Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

48
A. PRINSIP STERILISASI DAN DISINFEKSI Sebelum diadakan penelitian yang terorganisir dan sistematik tentang cara menghindarkan pencemaran mikroorganisme, telah disadari misalnya memasak air sebelum diminum, dan mengubur kotoran manusia. Masyarakat sejak dulu mengawetkan makanan dengan cara penggaraman, pemanasan dan pengeringan. Pada saat ini penelitian mikrobiologis umumnya ditujukan untuk mendapat kan tambahan metode untuk pengawetan makanan dan pencegahan infeksi oleh mikroba yang merugikan. Problema utama yang dihadapi semua tenaga kesehatan yaitu terjadinya infeksi silang. Selama melakukan perawatan gigi dan mulut, sering timbul percikan mikroflora rongga mulut terutama bila bekerja dengan alat yang berkecepatan tinggi. Tangan operator dan alat yang digunakan selama perawatan akan berkontak dengan mikroba patogen yang potensial, bahkan daerah permukaan operasi dapat mengandung bakteri yang membahayakan baik untuk pasien maupun operatornya. Pada dasarnya penyakit infeksi dapat ditularkan melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan dan juga melalui kulit yang terluka. Penggunaan jarum suntik atau alat yang menembus mukosa mulut dapat memindahkan mikroorganisme secara hematogen dari seorang pasien ke pasien lainnya. Survey yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 45% dokter gigi ketularan penyakit dari prakteknya. Yang

Transcript of Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Page 1: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

A. PRINSIP STERILISASI DAN DISINFEKSI

Sebelum diadakan penelitian yang terorganisir dan sistematik tentang cara

menghindarkan pencemaran mikroorganisme, telah disadari misalnya memasak air sebelum

diminum, dan mengubur kotoran manusia. Masyarakat sejak dulu mengawetkan makanan

dengan cara penggaraman, pemanasan dan pengeringan.

Pada saat ini penelitian mikrobiologis umumnya ditujukan untuk mendapat kan

tambahan metode untuk pengawetan makanan dan pencegahan infeksi oleh mikroba yang

merugikan.

Problema utama yang dihadapi semua tenaga kesehatan yaitu terjadinya infeksi

silang. Selama melakukan perawatan gigi dan mulut, sering timbul percikan mikroflora

rongga mulut terutama bila bekerja dengan alat yang berkecepatan tinggi. Tangan operator

dan alat yang digunakan selama perawatan akan berkontak dengan mikroba patogen yang

potensial, bahkan daerah permukaan operasi dapat mengandung bakteri yang membahayakan

baik untuk pasien maupun operatornya.

Pada dasarnya penyakit infeksi dapat ditularkan melalui saluran pernafasan, saluran

pencernaan dan juga melalui kulit yang terluka. Penggunaan jarum suntik atau alat yang

menembus mukosa mulut dapat memindahkan mikroorganisme secara hematogen dari

seorang pasien ke pasien lainnya.

Survey yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 45% dokter gigi

ketularan penyakit dari prakteknya. Yang terbanyak adalah infeksi saluran pernafasan, 14%

menderita infeksi di tangan dan jari, dan 9% mendapat infeksi mata.

Penyakit oleh bakteri seperti tuberkulosa dan sifilis merupakan penderita yang dapat

ditemukan dalam praktek kedokteran gigi. Sputum penderita tuberkulosa mengandung bakteri

yang hidup dengan gejala batuk kronis. Sebaliknya Treponema pallidum yang masih hidup

dapat ditemukan pada luka atau mukosa dalam mulut pasien dengan sifilis primer maupun

sekunder. Bahaya penularan sifilis di antara dokter gigi lebih besar dibandingkan dengan

profesi lainnya.

Bahaya lain yang dihadapi dokter gigi dan pasiennya adalah infeksi terhadap virus

hepatitis B. Dalam penelitian yang dilakukan selama 2 kali epidemi dengan lebih dari 60

Page 2: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

penderita hepatitis ditemukan 2 dokter gigi yang terserang penyakit ini : yang seorang tidak

memperlihatkan gejala, sedangkan yang lainnya memperlihatkan gejala penyembuhan dari

serangan virus tersebut.

Berdasarkan hal ini, mutlak diperlukan prosedur sterilisasi dan disinfeksi untuk

perawatan gigi dan mulut yang baik. Walaupun sterilisasi yang lengkap sulit dilaksanakan,

namun harus dipertimbangkan hadirnya sejumlah mikroorganisme patogen pada alat tersebut

setelah perawatan. Dengan demikian untuk mengurangi terjadinya infeksi silang, dilakukan

disinfeksi permukaan, sedangkan untuk alat yang dapat melukai kulit atau mukosa diperlukan

sterilisasi.

A. Istilah-istilah

1. Sterilisasi, dilakukan secara fisik dan kimia untuk menghilangkan mikroba yang hidup

termasuk bakteri, virus dan spora.

2. Disinfektan, adalah bahan kimia yang dapat membunuh bentuk vegetatif dan mikroba

patogen, tetapi tidak dapat menghancurkan spora. Umumnya disinfektan digunakan

untuk benda mati, karena terlalu berbahaya bagi jaringan hidup.

3. Germisid, yaitu bahan kimia yang dapat menghancurkan bakteri dalam bentuk

vegetatif terutama yang patogen, namun tidak termasuk bakteri pembentuk spora,

sehubungan dengan istilah ini dikenal virusid, sporisid, fungisid yaitu bahan yang

masing-masing dapat membunuh virus, spora dan fungi.

4. Antiseptik, yaitu suatu substansi yang bila digunakan pada jaringan manusia dapat

bersifat bakteriostatik atau bakterisid untuk beberapa bentuk vegetatif yang patogen.

5. Asepsis, berarti menghindarkan terjadinya infeksi atau kontaminasi mikroba.

Beberapa teknik asepsis, misalnya pemijaran oese sebelum memindahkan biakan

bakteri.

6. Sanitasi, adalah cara mengurangi jumlah populasi mikroba sebagai pengaman untuk

mencapai kesehatan masyarakat. Umumnya sanitasi digunakan pada proses

pembuatan makanan, industri makanan.

Page 3: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMATIAN SEL BAKTERI

Beberapa zat kimia dinamakan bakteriostatik, karena dapat menghambat reproduksi

organisme secara efektif, namun penghilangan atau netralisasi zat tersebut akan

menghentikan penghambatan itu. Kematian mikroba didefinisikan sebagai penghentian

proses reproduksi organisme yang irreversibel. Banyak faktor yang mempengaruhi kematian

suatu populasi bakteri yang berkontak dengan bahan yang dapat mematikannya:

1. Jumlah organisme yang ada dalam populasi tersebut. Bila mikroorganisme yang

mengkontaminasi alat-alat telah banyak berkurang selama pembersihan secara

mekanik ataupun oleh ultrasonik, maka sterilisasinya hanya memerlukan waktu

kontak yang lebih singkat.

2. Lama waktu kontak berbanding terbalik dengan temperatur atau konsentrasi zat kimia

yang mematikannya. Pada beberapa kedaan temperatur atau konsentrasi yang lebih

tinggi memerlukan waktu kontak yang relatif lebih singkat.

3. Keadaan alamiah populasi mikroorganisme. Spesies bakteri yang berbeda mempunyai

kepekaan terhadap panas atau zat kimia yang berlainan pula. Sebagai contoh:

perbedaan kepekaan yang paling jelas yaitu di antara sel vegetatif dengan endospora

bakteri, kebanyakan bentuk vegetatif bakteri mesofil, seperti E. Coli, mati dengan

penggodogan selama 10 menit pada 600 C. Sebaliknya untuk mematikan endospora

Bacillus stearothermophilus umumnya diperlukan 1210 C selama 15 menit. Dari

semua bentuk kehidupan, endospora bakteri adalah yang paling resisten terhadap

keadaan buruk, sehingga biasanya digunakan sebagai tolok ukur dalam menguji

berbagai teknik sterilisasi.

