Progama Penyuluhan Kec.baleendah

18
2.2 Programa Penyuluhan Pertanian Programa penyuluhan pertanian adalah rencana rinci kegiatan penyuluhan pertanian yang memadukan aspirasi petani dan masyarakat pertanian serta pemerintah dengan potensi wilayah yang dimiliki serta menggambarkan keadaan sekarang, tujuan yang ingin di capai, masalah alternatif, pemecahan masalah, serta cara mencapai tujuan secara sistematis, tertulis dan periodik setiap tahun. Pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis secara terintegrasi merupakan kerangka berfikir yang dikembangkan dalam pembangunan pertanian termasuk kegiatan penyuluhan pertanian di dalamnya. Penerapan konsep agribisnis diharapkan dapat memacu meningkatkan kesejahteraan petani serta perubahan perilaku ke arah petani yang berdaya saing, mandiri dan modern. Untuk menggerakan dinamika tersebut, diperlukan adanya kerjasama yang baik antara petani sebagai pelaku usaha dengan pemerintah sebagai fasilitator dalam kegiatan usaha pertanian mereka. Lembaga perekonomian yang kuat, aparatur pemerintah yang memiliki dedikasi tinggi terhadap pembangunan pertanian, serta petani yang berdaya saing dan mandiri diharapkan mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan kemitraan agribisnis pedesaan. Kerangka dasar yang dibuat dalam Programa penyuluhan pertanian ini adalah dengan tetap konsisten terhadap prinsip pemberdayaan petani, pengambilan keputusan bersama, dan kemitraan serta pembinaan yang mengacu kepada agroekologi wilayah, kebijakan pemerintah, dukungan sumberdaya manusia, ilmu

description

penyuluhan

Transcript of Progama Penyuluhan Kec.baleendah

Page 1: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

2.2 Programa Penyuluhan Pertanian

Programa penyuluhan pertanian adalah rencana rinci kegiatan penyuluhan pertanian yang

memadukan aspirasi petani dan masyarakat pertanian serta pemerintah dengan potensi wilayah

yang dimiliki serta menggambarkan keadaan sekarang, tujuan yang ingin di capai, masalah

alternatif, pemecahan masalah, serta cara mencapai tujuan secara sistematis, tertulis dan periodik

setiap tahun. Pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis secara terintegrasi merupakan

kerangka berfikir yang dikembangkan dalam pembangunan pertanian termasuk kegiatan

penyuluhan pertanian di dalamnya. Penerapan konsep agribisnis diharapkan dapat memacu

meningkatkan kesejahteraan petani serta perubahan perilaku ke arah petani yang berdaya saing,

mandiri dan modern.

Untuk menggerakan dinamika tersebut, diperlukan adanya kerjasama yang baik antara

petani sebagai pelaku usaha dengan pemerintah sebagai fasilitator dalam kegiatan usaha

pertanian mereka. Lembaga perekonomian yang kuat, aparatur pemerintah yang memiliki

dedikasi tinggi terhadap pembangunan pertanian, serta petani yang berdaya saing dan mandiri

diharapkan mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan kemitraan agribisnis

pedesaan.

Kerangka dasar yang dibuat dalam Programa penyuluhan pertanian ini adalah dengan

tetap konsisten terhadap prinsip pemberdayaan petani, pengambilan keputusan bersama, dan

kemitraan serta pembinaan yang mengacu kepada agroekologi wilayah, kebijakan pemerintah,

dukungan sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terpadu secara harmonis

dan terpadu.

Dengan demikian maksud dan tujuan dibuatnya Programa penyuluhan ini adalah:

a. Sebagai pedoman, memberikan arah dan tujuan yang kondusif dalam rangka

pelaksanaan penyuluhan pertanian

b. Sebagai pengatur waktu dan penjadwalan dalam rangka pemanfaatan tenaga, sarana dan

prasarana, dana serta segala potensi yang ada agar penyelenggaraan penyuluhan dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien

c. Mengukur apakah metode yang diterapkan sebagai wahana penyuluhan masih dapat

diterapkan

Page 2: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

d. Sebagai evaluasi diakhir tahun telah sejauh mana keberhasilan penyuluhan yang dicapai

apakah sesuai dengan rencana yang ditentukan

Programa Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Baleendah Tahun 2013

Program Pengembangan Komoditas Pertanian

a. Tanaman Pangan

Padi Sawah

1) Meningkatkan produktivitas padi sawah di WKPP Kecamatan Baleendah dalam tahun

2013 dari rata-rata produksi 6,6 ton gkp/Ha menjadi 7,5 ton gkp/Ha.

