an tujuan isi gugatan yang diuraikan secara

terperinci adalah salah satu bahan pertimbangan Hakim. Posita dalam gugatan

disesuaikan kebenarannya dengan keterangan saksi, kehadiran Penggugat dan

Tergugat dalam persidangan, hasil mediasi gagal atau berhasil, petitum

primer maupun subsidier merupakan serangkaian uraian dalam gugatan.

Pertimbangan hukum yang lain adalah bukti dan fakta yang ada dalam

persidangan. Bukti yang didapat dalam persidangan adalah tidak ada

sanggahan dari Tergugat atas gugatan Penggugat yang beralasan dan

Page 96: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

84

tidakmelawan hak tetap dibebani wajib bukti, bukti P-1 yaitu posita No. 1

telah diakui dan dibenarkan oleh Tergugat, posita No. 2-7 telah dibenarkan

oleh kedua saksi. Dari bukti yang ada maka Hakim dapat menemukan fakta

yang ada dalam persidangan.

Fakta yang didapat adalah Penggugat dan tergugat adalah suami istri

yang sah dan belum pernah bercerai, Pengugat dan Tergugat telah hidup

bersama dalam satu rumah dan dikarunia 2 orang anakbernama Cevin Ananta

dan Vincen Ananta, awal rumah tangga Pengugat dan Tergugat baik dan

rukun akan tetapi sejak bulan Agustus 2004 Tergugat kembali kepada agama

semula yaitu Kristen sehingga rumah tangga mulai sering terjadi perselisihan

dan pertengkaran puncaknya pada bulan Maret 2005 antara Penggugat dan

Tergugat telah pisah rumah sampai sekarang.

Berdasarkan fakta-fakta yang ada antara Penggugat dan Tergugat

sudah tidak ada ketentraman dan kesejahteraan lahir bathin. Tergugat telah

keluar dari agama Islam dan kembalike agama semula yaitu Kristen sehingga

tidak terwujud tujuan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat. Sesuai

fakta ini telah terpenuhi dasar pertimbangan hukum Hakim selanjutnya.

Sebagaimana kehendak pasal 1 UUP No. 1 tahun 1974 dan pasal 2 KHI, maka

telah terpenuhi ketentuan pasal 19 huruf (f) PP No. 9tahun 1978 dan pasal 116

huruf (f dan h) KHI dan oleh karenanya hubungan perkawinan Penggugat dan

Tergugat difasakhkan karena murtad.

Page 97: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

85

Dasar pertimbangan hukum lain yang digunakan Majelis Hakim yaitu

mengetengahkan pendapat pakar Hukum Islam Imam al-Haramayn al-

Juwayni dalam kitab Hidayah al-Matlab fi Dirayah al-Mazhab sebagai

berikut:

أداد ر ر د افرطد د ال د ل را اأدول ول د ند أاسد أأ ل د ق ا اأدذد

“Jika kedua suami istri atau salah satunya murtad (keluar dari agama Islam)

maka nikahnya difasakhkan” (al-Juwayni, 2007:119)

Pertimbangan Hakim selanjutnya adalah pasal 89 ayat 1 UU No. 7

tahun 1989 semua biaya perkara dibebankan kepada Penggugat.

f. Tentang Putusan Hakim

Putusan Hakim adalah tetap, berkekuatan hukum dan tidak bisa

diganggu gugat. Putusan Hakim didapat setelah adanya pertimbangan hukum,

bukti dan fakta-fakta yang ada. Putusan pada perkara No. 138/Pdt.

G/2006/PA. SAL adalah mengabulkan gugatan dari pihak Penggugat. Gugatan

yang diajukan adalah meminta Majelis Hakim untuk menyatakan perkawinan

antara Penggugat dan Tergugat putus karena perceraian. Gugatan yang kedua

berdasarkan pasal 116 huruf f, g, dan h KHI dapat dijadikan dasar pelanggaran

sighat taklik talaq angka 2 yaitu tidak memberi nafkah wajib selama 3 bulan

kepada istri dan pada talaq angka 4 yaitu membiarkan dan tidak

memperdulikan istri selama 6 bulan atau lebih.

Page 98: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

86

Putusan Hakim yang kedua adalah memfasakhkan perkawinan antara

Penggugat (Sri Dadi Anggraeni binti Syukur Budi Raharjo dengan Tergugat

(Tan Tjee Hiap bin Tan Hong Tjan) sesuai pasal 1 UUP No. 1 tahun 1974 dan

pasal 2 KHI, maka telah terpenuhi ketentuan pasal 19 huruf (f) PP No. 9 tahun

1978 dan pasal 116 huruf (f dan h) KHI. Putusan Hakim yang ketiga adalah

membebankan biaya perkara sebesar Rp. 166.000,- kepada penggugat.

Putusan tersebut dibuat pada hari Selasa tanggal 9 Mei 2006 M bertepatan

pada tanggal 11 Rabiul Akhir 1427 H. Ketua Majelis Hakim dalam perkara ini

adalah Drs. H. Fadly Hasan. Drs, Ahmad Syaukani, SH. MH dan Drs. Hj.

Muhlison, MH sebagai Hakim Anggota dan M. Nur Agus Achmadi, SH.

sebagai Penitera Pengganti dan dihadiri oleh Penggugat dan Tergugat.

2. Putusan No. 0356/Pdt.G/2011/PA. SAL

a. Identitas para pihak

Penggugat nama dirahasiakan, umur 38 tahun, beragama Islam,

pekerjaan petani, pendidikan terakhir SMP. Alamat lengkap di Dusun Satriyan

Rt. 29/07 Desa Plumbon, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

Tergugat nama dirahasiakan, umur 58 tahun, beragama Kristen,

pekerjaan tidak ada, pendidikan terakhir SMA, alamat di Ngentak Rt. 02/05,

Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.

b. Tentang Duduk Perkaranya (Posita dalam gugatan)

Page 99: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

87

Berdasarkan Kutipan Akta Nikah No.183/25/VII/95 penggugat dan

tergugat telah menikah tanggal 21 Juli 1995 di Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang. Setelah akad nikah dan Tergugat telah mengucapkan

sighat taklik talaq, Penggugat dan Tergugat hidup rukun selayaknya suami

dan istri. Tempat tinggal yang pertama adalah rumah orangtua Tergugat

selama 1 tahun, pindah kontrakan selama 1 tahun, terakhir menempati

kediaman bersamaselama 11 tahun 8 bulan.

