PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT …bappeda.balikpapan.go.id/assets/filedownload/PDRB... ·...
Transcript of PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT …bappeda.balikpapan.go.id/assets/filedownload/PDRB... ·...
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
i
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
MENURUT PENGELUARAN
(TAHUN DASAR 2010)
KOTA BALIKPAPAN
2010 - 2014
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
ii
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
MENURUT PENGELUARAN
KOTA BALIKPAPAN
2010- 2014
Nomor Publikasi : 6471.1510
Katalog BPS : 9302002.6471
Ukuran Buku : 15 x 21 cm
Jumlah Halaman : xiv + 122 halaman
Naskah:
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis
Gambar Kulit:
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis
Diterbitkan Oleh:
Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
iii
SAMBUTAN
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, maka
penerbitan publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Menurut Pengeluaran Kota Balikpapan 2010-2014 dapat diselesaikan.
Disusunnya publikasi PDRB yang mencerminkan kondisi
perekonomian Kota Balikpapan secara makro ini, supaya dapat
dipergunakan sebagai evaluasi dan perencanaan pembangunan daerah
maupun pihak lain yang memerlukannya.
Saya sangat menghargai adanya usaha kerja sama antara Badan Pusat
Statistik Kota Balikpapan dengan Pemerintah Kota melalui Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan sehingga
penghitungan dan penyusunan publikasi PDRB Menurut Pengeluaran
Kota Balikpapan 2010-2014 dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Kepada semua pihak yang terlibat dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan di Kota Balikpapan
diharapkan dapat memanfaatkan data secara optimal.
Akhirnya penghargaan dan terima kasih saya sampaikan kepada
semua pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunan publikasi
PDRB Menurut Pengeluaran Kota Balikpapan 2010-2014 ini.
Balikpapan, Nopember 2015
Walikota Balikpapan
H. RIZAL EFFENDI, SE
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
iv
KATA PENGANTAR
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah
satu perangkat data ekonomi yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah (provinsi
maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula digunakan
untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar
pengembangan model-model ekonomi dalam rangka menyusun
formulasi kebijakan, tingkat percepatan uang beredar (velocity of
money), pendalaman sektor keuangan (finacial deepening), penetapan
pajak, kajian ekspor dan impor dan sebagainya.
Menurut teori ekonomi makro, penghitungan PDRB dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu : pendekatan
produksi/penyediaan (PDRB menurut Lapangan Usaha/industry),
pendekatan pengeluaran/permintaan akhir (PDRB menurut
Pengeluaran /expenditure) serta pendekatan pendapatan (PDRB
menurut pendapatan/income). Ketiga pendekatan penghitungan
tersebut secara teori akan menghasilkan angka PDRB yang sama.
Publikasi ini secara khusus membahas mengenai PDRB
menurut pendekatan pengeluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini
dirinci menjadi beberapa komponen, yaitu: Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
v
Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah,
Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori),
Ekspor Luar Negeri, Impor Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar
Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor antar daerah).
Data PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-publikasi selanjutnya
mengunakan tahun dasar 2010, serta sudah menerapkan konsep
System of National Accounts 2008 seperti yang direkomendasikan
oleh United Nations.
Terakhir, disadari bahwa data dan informasi yang disajikan
dalam publikasi ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena
itu, setiap masukan yang bersifat konstruktif sangat dihargai demi
penyempurnaan isi publikasi ini selanjutnya.
Akhirnya, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang memerlukannya.
Balikpapan, November 2015
KEPALA BAPPEDA KEPALA BPS
Kota Balikpapan Kota Balikpapan
NINING SURTININGSIH NURWAHID
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Sambutan .................................................................................... iii
Kata Pengantar .......................................................................... iv
Daftar Isi ................................................................................ vi
Daftar Tabel ............................................................................... ix
Daftar Grafik ............................................................................ xii
Daftar Lampiran ...................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1
1.1. Pengertian Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) ...................................................... 2
1.2. Kegunaan Statistik PDRB ................................. 6
BAB II METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA ........ 8
2.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga 9
2.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT ............ 16
2.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah ...... 22
2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) .... 27
2.5 Perubahan Inventori .......................................... 36
2.6 Ekspor dan Impor ............................................... 44
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
vii
BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA
BALIKPAPAN BERDASARKAN PDRB
PENGELUARAN TAHUN 2010-2014 .................... 48
3.1 Tinjauan Agregat PDRB Balikpapan
Menurut Pengeluaran ......................................... 52
3.2 Perkembangan Konsumsi Akhir Rumah
Tangga ............................................................... 67
3.3 Perkembangan Konsumsi Akhir LNPRT ..... 76
3.4 Konsumsi Akhir Pemerintah .......................... 78
3.5 Perkembangan Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) ......................................... 82
3.6 Perkembangan Perubahan Inventori ............ 84
3.7 Perkembangan Ekspor Neto ............................ 87
3.8 Perkembangan Ekspor Neto Antar Daerah ... 89
BAB IV PERKEMBANGAN AGREGAT PRDB
MENURUT PENGELUARAN KOTA
BALIKPAPAN TAHUN 2010-2014 ....................... 91
4.1 PDRB (Nominal) ................................................ 92
4.2 Perbandingan Penggunaan PDRB untuk
Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
viii
Ekspor .................................................................. 95
4.3 Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga
terhadap Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) ............................................................... 97
4.4 Proporsi Konsumsi Akhir terhadap PDRB ... 99
4.5 Perbandingan Ekspor terhadap PMTB ......... 101
4.6 Neraca Perdagangan (Trade Balance) ............. 103
4.7 Incremental Capital Output Ratio (ICOR) .......... 106
BAB V PENUTUP ................................................................... 109
LAMPIRAN ............................................................................. 112
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Pengeluaran, Kota Balikpapan
Tahun 2010-2014 ................................................. 53
Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
Tahun 2010-2014 .................................................. 55
Tabel 3. Distribusi PDRB ADHB Menurut
Pengeluaran, Kota Balikpapan Tahun
2010—2014 ............................................................ 59
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut
Pengeluaran, Kota Balikpapan Tahun
2010—2014 ............................................................ 63
Tabel 5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran
Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014 ................ 66
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi
Akhir Rumah Tangga Kota Balikpapan,
Tahun 2010—2014 ................................................ 67
Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir
Rumah Tangga Kota Balikpapan, Tahun
2010—2014 ............................................................ 71
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
x
Tabel 8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi
Akhir Rumah Tangga Kota Balikpapan,
Tahun 2010—2014 ................................................ 73
Tabel 9. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga)
Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah
Tangga Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 .. 74
Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi
LNPRT Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014 .. 76
Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi
Akhir Pemerintah Kota Balikpapan,
Tahun 2010 – 2014 ................................................ 78
Tabel 12. Perkembangan dan Struktur PMTB Kota
Balikpapan, Tahun 2010—2014 ........................ 82
Tabel 13. Perkembangan dan Struktur Perubahan
Inventori Kota Balikpapan,
Tahun 2010—2014 ................................................ 85
Tabel 14. Perkembangan Ekspor Neto Kota
Balikpapan, Tahun 2010 – 2014 .......................... 87
Tabel 15. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB
Perkapita Kota Balikpapan,
Tahun 2010—2014 ................................................ 93
Tabel 16. Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
xi
Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap
Ekspor Tahun 2010—2014 ................................. 95
Tabel 17. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga
terhadap PMTB Tahun 2010—2014 .................. 97
Tabel 18. Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir
terhadap PDRB Kota Balikpapan, Tahun
2010—2014 ............................................................ 99
Tabel 19. Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB)
Tahun 2010—2014 ................................................ 101
Tabel 20. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Kota
Balikpapan Tahun 2010—2014 ........................... 105
Tabel 21. Incremental Capital Output Ratio (ICOR), Kota
Balikpapan Tahun 2010—2014 ........................... 108
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
xii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh
Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014 ............... 57
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran
, Kota Balikpapan ................................................ 117
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Pengeluaran , Kota Balikpapan .......................... 118
Tabel 3. Distribusi Persentase Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran , Kota Balikpapan ......... 119
Tabel 4. Distribusi Persentase Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2010 Menurut Pengeluaran , Kota
Balikpapan ............................................................ 120
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran , Kota Balikpapan ......... 121
Tabel 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2010 Menurut Pengeluaran , Kota
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
xiv
Balikpapan ............................................................ 122
Tabel 7. Indeks Perkembangan Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran , Kota Balikpapan ......... 123
Tabel 8. Indeks Perkembangan Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2010 Menurut Pengeluaran , Kota
Balikpapan ............................................................ 124
Tabel 9. Indeks Harga Implisit Produk Domestik
Regional Bruto (2010 = 100) Menurut
Pengeluaran , Kota Balikpapan .......................... 125
Tabel 10. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit
Produk Domestik Regional Bruto (2010 =
100) Menurut Pengeluaran , Kota
Balikpapan ............................................................ 126
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
2
1.1 PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi di suatu wilayah/regional dalam suatu periode tertentu
adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB
pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang
berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu sebagai
dasar.PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk
melihat pergeseran serta struktur ekonomi. PDRB atas dasar
harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi pada suatu periode ke periode (tahun ke tahun atau
triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini tahun dasar yang
digunakan adalah tahun 2010 dan ini tentu akan mencerminkan
struktur ekonomi terkini.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
3
Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan
dalam menghitung angka-angka PDRB, yaitu:
a. Menurut Pendekatan Produksi
Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah
atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit
produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam
penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan
usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2.
Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4.
Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7.
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor, 8. Transportasi dan Pergudangan, 9. Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan
Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real
Estate, 13.Jasa Perusahaan, 14.Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan,
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17. Jasa lainnya.
Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi
sub-sub kategori lapangan usaha.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
4
b. Menurut Pendekatan Pendapatan
PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa
yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta
dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi
yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga
modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak
penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini,
PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung
neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi).
c. Menurut Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang
terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga
(2) pengeluaran konsumsi akhir lembaga non profit yang
melayani rumah tangga (3) pengeluaran akhir konsumsi
pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto,
(5) perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor
dikurangi impor).
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan
menghasilkan angka yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan
sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
5
harus sama pula dengan jumlah pendapatan dari faktor-faktor
produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai
PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup
pajak tak langsung neto.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
6
1.2 KEGUNAAN STATISTIK PDRB
Data PDRB adalah salah satu indikator makro yang
dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun.
Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah:
1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu
negara/wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga
sebaliknya.
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor
menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap
sektor ekonomi dalam suatu negara/wilayah. Sektor-sektor
ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis
perekonomian suatu negara/wilayah.
4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan
produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
7
akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar
negeri.
5. Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan
peranan kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa
yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat
untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi akhir, investasi
dan perdagangan luar negeri.
7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai
PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.
8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk
mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita
penduduk suatu wilayah.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
8
BAB II
METODE ESTIMASI DAN
SUMBER DATA
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
9
2.1 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH
TANGGA
i. Pendahuluan
Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar
dalam perekonomian. Hal ini tercermin dari besarnya
sumbangan konsumsi rumahtangga dalam pembentukan PDRB
pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir
barang dan jasa, rumahtangga juga berperan sebagai produsen
dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang
dilakukan oleh sektor institusi lain.
ii. Konsep dan definisi
Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah
pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga untuk
tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu
atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu
bangunan tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan,
dapat memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi
barang dan jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok
makanan dan perumahan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
10
iii. Cakupan
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa
oleh residen suatu wilayah, baik yang dilakukan di dalam
maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis-jenis
barang dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut
COICOP (Classifications of Individual Consumption by
Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN (United
Nations), sbb:
1. Makanan dan minuman tidak beralkohol
2. Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik
3. Pakaian dan alat kaki
4. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5. Furniture, perlengkapan rumahtangga dan
pemeliharaan rutin
6. Kesehatan
7. Angkutan
8. Komunikasi
9. Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
10. Pendidikan
11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel
12. Barang dan jasa lainnya
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
11
Namun karena keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut
dikelompokkan kembali manjadi hanya 7 COICOP, yaitu:
1. Makanan, Minuman, dan Rokok
2. Pakaian dan Alas Kaki
3. Perumahan, Perkakas, Perelngkapan dan
Penyelenggaraan Rumah Tangga
4. Kesehatan dan Pendidikan
5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
6. Hotel dan Restoran
7. Lainnya
Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sbb:
Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner
occupied dwellings);
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus
diperhitungkan karena rumah tangga pemilik, dianggap
menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri.
Imputasi sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar,
meskipun status rumah tersebut milik sendiri. Apabila
rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang dihitung
adalah biaya sewa yang dibayar, baik dibayar penuh
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
12
maupun tidak penuh karena mendapat keringanan biaya
(subsidi atau transfer).
Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri;
Pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari
pihak lain;
Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase)
oleh residen diluar wilayah atau diluar negeri
(diperlakukan sebagai impor)
Terdapat beberapa catatan yang perlu dikatahui berkaitan
dengan PKRT ini, yaitu:
o Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan
sebagai ekspor dari wilayah tersebut)
o Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali
(diduplikasi), seperti barang antik, lukisan, dan hasil karya
seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang
berharga, bukan konsumsi rumah tangga.
o Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara
dan pembentukan modal di dalam aktivitas usaha rumah
tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
13
rumah tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk
keperluan usaha, perbaikan besar rumah, dan pembelian
rumah.
o Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk
uang atau barang, tidak termasuk sebagai pengeluaran
konsumsi rumah tangga.
iv. Penghitungan PKRT Tahunan
1. Sumber data
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT
adalah :
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS,
dalam bentuk pengeluaran konsumsi per-kapita
seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita
sebulan untuk kelompok bukan makanan,
Jumlah penduduk pertengahan tahun,
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS),
dalam bentuk data atau indikator suplai komoditas
dan jenis pengeluaran tertentu,
Indeks Harga Konsumen (IHK).
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
14
2. Metode penghitungan
Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk menghasilkan perhitungan
PKRT yang mencerminkan kondisi sesungguhnya, masih
diperlukan adanya beberapa penyesuaian (adjustment).
Penyesuaian dilakukan dengan menggunakan data pendukung
(data sekunder) dalam bentuk indikator suplai (di luar Susenas)
dari beberapa komoditi tertentu. Hasil penghitungan dari data
sekunder tersebut dianggap lebih mencerminkan PKRT yang
sebenarnya. Penyesuaian (adjustment) yang dilakukan adalah
mengganti hasil Susenas dengan hasil penghitungan yang
didasarkan data indikator suplai untuk beberapa komoditas.
Penggantian dilakukan pada level komoditas, kelompok
komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu.
Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya
PKRT atas dasar harga berlaku (ADHB). PKRT atas dasar harga
konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara mendeflate
PKRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
Untuk lebih jelasnya, langkah langkah penghitungan PKRT
dapat diringkas sbb:
1. Estimasi PKRT hasil Susenas:
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
15
a. Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu
x (30/7) x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun
b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita
sebulan x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun
2. Terhadap data poin ke 1 dilakukan koreksi dengan
menggunakan data sekunder atau indikator suplai
komoditas untuk jenis pengeluaran tertentu;
3. Data poin ke 2 dikelompokan menjadi 7 kelompok
COICOP;
4. Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;
5. Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota
(Provinsi/Kota terdekat) dengan 7 kelompok COICOP;
6. PKRT adhKonstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil
poin ke 4 dengan hasilpoin ke 5.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
16
2.2 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
i Pendahuluan
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah
Tangga (LNPRT) muncul sebagai sektor tersendiri dalam suatu
perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan
barang dan jasa bagi aggotanya maupun bagi rumahtangga
secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara
ekonomi. Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga
tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga
pasar yang berlaku).
ii Konsep dan definisi
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP).
Sesuai dengan fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang
melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan
rumahtangga.
Karakteristik unit LNP adalah sbb:
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi
terkadang merupakan lembaga informal yang
keberadaannya diakui oleh masyarakat;
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
17
pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan
oleh anggota terpilih yang punya hak sama, termasuk
hak bicara atas keputusan lembaga;
setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu
dalam organisasi, dan tidak berhak menguasai profit
atau surplus, karena profit yang diperoleh dari
kegiatan usaha produktif dikuasai oleh lembaga;
kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif
oleh anggota terpilih, dan kelompok ini berfungsi
sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak
dapat menciptakan surplus melalui kegiatan
produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya
diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis.
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya
atau rumahtangga, serta tidak dikontrol oleh pemerintah.
Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang bukan
berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga,
yaitu: Organisasi kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi
profesi, Perkumpulan sosial/ kebudayaan/olahraga/ hobi,
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
18
Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan
Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.
iii. Cakupan
Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar
yang dihasilkan LNPRT. Nilai output non pasartersebut dihitung
berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka
melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang
dimaksud terdiri dari :
a. Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis, barang
cetakan, pembayaran listrik, air, telepon, teleks,
faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan,
transportasi, bahan bakar, perjalanan dinas, belanja
barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan
kantor dll.
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur,
honor, bonus dan tunjangan lainnya
c. Penyusutan
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi),
contoh: PBB, STNK, BBN dll.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
19
iv. Penghitungan PK-LNPRT Tahunan
1. Sumber data
Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP).
Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah
rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan
jenis pengeluaran.
Hasil up-dating direktori LNPRT.
Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating
direktori LNPRT adalah jumlah populasi LNPRT
menurut jenis lembaga.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
2. Metode penghitungan
PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode
langsung, yaitu menggunakan hasil SKLNP. Tahapan
estimasi PK-LNPRT adalah sebagai berikut:
Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis
lembaga dan jenis pengeluaran (barang dan jasa).
Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma,
nilainya diperkirakan sesuai harga pasar yang
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
20
berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga menurut
jenis-nya dihitung dengan rumus sebagai berikut:
ijij
i
xx
n
ijx : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga
dan jenis pengeluaran
ijx : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga
dan jenis pengeluaran
in : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga
i : Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7
j : Jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19
Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan
rumusan sebagai berikut:
7 19
1 1
ij i
i j
X x N
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
21
X : PK-LNPRT adh Berlaku
iN : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga
Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-
LNPRT atas dasar harga berlaku (ADHB). PK-LNPRT
atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan
cara mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun
dasar 2010.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
22
2.3 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR
PEMERINTAH
i. Pendahuluan
Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk
melalui proses politik, serta mempunyai kekuasaan di bidang
lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit institusi
lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu
negara/wilayah. Pemerintah juga mempunyai berbagai peran dan
fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan jasa bagi
kelompok atau individu rumah tangga, sebagai pemungut dan
pengelola pajak atau pendapatan lain-nya, berfungsi
mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan melalui
aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar.
Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan
sebagai konsumen maupun produsen, serta sebagai regulator
yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal dan
moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan
aktivitas konsumsi atas barang dan jasa akhir. Sedangkan
sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas
memproduksi barang & jasa maupun aktivitas investasi.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
23
ii. Konsep dan Definisi
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah
(PK-P) sama dengan nilai produksi barang dan jasa yang
dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu sendiri.
PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin,
pembayaran upah dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk
barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output
dari Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang
dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat
dipisahkan dari aktivitas pemerintahan.
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas pemerintahan secara umum, mencakup
kegiatan sebagai berikut:
1. memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan
barang yang diproduksi oleh perusahaan. Contoh; aktivitas
pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni,
pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas
menjual barang-barang semacam itu bersifat insidentil dari
fungsi pokok unit pemerintah.
2. Memproduksi jasa. Contoh; aktivitas penyelenggaraan
rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, museum,
perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
24
karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini
pemerintah memungut biaya yang umumnya tidak lebih
dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang
diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai
penerimaan non-komoditi (pendapatan jasa).
iii. Cakupan
Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Dalam melakukan aktivitasnya, unit
pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit
pemerintah daerah (baik Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun
Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Pemerintah Daerah (APBD).
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P)
Kabupaten/Kota mencakup : a. PK-Pemerintah Kabupaten/Kota
yang bersangkutan; b. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan
bagian dari pemerintah kabupaten/kota; c. PK-Pemerintah
Desa/Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah Kabupaten/Kota
bersangkutan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
25
iv. Penghitungan PDRB Tahunan
1. Sumber Data
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P
Kabupaten/Kota Tahunan adalah:
a. Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu)
b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu)
c. Statistik Keuangan Daerah (BPS)
d. Output Bank Indonesia (BI)
e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari
Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari
BPS.
2. Metode Penghitungan
a. PK-P Kabupaten/Kota adh Berlaku
Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung
menggunakan rumusan berikut:
PK-P adhBerlaku =
Output non pasar–penjualan barang dan jasa + output Bank
Indonesia
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
26
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan
biaya yg dikeluarkan, yaitu : Belanja pengadaan
barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang
(yang dibeli dengan harga pasar), belanja pegawai,
dan penyusutan.
Untuk level Kabupaten/Kota, PK-P
Kabupaten/Kota adh Berlaku, dihitung berdasarkan
penjumlahan dari pengeluaran akhir konsumsi
pemerintah Kabupaten/Kota itu sendiri + pengeluaran
akhir seluruh pemerintah desa/kelurahan/nagari yang
ada di wilayah Kabupaten/Kota tersebut +
pengeluaran pemerintah Pusat yang menjadi bagian
dari Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
b. PK-P Kabupaten/Kota adh Konstan
Pengeluaran konsumsi pemerintah adhKonstan
dihitung dengan menggunakan metode deflasi.
Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa ekspor,
Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik
Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto,
Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
27
2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
i Pendahuluan
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama
yang akan mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu
negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik dan
investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas
investasi fisik ini tercermin pada komponen Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed
asset) yang dilibatkan dalam proses produksi. Secara garis besar
aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal seperti:
bangunan dan konstruksilain, mesin dan perlengkapan,
kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.
ii Konsep dan definisi
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan
pengurangan aset tetap pada suatu unit produksi, dalam kurun
waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup
pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing)
barang modal baru dari dalam negeri serta barang modal baru
dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
28
atau barter barang modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya
hayati yang dibudidaya. Sedangkan pengurangan barang modal
mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli
(financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain.
Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam
tidak dicatat sebagai pengurangan.
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun,
serta akan mengalami penyusutan sepanjang usia pakai-nya.
Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya masih
mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi
barang modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan
penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses
produksi secara normal selama satu periode.
iii Cakupan
PMTB terdiri dari:
1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik
barang baru maupun barang bekas, seperti bangunan
tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal,
bangunan lainnya, mesin & perlengkapan, alat
transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
29
dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan
intelektual (intellectual property products), dan
sebagainya;
2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak
diproduksi, seperti lahan dan aset yang dipatenkan;
3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan
kapasitas produksi dan usia pakai-nya (seperti
overhaul mesin produksi, reklamasi pantai,
pembukaan, pengeringan dan pengairan hutan, serta
pencegahan banjir dan erosi).
iv Penghitungan PMTB Tahunan
1. Sumber data
a. Output industri konstruksi hasil penghitungan
PDRB menurut industri konstruksi dari BPS
Kab/Kota.
b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang
modal impor dari KPPBC (Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea Cukai) setempat.
c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari
Statistik Industri Kecil & Rumah tangga (level
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
30
Kabupaten/Kota).
d. Laporan keuangan perusahaan.
e. IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar.
f. Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
g. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.
2. Metode penghitungan
Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode
langsung maupun tidak langsung, tergantung pada ketersediaan
data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-masing.
Pendekatan “langsung” adalah dengan cara menghitung
pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai
sektor ekonomi (produsen) secara langsung. Sedangkan
pendekatan “tidak langsung” adalah dengan menghitung
berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang dan
jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau
disebut sebagai pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini
penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
31
produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar
negeri (impor).
Pendekatan Langsung
Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan
cara menjumlahkan seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap
industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai atas
dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk
biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya
instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan
pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang
berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-
pajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan
barang modal tersebut.
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara
langsung dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan.
Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang perubahan
atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga
pembelian (perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh
Konstan, maka PMTB adh Berlaku tersebut di “deflate” (dibagi)
dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai
dengan kelompok barang modal.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
32
Pendekatan Tidak Langsung
Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut
sebagai pendekatan arus komoditas (commodity flow approach).
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung nilai
penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai
industri (supply), yang kemudian sebagian di antaranya
dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB dalam
bentuk bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu
dari nilai output industri konstruksi, baik adhBerlaku maupun
adhKonstan.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan
dan barang modal lainnya dibedakan atas barang modal yang
berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari impor.
Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara.
Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan
barang modal lain yang menjadi pembentukan modal. Nilai
tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin
perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk
memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate
PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis
barang modal.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
33
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output
tidak tersedia adalah dengan cara “ekstrapolasi” atau
mengalikan PMTB adhKonstan dengan indeks produksi jenis
barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB
diawali dengan menghitung PMTB adhKonstan terlebih dahulu.
Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB
adhKonstan tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga
masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai
inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adhKonstan di
tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan
dan barang modal lain yang berasal dari impor,dilakukan
dengan menggunakan 2 (dua) cara.
