Profesionalisme Guru

81
i PROFESIONALISME GURU DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTS AL-JAMIIAH TEGALLEGA CIDOLOG SUKABUMI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh : DIAN MAYA SHOFIANA NIM. 104011000051 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H

Transcript of Profesionalisme Guru

Page 1: Profesionalisme Guru

i

PROFESIONALISME GURU DAN HUBUNGANNYA

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTS

AL-JAMII�AH TEGALLEGA

CIDOLOG SUKABUMI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

DIAN MAYA SHOFIANA

NIM. 104011000051

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M/1429 H

id4053531 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 2: Profesionalisme Guru

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: �Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan Prestasi

Belajar Siswa di MTs Al-Jamii�ah Tagallega Cidolog Sukabumi� diajukan kepada

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada hari Selasa, 19 Agustus

2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar

Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 19 Agustus 2008

Panitia Ujian Munaqasyah,

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI) Dr. H. Abd. Fattah Wibisono, MA. _________ ___________ NIP : 150236009 Sekretaris (Sekretaris Jurusan PAI) Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. _________ ___________ NIP : 150299477 Penguji I Drs. H. Mawardi Sutedjo _________ ___________ NIP : 150011336 Penguji II Drs. H. Akyas Azhri _________ ___________ NIP : 150023218

Mengetahui, Dekan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. NIP : 150231356

id4071312 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 3: Profesionalisme Guru

v

ABSTRAK

DIAN MAYA SHOFIANA, NIM : 104011000051, PROFESIONALISME GURU DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTS AL-JAMII�AH TEGALLEGA CIDOLOG SUKABUMI

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Profesionalisme guru yang dimaksud dalam skripsi ini adalah guru Fiqih yang profesional. Adapun guru profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa, yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik. Kompetensi guru yang diteliti meliputi empat kategori. Pertama, kemampuan guru dalam merencanakan program belajar mengajar. Kedua, kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran. Ketiga, kemampuan guru dalam melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. Dan keempat, kemampuan dalam menilai kemajuan proses belajar mengajar. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat ditunjukkan dalam bentuk nilai yang diberikan guru berupa raport yang merupakan hasil dari beberapa bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua bentuk metode penelitian. Pertama, penulis menggunakan metode penelitian library research, melalui penelitian ini penulis berusaha mengkaji buku-buku serta tulisan ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Kedua, menggunakan penelitian field research, yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu melalui angket yang diberikan kepada peserta didik kelas VII dan VIII yang dipilih secara acak, kemudian dengan observasi, wawancara dan dengan studi dokumentasi. Setelah data-data tersebut diperoleh, penulis menganalisis data dan melakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus product momen dan menggunakan rumus Koefisien Determinasi untuk mengetahui kontribusi kedua Variabel X dan Y. Selanjutnya penulis menyimpulkan hasil penelitian dalam bentuk analisis interpretasi data.

Setelah penelitian ini dilakukan, penulis memperoleh hasil penelitian bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara profesionalisme guru dalam bidang studi Fiqih dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Kontribusi profesionalisme guru Fiqih terhadap prestasi belajar siswa adalah 50%. Dengan kata lain, prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi ditentukan atau dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme guru sebanyak 50%, dan 50% lagi ditentukan oleh faktor yang lain.

id4097750 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 4: Profesionalisme Guru

vi

KATA PENGANTAR

���

Assalaamu�alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillaahirabbil�aalamin. Puji serta syukur bagi Allah swt. Tuhan

semesta alam, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami memohom

pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma salli �ala

Muhammad, shalawat serta salam semoga tetap dicurahkan kepada junjungan dan

suri tauladan kita nabi Muhammad saw. yang telah membimbing kita pada jalan

yang diridhai Allah swt.

Selama penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis banyak mendapatkan

dukungan baik moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. H. Alisuf Sabri, dosen pembimbing yang selalu

membimbing penulis dengan penuh kebijaksanaan dan memberikan

arahan-arahan.

4. Bapak Tanenji, MA yang telah membimbing serta memotivasi penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibunda tercinta Ibu Imas Farida dan ayahanda Bapak Sofyan Holid,

S.Pd.I yang telah memberikan dukungan moral dan material, do�a dan

senyuman yang menyemangati penulis untuk tabah dalam menghadapi

kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi.

6. Adik M. Farhan Kholidi dan M. Afda Fadhlan yang menjadi sumber

inspirasi untuk berhasil.

Page 5: Profesionalisme Guru

vii

7. A Herik Chandra, terimakasih atas kesediaan untuk selalu menunggu,

dan motivasi yang membuat penulis untuk segera menyelesaikan

skripsi ini. Terimakasih pula atas kasih sayangnya.

8. K.H. Muhsin, K.H. M. Mahmudin kakek sekaligus ketua YASPI Al-

Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi, semoga Allah memberi

keberkahan dan kesehatan.

9. Bapak Anwar Jahid, S.Ag, Kepala MTs Al-Jamii�ah Tegallega

Cidolog Sukabumi.

10. Semua dewan guru dan siswa/siswi MTs Al-Jamii�ah Tegallega

Cidolog Sukabumi yang telah membantu penulis dalam proses

pembuatan skripsi.

11. Teman-teman kelas B PAI yang menjadi partner selama proses

perkuliahan.

12. H. Darajat Sudrajat, almarhumah mamah Ruyi, teh Weni dan Wuri.

13. Drs. Opik Taufik dan Ibu Eni Rustini, yang telah memfasilitasi penulis

selama proses skripsi.

14. Fathurrahman Azis, Asep Amarullah, yang telah perlindungan kepada

penulis di awal sampai akhir studi di UIN.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, setiap saran dan kritik konstruktif selalu disambut

dengan tangan terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Wassalaamu�alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 15 Juli 2008

Penulis,

Page 6: Profesionalisme Guru

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................ iv

ABSTRAKSI................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 7

C. Metode Pembahasan ................................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 8

E. Sistematika Penulisan ................................................................. 9

BAB II KEJIAN TEORI

A. Profesionalisme Guru .................................................................

1. Pengertian Profesionalisme Guru ......................................... 11

2. Profesionalisme Guru Islam������������ . 14

3. Perlunya Guru Profesional.................................................... 15

4. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional......................... 17

5. Aspek Guru Islam Profesional�����������.. 25

6. Kriteria Guru Sebagai Profesi............................................... 26

7. Kriteria Guru Profesional ..................................................... 28

8. Indikator Guru Profesional ................................................... 29

B. Prestasi Belajar ...........................................................................

1. Pengertian Prestasi Belajar ................................................... 31

2. Dalil Keutamaan Belajar�������������. . 33

id4120859 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 7: Profesionalisme Guru

ix

3. Jenis-jenis Prestasi Belajar ................................................... 35

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar............. 40

5. Indikator Prestasi Belajar ..................................................... 43

C. Hubungan Profesionalisme Guru Dengan Prestasi

Belajar Siswa ............................................................................. 43

D. Kerangka Berpikir ...................................................................... 43

E. Hipotesis ..................................................................................... 45

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 46

B. Variabel Penelitian ..................................................................... 46

C. Populasi dan Sampel................................................................... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 46

E. Teknik Analisis Data .................................................................. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Sekolah������������������.

1. Deskripsi Lokasi Penelitian������������ . 51

2. Sejarah Singkat Sekolah�������������... 53

3. Sarana dan Prasarana��������������.. . 54

B. Deskripsi Data������������������...

1. Gambaran Umum Tingkat Profesionalisme Gur MTs Al-

Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi�............................ 55

2. Hasil Penelitian����������������� 57

3. Hubungan Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi

Fiqih Dengan Prestasi Belajar Siswa��������... 65

C. Analisis Interpretasi Data ........................................................... 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................. 69

B. Saran ........................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71

LAMPIRAN

Page 8: Profesionalisme Guru

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Indikator Guru Profesional ............................................................ 27

Tabel 2 : Kisi-kisi Angket Guru Fiqih Profesional....................................... 43

Tabel 3 : Skor Jawaban Angket Guru Fiqih Profesiona ............................... 44

Tabel 4 : Klasifikasi Skor Angket Guru Profesional .................................... 45

Tabel 5 : Keadaan Dewan Guru MTs Al-Jamii'ah Tegallega

Cidolog Sukabumi Tahun Pelajaran 2007/2008........................... 52

Tabel 6 : Skor Angket Penelitian Hubungan Profesionalisme Guru

Bidang Studi Fiqih dengan Prestasi Belajar Siswa ...................... 53

Tabel 7 : Analisis Item Untuk Skor Angket Profesionalisme Guru

Dalam Bidang Studi Fiqih............................................................ 56

Tabel 8 : Klasifikasi Jumlah Skor Jawaban Siswa dari Angket

Profesionalisme Guru Fiqih.......................................................... 58

Tabel 9 : Daftar Nilai Siswa dalam Mata Pelajaran Fiqih Semester ........... 59

Tabel 10 : Klasifikasi dan Kualifikasi Jumlah Nilai Siswa dalam

Bidang Studi Fiqih ....................................................................... 60

Tabel 11 : Analisis Korelasi Variabel X (Profesionalisme Guru

Dalam Bidang Studi Fiqih) dan Variabel Y (Prestasi

Belajar Siswa)............................................................................... 61

Page 9: Profesionalisme Guru

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui

proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui

nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah

dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu

mengharapkan akan mengahasilkan pembelajaran yang maksimal. Dalam

proses pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan

pembelajaran adalah keberadaan guru. Mengingat keberadaan guru dalam

proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya

kualitas guru harus diperhatikan.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas

guru. Untuk itu, upaya awal yang dilakukan dalam peningkatan mutu

pendidikan adalah kualitas guru. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan

prasyarat minimal yang ditentukan oleh syarat-syarat seorang guru yang

profesional.

Guru profesional yang dimaksud adalah guru yang berkualitas,

berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi

belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang

nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik.

Kamal Muhammad �Isa mengemukakan: �bahwa guru atau pendidik

adalah pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijaksana, pencetak

para tokoh dan pemimpin ummat�.1 Adapun pengertian guru menurut

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yakni

sebagaimana tercantum dalam Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1) sebagai

1 Kamal Muhammad �Isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fikahati Anesta, 1994), Cet. Ke-1, h. 64.

id4145312 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 10: Profesionalisme Guru

2

berikut: �guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah�.2 Selanjutnya Moh Uzer

Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional mendefinisikan bahwa:

�guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian

khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan

fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal�.3

Pendapat lain dikemukakan oleh Asrorun Ni�am Sholeh dalam buku yang berjudul Membangun Profesionalitas Guru, mengungkapkan bahwa: dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai (values) serta membangun karakter (character building) peserta didik secara berkelanjutan. Dalam terminologi Islam, guru diistilahkan dengan murabby, satu akar kata dengan rabb yang berarti Tuhan. Jadi, fungsi dan peran guru dalam sistem pendidikan merupakan salah satu manifestasi dari sifat ketuhanan. Demikian mulianya posisi guru, sampai-sampai Tuhan, dalam pengertian sebagai rabb mengidentifikasi diri-Nya sebagai rabbul�alamin �Sang Maha Guru�, �Guru seluruh jagad raya�. Untuk itu, kewajiban pertama yang dibebankan setiap hamba sebagai murid �Sang Maha Guru� adalah belajar, mencari ilmu pengetahuan. Setelah itu, setiap orang yang telah mempunyai ilmu pengetahuan memiliki kewajiban untuk mengajarkannya kepada orang lain. Dengan demikian, profesi mengajar adalah sebuah kewajiban yang merupakan manifestasi dari ibadah. Sebagai konsekuensinya, barang siapa yang menyembunyikan sebuah pengetahuan maka ia telah melangkahkan kaki menuju jurang api neraka.4 Menanggapi apa yang telah dikemukakan oleh Asrorun Ni�am Shaleh,

penulis memahami bahwa profesi mengajar adalah suatu pekerjaan yang

memiliki nilai kemuliaan dan ibadah. Mengajar adalah suatu kewajiban bagi

setiap orang yang memiliki pengetahuan. Selanjutnya, mengingat mengajar

adalah suatu kawajiban bagi setiap orang yang memiliki pengetahuan, maka

2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,

(Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 2-3.

3 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-20, h. 15.

4 Asrorun Ni�am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), Cet. Ke-1, h. 3.

Page 11: Profesionalisme Guru

3

sudah sepantasnya bagi orang yang tidak menyampaikan ilmu pengetahuannya

maka akan berakibat dosa bagi dirinya.

Selanjutnya Asrorunni�am Sholeh mengatakan bahwa di sisi lain,

profesi mengajar merupakan kewajiban tersebut, hanya dibebankan kepada

setiap orang yang berpengetahuan. Dengan kata lain, profesi mengajar harus

didasarkan pada adanya kompetensi dengan kualifikasi akademik tertentu.

