PRODUKTIVITAS, LIKUIDITAS DAN PENGARUHNNYA...
Transcript of PRODUKTIVITAS, LIKUIDITAS DAN PENGARUHNNYA...
PRODUKTIVITAS, LIKUIDITAS DAN PENGARUHNNYA TERHADAP
PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Kevin Costner Kardius
1112046100038
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016 M
i
PRODUKTIVITAS, LIKUIDITAS DAN PENGARUHNNYA TERHADAP
PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Kevin Costner
1112046100038
Pembimbing
Ir. M. Nadratuzzaman Hosen , MS, MSc, Ph.D
NIP. 19610624 198512 1001
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Hari ini Kamis, 29 Desember 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Kevin Costner Kardius
2. NIM : 1112046100038
3. Jurusan : Perbankan Syariah
4. Judul Skripsi : Produktivitas, Likuiditas dan Pengaruhnya terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Desember 2016
Panitia Ujian:
1. Ketua : AM. Hasan Ali, M.A (...............................)
NIP. 19751201 200501 1 005
2. Sekretaris : Dr. Abdurrauf, M.A (...............................)
NIP. 19731215 200501 1 002
3. Pembimbing : Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MSc, Ph.D (...............................)
NIP. 19610624 198512 1 001
4. Penguji I : Drs.H.Burhanuddin Yusuf MM,MA (...............................)
NIP. 19540618 198103 1 005
5. Penguji II : Santi Yustini, SE, M. Ak (...............................)
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Kevin Costner Kardius
NIM : 1112046100038
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini maka saya siap dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 2 Desember 2016
Kevin Costner Kardius
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
I. Data Pribadi
Nama : Kevin Costner Kardius
Tempat/Tanggal Lahir : Padang, 07 September 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Arnaldi (alm)
Nama Ayah : Yusnafia
Anak Ke Dari : 1 dari 3 bersaudara
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Suhadi No. 13 RT/RW 01/016 Halim Perdana
Kusuma, Jakarta Timur, DKI Jakarta
No. Telp : 081293433173
E-mail : [email protected]
II. Pendidikan Formal
TK Aisyiah Lubuk Alung : Tahun 1998 - 2000
SD Negeri 06 Lubuk Alung : Tahun 2000 - 2006
SMP Negeri 1 Lubuk Alung : Tahun 2006 - 2009
SMA Negeri 9 Jakarta : Tahun 2009 - 2012
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2012 – 2016
III. Pengalaman Kerja
1. Magang di Bank BNI Syariah Cabang Jakarta Timur pada Januari –
Februari 2015.
2. Mengajar bimbingan belajar privat di beberapa lembaga bimbel/kursus
dan usaha pribadi untuk jenjang SD dan SMP sepanjang masa perkuliahan
tahun 2012 – 2016.
v
PRODUCTIVITY, LIQUIDITY AND THE EFFECT TO ISLAMIC BANK’S
PROFITABILITY IN INDONESIA
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the level productivity and liquidity and how
can effect to profitability on Islamic Bank in Indonesia during 2011-2015. Bank as
business institutions should be able to productively and efficiently, as the financial
institutions have to maintain the level of liquidity, and as profit agency should be able
to generate maximum profits. This study is quantitative research that use DEA-
Malmquist Productivity Index for analyze the level of Islamic Bank’s productivity
with Total Factor Productivity (TFP) as productivity indicator, analyze the level of
Islamic Bank’s liquidity with Liquidity Creation (LC), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Non Performance Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR) as
liquidity ratios, and uses Tobit Model to analyze the effect of productivity and
liquidity to Return On Asset (ROA) as profitability ratio. The result from this study
showed that Islamic Bank in Indonesia during 2011-2015 productive with
productivity growth rate 12.8% with Technology Change (TECH) becomes a major
factor with average growth of 16.5% while the efficiency decreases. Later, Islamic
Banks in Indonesia have a safe level of liquidity based mapping FDR, NPF and the
CAR and the creation of liquidity that is always growing in the economy based on the
LC. However, only FDR, NPF and CAR are significant effect on ROA.
Keyword: Productivity, Total Factor Productivity, Liquidity, Profitability
vi
PRODUKTIVITAS, LIKUIDITAS DAN PENGARUHNNYA TERHADAP
PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat produktivitas dan tingkat
likuiditas serta pengaruh produktivitas dan likuiditas terhadap profitabilitas Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2011-2015. Bank sebagai lembaga bisnis harus
mampu produktif dan efisien, sebagai lembaga keuangan harus menjaga tingkat
likuiditas, serta sebagai lembaga profit harus mampu menghasilkan keuntungan
maksimal. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-parametrik DEA-
Malmquist Productivity Index untuk menganlisis tingkat produktivitas dengan
indikator Total Factor Productivity (TFP), likuiditas dengan menggunakan rasio
Liquidity Creation (LC), FDR, NPF dan CAR serta ROA sebagai rasio profitabilitas
dan menggunakan regresi model tobit untuk menganalisis pengaruh produktivitas dan
likuiditas terhadap profitabilitas. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Bank
Umum Syariah di Indonesia selama 2011-2015 produktif dengan tingkat
pertumbuhan produktivitas 12,8% dengan Technology Change (TECH) menjadi
faktor utama dengan rata-rata pertumbuhan 16,5% sedangkan efisiensi menurun.
Kemudian, Bank Umum Syariah di Indonesia memiliki tingkat likuiditas yang aman
berdasarkan pemetaan FDR, NPF dan CAR dan penciptaan likuiditas yang selalu
tumbuh dalam perekonomian berdasarkan LC. Namun, hanya FDR, NPF dan CAR
yang berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Kata Kunci: Produktivitas, Total Factor Productivity, Likuiditas, Profitabilitas
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdu lillahi rabbil’lamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dengan judul
“Produktivitas, Likuiditas dan Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Bank
Umum Syariah di Indonesia” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, shabat dan umatnya
sampai akhir zaman. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan
kelulusan dalam jenjang Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, terutama
kepada:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A dan
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian, sehingga dapat terselesaikannya
skripsi ini.
2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum,
Bapak A.M Hasan Ali, M.A dan Dr. Abdurrauf, Lc dan Ketua dan Sekretaris
Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak Adhitya
Ginanjar, SE, MSi dan Ibu Fitri Damayanti, SE, MSi yang telah banyak
memberikan arahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini
3. Bapak Ir. H. M. Nadaratuzzaman Hosen, MS, MSc, Ph.D selaku Dosen
Pembimbing atas segala waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing dan
viii
mengarahkan saya baik dalam pengerjaan skripsi ini maupun dalam menjalani
proses perkuliahan
4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah khususnya dosen program
studi Muamalat (Ekonomi Islam) yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat
bagi penulis.
5. Kepada Mama sang bidadari hakiki dan kedua adik-adik penulis sang peri-peri
nan jelita
6. Kepada Papa, Insya Allah doa kami selalu menyertaimu
7. Kepada semua orang tua „kedua‟ penulis yang sangat peduli terhadap hidup dan
masa depan saya
8. Kepada seluruh keluarga besar yang tiada henti bertanya dan mendoakan
9. Kepada teman-teman Perbankan Syariah A yang menjadi paragraf pertama
dalam „buku cerita‟ penulis menjadi mahasiswa.
10. Kepada teman-teman futsal dan teman-teman maniak PES yang menjadi tempat
„piknik‟ pelepas penat rutinitas
11. Dan semua pihak yang menjadi warna dalam masa-masa perkuliahan saya yang
tak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun untuk skripsi
ini. Semoga semua pihak yang telah berkontribusi mendapatkan limpahan pihak dari
Allah SWT. Amin
Jakarta, 2 Desember 2016
Penulis
Kevin Costner Kardius
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv
ABSTRACT ........................................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 14
C. Batasan Penelitian ...................................................................................... 15
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 15
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 16
F. Teknik Penulisan ........................................................................................ 17
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 17
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 19
A. Bank Syariah .............................................................................................. 19
x
1. Definisi Bank Syariah .......................................................................... 19
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah ........................................................... 22
3. Akad-akad Bank Syariah...................................................................... 24
4. Produk Bank Syariah ........................................................................... 27
5. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ............................... 28
B. Produktivitas .............................................................................................. 29
1. Teori Produksi ...................................................................................... 29
2. Teori Efisiensi ...................................................................................... 34
3. Teori Produktivitas ............................................................................... 39
4. Produktivitas dan Efisiensi ................................................................... 41
5. Data Envelopment Analysis (DEA) ..................................................... 42
6. Malmquist Productivity Index (MPI) ................................................... 49
C. Likuiditas ................................................................................................... 52
1. Teori Likuiditas .................................................................................... 52
2. Risiko Likuiditas .................................................................................. 53
3. Rasio Likuiditas ................................................................................... 56
D. Profitabilitas ............................................................................................... 55
1. Fungsi Bank Syariah dalam Memperoleh Keuntungan ....................... 57
2. Teori Profitabilitas ............................................................................... 58
3. Rasio Profitabilitas ............................................................................... 59
E. Review Studi Terdahulu ............................................................................. 60
F. Definisi Variabel ........................................................................................ 65
xi
G. Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................................................... 72
H. Hipotesis ..................................................................................................... 75
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 79
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 79
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 80
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 80
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 81
1. Malmquist Productivity Index .............................................................. 78
2. Faktor yang mempengaruhi TFP .......................................................... 83
3. Analisis Tingkat Likuiditas BUS ......................................................... 84
4. Regresi Model Tobit ............................................................................ 85
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 87
A. Tingkat Produktivitas Bank Umum Syariah .............................................. 87
1. Analisis Deskriptif Output dan Input ................................................... 87
2. Uji Korelasi Variabel Output-Input ..................................................... 88
3. Analisis Tingkat Produktivitas Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015
Berdasarkan hasil Perhitungan MPI ..................................................... 92
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi TFP ............................................... 100
5. Analisis Tingkat Produktivitas masing-masing BUS ........................... 103
B. Likuiditas Bank Umum Syariah ................................................................. 116
1. Liquidity Creation (LC) ....................................................................... 116
2. Financing to Deposit Ratio (FDR) ....................................................... 126
xii
3. Pemetaan Pengaruh NPF dan CAR terhadap FDR .............................. 129
4. Tingkat Risiko Likuiditas BUS ............................................................ 132
5. Liquidity Creation (LC) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) ........ 134
C. Pengaruh Produktivitas dan Likuiditas terhadap Profitabilitas .................. 135
1. Produktivitas dan Profitabilitas Bank Umum Syariah ......................... 137
2. Likuiditas dan Profitabilitas Bank Umum Syariah .............................. 139
3. Pengaruh Produktivitas dan Likuiditas terhadap Profitabilitas
menggunakan model tobit .................................................................... 144
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 153
A. Kesimpulan ................................................................................................ 153
B. Saran ........................................................................................................... 156
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 158
LAMPIRAN .......................................................................................................... 164
xiii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ................. 28
Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu .................................................................... 60
Tabel 2.3 Variabel Malmquist Productivity Index ............................................ 68
Tabel 2.4 Bobot dan Komponen Penghitungan LC .......................................... 69
Tabel 2.5 Variabel Model Regresi Tobit ........................................................... 72
Tabel 3.1 Bobot dan Komponen penghitungan LC .......................................... 77
Tabel 3.2 Variabel Malmquist Productivity Index ............................................ 78
Tabel 3.3 Variabel Model Regresi Tobit ........................................................... 78
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Output dan Input ................................................ 87
Tabel 4.2 Uji Normalitas Variabel Output dan Input ........................................ 90
Tabel 4.3 Hasil Korelasi Variabel Output dan Input ......................................... 90
Tabel 4.4 Dekomposisi Peningkatan TFP BUS Indonesia 2011-2015 ............. 93
Tabel 4.5 Pertumbuhan Produktivitas dengan perubahan MPI berdasarkan
jumlah BUS ....................................................................................... 97
Tabel 4.6 Faktor yang berperan terhadap Pertumbuhan Produktivitas
berdasarkan jumlah BUS................................................................... 101
Tabel 4.7 Performa Efisien dalam Malmquist Productivity Index Berdasarkan
Jumlah BUS ...................................................................................... 102
Tabel 4.8 Liquidity Creation BUS Inndonesia 2011-2015 ............................... 117
xiv
Tabel 4.9 LC BUS berdasarkan ukuran bank .................................................... 119
Tabel 4.10 Summary LC BUS berdasarkan ukuran ban ..................................... 121
Tabel 4.11 LC Masing-masing BUS ................................................................... 122
Tabel 4.12 FDR Masing-masing BUS ................................................................ 127
Tabel 4.13 Klasifikasi risiko likuiditas BUS berdasarkan FDR, NPF, CAR ...... 133
Tabel 4.14 Uji Beda LC dan FDR ....................................................................... 135
Tabel 4.15 Kuadran Pemetaan TFP dengan ROA BUS 2011-2015 ................... 137
Tabel 4.16 Kuadran Pemetaan LC dengan ROA BUS........................................ 141
Tabel 4.17 Deskriptif Statistic Variabel .............................................................. 145
Tabel 4.18 Hasil Analisis Model Tobit ............................................................... 147
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
Gambar 1.1 Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayan Perbankan Syariah Indonesia
Tahun 2010-2015 .............................................................................. 2
Gambar 1.2 CAGR Industri Perbankan Indonesia Tahun 2009-2013 .................. 3
Gambar 1.3 Market Share Perbankan Syariah Indonesia 2009-2014 ................... 4
Gambar 1.4 Indikator Kinerja Perbankan Indonesia Krisis 1998 ......................... 8
Gambar 1.5 Statistik Likuiditas Bank Syariah Indonesia 2011-2015 ................... 11
Gambar 2.1 Fungsi Intermediasi Bank Syariah .................................................... 23
Gambar 2.2 The Law of Increasing and Diminishing Marginal Return ............... 32
Gambar 2.3 Production Cost Theory .................................................................... 33
Gambar 2.4 Kurva Isoquant dan Isocost ............................................................... 34
Gambar 2.5 Produktivitas dan Efisiensi ................................................................ 42
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................ 73
Gambar 4.1 Rata-rata MPI BUS 2011-2015 ......................................................... 104
Gambar 4.2 Produktivitas Bank Syariah Mandiri .................................................. 107
Gambar 4.3 Produktivitas Bank Muamalat Indonesia ........................................... 108
Gambar 4.4 Produktivitas BRI Syariah .................................................................. 109
Gambar 4.5 Produktivitas BNI Syariah ................................................................. 109
Gambar 4.6 Produktivitas Bank Mega Syariah ...................................................... 110
Gambar 4.7 Produktivitas Bank Bukopin Syariah ................................................. 111
xvi
Gambar 4.8 Produktivitas BJB Syariah ................................................................. 112
Gambar 4.9 Produktivitas Bank Panin Syariah ................................................... 113
Gambar 4.10 Produktivitas BCA Syariah .............................................................. 114
Gambar 4.11 Produktivitas Maybank Syariah....................................................... 115
Gambar 4.12 Produktivitas Bank Victoria Syariah ............................................... 116
Gambar 4.13 Pemetaan Pengaruh NPF terhadap FDR BUS ................................. 131
Gambar 4.14 Pemetaan Pengaruh NPF terhadap FDR BUS ................................. 131
Gambar 4.15 Pemetaan Likuiditas dan Profitabilitas BUS .................................... 144
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan di Indonesia memiliki sistem ganda, yaitu bank syariah dan
bank konvensional. Hal tersebut ditegaskan dengan lahirnya Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbank Syariah. Dalam perjalanannya, sistem
perbankan ganda tersebut sangat berperan penting dalam perekonomian
Indonesia. Jika dikomparasikan, sistem perbankan Konvensional masih
mendominasi dibandingkan sistem perbankan syariah, akan tetapi sistem
perbankan syariah yang baru lahir setelah ditetapkannya UU No. 7 Tahun 1992
mampu menunjukan kinerja yang baik bahkan ketika perekonomian Indonesia
dilanda krisis tahun 1997-1998.
Oleh karena itu, perkembangan sistem perbankan syariah lebih dikuatkan
dengan ditetapkannya UU No. 10 Tahun 1998 dan UU No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah memberikan jaminan bagi kepastian usaha dan
jaminan legalitas hukum baik dari aspek kelembagaan dan kegiatan usaha yang
dijalankan, sehingga kelembagaan dan kegiatan serta aspek-aspek lainnya dalam
sistem perbankan syariah di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan mempunyai
landasan yuridis yang kuat.
Pada gambar di bawah, pertumbuhan perbankan syariah dapat dilihat
berdasarkan jumlah aset, dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan pada industri
2
Perbankan Syariah Indonesia. Ketiga indikator tersebut mengalami peningkatan
yangkonsisten dan signifikan dari tahun 2010 hingga tahun 2014, yang
menandakan pertumbuhan perbankan syariah Indonesia dalam trend yang positif.
Gambar 1.1 Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Perbankan Syariah
Indonesia Tahun 2010-2015
Dalam Miliar Rupiah
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Tahun 2014 dan 2015, data diolah
Namun, pada tahun 2015 terjadi penurunan dimana pertumbuhan aset
lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,6% menjadi 4,13%
yang artinya pertumbuhan aset menurun sebesar 9,47%. Selain itu, DPK dan
pembiayaan bahkan tidak mengalami pertumbuhan sama sekali (jumlah DPK
menurun sebesar 19,72% jika dibandingkan dengan tahun 2014 dan pembiayaan
yang mengalami penurunan sebesar 3,35%), namun pertumbuhan bank syariah di
Indonesia masih tergolong relatif baik.
50,000
70,000
90,000
110,000
130,000
150,000
170,000
190,000
210,000
230,000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
ASET
PEMBIAYAAN
DPK
3
Sektor perbankan mempunyai peran yang penting dalam pembangunan
ekonomi sebuah Negara. Pada saat sekarang ini, bank syariah memiliki banyak
tantangan dalam menarik masyarakat ke dalam struktur pasar yang sangat
kompetitif. Selain itu, kemajuan teknologi pada saat ini serta perkembangan
globalisasi ekonomi juga membuat tekanan pada bank untuk mempertahankan
struktur pasar agar mampu bertahan pada sektor perbankan yang kompetitif.
Gambar 1.2 CAGR Industri Perbankan Indonesia Tahun 2009-2013
Sumber: Islamic Finance Outlook 2015, Karim Consulting
Jika dilihat pada gambar di atas, bank syariah di Indonesia dapat dikatakan
memiliki kinerja yang kompetitif. Berdasarkan CAGR (Compound Annual
Growth Rate) atau laju pertumbuhan majemuk tahunan Industri Perbankan
Indonesia dari tahun 2009 hingga tahun 2013, pertumbuhan Perbankan Syariah
lebih baik dibandingkan rata-rata pertumbuhan Perbankan Nasional, baik itu dari
segi pertumbuhan total aset, pembiayaan (financing) dan DPK (funding) dengan
tingkat pertumbuhan sebesar dua kali lebih tinggi. Hal ini menandakan bahwa
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
FundingFinancing
Total Asset
16.88% 20.57% 18.25%
36.89% 40.77% 38.37%
Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan Industri Perbankan 2009-2013
Perbankan Nasional
Perbankan Syariah
4
dengan pertumbuhan Perbankan Syariah yang tinggi dan lebih baik dibandingkan
kelompok perbankan lainnya dalam industri perbankan nasional, perbankan
syariah mampu bertahan bahkan tumbuh dan berkembang lebih baik serta
kompetitif. Selain itu, tingkat pertumbuhan financing dan funding yang tinggi
juga mengindikasikan bahwa perbankan syariah di Indonesia memiliki potensi
pasar yang besar (huge market) bagi masyarakat Indonesia.
Gambar 1.3 Market Perbankan Syariah Indonesia 2009-2014
Sumber: Islamic Finance Outlook 2015, Karim Consulting
Meskipun demikian, perbankan syariah belum mampu mengoptimalkan
peluang tersebut dalam menarik masyarakat Indonesia ke dalam struktur pasar
yang besar tersebut. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 1.3 tentang pangsa pasar
(market share) perbankan syariah Indonesia. Pangsa pasar perbankan syariah
terutama berdasarkan total aset hingga tahun 2014 tergolong sangat kecil bahkan
tidak mampu mencapai 5%. Jika dibandingkan pangsa pasar (aset) perbankan
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Aset 2.61% 3.24% 3.98% 4.58% 4.89% 4.70%
Pembiayaan 2.05% 2.47% 3.01% 3.54% 3.82% 3.69%
DPK 2.40% 2.97% 3.73% 4.16% 4.51% 4.63%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
Aset Pembiayaan DPK
5
syariah dengan perbankan konvensional pada tahun 2014, dari 100% pangsa pasar
perbankan nasional pangsa pasar perbankan syariah hanya 4.70%, yang artinya
pangsa pasar perbankan konvensional sebesar 95.30%. Hal yang sama juga terjadi
pangsa pasar pembiayaan dan DPK perbankan syariah yang hanya sebesar 3.69%
dan 4.63%. Fakta ini merupakan sebuah fenomena yang cukup unik dimana
perbankan syariah dengan potensi pasar yang besar dan masyarakat Indonesia
yang mayoritas adalah muslim tetapi tidak mampu mengoptimalkannya.
Target pangsa pasar perbankan syariah yang ditargetkan pemerintah
sebesar 5% atau lebih belum mampu tecapai. Namun, untuk mencapai target
tersebut, perbankan syariah dapat menempuh berbagai macam kebijakan,
diantaranya adalah dengan meningkatkan kinerja dan efisiensi melalui
penggunaan input secara efektif. Evaluasi terhadap efisiensi bank akan
memberikan informasi bagi manajemen bank, investor, deposan dan masyarakat
calon nasabah tentang kinerja bank tersebut.
Efisiensi bank secara mendasar berkaitan dengan hubungan antara input
dan output bank yang mendorong bank untuk mengoptimalkan output dan atau
meminimalkan input dengan output yang maksimal.1 Keadaan pasar perbankan
Indonesia yang kompetitif, peluang pasar perbankan syariah yang besar, namun
dengan pangsa pasar yang masih kecil, seharusnya memberikan tekanan bagi
perbankan syariah untuk meningkatkan efisiensi mereka.
1 Dang-Thanh Ngo dan Linh Thi Phuong Nguyen, “Total Factor Productivity of Thai Bank in
2007-2010, An Application of DEA and Malmquist Index”, Journal of Applied Finance and Banking,
Vol. 2, no. 5 (2012), h.27
6
Tingkat efisiensi itu sendiri secara langsung akan berpengaruh pada
produktivitas bank. Sama halnya dengan efisiensi, produktivitas juga berkaitan
dengan hubungan output dan input dari sebuah bank dimana produktivitas dapat
diukur dengan perbandingan seberapa banyak output yang dihasilkan per unit
input. Jadi, selain evaluasi tingkat efisiensi, pengukuran produktivitas juga
diperlukan.
Pengukuran produktivitas sangat penting dalam proses manajemen untuk
menentukan kemampuan layanan dan untuk mengidentifikasi peluang perbaikan.
Sebuah bank lebih produktif dibandingkan pesaingnya jika misalnya transaksi
keamanan diselesaikan dan dibersihkan dengan sumber daya yang lebih sedikit,
yaitu baik jam kerja yang lebih sedikit atau biaya yang lebih rendah.2
Kemampuan lembaga perbankan syariah untuk mengatur dan menawarkan
produk dengan fitur menarik dan inovatif dengan harga yang kompetitif dengan
produk bank konvensional, dan mampu menarik para pelanggan muslim dan non-
muslim, dapat mencerminkan kapasitas sistem perbankan syariah sebagai
lembaga intermediasi keuangan yang efektif.3
Analisis terhadap perkembangan produktivitas perbankan syariah
Indonesia dipandang perlu, terutama untuk melihat kesinambungan pertumbuhan
output pada industri ini. Yang dimaksudkan dengan produktivitas di sini adalah
2 Andreas Burger dan Juergen Moormann, “Productivity in Banks: Myths and Truths of the
Cost Income Ratio”, Banks and Banks System, Volume 3, No. 4 (2008), h. 86 3 Fadzlan Sulfian, “Malmquist Indences of Productivity Change in Malaysian Islamic
Banking Industry; Foreign Versus Domestic Banks”, Journalof Economic Corperation, Vol. 28, 1,
(2007), h. 120
7
Total Factor Productivity (TFP), meliputi produktivitas keseluruhan faktor
produksi, tanpa membedakan faktor produksi secara parsial sebagaimana analisis
pada umumnya.
Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam mengukur tingkat
produktivitas adalah metode non parametrik yang bernama Malmquist
Productivity Index (MPI), yaitu sebuah pendekatan fungsi jarak untuk
menggambarkan teknologi dan efisiensi dalam mendefinisikan indeks input,
output, dan produktivitas. Jadi, dengan mengukur produktivitas menggunakan
Malmquist Productivity Index sekaligus akan mengukur tingkat efisiensi dan
pemanfaatan teknologi yang digunakan.
Selain evaluasi terhadap efisensi (produktivitas), likuiditas juga
merupakan persoalan dalam dunia perbankan, termasuk perbankan syariah. Bank
adalah lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi keuangan. Menurut
teori modern intermediasi keuangan, bank ada karena mereka melakukan dua
peran sentral dalam perekonomian, yaitu menciptakan likuiditas dan melakukan
transformasi risiko.4
Perbankan pada umumnya mengubah dana jangka pendeknya yang berasal
dari deposan ke dalam bentuk aset-aset jangka panjang yang tidak likuid ke dalam
perekonomian. Selain itu, bank melakukan transfromasi risiko. Bank melindungi
nasabahnya dari masalah likuiditas, namun pada saat yang sama, perbankan juga
4Allen N. Berger dan Christa H.S. Bouwman, “Bank Liquidity Creation”, The Review of
Financial Studies”, Volume 2, No. 9 (2009): h. 3779
8
terekspos oleh risiko likuiditas. Dalam kasus yang ekstrim, masalah likuidtas ini
muncul dalam bentuk rush oleh nasabah yang menarik dananya secara bersaman.
Lebih buruk lagi, jika persoalan tersebut tidak hanya menimpa satu dua bank,
tetapi meluas sampai keseluruhan sistem perbankan.
Likuiditas bersifat rentan dan dapat secara tiba-tiba terkuras dari suatu
bank. Kesulitan likuiditas pada suatu bank dapat menjalar pada bank lain
sehingga menimbulkan risiko sistemik. Kejutan (shock) dapat mendorong
terciptanya spiral likuiditas yang menyebabkan hilangnya likuiditas dan
terbentuknya krisis keuangan.5 Seperti krisis keuangan pada tahun 1997/1998
yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi dan sosial di Indonesia.
Krisis perbankan yang disebabkan oleh permasalahan likuiditas menjadi salah
satu sebab dan akibat dari krisis tersebut.
Gambar 1.4 Indikator Kinerja Perbankan Indonesia pada Krisis Moneter 1998
Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia, 1997/1998, data diolah
5 Wuryandani, dkk. “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank”, Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, (Januari 2014): h. 248
109.2% 104.0% 105.7% 105.3%
10.4% 9.5% 8.1% 23.0%
92% 92% 95% 101%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
120.0%
1995 1996 1997 1997/1998
Indikator Kinerja Perbankan Indonesia 1997/1998
LDR NPL BOPO
9
Krisis likuiditas dunia perbankan Indonesia pada periode krisis moneter
1998 sudah terlihat melalui tingkat kredit yang disalurkan lebih tinggi
dibandingkan dengan jumlah DPK yang dihimpun, dimana nilai LDR (Loan to
Deposit Ratio) dari tahun 1995 hingga 1998 bernilai lebih dari 100%. Hal ini
memungkinkan akan timbulnya risiko likuiditas, ditambah dengan rasio kredit
macet yang rata-rata di atas 5% yang semakin mempertegas bahwa perbankan
Indonesia terekspos risiko likuiditas. Puncaknya adalah ketika kredit bermasalah
mencapai angka 23% pada tahun 1998 dengan LDR 105,3%.
Akar permasalahan ini adalah kurs rupiah merosot tajam terhadap dollar
Amerika yang merupakan penularan dari depresiasi Bath Thailand sementara
akumulasi utang swasta luar negeri jangka pendek dan jangka menengah yang
semakin besar yang diakibatkan ekivalen nilai rupiahnya meningkat sedangkan
tidak tersedia cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta
bunganya. Sementara itu, tingkat bunga di dalam negeri dibiarkan tinggi untuk
menahan pelarian dana ke luar negeri dan agar masyarakat mau mendepositokan
dananya dalam rupiah. Namun, banyak pinjaman luar negeri dan dana masyarakat
yang masuk ke sistem perbankan dikelola secara tidak hati-hati kemudian macet
dan uangnya tidak kembali sehingga terjadilah negative spread.
Permasalahan ini semakin parah ketika masyarakat mulai mengalami
krisis keperacayaan terhadap perbankan sehingga terjadi bank run, dimana
deposan dan kreditur menarik dan mengalihkan dananya secara besar-besaran.
Akibatnya, sejumlah bank mengalami mismatch dan mengalami kesulitan untuk
10
memenuhi penarikan dana tersebut. Dampak lain yang terjadi adalah terjadinya
pelanggaran pada ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) pada bank-bank yang
mengalami kekeringan likuiditas dan mengalami saldo negatif pada rekening
gironya di Bank Indonesia.
Selain itu efisiensi sektor perbankan juga semakin memburuk dilihat
melalui rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) yang
semakin meningkat hingga kuartal pertama tahun 1998. Kondisi ini menunjukkan
biaya operasional yang semakin meningkat sementara pendapatannya tetap atau
bahkan berkurang sehingga tidak dapat tercapai efisiensi. Keadaan tersebut
memaksa pemerintah untuk melikuidasi bank-bank yang dinilai tidak sehat dan
tidak layak untuk beroperasi.
Di tengah gejolak perekonomian bangsa saat itu, sistem perbankan syariah
muncul sebagai sebuah perbankan yang mampu menunjukkan bahwa bank
syariah lebih tangguh ditengah gejolak krisis moneter. Ketangguhan ini
dikarenakan sistem bagi hasil yang diterapkan pada sistem perbankan syariah.
Meskipun di Indonesia sendiri kemunculan pebankan syariah saat itu masih
tergolong sangat muda, yakni baru berdiri pada 1992 dengan berdirinya Bank
Muamalat Indonesia (BMI).
Dapat disimpulkan, bahwa likuiditas merupakan indikator penting bagi
perbankan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat. Likuiditas menjadi
jaminan keamanan bagi masyarakat untuk menempatkan dananya di bank. Selain
itu, likuiditas juga menjadi tolak ukur bagi masyarakat untuk melihat sejauh mana
11
bank dapat memberikan kebebasan kepada nasabahnya untuk menarik dananya
ketika sewaktu-waktu dibutuhkan. Hal yang sama juga berlaku pada bank syariah
karena bank syariah dengan nilai-nilai dan operasional mereka yang khas
(berbeda) juga harus menjaga likuiditas sama seperti bank konvensional tetapi
tetap berada dibawah prinsip-prinsip syariah6.
Gambar 1.5 Statistik Likuiditas Bank Syariah Indonesia 2011-2015
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Tahun 2014 dan 2015, data diolah
Tingkat likuiditas FDR (Financing Deposit Ratio), Non Performing
Financing (NPF) dan CAR (Capital Adequacy Ratio) dari tahun 2011-2015
perbankan syariah Indonesia adalah fluktuatif. FDR mengalami pertumbuhan
yang fluktuatif cenderung naik, dengan kenaikan yang konsisten hingga mencapai
puncaknya pada tahun 2012 mencapai 120,65%, yang mengindikasikan keadaan
likuiditas yang tidak sehat, kemudian menurun drastis hingga tahun 2014 menjadi
6 Naved Ahmed, Zulfqar Ahmed, dan Imran H. Naqvi, “Liquidity Risk and Islamic Bank:
Evidence from Pakistan, Interdicplinary Journal of Research in Business, Volume 1 (2011), h. 99
91.41%
120.65%
95.87% 86.66% 88.03%
2.52% 2.26% 2.62% 4.33% 4.84%
16.63% 14.14% 14.42% 15.74% 15.02%
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%
100.00%110.00%120.00%
2011 2012 2013 2014 2015
FDR NPF CAR
12
86,66%, namun kembali mengalami kenaikan kecil pada tahun 2015 menjadi
88,03% meskipun masih dalam kategori sehat menurut regulasi.