Dari pernikahan antara Penggugat dan Tergugat, lahir seorang anak

dengan nama dirahasiakan tanggal 22 Maret 1996. Anak tersebut dalam

pemeliharaan Penggugat. Kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat

mulai goyah, sering terjadi perselisihan dan pertengkaran terus-menerus yang

sulit diatasi sejak bulan Mei 2009. Sebab terjadi perselisihan dan

pertengkaranadalah karena Tergugat yang dahulu beragama Nasrani dan

setelah menikah dengan Penggugat beragama Islam, namun setelah beberapa

tahun menikah Tergugat kembali lagi beragama Nasrani.

Pada bulan Maret 2009, Tergugat pulang ke rumah orang tuanya tanpa

seijin maupun sepengetahuan Penggugat. Selama 2 tahun 1 bulan Tergugat

tidak pernah pulang lagi ke rumah kediaman bersama di Desa Plumbon

sampai gugatan diajukan antara Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah.

Selama pisah rumah Tergugat tidak pernah mengurus serta memberi nafkah

kepada Penggugat dan seorang anak yang ikut Penggugat. Penggugat saat ini

Page 100: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

88

bertempat tinggal di rumah kediaman bersama di Kecamatan Suruh dan

tergugat tinggal di rumah orang tuanya di Kecamatan Tingkir. Hal ini sesuai

dengan pasal 116 KHI karena Tergugat telah melanggar taklik talak.

c. Isi Petitum yang diajukan oleh Penggugat

Petitum yang terdapat dalam putusan terdiri dari petitum primer dan

petitum subsidier. Untuk petitum primer berisi Penggugat meminta kepada

Hakim untuk menerima dan mengabulkan seluruh gugatan, perkawinan

Pengugat dan Tergugat putus karena perceraian, menetapkan syarat taklik

talak atas pelanggaran yang dilakukan oleh Tergugat pada angka 2 dan 4,

menetapkan hasil putusan adalah jatuh talak satu khul‟i Tergugat kepada

Penggugat dengan uang iwadh Rp. 10.000, menetapkan biaya perkara

menurut hukum. Petitum yang subsidier adalah menjatuhkan putusan dengan

seadilnya.

d. Isi replik dan duplik dalam gugatan.

Majelis Hakim sudah melakukan mediasi atau perdamaian antara

Penggugat dan Tergugat namun hasilnya gagal.Isi replik (jawaban gugatan

dari pihak lawan)adalahTergugat mengakui sebagai suami Penggugat dan

sudah mempunyai seorang anak. Tergugat mengakui tempat tinggal di

kediaman bersama. Rumahtangga Penggugat dan Tergugat mulai tidak

harmonis bulan Mei 2001 hingga berpisah tempat tinggal. Tergugat tidak

beragama Islam lagi melainkan kembali ke agama Nasrani.

Page 101: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

89

Ada beberapa dalil yang dibantah oleh Tergugat. Dalil yang dibantah

adalah Tergugat tidak meninggalkan Penggugat tetapi Penggugat yang pergi,

karena tidak diberi nafkah oleh Tergugat. Jawaban akhir replik Tergugat

adalah tidak bersedia bercerai dengan alasan mempunyai anak.

Duplik atas jawaban tersebut tetap seperti dalam dalil gugatan dan

sebelumnya Penggugat memberikan bukti tertulis berupa fotocopy Kutipan

Akta Nikah.

e. Persaksian dalam persidangan

Nama saksi pertama dirahasiakan bin nama ayah saksi. Saksi tersebut

dari pihak keluarga yaitu kakak kandung Penggugat. Saksi berumur 48 tahun,

agama Islam, pekerjaan tani. Alamat tinggal Krasaksari Rt 02/07 Desa

Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Saksi memberikan

keterangan Penggugat menikah dengan Tergugat dan bertempat tinggal di

rumah bersama. Sejak 2 tahun lalu Penggugat berpisah tempat tinggal karena

terjadi pertengkaran dengan Tergugat. Alasan pertengkaran adalahb Tergugat

pindah agama Nasrani kemudian Penggugat pergi meninggalkan Tergugat.

Saksi sudah berusaha mendamaikan tetapi tidak berhasil.

Saksi kedua nama dirahasiakan binti nama ayah saksi, umur 61 tahun,

agama Islam, pekerjaan Pensiunan PNS, alamat tinggal Kalicacing Rt. 06/01

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Saksi adalah kakak Tergugat.

Berdasarkan keterangan saksi, Tergugat menikah dengan Penggugat

Page 102: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

90

danbertempat tinggal di rumah bersama selama 12 tahun. Namun Penggugat

dan Tergugat sekarang berpisah tempat tinggal karena sering terjadi

percekcokan dan pertengkaran. Alasan pertengkaran adalah hutang ke Bank

untuk modal usaha Penggugat, akan tetapi oleh Penggugat dipinjamkan

kepada tetangga. Upaya untuk memberikan nasehat dan merukunkan telah

dilakukan tetapi tidak berhasil. Saksi juga menyampaikan lebih baik rukun

lagi, namun semua keputusan kembali lagi pada Penggugat dan Tergugat.

Berdasarkan keterangan saksi baik saksi dari pihak Penggugat maupun

saksi dari pihak Tergugat, Penggugat dan Tergugat membenarkan atas

keterangan yang diberikan. Setelah persaksian Penggugat tidak mengajukan

sesuatu apapun lagi dan memohon putusan dari Majelis Hakim.

f. Tentang pertimbangan hukum

Pertimbangan hukum dalam memutus perkara menjadi hal yang sangat

penting bagi Hakim. Maksud dan tujuan isi gugatan yang diuraikan secara

terperinci adalah salah satu bahan pertimbangan Hakim. Posita dalam gugatan

disesuaikan kebenarannya dengan keterangan saksi yaitu dengan dalil rumah

tangga tidak hamonis, mulai goyah serta sering terjadi pertengkaran dan

perselisihan sejak Mei 2001. Alasan pertengkaran adalah Tergugat kembali ke

agama Nasrani dan keluar dari agama Islam. Kehadiran Penggugat dan

Tergugat dalam persidangan, hasil mediasi gagal atau berhasil, petitum

primer maupun subsidier merupakan serangkaian uraian dalam gugatan.