Pertama, PMTB adhBerlaku diperoleh dari total nilai
barang impor. Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci
menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan
dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia
dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator (barang modal
impor kode HS 2 digit). Kedua,untuk memperoleh PMTB
adhKonstan adalah dengan cara men-deflate PMTB adhBerlaku
dengan menggunakan indeks harga yang sesuai.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
34
PMTB adhBerlaku untuk barang modal tak-berwujud
seperti eksplorasi mineral, dihitung dengan cara mengumpulkan
data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang industri
pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan
adh Berlaku dari aktivitas pertambangan itu menjadi pengali
nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya. Sedangkan
PMTB adhKonstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai
adhBerlaku dengan indeks implisit dari PDRB industri
pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas
diharapkan menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunan-
nya.
Untuk perangkat lunak, PMTB adhBerlaku diperoleh
dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan
terbuka di bidang software. Untuk adhKonstan diperoleh dengan
men-deflate nilai adhBerlaku dengan indeks implisit industri
jasa perusahaan.
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni
original (entertainment, literary, or artistic original products),
data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program acara
televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh
dari nilai impor film. PMTB adhKonstan-nya diperoleh dengan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
35
cara mendeflate nilai adhBerlaku dengan indeks implisit industri
jasa hiburan dan IHPB barang impor.
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam
penghitungan PMTB melalui pendekatan tak-langsung (arus
komoditas), yaitu:
a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang
modal cenderung statis. Untuk memperbaiki diperlukan
survei dalam skala yang besar.
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and
Transport Margin) sulit diperoleh.
c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi)
dengan data publikasi yang diperoleh dari sumber data
tertentu, terlalu lama.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
36
2.5 PERUBAHAN INVENTORI
i Pendahuluan
Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai
salah satu komponen yang dibutuhkan untuk keberlangsungan
proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang modal.
Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori
merupakan bagian dari Pembentukan Modal Bruto, atau yang
lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada kurun
waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori
menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam
bentuk barang jadi, barang setengah jadi,serta bahan baku dan
bahan penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data
perubahan inventori menjadi penting untuk memenuhi
kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.
ii Konsep dan definisi
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah
barang yang dikuasai oleh produsen untuk tujuan diolah lebih
lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam bentuk
lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih
tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang
masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
37
jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak
produsen.
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori
pada akhir periode akuntansi dengan nilai inventori pada awal
periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan tentang
perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna
pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda
negatif).
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk
menjaga kelangsungan proses produksi, sehingga perlu
pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan
penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal
juga menjadi faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk
melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi
pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur
spekulatif dengan harapan untuk memperoleh keuntungan yang
lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan
khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk
menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena
menyangkut kepentingan masyarakat luas (publik), maka perlu
ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan pokok
seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
38
tangga pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan
dalam mengatur perilaku konsumsinya saja.
iii Cakupan
Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang
adalah sebagai berikut:
a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil
perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan,
industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta
konstruksi;
b. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material &
supplies), yaitu semua bahan, komponen atau
persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang
jadi;
c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi
belum terjual atau belum digunakan, termasuk barang
yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada
waktu dibeli;
d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang
sebagian telah diolah atau belum selesai (tidak
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
39
termasuk konstruksi yang belum selesai).
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang
besar maupun pedagang eceran untuk tujuan dijual;
f. Ternak untuk tujuan dipotong;
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual
atau dipakai sebagai bahan bakar atau persediaan; dan
h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang
strategis seperti beras, kedelai, gula pasir, dan
gandum.
iv Penghitungan Perubahan Inventori Tahunan
1. Sumber data
Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen
perubahan inventori adalah :
Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dari
survei atau dari mengunduh website Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id);
Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD
Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
40
pertambangan dan penggalian;
Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang.
Data komoditas perkebunan;
Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan
Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari
Bulog, data semen dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI),
gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari
Ditjennak Kementan.
2. Metode Penghitungan
Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan
komponen perubahan inventori, yaitu pendekatan langsung dan
pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung adalah
pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak
langsung adalah pendekatan dari sisi “komoditas”.
Dilihat dari sisi manfaat-nya, pendekatan secara langsung
menghasilkan data yang relatif lebih baik dibanding dengan
pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
41
dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan
berkesinambungan.
Pendekatan Langsung
Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan
diperoleh nilai posisi inventori di suatu waktu tertentu
(umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan
neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk
memperoleh nilai perubahan inventori adhberlaku, diperlukan
data inventori di tahun yang berurutan. Langkah penghitungan
inventori dari laporan keuangan, adalah sebagai berikut:
menghitung posisi inventori adhKonstan, dengan cara
mendeflate stok awal dan akhir dengan IHPB akhir
tahun;
menghitung perubahan inventori adhKonstan dengan
mengurangkan posisi di tahun berjalan dengan di tahun
sebelumnya; dan
menghitung perubahan inventori adhBerlaku dengan
menginflate perubahan inventori adhKonstan dengan
IHPB rata-rata tahunan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
42
Pendekatan Tidak Langsung
Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan
pendekatan arus komoditas (commodity flow). Data utama yang
digunakan adalah data volume dan harga masing-masing barang
inventori. Nilai perubahan barang inventori adhBerlaku
diperoleh dengan cara menghitung perubahan volume stok akhir
dan stok awal dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga
penjualan bila data harga pembelian tidak tersedia. Perubahan
barang inventori adhKonstan dihitung dengan: a. Mendeflate
nilai perubahan inventori adhBerlaku dengan indeks harga yang
sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok
awal dikalikan dengan harga barang di tahun dasar.
Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam
menghitung komponen Perubahan Inventori adalah bahwa :
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk
posisi atau pada satu saat untuk periode waktu yang
berurutan;
Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume
dan harga-nya;
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk
volume umumnya tidak disertai data harganya. Jika data
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
43
harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan
indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks
implisit PDRB yang sesuai;
Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna
untuk melengkapi estimasi untuk industri yang datanya
tidak tersedia;
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
44
2.6. EKSPOR IMPOR
i Pendahuluan
Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah
terjadi sejak lama, bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan
sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang
diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama
munculnya aktivitas ekspor impor. Daerah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan-nya sendiri berusaha mendatangkan dari
daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang
memproduksi barang dan jasa melebihi dari kebutuhan
domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau
bahkan ke luar negeri.
Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan
permintaan masyarakat atas barang dan jasa semakin meningkat
dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi
juga turut memperlancararus distribusi barang dan jasa. Kondisi
tersebut semakin mendorong aktivitas ekspor-impor disuatu
wilayah menjadi semakin berkembang.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
45
ii Konsep dan definisi
Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih
kepemilikan ekonomi (baik penjualan/pembelian, barter, hadiah
ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen wilayah
tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah
tersebut.
iii Cakupan
Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:
a. Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari
Kabupaten/Kota tersebut
b. Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari
Kabupaten/Kota tersebut
Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi,
komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya
c. Ekspor Neto antar daerah
- Ekspor antar daerah
- Impor antar daerah
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
46
iv Penghitungan Ekspor-ImporTahunan
1. Sumber data
a. Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
dari BPS (dalam US$)
b. Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari
BPS (dalam US$)
c. Neraca Pembayaran Indonesia dari BI
d. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar
muat barang di pelabuhan;
e. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk
Kabupaten/Kota di jembatan timbang;
f. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk
Kabupaten/Kota dari hasil survei.
g. Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia
2. Metode Penghitungan
Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga
free on board (fob) dalam US$. Penghitungan ekspor barang
luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai
Pemberitahuan Ekspor Barang - PEB) dengan kurs transaksi beli
rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar negeri
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
47
dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai
Pemberitahuan Impor Barang - PIB) dengan kurs transaksi jual
rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor tersebut masih
ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct
purchase) dan transaski yang tidak terdokumentasi
(undocumented trasnsaction) baik oleh residen maupun non
residen. Sedangkan “ekspor neto antar wilayah” merupakan nilai
sisa (residu) antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB
pengeluaran.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
48
BAB III
TINJAUAN PEREKONOMIAN
KOTA BALIKPAPAN
BERDASARKAN PDRB
PENGELUARAN
TAHUN 2010 - 2014
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
49
Proses rebalancing ekonomi dunia mewarnai dinamika
perkembangan ekonomi negara maju dan emerging markets
(EM) pada tahun 2014. Divergensi respons kebijakan yang
ditempuh oleh negara maju dan EM berdampak pada pemulihan
ekonomi global yang tidak merata dan berlangsung lebih lambat
dari perkiraan semula.
Pemulihan ekonomi global yang masih terbatas tersebut
berdampak pada perkembangan harga komoditas global yang
masih terus menurun, meskipun dengan laju yang semakin
melambat. Selain dipengaruhi oleh permintaan yang rendah,
penurunan harga komoditas non-energi juga dipengaruhi oleh
beberapa kebijakan di Tiongkok, yang menyebabkan permintaan
atas komoditas batubara dan karet menurun. Selain itu, faktor
cuaca (el nino delay) juga berpengaruh terhadap melimpahnya
pasokan komoditas khususnya minyak kelapa sawit. Komoditas
migas juga menunjukkan penurunan harga yang signifikan,
terutama pada paruh kedua 2014. Setelah sempat meningkat
sampai dengan pertengahan tahun, pada semester II migas
mencatat penurunan harga yang cukup besar dipengaruhi oleh
pasokan minyak yang meningkat, terutama dalam bentuk shale
oildari AS. Faktor geopolitik dan permintaan yang menurun
sejalan dengan perbaikan ekonomi global yang belum kuat juga
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
50
mempengaruhi penurunan harga minyak. Secara keseluruhan,
perkembangan harga tersebut mendorong inflasi global yang
lebih rendah. Tingkat inflasi beberapa negara maju seperti AS,
Eropa dan Jepang masih berada di bawah target inflasinya,
bahkan Eropa berada dalam zona deflasi.
Dinamika ekonomi global yang tidak sesuai perkiraan
dan kebijakan stabilisasi turut memberikan imbas pada
perekonomian Indonesia tahun 2014 yang mengalami moderasi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 5,0%
dibandingkan dengan 5,6% pada tahun 2013 dan lebih rendah
dibandingkan perkiraan pada awal tahun sebesar 5,5-5,9%.
Selain bersumber dari perlambatan ekspor, moderasi ekonomi
juga disebabkan oleh stimulus fiskal dalam perekonomian yang
menurun sejalan dengan program penghematan belanja yang
ditempuh Pemerintah. Secara spasial, perlambatan ekonomi
terjadi di seluruh kawasan, dengan perlambatan terbesar terjadi
di Kawasan Timur Indonesia (KTI) terkait dengan menurunnya
kinerja lapangan usaha pertambangan. Pertumbuhan ekonomi
kawasan Jawa yang juga melambat disebabkan oleh
pertumbuhan investasi yang lebih rendah.
Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia dan provinsi
Kalimantan Timur melambat, pertumbuhan ekonomi Balikpapan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
51
pada tahun 2014 berada dalam tren meningkat, hal ini
dipengaruhi karena Balikpapan tidak mempunyai pertambangan
migas ataupun batu bara yang mengalami penurunan harga di
pasar global. Pertumbuhan ekonomi Balikpapan meningkat
menjadi 4,67% dibandingkan dengan 3,60% pada tahun 2013.