4. Keadaan fisiologis populasi mikroba dan komposisi medium pembiakan juga

mempengaruhi kematian bakteri. Bahan kimia yang mematikan bakteri pada

umumnya bersifat lebih menghancurkan dibandingkan dengan sel dalam fase

stasioner.

5. Lingkungan organisme dapat meningkatkan atau menurunkan daya kerja zat kimia

tersebut. Adanya bahan organik seperti protein, karbohidrat, lemak atau minyak,

seringkali menghambat efektivitas kerja zat kimia itu. Sel bakteri dalam lingkungan

pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi lebih mudah dihancurkan dari pada dalam

lingkungan netral.

Page 4: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

6. waktu kontak. Bila populasi mikroba berkontak dengan suatu bahan kimia yang dapat

mematikannya, maka penurunan jumlah yang dapat bertahan sebanding dengan

waktu.

C. UJI STERILITAS

Sterilisasi diperlukan dalam beberapa hal, di antaranya :

1. pembuatan medium pembiakan.

2. Sterilisasi alat-alat kedokteran gigi, baik dengan pemanasan oleh uap, udara kering

maupun dengan gas.

3. Beberapa proses pembuatan makanan.

Untuk menjamin sterilisasi yang dapat dicapai seringkali digunakan organisme uji yang

mempunyai resistensi paling tinggi terhadap proses yang digunakan. Dalam perdagangan

dikenal indikator biologis yang disebut spore test strips, yaitu kertas yang mengandung spora

Bacillus subtilis atau Bacillus stearothermophilus untuk memantau hasil sterilisasi. Setelah

prosedur sterilisasi, indikator biologis yang diperlukan sama dengan alat-alat yang

disterilkan, ditanam pada medium pembiakan, lalu diinkubasikan dan diperiksa

pertumbuhannya. Adanya pertumbuhan menandakan bahwa sterilisasi belum sempurna.

Alat-alat untuk sterilisasi dalam klinik atau praktek sehari-hari harus diuji setiap minggu,

untuk meyakinkan bahwa alat tersebut dapat bekerja dengan baik.

D. METODE FISIK UNTUK MENGHANCURKAN DAN MENGHILANGKAN

MIKROORGANISME

Metode untuk menghancurkan atau menghilangkan mikroorganisme dapat

berdasarkan secara fisik dan kimia. Yang termasuk metode fisik yaitu dengan pemanasan,

filtrasi, penyinaran, dan ultrasonik.

Pemanasan

Pemanasan merupakan cara tertua yang paling umum digunakan untuk mengurangi

jumlah mikroba sampai keadaan steril. Sterilisasi yang sempurna dapat dicapai dengan cara

pemanasan kering atau dengan uap. Sterilisasi dengan uap mengalir memerlukan waktu yang

Page 5: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

lebih singkat dibandingkan dengan pemanasan kering. Faktor utama dalam sterilisasi dengan

uap panas adalah denaturasi protein yang cepat. Protein yang stabil dalam ikatan hidrogen di

antara rantai peptida diubah dengan penambahan molekul air akibat pemanasan, sehingga

terjadi denaturasi protein tersebut.

Pasteurisasi

Pada tahun 1868, Pasteur menggunakan panas dalam pembuatan minuman anggur

untuk memperkecil keasaman dan kerusakan yang terjadi setelah fermentasi. Sekarang

Pasteurisasi dilakukan terhadap minuman anggur, bir, atau sari jeruk dan minuman lainnya.

Untuk mengindarkan bakteri patogen seperti Mycobacterium tuberculosa, Brucella abortus,

Streptococcus pyogenes, Coxciella burnetti pada susu, dilakukan pemanasan dengan

temperatur 1430 F (= 620 C) selama 30 menit atau 1600 F (= 710 C) selama 15 menit. Dengan

pasteurisasi mikroba patogen yang sering ditemukan pada susu akan hancur, sehingga susu

dapat disimpan lebih lama, tetapi cara ini tidak dapat dikatakan sebagai prosedur sterilisasi.

Tyndalisasi

Meskipun metode tyndalisasi sudah ditinggalkan, cara ini sebenarnya dapat

diterapkan untuk sterilisasi medium pembiakan bakteri yang mudah rusak dengan pemanasan

di atas 1000 C. Pada tyndalisasi digunakan uap 1000 C yang mengalir selama 30 menit dalam

waktu tiga hari berturut-turut. Keberhasilan tyndalisasi tergantung pada proses germinasi

endospora bakteri terhadap pemanasan yang pertama.

Pemanasan dengan uap bertekanan (otoklaf)

Otoklaf adalah alat untuk sterilisasi yang paling banyak digunakan. Alat ini dirancang

sedemikian rupa sehingga uap yang bertekanan 15lbs/cm2 akan mencapai suhu 1210 C atau

2500 F dan dapat membunuh mikroorganisme. Benda yang masih dingin akan segera

dipanaskan ketika uap berkondensasi pada permukaannya dengan menghasilkan 540 kal/g.

Otoklaf yang modern mampu mengeluarkan udara dari ruangan dalamnya sehingga otoklaf

tersebut hanya berisi uap murni, hal ini dapat meninggikan temperatur yang dibutuhkan untuk

sterilisasi.

Dalam bidang kedokteran gigi, otoklafisasi merupakan cara sterilisasi yang paling

cepat dan terpercaya, walaupun mempunyai beberapa kerugian, misalnya menyebabkan karat

pada alat yang terbuat dari logam karbon dan mendenaturasikan beberapa zat kimia seperti

Page 6: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

epinefrin yang digunakan pada anestesi lokal. Selain itu otoklafisasi juga dapat mencairkan

beberapa bahan yang mengandung minyak atau oli dan juga tidak dapat menembus benda

padat yang permukaannya tertutup atau terbungkus rapat sehingga dalam penggunaan

otoklaf, hal tersebut harus diperhatikan.

Pemanasan kering

Sterilisasi dengan pemanasan kering memerlukan temperatur yang lebih tinggi dan

waktu yang lebih panjang dari sterilisasi dengan uap. Pemanasan kering berdaya merusak

berdasarkan reaksi oksidasi dan denaturasi protein. Biasanya digunakan oven bertemperatur

tinggi yang dilengkapi dengan kipas angin. Dengan cara ini diperlukan temperatur 1600 C

(=3200 F) atau lebih selama 1 sampai 2 jam untuk menjamin penetrasi panas yang lengkap.

Metode ini tidak merusak kaca mulut atau alat lain, karena solder yang biasa digunakan pada

alat tersebut tidak akan mencair di bawah suhu 1710C (=3400 F). Sebelum dilakukan

sterilisasi, alat-alat tersebut harus dibersihkan dan dikeringkan serta dibungkus dengan kertas

aluminium. Sterilisasi dengan pemanasan kering dapat merusak karet dan beberapa bahan

dari plastik serta merapuhkan kain-kain, sehingga lebih baik digunakan untuk sterilisasi alat

dari gelas, karbon, baja, dan instrumen lain dari logam yang mempunyai permukaan untuk

memotong yang tipis.

Insinerasi

Penggunaan insinerasi sangat terbatas, karena bersifat sangat merusak, cara ini banyak

diterapkan untuk sterilisasi oese dan jarum di laboratorium bakteriologi.

Filtrasi

Di laboratorium metode filtrasi merupakan cara prinsip untuk mendapatkan cairan

yang bebas bakteri. Cairan tersebut tidak dapat dikatakan steril karena beberapa virus masih

dapat melalui filternya. Untuk industri umumnya digunakan filter milipor, sedangkan dalam

laboratorium mikrobiologi dipakai filter bentuk membran. Tipe ini terdiri dari campuran ester

selulosa dengan besar pori-pori filter tersedia dalam berbagai ukuran, namun yang lebih

sering digunakan berukuran 0,45 - 0,22 karena dapat menyaring semua organisme non-

virus. Kemajuan teknik memungkinkan pembuatan membran dengan pori-pori yang kecil,

sehingga virus berdiameter lebih besar dari 0,025 dapat tersaring. Kebanyakan virus pada

binatang dan bakteri berdiameter lebih besar dari 25 nm namun beberapa virus masih dapat

lolos dari filter yang tersedia dengan pori-pori terkecil.

