Produksi Gas Hidrogen Secara Kualitatif Dari Alumunium Dan Pemanfaatan Limbahnya Sebagai Tawas
-
Upload
deska-vrayoga-fauzi-aditama-ii -
Category
Documents
-
view
324 -
download
20
Transcript of Produksi Gas Hidrogen Secara Kualitatif Dari Alumunium Dan Pemanfaatan Limbahnya Sebagai Tawas
PRODUKSI GAS HIDROGEN SECARA KUALITATIF DARI
ALUMUNIUM DAN PEMANFAATAN LIMBAHNYA SEBAGAI TAWAS
Aisa Kusbardini, Deska Prayoga Fauzi Aditama, Iin Ana Rizqi, Siska
Permata Sari (Kelompok 6)
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Jl. Ir. H Juanda No.95 Ciputat, Tangerang, 15412
ABSTRAK
Menipisnya bahan bakar fosil dan berbagai isu global membuat manusia
terdesak untuk mencari alternatif bahan bakar untuk masa depan, salah satu
jawabannya adalah hydrogen. Hydrogen menjadi jawaban karena hanya
menghasilkan air ketika direaksikan untuk menghasilkan energy sebagai fuelcell.
Pada percobaan menggunakan alumuniumfoil,Reaksi alumunium foil
dengan basa menghasilkan gas hydrogen.Alumunium alumunium foil dapat
menunjukkan sifat asamnya jika direaksikan dengan basa seperti larutan natrium
hidroksida. Alumunium memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan kovalen
dengan oksigen, sementara pada natrium perbedaan elektronegatifan antara
natrium dan oksigen terlalu besar untuk membentuk ikatan selain ikatan ionic.
Semakin besar massa limbah alumunium foil semakin cepat waktu reaksi dan
produksi gashidrogennya juga semakin besar. Kesimpulannya adalah pada
percobaan 1 massa limbah alumunium 0,25 gram dihasilkan 200 ml gas
hidrogen.Pada percobaan ke2 massa limbah alumuniumfoil 0,25 gram tidak
diketahui seberapa besar hydrogen yang dihasilkan karena air sampai melebihi
gelas beker.
PENDAHULUAN
Hydrogen adalah elemen
paling berlimpah dan paling simple
di dunia. Pada suhu dan tekanan
permukaan bumi, hydrogen tidak
berwarna. Bagaimanapun, hydrogen
jarang ditemukan sendiri di alam.
Biasanya terikat dengan element lain.
Atmosfer kita sekarang mempunyai
presentase yang kecil untk hydrogen.
Hydrogen terkunci dalam jumlah
besar di air (H2O), hydrocarbon
(seperti methana, CH4), dsb.
Memproduksi hydrogen untuk
menjadi bahan bakar dari komponen
tsb secara efisien dan ramah
lingkungan menjadi tantangan yang
besar pada hari ini.Kali ini kita akan
mencoba membuat gas hidrogen
murni yang berasal dari alumunium
yang direaksikan dengan larutan
basa. Pembuatan gas hidrogen cukup
berbahaya karena mudah untuk
meledak, apalagi jika jumlah gasnya
cukup banyak.Sebenarnya
pembuatan gas hidrogen cukup
mudah tapi harus berhati-hati juga
karena kesalahan dapat
mengakibatkan gas
meledak.Hidrogen adalah gas yang
tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa.Hidrogen atau H2
mempunyai kandungan energi per
satuan berat tertinggi, dibandingkan
dengan bahan bakar
manapun.Hidrogen merupakan unsur
yang sangat aktif secara kimia,
sehingga jarang sekali ditemukan
dalam bentuk bebas.Untuk dapat
memanfaatkanya, hidrogen harus
dipisahkan terlebih dahulu dari
senyawanya agar dapat digunakan
sebagai bahan bakar.Ada beberapa
metode pembuatan gas hidrogen
yang telah kita kenal. Namun semua
metode pembuatan tersebut
prinsipnya sama, yaitu memisahkan
hidrogen dari unsur lain dalam
senyawanya.