Sama halnya dengan FDR, NPF juga dengan pertumbuhan yang fluktuatif
cenderung naik. Namun demikian, kredit bermasalah yang dialami oleh bank
syariah Indonesia tergolong cukup kecil karena berada dibawah 5%. Berbanding
terbalik dengan FDR dan NPF, CAR mengalami pertumbuhan yang fluktuatif
cenderung menurun. Akan tetapi, rata-rata nilai CAR perbankan syariah tergolong
tinggi dari ketentuan Bank Indonesia (8%).
Lebih lanjut, permasalahan yang berkaitan dengan betapa pentingnya
menjaga tingkat likuiditas maupun keharusan dalam meningkatkan produktivitas
bank syariah pada akhirnya akan berkaitan dengan tujuan bank syariah itu sendiri
sebagai lembaga yang profit oriented, yaitu mengoptimalkan keuntungan. Bank
sebagai lembaga keuangan juga merupakan sebuah institusi bisnis yang
melakukan kegiatan produksi yang sesuai dengan fungsi intermediasi sebagai
kegiatan utama usahanya. Dari kegiatan ini, bank dapat mencapai tujuannya untuk
memperoleh keuntungan yang optimal.
Oleh karena itu, bank diharuskan mempunyai tingkat produktivitas yang
baik agar fungsi produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien, dan dapat
memberikan pengaruh yang berbanding lurus terhadap profitabilitasnya. Artinya,
jika produktivitas bank baik dengan memaksimalkan input yang telah ditentukan
dan menghasilkan ouput yang optimal, maka secara tidak langsung akan
13
berpeluang meningkatkan profitabilitasnya. Namun sebaliknya, jika produktivitas
bank kurang baik, maka akan menurunkan tingkat profitabilitasnya.
Kemudian, likuiditas dan profitabilitas juga memiliki hubungan yang
cukup menarik sesuai teori. Likuiditas dan profitabilitas perbankan mempunyai
hubungan yang berlawanan. Pada dasarnya, pengukuran likuiditas adalah sebuah
hal yang bersifat dilematis. Bank sebagai lembaga intermediasi menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan sehingga bank
dapat memperoleh keuntungan. Semakin banyak dana yang terhimpun dan
semakin banyak pembiayaan yang disalurkan, maka akan semakin tinggi
perolehan laba bank. Namun di sisi lain, bank juga harus selalu dalam keadaan
siap dalam memenuhi kewajibannya jika sewaktu-waktu deposan atau pemilik
dana menarik dana mereka.
Jika bank melakukan hal yang sebaliknya, yaitu tidak memproduktifkan
dana yang terhimpun demi menjaga likuiditasnya, maka akan terjadi keadaan
dimana adanya dana yang mengendap dan menganggur (idle fund) dan akan
berpengaruh pada perolehan laba bank. Dengan kata lain, ada trade-off antara
likuiditas dan profitabilitas.7 Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebijakan bank
syariah dalam menjaga likuiditasnya akan berdampak pada tingkat
profitabilitasnya.
7 Puneej Saluja dan Parmil Kumar, “Liquidity and Profitability Trade Off (A Study on Airtel
Bharti Limited), International Journal of Advanced Research in Management and Social Sciences,
Vol. 1 No. 3 (September 2012)
14
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang tingkat produktivitas dan tingkat likuiditas bank
syariah di Indonesia, yang dalah hal ini adalah Bank Umum Syariah, serta
bagaimana pengaruhnya terhadap profitabilitasnya. Oleh karena itu, penulis akan
meneliti tentang “Produktivitas, Likuiditas dan Pengaruhnya Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”.
Penelitian ini pada dasarnya merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh
Fadzlan Sulfian8 yang melakukan studi tentang tingkat produktivitas perbankan
syariah di Malaysia selama periode 2001-2004 dengan pendekatan Malmquist
Productivity Index (MPI). dan Ali Sulieman Alshatti9 yang melakukan studi
tentang pengaruh manajemen likuiditas terhadap profitabilitas pada bank umum di
Jordania dengan objek 13 bank umum di Jordania selama prtiode waktu 2005-
2012 dan dengan uji hipotesis menggunakan analisis regresi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagiamana tingkat produktivitas Bank Umum Syariah di Indonesia periode
2011-2015?
8 Fadzlan Sulfian, “Malmquist Indences of Productivity Change in Malaysian Islamic
Banking Industry; Foreign Versus Domestic Banks”, Journalof Economic Corperation, Vol. 28, 1,
(2007), h. 115-150 9 Ali Sulieman Ashatti, “The Effect of the Liquidity Management on Profitability in Jordan
Commercial Banks”, International Journal of Business and Management, Vol. 10, No. 1 (2015), h. 62-
71
15
2. Apa faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2011-2015
3. Bagiamana tingkat likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-
2015?
4. Bagaimana pengaruh produktivitas dan likuiditas terhadap profitabilitas Bank
Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2015?
C. Batasan Penelitian
Untuk mencapai hasil penelitian yang diharapkan, peneliti membuat
batasan-batasan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan hanya pada Bank Umum Syariah, tidak termasuk Unit
Usaha Syariah (UUS) maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
2. Bank Umum Syariah yang digunakan sebagai objek penelitian adalah Bank
Umum Syaraih yang memiliki dan mempublikasikan Laporan Keuangan
tahunan mulai tahun 2011 hingga tahun 2015.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengukur tingkat produktivitas Bank Umum Syariah di Indonesia
periode 2011-2015
2. Untuk meneliti faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2011-2015
3. Untuk meneliti tingkat likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia periode
2011-2015
16
4. Untuk meneliti pengaruh produktivitas dan likuiditas terhadap profitabilitas
Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2015
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
beberapa pihak. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas
dan produktivitas Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Bagi Akademisi, sebagai bahan penelitian selanjutnya dalam mengukur
likuiditas, pofitabilitas, dan produktivitas maupun hubungan antara ketiganya
pada bank syariah.
3. Bagi Bank Indonesia dan OJK, sebagai gambaran tentang likuiditas,
profitabilitas dan produktivitas Bank Umum Syariah serta menjadi bahan
pertimbangan dalam membuat kebijakan.
4. Bagi Bank Syariah, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
untuk mencapai kinerja yang optimal.
5. Bagi Masyarakat, sebagai bahan referensi dalam melihat peta kinerja Bank
Syariah di Indonesia berdasarkan likuiditas, profitabilitas dan produktivitas
dan juga sebagai bahan pertimbangan untuk menjadi nasabah pada suatu Bank
Syariah.
17
F. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada “Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2012”.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, batasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, teknik penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan disajikan teori terkait Bank Syariah, Produktivitas
Likuiditas, Profitabilitas, dan hal-hal seputar DEA dan Malamquist
Index. Hal ini dibahas dengan tujuan memberikan gambaran tentang
permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini. Selain itu juga akan
memaparkan review studi terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis
penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi variable penelitian, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, metode penelitian dan metode analisis data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang analisis deskriptif variabel penelitian, hasil
penelitian tentang tingkat produktivitas, hasil pengukuran likuidtas,
18
hasil pengaruh produktivitas dan likuiditas terhadap Profitabilitas
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
1. Definisi Bank Syariah
Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari
banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Konotasi
kedua kata inimenjelaskan dua fungsi dasar yang ditunjukkan oleh bank
komersial. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat
menyimpan benda-benda berharga seperti peti emas, peti berlian, peti uang,
dan sebagainya.10
Dalam Al Quran, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit. Tetapi
jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti
struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan
dengan jelas, seperti zakat, shadaqah, ghanimah (rampasan perang), bai’ (jual
beli), dayn (utang dagang), maal (harta) dan sebagainya, yang memiliki fungsi
yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi.11
Di Indonesia, terdapat dua jenis bank berdasarkan prinsipnya, yaitu
Bank Konvensional dan Bank Syariah. Bank Konvensional merupakan bank
10 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, Cet. 4,
Mei 2006). h. 1 11
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: EKONISIA, cet. 1,
2008), h. 27.
20
yang prinsip kerjanya berpijak pada bunga, dimana operasionalnya adalah
menerima dan membayar bunga yang dalam syariat islam dianggap
mengandung riba dan riba sangat diharamkan. Selain itu, dalam menjalankan
perannya sebagai lembaga pembiayaan, bank konvensional juga tidak tebang-
pilih dalam menyalurkan pembiayaan terhadap perusahaan apapun, apakah
perusahaan yang bergerak dalam produksi yang halal atau yang dilarang oleh
syariat islam, misalnya perusahaan minuman keras.
Secara filosofis, bank syariah adalah bank yang aktivitasnya
meninggalkan masalah riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang
dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh dunia
islam.12
Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, Syariah dan tradisinya ke
dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lainnya yang terkait.
Prinsip utama yang diikuti oleh bank syariah adalah: (a) larangan riba dalam
berbagai bentuk transaksi, (b) melakukan kegiatan usaha dan perdagangan
berdasartkan perolehan keuntungan yang sah dan (c) memberikan zakat.13
Perwataatmadja dan Antonio,14
memberikan dua definisi terhadap
bank syariah, yaitu bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
12
Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di
Inodonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010). h. 4 13
Tan Sri Datuk Ahmed Mohamed Ibrahim, Legal Issue in Implementation of Islamic
Banking and Finance, Labuan International Summit on Islamic Financial & Investment, dalam Zainul
Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, Cet. 4, Mei 2006). h. 2 14
Karnaen Perwataajmadja dan Muhammad Syafi‟I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank
Islam (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1997), h. 1.
21
syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-
ketentuan al-Qur‟an dan Hadist. Lebih jauh lagi, mereka menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan bank yang beroperasi dengan sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam operasinya mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalat secara Islam. Sedangkan yang dimaksud dengan bank yang tata
cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Qur‟an dan Hadist
adalah bank yang tata cara beroperasinya mengikuti perintah dan larangan
yang tercantum dalam Al-Qur‟an dan Hadist. Dari definisi tersebut, ada dua
hal yang dapat digaris-bawahi dalam operasional bank syariah yaitu terbebas
dari adanya unsur riba (bunga) dan menggantinya dengan bentuk-bentuk
usaha yang sesuai dengan prinsip syariah.
Dari definisi-definis tersebur dapat disimpulkan bahwa bank syariah
adalah lembaga keuangan yang kegiatan opersionalnya (yaitu menghimpun
dana dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat serta usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa keuangan lainnya) berdasarkan prinsip
syariah yang mengikuti aturan Al-Qur‟an dan Hadist serta juga mengikuti
regulasi dari pemerintah setempat, sehingga menghindari kegiatan-kegiatan
atau praktik-praktik yang mengandung unsur riba dan hal lainnya yang
dilarang.
22
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi
keuangan. Menurut teori modern intermediasi keuangan, bank ada karena
mereka melakukan dua peran sentral dalam perekonomian–mereka
menciptakan likuiditas dan mereka melakukan transformasi risiko.15
Memang,
peran penting bank dalam perekonomian adalah untuk menyediakan likuiditas
dengan mendanai jangka panjang, aset likuid dengan jangka pendek,
kewajiban yang likuid. Dengan demikian, bank memiliki aset likuid dan
menyediakan uang tunai untuk seluruh kegiatan perekonomian.16
Bank syariah sebagai sembaga keuangan merupakan bagaian dari
sistem keuangan dalam ekonomi modern yang melayani masyarakat
pemakaian jasa keuangan. Sistem keuangan pada dasarnya merupakan suatu
jaringan pasar keuangan (financial market ) intitusi, sektor usaha, rumah
tangga dan lembaga pemerintahan yang merupakan peserta dan juga sekaligus
memiliki wewenang mengatur operasi keuangan tersebut.
Pada prinsipnya fungsi pokok keuangan adalah mentransfer dana-dana
(loanable funds) dari penabung atau unit surplus kepada peminjam atau unit
defisi. Dana-dana tersebut dialokasikan melalui negosiasi dan perdagangan
dalam pasar uang yang mempertemukan individu dan sektor usaha sebagai
15
Allen N. Berger dan Christa H.S. Bouwman, “Bank Liquidity Creation”, The Review of
Financial Studies”, Volume 2, No. 9 (2009): h. 3779 16
Isabelle Distinguin, Caroline Roulet, dan Amine Tarazi, “Bank Regulatory Capital and
Liquidity: Evidence from U.S and European publicly traded banks”, HAL, (2014): h. 2
23
pemilik dana dengan pihak pemakai dana. Ilustrasi fungsi sistem keuangan ini
dapat dilihat pada Gambar 2.1.17
Gambar 2.1 Fungsi Intermediasi Bank Syariah
Sumber: Hasil penerjemahan peneliti
Berdasarkan konsep tersebut dapat dilihat peranan perbankan
sebenarnya adalah sebagai sektor penunjang, yang berperan dalam
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, serta
bertindak sebagai lembaga pengumpul dana dalam masyarakat dan kemudian
menyalurkannya kembali untuk kegiatan-kegiatan yang produktif dengan
jalan memberi pembiayaan.
Menurut Wihantoro18
, menyatakan bahwa fungsi intermediasi
perbankan adalah sebagai lembaga perantara bagi pihak yang kelebihan dana
17
Habriyanto, “Intermediasi Perbankan Syariah Pada Bank Mandiri Syariah Cabang Jambi”,
Nalar Fiqh, Vol. 3 No. 1, Juni 2011. h. 62
24
(Surplus Spending Unit/ SSU) dengan pihak yang membutuhkan dana (Defisit
Spending Unit / DSU). Bila fungsi ini tidak berjalan, maka terjadilah
disintermediasi perbankan. Disintermediasi perbankan ini dapat dibagi ke
dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu disintermediasi yang terjadi saat SSU
tidak mau menyimpan kelebihan dananya di perbankan karena kehilangan
kepercayaan pada perbankan, sedangkan tahap kedua terjadi saat perbankan
tidak bersedia menyalurkan dana masyarakat ke DSU karena resiko tidak
dapat dikembalikan dana tersebut.
3. Akad-akad Bank Syariah19
Bank syariah sebagai berperan sebagai pengelola dana dalam
masyarakat. Pengelolaan dana tersebut didasarkan pada akad-akad yang
disesuaikan dengan kaidah muamalat. Dari segi ada atau tidaknya
kompensasi, fikih muamalat membagi akad menjadi dua bagian, yaitu:
a. Akad Tabarru’
Akad Tabarru’ yaitu segala macam perjanjian yang menyangkut
non-profit transaction (transaksi nirlaba). Pada hakikatnya transaksi ini
bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil melainkan
18
Yulian Wihantoro, dkk, Fungsi Intermediasi Perbankan dan Kaitannya dengan Pola Aliran
Dana di Kalimantan Selatan, BI Cabang Kalimantan Selatan, 2000 dalam Habriyanto, “Intermediasi
Perbankan Syariah Pada Bank Mandiri Syariah Cabang Jambi”, Nalar Fiqh, Vol. 3 No. 1, Juni 2011.
h. 63 19
Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010) h. 26-27
25
untuk tujuan tolong menolong. Contoh akad tabarru’ adalah sebagai
berikut:
1) Qard, yaitu pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali (hutang-piutang)
2) Wadi’ah, yaitu mwakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu
dengan cara tertentu.
3) Wakalah, yaitu akad pemberian kuasa kepada penerima kuasu untuk
melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi kuasa.
4) Kafalah, yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
5) Rahn, yaitu menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut
pandangan syariah sebagai jaminan utang sehingga orang yang
bersangkutan boleh mengambil atau ia bisa mengambil manfaat
barang tersebut.
6) Dhaman, yaitu menggabungkan dua beban (tanggungan) untuk
membayar utang, menggadaikan barang atau menghadirkan orang
pada tempat yang telah ditentukan.
7) Hiwalah, yaitu akad yang mengharuskan pemindahan utang dari yang
bertanggung jawab kepada penanggung jawab yang lain.
26
b. Akad Tijarah
Akad tijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut
profit transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencari
keuntungan sehingga bersifat komersil. Contoh akad tijarah antara lain:
1) Murabahah, yaitu jual-beli barang dengan harga asal dengan tambahan
keuntungan disepakati. Penjual harus memberitahu harga produk yang
dia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai
tambahannya.
2) Salam, yaitu pembelian barang yang diserahkan kemudian hari,
sementara pembayaran dilakukan di muka.
3) Istishna, yaitu kontrak penjualan antara mustashni (pembeli akhir) dan
shani (supplier). Pembelian dengan pesanan.
4) Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang itu sendiri
5) Musyarakah, yaitu akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
6) Mudharabah, yaitu akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
usaha tertentu, dimana salah satu pihak sebagai pemilik atau
penyumbang dana dan pihak lainnya sebagai pengelola dana dengan
27
kesepakatan bagi hasil ketika memperoleh keuntungan sesuai dengan
kesepakatan.
4. Produk Bank Syariah20
Produk-produk yang dihasilkan oleh bank syariah tidak terlepas dari
kegiatan bank syariah sebagai lembaga keuangan. Kegiatan bank syariah
secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fungsi utama, yaitu:
a. Penghimpunan Dana dari Masyarakat
Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dengan
menawarkan berbagai jenis produk pendanaan antara lain giro wadiah,
tabungan wadiah, tabungan mudharabah, deposito mudharabah dan
produk pendanaan lainnya yang diperbolehkan sesuai dengan syariah.
Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dilakukan dengan akad wadiah
dan akad mudharabah. Dengan menghimpun dana dari masyarakat, maka
bank syariah akan membayar biaya dalam bentuk bonus untuk akad
wadiah dan bagi hasil untuk akad mudharabah.
b. Penyaluran Dana kepada Masyarakat
Bank syariah perlu menyalurkan dananya kepada pihak yang
membutuhkan dana agar tidak terjadi idle fund. Bank syariah dapat
menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan serta dalam bentuk
penempatan dana lainnya. Dengan aktivitas penyaluran dana ini bank
syariah memperoleh pendapatan dalam bentuk margin keuntungan bila
20
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 52
28
menggunakan akad kerja sama usaha dan sewa bila menggunakan akad
sewa menyewa.
c. Pelayanan Jasa Keuangan
Bank syariah juga melakukan dan menyediakan fasilitas layanan
jasa keuangan untuk membantu mempermudah transaksi keuangan
masyarakat. Dari penyediaan layanan jasa keuangan tersebut bank syariah
akan memperoleh pendapatan berupa fee.
5. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional21
Bank syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya tidak
menggunakan sistem bunga akan tetapi menggunakan prinsip dasar sesuai
ketentuan syariah. Dalam menentukan imbalannya bank syariah tidak
menggunakan sistem bunga akan tetapi menggunakan konsep imbalan sesuai
dengan akad yang diperjanjikan. Beberapa perbedaan antara bank syariah dan
bank konvensional adalah pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
No Bank Syariah Bank Konvensional
1 Investasi, hanya untuk proyek dan
produk yang halal serta
menguntungkan
Investasi, tidak mempertimbangkan
halal atau haram, asalkan proyek
menguntungkan
2 Return yang dibayar dan/atau
diterima berasal dari bagi hasil atau
Return baik yang dibayar maupun
yang diterima berupa bunga
21
Ibid. h. 38
29
pendapatan lainnya sesuai prinsip
syariah
3 Perjanjian dibuat dalam bentuk
akad sesuai dengan syariah
Perjanjian menggunakan hukum
positif
4 Orientasi pembiayaan tidak hanya
untuk keuntungan akan tetapi juga
falah oriented, yaitu berorientasi
pada kesejahteraan masyarakat
Orientasi pembiayaan untuk
memperoleh keuntungan atas dana
yang dipinjamkan
5 Hubungan antara bank dan nasbah
adalah mitra
Hubungan antara bank dan nasabah
adalah kreditur dan debitur
6 Dewan Pengawas terdiri dari BI,
OJK dan Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas terdiri dari BI,
OJK dan tidak ada Dewan
Pengawas Syariah
7 Penyelesaian sangketa diupayakan
secara musyawarah antara bank dan
nasabah melalui peradilan agama
Penyelesaian sengketa melalui
pengadilan negeri setempat
B. Produktivitas
1. Teori Produksi
Produksi adalah sebuah proses mengubah sumber daya menjadi barang
akhir untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan utama produksi adalah untuk
pemanfaatan secara penuh input-input atau faktor-faktor produksi untuk
memproduksi produk atau output-output secara efisien untuk memaksimalkan
30
keuntungan.22
Produksi tidak terbatas pada pembuatan saja, tetapi juga
penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengeceran, pengemasan kembali,
upaya-upaya lembaga regulator, atau mencari celah hukum demi memperoleh
keringanan pajak atau keleluasaan bergerak dengan dengan jasa para akuntan
dan pengacara, dan sebagainya.23
Dalam sebuah organisasi maupun perusahaan, sebuah tingkat produksi
dicapai berdasarkan kombinasi faktor-faktor produksi yang dimilikinya,
faktor-faktor produksi tersebut digunakan sebagai input dalam menghasilkan
suatu tingkat produksi yang merupakan output dalam sebuah proses produksi.
Hal tersebut dinamakan dengan fungsi produksi. Fungsi Produksi
menunjukkan kombinasi faktor-faktor produksi yang dibutuhkan untuk
memproduksi kuantitas produk atau output pada tingkat teknologi tertentu.
Fungsi Produksi menunjukkan kuantitas output maksimum yang dapat
diproduksi dengan kuantitas input yang maksimum.24
Fungsi Produksi dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Q = f (K, L, R, T)
Dimana:
Q = Total produksi atau total output
K = Modal
22
M. Nadratuzzaman Hosen, “Diktat Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi” (Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 159 23
Roger Miller LeRoy dan Meiners Roger, E. Teori Ekonomi Mikro Intermediate,
Penerjemah Haris Munandar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997). 24
Op. cit, h. 165
31
L = Tenaga Kerja
R = Sumber Daya Alam
T = Teknologi
Dalam teori produksi juga dikenal sebuah asumsi dasar yang bernama
marjinal produksi (Marginal Production), yaitu perubahan total produksi atau
total output ketika variabel-variabel input ditingkatkan dalam satuan unit.
Total Produksi adalah sejumlah produk yang dihasilkan dengan tingkat input
variabel tertentu. Ketika ada kenaikan input variabel, marjinal produksi akan
meningkat hingga tingkat maksimum, dan sebaliknya. Rumus untuk
menghitung marginala produksi adalah sebagai berikut:
Dimana MP adalah marjinal produksi, ΔTP adalah perubahan total
produksi dan ΔTL adalah perubahan total input varibel.
Terdapat beberapa kondisi dalam marjinal produksi, yaitu Hukum
Kenaikan Keuntungan Marjinal (The Law of Increasing Marginal Return),
Hukum Penurunan Keuntungan Marginal (The Law of Decreasing Marginal
Return) dan Hukum Penurunan Keuntungan Marginal (The Law of
Diminishing Marginal Return).25
25
M. Nadratuzzaman Hosen, “Diktat Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi” (Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 167
32
Gambar 2.2 The Law of Increasing, Decreasing and Diminishing Marginal
Return
Sumber: M. Nadratuzzaman Hosen (2012)
26
Hukum Kenaikan Keuntungan Marjinal (The Law of Increasing
Marginal Return) muncul ketika satu unit input variabel ditambah input tetap
menghasilkan total produksi yang sangat meningkat. Hukum Penurunan
Keuntungan Marginal (The Law of Decreasing Marginal Return) adalah
penurunan total produksi yang disebabkan peningkatan variabel. Kondisi ini
muncul ketika satu unit input variabel ditambah input tetap menghasilkan
kenaikan nilai produksi yang lebih lambat. Dan Hukum Penurunan
Keuntungan Marginal (The Law of Diminishing Marginal Return) muncul
ketika satu unit input variabel tidak ditambah input tetap menghasilkan
penurunan produksi.
Input tetap adalah input yang tidak dapat diubah jumlahnya dalam
waktu tertentu atau bisa diubah namun dengan biaya yang sangat besar.
Mengenai biaya, fungsi produksi tidak terlepas dari biaya produksi
26
Ibid
33
(production cost), yaitu total pengeluaran yang harus ditanggung oleh
produsen untuk menggunakan kuantitas input atau faktor-faktor produksi yang
dibutuhkan dalam proses produksi. Total Biaya Tetap (Total Fixed Asset)
adalah total biaya yang dibayarkan untuk memperoleh input tetap. Total Biaya
Varaiabel (Total Variabel Cost) adalah total biaya yang harus dibayar untuk
memperoleh input variabel. Dan keseluruhan dari biaya-biaya tersebut adalah
Total Biaya (Total Cost).27
Gambar 2.3 Production Cost Theory
Sumber: M. Nadratuzzaman (2012)
Selain dari segi jangka waktu, analisis dalam teori produksi juga
mengenal tentang kurva isoquant, isocost. Pertemuan kedua kurva ini menjadi
dasar dalam konsep efisiensi sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dan
metode pengukuran yang dikembangkan dalam mengukur tingkat efisiensi.
Kedua kurva tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
27
Ibid. h. 169-172
34
a. Kurva Isoquant, adalah kurva yang merupakan tempat kedudukan titik
titik yang menunjukka kombinasi dua faktor produksi guna menghasilkan
tingkat produksi yang sama.
b. Kurva Isocost, adalah kurva yang menunjukkan kedudukan dari titik-titik
yang menunjukkan kombinasi dari faktor produksi yang dibeli oleh
produsen dengan sejumlah anggaran tertentu
Gambar 2.4 Kurva Isocost dan Isoquant
Pertemuan kedua kurva ini menjadi dasar kebijakan dari organisasi
maupun perusahaan dalam mengoptimalkan sumber daya, produktivitas dan
menciptakan efisiensi. Berikut adalah ilustrasi dari 2 (dua) kebijakan tersebut
yang dapat dicapai karena pertemuan kedua kurva tersebut.
2. Teori Efisiensi
Efisiensi adalah suatu parameter kinerja dimana suatu perusahaan
dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Suatu perusahaan yang
efisien dapat menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada atau
35
menghasilkan output dengan jumlah tertentu dengan input minimal. Begitu
pula pada lembaga keuangan bank, pengukuran efisiensi menjadi suatu
parameter kinerja yang popular diteliti di seluruh dunia. Efisiensi juga dapat
didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan
(input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang
digunakan.28
Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi yaitu efisiensi
teknis dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang
makro yang mempunyai jangkauan lebih luas dibandingkan dengan efisiensi
teknik yang bersudut pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknik cenderung
terbatas pada hubungan teknis dan operasional proses konversi input menjadi
output. Akibatnya usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya
memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan
pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal. Efisiensi sebuah
perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu: technical efficiency dan
allocative efficiency.29
Technical efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
mencapai tingkat output yang maksimum dengan menggunakan tingkat input
tertentu. Technical efficiency mengukur proses produksi dalam menghasilkan
28
Huri. M. D dan Indah Susilowati, “Pengukuran Efisiensi Relatif Perbankan dengan Metode
Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal
Dinamika Pembagunan, vol. 1, no.2 2002, h. 95-107 29
M. Faza Firdaus, “Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Metode Two-Stage Data
Envelopment Analysis” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2013), h. 53-54
36
sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin.
Dengan kata lain, technical efficiency mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan output yang maksimal dengan menggunakan sejumlah
input yang tersedia. Sedangkan allocative efficiency menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan
struktur harga dan teknologi tertentu. Kombinasi antara technical efficiency
dan allocative efficiency akan menjadi economic efficiency. Suatu perusahaan
dapat dikatakan efisien secara ekonomi jika dapat meminimalkan biaya
produksi untuk menghasilkan output tertentu dengan tingkat teknologi yang
umumnya digunakan serta harga pasar yang berlaku.
Terdapat tiga pendekatan yang lazim digunakan dalam metode
parametrik dan nonparametrik untuk mendefinisikan hubungan input dan
output dalam kegiatan financial suatu lembaga keuangan, yaitu:30
a. Pendekatan Aset (Asset Aproach), produksi aset mencerminkan fungsi
primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman
(loans). Pendekatan ini, output benar-benar didefinisikan ke dalam bentuk
aset.
b. Pendekatan Produksi (Production Approach), pendekatan ini menganggap
lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito (deposit account)
30
Muliaman D. Hadad, dkk, “Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan
Metode NonParametrik Data Envelopment Analysis (DEA)”, Working Paper Series Bank Indonesia
(2003), h. 3. dalam M. Faza Firdaus, “Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Metode Two-Stage
Data Envelopment Analysis” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013), h. 61-62
37
dan kredit pinjaman (credit accout), kemudian output didefinisikan
sebagai jumlah tenaga, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan
material lainnya.
c. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach), pendekatan ini
memandang sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator, yaitu
merubah dan mentransfer aset-aset keuangan dari surplus unit kepada
defisit unit. Input-input lembaga keuangan tersebut meliputi: biaya tenaga
kerja, modal dan pembayaran bunga pada deposito , kemudian output
yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi keuangan
(financial investment).
Perbedaan penentuan input dan output antara pendekatan produksi dan
intermediasi adalah dalam memperlakukan simpanan. Simpanan sebagai
output pada pendekatan produksi, dikarenakan simpanan merupakan jasa yang
dihasilkan oleh kegiatan bank. Pendekatan intermediasi menganggap
simpanan sebagai input. Hal ini disebabkan simpanan yang dihimpun bank
akan ditransformasikan ke dalam berbagai bentuk aset yang menghasilkan
terutama pinjaman yang diberikan.
Terdapat 3 (tiga) jenis pendekatan dalam mengukur efisiensi
perbankan, yaitu:31
31
Muharram dan Purvitasari “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia
dengan Metode Data Envelopment Analysis”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, vol.II, no.3 (2005)
dalam M. Faza Firdaus, “Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Metode Two-Stage Data
38
a. Pendekatan rasio, yaitu pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi
dengan cara menghitung perbandingan output dengan input yang
digunakan. Pendekatan ini akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi
apabila dapat memproduksi jumlah output yang maksimum dengan input
tertentu.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah apabila terdapat banyak input dan
output yang akan dihitung secara bersamaan, sehingga banyak perhitungan
yang menimbulkan asumsi yang tidak tegas.
b. Pendekatan regresi, yaitu pendekatan yang menggunakan sebuah model
dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input
tertentu. Fungsinya dapat dilihat di bawah ini:
Y = f{X1, X2, X3, X4,……………..Xn}
Dimana Y = Output, X = Input
Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat
digunakan untuk memproduksi tingkat input yang dihasilkan sebuah Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat output tertentu. UKE tersebut
dinilai efisien, apabila mampu menghasilkan jumlah output lebih banyak
dibandingkan jumlah output hasil estimasi. Pendekatan ini juga tidak
Envelopment Analysis” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2013), h. 58-61
39
dapat mengatasi kondisi banyak output karena hanya satu indikator output
yang dapat ditampung dalam sebuah persamaan regresi. Apabila dilakukan
penggabungan banyak output dalam satu indikator, informasi yang
dihasilkan menjadi tidak rinci lagi.
c. Pendekatan frontier, pendekatan ini mempunyai dua jenis yaitu parametrik
dan non-parametrik. Pendekatan parametrik terdiri dari Stochastic
Frontier Approach (SFA) yaitu perluasan dari model asli deterministic
untuk mengukur efek-efek yang tidak terduga (stochastic frontier) di
dalam batas produksi, Distribution Free Approach (DFA) mengukur
efisiensi biaya mengukur seberapa dekat biaya dari suatu bank dengan
biaya terendah yag dibutuhkan untuk memproduksi output yang sama
pada kondisi yang sama dan Thick Frontier Approach (TFA), sedangkan
non-parametrik meliputi Data Envelopment Analysis (DEA) yaitu model
pemrograman linier fraksional yang dapat mencakup banyak input dan
banyak output tanpa perlu menentukan bobot untuk setiap variabel
sebelumnya, tanpa perlu penjelasan eksplisit mengenai hubungan
fungsional antara input dengan output (tidak seperti regresi).