Page 7: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Masker seringkali digunakan dalam klinik sebagai filter untuk mengurangi terisapnya

bakteri dalam udara, sehingga dapat menghindarkan kontaminasi pasien dengan infeksi

saluran pernafasan.

Filter HEPA (High Efficiency Particulate Air) dirancang untuk mengurangi

kontaminasi udara dalam ruangan yang bersih. Umumnya filter ini digunakan sebagai

ventilasi pada sistem laminar flow di ruang bedah atau dalam industri.

Sinar Ultraviolet (UV)

Spektrum sinar ultra violet mempunyai panjang gelombang elektromagneti sekitar

150 – 3000 Angstrom. Absorbsi sinar dengan panjang gelombang 2500 – 2650 Angstrom,

umumnya bersifat bakterisid karena daya serap nukleoprotein sel bersifat maksimal. Daya

mematikan sinar UV disebabkan oleh terbebasnya foton, yaitu sejumlah energi yang kuat.

Lampu germisida modern ialah tipe uap merkuri dengan panjang gelombang 2537 Angstrom.

Kekurangan dari penggunaan sinar UV dalam sterilisasi yaitu karena daya

penetrasinya lemah, sinar ini dapat diserap oleh gelas, cairan, beberapa bahan organik dan

efektif untuk udara, lapisan cairan yang tipis, permukaan yang mudah dicapai, tetapi tidak

efektif untuk disinfektan atau sterilisasi alat kedokteran dan kedokteran gigi.

Radiasi Ion

Radiasi dengan ion biasa digunakan untuk panjang gelombang energi elektromagnetik

10-4 – 40 Angstrom, yang meliputi sinar gamma dan sinar X. Berbeda dengan sinar UV yang

diserap melalui DNA, efek letal sinar X dan sinar gamma tergantung dari ionisasi primer

akibat induksi foton pada molekul yang vital seperti enzim atau DNA. Foton dapat

berpengaruh secara tidak langsung melalui air yang terionisasi. Gugus hidroksil yang

terbentuk akibat ionisasi akan segera bereaksi dengan berbagai molekul organik termasuk

gugus sulfhifril, sehingga berbagai enzim menjadi tidak aktif. Foton ini mempunyai energi

yang lebih besar dari foton pada sinar UV, namun karena tidak adanya keseragaman sifat,

maka untuk mencapai keadaan steril diperlukan dosis yang tinggi (2,5mrads). Sterilisasi

dengan radiasi banyak digunakan pada proses pembuatan alat yang bukan logam seperti

benang untuk operasi, semprit hipodermis, dan barang-barang plastik. Radiasi sinar gamma

yang berasal dari Cobalt 60 atau Cesium 137 terbukti paling efisien dan ekonomis.

Page 8: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Radiasi sinar betha, neutron dan proton merupakan sterilisasi yang efektif, namun

harganya mahal, sehingga jarang digunakan.

Gelombang mikro (microwaves)

Suatu gelombang mikro ialah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi yang

tinggi dan panjang gelombang 1 mm – 1 meter. Oven microwave dapat menyebabkan cairan

atau makanan yang mengandung banyak air atau bahan cair lainnyg, bila berkontak dengan

gelombang mikro, molekulnya akan bergerak, sehingga terbentuk panas. Makanan yang

lembab menyebabkan panas dan cepat menjadi masak. Gelombang ini dapat menembus

kertas yang kering dan kaca tanpa menimbulkan perubahan, namun logam dapat membiaskan

gelombang ini, sehingga tetap dingin. Bahan yang terbuat dari logam dapat merusak oven

gelombang mikro, akibatnya oven ini tidak digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran

gigi. Oven microwave berhasil digunakan untuk bahan cair, seperti biakan bakteri.

Ultrasonik

Beberapa alat yang tersedia memungkinkan suspensi mikroorganisme berkontak

dengan gelombang suara dari daerah sonik dan ultrasonik. Gelombang sonik dan ultrasonik

dapat dihasilkan dari fenomena elektris atau bermacam-macam tekanan, gerak dan panas.

Tekanan yang bermacam-macam adalah yang paling merusak aktifitas bakteri. Fenomena

kavitasi mengakibatkan pembentukan suatu rongga kecil dalam cairan tersebut yang akhirnya

menjadi kolaps, akan menimbulkan daya sobek (kira-kira pada 200 atm), pada dinding sel

bakteri, sehingga cairan intraselnya keluar. Utrasonik jarang digunakan untuk sterilisasi

karena tidak dapat membunuh bakteri dengan sempurna. Alat ini digunakan untuk

mendapatkan ekstrak dinding sel bakteri untuk mempelajari aktivitas biokimianya.

Dalam kedokteran gigi, alat ultrasonik sangat berguna untuk membersihkan alat-alat

dan geligi tiruan. Banyak macam kotoran dapat dibersihkan dengan efektif. Lilin serta

polimernya yang melekat erat pada alat-alat harus dibersihkan dahulu dengan tangan dan

tangannya dilindungi dengan sarung tangan yang tebal.

Disinfektan terminal

Alat ultrasonik berguna untuk membersihkan alat-alat bekas pakai yang telah dicuci

dan direndam dalam cairan disinfektan, sebelum dibungkus untuk sterilisasi dengan

pemanasan. Proses ini disebut disinfeksi terminal, misalnya di rumah sakit, untuk

Page 9: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

membersihkan alat bedah yang kotor sebelum disterilkan. Dalam kedokteran gigi disinfeksi

terminal banyak dilakukan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui luka pada tangan

petugas yang membersihkan alat-alat tersebut.

E. BAHAN-BAHAN KIMIA UNTUK DISINFEKSI, ANTISEPSIS, DAN

STERILISASI

Zat-zat yang bekerja sebagai sterilan (untuk sterilisasi), disinfektan dan antiseptik

merupakan racun terhadap sel mikrob berdasarkan berbagai reaksi kimia. Fungsi membran

sel dapat diubah oleh bahan kimia yang terlarut atau menumpuk pada permukaan selnya.

Bahan kimia lainnya dapat menyebabkan fungsi protein menjadi tidak aktif berdasarkan

reaksi alkilasi atau mengikat gugus sulfhidril, atau secara oksidasi. Adaptasi atau resistensi

akibat mutasi mengakibatkan berkurangnya efek toksik dari suatu bahan kimia. Zat-zat yang

bekerja sebagai sterilan dan disinfektan tidak umum digunakan untuk permukaan tubuh, tidak

seperti antiseptika dalam kedokteran gigi beberapa germisid hanya digunakan untuk

keperluan tertentu, yang tidak digunakan untuk kepentingan lainnya.

1. Fenol

Fenol dengan banyak bentuk majemuknya digunakan secara luas sebagai antiseptik

dan disinfektan. Sebagai induk senyawa majemuk, fenol dikenal sebagai asam karbol, mula-

mula digunakan sebagai aerosol oleh Lister pada tahun 1867 untuk mengurangi terjadinya

infeksi pasca bedah.

Banyak penelitian dilakukan untuk mempelajari susunan dan efektifitas relatif dari

berbagai derivat fenol sebagai germisid. Walaupun fenol sebagai germisid sederhana, namun

digunakan sebagai standar evaluasi disinfektan lainnya. Yang paling sering digunakan

sebagai antiseptik atau disinfektan yaitu fenol yang disubstitusi

2. Parachlorphenol

paraklorfenol digunakan dalam kedokteran gigi sebagai antiseptika saluran akar

meskipun sudah mulai digantikan dengan senyawa yang lebih

efektif. Banyak dipakai sebagai gabungan dalam obat batuk dan obat kumur dengan

konsentrasi fenol 1,5 yang digunakan sebelum pembedahan rongga mulut yang dapat

menurunkan insidensi bakteremia.

3. Hexachlorophene

Page 10: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Heksaklorofen termasuk grup bisfenol yang kurang toksik untuk antiseptik jaringan

hidup bila dibandingkan dengan fenol. Bahan ini digunakan secara luas antiseptik kulit,

terutama bila dicampurkan dengan detergen. Nama dagang heksaklorofen adalah Phisohek.

