Prinsip Hukum Islam

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Islam adalah agama dan cara hidup berdasarkan syari’at Allah yang terkandung dalam kitab Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Setiap orang yang mengintegrasikan dirinya kepada Islam wajib membentuk seluruh hidup dan kehidupannya berdasarkan syari’at yang termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal tersebut sebagaimana diungkap oleh Yusuf Qardhawi, syari’at Ilahi yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah merupakan dua pilar kekuatan masyarakat Islam dan agama Islam merupakan suatu cara hidup dan tata sosial yang memiliki hubungan integral, utuh menyeluruh dengan kehidupan idealnya Islam ini tergambar dalam dinamika hukum Islam yang merupakan suatu hukum yang serba mencakup. Prinsip menurut pengertian bahasa adalah permulaan, tempat pemberangkatan, titik tolak atau al-mabda atau kebenaran yang menjadi pokor dasar berpikir/bertindak. Pengertian hukum Islam dikemukakan Hasbi Ash-Shidieqy sebagai koleksi daya upaya para fuqaha dala menerapkan syari’at Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Jadi yang yang dimaksud dengan prinsip hukum Islam adalah prinsip yang membentuk hukum Islam dari setiap cabang – cabangnya. 1

Transcript of Prinsip Hukum Islam

Page 1: Prinsip Hukum Islam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dan cara hidup berdasarkan syari’at Allah yang

terkandung dalam kitab Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Setiap orang yang

mengintegrasikan dirinya kepada Islam wajib membentuk seluruh hidup dan

kehidupannya berdasarkan syari’at yang termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Hal tersebut sebagaimana diungkap oleh Yusuf Qardhawi, syari’at Ilahi yang tertuang

dalam Al-Qur’an dan Sunnah merupakan dua pilar kekuatan masyarakat Islam dan

agama Islam merupakan suatu cara hidup dan tata sosial yang memiliki hubungan

integral, utuh menyeluruh dengan kehidupan idealnya Islam ini tergambar dalam

dinamika hukum Islam yang merupakan suatu hukum yang serba mencakup.

Prinsip menurut pengertian bahasa adalah permulaan, tempat pemberangkatan,

titik tolak atau al-mabda atau kebenaran yang menjadi pokor dasar berpikir/bertindak.

Pengertian hukum Islam dikemukakan Hasbi Ash-Shidieqy sebagai koleksi daya

upaya para fuqaha dala menerapkan syari’at Islam sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Jadi yang yang dimaksud dengan prinsip hukum Islam adalah prinsip

yang membentuk hukum Islam dari setiap cabang – cabangnya.

Perbuatan masyarakat islam yang terdapat dalam perbuatan pidana, perdata yang

mekiputi perkawinan, muamalah, perkawinan diatur dalam setiap hukum yang

meliputi asas itu sendiri. Sesuatu hal yang paling mendasar dari tiap hukum tercantum

dari asas itu sendiri, sehingga kita perllu mengetahui pengertian asas itu terlebih

dahulu agar diketahui kejelasnnya.

1

Page 2: Prinsip Hukum Islam

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa saja prinsip-prinsip dalam hukum islam ?

b. Apa saja asas-asas dalam hukum islam ?

c. Apa tujuan hukum islam?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam hukum islam

b. Untuk mengetahui asas-asas dalam hukum islam

c. Untuk mengetahui tujuan dari hukum islam

2

Page 3: Prinsip Hukum Islam

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Prinsip-prinsip dalam hukum islam

Prinsip menurut bahasa ialah permulaan; tempat pemberangkatan; titik tolak;

atau al;mabda’. Sedangkan dalam Syari‟at Islam adalah pedoman hidup yang

ditetapkan Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia agar sesuai dengan Al-

Qur’an dan Sunnah. Hasbi Ash-Shiddiqie mendefinisikan hukum secara lughawi

adalah ‘menetapkan sesuatu atas sesuatu’. Sebagaimana hukum-hukum yang lain,

hukum Islam memiliki prinsip-prinsip dan asas-asas sebagai tiang pokok, kuat

atau lemahnya sebuah undang-undang, mudah atau sukarnya, ditolak atau

diterimanya oleh masyarakat, tergantung kepada asas dan tiang pokoknya. 