Reaksi alumunium foil
dengan basa menghasilkan gas
hydrogen. Alumunium foil dapat
menunjukkan sifat asamnya jika
direaksikan dengan basa seperti
larutan atrium hidroksida. Berbagai
aluminat dapat terbentuk senyawa
Diana alumunium ditemukan dalam
ion negative.Hal ini mungkin karena
alumunium memiliki kemampuan
untuk membentuk ikatan kovalen
dengan oksigen, sementara pada
natrium perbedaan elektronegatifan
antara natrium dan oksigen terlalu
besar untuk membentuk ikatan selain
ikatan ionic.
2 Al + 2 NaOH + 6 H2O --->
2 Al(OH)4 (aq) + 3 H2
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan
antara lain botol plastic,botol
kaca,selang 55cm,solder,gelas
beker,gelas ukur,balon.
Bahan-bahan yang digunakan
antara lain alumuniumfoil,larutan
NaOH,dan air
Prosedur Kerja
- Pembuatan Reaktor Sederhana
Botol bekas air mineral dilubangi
bagian atas dan bawahnya
menggunakan solder, kemudian
potong selang sepanjang 55 cm. Lalu
dihubungkan selang kedalam tutup
botol air mineral dan kedalam tutup
botol sirup kaca. Reaktor pun siap
digunakan.
- Pembuatan Gas Hidrogen
Air dimasukkan kedalam botol
air mineral pada reaktor yang telah
dibuat sebanyak setengah
botol.Kemudian botol tersebut
dimasukkan kedalam gelas
piala.Selanjutnya NaOH 3 M diukur
sebanyak 50 ml dengan gelas ukur,
lalu dimasukkan ke dalam botol sirup
kaca.Setelah itu, aluminium foil
ditimbang dan dipotong kecil-
kecil.Lalu dimasukkan ke dalam
botol sirup kaca berisi NaOH,
kemudian botol sirup tersebut ditutup
rapat.Gas H2 yang terbentuk lalu
diamati dan diukur volumenya.Untuk
percobaan menggunakan balon,
selang pada tutup botol air mineral
dilepas dan dipasangkan pada balon.
Langkah selanjutnya sama seperti
yang telah diuraikan di atas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1
N
O
Perlakuan Hasil Pengamatan
1 50 ml larutan NaOH 3M Larutan berwarna
bening
2 Alumunium foil ditimbang dan dipotong kecil-kecil Massa alumunium foil
0,25 gram
3 Alumunium foil yang sudah dipotong dimasukkan ke
dalam botol sirup kaca dan segera ditutup
Larutan berubah warna
menjadi keabuan dan
terlihat asap dari gas
yang dihasilkan serta
botol terasa
panas(reaksi eksoterm)
4 Reaksi yang terjadi pada botol air mineral dan gelas
beker
Mula-mula air dalam
gelas beker berisi 500
ml,sesaat setelah gas
hidrogen mengalir air
yang ada di dalam
botol air mineral turun
sedikit demi sedikit
sedangkan air yang
ada dalam gelas beker
volume-nya naik
menjadi 700 ml.
5 Volume gas Hidrogen yang dihasilkan V air awal(V1)=500
ml
V air setelah terjadi
reaksi oleh gas
Hidrogen(V2)=700 ml
V gas Hidrogen yang
dihasilkan=V2-V1
=700 ml-
500 ml
200 ml
Percobaan 2
N Perlakuan Hasil Pengamatan
O
1 50 ml larutan NaOH 2M Larutan berwarna
bening
2 Alumunium foil ditimbang dan dipotong kecil-kecil Massa alumunium
foil 0,25 gram
3 Alumunium foil yang sudah dipotong dimasukkan ke
dalam botol sirup kaca dan segera ditutup
Larutan berubah
warna menjadi
keabuan dan terlihat
asap dari gas yang
dihasilkan serta botol
terasa panas(reaksi
eksoterm)
4 Reaksi yang terjadi pada botol air mineral dan gelas
beker
Mula-mula air dalam
gelas beker berisi
500 ml,sesaat setelah
gas hidrogen
mengalir air yang ada
di dalam botol air
mineral turun sedikit
demi sedikit
sedangkan air yang
ada dalam gelas
beker volume-nya
naik melebihi ukuran
gelas beker.
