PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan...

94
PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN HASANAH CARD (KARTU KREDIT) DI BANK BNI (BANK NEGARA INDONESIA) SYARIAH SURAKARTA Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Agnie Rosetyanjaya Putra NIM.E0007064 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Transcript of PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan...

Page 1: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN HASANAH CARD

(KARTU KREDIT) DI BANK BNI (BANK NEGARA INDONESIA)

SYARIAH SURAKARTA

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Agnie Rosetyanjaya Putra

NIM.E0007064

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

iii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

iv

PERNYATAAN

Nama : Agnie Rosetyanjaya Putra

NIM : E0007064

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul

PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN HASANAH CARD

DI BANK BNI SYARIAH SURAKARTA adalah betul-betul karya sendiri. Hal-

hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi

dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti

pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari

penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, januari 2012

yang membuat pernyataan

Agnie Rosetyanjaya Putra

NIM.E0007064

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

v

ABSTRAK

Agnie Rosetyanjaya Putra, E.0007064. 2012. PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN HASANAH CARD DI BANK BNI SYARIAH SURAKARTA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah problematika hukum yang ada dalam pembiayaan hasanah card di Bank BNI Syariah Surakarta, kemudian tujuan selanjutnya yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui perbandingan keuntungan dalam pembiayaan hasanah card di Bank BNI Syariah Surakarta bila dibandingkan dengan kartu kredit konvensional, dan tujuan terakhir dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana penyelesaian dari problematika hukum yang ada dalam pembiayaan hasanah crad di bank BNI Syariah Surakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif, mengkaji mengenai problematika hukum apa yang ada, bagaimana perbandingan keuntungan bila dibandingkan dengan kartu kredit konvensional, dan mengkaji bagaimana penyelesaian problematika hukum yang ada tersebut. Pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis data penelitian yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan sumber data penelitian yang digunakan yaitu wawancara dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembiayaan hasanah card di Bank BNI Syariah Surakarta, ada dua macam problematika hukum yang ditemui yaitu adanya kredit macet dan pemalsuan data. Apabila dibandingkan dengan kartu kredit konvensional, hasanah card memiliki sejumlah keuntungan salah satunya adalah biaya yang dikenakan jauh lebih murah atau dengan kata lain hasanah card jauh lebih ekonomis bila dibandingkan dengan kartu kredit konvensonal hal ini dikarenakan dalam sistem perbankan syariah tidak dikenal adanya sistem bunga berbunga (riba) oleh karena itu, di dalam perhitungannya hasanah card tidak mengenal adanya bunga tetapi hanya ujrah (jasa). Di dalam penyelesaian problematika hukum yang dijumpai tersebut, dalam hal kredit macet secara garis besar penyelesaian yang ditempuh ada dua jalan, yang pertama secara prosedural yang meliputi pengiriman surat tagihan maupun mendatangi nasabah secara langsung, dan cara prosedural yang selanjutnya yaitu dengan jalan rescheduling, restructuring, recontioning (3R). Cara yang kedua adalah secara penyelesaian sengketa yang terbagi atas secara litigasi dan non litigasi. Cara litigasi, berdasarkan Pasal (49) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama maka penyelesaian sengketa perekonomian syariah menjadi wewenang peradilan agama. Jalan non litigasi terbagi atas dua jalan, yaitu jalan arbitrase yang di bawah naungan BASYARNAS (badan arbitrase syariah nasional), dan jalan nonlitigasi yang terakhir adalah jalaur alternatif penyelesaian sengketa.

Key word : problematika, BASYARNAS, hasanah card

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

vi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

vii

MOTTO

Every story always has an ending

But in life every ending is a new beginning

Tidak ada sukses yang permanen, sama seperti tidak ada kegagalan yang benar-benar tak bisa diperbaiki

(Mike Ditka)

Percaya dan yakin pada diri sendiri, hanya itu resep paling manjur untuk menaklukkan kehidupan

(Johann Wolfgang von Goethe)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini Penulis persembahkan untuk:

v Allah SWT, yang selalu meridhoi dan ada untuk penulis kapan pun penulis

perlukan.

v Papa dan mama yang selalu mendukung dan mendoakan penulis, semoga

persembahan ini dapat membanggakan papa dan mama.

v Kakakku mbak Jayanti Agustiningrum Permatasari S,H yang selalu

mendoakan dan membantu penulis.

v Adik adiku, Aci, Andra, dan Angga yang selalu mendukung serta

mendoakan penulis.

v Fifie Khoirunissa, yang selalu ada dan selalu mendukung penulis.

v Pak Har, Kang Pery, Lek Eko, Pithik, Pakde Yanto, Deddy dan MATNO

Crew.

v Tanah airku Indonesia tercinta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Dzat yang Maha Agung, yang

Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sholawat serta salam senantiasa tertuju

pada insan teragung, Rasulullah Muhammad SAW

Alhamdulillah, atas ijin-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan

hukum ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum

di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Surakarta dengan judul :

“PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN HASANAH CARD DI

BANK BNI SYARIAH SURAKARTA”.

Dalam penulisan hukum ini, maupun selama penulis menuntut ilmu di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, tidak sedikit bantuan yang penulis

terima dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, ijinkan penulis menghaturkan

terimakasih kepada :

1. Prof.Dr.Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Djuwityastuti, S.H, selaku Ketua Bagian Hukum Perdata yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

3. Prof. Dr.Adi Sulistiyono S.H., M.H., selaku Pembimbing I Penulisan

Hukum yang telah sabar memberikan bimbingan, saran, kritik, dan

motivasi bagi Penulis untuk menyelesaikan Penulisan Hukum ini.

4. Bapak Pujiyono, S.H., M.H., selaku pembimbing II Penulisan Hukum

yang telah bersedia menyediakan waktu, pikiran dan berbagi ilmu dengan

Penulis.

5. Bapak Tuhana S,H.MSi, selaku pembimbing akademis, atas nasehat yang

berguna bagi Penulis selama Penulis menempuh pendidikan di Fakultas

Hukum UNS.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada Penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam

Penulisan Hukum ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

x

7. Ketua Bagian PPH Bapak Lego Karjoko S.H., M.Hum., dan Mas Wawan

anggota PPH yang banyak membantu Penulis dalam Penulisan Hukum

ini.

8. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Hukum UNS, yang telah membantu

menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan

Hukum.

9. Pimpinan Cabang serta Karyawan PT Bank BNI Syariah Surakarta,

Bapak Arief Mursidi selaku kepala PT. Bank BNI Syariah cab Surakarta,

serta bapak Mujiyono selaku kepala bag hasanah card yang telah

memberikan waktu dan tempat kepada Penulis untuk melakukan

penelitian dan wawancara.

10. Papa, Mama, kakakku, dan juga adik adiku tercinta atas cinta dan kasih

sayang, doa, dukungan, semangat dan segala yang telah diberikan yang

tidak ternilai harganya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan

Hukum ini.

11. Kekasihku Fifie Khoirunissa yang dengan sabar selalu memberiku

dukungan serta semangat dalam menyelesaikan penulisan ini.

12. Teman-teman kuliah di Fakultas Hukum Unversitas Sebelas Maret

angkatan 2007.

13. Semua pihak yang ikut dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Demikian semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat kepada

semua pihak, baik untuk akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

AGNIE ROSETYANJAYA PUTRA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................................. vi

HALAMAN MOTTO.................................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL........................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 7

E. Metode Penelitian ................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan Hukum ................................................ 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

xii

1. Tinjauan tentang Bank Syariah

a. Pengertian Bank Syariah ............................................. 13

b. Produk produk Bank Syariah ...................................... 13

c. Dasar Hukum Bank Syariah ........................................ 14

2. Tinjauan tentang perjanjian

a. Pengertian perjanjian................................................... 15

b. bentuk bentuk perjanjian Bank ................................... 17

3. Tinjauan tentang lembaga pembiayaan

a. Pengertian pembiayaan .............................................. 18

b. Pengertian perusahaan peambiayaan ......................... 19

c. Asas asas perusahaan pembiayaan .............................. 19

d. Prinsip pembiayaan yang baik ................................... 20

e. Kegiatan perusahaan peambiayaan ............................ 22

f. Dasar hukum perusahaan pembiayaan ....................... 25

4. Tinjauan tentang Hasanah Card

a. Pengertian kartu kredit ............................................... 26

b. Sejarah singkat Hasanah Card .................................. 27

c. Akad Hasanah Card .................................................. 27

d. Pengertian Hasanah Card .......................................... 28

e. Pihak pihak yang terlibat dalam Hasanah Card ........ 28

f. Macam macam kartu kredit........................................ 32

g. Dasar hukum Hasanah Card...................................... 33

5. Tinjauan tentang Problematika hukum .............................. 39

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

xiii

B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 40

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah singkat Bank BNI Syariah Surakarta .................. 42

2. Gambaran singkat Hasanah Card ................................... 43

B. Pembahasan

1. Problematika hukum dalam pembiayaan Hasanah

Card di Bank BNI Syariah Surakarta

a. Prosedur pengajuan Hasanah Card ........................... 47

b. Problematika hukum dalam pembiayaan Hasanah

Card ....................................................................... 49

2. Perbandingan keuntungan Hasanah Card dengan

kartu kredit konvensional ................................................ 54

3. Penyelesaiaan problematika hukum dalam

pembiayaan Hasanah Card di Bank BNI Syariah

Surakarta

a. kredit macet ................................................................. 56

b. pemalsuan data ............................................................ 78

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................ 81

B. Saran....................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Akad dalam Hasanah Card ......................................................... 28

Tabel 2. Informasi limit dan biaya Hasanah Card .................................... 49

Tabel 3. Perbandingan perhitungan Hasanah Card dengan kartu kredit

konvensional ............................................................................................... 56

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ................................................................ 40

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Uang atau dana merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia,

dengan berbagai cara manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan dana

tersebut. Ditengah terpaan krisis ekonomi yang berkepanjangan masyarakat

dituntut untuk mampu bersikap bijaksana dalam mengelola keuangan

sehingga arus perputaran uang tetap stabil. Dalam upaya mempertahankan

stabilitas ekonomi, maka jumlah uang yang beredar akan dibatasi yang pada

akhirnya berimbas pada kenaikan harga, terutama harga kebutuhan sehari

hari. Kenaikan harga tersebut pasti akan menimbulkan perubahan yang cukup

signifikan terhadap tingkat perekonomian serta daya beli masyarakat. Dalam

keadaan demikian diperlukan adanya pranata yang dapat membantu

memenuhi kebutuhan tersebut, kredit/ pembiayaan melalui jasa perbankan

merupakan salah satu bentuk layanan jasa yang disediakan sebagai sarana

bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Bank syariah muncul sebagai wadah yang menjembatani hubungan

antara masyarakat sebagi pihak yang membutuhkan dengan penyedia modal,

dengan cara pemenuhan kebutuhan melalui pembiayaan khusunya kredit.

Bank syariah memberikan peran yang sangat besar dan dirasakan cukup

membantu serta meringan kan beban masyarakat. Diantara berbagi jenis

pembiayaan yang saat ini marak di kalangan masyarakat layanan jasa

perbakan syariah memiliki keunggulan serta peran yang sangat

menguntungkan, karena fasilitas dan produk yang ditawarkan mempunyai

suatu sistem yang diciptakan untuk membantu masyarakat sesuai dengan

prinsip syariah dengan tujuan melepaskan masyarakat dari berbagai kesulitan

dengan terbebas dari sistem bunga berbunga atau riba.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20

Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang

“Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan” menjelaskan kegiatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

2

lembaga pembiayaan diperluas sehingga menjadi 6 (enam) jenis kegiatan

usaha yang meliputi:

1. Sewa Guna Usaha (Leasing)

2. Modal Ventura (Venture Capital)

3. Anjak Piutang (Factoring)

4. Pembiayaan Konsumen (Constumer Finance)

5. Kartu Kredit (Credit Card)

6. Perdagangan, Surat Berharga (Security Wesel)

Kartu kredit atau yang sering disebut dengan credit card merupakan

salah satu solusi sementara untuk membantu masyarakat dalam masalah

financial. Pemakaian kartu plastik ajaib ini sudah cukup meluas. Bahkan

seringkali seseorang memegang beberapa kartu kredit sekaligus. Hal itu

dikarenakan kemudahan seseorang dalam memperoleh kartu kredit, dikatakan

mudah karena dalam memperoleh kartu kredit syarat syarat yang harus

dipenuhi relatif gampang yaitu diantarany hanya dengan cukup mengajukan

permohonan dan memenuhi syarat syarat yang ditentukan lainnya.

Kepemilikan kartu kredit memang dapat menjadi indikasi akan

bonafiditas atau tingkat perekonomian dari pemiliknya, yaitu :

“indications to seller that the person who recieved the card from the issuer has a satisfactory credit rating and that if cerdit is extended, the issuer of the card will pay (or see to it that the seller recieves paymnet) for th mechandise delivered” (Jack P. Friedman, 1987 : 136).

Kartu kredit merupakan produk yang eksklusive dimana memilikinya seolah

olah tingkat status mereka meningkat (Siamat, 2001 :399).

Kartu Kredit sebagai salah satu bentuk baru dari fasilitas perbankan di

bidang pembiayaan, merupakan sarana pembiayaan yang perkembangannya

begitu pesat dan menjamur. Berbagai kemudahan dan keuntungan yang

ditawarkan Kartu Kredit seolah menjadi sihir berbagai kalangan untuk tertarik

menggunakan kartu kredit. Masyarakat merasa lebih aman menggunakan

kartu kredit untuk menunjang kegiatan sehari – hari, dibandingkan bila harus

membawa cash money.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

3

using credit cards eliminates to carry cash with you, you can buy even if you have not money, you buy now but pay later, they enable you to buy on installments, you can also use credit cards in your business dealings and so on. (Halil Tunali)

Dengan melihat peluang tersebut dimana kartu kredit seolah menjadi

kebutuhan pokok setiap bank, baik bank pemerintah ataupun swasta berlomba

lomba meniciptakan layanan pembiayaan kartu kredit dengan berbagai

fasilitas dan keunggulan masing masing. Di sini hasanah card merupakan

salah satu jenis kartu kredit yang menjadi produk unggulan dari BNI Syariah.

Munculnya hasanah card memiliki fungsi dan tujuan yang disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat dengan tidak meninggalkan prinsip syariah.

Bila disejajarkan dengan kartu kredit dari bank konvsional, hasanah card

memiliki berbagai keunggulan. Dalam kartu kredit konvensional bunga yang

dikenakan relatif tinggi, untuk saat ini bank konvensional hampir

mengenakan bunga 4%, dengan hal tersebut akan sangat memberatkan para

pemegang kartu, kemudian pengenaan biaya biaya yang lain seperti biaya

bulanan, biaya tahunan, denda, biaya administrasi yang terlalu tinggi. Belum

lagi, jika adanya kredit macet, penggunaan pihak ketiga sebagai penagih (debt

collector) yang dirasa sangat menggangu kenyamanan para nasabah, tetapi

tidak demikian halnya dalam bank syariah, khususnya pada bank BNI Syariah

Surakarta.

Layanan hasanah card dapat dinikmati oleh setiap nasabah diberbagai

tempat yang menyediakan pelayanan kartu kredit, sehingga meskipun

hasanah card merupakan satu satunya kartu kredit berbasis syariah tetap

dapat dimanfaatkan dengan cakupan yang sangat luas sama halnya kartu

kredit pada umunya.

Dengan latar belakang munculnya kartu kredit sebagai sarana penunjang

kebutuhan ekonomi masyarakat, tentunya masyarakat akan lebih tertarik serta

memilih jenis kartu kredit yang memberikan keuntungan serta fasilitas

maksimal tetapi dengan biaya minimal. Hasanah card ternyata mampu

menjawab tuntuan masyarakat tersebut, di mana sistem yang diterapkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

4

cukup membantu dan meringankan masyarakat. Sistem perhitungan Kartu

kredit yang terkenal dengan sebutan kredit bunga berbunga tanpa batas yang

tentunya sangat memberatkan masyarakat, tidak berlaku bagi hasanah card

karena menganut prinsip yang mengharamkan riba, sehingga cara perhitungan

yang digunakan tetap disesuaikan dengan jumlah penggunaan yang dipakai

oleh nasabah dan keuntungan yang diperoleh bank merupakan hasil dari jasa

(ujrah). Hal inilah yang menyebabkan hasanah card cukup dapat diterima di

kalangan masyarakat meskipun hasanah card tampil sebagai kartu kredit

baru.