Adapun secara terminologi Prinsip adalah kebeneran universal yang inheren

didalam hukum Islam dan menjadi titik tolak pembinaannya; prinsip yang

membentuk hukum dan setiap cabang-cabangnya. Prinsip hukum Islam meliputi

prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum ialah prinsip keseluruhan hukum

Islam yang bersifat universal. Adapun prinsip-prinsip khusus ialah prinsip-prinsip

setiap cabang hukum Islam.

Prinsip-prinsip hukum Islam menurut Juhaya S. Praja sebagai berikut :

1. Prinsip Tauhid

Tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa

semua manusia ada dibawah satu ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid

yang dinyatakan dalam kalimat La’ilaha Illa Allah (Tidak ada tuhan selain Allah).

Prinsip ini ditarik dari firman Allah QS. Ali Imran Ayat 64.

Berdasarkan atas prinsip tauhid ini, maka pelaksanaan hukum Islam

merupakan ibadah. Dalam arti perhambaan manusia dan penyerahan dirinya

kepada Allah sebagai manipestasikesyukuran kepada-Nya. Dengan demikian tidak

3

Page 4: Prinsip Hukum Islam

boleh terjadi setiap mentuhankan sesama manusia dan atau sesama makhluk

lainnya. Pelaksanaan hukum Islam adalah ibadah dan penyerahan diri manusia

kepada keseluruhan kehendak-Nya.

Prinsip tauhid inipun menghendaki dan memposisikan untuk menetapkan

hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an dan As-Sunah).

Barang siapa yang tidak menghukumi dengan hukum Allah, maka orang tersebut

dapat dikateegorikan kedalam kelompok orang-orang yang kafir, dzalim dan fasiq

(Q.S. ke 5 Al-Maidah : 44, 45 dan 47).

Dari prinsip umum tauhid ini, maka lahirlah prinsip khusus yang merupakan

kelanjutan dari prinsip tauhid ini, umpamanya yang berlaku dalam fiqih ibadah

sebagai berikut :

a.       Prinsip Pertama : Berhubungan langsung dengan Allah tanpa perantara,

artinya bahwa tak seorang pun manusia dapat menjadikan dirinya

sebagai zat yang wajib di sembah.

b.      Prinsip Kedua : Beban hukum (takli’f) ditujukan untuk memelihara

akidah dan iman, penyucian jiwa (tajkiyat al-nafs) dan pembentukan

pribadi yang luhur, Artinya hamba Allah dibebani ibadah sebagai

bentuk/aktualisasi dari rasa syukur atas nikmat Allah.

Berdasarkan prinsip tauhid ini melahirkan azas hukum Ibadah, yaitu Azas

kemudahan/meniadakan kesulitan. Dari azas hukum tersebut terumuskan kaidah-

kaidah hukum ibadah sebagai berikut :

a.       Al-ashlu fii al-ibadati tuqifu wal ittiba’, yaitu pada pokoknya ibadah itu

tidak wajib dilaksanakan, dan pelaksanaan ibadah itu hanya mengikuti

apa saja yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya

b.      Al-masaqqah tujlibu at-taysiir, yaitu kesulitan dalam melaksanakan

ibadah akan mendatangkan kemudahan

4

Page 5: Prinsip Hukum Islam

2. Prinsip Keadilan

Keadilan dalam bahasa Salaf adalah sinonim al-mi’za’n (keseimbangan/

moderasi). Kata keadilan dalam al-Qur’an kadang diekuifalensikan dengan al-qist.

Al-mizan yang berarti keadilan di dalam Al-Qur’an terdapat dalam QS. Al-Syura:

17 dan Al-Hadid: 25.

Term keadilan pada umumnya berkonotasi dalam penetapan hukum atau

kebijaksanaan raja. Akan tetapi, keadilan dalam hukum Islam meliputi berbagai

aspek. Prinsip keadilan ketika dimaknai sebagai prinsip moderasi, menurut

Wahbah Az-Zuhaili bahwa perintah Allah ditujukan bukan karena esensinya, seba

Allah tidak mendapat keuntungan dari ketaatan dan tidak pula mendapatkan

kemadaratan dari perbuatan maksiat manusia. Namun ketaatan tersebut hanyalah

sebagai jalan untuk memperluas prilaku dan cara pendidikan yang dapat

membawa kebaikan bagi individu dan masyarakat.