3. Teori Produktivitas
Pengertian produktivitas sangat berbeda dengan produksi. Tetapi
produksi merupakan salah satu komponen dari usaha produktivitas, selain
kualitas dan hasil keluarannya. Produksi adalah suatu kegiatan yang
berhubungan dengan hasil keluaran dan umumnya dinyatakan dengan volume
40
produksi, sedangkan produktivitas berhubungan dengan efisiensi penggunaan
sumber daya (masukan dalam menghasilkan tingkat perbandingan antara
keluaran dan masukan). Secara umum konsep produktivitas adalah suatu
perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) persatuan waktu.
Produktivitas adalah hubungan antara berapa output yang dihasilkan
dan berapa input yang dibutuhkan untuk memproduksi output tersebut.
Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai
(output) denan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Rumus
produktivitas sebagai berikut:
Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya
segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the
right thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right).
Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat
efisiensi dan efektifitas kerja secara total.
Produktivitas penting dalam meningkatkan dan mempertahankan
perusahaan dalam hal menghasilkan barang atau jasa yang pada dasarnya tidak
lepas dari peningkatan dan pengefektifan mutu tenaga kerja sebagai sumber daya
manusia yang sangat menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Pengukuran produktifitas digunakan untuk mengukur tingkat kinerja yang dicapai
41
oleh perusahaan. Dengan adanya produktivitas maka perusahaan dapat menilai
efisiensi dan efektifitas.
4. Produktivitas dan Efisiensi
Kinerja ekonomi suatu perusahaan dicerminkan dari tingkat efisiensi dan
produktivitas, yaitu rasio antara output terhadap input. Semakin besar rasio output
terhadap input mengindikasikan semakin tinggi kinerja perusahaan tersebut. Jika
dalam proses produksi melibatkan input lebih dari satu, diperlukan metode untuk
mengagregatkan input ke dalam suatu indeks agar rasio produktivitas dapat
dihitung. Hal yang sama juga perlu dilakukan jika perusahaan menghasilkan
multiple output. Pengukuran kinerja ini merupakan pengukuran relatif, dimana
kinerja saat ini dibandingkan periode sebelumnya atau dibandingkan kompetitor
lainnya.
Produktivitas merupakan Rasio antara output yang dihasilkan terhadap
input yang digunakan. Sedangkan efisiensi yang merupakan perbandingan jumlah
output suatu perusahaan terhadap output maksimum yang dapat dihasilkan
perusahaan sejenisnya di level input yang sama, atau sebaliknya. Untuk
memahami perbedaan antara efisiensi dan produktivitas dapat menggunakan
gambar di bawah.
Berdasarkan gambar di bawah, perusahaan A dan B memiliki
produktivitas yang sama, namun nilai efisiensi perusahaan A lebih rendah
dibandingkan perusahaan B. Sementara itu, perusahaan B dan C memiliki
efisiensi yang sama, namun nilai produktivitas C lebih besar dibandingkan
42
perusahaan B. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki produktivitas yang
sama belum tentu memiliki efisiensi yang sama, serta perusahaan yang memiliki
efisiensi yang sama belum tentu memiliki produktivitas yang sama.
Gambar 2.5 Produktivitas dan Efisiensi
5. Data Envelopment Analysis (DEA)
DEA adalah suatu metodologi yang digunakan untuk mengevaluasi
efisiensi dari suatu unit pengambilan keputusan (unit kerja) yang bertanggung
jawab menggunakan sejumah input untuk memperoleh suatu output yang
ditargetkan. DEA merupakan model pemrograman fraksional yang bisa
mencakup banyak output dan input tanpa perlu menentukan bobot untuk tiap
variabel sebelumnya, tanpa perlu penjelasan eksplisit mengenai hubungan
fungsional antara input dan output (tidak seperti regresi). DEA menghitung
ukuran efisiensi secara skalar dan menentukan level input dan output yang
efisien untuk unit yang dievaluasi.
Metode DEA ini diciptakan sebagai alat evaluasi kinerja suatu
aktivitas di sebuah unit entitas (organisasi) yang selanjutnya disebut DMU
43
(Decision Making Unit) atau Unit Pembuat Keputusan (UPK). Secara
sederhana pengukuran dinyatakan dengan rasio: output/input yang merupakan
satuan pengukuran efisiensi atau produktivitas yang bisa dinyatakan secara
parsial (misalnya: output perjam kerja ataupun output per pekerja, dengan
output adalah penjualan, profit dsb) ataupun secara total (melibatkan semua
output dan input suatu entitas ke dalam pengukuran) yang dapat membantu
menunjukkan faktor input (output) apa yang paling berpengaruh dalam
menghasilkan suatu output (penggunaan suatu input). Hanya saja perluasan
pengukuran produktivitas dari parsial ke total akan membawa kesulitan dalam
memilih input dan output apa yang harus disertakan dan bagaimana
pembobotannya.
Menurut Muliaman D. Hadad, Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M.,
pendekatan DEA memiliki beberapa keunggulan yaitu: dapat menggunakan
data yang lebih sedikit, lebih sedikit asumsi yang diperlukan dan sampel yang
lebih sedikit dapat dipergunakan. Namun demikian, kesimpulan secara
statistika tidak dapat diambil jika menggunakan metode non-parametrik.
Pendekatan DEA tidak memasukkan random error, oleh karena itu hasil
ketidakefisienan hanya dijadikan faktor inefisiensi secara umum oleh sebuah
Unit Kegiatan Ekonomi (UKE). Pendekatan non-parametrik dapat digunakan
untuk mengukur inefisiensi secara lebih umum.32
32
Muliaman D. Hadad, dkk, “Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan
Metode NonParametrik Data Envelopment Analysis (DEA)”, Working Paper Series Bank Indonesia
44
Data envelopment analysis pertama kali diperkenalkan oleh Charnes,
Cooper dan Rhodes pada tahun 1978 dan 1979. Pendekatan DEA lebih
menekankan pendekatan yang berorientasi kepada tugas dan lebih
memfokuskan kepada tugas yang penting, yaitu mengevaluasi kinerja dari unit
pembuat keputusan (Decision Making Units). Analisis yang dilakukan
berdasarkan kepada evaluasi terhadap efisiensi relatif dari DMU yang
sebanding. Selanjutnya, DMU yang efisien tersebut akan membentuk garis
frontier. Jika DMU berada pada garis frontier, maka DMU tersebut dapat
dikatakan efisien relatif dibandingkan dengan DMU yang lain dalam peer
group-nya. Selain menghasilkan nilai efisiensi masing-masing DMU, DEA
juga menunjukkan unit-unit yang menjadi referensi bagi unit-unit yang tidak
efisien.
DEA merupakan pendekatan non parametrik dengan menggunakan
teknik linear programming sebagai dasar. DEA menghitung efisiensi dari
suatu DMU dalam satu kelompok observasi relatif kepada DMU dengan
kinerja terbaik dalam kelompok observasi tersebut. Beberapa isu penting yang
harus diperhatikan dalam penggunaan DEA adalah sebagai berikut :
a. Positivity, DEA menuntut semua variabel input dan output bernilai positif
b. Isotonicity, Variabel input dan output harus memiliki hubungan isotonicity
yang berarti untuk setiap kenaikan pada variabel input apapun harus
(2003), h. 3. dalam M. Faza Firdaus, “Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Metode Two-
Stage Data Envelopment Analysis” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013), h. 63
45
menghasilkan kenaikan setidaknya satu variabel output dan tidak ada
variabel output yang mengalami penurunan
c. Window analysis, perlu dilakukan window analysis jika terjadi pemecahan
data DMU (tahunan menjadi triwulan misalnya) yang biasanya dilakukan
untuk memenuhi syarat jumlah DMU. Analisis ini dilakukan untuk
menjamin stabilitas nila efisiensi dari DMU yang bersifat time dependent
d. Penetuan bobot, walaupun DEA menentukan bobot yang seringan
mungkin untuk setiap unit relatif terhadap unit yang lain dalam satu set
data, terkadang dalam praktek manajemen dapat menentukan bobot
sebelumnya
e. Homogeneity, DEA menuntut seluruh DMU yang di evaluasi memiliki
variabel input dan output yang sama jenisnya
Dalam perkembangan pengukuran efisiensi melalui metode DEA oleh
para ahli, ditemukan 2 (dua) model dalam mengaplikasikan metode DEA
dalam mengukur efisiensi teknis suatu organisasi atau perusahaan yang dalam
literature DEA disebut dengan Unit Kegiatan Ekonomi (UKE). Model
pengukuran efisiensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:33
a. Constatn Return to Scale (CRS)
Model CCR yang merupakan model dasar DEA menggunakan
asumsi constant return to scale yang membawa implikasi pada bentuk
33
M. Faza Firdaus, “Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Metode Two-Stage Data
Envelopment Analysis” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2013), h. 65-72
46
efficient set yang linier. Model constant return to scale dikembangkan oleh
Charnes, Cooper dan Rhodes (model CCR) pada tahun 1978. Model ini
mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output adalah
sama (constant return to scale). Artinya, jika ada tambahan input sebesar x
kali, maka output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang
digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE) beroperasi pada skala yang optimal. Menurut
Charnes, Cooper, dan Rhodes model ini dapat menunjukkan technical
efficiency secara keseluruhan atau nilai dari profit efficiency untuk setiap
UKE.
Cara terbaik untuk memperkenalkan DEA adalah melalui bentuk
rasio. Untuk setiap UKE, kita akan mendapatkan ukuran rasio dari semua
output terhadap inputnya, seperti ujyj / v’xi, dimana u mrupakan vektor M
x l dari output tertimbang (weight output) dan v adalah vektor K x l dari
input tertimbang (weight input). Untuk penimbang yang optimal kita harus
menspesifikan problema matematis (the mathematical programming
problem) sebagai berikut:
∑
∑
hs = efisiensi teknis bank s
uis = bobot output i yang dihasilkan oleh bank s
yis = bobot input i yang diproduksi oleh bank s
47
vjs = bobot input j yang digunakan oleh bank s
xjs = jumlah input j yang diberikan oleh bank s
b. Variabel Return to Scale (VRS)
Model ini dikembangkan oleh BCC (Banker, Charnes & Cooper)
pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari model CCR. Model
ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala
yang optimal. Asumsi dari model ini adalah bahwa rasio antara
penambahan input dan output tidak sama (variable return to scale).
Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan output
meningkat sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali.
Variabel return to scale menggambarkan technical efficiency
secara keseluruhan yang terdiri dari dua komponen: pure technical
efficiency dan scale efficiency. Pure technical efficiency menggambarkan
kemampuan manajer perusahaan atau UKE untuk memanfaatkan sumber
daya yang dimilikinya. Sedangkan scale efficiency menggambarkan suatu
UKE atau perusahaan dapat beroperasi pada skala produksi yang tepat.
Bankers, Charnes dan Cooper pada tahun 1984 menganjurkan
sebuah perluasan dari model CRS DEA dengan menerapkan perhitungan
VRS (variable return to scale). Penggunaan dari spesifikasi CRS ketika
tidak semua perusahaan beroperasi pada skala yang optimal, akan
menghasilkan pengukuran efisiensi teknis (technical efficiency/ TE) yang
berbaur atau dikacaukan dengan hasil pengukuran efisiensiefisiensi skala
48
(scale efficiency/ SE). Kegunaan dari spesifikasi VRS ini akan
memungkinkan perhitungan TE yang dapat menghilangkan sama sekali
efek dari SE ini.
Rumus VRS dapat dituliskan dengan program matematika seperti
berikut ini:
Maksimasi ∑
Kendala ∑ ∑
∑
Selanjutnya, Terdapat dua orientasi yang digunakan dalam metodologi
pengukuran efisiensi, yaitu :
a. Orientasi input, perspektif yang melihat efisiensi sebagai pengurangan
penggunaan input meski memproduksi output dalam jumlah yang tetap.
Cocok untuk industri dimana manager memiliki kontrol yang besar
terhadap biaya operasional.
b. Orientasi Output, perspektif yang melihat efisiensi sebagai peningkatan
output secara proporsional dengan menggunakan tingkat input yang sama.
Cocok untuk industri dimana unit pembuat keputusan diberikan kuantitas
resource dalam jumlah yang fix dan diminta untuk memproduksi output
sebanyak mungkin dari resource tersebut.
49
Perbedaan antara orientasi input dan output model DEA hanya terletak
pada ukuran yang digunakan dalam menentukan efisiensi (yaitu dari sisi input
dan output), namun semua model (apapun orientasinya), akan mengestimasi
frontier yang sama.
6. Malmquist Productivity Index (MPI)
Malmquist Index merupakan metode DEA yang dapat dipergunakan
untuk mengolah data panel non-parametrik. Malmquist Productivity Index
(MPI) seringkali digunakan untuk mengukur perubahan produktivitas
(productivity change) sebuah. Nilai index tersebut dapat di dekomposisikan
dari perubahan teknologi (technology change) dan perubahan efisiensi.
Malmquist Productivity Index adalah indeks bilateral yang digunakan
untuk membandingkan teknologi produksi dua unsur ekonomi, Indeks
Malmquist berlandaskan pada konsep fungsi produksi, yang mengukur fungsi
produksi maksimum dengan batasan input yang sudah ditentukan.
Penggunaan Indeks Produktivitas Malmquist karena indeks tersebut
mempunyai beberapa karakteristik yang menguntungkan, pertama, Indeks
Malmquist merupakan metode non-parametrik sehingga tidak memerlukan
spesifikasi bentuk fungsi produksi, kedua, indeks ini tidak memerlukan
asumsi perilaku ekonomi unit produksi seperti minimisasi biaya atau
maksimisasi profit, sehingga sangat berguna apabila tujuan dari produsen
berbeda-beda atau tidak diketahui, ketiga, penghitungan indeks tidak
memerlukan data harga-harga yang seringkali tidak tersedia, keempat, Indeks
50
Produktivitas Malmquist dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu
perubahan efisiensi dan perubahan teknologi. Hal ini sangat berguna karena
analisa dapat dilakukan secara lebih spesifik menurut komponen.34
Pengukuran produktivitas dalam indeks ini mengacu pada total factor
productivity (TFP) dari seluruh faktor yang digunakan. Malmquist Index
dapat diformulasikan sebagai berikut:35
Dimana M adalah produktivitas dari dari titik produksi sebelumnya
(x¹+1, y¹+1), (menggunakan periode teknologi t+1), berhubungan relatif
dengan titik produksi sebelumnya (x1, y1) (menggunakan teknologi periode
t), D adalah fungsi jarak dan semua variabel yang sebelumnya dijelaskan.
Nilai yang lebih besar dari satu mengindikasikan pertumbuhan produktivitas
(TFP) yang positif yang berada diantara dua periode.
Atau dapat juga dirumuskan sebagai berikut:
34
Fadlan Zulfian, “Malmquist Productivity Indices of Malaysian Islamic Banking Industry”,
Journal of Economic Cooperation, Vol. 8 No. 1, 2007. h. 123 35
Ibid. h. 124
51
TFPCH = EFCH x TECH
dimana
Salah satu keuntungan dari Malmquist Index adalah bahwa dapat
membedakan antara perubahan teknologi (technology change) dan perubahan
efisiensi teknis (effiency change). Perubahan teknologi dapat terlihat dari
pergeseran batas produksi dan perubahan efisiensi teknis oleh gerakan
perusahaan terhadap kurva perbatasan.
Nilai perubahan efisiensi teknis (EFCH) lebih besar dari kesatuan
mencerminkan peningkatan efisiensi. Sebaliknya, mencerminkan kemerosotan
efisiensi (inefesiensi). Demikian pula, nilai perubahan teknologi (TECH) lebih
besar dari kesatuan berarti terjadi peningkatan dan kemajuan teknologi dan
jika sebaliknya, merupakan kemunduran teknologi.
52
C. Likuiditas
1. Teori Likuiditas
Likuiditas bank36
adalah kemampuan bank untuk memenuhi
kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Dari sudut aktiva,
likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi bentuk
tunai (cash). Sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank
dalam memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio liabilitas.
Kemampuan likuiditas aset tergantung pada dua faktor utama, yaitu
kandungan daya cair aset itu sendiri (self-contained liquidity) dan daya jual
aset tersebut.
Daya cair aset (self-liquiditing) ditentukan oleh pelaksanaan
pemenuhan syarat-syarat penjualan aset tersebut, baik jangka waktu maupun
cara pembayarannya. Sedangkan marketability asset ditentukan oleh
kemampuan pengalihan aset tersebut kepada pihak lain secara final atau
keberhasilan penawaran kepada pihak lain untuk berpartisipasi mendanai aset
tersebut. Faktor yang disebut pertama disebut commercial loan theory dan
yang kedua dijumpai dalam teori shiftability theory.
Secara lebih spesifik likuiditas adalah kesanggupan bank menyediakan
alat alat guna pembayar kembali titipan yang jatuh tempo dan memberikan
pinjaman (loan) kepada masyarakat yang memerlukan. Penilaian kuantitatif
36
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, Cet. 4,
Mei 2006). h. 154
53
faktor likuiditas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-
komponen sebagai berikut:37
a. Kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi maturity
mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan.
b. Kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber
pendanaan, dan stabilitas pendanaan.
Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang
dapat menghimpun dan mengalokasikan dana dari atau kepada masyarakat.
Kinerja individual bank maupun sistem perbankan secara keseluruhan sangat
ditentukan oleh perilaku bank dalam mengelola asset (penempatan dana) dan
liabilitas (penghimpunan dana). Pengelolaan asset dan liabilitas bertujuan
memperoleh keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan dalam batasan
tertentu. Batasan tersebut mencakup tingkat likuiditas yang mencukupi, risiko
yang rendah, dan modal yang mencukupi.38
2. Risiko Likuditas
Bank secara umum menghadapi risiko yang terbagi dalam 3 kelompok
yaitu risiko kredit (transaksi, counterparty, konsentrasi, dan setelmen), risiko
pasar (suku bunga, nilai tukar, likuiditas), risiko operasional (proses,
infrastruktur system, sumber daya manusia). Fokus utama dalam pengelolaan
37
Febrianty, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif
dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi padaB ank Umum Nasional yang terdaftar di BEI
periode 2008-2011)”, Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi, Vol. 3 No. 3, 2013. h.263 38
Gantiah Wuryandani, dkk “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank”, Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, Januari 2014. h. 248
54
asset dan liabilitas bank pada umumnya adalah pengelolaan risiko likuiditas,
nilai tukar, dan suku bunga. Dalam hal ini, likuiditas yang optimal adalah
likuiditas yang mampu menciptakan pendapatan optimal dan mencegah
terjadinya risiko likuiditas.39
Risiko likuiditas muncul manakala bank tidak mampu memenuhi
kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai, baik
untuk memenuhi kebutuhan transaksi maupun kebutuhan dana yan mendesak,
terutama dari pihak deposan atau pihak ketiga.40
Kewajiban bank terhadap
dana pihak deposan yang telah disalurkan ke dalam pembiayaan akan
terhambat dan akan berpengaruh terhadap likuiditas bank jika jatuh tempo
akan tetapi terjadi pembiayaan bermasalah seperti kredit macet atau
berhubungan dengan risiko kredit.
Risiko kredit muncul jika bank tidak mampu memperoleh kembali
cicilan pokok dan atau bunga/bagi hasil dari pembiayaan yang diberikan atau
invesdtasi yang sedang dilakukan. Penyebab utama terjadinya risiko kredit
adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan invetasi
karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga
penilaiaan terhadap kredit atau pembiayaan dalam mengantisipasi berbagai
39
Op.cit. h. 249 40
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, Cet. 4,
Mei 2006). h. 227
55
kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.41
Rasio Non Performing
Financing (NPF) sering digunakan sebagai tolak ukur risiko kredit.
Salah satu usaha yang dilakukan bank untuk meminimalkan eksposur
terhadap risiko kredit tersebut adalah dengan menyediakan buffer berupa aset
likuid, cadangan likuiditas atau tambahan modal.42
Cadangan likuiditas suatu bank pada umumnya merupakan jaminan
atau tindakan berjaga-jaga atas kemungkinan terjadinya kewajiban membayar
akibat peningkatan penarikan dana maupun peningkatan giro wajib minimum
(GWM). Beberapa bank memilih melakukan strategi untuk memiliki
likuiditas yang berlebih sebagai sinyal kepada pasar bahwa bank tersebut
memiliki likuiditas yang kuat. Di lain sisi, kelebihan likuiditas dapat juga
diinterpretasikan bahwa bank memiliki pengelolaan likuiditas yang buruk
sehingga tidak optimal dalam mengelola portofolio asset dan liabilitas (trade
off).43
Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank sekaligus berfungsi sebagai penjaga kepercayaan masyarakat.
Menurut Johnson dan Johnson44
, modal bank mempunyai tiga fungsi.
Pertama, sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan
41
Ibid. h. 225 42
Ndari Surjaningsih, dkk “Early Warning Indicator Risiko Likuiditas Perbankan”, Working
Paper Bank Indonesia, WP/1/2014, 2014. h. 5 43
Gantiah Wuryandani, dkk “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank”, Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, Januari 2014. h. 248 44
“Frank P. Johnson dan Richard D. Johnson, Commercial Bank Management, (New York:
The Dryden Press, 1985), h. 331-332” dalam Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah,
(Jakarta: Pustaka Alvabet, Cet. 4, Mei 2006). h. 136
56
kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap
kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan para
deposan. Kedua, sebagai dasar bagi penetapan maksimum dalam pemberian
kredit/pembiayaan. Hal ini merupakan pertimbangan operasional bagi bank
sentral sebagai regulator untuk membatasi jumlah pemberian
kredit/pembiayaan kepada setiap individu nasabah bank. Ketiga, modal bank
juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi
tingkat kemampuan bank secara relatif dalam menghasilkan keuntungan.
Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu
yang disebut dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio
(CAR). Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur dengan membandingkan
modal dengan dana-dana pihak ketiga dan membandingkan modal dengan
aktiva berisiko.45
3. Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya
atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Seberapa jauh pemberian
pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi bank untuk segera
45
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, Cet. 4,
Mei 2006). h. 138
57
memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uang yang telah
digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan.46
Pada umumnya, rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) sering
digunakan sebagai tolak ukur likuiditas dalam konteks ini. Selain itu rasio
Liquidity Creation (LC) juga dapat menjadi indikator likuiditas yang
menggambarkan kemampuan bank dalam menciptakan likuiditas (uang)
dalam perekonomian sebuah Negara.
D. Profitabilitas
1. Fungsi Bank Syariah dalam Memperoleh Keuntungan47
Bank sebagai lembaga intermediasi dengan memiliki fungsi
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya ke dalam bentuk pembiayaan atau dalam bentuk penempatan
dana lainnya sesuai syariah. Dalam menyalurkan dana kepada masyarakat
bank syariah akan memperoleh balas jasa berupa margin keuntungan atau bagi
hasil yang diperoleh bank dari nasabah yang memperoleh pembiayaan.
Kemudian, bank syariah akan membayar biaya bagi hasil atau bonus kepada
nasabah yang menyimpan atau menginvestasikan dananya di bank syariah.
Perbedaan antara pendapatan yang diterima dari nasabah pembiayaan dengan
biaya yang dibayarkan kepada nasabah simpanan disebut dengan keuntungan
46
Op.cit. h. 264 47
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 43-46
58
bank atau spread. Selain itu bank juga menawarkan produk jasa layanan
keuangan dan bank syariah akan mendapat fee dari kegiatan tersebut.
Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa bank syariah
mendapat margin keuntungan atas kegiatan usaha yang dilakukan, yang sesuai
dengan akad-akad yang digunakan sesuai prinsip syariah, seperti margin
keuntungan dari akad jual-beli, bagi hasil dari akad kerja sama usaha, bonus
atas dana yang diperoleh menggunakan akad wadiah dan ujrah atau fee dari
jasa yang ditawarkan.
2. Teori Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan dari usahanya.48
Profitabilitas dapat diartikan sebagai keuntungan
yang diperoleh bank yang sebagian besar bersumber pada pembiayaan yang
diberikan. Profitabilitas sangat penting karena menggambarkan tingkat kinerja
manajemen dalam pengelolaan dana.49
Untuk menentukan profitabilitas
diukur kemampuan manajemen perusahaan, dalam hal ini perbankan dalam
memanfaatkan total aktiva maupun aktiva bersih.
Daya tarik bagi investor dan pemilik perusahaan, yaitu tingkat
profitabilitas perusahaan. Semakin tinggi tinggkat profitabilitas maka
keuntungan yang didapat oleh investor akan semakin tinggi pula. Profitabilitas
48
Danang Suntoto, Analisis Laporan Keuangan Untuk Bisnis, CAPS, 2013, Yogyakarta, h.
113 49
Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di
Inodonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010). h. 166
59
adalah parameter yang menunjukkan pendekatan manajemen dan posisi
kompetitif bank di perbankan berbasis pasar. Parameter ini membantu bank
untuk mentolerir beberapa tingkat risiko dan mendukung mereka terhadap
masalah jangka pendek.50
Profitabiltas sebagai dasar dari adanya ketertarikan antara efisiensi
operasional dan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu bank. Tujuan analisis
profitabiltas sebuah bank adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Kinerja keuanagan
perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan laba bersih sebelum pajak
(earning berfore tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba perusahaan
semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional
perusahaan. Kemampuan bank dalam menghasilkan profit tergantung pada
manajemen dalam mengelola aset dan liabilitas yang ada secara kuantitatif
dapat dinilai dengan menggunakan rasio profitabilitas.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas yang dapat dijadikan indikator tingkat keuntungan
pada bank syariah adalah Return On Asset (ROA). Menurut Karya dan
Rakhman, tingkat Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur
profitabilitas bank karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas
perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur
50
Naser Ali Yadollahzadeh, The Effect of Liquidity Risk on Performance of Commercial
Banks, International Research Journal of Applied and Basic Sciences, Iran, 2013
60
dari aset yang dananya berasal dari sebagian besar dana simpanan masyarakat.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan
aset51
.
E. Review Studi Terdahulu
Studi dan penelitian tentang produktivitas, likuiditas dan profitabilitas
pada bank baik bank syariah maupun konvensional telah dilakukan oleh beberapa
peneliti sebelumnya, antara lain:
Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu
No Nama Penulis/Judul
Penelitian/TahunPenelitian
Subtansi dan Hasil
Penelitian
Persamaan dan
Perbedaan dengan
Penulis
1 Fadzlan Sulfian / Malmquist
Indences of Productivity
Change in Malaysian
Islamic Banking Industry;
Foreign Versus Domestics
Banks / Journal of Economic
Corperartion, 2007
Penelitian ini mengukur
tingkat produktivitas bank
syariah di Malaysia
menggunakan Malmquis
Productivity Index dengan
pendekatan intermediasi
dan membandingkan
tingakat produktivitas bank
syariah domestik dengan
bank syariah asing periode
2001-20004.
Hasil dari penelitian ini
adalah produktivitas bank-
bank domestik lebih baik
dibandingkan dengan
produktivitas bank asing.
Produktivtas tersebut
disebabkan terutama oleh
Persamaan dengan
penelitian ini adalah
sama-sama meneliti
tentang produktivitas
bank syariah
menggunakan
Malmquist Productivity
Index dengan
pendekatan
intermediasi dalam
variabel output-input
Perbedaan dengan
penelitian ini adalah
objek dan periode
penelitian dimana pada
penelitian ini meneliti
tingkat produktivitas
bank syariah di
51
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009) h. 118
61
perubahan teknologi
(TECH) dibandingkan
dengan perubahan efisiensi
(EFCH)
Indonesia periode
2011-2015. Selain itu
penelitian ini juga tidak
hanya fokus pada
produktivitas, tetapi
juga tentang likuiditas
dan profitabilitas
2 Dang-Thanh Ngo dan Linh
Thi Phuong Nguyen / Total
Factor Productivity of Thai
Bank in 2007-2010, An
Application of DEA and
Malmquist Index / Journal of
Applied Finance and
Banking, 2012
Penelitian ini bertujuan
mengukut Total Factor
Productivity (TFP) pada
bank-bank besar di
Thailand periode 2007-
2010 menggunakan
pendekatan DEA-
Malmquist Index. Variabel
yang digunakan adalah
beban bunga dan biaya
non-bunga sebagai input
dan Bunga dan pendapatan
dividen dan pendapatan
non bunga sebagai output.
Hasil dari penelitian ini
adalah tingkat produktivitas
bank-bank di Thailand
menurun berdasarkan nilai
TFP. Hal ini disebabkan
karena adanya pengaruh
krisis global yang terjadi
pada tahun 2008.
Persamaan dengan
penelitian ini adalah
sama-sama mengukur
tingkat produktivitas
bank dengan
menggunakan TFP.
Perbedaannya adalah
objek penilitiannya,
dimana penelitian ini
meneliti bank-bank
umum di Thailand yang
memiliki perbedaan
mendasar dengan
perbankan syariah di
Indonesia. Selain itu,
variable input output
yang digunakan juga
berbeda. Penelitian ini
juga hanya sebatas
mengukur
produktivitas, tidak
meliputi likuiditas dan
profitabilitas
3 Ali Sulieman Ashatti / The
Effect of the Liquidity
Management on Profitability
in Jordan Commercial
Banks / International
Journal of Business and
Management, 2015
Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi indikator
dari manajemen likuiditas
bank dan melihat
pengaruhnya terhadap
profitabilitas pada 13 Bank
Umum di Jordania selama
2005-2012 mengunakan
Uji Stasioner Augmented
Persamaan dengan
penelitian ini adalah
sama-sama meneliti
pengaruh likuiditas
terhadap profitabilitas
bank.
Perbedaan dengan
penelitian ini adalah
62
Dickey Fuller (ADF).
Variable yang digunakan
adalah Investment Ratio
(IR), Quick Ratio (QR),
Capital Ratio (CR), Net
Credit Facilities to Total
Assets (NCF/TA) dan
Liquidity Ratio (LR)
sebagai indikator
manajemen likuiditas yang
merupakan variable
independen serta Return On
Asset (ROA) dan Return
On Equity (ROE) sebagai
indikator profitabilitas
untuk variable dependen.
Hasil dari penelitian ini
adalah peningkatan Quick
Ratio (QR) dan Investment
Ratio (IR) menyebabkan
peningkatan profitabilitas,
sementara kenaikan Capital
Ratio (CR) dan Liquidity
Ratio (IR) menyebabkan
penurunan profitabilitas
bank-bank umum Jordania
pada metode analisis,
variabel yang
digunakan dan jenis
data yang digunakan.
Kemudian, penelitian
ini hanya fokus pada
likuiditas dan
profitabilitas, tidak
menyinggung masalah
produktivitas bank.
Selain itu, penelitian ini
dilakukan pada bank
umum di Jordania yang
memiliki perbedaan
dengan perbankan
syariah di Indonesia.
4 Limon Moinur Rasul /
Impact of Liquidity on
Islamic Bank’s Profitability:
Evidence from Bangladesh /
Economica, 2013
Penelitian ini bertujuan
melihat pengaruh likuiditas
terhadap profitabilitas pada
bank syariah di Bangladesh
dari tahun 2001-2011
menggunakan analisis
regresi berganda. Variable
yang digunakan adalah
rasio cash & due bank
terhadap total assets
(CDTA), rasio cash & due
bank terhadap total
Persamaan dengan
penelitian ini adalah
sama-sama meneliti
tentang pengaruh
likuiditas terhadap
profitabilitas bank
syariah.