Page 103: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

91

Pertimbangan hukum didasarkan pada HIR dan KHI. Mediasi yang

telah dilakukan dalam suatu perkara baik hasilnya gagal ataupun berhasil,

maka pemeriksaan perkara telah memenuhi ketentuan pasal 130 HIR dan

PERMA No. 1 tahun 2008. Sesuai pasal 174 HIR merupakan bukti sempurna

Tergugat mengakui dalil gugatan sebagai suami Penggugat dengan dibuktikan

bukti otentik berupa akte nikah.Maka sesuai bukti yang ada Penggugat

mempunyai hak atas gugatan. Berdasarkan pasal 116 huruf (h) KHI gugatan

telah memenuhi ketentuan dan dinyatakan jatuh talak satu ba‟in Tergugat

terhadap Penggugat.

Pengakuan dalil gugatan oleh Tergugat terjadinya pertengkaran karena

Tergugat keluar dari agama Islam menjadi dasar pertimbangan

Hakim.Keterangan saksi di persidangan yang telah diuraikan sebelumnya juga

menjadi salah satu pertimbangan Hakim..

Hakim dalam pertimbangan hukum selain dari UU, saksi dan bukti

juga mengambil pendapat pakar Hukum Islam Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh

As-Sunnahbab Ath-Thalaq

ا دحلبدتدتلا هد اادهدذأأاضرد دافد دنل ول د ازد لند بد لندهد اود ابد لقد اأات لرد طد بدتل ةاود ول د اأاسق تل أأا قعد اأدذد

هد اطد ل دةةابد ادندةةا ول د ازد نل ا د هرىل داطد ق دهد اأال د اد اأال د ل أاد د ةاعد د رق ةاود ادىل د اود اأاضرد د

Artinya : jika seorang istri menggugat suami agar diceraikan dari suami,

karena ada alasan (madharat) maka jika alasan (madharat) itu

terbukti walau hanya satu kali, menurut pendapat yang masyhur,

Page 104: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

92

Hakim dapat menceraikan istri dari suaminya dengan jatuh talak

bain sughro.(Sabiq, 1980: 237)

Pertimbangan Hakim lain yang digunakan adalah berdasarkan pasal 84

UU No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan UU No. 50 tahun 2009

tentang Peradilan Agama menyatakan bahwa, “Panitera Pengadilan Agama

Salatiga mengirimkan Salinan putusan ke KUA tempat dilangsungkan

perkawinan antara Penggugat dan Tergugat”. Berdasarkan pasal 89 ayat (1)

UU No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan UU No. 50 tahun 2009,

perkara tersebut termasuk bidang perkawinan, maka dari itu biaya perkara

dibebankan kepada Penggugat.

g. Tentang Putusan Hakim perkara cerai gugat.

Putusan Hakim adalah tetap, berkekuatan hukum dan tidak bisa

diganggu gugat. Putusan Hakim didapat setelah adanya pertimbangan hukum,

bukti dan fakta-fakta yang ada. Putusan pada perkara No. 0356/Pdt.

G/2011/PA. SAL adalah mengabulkan gugatan dari pihak Penggugat. Gugatan

yang diajukan adalah meminta Majelis Hakim untuk menyatakan perkawinan

antara Penggugat dan Tergugat putus karena perceraian.

Gugatan yang kedua berdasarkanpemeriksaan perkara telah memenuhi

ketentuan pasal 130 HIR dan PERMA No. 1 tahun 2008. Sesuai pasal 174

HIR merupakan bukti sempurna Tergugat mengakui dalil gugatan sebagai

suami Penggugat dengan dibuktikan bukti otentik berupa akte nikah. Maka

Page 105: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

93

sesuai bukti yang ada Penggugat mempunyai hak atas gugatan. Berdasarkan

pasal 116 huruf (h) KHItelah memenuhi ketentuan dan dinyatakan jatuh talak

satu ba‟in Tergugat terhadap Penggugat.

Putusan Majelis Hakim yang kedua adalah berdasarkan pasal 116

huruf (h) KHI yang berbunyi. “Peralihan agama atau murtad yang

menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga” maka gugatan

telah memenuhi ketentuan dan dinyatakan jatuh talak satu ba‟in Sughra

Tergugat terhadap Penggugat. Putusan ketiga adalah sesuai dengan

pertimbangan Hakim yaitu pengiriman salinan putusan ke KUA Kecamatan

Suruh, Kabupaten Semarang serta KUA Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.

Hal ini sesuai dengan pasal 84 UU No. 7 tahun 1989 yang telah diubah

dengan UU No. 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama

Putusan terakhir berdasarkan pasal 89 ayat (1) UU No. 7 tahun 1989

yang telah diubah dengan UU No. 50 tahun 2009, perkara tersebut termasuk

bidang perkawinan, maka dari itu biaya perkara dibebankan kepada Penggugat

sebesar dua ratus sebelas ribu rupiah (Putusan PA Salatiga 30 Mei 2011).

