profesi kependidkan
-
Upload
musliminwalmuslimat -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of profesi kependidkan
-
8/12/2019 profesi kependidkan
1/7
JAWABAN
1. Yang dimaksud Standar Nasional Pendidikan (SNP) menurut PP No.19 tahun 2005adalah kriteria minimal tentan sistem pendidkan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Untuk penjaminan mutu pendidkan sesuai dengan
Standar Nasioanl Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi.
2. Kegunaan dari SNP adalah sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan danpengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu. Dengan mendasarkan diri pada Standar Nasional Pendidikan tersebut, maka
akan dapat dicapai tingkat kualitas yang standar pada seluruh wilayah Indonesia.
3. Cakupan atau ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan (SNP) tersebut pada PPNo.19 tahun 2005 adalah meliputi :
a. Standar isi
b. Standar Proses
c. Standar kompetensi lulusan
d. Standar penidk dan tenaga kependidikan
e. Standar sarana dan prasarana pendidikan
f. Standar Pengelolaan
g. Standar pembiayaan
h. Standar penilaian pendidkan
4. Salah satu ruang lingkup SNP adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan, yangberisi tentang hal-hal yang mencakup kompetensi dan kualifikasi pendidik,
diantaranya adalah guru. Guru merupakan tenaga utama di suatu sekolah, mereka
merupakan tenaga penggerak utama di sector pendidikan dan paling dominan
peranannya dalam mencapai keberhasilan sekolah. Di samping itu, guru sebagai
penggerak utama di sector pendidikan, jumlah meraka termasuk paling banyak
dibandingkan dengan tenaga kependidikan yang lain, sehingga keberadaan guru harus
sangat diperhatikan betul. Mulai dari kompetensi guru, kualifikasi, kriteria dll. Itulah
alasan mengapa guru termasuk salah satu komponen pendidikan yang perlu
distandarkan dalam SNP.
Kode : TO_PROFDIK01
Nama : Nur Karim
NIM : 120210102092
Prodi : Pendidikan Fisika
Kelas : Matematika A
-
8/12/2019 profesi kependidkan
2/7
5. AnalisisMenurut saya, UjianNasional banyak sisi negatifnya daipada sisi positifnya. Berikut
sisi negatifnya ;
(a) Ujian Nasional menjadi momok bagi pelajar hingga sekarang. karena, ujian ini
menentukan lanjut atau tidaknya mereka ke jenjang selanjutnya.(b) Berdasarkan data anggaran negara Ujian Nasional yang baru saja dilaksanakan
pada tahun 2012 telah menghabiskan dana sekitar 600 Milyar yang didapat dari
APBD dan APBN. Dana itu sendiri merupakan hasil dari pajak masyarakat baik
kalangan atas, menengah maupun bawah. Hal ini dianggap sangat merugikan
masyarakat dan negara memandang minimnya anggaran dan hutang negara yang
belum bisa terbayar.
(c) Di samping itu ujian nasional hanya dilaksanakan dalam waktu beberapa hari
dengan hanya beberapa mata pelajaran yang diujikan. Hari dan mata pelajaran
tersebutlah yang menentukan kelulusan pelajar. Dapat dipastikan bahwa kelulusan
hanya ditentukan oleh aspek kognitif siswa padahal tidak semua memiliki aspek
kognitif (pengetahuan) yang tinggi.
(d) Di sisi lain, sudah terbukti bahwa pendidikan di Indonesia tidak merata. Dapat
dibayangkan bagaimana perbedaan pendidikan di kota-kota besar seperti Jakarta dan
Surabaya dengan pendidikan di daerah-daerah terpencil seperti Flores dan Papua.
Sudah terlihat jelas perbedaannya dan sudah pasti bahwa Ujian Nasional tidak dapat
dijadikan tolak ukur keberhasilan pendidikan Indonesia.
(e) Kecurangan yang banyak terjadi dalam Ujian Nasional juga perlu
dipertimbangkan. Terbukti banyak sekali kecurangan yang terjadi baik dilakukan
siswa maupun guru dalam pelaksanaan ujian. Masih banyak siswa yang membawatelepon genggam meskipun jelas tertera larangannya dalam peraturan, banyak yang
membawa kunci jawaban yang tidak diketahui darimana mereka mendapatkannya dan
kurangnya pengawasan pengawas.
