Progama Penyuluhan Kec.baleendah
-
Upload
ratih-rizky-nursyifa -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of Progama Penyuluhan Kec.baleendah
2.2 Programa Penyuluhan Pertanian
Programa penyuluhan pertanian adalah rencana rinci kegiatan penyuluhan pertanian yang
memadukan aspirasi petani dan masyarakat pertanian serta pemerintah dengan potensi wilayah
yang dimiliki serta menggambarkan keadaan sekarang, tujuan yang ingin di capai, masalah
alternatif, pemecahan masalah, serta cara mencapai tujuan secara sistematis, tertulis dan periodik
setiap tahun. Pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis secara terintegrasi merupakan
kerangka berfikir yang dikembangkan dalam pembangunan pertanian termasuk kegiatan
penyuluhan pertanian di dalamnya. Penerapan konsep agribisnis diharapkan dapat memacu
meningkatkan kesejahteraan petani serta perubahan perilaku ke arah petani yang berdaya saing,
mandiri dan modern.
Untuk menggerakan dinamika tersebut, diperlukan adanya kerjasama yang baik antara
petani sebagai pelaku usaha dengan pemerintah sebagai fasilitator dalam kegiatan usaha
pertanian mereka. Lembaga perekonomian yang kuat, aparatur pemerintah yang memiliki
dedikasi tinggi terhadap pembangunan pertanian, serta petani yang berdaya saing dan mandiri
diharapkan mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan kemitraan agribisnis
pedesaan.
Kerangka dasar yang dibuat dalam Programa penyuluhan pertanian ini adalah dengan
tetap konsisten terhadap prinsip pemberdayaan petani, pengambilan keputusan bersama, dan
kemitraan serta pembinaan yang mengacu kepada agroekologi wilayah, kebijakan pemerintah,
dukungan sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terpadu secara harmonis
dan terpadu.
Dengan demikian maksud dan tujuan dibuatnya Programa penyuluhan ini adalah:
a. Sebagai pedoman, memberikan arah dan tujuan yang kondusif dalam rangka
pelaksanaan penyuluhan pertanian
b. Sebagai pengatur waktu dan penjadwalan dalam rangka pemanfaatan tenaga, sarana dan
prasarana, dana serta segala potensi yang ada agar penyelenggaraan penyuluhan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien
c. Mengukur apakah metode yang diterapkan sebagai wahana penyuluhan masih dapat
diterapkan
d. Sebagai evaluasi diakhir tahun telah sejauh mana keberhasilan penyuluhan yang dicapai
apakah sesuai dengan rencana yang ditentukan
Programa Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Baleendah Tahun 2013
Program Pengembangan Komoditas Pertanian
a. Tanaman Pangan
Padi Sawah
1) Meningkatkan produktivitas padi sawah di WKPP Kecamatan Baleendah dalam tahun
2013 dari rata-rata produksi 6,6 ton gkp/Ha menjadi 7,5 ton gkp/Ha.
2) a. Target Intensifikasi
- petani peserta 1.100 orang
- areal 1.067,54 Ha
- hasil 7,5 ton/Ha
b. Tingkat penerapan teknologi rata-rata dari 75,1 % menjadi 80%
c. tingkat kemampuan kelompok
- Pemula 9 Kelompok
- Lanjut 23 Kelompok
- Madya 12 Kelompok
- Utama 0 Kelompok
Padi Gogo
1) Meningkatkan produktivitas padi gogo di WKPP Kecamatan Baleendah dalam tahun
2013 dari rata-rata produksi 3,8 ton gkp/Ha menjadi 4,5 ton gkp/Ha.