Seiring dengan pesatnya pengunaan kartu kredit tersebut, penyalah

gunaannya juga banyak terjadi. Di samping itu, ternyata juga seringkali

terjadi bahwa para pihak yang terlibat dalam pengunaan atau penerbitan atau

pemakaian kartu kredit tidak selamanya melaksanakan prestasinya seperti

yang diperjanjikan, baik karena kesengajaan, kesilapan, maupun karena

seribu satu alasan lainnya. Karena itu, kehadiran sektor hukum yang adil,

tegas, dan predictable untuk menata penggunaan kartu kredit tentu merupakan

kebutuhan dunia bisnis yang nyata dalam prakteknya.

Sektor hukum khususnya hukum bisnis dewasa ini sudah cukup

berkembang. Merupakan suatu fenomena dengan fakta yang tidak

terbantahkan, terlebih lagi di era globalisasi ini, dimana hampir semua yang

terjadi di negeri lain di bidang bisnis dan karenanya juga disektor legal,

akhirnya juga dipraktekkan di Indonesia.

Perkembangan sektor hukum bisnis yang begitu cepat tersebut membawa konsekuensi terhadap perlunya sektor hukum di bidang ini ditelaah ulang agar tetap up to date, seirama dengan perkembangan masa, maka jika yang mengatur perbankan dikenal adanya hukum perbankan atau mengatur perkreditan yang namanya hukum perkreditan, tentunya yang mengatur bantuan finansial lewat lembaga pembiayaan dikenal juga cabang hukum bisnis yang namanya hukum pembiayaan (Munir Fuady, 1999: 2).

Sebagai salah satu upaya untuk mengawasi, menjalankan dan

meminimalisasi kejahatan – kejahatan yang terjadi dalam dunia perbankan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

5

khususnya mengenai pembiayaan, maka dibentuklah suatu lembaga yang

disebut dengan Lembaga pembiayaan yaitu salah satu bentuk usaha di bidang

lembaga keuangan nonbank yang mempunyai peranan yang sangat penting

dalam pembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan di

Indonesia. Kegiatan lembaga pembiayaan dilakukan dalam bentuk

penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara

langsung dari masyarakat melalui deposito, tabungan, giro dan surat sanggup

bayar (Dyah Wulandari, 2010:2).

Akan tetapi dibalik semua kemudahan, keuntungan dan kecanggihan

yang ditawarkan tersebut, juga dapat menimbulkan berbagai masalah bila

tidak berhati – hati dan bijak dalam penggunaannya. Akibat dari kekurang

hati – hatian dan sifat konsumtif yang tidak terkendali, muncul berbagai

kecurangan dan penyalahgunaan kartu kredit, sehingga diperlukan adanya

suatu pranata hukum yang dapat mengatur berbagai permasalahan tersebut.

Berdasarkan latar belakang sebgaimana tersebut diatas, penulis

memfokuskan penelitian dengan mengambil judul : PROBLEMATIKA

HUKUM DALAM PEMBIAYAAN HASANNAH CARD (KARTU KREDIT)

DI BANK BNI (BANK NEGARA INDONESIA) SYARIAH SURAKARTA

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis

merumuskan masalah untuk mengetahui dan menegaskan masalah-masalah

apa yang hendak diteliti sehingga dapat memudahkan penulis dalam

mengumpulkan, menyusun, menganalisa, dan mengkaji data secara lebih

rinci. Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apa problematika hukum yang ada dalam pembiayaan hasannah card

(kartu kredit)?

2. Bagaimana perbandingan keuntungan hasanah card dibandingkan

dengan kartu kredit konvensional ?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

6

3. Bagaimana penyelesaian problematika hukum dalam pembiayaan

hasannah card (kartu kredit)?

C. TUJUAN PENELITIAN

“Tujuan penelitian adalah rumusan tentang hal-hal yang hendak dicari, ditemukan, atau ingin dicapai dari kegiatan penelitian” (Tajul Arifin, 2008:77). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang menjadi pokok permasalahan yang dikaji oleh penulis. Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis sendiri baik berupa tujuan secara obyektif maupun tujuan secara subyektif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan Obyektif

a. Mengetahui problematika hukum apa yang ada dalam pembiayaan

Hasanah Card ;

b. Mengetahui perbandingan keuntungan hasanah card dibandingkan

dengan kartu kredit konvensional dan;

c. Mengetahui bagaimana penyelesaian problematika hukum dalam

pembiayaan Hasanah Card.

2. Tujuan Subyektif

a. Menambah wawasanan, pengetahuan, dan kemampuan analitis penulis

tentang Hukum Perdata terutama menyangkut masalah hasanah card (

kartu kredit), mengetahui keuntungan hasanah card dibandingkan

dengan kartu kredit konvensional, dan mengetahui bagaimana

penyelesaiannya apabila terjadi permasalahan dalam pembiayaan

hasanah card (kartu kredit) sesuai dengan hukum perdata;

b. Mengetahui kesesuaian teori yang diperoleh dan kenyataan yang

terjadi dalam praktik kehidupan; dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

7

c. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh atau meraih gelar

Sarjana Strata satu (S1) dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penulis dalam hal ini berharap bahwa kegiatan penelitian hukum ini akan

bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang terkait dengan penulisan

hukum ini yaitu pembaca. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari

penulisan hukum ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan manfaat dan sumbangsih pemikiran dan pengetahuan

bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada

umumnya dan Hukum Perdata pada khususnya;

b. Memperkaya referensi dan literatur kepustakaan Hukum Perdata

tentang problematika hukum dalam pembiayaan kartu kredit

khususnya di Bank BNI syariah Surakarta; dan

c. Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap

penelitian-penelitian sejenis pada tahap selanjutnya dan berguna bagi

para pihak yang pada kesempatan lain mempunyai minat untuk

mengkaji permasalahan yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang diteliti;

b. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan

membentuk pola pikir ilmiah, sekaligus untuk mengetahui

kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh; dan

c. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait langsung

dengan penelitian ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

8

E. METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa, dan konstruksi, yang dilakukan secara metodelogis, sistematis, dan konsisten (Soerjono Soekanto, 2010 : 42).

Untuk mendapatkan data dan penelitian yang rinci dan utuh dalam memberikan uraian, maka diperlukan adanya suatu metode penelitian. “Metode penelitian pada dasarnya adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dan/atau informasi empiris untuk memecahkan permasalahan dan/atau menguji hipotesis penelitian” (Tajul Arifin, 2008:77).

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah dan ditinjau dari tujuan penelitian hukum dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian empiris. Penelitian hukum empiris adalah penelitian yang menggunakan data primer sebagai data utama, dimana penulis langsung terjun ke lokasi.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini termasuk penelitian yang bersifat hukum deskriptif. Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala – gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa – hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat teori – teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori – teori baru (Soerjono Soekanto, 2008: 10).

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data-data yang digunakan responden secara lisan atau tulisan, dan juga perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2006:250).

Penulis menggunakan metode ini karena metode ini mampu menyesuaikan secara lebih mudah untuk berhadapan dengan kenyataan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

9

serta lebih peka dan lebih mudah menyesuaikan diri dengan banyak penajaman dengan pola-pola nilai yang dihadapi.

4. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

“Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari lapangan yang menjadi obyek penelitian atau yang diperoleh secara langsung dari responden-responden berupa keterangan atau fakta-fakta “(Soerjono Soekanto, 2006:12). Data primer dalam penelitian ini adalah berupa hasil wawancara dengan bapak Mujiyono selaku pihak yang berkompeten di Bank BNI Syariah Surakarta dan beberapa nasabah Bank BNI Syariah Surakarta khususnya produk Hasanah Card, diantaranya yaitu Jayanti Agustiningrum AP, SH; Ir, Woro Yulianti; dan Ellus Yuniati

b. Data Sekunder

“Data sekunder adalah data yang didapat dari keterangan-keterangan atau pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung melalui studi kepustakaan, dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan sumber-sumber tertulis lainnya” (Soerjono Soekanto, 2006:12).

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian hukum ini adalah data sekunder, yaitu data atau informasi hasil pengkajian dokumen penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya, bahan kepustakaan seperti buku-buku, literatur, majalah, jurnal, atau arsip-arsip yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.data sekunder di bidang hukum ditinjau dari sudut kekuatan mengikatnya digolongkan dalam:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan

bersifat autoratif, artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer

terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan-catatan resmi, atau

risalah di dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dan

putusan-putusan hakim. Bahan hukum primer dalam penelitian ini

adalah:

1) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah.

2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

10

3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

4) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga

Pembiayaan.

5) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember

1988 tentang Lembaga Pembiayaan.

6) Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 125/KMK.013/1988

tanggal 20 Desember 1988 tentang Tata Cara Pelakaksanaan

Lembaga Pembiayaan.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki,

2005:41). Bahan hukum sekunder berupa data yang diperoleh secara

tidak langsung dari kepustakaan yaitu berupa buku-buku, dokumen-

dokumen, jurnal hukum, artikel-artikel, internet dan sumber-sumber

lainnya yang memiliki korelasi, khususnya yang berkaitan dengan

penelitian hukum penulis; dan

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti

misalnya kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik untuk mengumpulkan data dari salah satu atau beberapa sumber data yang ditentukan. Untuk memperoleh data-data yang lengkap dan relevan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara,

Merupakan cara memperoleh data dengan jalan melakukan tanya jawab secara mendalam dengan sumber data primer, yaitu pihak-pihak yang berkompeten di Bank BNI Syariah Surakarta.

b. Observasi

Adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan di lapangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

11

c. Studi kepustakaan

Adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen, buku-buku, dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Dalam hal ini penulis akan mengumpulkan data-data dengan mempelajari:

1) Dokumen-dokumen atau berkas-berkas lainnya yang diperoleh dari

Bank BNI Syariah Surakarta.

2) Buku-buku serta bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan

pokok-pokok bahasan penelitian.

6. Teknik Analisis Data

“Analisis data merupakan proses yang dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, kemudian mereduksi data, dan menyusunnya dalam satuan-satuan yang dikategorisasikan sehingga data yang diperoleh tersebut dapat ditafsirkan” (Lexy J. Moleong, 2009:247).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan data yang diperoleh.

F. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM

Guna menerangkan secara menyeluruh tentang sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan hukum serta untuk mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi penulisan hukum ini, maka peneliti menjabarkan dalam bentuk sistematika penulisan hukum yang terdiri dari 4 bab dimana tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang supaya memudahkan pemahaman mengani seluruh isi penulisan hukum ini.

Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

12

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini penulis memberikan landasan teori atau penjelasan secara teoritik yang bersumber dari bahan hukum berupa literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang diangkat. Tinjauan pustaka ini terdiri dari kerangka teori atau konseptual dan kerangka pemikiran.

1. Kerangka teori, berisi uraian sistematis tentang berbagai

keterangan yang dikumpulkan dari pustaka yang ada

hubungannya dan menunjang penelitian. Kerangka teori

dalam penelitian ini menjelaskan tinjauan mengenai kartu

kredit, dan tinjauan mengenai jaminan.

2. Kerangka pemikiran, menggambarkan logika hukum

untuk menjawab permasalahan penelitian.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV : PENUTUP

Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari keseluruhan hasil pembahasan dan proses penelitian, serta saran-saran yang dapat penulis kemukakan kepada para pihak yang terkait dengan bahasan penulisan hukum ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan umum tentang Bank Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Bank Syariah terdiri atas dua kata, yaitu Bank dan Syariah. Kata Bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata Syariah dalam versi bank syariah di indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk penyimpangan dana dan /atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam. Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam (Zainudin Ali, 2008:1) Sedangkan pengertian yang lain tentang Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.(Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah)

b. Produk produk Bank Syariah

Pertumbuhan produk perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya di negara Republik Indonesia, yang penduduknya mayoritas muslim, bahkan terbesar di dunia, jauh tertinggal bila dibandingkan Amerika yang penduduk muslimnya sangat kecil. Produk syariah baru dikenal di Indonesia diawal 1990-an, yaitu ketika bank muamalat Indonesia berdiri. Berdasarkan Undang undang Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 19-21 tentang Perbankan Syariah, maka dapat dijabarkan beberapa produk dari Bank Syariah, yaitu :

1) Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau

Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

14

2) Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah

atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip

Syariah;

3) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah,

Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan

dengan Prinsip Syariah;

4) Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam,

Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan

dengan Prinsip Syariah;

5) Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang

tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

6) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak

kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain

yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

7) Pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau

Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

8) Kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah;

9) Surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah

10) Letter of Credit

c. Dasar hukum Bank Syariah

Bank syariah secara yuridis normatif dan secara yuridis empiris diakui keberadaannyadi negara republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis normatif tercatat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, di antaranya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-undang 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Selain itu, pengakauan secara yuridis empiris dapat dilihat perbankan syariah tumbuh dan berkembang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

15

Dengan kata lain, dasar hukum dari perbankan syariah adalah : 1) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah.

2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan.

3) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan

atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang

Bank Indonesia.

4) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan

atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama.

5) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga

Penjamin Simpanan.

6) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Bank

Syariah.

7) Surat keputusan direksi Bank Indonesia tentang Bank

Umum berdasarkan prinsip syariah direksi Bank

Indonesia.

8) Fatwa DSN-MUI tentang hukum perbankan.

2. Tinjauan umum tentang perjanjian

Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan atau kalimat-kalimat yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau dibuat dalam tulisan oleh para pihak yang membuat perjanjian. Dengan demikian hubungan antara perikatan dan perjanjian bahwa perjanjian menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber terpenting yang melahirkan perikatan karena perikatan paling banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian. Perikatan adalah suatu pengertian abstrak sedangkan perjanjian adalah suatu hak yang konkrit atas suatu peristiwa. Untuk membuat suatu perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian Pasal 1320 Kitab Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

16

Hukum Perdata (selanjutnya disingkat menjadi KUH Perdata) menentukan syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu ;

a. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

b. cakap untuk membuat suatu perjanian

c. mengenai hal atau obyek tertentu

d. suatu sebab (causa) yang halal

syarat pertama dan kedua adalah syarat subyektif karena menyangkut orang-orang atau pihak-pihak yang membuat perjanjian. Orang-orang atau pihak ini sebagai subyek yang membuat perjanjian, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif karena menyangkut mengenai obyek yang diperjanjikan oleh orang-orang atau subyek yang membuat perjanjian. Perjanjian kredit tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata tetapi termasuk perjanjian bernama di luar KUH Perdata, meskipun perjanjian kredit tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata tetapi dalam membuat perjanjian kredit tidak boleh bertentangan dengan asas atau ajaran umum yang terdapat dalam hukum perdata. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan undang-undang perbankan tidak mengenal istilah perjanjian kredit. “Istilah perjanjian kredit ditemukan dalam instruksi Presidium Kabinet nomor 15/EK/10 tangaal 3 Oktober 1966 jo Surat Edaran Bank Negara Indonesia Unit I Nomor 2/539/UPK/Pemb tanggal 8 Oktober 1966 yang menginstruksikan kepada masyarakat perbankan bahwa dalam memberikan kredit dalam bentuk apapun, Bank-bank wajib mempergunakan akad perjanjian kredit.” Mariam Darus Badrulzaman, berpendapat bahwa “perjanjian kredit bank adalah perjanjian pendahuluan (vooroverenkomst) dari penyerahan uang.” Perjanjian pendahuluan merupakan hasil dari permufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman mengenai hubungan antara keduanya (kreditor dan debitor). Penyerahan uangnya adalah bersifat riil. Pada saat penyerahan uangnya dilakukan, barulah ketentuan yang tertuang dalam model perjanjian kredit bank tersebut berlaku untuk kedua belah pihak. Menurut hukum perjanjian, kredit harus tertulis dan memenuhi syarat-syarat pasal 1320 KUH Perdata. Namun dari sudut pembuktian, perjanjian secara lisan sulit untuk dijadikan sebagai alat bukti, karena hakekat pembuatan perjanjian adalah sebagai alat bukti bagi para pihak yang membuatnya. Dasar hukum perjanjian kredit secara tertulis dapat mengacu pada Pasal 1 angka 11 Undang-undang Perbankan. Dalam pasal itu disebutkan :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

17

“penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain”. Dalam dunia modern yang komplek ini perjanjian lisan sudah tidak disarankan untuk digunakan karena perjanjian secara lisan sulit dijadikan sebagai alat pembuktian bila terjadi masalah di kemudian hari meskipun secara teori diperbolehkan. Perjanjian kredit merupakan ikatan atau alat bukti tertulis antara Bank dengan Debitor sehingga harus disusun dan dibuat sedemikian rupa agar setiap orang mudah untuk mengetahui bahwa perjanjian yang dibuat itu merupakan perjanjian kredit.