Perbedaan dengan
penelitian ini adalah
pada objek, data dan
metode penelitian serta
63
deposito (CDDEP), rasio
investasi terhadap total aset
(INVSTA) dan rasio
investasi terhadap total
deposito (INVSDEP)
sebagai variable
independen yang mewakili
likuditas, serta Return On
Asset (ROA), Return On
Equity (ROE) dan Return
On Deposits (ROD)
sebagai variable dependen
yang mewakili
profitabilitas.
Hasil dari penelitian ini
adalah bahwa CDTA tidak
berpengaruh signifikan
terhadap semua variable
profitabilitas, CDDEP tidak
signifikan hanya pada
ROE, sedangkan INVSTA
dan INVSDEP berpengaruh
signifikan terhadap semua
variable profitabilitas
variabel yang
digunakan. Kemudian,
penelitian ini hanya
fokus pada likuiditas
dan profitabilitas, tidak
menyinggung masalah
produktivitas bank.
5 Slamet Riyadi dan Agung
Yulianto / Pengaruh
Pembiayaan Bagi Hasil,
Pembiayaan Jual Beli, FDR
dan NPF terhadap
Profitabilitas Bank Umum
Syariah di Indonesia /
Accounting Analysis
Journal, 2014
Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh
pembiayaan bagi hasil,
pembiayaan jual
beli, FDR dan NPF
terhadap profitabilitas
(diproksikan dengan ROA)
bank umum syariah di
Indonesia. Sampel dalam
penelitian ini adalah 4 bank
yang termasuk sebagai
bank umum syariah devisa
di Indonesia. Teknik
analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
Persamaan dengan
penelitian ini adalah
sama-sama melihat
pengarug FDR dan
NPF terhadap ROA.
Perbedaan dengan
penelitian ini adalah
variabel operasional
yang digunakan lebih
fokus kepada subtansi
variabelnya sedangkan
pada penelitian yang
dilakukan penulis FDR
dan NPF hanya
64
analisis regresi linier
berganda.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa
pembiayaan bagi hasil
berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas,
pembiayaan jual beli dan
NPF tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas dan
FDR berpengaruh positif
terhadap profitabilitas.
merupakan indikator.
Selain itu, objek, data
dan metode analisis
data yang digunakan
juga berbeda.
Kemudian, penelitian
ini tidak menyinggung
masalah produktivitas
bank
6 Muh. Sabir, M, Muhammad
Ali, dan Abd. Hamid Habbe
/ Pengaruh Rasio
Kesehatan Bank Terhadap
Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah dan Bank
Konvensional di Indonesia /
Jurnal Analisis, 2012
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh
tingkat rasio kesehatan
bank terhadap Kinerja
keuangan Bank Umum
Syariah dan Bank
Konvensional di Indoneisa
serta untuk mengetahui dan
menganalisis perbedaan
kinerja keuangan antara
Bank Umum Syariah
dengan Bank Konvensional
di Indonesia. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 4
Bank Umum syariah dan 4
Bank Konvensional Data
dianalisis dengan
menggunakan model
regresi berganda dan uji
beda.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa CAR
tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA,
BOPO berpengaruh negatif
Persamaan dengan
penelitian ini adalah
sama-sama
menganalisis pengaruh
CAR, FDR dan NPF
terhadap ROA pada
Bank Umum Syariah
Perbedaan dengan
penelitian ini adalah
tujuan penelitain yang
lebih fokus pada tingkat
kesehatan bank,
meskipun memiliki
kesamaan pada
beberapa indikator dan
tidak hanya meneliti
pada bank umum
syariah tetapi juga bank
umum konvensional.
Selain itu juga pada
metode analisis data
yang digunakan dan
juga tidak membahas
masalaha produktivitas
bank umum syariah
65
dan signifikan terhadap
ROA, NOM berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap ROA, NPF tidak
berpengaruh signifikan
terhadap ROA, FDR
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA
pada Bank Umum
Syariah di Indonesia. CAR
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA,
BOPO tidak berpengaruh
terhadap ROA, NIM
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA,
NPL berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap
ROA, LDR berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap ROA pada Bank
Konvensional di Indonesia.
Dan terdapat perbedaan
Kinerja Keuangan antara
Bank Umum Syariah
dengan Bank Konvensional
di Indonesia.
F. Definisi Variabel
Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
berdasarkan alat ukur kinerja bank umum syariah yang diteliti yaitu produktivitas,
likuiditas dan profitabilitas.
66
1. Variabel-variabel Produktivitas: DEA-Malmqusit Productivity Index
Dalam mengukur produktivitas bank umum syariah menggunakan
DEA-Malmquist Productivity Index, menggunakan variabel input dan output
untuk menghitung nilai Total Factor Productivity (TFP) dengan pendekatan
intermediasi berorientasi output. Variabel-variabel tersebut adalah:
a. Aset Tetap (Variabel Input).
Aset adalah kekayaan atau sumber ekonomi yang dimiliki
perusahaan dan diharapkan akan memberikan manfaat dimasa yang akan
datang. Aset Tetap adalah aset berwujud yang digunakan dalam
operasional perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan. Aset tetap umumnya memiliki masa
pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberi manfaat pada
perusahaan. Dalam penelitian ini aset tetap dinyatakan dalam jutaan
rupiah.
b. Dana Pihak Ketiga/DPK (Variabel Input)
DPK adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana. Simpanan dalam bank syariah
diimplementasikan dalam produk penghimpunan dana. Produk-produk
penghimpunan dana dalam bank syariah dapat berupa tabungan, giro
maupun deposito. Pada penelitian ini pembiayaan dinyatakan dalam jutaan
rupiah.
67
c. Biaya Tenaga Kerja (Variabel Input)
Biaya Tenaga Kerja adalah harga yang dibebankan untuk
penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Dapat juga diartikan semua
balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan,
elemen biaya tenaga kerja yang merupakan biaya produksi adalah biaya
tenaga kerja untuk karyawan di perusahaan. Biaya tenaga kerja dapat
berupa biaya gaji, provisi maupun fee yang diberikan perusahaan.
d. Pembiyaan (Variabel Output)
Pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
dikerjakan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk
mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan
seperti bank syariah kepada nasabah.
e. Pendapatan Operasional (Variabel Output)
Pendapatan Operasional adalah arus masuk sumber daya ke dalam
suatu perusahaan dalam suatu periode dari penjualan barang atau jasa,
dimana sumber daya pada umumnya dalam bentuk kas, wesel tagih, atau
piutang pendapatan yang tidak mencakup sumber daya yang diterima dari
sumber-sumber selain dari operasi, seperti penjualan aktiva tetap,
penerbitan saham atau peminjaman.
68
Tabel 2.3 Variabel Malmquist Productivity Index
No. Simbol Variabel
1 I1 Input Aset Tetap
2 I2 Input DPK
3 I3 Input Biaya Tenaga Kerja
4 I4 Output Pembiayaan
5 I5 Output Pendapatan Operasional
2. Variabel-variabel Indikator Likuiditas
a. Liquidity Creation (LC)52
Liquidity Creation (LC) adalah kemampuan bank dalam
menciptakan likuidtas dalam perekonomian. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Berger dan Bouwman (2009), serta Isabelle Distinguin,
Caroline Roulet, dan Amine Tarazi (2014), likuiditas di perekonomian
diciptakan ketika bank menyalurkan kredit ke sektor riil. Misalnya, Rp.1
likuiditas di perekonomian tercipta dengan cara menginvestasikan Rp.1
liquid liability (misalnya deposito) ke dalam Rp.1 illiquid asset (misalnya
kredit). Dengan demikian, nilai LC yang semakin tinggi menggambarkan
penciptaan likuiditas atau uang yang dilakukan bank semakin baik namun
tingkat likuiditas bank semakin rendah karena bank menginvestasikan
52
Ndari Surjaningsih, dkk “Early Warning Indicator Risiko Likuiditas Perbankan”, Working
Paper Bank Indonesia, WP/1/2014, 2014. h. 10
69
banyak liquid liability ke dalam illiquid asset. Dengan kondisi tersebut,
bank akan semakin terekspos terhadap risiko maturity mismatch.
LC dihitung dengan membagi aset dan kewajiban bank ke dalam
tiga kategori tingkat likuiditas berdasarkan maturity time, yaitu liquid,
semi liquid, dan illiquid serta memberi bobot yang besar untuk illiquid
asset dan liquid liability. Jumlah rupiah yang diciptakan bank dapat diukur
dengan membandingkan LC dengan ekuitas bank dan rasio LC dapat
diukur dengan membandingkan LC dengan total aset yang dimiliki.
LC = (0.5*Iliquid Asset) + (0*Semi liquid Assets) – (0.5*Liquid
Assets) + (0.5*Liquid Liability) + (0*Semiliquid Liability)
– (0.5*Illiquid Liability)
LC/EQ = LC berbanding Ekuitas yang menghasilkan jumlah rupiah
yang dihasilkan per Rp. 1 modal
LC/TA = LC berbanding total aset yang menghasilkan rasio LC
Tabel 2.4 Bobot dan Komponen penghitungan LC
Liquidity Level Weight
Asset
Cash Liquid -0.5
Interbank assets Semi Liquid 0
Short-term marketable assets Liquid -0.5
Commercial Loans Illiquid 0.5
Consumer Loans Semi liquid 0
Other Loans Semi liquid 0
Long-term marketable assets Semi liquid 0
Fix assets Illiquid 0.5
Other assets Illiquid 0.5
70
Liability
Demand Deposit Liquid 0.5
Saving Deposit Liquid 0.5
Time Deposit Semi liquid 0
Short-term borrowing Liquid 0.5
Other short term liability Liquid 0.5
Long term borrowing Semi Liquid 0
Other long term liability Semi liquid 0
Equity Illiquid -0.5
Sumber: Isabelle Distinguin, Caroline Roulet, dan Amine Tarazi (2014)
(dimodifikasi)
b. Financing Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dikerahkan oleh bank (Muhammad, 2005). Rasio FDR yang
analog dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang
menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit
dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank.
c. Non Performance Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) adalah perbandingan antara
pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan. Salah satu resiko yang
muncul akibat semakin kompleknya kegiatan perbankan adalah
munculnya NPF yang semakin besar. NPF yang baik adalah yang memilki
nilai di bawah 5%. NPF mencerminkan resiko pembiayaan, semakin kecil
NPL semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung bank. Bank dengan
71
NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva
produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian
bank
d. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio atau perbandingan
antara modal bank dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR).
CAR menjadi pedoman bank dalam melakukan ekspansi di bidang
perkreditan. Dalam prakteknya perhitungan CAR yang oleh Bank
Indonesia disebut Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank (KPMM)
tidaklah sederhana. KPMM adalah perbandingan antara Modal dengan
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup
kemungkinan kerugian di dalam kegiatan pembiayaan dan perdagangan
surat-surat berharga.
3. Variabel Profitabilitas
Untuk mengukur profitabilitas bank umum syariah menggunakan rasio
Return On Asset (ROA). Return on Asset (ROA) merupakan kemampuan dari
modal yang diinvestasikan ke dalam seluruh aktiva perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan. ROA menggunakan laba sebagai salah satu cara
untuk menilai efektivitas dalam penggunaan aktiva perusahaan dalam
menghasilkan laba. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi
pula ROA, hal itu berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam
72
penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. ROA dihitung
berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dan rata-rata total aset.
4. Variabel Regresi Model Tobit
Analisis regresi tobit untuk mengukur pengaruh produktivitas dan
likuiditas terhadap profitabilitas bank umum syariah menggunakan variabel-
variabel yang telah dipaparkan sebelumnya.
Tabel 2.5 Variabel Model Regresi Tobit
No. Simbol Variabel
1 Y Dependent Return On Asset (ROA)
2 X1 Independent Total Factor Productivity (TFP)
3 X2 Independent Liquidity Creation (LC)
4 X3 Independent Financing Deposit Ratio (FDR)
5 X4 Independent Non Performing Financing (NPF)
6 X5 Independent Capital Adequacy Ratio (CAR)
G. Kerangka Pemikiran Teoritis
Dalam penelitian ini akan dianalisis tingkat produktivitas dari Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia pada tahun 2011-2015 dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya menggunakan DEA-Malmquist Productivity Index, tingkat
likuiditas dari Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia pada tahun 2011-2015,
dan bagaimana pengaruh produktivitas dan likuiditas terhadap profitabilitas
menggunakan regresi model Tobit.
Kerangka pemikiran dari masalah yang ada beserta pemecahannya
digambarkan sebagai berikut:
73
LAPORAN KEUANGAN BANK
UMUM SYARIAH TAHUN
2011 –TAHUN 2015
LIKUIDITAS PROFITABILITAS PRODUKTIVITAS
INPUT:
Aset Tetap
DPK
Biaya Tenaga
Kerja
TFP
Liquidity Creation (LC)
Financing Deposit Ratio (FDR)
Non Performing Financing (NPF)
Capital Adequacy Ratio (CAR)
OUTPUT:
Pembiayaan
Pendapatan
Operasiona
ROA
Regresi Model Tobit
ROAi = β1 + β2TFPi + β3LCi + β4FDRi +
β5NPFi + β6CARi + εi
Pengaruh Produktivitas
dan Likuditas terhadap
Profitabilias
DEA
Malquist Productivity
Index
LC FDR NPF CAR
Return On Asset
HASIL DAN
KESIMPULAN
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran
74
Laporan keuangan setiap Bank Umum Syariah menjadi sumber informasi
dalam langkah pertama untuk mengukur tingkat produktivitas, tingkat likuiditas
dan tingkat pofitabilitas bank. Pada kategori produktivitas, dengan menggunakan
metode non-parametrik DEA-Malquist Productivity Index untuk mengolah
variabel input aset tetap, DPK dan biaya tenaga kerja dengan variabel output
pembiayaan dan pendapatan operasional yang kemudian menghasilkan nilai Total
Factor Productivity (TFP) sebagai indikator produktivitas Bank Umum Syariah,
sehingga dapat dianalisis tingkat produktivitas Bank Umum Syariah sesuai
dengan nilai TFP.
Pada kategori likuiditas, dengan menggunakan informasi laporan
keuangan dapat diukur nilai dari setiap indikator likuiditas yang telah ditentukan
yaitu Liquidity Creation (LC), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performance Financing (NPF) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) sehingga
dapat dianalisis tingkat likuiditas Bank Umum Syariah sesuai dengan nilai-nilai
dari rasio-rasio tersebut.
Selanjutnya, setiap indikator produktivitas dan likuiditas yang telah diukur
akan dianalisis menggunakan regresi model tobit dengan Return On Asset (ROA)
sebagai indikator profitabilitas untuk mengetahui pengaruh dari produktivitas dan
likuiditas terhadap profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peta
produktivitas dan likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia, menjadi bahan
pertimbangan bagi regulator dalam memaksimalkan peluang industri perbankan
75
syariah Indonesia dan sebagai informasi bagi bank-bank syariah untuk
meningkatan kinerja serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
H. Hipotesis
Berdasarkan telaah teori, beberapa penelitian terdahulu yang telah
diuraikan sebelumnya, serta latar belakang yang dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka untuk tetap bertahan dalam persaingan dibutuhkan kinerja
yang baik. Diantara indikator kinerja sebuah bank adalah tingkat produktivitas,
likuiditas dan profitabilitas. Penilaian terhadap kinerja-kinerja perbankan tersebut
menjadi sangat penting dan terus menjadi kajian dalam berbagai penelitian.
Adapun hasil dari pengaruh produktivitas dan likuiditas terhadap profitabilitas
Bank Umum Syariah didapat disesuaikan berdasarkan telaah pustaka dan studi
terhadap penelitian-penelitian sebelumnya sehingga dapat diajukan hipotesis
penelitian menggunakan regresi model Tobit. Adapun hipotesis tersebut adalah:
1. Pengaruh TFP terhadap ROA
Tingkat profitabilitas bank mempunyai ikatan dengan kegiatan
produksinya yang mengoptimalkan output dan input yang ada. Artinya,
tingkat profitabilitas bank tergantung bagaimana tingkat produktivitasnya.
Bank yang mempunyai tingkat produktivitas yang baik dan efisien dapat
memberikan pengaruh yang berbanding lurus terhadap profitabilitasnya.
Artinya, jika produktivitas bank baik maka secara tidak langsung akan
berpeluang meningkatkan profitabilitasnya. Namun sebaliknya, jika
76
produktivitas bank kurang baik, maka akan menurunkan tingkat
profitabilitasnya. Berdasrkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H1 : TFP berpengaruh positif terhadap ROA Bank Umum Syariah
2. Pengaruh LC terhadap ROA
Bank dapat mengurangi penciptaan likuiditas dengan menyimpan atau
memegang aset yang lebih likuid untuk melindungi bank terhadap risiko
likuiditas terutama risiko jatuh tempo antara aset dan liabilitas. Dengan
memegang aset yang lebih likuid, akan mengurangi risiko likuiditas dan pada
akhirnya akan berdampak pada pengurangan biaya pendanaan dan akan
menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika penciptaan
likuiditas semakin ditingkatkan, maka banka akan memiliki risiko likuiditas
yang tinggi dan kemungkinan akan mengeluarkan biaya pendaan yang tinggi
dan akan berpengaruh pada pendapatan. Dapat disimpulkan, LC berpengaruh
negative terhadp ROA. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Tran, Lin dan Nguyen53
yang menunjukkan bahwa TFP
mempunyai pengaruh negatif terhadap ROA bank. Berdasrkan uraian tersebut
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : LC berpengaruh negatif terhadap ROA Bank Umum Syariah
53
Vuong Thao Tran, Chien-Ting Lin, Hoa Nguyen, “Liquidity creation, regulatory capital,
and bank profitability”, International Review of Financial Analysis, May 2016. h. 19
77
3. Pengaruh FDR terhadap ROA
FDR yang merupakan indikator jumlah pembiayaan yang disalurkan
oleh bank syariah dan menunjukkan efektif tidaknya bank dalam menyalurkan
pembiayaan. Ketika penyaluran dana ke masyarakat tinggi maka akan
mendapat pengembalian yang tinggi pula dan akan berdampak pada laba yang
diperoleh bank. Teori ini didukung oleh Riayadi dan Yulianto54
yang
menyatakan FDR berpengaruh positif terhadap ROA. Berdasrkan uraian
tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : FDR berpengaruh positif terhadap ROA Bank Umum Syariah
4. Pengaruh NPF terhadap ROA
NPF yang menjadi indikator tingkat pembiayaan bermasalah yang
terjadi pada suatu bank. pembiayaan yang bermasalah akan berdampak pada
operasional dan likuiditas bank sehingga semakin tinggi tingkat pembiaayaan
bermasalah akan berdampak pada kegiatan operasional bank yang
berpengaruh pada pendapatan bank. Hal ini didukung oleh Nugroho55
dan
Sabir, Ali dan Habbe56
yang menyatakan NPF berpengaruh negatif terhadap
ROA. Berdasrkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4 : NPF berpengaruh negatif terhadap ROA Bank Umum Syariah
54
Slamet Riyadi dan Agung Yulianto, “Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual
Beli, FDR dan NPF terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”, Accounting Analysis
Journal, Vol. 3. No. 4, 2014. h. 7 55
Aluisius Wishnu Nugroho, “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP dan PLO terhadap
Return On Asset”, Jurnal. 2011. h. 11 56
Muh. Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe, “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank
Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia”, Jurnal
Analisis, Vol. 1 No. 1, 2012. H. 84
78
5. Pengaruh CAR terhadap ROA
CAR mencerminkan modal sendiri perusahaan untuk mengahasilkan
laba. Semakin besar CAR maka semakin besar kesempatan bank dalam
menghasilkan laba karena dengan modal yang besar, manajemen bank sangat
leluasa dalam menempatkan dananya kedalam aktivitas investasi yang
menguntungkan. Rendahnya CAR dikarenakan peningkatan ekspansi aset
beresiko yang tidak diimbangi dengan penambahan modal menurunkan
kesempatan bankuntuk berinvestasi dan dapat menurunkan kepercayaan
masyarakat kepada bank sehingga berpengaruh pada profitabilitas. Teori ini
sesuai dengan Wibowo dan Syaichu57
yang menyatakan CAR berpengaruh
positif terhadap ROA. Berdasrkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H5 : CAR berpengaruh positif terhadap ROA Bank Umum Syariah
57
Edhi Satriyo Wibowo dan Muhammad Syaichu, “AnalisisPengaruh Suku Bunga, Inflasi,
CAR, BOPO, NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah”, Diponegoro Journal of Management, Vol. 2
No. 2, 2013,
79
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian
kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif, dimana data yang
digunakan dalam penelitian adalah berupa angka. Penelitian kuantitatif yaitu
salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan
terstuktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitian, baik
tentang tujuan penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, sampel data,
sumber data, maupun metodologinya (mulai pengumpulan data hingga analisis
data).58
Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori dan atau hipotesis yang
berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral
dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang
fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-
hubungan kuantitatif.
58
Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis: Pendekatan Filosofis dan
Praktis (Jakarta: PT Indeks, cet 1, 2009), h.3
80
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan tipe data time series dan data panel. Data Sekunder adalah data yang
sudah siap/dipublikasikan oleh pihak/instansi terkait dan dapat dimanfaatkan oleh
yang membutuhkan. Data panel atau data runtun waktu silang (cross-sectional
time series) dimana banyak kasus (orang, perusahaan dan lain-lain) diamati dalam
dua periode waktu atau lebih. Data panel dapat menjelaskan dua informasi, yaitu:
informasi cross-section pada macam perbedaan antar subjek, dan infomasi time
series yang merefleksikan perubahan pada subjek waktu. Sedangkan time series
adalah data statistik yang disusun berdasarkan urutan waktu kejadian. Pengertian
waktu dapat berupa tahun, kuartal, bulan, minggu, dan sebagainya.
Data diperoleh dari berbagai sumber, yaitu Laporan Keuangan Publikasi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Statistik Perbankan Syariah OJK, Laporan
Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan Laporan Keuangan Bank Syariah yang
bersangkutan. Data yang digunakan merupakan data Bank Umum Syariah (BUS)
selama periode tahun 2011-2015 yang diambil secara tahunan.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Library Research (Studi Pustaka), pengumpulan data melalui studi pustaka
yang dilakukan dengan mengkaji buku-buku literatur, jurnal dan makalah
untuk memperoleh memperoleh landasan teori yang komprehensif mengenai
81
BUS (Bank Umum Syariah), Malmquist Productivity Index,Likuiditas dan
Profitabiltas. Media cetak dan internet juga digunakan untuk memperoleh data
dan informasi mengenai perkembangan BUS (Bank Umum syariah).
2. Internet Research, pentingnya internet dalam penelitian adalah untuk update
perkembangan terbaru sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hal ini
dikarenakan beberapa buku referensi dan literature lainnya yang dimiliki
maupun yang tersedia di perpustakaan sudah tidak sesuai dengan keadaan
yang berkembang pada saat ini.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode
kuantitatif. Metode peneilitian kuantitatif yang digunakan meliputi metode non-
parametrik dan parametrik. Metode non-paramtrik digunakan untuk mengukur
produktivitas Bank Umum Syariah dan metode parametrik digunakan untuk
meneliti pengaruh produktivitas dan likuiditas terhadap profitabilitas.
1. Tingkat Produktivitas Bank Umum Syariah: Malmquist Productivity
Index
a. Uji Korelasi Variabel Output-Input
Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat hubungan antara variabel
output dengan variabel input yang digunakan untuk mengukur tingkat
produktivitas bank syariah dengan Malmquist Productivity Index, apakah
memiliki hubungan yang isotonis (setiap kenaikan pada variabel input
apapun menghasilkan kenaikan setidaknya pada satu variable output dan
82
variabel output lain tidak turun) atau tidak. Hasil dari pengukuran ini
dapat menjadi gambaran bagaimana kesesuaian penggunaan variabel-
variabel output-input tersebut dengan teori pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini dalam mendefinisikan produktivitas bank umum
syariah
b. Analisis Total Factor Productivity (TFP) dengan DEA-Mamlaquist
Productivity Index
Tingkat produktivitas Bank Umum Syariah diukur berdasarkan
nilai Total Factor Productivity (TFP) yang didapat menggunakan metode
non-paramtrik. Metode non-parametrik yang digunakan adalah DEA-
Malmquist Productivity Index untuk mencari nilai Total Factor
Productivity (TFP). DEA-Malmquist Productivity Index dijalankan
menggunakan program DEAP 2.1 dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1) Variabel input-output menggunakan pendekatan intermediasi
2) Output Oriented
3) Menggunakan model Variabel Returns Scale (VRS)
Komponen-komponen Total Factor Productivity yang diestimasi
meliputi Technological Change Index (perubahan teknologi) dan
Technical Efficiency Index (perubahan efisiensi) dengan model persamaan
sebagai berikut:
83
atau
TFPCH = TECH x EFCH
Perubahan nilai TFP bedasarkan perubahan nilai EFCH dan
TECH. Nilai perubahan efisiensi teknis (EFCH) lebih besar
mencerminkan peningkatan efisiensi. Sebaliknya, mencerminkan
kemerosotan efisiensi (inefesiensi). Demikian pula, nilai perubahan
teknologi (TECH) lebih besar dari kesatuan berarti terjadi peningkatan dan
kemajuan teknologi dan jika sebaliknya, merupakan kemunduran
teknologi.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produktivitas (TFP)
Dalam meneliti tentang faktor-faktor yang berperan terhadap tingkat
produktivitas (TFP) Bank Umum Syaraih di Indonesia berdasarkan hasil dari
DEA-Malmquist Productivity Index yang telah diuji, hanya fokus pada
komponen-komponen yang menjadi estimator Total Factor Productivity yaitu
84
Technological Change Index/TECH (perubahan teknologi) dan Technical
Efficiency Index/EFCH (perubahan efisiensi).
Analisis dilakukan dengan mengelompokkan tingkat produktivitas
Bank Umum Syariah sesuai dengan tingkat TECH dan EFCH. Asumsi-asumsi
yang digunakan dalam analisis ini adalah:
a. TFP, TECH dan EFCH dinilai mengalami peningkatan jika nilainya lebih
besar dari 1 atau di atas 100% ( > 1 atau > 100%), dan sebaliknya.
b. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan jumlah bank, seberapa banyak
bank yang mengalami peningkatan produktivitas dan berapa banyak
mengalami penurunan.
c. Setelah dilakukan pengelompokkan, selanjutnya dilihat perubahan TECH
dan EFCH pada masing-masing kelompok. Jika jumlah bank yang
mengalami peningkatan TECH lebih banyak dibandingkan peningkatan
EFCH, artinya TECH lebih berperan terhadap peningkatan TFP
(produktivitas), dan sebaliknya. Kemudian, jika jumlah bank yang
mengalami penurunan TECH dibandingkan penurunan EFCH, artinya
TECH lebih berperan terhadap penurunan TFP (produktivitas) dan
sebaliknya.
3. Analisis Tingkat Likuiditas Bank Umum Syariah
Analisis pengukuran tingkat likuiditas Bank Umum Syariah di
Indonesia dilakukan dengan melihat trend dan performa dari beberapa rasio
likuiditas yang digunakan, yaitu:
85
a. Liquidity Creation (LC), dengan melihat kinerja Bank Umum Syariah
dalam menciptakan likuiditas (uang) dalam perekonomian Indonesia,
sebesarapa besar pertumbuhannya jika dibandingkan dengan aset Bank
Umum Syariah (LC/TA) dan nilai likuiditas yang dihasilkan per Rp. 1
ekuitas (modal) yang dikeluarkan (LC/EQ). Analisis ini dilakukan baik
secara industri, kelompok bank dan masing-masing bank.
b. Financing to Deposit Ratio (FDR), dengan melihat kinerja Bank Umum
Syariah dalam menyalurkan pembiayaan yang memiliki risiko likuiditas
terhadap dana pihak ketiga (DPK) sesuai dengan standar minimal-
maksimal yang ditentukan oleh regulator.
c. Pemetaan FDR dengan NPF dan CAR, untuk mengukur tingkat risiko
risiko likuiditas yang dimiliki oleh Bank Umum Syariah dan kemudian
mengelompokkan setiap bank sesuai kategori risiko yang dimiliki.
4. Pengaruh Produktivitas dan Likuiditas terhadap Profitabilitas: Regresi
Tobit
Pada tahapan ini, akan dilakukan analisis mengenai pengaruh
produktivitas dan likuiditas terhadap profitabilitas, dimana variable-variabel
dari setiap kinerja tersebut telah diukur terlebih dahulu. Metode Tobit
mengasumsikan bahwa variabel-variabel bebas tidak terbatas nilainya (non-
censured); hanya variabel tidak bebas yang censured; semua variabel diukur
dengan benar; tidak ada autocorrelation; tidak ada heteroscedascity; tidak ada
multikolinearitas yang sempurna; dan model matematis yang digunakan
86
menjadi tepat. Dalam penggunaan metode analisis regresi untuk penelitian
bidang sosial dan ekonomi, banyak ditemui struktur data dimana variabel
responnya mempunyai nilai nol untuk sebagian observasi, sedangkan untuk
sebagian observasi lainnya mempunyai nilai tertentu yang bervariasi. Struktur
data seperti ini dinamakan data tersensor (censored data).
Model tobit mempunyai persamaan umum seperti dijelaskan pada
persamaan dibawah ini.
Y = β’X + εi
Dimana:
Y : vektor dari variabel tak bebas
X : matriks dari variabel bebas
β : vektor parameter yang nilainya belum diketahui
Melalui persamaan tersebut, dikembangkanlah model pada penelitian
ini sebagaimana dijelaskan pada persamaan:
ROAi = β1 + β2TFPi + β3LCi + β4FDRi + β5NPFi + β6CARi + εi
Dimana:
ROAi = return on asset
LCi = liquidity creation
TFPi = total factor productivity
FDRi = Financing to Deposit Ratio
NPFi = Non Performing Financing
CARi = Capital Adequacy Ratio
87
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tingkat Produktivitas Bank Umum Syariah: Malmquist Productivity Index
1. Analisis Deskriptif Variabel Output dan Variabel Input
Tabel. 4.1 Deskriptif Statistik Output dan Input
Output/input 2011 2012 2013 2014 2015
T. Pembiayaan (O1)
Minimum 214,281.00 476,814.00 859,945.00 1,076,761.00 1,075,681.00
Maximum 36,726,679.00 44,754,809.00 50,460,435.00 49,133,142.00 51,089,706.00
Mean 7,569,780.18 10,260,954.27 12,554,382.36 13,304,238.18 13,738,220.00
Std Deviation 11,663,201.28 14,740,468.59 17,241,995.65 17,048,389.23 17,019,480.77
Pendapatan (O2)
Minimum 73,682.00 83,490.00 112,047.00 153,013.00 145,598.00
Maximum 4,853,019.00 5,823,541.00 6,631,270.00 6,489,282.00 6,898,875.00
Mean 1,030,025.55 1,292,896.73 1,646,177.82 1,821,159.45 1,998,385.82
Std Deviation 1,489,163.40 1,796,667.63 2,150,510.70 2,200,558.87 2,217,113.44
Aset Tetap (I1)
Minimum 8,439.00 6,766.00 6,138.00 4,743.00 2,857.00
Maximum 511,063.00 743,598.00 868,255.00 2,297,070.00 2,394,218.00
Mean 107,865.55 153,756.55 207,820.91 352,986.36 413,999.91
Std Deviation 161,280.50 228,695.02 312,050.29 677,104.87 729,047.08
DPK (I2)
Minimum 420,630.00 646,324.00 742,433.00 1,043,046.00 938,982.00
Maximum 42,617,663.00 47,408,691.00 56,460,742.00 59,820,573.00 62,112,879.00
Mean 8,872,462.36 10,946,151.18 13,200,149.18 15,335,308.91 15,568,149.45
Std Deviation 13,567,042.61 15,637,328.30 18,549,555.25 20,660,355.43 20,236,259.68
Biaya T. Kerja (I3)
Minimum 9,416.00 19,907.00 27,432.00 30,770.00 26,233.00
Maximum 964,882.00 973,160.00 1,192,403.00 1,435,307.00 1,370,215.00
Mean 212,742.09 246,799.64 315,489.00 371,234.55 376,056.45
Std Deviation 287,656.55 299,228.77 376,562.32 451,486.39 445,834.75
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah. (Dalam Jutaan Rupiah.
