PRIORITAS MASALAH kelompok 3

93

Click here to load reader

description

IKM

Transcript of PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Page 1: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam upaya peningkatan kualitas perencanaan program

kesehatan, dibutuhkan suatu upaya perencanaan yang dapat menghasilkan

rencana yang komprehensif dan holistik. Perencanaan kesehatan adalah

kegiatan yang penting untuk dilakukan di masa yang akan datang guna

menghadapi berbagai masalah dalam bidang kesehatan. Langkah-langkah

perencanaan pada dasarnya sama dengan alur pikir siklus pemecahan

masalah, langkah-langkah pokok yang perlu dilakukan adalah analisis

situasi, identifikasi masalah dan menetapkan prioritas, menetapkan tujuan,

melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik, dan menyusun

rencana operasional.

Kegiatan untuk menentukan prioritas pada suatu masalah adalah

suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan

metode-metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling

penting sampai yang kurang penting. Penentuan prioritas masalah ini dinilai

oleh sebagian besar staf di bidang kesehatan sebagai inti proses

perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini dapat dikatakan sebagai

suatu persiapan untuk keputusan penting dalam penetapan prioritas. Setelah

prioritas dari masalah telah ditetapkan, langkah berikutnya dapat dikatakan

merupakan gerakan progresif menuju pelaksanaan.

Masalah akan timbul apabila terdapat kesenjangan (gap) di antara

harapan dan kenyataan. Oleh karena itu, perumusan masalah yang baik

adalah suatu rumusan yang jelas menyatakan adanya kesenjangan.

Kesenjangan tersebut dapat dikemukakan baik secara kualitatif maupun

kuantitatif. Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan merupakan bagian

dari proses perencanaan yang harus dilaksanakan dengan baik dan

melibatkan seluruh unsur terkait, termasuk di dalamnya adalah masyarakat.

Dengan demikian, masalah yang akan ditanggulangi seyogyanya merupakan

1

Page 2: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

masalah dari masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan untuk

menanggulangi masalah kesehatan yang ada, masyarakat dapat berperan

aktif didalamnya. 

Penetapan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di

masyarakat saat ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit untuk

dilakukan. Manajer kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada masalah

yang semakin menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode

untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung

merupakan perangkat manajemen yang penting.

Dari berbagai masalah kesehatan yang diidentifikasi, ada beberapa

masalah kesehatan yang sangat penting untuk diatasi. Munculnya sejumlah

masalah dari analisis permasalahan secara simultan, yang nampaknya

mempunyai bobot permasalahan yang sama, menghadapkan pengambil

keputusan kepada pertanyaan, masalah manakah yang memerlukan

penanggulangan segera. Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa

pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni: besarnya masalah yang

terjadi, pertimbangan politik, persepsi masyarakat, bisa tidaknya masalah

tersebut diselesaikan.

Secara garis besar pemilihan prioritas masalah dapat dibagi menjadi

dua yaitu : Scoring Technique (Metode Penskoran) misal: metode Bryant,

MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment Methode), metode USG,

metode CARL, PAHO, metode Hanlon dan metode teknik multi-voting

sedangkan Non Scoring Technique misalnya: metode Delbeque, metode

Delphi, metode estimasi beban kerugian, metode NGT, metode strategi

Grids, dan metode analisis ABC. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami

akan membahas mengenai teknik-teknik menentukan prioritas masalah

tersebut.

2

Page 3: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Langkah-Langkah Sebelum Penentuan Prioritas Masalah

Masalah merupakan suatu kesenjangan antara apa yang

diharapkan (expected) dan apa yang aktual terjadi (observed).

Idealnya semua permasalahan yang timbul harus dicari jalan

keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana, dan

waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan

sekaligus, untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas.

Setelah merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan

prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah

didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif,

subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.

Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager

sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik

ini, dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting

dalam penetapan prioritas. Sekali prioritas ditetapkan, langkah

berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan progresif menuju

pelaksanaan. Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan

kebijaksanaan banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan

unik untuk mensintesis berbagai rincian yang relevan. Hal ini

merupakan bagian dari proses perencanaan yang biasanya dikatakan

paling naluriah. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh

lebih bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila

dibuat eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas.

Keterampilan utama yang diperlukan dalam penentuan

prioritas adalah menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki

hubungan kuantitatif yang sangat berbeda dan dalam kenyataannya

terletak dalam skala dimensional yang berbeda pula. Terlalu sering

3

Page 4: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

kesalahan timbul akibat memberikan penekanan terlalu banyak pada

satu dimensi. Seorang ahli epidemiologi cenderung untuk menilai

penetapan prioritas terutama sebagai suatu masalah penentuan

mortalitas dan mortabiditas relatif dari masalah-masalah kesehatan

tertentu. Pendekatan ini dipakai  secara berlebihan dalam versi

pertama “Metode Amerika Latin” dalam perencanaan kesehatan.

Ilmuwan sosial, politikus, dan masyarakat umum cenderung

memandang penetapan prioritas sebagai suatu tanggapan atas

perasaan populer mengenai hal-hal yang penting. Bagi mereka

pertimbangan-pertimbangan yang penting adalah : Pertama, apa

yang diinginkan masyarakat untuk dilakukan dan yang kedua adalah

program kesehatan yang dapat diterima. Para administrator

cenderung mengkaji prioritas terutama dalam hubungannya dengan

yang disebut oleh metode perencanaan kesehatan Amerika Latin

sebagai “kerawanan” masalah-masalah kesehatan tertentu.

Perhatiannya ada pada ketersediaan metode teknis untuk

mengendalikan penyakit-penyakit atau kondisi-kondisi yang

memerlukan perhatian.

Keterbatasan paling serius di Negara berkembang yang

bahkan mungkin seringkali lebih berat dari pada kerangka kerja

administratif untuk menyediakan pelayanan dan personil yang

diperlukan. Para ekonom memberi penekanan khusus pada biaya.

Hal ini biasanya merupakan kendala akhir yang menentukan apa

yang akan dilakukan, ongkos-ongkos relatif berbagai program

pengendalian harus diseimbangkan. Kebijakan penting dalam

menyeimbangkan ongkos perencanaan kesehatan umumnya adalah

menyediakan pelayanan kesehatan ke masyarakat secara maksimum

dari pada memberikan pelayanan dengan mutu tertinggi kepada

sekelompok kecil masyarakat.

Perencanaan kesehatan harus mengembangkan keterampilan

dalam semua disiplin ilmu yang diperlukan agar dapat melakukan

4

Page 5: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

pendekatan perencanaan yang seimbang. Yang terutama diperlukan

adalah indeks-indeks tertentu yang valid di dalam informasi baik

kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ini.

Tanpa mengindahkan semua usaha pada pengukuran dan

pengelompokkan khusus, si perencana pada akhirnya harus

bersandar pada elemen-elemen kebijaksanaan yang tak pasti

berdasarkan pengalaman atau evaluasi rencana-rencana sebelumnya

dalam membuat keputusan akhir.

Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan

kebijaksanaan banyak diperlukan bersama-sama dengan

kecakapan  unik untuk mensintesis berbagai rincian yang relevan.

Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih bermanfaat

dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila dibuat eksplisit dan

menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas. Keterampilan utama

yang diperlukan dalam penentuan prioritas adalah menyeimbangkan

variabel-variabel yang memiliki hubungan kuantitatif yang sangat

berbeda dan dalam kenyataannya terletak dalam skala dimensional

yang berbeda pula sehingga mengurangi terjadinya kesalahan timbul

akibat memberikan penekanan terlalu banyak pada satu

dimensi.         

Terdapat perbedaan dari cara penetepan prioritas pada

seorang ahli epidemiologi, administrator dan ahli hukum. Seorang

ahli epidemiologi cenderung untuk menilai penetapan prioritas

terutama sebagai suatu masalah penentuan mortalitas dan

mortabiditas relatif dari masalah-masalah kesehatan tertentu.

Pendekatan ini dipakai  secara berlebihan dalam versi pertama

“Metode Amerika Latin” dalam perencanaan kesehatan. Para

administrator cenderung mengkaji prioritas terutama dalam

hubungannya dengan yang disebut oleh metode perencanaan

kesehatan Amerika Latin sebagai “kerawanan” masalah-

masalah  kesehatan tertentu. Perhatiannya ada pada ketersediaan

5

Page 6: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

metode teknis untuk mengendalikan penyakit-penyakit atau kondisi-

kondisi yang memerlukan perhatian. Sedangkan para ekonom

memberi penekanan khusus pada biaya. Hal ini biasanya merupakan

kendala akhir yang menentukan apa yang akan dilakukan. Kebijakan

penting dalam menyeimbangkan ongkos perencanaan kesehatan

umumnya adalah menyediakan pelayanan kesehatan ke masyarakat

secara maksimum dari pada memberikan pelayanan dengan mutu

tertinggi kepada sekelompok kecil masyarakat.  

Agar dapat melakukan pendekatan perencanaan yang

seimbang maka perencanaan kesehatan harus mengembangkan

keterampilan dalam semua disiplin ilmu. Yang terutama diperlukan

adalah indeks-indeks tertentu yang valid di dalam informasi baik

kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ini.

Perencana harus bersandar pada elemen-elemen kebijaksanaan yang

tak pasti berdasarkan pengalaman atau evaluasi rencana-rencana

sebelumnya dalam membuat keputusan akhir.    

II.1.1 Analisis Situasi

Dalam melakukan analisis situasi, kita akan dihadapkan

dengan informasi yang akan mencerminkan dari masalah-masalah

yang berada di lapangan. Masalah yang kerap terjadi di sini adalah

orang terbiasa dengan informasi rutin untuk pelaporan. Mereka

biasa memahami maksud dari data selain berkaitan dengan target

kegiatan. Data terbiasa dipakai untuk mengukur hasil. Padahal data

bisa digunakan untuk memahami lebih jauh tentang apa yang tidak

beres dengan program. Data tentang proses dalam program itu

tidak tersedia sehingga seorang menjadi tumpul. Manajer

kesehatan memasukkan informasi yang mereka miliki ke dalam

tabel. Jika tidak ada data, mereka diminta memasukkan indikator

yang biasa mencerminkan kegiatan atau hasil dari elemen program

kesehatan. Yang penting adalah Manager kesehatan bisa memilah-

6

Page 7: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

milah mana yang harus ia masukkan ke dalam kolom status

kesehatan, pelayanan kesehatan, dan masyarakat.

Fasilitator menelaah semua data yang tersedia untuk

menilai kegunaannya dalam menganalisis dan menguraikan

masalah kesehatan, termasuk menyangkut kelengkapan dan

relevansinya. Ia harus menjelaskan cara membuat analisis situasi

dan indikator-indikator yang dapat digunakan, dan meminta peserta

mendiskusikan data tambahan baik secara kualitatif dan kuantitatif

untuk menyempurnakan penetapan masalah.

