PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI...

26
PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN GAYA EXPOSITORY KARYA SENI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1 Program Studi Televisi Disusun oleh : ROBBY FACHRU ROZIE NIM: 1010506032 JURUSAN TELEVISI FAKULTAS SENI MEDIA REKAM INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2015 UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Transcript of PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI...

Page 1: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

“BUMI RAFFLESIA” DENGAN GAYA EXPOSITORY

KARYA SENI

untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana Strata 1

Program Studi Televisi

Disusun oleh :

ROBBY FACHRU ROZIE

NIM: 1010506032

JURUSAN TELEVISI

FAKULTAS SENI MEDIA REKAM

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2015

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 2: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI

“BUMI RAFFLESIA” DENGAN GAYA EXPOSITORY

KARYA SENI

untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Sarjana Strata 1

Program Studi Televisi

Disusun oleh :

ROBBY FACHRU ROZIE

NIM: 1010506032

JURUSAN TELEVISI

FAKULTAS SENI MEDIA REKAM

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2015

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 3: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir Karya Seni ini telah diterima dan disahkan oleh tim penguji

Jurusan Televisi Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta

pada tanggal

Dosen Pembimbing I

Drs. Alexandri Luthfi R., M.S.

NIP : 19580912 198601 1 001

Dosen Pembimbing II

Arif Sulistyono, M. Sn

NIP: 19760422 200501 1 002

Penguji Ahli/ Cognate

Latief Rakhman Hakim, M. Sn

NIP: 19795142 003121 001

Ketua Jurusan Televisi

Dyah Arum Retnowati, M. Sn

NIP: 19710430 199802 2 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Seni Media Rekam

Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Drs. Alexandri Luthfi R., M.S.

NIP : 19580912 198601 1 001

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 4: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

SURAT PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Robby Fachru Rozie

NIM : 1010 5060 32

Demi kemajuan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Istitut

Seni Indonesia Yogyakarta Hak Bebas Royalty Non-Ekslusif (Non-exclusive

Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul “Penyutradaraan Program

Dokumenter Televisi Bumi Rafflesia dengan Gaya Expository”, untuk disimpan

dan dipublikasikan oleh Institut Seni Indonesia Yogyakarta bagi kemajuan dan

keperluan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan

nama saya penulis atau pencipta.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Institut

Seni Indonesia Yogyakarta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas

pelanggaran hak, Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Yogyakarta

Pada tanggal : 7 Juli 2015

Yang menyatakan

( Robby Fachru Rozie )

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 5: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

iii

SURAT PERNYATAAN

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 6: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tua tercinta, Bapak Bripka. Pol.

Riduan B dan Ibu Elmawati yang telah memberikan semangat dan pengorbanan

untuk penulis dalam menjalani kehidupan.

Jalanlah Yang Jauh, Tapi Ingat Pulang Biar Kita Tahu

Seberapa Jauh Pandangan Kita dan Seberapa Jauh

Apa Yang Telah Kita Perbuat

Semuanya Mengajarkan Kita Agar Selalu Menunduk dan Memaknai Hidup.

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 7: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

v

KATA PENGANTAR

Assallamua’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis limpahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya laporan Tugas Akhir karya seni

Program Dokumenter Televisi yang berjudul “Bumi Rafflesia” ini dapat

terselsaikan walaupun ada beberapa kendala yang menghambat dalam prosesnya.

Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar strata S-1, Jurusan Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni

Indonesia Yogyakarta, dimana tidaklah dapat diselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Dengan rasa hormat pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Allah S.W.T

2. Nabi Muhammad SAW

3. Ayahanda Bripka Pol. Riduan. B.

4. Ibunda Elmawati.

5. Kakanda Afridel Ariyani dan Brigpol. Arie Afrialdi, S.H.

6. Bapak Drs. Alexandri Luthfi R., M.S selaku Dekan Fakultas Seni Media

Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan juga sebagai dosen

pembimbing I dalam menyelesaikan laporan karya seni ini

7. Bapak Arif Sulistyono, M. Sn selaku dosen pembimbing II.

8. Ibu Dyah Arum Retnowati, M.Sn selaku Ketua Jurusan Program Studi

Televisi Fakultas Seni Media Rekam Institut seni Indonesia Yogyakarta.

