PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …
Transcript of PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …
PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN MENDIRIKAN
BANGUNAN SEBAGAI SARANA PERLINDUNGAN HUKUM DAN MENCEGAH
KONFLIK
TERHADAP WARGA MASYARAKAT1
Abd. Rachman A. Latif2 Imam Ropii3 Hb. Sudjiantoro4
Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang
Abstraksi
Prinsip keterbukaan merupakan salah satu landasan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Prinsip ini
selain merupakan asas bagi para penyelenggara negara secara normatif merupakan ketentuan hukum yang
harus dipedomani dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sebagai landasan dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang berlakuannya telah memiliki kekuatan hukum yakni Undang-undang Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Melalui ke dua instrumen
hukum tersebut keterbukaan harus menjadi dasar para penyelenggara pemerintahan dalam mengeluarkan
kebijakan berupa ijin mendirikan bangunan (IMB) yang diajukan oleh warga negara baik untuk perorangan
maupun kelompok. Melalui instrumen ijin legalitas kegiatan rakyat dapat dikendalikan dan
dipertanggungjawabkan. Melalui penerapan prinsip keterbukaan dalam menerbitkan ijin perlindungan hukum
kepada rakyat yang berpotensi kena dampak sekitar diadakannya bangunan itu. Hal ini mengingat adanya
dampak sosial dan juga lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan pengadaan bangunan yang telah dilegalkan
oleh pemerintah melalui ijin.
Kata kunci: Keterbukaan, Ijin Mendirikan Bangunan, Perlindungan Hukum, Masyarakat
Abstract The principle of openness is one of the important foundation in governance. This principle is a principle in
addition to the normative state administrators are legal requirements that must be followed in governance. As
the basis of governance that already have the legal force of Act No. 28 of 1999 on State Officials Clean and Free
from Corruption, Collusion and Nepotism (KKN) and Law No. 14 of 2008 on Public Information. Through two
legal instruments that openness should be the basis of government actors in the form of a policy issued building
permits (IMB) filed by citizens of both individuals and groups. Through the activities of folk instruments
legality license can be controlled and accounted for. Through the application of the principle of transparency in
issuing permits legal protection to people who are potentially affected around the holding of the building. This is
because their social and environmental impacts arising from procurement activities building which has been
legalized by the government through a permit.
Keywords: Openness, Building Permit, Legal Protection, Community
1 Tulisan ini merupakan ringkasan hasil Penelitian Fundamental 2013 2 Alamat Korespondesi (ketua Peneliti) : [email protected] 3 Alamat Korespondesi (Peneliti anggota) : [email protected] 4 Alamat Korespondesi (Peneliti anggota): [email protected]
Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana
Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 71
A. Latar Belakang Masalah
1. Pendahuluan
Upaya mewujudkan kepemerintahan
yang baik dan bersih (Good and Clean Go
vernment) terus digagas dan dikembangkan
melalui berbagai kajian dan pembentukan
instrumen hukum serta kelembagaan. Gaga
san dan pengem bangan terhadap prinsip-
prinsip umum kepe merintahan yang baik
(General Principles of Good Government)
merupakan wujud kesadaran atas penting
nya penyelenggaraan pemerintahan yang
sesuai dengan kaidah-kaidah dan prinsip
kepemerintahan yang baik.
Selain dalam praktek yang dilakukan
oleh pemerintah para akademisi dan pemer
hati juga melakukan kajian dalam rangka
pengembangan ilmu hukum adminitrasi
negara yang hasilnya akan disumbangkan
kepada para pengambil kebijakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan baik sebagai
bahan baku ataupun bahan perbaikan dalam
mempersiapkan rancangan peraturan perun
dang-undangan maupun kebijakan yang
akan diambil.5
Terbentuknya kepemerintahan yang
baik diharapkan dapat memperkuat perlin
dungan hukum kepada pemerintah selaku
penyelenggara dan warga masyarakat mela
lui pembentukan instrumen hukum dan
kelembagaan. Bentuk penguatan dan perlin
dungan warga masyarakat salah satunya
adalah melalui pembentukan instrumen
hukum berupa pembatasan dan pengawasan
dalam penyelenggara pemerintahan (admi
nistrasi negara) dan instrumen kelembagaan
yang berfungsi untuk menampung dan
mengawasi pelaksanaan pemerintahan serta
memulihkan keadaan yang dapat me nimbul
5 Himpunan berbagai pemikiran para akademisi
terkait dengan upaya membangun pemerintahan yang
baik dapat ditemukan dalam bukunya Paulus Effendi
Lotulung, Himpunan Makalah Azaz-Azaz Umum
Pemerintahan Yang Baik (AAUPB), Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Hukum Administrasi
Negara, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994.
kan kerugian bagi warga negara akibat dari
tindakan pemerintahan.6
Keberadaan norma hukum dengan
karak tersaksinya yang tegas dalam kehidu
pan masyarakat diperuntukkan bagi upaya
untuk menciptakan ketertiban, kepastian dan
keadilan warga masyarakat.7 Salah satu wu
jud perlindungan penyelenggara negara dan
hak masyarakat terkait dengan informasi
publik (hak infor masi) datur dalam UU No.
14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Infor
masi Publik (UU-KIP) yang diundangkan
pada tanggal 30 April 2008.8 Dalam Pasal
64 ayat (1) dinyatakan : Undang-undang ini
mulai berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal
diundangkan. Dengan demikian UU tersebut
berlaku efektif 1 Mei 2010, ma ka sejak itu
hak publik warga negara terhadap penye
lenggaraan negara dapat diakses kecuali hal-
hal yang membahayakan negara dan harus
dirahasiakan sebagaimana yang diatur da
lam undang-undang.9
Pembentukan UU-KIP adalah sejalan
dengan tuntutan reformasi dan demokra
tisasi setelah selama masa orde baru hak
politik warga negara terbatasi kebebasan
nya. Karena itu tepat sekali landasan (kon
sideran) diundang kannya UU-KIP , bahwa
hak memperoleh informasi merupakan hak
asasi manusia dan keterbukaan informasi
publik merupakan salah satu ciri penting
negara demokratis yang menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat untuk mewujud kan penye
lenggaraan negara yang baik.10
6 SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok-
Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty,
Yogyakarta, 1987, hlm. 57. 7 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat,
Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan
Pelayanan Publik, Cetakan I, Nuansa, Bandung,
2010, hlm. 99. 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik LN RI Tahun
2008 Nomor 61, TLN No. 4846. 9 Ketentuan tentang informasi yang
dikecualikan untuk disampaikan kepada publik diatur
pada Pasal 17 UU No. 14 Tahun 2008. 10 Ibid, konsederan huruf a,
72 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86
Salah satu fungsi hukum adalah untuk
mengatur (regelen) perbuatan hukum dan hu
bungan hukum para subjek hukum agar ma
sing-masing dalam menjalankan aktifitas
dan menunaikan hak dan kewajiban secara
legal pula.11 Terhadap fungsi hukum yang
demikian diharapkan terdapat keseimbang
an dalam penu aian hak dan kewajibannya.
Perbuatan dan hubungan hukum pemerintah
maupun warga negara dapat dikendalikan
untuk memberikan perlindungan hukum.
Perlindungan hukum terhadap warga
negara merupakan konsep yang universal
yang menjadi salah satu tujuan dari diben
tuknya organisasi negara.12 Meskipun per
lindungan hukum merupakan konsep univer
sal tetapi di setiap negara memiliki konsep
dan mekanisme, serta filosofi sendiri-sendiri
dalam implemen tasinya.
Penguatan perlindungan hukum terha
dap rakyat terdapat beberapa alasan yang
mendasarinya. H.D van Wijk/Willem Konij
nenbelt misalnya, yang menyatakan: 13
Pertama, da lam berbagai hal warga negara
(termasuk badan hukum perdata) bergan
tung pada keputusan pemerintah (kebutuhan
izin misalnya); kedua, hubungan antara
pemerintah dan warga negara tidak berjalan
pada posisi sejajar (warga negara pada
posisi yang lemah); ketiga, berba gai
perselisihan atau sengketa berkenaan de
ngan keputusan yang bersifat sepihak dalam
melakukan intervensi terhadap kehidupan
war ga negara, terlebih pada ketetapan yang
didasar kan pada kewenangan bebas.