Data diolah)
Pada Tabel 4.1 merupakan statistik ringkasan variabel output input
yang merupakan variabel penelitian dan akan diujikan pada tahap pengukuran
tingkat produktivitas bank umum syariah di Indonesia dengan Malmquist
88
Productivity Index. Dari tabel tersebut dapat menggambarkan beberapa
kesimpulan berdasarkan indikator jumlah rata-rata masing-masing variabel
pada setiap tahunnya. Aset tetap bank umum syariah mengalami peningkatan
dalam lima tahun periode penelitian, yaitu rata-rata sebesar Rp. 413,9 miliar
pada tahun 2015 yang meningkat tajam hampir 300% dari rata-rata sebesar
Rp. 107,8 miliar pada tahun 2011. Selain itu Dana Pihak Ketiga (DPK) juga
mengalami peningkatan sebesar 75,5% pada tahun 2015.
Peningkatan aset tetap dan DPK juga diimbangi dengan meningkatnya
peningkatan pembiayaan, dari rata-rata Rp. 7,57 triliyun pada tahun 2011
menjadi Rp. 13,74 triliyun pada tahun 2015. Hal ini menandakan bahwa
fungsi intermediasi bank umum syariah di Indonesia dalam kurun waktu lima
tahun tersebut berjalan dengan baik. Efek dari hal ini adalah berpengaruh pada
pendapatan bank, dimana juga mengalami peningkatan yang baik dari tahun
2011 hingga 2015 yaitu sebesar 94,01%. Selain itu, peningkatan tenaga kerja
pada bank syariah juga mengalami kenaikan signifikan yang diukur dengan
biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh bank syariah.
2. Uji Korelasi Variabel Output-Input
Selanjutnya, setelah penjelasan dengan ringkasan statistik tersebut,
akan dilanjutkan dengan uji korelasi antara variabel output dan variabel input.
Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat hubungan antara variabel output
dengan variabel input yang digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas
bank syariah dengan Malmquist Productivity Index, apakah memiliki
89
hubungan yang isotonis (setiap kenaikan pada variabel input apapun
menghasilkan kenaikan setidaknya pada satu variable output dan variabel
output lain tidak turun) atau tidak. Hasil dari pengukuran ini dapat menjadi
gambaran bagaimana kesesuaian penggunaan variabel-variabel output-input
tersebut dengan teori pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dalam
mendefinisikan produktivitas bank umum syariah.
Untuk memilih metode korelasi yang akan digunakan, maka terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas distribusi data. Variabel-variabel penelitian
akan diuji apakah berdistribusi normal atau tidak. Jika distribusi data normal
maka akan digunakan metode analisa parametrik dan jika sebaliknya, maka
metode yang akan digunakan adalah metode non-parametrik. Uji normalitas
ini menggunakan statistik uji yaitu Kolmogorof Smirov. Uji ini pada umumnya
penggunaannya dapat untuk sampel hingga 1000. Menggunakan taraf signifikansi
5%, pedoman pengambilan keputusan adalah data berdistribusi tidak normal
jika nilai signifikansi (sig) < 0,05, dan distribusi normal jika nilai signifikansi
(sig) ≥ 0,05.
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.2. Pada tabel tersebut
menunjukan hasil uji Kolmogorof Smirov bahwa semua data yang diuji
menghasilkan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, yang artinya adalah
bahwa semua data berdistribusi tidak normal. Dengan demikian, metode uji
korelasi yang digunakan adalah non-parametrik, yaitu teknik Koefisien
Korelasi Spearman.
90
Tabel 4.2 Uji Normalitas Variabel Output-Input
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Total Pembiaya
an
Pendapatan Operasional
Aset Tetap
DPK Tenaga Kerja
N 55 55 55 55 55
Kolmogorov-Smirnov Z 2.020 1.655 2.606 1.990 1.707
Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .008 .000 .001 .006
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dasar dari pengambilan keputusan pada uji Korelasi Spearman adalah
dengan melihat nilai signifikansinyanya. Pada taraf signifikansi 5%, jika nilai
signifikansi (sig) < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat korelasi yang
signifikan antar variabel dan tidak terdapat korelasi yang signifikan jika nilai
signifikansi (sig) ≥ 0,05. Korelasi variabel akan semakin kuat jika nilai
Correlation Coeffiient mendekati angka 1.
Tabel 4.3 Hasil Korelasi Variabel Output-Input Correlations
Aset
Tetap
DPK Tenaga
Kerja
Spearman's
rho
Total
Pembiayaan
Correlation Coefficient .878 .989 .967
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 55 55 55
Pendapatan
Operasional
Correlation Coefficient .895 .980 .978
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 55 55 55
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan nilai
signifikansi dari setiap korelasi antar variable adalah 0, yang artinya bahwa
terdapat korelasi untuk setiap variabel input terhadap variabel output. Selain
91
itu, nilai Correlation Coeffiient setiap hubungan variabel memiliki nilai rata-
rata diatas 0,9 atau mendekati 1. Hal ini menandakan bahwa korelasi antar
variabel input dan output adalah sangat kuat.
Hasil ini dapat menjadikan gambaran bahwa adanya kesesuaian antar
variabel. Kesesuaian yang dimaksud adalah bagaimana variabel-variabel
tersebut dapat menggambarkan aktivitas operasional bank syariah sebagai
lembaga intermediasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, variabel-
variabel output-input yang digunakan pada pengukuran produktivitas bank
umum syariah pada penelitian ini menggunakan konsep pendekatan
intermediasi.
Produktivitas bank umum syariah sebagai lembaga intermediasi dapat
tercermin dari bagaimana input yang digunakan seperti aset tetap dan dana
pihak ketiga dalam menghasilkan output seperti pembiayaan dan pendapatan.
Aset tetap dan dana pihak ketiga akan menyebabkan beban bagi bank syariah
apabila tidak diproduktifkan dan akan berpengaruh pada pendapatan bank
syariah. Dengan menggunakan tenaga kerja yang memadai, aset tetap dan
dana pihak ketiga dapat diproduktifkan salah satunya dengan disalurkan
dalam bentuk pembiayaan yang merupakan sumber utama pendapatan bank
syariah. Semakin besar aset dan dana pihak ketiga bank syariah, semakin
besar usaha dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyalurkan pembiayaan
dan akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan bank syariah. Dari proses
92
ini, dapat diukur bagaimana produktivitas bank syariah sesuai dengan
aktivitas intermediasi yang dilakukan.
3. Analisis Total Factor Productivity (TFP) dengan DEA-Mamlaquist
Productivity Index
Pada subbab ini, akan memaparkan hasil perhitungan Malmquist
Productivity Index sebagai indikator produktivitas bank umum syariah di
Indonesia. Hasil Malmquist Productivity Index diukur berdasarkan nilai
TFPCH atau perubahan produktivitas yang komposisinya berasal dari TECH
atau perubahan teknologi dan EFCH atau perubahan efisiensi teknik. Selain
itu, perubahan-perubahan indikator tersebut juga dihubungkan dengan PECH
atau perubahan efisiensi murni dan SECH atau skala efisiensi. Hasil
perhitungan ini akan dianalisis berdasarkan keseluruhan tahun pengamatan
(2011-2015), per tahun pengamatan dan berdasarkan masing-masing bank
syariah selama tahun pengamatan. Kemudian selanjutnya akan dianalisis
dengan membuat pengelompokan bank syariah berdasarkan tingkat Technical
Change dan Efficiency Change dengan membuat kuadaran.
Tabel 4.3 merupakan summary rata-rata dari TFPCH, TECH, EFCH
dan dekomposisinya berdasarkan PECH dan SECH dari tahun 2011 sampai
2015, baik rata-rata secara keseluruhan tahun penelitian maupun rata-rata
yang dihitung per tahun. Dari periode waktu pengukuran tersebut, tahun 2011
merupakan tahun yang dijadikan referensi dan oleh karena itu skor Malmquist
Index Productivity keseluruhan indikator bernilai 1 (100%). Skor dari setiap
93
indikator yang berubah pada tahun berikutnya baik itu lebih besar atau lebih
kecil dari 1 (100%) mengindikasikan terjadinya perubahan pada setiap
indikator Malmquist Productivity Index.
Tabel 4.4 Dekomposisi Peningkatan TFP Bank Umum Syariah Indonesia
2011-2015
Periode
Productivity
Change
(TFPCH)
Technology
Change
(TECH)
Efficiency
Change
(EFCH)
Pure
Efficiency
Change
(PECH)
Scale
Efficiency
Change
(SECH)
2011-2015 1.128
(+12,8%)
1.163%
(+16,3%)
0.970
(-3,0%)
0.974
(-2,6%)
0.996
(-0,4%)
2011-2012 1.139
(+13,9%)
1.138
(+13,8%)
1.001
(+0,1%)
0.995
(-0,5%)
1.006
(+0,6%)
2012-2013 1.149
(+14,9%)
1.168
(+16,8%)
0.983
(-1,7%)
0.995
(-0,5%)
0.988
(-1,2%)
2013-2014 1.165
(+16,5%)
1.233
(+23,3%)
0.945
(-5,5%)
0.965
(-3,5%)
0.979
(-2,1%)
2014-2015 1.064
(+6,4%) 1.115
(+11,5%)
0.954
(-4,6%)
0.943
(-5,7%)
1.011
(+1,1%)
Berdasarkan tabel di atas, dipaparkan progres produktivitas bank
umum syariah selama periode tahun 2011-2015. Selama periode tersebut,
bank umum syariah mengalami peningkatan produktivitas yang dapat diukur
dari skor rata-rata TFPCH yang bernilai 112,8% atau lebih besar 12,8% dari
nilai tahun referensi. Artinya, bank syariah mengalami peningkatan
produktivtas rata-rata 12,8%% selama periode tersebut. Peningkatan tersebut
didominasi oleh TECH yang menjadi sumber utama peningkatan TFP
dibandingkan EFCH. Skor rata-rata TECH adalah sebesar 116,3% atau
menglami peningkatan sebesar 16,3% dari nilai tahun referensi. Artinya,
secara keseluruhan peningkatan produktivitas bank umum syariah disebabkan
94
oleh kemampuan bank-bank dalam memanfaatkan kombinasi input dengan
teknis produksi yang efisien dan menghasilkan output yang baik. Sedangkan
EFCH mengalami penurunan sebesar 3,0%. Menurunnya nilai EFCH
disebabkan paling utama oleh nilai PECH yang juga menurun sebesar 2,6%
dan SECH yang juga menurun tipis sebesar 0,4%.
Selanjutnya, jika periode pengamatan lebih dispesifikkan menjadi
periode tahunan, peningkatan TFP berada pada trend yang selalu naik. Pada
tahun 2012, nilai TFP meningkat sebesar 13,9%, kemudian mengalami
peningkatan lagi pada tahun 2013 yaitu sebesar 14,9%, dan tahun 2014
sebesar 16,5%. Pada tahun 2015 juga mengalami kenaikan berdasarkan tahun
referensi namun peningkatannya paling rendah diantara tahun-tahun
sebelumnya yaitu sebesar 11,5%.
Faktor utama yang menjadi penyebab meningkatnya TFP bank umum
syariah setiap tahunnya adalah TECH dibandingkan dengan EFCH, dimana
nilai TECH pada tahun 2012 dan 2013 meningkat sebesar 13,8%, dan 16,8%
yang kemudian pada tahun 2014 meningkat drastis menjadi 23,3% meskipun
pada tahun 2015 hanya sebesar 11,5% yang merupakan peningkatan yang
paling rendah diantara tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan nilai EFCH yang
menjadi indikator efisiensi bank umum syariah hanya mengalami peningkatan
yang tipis pada tahun 2012 sebesar 0,1%, dan tahun-tahun lainnya dengan
nilai yang berada dibawah 100% yang menggambarkan tingkat efisiensi yang
menurun.
95
Menurunnya performa efisiensi bank umum syariah berdasarkan nilai
EFCH didominasi oleh performa efisiensi murni bank berdasarkan nilai
PECH dibandingkan skala efisiensinya berdasarkan nilai SECH. Dari tahun
2011 hingga tahun 2015, nilai PECH selalu berada dibawah 100% yaitu
masing-masing 99,5% pada tahun 2012 dan 2013, 96,5% pada tahun 2014 dan
paling rendah pada tahun 2015 sebesar 94,3%. Sedangkan SECH sedikit lebih
baik karena pernah mencatat pertumbuhan masing-masing pada tahun 2012
sebesar 0,1% dan tahun 2015 sebesar 1,1%.
Peningkatan produktivitas bank umum syariah (TFP) yang disebabkan
oleh perubahan teknologi yang digunakan (technological change)
mengindikasikan bahwa fungsi produksi bank tersebut berjalan lebih baik
dibandingkan dengan efisiensi tekniknya. Secara keseluruhan, kemampuan
bank dalam memanfaatkan inputnya yang dalam hal ini adalah aset, DPK dan
tenaga kerja dapat menghasilkan output berupa pembiayaan dan pendapatan
yang maksimal sehingga membuat kinerja bank umum syariah produktif.
Namun, bank yang produktif tidak selalu efisien. Hal ini yang terjadi pada
periode 2011-2015, dimana bank umum syariah mengalami peningkatan
produktivitas yang disebabkan oleh peningkatan nilai technological change
namun tidak dengan tingkat efisien yang baik karena mengalami penurunan
efisiensi.
Penurunan performa efisiensi bank umum syariah dalam hal ini
dipengaruhi oleh efisiensi murni (pure efficiency technical/PECH) yang
96
menggambarkan kemampuan pimpinan bank umum syariah dalam
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dan skala efisiensi (Scale of
efficiency/SECH) yang melambangkan bahwa bank dapat beroperasi dalam
skala produksi yang tepat. Jika nilai keduanya mengalami kenaikan yang
artinya pemanfaatan sumber daya dapat dilakukan dengan optimal dan bank
berada pada skala produksi yang tepat, maka akan menyebabkan kenaikan
pada nilai efisien teknis (efisiensi) dan akan berpengaruh pada peningkatan
produktivitas bank. Namun sebaliknya, jika nilai keduanya mengalami
penurunan, akan menyebabkan bank jadi tidak efisien, meskipun belum tentu
akan berpengaruh pada peningkatan produktivitas bank umum syariah.
Hal ini yang terjadi pada periode 2011-2015 dimana efisien bank
umum syariah menurun (inefisiensi) yang disebabkan oleh menurunnya
efisiensi murni dan skala efisiensi, namun tidak berpengaruh pada
peningkatan produktivitas karena faktor teknologi yang mengalami kenaikan
lebih baik.
Berdasarkan hasil perhitungan Malmquist Productivity Index yang
telah dilakukan sebelumnya, selanjutnya akan dikelompokan dan dianalisis
jumlah bank umum syariah yang mengalami peningkatan atau penurunan
produktivitas berdasarkan nilai TFPCH dan dekomposisinya. Dengan analisis
ini akan dilihat seberapa banyak jumlah bank yang mengalami peningkatan
atau penurunan produktivitas sesuai peningkatan atau penurunan
dekomposisinya. Pengelompokan ini dilakukan dengan ketentuan bahwa
97
Produktivitas (TFPCH), Penggunaan Teknologi (TECH), Efisiensi (EFCH),
Efisiensi Murni (PECH) dan Skala Efisiensi (SECH) meningkat (naik) apabila
bernilai lebih besar dari 1 ( > 1), menurun (turun) apabila bernilai lebih kecil
dari 1 ( < 1 ) dan tetap apabila bernilai sama dengan 1 ( = 1)59
.
Tabel 4.5 Pertumbuhan Produktivitas dengan perubahan MPI berdasarkan
jumlah Bank Umum Syariah
Periode TPFCH TECH EFCH
Naik Turun Tetap Naik Turun Tetap Naik Turun Tetap
2011-2015 8 3 - 9 2 - 3 5 3
2011-2012 8 3 - 8 3 - 4 2 5
2012-2013 11 - - 11 - - 2 5 4
2013-2014 8 3 - 9 2 - 2 6 3
2014-2015 7 4 - 8 3 - 3 4 4
Periode PECH SECH
Naik Turun Tetap Naik Turun Tetap
2011-2015 1 1 9 2 4 5
2011-2012 1 3 7 3 2 6
2012-2013 1 3 7 2 5 4
2013-2014 1 4 6 2 6 3
2014-2015 2 4 5 4 3 4
Hasil pengelompokkan jumlah bank umum syariah sesuai dengan
pertumbuhan produktivitasnya berdasarkan perubahan nilai Mamlquist
Productivity Index dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dari 11 Bank Umum Syariah
yang diteliti dan diamati selama periode tahun 2011 hingga tahun 2015,
sebanyak 8 bank (72,7%) mengalami peningkatan produktivitas dan 3 bank
59
Fadzlan Sufian, “Malmquist Indices of Productivity Change in Malaysian Islamic Banking
Industry: Foreign Versus Domstic Banks”, Journal of Economic Cooperation, Vol. 28 No.1, (2007) h.
129
98
(27,3%) mengalami penurunan produktivitas, sebanyak 9 bank (81,9%)
mengalami peningkatan dalam penggunaan teknologi dan 2 bank (18,2%)
mengalami penurunan, sebanyak 3 bank (27,3%) mengalami peningkatan
efesiensi, 5 (45,5%) bank lainnya mengalami inefesiensi dan sisanya dengan
tingkat efisiensi yang tetap. Selain itu, untuk efisiensi murni 1 bank umum
syariah (9,1%) yang mengalami peningkatan dan mengalami penurunan dan 9
bank lainnya (81,8%) tidak mengalami perubahan. Pada indikator skala
efisiensi, 2 bank (18,2%) mengalami peningkatan, 4 bank (36,4%) mengalami
penurunan dan 5 bank lainnya (45,4%) dengan skala efisiensi yang tetap.
Khusus analisis secara tahunan, sebanyak 8 bank umum syariah
(72,7%) yang mengalami peningkatan produktivitas pada tahun 2012
dibandingkan dengan 3 bank lainnya (27,3%) yang mengalami penurunan,
yang kemudian pada tahun 2013 jumlahnya meningkat menjadi 11 bank
(100%) dan akhirnya jumlahnya kembali turun pada tahun 2014 dan 2015
masing-masing menjadi sebanyak 8 bank (72,7%) berbanding 3 bank lainnya
(27,3%) yang mengalami penurunan dan 7 bank (63,6%) berbanding 4 (36,4)
yang mengalami penurunan. Jumlah yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada
pennggunaan teknologi, dimana sebanyak 8 bank (72,7%) mengalami
peningkatan nilai TECH pada tahun 2012 yang mengindikasikan penggunaan
teknologi pada bank-bank tersebut meningkat lebih baik, kemudian jumlahnya
meningkat menjadi 11 bank (100%) pada tahun 2013 dan berkurang menjadi
9 bank (81,9%) pada tahun 2014 dan 8 bank (72,7%) pada tahun 2015.
99
Sedangkan bank-bank lainnya mengalami penurunan nilai TECH yang
mengindikasikan penggunaan teknologi pada bank-bank tersebut mengalami
penurunan atau tidak lebih optimal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pada indikator efisiensi, sebanyak 3 bank umum syariah (27,3%)
mengalami peningkatan, 5 bank (45,4%) mengalami penurunan dan 3 bank
lainnya (27,3%) tidak mengalami perubahan efisiensi pada tahun 2012.
Sedangkan pada tahun 2013, jumlah bank umum syariah yang mengalami
peningkatan efisiensi turun menjadi 2 bank (18,2%), begitu juga dengan bank
umum syariah dengan tingkat efisiensi yang tetap menjadi 4 bank (36,4%) dan
bank yang mengalami inefesiensi hnaik menjadi 5 bank (45,5%). Kemudian
pada tahun 2014, jumlah bank umum syariah yang mengalami penigkatan
inefisiensi kembali meningkat menjadi 6 bank (54,6%), 2 bank (18,2%)
mengalami efesiensi dan sisanya tetap. Dan pada tahun 2015, komposisinya
adalah 3 bank (27,3%) mengalami peningkatan efesiensi, 4 bank (36,4%)
mengalami inefesiensi dan sisanya dengan EFCH tetap.
Perubahan nilai efisiensi tersebut disebabkan oleh nilai efisiensi murni
dan nilai skala efisien setiap bank. Pada tahun 2012, bank umum syariah yang
mengalami peningkatan efisiensi murni dan skala efisiensi masing-masing
berjumlah 1 bank (9,1%) dan 2 bank (18,2%), yang mengalami penurunan
masing-masing 1 bank (9,1%) dan 4 bank (36,4%) dan sisanya masing-masing
9 bank (81,8%) dan 5 bank (45,5%) tidak mengalami perubahan. Kemudian
pada tahun 2013, bank umum syariah yang mengalami peningkatan efisiensi
100
murni dan skala efisiensi masing-masing berjumlah 1 bank (9,1%) dan 2 bank
(18,2%), yang mengalami penurunan masing-masing 3 bank (27,3%) dan 5
bank (45,5%) dan sisanya tetap. Sedangkan pada tahun 2014, terdapat masih 1
bank (9,1%) dengan efisiensi murni yang meningkat, 4 bank (36,4%) yang
inefesiensi, 5 bank lainnya (45,5%) tetap, dan masih sebanyak 2 bank (18,2%)
dengan skala efisiensi yang meningkat, mengalami penurunan efesiensi
menjadi 6 bank (54,6%), dan sisanya tetap. Terakhir pada tahun 2015, bank
yang mengalami penigkatan efiensi murni dan skala efesiensi bertambah
masing-masing menjadi 2 bank (18,2%) dan 4 bank (36,4%), masih 4 bank
(36,4%) dengan efisiensi murni yang menurun dan jumlah bank dengan skala
efisiensi yang menurun berkurang menjadi 3 bank (27,3%).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produktivitas (TFP)
Selanjutnya, akan dianalisis mengenai faktor utama yang berperan
terhadap pertumbuhan produkvitas bank umum syariah, baik itu yang
mengalami peningkatan maupun yang mengalami penurunan. Berdasarkan
Tabel 4.6, selama periode tahun 2011 sampai 2015, 8 bank yang mengalami
peningkatan produktivitas semuanya didominasi oleh meningkatnya
penggunaan teknologi dan 2 bank yang mengalami penurunan disebabkan
oleh menurunnya teknologi atau penggunaan teknologi yang belum optimal
sedangkan 1 bank didominasi oleh penurunan efesiensi.
Apabila lebih dirinci lagi dalam periode tahunan, dari 8 bank umum
syariah yang mengalami peningkatan produktivitas pada tahun 2012, semua
101
penyebabnya didomniasi oleh peningkatan penggunaan teknologi dan dari 3
bank yang mengalami penurunan produktivitas, 2 bank dipengaruhi oleh
penurunan kinerja teknologi dan 1 lainnya disebabkan oleh menurnnya
efisiensi.
Tabel 4.6 Faktor yang berperan terhadap Pertumbuhan Produktivitas
berdasarkan jumlah Bank Umum Syariah
Periode
Peningkatan Produktivitas Penurunan Produktivitas
Teknologi Efesiensi Teknologi Efisiensi
Meningkat Meningkat Menurun Menurun
2011-2015 8 - 2 1
2011-2012 8 - 2 1
2012-2013 11 - - -
2013-2014 8 - 1 2
2014-2015 5 2 2 2
Pada tahun 2013, semua bank syariah mengalami peningkatan
produktivitas dan semua didominasi oleh pengaruh penggunaan teknologi
yang optimal kemudian pada tahun 2014, faktor teknologi berperan dalam
peningkatan produktivtas 8 bank umum syariah dan berperan pada
menurunnya produktivitas 1 bank umum syariah. Faktor efisiensi hanya
berperan pada 2 bank yang mengalami penurunan produktivitas. Terakhir
pada tahun 2015, 7 bank yang mengalami peningkatan nilai TFPCH, 5 bank
dipengaruhi oleh perubahan TECH dan 2 bank oleh EFCH. Sedangkan
penurunan nilai TECH dan EFCH berpengaruh masing-masing pada
penurunan produktivitas masing-masing 2 bank umum syariah.
102
Dari analisis tersebut, terlihat bahwa peran teknologi sangat
mendominasi terhadap pertumbuhan produktivitas 11 bank umum syariah
selama 2011 hingga 2015. Peran tersebut baik pada pertumbuhan
produktivitas maupun penurunnya produktivitas. Hal ini menggambarkan
bahwa faktor teknologi yang melambangkan kemampuan bank dalam
memanfaatkan setiap input untuk menghasilkan output yang maksimum
menjadi hal yang sangat sensitive terhadap tingkat produktivitas perbankan
syariah. Berbeda denga faktor efisiensi yang mempunyai peran namun
dominan dalam mempengaruhi penurunan produktivitas bank syariah.
Tabel 4.7 Performa Efisiensi dalam Malmquist Productivity Index
berdasarkan Jumlah Bank Umum Syariah
Periode
Peningkatan Esiensi Penurunan Efisiensi
Efisiensi
Murni
Skala
Efisiensi
Efisiensi
Murni
Skala
Efisiensi
Efisiensi
Meningkat Meningkat Menurun Menurun Tetap
2011-2015 - 3 3 2 3
2011-2012 1 3 1 1 5
2012-2013 1 1 2 3 4
2013-2014 - 2 4 2 3
2014-2015 2 1 3 1 4
Tidak terlalu dominannya pengaruh efisiensi terhadap pertumbuhan
produktivitas pada setiap bank umum syariah dari tahun 2011 hingga tahun
2015 disebabkan oleh performa efisiensi bank itu sendiri. Pada Tabel 4.7,
dapat dilihat bahwa selama periode 2011-2015 jumlah bank dengan performa
efisensi yang menurun mayoriatas lebih banyak. Secara rata-rata, sebanyak 3
103
bank dengan tingkat efisiensi yang tetap, 3 bank dengan tingkat efisiensi yang
naik dan 5 bank lainnya dengan tingkat efisiensi yang menurun. Faktor utama
yang mempengaruhi tingkat efisiensi dari 8 bank tersebut adalah efisiensi
murni lebih berperan terhadap penurunan tingkat efisiensi (3 bank)
dibandingkan dengan peningkatan efisiensi, sebaliknya skala efisiensi lebih
berperan terhadap peningkatan efisiensi (3 bank) dibandingkan dengan
penurunan efesiensi (2 bank). Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan
manajerial pemimpinan perusahaan dan bagaimana kebijakan yang diambil
agar operasi pada skala produksi yang tepat harus dilakukan secara seimbang
agar mempengaruhi peningkatan efisiensi bank dan secara tidak langsung
akan berdampak pada pertumbuhan bank, meskipun tidak terlalu dominan.
5. Analisis Tingkat Produktivitas masing-masing Bank Umum Syariah
Kemudian, setelah analisis-analisis tersebut selanjutnya akan dianalisis
rata-rata peningkatan produktivitas pada masing-masing bank umum syariah
selama tahun 2011 hingga tahun 2015. Dengan analisis ini dapat dilihat
bagaimana tingkat pencapaian produktivitas masing-masing bank umum
syariah selama 4 tahun tersebut.
Pertama, tingkat produktivitas setiap bank akan dilihat secara rata-rata
selama periode tahun 2011 hingga 2015. Pada Gambar 4.1 dapat dilihat rata-
rata produktivitas bank umum syariah di Indonesia periode tahun 2011
sampai tahun 2015 berdasarkan nilai TFP dan komponen-komponenya yaitu
EFCH dan TECH. Bank Umum Syariah yang mempunyai tingkat
104
produktivitas paling tinggi berdasarkan nilai TFP adalah Bank Mega Syariah
dengan 133,5% atau meningkat sebesar 33,5% dari tahun 2011.
Gambar 4.1 Rata-rata Malmquist Productivity Index Bank Umum Syariah
2011-2015
Selanjutnya diikuti oleh BNI Syariah dengan peningkatan TFP sebesar
27%, Bank Bukopin Syariah dengan peningkatan TFP sebesar 26,9%, BRI
Syariah dengan peningkatan TFP sebesar 24,1%, Bank Victoria Syariah
dengan peningkatan TFP sebesar 22,8%, Maybank Syariah dengan
peningkatan TFP sebesar 13,6%, Bank Panin Syariah dengan peningkatan
TFP sebesar 6,3%, dan BJB Syariah dengan peningkatan TFP sebesar 4,3%.
Sedangkan Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan BCA
Syariah memiliki nilai rata-rata dibawah 100% yang mengindikasikan bahwa
85.0%87.0%89.0%91.0%93.0%95.0%97.0%99.0%
101.0%103.0%105.0%107.0%109.0%111.0%113.0%115.0%117.0%119.0%121.0%123.0%125.0%127.0%129.0%131.0%133.0%135.0%
Total Factor Productivity
TFP
TECH
EFCH
105
bank-bank tersebut mengalami penurunan produktivitas selama 2011-2015.
Penurunan TFP bank-bank tersebut masing-masing sebesar 6%, 1,3% dan
1,4%.
Berdasarkan analisis data tersebut, menggambarkan adanya fenomena
mengenai peningkatan produktivitas bank umum syariah di Indonesia yang
cukup menarik untuk dibahas, dimana bank-bank besar dan telah beroperasi
lama seperti Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri memiliki
tingkat produktivitas yang lebih kecil bahkan paling kecil dibandingkan bank-
bank syariah yang belum terlalu besar dan masih tergolong belum terlalu lama
berada dalam industri perbankan Indonesia seperti BNI Syarah, Bank Bukopin
Syariah, Bank Victoria Syariah dan lainnya. Hal ini dapat diukur berdasarkan
penggunaan teknologi dan tingkat efisiensi teknik masing-masing bank.
Tingkat produktivitas Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat
Indonesia selama tahun pengamatan 2011-2015 mengalami penurunan
berdasarkan nilai tahun referensi (2011), yaitu masing-masing sebesar 6% dan
1,3%. Hal ini disebabkan karena permasalahan penggunaan teknologi dan
efisiensi pada masing-masing bank yang juga bekerja tidak cukup optimal
yang dapat dilihat dari nilai TECH masing-masing bank, yaitu sebesar 96,2%
(-3,8%) dan 98,7% (-1,3%) dan nilai EFCH Bank Syariah Mandiri sebesar
97,7% dan Bank Muamalat yang sedikit lebih baik yaitu konstan di 100%.
Pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat, menurunnya nilai
TECH mengindikasikan bahwa penggunaan teknologi dalam fungsi produksi
106
tidak berjalan baik, artinya Bank Muamalat tidak mampu menghasilkan
output pada tingkat kapasitas yang maksimum dari setiap input yang dimiliki.
Selain itu, Bank Syariah Mandiri juga mengalami inefesiensi yang ditandai
dengan menurunnya nilai EFCH. Artinya, Bank Syariah Mandiri tidak efisien
dalam memanfatkan input dalam menghasilkan output.
Berbeda dengan Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia,
bank-bank yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi yaitu Bank Mega
Syariah, BNI Syariah, Bank Bukopin Syariah, BRI Syariah Syariah dan
lainnya memiliki nilai TECH yang cukup tinggi. Artinya, bank-bank ini
mampu menghasilkan output pada tingkat yang maksimum untuk setiap level
input, atau dengan kata lain, penggunaan teknologi dalam faktor produksi
berjalan dengan optimal. Selain itu, masing-masing bank juga mampu
menjaga tingkat efisiensi, baik dengan performa efisiensi yang meningkat atau
minimal konstan di 100%, kecuali pada Bank Panin Syariah, Maybank
Syariah dan Bank Victoria Syariah dengan tingkat efisiensi yang dibawah
100%.