Penggunaan tabel harus bisa memberikan informasi

mengenai apakah suatu daerah mempunyai masalah. Tabel dapat

membantu kita mengidentifikasi masalah-masalah dan menetapkan

agenda. Tabel juga membantu kita membedakan apakah masalah

tersebut termasuk sektor kesehatan, atau bukan. Ada banyak cara

menyajikan informasi dalam bentuk tabel analisis situasi.

Tabel di bawah ini adalah contoh untuk membedakan

indikator dua daerah. Dalam tersebut terlihat jelas, untuk masing-

masing kondisi, dicantumkan indikator untuk tahun pada saat

program dibuat dan keadaan yang ingin dicapat pada beberapa

tahun berikutnya. Tidak ada kepastian berapa tahun yang akan kita

gunakan untuk membuat target dari kegiatan kita. Ini sama sekali

tergantung pada siklus perencanaan. Jika kita bekerja untuk bupati

yang berganti tiap 5 tahun, maka barangkali lebih tepat kita

mencantumkan jangka harapan 5 tahun. Tetapi dapat pula terjadi

dikaitkan dengan masa kerja kepala dinas atau apa saja yang

membuat kita ingin mengerjakan sesuatu karena ingin mencapai

keadaan tertentu dalam waktu tertentu.

7

Page 8: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Contoh Tabel yang Membedakan Indikator Dua Daerah

Status Kesehatan Status Pelayanan

Kesehatan

Kondisi Penyulit

Indikator Daerah 1 Daerah 2 Indikator Daerah 1 Daerah 2 Indikator Daerah 1 Daerah 2

Kita dapat menggunakan beberapa pola lain yang

mungkin lebih sesuai dengan kondisi otonomi daerah. Satu tabel

menekankan betapa penting arti sebuah indikator agar ia menjadi

agenda dalam perencanaan. Bukan mencantumkan tahun akan

datang, tabel ini membandingkan keadaan saat ini dengan keadaan

di masa lampau. Jika keadaan di masa sekarang menjadi lebih

buruk dibanding yang lalu, maka keadaan itu pantas dicatat sebagai

masalah yang penting.

Pengisian Kolom Tabel

Kita bisa menuliskan status kesehatan dengan apa saja yang

dianggap outcome yang dianggap masalah kesehatan pribadi supaya kita

dapat meninjau masalah-masalah kesehatan tersebut secara lebih mudah.

Apakah outcome ini berkaitan langsung dengan sistem kesehatan atau tidak,

Gunakan akal sehat ketika menuliskan sesuatu itu sebagai masalah

kesehatan. Sebagai contoh, gizi buruk bisa kerap dimasukkan sebagai status

kesehatan. Meskipun memang ada yang bisa dikerjakan oleh petugas

kesehatan berkenaan dengan gizi buruk, tetapi itu bisa lebih tepat sebagai

kelompok penyulit. Penyulit karena gizi buruk mencerminkan masalah-

masalah distribusi makanan dan kemampuan keluarga mensuplai makanan

8

Page 9: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

yang memadai kepada anak. Hal ini sudah menjadi pekerjaan kementerian

sosial dan kementerian pangan. Sistem pelayanan berisi apa saja yang

menjadi pekerjaan dinas kesehatan dan perangkatnya di daerah, termasuk

rumah sakit dan puskesmas.

Indikator

Indikator yang umum dipakai adalah angka insidensi, prevalensi,

rasio, dan rate yang biasanya diukur per 1000 hingga 100000 penduduk.

Angka-angka kejadian penyakit dan kematian per jumlah penduduk itu pada

masa lalu berguna untuk memperkirakan kejadian di tingkat nasional atau

provinsial. Kadang-kadang angka-angka dari bawah dibuat agar terdapat

angka nasional. Analisis biasanya dibuat pada level internasional. Bagi

pemerintah pusat, angka-angka itu menjadi dasar pengembangan

perencanaan dan pembiayaan program penyakit.

Dalam konteks desentralisasi, angka-angka tersebut tentu saja bisa

dijadikan pegangan bagi bupati untuk mengeluarkan dana untuk program

kesehatan. Tetapi perlu diingat bahwa angka-angka itu perlu dibuat pada

level yang mempunyai arti bagi satuan politik di masyarakat. Jika kita

memahami angka-angka itu berdasarkan kabupaten atau kota saja, maka kita

tidak bisa mengetahui di mana sebenarnya masalah itu terjadi. Jika kita bisa

membuat angka-angka itu per kecamatan, maka hal itu akan lebih berarti

bagi kepentingan pencegahan pada tingkat kecamatan.

Dalam kenyataannya tidak semua angka-angka mudah dipahami

pembuat keputusan di kabupaten. Bahkan terkadang angka-angka sulit

ditentukan karena penduduk yang menjadi dasar pembagi angka itu tidak

jelas dan kurang spesifik. Sebagai respon terhadap keadaan seperti itu, tidak

salah jika kita mencantumkan angka absolut. Keuntungan indikator di

tingkat kecamatan atau kelurahan dapat dijadikan sebagai indikator

kepentingan stakeholder. Permasalahan yang sering terjadi pada saat

penentuan indikator salah satunya adalah informasi yang tidak akurat, tetapi

selalu ada informasi lain yang mendekati dan berfungsi sebagai pengganti.

9

Page 10: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

II.1.2 Identifikasi Masalah

Suatu perencanaan pada dasarnya merupakan bentuk

rancangan pemecahan masalah. Oleh karena itu langkah selanjutnya

dalam perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-

masalah kesehatan. Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat

diperoleh dari berbagai cara antara lain: laporan-laporan kegiatan

dari program-program kesehatan yang ada, surveilans epidemiologi

atau pemantauan penyebaran penyakit, survei kesehatan yang khusus

diadakan untuk memperoleh masukan perencanaan kesehatan, dan

hasil kunjungan lapangan supervisi. Dalam menemukan masalah

kesehatan diperlukan ukuran-ukuran. Ukuran-ukuran yang paling

lazim dipakai adalah angka kematian (mortalitas) dan angka

kesakitan  (morbiditas). Masalah kesehatan harus diukur karena

terbatasnya sumber daya yang tersedia sehingga sumber daya yang

ada betul-betul dipergunakan untuk mengatasi masalah kesehatan

yang penting dan memang bisa diatasi.

Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam

mengidentifikasi masalah kesehatan, yakni:

1.      Pendekatan logis. Secara logis, identifikasi masalah kesehatan

dilakukan dengan mengukur mortalitas, morbiditas dan cacat yang

timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam masyarakat.

2.     Pendekatan Pragmatis. Pada umumnya setiap orang ingin bebas

dari rasa sakit dan rasa tidak aman yang ditimbulkan

penyakit/kecelakaan. Dengan demikian ukuran pragmatis suatu

masalah gangguan kesehatan adalah gambaran upaya masyarakat

untuk memperoleh  pengobatan, misalnya jumlah orangyang datang

berobat ke suatu fasilitas kesehatan.

3.      Pendekatan Politis. Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan

diukur atas dasar pendapat  orang-orang penting dalam suatu

masyarakat.

10

Page 11: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Mengidentifikasi suatu masalah merupakan langkah pertama

yang di lakukan di dalam tahap analisis sistem. Masalah ini yang

terkadang menyebabkan sasaran dari sistem tidak dapat dicapai

seperti apa yang diharapkan. Oleh karena itu pada tahap analisis

sistem, langkah pertama yang harus dilakukan oleh analisis sistem

adalah mengidentifikasi terlebih dahulu masalah-masalah yang

terjadi.

Tugas-tugas yang harus di lakukannya adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi masalah

2. Mengidentifikasi penyebab masalah

3. Mengidentifikasi titik keputusan

4. Mengidentifikasi personil.

Untuk meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan

program kesehatan, diperlukan suatu proses perencanaan yang

akan menghasilkan suatu rencana yang menyeluruh. Perencanaan

kesehatan adalah kegiatan  yang perlu dilakukan di masa yang akan

datang, yang jelas tujuannya. 

II.2 Prioritas Masalah

II.2.1 Langkah-Langkah Menentukan Prioritas Masalah

Penentuan terhadap masalah yang akan diteliti merupakan

tahap yang penting dalam melakukan penelitian, karena pada

hakikatnya seluruh proses penelitian yang dijalankan adalah untuk

menjawab pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya.

Menentukan masalah juga merupakan hal yang tidak mudah karena

tidak adanya panduan yang baku. Meskipun demikian, dengan latihan

dan kepekaan ilmiah, penentuan masalah utama yang harus segera

diatasi dapat dilakukan dengan tepat. 

11

Page 12: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Kriteria berikut ini akan mempermudah kita menemukan masalah:

1. Masalah sebaiknya merumuskan setidak-tidaknya hubungan antar

dua variable atau lebih

2. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda dan

pada umumnya diformulasikan dalam bentuk kalimat tanya.

3. Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode empiris,

yaitu dimungkinkan adanya pengumpulan data yang akan digunakan

sebagai bahan untuk menjawab masalah yang sedang dikaji.

4. Masalah tidak boleh merepresentasikan masalah posisi moral dan

etika. 

Dalam upaya menetapkan prioritas masalah, ada beberapa hal yang

harus dilakukan, yaitu:

1.  Pengumpulan data

Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu

tersedia data yang cukup. Untuk itu perlu dilakukan pengumpulan

data. Data yang perlu dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan

lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan, termasuk

keadaan geografis, keadaan pemerintahan, kependudukan,

pendidikan, , sosial budaya, pekerjaan, mata pencaharian, dan keadaan

kesehatan.

2.  Pengolahan Data

Setelah data telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut

harus diolah, maksudnya adalah menyusun data yang tersedia

sedemikian rupa sehingga  jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-

masing data tersebut. Teknik dalam melakukan pengolahan data yang

dikenal ada tiga macam, yaitu secara manual, elektrik, dan mekanik.

3.  Penyajian Data

12

Page 13: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam

penyajian data yang lazim digunakan yaitu tekstual, tabulasi, dan

grafik.

4. Pemilihan Prioritas Masalah

Hasil penyajian data akan memunculkan berbagai masalah.

Tidak semua masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan

pemilihan prioritas masalah, dalam arti masalah yang paling penting

untuk diselesaikan.        

Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses

yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode

tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting

sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas memerlukan

perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada kesenjangan

yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan

secara sistematis.

Dalam  menetapkan prioritas masalah ada beberapa

pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni :

1.      Besarnya masalah yang terjadi

2.      Pertimbangan politik

3.      Persepsi masyarakat

4.      Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.         

II.2.2 Penyusunan Prioritas Masalah

Masing-masing organisasi secara garis besar mempunyai

pernyataan yang jelas mengenai prioritas program yang diacu secara

resmi dan diperbarui setiap jangka waktu tertentu. Prioritas tersebut

menjadi dasar pengambilan keputusan yang juga dipengaruhi oleh

ketersediaan sumber daya. Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak

organisasi yang baru menyadari bahwa mereka tidak memiliki

13

Page 14: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

prioritas yang jelas hingga organisasi tersebut mengalami masalah dan

krisis.