Dalam praktek Bank ada dua bentuk perjanjian kredit, yaitu :

a. Perjanjian kredit yang dibuat di bawah tangan

Dinamakan akta di bawah tangan artinya perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh bank kemudian ditawarkan kepada debitur untuk disepakati. Untuk mempermudah dan mempercepat kerja bank, biasanya bank sudah menyiapkan formulir perjanjian dalam bentuk standard (standarform) yang isi, syarat-syarat dan ketentuannya disiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Bentuk perjanjian kredit yang dibuat sendiri oleh Bank tersebut termasuk jenis akta di bawah tangan. Dalam rangka penandatanganan perjanjian kredit, formulir perjanjian kredit yang isinya sudah disiapkan Bank kemudian disodorkan kepada setiap calon-calon debitor untuk diketahui dan dipahami mengenai syarat-sayarat dan ketentuan pemberian kredit tersebut.

b. Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris

yang dinamakan akta otentik atau akta notariil

Perjanjian ini di siapkan dan di buat oleh seorang notaris namun dalam praktik semua syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan Bank kemudian diberikan kepada Notaris untuk dirumuskan dalam akta notariil. Memang notaris dalam membuat perjanjian hanyalah merumuskan apa yang diinginkan para pihak dalam bentuk akta notariil atau akta otentik. Perjanjian kredit yang dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta otentik biasanya untuk pemberian kredit dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu menengah atau panjang, seperti kredit investasi, kredit modal kerja, kredit sindikasi (kredit yang diberikan lebih dari satu kreditor atau lebih dari satu bank).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

18

3. Tinjauan Umum tentang lembaga pembiayaan

a. Pengertian pembiayaan

Pembiayaan yang berasal dari kata dasar biaya. “Biaya adalah uang yang dikeluarkan untuk mengadakan sesuatu. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah perbuatan (hal dsb) membiayai atau membiayakan” (KBBI,1985 :135-136).

b. Pengertian Perusahaan pembiayaan

Dengan semakin maraknya dunia bisnis, tidak bisa kita elakan lagi adanya kebutuhan dana yang dperlukan baik oleh kalangan usahawan perseorangan maupun usahawan yang tergabung dalam suatu badan hukum di dalam mengembangkan usahanya maupun di dalam meningkatkan mutu produknya, sehingga dapat dicapai suatu keuntungan yang memuaskan maupun tingkat kebutuhan bagi kalangan lainnya.

Untuk membutuhkan dana tersebut, saat ini semakin banyak orang yang mendirikan suatu lembaga pembiayaan yang bergerak di bidang penyediaan dana ataupun barang yang akan dipergunakan oleh pihak lain didalam mengembangkan usahanya.

Awal mulainya lembaga pembiayaan disebutkan dalam Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988, dan dijabarkan lebih lanjut melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tangal 20 Desember 1988 tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga pembiayaan.

Menurut pasal 1 Keppres di atas dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan usaha yang di dalam melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.

c. Asas-asas mengenai Perusahaan pembiayaan

Undang-undang telah mengatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pembiayaan. Terdapat tiga asas umum mengenai pembiayaan (http:// studihukum.wordpress.com):

1) Asas yang pertama adalah asas kebebasan berkontrak,

dimana lembaga pembiayaan bebas dalam melakukan

perjanjian pembiayaan dengan pihak mana saja asalkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

19

ada kesepakatan di antara para pihak dan memenuhi

persyaratan yang ada.

2) Asas yang kedua adalah asas kehati-hatian, dalam asas

ini dimaksudkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan

pembiayaan, pihak lembaga pembiayaan tidak lupa juga

memperhatikan aspek kehati-hatian, hal ini utuk

meminimalisir adanya kerugian atau kendala-kendala

yang timbul dari pembiayaan tersebut, hal ini untuk

melindungi pihak lembaga pembiayaan maupun pihak

nasabah (Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998).

3) Asas yang ketiga adalah asas demokrasi ekonomi,

dengan mengacu kepada penjelasan Pasal 33 UUD 1945

diketahui bahwa ayat 1, 2 dan 3 Pasal 33 UUD 1945 ini

pada dasarnya merupakan landasan dari Demokrasi

Ekonomi atau lebih populer dengan istilah Sistem

Ekonomi Kerakyatan, adalah suatu sistem perekonomian

yang mengutamakan peningkatan partisipasi seluruh

anggota masyarakat dalam proses penyelenggaraan

perekonomian. Dengan demikian maka dalam Sistem

Ekonomi Kerakyatan ini setiap anggota masyarakat tidak

hanya diperlakukan sebagai objek, tetapi juga sebagai

subjek yang memiliki hak untuk berpartisipasi secara

langsung dalam penyelenggaraan perekenomian dan

sekaligus turut serta mengawasi penyelenggaraannya.

d. Prinsip prinsip pembiayaan yang baik

Lembaga keuangan melakukan fungsi menyalurkan kredit/pembiayaan melalui berbagai unit usahanya. Pembiayaan tersebut merupakan sumber profit dalam rangka menjaga kesinambungan usaha permodalan dan memberikan konstribusi bagi negara melalui pembayaran pajak. Dari kedua manfaat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam memenuhi target pembiayaannya, lembaga pembiayaan dituntut untuk selalu memenuhi prinsip-prinsip pembiayaan yang sehat. Dalam dunia

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

20

perbankan berlaku prinsip umun yang dikenal dengan 5-C yang meliputi: character, capacity, capital, condition, dan collateral.

Bagi suatu lembaga pembiayaan, prinsip tersebut dapat diterapkan dengan penyesuaian pada situasi dan kondisi. Sesuai dengan pengertian kredit (berasal dari kata credo) yaitu kepercayaan (trust), maka debitur yang dibiayai adalah mereka yang diyakini akan sanggup untuk mengembalikan kredit/pembiayaan itu berikut dengan margin/bunganya. Menurut Roger H. Hale dalam bukunya Credit Analyze a Complete Guide, terdapat beberapa langkah pemberian kredit yang sehat, yang merupakan pengembangan dari prinsip 5-C. Mengacu pada pendapat Hale tersebut, beberapa langkah berikut perlu dijadikan pedoman dalam penyaluran kredit/pembiayaan, antara lain:

1) Dokumen kredit/pembiayaan harus diterima oleh kreditur

secara lengkap, karena ketidaklengkapan dokumen dapat

menjadi masalah di kemudian hari.

2) Kumpulkan fakta secara lengkap berdasarkan data yang akurat.

Pastikan bahwa seluruh aspek yuridis telah terpenuhi.

3) Pihak kreditur harus benar-benar memahami bisnis calon

debitur, termasuk trend dan prospeknya.

4) Pofesional dalam menilai agunan. Perlu diingat bahwa sumber

utama pengembalian kredit harus berasal dari cashflow

perusahaan debitur bukan dari penjualan agunan yang

merupakan second way out dalam pengembalian kredit.

5) Risiko kredit/pembiayaan harus dianalisa secara cermat oleh

pihak independen.

6) Keputusan menyangkut persetujuan kredit/pembiayaan harus

bebas dari intervensi atau tekanan pihak manapun.

7) Pelunasan harus menjadi dasar dan tujuan dari

kredit/pembiayaan, sehingga besarnya pinjaman selalu

mempertimbangkan kemampuan pihak debitur dalam

pengembaliannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

21

8) Jika kredit disalurkan melalui lembaga perantara (bank

pelaksanaan), maka pastikan bahwa lembaga perantara tersebut

dalam kondisi sehat.

9) Penanganan adminsitrasi dan dokumentasi kredit harus

dilakukan secara tertib semenjak pengajuan kredit, proses

persetujuan, pelimpahan, pembayaran angsuran, dan

pelunasannya.

10) Monitoring terhadap mutu kredit/pembiayaan harus dilakukan

secara berkala dan dilakukan oleh seluruh unsur terkait.

11) Penggunaan kredit/pembiayaan harus dapat ditelusuri dan

dipertanggungjawabkan.

12) Kreditur harus melakukan pembinaan dan pendampingan

kepada debitur agar usahanya semakin maju dan dapat

melunasi pinjaman tepat pada waktunya.

Dari prinsip-prinsip tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian kredit/pembiayaan tidak dapat dilakukan secara gegabah. Kehati-hatian sejak awal merupakan pencegahan yang paling efektif dalam rangka memperoleh portfolio kredit yang sehat.

e. Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan.

Kegiatan Perusahaan Pembiayaan merupakan sebagian kegiatan

yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan. Dalam Pasal 2

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan, disebutkan bahwa bentuk kegiatan usaha

dari Perusahaan Pembiayaan antara lain :

1) Sewa Guna Usaha.

Sewa Guna Usaha (Leasing) merupakan kegiatan

pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik

secara Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (Finance lease)

maupun Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi (Operating Lease)

untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (lessee) selama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

22

jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara

angsuran.

Kegiatan Sewa Guna Usaha dilakukan dalam bentuk

pengadaan barang modal bagi Penyewa Guna Usaha, baik

dengan maupun tanpa hak opsi untuk membeli barang tersebut.

Pengadaan barang modal dapat juga dilakukan dengan cara

membeli barang Penyewa Guna Usaha yang kemudian

disewagunausahakan kembali.

Sepanjang perjanjian Sewa Guna Usaha (Leasing) masih

berlaku, hak milik atas barang modal objek transaksi Sewa

Guna Usaha berada pada Perusahaan Pembiayaan.

2) Anjak Piutang

Anjak Piutang (Factoring) adalah kegiatan pembiayaan

dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu

perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.

Dalam pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor

84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dijelaskan

bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk piutang

dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan

atas piutang tersebut.

Kegiatan anjak piutang tersebut, dapat dilakukan dalam

bentuk anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang

(Without Recourse) dan anjak piutang dengan jaminan dari

penjual piutang (With Recourse).

Anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang

(Without recourse) adalah kegiatan anjak piutang dimana

Perusahaan Pembiayaan menanggung seluruh resiko tidak

tertagihnya Piutang. Sedangkan anjak piutang dengan jaminan

dari penjual piutang (With recourse) adalah kegiatan anjak

piutang dimana penjual piutang menanggung resiko tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

23

tertagihnya sebagian atau seluruh piutang yang dijual kepada

Perusahaan Pembiayaan.

3) Usaha Kartu Kredit

Usaha Kartu Kredit (Credit Card) adalah kegiatan

pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan

menggunakan kartu kredit. Kegiatan usaha kartu kredit

dilakukan dalam bentuk penerbitan kartu kredit yang dapat

dimanfaatkan oleh pemegangnya untuk pembelian barang

dan/atau jasa.

Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha kartu

kredit, sepanjang berkaitan dengan sistem pembayaran wajib

mengikuti ketentuan Bank Indonesia.

4) Pembiayaan Konsumen

Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah

kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan

kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.

Kegiatan Pembiayaan Konsumen dilakukan dalam bentuk

penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan

kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.

Kebutuhan konsumen yang dimaksud meliputi antara lain :

a) Pembiayaan kendaraan bermotor;

b) Pembiayaan alat-alat rumah tangga;

c) Pembiayaan barang-barang elektronik;

d) Pembiayaan perumahan.

f. Dasar Hukum Perusahaan Pembiayaan

1) Peraturan presiden no.61 tahun 1988 tentang lembaga

pembiayaan

Dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 1988 dijelaskan bahwa lembaga pembiayaan adalah badan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

24

usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsug dari masyarakat (Pasal 1).

Dan yang dimaksud dengan perusahaan pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan utuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan (Pasal 1).

2) Keputusan menteri keuangan nomor

:1251/KMK.013/1988 tentang ketetuan dan tata cara

pelaksanaan lembaga pembiayaan

Pasal 2

Dalam Pasal 2 dijelaskan, lembaga pembiayaan melakukan kegiatan yang meliputi bidang usaha :

a) Sewa guna usaha

b) Modal ventura

c) Perdagangan surat berharga

d) Anjak piutang

e) Usaha kartu kredit

f) Pembiayaan konsumen.

Pasal 9

Dalam ayat (1) dijelaskan bahwa lembaga pembiayaan dapat dilakukan oleh :

a) Bank

b) Lembaga keuangan bukan bank

c) Perusahaan pembiayaan.

4. Tinjauan umum tentang hasannah card (kartu kredit)

a. Pengertian kartu kredit

Kartu kredit merupakan suatu kartu yang umumnya dibuat dari bahan plastik, dengan dibubuhkan dentitas dari pemegang dan penerbitnya, yang memberikan hak terhadap siapa kartu kredit diisukan unutk menandatangani tanda pelunasan pembayaran harga dari barang atau jasa yang dibeli di tempat tempat tertentu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

25

seperti toko, hotel, restaurant, penjualan tiket pengangkutan, dll (munir fuady,1999:174).

Selanjutnya membebankan kewajiban kepada pihak penerbit kartu kredit untuk melunasi harga barang atau jasa. Kemudian kepada pihak penerbitnya diberikan hak untuk menagih kembali pelunasan harga tersebut dari pihak pemegang kartu kredit plus biaya biaya lainnya, seperti bunga, denda, iuran tahunan, uang pangkal, dan sebagainya.

Credit cards are plastic cards bearing an account number assigned to a cardholder with a credit limit than can be used to purchase goods, services, and interest is charged on the outstanding balance.(international research journal of finance and economics, issue 11 2007)

Adapun pendapat lain yang mengatakan, “kartu kredit adalah alat pembayaran melalui jasa bank/perusahaan pembiayaan dalam transaksi jual beli barang/jasa, atau alat untuk menarik uang tunai dari bank/perusahaan pembiayaan” (munir fuady,2000:263).

b. Sejarah singkat Hasanah Card

Bisnis kartu kredit di Indonesia mengalami perkembangan yang

sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah kartu yang beredar

saat ini telah mencapai lebih dari 13 juta kartu yang diterbitkan oleh 22

bank dan lembaga pembiayaan. Berbagai macam penawaran yang

menarik, dari sisi joint promo maupun fitur. Bahkan saat ini jenis kartu

kredit yang beredar telah ada yang menggunakan sistem Syariah.

Bertepatan dengan Festival Ekonomi Syariah (FES) pada bulan

Februari 2009 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, BNI

Syariah telah meluncurkan salah satu jenis pembiayaan yang berbasis

Kartu Kredit yaitu iB Hasanah Card dengan menggandeng provider

MasterCard International. Untuk peluncuran produk Hasanah Card

sendiri diawali di Jakarta pada tahun 2008, kemudian disusul di

Semarang pada tahun 2009 untuk wilayah Surakarta sendiri, Bank BNI

Syariah meluncurkan Hasanah Card pada tahun 2010, tepatnya pada

bulan Februari.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

26

Dasar yang dipakai dalam penerbitan iB Hasanah Card adalah

fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.54/DSN-MUI/X/2006

mengenai Syariah Card dan surat persetujuan dari Bank Indonesia

No.10/337/DPbs tangal 11-03-2008. Sesuai dengan fatwa DSN

No.54/DSN-MUI/X/2006 Syariah Card didefinisikan sebagai kartu

yang berfungsi sebagai Kartu Kredit yang hubungan hukum antara

para pihak berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam

fatwa.

c. Akad Hasanah Card

Dalam Hasanah Card, ada beberapa akad (Akad Syariah Card)

yang menjadi acuan sesuai dengan yang diatur dalam Fatwa DSN

No. 54/DSN-MUI/X/2006

Kafalah

Penerbit kartu adalah penjamin (kafil) bagi Pemegang

Kartu terhadap merchant atas semua kewajiban bayar

(dayn) yang timbul dari transaksi antara Pemegang Kartu

dengan Merchant dan atau penarikan uang tunai selain

Bank atau ATM Bank Penerbit Kartu.