2) a. Target Intensifikasi

- petani peserta 1.100 orang

- areal 1.067,54 Ha

- hasil 7,5 ton/Ha

b. Tingkat penerapan teknologi rata-rata dari 75,1 % menjadi 80%

c. tingkat kemampuan kelompok

- Pemula 9 Kelompok

- Lanjut 23 Kelompok

- Madya 12 Kelompok

- Utama 0 Kelompok

Padi Gogo

1) Meningkatkan produktivitas padi gogo di WKPP Kecamatan Baleendah dalam tahun

2013 dari rata-rata produksi 3,8 ton gkp/Ha menjadi 4,5 ton gkp/Ha.

2) a. Target Intensifikasi

- petani peserta 325 orang

- areal 339,46 Ha

- hasil 4,5 ton/Ha

b. Tingkat penerapan teknologi rata-rata dari 76,2 % menjadi 80%

c. tingkat kemampuan kelompok

- Pemula 5 Kelompok

Page 3: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

- Lanjut 7 Kelompok

- Madya 1 Kelompok

- Utama 0 Kelompok

b. Palawija

JAGUNG

1) Meningkatkan produktivitas jagung di WKPP Kecamatan Baleendah dalam tahun 2013

dari rata-rata produksi 9,9 ton /Ha menjadi 11 ton kelobot /Ha

2) a. Target Intensifikasi

- petani peserta 450 orang

- areal 180 Ha

- hasil 11 ton/Ha

b. Tingkat penerapan teknologi rata-rata dari 77,4 % menjadi 80 %

c. Tingkat kemampuan kelompok

- Pemula 4 Kelompok

- Lanjut 12 Kelompok

- Madya 2 Kelompok

- Utama 0 Kelompok

c. Sayuran

Mentimun

1) Meningkatkan produktivitas mentimun di WKPP Kecamatan Baleendah dalam tahun

2013 dari rata-rata produksi ton 25,4 ton /Ha menjadi 26 ton/Ha

2) a. Target Intensifikasi

- petani peserta 50 orang

- areal 25 Ha

- hasil 26 ton/Ha

b. Tingkat penerapan teknologi rata-rata dari 65 % menjadi 70 %

c. tingkat kemampuan kelompok

- Pemula 0 Kelompok

- Lanjut 1 Kelompok

Page 4: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

- Madya 4 Kelompok

- Utama 0 Kelompok

Bayam

1) Meningkatkan produktivitas Bayam di WKPP Kecamatan Baleendah dalam tahun 2013

dari rata-rata produksi ton 2 ton /Ha menjadi 3 ton/Ha

2) a. Target Intensifikasi

- petani peserta 10 orang

- areal 5 Ha

- hasil 2 ton/Ha

b. Tingkat penerapan teknologi rata-rata dari 70 % menjadi 75 %

c. tingkat kemampuan kelompok

- Pemula 0 Kelompok

- Lanjut 1 Kelompok

- Madya 0 Kelompok

- Utama 0 Kelompok

Caisim

1) Meningkatkan produktivitas caisim di WKPP Kecamatan Baleendah dalam tahun 2013

dari rata-rata produksi ton 10 ton /Ha menjadi 11 ton/Ha

2) a. Target Intensifikasi

- petani peserta 10 orang

- areal 5 Ha

- hasil 11 ton/Ha

b. Tingkat penerapan teknologi rata-rata dari 75 % menjadi 80 %

c. tingkat kemampuan kelompok

- Pemula 0 Kelompok

- Lanjut 1 Kelompok

- Madya 0 Kelompok

- Utama 0 Kelompok

Page 5: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

Program Pengembangan Komoditas Peternakan

1. Program Pengembangan Produksi Bebek

Tujuan umum program pengembangan produksi bebek adalah meningkatkan penetasan

telur bebek sehingga kesejahteran petani meningkat. Tujuan khususnya ialah peningkatan daya

tetas telur bebek dari 60% menjadi 65% atau dari 500 telur yang dihasilkan biasanya akan

menetas 300 butir, ditingkatkan menjadi 325 butir dalam satu kali periode pengeraman. Selain

itu, meningkatkan kualitas pakan dan bibit bebek. Selain itu, meningkatkan penggunaan bibit

bebek yang sehat dan unggul, meningkatkan kualitas pakan, dan meningkatkan pengelolaan

produksi untuk menjamin ketersediaan produk sepanjang waktu secara rutin dengan kualitas

baik.

