PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

127
PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LAPAS KLAS II A NARKOTIKA CIPINANG JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh A S I S A H NIM : 1110054100007 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H

Transcript of PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Page 1: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

DI LAPAS KLAS II A NARKOTIKA CIPINANG JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi salah satu syarat

mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

A S I S A H

NIM : 1110054100007

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

ABSTRAK

Asisah

Program Reintegrasi Sosial Pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Klas II A

Narkotika Cipinang Jakarta

Penelitian ini merupakan upaya untuk memahami bagaimana Program Reintegrasi Sosial

dapat mengurangi over kapasitas di penjara dan juga dapat memberikan mantan warga binaan

kehidupan normalnya kembali ke masyarakat tanpa mendapatkan labeling sebagai bekas warga

binaan melalui pembinaan yang diadakan oleh Lapas dan Bapas dalam Program Reintegrasi

Sosial. Oleh karena itu Lapas sebagai UPT yang bertanggung jawab dalam memberikan

pembinaan kepada Warga Binaan agar dapat kembali bersosialisasi dengan masyarakat

melakukan optimalisasi pemberian hak-hak Warga Binaan yaitu pemberian Pembebasan

Bersyarat dalam Program Reintegrasi Sosial.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif serta di dukung oleh data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan kejadian yang diamati. Lokasi

penelitian yang dipilih adalah di Lapas Klas II A Narkotika Cipinang. Kemudian dilakukan

upaya untuk menemui dan mewawancarai satu bekas Warga Binaan dari Lapas tersebut sebagai

informan kunci dan beberapa informan pendukung.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Program Reintegrasi Sosial bermanfaat untuk

mengurangi over kapasitas di Lapas namun pelaksanannya di Lapas maupun di Bapas masih

sangat kurang. Karena apa yang peneliti temukan masih ada stigma negatif yang diberikan

masyarakat terhadap warga binaan. Pemberian bimbingan setelah keluar dari Lapas diharapkan

mampu mencegah terjadinya cap negatif dan mencegah pengulangan tindakan yang melanggar

hukum namun pada kenyataannya tidak ada lagi bimbingan yang diberikan. Tidak semua klien

Bapas yaitu bekas warga binaan mendapatkan bimbingan baik itu bimbingan kepribadian dan

bimbingan keterampilan yang menjadi sangat penting karena usaha developmental setelah

menjalani proses rehabilitative di Lapas dapat pulih kembali sehingga tidak lagi menjadi

penyandang masalah sosial dan dapat mengembangkan dirinya ke arah lebih baik. Adapun

hambatan yang menjadi dihadapi dalam menjalani program reintegrasi sosial ini adalah dari

warga binaan itu sendiri. Kurangnya kegiatan setelah keluar dari Lapas disinyalir menjadi alasan

bekas warga binaan kembali ke kehidupan lamanya. Kedua kurang memadai sarana dan

prasarana, misalnya sarana fisik, seperti kelas-kelas, perlengkapan, dll. Selain sarana fisik,

anggaran yang tidak mencukupi untuk memberikan keterampilan seluruh Warga Binaan juga

menjadi masalah yang harus dicari jalan keluarnya.

Page 3: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti

sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa skripsi ini, dengan judul Program

Reintegrasi Sosial Pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Klas II A Narkotika Jakarta,

yang disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda

Besar Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang setia hingga

akhir zaman.

Dan apa yang telah peneliti lakukan ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai saran, bantuan

dan peran dari berbagai pihak. Oleh karenanya peneliti menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Wakil Dekan I, II, III, yang secara

langsung maupun tidak langsung turut membantu studi mahasiswa S1 di Fakultas Dakwah

dan Ilmu Komunikasi.

2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang turut memotivasi dan

berkontribusi dalam memberikan ilmu kepada peneliti selama peneliti menyelesaikan

studinya.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial dan juga

selaku Pembimbing Akademik angkatan 2010 yang telah meluangkan dan mengorbankan

Page 4: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada Mahasiswa khususnya kepada

jurusan Kesejahteraan Sosial.

4. Ibu Nurhayati Nurbus, M.Si, selaku Dosen Pembimbing peneliti yang telah banyak

memberikan saran, arahan, masukan dan waktunya hingga peneliti menyelesaikan penelitian

ini. Terima kasih banyak Ibu atas bimbingannya dan mohon maaf jika ada kata-kata dan

tindakan yang kurang berkenan.

5. Segenap dosen yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah banyak

memberikan bekal ilmu pengetahuan hingga selesainya perkuliahan peneliti di Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh pihak staff perpustakaan, baik Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah maupun

Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah direpotkan peneliti dalam

pencarian, peminjaman dan pengembalian buku perpustakaan. Juga kepada pihak

Perpustakaan Nasional, baik yang di Salemba maupun yang di Medan Merdeka Selatan.

Koleksi bukunya sangat bermanfaat dalam pencarian peneliti menyempurnakan penelitian ini.

7. Bapak Diding Alpian, Amd, IP, S.Sos, M.Si selaku Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan

Anak Didik di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Jakarta yang telah memberikan

waktunya, ilmunya dan candanya kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian.

8. Seluruh pegawai dan staff Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Jakarta, terima

kasih atas waktu, bimbingan dan izinnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

9. Seluruh Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Jakarta yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan cerita dan pengalaman hidupnya sehingga peneliti

dapat lebih menghargai kehidupan. Terima kasih banyak atas segala cerita, canda dan

kalimat-kalimat bijaknya.

Page 5: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

10. Kedua Orang Tua tercinta Bapak Samsari dan Ibu Ativah. Thank you for working hard for

me, taking care of me and making sure I have everything I need. Juga untuk do’anya,

dukungan, bimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih,

semoga Allah memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada keluarga kita. Juga terima

kasih kepada Kakak dan Adik laki-laki ku Fathul Ahda dan Asphar yang selalu memberi dan

melakukan apapun yang aku pinta.

11. Sahabat-sahabat Peneliti yang telah menghabiskan waktunya selama 12 tahun. Diyah

Estuningtiyaas, AmKeb; Indri Zulfia Chapsari, Amk; Mutmainah Amd, dan Siti Nurwahyuni.

Terima kasih kepada kalian yang selalu mengganggu dan membantu peneliti dalam

penyelesaian penelitian ini. Sometimes having crazy, hilarious, having deep conversation,

watching “the kids” can be the reason why it is still okay to have no love life for now hahaha.

I miss those moments that I randomly remember. Semoga hubungan kita tetap terjalin baik

sampai kapanpun.

12. Syarifah Lubna Asseggaf S. Sos, Epida Sari S. Sos dan Nur Hikmah S. Sos, teman pertama

peneliti ketika masuk kuliah semester pertama. Terima kasih atas waktu dan kenangannya.

Semoga kita masih tetap seperti dulu.

13. Ratih Eka Susilawati S. Sos dan Ilmawati Hasanah yang telah membantu peneliti

menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas bantuan, masukan dan cerita-ceritanya. I

think I’ve grown so close to you, people I thought I’d never talk to.

14. My roommate, Fithria Luthfiyani S.S, lets meet again and do something crazy like we did in

the past. Thanks for everything

Page 6: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

15. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu

yang telah bersama-sama berjuang menuntut ilmu di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Jakarta.

16. And for those who had ruined my life but at the same time gave me happiness, thank you guys.

My life actually would be boring if I didn’t have you.

Akhirnya kepada Allah SWT jualah segalanya peneliti serahkan, dengan harapan

penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan di masa

mendatang. Amin.

Jakarta, 21 April 2015

Peneliti

Asisah

NIM : 1110054100007

Page 7: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 9

1. Pembatasan Masalah ....................................................... 9

2. Perumusan Masalah ......................................................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 9

1. Tujuan Penelitian ............................................................. 9

2. Manfaat Penelitian ........................................................... 10

D. Metodologi Penelitian ........................................................ 10

1. Pendekatan Penelitian ..................................................... 10

2. Jenis Penelitian ............................................................... 11

3. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 12

4. Subyek, Informan dan Obyek Penelitian ........................ 12

5. Sumber Data ................................................................... 16

6. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 16

7. Teknik Analisis Data ...................................................... 18

8. Teknik Keabsahan Data .................................................. 18

9. Review Literature ............................................................ 19

10. Sistematika Penulisan ................................................... 20

Page 8: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

BAB II LANDASAN TEORI

A. Integrasi Sosial ................................................................... 23

1. Pengertian Integrasi Sosial ............................................. 23

2. Integrasi dan Resosialisasi .............................................. 25

3. Tahap Resosialisasi ......................................................... 28

B. Pidana dan Pemidanaan ...................................................... 31

1. Definisi Pidana dan Pemidanaan .................................... 31

2. Teori Tujuan Pemidanaan ............................................... 32

3.Tujuan Pemidanaan ......................................................... 36

C. Teori Labelling ................................................................... 37

D. Teori Perilaku ..................................................................... 39

1. Pengetahuan .................................................................... 39

2. Sikap ............................................................................... 40

3. Perilaku ........................................................................... 42

E. Narkotika ............................................................................ 42

1. Pengertian Narkotika ...................................................... 42

2. Penyalahgunaan Narkotika ............................................. 43

F. Lembaga Pemasyarakatan, Narapidana/WBP .................... 44

1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan ............................ 44

2. Prinsip Pokok Pemasyarakatan ....................................... 45

3. Pengertian Narapidana .................................................... 47

4. Hak Narapidana .............................................................. 47

Page 9: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN

KLAS II A NARKOTIKA JAKARTA

A. Sejarah Singkat Lapas Narkotika ....................................... 49

B. Alamat Lapas Narkotika ..................................................... 50

C. Letak Geografis .................................................................. 50

D. Tugas dan Fungsi ................................................................ 51

E. Visi, Misi dan Motto ........................................................... 51

F. Sarana dan Prasarana .......................................................... 52

G. Struktur Organisasi Lapas Narkotika Jakarta ..................... 53

H. Gambaran SDM/Staff Lapas Narkotika Jakarta ................. 54

I. Keadaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) ............... 54

J. Jadwal Kegiatan Sehari-hari WBP di Lapas ....................... 57

K. Tahapan Sistem Pemasyarakatan Narapidana ................... 58

L. Syarat-syarat Pembebasan Bersyarat .................................. 62

M. Prosedur Untuk Memperoleh Pembebasan Bersyarakat .... 63

N. Program Pembimbingan Klien Oleh Bapas Jakarta Pusat .. 65

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

A. Program Reintegrasi Sosial di Lapas Klas II A Jakarta .... 70

1. Pembebasan Bersyarat .................................................. 71

B. Tahapan Pembebasan Bersyarat pada WBP ..................... 78

C. Faktor Penghambat Program Reintegrasi Sosial ............... 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................... 88

B. Saran ................................................................................. 90

Page 10: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 93

LAMPIRAN ................................................................................................... xi

Page 11: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang mempunyai jumlah penduduk sekitar 245.862.034

jiwa.1

Dengan banyaknya jumlah penduduk yang hampir seperempat milyar tersebut

Indonesia kerap kali dihadapkan oleh berbagai permasalahan seperti kemiskinan, kesehatan,

pendidikan, keamanan dan lain-lain. Kemiskinan di anggap menjadi permasalahan terberat

negara yang mempunyai luas wilayah 1.904.569 km2

ini.

Badan Pusat Statistik Nasional

dalam halaman webnya www.bps.go.id mengatakan bahwa saat ini jumlah penduduk miskin

di Indonesia sampai Maret 2014 sebanyak 28.55 juta orang. Tingginya angka kemiskinan

menjadi penyebab utama maraknya kriminalitas di Indonesia. Dengan segala keterbatasan,

sejumlah orang rela menghalalkan berbagai cara demi memenuhi kebutuhan hidupnya,

bahkan dengan tindakan kriminal.

Aksi kriminalitas di Indonesia saat ini sudah menjadi hal yang mengkhawatirkan.

Setiap harinya ratusan orang diadili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Selain

aksi kriminalitas yang membuat orang memenuhi penjara atau Lembaga Pemasyarakatan

(selanjutnya disingkat Lapas) di Indonesia, ada juga kasus narkoba yang hampir menyita

hampir setengah dari penghuni lapas. Memanfaatkan data di Sistem Data based

Pemasyarakatan (SDP) yang terintegrasi data dari Lapas dan Rutan seluruh Indonesia kita

dapat mengetahui peningkatan jumlah penghuni yang sangat signifikan. Per 31 Desember

2011 terdata 136.145 penghuni, setahun kemudian 31 Desember 2012 bertambah menjadi

1 Berdasarkan data BPS per September 2014. Diakses pada 24 April 2015 dari www.bps.go.id

Page 12: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

150.592. Akhir 2013 sudah berjumlah 160.061 orang dan per Juli 2014 sebanyak 167.163

penghuni. Terjadi peningkatan isi lapas/rutan dalam kurun waktu 2,5 tahun, isi lapas/rutan

bertambah lebih dari 31 ribu. Sementara kapasitas yang tersedia di 463 Lapas/Rutan se

Indonesia hanya mampu menampung 109.231 orang. Artinya saat ini 167.163 orang harus

berdesakan di ruang hunian yang kapasitasnya 109.231. Atau dengan kata lain over crowded

sebesar 153%.2

Dan apabila kita lihat lebih rinci di laman www.smslap.ditjenpas.go.id menunjukkan

jumlah narapidana atau tahanan kasus narkotika mendominasi penghuni lapas atau rutan

seluruh Indonesia. Tercatat sebanyak 47.231 orang, artinya lebih dari 30% dihuni narapidana

dengan kasus narkotika. Diantara jumlah tersebut, yang tergolong dalam narapidana kasus

narkotika murni sebagai pecandu (Pasal 127 UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika)

sebanyak 18.973 orang menjadi penyumbang crowded.3

Untuk menekan over crowded yang terjadi di Lapas, Kemenkumham memberikan

beberapa alternatif, diantaranya adalah menambah kapasitas hunian dan pemindahan

narapidana. Langkah ini dilakukan hanya untuk meratakan kapasitas dari wilayah yang over

crowded ke wilayah yang memungkinkan daya tampungnya namun tidak menjawab

penanggulangan yang komprehensif khususnya hak-hak dasar penghuni lapas atau rutan.

Hal ini manjadi keluhan keluarga narapidana karena mereka akan dijauhkan oleh

anggota keluarganya yang menjadi narapidana. Hal ini diungkapkan oleh Staff Bimkemsywat

Lapas Narkotika Cipinang Jakarta, yaitu Bapak David.

2 Berdasarkan data Ditjenpas yang diakses pada 24 April 2015 dari www.smlap.ditjenpas.go.id

3 Ibid

Page 13: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Tapi kalau untuk mengurangi over kapasitas, bisa juga napi ini dipindahkan ke lapas

lain yang masih cukup kapasitasnya. Yang ini banyak dikeluhkan keluarga napi,

karena kalau mau menjenguk kan susah, jadi jauh.4

Dua kebijakan di atas, baik menambah kapasitas dan pemindahan narapidana

memerlukan anggaran yang sangat besar, namun di rasakan belum mampu menekan tingkat

hunian lapas/rutan, bahkan tetap saja dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Langkah lain yang dilakukan Kemenkumham adalah melakukan optimalisasi

pemberian hak-hak warga binaan yaitu pemberian Remisi (pengurangan masa pidana) dan

program reintegrasi sosial, seperti Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Bersyarat (CB) dan Cuti

Menjelang Bebas (CMB).5

Kemenkumham meyakini bahwa pemberian hak-hak warga binaan ini menjadi salah

satu faktor yang mampu mengendalikan perilaku warga binaan selama hidup di dalam

lapas/rutan. Karena salah satu syarat untuk mendapatkan hak ini adalah mengikuti program

pembinaan di dalam Lapas/Rutan serta tidak melanggar aturan.

Sekjen Kementrian Hukum dan HAM, Y. Ambeg Paramarta menjelaskan saat ini

jumlah penghuni lapas mencapai 160 ribu jiwa, sedangkan total kapasitas lapas yang tersedia

hingga akhir tahun 2014 nanti hanya dapat menampung sekitar 120 ribu jiwa. Selain dengan

merehabilitasi para pecandu narkoba untuk mengurangi over kapasitas di Lapas, cara lainnya

adalah dengan Reintegrasi Sosial. Y. Ambeg menuturkan dengan program reintegrasi sosial

seperti pembebasan bersyarat, asimilasi, dan cuti bersyarat, jumlah napi yang dapat

memperoleh program ini mencapai 25 ribu jiwa. Meski demikian, lanjut Ambeg program

reintegrasi sosial harus benar-benar memperhatikan persyaratan yang telah ditetapkan

4 Wawancara pribadi peneliti dengan Staff Bimkemasywat, Bapak. David. Jakarta 26 November 2014

5 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Page 14: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

sehingga hanya penghuni Lapas yang memenuhi syarat yang dapat mengikuti program

tersebut.6

Salah satu lapas khusus narkotika yang terdapat di Jakarta yaitu Lapas Klas IIA

Narkotika Cipinang misalnya mempunyai kapasitas atau daya tampung sebanyak 1084 orang,

namun kenyataannya per Oktober 2014 jumlah narapidana yang yang menjadi penghuni

lapas tersebut adalah sebanyak 2845 orang. Ini artinya ada kelebihan muatan sebesar 1761

orang atau dengan kata lain sebesar 162%.7

Lapas Klas IIA Narkotika Cipinang Jakarta adalah Unit Pelaksana Teknis dibidang

pemasyarakatan yang berada di bawah Kementrian Hukum dan HAM RI Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan dan bertanggung jawab kepada Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan

HAM RI, dengan salah satu fungsinya yaitu melakukan pembinaan narapidana dan anak

didik. Lapas Narkotika Cipinang juga melakukan optimalisasi pemberian hak-hak Warga

Binaan yaitu pemberian Asimilasi dan Pembebasan Bersyarat dalam Program Reintegrasi

Sosial sebagai upaya dalam melakukan pembinaan di luar lapas.

Program reintegrasi sosial bagi narapidana narkotika bertujuan untuk memutus mata

rantai peredaran narkotika melalui internalisasi nilai-nilai yang dilakukan di dalam lembaga

pemasyarakatan. Sehingga ketika kembali ke masyarakat, mantan terpidana narkotika tidak

lagi menjadi pecandu ataupun pengedar kembali. Tujuan ini sejalan dengan tujuan dari

pemidanaan, yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut : 8

1. Memperbaiki pribadi dari penjahatnya itu sendiri.

2. Membuat orang menjadi jera melakukan kejahatan-kejahatan.

6 Taufik, M. Reintegrasi Sosial untuk Atasi Kelebihan Kapasitas Lapas. Diakses pada 18 November 2014 dari

http://m.pemasyarakatan.com/Reintegrasi-Sosial-untuk-Atasi-Kelebihan-Kapasitas-Lapas/ 7 Berdasarkan data Bagian Registrasi Lapas Narkotika Klas IIA Cipinang Jakarta

8 Tolib, Setiady. Pokok-pokok Hukum Penitensier Indonesia. (Bandung : Alfabeta. 2010). h. 31.

Page 15: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

3. Membuat penjahat-penjahat tertentu menjadi tidak mampu untuk melakukan kejahatan-

kejahatan yang lain, yakni penjahat-penjahat yang dengan cara lain sudah tidak dapat

diperbaiki kembali.

Sebelumnya, menurut dua hasil studi literatur yang peneliti dapatkan, Program

Reintegrasi Sosial bermanfaat untuk Lapas namun masih banyak kekurangan yang terjadi

dalam menjalankannya. Hasil studi literatur pertama yang peneliti peroleh adalah tentang

Program Reintegrasi Sosial di Lapas dari Tesis yang berjudul "Program Reintegrasi Sosial

bagi Narapidana di Lapas Klas IIA Bogor Dalam Konteks Persepsi Narapidana dan

Residivisme" oleh Yudi Suseno, berkesimpulan bahwa saat ini Lapas Klas IIA Bogor

mengalami over crowded dikarenakan jumlah hunian yang sudah melebihi kapasitas yang

sebenarnya dan Program Reintegrasi Sosial dapat mengurangi over kapasitas yang terjadi di

Lapas. Namun masih banyak perbaikan dan peningkatan sarana yang diperlukan dalam

menjalani program reintegrasi. Selain itu perlu penggalangan kerja sama dari berbagai pihak

dan monitoring atau pendampingan yang juga harus dilakukan.

Hasil studi literatur selanjutnya yang peneliti peroleh adalah dari Tesis yang berjudul

"Reintegrasi sosial dan Resosialisasi Bekas Narapidana Wanita Dari Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Tanggerang ke Dalam Masyarakat" oleh Armein Daulay,

berkesimpulan bahwa bentuk reaksi sosial yang terjadi setelah Narapidana Wanita keluar dari

penjara dengan program reintegrasi sosial adalah penggerebekan rumah, menangkap dan

menggiring, menjauhi dengan publikasi terhadap bekas narapidana wanita dimana mereka

berdomisili. Namun ada juga yang diterima kembali sepenuhnya menjadi warga masyarakat.

Kesemua ini tidak terlepas dari perilaku bekas narapidana wanita yang terampil ketika

Page 16: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

diwawancarai yang berusaha menghilangkan identitas diri, tidak berterus terang serta

mencoba menyangkal dirinya telah berbuat kesalahan.

Kesimpulan dari dua studi literatur diatas adalah bahwa program reintegrasi sosial

saat ini bermanfaat untuk mengurangi over kapasitas di Lapas namun banyak perbaikan yang

harus dilaksanakan salah satunya adalah dari masyarakat yang masih menyandang bekas

Warga Binaan sebagai penjahat dengan reaksi sosial yang ditampilkan yaitu penggerebekan,

menangkap, menggiring sampai dengan menjauhi dengan publikasi.

Hasil studi literatur di atas menggambarkan bagaimana program reintegrasi sosial

selain dapat bermanfaat untuk Lapas tetapi masih banyak perbaikan yang harus dilakukan

agar narapidana juga dapat mendapatkan hal yang positif dan tidak mendapatkan reaksi sosial

yang tidak diinginkan. Sudah menjadi kebiasaan bahwa masyarakat yang sarat dengan

norma-norma dan nilai-nilai sosial dirasakan terganggu oleh perilaku penyimpangan yang

dilakukan oleh anggota masyarakatnya, sehingga label yang diberikan ternyata tidak serta

merta memudahkan mereka kembali ke lingkungannya.

Bagi penyandang masalah baik pada level individu, kelompok atau masyarakat yang

sudah di rehabilitasi dan sudah berada dalam kondisi normal kembali pada umumnya masih

tetap rentan untuk kembali pada kondisi yang bermasalah lagi. Upaya developmental pasca

rehabilitasi dapat mengurangi kerentanan tersebut sehingga mempunyai fungsi pencegahan

agar penyandang masalah yang sudah dikembalikan dalam kehidupan normal tidak

terjerumus kembali pada masalah sosial berikutnya. Oleh sebab itu, pada umumnya

intervensi dan pelayanan tidak sama sekali dihentikan setelah tindakan rehabilitative

Page 17: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

dianggap selesai melainkan dilanjutkan dengan monitoring dan pelayanan lanjutan untuk

memfasilitasi bekas penyandang masalah melakukan pengembangan diri.9

Di sisi lain, upaya developmental juga dapat mendukung upaya preventif untuk

mencegah agar individu, kelompok atau masyarakat yang normal tidak menjadi bermasalah

dan agar penyandang masalah yang sudah di rehabilitasi tidak kambuh lagi.10

Untuk kasus narkotika ada beberapa alasan mengapa ia cepat kembali terpengaruh

kepada barang haram tersebut. Didin Sudirman dalam bukunya yang berjudul Reposisi dan

Revitalisasi Pemasyarakatan Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia menyatakan bahwa

ada berbagai kendala yang dihadapi dalam penanggulangan kejahatan narkoba,

diantaranya :11

1. Adanya sifat dari narkotika yang menimbulkan efek ketergantungan dan secara

fungsional dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan (stress) dalam menghadapi

kehidupan yang penuh konflik akibat budaya persaingan.

2. Bisnis narkotik dapat menghasilkan keuntungan yang sangat besar, karena bahan baku

yang berupa tanaman ganja dan candu mudah tumbuh di daerah pegunungan.

3. Berhubung ancaman pidana yang relatif berat bahkan hukuman mati bagi para

pengedarnya maka bisnis ini dilakukan sangat tersembunyi.

4. Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa kejahatan narkotik ini juga melibatkan backing

yang justru terkadang muncul dari aparatur sendiri

5. Kejahatan narkotika pada umumnya tidak dilakukan oleh perseorangan melainkan

dilakukan secara bersama-sama (sindikat).

9 Soetomo. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. (Yogyakarta : Pustaka Belajar. 2008). Hal 65

10 Ibid, Hal 64

11 Sudirman, Didin. Reposisi dan Revitalisasi Pemasyarakatan Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia.

(Jakarta : CV. Alnindra Dunia Perkasa. 2007). Hal 253-256

Page 18: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Program Reintegrasi Sosial yang

dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika. Karena dengan diberikannya

program reintegrasi sosial hanya memberikan manfaat kepada lapas saja untuk mengurangi

over kapasitas lalu bagaimana dengan narapidana yang berkali-kali keluar masuk penjara

(residivis). Apakah dengan proram reintegrasi sosial dapat mencegah pelaku kejahatan

kembali lagi mengulangi tindakan melanggar hukumnya lagi. Oleh karena itu peneliti

mengambil judul, Program Reintegrasi Sosial pada Warga Binaan Pemasyarakatan di

Lapas Klas IIA Narkotika Cipinang Jakarta.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang menjadi

pokok kajian penelitian adalah Program Reintegrasi Sosial terhadap Warga Binaan

Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Narkotika Klas II A Jakarta. Hal ini dikarenakan masih

banyak warga binaan yang masih menyandang label sebagai bekas penjahat setelah

keluar dari Lapas dengan program reintegrasi sosial.

2. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang peneliti dapat merumuskan permasalahan yang akan

menjadi objek penelitian peneliti yaitu Bagaimana Program Reintegrasi Sosial Terhadap

Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Klas II A Narkotika Cipinang Jakarta.

Page 19: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Di dalam setiap penelitian maupun penelitian karya ilmiah baik tulisan-tulisan

yang lainnya, tentu saja memiliki tujuan yang mendasari penelitian atau penelitian

tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan bagaimana Program

Reintregasi Sosial Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas II A

Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang kesejahteraan sosial yang

berkaitan dengan program reintegrasi sosial di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika.

2. Dapat memberi khasanah ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan sumber informasi

bagi peneliti dengan tema sejenis.

b. Manfaat Praktis

1. Untuk bahan informasi bagi lembaga atau instansi pemerintahan dan penanggung

jawab program reintegrasi sosial mengenai proses pemulihan kembali WBP dan

upaya mengatasi masalah tersebut.

2. Hasil penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai media koreksi dan evaluasi,

dan dapat juga bertukar pikiran mengenai konsep reintegrasi dalam praktek

pekerjaan sosial dengan Program Reintegrasi Sosial yang telah tersusun di

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Jakarta.

Page 20: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian dan memperoleh gambaran yang mendalam

dari penelitian ini, maka pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat serta

hubungan antara fenomena yang diteliti. Data yang dikumpulkan dari metode deskriptif

ini berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya

penerapan metode kualitatif.12

Penelitian kualitatif juga diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Dengan metode penelitian tersebut peneliti bermaksud memberikan

pandangan yang lengkap dan pemahaman yang mendalam mengenai Program Reintegrasi

Sosial pada Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Jakarta.

2. Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitiannya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian

deskriptif. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi

kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut

mungkin berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dan

dokumentasi resmi lainnya. Peneliti menggunakan jenis penelitian ini karena sesuai

dengan penelitian yang ingin diteliti, yaitu untuk menguraikan, memaparkan dan

12

Lexy, J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung : PT Rosdakarya. 2004). Hal 9-10

Page 21: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

menggambarkan serinci mungkin Program Reintegrasi Sosial pada Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Klas II.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A

Narkotika Cipinang yang beralamat di Jalan Raya Bekasi Timur No 170 A, Jakarta

Timur.

b. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian kurang lebih selama 3 bulan yakni berawal dari

bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015.

4. Subjek, Informan dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini dipilih secara sengaja. Karena peneliti bertujuan memilih

informan yang sesuai dengan data yang ditujukan untuk didapatkan sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Maka dari itu, informan yang dipilih oleh peneliti adalah Staff

Lapas Klas II A Narkotika Jakarta, Staff Balai Pemasyarakatan, WBP atau Narapidana

yang menjalankan masa pemasyarakatannya di Lapas Klas II A Narkotika Jakarta, salah

satu keluarga Warga Binaan dan salah satu warga lingkungan tempat tinggal Narapidana.

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang

latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian

walaupun hanya bersifat informal, sebagai anggota tim dengan kebaikannya dan dengan

kesukarelaannya informan tersebut dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam

Page 22: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayannya yang menjadi latar

penelitian tersebut.13

Dalam memilih informan, teknik yang perlu diperhatikan adalah tujuan-tujuan

tertentu yang ingin dicapai peneliti yaitu untuk mendeskripsikan program reintegrasi

sosial pada warga binaan pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas II A Jakarta. Informan

merupakan orang yang memberikan informasi untuk peneliti sehingga dapat menjawab

pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini, informan yang akan dipilih adalah:

Tabel 1

Tabel Informan

No Nama Profesi Alasan Pemilihan

Informan

Keterangan

1 Diding

Alpian

Kasi Binadik

Lapas Klas II A

Narkotika

Jakarta

Informan sebagai Kepala

Seksi Bina Narapidana

dan Anak Didik. Dengan

memilih beliau sebagai

informan akan diperoleh

data terkait dengan

pembinaan yang

berkaitan dengan syarat-

syarat Program

Reintegrasi Sosial.

Laki-laki usia

41 tahun

2 David Nur Staff Informan David adalah Laki-laki usia

13

Lexy, J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2004.) Hal 112

Page 23: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Iman Bimkemasywat

Lapas Klas II A

Narkotika

Jakarta

salah satu staff yang

bertugas menyiapkan

narapidana untuk

mengikuti program

reintegrasi sosial.

34 tahun.

3 Agus

Maman, SH

Kasubsi

Bimkemas

Klien Dewasa

Bapas Pusat

Informan Agus adalah

Kasubsi Bimkemas Klien

Dewasa Bapas Pusat,

diharapkan peneliti

mendapatkan informasi

mengenai pembimbingan

yang dilakukan Bapas

kepada narapidana di luar

lapas.

-

4 S Alias Opik Warga Binaan

Pemasyarakatan

atau

Narapidana

Informan S adalah

informan utama. Ia

adalah salah satu

narapidana yang

mengikuti program

reintegrasi sosial setelah

menghabiskan 2/3 masa

tahanan.

Laki-laki usia

39 tahun

5 U Ibu WBP atau Informan U adalah Ibu -

Page 24: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Narapidana dari WBP S yang

menjadi penanggung

jawab dalam mengikuti

program reintegrasi

tersebut. Juga beliau yang

tinggal bersama WBP

selama hidupnya, jadi

peneliti akan memperoleh

data yang diperlukan

terkait dengan data WBP.

6 Y Warga tempat

WBP tinggal

Dengan memilih Y

sebagai informan,

diharapkan peneliti

mendapatkan data

tentang bagaimana

program reintegrasi sosial

berjalan dan reaksi

masyarakat mengenai

program yang dijalani

oleh WBP S.

-

Sumber : olahan sendiri

Page 25: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Objek penelitian ini adalah Program Reintegrasi Sosial pada warga binaan

pemasyarakatan di Lapas Klas II A Narkotika Jakarta dan juga lingkungan tempat Warga

Binaan tinggal yaitu di Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat.

5. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dll. Oleh karena itu, uuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti mengkategorikannya menjadi dua,

yaitu sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu

organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang

bersangkutan. Data primer yang dimaksud adalah hasil wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dan disatukan oleh studi-

studi sebelumnya atau diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Data yang dimaksud

diperoleh secara tidak langsung berupa data dokumentasi, arsip-arsip resmi, dan

berbagai literatur lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,

karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan

data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Dalam memperoleh data yang diinginkan, maka

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

Page 26: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

a. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab. Tujuan peneliti menggunakan metode ini adalah untuk memperoleh

data secara jelas dan kongkret tentang proses intervensi sosial yang dilakukan oleh

oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Cipinang. Dalam penelitian ini,

peneliti akan melakukan wawancara tidak terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam,

wawancara intensif, wawancara kualitatif dan wawancara terbuka. Wawancara ini

mirip dengan percakapan informal. Metode ini bertujuan memperoleh bentuk-bentuk

tertentu informasi dari semua informan, tetapi susunan kata dan urutannya

disesuaikan dengan cirri-ciri tiap informan.14

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan ketika peneliti tidak mendapatkan data dari

hasil wawancara ataupun observasi. Metode ini biasanya berupa gambar atau foto,

literature, brosur ataupun arsip-arsip yang isinya berkaitan dengan upaya lapas dalam

mengatasi permasalahan wbs tentunya sesuai dengan izin dari lembaga yang

bersangkutan.

7. Teknik Analisa Data

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan dalam buku karangan

Sugiyono, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat

14

Ghony, M.Djunaidi dan Almanshur Fauzan. Metode Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. 2012).

Hal 176-177.

Page 27: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data

dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.15

8. Teknik Keabsahan Data

Untuk meningkatkan kualitas data (truthworthiness) peneliti memilih metode

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain.16

Teknik ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mengkonfirmasi ulang

pernyataan informan kepada informan lain yang peneliti anggap dapat memberikan

informasi dengan objektif. Adapun yang dijadikan informan untuk meningkatkan

truthworthiness adalah bekas Warga Binaan Lapas Narkotika yang sedang menjalani

program Reintegrasi Sosial dan staff Lapas Narkotika serta staff Bapas Salemba, oleh

karena itu, peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber yang berarti menngecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif17

dengan cara membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara, apa yang dikatakan depan umum dengan pribadi serta hasil

wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan jadi dengan cara ini, merupoakan

cara terbaik karena peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan

membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori.

9. Review Literature

Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut, peneliti kemukakan sesuatu tinjauan

pustaka sebagai langkah awal dari penyusunan skripsi yang peneliti buat agar terhindar

15

Sugiyono. Metode Penelitian Manajemen. (Bandung : Alfabeta. 2014). Hal 401 16

Lexy, J. Moleong. Metode Peneltian Kualitatif. (Bandung : PT Rosdakarya. 2000). Hal 330 17

Lexy, J. Moleong. Metode Peneltian Kualitatif. (Bandung : PT Rosdakarya. 2000). Hal 331

Page 28: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

dari kesamaan judul dan lain-lainnya dari skripsi-skripsi sebelumnya. Lebih lanjut

peneliti akan memaparkan studi literatur yang dijadikan pedoman, yaitu sebagai berikut :

a. Tesis oleh Armein Daulay, Program Studi Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia

Pascasarjana 2000 yang berjudul Reintegrasi sosial dan Resosialisasi Bekas

Narapidana Wanita Dari Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tanggerang ke Dalam

Masyarakat. Tesis ini merupakan upaya untuk memahami reaksi sosial terhadap

bekas narapidana wanita dari Lembaga Pemasyarakatan (disingkat : lapas) Wanita

Tangerang yang menyandang label sebagai bekas penjahat.

b. Tesis oleh Yudi Suseno, Departemen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Indonesia Pascasarjana 2006 yang berjudul Program Reintegrasi

Sosial bagi Narapidana di Lapas Klas IIA Bogor Dalam Konteks Persepsi Narapidana

dan Residivisme. Tesis ini berusaha mengungkap pelaksanaan program reintegrasi

sosial di Lapas Klas IIA Bogor dan peranannya dalam mencegah residivisme.

Tesis tersebut memiliki persamaan dalam pengambilan judul yang diambil

peneliti yaitu sama-sama mengambil tema tentang Reintegrasi Sosial. Sedangkan

yang dikaji dalam penelitian ini adalah Program Reintegrasi Sosial pada Warga

Binaan di Lapas Klas IIA Narkotika Cipinang Jakarta. Penelitian ini lebih fokus

terhadap program dan tahapan reintegrasi sosial yang dijalankan oleh bekas warga

binaan Lapas dalam upaya memperoleh hak-hak selayaknya warga binaan

pemasyarakatan pada umumnya, serta proses pendampingan yang dilakukan oleh

Balai Pemasyarakatan agar klien dapat diterima dan kembali dilingkungan keluarga

dan lingkungan tanpa menyandang label sebagai bekas penjahat.

Page 29: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

10. Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi terdiri dari 5 bab, berikut adalah sistematika penelitian skripsi :

BAB I Pendahuluan, didalamnya meliputi latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metodologi

yang digunakan dalam penelitian mulai dari pendekatan penelitian, jenis

penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek, informan dan objek

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

teknik keabsahan data dan teknik penelitian, dan terakhir yaitu sistematika

penelitian.

BAB II Landasan Teori, Teori Integratif, Integrasi dan Resosialisasi, Tahap

Resosialisasi, Pidana dan Pemidanaan, Teori Labelling, Teori Perilaku,

Narkotika, Lembaga Pemasyarakatan, Narapidana atau Warga Binaan

Pemasyarakatan.

BAB III Gambaran Lembaga, membahas tentang deskripsi data atau gambaran

umum di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Cipinang yang

terdiri dari : Gambaran Umum Lapas. Struktur Organisasi. Program

Rehabilitasi Sosial. Karakteristik, Tugas Pokok, Fungsi dan Prinsip Lapas,

Sarana dan Prasaranan, Struktur Organisasi, Gambaran SDM/ Staff Lapas,

Keadaan Warga Binaan Pemasyarakatan, Tahapan Sistem Pemasyarakatan

Narapidana Pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Cipinang Jakarta,

Syarat-syarat Pembebasan Bersyarat yang Diberlakukan oleh Lapas Klas

II A Narkotika Sesuai dengan PP RI No 99 Tahun 2012, Prosedur Untuk

Page 30: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Memperoleh Tahap Reintegrasi Sosial, Program Pembimbingan Klien

Oleh Balai Pemasyarakatan (Bapas) Klas I Jakarta Pusat.

BAB IV Temuan Lapangan dan Analisis data, bab ini menjelaskan mengenai

temuan lapangan yang didapat dari hasil pengumpulan data di lapangan,

yaitu Program Reintegrasi Sosial di Lapas Klas IIA Narkotika Cipinang

Jakarta, Tahapan Pembebasan Bersyarat pada Warga Binaan

Pemasyarkaatan, Faktor Penghambat Program Reintegrasi Sosial di

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Cipinang. Data ini kemudian di

analisa dengan mengaitkan temuan lapangan yang ada dengan tinjauan

pustaka.

BAB V Penutup, merupakan bab penutup yang menyimpulkan keseluruhan bab

penelitian yang di lakukan dan memberikan saran-saran yang berguna.

Page 31: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Integrasi Sosial

1. Pengertian Integrasi Sosial

Berdasarkan teori retributif yang memahami tujuan pidana adalah pembalasan,

dimana hukum dilihat sebagai cara untuk memuaskan nafsu karena kerugian dan derita

orang yang dirugikan. Demikian juga teori utilitarian dengan pencegahan (yang

memandang hukuman sarana mencegah kejahatan). Rehabilitasi sebagai suatu teori yang

cenderung tidak menginginkan pembalasan dan terkesan “manusiawi” ternyata

menimbulkan masalah, karena munculnya sikap masyarakat yang tidak dapat menerima

proses pembinaan narapidana, karena masyarakat merasa tidak cukup melihat terpidana

itu disengsarakan. Dari semua itu munculah teori integrative. Falsafah pidana ini muncul

seiring dengan tidak puasnya atas hasil yang dicapai teori-teori sebelumnya. Teori

integrative (teori gabungan) sebagaimana dikatakan Muladi mengkategorikan tujuan

pemidanaan ke dalam empat tujuan, yaitu :18

a. Pencegahan (Umum dan Khusus)

Salah satu tujuan utama pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana mencegah atau

menghalangi pelaku tindak pidana tersebut dan juga orang lain yang mungkin punya

18 Pandjaitan, Petrus dan Samuel Kikilaitety. Pidana Penjara Mau Kemana. (Jakarta : CV. Indhill Co. 2007). Hal

27-28

Page 32: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

maksud untuk melakukan kejahatan-kejahatan semacam karenanya mencegah

kejahatan lebih lanjut.

b. Perlindungan Masyarakat

Sebagai tujuan pemidanaan mempunyai dimensi yang bersifat luas, karena secara

fundamental ia merupakan tujuan pemidanaan. Secara sempit hal ini digambarkan

sebagai kebijaksanaan pengadilan untuk mencari jalan melalui pemidanaan agar

masyarakat terlindung dari bahaya pengulangan tindak pidana.

c. Memelihara solidaritas masyarakat

Pemidanaan bertujuan untuk menegakkan adat istiadat masyarakat dan mencegah

balas dendam perseorangan.

d. Pidana bersifat pengimbalan atau pengimbangan.

Tujuan pemidanaan integrative sebagaimana dikemukakan di atas, memberikan

gambaran bahwasannya pidana itu seperti pedang bermata dua, sisi yang satu

menggambarkan keadilan, yaitu keadilan bagi pelaku dan adil bagi masyarakat, sisi

yang lain menunjukkan adanya perlindungan, bagi pelaku dari tindakan balas dendam

masyarakat begitu pula masyarakat terlindung dari perbuatan yang tidak adil dimana

pelaku menerima pidana atas perbuatannya.19

Sebagai suatu teori yang mengedepankan baik buruknya suatu hukuman yang

diterima pelaku kejahatan, maka menurut Muladi20

, Teori Integrative tentang tujuan

pemidanaan itu haruslah didasarkan atas alasan-alasan :

19 Pandjaitan, Petrus dan Kikilaitety, Samuel. Pidana Penjara Mau Kemana. (Jakarta : CV. Indhill Co. 2007). Hal

28-29 20

Gregorius, Aryadi. Putusan Hukum dalam Perkara Pidana. (Jakarta : Universitas Atmajaya. 1995). Hal 25

Page 33: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

a. Yang besifat sosiologis, bahwa pidana harus sesuai dengan masyarakat dan kondisi

bangsa Indonesia, yang mengutamakan keseimbangan, keserasian, keharmonisan

antara dunia lahir dan dunia gaib, antara perorangan dengan manusia seluruhnya

sebagai satu kesatuan.

b. Alasan secara ideologis, pemidanaan bertujuan memelihara ketertiban, keamanan dan

perdamaian berdasarkan Pancasila yang menempatkan manusia kepada keluhuran

harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk pribadi dan makhluk sosial.

c. Alasan secara yuridis filosofis, dua tujuan pemidanaan adalah pengenaan penderitaan

yang setimpal terhadap penjahat dan pencegahan kejahatan.

Teori integrative menempatkan pidana itu bukan semata-mata sebagai sarana

dalam menanggulangi kejahatan, dalam hal ini fungsi pidana harus disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakatnya antara lain pidana untuk melindungi kepentingan hukum,

masyarakat dan negara. Dalam hal ini, praktek penerapan hukum pidana tidak harus

dengan pemanfaatan pidana sebagai sarana efektif menjerakan pelaku.

2. Integrasi dan Resosialisasi

Salah satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat

ialah apa yang dinamakan proses resosialisasi (resocialization) yang didahului dengan

proses desosialisasi (desocialization). Dalam proses desosialisasi seseorang mengalami

“pencabutan” diri yang dimilikinya, sedangkan dalam proses resosialisasi seseorang

diberi suatu diri yang baru. Proses desosialisasi dan resosialisasi ini sering dikaitkan

Page 34: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

dengan proses yang berlangsung dalam apa yang oleh Goffman dinamakan institusi total

(total institutions). 21

Suatu tempat tinggal dan bekerja yang didalamnya sejumlah individu dalam

situasi sama, terputus dari masyarakat yang lebih luas untuk suatu jangka waktu tertentu,

bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung dan diatur secara formal.

Rumah tahanan, rumah sakit jiwa, dan lembaga pendidikan militer merupakan

contoh institusi total tersebut. Seseorang yang berubah status dari orang bebas, kemudian

tahanan, dan akhirnya menjadi narapidana mula-mula mengalami desosialisasi. Ia harus

menanggalkan busana bebasnya dan menggantinya dengan seragam tahanan, berbagai

kebebasan yang semula dinikmatinya dicabut, berbagai milik pribadinya disita atau

disimpan oleh penjaga, namanya mungkin tidak digunakan dan diganti dengan suatu

nomor. Setelah menjalani proses yang cenderung membawa dampak terhadap citra diri

serta harga diri ini, ia kemudian menjalani resosialisasi, yaitu dididik untuk menerima

aturan dan nilai baru untuk mempunyai diri yang sesuai dengan keinginan masyarakat.22

Sejalan dengan pengertian resosialisasi di atas, reintegrasi sosial menurut Sakidjo

yaitu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru untuk menyesuaikan diri

dengan lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.23

Resosialisasi dan Reintegrasi sama-sama menekankan pengembalian seseorang

yang pernah melanggar norma dan nilai sosial untuk menyesuaikan diri dengan keinginan

masyarakat.

21

Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. (Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. 2004). Hal 29 22

Ibid. Hal 30 23

Sakidjo, dkk. Uji Coba Pola Pemberdayaan Masyarakat dalam Peningkatan Integrasi Sosial di Daerah Rawan

Konflik. (Jakarta : Departemen Sosial RI, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial. 2002) Hal 8-9.

Page 35: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Tahap reintegrasi tersebut dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai baru

telah “institutionalized” dalam diri warga masyarakat. Berhasil tidaknya proses

“institutionalization” tersebut diformulasikan sebagai berikut :24

Efektifitas (kekuatan menentang-menanam) dari

Masyarakat

Institutionalization =

Kecepatan Menanam

Yang dimaksud dengan efektivitas menanam adalah hasil positif dari penggunaan

tenaga manusia, alat-alat, organisasi dan metode untuk menanamkan nilai baru di dalam

masyarakat. Semakin besar kemampuan tenaga manusia, semakin ampuh alat-alat yang

digunakan, dan semakin rapi dan teratur organisasinya, makin sesuai sistem penanaman

itu dengan kebudayaan masyarakat, dan makin besar hasil yang dapat dicapai oleh usaha

penanaman lembaga baru. Akan tetapi setiap usaha menanam sesuatu yang baru, pasti

mengalami reaksi dari beberapa golongan dari masyarakat yang merasa dirinya dirugikan.

Kekuatan menentang dari dalam masyarakat tersebut berdampak negative terhadap

keberhasilan proses “institutionalization.”25

Apabila anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka tidak dirugikan

dalam kehidupan kelompoknya ataupun merasa bahwa keuntungan yang diperoleh

daripadanya masih lebih besar daripada kerugiannya, maka dengan sendirinya anggota

akan tinggal dalam kehidupan kelompok yang bersangkutan.26

Guna merubah perilaku individu dan kelompok dalam suatu perubahan sosial

ataupun pembangunan sosial dewasa ini, diperlukan adanya produk sosial (social product)

24

Ibid, Hal 9. 25

Sakidjo, dkk. Uji Coba Pola Pemberdayaan Masyarakat dalam Peningkatan Integrasi Sosial di Daerah Rawan

Konflik. (Jakarta : Departemen Sosial RI, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial. 2002) Hal 9. 26

Astrid, Phill dan Susanto. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. (Bandung : Bina Cipta. 1979). Hal 125

Page 36: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

yang inovatif, maka para praktisi di bidang ini (seperti perencana sosial, community

worker maupun pembuat kebijakan) dituntut untuk melakukan penilaian (assessment)

terhadap kebutuhan masyarakat secara berkesinambungan.27

3. Tahap Resosialisasi

Tahap resosialisasi terdiri dari lima kegiatan menurut Pramuwito dalam bukunya

yang berjudul Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial, yaitu :28

a. Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat

Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemauan

masyarakat untuk menerima kembali kehadiran para penyandang masalah

kesejahteraan sosial yang telah selesai mendapatkan pelayanan rehabilitasi di tengah-

tengah lingkungan sosialnya. Pelaksana dari kegiatan ini adalah para petugas dari

organisasi-organisasi sosial yang ada yang telah menyatakan berpartisipasi dalam

program. Sedang cara pelaksanaannya adalah dengan melalui penyuluhan sosial

dalam keluarga, masyarakat, serta konsultasi kerja dengan tokoh-tokoh formal serta

dengan tokoh-tokoh masyarakat informal.

b. Bimbingan sosial hidup masyarakat

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para penerima pelayanan

untuk menyesuaikan diri dan melakukan kegiatan-kegiatan dalam kehidupan

kemasyarakatan. Cara pelaksanaannya melalui penyuluhan-penyuluhan dan

mengadakan praktek langsung di tengah-tengah masyarakat.

27

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada

Pemikiran dan Pendekatan Praktis). (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. 2001). Hal 31 28

Pramuwito, C. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial. (Yogyakarta : Departemen Sosial RI Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesejahteraan Sosial. 1996). Hal 81-82

Page 37: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

c. Bimbingan Pembinaan Bantuan Stimulan Usaha Produktif (SUP)

Sebagai modal kerja biasanya para penerima pelayanan mendapatkan bantuan sebagai

modal usaha setelah menerima pelayanan di lembaga. Bantuan itu merupakan

bantuan stimulant dengan maksud menstimulir mereka agar mau melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang berupa usaha produktif. Cara pelaksanaannya adalah sebagai

berikut :

1) Pemberian bantuan paket stimulant serta bimbingan pemanfaatan bantuan

stimulant dan pengelolaannya guna melaksanakan usaha atau kerja.

2) Melalui latihan dan bimbingan kerja.

d. Bimbingan Usaha atau Kerja Produktif

Kegiatan ini bertujuan untuk menerapkan keterampilan usaha atau kerja serta

memanfaatkan bantuan stimulant dan pengelolaannya guna melaksanakan usaha atau

kerja. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1) Melalui bimbingan pemanfaatan dan pengelolaan stimulant

2) Melalui bimbingan membuka usaha atau lapangan kerja, diutamakan secara

kelompok.

e. Penyaluran

Kegiatan ini bertujuan untuk menempatkan penerima pelayanan pada lapangan usaha

atau kerja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki dan perangkat yang tersedia.

Adapun caranya adalah melalui pemantapan penempatan penyandang masalah sosial

pada lapangan usaha atau kerja.

Page 38: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Syarat berhasilnya reintegrasi sosial menurut Meyer Nimkoff dan William F.

Ogburn, dalam buku karya Niniek Sri Wahyuni dan Yusniati yang berjudul Manusia dan

Masyarakat adalah :29

1. Tiap warga masyarakat merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan

yang lainnya.

2. Tercapainya konsesus (kesepakatan) mengenai nilai dan norma-norma sosial.

3. Norma-norma berlaku cukup lama dan konsisten.

B. Pidana dan Pemidanaan

1. Definisi Pidana dan Pemidanaan

Pidana berasal dari kata “straf” (Belanda), yang pada dasarnya dapat dikatakan

sebagai suatu penderitaan/nestapa yang sengaja dikenakan atau dijatuhkan kepada

seseorang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga

dapat dikatakan melakukan tindak pidana.30

Menurut Moeljatno dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief, istilah hukuman

yang berasal dari kata straf, merupakan suatu istilah yang konvensional. Moeljatno

menggunakan istilah yang inkonvensional, yaitu pidana. 31

Menurut Hulsman dalam buku Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia

karangan Dwi Priyatno, hakikat pidana adalah “menyerukan untuk tertib” (tot de orde

reopen). Pidana pada hakikatnya mempunyai dua tujuan utama, yakni untuk

mempengaruhi tingkah laku (gedragsbeinvloeding) dan penyelesaian konflik

(conflictoplossing). Penyelesaian konflik dapat terdiri dari perbaikan kerugian yang

29

Wahyuni, Niniek Sri dan Yusniati. Manusia dan Masyarakat. (Jakarta : Ganeca Exact. 2007) 30

Sudarto. Hukum Pidana I. (Semarang : F.H. Universitas Diponogoro.1990). Hal 5 31

Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. (Bandung : Alumni. 2005). Hal.1.

