PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

235
1 PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “SEGITIGA CIBULAO” TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III Disusun oleh : Veren Engel Poluakan 42150446 Produser Yogi Alfian 42140779 Sutradara Nanda Febriansyah 42150553 Penulis Naskah Andi Hermawan 42140553 Penata Kamera Rangga Andika 42151097 Editor Program Studi Penyiaran Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika Jakarta 2018

Transcript of PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

Page 1: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

1

PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

“SEGITIGA CIBULAO”

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III

Disusun oleh :

Veren Engel Poluakan 42150446 Produser

Yogi Alfian 42140779 Sutradara

Nanda Febriansyah 42150553 Penulis Naskah

Andi Hermawan 42140553 Penata Kamera

Rangga Andika 42151097 Editor

Program Studi Penyiaran

Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika

Jakarta

2018

Page 2: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

2

Page 3: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

3

Page 4: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

4

Page 5: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

5

Page 6: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

6

Page 7: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

7

Page 8: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

8

Page 9: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

9

Page 10: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

10

Page 11: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

11

Page 12: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

12

Page 13: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

13

Page 14: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

14

Page 15: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

15

Page 16: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

16

Page 17: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

17

Page 18: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

18

Page 19: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

19

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada

akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dimana tugas akhir

ini penulis sajikan dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun judul tugas akhir,

yang penulis ambil sebagai berikut “Program Dokumenter Televisi Segitiga

Cibulao”

Tujuan penulisan tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan

program Diploma III Akademi Komunikasi BSI Jakarta. Sebagai bahan penulisan

diambil berdasarkan hasil penelitian (eksperimen), observasi dan beberapa sumber

literatur yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa

bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan tugas akhir ini

tidak akan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Direktur Akademi Komunikasi BSI Jakarta

2. Ketua Penyiaran Akademi Komunikasi BSI Jakarta.

3. Adhi Dharma Suriyanto, M.Kom selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.

4. Fajar Muharam, S.Ikom selaku Asisten Dosen Pembimbing Tugas Akhir.

5. Bapak/ibu dosen Sekretari Akademi Komunikasi BSI Jakarta yang telah

memberikan penulis dengan semua bahan yang diperlukan

6. Ucapan terima kasih ditujukan kepada keluarga penulis, terutama kedua

orangtua, saudara-saudara yang telah sangat membantu dalam mendorong,

menyarankan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Page 20: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

20

Page 21: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

21

ABSTRAK

Veren Engel Poluakan (42150446), Yogi Alfian (42140779), Nanda

Febriansyah (42150553), Andi Hermawan (42140553), Rangga Andika

(42151097), Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao.

Kampung Cibulao adalah kampung yang terletak ditengah lahan kebuh teh milik

perusahaan swasta. Mayoritas masyarakat setempat adalah seorang petani teh dan

sayur. Kampung Cibulao terletak di desa Tugu Utara, Cisarua - Bogor. Pada

Tahun 2004 seorang petani kopi kakak beradik yang bernama Kiryono dan

Jumpono mencoba menanam kopi yang bertujuan untuk konservasi menjaga

hutan dan melestarikan alam sekitar. Berkat kerja keras dan usaha serta keseriusan

mereka menanam kopi pada tahun 2016 kopi Cibulao mendapatkan peringkat

pertama dalam kejuaraan nasional kontes Kopi Spesialti Indonesia ke delapan di

Tekangon Aceh dalam event Gayo Hightland-Sumatra Coffe Festival dengan

kategori kopi robusta yang memiliki citarasa terbaik, yang dibawa oleh KTH

Cibulao bernama Jumpono. Pada saat itu juga kopi Cibulao menjadi ikon kopi

Kota Bogor. Namun Kiryono dan Jumpono sebagai masyarakat Kampung Cibulao

walaupun sudah berhasil memberikan yang terbaik untuk Kota Bogor, mereka

sendiri berharap agar Kampung Cibulao diberikan fasilitas yang cukup. Pertama

adalah, dari segi pendidikan bahwa anak-anak di kampung cibulao sangat jauh

untuk menempuh jarak mencapai ke sekolahnya, sejauh kurang lebih 3-5

kilometer di tempuh dengan jalan kaki tanpa ada transportasi umum. Kedua

adalah dari segi kesehatan bahwa fasilitas seperti puskemas atau klinik yang

jaraknya dekat tidak ada, sedangkan masyarakat kampung cibulao sangat

membutuhkan perawatan kesehatan yang bisa di tempuh dengan jarak yang tidak

jauh seperti sekarang ini.

Kata Kunci: Segitiga Cibulao, Dokumenter Televisi.

Page 22: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

22

ABSTRACT

Veren Engel Poluakan (42150446), Yogi Alfian (42140779), Nanda

Febriansyah (42150553), Andi Hermawan (42140553), Rangga Andika

(42151097), Program Documentary Television Triangle of Cibulao.

Kampung Cibulao is a village located in the middle of tea plantation land owned

by private company. The majority of the local community is a tea and vegetable

farmer. Kampung Cibulao is located in the village of North Tugu, Cisarua -

Bogor. In the year 2004 a coffee farmer sister named Kiryono and Jumpono tried

to plant coffee that aims to conserve the forest and preserve the natural forests

around. Thanks to their hard work and effort and seriousness of growing coffee in

2016 Cibulao coffee was ranked first in the 8th Indonesian Special Coffee

Competition championship in Tekangon Aceh in the Gayo Hightland-Sumatra

Coffe Festival event with the best-selling robusta coffee category brought by KTH

Cibulao named Jumpono. At that time also Cibulao coffee became a coffee icon

City of Bogor. However, Kiryono and Jumpono as the people of Kampung

Cibulao, although they have managed to give the best for the city of Bogor, they

themselves hope that the Village Cibulao given sufficient facilities. First is, from

the educational point that the children in the village cibulao very far to reach the

distance to reach the school, as far as approximately 3-5 kilometers in walking on

foot without any public transportation. The second is from a health standpoint

that facilities such as clinics that were located close to nothing, while villagers

cibulao desperately need health care can be achieved with a short distance as it is

now.

Key Words: Triangle of Cibulao, Documentary Television.

Page 23: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

23

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul Tugas Akhir............................................................................... i

Lembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir................................................ ...... ii

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ............................ .... iii

Lembar Persetujuan dan Pengesahan Tugas Akhir .......................................... iv

Lembar Konsultasi Tugas Akhir ...................................................................... v

Lembar Konsultasi Tugas Akhir ...................................................................... vi

Kata Pengantar ................................................................................................. vii

Abstraksi .................................................................................... ..................... ix

Abstract .................................................................................... ....................... x

Daftar Isi........................................................................................................... xi

Daftar Gambar .................................................................................................. xiii

Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv

Daftar Lampiran ............................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................... 2

1.2. Kegunaan Program .................................................................... 3

1.2.1. Kegunaan Khalayak ......................................................... 3

1.2.2. Kegunaan Praktis ............................................................. 3

1.2.3. Kegunaan Akademis ........................................................ 3

1.3. Referensi Audio Visual .............................................................. 3

BAB II KAJIAN PROGRAM .................................................................... 6

2.1. Kategori Program ...................................................................... 6

2.2. Format Program ......................................................................... 7

2.3. Judul Program ........................................................................... 13

2.4. Target Audience ........................................................................ 14

2.5. Karakteristik Produksi ............................................................... 16

BAB III LAPORAN PRODUKSI ................................................................ 17

3.1. Proses Kerja Produser ............................................................... 17

3.1.1. Pra Produksi .................................................................... 18

3.1.2. Produksi .......................................................................... 20

3.1.3. Pasca Produksi ................................................................ 21

3.1.4. Peran dan Tanggung Jawab Produser ............................. 21

3.1.5. Proses Penciptaan Karya ................................................ 22

3.1.6. Kendala Produksi Dan Solusinya ................................... 24

3.1.7. Lembar Kerja Produser ................................................... 25

3.2. Proses Kerja Sutradara .............................................................. 44

3.2.1. Pra Produksi .................................................................... 45

3.2.2. Produksi ........................................................................... 46

3.2.3. Pasca Produksi ................................................................ 48

3.2.4. Peran dan Tanggung Jawab Sutradara ............................ 49

3.2.5. Proses Penciptaan Karya ................................................ 50

Page 24: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

24

3.2.6. Kendala Produksi Dan Solusinya ................................... 52

3.2.7. Lembar Kerja Sutradara................................................... 55

3.3. Proses Kerja Penulis Naskah .................................................................... 63

3.3.1. Pra Produksi .................................................................... 64

3.3.2. Produksi .......................................................................... 66

3.3.3. Pasca Produksi ................................................................ 67

3.3.4. Peran dan Tanggung Jawab Penulis Naskah .................. 68

3.3.5. Proses Penciptaan Karya ................................................ 69

3.3.6. Kendala Produksi Dan Solusinya ................................... 66

3.3.7. Lembar Kerja Penulis Naskah ........................................ 71

3.4. Proses Kerja Camera Person ................................................................... 74

3.4.1. Pra Produksi .................................................................... 98

3.4.2. Produksi .......................................................................... 98

3.4.3. Pasca Produksi ................................................................ 99

3.4.4. Peran dan Tanggung Jawab Camera Person .................. 101

3.4.5. Proses Penciptaan Karya ................................................ 101

3.4.6. Kendala Produksi Dan Solusinya ................................... 103

3.4.7. Lembar Kerja Camera Person ........................................ 106

3.5. Proses Kerja Editor .................................................................................. 108

3.5.1. Pra Produksi .................................................................... 139

3.5.2. Produksi .......................................................................... 139

3.5.3. Pasca Produksi ................................................................ 140

3.5.4. Peran dan Tanggung Jawab Editor ................................. 140

3.5.5. Proses Penciptaan Karya ................................................ 141

3.5.6. Kendala Produksi Dan Solusinya ................................... 143

3.5.7. Lembar Kerja Editor ....................................................... 145

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 191 4.1. Kesimpulan ................................................................................ 191

4.2. Saran ........................................................................................... 192

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 193

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... 194

SURAT KETERANGAN PKL/RISET ....................................................... 199

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 202

Page 25: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

25

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar I.1 Potret program acara “Orang Pinggiran” ............................... 4

2. Gambar I.2 Potret program acara “Art Insight” ........................................ 4

3. Gambar III.3 Surat Izin Riset dan Liputan Kiryono dan Jumpono ............. 41

4. Gambar III.4 Surat Izin Riset dan Liputan Kepala Desa ............................ 42

5. Gambar III.5 Surat Izin Riset dan Liputan Rumah Kopi Ranin .................. 43

6. Gambar III.6 Spesifikasi Kamera PXW X70 ............................................. 137

7. Gambar III.7 Spesifikasi Editing Hardware ............................................... 189

8. Gambar III.8 Spesifikasi Editing Accessories ........................................... 190

9. Gambar III.9 Spesifikasi Editing Sofware ................................................. 190

Page 26: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

26

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel III.1 Working Schedule ............................................................................ 27

2. Tabel III.2 Breakdown Budgeting...................................................................... 30

3. Tabel III.3 Shooting Schedule............................................................................ 35

4. Tabel III.4 Equipment List ................................................................................. 38

5. Tabel III.5 Outline Naskah ................................................................................. 58

6. Tabel III.6 Transkip Wawancara........................................................................ 81

7. Tabel III.7 Camera Report ............................................................................... 110

8. Tabel III.8 Spesifikasi Kamera ........................................................................ 137

9. Tabel III.9 Laporan Editing.............................................................................. 147

Page 27: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

27

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Bukti Pembayaran Produksi ............................................................................ 202

2. Behind The Scene (BTS) ......................................................................... ..... 208

3. Cover DVD .................................................................................................... 211

4. Poster .............................................................................................................. 212

Page 28: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah media

yang sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media

komunikasi. Media komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perubahan

masyarakat. Televisi dan radio adalah contoh media yang paling sukses menjadi

pendorong perubahan. Cara yang ditempuh untuk mempertahankan dan

menambah minta pemirsa televisi yaitu, membuat suatu program acara yang

mengedepankan suatu unsur kreatifitas yang didalamnya terkandung suatu

informasi dan edukasi, hiburan dan tidak menonton.

Menurut Naratama (2017:20) memberikan batasan bahwa “Dokumenter. Satu

kata yang penuh arti. Diterjemahkan dari kata bahasa inggris Documentary.

Sebuah definisi yang singkat, to the point dan mudah dipahami.”

Salah satu program acara yang mulai diminati oleh pemirsa televisi yaitu

dokumenter televisi, karena program dokumenter televisi ceritanya lebih beragam

dan didalamnya terkandung unsur kreatif, informasi yang berupa pesan moral dan

dikemas dalam konteks hiburan.

Menurut Ayawaila (2017:12) memberikan batasan bahwa “Dokumenter

bukan sekedar sebuah produk entertainment (hiburan), tapi menjadi sebuah

produk untuk media pembelajaran yang maknanya lebih dalam dan jauh.”

Berdasarkan hal tersebut, dalam hal ini penulis memilih dokumenter

televisi sebagai bahan tugas akhir, karena penulis ingin memberikan informasi

Page 29: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

29

kepada penonton sebuah perjuangan kakak beradik sebagai petani kopi yang

menjuarai event nasional dengan kategori kopi robusta terbaik dan meraih

peringkat pertama dalam kontes kopi spesialti Indonesia (KKSI) di takengon aceh

dalam rangka Gayo Highland Sumatra Coffee Festival. Melalui program

dokumenter televisi ini penulis ingin menceritakan kisah nyata dan benar adanya

yang dapat dibuat menjadi sebuah program dokumenter televisi yang menarik

untuk menjadikan inspirasi dan motivasi bagi penonton.

1.2. Kegunaan Program

Menurut Hoeta Soehot dalam Supriyadi dkk (2014:32) mengemukakan

bahwa, “Motif komunikasi adalah sebab-sebab yang mendorong manusia untuk

menyampaikan isi pernyataan (pesan) kepada manusia lain.”

Dalam penyiaran suatu program, terdapat banyak proses untuk mencapai

sebuah acara penyiaran yang baik dalam menyiarkan suatu acara. Melalui

lembaga bisa membuat perencanaan program yang baik. Dalam perencanaan

pembuatan program, ada konsep dan tujuan untuk mengenai sasaran yang tepat

dalam perencanaan penyiaran. Bagaimana memahami penikmatnya

Program dokumenter televisi “Segitiga Cibulao” adalah suatu program

acara dengan segmentasi penonton dengan jam tayang yang tepat untuk

menayangkan serta menghibur dan memberikan informasi kepada penonton atau

masyarakat. Hal tersebut juga menjadi acuan semangat bagi kelompok tugas akhir

untuk terus berkarya menghasilkan ide-ide yang baru dan inovatif agar isi pesan

bisa tersampaikan kepada penonton atau masyarakat

1.2.1. Kegunaan Khalayak

Page 30: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

30

Untuk memahami seluk beluk penyiaran sebagai penyampaian

pesan perjuangan seorang petani kopi yang menjuarai event nasional

dengan kerja keras pada khalayak

1.2.2. Kegunaan Praktis

Untuk mengaplikasikan dan mewujudkan konsep-konsep, ide, dan

teori komunikasi khususnya penyiaran, dalam bentuk karya program

dokumenter “Segitiga Cibulao”

1.2.3. Kegunaan Akademis

Untuk memahami teori-teori ilmu komunikasi khususnya jurusan

penyiaran agar dapat merencanakan dan menyusun desain produksi

program dokumenter secara tertulis. Dan sebagai syarat kelulusan Tugas

Akhir (TA) program Diploma III jurusan penyiaran Akademi Komunikasi

(AKOM) Bina Sarana Informatika (BSI).

1.3. Referensi Audio Visual

Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao ini berdasakan referensi

dari berbagai acara program televisi distasiun televisi Indonesia diantaranya

penulis memiliki beberapa referensi program acara seperti:

1.

Sumber : Google

Gambar I.1 Potret program acara “Orang Pinggiran” stasiun televisi Trans7

Page 31: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

31

Trans7 Orang Pinggiran merupakan sebuah program dokumenter

yang menceritakan perjuangan dan kegigihan orang pinggiran dalam

bertahan hidup menghadapi perkembangan dari kemajuan zaman. Di acara

Orang Pinggiran, anda akan melihat bagaimana mereka berusaha

memenuhi berbagai kebutuhan hidup dengan segala ketidakmampuan dan

keterbatasan yang mereka miliki. Orang Pinggiran Trans7 akan menjadi

sumber inspirasi yang akan memotivasi anda untuk menjalani kehidupan

ini dengan penuh semangat dan pantang menyerah.

2.

Sumber : Google

Gambar I.2 Potret program acara “Art Insight – Jakarta dalam Jejak Chairil

Anwar” stasiun televisi METROTV

Art Insight merupakan program acara dokumenter Biografi yang

menceritakan perjalanan hidup Chairil Anwar tokoh bersejarah, yang

menjadi sumber inspirasi yang akan memotivasi penonton.

Page 32: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

32

BAB II

KAJIAN PROGRAM

2.1. Kategori Program

Suatu program banyak yang disajikan oleh stasiun televisi saat ini,

jumlahnya pun sangat banyak dan jenisnya pun sangat beragam. Para pembuat

program pada stasiun televisi dituntut memiliki kreatifitas untuk membuat acara

program yang menarik dan disukai banyak audien.

Menurut Supriyadi dkk (2014:23) memberikan batasan bahwa, “Program-

program yang disajikan melalui media televisi memiliki karakteristiknya.”

Adapun jenis program dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk

memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada audiens.

Program informasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu berita keras

dan berita lunak. Berita keras terdiri dari straight news, feature,

dan infotainment. Sedangkan berita lunak terdiri dari current affair,

dokumenter, dan magazine.

2. Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk

menghibur audiens dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan

permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah

drama, permainan, musik, dan pertunjukkan.

Kategori program yang akan penulis sajikan adalah program informasi

yaitu program dokumenter yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan

namun disajikan secara menarik.

Page 33: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

33

2.2. Format Program

Menurut Supriyadi dkk (2014:25) “Ada beberapa format program yang

lazim disajikan televisi, yaitu program berita, program dokumenter, program

magazine show, program variety show, program talkshow, program musik,

program kuis dan game show, program komedi, program drama, program animasi,

dan lain-lain.”

1. Program berita adalah suatu program televisi yang berisi beragam

informasi dan kabar aktual berdasarkan peristiwa dan fakta sebagaimana

adanya, serta pengetahuan yang dikemas dalam durasi tertentu dan perlu

diketahui khalayak.

2. Program dokumenter adalah suatu program televisi yang memuat unsur-

unsur peristiwa yang penting dan perlu diketahui khalayak yang dapat

disajikan secara naratif, wawancara narasumber kompeten, maupun

deskriptif melalui proses perekaman kamera.

3. Program magazine show adalah suatu program televisi yang menyajikan

beragam rubrik, segmen, dan sub acara sebagai suatu kesatuan serta

keutuhan acara yang diantarai oleh selingan pembatasnya.

4. Program variety show adalah suatu program televisi yang berisi

kombinasi dari berbagai format acara sebagai suatu kesatuan acara yang

utuh.

5. Program talk show adalah suatu program televisi yang menampilkan

gaya perbincangan dari suatu tema dan topik tertentu yang disajikan

Page 34: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

34

melalui format dialog, diskusi, dan wawancara dari narasumber untuk

memberikan inspirasi bagi audiens.

6. Program musik adalah suatu program televisi yang memuat unsur-unsur

musik dan lagu sebagai sajian utama.

7. Program kuis atau game show adalah suatu program televisi yang

menyajikan unsur permainan dan sarat dengan pertanyaan yang diajukan

pembawa acara kepada peserta untuk menebak dan menerka dalam suatu

kompetisi, yang diikuti secara personal, beberapa orang, maupun

kelompok orang untuk mendapatkan suatu hadiah yang dijanjikan.

8. Program komedi adalah suatu program televisi yang menampilkan unsur

humor dan kelucuan dari isi dan pengisi acaranya bertujuan untuk

menghibur audiens agar menimbulkan senyuman dan tertawaan.

9. Program drama adalah suatu program televisi yang menayangkan cerita

fiksi yang memuat unsur narasi, dialog, adegan, penokohan, dan musik

dan lagu sebagai sajian utama.

10. Program animasi adalah suatu program televisi yang menyajikan suatu

cerita dalam bentuk animasi 2 dimensi adapun animasi 3 dimensi, yang

berbentuk rangkaian gambar yang digerakkan secara mekanik elektronis

sehingga tampak dilayar menjadi bergerak.

memberikan batasan bahwa,

Menurut Irwanto dkk (2014:183) menyimpulkan bahwa,

Dokumenter televisi adalah suatu format program televisi yang

menyajikan suatu peristiwa, kejadian, obyek menarik, serta peristiwa

sejarah, yang dikemas sebagaimana adanya, yang bisa disampaikan secara

naratif maupun deskriptif dengan memuat unsur-unsur keunikan dan

sesuatu yang perlu diketahui khalayak.

Jenis-jenis Dokumenter, diantaranya :

Page 35: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

35

1. Sejarah

Dokumenter Sejarah menjadi salah satu tayangan yang sangat

bergantung pada referensi peristiwa, karena keakuratan data sangat

dijaga dan sebisa mungkin tidak boleh ada yang salah dalam

pemaparannya.

