PRODUKTIVITAS ALAT BOR PADA KEGIATAN PELEDAKAN OVERBURDEN.docx

45
PRODUKTIVITAS ALAT BOR PADA KEGIATAN PELEDAKAN OVERBURDEN PT. PAMAPERSADA NUSANTARA DISTRIK TOPB DESA BUHUT JAYA KECAMATAN KAPUAS TENGAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH LAPORAN KERJA PRAKTIK  OLEH : CECEP GUNAWAN NIM. DBD 109 022  KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN  UNIVERSITAS PALANGKA RAYA  FAKULTAS TEKNIK  JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN  2013 KATA PENGANTAR  

Transcript of PRODUKTIVITAS ALAT BOR PADA KEGIATAN PELEDAKAN OVERBURDEN.docx

PRODUKTIVITAS ALAT BOR PADA KEGIATAN PELEDAKAN OVERBURDEN PT. PAMAPERSADA NUSANTARA DISTRIK TOPB DESA BUHUT JAYA KECAMATAN KAPUAS TENGAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

LAPORAN KERJA PRAKTIK

OLEH :

CECEP GUNAWANNIM. DBD 109 022

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS PALANGKA RAYAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini yang merupakan hasil Kerja Praktik yang dilakukan selama 2 bulan terhitung dari tanggal 8 juli 8 september 2013 yang dilakukan pada area kuasa Pertambangan PT. Telen Orbit Prima (TOP) di bawah pengawasan PT. Pamapersada Nusantara sebagai kontraktornya. Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :1.Ibu Liliana, ST.,MT. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya. 2. Budhi Eter Silam, ST. selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya.3. Bapak Stephanus Alexsander, ST.,MT. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya.4. Bapak Deddy N.S.P. Tanggara, ST.,MT. selaku dosen Pembimbing.5. Bapak Romie Hendrawan, ST. selaku dosen penguji I.6. Bapak Hepriyandi L. Dj . Usup, ST. selaku dosen penguji II.7. Para Dosen dan Pegawai / Karyawan Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.

8. Bapak Yayan Rudianto selaku Kepala Teknik Tambang PT. Telen Orbit Prima Buhut. 9. Bapak Pitra Darmana selaku Project Manager PT. Pamapersada Nusantara.

10. Bapak Rachyono selaku Departmen Head Production PT. Pamapersada Nusantara.

11. Bapak Kuncono Hariyanto selaku Section Head Drill and Blast PT. Pamapersada Nusantara.

12. Bapak abdul rahim ,ryan okta sidarta ,julian abdul malik ,edi prayoto selaku group leader drill and blast sekaligus pembimbing lapangan di Pt. Pamapersada nusantara.

13. Blaster ,explosive material ,admin ,crew drill and blast Pt. Pamapersada nusantara.

14. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu penulis selama menjalani Kerja praktek di PT. Pamapersada Nusantara.

Penulis menyadari bahwa laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan Kerja Praktek ini. Besar harapan laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun perusahaan.

Palangka Raya, September 2013Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL iHALAMAN PENGESAHAN JURUSAN iiHALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN iiiKATA PENGANTAR ivDAFTAR ISI viDAFTAR TABEL ixDAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Maksud dan Tujuan 11.3 Manfaat 21.4 Rumusan Masalah 21.5 Batasan Masalah 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA 42.1 Kegiatan Pengeboran42.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran42.2.1 Sifat Batuan52.2.2 Rock Drillability82.2.3 Umur dan Kondisi Mesin bor82.2.4 Kondisi Bit82.2.5 Penyekrapan Lokasi82.2.6 Keterampilan Operator92.2.7 Geometri Pemboran92.3 Produksi Pemboran162.3.1 Waktu Edar Pemboran162.3.2 Kecepatan Pengeboran Rata-Rata172.3.3 Efisiensi Kerja Alat Bor182.3.4 Volume setara192.3.5 Produksi Alat Bor Berdasarkan Kecepatan Pengeboran202.3.6 Produksi Alat Bor Berdasarkan Volume Peledakan20

BAB III METODE PENELITIAN 213.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian213.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah 213.1.2 Keadaan Iklim dan Curah Hujan 223.1.3 Flora dan Fauna 233.1.4 Sosial dan Kependudukan 233.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan 243.2 Kondisi Geologi 243.2.1 Kondisi Geologi Regional 243.2.2 Kondisi Geologi Daerah Penelitian 313.3 Alat dan Bahan 323.4 Tata Laksana 333.4.1 Langkah Kerja 333.4.2 Metode 343.4.3 Bagan Alir 363.4.4 Waktu Penelitian 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 384.1 Hasil384.1.1 Kegiatan Pemboran384.1.2 Alat bor414.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi alat bor 424.1.3.1 Lithology424.1.3.2 Pola pemboran424.1.3.3 Kemiringan pemboran434.1.4 Produksi pemboran444.1.4.1 Waktu edar pemboran444.1.4.2 Kecepatan pemboran454.1.4.3 Effisiensi waktu pemboran464.1.4.4 Volume setara464.1.4.5 Produksi pemboran474.1 Pembahasan 474.1.4 Produktifitas pemboran berdasarkan kecepatan pemboran474.1.5 Produktifitas pemboran berdasarkan volume peledakan494.1.6 Waktu Efektif Bekerja Alat Bor 50

BAB V PENUTUP 515.1 Kesimpulan 515.2 Saran 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN\

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1Curah Hujan Tahunan Kecamatan Kapuas Tengah Tahun 2005-201322Tabel 3.2Waktu Penelitian32Tabel 4.1 Produksi Jumlah Lobang Ledak48

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Kegiatan penyekrapan lokasi9Gambar 2.2Geometri peledakan10Gambar 2.3Lubang bor11Gambar 2.4Kemiringan Lubang Tembak12Gambar 2.5Pola Pemboran13Gambar 2.6Pengaruh Energi Peledakan pada pola pemboran14Gambar 2.7Pola Peledakan Berdasarkan arah runtuhnya batuan16Gambar 3.1Struktur Organisasi perusahaan24Gambar 3.2Bagan Alir Penelitian36Gambar 4.1Proses Kegiatan Penyekrapan lokasi penegeboran39Gambar 4.2Proses Pemasangan titik lubang bor40Gambar 4.3Alat bor Drilltech D 245 S42Gambar 4.4Kemiringan pemboran yang diterapkan di lapangan43Gambar 4.5Pola Pemboran yang di terapkan di lapangan44

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Peta Kesampaian DaerahLampiran B Peta Area PenambanganLampiran CPeta Geologi RegionalLampiran D Plan Produksi Tahun 2013Lampiran ELithology Batuan Di Pit BIS ALampiran F Spesifikasi Alat Bor Drilltech D 245 SLampiran G Cycle Time Alat Bor Drilltech D 245 S rata-rataLampiran H Kecepatan Pemboran Rata-RataLampiran I Efisiensi Waktu Kerja PemboranLampiran J Volume SetaraLampiran KProduksi Pemboran

BAB IPENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang MasalahPT. Pamapersada Nusantara district TOPB adalah salah satu perusahaan batubara yang terdapat di Desa Buhut, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Metode penambangan yang digunakan adalah Open Pit Mining dan kegiatan penambangan yang dilakukan meliputi land clearing, drill & blast, loading, hauling dan dumping. Kegiatan yang paling utama dalam penambangan ini adalah pemboran dan peledakan. Untuk pembongkaran over burden, kelancaran operasi peledakan tergantung pada kegiatan pemboran yang dilakukan. Oleh karena itu perlu diupayakan metode pemboran yang optimal. Kegiatan pemboran dipengaruhi oleh kinerja alat bor dan sifat-sifat batuan yang dibor, sehingga perlu dilakukan suatu kajian terhadap kemampuan produksi alat bor.