2. Program Pengembangan Produksi Daging Ayam Broiler

Tujuan umum program pengembangan produksi daging ayam broiler adalah

meningkatkan berat daging ayam broiler. Peningkatan berat daging rata-rata dari 1 kg/ekor

menjadi 1,2 kg/ekor dengan masa periode 40 hari. Selain itu, meningkatkan kualitas pakan dan

bibit ayam broiler. Tujuan khususnya yaitu, meningkatkan penggunaan bibit ayam broiler yang

sehat dan unggul, meningkatkan kualitas pakan, dan meningkatkan pengelolaan produksi untuk

menjamin ketersediaan produk sepanjang waktu secara rutin dengan kualitas baik.

3. Program Pengembangan Populasi Domba

Tujuan umum program pengembangan populasi domba adalah meningkatkan

perbanyakan anakan domba. Peningkatan populasi anakan domba dari 1 anakan menjadi 2

anakan dari satu siklus kebuntingan. Tujuan khususnya yaitu, meningkatkan penggunaan bibit

domba yang sehat dan unggul, meningkatkan kualitas pakan, dan meningkatkan pengelolaan

produksi untuk menjamin ketersediaan produk sepanjang waktu secara rutin dengan kualitas

baik.

4. Program Pengembangan Populasi Sapi potong

Tujuan umum program pengembangan populasi sapi adalah adalah meningkatkan berat

daging sapi potong. Peningkatan berat daging rata-rata dari 125 kg/ekor menjadi 130 kg/ekor

dengan masa periode 6 bulan. Selain itu, meningkatkan kualitas pakan dan bibit sapi potong.

Page 6: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

Tujuan khususnya yaitu, meningkatkan penggunaan bibit sapi potong yang sehat dan unggul,

meningkatkan kualitas pakan, dan meningkatkan pengelolaan produksi untuk menjamin

ketersediaan produk sepanjang waktu secara rutin dengan kualitas baik.

Program Pengembangan Komoditas Perikanan

1. Program Pengembangan Pendederan Benih Lele

Tujuan umum program pengembangan pendederan benih lele adalah meningkatkan

kualitas benih ikan dan meningkatkan produktivitas per periode dari 1,0 ton/ha menjadi 1,5 ton/

ha, memperluas areal pendederan, meningkatkan kualitas air kolam, dan pengaturan pengelolaan

produksi untuk memenuhi permintaan pasar.

Tujuan khususnya yaitu, meningkatkan penggunaan benih ikan yang sehat dan unggul,

meningkatkan kualitas pakan, meningkatkan penggunaan alat pasca panen untuk mengurangi

kehilangan hasil, dan meningkatkan pengelolaan produksi untuk menjamin ketersediaan produk

sepanjang waktu secara rutin dengan kualitas baik.

Program Pengembangan Komoditas Tanaman Kehutanan

Tujuan umum program pengembangan komoditi kehutanan meliputi kegiatan konservasi

tanah dan air yaitu mempertahankan, menyuburkan, memperbaiki tanah, dan mengembalikan

kondisi tanah sesuai dengan peruntukannya.

Tujuan khususnya meliputi kegiatan secara vegetatif dan sipil teknis. Kegiatan vegetatif

yaitu penanggulangan erosi untuk mengurangi banjir dengan penanaman tanaman keras berupa

tanaman kayu dan tanaman buah-buahan, sehingga dapat mempertahankan ketahanan tanah,

menyuburkan tanah, menambah produksi oksigen, dan memperbaiki iklim mikro (suhu,

kelembaban udara dan tanah). Jenis kegiatannya adalah pembangunan hutan rakyat, agroforestry

dan sistem penanaman lainya sebagai usaha penutupan lahan. Kegiatan sipil teknis yaitu

pembuatan terasering, kantung-kantung air, gully plug (dam penahan), cek dam, dan sumur-

sumur resapan air hujan.

Page 7: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

Analisis Progama Penyuluhan Kecamatan Baleendah

PERTANIAN

A. FAKTOR PENENTU TEKNIS

1. PADI SAWAH

Faktor penentu : 1) Pemakaian POC/ZPT

: 2) Pelaksanaan pengamatan OPT

: 3) penggunaan pestisida sebagai upaya kuratif

: 4) Pemupukan berimbang

Masalah :

1. 51 petani belum menggunakan POC/ZPT sesuai anjuran pada lahan pertanian mereka.