Rekomendasi
Pemerintah perlu mengkaji ulang penting atau tidaknya pelaksanaan ujian ini demi
peningkatan kualitas mutu pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah dengan
tidak menjadikan UN sebagai satu-satunya penentu kelulusan. Padahal menurut
perundang-undangan yang berlaku tidak demikian. Lulus UN adalah satu dari faktor
lain penentu kelulusan. Menurut PP No. 19 Tahun 2005 pasal 72 peserta didik
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan, adalah (1) menyelesaikan seluruh program
pembelajaran; (2) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh
mata pelajaran ; (3) lulus ujian sekolah ; dan (4) lulus Ujian Nasional. Dengan
seperti itu maka pelaksanaan UN tidak menjadi momok bagi siswa, karena kelulusan
ditentukan tidak hanya pada UN, sehingga siswa juga cenderung tidak melakukan
kecurangan. Jadi kelulusan siswa ditentukan oleh sekolah sendiri, sesuai dengan
standar sekolah tersebut.
6. a. Faktor yang menyebabkan kurang adanya pengakuan terhadap keberadaanprofesionalisme guru:
-
8/12/2019 profesi kependidkan
3/7
b. Usul atau saran saya untuk peningkatan profesioanlisme guru : (1) Selektif dalam
pengangkatan guru sebagai PNS, harus benar-benar yang berkualitas. (2)
Meningkatkan kesejahteraan guru, seperti di Singapura yang member kesejahteraan
yang tinggi kepada guru. (3) Menuntut guru mencetak generasi yang berkualitas,
dengan member penghargaan kepadanya.c. Profil harapan tentang guru professional di masa yang akan datang : (1) semua guru
harus lulusan S2. Karena lulusan S1 terkadang masih kurang matang. (2) menguasai 4
kompetensi utama pendidikan dengan baik.
7. a). Anak-anak sekarang memang pandai dalam hal penguasaan IPTEK, tetapimempunyai moral yang rendah. Hal tersebut dikarenakan pengaruh IPTEK sendiri
terhadap kehidupan cenderung kurang baik. IPTEK menjadikan anak-anak malas
berusaha untuk mencapai kebutuhannya. Selain itu juga membuat anak sibuk dengan
dirinya sendiri, sehingga kurang bersosialisasi dengan lingkungan. Kurangnya
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar membuatnya tidak mengetahui nilai-nilai
yang diajarkan dalam kehidupan, sehingga anak memliki moralitas yang rendah.
Salah satu contoh kemjuan IPTEK sekarang adalah dengan adanya Facebook.
Facebook cenderung dijadikan sebagai tempat untuk mengumpat, menghina dsb. Hal
tersebut tentu member dampak buruk terhadap kepribadian anak.
b). Kita tentu tahu bahwa Jepang dan Amerika adalah 2 negara maju di dunia. Dari
segi IPTEK, bisa dikatakan kedua negara imbang. Namun, orang-orang di Jepang
lebih bermoral daripada di Amerika. Tentu saja hal ini karena di Jepang penduduknya
taat pada ajaran-ajaran yang diyakininya, sehingga perilaku dan sikap mereka terbatas
pada hal-hal yang baik. Berbeda dengan Amerika yang menganut paham liberal,penduduknya cenderung bebas, sehingga kuarang bermoral dan tidak beretika. Jadi
saran saya adalah, dalam mengajar di sekolah nantinya tidak hanya tentang pelajaran
saja, tetapi juga memasukkan nilai-nilai agama, sosial, susila dll. Sehingga anak selain
pintar dalam menguasai IPTEK juga mempunyai moral yang biak.
8. a. Kritik terhadap UU No. 14 tahun 2005 :1. Masalah Kewenangan
Kewenangan yang dimaksud berkaitan dengan perancangan kurikulum, proses
pembelajaran hingga evaluasi pembelajaran. Jika selama ini kewenangan itu
cenderung berada di tangan pejabat atau instansi yang lebih tinggi kemudian
berubah menjadi wewenang guru yang bersangkutan (self construct). Tujuannya
agar guru menjadi lebih mandiri dan berdaya (development form within).
