Prevalensi Hipertensi berdasarkan Kecenderungan … web_ptm.pdf · sehingga sel-sel otak mengalami...

7
1 PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR PRIORITAS (Drg. Theodola Baning Rahayujati, M.Kes*) 1. PENDAHULUAN Indonesia saat ini berada dalam masa transisi epidemiologi, dimana dalam upaya pembangunan di bidang kesehatan menghadapi beban ganda penyakit. Satu pihak masih banyak penyakit infeksi/penyakit menular (malaria, demam berdarah dengue, leptospirosis, tuberkulosis, diare, dan lai-lain) yang harus ditangani, di lain fihak semakin meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) yang segera membutuhkan perhatian. Akan tetapi dalam 10 tahun terakhir masalah PTM belum menjadi perhatian banyak pihak. Hal ini dapat dilihat antara lain tidak masuknya masalah PTM dalam target Millennium Development Goals(MDGs). Berdasarkan kajian data yang ada, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan jenis penyakit tidak menular yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan segera. Demikian juga Kementrian Kesehatan melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular juga telah menetapkan jenis penyakit tidak menular prioritas yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah, Diabetes Mellitus (DM), penyakit paru kronis, kanker (khususnya kanker cervik dan payudara). Perkembangan PTM di Indoneisa belum dapat dikaji dengan baik, yang disebabkan belum adanya data yang sistematik yang secara rutin didapatkan secara berjenjang dan terintegrasi baik lintas program maupun lintas sector di tingkat regional maupun nasional. Ketersediaan data yang lengkap dan tepat waktu sangat dibutuhkan guna penentuan kebijakan yang efektif dan efisien dalam upaya pengendalian PTM. Dengan melihat perbandingan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang merupakan sumber data yang cukup lengkap secara nasional, sudah menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan untuk beberapa PTM. Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6 pada tahun 2007 menjadi 9,5 pada tahun 2013, sedangkan stroke meningkat menjadi 1,2 (tahun 2013) dari 0,8 (tahun 2007), demikian juga dengan DM terlihat bahwa peningkatan lebih dari dua kali lipat yaitu 1,1 pada tahun 2007 menjadi 2,4 pada tahun 2013. Sedangkan distribusi hasil Riskesda 2007 dan 2013 pada masing-masing propinsi dapat dilihat pada gambar berikut. Papua Bali DKI Pabar Riau Malut Aceh Bengkulu Kep. Riau Sultra Sulbar Sumbar Banten NTT Maluku NTB Jambi Sumut Lampung DIY Indonesia Sumsel Jatim Jateng Kalteng Sulut Sulsel Kalbar Sulteng Gorontalo Jabar Kaltim Kalsel Babel Prevalensi Hipertensi berdasarkan Pengukuran 2007-2013*) 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 2007 2013 *) Batas ambang systole ≥140 mmHg, diastole ≥ 90mmHg: Perubahan Prevalensi diasumsikan karena beda alat ukur 2007 (IA2)discontinue, 2013 (IA1); Riau Jambi Lampung Pabar Sumsel Kalbar Kep.Riau Maluku Sultra Bali Papua Bengkulu Banten NTB Kaltim Sumut Aceh Malut Jabar Indonesia NTT Kalteng Sumbar Jateng Gorontalo Kalsel Babel DKI Sulut Sulbar Jatim Sulteng DIY Sulsel Kecenderungan Prevalensi Stroke per 1000*) menurut Provinsi 2007-2013 20,0 16,0 12,0 8,0 4,0 0,0 2007 2013 *) Ditentukan menurut jawaban responden yang pernah didiagnosis oleh nakes dan gejala 2. JENIS PENYAKIT TIDAK MENULAR PRIORITAS 1. Penyakit Jantung dan pembuluh darah Penyakit yang menyangkut jantung itu sendiri dan pembuluh pembuluh darah (sulit dipisahkan sehingga sering disebut cardiovaskuler). Faktor risiko yang tidak dapat

Transcript of Prevalensi Hipertensi berdasarkan Kecenderungan … web_ptm.pdf · sehingga sel-sel otak mengalami...