Page 39: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

dialami atau perbaikan hubungan baik yang dirusak atau pengembalian kepercayaan antar

sesama manusia.32

2. Teori Tujuan Pemidanaan

Salah satu cara untuk mencapai tujuan hukum pidana adalah dengan menjatuhkan

pidana terhadap seseorang yang telah melakukan tindak pidana. Pada dasarnya pidana itu

merupakan suatu penderitaan dan nestapa yang sengaja dijatuhkan negara kepada mereka

atau seseorang yang telah melakukan tindak pidana. Dalam hukum pidana dikenal

beberapa teori tentang penjatuhan pidana kepada seseorang yang melakukan tindak

pidana, terdapat tiga golongan, yaitu :33

a. Teori Absolut atau Teori Pembalasan

Pidana itu merupakan suatu akibat hukum yang mutlak harus ada sebagai suatu

pembalasan kepada seseorang yang telah melakukan kejahatan. Menurut Andi

Hamzah “tujuan pembalasan (revenge) disebut juga sebagai tujuan untuk memuaskan

pihak yang dendam baik masyarakat sendiri maupun pihak yang dirugikan atau

menjadi korban kejahatan.” Sehingga pidana dimaksudkan semata-mata hanya untuk

memberikan penderitaan kepada orang yang melakukan kejahatan. Pada dasarnya

teori pembalasan mempunyai 2 sudut, yaitu :

1) Sudut Subjektif (subjecteive vergelding) yang pembalasannya ditujukan kepada

orang lain yang berbuat salah.

2) Sudut Objektif (objectieve vergelding) yang pembalasannya ditujukan untuk

memenuhi perasaan balas dendam masyarakat.

32

Priyatno, Dwi. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia. (Bandung : Refika Aditama 2007). Hlm. 8-9. 33

Setiady, Tolib. Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia. (Bandung : Alfabeta. 2010). Hal. 52

Page 40: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

b. Teori Relatif atau Teori Tujuan

Teori ini muncul sebagai reaksi keberatan terhadap teori absolut. Menurut

teori ini, memidana bukanlah untuk memuaskan tuntutan absolut dari keadilan.

Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai, tetapi hanya sebagai sarana untuk

melindungi kepentingan masyarakat. Oleh karena itu sebagaimana yang telah dikutip

dari J. Andenles, dapat disebut sebagai “teori perlindungan masyarakat” (the theory of

social defense).34

Bertitik tolak pada dasar pemikiran bahwa tujuan utama pidana adalah alat

untuk menyelenggarakan, menegakkan dan mempertahankan serta melindungi

kepentingan pribadi maupun publik dan mempertahankan tata tertib hukum dan tertib

sosial dalam masyarakat (rechtsorde; social orde) untuk prevensi terjadinya

kejahatan. Maka dari itu untuk merealisasikannya diperlukan pemidanaan, yang

dimana menurut sifatnya adalah: menakuti, memperbaiki, atau membinasakan.

Dengan demikian menurut Wirjono Prodjodikoro, tujuan dari hukum pidana ialah

untuk memenuhi rasa keadilan. Selanjutnya ia mengatakan, “Di antara para sarjana

hukum diutarakan bahwa tujuan hukum pidana ialah” :35

1) Untuk menakut-nakuti orang agar tidak melakukan kejahatan, baik menakut-

nakuti orang banyak (generale preventie), maupun menakut-nakuti orang tertentu

yang telah melakukan kejahatan, agar di kemudian hari ia tidak melakukan

kejahatan lagi (speciale preventie).

34

Marlina. Hukum Penitensier. (Bandung : Refika Aditama. 2011). Hlm 27-28 35

Syarifin, Pipin. Hukum Pidana Di Indonesia. (Bandung : Pustaka Setia. 2008). Hlm. 22

Page 41: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

2) Untuk mendidik atau memperbaiki orang yang sudah menandakan suka

melakukan kejahatan, agar menjadi orang yang baik tabiatnya, sehingga

bermanfaat bagi masyarakat.

Dari teori ini muncul tujuan pemidanaan sebagai sarana pencegahan, baik

pencegahan khusus (speciale preventie) yang ditujukan kepada pelaku maupun

pencegahan umum (general preventie) yang ditujukan ke masyarakat. Dengan

penjelasan bahwa pencegahan umum (menakut-nakuti dengan cara pelaku yang

tertangkap dijadikan contoh, dengan harapan menghendaki agar orang-orang pada

umumnya tidak melakukan delik) dan pencegahan khusus (tujuan dari pidana adalah

untuk mencegah niat jahat dari si pelaku tindak pidana yang telah dijatuhi pidana agar

tidak melakukan tindak pidana lagi). Van Hamel menunjukkan bahwa prevensi

khusus suatu pidana ialah :36

1) Pidana harus memuat suatu unsur menakutkan supaya mencegah penjahat yang

mempunyai kesempatan untuk tidak melaksanakan niat buruknya.

2) Pidana harus mempunyai unsur memperbaiki terpidana.

3) Pidana mempunyai unsur membinasakan penjahat yang tidak mungkin diperbaiki.

4) Tujuan satu-satunya suatu pidana ialah mempertahankan tata tertib hukum.

Teori relatif ini berasas pada tiga tujuan utama pemidanaan yaitu preventif,

detterence, dan reformatif. Tujuan preventif (prevention) untuk melindungi

masyarakat dengan menempatkan pelaku kejahatan terpisah dari masyarakat. Tujuan

menakuti (detterence) untuk menimbulkan rasa takut melakukan kejahatan, baik bagi

36

Chazawi, Adami. Pelajaran Hukum Pidana, Bagian 1 : Stelsel Pidana Teori-Teori Pemidanaan & Batas

Berlakunya Hukum Pidana. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2002). Hlm. 160

Page 42: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

individual pelaku agar tidak mengulangi perbuatanya, maupun bagi publik sebagai

langkah panjang. Sedangkan tujuan perubahan (reformation) untuk mengubah sifat

jahat si pelaku dengan dilakukannya pembinaan dan pengawasan, sehingga nantinya

dapat kembali melanjutkan kebiasaan hidupnya sehari-hari sebagai manusia yang

sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya Christian mengatakan

bahwa adapun ciri-ciri Teori Relatif, yaitu:37

1) Tujuan pemidanaan adalah untuk pencegahan

2) Pencegahan ini bukanlah tujuan akhir (final aim), tetapi merupakan saran untuk

mencapai tujuan yang lebih tinggi lagi, yaitu kesejahteraan masyarakant (social

welfare)

3) Hanya pelanggaran-pelanggaran hukum yang dapat dipersalahkan kepada pelaku

kejahatan, berupa kesengajaan atau kelalaian, sebagai syarat untuk dijatuhkannya

pidana.

c. Teori Gabungan

Teori gabungan terbagi menjadi tiga (3) golongan, yaitu :

1) Menitikberatkan pidana pada pembalasan, tetapi pembalasan itu tidak boleh

melebihi daripada yang diperlukan dalam mempertahankan ketertiban masyarakat.

2) Menitikberatkan pidana pada pertahanan ketertiban masyarakat, tetapi tidak boleh

lebih berat daripada beratnya penderitaan yang sesuai dengan beratnya perbuatan

si terpidana.

3) Menitikberatkan sama baiknya antara pembalasan dan juga pertahanan ketertiban

masyarakat.

37

Marlina. Hukum Penitensier. (Bandung : Refika Aditama. 2011). Hlm. 54

Page 43: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

3. Tujuan Pemidanaan

Pemikiran mengenai tujuan dari suatu pemidanaan yang dianut orang-orang saat ini

sebenarnya bukan merupakan suatu pemikiran baru, melainkan sedikit banyak telah

mendapatkan dari para-para pemikir berabad-abad yang lalu. Dari pemikiran para

pemikir yang telah ada, ternayata tidaklah memiliki kesamaan pendapat, namun pada

dasarnya terdapat tiga (3) pokok pikiran tentang tujuan yang akan dicapai dengan adanya

suatu pemidanaan, yaitu :38

a. Untuk memperbaiki pribadi dari penjahatnya itu sendiri

b. Untuk membuat orang menjadi jera untuk melakukan kejahatan-kejahatan.

c. Untuk membuat penjahat-penjahat tertentu menjadi tidak mampu untuk melakukan

kejahatan-kejahatan lain, yakni penjahat-penjahat yang dengan cara-cara yang lain

sudah tidak dapat diperbaiki lagi.

C. Teori Labelling

Teori ini dipelopori oleh Edwin M. Lemert. Menurut Lemert, seseorang menjadi

penyimpang karena proses labeling –pemberian julukan, cap, etiket merek- yang diberikan

kepadanya. Mula-mula seseorang melakukan suatu penyimpangan primer (primer deviation).

Akibat dilakukannya penyimpangan tersebut, misalnya pencurian, penipuan, pelanggaran

asusila, perilaku aneh, si penyimpang lau diberi cap pencuri, penipu, pemerkosa, perempuan

nakal, orang gila. Sebagai tanggapan terhadap pemberian cap oleh orang lain, maka si pelaku

penyimpangan primer kemudian mendefinisikan dirinya sebagai penyimpang dan

mengulangi lagi perbuatan menyimpangnya-melakukan penyimpangan sekunder (secondary

38

Setiady, Tolib. Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia. (Bandung : Alfabeta. 2010). Hal 31

Page 44: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

deviation), sehingga mulai menganut suatu gaya hidup yang menyimpang (deviant life style)

yangmenghasilkan suatu karir yang menyimpang (deviant career).39

Teori Merton, kalau Lemert mengkaji penyimpangan terjadi pada jenjang mikro,

yaitu pada jenjang interaksi sosial, maka Robert K. Merton mencoba menjelaskan

penyimpangan sosial pada jenjang mikro, yaitu pada jenjang struktur sosial. Menurut

argumen Merton, struktur sosial tidak hanya menghasilkan perilaku konformis, tetapi

menghasilkan pula perilaku menyimpang. Struktur sosial menciptakan keadaan yang

menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial, menekan orang tertentu kearah perilaku

nonkonform.40

Pendekatan teori labelling dapat dibedakan dalam dua bagian.41

1. Persoalan tentang bagaimana dan mengapa seseorang memperoleh cap atau label

2. Efek labeling terhadap penyimpangan tingkah laku berikutnya.

Persoalan labeling ini, memperlakukan labeling sebagai dependent variable atau

variabel tidak bebas dan keberadaannya memerlukan penjelasan. Labeling dalam arti ini

adalah labeling sebagai akibat dari reaksi masyarakat. Menurut Howard S. Becker (1963) :42

Social group create deviance by making the rules whose infraction constitute

deviance...

The deviant is ne to whom that label has succesfully been applied : deviant behavior

is behavior that people so label.

Persoalan labeling kedua (efek labeling) adalah bagaimana labeling mempengaruhi

seseorang yang terkena label atau cap. Persoalan ini memperlakukan labeling sebagai

39

Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

2004). Hal 179. 40

Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

2004). Hal 180 41

Atmasasmita, Romli. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. (Bandung : PT Refika Aditama. 2010). Hal 50 42

Ibid

Page 45: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

variabel yang independen atau variabel bebas/mempengaruhi. Dalam kaitan ini, terdapat dua

proses bagaimana labeling mempengaruhi seseorang yang terkena cap/label untuk melakukan

penyimpangan tingkah lakunya. Pertama, cap/label tersebut menarik perhatian pengamat dan

mengakibatkan pengamat selalu memperhatikannya dan kemudian seterusnya cap/label itu

diberikan padanya oleh si pengamat. Kedua, label/cap tersebutsudah diadopsi oleh seseorang

dan mempengaruhi dirinya sehingga ia mengakui dengan sendirinya sebagaisebagaimana

cap/label itu diberikan padanya oleh si pengamat.

Salah satu dari kedua proses diatas dapat memperbesar penyimpangan tingkah laku

(kejahatan) dan membentuk karakter kriminal seseorang. Seorang yang telah memperoleh

cap/label dengan sendirinya akan menjadi perhatian orang-orang disekitarnya. Selanjutnya,

kewaspadaan atau perhatian orang-orang disekitarnya akan mempengaruhi orang dimaksud

sehingga kejahatan kedua dan selanjutnya akan mungkin terjadi lagi.43

D. Teori Perilaku

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Berdasarkan hasil penelitian dalam buku yang berjudul Pendidikan dan Perilaku

Kesehatan karangan Seokidjo Notoatmodjo mengungkapkan bahwa sebelum orang

43

Atmasasmita, Romli. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. (Bandung : PT Refika Aditama. 2010). Hal 50-51

Page 46: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni :44

a. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek terlebih dahulu).

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c. Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

sikapnya terhadap stimulus.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa

sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Selain itu, menurut Seokidjo, Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen, yakni "

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak

ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi

memegang peranan penting, Misalnya, seorang ibu telah mendengar penyakit polio

44

Notoatmodjo, Soekidjio. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. (Jakarta : Rineka Cipta. 2003). Hal 45-48

Page 47: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

(penyebabnya, akibatnya, pencegahannya dan sebagainya). Pengetahuan ini akan

membawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam

berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat

akan mengimunisasikan anaknya untuk mencegah anaknya terkena polio. Sikap terdiri

dari berbagai tindakan, yakni :

a. Menerima (Receiving)

Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti

orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan tingkat sikap

yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung

dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis,

kemudian ditanyakan pendapat responden.

3. Perilaku

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat

diamati secara langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner,

Page 48: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

seorang ahli psikologi dalam Soekidjo Notoarmodjo merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses :45

E. Narkotika

1. Pengertian Narkotika

Narkotik (narcotics-obat bius) adalah semua bahan obat yang mempunyai efek kerja

yang bersifat membiuskan menurunkan kesadaran (depressant), merangsang

meningkatkan prestasi (stimulant), menagihkan ketergantungan (dependance),

mengkhayalkan (halusinasi). Penyalahgunaan narkotik membahayakan eksistensi bangsa,

karena meracuni jiwa pemuda sehingga seluruh dunia dibayangi ketakutan. Drug

addiction, ekslasi merupakan bahaya yang mengancam kesehatan mental individu anggota

masyarakat.46

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika dapat dilihat pengertian dari Narkotika itu sendiri yakni: Pasal 1 point 1

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana

terlampir dalam Undang-Undang ini.

45

Notoatmodjo, Soekidjio. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. (Jakarta : Rineka Cipta. 2003). 46

Simandjuntak, B. Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. (Bandung : Tarsito. 1981). Hal 299-300

Stimulus Organisme Respons atau "S-O-R"

Page 49: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

2. Penyalahgunaan Narkotika

Secara etimologis, penyalahgunaan itu sendiri dalam bahasa asingnya disebut

“abuse”, yaitu memakai hak miliknya yang bukan pada tempatnya. Dapat juga diartikan

salah pakaiatau “misuse”, yaitu mempergunakan sesuatu yang tidak sesuai dengan

fungsinya.47

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika 1988 menyebut penyalahgunaan obat terlarang sebagai tindak

pidana kejahatan dan dapat dihukum oleh hukum domestik setempat (dari negara yang

menjadi para pihak di dalamnya) dimana perbuatan penyalahgunaan tersebut dilakukan.

Begitu besarnya akibat dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh penyalahgunaan

narkotika, sehingga dalam Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika dinyatakan bahwa:48

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,

menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau

menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur

hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”

F. Lembaga Pemasyarakatan, Narapidana / Warga Binaan Pemasyarakatan

1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk

melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.49

47

Ma’roef, M. Ridha. Narkotika Masalah dan Bahayanya. (Jakarta: CV Marga Djaya. 1986). Hal 9 48

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 114 ayat (1) 49

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 12 Tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan BAB I Pasal 1

Page 50: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Lembaga Pemasyarakatan yang dianut di Indonesia berlainan dengan sistem

kepenjaraan yang dianut oleh bangsa luar terutama negara-negara barat yang berasaskan

liberalisme/individualisme dan juga berbeda dengan negara-negara yang berasaskan

sosialisme/kolektifisme.50

Kata lembaga pertama kali muncul pada tahun 1963 dan kata tersebut

dimaksudkan untuk menggantikan kata "penjara" yang berfungsi sebagai wadah

pembinaan narapidana.51

berbicara tentang istilah pemasyarakatan tidak bisa dipisahkan dari seorang ahli

hukum bernama Sahardjo, karena istilah tersebut dikemukakan oleh beliau antara lain

mengatakan : tujuan pidana penjara adalah pemasyarakatan. pada waktu itu peraturan

yang dijadikan dasar untuk pembinaan narapidana dan anak didik adalah gestichten

reglement (reglemen kepenjaraan) STB 1917 Nomor 708 dan kemudian diganti dengan

Undang-undang No 12 Tahun 1995 tentang pemasyarkatan. Lembaga Pemasyarakatan

sebagai instansi terakhir dalam pembinaan narapidana harus memperhatikan secara

sungguh-sungguh hak dan kepentingan narapidana (warga binaan yang bersangkutan).

Harus kita akui bahwa peran serta lembaga pemasyarakatan dalam membina sangat

strategis dan dominan, terutama dalam memulihkan kondisi warga binaan pada kondisi

sebelum melakukan tindakan pidana, dan melakukan pembinaan di bidang kerohanian

dan keterampilan seperti pertukangan, menjahit dan sebagainya.52

50

Samosir, Djisman. Sekelumit tentang Penologi dan Pemasyarakatan. (Bandung : Alfabeta. 2012). Hal 126 51

Ibid, Hal 128 52

Samosir, Djisman. Sekelumit tentang Penologi dan Pemasyarakatan. (Bandung : Alfabeta. 2012). Hal 129

Page 51: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

2. Prinsip Pokok Pemasyarakatan

Sesuai hasil konferensi oleh Dinas Direktorat Pemasyarakatan pada 27 April 1964

- 9 Mei 1964 di Bandung, ditetapkanlah beberapa prinsip pokok konsep pemasyarakatan

yaitu :

a. Orang yang tersesat diayomi juga, dengan memberikan kepadanya bekal hidup

sebagai warga yang baik dan berguna dalam masyarakat.

b. Menjalani pidana bukan tindakan balas dendam dari negara.

c. Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan bimbingan.

d. Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk atau menjadi lebih jahat

daripada sebelum ia masuk lembaga.

e. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus dikenalkan dengan

masyarakat dan tidak boleh diasingkan daripadanya.

f. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi waktu atau

hanya diperuntukkan kepentingan jawatan atau kepentingan negara sewaktu saja.

g. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan Pancasila.

h. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlukan sebagai manusia, meskipun ia telah

tersesat.

i. Narapidana hanya dijatuhi pidana kehilangan kemerdekaan.

Upaya pembinaan terhadap narapidana tidak terlepas dari upaya menumbuh

kembangkan sikap mental dan skill dari para narapidana. Supaya narapidana saat keluar

dari Lembaga Pemasyarakatan mampu dan mau bekerja dan bersosialisasi dengan

masyarakat, mereka harus diperlakukan secara manusiawi. Hal ini didorong oleh

beberapa faktor antara lain :

Page 52: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

a. Individu adalah makhluk sosial, oleh sebab itu setiap manusia tidak akan hidup tanpa

adanya bantuan orang lain/ masyarakat. Oleh sebab itu walau secara hukum

narapidana terasing oleh dunia luar namun ia tetap manusia yang membutuhkan

sosialisasi.

b. Narapidana merupakan manusia yang salah/ melanggar hukum namun mereka tetap

manusia yang memiliki hati nurani. Oleh sebab itu mereka harus dimanusiakan juga

karena tidak bisa sepenuhnya mengingatkan orang dengan perlakuan tidak

manusiawi/ penyiksaan.

c. Narapidana harus dibina dan diarahkan agar memiliki dedikasi dan nasionalisme serta

beridiologi Pancasila yang baik. Karena mereka saat kembali ke masyarakat mampu

memberi suntikan nilai idiologi Pancasila yang baik pula.

d. Narapidana harus diberi skill/ kemampuan mengembangkan kemampuan dalam

memenuhi ekonomi mereka sendiri sehingga saat keluar tidak terjerumus kedalam

kejahatan yang lebih besar.

3. Pengertian Narapidana

Menurut UU No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, narapidana adalah

terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan.

Selanjutnya Harsono mengatakan narapidana adalah seseorang yang telah dijatuhkan

vonis bersalah oleh hukum dan harus menjalani hukuman. Sedangkan Wilson

mengatakan bahwa narapidana adalah manusia bermasalah yang dipisahkan dari

masyarakat untuk belajar bermasyarakat dengan baik.

Page 53: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

4. Hak Narapidana

Walaupun hilang kemerdekaannya, narapidana dalam lapas berhak :53

a) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya

b) Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani

c) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

e) Menyampaikan keluhan

f) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak

dilarang

g) Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan

h) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum atau orang terentu lainnya

i) Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)

j) Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

k) Mendapatkan pembebasan bersyarat

l) Mendapatkan cuti menjelang bebas, dan

m) Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Selanjutnya untuk menjamin terselenggaranya hak-hak tersebut, selain diadakan Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan yang secara langsung melaksanakan pembinaan,

diadakan pula Balai Pertimbangan kepada Menteri mengenai pelaksanaan sistem

pemasyarakatan dan Tim Pengamat Pemasyarakatan yang memberi saran mengenai

program pembinaan WBP di setiap UPT dan berbagai sarana penunjang lainnya.

53

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 12 Tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan BAB I Pasal 3

Page 54: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN

KLAS II A NARKOTIKA JAKARTA

A. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Jakarta

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Jakarta merupakan salah satu Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan yang berada dalam wilayah kerja Kantor Wilayah

Kementrian Hukum dan HAM DKI Jakarta. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jakarta

didirikan berdasarkan Surat Keputusan Mentri Kehakiman dan HAM RI No. M-04.PR.07.03

Tahun 2003 Tanggal 16 April 2003.

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jakarta diresmikan oleh Presiden RI Megawati

Soekarnoputri pada tanggal 30 Oktober 2003. Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jakarta

memiliki bangunan di atas lahan seluas kurang lebih 27.000 m2 (meter persegi) dan

spesifikasi narapidana khusus berlatar belakang kasus narkotika dan psikotropika. Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Jakarta memiliki daya tampung atau kapasitas penghuni sebanyak

1084 orang yang dibagi ke dalam 4 (empat) blok hunian dengan perincian kamar sebagai

berikut :

1. Blok A, yaitu blok yang mempunyai kapasitas kamar sebanyak 60 kamar dan tiap-tiap

kamar memiliki kapasitas 7 orang. Dengan demikian blok ini mampu menampung Warga

Binaan Pemasyarakatan Narkotika dan Psikotropika sebanyak 420 orang.

2. Blok B, yaitu blok yang mempunyai kapasitas kamar sebanyak 324 kamar. Blok ini

merupakan blok terbanyak jumlah kamarnya. Namun demikian pada tiap-tiap kamar

hanya diperuntukkan satu orang sehingga daya tampungnya sesuai dengan jumlah kamar

yang ada.

Page 55: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

3. Blok C, yaitu blok hunian yang mempunyai kapasitas kamar dengan dua tipe dengan

kapasitas penghuni seluruhnya sebanyak 324. Sayap kanan memiliki kapasitas penghuni

sebanyak 3 orang sedangkan sayap kiri dari blok ini memiliki kapasitas penghuni

sebanyak 5 orang.

Blok isolasi, yaitu blok yang mempunyai kapasitas kamar sebanyak 10 kamar

dengan kapasitas penghuni sebanyak 16 orang.54

B. Alamat Lapas Klas II A Narkotika Jakarta

Jalan Raya Bekasi Timur No. 170 A, Jakarta Timur

Telp. (021) 85910104, 85910238, Fax (021) 85909891

Email : [email protected]

C. Letak Geografis

Lapas Klas II A Narkotika Jakarta terletak di Jalan Raya Bekasi Timur No. 170A,

Cippinang Jakarta Timur. Bangunan lapas terletak di antara Rutan Cipinang dan Kantor

Imigrasi Jakarta Timur. Gedung ini juga berdekatan dengan Lapas Klas I Cipinang. Di

sekelilingnya ada perumahan warga sehingga kesan lapas atau penjara yang dingin dan

terisolir sangat jauh berbeda. Gedung yang dilalui dengan busway dan kereta ini berada di

pinggir jalan sehingga akses angkutan umum yang dilalui sangat mudah. Lokasi yang cukup

strategis dan aman baik dari banjir ataupun gempa bumi. Kemudian mudah dijangkau oleh

instansi pendidikan, dan sarana kesehatan.

54

Diambil dari Profil Lapas Narkotika Jakarta 2014

Page 56: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

D. Tugas dan Fungsi

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jakarta mempunyai tugas pokok melaksanakan

pemasyarakatan narapidana atau Warga Binaan Pemasyarakatan tindak pidana narkotika,

psikotropika dan bahan adiktif lainnya (narkoba).

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jakarta

mempunyai fungsi :

1. Melaksanakan Pembinaan Narapidana atau Warga Binaan Pemasyarakatan Kasus

Narkoba

2. Memberikan bimbingan, terapi dan rehabilitasi Narapidana atau Warga Binaan

Pemasyarakatan Narkoba.