9. Bapak Latief Rakhman Hakim, M.Sn sebagai penguji ahli.

10. Ibu Raden Roro Ari Prasetyowati, S.H., LL.M selaku dosen wali.

11. Bapak Ir. Agus Susatya, Msc., Ph.D.

12. Sofian, Sip., M.Si.

13. Bapak Brigjend TNI (Purn) H. Iskandar Ramis, Sip., M.Si.

14. Bapak Drs. Agus Setyanto, M.Hum.

15. Bapak Holidin.

16. Bapak Ibnu.

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 8: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... iv

KATA PENGANTAR........................................................................................ v

DAFTAR ISI..................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................ix

DAFTAR TABEL...............................................................................................ix

DAFTAR SKEMA ............................................................................................. ix

DAFTAR CAPTURE .......................................................................................... x

DAFTAR FOTO .......... ......................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

ABSTRAK ....................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan............................................................. 1

B. Ide Penciptaan....................................................................... ......... 5

C. Tujuan Penciptaan.......................................................................... 7

D. Tinjauan Karya............................................................................... 8

BAB II OBJEK PENCIPTAAN DAN ANALISIS OBJEK

A. Objek Penciptaan.......................................................................... 12

B. Analisis Objek ................................................................................ 23

BAB III LANDASAN TEORI

A. Dokumenter................................................................................... 26

B. Kreatif............................................................................................ 30

C. Dokumenter Gaya Expository ........................................................ 31

D. Penyutradaraan............................................................................... 32

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 9: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Lambang Pemda Prov. Bengkulu .................................................................... 17

Gambar 2.2 Lambang Pemerintahan Kabupaten Bengkulu Tengah .................................... 18

Gambar 2.3 Lambang Pemerintahan Kabupaten Rejang Lebong.18

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Lokasi Rafflesia Arnoldi, R.Br yang ada di Provinsi Bengkulu........................... 15

DAFTAR SKEMA

3.1 Skema Standar Operasional Prosedur ............................................................................ 38

4.1 Skema Ide Penciptaan Karya ......................................................................................... 47

4.2 Skema Proses Kreatif ..................................................................................................... 48

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 10: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Editing script Program Dokumenter Televisi “Bumi Rafflesia”

Lampiran 2. Surat Penelitian

Lampiran 3. Form

Lampiran 4. Poster, cover dan label karya

Lampiran 5. Undangan screening, poster, dan katalog karya

Lampiran 6. Dokumentasi screening Karya Tugas Akhir

Lampiran 7. Surat peminjaman Ruangan Auvi

Lampiran 8. Surat keterangan pemutaran karya

Lampiran 9. Dokumentasi Produksi karya

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 11: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

x

DAFTAR CAPTURE

Capture : 1.1 Program Dokumenter Metro TV “Melawan Lupa” ......................................... 9

Capture : 1.2 Potongan gambar Program Metro TV “Melawan lupa” ................................ 10

Capture : 1.3 Potongan gambar pada “The Soul of Arat Sarerreiket” ................................ 10

Capture : 2.1. Peta sebaran populasi Rafflesia di Indonesia ................................................ 14

Capture : 5.1 (a, b, c, d, e, f, g, h, i) shot-shot opening dokumenter Bumi Rafflesia .......... 76

Capture : 5.2 Judul dokumenter Bumi Rafflesia sebelum segmen pertama ........................ 78

Capture : 5.2. Peta Indonesia Motion Graphic populasi Rafflesia di Indonesia .................. 79

Capture : 5.3. Peta Sumatera Motion Graphic .................................................................... 79

Capture : 5.4. Motion Graphic Peta populasi Rafflesia di Provinsi Bengkulu ................... 79

Capture : 5.5. Motion Graphic data Rafflesia pada tahun 2012 Provinsi Bengkulu ........... 79

Capture : 5.6.Wawancara narasumber Ketua Komunitas Peduli Puspa Langka ................ 81

Capture : 5.7.Narasumber seorang Peneliti Rafflesia .......................................................... 81

Capture : 5.7. Graphic Motion bertujuan informasi mekarnya Rafflesia ............................ 82

Capture : 5.8. Graphic Motion Media sosial ....................................................................... 82

Capture : 5.8. Insert gambar pada shot motif Rafflesia pada kain Batik Basurek ............... 83

Capture : 5.9. Insert gambar pada shot miniatur alat musik dol.......................................... 83

Capture : 5.10. Insert gambar pada shot kulit lantung ........................................................ 84

Capture : 5.11. Insert nama Rafflesia pada Instansi Rumah sakit swasta ........................... 84

Capture : 5.12. Motion Graphic beberapa lambang Instansi ............................................... 85

Capture : 5.11. Motion Graphic tentang pengertian lambang Bengkulu ............................ 85

Capture : 5.12. Narasumber seorang Sejarahwan dan Budayawan Bengkulu .................... 86

Capture : 5.13. Wawancara narasumber seorang tokoh masyarakat ................................... 87

Capture : 5.13. Insert Footage Pariwisata Pemerintahan Malaysia .................................... 88

Capture : 5.14. Insert motion graphic majalah Nawala ...................................................... 88

Capture : 5.15. Insert motion Graphic menginformasikan ikon Rafflesia .......................... 89

Capture : 5.16. Title sebagai mengarahkan informasi yang ada.......................................... 89

Capture : 5.17. Hutan lindung hujan tropis merupakan habitat Rafflesia ........................... 90

Capture : 5.18. Pengelolah Rafflesia Kabupaten mencari bakal bibit Rafflesia ................. 90

Capture : 5.19. Footage pengelola Rafflesia di Taba Penanjung ........................................ 91