Penggunaan term “adil/keadilan” dalam Al-Quran diantaranya sebagai

berikut :

1. QS. Al-Maidah: 8, Manusia yang memiliki kecenderungan mengikuti

hawa nafsu, adanya kecintan dan kebencian memungkinkan manusia

tidak bertindak adil dan mendahulukan kebatilan daripada kebenaran

(dalam bersaksi);

2. QS. Al-An’am: 152, Perintah kepada manusia agar berlaku adil dalam

segala hal terutama kepada mereka yang mempunyai kekuasaan atau

yang berhubungan dengan kekuasaan dan dalam

bermuamalah/berdagang;

3. QS. An-Nisa: 128, Kemestian berlaku adil kepada sesama isteri;

4. QS. Al-Hujrat: 9, Keadilan sesama muslim;

5. QS. Al-An’am: 52, Keadilan yang berarti keseimbangan antara

kewajiban yang harus dipenuhi manusia (mukalaf) dengan kemampuan

manusia untuk menunaikan kewajiban tersebut.

5

Page 6: Prinsip Hukum Islam

Dari prinsip keadilan ini lahir kaidah yang menyatakan hukum Islam dalam

praktiknya dapat berbuat sesuai dengan ruang dan waktu, yakni suatu kaidah yang

menyatakan elastisitas hukum Islam dan kemudahan dalam melaksanakannya

sebagai kelanjutan dari prinsip keadilan, yaitu :

Artinya : Perkara-perkara dalam hukum Islam apabila telah menyempit maka

menjadi luas; apabila perkara-perkara itu telah meluas maka kembali menyempit.

Dari kedua teori ini dikembangkan menjadi pernyataan sebagai berikut :

1.   Pernyataan Pertama : Allah tidaklah berbuat sesuatu tanpa hikmah dan

tujuan” perbuatan tanpa tujuan dan hikmah adalah sia-sia

2.   Pernyataan Kedua : Segala sesuatu dan perbuatan itu mempunyai nilai

subjektif sehingga dalam perbuatan baik terdapat sifat-sifat yang menjadi

perbuatan baik. Demikian halnya dalam perbuatan buruk. Sifat-sifat itu

dapat diketahui oleh akal sehingga masalah baik dan buruk adalah

masalah akal.

3. Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar

Hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia untuk menuju

tujuan yang baik dan benar yang dikehendaki dan ridloi Allah dalam filsafat

hukum Barat diartikan sebagai fungsi social engineering hukum. Prinsip Amar

Makruf Nahi Mungkar didasarkan pada QS. Al-Imran : 110, pengkategorian Amar

Makruf Nahi Mungkar dinyatakan berdasarkan wahyu dan akal.

4. Prinsip Kebebasan/ Kemerdekaan

Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar agama/hukum

Islam disiarkan tidak berdasarkan paksaan, tetapi berdasarkan penjelasan,

demontrasi, argumentasi. Kebebasan yang menjadi prinsip hukum Islam adalah

kebebasan dl arti luasyg mencakup berbagai macamnya, baik kebebasan individu

maupun kebebasan komunal. Keberagama dalam Islam dijamin berdasarkan

prinsip tidak ada paksaan dalam beragama (QS. Al-Baqarah : 256 dan Al-Kafirun:

5)

5. Prinsip Persamaan/Egalite

6

Page 7: Prinsip Hukum Islam

Prinsip persamaan yang paling nyata terdapat dalam Konstitusi Madinah (al-

Shahifah), yakni prinsip Islam menentang perbudakan dan penghisapan darah

manusia atas manusia. Prinsip persamaan ini merupakan bagian penting dalam

pembinaan dan pengembangan hukum Islam dalam menggerakkan dan

mengontrol sosial, tapi bukan berarti tidak pula mengenal stratifikasi sosial seperti

komunis.