Mengajar, bagi seseorang yang tidak mempunyai kompetensi profesional

untuk itu justru akan berbuah dosa. Kemudian, �apabila sesuatu dilakukan

oleh sesuatu yang bukan ahlinya, maka tunggulah suatu kehancurannya�.

Penggalan hadits Rasulullah saw. ini seolah memberikan warning bagi guru

yang tidak memenuhi kompetensi profesionalnya.5

Dari penjelasan yang dikemukakan Asrorunni�am Sholeh, penulis

dapat menyimpulkan bahwa profesi mengajar merupakan kewajiban yang

hanya dibebankan kepada orang yang berpengetahuan. Dengan demikian,

profesi mengajar harus didasarkan pada adanya kompetensi dan kualifikasi

tertentu bagi setiap orang yang hendak mengajar.

Menurut Asrorunni�am Sholeh, secara konseptual, deskripsi dua

kondisi di atas memberikan dua hal prinsip dalam konteks membicarakan

mengenai profesi guru dan dosen. Pertama, adanya semangat keterpanggilan

jiwa, pengabdian dan ibadah. Profesi pendidik merupakan profesi yang

mempunyai kekhusususan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dan memerlukan keahlian, idealisme, kearifan dan

keteladanan melalui waktu yang panjang. Kedua, adanya prinsip

profesionalitas, keharusan adanya kompetensi dan kualifikasi akademik yang

dibutuhkan, serta adanya penghargaan terhadap profesi yang diemban. Maka

prinsip idealisme dan keterpanggilan jiwa serta prinsip profesionalitas harus

mendasari setiap perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat guru dan

dosen. Dengan demikian profesi guru dan dosen merupakan profesi tertutup

yang harus sejalan dengan prinsip-prinsip idealisme dan profesionalitas secara

5 Asrorun Ni�am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), h. 4.

Page 12: Profesionalisme Guru

4

berimbang. Jangan sampai akibat pada perjuangan dan penonjolan aspek

profesionalisme berakibat penciptaan gaya hidup materialisme dan

pragmatisme yang menafikan idealisme dan keterpanggilan jiwa.6

Secara konseptual, unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan dan Johson, sebagaimana yang dikutip oleh Martinis Yamin

mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b) kemampuan

sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi).7

Menyadari akan pentingnya profesionalisme dalam pendidikan, maka

Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang

mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang

profesional.8

Akan tetapi melihat realita yang ada, keberadaan guru profesional

sangat jauh dari apa yang dicita-citakan. Menjamurnya sekolah-sekolah yang

rendah mutunya memberikan suatu isyarat bahwa guru profesional hanyalah

sebuah wacana yang belum terrealisasi secara merata dalam seluruh

pendidikan yang ada di Indonesia. Hal itu menimbulkan suatu keprihatinan

yang tidak hanya datang dari kalangan akademisi, akan tetapi orang awam

sekalipun ikut mengomentari ketidakberesan pendidikan dan tenaga pengajar

yang ada. Kenyataan tersebut menggugah kalangan akademisi, sehingga

mereka membuat perumusan untuk meningkatkan kualifikasi guru melalui

pemberdayaan dan peningkatan profesionalisme guru dari pelatihan sampai

dengan intruksi agar guru memiliki kualifikasi pendidikan minimal Strata 1

(S1).

Yang menjadi permasalahan baru adalah, guru hanya memahami

intruksi tersebut hanya sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutan

6 Asrorun Ni�am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas

Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), h. 4-5.

7 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), Cet. Ke-2, h. 4.

8 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 6, h. 107.

Page 13: Profesionalisme Guru

5

kebutuhan yang sifatnya administratif. Sehingga kompetensi guru profesional

dalam hal inti tidak menjadi prioritas utama. Dengan pemahaman tersebut,

kontribusi untuk siswa menjadi kurang terperhatikan bahkan terabaikan.

Masalah lain yang ditemukan penulis adalah, minimnya tenaga

pengajar dalam suatu lembaga pendidikan juga memberikan celah seorang

guru untuk mengajar yang tidak sesuai dengan keahliannya. Sehingga yang

menjadi imbasnya adalah siswa sebagai anak didik tidak mendapatkan hasil

pembelajaran yang maksimal. Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan

yang dibentuk melalui bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan

yang maksimal, kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang

guru. Maka hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat

terwujud secara utuh, sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan

kesadaran dan keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan

demikian, apa yang disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap

hasil pembelajaran. Sebaliknya, jika hal di atas tidak terealisasi dengan baik,

maka akan berakibat ketidak puasan siswa dalam proses kegiatan belajar

mengajar.

Tidak kompetennya seorang guru dalam penyampaian bahan ajar

secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil dari pembelajaran.

Karena proses pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan keberanian,

melainkan faktor utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi

seorang guru. Keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik

dalam hal metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan

berpengaruh terhadap pembelajaran.

Melihat wacana di atas, sangat terlihat bahwa profesionalisme guru

dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Atas dasar wacana yang ada di

lapangan, maka penulis ingin membuktikan apakah persepsi yang ada di

kalangan masyarakat mengenai masalah profesionalisme guru itu benar atau

sebaliknya, dengan melakukan suatu penelitian.

Berdasarkan dugaan penulis, pada umumnya kondisi sekolah yang ada

masih terdapat guru yang belum profesional. Kompetensi guru yang ada di

Page 14: Profesionalisme Guru

6

sekolah tersebut belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagaimana yang

diinginkan oleh persyaratan guru profesional. Oleh karena itu, pemerintah

mengadakan program sertifikasi keguruan dengan mensyaratkan pengajar

memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 sesuai dengan bidangnya masing-

masing.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang

berjudul �PROFESIONALISME GURU DAN HUBUNGANNYA DENGAN

PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTS AL-JAMII�AH TEGALLEGA

CIDOLOG SUKABUMI�

Alasan penulis mengambil judul skripsi ini adalah: Pertama, penulis

sangat tertarik dengan pembahasan yang berkaitan dengan masalah

profesionalisme guru. Karena penulis berpendapat bahwa profesionalisme

guru dalam pendidikan sangat berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar

mengajar. Kedua, penulis berpendapat bahwa kegagalan pendidikan di

Indonesia salah satu penyebabnya adalah tingkat profesionalisme guru yang

kurang baik. Untuk itu, penulis ingin mengetahui pembenaran asumsi tersebut

melalui penelitian langsung ke MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog

Sukabumi. Ketiga, berawal dari suatu kasus yang ada di wilayah Suakabumi

yang berkaitan dengan adanya intruksi pemerintah dalam penyetaraan standar

kualififikasi tenaga pendidik minimal S1. Penulis melihat, intruksi tersebut

ditanggapi tenaga pendidik hanya sebagai pemenuhan administratif yang tanpa

memperhatikan peningkatan mutu atau tingkat profesionalisme dalam proses

belajar mengajar. Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian apakah tenaga pengajar MTs Al-Jamii�ah termasuk guru yang

mementingkan tingkat profesionalitas ataukah tidak. Keempat, adanya tenaga

pengajar yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya

akan berdampak terhadap kualitas pendidikan. Penulis ingin mengetahui

apakah tenaga pengajar di MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi

mengalami masalah yang sama ataukah tidak. Untuk itu peneulis memilih

MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi, sebagai tempat untuk menguji

Page 15: Profesionalisme Guru

7

apakah ada hubungan yang signifikan antara profesionalisme guru dengan

prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini lebih fokus dan tidak

menyimpang dari apa yang ingin diteliti, maka penulis membatasi

penelitian ini pada permasalahan sebagai berikut:

a. Secara garis besar, permasalahan yang menyangkut dengan

profesionalisme guru sangat kompleks sekali. Adapun pada skripsi ini,

profesionalisme guru yang dimaksud adalah profesionalisme guru

Islam yang lebih spesifiknya guru Fiqih yang profesional, yaitu guru

yang memiliki kompetensi, guru yang berkualitas yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kompetensi guru yang akan

diteliti dalam skripsi ini dibatasi ke dalam empat kategori, yakni;

merencanakan program belajar mengajar, menguasai bahan pelajaran,

melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar,

serta menilai kemajuan proses belajar mengajar.

b. Sedangkan prestasi belajar yang dimaksud dalam skripsi ini adalah

kemampuan siswa yang diperoleh dari penilaian aspek kognitif, afektif

dan psikomotorik yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa

nilai raport dalam bidang studi Fiqih.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah

yang akan diteliti adalah:

a. Bagaimana profesionalisme guru Fiqih di MTs Al-Jamii�ah Tegallega

Cidolog Sukabumi?

b. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam bidang studi Fiqih di MTs Al-

Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi?

Page 16: Profesionalisme Guru

8

c. Apakah ada korelasi antara profesionalisme guru Fiqih dengan prestasi

belajar siswa di MTs Al-Jmii�ah Tegallega?

C. Metode Pembahasan

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua bentuk

metode penelitian. Yang pertama dengan metode penelitian library

research, melalui penelitian kepustakaan ini penulis berusaha mengkaji

buku-buku serta tulisan ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang

dibahas dalam skripsi ini. Kedua dengan metode penelitian lapangan

(Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke

obyeknya melalui teknik angket, yaitu serangkaian pertanyaan yang harus

dijawab oleh responden. Adapun pendekatan penelitian yang dilakukan

dalam skripsi ini adalah pendekatan analisis korelasional, yaitu menguji

hubungan antara profesionalisme guru Fiqih dengan prestasi belajar siswa

(nilai raport) bidang studi Fiqih.

2. Metode Penulisan

Metode penulisan yang menjadi rujukan dalam penelitian ini

adalah buku Pedoman Skripsi Tim penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 dan Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Suharsimi Arikunto, Rineka Cipta

Jakarta 2002 Cet. Ke-12.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai adalah:

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru

dalam bidang studi Fiqih yang ada di sekolah MTs Al-Jamii�ah Tegallega.

b. Untuk memperoleh gambaran tentang prestasi belajar siswa MTs Al-

Jamii�ah Tegallega dam bidang studi Fiqih.

Page 17: Profesionalisme Guru

9

c. Untuk mengetahui hubungan antara profesionalisme guru dalam proses

pembelajaran dengan prestasi belajar siswa dalam bidang studi Fiqih.

Adapun manfaat yang hendak dicapai dari hasil penelitian ini :

a. Penelitian ini berguna untuk kepala sekolah untuk meningkatkan

profesionalisme dan kinerjan guru.

b. Penelitian ini juga bermanfaat dalam rangka memperbaiki kegiatan

pembelajaran sekolah yang bersangkutan.

c. Melalui penelitian ini diharapkan guru mampu meningkatkan kualitas

personal dan profesional sebagai pendidik.

d. Bagi lembaga (instansi) yang terkait, diharapkan dapat menjadi bahan

acuan dalam meningkatkan kaderisasi pendidik baik untuk saat ini maupun

untuk yang akan datang.

e. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan mendapat informasi baru

mengenai pengetahuan tentang profesionalisme yang harus dimiliki

seorang guru. Sehingga dengan demikian, dapat memberikan masukan dan

pembekalan untuk proses kedepan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Setiap bab

dirinci ke dalam beberapa sub bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, metode pembahasan yang terdiri dari metode

penelitian dan metode penulisan, tujuan dan manfaat penelitian

serta sistematika penulisan.

BAB II Berisi pembahasan tentang teori profesionalisme guru dan prestasi

belajar, yang di dalamnya memuat pengertian profesionalisme

guru, perlunya guru profesional, aspek-aspek kompetensi guru

profesional, kriteria guru sebagai profesi, kriteria guru profesional

dan indikator guru yang profesional. Kemudian pengertian prestasi

belajar, jenis-jenis prestasi bealajar, faktor-faktor yang

Page 18: Profesionalisme Guru

10

mempengaruhi prestasi belajar, indikator prestasi belajar,

hubungan profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa,

kerangka berpikir dan hipotesis.

BAB III Dalam bab ini dikemukakan metode penelitian, memuat tempat dan

waktu penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil penelitian terdiri dari kondisi sekolah serta gambaran umum

kondisi guru MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi

dengan membahas jumlah guru, latar belakang pendidikan, dan

tugas-tugasnya. Selanjutnya deskripsi data meliputi

profesionalisme guru Fiqih, prestasi belajar siswa dalam bidang

studi Fiqih, dan hubungan antara profesionalisme guru Fiqih

dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii�ah Tegallega

Cidolog Sukabumi, dan yang terakhir adalah analisis interpretasi

data.

BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 19: Profesionalisme Guru

10

BAB II

PEMBAHASAN

PROFESIONALISME GURU DAN

HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

A. Profesionalisme Guru

1. Pengertian Profesionalisme Guru

Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus

Inggris Indonesia, �profession berarti pekerjaan�.1 Arifin dalam buku

Kapita Selekta Pendidikan mengemukakan bahwa profession mengandung

arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan

keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.2

Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru

Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

disebutkan pula bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang

artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh

seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan

tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang

diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah

1 John M. Echols dan Hassan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.

Gramedia, 1996), Cet. Ke-23, h. 449.

2 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke- 3, h. 105.

id4193140 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 20: Profesionalisme Guru

11

suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.3

Menurut Martinis Yamin profesi mempunyai pengertian seseorang

yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan

prosedur berlandaskan intelektualitas.4 Jasin Muhammad yang dikutip

oleh Yunus Namsa, beliu menjelaskan bahwa profesi adalah �suatu

lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik

dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi lapangan

pekerjaan yng berorientasi pada pelayanan yang ahli�. Pengertian profesi

ini tersirat makna bahwa di dalam suatu pekerjaan profesional diperlukan

teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang

mengacu pada pelayanan yang ahli.5

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

profesi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan

kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperolah

melalui proses pendidikan secara akademis.

Dengan demikian, Kunandar mengemukakan profesi guru adalah

keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran,

dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam

memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi

berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian

dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat

melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil

guna.6

3 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Cet. Ke-1, h. 45.

4 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, h. 3.

5 M.Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 29.

6 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 46.

Page 21: Profesionalisme Guru

12

Adapun mengenai kata �Profesional�, Uzer Usman memberikan suatu kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Kata �prifesional� itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.7 H.A.R. Tilaar menjelaskan pula bahwa seorang profesional

menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan

kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan

profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan

profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Profesionalisme bertentangan

dengan amatirisme. Seorang profesional akan terus-menerus

meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan

pelatihan.8

Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah,

suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam

pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui

pendidikan khusus atau latihan khusus.9 Profesionalisme guru merupakan

kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan

dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan

seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru yang

profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan

7 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, h. 14-15.

8 H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-1, h. 86.

9 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: BUMI AKSARA, 1995), Cet. Ke- 3, h. 105.

Page 22: Profesionalisme Guru

13

untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain,

maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang

yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan

sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik

dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di

bidangnya.10 Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa guru

profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan

guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan

telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar.11

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah

suatu jabatan, profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam

memegang suatu jabatan tertantu, sedangkan profesionalisme adalah jiwa

dari suatu profesi dan profesional. Dengan demikian, profesionalisme guru

dalam penelitian ini adalah profesionalisme guru dalam bidang studi

Fiqih, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus

dalam bidang studi Fiqih serta telah berpengalaman dalam mengajar Fiqih

sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru Fiqih

dengan kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi sesuai

dengan kriteria guru profesional, dan profesinya itu telah menjadi sumber

mata pencaharian.

2. Dalil Guru Profesional

3. Perlunya Guru Profesional

Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing,

pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang

menarik, memberi rasa aman, nyaman dan kondusif dalam kelas.

10 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 46-47.

11 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), Cet. Ke-4, h. 27.

Page 23: Profesionalisme Guru

14

Keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana

kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima

oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan keterampilan

dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya. Menyadari hal

itu, maka penulis menganggap bahwa keberadaan guru profesional sangat

diperlukan.

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses

pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus

mampu menemukan jati diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas

yang sangat rendah pada pembangunan pendidikan selama beberapa puluh

tahun terakhir telah berdampak buruk yang sangat luas bagi kehidupan

berbangsa dan bernegara.12

Mengomentari mengenai adanya keterpurukan dalam pendidikan

saat ini, penulis sangat menganggap penting akan perlunya keberadaan

guru profesioanal. Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas

menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki keterpanggilan untuk

melaksanakan tugasnya dengan melakukan perbaikan kualitas pelayanan

terhadap anak didik baik dari segi intelektual maupun kompetensi lainnya

yang akan menunjang perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar serta mampu mendatangkan prestasi belajar yang baik.

Menyadari akan peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengemukakan bahwa guru dalam pendidikan modern seperti sekarang bukan hanya sekedar pengajar melainkan harus menjadi direktur belajar. Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggung jawabnya menjadi lebih kompleks. Perluasan tugas dan tanggung jawab tersebut membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjdi bagian integral dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang para guru. Menanggapi kondisi tersebut,

12 Asrorun Ni�am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: Elsas,

2006), Cet. Ke- 1, h. 9.

Page 24: Profesionalisme Guru

15

Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne bahwa setiap guru berfungsi sebagai: a. Designer of intruction (perancang pengajaran) b. Manager of intruction (pengelola pengajaran) c. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa).13

Dalam sebuah situs yang membahas mengenai profesionalisme

dunia pendidikan, Suciptoardi memaparkan bahwa guru diharapkan

melaksanakan tugas kependidikan yang tidak semua orang dapat

melakukannya, artinya hanya mereka yang memang khusus telah

bersekolah untuk menjadi guru, yang dapat menjadi guru profesional.

Tidak dapat dinaifkan bahwa memang tidak mudah merumuskan dan

menggambarkan profil seorang guru profesional. Suciptoardi menegaskan

bahwa guru itu adalah sebuah profesi. Sebagai profesi, memang

diperlukan berbagai syarat, dan syarat itu tidak sebegitu sukar dipahami,

dan dipenuhi, kalau saja setiap orang guru memahami dengan benar apa

yang harus dilakukan, mengapa ia harus melakukannya dan menyadari

bagaimama ia dapat melakukannya dengan sebaik-baiknya, kemudian ia

melakukannya sesuai dengan pertimbangan yang terbaik. Dengan berbuat

demikian, ia telah berada di dalam arus proses untuk menjadi seorang

profesional, yang menjadi semakin profesional.14

Menanggapi kembali mengenai perlunya seorang guru yang

profesional, penulis berpendapat bahwa guru profesional dalam suatu

lembaga pendidikan diharapkan akan memberikan perbaikan kualitas

pendidikan yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Dengan perbaikan kualitas pendidikan dan peningkatan prestasi belajar,

maka diharapkan tujuan pendidikan nasional akan terwujud dengan baik.

Dengan demikian, keberadaan guru profesional selain untuk

13 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-13, h.250.

14 http://Suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalisme-dunia-pendidikan-oleh -Winarno-Surakhmad/2008/05/12/.

Page 25: Profesionalisme Guru

16

mempengaruhi proses belajar mengajar, guru profesional juga diharapkan

mampu memberikan mutu pendidikan yang baik sehingga mampu

menghasilkan siswa yang berprestasi. Untuk mewujudkan itu, perlu

dipersiapkan sedini mungkin melalui lembaga atau sistem pendidikan guru

yang memang juga bersifat profesional dan memeliki kualitas pendidikan

dan cara pandang yang maju.

4. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional

Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas

mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan

menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru

yang profesional. Karena seorang guru yang profesional tentunya harus

memiliki kompetensi profesional. Dalam buku yang ditulis oleh E.

Mulyasa, Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup

empat aspek sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir

a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.15

b. Kompetensi Kepribadian.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir

b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi

kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan

berakhlak mulia.16

15 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda

Karya: Bandung, 2008), Cet. Ke-3, h.75.

16 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 117.

Page 26: Profesionalisme Guru

17

c. Kompetensi Profesioanal.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir

c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi

standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan17

d. Kompetensi Sosial.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir

d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial

adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik,

dan masyarakat sekitar.18

Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutip pernyataan Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakan efektif dalam mengajar apabila ia memiliki potensi atau kemampuan untuk mendatangkan hasil belajar pada murid-muridnya. Untuk mengatur efektif tidaknya seorang guru, Mitzel menganjurkan cara penilaian dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dengan demikian seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang effektif apabila ia dari segi: presage, ia memiliki �personality attributes� dan �teacher knowledge� yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan mengajar yang mampu mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi process, ia mampu menjalankan (mengelola dan melaksanakan) kegiatan belajar-mengajar yang dapat mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi product ia dapat mendatangkan hasil belajar yang dikehendaki oleh masing-masing muridnya. Dengan penjelasan di atas berarti latar belakang pendidikan atau ijazah sekolah guru yang dijadikan standar unsur presage, sedangkan ijazah selain pendidikan guru berarti nilainya di bawah standar. Berdasarkan pemahaman dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

17 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 135.

18 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 173.

Page 27: Profesionalisme Guru

18

1. Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang terdiri dari unsur sebagai berikut: a. Latar belakang pre-service dan in-service guru. b. Pengalaman mengajar guru. c. Penguasaan pengetahuan keguruan. d. Pengabdian guru dalam mengajar.

2. Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar) terdiri dari: a. Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan Proses

Pembelajaran (RPP). b. Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di

dalam kelas. c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas.

3. Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiri dari hasil-hasil belajar murid dari bidang studi yang diajarkan oleh guru tersebut. Dalam prakteknya meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau di madrasah tentunya harus didasarkan kepada effektifitas mengajar guru tersebut sesuai dengan tuntutan kurikulum sekarang yang berlaku, dimana guru dituntut kemampuannya untuk merumuskan dan mengintegrasikan tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi pengajaran secara tepat dalam mendisain dan mengelola proses belajar mengajar, disamping itu guru juga harus mampu melaksanakan atau membimbing terjadinya kualitas proses belajar yang akan dialami oleh murid-muridnya.19

Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin, secara

konseptual, unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan dan Johnson mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan

profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi).

Kemudian ketiga aspek ini dijabarkan menjadi:

a. Kemampuan profesional mencakup:

1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan

yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari

bahan yang diajarkannya itu.

2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan

kependidikan dan keguruan.

19 Alisuf Sabri, Mimbar Agama dan Budaya, (Jakarta: Pusat Penelitian dan

Pengabdian Pada Masyarakat IAIN, 1992, Cet. Ke-1, h. 16-18.

Page 28: Profesionalisme Guru

19

3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan

pembelajaran siswa.

b. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri

kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa

tugasnya sebagai guru.

c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup:

1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya

sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta

unsur-unsurnya.

2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai seyogianya

dianut oleh seseorang guru.

3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan

teladan bagi para siswanya.20

Ahmad Sabri dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa mengemukakan pula bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang meliputi: a. Menguasai bahan meliputi:

1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah; 2) Menguasai bahn pengayaan/penunjang bidang studi;

b. Mengelola program belajar mengajar, meliputi : 1) Merumuskan tujuan intsruksional; 2) Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang

tepat; 3) Melaksanakan program belajar mengajar; 4) Mengenal kemampuan anak didik;

c. Mengelola kelas, meliputi: 1) Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran; 2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi;

d. Menggunakan media atau sumber, meliputi: 1) Mengenal, memilih dan menggunakan media; 2) Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana; 3) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar; 4) Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan

lapangan; e. Menguasai landasan-landasan pendidikan. f. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar.

20 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, h. 4-5.

Page 29: Profesionalisme Guru

20

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran. h. Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan:

a. Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan; b. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan;

i. Mengenal dan menyelengarakan administrasi sekolah; j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian

pendidikan guna keperluan pengajaran.21 Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang diselenggarakan oleh Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), telah dirumuskan sejumlah kemampuan dasar seorang calon guru lulusan sistem multistrata sebagai berikut: a. Menguasai bahan yakni menguasai bahan bidang studi dalam

kurikulum-kurikulum sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi.

b. Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan instruksional, mengenal dan bisa memakai metode mengajar, memilih materi dan prosedur instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar dan mengajar, mengenal kemampuan anak didik,, menyesuaikan rencana dengan situasi kelas, melaksanakan dan merencanakan pengajaran remedial, serta mengevaluasi hasil belajar.

c. Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA, dan menciptakan iklim belajar yang efektif.

d. Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, mebuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium, mengembangkan laboratorium, serta menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.

e. Menguasai landasan-landasan kependidikan. f. Merencanakan program pengajaran. g. Mengelola interaksi belajar mengajar. h. Menguasai macam-macam metode mengajar. i. Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. j. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di

sekolah. k. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah. l. Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan

yang sederhana guna kemajuan pengajaran.22 Kemudian dalam PP No. 19 Tahun. 2005 (Pasal 28) menegaskan mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut:

21 M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi

Pengajaran Agama Islam, h. 37-38.

22 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi, h. 44-45.