2) a. Target Intensifikasi
- petani peserta 325 orang
- areal 339,46 Ha
- hasil 4,5 ton/Ha
b. Tingkat penerapan teknologi rata-rata dari 76,2 % menjadi 80%
c. tingkat kemampuan kelompok
- Pemula 5 Kelompok
- Lanjut 7 Kelompok
- Madya 1 Kelompok
- Utama 0 Kelompok
b. Palawija
JAGUNG
1) Meningkatkan produktivitas jagung di WKPP Kecamatan Baleendah dalam tahun 2013
dari rata-rata produksi 9,9 ton /Ha menjadi 11 ton kelobot /Ha
2) a. Target Intensifikasi
- petani peserta 450 orang
- areal 180 Ha
- hasil 11 ton/Ha
b. Tingkat penerapan teknologi rata-rata dari 77,4 % menjadi 80 %
c. Tingkat kemampuan kelompok
- Pemula 4 Kelompok
- Lanjut 12 Kelompok
- Madya 2 Kelompok
- Utama 0 Kelompok
c. Sayuran
Mentimun
1) Meningkatkan produktivitas mentimun di WKPP Kecamatan Baleendah dalam tahun
2013 dari rata-rata produksi ton 25,4 ton /Ha menjadi 26 ton/Ha
2) a. Target Intensifikasi
- petani peserta 50 orang
- areal 25 Ha
- hasil 26 ton/Ha
b. Tingkat penerapan teknologi rata-rata dari 65 % menjadi 70 %
c. tingkat kemampuan kelompok
- Pemula 0 Kelompok
- Lanjut 1 Kelompok
- Madya 4 Kelompok
- Utama 0 Kelompok
Bayam
1) Meningkatkan produktivitas Bayam di WKPP Kecamatan Baleendah dalam tahun 2013
dari rata-rata produksi ton 2 ton /Ha menjadi 3 ton/Ha
2) a. Target Intensifikasi
- petani peserta 10 orang
- areal 5 Ha
- hasil 2 ton/Ha
b. Tingkat penerapan teknologi rata-rata dari 70 % menjadi 75 %
c. tingkat kemampuan kelompok
- Pemula 0 Kelompok
- Lanjut 1 Kelompok
- Madya 0 Kelompok
- Utama 0 Kelompok
Caisim
1) Meningkatkan produktivitas caisim di WKPP Kecamatan Baleendah dalam tahun 2013
dari rata-rata produksi ton 10 ton /Ha menjadi 11 ton/Ha
2) a. Target Intensifikasi
- petani peserta 10 orang
- areal 5 Ha
- hasil 11 ton/Ha
b. Tingkat penerapan teknologi rata-rata dari 75 % menjadi 80 %
c. tingkat kemampuan kelompok
- Pemula 0 Kelompok
- Lanjut 1 Kelompok
- Madya 0 Kelompok
- Utama 0 Kelompok
Program Pengembangan Komoditas Peternakan
1. Program Pengembangan Produksi Bebek
Tujuan umum program pengembangan produksi bebek adalah meningkatkan penetasan
telur bebek sehingga kesejahteran petani meningkat. Tujuan khususnya ialah peningkatan daya
tetas telur bebek dari 60% menjadi 65% atau dari 500 telur yang dihasilkan biasanya akan
menetas 300 butir, ditingkatkan menjadi 325 butir dalam satu kali periode pengeraman. Selain
itu, meningkatkan kualitas pakan dan bibit bebek. Selain itu, meningkatkan penggunaan bibit
bebek yang sehat dan unggul, meningkatkan kualitas pakan, dan meningkatkan pengelolaan
produksi untuk menjamin ketersediaan produk sepanjang waktu secara rutin dengan kualitas
baik.
2. Program Pengembangan Produksi Daging Ayam Broiler
Tujuan umum program pengembangan produksi daging ayam broiler adalah
meningkatkan berat daging ayam broiler. Peningkatan berat daging rata-rata dari 1 kg/ekor
menjadi 1,2 kg/ekor dengan masa periode 40 hari. Selain itu, meningkatkan kualitas pakan dan
bibit ayam broiler. Tujuan khususnya yaitu, meningkatkan penggunaan bibit ayam broiler yang
sehat dan unggul, meningkatkan kualitas pakan, dan meningkatkan pengelolaan produksi untuk
menjamin ketersediaan produk sepanjang waktu secara rutin dengan kualitas baik.