Page 1: Prevalensi Hipertensi berdasarkan Kecenderungan … web_ptm.pdf · sehingga sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen serta energi dan menyebabkan kerusakan otak permanen yang berakibat

1

PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR PRIORITAS

(Drg. Theodola Baning Rahayujati, M.Kes*)

1. PENDAHULUAN

Indonesia saat ini berada dalam masa transisi epidemiologi, dimana dalam upaya

pembangunan di bidang kesehatan menghadapi beban ganda penyakit. Satu pihak masih

banyak penyakit infeksi/penyakit menular (malaria, demam berdarah dengue, leptospirosis,

tuberkulosis, diare, dan lai-lain) yang harus ditangani, di lain fihak semakin meningkatnya

penyakit tidak menular (PTM) yang segera membutuhkan perhatian. Akan tetapi dalam 10

tahun terakhir masalah PTM belum menjadi perhatian banyak pihak. Hal ini dapat dilihat

antara lain tidak masuknya masalah PTM dalam target Millennium Development

Goals(MDGs).

Berdasarkan kajian data yang ada, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan

jenis penyakit tidak menular yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan segera.

Demikian juga Kementrian Kesehatan melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak

Menular juga telah menetapkan jenis penyakit tidak menular prioritas yaitu penyakit jantung

dan pembuluh darah, Diabetes Mellitus (DM), penyakit paru kronis, kanker (khususnya

kanker cervik dan payudara).

Perkembangan PTM di Indoneisa belum dapat dikaji dengan baik, yang disebabkan belum

adanya data yang sistematik yang secara rutin didapatkan secara berjenjang dan terintegrasi

baik lintas program maupun lintas sector di tingkat regional maupun nasional. Ketersediaan

data yang lengkap dan tepat waktu sangat dibutuhkan guna penentuan kebijakan yang efektif

dan efisien dalam upaya pengendalian PTM. Dengan melihat perbandingan hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang merupakan sumber data yang cukup lengkap secara

nasional, sudah menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan untuk

beberapa PTM. Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6 pada tahun 2007 menjadi

9,5 pada tahun 2013, sedangkan stroke meningkat menjadi 1,2 (tahun 2013) dari 0,8 (tahun

2007), demikian juga dengan DM terlihat bahwa peningkatan lebih dari dua kali lipat yaitu

1,1 pada tahun 2007 menjadi 2,4 pada tahun 2013. Sedangkan distribusi hasil Riskesda 2007

dan 2013 pada masing-masing propinsi dapat dilihat pada gambar berikut.

Pap

ua

Bal

i

DK

I

Pab

ar

Ria

u

Mal

ut

Ace

h

Ben

gk

ulu

Kep

. R

iau

Sult

ra

Sulb

ar

Sum

bar

Ban

ten

NT

T

Mal

uk

u

NT

B

Jam

bi

Sum

ut

Lam

pu

ng

DIY

Ind

ones

ia

Sum

sel

Jati

m

Jate

ng

Kal

teng

Sulu

t

Suls

el

Kal

bar

Sult

eng

Go

ronta

lo

Jab

ar

Kal

tim

Kal

sel

Bab

el

Prevalensi Hipertensi berdasarkan

Pengukuran 2007-2013*)50,0

40,0

30,0

20,0

10,0

0,0

2007 2013

*) Batas ambang systole ≥140 mmHg, diastole ≥ 90mmHg:

Perubahan Prevalensi diasumsikan karena beda alat ukur 2007 (IA2)discontinue, 2013 (IA1);

Ria

u

Jam

bi

Lam

pung

Pabar

Sum

sel

Kalb

ar

Kep.R

iau

Malu

ku

Sult

ra

Bali

Pap

ua

Bengkulu

Bante

n

NT

B

Kalt

im

Sum

ut

Aceh

Malu

t

Jabar

Indonesi

a

NT

T

Kalt

eng

Sum

bar

Jate

ng

Goro

nta

lo

Kals

el

Babel

DK

I

Sulu

t

Sulb

ar

Jati

m

Sult

eng

DIY

Suls

el

Kecenderungan Prevalensi Stroke

per 1000*) menurut Provinsi 2007-2013

20,0

16,0

12,0

8,0

4,0

0,0

2007 2013

*) Ditentukan menurut jawaban responden yang pernah didiagnosis oleh nakes dan gejala

2. JENIS PENYAKIT TIDAK MENULAR PRIORITAS

1. Penyakit Jantung dan pembuluh darah

Penyakit yang menyangkut jantung itu sendiri dan pembuluh – pembuluh darah (sulit

dipisahkan sehingga sering disebut cardiovaskuler). Faktor risiko yang tidak dapat