2. Biografi

Jenis film dokumenter ini bercerita tentang seseorang/SosokTokoh

(People in the News) entah dia yang dikenal oleh masyarakat luas,

yang memiliki keunikan, kehebatan, atau aspek lainnya. Jenis

biografi terbagi beberapa golongan :

a) Potret yaitu mengupas sisi lain (human interest) kehidupan

seseorang

b) Biografi yaitu mengupas kronologis seseorang misalnya

lahir hingga meninggal atau kesuksesan seseorang

c) Profil membahas aspek positif dari sang tokoh

3. Laporan Perjalanan

Jenis dokumenter Laporan Perjalanan adalah dokumentasi

antropologi dari ahli etnolog atau etnografi. Dan seiring dengan

perkembangannya, membahas banyak yang disesuaikan dengan

pesan dan gaya yang ingin disampaikan.

4. Nostalgia

Dokumenter Nostalgia tidak jauh dari Dokumenter Sejarah, hanya

saja jenis yang satu ini lebih menekankan pada kilas balik atau

napak tilas dari kejadian seseorang atau sekelompok.

Page 36: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

36

5. Rekonstruksi

Jenis Rekonstruksi ini memberi gambaran ulang terhadap peristiwa

yang terjadi secara utuh.

6. Investigasi

Peristiwa yang diangkat umumnya peristiwa yang ingin diketahui

lebih mendalam, misalnya korupsi dalam penanganan bencana,

jaringan mafia suatu negara, atau yang lainnya. Terkadang,

dokumenter ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu

memperjelas suatu peristiwa.

7. Perbandingan dan Kontradiksi

Dokumenter ini menengahkan sebuah perbandingan, bisa dari

seseorang atau sesuatu seperti Film Hoop Dream Karya Steve

James yang risil di tahun 1994. Bisa juga dokumenter mengenai

kekuatan Militer Uni Soviet Vs United States Of America.

8. Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan ini bisa dibilang sangat dekat dengan masyarakat

Indonesia. Jenis ini juga terbagi lagi menjadi dua sub genre, yaitu

film dokumenter sains dan film instruksional.

9. Buku Harian

Jenis ini mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang

yang diceritakan kepada oranglain.

10. Musik

Page 37: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

37

Jenis dokumenter ini menjadi muda jika dibandingkan dengan jenis

lainnya. Dokumenter Musik mendokumentasikan pertunjukan

musik.

11. Association Picture Story

Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental,

mengandalkan gambar-gambar yang tidak berhubungan namun

ketika disatukan dengan editing maka makna yang muncul akan

ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak

mereka.

12. Dokudrama

Jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata

bahkan selain peristiwanya hampir seluruh aspek tokoh cenderung

direkonstruksi.

Format program yang penulis pilih untuk Tugas Akhir adalah program

dokumenter televisi, jenis dokumenter yang penulis buat adalah dokumenter

biografi ini akan menceritakan kehidupan petani kopi cibulao yang sukses meraih

keberhasilan dan menyampaikan pesannya kepada masyarakat atau penonton

dengan cara menggabungkan improvisasi dengan penggunaan kamera untuk

mengungkap kesuksesan atau keberhasilan dibalik perjuangan serta kerja yang

sudah dilewati.

Program dokumenter televisi merupakan program yang dibuat dengan apa

adanya yang terjadi di lapangan, dokumenter disajikan secara realita melalui

berbagai cara dengan berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, dokumenter

tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda

Page 38: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

38

bagi orang atau kelompok. Disini penulis dituntut lebih kreatif dalam melihat

sekeliling, kreatifnya adalah membuat kejadian yang terlihat biasa saja, tanpa

merekayasanya dan mengemasnya seperti cerita fiksi namun tetap menampilkan

fakta yang ada agar menjadi tontonan yang menarik untuk masyarakat.

Gaya atau cara penyajian dokumenter sangat beragam dalam hal teknik

pengambilan gambar, teknik editing, dan teknik penceritaannya. Dokumenter

berjalan sesuai realitas yang ada di lingkungan sekitar kita, seperti sejarah, ilmu

pengetahuan, sosial dan budaya, alam, dan lain-lain yang bisa dikemas semenarik

mungkin berdasarkan subyektifitas dan format apa yang digunakan.

Maka dari itu penulis menyiapkan semua hal yang berkaitan untuk

membuat program dokumenter televisi ini, penulis akan bertanya kepada

narasumber dan menggali informasi-informasi dengan cara mengikuti setiap

kegiatan yang dilakukan narasumber, mencoba dekat dengan narasumber, dan

menggali cerita-cerita tentang kehidupan narasumber agar lebih mudah dalam

penyusunan tampilan gambar dan pesan yang ingin disampaikan kepada audien

berdasarkan fakta.

2.3. Judul Program

Sebuah cerita terlahir dari sebuah ide dan ide itu bisa di dapat dimana saja

tergantung pada pemikiran serta apa yang dilihat dan di dengar penulis, jadi

mempunyai ide tentang sesuatu adalah hal yang pertama harus ada dan menjadi

sebuah pemikiran.

Penulis memberikan judul dokumenter yaitu Segitiga Cibulao, tujuan

penulis membuat judul tersebut karena judul tersebut dapat dijadikan

Page 39: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

39

perumpamaan perjuangan kakak beradik Pak Kiryono dan Pak Jumpono, dimana

mereka memperjuangkan kebun kopi merawat dengan sepenuh hati alhasil kebun

kopi atau kopi robusta dari Kampung Cibulao, Tugu Utara, Cisarua, Bogor – Jawa

Barat disebut sebagai kopi terbaik dan meraih peringkat pertama dalam kontes

kopi spesialti Indonesia (KKSI) di Tekangon Aceh, dalam rangka Gayo Highland

Sumatera Coffe Festival, 21-23 Oktober 2016. Robusta Cibulao terpilih dari 65

peserta lainnya dan menghadapi penilaian dari 12 master cupper international

yang berasal dari Brazil, Jerman, Belanda, Jepang, dan USA Walaupun pada

dasarnya kampung cibulao adalah kampung kopi yang terkenal di kota bogor,

namun kampung cibulao itu sangat miris untuk segi pendidikan dan kesehatan

yang di milikinya.

2.4. Target Audience

Target penonton Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao ini

menargetkan penonton yang bisa menyerap semua apa yang disampaikan dalam

Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao. Disampaikan dalam dokumenter

biografi sebuah kerja keras dari seorang petani kopi yang mengaplikasikan

keberhasilan atau kesuksesan yang telah diraih oleh Kiryono dan Jumpono

sehingga penulis beserta tim membutuhkan strategi untuk menarik perhatian

audience.

Dalam penggolongan ini, semua golongan Audience atau penonton bisa

menyimak dan menonton Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao.

Pengaruh program televisi tidak mengenal batas usia dan status sosial

ekonomi masyarakat, penulis bermaksud mengklarifikasi target audien untuk

program dokumenter yaitu sebagai berikut:

Page 40: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

40

1. Demografis

Gender : Pria 50%

: Wanita 50%

Usia : Remaja 16 – 20 tahun

Dewasa 21 – 60 tahun

Tingkat Pendidikan : SMA 20%

Mahasiswa 30%

Sarjana 50%

Status : Pelajar 20%

Pekerja Eksekutif 60%

Pekerja Kasar 20%

SES : B (menengah ke atas)

C (menengah ke bawah)

2. Geografis

Pulau Jawa : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa

Tengah, Jawa Barat.

3. Psikografis

a) Pekerja keras

b) Rasa percaya diri yang kuat

c) Menyukai inovasi

d) Gaya hidup

Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao berdurasi isi konten 18

menit dan akan tayang pada hari Sabtu pukul 20.00-20.20 WIB, stasiun televisi

Page 41: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

41

pada umumnya tidak dapat menyajikan program terbaiknya setiap hari, strategi

untuk segmen utama ini biasanya bersifat mingguan. Penulis menghindari

penempatan program unggulan yang ditayangkan pada hari yang sama atau

bersamaan dengan program unggulan dari stasiun lain. Program dokumenter

penulis memberikan informasi yang mengedukasi masyarakat, dokumenter

penulis juga memberikan ruang lingkup kepada masyarakat agar dapat

menyimpulkan pendapatnya sendiri.

2.5. Karakteristik Produksi

Pada Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao yang penulis buat

melakukan teknik tapping atau merekam terlebih dulu. Hal itu dikarenakan jenis

program ini sendiri yang berformat dokumenter yang dimana setiap momen dan

materi yang disuguhkan kepada audien bukan disiarkan atau diproduksi langsung

di dalam studio melainkan harus terjun langsung ke lapangan serta melakukan

janji kepada narasumber untuk wawancara dan mengikuti kegiatan sehari-hari

narasumber. Dan juga perlu waktu untuk mengedit dokumenter yang berdurasi 20

menit ini.

Page 42: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

42

BAB III

LAPORAN PRODUKSI

3.1. Proses Kerja Produser

Menurut Latief dan Utud (2017:7) memberikan batasan bahwa, “Producer:

Penanggung jawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan produksi. Melakukan

koordinasi pelaksanaan pra produksi, produksi, dan pasca produksi.”

Produser adalah orang yang mempunyai tanggung jawab besar dalam

sebuah produksi program acara televisi atau film. Menjadi seorang produser harus

dapat memimpin, mengayomi mengenal dengan baik karakter para kru dan dapat

menjadi penengah yang bijak ketika terjadi masalah dalam sebuah tim.

Keberhasilan dan kegagalan produksi sebuah program acara televisi atau film

merupakan tanggung jawab seorang produser. Keberhasilan itu dapat terwujud

jika proses pra produksi hingga pasca-produksi dikelola dengan baik oleh

produser, tak lepas pula dari kerjasama crew.

Tahap awal adalah mengumpulkan kelompok untuk membuat dan

mengembangkan ide gagasan kemudian tim melakukan riset di Kampung Cibulao

dan mengambil gambar sebagai stock shoot dan membuat perhitungan budget

untuk biaya produksi serta membuat schedule untuk pelaksanaan produksi.

Penulis ingin membuat program acara dokumenter televisi yang menghasilkan

informasi berbobot dan positif dalam tayangan program informasi dokumenter

berjudul Segitiga Cibulao.

3.1.1. Pra Produksi

Menurut Latief dan Utud (2017:16) menyimpulkan bahwa:

Page 43: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

43

ada pra-produksi, produser melalui pencarian, pengembangan dan

perumusan konsep, produser nondrama dibantu kreatif (creative) atau

penulis naskah, prosesnya, melakukan sumbang saran (brainstorming)

yang dapat memakan waktu berhari-hari, tetapi juga dapat hanya dalam

sekejap sudah menghasilkan ide terbaik.

Pra produksi merupakan masa perencanaan dan persiapan segala

sesuatu yang bersangkutan dengan kebutuhan sebelum proses produksi

karya.

Adapun tahap-tahap yang penulis lakukan pada pra produksi

adalah :

1. Pemilihan Kru

Pemilihan kru adalah tahap pertama dalam pra produksi, tahap

pemilihan kru adalah langkah tim produksi sesuai dengan

kemampuan masing-masing dan professional dalam pekerjaannya.

Pemilihan kru yang penulis lakukan adalah mengajukan diri sesuai

dengan kemampuan yang mereka miliki.

2. Melakukan Brainstorming

Penulis dan kru melakukan tukar pikiran untuk merancang program

apa yang akan dibuat, penulis dan kru lainnya memilih program

dokumenter televisi. Dokumenter adalah program yang dapat

memberikan pesan dan informasi sesuai dengan fakta yang

berbentuk narasi dan wawancara narasumber. Tujuan merancang

program ini adalah untuk menentukan fokus poin informasi dan

pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Dalam proses

merancang program dokumenter televisi yang akan di produksi,

penulis beserta kru mencari materi yang ingin di angkat melalui

media online dan media lainnya. Ada beberapa tema yang menjadi

Page 44: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

44

pertimbangan, namun penulis dan kru akhirnya memilih tema

human interest yang menceritakan perjuangan seorang kakak

beradik yang merawat kebun kopi sehingga bisa menang dalam

kontes di Tekangon Aceh. Alasan penulis dan kru memilih materi

ini karena pada dasarnya kampung cibulao adalah kampung kopi

yang terkenal di Kota Bogor, namun kampung cibulao itu sangat

miris untuk segi pendidikan dan kesehatan yang di milikinya.

Penulis dan kru lain juga membicarakan tentang jadwal riset dan

shooting, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan alat shooting apa

saja yang akan di pakai. Rancangan ini juga akan digunakan untuk

proses produksi dan pasca produksi.

3. Riset

Riset adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui lebih

banyak mengenai tema yang akan di angkat. Langkah yang paling

utama pada saat riset adalah informasi yang baik dan cukup

lengkap. Pada saat riset informasi yang di dapat harus berhubungan

dengan keperluan produksi, baik mengenai lokasi dan keperluan

tata visualnya. Pada saat riset, penulis dan kru melakukan

perkenalan terlebih dahulu dengan keluarga Kiryono dan Jumpono,

setelah itu penulis dan kru melakukan pendekatan dengan cara

berbincang-bincang dan ikut membaur dengan keluarga Kiryono

dan Jumpono, setelah merasa pendekatan sudah cukup penulis dan

kru mencoba mengikuti kegiatan sehari-hari mereka.

Page 45: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

45

Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao yang mengangkat

tema biografi tentang kehidupan kakak beradik yang berprofesi seorang

petani kopi yang berusaha merawat kebun kopi sehingga bisa menang

dalam kontes di Takengon Aceh. Produser sebagai seorang yang

bertanggung jawab atas jalannya produksi ini harus mempersiapkan segala

sesuatu yang dibutuhkan, seperti menentukan kru, melakukan tukar fikiran

dengan kru, menentukan ide dan tema, membedah konsep, membuat

jadwal pra produksi, produksi, pasca produksi, mengurus surat riset, dan

mengumpulkan anggaran biaya shooting. Produser juga wajib memantau

jalannya proses produksi agar tidak lari dari perencanaan yang sudah

disepakati.

3.1.2. Produksi

Menurut Latief dan Utud (2017:15) memberikan batasan bahwa,

“Peran produser hanya sebagai fasilitator kebutuhan produksi dan

mengawasi setiap penggunaan dana, jadwal kerja serta menyediakan

peralatan dan fasilitas produksi pasca-produksi.”

Pada tahap produksi produser bertugas untuk memantau, mengatur,

mengawasi dan mengontrol kegiatan produksi agar sesuai dengan jadwal

yang sudah ditentukan. Produser juga yang mengecek kelengkapan alat-

alat shooting pada saat sebelum berangkat ke lokasi dan produser tidak

segan menegur sutradara dan kameraman jika melakukan kesalahan,

produser juga ikut memberikan pendapat kepada sutradara dan kameraman

untuk memperbanyak stock shoot untuk mempermudah pada tahap editing,

penulis juga memberikan solusi ataupun keputusan pada saat ada kendala.

Page 46: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

46

3.1.3. Pasca Produksi

Menurut Supriyadi dkk (2014:56) memberikan batasan bahwa,

“Secara umum produser mempunyai tanggung jawab dalam sebuah

produksi film atau televisi dari mulai pra-produksi, produksi, hingga paska

produksi.”

Pada tahap pasca produksi penulis memantau proses editing, ikut

memberikan pendapat dalam menentukan shoot mana yang layak dipakai,

dan menentukan wawancara yang sesuai dengan tema, lalu melakukan

evaluasi bersama anggota kru lainnya atas semua yang terjadi pada pra

produksi dan produksi dan melalakukan sharing terkait produksi, juga

memantau laporan produksi per-jobdesk.

3.1.4. Peran dan Tanggung Jawab Produser

Menurut Supriyadi dkk (2014:49) memberikan batasan bahwa,

“Produser, orang yang bertanggung jawab atas detail produksi dari awal

hingga akhir produksi dalam memanage produksi.”

Dalam tanggung jawab produser yang menyusun proses kerja

produser dengan membuat tabel, schedule, susunan tugas serta laporan dan

tanggung jawab produser agar proses pembuatan karya Program

Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao dari pra produksi, produksi, hingga

pasca produksi berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan.

3.1.5. Proses Penciptaan Karya

Pada saat proses penciptaan karya penulis membuat konsep kreatif

mengangkat tema tentang perjuangan kakak beradik Kiryono dan

Jumpono, dimana mereka memperjuangkan kebun kopi merawat dengan

Page 47: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

47

sepenuh hati alhasil kebun kopi atau kopi robusta dari Kampung Cibulao,

Tugu Utara, Cisarua, Bogor – Jawa Barat disebut sebagai kopi terbaik dan

meraih peringkat pertama dalam kontes kopi spesialti Indonesia (KKSI) di

Tekangon Aceh, dalam rangka Gayo Highland Sumatera Coffe Festival,

21-23 Oktober 2016. Robusta Cibulao terpilih dari 65 peserta lainnya dan

menghadapi penilaian dari 12 master cupper international yang berasal

dari Brazil, Jerman, Belanda, Jepang, dan USA Walaupun pada dasarnya

kampung cibulao adalah kampung kopi yang terkenal di kota bogor,

namun kampung cibulao itu sangat miris untuk segi pendidikan dan

kesehatan yang di milikinya.. Karena itu penulis beserta kru memutuskan

untuk tinggal selama 3 hari selama di Kampung Cibulao, agar bisa

mendapatkan stock shoot dari shoot list yang sudah sutradara buat.

Proses penciptaan karya dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Konsep kreatif

Konsep pendekatan yang dilakukan penulis adalah

pendekatan humanis. Mengangkat tema human interest konsep

kreatif untuk program dokumenter televisi ini, penulis berusaha

melakukan pendekatan dengan keluarga Kiryono dan Jumpono.

Dalam program dokumenter televisi ini penulis menginginkan

momen-momen yang natural dan yang benar-benar terjadi, seperti

kegiatan sehari-hari Kiryono dan Jumpono ke kebun, merawat

kebun kopi, membuat kopi.

Penulis ingin menyampaikan kepada masyarakat yang

menonton dokumenter televisi ini bahwa hidup adalah perjuangan,

Page 48: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

48

perjuangan mereka untuk bertahan hidup walaupun sekelilingnya

seolah tidak peduli dengan apa yang sedang mereka kerjakan,

perjuangan mereka mempertahankan tanah mereka, perjuangan

mereka untuk tetap hidup dengan nyaman disebuah kampung kecil

dengan penduduk yang sedikit namun dikampung tersebut bisa

menghasilkan hasil yang baik untuk Kota Bogor.

2. Konsep produksi

Dalam dokumenter televisi ini penulis ingin memperbanyak

moment kegiatan keluarga Kiryono dan Jumpono memperbanyak

stock shoot gambar agar editor tidak kesulitan dalam menyatukan

gambar. Saat produksi penulis dan kru memutuskan untuk tinggal

di Kampung Cibulao selama 3 hari.

3. Konsep teknis

Pada pembuatan dokumenter televisi ini penulis, sutradara

dan penulis naskah menyiapkan minimal 50 point pertanyaan untuk

narasumber, sutradara juga harus menyiapkan shoot list yang

nantinya akan menjadi acuan kameraman dalam pengambilan

gambar. Penata gambar akan menggunakan kamera Sony PXW-

X70 dan dalam penyuntingan gambar, akan menggunakan software

Adobe premier.

3.1.6. Kendala Produksi Dan Solusinya

Pada saat produksi berlangsung, penulis mendapatkan beberapa

kendala yang wajar di alami oleh pembuat film lainnya, diantaranya :

Page 49: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

49

1. Kendala perubahan tanggal syuting karena alat belum di accept

oleh Zenon Rental. Solusinya menunggu kabar dari Zenon Rental

dikarenakan tim kami menggunakan Sony PXW-X70 setelah

mendapat kabar dari Zenon Rental tanggal syuting disesuaikan saat

panen raya kopi Cibulao atau 10 hari setelah lebaran.

2. Kendala saat mengambil gambar outdoor dibatalkan karena di

hari pertama cuaca di kampung Cibulao saat itu sedang hujan.

Solusi yang penulis lakukan adalah menunggu sampai redah dan

mengambil gambar wawancara indoor terlebih dahulu.

Page 50: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

50

3.1.7 Lembar Kerja Produser

1. Konsep Program

2. Working Schedule

3. Breakdown Budgeting

4. Shooting Schedule

5. Equipment List (Check List Harian)

6. Surat Izin Riset dan Liputan

Page 51: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

51

KONSEP PROGRAM

Semakin berkembangnya jaman semakin banyak jenis-jenis program

dokumenter televisi, yang pada awalnya program dokumenter televisi hanya

sebuah karya yang menceritakan perjalanan seseorang. Namun saat ini banyak

sekali jenis-jenis tema yang bisa menjadi program dokumenter televisi. Maka dari

itu, penulis membuat program dokumenter televisi tentang perjuangan seorang

kakak beradik merawat kopi sehingga bisa menjuarai event nasional dengan

kategori kopi robusta terbaik dan meraih peringkat pertama dalam kontes kopi

spesialti Indonesia (KKSI) di Takengon aceh, walaupun sudah menjuarai namun

seorang petani kopi maupun masyarakat di Kampung Cibulao sendiri mempunyai

keresahan mengenai pendidikan dan kesehatan yang belum disediakan oleh

pemerintah. Pengerjaan program dokumenter “Segitiga Cibulao” bertema biografi

penulis sebagai produser mencoba melakukan survei ke kampong cibulao

tersebut, bagaimana mereka bisa bertahan untuk tetap tinggal di kampong cibulao

tersebut, apa alasan mereka untuk tidak meninggalkan kampung cibulao tersebut,

bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka sehari-hari yang berbanding

terbalik dengan kehidupan di kota yang tidak jauh dari tempat mereka tinggal.

Penulis melakukan wawancara dengan petani kopi yang sudah lama tinggal di

Kampung Cibulao dari tahun 1998. Penulis juga ingin memberikan visual dan

audio yang menarik agar penonton tidak merasa bosan menonton karya tugas

akhir program dokumenter televisi Segitiga Cibulao.