5 Volume gas Hidrogen yang dihasilkan V air awal(V1)=500
ml
V air setelah terjadi
reaksi oleh gas
Hidrogen(V2)= tidak
deketahui karena air
sampai melebihi
gelas beker.
V gas Hidrogen yang
dihasilkan=V2-V1
(hasilnya
tidak
diketahui)
.
REAKSI :
2 Al(s) + 2 NaOH(aq) + 6 H2O(l) → 2 NaAl(OH)4(aq) + 3 H2(g)
2 Al(s) + 2 OH-(aq) + 6 H2O(l) → 2 Al(OH)4-(aq) + 3 H2(g)
- Pembuatan tawas
Aluminium foil yang digunakan=1
gram
Larutan KOH 3M yang
digunakan=50 mL
Larutan H2SO4 6M yang digunakan :
50 mL
Hasil tawas yang didapat=10,0081
gram
- Penjernihan air
Air keruh digunakan air tanah +
larutan FeCl3 : warna kuning pekat.
Digunakan 20 mL air keruh untuk
tiap jenis absorber.
Massa arang : 3 gram
Massa karbon aktif : 3 gram
Massa zeolit halus : 3 gram
Massa zeolit kasar : 3 gram
Massa tawas : 3 gram
Massa batu bata (halus) : 3 gram
Setelah didiamkan selama beberapa
hari, warna air yang tadinya kuning
pekat menjadi lebih bening walaupun
masih terlihat sedikit berwarna
kekuningan.
Urutan kejernihan air berdasarkan
absorber yang digunakan : zeolit
halus, zeolit kasar, tawas, karbon
aktif, arang dan batu bata.
Al membentuk ion Al(OH)4-
berarti bilangan oksidasinya berubah
dari nol menjadi +3. Sedang bilangan
oksidasi H dari +1 menjadi nol.
Berarti baik dalam asam maupun
basa, reaksi redoks yang terjadi
sebagai akibat dari sifat keamfoteran
Al, ternyata perubahan bilangan
oksidasinya sama.
Pengikisan permukaan logam
aluminium dianggap sebagai tolok
ukur, sehingga semakin banyak
pengikisan permukaan logam
aluminium oleh larutan perendaman
maka semakin banyak nuklida-
nuklida aktif yang ikut lepas.
Kelarutan kerapatan alumnium
terhadap perendaman menggunakan
larutan perendam NaOH yang
menunjukkan bahwa dengan semakin
meningkatnya konsentrasi NaOH dan
waktu proses perendaman maka
dapat menaikkan kelarutan
aluminium. Hal ini menunjukkan
semakin banyak logam aluminium
yang terkikis berarti semakin banyak
nuklida-nuklida yang menempel di
logam yang terlepas.
Namun yang berpengaruh
pada produksi gas hidrogen adalah
jumlah alumunium foilnya. Seperti
yang dilakukan pada percobaan kali
ini,jumlah alumunium foil yang
digunakan sedikit yaitu 0,25 gram.
Jadi,tidak terlalu banyak
menghasilkan gas hidrogen.
Sedangkan konsentrasi NaOH hanya
mempengaruhi kecepatan reaksinya
saja.Kalau konsentrasi NaOH beasar
reaksinya semakin cepat.Kalau
konsentrasi NaOH kecil reaksinya
berlangsung lambat.
Hidrogen juga dapat
menyebabkan reaksi pembakaran,
contohnya adalah ketika balon berisi
gas hidrogen disulut dengan api. Gas
hidrogen sangat mudah terbakar dan
akan terbakar pada konsentrasi
serendah 4% H2 di udara bebas.
Entalpi pembakaran hidrogen adalah
-286 kJ/mol. Hidrogen terbakar
menurut persamaan kimia:
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572
kJ (286 kJ/mol)
Karena terbatasnya alat dan bahan
yang digunakan,kelompok 6 tidak
melakukan percobaan menggunakan
balon.