Page 2: Prevalensi Hipertensi berdasarkan Kecenderungan … web_ptm.pdf · sehingga sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen serta energi dan menyebabkan kerusakan otak permanen yang berakibat

2

dimodifikasi adalah riwayat keluarga, umur, dan jenis kelamin, sedangkan faktor risiko

yang dapat dimodifikasi adalah hipertensi, merokok, DM, dislipidemia, obesitas, kurang

aktivitas fisik, pola makan, konsumsi alkohol, dan stress

Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terjadi akibat penyempitan

pembuluh darah koroner dan dapat menyebabkan serangan jantung. Penyakit ini ditandai

dengan :

- Rasa tertekan seperti ditimpa beban berat , rasa sakit, terjepit, atau terbakar di dada

- Nyeri ini menjalar ke seluruh dada, bahu kiri, lengan kiri, punggung (di antara kedua

belikat), leher dan rahang bawah ,terkadang di ulu hati sehingga dianggap sakit maag

- Dirasakan seperti tercekik atau rasa sesak

- Lamanya 20 menit bahkan lebih.

- Disertai keringat dingin, rasa lemah, berdebar

- Terkadang sampai pingsan

Penyakit Pembuluh Darah Otak (Stroke)

Disebut sebagai "serangan otak", disebabkan oleh kurangnya aliran darah yang mengalir

ke otak yang terkadang menyebabkan pendarahan di otak. Aliran darah ke daerah otak

terputus karena gumpalan darah, endapan plak atau karena pecahnya pembuluh darah otak

sehingga sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen serta energi dan menyebabkan

kerusakan otak permanen yang berakibat kecacatan-kematian dini. Tanda dan gejalanya

adalah :

- Senyum yang tidak simetris

- Gerak anggota tubuh yang melemah atau tidak dapat digerakkan secara tiba-tiba

- Suara yang pelo, parau, atau menghilang

- Kebas/ baal

- Rabun/ gangguan penglihatan

- Sempoyongan

Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah secara menetap >

140/90 mmHg. Seringkali hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga penderita tidak merasa

sakit. Gejalanya :

- Sakit kepala - Kelelahan

- Mual dan muntah - Sesak napas

- Napas pendek (terengah-engah)- Gelisah

- Pandangan menjadi kabur - Mata berkunang-kunang

- Mudah marah - Telinga berdengung

- Sulit tidur - Rasa berat di tengkuk

Page 3: Prevalensi Hipertensi berdasarkan Kecenderungan … web_ptm.pdf · sehingga sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen serta energi dan menyebabkan kerusakan otak permanen yang berakibat

3

b. Diabetes Melitus (DM)

DM adalah suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula dalam darah

melebihi nilai normal kadar gula darah yang normal GDS<200 mg/dL dan GDP <126

mg/Dl. Dengan gejala :

- gejala klasiknya adalah banyak minum ( polidipsi)

- banyak makan (polifagi)

- banyak kencing (poliuri)

- penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas

- seringkali disertai dengan gejala penyerta, seperti : gatal-gatal, mengantuk, kesemutan,

mata kabur, impotensi, dan keputihan pada wanita

JENIS-JENIS DM

- DM Tipe-1 : disebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga tidak adanya produksi

insulin sama sekali.

- DM Tipe-2 : disebabkan karena penurunan sekresi insulin dan atau resistensi insulin

- DM Gestasional : muncul ketika penderita hamil (usia 24 minggu)

- DM tipe lain yang disebabkan oleh pemakaian obat, infeksi, sebab imunologi yang

jarang, penyakit lain-lain, dsb

FAKTOR RESIKO DM

- yang tidak bisa dimodifikasi : Ras/ suku, riwayat keluarga, usia >45 tahun, riwayat

melahirkan bayi besar >4000 gram, riwayat BBLR < 2500gram.

- yang bisa dimodifikasi : IMT > 23kg/m2, kurang aktifitas fisik,

Hipertensi,dislipidemia, diet yang tidak sehat

c. Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara

Kanker Leher Rahim.

Faktor risiko kanker leher rahim adalah merokok,hubungan seksual < 20 tahun,

berganti-ganti pasangan seksual, infeksi Human Papiloma Virus, penyakit menular

seksual, serta adanya riwayat keluarga yang menderita kanker leher rahim.

Untuk mengetahui secara dini bisa dilakukan pemeriksaan IVA dan papsmear secara

teratur.