Ekonomi global yang melambat dan diiringi oleh harga
komoditas global yang menurun tidak terlalu berpengaruh
kepada perekonomian Balikpapan secara keseluruhan. Tetapi
jika dilihat satu per satu perlambatan ekonomi terjadi pada
beberapa komponen pengeluaran yaitu pengeluaran konsumsi
rumah tangga, pengeluaran konsumsi LNPRT, dan pengeluaran
konsumsi pemerintah. Hal ini disebabkan oleh stimulus fiskal
dalam perekonomian yang menurun sejalan dengan program
penghematan belanja yang ditempuh Pemerintah. Program
penghematan belanja Pemerintah ini pada gilirannya akan
menurunkan pendapatan rumahtangga, sehingga konsumsi
rumahtangga juga ikut mengalami perlambatan. Meskipun
investasi modal Pemerintah menurun, namun investasi masih
mengalami peningkatan terutama didorong peningkatan
Penanaman Modal Asing (PMA) dari senilai Rp.8,23 triliun
pada tahun 2013 menjadi senilai Rp.14,80 triliun pada tahun
2014.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
52
3.1 TINJAUAN AGREGAT PDRB BALIKPAPAN
MENURUT PENGELUARAN
Dinamika ekonomi global yang tidak sesuai perkiraan
tidak terlalu memberikan tekanan pada perekonomian
Balikpapan pada tahun 2014. Melambatnya pertumbuhan
ekonomi Indonesia dan Propinsi Kalimantan Timur tidak terlalu
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Balikpapan. Hal
ini disebabkan karena propinsi Kalimantan Timur sebagian
besar struktur ekonominya masih bertumpu pada ekspor
komoditas berbasis Sumber Daya Alam (SDA), ditambah
dengan ekonomi dan kebijakan negara tujuan ekspor yang
kurang kondusif sehingga kinerja ekspor melambat. Sedangkan
Balikpapan struktur ekonominya bertumpu pada ekspor hasil
industri terutama industri migas. Perbaikan ekonomi di
Balikpapan dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan
ekonomi pada komponen ekspor dan komponen PMTB,
walaupun komponen pengeluaran rumah tangga semuanya
mengalami perlambatan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
53
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
Tahun 2010-2014 (Miliar Rp)
Komponen Pengeluaran
2010 2011 2012 2013 2104
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
11.809,59 13.491,79 15.440,55 17.576,30 19. 491,42
2. Konsumsi LNPRT
187,05 205,83 227,94 256,80 287,22
3. Konsumsi Pemerintah
1.826,80 1.947,81 1.995,16 2.218,39 2.617,72
4. PMTB 19.102,80 20.953,48 24.477,98 25.698,03 28.650,99
5. Perubahan Inventori
279,94 380,72 475,42 559,02 759,67
6. Ekspor Neto 24.405,78 20.195,83 16.078,61 17.977,73 19.808,80
Total PDRB 57.611,96 57.175,46 58.695,65 64.286,27 71.615,82
Nilai PDRB Balikpapan (adh Berlaku) selama periode
tahun 2010 s.d 2014 menunjukkan peningkatan signifikan dari
tahun ke tahun kecuali pada tahun 2011. Peningkatan nilai
tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga
perubahan volume. Nilai nominal PDRB Balikpapan pada tahun
2014 mencapai 71,62 triliun rupiah yang bertambah 7,33 triliun
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
54
rupiah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini
terutama disebabkan terjadinya peningkatan pada masing-
masing komponen pembentuknya.
Selain dinilai atas dasar harga (adh) Berlaku, PDRB
menurut pengeluaran juga dinilai adhKonstan 2010. Melalui
pendekatan penghitungan adhkonstan, PDRB di masing-masing
tahun dapat memberikan gambaran tentang perubahan PDRB
tanpa ada pengaruh perubahan harga. PDRB komponen
pengeluaran adhKonstan menggambarkan perubahan atau
pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan
peningkatan volume konsumsi akhir. Selama kurun waktu
2010–2014, gambaran tentang perkembangan ekonomi
Balikpapan berdasarkan PDRB adhKonstan dapat dilihat pada
tabel 2. Sama halnya dengan PDRB adhBerlaku, seluruh
komponen pengeluaran akhir PDRB adhKonstan juga
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
55
Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
Tahun 2010-2014 (Miliar Rp)
Komponen Pengeluaran
2010 2011 2012 2013 2104
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
11.809,59 12.600,84 13.584,14 14.576,12 15.421,70
2. Konsumsi LNPRT
187,05 195,51 205,52 222,46 234,49
3. Konsumsi Pemerintah
1.826,80 1.922,62 1.812,49 1.896,75 1.916,16
4. PMTB 19.102,80 19.736,06 21.130,82 21.407,98 22.277,91
5. Perubahan Inventori
279,94 327,77 358,40 407,31 468,06
6. Ekspor Neto 24.405,78 25.477,41 26.523,79 27.396,89 28.665,90
Total PDRB 57.611,96 60.260,22 63.615,14 65.907,49 68.984,22
Pada tahun 2010, nominal PDRB adh Konstan berada
pada level Rp. 57,61 triliun meningkat menjadi Rp.68,98 triliun
pada tahun 2014 atau tumbuh 19,74% selama kurun waktu
tersebut. Cukup tingginya peningkatan ekonomi secara riil
dalam waktu empat tahun tersebut, terutama dipicu oleh
pertumbuhan komponen ekspor neto sebesar 17,46%.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
56
Sedangkan komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi
LNPRT dan Konsumsi Pemerintah dalam kurun waktu tersebut
tumbuh masing-masing 30,57%, 25,36% dan 4,89%. Sedangkan
komponen pembentukan modal tetap bruto tumbuh sebesar
16,65%.
Grafik 1 menunjukkan bahwa pada umumnya nilai
PDRB adhBerlaku selalu lebih besar dari nilai PDRB
adhKonstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada
pengaruh perubahan harga dalam perhitungan PDRB
adhBerlaku. Dalam PDRB adhKonstan pengaruh faktor harga
telah ditiadakan, namun di Balikpapan pada tahun 2011-2013
PDRB adhKonstan lebih besar daripada adhBerlaku dikarenakan
pada tahun tersebut harga industri migas mengalami penurunan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
57
57,6160,26
63,62 65,9168,98
57,61 57,18 58,7064,29
71,62
2010 2011 2012 2013 2014
ADHK ADHB
Grafik 1. Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014
Sebagai salah satu daerah utama industri migas peran
komponen ekspor sangat dominan dalam struktur PDRB
Pengeluaran Balikpapan, meskipun penggunaan barang dan jasa
asal impor juga relatif besar. Walaupun demikian neraca
perdagangan Balikpapan masih mengalami surplus, meskipun
cenderung menurun setiap tahunnya. Peran ekspor neto pada
perekonomian Balikpapan pada tahun 2010 sekitar 42,36% dari
total PDRB turun menjadi 27,66% pada tahun 2014.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
58
Balikpapan, dengan penduduk sekitar 561 ribu jiwa pada
tahun 2010 dan terus meningkat hingga menjadi 605 ribu jiwa
pada tahun 2014, menjadikan peran konsumsi rumahtangga
makin besar dalam pembentukan PDRB pada setiap tahunnya.
Pada tahun 2010 peran komponen konsumsi rumah tangga
sekitar 20,50 persen terhadap total PDRB, dan menjadi 27,22
persen pada tahun 2014. Tetapi perlu diperhatikan bahwa
pertumbuhan ekonomi daerah yang didorong oleh konsumsi
sulit dijaga keberlangsungan dan kestabilannya. Pertumbuhan
ekonomi daerah seperti itu tidak menunjukkan struktur
perekonomian daerah yang kuat. Selain itu, pertumbuhan
ekonomi yang mengandalkan konsumsi akan kurang
menciptakan nilai tambah dan memicu peningkatan inflasi.
Dalam upaya menciptakan pertumbuhan yang lebih berkualitas
dan berkelanjutan, perekonomian daerah perlu didukung oleh
kegiatan investasi di sektor produktif dan jasa.
Dampak pengganda yang diciptakan dari peningkatan
investasi adalah meningkatnya pemanfaatan sumberdaya secara
optimal dalam kegiatan produksi, berkembangnya kegiatan
perdagangan antar daerah, dan terciptanya nilai tambah yang
lebih besar. Investasi juga mendorong percepatan perkembangan
teknologi informasi, telekomunikasi, dan transportasi.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
59
Percepatan ini akan memberikan kesempatan yang lebih besar
bagi mobilitas sumberdaya (bahan mentah, barang modal, dan
tenaga kerja) secara lebih mudah dan murah.
Percepatan ini juga bermanfaat bagi peningkatan kualitas
hidup masyarakat di daerah. Investasi dapat menjadi pendorong
roda perekonomian daerah dan meningkatkan kesejahteraan
ketika semua pihak mendapat manfaat maksimal dari aktivitas
tersebut. Dalam situasi ini, pengusaha mendapat keuntungan
yang memadai untuk melakukan penambahan modal,
meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesejahteraan
pekerja, dan melakukan ekspansi usaha.
Tabel 3. Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
Tahun 2010—2014
(Persen)
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
20,50 23,60 26,31 27,34 27,22
2. Konsumsi LNPRT 0,32 0,36 0,39 0,40 0,40
3. Konsumsi Pemerintah 3,17 3,41 3,40 3,45 3,66
4. PMTB 33,16 36,65 41,70 39,97 40,01
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
60
5. Perubahan Inventori 0,49 0,67 0,81 0,87 1,06
6. Ekspor Neto 42,36 35,32 27,39 27,97 27,66
Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Bagi tenaga kerja, dorongan kegiatan ekonomi melalui
investasi dan perdagangan dapat mengurangi pengangguran dan
memperbaiki upah yang mereka terima. Kenaikan upah
diharapkan tidak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi tetapi juga meningkatkan kemampuan menabung
dan/atau berinvestasi. Bagi pemerintah, meningkatnya aktivitas
produksi dan perdagangan, upah dan daya beli berarti
meningkatnya penerimaan pajak, yang memungkinkan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Peran investasi (komponen pembentukan modal domestik bruto
- PMTB) masih cukup dominan di Balikpapan. Pada tahun 2010
peran PMTB 33,16% terhadap total PDRB, naik menjadi
36,65% pada tahun berikutnya, dan kembali meningkat
perannya hingga menjadi 40,01% pada tahun 2014.
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data
PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB atau lebih dikenal dengan
pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang
menggambarkan kinerja pembangunan di bidang ekonomi.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
61
Pertumbuhan ekonomi Balikpapan pada tahun 2014 berada
dalam tren naik, meskipun pada tahun sebelumnya mengalami
perlambatan yang dipengaruhi oleh kondisi global yang juga
melambat dan turunnya harga komoditi andalan ekspor
Balikpapan. Pada tahun 2011 ekspor Balikpapan mampu
tumbuh sebesar 2,49% meningkat menjadi 5,18% pada tahun
2012 dan melemah pertumbuhannya hingga tahun 2014 menjadi
4,58%.
Struktur ekspor Balikpapan sampai tahun 2014 masih
didominasi oleh komoditas primer seperti industri migas. Ekspor
komoditas primer tersebut memiliki nilai tambah yang tinggi,
sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan harga
komoditas global. Melambatnya perekonomian terjadi pada
tahun 2013, dimana harga minyak dunia turun secara drastis
sehingga menyebabkan ekspor komoditas tersebut terus
tertekan.
Melemahnya ekspor ini diikuti oleh turunnya investasi
yang terjadi pada tahun 2013, karena pada tahun 2013
pembentukan modal tetap bruto hanya mampu tumbuh sebesar
1,31%, lebih rendah dari pertumbuhan tahun sebelumnya.
Namun pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi di bidang
ekspor dan pembentukan modal tetap bruto mengalami
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
62
kenaikan, meskipun harga minyak dunia masih belum stabil. Hal
ini dikarenakan tingginya realisasi PMA pada tahun 2014
merupakan pemicu utama pertumbuhan ini, yakni senilai
Rp.14,80 triliun lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang
mencapai Rp. 8,23 triliun. Tetapi sebagian besar PMA tersebut
diinvestasikan pada sektor industri migas.
Pada sisi lain konsumsi rumah tangga mampu tumbuh
cukup besar yakni sebesar 5,80% pada tahun 2014, meskipun
kondisi ini melemah jika dibandingkan pertumbuhan pada tahun
sebelumnya sebesar 7,30%. Di tengah topangan kapasitas
produksi industri domestik Balikpapan yang belum memadai,
kondisi ini pada gilirannya mendorong impor Balikpapan.
Tercatat bahwa impor Balikpapan cukup besar setiap tahunnya
dengan pertumbuhan pada tahun 2014 mencapai sebesar 4,58%.
Berbagai kondisi tersebut kemudian berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi yang berada dalam tren meningkat
sehingga perekonomian Balikpapan tumbuh 4,67% pada tahun
2014, padahal pada tahun 2013 perekonomian Balikpapan hanya
mampu tumbuh sebesar 3,60%.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
63
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran,
Kota Balikpapan Tahun 2010—2014
(Persen)
Komponen Pengeluaran
2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
- 6,70 7,80 7,30 5,80
2. Konsumsi LNPRT - 4,52 5,12 8,24 5,41
3. Konsumsi Pemerintah
- 5,25 - 5,73 4,65 1,02
4. PMTB - 3,32 7,07 1,31 4,06
5. Perubahan Inventori - 17,09 9,35 13,65 14,92
6. Ekspor Neto - 4,39 4,11 3,29 4,63
Total PDRB - 4,60 5,57 3,60 4,67
Inflasi pada tahun 2014 tetap terkendali di tengah
tekanan yang tinggi dari administered prices (harga barang dan
jasa yang dikendalikan oleh pemerintah) dan volatile food
(komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan
makanan yang harganya sangat berfluktuasi). Inflasi Balikpapan
pada akhir 2014 tercatat sebesar 7,43% (yoy) lebih rendah dari
inflasi tahun sebelumnya sebesar 7,61%. Terkendalinya angka
inflasi tahun ini terutama disebabkan tren penurunan harga
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
64
komoditas global masih berlangsung, meskipun pengaruh
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan pada
akhir 2014 juga cukup besar. Kenaikan harga BBM bersubsidi
telah mendorong kenaikan harga-harga barang domestik, baik
oleh dampak langsung maupun dampak lanjutan. Selain BBM,
penyesuaian harga barang administered lainnya juga terjadi
sepanjang 2014, seperti tarif tenaga listrik (TTL) dan liquid
petroleum gas (LPG) 12 kg.