3. Program Pengembangan Populasi Domba
Tujuan umum program pengembangan populasi domba adalah meningkatkan
perbanyakan anakan domba. Peningkatan populasi anakan domba dari 1 anakan menjadi 2
anakan dari satu siklus kebuntingan. Tujuan khususnya yaitu, meningkatkan penggunaan bibit
domba yang sehat dan unggul, meningkatkan kualitas pakan, dan meningkatkan pengelolaan
produksi untuk menjamin ketersediaan produk sepanjang waktu secara rutin dengan kualitas
baik.
4. Program Pengembangan Populasi Sapi potong
Tujuan umum program pengembangan populasi sapi adalah adalah meningkatkan berat
daging sapi potong. Peningkatan berat daging rata-rata dari 125 kg/ekor menjadi 130 kg/ekor
dengan masa periode 6 bulan. Selain itu, meningkatkan kualitas pakan dan bibit sapi potong.
Tujuan khususnya yaitu, meningkatkan penggunaan bibit sapi potong yang sehat dan unggul,
meningkatkan kualitas pakan, dan meningkatkan pengelolaan produksi untuk menjamin
ketersediaan produk sepanjang waktu secara rutin dengan kualitas baik.
Program Pengembangan Komoditas Perikanan
1. Program Pengembangan Pendederan Benih Lele
Tujuan umum program pengembangan pendederan benih lele adalah meningkatkan
kualitas benih ikan dan meningkatkan produktivitas per periode dari 1,0 ton/ha menjadi 1,5 ton/
ha, memperluas areal pendederan, meningkatkan kualitas air kolam, dan pengaturan pengelolaan
produksi untuk memenuhi permintaan pasar.
Tujuan khususnya yaitu, meningkatkan penggunaan benih ikan yang sehat dan unggul,
meningkatkan kualitas pakan, meningkatkan penggunaan alat pasca panen untuk mengurangi
kehilangan hasil, dan meningkatkan pengelolaan produksi untuk menjamin ketersediaan produk
sepanjang waktu secara rutin dengan kualitas baik.
Program Pengembangan Komoditas Tanaman Kehutanan
Tujuan umum program pengembangan komoditi kehutanan meliputi kegiatan konservasi
tanah dan air yaitu mempertahankan, menyuburkan, memperbaiki tanah, dan mengembalikan
kondisi tanah sesuai dengan peruntukannya.
Tujuan khususnya meliputi kegiatan secara vegetatif dan sipil teknis. Kegiatan vegetatif
yaitu penanggulangan erosi untuk mengurangi banjir dengan penanaman tanaman keras berupa
tanaman kayu dan tanaman buah-buahan, sehingga dapat mempertahankan ketahanan tanah,
menyuburkan tanah, menambah produksi oksigen, dan memperbaiki iklim mikro (suhu,
kelembaban udara dan tanah). Jenis kegiatannya adalah pembangunan hutan rakyat, agroforestry
dan sistem penanaman lainya sebagai usaha penutupan lahan. Kegiatan sipil teknis yaitu
pembuatan terasering, kantung-kantung air, gully plug (dam penahan), cek dam, dan sumur-
sumur resapan air hujan.
Analisis Progama Penyuluhan Kecamatan Baleendah
PERTANIAN
A. FAKTOR PENENTU TEKNIS
1. PADI SAWAH
Faktor penentu : 1) Pemakaian POC/ZPT
: 2) Pelaksanaan pengamatan OPT
: 3) penggunaan pestisida sebagai upaya kuratif
: 4) Pemupukan berimbang
Masalah :
1. 51 petani belum menggunakan POC/ZPT sesuai anjuran pada lahan pertanian mereka.
2. 40 % petani belum melaksanakan pengamatan OPT sesuai anjuran
3. 37,5% petani belum mengetahui penggunaan pestisida sebagai upaya kuratif sesuai
anjuran
4. 27,56 % petani belum mengetahui pemupukan yang berimbang sesuai anjuran
2. JAGUNG
Faktur penentu : 1) Cara / alat pemipilan
: 2) Cara pemberian pupuk organic
: 3) Waktu / cara pembersihan
: 4) Pelaksanaan pengendalian biologis
Masalah :
1. 100 % petani belum mengetahui / tidak melakukan pemipilan yang sesuai anjuran karena
petani biasanya memanen dan menjual hasilnya dalam bentuk jagung masih di bungkus
kelobotnya, dan sebagian di panen waktu jagung masih muda.
