Pro kontra penyusunan anggaran

12
Di Indonesia

Transcript of Pro kontra penyusunan anggaran

Page 1: Pro kontra penyusunan anggaran

Di Indonesia

Page 2: Pro kontra penyusunan anggaran

Anggaran berbasin kinerja (ABK) diatur dalam UU no.17 tahun 2013

Dilaksanakan bertahap dari thn 2005

Pelaksanaannya dicover dengan aplikasi RKA KL yang sudah dijalankan oleh semuakementerian/lembaga di Indonesia

….???? Apakah kinerja sudah menjadi basis penyusunan anggaran.

Penyusunan sekedar

1. Nama program dan

2. Kegiatan & sub kegiatan

Page 3: Pro kontra penyusunan anggaran

Namun substansi ukuran kinerja dan penyusunannnya nampaknya belum sesuai denganprinsip-prinsip penganggaran kinerja.

1. Njlimet

2. Tidak fleksibel yang menghambat

3. Tidak memberikan kebebasan dalam mengelola sumber daya

ABK adalah sistem: perencanaan, penganggaran, evaluasi berfokus pada keterkaitanantara hasil yang diinginkan.

Page 4: Pro kontra penyusunan anggaran

Penganggaran yang baik selalu dimulai dari perencanaan yang baik, tetapiperencanaan yang baik tidak selalu diajalankan dengan baik.

Penganggaran yang baik seharusnya dimulai dari perencanaan kinerja, baik dari levelnasional maupun level instansi, yang berisi komitmen, dijabarkan dalam program dankegiatan yang ingin dilaksanakan.

Kemudian disusunlah anggaran berdasarkan program dan kegiatan dan dilakukanpembahasan dengan otoritas anggaran.

TETAPI!!! Dalam prakteknya masih banyak dijumpai kelemahan-kelemahan.

Page 5: Pro kontra penyusunan anggaran

RKP: meski pemerintah memiliki RKP, tetapi RKP merupakan kompilasi usulan programkementerian/lembaga dengan indicator beragam yang membuat bappenaskebingungan dalam merumuskan indikator kinerja nasional

Dalam RKP tidak dijelaskan:

Kinerja yang spesifik dan terukur dari program-program

Siapa saja instansi yang bertanggung-jawab

Bagaimana kontribusi masing-masing instansi

Meskipun dalam RKP tercantum sasaran program, tetapi dirumuskan dalam Bahasalangit dan muluk tidak jelas bagaimana mengukurnya dan berapa capaian targetnya.

Page 6: Pro kontra penyusunan anggaran

Ketidakjelasan perencanaan kinerja pada lvl nasional mempengaruhi renja masing-masing kementrian/lembaga

Penamaan program terpengaruh versi lama, tidak mencerminkan core business

Banyak nama program yang bersifat generik.

Untuk program yang sama tiap instansi mendifinisikan sendiri-sendiri apa sasaranprogramnya, sehingga menyulitkan perumusan ukuran kinerja nasional

Program pemerintah dan kementrian belum terstruktur dengan baik sehingga sulitdipetakan keterkaitannya

Page 7: Pro kontra penyusunan anggaran

Formulir RKA Kl tidak mendorong kementerian/lembaga untuk menyatakankinerjanya, baik kinerja hasil maupun keluaran (output)

Formulir RKA KL mengharuskan perhitungan detil anggaran per kegiatan, subkegiatan, jenis belanja, mata nggaran sehingga terkesan kaku dan rinci

Informasi mengenai hasil program/output sangat minim apalagi mengenai targetnya.

Indikator suatu program hanya dinyatakan secara kualitatif dan naratif (tanpatarget) sementara indicator untuk keluaran tidak ada.

Hanya muncul indicator keluaran secara rinci per sub-sub kegiatan

Dalam formulir 1.5 kementerian hanya diminta membuat perhitungan pada inputdengan mengalikan volume kegiatan dengan harga satuannya. Sehingga RKAKLmenjadi dokumen perhitungan aritmatis anggaran.

Page 8: Pro kontra penyusunan anggaran

Sehingga sulit untuk berharap RKAKL sekarag bisa memenuhi kriteria SMART(specific, measurable, achievable, relevan, time bound). Bila tidak dilakukanperubahan pola perencanaan kinerja dan penyempurnaan format RKAKL

Kondisi-kondisi di atas diperparah dengan

Tidak adanya standar biaya.

Standar pelayanan minimal

Standar biaya yang sekarang hanya berorientasi pada input seperti (uang lauk paukperhari, honor, dll)

Kementerian juga kesulitan menyusuna standar biaya khusus untuk program-program dan kegiatan-kegiatan. Karean

Tidak adanya database dan

Sistem pencatatan dan akuntansi kurang baik.

Page 9: Pro kontra penyusunan anggaran

Tidak adanya standar biaya membuat efisiensi suatu program sulit di ukur

Sedangkan terkait dengan SPM hanya baru ada 7 kementerian yang memilikinya.

Yang lebih menyedihkan adalah…!!!

Pembahasan anggaran antara

DPR, Pemerintah, Kementerian/Lembaga

Tidak Mengacu Pada Anggaran Berbasis Kinerja

Diantara faktor penyebabnya adalah:

Keterbatasan kemampuan anggota DPR

Ketimpangan informasi (Renja & Lakip tidak sampai, format RKAKL)

Page 10: Pro kontra penyusunan anggaran

Sudah banyak negara-negara lain yang sudah menganut penganggaran berbasiskinerja.

Salah satu negara yang paling maju dalam penerapan anggaran ini adalah Australia.

Melakukan integrasi sistem akuntansi dan penganggarannya dan merestrukturisasikeduanya dengan orientasi pada outcome.

Pemerintah Australia mengembangkan outcome-output approach dimana

Pemerintah menentukan platform kebijakan dan prioritas yang ingin dicapai

Kemudian ini menjadi rukujan bagi menteri utk merumuskan outcome

Dan bagi unit kerja di bawahnya mengembangkan output untuk mendukung

Outcome tersebut

Page 11: Pro kontra penyusunan anggaran

Banyak juga dari unit kerja menggunakan pendekatan balance scorecard dalammerumuskan outcome/output agar tercapai keselarasan kebijakan denganoutcome/output yang akan dihasilkan.

Selain itu pemerintah austrlia juga:

Konsultasi ektensif antara pihak-pihak terkait

1. Government Outcome Statement

2. Angency Output

Stakeholder Grup pelanggan

Page 12: Pro kontra penyusunan anggaran

Selain itu dalam dokumen anggarannya:

Terlihat jelas alokasi anggaran

Terpetakan dan terstruktur

Terdapat indicator spesifik dan terukur (outcome diukur dengan ukuran efektivitassedangkan output diukur dengan tiga hal: 1. kuantitas, 2. kualitas, 3. harga)

Pembahasan di parlemen dilakukan dengan mempertimbangkan kinerja yangditergetkan .

Appropriasi anggaran didasarkan pada outcome yang dihasilkan

Output Outcome