3. Melakukan bimbingan sosial kerohanian

4. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib Lembaga Pemasyarakatan

5. Melakukan urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga

E. Visi, Misi dan Motto

1. Visi

Memberikan pelayanan yang akuntabel dan transparan serta mampu mewujudkan tertib

pemasyarakatan.

2. Misi

a. Memberikan kemudahan pelayanan bagi masyarakat secara tepat dan efektif

b. Menghilangkan komersialisasi dan diskriminasi dalam pelayanan

c. Menyediakan prosedur layanan tentang hak-hak Warga Binaan Pemasyarakatan

d. Mengedepankan profesionalisme dan keterbukaan dalam memberikan pelayanan.

Page 57: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

3. Motto

Berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang berorientasi pada kepuasan masyarakat

4. Maklumat

“Dengan ini, kami menyatakan sanggup menyelenggarakan pelayanan sesuai standar

pelayanan yang telah ditetapkan. Dan apabila tidak menepati janji ini kami siap

menerima sanksi, sesuai peraturan perundang-undangan.

F. Sarana dan Prasarana

Lapas Klas II A Narkotika Jakarta memiliki empat buah gedung, yaitu 3 gedung

kantor dan satu blok hunian tempat Warga Binaan Pemasyarakatan tinggal. Kapasitas hunian

dari Lapas Narkotika ini adalah sebanyak 1084 orang. Blok hunian ini terletak di bagian

gedung paling dalam dan terpisah. Blok ini dibatasi oleh lapangan yang sangat luas tempat

WBP berkumpul guna melaksanakan program-program yang sudah diberikan oleh lapas.

Juga ada masjid dan gereja tempat beribadah umat islam dan Kristen.

Page 58: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

G. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jakarta

Keterangan :

KALAPAS : Kepala Lembaga Pemasyarakatan

Kasubag Tata Usaha : Kepala Sub Bagian Tata Usaha

KA. KPLP : Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan

KASI BINADIK : Kepala Seksi Bina Narapidana atau Anak Didik

KASI GIATJA : Kepala Seksi Kegiatan Kerja

KASI ADM. KAMTIB : Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban

KASUBSI REG : Kepala Sub Registrasi

KASUBSI BIMKER dan PHK : Kepala Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja

KASUBSI BIMPAS : Kepala Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan

KASUBSI SARKER : Kepala Sub Seksi Sarana Kerja

KALAPAS

KA. KPLP

KASUBAG

TATA USAHA

KASUBSI

PELAPORAN

DAN TATA

TERTIB

KASUBSI

SARKER

KASUBSI

BIMPAS

KASUBSI

KEAMANAN

KASUBSI

BIMKER DAN

PHK

KASUBSI REG

KASI BINADIK KASI GIATJA

Kepala Umum

Kepegawaian dan

Keuangan

Kepala Urusan

Umum

KASI ADM.

KAMTIB

REGU PENGAMANAN

I

II

III

IV

Page 59: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

H. Gambaran SDM/ Staff Lapas Narkotika Klas II A Jakarta

Jumlah Karyawan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Jakarta saat ini

berjumlah 202 orang. Berikut gambaran petugas Lapas Narkotika berdasarkan jenis kelamin

dan jenjang pendidikan periode September 2014.

Tabel 4

Kondisi SDM Petugas Pemasyarakatan Ditinjau dari Jenjang Kepangkatan

Periode September 2014

UPT

JENIS

KELAMIN SD SLTP SLTA AKIP DIII S1 S2 JML

L P L P L P L P L P L P L P L P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

LAPAS KLAS

II A

NARKOTIKA

JAKARTA

160 45 - - - - 95 13 4 - 2 6 43 23 14 2 202

JUMLAH 205 - - 108 4 8 66 16 202

Sumber : bagian Kepegawaian Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta (September 2014)

I. Keadaan Warga Binaan Pemasyarakatan

Tidak semua yang menempati Lembaga Pemasyarakatan adalah Warga Binaan, tetapi

ada juga yang berstatus sebagai tahanan. Yang dimaksud dengan tahanan adalah terdakwa

yang dititipkan di Lembaga Pemasyarakatan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan dalam proses persidangan di Pengadilan.

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) / narapidana dan tahanan memiliki perbedaan yaitu :

Page 60: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Warga binaan merupakan mereka yang telah mendapat vonis hukuman dari Kejaksaan

Tahanan merupakan mereka yang masih dalam proses persidangan dan masih menjadi

orang titipan dari Kejaksaan..

Tabel 5

Jumlah Tahanan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Jakarta

Sumber : Bagian Registrasi Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta (Oktober 2014)

Keterangan :

A I : Tahanan Polisi

A II : Tahanan Kejaksaan

A III : Tahanan Pengadilan Negeri (PN)

A IV : Tahanan Pengadilan Tinggi (Banding)

A V : Tahanan Mahkamah Agung (Kasasi)

Tabel 6

Jumlah Warga Binaan Pemayarakatan (WBP) atau Narapidana Lapas Narkotika

Klas II A Cipinang Jakarta

No Golongan Jumlah

1 A I - Orang

2 A II 2 Orang

3 A III 92 Orang

4 A IV 7 Orang

5 A V 12 Orang

Jumlah 113 Orang

No Golongan Jumlah

1 Mati 1 Orang

Page 61: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Sumber : Bagian Registrasi Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta (Oktober 2014)

Keterangan :

Mati : Narapidana yang menjalani hukuman mati

SH : Narapidana yang menjalani hukuman Seumur Hidup

B I : Narapidana yang menjalani hukuman di atas 1 (satu) tahun

B II A : Narapidana yang menjalani hukuman di bawah satu (1) tahun. 3-12 bulan.

B II B : Narapidana yang menjalani hukuman 1 hari sampai 3 bulan.

B III S : Narapidana yang menjalani Hukuman kurungan atau pengganti denda

Titipan : Narapidana titipan dari Lapas atau Rutan lain.

Tabel 7

Jumlah Tahanan dan Narapidana di Lapas Narkotika Klas II A Jakarta berdasarkan

Agama

No Agama Jumlah

1 Islam 2518 Orang

2 Kristen 244 Orang

3 Katholik 49 Orang

4 Hindu 5 Orang

2 SH 11 Orang

3 B I 2661 Orang

4 B II A - Orang

5 B II B - Orang

6 B III S 58 Orang

7 Titipan 1 Orang

Jumlah 2732 Orang

Page 62: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

5 Budha 92 Orang

6 Konghucu 2 Orang

Jumlah 2845 Orang

Sumber : Bagian Registrasi Lapas Narkotika Kelas IIA Jakarta (Oktober 2014)

J. Jadwal Kegiatan Sehari-hari Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas

II A Jakarta

Dalam menjaga keteraturan dan kedisiplinan narapidana dalam mengikuti pembinaan

di Lapas, maka dibutuhkan jadwal kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan yang mengatur

kegiatan yang harus dilakukan oleh narapidana mulai dai bangun pagi sampai dengan

istirahat di malam hari. Setiap harinya ada jadwal berbeda yang harus diikuti oleh WBP.

Kegiatan narapidana di Lapas Narkotika Klas II A Jakarta dimulai dari pukul 04.30 WIB

sampai dengan pukul 19.30 WIB. Jadwal kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas

Narkotika Klas II A Jakarta dapat dilihat pada lampiran.

K. Tahapan Sistem Pemasyarakatan Narapidana Pada Lembaga Pemasyarakatan Klas

IIA Cipinang Jakarta

Dalam rangka mencapai tujuan reintegrasi sosial yang lebih dikenal dengan nama

Pembebasan Bersyarat, maka Lembaga Pemasyarakatan harus memberikan pembinaan dalam

program pembinaan dan keterampilan agar mereka menjadi manusia yang seutuhnya,

menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga

dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat dan dapat berperan aktif dalam

pembangunan dan juga yang paling penting adalah dapat hidup secara wajar sebagai warga

yang baik dan bertanggung jawab.

Page 63: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Pembinaan yang dimaksud diatas termasuk dalam Proses Pemasyarakatan. Proses

pemasyarakatan adalah suatu proses sejak seorang narapidana masuk Lembaga

Pemasyarakatan sampai lepas yang sesungguhnya dan kembali ke tengah-tengah masyarakat.

Kegiatan tersebut dimulai sejak yang bersangkutan masih berstatus tersangka sampai menjadi

status narapidana. Proses pemasyarakatan terdiri dalam empat tahap. Empat tahap tersebut

antara lain :55

a. Tahap Admisi dan Orientasi (Maximum Security)

Mapenaling (Masa Pengenalan Lingkungan) diberikan ketika mereka menjadi

tahanan dan akan menjadi narapidana. Mapenaling diberikan untuk memberi bekal pada

narapidana agar mampu memenuhi hak dan kewajiban serta wewenangnya dalam

Lembaga Pemasyarakatan. Mereka diberi pengarahan tentang lembaga Lembaga

Pemasyarakatan, blok-blok Lembaga Pemasyarakatan, dan dimana mereka akan

ditempatkan serta peraturan yang berlaku. Tujuan dari semua itu ialah agar para

narapidana mampu menyesuaikan dengan lingkungan barunya. Sehingga tidak terjadi

tindakan / sanksi yang merugikan mereka. Kemudian secara luasnya ialah supaya

narapidana mampu merenungi kesalahan dan pelanggaran yang mereka lakukan. Hal

tersebut sesuai dengan UU Nomor 12 pasal 16 ayat 2 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan bahwa ”ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara pemindahan

sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”

b. Pembinaan Kepribadian Lanjutan (Minimum Security)

Tahap ini disebut pembinaan lanjutan dari tahap pembinaan orientasi/admisi.

Sekurang-kurangnya mereka harus menjalani tahap ini 1/3 –1/2 dari masa pidana yang

harus dijalani. Mereka pada masa ini diawasi dan dipantau lebih longgar dari pada saat

55

Berdasarkan keterangan papan banner di Lapas Klas IIA Narkotika Cipinang Jakarta

Page 64: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

masa orientasi / admisi (Maximum security). Bentuk pembinaan yang diberikan antara

lain; pembinaan kepribadian (mental dan spiritual), keterampilan untuk mendukung usaha

mandiri, keterampilan untuk mendukung usaha industri kecil, keterampilan yang

dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing-masing dan keterampilan untuk

mendukung usaha industri pertanian atau perkebunan dengan teknologi industri.

c. Asimilasi (Medium Security)

Pembinaan pada tahap ini dimulai dari masa pidana hingga 2/3 masa pidana. Hal itu

pun harus didukung penilaian team Pembina Pemasyarakatan apakah narapidana tersebut

sudah memiliki sikap mental, keterampilan dan fisik yang baik. Pada masa ini

pengawasan sudah relatif kurang (medium security). Menurut informan staff

bimkemasywat di Lapas Narkotika asimilasi adalah salah satu bentuk reintegrasi sosial

yang diberikan kepada narapidana sesuai dengan syarat yang sudah ditetapkan dalam

Undang-Undang. Lebih lanjut asimilasi ialah sebagai pemberdayaan dan jembatan antara

narapidana dengan lingkungan luar sebelum mereka keluar dari Lembaga

Pemasyarakatan.

Asimilasi disini dibagi dua yaitu asimilasi dalam Lembaga Pemasyarakatan terbuka

(open camp) dan asimilasi dalam Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana yang melakukan

proses ini antara lain melakukan kegiatan bekerja untuk kantor-kantor dalam Lembaga

Pemasyarakatan dan narapidana yang mengajar dalam lingkungan Lembaga

Pemasyarakatan. Kemudian untuk asimilasi narapidana dalam Lembaga Pemasyarakatan

terbuka semisal kerja bakti bersama lingkungan masyarakat sekitar, kerja mandiri, dan

lain-lain. Tahap ini memberi pembinaan secara luas, bukan hanya di lingkungan dalam

Lembaga Pemasyarakatan, tetapi juga membaur antara narapidana dengan masyarakat

Page 65: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

tertentu. Program ini bertahap dilakukan mulai dari kegiatan yang sempit cakupannya dan

mengarah pada kegiatan masyarakat secara luas sesuai bakat dan keterampilan yang

dimiliki narapidana. Ketika melaksanakan program asimilasi, narapidana harus diseleksi

secara khusus oleh petugas lembaga pemasyarakatan dan terencana secara matang. Hal

tersebut bertujuan agar tidak terjadi kegiatan narapidana yang merugikan narapidana dan

masyarakat seperti larinya narapidana dari area asimilasi yang ditentukan, dll.

Namun sejak tahun 2015 asimilasi sudah tidak diadakan lagi di Lapas Klas IIA

Narkotika Cipinang karena narapidana narkotika perlu adanya pengetatan syarat dan tata

cara pelaksanaannya.56

d. Tahap Integrasi dengan Lingkungan Masyarakat (Minimum Security)

Pada masa ini merupakan akhir dari masa pembinaan yang diberikan kepada

narapidana. Apabila pembinaan dari tahap orientasi hingga asimilasi berjalan dengan baik

dan masa pidana yang dijalani telah 2/3 dijalani atau sedikitnya 9 bulan dilalui, kemudian

narapidana diberi pembebasan bersyarat (PB) dan cuti menjelang bebas (CMB).

Pada proses ini pembinaan dilaksanakan pada lingkungan masyarakat luas. Dan

pengawasannya pada tahap ini sangat kurang (minimum security). Landasan hukum untuk

Pembebasan Bersyarat adalah Pasal 15 ayat 1 (satu) KUHP: "Orang yang dipidana

penjara dapat dilepaskan dengan syarat, apabila telah lalu dua pertiga dari masa

pidananya yang sebenarnya dan juga sekurang-kurangnya sembilan bulan daripada itu.

Kalau orang yang dipidana itu harus menjalani beberapa kali pidana penjara berturut-

turut maka dalam hal itu semua pidana dijumlahkan jadi satu".

Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas dilaksanakan di

bawah pengawasan langsung oleh Balai Pemasyarakatan bukan lagi pihak Lembaga

56

Wawancara pribadi penulis dengan Kasi Binadik, Bpk Diding pada 4 Desember 2014

Page 66: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Pemasyarakatan. Narapidana dapat menjalani sisa dari masa pidana atau 1/3 (sepertiga) di

rumah dan narapidana yang bersangkutan harus wajib melaporkan diri ke Balai

Pemasyarakatan. Jika pada tahap integrasi tersebut narapidana kembali melakukan tindak

pidana maka, narapidana tersebut harus kembali menjalani sisa masa pidananya itu di

dalam Lembaga Pemasyarakatan, ditambah lagi dengan sanksi pidana yang baru

dilakukan tersebut.

L. Syarat-syarat Pembebasan Bersyarat yang Diberlakukan oleh Lapas Klas II A

Narkotika Sesuai dengan PP RI No 32 Tahun 1999

Dalam Pasal 43A PP RI Nomor 99 Tahun 2012 berbunyi :57

(1) Pemberian Pembebasan Bersyarat untuk Narapidana yang dipidana karena melakukan

tindak pidana terorisme, narkotika dan precursor narkotika, prikotropika, korupsi,

kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta

kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, selain harus memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) juga harus memenuhi persyaratan :

a. Bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk membantu membongkar

perkara tindak pidana yang dilakukannya

b. Telah menjalani sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) masa pidana, dengan

ketentuan 2/3 masa pidana tersebut paling sedikit 9 (Sembilan) bulan

c. Telah menjalani asimilasi paling sedikit ½ (satu per dua) dari sisa masa pidana yang

wajib dijalani.

d. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan

dijatuhi pidana yang menyatakan ikrar :

57

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 Pasal 43

Page 67: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

1) Kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta tertulis bagi Narapidana

Warga Negara Indonesia, atau

2) Tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana terorisme secara tertulis bagi

Narapidana Warga Negara Asing yang dipidana karena melakukan tindak pidana

terorisme.

(2) Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana narkotika dan prekursor

narkotika, psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku terhadap

Narapidana yang dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.

(3) Kesediaan untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus

dinyatakan secara tertulis oleh instansi penegak hukum sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

M. Prosedur Untuk Memperoleh Pembebasan Bersyarat

1. Tim pengamat Pemasyarakatan pada Lapas Klas II A Narkotika Cipinang Jakarta, setelah

mendengar pendapat anggota tim serta mempelajari Laporan Penelitian Kemasyarakatan

dari BAPAS mengusulkan kepada Kepala Lapas Klas IIA Cipinang yang dituangkan

dalam formulir yang telah ditetapkan.

2. Apabila usulan tsb disetujui oleh KALAPAS, maka proses pengusulan diteruskan kepada

Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM DKI Jakarta.

3. Kanwil dapat menolak atau menyetujui usul KALAPAS setelah mempertimbangkan hasil

sidang TPP Kanwil.

Page 68: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

4. Apabila Kanwil menolak usulan tsb, selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 (empat

belas) hari sejak diterimanya usul tsb memberitahukan alasan-alasan yang menjadi dasar

penolakan kepada KALAPAS.

5. Apabila Kanwil menyetujui usulan tsb, maka selambat-lambatnya 14 hari maka

diteruskan ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Dirjenpas).

6. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak

diterimanya usulan tersebut, menetapkan persetujuan atau penolakan terhadap usulan

tersebut.

7. Apabila Dirjenpas menyetujui usul Kanwil, maka ia meneruskan usul tersebut kepada

Menteri Hukum dan HAM (Menkumhan) untuk mendapatkan persetujuan.

8. Apabila Menkumham menyetujui usul tersebut, maka kemudian dibuat keputusan

mengenai pemberian pembebasan bersyarat atau cuti menjelang bebas.

9. Wewenang membuat keputusan tersebut selanjutnya dilaksanakan :

a. Untuk pembebasan bersyarat, keputusannya dibuat oleh Dirjenpas

b. Untuk cuti menjelang bebas, keputusan dibuat oleh Kanwil.

N. Program Pembimbingan Klien Oleh Balai Pemasyarakatan (Bapas) Klas I Jakarta

Pusat

1. Tahap Awal 1/3 (0-1/3) dari masa bimbingan

a. Yuridis dan Administrasi

Pemeriksaan surat-surat yang sah oleh petugas Bapas setelah klien keluar dari Lapas,

lalu pencatatan registrasi dan pengambilan sidik jari serta foto.

b. Assesment dan Penyusunan

Page 69: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Petugas Kemasyarakatan menggali permasalahan klien, apa kesulitan yang dihadapi

klien setelah keluar dari Lapas atau Rutan.

c. Intervensi

Bentuk intervensi yang disediakan oleh Bapas adalah Konseling. Dari konseling

tersebut petugas mengetahui permasalahan yang menimpa klien dan membantu

menyelesaikan masalah tersebut dengan merujuk pada badan-badan sosial yang

bersangkutan.

d. Rujukan

Dari intervensi yang dilakukan oleh petugas, Bapas membantu klien dengan merujuk

pada lembaga yang sesuai dengan permasalahan klien. Seperti jika ada yang

bermasalah dengan penyakit, bapas menunjuk rumah sakit yang bekerja sama dengan

Bapas atau ada juga permasalahan yang paling sering dikeluhkan yaitu sulitnya

mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu Bapas mengadakan bimbingan kepribadian.

e. Bimbingan Kepribadian

Bimbingan kepribadian rutin diadakan oleh Bapas untuk memberikan sosialisasi

kepada para klien dengan tema yang berbeda-beda setiap jadwalnya. Ada tentang

agama, hukum, kesadaran berbangsa dan bernegara, dll. Selain bimbingan

kepribadian yang bersifat sosialisasi ada juga bimbingan keterampilan. Keterampilan

yang disediakan oleh Bapas diantaranya adalah setir mobi, service hp, montir motor,

salon, dll.

Page 70: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

f. Monitoring dan Evaluasi

Setelah tahap pertama selesai diadakan evaluasi apakah program sesuai dengan

rencana atau sesuai dengan kebutuhan klien dan menyusun program lanjut sesuai

dengan hasil yang sudah didapat.

2. Tahap Lanjut ½ (1/3-2/3)

a. Program Lanjutan

Melanjutkan program yang sudah dijalani pada tahap awal dengan setiap bulannya

klien harus melapor ke Bapas.

b. Bimbingan Kepribadian

Mengadakan sosialisasi kembali kepada klien dengan tema berbeda yang sudah di

jadwalkan.

c. Bimbingan Intelektual

Untuk klien yang masih anak di bawah umur diberikan bimbingan intelektual yaitu

kembali bersekolah atau pesantren yang sudah bekerja sama dengan Bapas.

d. Bimbingan Kemandirian

Melanjutkan menjalani pelatihan ketermpilan yang sudah dipilih oleh klien dengan

jangka waktu yang sudah ditentukan setiap klien.

e. Bimbingan Psikososial

Diberikan terapi sosial kepada klien untuk membantu mengatasi masalah yang ada

pada dirinya.

f. Monitoring dan Evaluasi

Setelah menjalani semua tahapan yang kedua ini diadakan evaluasi apakah sudah

sesuai dengan rencana dan kebutuhan klien, dan menyusun program akhir.

Page 71: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

3. Tahap Akhir (2/3-3/3)

a. Intervensi dan Program Akhir

Dengan bimbingan kepribadian dan pelatihan keterampilan sudah saatnya klien

memasuki tahap akhir yaitu mengaplikasikan apa yang sudah didapat dari bimbingan

yang diberikan oleh Bapas. Bapas bekerja sama dengan pihak ke-3 untuk penyaluran

kerja klien-klien yang sudah dibimbing sebelumnya. Namun semua tergantung

dengan klien apakah ia ingin mencari sendiri atau tidak.

b. Monitoring dan Evaluasi

Bapas menilai semua program yang sudah di jalankan dari tahap awal sampai pada

tahap akhir apakah kegiatan sudah sesuai dengan rencana kerja atau belum.

c. Sidang TPP

Sidang TPP diadakan di Bapas dengan tujuan untuk mengevaluasi apakah klien sudah

menjalani sesuai dengan proses pembimbingan yang sudah tertera dan klien tidak

mengulangi perbuatan melanggar hukumnya kembali. Jika sudah sesuai dengan

syarat-syarat reintegrasi sosial maka klien dapat mengkahiri bimbingan.

d. Pengkahiran Bimbingan

Bimbingan sudah diakhiri namun klien masih harus melapor kepada Bapas sebulan

sekali sampai sisa waktu masa pidananya selesai

Page 72: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab empat ini diuraikan mengenai temuan lapangan yang selanjutnya dianalisa

sesuai dengan tinjauan pustaka yang digunakan mengenai Program Reintegrasi Sosial yang

diselenggarakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Cipinang Jakarta dalam

rangka mengembalikan keberfungsian sosial Warga Binaan Pemasyarakatan. Dari hasil temuan

lapangan tersebut, peneliti melakukan analisis yang juga dijelaskan dalam bab ini.

A. Program Reintegrasi Sosial di Lapas Klas IIA Narkotika Cipinang Jakarta

Tahap integrasi dalam Lapas merupakan akhir dari masa pembinaan yang diberikan

kepada narapidana. Pembinaan ini dilakukan di dalam dan luar Lapas dengan

mengintegrasikan ketiga subyek yakni warga binaan, petugas kemasyarakatan dan

masyarakat. Pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan bertujuan agar narapidana lebih

mendekatkan diri dengan masyarakat dan merupakan realisasi dari salah satu prinsip

pemasyarakatan yakni selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus

dikenalkan kepada masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat. Ada dua macam

bentuk reintegrasi sosial yang dilakukan oleh Lapas Klas IIA Narkotika Cipinang Jakarta,

yaitu Pembebasan Bersyarat.

1. Pembebasan Bersyarat

Pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan narapidana di luar Lembaga

Pemasyarakatan setelah menjalani sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) masa pidananya

Page 73: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

dengan ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut minimal 9 (sembilan) bulan.

Hal ini dijelaskan oleh staff bimkemasywat Lapas Narkotika, Bapak David.

“ bentuk reintegrasi sosial ada Pembebasan Bersyarat (PB) dan CMB (Cuti

Menjelang Bebas). Nah kalau yang ini seringnya pada ikut PB, jarang ada yang

CMB. PB itu pembebasan beryarat. Syaratnya dia minimal sudah menjalani 2/3

dari masa hukuman. Kaya contohnya ada napi yang udah ketok palu dihukumnya

6 tahun, berarti 2/3 dari 6 tahun itu kan 4 tahun. Nah kalau sudah 4 tahun ia

boleh keluar dengan syarat-syarat seperti yang sudah saya jelaskan tadi.”58

Berdasarkan wawancara diatas, warga binaan yang sudah menjalani 2/3 dari masa

tahanannya dapat mengikuti Pembebasan Bersyarat (PB). Pembebasan bersyarat dapat

diikuti oleh seluruh warga binaan setelah memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan.

Pembinaan narapidana yang dilaksanakan berdasarkan sistem kemasyarakatan

diharapkan mampu untuk mencapai tujuan-tujuan dari pemidanaan, untuk mewujudkan

tujuan tersebut salah satu upayanya adalah dengan pemberian pembebasan bersyarat.

Karena sesuai dengan BAB II Hal 25 warga binaan membutuhkan pemidanaan yang

sifatnya bukan balas dendam namun yang sifatnya memperbaiki.

Pembinaan di luar lapas tersebut bertujuan untuk mengembalikan mantan warga

binaan untuk dapat kembali bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat. Hal ini

berdasarkan wawancara dengan Bapak David dan Bapak Diding mengenai pembinaan

warga binaan.