Qard Penerbit kartu adalah pemberi pinjaman kepada pemegang

iB Hasanah Card atas seluruh transaksi penarikan tunai

dengan menggunakan kartu dan transaksi pinjaman dana.

Ijarah Penerbit kartu adalah penyedia jasa sistem pembayaran dan

pelayanan terhadap Pemegang Kartu.

Tabel.1 d. Pengertian hasannah card (kartu kredit)

Hasannah card adalah kartu berbasis syariah yang berfungsi seperti kartu kredit sehingga diterima di seluruh tempat yang bertanda master card dan semua ATM yang bertanda CIRRUS di seluruh dunia.(www.BNI.co.id)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

27

e. Pihak pihak yang terlibat dalam hasannah card (kartu kredit)

Transaksi yang dilakukan dengan mengunakan hasannah card (kartu kredit) melibatkan berbagai pihak yang saling berkepentingan. Masing masing pihak satu sama lain terikat perjanjian baik mengenai hak maupun kewajibannya. Pihak pihak yang terlibat ini pada akhirnya akan membentuk suatu suatu sistem kerja kartu kredit itu sendiri.

Dalam sistem kerja hasannah card ( kartu kredit) ada 4 pihak, yaitu:

a. Pihak penerbit (issuer)

Pihak penerbit kartu kredit ini terdiri dari :

a) Bank

b) Lembaga keuangan yang khusus bergerak di bidang

penerbitan kartu kredit

c) Lembaga keuangan yang disamping bergerak didalam

penerbitan kartu kredit bergerak juga di bidang kegiatan

kegiatan lembaga keuangan lainnya.

Kepada pihak penerbit ini, oleh hukum dibebankan kewajiban sebagai berikut :

a) Memberikan kartu kredit kepada pemegangnya

b) Melakukan pelunasan pembayaran harga barang atau jasa

atas tagihan yang disodorkan oleh penjual

c) Memberitahukan kepada pemegang kartu kredit terhadap

setiap tagihannya dalam suatu periode tertentu.

d) Memberitahukan kepada pemegang kartu kredit berita

berita lainnya yang menyangkut dengan hak, kewajiban

dan kemudahan bagi pemegang tersebut.

Selanjutnya bagi pihak penerbit kartu kredit oleh hukum hukum diberikan hak-hak sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

28

a) Menagih dan menerima dari pemegang kartu kredit

pembayaran kembali uang harga pembelian barang atau

jasa.

b) Menagih dan menerima dari pemegang kartu kredit

pembayaran lainnya, seperti bunga, denda, iuran tahunan,

dll.

c) Menerima komisi dari pembayaran tagihan kepada

perantara penagihan atau kepada penjual.

b. Pihak pemegang kartu kedit (card holder)

Secara hukum, pihak pemegang kartu kredit mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a) Tidak melakukan pembelian dengan kartu kredit yang

melebihi batas maksimum.

b) Menandatangani slip pembelian yang disodorkan oleh

pihak penjual.

c) Melakukan pembayaran kembali harga pembelian sesuai

dengan tagihan oleh pihak penerbit kartu kredit.

d) Melakukan pembayaran pembayaran lainnya.

Selanjutnya pihak pemegang kartu kredit mempunyai hak hak sebagai berikut :

a) Hak untuk membeli barang atau jasa dengan menggunakan

kartu kredit, dengan atau tanpa batas maksimum.

b) Kebanyakan dari kartu kredit juga memberikan hak kepada

pemegangnya untuk mengambil uang cash, baik pada

mesin teller tertentu, ataupun via bank bank lain atau bank

penerbit. Biasanya jumlahnya pengambilan uang cash

tersebut dibatasi sampai pada batas plafond tertentu.

c) Hak untuk menapatkan informasi dari penerbit tentang

perkembangan kreditnya dan tentang kemudahan

kemudahan sekiranya ada yang diperuntukan baginya.

c. Pihak penjual barang/jasa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

29

Sedangkan pihak penjual barang atau jasa, terhadap mana kartu kredit akan atau telah dipergunakan, secara hukum mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut :

a) Memperkenankan pihak pemegang kartu kredit untuk

membeli barang atau jasa dengan memakai kartu kredit.

b) Bila perlu melakukan pengecekan atau otorisasi tentang

pengunaan dan keabsahan kartu kredit yang bersangkutan.

c) Menginformasikan kepada pemegang kartu kredit tentang

charge tambahan selain harga jika ada.

d) Menyodorkan slip pembelian untuk ditandatangani oleh

pihak pembeli.

e) Membayar komisi ketika melakukan penagihan kepada

perantara atau kepada penerbit kartu kredit.

Sedangkan yang menjadi hak dari pihak penjual adalah :

a) Meminta pelunasan harga barang atau jasa yang dibeli oleh

pembeli.

b) Meminta pembeli atau pemegang kartu kredit untuk

menandatangani slip pembelian.

c) Menolak unutk menjual barang aau jasa jika tidak terdapat

otorisasi dari penerbit kartu kredit.

d. Pihak perantara

Pihak perantara ini terdiri dari perantara penagihan (antara penjual dan penerbit), dan perantara pembayaran (antara pemegang dan penerbit.)

Pihak perantara penagihan yang disebut juga dengan aquirer adalah pihak yang meneruskan tagihan kepada pihak penerbit berdasarkan tagihan yang masuk kepadanya yang diberikan oleh penjual. Pihak perantara penagihan inilah yang melakukan pembayaran kepada pihak penjual tersebut. Apabila pihak perantara penagihan ini terpisah dari pihak penerbit, maka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

30

seperti juga tagihan perantara penagihan tersebut kepada penerbit, maka jumlah yang harus dibayar kepada penjualpun terkena potongan komisi oleh pihak perantara.

Selanjutnya yang dimaksud dengan perantara pembayaran adalah bank-bank dimana pembayaran kredit/harga dilakukan oleh pemegang kartu kredit. Selanjutnya bank-bank ini akan mengirim uang pembayaran tersebut kepada penerbit. Pihak perantara pembayaran ini berkedudukan dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama saja seperti pemberian jasa pengiriman uang lainnya yang biasa dilakukannya. Dalam hal ini bank perantara ini akan mendapatka bayaran berupa fee tertentu (munir fuady, 1999 :175).

f. Macam macam hasannah card/kartu kredit

Keleluasaan dan kebebasan dalam menggunakan sangat dibatasi kepada jenis kartu kredit yang dimilikinya. Setiap jenis kartu kredit memiliki keunggulan dan kekurangannya. Oleh karena itu nasabah harus pandai dalam memilih kartu kredit yang sesuai dengan keinginannya.

Jenis hasanah card/kartu kredit yang ada saat ini dilihat dari berbagai sisi adalah :

Dilihat dari segi fungsi

1) Charge card

Adalah kartu kredit dimana pemegang kartu kredit harus membayar semua tagihan yang terjadi atas dirinya secara sekaligus pada saat jatuh tempo.

2) Credit card

Adalah suatu sistem dimana pemegang kartu kredit dapat melunasi semua tagihan yang terjadi atas dirinya secara sekaligus ataupun secara angsuran pada saat jatuh tempo.

3) Debit card

Adalah kartu kredit dimana pembayaran atas penagihan nasabah melalui pendebitan atas rekening yang ada di bank dimana saat membuat kartu kredit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

31

4) Cash card

Adalah kartu kredit yang berfungsi sebagai alat penarikan tunai pada ATM maupun langsung di teller bank. Namun pembayaran cash ini tidak dapat dilakukan diluar bank.

5) Check guarantee

Adalah kartu kredit yang digunakan sebagai jaminan dalam penarikan cek dan dapat pula digunakan untuk menarik uang tunai.

Berdasarkan wilayah

1) Kartu lokal

Adalah kartu kredit yang hanya dapat digunakan dalam suatu wilayah tertentu saja.

2) Kartu internasional

Adalah kartu kredit yang dapat digunakan antar lintas negara, atau tidak terbatas hanya dalam suatu wilayah tertentu saja. (kasmir,2002 :320).

g. Dasar hukum hasanah card

1) Perjanjian para pihak sebagai dasar hukum

Sebagaimana diketahui bahwa sistem hukum kita menganut asas kebebasan berkontrak (Pasal 1338 ayat (1) KUHPer). Dengan berdasarkan kepada Pasal 1338 ayat (1) KUHPer maka asal saja dibuat secara tidak bertentangan dengan hukum atau kebiasaan yang berlaku maka setiap perjanjian lisan maupun tertulis yang dibuat oleh para pihak dalam kegiatan kartu kredit, akan berlaku sebagai Undang-undang bagi para pihak tersebut. Dan memang ternyata ada perjanjian perjanjian yang dibuat oleh mereka yang berhubungan dengan penerbitan dan pengoperasian kartu kredit tersebut.

Karena itu Pasal 1338 ayat (1) KUHPer dapat menjadi salah satu dasar hukum berlakunya. Dengan demikian pula, tentunya pasal pasal tentang perikatan dalam buku ke III berlaku terhadap perjanjian perjanjian yang berkenaan dengan kartu kredit, secara mutatis mutandis.

2) Perundang-undangan sebagai dasar hukum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

32

Seperti telah disebutkan bahwa baik KUHD maupun KUHPer tidak dengan tegas memberikan dasar hukum bagi eksistensi kartu kredit, tetapi ada berbagai perundang undangan lain yang dengan tegas menyebut dan memberi landasan hukum bagi penerbitan dan pengoperasian kartu kredit ini. Yaitu sebagai berikut :

a) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, tentang

Perbankan seperti yang telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

Sejauh yang berhubungan dengan perbankan, maka kegiatan yang berkenaan dengan kartu kredit mendapat legitimasinya dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, seperti yang telah diubah dengan Udang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Pasal 6 huruf I hanya dengan tegas menyatakan bahwa salah satu kegiatan bank adalah melakukan usaha kartu kredit.

b) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang

Surat surat Berharga Syariah

Dalam undang-undang ini tepatnya dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa “surat berharga syariah negara selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat disebut sukuk negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing”

c) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah

Keberadaan sistem bagi hasil dalam kegiatan operasional perbankan di Indonesia untuk pertama kali diadopsi secara formal melalui pemberlakuan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Namun demikian, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tersebut dinilai belum memberikan landasan hukum yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

33

kuat terhadap perkembangan perbankan syariah di Indonesia, mengingat belum ada ketegasan pemberlakuan prinsip syariah. Penggunaan istilah bagi hasil dalam perundangundangan pada saat itu belum mencakup secara tepat pengertian perbankan syariah yang memiliki cakupan lebih luas. Karena itu melalui lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182 tanggal 10 November 1998 disahkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Dikarenakan pengaturan mengenai perbankan syariah di dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum spesifik sehingga perlu diatur secara khusus dalam suatu Undang-undang itu sendiri, maka pada tahun 2008, diresmikanlah Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang mengatur mengenai seluruh kegiatan perbankan syariah. Menimbang bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa-jasa perbankan syariah semakin meningkat, perbankan syariah juga memiliki kekhususan dibandingkan dengan perbankan konvensional, dan pengaturan mengenai perbankan syariah di dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 belum spesifik sehingga perlu diatur secara khusus dalam suatu Undang-undang tersendiri. Oleh karena hal ini maka diresmikan undang undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, maka yang pengertian dari Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Pasal 1 angka 7). Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Pasal 1 angka 8). Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Pasal 1 angka 9). Sejauh yang berhubungan dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

34

perbankan syariah, maka kegiatan yang berkenaan dengan kartu kredit dan produk produk lain yang berdasar pprinsip syariah mendapat legitimasinya dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

d) Keppres Nomor 6 tahun 1998, tentang Lembaga

Pembiayaan

Pasal 2 ayat 1 dari Keppres Nomor 6 ini antara lain menyebutkan bahwa satu kegiatan dari lembaga pembiayaan adalah melakukan usaha kartu kredit. Sementara dalam Pasal 1 ayat (7) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan perusahaan kartu kredit adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam rangka pembelian barang atau jasa dengan menggunakan kartu kredit.

Selanjutnya menurut Pasal 3 dari keppres Nomor 6 ini, yang dapat melakukan kegiatan lembaga pembiayaan tersebut, termasuk kegiatan kartu kredit adalah :

a) Bank

b) Lembaga keuangan bukan Bank (sekarang sudah

tidak ada lagi dalam sistem hukum keuangan

kita)

c) Perusahaan pembiayaan

e) Keputusan Menteri Keuangan no.1251/ kmk.013/

1998 tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan

lembaga pembiayaan.

Pasal 2 dari Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251 ini kembali menugaskan bahwa salah satu dari kegiatan lembaga pembiayaan adalah usaha kartu kredit.

Selanjutnya dalam Pasal 7 ditentukan bahwa pelaksanaan kegiatan kartu kredit dilakukan dengan cara penerbitan kartu kedit yang dapat dipergunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

35

oleh pemegangnya untuk pembayaran pengadan barang atau jasa.

f) Peraturan Bank Indonesia Nomor. 10/8/PBI/2008

Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor. 7/52/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan

Kartu.

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 maka yang dimaksud dengan alat pembayaran dengan menggunakan kartu adalah alat pembayaran yang berupa kartu debet, kartu kredit, Automated Teller Machine (ATM), dan/atau kartu prabayar. Pengertian kartu kredit sendiri berdasarkan Pasal 1 angka 4 adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang telah disepakati baik secara sekaligus (charge card) ataupun secara angsuran.

g) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia Nomor. 54/DSN-MUI/X. 2006 Tentang

Kartu Kredit Syariah.

Berdasarkan Fatwa No. 54/DSN-MUI/X/2006 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang dimaksud dengan kartu kredit syariah adalah kartu yang berfungsi seperti Kartu Kredit yang hubungan hukum (berdasarkan sistem yang sudah ada) antara para pihak berdasarkan prinsip syariah. Para pihak sebagaimana dimaksud adalah pihak penerbit kartu (mushdir albithaqah),

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

36

pemegang kartu (hamil al-bithaqah) dan penerima kartu (merchant, tajir atau qabil al-bithaqah). Terdapat ketentuan-ketentuan yang membedakan antara kartu kredit syariah dan kartu kredit konvensional.

h) Berbagai peraturan perbankan lainnya

Masih terdapat berbagai peraturan perbankan lainya yang mengatur lebih lanjut atau menyinggung tentang kartu kredit ini, yang dikleuarkan dari waktu ke waktu (munir fuady, 1999:180).

5. Tinjauan umum tentang problematika hukum

Problematika adalah suatu permasalahan yang belum terselesaikan atau masih menjadi suatu kendala (KBBI, 1985:133-134). Sedangkan untuk pengertian problematika hukum adalah suatu permasalahan hukum yang masih belum terselesaikan, atau masih terdapat kendala kendala dalam menyelesaikannya, atau suatu permasalahan hukum yang sering dijumpai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

37

B. Kerangka Pemikiran

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

UU N.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan peraturan yang lainnya

Dasar hukum Bank Syariah Hasanah Card

keuntungan

Pemalsuan data Kredit macet

problematika

penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

38

Keterangan :

Dalam kehidupan sehari hari, baik itu perusahaan maupun manusia pribadi tentu saja tidak lepas dari yang namanya kebutuhan dana. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan hasanah card/kartu kredit yang dikeluarkan oleh bank BNI Syariah. Undang Undang Nomor 21 Tahun 2008 merupakan dasar hukum dari sistem operasional perbankan syariah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Bank Syariah, maka Bank BNI Syariah juga mengeluarkan salah satu produk pembiayaan mereka, yaitu melalui hasanah card. Dibalik keuntungan yang ada dalam hasanah card, tentu akan diiringi dengan problematika yang ada. Dalam kasus ini, yang menjadi problematika adalah kredit macet dan pemalsuan data. Oleh karena itu, dalam penulisan hukum ini, akan membahas mengenai bagaimana penyelesaian problematika yang ada tersebut, sesuai dengan peraturan yang ada.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

39

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Sejarah Singkat Bank BNI Syariah Surakarta

Krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem

perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil,

transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat

terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April

2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor

cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin.

Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang

dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di

Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih

kurang 750 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di

dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap

memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan

Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH. Ma'ruf Amin,

semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga

telah memenuhi aturan syariah.

Di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan

bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun

2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan

beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS).

Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor

eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan

diterbitkannya Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat

Berharga Syariah Negara (SBSN) dan Undang-undang Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

40

Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat

dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga

semakin meningkat.

Sebagai salah satu wujud dalam rangka pelebaran sayap usaha

bank BNI Syariah, dibukalah salah satu cabang yang cukup pesat

perkembangannya, yaitu di Kota Surakarta pada tanggal 19 juni 2002.

2. Gambaran singkat Hasanah Card BNI Syariah Surakarta

BNI Syariah sebagai salah satu penyedia layanan jasa perbankan

berusaha memberikan layanan terbaik yang mampu memenuhi

kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan serta perekonomian

masyrakat. Oleh sebab itu, produk produk BNI Syariah diupayakan

dapat mengakomodir semua kebutuhan kebutuhan masyarakat.

Adapun produk-produk tersebut pada garis besarnya terbagi atas dua

jenis, yaitu produk tabungan / dana, dan produk pembiayaan.

a. Produk tabungan

1) iB Hasanah

adalah jenis tabungan dalam mata uang rupiah yang dikelola

berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah mutlaqah

(akad antara para pihak pemilik modal/shahibul maal dengan

pengelola/ mudharib, yang kemudian akan dibagikan sesuai

dengan nisbah yang disepakati) dan akad wadi’ah (adala

transaksi penitipan dana dari nasabah kepada bank, dengan

jaminan dana dapat ditarik sewaktu waktu oleh nasabah)

2) wadiah iB Hasanah

adalah jenis tabungan dengan akad titipan sehingga pemilik

modal (shahibul maal) menitipkan sejumlah dana kepada

mudharib (bank) sebagai pengelola modal, dimana pemilik

modal tidak berhak atas sejunmlah bagi hasil dari pengelolaan

modal tersebut dikarenakan mudharib tidak memungut biaya

administrasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

41

3) Prima/bisnis iB Hasanah

Adalah jenis tabungan dengan akad mudharabah mutlaqah

(sama dengan iB Hasanah) tetapi berbeda pada besarnya biaya

administrai, setoran awal, dan besarnya nisbah bagi hasil.

4) Tapenas iB Hasanah

Adalah satu jenis tabungan tetapi ada unsur investasi

berjangka, karena pada jenis tabungan ini pemilik modal tidak

dapat menarik modalnya sewaktu waktu sesuai dengan akad

yang telah menentukan jangka waktu pencairan dana. Tapenas

ini bertujuan untuk tabungan perencanaan masa depan

misalnya, biaya sekolah, umroh, pernikahan, dll.

5) Tabungan Haji

Adalah tabungan dengan prinsip yang sama dengan Tapenas iB

Hasanah tetapi pada tabungan ini bertujuan untuk pembiayaan

pemberangkatan haji dan ter-link dengan siskohat depag yang

berfungsi sebagai jaminan pendaftaran pemberangkatan haji.

6) Deposito iB Hasanah

Adalah investasi berjangka dimana pemilik modal menitipkan

sejumlah dana kepada Bank untuk dikelola, dan Bank akan

memberikan bagi hasil sesuai dengan nisbah dan jangka waktu

yang diberikan. Dalam deposito ini, pemilik modal hanya dapat

mencairkan dana sesuai dengan jangka waktu yang telah

diperjanjikan.

b. Produk Pembiayaan

1) Multiguna iB Hasanah

Multiguna iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan

konsumtif yang diberikan kepada anggota masyarakat

untuk membeli barang kebutuhan konsumtif dengan agunan

berupa barang yang dibiayai (apabila bernilai material) dan

atau fixed asset yang ditujukan untuk kalangan profesional

dan pegawai aktif yang memiliki sumber pembayaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

42

kembali dari penghasilan tetap dan tidak bertentangan

dengan undang-undang/hukum yang berlaku serta tidak

termasuk kategori yang diharamkan Syariah Islam.

2) Griya iB Hasanah

Griya iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif

yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk membeli,

membangun, merenovasi rumah (termasuk ruko, rusun,

rukan, apartemen dan sejenisnya), dan membeli tanah

kavling serta rumah indent, yang besarnya disesuaikan

dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan membayar

kembali masing-masing calon.

3) Pembiayaan THI iB Hasanah

Pembiayaan THI iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan

konsumtif yang ditujukan kepada nasabah untuk memenuhi

kebutuhan biaya setoran awal Biaya Penyelenggaraan

Ibadah Haji (BPIH) yang ditentukan oleh Departemen

Agama, untuk mendapatkan nomor seat porsi haji dengan

menggunakan akad ijarah.

4) CCF iB Hasanah

CCF iB Hasanah adalah pembiayaan yang dijamin dengan

cash, yaitu dijamin dengan simpanan dalam bentuk

Deposito, Giro, dan Tabungan yang diterbitkan BNI

Syariah.

5) OTO iB Hasanah

Oto iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif

murabahah yang diberikan kepada anggota masyarakat

untuk pembelian kendaraan bermotor dengan agunan

kendaraan bermotor yang dibiayai dengan pembiayaan ini.

6) Multijasa iB Hasanah

Multijasa iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan

konsumtif yang diberikan kepada masyarakat untuk

kebutuhan jasa dengan agunan berupa fixed asset atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

43

kendaraan bermotor selama jasa dimaksud tidak

bertentangan dengan undang-undang/hukum yang berlaku

serta tidak termasuk kategori yang diharamkan Syariah

Islam.

7) Gadai Emas iB Hasanah

Gadai Emas iB Hasanah atau disebut juga pembiayaan rahn

merupakan penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

barang berharga berupa emas (lantakan dan atau perhiasan

beserta aksesorisnya) dari nasabah kepada bank sebagai

agunan atas pembiayaan yang diterima.

8) iB Hasanah Card

Hasannah card adalah kartu berbasis syariah yang

berfungsi seperti kartu kredit sehingga diterima di seluruh

tempat yang bertanda master card dan semua ATM yang

bertanda CIRRUS di seluruh dunia Bisnis kartu kredit di

Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat

dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah kartu yang beredar

saat ini telah mencapai lebih dari 10 juta kartu yang

diterbitkan oleh 21 bank dan lembaga pembiayaan.

Berbagai macam penawaran yang menarik, dari sisi joint

promo maupun fitur.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

44

B. PEMBAHASAN

1. Problematika hukum dalam pembiayaan Hasanah Card

a. Prosedur pengajuan Hasanah Card

Dalam memperoleh Hasanah Card, ada beberapa hal yang harus

dipenuhi oleh nasabah calon pemegang Hasanah Card yaitu selain

mengisi aplikasi aplikasi yang telah disediakan oleh pihak Bank,

ada beberapa syarat umum yang harus diperhatikan. Hal tersebut

adalah :

1) Golongan kartu Hasanah Platinum:

Calon pemegang kartu harus memiliki penghasilan 500 juta

rupiah per tahun, dengan usia minimal 21 tahun maksimal 65

tahun

2) Golongan kartu Hasanah Gold

Calon pemegang kartu harus memiliki penghasilan 60 juta

rupiah per tahun, dengan usia minimal 21 tahun dan maksimal

65 tahun

3) Golongan kartu Hasanah Classic

Calon pemegang kartu harus memiliki pengahasilan 25 juta

rupiah per tahun, dengan usia minimal 21 tahun dan maksimal

65 tahun.

Dokumen pendukung yang juga harus dilampirkan beserta formulir

isian aplikasi iB Hasanah Card :

1) karyawan/TNI/polisi : foto kopi KTP/paspor dan juga bukti

penghasilan asli

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

45

2) dokter/Profesioal : foto kopi KTP/paspor, bukti penghasilan asli,

dan surat ijin profesi

3) pengusaha : foto kopi KTP/paspor, bukti penghasilan asli, dan foto

kopi akte pendirian/SIUP/TDP

“Untuk Dokter/Profesional lainnya dapat berupa fotokopi Tabungan/SPT dan untuk Pengusaha fotokopi Rekening Koran 3 bulan terakhir/SPT. Bila Anda mendapat limit kartu Rp. 50 juta atau lebih akan diperlukan NPWP.”(wawancara dengan Bp Mujiyono, kep Hasanah Card BNI Syariah Surakarta)

Informasi Limit Kartu dan Biaya

No Parameter Classic Gold Platinum

1 Limit Kartu Kategori 1 4 Juta Kategori 1 10 Juta Kategori 1 50 Juta

Kategori 2 6 Juta Kategori 2 15 Juta Kategori 2 75 Juta

Kategori 3 8 Juta Kategori 3 20 Juta

Kategori 4 25 Juta

Kategori 5 30 Juta

2 Annual Membership Fee

Kartu Utama 120,000 240,000 600,000

Kartu Tambahan 60,000 120,000 300,000

3 Monthly Fee

Kategori 1 118,000 Kategori 1 295,000 Kategori 1 1,475,000

Kategori 2 117,000 Kategori 2 442,500 Kategori 2 2,212,500

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

46

Kategori 3 236,000 Kategori 3 590,000

Kategori 4 737,500

Kategori 5 885,000

Tabel.2

b. Problematika hukum dalam pembiayaan Hasanah Card

Dalam era globalisasi di mana IPTEK telah mengalami

perkembangan dengan begitu pesatnya, tingkat intelegensi serta

kebutuhan masyarakat juga turut berkembang seiring dengan segala

pemenuhannya. Guna memenuhi berbagai kebutuhan tersebut

diperlukan suatu alat ataupun jasa yang dapat menjembatani aspek

pemenuhan tersebut. Dalam hal ini Hasanah Card atau yang lebih

dikenal dengan nama kartu kredit hasanah card merupakan salah satu

bentuk layanan perbankan yang bertujuan untuk memberikan

kemudahan dengan berbagai fasilitas yang disediakan dalam rangka

memenuhi kebutuhan masyarakat terutama dalam penyediaan modal

secara instan.

Berbagai kemudahan yang disediakan oleh Hasanah Card di

samping memberikan kemudahan serta biaya yang lebih murah

dibandingkan dengan kartu kredit lain ternyata juga menciptakan

dampak negatif baik bagi nasabah sebagai pengguna jasa ataupun bank

sebagai penjamin. Masalah tersebut antara lain munculnya sifat

konsumerisme dalam pola hidup masyarakat yang menjadi kurang

terkendali yang tidak jarang tanpa diikiuti dengan perhitungan yang

matang akan kemampuan untuk melakukan pembayaran. Beberapa hal

yang menjadi alasan semakin maraknya kejahatan dalam dunia

perbankan terutama dalam penggunaan kartu kredit :

1) Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi

2) Ketentuan hukum yang kurang mengikat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

47

3) Ekspresive dalam hal ini adanya tekanan ekonomi dalam

masyarakat

4) Ketidakseimbangan antara kebutuhan hidup dengan

kemampuan masyarakat.

Dengan berbagai permasalahan yang muncul di samping berbagai

fasilitas yang ditawarkan, dalam kesempatan ini penulis bermaksud

untuk mengupas mengenai berbagai permasalahan yang sering timbul

dalam penggunaan kartu kredit khususnya Hasanah Card, baik dari

sisi nasabah maupun dari sisi penjamin. Masalah – masalah tersebut

antara lain :

1) Kredit macet / kredit bermasalah

Kredit macet sering timbul disebabkan karena adanya

perhitungan yang kurang tepat mengenai penggunaan

kartu kredit dan juga karena kekurang akuratan pihak

provider penyedia layanan jasa dalam memverifikasi data

nasabah yang layak untuk mendapatkan kartu kredit

adanya kredit macet disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain :

1) Managemen usaha nasabah gagal

2) Kredit tidak sesuai dengan tujuan semula

3) Force majeur

4) Analisa kredit dan vefikasi data yang kurang

akurat

5) Karakter nasabah yang tidak memiliki itikad

baik

6) Nasabah memberi data palsu

7) Nasabah meninggal dunia

8) Kurangnya pengawasan dan pembinaan dari

bank kepada debitur.

Selain itu, pada umumnya pemahaman masyarakat

mengenai kartu kredit masih sangat minim, baik mengenai

tata cara penggunaan, perhitungan ijarah/monthly fee

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

48

yang akan ditagihkan maupun mengenai proses klaim

apabila terjadi masalah. Selama ini pemahaman

masyarakat terhadap kartu kredit adalah bentuk dari kredit

tanpa agunan, sehingga masyarakat menjadi salah dalam

menafsirkan yang pada akhirnya berdampak pada

kesalahan penggunaan kartu kredit.

Sistematika antara kredit tanpa agunan dengan kartu kredit

sangatlah berbeda, dimana kredit tanpa agunan

menggunakan sistem pembayaran flat ataupun anuitas

dengan menerapkan sistem denda pada setiap

keterlambatan, sedangkan pada kartu kredit menerapkan

sistem bunga berbunga serta denda untuk setiap

keterlambatan pembayaran diluar jatuh tempo yang pada

akhirnya semakin lama tagihan dari nasabah akan semakin

membengkak apabila terjadi keterlambatan.

2) Pemalsuan data

Dalam proses permohonan kepemilikan kartu kredit,

diperlukan data – data yang akurat dari seorang calon

nasabah yang diantaranya meliputi identitas diri nasabah,

sumber penghasilan nasabah, kepemilikan kartu kredit

lain ataupun pinjaman lain. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui kelayakan calon nasabah, kemampuan bayar

pembayaran kredit.

Dengan adanya proses verifikasi data calon nasabah,

tidak jarang dan tidak sedikit nasabah – nasabah tersebut

tidak mampu memenuhi persyaratan untuk membuat

kartu kredit, sehingga permohonan untuk memiliki kartu

kreditpun ditolak. Dengan adanya target yang harus

dipenuhi oleh petugas serta kebutuhan maupun

keinginan akan dana instan dari masyarakat, sedangkan

syarat – syarat administrasi tidak dapat terpenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

49

sehingga menimbulkan berbagai kecurangan dan

kejahatan sebagai langkah untuk mencapai target serta

mendapatkan kartu kredit.

Salah satu kejahatan yang marak terjadi berkaitan dengan

proses pengajuan kartu kredit adalah pemalsuan/

manipulasi data nasabah, adapun beberapa metode yang

sering digunakan dalam proses pemalsuan antara lain :

a) Manipulasi data yang sering dilakukan adalah dengan

meningkatkan data penghasilan dari calon nasabah

baik oleh petugas maupun oleh nasabah sendiri

dengan tujuan agar proses pengajuan kartu kredit

mendapatkan persetujuan ataupun mendapatkan limit

kartu yang tinggi. Pemalsuan data ini tentunya sangat

tidak dibenarkan, selain melanggar ketentuan

peraturan perundang undangan, dan memenuhi

rumusan pidana (KUHPidana) juga pada akhirnya

akan mempersulit petugas ataupun nasabah sendiri.