Meskipun disadari bahwa dalam implementasinya tidak akan mudah, apalagi lebih
kurang 30 tahun guru dibuat tidak berdaya, yang pasti dengan adanya UU ini
menunjukkan adanya kemauan dan keputusan politik untuk membuat terutama
guru lebih mandiri dan berdaya.
2. Masalah KesejahteraanMenyangkut kesejahteraan guru dan dosen, ini jelas diatur dalam pasal 14 ayat (1)
dan pasal 51 butir a yang menyebutkan bahwa, guru dan dosen berhak
memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
-
8/12/2019 profesi kependidkan
4/7
kesejahteraan sosial.[5] Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi
gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji serta penghasilan lain yang berupa
tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, tunjangan kehormatan
dan maslahat tambahan yang ditentukan oleh prestasinya.
3.
Masalah SetifikasiHal pokok kedua yang diatur dalam UU ini adalah tentang sertifikasi dan gelar
akademik guru dan dosen (pasal 8 dan 45). Perihal sertifikasi adalah sangat logis
sejalan dengan sebutan guru dan dosen sebagai profesi. Hanya saja yang masih
patut dikaji lebih mendalam adalah siapa yang mengeluarkan serifikat pendidik
itu. Memang pada pasal 11 ayat (2) dan pasal 47 ayat butir c telah ditetapkan
bahwa Perguruan Tinggi (PT) yang mengeluarkan sertifikat pendidik adalah PT
yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan yang ditetapkan
oleh pemerintah.[7] Hal itu berarti bahwa Universitas eks Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (IKIP) yang paling berpeluang untuk menyelenggarakan program
sertifikasi dimaksud. Pertanyaannya adalah bagaimana dengan universitas yang
memiliki Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)? Bagaimana pula
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)?
4. Masalah Gelar AkademikSementara itu, menyangkut gelar akademik tentunya juga tidak menjadi masalah.
Dikatakan demikian, karena memang sudah waktunya gelar akademik
ditingkatkan. Hanya saja yang perlu ditekankan adalah kesesuaian bidang
ilmunya, khususnya bagi dosen. Sedapat mungkin gelar akademik dosen berkaitan
antara jenjang S1-nya dengan S2 atau S3-nya. Sebab ada dosen yang memiliki
gelar S2 atau S3 yang tidak berkaitan jenjang S1-nya atau dengan program studiyang diselenggarakan. Dampak negatif dari kasus yang demikian adalah kurang
bermanfaatnya ilmu yang diperoleh bagi pengembangan program studi.
5. Diskriminasi Guru Non-PNSYang paling mencolok adalah diskriminasi guru Non-PNS. Hal ini terlihat pada
pasal 15 dan 16 UU No. 14 tahun 2005.
b. Usul saya adalah agar pemerintah mengamandemen pasal-pasal yang tidak jelas.
Selain itu juga pemerintah diharapkan membuat UU yang dapat
diimplementasikan secara nyata.
9. Memang akhir-akhir ini peran manusia lebih banyak digantikan oleh teknologi,hampir semua aspek tak terkecuali pembelajaran. Menurut saya, peran seorang guru
dalam mendidik anak tidak dapat digantikan oleh komputer. Komputer hanya dapat
digunakan sebagai sumber belajar saja, dan guru tetap mendidik dan mengarahkan
anak tersebut. Tentu saja dalam proses pembelajaran, guru harus memahami psikolgi
anak didiknya, atau perkembangan emosionalnya. Dengan mengetahui perkembangan
anak didiknya, guru dapat memberikan arahan yang tepat sesuai dengan tingkatannya.
Hal ini tentu saja tidak dapat dilkukan oleh sbuah komputer. Jadi menurut saya peran
guru tidak dapat digantikan oleh komputer, komputer hanya digunakan sebagai
sumber belajar saja.
-
8/12/2019 profesi kependidkan
5/7
10.Kelas Akselerasi merupakan kelas yang memberlakukan masa studi lebih cepatdibandingkan kelas regular. Jika kelas reguler masa studinya adalah 3 tahun, maka
kelas akselerasi adalah 2 tahun. Tentu dengan adanya kelas akselerasi ini
menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif darikelas akselerasi
adalah masa studi yang pendek membuat mereka dapat lulus lebih cepat, sehingganantinya dapat berkarir dalam usia muda. Saya pikir hanya itu dampak positifnya,
sedangkan dampak negatifnya lebih banyak. Yang pertama, dari segi pendidikan,
kelas akselerasi hanya menuntut siswa terhadap pemahaman materi secara terus
menerus, bahkan jam pelajaran kelas akselerasi lebih banyak dibandingkan dengan
kelas reguler. Yang kedua, dengan adanya penambahan jam pelajaran tersebut, tentu
akan membuat beban belajar siswa lebih berat, siswa yang tidak kuat akan mengalami
stress. Yang ketiga, karena sering belajar, siswa akselrasi cenderung melupakan
kehidupan sosialnya. Kemudain yang terakhir dari segi psikologi, anak yang
mengikuti kelas akselerasi akan lebih cepat memasuki dunia kerja, padahal dunia
kerja adalah dunia orang dewasa dimana banyak tantangan berat. Kecerdasan
intelektual jika tidak dibarengi dengan perkembangan emosional akan berbahaya. Jadi
saya kurang setuju dengan program Akselerasi, karena mempercepat pendewasaan
pada anak.
11.A. Teori Psikologi BehavioristikTeori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankanpada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat
emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai
kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya
terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat
kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon
yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau
perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati.
Contoh praktis dalam pelaksanaan pendidikan
-
8/12/2019 profesi kependidkan
6/7
B. Teori Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau
pikiran. Bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan
sebagai pengetahuan. Psikologi kognitif juga di sebut sikologi pemrosesan informasi.
Tingkah laku seseorang di dasarkan pada tindakan mengenal/memikirkan situasidimana tingkah laku itu terjadi.
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar.
Kognisi adalah pikiran, keyakinan dan image-image internal yng dimiliki seseorang
tentang peristiwa-peristiwa didalam hidupnya. Dengan kata lain, kognisi menunjuk
pada konsep tentang pengenalan.
Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel
penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitif lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan
tingkah laku yang bisa diamati.
Contoh praktis dalam pelaksanaan pendidikan
C. Teori Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara
sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya. Dalam pandangan
humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan prilakunya. Jika
dalam dunia pendidikan, para pendidik harus membantu siswa untuk mengembangkandirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada pada diri mereka.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada dalam diri mereka.
Contoh praktis dalam pelaksanaan pendidikan
12.Agar Pengawas Sekolah dapat bekerja sesuai dengan peraturan yang telah ada, sertapengawas sekolah memiliki kompetensi maupun dapat meningkatkan kompetensi
yang telah dimiliki sebaiknya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota tidak mengabaikan
keberadaan pengawas sekolah, Pembinaan dan pengembangan kemampuan
profesional pengawas satuan pendidikan harus terus dilakukan agar mereka dapat
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas satuan pendidikan.
Pembinaan menjadi tanggung jawab Kepala Dinas Pendidikan setempat.
Pembinaan pengawas satuan pendidikan mencakup pembinaan profesi dan pembinaan
karir. Pembinaan profesi diarahkan untuk meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan profesionalnya agar dapat melaksanakan fungsi kepengawasan baik
pengawasan akademik maupun pengawasan manajerial. Sedangkan pembinaan karir
-
8/12/2019 profesi kependidkan
7/7
pengawas diarahkan untuk meningkatkan pangkat dan jabatan fungsionalnya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Dengan membuat diklat dalam meningkatkan
kompetensi pengawas sekolah yang tujuannya akan keberhasilan pengawas sekolah,
karena pengawas sekolah yang mengetahui langsung perkembangan sekolah, juga
merupakan perpanjangan tangan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untukmengevaluasi kinerja Kepala Sekolah dalam mengelola sekolah maupun Guru dalam
pengelolaan pembelajarannya, juga Pengawas satuan pendidikan mampu
menampilkan keberadaan dirinya sebagai supervisor profesional dan tokoh yang
diteladani, sigap dan terampil dalam menanggapi dan membantu pemecahan masalah-
masalah yang dihadapi stakeholder sekolah binaannya, kecuali Dinas Pendidikan
Kabupaten/kota tidak memiliki komitmen dalam memajukan pengawas sekolah dan
sangat setuju pengawas sekolah tidak memahami tugas kepengawasan dan tidak
menuntut hasil dari pelaksanaan tugas pengawas sekolah, akhirnya pengawas sekolah
selalu terabaikan.