1.2.Maksud dan TujuanMaksud dan tujuan selama melakukan kerja praktek adalah :1 Mengetahui tentang aktivitas pemboran lubang ledak pada PT. Pamapersada Nusantara district TOPB.2 Menghitung produktifitas dari alat bor pada PT. Pamapersada Nusantara district TOPB.

1.3.ManfaatManfaat secara umum yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah untuk mengetahui kegiatan pemboran overburden PT. Pamapersada Nusantara, meliputi proses pemboran, produktivitas alat bor, dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja alat bor,waktu efektif alat bor yang dilakukan di area penambangan PT. Pamapersada Nusantara district TOPB.

1.4. Perumusan MasalahPerumusan masalah laporan selama melaksanakan kerja praktek adalah :1.Apa saja langkah-langkah dalam pemboran lubang ledak pada PT. Pamapersada Nusantara district TOPB?2. Bagaimana produktifitas dari alat bor berdasarkan kecepatan pemboran pada PT. Pamapersada Nusantara district TOPB?3. Bagaimana produktifitas dari alat bor berdasarkan volume peledakan pada PT. Pamapersada Nusantara district TOPB?4. Berapakah waktu kerja efektif alat bor untuk mencapai target produksi pada PT. Pamapersada Nusantara district TOPB?

1.5. Batasan MasalahBatasan masalah dari laporan ini adalah :1.langkah-langkah dalam pemboran lubang ledak pada PT. Pamapersada Nusantara district TOP.2. Produktifitas dari alat bor berdasarkan kecepatan pemboran pada PT. Pamapersada Nusantara district TOPB. 3. Produktifitas dari alat bor berdasarkan volume peledakan pada PT. Pamapersada Nusantara district TOPB.4. Produksi alat bor berdasarkan volume peledakan terhadap Pencapaian Target produksi tahun 2013 pada PT. Pamapersada Nusantara district TOPB.5. Waktu efektif alat bor melakukan pemboran untuk mencapai target produksi pada PT. Pamapersada Nusantara district TOPB.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1.Kegiatan PemboranPemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan.. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pemboran antara lain geometri peledakan, keterampilan operator serta kondisi alat bor yang digunakan dalam proses pemboran. Hal tersebut wajib diketahui jika diinginkan hasil pemboran yang maksimal sehingga dapat meningkatkan hasil produksi.Langkah-langkah kegiatan pemboran lubang ledak :1. Perencanakan lokasi pemboran.2. Persiapan lokasi pemboran.3. pemboran lubang ledak.4. pemeriksaan kembali lubang ledak setelah pemboran.

2.2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran.Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang di bor, rock drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, kondisi bit, prepare lokasi dan ketrampilan operator

2.2.1 Sifat batuanSifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada pemilihan metode pemboran.a. KekerasanKekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi. Kekerasan dipakai untuk mengukur sifatsifat teknis dari material batuan dan juga dipakai untuk menyatakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada batuan. Kekerasan merupakan suatu fungsi dari kekerasan, Komposisi butiran mineral, serta merupakan hal yang utama harus diketahui, karna setelah mata bor menetrasi batuan, maka akan menentukan tingkat kemudahan pemboran.b. Kekuatan ( Strength )Pada prinsipnya kekuatan batuan tergantung pada komposisi mineral. Diantara mineralmineral yang terkandung di dalam batuan, kwarsa yang terkompak atau kuat tekan mencapai lebih 5,00 MPa, sehingga semakain tinggi kandungan kwarsa, akan memberikan kekuatan yang menigkat.

c. ElastisitasSifat elatisiatas dinyatakan dengan modulus elatisitas atau modulus Young ( E ), dan nisbah poisson ( ) modulus elatisitas merupakan faktor kesebandingan antara tegangan normal dengan regangan relatif, sedangkan nisbah poisson merupakan kesebandingan regangan lateral dan reganagn aksial. Modulus elastisitas sangat tergantung pada komposisi mineralnya, porositas, jenis perpindahan dan besarnya beban yang diterapkan. Nilai modulus elastisitas untuk batuan yang sangat rendah, hal ini disebapkan komposisi mineral dengan tekturnya, seperti modulus elastisitas pada arah yang sejajar bidang perlapisan selalu lebih besar dibandingkan dengan arah tegak lurus.d. PlastisitasPlastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi tetap setelah tegangan dikembalikan kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat plastis tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan dan diperbaharui oleh adanya pertambahan kwarsa dan mineral lain.e. AbrasitasAbrasitas adalah sifat batuan yang menggores permukaan material lain, ini merupakan suatu parameter yang mempengaruhi kehausan (umur) mata bor dan batang bor. Kandungan kwarsa dari batuan biasanya petunjuk yang dipercaya untuk mengukur kehausan mata bor.a)Kekerasan butir batuan, batuan dengan keberadaan butiran kwarsa mempunyai tingkat abrasi yang tinggi.b)Bentuk butir, bila bertuk butir tersebut tidak teratur atau lebih abrasive dibanding dengan bentuk bulat.c) Ukuran butir.d) Porosita batuan.e)Ketidaksamaan, batuan poli mineral sekalipun mempunyai kekerasan sama akan abrasive karena meningkatakn permukaan kasar. f. TeksturTektur suatu batuan menujukan hubungan antara minieral-mineral penyusun batuan, sehingga dapat di klafikasikan berdasarkan sifat-sifat, ikatan antar butir, bobot isi, dan ukuran butir. Tekstur juga mempengaruri pemboran. Jika butiran berbentuk lembaran, pemboran akan lebih sulit di banding dengan permukaan bulat seperti batu pasir. Sedangkan batuan mempunyai bobot isi rendah sehingga lebih mudah jika dibor.g. Struktur geologiStruktur geologi seperti patahan, rekahan, kekar, bidang perlapisan berpengaruh kepada penyesuaian kelurusan lubang ledak.adanaya rekahanrekahan dan ronggarongga dalam batuan seperti di batu gamping sering mempersulit kinerja pemboran, karena batang bor dapat terjepit.

h. Karakteristik pecahanKarakteristik pecahan dapat seperti tingkah laku apabila batu di kenai palu. Masingmasing tipe batuan mempunyai karakteristik pembongkaran yang benareka ragam dan derajat pembongkaran berhubungan dengan tektur, komposisi mineral struktur.