Page 52: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

52

WORKING SCHEDULE

“Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao”

Production Company : Prodi Penyiaran AKOM BSI Producer : Veren Engel

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute Time Broadcast : 20.00-20.20 WIB

Tabel III.1

Working Schedule

No. TAHAP AKTIVITAS TARGET PER MINGGU

April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

P

ra

Pro

duksi

Penemuan ide program

Briefing Kelompok

Pengembangan gagasan

Pembuatan TOR

Page 53: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

53

Membuat daftar pertanyaan

Shooting Schedule

Menghitung biaya produksian

Program meeting

Teknikal meeting

Mengecek peralatan / perlengkapan

shooting produksian

P

roduksi

Produksi

Membuat call sheet

Review gambar

Evaluasi produksi

Pas

ca

Pro

duksi

Backup data

Rough cut

Offline editing

Page 54: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

54

Memilih stock shoot

Online editing

Logging

Final cut

Evaluasi editing

Picture lock

Page 55: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

55

BREAKDOWN BUDGETING

“Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao”

Production Company : Prodi Penyiaran AKOM BSI Producer : Veren Engel P

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute Time Broadcast :20.00-20.20 WIB

Tabel III.2

Breakdown Budgeting

No. ITEM UNIT RATE AMOUNT NOTES

Pra Produksi (Unit)

1. Buku 1 Rp. 75.000 Beli

2. Parcel 2 Rp. 202.500 X 2

= Rp. 405.000

Beli

3. Print dan

fotocopy

- Rp. 14.000

TOTAL Pra Produksi (Unit) Rp. 494.000

Pra Produksi (Alat)

4. TAKARA

VIM 264

Fluid head

video

monopod,

tripod camera

1 Rp. 320.000 Beli

Page 56: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

56

5. Microphone

mic clip on

Boya BY-M1

Lavalier

1 Rp. 186.000 Beli

6. Slider kamera

100CM +

Single tripod

1 Rp. 436.000 Beli

(Pembelian via Tokopedia dapat pemotongan

ongkir)

TOTAL PEMBAYARAN Pra Produksi

(Alat)

Rp. 917.000

Produksi (Teknik / Alat kameraman)

7. Sony PXW-

X70

1 Rp. 1.050.000 Sewa tiga

hari

8. Lensa Sony

FE 16-35mm

F/2.8 GM

OSS

1 Rp. 900.000 Sewa tiga

hari

9. Lensa Sony

FE 50mm

f/1.8

1 Rp. 225.000 Sewa tiga

hari

Page 57: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

57

10. Audio

recorder

zoom H4N

1 Rp. 225.000 Sewa tiga

hari

11. Materai 1 Rp. 8000 Beli di

Zenon

Catatan: Penyewaan alat di Zenon Rental Tebet,

Potongan 50% semua alat untuk mahasiswa TA

(Batas max 1.000.000)

Jumlah penyewaan di Zenon Rp 2.408.000

dipotong Rp 1.000.000 (Diskon) = Rp.

1.408.000

TOTAL PEMBAYARAN Produksi (Teknik /

Alat kameraman)

Rp 1.408.000

Produksi (Unit)

12. Tol - Rp. 100.000 Bayar

13. Bensin - Rp. 200.000 Beli

14. Mobil 1 Rp. 500.000 Sewa

15. Parkir - Rp. 20.000 Bayar

16. Penginapan /

homestay

1 Rp. 200.000 x 2

= Rp. 400.000

Sewa /

bayar dua

hari dua

Page 58: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

58

malam

17. Tiket masuk

Kampung

Cibulao

1 Rp. 30.000 Beli

18. Konsumsi - Rp. 1.285.000

TOTAL Produksi (Unit) Rp. 2.535.000

Pasca Produksi

19. Editing - Rp. 150.000 -

20. Konsumsi - Rp. 80.000 Beli

21. Fotocopy

buku panduan

- Rp. 15.000 Bayar

22. Print laporan

bimbingan

- Rp. 52.000 Bayar

23. Materai 5 Rp. 6.000 x 5 =

Rp. 30.000

Beli

24. HVS A4 1 Rim Rp. 60.000 Beli

25. DVD, Poster,

Print cover

dvd

- Rp. 130.000 Beli

26. Fotocopy

daniswara

jaya

- Rp. 29.5000 Bayar

Page 59: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

59

27. Tinta Printer - Rp. 40.000 Beli

28. HVS A4 1 Rim Rp. 59.500 Beli

TOTAL PASCA PRODUKSI Rp. 646.000

GRAND TOTAL dari Pra produksi, Produksi, hingga Pasca Produksi Rp. 6.000.000

Dari GRAND TOTAL diatas dibagi menjadi 5 orang anggota atau crew, yang berarti

masing-masing anggota atau crew mengumpulkan Rp.1.200.000 x 5 = Rp. 6.000.000

Page 60: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

60

SHOOTING SCHEDULE

“Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao”

Production Company : Prodi Penyiaran AKOM BSI Producer : Veren Engel P

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute Time Broadcast :20.00-20.20 WIB

Tabel III.3

Shooting Schedule

No. Hari dan Tanggal Waktu Pelaksanaan Kegiatan

1.

Sen

in,

25 J

un

i 2018

00:00 – 02:00 Ambil Alat + Memeriksa

Perlengkapan

2. 02:00 – 04:00 Perjalanan Ke Lokasi

3. 04:00 – 04:30 Tiba di lokasi langsung cek

peralatan

4. 04:30 – 08:30 Break

5. 08:30 – 09:00 Persiapan Shooting

6. 09:00 – 12:00 Wawancara narasumber

( Bapak Kiryono )

7. 12:00 – 14:00 Break

8. 14:00 – 18-00 Shooting

9. 18:00 Produksi Pertama Selesai

10.

Sela

sa,

26

Ju

ni

2018

07:30 – 08:00 Memeriksa Perlengkapan

11. 08:00 – 08:30 Makan pagi

Page 61: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

61

12. 08:30 – 12:00 Pengambilan gambar di kebun

kopi

13. 12:00 – 12:45 Break + Makan siang

14. 12:45 – 16:00 Kegiatan Bapak Kiryono di

kebun kopi

15. 16:00 – 16:30 Pengambilan stock gambar

16. 16:30 – 18:00 Pengambilan gambar Bapak

Kiryono sedang membuat

kopi

17 18:00 Produksi hari kedua selesai

18.

R

ab

u, 27 J

un

i 2018

07:00 – 07:30 Memeriksa perlengkapan

19. 07:30 – 08:00 Makan pagi

20. 08:00 – 10:00 All beauty shot

21. 10:00 – 12:00 Wawancara Bapak Jumpono

22. 12:00 – 12:30 Memeriksa perlengkapan

23. 12:30 – 13:00 Packing

24. 13:00 – 15:00 Perjalanan ke Rumah Kopi

Ranin

25. 15:00 – 15:30 Memeriksa perlengkapan

26. 15:30 – 16:00 Pengambilan gambar di

Rumah Kopi ranin

27. 16:00 - 17:00 Wawancara Bapak Tejo di

Page 62: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

62

Rumah Kopi ranin

28. 17:00 – 17:30 Packing alat

29. 17:30 – 18:30 Istirahat + makan

30. 18:30 – 19:00 Mengecek kembali semua

perlengkapan

31. 19:00 – 21:00 Perjalanan kembali ke Jakarta

dan pengembalian alat di

Zenon

32. 21:00 Shooting selesai

Page 63: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

63

EQUIPMENT LIST (Chek List Harian)

“Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao”

Production Company : Prodi Penyiaran AKOM BSI Producer : Veren Engel P

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute Time Broadcast :20.00-20.20 WIB

Tabel III.4

Equipment List

No Alat Seri Jumlah Keterangan

1 Sony PXW X70 1

Sewa

3 Lensa Fix EF 50 MM Sony 1 Sewa

5 Zoom H4N -

1

Sewa

8 Microphone Mic Clip

On Boya

BY-M1 Lavalier 1 Beli

9 Slider Kamera +

Single Tripod

100cm 1 Beli

10 Monopod, Tripod

Kamera

Takara VIM 264

Fluid Head Video

1 Beli

11 Sony FE 16-35mm

f/2.8

Sony 1 Sewa

Page 64: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

64

1. SHOOTING DAY 1 TANGGAL 25 JUNI menggunakan alat

- Sony PXW-X70

- Zoom H4N

- Lensa Fix EF 50 MM

- Sony FE 16-35mm f/2.8

- Monopod

- Boya

2. SHOOTING DAY 2 TANGGAL 26 menggunakan alat

- Sony PXW-X70

- Zoom H4N

- Lensa Fix EF 50 MM

- Sony FE 16-35mm f/2.8

- Monopod

- Boya

3. SHOOTING DAY 3 TANGGAL 27 menggunakan alat

- Sony PXW-X70

- Zoom H4N

- Lensa Fix EF 50 MM

- Sony FE 16-35mm f/2.8

- Monopod

- Boya

Page 65: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

65

Surat Izin Riset dan Liputan

“Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao”

Production Company : Prodi Penyiaran AKOM BSI Producer : Veren Engel P

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute Time Broadcast :20.00-20.20 WIB

Gambar III.3

Surat Izin Riset dan Liputan Bapak Kiryono dan Jumpono

Page 66: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

66

Gambar III.4

Surat Izin Liputan Kampung Cibulao ke Kepala Desa Cibulao

Page 67: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

67

Gambar III.5

Surat Izin dan Liputan di Rumah Kopi Ranin

Page 68: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

68

3.2. Proses Kerja Sutradara

Seorang director (sutradara) yaitu seorang yang harus mengerti dan

menguasai akan berbagai hal teori maupun teknis dalam pembuatan sebuah program

acara dokumenter televisi pada proses pra produksi, produksi dan pasca produksi.

Director (sutradara) juga bertanggung jawab penuh akan keberhasilan suatu karya

seni audio dan visual dalam program acara dokumenter televisi.

Menurut Naratama (2013:5) memberikan batasan bahwa, “Sutradara Televisi

adalah sebutan bagi seseorang yang mempunyai profesi menyutradarai Program

Acara Televisi baik untuk Drama ataupun Nondrama,dalam produksi single ataupun

multi-camera.”

Program dokumenter televisi Segitiga Cibulao dibuat berdasarkan fakta.

Setiap adegan tersebut adalah nyata dan faktual, yang artinya tidak dibuat-buat.

Sebagai seorang director (sutradara) dokumenter, dituntut untuk lebih kreatif dalam

melihat keadaan sekelilingnya. Membuat kejadian yang terlihat biasa menjadi

istimewa di mata orang lain tanpa merekayasa. Subjektivitas seorang director

(sutradara) sangat diperlukan, seperti pemikiran-pemikiran, ide-ide dan sudut

pandang idealismenya. Maka dari itu director (sutradara) sudah harus memiliki ide

dan konsep yang jelas mengenai apa yang ingin disampaikan kepada penonton dan

mampu membangun emosi penonton.

Menurut Naratama (2013:16) “Sutradara televisi adalah seseorang yang

menyutradarai Program Acara Televisi yang terlibat dalam proses kreatif dari Pra

hingga Pascaproduksi, baik untuk drama maupun Nondrama dengan lokasi distudio

Page 69: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

69

(indoor) maupun alam (outdoor), dan menggunakan sistem produksi single dan/atau

multi-camera.”

Disamping itu, director (sutradara) juga harus bisa menjadi leader untuk para

kru program acara televisi. Mengarahkan kru sesuai dengan treatment yang sudah

dibuat. Director (sutradara) juga yang mengambil keputusan dalam segala hal dan

memecahkan suatu masalah yang terjadi di lapangan.

3.2.1. Pra Produksi

Menurut Naratama (2013:13) meberikan batasan bahwa, “Pada

periode praproduksi, sutradara wajib hadir pada saat setiap diskusi kreatif

acara, pembuatan rundown, analisis naskah, dan penentuan pemain (casting).”

Menurut Naratama (2013:262) meberikan batasan bahwa, “Berbagai

kegiatan persiapan sebelum pelaksanaan produksi dimulai.”

Sebagai seorang director atau sutradara dalam pra produksi melakukan

beberapa hal sebagai berikut:

a. Menentukan dan mengembangkan ide

Penulis sebagai director (sutradara) serta crew yang terkait

menyampaikan idenya masing-masing yang menarik. Setelah

menentukan satu ide yang sekiranya mendekati keinginan,

penulis dan crew yang lain mulai menganalisis dan mengkaji

serta membangun cerita untuk program dokumenter televisi

Segitiga Cibulao.

b. Riset

Page 70: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

70

Penulis beserta crew yang terkait melakukan riset yang

mendalam terhadap obyek yang akan direkam guna

mendapatkan data yang seakurat-akuratnya. Riset juga

diperlukan untuk mengetahui dan mengenal keadaan yang

sesungguhnya di lokasi. Dengan riset juga penulis dapat

menemukan narasumber yang menarik dan cocok untuk

program dokumenter televisi Segitiga Cibulao. Selama riset

penulis mencoba mendekatkan diri dengan narasumber, agar

narasumber terbiasa dengan penulis juga kamera.

c. Pembuatan Director Treatment

Melalui Director Treatment, penulis menuangkan pikiran-

pikiran tentang alur cerita dan shot-shot serta pergerakan

kamera yang akan di ambil. Ini juga guna mempermudah

kameraman dalam mengambil gambar. Agar lebih tertata dan

menghemat waktu.

3.2.2. Produksi

Menurut Naratama (2013:9) menyimpulkan bahwa:

Perlu dikaji antara hubungan kebutuhan artistik dan kebutuhan teknis

yang dalam industri televisi, dikenal sebagai sistem rekaman gambar

visual dengan menggunakan single camera dan multi-camera.

Kebutuhan artistik untuk produksi single camera tentunya berbeda

dengan kebutuhan artistik untuk produksi multi-camera.

Page 71: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

71

Pada tahap inilah pendekatan yang sudah penulis jalin dengan

narasumber sangat berguna. Narasumber yang sudah terbiasa dengan

keberadaan penulis akan menjawab pertanyaan dengan apa adanya tanpa

dibuat-buat. Penulis sebagai director (sutradara) serta kamareman harus teliti

dan cepat tanggap dalam mengambil gambar. Memilih angle maupun shot

dengan kreatif agar tidak terlihat monoton. Selain wawancara, penulis sebagai

director (sutradara) juga menampilkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

narasumber untuk mendukung membangun emosi penonton.

Penulis sebagai director (sutradara) berperan dan bertanggung jawab

menjadi pemimpin di lapangan, karena sangat memungkinkan akan datangnya

hal-hal maupun kendala yang tidak di inginkan. Disaat itulah penulis sebagai

director (sutradara) harus bisa memberikan solusi dan mengambil tindakan

yang tegas. Penulis juga harus lebih peka terhadap hal-hal yang terjadi di

lingkungan sekitar pada saat proses produksi, karena bisa menambah atau

menguatkan program acara televisi yang dibuat tetapi juga tidak boleh keluar

dari fokus yang sudah di tentukan.

Setelah melakukan riset selama kurang lebih lima bulan, penulis

beserta tim memulai shooting untuk merekam wawancara berdasarkan

pertanyaan yang sudah disusun. Penulis beserta kameraman menyiapkan alat-

alat yang akan digunakan saat proses syuting seperti kamera Sony PXW X-70,

tripod, lighting, zoom dan clip on.

Hari pertama penulis beserta tim membawa alat-alat berupa kamera

dan tripod untuk pengambilan gambar establish-establish kampung cibulao.

Page 72: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

72

Penulis beserta tim mengunjungi beberapa tempat-tempat guna memperkuat

jalannya program dokumenter televisi Segitiga Cibulao ini untuk diambil

gambarnya. Pada hari kedua, penulis dan tim merencanakan untuk mengambil

gambar wawawancara dari para narasumber. Penulis berusaha mendekati dan

sedikit mengarahkan kepada narasumber bagaimana cara melihat ke kamera

dan melihat sutradara bertanya. Pada hari ketiga, penulis dan tim berangkat

naik ke kebun kopi menempuh perjalanan dengan jalan kaki sekitar 500 meter

dari kampung cibulao. Sesampainya dikebun kopi, penulis menginstruksikan

kepada juru kamera gambar apa saja yang harus diambil dan tidak perlu

diambil.

3.2.3. Pasca Produksi

Menurut Naratama (2013:6) menyimpulkan bahwa:

Pada intinya, hasil karya televisi adalah kesimpulan dari tiga tingkat

pekerjaan produksi, yaitu Praproduksi (Pre-Production), Produksi

(Production), Pascaproduksi (Post-Production). Ketiganya menyatu,

tidak boleh terlewatkan. Apabila salah satu tingkat pengerjaan

produksi ini hilang atau belum selesai, tugas sang Sutradara masih

belum tuntas. Pertanggungjawaban pun belum selesai.

Tahap pasca produksi penulis sebagai director (sutradara) terlebih

dahulu membiarkan editor untuk rought cut (menyusun gambar secara kasar),

setelah rough cut tersusun barulah penulis sebagai (sutradara) serta editor

berdiskusi juga memainkan mood atau ritme yang penulis inginkan. Penulis

sebagai director (sutradara) membantu editor memilih gambar yang layak dan

memotong gambar menjadi jalan cerita yang bisa dimengerti penonton dan

pesan dari film ini bisa tersampaikan. Penulis juga memilih lagu atau musik

yang tepat untuk penguat gambar serta menambah emosi penonton.

Page 73: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

73

3.2.4. Peran dan Tanggung Jawab Sutradara

Menurut Supriyadi (2014:48) memberikan batasan bahwa, “Sutradara,

orang yang bertanggung jawab pada semua aspek produksi, baik sinematik

artistik maupun secara teknis.”

Seorang director (sutradara) akan terlibat dalam proses pra produksi,

produksi dan pasca produksi. Director (sutradara) harus bisa menerjemahkan

gagasan-gagasan dalam bentuk kata-kata menjadi gambar. Seorang director

(sutradara) sama dengan seorang pemimpin, merupakan peran dan tanggung

jawab director (sutradara) untuk mengatur timnya selama tahap produksi

berlangsung.

Director (sutradara) program dokumenter televisi Segitiga Cibulao

juga harus memiliki seni dan cita rasa yang tinggi terhadap program acara

dokumenter televisi. Menyusun jalan cerita, mengemasnya dengan indah serta

memberikan hasil akhir yang terbaik untuk semua pihak merupakan tanggung

jawab terberat seorang director (sutradara).

3.2.5. Proses Penciptaan Karya

a. Konsep Kreatif

Menemukan ide yang menarik dan mengembangkannya

menjadi ide yang istimewa. Kunci dari dokumenter adalah

fakta yang benar-benar terjadi di sekitar kita. Inilah yang

menjadi acuan penulis dalam mencari ide. Setelah menyepakati

satu ide, penulis sebagai director (sutradara) bersama produser

dan penulis naskah berdiskusi dan mulai mengembangkan ide

Page 74: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

74

tersebut. Penulis mulai mencari tahu akan segala sesuatu

tentang ide tersebut. Penulis juga berusaha melihat secara luas

dengan sudut pandang yang berbeda. Mematangkan ide agar

semakin mantap dan kuat dari segi cerita. Semakin banyak

fakta-fakta yang penulis dapatkan semakin banyak juga

gagasan-gagasan yang timbul. Penulis merancang konsep

sematang mungkin dan mengeksekusinya dengan semaksimal

mungkin. Memilih shot dan lokasi yang tepat agar program

dokumenter televisi Segitiga Cibulao ini tidak terasa

membosankan. Penulis menuangkan setiap pemikirin kepada

kameraman agar terealisasi dengan baik.

Keberhasilan suatu program acara dokumenter televisi juga

tergantung pada proses editing. Maka penulis sebagai director

(sutradara) bersama editor berusaha semaksimal mungkin

menyempurnakan gambar yang ada. Agar tersusun menjadi

program dokumenter televisi dengan cerita yang menarik dan

pesan yang ingin penulis sampaikan kepada penonton bisa

tersampaikan.

b. Konsep Produksi

Setelah mengembangkan ide, penulis beserta departemen

lainnya mulaimembuat cerita berdasarkan T.O.R yang sudah

dibuat oleh penulis naskah. Cerita sudah matang, mulailah

penulis melakukan riset. Mengikuti kegiatan sehari-hari

Page 75: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

75

narasumber, tinggal di lingkungan narasumber, membiasakan

diri berada di dekat narasumber. Perlahan-lahan menanyakan

pertanyaan yang sudah di susun sebelumnya. Semakin banyak

fakta-fakta yang terungkap, semakin membantu penulis dalam

mengeksekusi cerita.

Penulis selaku director (sutradara) serta produser mulai

mengatur jadwal untuk shoting. Menyiapkan segala alat dan

kelengkapan yang dibutuhkan selama shoting. Selama shooting

berjalan penulis memaksimalkan waktu yang tersedia untuk

pengambilan gambar dengan menggunakan single kamera.

Terkadang penulis bersama kameraman memisahkan diri untuk

melihat kegiatan-kegiatan lain yang bisa mendukung cerita

dokumenter ini. Karena dokumenter penuh dengan kejutan-

kejutan dan fakta-fakta menarik yang harus terus menerus

digali.

c. Konsep Teknis

Secara teknis penulis sebagai director (sutradara) dan crew

menyiapkan alat berupa satu kamera Sony PXW X-70 untuk

pengambilan gambar pada saat produksi. Saat pengambilan

gambar penulis beserta kameraman juga menggunakan tripod

agar tetap stabil dan getaran-getaran yang ditimbulkan tidak

terlalu kuat. Menggunakan Clip On serta Zoom untuk dipakai

selama wawancara berlangsung agar suara narasumber

Page 76: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

76

terdengar jernih dan tidak kalah dengan suara-suara atmosfer

yang ada di sekitar tempat produksi.