Penentuan prioritas merupakan proses mengidentifikasi

aktivitas yang paling penting dalam sebuah organisasi. Prioritas

(priority setting) dikembangkan sebagai dasar pembuatan keputusan.

Penentuan prioritas perlu dikembangkan dengan memahami sumber-

sumber daya yang bermanfaat untuk mencapai hasil (outcomes) dan

pengaruh (impact) yang diharapkan. Ketersediaan dari sumber daya

dapat menjadi faktor utama dalam penentuan prioritas.

Prioritas masalah disusun berdasarkan tingkat kebutuhan dan

disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai. Pada

umumnya, penyusunan prioritas akan memperhatikan masalah-

masalah dasar yang dihadapi maupun faktor-faktor yang menghambat

tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap akar

permasalahan yang dihadapi menjadi modal utama bagi pengambil

keputusan, khususnya yang terkait dengan masalah fundamental.

Efektifitas penentuan prioritas masalah berhubungan erat

dengan proses pengambilan keputusan. Dalam hal ini, pengambilan

keputusan harus mempertimbangkan tujuan organisasi, baik jangka

pendek maupun jangka panjang. Setiap langkah yang dilakukan

memiliki tujuan sendiri. Analisis situasi sebagai langkah awal dalam

perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin, sehingga dapat

diperoleh gambaran  tentang masalah kesehatan yang ada serta faktor-

faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan tersebut, yang

merupakan tujuan dari analisis ini. Pada akhirnya akan diperoleh hasil

dari analisis ini yang merupakan titik tolak perencanaan kesehatan

terpadu dan dalam langkah selanjutnya diikuti oleh kegiatan untuk

merumuskan masalah secara jelas, sekaligus menentukan prioritas

masalah-masalah tersebut. Yang dimaksud dengan masalah dalam

perencanaan kesehatan tidak terbatas pada masalah gangguan

kesehatan saja, akan tetapi meliputi semua faktor yang mempengaruhi

14

Page 15: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

kesehatan penduduk (lingkungan, perilaku, kependudukan dan

pelayanan kesehatan).

Beberapa poin berikut ini merupakan alasan mengapa

penentuan prioritas masalah dipandang penting:

- Agar tetap fokus pada hal-hal yang berada pada prioritas utama atau

menuntun perencanaan dan proses update program.

- Untuk mengawasi agar penggunaan sumber daya langka dapat lebih

efektif.

- Untuk membangun komunikasi mengenai proyek/aktivitas antar

stakeholder.

- Untuk menghubungkan antara kebijakan dan tujuan ekonomi sosial

pemerintah.

Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang

dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode

tertentu untuk menentukan peringkat masalah kesehatan. Penentuan

prioritas ini dilakukan karena disebabkan oleh pertimbangan

sumberdaya, yaitu:

1. Man atau sumber daya manusia

2. Money atau biaya

3. Material atau bahan

4. Methode atau metode/teknik.

5. Machine atau peralatan

6. Market atau pasar/konsumen atau pelanggan

7. Time atau waktu

Dalam menetapkan prioritas sebelumnya kita menentukan

kriteria untuk menetapkan prioritas, dapat menggunakan salah satu dari

tiga metode, yaitu: dot voting, weighted voting atau consensus voting–

tergantung waktu, sumber dan sifat kelompok.

15

Page 16: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

1. “Dot Voting”

Masing-masing anggota kelompok diberikan sejumlah ‘votes’

dengan menggunakan stiker titik-titik warna. Aturan mainnya adalah,

masing-masing orang mendapat sejumlah titik yang menunjukkan VA dari

jumlah item. Pemilahan dan penggabungan ide-ide dapat ditunda sampai

selesainya voting, jadi waktu tidak akan terbuang percuma untuk

mendiskusikan item-item dengan prioritas rendah. Voting ulang dapat

dilakukan beberapa kali bersamaan dengan pemilihan dan

pengklasifikasian ide. Dot voting ini merupakan metode dengan visualisasi

tinggi dan sederhana. Kekurangannya adalah metode ini mengambil opini

mayoritas dan menyingkirkan kelompok minoritas yang dapat merusak

interaksi kelompok di masa yang akan datang.

2. “Weighted Voting“

Poin diberikan pada ranking individu. Contohnya, jika anggota

diharuskan meranking lima pilihan teratas, maka 5 suara dapat memilih

pilihan pertama, 4 suara untuk pilihan kedua, 3 suara untuk pilihan ketiga

dan seterusnya. Seluruh nilai individu untuk tiap item kemudian ditotal dan

item dapat diranking (diurutkan) berdasarkan nilai total kelompok. Metode

ini lebih akurat dibandingkan dengan straight voting dalam mengukur

pilihan anggota. Metode ini juga dapat dilakukan dan dijumlahkan atau

ditotal antara pertemuan, sehingga kelompok tidak menghabiskan waktunya

hanya untuk menyelesaikan tugas ini.

3. “Consensus decision“

Metode ini paling banyak menyita waktu, namun penting karena

implementasi keputusan membutuhkan penerimaan dan komitmen dari

seluruh anggota kelompok.

Aturan dasar untuk membangun konsensus adalah:

1. Meminta seluruh anggota kelompok berdiskusi.

2. Hindari argumentasi.

16

Page 17: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

3. Ungkapkan seluruh kekhawatiran/masalah/isu (terutama pandangan-

pandangan minor).

4. Dengarkan seluruh kekhawatiran/masalah/isu. Ajukan pertanyaan

klarifikasi, dan paraphrase kekhawatiran/masalah/isu (mengulangi

pernyataan kekhawatiran/masalah/isu tersebut dengan bahasa anda

sendiri).

5. Catat pro dan kontra masing-masing posisi dalam suatu chart.

6. Jika ada dua posisi yang bertentangan (konflik), carilah yang ketiga

untuk mengatasi perbedaan.

7. Dapatkan ekspresi dukungan dari seluruh anggota kelompok sebelum

membuat keputusan final.

Prioritas berfungsi untuk memudahkan pengambilan keputusan

merupakan suatu proses yang kompleks. Seseorang tidak dapat

menggunakan satu pendekatan yang sesuai untuk semua kebutuhan. Oleh

karena itu, pihak yang bertanggung jawab dan terlibat dalam penetapan

prioritas perlu mengetahui beberapa pendekatan utama dan kendala-kendala

yang mungkin muncul dalam penetapan prioritas, sekaligus bagaimana cara

untuk mengatasi kendala tersebut.

II.2.3 Macam-Macam Pendekatan Dalam Pemecahan Masalah

Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi

masalah kesehatan, yakni :

1. Identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur mortalitas,

morbiditas dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam

masyarakat.

2. Pendekatan Pragmatis

Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa tidak

aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian ukuran

pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan adalah gambaran upaya

17

Page 18: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah orangyang

datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.

3. Pendekatan Politis

Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan diukur atas dasar pendapat

orang-orang penting dalam suatu msyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh

masyarakat). 

Pendekatan yang tepat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

berikut:

1. Seberapa eksplisit identifikasi prioritas dalam mempersiapkan rencana

kerja (work plan)?

2. Sampai seberapa jauh prioritas yang telah disusun merepresentasikan

apakah prioritas organisasi secara menyeluruh?

Prioritas organisasi mencakup prioritas proyek dan program? Seringkali

penyusunan prioritas hanya memperhatikan program internal dan

mengabaikan prioritas antar program.

3. Seberapa jauh setiap pihak mampu memahami dan menghargai proses

yang telah dilakukan untuk menetapkan prioritas?

4. Bagaimana kajian dan pembaruan (up date) prioritas?

5. Sampai seberapa jauh penerapan pendekatan rasional dalam

penyusunan prioritas?

6. Apakah terdapat fokus pada kebutuhan masyarakat yang utama sebagai

penentu kunci dalam penyusunan prioritas?

Dalam menentukan prioritas, terdapat beberapa pertanyaan petunjuk

(guidance question) yang dapat digunakan, yaitu:

1. Apa prioritas utama berdasarkan pemikiran dan kebutuhan yang

diidentifikasi selama analisis situasi?

2. Apa yang kita ketahui mengenai prioritas-prioritas tersebut?

18

Page 19: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

3. Apakah sumber daya tersedia dan dapat diakses untuk menjalankan

prioritas tersebut?

4. Apakah ada orang, kelompok, atau organisasi lain yang lebih mampu

melaksanakan prioritas tersebut?

5. Siapa yang sudah atau sedang terlibat dalam pekerjaan berkaitan

dengan prioritas tersebut?

6. Siapa partner yang potensial?

II.2.4 Menentukan bobot masalah

Menentukan bobot masalah adalah suatu proses pemberian nilai

terhadap kriteria yang telah dipilih. Tujuannya adalah agar dapat

membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria lainya yang dilihat

dari nilai bobot tersebut.

Langkah-langkah dalam menetapkan bobot masalah:

a. Kriteria yang sudah ditetapkan dikaji dan dibahas secara rinci

sehingga kesahihannya (validitas) setiap kriteria diterima oleh

semua anggota.

b. Masing-masing anggota menentukan, memberikan bobot terhadap

kriteria yang ada. Biasanya bobot yang diberikan berkisar antara 1-

5 atau 1-10 apabila ingin memperoleh variasi nilai yang cukup luas.

Kriteria yang sangat penting : Skor 5

Kriteria yang penting : Skor 4

Kriteria yang cukup penting : Skor 3

Kriteria yang kurang penting : Skor 2

Kriteria yang tidak penting : Skor 1

c. Bobot yang telah ditentukan pada masing-masing kriteria

dijumlahkan untuk mendapatkan nilai rata-ratanya sehingga

didapatkan bobot sebenarnya.

d. Menetapkan skor

Menetapkan skor permasalahan yang dihadapi atas dasar kriteria

yang telah ditentukan. Caranya dengan menjumlahkan skor dari

19

Page 20: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

setiap kriteria, sehingga didapatkan skor total bagi setiap masalah

yang ada. Dari total inilah diperoleh urutan atau prioritas masalah

kesehatan

II.2.5 Proses Penyusunan Prioritas yang Efektif

Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan kebijaksanaan

banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan unik untuk

mensintesis berbagai rincian yang relevan. Hal ini merupakan bagian dari

proses perencanaan yang biasanya dikatakan paling naluriah. Namun,

penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih bermanfaat dibandingkan

dengan langkah-langkah lain bila dibuat eksplisit dan menjadi tindakan

yang ditentukan secara jelas. 

Ketrampilan utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas

adalah menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki hubungan

kuantitatif yang sangat berbeda dan dalam kenyataannya terletak dalam

skala dimensional yang berbeda pula. Terlalu sering kesalahan timbul

akibat memberikan penekanan terlalu banyak pada satu dimensi. 