Ketika dicampur dengan oksigen
dalam berbagai perbandingan,
hidrogen meledak seketika disulut
dengan api dan akan meledak sendiri
pada temperatur 560 °C. Lidah api
hasil pembakaran hidrogen-oksigen
murni memancarkan gelombang
ultraviolet dan hampir tidak terlihat
dengan mata telanjang. Oleh karena
itu, sangatlah sulit mendeteksi
terjadinya kebocoran hidrogen secara
visual. Karakteristik lainnya dari api
hidrogen adalah nyala api cenderung
menghilang dengan cepat di udara,
sehingga kerusakan akibat ledakan
hidrogen lebih ringan dari ledakan
hidrokarbon. H2 bereaksi secara
langsung dengan unsur-unsur
oksidator lainnya.Ia bereaksi dengan
spontan dan hebat pada suhu kamar
dengan klorindan fluorin,
menghasilkan hidrogen halida berupa
hidrogen klorida dan hidrogen
fluorida.
- Pembuatan Tawas
Proses awal pembuatan tawas
dilakukan dengan melarutkan
potongan potongan aluminium foil
yang sudah dipotong kecil kecil
dalam larutan KOH sambil
dipanaskan.Pemanasan ini bertujuan
untuk mempercepat kelarutannya,
karena semakin tinggi suhu dan
semakin luas permukaan zat maka
kelarutannya semakin besar.
Pada penambahan KOH reaksi
berjalan cepat dan bersifat eksoterm
karena menghasilkan kalor.Dalam
reaksi ini terbentuk gas H2 yang
ditandai dengan munculnya
gelembung- gelembung
gas.Gelembung-gelembung gas
hilang setelah semua aluminium
bereaksi.Setelah Al larut, dihasilkan
larutan berwarna hitam. Reaksi antar
Al dan KOH berlangsung melalui
persamaan berikut
2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O (l)
2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)
Setelah proses pelarutan
selesai, dilakukan proses
penyaringan, proses penyaringan ini
bertujuan untuk menyaring ion-ion
pengganggu, dan yang tersisa hanya
tinggal filtratnya. filtrat ini kemudian
diambil, dan ditetesi dengan asam
sulfat 50%. Proses penambahan asam
sulfat ini dilakukan secara perlahan
sambil diaduk, hal ini bertujuan agar
semua Al yang berada di dalamnya
dapat bereaksi sempurna dengan
pembentukan endapan yang
sempurna secara teratur.Reaksi antar
zat yang dihasilkan dari reaksi antar
Al dan KOH dengan asam sulfat
menghasilkan endapan yang
berwarna putih.
2KAlO2 (aq) +2H2O (l) + H2SO4(aq)
K2SO4(aq) + Al(OH)3 (s)
Warna putih yang terbentuk
berasal dari senyawa Al(OH)3.
senyawa Al(OH)3 yang bersifat basa
dicampurkan dengan asam sulfat
hingga pHnya 1 - 2. Hal tersebut
bertujuan untuk membentuk kation-
kation (K+ dan Al3+) yang merupakan
elemen elemen yang diperlukan
untuk membentuk tawas.
H2SO4(aq) + K2SO4(aq) + 2Al(OH)3 (s)
2KAl(SO4)2 (aq) + 6H2O
Larutantersebut dipanaskan
dengan suhu 60 - 80o C. Setelah
dipanaskan dan kemudian
didinginkan lalu terbentuklah kristal
- kristal tawas. Pada percobaan ini
pada saat dipanaskan suhunya
dikendalikan dengan mengukur
setiap beberapa menit sekali dengan
termometer.Apabila suhunya terlalu
tinggi diturunkan, kemudian
sebaliknya bila suhu larutan rendah
untuk mempercepatnya maka suhu
dinaikkan.Kristal - kristal tawas
setelah itu didinginkan. Pada saat
pendinginan ini, larutan dibiarkan
diudara terbuka hingga dingin, pada
saat ini endapan yang terbentuk
adalah KAl(SO4)2.12H2O. Setelah
dingin, dilakukan penyaringan dan
dibilas dengan air dan alkohol, yang
bertujan untuk mencuci endapan dan
membilas sisa tawas yang tersisa di
erlenmeyer serta fungsi alkoholnya
untuk mempercepat penguapan
larutan pencuci.Kristal yang
terbentuk kemudian disaring dan
dikeringkan.