Dalam perspektif hukum administrasi
per lindungan hukum dilakukan dalam dua
cara, yakni melalui perlindungan hukum
11 Ridwan HR, Tiga Dimensi Hukum
Administrasi dan Peradilan Administrasi, UII Press,
Yogyakarta, 2009,hlm.118-119. 12 Perlindungan hukum sebagai salah satu aspek
yang wajib dilakukan oleh negara melalui lembaga
dan aparatnya terhadap rakyat. Perlindungan seluruh
rakyat Indonesia (bangsa) merupakan salah satu
tujuan dibentuknya negara ini sebagaimana
dinyatakan dalam Pembukaan UUDNRI 1945 alinea
IV “... melindungi segenap bangsa Indonesia...” 13 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,
UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.228.
secara preventif dan secara represif.14 Per
lindungan hukum preventif (preventieve
rechtsbescherming) merupakan upaya-
upaya yang dilakukan untuk mencegah ter
jadinya perbuatan menyimpang atau kegia
tan antisipasi terhadap langkah-langkah
yang akan dilakukan oleh pemerintah.15
Perlindungan hukum ini dilaksanakan se
belum adanya akibat hukum yang menimpa
warga negara. Beberapa bentuk perlindung
an hukum preventif yang dikenal dan lazim
diper gunakan dalam rangka melindungi
warga negara terdiri dari pengawasan, penge
sahan atau persetujuan, keterbukaan peme
rintahan dan peran serta warga negara.16
Sedangkan perlindungan secara represif
merupakan perlindungan hukum yang dite
rapkan ketika telah ada tindakan hukum
yang merugikan dan atau melanggar hak-
hak warga negara.17 Bentuk dan mekanisme
perlindungan hukum represif ini disesuai
kan dengan bentuk perbuatan dan instrumen
yang digunakan oleh pemerintah. Bentuk
perlin dungan hukum represif dapat berben
tuk judi cial review, upaya administratif (ad
ministratief beroep), dan gugatan hukum ke
Pengadilan Tata Usaha Negara/Administra
si.
Dalam negara hukum, pemerintah
dibeka li dengan kewenangan (bevoegdheid)
atau kekuasaan hukum (Rechts Macht/Legal
Power) untuk menyelenggarakan pemerinta
han. Jenis kewenangan yang dipunyai oleh
pemerintah berwujud dalam tiga bentuk,
yakni kewenang an atribusi, delegasi dan
mandat.18 Untuk mengimbangi dan manjaga
akibat dari pemberian kewenangan kepada
pemerintah harus juga dibarengi dengan kon
trol melalui instrumen hukum dan kelemba
gaan baik oleh lembaga yang diberi kewe
nangan melakukan pengawasan dan peninda
14 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum
Bagi Rakyat di Indonesia. PT. Bina Ilmu, Surabaya,
1987, hlm. 3-5. 15 Ridwan HR, op. cit, hlm. 124. 16 Ibid, hlm. 125. 17 Ibid, hal.141. 18 Philipus M. Hadjon (et.al). Pengantar Hukum
Administrasi Indonesia, Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press, 1994, hal. 130.
Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana
Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 73
kan maupun kontrol yang dilakukan oleh
rakyat baik perorangan maupun secara ber
kelompok.
Indonesia sebagai negara hukum mo
dern/ negara kesejahteraan atau Welfare
State,19 tugas pemerintah adalah mengupaya
kan terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh
rakyat (bestuur zorg).20 Upaya mewujudkan
kesejahteraan rakyat dengan melakukan ber
bagai tindakan hukum dengan menggunakan
berbagai intrumen hukum yang tersedia.
Salah satu intrumen hukum yang sering
digunakan untuk mengendali kan kegiatan
serta mencegah dan memberikan perlindung
an hukum kepada rakyat yang lebih luas
adalah melalui ijin yang diwadahi dalam
bentuk keputusan.
Penerbitan ijin bangunan merupakan
sa lah satu bentuk tindakan hukum dari
pejabat tata usaha negara yang diwadahi
dalam bentuk Keputusan. Keputusan (TUN)
merupakan ins trumen hukum pemerintah
yang dimaksudkan untuk mengendalikan
aktivitas rakyat dan me lindungi kepenting
an rakyat lainnya. Secara yuridis dalam rang
kaian norma hukum keputusan merupakan
norma penutup,21 Artinya tidak ada bentuk
norma hukum yang lain setelah kepu tusan
itu yang lebih konkrit.
2. Permasalahan dan Tujuan Penelitian
19 Dalam konsep negara moderen welfare State
tugas pemerintah bukan lagi sebagai penjaga malam
dan tidak boleh pasif tetapi harus aktif turut serta
dalam kegiatan masyarakat sehingga kesejahteraan
bagi semua orang tetap terjamin. SF. Marbun dan
Moh. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum
Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta,1987, hal.
45. 20 Secara ekplisit tujuan bangsa Indonesia
melalui pembentukan pemerintah negara Indonesia
dapat ditemukan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
alinea IV yakni 1) melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan
2) memajukan kesejahteraan umum, 3)
mencerdaskan kehidupan bangsa dan 4) ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 21 Philipus M. Hadjon (et.al). Pengantar Hukum
Administrasi Indonesia, op.cit, hal. 125.
Permasalahan dalam penulisan ini
dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana
perkembangan pengaturan hukum prinsip
keterbukaan dalam peraturan perundang-
undangan? 2. Bagaimana implementasi
prinsip keterbukaan dalam penerbitan ijin
bangunan rumah sakit aka demik universitas
Brawijaya Malang?
Penulisan ini bertujuan 1. Mendes
kripsi kan dan menganalisis perkembangan
pengaturan prinsip keterbukaan dalam pera
turan perundang-undangan baik peraturan
pusat maupun daerah. 2) Menelaah dan
mendeskripsikan implementasi prinsip keter
bukaan dalam penerbitan ijin mendirikan
bangunan untuk pembang unan rumah sakit
akademik universitas Brawijaya Malang.
3. Tinjauan Pustaka
Prinsip keterbukaan sebagai salah satu
asas dalam penyelenggaraan negara (peme
rintahan) lahir mengemukan sejalan dengan
tun tutan demokratisasi dalam penyeleng
garaan pemerintahan setelah sekian waktu
kehidupan sosial politik dan kenegaraan
Indonesia berada di bawah pengawasan dan
tekanan rejim orde baru yang cenderung
otoriter. Diundangkannya Undang-Undang
tentang Penyelenggara Negara merupakan
sebuah langkah yang sangat monumental
bagi penyelenggaraan negara di Indonesia.
Hal ini dikarenakan melalui penguatan hu
kum terhadap prinsip penyelenggaraan nega
ra merupakan langkah nyata menuju ter wu
judnya cita-cita bangsa.22 Secara normatif
asas-asas penyelenggaraan negara telah
22 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 pada
Konsideran menimbang huruf b. bahwa untuk
mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang mampu
menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-
sungguh dan penuh tanggungjawab, perlu diletakkan
asas-asas penyelenggaraan negara; c. bahwa praktek
korupsi, kolusi, dan nepotisme tidak hanya dilakukan
antar-Penyelenggara Negara melainkan juga antara
Penyelenggaraan Negara dan pihak lain yang dapat
merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara serta membahayakan
eksistensi negara, sehingga diperlukan landasan
hukum untuk pencegahannya.
74 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86
memiliki kekuatan yuridis sehingga mela
hirkan kewa jiban dan sanksi jika ketentuan
tersebut tidak dijalankan. Hanya saja bagai
mana implentasi ketentuan tersebut dalam
prakteknya. Jika secara normatif telah berla
ku bagaimana penjabaran ketentuan tersebut
diimplementasikan dalam pembentukan pera
turan perundang-undangan di daerah.
Keterbukaan merupakan wujud dari
asas demokrasi, dimana keterbukaan sebagai
bentuk pemenuhan prinsip pemerintahan
demorkasi yang dipraktekkan oleh negara-
negara moderen. Keterbukaan yang konsis
ten selanjutnya akan dapat melahirkan parti
sipasi (peranserta) warga masyarakat yang
dapat memberikan dukungan atau pengawa
san terkait dengan berbagai kebijakan peme
rintah. Keberadaan asas keterbukaan secara
normatif diharapkan mampu memandu dan
membentuk perilaku penyelenggara negara
yang semakin efektif dan efisien dalam pe
nyelenggaraan pemerintahan yang di bareng
i dengan pemenuhan hak-hak masyarakat
dalam bentuk layanan publik.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis hu
kum penelitian normatif, yaitu penelitian
yang berusaha untuk meneliti bahan pustaka
atau data sekunder belaka atau penelitian
hukum kepustakaan.23 Penelitian hukum
normatif mengkaji hukum yang dikonsep
sikan sebagai norma atau kaidah yang
berlaku dalam masyarakat yang menjadi
acuan perilaku setiap orang.24 Fokus kajian
penelitian hukum normatif adalah inven
tarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin
hukum, penemuan hukum dalam perkara in
con creto, sistematik hukum, taraf sinkroni
sasi hukum, perbandingan hukum, dan
sejarah hukum.25
23 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat). PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007,hlm. 14. 24 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan
Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004,hlm.52. 25 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian
Hukum. Rajawali Press, Jakarta, 1998,hlm. 83-96.