2. 100 % petani belum menggunakan pupuk organic sesuai anjuran
3. 59% petani belum mengetahui cara pengendalian hama secara biologis sesuai anjuran,
karena mereka biasanya langsung menggunakan pestisida begitu tanamannya terserang
hama / penyakit
4. 60 % petani belum mengetahui cara pengendalian hama / penyakit secara kimiawi yang
sesuai anjuran.
5. 60 % petani belum mengetahui cara pengamatan hama / penyakit yang sesuai anjuran
B FAKTOR PENENTU SOSIAL
Faktor penentu :
1) Usaha pengembangan fasilitas yang dimiliki kelompok
2) Kegiatan belajar mengajar secara berkelompok di luar acara pertemuan/ kunjungan PPL
3) Kehadiran anggota, ketua dan pengurus kelompok pada pertemuan rutin/kunjungan PPL
4) Jumlah fasilitas kelompok yang ada (secara umum)
Masalah :
1. 57,87 % kelompok dalam upaya pengembangan fasilitas kelompok masih bergantung
kepada pihak lain
2. 55,8 % kelompok belum mempunyai bidang kegiatan yang terhimpun secara
berkelompok setiap musim sesuai anjuran
3. 47,9 % kehadiran anggota , ketua dan pengurus kelompok pada pertemuan rutin belum
sesuai anjuran
4. 42,9 % anggota kelompok belum memiliki fasilitas kelompok yang sesuai anjuran.
C FAKTOR PENENTU EKONOMI
Faktor penentu :
1) Tempat penjualan hasil
2) Tenaga kerja
3) Tempat pengolahan limbah
4) Cara pemanfaatan limbah
Masalah :
1. 71,4 % petani belum memanfaatkan tempat penjualan hasil yang sesuai anjuran, karena
mereka biasanya dalam menjual hasil dilakukan secara sendiri-sendiri dan tempat
penjualan hasil juga dilakukan di pasar bebas melalui bandar.
2. 41,5 % petani belum menggunakan tenaga kerja sesuai anjuran
3. 34,7 % petani belum memiliki tempat pengolahn limbah sesuai anjuran
4. 32 % petani belum memanfaatkan limbah sesuai anjuran
PETERNAKAN
A. FAKTOR PENENTU TEKNIS
1. Domba
Faktor penentu :
1) Pencegahan penyakit / Vaksinasi
2) Pengetahuan penakit Scabies
3) Jumlah air minum yang diberikan
4) Pengolahan HMT
Masalah :
1) 88,9 % petani belum melakukan pencegahan penyakit / vaksinasi sesuai anjuran
2) 85,7 % petani belum mengetahui tentang penyakit Scabies
3) 83,4 % petani belum memberikan jumlah air minum untuk ternak yang sesuai anjuran
4) 83,4 % petani belum tahu tentang pengolahan HMT sesuai anjuran
2. Sapi Potong
Faktor penentu :
1) Jenis bibit yang dipelihara
2) Pencegahan penyakit / Vaksinasi
3) Jumlah / kuantitas air minum yang bersih
4) Pengetahuan penyakit antrax
Masalah :
1) 87,5 % petani belum menggunakan jenis bibit yang sesuai anjuran untuk dii pelihara
2) 87,5 % petani belum mengetahui tentang pencegahan penyakit / vaksinasi
3) 80 % petani belum memberikan jumlah air minum untuk ternak yang sesuai anjuran
4) 80 % petani belum tahu tentang penyakit antrax
3. Ayam Buras
Faktor penentu :
1) Cara seleksi bibit
2) Persilangan
3) Efisiensi pemakaian kandang
4) Pemberian pakan
Masalah :
1) 91,7 % petani belum mengetahui tentang cara seleksi bibit sesuai anjuran
2) 90 % petani belum mengetahui tentang persilangan
3) 87,5 % petani belum efisiensi dalam pemakaian kandang
4) 85,4 % petani belum memberikan pakan sesuai anjuran
4. Itik
Faktor penentu :
1) Kualitas / jumlah pakan
2) Cara seleksi bibit
3) Persilangan
4) Kualitas air minum
Masalah :