Kanker Payudara

Faktor Risiko Kanker Payudara

- Haid pertama pada usia < 10 tahun

- Berhenti haid (menopause) pada usia > 50 tahun

- Kehamilan pertama pada usia > 35 tahun

- Riwayat keluarga

Page 4: Prevalensi Hipertensi berdasarkan Kecenderungan … web_ptm.pdf · sehingga sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen serta energi dan menyebabkan kerusakan otak permanen yang berakibat

4

- Tidak mempunyai anak

- Tidak menyusui

- Riwayat tumor jinak sebelumnya

- Berat badan berlebih

- Kebiasaan makan tinggi lemak dan kurang serat

- Perokok aktif dan pasif

- Konsumsi alkohol

- Pemakaian obat hormonal dalam waktu lama

- Penekanan pada payudara terus menerus dalam waktu lama

Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI)

d. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

PPOK adalah penyakit kronik saluran napas yang ditandai dengan hambatan aliran udara

ke dalam paru-paru. Penyakit ini biasanya irreversible dan bersifat progresif (berkembang)

perlahan. Termasuk didalamnya adalah bronkhitis kronis dan emfisema

Penyakit ini ditandai dengan sesak napas dan batuk berdahak kronik

Faktor risiko PPOK adalah :

- Riwayat Merokok

- Polusi udara

- Infeksi Saluran Napas Bawah berulang

3. FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR

Berbeda dengan penyakit menular yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme seperti

bakteri, virus, cacing, jamur dan protozoa yang menginfeksi manusia, penyakit tidak menular

tidak disebebkan oleh mikroorganisme, akan tetapi disebabkan adanya interaksi antara factor

fisiologi, genetic, factor perilaku dan factor diluar manusia itu sendiri seperti social, ekonomi

dan kondisi lingkungan disekitarnya. Faktor yang berkontribusi terhadap munculnya PTM

biasa disebut sebagai Faktor Risiko.

Gambar berikut menunjukkan adanya factor risiko bersama dimana beberapa factor

merupakan penyebab dari munculnya beberapa jenis penyakit baik penyakit yang disebut

sebagai penyakit antara yang merupakan tanda dan gejala awal suatu penyakit (hipertensi,

obesitas, dislipidemia, lesi pra kanker dan bronchitis kronis) sampai terjadinya penyakit itu

sendiri (penyakit jantung koronen dan pembuluh darah/PJK-PD, stroke, Diabetes, Ginjal

kronis, Penyakit Paru Obstruktif Kronis/PPOK dan kanker).

Page 5: Prevalensi Hipertensi berdasarkan Kecenderungan … web_ptm.pdf · sehingga sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen serta energi dan menyebabkan kerusakan otak permanen yang berakibat

5

•PJK -PD•Stroke•Diabetes •Ginjal Kronik

•Kanker•PPOK

Fase AkhirFaktor Risiko /Penyakit Antara

•Hipertensi•Diabetes•Obesitas• Dislipidemia•Lesi pra kanker•Bronkhitis kr/ emfisema paru/ efusi pleura

FR Dapat Dimodifikasi• Tembakau

• Diet tinggi lemak & rendah serat

• Alkohol• Aktifitas Fisik Kurang

• Stress

FR Tidak Dapat Dimodifikasi

•Umur, Sex •Keturunan dll

Faktor Lingkungan :Globalisasi, Sosio-ekonomi

Modernisasi, Polusi dll

Faktor Risiko dan Fase Akhir

Data tentang factor risiko tersebut juga belum banyak tersedia di Indonesia, beberapa data

hasil riset dan survey sudah ada namun masih sangat sedikit dan hanya melibatkan wilayah

sempit yaitu di beberapa kabupaten/kota saja. Hasil Reskesdas juga menunjukkan peningkatan

terhadap beberapa factor risiko PTM seperti tersaji pada gambar berikut.