Pendekatan penelitian menggunakan
pendekatan hukum formal (Statutory) , kon
sep (Conceptual), dan kasus (Case). Pende
katan kasus memilih Keputusan Kepala
BPPT Kota Malang No. 640/0232/35.73.
407/2010 tanggal 29 Januari 2010 tentang
Ijin Mendirikan Bangunan Rumah Sakit
Akademik Universitas Brawijaya (RSAUB)
Putusan PTUN No.15/G/ 2010/PTUN.SBY
dan Putusan PTTUN No. 161/B/2010/PT.
TUN SBY. Penggunaan beberapa pende
katan sekaligus dimaksudkan agar bisa men
dapatkan informasi dari berbagai aspek
mengenai isu atau permasalahan yang
hendak diteliti.26
Bahan hukum menggunakan data
sekunder berupa bahan-bahan pustaka 27
yang mencakup bahan hukum primer, se
kunder dan tertier.28 Pengumpulan bahan
hukum menggunakan teknik dokumenter/
kepustakaan, telaah literatur, serta telaah
kasus. Sedangkan analisis dan penyajian
hasil penelitian dilakukan secara deskriptif
kualitatif.29 Karena penelitian ini penelitian
hukum normatif maka akan diikuti dengan
telaah yuridis analitis dengan cara inte
pretasi.30
C. Hasil dan Pembahasan
1. Istilah dan Perkembangan Prinsip Ke
terbukaan.
Kata prinsip berarti dasar; asas (ke
benaran yang menjadi pokok dasar berpikir,
bertin dak dsb).31 Daryanto mengartikan
prinsip (n) dengan kebenaran yang yang
menjadi pokok dasar pemikiran seseorang.32
26 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
Prenada Media, Jakarta, 2005,hlm. 93. 27 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, op. cit,
hlm. 12. 28 Ibid, hlm. 13. 29 Abdul Kadir Muhammad, Op.cit. hlm. 127. 30 Sunaryati Hartono CFG, Penelitian Hukum di
Indonesia pada Abad ke-20. Alumni, Bandung, 1994.
hlm. 22. 31 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), Balai
Pustaka, Jakarta. 1990, hlm. 701. 32 Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap
(EYD dan Pengetahuan Umum), Apolo, Surabaya,
1997, hlm. 489-490.
Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana
Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 75
Kamus Inggris – Indonesia memberikan arti
principle (prinsip-Indonesia) sebagai: 1.
Asas, dasar, 2. Prinsip, 3. Pendirian.33 Se
dangkan keterbukaan berasal dari kata ter
buka mendapat awalan ke dan akhiran an.
Keterbukaan berarti hal terbuka.34 Dalam
bahasa Belanda openbaar (bw =bijwoor
delijk - kata tambah) berarti terbuka (untuk
umum) dan openbaarheid berarti keadaan/
hal terbuka (untuk umum).35
Sikap terbuka yang dimiliki oleh
badan dan pejabat publik adalah sikap untuk
bersedia memberitahukan dan sikap untuk
bersedia menerima pengetahuan atau infor
masi dari pihak lain. Sedangkan keterbu
kaan dapat dimaknai keadaan yang me
mungkinkan tersedianya informasi yang
dapat diberikan dan didapatkan oleh masya
rakat luas oleh penyedia informasi. Pada
akhirnya dengan adanya prinsip keterbu
kaan dalam penyelenggaraan pemerintahan
ma syarakat akan dapat mengakses dan
mendapatkan berbagai informasi melalui
cara dan ter hadap hal yang dapat diketahui
oleh publik sesuai dengan peraturan perun
dang-undang yang mengatur tentang hal itu.
Berdasarkan UU Keterbukaan Infor
masi Publik (UU-KIP), bahwa penye
lenggara pemerintahan memiliki legalitas
hukum berupa kewajiban dan juga perlin
dungan untuk memberi dan tidak memberi
informasi tentang penyelenggara dan penye
lenggaraan badan publik dan sebaliknya ma
syarakat memiliki legalitas dan perlindung
an hukum yang kuat untuk berperanserta
dalam melakukan pengawasan berupa hak
untuk mendapat informasi terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan terse but.
Dengan demikian keterbukaan merupakan
suatu kondisi yang memungkinkan masya
33 Jhon M Echols, Hassan Shadilly, Kamus
Inggris – Indonesia, (PT. Gramedia, Jakarta, 1984,
hal. 447. 34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
KKBI, op.cit, hlm. 132. 35 Wojowasito,S. Kamus Umum Belanda
Indonesia. PT. Lestari Perkasa, Jakarta, 2006, hlm.
462.
rakat untuk berpartisipasi dalam penyeleng
garaan kehidupan bernegara.
Keterbukaan sebagai prinsip penting
dalam penyelenggaraan pemerintahan seba
gai mana diatur dalam Undang-undang
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyeleng
gara Negara Yang Bersih Bebas dari Korup
si, Kolusi dan Nepotisme. Sebagai negara
hukum demokratis penyelenggaraan peme
rintahan dicirikan adanya keterbukaan/
transparansi. Melalui keterbukaan ini menja
di bukti bahwa pemerintah harus sanggup
bertanggung jawab atas semua kegiatan
pemerintahan yang dilakukannya terhadap
rakyat.
2. Pengaturan Hukum Prinsip Keterbu
kaan
Keterbukaan pemerintahan sebagai
prinsip dasar penyelenggaraan pemerinta
han telah lama dikenal.36 Perkembangan
konsepsi keterbukaan di Indonesia tidak
terlepas dari gagasan ahli hukum adminis
trasi Belanda Crince Le Roy saat penyam
paian rangkuman kuliah pada penataran
lanjutan Hukum Tata Usaha Nega ra/Hukum
Tata Pemerintahan di Fakultas Hu kum
Universitas Airlangga Surabaya pada ta hun
1978 melalui pengenalan Azas-azas U mum
Pemerintahan yang Baik (Algemene Be
ginselen van Behoorlijk Bestuur/ABBB).37
Gagasan dilahirkannya azas-azas
umum pemerintahan yang baik pada
awalnya dimun culkan sebagai bentuk upaya
lain untuk membe rikan perlindungan
hukum yang lebih baik bagi rakyat Belanda
disamping telah dilakukan me lalui berbagai
peraturan undang-undangan yang telah ada
dari kemungkinan perbuatan menyim pang
oleh pemerintah/administrasi negara yang
36 SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD, op. cit,
hlm.
37 Ateng Syafrudin, Asas-Asas Pemerintahan
Yang Layak Pegangan Bagi Pengabdian Kepala
Daerah, dalam Paulus Effendie Lotulung. Himpunan
Makalah Azas-Azas Umum Pemerintahan Yang Baik
(AAUPB) seri II, LPPHN, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung. 1994, hlm.38.
76 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86
akan menimbulkan kerugian bagi warga ma
syarakat.38 Perwujudan gagasan di Belanda
pa da tahun 1950 telah dilakukan perintisan
oleh sebuah komisi yang dikenal dengan
Komisi de Monchy yang kemudian disusul
Komisi van der Grinten yang dibentuk
dengan tugas untuk melakukan penelitian,
pengkajian dan perumusan tentang asas-
asas umum pemerintahan yang baik (alge
mene beginselen van behoorlijk bestuur
atau the general principles of good admini
stration).39 Saat diperkenalkan di Indone sia
terdapat 11 asas yang kemudian oleh Koen
tjoro Poerbopranoto ditambah dua asas lagi
sehingga menjadi 13 asas yakni asas yang
no mor 12 dan 13.40 Penambahan dua asas
tersebut dimaksudkan untuk disesuaikan
dengan kondisi sosioal dan budaya bangsa
Indonesia waktu itu.
Permasalahan selanjutnya, bagaima
na pengaturan asas-asas umum pemerinta
han yang baik dalam peraturan perunang-
undangan di Indonesia? Pengkajian dan in
ventarisasi asas-asas umum pemerintahan
yang baik di Indonesia tidak dapat dilepas
kan dengan sejarah pembentukan peradilan
TUN sebagai pera dilan khusus yang menga
dili sengketa yang timbul dalam bidang Tata
38 Marbun SF dan Moh. Mahfud MD, op. cit,
hlm. 58.
39 Philipus M. Hadjon, Asas-Asas Umum
pemerintahan Yang Baik (algemene beginselen van
behoorlijk bestuur) dalam Paulus Effendie Lotulung,
Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan
Yang baik (AAUPB) seri II, LPPHN, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1994, hal. 105.