Untuk visual konsep director (sutradara), penulis memilih

menggunakan lensa kit dan lensa fix. Dimana lensa kit untuk

kebutuhan gambar landscape. Sedangkan lensa fix diperlukan

untuk mempertajam dan mempercantik gambar, menghasilkan

bokeh-bokeh yang cantik juga mempertajam detail-detail

gambar.

3.2.6. Kendala Produksi Dan Solusinya

a. Kendala saat produksi di hari pertama ada dimasalah cuaca,

penulis dan tim tiba dikampung cibulao sekitar jam 6 pagi.

Penulis dan tim memutuskan untuk istirahat sejenak dari

perjalanan sekitar 1 jam. Rencananya hari pertama penulis dan

tim ingin melakukan take pertama mengambil wawancara dari

narasumber. Pada saat itu juga kabut tebal mulai turun dan

hujan deras tidak berhenti. Alasan tidak melakukan take saat

hujan adalah tidak sesuai dengan rencana awal ingin

mengambil gambar didepan rumah narasumber, lalu audio dari

clip on juga tidak bisa bekerja maksimal akibat suara hujan

yang sangat deras. Solusinya adalah penulis dan tim

memutuskan untuk menunda pengambilan wawancara sampai

hujan berhenti.

Page 77: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

77

b. Pada hari kedua saat ingin mengambil gambar suasana

kampung, penulis mendapatkan masalah dari tripod yang

disewa disebuah rental alat. Pada saat mempersiapkan alat

tripod yang penulis dan tim gunakan mengalami error

dimounting sehingga tidak bisa dilepas, kerusakan tripod ini

sudah memakan waktu produksi penulis dan tim. Solusinya,

penulis dan tim akhirnya memutuskan untuk memperbaiki

tripod sehingga normal kembali.

c. Pada hari ketiga saat pengambilan gambar dikebun kopi,

penulis dan tim mengalami masalah hujan yang tiba-tiba turun.

Penulis dan tim akhirnya berlari bersama-sama mencari pohon

teduh yang bisa untuk melindungi penulis, tim, dan alat-alat

produksi. Karena hujan deras yang tiba-tiba datang akhirnya

waktu produksi penulis dan tim terbuang. Solusinya penulis

dan juru kamera memutuskan untuk berteduh sementara

dipohon-pohon sampai hujan agak sedikit reda untuk

melanjutkan pengambilan gambar.

Page 78: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

78

3.2.7. Lembar Kerja Sutradara

1. Konsep Kerja Sutradara

2. Out Line Naskah

3. Treatment

Page 79: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

79

KONSEP KERJA SUTRADARA

Seorang director (sutradara) memiliki tugas memvisualisasikan ide-ide

ataupun tema kedalam bahasa gambar. Setiap director (sutradara) juga memiliki gaya

dan ciri khas masing-masing di dalam setiap karyanya. Selama membuat karya,

director (sutradara) tidak bisa bekerja sendiri, selalu dibantu oleh beberapa kru.

Menjadi sutrada dalam tim harus bisa menyatukan pemikiran-pemikirannya dengan

crew demi mencapai keberhasilan sebuah program dokumenter televisi Segitiga

Cibulao

Program dokumenter televisi Segitiga Cibulao yang penulis buat bertema

biografi. Dimana program ini mengangkat kisah dari dua orang petani kopi kakak

beradik yaitu Kiryono dan Jumpono. Petani yang tinggal didaerah kebun teh,

kampung cibulao, milik PT. Ciliwung. Kiryono dan Jumpono adalah dulunya petani

teh biasa, pada akhirnya tahun 1998 mereka melakukan konservasi alam yang

bertujuan untuk mengisi tanah kosong dan menyelamatkan alam dengan menanam

kopi dengan tanpa ilmu dan pengetahuan yang luas tentang menanam kopi yang baik

dan benar. Selang waktu berjalan, mereka akhirnya dibimbing oleh organisasi pecinta

alam. Tujuan mereka menanam kopi tadinnya diperuntukan untuk diminum sendiri,

namun ternyata kopi tersebut mempunyai cita rasa dan infomasi tersebut sampai ke

pemilik sebuah kedai kopi bernama ranin. Lalu pada 2016 kopi cibulao dibawa

keaceh untuk ikut serta dalam Kontes Kopi Spesialti Indonesia (KKSI). Kopi cibulao

berhasil mendapatkan urutan pertama dalam jenis kopi robusta yang dinilai oleh lebih

dari 14 orang juri dari seluruh dunia.

Page 80: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

80

Melalui dokumenter ini penulis sebagai director (sutradara) melakukan riset

sebanyak-banyaknya dengan wawancara langsung kepada petani kopi dan juga

masyarakat kampung cibulao. Penulis juga mengikuti keseharian mereka,

menyesuaikan diri dan berusaha dekat dengan seluruh penduduk pulau guna

mendapatkan informasi-informasi yang akurat. Tanpa ada cerita yang direkayasa atau

dibuat-buat, penulis berharap dapat memberikan cerita kehidupan yang bisa

memotivasi penonton, menginspirasi perjalanan kisahnya.

Page 81: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

81

OUTLINE NASKAH

“Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao”

Production Company : Prodi Penyiaran AKOM BSI Producer : Veren Engel P

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute

Tabel III.5

Outline Naskah

No. Video Audio

1. Establish Kampung Cibulao Instrument

2. Establish Kebun Teh Instrument

3. Establish Pemandangan Kampung Cibulao Atmosfer

4. Wawancara Pak Yono Statement Pak Yono

5. Gambar Kebun Kopi Statement Pak Yono

6. Gambar Rumah Warga Atmosfer

7. Establish Kebun Teh Instrument

8. Establish Pemandangan Kampung Cibulao Atmosfer

9. Wawancara Pak Yono Statement Pak Yono

10. Gambar Rumah Warga Statement Pak Yono

11. Establish Lahan Kebu Kopi Instrument

12. Gambar Biji Kopi Instrument

13. Pak Yono Merawat Pohon Kopi Atmosfer

Page 82: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

82

14. Wawancara Pak Yono Statement Pak Yono

15. Wawancara Pak Yono Statement Pak Yono

16. Establish Kampung Cibulao Instrument

17. Establish Kebun Kopi Instrument

18. Gambar Pohon Hutan Instrument

19. Wawancara Pak Yono Statement Pak Yono

20. Gambar Pak Yono Berjalan Statement Pak Yono

21. Establish Kampung Cibulao Instrument

22. Gambar Para Warga Instrument

23. Gambar Anak-anak Kampung Cibulao Instrument

24. Wawancara Pak Yono Statement Pak Yono

25. Wawancara Pak Yono Statement Pak Yono

26. Establish Kebun Kopi Instrument

27. Gambar Pohon Kopi Instrument

28. Gambar Biji Kopi Instrument

29. Pak Yono Memetik Biji Kopi Statement Pak Yono

30. Wawancara Pak Yono Statement Pak Yono

31. Gambar Pak Yono Membuat Kopi Instrument

32. Gambar Piagam Juara Instrument

33. Gambar Piala Juara Instrument

34. Pak Yono Meminum Kopi Statement Pak Yono

35. Wawancara Pak Yono Statement Pak Yono

Page 83: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

83

36. Establish Kebun Kopi Instrument

37. Establish Kampung Cibulao Instrument

38. Gambar Biji Kopi Instrument

39. Wawancara Pak Jumpono Statement Pak Yono

40. Wawancara Pak Jumpono Statement Pak Yono

41. Gambar Biji Kopi Dikulitkan Instrument

42. Gambar Biji Kopi Diproses Instrument

43. Gambar Pak Jumpono Memproses Instrument

44. Wawancara Pak Jumpono Statement Pak Yono

45. Wawancara Pak Jumpono Statement Pak Yono

46. Establish Rumah Kopi Ranin Instrument

47. Biji Kopi Cibulao Di Ranin Instrument

48. Wawancara Pak Tejo Statement Pak Tejo

49. Establish Kebun Kopi Statement Pak Yono

50. Establish Kampung Cibulao Instrument

Page 84: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

84

TREATMENT

“Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao”

Production Company : Prodi Penyiaran AKOM BSI Producer : Veren Engel P

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute

1. Kampung Cibulao

- Establish pemandangan kampung cibulao

- Establish rumah kampung cibulao

- Kegiatan kang yono

- Establish rumah kang yono

- Wawancara narasumber

2. Kebun Kopi

- Establish kebun kopi

- Wawancara narasumber

- Kegiatan kang yono merawat kopi

- Establish biji kopi

3. Rumah Kang Jumpono

- Wawancara narasumber

- Establish foto-foto konservasi

Page 85: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

85

4. Rumah Kang Yono

- Establish saung

- Wawancara narasumber

5. Rumah kopi ranin

- Establish rumah kopi ranin

- Wawancara narasumber

6. Penutup

- Keresahan wawancara narasumber

- Behind the scene proses produksi “Segitiga Cibulao”

Page 86: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

86

3.3. Proses Kerja Penulis Naskah

Naskah adalah ide dasar yang diperlukan dalam sebuah produksi dari

segala format acara. Kualitas sebuah naskah sangat menentukan hasil akhir dari

sebuah program. Maka dari itu dalam sebuah produksi program ada pihak yang

bertanggung jawab sebagai penulis naskah dalam produksi Program Dokumenter

Televisi Segitiga Cibulao.

Menurut Supriyadi dkk (2014:51) menyimpulkan bahwa:

Untuk membuat naskah dokumenter, memiliki tahapan-tahapan yakni:

penyusunan data/riset/observasi pada subyek, penulisan TOR (term of

reference), penulisan sinopsis, penulisan treatment, dan penulisan naskah itu

sendiri. Penyusunan data bisa dilakukan dengan menghimpun data tulis (buku,

majalah, jurnal, internet), foto-foto, dan footage audio video. Sinopsis

merupakan ringkasan cerita, menjelaskan tentang tema serta subyek apa yang

akan dalam sebuah dokumenter. TOR dan treatment merupakan

pengembangan dari sinopsis, dengan membaca saja kita bisa tahu gagasan

serta dengan cara apa dokumenter tersebut ingin di buat.

Script writer adalah orang yang bertugas menyiapkan script atau naskah untuk

kepentingan sebuah program siaran. Penulis naskah harus menciptakan sebuah ide

yang menarik sehingga penulis naskah dapat membuat penonton merasa seakan ikut

dalam suatu program tersebut.

Keberhasilan sebuah program bergantung pada bagaimana naskah yang dibuat

oleh seorang penulis naskah, karena semua yang akan disampaikan kepada audience

bersumber pada naskah. Maka dari itu konsep yang di buat juga harus matang, untuk

mendapatkan konsep yang matang penulis naskah harus melakukan berbagai macam

survey dan riset seputar hal yang akan dibahas. Selain itu penulis naskah juga harus

mempunyai pengetahuan yang luas.

Menurut Irwanto dkk (2014:53) menyimpulkan bahwa:

Dalam naskah dokumenter ada tiga element penting yakni: element visual,

element audio, serta element story/ cerita. Naskah dalam dokumenter tidak

Page 87: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

87

hanya kumpulan kata atau kalimat saja, akan tetapi merupakan kompilasi

konsep elemen-elemen telling story. Perpaduan elemen penting inilah yang

akan menjadikan sebuah dokumenter yang baik. Yakni bagaimana film

tersebut harus mengemukakan gagasan, selain menceritakan fakta sebagai ciri

khas dari dokumenter. Artinya dokumenter juga harus memiliki struktur.

Oleh sebab itu seorang penulis naskah harus memiliki pengetahuan yang luas

untuk melengkapi segala data yang diperlukan dalam sebuah naskah program acara.

Penulis naskah juga bertugas mendampingi pengisi acara, memberikan arahan untuk

pengisi acara. Arahan atau briefing ini dilakukan untuk memberikan gambaran apa

saja yang harus dilakukan ketika sudah on camera atau proses produksi sudah

dimulai.

3.3.1. Pra produksi

Menurut Supriyadi dkk (2014:44) “Ide bisa apa saja, sejauh menarik

minat si pembuat dan penontonnya. Bagaimana ide dokumenter didapat? Ide

bisa didapat dengan berbagai cara, dan ide bisa didapat dari mana saja. Ide

yang baik biasanya harus ada pesan yang disampaikan.”

1. Menentukan ide cerita, observasi dan riset

Pada tahap praproduksi ini, penulis naskah melakukan riset

yang mendalam mengenai objek yang akan diangkat dalam produksi

program karya dokumenter ini. Sebelum menentukan tema apa yang

akan diangkat penulis naskah beserta rekan tim yang ada melakukan

observasi untuk menemukan ide-ide menarik untuk divisualkan,

setelah itu penulis dan rekan tim membahas bersama sama untuk

menentukan tema serta bahasan apa saja yang akan disepakati. Setelah

bahasan dan objek telah ditentukan, penulis melakukan riset baik dari

Page 88: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

88

objek maupun mencari referensi program mengenai program

dokumenter. Sebagai penulis naskah tahap praproduksi merupakan

proses terpenting dalam menciptakan sebuah karya, karena proses pra

produksi dapat dikatakan sebagai ruang kerja bagi penulis naskah.

Pada proses inilah penulis mendapatkan ruang dan waktu yang cukup

untuk menyajikan bahan naskah yang akan diolah lebih matang. Saat

melakukan rapat produksi penulis harus selalu mendengarkan apa

yang diinginkan produser dan sutradara, agar apa yang nanti akan

ditulis sesuai dan tidak keluar jalur dari segmentasi yang akan dibuat.

Untuk kelancaran proses produksi tim melakukan hunting lokasi untuk

dijadikan tempat pengambilan gambar saat proses produksi dan

meminta izin kepada pengelola tempat untuk melakukan pengambilan

gambar. Penulis diwajibkan untuk ikut dalam pencarian lokasi agar

tidak sulit untuk membuat naskah yang sesuai.

2. Membuat Sinopsis dan TOR (Term Of Reference)

Semuanya itu akan dituangkan kedalam sebuah sinopsis yang

kemudian dikembangkan kedalam sebuah TOR (Term Of Reference),

yang berisi tentang latar belakang masalah yang diangkat, fokus atau

penyudutan masalah pada satu item, angle atau dari mana kita akan

membahas tema ini, narasumber dan garis besar pertanyaan yang akan

diajukan, dan garis besar gambar yang akan diambil.

3. Wawancara dan menyiapkan daftar pertanyaan

Page 89: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

89

Wawancara, selain pada saat shooting, juga dilakukan pada

saat riset. Tujuan untuk mencari data tentang subjek atau objek

dokumenter yang diambil. Disini penulis naskah berperan sebagai

reporter, melakukan pendekatan pada narasumber agar benar-benar

mendapatkan data yang maksimal dan juga mendapat gambaran

tentang pertanyaan yang akan diajukan kepada saat shooting nanti.

3.3.2. Produksi

Menurut Supriyadi dkk (2014:54) menyimpulkan bahwa:

Ketika shooting script sudah selesai dibuat, berarti pelaksanaan

shooting sudah bisa dilakukan. Shooting script merupakan panduan

dokumentator dilapangan, shooting scrip ibaratkan sebuah peta yang

akan mengantarkan anda agar tidak tersesat dijalan. Tetapi peta

tetaplah peta, dilapangan segala sesuatu bisa saja terjadi.

Tahap produksi adalah tahap yang sangat penting dari pembuatan

karya. Seorang penulis naskah berperan dalam kegiatan produksi terutama

pada program dokumenter. Pada tahap ini penulis naskah bertugas untuk

mewawancarai narasumber yang berkaitan dengan objek yang diangkat. Pada

produksi kali ini, hal yang diangkat adalah tentang petani kopi Cibulao dari

bogor yang menjuarai event nasional.

Kegiatan wawancara ditujukan untuk melengkapi informasi dan

kebutuhan gambar yang telah disepakati oleh semua rekan tim khususnya

sutradara. Dalam produksi, penulis juga berperan untuk membuat narasumber

merasa nyaman agar wawancara berjalan dengan baik.

Beberapa tugas yang dilakukan oleh penulis naskah pada saat produksi

karya ini adalah :

a. menyiapkan pertanyaan untuk narasumber.

Page 90: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

90

b. mengarahkan narasumber agar lebih mudah memahami

pertanyaaan yang disampaikan agar sesuai dengan kebutuhan.

c. Memastikan bahwa pertanyaan yang disampaikan dipahami oleh

narasumber.

d. Membantu sutradara untuk menggali informasi dari narasumber

secara mendalam.

3.3.3. Pasca produksi

Menurut Supriyadi (2014:62) menyimpulkan bahwa:

Ketika shooting selesai bukan berarti pekerjaan selesai, proses

selanjutnya sudah menanti yakni pasca produksi. Produser biaasanya

sudah menentukan editor ketika shooting belum dimulai. Ribuan shoot

yang tercerai berai harus di urai menjadi satu kesatuan cerita oleh

editor, atau penyunting gambar.

Pasca produksi adalah tahap akhir dalam produksi program acara.

Semua video dan audio yang telah diambil pada tahap produksi akan di

review sebelum memasuki proses editing. Pada tahap ini penulis memberikan

laporan yang dibutuhkan oleh editor untuk memilih mana saja gambar yang

akan diambil untuk dijadikan bahan editing dan menyesuaikan setiap

potongan gambar dengan apa yang ingin disampaikan kepada audien.

Pada program dokumenter, penulis naskah membuat susunan hasil

wawancara kepada editor untuk diselaraskan dengan gambar yang ada, seperti

dengan apa yang disebutkan diatas bahwasannya penulis naskah pada tahap

pasca produksi ini berperan untuk membantu editor menyelaraskan hasil

Page 91: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

91

wawancara dengan potongan potongan gambar yang diingikan oleh sutradara

dan produser.

3.3.4. Peran dan Tanggung Jawab Penulis Naskah

Menurut Supriyadi dkk (2014:49) memberikan batasan bahwa,

“Penulis Naskah, orang yang bertanggung jawab pada pembuatan naskah, data

riset, dan sekaligus berperan sebagai reporter juga.”

Dalam sebuah produksi program acara, penulis naskah sangat penting

dan dibutuhkan oleh tim produksi. Jika dilihat dari definisinya, penulis naskah

adalah orang yang mengembangkan ide menjadi sebuah naskah yang akan

dijadikan acuan oleh seluruh tim dalam melakukan persiapan untuk produksi.

Dengan adanya konsep dan ide yang telah disepakati merupakan

kewajiban seorang penulis naskah untuk menuangkan ide ke dalam bentuk

naskah. Maka sudah jelas tanggung jawab utama seorang penulis naskah

adalah membuat naskah produksi yang akan dipegang oleh hampir seluruh kru

yang terlibat dalam produksi program.

Ada pun peran dan tanggung jawab seorang penulis naskah yaitu:

1. Mengumpulkan data data yang akan menjadi bahan bahasan.

2. Melakukan riset bersama rekan tim lainnya.

3. Membuat sinopsis.

4. Membuat TOR dan menyusun pertanyaan untuk narasumber.

5. Melaksanakan syuting bersama rekan tim lainnya.

Page 92: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

92

6. Mereview kembali hasil wawancara.

7. Menyusun hasil wawancara menjadi rangkaian cerita.

8. Membuat trankip wawancara untuk keperluan editing.

3.3.5. Proses Penciptaan Karya

Penulis cukup penting pada proses pembuatan dokumenter karena

tanggung jawabnya mengangkat satu objek melalui naskah atau konsep

menarik dimana sebelumnya sudah dilakukan pengumpulan data dan riset

langsung dilapangan serta informasi dari para narasumber sehingga naskah

tersebut dapat dijadikan acuan baik pada tahap produksi maupun saat tiba

dimeja editing.

a. Konsep Kreatif

Pada konsep kreatif ini penulis menyelaraskan baik dari bahasa

dan pengambilan gambar yang dilakukan agar selaras dengan

alur cerita yang telah disepakati oleh rekan tim. Bahasa bahasa

yang digunakan juga disesuaikan dengan audiens. Kegiatan

wawancara juga dilakukan untuk mengusut lebih jauh

mengenai bahasan yang akan diangkat pada program

dokumenter ini. Dari hasil wawancara kepada narasumber

dilakukan untuk memberikan alur cerita pada program

dokumenter ini. Selain itu pengerucutan bahasan cerita juga

sangat diperhatikan dalam produksi karya kali ini agar bahasan

Page 93: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

93

dari objek yang diangkat menjadi fokus dan sesuai dengan apa

yang telah direncanakan oleh rekan team dalam produksi

program dokumenter dengan judul “Segitiga Cibulao”.

b. Konsep Produksi

Pada konsep produksi penulis berkoordinasi dengan sutradara

dan penata gambar untuk mendeskripsikan hasil dari naskah

atau TOR (Term of Reference) yang sudah dibuat pada saat

praproduksi sehingga dapat di visualisasikan oleh penata

gambar dengan arahan sutradara dan membantu sutradara

untuk mengarahkan narasumber serta penulis berusaha sebaik

mungkin untuk membangun suasana menjadi lebih kondusif

agar narasumber nyaman dengan kegiatan produksi dan tidak

menjadi kaku saat kegiatan wawancara berlangsung. Hasil

wawancara yang dilakukan tersebut di review kembali dan

disusun menjadi transkrip wawancara, dimana dari transkrip

wawancara tersebut disatukan dan disusun menjadi satu

rangkaian cerita yang dapat dinikmati penonton.

c. Konsep Teknis

Untuk konsep teknis, penulis naskah mengumpulkan data-data

baik dari berbagai sumber. Hasil survey yang dilakukan

bersama rekan tim sebagai bahan penyusunan TOR (Term of

Reference). Penulis menggunakan media kertas pada saat

Page 94: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

94

pertemuan rapat dengan tim dan saat riset tujuan supaya untuk

memudahkan penulis jika ada hal yang harus dicatat. Setelah

semua data yang diperlukan terkumpul, penulis mulai mengetik

di Microsoft Word dengan aturan yang telah ditetapkan oleh

kampus. Font yang digunakan ada Times new roman berukuran

12 dan paragraph double spasi. Serta ketentuan lain seperti

menggunakan margins yang sudah dipatenkan.