6. Prinsip At-Ta’awun

Prinsip ini memiliki makna saling membantu antar sesama manusia yang

diarahkan sesuai prinsip tauhid, terutama dalam peningkatan kebaikan dan

ketakwaan.

7. Prinsip Toleransi

Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang menjamin

tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan ummatnya tegasnya toleransi hanya dapat

diterima apabila tidak merugikan agama Islam.

Wahbah Az-Zuhaili, memaknai prinsip toleransi tersebut pada tataran

penerapan ketentuan Al-Qur’an dan Hadits yang menghindari kesempitan dan

kesulitan, sehingga seseorang tidak mempunyai alasan dan jalan untuk

meninggalkan syari‟at ketentuan hukum Islam. Dan lingkup toleransi tersebut

tidak hanya pada persoalan ibadah saja tetapi mencakup seluruh ketentuan hukum

Islam, baik muamalah sipil, hukum pidana, ketetapan peradilan dan lain

sebagainya.

2.2 Asas-asas dalam hukum islam

Asas berasal dari kta asasun yang artinya dasar, basis, pondasi. Secara

terminologi asas adalah landasan berpikir yang sangat mendasar. Jika

dihubungkan dengan hukum, asas adalah kebenaran yang digunakan sebagai

tumpuan berpikir dan alasan berpendapat, terutama dalam penegakan dan

pelaksanaan hukum. Asas hukum berfungsi sebagai rujukan untuk mengembalikan

segala masalah yang berkenaan dengan hukum.

7

Page 8: Prinsip Hukum Islam

Asas – Asas Umum Hukum Islam

a.   Asas keadilan

Dalam Al-Qur’an, kata ini disebut 1000 kali. Keadilan pada umumnya

berkonotasi dalam penetapan hukum atau kebijakan pemerintah. Konsep

keadilan meliputi berbagai hubungan, misalanya : hubungan individu

dengan dirinya sendiri, hubungan antara individu dan yang berpekara serta

hubungan-hubungan dengan berbagai pihak yang terkait. Keadilan dalam

Hukum Islam berarti keseimbangan antara kewajiban dan harus dipenuhi

oleh manusia dengan kemammpuan manusia untuk menuanaikan

kewajiban itu.

Etika keadilan : berlaku adil dalam menjatuhi hukuman, menjauhi suap

dan hadiah, keburukan tyergesa-gesa dalam menjatuhi hukuman,

keputusan hukum bersandar pada apa yang nampak, kewajiban

menggunakan hukum agama.

b.   Asas Kepastian Hukum

Dalam syariat Islam pada dasarnya semua perbuatan dan perkara

diperbolehkan. Jadi selama belum ada nas yang melarang, maka tidak ada

tuntutan ataupun hukuman atas pelakunya. Dasar hukumnya asas ini ialah

QS Al Isro’ 15 ;

“…. Dan kami tidak akan menyiksa sebelum kami mengutus seorang

rasul.”

c.  Asas Kemanfatan

8

Page 9: Prinsip Hukum Islam

Asas kemanfaatan adalah asas yang mengiringi keadilan dan kepastian

hukum tersebut diatas. Dalam melaksanakan asas keadilan dan kepastiann

hukum hendaknya memperhatikan manfaat bagi terpidana atau masyarakat

umum. Contoh hukuman mati, ketika dalam pertimbangan hukuman mati

lebih bermanfaat bagi masyarakat, misal efek jera, maka hukuman itu

dijatuhkan. Jika hukuman itu bermanfaat bagi terpidana, maka hukuman

mati itu dapat diganti dgengan denda.