2.2.2 Rock DrillabilityDrilabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata bor melakukan penetrasi ke dalam batuan. Drilabilitas batuan merupakan fungsi dari sifat batuan seperti komposisi mineral, tekstur, ukuran butir dan tingkat pelapukan.2.2.3 Umur dan Kondisi Mesin borUmur dan kondisi mesin bor sangat berpengaruh, karena semakin lama umur alat bor maka pemakaian kemampuan alat semakin turun.2.2.4 Kondisi BitKondisi bit sangat berpengaruh pada kecepatan suatu pemboran. Apabila bit dalam kondisi baik maka kegiatan pemboran dapat berjalan sengan maksimal dan apabila kondisi bit sudah tidak baik maka kegiatan pengeboran akan menjadi lambat (tidak maksimal).2.2.5 Penyekrapan LokasiPenyekrapan lokasi yaitu pembersihan dan perataan lokasi pengeboran sebelum dilakukan kegiatan pengeboran. Penyekrapan lokasi biasanya menggunakan alat dozzer untuk meratakan lokasi pemboran. Tujuan dari penyekrapan lokasi sendiri yaitu agar alat bor dapat melakukan waktu pindah dari satu titik ke titik yang lain dengan cepat. Semakain baik (rata) hasil penyekrapan lokasi maka waktu pindah alat bor pun akan semakin cepat.

Gambar 2.1. Kegiatan penyekrapan lokasi

2.2.6 Keterampilan OperatorKeterampilan operator tergantung pada individu masing-masing yang dapat diperoleh dari latihan dan pengalaman kerja.

2.2.7Geometri pemboranGeometri pemboran meliputi diameter lubang ledak, kedalaman lubang ledak, kemiringan lubang ledak dan pola pemboran.

Gambar 2.2. geometri peledakanTerminologi dan simbol yang digunakan pada geometri peledakan seperti terlihat pada Gambar 2.10 yang artinya sebagai berikut:`B = burden; L=kedalaman kolom lubang ledakS = spasi; T=penyumbat (stemming) H = tinggi jenjang; PC= isian utama (primary charge atau powder column)J= subdrilling

a. Diameter Lubang TembakDiameter lubang tembak yang biasanya dipilih disesuaikan dengan sifat-sifat fisik batuan yang akan diledakkan. Apabila batuan yang akan diledakkan sukar pecah maka penggunaan diameter lubang tembak yang kecil akan dapat menghasilkan energi peledakkan yang lebih baik.Diameter lubang bor yang digunakan di PT. Pamapersada Nusantara distrik TOPB sendiri yaitu 200 mm.Gambar 2.3. Lubang borb. Kemiringan Lubang Tembak1) Lubang Tembak VertikalSuatu jenjang dengan arah lubang tembak vertikal diledakkan, maka bagian lantai jenjang akan menerima gelombang tekan terbesar. Gelombang tekan tersebut sebagian akan dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang 2) Lubang Tembak MiringPada lubang tembak miring, bidang bebas akan menerima gelombang tekan untuk dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang lebih kecil (lihat gambar dibawah). Dengan demikian sebagian besar gelombang tekan yang dihasilkan oleh bahan peledak digunakan untuk membongkar batuan.

Gambar 2.4. Kemiringan Lubang Tembakc. Pola PemboranPola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan pemboran dengan menempatkan lubang lubang tembak secara sistematis. Berdasarkan letak letak lubang bor maka pola pemboran pada umumnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu :1) Pola pemboran sejajar (paralel pattern) 2) Pola pemboran selang-seling (staggered pattern)Pola pemboran sejajar adalah pola dengan penempatan lubang-lubang tembak yang saling sejajar pada setiap kolomnya. Sedangkan pola pemboran selang-seling, adalah pola dengan penempatan lubang-lubang tembak secara selang seling pada setiap kolomnya.

Gambar 2.5. Pola Pemboran

Dalam penerapannya di lapangan, pola pemboran sejajar merupakan pola yang lebih mudah dalam melakukan pemboran dan untuk pengaturan lebih lanjut. Tetapi perolehan fragmentasi batuannya kurang seragam, sedangkan pola pemboran selang seling lebih sulit penanganannya di lapangan namun fragmentasi batuannya lebih baik dan seragam. Menurut hasil penelitian di lapangan pada jenis batuan kompak, menunjukan bahwa hasil produktivitas dan fragmentasi peledakan dengan menggunakan pola pemboran selang-seling lebih baik dari pada pola pemboran sejajar, hal ini disebabkan energi yang dihasilkan pada pemboran selang-seling lebih optimal dalam mendistribusikan energi peledakan yang bekerja dalam batuan.

Gambar 2.6.Pengaruh energi ledakan pada pola pemboran

d. Pola PeledakkanPola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang lubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan.Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut (Gambar 2.14) :a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan membentuk kotak.b. Corner cut (echelon cut) , yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu sudut dari bidang bebasnya.c. V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk huruf V.Berdasarkan urutan waktu peledakan, maka pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :a. Pola peledakan serentak , yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan secara serentak untuk semua lubang tembak.b. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.Setiap lubang tembak yang akan diledakkan harus memiliki ruang yang cukup kearah bidang bebas terdekat agar energi terkonsentrasi secara maksimal sehingga lubang tembak akan terdesak, mengembang, dan pecah.Secara teoritis, dengan adanya tiga bidang bebas (free face) maka kuat tarik batuan akan berkurang sehingga meningkatkan energi ledakan untuk pemecahan batuan dengan syarat lokasi dua bidang bebasnya memiliki jarak yang sama terhadap lubang tembak.

Gambar 2.7Pola peledakan berdasarkan arah runtuhan batuan

2.3. Produksi Pemboran2.3.1. Waktu Edar PemboranMerupakan waktu yang diperlukan alat bor untuk membuat satu lubang ledak dengan kedalaman tertentu, termasuk adanya hambatan-hambatan yang terjadi selama kegiatan pemboran berlangsung.

Persamaan waktu edar pemboran untuk batang bor tunggal yaitu :Ct = Pt + Bt + St + Dt Keterangan :Ct=Waktu edar pemboranPt=Waktu untuk mengambil posisi mesin bor ke titik pemboranBt=Waktu untuk memborSt=Waktu untuk meniup cutting, mengangkat, melepas dan menyambung batang borDt=Waktu untuk mengatasi hambatan (komponen waktu dinyatakan dalam menit)Pengamatan siklus pemboran dilakukan berkali-kali sampai diperoleh data yang cukup. Semakin banyak jumlah pengamatan (n), hasilnya akan memberikan gambaran kondisi nyata di lapangan.Persamaan siklus pemboran rata-rata :Ctr = Ct / nKedalaman ratarata lubang bor : Hr = H / n2.3.2. Kecepatan Pemboran Rata-RataDari hasil pengamatan akan diperoleh kecepatan pemboran ratarata, yaitu kecepatan pemboran yang dicapai per satuan waktu dengan memperhitungkan seluruh elemen waktu yang diperlukan untuk kegiatan pemboran dalam satu putaran peledakan, dinyatakan dalam m/menit.