40 Koentjoro Poerbopranoto, Beberapa Catatan
Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan
Administrasi Negara, Alumni, Bandung, 1978. Hal.
29-30. Asas-asas umum pemerintahan yang baik
tersebut terdiri atas : 1. Asas kepastian hukum; 2.
Asas keseimbangan; 3. Asas kesamaan; 4. Asas
bertindak cermat; 5. Asas motivasi; 6. Asas jangan
mencampuradukkan kewenangan; 7. Asas fair play;
8. Asas keadilan atau kewajaran; 9. Asas menggapi
pengharapan yang wajar;10. Asas meniadakan
akibat-akibat suatu keputusan yang batal; 11. Asas
perlindungan atau pandangan hidup; 12. Asas
kebijaksanaan; 13. Asas penyelenggaraan
kepentingan umum. Asas ke 12 dan 13 merupakan
penambahan dari Koetjoro Poerbopranoto yang
menurutnya merupakan asas yang khas Indonesia.
Usaha Negara antara orang atau badan hu
kum perdata dengan Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara baik di pusat maupun di
daerah sebagai akibat dikeluarkannya
KTUN termasuk sengketa kepegawaian ber
dasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.41
Sistem Peradilan di Indonesia berda
sarkan UU No. 14 Tahun 1970, bahwa
lingkup kekuasaan pengadilan di Indonesia
ada 4 yakni Pengadilan Umum, Pengadilan
Agama, Pengadilan Militer dan Pengadilan
Tata Usaha Negara (PTUN).42 Amanat un
dang-undang tersebut pada tahun 1986 telah
diundangkan UU No.No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara (UU
PTUN). Sebagaimana diketahui bahwa pada
awal kelahiran UU PTUN43 alasan untuk
menggugat seseorang atau badan hukum
masih belum menggunakan asas-asas umum
pemerintahan yang baik sebagai salah satu
tolok ukur pengujian dan dasar dalam me
ngajukan gugatan ke pengadilan.
Perkembangan perpolitikan di tanah
air maka pada tahun 1998 telah terjadi per
gantian kekuasaan dari rejim orde baru yang
dipimpin oleh HM. Soeharto oleh rejim
Reformasi. Pergantian tersebut telah membu
ka kran demokratisasi dalam segala aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Upaya
untuk merubah dan memperbaharui dasar
dan praktek penyelenggaraan negara mulai
dilakukan melalui perubahan UUD 1945
dan diikuti penataan dan pembentukan ke
lembagaan baru sebagai dampak dan amanat
dari perubahan Konstitusi. Hasil perubahan
korelatif UUD 1945 dengan penataan kelem
bagaan negara adalah dalam proses legis lasi
yakni pemberian kewenangan (hak) kepada
41 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Pasal 1 angka
4.
42 Pasal 10 ayat (1). UU No. 14 Tahun 1970
Tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman
43. Peradilan Tata Usaha Negara yang
dibentuk berdasarkan undang-undang nomor 5 tahun
1986 efektif berlakunya dimulai pada bulan Januari
tahun 1991. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
114 Peradilan Tata Usaha Negara disebut juga
sebagai Peradilan Administrasi.
Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana
Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 77
DPR untuk membentuk UU dari yang sebe
lum nya hak itu ada pada Presiden.44
Salah satu instrumen hukum untuk
mencegah, mengoreksi penyimpangan pe
nyelenggaraan negara saat ini undang-un
dang tentang penyelenggaraan negara yang
bebas dari ko rupsi, kolusi dan nepotisme
(UU No. 28 Th 1999). Dalam undang-
undang tersebut,45 dimuat asas-asas penye
lenggaraan negara (pemerintahan) yang
wajib dijadikan pegangan untuk diwujudkan
oleh semua lembaga yang memiliki fungsi
sebagai penyelenggara negara.46 Dalam
undang-undang tersebut diatur asas-asas
penyelenggaraan pemerintahan yang salah
satunya adalah asas keterbukaan.47
Secara fungsional penyelenggaraan
pemerintahan merupakan cabang penye
lenggara negara sebagaimana konsepsi trias
politikanya. Dalam perspektif fungsional
44. Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia memberikan kekuasaan pada
DPR untuk membentuk undang-undang dimana
sebelum dilakukannya perubahan kekuasaan ini
berada pada lembaga Presiden.
45. Pada Bab III Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme (selanjutnya di tulis UU No. 28
Tahun 1999) dimuat asas-asas umum penyeleng
garaan negara. Asas-asas umum penyelenggaraan
negara tersebut meliputi :1. Asas Kepastian Hukum;
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara; 3. Asas
Kepentingan Umum; 4. Asas Keterbu kaan; 5. Asas
Proporsionalitas; 6. Asas Profesionalitas; dan 7. Asas
Akuntabilitas.
46. Pasal 2 UU No. 28 Tahun 1999
menegaskan, Penyelenggara Negara meliputi:1. Peja
bat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara; 2. Peja
bat Negara pada Lembaga Tinggi Negara; 3. Menteri;
4. Gubernur; 5. Hakim; 6. Pejabat negara yang lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan 7. Pejabat lain yang
memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
47 Dalam penjelasannya, yang dimaksud
dengan "Asas Keterbukaan" adalah asas yang
membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskrirninatif tentang penyeienggaraan negara dengan
tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara.
penyelenggaraan pemerintahan antara
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
hampir tidak ada perbeda an. Karena itu
tepat sekali jika asas-asas penye lenggara
pemerintahan diterapkan diseluruh lini dan
jenjang penyelenggara pemerintahan. Pen
tingnya asas-asas umum dalam penyeleng
gara pemerintahan di daerah ditegaskan
dalam Undang-Undang Tentang Pemerinta
han Daerah, yakni UU No. 32 Tahun 2004. 48
Penerapan asas-asas penyelenggara
pe merintahan sebagai salah satu tolok ukur
untuk menguji tindakan pemerintahan diper
tegas UU No. 9 Tahun 2004 tentang Peruba
han atas UU No.5 Tahun 1986. Perubahan
tersebut dipandang sebagai hasil koreksi
atas kelemahan undang-undang sebelumnya
sekaligus sebagai wujud responsibilitas atas
dinamika keilmuan hukum adminitrasi. UU
No. 9 Tahun 2009 Pa sal 53 ayat (2) secara
tegas menyatakan, Alasan-alasan yang da
48 Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
daerah dimuat dalam Pasal 20 ayat (1) UU No.
32Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Asas-
asas penyelenggaraan pemerintahan termasuk juga
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah ada 9
asas sebagai berikut :
(1) Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman
pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang
terdiri atas: a. asas kepastian hukum; b. asas tertib.
penyelenggara negara;c. asas kepentingan umum; d.
asas keterbukaan; e. asas proporsionalitas; f. asas profesio
nalitas;g. asas akuntabilitas; h. asas efisiensi; dan i.
asas efektivitas .(2) Dalam menyelenggarakan pemerintahan,
Pemerintah menggunakan asas desentralisasi, tugas
pembantuan, dan dekonsentrasi sesuai dengan pera
turan perundang-undangan. (3) Dalam menyelenggarakan pemerintahan
daerah, pemerintahan daerah menggunakan asas
otonomi dan tugas pembantuan.
Asas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
diatur dalam Pasal 20 tersebut merupakan deri
vasi/turunan dari Pasal 3 UU No. 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang ditambah
dengan dua asas, yakni asas efisiensi dan asas
efektivitas.
78 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86
pat digunakan dalam gugatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a) Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat itu bertentangan dengan pera
turan perundang-undangan yang ber
laku;
b) Keputusan Tata Usaha Negara yang
digu gat itu bertentangan dengan asas-
asas umum pemerintahan yang baik.
Penjelasan pasal tersebut, bahwa asas-asas
umum pemerintahan yang baik adalah seba
gaimana dimuat dalam UU No. 28 Tahun
1999. Pencantuman prinsip penyelenggara
pemerin tahan merupakan sebuah langkah
yang sangat strategis dan kemajuan yang
luar biasa. Selain panjangnya jalan yang
ditempuh juga beratnya tantangan untuk
meyakinkan kepada para pihak yang
berwenang membentuk undang-undang ter
sebut. Dengan telah dicantumkannya prin
sip-prinsip penyelenggara pemerintahan ke
da lam tata hukum Indonesia maka prinsip
keter bukaan secara berangsur-angsur akan
dapat diwujudkan sebagai norma atau kai
dah yang akan memiliki daya paksa dan da
ya laku untuk diwujudkan.