Asas – Asas Hukum Pidana Islam

a. Asas Legalitas

Asas legalitas maksudnya tidak ada hukum bagi tindakan manusia

sebelum ada aturan. Asas legalitas ini mengenal ini juga asas teritorial dan

non teritorial. Asas teritorial menyatakan bahwa hukum pidana Islam

hanya berlaku di wilayah di mana hukum Islam diberlakukan.

b.  Tidak Berlaku Surut

Hukum Pidana Islam tidak menganut sistem berlaku surut sebelum

adanya nas yang melarang perbuatan maka tindakan seorang tidak bisa

dianggap suatu jarimah, sehingga ia tidak dapat dijatuhi hukuman. Dasar

hukum dari asas ini ialah bahwasannya Allah SWT mengampuni perbuatan

yang telah lalu,

“ Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, Jika mereka berhenti

(dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang

dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi

sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah teradap)

orang-orang dahulu.” (QS. Al Anfal: 38)

9

Page 10: Prinsip Hukum Islam

Tetapi ada pengecualian tidak berlaku surut, karena pada jarimah-

jarimah yang berat dan sangat berbahaya apabila tidak diterapkan berlaku

surut. seperti halnya; jarimah qozf, jarimah hirabah (perampokan,

terorisme). Jika kedua jarimah berlaku hukum tidak berlaku surut, maka

banyak kekacauan dan fitnah pada masyarakat.

c.  Bersifat Pribadi

Dalam syariah Islam hukuman dapat dijatuhkan hanya kepada orang

yang melakukan perbuatan jinayah dan orang lain ataupun kerabatnya

tidak dapat menggantikan hukuman pelaku jinayah. Al quran telah

menjelaskan dalam QS Al An’am 164 :

“ Katakanlah, apakah Aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal

dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat

dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan

seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian

kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu

apa yang kamu perselisihkan.”

d.  Hukum Bersifat Umum

Hukuman harus berlaku umum maksudnya setiap orang itu sama

dihadapan hukum (equal before the law) walaupun budak, tuan, kaya,

miskin, pria, wanita, tua, muda, suku berbeda. Contoh ketika masa

Rasulullah ada seorang wanita yang didakwa mencuri, kemudian

keluarganya meminta Rasulullah membebaskan dari hukuman. Rasulullah

dengan tegas menolak perantaraan itu dengan menyatakan “Seandainya

Fatimah Binti Muhammad mencuri, ikatan keluarganya tidak dapat

menyelamatkannya dari hukuman hadd”.

e.  Hukuman Tidak Sah Karena Keraguan

10

Page 11: Prinsip Hukum Islam

Keraguan di sini berarti segala yang kelihatan seperti sesuatu yang

terbukti, padahal dalam kenyataannya tidak terbukti. Atau segala hal yang

menurut hukum yang mungkin secara konkrit muncul, padahal tidak ada

ketentuan untuk itu dan tidak ada dalam kenyataan itu sendiri. Putusan

untuk menjatuhkan hukuman harus dilakukan dengan keyakinan, tanpa

adanya keraguan. Sebuah hadis menerangkan “hindarkan hudud dalam

keadaan ragu, lebih baik salah dalam membebaskan daripada salah dalam

menghukum”.

Seperti halnya kasus yang dicontohkan Abdul Qodir Audah dalam

kasus pencurian, misalnya kecurigaan mengenai kepemilikan dalam

pencurian harta bersama. Jika seorang mencuri sesuatu yang dia miliki

bersama orang lain, hukuman hadd bagi pencuri menjadi tidak valid,

karena dalam kasus harta itu tidak secara khusus dimiliki orang, tetapi

melibatkan persangkaan adanya kepemilikan juga dari pelaku perbuatan

itu.

Asas – Asas Muamalat Islam

a. Asas Taba, Dulul Mana’fi’

Asas taba, dulul mana’fi’ berarti bahwa segala bentuk kegitan muamalat

harus memberikan keuntungan dan manfaat bersama bagi pihak-pihak yang

terlibat. Asas ini merupakan kelanjutan dari prinsip atta’awun sehingga asas

ini bertujuan menciptakan kerjasama antar individu atau pihak-pihak dalam

masyarakat dalam rangka saling memenuhi keperluanya masing-masing

dalam rangka kesejahteraaan bersama.

b. Asas Pemerataan

Asas pemerataan adalah penerapan prinsip keadilan dalam bidang

muamalat yang menjhendaki agar harta tidak diuasai oleh segelintir orang

sehingga harta itu harus terdistribusikan secara merata di antara masyarakat,

baik kaya maupun miskin. Oleh karena itu dibuat hukum zakat, shodaqoh,

11

Page 12: Prinsip Hukum Islam

infaq, dsb. Selain itu Islam juga menghalalkan bentuk-bentuk pemindahan

pemilikan harta dengan cara yang sah seperti jual beli, sewa menyewa dsb.

c. Asas Suka Sama Suka

Asas ini menyatakan bahwa segala jenis bentuk muamalat antar

individu atau antar pihak harus berdasarkan kerelaan masing-masing.