2. 40 % petani belum melaksanakan pengamatan OPT sesuai anjuran

3. 37,5% petani belum mengetahui penggunaan pestisida sebagai upaya kuratif sesuai

anjuran

4. 27,56 % petani belum mengetahui pemupukan yang berimbang sesuai anjuran

2. JAGUNG

Faktur penentu : 1) Cara / alat pemipilan

: 2) Cara pemberian pupuk organic

: 3) Waktu / cara pembersihan

: 4) Pelaksanaan pengendalian biologis

Masalah :

1. 100 % petani belum mengetahui / tidak melakukan pemipilan yang sesuai anjuran karena

petani biasanya memanen dan menjual hasilnya dalam bentuk jagung masih di bungkus

kelobotnya, dan sebagian di panen waktu jagung masih muda.

2. 100 % petani belum menggunakan pupuk organic sesuai anjuran

3. 59% petani belum mengetahui cara pengendalian hama secara biologis sesuai anjuran,

karena mereka biasanya langsung menggunakan pestisida begitu tanamannya terserang

hama / penyakit

Page 8: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

4. 60 % petani belum mengetahui cara pengendalian hama / penyakit secara kimiawi yang

sesuai anjuran.

5. 60 % petani belum mengetahui cara pengamatan hama / penyakit yang sesuai anjuran

B FAKTOR PENENTU SOSIAL

Faktor penentu :

1) Usaha pengembangan fasilitas yang dimiliki kelompok

2) Kegiatan belajar mengajar secara berkelompok di luar acara pertemuan/ kunjungan PPL

3) Kehadiran anggota, ketua dan pengurus kelompok pada pertemuan rutin/kunjungan PPL

4) Jumlah fasilitas kelompok yang ada (secara umum)

Masalah :

1. 57,87 % kelompok dalam upaya pengembangan fasilitas kelompok masih bergantung

kepada pihak lain

2. 55,8 % kelompok belum mempunyai bidang kegiatan yang terhimpun secara

berkelompok setiap musim sesuai anjuran

3. 47,9 % kehadiran anggota , ketua dan pengurus kelompok pada pertemuan rutin belum

sesuai anjuran

4. 42,9 % anggota kelompok belum memiliki fasilitas kelompok yang sesuai anjuran.

C FAKTOR PENENTU EKONOMI

Faktor penentu :

1) Tempat penjualan hasil

2) Tenaga kerja

3) Tempat pengolahan limbah

4) Cara pemanfaatan limbah

Masalah :

1. 71,4 % petani belum memanfaatkan tempat penjualan hasil yang sesuai anjuran, karena

mereka biasanya dalam menjual hasil dilakukan secara sendiri-sendiri dan tempat

penjualan hasil juga dilakukan di pasar bebas melalui bandar.

2. 41,5 % petani belum menggunakan tenaga kerja sesuai anjuran

3. 34,7 % petani belum memiliki tempat pengolahn limbah sesuai anjuran

Page 9: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

4. 32 % petani belum memanfaatkan limbah sesuai anjuran

PETERNAKAN

A. FAKTOR PENENTU TEKNIS

1. Domba

Faktor penentu :

1) Pencegahan penyakit / Vaksinasi

2) Pengetahuan penakit Scabies

3) Jumlah air minum yang diberikan

4) Pengolahan HMT

Masalah :

1) 88,9 % petani belum melakukan pencegahan penyakit / vaksinasi sesuai anjuran

2) 85,7 % petani belum mengetahui tentang penyakit Scabies

3) 83,4 % petani belum memberikan jumlah air minum untuk ternak yang sesuai anjuran

4) 83,4 % petani belum tahu tentang pengolahan HMT sesuai anjuran

2. Sapi Potong

Faktor penentu :

1) Jenis bibit yang dipelihara

2) Pencegahan penyakit / Vaksinasi

3) Jumlah / kuantitas air minum yang bersih

4) Pengetahuan penyakit antrax

Masalah :

1) 87,5 % petani belum menggunakan jenis bibit yang sesuai anjuran untuk dii pelihara

2) 87,5 % petani belum mengetahui tentang pencegahan penyakit / vaksinasi

3) 80 % petani belum memberikan jumlah air minum untuk ternak yang sesuai anjuran

4) 80 % petani belum tahu tentang penyakit antrax

Page 10: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

3. Ayam Buras

Faktor penentu :

1) Cara seleksi bibit

2) Persilangan

3) Efisiensi pemakaian kandang

4) Pemberian pakan

Masalah :