3. Pertimbangan Hakim.

Hasil wawancara dengan Bapak Muhdi Kholil selaku Wakil Ketua

pengadilan Salatiga tanggal 13 Oktober 2014, Hakim dalam menangani dan

memutuskan perkara cerai dengan salah satu pasangan murtad yaitu dengan

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

Page 106: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

94

a. Sesuai dengan UU No. 7 tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan

UU No. 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU No. 50 tahun 2009

menerapkan asas personalitas keislaman di dalam perkawinan dengan

asumsi pihak-pihak yang mengajukan perkara adalah muslim. Tetapi tidak

dikesampingkan ketika yang bersengketa keluar dari agama Islam atau

murtad, untuk perkara cerai khususnya cerai gugat tetap menjadi

kewenangan Pengadilan Agama karena perkawinannya dilakukan dengan

cara Islam dan telah dicatat di KUA yang bersangkutan.

b. Sebelum memutus perkara terlebih dahulu Hakim memeriksa dan

mempelajari petitum atau alasan-alasan perceraian yang diajukan dalam

gugatan tersebut. Dari petitum tersebut Hakim dapat identifikasik alasan

utama dalam perceraian dan sebagai bahan pertimbangan awal untuk

mengabulkan atau tidak gugatan primer maupun subsidier dalam gugatan.

c. Pertimbangan Hakim yang selanjutnya dalam memutus perkara adalah

dengan pembuktian di persidangan khususnya tentang pembuktian alasan

utama dalam perceraian. Pembuktian di persidangan dapat berupa

menghadirkan para saksi untuk mencari fakta sebenarnya alasan

perceraian yang utama. Bukti otentik melihat berkas KTP atau identitas

yang lain para pihak, akte nikah dan KK.

d. Setelah pembuktian dilakukan dan saksi dihadirkan dalam persidangan,

apabila terbukti untuk perkara cerai gugat karena salah satu pihak murtad

Page 107: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

95

adalah satu-satunya alasan dan menjadi alasan utama, maka bunyi amar

putusannya adalah memfasakhkan perkawinan antara Penggugat dan

Tergugat. Apabila terbukti murtad hanya sebagai alasan pendukung

penyebab perselisihan dan ketidakharmonisan dalam rumahtangga maka

amar putusannya adalah jatuh talak ba‟in sughra dengan maksud gugatan

perceraian diajukan ketika rumahtangga sudah terjadi perselisihan dan

pertengkaran terus menerus sebelum salah satu pihak murtad.

e. Dasar hukum dalam memutus perkara adalah Al-Qur‟an dan Hadits,

pendapat ahli/pakar Islam, hukum materiil meliputi yurisprudensi, UU No.

1 tahun 1947 tentang Perkawinan, PP No. 9 tahun 1975 tentang

Pelaksanaan UU No. 1 tahun 1974, KHI (Kompilasi Hukum Islam).

hukum acara peradilan meliputi HIR dan RBg, UU No. 7 tahun 1989

tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3

tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU No. 50 tahun 2009.

f. Untuk akibat hukum diputusnya suatu perkara dengan difasakh dan jatuh

talak ba‟in adalah apabila fasakh akibat hukumnya sama dengan talak

biasa hanya saja setelah difaskhkannya perkawinan antara Penggugat dan

Tergugat suami sudah tidak ada hak untuk rujuk. Sedangkan apabila oleh

majelis hakim Pengadilan Agama Salatiga diputus dengan jatuh talak

ba‟in maka suami masih bisa kembali hidup bersama tetapi tidak dengan

jalan rujuk melainkan dengan akad nikah baru kepada mantan istri, setelah

Page 108: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

96

mantan istri menikah lagi dan bercerai pada laki-laki lain yang menjadi

suaminya yang baru.

Page 109: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

97

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Penanganan Kasus Gugat Cerai Karena Murtad

1. Teknis Administrasisecara umum

a. Penerimaan Perkara

Sistem pelayanan perkara di Pengadilan Salatiga menggunakan sistem

kelompok kerja yang terdiri dari meja I (termasuk di dalamnya Kasir), meja II

dan meja III. Petugas Meja 1 menerima gugatan, permohonan, verzet,

permohonan eksekusi dan perlawanan pihak ketiga. Gugatan diajukan secara

tertulis yang ditandatangani oleh Penggugat atau kuasanya dan ditujukan

kepada Ketua Pengadilan Agama Salatiga (pasal 118 ayat 1 HIR atau pasal

142 ayat 1 Rbg). Penggugat yang tidak dapat membaca dan menulis dapat

mengajukan gugatan secara lisan, selanjutnya Ketua Pengadilan atau Hakim

yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan mencatat gugatan tersebut.

Dalam pendaftaran perkara dokumen yang diserahkan kepada petugas

Meja 1 adalah surat gugatan sebanyak jumlah pihak ditambah tiga rangkap

untuk Majelis Hakim, surat kuasa khusus (dalam hal penggugat atau pemohon

menguasakan kepada pihak lain), fotocopy kartu anggota advokat bagi yang

menggunakan jasa advokat. Kemudian petugas meja 1 menerima dan

memeriksa kelengkapan berkas dengan menggunakan daftar periksa (check

Page 110: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

98

list).Dalam menaksir panjar biaya perkara, petugas Meja 1 berpedoman pada

Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama tentang Panjar Biaya Perkara yang

merujuk pada PP No. 53 Tahun 2008 tentang PNBP (Penerimaan Negara

Bukan Pajak), PP MA RI No. 3 Tahun 2012 tentang Biaya Proses

Penyelesaian Perkara dan Pengelolaannya.

Hal-hal yang diperhatikan dalam menentukan panjar biaya perkara

adalah jumlah pihak yang berperkara, jarak tempat tinggal (radius) dan

kondisi daerah para pihak, biaya pemanggilan para pihak untuk

menghadirimediasi lebih dahulu dibebankan kepada Penggugat atau Pemohon

yang diambil dari uang panjar biaya perkara tersebut.Setelah menaksir panjar

biaya perkara, petugas Meja 1 membuat Surat Kuasa Untuk Membayar

(SKUM) dalam empat rangkap dan petugas Meja 1 mengembalikan berkas

kembali kepada Penggugat atau Pemohon untuk dilanjutkan kepada kasir.

Penggugat atau Pemohon membayar uang panjar biaya perkara yang

tercantum dalam SKUM melalui Bank. Setelah kasir menerima tanda bukti

pembayaran dari Penggugat atau Pemohon kemudian dibukukan dalam Buku

Jurnal Keuangan Perkara,diberi nomor, dibubuhkan tanda tangan dan cap

lunas pada SKUM.

