PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA ...
Transcript of PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA ...
PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan)
Machbub Ainurrofiq
STIT Miftahul ulum Al Islami Bangkalan
Email: [email protected]
ABSTRAK Kurikulum sifatnya dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan zaman dan tantangan zaman. Dari perkembangan kurikulum yang
terjadi kemungkinan tidak terlepas dari problem atau masalah-masalah dalam
implementasinya antara KTSP dan Kurikulum 2013, maka dalam hal ini perlu
diadakan pengkajian.Fokus penelitian dalam penulisan tesis ini adalah: (1) Bagaimana
pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan?, (2) Apa saja problematika dan solusi
penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Al-
Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan?. Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus, lokasi penelitian ini di Al-Khatibiyah
Patereman Modung Bangkalan. Dalam proses pengumpulan data peneliti
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Al-Khatibiyah Patereman
Modung Bangkalan: pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintific sudah
bisa dikatakan cukup maksimal karena siswa dan guru bisa bekerjasama dengan baik.
Problematika Kurikulum 2013 di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan,
penilaian hasil belajar yang masih belum jelas karena formatnya berubah-ubah, serta
kurangnya buku panduan pelajaran dari pemerintah pusat.
Kata kunci: Problematika Kurikulum 2013, Pendidikan Agama Islam
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan salah satu alat yang penting dalam mencapai
keberhasilan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum yang baik dan tepat maka akan sulit
untuk mencapai tujuan atau sasaran pendidikan yang dicita-citakan. Kurikulum juga
merupakan sarana bagi pencapaian tujuan pendidikan yang berorientasi bukan hanya
pada materi pengetahuan semata tapi harus menjadi penguasaan kecakapan, baik
kecakapan dasar manual (psychomotoric), penguasaan konsep dasar keilmuwan
(cognitive) maupun penguasaan nilai dan sikap (afektive), serta aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari.1
Lazimnya kurikulum dipandang sebagai satu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah
atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.2 Dalam perubahan kurikulum
seharusnya merupakan upaya perbaikan dalam tataran konsep pendidikan, perundang-
undangan, peraturan dan pelaksanaan pendidikan serta menghilangkan praktik-praktik
pendidikan di masa lalu yang tidak sesuai atau kurang baik sehingga aspek pendidikan
di masa mendatang lebih baik. Kurikulum senantiasa berubah dan bersifat dinamis.
Suatu kurikulum mampu berperan sebagai alat pendidikan jika sanggup merubah
dirinya dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan. 3
Fenomena perubahan kurikulum di Indonesia mengalami pasang surut sesuai
dengan kebijakan pemerintah yang berlaku. Seperti halnya fenomena pada saat ini,
pemerintah yang diwakili oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan
kebijakan implementasi Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan setingkat
SD, SMP, dan SMA. Namun, pada tahun 2014 kebijakan implementasi kurikulum
2013 pada akhirnya mengalami pro dan kontra tentang implementasinya. Melalui
beberapa pakar pendidikan yang menelaah implementasi Kurikulum 2013 memberikan
pernyataan bahwa Kurikulum 2013 belum siap untuk diimplementasikan di semua
tingkat pendidikan setingkat SD, SMP, dan SMA. Sehingga dari keputusan tersebut
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan keputusan bahwa tidak semua
sekolah menerapkan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 hanya diterapkan oleh sekolah
yang siap dan mempunyai kriteria khusus, sehingga penunjukan sekolah diputuskan
oleh pemerintah.
Kurikulum 2013 mendapat sorotan dari berbagai pihak. Salah satu dari segi
persiapan, kurikulum 2013 membutuhkan anggaran mencapai 2,5 triliun. Kurang
optimalnya sosialisasi kepada seluruh pelaksana di lapangan membuat para guru masih
banyak yang kebingungan terhadap kurikulum 2013.4
1 Mida Latifatul Muzamiroh, Kupas Tuntas Kurikulum 2013 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum
2013 (Kata Pena, 2013), 13 2 S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 5 3 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),
261 4 Enco Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), 35-36
Pemerintah menganggap kurikulum ini lebih berat dari pada kurikulum-
kurikulum sebelumnya. Guru sebagai ujung tombak implementasi kurikulum 2013
sedangkan guru yang tidak profesional hanya dilatih beberapa bulan saja untuk
mengubah pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013. Selain penguatan dan
pendampingan terhadap guru, siswa juga membutuhkan penguatan dan pendampingan
dalam mengembangkan sikap dan karakter siswa yang ditekankan dalam kurikulum
2013. Perubahan yang terdapat pada kurikulum 2013 salah satunya adalah
penggabungan mata pelajaran.
Selain itu pemerintah juga berencana menambah jam pelajaran agar
pembelajaran lebih mengedepankan karakter siswa.5 Terkait dengan kurikulum 2013
Muhammad Nuh sebagai mantan menteri pendidikan menegaskan bahwa kurikulum
2013 dirancang sebagai upaya mempersiapkan generasi indonesia 2045 yaitu tepatnya
100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus memanfaatkan populasi usia produktif yang
jumlahnya sangat melimpah agar menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana
demografi.
Namun dengan banyaknya lembaga, organisasi maupun perseorangan yang
terlibat dalam perubahan kurikulum 2013 ini, belum ada jaminan bahwa kurikulum
tersebut mampu membawa bangsa dan negara ini ke arah kemajuan.
Pola pembelajaran baru di sekolah menggunakan kurikulum 2013 merubah
pola fikir dari terpusat kepada guru menjadi kepada siswa. Jadi guru yang pada
awalnya sebagai sumber informasi sekarang siswa yang aktif untuk mencari informasi
terlebih dahulu. Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, siswa dapat
memperoleh sumber belajar dengan sangat mudah, akses internet dan kecanggihan
teknologi mendominasi perkembangan siswa untuk aktif mencari. Pada dasarnya
teknologi dan informasi menjadi sarana wajib dalam pembelajaran kurikulum 2013
yang diterapkan pada saat proses pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang ada diatas, maka peneliti mengadakan
penelitian dengan judul “Problematika Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMP Al-Khatibiyah Patereman
Modung Bangkalan)”. Maka digunakanlah rumusan-rumusan untuk memudahkan
menjawab fokus masalah. Antara lain: (1) Bagaimana pelaksanaan Kurikulum 2013
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Khatibiyah Patereman
5 Loeloek Endah Poerwanti dan Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013 (Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya, 2013), 282-283
Modung Bangkalan?, (2) Apa saja problematika dan solusi penerapan kurikulum 2013
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Khatibiyah Patereman
Modung Bangkalan?.