Penurunan angka inflasi tersebut memberi pengaruh
pada pertumbuhan indeks implisit komponen konsumsi
rumahtangga dan konsumsi LNPRT Balikpapan. Pada tahun
2013 komponen konsumsi rumahtangga dan konsumsi LNPRT
indeks implisitnya tumbuh masing-masing sebesar 6,09% dan
4,08%. Sedangkan pada tahun 2014 indeks implisitnya masing-
masing tumbuh sebesar 4,82% untuk konsumsi rumahtangga
dan sebesar 6,10% untuk konsumsi LNPRT.
Tren penurunan harga komoditas global masih berlanjut
sejalan dengan belum kuatnya perbaikan ekonomi global. Harga
batubara dan karet pada tahun 2014 mencatat penurunan
terbesar. Harga batubara yang menurun juga disebabkan oleh
komitmen otoritas Tiongkok yang memutuskan untuk
mengurangi konsumsi batubara terkait dengan polusi. Harga
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
65
karet juga melemah sejalan dengan harga minyak dunia yang
menurun, mengingat minyak berfungsi sebagai barang substitusi
utama dari komoditas karet. Sementara itu, harga minyak kelapa
sawit tumbuh terbatas pada tahun 2014. Hal tersebut
dipengaruhi oleh harga kedelai yang menurun sebagai barang
substitusi dari minyak kelapa sawit, serta pasokan kelapa sawit
yang meningkat setelah sebelumnya tertunda karena pengaruh
cuaca El Nino.
Selain itu, kebijakan Thailand, Malaysia dan Indonesia
yang mengurangi pajak ekspor kelapa sawit juga berdampak
pada pasokan minyak kelapa sawit yang meningkat. Harga
minyak dunia pada tahun 2014 turun 10,5% dibandingkan
dengan tahun 2013. Penurunan ini antara lain tercermin pada
pergerakan harga minyak Brent. Realisasi harga minyak minas
turun menjadi 99 dolar AS per barel dibandingkan dengan tahun
2013 sebesar 108,4 dolar AS per barel. Penurunan harga minyak
dunia semakin tajam setelah Organisasi Negara-Negara
Eksportir Minyak (Organization of the Petroleum Exporting
Countries - OPEC) pada bulan November 2014 memutuskan
untuk mempertahankan level produksinya dalam rangka
menjaga pangsa pasar sebagai produsen minyak dunia.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
66
Tabel 5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kota Balikpapan, Tahun 2010 - 2014
(Persen)
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
100,00 107,07 113,67 120,58 126,39
2. Konsumsi LNPRT 100,00 105,27 110,91 115,44 122,49
3. Konsumsi Pemerintah 100,00 101,31 110,08 116,96 136,61
4. PMTB 100,00 106,17 115,84 120,04 128,61
5. Perubahan Inventori 100,00 116,16 132,65 137,25 162,30
6. Ekspor Neto 100,00 79,27 60,62 65,62 69,10
Total PDRB 100,00 94,88 92,27 97,54 103,81
Indeks implisit komponen ekspor neto Balikpapan
mengalami penurunan sebesar 5,31% pada tahun 2014 dari
pertumbuhan sebelumnya sebesar 8,25% pada tahun 2013.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
67
3.2 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH
TANGGA
Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi keempat
dalam PDRB menurut pengeluaran. Data berikut menunjukan
hal tersebut, dimana sebagian besar komoditi barang untuk
memenuhi konsumsi akhir rumah tangga berasal dari impor.
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir
Rumah Tangga Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi Rumah Tangga
a. ADHB
(Miliar Rp) 11.809,59 13.491,80 15.440,55 17.576,30 19.491,42
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
11.809,59 12.600,84 13.584,14 14.576,12 15.421,70
Proporsi terhadap PDRB
( % ADHB)
20,50 23,60 26,31 27,34 27,22
Rata-rata konsumsi per-kapita/tahun (Ribu Rp)
a. ADHB 21.043,46 23.578,82 26.471,03 29.574,79 32.211,90
b. ADHK 2010 21.043,46 22.021,74 23.288,43 24.526,54 25.486,20
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
68
Pertumbuhan1 (Persen)
a. Total konsumsi RT
- 6,70 7,80 7,30 5,80
b. Perkapita - 4,65 5,75 5,32 3,91
Jumlah penduduk
(000 org)
561,20 572,20 583,30 594,30 605,10
Data tersebut menunjukkan bahwa dalam kurun waktu
2010 – 2014 konsumsi akhir rumah tangga mengalami
peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku)
maupun riil (adh Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah
penduduk. Kenaikan jumlah penduduk mendorong terjadinya
kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya
akan turut mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.
Porsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap
PDRB pada periode tahun 2010 s.d 2014 cukup berfluktuatif.
Titik tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 27,34 persen dan
titik terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu 20,50 persen.
1 Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
69
Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah
tangga untuk memperbaiki serta mengembalikan perilaku dan
kebiasaan konsumsinya setelah sekian lama mengalami masa-
masa krisis. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai
jenis barang dan jasa di pasar domestik (termasuk yang berasal
dari impor) turut menjadi pemicu meningkatnya belanja untuk
konsumsi, termasuk konsumsi rumah tangga.
Secara umum, rata-rata konsumsi per kapita terus
meningkat dari tahun ke tahun, baik menurut adh Berlaku
maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010, rata-rata setiap
penduduk di Balikpapan menghabiskan dana sekitar 21.043,46
ribu rupiah setahun untuk membiayai konsumsi baik dalam
bentuk makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan,
pendidikan, dsb). Pengeluaran ini terus meningkat menjadi
23.578,82 ribu rupiah (2011); 26.471,03 ribu rupiah (2012);
29.574,79 ribu rupiah (2013); dan menjadi 32.211,90 ribu rupiah
(2014).
Sementara itu, pada perkiraan adh Konstan 2010, rata-
rata konsumsi per-kapita juga menunjukan kecenderungan yang
searah dengan kenaikan jumlah penduduk, dan selalu diikuti
pula oleh kenaikan nilai konsumsinya. Kondisi ini menunjukan
bahwa rata-rata konsumsi setiap penduduk di Kota Balikpapan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
70
meningkat, baik secara kuantitas (volume) maupun secara nilai
(termasuk juga peningkatan kualitas). Peningkatan rata-rata
konsumsi per-kapita secara “riil” berkisar antara 3,91 s.d 5,75
persen. Peningkatan ini secara otomatis berpengaruh terhadap
perubahan struktur konsumsi rumah tangga.
Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh
Konstan sebesar 6,70 persen pada tahun 2011. Kemudian,
meningkat pertumbuhannya pada tahun 2012 menjadi 7,80%
dan kembali turun pada dua tahun berikutnya yaitu berturut-
turut sebesar 7,30 persen (2013), dan 5,80 persen (2014).
Sementara itu, konsumsi per-kapita meningkat dari 4,65 persen
ditahun 2011 menjadi sebesar 5,75 persen di tahun 2012.
Namun pada tahun berikutnya (2013 dan 2014) turun kembali
menjadi 5,32 persen dan 3,91 persen. Nampak bahwa
peningkatan konsumsi per-kapita secara “riil” lebih tinggi dari
peningkatan jumlah penduduk (tahun 2012-2014) yang
umumnya berada di bawah 2 persen. Hal ini mengindikasikan
terjadi perubahan tingkat kemakmuran masyarakat pada periode
tersebut, meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh melalui
perangkat data PDRB ini.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
71
Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kota Balikpapan, Tahun 2010—20142
(Persen)
Kelompok Konsumsi 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
a. Makanan, Minuman, dan Rokok
29,93 29,22 29,59 30,31 29,56
b. Pakaian dan Alas Kaki 2,86 2,70 2,62 2,51 2,41
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
19,22 18,32 17,34 16,71 16,46
d. Kesehatan & Pendidikan
7,05 7,92 8,34 8,42 8,93
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
22,58 22,28 22,13 21,69 22,24
f. Hotel & Restoran 13,26 13,61 14,04 14,58 14,89
g. Lainnya 5,09 5,96 5,95 5,77
5,51
TotalKonsumsi 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Secara rata-rata dari tahun 2010 s.d 2014, nampak pada
struktur konsumsi akhir rumah tangga Balikpapan, bahwa
konsumsi komoditi non makanan lebih tinggi dibandingkan
konsumsi makanan. Proporsi pengeluaran untuk makanan,
2Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB )
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
72
minuman, dan rokok cenderung masih berada pada kisaran yang
sama meskipun berfluktuasi. Proporsi untuk kelompok
konsumsi tersebut mencapai 29,93 persen (2010); 29,22 persen
(2011); 29,59 persen (2012); 30,31 persen (2013); dan 29,56
persen (2014).
Pola proporsi konsumsi di atas, menunjukkan tarik-
menarik antara kebutuhan rumah tangga atas makanan dan non
makanan yang masih cukup kuat. Sungguhpun demikian,
pengeluaran untuk kebutuhan non-makanan menjadi semakin
penting sebagai akibat dari perubahan dan pengaruh tatanan
ekonomi sosial dalam masyarakat. Pengeluaran tersebut di
antaranya meliputi biaya untuk pendidikan, pembelian alat dan
perlengkapan elektronik, pembelian alat transportasi, jasa
komunikasi, jasa transportasi, jasa kesehatan, perjalanan wisata,
hotel, sewa bangunan tempat tinggal, jasa hiburan dan
sebagainya.
Dilihat dari pertumbuhan “riil” nya, pengeluaran rumah
tangga untuk kelompok makanan maupun non makanan
menunjukkan fluktuasi, dengan pertumbuhan tertingginya
terjadi pada tahun 2012. Pertumbuhan “riil” ini menunjukan
adanya perubahan konsumsi rumah tangga dalam bentuk
kuantum (volume) maupun kualitas dari waktu ke waktu.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
73
Informasi ini menunjukan terjadinya peningkatan kemakmuran
masyarakat, meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh
kelompok masyarakat tertentu.
Tabel 8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014
(Persen)
Kelompok Konsumsi 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
a. Makanan, Minuman, dan Rokok
- 4,46 6,82 7,29 5,56
b. Pakaian dan Alas Kaki - 2,82 8,27 3,58 3,12
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
- 3,46 4,65 4,34 3,36
d. Kesehatan & Pendidikan - 6,84 10,34 8,82 8,31
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
- 7,95 8,97 6,85 7,35
f. Hotel & Restoran - 10,20 11,29 9,92 5,71
g. Lainnya - 19,44 6,70 12,02 6,54
TotalKonsumsi - 6,70 7,80 7,30 5,80
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
74
Tabel 9. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kota
Balikpapan, Tahun 2010—20143
(Persen)
Kelompok Konsumsi 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
a. Makanan, Minuman, dan Rokok
- 6,77 8,47 8,69 2,45
b. Pakaian dan Alas Kaki - 4,84 2,69 5,44 2,93
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
- 5,23 3,50 5,17 5,69
d. Kesehatan & Pendidikan - 19,99 9,23 5,70 8,52
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
- 4,42 4,33 4,42 5,91
f. Hotel & Restoran - 6,38 6,07 7,55 7,16
g. Lainnya - 11,99 7,07 - 1,51 - 0,56
TotalKonsumsi - 7,07 6,16 6,09 4,82
Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara implisit
disajikan dalam tabel 9, menunjukan peningkatan harga setiap
tahunnya untuk setiap kelompok konsumsi. Peningkatan harga
relatif tinggi terjadi pada tahun 2011 pada hampir seluruh
3Tingkat perubahan harga produk konsumsi
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
75
kelompok konsumsi, dan relatif stabil pada tahun-tahun
berikutnya. Rincian peningkatan harga pada kelompok
makanan, minuman, dan rokok sebesar 6,77 persen (2011); 8,47
persen (2012); 8,69 persen (2013) dan 2,45 persen (2014).
Sementara itu, konsumsi non makanan mengalami perubahan
harga lebih rendah daripada makanan dalam interval tahun
2010-2014, kecuali kelompok kesehatan dan pendidikan yang
mengalami perubahan harga cenderung lebih tinggi dari pada
kelompok makanan, minuman, dan rokok.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
76
3.3 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
Konsumsi akhir LNPRT peranannya dalam PDRB
menurut pengeluaran sangat minor dibandingkan dengan
komponen pengeluaran lainnya. Meskipun demikian, peranan
institusi ini dalam perekonomian wilayah masih dapat
ditingkatkan lagi mengingat fungsi lembaga non profit yang
cukup penting sebagai penyeimbang. Tabel 10 menunjukkan
proporsi LNPRT dalam perekonomian Balikpapan.
Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi LNPRT
a. ADHB
(Miliar Rp) 187,05 205,83 227,94 256,80 287,22
b.ADHK2010 (Miliar Rp)
187,05 195,51 205,52 222,46 234,49
Proporsi terhadap PDRB
( % ADHB)
0,32 0,36 0,39 0,40 0,40
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
77
Proporsi nilai konsumsi LNPRT terhadap PDRB relatif
masih kecil yaitu hanya sekitar 0,3 persen setiap tahunnya.
Namun secara nominal (menurut harga berlaku)
perkembangannya terus meningkat dari 187,05 miliar rupiah
pada tahun 2010 kemudian menjadi 287,22 miliar rupiah pada
tahun 2014. Sumber kenaikan ini cukup banyak, antara lain
karena makin menjamurnya keberadaan lembaga-lembaga sosial
kemasyarakatan yang memberikan perhatian dan bantuan sosial
bagi pemberdayaan masyarakat di Balikpapan, termasuk
perkembangan organisasi politik menjelang dilaksanakannya
PEMILU pada tahun 2014. Selama periode 2010 – 2014 tampak
pertumbuhan riil konsumsi LNPRT selalu berada di atas 4,5
persen.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
78
3.4 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR
PEMERINTAH
Konsumsi akhir pemerintah bersama dengan
pengeluaran akhir rumah tangga dan LNPRT merupakan jumlah
dari konsumsi akhir domestik dalam suatu perekonomian suatu
wilayah. Peranan konsumsi pemerintah dalam perekonomian
Kota Balikpapan serta bagaimana perkembangannya akan
dijelaskan dalam uraian dibawah ini.
Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah
Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi Pemerintah
a. ADHB (Miliar Rp)
1.826,80 1.947,81 1.995,16 2.218,39 2.617,72
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
1.826,80 1.922,62 1.812,49 1.896,75 1.916,16
Proporsi terhadap PDRB
3,17 3,41 3,40 3,45 3,66
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
79
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah
menunjukan peningkatan, baik berdasarkan adh Berlaku
maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010 total pengeluaran
konsumsi akhir pemerintah adh Berlaku sebesar 1.826,80 miliar
rupiah, kemudian meningkat terus hingga pada tahun 2014
nilainya mencapai 2.617,72 miliar rupiah. Demikian halnya
dengan konsumsi pemerintah adh Konstan 2010, yang juga
4 Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan /ADHK 2010)
( % - ADHB)
Konsumsi Pemerintah per-kapita (Ribu Rp)
a. ADHB 3.255,17 3.404,07 3.420,47 3.732,78 4.326,09
b. ADHK 2010 3.255,17 3.360,05 3.107,30 3.191,57 3.166,68
Pertumbuhan4
(Persen)
a. Total konsumsi pemerintah
- 5,25 - 5,73 4,65 1,02
b. Konsumsi perkapita
- 3,22 - 7,52 2,71 - 0,78
Jumlah penduduk
(000 org)
561,20 572,20 583,30 594,30 605,10
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
80
mengalami peningkatan pada masing-masing tahun, kecuali
pada tahun 2012. Hal ini mengindikasikan, bahwa hampir setiap
tahun secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah
dari sisi kuantitas.
Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi
pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB juga mengalami
peningkatan, dari hanya 3,17 persen ditahun 2010 hingga
menjadi 3,66 persen pada tahun 2014. Sepanjang periode
tersebut, proporsi terendah terjadi pada tahun 2010; sedangkan
proporsi tertinggi pada tahun 2014 yang mencapai 3,66 persen.
Peningkatan tersebut cenderung didominasi oleh pengeluaran
pemerintah untuk konsumsi individu.
Dalam prakteknya, pengeluaran pemerintah seringkali
dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang diberikan pada
masyarakat (publik). Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa
setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk
melayani penduduk, baik langsung maupun tidak langsung.
Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan
peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-
rata konsumsi pemerintah per-kapita. Pada tahun 2010 konsumsi
pemerintah per-kapita adh Berlaku sebesar 3.255,17 ribu rupiah,
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
81
dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya (lihat tabel
11).
Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita adh Konstan
(2010) juga menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya,
namun mengalami penurunan di tahun 2012, setelah itu
mengalami peningkatan sedikit demi sedikit sampai tahun 2014
mencapai 3.166,68 ribu rupiah. Peningkatan tersebut
menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran konsumsi
pemerintah secara kuantitas.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
82
3.5 PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL
TETAP BRUTO
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB)
pada sajian PDRB menurut pengeluaran, lebih menjelaskan
tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan
menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula
diartikan sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan
jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik (kapital)5.
Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect
input) di dalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha.
Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik maupun dari
impor.
Tabel 12. Perkembangan dan Struktur PMTB Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total PMTB
a. ADHB
b. (Miliar Rp) 19.102,80 20.953,48 24.477,98 25.698,03 28.650,99
c. ADHK 2010 (Miliar Rp)
19.102,80 19.736,06 21.130,82 21.407,98 22.277,91
Proporsi terhadap PDRB
(% - ADHB)
33,16 36,65 41,70 39,97 40,01
5 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
83
Pertumbuhan6 (%)
Total PMTB - 3,32 7,07 1,31 4,06
Selain peningkatan yang terjadi pada komponen
konsumsi akhir (rumah tangga maupun pemerintah), PMTB juga
masih menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun
riil. Data di atas menjelaskan bahwa secara keseluruhan, PMTB
dalam kurun waktu 2011–2014 mengalami pertumbuhan
meskipun melemah dari sebesar 3,32 persen (2011) menjadi
1,31 persen (2013) kemudian menguat lagi menjadi 4,06 persen
(2014).
6 Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
84
3.6 PERKEMBANGAN PERUBAHAN INVENTORI
Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori
adalah perubahan dalam bentuk “persediaan” berbagai barang
yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi,
konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud
disini bisa berarti penambahan (bertanda positif) dan atau
pengurangan (bertanda negatif).
Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori
merupakan salah satu komponen yang hasilnya bisa memiliki 2
(dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping komponen
ekspor neto antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda
positif berarti terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan
apabila bertanda negatif berarti terjadi pengurangan persediaan.
Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa
distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara
umum, komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan
pengukuran terhadap nilai persediaan barang pada awal dan akhir
tahun dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok).
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
85
Tabel 13. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Nilai Inventori
a. ADHB
(Miliar Rp) 279,94 380,72 475,42 559,02 759,67
b. ADHK 2010
(Miliar Rp) 279,94 327,77 358,40 407,31 468,06
Proporsi terhadap PDRB
(% - ADHB)
0,49 0,67 0,81 0,87 1,06
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat
dianalisis agak rinci, perubahan inventori baru dapat dianalisis dari
sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata cara
estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji
lebih. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini
adalah,bahwa proporsi dalam PDRB pada umumnya mempunyai
besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun
tandanya (positif atau negatif).
Sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 proporsi komponen
perubahan inventori terhadap PDRB pengeluaran Balikpapan
selalu positif. Pada tahun 2014 proporsi terhadap PDRB ADHB
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
86
sebesar 1,06 persen lebih tinggi sebanyak 0,19 persen dibanding
tahun sebelumnya. Namun demikian disadari bahwa tingkat
sensitifitas analisis ini masih rendah untuk mengarah pada suatu
kesimpulan tertentu, karena faktor keterbatasan ketersediaan dan
kontinuitas data yang dapat dihimpun serta sangat beragamnya
komoditas barang yang harus dipantau, jadi untuk masa mendatang
informasi ini masih perlu disempurnakan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
87
3.7 PERKEMBANGAN EKSPOR NETO
Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor LN
menggambarkan berbagai produk barang dan jasa yang tidak
dikonsumsi di wilayah ekonomi domestik, tetapi dikonsumsi oleh
pihak luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Termasuk pula dalam ekspor pembelian oleh badan-badan
internasional, kedutaan besar (termasuk konsulat), awak kapal
(udara maupun laut) yang singgah dan sebagainya.
Tabel 14. Perkembangan Ekspor Neto Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Nilai Ekspor Neto
a. ADHB (Miliar Rp)
24.405,78 20.195,83 16.078,61 17.977,73 19.808,80
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
24.405,78 25.477,41 26.523,79 27.396,89 28.665,90
Proporsi terhadap PDRB(% - ADHB)
42,36 35,32 27,39 27,97 27,66
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
88
Pertumbuhan7 (%)
Total ekspor neto
4,39 4,11 3,29 4,63
Menurut komposisinya, sebagian besar ekspor LN
Balikpapan berupa barang (diatas 99 persen), sisanya adalah ekspor
dalam bentuk jasa. Harga komoditas andalan ekspor Balikpapan di
pasar global cenderung menurun pada tahun 2014. Harga produk
hasil minyak yang mencapai puncaknya pada tahun 2012,
selanjutnya mengalami penurunan hingga pada tahun 2014 produk
harga hasil minyak menjadi sekitar US$ 632,17 per ton. Walaupun
dengan penurunan harga yang terjadi pada komoditi andalan
ekspor tersebut, pertumbuhan ekspor netonya tetap mengalami
kenaikan sebesar 4,63% pada tahun 2014. Hal ini terutama
disebabkan walaupun dengan penurunan harga, volume ekspor LN
produk hasil minyak mengalami penurunan sedikit saja di bawah 0
persen.
7 Diturunkan dari perhitungan PDRB (ADHK 2010)
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
89
3.8 PERKEMBANGAN EKSPOR NETO ANTAR
DAERAH
Ekspor neto antar daerah didefinisikan sebagai ekspor
antar daerah dikurangi impor antar daerah. Berbeda dengan
penghitungan ekspor-impor barang dan jasa luar negeri, pada
penghitungan ekspor-impor antar daerah tidak tersedia sumber
data yang sesuai dengan konsep dan definisi yang ditentukan.
Sumber data yang tersedia selama ini hanya menunjukkan
adanya transaksi namun tidak diketahui berapa nilai uang yang
terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan
kondisi seperti ini menyebabkan penghitungan ekspor-impor
antar Kabupaten/Kota menjadikan komponen ini (dalam series
PDRB adh Konstan 2010) diperlakukan sebagai item
penyeimbang (residual), yakni perbedaan antara total PDRB
menurut pengeluaran dengan total PDRB menurut lapangan
usaha. Ketersediaan data yang ada lebih sesuai untuk
dimanfaatkan sebagai informasi pendukung.
Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur
pokok yaitu: ekspor antar daerah dan impor antar daerah. Sama
halnya dengan perubahan inventori, ekspor neto antar daerah
juga bisa bertanda positif maupun negatif. Jika komponen ini
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
90
bertanda “positif” berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar
dari pada impor antar daerah, demikian pula sebaliknya.
Pada saat ini untuk memisahkan ekspor neto antar daerah
menjadi nilai ekspor antar daerah dan nilai impor antar daerah
dilakukan dengan metode tidak langsung,yaitu dengan metode
cross hauling. Metode ini dilakukan dengan memanfaatkan sifat
keseimbangan permintaan (demand) dan penyediaan (supply)
setiap komoditas di suatu perekonomian. Penghitungan ekspor
impor dengan metode cross-hauling diawali dengan metode
commodity balance. Metode commodity balance adalah metode
penghitungan ekspor-impor dengan memanfaatkan Tabel Input-
Output “bayangan”. Dalam metode ini, transksi ekspor-impor
dipandang sebagai item penyeimbang (balancing item) dalam
keseimbangan demand dan supply suatu perekonomian.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
91
BAB IV
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT
PENGELUARAN KOTA BALIKPAPAN
TAHUN 2010 - 2014
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
92
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim
digunakan dalam analisis sosial ekonomi dapat diturunkan dari
seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disajikan beberapa
rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, di tengah
keterbatasan informasi yang tersedia.
4.1 PDRB (NOMINAL)
Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa
yang dihasilkan di dalam suatu wilayah ekonomi domestik, di
mana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB
dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena
menjelaskan kemampuan wilayah dalam menghasilkan produk
domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu
pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan.
Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan
beberapa ukuran yang berkaitan dengan PDRB maupun variabel
pendukung lain (seperti rumah tangga, dan tenaga kerja).
Sebagai contoh, untuk melihat perkembangan tingkat
pemerataan, misalnya, maka disajikan data PDRB per-kapita.
Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap
penduduk Indonesia rata-rata mampu menciptakan PDRB atau
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
93
(nilai tambah) sebesar nilai perkapita di masing-masing tahun
tersebut.