Capture : 5.20. Motion graphic informasi pendukung lewat media cetak ......................... 91

Capture : 5.21. wawancara Holidin menggunakan set on location ..................................... 92

Capture : 5.22. Motion Graphic informasi banyaknya perambahan hutan ......................... 92

Capture : 5.23. Motion Graphic informasi media Rafflesia terancam punah ...................... 93

Capture : 5.22. Footage media televisi Barisan yang merupakan habitat Rafflesia ............ 93

Capture : 5.23. Motion Graphic Festival Bumi Rafflesia .................................................... 94

Capture : 5.24. Footage statement keras tidak adanya promosi Rafflesia dinas ................. 94

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 12: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

xi

DAFTAR FOTO

Foto. 2.1 Rafflesia Arnoldy Dok. Robby FR. 2014 ................................................ 19

Foto. 2.2 Rafflesia Gaduten Dok. KPPL Bengkulu. 2012 ..................................... 19

Foto. 2.3 Rafflesia Bengkuluensis Dok. KPPL Bengkulu. 2012 ............................ 20

Foto. 2.4 Rafflesia Hasselti Dok. KPPL Bengkulu. 2012 ...................................... 20

Foto. 2.5 Tugu Pers Nasional 2013 Sumber : Obor News. 2013 ........................... 21

Foto. 2.6 Batik Basurek Sumber : Antara News Bengkulu. 2013 .......................... 21

Foto. 2.7 Kerajinan Kulit Lantung Sumber : Batik Bengkulu. 2010 ..................... 21

Foto. 2.8 Rumah Sakit Rafflesia Dok. Eef Sjahranie. 2014 ................................... 22

Foto. 2.9 Rafflesia Arnoldy yang dihancurkan jawab ............................................ 22

Foto. 5.1 Pada saat produksi wawancara bersama Bapak Agus Susatya ............... 66

Foto. 5.2 Pada saat proses wawancara bersama Sofian ......................................... 66

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 13: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

viii

E. Sutradara Dokumenter................................................................... 33

F. Naskah Dokumenter...................................................................... 35

G. Tata Kamera................................................................................... 36

H. Tata Suara...................................................................................... 36

I. Tata Artistik................................................................................... 36

J. Editing ............................................................................................ 37

K. Struktur Penuturan Kronologis...................................................... 37

L. Departemen Produksi..................................................................... 38

BAB IV KONSEP KARYA

A. Konsep Estetika....................................................................................... 45

B. Desain Program.............................................................................. 53

C. Desain Produksi............................................................................. 54

D. Konsep Teknik............................................................................... 57

BAB V PERWUJUDAN DAN PEMBAHASAN KARYA

A. PROSES PERWUJUDAN............................................................. 61

B. PEMBAHASAN KARYA............................................................. 70

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 100

B. Saran.............................................................................................. 101

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 103

LAMPIRAN

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 14: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

vi

17. Ki Tanpo Aran dan mbak Aroh.

18. Pak Nanang Rakhmat Hidayat M.Sn.

19. Revaldi Novriansyah, Raden Arif Hidayat, Diky Patrian Budi, Tigor

Namora Sitorus, Ardin, Deky Yuza, Fredy Yoan, Syafran Ansyori, Beny

TVOne.

20. Kampuz Jalanan dan Topanerz Indonesia.

21. Rafflesia Motion dan Tanpa Batas Production.

22. Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu. (KPPL)

23. Markaz Ranger.

24. Bayu Angga Septian, Deden Ardiansyah, Ifan Rohimanto, Iham Pratoma,

Kimbul, Shuhaery Faiz, Yoga Dharma Saputra, Galih Wardani, Rahadian

Winursito, Amin Rosidi, Adib Yayuda, Adiyan Chandra, Fanto Novianto,

Mufti Rais, Riana, Novanda Fibrianti, Leo Prima, Taufik Hidayat,

Zulfikar.

25. Teman-teman seperjuangan Televisi 2010 dan seluruh angkatan Jurusan

Televisi Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

26. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah

banyak membantu dan memberikan dorongan dan semangat.

Akhir kata semoga karya Dokumenter “Bumi Rafflesia” ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi para praktisi, pengamat dokumenter dan tentunya

masyarakat untuk mendapatkan sebuah pelajaran yang segar dan menghibur

melalui media televisi. Adapun laporan ini semoga juga dapat bermanfaat bagi

yang membacanya.

Wassalam.

Yogyakarta, 11 Agustus 2015

Robby Fachru Rozie

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 15: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

xiii

ABSTRAK

Karya Tugas Akhir Penciptaan Program Televisi Dokumenter “Bumi

Rafflesia” Dengan Gaya Expository, merupakan sebuah karya program televisi

format dokumenter. Dokumenter adalah upaya menceritakan kembali sebuah

kejadian atau realiatas, menggunakan fakta dan data.