METODE
Penelitian ini adalah tergolong penelitian lapangan (field reseearch) dengan
membangun makna berdasarkan data-data lapangan. peneliti menganalisa
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan model pendekatan fenomenologi,
yakni melibatkan pengujian yang teliti dan seksama dalam beberapa fenomena yang
muncul.6 Menurut Best sebagaimana dikutip oleh sukardi adalah sebuah pendekatan
penelitian yang menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa
adanya.7, Hal ini sejalan dengan pendapatnya Prasetya bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menjelaskan fakta apa adanya8.Tujuan dari penelitian ini
adalah berusaha untuk mengetahui secara mendalam mengenai pelaksanaan sekaligus
apa saja problematika dan solusi penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang di implementasikan di SMP Al-Khatibiyah Patereman
Modung Bangkalan. Sehingga pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif.. Lokasi penelitian ini adalah di SMP Al-Khatibiyah Patereman
Modung Bangkalan yakni lembaga yang berada dalam naungan pesantren yang telah
menerapkan kurikulum 2013. Penelitian ini berawal dari pelaksanaan kurikulum 2013
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya menelusuri apa saja
problematika dan solusi penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan. Namun, fokus
dalam penelitian ini akan berkembang setelah peneliti berada di lokasi penelitian dan
melakukan rangkaian kegiatan lapangan.
KEHADIRAN PENELITI dan LOKASI PENELITIAN
Peneliti memiliki peran yang sangat dalam penelitian. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti memiliki kedudukan yang cukup rumit. Artinya ia sebagai
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya ia
6 Jonathan A Smith.(ed). Psikologi kualitatif: Panduan praktis metode riset, terjemahan Qualitatif
Psychology A Practical Guide to Research Method (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 11. 7 Sukardi, Metode Penelitian Guruan: Kompetensi dan Prakteknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 157. 8 Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian Pengantar Teori Dan Panduan Praktis Penelitian
Sosial Bagi Peserta Didik Dan Peneliti Pemula (Jakarta: STAIN, 1999), 59.
menjadi pelapor hasil penelitiannya.9 Peneliti berperan sebagai pengamat partisipan
karena peneliti tidak berdomisili di lokasi penelitian. Akan tetapi, selain bersetatus
sebagai peneliti, peneliti juga sebagai salah satu pengurus di lokasi penelitian.
Sehingga informan dan subyek telah mengetahui kehadiran peneliti di lokasi
penelitian. Menurut Moeleong ciri dalam penelitian kualitatif manusia adalah
berperan sebagai alat (instrumen) pengumpul data. Maka, dalam penelitian ini
peneliti adalah sebagai alat penelitian atau instrumen yang siap terjun memasuki
lapangan untuk menetapkan fokus penelitian, menetapkan informan sebagai sumber
data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Penelitian kali ini difokuskan di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung
Bangkalan, yang berlokasi di Jalan KH. Ach. Dahlan No. 374 Congaban Patereman
Modung Bangkalan Jawa Timur. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena disamping
lokasinya yang mudah untuk dijangkau juga karena berada di kawasan Pondok
Pesantren tempat peneliti mengajar, selain itu peneliti juga sebagai warga masyarakat
Congaban Patereman. Sementara SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan
merupakan lembaga yang berada dalam naungan pesantren yang telah menerapkan
kurikulum 2013.
DATA dan SUMBER DATA
Ada beberapa jenis data dalam penelitian kualitatif, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Patton yang dikutip oleh Newman dan Benz,10 “detailed
descriptions of situations, events, people, interactions, observed, behaviors, direct
quotations from people about their experiences, attitudes, beliefs, and thoughts and
excerpts or entire passages from documents, correspondence, records, and case
histories”. Maksudnya adalah data dalam penelitian kualitatif berupa data deskripsi
tentang situasi, kejadian, orang, interaksi, prilaku, cerita langsung dari pengalaman
seseorang, prilaku, kepercayaan, dan pemikiran. Selain itu juga bisa berupa kutipan
dari berbagai dokumen, korespondensi, rekaman, dan data sejarah.Penelitian kualitatif
berisi data-data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan atau perilaku yang dapat
9 Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2014), 168. 10 Isadore Newman dan Carolyn R. Benz, Qualitaive-Quantitative Research Methodology : Exploring
the Interactive Continuum (USA: Southern Illinois University Press, 1998), 16.
diamati melalui berbagai setting, berbagai sumber (primer maupun sekunder) dan
berbagai cara (wawancara, observasi dan dokumentasi).
Dalam penelitian ini, peneliti mengutamakan proses dari penelitian yang
melakukan observasi secara langsung serta menggali data yang bersumber dari santri.
Selain itu, penulis juga akan menentukan informan utama (main informan) dan
informan pendukung (support informan). Informan utama dalam penelitian ini adalah
santri, sedangkan informan pendukung adalah dewan pengasuh dan pengurus.
Peneliti mengklasifikasikan dua sumber data, yaitu sumber data primer dan
sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh dalam bentuk kata-kata atau
ucapan lisan (verbal) dan perilaku dari subjek (informal) berkaitan dengan
pelaksanaan sekaligus apa saja problematika dan solusi penerapan kurikulum 2013
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sumber data sekunder adalah data
yang diperoleh dari informasi yang telah diolah oleh pihak lain.11 Sedangkan data
sekunder berasal dari dokumen yang berupa tulisan, rekaman, gambar atau foto dan
benda yang dapat digunakan sebagai pelengkap data primer.
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLING
Teknik pengambilan sampling yang digunakan peneliti adalah Snowball
Sampling. Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian sampel ini di suruh memilih temannya untuk dijadikan
sampel begitu seterusnya.12 Disini peneliti mengambil sampel tiga orang santri.