Perencanaan kesehatan harus mengembangkan ketrampilan dalam

semua disiplin ilmu yang diperlukan agar dapat melakukan pendekatan

perencanaan yang seimbang. Yang terutama diperlukan adalah indeks-

indeks tertentu yang valid di dalam informasi baik kualitatif maupun

kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ini. Tanpa mengindahkan

semua usaha pada pengukuran dan pengelompokkan khusus, si perencana

pada akhirnya harus bersandar pada elemen-elemen kebijaksanaan yang

tak pasti berdasarkan pengalaman atau evaluasi rencana-rencana

sebelumnya dalam membuat keputusan akhir. 

Karakter organisasi (struktur, budaya, dan sejarah) sangat

berpengaruh terhadap penyusunan prioritas. Selain itu, proses dokumentasi

prioritas program dan kondisi pada saat penyusunan prioritas juga akan

mempengaruhi penyusunan prioritas yang efektif.

Adapun beberapa ciri proses penyusunan prioritas yang efektif adalah:

20

Page 21: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

1. Mulai dari program yang dibutuhkan, bukan dari berapa jumlah dana

yang dimiliki. Jadi pertanyaan yang harus dijawab adalah “apa yang

perlu kita lakukan” bukan “kegiatan apa yang dapat kita biayai”

2. Mengkomunikasikan perlunya penetapan prioritas dan berfokus pada

masa depan organisasi

3. Klarifikasi peranan (role) dan aturan (rule)

4. Mulai dari apa yang telah ada dan sumber daya yang telah dimiliki

5. Mendorong kreatifitas

6. Mencari tahu apa yang sedang terjadi dan berkembang di

masyarakat

7. Melibatkan sumber daya manusia dari luar/eksternal

8. Mengidentifikasi persetujuan (agreement) dan ketidaksetujuan

(disagreement) mengenai prioritas yang ditetapkan

9. Identifikasi program-program yang berkaitan dengan organisasi lain

10. Penggunaan kriteria yang kredibel dalam penentuan prioritas akhir

11. Memastikan bahwa organisasi secara formal mengadopsi penyataan

prioritas yang telah diputuskan

12. Diperlukan kompetensi sumber daya manusia (namun jangan

sampai kompetensi tersebut yang mengarahkan prioritas)

II.2.6 Metode Penentuan Prioritas Masalah

Penentuan prioritas masalah merupakan hal yang sangat penting,

setelah masalah-masalah kesehatan teridentifikasi. Metode yang dapat

dilakukan dalam penentuan prioritas masalah dibedakan atas dua yaitu

secara Scoring dan Non Scoring. Kedua metode tersebut pelaksanaannya

berbeda-beda. Pemilihan kedua cara tersebut berdasarkan ada tidaknya

data yang tersedia, yaitu :

II.2.6.1 Scoring Technique

21

Page 22: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai)

untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang

dimaksud adalah :

Besarnya masalah atau prevalensi penyakit

Berat ringannya akibat yang ditimbulkan

Kenaikan prevalensi masalah (rate of increase)

Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut

(degree of unmeet need)

Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut

terselesaikan (social benefit)

Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah.

Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk

mengatasi masalah (resources availibilily)

Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical

feasibility)

Metode tersebut terbagi lagi menjadi beberapa cara sebagai berikut:

a. Metode Bryant

Cara ini telah dipergunakan di beberapa negara yaitu di Afrika

dan Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam kriteria, yaitu :

Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap

masalah tersebut penting.

Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk yang terkena penyakit

tersebut

Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan penyakit

tersebut

Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan untuk

mengatasinya.        

22

Page 23: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi

scoring, kemudian masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini

dibandingkan antara masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah

dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas yang tinggi

pula. Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang

ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang

diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan

untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke

bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya.

Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas

masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang

didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk

menentukan prioritas masalah yang akan diambil.

b. MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment Metode)

Metode MCUA digunakan apabila pelaksana belum terlalu

siap dalam penyediaan sumber daya, serta pelaksana program atau

kegiatan menginginkan masalah yang diselesaikan adalah masalah

yang ada di masyarakat. MCUA adalah suatu teknik atau metode yang

digunakan untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas

beberapa alternatif. Alternatif dapat berupa masalah pada langkah

penentuan prioritas masalah atau pemecahan masalah pada langkah

penetapan prioritas pemecahan masalah.

Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus

ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.

Kriteria adalah batasan yang digunakan untuk menyaring alternatif

masalah sesuai kebutuhan.Metode ini memakai lima kriteria untuk

penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot

penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara

untuk menentukan bobot dari masing-masing kriteria dengan diskusi,

argumentasi, dan justifikasi

23

Page 24: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Kriteria yang dipakai terdiri dari:

Emergency :Kegawatan menimbulkan kesakitan atau

kematian.

Greetes member :Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi.

Expanding scope : Ruang lingkup besar di luar kesehatan

Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan.

Policy : Kebijakan pemerintah daerah/nasional.

c. Metode Matematik PAHO–CENDES (Pan American Health

Organization-Center for Development Studies)

Cara ini digunakan di Amerika Latin. Kriteria yang dipakai adalah :

M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat

dilihat dari % atau jumlah/kelompok yang terkena masalah,

keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait.

I = Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka

morbiditas dan mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke waktu.

Importancy terdiri dari :

Severity (S)  : berat ringannya masalah tersebut terhadap masalah

kesehatan pada umumnya (semakin berat, nilai semakin tinggi).

Rate of Increase (RI) : berat ringannya hambatan jika masalah

tersebut tidak segera ditangani (semakin berat hambatan, nilai

semakin tinggi).

Public Concern (Pco) : banyak sedikitnya masalah tersebut menjadi

perhatian masyarakat (semakin menjadi perhatian, nilai semakin

tinggi)

Political Climate (PC) : banyak sedikitnya perhatian politik

terhadap masalah tersebut (semakin menjadi perhatian politik, nilai

semakin tinggi)

Social Benefit (SB) : banyak sedikitnya masalah tersebut

memberikan manfaat sosial jika ditangani (semakin banyak memberi

manfaat sosial, nilai semakin tinggi)

24

Page 25: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

V = Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat

diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan

dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan.

C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk

melaksanakan pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin

kecil skornya.

Hubungan keempat kriteria dalam menentukan prioritas masalah (P),

yaitu:

P   =  M . I .V.C

Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang

ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari

satu parameter ke parameter yang lain. Hasilnya didapat dari perkalian

parameter tersebut. Penentuan skor untuk setiap masalah dilakukan oleh

“expert”.

Langkah PAHO:

1. Tulis atau daftarlah masalah yang didapat dari kegiatan analisis situasi.

2. Tentukan expert yang akan dilibatkan dalam penyusunan prioritas

3. Tentukan skor yang akan dipergunakan dalam penentuan prioritas 1

sampai dengan 10

4. Pemberian skor oleh expert untuk setiap masalah berdasarkan 4 kriteria

PAHO. (Pemberian skor sebaiknya membandingkan antar masalah dengan

kriteria yang sama)

5. Kalikan skor setiap kriteria pada tiap masalah

6. Tentukan prioritas berdasarkan urutan hasil perkalian. Hasil yang paling

besar merupakan prioritas.

25

Page 26: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Contoh Tabel :

NOMASALAH M V C Nilai

S RI PCo PCl SB

1Masalah 1

3 3 5 1 35 3 1 45

3

2Masalah 2

3 3 1 3 1

1 5 1 112

2Masalah 2

1 3 3 5 3

5 5 3 253

d. Metode Hanlon     

Metode ini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah

kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka,

sederajat, dan objektif. Dalam buku Public Health: Administration and

Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan

Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers), metode

Hanlon memiliki tiga tujuan utama:

1. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan

prioritas

2. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki

bobot relatif satu sama lain

26

Page 27: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

3. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan

kebutuhan dan dinilai secara individual.

Proses penentuan kriteria diawali dengan pembentukan kelompok

yang akan mendiskusikan, merumuskan dan menetapkan kriteria. Sumber

informasi yang dipergunakan dapat berasal dari :

1. Pengetahuan dan pengalaman individual para anggota

2. Saran dan pendapat nara sumber      

3. Peraturan pemerintah yang relevan        

4. Hasil rumusan analisa keadaan dan masalah kesehatan.

Langkah selanjutnya adalah :

1. Menginventarisir kriteria

2. Menginventalisir dan mengevaluasi kriteria

Metode Hanlon hampir sama dengan metode MCUA, dilakukan dengan

memberikan skor atas serangkaian kriteria A, B, C dan D (PEARL).

1. Kelompok kriteria A  = besarnya masalah

Komponen ini adalah salah satu faktornya memiliki angka yang

kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara

langsung terkena dampak dari masalah tersebut yakni insiden, prevalensi,

atau tingkat kematian dan angka.

Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih

dari satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi

yang berpotensi atau berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu,

penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada umumnya yang mengarah

pada solusi bersama atau yang sama dapat dipertimbangkan secara

bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan

tembakau dijadikan pertimbangan maka kanker paru-paru,

kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan

dibuat lebih banyak penyakit yang juga dipertimbangkan, penyakit

27

Page 28: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari

komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran

atau besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok.

2. Kelompok kriteria B  = tingkat kegawatan masalah

Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin

dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian,

angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas.

Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau

dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal

tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain. Maksimum skor

pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan

bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini

(20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran atau

besarnya masalah.

Faktor yang dapat digunakan adalah:

a. Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat

kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat;

akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.Tingkat keparahan:

tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas,

angka kematian prematur relatif

b. Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota /daerah / Negara) dan untuk

masing-masing individu.

Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh,

bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau

kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20.

Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan

maksimum dalam setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu.

Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas untuk menjaga

28

Page 29: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu

cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya

sebagai skala :

0=tidak ada

1=beberapa

2=lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)

3=paling

3. Kelompok kriteria C  = kemudahan penanggulangan masalah

Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkah masalah

ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka

dari 0 – 10 (sulit – mudah). Komponen ini mungkin merupakan

komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data

yang tersedia dari penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh

mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini. Efektivitas

penilaian yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui

dari literatur dikalikan dengan persen dari target populasi yang

diharapkan dapat tercapai. Contoh:

Berhenti Merokok :

Target populasi 45.000 perokok

Total yang mencoba untuk berhenti 13.500

Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32

Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1

Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target

dan jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang

realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang

diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.

4. Kelompok kriteria D  =  Pearl faktor

Yang berarti P = Kesesuaian, E  = Secara ekonomi murah, A =

dapat diterima, R = Tersedianya sumber, L = Legalitas terjamin. Pearl

29

Page 30: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

adalah suatu kelompok faktor yang walaupun tidak secara langsung

berkaitan dengan masalah kesehatan namun memiliki pengaruh yang

tinggi dalam menentukan apakah masalah tertentu dapat diatasi.

P - Propriety

Suatu masalah yang masuk dalam ranah misi agensi keseluruhan.

E - Economic Feasibility

Apakah mengatasi suatu masalah masuk akal secara ekonomi?

apakah ada konsekuensi ekonomis jika masalah tidak diatasi?

A – Acceptability

Apakah masyakarat dan/atau target populasi akan menerima bahwa

masalah tersebut ditangani?

R – Resources

Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi/menangani masalah

tersebut

L – Legality

Apakah hukum yang berlaku saat ini mengijinkan masalah tersebut

ditangani.

Komponen-komponen ini diterjemahkan kedalam dua formula

(rumus) yang memberikan nilai numerical yang memberikan prioritas

utama bagi penyakit/kondisi dengan nilai tertinggi.

Basic Priority Rating atau Nilai Dasar Prioritas: (BPR) > BPR =

(A+B) C/3

Overall Priority Rating atau Nilai Prioritas Keseluruhan (OPR) >

OPR = [(A+B)C/3] x D

Perbedaan dari dua rumus akan semakin jelas saat Komponen D

(PEARL) dideskripsikan. Masing-masing faktor ini dipertimbangkan,

dan penilaian untuk masing masing faktor PEARL adalah 1 untuk setiap

jawaban ‘iya’ dan 0 jika jawabannya ‘tidak’.

30

Page 31: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Saat penilaian lengkap, seluruh angka dikalikan untuk

mendapatkan jawaban final. Karena seluruh faktor ini mewakili suatu

produk dan bukan jumlah maka jika salah satu dari lima faktor tersebut

jawabannya ‘tidak’, maka D sama dengan 0. Karena D adalah pengali

final dalam rumus, jika D=0, maka masalah kesehatan tidak akan teratasi

dalam OPR, walaupun masalah tersebut memiliki ranking yang tinggi

dalam BPR.

e. Metode CARL (Capability, Accesability, Readiness & Leverage)

Metode CARL merupakan suatu teknik yang digunakan untuk

menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif.

Metode ini dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, seperti

kemampuan (capability), kemudahan (accessibility), kesiapan (readiness),

serta daya ungkit (leverage). Semakin besar skor semakin besar masalahnya,

sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas. Penggunaan metode

CARL untuk menetapkan prioritas masalah dilakukan apabila pengelola

program menghadapi hambatan keterbatasan dalam menyelesaikan masalah.

Penggunaan metode ini menekankan pada kemampuan pengelola program.

Metode CARL (Capability, Accesibility, Readness, Leverage) dengan

menggunakan skore nilai 1 – 5.

Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :

C: Ketersediaan Sumber Daya (dana dan sarana/peralatan)

A: Kemudahan, masalah yang ada diatasi atau tidak Kemudahan dapat

didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta

penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.

R: Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran seperti

keahlian/kemampuan dan motivasi

L:   Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam

pemecahan yang dibahas.

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau

prioritas adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah.

31

Page 32: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Contoh Tabel :

Metode CARL digunakan apabila pelaksana program masih mempunyai

keterbatasan (belum siap) dalam menyelesaikan masalah. Penggunaan metode ini

menekankan pada kemampuan pelaksana program.

Langkah-langkah Metode CARL :

Persiapan yang perlu dilakukan antara lain :

1. Persiapan Gugus Tugas

Susunan petugas :

a. Pimpinan CARL

b. Petugas pencatat pada flipchart

c. Petugas skoring dan ranking

2. Persiapan Ruang Pertemuan

3. Persiapan Sarana atau Peralatan

a. Peserta CARL

b. Data

c. Proses Dinamika Kelompok

Langkah inti pelaksanaan CARL :

1. Pemberian skor pada masing-masing masalah dan perhitungan hasilnya

32

NO MASALAH C A R L NILAI RANK1 Masalah 1 3 2 1 2 12 52 Masalah 2 2 3 2 3 36 23 Masalah 3 3 1 3 1 9 74 Masalah 4 1 3 4 1 12 65 Masalah 5 1 2 3 4 24 36 Masalah 6 4 2 2 1 16 47 Masalah 7 5 3 1 3 45 1

Page 33: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

a. Tulis atau daftarlah masalah yang didapat dari kegiatan analisis

situasi.

b. Tentukan skor atau nilai yang akan diberikan pada tiap masalah

berdasarkan kesepakatan bersama

Misal : telah disepakati bersama skor atau nilai yang diberikan adalah

1-5, dengan ketentuan sebagai berikut :

Nilai 1 = sangat tidak menjadi masalah

Nilai 2 = tidak menjadi masalah

Nilai 3 = cukup menjadi masalah

Nilai 4 = sangat menjadi masalah

Nilai 5 = sangat menjadi masalah (mutlak)

c. Berikan skor atau nilai untuk setiap alternatif masalah berdasarkan

kriteria CARL (Capability atau kemampuan, Accessability atau

Kemudahan, Readiness atau kesiapan, Leverage atau Daya Ungkit)

2. Menentukan prioritas berdasarkan hasil rangking. Urutkan

masalah menurut prioritasnya, berdasarkan hasil yang telah diperoleh

pada langkah b.

Misal : dari contoh tampilan pada langkah b, maka prioritas masalahnya

adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya mutu pelayanan BP

2. Perhatian keluarga pada bumil rendah

3. Perilaku PHBS rendah

Contoh Tabel

Kelebihan Penggunaan Metode CARL

33

Page 34: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Dengan masalah yang relatif banyak, bisa ditentukan peringkat atas

masing-masing masalah sehingga bisa diperoleh prioritas masalahnya.

Kekurangan Penggunaan Metode CARL

1. Penentuan skor sangat subyektif, sehingga sulit untuk distandarisasi

2. Penilaian atas masing-masing kriteria terhadap masalah yang diskor

perlu kesepakatan agar diperoleh hasil yang maksimal dalam penentuan

peringkat (prioritas)

3. Objektifitas hasil peringkat masalah kurang bisa

dipertanggungjawabkan karena penentuan skor atas kriteria yang ada

bersifat subyektif.

f. Metode Teknik Multi-voting

Teknik multi-voting biasanya digunakan jika terdapat banyak masalah

kesehatan atau masalah tersebut harus dipersempit menjadi beberapa masalah

saja. Hasil dari cara multi-voting adalah cukup menarik karena proses ini

memungkinkan masalah kesehatan yang mungkin tidak menjadi prioritas

utama dari setiap individu, tetapi disukai oleh semua, untuk naik ke atas.

Sebaliknya teknik straight voting akan menutupi popularitas dari tipe masalah

kesehatannya sehingga membuatnya menjadi lebih sulit untuk mencapai

consensus.

Langkah-langkah dalam melaksanakan multi voting:

1. Putaran suara pertama

Setelah daftar masalah kesehatan ditetapkan, setiap peserta

memberikan suara terhadap prioritas utama mreka masing –masing.

Pada putaran ini mereka boleh memilih sebanyak yang mereka mau atau

tergantung pada jumlah item yang ada dalam daftar, jumlah maksimum

suara yang boleh diberikan oleh setiap peserta dapat ditentukan

2. Memperbaharui daftar

34

Page 35: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Masalah kesehatan dengan jumlah suara sama dengan separuh

dari jumlah peserta yang memberikan voting akan tetap dipertahankan

dalam daftar tersebut, dan semua masalah kesehatan lain yang di

eliminasi.

3. Putaran suara ke dua

Setiap peserta memberikan suara terhadap apa yang paling

mereka prioritaskan pada tahap ini, peserta voting boleh memberikan

suara dengan jumlah yang sama dengan separuh dari masalah kesehatan

yang ada dalam daftar masalah. (misalnya jika sepuluh masalh tetap

pada daftar, setiap peserta dapat melemparkan lima suara).

4. Pengulangan

Langkah ketiga tersebut tetap diulang sampai prioritas masalah

menjadi lebih sempit dan disesuaikan dengan jumlah yang diinginkan

Contoh Multi Voting:

35

Page 36: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Warna merah menandakan tahap pertama yaitu eliminasi, warna hijau

menandakan tahap eliminasi ke dua, sedangkan warna biru menunjukkan

tahap eliminasi pertama, daftar masalah yang mendapat suara terbanyak

mendapatkan prioritas ataupun posisi utama sebagai masalah yang paling

penting dan harus diselesaikan.

g. Metode USG (Urgency, Seriousness, and Growth)

Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas

masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG

dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan

masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut

semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Urgensy atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau

tidak masalah tersebut diselesaikan.

2. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat

dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap

keberhasilan, membahayakan system atau tidak.

3. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah

tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.

Penggunaan metode USG dalam penentuan prioriotas masalah

dilaksanakan apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada,

serta hal yang sangat dipentingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan

aspek dari masalah itu sendiri.

Langkah-langkah USG:

1. Persiapan

Dalam melaksanakan penentuan prioritas masalah dengan metode

USG persiapan yang perlu dilakukan antara lain :

a) Persiapan gugus tugas

Pembagian pekerjaan atau gugus tugas perlu dilaksanakan sebelum

pertemuan dimulai, dimana ditentukan siapa yang akan menjadi

36

Page 37: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

pimpinan proses USG, siapa yang melakukan tugas sebagai notulis,

dan orang yang menulis di flipchart, siapa yang melakukan scoring

dan menghitung hasilnya untuk menetukan ranking, serta siapa yang

membacakan hasilnya.

Susunan petugas untuk metode teknik scoring dengan metode USG,

yakni sebagai berikut :

Pimpinan USG

Petugas pencatat flipchart

Petugas scoring dan ranking

Personil yang bertugas sebagai notulis

b) Persiapan ruang pertemuan

Ruang pertemuan yang akan digunakan sebaiknya menggunakan

ruangan yang cukup luas dan nyaman. Meja dan tempat duduk diatur

setengah lingkaran atau seperti huruf U yang terbuka ujungnya atau

meja bundar (Round table), dimana pada ujung meja yang terbuka

ditempatkan flipchart atau papan tulis atau white board.

c) Persiapan peralatan atau sarana

Sarana atau peralatan yang diperlukan dalam proses kegiatan ini

adalah:

Daftar hadir

Kertas flipchart, papan tulis atau whiteboard lengkap dengan alat

tulisnya.

Alat tulis dimasing-masing meja.

Kalkulator.

d) Peserta

Sebelum melakukan pemilihan atau seleksi untuk peserta, beberapa

hal yang perlu dijelaskan oleh pimpinan atau yang akan memimpin

pelaksanaan metode USG, yaitu

37

Page 38: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Peserta yang akan bergabung dalam kelompok USG, adalah

karena kemampuan mereka untuk melakukan analisis dan

mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah.

Menekankan pentingnya tugas kelompok.

Menekankan pentingnya sumbangan pikiran setiap peserta.

Memberikan petunjuk kegunaan hasil pertemuan.

Memberikan sambutan yang bersifat hangat dan ramah,

selanjutnya

tentukan siapa yang akan diundang atau dilibatkan dalam pertemuan

untuk melakukan proses metode USG.

Jumlah peserta berkisar antara 7-10 peserta.

e) Data yang Dibutuhkan

Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

metode USG, yakni sebagai berikut:

Hasil analisa situasi

Informasi tentang sumber daya yang dimiliki

Dokumen-dokumen tentang perundang-undangan, peraturan,

serta

kebijakan pemerintah yang berlaku.

Proses Dinamika Kelompok

Sebelum memasuki proses atau langkah inti pada pelaksanaan metode

USG, pimpinan kelompok metode USG memberikan sambutan dalam bentuk

kata pengantar, yang berisi:

a) Ucapan selamat datang pada peserta USG

b) Penjelasan tentang teknik scoring, proses, terutama menyangkut jalannya

proses, dengan menekankan pada pentingnya untuk menciptakan suasana

kerjasama, saling pengertian dan kesatuan pandangan dari setip peserata

dalam melaksanakan setiap tahapan proses.

38

Page 39: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

c) Tujuan pertemuan diadakan, yakni berorientasi pada masalah dan

pemecahan masalah.

Langkah inti pelaksanaan USG :

1. Penyusunan daftar masalah

a. Setiap peserta pertemuan diminta mengemukakan masalah bagian yang

diwakilinya

b. Pimpinan USG menginstruksikan kepada petugas pencatat untuk

mencatat setiap masalah yang dikemukakan di lembar flipchart atau

papan tulis atau white board

2. Klarifikasi masalah

a. Lakukan klarifikasi masalah yang telah diidentifikasi dalam rangka

menentukan prioritas masalah

b. Setiap anggota dimintai penjelasan (klarifikasi) maksud dari masalah

yang dikemukakannya.

c.Setelah diklarifikasi, maka tulis masalah hasil dari klarifikasi tersebut

3. Membandingkan antar masalah

a. Bandingkan masalah yang diperoleh, sebagai contoh masalah A

sampai E menurut kriteria Urgensi (Urgency), Keseriusan (Seriousness)

dan Kemungkinan Berkembangnya Masalah (Growth)

b. Tulis frekuensi kemunculan tiap masalah setelah diperbandingkan,

frekuensi ini dianggap sebagai nilai atau skor masalah. Kemudian

jumlahkan skor yang diperoleh tiap masalah berdasarkan kriteria

Urgency, Seriousness dan Growth

39

Page 40: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Lembar Flipchart

4. Penyusunan prioritas masalah

Menyusun prioritas masalah berdasarkan hasil langkah 3. Misalnya

dari hasil langkah 3 pada contoh, maka dapat disusun prioritas masalah

dengan urutan sebagai berikut :

a. Masalah B

b. Masalah A

c. Masalah E

40

Page 41: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

d. Masalah D

e. Masalah C

Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode USG:

1. Kelebihan

a. Merupakan pandangan orang banyak dengan kemampuan sama

sehingga dapat dipertanggung-jawabkan.

b. Diyakini bahwa hasil prioritas dapat memberikan hasil yang obyektif.

c. Identifikasi dapat dilanjutkan, terutama untuk penyelesaian dalam

bentuk penyelasaian dengan pengelolaan manajemen atau tidak.

2. Kekurangan

a. Dengan metode USG lebih banyak berdasar asumsi dengan suatu

keterbatasan tertentu yang melemahkan eksistensi permasalahan.

b. Jika asumsi yang disepakati lebih banyak dengan keterbatasan,

maka hasilnya akan bersifat lebih subyektif.

II.2.6.2 Non Scoring Technique

Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai

parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia

data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah

dengan menggunakan non scoring technique, metode-metodenya terdiri

atas:

a. Metode Delbeque

Metode Delbeque adalah metode dimana penetapan prioritas

masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak

sama keahliannya. Oleh karena itu diperlukan penjelasan terlebih

dahulu untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa

mempengaruhi peserta, sehingga mereka mempunyai persepsi yang

sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas. Lalu diminta untuk

41

Page 42: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan

adalah prioritas masalah.

Adapun caranya adalah sebagai berikut:

1. Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang

berjumlah antara 6 sampai 8 orang.

2. Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan

ditentukan peringkat prioritasnya.

3. Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat

atau urutan prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan

prioritasnya.

4. Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup.

5. Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan

hasilnya dituliskan di belakang setiap masalah.

6. Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling

kecil berarti mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi). Delbeque

menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat

tersebut, dengan harapan masing-masing orang akan

memertimbangkan kembali peringkat yang diberikannya setelah

mengetahui nilai rata-rata;Tidak ada diskusi dalam teknik ini,

yaitu untuk menghindari orang yang dominan memengaruhi orang

lain.

Cara ini mempunyai beberapa kelemahan dan kelebihan yaitu:

1. Menentukan siapa yang seharusnya ikut dalam menentukan

peringkat prioritas tersebut,

2. Penentuan peringkat bisa sangat subyektif,

3. Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang

berbeda dan tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta.

Kelebihan cara ini adalah mudah dan dapat dilakukan dengan

cepat, penilaian prioritas secara tertutup dilakukan untuk memberikan

42

Page 43: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

kebebasan kepada masing-masing anggota diskusi tanpa terpengaruh

oleh hirarki hubungan yang ada.

b. Metode Delphi

Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Rand Corporation

pada tahun 1950an. Pada metode delphi, penetapan prioritas masalah

tersebut dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama

keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan

khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk

mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak

dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari. Dimana pada

metode ini, sekelompok pakar atau orang yang dianggap memahami

permasalahan mengisi kuesioner, moderator menyimpulkan hasilnya

dan memformulasikan menjadi suatu kuesioner baru yang diisi kembali

oleh kelompok tersebut, demikian seterusnya. Hal ini merupakan proses

pembelajaran (learning process) dari kelompok tanpa adanya tekanan

atau intimidasi individu.

Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan

khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk

mengemukakan beberapa masalah  pokok, masalah yang paling banyak

dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.

Adapun caranya adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah yg hendak/perlu diselesaikan;

b. Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yg dianggap

mengetahui dan menguasai permasalahan;

c. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali

jawaban kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi

penyelesaian masalah;

d. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang

muncul dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan;

43

Page 44: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

e. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala

prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan

mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan

keputusan.

Kelemahan cara ini adalah waktunya yang relatif lebih lama

dibandingkan dengan metode Delbeque serta memungkinkan

pakar/anggota diskusi yang dominan akan mempenguruhi anggota

yang tidak dominan,

Kelebihan metode ini adalah kemungkinan telaah yang

mendalam oleh masing-masing anggota diskusi yang terlibat.

c. Metode Estimasi Beban Kerugian

Metode ini memerlukan data dan perhitungan hari produktif

yang hilang yang disebabkan oleh masing-masing masalah/penyakit.

Sejauh ini metode ini belum pernah dilakukan di tingkat kabupaten,

untuk di tingkat nasional baru Badan Litbangkes yang mencoba

menghitung beberapa DALY (disability adjusted life year) yang

ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit yang ada di Indonesia.

Pada tingkat global, Bank Dunia telah menghitung waktu

produktif yang hilang (disease burden) yang disebut DALY yang

diakibatkan oleh berbagai macam penyakit. Atas dasar perhitungan

tersebut, Bank Dunia menyarankan dalam program kesehatan,

prioritas diberikan kepada pelayanan kesehatan yang essensial yang

terdiri dari :

a. KIA dan pertolongan persalinan

b. KB

c. Manajemen kesehatan pada anak

d. TBC

e. Pemberantasan STDs (Sexual Transmitted Diseases)

44

Page 45: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Menurut peneliti dalam menentukan prioritas masalah di atas

digunakan metode estimasi beban kerugian dengan cara

menghitung waktu produktif yang hilang (DALY).

Metode ini membutuhkan perhitungan yang canggih dan sulit

karena memerlukan data dan perhitungan ‘hari produktif’ yang

hilang yang disebabkan oleh masing-masing masalah.

d. Metode NGT (Nominal Group Technique)

NGT merupakan variasi terstruktur dari kelompok diskusi kecil

untuk mencapai konsensus. NGT mengumpulkan informasi dengan cara

menanyakan secara individual kepada partisipan untuk memberi respon

mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan moderator, kemudian

menanyakan partisipan untuk memprioritaskan ide atau saran-saran dari

seluruh anggota kelompok. Proses ini menyemangati seluruh anggota

kelompok untuk berpartisipasi, mencegah adanya dominasi oleh satu

orang, dan menghasilkan kesatuan solusi prioritas atau rekomendasi

yang mencerminkan hasil pilihan kelompok tersebut.

Teknik ini merupakan metode pengambilan keputusan yang

digunakan oleh berbagai macam ukuran kelompok yang ingin

mengambil keputusan dengan cepat, seperti dengan vote, tapi ingin

melibatkan/mempertimbangkan seluruh opini anggota (berbeda dengan

cara voting yang lama, dimana hanya kelompok terbesar saja yang

dipertimbangkan). Perbedaannya ada pada metode penjumlahan,

pertama tiap anggota kelompok memberikan pandangan untuk solusi

dengan penjelasan singkat. Kemudian, duplikasi solusi dihilangkan dari

daftar seluruh solusi dan anggota kelompok melanjutkan merangking

solusi tersebut. Jumlah masing-masing solusi yang diterima kemudian

ditotal dan solusi dengan rangking total terendah (most favored/paling

disukai) dipilih sebagai keputusan akhir.

Terdapat beberapa variasi dalam penggunaan teknik ini.

Misalnya, teknik ini dapat mengidentifikasi kekuatan vs area yang

45

Page 46: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

dibutuhkan untuk pengembangan dari pada hanya digunakan sebagai

alternatif voting untuk pengambilan keputusan. Selain itu, pilihan tidak

selalu harus di rangking tapi dapat dievaluasi lebih lanjut

Efek NGT

NGT telah terbukti meningkatkan satu atau lebih dimensi

efektifitas dari pengambilan keputusan kelompok. Mengharuskan

individu untuk menuliskan ide-idenya secara tenang/diam dan

independen sebelum diskusi kelompok menambah solusi yang didapat

kelompok. Round-robin polling juga menghasilkan input dalam jumlah

besar dan mendorong partisipasi yang sama. Peningkatan jumlah input

yang heterogen mengarah pada pengambilan keputusan dengan mutu

tinggi. Dibandingkan dengan kelompok interaktif, kelompok NGT lebih

memberikan ide-ide yang unik, partisipasi yang lebih seimbang daftar

anggota kelompok, meningkatkan perasaan pencapaian, dan kepuasan

yang lebih besar dengan ide yang bermutu dan efisiensi kelompok

Waktu Penggunaan NGT

a. Saat sebagian anggota kelompok lebih vokal dibandingkan

lainnya

b. Pada saat beberapa anggota kelompok merasa bahwa diam lebih

baik

c. Jika mengkhawatirkan bahwa beberapa anggota kelompok tidak

berpartisipasi.

d. Saat kelompok susah mendapatkan sejumlah ide

e. Saat seluruh atau sebagian anggota kelompok merupakan

anggota baru dalam kelompok

f. Saat isu yang dibahas kontrovesi atau terjadi konflik yang

memanas

46

Page 47: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Penggunaan Nominal Group Technique (NGT)

NGT merupakan sebuah metode yang sangat baik untuk

mendapatkan kesepakatan grup, sebagai contoh, kelompok orang (staf

program, anggota komunitas, dll) yang terlibat dalam pembangunan model

logis dan daftar hasil dari komponen khusus tersebut terlalu banyak dan

harus diprioritaskan. Pada kaus ini, pertanyaan yang seharusnya diajukan

adalah “Hasil dari daftar ini yang manakah yang harus diprioritaskan

untuk mencapai tujuan dan mudah diukur? Yang mana dari daftar hasil

tersebut yang tidak terlalu penting dan lebih susah?”

Prosedur Standar NGT biasanya melibatkan lima tahapan:

1. Perkenalan dan penjelasan.

2. Pengumpulan ide dengan diam/tenang: Fase ini berlangsung kira-kira

10 menit.

3. Membagi-bagi ide (sharing idea): fasilitator mengajak partisipan

untuk membagi ide-ide yang telah mereka tulis. Tidak ada debat

dalam tahapan ini dan partisipan didorong untuk menuliskan ide baru

apapun yang muncul. Proses ini memastikan bahwa seluruh

partisipan mendapatkan kesempatan yang sama dalam memberikan

kontribusi dan menghasilkan catatan seluruh ide yang didapat dari

kelompok. Tahapan ini berlangsung antara 15-30 menit.

4. Diskusi kelompok: partisipan diundang untuk mencari penjelasan

verbal atau detail lebih lanjut atas ide apapun yang diberikan oleh

koleganya yang mungkin tidak begitu jelas bagi mereka. Sangat

penting untuk diingat bahwa proses ini harus netral dan menghindari

penilaian dan kritik. Tahap ini berlangsung 30-45 menit.

5. Voting dan Ranking: memprioritaskan ide yang tercatat yang relevan

dengan pertanyaan. Setelah proses voting dan rangking, hasil cepat

atas respon pertanyaan tersedia bagi partisipan sehingga pertemuan

disimpulkan telah mencapai outcome spesifik.

47

Page 48: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Keunggulan dan kelemahan NGT

Salah satu keunggulan NGT adalah bahwa teknik ini menghindari

terjadinya dua masalah yang disebabkan oleh interaksi kelompok.

Pertama, beberapa anggota tidak ingin memberikan ide karena mereka

khawatir di kritik. Kedua, beberapa anggota tidak ingin menciptakan

konflik dalam kelompok (banyak orang ingin tepat mempertahankan iklim

yang kondusif). NGT dapat mengatasi masalah ini. NGT memiliki

keunggulan yang jelas dalam meminimalkan perbedaan dan memastikan

partisipasi yang seimbang. Dan teknik ini, dalam berbagai macam kasus

menjadi teknik yang hemat waktu. Keunggulan lain adalah dengan teknik

(penutup/tidak mengambang) yang sering kali tidak ditemukan dalam

metode kelompok yang lebih tidak terstruktur.

Kelemahan utama metode ini adalah kurang fleksibel karena

metode ini hanya dapat mengatasi masalah satu persatu. Selain itu, harus

mencapai jumlah keseragaman (conformity) tertentu. Setiap orang harus

merasa nyaman dengan jumlah struktur yang terlibat. Kelemahan lainnya

adalah waktu yang diperlukan dalam menyiapkan aktivitas ini. Tidak ada

spontanitas terlibat dalam metode ini. Fasilitas harus diatur dan

direncanakan dengan hati-hati. Opini bisa saja tidak menyatu dalam proses

voting, fertilisasi silang, ide-ide dapat terhambat dan proses menjadi

terlalu mekanis.

Kerugian NGT:

1. Memerlukan persiapan

2. Ditujukan untuk satu tujuan dan satu topik saja dalam satu pertemuan

3. Diskusi lebih sedikit dan tidak ditujukan untuk mengembangkan ide,

dan merupakan metode yang paling tidak menstimulasi proses dalam

grup tersebut dibandingkan teknik lain.

Keuntungan NGT:

1. Mendapatkan banyak jumlah ide dibandingkan diskusi grup biasa

48

Page 49: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

2. Menyeimbangkan pengaruh masing-masing anggota sehingga

membatasi seseorang untuk mendominasi

3. Menghilangkan kompetisi dan tekanan di dalam grup

4. Membuat para anggota menentukan prioritas utamanya secara

demokrasi

Persiapan NGT

a. Ruang pertemuan

Pesiapkan sebuah ruangan yang cukup luas yang dapat menampung

lima sampai sembilan orang. Susun meja sehingga membentuk huruf

U, dengan flip chart si ujungnya.

b. Peralatan

Masing-masing meja dengan susunan berbentuk U memerlukan flip

chart, sebuah spidol yang bermata besar, selotip, kertas, pensil, dan

kartu indeks berukuran 3x5 inchi bagi masing-masing partisipan.

c. Kalimat Pembuka

Kalimat ini memperkenalkan masing-masing peran anggota dan

tujuan dari grup tersebut, dan harus mencakup salam pembuka yang

hangat, kepentingan tugas, dan menyebutkan pentingnya kontribusi

dari masing-masing anggota, dan bagaimana hasil dari grup tersebut

akan digunakan.

Proses dalam Melakukan NGT

a. Mengumpulkan ide

Moderator mengajukan pertanyaan atau suatu masalah ynag telah

tertulis pada suatu format dan membacakannya pada peserta kelompok.

Moderator menginstruksikan pada semua peserta agar menuliskan

pendapatnya pada kalimat singkat secara bebas dan dengan tenang.

b. Mencatat ide

49

Page 50: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Seluruh anggota kelompok terlibat dalam sesi umpan balik untuk

mendengarkan masing-masing ide (tanpa berdebat mengenai pendapat

tersebut). Moderator menuliskan ide setiap anggota kelompoknya pada

flip chart yang dapat dilihat semua anggota kelompok. Ide yang sudah

tertulis sebelumnya tidak perlu dituliskan lagi namun apabila anggota

kelompok tersebut meyakinkan bahwa ide tersebut memiliki

penekanan lain atau variasi maka boleh dimasukkan. Langkah ini terus

dilanjutkan hingga semua ide dicatat.

c. Mendiskusikan ide

Setiap ide yang telah dicatat kemudian didiskusikan untuk

menentukan kejelasan dan kepentingannya. Untuk masing-masing

ide, moderator menanyakan “Apakah ada pertanyaan atau komentar?”

Langkah ini memberikan kesempatan bagi anggota untuk

memperlihatkan pengertian mengenai logis dan relatif pentingnya ide

tersebut. Pembuat ide tidak harus merasa wajib untuk menjelaskan

ide tersebut, siapapun yang dapat membantu menjelaskannya dapat

melakukan itu.

d. Memilih ide

Setiap anggota secara individual memberi suara untuk

memprioritaskan ide. Pengambilan suara dilakukan untuk mengetahui

ide yang memiliki rate tertinggi yang dipilih oleh kelompok secara

kesatuan. Moderator memberitahukan kriteria apa yang digunakan

untuk menentukan prioritas. Pada awalnya masing-masing anggota

memilih lima hal yang paling penting dari daftar dan menuliskan satu

ide pada masing-masing kartu index. Setelah itu setiap anggota

mengurutkan lima ide yang telah dipilih, yang paling penting

mendapat 5 bintang dan yang berada di urutan terakhir 1 bintang.

e. Metode Strategi Grids

50

Page 51: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Strategi Grids

Strategi grids memfasilitasi instansi untuk lebih fokus dengan

memberikan penekanan terhadap masalah yang akan memberikan hasil

terbaik. Alat ini sangat berguna ketika lembaga-lembaga dimana

lembaga tersebut memilki kemampuan terbatas dalam kapasitas dan

ingin fokus pada area yang sekiranya akan memberikan keuntungan

terbesar bagi mereka daripada melihat tantangan ini melalui lensa

ataupun pandangan dimana kulaitas pelayanan masih memiliki

kekurangan, strategi grids dapat menyediakan mekanisme untuk

mengambil pendekatan yang bijaksana agar mendapatkan hasil yang

maksimal dengan sumber daya yang masih terbatas. Metode ini dapat

membantu dalam proses perubahan dimana selama ini hanya

memikirkan permasalahan menjadi lebih fokus untuk merencanakan

tindakan yang akan dilakukan.

Langkah-langkah strategi grids:

1. Pilih kriteria

Pilihlah dua kriteria yang luas yang saat ini paling

berhubungan dengan agensi tersebut (penting/ mendesak, biaya/

dampak, kebutuhan/ kelayakan). Dalam hal ini akan diberikan

evaluasi mengenai seberapa baik set criteria ini memenuhi tujuan

yang ingin dicapai.

2. Buat kisi-kisi

Buatlah kisi-kisi dengan empat kuadran yang telah

disediakan dan tetapkan criteria yang luas untuk setiap sumbu.

Buatlah panah pada sumbu untuk menunjukkan tinggi atau rendah,

seperti contoh yang akan ditunjukkan dibawah ini.

3. Buat tabel kuadran

Berdasarkan sumbu, beri label pada tiap kuadran yaitu

kebutuhan tinggi/ paling mungkin dikerjakan, kebutuhan tinggi/

51

Page 52: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

sulit dikerjakan, kebutuhan rendah/ mudah dikerjakan, kebutuhan

rendah/ sulit dikerjakan

4. Mengkategorikan dan membuat prioritas

Merumuskan, menempatkan criteria sesuai dengan

kondisinya, sehingga dapat dibuat prioritas apa yang paling

dibutuhkan dan paling mungkin untuk dikerjakan, sehingga

masalah yang ada berubah dari hanya dipikirkan kearah bergerak.

Berikut adalah makna dari tiap sumbu dalam tabel kuadran :

a. Kebutuhan tinggi/ kemungkin dikerjakan tinggi :

Dengan kebutuhan atau tingkat keperluan yang paling

tinggi dan merupakan hal yang paling mungkin atau paling mudah

dikerjakan, maka hal inilah yang menjadi prioritas utama dimana

harus direncanakan dan diberikan sumber daya yang cukup baik

untuk mempertahankan maupun meningkatkan

b. Kebutuhan rendah/ kemungkinan untuk dikerjakan tinggi

Seringkali penting dalam segi politik, dan sulit untuk

dieliminasi item ini mungkin perlu dirancang ulang dan untuk

mengurangi pemborosan sekaligus mengurangi dampak yang tidak

baik

c. Kebutuhan tinggi/ kemungkinan untuk dikerjakan rendah

Ini adalah proyek jangka panjang yang tetap harus

dikerjakan karena memiliki bayak potensi dalam menyelesaikan

masalah yang sedang terjadi, namun akan memerlukan investasi

52

Page 53: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

yang cukup signifikan. Apabila terlalu terfokus dengan item ini

maka hal itu justru akan mempersulit pelaksana kegiatan

d. Kebutuhan rendah/ kemungkinan untuk dilakukan rendah

Dengan hasil yang begitu rendah yang didapatkan bila kita

mengutamakan untuk menyelesaikan masalah ini maka, masalah

yang terdapat di kuadran ini merupakan prioritas yang terendah

dan harus dihapuskan, sehingga kita dapat mengguankan sumber

daya ke prioritas masalah yang jauh lebih penting.

f. Metode Analisis ABC

Metode analisis ABC merupakan sebuah metode dimana kita

menganalisa dan memberikan ukuran berupa kisaran dari setiap

masalah tersebut yang akan dikelompokkan berdasarkan tingkatan

tertentu yang signifikan dan bisa diselesaikan sesuai dengan

kebutuhannya atau tingkat kesulitannya.

Item tersebut dikelompokkan dalam grup yang terdiri dari tiga

kategori yaitu A, B, C, yang ditentukan sesuai dengan dugaan

tingkat kepentingannya yaitu

a. Item A adalah sangat penting

b. Item B adalah penting

c. Item C adalah tidak begitu penting

Metode ini merupakan metode yang berguna dan cukup

banyak dipakai di beberapa area, baik oleh individu maupun oleh

grup.

ABC analisis bisa digunakan sebagai ide untuk mengevaluasi

dalam dua cara yang berbeda yaitu :

a. Kemungkinan pertama adalah untuk mengelompokkan beberapa

ide berdasarkan tingkat kepentingannya sesuai criteria ABC yang

telah tersedia

53

Page 54: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

b. Kemungkinan kedua adalah untuk menganalisa ide yang terpilih

dalam melewati dua tahap:

1. Tahap pertama, dengan menggunakan metode

brainstorming sebanyak mungkin ide yang terdapat dalam

daftar tersebut.

2. Tahap kedua adalah kita mengelompokkan mereka

berdasarkan tingkat kepentingannya yaitu kategori ABC.

2.2.7 Kendala dalam Penyusunan Prioritas

Terdapat beberapa alasan mengapa organisasi pada umumnya

mengalami kesulitan dalam menetapkan prioritas. Menurut Drucker (1973)

hal ini utamanya banyak terjadi dalam organisasi yang bergerak di sektor

publik karena melibatkan kepentingan banyak pihak.

Bryson (1988) menyebutkan empat masalah utama yang menjadi

hambatan dalam mencapai perencanaan strategi yang efektif. Keempatnya

memiliki kaitan erat dengan penentuan prioritas program.

Keempat masalah itu adalah:

1. Human problem; kesulitan untuk memusatkan perhatian personil

kunci (key people) terhadap masalah, keputusan, konflik, dan

kebijakan utama. Tantangan yang dihadapi untuk mengatasi masalah

ini adalah bagaimana menentukan prioritas organisasi secara imperatif

dan meminta setiap individu untuk mengesampingkan kepentingan

masing-masing hingga kerangka yang lebih luas selesai disusun.

Untuk mengatasi human problem, beberapa hal yang harus dilakukan

antara lain:

54

Page 55: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

a. Mulailah dengan menciptakan konsensus mengenai apa yang

akan dicapai melalui penetapan prioritas. Mengapa kita

melakukan hal tersebut dan apa manfaatnya?

b. Melibatkan para pengambil keputusan dalam menentukan proses

dan kriteria prioritas untuk memastikan rasionalitas dan kejelasan

prioritas tersebut.

c. Mengidentifikasi kekuatan dari berbagai sudut berbeda.

d. Memberikan kesempatan bagi pihak lain untuk mencerna

informasi yang diberikan dan memberi masukan sehingga dapat

dilakukan penyesuaian terhadap keputusan yang akan diambil.

e. Secara hati-hati mempekerjakan staff yang akan mengumpulkan

dan menginterpretasikan informasi. Sediakan pelatihan apabila

diperlukan.

f. Memastikan bahwa setiap pihak yang terlibat dapat menjalankan

peran mereka secara berkesinambungan.

2. Process problem; kesulitan dalam mengelola informasi dan ide dalam

proses penentuan prioritas.

Untuk mengatasi process problem, beberapa hal yang harus dilakukan

antara lain:

a. Penentuan prioritas harus sangat spesifik untuk mengurangi multi

interpretasi.

b. Adanya kewajiban dan tanggung jawab untuk mengekspresikan

dan memberikan sejumlah alternatif yang masuk akal.

c. Informasi kunci harus disediakan sebelum penentuan keputusan

d. Hati-hati agar tidak membuang terlalu banyak waktu dalam

melakukan analisis maupun terlalu terburu-buru mengejar tenggat

waktu.

e. Secara aktif menciptakan suasana yang membantu orang untuk

memiliki pandangan luas dan memiliki paradigma masing-masing

karena informasi eksternal mungkin sangat berguna.

55

Page 56: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

3. Structural problem; kesulitan dalam mengelola sebagian atau

keseluruhan hubungan yang ada dalam organisasi. Tantangan yang

harus dihadapi dalam mengatasi masalah ini adalah bagaimana untuk

menentukan prioritas sesuai dengan prioritas organisasi atau asosiasi

secara lebih luas. Hal ini merepresentasikan interpretasi konsisten

terhadap visi dan misi. Dengan demikian, suatu organisasi dapat

melakukan penentuan prioritas dengan sangat baik dalam lingkup

program maupun antar program.

Untuk mengatasi structural problem, beberapa hal yang harus

dilakukan antara lain:

a. Menetapkan dan mengklarifikasi peranan setiap pihak sejak awal

proses.

b. Tetap fokus pada prioritas saat ini dan bukan prioritas masa lalu.

c. Komunikasi terbuka inter- dan antar-staff dan pemimpin.

d. Mengidentifikasi dan mengkomunikasikan manfaat yang dapat

diperoleh apabila suatu sistem dapat berjalan dengan baik.

e. Mendorong terjalinnya hubungan yang harmonis selama proses

perencanaan.

4. Institutional problem; kesulitan dalam menerjemahkan prioritas ke

dalam aksi atau aktivitas yang riil.

Untuk mengatasi institutional problem, beberapa hal yang harus

dilakukan antara lain:

a. Adanya komitmen dalam mengimplementasikan hal yang telah

disepakati maupun penyesuaian atau perubahan yang dilakukan.

b. Perlu adanya proses pencocokan (fitting) antara pengetahuan dan

keahlian dengan tugas yang diberikan ke setiap individu.

c. Implementasi program disesuaikan dengan kekuatan yang dimiliki.

d. Rencana implementasi didefinisikan secara jelas.

56

Page 57: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

e. Prioritas dilengkapi dengan deskripsi posisi, alokasi waktu, rencana

implementasi, dan penghargaan terhadap prestasi kerja.

BAB III

KESIMPULAN

Analisis situasi, Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan

merupakan salah satu bagian dari proses perencanaan. Dalam analisis

situasi, kita berurusan dengan informasi yang mencerminkan masalah-

masalah yang adalah di lapangan. Masalah yang kerap terjadi di sini adalah

orang terbiasa dengan informasi rutin untuk pelaporan. Mereka biasa

memahami maksud dari data selain berkaitan dengan target kegiatan. Data

terbiasa dipakai untuk mengukur hasil. Padahal data bisa digunakan untuk

memahami lebih jauh tentang apa yang tidak beres dengan program. Yang

penting adalah Manager kesehatan bisa memilah-milah mana yang harus ia

masukkan ke dalam kolom status kesehatan, pelayanan kesehatan, dan

masyarakat.

Dalam melakukan identifikasi masalah kesehatan, ada beberapa

cara pendekatan yang perlu diperhatikan sehingga masalah yang

dikemukakan merupakan masalah yang benar-benar penting dan memang

harus segera diselesaikan. Selain itu diperlukan ukuran-ukuran dan data

untuk menemukan masalah kesehatan yang ada.  Penentuan prioritas

masalah merupakan hal yang sangat penting setelah masalah-masalah

kesehatan teridentifikasi. Penentuan prioritas masalah harus memperhatikan

beberapa faktor, antara lain : besarnya masalah, pertimbangan politik,

persepsi masyarakat dan bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.

57

Page 58: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara

sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : Scoring Technique

(Metode Penskoran) misal: metode USG, metode Hanlon, metode MCUA,

metode CARL, PAHO, cara Bryant, cara ekonometrik, dan Non Scoring

Technique (NGT, Delphin Technique dan Delbech Technique). Pemilihan

kedua cara tersebut berdasarkan ada tidaknya data yang tersedia.

Pada metode Scoring Technique, pemilihan prioritas dilakukan

dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang

telah ditetapkan. Parameter yg dimaksud adalah : besarnya masalah, berat

ringannya akibat yang ditimbulkan, kenaikan prevalensi masalah, keinginan

masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut, keuntungan sosial yang

dapat diperoleh jika masalah tersebut terselesaikan, rasa prihatin masyarakat

terhadap masalah, serta sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan

untuk mengatasi masalah.

Namun, bila tidak tersedia data yang lengkap maka metode yang

digunakan untuk menentukan prioritas masalah yang lazim digunakan

hádala dengan metode Non Scoring Technique (Delphin Technique dan

Delbech Technique). Adapun kendala-kendala dalam menentukan prioritas

masalah seperti human, process, structural, dan institutional problem harus

dapat dikaji dan diatasi selama proses perencanaan agar tercapai prioritas

masalah yang benar-benar harus diatasi sesegera mungkin.

58

Page 59: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Aswar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan . Jakarta: Binaputra

Aksara.

2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip

Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

3. Sutisna Sulaeman, Endang. 2009. Manajemen Kesehatan. Teori dan Praktik

di Puskesmas. Surakarta: UNS

4. Leavel dan Clark. 2000. Prevention Medicine for The Doctor in His

Community. London: Mc Graw Hill

5. Biro Perencanaan Departemen Kesehatan RI dan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia. 2002. Perencanaan dan Penganggaran

Terpadu (Integrated Health Planning and Budgetting), Penentuan Prioritas

Masalah Kesehatan (Modul – 05). Jakarta: Depkes RI.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor :128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan

Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 2004.

7. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1. Jakarta.

1999.

8. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Pedoman Perencanaan Penganggaran

Kesehatan Terpadu (P2KT) dan Pengendalian Penilaian Pelaksanaan

Program di Puskemas. Bandung. 2008.

9. Muninjaya AAG. Manajemen kesehatan. Edisi kedua. Jakarta: EGC: 2005.

59

Page 60: PRIORITAS MASALAH kelompok 3

10. Raksanagara A., Gondodiputro S., Wiwaha G., Sanjaya D. K., Mutyara K.

Bahan Ajar Program Pendidikan Profesi Dokter – P3D. Edisi keempat.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Umum Universitas

Padjadjaran. Bandung : 2006.

11. Reinke, William A. Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan

Efektifitas Manajemen. 2003. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

12. DUTTWEILER, Michael W. 2004. Priority Setting Resources – Selected

Background Information and Techniques. Cornell Cooperative Extension,

Cornell University, New York.

13. Notoatmodjo, Soekidjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Cetakan ke-2. 2003. Jakarta : Rineka Cipta.

14. Maidin. 2000. Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan. Jakarta: Aksara.

60