Kerelaan disiini dapat berarti kerelaan melakukan suatu bentuk muamalat,

maupun kerelaan dalam menerima atau menyerahkan harta yang dijadikan

obyek perikatan dan bentuk muamalat lainya.

d.  Asas Adamul Gurur

Asas adamul gurur berarti bahwa setiap bentuk muamalat tidak boleh

ada gurur, yaitu tipu daya atau sesuatu yang menyebabkan salah satu pihak

merasa dirugikan oleh pihak lainya sehingga mengakibatkan hilangnya

unsur kerelaan salah satu pihak dalam melakukan suatu transaksi atau

perikatan.

e. Asas Al-Birri Wa Al-Taqwa

Asas ini menekankan bentuk muamalat yang termasuk dalam kategori

suka sama suka ialah sepanjang bentuk muamlat dan pertukaran manfaat

itu dalam rangka pelaksanaan saling menolong antar sesama manusia

untuk al-birr wa taqwa, yakin kebajikan dan ketqwaan dalam berbagai

bentuknya.

f.  Asas Musyarokah

Asas musyarakah, yakni kerjasama antar pihak yang saling

menguntungkan bukan saja bagi pihak yang terlibat melainkan juga bagi

keseluruhan masyarakat manusia.

Asas – Asas Kewarisan Islam

12

Page 13: Prinsip Hukum Islam

a.   Asas Ijbari

Asas ijbari secara harfiah berarti memaksa. Unsur memaksa dalam

hukum waris ini karena kaum muslimin terikat untuk taat kepada hukum

allah sebagai konsekwensi logis dari pengakuannya kepada ke-Esaan Allah

SWT dan Kerasulan Muhammad.

b.  Asas Individual

Asas ini menyatakan bahwa harta warisan dapat dibagi-bagikan pada

masing-masing ahli waris untuk dimiliki secara perorangan. Dalam

pelaksanaanya seluruh harta warisan dinyatakan dalam nilai tertentu yang

kemudian dibagikan kepada ahli waris yang berhak menerimanya menurut

kadar bagian masing-masing.

c.  Asas Bilateral

Seseorang menerima hak kewarisan kedua belah pihak yaitu pihak

kerabat keturunan laki-laki dan dari pihak perempuan.

d.   Asas Keadilan Yang Berimbang

Asas keadilan atau keseimbangan disni mengandung arti bahwa harus

senantiasa terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban; antara hak

yang diperoleh seseorang dengan kewajiban yang harus ditunaikanya.

Dalam hukum kewarisan Islam, harta peninggalan yang diterima ahli

waris dari pewaris merupakan kelanjutan tanggung jawab pewaris

terhadap keluarganya.

e.    Asas Akibat Kematian

Kewarisan terjadi jikalau ada pihak yang meninggal dunia. Jika

peralihan harta sebelum kematian, berarti bukan kewarisan.

Asas – Asas Hukum Perkawinan Islam

a.   Asas Kesukarelaan

13

Page 14: Prinsip Hukum Islam

Kesukarelaan berarti saling menerima baik kekurangan maupun

kelebihan antara kedua calon. Kesukarelaan itu tidak harus terdpat

diantara kedua calon suami isteri, tetapi juga diantara kedua orang tua

kedua belah pihak. Kesukarelaan orang tua yang menjadi wali seorang

wanita, merupakan sendi asasi perkawinan Islam.

b.   Asas Persetujuan Kedua Belah Pihak

Tidak boleh ada permaksaan dalam melangsungkan sebuah

pernikahan. Persetujuan seorang gadis untuk dinikahkan dengan seorang

pemuda, misalnya harus diminta dulu oleh wali atau orang tuanya.

c.  Asas Kebebasan Memilih Pasangan

Seorang laki-laki dan perwmpuan berhak untuk memilih calon

pasangannya. Ketika terjadi suatu pemaksaan dalam sebuah pernikahan,

ada pilihan untuk meneruskan pernikahan itu atau tidak.

d.   Asas Kemitraan Suami Isteri

Kedudukan seorang suami dan isteri dalam beberapa hal sama dan

dalam hal lain berbeda; suami menjadi kepala keluarga, istri penanggung

jawab masalah rumah tangga.

e.   Untuk Selama-lamanya.