3.3.6. Kendala Produksi dan Solusinya

Pada kegiatan produksi kali ini penulis naskah mendapati beberapa

kendala diantaranya:

1. Penulis sudah menemukan ide cerita yang menarik dan belum

pernah diangkat sebelumnya yang dapat disetujui semua rekan tim,

penulis mendapati kesulitan lain seperti sulit menetukan gaya bahasa

apa yang layak untuk digunakan dalam pertanyaan agar terkesan layak

dan mudah dimengerti oleh narasumber, penentuan pengambilan

gambar yang di koordinasikan pada sutradara agar shoot shoot yang

diambil sesuai dengan alur yang telah ditentukan.

Solusi yang penulis lakukan adalah melakukan briefing atau berunding

dengan team produksi agar dapat mengembangkan sebuah ide cerita

yang akan kita angkat agar mendapatkan solusi, dan mendapatkan alur

cerita yang akan kita bahas.

Page 95: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

95

2. Adapun kendala yang berkaitan dengan narasumber, seperti

susahnya bertemu dengan narasumber, karena narasumber begitu

padat dengan waktunya.

Solusi dari masalah diatas adalah berunding dengan rekan tim

untuk membantu menemukan titik terang menemukan bahasa apa yang

layak serta mengarahkan narasumber untuk dimintai keterangan, lalu

untuk pengambilan gambar juga dilakukan perundingan agar tidak

terjadi hal hal yang tidak diinginkan dan pelaksanaan shooting

berjalan dengan lancar.

Page 96: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

96

3.3.7. Lembar Kerja Penulis Naskah

1. Konsep Penulis Naskah

2. Term Of Refrence

3. Transkip Wawancara

4. Naskah V.O

Page 97: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

97

KONSEP PENULIS NASKAH

Dalam konsep penulisan naskah akan memberikan konsep kreatif yang

menghadirkan sebuah inspirasi dokumenter biografi yang di keluarkan dari jawaban

narasumber setiap pertanyaannya di dalam dokumenter “Segitiga Cibulao”. Penulis

membuat riset untuk mengetahui konsep kreatif apa yang akan di terapkan. Sejauh

menarik minat si pembuat dan penontonya. Sesuai yang diharapkan penulis

menginginkan dari pembuatan program dokumenter televisi ini adalah biografi dua

orang petani kopi yang bisa menjuarai event kopi nasional di takengon aceh.

Sehingga apa yang di harapkan penulis itu adalah sebuah inspirasi bagi penonton dan

juga ada pesan yang disampaikan dari narasumber, sehingga penonton bisa

menangkap dari isi pesan yang dikeluarkan dari narasumber tersebut.oleh karna itu

tahapan tersebut sudah menjadi sebuah rancangan praproduksi, produksi, dan

pascaproduksi yang akan saya jalani bersama team produksi nantinya dilapangan,

maka karna itu audio visual yang akan kita tampilkan adalah pesan untuk penonton,

dimana penonton bisa mengetahui bahwa kopi cibulao tersebut sudah menjadi ikon

kopi bogor yang terbaik. Untuk saat ini masih banyak yang belum tau bahwa kopi

cibulao sudah menjadi ikon kota hujan khususnya warga bogor itu sendiri. Dan saya

sebagai penulis akan mencatat semua yang telah diriset didaerah kampung cibulao

desa tugu utara, kecamatan cisarua bogor. Semoga apa yang saya harapkan bersama

team produksi mendapatkan hasil yang maksimal dan jawaban yang jujur dari ketiga

narasumber itu sendiri.

Page 98: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

98

TOR (Term Of Reference)

“Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao”

Production Company : AKOM BSI Producer : Veren Engel

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute Script Writter : Nanda Febriansyah

Masalah

Dalam Dokumenter ini adalah keresahan para petani kampung cibulao, Desa

tugu utara kecamatan cisarua bogor. Di kampung cibulao itu sangat miris

untuk segi pendidikan dan kesehatan yang di milikinya, pada dasarnya

kampung cibulao adalah kampung kopi yang terkenal di kota bogor, namun

secara informasi yang kita dapat pada kesempatan riset, dan mendapatkan

sebuah informasi yang nyata dari penduduk yang bernama pak yono dan pak

jumpono mengatakan bahwa di kampung cibulao ini sangat minim untuk segi

pendidikan dan kesehatannya, pada dasarnya kampung cibulao itu adalah

kampung kopi yang sudah menjuarai event nasional dengan kategori kopi

robusta terbaik dan meraih peringkat pertama dalam Kontes Kopi Spesialti

Indonesia (KKSI) di takengon aceh dalam rangka Gayo Highland Sumatra

Coffee Festival, kopi robusta cibulao terpilih dari 65 peserta lainnya, tujuan

petani kopi menanam kopi itu adalah untuk konservasi atau melindungi alam

agar alamnya itu terjaga, dan tidak berfikir untuk mendapatkan predikat juara.

Page 99: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

99

Maka kita sebagai team dokumenter akan membahas tentang pendidikan dan

kesehatan di kampung cibulao. Yang pertama adalah, dari segi pendidikan

bahwa anak-anak di kampung cibulao sangat jauh untuk menempuh jarak ke

sekolahnya, sejauh kurang lebih 3-5 kilometer, di tempuh dengan jalan kaki

tanpa ada transportasi umum. Yang kedua adalah dari segi kesehatan bahwa

fasilitas seperti puskemas atau klinik yang jaraknya dekat tidak ada,

sedangkan masyarakat kampung cibulao sangat membutuhkan perawatan

kesehatan yang bisa di tempuh dengan jarak yang tidak jauh seperti sekarang

ini.

Topik

Kopi terbaik di bogor yang pernah menjuarai event nasional di aceh yaitu kopi

cibulao, seperti nama kampungnya yang terkenal dengan sebutan kampung

cibulao, namun di kampung cibulao sendiri ada masalah kecil yang di alami

oleh masyarakatnya, yaitu keresahan dari masyarakat sekitar mengenai soal

pendidikan dan keresahan dari narasumber yang kita dapat.

Angle

Pejuang seorang kakak beradik sebagai petani kopi yang telah menjuarai

event nasional di takengon aceh.

Fokus

Page 100: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

100

Fokus kepada petani kopi cibulao yang menjurai event nasional di takengon aceh,

yang di bawa oleh seorang kakak beradik bernama Yono dan Jumpono, beliau

adalah seorang petani kopi cibulao. Namun di balik kampung cibulao yang

terkenal, terdapat sebuah masalah dari segi pendidikan dan kesehatan. Maka

informasi yang kita dalami ini dari biografi seorang petani kopi, sehingga

nantinya akan mendapatkan inspirasi untuk semua kalangan manusia menengah

ke atas maupun menengah kebawah.

Sumber Pertanyaan

Pak Yono Sebagai Petani Kopi:

1. Asal mula kampung cibulao dari pandangan pak yono?

2. Sudah berapa lama bapak menjadi petani kopi?

3. Sebelum bapa menjadi seorang petani, profesi bapa sebagai apa?

4. Motivasi menemukan kopi cibulao untuk apa?

5. Untuk pendidikan di kampong cibulao ini bagaimana?

6. Berapa jarak yang di tempuh untuk mencapai ke tempat sekolahnya?

7. Soal kesehatanya bagaimana?

8. Apa yang bapak harapkan untuk mengenai pendidikan dan kesehatan di kampong

ini?

9. Harapan keinginan bapak untuk kedepannya bagaimana mengenai kampung

cibulao ini? (Terkait dengan peningkatan pendidikan dan kesehatan dari

pemerintah setempat).

10. Tujuan bapak menanam kopi untuk apa, Sedangkan bapa seorang petani teh?

Page 101: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

101

11. Pengalaman apa saja yang bapak dapat semenjak menjadi petani kopi?

12. Di sekitar kebun kopi ini ada tanaman apa saja pak?

13. Apa lagi yang bapa harapkan setelah menemukan kopi cibulao ini?

Pak Jumpono Sebagai Petani Kopi:

1. Bisa ceritakan tentang pengalaman bapak sebagai petani kopi?

2. Motivasi menemukan kopi cibulao untuk apa?

3. Sebelum bapa menjadi seorang petani, profesi bapa sebagai apa?

4. Tujuan bapak menanam kopi untuk apa, Sedangkan bapa seorang petani teh?

5. Bagaimana ceritanya bisa menjuarai nasional di Sumatra?

6. Berapa luas kebun kopi pada awal awal menanam kopi?

7. Untuk sekarang ini sudah berapa luas?

8. Berapa pengahasilan bapak ketika sudah menjadi petani kopi?

9. Apakah kualitas kopi di setiap panen raya berbeda?

10. Syarat-syarat tumbuh kembang tanam kopi apa saja pak?

11. Bagaimana cara mengolah kopi cibulao dari segi proses pra produksi,

produksi, hingga pasca produksi?

12. Perasaan bapak bagaimana setelah mendapatkan juara event nasional?

13. Apa yang bapa harapkan untuk pendidikan dan kesehatan di kampong ini?

Pak Tejo Sebagai Kerabat:

1. Sudah berapa lama bapak kenal sama masyarakat kampung cibulao termasuk

pak yono dan pak jumpono?

Page 102: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

102

2. Bagaimana perjalanan kopi cibulao bisa menjadi juara nasional?

3. Bisa ceritakan tentang kopi cibulao saat menjadi juara nasional?

4. Perkembangan kopi cibulao sekarang bagaimana?

5. Pandangan kopi di Indonesia bagaimana?

6. Peminat kopi di Indonesia bagaimana?

7. Bagaimana cara mengenalkan kopi di Indonesia agar masyarakat Indonesia

bisa tau?

8. Harapan bapak untuk kopi di Indonesia bagaimana?

Page 103: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

103

TRANSKIP WAWANCARA

“Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao”

Production Company : AKOM BSI Producer : Veren Engel

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute Script Writter : Nanda Febriansyah

Tabel III.6

Transkip Wawancara

No. Kaset Time Logging Statement Ket.

1. 01:02:8 – 01:30:4 Profesi saya tuh dari tukang

parkir, sampe tukang ukir,

pokonya tuh dari tukang parkir

sampe duduk dikursi tuh saya

pernah juga, duduk dikursi tuh

kaya diperusahaan segala macem

saya pernah, selain diperkebunan

gitu yah.

Kalo motivasi saya sih dari dulu

kalo setiap pekerjaan tuh harus

jadi gol gitu yah harus sampe

tuntas dan bener-bener tau. Ya

alhamdulillah sih bisa ngalamin

Page 104: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

104

gitu.

2. 01:32:2 – 01:37:1 Petani kopi tuh awal-awal tahun

sembilan tujuh ya, awal-awal

almarhum bapa saya sama emak

yang tanam kopi.

3. 01:39:3 – 02:00:1 Dulu orang tua saya tanam pohon

kopi tuh salah satu efektif, karna

apa ya, dia sifatnya pohon kopi

kan pohon peneduh, nah salah

satunya kita tanam pohon kopi

dibawah pohon naungan itu untuk,

tujuannya untuk menjaga pohon

yang besar itu tidak diambil

orang, salah satunya itu.

4. 02:03:2 – 02:12:6 Masyarakat sekitar tuh emang apa

ya, jauh lah dari kata pendidikan,

jadi emang kalo masyarakat itu

asal butuh ya ngambil.

02:24:8 – 02:48:1 Mungkin untuk lebih sadar sendiri

kita waktu itu ada yang bisa gini

juga ya, kita salah satunya kita

dengan dikenal juga sama orang-

Page 105: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

105

orang SLM kita mulai ada

pendampingan sedikit demi

sedikit itu mulai mengenal

pentingnya fungsi hutan segala

macem, nah kaya gitu.

5. 02:56:4 – 03:10:4 Tanaman-tanaman lokal orang

sini bilang ada tanaman kuyup,

ada pohon pasang, saminten, ada

pohon tebe, pohon pasanghiris.

03:12:6 – 03:22:8 Nah setelah ada pohon kopi tuh

efektif kita jadi kelompok tani

hutan, dan waktu itu dibentuk

sama perhutani.

03:46:3 – 04:08:6 Yang kita lakukan tuh ya

programnya tuh konservasi,

konservasi tuh yang selain kita

lakukan, selain penanaman ya

menanami hutan yang emang

udah rusak kita tanamin salah

satunya pohon kopi, pohon

endemik kita perbanyak, pohon

tegakan kita perbanyak lagi

Page 106: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

106

supaya tujuannya kita ke hutannya

tuh lestari lagi.

04:14:1 – 04:29:8 Kita emang apa ya, menanam itu

engga sengaja seperti di kopi, itu

engga sengaja sampe untuk hasil

panen banyak, atau kualitas bagus

itu kita ga kesitu, tujuannya ya

konservasi aja.

04:32:5 – 05:45:4 Waktu tahun sembilan empat kalo

ga salah, waktu tahun itu terjadi

kemarau panjang, nah kemarau

panjang saya main kehutan sana,

itu saya ngeliat hutan semaknya

tuh udah kering semua, terdengar

angin menghembus, itu kaya

seolaola pohon itu minta

pertolongan, pohon tuh udah pada

kering dia tuh kaya nangis, nah

dari awal detik itu saya mulai

kepikir gitu, ini apa gitu, pertanda

apa. Saya waktu itu sendiri

ngeluarin air mata ngeliat ngeliat

Page 107: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

107

pohon itu, nah dari situ saya

sedikit demi sedikit peduli.

Apakah mungkin ini bisikan alam

atau apa, itu salah satu yang saya

terima dari benak saya, dan

kesini-sininya saya belajar tentang

penanaman hutan, oh ternyata

kalo hutan banyak pohon yang

hijau tuh bagus juga ya apa segala

macam apa ternyata manfaatnya

banyak juga buat manusia atau

kehidupan jaga panjang atau

ekosistem berjalan dan sampe

belajar ke arah siu juga, ya kalo

dulu sama sekali engga. Nah

ternyata setelah kejadian itu ada

hikmahnya.

05:50:8 – 06:40:4 Dulu kita tanam kopi tuh

istilahnya gini, kalo kita pengen

ngopi tuh ga usah beli banget lah

tinggal sangrai atau bikin manual

ngolah sendirinya ko dan udah

Page 108: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

108

panen ga mikir untuk ke ekonomi,

dan ternyata allah berkehendak

lain, ternyata sampe kopi kita

yang robusta mendapat predikat

juara satu nasional KKSI itu jauh

di luar perkiraan, bahkan memang

apa ya tanda-tanda sebelum itu

aada pada ade saya waktu itu yang

ikut lomba itu. Dia bermimpi gini

kang saya tuh mimpi mengibarkan

bendera di istana, wah kaya jauh

banget gitu perasaan, bahkan ga

mimpi ke arah situ, ternyata bisa

jadi kenyataan.

06:50:8 – 07:07:8 Pengalaman saya di petani kopi

pertama diketawain orang, kita

merintis kopi dianggapnya kalo

diwilayah sini hal konyol kan.

07:10:1 – 07:32:7 Kita menyelamatkan lingkungan

dari kerusakan, salah satunya

kawasan lahan longsor yang

terjal-terjal, yang tadinya udah

Page 109: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

109

kebuka bekas sayur kita tanamin

kopi, kalo sekarang alhamdulillah

sudah berkembang mencapai

empat puluh sampai dengan

empat puluh lima hektare untuk

kelompok tani yang ada disini

gitu.

07:34:4 – 08:04:6 Dulu sebelum petani kopi saya

bekerja kesana-sini lah sampai di

luar pulau dan sebagainya gitu,

tapi sudah kesini-sini saya

kepikiran gitu dan saya pulang

waktu itu merantau, orang tua

masih bergelut di ini ya saya pikir

itu pun harus saya teruskan gitu

kan, di tahun dua ribu tujuh waktu

itu saya pulang kesini.

08:06:8 – 09:43:3 Di tahun-tahun dua ribu enam

belas bulan-bulan delapan waktu

itu ada dinas yang turun kesini,

ternyata di kabupaten bogor ada

yang mempunyai kopi berpotensi

Page 110: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

110

dan cita rasa menarik gitu kan,

nah waktu itu kesini terus saya di

daftarkan salah satu kelompok

yang sudah mulai di akui di

kabupaten, nah waktu itu pertama

ada fill trip dari study bunding ya

dari sini kebandung ke lembang

waktu itu, nah di bulan agustus

terus di bulan september kita di

ikut sertakan di dalam lomba

KKSI, waktu itu ngirim sample

dua kilo ke jember, nah waktu itu

kita masuk dalam kategori ini kan

lolos ke final, di bulan-bulan

september oktober kita finalnya

kan di aceh nah kita

diberangkatkan oleh dinas ke

aceh, dan alhamdulillah waktu

itupun saya ga menyangka gitu

yang hanya kopi seperti ini bukan

berbasis perkebunan dan bukan

dijadikan komunitas utama itu

Page 111: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

111

juga bukan. Malah waktu

pengumuman juara satu

dikenakan oleh daerah lain, dua

lain dan salah satu disebutlah

salah satunya kabupaten bogor

yang di umumin kampung cibulao

gitu ya alhamdulillah gitu, itupun

di luar dugaan aja.

09:49:1 – 10:59:0 Jadi kenapa disini ga bisa lebih ke

arah kuantitas dikarenakan disini

lebih mengutaman konservasi

pohon-pohon naungan jadi bukan

seolah-olah kita disini tani untuk

mencari produktifitas yang

banyak terus kita mengorbankan

hutan dan sebagainya kita ga

kesana, jadi kita lebih

mengutamakan ke arah konservasi

melindungi kayu-kayu yang ada

dalam hutan kita rawat secara baik

dan benar, nah disitu kita baru

mempunyai. Buahnya itu

Page 112: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

112

sebenarnya hanya buat bonus

disini tuh bukan lari ke arah

produktifitas banyak sekian ton

sekian ton, disini tuh gabisa,

seperti tahun dua ribu tujuh belas

kita gagal panen, nah tahun dua

ribu delapan belas begitu

berbunga kopi dan curah hujannya

aga teratur dan disitu pembuahan

baru jadi, kalo kopi modelnya

seperti itu jadi misalkan waktu

berbunga terus kena sinar

matahari berkurang itu produksi

jelek, kalo rasa ya hampir

continue ya gitu-gitu aja, kan kalo

kopi itu mempunyai ciri khas cita

rasa yang berbeda antara tempat

satu ke tempat lain.

11:01:5 – 11:20-9 Mimpinuya lebih maju ada, satu

ingin memperbaiki lingkungan,

kita menamakan petani kopi disini

tuh konservasi sosial jadi

Page 113: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

113

bermanfaat untuk petani dan

bermanfaat untuk kawasan-

kawasan lain salah satunya untuk

penyerapan, untuk penghijauan,

nah itu tujuan kami.

11:22:2 – 11:55:7 Satu niatan ya karena allah, kita

ke arah konservasi dan kita

untung. Masyarakat yang ada di

hilir pun menikmati, menikmati

tuh bukan di liat dari hasil kopi

tapi dari sumber mata air tetap

terjaga, macam kita bisa merawat

hutan itu memang hanya

peruntukan buat satu lingkungan.

Kalo memang kita ikhlas berbakti

sama alam, alam juga memberi

terbaik buat kita, kita punya

keyakinan kesana aja.

12:03:4 – 13:20:9 Kira-kira tahun dua ribu empat

belas ya saya ketemu sama yono

dan jumpono, waktu itu mereka

bawa kopi kesini dan mereka

Page 114: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

114

tidak tau kopinya kopi apa, dan itu

kopi pertama yang saya dapat dari

bogor pada waktu itu begitu saya

sangrai dan saya kaget karena

kopi yang mereka bawa itu adalah

salah satu kopi yang menurut saya

memiliki karakter cita rasa, dan

disitu sambil belajar bersama

sama mereka, akhirnya saya dapet

bahwa karakter cita rasa itu sangat

luar biasa, jadi kalo dalam kopi

robusta tuh adalah kopi kategori

fine robusta ada jati diri rasanya

tuh ada semacam coklat yang

kuat, terus kemudian ada seperti

the di ujungnya, terus kemudian

ada semacam ubi cilembu kaya

gitu ada, jadi diya memiliki

karakter yang sangat luar biasa.

13:29:7 – 14:03:4 Yono dan jumpono ini adalah

petani yang sangat tekun dalam

belajar, jadi mereka memiliki

Page 115: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

115

kegigihan. Setiap mereka

mencoba kopi, mengolah kopi

selalu mereka turun kebawah ke

tempat saya terus kita coba

bersama-sama, itu di lakukan

berulan-ulang kan gitu, jadi

mereka panen dan mereka coba

prosesnya bawa kesini dan kita

cuping bersama dan itu berulang-

ulang gitu. Jadi mereka adalah

tipe pembelajar, seorang petani

dengan semngat belajar yang

tinggi.