Karena dirasa cukup, maka tidak membutuhkan sampel lagi.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Ada tiga teknik yang banyak digunakan dalam pengumpulan data, yaitu
observasi, wawancara, dan analisis dokumen.13 Dalam penelitian ini peneliti akan
menggunakan ketiga teknik tersebut guna mempermudah peneliti dalam pengumpulan
data. Yakni:
a. Observsi
Observasi adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional
11 Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal Dan Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan
Kualitatif Dan Kuantitatif; Skripsi, Tesis, Dan Disertasi (Malang: UM Press, 2008), 41 12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), 61. 13 Dan Alpert (ed), Research Metholog (USA: Wadsworth Group, 2002), 82.
mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi sebenarnya maupun situasi
buatan untuk mencapai tujuan tertentu. 14
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi yang dilakukan
oleh peneliti adalah observasi partisipasi aktif terhadap obyek yang berupa tempat
pelaku dan aktifitas, mulai dari tahap mendeskripsi, mereduksi sampai pada
menyeleksi. Dalalam penelitian ini, peneliti megamati secara mendalam tentang
pelaksanaan sekaligus apa saja problematika dan solusi penerapan kurikulum 2013
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Peneliti juga terlibat dalam proses
jalannya kegiatan yang dilakukan oleh narasumber tapi belum sepenuhnya
lengkap.
b. Wawancara (Interview)
Interview merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan melalui
percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan
responden untuk mrncapai tujuan tertentu.15 Demikian pula, Djam’an Satori dan
Aan Komariah, mengemukakan bahwa jenis wawancara dalam penelitian
kualitatif ada dua, yaitu wawancara mendalam dan wawancara bertahap.16 Maka
dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara mendalam sebagai salah
satu teknik pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti mewawancarai beberapa
pihak yang mempunyai keterkaitan dengan fokus penelitian, dalam hal ini penulis
meminta data (Interview) kepada siswa, kepala sekolah, wali kelas, guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dalam melakukan wawancara wali kelas dan guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam peneliti menggunakan metode wawancara tidak
terstruktur, yang mana siswa, wali kelas dan guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam adalah berperan sebagai tokoh kunci, dengan informasi dari tokoh
kunci akan ditemukan informasi atau deskripsi. Jawaban yang dikemukakan oleh
informan kunci tersebut akan menjadi titik pengembangan pertanyaan. Dalam
melakukan wawancara kepada kepala sekolah, sebagai informan pendukung
terkumpulnya inforamasi dengan menggunakan teknik wawancara terstruktur.
14 Zainal arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradikma Baru(Bandung: Rosda Karya, 2011),
231. 15 Arifin, Penelitian Pendidikan ., 233. 16 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2011), 137.
c. Dokumentasi
Menurut Amir Hamzah, selain dari wawancara dan observasi, informasi
juga bisa diperoleh melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk surat , catatan
harian, arsip foto, hasil rapat, cinderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya.17
Dokumentasi merupakan salah metode pengumpulan data yang tak kalah penting,
meskipun merupakan metode yang tidak terlalu sulit. Karena yang diamati adalah
bukan benda hidup, tetapi benda mati, sehingga apabila terjadi kesalahan, sumber
data masih tetap.18 Dokumentasi yang dilakukan peneliti meliputi bentuk tulis.
Yakni, berisi data santri, sarana dan prasarana, organisasi, manajemen, proses,
serta sejarah yang berkaitan dengan fokus pada penelitian ini, yang berfungsi
sebagai data penguat.
TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema yang
disarankan oleh data.19 Teknik analisis data kualitatif bersifat nonstatistik, melainkan
dengan analisis kualitatif yang dilakukan selama dan sesudah data dikumpulkan.
Anlisis data kualitatif dilakukan terus-menerus sampai pengumpulan data berakhir
karena telah dianggap cukup. Kecukupan data tergantung pada peneliti karena
dianggap sudah tidak ditemukan data baru.20
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam melakukan analisis data.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto, bahwa analisi data
setidaknya mengandung tiga aspek, yaitu persiapan, tabulasi, dan penerapan data
sesuai dengan pendekatan penelitian.21 Selain pendapat Arikunto, Miles dan
Huberman yang dikutip oleh Mardiyah juga mengemukakan pendapat bahwa analisis
data dalam penelitian kualitatif mencakup tiga aspek, yaitu:22
17 Amir Hamzah, Metode Penelitian Kualitatif. (Malang: Literasi Nusantara, 2019), 78. 18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, cet-14 (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), 274. 19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 280. 20 Imron Rosidi, Sukses Menulis Karya Ilmiah Suatu Pendekatan Teori dan Praktik (Pasuruan: Pustaka
Sidogiri, 2007), 33. 21 Arikunto, Prosedur Penelitian,278. 22 Mardiyah, Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi, Disertai yang dipublikasikan,
(Malang: Aditya Media Publishin, 2013)., 114.
a. Reduksi data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang mencakup aspek
identifikasi, klasifikasi, dan kodefikasi data. Identifikasi data adalah kegiatan
menyeleksi kelayakan data. Data yang tidak dibutuhkan dibuang sedangkan yang
dibutuhkan dicatat. Klasifikasi data adalah kegiatan peneliti dalam memilah dan
mengelompokkan data, sedangkan kodefikasi data adalah kegiatan memberi
identitas pada data penelitian yang terpilih.
b. Penyajian data (Data Display)
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan memahami apa
yang akan terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
difahami. Penyajian data terbagi menjadi dua, yaitu penyajian data dalam bentuk
teks naratif dan dalam bentuk matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Dalam
penelitian ini, data yang disajikan adalah dalam bentuk teks naratif.
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi (Conclusion Drawing)
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat guna mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
merupakan kesimpulan yang kredibel.
TEHNIK KEABSAHAN DATA
1. Trianggulasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda yaitu observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi
untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama secara serempak. Dengan
demikian berarti peneliti menerapkan teknik trianggulasi.
Mathinson mengemukakan bahwa “the value of trianggulation lies in
providing evidence – wheter convergent, inconsistent, or contracdictory”. Nilai dari
pengumpulan data dengan trianggulasi adalah untuk mengetahui data yang meluas
(Convergent), tidak konsisten atau kontradiksi.23 Trianggulasi akan meningkatkan
kekuatan data yang diperoleh peneliti, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.