Sabun heksaklorofen kosentrasi 3% dapat mengurangi jumlah infeksi akibat staphyloccocus

pada bayi yang baru lahir. Pada konsentrasi 0,25% digunakan dalam sabun cair, misalnya

septisol.

4. Sabun

Sabun merupakan garam Natrium dan Kalium anion dengan rantai yang panjang dari

asam karbolik alifatik yang berasal dari hewan ataupun tumbuhan. Sabun bersifat germisidal

yang relatif lunak terhadap pneumococcus, beberapa Streptococcus, tetapi kurang berefek

terhadap staphylococcus, batang gram negatif dan mikroorganisme tahan asam. Sabun

menurunkan tegangan permukaan kulit, sehingga meningkatkan daya membasahkan air,

dengan akibat debu atau minyak teremulsikan. Dengan demikian mikroorganisme yang ada

akan terbawa pada waktu pembilasan dengan air. Berbagai bahan kimia seperti heksaklorofen

telah digabungkan dengan sabun untuk meningkatkan aktifitas germisidnya.

5. Detergen sintetik

Detergen sintetik dapat dikatagorikan menjadi yang non-ion, anion dan kation.

Detergen non-ion seperti Tween 80, mengurangi tegangan permukaan, namun mempunyai

aktifitas germisidal yang rendah dan digunakan dalam medium pembiakan untuk beberapa

bakteri. Kebanyakan detergen anion yang sintetik seperti sulfonat atau alkil atau aril-sulfat

dan juga seperti sabun mempunyai sifat hidrofob dan hidrofil.

6. Bahan kation, pH

Bahan kation yang terkenal aktif pada permukaan adalah kompon amounium

kuarterner, yang pertama kali diperkenalkan sebagai disinfektan oleh Domagk pada tahun

1935. mula-mula banyak dipakai dalam kedokteran gigi, namun karena mudah sekali

diinaktifkan selama pemakaiannya, maka tidak digunakan lagi.

7. Alkohol

Sebagai bahan yang dapat menyebabkan denaturasi protein, alkohol dapat

mengganggu struktur lipida membran sel. Alkohol dengan rantai pendek seperti etanol dan

isopropil alkohol dalam konsentrasi 50 – 70 % akan lebih mudah terhindrasi, karena

Page 11: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

denaturasi protein. Alkohol tidak melemahkan spora tetapi dapat mengurangi flora mikroba

pada permukaan kulit. Alkohol digunakan untuk disinfeksi kulit sebelum penyuntikan, sebab

kerjanya yang efektif dan cepat, namun pra-pembedahan tidak digunakan secara tunggal.

8. Halogen

Iodine merupakan antiseptik yang paling lama dan sampai sekarang masih tetap

digunakan secara luas untuk kulit, membran mukosa dan kulit yang luka. Iodin bebas hanya

digunakan sebagai desinfektan permukaan alat-alat karena bersifat korosif.

Iodofor merupakan senyawa organik yang melepaskan iodin dalam jangka waktu

tertentu. Banyak nama dagang yang tersedia, misalnya Betadine sebagai obat kumur yang

baik bila digunakan sebelum tindakan pembedahan.

Kloramin. Chloromine T dan Halozone merupakan kompon korin yang terdiri dari

rantai nitrogen. Klorin dibebaskan secara lambat untuk membentuk asam hipoklorat, yang

digunakan untuk memurnikan air minum dalam jumlah kecil dan digunakan sebagai

disinfektan dan antiseptika.

Potasium permanganat merupakan senyawa oksidatif yang sangat lemah, sehingga

dapat diganti dengan senyawa lain yang lebih aktif.

Hidrogen peroksida dengan konsentrasi 6% yang distabilkan dengan 0,85% asam

fosfor (Sporox) merupakan sporisid dalam waktu 6 jam yang dapat membunuh bakterti

vegetatif secara luas, bakteri tbc dan virus dengan merendam selama 30 menit. Bahan

organik tidak mudah menyebabkan hidrogen peroksida inaktif. H2O2 merupakan sidinfektan

permukaan terutama untuk bahan yang terbuat dari plastik, karena bersifat toksik. Harganya

yang tidak terlalu mahal dan stabil dipakai dalam waktu 2 minggu, tetapi sisanya harus

dibersihkan.

9. Logam berat dan derivat organiknya

Merkuri (Hg2+) dan perak (Ag+) merupakan logam berat yang paling toksik. Dahulu

HgCl2 merupakan disinfektan yang terkenal, namun bahan ini tidak banyak digunakan lagi.

Banyak senyawa organik merkuri, misalnya metaphen, mertiolate, dan mercurochrome

merupakan antiseptik yang relatif tidak mengiritasi dan lebih efektif dibandingkan garam

merkuri anorganik, karena bergabung dengan gugus –SH protein, sehingga menyebabkan

inaktif.

Page 12: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Garam perak, seperti larutan 1-2% perak nitrat, digunakan untuk menghindarkan

infeksi Gonococcus pada mata bayi yang baru lahir, namun sekarang sebagai penggantinya

dipakai penisilin.

10. Etilin oksida (ETO)

etilin oksida merupakan gas yang tidak berwarna pada temperatur ruangan.

ETO merupakan bahan utama yang dipakai dalam industri untuk sterilisasi bahan-

bahan Rumah Sakit yang sekali pakai. Dalam kedokteran gigi ETO juga digunakan untuk

sterilisasi alat-alat dan bahan yang terbuat dari plastik.

11. Beta-propiolactone

Betapropiolakton (BPL, Betaprone) adalah bahan kimia yang kuat, namun hidrolisa

yang cepat dari cincin lakton hanya terbatas dalam larutan. Bahan ini digunakan dalam

kedokteran gigi dengan bentuk gas untuk membersihkan ruangan atau bangunan, tetapi

mempunyai daya penetrasi yang lebih rendah dari etilen oksida.

12. Formaldehyde

Formaldehid merupakan suatu gas yang disediakan dalam larutan dengan nama

formalin. Ke dalam formalin ini dapat ditambahkan metanol untuk menghambat

kecenderungan pembentukan polimer. Formaldehid bereaksi dengan grup asam amino bebas

dalam protein menyebabkan denaturasi dengan sedikit perubahan antigenik, sehingga umum

digunakan untuk pengawetan vaksin yang steril.

Page 13: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

DISINFEKSI DAN DISINFEKTAN

DISINFEKSI

Disinfeksi adalah suatu proses untuk membunuh mikroorganisme patogen sebagai

penyebab timbulnya penyakit walaupun tidak semua mikroorganisme yang hadir mati. Pada

umumnya disinfeksi ditujukan untuk benda mati , swedangkan terhadap jaringan atau benda

hidup digunakan istilah antiseptis.

Tujuan dilakukan disinfeksi adalah untuk mencegah infeksi, mencegah menjadi rusak,

dan mencegah kontaminasi.