“Setiap narapidana yang diasingkan, diasingkan disini maksudnya dia berada

dalam lapas dan hilang kemerdekaannya harus tetap diberikan pembinaan dan

bimbingan”59

“Narapidana itu bukan penjahat, mereka hanya salah jalan, tersesat, melanggar

ketentuan pidana. Oleh karena itu agar mereka tidak salah jalan lagi, di lapas

ada yang namanya program pembinaan dengan waktu yang telah di tentukan,

58

Wawancara pribadi peneliti dengan Staff Bimkemasywat, Bapak David, Jakarta 26 November 2014 59

Wawancara pribadi peneliti dengan Staff Bimkemasywat, Bapak David, Jakarta 26 November 2014

Page 74: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

baik di dalam lapas maupun di luar lapas mereka bisa belajar satu keterampilan

yang dia bisa agar nanti setelah keluar dari lapas mereka bisa bersosialisasi

kembali. Salah satu programnya adalah PB (Pembebasan Bersayarat).”60

“… saya ikut program pesantren masjid kerjanya ya ngurus-ngurus masjid gitu.

disitu saya belajar baca Al-Qur’an, belajar dakwah juga mba semacam ngasih

tausiyahlah tapi sesama napi aja. Kita juga diajarin pentingnya puasa. Banyak

lah mba ilmu yang saya dapet dari ustad.”61

Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa narapidana yang menjalani

pembinaan di lapas harus tetap mendapatkan haknya sebagai manusia yaitu mendapat

pembinaan baik itu pembinaan kepribadian maupun keterampilan untuk memperbaiki

kesalahan yang mereka lakukan di masa lalu sehingga nantinya mereka dapat kembali

bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat sebagai pribadi yang baru yang sesuai dengan

nilai dan norma masyarakat. Bimbingan kepribadian yang Opik dapat adalah pembinaan

dalam keagamaan. Dengan mengikuti pembinaan keagamaan di Lapas ia dapat

meningkatkan ibadah yang selama ini kurang ia lakukan. Mendapatkan pembinaan

sebagai bentuk keadilan pelaku kejahatan untuk tidak kembali mengulangi perbuatannya

hal ini sesuai dengan tujuan hukum pidana pada BAB II hal 24.

Bimbingan yang diberikan untuk mempersiapkan warga binaan dimulai dari

seorang narapidana dijatuhi vonis oleh Hakim sampai dengan tahap integrasi yang

dilakukan di luar lapas dengan penjagaan yang kurang (low security).

“Sebelum benar-benar kembali ke masyarakat, narapidana harus kita beri

bimbingan terlebih dahulu. Karena menyangkut keselamatan masyarakat maka

tidak kita keluarkan begitu saja narapidana yang sudah habis masa

tahanannya.“62

60

Wawancara pribadi peneliti dengan Kasi Binadik, Bapak Diding, Jakarta 4 Desember 2014 61

Wawancara pribadi dengan WBP, Opik, Jakarta 8 Desember 2014 62

Wawancara pribadi peneliti dengan Kasi Binadik, Bapak Diding, Jakarta 4 Desember 2014

Page 75: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

“Sebelum mereka dapat mengikuti program reintegrasi sosial harus ada syarat-

syarat yang harus mereka penuhi.”63

“Pertamanya saya ikut program tamping masjid itu mba, setau saya kalo mau

ikut PB mesti ikut program. Ibu saya yang jadi penanggung jawab yang ngurusin

(pembebasan bersyarat), ke RT, RW, Kelurahan. Berkas semuanya beres, terus

saya sidang mba. Saya dikabulin pemintaan PB-nya karena semua syarat kan

udah saya penuhin. Abis itu yaudah deh tunggu tanggal keluarnya”64

Dari penjelasan diatas diperoleh bahwa sebelum mengikuti program reintegrasi

sosial yang lebih dikenal dengan Pembebasan Bersyarat, narapidana harus mengikuti

proses pemasyarakatan terlebih dahulu. Pembebasan bersyarat bukan berarti mengobral

masa tahanan narapidana, karena untuk mendapatkan hak ini Kemenkumham sudah

memperketat persyaratannya dengan mengubah PP 32/99 dengan PP 28/2006 dan

kemudian disempurnakan dengan PP 99/2012. 1/3 masa tahanan narapidana dijalankan di

tengah-tengah masyarakat, oleh karena itu harus ada keseimbangan antara warga binaan

dan masyarakat agar masyarakat tetap aman dan warga binaan dapat kembali

bersosialisasi sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat. Hal ini sesuai

dengan BAB II Hal 24 menurut Muladi bahwa tujuan pemidanaan yang dilakukan oleh

Lapas tidak hanya memberikan keadilan bagi warga binaan tetapi juga harus memberikan

perlindungan ke masyarakat.

Pembinaan yang diberikan salah satunya adalah pembinaan kepribadian. Informan

Opik mengikuti program pembinaan yaitu Program Pesantren Terpadu Daarussyifa dan

dia tunjuk sebagai Tamping (Tahanan Pendamping)65

Masjid, tujuannya adalah untuk

lebih mendalami perihal agama dan dapat mengikuti program Pembebasan Bersyarat (PB)

63

Wawancara pribadi peneliti dengan Staff Bimkemasywat, Bapak David, Jakarta 26 November 2014 64

Wawancara pribadi peneliti dengan WBP, Opik, Jakarta 8 Desember 2014 65

Tahanan pendamping atau tamping ialah orang yang dipercaya sebagai penghubung antara

narapidana dan staff /petugas lapas.

Page 76: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

yang memang salah satu syaratnya yaitu syarat substantif adalah Warga Binaan aktif

minimal satu program pembinaan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan informan

Opik dan Bapak David.

“Yah pengen lebih tau agama lah ikut program di masjid. Terus juga kan kalo ga

ikut program saya susah mba kalo mau daftar pb nya. Daftar PB (Pembebasan

Bersyarat) kan mesti ikut program dulu.”66

“ada juga syarat substantif yaitu perilakunya sudah berubah atau belum. Sudah

berubah atau belumnya kita bisa lihat dari selama 9 bulan ia di lapas ia tidak

pernah ada Register F (Pelanggaran Tata Tertib). Lalu dia juga aktif dalam

program pembinaan.”67

“Dia kan di lapas ikut yang di masjid itu katanya. Saya liatnya udah ada

perubahan sih. Sekarang mah udah ga pernah keluar malem. Sholat juga rajin.

Terus sekarang katanya mau dakwah tuh.”68

Berdasarkan pernyataan Ibu Opik diatas, sudah ada respon atau reaksi Opik mau

menerima pengetahuan yang ia dapatkan di program pesantren masjid. Dari program

tersebut Opik dibekali pentingnya sholat lima waktu, membaca Al-Qur’an dan juga

pentingnya puasa. Hal tersebut dapat menjadi bekal bagi Opik untuk kembali ke tengah-

tengah masyarakat dengan mengadaptasi pengetahuan yang ia peroleh di program

pesantren seperti puasa, sholat, mengaji, dll yang dapat diterima oleh masyarakat tempat

ia tinggal. Perubahan yang dilakukan Opik diatas sesuai dengan teori Perilaku menurut

Soekidjo dalam BAB II Hal 39.

Dari kutipan wawancara diatas juga ditekankan pentingnya syarat substantif

disamping syarat administratif. Bapak David mengatakan bahwa selama 9 bulan Opik di

Lapas dan mengikuti program pembinaan apakah ia melakukan pelanggaran tata tertib

66

Wawancara pribadi peneliti dengan WBP, Opik, Jakarta 8 Desember 2014 67

Wawancara pribadi peneliti dengan Staff Bimkemasywat, Bapak David, Jakarta 26 November 2014 68

Wawancara pribadi peneliti dengan Ibu WBP, Opik, Jakarta 15 Desember 2014

Page 77: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

atau tidak, melakukan pelanggaran ringan atau berat. Kalau pelanggaran berat misalnya

seperti melakukan tindakan kekerasan terhadap sesama penghuni ataupun petugas maka

akan diperiksa dan diberikan tindakan disiplin berupa penempatan sementara dalam sel

pengasingan. Dari hal tersebut ketika pemeriksaan berkas untuk mengajukan Pembebasan

Bersyarat maka akan dipertimbangkan.

Setelah menjalani 2/3 masa tahanan dan memenuhi persyaratan lalu mengajukan

permohonan Pembebasan Bersyarat maka Lapas menunjuk Bapas tempat penanggung

jawab tinggal dan diadakan Penelitian Kemasyarakatan. Hal ini sesuai dengan apa yang

dijelaskan oleh Bapak. David, yaitu :

“Nah dari lapas lalu diserahkan ke bapas. Nanti bapas melakukan wawancara

kepada narapidana dan survey ke alamat penjamin. Apakah di alamat penjamin

eks napi ini bisa diterima atau tidak. Setelah itu bapas menuliskan laporan untuk

diserahkan ke lapas untuk rekomendasi.”69

“Yang pertama kita lakukan adalah melakukan penelitian masyarakat. Kita

berkunjung ke rumah penanggung jawab si klien ini. Kita mengambil data-data

lingkungannya, bagaimana kondisi lingkungannya semuanya ya lalu kita ke

pemerintah setempat menyetujui atau tidak ini orang dikembalikan ke lingkungan

setempat.”70

“saya yang ngurusin si Opik daftar PB itu. Saya dateng ke lapas terus di kasih

penjelasan saya mesti ngawasin si Opik ntar kalo dia udah keluar. Kita ke pa RT

juga minta tanda tangan bisa ga si Opik tinggal disini lagi gitu sama ada petugas

yang nemenin kita.”71

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan bekerja sama

dengan Balai Pemasyarakatan (Bapas) dalam penelitian kemasyarakatan. Karena setelah

narapidana selesai menjalani masa pembinaannya di Lapas dan mengikuti program

69

Wawancara pribadi peneliti dengan Staff Bimkemasywat, Bapak David, Jakarta 26 November 2014 70

Wawancara pribadi peneliti dengan Kasubsi Bimkemas Bapas Salemba, Bapak. Agus, Jakarta 31 Desember 2014 71

Wawancara pribadi peneliti dengan Ibu WBP, pada 15 Desember 2014

Page 78: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

reintegrasi sosial maka Bapas sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam memberikan

pembinaan sampai masa tahanan si narapidana selesai. Bapas yang bertanggung jawab

disini adalah Bapas yang sesuai dengan tempat tinggal si penanggung jawab. Contohnya

adalah Opik, karena penanggung jawabnya yakni ibunya tinggal di Menteng, Jakarta

Pusat maka Bapas yang di tunjuk adalah Bapas yang terletak di Jakarta Pusat yaitu Bapas

Salemba.

Dari wawancara di atas juga pihak Lapas tidak hanya memberikan pembinaan

kepada narapidananya saja, tetapi juga masyarakat berhak mengetahui bahwa nantinya

akan ada bekas warga binaan tinggal bersama mereka dalam satu lingkungan (Lihat BAB

II hal 24). Hal ini bertujuan untuk sedapat mungkin menghindarkan adanya pemberian

labelling atau stigma yang biasanya dialamatkan pada bekas pelaku tindak pidana

kejahatan. Karena hal tersebut disadari atau tidak akan mempersulit pengembalian

mereka (reintegrasi) ke dalam masyarakat (Lihat BAB II Hal 37).

Setelah Penelitian Kemasyarakatan dilakukan oleh Bapas, maka Sidang TPP pun

dilaksanakan. Sidang ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pembebasan Bersyarat yang

diajukan dapat diteruskan atau tidak. Hal ini dijelaskan oleh Bapak David dan Bapak

Agus.

“Setelah itu setiap hari kamis dua minggu sekali lapas mengadakan sidang Tim

Pengamat Pemasyarakatan atau sidang TPP. Tujuannya adalah untuk

mengetahui apakah reintegrasi sosial ini akan dilanjutkan atau tidak kalo

misalnya di lingkungannya dia di tolak. Penjamin dan narapidana harus datang.

Sebagai ketua tim yaitu KASI BINADIK. Setelah selesai, hasil sidang diusulkan

ke KALAPAS, baru setelah itu ke KANWIL. Dari KANWIL sidang TPP tersebut

bila disetujui maka diserahkan ke DIRJEN PAS baru setelah itu ke Menteri

Hukum dan HAM.”72

72

Wawancara pribadi peneliti dengan Staff Bimkemasywat, Bapak David, Jakarta 26 November 2014

Page 79: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

“…nah nanti baru kita sidang lagi menentukan apakah si napi ini boleh tinggal di

tempat si penanggung jawab ini apa tidak. Setelah sidang disetujui dan

melakukan pemeriksaan berkas.”73

“Berkas semuanya beres, terus saya sidang mba, pake kemeja putih celana item

kaya orang mau interview kerjaan gitu hehehe. Saya dikabulin pemintaan PB nya

karena semua syarat kan udah saya penuhin. Abis itu yaudah deh tunggu tanggal

keluarnya.”74

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa untuk memperoleh reintegrasi

sosial, narapidana harus mengikuti serangkaian persyaratan yang sudah diperketat oleh

Kemenkumham dengan mengubah PP 32/99 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan

Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dengan PP 28/2006 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999, dan kemudian disempurnakan dengan PP

99/2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999

Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. PP

terakhir menambah beberapa persyaratan remisi dan PB khusus kepada warga binaan

kategori khusus seperti narkoba, teroris, korupsi dan kejahatan transnasional lainnya.

B. Tahapan Pembebasan Bersyarat pada Warga Binaan Pemasyarakatan

Pembinaan tidak hanya dilakukan di dalam Lapas namun ada juga yang dilakukan di

luar Lapas. Pembinaan yang dilakukan di luar lapas menjadi tanggung jawab Balai

Pemasyarakatan (Bapas). Balai Pemasyarakatan yang dijadikan bahan penelitian ini adalah

Bapas yang terletak di Pusat Jakarta sesuai dengan apa yang peneliti jelaskan sebelumnya.

Setelah menjalani 2/3 masa tahanan dan diizinkan untuk mengikuti PB (Pembebasan

Bersyarat), maka sepenuhnya Opik berada di bawah pengawasan Bapas. Seminggu setelah

tanggal Opik keluar maka ia diwajibkan untuk melapor ke Kejaksaan dan Bapas.

73

Wawancara pribadi peneliti dengan Kasubsi Bimkemas Bapas Salemba, Bapak. Agus, Jakarta 31 Desember 2014 74

Wawancara pribadi peneliti dengan WBP, Opik, Jakarta 8 Desember 2014

Page 80: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

“seminggu keluar dari lapas saya disuruh lapor ke Kejaksaan sama Bapas mba.

Dari bapas pusat ga ada program lagi katanya. Saya malah disuruh nyari

pekerjaan sendiri dan setiap bulan harus lapor ke kejaksaan dan bapas pusat.”75

“Setelah sidang disetujui dan melakukan pemeriksaan berkas, seminggu

setelahnya kita Bapas melakukan assessment yaitu menggali permasalahan klien.

Apa sih kesulitan klien nanti setelah keluar. Kebanyakan sih mereka itu susah

mencari pekerjaan. Ada juga yang bermasalah dengan keluarga, makanya kita

adakan konseling.”76

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa apa yang di dapatkan Opik tidak sesuai dengan

apa yang sudah di jelaskan oleh Bapak Agus. Opik mengatakan bahwa ia hanya melapor

bahwa ia masih tinggal di Menteng dan diminta untuk mencari pekerjaan sendiri. Padahal

setelah menjalani proses pembinaan di Lapas, narapidana masih membutuhkan peran

lembaga untuk dapat mengembangkan dirinya dan dapat kembali menjadi manusia normal

seperti sebelum ia melakukan tindak pidana kejahatan (Lihat BAB II Hal 29).

Selain harus melapor setiap bulan sekali ke Bapas, Klien juga harus mengikuti

penyuluhan yang diadakan dengan tema-tema yang berbeda. Temanya antara lain tentang

hukum, agama, dan lain-lain. Penyuluhan yang diberikan hanya untuk klien. Hal ini sesuai

dengan apa yang di ungkapkan oleh Bapak Agus.

“Setelah pemberkasan beres semua, si klien ini masih tetap harus lapor ke Bapas

sebulan sekali. Kami juga melakukan penyuluhan kepada semua klien. Namanya

Bimbingan Kepribadian. Jadi kita kumpulkan semua klien yang bersedia, lalu kita

adakan penyuluhan. Tema nya macam-macam, ada tentang hukum, agama dan

lain-lain.”77

Berdasarkan wawancara di atas, pihak Bapas memberikan Bimbingan

Kepribadian kepada para klien guna mendapatkan pengetahuan sesuai dengan tema yang

diberikan. Namun tidak mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tempat klien tinggal.

75

Wawancara pribadi peneliti dengan WBP, Opik, Jakarta 15 Desember 2014 76

Wawancara pribadi peneliti dengan Kasubsi Bimkemas Bapas Salemba, Bapak. Agus, Jakarta 31 Desember 2014 77

Wawancara pribadi peneliti dengan Kasubsi Bimkemas Bapas Salemba, Bapak. Agus, Jakarta 31 Desember 2014

Page 81: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Hal ini menjadi begitu sangat penting karena kebanyakan orang masih memberikan

labelling kepada mereka yang pernah menjadi bekas narapidana. Padahal jika ingin

reintegrasi sosial berhasil harus ada interaksi antar ketiga subyek, yaitu warga binaan,

masyarakat dan petugas kemasyarakatan (Lihat Bab II Hal 30)

Langkah yang dilakukan oleh Bapas dalam memberikan bimbingan kepribadian

kepada klien namun tidak dibarengi oleh penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat

membuat anggota masyarakat tidak mempunyai kepercayaan kepada bekas warga binaan.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Y, salah seorang warga tempat Opik tinggal

mengatakan bahwa :

“…Ya kita mah nerima-nerima aja mba, namanya dia juga warga disini udah

lama juga. Tapi ya kadang khawatir juga sih. Dia masih make apa ngga.

Kemaren aja saya liat dia ke rumah perempuan itu (perempuan tetangga Ibu Y

yang dicurigai sebagai pengedar narkoba) tuh mba. Ngapain coba kalo ga beli

(narkoba). Yah tapi saya udahlah ga mau suudzon (berprasangka buruk), yang

penting jaga diri sendiri sama keluarga aja. Dia juga udah kerja sih, di tempat

yang kemaren tuh. Kemaren dia kerja di matrial jadi ngangkat-ngangkat barang

gitu. Dia kerja disitu lagi kayanya”78

Dari wawancara diatas terlihat bahwa salah seorang anggota masyarakat tidak

berkeberatan jika Opik tinggal di lingkungannya karena ia merasa Opik adalah bagian

dari lingkungannya juga. Tetapi ia masih merasa was-was karena ia pernah melihat Opik

datang ke rumah perempuan yang dicurigai sebagai pengedar narkoba. Dari situ Ibu Y

tidak langsung percaya bahwa Opik sudah berhenti menjadi pemakai. Atas tindakan yang

dilakukan Opik, hal ini memberikan interpretasi kepada Ibu Y bahwa Opik masih

merupakan seorang pecandu narkoba dan memberikan reaksinya bahwa ia harus menjaga

78

Wawancara pribadi peneliti dengan Warga tempat WBP tinggal, Ibu Y pada 15 Desember 2014

Page 82: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

dirinya dan keluarganya agar tidak terpengaruh apa yang dilakukan Opik (Lihat Bab II

Hal 36).

Susahnya pecandu narkoba melepaskan ketergantungannya tidak terlepas dari

pengendalian dirinya sendiri dan lingkungan tempat ia bergaul. Dengan mental dan

agama yang kuat seharusnya tidak menjadi masalah jika narkoba kembali menyerang

tubuhnya. Namun kadangkala lingkungan bisa menjadi senjata mematikan jika tidak bisa

menahan diri. Sudah menjadi rahasia umum lingkungan tempat tinggal Opik menjadi

sarang peredaran narkoba. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Y yang sudah tinggal disana

selama hidupnya.

“Wah daerah sini mah udah rusak mba. Serem deh. Saya aja ati-ati banget nih

tinggal disini, mana saya kan punya anak laki-laki. Seremnya ya pada gitu, pada

ngegele (pakai ganja). Disitu aja tuh di depan ada pengedarnya tuh. Mana

perempuan, pake jilbab kalo mba mau tau. Ga percaya kan mba ? saya juga ga

percaya tadinya, tapi ngeliat orang-orang yang ngegele pada ngedatengin dia ya

tau deh kita.”79

Hal di atas menjelaskan bahwa Opik dan warga tempat tinggalnya dapat mengisi

kebutuhan antara satu dengan yang lainnya dalam hal narkoba. Namun sudah jelas bahwa

bukan itu tujuan dari reintegrasi sosial. Oleh karena itu Bapas harus memberikan

bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat untuk Opik dapat kembali ke masyarakat

sebagai pribadi yang baru dan bersih. Juga agar tidak ada pihak yang menjadi Opik kedua

(Lihat Bab II Hal 29).

Untuk menyesuaikan diri di tengah masyarakat tanpa harus melakukan hal yang

sama seperti sebelum masuk Lapas, Bapas memberikan bimbingan keterampilan yang

dapat diikuti oleh klien. Bimbingan keterampilan yang disediakan oleh Bapas terdiri dari

service HP, Sekolah Mengemudi, Salon, Massage, Service Ac, dan lain-lain.

79

Wawancara pribadi peneliti dengan Warga tempat WBP tinggal, Ibu Y pada 15 Desember 2014

Page 83: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

“Selain penyuluhan kita juga bekerja sama dengan pihak ke-3 untuk Bimbingan

Keterampilan. Ada beberapa keterampilan yang kita sediakan, ada service HP,

sekolah mengemudi nah sekolah mengemudi ini kita usahakan sampai mereka

mendapat SIM A dan mendapat sertifikat, lalu ada salon kebanyakan yang wanita

yang ikut keterampilan ini, ada juga service AC, sama pijet atau massage.”80

“Dari bapas pusat ga ada program lagi katanya. Saya malah disuruh nyari

pekerjaan sendiri dan setiap bulan harus lapor ke kejaksaan dan bapas pusat.”81

Dari wawancara di atas, kita dapat melihat kembali kutipan Opik yang tidak

mendapatkan program yang diadakan oleh Bapas. Memang banyak keterbatasan dalam

memberikan program baik itu bimbingan kepribadian dan keterampilan.

“Dari seribuan klien kita, kita hanya mampu seratusan untuk mengikuti bimker

ini. Karena ya itu tadi anggaran kita sangat kurang.”82

“tidak bisa semua kita berikan bimbingan to, kita kan punya keterbatasan

anggaran. Setahun hanya 80 yang kita berikan bimker. Dari 80 orang itu kita

lihat kebanyakan apa yang mau mereka ambil. Kebanyakan setir mobil.”83

84

Berdasarkan hasil wawancara di atas dijelaskan bahwa pendalaman masalah

kepada klien sangat diperlukan agar pemberian keterampilan tidak salah sasaran

dikarenakan anggaran yang tidak mencukupi. Untuk Opik sendiri ia memang sudah

berencana setelah keluarnya dari Lapas ia ingin menjadi seorang pendakwah yang

tergabung dalam Majelis Dakwah di Kebon Jeruk. Seperti yang ia ungkapkan sebagai

berikut :

“Kalo saya nanti keluar saya mau gabung di Jamaah Dakwah yang ada di Kebon

Jeruk mba. Siapa tau ada rezeki dari situ. Saya bisa ke kota-kota di Indonesia

80

Wawancara pribadi peneliti dengan Kasubsi Bimkemas Bapas Salemba, Bapak. Agus, Jakarta 31 Desember 2014 81

Wawancara pribadi peneliti dengan WBP, Opik, Jakarta 15 Desember 2014 82

Wawancara pribadi peneliti dengan Kasubsi Bimkemas Bapas Salemba, Bapak. Agus, Jakarta 31 Desember 2014 83

Wawancara pribadi peneliti dengan Kepala Seksi Bimbingan Klien Dewasa Bapas Pusat, Bapak Fredy pada 5

Maret 2015 84

Bapak Fredy adalah Kepala Bimbingan Klien Dewasa di Balai Pemasyarakatan Salemba Jakarta Pusat. Tugas

beliau adalah melakukan penelitian kemasyarakatan dengan tim nya dan juga melakukan pendampingan,

pengawasan dan pembimbingan.

Page 84: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

nyebarin dakwah. Yang penting kan kita akhirat dapet insya Allah dunia juga

dapet. Itu aja sih sekarang pikiran saya. Mudah-mudahan masyarakat seneng lah

sama perubahan saya yang begini.” 85

Dari petikan wawancara di atas terlihat bahwa Opik mencoba untuk

mengefektivkan dirinya untuk kembali bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat

walaupun tanpa bantuan dari Lapas dan Bapas. Semakin keras usaha Opik untuk merubah

nilai negatif yang ada dirinya, semakin ampuh Opik menjadikan dakwah sebagai

jembatan sosialisasi dengan masyarakat maka makin besar hasil yang dicapai untuk Opik

dapat diterima kembali oleh masyarakat tanpa harus mendapatkan label sebagai seorang

bekas pecandu narkotika (Lihat Bab II Hal 27).

C. Faktor Penghambat Program Reintegrasi Sosial di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A

Narkotika Cipinang

Pentingnya dikemukakan mengenai beberapa unsur yang merupakan subyek bagi

berhasilnya reintegrasi. Adanya problematika dalam pelaksanaan program reintegrasi sosial

bagi narapidana menyebabkan sistem kemasyarakatan belum berjalan seperti yang

diharapkan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan beberapa faktor

penghambat efektifitas dalam pelaksanaan program reintegrasi sosial bagi narapidana. Yang

pertama yaitu dari Warga Binaan itu sendiri. Karena dalam proses pemasyarakatan sering

terbentur sikap kemauan Warga Binaan yang tidak ingin berubah. Ia merasa sudah nyaman

dengan kehidupan sebelumnya. Juga daya serap narapidana yang berbeda-beda dalam

menerima bimbingan. Kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat luar untuk menerima

85

Wawancara pribadi peneliti dengan WBP, Opik, Jakarta 15 Desember 2014

Page 85: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Warga Binaan secara terbuka tanpa penuh kecurigaan karena masih menganggap Warga

Binaan adalah pelaku kriminal. Hal ini di ungkapkan oleh informan Y mengenai aktifitas

Opik di rumah.

“Hambatannya adalah dari beberapa dari napi tidak berubah. Juga pandangan

masyarakat masih menganggap kriminal.”86

“…tapi ya kadang khawatir juga sih. Dia (Opik) masih make apa ngga. Kemaren aja

saya liat dia ke rumah perempuan (perempuan yang dicurigai sebagai pengedar

narkoba) itu tuh mba. Ngapain coba kalo ga beli.”87

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa masyarakat belum sepenuhnya percaya kepada

Opik, karena aktivitas Opik yang masih belum melepaskan barang haram tersebut. Itu berarti

ada dalam diri Opik yang masih tidak mau berubah karena sudah terlanjur nyaman dengan

kehidupan sebelumnya. Pengendalian diri sendiri harus kuat agar tidak terpengaruh hal-hal

yang negatif.

Hal ini dipertegas oleh beberapa kalimat yang keluar dari Opik sendiri mengenai

narkoba yang biasa ia konsumsi.

“…tapi kalo lagi bengong sendiri kadang-kadang mikir pengen make lagi, kebayang-

bayang terus mba rasanya. Apalagi putaw.”88

Dari kutipan wawancara di atas terlihat bahwa bimbingan sebaik apapun yang

diberikan tidak akan berhasil bila dari dirinya sendiri tidak memiliki keinginan untuk berubah.

Usaha Opik dalam merubah nilai-nilai dalam dirinya dengan mengikuti bimbingan

keagamaan tidak akan terwujud jika tidak ada pengendalian dalam dirinya juga lingkungan

yang masih menyediakan barang haram tersebut dengan mudah.

86

Wawancara pribadi peneliti dengan Staff Bimkemasywat, Bapak David, Jakarta 26 November 2014 87

Wawancara pribadi peneliti dengan Warga tempat WBP tinggal, Ibu Y pada 15 Desember 2014 88

Wawancara pribadi peneliti dengan WBP, Opik, Jakarta 15 Desember 2014

Page 86: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Kurang memadai sarana dan prasarana, misalnya sarana fisik, seperti kelas-kelas,

perlengkapan, apalagi jumlah Warga Binaan tersebut melebihi kapasitas Lembaga

Pemasyarakatan juga menjadi masalah yang harus diperhatikan. Sebagaimana yang

dijelaskan oleh Bapak Diding pada peneliti.

“Untuk hambatan Kita tidak bisa menyentuh semua warga binaan karena

keterbatasan program yang tersedia, tempat terbatas, waktu terbatas. Tempat yang

kita punya sangat terbatas hanya ada beberapa kelas tidak mungkin cukup untuk

menampung semua warga binaan yang berjumlah 3000.” 89

Selain sarana fisik, anggaran yang tidak mencukupi untuk memberikan keterampilan

seluruh Warga Binaan juga menjadi masalah yang harus dicari jalan keluarnya. Akibat dari

kurangnya anggaran hanya beberapa Warga Binaan yang dapat diberikan keterampilan.

Selain dari anggaran bidang keterampilan ini juga dapat menjadi hambatan, karena pada

awalnya banyak narapidana tidak memiliki keahlian khusus jadi harus di lihat dulu apakah

memang serius atau tidak ingin mengikuti keterampilan ini.

“Untuk hambatan dari Bapas, kita sangat kekurangan anggaran. Untuk besarannya saya

tidak tahu berapa karena itu kan bukan kapasitas saya.”90

“Dari seribuan klien kita, kita hanya mampu seratusan untuk mengikuti bimker ini.

Karena ya itu tadi anggaran kita sangat kurang. Kita lihat apakah dia benar-benar

serius ingin ikut bimbingan atau tidak. Kita bisa lihat dia rajin melapor tidak selama

sebulan. Kalau dia rutin melapor sesuai jadwal dan melihat keseriusan ingin mengikuti

bimker, maka kita persilakan. Kan sayang dananya juga kalo sudah kita sediakan

ternyata merekanya malas-malasan. Jadi kita seleksi lah istilahnya”91

89

Wawancara pribadi peneliti dengan Kasi Binadik, Bapak Diding, Jakarta 4 Desember 2014 90

Wawancara pribadi peneliti dengan Kasubsi Bimkemas Klien Dewasa, Bapak. Agus pada 31 Desember 2014. 91

Wawancara pribadi peneliti dengan Kepala Seksi Bimbingan Klien Dewasa Bapas Pusat, Bapak Fredy pada 5

Maret 2015

Page 87: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan yang telah penulis kemukakan tentang Program Reintegrasi

Sosial Pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Klas II A Narkotika Cipinang Jakarta,

maka dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut :

1. Program Reintegrasi Sosial atau yang lebih dikenal dengan Pembebasan Bersyarat oleh

para Warga Binaan Pemasyarakatan ini bertujuan untuk mengembalikan Warga Binaan

untuk kembali bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat sebagai seorang yang pernah

terkena masalah hukum tanpa harus memberikan stigma negatif terhadap perbuatan atau

kesalahan yang telah mereka buat dengan pembinaan yang mereka dapatkan di Lapas.

Berbicara masalah keefektifan suatu pemidanaan tak terbatas hanya pada berat vonis

yang dijatuhkan oleh majelis hakim ataupun lama masa pemidanaan seorang narapidana,

akan tetapi juga sangat bergantung pada sarana maupun fasilitas-fasilitas penunjang yang

ada di dalam suatu lembaga pemasyarakatan. Selain untuk mengembalikan keseimbangan

dari sikap pelaku kejahatan agar jera dan tidak mengulang kejahatannya lagi, lembaga

pemasyarakatan narkotika memiliki tugas penting untuk menangani dan berusaha

menghilangkan sifat ketergantungan narkotika dari warga binaannya. Namun pembinaan

bagi narapidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan belum dilaksanakan secara

optimal. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan masyarakat yang masih khawatir dengan

mantan warga binaan kembali lagi menjadi seorang pecandu narkotika.

Page 88: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

2. Faktor pendorong pembinaan bagi narapidana narkotika adalah karena terorisme

merupakan kejahatan yang harus ditanggulagi. Pembinaan juga merupakan amanat dari

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan dan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan

Hak Warga Binaan Pemasyarakatan serta visi dan misi dari lembaga pemasyarakatan.

Upaya pembinaan merupakan salah satu gerakan perlindungan masyarakat.

3. Faktor penghambat setia mengiringi jalannya Program Reintegrasi Sosial di Lapas.

Beberapa faktor penghambat yang harus segera diselesaikan permasalahannya adalah

yang pertama yaitu dari Warga Binaan itu sendiri. Karena dalam proses pemasyarakatan

sering terbentur sikap kemauan Warga Binaan yang tidak ingin berubah. Ia merasa sudah

nyaman dengan kehidupan sebelumnya Kedua kurangnya partisipasi aktif dari

masyarakat luar untuk menerima Warga Binaan secara terbuka tanpa penuh kecurigaan

karena masih menganggap Warga Binaan adalah pelaku kriminal. Ketiga kurang

memadai sarana dan prasarana, misalnya sarana fisik, seperti kelas-kelas, perlengkapan,

apalagi jumlah Warga Binaan tersebut melebihi kapasitas Lembaga Pemasyarakatan.

Keempat anggaran yang tidak mencukupi untuk memberikan keterampilan seluruh

Warga Binaan. Last buat not least kelebihan daya tampung atau over capacity menjadi

salah satu kendala utama yang dihadapi oleh Lapas, tidak hanya di Lapas Narkotika Klas

II A Jakarta tetapi hampir disemua Lapas di Indonesia.

Page 89: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

B. SARAN

Dalam menjalankan Program Reintegrasi Sosial masih banyak kendala dan hambatan

yang perlu diselesaikan. Berikut adalah kendala dan saran yang penulis rangkum mengenai

Program Reintegrasi Sosial di Lapas Klas II A Narkotika Cipinang Jakarta :

1. Mengenai Warga Binaan itu sendiri. Karena dalam proses pemasyarakatan sering

terbentur sikap kemauan Warga Binaan yang tidak ingin berubah. Ia merasa sudah

nyaman dengan kehidupan sebelumnya. Juga daya serap narapidana yang berbeda-beda

dalam menerima bimbingan. Untuk Warga Binaan yang tidak ingin berubah karena sudah

nyaman dengan kehidupan sebelumnya, harusnya ada Pekerja Sosial yang diperkerjakan

guna membantu permasalahan yang dihadapi oleh Warga Binaan. Pekerja sosial dapat

menjadi konselor yang akan memberikan bimbingan sosial dan dapat menjadi broker,

yaitu menghubungkan Warga Binaan yang dibantunya dengan sumber-sumber yang

terdapat dalam Lapas jika Warga Binaan memiliki kemauan yang berbeda dengan

program-prgram yang disediakan oleh Lapas.

2. Kurang memadai sarana dan prasarana, misalnya sarana fisik, seperti kelas-kelas,

perlengkapan, apalagi jumlah Warga Binaan tersebut melebihi kapasitas Lembaga

Pemasyarakatan. Memanfaatkan sekecil mungkin sarana fisik yang tidak terpakai. Untuk

kelas-kelas yang dirasa kurang, Lapas dapat memanfaatkan lapangan atau spot-spot

kosong yang memungkinkan untuk menjalani pembinaan. Karena belajar tidak harus

dilaksanakan di kelas yang tersedia meja, kursi dan papan tulis.

3. Kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat luar untuk menerima Warga Binaan secara

terbuka tanpa penuh kecurigaan karena masih menganggap Warga Binaan adalah pelaku

kriminal. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat tentang Warga Binaan yang sejatinya

Page 90: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

sama dengan manusia lainnya. Pernah berbuat kesalahan dan sudah menebusnya dengan

menjalani pembinaan di Lapas. Pekerja Sosial dapat menjadi Educator kepada

masyarakat, menjelaskan pembinaan yang dilakukan oleh Lapas kepada Warga Binaan

agar mereka dapat kembali bersosialisasi dan tidak akan mengulangi perbuatan yang

melanggar nilai dan norma sosial lagi.

4. Anggaran yang tidak mencukupi untuk memberikan keterampilan seluruh Warga Binaan.

Akhirnya hanya dapat beberapa Warga Binaan yang dapat diberikan keterampilan. Para

Warga Binaan yang menjalani keterampilan dapat mengasah kemampuannya dan

menghasilkan karya sehingga karya tersebut dapat di pasarkan dan keuntungannya dapat

dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan kelas keterampilan yang membutuhkan.

5. Hambatan di bidang keterampilan karena pada awalnya banyak narapidana tidak

memiliki keahlian khusus. Keterampilan sangat penting bagi Warga Binaan, karena

bagaimanapun setelah menyelesaikan masa tahanan, Warga Binaan perlu mempunyai

minimal satu keterampilan khusus yang nantinya akan ia manfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Oleh karena itu Lapas dapat menjalin kerjasama yang intensif dengan

beberapa instansi. Misalnya dengan Depnaker (Departemen Tenaga Kerja) sebagai

instansi yang berwenang mengatasi lapangan kerja, atau bekerjasama dengan pihak

swasta yang bergerak pada bimbingan kerja.

6. Menurut Menkumham Yasonna, masalah paling berat soal overcrowding di Indonesia

adalah kejahatan narkoba. Oleh karena itu untuk mengurangi overcrowding yang terjadi

di Lapas adalah dengan merehabilitasi para pecandu narkoba. Atau dengan cara lain yaitu

me-redistribusi Warga Binaan ke Rutan atau Lapas yang kosong. Cara yang saat ini

dilakukan adalah dengan Pogram Reintegrasi Sosial.

Page 91: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta : Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi UI, 2001.

Astrid, Phill dan Susanto. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung : Bina

Cipta. 1979.

Atmasasmita, Romli. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. Bandung : PT Refika

Aditama. 2010.

Chazawi, Adami. Pelajaran Hukum Pidana, Bagian 1 : Stelsel Pidana Teori-Teori

Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2002.

Ghony, M.Djunaidi dan Almanshur Fauzan. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta :

Ar-Ruzz Media, 2012.

Gregorius, Aryadi. Putusan Hukum dalam Perkara Pidana. Jakarta : Universitas

Atmajaya. 1995.

Lexy, J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

2004.

Ma’roef, M. Ridha. Narkotika Masalah dan Bahayanya. Jakarta: CV Marga Djaya.

1986.

Marlina. Hukum Penitensier. Bandung : Refika Aditama. 2011.

Page 92: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. Bandung : Alumni.

2005.

Notoatmodjo, Soekidjio. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

2003.

Pandjaitan, Petrus dan Samuel Kikilaitety. Pidana Penjara Mau Kemana. Jakarta : CV.

Indhill Co. 2007

Pramuwito. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta : Departemen Sosial RI,

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, 1997.

RM, Suharto. Hukum Pidana Materil. Jakarta: Sinar Grafika. 1991.

Sakidjo, dkk. Uji Coba Pola Pemberdayaan Masyarakat dalam Peningkatan Integrasi

Sosial di Daerah Rawan Konflik. Jakarta : Departemen Sosial RI, Badan Pelatihan dan

Pengembangan Sosial, 2002.

Samosir, Djisman. Sekelumit tentang Penologi dan Pemasyarakatan. Bandung : Alfabeta.

2012.

Simandjuntak, B. Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. Bandung : Tarsito. 1981.

Soetomo. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2008.

Sudarto. Hukum Pidana I. Semarang : F.H. Universitas Diponogoro.1990.

Sudirman, Didin. Reposisi dan Revitalisasi Pemasyarakatan Dalam Sistem Peradilan

Pidana di Indonesia. Jakarta : CV. Alnindra Dunia Perkasa. 2007

Sugiyono. Metode Penelitian Manajemen. Bandung : Alfabeta. 2014

Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, 2004.

Syarifin, Pipin. Hukum Pidana Di Indonesia. Bandung : Pustaka Setia. 2008.

Page 93: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Tolib, Setiady. Pokok-pokok Hukum Penitensier Indonesia. Bandung : Alfabeta. 2010.

Wahyuni, Niniek Sri dan Yusniati. Manusia dan Masyarakat. Jakarta : Ganeca Exact,

2007

Perundang-undangan :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012.

Website :

Friastuti, Rini. “Kepala BNN : Pemakai Narkoba Jangan Dipidana, Tapi Diregabillitasi.” Artikel

di akses pada 18 November 2014 dari

http://news.detik.com/read/2014/10/29/162706/2733399/10/2/kepala-bnn-pemakai-

narkoba-jangan-dipidana-tapi-direhabilitasi

Muhammad Hafil. “Puluhan Ribu Narapidana Dibina di Luar Lapas.” Artikel di akses pada 18

November 2014 dari

http://m.republika.co.id/berita/koran/kesra/14/09/15/nbxhun49/puluhan-ribu-narapidana-

dibina-di-luar-lapas

Page 94: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Taufik, M. “Reintegrasi Sosial untuk Atasi Kelebihan Kapasitas Lapas.” Artikel di akses pada 18

November 2014 dari http://m.pemasyarakatan.com/Reintegrasi-Sosial-untuk-Atasi-

Kelebihan-Kapasitas-Lapas/

Skripsi dan Tesis

Putri Anisa Yuliani (109054100019) Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif

Hidayatullah 2014. Program Pembinaan Kepribadian di Lembaga Pemasyarakatan

Terbuka Kelas IIB Jakarta.

Armein Daulay, Program Studi Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia Pascasarjana 2000.

Reintegrasi sosial dan Resosialisasi Bekas Narapidana Wanita Dari Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Tanggerang ke Dalam Masyarakat.

Brosur

Brosur Profil Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan Klas I Jakarta Pusat

Page 95: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Pedoman wawancara untuk Kepala Seksi Bina Narapidana dan Anak Didik

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Jakarta

Tempat / Ruang Wawancara :

Hari, Tanggal Wawancara :

Pukul :

Informan :

Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan reintegrasi sosial ?

2. Apa tujuan dibentuknya program tersebut ?

3. Bagaimana lapas mewujudkan program reintegrasi sosial tersebut ?

4. Bekerja sama dengan siapa saja lapas menjalankan program tersebut ?

5. Apa saja manfaat program reintegrasi sosial bagi lapas, narapidana dan masyarakat ?

6. Apa saja hambatan atau kendala ketika menjalankan program tersebut ?

Page 96: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Pedoman wawancara untuk Staff Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Jakarta

Tempat / Ruang Wawancara :

Hari, Tanggal Wawancara :

Pukul :

Informan :

Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan program reintegrasi sosial ?

2. Apa tujuan diadakannya program tersebut ?

3. Siapa yang membuat program ?

4. Bagaimana proses reintegrasi sosial tersebut ?

5. Apa kelebihan dan kekurangan program reintegrasi sosial ?

6. Apa syarat mengikuti program tersebut ?

7. Bekerja sama dengan siapa saja program tersebut ?

Page 97: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Pedoman wawancara untuk Warga Binaan Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Jakarta

Tempat / Ruang Wawancara :

Hari, Tanggal Wawancara :

Pukul :

Informan :

Pertanyaan

1. Bagaimana kronologis penangkapan anda ?

2. Apa kegiatan atau program yang anda ikuti ?

3. Apa peran lapas atau pegawai terhadap kegiatan anda ?

4. Apa alasan anda mengikuti program ?

5. Alasan anda mengikuti pembebasan bersyarat ?

6. Bagaimana proses anda mengikuti program pembebasan bersyarat ?

7. Apakah ada kekhawatiran sebagai eks napi untuk berinteraksi dengan masyarakat ketika anda

keluar nanti ?

8. Apa yang anda harapkan ketika keluar nanti ?

9. Apakah kesulitan atau hambatan anda selama anda berada di lapas ?

Page 98: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Pedoman wawancara untuk Keluarga Warga Binaan Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Jakarta

Tempat / Ruang Wawancara :

Hari, Tanggal Wawancara :

Pukul :

Informan :

Pertanyaan

1. Bagaimana kehidupan sehari-hari WBP di rumah ?

2. Apa yang menjadi alasan WBP menggunakan narkoba ?

3. Bagaimana perasaan anda ketika WBP menjadi tahanan Lapas ?

4. Apa alasan anda bersedia menjadi penanggung jawab WBP ?

5. Apakah ada perubahan yang terjadi kepada WBP ?

6. Apakah anda khawatir terhadap tanggapan masyarakat setelah WBP keluar dari Lapas ?

7. Harapan anda terhadap program Lapas ?

Page 99: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Pedoman wawancara untuk Kepala Sub Seksi Pemasyarakatan Klien Dewasa

Balai Pemasyarakatan Klas I A Salemba, Jakarta Pusat

Tempat / Ruang Wawancara :

Hari, Tanggal Wawancara :

Pukul :

Informan :

Pertanyaan

1. Bagaimana proses Bapas dalam melakukan pembinaan klien di luar Lapas ?

2. Apa saja program yang Bapas melakukan pembinaan klien di luar Lapas ?

3. Peran Bapas dalam mengembalikan klien (Warga Binaan Pemasyarakatan) untuk kembali

bersosialisasi dengan masyarakat ?

4. Adakah program khusus untuk terpidana narkoba ?

5. Apa manfaat dan hambatan dalam melakukan pembinaan ?

Page 100: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Pedoman wawancara untuk Warga Tempat Tinggal Warga Binaan

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Jakarta

Tempat / Ruang Wawancara :

Hari, Tanggal Wawancara :

Pukul :

Informan :

Pertanyaan

1. Apa hubungan anda dengan Opik dan sudah berapa lama kenal dengannya ?

2. Bagaimana perilaku Opik yang anda kenal selama ini ?

3. Bagaimana situasi atau kondisi lingkungan tempat anda dan Opik tinggal ?

4. Apakah ada kegiatan yang atau pihak yang membantu memberantas peredaran narkoba

disini ? dari warga atau dari pihak luar ?

5. Bagaimana tanggapan atau reaksi masyarakat tempat anda tinggal setelah Opik keluar dari

Lapas ?

6. Apa harapan anda sebagai masyarakat yang lingkungan tempat tinggalnya terdapat bekas

narapidana khususnya narapidana kasus narkotika ?

Page 101: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Transkrip Wawancara

Program Reintegrasi Sosial pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas

II A Jakarta

Tempat / Ruang Wawancara : Ruang Kasi Binadik

Waktu Wawancara : Kamis, 4 Desember 2014

Pukul : 11.30 WIB

Informan : Bpk. Diding Alpian, Amd.IP ,S.Sos, M.Si

Jabatan : Kepala Seksi Bina Narapidana atau Anak Didik

Pertanyaan :

No Pertanyaan Jawaban

1 Menurut Bapak, apa

yang dimaksud dengan

Reintegrasi Sosial ?

Reintegrasi sosial yaitu memasyarakatkan

kembali warga binaan yang sudah selesai

mengikuti progaram dengan waktu yang telah

ditentukan.

2 Apa tujuan dibentuknya

program tersebut ?

Narapidana itu bukan penjahat, mereka hanya

salah jalan, tersesat, melanggar ketentuan

pidana. Oleh karena itu agar mereka tidak salah

jalan lagi, di lapas ada yang namanya program

pembinaan dengan waktu yang telah di

tentukan, baik di dalam lapas maupun di luar

lapas mereka bisa belajar satu keterampilan

yang dia bisa agar nanti setelah keluar dari

lapas mereka bisa bersosialisasi kembali. Salah

satu programnya adalah Asimilasi dan PB

(Pembebasan Bersayarat).

3 Bagaimana Lapas

mewujudkan program

reintegrasi sosial

tersebut ?

Sebelum benar-benar kembali ke masyarakat,

narapidana harus kita beri bimbingan terlebih

dahulu. Karena menyangkut keselamatan

masyarakat tidak kita keluarkan begitu saja

narapidana yang sudah habis masa tahanannya.

Tahapannya adalah sebagai berikut :

Pertama Warga Binaan akan di daftarkan di

Bagian Registrasi. Disini para Warga Binaan

akan dikenalkan dengan lingkungan barunya

yaitu lembaga pemasyarakatan. Warga Binaan

dijelaskan mengenai kenapa dirinya harus

Page 102: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

dibina di lembaga pemasyarakatan, dan agar

menyadari kesalahannya, serta mengenai

pembinaan akan kesadaran beragama;

kesadaran berbangsa dan bernegara, kesadaran

hukum dan kemampuan intelektual, hal tersebut

diadakan di dalam program criminon. Disana

juga akan diperiksa kesehatannya. Ada kader

kesehatan yang akan screening. Bersama

dengan dokter dan perawat melihat dari sisi

kesehatan. Mereka dilihat ada ketergantungan

tidak, atau terkena HIV tidak. Mereka akan

mendapatkan VCT, VCT itu pemeriksaan untuk

mengetahui apakah ia terkena HIV atau tidak.

Dari pemeriksaan itu, bisa terukur dosisnya,

ketergantungan atau tidak. Bisa diminimalisir.

Atau ada yang punya penyakit bisa diobati. Nah

itu dari sisi rehabilitasi medis yang pertama

melalui tahapan Mapenaling. Kedua, yaitu

Pembinaan tahap lanjutan, setelah pembinaan

tahap awal itu dijalani. Warga Binaan setelah

selesai menjalani 1/3-1/2 masa pidananya, dan

telah lulus menjalani sidang Tim Pengamatan

Pemasyarakatan (yang selanjutnya disebut

TPP). Pembinaan tahap ini merupakan

pembinaan lajutan dari pembinaan kemandirian

dan pembinaan kepribadian pada pembinaan di

tahap awal. Warga Binaan dipekerjakan dalam

kegiatan kerja di dalam Balai Latihan Kerja,

serta akan tetap mendapatkan program

pembinaan kepribadian. Setelah 1/2-2/3 masa

pidana dan melalui sidang TPP lagi maka

Warga Binaan akan melaksanakan program

asimilasi.

Dalam tahap ini mereka masuk ke kelas-kelas

pembinaan yang sudah kita sediakan. Tapi

karena saking banyaknya Warga Binaan, disini

ada 3000 napi coba kamu bayangin, kelas-kelas

kita sangat terbatas untuk menampung mereka.

Jadi karena terbatasnya sarana dan prasarana

kita batasi waktu. Mereka bebas milih mau ikut

program apa saja. Namun tiap program kita

batasi waktu tiga bulan. Setelah tiga bulan

mereka pilih lagi mau program apa. Program-

programnya kamu sudah tau kan ? nah dari

program-program itu nanti mereka ganti-

gantian. Program ini salah satu syarat untuk

Page 103: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

warga binaan mengajukan syarat PB. Kalau

mereka tidak ikut program mereka tidak bisa

ngajuin PB. setelah rehabilitasi sosial, ada yang

namanya After Care. Program-program after

care itu ada PKBM, Pramuka. Ada juga

pembinaan kemandirian. Ada 9 PK, ada

perikanan, pertanian, limbah karet, barber shop,

akupuntur aduh saya lupa udah berapa tadi

(penulis mengulangi program yang tadi

diberitahu) oh iya roti, laundry, menjahit sama

kaligrafi. Ada sekolah Al-Kitab untuk nasrani,

pesantren, ada juga Pengurus Blok tugasnya

membantu menjaga keamanan, ketertiban,

kebersihan, distribusi makanan. Komputer juga

kita ada, mereka belajar microsoft awal sama

desain grafis ada 3 kelas yang belajarnya

selama 6 bulan.

Ketiga, Pembinaan tahap akhir, dalam tahap ini

merupakan masa-masa akhir dari proses

pembinaan. Tahap ini dilaksanakan setelah

tahap lanjutan dan dijalani sampai masa

pidananya berakhir. Dalam tahap ini Warga

Binaan telah dirasakan cukup bekal untuk

kembali menjalani kehidupannya dalam

masyarakat. Warga Binaan mengalami program

integrasi agar dapat mengembalikan hubungan

kemasyarakatan yang baik dengan masyarakat

luar.

4 Bekerja sama dengan

siapa saja ketika

menjalankan program

tersebut ? Ada pihak

luar yang membantu ?

Ada instruktur dari BNN untuk program TC

(Therapeutic Community), Criminon dan

Komplementer. Tapi sejauh ini sudah tidak ada,

pegawai kita sudah mendapat pelatihan dari

tahun 2003 seperti mentor PC (Peer

Community)untuk menjalani program.Terakhir

kita latihan dengan LSM khusus program TC.

Jadi semuanya sudah kita sendiri. Tapi untuk

pengajar rohani memang ada yang dari Depag.

5 Apa saja manfaat dan

hambatan program

reintegrasi sosial bagi

lapas dan narapidana ?

Untuk lapas peran aktif mereka (warga binaan)

otomatis mengurangi penjagaan kantib.

Harapannya mereka dapat berkelakuan baik jadi

mengurangi masa pidana, mengurangi over

capacity. Untuk narapidananya sendiri mereka

bertambah sehat, pola hidup sehat, bertambah

skill dan knowledge. Mengisi waktu yang

bermanfaat juga kan. Ketika sudah di

masyarakat pun diharapkan mereka tidak

Page 104: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

mengulangi tindak pidana, dapat hidup normal

kembali, sadar hukum dan masyarakatpun tidak

memberikan stigma negatif kepada mereka.

Untuk hambatan Kita tidak bisa menyentuh

semua warga binaan karena keterbatasan

program yang tersedia, tempat terbatas, waktu

terbatas. Tempat yang kita punya sangat

terbatas hanya ada beberapa kelas tidak

mungkin cukup untuk menampung semua

warga binaan yang berjumlah 3000. Oleh

karena itu kita batasi waktu mereka mengikuti

program. Intinya sarana dan prasarana yang

tidak cukup.

Page 105: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Transkrip Wawancara

Program Reintegrasi Sosial pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Narkotika

Kelas II A Jakarta

Tempat / Ruang Wawancara : Ruang Bimkemasywat

Waktu Wawancara : Rabu, 26 November 2014

Pukul : 11.00 wib

Informan : Bpk. David Nur Iman, SH.MH

Jabatan : Staff Bimkemasywat

Pertanyaan :

No Pertanyaan Jawaban

1 Apa yang dimaksud dengan

program reintegrasi sosial

yang ada di lapas ?

Reintegrasi sosial yaitu setiap narapidana

yang diasingkan, diasingkan disini

maksudnya dia berada dalam lapas dan hilang

kemerdekaannya harus tetap diberikan

pembinaan dan bimbingan. Narapidana yang

diasingkan sebelum ia keluar atau bebas harus

ada persyaratan yang ia harus penuhi. Syarat-

syaratnya ada dalam Peraturan Pemerintah No

32 Tahun 1999. Bentuk-bentuk reintegrasi

sosial yaitu ada asimilasi, yaitu setiap

narapidana yang sudah menjalani ½ masa

hukumannya dan mengikuti program

pembinaan dengan baik juga berkelakuan baik

tidak pernah melanggar tata tertib dia dapat

mengikuti program asimilasi. Dia bisa belajar

berinteraksi dengan masyarakat, menjalani

kehidupannya sebelum masuk lapas, yaitu

bekerja atau sekolah. Bekerjanya bisa macam-

macam, kaya yang didepan tuh ada

kebersihan lingkungan. Itu napi juga. Bisa

juga kerjanya dengan pihak ke-3, pihak ke-3

maksudnya dengan pihak luar seperti

perusahaan-perusahaan atau kegiatan

perseorangan yang tidak berhubungan dengan

lapas. Tapi tentu saja dengan syarat-syarat.

Sebulan sekali dia harus laporan. Juga tidak

boleh melanggar hukum lagi. Kalau dia

melanggar hukum pas lagi dalam masa

Page 106: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

asimilasi, dia berhak masuk penjara lagi dan

sisa hukuman sebelum dia asimilasi harus dia

ikutin kembali. Selain asimilasi ada

Pembebasan Bersyarat (PB), CMB (Cuti

Menjelang Bebas), CMK (Cuti Mengunjungi

Keluarga). Nah kalau yang ini seringnya pada

ikut PB, jarang ada yang CMB atau CMK. PB

itu pembebasan beryarat. Syaratnya dia

minimal sudah menjalani 2/3 dari masa

hukuman. Kaya contohnya ada napi yang

udah ketok palu dihukumnya 6 tahun, berarti

2/3 dari 6 tahun itu kan 4 tahun. Nah kalau

sudah 4 tahun ia boleh keluar dengan syarat-

syarat seperti yang sudah saya jelaskan tadi.

Untuk mengurus berkas-berkasnya bisa diurus

6 bulan sebelum 2/3 tanggal masa

hukumannya.

2 Apa tujuan diadakan

program reintegasi sosial

tersebut ?

Tujuannya adalah untuk mempersiapkan

WBP atau kita nyebutnya kalau lebih familiar

napi ya, terjun ke dunia luar setelah

diasingkan. Kadang-kadang kan masyarakat

taunya orang yang keluar dari penjara jahat.

Padahal mereka di penjara juga kita bina, kita

kasih pelajaran biar dia jadi bener lagi. Tapi

masyarakat sudah mempunyai stigma negatif

duluan ke napi. Makanya kita ngasih

pengertian juga ke masyarakat tentang

bagaimana eks napi ini di lapas. Selain kita

mempersiapkan napi ini terjun ke masyarakat,

kita juga mempersiapkan masyarakat untuk

menerima eks napi ini. Caranya adalah

dengan sosialisasi yang dilakukan oleh

BAPAS. Selain untuk mempersiapkan napi

masuk kembali ke dunia luar, program ini

juga adalah untuk mengurangi over kapasitas

di lapas. Tapi kalau untuk mengurangi over

kapasitas, bisa juga napi ini dipindahkan ke

lapas lain yang masih cukup kapasitasnya.

Yang ini banyak dikeluhkan keluarga napi,

karena kalau mau menjenguk kan susah, jadi

jauh.

3 Siapa yang membuat

program ?

Program reintegrasi sosial itu di setiap lapas

ada. Dan peraturannya pun ada di UU No 12

Tahun 1995, PP No 32 Tahun 1999, PP No 28

Tahun 2006 dan PP No 99 Tahun 2012.

Berbeda dengan program pembinaan, setiap

Page 107: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

lapas di seluruh Indonesia mempunyai

macam-macam program pembinaan yang

disesuaikan oleh jumlah napinya dan

keperluannya, juga sarana dan prasarana yang

tersedia. Jadi program reintegrasi sosial ini

adalah program pemerintah berdasarkan hak-

hak wbp atau napi yang tadi ada di UU sama

PP tuh.

4 Bagaimana proses reintegrasi

sosial tersebut ?

Sebelum mereka dapat mengikuti program

reintegrasi sosial harus ada syarat-syarat yang

harus mereka penuhi. Syarat-syaratnya, yang

pertama adalah syarat administratif yaitu

lengkap dulu berkasnya, berkas-berkas yang

seperti apa ? yaitu ada surat perintah

penahanan dari kepolisian. Lalu ada vonis

dari pengadilan. Selanjutnya ada eksekusi dari

kejaksaan. Selain syarat administratif, ada

juga syarat substantif yaitu perilakunya sudah

berubah atau belum. Sudah berubah atau

belumnya kita bisa lihat dari selama 9 bulan

ia di lapas ia tidak pernah ada Register F

(Pelanggaran Tata Tertib). Lalu dia juga aktif

dalam program pembinaan. Untuk ngurusnya,

asimilasi sudah harus diurus 3-4 bulan

sebelum ½ masa hukumannya. Untuk PB

setelah 6 bulan di lapas sebelum 2/3 tanggal

masa hukumannya. Juga yang paling penting

harus ada penjaminnya. Penjaminnya yaitu

keluarga. Yang dimaksud dengan keluarga

sesuai dengan PP No 32 Tahun 1999 adalah

istri atau suami, anak kandung atau angkat

atau tiri, orang tua kandung atau angkat atau

tiri atau ipar, saudara kandung atau angkat

atau tiri atau ipar, dan keluarga dekat lainnya

sampai derajat kedua, baik horizontal maupun

vertikal. Syarat selanjutnya adalah kalau

memang sudah waktunya. Waktu yang tadi

kaya asimilasi ½ masa penahanan kalo pb 2/3.

Membuat surat jaminan pemasyarakatan juga

adalah salah satu syarat substantif yang harus

dipenuhi, suratnya harus ditandatangani oleh

RT dan RW lalu diserahkan ke lapas. Nah

dari lapas lalu diserahkan ke bapas. Nanti

bapas melakukan wawancara kepada

narapidana dan survey ke alamat penjamin.

Apakah di alamat penjamin eks napi ini bisa

Page 108: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

diterima atau tidak. Setelah itu bapas

menuliskan laporan untuk diserahkan ke lapas

untuk rekomendasi. Setelah itu setiap hari

kamis dua minggu sekali lapas mengadakan

sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan atau

sidang TPP. Tujuannya adalah untuk

mengetahui apakah reintegrasi sosial ini akan

dilanjutkan atau tidak kalo misalnya di

lingkungannya dia di tolak. Penjamin dan

narapidana harus datang. Sebagai ketua tim

yaitu KASI BINADIK. Setelah selesai, hasil

sidang diusulkan ke KALAPAS, baru setelah

itu ke KANWIL. Dari KANWIL sidang TPP

tersebut bila disetujui maka diserahkan ke

DIRJEN PAS baru setelah itu ke Menteri

Hukum dan HAM.

5 Apa manfaat dan hambatan

program reintegrasi sosial ?

Untuk manfaatnya yang pasti kita mencoba

mengurangi over kapasitas, karena banyak

yang keluar, yang masuk pun tidak terlalu

banyak. Juga kita bisa mempersiapkan napi

untuk terjun ke masyarakat. Hal lain juga kita

bisa mengurangi anggaran makan, air dan

listrik. Hambatannya adalah dari beberapa

dari napi tidak berubah. Juga pandangan

masyarakat masih menganggap kriminal.

Page 109: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Transkrip Wawancara

Program Reintegrasi Sosial pada WBP di Lapas Narkotika Kelas II A Jakarta

Tempat / Ruang Wawancara : Pelataran Ruang Kasi Binadik

Waktu Wawancara : Senin, 08 Desember 2014

Pukul : 11.00 wib

Informan : S alias O

Usia : 39 th ( 28 Januari 1975)

Pertanyaan

Tempat wawancara pertama kami lakukan di Ruang Konseling, sebelumnya sudah ada

beberapa petugas dari BAPAS yang sedang melakukan wawancara dengan narapidana lain.

Karena itu ruangan satu-satunya yang dapat dipergunakan, akhirnya penulis dan informan

memutuskan untuk melakukan wawancara di tempat tersebut. Setelah beberapa saat kami

melakukan wawancara, suasana yang tidak kondusif akhirnya menjadikan penulis dan informan

pindah ke pelataran ruang Kasi Binadik Gedung Dua yang di depannya ada kolam ikan. Saat itu

di pelataran Gedung Dua tepatnya di depan Ruang Administrasi Bimkemasywat sedang ada

Mapenaling terhadap Tahanan yang baru datang dari berbagai Rutan di Jakarta. Petugas Lapas

sedang melakukan pengarahan kepada mereka dan melakukan penggundulan rambut.

No Pertanyaan Jawaban

1 Selamat siang bapak, saya

Asisah pak dari UIN mau

wawancara sebentar sama bapak

ga papa ya pa ?

oh iya mba boleh

2 Sedang sibuk apa pa ? saya

ganggu ga kira-kira ? (karena

masih dalam waktu pembinaan,

penulis khawatir wbp masih

mengikuti program)

oh ngga, saya kan ikut tamping masjid

masih ada 9 orang disana.

3 oh gitu pa, nama bapa siapa

pak ?

saya S mba tapi biasa di panggil O yah S

alias O lah gitu.

4 oke, saya manggilnya pak O

yah ? bapak sampe bisa masuk

sini gimana ceritanya pak ? pasti

karena narkoba kan ? kronologis

bapak ketangkep gimana ?

(tersenyum) ia mba karena narkoba.

Waktu itu saya sama temen saya

nyamperin ke manggarai, beli barang 1

paket.

5 1 paket apa tuh pa? beratnya

berapa pa ? harganya berapa ?

1 paket ganja mba beratnya 1 kilo, segitu

harganya dua setengah ( Rp 2.500.000,-)

mba.

6 wah besar juga ya pa, terus pa barang udah di tangan kita nih mba terus

Page 110: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

gimana lagi ? saya sama temen balik naek motor tuh,

pas di jembatan manggarai udah ada

yang nangkep aja. Polisi 6 orang brentiin

kita terus di periksa. Kedapetan ada

barang ya di tangkeplah kita.

7 ko polisi bisa tiba-tiba nangkep

bapa ?

ada yang ngelaporin mba, yang jual

barang ke kita tadi yang ngelaporin. Di

jebak kita. Banyak banget yang begitu,

beli tau-tau udah diincer sama polisi.

Karena suasana yang tidak kondusif di Ruang Konseling akhirnya kami pindah ke

pelataran Ruang Kasi Binadik

8 Sejak kapan bapa kenal

narkoba ?

saya pake dari SMP mba, dari tahun

80an lah kira-kira.

9 Siapa yang ngenalin (narkoba)

ke bapa ?

dulu mah saya paling ngeroko doang

mba. Tau ganja itu dari temen-temen

nongkrong. Ikut-ikutan aja. Namanya

anak nongkrong-nongkrong gitu ada

ajalah yang pake, terus saya ngeliat

pengen akhirnya beli. Waktu itu jajan

saya kan gope (lima ratus rupiah), dulu

mah ganja murah mba duit gope juga

saya udah bisa beli 1 empel (1 amplop, 3

linting) saya pake tuh. Biasa make sih di

tempat nongkrong itu, tapi juga di

rumah sering. Pernah ketauan tuh sama

bapa saya karena ganja kan bau gitu

kalo abis dipake kaya abis ngeroko lah

gitu, marah banget bapa saya tapi mau

gimana lagi diomel-omelin saya. Tapi

besoknya saya make lagi. Saya tau itu

dosa cuma ya karena ga tau dosa nya

dosa apaan ya saya make lagi. Dulu juga

keluarga agamanya kurang. Orang tua

sih nyuruhin solat tapi ya gitu doang,

ngga di kasih tau solat buat apa

manfaatnya apa. Kurang ngerti agama

lah dulu. Sekarang sih insya Allah ngerti

kan saya ikut tamping masjid. Sering

Page 111: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

denger ustad-ustad tausiyah. Mending

jadi bekas orang jahat mba dari pada

bekas orang baik ya kan. Anak saya juga

sering saya nasehatin , “ga usahlah

make barang-barang begini, saya bilang

lu liat sendiri kan bapa lu gimana. Gua

tau lu kalo make. Jangan ngebodohin

gua. Gua tau mukanya orang yang

pake-pake begituan.“

10 Tujuan bapa make ganja selain

ikut nongkrong-nongkrong ada

lagi pa ?

buat penyemangat aja mba, saya kalo

pake ganja lebih konsen kerja lebih

semangat, nafsu makan juga nambah

biasanya cuma satu piring saya bisa dua

piring, ga cukup juga saya nyemil-

nyemil mba kalo ada tukang mie ayam

apa somay padahal ngga lama baru

makan. Terus juga biar lebih berani aja

mba. Dulu kan saya tukang berantem

tuh, kalo pake itu biar tambah berani

aja. Dulu saya pernah nusuk orang mba,

pas berantem itu. Tapi saya berantemnya

bukan maksud nyari keributan di

kampung. Justru saya yang nenangin.

Kalo ada orang-orang yang bikin

keributan saya yang maju mba, aduh

kalo inget-inget banyak banget dosa

yang saya bikin. (wbp terdiam sebentar,

seperti mengingat perbuatan-perbuatan

dia kemarin)

11 masuk penjara dong bapa kan

pernah nusuk orang katanya ?

ngga, ya diurus aja begitu. Lagian yang

saya tusuk itu juga orang yang sering

bikin masalah di kampung mba.

12 tapi ngga ada yang ngelaporin

polisi tuh pa ?

ngga ada mba, masyarakat disana juga

kurang suka sama yang saya tusuk itu.

Saya kan pernah masuk penjara mba

sebelumnya, sebelum ini.

13 karena apa pa ? berantem ? narkoba juga mba, 3 kali saya masuk

termasuk ini. Yang pertama saya masuk

lapas kriminal kelas 1 cipinang juga tuh

yang disebelah, dulu kan masih

Page 112: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

campuran kriminal sama narkoba. Saya

dihukum 1 tahun 8 bulan. Yang kedua

saya masuk Lapas Salemba setahun dua

bulan. Saya jalanin aja lah emang saya

yang salah kok.

14 selain make (ganja) apa lagi

yang bapa pake ?

saya pake putaw mba. Dulu sempet

ngedar juga. Ngedar putaw itu. Abis kita

kalo ga ngedar dapet (narkoba) dari

mana. Ya akhirnya saya ngedar. Saya

lama pake putaw.

15 Lama pake putaw ? Wah lama mba. Ga lama pake ganja,

saya nyobain putaw. Putaw itu yang

bikin saya ketergantungan. Kalo ga pake

putaw rasanya gimana gitu. Saya kalo ga

pake ganja gapapa. Tapi kalo ga pake

putaw wah menggigil badan saya,

pokonya pengen make terus-terusan

mba. Saya selalu kebayang-bayang gitu

sama rasanya. Jadi tiap lagi diem, lagi

ga ngapa-ngapain saya selalu mikirin

pake putaw itu. Saya pakenya ya diisep

aja gitu, pake alumunium terus dibakar.

Waktu itu paling beli putaw bareng

sama temen, terus pas udah kerja beli

sendiri. Ngedar juga. Kalo ngedar kan

kita beli berapa dapet bonus.

Lumayanlah, dapet uang juga kan.

Uangnya buat beli putaw lagi. Ya gitu-

gitu aja.

16 Terus disini bapa ikut program

apa aja pa ? dari awal bapa

masuk sini apa saja yang Lapas

lakukan ?

Pertamanya saya daftar terus ada

penyuluhan tentang lapas. Kenapa saya

masuk sini. Udah gitu saya di bawa ke

poliklinik mba di periksa dahaknya,

terus ditanyain ada penyakit gak udah

gitu doang. Terus saya di arahin ikut

program, banyak banget mba

programnya. Tapi waktu itu saya ga mau

ikut apa-apa. Saya pergi ke masjid aja. 4

bulanan tuh saya sholat terus di masjid,

jadi kalo jam 12 sampe jam setengah

Page 113: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

dua belas kan mesti masuk sel lagi tuh di

apel tapi saya di masjid aja ntar kalo

petugasnya nanyain saya temen-temen

bilang paling di masjid udah gitu aja

saya selama 4 bulanan. Mungkin ada

yang ngeliat saya rajin banget kali di

mesjid ada yang ngajakin saya ikut

program pesantren masjid kerjanya ya

ngurus-ngurus masjid gitu. Akhirnya

saya ikut, disitu saya belajar baca Al-

Qur’an, belajar dakwah juga mba

semacam ngasih tausiyahlah tapi sesama

napi aja. Kita juga diajarin pentingnya

puasa. Banyak lah mba ilmu yang saya

dapet dari ustad. sampe akhirnya saya

ditunjuk jadi tamping (tahanan

pendamping) masjid. Tapi saya masih ga

mau mba waktu itu. Soalnya kalo jadi

tamping masjid kan mesti beda sel sama

temen-temen saya, padahal udah

nyaman banget sama temen-temen sel

saya Jadi tamping masjid saya tausiyah

bertukar pikiran sama napi-napi yang

lain, ngajar ngaji juga alhamdulillah

sekarang mah udah lancar ga kaya dulu,

bersih-bersih mesjid juga saya mba

disini. Yah pengen lebih tau agama lah

ikut tamping masjid. Terus juga kan

kalo ga ikut program saya susah mba

kalo mau daftar pb nya. Daftar PB

(Pembebasan Bersyarat) kan mesti ikut

program dulu.

17 Selain PB bapak tahu tentang

asimilasi ? ikut asimilasi gak ?

ngga mba, saya ngga ikut asimilasi.

Jarang pada ikut asimilasi. Paling

banyak ikut ya PB disini. CMB juga

jarang yang cuti-cuti itu. Kalo ada yang

meninggal apa nikahan gitu misalnya

diizinan keluar tapi itu juga ada

petugasnya yang ngawal abis itu balik

lagi ke lapas. Kalo remisi kan emang

Page 114: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

udah pasti tuh dapet. Kalo asimilasi

ngga ikut karena ngga tau sih syarat-

syaratnya. Kita mah ikut yang lain aja.

Pada ikut PB ya kita ikut juga.

18 Tujuan bapak sendiri ikut PB

apa pa selain keluar lebih cepat

dari masa tahanan ?

Kan saya udah ikut program nih

Tamping masjid jadi ada lah bekal saya

buat kalo keluar nanti. Saya ikut PB tuh

mba. Jadi dari masa tahanan saya yang 6

tahun, 4 tahun udah bisa keluar. Yang

penting ngerubah diri kita dulu nih dari

saya ikut tamping mesjid. Kan udah

banyak yang di ajarin disini. Lagian

ngapain mba lama-lama disini, saya

malah takut balik lagi make. Namanya

penjara kan banyak orang macem-

macem lah. Saya ngerasa sih udah ada

perubahan, saya sekarang udah solat

lima waktu, udah bisa ngaji. Pengen

dakwah saya. Alhamdulillah sedikit

banyaknya saya sudah tahu ilmu agama,

nanti di luar sambil belajar juga.

19 Gimana tuh pa dulu pas bapa

ngurus PB ?

Pertamanya saya ikut program tamping

masjid itu mba, setau saya kalo mau ikut

PB mesti ikut program. Nanti ada

suratnya kalo kita bener ngikutin

program. Nah ntar jari kita di scan,

nanti keliatan identitas kita tanggal

berapa kita masuk terus dapet remisi

berapa semuanya ketauan. Diitung deh

berapa kali kita dapet remisi terus ntar

ketauan kita dapet Pembebasan

Bersyarat (PB). ngurusi berkas-berkas

tuh. Ibu saya yang jadi penanggung

jawab yang ngurusin, ke RT, RW,

Kelurahan. Berkas semuanya beres,

terus saya sidang mba, pake kemeja

putih celana item kaya orang mau

interview kerjaan gitu hehehe. Saya

dikabulin pemintaan PB nya karena

semua syarat kan udah saya penuhin.

Abis itu yaudah deh tunggu tanggal

keluarnya.

20 Setelah bapa keluar dari lapas yang penting sih saya udah berubah

Page 115: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

ada ga sih kekhawatiran bapa

terhadap reaksi masyarakat,

bapak sebagai seorang eks napi ?

mba. Mau masyarakat gimana

tanggepannya, saya udah ga mau lagi

lah pake-pake gituan saya mau dakwah

mba. Di tamping masjid itu saya kan di

ajarin berdakwah saya mau nyalurin aja.

Kalo saya nanti keluar saya mau gabung

di Jamaah Dakwah yang ada di Kebon

Jeruk mba. Siapa tau ada rezeki dari

situ. Saya bisa ke kota-kota di Indonesia

nyebarin dakwah. Yang penting kan kita

akhirat dapet insya Allah dunia juga

dapet. Itu aja sih sekarang pikiran saya.

Mudah-mudahan masyarakat seneng lah

sama perubahan saya yang begini.

21 apa kesulitan bapa mengikuti

program disini pa ? ada pesan ga

buat lapas ?

ngga ada kesulitan sih mba. Biasa-biasa

aja saya. Tapi ya saya aga sedikit

kecewa aja sih mba. Seharusnya petugas

disini bisa lebih tegas, bisa ngejagain

napi disini (wbp ngomong sambil

berbisik-bisik) banyak lah yang bikin

saya kecewa. Harusnya disini kan yang

buruk bisa berubah jadi baik. Tapi yang

saya liat disini yang baik bisa berubah

jadi buruk, yang buruk bisa bertambah

jadi buruk. Kalo mba liat berita-berita di

luar sana tentang lapas belum ada apa-

apanya lah kalo belum nyaksiin sendiri.

Seminggu setelah Warga Binaan resmi melakukan pembinaan di luar lapas, penulis

mengunjungi kediamannya untuk mengetahui kondisi Warga Binaan di luar lapas dan juga ingin

mengetahui kondisi lingkungan tempat tinggal dan masyarakat Warga Binaan. Hari itu tepatnya

pukul 13.00 wib tanggal 15 Desember penulis tiba di kediaman Warga Binaan. Kami sedikit

mengobrol mengenai bagaimana kehidupan setelah keluar dari Lapas.

No Pertanyaan Jawaban

1 Assalamualaikum, gimana

bang kabarnya ?

Alhamdulillah baik mba, ini saya abis dari

makam bapak. Abis ziarah.

2 Gimana perasaan setelah

keluar dari lapas ?

Seneng mba. Bisa ketemu anak saya, ponakan

saya. Udah pada gede-gede nih. Dulu mah saya

Page 116: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

terakhir liat masih di gendong mamanya.

Sekarang udah bisa lari-larian.

3 Proses masih berjalan terus

bang ?

Masih mba, seminggu keluar dari lapas saya

disuruh lapor ke Kejaksaan sama Bapas mba.

4 Setelah keluar dari lapas,

ada kegiatan apa nih bang ?

Belom ada si mba. Saya lagi ngelamar kerjaan

aja nih. Kemaren saya ke habis dari kejaksaan

sama Bapas pusat. Dari bapas pusat ga ada

program lagi katanya. Saya malah disuruh nyari

pekerjaan sendiri dan setiap bulan harus lapor ke

kejaksaan dan bapas pusat.

5 Oh gitu bang, jadi sekarang

nyantai aja bang di rumah ?

gimana sama lingkungan

disini ? udah ga mikirin

make (narkoba) lagi kan

bang ?