Tabel 15. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita
Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Nilai PDRB (Miliar Rp)
- ADHB 57.611,96 57.175,46 58.695,65 64.286,27 71.615,82
- ADHK 2010 57.611,96 60.260,22 63.615,14 65.907,49 68.984,22
PDRB perkapita (Ribu Rp)
- ADHB 102.658,52 99.922,16 100.626,86 108.171,41 118.353,69
- ADHK 2010 102.658,52 105.313,21 109.060,76 110.899,36 114.004,66
Pertumbuhan PDRB perkapita ADHK 2010 (%)
- 2,59 3,56 1,69 2,80
Jumlah penduduk (000 org)
561,20 572,20 583,30 594,30 605,10
Pertumbuhan Penduduk (%)
- 1,96 1,94 1,89 1,82
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
94
PDRB per-kapita Kota Balikpapan menunjukkan
penurunan dari tahun 2010 ke tahun 2011, dan mengalami
kenaikan kembali sampai tahun 2014. Sementara itu
pertumbuhan PDRB per-kapita secara “riil” cenderung selalu
melemah. Pada tahun 2011 pertumbuhan PDRB per-kapita
sebesar 2,59 persen, menguat menjadi 3,56 persen pada tahun
2012, melemah lagi menjadi 1,69 persen pada tahun 2013, dan
mengalami peningkatan pertumbuhan lagi sebesar 2,80 persen
pada tahun 2014. Pada tahun 2011,2012 dan 2014, pertumbuhan
PDRB per-kapita ini masih diatas pertumbuhan penduduk yang
ada, tapi pada tahun 2013 pertumbuhannya berada dibawah
pertumbuhan penduduk Balikpapan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
95
4.2 PERBANDINGAN PENGELUARAN PDRB UNTUK
KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA
TERHADAP EKSPOR
Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk
yang dikonsumsi rumahtangga di wilayah domestik dengan
produk yang diekspor. Selama ini konsumsi rumah tangga
mempunyai kontribusi yang kurang dominan dalam penggunaan
PDRB Balikpapan (sekitar 20 - 28 persen setiap tahunnya), yang
artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di wilayah
Balikpapan, hanya sebagian kecilnya yang digunakan untuk
konsumsi akhir rumah tangga. Meskipun di dalamnya sudah
termasuk sebagian produk yang berasal dari impor.
Tabel 16. Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2010—2014
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp)
11.809,59 13.491,79 15.440,55 17.576,30 19.491,42
Total Ekspor Neto(ADHB) (Miliar Rp)
24.405,78 20.195,83 16.078,61 17.977,73 19.808,80
Perbandingan Konsumsi RT terhadap Ekspor
0,48 0,67 0,96 0,98 0,98
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
96
Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010,
produk yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar
0,48 kali dari yang dieskpor. Hal ini berarti bahwa sebagian
besar penyediaan (supply) domestik diserap untuk memenuhi
kebutuhan ekspor. Peningkatan rasio yang terjadi pada tahun
2011 - 2014 lebih disebabkan karena pertumbuhan ekspor lebih
lambat dari pertumbuhan konsumsi rumahtangga.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
97
4.3 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH
TANGGA TERHADAP PMTB
Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang
digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga dengan yang
digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal tetap).
Sekilas nampak bahwa hanya sebagian kecil penggunaan produk
yang tersedia di wilayah domestik Balikpapan digunakan untuk
konsumsi akhir rumah tangga.
Tabel 17. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2010—2014
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp)
11.809,59 13.491,79 15.440,55 17.576,30 19.491,42
Total PMTB (ADHB)
(Miliar Rp) 19.102,80 20.953,48 24.477,98 25.698,03 28.650,99
Perbandingan Konsumsi RT thdp PMTB
0,62 0,64 0,63 0,68 0,68
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk
Balikpapan, rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB
cenderung meningkat, dari sebesar 0,62 pada tahun 2010 dan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
98
0,64 pada tahun 2011 menjadi 0,63 pada tahun 2012. Pada
tahun-tahun berikutnya rasionya terus mengalami peningkatan
menjadi 0,68 (2013), dan 0,68(2014). Hal ini terjadi karena
pertumbuhan investasi lebih lambat dari pada pertumbuhan
konsumsi akhir rumah tangga.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
99
4.4 PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP
PDRB
Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah
penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik berasal
dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang
aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah
tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem
ekonomi, tetapi sama-sama membelanjakan sebagian
pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.
Tabel 18. Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Kota Balikpapan, Tahun 2010—2014
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Konsumsi Akhir (ADHB)(Miliar Rp)
a. Rumah tangga 11.809,59 13.491,79 15.440,55 17.576,30 19.491,42
b. LNPRT 187,05 205,83 227,94 256,80 287,22
c. Pemerintah 1.826,80 1.947,81 1.995,16 2.218,39 2.617,72
J u m l a h 13.823,44 15.645,43 17.663,65 20.051,49 22.396,36
PDRB (ADHB) (Miliar Rp)
57.611,96 57.175,46 58.695,65 64.286,27 71.615,82
Proporsi terhadap PDRB(% - ADHB)
23,99 27,36 30,09 31,19 31,27
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
100
Hanya sebagian kecil barang dan jasa yang berada di
wilayah domestik Balikpapan digunakan untuk memenuhi
permintaan konsumsi akhir (kurang dari 32 persen). Seiring
konsumsi akhir yang makin meningkat setiap tahunnya,
proporsinya terhadap PDRB juga semakin meningkat. Namun
produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir (PMTB
atau eskpor) memiliki peran yang sangat besar di Balikpapan.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
101
4.5 PERBANDINGAN EKSPOR TERHADAP PMTB
Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi di
wilayah domestik, tetapi diperdagangkan ke luar wilayah/negeri.
Untuk menghasilkan produk yang diekspor kemungkinan besar
menggunakan kapital (PMTB). Sementara di sisi lain sebagian
barang yang diekspor bisa pula berupa barang kapital. Rasio
ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk menunjukkan
perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai produk
yang menjadi kapital (PMTB).
Tabel 19. Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2010—2014
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Ekspor neto (ADHB)
(Miliar Rp)
24.405,78 20.195,83 16.078,61 17.977,73 19.808,80
Total PMTB (ADHB)
(Miliar Rp)
19.102,80 20.953,48 24.477,98 25.698,03 28.650,99
Rasio Ekspor terhadap PMTB
1,28 0,96 0,66 0,70 0,69
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
102
Pada tahun 2010-2014 ekspor Balikpapan mempunyai
nilai yang lebih tinggi dari PMTB, dengan rasio yang meningkat
pada 2010 dan berangsur-angsur menurun pada tahun-tahun
berikutnya. Rasio ekspor terhadap PMTB menurun dari 1,28
(2010) menjadi 0,96 (2011), 0,66 (2012) . Namun kemudian
meningkat kembali pada tahun berikutnya yaitu menjadi 0,70
(2013) dan 0,69 (2014). Untuk menghasilkan seluruh produk
domestik (termasuk ekspor) disyaratkan tersedianya sejumlah
kapital (yang di dalamnya termasuk pula kapital impor).
Penurunan rasio tersebut di antaranya disebabkan oleh kenaikan
PMTB yang relatif lebih pesat dibandingkan dengan kenaikan
ekspor.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
103
4.6 NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE)
Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang
dan jasa dengan pihak luar negeri/wilayah (non-residen) dapat
dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih
antara nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor
Neto”, apabila nilai ekspor lebih besar dari nilai impor, maka
terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi adalah defisit.
Dilihat dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat
keseimbangan dalam posisi surplus, maka terjadi aliran devisa
masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi aliran
devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan
ekonomi suatu wilayah di antaranya ditentukan oleh proses
tersebut.
Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat juga
dilihat perbandingan (rasio) antara nilai ekspor terhadap impor,
meskipun hanya berlaku secara total. Namun rasio tersebut tidak
dapat merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas,
harga maupun kuantum. Apabila rasio lebih besar dari 1 (satu)
maka nilai ekspor lebih tinggi daripada nilai impor, sebaliknya
apabila rasio kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi
dari pada nilai ekspor. Besar kecilnya ekspor atau impor suatu
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
104
wilayah sangat tergantung kepada kondisi ekonomi serta
kebutuhan masyarakatnya.
Selama periode 2010 - 2014, posisi perdagangan barang
dan jasa Kota Balikpapan dengan luar negeri dan antar
Kabupaten/Kota, selalu menunjukkan nilai positif. Hal ini
menunjukkan neraca perdagangan barang dan jasa Kota
Balikpapan selalu dalam posisi surplus. Nilai ekspor yang lebih
besar dari impor menyebabkan adanya aliran devisa masuk,
yang dalam konteks lain disebut sebagai “tabungan luar
negeri”. Tetapi, surplus perdagangan yang terjadi antara tahun
2010 sampai dengan 2014 cenderung mengalami penurunan,
tercatat masing-masing sebesar 24,41 triliun rupiah (2010),
20,19 triliun rupiah (2011), 16,08 triliun rupiah (2012,) 17,98
triliun rupiah (2013) dan 19,81 triliun rupiah (2014). Sehingga
rasio ekspor terhadap impor juga turun dalam interval 2010-
2014. Pada tahun 2010 rasionya sebesar 1,29 menjadi sekitar
1,24 pada tahun 2014.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
105
Tabel 20. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Kota BalikpapanTahun 2010—2014
U r a i a n 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Ekspor neto (X – M) (Miliar Rp)
24.405,77 20.195,82 16.078,60 17.977,73 19.808,79
Rasio ekspor terhadap Impor
1,29 1,29 1,23 1,24 1,24
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
106
4.7. INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO
(ICOR)
”ICOR” merupakan parameter ekonomi makro yang
menggambarkan rasio investasi kapital/modal terhadap hasil
yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi tersebut.
ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital
terhadap penambahan sejumlah output (keluaran).
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat
oleh manusia dari sumber daya alam, untuk digunakan secara
terus-menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan
output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi
(produksi) yang dalam hal ini digambarkan melalui parameter
”Nilai Tambah”.
Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu
menjelaskan perbandingan antara penambahan kapital terhadap
output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu
unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan
kapital sebanyak ”K” unit.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
107
Efisiensi investasi dapat dilihat dari berapa besar
koefisien ICOR yang diperoleh8. World economic study
menjelaskan bahwa 70% Negara berkembang memiliki rasio
modal output antara 3 dan 4 (Jhingan, 617:2007). Rosenstein-
Rodan dan Lewis (Arsyad, 232:2005) memperkirakan bahwa
rasio efisiensi investasi terletak antara 3 sampai 4. Artinya
bahwa investasi dikatakan efisien apabila nilai ICOR yang
diperoleh berada antara 3 dan 4. Apabila nilai ICOR semakin
kurang dari 3 maka dapat dikatakan investasi tersebut sangat
efisien dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
apabila nilai ICOR melebihi 4 maka dapat dikatakan investasi
tersebut semakin tidak efisien dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
ICOR rata-rata kota Balikpapan selama 5 tahun terakhir
(2010-2014) sebesar 7,57. Hal ini menunjukkan bahwa untuk
menambah nilai PDRB sebesar satu triliun rupiah dari nilai yang
sudah dicapai, diperlukan tambahan investasi total 7,57 triliun
rupiah dari total investasi tahun sebelumnya.
ICOR Kota Balikpapan berdasarkan PDRB Atas Dasar
Harga Konstan selama kurun waktu tahun 2010-2014 dapat
dilihat pada tabel 21.
8Muhasyah, 2012: “Analisis Efisiensi Investasi Provinsi Kalimantan Timur”
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
108
Tabel 21.Incremental Capital Output Ratio (ICOR), Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PDRB (ADHK 2010) (miliar Rp)
57.611,96 60.260,22 63.615,14 65.907,49 68.984,22
PMTB (ADHK 2010) (miliar Rp)
19.102,80 19.736,06 21.130,82 21.407,98 22.277,91
ICOR
Rata-rata (Periode)
- - - - 7,57
Dari Tabel 21 tampak bahwa investasi di Kota
Balikpapan terbilang belum efisien karena nilai ICOR dari tahun
2010-2014 berada diatas 4. Kemungkinan kurang berjalannya
penyelesaian beberapa proyek pemerintah ikut mendorong nilai
ICOR yang tinggi. Nilai ICOR Kota Balikpapan selama kurun
waktu lima tahun (2010-2014) sebesar 7,57, hal ini dinyatakan
oleh tingginya minat berinvestasi ataupun Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) terhadap total PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku maupun Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
109
BAB V
PENUTUP
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
110
1. Nilai nominal PDRB Balikpapan pada tahun 2014
mencapai 71,62 triliun rupiah yang bertambah 7,33
triliun rupiah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Peningkatan ini terutama disebabkan terjadinya
peningkatan pada masing-masing komponen
pembentuknya selain komponen ekspor neto yang
mengalami penurunan.