14:08:1 – 14:36:9 Yang saya catet dari mereka

adalah kecintaan mereka pada

alam gitu, jadi mereka bertani itu

tidak semacam seluruh kebunya

itu di tanamin dengan kopi, tapi

bagaimana mereka meletakan

kopi itu di dalam hutan gitu, jadi

mereka itu membangun, jadi kopi

itu sebagai taman yang mereka

Page 116: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

116

letakan di pohon-pohon di hutan.

14:44:3 – 15:48:7 Buat saya pencapaian puncak kopi

cibulao itu bukan pada kejuaraan

kopi nasional, jadi pencapaian

kopi cibulao itu adalah lebih

bagaimana mereka menjadi ikon

kopi dari bogor, jadi merekalah

yang membikin bogor punya kopi

tuh mereka gitu, melalui apa,

melalui salah satunya kejuaraan

dan saya sendiri meletakan kopi

cibulao mereka itu sebagai kopi

kebangaan orang bogor oleh

karena itu mereka pun memiliki

semangat yang sama dengan saya

sehingga kopi cibulao selalu ada

di ranin, jadi itulah buat saya

capaian mereka yang luar biasa

jadi mereka ingin menyampaikan

sesuatu memory alam bogor yang

lestari itu melalui kopi, itu adalah

aspek yang paling penting buat

Page 117: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

117

saya.

16:14:4 – 16:55:9 Sebenarnya itu kan indonesia itu

surga kopi, karena kita punya

bentangan kopi dari aceh sampai

papua nah itu sangat luas sekali

tapi kembali jadi kopi indonesia

harus di perlakukan seperti

bagaimana yono dan jumpono

melakukan kopi dan itulah yang

akan menjadi masa depan kopi

indonesia kedepan, artinya para

keluarga petani itu

memperlakukan kopi itu dengan

istimewa sehingga keistimewaan

kopi indonesia itu memang berada

di tangan petani seperti yono dan

jumpono.

17:12:1 – 17:30:5 Apa ya salah satu pendidikan ga

ada yang mau kaya ada generasi-

generasi yang pendidikannya tuh

mentok sampe SD SMP doang

jangan sampe kesitulah, syukur-

Page 118: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

118

syukur sampe pada SMA, syukur-

syukur perguran tinggi lah

pengennya kaya gitu.

17:31:3 – 18:02:8 Kesehatan mungkin kalo kita

sebagai masyarakat sini rata-rata

itu mahal, justru kadang kala saya

dulu saya rasakan dari pada sakit

apa lagi sait keras atau sakit lama,

lebih baik sebagai masyarakat kita

tuh di sini lebih baik mati, karna

apa gitu untuk makan aja susah

apa lagi untuk beroba ga ada yang

peduli sama sekali, hak-hak kita

sebagai masyarakat pemerintahan

itu ga ada.

Page 119: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

119

NASKAH V.O

“Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao”

Production Company : AKOM BSI Producer : Veren Engel

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute Script Writter : Nanda Febriansyah

Segment 1

Pada jaman dahulu disini hanya ada kebun teh, setelah itu baru di tanam kopi,

tujuannya untuk melindungi alam.

Tadinya itu tujuan tanam kopi hanya untuk di minum sendiri, setelah tahun dua ribu

enam belas kopi cibulao mendapatkan juara nasional dengan kategori robusta terbaik,

dalam kontes kopi Spesialty Indonesia, di takengon aceh.

3.4. Proses Kerja Camera Person

Menurut Kusumawati dkk (2017:68) “Penata kamera adalah seseorang yang

bertugas merekam gambar dengan menggunakan perangkat keras kamera video yang

direkam melalui pita video, memori, hard disk atau media penyimpanan lainnya

sesuai dengan arahan sutradara atau pengarah acara.”

Page 120: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

120

Penulis menyimpulkan dari beberapa kutipan diatas bahwa camera person

atau penata kamera adalah seorang yang mengoperasikan kamera sesuai keinginan

sutradara berdasarkan ide atau tema program. Penulis bertanggung jawab menjaga

shot frame serta komposisi yang sudah diisyaratkan dan mempunyai kekuasaan untuk

membatalkan shot karena kesalahan gerak kamera, fokus, komposisi, atau berbagai

gangguan yang tidak dinginkan dalam frame oleh orang, benda, dan lainnya.

Penulis bertanggung jawab langsung kepada sutradara serta juga bertanggung

jawab atas gambar yang akan ditayangkan baik itu dalam proses editing ataupun siap

untuk dipublikasikan ke masyarakat luas, karena bagus atau sukses tidaknya sebuah

program dokumenter televisi yang membuat masyarakat terhipnotis dengan gambar

gambar yang tersaji dalam program dokumenter televisi segitiga cibulao penulis

tergantung pada pengambilan gambar serta komposisi frame yang baik dari seorang

camera person.

3.4.1. Pra Produksi

Menurut Kusumawati dkk (2017:69) memberikan batasan bahwa,

“Tahap pra produksi merupakan tahap yang paling menentukan hasil gambar

yang baik. Pada tahap ini, penata kamera akan melakukan beberapa pekerjaan

yang bersifat teknis maupun non teknis.”

Penulis menyimpulkan bahwa posisi seorang camera person pada saat

pra produksi juga sangat menentukan keberhasilan sebuah shooting pada saat

produksi. Karena pandangan sutradara sudah dibayangkan oleh penulis untuk

divisualisasikan menjadi gambar.

Page 121: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

121

Berkoordinasi juga dengan produser dengan budget yang dimiliki dan

kamera apa yang bisa didapatkan dalam budget tersebut, bila budget tidak

memungkinkan untuk menyewa kamera sesuai spesifikasi yang diinginkan,

maka seluruh tim akan melakukan rapat lagi untuk mengakali hal tersebut.

Pada tahap pra produksi penulis juga dituntut untuk memahami alur cerita

yang akan diangkat agar dapat merancang shot list yang akan digunakan pada

saat produksi.

3.4.2. Produksi

Menurut Kusumawati dkk (2017:75) menyimpulkan bahwa,

Segala perencanaa yang telah dipersiapkan dalam tahap pra produksi,

akan direalisasikan pada tahap produksi. Seorang penata kamera akan

membantu sutradara atau pengarah acara untuk menterjemahkan

bahasa tulisan kedalam visual.

Penulis sebagai camera person pada tahap produksi bertugas untuk

merekam gambar sesuai dengan shot list dan diarahkan oleh sutradara. Penulis

juga bertanggung jawab mengkordinasikan adanya alat penunjang kamera saat

produksi atau shooting seperti tripod yang berfungsi untuk menjaga kamera

agar tetap stabil. Karena banyaknya shot yang penulis ambil adalah mengikuti

kegiatan mereka, dan kemungkinan untuk shaking sangat mungkin terjadi,

dan penulis menggunakan lensa yang berbeda dengan wawancara dan saat

mengikuti kegiatan. Saat shooting penulis juga harus peka terhadap kejadian

atau momen-momen penting yang tidak akan terjadi lagi. Karena dalam

program dokumenter televisi segitiga cibulao penulis menangkap momen-

momen tentang bagaimana kehidupan petani kebun dan masyarakat desa

cibulao. Mulai dari panen buah kopi yang dipetik merah hingga proses

Page 122: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

122

penjemuran kopi cibulao. Penulis juga mewawancara Kiryono, Jumpono

sebagai petani yang sukses membawa nama baik desa cibulao dan juga dalang

kesuksesan kopi tersebut melalui pemilik rumah kopi ranin bernama Tejo

Pramono. Setelah menjadi ikon kopi Bogor, Penulis menemukan suatu

masalah yang dihadapi mulai dari Kesehatan dan Pendidikan di desa cibulao

tersebut. Penulis juga harus memahami ukuran atau komposisi ukuran, karena

dalam setiap frame atau komposisi yang kita berikan kepada penonton harus

mempunyai arti, banyak detail untuk memberikan efek dramatik dan fokus

terhadap tokoh-tokoh yang kita tampilkan dan bagaimana mereka berjuang

terhadap masalahnya, penulis berkonsultasi terhadap sutradara untuk setiap

shot list yang diberikan kepada penulis.

Dalam film dokumenter ini penulis lebih banyak menggunakan ukuran

pengambilan CU (close up), MCU (medium close up), MS (medium shot), LS

(long shot), dan ELS (extreme long shot) serta angle yang lebih sering

digunakan yakni eye level, dengan pergerakan kamera dan beberapa

menggunakan panning untuk mendapatkan gambar yang lebih luas.

3.4.3. Pasca Produksi

Menurut Kusumawati dkk (2017:77) memberikan batasan bahwa,

“Pada tahap pasca produksi tidak banyak hal yang dilakukan oleh penata

kamera.”

Ketika proses produksi atau shooting telah selesai bukan berarti peran

dan tanggung jawab penulis selesai juga, penulis bersama produser dan

sutradara harus melihat kembali gambar-gambar yang akan dibutuhkan sesuai

Page 123: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

123

dengan cerita awal (sequence) pembuatan film dan memenuhi syarat untuk

masuk dalam meja editing. Dalam tahap awal editing, penulis membuat

sebuah catatan mengenai kumpulan gambar dan suara asli misalnya saat

melakukan wawancara dengan narasumber yang akan dimasukkan dalam

proses editing, hal tersebut akan mempermudah editor dan sutradara untuk

memiilih video mana yang layak untuk digunakan sesuai dengan sequence

dan director treatment yang dibuat pada awal produksi. Setelah itu, penulis

melakukan evaluasi bersama kru yang lain

3.4.4. Peran dan Tanggung Jawab Camera Person

Menurut Supriyadi dkk (2014:48) memberikan batasan bahwa,

“Penata kamera atau sinematografer adalah orang yang melaksanakan aspek

teknis dalam pengambilan gambar, dia juga membantu sutradara dalam

memilih sudut, penyusunan dan rasa dari pencahayaan kamera.”

Tanggung jawab penulis adalah menjalankan kamera dan

menghentikannya sesuai petunjuk dan isyarat dari sutradara. Mengoperasikan

kamera sesuai mood cerita dan efisien selama produksi dan menjaga

komposisi frame yang pantas. Peranan dan tanggung jawab seorang camera

person dalam mengoperasikan dan memastikan komposisi gambar tetap baik

dan sesuai dengan arahan sutradara adalah sangat penting dalam proses

pembuatan program dokumenter televisi. Ketika seorang sutradara meminta

untuk mendapatkan keterangan gambar tentang suatu lokasi, maka penulis

akan mengambil gambar dalam ukuran long shot, misalnya dalam program

dokumenter televisi segitiga cibulao penulis sutradara menginginkan

Page 124: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

124

informasi tentang kampung kopi cibulao maka penulis harus mengambil

gambar yang menginformasikan bahwa kehidupan dari setiap individu yang

berada disana bagaimana dan masalah apa saja yang dihadapi.

Penulis harus bisa memvisualisasikan ide atau pandangan sutradara

dalam sebuah gambar atau video. Penulis juga harus handal dalam

menggunakan kamera, memahami seluk beluk tentang kamera dan bisa

mengikuti keinginan sutradara dalam mengambil gambar dengan angle

komposisi, gerak kamera, dan dari sudut manapun. Peran dan tanggung jawab

seorang camera person berpengaruh penting dengan apa yang dihasilkan pada

saat produksi.

3.4.5. Proses Penciptaan Karya

Proses pencptaan karya ini bertujuan untuk memudahkan penulis

dalam melakukan sebuah produksi (shooting), karena dalam proses penciptaan

karya ini pemaparan tentang pemilihan sebuah ide atau tema, proses produksi

sampai teknis dibahas guna mempermudah penulis.

Proses penciptaan karya ini dibagi menjadi tiga diantaranya :

1. Konsep Kreatif

Sebelum melakukan proses shooting, penulis

menentukan ide atau tema seperti apa yang akan diangkat

dalam program dokumenter televisi segitiga cibulao ini hingga

akhirnya penulis memilih untuk mengangkat kisah atau tema

semi biografi yang menyajikan kehidupan tentang keluarga

petani kopi yang mempunyai mimpi untuk membangun

Page 125: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

125

kehidupan keluarga sejahtera dan berguna untuk lingkungan

warga desa cibulao. Ide ini sangat menarik karena kita bisa

tahu bahwa di negara yang sudah merdeka ini masih saja ada

warga desa yang masih dijajah oleh kerakusan pemerintah.

Setiap individu mempunyai masalah masing masing seperti

Dimas yang masih bersekolah di SD dan harus berjalan untuk

kesekolah 2 sampai 3 Km setiap hari dengan akses jalan yang

bisa dikatakan kurang baik dengan tidak ada nya angkutan

umum.

Dari tema yang sudah dienukan diatas, penulis mendapatkan

sebuah pandangan tentang bagaimana pengambilan gambar

pada saat shooting, sisi dramatik kemanusiaan, kehidupan dan

kisah hidup subjek harus lebih ditonjolkan.

2. Konsep Produksi

Untuk mendapatkan hasil gambar yang baik dan sesuai

dengan treatment yang telah dibuat sebelumnya, penulis

mengikuti arahan dari sutradara pada saat proses shooting dari

beberapa ukuran angle pengambilan gambar. Beberapa ukuran

dan angle kamera digunakan pada saat produksi film

dokumenter penulis, seperti close up, medium close up, long

shot, knee shot, dan group shot, kemudian penulis juga

mengambil gambar dari beberapa angle, seperti eye level, low

angel, point of view, over shoulder shot, dengan pergerakan

Page 126: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

126

kamera still dan panning karena kekutaan film dokumenter

penulis itu melalui statement narasumber yang dilakukan

dengan prosess wawancara jadi pergerakan kamera still,

sedangkan panning, digunakan ketika penulis mengambil

gambar establish untuk menguatkan statement narasumber

dengan gambar-gambar yang mendukung tema pembicaraan

saat wawancara. Penulis juga menggunakan ukuran gambar

medium shot dan close up untuk mendapatkan nilai dramatik

dari subjek yang diambil dengan ukuran gambar long shot

dengan angle eye level untuk mendapakan sebuah informasi,

baik itu tentang tempat atau lokasi, sisi kemanusiaan ataupun

kisah subjek yang ada dalam ide dan cerita penulis tentang

bagaimana kehidupan petani disana.

3. Konsep Teknis

Pada saat produksi penulis menggunakan single kamera

yaitu Sony PXW-X70, alasan pemilihan kamera tersebut

adalah untuk memenuhi persyaratan yang diberikan oleh pihak

kampus terkait penggunaan kamera professional yang harus

memiliki spesifikasi dan menghasilkan gambar HD. Pada saat

shooting dan untuk menimilasir budget yang ada. Adapun

beberapa perlengkapan tambahan yang membantu proses kerja

kamera dalam pengambilan sebuah gambar dan suara, tripod

yang berguna untuk dudukan kamera bisa stabil dalam durasi

Page 127: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

127

pengambilan gambar yang membutuhkan waktu yang cukup

lama, misalkan saat melakukan wawancara dengan narasumber

penulis juga menambahkan pencahayaan dengan menggunakan

led untuk pengambilan gambar yang memerlukan cahaya

tambahan agar subjek yang diambil terlihat jelas, untuk

menangkap suara dari subjek yang diambil menggunakan

microfon yang terpasang pada kamera dan headset

disambungkan dengan kamera untuk mengetahui hasil suara

pada saat pengambilan gambar, terakhir penulis menggunakan

zoom untuk membackup apabila suara yang ditangkap oleh

microfon terdapa banyak gangguan, karena dengan

menggunakan recorder hasil suara yang ditangkap lebih bersih

3.4.6. Kendala Produksi Dan Solusinya

Pada saat produksi atau shooting setidaknya penulis mendapatkan

beberapa kendala yang wajar dialami oleh para pembuat program dokumenter

televisi lainnya, seperti :

1. Dihari pertama sampai lokasi jadwal pengambilan gambar

wawancara terkendala oleh turunnya hujan dan kabut sehingga

menyebabkan beberapa rencana pengambilan gambar terganggu.

Penulis bersama tim memutuskan untuk menjadwalkan ulang

pengambilan gambar dihari pertama menjadi hari kedua.

2. Pada saat proses suting berlangsung, tripod kamera yang

penulis gunakan mengalami gangguan yang mengakibatkan

Page 128: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

128

terganggunya pengambilan gambar. Solusinya, penulis

bersama tim membetulkan tripod tersebut agar bisa digunakan

kembali.

3. Pada hari ketiga, saat ingin mengambil gambar kampung

cibulao sejak pagi hari muncul kabut tebal yang menutupi

cahaya. Penulis dan tim kembali memutuskan bersama untuk

menunda pengambilan gambar sampai kabut tebal hilang.

Akhirnya sekitar pukul 12 siang kabut tebal mulai hilang,

penulis dan tim akhirnya memutuskan untuk kembali

mengambil gambar.

Page 129: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

129

3.4.7. Lembar Kerja Camera Person

1. Konsep Kerja Penata Kamera

2. Camera Report (Shot List)

3. Spesifikasi Kamera

Page 130: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

130

KONSEP KERJA PENATA KAMERA

Konsep kreatif sebagai penata kamera mengambil stok gambar dengan teknik

pengambilan gambar yang beragam. Penata kamera bekerja sama dengan crew untuk,

menyiapkan peralatan yang dibutuhkan oleh penulis saat produksi serta komposisi

kamera, terutama dengan sutradara dan penulis naskah agar konsep pengambilan

gambar yang akan diambil tidak menimbulkan kesan yang membosankan.

Pengambilan gambar dalam program acara dokumenter televisi Segitiga

Cibulao dengan menggunakan shot yang tajam seperti Close Up dan Medium Close

Up, dengan sedikit movement akan menjadikan suasana penonton merasakan seperti

sedang di area shooting. Penulis menggunakan kamera Sony PXW X70 akan

membuat kualitas HD dan gambar akan mudah diatur dalam pengambilan gambar

program dokumenter televisi Segitiga Cibulao sehingga akan mudah dimengerti oleh

penonton, maka dari itu penulis memadukan semua ini dalam karya program

dokumenter televisi Segitiga Cibulao agar mendapatkan kualitas gambar yang baik.

Page 131: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

131

Camera Report (Shot List)

“Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao”

Production Company : Prodi Penyiaran AKOM BSI Producer : Veren Engel P

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute Cameraman : Andi Hermawan