Dengan demikian keberlakuan prin
sip keterbukaan memiliki kekuatan yuridis
sebagai alat ukur dan menilai tindakan pe
merintah serta sebagai dasar untuk menggu
gat oleh subjek hukum yang dirugikan oleh
tindakan hukum pemerintah. Sebagai tindak
lanjut penormaan asas keterbukaan ke da
lam tata hukum Indonesia, pada tanggal 30
April 2008 telah disahkan berlakunya UU
No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik.49
Ijin mendirikan bangunan merupa
kan salah satu instrumen pemerintah daerah
dalam mengendalikan dan melindungi hak-
49 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008,
Pasal 64 ayat (1) akan berlaku efektif 2 (dua) tahun
setelah disahkannya undang-undang tersebut.
Undang-undang tersebut diundangkan pada tanggal
30 April 2008 sehingga berlaku efektif mulai pada
tanggal 30 April 2010 dimana dalam rentang waktu
tersebut juga dijadikan tenggang waktu
mempersiapkan peraturan pelaksananya.
hak warga negara agar tidak menyimpang
dari ketentu an peraturan perundangan yang
ada sekaligus untuk membatasi aktivitas
warga negara agar tidak merugikan hak
warga lain.50 Ijin bangu nan yang dikeluar
kan oleh pemerintah daerah merupakan
bentuk legalitas dan perlindungan hukum
dari perbuatan yang dilakukan untuk penga
daan bangunan. Dengan demikian dalam
kontek kegiatan yang memerlukan ijin maka
semua kegiatan yang dilakukan oleh warga
negara yang bermaksud mengadakan suatu
ba ngunan dilarang oleh aturan hukum
kecuali telah mendapatkan ijin. Melalui
pengendalian dan pengaturan kegiatan ma
syarakat dimaksudkan untuk memberi per
lindungan yang lebih luas dari hak masyara
kat.
3.Ijin Mendirikan Bangunan sebagai Ins
trumen Pengaturan dan Perlindungan
Hukum.
Izin(vergunningBelanda),(permissio
n-inggris) dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KKBI) diartikan sebagai pernya
taan mengabul kan (tidak melarang dsb);
persetujuan yang membolehkan.51 Izin men
dirikan bangunan gedung adalah perizinan
yang diberikan oleh Pemerintah Kabupa
ten/Kota kepada pemilik bangunan gedung
untuk membangun baru, mengubah, mem
perluas, mengurangi, dan/atau merawat
bangunan gedung sesuai dengan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis yang
berlaku.52
Dengan demikian maka substansi da
lam sebuah ijin mendirikan bangunan meru
pakan pernyataan (penetapan) dari pejabat
yang memiliki kewenangan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang membo
lehkan pemohon untuk mendirikan bangu
50 Tatiek Sri Djatmiati, Prinsip Ijin Usaha di
Indonesia, (Disertasi) Program Pascasarjana
Universitas Airlangga Surabaya, 2004, hlm. 2. 51 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit, hlm. 189. 52 Pasal 1 angka 6, Peraturan Pemerintah
Republik indonesia Nomor 36 tahun 2005 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28
tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana
Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 79
nan. Kebolehan yang diberikan oleh peme
rintah melalui pejabat yang berwewenang
didasarkan atas kajian dari ber bagai aspek
dan pemenuhan syarat melalui me kanisme
yang telah ditentukan.
Mencermati pengertian izin mendiri
kan bangunan yang ada dalam PP No. 36
Tahun 2005 dapat ditarik simpulan, bahwa
izin yang diatur dalam PP tersebut di da
lamnya terkan dung bentuk kegiatan yang
sangat luas terkait dengan izin bangunan.
Berkenaan dengan itu maka izin bangunan
yang dimaksud dalam kaji an ini dibatasi
pada izin mendirikan bangunan bagi penga
daan bangunan yang baru yang belum ada
sebelumnya. Pengadaan bangunan baru
beserta pemanfaatannya akan memberikan
pengaruh (dampak) baik terhadap lingkung
an sosial maupun alam sekitar jika kelak
keberadaan bangunan itu sudah dimanfaat
kan. Untuk itu harus dikendalikan melalui
instrumen hukum berupa izin dalam penga
daan bangunan.
Setiap orang sebelum memulai ke
giatan mendirikan bangunan wajib memili
ki ijin sebagai bentuk kepastian hukum atas
kelaya kan, kenyamanan, keamanan sesuai
dengan fungsinya.53 Dalam realitasnya, IMB
tidak ha nya diperlukan untuk mendirikan
bangunan baru saja, tetapi juga dibutuhkan
untuk membongkar, merenovasi, menam
bah, mengubah, atau memperbaiki yang
mengubah bentuk atau struktur bangunan.
Tujuan diterbitkanya IMB adalah
untuk menjaga ketertiban, keselarasan,
kenyamanan, dan keamanan dari bangunan
itu sendiri terhadap penghuninya maupun
53 UU Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan pada Pasal 3 dninyatakan : Pengaturan
bangunan gedung bertujuan untuk :
1. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional
dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang
serasi dan selaras dengan lingkungannya;
2. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan
gedung yang menjamin keandalan teknis
bangunan gedung dari segi keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;
3. mewujudkan kepastian hukum dalam
penyelenggaraan bangunan gedung.
lingkunan sekitarnya. Pada sisi lain terhadap
gedung yang telah dibangun, bukti legalitas
atas keberadaan gedung yang bersangkutan
IMB juga diper lukan sebagai pelengkap
dalam permohonan pengajuan kreidit pada
suatu bank. Hal ini di karenakan tidak
semua bangunan ada dan atau dapat di
mohonkan IMB yang secara ekonomis akan
dapat mempengaruhi nilai jual dari bangu
nan tersebut. IMB sebagai instrumen
pengatur dan pengendali serta pelindung
terhadap warga negara (pemohon dan juga
masyarakat sekitar) dikeluarkan oleh peme
rintah daerah setempat (kota/kabupaten).
Permohonan dan pengurusan IMB
membutuhkan pemahaman yang benar ter
kait dengan aturan dan syarat yang diper
lukan sehingga dalam mengajukan IMB ti
dak akan mengalami kendala. Oleh karena
itu informasi mengenai peraturan tersebut
lebih awal seharusnya sudah didapatkan.
Pemahaman terhadap syarat dan aturan
tentang IMB oleh warga negara merupakan
bagian penting sebagai wujud kesadaran
mereka terhadap kegiatan yang menimbul
kan akibat hukum.
Pada umumnya tindakan atau perbua
tan yang dilakukan oleh pemerintah di
kelompokkan menjadi dua, yakni tindakan
hukum (rechtshandelingen) dan perbuatan
nyata (feitelijke handeling). Pembedaan ter
hadap kedua perbuatan pemerintah itu dida
sarkan ada atau tidaknya akibat hukum
(rechtsgevolg) perbuatan tersebut.54 Tin
dakan nyata merupakan tindakan-tindakan
yang tidak ada relevansinya dengan hukum
karena tidak menimbulkan akibat hukum.
Sedangkan tindakan hukum merupakan tin
dakan yang dimaksudkan untuk melahirkan
suatu akibat hukum (menciptakan hak dan
kewajiban).
Terkait dengan hal ini Ridwan me
nyatakan,55 tindakan pemerintahan itu
sebagai pernyataan kehendak sepihak dari
organ pemerin tahan dan membawa akibat
54 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum
Administrasi Indonesia, op.cit, hlm. 177. 55 Ridwan HR, op.cit, hlm. 81-82.
80 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86
pada hubungan hukum atau keadaan hukum,
maka tindakan tersebut tidak boleh mengan
dung cacat (misalnya kekhilafan/dwaling,
penipuan/bedrog/,paksaan/dwang) yang bera
kibat hukum tidak sah. Setiap tindakan hu
kum selalu didasarkan pada peratu ran pe
rundangan, tidak boleh menyimpang atau
bertentangan dengan hukum yang berakibat
batal (nietig) atau dapat dibatalkan (nietig
baar).
Pemerintah dalam menyelenggara
kan urusan pemerintahan memerlukan ber
bagai dukungan dan sarana (instrumen).
Salah satu instrumen yang diperlukan oleh
pemerintah adalah instrumen hukum. Ins
trumen hukum sebagai dasar dan mengatur
cara bertindak merupakan salah satu dianta
ra instrumen pemerintahan lainnya, yakni
intrumen sumber daya yang tergabung da
lam kepegawaian negara, dan instrumen
sarana dan prasarana yang tergabung dalam
publik domein (kepunyaan publik).