Kasir menyerahkan satu rangkap surat gugat atau permohonan sesuai

dengan nomor perkara beserta SKUM kepada Penggugat atau Pemohon untuk

didaftarkan ke Meja II. Petugas Meja II mencatat dalam Buku Register Induk

Page 111: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

99

Gugatan atau Permohonan sesuai dengan nomor perkara dalam SKUM.

Petugas Meja II menyerahkan berkas kepada Panitera melalui Wakil Panitera

untuk disampaikan kepada Ketua Pengadilan Agama Salatiga. Dalam waktu

paling lambat dua hari kerja berkas tersebut sudah diterima oleh Ketua

Pengadilan Agama Salatiga.

b. Persiapan Persidangan

Penetapan Majelis Hakim (PMH) termasuk dalam persiapan

persidangan. Paling lambat dalam waktu 10 hari kerja sejak perkara

didaftarkan, Ketua PA sudah menetapkan Majelis Hakim sesuai dengan nama

yang tercantum SK pengangkatan sebagai Hakim. Ketua Majelis Hakim

adalah Ketua atau Wakil Ketua PA yang merupakan Hakim senior di PA

Salatiga dan sudah lama menjadi Hakim. Majelis Hakim dibantu oleh Panitera

Pengganti dan Jurusita. Penetapan Majelis Hakim dicatat oleh petugas Meja II

dalam Buku Register Induk Perkara.

Penunjukkan Panitera Pengganti dilakukan oleh Panitera untuk

membantu Hakim dalam menangani perkara dalam persidangan. Penunjukkan

Panitera Pengganti dicatat oleh petugas Meja II dalam Buku Register Induk

Perkara. Penunjukkan Panitera Pengganti dibuat dalam bentuk “Surat

Penunjukkan” ditandatangani Panitera dan dibubuhi stempel.

Penetapan hari sidang paling lambat 7 hari setelah berkas dipelajari

oleh Majelis Hakim. Pemeriksaan perkara cerai dilakukan paling lambat 30

Page 112: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

100

hari sejak tanggal surat gugatan didaftarkan di kepaniteraan PA Salatiga. Atas

perintah Ketua Majelis Panitera Pengganti melaporkan hari sidang pertama

kepada petugas meja II dan oleh petugas dicata dalam Buku Register Perkara.

c. Pelaksanaan Persidangan

Sidang dilaksanakan di ruang sidang. Majelis Hakim terlebih dahulu

mengupayakan perdamaian melalui proses mediasi sesuai dengan pasal 130

HIR/154 RBg jo pasal 82 UU No. 7 tahun 1989 jo UU No. 3 tahun 2006 jo

PERMA No. 1 tahun 2008. Jika mediasi gagal, maka Majelis Hakim tetap

berkewajiban mendamaikan para pihak. Sidang pemeriksaan perkara cerai

baik cerai talak maupun cerai gugat dilakukan secara tertutup, namun putusan

dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum.

Dalam pemeriksaan cerai gugat Pengadilan Agama sedapat mungkin

berupaya untuk mengetahui jenis pekerjaan dan pendidikan suami dengan

jelas dan pasti sehingga dapat mengetahui perkiraan pendapatan rata-rata

perbulan. Hal ini dijadikan dasar pertimbangan dalam menetapkan nafkah

madhiyah, nafkah iddah dan nafkah anak.

2. Dasar Hukum Materiil

Dasar hukum materiil dalam menentukan perkara cerai adalah dengan

berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadist, UU No.22 tahun 1946 jo UU No. 32 tahun

1954 tentang Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk (NTCR), UU No. 1 tahun 1974

tentang Perkawinan (PP No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1

Page 113: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

101

tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam), UU No. 23 tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, HIR/Rbg. Tata cara dan

putusnya perceraian yang dimaksud dalam UU No. 1 tahun 1974 ada

pengkhususan dalam KHI terkait dengan alasan-alasan dan putusnya

perkawinan.

Sesuai yang termaktub dalam UU No. 7 tahun 1989 sebagaimana telah

diubah dengan UU No. 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU No. 50

tahun 2009 menganut Asas Personalitas Keislaman. Dengan demikian semua

sengketa antara orang-orang yang beragama Islam mengenai hal-hal yang

diatur dalam pasal 49 UU No. 7 tahun 1989 sebagaiman yang telah diubah

dengan UU No. 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU No. 50 tahun

2009 menjadi kewenangan Pengadilan Agama.

Asas personalitasberlaku di bidang perkawinan tercatat di Kantor

Urusan Agama (KUA), meskipun salah satu (suami atau istri) atau kedua

belah pihak (suami istri) keluar dari agama Islam. Asas ini juga berlaku di

bidang kewarisan, di bidang ekonomi syari‟ah, di bidang wakaf, di bidang

hibah dan wasiat yang dilakukan berdasarkan Hukum Islam.Untuk perkara

cerai baik cerai talak maupun cerai gugat terdapat aturan khusus.

Cerai gugat yang diajukan oleh istri yang petitumnya memohon agar

Pengadilan Agama memutuskan perkawinan Penggugat dengan Tergugat.

Prosedur pengajuan gugatan dan pemeriksaan cerai gugat agar merujuk

Page 114: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

102

kepada pasal 73 sampai dengan pasal 86 UU No. 7 tahun 1989 sebagaimana

telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU

No. 50 tahun 2009 jo pasal 14 sampai dengan pasal 36 PP No. 9 tahun 1975.

Gugatan nafkah anak, nafkah istri, mut‟ah, nafkah iddah dapat

diajukan bersama-sama dengan cerai gugat. Gugatan hadhanah dan harta

bersama suami istri sebaiknya diajukan terpisah dalam perkara lain. Cerai

gugat dengan alasan taklik talak harus dibuat sejak awal diajukan gugatan,

agar selaras dengan format laporan perkara. Dalam hal Tergugat tidak hadir,

perkara diputus verstek, Pengadilan tetap melakukan sidang pembuktian

mengenaim kebenaran adanya alasan perceraian yang didalilkan oleh

Penggugat.