Perkawinan dilaksanakan untuk melangsungkan keturunan dan

membina cinta serta kasih sayang serlamanya. Oleh karena itu perkawinan

mut’ah dilarang, karena tidam sesuai dengan tujuan pernikahan.

f.  Monogami Terbuka

Perkawinan di dalam Islam bersifat monogami. Karena beberapa hal

seorang suami dapat menikah lagi, atas persetuuan isterinya.

14

Page 15: Prinsip Hukum Islam

2.3 Tujuan Hukum Islam

Adapun tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah

kerusakan pada manusia dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka,

mengarahkan mereka pada kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup

manusia di dunia dan di akhirat kelak, dengan jalan mengambil segala yang

bermanfaat, dan mencegah atau menolak yang mudharat, yakni yang tidak

berguna bagi hidup dan kehidupan manusia. Abu Ishaq al-Satibi merumuskan

lima tujuan hukum Islam, yakni

(1) memelihara (agama),

(2) jiwa,

(3) akal,

(4) keturunan,

(5) harta yang disebut maqashid al-khamsah.

Kelima tujuan ini kemudian disepakati oleh para ahli hokum Islam. Agar dapat

dipahami dengan baik dan benar, masing-masing tujuan hokum Islam tersebut

dapat dijelaskan satu per satu :

1.     Memelihara Agama

Agama adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap manusia supaya

martabatnya dapat terangkat lebih tinggi dari martabat makhluk lain, dan

memenuhi hajat jiwanya. Beragama merupakan kebutuhan manusia yang harus

dipenuhi, karena agamalah yang dapat menyentuh nurani manusia. Agama Islam

harus terpelihara dari ancaman orang-orang yang akan merusak akidah, syari’ah

dan akhlak, atau mencampur adukkan ajaran agama Islam dengan paham atau

aliran yang bathil. Agama Islam memberi perlindungan kepada pemeluk agama

lain untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya. Agama Islam tidak

memaksakan pemeluk agama lain meninggalkan agamanya untuk memeluk

agama Islam. Hal ini dengan jelas disebutkan dalam QS. 2 (Al-Baqarah) : 256.

2.     Memelihara Jiwa

15

Page 16: Prinsip Hukum Islam

Menurut hukum Islam, jiwa itu harus dilindungi. Untuk itu hokum Islam

wajib memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan hidupnya.

Hukum Islam melarang pembunuhan sebagai upaya menghilangkan jiwa

manusia dan melindungi berbagai sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk

mempertahankan kemaslahatan hidupnya.

3.     Memelihara Akal

Menurut hukum Islam, seseorang wajib memelihara akalnya, karena akal

mempunyai peranan sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia.

Dengan akal manusia dapat memahami wahyu Allah, baik yang terdapat dalam

kitab suci Al Qur’an maupun wahyu Allah yang terdapat dalam alam (ayat-ayat

kauniyah). Dengan akalnya, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Seseorang tidak akan mampu menjalankan hukum Islam dengan

baik dan benar tanpa mempergunakan akal yang sehat. Oleh karena itu

pemeliharaan akal merupakan salah satu tujuan hukum Islam. Untuk itu hukum

Islam melarang seseorang meminum minuman yang memabukkan yang disebut

dengan istilah khamar, dan member hukuman pada perbuatan orang yang

merusak akal. Larangan minum khamar ini dengan jelas disebutkan dalam QS. 5

(Al-Maidah): 90.