Cara mematikan/ menghambat mikroorganisme :

destruksi

penyingkiran

penghambatan

Destruksi ( penghancuran )

panas ( kalor ) → secara fisika : alat pendidih, tanur

Zat kimia : disinfektan

Radiasi : sinar-X, ultraviolet

Mekanis : vibrasi, ultrasonik

Penyingkiran (dilakukan jika tidak bisa di destruksi )

penyaringan

sentifugasi dengan kecepatan tinggi

Penghambatan

suhu rendah : pendinginan

Page 14: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

pengeringan : cairan dikeluarkan sebanyak mungkin

kombinasi : liofilisasi → suhu rendah, bakteri dikeringkan dengan cepat

tekanan osmotik tinggi : sirop, asinan ( penambahan gula )

bahan kimia dan obat kemoterapi

Faktor yang Mempengaruhi Kematian Bakteri

Jumlah organisme

Lama waktu kontak berbanding terbalik suhu atau konsentrasi zat kimia

Keadaan alamiah mikroorganisme

spesies berbeda→ kepekaan berbeda

Keadaan fisiologi mikroba dan komposisi medium pembiakan :

sel berproliferasi lebih mudah hancur daripada sel stasioner

Lingkungan organisme bahan organik ( protein,karbohidrat,lemak , mimyak)

menhambat efek zat kimia

Waktu kontak

Faktor yang Mempengaruhi Disinfeksi

Hidrasi suhu pemanasan kering > suhu pemanasan lembab

Suhu aktivitas mematikan bakteri berbanding terbalik dengan waktu

Suhu lebih tinggi : - mengurangi tegangan permukaan

- meningkatkan kemasaman

- mengurangi viskositas

- mengurangi adsorpsi

Konsentrasi efektif eksponensial dengan konsentrasi 2x fenol (0,5%)

Page 15: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

→daya mematikan 500-900 %

Oligodinamika, aktivitas logam berat dalam jumlah sedikit

Metode Fisik Menghancurkan dan Menghilangkan Mikroorganisme

1. Pemanasan :

kering → - pemijaran (insenerasi)

- jilatan api (flamming)

- tanur uap panas

basah (temperatur relatif rendah) :

- penggodogan

- uap mengalir

- uap bertekanan

2. Filtrasi :

Seitz filter (dari serat asbes)

Berkefeld filter (tanah diatome)

Chamberland-Pasteur filter (porselen)

Sintered Glass filter (serbuk kaca)

filter serba guna (selulosa asetat)

filter Hepa ( high efficiency particulate air )

masker

3. Irradiasi

sinar ultraviolet

radiasi ionisasi : sinar Gamma dan sinar X

Page 16: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

4. Sterilisasi dingin : gelombang mikron ( 1mm-1m )

DISINFEKTAN

Disinfektan adalah bahan kimia yang ditujukan untuk membunuh mikroorganisme

pada benda mati, seperti peralatan, instrumen,meja atau lemari. Disinfektan yang ideal :

efektif terhadap mikroorganisme

tidak merusak/mewarnai bahan

spesifik untuk mikroorganisme

penetrasi yang baik

bersifat membasahkan

stabil untuk disimpan

mudah dibuat

relatif murah

mudah digunakan

sifat mikrobisidal

Bahan Kimia untuk Sterilisasi, Disinfeksi, dan Antiseptis

Prinsip :

mengganggu fungsi membran sel

mengganggu fungsi protein

- reaksi alkilasi

- mengikat gugus sulfhidril

- oksidasi

Page 17: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

mutasi, adaptasi, resistensi, dan efek toksik

Disinfektan

Alkohol : senyawa R-CH2OH

Fenol : fenol, senyawa majemuk fenol

Logam berat : garam Hg,Cu,Ag

Bahan oksidasi : H2O, iodin, klorin, hipoklorit

Bahan oksidasi : substitusi atom hidrogen yang bebas dengan alkil

Contoh : formaldehid

Oksida etilen

Detergen : surface active agent → - detergen anion

- detergen kation

- detergen non ion

Fenol ( asam karbol )

→ dapat merusak membran sel

merupakan germisid sederhana.

derivat fenol : hexachlorofen dikombinasikan dengan sabun dapat digunakan sebagai

disinfektan kulit.

Koefisien fenol : mengevaluasi dan menilai efektivitas disinfektan, antiseptik terhadap fenol

sebagai standar.

Klorin

Hipoklorit : mendesinfeksi ruangan, alat bedah

Page 18: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Darivat klorin : halazon dan parasulfone dichloromidobenzoic acid 4-8 mg/l dapat

mendesinfeksi air yang tercemar S.typhi.

Logam Berat

merkuri (Hg) dan perak (Ag)

garam perak : perak nitrat

zat warna : kristal violet, fukhsin dasar, akridin (proflavin,akriflavan)

ETO (etilen oksida) : alkilasi protein→u/plastik dan karet yang rusak oleh panas

BPL (Beta Propiolakton) : formaldehid

Formalin (bentuk larutan) :

metanol →menghambat pembentukan polimer

asam amino bebas→denaturasi aldehid

MDT.Chemiclave

Glutaraldehida

- denaturasi dan alkilasi protein

- alkaline glutaraldehyde

Cara-cara dengan gas :

etilen oksida untuk mensterilkan alat-alat seperti alat optik, bantal, kasur.

uap formaldehid untuk desinfektan alat-alat yang tercemar oleh spora, kuman M.tbc

kreolin, lisol, wipol digunakan sebagai disinfektan untuk lantai.

Page 19: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Metode disinfeksi dapat berdasarkan pada metode fisik dengan cara pemanasan dan metode

kimia dengan menggunakan disinfektan.

Metode fisik untuk disinfeksi dapat dilakukan dengan pemanasan secara bertingkat yaitu

pasteurisasi yang ditujukan untuk menghindarkan rusaknya bahan.

Pemilihan bahan kimia sebagai disinfektan harus dilakukan secara berhati-hati karena suatu

disinfektan yang digunakan untuk suatu tujuan, belum tentu efektif untuk yang lainnya.

Mekanisme Kerja Disinfektan :

disinfektan yang merusak membran sel bakteri, misalnya klorheksidin, senyawa

amonium kuartener, alkohol dan fenol

fiksasi membran sel yang mangakibatkan koagulasi, akibat mekanisme kerja

formaldehid dan glutaraldehid.

bahan oksidasi, misalnya golongan halogen, seperti hipoklorit yang lebih aktif

daripada bromida.

Disinfektan yang umum digunakan dalam kedokteran gigi :

alkohol : etil alkohol yang atau propil alkohol 70% dalam air sangat berguna untuk

antiseptik kulit sebelum penyuntik dan pada pencucian tangan sebelum operasi.

Kombinasi alkohol dan aldehid digunakan untuk disinfeksi permukaan, namun

penggunaan alkohol dengan tujuan ini tidak dianjurkan karena alkohol cepat

menguap, sehingga efeknya mudah menghilang. Kerugian lainnya ialah mudah

diinaktivasi oleh bahan organik. Alkohol masih tetap populer karena harganya relatif

murah, mudah didapat, dan mudah larut dalam air.

aldehid : glutaraldehid merupakan disinfektan yamg populer digunakan dalam

kedokteran gigi, tetapi mengiritasi kulit.

Bisguanid : salah satu disinfektan golongan bisguanid ialah klorheksidin yang

digunakan secara luas dalam kedokteran gigi sebagai antiseptik dan pencegahan

terhadap pembentukan plak gigi.

Page 20: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Senyawa halogen :hipoklorit dan povidon iodon merupakan bahan oksidator yang

membebaskan ion halogen. Walaupun bahan ini relatif murah dan efektif, namun

mampu menyebabkan logam berkarat dan cepat sekali diinaktivasi oleh bhan organik.

Fenol : disinfektan yang termasuk fenol dapat berupa cairan bening, terlarut atau

cairan berwarna hitam atau putih, tetapi cairan terakhir ini tidak digunakan dalam

kedokteran gigi.

Pemilihan Cara Dekontaminasi dengan Disnifektan didasarkan Proses Penggunaannya:

1) Alat-alat yang digunakan membuat kulit, atau mukosa dan atau berkontak

langsung dengan tulang atau jaringan yang terbuka, disebut kritis, misalnya

tang ekstraksi, scalpel, scaler, diterapkan sterilisasi dengan proses pemanasan.

2) Alat-alat yang berkontak dengan membran mukosa, tetapi tidak menembus

mukosa dan tidak berkontak dengan tulang/jaringan terbuka dinamakan semi-

kritis. Contohnya : kaca mulut, sonde, atau pinset. Untuk alat-alat tahan panas

dapat distrerilkan dengan otoklat, namun bila tidak tahan panas dapat

dilakukan disinfeksi tingkat tinggi.

3) Perlengkapan dan permukaan alat serta lingkungannya yang akan berkontak

dengan kulit utuh termasuk alat rontgen digolongkan alat tidak kritais, dan

cukup membutuhkan disinfeksi tingkat rendah atau sedang.