Instrumen hukum berfungsi sebagai
dasar legalitas atas tindakan yang dilakukan
oleh pemerintah sekaligus sebagai tolok
ukur dan sarana perlindungan bagi aparat
administrasi yang bersangkutan. Sedangkan
bagi warga negara instrumen hukum sebagai
sarana melindungi hak-haknya dari kemung
kinan kerugian yang ditimbulkan atau seba
gai akibat dari tindakan pemerintah.
Salah satu instrumen hukum yang se
ring digunakan pemerintah adalah instru
men hukum berupa ijin. Menurut Sjachran
Basah tidaklah mudah memberikan definisi
ijin. Hal ini disebabkan tidak adanya perse
suaian paham para pakar, dimana masing-
masing melihat dari sisi yang berlainan ter
hadap objek yang didefinisikan.56
Sebagai pegangan, ijin merupakan
suatu keputusan administrasi negara yang
dikeluar kan oleh pejabat atau badan yang
berwenang yang memperkenankan suatu
perbuatan yang pada umumnya dilarang.57
Lebih lanjut Kusnu Goesniadhie mengemu
56 Ibid, hlm. 157. 57 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat,
op.cit, hlm. 90.
kakan,58 ijin (vergu nning) merupakan suatu
penetapan yang merupakan dispensasi dari
pada larangan oleh un dang-undang. Dije
laskan oleh kusnu, pada umumnya pasal un
dang-undang bersangkutan berbunyi ‘dila
rang tanpa ijin’ .... (melakukan).... dan sete
rusnya. Intinya undang-undang melarang
suatu tindakan tertentu atau tindakan-
tindakan tertentu yang saling berhubungan,
namun untuk dapat bertindak dan mengenda
likan masyarakat dengan cara mengeluarkan
izin.59
Keberadaan ijin dimaksudkan untuk
menciptakan kegiatan positif terhadap aktivi
tas pembangunan. Ijin merupakan sarana
hukum administrasi yang berfungsi untuk
mengendalikan kegiatan warga negara agar
teratur, terarah sesuai dengan tujuan dan
peruntukan yang telah ditetapkan. Sebagai
sarana pengendalian warga negara, sistem
perizinan ditujukan antara lain untuk :60
a. Menjamin adanya kepastian hukum;
b. Memberikan perlindungan kepenting
an umum;
c. Pencegahan kerusakan atau pencema
ran lingkungan; dan
d. Pemerataan distribusi barang tertentu.
Ijin sebagai instrumen pemerintahan
ditelaah dari bentuk hukumnya merupakan
sebuah keputusan tata usaha negara(KTUN)
sehingga selalu dibuat secara tertulis. Seba
gai bagian dari KTUN, ijin memiliki karak
ter yang khas yakni : konkrit, individual,
final, dan menimbulkan akibat hukum.61 Se
bagai ketetapan tertulis, ijin memuat hal-hal
sebagai berikut :62
a. Organ yang berwenang (organ yang
ber wenang memberikan);
58 Kusnu Goesniadhie S, Hukum Perizinan
dalam Hukum Administrasi Negara, Unidha Press,
Malang, 2010, hlm. 41 59 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum
Administrasi Indonesia, op.cit. hlm. 126. 60 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik
Sudrajat, op. cit, hlm.94. 61 Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986. 62 Ridwan HR II, op.cit, hlm. 167-170.
Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana
Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 81
b. Yang dialamatkan (ijin ditujukan
kepada pihak yang berkepentingan/
pemohon ijin);
c. Diktum (isi) berisi uraian jelas untuk
apa ijin diberikan, akibat-akibat hu
kum, hak dan kewajiban dan lalin-lain;
d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-
pembatasan, dan syarat;
e. Pemberian alasan. (penyebutan uu,
pertim bangan hukum dan lain-lain);
f. Pemberitahuan tambahan.(informasi
terkait dengan akibat pelanggaran,
sanksi-sanksi dan lain-lain).
Ijin sebagai instrumen hukum peme
rintah bertujuan untuk mengatur dan me
ngendalikan serta memberikan perlindung
an hukum bagi kepentingan umum. Pener
bitan ijin merupakan salah satu wujud dari
pelayanan publik, yakni pelayanan admini
stratif.63 Pelaya nan administratif akan meng
hasilkan berbagai produk dokumen resmi
yang dibutuhkan masyarakat berwujud fisik
yakni berbagai dokumen, antara lain : Surat
Ijin Usaha Penerbitan (SIUP), Ijin Mendi
rikan Bangunan (IMB), Ijin Usaha, Ijin Tra
yek, Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Sertifikat Tanah dan lain-lain.64 Se
bagai bentuk pelayanan publik dan tinda
kan hukum oleh pemerintah, maka proses
penerbitan ijin mendirikan bangunan (per
mohonan dan penerbitannya) harus diarah
kan pada pemenuhan terhadap kaidah-kai
dah yang telah ditentukan dalam undang-
undang pelayanan publik dan undang-un
dang keterbukaan informasi publik serta
penyelenggaraan negara.
Perlindungan hukum merupakan kon
sep dalam pergulatan kehidupan bernegara.
63 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik Pasal 5 (1) Ruang
lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan
barang publik, jasa publik serta pelayanan
administratif yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan 64 Agus Prianto, Menakar Kualitas
Pelayanan Publik, In-TRANS, Malang, 2006,
hlm.2.
Kelahiran beberapa sistem hukum di ma
sing-masing negara merupakan hasil perju
angan rakyat un tuk membatasi kekuasaan
penguasa dari tinda kan sewenang-wenang
dan penyalahgunaan wewenang dan melin
dungi rakyat. Perlindungan hukum merupa
kan perlindungan terhadap rakyat dari tinda
kan/perbuatan hukum yang di lakukan oleh
pemerintah berdasarkan hukum positif.65
Perlindungan hukum merupakan kon
sep universal, namun filosofi, bentuk serta
implementasinya sangat beragam dari ma
sing-masing negara. Perlindungan hukum
(aspek hukum administrasi) difokuskan pa
da perlindungan hukum berkenaan dengan
tindakan hukum yang dilakukan oleh peme
rintah. Salah satu bentuk tindakan hukum
pemerintah adalah perbuatan hukum berupa
membuat keputusan (beschikking).
Keberadaan hukum sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari komunitas manu
sia (ubi societas ibi ius). Hukum dalam
perspektif legal istik merupakan produk dari
sebuah sistem ke kuasaanan yang diramu
melalui proses dan kesepakatan para elit
politik di lembaga legis latif yang ditujukan
untuk menciptakan ketertiban bagi masyara
kat.66
Perlindungan hukum merupakan sua
tu jaminan yang diberikan oleh hukum bagi
su bjek hukum yang terlanggar haknya oleh
subjek hukum lain untuk memperoleh
haknya kembali secara legal.67 Perbedaan
sistem hukum akan melahirkan perbedaan
dalam hal bentuk dan jenis sarana perlin
dungan hukum yang digunakan.68 Perlin
dungan hukum dalam hu kum administrasi
menurut Philipus M. Hadjon dibedakan
menjadi dua macam, yaitu perlin dungan hu
kum preventif dan represif.
65 Ridwan, HR. Hukum Administrasi Negara,
UII Press, Yogyakarta,2002, hlm. 221.
66 Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep
Hukum dalam Pembangunan. Alumni, Bandung,
2006, hlm. 3.
67 Ridwan HR, op. cit., hlm. 119.
68 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum
Bagi Rakyat di Indonesia, op. cit., hlm. 5.