4.     Memelihara Keturunan

Dalam hukum Islam, memelihara keturunan adalah hal yang sangat

penting. Oleh karena itu dalam hokum Islam untuk meneruskan keturunan harus

melalui perkawinan yang syah menurut ketentuan-ketentuan yang ada dalam Al

Qur’an dan al-Sunnah dan dilarang melakukan perbuatan zina. Hukum

kekeluargaan dan hokum kewarisan Islam yang ada dalam Al Qur’an merupakan

hokum yang erat kaitannya dengan pemurnian keturunan dan pemeliharaan

keturunan. Dalam Al Qur’an, hokum-hukum yang berkenaan dengan masalah

perkawinan dan kewarisan disebutkan secara tegas dan rinci, seperti larangan-

larangan perkawinan yang terdapat dalam QS. 4 (Al-Nisa’) : 23. Sedangkan

larangan berzina, disebutkan dalam QS. 17 (Al-Isra’) : 32

.

5.     Memelihara Harta

16

Page 17: Prinsip Hukum Islam

Menurut hukum Islam, harta merupakan pemberian Allah kepada

manusia untuk melangsungkan hidup dan kehidupannya. Untuk itu manusia

sebagai khalifah Allah di muka bumi (makhluk yang diberi amanah Allah untuk

mengelola alam ini sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya) dilindungi

haknya untuk memperoleh harta dengan cara-cara yang halal, artinya syah

menurut hokum dan benar menurut ukuran moral. Pada prinsipnya, hokum Islam

tidak mengakui hak milik seseorang atas sesuatu benda secara mutlak.

Kepemilikan atas suatu benda secara mutlak hanya pada Allah, namun karena

diperlukan adanya kepastian hokum dalam masyarakat, untuk menjamin

kedamaian dalam kehidupan bersama, maka hak milik sesorang atas suatu benda

diakui dengan pengertian, bahwa hak milik itu harus diperoleh secara halal dan

berfungsi  sosial (Anwar Haryono, 1968 : 140). 

17

Page 18: Prinsip Hukum Islam

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Dalam perbahasan diatas terdapat tujuh prinsip-prinsip dalam hukum

islam, antara lain : (1) Prinsip Tauhid (2) Prinsip Keadilan (3) Prinsip

Amar Makruf Nahi Mungkar (4) Prinsip Kebebasan (5) Prinsip Persamaan

(6) Prinsip At-Ta’awun (7) Prinsip Toleransi.

2. Islam adalah agama yang universal yang mengatur segala perilaku

masyarakatnya secara khusus, adapun asa hukum dalam hukum islam

meliputi asas yang umum yakni asas keadilan, asa kepastian hukum, asas

kemanfaatan. Asas keadilan adalah asas yang paling pokok atau titik tolak,

proses dan sasaran hukum islam. Asas kepastian hukum adalah hukuman

tidak dapat dijatuhkan atas suatu perbuatan kecuali ada peraturan yang

telah mengatur, asas kemanfaatan, dalam melakukan keadilan dan

kepastian hukum hendaknya kelihat kemanfaatan bagi perlaku itu sendiri

ataupun masyarakat lain. Asas umum dalam islam diperinci dengan

kekhususannya dalam bidang-bidamg tersendiri yaitu dalam bidang hukum

pidana, bidang hukum muamalat, bidang hukum pernikahan.

3. Tujuan hukum islam sendiri terdapat beberapa, antara lain : (1)

Memelihara agama (2) memelihara jiwa (3) memelihara akal (4)

memelihara keturunan (5) memelihara kekayaan.

3.2 Saran

Harapan saya dalam kesempatan ini agar penerapan prinsip serta asas

hukum islam dapat diterapkan dengan baik

18

Page 19: Prinsip Hukum Islam

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

H. Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Website:

M.A . Asas, ciri dan implementasi hukum islam..

https://muhammadapryadi.wordpress.com/tentang-ilmu-hukum/hukum-islam-

asas-ciri-implementasi/ diakses 10 desember 2015

Cheche, Wardha. Prinsip-prinsip Hukum Islam.

http://wardahcheche.blogspot.co.id/2014/04/prinsip-prinsip-hukum-islam.html

diakses 10 desember 2015

19