Seringkali dekontaminasi alat sangat sulit dilakukan, misalnya bentuk atau

permukaannya tidak rata. pegangan lampu, atau tombol pengatur kursi gigi dapat dibungkus

untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Beberapa perlengkapan lainnya seperti penghisap

ludah tersedia dalam bentuk sekali pakai. Cara dekontaminasi alat yang tidak sekali pakai dan

tidak dapat dibungkus, secara khusus dapat dilihat pada petunjuk pabrik. Handpiece haru

disterilkan dengan cara pemanasan, karena akan berkontak dengan membran mukosa dan

permukaan rongga mulut bagian dalam/luar. Handpiece mempunyai struktur yang membatasi

dekontaminasi dan disinfeksi ataupun sterilisasi. Setelah selesai perawatan seorang pasien,

handpiece harus dibersihkan dan disterilkan, misalnya dengan otokalikasi, pemanasan kering

atau pemanasan dengan uap bahan kimia.

Page 21: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL

Infeksi nosokomial adalah Infeksi yang muncul selama pasien dirawat di rumah sakit

dan mulai menunjukkan suatu gejala selama pasien itu dirawat atau setelah selesai dirawat

disebut infeksi nosokomial (Hidayat, 2008). Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit

dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 3x24 jam, menunjukkan bahwa masa

inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru

menunjukkan gejala setelah 3x24 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi

nosokomial (Darmadi, 2008).

Penyakit infeksi nosokomial dapat timbul karena beberapa penyebab, menurut

Darmaji (2008) salah satu penyebabnya adalah mikroba pathogen seperti bakteri, virus,

jamur, dan lain-lain. Mikroba sebagai makhluk hidup (biotis) harus berkembang biak,

bergerak, dan berpindah tempat untuk bertahan hidup. Jenis infeksi nosokomial yang sering

terjadi menurut Tietjen dkk (2004) berdasarkan survey yang dilakukan yaitu:

a. Infeksi tempat pembedahan atau infeksi luka operasi

Menurut Vannesa (2010) infeksi luka operasi adalah sebuah luka bedah atau infeksi

yang harus terjadi dalam waktu 30 hari dari operasi bedah

b. Infeksi Saluran kemih (ISK)

Infeksi saluran kemih kemungkinan terjadi terutama setelah tindakan kateterisasi.

Tindakan infasive lainnya seperti tindakan operatif vagina, oleh karena itu pencegahan

infeksi saluran kemih (nosokomial) merupakan suatu keharusan. Sebagai penyebab adalah

bakteri gram negative terutama Psudomonas sp. dan kelompok Enterobacter dengan

manifestasi klinisnya adalah nyeri suprasimfisis, nyeri pinggang, disuria, serta urin yang

keruh atau piuria (Darmaji, 2008).

c. Febris Puerperalis

Febris puerperalis atau demam nifas merupakan infeksi yang muncul pascapersalinan

pervaginam. Tidak semua persalinan berjalan spontan. Diperkirakan 7-8% akan mengalami

kesulitan atau distoria (patologis). Untuk menyelesaikan persalinan distosia ini diperlukan

adanya tindakan infasife yang sering kali membutuhkan instrument medis. Resiko adanya

terjadinya trauma jalan lahir serta trauma pada janin. Trauma jalan lahir yang terjadi berupa

robekan, laserasi, serta pendarahan yang dapat menimbulkan infeksi. Trauma juga terjadi

karena pengunaan instrument medis untuk mengatasi persalinan. Terjadinya infeksi karena

mikrobia pathogen terutama berasal dari flora normal vagina dan kulit di sekitar perineum,

serta instrument medis dan operator. Beberapa penelitian menyebutkan bakteri penyebab

infeksi yaitu Stapylococcus Haemolyticus, Streptococcus Aureus, Escherichia Coli.

Page 22: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

d. Infeksi Saluran Cerna

Seorang pasien yang sedang dirawat dapat digolongakn terjangkit infeksi saluran

cerna apabila ditemukan gejala-gejala: adanya nyeri perut secara mendadak kadang-kadang

diserati nyeri kepala, nausea dan muntah-muntah yang diikuti diare, dapat disertai/tanpa

demam. Dikeadaan dengan sindrom gastroenteritis manifestasi klinis ini dapat muncul setelah

beberapa saat penderita mengkonsumsi makanan/minuman yang disajikan.

e. Infeksi Saluran Napas Bawah

Saluran napas bawah adalah organ vital untuk ventilasi, namun demikian tidak jarang

jaringan lunak pada saluran napas ini harus bersentuhan dengan peralatan medis untuk

berbagai indikasi, baik sebagai upaya menegakkan diagnosis, atau bagian dari terapi, maupun

sebagai upaya penunjang untuk kasus-kasus di luar kepentingan saluran napas itu sendiri.

Sebagai contoh: tindakan anestesi umum yang harus menggunakan pipa endotrakeal, pipa

orofaringeal, atau pipa nasofaringeal, tindakan laringoskopi atau bronkoskopi, tindakan

invasif yang lebih jauh seperti trakeostomi, pemasangan ventilator. Semua tindakan medis

infasif pada contoh kasus-kasus tersebut tentunya bukan tanpa resiko bagi penderitanya.

Resiko paling besarnya adalah menyebarnya mikrobia pathogen ke organ yang terdekat, yaitu

paru yang dapat menimbulkan peradangan parenkim paru (Darmaji, 2008)

f. Bakteremia dan septicemia

Bakteremia dan septicemia adalah infeksi siskemik yang terjadi akibat penyebaran

bakteri atau produknya dari suatu focus infeksi kedalam peredaran darah. Menurut Tietjen,

dkk (2006) Septicemia merupakan keadaan yang gawat, oleh karena itu harus ditangani

secara cepat dan tepat untuk menghindari terjadinya akibat yang fatal. Bila terlambat, ada

kecenderungan mengarah ke keadaan syok dengan angka kematian yang tinggi (50-90%).

Sebagai pemicu timbulnya bakteremia dan septicemia karena adanya tindakan medis infasif

misalnya pemasangan kateter intravaskuler untuk berbagai keperluan seperti pemberian obat,

nutrisi parental, hemodialisis, dan sebagainya. Manifestasi klinisnya berupa reaksi inflamasi

siskemik, yaitu demam yang tinggi, serta nadi dan frekuensi pernapasan meningkat. Demam

yang ada akan bertahan selama minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretik.

Pada anak, secara umum tampak letargi, tidak mau makan/minum, muntah, atau diare. Pada

daerah kateter vena yang terpasang, kulit tampak merah, edema disertai nyeri, dan kadang-

kadang ditemukan eksudat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses infeksi menurut Darmadi (2008) adalah:

1. Petugas kesehatan

Page 23: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Petugas kesehatan khususnya perawat dapat menjadi sumber utama tertapar infeksi

yang dapat menularkan berbagai kuman ke pasien maupun tempat lain karena perawat rata-

rata setiap harinya 7-8 jam melakukan kontak langsung dengan pasien. Salah satu upaya

dalam pencegahan infeksi nosokomial yang paling penting adalah perilaku cuci tangan

karena tangan merupakan sumber penularan utama yang paling efisien untuk penularan

infeksi nosokomial. Perilaku mencuci tangan perawat yang kurang adekuat akan

memindahkan organisme – organisme bakteri pathogen secara langsung kepada hopes yang

menyebabkan infeksi nosokomial di semua jenis lingkungan pasien.

2. Lingkungan

Lingkungan rumah sakit yang tidak bersih juga bias menyebabkan infeksi nosokomial

sebab mikroorganisme penyebab infeksi bias tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang

tidak bersih.

3. Peralatan medis

Peralatan medis yang dimaksud adalah alat yang digunakan melakukan tindakan

keperawatan, misalnya jarum, kateter, kassa, instrument, dan sebagainya. Bila peralatan

medis tidak dikelola kebersihan dan kesterilannya maka akan menyebabkan infeksi

nosokomial.

4. Makanan atau minuman

Hidangan yang disajikan setiap saat kepada penderita apakah sudah sesuai dengan

standart kebersihan bahan yang layak untuk dikonsumsi bila tidak bersih itu juga akan

menyebabkan infeksi terutama pada saluran pencernaan yang sedang mengalami iritasi.