- Kecepatan pemboran H1 = Vt1 Ct

Dimana : Vt = Kecepatan pemboran H = Kedalaman lubang tembak Ct = Cycle timePersamaan kecepatan pemboran rata-rata :Vt1 + Vt2 + . . . + VtnVt = nDimana : n = Jumlah pengamatan

2.3.3. Efisiensi Kerja Alat borEfisiensi kerja pemboran dinyatakan dalam persen waktu produktif terhadap waktu kerja terjadwal. Waktu produktif adalah waktu yang digunakan untuk kerja pemboran. Persamaan efisiensi kerja dinyatakan :Ek = Keterangan :Ek= Efisiensi waktu pemboran (%)Wp= Waktu yang digunakan untuk kerja pemboran (menit)Wt= Jumlah waktu kerja terjadwal (menit)

2.3.4. Volume SetaraVolume setara (equivalent volume, Veq) menyatakan volume batuan yang diharapkan terbongkar untuk setiap meter kedalaman lubang ledak yang dinyatakan dalam m3/m.Persamaan volume setara :Veq= Keterangan :Veq=Volume setara (m3/m)V=Volume batuan yang diharapkan terbongkar (m3)H=Kedalaman lubang ledak (m)Berat batuan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :V=A x L Keterangan :A=Luas daerah yang akan diledakkan (m)L=Tinggi jenjang (m)

2.3.6. Produksi alat Bor Berdasarkan Kecepatan PemboranProduksi pengeboran Berdasarkan Kecepatan Pemboran merupakan jumlah kedalaman lubang ledak yang di hasilkan per jam jadi:

Produksi pemboran = kedalaman rata-rata (Hrr) cycle time rata-rata (Ctrr)

Vt = HrrCtrr

2.3.5. Produksi alat Bor Berdasarkan Volume PeledakanProduksi mesin bor tergantung pada kecepatan pemboran mesin bor, volume setara dan penggunaan effektif mesin bor. Produksi mesin bor dinyatakan dalam satuan m3/jam.

Persamaan produksi mesin bor adalah :P = Vt Veq Eff 60 Keterangan :P =produksi mesin bor (m3/jam) Vt = kecepatan pemboran rata-rata (m/menit) Veq=volume setara (m3/m) Eff=effisiensi kerja pemboran (%)60 =1 jam dinyatakan dalam menit.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1.Gambaran Umum Wilayah Penelitian 3.1.1.Lokasi dan Kesampaian DaerahWilayah Kuasa Pertambangan Eksploitasi PT. TOP terletak di Desa Buhut dan sekitarnya, lebih kurang 223 km ke arah timur laut dari Kota Palangka Raya. Secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. (lampiran A).Kesampaian daerah dapat dicapai dengan rute sebagai berikut :A. Alternatif 1.Menggunakan jalan darat dengan kendaraan roda empat dengan route sebagai berikut :a) Palangka Raya Kecamtan Timpah (simpang 4 Desa Betapah) 3 jam (menggunakan kendaraan roda empat).b) Simpang 4 Desa Betapah Buhut 2 jam (menggunakan kendaraan roda empat).c) Buhut Mess/Site 15 menit (menggunakan kendaraan roda empat).B. Alternatif 2.Menggunakan jalan darat dengan kendaraan roda empat dengan route sebagai berikut :a) Palangka Raya Timpah Pujon 3,5 jam (menggunakan kendaraan roda empat).b) Pujon Buhut 45 menit (menggunakan kendaraan roda empat).3.1.2. Keadaan Iklim dan Curah HujanData iklim dan curah hujan tahun 2005-2013 untuk wilayah Kecamatan Kapuas Tengah, menyatakan bahwa daerah penyelidikan beriklim tropis lembab dengan temperatur berkisar antara 20 25 C dan maksimal mencapai 37C. Intensitas penyinaran matahari selalu tinggi dan sumberdaya air yang cukup banyak, sehingga menyebabkan tingginya penguapan yang menimbulkan awan aktif/tebal. Hujan terjadi hampir sepanjang tahun, dimana curah hujan terbanyak jatuh pada tahun 2011 .

Tabel 3.1Curah Hujan Tahunan Kecamatan Kapuas Tengah Tahun 2005-2013

TahunCurah Hujan(mm)Hari Hujan(hh)

123

20053486,1211

20063347,1188

20073534,2216

20083130,3216

20093037,2171

20104273228

20114449190

20123097191

20133150205

Katalog BPS : Kapuas Dalam angka 2010Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Palangka RayaPT. Pamapersada Nusantara District TOPB

3.1.3. Flora dan FaunaJenis flora yang masih tumbuh tersisa di daerah penyelidikan antara lain : meranti ulin, punsi, rotan dan berbagai jenis perdu serta semak belukar. Sedangkan, jenis fauna yang dijumpai antara lain : ular, biawak, babi hutan, rusa, kancil, kera serta berbagai jenis burung dan ikan air tawar.3.1.4.Sosial Dan KependudukanPenduduk di Kecamatan Kapuas Tengah, khususnya diwilayah Desa Buhut dan sekitarnya umumnya terdiri dari Suku Dayak Kapuas, Suku Banjar dan Jawa serta beberapa suku lainnya adalah merupakan pendatang, khususnya Suku Jawa yang berdiam di sana pada umumnya mengikuti program transmigrasi.Suku Dayak Kapuas, sebagian dari mereka telah memeluk agama Kristen dan Islam, sebagian lainnya masih memeluk agama asal (tradisi) Kaharingan. Para pendatang (Suku Banjar, Jawa, dll.) umumnya beragama Islam. Kehidupan antar umat beragama terlihat baik, begitu pula dengan sarana peribadatan yang telah tersedia. Mata pencaharian penduduk setempat umumnya berladang, berdagang dan sebagian bekerja di Perusahaan. Jumlah rumah tangga yang ada di desa Buhut jaya sebanyak + 300 kepala keluarga.3.1.5. Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 3.1Struktur Organisasi Perusahaan