Ketika suatu keadaan dipaksakan dari kondisi

seharusnya, tentunya akan menimbulkan dampak

yang tidak baik terutama ketika terjadi hal – hal yang

tidak diinginkan. Begitu pula dalam proses pengajuan

kartu kredit, ketika kemampuan ekonomi seorang

nasabah dimanipulasi dari kemampuan sebenarnya

maka ketika nasabah mendapatkan kartu kredit

dengan limit yang melebihi kapasitas kemampuannya

serta menggunakan dengan berlebihan, pada akhirnya

menimbulkan kewajiban pembayaran yang akan

sangat membebani nasabah tersebut. Beban

kewajiban tersebut belum tentu dapat dipenuhi oleh

nasabah karena besarnya tagihan yang melebihi

prosentase.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

50

b) Menyalin data nasabah dengan suatu alat tertentu

misal EDC ( Electronic Data Captured), pada

modus ini pelaku biasanya beroperasi pada SPBU

dengan berpura – pura menawarkan bantuan ketika

mesin EDC pada SPBU rusak. Setelah nasabah

melakukan transaksi pada EDC pelaku, pelaku akan

melakukan copy data SPBU yang kemudian akan

diklaimkan sebagai hasil transaksi SPBU di Bank

untuk dicairkan.

c) Bekerjasama dengan petugas kasir

d) Menyadap jaringan Telkom karena mesin EDC pada

merchant tersambung dengan telepon. Cara yang

digunakan adalah dengan mencetak kartu kredit

palsu, dengan cara mencetak kartu kosong bersama

pita magnetig terlebih dahulu yang sudah dilekatkan

pada kartu. Data nasabah bank pemegang kartu kredit

dimasukkan dengan cara menggesek pada mesin

gesek yang sudah diformat berdasarkan data kartu

kredit bank yang hendak dicatut.

e) Pemalsuan dengan cara skimming yaitu dengan

menduplikasi kartu kredit yang asli.

Dengan adanya pemalsuan data yang pada akhirnya

menjerumuskan nasabah kedalam lilitan hutang yang

susah untuk dapat dipenuhi, pada akhirnya juga

memberikan dampak kepada petugas selaku pihak yang

yang memiliki kewajiban untuk melakukan penagihan

atas sejumlah hutang nasabah tersebut.

Proses penagihan tidak selalu dapat berjalan lancar,

karena tingkat kemampuan ekonomi nasabah yang tidak

setara dengan pengeluaran akibat penggunaan kartu

kredit. Ketidaklancaran pembayaran tersebut tentunya

akan menimbulkan masalah baru, yang muncul sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

51

efek dari proses manipulasi data. Masalah baru tersebut

akan semakin meluas ketika nasabah tidak mampu

membayar, sedangkan petugas memiliki beban tanggung

jawab untuk melakukan penagihan. Seringkali terjadi

kekerasan dalam proses penagihan, yang pada akhirnya

membawa permasalahan tersebut kedalam ranah hukum

yang tentunya akan menjadi semakin berkepanjangan

dan merugikan kedua belah pihak.

2. Perbandingan keuntungan hasanah card dibandingkan dengan

kartu kredit konvensional

Kartu pembiayaan iB Hasanah Card atau sering disebut Hasanah Card

merupakan salah satu produk unggulan BNI Syariah, dimana hanya

ada tiga pemain utama pada bisnis kartu pembiayaan syariah ini

sebagaimana telah dijelaskan di depan. iB Hasanah Card ini telah

sesuai dengan fatwa DSN MUI No. 54/DSN-MUI/X/2006, dengan

akad kafalah (prinsip perwakilan), qard (prinsip utang-piutang tanpa

bunga/denda) dan ijarah (sistem biaya sewa atas penyediaan jasa).

Adapun keuntungan hasanah card bila dibandingkan dengan kartu

kredit konvensional adalah Hasanah Card mempunyai fitur yang lebih

menarik dibandingkan kartu kredit konvensional, dengan segmen pasar

tidak hanya terbatas pada pasar muslim saja tetapi juga segmen pasar

rasional (non muslim). Biaya di kartu hasanah card lebih ompetitif

dan ekonomis dibandingkan di konvensional, dengan transaksi yang

sama nilainya total biaya bulanan pada Hasanah Card lebih kecil

dibandingkan biaya pada kartu kredit konvensional. Sebagai contoh :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

52

Kartu kredit konvensional

Credit

limit

Nominal

trx

Tgl

trx

Tgl

post

Tgl

cycle

Due

date

Tgl

payment

Jumlah

paymnet bunga

10.000.000 1.000.000 1 2 18 8 5 1.000.000 -

10.000.000 1.000.000 1 2 18 8 5 500.000 38.959

Waktu

bunga Nominal Jumlah hari Rate Bunga

Bunga dari

tgl trx –

cycle

1.000.000 16 3% 15.781

bunga dari

tgl cycle –

tgl payment

1.000.000 17 3% 16.767

Bunga dari

tgl payment

– cycle

500.000 13 3% 6.411

38.959

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

53

Hasanah card

Cred limit Nominal

trx

Tgl

trx

Tgl

cycle

Tgl

post

Due

date

Tgl

payment

Juml

payment

Monthly

fee

Cash

rebate

Net

fee

10.000.000 1.000.000 1 18 2 8 5 1.000.000 295.000 295.000 -

10.000.000 1.000.000 1 18 2 8 5 500.000 295.000 28.250 14.750

Tabel.3

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan limit yang sama,

nominal peminjaman yang sama, besar angsuran yang sama dan

tanggal pembayaran angsuran yang sama, hasanah card jauh lebih

murah bila dibandingkan dengan kartu kredit konvensional, yaitu

14.750 : 38.959.

3. Penyelesaian problematika hukum dalam pembiayaan Hasanah

Card (kartu kredit)

a. Kredit Macet

PT. Bank BNI Syariah Surakarta. adalah suatu badan usaha, dalam

hal ini berbentuk perseroan terbatas, yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan, misalnya tabungan, dan

menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau

pinjaman atau pembiayaan, sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) Undang-

undang Perbankan, yang mendefinisikan bank sebagai berikut:

”Bank adalah badan usaha yang menghimpun dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat

dalam bentuk kreditdan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

54

Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Undang-undang Nomor 21 Tahun

2008 tentang Bank Syariah, PT. Bank BNI Syariah Surakarata

merupakan bank syariah, karena sistem operasionalnya

berdasarkan prinsip prinsip syariah.

Salah satu jenis layanan perbankan yang diberikan oleh PT. Bank

BNI Syariah Surakarta adalah pemberian fasilitas kredit melalui

hasanah card (kartu kredit). Menurut Pasal 1 ayat (11) Undang-

Undang Perbankan disebutkan bahwa: ”Kredit adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga. Sehingga menurut pasal tersebut, ada beberapa

unsur kredit yaitu:

1) Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditor

dengan pihak debitor, yang disebut dengan perjanjian kredit.

Dalam hal ini, ada pemberian kredit dari PT Bank BNI Syariah

Surakarta selaku Kreditor kepada nasabah atau debitor. Pemberian

kredit tersebut dinyatakan dengan adanya perjanjian kredit antara

kreditor dan debitor. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1313

KUH Perdata Bab II buku III tentang Perikatan, yang menyebutkan

bahwa: “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang

atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih”. Untuk sahnya perjanjian tersebut diperlukan empat syarat,

sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:

a) Sepakat mereka yang mengikat diri

Sepakat dimaksud bahwa subyek yang mengadakan perjanjian

harus bersepakat, setuju mengenai hal-hal yang pokok dari

perjanjian yang diadakan. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang

satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain, jadi mereka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

55

menghendaki suatu secara timbal balik. Dalam hal ini, para pihak,

yaitu PT Bank BNI Syariah Surakarta dan nasabah, saling sepakat

mengenai isi perjanjian kredit tersebut. Dengan adanya

kesepakatan maka akan timbul hak dan kewajiban bagi masing-

masing pihak.

b) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Orang yang mengadakan perjanjian harus cakap menurut hukum.

Pada asasnya setiap orang yang sudah dewasa atau aqil balik dan

sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum. Menurut KUH

Perdata yang dimaksud cakap adalah mereka yang telah berumur

21 tahun atau belum 21 tahun tetapi telah kawin atau pernah kawin.

Dalam hal ini, nasabah harus cakap melakukan perbuatan hukum.

Hal ini didasarkan pada data yang diberikan oleh nasabah kepada

PT Bank BNI Syariah Surakarta.

c) Suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu maksudnya adalah sudah ditentukan macam atau

jenis benda atau barang dalam perjanjian itu mengenai barang itu

sudah ada atau sudah berada di tangan pihak yang berkepentingan

pada waktu perjanjian dibuat tidak diharuskan oleh Undang-

undang dan juga mengenai jumlah tidak perlu disebutkan. Selain

itu, perjanjian kredit juga mengatur mengenai besarnya bunga yang

wajib dibayar oleh nasabah, jangka waktu pengembalian kredit dan

juga jaminan.

d) Suatu sebab yang halal

Suatu sebab yang halal adalah isi dari perjanjian itu sendiri, sebab

yang tidak halal adalah berlawanan dengan undang-undang,

kesusilaan, ketertiban umum sebagaimana diatur dalam Pasal 1337

KUHPerdata.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

56

Perjanjian kredit tersebut dapat dibuat dalam bentuk perjanjian

bawah tangan maupun dalam bentuk akta notariil. Berdasarkan

hasil penelitian, isi perjanjian kredit yang terjadi dalam kasus ini

tidak melanggar atau bertentangan dengan undang-undang,

kesusilaan, ketertiban umum.

Syarat-syarat sahnya perjanjian tersebut dibagi ke dalam 2 (dua)

kelompok, yaitu :

(1) Syarat Subyektif, yaitu syarat yang menyangkut pada subyek-

subyek perjanjian itu, atau dengan perkataan lain syarat-syarat

yang harus dipernuhi oleh mereka yang membuat perjanjian, yang

meliputi: kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya dan

kecakapan pihak yang membuat perjanjian

(2) Syarat Obyektif, yaitu syarat yang menyangkut pada obyek

perjanjian itu, meliputi: suatu hal tertentu dan suatu sebab yang

halal Apabila syarat subyektif tidak dipenuhi maka salah satu

pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu

dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan adalah pihak

yang tidak cakap. Jadi perjanjian yang telah dibuat akan tetap

mengikat para pihak selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas

permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi.

Dengan dipenuhinya syarat- syarat sahnya perjanjian sebagaimana

yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, baik syarat subyektif

maupun syarat obyektif, maka perjanjian kredit antara PT Bank

BNI Syariah Surakarta selaku Kreditor dan nasabah selaku Debitor

adalah perjanjian yang sah.

2) Adanya para pihak

Para pihak yang dimaksud yaitu pihak kreditor sebagai pihak yang

memberikan jaminan, yang dalam hal ini adalah PT Bank BNI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

57

Syariah Surakarta, dan pihak debitor sebagai pihak yang

membutuhkan uang pinjaman.

3) Adanya unsur kepercayaan dari Kreditor bahwa pihak debitor

mau dan mampu membayar atau mencicil kreditnya.

Berarti pihak Kreditor, yang dalam hal ini adalah PT Bank BNI

Syariah Surakarta percaya bahwa nasabah selaku pihak debitor.

Dalam hal ini, adanya kepercayaan PT Bank BNI Syariah

Surakarta terhadap kemampuan nasabah untuk membayar dan

melunasi pinjaman didasarkan pada hasil analisa dan penilaian

yang meliputi:

a) Character

Character merupakan keadaan watak atau sifat dari diri

calon debitor baik dalam kehidupan pribadi maupun

lingkungan usahanya. Dalam hal ini yang perlu

diperhatikan dan diteliti adalah mengenai: riwayat hidup,

kebiasaan sehari-hari, sifat- sifat pribadi, cara hidup,

keadaan keluarga, hobi dan sosial kehidupan dari

pemohon kredit. Guna mengetahui bagaimana watak dan

karakter dari seseorang maka petugas bagian kredit dalam

hal ini account officer akan melakukan analisis dan

checking-checking, hal mana diperlukan guna memperoleh

informasi mengenai reputasi dan kualifikasi calon debitor.

Penilaian ini sangat berguna untuk mengetahui itikad baik

calon debitor dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya

sesuai dengan syarat-syarat dan atau ketentuan-ketentuan

sebagaimana yang diatur dalam perjanjian kredit.

b) Capacity

Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon debitor

dalam menjalankan usahanya guna memperoleh profit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

58

yang selanjutnya atas keuntungan yang diperoleh akan

digunakan untuk melunasi kewajiban hutangnya kepada

bank.

c) Capital

Capital adalah dana yang dimiliki oleh calon debitor untuk

menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya.

Besarnya modal yang dimiliki oleh calon debitor

merupakan hal yang sangat berpengaruh atas

pengembalian kreditnya kepada bank utamanya pada saat

seperti sekarang ini dimana dunia usaha dilanda oleh badai

krisis. Dalam hal usaha debitor mengalami keterpurukan

maka debitor sangat membutuhkan dana untuk dapat

keluar dari keterpurukan tersebut sementara lain bank

tidak dapat membantu debitor untuk memberikan kredit

baru kepada debitor. Ukuran besar atau kecilnya modal

yang dimiliki oleh debitor dapat terlihat pada neraca

perusahaan yaitu pada komponen “owner equity”, laba

yang ditahan dan lain-lain ataupun pada besarnya modal

yang telah disetor dalam akta pendirian pada waktu

perusahaan tersebut didirikan. Selain itu, PT Bank BNI

Syariah Surakarta mempunyai pertimbangan terhadap

calon debitor berdasarkan kebutuhan modalnya apabila

ternyata yang bersangkutan telah memiliki pinjaman di

bank lain dan nilai pinjamannya Data tersebut dapat

diperoleh dari Bank Indonesia (BI Checking).

d) Collateral

Collateral adalah barang-barang baik milik debitor

ataupun pihak ke-3 (tiga) yang diserahkan dan atau

digunakan oleh debitor sebagai agunan kredit kepada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

59

bank. Collateral bermanfaat sebagai alat pengaman apabila

usaha debitor yang dibiayai dengan kredit tersebut

mengalami kegagalan atau karena sebab-sebab lainnya

debitor tidak dapat melunasi kewajiban hutangnya kepada

bank.. Jaminan ini mempunyai sifat pelengkap dari

kelayakan keterlaksanaan (feasibility) dari suatu proyek

debitor. “Jaminan tidak akan dapat memperbaiki tingkat

kelayakan suatu proyek, namun agar proyek yang feasible

tersebut menjadi bankable (dapat dibiayai dengan kredit

dari bank) harus ada jaminan (collateral) tersebut. pada

dasarnya seluruh harta benda debitor dapat dijadikan

jaminan atas pelunasan seluruh hutangnya, namun

diperlukan jenis jaminan yang akan memudahkan

penagihan hutang, yang tersedia setiap waktu untuk

dieksekusi dan diuangkan, oleh karena itu ditunjuk suatu

barang tertentu milik debitor

e) Condition of economy

Terciptanya kondisi ekonomi yang kondusif sangat

berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit.

Kondisi ekonomi adalah situasi dan kondisi politik, sosial,

ekonomi dan budaya dan lain-lain yang mempengaruhi

keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk

kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat

mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang

memperoleh kredit. Berlarut-larutnya krisis ekonomi yang

dibarengi dengan krisis politik yang berkepanjangan pada

suatu negara yang pada akhirnya mengakibatnya lesunya

dunia usaha akan sangat berpengaruh terhadap

kemampuan bayar debitor untuk melunasi kewajiban

hutangnya kepada bank. Hal ini didasarkan pada Pasal 8

Undang-undang Perbankan yang menentukan: “Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

60

memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan

berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad baik dan

kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk

melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan

dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Dan

dijelaskan lebih lanjut dalam Penjelasan Pasal 8 Undang-

undang Perbankan bahwa: “untuk memperoleh keyakinan

tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus

melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,

kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari

nasabah debitor. Analisa terhadap nasabah debitor tersebut

dikenal dengan sebutan “the five C of credit analysis”

4) Adanya kesanggupan dan janji membayar hutang dari pihak

debitor. Kesanggupan dan janji untuk membayar hutang biasanya

dicantumkan dalam perjanjian kredit antara pihak kreditor dan

pihak debitor.

5) Adanya pemberian sejumlah uang atau barang atau jasa oleh pihak

kreditor kepada pihak debitor.