Untuk keseragaman amar putusan cerai gugat dengan alasan adanya

kekejaman atau kekerasan suami berbunyi, “menjatuhkan talak satu ba‟in

sughra Tergugat (nama terang Tergugat bin nama ayah Tergugat) terhadap

Penggugat (nama terang Penggugat binti nama ayah Penggugat)”. Amar

putusan cerai gugat dengan alasan pelanggaran taklik talak adalah

menjatuhkan talak satu khul‟I Tergugat (nama terang dirahasiakan) terhadap

Penggugat (nama terang terang dirahasiakan). Untuk amar putusan cerai gugat

dengan alasan suami murtad atau keluar dari agama Islam adalah

memfasakhkan perkawinan antara Penggugat (nama terang dirahasiakan)

Page 115: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

103

dengan Tergugat (nama terang dirahasiakan)”.(Tim Dirjen Badan Peradilan

Agama:149).

B. Perbedaan Putusan No. 138/Pdt. G/2006/PA. SAL dan Putusan No. 0356/Pdt.

G/2011/PA. SAL

Putusan No. 138/Pdt. G/2006/PA. SAL dan Putusan No. 0356/Pdt.

G/2011/PA. SAL merupakan putusan cerai gugat dengan alasan karena Tergugat atau

suami murtad (keluar dari agama Islam). Kedua putusan memiliki alasan perceraian

yang sama yaitu ketidakharmonisan dalam rumah tangga disebabkan karena salah

satu pasangan murtad. Akan tetapi meski dengan alasan perceraian yang sama, kedua

putusan tersebut terdapat perbedaan amar putusan yang dijatuhkan oleh Majelis

Hakim.

Adapun perbedaannya pada Putusan No. 138/Pdt. G/2006/PA. SAL amar

putusan adalah memfasakhkan perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat.

Sedangkan pada Putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA. SAL amar putusan yang

dijatuhkan adalah menjatuhkan talak satu ba‟in sughra Tergugat terhadap Penggugat.

Menurut analisis penulis, perbedaan amar putusan kedua putusan tersebut

dapat ditinjau dari aspek fakta di persidangan. Dalam aspek fakta di persidangan

diperoleh dari pembuktian dan keterangan saksi. Pembuktian berupa bukti otentik

seperti akte nikah. Kedua keterangan saksi dari kedua pihak. Keterangan saksi

pertama pada putusan No. 138/09/1998 adalah kejelasan menikah antara Penggugat

Page 116: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

104

dan Tergugat dibuktikan dengan akte nikah. Keterangan saksi kedua adalah

rumahtangga antara Penggugat dan Tergugat tidak rukun,karena Tergugat telah

kembali ke agama Kristen sehingga terjadi pertengkaran dan perselisihan. Alasan

utama adalah murtad yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.

Fakta keterangan saksi pada putusan N0. 0356/Pdt. G/2011/PA. SAL adalah kejelasan

menikah antara Penggugat dan Tergugat dibuktikan dengan akte nikah. Antara

Penggugat dan Tergugat sering terjadi pertengkaran. Alasan pertengkaran adalah

karena Tergugat pindah agama Nasrani dan Penggugat pergi meninggalkan Tergugat.

Keterangan saksi kedua selain karena murtad, alasan pertengkaran adalah Penggugat

hutang modal untuk usaha akan tetapi oleh Penggugat dipinjamkan kepada tetangga.

Alasan utama adalah ketidakharmonisan dalam rumah tangga yang menyebabkan

salah satu pihak murtad.

Setelah aspek fakta dalam persidangan dilanjutkan aspek alasan perceraian.

Pada Putusan No. 138/Pdt. G/2006/PA. SAL putusan yang dijatuhkan adalah fasakh.

Alasan utama pada putusan ini adalah murtad sebagai satu-satunya alasan. Adanya

salah satu pasangan murtad menyebabkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.

Menurut analisis penulis, sebelum adanya putusan fasakh dari Pengadilan, hubungan

perkawinan antara Penggugat dan Tergugat sudah rusak terlebih dahulu karena salah

satu pasangan murtad. Murtad dalam sebuah perkawinan membatalkan sahnya

hubungan perkawinan. Pada Putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA. Sal putusan yang

dijatuhkan adalah jatuh thalaq ba‟in sughra. Alasan utama pada putusan ini adalah

Page 117: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

105

ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan murtad bukan satu-satunya alasan

perceraian. Pada putusan ini gugatan perceraian diajukanketika rumahtangga sudah

terjadi perselisihan dan pertengkaran terus-menerus sebelum salah satu pihak atau

pasangan suami istri murtad.

C. Implikasi Putusan Perceraian Karena Murtad

Implikasi dari putusan yang berbeda antara Putusan No. 138/Pdt. G/2006/PA.

SAL dan Putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA. SAL adalah perbedaan akibat hukum

dari putusan masing-masing yang dijatuhkan. Putusan No. 138/Pdt. G/2006/PA. SAL

adalah fasakh. Akibat hukum putusan tersebut sama dengan akibat hukum talak

dengan asumsi bahwa sebelum dijatuhkan putusan fasakh perkawinan antara

Penggugat dan Tergugat sudah putus ikatan perkawinan secara agama karena alasan

murtad oleh salah satu pihak. Pada dasarnya fasakh adalah perceraian. Ketika suatu

perkawinan sudah fasakh maka suami atau Tergugat sudah tidak dapat hidup bersama

kembali pada istri atau Tergugat.Akibat hukum perceraian akibat fasakh sebagai

berikut:

1. Jumlah bilangan talak

Perceraian karena fasakh tidak mengurangi jumlah bilangan talak.

Hubungan ikatanperkawinan akan putus sejak mengetahui di kemudian hari

ada hal-hal yang membatalkan rukun dan syarat nikah seketika itu tanpa

menunggu putusan Hakim jatuh.

Page 118: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

106

2. Rujuk

Perceraian akibat fasak didalamnya tidak ada hak rujuk.

3. Harta bersama

Dalam perceraian karena fasakh harta bersama dibagi menurut hukum

masing-masing agamanya (Sabiq, 1980:24-26).Diatur menurut hukumnya

masing-masing (pasal 37 KHI). Yang dimaksud dengan hukumnya adalah

hukum agama, adat, dan hukum-hukum yang lain.