23 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitativ Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), 252.
Peneliti bisa melakukan chek and recheck hasil temuannya, dengan membandingkan
sumber, metode, dan teori.24
Berikut adalah teknik trianggulasi yang akan peneliti gunakan:
a. Trianggulasi dengan sumber, yaitu: membandingkan data hasil pendekatan
dengan data hasil wawancara. Mebandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan masyarakat yang sering berinteraksi dengan santri.
b. Trianggulasi dengan metode, yaitu: pengecekan drajat kepercayaan penemuan
hasil penelitian dengan beberapa tehnik pengumpulan data. Pengecekan drajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
c. Trianggulasi dengan teori, yaitu bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan satu teori atau lebih.
2. Perpanjangan Keikutsertaan
Peneliti kualitatif adalah instrumen. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan
dalam pengumpulan data, dan tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
butuh perpanjangan keikutsertaan latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan berarti
peneliti tinggal di lokasi penelitian yaitu, sampai mencapai kejenuhan dalam
pengumpulan data. Hal ini dilakukan peneliti,dengan memfokuskan pengujian
terhadap data yang telah diperoleh, dalam perpanjangan keikutsertaannya, akan
banyak mempelajari kebudayaan, juga dapat menguji ketidak benaran informasi yang
diperlakukan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri peniliti ataupun informan, dan
membangun kepercayaan subyek. Dengan demikian, penting sekali perpanjangan
keikutsertaan peneliti guna berorientasi dengan situasi sekaligus memastikan konteks
itu dengan dipahami dan dihayati.25 Bila setelah dicek kembali ke lapangan data
sudah benar berarti data tersebut kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan
dapat diakhiri. Perpanjangan keikutsertaan peneliti memungkinkan peneliti terbuka
terhadap pengruh ganda, yaitu faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti
dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti.
3. Ketekunan/Keajengan Pengamatan
Keajengan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan
berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan atau tentatif.
24 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), 322-323. 25Al Manshur, Metode Penelitian, 320.
Mencari suatu usaha dan membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat
diperhitungkan dan apa yang tidak dapat diperhitungkan. Sedangkan ketekunan
pengamatan bermaksud menemukan ciri dan unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan hal tesebut
secara rinci. Artinya, apabila perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup,
ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.26
HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan
Pelaksanaan proses pembelajaran dengan Kurikulum 2013 adalah kegiatan
dimana guru berintegrasi dengan siswa dalam upaya menyajikan materi pembelajaran.
Proses ini diperlukan kemampuan guru untuk mengelola suasana belajar menjadi
hidup, menyenangkan, kondusif dan interaktif, sehingga siswa menjadi tertarik dan
termotivasi di dalam belajar.
Guru memiliki peran dominan di kelas terutama dalam penggunaan metode dan
tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam metode ceramah masih sangat dominan dan diperlukan dalam penyampaian
materi. Sedangkan metode yang dapat diterapkan di kelas disesuaikan dengan
kurikulum 2013 yaitu Jigsaw (model tim ahli), mind mapping, role playing, group
investigation, bertukar pasangan. Dan dalam pelaksanaannya terkadang tidak sesuai
dengan RPP yang telah di susun sehingga dalam hal ini kreatifitas guru sangat
diperlukan.Hal tersebutr menuntut guru untuk memiliki kemampuan mengkondisikan
situasi kelas menjadi hidup sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Terutama dalam
menggunakan metode-metode pembelajaran.
Pada pelaksanaan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sama dengan
pelaksanaan dalam pembelajaran lainnya yang merupakan implementasi dari RPP.
Sementara pada kurikulum 2013 pelaksanaan pembelajaran melalui 5M, yakni,
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi,dan mengkomunikasikan.
Sebagaimana wawancara yang penulis lakukan dengan WAKA Kurikulum,
beliau menjelaskan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 dilaksanakan di kelas VII di
SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan mulai tahun pelajaran 2013/2014
26 Ibid., 321.
yang hanya diterapkan satu semester saja kemudian di hentikan dan kembali ke KTSP
lagi. Pada tahun 2016/2020 baru di terapkan kembali dan masih hanya di kelas VII
saja, untuk yang kelas VIII dan IX masih menggunakan KTSP. Pelaksanaan
Kurikulum 2013 itu sendiri sesuai dengan struktur Kurikulum 2013 dimana mata
pelajaran PAI diajarkan 3 jam pelajaran perminggu.
Hasil Observasi menunjukkan bahwasanya pelaksanaan pembelajaran di kelas
tidak sesuai dengan hasil wawancara yang saya dapatkan dari guru Pendidikan Agama
Islam. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional, yakni
dengan metode ceramah. Metode tersebut masih sangat dominan dan dijadikan modal
yang utama oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas.
Lebih lanjut WAKA Kurikulum menambahkan bahwa sebelum guru PAI
merealisasikan Kurikulum 2013 para guru terlebih dahulu diikutkan dalam pelatihan-
pelatihan dan workshop yang berkaitan dengan tekhnik pelaksanaan Kurikulum 2013.
Setelah itu WAKA Kurikulum membagikan KI dan KD beserta materi dan referensi
buku PAI Kurikulum 2013 kepada guru PAI untuk selanjutnya diolah dengan
memperhatikan silabus dan pedoman yang ada menjadi RPP yang dijadikan acuan
dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
Menurut guru PAI segala bentuk tekhnik dan langkah-langkah dalam
melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 semuanya dituangkan dalam RPP dengan
memperhatikan indikator yang ada. Selain itu guru dalam melaksanakan pembelajaran
di kelas mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya,
menalar, dan mencoba (observation based learning) untuk meningkatkan kreativitas
siswa. Disamping itu, dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan
melalui collaborative learnimg.
Dari observasi peneliti, dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 para guru PAI
dalam membuat RPP masih perlu disempurnakan walaupun sudah baik. Para guru
selain tepat dalam penempatan kompetensi inti dan kompetensi dasar juga harus lebih
memahami dan mendalami indikator untuk menentukan langkah-langkah dalam
pembelajaran dan pembuatan penilaian sehingga seluruh kompetensi inti yang ada
pada indikator dapat terserap dalam RPP.