Selanjutnya, tingkat produktivitas setiap bank umum syariah akan
diuraikan berdasarkan perkembangannya setiap tahun. Dengan tahun 2011
sebagai tahun referensi, perkembangan produktivitas setiap bank akan terlihat
pada tahun-tahun selanjutnya, yaitu tahun 2012, tahun 2013, tahun 2014 dan
tahun 2015, apakah mengalami peningkatan atau penurunan. Perkembangan
107
tersebut diukur berdasarkan perbandingan dengan tahun referensi dan
berdasarkan perkembangan tahun sebelumnya.
Berdasarkan gambar 4.2, pada tahun 2012, produktivitas Bank Syariah
Mandiri meningkat 10% (1,10) yang murni disebabkan oleh peningkatan
TECH sebesar 10% dibandingkan efisiensi yang tetap. Kemudian pada tahun
2013 TFP bernilai 1,08 yang menurun dari tahun 2012 yang juga murni
disebabkan oleh TFP yang bernilai 1,08 dengan efisiensi tetap.
Gambar 4.2 Produktivitas Bank Syariah Mandiri
Namun pada tahun 2014, produktivitas Bank Syariah Mandiri
menurun drastis dengan nilai TFP hanya sebesar 0,57. Hal ini disebkan oleh
performa TECH dan EFCH yang juga menurun dengan nilai masing-masing
0,83 dan 0,69. Meskipun kemudian pada tahun 2015 kembali mengalami
kenaikan dengan nilai TFP 1,15 yang disebabkan oleh peningkatan efisiensi
dengan nilai EFCH sebesar 1,32 dibandingkan TECH yang hanya sebesar
0,87 Secara keseluruhan EFCH lebih berpengaruh terhadap produktivitas
Bank Syariah Mandiri.
40%
60%
80%
100%
120%
140%
2011 2012 2013 2014 2015
TFP EFCH TECH
108
Gambar 4.3 Produktivitas Bank Muamalat Indonesia
Performa produktivitas Bank Muamalat Indonesia berdasarkan
Gambar 4.3 pada tahun 2012 TFP menurun 3% (0.97) yang murni disebabkan
oleh penurunan TECH sebesar 3% dibandingkan efisiensi yang tetap.
Kemudian pada tahun 2013 TFP bernilai 1.001 yang meningkat sebesar
0.01% dengan nilai TECH sebesar 1.05 dan EFCH sebesar 0.96. Namun pada
tahun 2014, produktivitas Bank Muamalat Indonesia meningkat tajam dengan
nilai TFP sebesar 1.42 yang ini disebkan oleh performa TECH yang juga
meningkat tajam sebesar 1.36 dan EFCH yang juga meningkat dengan nilai
1.05. Meskipun kemudian pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan
yang cukup signifikan dengan nilai TFP yang hanya 0,69 yang disebabkan
oleh TECH dengan nilai yang sama, sedangkan efisiensi tetap pada angka
1,00. Secara keseluruhan TECH lebih berpengaruh terhadap produktivitas
Bank Muamalat Indonesia.
Kemudian, performa produktivitas BRI Syariah dapat dilihat pada
Gambar 4.4 BRI Syariah mampu menjaga tingkat efisiensi selama 2011-2015
60%
80%
100%
120%
140%
2011 2012 2013 2014 2015
TFP EFCH TECH
109
pada skala 100% sedangkan performa teknologi mengalami peningkatan yang
berdampak pada produktivitas yang juga meningkat. Hal itu dapat dilihat pada
nilai TECH dan TFP dengan nilai yang sama yaitu 1,11 pada tahun 2012,
sebesar 1,22 pada tahun 2013, sebesar 1,20 pada tahun 2014 dan yang paling
tertinggi sebesar 1,46 pada tahun 2015. Secara keseluruhan TECH lebih
berpengaruh terhadap produktivitas BRI Syariah.
Gambar 4.4 Produktivitas BRI Syariah
Gambar 4.5 Produktivitas BNI Syariah
Gambar 4.5 merupakan grafik dari performa BNI Syariah selama
2011-2015. Pada tahun 2012, produktivitas BNI Syariah meningkat 37%
60%
80%
100%
120%
140%
2011 2012 2013 2014 2015
TFP EFCH TECH
80%
100%
120%
140%
160%
2011 2012 2013 2014 2015
TFP EFCH TECH
110
(1,37) yang lebih disebabkan oleh peningkatan TECH sebesar 30%
dibandingkan efisiensi yang hanya 5%. Kemudian pada tahun 2013 TFP
bernilai 1,01 yang menurun dari tahun 2012 yang disebabkan EFCH yang
bernilai dibawah nilai tahun referensi yaitu sebesar 0,85 sedangkan TECH
masih relatif tinggi dengan nilai 1,19. Namun pada tahun 2014, produktivitas
BNI Syariah menigkat drastis dengan nilai TFP hanya sebesar 1,53. Hal ini
disebkan oleh performa TECH dan EFCH yang juga meningkat dengan nilai
masing-masing 1,30 dan 1,13. Dan kemudian pada tahun 2015 dengan tingkat
efisiensi yang tetap di angka 100%, TFP dengan nilai 1,23 yang disebabkan
oleh peningkatan TECH dengan nilai sebesar 1,23. Secara keseluruhan TECH
dan EFCH sama-sama berpengaruh terhadap produktivitas BNI Syariah.
Gambar 4.6 Produktivitas Bank Mega Syariah
Bank Mega Syariah memiliki rata-rata tingkat produktivitas paling
baik diantara bank umum syariah dalam penelitian ini. Pada tahun 2012
merupakan tahun dengan nilai TFP Bank Mega Syariah tertinggi yaitu sebesar
1,40 dengan TECH sebesar 1,26 dan EFCH sebesar 1,11. Kemudian pada
80%
100%
120%
140%
160%
2011 2012 2013 2014 2015
TFP EFCH TECH
111
tahun 2013 TFP mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 dengan nilai
sebesar 1,23 yang disebabkan oleh EFCH yang menurun dengan 0,99
meskipun TECH juga menurun tipis menjadi 1,24. Namun meskipun pada
tahun 2014 EFCH kembali menurun menjadi 0,85 akan tetapi TECH
mengalami peningkatan yang signifikan dengan nilai sebesar 1,58 sehingga
berpengaruh pada TFP yang juga meningkat dengan nilai sebesar 1,35. Pada
tahun 2015 produktivitas Bank Mega Syariah juga meningkat menjadi 1,38
yang lebih disebabkan oleh EFCH yang meningkat signifikan menjadi 1,19,
sedangkan TECH berada pada nilai paling rendah dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya yaitu sebesar 1,16. Secara keseluruhan TECH lebih mempunyai
peran dalam peningkatan performa produktivitas Bank Mega Syariah
Gambar 4.7 Produktivitas Bank Syariah Bukopin
.
Bank Syariah Bukopin juga memiliki rata-rata tingkat produktivitas
paling baik diantara bank umum syariah dalam penelitian ini. Pada Bank
Syariah Bukopin berdasarkan Gambar 4.7, peran TECH lebih dominan
mempengaruhi peningkatan TFP dibandingkan EFCH. Meskipun pada tahun
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
2011 2012 2013 2014 2015
TFP EFCH TECH
112
2012 performa TFP, TECH dan EFCH Bank Syariah Bukopin menurun
dengan nilai masing-masing sebesar 0,78 0,92 dan 0,84, namun pada tahun
2013 TFP mengalami peningkatan yang signifikan dengan nilai sebesar 1,41
sesuai dengan TECH dan EFCH yang juga meningkat dengan nilai 1,19. Pada
tahun 2014 dan 2015 nilai TFP mencapai puncak tertinggi masing-masing
sebesar 1,67 dan 1,42 yang lebih dipengaruhi oleh TECH, sedangkan EFCH
berada pada tingkat efisiensi 100% (EFCH = 1,00). Secara keseluruhan TECH
lebih mempunyai peran dalam peningkatan performa produktivitas Bank
Syariah Bukopin.
Gambar 4.8 Produktivitas BJB Syariah
Dilihat pada Gambar 4.8 BJB Syariah mampu menjaga tingkat
efisiensi selama 2011-2015 pada skala 100% sedangkan performa teknologi
mengalami peningkatan yang fluktuatif yang berdampak pada produktivitas
yang juga fluktuatif. Hal itu dapat dilihat pada nilai TECH dan TFP dengan
nilai yang sama yaitu menurun dengan nilai sebesar 0,95 pada tahun 2012,
meningkat sebesar 1,23 pada tahun 2013, meningkat lagi dengan nilai sebesar
60%
80%
100%
120%
140%
160%
2011 2012 2013 2014 2015
TFP EFCH TECH
113
1,44 pada tahun 2014 dan menurun drastis pada tahun 2015 dengan nilai
sebesar 0,70. Secara keseluruhan TECH lebih berpengaruh terhadap
produktivitas BJB Syariah.
Gambar 4.9 Produktivitas Bank Panin Syariah
Pada Bank Panin Syariah, nilai TFP meningkat pada tahun 2012 dan
2013 masing-masing dengan nilai sebesar 1,14 dan 1,27 yang murni
disebabkan oleh peningkatan TECH sedangkan EFCH tetap pada tingkat
100%. Namun pada tauhn 2014 dan 2015, EFCH mengalami penurunan
masing-masing dengan nilai 0,85 dan 0,72 yang berpengaruh pada TFP yang
juga mengalami penurunan masing-masing dengan nilai sebesar 0,94 dan
0,95. Meskipun TECH memiliki nilai yang cukup baik (diatas 100%) yaitu
sebesar 1,10 dan 1,32 tetapi tidak dapat mengangkat performa produktivtas
Bank Panin Syariah. Secara keseluruhan EFCH lebih berpengaruh terhadap
produktivitas BJB Syariah.
Performa produktivitas BCA Syariah berdasarkan Gambar 4.10 pada
tahun 2012 TFP meningkat 7% (1.07) yang disebabkan oleh peningkatan
60%
80%
100%
120%
140%
2011 2012 2013 2014 2015
TFP EFCH TECH
114
TECH sebesar 10% dibandingkan efisiensi yang menurun sebesar 2%.
Kemudian pada tahun 2013 TFP bernilai 1.21 yang meningkat sebesar 21%
dengan nilai TECH sebesar 1.18 dan EFCH sebesar 1.02 Namun pada tahun
2014, produktivitas BCA Syariah mengalami penurunan nilai TFP menjadi
0.80 yang ini disebkan oleh performa TECH yang juga menurun sedangkan
EFCH berada pada nilai 100% (1,00). Meskipun pada tahun 2015 nilai TECH
mengalami peningkatan yang drastis menjadi 1,56 tetapi menurunnya
performa efisiensi secara drastis yang ditunjukkan leh nilai EFCH sebsar 0,59
lebih mempengaruhi TFP yang nilainya masih dibawah 100% (0,92). Secara
keseluruhan TECH lebih berpengaruh terhadap produktivitas BCA Syariah.
Gambar 4.10 Produktivitas BCA Syariah
Gambar 4.11 merupakan grafik dari performa produktivitas Maybank
Syariah selama 2011-2015. Pada tahun 2012, produktivitas Maybank Syariah
meningkat 21% (1,21) yang lebih disebabkan oleh peningkatan TECH sebesar
15% dibandingkan efisiensi yang hanya 5%. Kemudian pada tahun 2013 TFP
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
2011 2012 2013 2014 2015
TFP EFCH TECH
115
bernilai 1,03 yang menurun dari tahun 2012 yang disebabkan EFCH yang
bernilai dibawah nilai tahun referensi yaitu sebesar 0,88 sedangkan TECH
masih relatif tinggi dengan nilai 1,17. Namun pada tahun 2014, produktivitas
Maybank Syariah kembali meningkat dengan nilai TFP sebesar 1,17. Hal ini
disebkan oleh performa TECH yang juga meningkat dengan nilai 1,26
sedangkan EFCH meningkat dibandingkan tahun sebelumnya tetapi masih
dibawah tahun referensi yaitu 0,98. Dan kemudian pada tahun 2015 dengan
tingkat efisiensi yang masih dibawah 1,00 yaitu 0,94 TFP Maybank Syariah
dengan nilai 1,15 yang disebabkan oleh penurunan TECH dengan nilai
sebesar 1,23. Secara keseluruhan TECH berpengaruh terhadap produktivitas
Maybank Syariah.
Gambar 4.11 Produktivitas Maybank Syariah
Pada tahun 2012, Bank Victoria Syariah memiliki peningkatan
produktivitas paling tinggi diantara bank umum syariah lainnya yaitu dengan
nilai TFP mencapai 1,72 atau meningkat sebesar 72%. Performa TECH lebih
berperan terhadap peningkatan ini dengan nilai yang sama dengan TFP yaitu
80%
100%
120%
140%
2011 2012 2013 2014 2015
TFP EFCH TECH
116
1,72 dikarenakan tingkat efisiensinya tetap (1,00). Meskipun pada tahun 2013
nilai TFP menurun menjadi 1,03 karena TECH juga menurun dengan nilai
1,06 dan demikian juga EFCH dengan nilai 0,94, pada tahun 2014 TFP
kembali meningkat menjadi 1,28 yang dipengaruhi oleh TECH yang juga
meningkat menjadi 1,36 sedangkan EFCH menurun menjadi 0,94.
Gambar 4.12 Produktivitas Bank Victoria Syariah
Dan pada tahun 2015 TECH kembali menurun menjadi 1,05 yang
membuat TFP juga turun menjadi 1,001 meskipun EFCH masih tetap dalam
angka 0,94. Secara keseluruhan TECH lebih berpengaruh terhadap
produktivitas Bank Victoria Syariah.
B. Likuiditas Bank Umum Syariah Indonesia
1. Liquidity Creation (LC)
Liquidity Creation (LC) adalah besarnya penciptaan likuiditas dalam
perekonomian oleh bank, dalam penelitian ini adalah bank umum syariah.
Selain itu Liquidity Creation (LC) juga dapat menggambarkan tingkat
80%
100%
120%
140%
160%
180%
2011 2012 2013 2014 2015
TFP EFCH TECH
117
likuiditas dari bank. Pada Tabel 4.8 dipaparkan mengenai LC bank umum
syariah Indonesia selama periode tahun 2011 hingga tahun 2015.
Tabel 4.8 Liquidity Creation Bank Umum Syariah Indonesia 2011-2015
No. Tahun LC
(miliar rupiah) LC/TA LC/EQ
1 2011 12.917 11,08% 1.26
2 2012 16.649 11,36% 1.35
3 2013 20.449 11,45% 1.29
4 2014 27.122 13,52% 1.59
5 2015 31.686 15,29% 1.63
Bank umum syariah Indonesia secara keseluruhan pada tahun 2011
mampu menciptakan likuiditas atau uang dalam perekonomian Indonesia
sebesar Rp. 12,917 miliar. Jumlah tersebut terus mengalami pertumbuhan
setiap tahunnya. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp. 3.732
miliar (29%) dibandingkan tahun 2011, naik sebesar Rp. 3.799 miliar (23%)
pada tahun 2013 dari tahun 2012, pada tahun 2014 bahkan mengalami
pertumbuhan yang signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu
sebesar Rp. 6.673 miliar (33%) dan pada tahun 2015 meskipun mengalami
pertumbuhan namun merupakan pertumbuhan yang paling kecil dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 17%.
Kemudian jika LC dibandingkan dengan ekuitas (modal) bank umum
syariah secara keseluruhan, hasilnya dapat menggambar jumlah likuiditas
yang dihasilkan bank dari Rp. 1 modalnya. Bank umum syariah mampu
menghasilkan Rp. 1,26 per Rp. 1 dari modalnya pada tahun 2011, meningkat
118
menjadi Rp. 1,35 pada tahun 2012, menurun tipis menjadi Rp. 1,29 pada
tahun 2013, kemudian kembali mengalami peningkatan yang signifikan pada
tahun 2014 dan 2015 masing-masing Rp. 1,59 dan Rp. 1,63.
Selain itu, untuk menggambarkan tingkat risiko likuiditas bank umum
syariah sendiri, dapat membandingkan dengan total aset yang dimiliki.
Liquidity Creation yang tercipta oleh bank umum syariah sebesar 11,08% dari
total aset pada tahun 2011, 11,36% pada tahun 2012, 11,45% pada tahun
2013, 13,52% pada tahun 2014 dan 15,29% pada tahun 2015. Perkembangan
nilai ini berbanding lurus dengan perkembangan LC sendiri yang selalu naik
setiap tahun selama periode pengamatan. Dan juga, dari nilai-nilai tersebut
dapat menggambarkan keadaan risiko likuiditas bank umum syariah yang
tergolong rendah.
Hasil analisis di atas menggambarkan bahwa penciptaan likuiditas
dalam perekonomian Indonesia oleh bank umum syariah selalu mengalami
pertumbuhan setiap tahunnya. Selain itu, kemampuan bank umum syariah
dalam menghasilkan likuiditas dari modal yang dimiliki dapat dikatan baik
karena nilai likuiditas yang diciptakan per Rp. 1 modal dapat menghasilkan
likuiditas yang selalu bernilai lebih dari Rp. 1.
Kemudian, analisis Liquidity Creation selanjutnya akan dilakukan
dengan mengelompokkan bank umum syariah berdasarkan ukuran bank (size).
Indikator dari pengelompokan ukuran bank ini adalah berdasarkan jumlah aset
yang dimiliki oleh setiap bank. Pengelompokan bank terdiri dari kelompok
119
bank besar (large), kelompok bank sedang (medium), kelompok bank kecil
(small) dan kelompok bank sangat kecil (very small).
Tabel 4.9 Liquidity Creation Bank Umum berdasarkan ukuran bank
Bank Likuiditas 2011 2012 2013 2014 2015
Large
LC
(miliar rupiah) 6.615 8.419 10.413 10.715 14.474
LC/TA 8,15% 8,50% 8,78% 8,28% 11,35%
LC/EQ 1.29 1.27 1.14 1.25 1.58
Medium
LC
(miliar rupiah) 2,920 3,384 3,276 6,301 6,273
LC/TA 14.85% 13.68% 10.20% 15.82% 13.28%
LC/EQ 1.43 1.50 1.09 1.72 1.38
Small
LC
(miliar rupiah) 2.717 3,364 4,923 7,333 7,751
LC/TA 22.34% 18.49% 22.16% 29.93% 31.05%
LC/EQ 1.63 1.67 2.22 2.44 2.09
Very Small
LC
(miliar rupiah) 665 1,483 1,837 1,773 3,188
LC/TA 18.72% 32.22% 32.42% 40.28% 42.66%
LC/EQ 0.49 1.05 1.26 1.49 1.62
Pada Tabel 4.9, dijelaskan mengenai penciptaan likuiditas dalam
perekonomian oleh bank umum syariah oleh setiap kelompok bank. Secara
keseluruhan, setiap kelompok bank memiliki pertumbuhan dengan trend yang
naik setiap tahun, artinya jumlah likuidtas atau uang yang diciptakan ke dalam
perekonomian oleh setiap kelompok bank selalu mengalami kenaikan,
meskipun pada kelompok bank medium mengalami penurunan tipis pada
tahun 2013 dan tahun 2015.
Namun, trend tersebut berbeda dengan nilai Liquidity Creation
terhadap total aset (LC/TA) dan Liquidity Creation terhadap ekuitas (LC/EQ),
120
dimana trend dari dua indikator tersebut cenderung fluktuatif pada setiap
kelompok bank. Pada nilai LC/TA, hanya pada kelompok very small banks
yang mengalami trend yang selalu naik. Sedangkan kelompok large banks
dan small banks dengan trend yang fluktuatif cenderung naik dan kelompok
medium banks dengan trend yang fluktuatif cenderung turun. Pada nilai
LC/EQ, kelompok large banks dan medium banks fluktuatif cenderung turun,
kelompok small banks fluktuatif cenderung naik dan kelompok very small
banks dengan trend selalu naik. Pertumbuhan Liqudity Creation secara
keseluruhan dapat dilihat pada tabel di bawah.
Dari hasil analisis tesebut, dapat disimpulkan bahwa kelompok very
small banks memiliki peran likuiditas yang lebih baik dibandingkan kelompok
bank lainnya, terutama jika dibandingkan dengan kelompok large banks.
Secara nilai LC, kelompok very small banks dan kelompok large banks
memang sama-sama mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Selain itu, jika
dilihat besarnya nilai LC kedua kelompok ini, kuantitas penciptaan likuditas
dalam perekonomian oleh kelompok large banks belum bisa dibandingkan
dengan kelompok very small banks, dengan nilai LC kelompok very small
banks hanya 5% dibandingkan LC kelompok large banks pada tahun 2011
dan 10% pada tahun 2015.
Namun, secara kualitas pertumbuhan, kelompok very small banks jauh
lebih baik. Dari nilai LC/TA, kelompok very small banks miliki nilai 42,66%
yang jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok large banks dengan nilai
121
11,35%. Begitu juga pada nilai LC/EQ dimana kelompok very small banks
miliki nilai 1,62 berbanding kelompok large banks dengan nilai 1,58.
Tabel 4.10 Summary Liquidity Creation Bank Umum berdasarkan ukuran bank
Bank
2011 2015
LC
LC/TA LC/EQ
LC
LC/TA LC/EQ
Rp
Miliar %
Rp
Miliar %
All Banks 12,917 100% 11.08% 1.26 31,686 100% 15.29% 1.63
Large 6,615 51.21% 8.15% 1.29 14,474 45.68% 11.35% 1.58
Medium 2,920 22.61% 14.85% 1.43 6,273 19.80% 13.28% 1.38
Small 2717 21.03% 22.34% 1.63 7,751 24.46% 31.05% 2.09
Very
Small 665 5.15% 18.72% 0.49 3,188 10.06% 42.66% 1.62
Hal ini menggambarkan bahwa kinerja kelompok very small banks
dalam penciptaan likuiditas dalam perekonomian lebih optimal dibandingkan
dengan kelompok bank lain terutama kelompok large banks, meskipun
peluang untuk kelompok ini untuk terekspos risiko likuidtas juga tinggi. Hal
ini bukan menjadi persoalan jika kelompok bank ini memiliki modal yang
cukup dalam melakukan cover terhadap peluang risiko tersebut.
Selanjutnya, analisis Liquidty Creation akan dilakukan pada setiap
bank umum syariah Indonesia. Dari analisis ini akan dilihat sejauh mana
kinerja masing-masing bank umum syariah dalam menciptakan likuiditas
dalam perekonomian melalui perannya sebagai lembaga intermediasi.
122
Tabel 4.11 Liquidity Creation Masing-masing Bank Umum Syariah Indonesia
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Bank
BSM#
LC 2,067 1,865 1,557 449 2,640
LC/TA 4.25% 3.44% 2.43% 0.67% 3.75%
LC/EQ 0.67 0.45 0.32 0.10 0.47
BMI**
LC 4,547 6,554 8,856 10,266 11,834
LC/TA 14.00% 14.61% 16.19% 16.44% 20.70%
LC/EQ 2.20 2.67 2.06 2.61 3.33
BRIS*
LC 3,207 4,074 4,166 5,721 5,873
LC/TA 28.63% 28.92% 23.94% 28.12% 24.24%
LC/EQ 3.32 3.81 2.45 3.35 2.51
BNIS#
LC -287 -690 -890 580 401
LC/TA -3.38% -6.48% -6.05% 2.98% 1.74%
LC/EQ -0.27 -0.58 -0.68 0.30 0.18
BMS
LC 767 736 1,775 1,931 1,057
LC/TA 13.78% 9.02% 19.46% 27.42% 19.01%
LC/EQ 1.76 1.19 2.30 2.45 1.21
BSB*
LC 776 850 856 1,247 1,596
LC/TA 28.44% 23.51% 19.71% 24.16% 27.38%
LC/EQ 3.04 3.11 2.92 2.49 2.52
BJBS*
LC 780 1,310 1,532 1,797 2,199
LC/TA 27.39% 30.64% 32.63% 29.50% 34.15%
LC/EQ 1.48 2.07 2.44 2.81 2.11
PBS*
LC 394 468 760 2,358 2,899
LC/TA 38.70% 21.89% 18.75% 37.99% 40.64%
LC/EQ 0.87 0.96 1.45 2.20 2.51
BCAS**
LC 261 391 638 1,049 1,669
LC/TA 21.45% 24.38% 31.24% 35.03% 38.37%
LC/EQ 0.84 1.28 2.03 1.68 1.59
MBS*
LC 271 861 837 1,216 1,013
LC/TA 15.99% 41.76% 36.40% 49.64% 58.10%
LC/EQ 0.30 0.91 0.84 1.16 1.34
VBS***
LC 133 231 362 508 506
LC/TA 20.75% 24.61% 27.35% 35.28% 36.70%
LC/EQ 0.94 1.51 2.31 2.74 3.11
123
Selama periode 2011-2015 Bank Syariah Mandiri mengalami
penurunan baik pada nilai LC, LC/TA dan LC/EQ meskipun akhirnya
mengalami kenaikan pada tahun 2015. Namun kenaikan tersebut tidak
mencerminkan pertumbuhan, terutama pada LC/TA dan LC/EQ karena nilai
rasio-rasio tersebut pada tahun 2015 tidak lebih baik dari tahun 2011.
Bank Muamalat Indonesia yang sama halnya dengan BCA Syariah
memiliki nilai LC dan LC/TA yang selalu meningkat dalam periode tersebut,
dimana puncaknya pada tahun 2015 dengan nilai LC masing-masing sebesar
Rp. 11,8 triluyun dan Rp. 1,6 triliyun dan nilai LC/TA masing-masing
sebesar 20.70% dan 38.37%. Sedangkan pada LC/EQ memiliki trend yang
fluktuatif.
BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Syariah Bukopin, BJB Syariah, Bank
Panin Syariah dan Maybank Syariah memiliki nilai LC, LC/TA dan LC/EQ
yang fluktuatif dan saling berbeda pada tiap-tiap rasio, dimana kenaikan nilai
LC belum tentu juga akan terjadi pada LC/TA dan LC/EQ serta sebaliknya.
Sedangkan pada Bank Mega Syariah, meskipun juga dengan pertumbuhan
yang fluktuatif, tetapi pertumbuhan dari ketiga rasio tersebut selalu searah.
Berbeda dengan bank-bank yang telah dijelaskan di atas, Bank
Victoria Syariah merupakan bank umum syariah dengan pertumbuhan LC,
LC/TA dan LC/EQ yang paling konsisten dimana ketiga rasio tersebut selalu
mengalami pertumbuhan dari tahun 2011 hingg tahun 2015. Selain itu tingkat
pertumbuhan LC dan LC/EQ mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
124
Nilai LC sebesar Rp. 133 miliyar pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp.
506 miliyar pada tahun 2015. Artinya, penciptaan likuiditas dalam
perekonomian oleh Bank Syariah Bukopin mengalami peningkatan sebesar
kurang lebih 380% yang merupakan pertumbuhan tertinggi diantara bank-
bank lainnya. Nilai LC/EQ yang melambangkan besarnya jumlah rupiah
rupiah yang dihasilkan per Rp. 1 modal yang dikeluarkan juga mengalami
pertumbuhan hingga 330% selama 2011-2015 yang juga merupakan
pertumbuhan tertinggi diantara bank-bank lainnya.
Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan nilai LC,
LC/TA dan LC/EQ setiap bank berbeda-beda. Pertumbuhan nilai LC setiap
bank juga tidak dapat berdiri sendiri, juga tergantung seberapa besar
pertumbuhan aset yang dimiliki oleh setiap bank. Oleh karena itu, tidak semua
bank yang ketika nilai LC mengalami pertumbuhan yang positif rasio LC/TA
juga mengalami pertumbuhan, dan sebaliknya. Begitu juga dengan berapa
rupiah yang dihasilkan bank per Rp. 1 modal yang dikeluarkan, yang juga
tergantung pada bagaimana pertumbuhan modal atau equitas yang dimiliki.
Nilai Liquidity Creation setiap bank yang bervariasi juga merupakan
hal wajar karena operasional dan internal masing-masing bank berbeda. Dari
tabel diatas, bank umum syariah dengan nilai LC paling besar adalah Bank
Muamalat Indonesia, dengan nilai sebesar Rp. 11.834 miliar pada tahun 2015
dan juga dengan nilai LC/EQ yang juga paling besar diantara bank umum
syariah yang lainnya, yaitu sebesar 3,33. Hal ini merepresenstasikan
125
kemampuan Bank Muamalat Indonesia dalam menciptakan likuiditas dalam
perekonomian sebesar Rp. 3,33 dari setiap Rp. 1 modal yang dikeluarkan.
Sedangkan untuk skala LC/TA yang terbesar pada tahun 2015 adalah
Maybank Syariah yang nilainya 58,10%. Hal ini mengindikasikan bahwa
lebih dari setengah nilai aset yang dimiliki oleh Maybank Syariah berada
dalam likuiditas perekonomian Indonesia. Artinya, Maybank Syariah
menjalankan fungsi bank sebagai liquidity creator dengan maksimal. Namun,
Maybank Syariah harus siap menghadapi kemungkinan akan risiko likuiditas
yang juga besar.
Namun, hasil pengukuran tersebut berbeda dengan Liquidity Creation
pada BNI Syariah, dimana pada tahun 201 hingga tahun 2013 nilainya adalah
negatif, begitupun juga dengan LC/TA dan LC/EQ. Meskipun nilainya mulai
membaik pada tahun 2014 dan 2015, tetapi dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa BNI Syariah sangatlah aman secara risiko likuiditas, akan tetapi BNI
Syariah tidak menjalankan fungsinya sebagaimana semestinya bank sebagai
liquidity creator seperti bank-bank umum syariah lainnya.
Hal lain yang juga mendapat perhatian dari penulis adalah pada Bank
Syariah Mandiri yang merupakan bank yang memiliki aset paling besar
diantara 11 bank umum syariah yang menjadi objek pada penelitian ini dan
juga dapat dikatakan sebagai bank umum syariah terbesar di Indonesia,
dimana nilai LC yang menurun hingga tahun 2014 dan nilai LC/TA serta
LC/EQ yang termasuk golongan terendah jika dibandingkan dengan bank
126
umum syariah lainnya. Hasil ini mengindikasikan bahwa peran Bank Syariah
Mandiri dalam penciptaan likuiditas dapat dikatakan tidak optimal jika
dibandingkan dengan bank-bank lain, walaupun secara nilai LC masih lebih
besar dibandingkan dengan bank lain terutama bank dengan aset kecil.
Bahkan dari nilai LC/EQ, Bank Syariah Mandiri tidak mampu menghasilkan
Rp. 1 likuiditas dari Rp. 1 modal yang dikeluarkan. Kesimpulannya, Bank
Syariah Mandiri yang sama halnya dengan BNI Syariah bahwa masih
tergolong aman secara risiko likuiditas, akan tetapi belum menjalankan fungsi
penciptaan likuiditas secara optimal dalam perekonomian Indonesia.
2. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya, yaitu dengan cara membagi jumlah
pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) maka semakin tinggi dana
yang disalurkan ke Dana Pihak Ketiga (DPK).
Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk FDR adalah 80%
hingga 110%. Jika angka FDR suatu bank berada pada angka di bawah 80%
(misal 70%), maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat
menyalurkan sebesar 70% dari seluruh dana yang berhasil dihimpun. Karena
fungsi utama dari bank adalah sebagai intermediasi antara pihak yang
127
kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, maka dengan rasio FDR
70% berarti 30% dari seluruh dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada
pihak yang membutuhkan, sehingga dapat dikatakan bahwa bank tersebut
tidak menjalankan fungsinya dengan baik.
Kemudian jika rasio FDR bank mencapai lebih dari 110%, berarti total
pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Oleh
karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank dalam hal ini
juga dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi
dengan baik. Namun, semakin tinggi FDR menunjukkan semakin riskan
kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah FDR menunjukkan
kekurangan efektivitas bank dalam menyalurkan pembiayaan.