5. Penderita lain

Keberadaan penderita lain dalam satu kamar atau ruangan atau bangsal perawatan

dapat merupakan sumber penularan.

6. Pengunjung

Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan

rumah sakit, atau sebaliknya, yang dapat ditularkan dari dalam rumah sakit ke luar rumah

sakit.

Infeksi nosokomial berasal dari proses penyebaran dari pelayanan kesehatan salah satunya

rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat berbagai macam penyakit yang berasal dari

pasien maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan

berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti: udara, air, lantai, makanan dan benda-benda

medis maupun non medis (Darmadi, 2008). Salah satu sumber penularan infeksi nosokomial

di rumah sakit adalah perawat, yang dapat menyebarkan melalui kontak langsung kepada

Page 24: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

pasien. Cara penularan terutama melalui tangan dan dari petugas kesehatan maupun tenaga

kesehatan yang lain, jarum infeksi, kateter urine, kateter intravena, perban, dan cara keliru

menangani luka ataupun peralatan operasi yang terkontaminasi (Hidayat, 2008).

Fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah mencegah

infeksi. Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial adalah menerapkan Universal

Precaution pada petugas kesehatan atau petugas pelayanan kesehatan. Universal Precaution

adalah kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang tidak membedakan perlakuan

terhadap setiap pasien, dan tidak tergantung pada diagnosis penyakitnya (Irianto, 2010).

Kewaspadaan universal dimaksudkan untuk melindungi petugas layanan kesehatan dan

pasien lain terhadap penularan berbagai infeksi dalam darah dan cairan tubuh lain.

Menurut WHO (2005) kewaspadaan universal diterapkan dengan cara :

a) Cuci tangan setelah berhubungan dengan pasien atau setelah membuka sarung tangan

b) Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh

c) Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan cairan tubuh

d) Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh

e) Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman; yang sekali pakai

tidak boleh dipakai ulang

f) Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang cocok

g) Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis

h) Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan prosedur

i) Buang limbah sesuai prosedur.

Mencuci Tangan

Mencuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit

kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen dkk, 2004). Perilaku mencuci

tangan perawat yang kurang adekuat akan memindahkan organisme-organisme bakteri

pathogen secara langsung kepada hospes yang menyebabkan infeksi nosokomial di semua

jenis lingkungan pasien. Mencuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum perawat memeriksa

(kontak langsung) dengan pasien dan sebelum memakai sarung tangan bedah steril sebelum

pembedahan atau sarung tangan pemeriksaan untuk tindakan rutin, seperti pemeriksaan

panggul. Mencuci tangan juga sebaiknya dilakukan setelah perawat melakukan kontak yang

lama dan intensif dengan pasien, setelah memegang instrument atau alat yang kotor, dan

setelah menyentuh selaput lender, darah serta setelah melepaskan sarung tangan. Jadi paling

Page 25: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

tidak perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan ke

pasien (WHO, 2005).

Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan perawat dalam

memberikan tindakan keperawatan yang bertujuan membersihkan tangan dari segala kotoran,

mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan dan mempersiapkan bedah atau tindakan

pembedahan. Menurut WHO (2005) kebersihan tangan adalah ukuran utama untuk

mengurangi infeksi. Meskipun mencuci tangan terlihat suatu tindakan yang sederhana, tetapi

hal itu kurang adanya dukungan dengan tidak dilaksanakannya perilaku mencuci tangan di

kalangan penyedia layanan kesehatan di seluruh dunia yang mempunyai masalah infeksi

nosokomial. Setelah baru-baru ini pemahaman epidemiologi dari kebersihan tangan

kepatuhan, pendekatan baru telah terbukti efektif.

Ada 10 langkah yang menjadi pedoman dalam WHO untuk mensosialisasikan cuci

tangan dengan sabun dan air. Langkah mencuci tangan yang benar menurut WHO (2005)

adalah

1. Basahi tangan dengan air.

2. Tuangkan sabun ketelapak tangan.

3. Ratakan sabun dengan kedua tangan sampai kedua telapak tangan terkena sabun.

4. Gosok punggung tangan kanan dengan tangan kiri sampai sela-sela jari-jari kemudian

bergantian tangan kiri.

5. Telapak tangan saling bersentuhan dengan jari yang disilangkan pada sela-sela jari.

6. Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci.

7. Mengosok ibu jari dengan menggengam ibu jari kiri dengan tangan kanan lalu diputar

begitu pula sebaliknya

8. Menggosok jari-jari tangan kanan pada telapak tangan kiri untuk membersihkan

kotoran kuku tangan kanan, begitu pula sebaliknya.

9. Bilas dengan air yang mengalir.

10. Pakai handuk kering dan bersih atau tissue sekali pakai untuk mengeringkan tangan.

Page 26: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Gambar prosedur mencuci tangan yang benar menurut WHO (2005)

Sumber : http://www.who.int/patientsafety/events/05/HH_en.pdf

PENANGANAN INFEKSI SILANG DI KLINIK KEDOKTERAN GIGI

Dokter gigi, stafnya dan juga pasien memiliki resiko tinggi berkontak dengan

mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Tindakan

secara asepsis harus selalu dilakukan, termasuk tindakan pencegahan seperti sterilisasi dan

desinfeksi.

Kontaminasi dari rongga mulut dan luka terbuka dapat disebarkan oleh udara, air,

debu, aerosol, percikan atau droplets, sekresi saluran pernafasan, plak, kalkulus, bahan

tumpatan gigi dan debris. Flora mulut yang patogen dari pasien dapat ditransmisikan pada

Page 27: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

jaringan atau organ (autogenous infection) seperti katup jantung, sendi artificial, dan jaringan

lunak sekitarnya, dan tulang.

Prosedur pencegahan penularan penyakit infeksi antar lain aalah evaluasi pasien,

perlindungan diri, sterilisasi dan desinfeksi, pembuangan sampah yang aman dan tindakan

asepsis termasuk juga dalam laboratorium tehnik gigi. Metode sterilisasi dan asepsis masa

kini pada praktek dokter gigi dan laboratorium gigi secara nyata telah menurunkan resiko

terjadinya penyakit pada pasien, dokter gigi, dan stafnya.

Jalur utama penyebaran mikroorganisme pada praktek dokter gigi adalah melalui :

Kontak langsung dengan luka infeksi atau saliva dan darah yang terinfeksi.

Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi.

Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaring langsung pada kulit yang terluka

maupun yang utuh atau mukosa.

Aerosol atau penyebaran mikroorganisme melalui udara.

Dokter gigi tidak mungkin yakin bahwa pasien yang datang untuk perawatan giginya

adalah carrier mikroorganisme infektif atau bukan, oleh karena itu semua pasien yang datang

harus dianggap merupakan carrier dari mikroorganisme patogen. Semua prosedur klinis yang

dilakukan pada semua pasien harus dilakukan dengan menggunakan kontrol infeksi yang

umum.

Prosedur pencegahan infeksi

Prosedur pencegahan infeksi ada beberapa tahap

Evaluasi pasien

Perlindungan diri

Sterilisasi instrumen

Disinfeksi permukaan

Laboratorium yang asepsis

Pembuangan sampah

1. Evaluasi pasien

Harus diketahui riwayat kesehatan yang lengkap dari tiap-tiap pasien dan perbaharui

pada tiap tahap kunjungan berikutnya. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui adanya

Page 28: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

infeksi silang yang kemungkinan terjadi pada praktek dokter gigi. Harus diperhatikan

mengenai adanya penyakit infeksi yang berbahaya.

Dalam hal ini harus disadari bahwa tidak semua pasien dengan penyakit infeksi dapat

terjaring dengan rekam medik sehingga system penjaringan pasien tidak menjamin

sepenuhnya pencegahan penularan penyakit. Konsep Universal precaution pertama kali

dianjurkan oleh Centers For disease Control (CDC) pada tahun 1987 yaitu memperlakukan

semua pasien seolah-olah mereka terinfeksi HIV.

2. Perlindungan diri

Dalam hal ini termasuk

Kebersihan diri

Pemakaian baju praktek

Proteksi misalnya sarung tangan, kacamata, masker, dan rubber dam

Imunisasi.

Kebersihan diri yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi silang pada praktek

dokter gigi

Secara umum pada waktu merawat pasien seorang dokter gigi harus :

Menghindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu merawat pasien,

hindari kontak tangan dengan mata, hidung, mulut, dan rambut serta hindari

memegang luka atau abrasi.

Menutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester sebab luka tersebut dapat

merupakan tempat masuknya mikroorganisme patogen (harus memakai sarung

tangan).

Mencuci tangan dengan baik sebelum dan setelah merawat pasien dengna memakai

sabun antimikrobial (mis. klorheksidin glukonat) sebelum memakai sarung tangan.

Dokter gigi dan stafnya harus memakai baju yang bersih dan baru dicuci.. Baju

tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi kontaminasi.. Baju praktek

harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih klorin, untuk baju yang

terkontaminasi perlu penanganan tersendiri. Bakteri patogen dan beberapa virus, terutama

virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Page 29: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Dokter gigi dan stafnya memproteksi diri dengan menggunakan

Sarung tangan

Kacamata

Masker

Rubber dam

Sarung tangan

Tangan merupakan alat transmisi dari mikroorganisme pada saluran pernafasan dan

mulut yang utama. Kuku harus digunting pendek dan tidak boleh memakai perhiasan seperti

cincin, gelang, dan jam tangan pada saat merawat pasien. Tangan harus dicuci dengan sikat

dan sabun yang mengandung zat antimikrobial seperti iodofor (1% iodine), klorheksidin

glukonat (2-4%), para-klormeta-silenol (PMCX) 0,5-3% atau alkohol (70% isopropil aklohol)

dan lain-lain. Tangan digosok paling sedikit selama 10 detik dan dikeringkan dengan

memakai pengering otomatis atau tissue.

Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau vinil sekali

pakai. Hal ini untuk melindungi baik dokter gigi atau stafnya maupun pasien. Sarung tangan

vinil dapat dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks, walaupun hal ini jarang terjadi.

Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam kedokteran gigi yaitu :

Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi memeriksa

mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya perdarahan.

Sarung tangan steril yang harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau

mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan

.Sarung tangan heavy duty harus dipakai manakala harus membersihkan alat,

permukaan kerja atau bila menggunakan bahan kimia.

Semua luka dan lecet-lecet pada kulit harus ditutup dengna plester yang kedap air

sebelum memakai sarung tangan. Jangan merawat pasien bila sedang mengalami luka yang

bernanah atau dermatitis yang terbuka hingga luka tersebut benar-benar sembuh. Dokter gigi

dan stafnya harus memakai satu sarung tangan untuk tiap pasien, jangan memakai ulang

sarung tangan karena akan mengurangi nilai protektifnya

Kacamata pelindung

Page 30: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Kacamata pelindung harus dipakai oleh dokter gigi dan stafnya untuk melindungi

mata dari splatter dan debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece, pembersihan

karang gigi baik secara manual maupun ultrasonik.

Rambut hendaknya jangan menutupi pandangan dan diikat bagi dokter gigi yang

memiliki rambut panjang serta dilindungi dari percikan dan aerosol dengan memakai penutup

kepala, sebaiknya dokter gigi mencuci muka sebelum makan dan juga mencuci muka serta

rambut sebelum tidur. Bakteri patogen dan beberapa virus terutama virus hepatitis B dapat

hidup pada pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Masker

Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan pada saat

menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya aerosol yang dapat

menginfeksi saluran pernafasan atas maupun bawah.

Efektivitas penyaringan dari masker tergantung dari :

Bahan yang dipakai, masker polipropilen lebih baik daripada masker kertas.

Lama pemakaian, lama pemakaian yang efektif adalah 30-60 menit, terutama bila

masker itu basah. Jadi sebaiknya memakai 1 masker untuk tiap pasien.

Rubber dam

Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya aerosol.

Pemakaian rubber dam memungkinkan

Mendapat gambaran yang jelas setelah jaringan diangkat

Mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, sehingga mengurangi terjadinya luka

pada jaringan dan mengurangi perdarahan.

Mengurangi terjadinya aerosol karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas rubber

dam.

Imunisasi

Dokter gigi dan mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi harus memiliki

data imunisasi yang baru. Di Inggris vaksin hepatitis B, tuberkulosis dan rubella (bagi dokter

gigi wanita) dianjurkan untuk mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi sebagai

tambahan dari imunisasi rutin seperti tetanus, poliomyelitis dan difteri. Di USA dianjurkan

imunisasi terhadap semua penyakit ini kecuali TBC dan influenza.

Page 31: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

3. Sterilisasi dan desinfeksi

Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme sedang

desinfeksi adalah proses yang membunuh atau menghilangkan mikroorganisme kecuali spora.

Idealnya semua bentuk vegetatif mikroorganisme mati, namun dengan terjadinya

pengurangan jumlah mikroorganisme patogen sampai pada tingkat yang tidak membahayakan

masih dapat diterima.

Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap :

Pembersihan sebelum sterilisasi.

Pembungkusan

Proses sterilisasi.

Penyimpanan yang aseptik.

Dalam bidang kedokteran gigi pembersihan dapat dilakukan dengan :

Pembersihan manual

Pembersihan dengan ultrasonik

Sebelum disterilkan alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris organik,

darah, dan saliva. Asisten dokter gigi yang membersihkan alat tersebut harus memakai sarung

tangan heavy duty.

Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan detergen lebih aman,

efisien, dan efektif dibandingkan dengan penyikatan. Gunakan alat ultrasonik yang tertutup

selama paling tidak 10 menit. Setelah dibersihkan, instrumen tersebut dicuci dibawah aliran

air dan dikeringkan dengan baik sebelum disterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan

hasil sterilisasi yang sempurna dan untuk mencegah terjadinya karat.

Pembersihan dengan ultrasonik lebih baik sebab

a.Meningkatkan efisiensi pembersihan

b.Mengurangi bahaya aerolization dari partikel yang infeksius

c.Mengurangi insiden terluka akibat benda tajam

d. Mengurangi waktu kerja

Proses sterilisasi

Page 32: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

Pada kedokteran gigi, sterilisasi dapat dicapai melalui metode :

Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave)

Pemanasan kering (oven)

Uap bahan kimia (chemivlave)

4.. Desinfeksi permukaan

Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan

dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme,

disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi

tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.

Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti

iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit

Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari

dengan akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang

efektif bagi kain atau bahan plastik.

Derifat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan

perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari.

Keuntungannya adalah "efek tinggal" dan kurang menyebabkan perubahan warna

pada instrumen atau permukaan keras

Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 :

10 hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa

jenis logam karena bersifat korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu

menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam

renang.

Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan

diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas "tingkat menengah" bila permukaan

tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.

5. Laboratorium yang asepsis

Tekniker laboratorium gigi dan pasien lain sering kontak dengan mikroorganisme

patogen dari cetakan gigi, hasil cetakan (stone casts) dan lain-lain. ADA menganjurkan agar

Page 33: Prinsip Sterilisasi Dan Disinfeksi

semua cetakan harus dicuci untuk menghilangkan saliva, darah, dan debris, kemudian

didesinfeksi sebelum dicor dengan dental stone atau sebelum dikirim ke laboratorium.

Untuk bahan cetak dari alginate sebaiknya tidak direndam, tetapi di spray dengan

desinfektan, lalu dimasukkan dalam kantung plastik dan dibiarkan selama beberapa waktu

sesuai dengan petunjuk pabrik.

6. Pembuangan sampah bekas praktek.

Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tissue bekas

dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus ditangani secara

hati-hati dan dimasukkan dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk

mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda-benda tersebut. Benda-benda tajam

seperti jarum atau pisau scalpel harus dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan

sebelum dimasukkan dalam kantung plastik. Jaringan tubuh juga harus mendapat perlakuan

yang sama dengan benda tajam.