2. Pertumbuhan ekonomi Balikpapan pada tahun 2014
berada dalam tren meningkat yakni 4,67% dibandingkan
dengan 3,60% pada tahun 2013. Hal ini terutama
dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan pada ekspor
neto sebesar 4,63% dan peningkatan pertumbuhan
PMTB sebesar 4,06%.
3. Pertumbuhan PDRB per-kapita secara “riil” cenderung
selalu melemah. Pada tahun 2011 pertumbuhan PDRB
per-kapita sebesar 2,59 persen, meningkat menjadi 3,56
persen pada tahun 2012, kemudian melemah menjadi
1,69 persen pada tahun 2013, dan mengalami
peningkatan pertumbuhan kembali sebesar 2,80 persen
pada tahun 2014.
4. Rasio konsumsi rumahtangga terhadap ekspor neto dan
PMTB masih kecil yakni masing-masing sebesar 0,48
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
111
dan 0,62 pada tahun 2010. Rasio ini cenderung
membesar setiap tahunnya dan pada tahun 2014 rasionya
telah mencapai 0,98 terhadap ekspor neto dan sebesar
0,68 terhadap PMTB. Peningkatan ini terutama
disebabkan karena pertumbuhan konsumsi rumahtangga
lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekspor dan
investasi di setiap tahunnya.
5. Surplus perdagangan Kota Balikpapan yang terjadi
antara tahun 2010 sampai dengan 2014 cenderung
mengalami penurunan, tercatat masing-masing sebesar
24,41 triliun rupiah (2010), 20,19 triliun rupiah (2011),
16,08 triliun rupiah (2012,) 17,98 triliun rupiah (2013)
dan 19,81 triliun rupiah (2014). Sehingga rasio ekspor
terhadap impor juga turun dalam interval 2010-2014.
Pada tahun 2010 rasionya sebesar 1,29 menjadi sekitar
1,24 pada tahun 2014.
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
112
LAMPIRAN
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
113
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**
(1) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 11.809.592 13.491.795 15.440.547 17.576.304 19.491.424
1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 3.534.806 3.942.441 4.568.114 5.327.297 5.761.699
1.b. Pakaian 337.447 363.756 404.452 441.686 468.795
1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 2.269.915 2.471.226 2.676.769 2.937.236 3.208.523
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 833.025 1.067.978 1.287.209 1.480.659 1.740.283
1.e. Transportasi dan komunikasi 2.666.884 3.006.003 3.417.596 3.813.063 4.335.251
1.f. Restoran dan Hotel 1.566.420 1.836.370 2.167.788 2.562.835 2.903.018
1.g. Lainnya 601.095 804.020 918.618 1.013.528 1.073.855
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 187.053 205.825 227.941 256.799 287.218
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1.826.802 1.947.813 1.995.158 2.218.386 2.617.716
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 19.102.803 20.953.478 24.477.978 25.698.031 28.650.995
5. Perubahan Inventori 279.935 380.722 475.417 559.016 759.674
6. Ekspor Netto 24.405.775 20.195.825 16.078.605 17.977.730 19.808.797
P D R B 57.611.961 57.175.458 58.695.646 64.286.265 71.615.824
* Angka Sementara**Angka Sangat Sementara
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
114
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**
(1) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 11.809.592 12.600.844 13.584.138 14.576.121 15.421.699
1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 3.534.806 3.692.376 3.944.239 4.231.871 4.467.311
1.b. Pakaian 337.447 346.971 375.674 389.106 401.241
1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 2.269.915 2.348.372 2.457.660 2.564.257 2.650.372
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 833.025 890.030 982.074 1.068.714 1.157.495
1.e. Transportasi dan komunikasi 2.666.884 2.878.894 3.137.264 3.352.233 3.598.626
1.f. Restoran dan Hotel 1.566.420 1.726.259 1.921.149 2.111.751 2.232.308
1.g. Lainnya 601.095 717.943 766.078 858.188 914.347
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 187.053 195.512 205.515 222.455 234.491
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1.826.802 1.922.622 1.812.485 1.896.745 1.916.163
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 19.102.803 19.736.063 21.130.820 21.407.976 22.277.905
5. Perubahan Inventori 279.935 327.771 358.401 407.306 468.061
6. Ekspor Netto 24.405.775 25.477.410 26.523.785 27.396.888 28.665.899
P D R B 57.611.961 60.260.221 63.615.144 65.907.491 68.984.218
* Angka Sementara**Angka Sangat Sementara
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
115
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**
(1) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 20,50 23,60 26,31 27,34 27,22
1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 6,14 6,90 7,78 8,29 8,05
1.b. Pakaian 0,59 0,64 0,69 0,69 0,65
1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 3,94 4,32 4,56 4,57 4,48
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1,45 1,87 2,19 2,30 2,43
1.e. Transportasi dan komunikasi 4,63 5,26 5,82 5,93 6,05
1.f. Restoran dan Hotel 2,72 3,21 3,69 3,99 4,05
1.g. Lainnya 1,04 1,41 1,57 1,58 1,50
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,32 0,36 0,39 0,40 0,40
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3,17 3,41 3,40 3,45 3,66
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 33,16 36,65 41,70 39,97 40,01
5. Perubahan Inventori 0,49 0,67 0,81 0,87 1,06
6. Ekspor Netto 42,36 35,32 27,39 27,97 27,66
P D R B 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Sementara**Angka Sangat Sementara
Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
Tabel 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
116
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**
(1) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 20,50 20,91 21,35 22,12 22,36
1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 6,14 6,13 6,20 6,42 6,48
1.b. Pakaian 0,59 0,58 0,59 0,59 0,58
1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 3,94 3,90 3,86 3,89 3,84
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1,45 1,48 1,54 1,62 1,68
1.e. Transportasi dan komunikasi 4,63 4,78 4,93 5,09 5,22
1.f. Restoran dan Hotel 2,72 2,86 3,02 3,20 3,24
1.g. Lainnya 1,04 1,19 1,20 1,30 1,33
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,32 0,32 0,32 0,34 0,34
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3,17 3,19 2,85 2,88 2,78
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 33,16 32,75 33,22 32,48 32,29
5. Perubahan Inventori 0,49 0,54 0,56 0,62 0,68
6. Ekspor Netto 42,36 42,28 41,69 41,57 41,55
P D R B 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Sementara**Angka Sangat Sementara
Tabel 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
117
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**
(1) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) - 14,24 14,44 13,83 10,90
1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran - 11,53 15,87 16,62 8,15
1.b. Pakaian - 7,80 11,19 9,21 6,14
1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga - 8,87 8,32 9,73 9,24
1.d. Kesehatan dan Pendidikan - 28,20 20,53 15,03 17,53
1.e. Transportasi dan komunikasi - 12,72 13,69 11,57 13,69
1.f. Restoran dan Hotel - 17,23 18,05 18,22 13,27
1.g. Lainnya - 33,76 14,25 10,33 5,95
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT - 10,04 10,74 12,66 11,85
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah - 6,62 2,43 11,19 18,00
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto - 9,69 16,82 4,98 11,49
5. Perubahan Inventori - 36,00 24,87 17,58 35,89
6. Ekspor Netto - -17,25 -20,39 11,81 10,19
P D R B - -0,76 2,66 9,52 11,40
* Angka Sementara**Angka Sangat Sementara
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
118
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**
(1) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) - 6,70 7,80 7,30 5,80
1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran - 4,46 6,82 7,29 5,56
1.b. Pakaian - 2,82 8,27 3,58 3,12
1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga - 3,46 4,65 4,34 3,36
1.d. Kesehatan dan Pendidikan - 6,84 10,34 8,82 8,31
1.e. Transportasi dan komunikasi - 7,95 8,97 6,85 7,35
1.f. Restoran dan Hotel - 10,20 11,29 9,92 5,71
1.g. Lainnya - 19,44 6,70 12,02 6,54
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT - 4,52 5,12 8,24 5,41
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah - 5,25 -5,73 4,65 1,02
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto - 3,32 7,07 1,31 4,06
5. Perubahan Inventori - 17,09 9,35 13,65 14,92
6. Ekspor Netto - 4,39 4,11 3,29 4,63
P D R B - 4,60 5,57 3,60 4,67
* Angka Sementara**Angka Sangat Sementara
Tabel 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
119
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**
(1) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 100,00 114,24 130,75 148,83 165,05
1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 100,00 111,53 129,23 150,71 163,00
1.b. Pakaian 100,00 107,80 119,86 130,89 138,92
1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 100,00 108,87 117,92 129,40 141,35
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 100,00 128,20 154,52 177,74 208,91
1.e. Transportasi dan komunikasi 100,00 112,72 128,15 142,98 162,56
1.f. Restoran dan Hotel 100,00 117,23 138,39 163,61 185,33
1.g. Lainnya 100,00 133,76 152,82 168,61 178,65
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 100,00 110,04 121,86 137,29 153,55
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 100,00 106,62 109,22 121,44 143,30
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 100,00 109,69 128,14 134,52 149,98
5. Perubahan Inventori 100,00 136,00 169,83 199,69 271,38
6. Ekspor Netto 100,00 82,75 65,88 73,66 81,16
P D R B 100,00 99,24 101,88 111,58 124,31
* Angka Sementara**Angka Sangat Sementara
Tabel 7. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
120
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**
(1) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 100,00 106,70 115,03 123,43 130,59
1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 100,00 104,46 111,58 119,72 126,38
1.b. Pakaian 100,00 102,82 111,33 115,31 118,90
1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 100,00 103,46 108,27 112,97 116,76
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 100,00 106,84 117,89 128,29 138,95
1.e. Transportasi dan komunikasi 100,00 107,95 117,64 125,70 134,94
1.f. Restoran dan Hotel 100,00 110,20 122,65 134,81 142,51
1.g. Lainnya 100,00 119,44 127,45 142,77 152,11
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 100,00 104,52 109,87 118,93 125,36
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 100,00 105,25 99,22 103,83 104,89
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 100,00 103,32 110,62 112,07 116,62
5. Perubahan Inventori 100,00 117,09 128,03 145,50 167,20
6. Ekspor Netto 100,00 104,39 108,68 112,26 117,46
P D R B 100,00 104,60 110,42 114,40 119,74
* Angka Sementara**Angka Sangat Sementara
Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
Tabel 8. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan, Tahun 2010-2014
121
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**
(1) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 100,00 107,07 113,67 120,58 126,39
1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran 100,00 106,77 115,82 125,89 128,97
1.b. Pakaian 100,00 104,84 107,66 113,51 116,84
1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga 100,00 105,23 108,92 114,55 121,06
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 100,00 119,99 131,07 138,55 150,35
1.e. Transportasi dan komunikasi 100,00 104,42 108,94 113,75 120,47
1.f. Restoran dan Hotel 100,00 106,38 112,84 121,36 130,05
1.g. Lainnya 100,00 111,99 119,91 118,10 117,44
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 100,00 105,27 110,91 115,44 122,49
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 100,00 101,31 110,08 116,96 136,61
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 100,00 106,17 115,84 120,04 128,61
5. Perubahan Inventori 100,00 116,16 132,65 137,25 162,30
6. Ekspor Netto 100,00 79,27 60,62 65,62 69,10
P D R B 100,00 94,88 92,27 97,54 103,81
* Angka Sementara**Angka Sangat Sementara
Tabel 9. Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100)
Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan
PDRB Menurut Pengeluaran (Tahun Dasar 2010) Kota Balikpapan Tahun 2010-2014
122
Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**
(1) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) - 7,07 6,16 6,09 4,82
1.a. Makanan dan Minuman, selain restoran - 6,77 8,47 8,69 2,45
1.b. Pakaian - 4,84 2,69 5,44 2,93
1.c. Perumahan dan Perlengkapan Rumahtangga - 5,23 3,50 5,17 5,69
1.d. Kesehatan dan Pendidikan - 19,99 9,23 5,70 8,52
1.e. Transportasi dan komunikasi - 4,42 4,33 4,42 5,91
1.f. Restoran dan Hotel - 6,38 6,07 7,55 7,16
1.g. Lainnya - 11,99 7,07 -1,51 -0,56
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT - 5,27 5,35 4,08 6,10
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah - 1,31 8,65 6,25 16,81
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto - 6,17 9,11 3,63 7,14
5. Perubahan Inventori - 16,16 14,20 3,47 18,26
6. Ekspor Netto - -20,73 -23,53 8,25 5,31
P D R B - -5,12 -2,76 5,72 6,43
* Angka Sementara**Angka Sangat Sementara
Tabel 10. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100)
Menurut Pengeluaran, Kota Balikpapan