3.2.Kondisi Geologi 3.2.1. Geologi RegionalSecara fisiografi daerah eksplorasi dan sekitarnya merupakan bagian dari tepian utara sub-cekungan Barito yang berbatasan dengan cekungan Kutai, dimana pada bagian utara dan barat masing-masing dibatasi oleh Tinggian Kucing dan Paparan Sunda. Secara regional daerah eksplorasi terpetakan dalam Peta Geologi Regional Lembar Muara Teweh skala 1 : 250.000 dan Lembar Buntok skala 1 : 250.000 . Kegiatan tektonik di daerah eksplorasi dan sekitarnya telah dimulai sejak Mezosoikum yang ditandai dengan munculnya batuan granit, granodiorit, diorite, dan gabro dalam Kompleks Busang. Kemudian diikuti oleh munculnya batuan gunungapi Kasale dan pengendapan Kelompok Selangkai pada Kapur Akhir. Pada Awal Eosen Tengah terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan gunungapi Nyaan. Pada Kala Eosen Akhir di Cekungan Barito dan Hulu Mahakam terbentuk Formasi Haloq, Batukelau, Batuayau dan Formasi Tanjung (tersingkap di daerah eksplorasi). Selanjutnya, khususnya di Cekungan Barito, sejak Oligosen Akhir hingga Miosen Awal terendapkan Formasi Berai (tersingkap di daerah eksplorasi), Montalat, Jangkang, Karamuan, Purukcahu yang diikuti oleh kegiatan gunungapi Malasan. Pada kala yang sama juga terjadi terobosan Sintang. Pada Kala Miosen Tengah hingga Miosen Akhir diendapkan Formasi Warukin (tersingkap di daerah eksplorasi). Pada Kala Miosen Akhir hingga Kuarter terjadi kegiatan gunung api Mentulang dan Bondang. Struktur geologi yang berkembang berupa sesar, perlipatan dan kelurusan yang umumnya berarah baratdaya-timurlaut dan barat laut tenggara. Sesar terdiri dari sesar normal, sesar mendatar dan sesar naik yang melibatkan batuan sedimen berumur Tersier dan Pra Tersier. Kelurusan-kelurusan diduga merupakan jejak/petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar dengan struktur umum. Lipatan-lipatan berupa sinklin dan antiklin seperti halnya dengan kelurusan juga berarah sejajar dengan struktur regional, timurlaut-baratdaya. Oleh karena litologi umumnya didominasi oleh batuan yang berumur Tersier, maka diduga kehadiran sesar, kelurusan dan perlipatan berhubungan erat dengan kegiatan tektonik pada Zaman Tersier . 3.2.1.1. MorfologiWilayah eksplorasi yang meliputi Blok Prospek Buhut dan Bisa (lampiran B) umumnya ditempati oleh satuan morfologi perbukitan bergelombang rendah sedang dan sebagian kecil pedataran alluvial, terdiri dari :A. Satuan Perbukitan Bergelombang Rendah - SedangSatuan ini menempati lebih kurang 95% dari wilayah eksplorasi. Umumnya dijumpai pada wilayah-wilayah di ruas bagian tengah hingga bagian hulu sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini. Litologi penyusun sebagian besar terdiri dari litologi Formasi Tanjung (di bagian tengah) dan batuan Pra Tersier (Kelompok Busang) di bagian utara yang memperlihatkan kenampakan perbukitan bergelombang sedang. Sedangkan, di bagian selatan ditempati oleh litologi dari Formasi Berai yang memberikan kenampakan morfologi perbukitan bergelombang landai. B. Satuan Pedataran AluvialSatuan pedataran aluvial hanya menempati sebagian kecil wilayah eksplorasi (lebih kurang 5%). Satuan ini di jumpai di sekitar wilayah bagian hilir dari wilayah aliran-aliran sungai, seperti Sungai Menghantai, Sepan, Nanapbajang, Tiwaidiwung dan Nanopompot serta Sungai Buhut (bagian timur KP). Satuan ini ditempati oleh batuan aluvial sungai.Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Blok Prospek Buhut dan Bisa meliputi Sungai Sekombet, sebuhu yang mengalir ke Sungai Julukan (sebelah barat daerah Blok Prospek Buhut), serta Sungai Atepbaner, Ahas, Manghantai, Kajaronte, Sepan, Nanapbajang, Tiwaidiwung dan Nanapompot yang mengalir ke Sungai Buhut di sebelah selatan Blok Prospek Buhut - Bisa. Berdasarkan bentuk penampang sungai dan bentuk lembahnya yang menyerupai huruf U, maka daerah tersebut termasuk dalam tahapan sungai dewasa.3.2.1.2. StratigrafiBatuan-batuan yang tersingkap di daerah Kalimantan Tengah khususnya daerah Kabupaten Kapuas sebagian besar adalah batuan yang berumur Tersier (Eosen Akhir Miosen Awal) yang terendapkan pada Cekungan Barito. Batuan-batuan tesebut terdiri dari litologi yang berasal dari Formasi Tanjung dan Formasi Berai. Batuan-batuan sedimen Tersier tersebut menutupi basement yang berumur Pra Tersier (Mezosoikum) yang disebut sebagai Kompleks Busang. Kompleks Busang (PTub) adalah merupakan basement dari Cekungan Barito dan juga merupakan tertua yang tersingkap di daerah eksplorasi. Kompleks Busang tersingkap berupa batuan gabro yang termalihkan, serpentinit dan sekis yang tersingkap di tepian bagian utara batas daerah eksplorasi.

A. Formasi Tanjung (Tet)Formasi Tanjung tersingkap hampir di sebagian besar daerah eksplorasi, yaitu meliputi bagian tengah hingga bagian utara yang penyebarannya memanjang relatif hampir timur-barat. Formasi Tanjung dibagi menjadi 2 satuan, yaitu Formasi Tanjung Bagian Bawah dan Formasi Tanjung Bagian Atas. a) Formasi Tanjung Bagian Bawah : Satuan ini umumnya didomonasi oleh batupasir kuarsa di bagian bawah, sedangkan di bagian tengah hingga bagian atas didominasi oleh batupasir abu-abu dengan sisipan batulempung, batulanau, batupasir hitam dan batubara. Tebal satuan ini diperkirakan mencapai >150 meter.Batupasir kuarsa, putih kekuningan, keras, berukuran sedang kasar, terpilah sedang buruk, porositas baik, kemas terbuka, didominasi oleh mineral kuarsa. Setempat di bagian bawah bersifat konglomeratan dengan fragmen berukuran 0.50 1.50 cm yang terdiri dari kuarsa susu, metasedimen, andesit dan basal. Batupasir, berwarna abu-abu terang, keras agak rapuh, berbutir sedang kasar, terpilah baik sedang, membulat menyudut tanggung, didominasi oleh mineral kuarsa dan sebagian kecil hadir mineral hitam (mineral mafik), mika dan tufa. Batupasir hitam, bersifat karbonan, keras, masif, berbutir halus sedang, membulat menyudut tanggung, terpilah sedang, berbintik putih (material tufa), mengandung kuarsa. Batulanau, abu-abu kecoklatan, agak keras, sebagian karbonan, struktur sedimen laminasi sejajar sebagian karbonan dan lensa tipis batubara dan kadang-kadang menyerpih. Di bagian tengah satuan ini pada batulanau ditemukan jejak fosil berupa fosil foram kecil. Batulempung, abu-abu kecoklatan, berukuran lempung, agak lunak, sebagian karbonan dan lensa tipis batubara. Batubara, Bright Coal Banded Coal, berwarna hitam, kilap sub-vitreous vitreous, agak keras rapuh, pecahan sub-conchoidal conchoidal, cleat rapat jarang dan juga sebagian kecil memperlihatkan lapisan batubara Dull Coal berwarna hitam kecoklatan coklat, agak keras keras, kilap tanah, even, blocky, cleat jarang. Tebal batubara berkisar 0.15 5.07 meter. Batubara umumnya memiliki parting berupa batulempung karbonan.