Menurut Irma siswa kelas VII, dalam pelaksanaan kurikulum 2013 guru PAI
hanya menjelaskan inti dari materi kemudian siswa dibentuk small group discussion
untuk mengembangkan sendiri materi yang telah diberikan guru dengan membuat
jaring-jaring dan menjabarkannya.
Inti dari Kurikulum 2013 adalah menuntut bagaimana peserta didik bekerja
lebih aktif sementara guru hanya digunakan untuk fasilitator selama pembelajaran
yang fungsinya hanya memantau kegiatan peserta didik dan meluruskan pandangan
peserta didik atau aktivitas peserta didik yang dianggap kurang tepat. Sama halnya
dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kurikulum 2013 hanya sebagai
fasilitator saja. Karena semuanya sudah disediakan oleh pemerintah, guru hanya
mengamati, memantau dan meluruskan saja.
Hal ini jelas, berarti status guru pada proses pembelajaran menurut Kurikulum
2013 hanya menjadi fasilitator sebagai pelengkap dan pembelajaran tidak terpusat
pada guru.
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini guru melakukan interaksi belajar-
mengajar melalui penerapan berbagai strategi metode dan teknik pembelajaran, serta
pemanfaatan seperangkat media. Sesuai dengan acuan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pada kurikulum 2013, ada tiga tahapan kegiatan pelaksanaan
pembelajaran yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan Awal
Kegiatan awal disini merupakan kegiatan pendahuluan sebelum
memasuki inti pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan terutama untuk
menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa
memfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan
baik. Kegiatan awal atau pembukaan pembelajaran yang dilakukan guru PAI
selalu dimulai dengan apersepsi, motivasi serta persiapan bahan pembelajaran
baik oleh guru maupun siswa. Sebagaimana hasil wawancara dengan guru PAI
berkaitan dengan kegiatan awal sebelum memasuki pelajaran berupa apersepsi
dan motivasi, disamping itu siswa diminta untuk menyiapkan bahan yang akan
di pelajari.
b. Kegiatan inti
Kegiatan inti pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
PAI SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan, sudah sesuai dengan
standar proses pada Kurikulum 2013 yang disebut dengan pendekatan saintific
dalam pembelajaran, yang meliputi: mengamati, menanya, mengasosiasi,
mengeksplorasi, dan mengkomunikasi. Hal ini terlihat ketika proses
pembelajaran di kelas berlangsung.
Namun, untuk menerapkan pendekatan saintific masih dirasa belum
maksimal disebabkan waktu yang kurang memadai serta guru PAI masih
terbawa dengan kebiasaan lama yaitu model pembelajaran KTSP. hal tersebut
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru PAI,
c. Kegiatan Penutup
Di akhir pembelajaran guru PAI SMP Al-Khatibiyah Patereman
Modung Bangkalan menyimpulkan hasil dari pembelajaran secara umum
terhadap peserta didik serta menyampaikan materi yang harus dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
Problematika dan Solusi Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan
Dalam setiap kegiatan proses pembelajaran tidak akan lepas dari yang namanya
permasalahan atau problematika sehingga nantinya dapat menghambat jalannya proses
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Adapun problematika dan solusi penerapan
Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Khatibiyah
Patereman Modung Bangkalan sejauh pengamatan penulis itu sendiri, yakni:
a. Faktor kesiapan gurunya
Dengan penerapan kurikulum 2013 ini guru harus benar-benar siap
dalam menerapkannya, mulai dari membuat administrasi pembelajaran di kelas
seperti salah satunya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat hendaknya disesuaikan
dengan kondisi siswa yang ada. permasalahan yang ada guru membuat RPP
tidak mempertimbangkan dari aspek kondisi siswa. Jadi dalam pelaksanaannya
di kelas memang tidak sesuai dengan RPP yang dibuat. Guru dituntut untuk
mengemas pembelajaran dengan sebaik mungkin dan semenarik mungkin agar
murid-murid tidak bosan di kelas ketika proses pembelajaran berlangsung.
Solusinya, guru dianjurkan untuk mengikuti semacam pelatihan-pelatihan dan
juga worksop demi mencapai tujuan belajar seperti yang diharapkan.
b. Guru sebagai manajer di kelas belum memahami dengan maksimal
implementasi kurikulum 2013 yang seharusnya.
Meskipun sudah dilakukan pelatihan-pelatihan terhadap guru, tetapi
belum semua guru memahaminya secara baik. Bahkan dari beberapa guru
yang telah mengikuti pelatihan belum semua informasi terkait dengan
implementasi kurikulum 2013 terserap dengan baik. Faktanya ada dari
beberapa guru yang masih bingung dengan penerapannya di kelas itu sendiri.
Solusinya, harus sering-sering diadakan pendampingan kurikulum 2013 itu
sendiri, karena dengan pendampingan itu akan memudahkan guru yang
bersangkutan tersebut untuk berbenah diri terutama pola pikir mereka yang
masih menganggap bahwa kurikulum 2013 itu ribet dan njlimet.
c. Masalah arah dan tujuan
Masalah yang terjadi dalam hal ini adalah penentuan arah dan tujuan
pembelajaran, yang rumusan masalah ataupun tujuan pembelajaran yang dibuat
oleh guru sebagaimana yang terangkum dalam RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) terlalu luas dan tidak operasional, sehingga sulit diukur dan di
obsevasi yang berakibat tujuan pembelajaran tidak dipahami oleh siswa. Hal
ini berakibat, siswa lebih banyak mencoba dan menduga-duga tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Solusinya, Guru PAI
hendaknya membuat RPP yang tidak terlalu meluas sehingga arah dan tujuan
pembelajaran bisa tercapai dengan baik.
d. Ketersediaan buku
Buku yang dikirim dari pusat jumlahnya masih belum sesuai dengan
jumlah siswa yang ada. Buku siswa yang idealnya juga dimiliki siswa dengan
komposisi satu buku satu siswa masih belum dapat disediakan dengan cukup.