Page 30: Profesionalisme Guru

21

a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: 1) Kompetensi pedagogik; 2) Kompetensi kepribadian; 3) Kompetensi profesional; dan 4) Kompetensi sosial.

d. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat dianggap menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

e. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.23

Dalam PERMENDIKNAS RI No. 16 Tahun. 2007 (Pasal 1 dan 2) mengenai Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan pula bahwa: Pasal 1 a. Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan

kompetensi guru yang berlaku secara nasional. b. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2 Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma (D-IV) atau Sarjana (S1) akan diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri.24 Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas mengenai aspek-

aspek kompetensi guru profesional, untuk memudahkan penulis dalam

melakukan penelitian, maka indikator yang akan diteliti dalam skripsi ini

23http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_N

AS_PENDDKN.PDF/2008/01/09/.

24http://www.setjen.depdiknas.go.id/prodhukum/dokumen/5212007134511Permen_16_2007.pdf./2008/05/04/.

Page 31: Profesionalisme Guru

22

akan merujuk kepada pendapat yang ditulis oleh Nana Sudjana dalam

bukunya yang berjudul Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.

Menurut Nana Sudjana, untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan ke dalam empat kemampuan yakni: a. Merencanakan program belajar mengajar. Sebelum membuat perencanaan belajar mengajar, guru terlebih dahulu

harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut, dan menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam perencanaan belajar mengajar. Kemampuan merencanakan program belajar mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pengajaran. Makna atau arti dari perencanaan/program belajar mengajar tidak lain adalah suatu proyeksi/perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pengajaran itu berlangsung. Dalam kegiatan tersebut secara terinci harus jelas ke mana siswa akan dibawa (tujuan), apa yang harus siswa pelajari (isi bahan pelajaran), bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode dan teknik) dan bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapainya (penilaian).25

b. Menguasai bahan pelajaran. Kemampuan menguasai bahan pelajaran sebagai bahan integral dari

proses belajar mengajar, jangan dianggap pelengkap bagi profesi guru. Guru yang bertaraf profesional penuh mutlak harus menguasai bahan yang akan diajarkannya. Penguasaan bahan pelajaran ternyata memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Nana Sudjana mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Hilda Taba yang menyatakan bahwa keefektifan pengajaran dipengaruhi oleh (a) karakteristik guru dan siswa, (b) bahan pelajaran, dan (c) aspek lain yang berkenaan dengan sistuasi pelajaran. Jadi terdapat hubungan yang positif antara penguasaan bahan pelajaran oleh guru dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Artinya, makin tinggi penguasaan bahan pelajaran oleh guru makain tinggi pula hasil belajar yang dicapai siswa.

c. Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. Melaksanakan atau mengelola program belajar mengajar merupakan

tahap pelaksanaan program yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat,

25 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 1998), Cet. Ke-4, h. 19-20.

Page 32: Profesionalisme Guru

23

apakah kegiatan mengajar dihentikan, ataukah diubah metodenya,, apakah mengulang kembali pelajaran yang lalu, manakala para siswa belum dapat mencapai tujuan pengajaran. Pada tahap ini di samping pengetahuan teori tentang belajar mengajar, tentang pelajar, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik mengajar. Misalnya prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajar siswa, keterampilan memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan mengajar.

d. Menilai kemajuan proses belajar mengajar. Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan yang

dicapai para siswa, baik secara iluminatif-obsrvatif maupun secara struktural-objektif. Penilaian secara iluminatif-observatif dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus tentang perubahan dan kemajuan yang dicapai siswa. Sedangkan penilaian secara struktural-objektif berhubungan dengan pemberian skor, angka atau nilai yang biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar siswa.26

5. Aspek Guru Islam Profesional

Kamal Muhammas �Isa mengemukakan bahwa seorang guru

dituntut harus memilki berbagai sifat dan sikap yang antara lain sebagai

berikut:

a. Seorang guru haruslah manusia pilihan. Siap memikul amanah dan menunaikan tanggung jawab dalam pendidikan generasi muda.

b. Seorang guru hendaklah mampu mempersiapkan dirinya sesempurna mungkin. Agar bisa berperan sebagai pendidik dekaligus sebagai da�i yang selalu menyeru ke jalan Allah. Oleh sebab itu, kebutuhan hidup guru, haruslah dapat dipenuhi oleh pihak penguasa. Agar dalam ketenangan hidupnya, mereka bisa melaksanakan tugasnya dengan penuh rasa cinta dan ikhlas.

c. Seorang guru juga hendaknya tidak pernah tamak dan bathil dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Sehingga seorang guru semata-mata hanya mengharapkan ganjaran dan pahala dari Allah swt. Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Hud as dalam Q.S. Huud ayat 51:

�Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan-Nya?�. (Q.S. Huud (11): 51)

d. Seorang guru haruslah dapat meyakini Islam sebagai konsep ilahi

dimana dia hidup dengan konsep itu, dan mampu mengamalkannya.

26 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, h. 20-22.

Page 33: Profesionalisme Guru

24

e. Seorang guru harus memilki sikap yang terpuji, berhati lembut, berjiwa mulia, ruhya suci, niatnya ikhlas, taqwanya hanya pada Allah, ilmunya banyak dan pandai menyampaikan berbagai buah pikirannya sehingga penjelasannya mudah ditangkap dengan atau tanpa alat peraga.

f. Penampilan seorang guru hendaknya selalu sopan dan rapi. g. Seorang guru seyogyanya juga mampu menjadi pemimpin yang

shalih. h. Seruan dan anjuran seorang guru hendaknya tercermin pula dalam

sikap keluarga atau para sahabatnya. i. Seorang guru harus menyukai dan mencintai muridnya. Tidak boleh

angkuh dan tidak boleh menjauh, sebaliknya ia harus mendekati anak didiknya.27

6. Kriteria Guru Sebagai Profesi

Menurut Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh Martinis

Yamin menjelaskan, kriteria profesi mencakup: (1) upah, (2) memiliki

pengetahuan dan keterampilan, (3) memiliki rasa tanggung jawab dan

tujuan, (4) mengutamakan layanan, (5) memiliki kesatuan, (6) mendapat

pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya.28

Kemudian Robert W. Richey dalam bukunya �Preparing for a

Carier in Education�, yang dikutip Yunus Namsa mengemukakan ciri-ciri

sekaligus syarat-syarat dari suatu profesi sebagai berikut:

a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal daripada

kepentingan pribadi.

b. Seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang

panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip

pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.

c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memenuhi profesi tersebut serta

mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.

d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku sikap

serta cara kerja.

27 Kamal Muhammad �isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fikahati

Anesta, 1994), Cet. Ke-1, h. 64-67.

28 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, h. 14.

Page 34: Profesionalisme Guru

25

e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.

f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan

disiplin diri dalam profesi, serta kesejahtraan anggotannya.

g. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live carier) dan

menjadi seorang anggota yang permanen.29

Soetjipto dan Raflis Kosasi dalam bukunya Profesi Keguruan

mengemukakan, Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya sudah ada yang

mencoba menyusun kriteria profesi keguruan. Misalnya National

Education Association (NEA) 1998 dengan menyarankan kriteria sebagai

berikut:

a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.

b. Jabatan yang menggeluti satu batang tubuh ilmu yang khusus.

c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.

d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang

bersinambungan.

e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang

permanen.

f. Jabatan yang menentukan buku (standarnya) sendiri.

g. Jabatan yang mempunya organisasi profesional yang kuat dan terjalin

erat.30

Dalam buku yang dikutip Yunus Namsa, Sanusi mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi sebagai berikut : a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang

menentukan (crusial). b. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu. c. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui

pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

29 M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi

Pengajaran Agama Islam, h. 39.

30 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004 ), Cet. Ke-2, h. 18.

Page 35: Profesionalisme Guru

26

d. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.

e. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.

f. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.

g. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.

h. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.

i. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari campur tangan orang luar.

j. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa,

Syafaruddin dan Irwan Nasution berpendapat bahwa ada beberapa alasan

rasional dan empirik sehingga tugas mengajar disebut sebagai profesi

adalah; (1) bidang tugas guru memerlukan perencanaan yang matang,

pelaksanaan yang mantap, pengendalian yang baik. Tugas mengajar

dilaksanakan atas dasar sistem; (2) bidang pekerjaan mengajar

memerlukan dukungan ilmu teoritis pendidikan dan mengajar; (3) bidang

pendidikan ini memerlukan waktu lama dalam masa pendidikan dan

latihan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tenaga keguruan.31

7. Kriteria Guru Profesional

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti

yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi

dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat

dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru

yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan,

kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan

lain sebagainya.

31 M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi

Pengajaran Agama Islam, h. 31-32.

Page 36: Profesionalisme Guru

27

Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi; a. Memiliki bakat sebagai guru. b. Memiliki keahlian sebagai guru. c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. d. Memiliki mental yang sehat. e. Berbadan sehat. f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila. h. Guru adalah seorang warga negara yang baik. 32 Kunandar mengemukakan bahwa suatu pekerjaan profesional

memerlukan persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilan

berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2)

menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan

bidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang

memadai; (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari

pekerjaan yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangan

sejalan dengan dinamika kehidupan.

Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru yang

profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas

yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode.

Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam

melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya

mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada

peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru

profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral,

dan spiritual.33

6. Indikator Guru Profesional

Dalam penelitian ini, setelah penulis mengemukakan teori

mengenai profesionalisme guru, maka selanjutnya untuk lebih

32 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, h. 5-7.

33 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 47.

Page 37: Profesionalisme Guru

28

memudahkan proses penelitian, dibawah ini penulis mencantumkan

indikator guru profesional yang akan diteliti dalam skripsi ini, adalah

sebagai berikut:

Tabel 1

Indikator Guru Profesional

No. Kompetensi Konsep Sub Kompetensi Indikator

1.1 Kemampuan

merencanakan

program

belajar-

mengajar.

a. Mampu membuat

Rencana program

Pembelajaran (RPP).

b. Kemampuan guru

dalam merumuskan

tujuan pembelajaran.

1.2 Menguasai

bahan

pelajaran.

a. Mampu menjelaskan

materi pelajaran

dengan baik.

b. Mampu menjawab

soal/pertanyaan dari

siswa.

1. Kompetensi

Profesional

Merupakan

kondisi, arah,

nilai, tujuan

dan kualitas

suatu keahlian

dan

kewenangan

dalam bidang

pendidikan

dan

pengajaran

yang

berkaitan

dengan

pekerjaan

seseorang

yang menjadi

mata

pencaharian.

Guru

profesional

adalah guru

yang memilki

kompetansi

yang

1.3Melaksanakan/

mengelola

proses

belajar-

mengajar.

a. Mampu

membangkitkan

motivasi kepada

siswa.

b. Mampu memberikan

appersepsi kepada

siswa.

c. Mampu

menggunakan

metode mengajar

Page 38: Profesionalisme Guru

29

yang bervariasi.

d. Mampu

menggunakan alat

bantu pengajaran.

e. Mampu Mengatur dan

mengubah suasana

kelas.

g. Mampu memberikan

teguran bagi siswa.

h. Mampu mengaturan

murid.

i. Mampu memberi

reward dan sanksi

pada siswa.

i. Mampu Memberi

pujian kepada siswa.

dipersyaratkan

untuk

melakukan

tugas

pendidikan

dan

pengajaran.

1.4 Menilai

kemajuan

proses

belajar-

mengajar.

a. Mampu membuat dan

mengkoreksi soal.

b. Mampu memberikan

hasil penilaian

(raport).

c. Mampu mengadakan

remedial.

Dalam penelitian ini, yang termasuk kategori guru Fiqih yang profesional

adalah guru yang memilki ijazah Strata 1 (S1) dengan latar belakang pendidikan

keguruan dan telah berpengalaman dalam mengajar.

Page 39: Profesionalisme Guru

30

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu �prestasi� dan

�belajar�. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud

dengan presatasi adalah: �Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan,

dan sebagainya)�.34

Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek

tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan

sebagai berikut: �Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya�.35

M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan,

mengemukakan bahwa belajar adalah �tingkah laku yang mengalami

perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik

fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan

suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun

sikap.36

Dalam rumusan H. Spears yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi

mengemukakan bahwa belajar itu mencakup berbagai macam perbuatan

34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke- 2, h. 895.

35 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-4, h. 2.

36 M Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2003), Cet. Ke- 19, h. 85.

Page 40: Profesionalisme Guru

31

mulai dari mengamati, membaca, menurun, mencoba sampai

mendengarkan untuk mencapai suatu tujuan.37

Selanjutnya, defini belajar yang diungkapkan oleh Cronbach di

dalam bukunya Educational Psychology yang dikutip oleh Sumardi

Suryabrata menyatakan bahwa: belajar yang sebaik-baiknya adalah

dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan

pancainderanya.38

Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas,

maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibatdari

pengalaman atau latihan.

Sedangkan pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum

dam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: �penguasaan pengetahuan

atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru�.39

Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan

manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut

bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat

memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang

yang sedang menuntut ilmu di sekolah.

Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah

sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang

bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara:

a. Penilaian formatif Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian

37 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya:

Usaha Nasional, 1983), Cet. Ke-1, h.17.

38 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-2, h.231.

39 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 895.

Page 41: Profesionalisme Guru

32

tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.

b. Penilaian Sumatif Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.40

2. Dalil Keutamaan Belajar

Dari Abu Daud Ad-Darda� radhiyallahu �anhu, ia berkata, �Aku

mendengar Rasulullah shallallahu �alaihi wasalallam bersabda:

Artinya:

�Barang siapa menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah

akan memudahkan baginya jalan menuju syurga. Sesungguhnya para

malaikat benar-benar akan membentangkan sayap-sayapnya bagi

penuntut ilmu sebagai bentuk keridhaan terhadap yang mereka lakukan.

Sesungguhnya orang alim akan dimohonkan ampunan oleh seluruh

makhluk yang ada di langit dan di bumi, hingga ikan-ikan pun turut

beristighfar untuknya. Keutamaan orang alim atas orang ahli ibadah

seperti keutamaan bulan malam purnama atas seluruh bintang-bintang.

Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi dan sesungguhnya

para Nabi tidak mewarisklan dinar atau dirham hanya mewariskan ilmu.

Jadi barang siapa yang mengambilnya berart ia telah mengambil

40 M Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-10, h. 26.

Page 42: Profesionalisme Guru

33

bagiannya yang banyak�. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ibnu

Hibban).41

Dari hadits di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Allah

swt. memberikan suatu penghargaan dan kemudahan bagi orang yang

senantiasa belajar dan menuntut ilmu sehingga Allah menjanjikan bagi

mereka kenikmatan untuk dimudahkan menuju pintu syurga. Selain itu,

orang �alim tidak hanya diberikan keistimewaan oleh Allah swt.

melainkan seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi akan

memohonkan ampun baginya.

3. Jenis-jenis Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi

segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan

proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah

mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang

dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa,

baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk

memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-

garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan

jenis-jenis prestasi yang hendak diukur.42

Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom,

dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan

belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah

tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses

kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat

tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau

41 Abu Muhammad bin Khallad Ad-Dimyati, Hadits Shahih Keutamaan Amal

Shalih, (Jakarta: Najla Press, 2003), Cet. Ke-1, h. 11.

42 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 150.

Page 43: Profesionalisme Guru

34

ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain,

prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan

ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis akan akan

menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang

terdapat dalam teori Bloom berikut:

a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).

1). Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan sebagainya.43 Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan

hal-hal yang pernah dipelajaridan disimpan dalam ingatan.44

2). Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap

makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari.45 Pemahaman juga

dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami

gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan

sebagainya.46

3). Aplikasi (Application)

Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk

menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus

43 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.

44 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. Ke-4, h. 247.

45 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.

46 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.

Page 44: Profesionalisme Guru

35

atau problem yang konkret dan baru.47 Di tingkat ini, seseorang

memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur,

metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.48

4). Analisis (Analysis)

Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu

kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan

atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.49 Di tingkat

analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang

masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam

bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya,

dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan

akibat dari sebuah skenario yang rumit.50

5). Sintesis (Synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu

kesatuan atau pola baru.51 Sintesis satu tingkat di atas analisa.

Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur

atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan

mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk

menghasilkan solusi yang dibutuhkan.52

6). Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu

pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan

pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria

47 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.

48 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.

49 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.

50 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.

51 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.

52 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.

Page 45: Profesionalisme Guru

36

tertentu.53 Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan

penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan

menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk

memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.54

b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi,

dan cara penyesuaian diri.55 Tujuan pendidikan ranah afektif adalah

hail belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau

afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek:

1). Penerimaan (Receiving/Attending)

Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang

dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti

buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru.56

2). Tanggapan (Responding)

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di

lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan

dalam memberikan tanggapan.57

3). Penghargaan (Valuing)

Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk

memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai

dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima,

menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah

laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin.58

53 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247.

54 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.

55 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.

56 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248.

57 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.

58 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248.

Page 46: Profesionalisme Guru

37

4). Pengorganisasian (Organization)

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di

antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.59

Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk

suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam

kehidupan. Nilai- nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada

suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan,

mana yang tidak begitu penting.60

5). Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value

or Value Complex)

Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya

sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.61 Karakterisasinya

mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan

sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan

menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya

sendiri.62

c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku

yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,

mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.63

Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut �motorik� karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki keterampiulan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan �Automatisme� yaitu gerakan-gerik yang

59 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.

60 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248.

61 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.

62 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248.

63 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.

Page 47: Profesionalisme Guru

38

terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya dengan pendidikan agama ialah keterampilan membaca dan menulis huruf Arab, keterampilan membaca dan melagukan ayat-ayat Al-Qur�an, keterampilan melaksanakan gerakan-gerakan shalat. Semua jenis keterampilan tersebut diperoleh melalui proses belajar dengan prosedur latihan.64

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui

belajar mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya.

Dengan demikian belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri

individu sebagai hsil pengalamannya di lingkungan.

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi dua macam: a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek yakni: 1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak membekas.

2) Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak

64 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet.

Ke-2, h. 99-100.

Page 48: Profesionalisme Guru

39

merupakan �menara pengontrol� hampir seluruh aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa mak semakin besar peluangnya untuk memperoleh sukses.

b) Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang,dan sebgainya, baik secara positif maupun negatif.65 Sikap merupakan faktor psikologis yang kan mempengaruhi

belajar. Dalam hal ini sikap yang akn menunjang belajar

seseorang ialah sikap poitif (menerima) terhadap bahan atau

pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar

dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti:

kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan

sebagainya.66

c) Bakat Siswa

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa

yang akan datang. Dengan denikian, sebetulnya setiap orang

mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai

prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas

masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip dengan

intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi

sangat cerdas (superior) atau cerdas luar bisa (very superior)

disebut juga sebagai gifted, yakni anak berbakat intelektual.

d) Minat siswa

65 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 135.

66 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-2, h. 84.

Page 49: Profesionalisme Guru

40

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat

dapat mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar siswa

dalam bidang-bidang studi tertentu.67

b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor

lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:

1) Faktor-faktor Lingkungan

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan

sosial.

Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah

seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang,

malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya.

Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan

representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses

dan hasil belajar siswa.

2) Faktor-faktor Instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas,

sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan

kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang

digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.68

Dari semua faktor di atas, dalam penelitian kali ini akan diarahkan

pada faktor instrumental yang di dalamnya guru profesional itu akan

ditunjukan.

Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain.

Misalnya: Seorang siswa yang conserving terhadap ilmu pengetahuan

biasanya cenderung mengambil pendekatan yang sederhana dan tidak

mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki kemampun

67 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 136.

68 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, h. 59-60.

Page 50: Profesionalisme Guru

41

intelegensi yang tinggi (faktor Iternal) dan mendapat dorongan positif dari

orang tua atau gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih pendekatan

belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh

faktor-faktor tersebut di atas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi,

rendah atau gagal sama sekali.

Dalam hal ini seorang guru yang memiliki kompetensi yang baik

dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-

kemungkinan munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan

dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi

penghambat proses belajar siswa.

4. Indikator Prestasi Belajar

Indikator prestasi belajar siswa dalam penelitian ini akan diperoleh

dari penilaian yang ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik,

yang dirangkum dalam nilai raport siswa dalam bidang studi Fiqih.

C. Hubungan Profesionalisme Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa

Dari penjelasan diatas, penulis memberikan kesimpulan bahwa yang

menjadi alasan adanya hubungan profesionalisme guru dengan prestasi belajar

siswa dalam penelitian ini, dapat dilihat dalam dua hal sebagai berikut:

1. Karena keberadaan guru dalam kelas adalah sebagai manajer bidang studi..

Yaitu, orang yang merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil

belajar di sekolah.

2. Karena guru di sekolah bertugas menentukan keberhasilan siswa. Oleh

karena itu, apabila siswa belum berhasil, maka guru perlu mengadakan

remedial.

Untuk itu, guru yang mampu merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi hasil belajar adalah guru yang profesional.

Page 51: Profesionalisme Guru

42

D. Kerangka Berpikir

Profesionalisme berasal dari kata profesion yang mengandung arti

pekerjaan yang memerlukan keahlian yang dapat diperoleh melalui jenjang

pendidikan atau latihan tertentu.

Berbicara mengenai profesionalisme, guru adalah termasuk suatu

profesi yang memerlukan keahlian tertentu dan memiliki tanggung jawab

yang harus dikerjakan secara profesional. Karena guru adalah individu yang

memiliki tanggung jawab moral terhadap kesuksesan anak didik yang berada

dibawah pengawasannya, maka keberhasilan siswa akan sangat dipengaruhi

oleh kinerja yang dimiliki seorang guru. Oleh karena itu, guru profesional

diharapkan akan memberikan sesuatu yang positif yang berkenaan dengan

keberhasilan prestasi belajar siswa.

Dalam pelaksanaannya, tanggung jawab guru tidak hanya terbatas

kepada proses dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Banyak hal yang

menjadi tanggung jawab guru, yang salah satunya adalah memiliki

kompetensi idealnya sebagaimana guru profesional. Kompetensi di sini

meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat

pribadi, sosial, maupun akademis. Dengan kata lain, guru yang profesional ini

memiliki keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga dia mampu

melaksanakan tugasnya secara maksimal dan terarah.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar, seorang guru profesional harus

terlebih dahulu mampu merencanakan program pengajaran. Kemudian

melaksanakan program pengajaran dengan baik dan mengevaluasi hasil

pembelajaran sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu,

seorang guru profesional akan menghasilkan anak didik yang mampu

menguasai pengetahuan baik dalam aspek kognitif, afektif serta psikomotorik.

Dengan demikian, seorang guru dikatakan profesional apabila mampu

menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas dan mendatangkan

prestasi belajar yang baik. Demikian pula dengan siswa, mereka baru

dikatakan memiliki prestasi belajar yang maksimal apabila telah menguasai

Page 52: Profesionalisme Guru

43

materi pelajaran dengan baik dan mampu mengaktualisasikannya. Prestasi itu

akan terlihat berupa pengetahuan, sikap dan perbuatan.

Kehadiran guru profesional tentunya akan berakibat positif terhadap

perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan maupun dalam keterampilan.

Oleh sebab itu, siswa akan antusias dengan apa yang disampaikan oleh guru

yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Bila hal itu terlaksana dengan baik, maka apa yang disampaikan oleh guru

akan berpengaruh terhadap kemampuan atau prestasi belajar anak. Karena,

disadari ataupun tidak, bahwa guru adalah faktor eksternal dalam kegiatan

pembelajaran yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses

kegiatan pembelajaran itu. Untuk itu, kualitas guru akan memberikan

pengaruh yang sangat berarti terhadap proses pembentukan prestasi anak

didik. Maka oleh karena itu, dengan keberadaan seorang guru profesional

diharapkan akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kelancaran

dan keberhasilan proses belajar mengajar serta mampu memaksimalkan hasil

prestasi belajar siswa dengan sebaik-baiknya.

E. Hipotesis

Untuk menguji ada atau tidaknya hubungan variabel X

(profesionalisme guru) dengan variabel Y (prestasi belajar siswa), maka

penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:

Ha: Terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme

guru dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii�ah Tegallega

Cidolog Sukabumi.

Ho: Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara

profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-

Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi.

Dari hipotesis di atas, penulis memiliki dugaan sementara bahwa

terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru dengan

prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi.

Untuk itu, penulis sepakat dengan petnyataan Ha di atas. Adapun untuk

Page 53: Profesionalisme Guru

44

kebenarannya, maka akan dibuktikan melalu hasil penelitian yang dilakukan

di sekolah yang bersangkutan.

Page 54: Profesionalisme Guru

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Jamii�ah Tegallega Desa.

Tegallega, Kecamatan. Cidolog, Kabupaten. Sukabumi, Propinsi. Jawa barat.

Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai

dengan bulan Juli 2008.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menguji profesionalisme guru dan

hubungannya dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii�ah Tegallega

Cidolog Sukabumi.

1. Variabel bebas (independent variable) profesionalisme guru.

2. Variabel terikat (dependent variable) adalah prestasi belajar siswa atau

hasil belajar (nilai raport) mata pelajaran Fiqih.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa/siswi MTs Al-

Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi kelas VII dan VIII, tahun pelajaran

2007/2008 yang berjumlah 110 orang. Adapun sampelnya diambil secara acak

(Random Sampling). Melalui penelitian ini penulis mengambil sampel

sebanyak 40% dari populasi yaitu 40 orang, dengan 20 orang laki-laki dan 20

orang perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka

penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain:

id4218640 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 55: Profesionalisme Guru

`

47

1. Angket (kuesioner)

Angket ini diberikan kepada siswa untuk memperoleh informasi

mengenai kemampuan profesional yang dimiliki oleh guru dalam proses

belajar mengajar.

Angket dibuat dengan model Likert yang mempunyai empat

kemungkinan jawaban yang berjumlah genap ini dimaksud untuk

menghindari kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak

mempunyai jawabanyang jelas.

Penyusunan angket kompetensi guru mengacu kepada aspek-aspek

kemampuan guru (kompetensi profesionalisme guru) yang terdiri dari 25

item dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2

Kisi-kisi Angket Guru Fiqih Profesional

Nomor Angket Variabel Indikator Sub Variabel Positif

(+)

Negatif (-)

a. Kemampuan merencanakan

program belajar mengajar

1 -

b. Menguasai bahan pelajaran 3,4,5 2

c. Melaksanakan/mengelola

proses belajar-mengajar

6,7,8,9,10,11,1

3,14,15,16,17,

18,19,20,21,22

12

Kompetensi

Profesional

Guru Fiqih

d. Menilai kemajuan proses

belajar-mengajar

23,24,25 -

2. Observasi

Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan dengan

pengamatan dan pencatatan sistematik fenomena-fenomena yang

diselidiki. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi

sekolah atau deskripsi lokasi penelitian yang dilaksanakan di MTs Al-

Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi.

Page 56: Profesionalisme Guru

`

48

3. Wawancara

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk memperoleh

data yang lebih mendalam dan untuk mengkomparasikan data yang

diperoleh melalui angket. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah.

4. Studi Dokumentasi

Peneliti mencari data tentang prestasi belajar siswa, yaitu nilai

raport pada mata pelajaran Fiqih semester ganjil tahun 2007/2008.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk

menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data

tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi

juga oleh orang lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai

berikut:

1. Editing

Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah

editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang

kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari

kekeliruan dan kesalahan.

2. Scoring

Setelah melalui tahapan editing, maka selanjutnya penulis

memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket.

Adapun pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban adalah:

Tabel 3

Skor Jawaban Angket Guru Fiqih Profesional

Positif (+) Negatif (-)

Jawaban Skor Jawaban Skor

Selalu 4 Selalu 1

Sering 3 Sering 2

Page 57: Profesionalisme Guru

`

49

Kadag-kadang 2 Kadag-kadang 3

Tidak pernah 1 Tidak pernah 4

Kemudian hasil seluruh jawaban siswa dengan melihat rata-rata

jumlah skor, dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 4

Klasifikasi Skor Angket Guru Profesional

Klasifikasi Keterangan Jumlah Skor Jawaban

25 � 50 Rendah

51 � 75 Sedang

76 � 100 Tinggi

3. Pengujian Hipotesis

Selanjutnya adalah penghitungan terhadap hasil skor yang telah

ada. Karena penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada korelasi antara

profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa, maka yang dipakai

adalah rumus �r� product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai

berikut:

rxy : Angka indeks korelasi �r� product moment

N : Jumlah responden

xy : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

x : Jumlah seluruh skor x

y : Jumlah seluruh skor y

Kemudian memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi

�r� product moment dengan interpretasi kasar atau sederhana, yaitu

})(}{)({

))((2222 YYNXXN

YXXYNrxy

Page 58: Profesionalisme Guru

`

50

dengan mencocokkan perhitungan dengan angka indeks korelasi �r�

product moment.

Selanjutnya untuk menentukan data penelitian ini signifikan atau

tidak, interpretasi juga menggunakan tabel nilai �r� (rt), dengan terlebih

dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedom (df) yang

rumusnya adalah:

df : degrees of freedom

N : Number of Cases

Nr : Banyaknya variabel (Profesionalisme guru Fiqih dan Prestasi

belajar Siswa).

Rumus selanjutnya adalah untuk mencari kontribusi variabel X

terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KD : Koefision Determination (kontribusi variabel X terhadap variabel

Y).

r : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y.

nrNdf

KD = r2 x 100%

Page 59: Profesionalisme Guru

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Sekolah

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

MTs Al-Jamii'ah Teagallega terletak di kabupaten Sukabumi,

tepatnya di desa Tegallega, kecamatan Cidolog. Jaraknya dari kotamadya

Sukabumi (Kota) kurang lebih 66 km dengan kondisi jalan yang berbelok-

belok dan relatif buruk. Sedangkan kecamatan Cidolog berada di sebelah

selatan desa Tegallega. Di kecamatan ini terdapat dua sekolah lanjutan

yaitu Madrasah Tsanawiyah Al-Jamii'ah itu sendiri dan sekolah tingkat

Lanjutan Pertama Negeri (SLTPN) yang berada di desa Cidolog yang

notabene adalah kecamatan. Jarak tempuh dari desa Tegallega ke

kecamatan Cidolog adalah 7 km.

Salah satu kecamatan yang cukup penting untuk disebutkan di sini

adalah Sagaranten karena ia merupakan tempat alternatif yang menjadi

sentral pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat dari daerah-daerah

yang berada di selatannya selain harus ke kotamadya Sukabumi. Jarak

tempuh antara Tegallega dan Sagaranten adalah 13 km dan dari kota

madya Sukabumi ke Sagaranten berjarak 53 km.

Di kecamatan Sagaranten sendiri terdapat SLTP Negeri, Madrasah

Tsanawiyah Negeri dan Madrasah Aliyah, dan Sekolah Menengah Umum.

Dari paparan di atas tergambar bahwa MTs Al-Jamii'ah berada diantara

kecamatan yang memilki sekolah negeri.

Madrasah Tsanawiyah Al-Jamii'ah memiliki bangunan sendiri yang

terdiri dari enam lokal dengan rincian:

a. Tiga lokal dipakai untuk kelas (I, II dan III);

b. Satu lokal untuk ruang guru (kantor);

c. Satu lokal untuk perpustakaan;

d. Dan satu mesjid untuk kegiatan shalat berjamaa'ah;

id4247500 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 60: Profesionalisme Guru

52

e. Asrama atau pondok untuk siswa-siswi yang rumahnya jauh dari

sekolah.

MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi dalam pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

Visi:

Visi MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi yaitu:

�Dengan ilmu kita tahu, dengan agama kita bertakwa�.

Misi:

Adapun yang menjadi misi dari MTs Al-Jamii�ah Tegallega

Cidolog Sukabumi yaitu:

a. Mencetak kader yang berilmu dan beragama.

b. Membentuk karakter siswa/siswi dengan nilai-nilai ajaran Islam untuk

melahirkan manusia yang berakhlaqul karimah.

c. Mempersiapkan siswa/siswi untuk melanjutkan ke pendidikan

berikutnya, baik jurusan agama maupun umum.

d. Mempersiapkan siswa/siswi agar dapat mengaplikasikan ilmu

pengetahuan dan keterampilannya di tengah-tengah masyarakat.

Kegiatan belajar-mengajar di MTs Al-Jamii'ah ini dilaksanakan di

pagi dan siang hari. Sebagian siswa ada yang melaksanakan kegiatan

belajar mengajar di pagi hari, dan sebagian siswa yang lain melaksanakan

kegiatan belajar-mengajar pada siang hari. Hal itu dilakukan secara

bergantian mengingat tempat yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah

siswa yang ada. Keseluruhan siswa-siswi MTs Al-Jamii'ah Tegallega

berjumlah 165 orang, dengan jumlah siswa setiap kelas sebanyak 55 orang.

Tenaga pengajar dan pengelola sekolah MTs Al-Jamii�ah Tegallega

Cidolog Sukabumi secara keseluruhan berjumlah 16 orang dengan

klasifikasi sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin

Laki-laki : 11 orang.

Perempuan : 5 orang.

Page 61: Profesionalisme Guru

53

b. Tingkat Pendidikan

S1 : 10 orang.

D2 : 3 orang.

PGA : 1 orang.

SLTA : 2 orang.

Letak Madrasah Tsanawiyah Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog

Sukabumi berada pada lokasi yang strategis, yakni di sekitarnya terdapat

empat Sekolah Dasar (SD) yaitu:

a. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tegallega.

b. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cipamingkis.

c. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Puncak Batu.

d. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cilengka.

Dan dua Madrasah Ibtidaiyah (MI), yaitu:

a. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Cibengang.

b. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Cipari.

Siswa/siswi tingkat dasar tersebut antara 50%-70% meneruskan

sekolahnya dan MTs Al-Jamii�ah Tegallega menjadi alternatif utama

sekolah lanjutan karena jaraknya yang relatif lebih dekat dengan Sekolah

Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah yang berada di sekitarnya dibanding

sekolah lanjutan lainnya.

2. Sejarah Singkat Sekolah

Pembentukan Yayasan Pendidikan Islam (YASPI) Al-Jamii'ah

Tegallega berawal dari keinginan untuk membangun Madrasah

Tsanawiyah yang kemudian berhasil didirikan pada tanggal 23 Maret 1986

dengan tempat kegiatan belajar sementara berlokasi di Madrasah Diniyah

(MD) Annur, kampung Sinapeul, desa Tegallega kecamatan Cidolog.

Adapun para pendirinya adalah:

1). K.H. M. Mahmudin

2). K.H. M. Didin

3). H. Daradjat Sudrajat

Page 62: Profesionalisme Guru

54

4). H. Ridwan Syafe'i

5). M. Tabrani

6). Iim Ibrahim

7). M. Sarmaja (Alm)

Baru pada tanggal 9 Mei 1986 mendapat pengesahan dari Akte

Notaris: Ibrahim Basya No. 5 dan terdaftar pada Pengadilan Negeri

Sukabumi No. W8. DLHM 07.01.50/1986-PN-Smi. Mts Al-Jamii'ah mulai

beroperasi/membuka tahun ajaran baru pada tanggal 16 Juli 1986 dengan

jumlah pendaftar perdana 42 siswa.

Tujuan utama pendirian Madrasah Al-Jamii'ah ini adalah untuk

mencetak lulusan-lulusan yang berintelektual-santri dan bersantri-

intelektual. Oleh karena itu dalam kegiatan dipadukan antara pengajaran di

sekolah dan kegiatan pengajian Al-Qur'an dengan materi ayat-ayat pilihan

yang disesuaikan dengan pelajaran agama di sekolah yang menggunakan

metode tahfidz berikut terjemahannya terutama ayat-ayat yang berkenaan

dengan akhlak (moral).

Pada tahun 1995 Madrasah Tsanawiyah Al-Jamii'ah resmi memiliki

bangunan sendiri dengan lima lokal dan menyediakan asrama putera/puteri

bagi siswa yang tempat tinggalnya jauh namun bersungguh-sungguh untuk

belajar di Madrasah Tsanawiyah tersebut. Sampai saat ini Tsanawiyah Al-

Jamii'ah Tegallega telah mengeluarkan 21 angkatan/lulusan. Adapun yang

menjabat sebagai ketua yayasan MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog

Sukabumi saat ini adalah Bapak H. Muhammad Mahmudin yang

merupakan pendiri dan pemilik tanah sekaligus sekolah MTs Al-Jamii�ah

Tegallega Cidolog Sukabumi.

3. Sarana dan Prasarana

Sarana yang tersedia di MTs Al-Jamii'ah Tegallega Cidolog

Sukabumi adalah sebagai berikut:

1). Alat Praktek IPA

Alat praktek IPA yang ada di MTs Al-Jamii'ah yaitu:

Page 63: Profesionalisme Guru

55

a. Mikroskop.

b. Alat peraga tubuh/kerangka manusia.

c. Alat peraga elektronik sederhana

d. Jenis batu-batuan alam.

e. Alat Pengujian teori IPA sederhana.

2). Asrama siswa

3). Gedung sekolah milik sendiri

4). Mesjid

5). Lapangam Volley Ball

6). Lapangan Tenis Meja

Kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi rutinitas siswa/siswi Al-

Jamii'ah Tegallega Cidolog Sukabumi yaitu:

a. Pramuka

b. Majlis Training Dakwah

c. Sepak bola

d. Volley Ball

e. Tenis Meja

B. Deskripsi Data

1. Gambaran Umum Tingkat Profesionalisme Guru MTs Al-Jamii'ah

Tegallega Cidolog Sukabumi.