b) Formasi Tanjung Bagian Atas : Satuan ini terdiri dari perselingan antara batulanau, batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara. Perselingan ini lebih didominasi oleh batulanau. Tebal satuan ini mencapai >125 meter. Batu lanau, abu-abu terang, keras, sebagian karbonan. Batupasir, abu-abu terang, agak rapuh, berukuran halus sedang, sebagian tufaan, terpilah baik, umumnya didominasi oleh mineral kuarsa. Batulempung, abu-abu terang abu-abu gelap, sebagian karbonan, lunak agak keras. Batubara, Bright Coal Banded Coal, berwarna hitam, kilap sub-vitreous vitreous, agak keras rapuh, pecahan sub-conchoidal conchoidal, cleat rapat jarang dan juga sebagian kecil memperlihatkan lapisan batubara Dull Coal berwarna hitam kecoklatan coklat, agak keras keras, kilap tanah, even, blocky, cleat jarang. Tebal batubara berkisar 0.15 6.77 meter. Batubara umumnya memiliki parting berupa batulempung karbonan. Formasi Tanjung diendapkan pada lingkungan pengendapan litoral sampai rawa yang diduga berumur Eosen Akhir (Supriatna dkk., 1995). Formasi Tanjung menutupi secara tidak selaras Kompleks Busang.B. Formasi Berai (Tomb)Di daerah penyelidikan Formasi Berai tersingkap di bagian selatan daerah eksploitasi. Penyebarannya memanjang timur barat, seperti yang tersingkap pada di bagian hilir Sungai Menghantai dan Sungai Tiwaidiwung. Formasi Berai terdiri dari batugamping abu-abu abu-abu terang, sangat kompak dan keras, mengandung fosil foram besar dan fosil koral, sebagian terkristalisasi, dan sebagian lainnya memperlihatkan kesan berlapis. Formasi Berai diendapkan diendapkan secara selaras di atas Formasi Tanjung pada Kala Oligosen Miosen Awal dalam lingkungan pengendapan laut dangkal. Ketebalan Formasi Berai diperkirakan mencapai 450 meter. C. Endapan Aluvial (Qa)Endapan aluvial adalah endapan termuda yang berumur Kuarter (Resen) dan merupakan endapan hasil rombakan batuan yang lebih tua terdiri dari material berukuran lumpur, pasir, kerikil dan kerakal yang bersifat lepas. Pada umumnya endapan ini menempati gosong sungai dan daerah limpahan banjir yang terus berlangsung sampai saat ini. Tebal endapan aluvial ini antara beberapa sentimeter hingga mencapai 3 meter. 3.2.1.3. Struktur Geologi Struktur geologi yang berkembang berupa sesar, perlipatan dan kelurusan yang umumnya berarah baratdaya-timurlaut dan barat laut tenggara. Sesar terdiri dari sesar normal, sesar mendatar dan sesar naik yang melibatkan batuan sedimen berumur Tersier dan Pra Tersier. Kelurusan-kelurusan diduga merupakan jejak/petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar dengan struktur umum. Lipatan-lipatan berupa sinklin dan antiklin seperti halnya dengan kelurusan juga berarah sejajar dengan struktur regional, timurlaut-baratdaya. Oleh karena litologi umumnya didominasi oleh batuan yang berumur Tersier, maka diduga kehadiran sesar, kelurusan dan perlipatan berhubungan erat dengan kegiatan tektonik pada Zaman Tersier 3.2.2.Kondisi Geologi Daerah Penelitian3.2.2.1. MorfologiKondisi morfologi daerah penelitian pada Pit Bisa dikategorikan pada kondisi morfologi bergelombang kuat dengan ketingian diatas 100 m dari permukaan laut.

3.2.2.2. Stratigrafi Statigrafi wilayah penelitian yang dilakukan pada Pit Bisa adalah formasi Berai dan Pamalukan yang merupakan formasi pembawa batubara. Di daerah penyelidikan formasi Pamalukan tersingkap di hampir seluruh bagian daerah eksploitasi. Penyebarannya memanjang timur barat, seperti yang tersingkap pada di bagian hilir Sungai Menghantai dan Sungai Tiwaidiwung. Formasi Berai terdiri dari batugamping abu-abu abu-abu terang, sangat kompak dan keras, mengandung fosil foram besar dan fosil koral, sebagian terkristalisasi, dan sebagian lainnya memperlihatkan kesan berlapis (Lampiran C). 3.2.2.3. Struktur GeologiStruktur geologi wilayah penelitian pada Pit Bis terdapat patahan/sesar dan perlipatan batuan. Sesar terdiri dari sesar normal, sesar mendatar dan sesar naik, lipatan-lipatan berupa sinklin dan antiklin. Maka diduga kehadiran sesar, kelurusan dan perlipatan berhubungan erat dengan kegiatan tektonik pada Zaman Tersier.

3.3.Alat dan BahanAdapun peralatan yang digunakan pada saat penelitian Tugas Akhir selama diperusahaan antara lain :1. Kamera digital.2. Buku tulis.3. Alat tulis.4. Kalkulator/Alat hitung.5. Laptop.6. Alat Pelindung Diri (APD).7. Perlengkapan pendukung lainnya3.4. Tata Laksana Penelitian3.4.1. Langkah kerjaPenyusunan Laporan Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan metode pustaka, metode wawancara dan metode pengamatan dilapangan.Studi literatur/metode pustaka dilakukan sebelum dan terus dilakukan selama penyusunan laporan Tugas Akhir. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian tentang kegiatan proses peledakan sampai hasil dari peledakan, serta proses pemuatan hasil dari peledakan yang diterapkan PT. Pamapersada Nusantara District TOPB dan berbagai referensi kepustakaan yang mendukung terhadap penyusunan Laporan kerja praktek. Salah satunya adalah modul juru ledak dan buku-buku lainnya.Selama di lapangan, pengumpulan data-data menggunakan metode pengamatan, dokumentasi, dan interview. Kemudian Pengumpulan data-data sekunder berupa data jumlah bahan peledak, jenis bahan peledak, peralatan peledakan, alat muat, profil perusahaan, Standard Operational Procedures (SOP) perusahaan dan peta-peta yang diperlukan.Setelah data-data didapatkan, kemudian diolah dan dianalisis mengenai permasalahan-permasalahan yang telah diamati. Setelah itu, dicari solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.Kemudian data-data yang telah diolah dan dianalisis tersebut disusun menjadi suatu laporan.3.4.2.Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah penelitian langsung di lapangan, yaitu terdiri dari : 1. Observasi LapanganPengamatan terhadap kondisi dan keadaan di lapangan serta kegiatan penambangan, kemudian dilakukan pengumpulan data dari instansi terkait dan literatur-literatur yang terkait serta data atau arsip perusahaan yang mendukung pekerjaan penelitian.2. Perumusan MasalahMenentukan permasalahan yang akan dibahas dalam kaitanya dengan tujuan penelitian dan mengelompokannya sesuai dengan data-data yang diperlukan.3. Pengambilan DataPada tahap pengambilan data, pokok-pokok pekerjaan yang dilakukan antara lain adalah :A. Pengamatan LapanganMelakukan pengamatan dan mencatat proses kegiatan pemboran di lapangan, yaitu mengambil data geometri peledakan (burden, spacing dan kedalaman), serta pengambilan data dari proses peledakan.Data-data yang diperlukan antara lain :a) Kondisi lingkungan sekitar daerah penambanngan.b) Metode pemboran yang di gunakan.c) Plan produksi tahun 2013.d) Drilling reporte) Blasting reportf) Circle time alat pemboran.4. Pengolahan dan Analisa DataMengolah dan menganalisa data yang ada untuk dapat memecahkan suatu permasalahan, dengan melakukan perbaikan terhadap permasalahan tersebut.5. KesimpulanSebagai rekomendasi kepada perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan di lapangan yang terkait dengan hasil penelitian ini.