1) 94,45 % petani belum mengetahui kualitas / jumlah pakan yang sesuai anjuran
2) 92,9 % petani belum mengetahui tentang cara seleksi bibit sesuai anjuran
3) 92,9 % petani belum mengetahui tentang cara persilangan sesuai anjuran
4) 92,75 % petani belum menggunakan air minum yang baik untuk ternaknya sesuai anjuran
B. FAKTOR PENENTU SOSIAL
Faktor penentu :
1) Penyusunan RDKK
2) Kelompok sudah memiliki rencana
3) Kemampuan menyusun rencana
4) Materi rencana kerja mencakup
Masalah
1) 86 % kelompok belum melakukan penyusunan RDKK sesuai anjuran
2) 84,34 % kelompok belum memiliki rencana sesuai anjuran
3) 83,34 % kelompok belum mampu dalam menyusun rencana sesuai anjuran
4) 83,34 % kelompok belum memiliki cakupan materi rencana kerja yang sesuai anjuran
C. FAKTOR PENENTU EKONOMI
Faktor penentu :
1) Bidang pengolahan limbah
2) Pemanfaatan limbah hasil olahan limbah
3) Penggunaan peralatan mesin peternakan
4) Pemasaran hasil melalui KUD/ koperasi
Masalah :
1) 90 % petani belum mengetahui pengolahan limbah yang sesuai anjuran
2) 90 % petani belum memanfaatkan limbah hasil olahan limbah sesuai anjuran
3) 83,34 % petani belum menggunakan peralatan mesin peternakan sesuai anjuran
4) 83,2 % petani belum memasarkan hasil melalui KUD / Koperasi sesuai anjuran
PERIKANAN
a. Masalah Teknis
Masalah teknis budidaya yang dihadapi antara lain:
1. Kelompok Pembudidaya belum tahu seutuhnya tentang teknologi baru
2. Kurangnya intensifikasi dalam penggunaan lahan perikanan terutama pemanfaatan lahan
pekarangan
3. Kurangnya pengetahuan kelompok tentang budidaya ikan secara intensif
4. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengendalian parasit dan penyakit ikan
b. Masalah Ekonomi
1. Kurangnya informasi mengenai pemasaran hasil budidaya
2. Terbatasnya modal kelompok pembudidaya
c. Masalah Sosial
1. Kelompok pembudidaya yang ada kurang aktif dalam kegiatan berkelompok
2. Kelompok belum memahami tugas dan fungsi susunan pengurus kelompok
KEHUTANAN
A. FAKTOR PENENTU TEKNIS
Faktor penentu :
1) Pembuatan hutan rakyat
2) Pemeliharaan dan pengamanan hutan rakyat
3) Penanaman tanaman penguat terasering
4) Pemeliharaan agroforestry
Masalah :
1. 64 % kelompok tani belum membuat hutan rakyat sesuai anjuran.
2. 62,2 % kelompok tani belum melakukan pemeliharaan dan pengamanan hutan rakyat sesuai
anjuran.
3. 59,86 % kelompok tani belum melakukan penanaman tanaman penguat terasering sesuai
anjuran.
4. 58,29 % kelompok tani belum melakukan pemeliharaan agroforestry sesuai anjuran.
B. FAKTOR SOSIAL
Faktor penentu :
1) Pembuatan rencana kerja / isi rencana kerja
2) Kreatifitas anggota kelompok dalam mengemukakan gagasan dalam
pertemuan kelompok
3) Pengambilan keputusan terikat oleh keputusan kelompok
4) Peran dan partisipasi tokoh masyarakat dalam kegiatan kelompok
Masalah :
1. 66,67 % kelompok tani belum membuat rencana kerja / isi rencana kerja sesuai anjuran.
2. 66 % anggota kelompok tani belum kreatif dalam mengemukakan gagasan dalam pertemuan
kelompok.
3. 64 % kelompok tani belum sesuai anjuran dalam pengambilan keputusan terikat oleh
keputusan kelompok .
4. 62,5 % peranan dan partisipasi tokoh masyarakat dalam kegiatan kelompok belum sesuai
anjuran.