82 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86
Perlindungan hukum preventif (pre
ventieve rechtsbescherming) merupakan ca
ra mencegah terjadinya perbuatan menyim
pang atau kegiatan antisipasi terhadap lang
kah-langkah yang akan dilakukan oleh
pemerintah termasuk dalam hal ini tindakan
pemerintahan yang didasarkan atas kebeba
san bertindak dari pemerintah yang berpeng
aruh besar berupa sikap kehati-hatian dalam
mengambil suatu keputusan. Munculnya
Perlindungan hukum preventif da lam hu
kum administrasi negara tidak lepas dari hak
warga negara untuk mengajukan keberatan
atau dimintai pendapatnya mengenai renca
na keputusan yang akan dikeluarkan atau
berbentuk difinitif.69
Terdapat empat bentuk perlindungan
hukum preventif, yakni pengawasan, penge
sahan atau persetujuan, keterbukaan peme
rintahan, dan peran serta warga negara.70
Pengawasan terhadap administrasi merupa
kan proses pemantauan, pemeriksaan, dan
penilaian yang di lakukan oleh badan atau
lembaga yang berwenang terhadap tindakan
hukum yang dilakukan oleh administrasi
dengan maksud untuk mencegah terjadinya
pelanggaran hukum dan/atau hak-hak warga
negara. Pengawasan terhadap administrasi
dapat dilakukan oleh lembaga interen, eks
teren, serta oleh masyarakat.71
Pengesahan atau persetujuan merupa
kan bagian dari pengawasan preventif yang
dilaku kan oleh organ pemerintahan yang
lebih tinggi kepada organ pemerintahan
yang lebih rendah tingkatannya. Prosedur
pengesahan misalnya dalam pemberlakuan
Rancangan Peraturan Daerah dan Rancang
an Peraturan Kepala Daerah tentang
APBD.72 Menurut Ridwan73 Pengesahan,
69 Ibid, hlm.3.
70 Ridwan HR, Op.Cit, hlm. 125.
71 Ibid, hlm. 127-128.
72 Pasal 185-186 UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah mengatur tentang
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD. Pasal 185 (1) Raperda Provinsi tentang
APBD yang telah disetujui bersama dan Rancangan
Peraturan Gubernur tentang Penjabaran APBD
sebelum ditetapkan oleh gubernur paling lambat 3
(tiga) hari disampaikan kepada Menteri Dalam
persetujuan, penundaan, atau pembatalan
oleh organ satuan pemerintahan yang lebih
tinggi bukan dimaksudkan untuk mengurang
i atau meniadakan kewenangan legislasi pe
merintahan, akan tetapi dimaksudkan untuk
ketertiban norma-norma hukum dan membe
rikan perlindungan hukum bagi warga nega
ra. Per lindungan hukum preventif lainnya
adalah ke terbukaan pemerintahan. P.M.B
Schrijvers en H.C.M. Smeets sebagaimana
dikutif Ridwan74 keterbukaan pemerintahan
sebagai metode perlindungan hukum pre
ventif memiliki keterkaitan dengan gagasan
negara hukum demokratis (democratische
rechtsstaat) dan dianggap sebagai suatu prin
sip demokrasi (democratishe beginsel). Da
lam konsepsi negara hukum demokratis,
pemerintah tidak semata-mata dipo sisikan
sebagai pihak yang memiliki kewajiban un
tuk mengupayakan terselelenggaranya kese
jahteraan bagi warga negaranya (bestuur
zorg) tetapi juga dibebani kewajiban untuk
memperhatikan, mewadahi dan mewujud
kan aspirasi rakyat yang berkembang secara
dinamis. Tugas dan peranan pemerintah wa
jib memperhatikan tiga hal, yakni peraturan
perundang-undangan, aspirasi rakyat, dan
kesejahteraan warga negara. Untuk mewu
judkan itu peranan keterbukaan pemerinta
han menjadi sangat penting dalam membang
un hubungan antara organ pemerintahan
dengan warga negara.
Perlindungan hukum preventif yang
terakhir adalah peranserta warga negara.
Keter bukaan pemerintahan dan peran serta
warga negara (inspraak) sebagai jaminan
pemerintahan (bestuurwaarborgen) merupa
kan satu kesatuan yang sama pentingnya.
Keterbukaan merupakan sebuah prinsip da
lam negara hukum demokratis yang harus
Negeri untuk dievaluasi. Kemudian Pasal 186 (1)
Rancangan Perda kabupaten/kota tentang APBD
yang telah disetujui bersama dan Rancangan
peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran
APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati/Walikota
paling lama 3 (tiga) hari disampaikan kepada
Gubernur untuk dievaluasi. 73 Ridwan HR, Op. cit, hlm. 130. 74 Ibid, hlm. 131.
Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana
Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 83
diperankan oleh pemerintah dengan cara
membuka diri terhadap berbagai rencana,
kegiatan, dan kebijakan yang dikeluarkan.
Sedangkan peran serta warga negara merupa
kan aktivitas dinamik yang menjadi hak dari
warga negara untuk mempengaruhi kebija
kan dan tindakan yang akan diambil peme
rintah. Dalam negara hukum demokratis
peranserta warga negara merupakan bentuk
lain yang harus diapresiasi oleh pemerintah
di luar lembaga perwakilan.
Inspraak merupakan kelanjutan dari
bentuk keterbukaan pemerintahan. Terdapat
tiga unsur yang terkandung dalam konsep
inspraak.75 Pertama, terdapat kesempatan
yang diatur dan dipersiapkan bagi rakyat
untuk menyatakan pendapat dan pikiran
terkait denga kebijakan penting pemerintah.
Kedua, pelibatan secara aktif dalam pemba
hasan atau diskusi dengan pemerintah dan
para pengambil kebijakan. Ketiga, adanya
harapan bahwa dari peran serta yang dila
kukan hasil dari pembahasan dalam batas-
batas rasional akan mempengaruhi pada
keputusan yang diambil.
Inspraak sebagai hak warga negara da
lam pemerintahan dilakukan dengan keten
tuan sebagai berikut,76 bahwa sebelum peme
rintah menetapkan suatu perencanaan, pera
turan, kebijakan atau keputusan terlebih
dahulu diumumkan secara terbuka dalam
rentang waktu tertentu untuk memberikan
kesempatan warga negara mengajukan kebe
ratan. Jika dalam waktu tersebut tidak ada
pengajuan keberatan, maka akan ditindak
lanjuti dengan penetapan secara definitif dan
sebaliknya jika dalam waktu tersebut ada
keberatan yang diajukan, maka peme rintah
akan mempertimbangkan untuk merevisi
perencanaan, peraturan, kebijakan, atau
keputusan jika keberatan yang diajukan
dapat dipertanggungjawabkan secara rasio
nal dan dalam tertib hukum.
Perlindungan hukum administrasi
yang berikutnya adalah perlindungan hukum
75 Ibid, hlm. 139. 76 Ibid, hlm. 140-141.
represif. Perlindungan hukum represif meru
pakan perlindungan hukum yang ditujukan
untuk menyelesaikan sengketa, yakni seng
keta antara warga negara dan pemerintah.
Dengan demikian perlindungan hukum
represif merupakan penanganan perlindung
an hukum bagi rakyat oleh peradilan admini
strasi termasuk oleh pera dilan umum dikate
gorikan perlindungan hukum yang repre
sif.77 Perlindungan hukum represif dalam
hukum adminisrasi dapat ditempuh de ngan
dua jalan, yakni dengan upaya adminis tratif
(administratief beroep) dan peradilan ad
ministrasi (administratieve rechtspraak) khu
susnya terkait dengan tindakan hukum peme
rintahan yang dituangkan dalam bentuk
keputu san.78
Bertolak dari bentuk-bentuk perlin
dungan hukum kepada rakyat yang diurai
kan di atas, perlindungan hukum preventif
merupakan bentuk perlindungan hukum
yang khas dalam hukum administrasi nega
ra. Terhadap keputusan pemerintahan yang
hendak dikeluarkan, secara preventif warga
negara berhak untuk dilindungi dengan
instrumen hukum berupa keterbukaan peme
rintahan, yakni memberikan akses infor
masi kepada warga negara terhadap rencana
tindakan pemerintahan.
Telaah Kasus
Penerbitan Keputusan Kepala BPPT
Kota Malang No. 640/0232/35.73.407/2010
tentang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
RSAUB Malang telah menimbulkan guga
tan hukum di pengadilan TUN oleh sebagi
an warga yang dekat dengan tempat diba
ngunnya bangunan tersebut. Telaah kasus
dalam tulisan ini dila kukan terhadap Putu
san Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
No. 161/B/2010/PT-TUN. SBY yang telah
memiliki kekuatan hukum mengikat. Telaah
terhadap tindak pemerintahan dilakukan
dengan menggunakan tiga aspek sebagai
77 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum
Bagi Rakyat di Indonesia, op.cit, hlm. 2-3. 78 Ridwan HR, op.cit, hlm. 143.
84 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86
tolok ukurnya. Tiga aspek tersebut meliputi
: aspek wewenang, prosedur, dan substan
si.79
Dari aspek wewenang, penerbitan
IMB pembangunan RSAUB yang dikeluar
kan oleh Kepala BPPT Kota Malang (selaku
delegetaris) adalah berdasarkan delegasi ke
wenangan bertindak yang diterima dari Wa
likota Malang (selaku delegans) berdasar
kan Keputusan Walikota Malang No.
188.45/35.73.112/2009, tanggal 5 Januari
2009 tentang Pendelegasian Sebagian Kewe
nangan Pemrosesan, Penandatanganan dan
Pencabutan di Bidang Perijinan Kepada
Kepala BPPT Kota Malang secara yuridis
sesuai dengan prinsip dasar yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan baik
sumber maupun caranya dalam memperoleh
kewenang an.