Kondisi tersebut memaksa sekolah untuk melakukan pengadaan buku tersebut
dengan penggandaan yang tentunya membutuhkan biaya tambahan. Solusinya,
Kepala sekolah mengadakan rapat dengan dewan guru, yang selanjutnya
mengundang wali murid untuk di musyawarahkan bersama-sama. Kemudian
atas persetujuan bersama, wali murid bersedia untuk mengganti biaya
tambahan tersebut demi mencerdaskan anak-anak bangsa. Solusi yang lainnya,
akhirnya sekolah memutuskan untuk menggunakan buku pendamping
pembelajaran Pendidikan Agama Islam atau biasa disebut LKS, yang LKS
tersebut bisa dipergunakan untuk mengerjakan latihan-latihan soal untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
e. Penilaian Hasil Belajar
Belum jelasnya model Raport pada awal-awal pelaksanaan bahkan
hingga sekarang. Khusus tentang penulisan raport semester, terdapat beberapa
perbedaan pendapat antara pengawas sekolah dan sebagian kepala sekolah
tentang penulisan deskripsi setiap penilaian. Solusinya, guru dan kepala
sekolah berusaha sambil mempersiapkan macam-macam antisipasi penilaian.
Kemudian untuk mengatasi adanya perbedaan pendapat tersebut maka sebagian
sekolah akan mencetak sendiri format buku raport yang lebih sesuai menurut
sekolah masing-masing, karena memang dari pusat tidak ada arahan untuk
penulisan format raport itu sendiri.
f. Minimnya penguasaan teknologi komputerisasi para guru
Guru pada generasi-generasi terdahulu (atau yang disebut sebagai guru-
guru yang berusia tua) rata-rata gagap akan teknologi komputerisasi. Segala
pekerjaan yang menyangkut penyusunan kata-kata dalam suatu teks, termasuk
dalam RPP, akan sangat mudah jika dikerjakan dengan bantuan komputer
maupun laptop. Bayangkan saja jika RPP yang kini bisa dicopy-paste dari file
buku guru harus ditulis manual dengan tangan. Pasti akan memakan waktu
yang cukup lama, dan pastinya akan menjadi permasalahan yang menyulitkan
guru. Solusinya, para guru yang sudah berusia tua hendaknya tidak malu dan
tidak malas untuk belajar mengenai teknologi komputerisasi, agar nantinya
pembelajaran semakin membaik. Karena semakin berkembangnya tahun
semakin canggih pula teknologinya. -permasalahan tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:
g. Kesiapan Siswa Belajar
Siswa kelas VII adalah siswa yang baru saja meninggalkan bangku
Sekolah Dasar. Di Sekolah Dasar, sebagian besar guru menekankan pada siswa
untuk mencatat dan menghafal dengan alasan menurut taksonomi Bloom siswa
usia Sekolah Dasar baru mampu ke tingkat kognitif mengetahui dan memahami
saja. Ketika di SMP, kebiasaan mencatat dan menghafal masih melekat pada
siswa. Siswa tidak terbiasa dengan soal-soal yang membutuhkan penalaran.
Sementara di kurikulum 2013 itu sendiri ditekankan bahwa pembelajaran
dengan student center bukan lagi teacher center seperti di kurikulum-
kurikulum sebelumnya.
Solusinya, Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah menghendaki
siswa agar terbiasa mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat
jejaring semua mata pelajaran. Dengan demikian ada kesenjangan mendasar
antara kesiapan siswa dengan pendekatan ilmiah pada Kurikulum 2013.
Artinya penerapan Kurikulum 2013 membutuhkan waktu yang cukup panjang
untuk membuahkan hasil. Mengubah kebiasaan, adalah hal yang tidak mudah
dan membutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup.
Dengan demikian kesiapan belajar siswa, dalam hal ini pola fikir dan
kebiasaan siswa, perlu dicermati dan difahami terlebih dahulu sebelum
menerapkan pendekatan ilmiah yang diamanatkan Kurikulum 2013. Guru
hedaknya penuh dengan inovasi dan kreativitas selalu bisa memunculkan ide-
ide baru yang tentunya membuat peserta didik selalu tertarik dan semangat
dalam belajar.
Secara umum pelaksanaan Kurikulum 2013 dapat berjalan dengan maksimal
manakala ada kesiapan dari sekolah. Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah
SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan, beliau menegaskan bahwa
awalnya cukup keberatan dengan adanya kurikulum tersebut. Hal ini dikarenakan,
bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 terbilang mendadak dan guru-guru baru
memahami KTSP. Hal inilah yang mendasari kinerja kepala sekolah dan seluruh
warga sekolah untuk bekerja secara maksimal.
Tidak hanya kesiapan sekolah yang menjadi Problematika pelaksanaan 2013,
namun kendala kurangya dana menjadi daftar problematika yang harus diselesaikan
sendiri oleh pihak sekolah, diantaranya pengadaan buku dan LCD. selain itu dalam
menjalankan ataupun menerapkan suatu kurikulum yang baru, munculnya informasi
yang simpang siur dapat menjadikan masalah bagi kelancaran pelaksanaan suatu
program yang telah direncanakan sebelumnya.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya sebuah proses, maka diperlukan evaluasi.
Fungsi evaluasi ini sebagai acuan untuk proses yang lebih baik lagi. Dalam hal ini,
untuk mengevaluasi keberhasilan kurikulum 2013 maka Kepala Sekolah memiliki cara
tersendiri dengan mereview rekaman video cara mengajar guru pai dengan mengambil
1 tema sekaligus RPP, media pembelajaran dan perangkat lainnya. Menurut Waka
Kurikulum, evaluasi juga dilakukan dengan koordinasi antar mata pelajaran.
Untuk menanggulangi semua kendala atau problematika tersebut, upaya yang
dilakukan oleh Waka Kurikulum adalah mengikut sertakan guru dalam sosialisasi
penerapan kurikulum 2013 adapun sosialisasi yang sudah pernah dilakukan yaitu
mengikuti sosialisasi dari K3M, LKP2i, MGMP dan masih banyak lagi, serta
pengadaan LCD di setiap kelas yang sampai saat ini masih dalam proses pelengkapan.
Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, guru sebagai pendidik tidak
bisa dilepaskan perannya. Sebagai seorang pendidik yang memiliki peran dalam
melaksanakan kurikulum 2013 seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan.