Tabel III.7

Camera Report

NO. ANGLE SHOT MOVEMENT LATAR EQUIPMENT

1. EYE LEVEL LS STILL SUASANA DISEKITAR

DESA CIBULAO,

BOGOR JAWA BARAT

SONY PXW – X70,

TRIPOD

2. EYE LEVEL ELS STILL

SUASANA DISEKITAR

DESA CIBULAO,

BOGOR JAWA BARAT

SONY PXW – X70,

TRIPOD

Page 132: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

132

3. EYE LEVEL LS STILL SUASANA DISEKITAR

DESA CIBULAO,

BOGOR JAWA BARAT

SONY PXW – X70,

TRIPOD

4. EYE LEVEL ELS STILL SUASANA DISEKITAR

DESA CIBULAO,

BOGOR JAWA BARAT

SONY PXW – X70,

TRIPOD

5. EYE LEVEL ELS STILL SUASANA DISEKITAR

DESA CIBULAO,

BOGOR JAWA BARAT

SONY PXW – X70,

TRIPOD

6. HIGH ANGLE LS STILL YONO DAN

ANAKNYA PERGI

BERKEBUN

SONY PXW – X70,

TRIPOD

7. EYE LEVEL LS STILL SUASANA DISEKITAR

DESA CIBULAO,

SONY PXW – X70,

TRIPOD

Page 133: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

133

BOGOR JAWA BARAT

8. EYE LEVEL ELS STILL SUASANA DISEKITAR

DESA CIBULAO,

BOGOR JAWA BARAT

SONY PXW – X70,

TRIPOD

9. EYE LEVEL ELS STILL SUASANA DISEKITAR

DESA CIBULAO,

BOGOR JAWA BARAT

SONY PXW – X70,

TRIPOD

10. EYE LEVEL MS STILL ALIRAN AIR SUNGAI

DESA CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

11. EYE LEVEL FS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

12. EYE LEVEL MCU STILL YONO MEMILIH

BUAH KOPI MATANG

SONY PXW – X70,

TRIPOD

13. EYE LEVEL ELS STILL ESTABLISH DESA SONY PXW – X70,

Page 134: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

134

CIBULAO DARI

KEBUN

TRIPOD

14. EYE LEVEL MS STILL WAWANCARA YONO SONY PXW – X70,

TRIPOD, ZOOM

H4N, CLIP ON

BOYA – M1

15. EYE LEVEL FS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

16. EYE LEVEL MS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

17. EYE LEVEL MCU STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

18. HIGH ANGLE MS STILL BIBIT KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

Page 135: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

135

19. EYE LEVEL MCU CRAB

RIGHT

DIMAS SEDANG

BERMAIN DENGAN

BIBIT KOPI

SONY PXW – X70,

TRIPOD

20. EYE LEVEL FS STILL YONO DAN HEWAN

SEDANG BERKEBUN

SONY PXW – X70,

TRIPOD

21. EYE LEVEL FS CRAB LEFT BIBIT KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

22. HIGH ANGLE FS STILL KEBUN KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

23. LOW ANGLE FS TILT UP MATAHARI PAGI

DESA CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

24. EYE LEVEL LS STILL SUASANA DIATAS

KEBUN KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

Page 136: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

136

25. LOW ANGLE FS TILT DOWN POHON PELINDUNG

KEBUN KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

26. HIGH ANGLE FS STILL KEBUN KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

27. LOW ANGLE FS STILL YONO DAN

ANAKNYA

BERKEBUN

SONY PXW – X70,

TRIPOD

28. LOW ANGLE MS TILT UP YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

29. EYE ANGLE MS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

30. LOW ANGLE FS TILT UP MATAHARI DIKEBUN

KOPI

SONY PXW – X70,

TRIPOD

Page 137: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

137

31. LOW ANGLE MS FOLLOW YONO DAN

ANAKNYA

BERKEBUN

SONY PXW – X70,

TRIPOD

32. EYE LEVEL LS STILL SUASANA SEKITAR

KEBUN KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

33. EYE LEVEL MS STILL TANAMAN SEKITAR

KEBUN KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

34. LOW ANGLE MS STILL TANAMAN WARGA

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

35. EYE LEVEL MS STILL TANAMAN SEKITAR

KEBUN KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

Page 138: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

138

36. EYE LEVEL MS STILL TANAMAN SEKITAR

KEBUN KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

37. HIGH ANGLE MCU STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

38. LOW ANGLE LS STILL SUASANA KEBUN

KOPI CIBULAO DARI

JAUH

SONY PXW – X70,

TRIPOD

39. HIGH ANGLE FS STILL SUASANA SEKITAR

KEBUN KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

40. EYE LEVEL MS STILL BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

41. LOW ANGLE FS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

Page 139: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

139

TRIPOD

42. EYE LEVEL ELS STILL PEMANDANGAN

DESA CIKONENG

SONY PXW – X70,

TRIPOD

43. EYE LEVEL MCU STILL WAWAN CARA YONO SONY PXW – X70,

TRIPOD, ZOOM

H4N, CLIP ON

BOYA – M1

44. LOW ANGLE MS STILL BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

45. EYE LEVEL MS STILL BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

46. EYE LEVEL MS STILL BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

47. EYE LEVEL LS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

Page 140: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

140

TRIPOD

48. EYE LEVEL LS STILL PEMANDANGAN

DATAS KEBUN KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

49. EYE LEVEL FS STILL SUASANA KEBUN

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

50. LOW ANGLE MS STILL LANGKAH KAKI

YONO KETIKA

BERKEBUN

SONY PXW – X70,

TRIPOD

51. HIGH ANGLE MS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

52. LOW ANGLE MS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

53. EYE LEVEL MS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

Page 141: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

141

TRIPOD

54. EYE LEVEL FS STILL ALIRAN AIR

SUNGAISEKITAR

KEBUN KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

55. HIGH ANGLE FS STILL SUASANA KEBUN

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

56. EYE LEVEL MCU STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

57. EYE LEVEL CU STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

58. EYE LEVEL FS STILL BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

59. EYE LEVEL MCU STILL WAWANCARA YONO SONY PXW – X70,

Page 142: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

142

TRIPOD, ZOOM

H4N, CLIP ON

BOYA – M1

60. HIGH ANGLE FS STILL ALIRAN AIR SUNGAI

DESA CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

61. HIGH ANGLE MS STILL KELUARGA YONO

MENGOLAH BIJI KOPI

MATANG

SONY PXW – X70,

TRIPOD

62. LOW ANGLE MS STILL

63. EYE LEVEL CU STILL YONO MENYEDUH

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

64. LOW ANGLE MCU STILL YONO MEMINUM

KOPI CIBUAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

65. EYE LEVEL CU STILL YONO MEMINUM SONY PXW – X70,

Page 143: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

143

KOPI CIBUAO TRIPOD

66. HIGH ANGLE FS TILT UP GELAS KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

67. EYE LEVEL CU TILT DOWN YONO DAN JUMPONO

MENJEMUR BIJI KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

68. EYE LEVEL CU PAN RIGHT PIAGAM

PENGHARGAAN KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

69. EYE LEVEL MS ZOOM IN PIAGAM

PENGHARGAAN

BESERTA SERTIFIKAT

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

70. EYE LEVEL MS PAN LEFT POHON KOPI SONY PXW – X70,

Page 144: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

144

CIBULAO TRIPOD

71. EYE LEVEL MS STILL BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

72. HIGH LEVEL FS STILL PROSES PENJEMURAN

BIJI KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

73. HIGH ANGLE CU STILL PROSES PENJEMURAN

BIJI KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

74. EYE LEVEL MCU STILL WAWANCARA

JUMPONO

SONY PXW – X70,

TRIPOD, ZOOM

H4N, CLIP ON

BOYA – M1

75. LOW ANGLE CU STILL BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

76. HIGH ANGLE CU TILT UP PROSES PENJEMURAN SONY PXW – X70,

Page 145: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

145

BIJI KOPI CIBULAO TRIPOD

77. EYE LEVEL MS ZOOM OUT POHON KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

78. EYE LEVEL FS STILL BIBIT KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

79. HIGH ANGLE FS TILT UP BIBIT KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

80. HIGH ANGLE FS STILL POHON KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

81. EYE LEVEL FS STILL POHON KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

82. EYE LEVEL MS CRAB LEFT SUASANA KEBUN

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

83. EYE LEVEL MS CRAB LEFT PETANI KOPI SEDANG SONY PXW – X70,

Page 146: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

146

MENJEMUR TRIPOD

84. EYE LEVEL FS STILL PROSES PENJEMURAN

BIJI KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

85. HIGH ANGLE CU STILL PROSES PENJEMURAN

BIJI KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

86. EYE LEVEL MS CRAB

RIGHT

POHON KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

87. EYE LEVEL MS TILT UP BIBIT KOPI SEKITAR

KOPERASI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

88. EYE LEVEL CU STILL WAWANCARA

JUMPONO

SONY PXW – X70,

TRIPOD, ZOOM

H4N, CLIP ON

BOYA – M1

89. EYE LEVEL FS ZOOM IN BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

Page 147: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

147

TRIPOD

90. EYE LEVEL CU TILT UP PENJEMURAN BIJI

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

91. EYE LEVEL CU STILL PENJEMURAN BIJI

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

92. EYE LEVEL CU STILL GELAS KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

93. HIGH ANGLE FS TILT DOWN GELAS KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

94. LOW ANGLE FS STILL SUASANA DESA

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

95. EYE LEVEL CU STILL PIAGAM

PENGHARGAAN

JUMPONO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

Page 148: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

148

96. LOW ANGLE FS STILL SUASANA DESA

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

97. LOW ANGLE FS TILT UP SUASANA DESA

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

98. EYE LEVEL LS STILL SUASANA DESA

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

99. HIGH ANGLE FS STILL SUASANA DESA

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

100. HIGH ANGLE CU STILL BUAH KOPI MATANG

PETIK

SONY PXW – X70,

TRIPOD

101. EYE LEVEL CU STILL BUAH KOPI MATANG

PETIK LALU

DIPROSES

SONY PXW – X70,

TRIPOD

102. LOW ANGLE MS TILT UP POHON PELINDUNG SONY PXW – X70,

Page 149: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

149

POHON KOPI

CIBULAO

TRIPOD

103. LOW ANGLE CU TILT DOWN POHON PELINDUNG

POHON KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

104. LOW ANGLE FS STILL POHON PELINDUNG

POHON KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

105. EYE LEVEL LS STILL SUASANA KEBUN

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

106. EYE LEVEL CU TILT DOWN PROSES KUPAS BUAH

KOPI MATANG

SONY PXW – X70,

TRIPOD

107. HIGH ANGLE CU TILT UP PROSES KUPAS BUAH

KOPI MATANG

SONY PXW – X70,

TRIPOD

Page 150: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

150

108. HIGH ANGLE CU STILL PROSES PENJEMURAN

BIJI KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

109. EYE LEVEL CU STILL BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

110. EYE LEVEL MS STILL BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

111. LOW ANGLE CU CRAB LEFT BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

112. LOW ANGLE CU CRAB

RIGHT

BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

113. EYE LEVEL CU STILL BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

114. EYE LEVEL MS STILL ALIRAN AIR SUNGAI

DESA CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

Page 151: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

151

115. EYE LEVEL MCU STILL JUMPONO PETIK

BUAH KOPI MATANG

SONY PXW – X70,

TRIPOD

116. LOW ANGLE FS STILL ANAK ANAK DESA

CIBULAO SEDANG

BERMAIN

SONY PXW – X70,

TRIPOD

117. EYE LEVEL FS STILL GELAS KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

118. LOW ANGLE CU STILL JUMPONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

119. HIGH ANGLE CU STILL ALIRAN AIR SUNGAI

DESA CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

120. EYE LEVEL ELS STILL SUASANA SEKITAR

DESA CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

121. EYE LEVEL ELS STILL SUASANA SEKITAR SONY PXW – X70,

Page 152: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

152

DESA CIBULAO TRIPOD

122. EYE LEVEL ELS STILL SUASANA SEKITAR

DESA CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

123. EYE LEVEL MS TILT UP ALIRAN AIR SUNGAI

DESA CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

124. EYE LEVEL LS STILL SUASANA SEKITAR

SEKITAR DESA

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

125. EYE LEVEL ELS STILL SUASANA SEKITAR

SEKITAR DESA

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

126. EYE LEVEL ELS STILL SUASANA SEKITAR

SEKITAR DESA

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

Page 153: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

153

127. HIGH ANGLE MS STILL YONO SEDANG

MENYEDUH KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

128. LOW ANGLE MS CRAB LEFT YONO SEDANG

MENYEDUH KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

129. HIGH ANGLE CU TILT UP YONO SEDANG

MENYEDUH KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

130. EYE LEVEL MS STILL TEJO WAWANCARA SONY PXW – X70,

TRIPOD, ZOOM

H4N, CLIP ON

BOYA – M1

131. LOW ANGLE MS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

Page 154: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

154

TRIPOD

132. EYE LEVEL CU CRAB LEFT BUAH KOPI CIBULAO SONY PXW – X70,

TRIPOD

133. HIGH ANGLE MS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

134. EYE LEVEL CU STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

135. EYE LEVEL MS PAN RIGHT YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

136. EYE LEVEL MCU PAN LEFT YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

137. LOW ANGLE MS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

138. HIGH ANGLE MS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

Page 155: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

155

TRIPOD

139. LOW ANGLE FS TILT DOWN YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

140. HIGH ANGLE CU TILT UP PROSES PENJEMURAN

BIJI KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

141. HIGH ANGLE CU STILL PROSES PENJEMURAN

BIJI KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

142. EYE LEVEL MS ZOON IN YONO DAN

ANAKNYA

BERKEBUN

SONY PXW – X70,

TRIPOD

143. EYE LEVEL FS STILL PROSES PENJEMURAN

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

144. EYE LEVEL MS CRAB LEFT YONO DAN

ANAKNYA

SONY PXW – X70,

TRIPOD

Page 156: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

156

BERKEBUN

145. EYE LEVEL MCU STILL YONO MEMETIK

BUAH KOPI MATANG

SONY PXW – X70,

TRIPOD

146. LOW ANGLE MCU STILL YONO MEMETIK

BUAH KOPI MATANG

SONY PXW – X70,

TRIPOD

147. EYE LEVEL MS STILL YONO MEMETIK

BUAH KOPI MATANG

SONY PXW – X70,

TRIPOD

148. EYE LEVEL MCU TILT UP JUMPONO SEDANG

MENJEMUR KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

149. EYE LEVEL CU STILL JUMPONO SEDANG

MENJEMUR KOPI

CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

150. LOW ANGLE FS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

Page 157: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

157

TRIPOD

151. EYE LEVEL MS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

152. EYE LEVEL MS CRAB

RIGHT

SUASANA KEBUN

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

153. HIGH ANGLE FS STILL SUASANA KEBUN

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

154. HIGH ANGLE FS STILL SUASANA KEBUN

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

155. EYE LEVEL MS TILT DOWN SUASANA KEBUN

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

156. HIGH ANGLE FS STILL SUASANA KEBUN

KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

157. EYE LEVEL FS STILL DIMAS SEDANG SONY PXW – X70,

Page 158: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

158

BERMAIN DIKEBUN

KOPI CIBULAO

TRIPOD

158. HIGH ANGLE CU STILL PROSES PENJEMURAN

BIJI KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

159. EYE LEVEL FS STILL YONO BERKEBUN SONY PXW – X70,

TRIPOD

160. HIGH ANGLE CU STILL PROSES PENJEMURAN

BIJI KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

161. EYE LEVEL CU TILT DOWN SERTIFIKAT

JUMPONO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

162. EYE LEVEL CU STILL PETA CITARASA DAN

AROMA KOPI

INDONESIA

SONY PXW – X70,

TRIPOD

163. EYE LEVEL MS ZOOM IN JUMPONO SONY PXW – X70,

Page 159: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

159

MENUNJUKAN PETA

KOPI CIBULAO

TRIPOD

164. HIGH ANGLE CU STILL PROSES PENJEMURAN

BIJI KOPI CIBULAO

SONY PXW – X70,

TRIPOD

Page 160: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

139

SPESIFIKASI KAMERA

Gambar III.6 SONY PXW X70

Tabel III.8

Spesifikasi Kamera

Nama Produk PXW-X70

Kategori Kamera Video / Camcorder

Brand Sony

Tahun Rilis 2011

Camera Resolution 2.37 MP

Optical Zoom x 10

Digital Zoom x 200

Shape Horizontal

Sensor TypeCMOS

Port Interface-

Sensor Size 22.3 x 14.9 mm

Page 161: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

140

Minimum Focal Length 43.6 mm

Maximum Focal Length 436 mm

Focal Ratiof / 1.8 - 3.0

Storage Type Flash Memory

Minimum Shutter Speed 1 / 2000 s Maximum Shutter Speed 2 s

Minimum Light Sensitivity 100 Maximum Light Sensitivity 6400 s

Screen Size 3 inch

Viewfinder-

Video Resolution 1920x1080 Pixel

Video Format AVCHD

Image Stabilisation

Face Recognition

Frame Rate 60, 50 fps

Image Format JPEG

Battery Type Lithium Ion BP – 808 Daya Tahan BateraiUp to 2 Hours

Page 162: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

141

3.5. Proses Kerja Editor

Menurut Supriyadi dkk (2014:148) Editing merupakan proses terakhir dalam

penyelesaian produksi program TV maupun film. Tahap ini merupakan tahap akhir

dimana editing dapat dikatakan sebagai proses menyeleksi dan menyatukan gambar

serta suara selama proses produksi berlangsung.

Penulis menyimpulkan bahwa editor dituntut memiliki kreatifitas dalam

penyusunan shot-shot yang ada. Selain itu seorang editor harus dapat

mempertanggung jawabkan setiap motivasi, komposisi shot, sudut pengambilan

gambar dalam penyusunan program dokumenter televisi segitiga cibulao agar tercipta

kesinambungan aspek emosional, unsur-unsur realita dari kisah perjuangan hidup

seorang petani kopi dan juga informasi yang disampaikan oleh narasumber kami,

sehingga pesan dari program dokumenter televisi segitiga cibulao dapat tersampaikan

dengan jelas kepada penonton.

3.5.1. Pra Produksi

Menurut Supriyadi dkk (2014:165) memberikan batasan bahwa, “Pra

Produksi merupakan tahapan yang penting dalam sebuah produksi program

acara. Dalam tahap ini semua persiapan sebelum pelaksanaan produksi

dilakukan.”

Pra produksi merupakan masa perencanaan dan persiapan segala

sesuatu yang bersangkutan dengan kebutuhan sebelum proses produksi karya.

Jadi, meskipun seorang editor bekerja pada masa pasca produksi, namun

pematangan konsep dan persiapan semua kebutuhan data pada saat editing

nanti terjadi pada tahap ini. Pada tahap ini pun editor berdiskusi dan memberi

Page 163: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

142

saran atau masukan pada saat perencanaan pengambilan gambar kepada

sutradara, agar memperhatikan momen-momen yang kiranya dapat menambah

nilai-nilai informasi dan juga pesan yang ingin disampaikan dari program

dokumenter televisi segitiga cibulao.

3.5.2. Produksi

Menurut Supriyadi dkk (2014:167) memberikan batasan bahwa,

“Tahapan ini adalah proses untuk merubah naskah ke dalam bentuk gambar.

Perubahan visual ini bertujuan program yang dibuat dapat dinikmati oleh

penonton dan pesan yang ingin disampaikan tercapai.”

Penulis menyimpulkan, dalam tahap ini editor tidak memiliki

kewajiban atau tugas yang khusus. Pada tahap produksi, editor dapat

membantu mengawasi jalannya produksi, selain itu editor juga dapat

memberikan saran kepada sutradara apabila terjadi momen-momen disekitar

lokasi syuting ataupun kegiatan yang dilakukan oleh anggota keluarga yang

ada disekitar lokasi syuting.

3.5.3. Pasca Produksi

Menurut Supriyadi dkk (2014:167) menyimpulkan bahwa:

Pasca produksi adalah proses atau tahap yang dilalui setelah semua

materi dasar program berupa shot-shot dan unsur pendukungnya sudah

selesai. Dalam hal ini peranan seorang editor dibutuhkan untuk

menggabungkan shot hingga menjadi sebuah scene atau adegan.

Peranan editor disini juga merupakan proses paling akhir dalam

pembuatan suatu karya audio visual.

Page 164: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

143

Pada tahap Pasca Produksi, editor menjalankan tugasnya. Proses

editing merupakan tahap akhir dari sebuah karya film. Pada tahap ini editor

merangkai gambar dan suara menjadi sebuah cerita yang dapat menyampaikan

pesan. Editor dituntut untuk dapat menyelaraskan alur cerita yang telah

direncanakan pada tahap pra produksi hingga produksi, sehingga dapat

menghasilkan sebuah karya program dokumenter televisi yang bukan hanya

baik namun juga bermanfaat bagi masyarakat nantinya.

3.5.4. Peran dan Tanggung Jawab Editor

Menurut Supriyadi dkk (2014:10) memberikan batasan bahwa,

“Seorang yang bertanggung jawab dan bertugas menyunting gambar bergerak

melalui proses seleksi, memilih, memilah, untuk dijadikan sebagai rangkaian

kesatuan film yang utuh.”

Seorang editor harus memiliki kreatifitas yang tinggi, karena seorang

editor harus dapat dengan cermat mengambil sebuah keputusan-keputusan

dalam penyusunan gambar, penyusunan suara, seberapa lama gambar satu

dengan yang lainnya sehingga nilai-nilai informasi dan pesan yang ingin

disampaikan dalam karya program dokumenter televisi segitiga cibulao dapat

tersampaikan dengan baik dan jelas.

3.5.5. Proses Penciptaan Karya

Konsep penciptaan karya seorang editor harus memikirkan konsep

kreatif, contohnya bagaimana cara pengeditan tanpa menggunakan banyak

efek. Hanya dipusatkan kepada cut to cut dan beberapa transisi, konsep

produksi seorang editor adalah hanya membantu keperluan produksi seperti

Page 165: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

144

mendokumentasikan saat produksi ataupun mengawasi dan mengingatkan

sutradara dalam pengambilan momen-momen yang terjadi di lokasi.

a. Konsep Kreatif

Setelah editor memahami konsep yang telah disusun oleh

produser, sutradara, dan penulis naskah, penulis ini

menampilkan momen-momen yang benar-benar terjadi di

lokasi. Selain itu penulis juga menambahkan music instrument

untuk melengkapi segi dramatis dari karya program

dokumenter televisi segitiga cibulao. Penulis juga ingin

menyampaikan pesan bahwa setiap hutan memiliki manfaat

yang begitu besar bagi seluruh makhluk hidup, untuk itu

adanya konservasi hutan.

b. Konsep Produksi

Dalam film dokumenter ini penulis ingin memperbanyak pesan

kepada para penonton bahwa menjaga kelestarian hutan harus

dimulai dari diri sendiri lalu ke lingkungan dan menyarankan

sutradara untuk memperbanyak stock shoot gambar yang

berkesinambungan dengan konsep penulis, juga pada tahap

editing, agar editor tidak kesulitan dalam menyatukan gambar.

c. Konsep Teknis

Editor menyiapkan peralatan untuk melakukan proses editing,

seperti laptop dan software untuk melakukan editing. Editing

Page 166: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

145

dilakukan berdasarkan treatment yang telah disusun oleh

sutradara. Selain itu editor juga mempersiapkan instrument

music yang sesuai dengan tema dan cerita yang diangkat pada

karya program dokumenter televisi segitiga cibulao ini agar

menambah unsur dramatik didalamnya.

3.5.6. Kendala Produksi Dan Solusinya

Pada saat produksi berlangsung, penulis mendapatkan beberapa

kendala yang wajar dialami oleh pembuat program acara televisi lainnya,

diantaranya :

a. Kendala pada saat produksi, lokasi syuting yang terletak jauh

dibalik gunung, serta medan yang harus ditempuh adalah bebatuan

apabila turun hujan jalanan sangat licin dan sangat sulit untuk

dilewati dengan membawa peralatan syuting, juga pada saat

memasuki kebun kopi jarak yang di tempuh pun tidak dekat, harus

membutuhkan tenaga extra dan kondisi badan yang fit. Solusi yang

penulis lakukan adalah tidak membawa peralatan lighting yang

tidak begitu diperlukan untuk melakukan proses shooting,

mempersiapkan kondisi badan agar tetap fit.

b. Kendala pada saat tahap editing, saat editing online laptop yang

digunakan tidak kuat untuk memberi warna atau grading pada saat

memasuki tahap ini Solusi yang diambil penulis dan tim

melakukan perpindahan editing online ke komputer kameraman

Page 167: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

146

c. Kendala pada tahap editing, saat di minggu pertama proses editing

offline datanya kehapus. Solusi yang editor lakukan saat itu juga

mengambil backup-an yang ada dihardisk kameraman

Page 168: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

147

3.5.7. Lembar Kerja Editor

1. Konsep Kerja Editor

2. Laporan Editing

3. Proses Pembuatan Program ID

4. Spesifikasi Editing

Page 169: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

148

KONSEP KERJA EDITOR

Konsep kreatif yang akan di terapkan pada editing program dokumenter

televisi segitiga cibulao adalah mengutamakan cut to cut dan pewarnaan. Dalam cut

to cut sedikit memberikan transisi dep to black di bagian awal awal video agar

memberikan kesan permulaan program dokumenter televisi segitiga cibulao, bagian

pewarnaan penulis meberikan warna natural namun tebal yang bermaksud untuk

menambah feel suasana kebun kopi juga hutan yang lestari dalam program

dokumenter segitiga cibulao.