3.4.3Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.2. Bagan Alir Penelitian3.4.4.Waktu PenelitianTabel 3.2 Waktu PenelitianKegiatanJuli 2013Agustus 2013September 2013

IIIIIIIVIIIIIIIVIIIIIIIV

Studi Literatur

Pengambilan data

Pembahasan dan evaluasi

Pembuatan laporan

Presentasi Perusahaan

Seminar Kampus

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HasilTujuan kegiatan pemboran dan peledakan pada PT. Pamapersada Nusantara distrik TOPB adalah untuk membongkar overburden, sehingga sasaran produksi pembongkaran overburden pada tahun 2013 sebanyak 17.018.472 bcm/tahun dapat terpenuhi (Lampiran D).4.1.1kegiatan PemboranLangkah-langkah kegiatan pengeboran lubang ledak pada PT. Pamapersada Nusantara distrik TOPB:1.Merencanakan lokasi pemboranMerupakan tahap awal untuk mengetahui lokasi yang akan di lakukan kegiatan pemboran atau perintah kerja harian dikeluarkan oleh dept head produksi kepada head section drill and blast yang di ketahui oleh dept. engineering.2.Mempersiapkan lokasi peledakan Merupakan tahap setelah merencanakan lokasi pemboran yang terdiri dari: penyekrapanKegiatan penyekrapan di lakukan dengan menggunakan alat mekanis bulldozer yang bertujuan untuk meratakan dan gundukan pembatas lokasi, gambar kegiatan penyekrap dapat di lihat pada gambar di bawah ini.Gambar 4.1. proses kegiatan penyekrapan lokasi pengeboran

Pemasangan titik lubang borPemasangan titik lubang bor bertujuan untuk mempermudah dalam pembuatan blast design dan membantu operator untuk melakukan pemboran, Gambar pemasangan titik lubang bor dapat di lihat di bawah ini.Gambar 4.2. Proses Kegiatan Pemasangan Titik Lubang Bor

3. pemboran lubang ledakdalam satu kali pemboran lubang ledak terdapat beberapa tahap yaitu :a. lokasi yang datar terdiri dari : turunkan jack naikkan mast penetrasi (pengeboran) cabut penetrasi (pengeboran) naikkan jack travel (pindah titik)b. lokasi yang memiliki kemiringan terdiri dari : turunkan jack naikkan mast penetrasi (pengeboran) cabut penetrasi (pengeboran) turunkan mast naikkan jack travel (pindah titik)4. pemeriksaan kondisi dan kedalaman lubang pemeriksaan kondisi lubang basah atau kering pemeriksaan kedalaman sesuai rencana atau tidak

4.1.2 Alat BorAlat bor yang digunakan dalam kegiatan pemboran adalah alat bor merk Drilltech D 245 S dengan panjang batang bor 8,6 m dan mata bor yang digunakan adalah Tricon bit dengan diameter 7 7/8 inch ada 2 unit dan diameter 6 1 unit. Alat bor tersebut dilengkapi dengan kompressor type : Two Stage Oil Flooder Screw Type, dengan kapasitas udara sebesar 700 cfm (19,8 m3/mt) mampu menghasilkan tekanan 100 psi ( 689 kPa) dengan putaran 1800 rpm ( lampiran E ).

Gambar 4.3. Alat bor Drilltech D 245 S

4.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi alat bor4.1.3.1 LithologyLithology Batuan Di Pit Bisa Pt.Pamapersada Nusantara Distrik TOPB sebagian besar di pengaruhi oleh claystone,dan sedikit sand stone (lampiran F).4.1.3.2 Kemiringan Pemboran Kemiringan pemboran yang diterapkan di lapangan adalah pemboran vertikal terhadap bidang horizontal dengan kedalaman lubang ledak disesuaikan dengan jenjang yang akan dibuat (Gambar 4.4). Penerapan pemboran vertikal dengan pertimbangan pemboran yang dilakukan akan lebih mudah dikerjakan dan lebih akurat, sehingga produktivitas pemboran dapat lebih tinggi.Gambar 4.4Kemiringan pemboran yang diterapkan di lapangan

4.1.3.3Pola PemboranPola pemboran yang diterapkan di lapangan adalah pola staggert patern (Gambar 4.5). Pola ini digunakan karena secara teoritis energi ledakan yang dihasilkan akan tersalurkan secara maksimal, sehingga fragmentasi batuan hasil peledakannya akan lebih seragam dan baik.Gambar 4.5Pola pemboran yang diterapkan di lapangan

4.1.3 Produksi Pemboran4.1.3.1Waktu Edar (Cycle Time) PemboranMerupakan waktu yang diperlukan untuk membuat satu lubang ledak dengan kedalaman tertentu, termasuk hambatan hambatan yang terjadi selama kegiatan pemboran berlangsung.Yang dimaksud dengan cycle time pemboran adalah waktu yang digunakan untuk melakukan satu siklus gerakan alat pada saat beroperasi dimana siklus (ct) untuk pemboran terdiri dari :a. Turunkan jack b. Naikkan mastc. Penetrasi (pengeboran)d. Cabut penetrasi (pengeboran)e. Turunkan mast f. Naikkan jackg. Travel (pindah titik)Berdasarkan pengamatan selama di lapangan waktu rata-rata yang di perlukan alat bor dalam satu siklus pemboran sebesar 7 menit 21 detik (lampiran G).4.1.3.2 Kecepatan PemboranUntuk mengetahui kecepatan pemboran pada alat bor, maka harus diketahui waktu yang dibutuhkan oleh alat bor untuk membuat keseluruhan lubang tembak dalam setiap kegiatan peledakannya. Waktu total yang diperoleh kemudian dibagi sesuai dengan jumlah lubang tembak, waktu rata-rata inilah yang dianggap sebagai kecepatan pemboran (Vt).Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pemboran yaitu :a. Kekerasan batuanb. kondisional lokasi pengeboranc. Keadaan peralatan pemboran yang digunakand. Keterampilan (skill) juru bor/pekerjae. Keadaan CuacaBerdasarkan data hasil pengamatan kegiatan pemboran di lapangan , maka diperoleh kecepatan pemboran rata-rata dengan kedalaman rata-rata 7,35 meter dan cycle time rata-rata 7.21 menit (lampiran H) sebesar:= 61.16 m / jam

4.1.3.3 Efisiensi waktu PemboranEfisiensi waktu pemboran merupakan perbandingan antara waktu kerja produktif dari alat bor dengan waktu kerja yang tersedia setiap harinya dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Dari hasil pengamatan di lapangan diperoleh waktu Efektivitas alat bor sebesar 75 % (Lampiran I).