Gambar diatas menunjukkan bahwa proporsi perokok cukup tinggi mencapai 66% dan

konsumsi kurang makan sayur dan buah 93,6%. Sedangkan factor risiko perilaku sedentary

(aktifitas kurang aktif, misal duduk, berbaring, nonton TV) adalah 26.1 % (tertinggi jakarta

42 %). Hasil riskesdas menunjukkan bahwa factor risiko PTM di masyarakat masih cukup

tinggi sehingga memerlukan upaya keras dalam melakukan kegiatan pencegahan

4. PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR.

Pengendalian PTM dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi factor risiko dengan

perubahan perilaku yang dikenal dengan akronim CERDIK. Kegiatan CERDIK harus

dilakukan secara rutin dan berkesinambungan sebagai berikut :

C : Cek kondisi kesehatan anda secara rutin dan teratur

E : Enyahkan asap rokok dan polusi udara lainnya

R : Rajin aktifitas fisik dengan gerak olah raga dan seni

D : Diet yang sehat dengan kalori seimbang (rendah gula, garam dan lemak serta kaya serat)

I : Istirahat yang cukup dan utamakan keselamatan

K: Kendalikan stres dan tindak kekerasan

Page 6: Prevalensi Hipertensi berdasarkan Kecenderungan … web_ptm.pdf · sehingga sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen serta energi dan menyebabkan kerusakan otak permanen yang berakibat

6

5. PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK

MEULAR

Perubahan perilaku hanya bisa dilakukan oleh masyarakat secara mandiri. Kegiatan peran

serta masyarakat bisa dilakukan melalui kegiatan POSBINDU.

Posbindu adalah suatu kegiatan yang terpadu, rutin, dan periodik dengan optimalisasi peran

serta masyarakat untuk melakukan deteksi dini, monitoring/ pemantauan dan tindak lanjut

faktor resiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan.

Konsep Kegiatan Posbindu

- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam deteksi, monitoring, dan tindak lanjut faktor

resiko PTM

- Melibatkan seluruh masyarakat, baik yang sehat, berisiko, maupun penderita PTM yang

berusia > 15 tahun

- Posbindu PTM dapat dilakukan terintegrasi dengan kegiatan yg telah ada di masyarakat,

misal Posyandu lansia, pengajian, arisan, klub olahraga, atau organisasi sosial lainnya

- Kegiatan dapat dilakukan oleh kader kesehatan yg telah ada atau pengurus organisasi

yang telah dilatih, dibina, dan difasilitasi untuk dapat melakukan pemantauan FR PTM

(bila ada, pendidikan minimal SLTA, mau dan mampu)

Bentuk kegiatan yang dilakukan, tergantung dengan

jenis /tipe POSBINDU yang dilakukan

Posbindu Dasar

Wawancara Terarah Faktor Risiko dengan Instrumen

Pemeriksaan Berat Badan, Tinggi Badan, IMT, analisa lemak tubuh

Penyuluhan Sadari (Pemeriksaan Payudara sendiri)

Pemeriksaan Tekanan Darah

Posbindu Utama

Layanan Posbindu

Dasar

Pemeriksaan gula darah, Chol,Trigliserid, APE (arus puncakekspirasi), konseling px IVA danKlinis SADARI, Px alkohol danamfetamin (pengemudi)

DESA SIAGA

Posbindu PTM

PemdaMasyarakat (PKK,

LPMK,KESI)

PuskesmasDokter

KeluargaKlinik

swasta

PENGENDALIAN PENYAKIT

UPAYA KESEHATAM

PROMKES

DINAS KESEHATAN

Industri

6. Kesimpulan

Telah terjadi peningkatan penyakit tidak menular yang memerlukan perhatian serius oleh

semua pihak baik pemangku kebijakan maupun masyarakat. Peningkatan PTM dapat ditekan

melalui pengendalian factor risiko yaitu pengurangan konsumsi rokok, alcohol, gula dan

garam, peningkatan konsumsi buah dan sayur, meningkatkan aktifitas fisik melalui olah raga,

mencegah kegemukan, pengendalian stress dengan kegiatan rekreasi serta melakukan

pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah secara teratur. Upaya pencegahan PTM dapat

dilakukan oleh masyarakat secara mandiri melalui kegiatan Posbindu.

Referensi :

Kemenkes, 2012, Modul Training of Trainer (TOT) Teknis Pengendalian Penyakit Tidak

Menular

Kemenkes, 2014, Riset Kesehatan Dasar 2013

Page 7: Prevalensi Hipertensi berdasarkan Kecenderungan … web_ptm.pdf · sehingga sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen serta energi dan menyebabkan kerusakan otak permanen yang berakibat

7

*Penulis : Drg. Theodola Baning Rahayujati, M.Kes

NIP : 19690217 199403 2 003

Jabatan :Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas

Kesehatan Kabupaten Kulon Progo

Pangkat/gol : Pembina/ IV.a

NPWP : 57.034.848.2-542.001