6) Adanya pembayaran kembali sejumlah uang atau barang atau jasa

oleh pihak debitor kepada kreditor disertai dengan pemberian

imbalan atau bunga atau pembagian keuntungan. Mengenai

seberapa besarnya pembayaran kembali yang disertai bunga serta

jangka waktu pengembalian kredit ditentukan oleh pihak Bank

selaku kreditor yang dicantumkan dalam perjanjian kredit. Dalam

Perjanjian Kredit antara PT Bank BNI Syariah Surakarta dengan

nasabah sebagaimana ternyata dalam akta Perjanjian Kredit yang

dibuat, ditentukan bahwa bunga yang harus dibayar oleh debitor

sebesar 2,95% (dua koma sembilan lima persen) dari nilai kredit

yang diberikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

61

7) Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh kreditor

dengan pengembalian kredit oleh debitor. Adanya perbedaan

waktu tersebut dapat digunakan oleh debitor untuk memanfaatkan

kredit yang telah diterimanya guna kepentingan debitor.

8) Adanya resiko tertentu yang diakibatkan karena adanya

perbedaan waktu tadi. Semakin jauh tenggang waktu

pengembalian, semakin besar pula resiko tidak terlaksananya

pembayaran kembali suatu kredit. Hal ini mungkin saja terjadi,

karena ada kemungkinan usaha debitor penurunan. Berdasarkan

hasil penelitian, “permohonan kredit diawali dengan 3 (tiga)

kemungkinan, yaitu:

a) Walk in Customer, dalam hal ini calon debitor yang

datang ke bank untuk memohon fasilitas kredit

b) Soliciation, dalam hal ini bank yang mendatangi dan

menawarkan fasilitas kredit kepada calon debitor.

c) Reference, dalam hal ini calon debitor

diperkenalkan kepada bank oleh nasabah bank atau

pejabat bank.

Setiap pemberian kredit selalu menuntut pertanggung-jawabandari

pejabat kredit yang memutus baik secara jabatan maupun secara

pribadi, sehingga keputusan kredit yang bermasalah dapat

diminimalkan sejauh mungkin. Namun kredit yang bermasalah

tetap ada. Suatu kredit yang dikategorikan kredit bermasalah pada

awalnya ditandai dengan adanya tanda-tanda dari debitor atau

usaha debitor yang dibiayai mengalami kesulitan financial dalam

pengembalian kredit sebagaimana mestinya. Penyelesaian kredit

bermasalah yang dilakukan oleh PT Bank BNI Syariah Surakarta,

secara garis besar dapat ditempuh melalui 2 (dua) upaya tempuh

yaitu :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

62

1. Secara prosedural

Penyelesaian kredit bermasalah secara prosedural adalah upaya

penanganan kredit bermasalah yang sifatnya sementara

“temporer” karena manakala upaya ini gagal maka upaya akhir

yang ditempuh adalah upaya penyelesaian melalui jalur

penyelesaian sengketa. Penyelesaian kredit bermasalah secara

prosedural dilakukan oleh bank dengan harapan debitor dapat

kembali melakukan pembayaran kreditnya sebagaimana mestinya

baik melalui cara penagihan secara langsung ataupun lewat

pengiriman surat peringatan dari pihak Bank.

“Proses penyelesaian kredit secara prosedural yang dilakukan oleh PT Bank BNI Syariah Surakarta dapat berupa: penagihan langsung, penagihan hutang melalui pihak ketiga, penagihan dengan melalui jasa iklan/ mass media, pelunasan hutang oleh pihak ketiga. Pada umumnya penagihan langsung dilakukan sendiri oleh bank tanpa menggunakan jasa-jasa atau media bantuan dari pihak ketiga. Upaya penagihan langsung biasanya dilakukan oleh Account Officer ataupun Remidial Officer dari bank yang bersangkutan dengan mendatangi langsung debitor ataupun mengirim surat, somasi dan panggilan kepada debitor untuk menghadap pejabat bank guna menyelesaikan kreditnya di bank.”(wawancara dengan bapak Mujiono, selaku kepala bagian Hasanah Card)

Dan cara prosedural selanjutnya selain penagihan secara langsung

adalah dengan cara 3 R (rescheduling, restructuring,

reconditioning). Secara administratif, kredit yang diselesaikan

secara prosedural adalah kredit yang semula tergolong kurang

lancar, diragukan atau macet yang kemudian diusahakan untuk

diperbaiki sehingga mempunyai kolekbilitas lancar. Tindakan

penyelesaian kredit bermasalah dapat ditempuh dengan upaya :

a. Penjadwalan kembali (Rescheduling)

Rescheduling merupakan upaya pertama dari pihak

bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

63

kepada debitor. Cara ini dilakukan jika ternyata pihak

debitor (berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan

yang dilakukan account officer bank) tidak mampu

untuk memenuhi kewajiban dalam hal pembayaran

kembali angsuran pokok maupun bunga kredit.

Rescheduling adalah penjadwalan kembali sebagian

atau seluruh kewajiban debitor. Hal tersebut

disesuaikan dengan proyeksi arus kas yang bersumber

dari kemampuan usaha debitor yang sedan mengalami

kesulitan. Penjadualan tersebut bisa berbentuk :

1) memperpanjang jangka waktu kredit

2) memperpanjang jangka waktu angsuran, misalnya

semula angsuran ditetapkan setiap 3 bulan

kemudian menjadi 6 bulan

3) menurunkan jumlah untuk setiap angsuran yang

mengakibatkan perpanjangan jangka kredit yaitu

perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut

jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya.

b. Persyaratan kembali (Reconditioning)

Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk

menyelamatkan kredit yang diberikannya dengan cara

mengubah sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan)

yang semula disepakati bersama pihak debitor dan bank

yang kemudian dituangkan dalam perjanjian kredit.

“Perubahan kondisi kredit dibuat dengan

memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi oleh

debitor dalam pelaksanaan proyek atau bisnisnya.

Dalam hal ini perubahan tersebut meliputi antara lain :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

64

1) Kapitalisasi bunga yaitu bunga yang dijadikan

utang pokok sehingga nasabah untuk waktu

tertentu tidak perlu membayar bunga, tetapi nanti

uang pokoknya dapat melebihi plafon yang

disetujui. Sehingga perlu peningkatan fasilitas

kredit disamping itu bunga tersebut dihitung

bunga majemuk yang pada dasarnya akan

memberatkan nasabah. Cara ini dapat dilakukan

jika prospek usaha nasabah baik.

2) Penundaan pembayaran bunga yaitu bunga tetap

dihitung. Tetapi penagihan atau pembebanannya

kepada nasabah tidak dilaksanakann sampai

nasabah mempunyai kesanggupan. Atas bunga

yang terutang tersebut tidak dikenakan bunga dan

tidak menambah plafon kredit.

3) Penurunan suku bunga yaitu dalam hal nasabah

dinilai masih mampu membayar bunga pada

waktunya, tetapi suku bunga yang dikenakan

terlalu tinggi untuk tingkat aktifitas dan hasil

usaha pada waktu itu. Cara ini ditempuh jika hasil

operasi nasabah memang menunjukkan surplus

atau laba dan likuiditas memungkinkan untuk

membayar bunga.

4) Pembebanan bunga yaitu dalam hal nasabah

memang dinilai tidak sanggup membayar bunga

karena usaha nasabahnya mencapai tingkat

kembali pokok atau break even. Pembebanan

bunga ini dapat dilakukan untuk sementara,

selamanya aataupun untuk seluruh utang bunga.

5) Pengkonversian kredit jangka pendek menjadi

jangka panjang dengan syarat yang lebih ringan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

65

6) Jaminan kredit/agunan, beberapa jaminan yang

semula harus diberikan atau diserahkan pada

bank terpaksa tidak bisa terlaksana karena

beberapa alasan misalnya tanah yang akan

dijadikan jaminan ternyata masih dalam sengketa.

7) Jenis serta besarnya beberapa fee yang harus

dibayar debitor kepada bank, misalnya dalam

kasus yang terjadi pada kredit sindikasi.

8) Manajemen proyek atau bisnis yang dibiayai

bank berdasarkan analisis yang dilakukan bank

maupun atas nasehat dari konsultan yang ditunjuk

bank. Hal ini terpaksa dilakukan untuk

mengamankan jalannya proyek dan merupakan

persyaratan baru atau persyaratan tambahan yang

diminta oleh bank yang harus dipenuhi debitor

dalam rangka penyelamatan proyek.

9) Kombinasi dari beberapa perubahan tersebut.

yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-

syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan

jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau

persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyangkut

maksimum saldo kredit.

c. Penataan kembali (Restructuring)

Secara umum tujuan dilakukannya rekstrukturisasi

kredit adalah meningkatkan kemampuan debitor dalam

membayar pokok dan bunga jaminan. Dalam

melakukan rekstrukturisasi kredit hal yang harus

iperhatikan adalah prospek usaha dan itikad baik

debitor. Prospek usaha dapat dinilai dengan melihat

potensi perusahaan untuk menghasilkan net cash inflow

yang positif dan prospek market dari produk atau jasa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

66

yang dihasilkan. Sedangkan itikad baik debitor dapat

dilihat dari antara lain kemauan dan kesediaan debitor

dalam melakukan negoisasi dengan kreditor, memikul

beban kerugian yang akan ditetapkan sebagai hasil

negosiasi dan mempunyai atau akan menyampaikan

rencana rekstrukturisasi untuk dibahas dengan kreditor.

Rekstrukturisasi disebut sebagai langkah atau upaya

reaktif apabila dilakukan bagi kredit yang mengalami

kesulitan pembayaran pokok/bunga. Sedangkan

rekstrukturisasi disebut sebagai upaya preventif apabila

kredit masih tergolong lancar namun diperkirakan akan

mengalami kesulitan pembayaran angsuran

pokok/bunga. Restructing atau rekstrukturisasi menurut

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang

Rekstrukturisasi kredit dalam Pasal 1 huruf c adalah

upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha

perkreditan agar debitor dapat memenuhi

kewajibannya. Rektrukturisasi kredit dapat dilakukan

dengan cara-cara

sebagai berikut :

1) Penurunan suku bunga kredit

Penurunan suku bunga kredit tidak dapat dikatakan sebagai

rekstrukturisasi kredit apabila penurunan dimaksud bertujuan

menyesuaikan dengan bunga pasar yang pada saat bersamaan

juga mengalami penurunan. Kaitannya dengan Batas Maksimum

Pemberian Kredit (selanjutnya disingkat menjadi BMPK),

perpanjangan jangka waktu yang sebelumnya telah melampaui

BMPK diberlakukan sebagai pelampauan BMPK yang wajib

diselesaikan dalam jangka waktu 9 bulan sedangkan penyertaan

modal sementara dalam rangka rektrukturisasi kredit

dikecualikan dari perhitungan BMPK.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

67

2) pengurangan tunggakan bunga kredit

kreditor dapat memberikan keringanan berupa mengurangi

jumlah bunga yang tertunggak atau menghapus seluruh

tunggakan bunga kredit. Debitor dibebaskan dari kewajiban

membayar tunggakan bunga kredit sebagian atau seluruhnya.

Langkah ini diambil agar debitor mempunyai kembali

kemampuan melanjutkan kegiatan usahanya sehingga dapat

digunakan membayar utang pokoknya.

3) Pengurangan tunggakan pokok kredit

Kreditor dapat memberikan keringanan berupa mengurangi

utang pokok yang tertunggak. Langkah ini merupakan

reksstrukturisasi yang paling maksimal yang dapat diberikan

oleh bank karena langkah ini biasanya diikuti dengan

penghapusan bunga dan denda seluruhnya.

Pengurangan tunggakan pokok ini merupakan pengorabanan

yangsangat besar dari bank karena aset bank yang berupa utang

pokok tidak kembali dan merupakan kerugian bagi bank.

4) Perpanjangan waktu kredit

Perpanjangan waktu kredit merupakan bentuk rekstrukturisasi

kredit yang bertujuan memperingan debitor untuk

mengembalikan hutangnya.

Diharapkan dengan perpanjangan waktu ini dapat memberikan

kesempatan kepada debitor untuk melanjutkan usahanya

sehingga pendapatan yang harusnya digunakan untuk membayar

hutang digunakan untuk memperkuat usahanya.

5) Penambahan fasilitas kredit

Dalam hal ini rektrukturisasi kredit dilakukan dengan cara

penambahan fasilitas kredit yang harus digunakan sesuai

prosedur yang ketat dan terdapat agunan yang cukup. Dengan

adanya penambahan fasilitas kredit dimana debitor diberikan

kredit lagi sehingga utang menjadi besar nantinya diharapkan

debitor dapat mempunyai kemampuan untuk menjalankan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

68

kembali usahanya dan pendapatan dari usahanya dapat

digunakan untuk membayar utang lama dan utang baru.

6) Pengambilalihan asset debitor sesuai dengan ketentuan yang

berlaku Pengambilalihan asset debitor sesuai dengan ketentuan

yang mengacu kepada Undang-undang Perbankan khususnya

Pasal 12A yang mengatur kemungkinan Bank Umum dapat

membeli sebagian atau seluruh anggunan baik melalui penjualan

umum atau pelelangan ataupun diluar pelelangan berdasarkan

penyerahan secara sukarela.

Namun kemudahan ini oleh undang-undang diadakan

pembatasan yaitu :

a) Agunan yang dapat dibeli oleh bank adalah agunan dari

kredit macet

b) Agunan yang telah dibeli wajib dicairkan selambat-

lambatnya dalam jangka waktu 1 tahun

c) Dalam jangka waktu 1 tahun bank dapat menangguhkan

kewajiban-kewajiban

yang berkaitan dengan pengalihan hak atas agunan yang

bersangkutan sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

7) Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada

perusahaan debitor

Yaitu apabila upaya penyelamatan melalui penurunan suku

bunga, pengurangan tunggakan bunga dan usaha lainnya tidak

dapat dilakukan langkah ini diambil setelah melalui analisi yang

mendalam serta mempertimbangkan akan terjadinya perubahan

status bank terhadap debitor. Konversi kredit menjadi

penyertaan modal sementra pada perusahaan debitor hanya

dilakukan apabila dipenuhi persyaratan persyaratan tertentu,

yaitu :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

69

a) Jangka waktu penyertaan maksimum 5 tahun atau kurang

dari 5 tahun apabila perusahaan telah memperoleh laba

selama 2 tahun berturut-turut.

b) Setelah 5 tahun harus dihapus bukukan. Dalam hal ini bank

tidak perlu ijin Bank Indonesia namun harus sesuai dengan

anggaran dasar dan kebijakan masing-masing bank. Selain

itu juga harus memperhatikan BMPK. Konversi kredit

harus dilakukan oleh satuan kerja yang tersisa dengan

satuan kerja pemberian kredit dan dipimpin oleh pejabat

yang memiliki kewenangan untuk melakukan negoisasi

dengan debitor dalam rangka konversi kredit.

Secara garis besar, penyebab terjadinya kredit macet / kredit

bermasalah ada dua hal, yaitu :

1) Error Omission (EO)

Timbulnya kredit macet yang ditimbulkan oleh adanya

unsur kesengajaan untuk melanggar kebijakan dan

prosedur yang telah ditetapkan.

2) Error Commusion (EC)

Timbulnya kredit macet karena memanfaatkan

lemahnya peraturan atau ketentuan yaitu memang

belum ada atau sudah ada, tetapi tidak jelas.

“Biasanya di saat kredit macet terjadi dan dilakukan pemeriksaan, maka persoalannya tidak akan lepas dari error omission dan error comussion atau bahkan karena dua-duanya. Berdasarkan pengalaman kasus-kasus perbankan nasional yang berkaitan dengan kredit macet menimbulkan semacam persepsi yang cenderung menjadi suatu “mitos” yang masih dianut, antara lain adalah :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

70

1) Bahwa bank tidak mengalami kerugian akibat resiko kredit. Atas pemahaman ini, maka merupakan kesalahan sekaligus “kejahatan” besar apabila pada sebuah bank tercatat adanya kredit macet. Padahal risiko kredit jelas merupakan risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihindari.

2) Dalam setiap kasus kredit macet, maka selalu diartikan itu karena terjadi kolusi dan atau korupsi apakah oleh pihak oknum bankir ataupun oknum nasabahnya. Hal tersebut bisa saja terjadi, tetapi tidak semua kredit macet karena kolusi dan korupsi.