Telaah dari aspek formal prosedu
ral penerbitan IMB pembangunan RSAUB
telah melanggar prinsip keterbukaan, dima
na penyelenggara bangunan dalam proses
pengurusan IMB tidak melakukan proses
dan prosedur secara terbuka dan apa adanya
kepada warga sekitar tempat bangunan. Be
gitu juga badan atau pejabat yang berwe
nang menerbitkan ijin tidak menerapkan
prinsip keterbukaan untuk melahirkan pe
ranserta (persetujuan) warga sekitar dibang
unnya RSAUB melalui mekanisme dan
syarat-syarat yang ditentukan.80 Pengelola
RSAUB dan Pejabat yang mengeluarkan
IMB tidak menenerapkan prinsip dan pro
sedur keterbukaan secara konsisten akibat
nya menimbulkan konflik dengan warga
sekitarnya berupa penolakan dan atau kebe
ratan terhadap cara-cara (prosedur) dalam
pengurusan IMB oleh pihak pengelola
RSAUB yang kemudian diikuti dengan gu
gatan hukum ke Pengadilan Tata Usaha
79 Philipus M. Hadjon dkk, Hukum
Administrasi Negara dan Tindak Pidana Korupsi.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011,
hlm. 17. 80 Peraturan Walikota Malang Nomor 8 Tahun
2009 Tentang Tata Cara Pelayanan Perizinan Pada
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Malang.
Negara (PTUN) Surabaya. Para warga yang
menolak dan atau keberatan tersebut me
minta perlindungan hukum terhadap hak-
haknya sebagai warga masyarakat sekitar
dibangunnya RSAUB kepada negara
melalui sarana PTUN. Pelanggaran aspek
prosedural yang nyata adalah dilakukannya
pembangunan gedung RSAUB terlebih da
hulu sebelum IMB untuk itu dikeluarkan
oleh pejabat yang berwenang. Sebagai ben
tuk protes dan penolakan warga pernah me
lakukan blokade akses jalan menuju lokasi
bangunan RSAUB dan bahkan melapor kan
kepada Kepolisian Sektor setempat. Tinda
kan administratif juga pernah dilakukan oleh
Satpol PP kota Malang dengan menghenti
kan kegiatan pembangunan RSAUB mela
lui Surat Nomor : 100/034/35.73.501/2010
tanggal 15 Januari 2010.
Dari aspek substansial, penerbitan
IMB RSAUB adalah sesuai dengan pera
turan perundang-undangan dan asas-asas
umum pemerintahan yang baik. Hal ini
dikarenakan peruntukan lokasi untuk kepen
tingan pembangunan RSAUB sesuai jenis
nya (perdagangan dan jasa) dengan peruntu
kan yang diajukan sebelumnya yaitu Plaza
Griyashanta. Berpin dahnya kepemilikan
tanah dari sebelumnya kepada Universitas
Brawijaya secara yuridis tidak menimbulkan
akibat hukum selama peruntukannya sesuai
ketentuan substantif peraturan perundang-
undangan (dalam hal ini Perda Kota Malang
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah/RT
RW). Berkenaan dengan keberadaan bangu
nan selama tidak melakukan pelanggaran
substansial81 akan tetapi pelanggaran prose
dural maka keberadaan bangunan dapat dila
81 Menurut Perda Kota Malang No. 4 Tahun
2011 tentang RTRW tempat dibangunnya RSAUB
dibolehkan untuk didirikan bangunan karena
sebelumnya akan dibangun fasilitas bisnis dan jasa
yaitu Plaza Griya Shanta, sehingga keberadaan
bangunan RSAUB juga sebagai fasilitas bisnis dan
jasa. Pelanggaran yang dilakukan oleh Pengelola dan
Kepala BPPT Kota Malang bukan merupakan
pelanggaran substansial Perda akan tetapi hanya
pelanggaran prosedural Perda.
Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana
Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 85
kukan pelegalan dengan cara mengajukan
ijin bangunan baru.
D. Kesimpulan
Hakekat prinsip keterbukaan sebagai
mana diatur dalam peraturan perundang-un
dangan adalah : 1. Untuk mencegah tinda
kan sewenang-wenang oleh pemerintah; 2.
Memberikan perlindungan hukum baik ke
pada pemerintah maupun kepada rakyat; 3.
sebagai dasar dan tolok ukur untuk mengu
kur legalitas tindakan pemerintah tersebut.
Sedangkan pelayanan publik berupa pener
bitan ijin berfungsi sebagai sarana untuk
mengatur, mengendalikan serta merelokasi
kegiatan rakyat.
Kegiatan warga masyarakat dalam
bentuk mendirikan bangunan wajib diproses
legalitasnya dengan cara mengajukan permo
honan untuk mendapatkan ijin mendirikan
bangunan. Melalui pengurusan dan pener
bitan instrumen ijin secara benar (substan
sial dan prosedural) dapat dijadikan sebagai
sarana untuk memberikan perlindungan
hukum baik kepada pelaku, pemerintah dan
juga masyarakat sekitar bangu nan. Penga
baian aspek prosedural dalam pengu rusan
dan penerbitan ijin mendirikan bangunan
berpotensi menimbulkan konflik (gugatan
hu kum) baik konflik fisik maupun gugatan
hu kum dipengadilan dengan warga sekitar
dilaku kannya kegiatan pembangunan. Mela
lui penerapan prinsip keterbukaan dalam
penerbitan IMB secara konsisten akan dapat
menjadi ins trumen perlindungan hukum
baik pada pelaku kegiatan, warga dan juga
pejabat yang bersang kutan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Goesniadhie S, Kusnu. Hukum Perizinan da
lam Hukum Administrasi Negara,
Uni dha Press, Malang, 2010.
Hadjon, Philipus M. Perlindungan Hukum
Ba gi Rakyat di Indonesia, PT. Bina
Ilmu, Surabaya, 1987.
Hadjon, Philipus M. (et.al). Pengantar
Hukum Administrasi Indonesia, Yo
gyakarta, Gadjah Mada University
Press, 1994.
Hadjon, Philipus M. Asas-Asas Umum peme
rintahan Yang Baik (algemene begin
selen van behoorlijk bestuur) (dalam
Paulus Effendie Lotulung), Himpu
nan Makalah Asas-Asas Umum Pe
merintahan Yang baik (AAUPB) seri
II, LPPHN, PT. Citra Aditya Bakti,
Ban dung, 1994.
Jhon M. Echols dan Hassan Shadilly,
Kamus Inggris – Indonesia, (PT.
Gramedia, Jakarta, 1984.
Kusumaatmadja, Mochtar. Konsep-Konsep
Hukum dalam Pembangunan. Alum
ni, Bandung, 2006.
Marbun SF dan Mahfud, Moh. MD. Pokok-
Pokok Hukum Administrasi Negara,
Liberty, Yogyakarta, 1987.
Poerbopranoto, Koentjoro. Beberapa Cata
tan Hukum Tata Pemerintahan dan
Peradilan Administrasi Negara, A
lumni, Bandung, 1978.
Prianto, Agus. Menakar Kualitas Pelayanan
Publik, In-TRANS, Malang, 2006.
Ridwan, Juniarso dan Sudrajat, Achmad
Sodik. Hukum Administrasi Negara
dan Kebi jakan Pelayanan Publik,
Cetakan I, Nuansa, Bandung, 2010.
Ridwan HR, Tiga Dimensi Hukum Adminis
trasi dan Peradilan Administrasi,
FH. UII Press, Yogyakarta, 2009.
Ridwan HR, Hukum Adminiistrasi Negara,
UII Press, Yogyakarta. 2002.
Syafrudin, Ateng. Asas-Asas Pemerintahan
Yang Layak Pegangan Bagi Pengab
dian Kepala Daerah, (dalam Paulus
Effendie Lotulung). Himpunan Ma
kalah Azas-Azas Umum Pemerin
tahan Yang Baik (AAUPB) seri II,
LPP HN, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung. 1994
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999
Tentang Penyelenggara Negara
86 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86
Yang Bersih Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi
Publik.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentan Peradilan Tata Usaha
Negara.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun
2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 28 tahun
2002 Tentang Bangunan Gedung.
C. Kamus
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia
Lengkap (EYD dan Pengetahuan
Umum), Apolo, Surabaya, 1997.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Ka mus Besar Bahasa Indonesia
(KKBI), Balai Pustaka, Jakarta.
1990,
Wojowasito,S. Kamus Umum Belanda -
Indonesia. PT. Lestari Perkasa,
Jakarta, 2006
D. Karya Ilmiah
Djatmiati, Tatiek Sri. Prinsip Ijin Usaha di
Indonesia, (Disertasi) Program Pasca
sarjana Universitas Airlangga
Surabaya, 2004.