Didalam produksi seorang editor mulai bekerja pada tahap pasca produksi,

pada saat produksi editor membantu memilih stock shot yang baik agar pada saat

memasuki tahap editing sudah terkonsep dan mempermudah editor dalam memilih

gambar yang akan dimasukkan. Pada konsep kali ini penulis menginginkan program

dokumenter televisi segitiga cibulao menjadi sebuah program profile dokumenter

yang bisa menyerap perhatian penonton dengan menampilkan aktivitas kehidupan

petani kopi yang tinggal di Kampung Cibulao yang berhasil menang di kontes kopi

spesialti Indonesia (KKSI) di Takengon Aceh, dalam rangka Gayo Highland

Sumatera Coffe Festival, 21-23 Oktober 2016. Robusta Cibulao terpilih dari 65

peserta lainnya dan menghadapi penilaian dari 12 master cupper international yang

berasal dari Brazil, Jerman, Belanda, Jepang, dan USA

Page 170: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

149

LAPORAN EDITING

“Program Dokumenter Televisi Segitiga Cibulao”

Production Company : Prodi Penyiaran AKOM BSI Producer : Veren Engel P

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute Editor : Rangga Andika

Tabel III.9

Laporan Editing

No. EXT/INT Keterangan

Visual Audio SFX Transisi Video Effect Time Durasi

1 HD Bars

and Tone

- - Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

00:00 – 00:05 5 detik

2 Logo BSI - - Cut to Lumetri colour

correction,

00:05 – 00:10 5 detik

Page 171: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

150

wrap stabilizer

3 Progam

ID

- - Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

00: 10 – 00:15 5 detik

4 Universal

Counting

Leader

- - Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

00: 15 –

00: 20

5 detik

5 Judul - - Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

00:20 – 00:25 5 detik

6 EXT Footage VO Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

00:25 – 00:30 5 detik

7 EXT Footage VO Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

00:30 – 00:39 9 detik

Page 172: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

151

wrap stabilizer

8 EXT Footage VO Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

00:39 – 00:45 6 detik

9 EXT Footage VO Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

00:45 – 00:51 6 detik

10 EXT Footage VO Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

00:51 – 01:42 91

detik

11 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

01:42 – 01:48 5 detik

12 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

01:48 – 01:50 2 detik

Page 173: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

152

wrap stabilizer

13 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

01:50 – 01:52 2 detik

14 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

01:52 – 01:54 2 detik

15 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

01:54 – 01:57 3 detik

16 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

01:57 - 02:01 4 detik

17 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

02:01 – 02:05 4 detik

Page 174: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

153

wrap stabilizer

18 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

02:05 – 02:07 2 detik

19 EXT Wawanca

ra

Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

02:07 – 02:13 6 detik

20 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

02:13 – 02:14 2 detik

21 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

02:14 – 02:17 3 detik

22 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

02:17 – 02:22 5 detik

Page 175: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

154

wrap stabilizer

23 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

02:22 – 02:25 3 detik

24 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

02:25 – 02:30 5 detik

25 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

02:30 – 02:32 2 detik

26 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

02:32 – 02:36 4 detik

27 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

02:36 – 02:41 5 detik

Page 176: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

155

wrap stabilizer

28 EXT Wawanca

ra

Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

02:41 – 02:47 6 detik

29 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

02:47 – 02:50 3 detik

30 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

02:50 – 02:52 2 detik

31 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

02:52 – 02:54 2 detik

32 EXT Wawanca

ra

Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

02:54 – 03:03 9 detik

Page 177: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

156

wrap stabilizer

33 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

03:03 – 03:07 4 detik

34 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

03:07 – 03:11 4 detik

35 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

03:11 – 03:14 3 detik

36 EXT Wawanca

ra

Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

03:14 – 03:28 13

detik

37 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

03:28 – 03:31 3 detik

Page 178: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

157

wrap stabilizer

38 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

03:31 – 03:34 3 detik

39 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

03:34 – 03:38 4 detik

40 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

wrap stabilizer

03:38 – 03:43 5 detik

41 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

03:43 – 03:46 3 detik

42 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

03:46 – 03:51 5 detik

43 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour 03:51 – 03:53 2 detik

Page 179: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

158

correction

44 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

03:53 – 03:55 2 detik

45 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

03:55 – 03:58 3 detik

46 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

03:58 – 04:00 2 detik

47 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

04:00 – 04:02 2 detik

48 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

04:02 – 04:04 2 detik

49 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

04:04 – 04:06 2 detik

50 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

04:06 – 04:08 2 detik

Page 180: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

159

51 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

04:08 – 04:13 5 detik

52 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

04:13 – 04:17 4 detik

53 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

04:17 – 04:22 5 detik

54 EXT Wawanca

ra

Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

04:22 – 04:37 15

detik

55 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

04:37 – 04:39 2 detik

56 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

04:39 – 04:43 4 detik

57 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

04:43 – 04:45 2 detik

58 EXT Wawanca Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour 04:45 – 04:58 13

Page 181: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

160

ra correction detik

59 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

04:58 – 05:01 3 detik

60 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:01 – 05:03 2 detik

61 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:03 – 05:05 2 detik

62 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:05 – 05:12 7 detik

63 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:12 – 05:20 8 detik

64 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:20 – 05:24 4 detik

65 EXT Wawanca

ra

Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:24 – 05:30 6 detik

Page 182: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

161

66 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:30 – 05:33 3 detik

67 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:33 – 05:35 2 detik

68 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:35 – 05:38 3 detik

69 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:38 – 05:40 2 detik

70 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:40 – 05:43 3 detik

71 EXT Wawanca

ra

Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:43 – 05:49 6 detik

72 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:49 – 05:52 3 detik

73 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour 05:52 – 05:57 5 detik

Page 183: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

162

correction

74 EXT Wawanca

ra

Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

05:57 – 06:01; 4 detik

75 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

06:01 – 06:04 3 detik

76 EXT Wawanca

ra

Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

06:04 – 06:14 10

detik

77 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

06:14 – 06:16 2 detik

78 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

06:16 – 06:20 4 detik

79 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

06:20 – 06:24 4 detik

80 EXT Wawanca

ra

Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction,

06:24 – 06:30 6 detik

Page 184: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

163

wrap stabilizer

81 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

06:30 –

06:32

2 detik

82 EXT Insert Wawancara Backsound Cut to Lumetri colour

correction

06:32 –

06:35

3 detik

83 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

06:35 –

06:38

3 detik

84 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

06:38 –

06:42

4 detik

85 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

06:42 –

06:45

3 detik

86 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

06:45 –

06:47

2 detik

87 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

06:47 –

06:53

6 detik

Page 185: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

164

88 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

06:53 –

07:00

7 detik

89 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:00 –

07:08

8 detik

90 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:08 –

07:11

3 detik

91 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:11 –

07:16

5 detik

92 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:16 –

07:20

4 detik

93 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:20 –

07:22

2 detik

94 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:22 –

07:24

2 detik

95 EXT Insert Wawancara Backsoun Cut to Lumetri colour 07:24 – 2 detik

Page 186: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

165

d correction 07:26

96 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:26 –

07:34

8 detik

97 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:34 –

07:36

2 detik

98 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:36 –

07:38

2 detik

99 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:38 –

07:41

3 detik

100 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:41 –

07:49

8 detik

101 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:49 –

07:51

2 detik

102 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:51 –

07:53

2 detik

Page 187: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

166

103 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:53 –

07:55

2 detik

104 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:55 –

07:57

2 detik

105 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

07:57 –

08:06

8 detik

106 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

08:06 –

08:17

11

detik

107 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

08:17 –

08:22

5 detik

108 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

08:22 –

08:26

4 detik

109 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

08:26 –

08:30

4 detik

110 EXT Insert Wawancara Backsoun Cut to Lumetri colour 08:30 – 9 detik

Page 188: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

167

d correction 08:39

111 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

08:39 –

08:41

2 detik

112 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

08:41 –

08:45

5 detik

113 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

08:45 –

08:50

5 detik

114 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

08:50 –

08:53

3 detik

115 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

08:53 –

08:57

4 detik

116 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

08:57 –

09:00

3 detik

117 INT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:00-09:10 10

detik

Page 189: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

168

118 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:10- 09:12 2 detik

119 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:12- 09:14 2 detik

120 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:14- 09:16 2 detik

121 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:16- 09:18 2 detik

122 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:18- 09:20 2 detik

123 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:20- 09:22 2 detik

124 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:22- 09:24 2 detik

125 EXT Insert Wawancara Backsoun Cut to Lumetri colour 09:24 - 09:27 3 detik

Page 190: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

169

d correction

126 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:27- 09:30 3 detik

127 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:30- 09:32 2 detik

128 EXT Timelapse Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:32-09:41 9 detik

129 INT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:41 –

09:56

15

detik

130 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:56-09:58 2 detik

131 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

09:58- 10:00 2 detik

132 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:00-10:02 2 detik

Page 191: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

170

133 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:02-10:04 2 detik

134 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:04- 10:06 2 detik

135 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:06- 10:08 2 detik

136 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10 :08 –

10:10

2 detik

137 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:10- 10:13 3 detik

138 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:13- 10:16 3 detik

139 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:16- 10:18 3 detik

140 EXT Insert Wawancara Backsoun Cut to Lumetri colour 10 : 18- 3 detik

Page 192: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

171

d correction 10:22

141 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:22- 10:25 3 detik

142 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:25- 10:28 3 detik

143 INT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:28 -10 :41 13

detik

144 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:41- 10:44 3 detik

145 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:44- 10:47 3 detik

146 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:47- 10:50 3 detik

147 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:50- 10:53 3 detik

Page 193: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

172

148 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10 : 53- 10

:56

3 detik

149 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

10:56 – 11:

00

4 detik

150 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11 : 00 –

11:05

5 detik

151 INT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:05- 11:12 7 detik

152 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:12 –

11:14

2 detik

153 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:14- 11:16 2 detik

154 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:16- 11:18 2 detik

155 INT Wawanacara Wawancara Backsoun Cut to Lumetri colour 11:18 -11:25 7 detik

Page 194: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

173

d correction

156 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:25- 11:27 2 detik

157 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:27- 11:29 2 detik

158 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:29 - 11:31 3 detik

159 INT Wawanacara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:31 –

11 :35

4 detik

160 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:35- 11:37 2 detik

161 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:37- 11:39 2 detik

162 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:39- 11:41 3 detik

Page 195: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

174

163 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:41- 11:43 2 detik

164 INT Wawancara Wawancara Bacaksou

nd

Cut to Lumetri colour

correction

11:43 -11:50 7 detik

165 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:50 –

11:55

5 detik

166 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:55 –

11:57

2 detik

167 INT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

11:57 –

12:02

5 detik

168 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:02 –

12:04

2 detik

169 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:04 -12:06 2 detik

170 EXT Insert Wawancara Backsoun Cut to Lumetri colour 12:06 – 2 detik

Page 196: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

175

d correction 12:08

171 INT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:08 –

12:14

6 detik

172 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:14 –

12:17

3 detik

173 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:17 –

12:20

3 detik

174 INT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:20 –

12:25

5 detik

175 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:25 –

12:31

6 detik

176 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:31 –

12:40

9 detik

177 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:40 –

12:45

5 detik

Page 197: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

176

178 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:45 –

12:47

2 detik

179 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:47 –

12:50

3 detik

180 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:50 –

12:53

3 detik

181 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:53 –

12:57

4 detik

182 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

12:57 –

13:00

3 detik

183 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

13:00 –

13:09

9 detik

184 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

13:09 –

13:19

10

detik

185 EXT Insert Wawancara Backsoun Cut to Lumetri colour 13:19 – 6 detik

Page 198: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

177

d correction 13:25

186 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

13:25 –

13:28

3 detik

187 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

13:28 –

13:31

3 detik

188 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

13:31 –

13:36

5 detik

189 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

13:36 –

13:41

5 detik

190 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

13:41 –

13:50

9 detik

191 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

13:50 –

13:53

3 detik

192 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

13:53 –

13:56

3 detik

Page 199: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

178

193 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

13:56 –

13:59

3 detik

194 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

13:59 –

14:02

3 detik

195 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:02 –

14:07

5 detik

196 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:07 –

14:10

3 detik

197 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:10 –

14:12

2 detik

198 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:12 –

14:17

5 detik

199 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:17 –

14:20

3 detik

200 EXT Insert Wawancara Backsoun Cut to Lumetri colour 14:20 – 3 detik

Page 200: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

179

d correction 14:23

201 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:23 –

14:30

7 detik

202 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:30 –

14:32

2 detik

203 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:32 –

14:35

3 detik

204 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:35 –

14:49

14

detik

205 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:49 –

14:51

2 detik

206 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:51 –

14:55

4 detik

207 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:55 –

14:58

3 detik

Page 201: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

180

208 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

14:58 –

15:03

5 detik

209 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

15:03 –

15:06

3 detik

210 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

15:06 –

15:09

3 detik

211 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

15:09 –

15:11

2 detik

212 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

15:11 –

15:20

9 detik

213 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

15:20 –

15:22

2 detik

214 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

15:22 –

15:26

4 detik

215 EXT Insert Wawancara Backsoun Cut to Lumetri colour 15:26 – 3 detik

Page 202: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

181

d correction 15:29

216 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

15:29 –

15:34

5 detik

217 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

15:34 –

15:39

5 detik

218 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

15:39 –

15:46

7 detik

219 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

15:46 –

15:51

5 detik

220 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

15:51 –

15:58

7 detik

221 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction, wrap

stabilizer

15:58 –

16:04

6 detik

222 EXT Wawancara Wawancara Backsoun Cut to Lumetri colour 16:04 – 13

Page 203: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

182

d correction 16:17 detik

223 INT Insert - Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

16:17 –

16:19

2 detik

224 EXT Insert - Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

16:19 –

16:21

2 detik

225 EXT Insert - Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction, wrap

stabilizer

16:21 –

16:24

3 detik

226 EXT Insert - Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

16:24 –

16:27

3 detik

227 EXT Insert - Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

16:27 –

16:30

3 detik

228 EXT Insert - Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

16:30 –

16:32

2 detik

229 EXT Insert - Backsoun Cut to Lumetri colour 16:32 – 4 detik

Page 204: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

183

d correction 16:36

230 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

16:36 –

16:40

4 detik

231 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

16:40 –

16:45

5 detik

232 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

16:45 –

16:55

10

detik

233 INT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

16:55 –

17:03

8 detik

234 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

17:03 –

17:07

4 detik

235 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

17:07 –

17:10

3 detik

236 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

17:10 –

17:17

7 detik

Page 205: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

184

237 EXT Insert - Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction, wrap

stabilizer

17:17 –

17:20

3 detik

238 EXT Insert - Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

17:20 –

17:23

3 detik

239 EXT Insert - Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

17:23 –

17:26

3 detik

240 EXT Insert - Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

17:26 –

17:31

5 detik

241 EXT Insert Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction

17:31 –

18:10

29

detik

242 EXT Wawancara Wawancara Backsoun

d

Cut to Lumetri colour

correction, wrap

stabilizer

18:10 –

18:35

25

detik

243 Credit tittle - - - - 18:35 – 1 menit

Page 206: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

185

19:52 17

detik

244 Copy right 19:52 –

19:56

4 detik

245 Cv - - - - 19:56 –

20:00

4 detik

246 Portofolio - - - - 20:00 –

20:06

6 detik

247 Bts - - - - 20:06 –

20:59

53

detik

Page 207: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

186

PROSES PEMBUATAN PROGRAM ID

Production Company : AKOM BSI Producer : Veren Engel

Project Title : Segitiga Cibulao Director : Yogi Alfian

Duration : 18 Minute Editor : Rangga Andika

1. Hd Bars And Tone

2. Logo BSI

Page 208: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

187

3. Program Id

4. Universal Counting Leader

5. Judul

Page 209: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

188

6. Isi Program

Page 210: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

189

7. Kerabat Kerja

Page 211: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

190

8. Ucapan Terimakasih

9. Copyright

Page 212: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

191

SPESIFIKASI EDITING

HARDWARE

Gambar III.7

Hardware

1. Procesor : Intel Core i5

2. Sistem operasi : DOS

3. Memmory : DDR3L 1600 MHz SDRAM,4GB

4. Grafis : NVDIA GeForce 930M 2GB DDR3 VRAM

5. Storage : -500GB HDD

6. Audio : ASUS SonicMaster Technology

Page 213: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

192

ACCESSORIES

Gambar III.8

Accessories

1. Mouse : Logitech M187 Wireless Mine Mouse

SOFTWARE

Gambar III.9

Software

1. Nama : Adobe Premiere pro cc 2017

Page 214: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

193

BAB IV

PENUTUPAN

4.1. Kesimpulan

Secara umum pembuat dokumenter televisi berjudul segitiga cibulao

menceritakan tentang kakak beradik yang bekerja sebagai petani kopi yang

kesehariannya mengurus atau merawat kebun kopi dan beberapa kegiatan lainnya.

Namun, dibalik pekerjaannya seorang petani kopi ini yang tadinya hanya menanam

kopi agar nanti kedepannya untuk konservasi hutan dan nanti kalau ingin kopi tinggal

di ambil dikebun namun akan tetap tidak disangka kalau kopi tersebut dapat

menjuarai peringkat pertama dalam Kontes Kopi Spesialti Indonesia (KKSI) di

Takengon Aceh dalam rangka Gayo Highland Sumatra Coffe Festival, kopi robusta

cibulao terpilih dari 65 peserta lainnya.

Pembuat dokumenter televisi segitiga cibulao tidak akan berjalan lancar jika

tidak ada doa dari orang-orang terdekat penulis. Untuk itu penulis mengerjakan

sebuah karya dokumenter televisi segitiga cibulao untuk syarat kelulusan dalam gelar

Diploma III, karya ini dimanfaat dengan baik oleh penulis, dengan mengerjakan tugas

akhir ini.

Penulis mendapatkan ilmu dilapangan dalam hal produksi program

dokumenter televisi segitiga cibulao. Banyak kendalam dalam pembuatan karya tugas

akhir segitiga cibulao ini. Namun, penulis selalu menemukan jalan keluar untuk

mengatasi setiap kendala tersebut dari pra produksi hingga pasca produksi.

Page 215: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

194

4.2. Saran

Adapun saran yang dapat dituliskan oleh penulis berdasarkan karya

dokumenter ini setelah melewati proses ujian sidang adalah sebagai berikut:

1. Produser seharusnya lebih dapat mengembangkan ide tentang profile

Kampung Cibulao dengan keunggulan produksi kopinya lebih mendalam dari

sisi ketimpangan kehidupan sosial ekonomi kampung tersebut dengan prestasi

penemuan dan pengembangan komoditas kopi yang unggul

2. Camera Person seharusnya masih dapat mengembangkan stok shot yang

merinci detail shot yang akan mengungkap makna dari setiap fakta di

Kampung Cibulao

3. Sutradara masih dapat meningkatkan pengembangan naskah atau treatment

menjadi sebuah karya dokumenter televisi yang menajamkan sisi ketimpangan

antara sisi positif dan sisi negatif yang ada di Kampung Cibulao dengan cara

mengungkap lebih dalam pernyataan-pernyataan dari narsumber

Page 216: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

195

DAFTAR PUSTAKA

Gerzon Ron Ayawaila, Naratama Rukmana, I Gede Putu Wiranegara, Djarot

Suprajitno, Diki Umbara, Jastis Arimba, Mira Herlina, Haronas Kutanto,

Safriady, Eric Gunawan dan Syiaful Halim. (2017). Dokumenter Film dan

Televisi. Jakarta: Bagian Penerbitan Universitas Budi Luhur

Irwanto, Nina Kusumawati, Supriyadi dan Yudo Triartanto. (2014). Broadcasting

Televisi, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Graha Cendekia

Naratama. (2013). Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Bagian Penerbitan PT.

Grasindo

Nina Kusumawati, Haryo Windratno dan Yudo Tri Artanto. (2017). Produksi

Program Televisi dan Film. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Graha Cendekia

Robusta Cibulao, Kopi Spesialiti Terbaik Tahun ini | Jumpono dan Tejo. Oktober 23,

2016, from http://savepuncak.org/2016/10/robusta-cibulao-kopi-spesialiti-

terbaik-tahun-ini/

Rusman Latief, dan Yustatie Utud. (2017). Menjadi Produser Televisi. Jakarta: PT.

Fajar Interpratama Mandiri

Supriyadi, Nina Kusumawati, Irwanto dan Yudo Triartanto. 2014. Broadcasting

Televisi 2, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Graha Cendekia

Page 217: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

196

Page 218: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

197

Page 219: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

198

Page 220: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

199

Page 221: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

200

Page 222: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

201

SURAT KETERANGAN PKL/RISET

Page 223: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

202

Page 224: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

203

Page 225: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

204

LAMPIRAN 1. Bukti pembayaran atau pengeluaran pra produksi, produksi, pasca produksi

Page 226: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

205

Page 227: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

206

Page 228: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

207

Page 229: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

208

Page 230: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

209

Page 231: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

210

2. Behind The Scene (BTS)

Page 232: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

211

Page 233: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

212

Page 234: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

213

3. Cover DVD

Page 235: PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

214

4. Poster