Jumlah guru MTs Al-Jamii'ah Tegallega Cidolog Sukabumi

seluruhnya berjumlah 16 orang dengan latar belakang pendidikan sebagai

berikut:

Tabel 5

Keadaan Tenaga Pengajar dan Tenaga Administrasi MTs Al-Jamii'ah

Tegallega Cidolog Sukabumi Tahun Pelajaran 2007/2008

No. Nama Jenjang Pendidikan dan

Jurusan

Jabatan Tugas Mata Pelajaran

1. Anwar Jahid, S.Ag S1 SPI, UIN SYAHID Jakarta,

Kepala Sekolah

IPS, SKI

Page 64: Profesionalisme Guru

56

1996/1997 Akta IV

Darussalam Sukabumi

2. Kustandi AR, S.Pd.I S1 PBA UIN SYAHID Jakarta

2002/2003

Bidang Kurikulum

Bahasa Arab, Bahasa Inggris

3. Saprudin, S.Pd.I S1 PAI STAI Sukabumi 2004/2005

Sarana Prasarana

Aqidah Akhlaq

4. Wahidin, A.Ma D2 PAI Syamsul Ulum Sukabumi

1999/2000

Humas Aqidah Akhlaq

5. MT Syahrudin, S.Ag S1 PAI STAI Sukabumi 1996/1997

Kesiswaan Qur'an Hadits

6. Drs. Opik Taufiq S1 MTK UIN SYAHID Jakarta

1992/1993

Wali Kelas Matematika

7. Mansur Yatin, S.Pd.I S1 PAI Daarussalam

Sukabumi 2004/2005

Wali Kelas Fiqih

8. Leni Puspita, S.Pd.I S1 MIPA UNISBA Bandung

2001/2002

Wali Kelas IPA

9. Ali Supriadi, S.Pd.I S1 IAIN Sunan Gunung Jati

Bandung 2003/2004

Guru Fiqih

10. Uswandi D2 PGSD STKIP Sukabumi 2004/2005

Guru Penjaskes

11. Asep Muluyadi, S.Ag S1 Pendidkan Bahasa Indonesia

IAIN Bandung 1997/1998

Guru Bahasa Indonesia,

Bahasa Daerah

12. Eni Rustini PGA 1987/1988

Guru PPKN

13. Nia Susanti SLTA 2002/2003

Guru KTK

Page 65: Profesionalisme Guru

57

14. Taufikurrahman, S.Th.I S1 Tafsir Hadits UIN SYAHID

Jakarta 2005/2006

Guru Qur'an Hadits, Kaligrafi

15. Wiwi Nopiana

SLTA 2006/2007

TU Tenaga administrasi

16.

Iis Muhsonah

D2 PAI STAI Sukabumi 1997/1998

Guru MTK

Dari tabel di atas, guru Fiqih yang ada di MTs Al-Jamii'ah

Tegallega Cidolog Sukabumi berjumlah 2 orang. Keduanya merupakan

lulusan Strata 1 (S1) Sarjana Pendidikan Agama Islam.

2. Hasil Penelitian

Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Fiqih

Tabel 6

Skor Angket Penelitian

Hubungan Profesionalisme Guru Bidang Studi Fiqih dengan

Prestasi Belajar Siswa

Nama: �����������. No. Responden : ���

Kelas: �����������. Jenis Kelamin : (P/L)

Petunjunk Pengisian:

Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dan berilah tanda cek list (√) pada

kolom jawaban sesuai dengan pendapat kamu.

Alternativ jawaban dan skor yang disediakan adalah sebagai berikut:

Untuk skor jawaban pertanyaan positif adalah sebagai berikut:

Selalu (S) : 4 Kadang-kadang (KK) : 2

Sering (SR) : 3 Tidak pernah (TP) : 1

Adapun skor jawaban pertanyaan negatif adalah sebagai berikut:

Page 66: Profesionalisme Guru

58

Selalu (S) : 1 Kadang-kadang (KK) : 3

Sering (SR) : 2 Tidak pernah (TP) : 4

No Pertanyaan & pernyataan S SR KK TP

1. Sebelum menjelaskan materi pembelajaran,

apakah guru Fiqih memberitahu terlebih dulu

mengenai tujuan pembelajaran?

2. Apakah guru bidang studi Fiqih dalam

menjelaskan materi pembelajaran melihat isi

buku yang berkaitan dengan materi?

3. Apakah guru bidang studi Fiqih mampu

menjelaskan materi pembelajaran dengan jelas

sehingga mudah difahami siswa?

4. Dalam menyampaikan bahan pelajaran, apakah

guru bidang studi Fiqih memberikan contoh

sehingga apa yang disampaikan mudah

dimengerti?

5. Apakah guru bidang studi Fiqih mampu

menjawab dengan jelas pertanyaan yang

diberikan siswa dalam proses kegiatan belajar?

6. Apakah guru Fiqih dalam mengajar

menggunakan metode secara bervariasi

(ceramah, Tanya jawab, demonstrasi, kerja

kelompok) ?

7. Setiap memulai pelajaran, apakah guru Fiqih

mengulas dan menanyakan pelajaran yang lalu?

8. Dalam menyajikan materi pelajaran, apakah

guru Fiqih menciptakan kegiatan atau perlakuan

yang berbeda antara karakteristik siswa yang

memiliki kemampuan rendah dengan siswa

yang memilki kemampuan tinggi?

9. Apakah guru Fiqih menyapa (menanyakan

kabar siswa) ketika masuk kedalam kelas?

Page 67: Profesionalisme Guru

59

10. Apakah guru Fiqih memberikan teguran kepada

siswa yang mengganggu kegiatan belajar

mengajar?

11. Sebelum memulai pelajaran, apakah guru Fiqih

mengatur kerapihan tata ruang kelas terlebih

dahulu serta kesiapan siswa untuk belajar?

12. Apakah guru Fiqih mengalami kesulitan

mengatur siswa dalam kelas?

13. Selain buku pegangan, apakah guru Fiqih

menggunakan buku-buku lain yang menunjang

materi pembelajaran?

14. Selain buku, papan tulis, apakah guru Fiqih

menggunakan alat bantu belajar yang lain

seperti karton, peta dan sarana prasarana

lainnya?

15. Apakah guru Fiqih dalam mengajar merancang

dan membuat alat bantu (alat peraga) belajar

yang sederhana?

16. Dalam kegiatan belajar mengajar, apakah guru

Fiqih menggunakan laboratorium atau alat

peraga?

17. Apakah guru Fiqih memanfaatkan perpustakaan

dalam mengajar?

18. Dengan alat peraga yang digunakan oleh guru

Fiqih, apakah kamu lebih mengerti materi yang

diajarkan?

19. Apakah guru Fiqih memberikan pujian kepada

siswa ketika menjawab pertanyaan dengan tepat

serta mengarahkan bagi siswa yang menjawab

pertanyaan kurang tepat?

20. Apakah guru Fiqih memberikan motivasi,

nasihat dan ide cemerlang kepada murid ketika

mengajar?

Page 68: Profesionalisme Guru

60

21. Dalam mengajar, apakah guru Fiqih

menanyakan kembali pembahasan yang telah

dipelajari sebelumnya?

22. Setelah selesai pembelajaran, apakah guru Fiqih

mampu menyimpulkan materi pelajaran dengan

baik?

23. Apakah soal-soal yang diberikan guru Fiqih

dalam ulangan sesuai dengan materi yang

diajarkan?

24. Bila guru Fiqih memberi tugas, apakah selalu

dinilai dan diberikan kepada siswa?

25. Apabila hasil tes siswa rendah, apakah siswa

diberikan kesempatan untuk memperbaiki?

Angket yang disebarkan kepada siswa kemudian dianalisis dan

diberikan skor jawaban per item soal dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 7

Analisis Item Untuk Skor Angket Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Fiqih

ITEM ANGKET SUB

YE

K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

JUM

LA

H

SKO

R

1 2 1 3 2 3 3 2 3 2 1 2 3 3 1 3 1 2 1 2 2 2 2 3 3 4 56

2 1 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 2 3 2 3 2 2 1 2 3 2 3 4 4 62

3 4 3 3 3 4 2 4 1 2 3 2 4 2 3 3 2 2 4 3 4 2 2 4 4 4 74

4 1 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 3 3 2 1 2 1 2 2 3 2 4 4 4 62

5 2 3 3 3 3 4 4 1 1 4 2 3 3 2 1 1 2 3 4 3 1 2 3 4 4 65

6 1 2 3 2 4 3 1 1 1 3 2 3 3 1 1 1 1 3 2 3 2 1 4 4 3 55

7 2 3 3 3 3 3 2 1 2 3 4 2 2 3 3 1 2 4 2 3 2 1 3 4 4 65

8 3 2 3 2 3 3 4 1 2 3 1 3 3 2 1 1 1 3 4 2 1 3 3 4 4 62

9 2 3 4 2 3 2 3 1 3 2 1 3 3 2 1 2 1 2 3 2 3 1 3 4 4 60

Page 69: Profesionalisme Guru

61

10 2 2 2 2 3 3 3 1 2 3 1 1 4 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 4 56

11 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 1 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 4 4 2 63

12 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 4 4 2 62

13 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 3 4 2 3 61

14 4 2 2 2 2 3 2 1 2 4 1 1 4 2 2 1 1 2 3 4 2 2 2 2 4 57

15 1 2 2 2 2 4 4 1 2 4 2 3 4 1 1 1 1 3 4 2 2 3 4 4 3 62

16 3 2 2 2 2 3 3 1 1 3 1 1 4 2 2 1 2 2 3 4 2 2 2 2 4 56

17 1 2 3 2 1 4 4 1 1 4 2 3 4 1 1 1 1 3 4 2 3 3 4 4 3 61

18 1 3 2 3 2 3 2 3 2 1 2 3 2 1 3 1 2 1 2 2 2 2 3 3 4 55

19 3 4 2 3 3 2 3 1 2 3 2 4 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 4 3 4 66

20 2 3 3 2 2 3 3 1 3 3 1 2 4 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 4 62

21 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 1 3 4 1 2 1 1 3 3 2 3 1 4 3 4 63

22 3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 4 1 1 2 2 1 4 2 2 2 2 3 4 2 56

23 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 3 4 2 3 60

24 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 1 2 1 1 2 3 2 3 1 4 3 4 58

25 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 1 3 4 1 2 1 1 3 4 2 3 1 4 3 4 62

26 3 2 3 3 2 4 4 1 1 3 2 3 3 2 1 1 2 3 4 3 1 2 3 4 4 64

27 3 2 2 2 1 3 4 1 1 4 1 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 4 4 56

28 4 2 3 4 3 4 2 3 4 3 2 3 1 2 1 3 3 2 3 2 1 1 4 4 4 68

29 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 4 4 3 62

30 3 2 2 2 3 3 2 1 3 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 3 2 55

31 2 1 3 2 1 2 2 1 2 4 2 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 1 4 2 4 54

32 3 1 2 3 2 2 2 3 1 3 1 3 2 2 2 1 1 2 3 3 2 2 4 2 4 56

33 2 1 2 2 4 1 3 1 4 3 1 1 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 4 3 4 57

34 2 1 2 2 4 2 3 1 2 3 1 3 2 2 3 1 1 4 2 3 2 1 4 2 3 56

35 2 4 3 4 3 4 2 3 4 3 2 3 1 2 1 3 2 2 3 2 1 1 4 4 4 67

36 3 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 50

37 3 4 3 4 2 4 2 3 4 3 2 3 1 2 1 3 2 2 3 2 1 1 4 4 4 67

38 3 2 2 4 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 4 4 4 50

39 3 4 4 3 2 2 4 3 4 3 2 3 1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 4 4 4 66

40 3 4 3 4 2 2 4 3 4 3 2 3 1 2 1 2 2 2 3 2 1 1 4 4 4 66

=40 Jumlah Skor =2415

Setelah jumlah skor dibagi oleh jumlah responden (2415 : 40),

maka hasil yang diperoleh adalah 60.375. Dengan demikian, jumlah skor

Page 70: Profesionalisme Guru

62

rata-rata tingkat profesionalisme guru Fiqih MTs Al-Jamii�ah Tegallega

Cidolog Sukabumi adalah cukup baik.

Dari tabel 2 diketahui bahwa jumlah skor jawaban siswa dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 8

Klasifikasi Jumlah Skor Jawaban Siswa dari Angket Profesionalisme

Guru Fiqih

Klasifikasi Jumlah Siswa Keterangan Jumlah Skor

Jawaban

25-50 2 Siswa Rendah

51-75 38 Siswa Sedang

76-100 - Tinggi

Jadi, tingkat profesionalisme guru Fiqih menurut pendapat siswa

dianggap sedang, yakni antara 51-75, sebanyak 38 siswa.

Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa diambil dari daftar nilai siswa pada buku

daftar nilai (legger), prestasi belajar yang diambil oleh penulis adalah nilai

raport siswa pada semester ganjil tahun ajaran 2007/2008 sebagai berikut:

Tabel 9

Daftar Nilai Siswa Dalam Mata Pelajaran Fiqih Semester 1

No. Nama Responden Nilai

1. Pipit Pitaloka Kartika 75

2. Deki Ramdani 75

3. Pita Yuli Rahayu 80

4. Fachrurrazi 75

5. Kholifah 75

Page 71: Profesionalisme Guru

63

6. Nana Suryana 70

7. Suci Yulistiani 75

8. Asep Mulyana 70

9. Lintang Wira Ningrum 80

10. Ajat Sudrajat 65

11. Dede Trisnawati 80

12. Riadi Syauqi 65

13. Ridwan Sawita 75

14. Elisa Mutiara 75

15. Didis Kurniadi 80

16. Diana Melida Puji 65

17. Nurjaman 75

18. Siti Jenabiah 70

19. Rinal Anbiya 75

20. Siti Julaeha 80

21. Hendri Nugroho 80

22. Eni Verawati 75

23 Deri Kusmana 80

24. Nita Fitriani 70

25. Imadduddin 80

26. Siti Mira 75

27. Bayu 70

28. Siska Suci N 80

29 Aan Irawan 75

30. Euis Kartika 70

31. Angga Lesmana 65

32. Susi 70

33. Gunawan 75

34. Neuis Larasati 75

35. Hifdullah 80

Page 72: Profesionalisme Guru

64

36. Tuti Alawiyah 65

37. Fajri Ginanjar 80

38. Fitri 65

39. Nurodin 80

40 Komala Sari 80

∑N=40 ∑Nilai=2970

Jumlah nilai keseluruhan bidang studi Fiqih siswa/siswi MTs Al-

Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi yang diteliti adalah 2970. Setelah

jumlah nilai 2970 dibagi dengan jumlah responden yang berjumlah 40

orang, maka nilai rata-rata siswa/siswi MTs Al-Jamii�ah Tegallega

Cidolog Sukabumi dalam bidang studi Fiqih adalah 74.25. Dengan

demikian, nilai rata-rata prestasi belajar siswa dalam bidang studi Fiqih di

MTs Al-Jamii�ah Tegallega adalah cukup baik.

Dari tabel diatas diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada

bidang studi Fiqih dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 10

Klasifikasi dan Kualifikasi Jumlah Nilai Siswa Dalam

Bidang Studi Fiqih

Klasifikasi Jumlah Siswa Kualifikasi

80-89 13 Siswa Tinggi

70-79 21 Siswa Sedang

60-69 6 Siswa Rendah

Jadi, tingkat prestasi belajar siswa dalam pelajaran Fiqih dianggap

sedang, yakni antara klasifikasi 70-79 sebanyak 21 siswa.

Page 73: Profesionalisme Guru

65

3. Hubungan Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Fiqih Dengan

Prestasi Belajar Siswa.

Untuk menguji data antara skor angket profesionalisme guru dalam

bidang studi Fiqih dengan prestasi belajar siswa, terlebih dahulu

dikorelasikan kedua variabel tersebut, seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 11

Analisis Korelasi Variabel X (Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi

Fiqih) dan Variabel Y (Prestasi Belajar Siswa)

Responden X Y X² Y² XY

1 56 75 3136 5625 4200

2 62 75 3844 5625 4650

3 74 80 5476 6400 5920

4 62 75 3844 5625 4650

5 65 75 4225 5625 4875

6 55 70 3025 4900 3850

7 59 75 3481 5625 4425

8 62 70 3844 4900 4340

9 60 80 3600 6400 4800

10 56 65 3136 4225 3640

11 63 80 3969 6400 5040

12 62 65 3844 4225 4030

13 61 75 3721 5625 4575

14 57 75 3249 5625 4275

15 62 80 3844 6400 4960

16 56 65 3136 4225 3640

17 61 75 3721 5625 4575

18 55 70 3025 4900 3850

19 66 75 4356 5625 4950

20 62 80 3844 6400 4960

Page 74: Profesionalisme Guru

66

21 63 80 3969 6400 5040

22 56 75 3136 5625 4200

23 60 80 3600 6400 4800

24 58 70 3364 4900 4060

25 62 80 3844 6400 4960

26 64 75 4096 5625 4800

27 56 70 3136 4900 3920

28 68 80 4624 6400 5440

29 62 75 3844 5625 4650

30 55 70 3025 4900 3850

31 54 65 2916 4225 3510

32 56 70 3136 4900 3920

33 57 75 3249 5625 4275

34 56 75 3136 5625 4200

35 67 80 4489 6400 5360

36 50 65 2500 4225 3250

37 67 80 4489 6400 5360

38 50 65 2500 4225 3250

39 66 80 4356 6400 5280

40 66 80 4356 6400 5280

∑N=40 ∑X=2415 ∑Y=2970 ∑X²=146829 ∑Y²=221600 ∑XY=180060

222

NN

Nyr

22 2970) (-40.221600.(2415) - 40.146829

2970) (2415).( - 40.180060

8820900-640005832225.88-5873160

7172550-7202400

Page 75: Profesionalisme Guru

67

040925.4310

29850

1764298500

29850

55,42003

29850

71065422,0

710,0

C. Analisis Interpretasi Data

Dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara Variabel X dan

Variabel Y sebesar 0,710 itu berarti klorelasi tersebut bertanda positif.

Untuk melihat interpretasi terhadap angka indeks korelasi product

moment secara kasar atau sederhana terletak pada angka 0,70 - 0,90 yang

berarti korelasi antara Variabel X dan Variabel Y itu adalah terdapat korelasi

yang kuat atau tinggi .

Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan Variabel X dan

Variabel Y itu signifikan atau tidak, maka �r� hasil perhitungan dibandingkan

dengan �r� tabel. Sebelum membandingkannya, maka terlebih dahulu dicari

�df� atau �db� nya dengan rumus df = N-nr. Berdasarkan tabel di atas, siswa

yang di teliti atau yang menjadi sampel penelitian di sini adalah 40 orang.

Dengan demikian N = 40. Variabel yang dicari korelasinya adalah Variabel X

dan Variabel Y; jadi nr = 2. Maka dengan mengacu kepada rumus di

atas,dengan mudah dapat kita peroleh df-nya yaitu: df = 40-2 = 38. Dengan

�df� sebesar 38, dikonsultasikan dengan tabel nilai �r�, baik pada taraf

signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%.

Dengan melihat �rt� diperoleh hasil sebagai berikut:

Pada taraf signifikansi 5% = 0,304

Pada taraf signifikansi 1% = 0,393

Page 76: Profesionalisme Guru

68

Ternyata, �rxy� atau �ro� lebih besar dari �r� tabel atau �rt� baik pada

taraf signifikansi 5% maupun 1% yaitu (0,710>0,304/0,393). Dengan

demikian hipotesa nol (Ho) ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (Ha)

diterima. Ini berarti bahwa terdapat hubungan/korelasi yang positif dan

signifikan antara profesionalisme guru dalam bidanng studi Fiqih dengan

prestasi belajar siswa.

Kemudian, untuk mengetahui seberapa besar hubungan kedua variabel

tersebut maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus Koefisien

Determinasi, yaitu KD = r²x100%. KD = r²x100% = (0,710)²x100% =

0,50x100 = 50%. Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa,

prestasi belajar siswa ditentukan atau dipengaruhi oleh profesionalisme guru

sebesar 50%. Maka 50% lagi ditentukan oleh faktor lain.

Page 77: Profesionalisme Guru

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dari jawaban siswa mengenai profesionalisme guru dalam bidang studi

Fiqih, sebagian besar siswa berpendapat bahwa guru bidang studi Fiqih

MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi berada pada kualifikasi

sedang. Sedangkan menurut pendapat sebagian siswa yang lain, guru

mempunyai tingkat kompetensi profesional yang rendah. Dengan

demikian, sesuai dengan data yang ada, profesionalisme guru dalam

bidang studi Fiqih di MTs Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi

adalah berada pada rata-rata sedang atau cukup baik.

2. Nilai rata-rata prestasi hasil belajar Fiqih siswa kelas VII dan VIII MTs

Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi tergolong cukup baik atau

sedang.

3. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara profesionalisme guru

dalam bidang studi Fiqih dengan prestasi hasil belajar Fiqih siswa MTs� �

Al-Jamii�ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Profesionalisme guru

tersebutdapat mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa 50%. Adapun

50% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.

B. Saran

Dalam penelitian pendidikan ini, penulis ingin memberikan beberapa

saran kepada sekolah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah

khususnya peningkatan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang

dilaksanakan oleh guru dan siswa. Adapun saran yang diajukan penulis adalah

sebagai berikut:

1. Meskipun dalam penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme guru

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dengan persentase yang cukup

id4281218 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 78: Profesionalisme Guru

70

baik, akan tetapi bukan berarti guru bidang studi maupun siswa merasa

puas dengan situasi yang ada. Penulis mengharapkan, baik guru maupun

murid lebih meningkatkan profesionalisme dan prestasi belajar yang ada.

Sehingga hasil pembelajaran akan lebih maksimal.

2. Meskipun prestasi belajar siswa dapat dikualifikasikan cukup baik, akan

tetapi siswa diharapkan lebih meningkatkan prestasi belajar baik secara

konseptual maupun praktis. Karena khusus dalam bidang studi Fiqih,

penguasaan siswa tidak hanya terbatas kepada penguasaan konsep,

melainkan siswa harus mampu mempraktekkan dan menghayatinya.

Dengan demikian, apabila hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik,

maka tujuan perestasi belajar akan lebih optimal.

3. Bagi kepela sekolah atau bidang kurikulum, setelah penelitian ini

dilakukan, diharapkan pengawasan terhadap guru lebih ditingkatkan.

Pembinaan terhadap siswa lebih dimaksimalkan. Karena, tanpa adanya

pengawasan yang intens tidak menutup kemungkinan kinerja guru akan

menurun. Khusus untuk tenaga pengajar, penulis berharap bisa lebih

meningkatkan kualitasnya baik secara personal, profesional, maupun

secara sosial. Dengan demikian diharapkan akan memberikan iklim

pembelajaran yang harmonis dan berkualitas baik secara akademik

maupun non akademik.

4. Meskipun dalam penelitian yang dilakukan penulis tidak memberikan

kesimpulan yang negatif, untuk peningkatan kualitas sekolah yang

bersangkutan, penulis berpendapat perlu diadakan penelitian lebih lanjut

untuk mengetahui faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Page 79: Profesionalisme Guru

71

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.M, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. Ke-3.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta, 2002, Cet. Ke-12. Departemen Pendidikn dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 2002, Cet. Ke- 2. Dimyati, Abu Muhammad bin Khallad, Hadits Shahih Keutamaan Amal Shalih,

Jakarta: Najla Press, 2003, Cet. Ke-1. Gani, Bustami, A, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

1970, Cet. Ke-1. Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2006, Cet, Ke-4. http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_NAS

_PENDDKN.PDF/2008/01/09/. http://www.setjen.depdiknas.go.id/prodhukum/dokumen/5212007134511Permen_

162007.pdf/2008/01/09/.

http://suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalisme-dunia-pendidikan-oleh-winarno-surakhmad/2008/01/09/.

�Isa, Kamal Muhammad, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Fikahati

Anesta, 1994, Cet. Ke-1. Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Gur, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, Cet. Ke-1.

Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya: Bandung, 2008, Cet. Ke-3. Namsa, M. Yunus, Kiprah Baru Profesi Guru Indonsia Wawasan Metodologi

Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Pustaka Mapan, 2006, Cet. Ke-1. Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2001, Cet. Ke-10.

id4318500 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 80: Profesionalisme Guru

72

_________________, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003, Cet. Ke-19.

Sabri, Alisuf, Mimbar Agama dan Budaya, Jakarta: Pusat Penelitian dan

Pengabdian Pada Masyarakat IAIN, 1992, Cet. Ke-1. _________________, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996,

Cet. Ke-2. Sholeh, Asrorun, Ni�am, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis

atas Lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta: eLSAS, 2006, Cet. Ke-1.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka

Cipta, 2003, Cet. Ke-4. Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004,

Cet. Ke-2. Sudijono, Anas, Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, Cet.

Ke-10. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Pproses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Sinar Baru

Algesindo, 1998, Cet. Ke-4. Sukardi, Dewa, Ketut, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, Surabaya:

Usaha Nasional, 1983, Cet. Ke-1. Suryabrata, Sumardi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindi Persada,

2002, Cet. Ke-2. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-2. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2005, Cet. Ke-6. Tilaar, H.A.R, Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002,

Cet. Ke-1. Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegeruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Pedoman Skripsi 2007. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan

Dosen, Bandung: Citra Umbara, 2006, Cet. Ke-1.

Page 81: Profesionalisme Guru

73

Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006, Cet. Ke-20.

Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo, 1996, Cet. Ke-4. Yamin, Martinis, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung

Persada Press, 2007, Cet. Ke-2. Zurinal Z. Dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006,

Cet. Ke-1.