Permasalahan
ANALISIS
Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan,
Kurikulum menurut Oemar Hamalik berasal dari bahasa latin, yakni Curicule
artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian
kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang
bertujuan memperoleh ijazah.27 Lebih dijabarkan lagi mengenai Kurikulum 2013
merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu,
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu, kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar
dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan
penuh tanggung jawab.28
Kurikulum 2013 pada kompetensi inti (KI) sebagai unsur pengorganisasi
(organizing element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi
inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
kompetensi dasar. Organisasi Vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara
konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/ jenjang di
atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang
berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal
adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten
kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan
dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu
berkenaan dengan sikap spiritual (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2),
pengetahuan (kompetensi inti 3), Dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4).
Keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus dikembangkan
dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integrative. Kompetensi yang berkenaan
27 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara), 16. 28 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 12.
dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect
teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi
kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi kelompok 4).
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau
kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber
pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,
serta ciri dari suatu mata pelajaran.
Menurut guru PAI segala bentuk teknik dan langkah-langkah dalam
melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 semuanya dituangkan dalam RPP dengan
memperhatikan indikator yang ada. Selain itu guru dalam melaksanakan pembelajaran
di kelas mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya,
menalar, dan mencoba (observation based learning) untuk meningkatkan kreativitas
siswa, disamping itu, dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan
melalui collaborative learning.
Pelaksanaan Kurikulum 2013 mapel PAI di SMP Al-Khatibiyah Patereman
Modung Bangkalan,dilaksanakan sesuai dengan aturan yang ada baik mengenai SKL,
jam tatap muka perminggu, materi, RPP yang didalamnya ada penerapan KI – KD,
dan penilaian yang ditetapkan.
Menurut salah satu guru PAI di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung
Bangkalan,menjelaskan bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 pada standar kompetensi
meliputi: standar kompetensi inti, yaitu: KI-1. Menerima dan menjalankan ajaran
agama yang dianutnya, KI-2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru,
KI-3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,melihat,
membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah sekolah, dan KI-
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis,
dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Guru dalam
melakukan pembelajaran dengan pendekatan scientific dan penilaian yang
diberikanpun dengan penilaian autentik, dimana seorang guru dalam memberi
penilaian tidak hanya pada akhir materi tetapi pada proses pembelajaranpun
memberikan penilaian kepada siswa.
Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada mapel PAI SMP Al-Khatibiyah
Patereman Modung Bangkalan, mulai dari perencanaan guru menyusun RPP
berpedoman pada permendikbud 81A, dan RPP disusun tidak untuk setiap pertemuan
tetapi untuk 2 sampai 3 kali pertemuan. Dalam proses pembelajaran guru sudah
menggunakan pendekatan scientific dengan tekhnik mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, eksperimen/mengasosiasi dan dalam melakukan penialain
guru sudah menerapkan penilaian autentik. Dalam evaluasi guru juga sudah
melakukan: a) Penilaian sikap dengan cara observasi, penilaian diri, penilaian teman
sejawat, dan jurnal; b) penilaian pengetahuan dengan melakukan penilaian tertulis,
penilaian lisan, penilaian penugasan, Ulangan tengah semester, dan Ulangan akhir
semester; c) penilaian ketrampilan melalui penilaian praktek, penilaian proyek dan
penilaian portofolio. Proses pembelajaranpun dilaksanakan dengan pembelajaran
PAIKEM.
Pelaksanaan kurikulum 2013 harus diawali dengan penentuan SKL,
kemudian Kompetensi Inti (KI) yang merupakan terjemahan atau perasionalisasi SKL
dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang
pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor)
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran.
Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara
pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur
pengorganisasi (organisasing element) kompetensi dasar. Sebagai unsur
pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan
organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah
keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang diatasnya sehingga
memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara
konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara
konten kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan
mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat. Sedangkan
kompetensi dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang
diturunkan dari kompetensi inti.
Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus
dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
Kompetensi Kurikulum 2013. Dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih memiliki
waktu lebih luas yaitu sesuai struktur kurikulum yang ada diajarkan 3 jam per
minggu.
Menurut Slameto, dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
menggunakan kurikulum 2013 tentunya banyak faktor yang mempengaruhi berhasil
atau tidaknya kegiatan belajar mengajar. Faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan
menjadi dua golongan yaitu: faktor intern dan ekstern (Slameto, 2003). Faktor intern
adalah faktor yang ada dari dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang berada di luar individu. Yang termasuk faktor intern antara
lain: faktor-faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologis
(faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat dan rohani). Sedangkan faktor ekstern
antara lain: Faktor keluarga (relasi antar anggota keluarga, ekonomi keluarga, latar
belakang kebudayaan) dan faktor sekolah (metode mengajar, kurikukum, relasi guru
dan siswa, alat pengajaran, dan tugas rumah).
Sedangkan Menurut Muhaimin beliau menjelaskan bahwasanya Pendidikan
Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam
meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.29 Zakiah Darajat juga
mendefinisikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai bimbingan
dan asuhan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani untuk
mencapai tingkat dewasa sesuai dengan ajaran Agama Islam dalam negara Republik
Indonesia yang berdasarkan pancasila.30
29 Muhaimin, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah &
Madrasah (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), 23. 30 Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 173
Pada Kurikulum 2013 khusunya untuk mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) siswa lebih dituntut untuk aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar,
siswa tidak lagi semata-mata sebagai objek dalam pembelajaran namun bisa berpesan
sebagai subjek dengan melakukan discovery dan pembelajaran scientific. Kurikulum
2013 bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang: beriman dn bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; berilmu, cakap, kritis, kreatif dan inovatif;
sehat, mandiri, dan percaya diri; dan toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung
jawab.