24 H2O (l) + 2KAl(SO4)2(aq)
KAl(SO4)2.12H2O(s)
Berdasarkan hasil percobaan,
didapatkan massa tawas yang
terbentuk adalah 10,0081 gram.
- Penjernihan air
Percobaan ini bertujuan untuk
menguji tawas yang telah dibuat dan
membandingkan keefektifan daya
serap dari berbagai absorben yang
biasa digunakan baik dalam
laboratorium maupun yang
digunakan dalam rumah
tangga.Absorben yang diuji yaitu
tawas hasil pembuatan dari limbah
pembuatan gas hidrogen, arang,
karbon aktif, batu bata dan zeolit
dengan ukuran kasar dan zeolit
halus. Air yang akan dijernihkan
dibuat dari air kran yang dicampur
dengan larutan FeCl3 dan warna air
menjadi warna kuning pekat.
Kesemua absorben masing – masing
ditimbang 3 gram, lalu disiapkan 20
mL air keruh yang akan diujikan
untuk tiap absorben. Absorben
dimasukkan ke dalam air keruh yang
ditaruh pada gelas beaker, lalu
didiamkan selama beberapa hari dan
dibandingkan daya absorpsinya
dengan melihat kejernihan air yang
telah diuji.
Berdasarkan hasil percobaan,
air kran yang dicampur FeCl3 yang
awalnya berwarna kuning pekat
setelah dijernihkan dengan berbagai
jenis absorben warnanya cenderung
lebih jernih dibanding keadaan awal,
meskipun air tersebut tidak benar –
benar jernih seluruhnya tetapi masih
terlihat sedikit kekuningan dan di
dasar gelas / wadah terlihat ada
endapan kotoran yang diserap dan
digumpalkan (dikoagulasi) oleh
absorben. Berdasarkan hasil
pengamatan, daya absorpsi dari
absorben yang paling baik yaitu
zeolit yang berukuran kecil (halus),
setelah itu adalah zeolit kasar, tawas,
karbon aktif, arang dan batu
bata.Perbedaan daya absorpsi yang
berbeda antara zeolit yang berukuran
lebih halus dengan zeolit yang
berukuran kasar dipengaruhi oleh
luas permukaan absorben.Semakin
luas permukaan absorben, maka
semakin baik pula daya serap / daya
absorpsinya untuk penjernihan air.
Tawas kimia A 2012 dan tawas kimia
2011
Zeolite halus, batu bata, zeolite
kasar, arang, carbon aktif
KESIMPULAN
1. Gas hidrogen dapat
terbentuk dari persamaan 2
Al(s) + 2 NaOH(aq) + 6
H2O(l) → 2 NaAl(OH)4(aq)
+ 3 H2(g)
2. Volume gas hidrogen
yang diperoleh dari
aluminium foil + NaOH
sebanyak 200 ml (pada
percobaan 1) sedangkan pada
percobaan 2 tidak diketahui
3. Jumlah alumunium foil
mempengaruhi banyaknya gas
hidrogen yang dihasilkan, sedangkan
konsentrasi NaOH hanya
mempengaruhi kecepatan reaksinya
saja.
4. Massa tawas yang didapat
dari pembuatan dengan bahan limbah
produksi hidrogen adalah 10,0081
gram.
5. Daya absorpsi dari absorben
yang paling baik yaitu zeolit halus,
lalu zeolit kasar, tawas, karbon aktif,
arang dan batu bata.
6. Daya absorpsi suatu absorben
bergantung juga pada luas
permukaan absorben tersebut.
7. Semakin luas permukaan
absorben, maka semakin baik juga
daya absorpsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Air.Yogyakarta : STTL “YLH”.
Alaerts, G dan Santika, S.S.
1984.Metoda Penelitian
Air.Surabaya : Usaha Nasional.
Anonim. 2001. Alum. Diperoleh dari
http://www.encarta.com
Darsoprajitno, S. 1990.Sebaran
Endapan Zeolit dan Kegunaannya
Kumpulan Seminar Zeo
Petrucci, H. Ralph dan Suminar,
1987.Kimia Dasar Prinsip dan
Terapan Modern.Edisi
keempat.Jakarta : Erlangga.