Program dokumenter yang berjudul “Bumi Rafflesia”. Program ini

memaparkan tentang Bunga Rafflesia yang dijadikan ikon dari Provinsi Bengkulu,

sehingga Bengkulu disebut dengan nama lain Bumi Rafflesia. Akan tetapi

Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia kurang memperhatikan kelestarian Rafflesia,

sehingga Rafflesia terancam kepunahan di Buminya.

Program dokumenter ini diproduksi dengan penyutradaraan menggunakan

gaya expository. Gaya expository adalah gaya yang menampilkan informasi dan

pesan kepada penonton secara langsung. Expository menggunakan bentuk

wawancara yang memungkinkan orang lain (selain pembuat film) bisa

memberikan komentar, baik secara langsung atau dengan voice over dan juga

menggunakan archival footage seperti foto, film footage, gambar, dan sebagainya.

Expository menjadi arus besar dalam dokumenter televisi. Gaya ini dipilih dengan

pertimbangan bahwa dengan gaya tersebut program dokumenter “Bumi Rafflesia”

akan mudah dipahami oleh penikmatnya.

Kata Kunci: Dokumenter, Bumi Rafflesia, Expository

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 16: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia sangat terkenal dengan keindahan alamnya. Berbagai

keindahan alam yang mempesona serta ditambah dengan keberagaman flora dan

fauna membuat daya tarik tersendiri bagi wilayah provinsi yang ada di Indonesia.

Provinsi Bengkulu merupakan provinsi yang ke 26 di Indonesia memiliki berbagai

keindahan alam seperti tumbuh-tumbuhan yang unik, salah satunya adalah bunga

terbesar di dunia yang dikenal dengan nama Rafflesia Arnoldi.

“Padma Raksasa (Rafflesia Arnoldi) merupakan tumbuhan parasit obligat

yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar di dunia. Ia

tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak

memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Penamaan bunga

raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun

1818 di hutan tropis Bengkulu (Sumatera) di suatu tempat dekat Sungai

Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan, sehingga

Bengkulu dikenal di dunia sebagai The Land of Rafflesia atau Bumi

Rafflesia”. (Susatya, 2011:1).

Rafflesia sebenarnya pertama kali ditemukan oleh Louis Auguste Deschamp

yang saat itu sedang melakukan ekspedisi untuk mencari spesies tumbuhan di

pedalaman pulau jawa pada tahun 1797. Deschamp pertama kali menemukan di

pulau nusakambangan, setahun kemudian ketika ia pulang ke Perancis kapalnya

ditangkap oleh Inggris dan penemuanya dirampas. Hal ini mendorong para ahli

botani untuk mencari tahu keberadaan spesies itu, begitu juga Raffles yang saat itu

menduduki Jenderal Inggris di Bengkulu memerintahkan William Jack untuk

segera mendeskripsikan jenis yang ditemukan di Bengkulu Selatan.

Sejatinya Rafflesia yang ada di dunia terdiri dari 25 jenis dan tumbuh

menyebar di berbagai Negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia dan

Filipina, dari 25 jenis tersebut 12 jenis diantaranya tumbuh di Indonesia. Provinsi

Bengkulu merupakan salah satu wilayah terbesar dalam persebaran Rafflesia di

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 17: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

2

Indonesia. Rafflesia yang ada di Bengkulu paling unik dibandingkan Rafflesia

yang ada di daerah maupun di Negara lain, karena di Bengkulu ditemukan paling

banyak jenisnya dan coraknya yaitu 4 jenis dan habitatnya paling aktif se-

Indonesia di hutan hujan tropis. Rafflesia merupakan salah satu bunga parasit

yang tidak memiliki akar, tidak berdaun dan tidak bertangkai, apabila mekar

memiliki diameter mencapai satu meter lebih dengan berat sekitar 11 kilogram.

Rafflesia Arnoldy mempunyai bunga tunggal terbesar di dunia, dari tumbuhan

berbunga.

Keberadaan bunga ini sering di salah artikan oleh masyarakat sebagai jenis

bunga bangkai, namun Rafflesia berbeda dengan bunga bangkai. Rafflesia dan

bunga bangkai merupakan jenis tanaman yang berbeda, Rafflesia adalah jenis

tumbuhan bunga parasit sedangkan bunga bangkai merupakan suweg raksasa. Ciri

utama yang membedakan Rafflesia dengan bunga bangkai dapat dilihat secara

fisik, Rafflesia berbentuk melebar, sedangkan bunga bangkai meninggi.

Rafflesia Arnoldi sangat terkenal karena merupakan bunga tunggal

yang paling besar di dunia dan mempunyai kisaran diameter antara 70-110

cm. Jenis ini mempunyai sebaran geografis yang paling luas, yaitu di

sepanjang barat sisi pegunungan bukit barisan dari Aceh di barat laut

sampai dengan Lampung di Tenggara. Dari data Depatemen Kehutanan

Indonesia, pada tahun 1997, laporan tentang keberadaan jenis ini terbanyak

datang dari Provinsi Bengkulu. (Susatya, 2011:37)

Bunga kebanggan ini juga merupakan ikon atau nama sebutan lain dari

Provinsi Bengkulu, setelah lepas dari Sumatera Selatan pada tahun 1968. Provinsi

Bengkulu resmi berdiri sendiri menjadi provinsi yang ke 26 di Indonesia,

pemerintah Provinsi Bengkulu mengesahkan lambang Pemerintah Provinsi

Bengkulu, yang memasukan bunga Rafflesia sebagai tumbuhan paling unik dan

istimewa yang berada di Provinsi Bengkulu.