Tabel 4.12 FDR Masing-masing Bank Umum Syariah Indonesia (%)
Bank 2011 2012 2013 2014 2015 Average
Bank Syariah Mandiri 86.03 94.4 89.37 81.92 81.99 86.74
Bank Muamalat 76.76 94.15 99.99 84.14 90.30 89.07
BRI Syariah 90.55 95.43 102.70 93.90 84.16 93.35
BNI Syariah 78.60 84.99 97.86 92.60 91.94 89.20
Bank Mega Syariah 83.08 88.88 93.37 93.61 98.49 91.49
Bank Syariah Bukopin 83.66 92.29 100.29 92.89 90.56 91.94
BJB Syariah 79.61 87.99 97.06 84.02 104.75 90.67
Bank Panin Syariah 167.70 105.66 90.40 94.04 96.43 110.85
BCA Syariah 78.80 79.90 83.50 91.20 91.40 84.96
Maybank Syariah 289.20 197.70 152.87 157.77 110.54 181.62
Bank Victoria Syariah 46.08 73.78 84.65 95.91 95.29 79.14
Pada Tabel 4.12 di atas dapat dilihat perkembangan rasio FDR bank
umum syariah Indonesia selama tahun 2011 hingga tahun 2015. Jika dilihat
128
berdasarkan nilai rata-rata selama 5 tahun tersebut, Maybank Syariah
memiliki rata-rata rasio FDR paling besar diantara bank-bank lainnya yaitu
sebesar 181,62% dan nilai tersebut berada diatas standar. Hal ini
mencerminkan aktvitas pembiayaan Maybank Syariah melebihi kapasitas
dana yang dihimpun dan sangat teramat rentan terhadap risiko likuiditas.
Bahkan jika dilihat pada tahun 2011, nilai FDR Maybank Syariah hampir
menyentuh 300%, yang meskipun kemudian dapat turun ke angka yang lebih
baik sebesar 110,54% pada tahun 2015.
Selain itu, Bank Panin Syariah sempat berada pada angka 167,7%
yang mengindikasikan melebihi dari 110% pada tahun 2011 dan memiliki
risiko likuiditas yang besar, meskipun nilai FDR secara rata-rata berada pada
angka 110,85% dan berada pada angka aman pada tahun 2015. Sedangkan
Bank Victoria Syariah memiliki nilai rata-rata rasio FDR terendah yaitu
sebesar 79.14% meskipun pada tahun tahun 2013-2015 memiliki rasio FDR
yang aman, akan tetapi nilai tersebut dipengaruhi oleh rasio FDR pada tahun
2011 dan 2012 yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Victoria
Syariah memiliki risiko likuiditas yang rendah namun belum optimal dalam
menjalankan fungsi intermediasi.
Secara keseluruhan dalam periode tahun 2011 hingga tahun 2015 rasio
FDR bank umum syariah di Indonesia berada alam angka yang sesuai standar
yang telah ditentukan (kecuali 3 bank yang dianalisis diatas). Artinya, secara
keseluruhan bank umum syariah tergolong baik dan optimal dalam
129
menjalankan fungsi intermediasi dalam menyalurkan pembiayaan dari dana
yang dihimpun dengan tetap menjaga tingkat risiko likuiditasnya.
3. Pemetaan Pengaruh NPF dan CAR terhadap FDR
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa besarnya jumlah
pembiayaan yang disalurkan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
diantaranya performa dari risiko pembiayaan (NPF) dan kecukupan modal
(CAR). Performa dari pembiayaan yang termasuk kategori tidak baik akan
menjadi pertimbangan bank dalam mengambil keputusan dalam menyalurkan
pembiayaan. Risiko likuiditas yang timbul dari besarnya pembiayaan yang
disalurkan jika dibandingkan dengan jumlah dana yang dihimpun dan
tingginya performa pembiayaan yang tidak baik dapat diatasi dengan
ketersediaan modal yang cukup.
Pemetaan ini dilakukan untuk melihat kondisi likuiditas kelompok
bank umum syariah berdasarkan NPF dan CAR terhadap FDR dengan
menggunakan nilai rataan selama 2011-2015 dan tolak ukur rata-rata dari
semua bank. Pada akhirnya, hasil dari pemetaan ini akan dikorelasikan dengan
bagaimana pengaruh likuiditas bank umum syariah dengan tambahan
variabel-variabel penunjang ini terhadap profitabilitas bank umum syariah.
a. Pemetaan Pengaruh NPF Terhadap FDR
Pemetaan ini dilakukan dengan mengelompokan setiap bank ke
dalam 4 (empat) tipe karakter berdasarkan nilai dari masing-masing
variabel, yaitu sebagai berikut:
130
1) Tipe I, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai NPF dan nilai FDR
yang tinggi
2) Tipe II, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai NPF tinggi dan nilai
FDR kecil
3) Tipe III, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai NPF kecil dan nilai
FDR tinggi
4) Tipe IV, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai NPF dan FDR yang
kecil
Hasil dari pemetaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2 yang
menghasilkan bahwa Bank Tipe IV memiliki persentase paling besar
yaitu sebesar 46% yang artinya kelompok bank tersebut memiliki nilai
NPF dan FDR yang kecil. Bank-bank tersebut adalah BRI Syariah, BNI
Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin dan BCA Syariah.
Selanjutnya Bank Tipe II dengan persentase 36% yaitu Bank Syariah
Mandiri, Bank Muamalat, BJB Syariah dan Bank Victoria Syariah.
Sedangkan Bank Tipe 1 dan Tipe III adalah Maybank Syariah dan Bank
Panin Syariah.
131
Gambar 4.13 Pemetaan Pengaruh NPF terhadap FDR Bank Umum Syariah
b. Pemetaan Pengaruh CAR terhadap FDR
Gambar 4.14 Pemetaan Pengaruh CAR terhadap FDR Bank Umum Syariah
Pemetaan ini dilakukan dengan mengelompokan setiap bank ke
dalam 4 (empat) tipe karakter berdasarkan nilai dari masing-masing
variabel, yaitu sebagai berikut:
9%
36%
9%
46% Tipe 1
Tipe 2
Tipe 3
Tipe 4
18%
18%
0%
64%
Tipe I
Tipe II
Tipe III
Tipe IV
132
1) Tipe I, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai NPF dan nilai FDR
yang tinggi
2) Tipe II, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai NPF tinggi dan nilai
FDR kecil
3) Tipe III, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai NPF kecil dan nilai
FDR tinggi
4) Tipe IV, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai NPF dan FDR yang
kecil
Hasil dari pemetaan tersebut menghasilkan bahwa Bank Tipe IV
memiliki persentase paling besar yaitu sebesar 64% yang artinya
kelompok bank tersebut memiliki nilai CAR dan FDR yang kecil. Bank-
bank tersebut adalah Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BRI
Syariah, BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin dan
BJB Syariah. Selanjutnya Bank Tipe I dengan 18% yaitu BCA Syariah
dan Bank Victoria Syariah, Bank Tipe II dengan persentase 18% yaitu
Maybank Syariah dan Bank Panin Syariah. Sedangkan tidak ada bank
yang termasuk dalam Tipe III.
4. Tingkat Risiko Likuidtas Bank Umum Syariah
Selanjutnya berdasarkan pemetaan tersebutkan akan dikelompokan
tingkat risiko likuiditas dari fungsi intermediasi bank yang sesuai dengan
klasifikasi sebagai berikut:
133
a. Low Risk, dengan kriteria:
1) FDR kecil, NPF kecil, CAR tinggi
2) FDR kecil, NPF kecil, CAR Kecil
b. Middle Risk, dengan kriteria:
1) FDR tinggi, NPF kecil, CAR tinggi atau kecil
2) FDR kecil, NPF tinggi, CAR tinggi atau kecil
c. High Risk, dengan kriteria:
1) FDR tinggi, NPF tinggi, CAR kecil
2) FDR tinggi, NPF tinggi, CAR tinggi
Tabel 4.13 Klasifikasi risiko likuiditas bank umum syariah berdasarkan
FDR, NPF dan CAR
Bank FDR NPF CAR Kategori Risiko
Bank Syariah Mandiri Kecil Tinggi Kecil Middle Risk
Bank Muamalat Kecil Tinggi Kecil Middle Risk
BRI Syariah Kecil Kecil Kecil Low Risk
BNI Syariah Kecil Kecil Kecil Low Risk
Bank Mega Syariah Kecil Kecil Kecil Low Risk
Bank Syariah Bukopin Kecil Kecil Kecil Low Risk
BJB Syariah Kecil Tinggi Kecil Middle Risk
Bank Panin Syariah Tinggi Kecil Tinggi Middle Risk
BCA Syariah Kecil Kecil Tinggi Low Risk
Maybank Syariah Tinggi Tinggi Tinggi High Risk
Bank Victoria Syariah Kecil Tinggi Tinggi Middle Risk
Berdasarkan tabel di atas, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Mega
Syariah, Bank Syariah Bukopin dan BCA Syariah termasuk bank yang
low risk. Yang termasuk bank dengan middle risk adalah Bank Syariah
134
Mandiri, Bank Muamalat, BJB Syariah, Bank Panin Syariah dan Bank
Victoria Syariah. Sedangkan bank umum syariah yang memiliki tingkat
risiko likuiditas paling tinggi adalah Maybank Syariah, dengan FDR yang
tinggi dan NPF yang tinggi, meskipun memiliki CAR yang tinggi.
5. Liquidity Creation (LC) dan Financing Deposit Ratio (FDR)
Secara teoritis, Liquidity Creation (LC) dan Financing Depoait Ratio
(FDR) yang merupakan indikator utama likuiditas dalam pendekatan
intermediasi pada penelitian ini memiliki keterkaitan antara satu sama lain.
LC merupakan indikator yang menggambarkan peran bank dalam
menciptakan likuiditas dalam perekonomian terutama melalui penyaluran
pembiayaan kepada sektor rill, sedangkan FDR merupakan indikator besarnya
jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank itu sendiri. Dari pengertian ini,
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa LC dan FDR memiliki persamaan,
dimana besarnya likuiditas yang diciptakan bank dalam perekonomian dan
sektor rill juga bergantung pada besarnya pembiayaan yang disalurkan oleh
bank tersebut.
Untuk menguji teori ini, akan dilakukan uji beda antara LC dan FDR
menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test, yaitu uji statistic non-parametrik
yang digunakan untuk melihat perbedaan (rata-rata) dua variabel yang
berhubungan. Jika nilai signifianksi (Asymp. Sig. (2-tailed) memiliki nilai
lebih kecil dari 0.05, maka hasil uji ini mengungkapkan bahwa LC dan FDR
memiliki perbedaan. Berdasarkan hasil pada tabel di bawah dapat
135
menjelaskan bahwa meskipun secara teori LC mempunyai hubungan dengan
FDR yang dalam hal ini juga diperjelas sesuai dengan hasil penghitungan
korelasi diatas, tetapi terdapat perbedaan yang nyata antara keduanya.
Tabel 4.14 Uji Beda LC dan FDR
Test Statisticsa
FDR - LC
Z -6.452b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Hal ini dikarenakan FDR yang merupakan indikator dari pembiayaan
hanya bergantung kepada jumlah funding yang diperoleh, sedangkan
penciptaan likuiditas oleh bank dalam perekonomian melibatkan berbagai
macam aspek, tidak hanya berdasarkan jumlah funding tetapi juga meliputi
aset yang dimiliki, modal dan lain-lain yang disalurkan ke dalam
perekonomian tidak hanya melalui pembiayaan, melainkan juga dengan
pembelian surat berharga, pembelian aset dan lainnya.
C. Pengaruh Prduktivitas Dan Likuiditas terhadap Profitabilitas
Pada tahap ini akan dianalisis hubungan antara produktivitas dan likuiditas
bank umum syariah terhadap tingkat profitabilitasnya dengan pemetaan antar
variabel sebelum nantinya akan diuji pengaruh produktivitas dan likuiditas
terhadap profitabilitas bank umum syariah.
136
1. Produktivitas dan Profitabilitas Bank Umum Syariah
Pada analisis ini, akan menggunakan nilai TFP yang merupakan hasil
pengukuran dari Malmquist Productivity Index sebagai indikator produktivitas
dan indikator profitabilitas menggunakan rasio ROA (Return On Asset) dan
ROE (Return On Equity). Namun, sebelum masuk ke tahap tersebut, akan
dilakukan pemetaan terlebih dahulu antara nilai produktivitas dengan nilai
profitabilitas. Pemetaan ini dilakukan dengan mengelompokan setiap bank ke
dalam 4 kuadran berdasarkan nilai dari masing-masing variabel. Kriteria dari
setiap kuadran adalah sebagai berikut:
1) Kuadran I, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai produktivitas dan nilai
profitabilitas yang tinggi
2) Kuadaran II, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai produktivitas tinggi
tetapi nilai profitabilitas rendah
3) Kuadran III, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai produktivitas rendah
tetapi nilai profitabilitas tinggi
4) Kuadran IV, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai produktivitas dan
profitabilitas yang rendah
Berdasarkan Tabel 4.15 di bawah, didapatkan hasil pemetaan TFP
dengan ROA. Hasil yang diperoleh adalah bank-bank yang termasuk Kuadran
I dan II jumlahnya sama banyak yaitu masing-masing 4 bank. Bank yang
termasuk Kuadran 1 adalah Bank Mega Syariah, BNI Syariah, Panin Syariah
dan Bank Victoria Syariah. Kuadran II adalah BRI Syariah, Bank Bukopin
137
Syariah, BJB Syariah dan Maybank Syariah. Kuadaran III terdapat Bank
Syariah Mandiri dan BCA Syariah serta Bank Muamalat Indonesia di
Kuadran IV.
Dari hasil tersebut, terdapat beberapa hal yang menimbulkan
perbedaan dalam melihat hubungan antara produktivitas dan profitabilitas
bank umum syariah. Jika dianalisis lebih dalam, secara teori Kuadran I dan
Kuadran IV lebih merefleksikan hubungan antara produktivitas dan
profitabilitas dibandingkan dengan Kuadaran II dan Kuadran III, yaitu
hubungan antara kemampuan perusahaan dalam menghasilkan output dengan
mengoptimalkan input dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba,
dimana laba yang diperoleh berasal dari penjualan produk (output). Semakin
besar output yang dihasilkan dan semakin tinggi tingkat produktivitas sebuah
perusahaan, maka pendapatan dan laba perusahaan tersebut diyakini juga akan
ikut meningkat (Kuadran I), dan berlaku untuk sebaliknya (Kuadran IV).
Tabel 4.15 Kuadran Pemetaan TFP dengan ROA BUS 2011-2015
Produktivitas
(TFP)
Profitabilitas
(ROA)
Tinggi Rendah
Tinggi
Kuadran I
Bank Mega Syariah
BNI Syariah
Bank Panin Syariah
Kuadran II
BRI Syariah
Bank Bukopin Syariah
BJB Syariah
138
Bank Victoria Syariah Maybank Syariah
Rendah
Kuadran III
Bank Syariah Mandiri
BCA Syariah
Kuadran IV
Bank Muamalat Indonesia
Dari hasil tersebut, terdapat beberapa hal yang menimbulkan
perbedaan dalam melihat hubungan antara produktivitas dan profitabilitas
bank umum syariah. Jika dianalisis lebih dalam, secara teori Kuadran I dan
Kuadran IV lebih merefleksikan hubungan antara produktivitas dan
profitabilitas dibandingkan dengan Kuadaran II dan Kuadran III, yaitu
hubungan antara kemampuan perusahaan dalam menghasilkan output dengan
mengoptimalkan input dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba,
dimana laba yang diperoleh berasal dari penjualan produk (output). Semakin
besar output yang dihasilkan dan semakin tinggi tingkat produktivitas sebuah
perusahaan, maka pendapatan dan laba perusahaan tersebut diyakini juga akan
ikut meningkat (Kuadran I), dan berlaku untuk sebaliknya (Kuadran IV).
Jika dilihat hasil dari pemetaan produktivitas dengan profitabilitas,
jumlah bank-bank yang termasuk kedalam Kuadran I dan Kuadran IV yaitu
Bank Mega Syariah, BNI Syariah, Bank Panin Syariah dan Bank Victoria
139
Syariah serta Bank Muamalat Indonesia atau sebanyak 45.5% merasakan
dampak dari performa produktivitas dimana berkorelasi dengan tingkat
pendapatan. Sedangkan bank-bank pada Kuadran II dan III (54.5%) belum
terlalu berkorelasi. Artinya, bank-bank yang produktifitasnya berpengaruh
terhadap profitabilitas lebih sedikit dibandingkan bank-bank yang tidak. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa produktivitas tidak terlalu berpengaruh
terhadap profitabilitas.
Meskipun demikian, pemetaan ini bertujuan untuk melihat bagaimana
korelasi antara produktivitas dan profitabilitas hanya berdasarkan hasil dari
masing-masing rasio. Pada akhirnya hasil ini hanya menjadi gambaran
sebelum diuji dengan analisis regresi model tobit yang akan dibahas pada
subbab selanjutnya.
2. Likuiditas dan Profitabilitas Bank Umum Syariah
Pada analisis ini, akan dilakukan pemetaan likuiditas dengan
profitabilitas denga menggunakan indikator LC dan tingkat risiko likuiditas
dari fungsi intermediasi bank yang sesuai dengan klasifikasikan sebelumnya
yang merupakan hasil pemetaan FDR (Financing Deposit Ratio) dengan NPF
dan CAR sebagai indikator likuiditas dan indikator profitabilitas
menggunakan rasio ROA (Return On Asset).
a. Pemetaan Liquidity Creation dengan ROA
Pemetaan ini dilakukan dengan mengelompokan setiap bank ke
dalam 4 kuadran berdasarkan nilai dari masing-masing variabel. Liquidity
140
Creation yang digunakan disini adalah LC/TA yang kemudian disebut LC.
Kriteria dari setiap kuadran adalah sebagai berikut:
1) Kuadran I, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai Liquidity Creation
dan nilai profitabilitas yang tinggi
2) Kuadaran II, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai Liquidity
Creation tinggi tetapi nilai profitabilitas rendah
3) Kuadran III, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai Liquidity
Creation rendah tetapi nilai profitabilitas tinggi
4) Kuadran IV, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai Liquidity
Creation s dan profitabilitas yang rendah
Berdasarkan Tabel 4.16 di bawah, didapatkan hasil pemetaan LC
dengan ROA. Hasil yang diperoleh adalah Kuadran II memiliki jumlah
bank yang paling banyak yaitu BRI Syariah, Bnk Bukopin Syariah, BJB
Syariah dan Maybank Syariah. Bank yang termasuk Kuadran I adalah
Panin Syariah, BCA Syariah dan Bank Victoria. Kuadaran III terdapat
Bank Syariah Mandiri, Syariah Bank Mega Syariah, BNI Syariah serta
Bank Muamalat Indonesia di Kuadran IV.
Secara teori Kuadran I dan Kuadran IV lebih memperlihatkan
pengaruh antara Liquidity Creation terhadap profitabilitas dibandingkan
dengan Kuadaran II dan Kuadran III, dimana ketika bank mampu
meningkatkan penciptaan likuiditas di sektor rill dan semakin tinggi
141
rupiah yang dihasilakan dari Rp. 1 yang dikeluarkan, maka akan
berbanding lurus dengan pendapatan yang akan diperoleh.
Tabel 4.16 Kuadran Pemetaan LC dengan ROA BUS 2011-2015
Liquidity
Creation
(LC)
Profitabilitas
(ROA)
Tinggi Rendah
Tinggi
Kuadran I
Bank Panin Syariah
Bank Victoria Syariah
BCA Syariah
Kuadran II
BRI Syariah
Bank Bukopin Syariah
BJB Syariah
Maybank Syariah
Rendah
Kuadran III
Bank Syariah Mandiri
Bank Mega Syariah
BNI Syariah
Kuadran IV
Bank Muamalat Indonesia
Jika dilihat hasil dari pemetaan, jumlah bank-bank yang termasuk
kedalam Kuadran I dan Kuadran IV ada sebanyak 4 bank (36.4)%
merasakan dampak dari performa Liqudity Creation dimana berkorelasi
dengan tingkat pendapatan. Sedangkan bank-bank pada Kuadran II dan III
sebanyak 7 bank (63.7%) belum terlalu berkorelasi. Artinya, bank-bank
yang likuiditasnya (LC) berpengaruh terhadap profitabilitas lebih sedikit
142
dibandingkan bank-bank yang tidak. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa liquidity creation tidak terlalu berpengaruh terhadap profitabilitas.
Meskipun demikian, pemetaan ini bertujuan untuk melihat
bagaimana korelasi antara liquidity creation dan profitabilitas hanya
berdasarkan hasil dari masing-masing rasio. Pada akhirnya hasil ini hanya
menjadi gambaran sebelum diuji dengan analisis regresi model tobit yang
akan dibahas pada subbab selanjutnya.
b. Pemetaan FDR, NPF dan CAR dengan ROA
Pemetaan ini dilakukan dengan mengelompokan setiap bank ke
dalam beberapa kelompok berdasarkan nilai dari masing-masing variabel.
Kriteria dari setiap kelompok adalah sebagai berikut:
1) Kelompok I, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai probilitas tinggi
dengan kategori low risk
2) Kelompok II, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai probilitas tinggi
dengan kategori middle risk
3) Kelompok III, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai probilitas tinggi
dengan kategori high risk
4) Kelompok IV, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai probilitas
rendah dengan kategori low risk
5) Kelompok V, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai probilitas
rendah dengan kategori middle risk
143
6) Kelompok VI, yaitu Bank Umum Syariah dengan nilai probilitas
rendah dengan kategori high risk
Dari Gambar 4.15 hasil dari pemetaan tersebut menghasilkan
bahwa bank yang termasuk Bank Kelompok I adalah sebanyak 28% yaitu
BNI Syariah, Bank Mega Syariah dan BCA Syariah, yang termasuk Bank
Kelompok II juga sebanyak 28% yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank
Victoria Syariah dan Bank Panin Syariah, yang termasuk Bank Kelompok
III hanya sebanyak satu bank yaitu Maybank Syariah, tidak ada bank
yang termasuk Bank Kelompok IV, yang termasuk Bank Kelompok V
dan Bank Kelompok VI sama-sama sebanyak 18%, masing-masing yaitu
Bank Muamalat dan BJB Syariah serta BRI Syariah dan Bank Syariah
Bukopin.
Kelompok bank yang mencerminkan adanya hubungan trade off
antara likuiditas dan profitabilitas dalam konteks fungsi intermediasi
adalah Kelompok III dan yaitu Maybank Syariah dimana ketika memiliki
profitabilitas yang meningkat tetapi juga berdampak pada meningkatnya
risiko likuiditas dari bank ini atau sebaliknya. Artinya apabila kelompok
bank ini ingin meningkatkan pendapatan dan keuntungan maka harus
mampu memanfaatkan aset likuid yang dimiliki meskipun akan
berpengaruh pada tingkat risiko likuiditas bank tersebut. Selain itu, Bank
Kelompok IV juga mencerminkan adanya hubungan trade off antara
144
likuiditas dan profitabilitas dalam konteks fungsi intermediasi, namun
tidak terdapat bank yang termasuk ke dalam kelompok ini.
Gambar 4.15 Pemetaan Likuiditas dan Profitabilitas Bank Umum Syariah
Namun, Bank Kelompok V juga dapat dikatakan memiliki
kemiripan dengan kelompok IV yaitu Bank Muamalat Indonesia dan BJB
Syariah dimana memiliki tingkat profitabilitas yang rendah dengan tingkat
risiko yang tidak terlalu tinggi tetapi juga tidak terlalu rendah. Hal ini
dapat berarti bahwa kebijakan bank untuk bermain aman dalam
meminimalisir tingkat risiko likuiditas berdampak pendapatan bank yang
kecil.
3. Analisis Pengaruh Produktivitas dan Likuiditas terhadap Profitabilitas
menggunakan Model Tobit
Sesuai dengan variabel penelitian yang dijelaskan sebelumnya, peneliti
menggunakan Total Factor Productivity (TFP) sebagai variabel produktivitas,
28%
27% 9% 0%
18%
18% Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompk V
Kelompok VI
145
Liquidity Creation to Total Assets atau LC/TA (yang kemudian disebut LC),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF) dan
Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai variabel likuiditas dan Return On
Asset (ROA) sebagai variabel profitabilitas. Pada variabel TFP, pengamatan
pada tahun 2011 tidak akan digunakan karena merupakan tahun referensi dan
dikhawatirkan dapat menngganggu keabsahan data. Oleh karena itu demi
mencapai hasil yang maksimal, penggunaan data yang menjadi sampel untuk
penelitian ini tidak menggunakan data tahun 2011 sehingga dimulai dari tahun
2012 hingga tahun 2015.
a. Analisis Statisik Deskriptif
Tabel 4.17 Descriptive Statistic Variabel
TFP LC FDR NPF CAR
Maximum 1.720 58.10 197.70 35.15 63.98
Minimum 0.570 -6.48 73.78 0.10 11.03
Mean 1.159 23.57 97.39 4.38 21.08
Std. Dev. 0.251 14.32 21.64 5.24 12.26
N 44 44 44 44 44
Cross Section 11 11 11 11 11
Sumber: Annual Report 11 BUS, data diolah
Berdasarkan Table 4.17 diatas, menunjukkan jumlah sampel (N)
sebanyak 44 dari 11 Bank Umum Syariah. Dari jumlah sampel data
tersebut, nilai TFP yang paling kecil adalah sebesar 57.40% yaitu pada
Bank Syariah Mandiri pada tahun 2014 dan yang paling besar adalah
dengan 172% yaitu pada Bank Victoria Syariah pada tahun 2012.
Sedangkan nilai rata-rata sebesar 115.8% dengan standar deviasi 25.1%.
146
Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata menunjukkan
bahwa sebaran data antara nilai tertinggi dan nilai terendah pada TFP
memiliki kesenjangan yang kecil.
Selanjutnya, dari jumlah 44 sampel data, nilai LC yang paling
kecil adalah sebesar -6.48% yaitu pada BNI Syariah pada tahun 2012 dan
yang paling besar adalah dengan 58.10% yaitu pada Maybank Syariah
pada tahun 2015. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 23.57% dengan standar
deviasi 14.32%. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata
menunjukkan bahwa sebaran data antara nilai tertinggi dan nilai terendah
pada LC memiliki kesenjangan yang kecil.
Kemudian, dari jumlah 44 sampel data, nilai FDR yang paling
kecil adalah sebesar 73.78% yaitu pada Bank Victoria Syariah pada tahun
2012 dan yang paling besar adalah dengan 197.70% yaitu pada Maybank
Syariah pada tahun 2012. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 97.39%
dengan standar deviasi 21.64%. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari
nilai rata-rata menunjukkan bahwa sebaran data antara nilai tertinggi dan
nilai terendah pada FDR memiliki kesenjangan yang kecil.
Pada NPF, dari jumlah 44 sampel data, nilai NPF yang paling kecil
adalah sebesar 0.10% yaitu pada BCA Syariah pada tahun 2012 dan 2013
dan yang paling besar adalah dengan 35.15% juga pada Maybank Syariah
pada tahun 2015. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 4.38% dengan standar
deviasi 5.24%. Nilai standar deviasi yang lebih besar dari nilai rata-rata
147
menunjukkan bahwa sebaran data antara nilai tertinggi dan nilai terendah
pada NPF memiliki kesenjangan yang besar.
Terakhir, dari jumlah 44 sampel data, nilai CAR yang paling kecil
adalah sebesar 11.03% yaitu pada Bank Muamalat Indonesia pada tahun
2012 dan yang paling besar adalah dengan 63.98% yaitu pada Maybank
Syariah pada tahun 2012. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 21.08%
dengan standar deviasi 12.26%. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari
nilai rata-rata menunjukkan bahwa sebaran data antara nilai tertinggi dan
nilai terendah pada CAR memiliki kesenjangan yang kecil.
b. Analisis Model Tobit
Pada tahap ini akan dianalisis bagaimana pengaruh produktivitas
dan likuiditas terhadap profitabilitas berdasarkan uji statistik
menggunakan regresi model tobit dengan alat bantu olah data Software
Eviews 8.1. Pada tabel di bawah menunjukkan hasil dari regresi model
tobit pengaruh produktivitas dan likuiditas terhadap profitabilitas bank
umum syariah di Indonesia. Variabel akan berpengaruh jika mempunyai
nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05
Tabel 4.18 Hasil Analisis Model Tobit
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C 0.422487 1.063551 0.397242 0.6912 TFP -0.161732 0.566930 -0.285276 0.7754 LC -0.021478 0.012924 -1.661865 0.0965
FDR 0.045019 0.010978 4.101010 0.0000 NPF -0.594335 0.029176 -20.37099 0.0000 CAR -0.047429 0.021432 -2.213038 0.0269
Hasil Olah Data Eviews 8.1
148
1) Pengaruh TFP terhadap ROA
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.18, variabel TFP yang
merupakan indikator produktivitas bank umum syariah yang
menggambarkan kemampuan bank syariah dalam menggunakan input
yang dimiliki untuk menghasilkan ouput yang maksimal mempunyai
pengaruh yang negatif tetapi tidak signifikan. Artinya, TFP tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap profitabilitas bank umum
syariah.
Hal ini dapat dikarenakan produktivitas dalam konteks fungsi
intermediasi antara input dan output meskipun sudah maksimal tapi
tidak seimbang, misalnya input dari DPK yang rata-rata jangka pendek
atau maksimal 12 bulan menghasilkan output pembiayaan yang pada
mayoritas jangka panjang (lebih dari 12 bulan).
Selain itu, faktor lainnya adalah masalah inefesiensi. Analisis
sebelumnya menjelaskan bahwa faktor utama yang berpengaruh
terhadap peningkatan produktivitas bank adalah Technology Change,
sedangkan efisiensi tidak. Artinya, produktivitas bank meningkat akan
tetapi terjadi masalah inefesiensi yang menggambarkan bank tidak
efisien dalam menjalankan produksinya sehingga mempengaruhi
profitabilitas meskipun tidak terlalu nyata. Hasil ini sesuai dengan
hasil pemetaan TFP terhadap ROA dimana TFP berpengaruh pada
ROA hanya pada sebagian kecil bank umum syariah.
149
2) Pengaruh LC terhadap ROA
Pada variabel Liquidity Creation (LC) yang merupakan
indikator likuiditas dalam hal kemampuan bank syariah dalam
menciptakan likuiditas dalam perekonomian juga memiliki kesamaan
dengan variabel TFP dimana mempunyai hubungan yang negatif dan
tidak signifikan. Hal ini menandakan sebanyak apapun likuiditas yang
diciptakan oleh bank dalam perekonomian terutama melalui
pembiayaan dalam sektor rill akan berdampak negatif terhadap
pendapatan bank meskipun tidak signifikan.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingkat risiko likuiditas
yang dihasilkan dari LC yang menyebabkan peluang trade off semakin
besar antara likuiditas dan profitabilitas jika LC meningkat. Hasil ini
sesuai dengan hasil pemetaan antara LC terhadap ROA dimana LC
berpengaruh pada ROA hanya pada sebagian kecil bank umum syariah
yang artinya secara keseluruhan LC tidak memberikan pengaruh
terhadap ROA. Namun hasil ini berbeda atau tidak sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tran, Lin dan Nguyen60
yang menunjukkan bahwa TFP mempunyai pengaruh negatif terhadap
ROA bank.
60
Vuong Thao Tran, Chien-Ting Lin, Hoa Nguyen, “Liquidity creation, regulatory capital,
and bank profitability”, International Review of Financial Analysis, May 2016. h. 19
150
3) Pengaruh FDR terhadap ROA
Selanjutnya pada variabel FDR yang merupakan indikator
jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dan
menunjukkan efektif tidaknya bank dalam menyalurkan pembiayaan
memiliki nilai yang positif dan signifikan. Artinya FDR memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pendapatan bank umum syariah. Hasil
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riayadi dan
Yulianto61
yang menyatakan bahwa ketika penyaluran dana ke
masyarakat tinggi maka akan mendapat pengembalian yang tinggi pula
dan akan berdampak pada laba yang diperoleh bank. Selain itu hasil
ini juga mendukung penelitian yang dilakukan Laurentia dan
Lindawati62
yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh pada ROA
bank umum syariah.
4) Pengaruh NPF terhadap ROA
Pada variabel NPF yang menjadi indikator tingkat pembiayaan
bermasalah yang terjadi pada suatu bank memiliki nilai negatif dan
signifikan. Artinya variabel NPF memiliki pengaruh yang negatif
dengan pengaruh yang nyata terhadap profitabilitas bank syariah. Hal
ini dikarenakan pembiayaan yang bermasalah akan berdampak pada
61
Slamet Riyadi dan Agung Yulianto, “Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual
Beli, FDR dan NPF terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”, Accounting Analysis
Journal, Vol. 3. No. 4, 2014. h. 7 62
Paula Laurentia dan Lindrawati, “Pengaruh CAR dan FDR terhadap Laba Bank Umum
Syariah”, Jurnal Akuntansi Kontemporer, Vol. 2 No. 1, 2010. h. 62
151
operasional dan likuiditas bank sehingga semakin tinggi tingkat
pembiaayaan bermasalah akan berdampak pada kegiatan operasional
bank yang berpengaruh pada pendapatan bank.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Wibowo dan Syaichu63
yang menyatakan bahwa
NPF tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah karena
manakala bank memiliki jumlah pembiayaan macet yang tinggi, maka
bank akan berusaha terlebih dahulu mengevaluasi kinerja mereka
dengan sementara menghentikan penyaluran pembiayaannya hingga
NPF berkurang. Namun Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nugroho64
dan Sabir, Ali dan Habbe65
.
5) Pengaruh CAR terhadap ROA
Variabel CAR yang merupakan indikator kecukupan modal
yang dimiliki oleh bank syariah atau kemampuan permodalan suatu
bank dalam mengelola dan mengantispiasi risiko, menunjukan nilai
negatif yang signifikan, yang artinya adalah CAR memiliki pengaruh
negatif yang nyata terhadap profitabilitas bank umum syariah,
sehingga semakin besar nilai CAR maka semakin kecil tingkat
63
Edhi Satriyo Wibowo dan Muhammad Syaichu, “AnalisisPengaruh Suku Bunga, Inflasi,
CAR, BOPO, NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah”, Diponegoro Journal of Management, Vol. 2
No. 2, 2013, 64
Aluisius Wishnu Nugroho, “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP dan PLO terhadap
Return On Asset”, Jurnal. 2011. h. 11 65
Muh. Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe, “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank
Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia”, Jurnal
Analisis, Vol. 1 No. 1, 2012. H. 84
152
profitabilitas bank yang dihasilkan oleh bank. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Laurentia dan Lindawati66
yang
menyimpulkan bahwa CAR yang merupakan modal yang dihitung
berdasakan risiko yang dimiliki yang kemudian disebut ATMR dan
risko inilah yang berpengaruh terhadap likuiditas bank dan kemudian
berperan besar terhadap penurunan laba bank.
Hal itu karena risiko ini bergantung pada jumlah aset yang
dimiliki dan setiap aset terbagi menjadi aset modal bank sendiri dan
aset yang berasal dari rekening bagi hasil dimana masing-masing aset
memiliki risiko masing-masing dan setiap risiko pasti akan dibebankan
ke bank sendiri. Oleh karena itu, semakin besar aset yang dimiliki
maka juga akan diikuti oleh peningkatan risiko sehingga akan
berdampak pada peningkatan risiko likuiditas bank dan akan
berpengaruh pada penurunan laba bank.
66
Paula Laurentia dan Lindrawati, “Pengaruh CAR dan FDR terhadap Laba Bank Umum
Syariah”, Jurnal Akuntansi Kontemporer, Vol. 2 No. 1, 2010. h. 62
153
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur produktivitas, likuiditas dan
pengaruhnya terhadap profitabilitas 11 Bank Umum Syariah di Indonesia.
Rinciannya adalah menganalisis tingkat produktivitas Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia pada tahun 2011-2015 dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya menggunakan DEA-Malmquist Productivity Index,
menganalisis tingkat likuiditas Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia pada
tahun 2011-2015 dengan pemetaan rasio-rasio likuiditas, dan bagaimana pengaruh
produktivitas dan likuiditas terhadap profitabilitas menggunakan Regresi Model
Tobit. Berikut beberapa kesimpulan dari penelitian ini:
1. Hasil pengukuran tingkat produktivitas Bank Umum Syariah adalah:
a. Penelitian terhadap tingkat produktivitas Bank Umum Syariah di
Indonesia selama periode tahun 2011 sampai tahun 2015 menghasilkan
kesimpulan bahwa secara industri Bank Umum Syariah mengalami
peningkatan produktivitas pada periode tersebut. Hal itu ditandai dengan
rata-rata perubahan TFP selama lima tahun tersebut adalah sebesar 12,8%.
Produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu dengan pertumbuhan
sebesar 16,5% sedangkan yang terendah pada tahun 2015 dengan
pertumbuhan yang hanya sebesar 6,4%. Hasil ini menggambarkan bahwa
154
kinerja Bank Umum Syariah tergolong produktif dalam mentranformasi
input menjadi output secara maksimal.
b. Tingkat produktivitas setiap bank selama periode tahun 2011 hingga tahun
2015 menghasilkan kesimpulan yang menarik. Bank Umum Syariah yang
memiliki tingkat produktivitas paling tinggi adalah Bank Mega Syariah
dengan rata-rata pertumbuhan TFP sebesar 33,5% selama periode tersebut,
sedangkan Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan BCA
Syariah adalah kelompok Bank Umum Syariah dengan tingkat
produktivitas terendah dengan rata-rata perubahan nilai TFP masing-
masing sebesar -6%, -1,3% dan -1,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa
bank-bank tersebut mengalami penurunan produktivitas selama periode
tersebut.
2. Berdasarkan analisis pertumbuhan produktivitas yang baik tersebut,
perubahan teknologi (TECH) menjadi faktor utama terhadap peningkatan TFP
dibandingkan perubahan efisiensi (EFCH). Hal ini dikarenakan nilai rata-rata
TECH selama periode tersebut lebih baik dibandingkan nilai EFCH, yaitu
16,3% berbanding -3%. Artinya, TECH mengalami pertumbuhan sedangkan
EFCH mengalami penurunan. Bank Umum Syariah secara keseluruhan
mampu menjalankan fungsi produksinya dengan baik namun tidak efisien
dalam menjalankan fungsi tersebut, sehingga dapat disimpulkam bahwa bank
yang produktif belum tentu efisien. Tidak efisiennya Bank Umum Syariah
lebih disebabkan karena faktor efisiensi murni (PECH) yang selalu
155
mempunyai pertumbuhan yang negatif selama periode tersebut. Untuk
masing-masing bank, terdapat 8 Bank Umum Syariah yang produktivitasnya
lebih didominasi oleh TECH berbanding 3 Bank Umum Syariah yang
produktivitasnya disebabkan karena efisiensi yang baik.
3. Tingkat likuiditas Bank Umum Syariah dapat dilihat dari performa Liquidity
Creation (LC), FDR, NPF dan CAR. Liquidity Creation Bank Umum Syariah
secara keseluruhan mempunyai trend yang selalu naik selama lima tahun
tersebut, begitu juga dengan rasio LC/TA. Hal ini menandakan bahwa
penciptaan likuiditas dalam perekonomian Indonesia oleh Bank Umum
Syariah selalu mengalami partumbuhan setiap tahunnya. Selain itu, rata-rata
selama periode tersebut Bank Umum Syariah mampu menghasilkan Rp.1,42
per Rp.1 modal yang dikeluarkan. Kemudian berdasarkan pemetaan FDR,
NPF dan CAR, likuiditas Bank Umum Syariah tergolong baik karena dari 11
Bank Umum Syariah hanya 1 bank yang termasuk kategori yang memilki
high risk yaitu Maybank Syariah.
4. Setelah dianalisis dengan Regresi Model Tobit, hanya FDR, NPF dan CAR
yang memiliki pengaruh terhadap ROA sedangkan TFP dan LC tidak
berpengaruh. FDR memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA, NPF dan
CAR memiliki pengaruh yang negatif. Tidak berpengaruhnya TFP terhadap
ROA dikarenakan banyak bank yang mengalami inefesiensi. Pada kasus LC,
sebanyak apapun likuiditas yang diciptakan oleh bank dalam perekonomian,
berdampak pada tingkat risiko likuiditas yang dihasilkan dari LC yang
156
menyebabkan peluang trade off antara likuiditas dan profitabilitas semakin
besar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran
yang dapat penulis berikan terhadap beberapa pihak terkait, diantaranya:
1. Bagi Manajemen Bank dan Bank Indonesia
Setelah dilakukannya pengukuran produktivitas dan likuiditas serta
pengaruhnya terhadap profitabilitas pada 11 (sebelas) Bank Umum Syariah
yang dihasilkan pada penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi
kepada manajemen tiap-tiap BUS mengenai kinerja yang telah dicapai,
khususnya dalam mencapai tingkat produktivitas, efisiensi dan profitabilitas
yang optimal. Hal yang perlu diperhatikan pada manajemen tiap-tiap BUS
adalah faktor-faktor yang menyebabkan tidak adanya pengaruh produktivitas
terhadap profitabilitas dikarenakan terjadinya inefesiensi seperti yang telah
dikemukakan pada penelitian ini.
2. Bagi Masyarakat / Nasabah Bank Syariah
Bagi masyarakat umum, baik sebagai nasabah bank syariah maupun
yang akan menjadi nasabah bank syariah disarankan dapat merujuk pada hasil
penelitian ini sebelum menjadi nasabah salah satu bank syariah maupun bagi
nasabah bank syariah yang akan mengajukan pembiyaan. Berdasarkan hasil
157
ini masyarakat dapat melihat bank syariah mana yang paling memberikan
manfaat yang lebih besar pada nasabahnya.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya disarankan agar meneliti lebih banyak tentang
produktivitas bank syariah selain Bank Umum Syariah seperti BPRS dan
BMT agar dapat diukur sejauh mana perkembangan produksi lembaga-
lembaga tersebut dalam menjalankan perannya sebagai lembaga keuangan
syariah.
158
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Asim, dan A. Qayyum Khan, “Liquidity Risk Management: A comparative
Study between Domestic and Foreign BankS In Pakistan”, Journal of
Managerial Sciences, Vol.VI, No. 1 (2012), h. 63-72
Ahmed, Naved, Zulfqar Ahmed, dan Imran H. Naqvi, “Liquidity Risk and Islamic
Bank: Evidence from Pakistan, Interdicplinary Journal of Research in
Business, Volume 1 (2011), h. 99-102
Antariksa, Riki. “Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada PT
Bank Muamalat Indonesia, Tbk), Pascasarjana-Universitas Indonesia, 2005
Antonio, Syafi‟I Muhammad, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2001)
Arifin, Noraini Mohd, “Liquidity Risk Management and Financial Performance In
Malaysia: Empirical Evidence From Islamic Banks”, Aceh International
Journal of Social Science, Volume 1 (2012): h. 77-84
Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet,
Cet. 4, Mei 2006).
Ashatti, Ali Sulieman, “The Effect of the Liquidity Management on Profitability in
Jordan Commercial Banks”, International Journal of Business and
Management, Vol. 10, No. 1 (2015), h. 62-71
Bank of Canada, Backgrounders: Productivity, 2012. Diakses dari
www.bankofcanada.ca pada tanggal 5 April 2016 pukul 21.10 WIB
159
Bank Indonesia, Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia,
(Jakarta, 2010). Diakses dari http://www.bi.go.id/id/publikasi/artikel-kertas-
kerja/artikel/Pages/buku_krisis_global_180110.aspx pada tanggal 28 Maret
2016 pukul 07.32 WIB
Berger, Allen N. dan Christa H.S. Bouwman, “Bank Liquidity Creation”, The Review
of Financial Studies”, Volume 2, No. 9 (2009): h. 3779-3837
Bordeleau, Etienne dan Christopher Graham, “The Impact of Liquidity on Bank
Profitability”, Bank Canada of Working Paper 2010-38, (2010), h. 1-22
Burger, Andreas, dan Juergen Moormann, “Productivity in Banks: Myths and Truths
of the Cost Income Ratio”, Banks and Banks System, Volume 3, No. 4 (2008),
h. 86
Davydenko, Antonina, “Determinants of Bank Profitability in Ukraine”,
Undergraduate Economic Review, Vol. 7, Issue 1 (2010), h.1-30
Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009)
Distinguin, Isabelle, C. Roulet, dan A. Tarazi, “Bank Regulatory Capital and
Liquidity: Evidence from U.S and European publicly traded banks”, HAL,
(2014): h. 1-54
Fadzlan Sulfian, “Malmquist Indences of Productivity Change in Malaysian Islamic
Banking Industry; Foreign Versus Domestic Banks”, Journalof Economic
Corperation, Vol. 28, 1, (2007), h. 115-1150
Farhan, Muhammad, K. Ali dan S. Sadaqat, “Liquidity Risk Management: A
Comparative Study between Conventional and Islamic Banks of Pakistan”,
Interdiciplinary Journal of Research in Business, Vol. 1, Issue 1, (Januari
2011), h. 35-44
160
Firdaus, M. Faza, “Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Metode Two-Stage
Data Envelopment Analysis” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)
Habriyanto, “Intermediasi Perbankan Syariah Pada Bank Mandiri Syariah Cabang
Jambi”, Nalar Fiqh, Vol. 3 No. 1, Juni 2011
Harrison, Anna E., “Productivity, Imperfect Competition and Trade Reform: Theory
and Evidence”, Journal of International Economics, Vol. 36 (1994), H. 53-73
Haryanto dan Lukman, Statistik Ekonomi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008)
Hosen, M. Nadratuzzaman, “Diktat Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi” (Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012)
Ismail, Rifki, “Strengthening and Improving the Liquidity Management in Islamic
Banking”, Humanomics, Vol. 26 No. 1, (2010), h. 18-35
Kamau, Anne W., “Intermediation Efficiency and Productivity of the Banking Sector
in Kenya”, Interdiciplinary Journal of Research in Business, Vol. 1, Issue 9,
(2011), h. 13
Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007)
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cetakan ke-6 (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002)
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta: Kencana, 2010)
161
Lartey, Victor Curtis, S. Antwi, dan E. K. Boadi, “The Relationship between
Liquidity and Profitability Of Listed Bank in Ghana”, International Jurnal of
Business and Social Science, Vol. 4 No. 3 (2013), h. 48-56.
LeRoy, Roger Miller, dan Meiners Roger, E. Teori Ekonomi Mikro Intermediate,
Penerjemah Haris Munandar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997).
Machmud, Amir dan Rukmana, Bank Syariah: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris
di Inodonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010)
Mansor, S. Abu, dan Alias Radam, “Productivity and Efficiency Performance of the
Malaysian Life Insurance Industry”, Jurnal Ekonomi Malaysia, Vol. 34
(2000), h. 93-105
Marozva, Godfrey, “Liquidity and Bank Performance”, International Business and
Economics Research Journal, Vol. 14, No. 3 (2015), h. 453-462
Nachrowi, Nachrowi Djalal, Penggunaan Teknik Ekonometrika, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002)
Ngo, Dang-Thanh dan Linh Thi Phuong Nguyen, “Total Factor Productivity of Thai
Bank in 2007-2010, An Application of DEA and Malmquist Index”, Journal
of Applied Finance and Banking, Vol. 2, no. 5 (2012), h.27-42
Peraturan Bank Indonesia No. 15/ 7 / PBI / 2013 Tentang Giro Wajib Minimum Bank
Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing
Perwataajmadja, Karnaen dan Muhammad Syafi‟I Antonio, Apa dan Bagaimana
Bank
Islam (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1997)
162
Rasul, Limon Moinur, “Impact of Liquidity on Islamic Bank‟s Profitability: Evidence
from Bangladesh”, Economica, Vol. 9 No. 2 (2013), h. 24-36
Rivai, Veithzal, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Riyadi, Slamet dan Agung Yulianto, “Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan
Jual Beli, FDR dan NPF terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di
Indonesia”, Accounting Analysis Journal, Vol. 3. No. 4, 2014
Saluja, Puneej, dan Parmil Kumar, “Liquidity and Profitability Trade Off (A Study on
Airtel Bharti Limited), International Journal of Advanced Research in
Management and Social Sciences, Vol. 1 No. 3 (September 2012)
Soeratno, dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis,
Cet. ke-4, (Yogyakarta: UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2003)
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: EKONISIA,
cet. 1,
2008)
Supangat, Andi, Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Nonparametrik,
(Jakarta: Kencana, 2007)
Thayaparan, dan T. Pratheepan, “Evaluating Total Factor Productivity Growth of
Commercial Banks in Sri Lanka: An Application of Malmquist Index”,
Journal of Management Research, Vol. 6, No. 3 (2014), h. 58-68
Tran, Vuong Thao, Chien-Ting Lin dan Hoa Nguyen, “Liquidity creation, regulatory
capital, and bank profitability”, International Review of Financial Analysis,
May 2016
163
Wuryandani, dkk. “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank”, Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, (Januari 2014): h. 247-276
164
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Variable Output Input Malquist Productivity Index
(Dalam jutaan rupiah)
Bank Tahun T. Pembiayaan P. Operasional Fix Asset DPK Biaya TK
BSM 2011 36726679 4853019 511063 42617663 964882
2012 44754809 5823541 743598 47408691 973160
2013 50460435 6631270 787871 56460742 1192403
2014 49133142 6489282 725405 59820573 1435307
2015 51089706 6898875 1124136 62112879 1370215
BMI 2011 22469189 2674530 317399 26658086 410355
2012 32861438 3382835 422600 34903830 546875
2013 41786958 4794215 868255 41791039 754059
2014 43274909 5528378 2297070 51206273 858067
2015 40782392 5261253 2394218 45077652 924521
BRIS 2011 9170300 1141770 125327 9906412 302475
2012 11403000 1507472 123065 11948889 323383
2013 14167362 1875620 163163 13794869 400267
2014 15691430 2140056 151925 16711516 447030
2015 16660267 2555212 156188 19648782 509098
BNIS 2011 5310292 845962 47720 6756262 183764
2012 7631994 1020515 97474 8980035 317073
2013 11242241 1480209 102349 11488209 461512
2014 15044158 2126495 110890 16246405 644458
2015 17765097 2548057 159759 19322756 669585
BMS 2011 4094797 982606 61937 4933556 305364
2012 6213570 1302342 51403 7108754 320308
2013 7185390 1673843 50981 7736248 359487
2014 5455672 1380376 288661 5881057 339721
2015 4211473 1420692 339014 4354546 265509
BSB 2011 1917220 245306 57646 2291738 42363
2012 2631021 311220 58393 2850784 48997
2013 3281655 401503 85176 3272263 59737
2014 3710720 502834 80808 3994957 66061
2015 4307137 557957 110754 4756304 73145
BJBS 2011 1766236 265039 8927 2218533 64417
2012 2958321 370923 141149 3362073 78073
2013 3593760 528197 160886 3702683 108721
2014 4400116 742208 160785 5237296 124269
2015 4984873 1315954 149249 4702474 126427
PBS 2011 703442 74894 24446 420630 14956
2012 1526711 152469 24761 1223588 19907
2013 2605918 283759 28526 3494005 35375
2014 4781875 559789 29860 5076884 54736
2015 5715799 734236 54139 5929057 76656
BCAS 2011 680865 99791 8439 864134 32755
165
2012 1007737 131450 6766 1263969 39039
2013 1421624 170299 18558 1703358 40683
2014 2132224 234794 19995 2338304 51596
2015 2975475 367214 40001 3255155 65056
MBS 2011 214281 73682 11300 465036 9416
2012 1405082 135607 8545 710726 23895
2013 1492918 156994 6138 742433 27432
2014 1645613 175529 4743 1043046 30770
2015 1552520 177196 2857 938982 30176
BVS 2011 214281 73682 12317 465036 9416
2012 476814 83490 13568 646324 24086
2013 859945 112047 14127 1015792 30703
2014 1076761 153013 12708 1132087 31565
2015 1075681 145598 23684 1151057 26233
LAMPIRAN 2
Hasil Malmquist Productivity Index
Bank Tahun EFCH TECH PECH SECH TFPCH
BSM 2011 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
2012 1.000 1.095 1.000 1.000 1.095
2013 1.000 1.083 1.000 1.000 1.083
2014 0.693 0.829 0.830 0.835 0.574
2015 1.317 0.870 1.205 1.092 1.145
BMI 2011 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
2012 1.000 0.965 1.000 1.000 0.965
2013 0.956 1.047 0.982 0.974 1.001
2014 1.046 1.355 1.019 1.027 1.417
2015 1.000 0.694 1.000 1.000 0.694
BRIS 2011 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
2012 1.004 1.112 1.000 1.004 1.116
2013 1.000 1.218 1.000 1.000 1.218
2014 1.000 1.196 1.000 1.000 1.196
2015 1.000 1.458 1.000 1.000 1.458
BNIS 2011 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
2012 1.053 1.301 1.000 1.053 1.369
2013 0.849 1.191 1.000 0.849 1.011
2014 1.178 1.295 1.000 1.178 1.525
2015 1.000 1.233 1.000 1.000 1.233
BMS 2011 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
2012 1.106 1.262 1.000 1.106 1.396
2013 0.987 1.242 1.000 0.987 1.226
2014 0.854 1.577 0.877 0.974 1.347
2015 1.186 1.162 1.141 1.040 1.379
BSB 2011 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
2012 0.842 0.920 0.900 0.935 0.775
2013 1.187 1.189 1.111 1.069 1.411
2014 1.000 1.671 1.000 1.000 1.671
166
2015 1.000 1.421 1.000 1.000 1.421
BJBS 2011 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
2012 1.000 0.948 1.000 1.000 0.948
2013 1.000 1.227 1.000 1.000 1.227
2014 0.988 1.457 1.000 0.988 1.440
2015 1.012 0.697 1.000 1.012 0.706
PBS 2011 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
2012 1.000 1.136 1.000 1.000 1.136
2013 1.000 1.266 1.000 1.000 1.266
2014 0.851 1.099 1.000 0.851 0.935
2015 0.718 1.323 0.652 1.102 0.950
BCAS 2011 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
2012 0.978 1.098 1.000 0.978 1.073
2013 1.023 1.179 1.000 1.023 1.206
2014 1.000 0.796 1.000 1.000 0.796
2015 0.588 1.561 0.621 0.947 0.917
MBS 2011 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
2012 1.048 1.151 1.047 1.000 1.205
2013 0.878 1.171 0.880 0.997 1.028
2014 0.927 1.261 0.960 0.966 1.169
2015 0.937 1.226 0.975 0.962 1.149
BVS 2011 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
2012 1.000 1.720 1.000 1.000 1.720
2013 0.972 1.062 0.983 0.989 1.032
2014 0.939 1.361 0.953 0.986 1.279
2015 0.954 1.049 0.973 0.980 1.001
LAMPIRAN 3
Variabel Aset Liquidity Creation (LC)
(Dalam jutaan rupiah)
Tahun cash
ST
Marketable
Asset
Commercial
Loans Fix Asset
Other
Asset
BSM 2011 1052995 423384 20657264 511,063 1296381
2012 1108283 688737 25994560 743,598 1154748
2013 1444785 302893 28341127 787,871 1424242
2014 1513580 4107229 29799177 725,405 401591
2015 1611125 1273173 33030204 1,124,136 422755
BMI 2011 438053 0 16196692 317,399 562424
2012 753812 260463 25398632 422,600 549354
2013 998945 111456 30814344 868,255 1023488
2014 1146488 744629 34956547 2,297,070 1674837
2015 1194368 443006 34665088 2,394,218 2621502
BRIS 2011 76267 75000 7278063 125,327 248984
2012 131936 0 9508632 123,065 192535
2013 237904 66000 10047443 163,163 210189
2014 240483 127755 14016048 151,925 303159
2015 279855 522137 15067850 156,188 407022
167
BNIS 2011 70235 70010 1772749 47,720 235138
2012 114906 36000 2552411 97,474 284892
2013 201157 110486 4505933 102,349 362601
2014 153331 99553 6696972 110,890 178474
2015 145965 523076 8023974 159,759 192276
BMS 2011 95545 0 3013929 61,937 112489
2012 134523 0 3106349 51,403 236012
2013 121720 0 4156813 50,981 362994
2014 100746 0 3965483 288,661 140807
2015 43444 0 1642963 339,014 139206
BSB 2011 19566 0 1543047 57,646 106616
2012 25802 0 1862310 58,393 89602
2013 40952 10000 2038707 85,176 148781
2014 42609 10000 2541435 80,808 180515
2015 47118 10000 3363765 110,754 123486
BJBS 2011 13807 0 1501301 8,927 10503
2012 21343 10000 2514573 141,149 12987
2013 26882 5000 3054696 160,886 32483
2014 34252 4854 3740099 160,785 15115
2015 40923 0 4237142 149,249 109971
PBS 2011 2005 75000 409162 24,446 6244
2012 2562 0 635824 24,761 8028
2013 4853 0 1397690 28,526 14064
2014 9708 15000 4499110 29,860 41887
2015 17484 0 5397308 54,139 54495
BCAS 2011 9553 143218 532437 8,439 14012
2012 5896 95384 839957 6,766 11116
2013 7161 50329 1290767 18,558 11130
2014 4391 55514 1821532 19,995 23235
2015 5853 0 2610420 40,001 41045
MBS 2011 1089 0 212995 11,300 12398
2012 1241 90000 1397458 8,545 16082
2013 1036 265564 1483138 6,138 24097
2014 1069 56129 1636056 4,743 14766
2015 2066 0 1542857 2,857 12267
BVS 2011 594 15790 158568 12,317 3490
2012 1807 26345 352842 13,568 5430
2013 4045 21817 635417 14,127 4902
2014 4644 20571 924052 12,708 20977
2015 3320 35997 982727 23,684 12805
168
LAMPIRAN 4
Variabel Liabiliti Liquidity Creation (LC)
(Dalam jutaan rupiah)
Tahun
Demand
Deposit
Saving
Deposit
Other Short
Term
Liablities
Equity Total Asset
BSM 2011 4702618 14586373 637797 3073264 48671950
2012 6472045 19329032 746364 4180690 54229396
2013 7553460 22246102 753631 4861999 63965361
2014 5241943 22848107 933844 4617009 66955671
2015 5874635 25239517 912490 5613739 70369709
BMI 2011 2509608 7003062 98407 2067401 32479507
2012 5146290 9443019 116987 2457989 44854413
2013 5791010 12253322 130715 4291094 54694021
2014 5221545 15096374 115568 3928412 62442190
2015 4981979 12764900 178661 3550564 57172588
BRIS 2011 518917 1491547 43412 966676 11200823
2012 677444 1883763 51913 1068564 14088914
2013 677880 2761942 43182 1698128 17400914
2014 638776 3672475 57999 1707843 20343249
2015 963328 4412127 48237 2339812 24230247
BNIS 2011 929578 2616377 19280 1076677 8466887
2012 1493972 3809266 46861 1187218 10645313
2013 2652803 5071760 19404 1304680 14708504
2014 1482873 6024951 15654 1950000 19492112
2015 1552844 7549329 18942 2215658 23017667
BMS 2011 1039182 949146 6574 435641 5564662
2012 1323785 1076492 7129 620513 8163668
2013 373347 1292725 3298 770053 9121576
2014 215450 1001424 2086 787449 7042486
2015 171803 665593 1136 874287 5559819
BSB 2011 106938 278244 5499 255774 2730027
2012 187489 357371 12279 273072 3616108
2013 154175 543341 105030 292620 4343069
2014 163701 584467 9530 501282 5161300
2015 356182 613013 13557 633083 5827154
BJBS 2011 175035 272402 26221 527579 2849451
2012 210876 406431 32207 632095 4275097
2013 245489 513472 20533 627758 4695088
2014 223476 675813 23115 638751 6090945
2015 444766 655494 0 1043203 6439966
PBS 2011 19925 7661 868 452610 1016879
2012 131949 85877 669 487666 2136576
2013 110935 329545 842 525995 4052701
2014 395990 504051 2897 1072795 6207678
2015 254802 587600 2974 1155491 7134235
BCAS 2011 106877 80286 4200 311374 1217097
2012 145372 133050 1161 304376 1602181
169
2013 144689 149546 5824 313517 2041419
2014 162507 167056 2527 626034 2994449
2015 168476 228506 3489 1052551 4349580
MBS 2011 587041 15399 2269 910497 1692959
2012 535160 23708 240 950849 2062552
2013 522898 31732 10102 992216 2299971
2014 214356 4 879 1048717 2449541
2015 283852 4 623 754605 1743439
BVS 2011 30033 4994 682 142370 642026
2012 21134 11046 1931 152534 937157
2013 36617 31752 2547 156582 1323398
2014 19756 65225 4225 185315 1439983
2015 53760 50319 2312 162652 1379266
170
LAMPIRAN 5
Rasio-Rasio Bank Tahun ROA FDR NPF CAR
Bank Tahun ROA FDR NPF CAR
BSM 2011 1.95 86.03 2.42 14.57
BJBS 2011 1.23 79.61 1.36 30.29
2012 2.25 94.4 2.82 13.82
2012 -0.59 87.99 3.97 21.73
2013 1.53 89.37 4.32 14.1
2013 0.91 97.06 1.86 17.99
2014 -0.04 81.92 6.84 14.12
2014 0.72 84.02 5.84 15.78
2015 0.56 81.99 6.06 12.85
2015 0.25 104.75 6.93 22.53
BMI 2011 1.13 76.76 4.59 11.78
PBS 2011 1.75 167.70 0.88 61.98
2012 0.20 94.15 5.77 11.03
2012 3.48 105.66 0.20 32.20
2013 0.27 99.99 5.61 14.43
2013 1.03 90.40 1.02 20.83
2014 0.17 84.14 6.55 13.91
2014 1.99 94.04 0.53 25.69
2015 0.20 90.30 7.11 12.36
2015 1.14 96.43 2.63 20.30
BRIS 2011 0.20 90.55 2.77 14.74
BCAS 2011 0.90 78.80 0.20 45.90
2012 1.19 95.43 3.00 11.35
2012 0.80 79.90 0.10 31.50
2013 1.15 102.70 4.06 14.49
2013 1.00 83.50 0.10 22.40
2014 0.08 93.90 4.60 12.89
2014 0.80 91.20 0.10 29.60
2015 0.76 84.16 4.86 13.94
2015 1.00 91.40 0.70 34.30
BNIS 2011 1.29 78.60 3.62 20.67
MBS 2011 3.57 289.20 0.00 73.44
2012 1.48 84.99 2.02 14.10
2012 2.88 197.70 2.49 63.98
2013 1.37 97.86 1.86 16.23
2013 2.87 152.87 2.69 59.41
2014 1.13 92.60 1.86 16.26
2014 2.61 157.77 5.04 52.13
2015 1.34 91.94 2.53 15.48
2015 -20.13 110.54 35.15 38.40
BMS 2011 1.58 83.08 3.03 12.03
BVS 2011 6.93 46.08 2.43 45.20
2012 3.81 88.88 2.67 13.51
2012 1.43 73.78 3.19 28.08
2013 2.33 93.37 2.98 12.99
2013 0.5 84.65 3.71 18.4
2014 0.29 93.61 3.89 19.26
2014 -1.87 95.91 7.10 15.27
2015 0.30 98.49 4.26 18.74
2015 -2.36 95.29 9.80 16.14
BSB 2011 0.52 83.66 1.74 15.29
2012 0.55 92.29 4.57 12.78
2013 0.69 100.29 4.27 11.10
2014 0.27 92.89 4.07 14.80
2015 0.79 90.56 2.99 16.31