4. Nafkah istri

Jika dilakukan bersamaan dengan akad maka tidak ada hak nafkah

untuk nikah meski sedang hamil.

Putusan No. 0356/Pdt. G/2011/PA. SAL adalah dijatuhkan talak satu ba‟in

dengan maksud gugatan perceraian diajukan ketika rumahtangga sudah terjadi

perselisihan dan pertengkaran terus menerus sebelum salah satu pihak murtad. Akibat

hukum dari talak ba‟in sughra adalah:

1. Jumlah bilangan talak

Dapat mengurangi jumlah bilangan talak yang ada pada suami. Setiap

ikrar talak yang diucapkan di depan Pengadilan akan mengurangi bilangan

talak.

2. Rujuk

Suami dapat mengawini istri yang dulu tersebut dengan akad nikah

yang baru tanpa si perempuan kawin dulu dengan laki-laki lain apabila masih

Page 119: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

107

dalam masa iddah dan belum menikah dengan laki-laki lain. Setelah masa

iddah habis masih bisa kembali hidup bersama, tetapi tidak dengan jalan rujuk

melainkan dengan akad nikah baru kepada mantan istri, setelah mantan istri

menikah lagi dan bercerai pada laki-laki lain yang menjadi suaminya yang

baru.

3. Harta bersama

Istri mendapatkan setengah dari harta bersama, dan sisanya dibagi

dengan ahli waris yang lain (pasal 86 ayat 1 KHI).

4. Nafkah istri

Mewajibkan nafkah bagi istri dan membayar mut‟ah

Page 120: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

108

Selanjutnya ditampilkan perbedaan akibat hukum perceraian karena

fasakh dan akibat hukum perceraian karena thalaq ba‟in Sughro:

Tabel 4.1Perbedaan Akibat Hukum Perceraian karena Fasakh dan Perceraian karena

Talaq ba’in Sughro

No Perbedaan

Perceraian Akibat Fasakh Perceraian Akibat Talaq

Ba‟in Sughro

1

2

.

3.

4.

5.

Jumlah bilangan talak

Rujuk

Harta bersama

Ikrar talak

Nafkah istri

Tidak menghitung jumlah

bilangan talak

Tidak ada hak rujuk

Dibagi secara hukum yang

dianut oleh masing-masing

pasangan suami istri (KHI

pasal 37).

Tidak ada ikrar talak

Tidak diwajibkan adanya

nafkah untuk istri (KHI pasal

80 ayat 2)

Dapat mengurangi jumlah

bilangan talak yang ada

pada suami.

Jika masih masa iddah

maka rujuk dilakukan pada

istri dengan akad baru

tanpa istri menikah lagi

dengan laki-laki lain. Dibagi secara hukum

Islam yaitu istri

mendapatkan setengah

dari harta bersama(KHI

pasal 86 ayat 1).

Ada ikrar talak

Mewajibkan nafkah bagi

istri dan membayar mut‟ah

Page 121: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

109

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hakim Pengadilan Agama Salatiga dalam menangani perkara perceraian

karena murtad adalah sebelum memutus perkara, Hakim memeriksa dan

mempelajari petitum atau alasan-alasan perceraian yang diajukan dalam

gugatan tersebut. Dari petitum tersebut Hakim dapat identifikasi alasan utama

dalam perceraian dan sebagai bahan pertimbangan awal untuk mengabulkan

atau tidak gugatan primer maupun subsidier dalam gugatan. Sesuai dengan

UU No. 7 tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2006

dan perubahan kedua dengan UU No. 50 tahun 2009 menerapkan asas

personalitas keislaman di dalam perkawinan dengan asumsi pihak-pihak yang

mengajukan perkara adalah muslim. Tetapi tidak dikesampingkan ketika yang

bersengketa keluar dari agama Islam atau murtad. Fakta pembuktian dari

keterangan saksi menjadi pertimbangan selanjutnya oleh Hakim untuk

mencari fakta sebenarnya alasan perceraian yang utama.

2. Terjadi perbedaan antara kedua putusan perkara cerai gugat ini adalah masing-

masing putusan setelah diadakan mediasi, pembuktian dan saksi, memiliki

alasan utama perceraian yang berbeda. No.138/Pdt.G/2006/PA. SAL alasan

Page 122: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

110

utama perceraian adalah murtad sebagai satu-satunya alasan perceraian dan

menjadi alasan utama dalam perkara ini, maka dari itu putusan Hakim adalah

fasakh. Pada No. 0356/Pdt.G/2011/PA. SAL alasan utama perceraian adalah

murtad bukan sebagai satu-satunya alasan perceraian. Alasan utama adalah

ketidakharmonisan dan perselisihan dalam rumahtangga, maka dari itu

putusan Hakim adalah jatuh talak ba‟in. Dengan kata lain apabila perbuatan

murtad itu tidak disertai dengan ketidakrukunan dalam rumahtangga maka

perbuatan murtad suami atau istri tidak dapat dijadikan alasan perceraian,

hanya saja putusan yang dberikan oleh Hakim akan berbeda sesuai alasan

utama perceraian.

3. Implikasi atau akibat hukum perceraian karena salah satu pihak murtad yang

berbeda antara putusan No.138/Pdt.G/2006/PA. SAL dan putusan No.

0356/Pdt.G/2011/PA. SAL adalah terdapat pada akibat hukum dari masing-

masing putusanyang dijatuhkan. Akibat hukum yang berbeda hak antara dua

putusan ini adalah mencangkup jumlah bilangan talak, rujuk, harta bersama,

ikrar talak dan nafkah istri.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis, penulis

banyak menemukan kelemahan-kelemahan yang ada dalam penelitian ini.

Kelemahan tersebut adalah dalam mendapatkan sumber data primer. Wawancara

Page 123: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

111

yang dilakukan oleh penulis bukan informan primer (Wakil Ketua Pengadilan

Agama Salatiga) sehingga yang didapat adalah data sekunder. Penulis mengalami

kesulitan untuk bertemu langsung dengan Hakim yang memutuskan perkara

dalam Putusan No.138/Pdt.G/2006/PA. SAL dan Putusan No.