Pemerintahan pusat dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia

No. 77 Tahun 2007 Tentang lambang daerah pada bab 3 tentang

kedudukan dan fungsi lambang, pada ayat 1 berbunyi Lambang daerah

berkedudukan sebagai tanda identitas daerah. (www.bpkp.go.id)

Rafflesia tidak hanya sebagai lambang pemerintahan, bangunan-bangunan

yang ada di kota maupun di kabupaten di Provinsi Bengkulu sangat kerap

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 18: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

3

menggunakan Rafflesia sebagai lambang seperti, persimpangan, tugu, gapura,

nama jalan, komunitas, hingga rumah sakit. Keberedaan Rafflesia sebagai ikon

Bengkulu, memberikan dampak positif dalam sektor pariwisata, karena dapat

menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Bengkulu, terbukti dengan adanya

hutan lindung sebagai konservasi spesies Rafflesia. Hutan lindung ini berada di

jalan lintas sebelum menuju Kota Bengkulu, biasanya masyarakat sekitar hutan

menarik minat wisatawan dengan memasang pengumuman jika Rafflesia sedang

mekar, sementara kepedulian pemerintah terhadap keberadaan bunga tersebut

sangat kurang diperhatikan, sehingga masyarakat sekitar hutanlah yang menjaga

bunga tersebut. Masyarakat memagarinya dengan bambu ataupun kayu apabila

warga setempat menemukan bongkol atau bakal bunga Rafflesia yang akan

mekar, supaya bongkol tersebut dapat mekar dengan baik tanpa adanya gangguan

dari hewan liar yang dapat mengganggu proses pemekaran bunga tersebut.

Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia belum banyak dikenal oleh masyarakat

luas, masih banyak masyarakat di Indonesia yang tidak tahu dengan keberadaan

Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia, nama Rafflesia lebih banyak dikenal di Kota

hujan Bogor dibandingkan dengan Bengkulu. Padahal sejatinya Provinsi

Bengkulu-lah yang mempunyai Rafflesia yang paling besar di dunia, pertama kali

Rafflesia di deskripsikan, dan Bengkulu sebagai habitat paling produktif di

Indonesia, setiap bulan Rafflesia yang ada di Provinsi Bengkulu dapat dijumpai.

Bengkulu memiliki 4 jenis Rafflesia yang ada di dunia, dan memiliki

produktifitas yang tinggi terhadap pertumbuhan bunga Rafflesia sehingga

Bengkulu diberi nama sebagai Bumi Rafflesia, pada bulan Agustus 2013, terbesit

kabar bahwa sebutan Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia tidak cocok dilekatkan

dengan Bengkulu, nama lain tersebut hendak diganti dengan sebutan Bumi

Fatmawati, dengan berbagai alasan berdasarkan sejarah nasional, Ibu Fatmawati

lebih dekat keterikatanya dengan Bengkulu karena Fatmawati salah satu tokoh

Nasional wanita yang berasal dari Bengkulu dan salah satu istri Presiden

Soekarno, serta Ibu Negara yang menjahit bendera merah putih pertama kali pada

waktu proklamasi 17 Agustus 1945 dari pada bunga Rafflesia yang ditemukan

oleh penjajah inggris.

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 19: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

4

Beranjak dari permasalahan yang ada disekitar bunga Rafflesia ini dapat

menjadi objek yang sangat menarik dan inspiratif untuk diangkat menjadi film

dokumenter. Dokumenter ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat,

agar masyarakat dapat mengetahui jenis-jenis bunga Rafflesia di Bengkulu serta

menginformasikan keberadaan pentingnya Bunga Rafflesia sebagai ikon provinsi

sehingga Bengkulu disebut sebagai satu-satunya Bumi Rafflesia.

Dokumenter ini juga sebagai media yang baik untuk menyampaikan kepada

masyarakat dan dapat mengetengahkan permasalahan yang ada, sebab dokumenter

merupakan film yang mengetengahkan permasalahan dengan keadaan yang

sebenarnya. Dasar pembuatan film dokumenter adalah mempresentasikan realita

berupa perekaman gambar apa adanya, setiap adegan sifatnya alamiah atau

spontan, yang akan selalu berubah sehingga sulit untuk direkayasa atau atur.

Sutradara dokumenter sudah harus memiliki ide dan konsep yang jelas mengenai

apa yang akan disampaikan dan bagaimana menyampaikan secara logis dan

mampu memberi emosi dramatik, di samping itu sutradara harus memiliki sudut

pandang dan pengamatan yang kuat.