Ya biasa-biasa aja sih. Cuma mereka udah tau

kalo saya udah balik gitu. Temen-temen saya

udah pada ngga ada mba disini. Udah meninggal

semua. Gara-gara narkoba semua. Mereka udah

parah itu. Saya ga mau kaya gitu. Makanya lagi

pengen nyari kerja aja yang bener. Tapi kalo lagi

bengong sendiri kadang-kadang mikir pengen

make lagi, kebayang-bayang terus mba rasanya.

Apalagi putaw. Makanya saya lagi nyari

kesibukan nih biar ga mikirin gituan terus.

6 Jadi masyarakat intinya

menerima bang opik ya

setelah dari lapas ?

Iya mba. Saya juga udah jarang keluar-keluar

lagi sih. Paling ya disini-sini doang.

7 Udah ngelamar kerja

dimana bang ?

Di tempat kramik, di TIKI, sama di rumah orang

jadi bantu-bantu gitu mba. Yang penting halal

saya cari kerja mba. Biar ada kesibukan juga, ga

mikirin begituan (narkoba) lagi.

8 Itu usaha sendiri ya bang

cari kerja ?

Iya mba usaha sendiri, saya nyari-nyari sendiri.

Mudah-mudahan diterima.

Page 117: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Transkrip Wawancara

Program Reintegrasi Sosial pada WBP di Lapas Narkotika Klas II A Jakarta

Tempat / Ruang Wawancara : Menteng, Jakarta Pusat (Tempat Tinggal WBP)

Waktu Wawancara : Senin, 15 Desember 2014

Pukul : 14.00 wib

Informan : U (ibu Opik)

Pertanyaan :

Penulis mengunjungi rumah wbp dan bertemu dengan informan yakni ibu dari wbp.

Kami mengobrol di dalam rumah berukuran 4x3 meter yang menjadi tempat tinggal tinggal Ibu

U, WBP dan dua anaknya. Kami duduk di lantai, karena memang tidak tersedia kursi di rumah

tersebut.

No Pertanyaan Jawaban

1 Assalamaualaikum ibu, maaf

ya bu ganggu. Saya Asisah bu

mahasiswa UIN yang lagi

penelitian di Lapas.

Wallaikumsalam … oh iya neng, masuk neng. Maap ya

neng rumahnya adanya begini neng. (sambil

mempersilahkan penulis duduk)

2 ibu tinggal disini dari kapan

bu ?

udah dari tahun 70an neng. Sebelum si Opik lahir. Emang

rumah ini yang dari dulu saya tempatin. Opik lahir kita

mah ga pindah-pindah neng. Udah aja disini. (logat

Betawinya sangat kental)

3 oh gitu bu. berarti lingkungan

disini udah kenal banget ya

bu ?

udah neng. Dulu mah ga begini neng. Liat tuh kali yang di

depan, dulu masih masih bisa buat mandi, nyuci. Sekarang

udah item gitu. Lingkungan disini kita udah kenal banget

neng. Apalagi dulu bapa nya si Opik pemain pelem. Ya

kaga gede-gede si perannya. Tapi ada lah beberapa artis

yang kenal. Makanya pada tau neng ama kita.

4 wih hebat dong bu, pemain

film suaminya

iya neng. Tapi udah meninggal neng bapa tahun 98an.

Sekarang mah kita di kasih duitnya ama ade nya si Opik

nih. Kan punya adek perempuan dua. Udah kaga tinggal

disini sih. Tapi tiap bulan ngasih. Buat anak-anak (anak

bang Opik satu laki-laki dan satu perempuan yang masih

sekolah menengah atas) aja uangnya. Yah kita mah ngalah

aja neng. Lagian buat apaan lagi sih kita mah. Yang

penting anak-anak sekolah yang bener, bisa makan.

5 Ibu tau bang Opik make

(narkoba) bu ? gimana tuh bu

dulu bang Opik ?

tau sih. Dulu susah di atur. Ga tau dari kapan makenya.

Kalo saya gimana ya dari dulu sebagai orang tua. Dia juga

jarang pulang. Ga mau nginiin (cerita kalau ada apa-apa)

orang tua juga dia jadi kita mah taunya ya dia sekolah,

maen ya gitu aja neng hhehe

Page 118: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

6 kalo sekolahnya dulu gimana

bu ?

ya sekolah mah sekolah neng. SD dulu udah pada kenal

katanya nih nanti kasih mamanya goreng telor (nilainya

0). Nilainya ga pernah bagus, maen mulu dia ga pernah

belajar. Udah gitu pas SMP ga dapet negeri, SMA juga dia

masuk STM tuh di Manggarai. Cuma alhamdulillah sih

dari kelas 1 sampe SMA ga pernah di panggil buat orang

tua. Bayaran juga kita mah bayaran neng.

7 Dari segi agama gimana bang

Opik dari kecil bu ?

Kalo agama mah neng dari dulu juga saya udah ngajarin,

solat ya solat, ngaji ya ngaji. Tapi emang dari anaknya

sendiri sih neng yang susah. Makanya kita juga mau

gimana lagi, orang anaknya aja udah susah begitu di

aturnya.

8 Gimana bu perasaan ibu

waktu Bang Opik ketangkep

lagi bu ?

yah kita mah gimana ya neng, sebagai orang tua bukannya

ga mau mikirin. Cuma biarin aja lah dia biar suruh mikir

udah berapa kali ketangkep. Nah sekarang dia mau

berubah apa ngga. Kasian ga dia sama saya sama anak

sama ade-adenya. Dia kan di lapas ikut yang di masjid itu

katanya. Saya liatnya udah ada perubahan sih. Sekarang

mah udah ga pernah keluar malem. Sholat juga rajin.

Terus sekarang katanya mau dakwah tuh. Asal jangan

maen lagi lah sama anak-anak sini. Saya takutnya nanti

dia balik lagi. Namanya anak-anak sini kan begitu neng

takut di ajak-ajakin lagi dia. Tapi Insya Allah ngga lah,

yang penting kan ada niatnya dari dia mau berubah.

9 oh gitu ya bu. Tapi

masyarakat sendiri disini

resah ngga sih bu sama yang

pada nongkrong-nongkrong ?

udah kebiasaan dari dulu sih neng, susah jadinya kalo mau

di apa-apain juga. Apalagi kan ntar takutnya ada

berantem-berantem gitu. Ga mau lah saya begitu neng.

Pengennya sih idup tentrem aja gitu. Makanya nih si Opik

kalo dia mau niat dakwah, dakwah dah. Mau ke luar kota

juga katanya. Ikut yang di mesjid kebon jeruk itu. Ya

mudah-mudahan lah jalannya dia disitu. Rezeki mah kan

udah ada yang ngatur ya neng hehehe.

10 kalau tanggepan masyarakat

sendiri gimana sih bu sama

bang Opik keluar dari lapas ?

ya ga gimana-gimana neng. Biasa aja. Karena kan udah

tau lah gimana si Opik. Pada ngobrol aja biasa gitu. Tuh

tadi sebelum neng dateng si Opik lagi ngobrol-ngobrol

sama tetangga situ tuh (sambil menunjuk segerombolan

warga). Ga pernah ada heboh-heboh apa gitu.

11 Ibu kan sebagai penanggung

jawab bang Opik ya bu,

gimana perasaan ibu ? ada

kekhawatiran bang Opik

make lagi gak ? terus masuk

penjara lagi ?

Iya neng jadi apa tuh, pokonya saya yang ngurusin si Opik

daftar PB itu. Saya dateng ke lapas terus di kasih

penjelasan saya mesti ngawasin si Opik ntar kalo dia udah

keluar. Kita ke pa RT juga minta tanda tangan bisa ga si

Opik tinggal disini lagi gitu sama ada petugas yang

nemenin kita. Namanya orang tua neng kita mah udah

berusaha ngasih yang bener-bener buat dia tapi kan

tergantung dianya neng. Ya mudah-mudahan aja lah dia

ga pake gitu-gituan lagi.

Page 119: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

12 harapan ibu setelah keluarnya

bang Opik apa bu ?

yah kita mah sebagai orang tua pengen dia sehat neng.

Pengen dia berenti lah pake-pake gituan (narkoba). Lagian

dapet apaan sih dia make gituan. Pengen dia dapet kerja

juga. Tapi dia udah punya rencana sih neng katanya

pengen dakwah-dakwah gitu ya (sambil menanyakan ke

Bang Opik). Pengennya sih dari lapas ngebantuin gitu.

Ada penyaluran kerja. Kan dia udah ikut yang mesjid-

mesjid gitu dulu disana (lapas)

13 Iya bu semoga aja nanti pihak

lapas atau bapas ngebantu ya

bu.

iya neng, biar dia kaga mikirin gituan lagi dah neng.

Kasian saya sebenernya sama dia.

Page 120: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Transkrip Wawancara

Program Reintegrasi Sosial pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas

II A Jakarta

Tempat / Ruang Wawancara : Ruang Bimbingan Kemasyarakatan Balai

Pemasyarakatan Pusat, Salemba

Waktu Wawancara : 31 Desember 2014

Pukul : 13.00 WIB

Informan : Bpk. Agus Maman, SH

Jabatan : Kasubsi Bimkemas Klien Dewasa

Pertanyaan :

Peneliti mengambil data di Bapas Pusat karena sesuai dengan narapidana yang klien teliti.

Ia bertempat tinggal di daerah Jakarta Pusat, maka yang berkewajiban melakukan pembimbingan

adalah Bapas Jakarta Pusat. Penulis menceritakan keadaan klien (narapidana) dan keinginannya

setelah keluar dari Lapas.

No Pertanyaan Jawaban

1 Proses Bapas dalam

melakukan pembinaan klien

(narapidana) ?

Yang pertama kita lakukan adalah melakukan

penelitian masyarakat. Kita berkunjung ke

rumah penanggung jawab si klien ini. Kita

mengambil data- data lingkungannya, bagaimana

kondisi lingkungannya semuanya ya lalu kita ke

pemerintah setempat menyetujui atau tidak ini

orang dikembalikan ke lingkungan setempat.

Kita berikan penjelasan-penjelasan mengenai si

Warga Binaan ini ya bahwa dia telah menerima

pembinaan dan sudah mau berubah. Kalau

setelah itu selesai baru kita sidang TPP, diadakan

di Bapas sidang berkas setelah penanggung

jawab diberikan penjelasan-penjelasan tentang

peraturan-peraturan kepada penanggung jawab.

Jadi modelnya kita tuh begini (memberikan

contoh dokumen surat untuk peraturan

penanggung jawab dan surat-surat untuk klien).

Surat- surat ini diberikan kepada penanggung

jawab dan klien untuk dipelajari dan di

tandatangani, sebelum itu saya klien saya

wawancarai terlebih dahulu mengenai isi surat

Page 121: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

tersebut. Kita punya komitmen apakah

penanggung jawab mampu melaksanakan

kewajiban-kewajiban yang diberikan sebagai

penanggung jawab klien. Untuk wawancara ini

kita melakukan di lapas, jadi sebelum si napi ini

keluar. Itupun kalau nanti itu disetujuin dengan

penelitian kita ini. Dari lapas ini meminta kita

untuk melakukan penelitian kemasyarakatan ini

apakah dari pemerintah setempat disetujui atau

tidak, nah nanti baru kita sidang lagi menentukan

apakah si napi ini boleh tinggal di tempat si

penanggung jawab ini apa tidak.

Setelah sidang disetujui dan melakukan

pemeriksaan berkas, seminggu setelahnya kita

Bapas melakukan assessment yaitu menggali

permasalahan klien. Apa sih kesulitan klien nanti

setelah keluar. Kebanyakan sih mereka itu susah

mencari pekerjaan. Ada juga yang bermasalah

dengan keluarga, makanya kita adakan

konseling. Karena kan kalau si napi ini

bermasalah dengan keluarga, tidak bisa dong

tinggal bersama oleh karena itu kita adakan

konseling. Tapi itu jarang sih. Nah dari

assessment itu nanti kalau kita tahu ada yang

punya penyakit kita lanjutkan merujuk klien ke

rumah sakit yang sebelumnya sudah di tunjuk

Lapas. Nah kalau untuk klien anak-anak

biasanya permasalahannya adalah sekolah, jadi

kita merujuk ke sekolah dan bekerja sama

dengan panti-panti sosial.

2 Lalu setelah si Klien dan

penanggung jawab ini

disetujui sidangnya, tugas

BAPAS selanjutnya apa

pak ?

Setelah pemberkasan beres semua, si klien ini

masih tetap harus lapor ke Bapas sebulan sekali.

Kami juga melakukan penyuluhan kepada semua

klien. Namanya Bimbingan Kepribadian. Jadi

kita kumpulkan semua klien yang bersedia, lalu

kita adakan penyuluhan. Tema nya macam-

macam, ada tentang hukum, agama dan lain-lain.

Selain penyuluhan kita juga bekerja sama

dengan pihak ke-3 untuk Bimbingan

Keterampilan. Ada beberapa keterampilan yang

kita sediakan, ada service HP, sekolah

mengemudi nah sekolah mengemudi ini kita

usahakan sampai mereka mendapat SIM A dan

mendapat sertifikat, lalu ada salon kebanyakan

yang wanita yang ikut keterampilan ini, ada juga

service AC, sama pijet atau massage. Untuk

Page 122: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

tempatnya kita sediakan disini dengan kerja

sama dari pihak ke tiga tadi, kita sediakan alat-

alatnya seperti service hp kita sediakan solder

dan macam-macam lainnya. Nanti itu tergantung

apakah pihak ke-3 mau tetap melanjutkan

dengan klien kita atau tidak. Semua tergantung

dari masing-masing klien. Apakah mereka serius

atau tidak Sedangkan untuk waktunya kita

sesuaikan dengan anggaran, misalnya berapa

minggu gitu kan. Dari seribuan klien kita, kita

hanya mampu seratusan untuk mengikuti bimker

ini. Karena ya itu tadi anggaran kita sangat

kurang.

3 Dalam reintegrasi, tujuan

yang ingin dicapai adalah

agar si narapidana ini dapat

kembali bersosialisasi

dengan masyarakat. Lalu

peran Bapas dalam hal ini

seperti apa ?

Kita kan tidak bisa menyalahkan masyarakat

untuk memberikan stigma negative kepada klien.

Tapi ya itu tadi kita memberikan bimbingan

kepribadian dan keterampilan kepada klien agar

klien dapat kembali lagi menjadi masyarakat

yang normal. Kita fokus kesitu. Untuk

masyarakat, kita kan pertama kali melakukan

penelitian kemasyarakatan menanyakan

pemerintah setempat apakah bisa diterima klien

kita ini. Nah kalau pemerintah setempat

mengizinkan seharusnya tidak ada masalah,

karena dari situ klien sudah mendapatkan

kepercayaan untuk bersosialisasi kembali. Jadi

harus ada 122 imbale baliknya, pemerintah

setempat dan masyarakat sudah memberikan

kepercayaan maka klien kita ini juga harus

menunjukkan sikap yang baik. Kalau ternyata

klien kita ini masih melakukan perbuatan yang

melanggar hukum padahal masih dalam masa

pembebasan bersyarat maka ia diproses kembali

secara hukum. Dia malakukan tindakan apa,

divonis oleh hakim berapa tahun dan ditambah

dengan masa PB yang belum habis.

5 Lalu bagaimana dengan

yang tidak mendapatkan

bimbingan keterampilan

tersebut ?

Makanya kita melihat apakah dia benar-benar

serius ingin ikut bimbingan atau tidak. Kita bisa

lihat dia rajin melapor tidak selama sebulan.

Kalau dia rutin melapor sesuai jadwal dan

melihat keseriusan ingin mengikuti bimker,

maka kita persilakan. Kan sayang dananya juga

kalo sudah kita sediakan ternyata merekanya

malas-malasan. Jadi kita seleksi lah istilahnya.

4 Kalau untuk narapidana

narkoba apakah ada

Perlakuan khusus paling kita mengingatkan ya

kepada klien dan keluarganya. Mengingatkan

Page 123: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

perlakuan khusus terhadap

lingkungan tempat ia

tinggal ?

bahayanya, ya mereka tau lah bahayanya

memakai narkoba dan apa akibatnya. Mereka

sudah merasakannya. Kita juga tidak bisa tiba-

tiba mengumpulkan masyarakat, mereka juga

123a nada yang kerja. Tapi ya yang penting kita

memberikan bimbingan yang tadi itu. Juga

mereka kan di lapas sudah mendapatkan

pembinaan, mudah-mudahan tidak kembali

mengkonsumsi narkoba.

5 Bagaimana dengan yang

sudah mempunyai rencana,

ingin bekerja di salah satu

tempat misalnya. Apakah

Bapas dapat

menyalurkannya atau

tidak ?

Kalau untuk penyaluran, yang sudah saya bilang

kita masih kekurangan anggaran. Sejauh ini kita

hanya memberikan bimbingan keterampilan

kerja saja, itu juga dengan waktu yang

disesuaikan dengan jumlah anggaran. Seperti

yang mba ceritakan tadi, klien kami yang

bernama Bapak S kebetulan mba teliti itu dia

punya niatan untuk terjun ke jalur dakwah.

Karena dalam bimbingan keterampilan kita tidak

ada, ya kami mempesilakan dia untuk

menjalankan apa yang ia inginkan gitu kan. Kita

juga ga bisa maksa dia untuk ikut keterampilan

ini keterampilan itu. Yang penting dia ada niat

untuk berubah dan mencari rezeki yang halal ya

Alhamdulillah. Kita bersyukur sekali.

5 Manfaat dan hambatan

dalam melakukan

pembinaan pak ?

Untuk klien mereka dapat bekal kepribadian agar

menjadi orang yang lebih baik lagi, karena kita

kan memilih yang ikut bimbingan kepribadian

yang serius. Dari seribuan klien hanya ada

beberapa paling yang ingin mengikuti bimbingan

tersebut. Jadi dari situ mudah-mudahan mereka

memang berniat ingin menjadi pribadi yang

lebih baik lagi. Juga mereka mendapatkan

sedikitnya satu keterampilan untuk supaya

mereka dapat mandiri dan melanjutkan hidupnya

dengan mencari rezeki yang halal. Untuk

hambatan dari Bapas, kita sangat kekurangan

anggaran. Untuk besarannya saya tidak tahu

berapa karena itu kan bukan kapasitas saya.

Page 124: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

Transkrip Wawancara

Program Reintegrasi Sosial pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas Narkotika Klas

II A Jakarta

Tempat / Ruang Wawancara : Rumah Ketua RT tempat tinggal Opik

Waktu Wawancara : Senin, 15 Desember 2014

Pukul : 16.00 WIB

Informan : Ibu Y

Hubungan : Warga tempat tinggal WBP Opik

Pertanyaan :

Wawancara dilaksanakan hari Senin, 15 Desember 2014. Setelah melakukan wawancara

dengan Ibu WBP, penulis mengunjungi rumah ketua RT tempat WBP tinggal. Rumahnya

terletak di belakang rumah WBP Opik. penulis bertemu dengan keluarga Bpk Ketua RT. Ketika

diminta untuk menjadi informan, beberapa dari mereka tampak ragu-ragu karena khawatir yang

datang adalah polisi yang sedang menyamar. Lalu penulis menjelaskan maksud dan tujuan

sampai akhirnya informan bersedia di wawancara. Ibu Y lah yang bersedia menjadi informan

penulis. Karena ibu Y teman semasa kecil WBP Opik dan masih bertetangga sampai sekarang.

Page 125: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

No Pertanyaan Jawaban

1 Berapa lama ibu kenal dan

apa hubungan ibu dengan

opik ?

Saya kenal udah lama banget ya (sambil

menyakinkan kepada teman disebelahnya,

temannya pun mengangguk mengiyakan).

Udah kenal dari lama tapi ya biasa-biasa aja

gitu. Maen sih bareng yah dulu kita.

2 Bagaimana perilaku Opik

dari kecil ?

Biasa-biasa aja sih mba. Ya maen-maen

gimana gitu anak kecil biasanya. Nakal juga

nakal anak kecil, maksudnya ngga yang sampe

nimbulin masalah. Tapi pas setelah SMA itu

dia kena masalah itu lah narkoba. Saya juga ga

tau tiba-tiba dia udah ketangkep aja gitu.

3 Bagaimana situasi

lingkungan didaerah sini

bu ?

Wah daerah sini mau udah rusak mba. Serem

deh. Saya aja ati-ati banget nih tinggal disini,

mana saya kan punya anak laki-laki. Seremnya

ya pada gitu, pada ngegele (pakai narkoba).

Disitu aja tuh di depan ada pengedarnya tuh.

Mana perempuan, pake jilbab kalo mba mau

tau. Ga percaya kan mba ? saya juga ga

percaya tadinya, tapi ngeliat orang-orang yang

ngegele pada ngedatengin dia ya tau deh kita.

Semua warga udah pada tau sih lingkungan

disini gimana. Tapi mau gimana lagi. Ya kita

sendiri aja deh ati-ati. Jaga diri sendiri sama

keluarga aja. Urusan mereka lah itu yang pada

make narkoba. Yang penting jangan sampe

kena ke kita gitu. Kemarenan aja udah banyak

yang mati mba disini. Gara-gara narkoba itu,

pada nyuntik kan itu bahaya ya. Ada juga yang

di tembak polisi, darahnya muncrat kemana-

mana mba ih ngeri saya. Gara-gara narkoba itu

semuanya. Kebanyakan si anak-anak muda

sini yang pengangguran gitu pada nongkrong-

nongkrong. Tapi kalo di RT sini mah agak

lumayan mba, tapi kalo udah ke depan situ

dikit wah itu udah daerah gitu deh. Disini jam

9 – 10 udah pada nutup pintu. Disini juga

lumayan sepi.

4 Apakah ada kegiatan yang

atau pihak yang

membantu memberantas

peredaran narkoba disini ?

dari warga atau dari pihak

luar ?

Yah kita mah gimana ya mba, namanya juga

tetangga. Serba salah gitu, mau ngelaporin dia

juga kan punya keluarga yang diurus ga tega

juga, mana dia kalo di depan kita kan bae

banget mba. Masa ujuk-ujuk kita nangkep dia

gitu. Ngga ngelaporin juga takutnya keluarga

kita kena. Saya sih bilang aja sama anak saya

jangan mau kalo dikasih apa-apa sama orang

Page 126: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

yang ga dikenal. Kegiatan juga udah ga ada

mba. Harusnya ada kan ya pengajian atau

karang taruna gitu buat pemuda-pemudanya,

dari pada waktu kosong di buat nongkrong-

nongkrong ga jelas gitu. Tapi udah pada ngerti

duit sih yah, ga pada mau bergerak kalo ga ada

duitnya gitu. Dulu juga warga sini pernah

nelponin pihak sana (polisi) tuh ada yang pake

narkoba, pas dia tau jenisnya putaw ga di

tanggepin laporan kita. Katanya barang kecil

itu mah. Berapa sih itu sebungkus gitu paling

lima belas ribu. Kesel banget kita, akhirnya

yaudahlah begitu aja jadinya. Kita mau

bergerak sendiri juga kan mikirin keselamatan,

takutnya tuh orang lagi mabok atau apa kita

yang kena nantinya.

5 Untuk bang Opik sendiri

bagaimana tanggapan ibu

setelah dia keluar dari

lapas, ada kekhawatiran

terhadap kasus yang

menimpanya ?

Ngga sih mba, kita biasa-biasa aja.

Keluarganya kali yang khawatir. Pernah sih

cerita sama saya adiknya. “abang gue udah

mau balik nih, gue mau cari rumah aja”.

Katanya dulu sih uang sama barang-barangnya

pernah pada ilang gitu. Makanya tuh pas si

Opik mau balik dia mau keluar aja mendingan.

Jadi di rumahnya tinggal sama ibu sama

anaknya yang perawan. Kalau kita sendiri sih

sebagai warga belom pernah merasa dirugikan,

apa dia yang rapi kali ya maennya hahaha iya

belom pernah ada keilangan apa-apa gitu.

Biasanya kan yang pake narkoba gitu kalo

udah sakau terus ga punya uang kan ya nyuri

ya mba. Tapi ngga pernah sih disini. Tapi dulu

ada tuh berantem orang sini sama daerah

sebrang situ pasar rumput, pada berantem

gara-gara rebutan pelanggan gitu mba. Serem

mba berantemnya. Namanya orang narkoba

gitu kan, pada setia kawan ya namanya sesama

orang yang make gitu mereka pada

ngebantuin. Mereka lebih ngedengerin

kawannya itu kali daripada orang tuanya.

6 Sebelum bang Opik

kleuar, ibunya izin dulu

kesini kan bu (RT) ?

berarti ibu sebagai

masyarakat disini

menerima Opik ya bu ?

Iya mba, itu ibunya yang ngurusin-ngurusin

surat-surat gitu dah. Minta izin. Sempet juga

ada petugas yang nanya-nanyain. Ya kita

jawab aja begini adanya. Nanya lingkungan

disini gimana.

Ya kita mah nerima-nerima mba, namanya dia

juga warga disini udah lama juga. Tapi ya

Page 127: PROGRAM REINTEGRASI SOSIAL PADA WARGA BINAAN ...

kadang khawatir juga sih. Dia masih make apa

ngga. Kemaren aja saya liat dia ke rumah

perempuan itu tuh mba. Ngapain coba kalo ga

beli. Yah tapi saya udahlah ga mau suudzon,

yang penting jaga diri sendiri sama keluarga

aja. Dia juga udah kerja sih, di tempat yang

kemaren tuh. Kemaren dia kerja di matrial jadi

ngangkat-ngangkat barang gitu. Dia kerja

disitu lagi kayanya.

7 Harapan ibu sebagai

masyarakat yang

lingkungannya terdapat

bekas narapidana ?

Kita sih pengennya dia berenti pake-pake gitu.

Resah juga sih kita sebagai warga. Tapi yah

selama dia ngga ngerugiin kita, kita sih ga

masalah. Di sana (lapas) juga kan dia di kasih

apa tuh pembinaan ya harusnya berubah lah

dia. Tapi disana bukannya makin parah yah

haha