1) 91,7 % petani belum mengetahui tentang cara seleksi bibit sesuai anjuran

2) 90 % petani belum mengetahui tentang persilangan

3) 87,5 % petani belum efisiensi dalam pemakaian kandang

4) 85,4 % petani belum memberikan pakan sesuai anjuran

4. Itik

Faktor penentu :

1) Kualitas / jumlah pakan

2) Cara seleksi bibit

3) Persilangan

4) Kualitas air minum

Masalah :

1) 94,45 % petani belum mengetahui kualitas / jumlah pakan yang sesuai anjuran

2) 92,9 % petani belum mengetahui tentang cara seleksi bibit sesuai anjuran

3) 92,9 % petani belum mengetahui tentang cara persilangan sesuai anjuran

4) 92,75 % petani belum menggunakan air minum yang baik untuk ternaknya sesuai anjuran

B. FAKTOR PENENTU SOSIAL

Faktor penentu :

1) Penyusunan RDKK

2) Kelompok sudah memiliki rencana

3) Kemampuan menyusun rencana

Page 11: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

4) Materi rencana kerja mencakup

Masalah

1) 86 % kelompok belum melakukan penyusunan RDKK sesuai anjuran

2) 84,34 % kelompok belum memiliki rencana sesuai anjuran

3) 83,34 % kelompok belum mampu dalam menyusun rencana sesuai anjuran

4) 83,34 % kelompok belum memiliki cakupan materi rencana kerja yang sesuai anjuran

C. FAKTOR PENENTU EKONOMI

Faktor penentu :

1) Bidang pengolahan limbah

2) Pemanfaatan limbah hasil olahan limbah

3) Penggunaan peralatan mesin peternakan

4) Pemasaran hasil melalui KUD/ koperasi

Masalah :

1) 90 % petani belum mengetahui pengolahan limbah yang sesuai anjuran

2) 90 % petani belum memanfaatkan limbah hasil olahan limbah sesuai anjuran

3) 83,34 % petani belum menggunakan peralatan mesin peternakan sesuai anjuran

4) 83,2 % petani belum memasarkan hasil melalui KUD / Koperasi sesuai anjuran

PERIKANAN

a. Masalah Teknis

Masalah teknis budidaya yang dihadapi antara lain:

1. Kelompok Pembudidaya belum tahu seutuhnya tentang teknologi baru

2. Kurangnya intensifikasi dalam penggunaan lahan perikanan terutama pemanfaatan lahan

pekarangan

3. Kurangnya pengetahuan kelompok tentang budidaya ikan secara intensif

4. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengendalian parasit dan penyakit ikan

b. Masalah Ekonomi

1. Kurangnya informasi mengenai pemasaran hasil budidaya

Page 12: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

2. Terbatasnya modal kelompok pembudidaya

c. Masalah Sosial

1. Kelompok pembudidaya yang ada kurang aktif dalam kegiatan berkelompok

2. Kelompok belum memahami tugas dan fungsi susunan pengurus kelompok

KEHUTANAN

A. FAKTOR PENENTU TEKNIS

Faktor penentu :

1) Pembuatan hutan rakyat

2) Pemeliharaan dan pengamanan hutan rakyat

3) Penanaman tanaman penguat terasering

4) Pemeliharaan agroforestry

Masalah :

1. 64 % kelompok tani belum membuat hutan rakyat sesuai anjuran.

2. 62,2 % kelompok tani belum melakukan pemeliharaan dan pengamanan hutan rakyat sesuai

anjuran.

3. 59,86 % kelompok tani belum melakukan penanaman tanaman penguat terasering sesuai

anjuran.

4. 58,29 % kelompok tani belum melakukan pemeliharaan agroforestry sesuai anjuran.

B. FAKTOR SOSIAL

Faktor penentu :

1) Pembuatan rencana kerja / isi rencana kerja

2) Kreatifitas anggota kelompok dalam mengemukakan gagasan dalam

pertemuan kelompok

3) Pengambilan keputusan terikat oleh keputusan kelompok

4) Peran dan partisipasi tokoh masyarakat dalam kegiatan kelompok

Masalah :

1. 66,67 % kelompok tani belum membuat rencana kerja / isi rencana kerja sesuai anjuran.

2. 66 % anggota kelompok tani belum kreatif dalam mengemukakan gagasan dalam pertemuan

kelompok.

Page 13: Progama Penyuluhan Kec.baleendah

3. 64 % kelompok tani belum sesuai anjuran dalam pengambilan keputusan terikat oleh

keputusan kelompok .

4. 62,5 % peranan dan partisipasi tokoh masyarakat dalam kegiatan kelompok belum sesuai

anjuran.