4.1.3.4Volume SetaraVolume Setara (equivalent volume, Veq) menyatakan volume batuan yang diharapkan terbongkar untuk setiap meter kedalaman lubang ledak. Angka ini sangat berguna untuk menaksir kemampuan alat bor yang digunakan untuk membuat lubang ledak. Nilai (Veq) tergantung dengan pola peledakan dan pola pemboran yang digunakan. Volume setara (Equivalent Volume) berfungsi untuk menentukan kapasitas produksi alat.Dari pengamatan di lapangan dan kemudian dilakukan perhitungan, didapatkan nilai volume setara kondisi saat ini sebesar 52 m3/m dengan burden dan spasi 7 x 8 (Lampiran J).

4.1.3.5Produksi PemboranProduksi pemboran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kecepatan pemboran, volume setara dan effisiensi pemboran.Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan data waktu edar di lapangan maka didapat jumlah produksi pemboran pada kondisi saat ini sebesar 2.434 bcm/jam dengan burden dan spasi 7 x 8 (Lampiran K).4.2PembahasanBerdasarkan keterangan dari hasil-hasil perhitungan sebelumnya beberapa hal yang masih perlu dibahas secara mendalam. Produktifitas dapat di tentukan dengan berdasarkan kecepatan pemboran dan volume peledakan.4.2.1 Produktifitas berdasarkan kecepatan pemboranProduksi pengeboran Berdasarkan Kecepatan Pengeboran merupakan jumlah kedalaman lubang ledak yang di hasilkan per jam.

Produksi pengeboran = kedalaman rata-rata (Hrr) cycle time rata-rata (Ctrr

= Hrr Ctrr

Standar target kedalaman pengeboran lubang ledak per jam untuk satu unit mesin bor di PT. Pamapersada Nusantara district TOPB adalah 60 m/jam.Maka berdasarkan hasil pengamatan di lapangan jumlah kedalaman lubang ledak yang di bor adalah:Produksi pengeboran = Hrr Ctrr

= 7.35 = 1.02 m/menit 7.21

= 61.16 m/jam

Perhitungan : 61.16 60 = 1,16 m 1 % dari 60= 0,6 m Jadi kelebihan target = 1,16 0,6

= 1.93 %Jadi produktifitas alat bor selama melakukan kerja praktek berdasarkan kecepatan pengeboran alat bor mencapai target sekitar 101,93% dari target yang tetapkan.Dengan mengetahui kecepatan pemboran maka kita dapat mengetahui hasil lubang bor yang di peroleh,yaitu :Tabel 4.1 Produksi Jumlah Lobang LedakKedalaman (m)Kecepatan pemboran (m/jam)Jumlah lobang

8.561.167

861.168

7.561.168

761.169

6.561.169

661.1610

5.561.1611

561.1612

4.561.1614

461.1615

4.2.2 Produktifitas berdasarkan volume peledakanRencana produksi pembongkaran overburden pada tahun 2013 sebanyak 17.018.472 Bcm atau per harinya sebesar 52.350 bcm.Berdasarkan pengamatan di lapangan jumlah alat bor yang bekerja sebanyak 2 unit.Untuk kapasitas produksi overburden untuk 1 unit alat bor sebesar 2.434 m3/jam dengan waktu kerja sebesar 18 jam/hari . Kapasitas Produksi 1 unit alat bor :1 hari kerja = 2434 x 18 jam = 43.812 bcm1 tahun kerja = 43.812 x 327 hari = 14.326.524 bcm

Kapasitas Produksi dengan 2 unit alat borProduksi pengeboran per hari = 43.812 bcm x 2 = 82.624 bcmProduksi pengeboran per tahun = 14.326.524 bcm x 2 = 28.653.048 bcmJadi produktifitas pengeboran selama melakukan kerja praktek berdasarkan target produksi perusahaan 90 % dari rencana produksi yaitu 17.018.472 bcm/tahun adalah :Produktifitas alat bor = produksi pengeboran rencana produksi = 28.653.048 - 17.018.472 = 11.634.576 bcm1 % dari 17.018.472 = 170.184 bcmkelebihan dari target produksi = 11.634.576 170.184

= 68,36 %

Jadi produktifitas alat bor mencapai target sebesar 168,36 % dari target yang di tentukan.

4.2.3 Waktu Efektif Bekerja Alat BorBila produksi alat bor melebihi dari target produksi perusahaan maka akan terjadi standby alat bor.Untuk mencari waktu efektif bekerja 1 unit alat bor per hari adalah :Alat bekerja selama 18 jam :1 jam kerja dari 82.624 adalah 4.590 bcm per jamJam kerja menurut target 52.350 /4.590 = 10,69 jam/hari

Waktu efektif rata-rata = 10,69 jam/hariWaktu standby alat = 18-10,69 = 7,31 jam/hariJadi waktu efektif rata-rata alat bor melakukan pengeboran untuk mencapai target produksi perusahaan tahun 2013 sebesar 10,69 jam/hari,sedangkan Waktu standby rata-rata alat sebesar 7,31 jam/hari.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan sebelum nya, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :1. Alat bor yang digunakan adalah merk sandvik type Drilltech D 245 S2. Alat bor yang di gunakan ada 2 (dua) unit yaitu DR93, DR92.3. Produktifitas alat bor berdasarkan kecepatan pengeboran melebihi target sebesar 101,93 % atau 61,16 m/jam dari target yang di tentukan sebesar 60 m/jam.4. Produktifitas alat bor berdasarkan volume peledakan melebihi target sebesar 168 % atau 28.653.048 bcm/tahun dari target yang di tentukan sebesar 17.018.472 bcm/tahun.5. Selama melakukan kerja praktek waktu siap kerja atau physical avability (PA) dari alat bor untuk melakukan kegiatan pengeboran sebesar 18 jam atau 75%.6. Selama melakukan kerja praktek Waktu efektif atau Use of Availability (UA) alat bor melakukan pengeboran untuk mencapai target produksi perusahaan berdasarkan pengamatan di lapangan adalah 10,69 jam/hari atau 44%. 7. waktu alat standby berdasarkan pengamatan di lapangan sebesar 7,31 jam/hari.

5.2 Saran1. Untuk mencapai target produksi perusahaan per tahun maka jam kerja alat bor di kurangi .2. Apabila ingin mengoptimalkan kinerja alat bor maka harus di lakukan penambahan target produksi perusahaan.3. Waktu alat Stanby sebesar 7,31 jam/hari sebaiknya di gunakan untuk pencucian alat, pemeriksaaan alat bor, service ringan/daily check.