Kesulitan terpenting dari pelaksanaan Kurikulum 2013 masih ada beberapa
guru yang belum mampu melakukan perubahan, maka dalam
mengimplementasikannyapun kesulitan untuk mencapai maksimal. Satu contoh
kecilnya saja harus ada penunjang media dalam penerapan riilnya di lapangan, agar
pembelajaran lebih mengena dan lebih terarah. Dengan media pembelajaran tentunya
siswa lebih tertarik dan lebih antusias dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
di kelas.Menurut Daryanto, Pada kurikulum 2013 terdapat perubahan penekanan
pendekatan pembelajaran, yakni pendekatan scientific.31
Jika dilihat dari faktor kesiapan gurunya, ketidak siapan guru itu tidak hanya
terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi juga berkaitan dengan masalah
kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh rumusan kurikulum yang lambat
disosialisasikan oleh Pemerintah. Sehingga,guru-guru yang mengajar di daerah dan di
pedalaman akan sulit mengikuti kurikulum baru dalam waktu singkat. Untuk masalah
arah dan tujuan, hendaknya lebih difokuskan pada tujuan pembelajaran agar tidak
meluas kemana-mana.
Menurut Hendayat Soetopo, Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan
nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya
dengan lingkungan, kebutuhan pengembangan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-
masing satuan pendidikan.32
Kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari sebuah problematika, tidak terkecuali
pada aspek pendidikan. Proses pendidikan selalu bergerak maju dan mengikuti
31 Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Gava media), 56. 32 Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Bina
Aksara), 27
perkembangan zaman. Di dalam proses berjalannya suatu perkembangan pendidikan
disitulah terkadang muncul berbagai problem yang dihadapi. Dengan demikian, suatu
problem hendaknya segera dapat terselesaikan agar apa yang dikehendaki dapat
terwujud.
Begitu juga dengan berubahnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi
kurikulum 2013, pastinya bukan persoalan yang mudah. Dalam proses penerapan
kurikulum 2013 ini tentunya akan terjadi banyak masalah yang timbul dalam proses
pelaksanaannya, dikarenakan kurikulum ini merupakan kurikulum yang tergolong
masih baru dan pasti banyak pihak-pihak yang masih kebingungan dengan
pelaksanaannya sehingga akan menimbulkan sebuah problem-problem yang terjadi
didalamnya.
Dari hasil penelitian di SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan.
Pelaksanaan kurikulum 2013 dilaksanakan dengan sangat mendadak. Menurut Kepala
sekolah SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan, pada awalnya merasa
keberatan dengan pelaksanaan kurikulum 2013. hal ini dikarenakan bahwa para guru
baru saja memahami kurikulum KTSP. Sehingga ketidak siapan sekolah dipertaruhkan
dalam pelaksanaannya. Sebagai sekolah yang ditunjuk sebagai pillot project oleh
pemerintah, sekolah ini berupaya semaksimal mungkin melaksanakan kurikulum 2013
diatas ketidak siapan tersebut. Bisa dipastikan bahwa dalam pelaksanaan kurikulum
2013 di sekolah ini dilakukan dengan kerja keras dari semua pihak sekolah. Hal ini
merupakan bentuk tanggung jawab yang telah diamanatkan dari pemerintah kepada
SMP Al-Khatibiyah Patereman Modung Bangkalan
Problematika dalam penerapan Kurikulum 2013 ini, tidak hanya dirasakan oleh
pihak sekolah saja namun juga dirasakan oleh guru Pendidikan Agama Islam. Karena
memang seorang guru merupakan sentral penting dalam suatu proses pembelajaran
yang berhadapan langsung pada objek (siswa) dalam menerapkan Kurikulum 2013.
Selain dari problematika guru, Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi
kurangnya buku panduan pelajaran dari pemerintah pusat, selain itu juga dilihat dari
kesiapan siswa belajar, dan juga terkait dengan sistem raport.
Kan tetapi, Berdasarkan analisis saya pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam sudah diterapkan dengan optimal, akan tetapi
konsep yang ada pada Kurikulum 2013 belum sepenuhnya berjalan karena
pelaksanaan Kurikulum 2013 ini baru berjalan satu tahun ini, yang sebelumnya pada
tahun 2013/2014 sudah diterapkan dan hanya berlangsung selama 1 semester saja. Dan
kemudian diterapkan kembali pada tahun 2016/2020 ini. Pelaksanaan pembelajarannya
tergantung pada masing-masing kreativitas guru yang mengajarkan, baik dari segi
pendekatan, metode pembelajaran, maupun media pembelajaran.
Dari situ, bila di lihat secara keseluruhan dengan berdasarkan data dan
penjelasan diatas, pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Al-Khatibiyah Patereman
Modung Bangkalan sudah berjalan dengan baik khususnya untuk mata pelajaran PAI.,
dan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 sekolah sudah mempersiapkan
persiapan yang matang dengan diberikannya pelatihan-pelatihan tentang kurikulum
2013 pada guru, baik yang pelatihannya dilakukan oleh sekolah maupun Dinas
Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Alpert, Dan (ed). 2002. Research Methology, USA: Wadsworth Group.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, cet-14,
Jakarta: Rineka Cipta.
Darajat, Zakiah. 1995. MetodikKhususPengajaran Agama Islam. Jakarta:
BumiAksara.
Daryanto.PendekatanPembelajaranSaintifikKurikulum 2013. Yogyakarta: Gava
Media.
E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan. Bandung PT.
RemajaRosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hamzah, Amir. 2019. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Literasi Nusantara.
Mardiyah. 2013. Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi, Disertai
yang dipublikasikan, Malang: Aditya Media Publishin.
Moleong, Lexy J. 2014. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung:
RemajaRosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar, Penerapannya dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama. Surabaya: Citra Media.
Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Muhaimin. 2007. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:Pada
Sekolah Dan Madrasah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, Enco. 2013. Pengembangan Dan ImplementasiKurikulum 2013. Bandung:
PT. RemajaRosdakarya.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.
Poerwanti, LoeloekEndahdanSofanAmri. 2013. PanduanMemahamiKurikulum 2013.
Jakarta: PrestasiPustakaraya.
Rosidi, Imron. 2007. Sukses Menulis Karya Ilmiah Suatu Pendekatan Teori dan
Praktik, Pasuruan: Pustaka Sidogiri.
S. Nasution. 2009. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta, 2011
Smith, Jonathan A (ed.). 2009. Psikologi kualitatif: Panduan praktis metode riset.
Terjemahan dari Qualitatif Psychology A Practical Guide to Research Method,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. 2009. MetodePenelitianGuruan. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2003. MetodologiPenelitianPendidikanKompetensi Dan Praktiknya. Jakarta:
BumiAksara.