3) Dalam setiap penanganan kredit macet selalu mengutamakan pendekatan “sapu jagat” di mana going concern baik bank dan perusahaannya menjadi diabaikan. Kalau kredit macet itu karena ulah oknumnya, maka bukan berarti bank ataupun perusahaannya harus dimatiin. Bank yang tercemar akan menimbulkan efek domino berupa terjadi krisis kepercayaaan terhadap industri perbankan.

Dengan pedekatan term of reference, biasanya akan diketehui apakah kredit macet itu karena error omission atau error commission. Jadi kesalahannya bisa saja bukan pada dasar keputusannya, tetapi karena masalah monitoring dan pembinaan bank terhadap nasabahnya. Sama-sama salah, tetapi esensi- nya menjadi lebih jelas dan memudahkan menemukan siapa yang bertanggung jawab, bukan siapa yang dipersalahkan”. (wawamncara dengan bp Mujiyono, kepala bag Hasanah Card BNI Syariah Surakarta)

2. Melalui jalur penyelesaian sengketa

a. Secara litigasi

Penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur litigasi merupakan

upaya terakhir dari bank “the last action” untuk melakukan upaya

pengembalian kredit debitor baik dengan upaya pengajuan gugatan

secara perdata atas pelunasan kewajiban hutang debitor. Dalam hal

penyelesaian kredit bermasalah melalui cara prosedural sudah tidak

dapat lagi digunakan, maka bank dapat melakukan penyelesaian

kredit melalui jalur litigasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

71

Pada prinsipnya setiap kredit yang diberikan harus dibayar kembali

oleh debitor , sehingga bank dengan segala cara dan upayanya tetap

harus melakukan upaya penagihan.

“Penyelesaian kredit dengan melakukan upaya hukum melalui jalur peradilan merupakan alternatif akhir yang harus ditempuh bank manakala kredit debitor sudah tidak dapat diselamatkan lagi”.(wawancara dengan Bp Mujiyono, kep bag Hasanah Card BNI Syariah Surakarta)“

Penyelesaian kredit melalui prosedur hukum dapat ditempuh

dengan melakukan :

1) Penyelesaian kredit melalui jalur pengadilan negeri.

2) Penyelesaian kredit melalui jalur pengadilan agama

Berdasarkan Pasal 49 huruf (i) Undang-undang Nomor 3 Tahun

2006 Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa,

mengadili dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara

orang-orang yang beragama Islam dalam bidang ekonomi syari’ah

yang meliputi:

1) bank syari’ah

2) lembaga keuangan mikro syari’ah

3) asuransi syari’ah

4) reasuransi syari’ah

5) reksa dana syari’ah

6) obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah

syari’ah

7) sekuritas syari’ah

8) pembiayaan syari’ah

9) pegadaian syari’ah

10) dana pensiun lembaga keuangan syari’ah

11) bisnis syari’ah.

Dalam penjelasan Pasal tersebut antara lain dinyatakan: “Yang

dimaksud dengan “antara orang-orang yang beragama Islam”

adalah termasuk orang atau badan hukum yang dengan sendirinya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

72

menundukkan diri dengan sukarela kepada hukum Islam mengenai

hal-hal yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama sesuai

ketentuan Pasal ini.”

Dari penjelasan Pasal 49 tersebut, maka seluruh nasabah lembaga

keuangan dan lembaga pembiayaan syariah, atau bank

konvensional yang membuka unit usaha syariah dengan sendirinya

terikat dengan ketentuan ekonomi syariah, baik dalam pelaksanaan

akad maupun dalam penyelesaian perselisihan.

b. secara non litigasi

secara non litigasi, penyeleasian sengketa dalam perbankan syariah

dapat ditempuh dengan cara arbitrase dan alternatif penyelessaian

sengketa.

1) Arbitrase

Dalam perspektif Islam arbitrase dapat disepadankan dengan

istilah tahkim. Tahkim berasal dari kata hakkama, secara

etimologis berarti menjadikan seseorang sebagai pencegah

suatu sengketa. Pengertian tersebut erat kaitannya dengan

pengertian menurut terminologisnya. Gagasan berdirinya

lembaga arbitrase Islam di Indonesia, diawali dengan

bertemunya para pakar, cendekiawan muslim, praktisi hukum,

para kyai dan ulama untuk bertukar pikiran tentang perlunya

lembaga arbitrase Islam di Indonesia. Pertemuan ini dimotori

Dewan Pimpinan MUI pada tanggal 22 April 1992. Setelah

mengadakan beberapa kali rapat dan setelah diadakan beberapa

kali penyempurnaan terhadap rancangan struktur organisasi

dan prosedur beracara akhirnya pada tanggal 23 Oktober 1993

telah diresmikan Badan Arbitrase Muamalat Indonesia

(BAMUI), sekarang telah berganti nama menjadi Badan

Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) yang diputuskan

dalam Rakernas MUI tahun 2002. Perubahan bentuk dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

73

pengurus BAMUI dituangkan dalam SK MUI No. Kep-

09/MUI/XII/2003 tanggal 24 Desember 2003 sebagai lembaga

arbiter yang menangani penyelesaian perselisihan sengketa di

bidang ekonomi syariah.

Badan ini dapat memberikan suatu rekomendasi atau pendapat

hukum (bindend advice), yaitu pendapat yang mengikat tanpa

adanya suatu persoalan tertentu yang berkenaan dengan

pelaksanaan perjanjian” yang sudah barang tentu atas

permintaan para pihak yang mengadakan perjanjian untuk

diselesaikan. Apabila jalur arbitrase tidak dapat menyelesaian

perselisihan, maka lembaga peradilan adalah jalan terakhir

sebagai pemutus perkara tersebut. Hakim harus

memperhatikan rujukan yang berasal dari arbiter yang

sebelumnya telah menangani kasus tersebut sebagai bahan

pertimbangan dan untuk menghindari lamanya proses

penyelesaian.

2) Alternatif Penyelesaian Sengketa

Di dalam terminologi Islam dikenal dengan Ash-Shulhu, yang

berarti memutus pertengkaran atau perselisihan. Dalam

pengertian syariat ash-shulhu adalah suatu jenis akad

(perjanjian) untuk mengakhiri perlawanan (sengketa) antara 2

(dua) orang yang bersengketa. Alternatif penyelesaian

sengketa hanya diatur dalam satu pasal, yakni Pasal 6 Undang-

undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian sengketa yang menjelaskan tentang mekanisme

penyelesaian sengketa. Sengketa atau beda pendapat dalam

bidang perdata Islam dapat diselesaikan oleh para pihak melaui

Alternatif Penyelesaian Sengketa yang didasarkan pada iktikad

baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi.

Apabila sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan, maka atas

kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat

diselesaikan melalui bantuan seseorang atau lebih penasehat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

74

ahli maupun melalui seorang mediator. Apabila para pihak

tersebut dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari

dengan bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun

melalui seorang mediator tidak berhasil juga mencapai kata

sepakat, atau mediator tidak berhasil mempertemukan kedua

belah pihak, maka para pihak dapat menghubungi lembaga

Alternative Penyelesaian Pengketa untuk menunjuk seorang

mediator. Tidak seperti arbiter atau hakim, seorang mediator

tidak membuat keputusan mengenai sengketa yang terjadi

tetapi hanya membantu para pihak untuk mencapai tujuan

mereka dan menemukan pemecahan masalah dengan hasil win-

win solution. Tidak ada pihak yang kalah atau yang menang,

semua sengketa diselesaikan dengan cara kekeluargaan,

sehingga hasil keputusan mediasi tentunya merupakan

konsensus kedua belah pihak.

Apabila jalur arbitrase dan alternative penyelesaian sengketa

tidak dapat menyelesaikan perselisihan, maka lembaga

peradilan atau jalur litigasi adalah jalan terakhir sebagai

pemutus perkara

b. Pemalsuan Data

Guna mengantisipasi serta mengatasi maraknya pemalsuan

data yang timbul sebagai akibat dari dorongan akan kebutuhan

serta masyarakat yang cenderung konsumtif, dalam memproses

aplikasi kartu kredit telah dilakukan verifikasi secara bertingkat

dari cabang hingga ke pusat. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan

data yang betul – betul valid sehingga ketika pada akhirnya kartu

kredit tersebut disetujui, segala hak dan kewajiban dapat terpenuhi

dengan baik. Tatacara dan tahapan verifikasi data yang dilakukan

harus sesuai dengan SOP ( Standar Operasional Prosedur ) yang

meliputi verifikasi identitas, alamat harta yang dijaminkan, data

kekayaan dan kredit atau pinjaman yang lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

75

Tahap verifikasi data yang bertingkat dari cabang sampai

dengan pusat tidak akan berguna apabila tidak ada kerjasama dari

semua pihak terutama dari pihak petugas. Petugas selaku pihak

yang memiliki wewenang untuk memutus ataupun tidak terhadap

aplikasi yang diajukan oleh nasabah, memiliki peran besar dalam

kasus ini, disamping kejujuran nasabah dalam memberikan data

diri. Terkadang beban akan target market yang besar dan harus

tercapai, menjadi alasan dan faktor utama bagi petugas untuk turut

serta mendukung berkembangnya pemalsuan data tersebut, hal

inilah yang dimanfaatkan oleh nasabah utuk mendapatkan kartu

kredit walaupun sebenarnya tidak layak untuk mendapatkan.

Karena diawali dengan ketidakjujuran yang mencerminkan

kurangnya tanggung jawab moral baik dari petugas ataupun

nasabah, maka rasio terjadinya masalah dalam penggunaan sampai

dengan pembayaran akan menjadi lebih besar karena kurangnya

rasa tanggung jawab tersebut.

Dalam pelaksanaannya, segala jenis penggunaan kartu kredit

diawasi olek Assosiasi Kartu Kredit Indonesia ( AKKI ) yang juga

bertindak dalam pelaksanaan Manajemen Resiko. Pemalsuan data

dapat dijerat dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan Pasal 49 dengan ancaman diatas 5 tahun

penjara. Guna mengantisipasi dan mengatasi masalah pemalsuan

data tersebut maka yang dapat dilakukan antara lain :

1) Melakukan verifikasi data sesuai dengan prosedur BI

2) Melakukan analisis kelayakan calon debitur, dengan beberapa

tahapan yaitu :

a) Analisis credit sebagai penerapan dari manajemen resiko

dalam pengelolaan bank maka harus dilakukan analisis atas

setiap permohonan

b) Character analisis character, yaitu analisis yang ditujukan

untuk memperoleh keyakinan mengenai kemauan nasabah

untuk membayar kewajiban

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

76

c) Capacity – capacity, yaitu kemampuan debitur dalam

membayar kewajiban

d) Collateral – collateral, yaitu analisis mengenai aset calon

debitur

3) Memberikan pendidikan moral spiritual kepada petugas agar

terbebas dari keinginan untuk memperoleh keuntungan dengan

cara memalsukan data nasabah.

4) Meningkatkan tekhnlogi dan pengamanan kartu kredit agar

tidak dapat diduplikasi

5) Meningkatkan keksadaran petugas tentang etik rahasia bank

serta rahasia nasabah.

“sejauh ini, Bank BNI Syariah Surakarta belum menemui kasus pemalsuan data yang sudah menimbulkan kerugian bagi pihak Bank, apabila ada maka langkah yang akan kami ambil selaku pihak Bank adalah melaporkan kepada pihak kepolisian dan memperkarakan secara hukum yang berlaku. Untuk sampai saat ini, pemalsuan data yang terjadi masih sebatas manipulasi data identitas saja yang dapat kami ketahui lewat BI Checking, jika sudah demikian, maka langsung saja langkah yang kami ambil adalah menolak permohonan yang diajukan “(wawancara dengan Bp Mujiyono, kep bag Hasanah Card BNI Syariah Surakarta)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

77

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penulisan hukum tersebut, hasil dari pembahasan dari rumusan-rumusan

masalah yang ditemui, maka dapat ditarik suatu simpulan, yaitu :

1. Dari pembiayaan hasanah card yang diselenggarakan oleh Bank BNI

Syariah Surakarta, terdapat dua problematika hukum yang ditemui, yaitu

adanya kredit macet dan pemalsuan data;

2. Di balik problematika hukum yang ada tersebut, hasanah card mempunyai

keunggulan dibandingkan dengan kartu kredit konvensional, diantaranya

adalah:

a. tidak berlakunya sistem bunga berbunga seperti halnya dalam kartu

kredit konvensional yang dapat sangat menjebak masyarakat;

b. tidak adanya ketentuan bunga seperti halnya kartu kredit konvensional,

yang ada yaitu biaya jasa (ujrah) yang apabila dihitung-hitung jauh

lebih ekonomis bila dibandingkan dengan bunga pada kartu kredit

konvensional.

3. Penyelesaian problematika hukum dalam pembiayaan hasanah card di Bank

BNI Syariah Surakarta :

a. Dalam hal pemalsuan data, kasus yang paling sering ditemui oleh pihak

Bank BNI Syariah Surakarta adalah masih sejauh manipulasi data diri

saja, dan langkah antisipasi yang diambil oleh Bank BNI Syariah

Surakarta adalah dengan meningkatkan kemampuan analis yang

meliputi :

1) Melakukan verifikasi data calon nasabah sesuai dengan prosedur

BI.

2) Melakukan analis kelayakan calon debitur dengan cara :

a) Analisis credit sebagai penerapan dari manajemen resiko dalam

pengelolaan bank maka harus dilakukan analisis atas setiap

permohonan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

78

b) Character analisis character, yaitu analisis yang ditujukan

untuk memperoleh keyakinan mengenai kemauan nasabah untuk

membayar kewajiban

c) Capacity – capacity, yaitu kemampuan debitur dalam membayar

kewajiban

d) Collateral – collateral, yaitu analisis mengenai aset calon

debitur

3) Memberikan pendidikan moral spiritual kepada petugas agar

terbebas dari keinginan untuk memperoleh keuntungan dengan cara

memalsukan data nasabah.

a) Meningkatkan tekhnlogi dan pengamanan kartu kredit agar tidak

dapat diduplikasi.

b) Meningkatkan kesadaran petugas tentang etik rahasia bank serta

rahasia nasabah.

b. Dalam hal kredit macet, penyelesaiannya dapat ditempuh dengan dua

cara, yaitu secara prosedural dan secara penyelesaian sengketa.

1) Secara prosedural, langka langkah yang ditempuh adalah dengan

melakukan penagihan secara langsung ataupun dengan cara

mengirimkan surat peringatan dari pihak Bank.

2) Langkah secara prosedural yang berikutnya adalah dengan jalan

rescedhuling, restructuring, dan reconditioning.

Penyelesaian secara penyelesaian sengketa, secara garis besar dibagi dalam

dua cara, yaitu secara litigasi dan non litigasi.

1) Untuk secara litigasi penyelesaiannya dapat dilakukan dengan

menempuh cara melalui pengadilan negeri atau pengadilan agama.

Tetapi berdasar pasal 49 huruf (i) Undang-undang Nomor 3 Tahun

2006, karena dalam hal ini merupakan perselisihan ekonomi di

bidang perbankan syariah, maka penyelesaiannya melalui

pengadilan agama.

2) Secara non litigasi, upaya yang ditempuh untuk melakukan

penyelesaian perselisihan kredit macet adalah dengan jalan bantuan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: PROBLEMATIKA HUKUM DALAM PEMBIAYAAN …/Problem... · menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik Penulisan Hukum. 9 ... signifikan terhadap tingkat perekonomian serta

79

badan arbitrase dan atau melalui alternatif penyelesaian sengketa

yang diharapkan akan maenghasilkan keputusan yang sama-sama

menguntungkan bagi kedua belah pihak.

B. SARAN

Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan penulisan hukum ini adalah

1. Dalam memberikan pembiayaan melalui hasanah card pihak Bank

BNI Syariah Surakarta lebih selektif dalam memilih calon debitur,

hal itu dapat dilakukan dengan cara melakukan verifikasi data

sesuai dengan prosedur yang ada, demi menghindari hal-hal yang

tidak diinginkan, paling tidak meminimalisir resiko-resiko yang

ada.

2. Bank ikut memberikan edukasi kepada calon pemegang hasanah

card mengenai urgensi dari hasanah card itu sediri, dengan

demikian nasabah tidak merasa terlena dengan keuntungan

keuntungan yang ditawarkan oleh Bank.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user