0356/Pdt.G/2011/PA. SAL, karena Hakim yang bersangkutan sudah dipindah

dinas ke Pengadilan yang lain.

Dengan melihat kelemahan yang ditemukan oleh penulis, saran yang

dapat diberikan adalah untuk penelitian yang akan datang khususnya studi

putusan hendaknya putusan yang akan diteliti adalah putusan dengan taun yang

masih sama dalam melakukan penelitian. Kemungkinan wawancara oleh

informan primer (Hakim yang memutus perkara) lebih besar sehingga sumber

data yang didapat adalah sumber data primer. Meski dalam penelitian ini masih

memiliki kelemahan, sumber data yang didapat dapat dipertanggungjawabkan

kevalidannya. Semoga dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan

menambah pengetahuan pembaca.

Page 124: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

112

DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahroh, Muhammad. 1957. Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah. Beirut: Dar Al-Arabiy.

Al-Jaziri, Abdurrahman. 1972. Al-Fiqh „ala al-Madzahib Al-Arba‟ah. Beirut: Dar Al-

Fikr.

Al-Juwayni, Imam al-Haramayn Abd al-Malik. 2007. Hidayah al-Matlab fi Dirayah

al-Madzhab. Jeddah: Dar al-Minhaj

Az-Zuhaili, Wahbah. 1989. Al-Fiqh al-Islam Wa‟adillatuh. Beirut: Dar Al-Fikr

Amirin, Tatang. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: CV Rajawali.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Amiur Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan. 2006. Hukum Perdata di Indonesia.

Jakarta: Kencana.

Basyir, Ahmad Azhar. 1999. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press.

Djalil, Basiq. 2006. Peradilan Agama di Indonesia Gemuruhnya Politik Hukum

(Hukum Islam, Hukum Barat, Hukum Adat) dalam Rentang Sejarah Bersama

Pasang Surut Lembaga Peradilan Agama hingga Lahirnya Peradilan Syariat

Islam Edisi ke-1. Jakarta: Kencana.

Direktoral Jenderal Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung RI. 2013. Pedoman

Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama Buku II: Jakarta.

Gazhali, Abdurrahman. 2006. Fiqh Munakahat. Jakarta: PT. Kencana

Harjono, Anwar. 1987. Hukum Islam Keluasan dan Keadilannya. Jakarta: PT. Bulan

Bintang.

Page 125: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

113

Hidayah, Mir‟atul. 2007. Fasakh Suatu Perkawinan karena Murtad (Studi Putusan

Pengadilan Agama Salatiga No. 438/Pdt. G/2003/PA Sal dan No.138/Pdt.

G/2006/pa Sal). Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syari‟ah STAIN

Salatiga.

Ismail, Al-Imam Abu Ibrahim. 1998. Mukhtasar al-Muzani fi Furu‟ al-Shafi‟iyyah.

Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah

Kompilasi Hukum Islam. 2011. Bandung: CV Nuansa Aulia.

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Munajat, Makhrus. 2009. Hukum Pidana Islam di Indonesia. Yogyakarata: Teras.

Nastangin. 2012. Perceraian Karena Salah Satu Murtad (Studi Putusan Pengadilan

Agama Salatiga Tahun 2011). Sripsitidak dterbitkan. Salatiga: Jurusan

Syari‟ah STAIN Salatiga.

Nasution, Harun. 1992. Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Djambatan.

Tim Pustaka al-Hidayah. 2008. Bulughul Mahram, Versi 2.0. (http://alquran-

sunnah.com/kitab/bulughul mahram/source/8. Kitab Nikah, diakses 6 februari

2015).

Tim Pengadilan Tinggi Agama Semarang. 2014. Profil Peradilan Agama Se-Jawa

Tengah. Yogyakarta: Aditya Media.

Rasyid, Sulaiman. 1986. Fiqh Islam. Bandung: CV Sinar Baru.

Sabiq, Sayyid. 1980. Fiqh as Sunnah jilid 3. Terjemahan oleh Moh. Thalib. Bandung:

PT Al-Ma‟Arif.

Sabiq, Sayyid. 1980. Fiqh Sunnah jilid 6. Terjemahan oleh Moh. Thalib. Bandung:

PT Al-Ma‟Arif.

Sabiq, Sayyid. 1980. Fiqh Sunnah jilid 7. Cetakan kedua. Terjemahan oleh Moh.

Thalib. Bandung: PT Al-Ma‟rif.

Sabiq, Sayyid. 1980. Fiqh Sunnah jilid 8. Terjemahan oleh Moh. Thalib. Bandung:

PT Al-Ma‟Arif.

Page 126: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.

114

Sabiq, Sayyid. 1980. Fiqh Sunnah jilid 9. Bandung: PT Al-Ma‟Arif.

Saleh, Hasan. 2008. Kajian fiqh Nabawi dan fiqh Kontemporer. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Soleh, A. Mahdi. 1994. Hukum Bagi Orang Murtad dan Kafir Cetakan ke 2. Jakarta:

PT. Arista Brahmatyan.

Supriatna, Fatma Amilia, & Yasin Baidi. 2009. Fiqh Munakahat II. Yogyakarta:

Teras.

Suryabrata, Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syarifuddin, Amir. 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Thalib, M. 1993. Perkawinan Menurut Islam Cetakan ke 2. Surabaya: Al-Ikhlas.

Tihami & Sahrani. 2009. Fiqh MunakahatKajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Undang-Undang No. 1 tahun 1974Tentang Perkawinan. 2012. Yogyakarta: Tim New

Merah Putih.

Wasman, Nuroniyah Wardah. 2011. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia.

Yogyakarta: Teras.

Yasyin, Sulchan. 1995. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah.

Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibaba al-Fannani. 1994. Terjemahan Fat-Hul

Mu‟inCetakan 1. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo

Page 127: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 128: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 129: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 130: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 131: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 132: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 133: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 134: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 135: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 136: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.
Page 137: PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH INSTITUT AGAMA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/475/1/Irma Suryani... · 2016. 2. 23. · NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA.