print mikro.pdf
Click here to load reader
description
Transcript of print mikro.pdf
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada pembuatan kertas, xylanase digunakan untuk menghilangkan hemiselulosa dalam
proses bleaching. Enzim ini sebagai pengganti cara kimia sehingga pencemaran racun limbah
kimia akan dihindari dan lebih murah. Bahan baku kayu pembuat kertas setelah melalui proses
digester dan pencucian, sebenarnya masih dalam keadaan kotor (derajat putihnya rendah).
Untuk menghasilkan kertas yang bermutu tinggi perlu dilakukan proses pemutihan. Proses
pemutihan bertujuan untuk menghilangkan lignin, hemiselulosa penyebab warna coklat dan zat
ekstraktif yang dikandung dari hasil pencucian dan penyaringan. Proses pemutihan biasanya
dilakukan bertahap. Proses bertahap ini terdiri atas tahap khlorinasi, ekstraksi, dan penambahan
khlorin dioksida. Khlorin adalah bahan beracun, sehingga khlorin sisa proses yang dibuang ke
perairan sungai akan membuat polusi yang tinggi. Ternyata polusi terbesar di negara kita adalah
polusi dari pabrik kertas. Penggantian penggunaan khlorin untuk pemutihan kertas telah
memberikan peluang untuk aplikasi bioteknologi. Xylanase merupakan enzim yang pertama kali
dilaporkan untuk pemutihan kertas dan sekarang telah digunakan pada beberapa pabrik kertas.
Jumlah pabrik kertas yang sudah beroperasi di Indonesia saat ini lebih dari 14 perusahaan dan
belum satu pun menggunakan proses enzimatis dalam proses pemutihan. Dengan demikian,
untuk mendukung pelestarian lingkungan maka perlu segera diaplikasikan proses ramah
lingkungan (clean processing) di Indonesia. Untuk proses pembuatan kertas diharapkan
xylanase yang digunakan adalah yang termostabil dan tahan pada pH alkali dan jenis enzimnya
adalah endoxylanase. Namun demikian, kombinasi xilanolitik lain dan hemiselulolitik dengan
endoxylanase telah menunjukkan hasil yang efektif pada perbaikan mutu kertas. Penggunaan
xylanase dan enzim sejenisnya pada proses pemutihan kertas membantu pengurangan jumlah
kappa dan meningkatkan derajat putih kertas. Sejumlah kajian pengaruh xylanase pada
pemutihan kertas yang dilakukan dengan enzim berasal dari Trichoderma sp.dan ternyata
pengurangan penggunaan khlorin mencapai 20-30%.
BAB II
ISI
Dinding sel disusun dari jaringan lignoselulosa yang terbuat dari selulosa dan ikatan
silang glikan yang menempel pada gel matrik dari material pectic dan diperkuat dengan struktur
protein dan komponen aromatic. Selulosa dan hemiselulosa adalah komponen utama dari
dinding sel polisakarida dengan kandungan hemiselulosa hingga 20-35 % dari total biomassa
lignoselulosa. Kebanyakan hemiselulosa pada padi-padian dan kayu keras adalah xylan,
sementara hemiselulosa utama pada kayu lunak adalah galaktoglukomanan. Degradasi dari
hemiselulosa kebanyakan dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat ditemukan bebas di alam
atau sebagai bagian dari sistem pencernaan hewan.
Xylan adalah struktur komponen utama dari dinding sel setelah selulosa yang
merupakan polisakarida terbanyak kedua yang dapat diperbarui di alam. Xylan merupakan
hemiselulosa utama dalam kayu keras dari jenis angiosperma dan komposisinya dalam kayu
lunak pada gymnospermae kurang lebih 15-30 % dan 7-12% dari berat total. Dalam jaringan
kayu, xylan utamanya terletak dalam dinding sel sekunder bersama dengan lignin, membentuk
matriks amorf yang melekat pada mikrofibril selulosa.
Jenis mikroorganisme yang sudah umum menghasilkan xylanase ialah jamur dan
bakteri. Contoh beberapa mikroorganisme penghasil xylanase disajikan pada tabel
berikut:
Xilan berinteraksi dengan lignin dan selulosa melalui hubungan kovalen dan non-
kovalen, interaksi ini menjadi penting untuk melindungi kedua mikrofibril selulosa terhadap
biodegradasi dan menjaga integritas struktural dinding sel.
Degradasi Enzimatik dari Xylan
Enzim ini dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama. Kelompok yang
pertama bekerja pada xylose backbone, dan kelompok kedua bekerja memutus rantai samping.
Degradasi dari xylose backbone bergantung pada xylanase yang berikatan dengan rantai
samping yang terputus dalam polimer dan β-xylosidase yang melepaskan unit-unit xylose dari
xylobiose dan xylooligomer. Penghapusan rantai samping xilan dikatalisis oleh α-L-
arabinofuranosidases, α-D-glucuronidases, ester acetyl xylan, ester asam-asam ferulat dan ester
asam p-coumaric.
Figure 1. Struktur xilan dan penyerangan sisi samping oleh enzim xylanolytic
Degradasi xylan terjadi secara luas pada mikroorganisme saprofit termasuk bakteri dan
jamur. Sinergisme antara degradasi xylanase telah seringkali ditemukan terjadi antara xylanase
dan rantai samping enzim yang terputus. Dengan cara ini, degradasi xylan dapat dilanjutkan
meskipun jalur xylanase menuju target yang berada dalam xylan backbone dapat terhambat oleh
substituent rantai samping dan substituent dapat lebih mudah dibebaskan dari fragment xylan
daripada substrat polimer.
Fungsi dan Pengadaan Enzim Xylanase
Xylanase memutus xylan backbone menjadi oligosakarida yang lebih kecil. Xylanase
adalah enzim utama untuk degradasi xylan. Enzim ini hanya membelah pada daerah yang tidak
tersubstitusi sedangkan polimer xylan yang lain memiliki persyaratan untuk pembelahan pada
rantai samping disekitarnya. Xylanase aktif di xylooligomer yang memiliki derajat polimerisasi
lebih besar dari dua, hal ini menunjukan adanya peningkatan afinitas. Xylanase menghidrolisis
sambungan yang ada pada xylan dan bertindak dengan mekanisme penyerangan secara acak
yang menghasilkan campuran xylooligosaccharide dari polimer.
Sebagian besar xylan adalah sebuah polimer yang menembus ke dalam sel, xylanase
harus disekresikan ke lingkungan ekstraseluler untuk dapat memecah dan menghidrolisis xylan.
Umumnya, xylanase diinduksi ke dalam mikroorganisme selama mereka tumbuh dalam substrat
yang mengandung xylan. Dalam jamur Cryptococcus albidus, xylobiose dianggap sebagai
penginduksi alami atau precursor dari senyawa yang menginduksi xylanase. Meskipun
kebanyakan xylanase adalah enzim ekstraseluler, biasanya disekresikan oleh Sec-dependent
pathway, xylanase periplasmik telah dijelaskan dalam beberapa bakteri rumen dan dalam
Cellvibrio mixtus. Xylanase periplasmik ini mungkin termasuk dalam rincian
xylooligosaccharide besar dan dilindungi dari protease ekstraseluler pada suatu tempat. Akhir-
akhir ini, xylanase sitoplasmik yang mungkin dapat mewakili enzim jenis baru yang dilibatkan
dalam degradasi xylan telah dikarakterisasi dari Paenibacillus barcinonensis. Umumnya dengan
tiga xylanase lain yang ditandai dengan Bacillus dan Aeromonas, enzim P.barcinonesis
memiliki sinyal peptide utuk ekspor luar sitoplasma. Keempat enzim tersebut merupakan
kelompok xylanase yang sangat homolog yang berperan dalam hidrolisis oligosaccharide
pendek yang dihasilkan dari hidrolisis xylan ekstraseluler setelah diangkut didalam sel.
Banyak mikroorganisme pendegradasi xylan menghasilkan beragam xylanase yang
berbeda (Wong and Saddler, 1988). Hal ini telah dibuktikan dengan produksi xylanase dari
Aspergillis, Trichoderma, Streptomyces dan Bacillus. Multiplikasi dari xylan dapat tumbuh dari
pengolahan pasca-translasi produk gen yang sama.
Selulosom disekresi oleh multienzim kompleks dan ditemukan pada bakteri anaerob yang
menengahi keterikatan antara sel-sel dan partikel selulosa untuk meningkatkan efisiensi selulosa
dan degradasi hemiselulosa. Mereka mengandung sejumlah enzim, sebagian besarnya adalah
selulosa. Xylanase juga ditemukan di antara komponen enzim dari kebanyakan selulosa yang
telah dikenal. Degradasi xylan perlu ada dalam pembuatan selulosa untuk hidrolisis enzimatik,
karena selulosa dekat dengan xylan dalam matriks dinding sel tanaman. Dengan analogi,
ketentuan xylanosom telah ditentukan untuk sekumpulan protein ekstraselular yang sebagian
besar komposisinya dari xylanase dalam beberapa bakteri, meskipun demikian ini belum bisa
dikatakan sebagai ciri dari selulosome (Beg et al., 2001; Jiang et al., 2005).
Asal Mula Enzim Dalam Proses Bleaching
Enzim yang biasa digunakan secara komersial dalam pemutihan pulp adalah
hemiselulosa, yang secara selektif mempengaruhi fraksi hemiselulosa yang diperoleh dari pulp
kayu. Sejumlah enzim telah di pelajari tetapi xylanase telah terbukti sebagai enzim yang paling
efektif. Konsep dari pemutihan biologis dengan xylanase muncul dari upaya untuk
menghilangkan hemiselulosa dari pulp secara kimia untuk memproduksi selulosa asetat. Kira-
kira pada waktu yang bersamaan, program penelitian bersama yang di lakukan oleh Finnish
Pulp and Paper Research Institute and Technical Research Centre of Finland yang terfokus pada
proses degradasi lignin secara biokimia. Ditemukan bahwa perlakuan dari pulp secara kimia
dengan xylanase bertujuan untuk mengurangi pemakaian senyawa kimia dalam proses
bleaching, menurunkan pencemaran lingkungan, atau meningkatkan tingkat kecerahan dari
pulp. Sejak saat itu, berbagai mecam kertas yang diterbitkan telah menggambarkan keuntungan
dari perlakuan xylanase dalam bleaching pulp. Keuntungan ini dilihat dari segi lingkungan
(pengurangan klorin, clorin dioksida, hipoklorit), dari segi ekonomi (penurunan kebutuhan
klorin dioksida dan/atau peroksida), pengembangan kualitas pulp (tingkat kecerahan tertinggi)
dan meningkatkan fleksibilitas pabrik. Percobaan dalam pabrik berawal pada tahun 1989 di
Finlandia dan sejak 1991, secara komersial penggunaan xylanase telah menjadi kenyataan.
Seperti yang telah dilaporkan oleh Jurasek dan Paice dari Internasional Symposium on Pollution
Prevention in the Manufacture of Pulp and Paper, 10 pabrik dikatakan menggunakan xylanase
sebagai proses prebleaching secara komersial dan lebih dari 80 uji coba pabrik dilakukan. Pada
1993, proses ini memperoleh penerimaan yang lebih luas, khususnya di Canada dan Eropa.
Faktor-faktor yang dapat menjelaskan tentang kecepatan perkembangan dapat disimpulakan
sebagai berikut:
Prebleaching menggunakan xylanase termasuk teknologi yang membutuhkan sangat
sedikit atau bahkan tidak membutuhkan investasi modal dalam pengoperasiannya.
Pengubahan pada proses terjadi secara minimal dalam banyak kasus
Xylanase membantu dalam mengurangi polusi yang berasal dari proses bleaching
Penghematan penggunaan bahan kimia dapat digunakan untuk pembayaran proses
Xylanase dapat membantu untuk meningkatkan kapasitas pabrik
Proses ini mudah dikombinasikan dengan berbagai macam rnangkaian bleaching untuk
ECF dan TCF pulp.
Applikasi dari Xylanase
Hemiselulosa mikroba, utamanya xylanase, mempunyai peranan penting dalam industri
berdasarkan potensialnya yang sangat besar dalam memodifikasi dan mengubah lignoselulosa
dan bahan-bahan dalam dinding sel biomassa tumbuhan yang digunakan secara luas dalam
proses industri. Penerapan secara bioteknologi dari xylanase dimulai pada 1980an dalam
persiapan bahan pakan hewan, dan kemudian berkembang dalam bahan pangan, tekstil, dan
industri kertas. Sejak saat itu, penggunaan secara bioteknologi dari enzim ini telah meningkat
secara dramatis, melingkupi sejumlah besar sektor-sektor industri. Saat ini, xylanase bersama
dengan selulosa dan pectinase terhitung sekitar 20% di pasar industri enzim global.
Xylan hadir dalam jumlah besar dalam buangan dari industri-industri pertanian dan
makanan. Xylanase adalah bagian penting yang meningkat berdasarkan pada biokonversi dari
biomassa lignoselulosa, termasuk bahan sampah dari masyarakat, menjadi xylosa dan gula-gula
fermentasi lainnya untuk menghasilkan bahan bakar biologi (etanol).
Penerapan utama dari xylanase di bidang industri adalah pada industri kertas dan pulp
dimana xylanase mempermudah perlakuan awal dari bleaching pulp, menghasilkan keuntungan
yang penting secara ekonomi dan lingkungan dibanding proses secara non enzimatis. Xylanase
tidak menghilangkan lignin berdasarkan sifat pembawa warna tetapi dengan menurunkan
jaringan xylan yang menjebak sisa-sisa lignin. Degradasi xylan dalam kompleks xylan-lignin
atau pengendapan kembali pada bagian permukaan serat setelah proses kraft, memberikan
ekstraksi lignin yang lebih efisien dengan bleaching secara kimia. Analisa secara mikroskopis
dari pulp menampilkan bahwa perlakuan dari xylanase dapat membuka permukaan dari serat-
serat yang ditunjukkan dengan pelepasan material yang kontras dengan permukaan serat yang
halus dari serat yang tidak mengalami pelakuan (Gambar 3).
Proses diatas merupakan flow sheet dari penambahan xylanase dalam proses bleaching.
Pada proses tersebut pH harus dijaga agar etap dalam range dimana enzim tersebut dapat
bekerja secara optimum. Agar pross bleaching terjadi secara sempurna pada pulp, maka
penambahan enzim diletakan pada prosees mixing dimana enzim ditambahkan dengan dicampur
pulp dala mixer.
Gambar 3. SEM analysis of cellulose fibres (A) dan (B) pulp yang tidak mengalami perlakuan xylanase menunjukkan serat dengan permukaan yang halus; (C) dan (D) pulp dengan perlakuan xylanase menunjukkan terbentuknya serpihan dan filamen pada bahan dilepas dari permukaan serat. Courtesy of Dr. T. Vidal (Roncero et al., 2000).
Xylanase membuat proses bleaching secara kimia dapat menghemat klorin hingga 20-
25% dan mengurangi sekitar 15-20% pembentukan bahan pengotor senyawa klorin organik dari
degradasi lignin. Reduksi pada sejumlah agen bleacing secara kimia diperlukan untuk
memperoleh kecerahan kertas yang berasal dari penggantian unsur klorin dengan klorin
dioksida yang lebih tidak beracun dalam bentuk elemental chlorine free (ECF) atau dengan
mengganti secara total senyawa klorin dengan agen bleaching alternatif seperti hidrogen
peroksida dan ozon dalam bentuk total chlorine free (TCF). Berikut ini adalah table-tabel yang
menerangkan tentang perbandingan bleaching yang menggunakan klorin dengan proses
bleaching dengan menggunakan enzim :
Biaya yang dikeluarkan ketika menggunakan enzim akan lebih sedikit, sehingga pabrik
dapat melakukan penghematan bahan baku klorin sebagai pemutih dan dapat mengurangi
pencemaran lingkungan akibat limbah dari proses bleaching menggunakan klorin.
Perlakuan enzim menghasilkan pulp bersih dengan tingakat pengotor yang lebih sedikit
dan derajat kecerahann meningkat setelah melalui proses bleaching dalam mesin pulp. Pengaruh
penambahan enzim xylanase diterangkan pada table dibawah ini :
Efisiensi bleaching dari xylanase jamur dan bakteri yang berbeda telah dianalisis.
Meskipun banyak enzim-enzim yang diuji efisien sebagai bahan untuk membantu proses
bleaching, perbedaan yang khusus dapat muncul berdasarkan family dan sifat dari masing-
masing enzim . Respon dari enzim yang membantu proses bleaching dapat juga dipengaruhi
oleh urutan bleaching, jenis kayu, dan metode pulping. Saat ini, banyak xylanase mikroba
tersedia di pasaran dan telah berhasil digunakan dalam pabrik pulp.
Dalam hubungannya dengan proses bleaching, perlakuan xylanase dapat memperbaiki
sifat dari pulp. Dalam beberapa kasus, perlakuan pulp secara enzimatis membutuhkan
pengadukan yang lebih besar, sementara kekuatan dari kertas tidak terpengaruh atau hanya
sedikit berubah. Pengurangan kandungan xylan oleh perlakuan enzim telah dilaporkan dapat
mengubah umur dan kecerahan pulp dan kertas, yang dapat ditunjukkan dengan peningkatan
stabilitas dan mengurangi kecenderungan menguningnya pulp dan kertas setelah perlakuan dari
enzim.
Penerapan xylanase dalam industri pulp dan kertas tidak hanya terbatas pada bleaching.
Keberhasilan yang didapatkan dari proses ini telah membangkitkan evaluasi penggunaan
xylanase pada berbagai tahap dalam manufaktur pulp dan kertas. Penerapan xylanase dalam
mechanical pulping, pengeringan pulp atau penghilangan tinta dari kertas daur ulang saat ini
sedang dievaluasi, dan hasil yang diperoleh mendorong sebuah perkembangan penggunaan
xylanase dalam industri dan meningkatkan kebutuhan xylanase dalam pasar enzim dunia.
Cara Kerja Xylanase Pada Pulp
Cara dimana xylanase melakukan prebleaching mempengaruhi proses bleaching berikutnya
belum begitu diketahui. Salah satu penjelasan yang mungkin, bahwa pemecahan rantai xylan
oleh xylanase muncul untuk memutus ikatan lignin-karbohidrat, mengembangkan kemampuan
bleaching secara kimia pada pulp, dan mempermudah penghapusan lignin terlarut dalam proses
bleaching. Paice et al [40] telah menunjukan bahwa ada sebuah penurunan yang signifikan pada
xylan, dan hanya sejumlah kecil xylan yang hilang selama xylanase melakukan prableaching .
Penurunan panjang rantai dari xylan atau penghapusannya menghasilkan peningkatan secara
acak dari lignin untuk menyebar dari matrik hemiselulosa-lignin. Pernyataan lain yang mungkin
adalah dengan melibatkan peran xylan. Dari sini dapat diketahui bahwa bagian-bagian dari
xylan awalnya larut pada pemasakan cairan dalam proses kraft yang dapat diserap kembali atau
diendapkan kembali dalam serat-serat pulp. Pengendapan kembali xylan secara fisika dapat
melindungi sisa-sisa lignin dari bleaching secara kimia. Hidrolisis xylanase adalah bagian dari
pengendapan kembali xylan memungkinkan akses yang baik dari bleaching secara kimia untuk
sisa lignin dan ekstraksi yang lebih mudah dari serat pulp. Meskipun demikian, teori ini masih
belum pastti. Pederson et al. [42] menemukan bahwa xylanase khusus menyerang bagian kecil
dari xylan dalam serat pulp dan menunjukan bahwa penghapusan pengendapan kembali xylan
dengan dimetilsulphoksida (DMSO) tidak meningkatkan kemampuan bleaching dari pulp.
Produksi Xylane Untuk Bleaching
Terdapat beberapa kriteria penting untuk pemilihan mikroorganisme yang menghasilkan
xylanase. Dalam penambahan untuk memberikan biobleaching yang diinginkan, persiapan
enzim yang dihasilkan harus diproduksi dalam kuantitas yang cukup dan teknologi xylanase
harus cocok dengan teknologi pada pabrik pulp. Hal yang juga perlu ada adalah persiapan enzim
seharusnya terbebas dari aktivitas selulosa. Aktivitas selulosa akan mengakibatkan terjadinya
keterlibatan ekonomi yang serius dalam tujuan menghilangkan selulosa, penurunan kualitas
pulp, dan peningkatan biaya perlakuan terhadap limbah.
Produksi tinggi telah dicapai dengan screening secara menyeluruh, teknik genetik, dan
program optimasi pertumbuhan. Untuk menghasilkan xylanase, organisme yang terpilih
ditumbuhkan selama beberapa hari dalam wadah tertutup yang mengandung nutrisi dan oksigen
dengan kondisi pH, suhu, dan pengadukan yang spesifik. Selama jangka waktu tersebut,
mikroorganisme akan mensekresikan enzim ke media pertumbuhan. Mikroorganisme tersebut
kemudian dipindahkan, meninggalkan cairan yang kaya xylanase. Cairan ini kemudian
dipekatkan, diuji untuk menentukan aktivitasnya, dan dikemas untuk dikirim ke pabrik pulp.
Dengan penambahan pengawet bakteri, xylanase dapat tetap stabil selama beberapa bulan.
Temperatur yang terlalu tinggi atau pembekuan dapat menyebabkan hilangnya aktivitas enzim
sehingga kondisi in harus dihindari. Penyimpanan xylanase tidak menimbulkan korosi atau
reaksi dan tidak membutuhkan bahan-bahan yang resisten untuk penanganannya.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi proses bleaching . antara lain :
1. Konsentrasi
Reaksi lebih dapat ditingkatkan dengan meningkatkan konsentrasi bahan bleaching atau
dengan konsentrasi pulp yang akan diputihkan
2. Waktu Reaksi
Pada umumnya perlakuan bahan kimia pemutih terhadap pulp akan menjadi lebih reaktif
dengan memperpanjang waktu reaksi. Namun waktu reaksi yang terlalu lama juga akan
merusak rantai selulosa dan hemiselulosa.
3. Suhu
Peningkatan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan pada reaksi bleaching. Penentuan
suhu bervariasi tergantung pada jenis bahan kimia pemutih yang digunakan. Suhu bleaching
biasanya berkisar antara 20-110 C
4. pH
pH mempunyai pengaruh yang sangat vital terhadap semua proses bleaching. Nilai pH
tergantung pada bahan bleaching yang digunakan.