Untuk memberi sentuhan estetika pada film, ada empat topik utama

yang menjadi konsentarsi sutradara yakni, pendekatan, gaya, bentuk dan

struktur. Ini merupakan teori dasar yang dijadikan bahan ramuan sutradara

dalam menggarap film dengan baik. (Ayawaila, 2008: 98).

Dokumenter ini akan dikemas dengan menggunakan gaya expository,

dengan gaya expository, dokumenter Bumi Rafflesia akan mengajak penontonya

agar mengikuti alur dan memberikan pesan secara langsung dengan menampilkan

beberapa footage-footage gambar yang juga di dukung oleh statement narasumber

sebagai informasinya. Ada beberapa hal yang melatar belakangi dokumenter ini

menggunakan gaya expository, yaitu gaya expository lebih mudah mengarahkan

penontonya sehingga dokumenter expository dapat mudah dicerna. Pada

dokumenter Bumi Rafflesia ada beberapa informasi yang sulit dijelaskan dengan

kata-kata yang diutarakan narasumber, salah satu contoh seperti menerangkan

tentang habitat Rafflesia yang ada di Indonesia dan Bengkulu, sehingga dari

informasi yang dijelaskan dengan peta dapat memberikan informasi yang mudah

di cerna oleh masyarakat. Dokumenter dengan gaya expository dapat membantu

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 20: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

5

memberikan penekanan informasi secara langsung kepada penontonya lewat

gambar-gambar baik berupa stock shoot video, foto ataupun melalui motion

graphic, sehingga informasi yang disampaikan lewat dokumenter ini dapat

menginformasikan kepada penontonya dengan baik.

dokumenter ini menurut Gerzon R. Ayawaila “Gaya expository”

merupakan tipe pemaparan yang terhitung konvensional, umumnya merupakan

tipe format dokumenter televisi yang menggunakan narator sebagai penutur

tunggal, karena itu narasi atau narator disini disebut voice of God, karena aspek

subjektivitas narator” (Ayawaila, 2008:101). Pada dokumenter Bumi Rafflesia

informasi akan disampaikan lewat statement narasumber sebagai narator dalam

film, yang menjelaskan berbagai isi cerita yang didukung oleh beberapa footage

pendukung agar gaya expositotry dalam dokumenter ini dapat tersampaikan.

Expository menggunakan bentuk wawancara yang memungkinkan orang lain

(selain pembuat film) biasa memberikan komentar, baik secara langsung atau

dengan voice over dan juga menggunakan archival footage seperti foto, film

footage, gambar dan sebagainya. (Tanzil, 2010:8).

Bill Nichols Introduction to Documentary “ Expository

documentaries rely heavily on an informing logic carried by the spoken

word. In a reversal of the traditional emphasis in film, images serve a

supporting role”. (Nichols. 107:2001)

Bill Nichols Pengantar Dokumenter “Ekspositori Dokumenter sangat

bergantung pada logika dengan memberikan informasi yang dilakukan oleh

kata yang diucapkan. Di dalam pembalikan penekanan tradisonal dalam

film, gambar melayani peran pendukung” (Nichols. 107:2001)

Narasumber akan bercerita secara sambung menyambung dari narasumber

satu ke narsumber lainya yang akan menjelaskan alasan-alasan Bunga Rafflesia

menjadi lambang Provinsi Bengkulu dengan berlandaskan data-data yang ada

serta banyaknya perambahan hutan yang mengakibatkan Rafflesia di Bengkulu

menjadi punah.

B. Ide Penciptaan Karya

Proses penggalian ide, bisa muncul dari berbagai hal yang dialami, serta

mencari data atau riset, yaitu dari rasa ingin tahu penulis yang mendalam

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 21: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

6

mengenai Provinsi Bengkulu, yang mengangkat Rafflesia sebagai lambang atau

nama lain Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia, mendorong penulis untuk membuat

sebuah film dokumenter, tidak adanya data-data konkrit yang menunjukan kapan

Bengkulu memiliki semboyan Bumi Rafflesia, data-data tersebut didapat dari

wawancara kepada narasumber yang berkompeten dibidangnya, menjelaskan hal-

hal yang mungkin dengan ikon Rafflesia di Provinsi Bengkulu. Berawal dari

berbagai permasalahan yang ada di seputaran bunga Rafflesia inilah tercetus ide

dalam pembuatan program dokumenter tersebut, bunga yang dikenal di dunia ini

banyak sekali problematik yang kerap terjadi, dokumenter ini akan menceritakan

Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia dan eksploitasi Rafflesia terhadap lambang

Bengkulu.

Keberadaan Rafflesia sebagai nama lain dari sebutan Provinsi Bengkulu

merupakan salah satu hasil positif bagi pemerintah setempat, akan tetapi

Bengkulu memiliki jenis Rafflesia paling banyak di dunia ini kurang

dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mempromosikan atau mengenalkan

keberadaanya, hingga perkembangan Rafflesia kurang diperhatikan, bahkan

Rafflesia lebih dikenal di Kota Bogor dari pada di habitat aslinya. Ada beberapa

perambahan bunga Rafflesia yang ditemukan oleh salah satu komunitas peduli

puspa langka Provinsi Bengkulu, bunga Rafflesia hancur berantakan akibat

beberapa oknum orang yang tidak bertanggung jawab. Habitat Rafflesia juga

banyak yang rusak, sehingga kehidupan padma raksasa tersebut bisa saja mati dan

tidak dapat ditemukan lagi. Ada tiga alasan mengapa hal diatas bisa terjadi,

pertama tidak ada keuntungan finansial, dan pembinaan yang layak bagi pemilik

yang sebagian lahannya ditetapkan sebagai cagar alam, kedua penetapan cagar

alam berarti akan membatasi kegiatan pertanian bagi pemilik lahan dan yang

ketiga pemilik lahan akan berusaha menghilangkan Rafflesia dengan harapan

sumber kehidupanya dari lahan tidak lagi terganggu. Hal tersebut menuntun

penulis agar dapat membuat program dokumenter Bumi Rafflesia ini, dengan

menggali data, mencari informasi yang berkembang dari salah satu komunitas.

Agar Rafflesia tetap menggaung di Indonesia hingga dikenal di mata dunia,

khusunya Provinsi Bengkulu.

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 22: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

7

Dokumenter dipilih karena menjadi salah satu media yang tepat untuk

memberikan informasi-informasi yang berisikan keberadaan Rafflesia di Provinsi

Bengkulu sehingga Provinsi Bengkulu memiliki nama lain sebagai Bumi

Rafflesia, yang disampaikan baik secara visual maupun data-data tertulis yang

memungkinkan untuk memperkuat informasi tentang Bengkulu sebagai Bumi

Rafflesia.

Bill Nichols seorang pengamat dan pengajar dokumenter dalam bukunya

yang berjudul Representing Reality merumuskan bahwa film dokumenter adalah

upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas, menggunkan fakta dan

data. (Tanzil dkk, 2010: 1) Dengan begitu, melalui program dokumenter yang

akan dibuat, diharapkan fakta yang ada pada dokumenter Bumi Rafflesia ini dapat

memberikan informasi yang baik terhadap masyarakat luas khususnya Bengkulu

sehingga diharapkan ada tindak lanjut terhadap Rafflesia yang hampir punah baik

dari masyarakat maupun pemerintah daerah setempat, agar Rafflesia tidak hanya

sekedar nama belaka.

Dokumenter ini menggunakan struktur penuturan kronologis, pada struktur

ini akan dituturkan secara berurutan dari awal sampai akhir, yang berisikan

tentang pertama kali ditemukanya Rafflesia hingga Rafflesia dilambangkan

sebagai ikon provinsi hingga ancaman bunga Rafflesia di Bengkulu. Beberapa

narasumber akan bercerita yang berkaitan sebagai alur cerita film dokumenter ini,

serta memperkuat data yang ada yang saling menjelaskan isi dari dokumenter ini.

Kronologis yaitu peristiwa dituturkan secara berurutan dari awal hingga akhir.

Pada struktur ini, yang namanya waktu menetukan konstruksi. (Ayawaila.

92:2008)

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

a. Menginformasikan bahwa Rafflesia sebagai ikon Provinsi Bengkulu.

b. Mengajak masyarakat bersama-sama untuk menjaga kelestarian Rafflesia

agar tidak punah di Provinsi Bengkulu.

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 23: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

8

c. Menciptakan program dokumenter yang tidak hanya memberikan nilai

informasi tetapi juga bermuatan pendidikan, bahwa Rafflesia ada di

Bengkulu.

2. Manfaat

a. Menumbuhkan rasa kecintaan terhadap puspa langka yang ada di Bengkulu,

khususnya bunga Rafflesia.

b. Mengajak masyarakat untuk mempertahankan ikon Bengkulu sebagai Bumi

Rafflesia.

D. Tinjauan Karya

Karya dokumenter ini tidak mengambil dari berbagai referensi karya yang

sudah ada, beberapa referensi karya sebagai penambah dan sumber inspirasi dan

acuan pada pembuatan karya ini. banyak karya-karya dokumenter televisi yang

dapat dijadikan referensi seperti halnya dari National Geographic dan Discovery

Channel dan karya-karya dari referensi film dokumenter lainnya yang menambah

hasanah referensi karya dari film tersebut.

1. Program Dokumenter Metro TV “Melawan Lupa”

Direktur Pemberitaan : Suryopratomo

Pemimpin Redaksi : Putra Nababan

Tahun Produksi : 2014

Capture : 1.1 Program Dokumenter Metro TV Melawan Lupa

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 24: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

9

Dokumenter yang mengangkat tentang para tokoh sejarah Indonesia ini di

pemimpin redaksi Metro TV Putra Nababan. Program dokumenter televisi

melawan lupa ini berisikan tentang berbagai peristiwa sejarah yang turut

membentuk mengenai sebuah entitas yang hari ini dikenal Indonesia. Tayangan

ini seperti judulnya sedikit banyak berupa menjadi narasi tanding atas apa-apa

selama ini mendefinisikan menjadi sejarah Nasional Indonesia, dengan

menyajikan narasi-narasi kecil dibalik peristiwa-peristiwa besar yang terjadi

melawan lupa, ditunjukan bagi siapa saja yang menolak lupa atas segala hal yang

pernah yang terjadi dalam hidup Indonesia, program dokumenter ini sebagai

referensi karya yang baik, ada beberapa referensi karya tersebut dapat menjadi

acuan yaitu penuturan narasumber sebagai jalan ceritanya, walaupun di

dokumenter “Melawan Lupa” sangat berbeda jenis dengan dokumenter Bumi

Rafflesia yang akan dibuat, sementara dokumenter Bumi Rafflesia mengenalkan

tentang awal munculnya nama Rafflesia sebagai nama lain Provinsi Bengkulu

dan secara umum Rafflesia yang ada di Indonesia, Ada beberapa referensi yang

dapat diambil dari dokumenter tersebut dari jalananya narasi menggunakan

statement narasumber sebagai pengait sebuah jalan cerita. Isi atau konten dalam

dokumenter melawan lupa juga menjadi referensi sebagai acuan dalam pembuatan

konten pada dokumenter Bumi Rafflesia.

Capture : 1.2 Potongan gambar Program Metro TV melawan lupa

2. “The Soul of Arat Sarerreiket”, 2011

Sutradara : Hairil Saleh

Tahun Produksi : 2011

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 25: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

10

Arat Sarereiket adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan tradisional

orang Mentawai, pulau Siberut, Sumatera Barat. Pada film dokumenter ini

disutradara Hairil Saleh pada tahun 2011. Sutradara mendokumentasikan

kebudayaan Arat Sarereiket di Desa Madobag dan Desa Matotonan. Seiring

dengan perjalanan waktu dan pergantian generasi, bukan tidak mungkin

kebudayaan ini akan hilang selamanya dari bumi Nusantara.

Capture 1.3 Potongan gambar pada “The Soul of Arat Sarerreiket”

Dokumenter ini menggunakan gaya penceritaan yakni expository,

pemaparan oleh narator untuk menjelaskan apa yang ada pada visual film. Sama

halnya dengan dokumeter yang akan dibuat dengan gaya expository, akan tetapi

dokumenter ini tidak menggunakan narasi sebagai pengikat cerita, statement

narasumber yang akan menjadi narasi cerita serta didukung oleh beberapa data-

data skunder agar dapat menjelaskan. Referensi yang diambil pada dokumenter

“The Soul Of Arat Sarerreikat” yakni isi cerita yang menganggkat tentang

kehidupan masyarakat mentawai, sedangkan Bumi Rafflesia lebih mengeksplore

Rafflesia Bengkulu sebagai ikon provinsi sedangkan habitat dan populasi

Rafflesia di Bengkulu terancam kepunahanya. Walupun berbeda objek yang akan

diambil, isi cerita Bumi Rafflesia hampir sama dengan dokumenter “The Soul of

Arat Sarerreiket” dengan kebudayaanya.

3. “The Cove”

Sutradara : Louie Psihoyos

Tahun Produksi : 2009

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

Page 26: PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI · PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN . GAYA . EXPOSITORY. KARYA SENI . untuk memenuhi sebag. ian. persyaratan

11

Gambar : 1.1 Cover Dokumenter The Cove

“The Cove” merupakan salah satu dokumenter yang menceritakan tentang

kehidupan ikan lumba-lumba yang berada di laut Jepang. Lumba-lumba hewan

yang sangat dekat dengan manusia ini, dibunuh dan diambil dagingnya untuk

dikonsumsi sebagai makanan anak-anak disekolah, dengan kehidupan ikan lumba-

lumba yang semakin punah ini, tergerak hatinya seorang pemerhati hewan laut

membuat film dokumenter “The Cove” yang berdurasi 1 jam 30 menit ini. film ini

bergenre investigasi. Persamaan dalam film yang akan dibuat alur cerita sama-

sama menggunakan statement dari narasumber sebagai penghubung cerita, cara

pengambilan gambar pada film dokumenter “The Cove” dapat menjadi referensi

yang baik juga untuk diambil, pengambilan gambar yang tidak statis, dapat

memberikan informasi secara nyata.

Walaupun mengambil referensi dari karya lain dalam dokumenter ini tidak

akan sama persis dengan karya yang dijadikan referensi, cukup dengan referensi

tersebut memberikan inspirasi bagi pembuat film. Originalitas dari film

dokumenter yang akan dibuat dapat dilihat dari uraian perbedaan yang sudah

dijelaskan sebelumnya.

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA